Laporan Praktikhum IUT

56
Bob Ericson Sagune (125534262) 1 Laporan Praktikhum Ilmu Ukur Tanah II BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Ukur Tanah (Geodesi) bertujuan untuk mengukur bagian-bagian dari permukaan bumi, yaitu kalau panjang bagian tidak melebihi 50 km, maka pekerjaan tersebut disebut Geodesi Rendah. Pada geodesi rendah yang dipentingkan adalah penentuan titik-titik dari tingkat rendah, sehingga titik itu dapat dibayangkan dan digambarkan pada suatu bidang datar yaitu peta. Praktek Ilmu Ukur Tanah kali ini mahasiswa dituntun untuk dapat mengetahui lebih mendetail tentang pengukuran tanah dan juga penentuan poligon yang ideal sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Dari tujuan inilah pentingnya diadakan suatu praktek Ilmu Ukur Tanah. Komponen hasil dari praktek ini, yaitu : 1. Jarak Dapat diukur dengan menggunakan meteran, alat optis (water pass dan theodolite). 2. Ketinggian Dapat diukur dengan menggunakan pesawat water pass maupun theodolite. 3. Sudut Dapat diukur dengan menggunakan pesawat theodolite. Prinsip dasar yang harus dilakukan pada praktek pengukuran, yaitu : Perlu adanya pengecekkan terhadap data hasil praktek setelah selesai melakukan praktek agar diketahui benar tidaknya hasil tersebut. Tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Mengingat praktek pengukuran ini dilakukan pertama kali, maka jika terjadi kesalahan yang melebihi batas toleransi diperbolehkan untuk melakukan koreksi dan penyebaran kesalahan sehingga hasilnya sesuai dan benar. B. MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan praktek Ilmu Ukur Tanah II adalah : 1. Membuat profil pada suatu poligon untuk menentukan beda tinggi pada permukaan tanah.

Transcript of Laporan Praktikhum IUT

Bob Ericson Sagune (125534262) 1

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Ukur Tanah (Geodesi) bertujuan untuk mengukur bagian-bagian

dari permukaan bumi, yaitu kalau panjang bagian tidak melebihi 50 km, maka

pekerjaan tersebut disebut Geodesi Rendah. Pada geodesi rendah yang

dipentingkan adalah penentuan titik-titik dari tingkat rendah, sehingga titik

itu dapat dibayangkan dan digambarkan pada suatu bidang datar yaitu peta.

Praktek Ilmu Ukur Tanah kali ini mahasiswa dituntun untuk dapat

mengetahui lebih mendetail tentang pengukuran tanah dan juga penentuan

poligon yang ideal sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Dari tujuan

inilah pentingnya diadakan suatu praktek Ilmu Ukur Tanah. Komponen hasil

dari praktek ini, yaitu :

1. Jarak

Dapat diukur dengan menggunakan meteran, alat optis (water pass dan

theodolite).

2. Ketinggian

Dapat diukur dengan menggunakan pesawat water pass maupun

theodolite.

3. Sudut

Dapat diukur dengan menggunakan pesawat theodolite.

Prinsip dasar yang harus dilakukan pada praktek pengukuran, yaitu :

Perlu adanya pengecekkan terhadap data hasil praktek setelah selesai

melakukan praktek agar diketahui benar tidaknya hasil tersebut.

Tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Mengingat praktek

pengukuran ini dilakukan pertama kali, maka jika terjadi kesalahan yang

melebihi batas toleransi diperbolehkan untuk melakukan koreksi dan

penyebaran kesalahan sehingga hasilnya sesuai dan benar.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan praktek Ilmu Ukur Tanah II adalah :

1. Membuat profil pada suatu poligon untuk menentukan beda tinggi pada

permukaan tanah.

Bob Ericson Sagune (125534262) 2

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

2. Dapat membuat peta situasi (site plant) dengan cara menentukan sudut

bangunan yang nampak dan dibuat dalam bentuk data dan bentuk

gambar.

Bob Ericson Sagune (125534262) 3

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB II

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

A. THEODOLITE

Cara Penggunaan Theodolit Digital :

1. Cara Seting Optis :

a. Pesawat theodolite diletakkan di atas statif, kemudian menentukan

center point dengan cara mengepaskannya pada paku paying yang

ada di bawah statif.

b. Gelembung nivo diatur berada tepat di tengah lingkaran.

c. Mengatur salah nivo tabung yang lain.

2. Cara Penggunaan Alat :

a. Memasukkan baterai ke dalam tempatnya, kemudian melakukan

centering optis ke atas.

b. Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.

c. Untuk membaca sudut horizontal, arahkan teropong ke titik yang

dikehendaki kemudian baca pada display.

d. Untuk membaca sudut vertical, teropong diarahkan secara vertical dan

kemudian baca pada display.

1

3

4

7

9

1

6

5

2

8

10

Keterangan :

1. Handle/pegangan

2. Nivo kotak

3. Lensa okuler

4. Klem pengatur focus

benang

5. Tempat baterai

6. Pengatur halus sudut

vertical

7. Display

8. Pengatur halus sudut

horizontal

9. Tombol power

10. Klem pengatur nivo

tabung

Gambar 1. Theodolit

Bob Ericson Sagune (125534262) 4

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

B. STATIF

Statif digunakan untuk menempatkan pesawat theodolit saat

melakukan praktek pembacaan sudut. Statif ini umumnya berkaki tiga dan

terbuat dari bahan yang ringan seperti alumunium.

C. BAK UKUR

Bak ukur digunakan untuk menandai titik saat pembacaan, yaitu

jikalau jarak terlampau jauh dan terhalang. Bak ukur ini memiliki panjang yang

bervariasi dengan panjang maksimum 5 meter.

Gambar 2. Statif

Gambar 3. Bak Ukur

Bob Ericson Sagune (125534262) 5

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

D. ROLL METER

Roll meter ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga

untuk mengukur tinggi alat. Roll meter yang dipergunakan memiliki panjang

50 meter.

E. PAYUNG

Payung digunakan untuk melindungi pesawat theodolit dari sinar

matahari dan hujan, agar pada saat pembacaan sudut tidak mengalami

kesalahan akibat silau dari sinar matahari.

F. PALU

Palu digunakan untuk menandai titik tetap dari bacaan sudut pada

saat pelaksanaan praktek. Karena jika tidak menggunakan palu, maka resiko

kehilangan titik akan sangat besar.

Gambar 4. Roll Meter

Gambar 5. Payung

Gambar 6. Palu

Bob Ericson Sagune (125534262) 6

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB III

PRAKTEK MENENTUKAN AZIMUTH

A. LATAR BELAKANG

Dalam menetukan letak kedudukan titik B dari titik A, dimana

kedudukan titik A telah diketahui koordinatnya (Xa, Ya), maka yang perlu

diketahui terlebih dahulu adalah arah dari titik A ke titik B (αab) dan jarak

antara titik A ke titik B (dab), maka kedudukan titik B dapat ditentukan. Jadi

dalam menentukan kedudukan suatu titik dari titik lainnya diperlukan :

Arah

Jarak

Suatu arah ditentukan dengan sudut jurusan atau dengan azimuth.

Sudut jurusan adalah sudut yang dimulai dari arah utara geografis, kemudian

diputar searah jarum jam dan diakhiri dengan arah geodetis dari titik yang

bersangkutan. Sedangkan azimuth adalah sudut yang dimulai dari arah utara

kutub, kemudian diputar searah jarum jam dan diakhiri dengan arah geodetis

dari titik yang bersangkutan. Khusus untuk perhitungan Ilmu Ukur Tanah dan

perhitungan daerah sempit, dalam menentukan arah digunakan azimuth.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek

menetukan azimuth ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang penentuan

azimuth.

2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit

sesuai dengan prosedur.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara mengetahui arah antara dua titik

berdasarkan arah utara geografis, yaitu azimuth.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

D. LANGKAH PENGUKURAN

1. Siapkan peralatan praktek yang diperlukan.

Bob Ericson Sagune (125534262) 7

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

2. Tentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat praktek sekaligus dua

titik yang diperlukan untuk mendapatkan data azimuth.

3. Dirikan pesawat theodolite di atas titik yang telah ditentukan, dan lakukan

penyetelan alat sampai didapatkan kedataran seperti langkah-langkah

kerja penggunaan pesawat theodolite.

4. Untuk mendapatkan sudut azimuth, ambil kompas dan pasang pada

pesawat theodolite, arahkan ke utara, nolkan sudut horizontal. Kemudian

arahkan pesawat theodolite ke titik B searah jarum jam, lalu baca sudut

horizontalnya.

5. Baca secara bergantian, kemudian catat hasilnya.

E. Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

Bob Ericson Sagune (125534262) 8

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

F. PERHITUNGAN

Nama : Bob Ericson Sagune

NIM : 125534262

Penyelesaian :

αab = TG B – TG U

= 89° 52’ 50” - 0° 0’ 0”

= 89° 52’ 50”

Jadi, azimuth (αab) adalah 89° 52’ 50”

TP TG Bacaan Sudut Azimuth ( )

[..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."]

U 0 0 0

A 89 52 50

B 89 52 50

B A

αab = 89° 52’ 50”

Bob Ericson Sagune (125534262) 9

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB IV

PRAKTEK MENENTUKAN AZIMUT DARI AZIMUTH AWAL

A. LATAR BELAKANG

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode

pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh

koordinat planimetris (X, Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah

salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu

dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan

jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Dapat disimpulkan

bahwa poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya

telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.

Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk

menentukan letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik

lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui

pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat

tertentu. Selanjutnya posisi horizontal/koordinat tersebut digunakan sebagai

dasar untuk pemetaan situasi topografi asuatu daerah tertentu.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek

pengukuran poligon tertutup terikat koordinat ini antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mqahasiswa tentang

pengukuran poligon tertutup terikat koordinat itu sendiri.

2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit

sesuai dengan prosedur.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara poligon dimana serangkaian garis lurus

yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Prinsip

kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari

gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar

untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

Bob Ericson Sagune (125534262) 10

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

D. LANGKAH PENGUKURAN

1) Menyiapkan catatan, mendaftar pengukuran dan membuat sket lokasi

areal yang akan diukur.

2) Menentukan dan menancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.

3) Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai

didapat kedataran.

4) Mengrahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal

dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.

5) Memutar teropong dan mengarahkan teropong pesawat ke titik P2,

membaca dan mencatat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut

azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.

6) Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum

jam, kemudian memutar teropong 180º arah vertikal dan arahkan

teropong ke titik P2.

7) Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan

luar biasa untuk bacaan muka.

8) Memutar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan melakukan

pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini

merupakan bacaan belakang.

9) Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya

hingga kembali lagi ke titik P1.

10) Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.

11) Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat

masing-masing titik.

12) Mengambar hasil pengukuran dan perhitungan. Mencatat semua hasil

bacaan dan menghitung sudut azimuth.

E. Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

Bob Ericson Sagune (125534262) 11

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

F. PERHITUNGAN MENENTUKAN AZIMUTH DARI AZIMUTH AWAL

Penyelesaian :

αab = bacaan sudut B – bacaan sudut titik U

αab = 38˚ 24’ 10”- 0˚ 0’ 0”

= 38˚ 24’ 10”

αab1 = bacaan sudut B1 – bacaan sudut titik U

αab1’ = 38˚ 24’ 10” - 0˚ 0’ 0”

= 38˚ 24’ 10”

αbc = bacaan sudut titik C – bacaan sudut titik U

αbc = 70˚ 20’ 35” - 0˚ 0’ 0”

= 70˚ 20’ 35”

βb1 = bacaan sudut titik A – bacaan sudut titik C

βb1 = 218 ˚ 32’ 20” - 70˚ 20’ 35”

= 148˚ 11’ 45”

αba = αbc + βb1

= 70˚ 20’ 35” + 148˚ 11’ 45”

TP TG BACAAN SUDUT SUDUT UKUR (β) AZIMUTH (α)

[...˚] [...'] [...''] [...˚] [...'] [...''] [...˚] [...'] [...'']

U 0 0 0

A

38 24 10

B 38 24 10

U 0 0 0

B

38 24 10

B1 38 24 10

U 0 0 0

B

70 20 35

C 70 20 35

C 70 20 35

B

148 11 45 218 32 70

A 218 32 20

A 218 32 20

B

211 48 15 70 20 35

C 70 20 35

Bob Ericson Sagune (125534262) 12

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

= 218˚ 32’ 20”

βb2 = bacaan sudut titik C - bacaan sudut titik A + 360˚

βb2 = 70˚ 20’ 35” - 218˚ 32’ 20” + 360˚

= 211˚ 48’ 15”

αbc = αba + βb2

= 218˚ 32’ 20” + 211˚ 48’ 15”- 360°

= 70˚ 20’ 35”

U

U

C

B1

B

A

β1= 148˚ 11’ 45”

β2 = 211˚ 48’ 15”

Bob Ericson Sagune (125534262) 13

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB V

PRAKTEK MENENTUKAN PENGUKURAN SUDUT UKUR

A. LATAR BELAKANG

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode

pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh

koordinat planimetris (X, Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah

salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu

dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan

jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Dapat disimpulkan

bahwa poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya

telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.

Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk

menentukan letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik

lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui

pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat

tertentu. Selanjutnya posisi horizontal/koordinat tersebut digunakan sebagai

dasar untuk pemetaan situasi topografi asuatu daerah tertentu.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek

pengukuran poligon tertutup terikat koordinat ini antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran

poligon tertutup terikat koordinat itu sendiri.

2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit

sesuai dengan prosedur.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara poligon dimana serangkaian garis lurus

yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Prinsip

kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari

gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka

dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

Bob Ericson Sagune (125534262) 14

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

D. LANGKAH PENGUKURAN

1. Menyiapkan catatan, daftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal

yang akan diukur.

2. Menentukan dan menancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.

3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai

didapat kedataran.

4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan mengenolkan piringan sudut

horizontal dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.

5. Memutar teropong dan mengarahkan teropong pesawat ke titik P2, baca

dan catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth.

Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.

6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, memutar pesawat 180º searah

jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan

teropong ke titik P2.

7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan

luar biasa untuk bacaan muka.

8. Memutar teropong pesawat dan mengarahkan di titik P akhir dan

melakukan pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa.

Bacaan ini merupakan bacaan belakang.

9. Dengan cara yang sama, melakukan pada titik-titik poligon berikutnya

hingga kembali lagi ke titik P1.

10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.

11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat

masing-masing titik.

12. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan.

E. Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

Bob Ericson Sagune (125534262) 15

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

F. PERHITUNGAN PENGUKURAN SUDUT UKUR

TP TG

Bacaan Sudut Besar Sudut

Koreksi [.."]

Azimuth Biasa Luar Biasa Jarak Biasa Luar Biasa Rata-rata

[..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."]

U 0 0 0 0 0 0

2 190 1 0 10 1 5 22.80

1 55 27 55 55 27 45 55 27 50 17.00 190 1 0

3 245 28 55 65 28 50 21.80

3 158 31 10 338 31 15 20.85

2 59 43 30 59 43 30 59 43 30 16.00 310 17 14

1 218 14 40 38 14 45 22.80

1 192 12 0 12 12 5 21.80

3 64 47 55 64 47 45 64 47 50 17.00 65 29 7

2 256 59 55 76 59 50 20.85

179 59 10

(n - 2) x 180 = 180 0 0

Kesalahan = 0 0 50

T = 1,5’√n 0 2 36

Bob Ericson Sagune (125534262) 16

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

d12 = 22,80 m

d23 = 20,85 m

d31 = 21,80 m +

Ʃd = 65,45 m

Diketahui : - Sudut Azimuth : α12 = 190° 01’ 00”

- Sudut Ukur : β1 = 55° 27’ 50”

β2 = 59° 43’ 30”

β3 = 64° 47’ 50”

Penyelesaian :

β1 = 55° 27’ 50”

β2 = 59° 43’ 30”

β3 = 64° 47’ 50” +

Ʃβ = 179° 59’ 10”

1. Menghitung Salah Penutup Sudut

fβ = Ʃβ – (n-2) x 180°

= 179° 59’ 10” – (3 – 2) x 180°

= -0° 0’ 50”

2. Menghitung Toleransi Kesalahan Penutup Sudut

fβ ≤ 1,5’ √n

0’ 50” ≤ 1,5’ √3

0’ 50” ≤ 2’ 36” Ok !

3. Menghitung Harga Koreksi Setiap Sudut

Kβ = -fβ

n = −

−50”

3 = 16” sisa 2”

4. Menghitung Harga Definitif Setiap Sudut

β1 = β1 + Kβ = 55° 27’ 50” + 17” = 55° 28’ 07”

β2 = β2 + Kβ = 59° 43’ 30” + 16” = 59° 43’ 46”

β3 = β3 + Kβ = 64° 47’ 50” + 17” = 64° 48’ 07”

5. Menghitung Azimuth Sisi Poligon

α12 = 190° 01’ 00”

α23 = α12 - β2 + 180°

= 190° 01’ 00” - 59° 43’ 46” + 180°

= 310° 17’ 14”

α34 = α23 – β3 + 180°

= 310° 17’ 14” - 64° 48’ 07” + 180°

= 65° 29’ 07”

Bob Ericson Sagune (125534262) 17

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

6. Menghitung Harga Selisih Absis. (ΔX)

ΔX12 = d12 x sin α12 = 22,80 x sin 190° 01’ 00” = -3,97 m

ΔX23 = d23 x sin α23 = 20,85 x sin 310° 17’ 14” = -15,90 m

ΔX31 = d31 x sin α31 = 21,80 x sin 65° 29’ 07” = 19,83 m +

ƩΔX = -0,04 m

7. Menghitung Salah Penutup Absis (fX)

fX = ƩΔX = -0,04 m

8. Menghitung garga selisih Ordinat. (ΔY)

ΔY12 = d12 x cos α12 = 22,80 x cos 190° 01’ 00” = -22,45 m

ΔY23 = d23 x cos α23 = 20,85 x cos 310° 17’ 14” = 13,48 m

ΔY31 = d31 x cos α31 = 21,80 x cos 65° 29’ 07” = 9,04 m +

ƩΔY = 0,07 m

9. Menghitung Salah Penutup Ordinat. (fy)

fy = ƩΔX = 0,07 m

10. Menghitung Salah Penutup Jarak (fd)

fd = √𝑓𝑋2 + 𝑓𝑌

2

= √−0,042 + 0,072

= 0,06 m

11. Menghitung Batas Toleransi Kesalahan Jarak

fd ≤ 0,01 √Ʃ𝑑

0,06 ≤ 0,01 √65,45

0,06 ≤ 0,08 Ok !

12. Menghitung Koreksi Absis (K ΔX)

K ΔX12 = −22,80

65,45 𝑥 − 0,04 = 0,01 m

K ΔX23 = −20,85

65,45 𝑥 − 0,04 = 0,01 m

K ΔX31 = −21,80

65,45 𝑥 − 0,04 = 0,01 m + 0,01 m = 0,02 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 18

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

13. Menghitung Koreksi Ordinat (K ΔY)

K ΔY12 = −22,80

65,45 𝑥 0,07 = -0,02 m

K ΔY23 = −20,85

65,45 𝑥 0,07 = -0,02 m

K ΔY31 = −21,80

65,45 𝑥 0,07 = -0,02 m + 0,01 m = -0,01 m

14. Menghitung Selisih Absis Definitif (Δ X)

Δ X12 = Δ X12 + K ΔX12 = -3,97 + 0,01 = -3,96 m

Δ X23 = Δ X23 + K ΔX23 = -15,90 + 0,01 = -15,89 m

Δ X31 = Δ X31 + K ΔX31 = 19,83 + 0,02 = 19,85 m

15. Menghitung Selisih Ordinat Definitif (ΔY)

Δ Y12 = Δ Y12 + K ΔY12 = -22,45 – 0,02 = -22,47 m

Δ Y23 = Δ Y23 + K ΔY23 = 13,48 – 0,02 = 13,46 m

Δ Y31 = Δ Y31 + K ΔY31 = 9,04 – 0,01 = 9,01 m

16. Menghitung Harga Absis dan Ordinat Titik-titik Poligon

X2 = X1 + Δ X12 = 200,00 – 3,96 = 196,04

X3 = X2 + Δ X23 = 196,04 – 15,89 = 180,15

X1 = X3 + Δ X31 = 180,15 – 19,85 = 200,00

Y2 = Y1 + Δ Y12 = 200,00 – 22,47 = 177,53

Y3 = Y2 + Δ Y23 = 177,53 + 13,46 = 190,99

Y1 = Y3 + Δ Y31 = 190,99 + 9,01 = 200,00

17. Koordinat Titik-titik Poligon Tertutup Adalah :

Titik 1 = (200,00 ; 200,00)

Titik 2 = (196,04 ; 177,53)

Titik 3 = (180,15 ; 190,99)

Bob Ericson Sagune (125534262) 19

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

2

Gambar Sudut Ukur :

U

α12 = 190° 01’ 00”

β2

3

1

β3

β1

Bob Ericson Sagune (125534262) 20

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB VI

PRAKTEK POLIGON TERTUTUP

A. LATAR BELAKANG

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode

pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh

koordinat planimetris (X, Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah

salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu

dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan

jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Dapat disimpulkan

bahwa poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya

telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.

Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk

menentukan letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik

lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui

pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat

tertentu. Selanjutnya posisi horizontal/koordinat tersebut digunakan sebagai

dasar untuk pemetaan situasi topografi asuatu daerah tertentu.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek

pengukuran poligon tertutup terikat koordinat ini antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran

poligon tertutup terikat koordinat itu sendiri.

2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit

sesuai dengan prosedur.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara poligon dimana serangkaian garis lurus

yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Prinsip

kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari

gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka

dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

Bob Ericson Sagune (125534262) 21

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

4. Payung 8. Roll meter

D. LANGKAH PENGUKURAN

1. Menyiapkan catatan, mendaftar pengukuran dan membuat sket lokasi

areal yang akan diukur.

2. Menentukan dan menancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.

3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai

didapat kedataran.

4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan mengenolkan piringan sudut

horizontal dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.

5. Memutar teropong dan mengarahkan teropong pesawat ke titik P2,mem

baca dan mencatat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut

azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.

6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, memutar pesawat 180º searah

jarum jam, kemudian meutar teropong 180º arah vertikal dan arahkan

teropong ke titik P2.

7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan

luar biasa untuk bacaan muka.

8. Memutar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan

pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini

merupakan bacaan belakang.

9. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya

hingga kembali lagi ke titik P1.

10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.

11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat

masing-masing titik.

12. Mengaambar hasil pengukuran dan perhitungan.

E. Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

Bob Ericson Sagune (125534262) 22

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Penyelesaian :

β1 = 84˚ 14’ 00”

β2 = 211˚ 04’ 10”

β3 = 65˚ 22’ 40”

β4 = 136˚ 08’ 40”

β5 = 122˚ 03’ 25”

β6 = 101˚ 05’ 45” +

Ʃβ = 719˚ 58’ 40”

1. Menghitung Salah Penutup Sudut

fβ = Ʃβ – (n-2) x 180˚

= 719˚ 58’ 40” - 720˚

= -0˚ 01’ 20” = -80”

2. Menghitung Toleransi Kesalahan Penutup Sudut

fβ ≤ i √n

-1’ 20” ≤ 1,5’ √6

-1’ 20” ≤ 3’ 40” Ok !

3. Menghitung Harga Koreksi setiap Sudut

Kβ = −fβ

n = −

−80"

6 = 13” sisa 2”

4. Menghitung Harga Definitif Setiap Sudut

β1 = β1 + Kβ = 84˚ 14’ 00” + 13” = 84˚ 14’ 13”

β2 = β2 + Kβ = 211˚ 04’ 10” + 13” = 211˚ 04’ 23”

β3 = β3 + Kβ = 65˚ 22’ 40” + 14” = 65˚ 22’ 54”

β4 = β4 + Kβ = 136˚ 08’ 40” + 14” = 136˚ 08’ 54”

β5 = β5 + Kβ = 122˚ 03’ 25” + 13” = 122˚ 03’ 38”

β6 = β6 + Kβ = 101˚ 05’ 45” + 13” = 101˚ 05’ 58”

5. Menghitung Azimuth Sisi-Sisi Poligon

α12 = 205˚ 08’ 05”

α23 = α12 - β2 + 180˚ = 205˚ 08’ 05” - 211˚ 04’ 23” + 180˚ = 174˚ 03’ 42”

α34 = α23 - β3 + 180˚ = 174˚ 03’ 42” - 65˚ 22’ 54” + 180˚ = 288˚ 40’ 48”

α45 = α34 - β4 + 180˚ = 288˚ 40’ 48” - 136˚ 08’ 54” + 180˚ = 332˚ 31’ 54”

α56 = α45 –β5 + 180˚ = 332˚ 31’ 54” - 122˚ 03’ 38” + 180˚ = 30˚ 28’ 16”

α56 = α56 - β6 + 180˚ = 30˚ 28’ 16” - 101˚ 05’ 58” + 180˚ = 109˚ 22’ 18”

d12 = 40 m

d23 = 21,6 m

d34 = 31 m

d45 = 30 m

d56 = 40 m

d61 = 40 m +

Ʃd = 202,6 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 23

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

6. Menghitung Harga Selisih Absis (ΔX)

ΔX12 = d12 x sin α12 = 40 x sin 205˚ 08’ 05” = -16,99 m

ΔX23 = d23 x sin α23 = 21,6 x sin 174˚ 03’ 42” = 2,23 m

ΔX34 = d34 x sin α34 = 31 x sin 288˚ 40’ 48” = -29,37 m

ΔX45 = d45 x sin α45 = 30 x sin 332˚ 31’ 54” = -13,84 m

ΔX56 = d56 x sin α56 = 40 x sin 30˚ 28’ 16” = 20,28 m

ΔX61 = d61 x sin α61 = 40 x sin 109˚ 22’ 18” = 37,74 m +

ƩΔX = 0,05 m

7. Menghitung Salah Penutup Absis (fX)

fX = ƩΔX = 0,05 m

8. Mengitung Harga Selisih Ordinat (ΔY)

ΔY12 = d12 x cos α12 = 40 x cos 205˚ 08’ 05” = -36,21 m

ΔY23 = d23 x cos α23 = 21,6 x cos 174˚ 03’ 42” = -21,48 m

ΔY34 = d34 x cos α34 = 31 x cos 288˚ 40’ 48” = 9,93 m

ΔY45 = d45 x cos α45 = 30 x cos 332˚ 31’ 54” = 26,62 m

ΔY56 = d56 x cos α56 = 40 x cos 30˚ 28’ 16” = 34,48 m

ΔY61 = d61 x cos α61 = 40 x cos 109˚ 22’ 18” = -13,27 m +

ƩΔY = 0,07 m

9. Menghitung Salah Penutup Ordinat (fY)

fY = ƩΔY = 0,07 m

10. Menghitung Salah Penutup Jarak (fd)

fd = √fx2 + fy

2 = √(0,052 + 0,072) = 0,086 m

11. Menghitung Batas Toleransi Kesalahan Jarak

fd ≤ 0,01 √Ʃd

0,086 ≤ 0,01 √202,6

0,086 ≤ 0,14 Ok !

12. Menghitung Koreksi Selisih Absis (K ΔX)

K ΔX12 = −d12

Ʃd x fx = −

40

202,6 x 0,05 = 0,01

K ΔX23 = −d23

Ʃd x fx = −

21,6

202,6 x 0,05 = 0,00

Bob Ericson Sagune (125534262) 24

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

K ΔX34 = −d34

Ʃd x fx = −

31

202,6 x 0,05 = 0,01

K ΔX45 = −d45

Ʃd x fx = −

30

202,6 x 0,05 = 0,01

K ΔX56 = −d56

Ʃd x fx = −

40

202,6 x 0,05 = 0,01

K ΔX61 = −d61

Ʃd x fx = −

40

202,6 x 0,05 = 0,01

13. Menghitung Koreksi Selisih Ordinat (K ΔY)

K ΔY12 = −d12

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,01

K ΔY23 = −d23

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,01

K ΔY34 = −d34

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,01

K ΔY45 = −d45

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,01

K ΔY56 = −d56

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,02

K ΔY61 = −d61

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,01

14. Menghitung Selisih Absis Definitif (Δ X)

Δ X12 = Δ X12 + K ΔX12 = -16,99 – 0,01 = -17,00 m

Δ X23 = Δ X23 + K ΔX23 = 2,23 – 0,00 = 2,23 m

Δ X34 = Δ X34 + K ΔX34 = -29,37 – 0,01 = -29,38 m

Δ X45 = Δ X45 + K ΔX45 = -13,84 – 0,01 = -13,85 m

Δ X56 = Δ X56 + K ΔX56 = 20,28 – 0,01 = 20,27 m

Δ X61 = Δ X61 + K ΔX61 = 37,74 – 0,01 = 37,73 m

15. Menghitung Selisih Ordinat Definitif (ΔY)

Δ Y12 = Δ Y12 + K ΔY12 = -36,21 – 0,01 = -36,22 m

Δ Y23 = Δ Y23 + K ΔY23 = -21,48 – 0,01 = -21,49 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 25

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Δ Y34 = Δ Y34 + K ΔY34 = 9,93 – 0,01 = 9,92 m

Δ Y45 = Δ Y45 + K ΔY45 = 26,62 – 0,01 = 26,61 m

Δ Y56 = Δ Y56 + K ΔY56 = 34,48 – 0,02 = 34,46 m

Δ Y61 = Δ Y61 + K ΔY61 = -13,27 – 0,01 = -13,28 m

16. Menghitung Harga Absis dan Ordinat Titik-titik Poligon

X2 = X1 + Δ X12 = 200,00 – 17,00 = 183,00

X3 = X2 + Δ X23 = 183,00 + 2,23 = 185,23

X4 = X3 + Δ X34 = 185,23 – 29,38 = 155,85

X5 = X4 + Δ X45 = 155,85 – 13,85 = 142,00

X6 = X5 + Δ X56 = 142,00 + 20,27 = 162,27

X1 = X6 + Δ X61 = 162,27 + 37,73 = 200,00

Y2 = Y1 + Δ Y12 = 200,00 – 36,62 = 163,78

Y3 = Y2 + Δ Y23 = 163,78 - 21,49 = 142,29

Y4 = Y3 + Δ Y34 = 142,29 + 9,92 = 152,21

Y5 = Y4 + Δ Y45 = 152,21 + 26,61 = 178,82

Y6 = Y5 + Δ Y56 = 178,82 + 34,46 = 213,28

Y1 = Y6 + Δ Y61 = 213,28 – 13,28 = 200,00

17. Koordinat Titik-titik Poligon Tertutup Adalah :

Titik 1 = (200,00 ; 200,00)

Titik 2 = (183,00 ; 163,78)

Titik 3 = (185,23 ; 142,29)

Titik 4 = (155,85 ; 152,21)

Titik 5 = (142,00 ; 178,82)

Titik 6 = (162,27 ; 213,28)

Bob Ericson Sagune (125534262) 26

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Tim Ukur Jumlah Titik titik

Hari, Tgl St. Kes. Sudut detik

Analis St. Kes. Linear m

-80 detik Benar

0.086 m Benar

Koreksi ∆x Koreksi ∆y Koreksi X Y

[..°] [..'] [.."] [.."] [..°] [..'] [.."] [m] [..°] [..'] [.."] [m] [m] [m] [m] [m] [m]

P1 84 14 0 13 84 14 13 200 200

40 205 8 5 -16.99 -0.01 -36.21 -0.01

P2 211 4 10 13 211 4 23 183.00 163.78

21.6 174 3 42 2.23 0.00 -21.48 -0.01

P3 65 22 40 14 65 22 54 185.23 142.29

31 288 40 48 -29.37 -0.01 9.93 -0.01

P4 136 8 40 14 136 8 54 155.85 152.21

30 332 31 54 -13.84 -0.01 26.62 -0.01

P5 122 3 25 13 122 3 38 142.00 178.82

40 30 28 16 20.28 -0.01 34.48 -0.02

P6 101 5 45 13 101 5 58 162.27 213.28

40 109 22 18 37.74 -0.01 -13.27 -0.01

P1 200.00 200.00

∑ 719 58 40 80 720 0 0 202.6 0.05 -0.05 0.07 -0.07

(n-2).180 = 720 0 0 0.05 0.07 0.00 0.00

Kesalahan 0 1 20

Koordinat

Data Terkoreksi

S.Cos (α)

Kes. Sudut

Kes. Linear

No. Titik

Besar Sudut PengambilanJarak (S) Azimuth (α)

S.Sin (α)

TABEL PERHITUNGAN POLIGON TERTUTUP

LOKASI 6

KAMPUS UNESA KETINTANG 220

PETA SITUASI 0.142

Teodolit Acr. POLIGON TERTUTUP

Bob Ericson Sagune (125534262) 27

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Gambar Poligon Tertutup :

100

150

200

250

100 150 200 250

Bob Ericson Sagune (125534262) 28

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB VII

PRAKTEK POLIGON TERBUKA

A. LATAR BELAKANG

Poligon terbuka adalah poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada

dua titik tetap, yaitu titik awal dan titik akhir dari rangkaian poligon tersebut

serta diketahui azimuth awal dan azimuth akhirnya. Data-data pengukuran

poligon terbuka dapat dikontrol dan diketahui kesalahan pengukurannya

melalui proses hitungan perataan.

B. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

C. LANGKAH PENGUKURAN

1. Menyiapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang

akan diukur.

2. Menentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.

3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai

didapat kedataran.

4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan mengenolkan piringan sudut

horisontal dan mengunci kembali dengan memutar skrup piringan bawah.

5. Memutar teropong dan mengarahkan teropong pesawat ke titik P2,

membaca dan mencatat sudut horisontalnya yang sekaligus sebagai sudut

azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.

6. Dengan posisi pesawat tetap di atas titik P1, memuutar pesawat 180

searah jarum jam, kemudian putar teropong 180 arah vertikal dan

arahkan teropong ke titik P2.

7. Melakukan pembacaan sudut horisontal. Bacaan ini merupakan bacaan

luar biasa untuk bacaan muka.

8. Memindah pesawat ke titik P2 dan lakukan penyetelan alat.

9. Mengarahkan pesawat ke titik P3, baca dan catat sudut horisontalnya

(bacaan biasa untuk bacaan muka).

10. Melakukan pembacaan sudut luar biasa pada titik P2.

Bob Ericson Sagune (125534262) 29

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

11. Memutar teropong pesawat searah jarum jam dan arahkan ke titik P1.

Membaca dan mencatat sudut horisontalnya, baik bacaan biasa maupun

luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.

12. Dengan cara yang sama, melakukan pada titik-titik polygon berikutnya

sampai P akhir.

13. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.

14. Melakukan perhitungan sudut pengambilan , sudut azimuth dan

koordinat masing-masing titik.

15. Mengambar hasil pengukuran dan perhitungan

D. KESELAMATAN KERJA

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

E. PERHITUNGAN POLIGON TERBUKA

Diketahui :

- Koordinat titik 5 = (142,00 ; 178,82)

- Koordinat titik 6 = (162,27 ; 213,28)

- Koordinat titik 2 = (183,00 ; 163,78)

- Koordinat titik 1 = (200,00 ; 200,00)

Sudut Azimuth Awal : α56 = arc tan X6−X5

Y6−Y5

= arc tan 162,27−142,00

213,28−178,82

= arc tan 20,27

34,46 Kuadran I

= 30˚ 27’ 53”

Sudut Azimuth Akhir : α12 = arc tan X2−X1

Y2−Y1

= arc tan 183,00−200,00

163,78−200,00

= arc tan −17

−36,22 Kuadran III

= 25˚ 08’ 36” + 180˚ = 205˚ 08’ 36”

Bob Ericson Sagune (125534262) 30

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

- Jarak :

d56 = 40 m

d67 = 40 m

d78 = 24 m

d89 = 34,2 m

d910 = 26,7 m

d101 = 25,9 m

d12 = 40 m

- Sudut Ukur :

β6 = 158˚ 37’ 00”

β7 = 226˚ 27’ 10”

β8 = 224˚ 55’ 22”

β9 = 267˚ 56’ 05”

β10 = 163˚ 11’ 17”

β1 = 193˚ 30’ 35”

Diminta : Koordinat dari titik 7, 8, 9 dan 10

Penyelesaian :

β6 = 158˚ 37’ 00”

β7 = 226˚ 27’ 10”

β8 = 224˚ 55’ 22”

β9 = 267˚ 56’ 05”

β10 = 163˚ 11’ 17”

β1 = 193˚ 30’ 35” +

Ʃβ =1254˚ 37’ 29”

1. Menghitung Salah Penutup Sudut

fβ = Ʃβ – (α12 – α56) - n x 180˚

= 1254˚ 37’ 29” – (205˚ 08’ 36” - 30˚ 27’ 53”) – 6 x 180˚

= -0˚ 03’ 14” = -194”

2. Menghitung Toleransi Kesalahan Penutup Sudut

fβ ≤ i √n

-03’ 14” ≤ 1,5’ √6

-03’ 14” ≤ 3’ 40” Ok !

3. Menghitung Harga Koreksi setiap Sudut

Kβ = −fβ

n = −

−194"

6 = 32” sisa 2”

4. Menghitung Harga Definitif Setiap Sudut

Β6 = β6 + Kβ = 158˚ 37’ 00” + 32” = 158˚ 37’ 32”

β7 = β7 + Kβ = 226˚ 27’ 10” + 32” = 226˚ 27’ 42”

β8 = β8 + Kβ = 224˚ 55’ 22” + 33” = 224˚ 55’ 55”

β9 = β9 + Kβ = 267˚ 56’ 05” + 33” = 267˚ 56’ 38”

d56 = 40 m

d67 = 40 m

d78 = 24 m

d89 = 34,3 m

d910 = 26,7 m

d101 = 25,9 m

d12 = 40 m +

Ʃd = 230,9 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 31

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

β10 = β10 + Kβ = 163˚ 11’ 17” + 32” = 163˚ 11’ 49”

β1 = β1 + Kβ = 193˚ 30’ 35” + 32 = 193˚ 31’ 07”

5. Menghitung Azimuth Sisi-Sisi Poligon

α56 = 30˚ 27’ 53”

α67 = α56 + β6 - 180° = 30° 27’ 53” + 158° 37’ 32” - 180° = 09˚ 05’ 25”

α78 = α67 + β7 - 180° = 09° 05’ 25” + 226° 27’ 42” - 180° = 55˚ 33’ 07”

α89 = α78 + β8 - 180° = 55° 33’ 07” + 224° 55’ 55” - 180° = 120˚ 29’ 02”

α910 = α89 + β9 - 180° = 120° 29’ 02” + 267° 56’ 38” - 180°= 208˚ 25’ 40”

α101 = α910 + β10 -180° = 208° 25’ 40” + 163° 11’ 49” - 180°= 191˚ 37’ 29”

α12 = α101 + β1 - 180° = 191° 37’ 29” + 193° 31’ 07” - 180°= 205˚ 08’ 36”

6. Menghitung Harga Selisih Absis (ΔX)

ΔX56 = d56 x sin α56 = 40 x sin 30° 27’ 53” = 20,28 m

ΔX67 = d67 x sin α67 = 40 x sin 09° 05’ 25” = 6,32 m

ΔX78 = d78 x sin α78 = 24 x sin 55° 33’ 07” = 19,79 m

ΔX89 = d89 x sin α89 = 34,3 x sin 120° 29’ 02” = 29,56 m

ΔX910 = d910 x sin α910 = 26,7 x sin 208° 25’ 40” = -12,71 m

ΔX101 = d101 x sin α101 = 25,9 x sin 191° 37’ 29” = -5,22 m

ΔX12 = d12 x sin α12 = 40 x sin 205° 08’ 36” = -16,99 m +

ƩΔX = 41,03 m

7. Menghitung Salah Penutup Absis (fX)

fX = ƩΔX – (X2 – X5)

= 41,03 – (183,00 – 142,00)

= 0,03 m

8. Mengitung Harga Selisih Ordinat (ΔY)

ΔY56 = d56 x cos α56 = 40 x cos 30° 27’ 53” = -36,21 m

ΔY67 = d67 x cos α67 = 40 x cos 09° 05’ 25” = -21,48 m

ΔY78 = d78 x cos α78 = 24 x cos 55° 33’ 07” = 9,93 m

ΔY89 = d89 x cos α89 = 34,3 x cos 120° 29’ 02” = 26,62 m

ΔY910 = d910 x cos α910 = 26,7 x cos 208° 25’ 40” = 34,48 m

ΔY101 = d101 x cos α101 = 25,9 x cos 191° 37’ 29” = -13,27 m

ΔY12 = d12 x cos α12 = 40 x cos 205° 08’ 36” = -13,27 m +

ƩΔY = -14,9 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 32

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

9. Menghitung Salah Penutup Ordinat (fY)

fY = ƩΔY - (X2 – X5)

= -14,9 – (163,78 – 178,82)

= 0,14 m

10. Menghitung Salah Penutup Jarak (fd)

fd = √fx2 + fy

2 = √(0,032 + 0,142) = 0,14 m

11. Menghitung Batas Toleransi Kesalahan Jarak

fd ≤ 0,01 √Ʃd

0,14 ≤ 0,01 √230,9

0,14 ≤ 0,15 Ok !

12. Menghitung Koreksi Selisih Absis (K ΔX)

K ΔX56 = −d56

Ʃd x fx = −

40

230,9 x 0,03 = -0,01

K ΔX67 = −d67

Ʃd x fx = −

40

230,9 x 0,03 = -0,01

K ΔX78 = −d78

Ʃd x fx = −

24

230,9 x 0,03 = -0,00

K ΔX89 = −d89

Ʃd x fx = −

34,3

230,9 x 0,03 = -0,00

K ΔX910 = −d910

Ʃd x fx = −

26,7

230,9 x 0,03 = -0,00

K ΔX101 = −d101

Ʃd x fx = −

25,9

230,9 x 0,03 = -0,00

K ΔX12 = −d12

Ʃd x fx = −

40

230,9 x 0,03 = -0,01

13. Menghitung Koreksi Selisih Ordinat (K ΔY)

K ΔY56 = −d56

Ʃd x fy = −

40

230,9 x 0,14 = -0,02

K ΔY67 = −d67

Ʃd x fy = −

40

230,9 x 0,14 = -0,02 – 0,01 = -0,03

K ΔY78 = −d78

Ʃd x fy = −

24

230,9 x 0,14 = -0,01

Bob Ericson Sagune (125534262) 33

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

K ΔY89 = −d89

Ʃd x fy = −

34,3

230,9 x 0,14 = -0,02

K ΔY910 = −d910

Ʃd x fy= −

26,7

230,9 x 0,14 = -0,02

K ΔY101 = −d1

Ʃd x fy = −

40

202,6 x 0,07 = -0,01

K ΔY101 = −d101

Ʃd x fy= −

25,9

230,9 x 0,14 = -0,02 – 0,01 = -0,03

K ΔY12 = −d12

Ʃd x fy = −

40

230,9 x 0,14 = -0,02 + 0,01 = -0,01

14. Menghitung Selisih Absis Definitif (Δ X)

Δ X56 = Δ X56 + K ΔX56 = 20,28 – 0,01 = 20,27 m

Δ X67 = Δ X67 + K ΔX67 = 6,32 – 0,01 = 6,31 m

Δ X78 = Δ X78 + K ΔX78 = 19,79 – 0,00 = 19,79 m

Δ X89 = Δ X89 + K ΔX89 = 29,56 – 0,00 = 29,56 m

Δ X910 = Δ X910+ K ΔX910 = -12,71 – 0,00 = -12,71 m

Δ X101 = Δ X101 + K ΔX101 = -5,22 – 0,00 = -5,22 m

Δ X12 = Δ X12 + K ΔX12 = -16,99 – 0,01 = -17,00 m

15. Menghitung Selisih Ordinat Definitif (ΔY)

Δ Y56 = Δ Y56 + K ΔY56 = 34,48 – 0,02 = 34,46 m

Δ Y67 = Δ Y67 + K ΔY67 = 39,50 – 0,03 = 39,47 m

Δ Y78 = Δ Y78 + K ΔY78 = 13,58 – 0,01 = 13,57 m

Δ Y89 = Δ Y89 + K ΔY89 = -17,40 – 0,02 = -17,42 m

Δ Y910 = Δ Y910+ K ΔY910 = -23,48 – 0,02 = -23,50 m

Δ Y101 = Δ Y101+ K ΔY101 = -25,37 – 0,03 = -25,40 m

Δ Y12 = Δ Y12 + K ΔY12 = -36,21 – 0,01 = -36,22 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 34

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

16. Menghitung Harga Absis dan Ordinat Titik-titik Poligon

X6 = X5 + Δ X56 = 142,00 + 20,27 = 162,27

X7 = X6 + Δ X67 = 162,27 + 6,31 = 168,58

X8 = X7 + Δ X78 = 168,58 + 19,79 = 188,37

X9 = X8 + Δ X89 = 188,37 + 29,56 = 217,93

X10 = X9 + Δ X910 = 217,93 - 12,71 = 205,22

X1 = X10 + Δ X101 = 205,22 – 5,22 = 200,00

X2 = X1 + Δ X12 = 200,00 – 17,00 = 183,00

Y6 = Y5 + Δ Y56 = 178,82 + 34,46 = 213,28

Y7 = Y6 + Δ Y67 = 213,28 + 39,47 = 252,75

Y8 = Y7 + Δ Y78 = 252,75 + 13,57 = 266,32

Y9 = Y8 + Δ Y89 = 266,32 – 17,42 = 248,90

Y10 = Y9 + Δ Y910 = 248,90 – 23,50 = 225,40

Y1 = Y6 + Δ Y61 = 225,40 – 25,40 = 200,00

Y2 = Y1 + Δ Y12 = 200,00 – 36,22 = 163,78

17. Koordinat Titik-titik Poligon Terbuka Adalah :

Titik 6 = (162,27 ; 213,28)

Titik 7 = (168,58 ; 252,75)

Titik 8 = (188,37 ; 262,32)

Titik 9 = (217,93 ; 248,90)

Titik 10= (205,22 ; 225,40)

Titik 1 = (200,00 ; 200,00)

Bob Ericson Sagune (125534262) 35

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Hari, Tgl St. Kes. Sudut detik

Analis St. Kes. Linear m

Kes. Sudut -194 detik Benar

0.143 m Benar

Koreksi ∆x Koreksi ∆y Koreksi X Y

[..°] [..'] [.."] [.."] [..°] [..'] [.."] [m] [..°] [..'] [.."] [m] [m] [m] [m] [m] [m]

P5 142.00 178.82

40 30 27 53 20.28 -0.01 34.48 -0.02

P6 158 37 0 32 158 37 32 162.27 213.28

40 9 5 25 6.32 -0.01 39.50 -0.03

P7 226 27 10 32 226 27 42 168.58 252.75

24 55 33 7 19.79 0.00 13.58 -0.01

P8 244 55 22 33 244 55 55 188.37 266.32

34.3 120 29 2 29.56 0.00 -17.40 -0.02

P9 267 56 5 33 267 56 38 217.93 248.90

26.7 208 25 40 -12.71 0.00 -23.48 -0.02

P10 163 11 17 32 163 11 49 205.22 225.40

25.9 191 37 29 -5.22 0.00 -25.37 -0.03

P1 193 30 35 32 193 31 7 200.00 200.00

40 205 8 36 -16.99 -0.01 -36.21 -0.01

P2 183.00 163.78

∑ 1254 37 29 194 1254 40 43 230.9 41.03 -0.03 -14.90 -0.14 0.00 0.00

(αakhir-αawal)+n.180 = 174 40 43 41.00 -15.04

Kesalahan -194 0.03 0.14Kesalahan

Koordinat

Data Terkoreksi

S.Cos (α)

No. Titik

Besar Sudut PengambilanJarak (S) Azimuth (α)

S.Sin (α)

Teodolit Acr. POLIGON TERBUKA

KAMPUS UNESA KETINTANG 6

PETA SITUASI 220.454

Kes. Linear

TABEL PERHITUNGAN POLIGON TERBUKA

Bob Ericson Sagune (125534262) 36

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Gambar Poligon Terbuka :

100

150

200

250

300

100 150 200 250 300

Bob Ericson Sagune (125534262) 37

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB VIII

PRAKTEK PENGIKATAN KEMUKA

A. LATAR BELAKANG

Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua

buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di

lapangan tempat berdiri target (rambu ukur/benang, unting–unting) yang

akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut.Garis antara kedua titik yang

diketahui koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk

absis terhadap target di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa

diperoleh dari lapangan.

Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran

sudut. Bentuk yang digunakan metode ini adalah bentuk segitiga. Akibat dari

sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah

satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan

besar segitiganya.

Cara pengikatan ke muka banyak dilakukan dalam pengukuran titik

triangulasi dan konstruksi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek

pengukuran pengikatan ke muka ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran

pengikatan ke muka itu sendiri.

2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit

sesuai dengan prosedur.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara menentukan letak / posisi suatu titik di

permukaan bumi yang selanjutnya titik tersebut digunakan sebagai titik

pengikat pada pengukuran yang lain. Misal pemetaan situasi.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

Bob Ericson Sagune (125534262) 38

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

D. LANGKAH PENGUKURAN

1. Dirikan alat di titik A, target di titik B dan P, atur sehingga siap pakai.

2. Pada posisi teropong biasa (B) arahkan alat ke titik P (sebagai target kiri),

baca dan catat skala lingkaran horizontalnya.

3. Putar teropong alat searah putaran jarum jam. Arahkan ke titik B (sebagai

target kanan), baca dan catat bacaan skala lingkaran horizontalnya.

4. Putar teropong pada posisi luar biasa (LB).

5. Arahkan teropong alat ke titik B (sebagai target kanan), baca dan catat

bacaan skala lingkaran horizontalnya.

6. Putar teropong searah putaran jarum jam, arahkan ke titik P (sebagai

target kiri), baca dan catat bacaan skala lingkaran horizontalnya.

7. Pindahkan alat ke titik B dan target di B dan A dan atur sehingga siap

pakai.

8. Pada posisi teropong biasa (B) arahkan alat ke titik A (sebagai target kiri),

baca dan catat bacaan skala lingkaran horizontalnya.

9. Putar teropong alat searah putaran jarum jam. Arahkan ke titik P (sebagai

target kanan), baca dan catat bacaan skala lingkaran horizontalnya.

10. Putar teropong pada posisi luar biasa (LB).

11. Arahkan teropong alat ke titik P (sebagai target kanan), baca dan catat

bacaan skala lingkaran horizontalnya.

12. Putar teropong searah putaran jarum jam, arahkan ke titik A (sebagai

target kiri), baca dan catat bacaan skala lingkaran horizontalnya.

13. Data yang diambil / diukur di lapangan adalah data ukuran sudut α

(alpha) dan β (beta).

E. KESELAMATAN KERJA

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung.

Bob Ericson Sagune (125534262) 39

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

TABEL DATA PENGUKURAN MENGIKAT KEMUKA

Nama / Kel : Bob Ericson Sagune

Pelaksanaan

:

NIM : 125534262

Asistensi

:

Bacaan Sudut Besar Sudut ( ) Koordinat

TP TG Biasa Luar Biasa Biasa Luar Biasa Rata-rata X Y

[..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [m] [m]

P14 75 20 10 255 20 25

P8 21 21 5 21 21 0 21 21 3 188.37 266.32

P7 96 41 15 276 41 25

P8 267 18 35 87 18 30 P7 246 22 20 246 22 10 246 22 15 168.58 252.75

P14 153 40 55 333 40 40

P14 272 16 42

Bob Ericson Sagune (125534262) 40

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

F. PERHITUNGAN PENGIKATAN KEMUKA

Diketahui :

- Koordinat titik 8 = (188,37 ; 266,32)

- Koordinat titik 9 = (168,58 ; 252,75)

- Sudut ukur, β8 = 21° 21’ 03”

- Sudut ukur, β7 = 246° 22’ 15”

Ditanya : Koordinat titik P14, dihitung dari titik 8 dan titik 7

Penyelesaian :

1. Menghitung Harga-harga : βP14, d87, α87 dan α78

- ΒP14 = 180° - β8 – β7

= 180° - 21° 21’ 03” - 246° 22’ 15”

= 272° 6’ 42”

- d87 = √(X7 − X8)2 + (Y7 − Y8)2

= √(168,58 − 188,37)2 + (252,75 − 266,32)2

= 24 m

- α87 = arc tan X7−X8

Y7−Y8

= arc tan 168,58−188,37

252,75−266,32

= arc tan −19,79

−13,57 Kuadran III

= 55° 33’ 42” + 180° = 235° 33’ 42”

- α78 = α87 + 180°

= 235° 33’ 42” + 180° = 55° 33’ 42”

2. Menghitung Harga-harga : d8P14, d7P14, α87 dan α78

- d8P14 = 24

sin272° 16′ 42” x sin 246° 22’ 15” = 22,00 m

- d7P14 = 24

sin272° 16′ 42” x sin 21° 21’ 03” = -8,74 m

- α8P14 = α87 – β8

= 235° 33’ 42” - 21° 21’ 03”

= 214° 12’ 39”

Bob Ericson Sagune (125534262) 41

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

- α7P14 = α78 + β7

= 55° 33’ 42” + 246° 22’ 15”

= 301° 55’ 57”

3. Menghitung Koordinat Titik P14 Dari Titik 8 dan Titik 7

- Dari titik 8 : - XP14 (1) = X8 + d8P14 x sin α8P14

= 188,37 + 22 x sin 214° 12’ 39”

= 176,00

- YP14 (1) = Y8 + d8P14 x cos α8P14

= 266,32 + 22 x cos 214° 12’ 39”

= 248,13

- Dari titik 7 : - XP14 (2) = X7 + d7P14 x sin α7P14

= 168,58 – 8,74 x sin 301° 55’ 57”

= 176,00

- YP14 (2) = Y7 + d7P14 x cos α7P14

= 252,75 – 8,74 x cos 301° 55’ 57”

= 248,13

Jadi koordinat titik P14 (176,00 ; 248,13)

Gambar Mengikat Ke Muka :

168.58, 252.75

176.00, 248.13

188.37, 266.32

200

220

240

260

280

100 120 140 160 180 200

Bob Ericson Sagune (125534262) 42

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB IX

PRAKTEK PENGIKATAN KE BELAKANG

A. LATAR BELAKANG

Pengikatan ke belakang adalah suatu metode pengukuran data dari

tiga buah titik di lapangan tempat berdiri target (rambu ukur/yalon) untuk

memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri alat yang akan

diketahui koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara ketiga titik yang

diketahui koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk

antar absis terhadap target di titik A, B, dan C dinamakan sudut alpha (α) dan

beta (β). Sudut alpha dan beta diperoleh dari lapangan.

Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran

sudut. Bentuk yang digunakan metode ini adalah bentuk segitiga. Cara

Pengikatan ke belakang dilakukan pada saat kondisi lapangan tidak

memungkinkan menggunakan pengukuran pengikatan ke muka, dikarenakan

alat theodolite tidak mudah untuk berpindah-pindah posisi, dan kondisi

lapangan yang terdapat rintangan. Terdapat dua macam cara yang dapat

dipakai dalam menentukan titik koordinat dengan cara pengikatan ke

belakang, yaitu cara pengikatan ke belakang metode Collins dan cara

pengikatan ke belakang metode Cassini.

Cara pengikatan ke belakang metode Collins merupakan cara

perhitungan dengan menggunakan logaritma, karena pada saat munculnya

teori ini belum terdapat mesin hitung atau kalkulator tetapi pada saat ini pada

proses perhitungannya dapat pula dihitung dengan bantuan kalkulator.

Metode ini di temukan oleh Mr.Collins tahun 1671.

Cara pengikatan ke belakang metode Cassini muncul pada tahun

1979, pada saat itu teknologi mesin hitung sudah mulai berkembang,

sehingga dalam proses perhitungannya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek

pengukuran pengikatan ke belakang ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran

pengikatan ke belakang itu sendiri.

2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit

sesuai dengan prosedur.

Bob Ericson Sagune (125534262) 43

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

3. Agar mahasiswa mengetahui cara menentukan letak/posisi suatu titik di

permukaan bumi yang selanjutnya titik tersebut digunakan sebagai titik

pengikat pada pengukuran yang lain. Misal pemetaan situasi.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

D. LANGKAH PENGUKURAN

1. Dirikan pesawat theodolit di titik P, atur sehingga siap pakai.

2. Tempatkan target di titik A, B, dan C.

3. Pada posisi teropong biasa (B) arahkan teropong pesawat ke titik A

(sebagai target kiri), baca dan catat skala lingkaran horizontalnya.

4. Putar teropong pesawat searah putaran jarum jam, arahkan ke titik B

(sebagai target kanan), baca dan catat skala lingkaran horizontalnya.

5. Putar teropong pesawat searah putaran jarum jam, arahkan ke titik C

(sebagai target kanan), baca dan catat skala lingkaran horizontalnya.

6. Putar teropong pada posisi luar biasa (LB).

7. Arahkan teropong pesawat ke titik C (sebagai target kanan), baca dan

catat skala lingkaran horizontalnya.

8. Putar teropong pesawat searah putaran jarum jam, arahkan ke titik B

(sebagai target kiri), baca dan catat skala lingkaran horizontalnya.

9. Putar teropong pesawat searah putaran jarum jam, arahkan ke titik C

(sebagai target kiri), baca dan catat skala lingkaran horizontalnya.

10. Data yang diambil/diukur di lapangan adalah data ukuran sudut alpha (α)

dan beta (β).

E. KESELAMATAN KERJA

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

Bob Ericson Sagune (125534262) 44

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

F. PERHITUNGAN PENGIKATAN KE BELAKANG

CARA COLLINS

Diketahui :

- Koordinat titik : 2 = (183,00 ; 163,78)

- Koordinat titik : 3 = (185,23 ; 142,29)

- Koordinat titik : 4 = (155,85 ; 152,21)

- Sudut ukur : βP1 = 32° 28’ 40”

βP2 = 32° 14’ 20”

Ditanyakan : Koordinat titik P18

Penyelesaian :

1. Menghitung Harga-harga : d23 ; α23 ; α32 dan λ

- d23 = √(X3 − X2)2 + (Y3 − Y2)2

= √(185,23 − 183) 2 + (142,29 − 163,78)2

= 21,60 m

- α23 = arc tan X3−X2

Y3−Y2

= arc tan 185,23−183,00

142,29−163,78

= arc tan 2,23

−21,49 Kuadran II

= -5° 55’ 28” + 180° = 174° 04’ 32”

: Bob Ericson S agu n e Pelaksanaan :

: Asistensi :

TP TG X Y

[..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [..o] [..'] [.."] [m] [m]

P2 180 50 15 0 50 10 183.00 163.78

32 28 40 32 28 40 32 28 40

P3 213 18 55 33 18 50 185.23 142.29

32 14 20 32 14 20 32 14 20

P4 245 33 15 65 33 10 155.85 152.21

P18

Biasa Luar Biasa Biasa Luar Biasa Rata-rata

Nama / Kel

NIM

Bacaan Sudut Besar Sudut ( ) Koordinat

125534262

TABEL DATA PENGUKURAN MENGIKAT KEBELAKANG

Bob Ericson Sagune (125534262) 45

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

- α32 = α23 + 180°

= 174° 04’ 32” + 180˚ = 354° 04’ 32”

- λ = 180° - βP1 – βP2

= 180° - 32˚ 28’ 40” - 32° 14’ 20”

= 115° 17’ 00”

2. Menghitung Harga-harga : d2h, d3h, α2h dan α3h

- d2h = 21,60

sin32° 28′40” x sin 115° 17′ 00" = 36,37 m

- d3h = 21,60

sin32° 28′40” x sin 32° 14′ 20" = 21,46 m

- α2h = α23 + βP2

= 174° 04’ 32” + 32° 14′ 20"

= 206° 18’ 52”

- α3h = α32 – λ

= 354° 04’ 32” - 115° 17’ 00”

= 238° 47’ 32”

3. Menghitung koordinat titik H Dari titik 2 dan Titik 3

- Dari titik 2 : - Xh (1) = X2 + d2h x sin α2h

= 183,00 + 36,37 x sin 206° 18’ 52”

= 166,88

- Yh (1) = Y2 + d2h x cos α2h

= 163,78 + 36,37 x cos 206° 18’ 52”

= 131,17

- Dari titik 3 : - Xh (2) = X3 + d3h x sin α3h

= 185,23 + 21,46 x sin 238° 47’ 32”

= 166,88

- Yh (2) = Y3 + d3h x cos α3h

= 142,29 + 21,46 x cos 238° 47’ 32”

= 131,17

4. Menghitung Harga-harga : αh4 ; αh2 ; 𝛅 dan γ

- αh4 = arc tan X4−Xh

Y4−Yh

= arc tan 155,85−166,88

152,21−131,17

Bob Ericson Sagune (125534262) 46

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

= arc tan −11,03

21,04 Kuadran IV

= -27° 39’ 55” + 360° = 332° 20’ 05”

- αh2 = arc tan X2−Xh

Y2−Yh

= arc tan 183,00 166,88

163,78−131,17

= arc tan 16,12

32,61 Kuadran I

= 26° 18’ 16”

- δ = αh2 - 180° - αh4

= 26° 18’ 16” - 180° - 332° 20’ 05”

= 233° 58’ 11”

- γ = 180° - βP1 – δ

= 180° - 32° 28’ 40” - 233° 58’ 11”

= 273° 33’ 09”

5. Menghitung Harga-harga : d2P18, d3P18, α2P14 dan α3P18

- d2P18 = 21,60

sin32° 28′40” x sin 233° 58′11"

= -32,53 m

- d3P18 = 21,60

sin32° 28′40” x sin 273° 33′ 09"

= -40,15 m

- α2P18 = α23 + γ

= 174° 04’ 32” + 273° 33’ 09”

= 87° 37’ 41”

- α3P18 = α32 – δ

= 354° 04’ 32” - 233° 58′11"

= 120° 06’ 21”

6. Menghitung Koordinat Titik P18 Dari Titik 2 dan Titik 3

- Dari titik 2 : - XP18 (1) = X2 + d2P18 x sin α2P18

= 183,00 + (-32,53) x sin 87° 37’ 41”

= 150,50

Bob Ericson Sagune (125534262) 47

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

- YP18 (1) = Y2 + d2P18 x cos α2P18

= 163,78 + (-32,53) x cos 87° 37’ 41”

= 162,43

- Dari titik 3 : - XP18 (2) = X3 + d3P18 x sin α3P18

= 185,23 + (-40,15) x sin 120° 06’ 21”

= 150,50

- YP18 (2) = Y3 + d3P18 x cos α3P18

= 142,29 + (-40,15) x cos 120° 06’ 21”

= 162,43

Jadi koordinat titik P14 adalah (150,50 ; 162,43)

Gambar Mengikat Ke Belakang (Cara Collins) :

0

50

100

150

200

0 50 100 150 200

Bob Ericson Sagune (125534262) 48

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

CARA CASSINI

Diketahui : - Koordinat titik : 2 = (183,00 ; 163,78)

3 = (185,23 ; 142,29)

4 = (155,85 ; 152,21)

- Sudut ukur : βP1 = 32° 28’ 40”

ΒP2 = 32° 14’ 20”

Ditanya : Koordinat titik P18

Penyelesaian :

1. Menghitung Koordinat Titik E

- Menghitung harga Xe

Xe = X2 + (Y3 – Y2) x Cotan βP1

= 183,00 + (142,29 – 163,78) x Cotan 32° 28’ 40”

= 149,24 m

- Menghitung harga Ye

Ye = Y2 – (X3 – X2) x Cotan βP1

= 163,78 – (185,23 – 183,00) x Cotan 32° 28’ 40”

= 160,28 m

2. Menghitung Koordinat Titik D

- Menghitung harga Xd

Xd = X4 – (Y3 – Y4) x Cotan βP2

= 155,85 – (142,29 – 152,21) x Cotan 32° 14’ 20”

= 171,58 m

Yd = Y4 + (X3 – X4) x Cotan βP2

= 152,21 + (185,23 – 155,85) x Cotan 32° 14’ 20”

= 198,79 m

3. Menghitung Koordinat Titik P18

- n = Xd− Xe

Yd− Ye =

171,58−149,24

198,79−160,28 = 0,58011

- 1

n =

Yd− Ye

Xd− Xe =

198,79−160,28

171,58−149,24 = 1,72381

Bob Ericson Sagune (125534262) 49

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

- Menghitung harga XP18

XP18 = n X3 +

1

n Xe + Y3 − Ye

n + 1

n

= 0,58011 .185,23+1,72381 .149,24+142,29−160,28

0,58011+1,72381

= 150,49 m

YP18 =

1

n Y3 + n Ye + X3 − Xe

n + 1

n

= 1,72381 .142,29+0,58011 .160,28+185,23−149,24

0,58011+1,72381

= 162,44 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 50

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

BAB X

PRAKTEK DETAIL SITUASI

A. LATAR BELAKANG

Pemetaan situasi adalah pekerjaan pengukuran dan penggambaran

sebagian permukaan bumi (suatu daerah) dengan lebih rinci, yang pada

umumnya digambarkan dalam skala besar pada kertas gambar yang disebut

peta.

Pemetaan situasi adalah salah satu aplikasi secara komprehensif dari

dasar-dasar pengukuran teritris (Ilmu Ukur Tanah) yang sangat diperlukan

untuk perencanaan dan pekerjaan teknik sipil atau keperluan rekayasa lainnya

yang menggunakan peta sebagai acuannya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan pemetaan situasi adalah membuat gambaran sebagian

permukaan bumi (suatu daerah), yang memuat informasi unsur-unsur buatan

manusia, yang dinyatakan (digambarkan) dengan simbol-simbol tertentu di

atas bidang datar melalui sistem proyeksi dan skala tertentu.

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Pesawat Theodolit 5. Pen Ukur

2. Statif 6. Alat tulis

3. Yalon 7. Alat hitung

4. Payung 8. Roll meter

D. LANGKAH PENGUKURAN

1. Siapkan semua peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam praktek

pemetaan situasi.

2. Dirikan pesawat di atas titik P2 dan stel pesawat theodolite tepat di atas

titik tersebut sampai datar.

3. Arahkan pesawat theodolite ke titik P3 kemudian nolkan sudut horizontal,

kemudian kunci sudut horizontal pesawat theodolite.

4. Tentukan titik-titik situasi yang akan dibidik.

5. Putar pesawat theodolite searah jarum jam pada titik-titik yang sudah

ditentukan tersebut secara satu per satu.

6. Catat hasil pengukuran situasi tersebut.

Bob Ericson Sagune (125534262) 51

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

E. KESELAMATAN KERJA

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya

2. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai

3. Tempatkan alat sesuai posisi dan tempatnya

4. Jangan bergurau saat bertugas

5. Hati-hati saat menggunakan pesawat theodolit

6. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung

F. PERHITUNGAN PEMETAAN SITUASI

Diketahui :

- Titik pesawat P2 (183,00 ; 163,78)

- Target P2 P3 = 0° 0’ 0” ; P3 = (185,23 ; 142,29)

- Titik 21 = 163° 37’ 25” ; jarak = 6,76 m

- Titik 22 = 178° 04’ 45” ; jarak = 7,62 m

- Titik 23 = 198° 42’ 25” ; jarak = 8,51 m

- Titik 24 = 206° 10’ 50” ; jarak = 8,94 m

- Titik 25 = 220° 28’ 05” ; jarak = 18,05 m

- Titik 26 = 238° 59’ 40” ; jarak = 8,34 m

1. Menentukan Azimuth Dari Titik Pesawat P23

- α23 = arc tan X3 − X2

Y3 − Y2

= arc tan 185,23−183,00

142,29 −163,78

= arc tan 2,23

−21,49 Kuadran IV

= -5° 55’ 28” + 180° = 174° 04’ 32”

- α221 = α23 + (Bacaan 21 – Bacaan P3)

= 174° 04’ 32” + (163° 37’ 25” - 0° 0’ 0”)

= 337° 41’ 57”

- α222 = α221 + (Bacaan 22 – Bacaan 21)

= 337° 41’ 57” + (178° 04’ 45” - 163° 37’ 25”)

= 352° 09’ 17”

- α223 = α222 + (Bacaan 23 – Bacaan 22)

= 352° 09’ 17” + (198° 42’ 25” - 178° 04’ 45”)

Bob Ericson Sagune (125534262) 52

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

= 12° 46’ 57”

- α224 = α223 + (Bacaan 24 – Bacaan 23)

= 12° 46’ 57” + (206° 10’ 50” - 198° 42’ 25”)

= 20° 15’ 22”

- α225 = α224 + (Bacaan 25 – Bacaan 24)

= 20° 15’ 22” + (220° 28’ 05” - 206° 10’ 50”)

= 34° 32’ 37”

- α226 = α225 + (Bacaan 26 – Bacaan 25)

= 34° 32’ 37” + (238° 59’ 40” - 220° 28’ 05”)

= 53° 04’ 12”

2. Menghitung Koordinat

- X21 = XP2 + d221 x sin α221

= 183,00 + 6,76 x sin 337° 41’ 57”

= 180,43 m

- X22 = XP2 + d222 x sin α222

= 183,00 + 7,62 x sin 352° 09’ 17”

= 181,96 m

- X23 = XP2 + d223 x sin α223

= 183,00 + 8,51 x sin 12° 46’ 57”

= 184,88 m

- X24 = XP2 + d224 x sin α224

= 183,00 + 8,94 x sin 20° 15’ 22”

= 186,10 m

- X25 = XP2 + d225 x sin α225

= 183,00 + 18,05 x sin 34° 32’ 37”

= 193,23 m

- X26 = XP2 + d226 x sin α226

= 183,00 + 8,34 x sin 53° 04’ 12”

= 189,67 m

- Y21 = YP2 + d221 x cos α221

= 163,78 + 6,76 x cos 337° 41’ 57”

= 170,03 m

Bob Ericson Sagune (125534262) 53

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

- Y22 = YP2 + d222 x cos α222

= 163,78 + 7,62 x cos 352° 09’ 17”

= 171,33 m

- Y23 = YP2 + d223 x cos α223

= 163,78 + 8,51 x cos 12° 46’ 57”

= 172,08 m

- Y24 = YP2 + d224 x cos α224

= 163,78 + 8,94 x cos 20° 15’ 22”

= 172,17 m

- Y25 = YP2 + d225 x cos α225

= 163,78 + 18,05 x cos 34° 32’ 37”

= 178,65 m

- Y26 = YP2 + d226 x cos α226

= 163,78 + 8,34 x cos 53° 04’ 12”

= 168, m

3. Titik-titik Koordinat :

Titik 21 = (180,43 ; 170,03)

Titik 22 = (181,96 ; 171,33)

Titik 23 = (184,88 ; 172,08)

Titik 24 = (186,10 ; 172,17)

Titik 25 = (193,23 ; 178,65)

Titik 26 = (189,67 ; 168,79)

Tabel Data Detail Situasi :

Tp Target Bac. Sudut Azimut Jarak X Y

(…o) (…') (…") (…o) (…') (…") (m) (m) (m)

P3 0 0 0 174 4 32

185.23 142.29

P2

183.00 163.78

21 163 37 25 337 41 57 6.76 180.43 170.03

22 178 4 45 352 9 17 7.62 181.96 171.33

23 198 42 25 12 46 57 8.51 184.88 172.08

24 206 10 50 20 15 22 8.94 186.10 172.17

25 220 28 5 34 32 37 18.05 193.23 178.65

26 238 59 40 53 4 12 8.34 189.67 168.79

Bob Ericson Sagune (125534262) 54

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Bob Ericson Sagune (125534262) 55

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

Gambar Detail Situasi :

100

150

200

150 200

Detail Situasi : Bob Ericson Sagune

Bob Ericson Sagune (125534262) 56

Laporan Praktikhum

Ilmu Ukur Tanah II

GAMBAR PEMETAAN SITUASI KELOMPOK I

100

150

200

250

300

50 100 150 200 250