laporan PRAKTIK INDUSTRI di PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk (Production of Palangisang Crum...

download laporan PRAKTIK INDUSTRI di PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk (Production of Palangisang Crum Rubber Factory)

of 53

description

Pertanian

Transcript of laporan PRAKTIK INDUSTRI di PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk (Production of Palangisang Crum...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor karet alam urutan

    ke 2 (dua) di dunia setelah Thailand. Meskipun produksi karet Indonesia masih

    dibawah Thailand namun dari sisi luasan Indonesia menduduki areal karet terluas

    di dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas karet Indonesia

    per satuan luas masih dibawah tingkat produktivitas di negara lain (Thailand dan

    Malaysia). Namun demikian peluang ekspor karet alam Indonesia ke depan masih

    tetap cerah bahkan Indonesia dapat menjadi negara pemasok karet utama

    mengingat 2 pemasok utama lainnya (Thailand dan Malaysia) sudah tidak mampu

    lagi meningkatkan produksinya karena keterbatasan lahan pengembangan.

    Dibalik peluang yang sangat besar tersebut, tuntutan terhadap bahan baku

    yang bermutu merupakan suatu tantangan yang besar bagi Indonesia. Mutu bahan

    baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan oleh penanganan bahan

    olah karet di tingkat petani. Semenjak Indonesia dikenalkan dengan produk crumb

    rubber dengan SIR (Standar Indonesian Rubber), mutu bahan olah karet yang

    dipersiapkan oleh petani semakin merosot. Bentuk sit angin yang pada mulanya

    dikenal masyarakat dan menjadi produk utama yang dihasilkan petani karet

    sedikit demi sedikit berubah dan diganti dengan bentuk slab terutama di sentra

    karet di wilayah Sumatera. (Direktorat Penanganan Pasca Panen. 2007)

    Sebagai salahsatu negara yang memiliki industri yang cukup banyak dan

    telah memberikan lapangan kerja kepada masyarakat untuk meningkatkan

    kualitas hidup mereka. Industri memberikan kesempatan kepada putra-putri

    bangsa untuk berkreasi dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang adil dan

    makmur sesuai dalam Undang-Undang Dasar 1945.

    Mahasiswa sebagai agen of cange harus memiliki nilai kreatifitas yang

    lebih dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Salahsatunya adalah belajar dari

    industri sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Praktik dalam suatu

  • 2

    instansi ataupun industri merupakan langkah awal seseorang mengenal lebih jauh

    tentang dunia kerja tersebut.

    Belajar dalam kelas tentu tidak memberikan gambaran secara nyata

    kepada mahasiswa akan dunia kerja, akan tetapi dengan praktek di lapangan

    secara langsung dapat mengetahui dan mengimplementasikan teori-tori yang

    telah diketahui di kampus sehingga teori dan praktek dapat diaplikasikan

    dimasyarakat pada umumnya.

    Kegiatan magang(Praktek Industri) itu sendiri merupakan kegiatan

    akademik intrakurikuler yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme

    mahasiswa dengan apa yang didapatkan selama perkuliahan. Selama perkuliahan

    mahasiswa dibekali dengan berbagai macam mata kuliah. Setelah

    menyelesaiakan mata kuliah selama enam (6) semester, dan sebelum memasuki

    dunia kerja, mahasiswa diharapkan bisa mengaplikasikan teori-teori yang telah

    didapatkan, salah satu caranya adalah melalui program mata kuliah magang atau

    Praktik Industri (PI) tersebut. Diharapkan melalui program ini nantinya akan

    melatih, membina, dan mengarahkan mahasiswa agar terampil di dunia kerja.

    Praktek industri merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

    pendidikan Strata I di Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik

    Universitas Negeri Makassar. Melalui praktek kerja lapangan ini mahasiswa akan

    mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide

    yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga dapat

    menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang

    ditugaskan kepadanya.

    Oleh karena itu semua teori-teori yang dipelajari dari berbagai mata kuliah di

    Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas

    Negeri dapat secara langsung dipraktekkan di PT. PP. London Sumatra Indonesia,

    Tbk terutama yang berhubungan dengan pengolahan Cup Lump, Bato Lateks

    maupun SIR 3CV60. Maka mahasiswa diharuskan menjalani praktek kerja

    lapangan di instansi pemerintah atau perusahaan swasta sebagai salah satu syarat

    yang harus dipenuhi sebelum menyelesaikan studinya. Dalam rangka itulah maka

  • 3

    Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas

    Negeri mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan praktek kerja lapangan.

    Dalam praktek industri di PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk ini

    khususnya Production of Palangisang Crumb Rubber Factory(PCRF), mahasiswa

    diharapkan dapat mengetahui proses produksi karet cup lump menjadi Harub SIR

    10, karet lateks menjadi Harub Bato RSS 1 x dan lateks menjadi SIR 3CV60.

    B. Ruang Lingkup

    Adapun ruang lingkup dari kegiatan praktik industri ini adalah untuk

    mengemplementasikan teori-teori yang ada di kampus dengan industri yang

    sebenarnya. Dalam kegiatan praktik industri di PT.PP.London Sumatra Indonesia

    Tbk, khususnya Palangisang Crumb Rubber Factory(PCRF), kegiatan-kegiatan

    yang saya lakukan terfokus di bagian pengolahan cup lump, pengolahan lateks,

    pengujian mutu(uji viscositas mooney) di Lab dan penanganan limbah karet.

    C. Tujuan

    Adapun tujuan dari kegiatan praktek industri ini adalah:

    1. Untuk mengetahui produksi karet cup lump menjadi SIR 10

    2. Untuk mengetahui produksi karet lateks menjadi Harub Bato RSS 1 x

    3. Untuk mengetahui produksi karet lateks menjadi SIR 3CV60

    4. Untuk mengetahui pengujian mutu karet cup lump dan lateks(uji viscositas

    mooney) di laboratorium

    5. Untuk mengetahui mengelolah limbah hasil pengolahan karet cup lump dan

    lateks.

    D. Manfaat

    Adapun manfaat dari kegiatan praktek industri ini adalah:

    1. Bagi mahasiswa

    a) Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa dalam proses produksi

    karet alam di Palangisang Crumb Rubber Factory

    b) Menambah wawasan Penulisan dalam proses dalam proses produksi karet

    alam di Palangisang Crumb Rubber Factory

    c) Menjadi Acuan atau referensi bagi mahasiswa lainya dalam pengolahan

    karet alam di Palangisang Crumb Rubber Factory

  • 4

    d) Memberikan kesempatan memecahkan berbagai masalah dilapangan

    e) Mahasiswa dapat memiliki kesiapan memasuki dunia kerja.

    2. Bagi Perusahaan

    a) Terjalinnya hubungan timbal balik positif antara Program Studi

    Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negeri

    Makassar dengan Palangisang Crumb Rubber Factory di berbagai

    bidang

    b) Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan antara perguruan tinggi

    dengan perusahaan

    c) Dapat menjadi masukan dari kritik maupun saran yang muncul.

    3. Bagi perguruan tinggi

    a) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa lainnya untuk berkreasi dan

    berinovasi dalam praktek industri berikutnya

    b) Mendapat lulusan mahasiswa yang berkompeten dan berwawasan luas

    dengan pengalaman yang dibawah dari praktek industri

    c) Memiliki mahasiswa yang siap kerja di berbagai bidang.

    E. Waktu dan Tempat

    Waktu pelaksanaan kegiatan magang ini adalah dilaksanakan pada tanggal 02

    juli-02 agustus 2014 di Pabrik PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA,

    Tbk(Production Of Palangisang Crumb Rubber Factory)

    F. Batasan Masalah

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk- (PCRF) merupakan tempat saya

    melakukan praktik industri. Di tempaat saya praktik ini terdapat berbagai jenis

    kegiatan yang dapat dilakukan, salahsatu kegiatan yang saya lakukan selama

    praktik adalah proses pengolahan karet cup lump menjadi SIR 10, pengolahan

    karet lateks menjadi Harub Bato RSS 1 x dan SIR 3CV60, pengujian mutu di

    laboratorium(uji viscositas mooney) dan pengolahan limbah hasil pengolahan

    karet. Untuk pengujian mutu di labolatorium pembagian tugas diberlakukan dan

    saya mendapatkan uji viskositas mooney.

  • 5

    BAB II

    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    A. Sejarah Perusahaan

    1. Secara Umum (PT. PP. London Sumatra Indonesia. Tbk)

    Sejalan dengan perkembangan sejarah bangsa Indonesia mulai dari

    masa penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan reformasi

    hingga masa pembangunan sekarang, perusahaan di Indonesia khususnya di

    kawasan Sumatera Utara mengalami perkembangan. Perusahaan yang

    berkembang umumnya adalah perusahaan yang bergerak dibidang

    perkebunan yang mengalami kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya

    alam yang ada di Sumatera Utara.

    Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Horrison & Crossfield Ltd yang

    berdiri sejak tahun 1884 di London dan beroperasi di Indonesia pada tahun

    1906. Mulanya perusahaan ini bekas hak Concessie (hak konsensi)

    berdasarkan perjanjian antara Zelfbestuur Deli dengan beberapa perusahaan

    Rubber Company Ltd, yang disahkan Resident Sumatra Timur dalam

    rangka Konferensi UndangUndang pokok Agraria tanggal 1 Maret 1962 No.

    Ka. 13/7/1. Pada tahun 1962 perusahaan ini memperluas bidang usahanya

    dengan mengadakan penggabungan diantara perusahaan perkebunan Inggris

    yang memiliki beberapa kebun di Sumatera Utara. Dengan adanya

    penggabungan ini di bentuklah PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

    PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk didirikan dengan akte

    pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962 di hadapan notaris Raden

    Kardiman di Jakarta dengan naskah No. 20 tanggal 9 September 1963 yang

    dibuat di hadapan notaris yang sama. Situasi negara yang saat itu

    mengalami pergolakan dengan Inggris turut menimbulkan dampak pada

    perusahaan. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan

    perusahaan dan menyerahkannya kepada bangsa Indonesia. Pengambil

    alihan ini segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang

    pengurusannya berada dalam penguasaan dan pengawasan suatu badan

  • 6

    pemerintah dengan nama Badan Pengawasan Perkebunan Asing Republik

    Indonesia (BPPARI) dan perkebunan ini diganti namanya menjadi PT. PP

    Dwikora I & II.

    Seiring perjalanannya pada tahun 1967 diadakanlah suatu perjanjian

    antara pemerintah Republik Indonesia dengan Horrison & Crossfield Ltd

    dan anak perusahaannya berdasarkan ketetapan Presiden No.6 tahun 1967.

    Persetujuan perjanjian ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. maksud dan

    tujuan dari persetujuan ini adalah :

    a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik

    Indonesia kepada Horrison & Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang

    pernah di kelolanya.

    b) Melakukan kerja sama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan

    karet dan kelapa sawit dan proyek-proyek pangan yang mungkin

    dilaksanakan oleh perusahaan.

    c) Terwujudnya perjanjian ini juga didasarkan atas pertimbangan.

    d) Instruksi Presiden Kabinet No. 28/U/1996 tertanggal 12 Desember 1996

    dan semua pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian

    perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.

    e) Undang-undang No.1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing dan

    semua peraturan lain mengenai penanaman modal asing di Indonesia.

    Dengan hadirnya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan

    perusahaan tersebut oleh pemerintah Indonesia dikembalikan kepada

    pemiliknya semula yaitu Horrison & Crossfield Ltd pada tanggal 1 April 1968

    dan terjadi penggantian nama menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

    Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk

    melakukan merger dengan beberapa perusahaan di bawah ini :

    a) PT. Nagadong Plantation Company

    b) PT. Seibulan Plantation Company

    c) PT. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel

    d) PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi

  • 7

    Keempat perusahaan ini menggabungkan diri dan menamakannya

    menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah jenis

    perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan surat Ketua Badan

    Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No.794/III/PMA/1991. Pada

    tanggal 27 Juli 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum

    kepada PT Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum

    go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada

    tahun 1996.

    Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan

    PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas

    Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas

    Pratama. Jumlah kepemilikan saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk

    pada saat itu adalah dengan komposisi saham sebesar 47, 23 % Commerzbank

    (SEA) Ltd. Singapura sebesar 5, 83 % dan sisanya sebesar 46, 94 % dimiliki

    oleh masyarakat.

    Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya

    menjadi tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum

    lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah

    menjadi kelapa sawit di era 1980.

    2. Secara Khusus ( Palangisang Crumb Rubber Factory)

    Kebun Bulukumba (Balombissie dan Palangisang) beserta sarana dan

    prasarana penunjangnya yang merupakan bagian dari Harrisons & Crossfield

    mulai beroperasi di Sulawesi Selatan (Bulukumba) pada tahun 1919, tiga belas

    tahun setelah H&C berdiri.

    Pada tahun 1965 perkebunan tersebut diambil alih oleh PPN Dwikora dan

    pada tahun 1968 dikembalikan oleh Pemerintah RI kepada Perkebunan Harrison

    & Crosfield Plc yang kemudian bernama London Sumatra (Lonsum).

    Pada tahun 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum

    kepada PT Pan London Sumatra Plantation (PPLS) yang membawa Lonsum go

    publik melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun

    1996 sehingga nama perusahaan menjadi PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

  • 8

    PT. PP. London Sumatra Indonesia,Tbk merupakan perusahaan yang

    bergerak dalam bidang perkebunan dan pabrik karet. Perusahaan ini mulai

    beroperasi di Sulawesi Selatan sejak tahun 1919 di wilayah Kabupaten

    Bulukumba. Areal perkebunan dan pabrik karet yang berada di Palangisang

    Kecamatan Ujung Loe adalah seluas 3.436,61 ha dengan luas areal tanam +

    2.790,85 Ha, dan lokasi Balombissie seluas 2.347,85 ha dengan luas areal tanam +

    2.154,57 Ha. Sedangkan Luas Areal Pabrik Pengolahan Karet + 0,97 Ha.

    Adapun nama dari perusahaan produksi karet remah dan lembaran yang

    ada di bulukumba ini adalah Palangisang Crum Rubber Factory yang biasa

    dikenal dengan PCRF. Produk utama adalah Karet Lembar (RSS;Ribbed Smoke

    Sheet). Produk crumb rubber adalah produk sampingan untuk memanfaatkan sisa

    lateks dari pohon yang berupa cup-lump. Berdasarkan data terakhir Perusahaan

    Tahun 2013 memiliki kapasitas produksi :

    1) Kapasitas olah karet lembar : + 275 ton/bulan

    2) Kapasitas olah karet remah : + 800 ton/bulan

    B. Identitas Pemrakarsa

    Nama Perusahaan : PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

    Jenis Badan Hukum : PT (Perusahaan Tebatas)

    Alamat Kantor : Jalan Jend. Sudirman Kav. 79 Jakarta 12910

    Indonesia

    Nomor Telepon : (6221) 57957718

    Nomor Fax : (6221) 57957719

    E-Mail : www.londonsumatra.com

    Status Penanaman Modal : PMA

    Bidang Usaha : Perusahaan Perkebunan

    C. Sertifikasi

    Dalam perjalanan bisnisnya, Kebun Bulukumba dan Palangisang Rubber

    Factory telah mendapatkan berbagai penghargaan dan sertifikasi baik nasional

    maupun internasional, diantaranya adalah :

    a. Sertifikat EMS ISO 14001, tahun 2008 dan telah di resertifikasi pada 2011

    b. Sertifikat OHSAS 18001 : 2007

  • 9

    D. Lokasi Usaha Palangisang Crumb Rubber Factory

    Jenis Kegiatan :Pengolahan Karet Remah dan Karet Lembaran

    Lokasi Kegiatan :Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba,

    Alamat Kantor :Desa Tamatto, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten

    Bulukumba, Sulawesi Selatan

    Telp : (0413) 85220

    E. Luas Perkebunanan dan Kapasitas Produksi

    1. Luas Perkebunan Karet dan pabrik karet yang berada di Palangisang

    Kecamatan Ujung Loe adalah seluas 3.436,61 ha dan Balombissie seluas

    2.347,85 ha.

    2. Produk utama adalah Karet Lembar (RSS;Ribbed Smoke Sheet). Produk

    crumb rubber adalah produk sampingan untuk memanfaatkan sisa lateks dari

    pohon yang berupa cup-lump.

    3. Produksi pabrik karet adalah rata rata 20 ton/ hari yang terdiri atas karet

    lembar (RSS) sebanyak 30 % dan Karet Remah (Crumb Rubber) sebanyak

    70% masing masing kapasitas terpasang pabrik adalah sebagai berikut :

    a. Pabrik Karet Lembar (RSS) adalah 13 ton/hari

    b. Pabrik Karet Remah ( Crumb Rubber ) adalah 20 ton / hari.

    F. Lokasi Operasional Perkebunan Karet Kebun Palangisang Estate adalah

    sebagai berikut :

    Kebun Palang Isang merupakan perkebunan karet PT PP London Sumatra

    Indonesia Tbk yang terletak dikabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Adapun

    diskripsi Kebun Palang Isang adalah sebagai berikut :

    Komoditas utama : Karet

    Luas areal : + 3.436,61 Ha

    Luas areal tertanam : + 2,790.85 Ha

    dengan rincian sebagai berikut :

    1) Persiapan tanaman : 32.76 Ha

    2) Bibitan dan Kebun Induk : 13.71 Ha

    3) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM/Immature)

  • 10

    Tanaman Umur < 2 tahun : 129,27 Ha

    Tanaman Umur < 3 tahun : 173,11 Ha

    Tanaman Umur < 4 tahun : 134,01 Ha

    Tanaman Umur < 5 tahun : 116,20 Ha

    4) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM/Immature)

    Tanaman Umur < 5 tahun : 275,46 Ha

    Tanaman Umur 5 10 tahun : 545,66 Ha

    Tanaman Umur 10 - 15 tahun : 166,27 Ha

    Tanaman Umur 15 20 tahun : 376,82 Ha

    Tanaman Umur 20 25 tahun : 740,77 Ha

    Tanaman Umur 20 25 tahun : 86,81 Ha

    Luas areal penggunaan lain : 645,76 Ha (untuk sarana dan prasarana pendukung

    termasuk bangunan Pabrik, jalan serta konservasi).

    Kegiatan utama :

    a. Peremajaan tanaman

    b. Pemeliharaan tanaman

    c. Pangendalian Hama dan Penyakit

    d. Pemanenan hasil

    e. Pengangkutan hasil ke Palang Isang Factory

    Hasil Produksi tahun 2013 : 1.641 ton KK (Januari-Juni 2013)

    G. Kegiatan Operasional Pabrik Karet Remah dan Karet Lembaran

    Prosesing dilakukan di dalam areal pabrik, yakni mengolah getah karet

    menjadi bahan setengah jadi berupa Karet Lembaran dan Karet Remah. Luas areal

    pabrik:+ 0.97 Ha

    Kapasitas olah Karet Lembaran : 275 Ton/bulan

    Kapasitas olah Karet Remah : 800 Ton/bulan

    Jenis Produksi : Karet Lembaran dan Karet Remah

    Hasil Produksi tahun 2013 (Januari-Juni)

    1) Karet Lembaran : 965 Ton

    2) Karet Remah : 1.959 Ton

  • 11

    H. Visi dan Misi

    1) Visi

    Visi dari Lonsum adalah To be the Leading 3C (Crops, Cost, Conditions)

    and Research Driven Suistanble Agribusiness yaitu menjadi perusahaan

    agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal Tanaman-Biaya

    Lingkungan (3C) yang berbasis penelitian dan pengembangan.

    2) Misi

    Lonsum memiliki Misi: To add Value for stakeholders in

    Agribusiness yakni menambah nilai bagi stakeholders di bidang

    agribisnis. Misi ini memiliki beberapa komponen penting yaitu :

    a. AddKaizen(Incremental), yang terdiri dari : Leading (exponential) dan

    Innovation

    b. ValueProfit, yakni: People (Employee and Community) dan Planet

    (Suistanable environment)

    c. StakeholdersShareholder: Employee, Community, and Suistanble

    Environment

    d. AgribusinesSuistanaible and integrated Agribusiness

    I. Struktur Organisasi

    Adapun struktur organisasi dari PT.PP.London Sumatra Indonesia.Tbk

    (production palangisang crumb rubber factory) terdapat pada lampiran 1.

    J. Uraian Tugas

    1. Mill Manager

    Mill Manager memimpin segala aktivitas dan bertanggung jawab penuh

    terhadap pabrik serta memantau hasil kerja seluruh karyawan/ staff. Dimana

    peran manager ini sangat berpengaruh terhadap kesuksesan

    perusahaan/pabrik.

    2. Kasie Administrasi

    Kasie Administrasi bertugas pada bagian administrasi yaitu hal- hal yang

    berkaitan dengan kegiatan administrasi operasional dipabrik, membantu

    manager dalam penyusunan Budget dan Lateks Estimate serta melakukan

  • 12

    proses persiapan laporan tutup buku sampai dengan tutup buku selesai

    sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

    3. Processing Asst.

    Processing Asst. bertugas untuk mengawasi proses pengolahan dan

    memantau pekerja pada saat proses pengolahan. pada processing asst. dibagi

    menjadi tiga bagian dimana setiap bagian mempunyai tugas masing masing

    yaitu pertama ada yang mengawasi di bagian proses crumb LG (Lower

    Grade) pada pembuatan karet jenis SIR 10, ada juga yang mengawasi pada

    bagian proses sheet dimana pada proses ini menghasilkan karet jenis (Harub

    Bale RSS 1X), dan yang terakhir mengawasi pada proses WL (Whole Lateks)

    pada proses ini menghasilkan karet jenis SIR 3CV60 dan SIR-3L.

    4. Maintenance Asst.

    Maintenance Asst. bertugas sebagai perbengkelan, menangani apabila

    ada kerusakan mesin yang terjadi dipabrik.

    5. Laboratorium

    Laboratorium bertugas untuk menganalisa hasil produksi di

    Palangisang Crumb Rubber Factory (PCRF) baik itu menganalisa untuk

    hasil kadar abu, kadar kotoran, Ammonia, Mooney, P.R.I (Keelastisan), dan

    kadar Air.

    6. Securty

    Security memiliki bertugas untuk menjaga keamanan pabrik

    Palangisang Crumb Rubber Factory.

    K. Lay Out

    Adapun lay out tata letak pabrik pengolahan karet di palangisang crumb

    rubber factory terdapat pada lampiran 2.

  • 13

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Tanaman Karet

    Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea Braziliensis.

    Tanaman karet mula-mula ditemukan di lembah-lembah sungai Amazone

    (Brazil). Ketika Christophel Columbus menemukan benua Amerika pada tahun

    1476, dia tercengang melihat penduduk setempat (suku Indian) bermain bola

    dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ke tanah.

    Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, rumput, dan bahan (lateks) yang

    kemudian dipanaskan diatas api dan dibulatkan menjadi bola. Jauh sebelum

    tanaman karet ini populer, penduduk asli diberbagai tempat seperti Amerika

    Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga

    menghasilkan getah. Getah ini dihasilkan dari tanaman Castillaelastica (family

    moraceae). Tanaman tersebut tidak dimanfaatkan lagi karena kalah tenar

    dibandingkan tanaman karet. Di Indonesia sendiri tanaman karet dicoba

    dibudidayakan pada tahun 1876 di ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor.

    Tanaman karet dapat tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi

    pohon dewasa bisa mencapai 15 - 25 meter. Batangnya biasanya tumbuh lurus dan

    memiliki percabangan diatas. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan

    tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3 - 20 cm. Panjang tangkai

    anak daun 3 - 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk

    eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet

    terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada 3 - 6 buah sesuai

    dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dan memiliki kulit yang keras. Warnanya

    coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.

    Secara Lengkap, Struktur Botani Tanaman Karet Tersusun Sebagi Berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Euphorbiales

  • 14

    Famili : Euphobiaceae

    Genus : Hevea

    Spesies : Hevea braziliensis

    Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon terhadap kondisi

    lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Daun ini

    akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.

    Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut:

    Tinggi tempat 0 - 200 meter diatas permukaan laut

    Curah hujan 1.500 - 3.000 mm/tahun

    Bulan kering kurang dari 3 bulan

    Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam

    Kemiringan tanah kurang dari 10%

    Tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir

    Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimum 15%

    pH tanah berkisar 4,3 - 5,0

    Drainase tanah sedang

    Tanaman karet memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan komoditas

    lainnya, yaitu:

    Dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu

    dipanen hasilnya meskipun tanah tidak subur

    Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada

    daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk

    menanggulangi lahan kritis.

    Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakan.

    Prospek harganya juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak

    stabil.

  • 15

    Gambar 3.1. Proses penyayatan pada karet

    Tanaman karet ini apabila digores/disayat pada kulit batangnya akan

    mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut lateks. Lateks ini akan

    kering dan menggumpal apabila dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru

    boleh dipanen (untuk diambil lateksnya) setelah berusia 5 tahun dan memiliki usia

    produktif 25 sampai 30 tahun. Lateks inilah yang selanjutnya akan diolah menjadi

    bentuk baru (produk barang jadi). Lateks yang masih dalam bentuk cairan menjadi

    bahan baku produk balon karet mainan, permen karet, sarung tangan karet,

    kondom dan lain-lain. Sedangkan lateks yang sudah kering (membeku, sering

    disebut kompo) menjadi bahan baku ban mobil, conveyor belt, karet pelindung

    pada bodi mobil, dan lain-lain.(Wikipedia,2014)

    B. Produksi Karet Cup Lump Menjadi SIR 10

    Pengolahan karet alam jenis lower grade (karet remah) adalah pengolahan

    karet yang dirancang khusus untuk mengelolah karet lateks yang membeku pada

    saat penyadapan. Beberapa tahap dalam pengolahan karet jenis lower grade( karet

    remah ). Adapun tahapan pengolahannya sebagai berikut:

    1. Tahap 1 Reception (Penerimaan Bahan Baku)

    Tahap reseption adalah tahap penerimaan lateks alam dari kebun dalam

    bentuk karet beku, adapun prosesnya sebagai berikut:

  • 16

    a) Cup lump (lateks beku) dari lapangan diangkut dengan truk pembawa lateks.

    Tiba siang hari pukul 12.00 wita- selesai ( disusuaikan dengan keadaan

    cuaca) kemudian timbang dengan jembatan timbangan Weight Bridge (Every

    Weigh Tronix kap. 40 Ton) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Pastikan platform timbangan bersih dari sampah dan lumpur setiap pagi

    sebelum aktivitas dimulai, kerani timbang membersihkan platform.

    2. Kerani timbang memeriksa peralatan timbangan seperti timbangan Every

    dan digital indicator telah terpasang dengan benar dan nyalakan peralatan

    tersebut

    3. Pastikan pada layar digital indicator menunjukkkan angka nol (0).

    a) Langkah-langkah pengoperasian

    1. On.kan semua pelatan yang dipakai untuk penimbangan

    - Stavol

    - UPS

    - Komputer

    - Weighting Indikator

    - Printer

    2. Tunggu beberapa saat sampai muncul program penimbangan pada

    monitor computer

    3. Dengan arahan mandor receiving lateks, truk masuk ke platform

    timbangan dengan posisi sudah benar untuk melakukan

    penimbangan. Kerani timbang akan memberi isyarat bahwa posisi

    beban sudah benar untuk melakukan penimbangan.

    4. Periksa bon pengantar lateks & lump yang diberikan oleh sopir

    traktor/tank

    5. Setelah melakukan pembongkaran lump dan lateks, truk

    melakukan penimbangan kedua.

    6. Kerani timbang mencatat lump dan lateks yang masuk pada form/

    receiving lateks dan Cup lump.

    7. Periksa dan tanda tangani setiap Bon Pengantar Lateks dan

    ditandatangani oleh kerani timbang dan asisten factory.

  • 17

    8. Kerani timbang bertanggung jawab atas semua hasil penimbangan

    yang akan dientry ke Sistem SAP(Sistem Aplikasi Prosedur)

    9. Pastikan timbangan ditera ulang oleh metrology setiap tahun.

    (Sumber: PCRF-WI-001)

    b) Sortasi cup lump dan getah oksidasi sebelum giling ke prebreaker dengan

    daya motor 75 kw, kap.4.000-5.000 kg/jam merk Elektrin

    c) Siram cup lump segar dengan air sambil pisahkan kontaminasi yang lengket

    jika ada

    d) Usahakan cup lump harus habis giling pada hari itu juga dan areal

    penerimaan harus terlindung dari sinar matahari.

    e) Apabila cup lump tidak dapat digiling keseluruhan maka untuk sementara di

    tampung pada lantai loading ramp.

    Gambar 3.2. Bahan baku dimasukkan dalam lantai Loading ramp

    2. Tahap 2 Crushing (Penghancuran)

    Tahap crushing adalah tahap dimana karet beku tadi di

    hancurkan/digiling dengan proses sebagai berikut:

    a) Arahkan cup lump melalui conveyor menuju prebreaker pemotongan hingga

    mencapai 1 1.5 inci.

    b) Air pencucian pada prebreaker harus tetap terbuka agar kotoran-kotoran

    yang melekat jatuh bersama-sama dengan air.

    c) Potongan cup lump masuk ke dalam blending tank. Hindari agar potongan

    cup lump dari prebreaker tidak menumpuk di blending tank yang berisi air.

  • 18

    Cup lump dalam blending tank diputar agar cup lump homogeny dan

    kontaminasi turun karena adanya berat jenis.

    d) Masukkan potongan cup lump secara teratur ke Bucket Elevator menuju pre

    creper LG I untuk proses menjadi snape Blanket dengan tebal 17 mm dan

    seterusnya melalui Bell Conveyor menuju ke creper LG 2 hingga creper LG

    5. (Sumber: PCRF-WI-003)

    Gambar 3.3. Penghancuran karet cup lump pada mesin Prebreaker

    3. Tahap 3 Creping (Peremahan)

    Setelah melalui tahap crushing, selanjutnya tahap creping dimana karet

    sudah dibuat dalam bentuk remah, dengan cara sebagai berikut:

    a) Masukkan blanket melalui belt conveyor ke Creeper LG No.1-type 12" x

    26", dengan ukuran ketebalan sesuai PCRF-SPEC-005, jika melebihi ukuran

    tebal mandor giling harus memeriksa setting creeper dan memantau kembali

    ukuran Blanket.

    b) Cincang blanket menjadi crumb dengan mesin shreeder( cap.1500 kg karet

    kering/jam)

    c) Pompa crumb (cap 30 m3/jam) melalui static separator yang dilengkapi

    saringan 4 mesh untuk memisahkan air dan crumb.

    d) Bersihkan trolly dari crumb yang lengket pada bak trolley kemudian siram

    dengan air sebelum digunakan.

    e) Tampung crumb yang jatuh dari statistic separator ke dalam bak trolley (cap

    120 kg kering). Ukuran 140 x 100 x 60 cm dengan pusat dasar saringan 4

    mesh dan waktu pengisian tidak melebihi waktu drying cycle.

  • 19

    f) Ratakan apabila ada crumb yang menggumpal atau tebal, segera pisahkan

    untuk selanjutnya giling ulang melalui shreeder.

    g) Ratakan crumb dalam bak trolley agar tidak terjadi penumpukan pada satu

    tempat.

    h) Lakukan penirisan air selama 18 menit (1 cycle) sebelum masuk ke dalam

    dryer.(sumber: PCRF-WI-007)

    Adapun Lembaran Crepe blanket yang keluar dari setiap creeper pada proses

    Lower Grade ( Lump )Jalur LG Line harus tidak melebihi ukuran berikut:

    Creeper LG No. 1 maks 17 Milimeter *)

    Creeper LG No. 2 maks 11 Milimeter *)

    Creeper LG No. 3 maks 7 Milimeter *)

    Creeper LG No. 4 maks 6 Milimeter *)

    Creeper LG No. 5 maks 5 Milimeter *)

    (Sumber: PCRF-SPEC-005)

    Gambar 3.4. Proses peremahan karet pada mesin creeper

    4. Shreeding (Peremahan)

    Sebelum memasuki proses pengeringan, blangket akan diremahkan dulu

    dengan mesin Shreeder. Tujuan peremahan ini adalah untuk mendapatkan luasan

    permukaan yang cukup bagi bahan baku untuk kontak dengan udara panas di

    mesin Dryer.

  • 20

    Bentuk remahan juga memungkinkan bahan baku dapat dicetak didalam

    Box Dryer (sering juga disebut dengan trolley), sehingga memudahkan dalam

    proses Pengepakan.

    5. Tahap 4 Drying (Pengeringan)

    Remahan-remahan yang dihasilkan oleh Shreeder selanjutnya akan masuk

    ke bak panjang berisi air bersih (berfungsi sebagian pencuci dan media transport)

    didepan Schreder. Dari bak tersebut remahan kemudian dipindahkan melalui pipa

    dengan pompa Hidro Cyclon ke Box Dryer. Ada 1-2 orang yang bertugas untuk

    memastikan remahan masuk kedalam Box Dryer dengan baik dan benar

    (posisinya disebelah kanan dan kiri dari box dryer).

    Sebuah Box Dryer memiliki kapasitas 120 Kg Kering. Remahan harus

    masuk kedalam box dengan cara yang alami dan tidak boleh ada penekanan

    terhadap remahan. Hal ini untuk menghidari terjadi pemadatan didalam remahan.

    Remahan yang padat menyulitkan udara panas untuk menyentuh seluruh

    permukaan remahan. Akibatnya pengeringan menjadi tidak sempurna. Kepadatan

    remahan didalam box dryer harus diatur sedemikian rupa sehingga masih dapat

    terjadi sirkulasi udara panas diantara celah-celah remahan pada saat pengeringan

    didalam dryer.

    Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan produk SIR 10 yang bebas dari

    kadar air. Kadar air yang lebih tinggi akan menurunkan ketahanan produk

    terhadap pembusukan. Kandungan air memungkinkan produk ditumbuhi oleh

    jamur. Menghilangkan kandungan air akan meningkatkan keawetan dari produk

    dan menjadi syarat agar dapat diolah pada proses selanjutnya. Produk SIR 10

    sendiri adalah produk yang setengah jadi dan akan diproses lebih lanjut menjadi

    produk bahan jadi seperti ban mobil, belt conveyor, dock fender dan lain

    sebagainya.

    Suhu pengeringan diatur pada suhu 110 - 130 derajat celcius. Total waktu

    pengeringan yang dilakukan adalah selama kurang lebih 4 jam. Operator dryer

    bertugas menjaga agar remahan benar-benar kering optimal. Kondisi remahan

    yang kurang kering biasanya memberikan akibat white spot ataupun virgin rubber

    pada produk akhir (bandela). Sedangkan bila suhu pengeringan terlalu tinggi atau

  • 21

    waktu pengeringan terlalu lama maka hasil yang keluar dari dryer menjadi

    berlendir dan lengket-lengket. Kondisi karet berlendir dan lengket ini merupakan

    gambaran awal bahwa parameter mutu PRI (Plasticity Retention Index) gagal

    didapatkan.

    Proses pengeringan dalam dryer menggunakan udara panas dengan

    menggunakan batu bara sebagai bahan untuk dimasukkan kedalam mesin.

    Gambar 3.5. Mesin Pengering(dryer) dan hasil pengeringan

    6. Packing (Pengepakan)

    Setelah box yang berisi remahan keluar dari mesin dryer, maka

    selanjutnya box dryer akan didinginkan isinya sampai 40 derajat Celcius.

    Pendinginan ini dibutuhkan untuk menghindari:

    1) Tumbuhnya jamur pada hasil akhir. Hasil akhir akan dibungkus dengan

    plastik. Suhu yang panas akan berakibat mengembunnya udara yang ada

    didalam plastik. Embun ini dapat memicu timbulnya penjamuran.

    2) Plastik pembukus produk dapat meleleh sehingga produk akan menjadi

    lengket satu sama lain.

    3) Nilai Plasticity Retention Index (PRI) akan turun akibat panas yang

    tertahan dalam kemasan.

    Sebelum dibawa ke proses packing, box dryer terlebih dahulu dikeluarkan

    isinya (berupa remahan berbentuk bantalan yang telah kering) dan diletakkan ke

    meja sortasi. Hasil yang keluar dari dryer akan dipisahkan secara visual antara

    hasil yang memenuhi spesifikasi dan hasil yang keluar dari spesifikasi/out speck.

    Hasil yang out speck biasanya adalah hasil yang masih mengandung karet

    mentah/virgin rubber/white spot (ditandai bintik putih dan bau yang menyengat),

  • 22

    atau bisa juga hasil yang terlalu matang (lembek dan lengket). Di meja sortasi

    dilakukan juga pemeriksan terhadap kontaminasi (mis: serpihan kayu, plastik atau

    logam).

    Gambar 3.6. Proses mengeluarkan karet dari box percetakan

    PT. LONSUM biasanya menerima order SIR 10 dalam bentuk kemasan

    polythene bag ukuran 0.04 mm. Hasil yang telah lewat sortasi selanjutnya

    ditimbang sebanyak 35 kg dan selanjutnya dilewatkan ke Metal Detector. Metal

    Detector akan memeriksa kandungan logam pada produk. Kontaminasi logam

    harus dihindari.

    Hasil keluaran dryer selanjutnya akan dicetak menjadi bentuk kotak

    memanjang dengan berat 35 kg. Pencetakannya dilakukan dengan mesin Balling

    Press. Remahan-remahan akan di tekan dalam sebuah cetakan hingga didapatkan

    ukuran 18 cm x 35 cm x 70 cm. Hasil cetakan ini disebut dengan Bandela atau

    sering juga disebut Bale. Bandela tersebut selanjutnya akan dibelah dalam arah

    memanjang (tidak sampai terbelah 2) untuk memeriksa apakah bandela bebas dari

    kondisi bintik putih (Whitespot). Karet mentah dalam bandela biasanya akan

    menimbulkan bekas bintik putih (White spot). Apabila ditemukan bintik putih

    (white spot) maka Bandela harus segera disingkirkan (out speck). Setelah bandela

    diyakini bebas dari white spot maka bandela sudah siap untuk dibungkus dengan

    pembungkus plasitk.

  • 23

    Gambar 3.7. Menimbang karet hasil pengeringan seberat 35 kg kemudian

    masukkan kedalam mesin Balling Press

    Bandela yang sudah dibungkus dengan plastik selanjutnya akan disusun ke

    dalam Forming Box. Mula-mula alas Forming Box dilapisi dengan plastik

    polythene yang memiliki ketebalan 0,10 - 0,15 mm, kemudian bandela disusun

    diatas alas peti. Bandela disusun sebanyak enam lapis dengan 6 buah bandela

    untuk tiap lapisannya. Artinya akan ada 36 bandela dalam 1 Forming Box. Antara

    setiap lapisnya diberi alas plastik srink wrap & slip tray tebal 0.15 mm yang

    merupakan satu potong (utuh) dalam setiap kemasan.

    Gambar 3.8. Pengemasan Bale Karet Hasil Press dan Pemasukan Kedalam

    Box Percetakan

    Setelah bale di bungkus ke dalam polytene, bale di masukkan kedalam

    foarming box yang telah di beri alas base pallet (1.300 x 1040 mm)dengan

    susunan sesuai PCRF-SPEC-008, kemudian pasang plastik interlayer untuk setiap

    lapis (layer) seterusnya susun sampai 6 layer (tingkat). Adapun susunan bale

    sebagai berikut:

  • 24

    a. Susunan bale untuk packing shrink wrap

    Susunan layer 1, 3, & 5 Susunan layer 2,4, & 6

    b. Susunan bale untuk pecking slip tray

    Susunan di layer 4,3,& 5 Susunan di layer 2,4 & 6

    Sesudah seluruh bandela tersusun dalam Forming Box, maka diatas

    susunan bandela diletakkan tutup papan yang ukurannya persis sama dengan

    ukuran Forming Box sehingga apabila ditekan dapat masuk ke dalam Forming

    Box. Diatas tutup papan tersebut diletakkan beban seberat 1,5 Ton selama 18 - 24

    jam sehingga apabila beban tersebut diangkat maka diperoleh suatu susunan

    bandela yang padat dan rapi hingga tingginya menjadi 115 cm.

    Susunan Bandela yang padat dan rapi tersebut selanjutnya disebut dengan

    Pallet. Setiap palet terdiri dari 36 bandela sehingga berat untuk 1 palet adalah

    1260 kg. Palet tersebut merupakan produk akhir dari cup lump di pabrik tersebut.

    Palet-palet kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan menunggu Order

    Pengiriman dari Bagian Penjualan. Adapun tentang alur sistem produksi karet cup

    lump jenis Lower Grade terdapat pada lampiran 3.

    C. Proses Produksi Karet Lateks menjadi Harub Bato RSS 1 x

    Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak

    tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa

    hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada

    Bale No.3

    BaleNo.2

    BaleNo.1

    BaleNo.6

    BaleNo.5

    Bale No.4

    Bale No3

    Bale No.1 Bale No.2

    Bale No.5

    Bale No.6

    Bale

    No.4

    Bale

    No.

    3

    Bale

    No.

    5

    Bale

    No.

    6

    Bale

    No.4

    Bale No.1 Bale No.2

    Bale

    No.

    3

    Bale

    No.

    5

    Bale No.

    6

    Bale

    No.

    4

    Bale No.1 Bale No.2

  • 25

    tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh

    tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis

    (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di

    bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena

    keratan, akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar

    sebagai getah kental.

    Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang

    terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan

    partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang

    mengandung berbagai macam zat. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan

    karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang

    terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-

    2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe.

    Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan

    ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong

    Karet lembaran asap bergaris (bahasa Inggris: Ribbed Smoked Sheet

    (RSS)) adalah salah satu jenis produk olahan yang berasal dari lateks/getah

    tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi

    dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard

    The Green Book dan konsisten.

    Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi

    lembaran-lembaran (sheet) melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan,

    penggilingan serta pengasapan. Beberapa faktor penting yang memengaruhi mutu

    akhir pada pengolahan RSS diantaranya adalah pembekuan atau koagulasi lateks,

    pengasapan dan pengeringan. Karet lembaran asap bergaris digunakan sebagai

    bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor, khususnya jenis ban

    radial.(Wikipedia. 2014)

    Tahap awal dalam pengolahan karet lembaran asap bergaris adalah

    penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada

    mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk

    memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi.

  • 26

    Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak

    koagulasi untuk proses pengenceran dengan air. Pengolahan karet jenis RSS tidak

    jauh beda dengan sistem pengolahan karet jenis Whole Lateks, letak perbedaannya

    adalah dari sistem pengeringnya. Adapun tahapan pengolahan karet jenis RSS

    yaitu:

    1. Tahap Reception/penerimaan bahan baku

    a) Sopir atau kernek transfort tiba pada pukul 12.00 wita-selesai (disesuaikan

    dengan keadaan cuaca) dan memberikan bon pengiriman (SPB) dari kebun

    ke mandor penerima pabrik

    b) Timbang Truk lateks dengan jembatan timbang avery weigh tronix cap. 40

    ton type UWE- 1705 sesuai prosedur PCRF-WI-001 kemudian catat semua

    penerimaan kedalam buku receiving lateks & lump

    c) Arahkan truk tangki lateks setempat penurunan lateks ke bulking tank

    d) Ambil contoh lateks dari setiap tangki dan ukur DRC (PCRF-TI_020),

    analisis mooney (PCRF-TI-007) dan ammonia (PCRF-TI-010)

    e) Pisahkan Grading lateks tersebut untuk pembuatan grade 3L atau 3CV60.

    Pastikan bahwa lateks dalam bulking tank dapat diproses menjadi 3CV60

    dengan menghitung Mooney Viscosity diluar spesifikasi 55-56 maka lateks

    tersebut menjadi mutu SIR 3L atau BATO RSS

    f) Turunkan lateks dari truk tangki lateks ke bulking tank cap 3 x 20 Ton,

    sambil saring melalui saringan kawat 10 mesh.

    g) Timbang kembali truk tangki yang kosong sesuai prosedur PCRF-WL-001

    h) Catak berat lateks yang diterima, dalam bon pengiriman

    i) Encerkan lateks di Bulking Tank hingga DRC 21 30 % untuk SIR 3L dan

    22 27 % untuk 3CV60

    j) Aduk lateks dalam bulking tank dengan stirer selama 20-30 menit, dan

    persiapkan bahan kimia untuk setiap jenis karet

    k) Masukkan bahan kimia tersebut menurut prosedur PCRF-SPEC-001. Tetap

    aduk beberapa menit.

    l) Siapkan formic acid dalam tangki dengan konsentrasi larutan 2 % kapasitas

    tangki 2.450 liter

  • 27

    m) Bersihkan Coagulating Trough dari kotoran sebelum diisi dengan lateks

    n) Buka keluaran bulking tank dan menyusul buka kran formic tank sehingga

    terjadi pencampuran lateks dengan F A ditulang secara gravitasi ( Flow

    Match System).

    o) Isi Coagulating Trough dengan lateks (kapasitas maximum 600

    Kg.dry/C.T) sambil memeriksa PH pada tiga tempat yakni depan, tengah

    dan belakang. Atur arus penambahan F.A sehingga pH lateks berkisar 4

    5.5

    p) Aduk lateks dalam Coagulating Trough dengan dayung sebanyak 3 4 kali

    bolak balik agar homogen, lalu ukur pH lateks antara 4 5.5 ditiga tempat

    (depan, tengah, dan belakang)

    q) Tunggu lateks sampai membeku

    r) Siram dengan air sehingga permukaan lateks tertutup sabagai anti

    oksidasi.(Sumber: PCRF-WI-005)

    Gambar 3.9. Bahan baku masuk ke bulking tank dan pemasukan lateks ke

    dalam coagulating trough

    2. Tahap Pre Treatment/ Coagulation (Perlakuan)

    Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan

    menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan

    asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke

    dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar

    jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan

    asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan

  • 28

    pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet

    dibandingkan bahan koagulan asam lainnya.

    Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada

    titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada

    pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada

    protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi

    koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar

    tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses

    pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara

    perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat

    mempegaruhi mutu sheet yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur

    dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil

    bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku

    setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang

    berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.

    Tahap treatmen adalah tahap dimana karet tadi diberi perlakuan, dengan

    proses sebagai berikut:

    a) Masukkan coagulum sheet dari dalam coagulum tank yang berisi 76 lembar

    sheet dan arahkan ke talang yang berisi air

    b) Arahkan jalannya coagulum sheet secara mengambang (floating) melalui

    talang ke mesin sheeter

    c) Masukkan koagulum sheet satu per satu ke sheeter (cap. 2 x 506 Kg/jam)

    dengan teratur

    d) Periksa ketebalan sheet yang keluar dari sheeter sesuai PCRF-SPEC-007

    e) Bilas atau cuci bambu kilas yang keluar dari kamar asap di bak pencucian

    dengan menggunakan izal Germizide Konsentrasi 2 % sebagai anti jamur

    f) Gantungkan setiap lembaran karet pada bambu kilas dan pastikan lembaran

    dalam keadaan baik dan tidak terlipat

    g) Sheet yang pecah/putus dikumpulkan pada tempat khusus diberi identifikasi

    reject, kemudian dijadikan bahan baku SIR 10. Jumlah sheet yang direject

  • 29

    yang dicatat beratnya pada form milling PCRF Sheet Factory( PCRF-

    RUB/022)

    h) Susun bambu kilas yang berisi lembaran karet keatas lorry cap.220 bambu.

    ( PCRF-WI-008)

    i) Tiris selama 2 jam sebelum dimasukkan kedalam kamar asap (smoke

    home)

    j) Catat jumlah lorry yang dipakai dan kapasitas sheeter/jam setelah proses

    pada form Milling Sheet.

    g Gambar 3.10. Pemasangan Plat dan Pencabutan Plat Pada Coagulum Sheet

    3. Tahap Milling/ Sheeting (Penggilingan/Pelembaran)

    Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan

    atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan

    sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan

    pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran menggunakan mesin Sheeter,

    koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif

    (Diamond).

    Adapun lembaran Crepe Blanket yang keluar dari setiap Sheeter pada

    proses pengolahan sheet harus tidak melebihi ketebalan sebagai berikut:

    Tebal Blanket Sheet Proses terdapat pada (PCRF SPEC 007):

    1) Reginal Roll Sheeter No. 1 & 2, maks 6.0 Milimiter *)

    2) Smooth Roll Sheeter No. 3 & 4, maks 5.0 Milimeter *)

    3) Spiral Roll Sheeter No. 5 maks 4.0 Milimeter *)

  • 30

    Gambar 3.11. Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran (sheet)

    Setelah digiling, lembaran dicuci kembali dengan air bersih untuk

    menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia,

    membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar lembaran

    tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian

    ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.

    Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam

    lembaran sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk

    menghindari terjadinya cacat pada lembaran yang dihasilkan, misalnya timbul

    warna yang seperti karat akibat redoks. Penirisan dilakukan pada tempat teduh

    dan terlindung dari sinar matahari.

    4. Tahap Smoke House(Rumah Asap)

    Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan lembaran, memberi warna

    khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan. asap yang

    dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran

    karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptik yang dapat mencegah

    pertumbuhan mikroorganisme. suhu yang digunakan di dalam kamar asap adalah

    sebagai berikut :

    Hari dripping Suhu

    Pengeringan hari 1 35 400C

    Pengeringan hari 2 40 450C

    Pengeringan hari 3 45 500C

    Pengeringan hari 4 50 550C

    Pengeringan hari 5 50 550C

    Pengeringan hari 6 550C

  • 31

    Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan

    warna. Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar (umumnya

    menggunakan kayu karet) yang masih basah. Pada hari kedua lembaran harus

    dibalik untuk melepaskan lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar

    sisi lain lembaran bisa terkena asap sehingga pengasapan merata. Mulai hari

    ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat

    kematangan yang tepat.

    Gambar.3.12. Proses penirisan kadar air dan pengasapan Karet lembaran asap

    bergaris dalam kamar asap

    5. Tahap Sortir dan Pengemasan

    Setelah diasapi karet harus melalui tahap seleksi lalu kemudian

    dikemas, dengan cara sebagai berikut:

    a. Periksa mutu lembaran sheet kering dalam smoke house yang akan

    dikeluarkan untuk di sortir di packing.

    b. Turunkan lembaran demi lembaran sheet kering dan pisangkan yang masih

    mentah atau kontaminasi untuk proses ulang (recycle).

    c. Periksa lembar sheet yang bagus diatas kaca transparan yang disinari

    lampu untuk pemeriksaan kualitas sheet.

    d. Susun lembaran-lembaran tersebut dalam box sesuai grading yang

    diinginkan (small ball 35 kg) dan timbang dengan timbangan Avery Weigh

    Tronix.

    e. Lembaran sheet dalam box ditimbang hingga mencapai berat 35 kg setiap

    bandela dan dipress selama 1 menit pada tekanan 2000 Psi untuk jenis

    small ball.

  • 32

    f. Khusus untuk small ball, ambil contoh 200 gram secara diagonal ke sudut

    bandela yang mewakili satu pallet dan bawa ke labolatorium.

    g. Bungkus bandela dengan polythene bag 0.04 mm yang bertuliskan Harub

    Bato RSS 1x

    h. Bale yang dibungkus disusun dalam forming box yang beralaskan base

    pallet ukuran 1360 x 1040 mm. setiap lapisan ditutup dengan plastik tebal

    0.15 mm

    i. Setiap forming box di isi dengan 6 bandela x 6 layer = 36 bandela. Beri

    nomor pallet sesuai dengan jenis mutunya.

    j. Jika pallet telah penuh, kirim kegudang untuk segera di press selama

    minimal 18-24 jam hingga tinggi mejadi 115 cm.

    k. Susun pallet dalam gudang sesuai dengan jenis mutunya. Tulis nomor

    kontrak jika sudah ada. (Sibli Andi M. 2007)

    Gambar 3.13. Sortasi dan cutting pada lembaran asap bergaris

    Untuk greding dengan menggunakan spesifikasi berikut dengan dasar

    contoh aktual produk bato yang siap ekspor yaitu :

    - Tidak ada cendraman basah

    - Tidah lembek dan bagus

    - Tidak ada bintik-bintik

    - Harus kering, tidak basah dan kekar

    - Gelembung udara sebesar lubang jarum tetap masi bisa diterima

    - Tidak terkontaminasi

    - Tidak ada noda kecil dari kayu atau bambu penjemuran

    - Warnah bagus dan tidak kemera tuaan yang artinya terlalu matang

  • 33

    6. Tahap Pemeriksaan dan Pengiriman

    Setelah semua selesai, tahap terakhir yaitu tahap tahap pemeriksaan

    barang sebelum dikirim dengan ketentuan sebagai berikut:

    a) Periksa secara visual setiap pallet serta bersihkan pallet dari debu-debu

    dan kontaminasi lainnya sebelum dikirim.

    b) Periksa ketinggian pallet small ball maksimal 115 cm.

    c) Periksa lot, nomor bale dan tujuan sesuai kontrak sebelum dilakukan

    pengiriman.

    d) Lantai bak truk pengangkut normal bale harus diberi alas plastik dan

    ditutupi dengan terpal untuk menjaga mutunya.

    D. Proses Produksi Karet Lateks Menjadi SIR 3CV60

    1. Tahap Reception (Penerimaan Bahan Baku)

    a. Tahap reception adalah tahap penerimaan karet alam dari kebun dalam

    bentuk cair, adapun prosesnya sebagai berikut:

    b. Sopir atau kernek transfor tiba pada pukul 12.00 wita-selesai (disesuaikan

    dengan keadaan cuaca) dan memberikan bon pengiriman (SPB) dari kebun

    ke mandor penerima pabrik

    c. Timbang Truk lateks dengan jembatan timbang Avery Weigh Tronix cap.

    40 ton tipe UWE- 1705 sesuai prosedur PCRF-WI-001 kemudian catat

    semua penerimaan kedalam buku receiving lateks & lump

    d. Arahkan truk tangki lateks setempat penurunan lateks ke bulking tank

    e. Ambil contoh lateks dari setiap tangki dan ukur DRC (PCRF-TI_020),

    analisis mooney (PCRF-TI-007) dan ammonia (PCRF-TI-010)

    f. Pisahkan Grading lateks tersebut untuk pembuatan grade 3L atau 3CV60.

    Pastikan bahwa lateks dalam bulking tank dapat diproses menjadi 3CV60

    dengan menghitung Mooney Viscosity diluar spesifikasi 55-56 maka lateks

    tersebut menjadi mutu SIR 3L atau BATO RSS

    g. Turunkan lateks dari truk tangki lateks ke bulking tank cap 3 x 20 Ton,

    sambil saring melalui saringan kawat 10 mesh.

    h. Timbang kembali truk tangki yang kosong sesuai prosedur PCRF-WI-001

  • 34

    i. Catat berat lateks yang diterima, dalam bon pengiriman

    j. Encerkan lateks di Bulking Tank hingga DRC 22 27 % untuk 3CV60

    k. Aduk lateks dalam bulking tank dengan stirer selama 20-30 menit, dan

    persiapkan bahan kimia untuk setiap jenis karet

    l. Masukkan bahan kimia tersebut menurut prosedur PCRF-SPEC-001.

    Tetap aduk beberapa menit.

    m. Siapkan formic acid dalam tangki dengan konsentrasi larutan 7 %

    kapasitas tangki 2.450 liter

    n. Bersihkan Coagulating Trough dari kotoran sebelum diisi dengan lateks

    o. Buka keluaran bulking tank dan menyusul buka kran formic tank sehingga

    terjadi pencampuran lateks dengan F A ditulang secara gravitasi (Flow

    Match System).

    p. Isi Coagulating Trough dengan lateks sambil memeriksa PH pada tiga

    tempat yakni depan, tengah dan belakang. Atur arus penambahan F.A

    sehingga pH lateks berkisar 4 5.5

    q. Aduk lateks dalam Coagulating Trough dengan dayung sebanyak 3 4

    kali bolak balik agar homogen, lalu ukur pH lateks antara 4 5.5 ditiga

    tempat (depan, tengah, dan belakang)

    r. Tunggu lateks sampai membeku

    s. Siram dengan air sehingga permukaan lateks tertutup sabagai anti

    oksidasi.(Sumber: PCRF-WI-005)

    2. Creeping(Peremahan)

    Adapun proses peremahan adalaha sebagai berikut:

    a. Isi air kedalam coagulating trough agar coagulum lateks dapat

    mengambang

    b. Pipihkan coagulum dengan lateks crusher cap. 1500 kg karet kering/jam

    sehingga tebal coagulum menjadi 25-30 mm

    c. Arahkan lembaran coagulum melalui transfer fit ke creeper untuk

    dijadikan blanket dimana tebal akhir yang keluar dari setiap creeper sesuai

    dengan PCRF-SPEC-004.

  • 35

    d. Masukkan blanket dari creeper melalui belt conveyor ke Shreeder cap.

    1500 kg dry/h untuk dicincang menjadi crumb

    e. Lakukan pemeriksaan apabila ada crumb yang tebal tatau menggumpat,

    pisahkan crumb yang tebal tersebut dan giling kembali melalui lateks

    crusher dan seterusnya.

    f. Pompo crumb tersebut melalui vibrating screen dan jatuh ke dalam trolley.

    Siram trolley terlebih dahulu sebelum digunakan.

    g. Tampung crumb ke dalam trolley cap.420 kg karet kering dengan ukuran

    bak trolley 462 x 134.5 x 38 cm.

    h. Ratakan crumb dalam trolley agar tidak terjadi penumpukan pada suatu

    tempat.

    i. Adakan penirisan air sebelum masuk kedalam dryer sesuai pengaturan

    cycle.

    Adapun tebal Blanket Lateks Crumb adalah sebagai berikut:

    Creeper WL No. 1, Maks 14 Milimeter*)

    Creeper WL No. 2, Maks 11 Milimeter*)

    Creeper WL No. 3, Maks 9 Milimeter*)

    Creeper WL No. 4, Maks 7 Milimeter*)

    3. Drying/pengeringan

    Adapun proses pengeringan pada crumb lateks adalah sebagai berikut:

    a. Selanjutnya trolley dimasukkan kedalam dryer dengan temperatur 110-

    130 o C dengan waktu pengeringan adalah 13 menit.

    b. Pengeringan dalam dryer selama 15x13 dan didinginkan selama 13

    menit untuk mencapai suhu 40 o C. Bersihkan trolley sebelum dipakai

    kembali.

  • 36

    4. Packing (pengemasan)

    Setelah semua tahapan selesai, selanjutnya tahap pengemasan

    sebagai berikut:

    a. Karet remah kering yang telah dingin dibongkar dari trolley dan

    diletakkan diatas meja press.

    b. Timbang karet remah setiap 35 kg pada timbangan Avery Weigh

    Tronix dan press pada 2000 Psi selama 1 menit dalam mesin Balling

    Press untuk menjadi 1 bandela.

    c. Bandela dilewatkan melalui conveyor untuk mendeteksi adanya metal

    dengan metal detector Type Metal Shark merek Cassel.

    d. Potong contoh sudut dari setiap 9 bandela secara diagonal sebanyak

    360-400 gram. Kirim ke labolatorium untuk dianalisa sesuai dengan

    jenis mutu.

    e. Belah setiap bandela yang baik kondisinya dibungkus dengan plastik

    ukuran 0.04 mm.

    f. Bandela tersebut disusun berdasarkan standar susunan yang telah

    ditentukan dalam forming box beralas base pallet dengan ukuran 1360

    x 1040 mm. setiap lapisan dibatasi dengan plastik tebal 0.15 mm.

    g. Setelah penuh, pallet dipindahkan kegudang untuk selanjutnya di press

    selama 18 24 jam hingga tingginya menjadi 115 cm.

    h. Susun pallet-pallet dalam gudang pallet sesuai dengan jenis mutunya.

    Tulis nomor kontrak jika sudah ada.

    Adapun alur proses produksi karet lateks menjadi SIR 3CV60 terdapat

    pada lampiran 5.

    E. Labolatorium

    Laboratorium di Palangisang Crumb Rubber Factory langsung dibawahi

    oleh bagian Quality Control Department (QCD) PT. LONSUM. Laboratorium

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang mutu yang dihasilkan

    oleh pabrik. Dengan adanya laboratorium, maka dapat diadakan analisis yang

    lebih teliti terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mutu produk. Hasil

    analisis diinformasikan ke bagian produksi sehingga dapat diketahui apakah

  • 37

    mutu produk yang dihasilkan makin buruk atau makin baik dan apakah produk

    dapat diterima.

    Proses pengolahan karet di PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk, perlu

    dijaga nilai viskositas mooney karena nilai viskositas mooney akan mempengaruhi

    jumlah berat molekul dari karet remah. Tingginya nilai viskositas mooney akan

    menaikkan jumlah berat molekul sehingga akan mempersulit pengolahannya

    menjadi produk jadi seperti ban kendaraan. Semakin besar jumlah berat molekul

    karet maka semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi terhadap aliran,

    dengan kata lain karetnya akan semakin keras. Hal tersebut berdampak pada tidak

    terpenuhinya standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Skala standar viskositas

    mooney yang digunakan PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. adalah 55 65

    untuk SIR 3CV60. Terdapat beberapa pengujian dalam labolatorium sebagai

    berikut:

    1. Langkah kerja Penetapan Kadar Kotoran( DIRT Test)

    a. Persiapan contoh untuk analisa

    Ambil 20 25 gram contoh karet yang telah diseragamkan dan digiling

    dua kali melalui gilingan labolatorium ( setelah penggilingan pertama

    lembaran karet dilipat dua ), dengan celah roll diatur 0.33 mm.

    b. Pelarutan

    - Timbang kira-kira 10 gram lembaran contoh karet dengan ketelitian

    mendekati 0.1 mg.

    - Gunting menjadi kecil-kecil ( 12 -15 0 potongan dan masukkan

    kedalam Erlemeyer 500 ml yang berisi turpulentine mineral 250 ml

    dan 1 2 ml peptiser.

    - Panaskan diatas pemanas infra merah selama 1,5 2,5 jam pada suhu

    120 5 o C.

    - Kocok sekali-kali untuk mempercepat pelarutan.

    c. Penyaringan

    - Jika karet telah larut sempurna, saring dalam keadaan panas secara

    dekantas melalui saringan yang bersih dan kering.

  • 38

    - Saringan yang akan digunakan, sebelumnya harus harus dikeringkan

    didalam oven selama 1 jam pada suhu 100 o C dan setelah

    didinginkan didalam desikator sampai suhu kamar 30 menit,

    kemudian ditombang.

    - Biarkan kotoran mengendap sebanyak mungkin didasar labu erlemeyer

    untuk pencucian selanjutnya. Cuci kotoran didalam labu 2 kali masing-

    masing dengan 30 50 ml terpentin panas.

    - Tuangkan cucian kedalam saringan dengan memiringan labu sehingga

    mulut menghadap kebawah, semprotkan terpentin dingin kedalanya

    dengan menggunakan botol semprot.

    - Usahakan agar seluruh sisa kotoran terbawa kedalam saringan.

    - Keringkan saringan berisi kotoran didalam oven pada suhu 90 100 o

    C selama 1 jam didinginkan dalam desiaktor selama 30 menit,

    kemudian ditimbang dengan ketelitian mendekati 0,1 mg.

    d. Perhitungan

    Kadar kotoran dinyatakan sebagai persentasi dari potongan uji

    A = Bobot saringan serta kotoran

    B = Bobot saringan kosong

    C = Bobot potongan uji

    (Sumber: PCRF-TI-002)

    2. Langkah kerja Penetapan Plasticity Retention Index(PRI)

    a. Persiapan contoh untuk analisa

    - Giling contoh uji seberat 15 25 gram 2 3 kali melalui gilingan

    labolatorium yang telah diatur celah roll sedemikian rupa sehingga

    tebal lembaran karet yang dihasilkan antara 1,6 1, 8 mm.

    - Lembaran karet yang dihasilakan tidak boleh berlubang dan

    mempunyai ketebalan yang merata setiap bagian, segera dilipat dua

    dengan telapak tangan.

  • 39

    - Potong lembaran karet yang telah dilipat dengan Wallace Punch

    menjadi enam potong contoh uji.

    - Potongan contoh uji harus berbentuk bulat dan memiliki ketebalan

    antara 3,2 3,6 mm dan garis tengan 13 mm. potongan contoh uji

    dibagi dalam dua set dan setiap set terdiri dari tiga potongan uji. Setiap

    set untuk penentuan plastisitas sebelum pengusangan dan setelah

    pengsangan di oven.

    b. Pengusangan

    - Tatakan yang berisi contoh uji untuk pengusangan segera di masukkan

    kedalam oven pada suhu 140 o C, tutup pintu oven dan jalankan

    pengukur waktu

    - Setelah tepat waktu 30 menit, pindahkan tatalan berisi potongan uji

    dari oven dan digunakan sampai suhu ruang

    c. Pengukuran Plastisitas Wallace

    - Letakkan potongan uji diantara lembar kertas sigret yang berukuran 40

    x 35 mm diatas piringan plastimeter, tutp piringan plastimeter dengan

    tekana uap mencapai 0,5 - 1,0 Lbf/In2.

    - Setelah ketukan pertama, piringan bawah akan bergerak ke atas selama

    15 detik dan emekan piringan atas dan setelah ketukan kedua dicatat

    sebagai nilai pengukuran palstisitas.

    d. Perhitungan

    Nilai tengah dari tiga potongan uji sebelum dan sesudah

    pengusangan digunakan untuk menghitung PRI sebagai berikut:

    Po = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas awal

    Pa = Nilai tengah dari ketiga pengukuran pengusangan

    (Sumber: PCRF-TI-005)

  • 40

    3. Langkah kerja Pengujian Kadar Abu( ASHT)

    a. Persiapan contoh untuk analisa

    Potongan uji 20 gram yang telah homogeny disiapkan seperti pada

    pengujian PRI (PCRF-TI-005). Enam contoh uji dipotong dari lembaran

    karet dengan menggunakan Wallace punch. Potongan contoh uji dibagi

    menjadi dua set masing-masing 3 contoh uji, masing-masing set untuk

    pengujian plastisitas sebelum dan setelah pengerasan dalam penyimpanan

    yang dipercepat.

    b. Pengujian

    - Botol timbang dari potongan contoh uji harus bersih dan kering

    - Isi 6-8 gram P2O3 kedalam botol timbang. Letakkan potongan contoh

    uji diatas tatakan dan atur agar tidak saling bersentuhan

    - Lapisi tutp botol timbang bagian dalam silicon gresse

    - Panaskan botol timbang berisi potongan contoh uji didalam oven pada

    suhu 60 o C selama 24 jam. Setelah 30 menit berada dalam oven

    periksa botol timbang untuk mengetahui kekedapan udara dengan

    memeriksa kembali tutup botolnya dan catat waktu dimulainya

    pengujian.

    - Ukur plastisitas dari potongan contoh uji sebelum dan setelah

    pengerasan. Pengukuran plastisitas dilakukan seperti PCRF-TI-005

    (Sumber: PCRF-TI-008)

    4. Langkah kerja Penetapan Amonia Dalam Lateks

    a. Persiapan contoh untuk analisa

    Contoh analisa diperoleh dari contoh yang diambil dari tangki

    transfort dan tempatkan dalam botol yang tertutup

    b. Pengujian

    - Timban botol yang berisi contoh

    - Isi beaker glass dengan aquadest 100 ml dan tambahkan 3 4 tetes

    larutan methyl red

    - Tambahkan 1 gram contoh kedalam beaker yang berisi aquadest

    dan indikator lalu aduk dengan baik

  • 41

    - Tambahkan 0,01 N larutan HCL setetes demi setetes melalui buret

    hingga laritan menjadi merah muda

    - Tambahkan sisa contoh dalam botol

    c. Perhitungan

    Hasil dihitung dengan menggunakan formula berikut:

    A = ml larutan HCL untuk titrasi

    N = Normalisasi Larutan HCL

    W = Bobot contoh yang digunakan

    (Sumber: PCRF-TI-010)

    5. Pengujian Kadar Air dan DRC

    a. Persiapan contoh untuk analisa

    - Contoh uji diperoleh dari setiap transfor tank yang datang ke PCRF

    dan contoh yang telah dihomogenkan

    b. Pengujian

    - Isi dua liter air ditambah satu liter lateks kebun kedalam tabung

    silinder, aduk hingga homogen

    - Ambil busa yang ada dipermukaan lateks

    - Baca skala metrolac yang mengambang pada permukaan lateks

    - Pemeriksaan dilakukan saat metrolac menekan sedikit kebawah dan

    catat pembacaan kembali saat metrolac tidak bergerak.

    c. Standar Labolatory Method

    - timbang 10 gram contoh lateks kebun dan tempatkan kedalam beaker

    yang kering, bersih dan telah ditimbang

    - tambahkan 10 ml larutan asam asetat 2 % kedalam beaker berisi

    contoh

    - panaskan beaker berisi contoh dalam oven 100 o C selama 30 menit

    hingga serum jernih

  • 42

    - lateks coagulum digiling melalui roll penggilingan dan secara terus-

    menerus air dialirkan selama penggilingan dengan celah roll disetel

    hingga lembaran akhir tipis dan rata

    - panaskan lembaran karet dalam oven suhu 70 o C selama 16 jam

    - dinginkan lembaran karet hingga suhu ruang kemudian timbang

    d. Perhitungan

    a. Hydrometrik Method

    DRC lateks ditentukan dengan cara sebagai berikut:

    Angka yang ditunjukkan metrolac x factor pengenceran

    b. Labolatory Method

    M0 = Berat contoh sebelum pengeringan

    M1 = Berat contoh setelah pengeringan

    (Sumber: PCRF-TI-020)

    6. Langkah kerja Pengujian viskositas Mooney

    a. Persiapan contoh untuk analisa

    Contoh karet diambil dari contoh yang telah diseragamankan 50 gram dan

    kemudian bentuk menjadi dua bagian yang sama, masing-masing tebal 6 mm.

    - Ambil 100 ml contoh lateks dan tambahkan 25-50 ml larutan asam

    format 2 % , biarkan coagulum.

    - Giling coagulum melalui gilingan dan lembaran harus tipis dan rata.

    - Lembaran karet dipanaskan dalam oven pada suhu 150-160o C hingga

    kering dan berwarna kuning

    - Lembarang yang kering digiling 6 kali melalui gilingan laboratorium dan

    atur celah rol 1.65 0.25 mm

    - Contoh yang telah diseragamkan dibentuk menjaadi dua bagian yang sama

    dengan ketebalan 6 mm.

  • 43

    b. Pengujian

    - Hidupkan alat viscometer sekurang-kurangnya 1 jam untuk pemanasan

    suhu plat atas & bawah mencapai 100 0.5 o C

    - Hidupkan compressor dan buka kran hingga tekanan 75 Psi( 5.2 kg/cm2

    - Tutup plat stator dengan menekan tombol hijau hingga lampu indicator

    menyala

    - Hidupkan control heater (pada posisi ON)

    - Hidupkan boost heater ( pada posisi ON)

    - Atur regulator hingga suhu stator ( atas dan bawah ) stabil pada 100 0.5

    o C.

    - Buka stator atas dengan menekan tombol merah dan letakkan rotor dalam

    stator bawah dan tutup. Tunggu selama 6-10 menit hingga temperatu

    stabil.

    - Jalankan motor dan periksa titik nol pada micrometer. Atur titik nol jika

    tidak tepat.

    - Buka stator dengan menekan tombol merah dan ambil rotor dengan

    menekan handle kebawah.

    - Tusuk rotor pada bagian tengah contoh pertama kemudian rotor bersama

    contoh ditempatkan dalam stator bawah. Letakkan contoh kedua diatas

    rotor dan tutup segera stator atas dan setelah tertutup stopwatch

    dijalankan.

    - Pemanasan selama 1 menit sebelum rotor dijalankan.

    - Jalankan motor dan baca penunjukan awal micrometer.

    - Catat nilai pembacaan setiap interval 1 menit. Nilai viskositas dibaca pada

    micrometer pada menit ke-4 setelah rotor dijalankan .

    - Matikan motor dan buka stator atas kemudian ambil rotor beserta contoh

    karet. (Sumber: PCRF-TI-007).

    Perhitungan Viskositas Mooney dapat dilihat sebagai berikut:

  • 44

    Dimana M = kg kadar karet kering (DRC) tiap truk

    V = Mooney Viskositas tiap truk

    MT = Total berat karet kering

    ML = Mooney Viskositas dari lateks dalam bulking tank

    F. Pengolahan Limbah Padat dan Cair.

    Limbah yang dihasilkan dari pengolahan karet ada 2 macam yaitu limbah

    padat yang berupa sisa-sisa karet hasil olahan dan limbah cair. Sistem

    penanganannya antara lain :

    1. Limbah padat (sisa karet).

    Limbah padat berupa sisa-sisa karet hasil pengolahan dapat menimbulkan

    bau busuk dalam areal pabrik. Limbah padat karet non B3 ini berupa endapan

    karet low grade pada trap.

    Pada dasarnya limbah ini masih dapat diolah lagi menjadi produk yang

    bernilai ekonomis, sehinga endapan karet ini di jual kepada pihak ketiga untuk

    pengolahan lebih lanjut. Upaya pengelolaannya adalah dengan mengumpulkan

    limbah padat pada tempat khusus dan kemudian menyerahkan kepada pihak

    ketiga untuk proses selanjutnya.

    2. Limbah Cair

    Limbah cair yang dihasil dari proses pengolahan karet dilakukan

    penanganan dengan :

    Saringan

    Terbuat dari besi dan terpasang di awal saluran. Bertujuan menyaring

    potongan potongan Lump yang mengambang di permukaan air limbah. Hasil

    penyaringan ini dikumpulkan untuk diproses lagi. Air limbah selanjutnya masuk

    ke Rubber Trap.

  • 45

    Rubber Trap.

    Berupa 8 buah kolam beton yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

    Ukuran masing-masing kolam adalah : 40 m x 80 m x 5 m. Air limbah dari kolam

    ini dialirkan menuju ke aerobik pond.

    Gambar. 3.14 Final Rubber Trap

    Kolam Anaerobik /Pengolahan Biologis

    Berupa sebuah kolam yang terbuat dari tanah yang dipadatkan dengan

    ukuran 120 m x 80 m x 5 m. Menyalurkan air limbah ke kolam pengolahan

    biologis. Sistem saluran air limbah ini dibuat dengan sistem beton kemudian

    limbah tersebut disalurkan secara terpusat ke Pengolahan selanjutnya.

    Gambar. 3.15 Kolam Anaerobik

    Kolam Fakultatif

    Kolam fakultatif berupa sebuah kolam yang terbuat dari tanah yang

    dipadatkan, berukuran 120 m x 60 m x 5 m. Selanjutnya dari kolam ini air limbah

    dialirkan menuju ke aeration tank.

  • 46

    Gambar. 3.16 Kolam Fakultatif dan Saluran ke Instalasi Lumpur Aktif

    Sistem Lumpur Aktif.

    Metoda Lumpur Aktif adalah metoda yang menguraikan -

    mengoksidasikan bahan organik dalam air limbah (COD, BOD) secara cepat

    dengan menggunakan reaksi biologi dari bakteri aerob (dalam Tanki Aerasi).

    bakteri aerob (bakteri secara umum), menghisap bahan organik dan Oksigen (DO)

    yang larut dalam air, melakukan oksidasi dan menguraikannya menjadi air dan

    gas karbon. Energi yang didapatkan dalam proses tersebut, digunakan untuk

    aktivitas biologis (pengembangbiakan sel, metabolisme biologis).

    Bahan organik yang mengandung Nitrogen pun teruraikan oleh bakteri

    aerob, teroksidasikan oleh Asam Amino, Amonia dan Oksida dari Nitrogen. Lalu,

    dalam lingkungan yang anaerob, dengan efek dari bakteri anaerob, Oksida dari

    Nitrogen pada akhirnya dikonversikan menjadi Gas Nitrogen.

    Limbah Mentah (Raw Material) dengan Kadar BOD tinggi dialirkan ke

    Kolam fakultatif setelah sebelumnya melalui Rubber Trap. Dari kolam fakultatif

    kemudian limbah dialirkan ke Aeration Tank. Aerotion Tank terdiri dari 4 kolam

    dengan masing masing kolam terdapat 3 Segment. Pada masing masing segmen

    terdapat diffuser yang menghembuskan udara dari Blower House. Dari Aeration

    Tank secara over flow dialirkan ke Denetrifikasi Tank. Pada Denetrifikasi Tank

    terdapat 2 kolam dengan masing masing terdapat 3 segment.

    Setelah melalui proses denitrifikasi kemudian dialirkan ke Setling Tank.

    Pada pada Setling Tank juga terdapat dua kolam dan masing masing mempunyai 3

    segment. Pada kondisi ini terdapat pengendapan. Air yang telah diproses pada

    bagian atas dialirkan ke badan air. Sedangkan pada bagian bawah dialirkan ke

    Drying Bed. Pada bagian ini dibuat resapan dengan susunan pasir dan ijuk berada

  • 47

    W ind

    O 2 O 2

    D O B acteria

    Organic m atter

    (B O D )

    C O 2

    H 2O

    Tem p' M ax D O

    20 oC 8.33ppm

    27 oC 7.85ppm P roliferation

    B acteria

    D O D O

    B O D B O D

    D O dow n

    D O lack

    C orruption

    H 2S C H 4

    D O = 0ppm

    S ubsidence

    Figure1-3 C hange of D O in river

    Organic m atter

    S ubsidence

    pada bagian bawahnya. Setelah melalui penyaringan oleh ijuk dan pasir kemudian

    air limbah ini dialirkan ke badan air.

    Gambar. 3.17. Ikhtisar Reaksi Biologis dalam Bak Aerasi

    Selanjutnya mekanisme proses penguraian bahan organik (BOD) yang ada

    di dalam air dan proses suplai oksigen akan bekerja dengan cara menguraikan

    bahan-bahan organik dalam air untuk melihat perubahan oksigen (DO) yang

    terjadi pada badan air sebagaimana diperlihatkan pada cara kerja bakteri sebagai

    berikut:

    Gambar. 3.18. Perubahan DO pada badan Air

    Metoda Lumpur Aktif merupakan metoda yang membuat air menjadi

    bersih dengan jalan meningkatkan konsentrasi mikroorganisma dan menguraikan

    secara efisien bahan organik yang ada dalam air limbah.

  • 48

    Gambar 3-1Diagram Konsep dari pengapungan lumpur dengan Denitrifikasi

    Kondisi Bak Sedimentasi Oksigen Terlarut dibawah 0.5ppm

    BOD dalam jumlah kecil masih

    Penimbulan gas N2NO3- BOD(H) N2 H2OBila konsentrai N dari NO3- melampaui 3ppm, maka lumpur akan mengapung

    Lumpur

    Lumpur mengapung

    Gas N2 yang timbul dari Denitrifikasi

    tertampung di bagian dalam

    Air Lift PumpUdara

    Lumpur Balik

    Aliran masukAliran keluar

    Bagian dasar Bak SedimentasiLumpur dikeluarkan dengan Air Lift Pump, akan tetapi di bagian tertentu

    ada pengakumulasi lumpur.Penimbulan Gas membusuk

    Lumpur terakumulasi dalam waktu lama di bagian dasar Bak Sedimentasi, melalui penguraian Anaerob timbul gas CO2 dan CH4

    Lumpur mengapung

    Lumpur Gumpalan besar lumpur

    mengapung, lumpur berwarna

    Air Lift PumpUdara

    Lumpur Balik

    Aliran masukAliran keluar

    Aliran keluar Bak SedimentasiMenumpang aliran air, lumpur

    Aliran lumpur keluar

    Akibat penambah lumpur atau

    kurangnya kuantitas lumpur yang

    dikeluarkan, pada bagian dalam Bak

    Sedimentasi terjadi akumulasi lumpur,

    sehingga bidang batas lumpur naik.

    Air Lift PumpUdara

    Lumpur Balik

    Aliran masukAliran keluar

    Gambar 3.19. Diagram konsep dari pengapungan lumpur dengan denitrifikasi

    Gambar 3-3Diagram Konsep dari Carry Over disebabkan oleh peningkatan bidang batas lumpur

    Aliran keluar Bak SedimentasiMenumpang aliran air, lumpur

    Aliran lumpur keluar

    Akibat penambah lumpur atau

    kurangnya kuantitas lumpur yang

    dikeluarkan, pada bagian dalam Bak

    Sedimentasi terjadi akumulasi lumpur,

    sehingga bidang batas lumpur naik.

    Air Lift PumpUdara

    Lumpur Balik

    Aliran masukAliran keluar

    Gambar 3.20. Diagram konsep dari carryover disebabkan oleh Peningkatan

    bidang batas lumpur

    Proses dekomposisi limbah organik menimbulkan bau yang tidak sedap

    terutama pada proses anaerob. Selain itu lump yang belum diolah juga

    menyebabkan bau yang tidak sedap. Bau ini pada level tertentu sangat

    mengganggu kenyamanan para pekerja dalam pabrik. Untuk mengantisipasi hal

    tersebut maka kolam limbah di tempatkan pada areal yang jauh dari pemukiman,

    dimana saat ini berada dalam areal Pabrik yang relatif jauh dari pemukiman

  • 49

    penduduk atau pemukiman para pekerja. Penerapan pengolahan dengan sistem

    lumpur akti sebagaimana diperlihatkan pada foto terletak dalam areal Pabrik :

    Gambar 3.21. Instalasi Lumpur Aktif (Active Sludge)

    3. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Air Limbah dan Air Sungai.

    Untuk mengetahui kelayakan sistem pengolahan limbah yang diterapkan

    oleh pihak perusahaan, maka dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan

    pengujian laboratorium, antara lain:

    a. Sampel air limbah asli atau dari hasil prosesing ( Inlet),

    b. Sampel air limbah setelah melalui pengolahan dengan sistem lumpur aktif

    (outlet) atau sebelum memasuki badan air penerima (sungai),

    c. Sampel air sungai bagian hulu (sebelum tercampur dengan air limbah outlet

    hasil pengolahan)

    d. Sampel air sungai bagian hilir ( setelah tercampur dengan air limbah outlet

    hasil pengolahan)

    e. Kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur bor, sedangkan terhadap sumur

    penduduk tidak dilakukan oleh karena sangat jauh dari pemukiman dan

    sumur penduduk disamping melihat lokasi pabrik berada di bagian bawah,

    sehingga prioritas utama adalah terhadap sungai Dampang Kayu

    Palangisang sebagai media penerima limbah pabrik hasil pengolahan

    (effluent limbah).

  • 50

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Hasil dari pelaksanaan Praktek Industri ( PI ) memberikan pengalaman

    yang berarti bagi penulis. Penulis dapat terlibat langsung dalam proses produksi

    dan membandingkan proses produksi cup lump dan lateks dengan teori-teori yang

    berkembang.

    Terdapat berbagai macam kendala-kendala yang dialami dalam proses

    pelaksanaan praktek industri ini, namun dengan dukungan dari berbagai pihak

    sehingga pelaksanaannya berjalan dengan baik.

    Adapun kesimpulan dari pelaksanaan PI ini adalah:

    1. Dari pelaksanaan praktek industri ini, penulis memahami struktur

    organisasi Palalangisang Crumb Rubber Factory.

    2. Proses produksi cup lump ( Lower Grade ) menjadi SIR-10 berurutan

    adalah sebagai berikut:

    - Weight Bridge cap. 40 ton

    - Loading ramp

    - Prebreaker

    - Bak Blending

    - Bucket Elevator

    - Creeper

    - Shreeder

    - Kolam pencucian

    3. Adapun proses produksi lateks menjadi Harub Bato RSS 1 x adalah

    sebagai berikut:

    - Weight Breigh kap. 40 ton

    - Loading Ramp

    - Bulking Tank

    - Formid Acid tank

    - Koagulating tank

    - Transfer Pump

    - Trolly/box

    - Dryer

    - Penimbangan 35 kg

    - Balling Press

    - Metal detector

    - Packing

    - Penggudangan

    - Lorry

    - Smoke Home

    - Weighting Scale

    - Balling Press

    - Metal Detector

    - Packing

    - Penggudangan.

  • 51

    - Shetter 1 dan 2

    4. Adapun proses produksi lateks menjadi SIR 3CV60 adalah sebagai

    berikut:

    - Weight Breigh kap. 40 ton

    - Loading Ramp

    - Bulking Tank

    - Formid Acid tank

    - Koagulating Trough

    - Lateks Crusher

    - Crepper WL 1,2,3,4

    - Belt conveyor

    - Shredder

    B. Saran

    1. Bagi perusahaan

    Perlunya menggunakan APD(Alat Pelindung Diri) bagi

    karyawan harus terlaksana dengan baik mengingat Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja (K3) merupakan hal pokok dalam melaksanakan

    suatu kegiatan dalam suatu industri.

    2. Bagi pembaca

    Masih kurannya pembahasan dalam laporan ini seperti

    pembahasan K3 dalam suatu perusahaan dan proses pengujian mutu

    karet cup lump dan lateks dalam labolatorium belum sempurna

    diharapkan penulis berikutnya dapat menyempurnakannya lagi.

    - Transfer Pump

    - Static Saparator

    - Trolley

    - Dryer

    - Penimbangan 35 kg

    - Balling Press

    - Metal Detector

    - Packing

    - penggudangan

  • 52

    DAFTAR PUSTAKA

    PCRF. 2014. Dokumen Perbaikan RKL & RPL Operasi kebun dan operasi pabrik

    pengolahan karet remah dan karet lembaran. Palangisang

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014. PCRF-WI-001

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014. PCRF-WI-003

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014. PCRF-WI-005

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-WI-007

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-WI-008

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-SPEC-007

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-TI-002

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-TI-005

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-TI-007

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-TI-008

  • 53

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-TI-0010

    PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk. Work Instruction palangisang crumb

    rubber factory. 2014 PCRF-TI-020

    Pedoman Penanganan Pasca Panen Karet. 2007. Direktorat Penanganan Pasca

    Panen Direktorat Jenderal Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian

    Departemen Pertanian

    Sibli Andi M. 2007. Analisis System Produksi Karet Alam Pada PT. PP. London

    Sumatra(Lonsum) Indonesia Kabupaten Bulukumba. Studi kasus pada PT.

    PP. London Sumatra Indonesia, Kabupaten Bulukumba. Jurusan Sosial

    Ekonomi Pertanian. Universitas Muslim Indonesia.

    Wikipedia. 2014. Pengertian tanaman karet. http//id.wikipedia.org/wiki/tanaman

    karet. Di unggah pada tanggal 02 agustus 2014 pukul 12.30 wita.