LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN...
Transcript of LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN...
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT BKD MLINJON
DALAM PROGRAM KESEJAHTERAAN EKONOMI
BAGI MASYARAKAT DESA MLINJON
KABUPATEN TRENGGALEK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Praktik Pengalaman Lapangan Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Oleh :
SUKMA CAHYA RAHMAYANTI
NIM 12401173341
DOSEN PEMBIMBING
REFKI RUSYADI, M.Pd.I
NIDN.2027128601.
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2020
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
Laporan akhir Praktik Pengalaman Lapangan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Tulungagung ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 10 November 2020
Di : Tulungagung
Judul Laporan :Implementasi Pemberian Kredit BKD Mlinjon Dalam Program
Kesejahteraan Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Mlinjon Kabupaten
Trenggalek.
Menyetujui
Dosen Pembimbing Lapangan
Refki Rusyadi, M.Pd.I
NIDN.2027128601.
Mengesahkan
a.n. Dekan
Kepala Laboratorium Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Siswahyudianto, M.M.
NIDN.2015068402
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas
rahmat dan Rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama
kurang lebih 1 bulan yakni mulai tanggal 5 Oktober sampai 6 November 2020 dengan lancar.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang berderang yaitu Agama Islam
yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satu bentuk implementasi secara sistematis
dan sinkron antara program Pendidikan di kampus dengan program penguasaan keahlian yang
melalui kegiatan kerja secara langsung untuk menjadi tenaga yang profesional.
Melalui lapangan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung.
2. Bapak Dede Nurrohman, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Tulungagung.
3. Bapak M. Aqim Adlan, M.E.I. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah.
4. Bapak Refki Rusyadi, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah memberikan
bimbingan, arahan kepada mahasiswa selama menjalani PPL.
5. Bapak Dendik Kuncoro, selaku Pimpinan BKD Desa Mlinjon Kabupaten Trenggalek.
6. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bergai
pihak yang berkepentingan atas masalah ini. Tidak ada kesempurnaan kecuali milik Allah SWT.
Penulis sadar laporan ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis harapkan saran dan kritik
yang membangun agar kita bisa bersama-sama menjadi manusia yang berilmu yang dapat
menciptakan karya-karya yang jauh lebih baik.
Segenap mahasiswa PPL meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila
dalam melaksanakan program maupun penyusunan laporan banyak terdapat kesalahan. Semoga
iv
segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap laporan pertanggung jawaban ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Tulungagung, 10 November 2020
SUKMA CAHYA RAHMAYANTI
NIM. 12401173341
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran ............................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..................................................................... 4
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Profil Lembaga ............................................................................................... 5
B. Pelaksanaan Praktik ........................................................................................ 7
C. Permasalahan Di Lapangan ............................................................................ 8
D. Tanggapan Dari Pihak Lembaga Tempat Praktik .......................................... 8
BAB III PEMBAHASAN
A. Kajian Teori .................................................................................................... 10
B. Implementasi Pemberian Kredit BKD Mlinjon Dalam Program
Kesejahteraan Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Mlinjon
Kabupaten Trenggalek ................................................................................... 23
C. Solusi Yang Diberikan Dalam Permasalahan Yang Ada
Di Badan Kredit Desa Mlinjon .................................................................... 26
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 30
B. Saran ............................................................................................................. 30
DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Sebagai negara berkembang, Indonesia secara signifikan berupaya meningkatkan
taraf hidup rakyatnya dengan menggencarkan pembangunan diberbagai bidang. Dalam
hal ini pembangunan nasional memiliki tujuan guna mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Pembangunan keuangan memproyeksikan dalam upaya peningkatan
kemampuan serta daya guna keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan, dan
kebijaksanaan keuangan dalam menunjang kesinambungan pembangunan dan
peningkatan kemandirian bangsa melalui peningkatan kemampuan keuangan dan
meluasnya peran serta masyarakat dalam pembangunan dan melalui upaya untuk terus
meningkatkan tabungan nasional sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan.
Kebijaksanaan keuangan harus mendukung dan mengembangkan hubungan keuangan
antara pusat dan daerah yang serasi dalam mencapai keseimbangan pembangunan antar
daerah yang mantap dan dinamis.
Melihat keadaan persaingan pasar bebas menuntut semua kalangan untuk berperan
serta dalam memajukan perekonomian. Langkah-langkah strategis yang dilakukan yakni
dengan mendorong sektor-sektor usaha dalam negeri supaya meningkatkan perlindungan
terhadap konsumen, memperbaiki kualitas produk, serta memberikan bantuan modal bagi
UMKM. Salah satu pihak yang mendorong perekonomian Indonesia yakni lembaga
keuangan. Lembaga keuangan yang berkembang di Indonesia yakni lembaga keuangan
formal (bank) dan lembaga keuangan non-formal. Namun permasalahan yang ada di
lapangan saat ini kebanyakan UMKM terkendala dalam mengambil pendanaan kredit
pada lembaga keuangan formal. Maka dari itu, kebanyakan UMKM dan masyarakat
menengah lebih condong pada lembaga keuangan non-formal, dalam pendanaan dan
kreditnya. Lembaga keuangan non-formal dikenal dengan sebutan lembaga keuangan
mikro (LKM) yang diantaranya yakni Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, BKD,
BKK dan lemabaga-lembaga lain yang dipersamakan dengan itu.
2
Pembangunan perekonomian secara tradisional dipelopori di Desa, sebagai
penopang perekonomian tradisional sebelum bangsa Indonesia ini merdeka adalah sistem
perekonomian Lumbung Desa dan Bank Desa, tumbuhnya sistem perekonomian tersebut
sudah ada sejak warisan bangsa Hindia Belanda. Lumbung Desa dan Bank Desa dalam
pengoperasionalannya masih tradisional, sehingga dinilai tidak menyulitkan masyarakat
Desa dalam pelaksanaannya. Berkembangnya jaman, Lumbung Desa dan Bank DEsa
melebur menjadi satu yakni berupa Badan Kredit Desa (BKD) yang berada dibawah
pengawasan oleh Bank Indonesia atas nama Dewan Moneter yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1953 Nomor 40), saat ini kewenangan tersebut telah di limpahkan kepada Otoritas Jasa
Keuangan. Hal ini menggambarkan bahwa keberadaan BKD masih dibutuhkan oleh
masyarakat, terutama masyarakat di pedesaan. BKD merupakan perusahaan milik desa
yang beroperasi pada wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu
sendiri. BKD dalam memberikan pinjaman kredit dengan bunga rendah dan stabil yang
sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri. Pada BKD Desa mlinjon ini ada beberapa
pinjaman yang dimintai jaminan, hal ini tergantung dari analisis 5C sebelum nasabah
diberi pinjaman kredit. Serta BKD desa mlinjon ini belum berbadan hukum PT (Perseroan
Terbatas).
Aset yang dimiliki BKD sebagian besar berasal dari Kas Desa, karena lahirnya
BKD ini sejak jaman sebelum Indonesia merdeka. Dengan operasional yang lebih dari 72
tahun, dapat diketahui asset yang dimiliki BKD. Selama ini, keberadaan BKD dan Desa
tidak bisa dipisahkan, selain operasional BKD ada di desa dan juga personil/pelaksana
dari unsur desa. Sebagai contoh yakni komisi 1 yang bertugas sebagai penanggung jawab,
yakni secara ex officio adalah kepala desa. Dan juga ada paradigma bahwa, BKD dan
Desa itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksana dan asset. Aset
yang dimiliki BKD dalam menjalankan operasionalnya merupakan asset desa. Sehingga
ada peleburan asset Desa dan Asset BKD, hal ini sejalan dengan paradigma bahwa asset
BKD adalah milik desa, karena BKD merupakan bank desa dan yang dimiliki oleh Desa
sepenuhnya. Berdasar uraian dasar pemikiran diatas penulis tertarik mengambil judul
yakni “Implementasi Pemberian Kredit BKD Mlinjon Dalam Meningkatkan Taraf
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Mlinjon Kabupaten Trenggalek”.
3
B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Pelaksanaan
a. Memenuhi tugas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Gelombang 3 tahun
2020.
b. Mengetahui seberapa jauh teori yang telah didapat di kampus dengan
praktik yang ada di lapangan.
c. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan mahasiswi untuk melihat
lebih pada keadaan langsung yang ada di lapangan.
d. Agar mahasiswa khususnya jurusan Perbankan Syariah dari IAIN
Tulungagung nanti siap untuk terjun di dunia yang sesungguhnya.
e. Menjadikan tenaga-tenaga yang terampil dan profesional dalam
mengemban tugas pada lembaga keuangan syariah.
f. Sedangkan tujuan dari laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini adalah
untuk mengetahui bagaimana Implementasi Pemberian Kredit BKD
Mlinjon Dalam Meningkatkan Taraf Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat
Desa Mlinjon Kabupaten Trenggalek.
2. Kegunaan
a. Bagi mahasiswa
Adapun kegunaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah
untuk memperkaya wawasan keilmuan dan pemahaman dalam rangka
membentuk keahlian akademik di Lembaga Keuangan Syariah.
Pemahaman mengenai penelitian yang dilakukan mengenai peran dari
pemberian kredit BKD dalam upaya peningkatan taraf kesejahteraan
ekonomi masyarakat desa.
b. Bagi fakultas
Berguna sebagai salah satu media penyerapan informasi yang
bermanfaat untuk penyelarasan kurikulum dengan perkembangan
kebutuhan di lapangan, dan sebagai media sosialisasi karena perguruan
tinggi mempunyai akses yang memadai untuk penyebar lulusan informasi
4
kepada masyarakat.
c. Bagi lembaga
Dalam dunia praktik, khususnya bagi lembaga terkait, sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan pinjaman kredit kepada
masyarakat desa. Sekaligus guna sebagai bahan masukan dan evaluasi
dalam melaksanakan program-program yang akan datang.
d. Bagi pembaca
Adapula kegunaan bagi pembaca, yakni dimana penulis berharap
laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini dapat memberi tambahan
wawasan pengetahuan kepada pembaca mengenai implementasi
pemberian kredit BKD dalam meningkatkan taraf kesejahteraan ekonomi
masyarakat desa, serta bisa dijadikan referensi dalam penelitian
selanjutnya.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PPL
1. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Gelombang III mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan
Syariah IAIN Tulungagung dimulai tanggal 05 Oktober 2020 sampai dengan
tanggal 06 November 2020 yang berlangsung selama 1 bulan.
2. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini yaitu di
Badan Kredit Desa (BKD) Desa Mlinjon yang beralamatlan di Jalan Raya Soho
RT.20 RW.04 Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek.
5
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Profil Lembaga
Nama Lembaga : Badan Kredit Desa Mlinjon
Alamat Lembaga : Jalan Raya Soho RT.20 RW.04 Desa Mlinjon, Kecamatan
Suruh, Kabupaten Trenggalek
No. Telepon : 085259973281
1. Visi dan Misi
Badan Kredit Desa Mlinjon Kabupaten Trenggalek memiliki visi dan misi yakni
“Mengangkat Kemiskinan dan Melayani Setulus Hati”.
2. Produk-produk Badan Kredit Desa Mlinjon
Ada beberapa macam produk yang ditawarkan untuk nasabah pada Badan Kredit
Desa Mlinjon, antara lain yakni:
a. Simpanan Sukarela (Tabungan)
Tabungan yang ada di Badan Kredit Desa ini merupakan simpanan
dari nasabah yang dimasukkan dan dapat diambil sewaktu-waktu (pada
saat operasional Badan Kredit Desa Mlinjon).
b. Simpanan Wajib Pinjaman
Simpanan wajib pinjaman ini wajib dipenuhi oleh nasabah, dimana
pengambilan dana simpanan wajib ini didapat pada saat nasabah
mengangsur pinjamannya pada Badan Kredit Desa dengan cara menambah
pada angsuran pinjaman. Dimana simpanan wajib ini nantinya bisa diambil
saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dengan besar suku bunga 5% dari
besar pinjaman.
c. Kredit
Bentuk pinjaman kredit pada Badan Kredit Desa Mlinjon ini hanya
ada kredit bulanan, dengan 2 macam jangka waktu angsuran yakni
6
angsuran 8x dan angsuran 12x. Dimana kredit ini kegunaannya bebas
untuk kepentingan perorangan, tidak diatas namakan pengembangan
UMKM, sektor pertanian, atau yang lainnya.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah sebuah susunan berbagai komponen atau unit kerja
dalam sebuah organisasi yang terdapat pada masyarakat. Atau juga bisa diartikan
sebagai suatu susunan dari berbagai macam komponen atau unit kerja dalam sebuah
organisasi. Dalam struktur organisasi terdapat pembagian kerja dan bagaimana fungsi
atau kegiatan-kegiatan berbeda yang telak dikoordinasikan dan juga terdapat adanya
berbagai spesialisasi dari sebuah pekerjaan, saluran perintah ataupun penyampaian
laporan.
Struktur organisasi Badan Kredit Desa yang merupakan Lembaga Keuangan
Mikro termasuk sangat sederhana tidak seperti Lembaga Keuangan Formal yang lain.
Badan Kredit Desa yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berfungsi
untuk menjalankan kegiatan ekonomi yang berorientasi pada laba. BKD mempunyai
struktur organisasi sebagai berikut:
a. Komisi I (Ketua Komisi)
Yang dijabat Ex Officio oleh Kepala Desa/Kelurahan.
b. Komisi II (Kasir)
Yang diangkat dan diberhentikan dengan SK Kepala Desa/Kelurahan.
7
c. Komisi III (Juru Tagih)
Yang diangkat dan diberhentikan dengan SK Kepala Desa/Kelurahan.
d. Juru Tata Usaha (Tenaga Administrasi)
Diangkat dan diberhentikan SK Bupati/Kepala Daerah Tk II atas usul
pengajuan dari Pimpinan cabang BRI.
Susunan Organisasi Badan Kredit Desa Mlinjon
No. Nama Jabatan
1. Dendik Kuncoro Komisi I (Ketua Komisi)
2. Mujito Komisi II (Kasir)
3. Cipto Widodo Komisi III (Juru Tagih)
4. Nuswantoro Juru Tata Usaha (Tenaga Administrasi)
B. Pelaksanaan Praktik Badan Kredit Desa Mlinjon
Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada tahun ini berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang saat ini masih
mewabah di berbagai negara di dunia, salah satunya Indonesia. Sehingga dalam hal ini
berdampak pada pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan mandiri
di daerah tempat tinggal masing-masing. Kesempatan PPL kali ini saya melaksanakan di
desa tempat tinggal saya, yakni di BKD Desa Mlinjon. Dimana pelaksanaan PPL ini saya
lakukan sendiri, tidak berkelompok. Kunjungan ke BKD hanya saya lakukan beberapa
kali saja yaitu 3 kali kunjungan (kunjungan pertama yakni izin ke lembaga, kunjungan
kedua yakni observasi pertama, kunjungan ketiga yakni observasi kedua). Dikarenakan
BKD Desa Mlinjon ini hanya beroperasi 2 kali dalam satu bulan, yakni pada setiap hari
Selasa minggu pertama dan minggu ketiga setiap bulan. Jam operasional BKD Desa
Mlinjon dibagi menjadi:
1. Jam operasional pagi : 08.00-12.00
2. Jam istirahat : 12.00-13.00
3. Jam operasional siang : 13.00-selesai (Fleksibel, menunggu sampai penagihan
selesai).
8
C. Permasalahan Di Lapangan
Pada saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan di BKD Mlinjon, kurang lebih
selama 3x pertemuan dengan pihak pengurus BKD, berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan salah satu pengurus Badan Kredit Desa Mlinjon yakni Bapak
Nuswantoro selaku Juru Tata Usaha atau pengurus dalam bidang pembukuan, beliau
mengemukakan beberapa permasalahan yang ada dalam BKD, salah satu permasalahan
yang utama yakni terkait pinjaman kredit bermasalah. Beberapa faktor yang menjadi
pemicu kredit macet atau bermasalah: Pertama, pendapatan yang fluktuatif diiringi dengan
kebutuhan yang tinggi. Kedua, karakter nasabah yang memang susah ditagih untuk
melunasi kewajiban kreditnya kepada BKD. Ketiga, nasabah yang pergi keluar kota atau
bahkan keluar negeri untuk bekerja.
Namun jika permasalahan ini masih sering terjadi, otomatis akan berpengaruh
terhadap kondisi keuangan BKD, dimana nantinya pasti akan berpengaruh terhadap
kemampuan BKD dalam memberikan ekspansi kredit kedepannya, yang pastinya akan
berdampak pada perekekonomian masyarakat desa. Sehingga kondisi ini akan
menghambat pencapaian visi dan misi Badan Kredit Desa dalam upaya meningkatkan
taraf kesejahteraan perekonomian masyarakat desa.
D. Tanggapan Dari Pihak Lembaga Tempat Praktik
Tanggapan dari Badan Kredit Desa Mlinjon mengenai permasalahan-
permasalahan yang terjadi yakni hanya memberikan sanksi sosial bagi nasabah yang
belum melunasi pinjaman kredit setelah jatuh tempo. Berpegang teguh atas Visi dan Misi
Badan Kredit Desa yang berprinsip kekeluargaan sehingga dari permasalahan tersebut
pihak BKD hanya bisa mengambil jalan keluar yakni dengan melakukan penagihan
berulang hingga nasabah akan membayar kewajiban atas utangnya.
Tidak semua pinjaman akan dibebani jaminan tergantung dari analisis 5C yang
dipergunakan BKD sebelum memberi pinjaman. Misalkan jika dirasa nasabah tersebut
memikiki karakter yang baik serta pinjamannya tidak terlalu besar, maka nasabah tidak
akan dimintai jaminan atas kreditnya. Namun jika terjadi kredit yang macet meskipun
telah dimintai jaminan, pihak BKD tidak akan menyita atau melelang jaminan nasabah
tersebut, mengingat tujuan utama BKD yakni mengangkat kemiskinan masyarakat
9
desanya, sehingga tidak tega apabila akan menyita harta benda milik warganya sendiri.
Namun untuk menutupi pinjaman kredit yang macet BKD masih sama dengan lembaga
keuangan yang lainnya yakni menggunakan dana cadangan sebagai penutup kredit yang
belum lunas tersebut.
10
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS TERHADAP TEMUAN STUDI
A. Kajian Teori
1. Badan Kredit Desa
a. Pengertian Badan Kredit Desa (BKD)
Badan Kredit Desa (BKD) adalah salah satu kelembagaan ekonomi
yang bergerak di akar rumput masyarakat pedesaan. Badan Kredit Desa
memiliki izin badan usaha yang diberikan oleh Kementerian Keuangan
sejumlah 5279 BKD. Sedangkan BKD sejumlah 175 BKD tidak memiliki
izin dari Kementerian Keuangan namun memiliki izin dari Surat Depdagri
No. 412.21/1502/BANGDES tgl 14 November 1991. BKD merupakan
salah satu lembaga pembiayaan yang bergulat dalam bidang simpan
pinjam, sehingga dengan hal ini BKD dipersamakan dengan bank.1
b. Sejarah Badan Kredit Desa
Badan Kredit Desa atau BKD memiliki sejarah yang panjang. Dapat
dikatakan bahwa BKD merupakan salah satu LKM formal yang pertama
kali berdiri di Indonesia. Berdirinya BKD tidak dapat dipisahkan dari
berdirinya AVB (Algemene Volkerediet Bank) yang kemudian menjadi
BRI pada sekitar tahun 1896. Sejarah BKD diawali dengan berdirinya
Lumbung Desa di daerah Banyumas karena terjadinya paceklik dan gagal
panen.2 Berdasarkan pengalaman pahit ini Asisten Residen Banyumas di
Purwokerto (De Wolf Van Westerrode) berusaha membentuk kelompok-
kelompok swadaya masyarakat guna mengatasi keadaan, dengan cara
membuat lumbung-lumbung desa untuk menanggulangi keadaan akibat
musim paceklik yang sering terjadi terutama di Jawa dilaksanakan dengan
prinsip Rembug Desa, dimana hal tersebut sudah bisa dilakukan oleh
1 Anindita Purnama Ningtyas, “Analisis Yuridis Terhadap Pengelolaan Aset Badan Kredit Desa Pasca Berlakunya
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa”, Jurnal Panorama Hukum,
Vol. 3 No.1, Juni 2018, Hal. 7 2 I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, (Artikel Ilmiah: Universitas Udayana), Hal. 8
11
masyarakat di Jawa dengan prinsip gotong-royong.3 LKM ini mengalami
sejarah yang panjang dengan berbagai perubahan nama dan regulasi. Saat
ini BKD hanya tersisa di pulau Jawa, walaupun sempat tersebar ke wilayah
laun di Indonesia.
c. Dasar Hukum Badan Kredit Desa
Badan Kredit Desa (BKD) adalah perusahaan milik desa yang
berperasi diwilayah desa yang diurus sebagai perusahaan tersendiri dan
terpisah dari kekayaan lain milik desa yang bersangkutan. Ordonasi BKD
yang termuat dalam Staatblad 357 tahun 1929, Rijksbland No 9 tahun 1938
untuk daerah Kasultanan yang menyangkut Pengawasan, Mengurus dan
Menjalankan tata usaha, keuangan dan harta lainnya.
Dalam perkembangan Staatblad tersebut telah dicabut dan diganti
dengan UU No 7/ Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10/ Tahun 1998 pasal 58:
“Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung
Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa
(BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK). Kredit Usaha Kecil (KURK),
Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa
(BKPD) dan/atau lembaga- lembaga lainnya yang dipersamakan dengan
ini diberika status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Undang-
Undang ini dengan memenuhi persyaratan tata cara yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah”.
Dan diperjelas lagi dengan Peraturan Pemrintah No: 71/tahun 1992,
Pasal 19 ayat 1 dan 2 :
“Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung
Pitih Nagari, Lembaga Perkreditan Desa, Badan Kredit Desa, Badan
Kredit Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa dan atau lembaga-lembaga
lainnya yang dipersamakan dengan itu, yang telah memperoleh izin usaha
dan Menteri Keuangan, dinyatakan Menjadi Bank Perkreditan Rakyat”.
3 http://bkd-indonesia.blogspot.com/2011/01/badan-kredit-desa.html diakses Sabtu, 17 Oktober 2020 jam 16.11
12
“Lembaga atau Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang
telah berdiri sebelum berlakunya Undang-Undang No 7 Tahun 1992
tentang Perbankan dan belum mendapatkan izin usaha sebagai Bank
Perkreditan Rakyat Kepada menteri Keuangan selambat-lambatnya 5
(lima tahun seja berlakuya peraturan pemerintah ini)”.
Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor:
31/63/KEP/DIRR tanggal 09 Juli 1998, Pelaksanaan Pembinaan dan
Pengawasan Badan Kredit Desa (BKD) telah ditunjuk BRI untuk tugas
dimaksud. Sehubungan dengan hal tersebut untuk tingkat Kantor Cabang,
maka Pemimpin Cabang BRI otomatis secara ex officio menjadi pengawas
BKD yang ditegaskan kembali dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor:
6/27/PBI/2004 tangal 28 Desember 2004 tentang Pelaksanaan
Pengawasan Badan Kredit Desa (BKD) oleh PT Bank Rakyat Indonesia,
dan pada tanggal 11 Juli 2006 terdapat kesepakatan bersama antara :
1) Sumarno, Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat, Dirjen PMD
Depdagri.
2) Mokhammad Dakhlan, Deputi Direktur Direktorat Pengawas
BPR.
3) Sultan Hamid, Kepala Divisi Kredit Program PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
4) M. Yahya, Ketua Serikat Pekerja Badan Kredit Desa.
Mereka membuat kesepakatan bersama dalam bidang pemberdayaan
ekonomi rakyat melalui pembinaan, pengawasan dan pengembangan
BKD, yaitu bahwa BKD perlu diintensifikan pembinaan dan
pengawasannya baik secara kelembagaan maupun operasional keuangan
dan Sumber Daya Manusianya. Pemberdayaan BKD akan dilakukan secra
seksama dan ditindak lanjuti oleh Departemen Dalam Negeri, Bank
Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dan Serikat pekerja BKD,
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing sebagai berikut:
13
1) Departemen Dalam Negeri
a) Memberikan pedoman kepada pemerintah daerah tentang
pembinaan kelembagaan dan pemberdayaan BKD serta
pengelolaan asset BKD.
b) Memfasilitasi Pemerintah Daerah berkaitan dengan
pengembangan kelambagaan organisasi dan personil BKD.
2) Bank Indonesia sesuai Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.
10 Tahun 1998 melakukan pembinaan dan pengawasan Bank,
Bank Umum maupun BPR termasuk BKD.
3) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
a) Melaksanakan tugas pembinaan dn pengawasan BKD dan
Bank Indonesia trehadap Operational BKD termasuk
administrasi Keuangannya agar BKD dapat beroperasi
secara sehat dan bermanfaat bagi masyarakat desa.
b) Membina peningkatan kemampuan manajemen BKD dan
penyehatan keuangan BKD.
c) Membina peningkatan usaha BKD sesuai ketentuan yang
berlaku.
Sedangkan ketentuan perturan dan surat dalam bentuk lainnya yang
telah dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri, Pemerintah Daerah,
Bank Indonesia dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang dapat
digunakan sebagai pedoman Pengawasan, Pengelolaan, Pengembangan,
dan Pemberdayaan BKD wajib dipedomani oleh para pembina, pengelola,
dan semua unsur pelaksana BKD, dan Akumulasi hasil usaha BKD
disamping untuk peningkatan modal BKD dipergunakan untuk
14
peningkatan manajemen Sumberdaya manusia, kesejahteraan para
anggotanya dan menunajng pendapatan desa.4
d. Fungsi Badan Kredit Desa
Fungsi Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
2013 adalah:
1) Pemenuhan modal kerja bagi usaha kecil.
2) Meningkatkan pendapatan atau taraf hidup.
3) Mendorong pembangunan ekonomi desa dan upaya pengentasan
kemiskinan.
4) Membatasi ruang gerak rentenir atau ijon.
e. Tujuan Badan Kredit Desa
Tujuan Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
2013 adalah:
1) Memudahkan akses permodalan.
2) Mendidik masyarakat agar gemar menabung.
3) Memberantas sistem ijon dan mempersempit gerak rentenir.
2. Kredit
a. Pengertian Kredit
Kredit dilihat dari sudut Bahasa berarti kepercayaan, dalam arti bahwa
apabila seseorang mendapatkan fasilitas kredit, maka orang atau badan
usaha tersebut telah mendapatkan kepercayaan dari pemberi kredit.
Pengertian kredit menurut Pasal 1 (11) UU No.10/1998 tentang Perubahan
Atas UU No.7/1992 tentang Perbankan (UU Perbankan), kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
4 http://bkd-indonesia.blogspot.com/2011/01/badan-kredit-desa.html diakses Sabtu, 17 Oktober 2020 jam 16.11
15
b. Unsur-Unsur Kredit
Dari pengertian diatas, dapat ditemukan adanya unsur-unsur dalam
kredit yaitu antara lain:
1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa kredit
tersebut akan dibayar kembali oleh si penerima kredit dalam jangka
waktu tertentu yang telah diperjanjikan.
2) Waktu, yaitu bahwa pemberian kredit dengan pembayaran kembali
tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan melainkan dipisahkan
oleh tenggang waktu.
3) Resiko, yaitu bahwa setiap pemberian kredit mempunyai resiko
akibat adanya jangka waktu yang memisahkan anatara pemberian
kredit dengan pembayaran kembali. Semakin panjang jangka
waktu kredit semakin tinggi resiko kredit tersebut.
4) Prestasi,atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk
uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun dalam
objek kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam
praktek perkreditan.
c. Jenis-Jenis Kredit Perbankan Untuk Masyarakat
Dalam praktek saat ini, secara umum ada 2 jenis kredit yang diberikan
kepada para masyarakat, yaitu:
1) Kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya, dapat berupa:
a) Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-
usaha yang menghasilkan barang dan jasa sebagai
kontribusi daripada usahanya.
Kredit ini terdiri atas:
Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang diberikan
untuk membiayai kebutuhan usaha-usaha, termasuk
guna menutup biaya produksi dalam rangka
peningkatan produksi atas penjualan.
Kredit Investasi, yaitu kredit yang diberikan untuk
16
pengadaan barang modal maupun jasa yang
dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang dan
ataupun jasa bagi usaha yang bersangkutan.
b) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang
perorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat umumnya.
2) Kredit ditinjau dari jangka waktunya, dapat berupa:
a) Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit yang diberikan dengan
tidak melebihi jangka waktu 1 tahun.
b) Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang diberikan
dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun tetapi tidak lebih
dari 3 tahun.
c) Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan
jangka waktu lebih dari 3 tahun.5
d. Tujuan Kredit
Kredit memiliki beberapa tujuan yang berguna baik bagi kreditur
(bank) dan debitur (nasabah), tujuan-tujuan kredit antara lain:
1) Mendapatkan Keuntungan.
Bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah menjadi
sektor keuntungan yang menjadi prioritas bagi bank untuk
mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.
2) Membantu Usaha Nasabah
Kredit yang diberikan oleh kreditur kepada debitur, baik dalam
bentuk dana investasi maupun modal kerja, sesungguhnya dapat
membantu usaha nasabah (debitur) sehingga debitur (nasabah)
dapat mengembangkan usahanya serta memperluas usahanya.
5 Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusAID, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Edisi 2006,
(Jakarta: YLBHI, 2007), Hal. 131-132
17
3) Mambantu Pemerintah
Dengan adanya kredit dari kreditur (bank) dapat membantu
pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan. Karena
dengan adanya kredit dari bank, perkembangan baik Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) maupun sektor Usaha Kredit
Menengah (UKM) dapat mengembangkan serta memperluas
usahanya sehingga dari langkah ini akan tercipta perputaran arus
barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
luas.
e. Fungsi Kredit
Selain tujuan-tujuan diatas, kredit juga memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
1) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
2) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
4) Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.
5) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha bagi masyarakat.
6) Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
7) Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
f. Manfat Kredit
1) Bagi Debitur
a) Meningkatkan usahanya dengan pengadaan berbagai faktor
produksi.
b) Kredit bank relative mudah bila usaha debitur layak
dibiayai.
c) Dengan jumlah yang banyak, maka memudahkan calon
debitur memilih bank yang cocok dengan usahanya.
d) Bermacam-macam jenis kredit dapat disesuaikan dengan
calon debitur.
e) Rahasia keuangan debitur dilindungi.
18
2) Bagi Bank (Kreditur)
a) Bank memperoleh pendapatan dari bunga yang diperoleh
dari debitur.
b) Dengan adanya bunga kredit, diharapkan rentabilitas bank
akan membaik dan perolehan laba juga meningkat.
c) Dengan pemberian kredit akan membantu dalam
memasarkan produk atau jasa perbankan lainnya.
d) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan
mengembangkan usaha bank.
e) Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam
industry perbankan.
3) Bagi Pemerintah
a) Alat untuk memacu pertumbuhan secara umum.
b) Alat untuk mengendalikan kegiatan moneter.
c) Alat untuk menciptakan lapangan usaha.
d) Meningkatkan pendapatan negara.
e) Menciptakan dan memperluas pasar.
4) Bagi Masyarakat
a) Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi.
b) Mengurangi tingkat pengangguran.
c) Memberikan rasa aman bagi masyarakat.
d) Memberikab rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan
uangnya di bank.6
3. Lembaga Keuangan Mikro
a. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Lembaga Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution
6 Andrianto, Manajemen Kredit, (Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2020), Hal. 4-9
19
merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan
kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah
yang tidak terlayani oleh Lembaga Keuangan formal dan yang telah
berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.
b. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua
kategori yaitu:
1) LKM yang berwujud bank
a) BRI Unit Desa
b) BPR
c) BKD (Badan Kredit Desa)
2) LKM yang berwujud non bank.
a) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
b) Unit Simpan Pinjam (USP)
c) Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP)
d) Baitul Maal Wattanwil (BMT)
e) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
f) Arisan
g) Pola Pembiayaan Grameen
h) Pola Pembiayaan ASA
i) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
j) Credit Union
Meskipun BRI Unit Desa dan BPR dikategorikan sebagai LKM,
namun akibat persyaratan peminjaman menggunakan metode bank
konvensional, pengusaha mikro kebanyakan masih kesulitan
mengaksesnya.
Banyakanya jenis lembaga keuangan mikro yang tumbuh dan
berkembang di Indonesia menunjukkan bahwa lembaga keuangan mikro
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama kelompok masyarakat
20
berpenghasilan rendah, pengusaha kecil dan mikro yang selama ini belum
terjangkau oleh jasa pelayanan keuangan perbankan khususnya bank
umum. Lembaga keuangan mikro ini dapat menumbuhkan minat
masyarakat di pedesaan untuk berusaha atau menumbuhkan pengusaha-
pengusaha kecil di pedesaan, yang pada akhirnya dapat membantu
program pemerintah untuk:
Meningkatkan produktivitas usaha masyarakat kecil di pedesaan.
Meningkatkan pendapatan penduduk desa.
Menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan, sehingga dapat
memperkecil keinginan masyarakat pedesaan melakukan
urbanisasi.
Menunjang program pemerintah dalam mengupayakan pemerataan
pendapatan penduduk desa dan upaya pengentasan kemiskinan.7
c. Ciri-ciri Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia menurut Bank
Pembangunan Asia dan Bank Dunia memiliki ciri utama, yaitu:
1) Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau
sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.
2) Melayani kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.
3) Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan
fleksibel agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang
membutuhkan.
d. Pola-pola keuangan mikro di Indonesia
1) Saving Led Microfinance, yaitu pola keuangan mikro yang berbasis
anggota (membership based). Dalam pola ini, pendanaan atau
pembiayaan yang beredar berasal dari pengusaha mikro.
Contohnya: Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Credit Union,
dan Koperasi Simpan Pinjam.
7 Khusniati Rofiah, “Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten
Ponorogo”, Jurnal Kodifikasia, Vol.5 No.1, 2011, Hal. 152-153
21
2) Credit Ledd Microfinance, yaitu pola keuangan mikro yang sumber
keuangannya bukan dari usaha mikro tetapi dari sumber lain.
Contohnya: Badan Kredit Desa, Lembaga Dana Kredit Pedesaan
dan Grameen Bank.
3) Micro Banking, bank yang difungsikan untuk melayani keuangan
mikro. Contohnya: BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat dan
Danamon Simpan Pinjam.
4) Pola hubungan bank dan kelompok swadaya masyarakat.8
e. Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan
Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu agenda
pembangunan nasional yang digalakkan pemerintah selama ini (Anugrah,
2007). Desa merupakan tolak ukur dari miskin atau tidaknya suatu negara,
karena sampai saat ini desa merupakan kantong kemiskinan yang paling
besar (Eko, 2005). Sesuai dengan pencitraan pedesaan pada umumnya,
komunitas pedesaan identic dengan para petani dan kehidupan para petani.
Oleh karena itu kehidupan pedesaan tidak lepas dari perilaku ekonomi
yang khas dari keluarga petani, yaitu pola ekonomi yang berorientasi
subsisten (Scott, 1981).
Seperti yang dikatakan oleh (Hamid, 1986) bahwa kegiatan
perekonomian di pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro
dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana
produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah
tangga. Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya masih
dihadapkan pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya kesediaan modal.
Sebagai unsur penting dalam mendukung peningkatan produksi
dan taraf hidup masyarakat pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi
ruang gerak aktivitas sektor pertanian dan pedesaan. Kehadiran LKM
dibutuhkan paling tidak karena dua hal (Pantoro, 2008).
8 Anas Iswanto Anwar, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Dan Pembangunan Ekonomi Pedesaan di Sulawesi Selatan,
(Artikel Ilmiah: Biro Ekonomi Setwilda Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, 2016), Hal. 4
22
1) Sebagai salah satu instrument dalam rangka mengatasi kemiskinan.
Masyarakat miskin pada umumnya mempunyai usaha skala mikro.
Terminologi World Bank, merkea disebut sebagai economically
active poor atau pengusaha mikro. Dalam konfigurasi
perekonomian Indonesia, lebih dari 90% unit usaha merupakan
usaha skala mikro. Mengembangkan usaha skala mikro merupakan
langkah strategis karena akan mewujudkan broad bases
development atau development through equity. Mereka
membutuhkan permodalan guna mengembangkan kapasitas
usahanya. Dengan usaha yang meningkat (menjadi usaha skala
kecil), secara efektif akan mengatasi kemiskinan yang diderita oleh
mereka sendiri dan diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
kategori fakir miskin. Pada sisi lain, skim keuangan mikro sangat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah.
2) Karena menjadi salah satu instrument pengembangan pasar
keuangan mikro. Secara pragmatis, pasar keuangan mikro
merupakan aspek keuangan dari semua proses ekonomi di segmen
mikro yang meliputi segala sesuatu yang menyangkut tabungan dan
kredit usaha. Pada pemahaman ini dicantumkan kata tabungan dan
kredit, guna menghindarkan pemahaman sempit seolah-olah di
segmen mikro pelaku-pelaku usahanya hanya membutuhkan
kredit, melupakan bahwa mereka mempunyai potensi menabung,
dan/atau dapat diberdayakan mempunyai kemampuan menabung.
Pada pasar keuangan mikro terdapat potensi besar dalam hal
penawaran (tabungan) dan permintaan (kredit). Berdirinya LKM
merupakan jawaban dari kurang pekanya lembaga keuangan formal dalam
merangkul UKM, sehingga perannya bisa dibilang sebagai katup
penyelamat dalam proses pembangunan ekonomi pedesaan.9
9 Ibid, Hal. 5-6
23
B. Implementasi Pemberian Kredit BKD Mlinjon Dalam Program Kesejahteraan
Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Mlinjon Kabupaten Trenggalek
Riwayat berdirinya Badan Kredit Desa ini sebenarnya sudah ada semenjak zaman
kolonial Belanda. Seperti halnya BRI yang juga sudah ada semenjak zaman penjajahan,
bedanya kalau jaman dahulu bank BRI melayani para bangsawan. Sedangkan Badan
Kredit Desa (BKD) melayani masyarakat pedesaan guna membantu perekonomian
masyarakat kecil jaman dahulu dalam hal pinjaman kredit agar terjangkau dengan
lembaga keuangan, dan menghindari masyarakat melakukan pinjaman pada rentenir. Serta
juga membantu masyarakat dalam hal lumbung pari “pagebluk” pada tingkat desa.
Badan Kredit desa dulunya bekerja sama dengan bank BRI, dalam wewenang Bank
Indonesia. BRI merupakan kepanjangan tangan dari Bank Indonesia yang diamanahi
wewenang atas operasional Badan Kredit Desa. Berhubung Badan Kredit Desa tersebut
ada di desa-desa kecil dimana Bank Indonesia tidak bisa mengawasi langsung maka
wewenang atas Badan Kredit Desa diserahkan pada BRI namun tetp dalam pengawasan
Bank Indonesia. Sekarang dengan kemajuan regulasi baru diserahkan ke desa atas
wewenang Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga pengawas keuangan. Badan Kredit
Desa ini ada dibawah naungan desa atas izin menteri keuangan namun belum berbadan
hukum.
Dana modal yang ada di Badan Kredit Desa didapat dari pengengembangan modal
sendiri dari operasional tahun-tahun yang lalu. Tidak diberi suntikan dana dari
pemerintah. Jaman dahulu modal awal diberi pinjaman bank BRI kemudian setelah
beroperasional dan mendapatlkan laba, laba sedikit demi sedikit terkumpul sehingga
keuangannya semakin berkembang dan bisa menebus pinjaman bank tersebut.
Dikarenakan BKD merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
modalnya kecil, sehingga dalam memberikan pinjaman kreditpun tidak melayani
golongan menengah keatas dan hanya melayani di desa setempat.
Banyaknya jumlah nasabah dalam BKD tergantung dari besar kecilnya BKD itu
sendiri dan juga luas tidaknya desa tersebut. Pada Badan Kredit Desa Mlinjon nasabahnya
masih sedikit yakni 250 orang. Dalam operasionalnya BKD Mlinjon melayani berbagai
macam produk, antara lain:
1. Simpanan Sukarela (Tabungan)
24
Tabungan yang ada di Badan Kredit Desa ini merupakan simpanan dari
nasabah yang dimasukkan dan dapat diambil sewaktu-waktu (pada saat
operasional Badan Kredit Desa Mlinjon). Hingga saat ini masih belum ada
nasabah yang menabung di Badan Kredit Desa Mlinjon, hal ini dikarenakan
kebanyakan masyarakat ekonomi menengah kebawah sehingga lebih
mementingkan pemenuhan kebutuhannya terlebih dahulu.
2. Simpanan Wajib Pinjaman
Simpanan wajib pinjaman ini wajib dipenuhi oleh nasabah, dimana
pengambilan dana simpanan wajib ini didapat pada saat nasabah mengangsur
pinjamannya pada Badan Kredit Desa dengan cara menambah pada angsuran
nasabah. Dimana simpanan wajib ini nantinya bisa diambil saat menjelang Hari
Raya Idul Fitri. Dengan besar suku bunga yakni 5% dari besar pinjaman.
3. Kredit
Bentuk pinjaman kredit pada Badan Kredit Desa Mlinjon ini hanya ada
kredit bulanan, dengan 2 macam jangka waktu angsuran yakni angsuran 8x dan
angsuran 12x. Jumlah angsuran pelunasan pinjaman ini dilihat dari karakter dan
juga dari besar kecilnya pinjaman. Badan Kredit Desa melayani seluruh pinjaman
kredit masyarakat desa. Maksudnya, pinjaman yang nantinya akan diberikan pihak
BKD kepada nasabah itu atas dasar keperluan perorangan, jadi tidak harus diatas
namakan untuk pengembangan UMKM atau sektor usaha yang lain.
Perihal persyaratan pendaftaran menjadi nasabah di Badan Kredit Desa Mlinjon ini
cukup simpel dan sederhana yakni harus benar-benar penduduk asli desa Mlinjon dan
menyertakan KTP. Pengajuan pinjaman kreditnya pun tidak rumit, jika dirasa analisas 5C
sudah mumpuni untuk diberi pinjaman pasti pinjaman akan segera cair. Sebelum
memberikan pinjaman BKD juga seperti layaknya lembaga keuangan yang lain yakni
menggunakan analisis 5C (Character, Capasity, Capital, Condition, Collateral).
Orientasi Badan Kredit Desa yakni untuk mendapatkan laba. Dalam hal ini pada setiap
transaksinya BKD menetapkan bunga seperti lembaga keuangan yang lainnya, namun
bunga yang ditetapkan BKD masih tergolong rendah. Besar kecilnya jumlah pinjaman
tidak menjadi acuan atas prosentase bunga yang ditetapkan, sehingga besarnya prosentase
bunga sama.
25
Laporan keuangan yang dipakai ada 2 macam yakni Laba/Rugi dan kolektibilitas
keuangan. Kolektibilitas pinjaman ini digunakan untuk mengukur performance pinjaman
lancar atau tidak. Profit yang didapat Badan Kredit Desa ini dialokasikan untuk
menambah modal Badan Kedit Desa itu sendiri dan juga disalurkan untuk kas desa.
Pada lembaga keuangan formal seperti halnya perbankan, syarat pinjaman yakni
dengan menyertakan jaminan. Namun, BKD dalam pemberian pinjaman kreditnya jaman
dahulu tidak membebankan jaminan kepada nasabah, karena sifat pinjaman BKD ini
tolong menolong. Melihat realitas perkembangan zaman kemudian dalam pemberian
pinjamannya BKD saat ini meminta jaminan, walupun tidak semua pinjaman dibebani
jaminan. Dibebani jaminan atau tidak tergantuk situasi dan kondisi, jika dirasa pinjaman
tergolong tinggi dan karakter nasabahnya kurang meyakinkan nantinya akan dimintai
jaminan. Jaminan yang dibebankan atas pinjaman kredit nasabah biasanya berupa
sertifikat tanah, BPKB, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mengikat kredit nasabah.
Jikalau ada kasus kredit macet dimana nasabah belum melunasi pinjamannya pada
jangka waktu yang telah disepakati, nantinya tidak ada sanksi. Adapun hanya berupa
sanksi sosial, pihak BKD akan terus menerus menagih sampai nasabah melunasi
kewajiban atas pinjaman kreditnya. Mengingat BKD memang berprinsip tolong menolong
perekonomian masyarakat desa. Jadi tidak ada sita menyita jaminan atas pinjaman kredit.
Cara pencegahan kredit macet Badan Kredit Desa Mlinjon ini yakni melalui penerapan
analisis 5C. Misalkan nasabah yang bersangkutan penghasilan per-bulan Rp 200.000,00
maka pihak BKD tidak akan memberi beban angsuran melebihi pendapatannya. Namun
meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk mencegah kredit macet pada faktanya
permasalahan Badan Kredit Desa Mlinjon ini salah satunya yakni kredit bermasalah.
Untuk mengatasi kasus-kasus pinjaman kredit yang bermasalah ini, pihak Badan Kredit
Desa menyediakan dana cadangan untuk menutupi kredit macet seperti halnya lembaga
keuangan pada umumnya.
Melihat keadaan Indonesia pada tahun 2020 yang terserang wabah virus Covid-19 ini
bagi BKD tidak terlalu berdampak, karena BKD merupakan lembaga keuangan mikro
yang hanya melayani masyarakat ekonomi menengah kebawah sehingga perekonomian
masyarakat ini tidak terlalu terguncang akibat wabah virus Covid-19. Hampir serupa
dengan peristiwa krisis moneter jaman dulu, BKD juga tidak begitu terdampak. Dimana
26
pada masa krisis moneter dulu perusahaan-perusahaan besar lah yang kebanyakan gulung
tikar.
C. Solusi Yang Diberikan Dalam Permasalahan Yang Ada Di Badan Kredit Desa
Mlinjon
Dari permasalahan yang ada yakni mengenai kredit bermasalah di Badan Kredit Desa
Mlinjon, dimana jika permasalahan ini sering kali terjadi bisa mengganggu kesehatan
keuangan Badan Kredit Desa itu sendiri. Sehingga kemampuan Badan Kredit Desa
Mlinjon dalam mewujudkan visi dan misinya untuk mengangkat dan mensejahterakahan
masyarakat di desa Mlinjon bisa terhambat. Nasabah yang tersandung kredit bermasalah
biasanya disebabkan oleh perolehan pendapatan yang tidak menentu dan kebutuhan hidup
yang kompleks, nasabah yang pergi mencari uang keluar kota bahkan keluar pulau,
adapun pula diakibatkan karakter nasabah yang memang susah untuk ditagih dalam
mengangsur kewajiban utangnya, faktor-faktor penyebab lain yang muncul tiba-tiba
seperti bencana, dan lain sebagainya.
Pihak Badan Kredit Desa Mlinjon tentunya melakukan berbagai upaya untuk
mencegah dan mengatasi permasalahan kredit bermasalah ini, yakni dengan analisis 5C
(Character, Capasity, Capital, Condition, Collateral). Sebelum nasabah mendapatkan
pencairan dana pinjamannya, terlebih dahulu pihak BKD akan menganalisis pinjaman
yang diajukan nasabah. Kemudian setelah dirasa nasabah tersebut layak diberikan
pinjaman maka nasabah memperoleh pencairan dana pinjamannya dengan ketentuan yang
dipersyaratkan diawal, baik mengenai jatuh tempo pinjaman, jadwal pembayaran
angsuran, dan juga jaminan yang dibebankan atas kreditnya.
Penyelamatan kredit bermasalah di sektor perbankan dapat ditempuh dengan cara-
cara:
1. Penyelamatan kredit oleh Bank
Penyelamatan kredit oleh bank dapat dilakukan dengan cara-cara yaitu:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang
hanya menyangkut jadwal pembayaran dan/atau jangka waktunya.
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian sebagian
27
atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dam/atau persyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit
yang menyangkut:
1) Penambahan dana bank.
2) Konversi seluruh atau sebagaian tunggakan bunga menjadi pokok
kredit baru.
3) Konversi seluruh atau sebagian dari kredit dengan penjadwalan
kembali dan/atau persyaratan kembali.
2. Penyertaan modal di bidang keuangan
Penyertaan modal hanya dapat dilakukan oleh bank umum. Bank umum hanya
dapat melakukan persyaratan modal di bidang keuangan pada:
a. Bank lain.
b. Bank Perkreditan Rakyat.
c. Perusahaan lain di bidang keuangan, yakni perusahaan sewa guna usaha,
perusahaan modal ventura, perusahaan efek, perusahaan asuransi, serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.
3. Penyertaan modal sementara pada perusahaan milik debitur
Bank umum dapat melakukan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi kegagalan kredit atau pembiayaan dengan izin BI. Penyertaan modal
sementara itu dibatasi selama-lamanya 5 tahun atau kurang dari 5 tahun bagi
perusahaan yang telah memperoleh laba. Apabila telah melampaui batas waktu 5
tahun perudshaan itu belum memperoleh laba, maka bank wajib mempublikasikan
penyertaan modal dimaksud. Dalam menempuh upaya penyelamatan kredit
bermasalah, dapat saja pelaksanaannya dibarengi dengan upaya mencari mitra
usaha yang bersedia dan mampu memasukkan tambahan modal. Selain itu, upaya
penyelamatan dapat dibarengi dengan keharusan debitur menjual asetnya yang
tidak produktif.
Restrukturisasi kredit, menurut Peraturan Bank Indonesia atau PBI 7/2005,
28
Pasal 1 angka 25, adalah: “Upaya perbaikan yang dilakukan oleh bank dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:
a. Penurunan suku bunga kredit.
b. Perpanjangan jangka waktu kredit.
c. Pengurangan tingkatan bunga kredit.
d. Pengurangan tunggakan pokok kredit.
e. Penambahan fasilitas kredit.
f. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan penyelamatan kredit
macet melalui program restrukturisasi kredit ada kesamaan dengan program hapus
tagih karena keduanya sama-sama memberikan fasilitas pengurangan tunggakan
pokok kredit. Dalam praktiknya, jika upaya restrukturisasi kredit ternyata tidak
berhasil maka portofolio kredit macet tersebut dapat dimasukkan kedalam
program hapus buku dan hapus tagih.
Apabila tindakan penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata
tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa penyelesaian
kredit macet melalui program penghapusan kredit macet (write-off). Penghapusan
kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu:
a. Hapus Buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write-off.
b. Hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write-off.
Hapus buku dilakukan dengan cara mengeluarkan semua portofolio kredit
macet dari pembukuan bank, namun bank tetap melakukan penagihan
kepada debitur. Sedangkan dalam program hapus tagih, bank tidak lagi
melakukan penagiahan kepada debitur.
Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga belum berhasil
mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat
menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui jalur litigasi (proses
peradilan) maupun jalur non litigasi (di luar proses peradilan). Program hapus
buku dan hapus tagih dilakukan untuk menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL)
29
sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan bank.
Penyelesaian kredit, menurut Herowati Poesoko, dapat dilakukan
berdasarkan Undang-Undang Bak Tanggungan (UU 4/1996) Pasal 20 Ayat (1)
huruf a dan b, yitu ditempuh dengan 3 cara: (i) parate executie, (ii) title executorial,
dan (iii) penjualan di bawah tangan. Pengertian “eksekusi” dapat dibagi menjadi
dua yaitu “eksekusi dalam arti sempit” dan “eksekusi dalam arti luas”. Eksekusi
dalam arti sempit adalah pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, sedangkan eksekusi dalam arti luas adalah pelaksanaan
pemenuhan hak berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
atau berdasarkan akta bertitel eksekutorial dengan atau tanpa fiat pengadilan atau
secara parate executie atau penjualan di bawah tangan.10
10 Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, (, 2013), Hal. 39-42
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Badan Kredit Desa (BKD) adalah salah satu kelembagaan keuangan mikro yang
bergerak di akar rumput masyarakat pedesaan, dimana dalam operasionalnya bergulat
dalam bidang simpan pinjam dalam rangka peningkatan taraf kesejahteraan perekonomian
masyarakat desa.
Jasa-jasa atau produk yang ditawarkan pada Badan Kredit Desa Mlinjon ada berbagai
macam, yakni: tabungan, simpanan wajib pinjaman, dan kredit. Namun dari ketiga produk
tersebut produk tabunganlah yang belum berkembang, karena nasabah masih belum ada
yang menabung di BKD Mlinjon.
Cara pengajuan kredit di Badan Kredit Desa Mlinjon sangat sederhanya yakni cukup
hanya berbekal KTP dan merupakan penduduk desa Mlinjon saja, sehingga hal ini
menjadi suatu keunggulan tersendiri dibandingkan lembaga keuangan lain yang cukup
rumit dalam pengajuan pinjaman kreditnya. Permasalahan yang menjadi perhatian di
BKD Mlinjon yakni mengenai kredit bermasalah. Namun pihak BKD dalam hal ini sudah
mencegah dengan menggunakan analisis 5C sebelum menyalurkan dana pinjaman kepada
nasabah.
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap siapapun, khususnya kepada segenap
pengurus Badan Kredit Desa Mlinjon Kabupaten Trenggalek dan Dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung. Dengan segala kerendahan hati penulis,
demikian pertumbuhan dan kegiatan operasional Badan Kredit Desa Mlinjon Kabupaten
Trenggalek dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
untuk meningkatkan kualitasnya, maka penulis menyampaikan saran:
1. Bagi Pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Pihak Laboratorium, Sebagai Pelaksana PPL antara lain:
a. Alangkah lebih baik jika pendaftaran PPL yang dilakukan secara online
31
lebih diperhatikan lagi sistematika alur pendaftarannya, agar pendaftaran
pelaksanaan PPL dapat berjalan dengan lancar.
b. Lebih banyak menjalin kerjasama dengan instansi-instansi perbankan yang
bisa dijadikan PPL.
2. Untuk Instansi/Lembaga Tempat PPL
Saran untuk instansi tempat PPL demi kemajuan instansi antara lain:
a. Lebih tegas lagi dalam mencegah dan menangani kredit bermasalah,
dikarenakan jika keadaan ini terus terulang dapat mengakibatkan tidak
sehatnya keuangan Badan Kredit Desa itu sendiri sehingga menghambat
pencapaian Badan Kredit Desa untuk mencapai visi dan misinya.
b. Jam operasional lembaga ditambah lagi, agar lebih efektif.
3. Untuk Mahasiswa Sebagai Peserta PPL antara lain:
a. Dikarenakan PPL dilaksanakan secara online akibat adanya covid-19,
mahasiswa harus lebih cermat dan teliti lagi ketika membaca dan
menyimak informasi yang ada di Grub WhatsApp ataupun Telegram, agar
PPL dapat berjalan dengan lancar.
b. Harus sungguh-sungguh dalam melaksanakan PPL.
c. Harus memanfaatkan waktu PPL dengan sebaik mungkin.
d. Lebih aktif dalam kegiatan PPL.
32
DAFTAR RUJUKAN
Baskara, I Gde Kajeng. Artikel Ilmiah: Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. Universitas
Udayana.
Ningtyas, Anindita Purnama. 2018. “Analisis Yuridis Terhadap Pengelolaan Aset Badan Kredit
Desa Pasca Berlakunya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Pengelolaan Aset Desa”. Vol. 3 No. 1. Malang: Jurnal Panorama Hukum.
http://bkd-indonesia.blogspot.com/2011/01/badan-kredit-desa.html diakses Sabtu, 17 Oktober
2020 jam 16.11.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusAID. 2007. Panduan Bantuan Hukum di
Indonesia. Edisi 2006. Jakarta: YLBHI.
Andrianto. 2020. Manajemen Kredit. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.
Rofiah, Khusniati. 2011. “Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Di Kabupaten Ponorogo”. Vol.5 No.1. Ponorogo: Jurnal Kodifikasia.
Anwar, Anas Iswanto. 2016. Artikel Ilmiah: Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Dan Pembangunan
Ekonomi Pedesaan di Sulawesi Selatan. Biro Ekonomi Setwilda Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan.
33
Lampiran 1
BERITA ACARA HARIAN
PPL JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN TULUNGAGUNG
GELOMBANG III TAHUN 2020
Pada tanggal 05 sampai tanggal 06 November 2020, bertempat di Badan Kredit Desa
Mlinjon, telah dilaksanakan PPL Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Tulungagung Gelombang III Tahun 2020 oleh mahasiswa dengan identitas sebagai berikut:
Nama : Sukma Cahya Rahmayanti
NIM : 12401173341
Jurusan : Perbankan Syariah
No Hari/Tgl Pukul Kegiatan
1 Senin, 5 Oktober 2020 10.06-12.52 Menghubungi pihak BKD untuk mulai
obeservasi besuk pada hari Selasa tanggal 6
Oktober 2019.
2 Selasa, 6 Oktober 2020 10.00-12.00 Melakukan observasi ke BKD Desa Mlinjon
mulai pukul 10.00-12.00 WIB. Dengan
narasumber Bapak Nuswantoro.
3 Rabu, 7 Oktober 2020 08.00-10.00 Melakukan penyalinan catatan hasil
observasi pada buku.
4 Kamis, 8 Oktober 2020 13.30-14.11 Melakukan pemilahan video yang akan
dijadikan laporan akhir PPL.
5 Jumat, 9 Oktober 2020 09.12-10.30 Meresume pendalaman materi di buku tulis.
6 Sabtu, 10 Oktober 2020 10.01-12.08 Melanjutkan resume pendalaman materi di
buku tulis.
7 Minggu, 11 Oktober 2020 09.00-10.27 Mulai mengetik mengerjakan materi
pendalaman materi di Laptop.
8 Senin, 12 Oktober 2020 11.48-13.49 Mencari referensi dari berbagai sumber
untuk mendukung data-data pada laporan
PPL.
9 Selasa, 13 Oktober 2020 10.15-11.05 Bertahap mengerjakan cover, kata
pengantar, dan halaman persetujuan.
34
10 Rabu, 14 Oktober 2020 11.29-12.40 Menghubungi lembaga via whatsapp terkait
beberapa informasi yang belum didapat saat
observasi.
11 Kamis, 15 Oktober 2020 09.56-12.23 Melanjutkan menyusun laporan Praktik
Pengalaman Lapangan bagian BAB I
Pendahuluan.
12 Jumat, 16 Oktober 2020 08.05-08.09 Konsultasi online via Whatsapp kepada DPL
terkait judul yang akan diambil.
13 Sabtu, 17 Oktober 2020 11.38-14.04 Melanjutkan menyusun laporan Praktik
Pengalaman Lapangan bagian BAB II
Pelaksanaan Praktik.
14 Minggu, 18 Oktober 2020 09.57-12.03 Mengerjakan laporan Praktik Pengalaman
Lapangan bagian BAB III
Pembahasan/Analisis Terhadap Temuan
Studi.
15 Senin, 19 Oktober 2020 16.14-16.19 Menghubungi pihak lembaga BKD Mlinjon
untuk observasi lanjutan.
16 Selasa, 20 Oktober 2020 13.09-13.48 Observasi kembali ke BKD Mlinjon, untuk
beberapa informasi yang kemarin belum
didapat.
17 Rabu, 21 Oktober 2020 09.46-10.23 Menambah beberapa teori pada BAB III
yang ada kaitannya di judul.
18 Kamis, 22 Oktober 2020 14.22-15.21 Melanjutkan mengerjakan laporan Praktik
Pengalaman Lapangan BAB III.
19 Jumat, 23 Oktober 2020 08.00-11.22 Mulai mencari dan men-download aplikasi
untuk edit video.
20 Sabtu, 24 Oktober 2020 09.22-09.59 Memasukkan hasil observasi kedua kedalam
laporan Praktik Pengalaman Lapangan.
21 Minggu, 25 Oktober 2020 12.34-13.09 Mulai menyimak tutorial edit video untuk
aporan Praktik Pengalaman Lapangan.
22 Senin, 26 Oktober 2020 09.00-09.20 Mulai mendownload aplikasi edit video.
23 Selasa, 27 Oktober 2020 09.00-14.00 Mulai mengedit video yang bagian
pemandangan-pemandangan desa.
24 Rabu, 28 Oktober 2020 10.32-10.53 Melihat tutorial editing kembali.
25 Kamis, 29 Oktober 2020 12.34-13.12 Mengerjakan laporan Praktik Pengalaman
Lapangan BAB IV bagian kesimpulan.
26 Jumat, 30 Oktober 2020 12.43-13.20 Mengerjakan laporan Praktik Pengalaman
Lapangan BAB IV bagian saran.
27 Sabtu, 31 Oktober 2020 11.27-11.55 Konsultasi dengan DPL terkait ketepatan
pemilihan subab-subab yang ada di BAB III.
28 Minggu, 1 November 2020 12.01-13.12 Menyusun daftar pustaka pada laporan
Praktik Pengalaman Lapangan.
29 Senin, 2 November 2020 18.48-18.59 Konsultasi dengan DPL terkait sistematika
pengumpulan laporan PPL dan cara
pemberian paraf pada laporan PPL.
35
30 Selasa, 3 November 2020 09.33-10.58 Membuat video pembukaan dan penutupan.
31 Rabu, 4 November 2020 12.00-14.33 Mengedit laporan Praktik Pengalaman
Lapangan.
32 Kamis, 5 November 2020 14.06-14.56 Membaca ulang isi laporan sekaligus melihat
jika ada kesalahan penulisan.
33 Jumat, 6 November 2020 06.34-14.32 Mengedit video kembali.
Tulungagung, 10 November 2020
Sukma Cahya Rahmayanti
NIM. 12401173341
36
Lampiran 2
BERITA ACARA KONSULTASI
Nama : Sukma Cahya Rahmayanti
NIM : 12401173341
Jurusan : Perbankan Syariah
DPL : Refki Rusyadi, M.Pd.I
Tempat PPL : Badan Kredit Desa Mlinjon
Judul Laporan : Implementasi Pemberian Kredit BKD Mlinjon Dalam Program
Kesejahteraan Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Mlinjon Kabupaten
Trenggalek.
No Hal yang dikonsultasikan Catatan DPL Paraf
1 Konsultasi mengenai judul
laporan akhir Praktik pengalaman
Lapangan (PPL).
ACC
2 Konsultasi mengenai subbab-
subbab yang ada di Bab III.
ACC
3 Konsultasi mengenai keseluruhan
isi laporan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL)
ACC
Tulungagung, 10 November 2020
Refki Rusyadi, M.Pd.I
NIDN.2027128601.
37
Lampiran 3
FOTO-FOTO KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
1. Pelaksanaan Pendalaman Materi PPL Gelombang II Via Zoom (01 Oktober 2020)
2. Pelaksanaan Kegiatan PPL pada Badan Kredit Desa Mlinjon (05 Oktober 2020 – 05
November 2020)
38
39
40