Laporan Praktik 8_F2_Aditio Agung Nugroho_Kombinasi DHCP, DNS Dan Wireless

download Laporan Praktik 8_F2_Aditio Agung Nugroho_Kombinasi DHCP, DNS Dan Wireless

of 28

Transcript of Laporan Praktik 8_F2_Aditio Agung Nugroho_Kombinasi DHCP, DNS Dan Wireless

LAPORAN PRAKTIK JARINGAN KOMPUTER KOMBINASI DHCP, DNS DAN WIRELESS Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Jaringan Komputer Dosen Pengampu : Dr. Eko Marpanaji

Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. Aditio Agung Nugroho R. Guruh Pamungkas Annis Nuraini Akhi Ha Runi N R Romafit Muliawati : F(2)/2 : P.T.INFORMATIKA (11520241065) (11520244003) (11520244006) (11520241064) (11520241062)

Kelas /Sem. Prodi

Alamat Blog : http://soblog.weebly.com/

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Karang Malang, Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakarta 55281 2011

LAPORAN PRAKTIK JARINGAN KOMPUTER KOMBINASI DHCP, DNS DAN WIRELESS

A. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu : 1. 2. 3. Membangun jaringan dengan mengkombinasikan DHCP, DNS dan Wireless. Memahami konsep DHCP, DNS dan Wireless. Membuat simulasi sistem DHCP, DNS dan Wireless pada Paket Tracert.

B. SKENARIO PRAKTIKUM Praktikum dengan judul Kombinasi DHCP, DNS, dan Wireless ini dilaksankan pada Kamis, 19 April 2012. Praktikum ini tidak jauh beda dengan praktikum-praktikum sebelumnya. Mahasiswa mensimulasikan suatu jaringan menggunakan Cisco Packet Tracer. Pada praktikum ini perangkat yang disimulasikan yaitu berupa PC, Laptop, Server (untuk menyetting IP Address pada DHCP ataupun DNS), Switch (sebagai penghubung antara PC dengan Server), dan Access Point (untuk menghubungkan wireless pada laptop). Dalam penyettingan DHCP dan DNS, bisa dilakukan pada sebuah Server saja, namun juga dilakukan pada Server yang berbeda (lebih dari satu Server) sesuai dengan petunjuk atau langkah kerja pada Lab sheet. Berikut adalah beberapa gambar hasil simulasi pada praktikum ini dengan aplikasi Cisco Packet Tracer :

Gambar Simulasi Packet Tracer pada Latihan

Gambar Simulasi Packet Tracer pada Bahan Diskusi

C. DASAR TEORI 1. DNS Sebelum dipergunakannya DNS, jaringan komputer menggunakan HOSTS files yang berisi informasi dari nama komputer dan IP address-nya. Di Internet, file ini dikelola secara terpusat dan di setiap lokasi harus di copy versi terbaru dari HOSTS files, dari sini bisa dibayangkan betapa repotnya jika ada penambahan 1 komputer di jaringan, maka kita harus copy versi terbaru file ini ke setiap lokasi. Dengan makin meluasnya jaringan internet, hal ini makin merepotkan, akhirnya dibuatkan sebuah solusi dimana DNS di desain menggantikan fungsi HOSTS files, dengan kelebihan unlimited database size, dan performace yang baik. DNS adalah sebuah aplikasi services di Internet yang menerjemahkan sebuah domain name ke IP address. Cara Kerja DNS (Domain Name System) Secara sederhana cara kerja DNS bisa dilihat pada gambar berikut ini:

DNS menggunakan relasi client server untuk resolusi nama. Pada saat client mencari satu host, maka ia akan mengirimkan query ke server DNS. Query adalah satu permintaan untuk resolusi nama yang dikirimkan ke server DNS. 1. Pada komputer Client, sebuah program aplikasi misalnya http, meminta pemetaan IP Address (forward lookup query). Sebuah program aplikasi pada host yang mengakses domain system disebut sebagai resolver, resolver menghubungi DNS server, yang biasa disebut name server. 2. Name server meng-cek ke local database, jika ditemukan, name server mengembalikan IP Address ke resolver jika tidak ditemukan akan meneruskan query tersebut ke name server root server. 3. Terakhir barulah si client bisa secara langsung menghubungi sebuah website / server yang diminta dengan menggunakan IP Address yang diberikan oleh DNS server. Jika permintaan tidak ada pada database, name server akan menghubungi server root dan server lainnya dengan cara sebagai berikut :

1.

Saat

kita

mengetikkan

sebuah

nama

domain

misalnya

http://www.neon.cs.virginia.edu pada web browser, maka aplikasi http (resolver) akan mengirimkan query ke Name Server DNS Server local atau DNS Server Internet Service Provider. 2. Awalnya name server akan menghubungi server root. Server root tidak mengetahui IP Address domain tersebut, ia hanya akan memberikan IP Address server edu. 3. Selanjutnya name server akan bertanya lagi pada server edu berpa IP Address domain neon.cs.virginia.edu. Server edu tidak mengetahui IP Address domain tersebut, ia hanya akan memberikan IP Address server virginia.edu. 4. Selanjutnya name server akan bertanya ke server virginia.edu tentang IP Address neon.cs.virginia.edu. Dan server virginia.edu hanya mengetahui dan memberikan jawaban berupa IP Address server cs.virginia.edu. 5. Selanjutnya name server akan bertanya ke server cs.virginia.edu tentang IP Address neon.cs.virginia.edu. Dan barulah cs.virginia.edu mengetahui dan menjawab berapa IP Address domain neon.cs.virginia.edu. 6. Terakhir barulah computer client bisa secara langsung menghubungi domain neon.cs.virginia.edu dengan menggunakan IP Address yang diberikan oleh server cs.virginia.edu.

7.

IP Address milik neon.cs.virginia.edu kemudian akan disimpan sementara oleh DNS server Anda untuk keperluan nanti. Proses ini disebut caching, yang berguna untuk mempercepat pencarian nama domain yang telah dikenalnya.

2.

DHCP DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server. Cara Kerja Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.

DHCP server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat menyewakan alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows 2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.

DHCP client merupakan mesin klien yang menjalankan perangkat lunak klien DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan (Windows NT Workstation, Windows 2000 Professional, Windows XP, Windows Vista, atau GNU/Linux) memiliki perangkat lunak seperti ini. DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk

didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP

tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya. DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan penyewaan alamat IP dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut: 1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif. 2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client. 3. DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan. 4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan. Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya. Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama. Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.

Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis. DHCP Scope DHCP Scope adalah alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan menggunakan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bernilai tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan kemudian disimpan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server adalah kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope. DHCP Lease DHCP Lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan menggunakan beberapa peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat menggunakan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat menggunakan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation. DHCP Options DHCP Options adalah tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien meminta alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan. Kelebihan DHCP 1. Memudahkan dalam transfer data kepada PC client lain atau PC server.

2.

DHCP menyediakan alamat-alamat IP secara dinamis dan konfigurasi lain. DHCP ini didesain untuk melayani network yang besar dan konfigurasi TCP/IP yang kompleks.

3.

DHCP memungkinkan suatu client menggunakan alamat IP yang reusable, artinya alamat IP tersebut bisa dipakai oleh client yang lain jika client tersebut tidak sedang menggunakannya (off).

4.

DHCP memungkinkan suatu client menggunakan satu alamat IP untuk jangka waktu tertentu dari server.

5.

DHCP akan memberikan satu alamat IP dan parameter-parameter kofigurasi lainnya kepada client.

3. Wireless, SSID, dan Channel Wireless merupakan teknologi yang bertujuan untuk menggantikan kabel yang menghubungkan terminal komputer dengan jaringan, dengan begitu computer dapat berpindah dengan bebas dan tetap dapat berkomunikasi dalam jaringan dengan kecepatan transmisi yang memadai. Wireless LAN distandarisasi oleh IEEE dengan kode 802.II b yang bertujuan untuk menyamakan semua teknologi nirkabel yang digunakan dibidang computer dan untuk menjamin interoperabilitas antara semua product product yang menggunakan standar ini. LAN (Local Area Network) yang biasa kita kenal merupakan suatu jaringan yang menghubungkan (interkoneksi) suatu komunitas Data Terminal Equipment (DTE) yang ditempatkan dalam suatu lokasi (gedung atau grup). Umumnya

menggunakan media transmisi berupa kabel baik kabel twisted pair maupun coaxial, biasa juga disebut dengan wired LAN. Di samping itu ada LAN yang dikembangkan dengan menggunakan medium gelombang radio atau cahaya. Keuntungannya adalah biaya instalasi yang lebih murah dibandingkan dengan wired LAN, karena tidak dibutuhkan instalasi kabel yang terlalu besar khususnya untuk sub lokasi/sub grup yang agak jauh. Pertimbangan kedua adalah karena wireless LAN ini cocok untuk unit-unit DTE yang portabel dan bersifat mobil. 1. Infrastructure wireless LAN

Pada

aplikasi

ini,

untuk

mengakses

suatu

server

adalah

dengan

menghubungkannya ke suatu wired LAN , di mana suatu intermediate device yang dikenal sebagai Portable Access unit (PAU) digunakan. cakupan PAU berkisar antara 50 hingga 100 m. 2. Ad hoc wireless LAN Pada Ad hoc wireless LAN suatu kumpulan komputer portabel berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk membentuk self-contained LAN. Ada dua jenis media yang biasa digunakan untuk wireless LAN, yaitu : gelombang radio dan sinyal optis infra merah. 1. Media Radio Gelombang radio telah secara meluas banyak dipakai untuk berbagai aplikasi (seperti TV, telepon selular, dls). Keunggulannya adalah karena gelombang radio dapat merambat menembus objek seperti dinding dan pintu. Path loss Semua receiver radio didesain untuk beroperasi pada SNR (perbandingan antara daya signal dengan daya noise) yang telah ditentukan. Biaya yang harus dikeluarkan dalam mengembangkan wireless LAN ini lebih banyak pada interface radio yang sanggup menjamin SNR yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi SNR adalah noise receiver yang merupakan fungsi dari Typical-nya daerah

temperatur ambient dan bandwidth dari sinyal yang diterima. Daya sinyal juga merupakan fungsi dari jarak antara pemancar dan penerima. Kesemua faktor ini membentuk suatu path loss channel radio untuk sistem wireless LAN. Interferensi Channel yang berdekatan Karena menggunakan prinsip pemancaran gelombang radio, maka untuk transmiter yang memiliki frekuensi yang sama dan berada di satu gedung atau ruang yang berdekatan dapat mengalami interferensi satu dengan yang

lainnya. Untuk sistem Ad hoc, channel yang berdekatan dapat disetup dengan

frekuensi yang berbeda sebagai isolator, sementara untuk sistem infrastructure dapat diterapkan three cell repeater yang masing-masing sel yang berdekatan (3 sel) memiliki frekuensi berbeda dengan pola pengulangan.

f2 f3

f1 f2

f2 f3

f1 f2

f2 f3

f1 f1 f1 three cell adjacent frequency

Multipath Sinyal radio, seperti halnya sinyal optic dipengaruhi oleh multipath; yaitu peristiwa di mana suatu ketika receiver menerima multiple signal yang berasal dari transmitter yang sama, yang masing-masing sinyalnya diikuti oleh path yang berbeda di antara receiver dan transmitter. Hal ini dikenal dengan multipath dispersion yang dapat menimbulkan intersymbol interference (ISI).

2. Media Inframerah Inframerah memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi dari pada gelombang radio, yaitu di atas 1014 Hz. Inframerah yang digunakan umumnya dinyatakan dalam panjang gelombang (biasanya dalam nanometer) bukan dalam frekuensi. Inframerah yang biasa digunakan adalah yang memiliki panjang gelombang 800 nm dan 1300nm. Keuntungan menggunakan inframerah dibandingkan dengan gelombang radio adalah tidak diperlukan regulasi yang sulit dalam penggunaannya. Untuk mereduksi efek noise pada sinyal infra merah, digunakan bandpass filter. Device inframerah Untuk aplikasi wireless LAN, mode operasional yang digunakan adalah untuk memodulasi intensitas output inframerah dari emitter dengan menggunakan sinyal yang termodulasi secara elektris. Variasi intensitas sinyal inframerah

yang diterima oleh detektor kemudian dikonversi menjadi sinyal elektris yang ekuivalen. Mode operasi ini dikenal dengan Intensity Modulation with Direct Detection (IMDD).

Network Layer

Logical link layer

802.2

IEEE 802

Data link layer802.5 802.11

Medium Access control Physical

802.3

802.4

Physical layer

Transmission medium Topologi Link inframerah dapat digunakan sebagai salah satu dari dua mode : point to point dan diffuse. Dalam mode point to point, emiter diarahkan langsung pada detektor (photodiode). Mode operasi ini memberikan wireless link yang baik di antara dua bagian equipment, misalnya untuk meng-enable-kan komputer portabel untuk mendownload file ke komputer lain. Berbagai standard protokol untuk LAN, yang mendeskripsikan layer fisik dan link dalam konteks model referensi ISO diberikan oleh IEEE 802. Standar ini

menentukan keluarga protokol yang masing-masing berhubungan dengan suatu metode MAC (Methode Access Control). Ada tiga stndar MAC bersama dengan

spesifikasi media fisik dicantumkan dalam dokumen standard ISO : IEEE 802.3 : CSMA/CD bus IEEE 802.4 : Token bus IEEE 802.5 : Token ring IEEE 802.11: Wireless Untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana struktur protokol dibentuk oleh keempat standard ini, perhatikanlah gambar berikut :

ISO Reference model

SSID SSID adalah sebuah nama network yang dipakai oleh wireless LAN dan merupakan karakter yang unik, case sensitive dan menggunakan alpha numeric dengan nilai karakter 2-32 karakter. SSID dikirimkan dalam beacon, probe request, probe response dan tipe-tipe frame yang lain. Client station harus dikonfigurasikan dengan SSID yang cocok untuk bisa tergabung dengan sebuah jaringan. Administrator akan mengkonfigurasikan SSID pada setiap access point. Point yang terpenting adalah SSID harus benar-benar cocok antara Access point dengan Client. Untuk mengatur ke jaringan mana kita ingin bergabung. Jadi, saat ada komputer ingin mengakses Jaringan Wireless, komputer tersebut harus memilih Wireless LAN mana yang ingin dikoneksikan. SSID dibutuhkan karena sering terjadi di suatu lokasi terdapat beberapa HotSpot Wireless yang tumpang tindih Channel Standar wireless kini tidak hanya 802.11a, 11b dan 11g. Standar-standar baru berupa 802.11e dan 11i sedang digarap dan akan muncul dalam bentuk produk pada akhir tahun depan. Standar-standar wireless terbaru ini ditujukan untuk meningkatkan keamanan dan dukungan terhadap aplikasi-aplikasi yang membutuhkan bandwidth yang tinggi. Standar 802.11e dirancang untuk meningkatkan kualitas layanan untuk suara (voice calls), video beresolusi tinggi dan aplikasi-aplikasi lain yang banyak dibutuhkan, dengan tujuan untuk menghasilkan kualitas gambar dan suara yang sama baiknya dengan yang tampak pada jaringan berkabel. Sementara standar 802.11i difokuskan dalam hal sekuriti dengan menggunakan spesifikasi sekuriti yang didasarkan pada Advanced Encryption Standard, dengan tujuan menjadi solusi bagi kelemahan dari Wireless Encryption Protocol yang digunakan pada spesifikasi asli dari 802.11a, 11b dan 11g. Kedua standar tersebut akan diselesaikan dan dipublikasikan pada musim panas (sekitar Juni atau Juli) mendatang, demikian disampaikan IEEE dan Wi-Fi Alliance pada konferensi Wi-Fi Planet Conference and Expo yang berlangsung minggu ini di San Jose, Kalifornia, Amerika Serikat.

802.11a Standard 802.11a, adalah model awal yang dibuat untuk umum. Mengunakan kecepatan 54Mbps dan dapat mentranfer data double dari tipe g dengan kemampuan bandwidth 72Mbps atau 108Mbps. Sayangnya sistem ini tidak terlalu standard, karena masing masing vendor atau pabrikan memberikan standard tersendiri. 802.11a mengunakan frekuensi tinggi pada 5Ghz sebenarnya sangat baik untuk kemampuan tranfer data besar. Tetapi 802.11a memiliki kendala pada harga , komponen lebih mahal ketika perangkat ini dibuat untuk publik dan jaraknya dengan frekuensi 5GHz konon lebih sulit menembus ruang untuk kantor. Pemilihan 5Ghz cukup beralasan, karena membuat pancaran signal frekuensi 802.11a jauh dari gangguan seperti oven microwave atau cordless phone pada 2GHz, tetapi frekuensi tinggi juga memberikan dampak pada daya jangkau relatif lebih pendek 802.11b Sempat menjadi dominasi pemakaian tipe b. Standard 802.11b mengunakan frekuensi 2.4GHz. Standard ini sempat diterima oleh pemakai didunia dan masih bertahan sampai saat ini. Tetapi sistem b bekerja pada band yang cukup kacau, seperti gangguan pada Cordless dan frekuensi Microwave dapat saling menganggu bagi daya jangkaunya. Standard 802.11b hanya memiliki kemampuan tranmisi standard dengan 11Mbps atau rata rata 5MBbit/s yang dirasakan lambat, mendouble (turbo mode) kemampuan wireless selain lebih mahal tetapi tetap tidak mampu menandingi kemampuan tipe a dan g. 802.11g Standard yang cukup kompatibel dengan tipe 802.11b dan memiliki kombinasi kemampuan tipe a dan b. Mengunakan frekuensi 2.4GHz mampu mentransmisi 54Mbps bahkan dapat mencapai 108Mbps bila terdapat inisial G atau turbo. Untuk hardware pendukung, 802.11g paling banyak dibuat oleh vendor. Secara teoritis mampu mentranfer data kurang lebih 20Mbit/s atau 4 kali lebih baik dari tipe b dan sedikit lebih lambat dari tipe a.Karena mengunakan carrier seperti tipe b dengan 2.4Ghz, untuk menghadapi gangguan frekuensi maka ditempatkan sistem OFDM

Secara teoritis perbandingan dapat dilihat pada tabel dibawah ini ( sumber homenethelp.com) Technology Ethernet 10/100 802.11b 802.11a PhoneLine 2.0 Gigabit Ethernet 802.11g/turbo Firewire Bluetooth HomeRF 2.0 PowerLine Kecepatan 100Mbs 11Mbps 52/72 Mbps 10Mbps 1000Mbps 22/54/108Mbps 400Mbps 1.5Mbps 10Mbps 14Mbps

Karena sistem WIFI mengunakan transmisi frekuensi secara bebas, maka pancaran signal yang ditransmit pada unit WIFI dapat ditangkap oleh computer lain sesama pemakai Wifi. Tentu kita tidak seseorang masuk kedalam jaringan Network tanpa ijin. Pada teknologi WIFI ditambahkan juga sistem pengaman misalnya WEP (Wired Equivalent Privacy) untuk pengaman sehingga antar computer yang telah memiliki otorisasi dapat saling berbicara. D. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikkum kali ini yaitu : 1. 2. Software Paket Tracert 5.3 PC/Laptop

E. LANGKAH KERJA Langkah Kerja : 1. Buka program Cisco Paket Tracer, kemudian buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini:

Gambar Rangkaian percobaan

2.

Mengatur atau setting IP Address pada Server dengan cara sebagai berikut : a. Double click computer server hingga muncul tampilan menu seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar Server

Gambar Menu Pengaturan pada Server Kemudian pilih Config FastEthernet kemudian isikan IP Address : 192.168.20.254 dan Subnet Mask : 255.255.255.0

b.

Gambar Menu pengisian IP Address pada Server

c.

Selesai dan server tersebut telah di atur (setting) IP Address 192.168.10.254 dengan netmask 255.255.255.0

3.

Membuat DNS Server a. Double click komputer server hingga muncul tampilan seperti pada gambar berikut ini :

Gambar Menu Pengaturan pada Server b. Kemudian pilih Config DNS isikan nama domain yang diinginkan pada kolom Name c. Kemudian isikan IP Address server tersebut dalam kolom Address seperti terlihat pada gambar di berikut ini :

Gambar Menu pengisian IP Address

d. Kemudian untuk menambah konfigurasi klik tombol Add untuk menambahkan konfigurasi DNS-nya. Jika sudah tersimpan akan muncul pada kolom di bawahnya. e. Selesai dan server tersebut telah memiliki domain name uny.ac.id seperti terlihat pada gambar di atas. 4. Membuat DHCP Server a. Double click komputer server hingga muncul tampilan seperti gambar di bawah ini :

Gambar Menu Pengaturan pada Server b. Kemudian pilih Config DHCP Default Gateway diisikan IP Address dari server tersebut. Sedangkan pada DNS Server diisikan IP Address dari server terbut juga. Kemudian klik tombol Save.

Gambar Menu pengisian Default Gateway dan DNS Server

c. Selesai dan server tersebut telah dikonfigurasi sebagai DHCP server.

5.

Mengatur Access Point Jika dalam suatu jaringan terdapat 2 buah access point atau lebih maka harus dibedakan channel yang digunakannya agar tidak terjadi interferensi gelombang yang dipancarkan. Jika terjadi interferensi gelombang maka kekuatan sinyal yang sampai ke client juga tidak akan sempurna 100%. a. Double click Access Point0 Kemudian pilih Config kemudian pilih Port 1

Gambar Menu pada Access Point0 b. Double click Access Point1 Kemudian pilih Config kemudian pilih Port 1

Gambar Menu pada Access Point1

c. Selesai dan access point sudah bisa digunakan

6.

Mengatur pada laptop client a. Double click laptop0, perhatikan kotak merah, laptop tersebut masih menggunakan perangkat NIC untuk jaringan kabel belum menggunakan Wireless.

Gambar Menu Physic pada Laptop

b. Maka matikan terlebih dahulu laptop tersebut dengan mengklik tombol power, kemudian lepaskan NIC yang ada pada laptop tersebut dan gantikan dengan module wireless yang ada di bagian bawah.

Gambar Mengganti NIC dengan module wireless

c. Pemasangan wireless telah selesai, langkah selanjutnya yaitu mengkoneksikan atau menyambungkan laptop tersebut ke Access point yang kita inginkan. d. Double click laptop kemudian masuk ke Desktop hingga muncul gambar seperti di bawah ini :

Gambar Menu Desktop

e. Kemudian pilih PC Wireless, hingga muncul tampilan seperti di bawah ini :

Gambar Menu PC Wireless

f. Setelah itu pilih Connect, jika masih belum muncul SSID dari AP yang kita buat tadi disarankan untuk menekan tombol Refresh untuk men-scan ulang keberadaan AP di sekitar laptop tersebut. Jika sudah selesai maka akan muncul seperti tampilan di bawah ini :

Gambar Menu Access Point g. Pilih salah satu AP kemudian klik tombol Connect untuk menyambung laptop ke AP. Kemudian cek hasilnya, apakah laptop tersebut sudah tersambung ke AP yang kita pilih.

Gambar laptop yang sudah terhubung dengan access point0 h. Selesai

7.

Mengatur pada PC Client a. Agar client yang menggunakan PC dapat mengakses uny.ac.id maka di atur DHCP pada konfigurasi IP Address.

Gambar IP Address DHCP

b. Setelah semua dikonfigurasi, cek menggunakan browser untuk membuka uny.ac.id 8. Selesai

F. PERMASALAHAN DAN TROUBLESHOOTING 1. Terjadi kesalahan pengaturan DNS atau DHCP server yang menyebabkan setiap node tidak bisa terhubung. Dalam pengaturan harus hati-hati dan jangan sampai ada dobel ip address atau penulisan gateway yang salah. 2. Selain konfigurasi DNS atau DHCP server, konfigurasi Access Point juga sering mengalami masalah dikarenakan channel yang digunakan diatur sama padahal harus berbeda agar tidak terjadi interferensi gelombang. 3. Kemudian pemberian ip address secara otomatis oleh DHCP server, ketika pengaturannya diubah, lupa untuk dimatikan dan di refresh kembali yang menyebabkan pengiriman pesan tetap gagal. 4. 5. 6. Pengecekan menggunakan pesan (tidak valid), sebaiknya menggunakan ping. Pengaturan Laptop Client, bagian NIC belum diganti dengan module wireless. Konfigurasi antara dua DHCP server berbenturan.

G. TUGAS DISKUSI

Pada gambar diatas terdapat 2 server yang masing masing berfungsi sebagai DNS Server dan DHCP Server, dengan dihubungkan 2 router antara network DNS Server dan network DHCP Server. DHCP Server terhubung dengan 4 PC melalui LAN dan 3 laptop menggunakan wireless. Pada gambar diatas seluruh PC dan Laptop pada DHCP Server dengan network 192.168.11.0/24 dapat berkomunikasi dengan DNS Server dan Web Servernya pada network 192.168.9.0/24. Hal tersebut karena kedua network sudah dirouting oleh kedua router menggunakan protocol dynamic routing RIPv2. Langkah langkah setting LAN: 1. DHCP Server a. Set IP address sesuai network yang telah ditentukan b. Isi alamat gateway dengan alamat IP router 0 yang masih 1 network c. Isi alamat DNS server dengan alamat server DNS d. Aktifkan DHCP pada PC server e. Masukkan range network IP address Client f. Set gateway dengan IP address router 0 g. Set DNS server dengan alamat IP Server DNS 2. DNS Server a. Set IP address sesuai network yang telah ditentukan b. Isi alamat gateway dengan alamat IP router 1 yang masih 1 network c. Aktifkan DNS pada PC Server d. Masukkan alamat IP Server dan domain name yang akan digunakan

e. Set alamat gateway pada IP address dengan alamat IP router 1 3. Router a. Pada router 0, set IP address kedua interface. masukkan kedua network pada dua interface ke dynamic routing protocol RIPv2. b. Pada router 1, set IP address kedua interface. masukkan kedua network pada dua interface ke dynamic routing protocol RIPv2. 4. AP a. Setting masing - masing AP dengan SSID yang berbeda b. Setting channel masing masing AP dengan channel yang memiliki jarak frekuensi terjauh antar AP. Contoh pada kasus diatas 3 AP, dapat disetting pada channel 1,6,11 5. PC dan Laptop a. Set IP addres pada laptop maupun PC menjadi dynamic. Sehingga akan mendapatkan ip address secara otomatis dari DHCP Server b. Untuk laptop, ganti LAN hardware menjadi Wireless c. Kemudian sambungkan laptop ke salah satu Access Point yang sudah diaktifkan atau disetting

H. SIMPULAN a. Konsep DNS, DHCP, dan Wireless DNS adalah sebuah aplikasi services di Internet yang menerjemahkan sebuah domain name ke IP address. DNS menggunakan relasi client server untuk resolusi nama. Pada saat client mencari satu host, maka ia akan mengirimkan query ke server DNS. Jika permintaan tidak ada pada database, name server akan menghubungi server root dan server lainnya. DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Wireless merupakan teknologi yang bertujuan untuk menggantikan kabel yang menghubungkan terminal komputer dengan jaringan, dengan begitu computer dapat berpindah dengan bebas dan tetap dapat berkomunikasi dalam jaringan dengan kecepatan transmisi yang memadai.

b. Pembuatan wireless Mengatur atau setting IP Address pada Server. Membuat DNS Server Membuat DHCP Server Mengatur Access Point Mengatur pada laptop client Mengatur pada PC Client Selesai c. Simulasi pada Paket Tracer

Daftar Pustaka http://www.catatanteknisi.com/2011/01/pengertian-prinsip-cara-kerjadns.html#ixzz1t72dN2Q2