LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK...

119
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 11 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WIDIARTI, S. Farm. 1206330236 ANGKATAN LXXVII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Transcript of LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK...

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN

PERIODE 2 SEPTEMBER – 11 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WIDIARTI, S. Farm. 1206330236

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27,

JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 11 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

WIDIARTI, S. Farm.

1206330236

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

iii

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

iv

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Keselamatan Manggarai Jakarta Selatan.

Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan praktek kerja ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:

(1) Ibu Dra. Azizahwati, M.S., Apt., sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan

Pembimbing I di Apotek Keselamatan Manggarai Jakarta Selatan yang telah

memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengetahuan kepada penulis

selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini.

(2) Ibu Dra. Sabarijah Wito Eng. S.KM., Apt selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan

laporan PKPA ini.

(3) Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Farmasi Universitas

Indonesia

(4) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt selaku Pjs. Dekan Farmasi

Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013 .

(5) Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA.

(6) Seluruh tenaga kerja Apotek Keselamatan yang telah memberikan bantuan

dan kerja sama yang baik selama penulis melaksanakan PKPA.

(7) Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

atas segala ilmu dan bantuannya selama ini.

(8) Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan moral serta

materi sehingga program PKPA dan penyusunan laporan ini dapat

dilaksanakan dengan lancar.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

vi

(9) Rekan-rekan PKPA di Apotek Keselamatan Jakarta Selatan yang telah

berbagi ilmu, pengalaman dan juga menghibur selama pelaksanaan PKPA.

(10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas segala

bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis

selama Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala

kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis

harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada

khususnya serta dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua

pihak yang membutuhkan.

Penulis

2013

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Widiarti, S.Far.

NPM : 1206330236

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Keselamatan Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat

Periode 19 Juni – 31 Juli 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan bertujuan untuk

memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan

memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis

kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Laporan Kasus pada

Pengobatan Penyakit Jerawat. Tujuan dari tugas khusus ini adalah memberikan

informasi mengenai pengobatan jerawat (acne vulgaris), dan diharapkan dapat

berguna bagi pembaca khususnya remaja.

Kata Kunci : Apotek Keselamatan, Apotek, Pengobatan jerawat.

Tugas Umum : xii + 54 halaman; 37 lampiran.

Tugas Khusus : vi + 12 halaman; 0 lampiran.

Daftar Acuan Tugas Umum : 21 (1976-2010).

Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 (1991-2010).

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Widiarti, S.Far.

NPM : 1206330236

Program Study : Apothecary Profession.

Title : Pharmacist Internship Working Program at Keselamatan

Pharmacy on Jalan Keselamatan No. 27 Jakarta Selatan

Period 2nd September – 11th October 2013

Pharmacist Internship Working Program at Keselamatan Pharmacy aims to

understand the duties and functions of pharmacists pharmacy manager (APA) in

pharmacy and pharmacist understand the activities in both technical and non-

technical pharmacy activities. Given a special assignment titled study casus

medicine of acne. The Purposes of this special task are to get description of

Medicine of acne specially in adult.

Keywords : Keselamatan Pharmacy, Pharmacy, Information Kaptopril.

General Assignment : xii + 54 pages; 37 appendies.

Specific Assignment : vi + 12 pages; 0 appendies.

Bibliography of General Assignment : 21 (1976-2010).

Bibliography of Specific Assignment : 7 (1991-2010).

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2

2. TINJAUAN UMUM .................................................................................... 3

2.1 Definisi Apotek ...................................................................................... 3 2.2 Landasan Hukum Apotek ....................................................................... 3 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ....................................................................... 4 2.4 Studi Kelayakan ..................................................................................... 5 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek ................................................................... 6 2.6 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek ............................................. 8 2.7 Apoteker Pengelola Apotek ................................................................... 10 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek ................................. 12 2.9 Pengelolaan Apotek ................................................................................ 13 2.10 Sediaan Farmasi ..................................................................................... 13 2.11 Pelayanan Apotek ................................................................................... 17 2.12 Pengadaan Persediaan Apotek ............................................................... 21 2.13 Pengendalian Persediaan Apotek ........................................................... 22 2.14 Strategi Pemasaran Apotek .................................................................... 27

3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESELAMATAN ............................... 30

3.1 Pendahuluan ........................................................................................... 30 3.2 Lokasi dan Tata Ruang ........................................................................... 30 3.3 Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi .................................... 31 3.4 Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan .............................................................. 31 3.5 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya .......................... 33 3.6 Pelayanan Apotek ................................................................................... 37 3.7 Pengelolaan Narkotika ........................................................................... 38 3.8 Pengelolaan Psikotropika ....................................................................... 40 3.9 Kegiatan Administrasi dan Keuangan .................................................... 41

4. PEMBAHASAN ........................................................................................... 43 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 52 5.1 Kesimpulan.................................................................................... .......... 52 5.2 Saran............................................................................................. ........... 52 DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 53

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

x Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas ............................................................... 14 Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas ................................................ 14 Gambar 2.3. Tanda Peringatan ........................................................................ 15 Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras ............................................................... 15 Gambar 2.5. Penandaan Obat Narkotika ......................................................... 16 Gambar 2.6. Diagram Model Pengendalian Persediaan.................................. 25

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

xi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Formulir Model APT-1 ................................................ 55 Lampiran 2. Contoh Formulir Model APT-2 ................................................ 57 Lampiran 3. Contoh Formulir Model APT-3 ................................................ 58 Lampiran 4. Contoh Formulir Model APT-4 ................................................ 64 Lampiran 5. Contoh Formulir Model APT-5 ................................................ 65 Lampiran 6. Contoh Formulir Model APT-6 ................................................ 68 Lampiran 7. Contoh Formulir Model APT-7 ................................................ 69 Lampiran 8. Contoh Formulir Model APT-8 ................................................ 70 Lampiran 9. Surat Pesanan Narkotika ........................................................... 71 Lampiran 10. Laporan Psikotropika SIPNAP ................................................. 72 Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika ....................................................... 74 Lampiran 12. Laporan Psikotropika SIPNAP ................................................. 75 Lampiran 13. Lokasi Apotek Keselamatan ..................................................... 76 Lampiran 14. Desain Eksterior Apotek Keselamatan ...................................... 77 Lampiran 15. Denah Ruangan Apotek Keselamatan ....................................... 78 Lampiran 16. Etiket Apotek Keselamatan ....................................................... 79 Lampiran 17. Salinan Resep Apotek Keselamatan .......................................... 80 Lampiran 18. Kuitansi Apotek Keselamatan ................................................... 81 Lampiran 19. Surat Pesanan Apotek Keselamatan .......................................... 82 Lampiran 20. Kartu Stok Apotek Keselamatan ............................................... 83 Lampiran 21. Daftar Obat Wajib Apotik No. 1 ............................................... 84 Lampiran 22. Daftar Obat Wajib Apotik No. 2 ............................................... 88 Lampiran 23. Daftar Obat Wajib Apotik No. 3 ............................................... 90

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

  

1 Universitas Indonesia 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat

dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Keberadaan apotek di

lingkungan masyarakat ditujukan untuk menjamin tersedianya sediaan farmasi

yang cukup bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, maka apoteker perlu

mengetahui bagaimana cara melakukan pengelolaan sediaan farmasi yang tepat

sehingga sediaan farmasi selalu tersedia di apotek dan siap disalurkan pada

masyarakat yang memerlukan. Pengelolaan sediaan farmasi oleh apoteker

merupakan suatu siklus yang berkesinambungan, dimulai dari tahap perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pemantauan, evaluasi, dan

kembali lagi pada tahap perencanaan. Keterampilan seorang apoteker dalam

mengendalikan siklus pengelolaan sediaan farmasi akan menentukan keberhasilan

suatu apotek dalam menjalankan fungsinya bagi masyarakat.

Hal penting yang harus diketahui saat ini telah terjadi pergeseran orientasi

pelayanan kefarmasian dari obat ke pasien. Dengan demikian, fokus

apoteker dalam pelayananannya di apotek tidak lagi hanya pada manajemen

persediaan obat, melainkan juga pada pelayanan pasien. Apoteker selain

menyiapkan dan menyerahkan obat, saat ini apoteker juga harus memberikan

pelayanan informasi terkait dengan obat yang diterima pasien.

Adanya dua peran yang harus dijalankan oleh seorang apoteker secara

bersamaan dalam pelayanannya di apotek membuat calon-calon apoteker perlu

dilatih agar siap melakukan dua peran tersebut dengan tepat. Berdasarkan hal

tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek bagi para calon

apoteker sebagai salah satu upaya untuk menyiapkan para calon apoteker.

Salah satu apotek yang menjadi tempat pelaksanaan PKPA tersebut ialah

Apotek Keselamatan. Melalui PKPA di Apotek Keselamatan yang

dilaksanakan mulai tanggal 2 September – 11 Oktober 2013, diharapkan calon

apoteker dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

2  

Universitas Indonesia 

melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan pasien di apotek.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Keselamatan sebagai berikut :

a. Mengetahui dan memahami peran seorang apoteker dalam pengelolaan

apotek yang meliputi kegiatan administrasi, manajemen keuangan,

pengadaan, penyimpanan, dan penjualan perbekalan farmasi.

b. Mempelajari dan memahami praktek pelayanan kefarmasian terhadap

pasien di apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kefarmasian di

Indonesia.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

 

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/MENKES/SK/X/2009 yaitu sebagai suatu tempat tertentu dilakukannya

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat

atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat

tradisional, sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung

dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

untuk mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien.

Apotek merupakan bagian dari sarana pelayanan kesehatan tempat

dilakukannya praktek kefarmasian, sehingga harus mengutamakan kepentingan

masyarakat dan memiliki kewajiban untuk menyediakan, menyimpan, dan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang

berlandaskan pada :

1. Undang-Undang Negara :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

4  

Universitas Indonesia 

2. Peraturan Pemerintah :

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesua Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesua Nomor 25 Tahun 1980 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang

Apotek.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek.

3. Peraturan Menteri Kesehatan :

a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin

Kerja Tenaga Kefarmasian.

b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek.

4. Keputusan Menteri Kesehatan :

a. Keputusan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang

Apotek, tugas dan fungsi apotek sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

5  

Universitas Indonesia 

c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

2.4 Studi Kelayakan (Umar, 2011)

Studi kelayakan (Feasibility Study) adalah metode penjajagan gagasan suatu

proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya proyek tersebut untuk

dilaksanakan. Studi kelayakan berfungsi sebagai pedoman atau landasan

pelaksanaan pekerjaan, karena dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber

yang dianalisis dari banyak aspek.

Tingkat keberhasilan studi kelayakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal merupakan kemampuan sumber daya

internal yang meliputi kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, produk yang

dijual, dan kualitas karyawan, sedangkan faktor eksternal merupakan kondisi

lingkungan luar yang tidak dapat dipastikan seperti pertumbuhan pasar, pesaing,

pemasok dan perubahan peraturan.

Pembuatan studi kelayakan terbagi dalam 5 tahapan proses yaitu penemuan

gagasan (ide), penelitian lapangan, evaluasi data, pembuatan perencanaan dan

pelaksanaan kerja.

a. Tahap Penemuan Gagasan

Gagasan yang baik adalah gagasan yang sesuai dengan visi organisasi, dapat

menguntungkan organisasi, sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki

organisasi, tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan aman untuk

jangka panjang. Apabila gagasan tersebut dapat memberikan gambaran yang baik

bagi organisasi, maka dilanjutkan dengan penelitian di lapangan.

b. Tahap Penelitian Lapangan

Penelitian di lapangan membutuhkan data-data antara lain, (1) data ilmiah

seperti data nilai strategis sebuah lokasi, kelas konsumen, peraturan yang berlaku

di daerah tersebut dan tingkat persaingan yang ada. (2) data non ilmiah yang

merupakan suatu intuisi atau perasaan yang diperoleh melihat lokasi dan kondisi

lingkungan disekitarnya.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

6  

Universitas Indonesia 

c. Tahap Evaluasi

Setelah selesai dilakukan penelitian lapangan, maka dilakukan evauasi

terhadap data-data yang didapatkan dengan cara :

1. Memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh yaitu faktor eksternal (tipe

konsumen, tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan, dan

peraturan yang berlaku) dan faktor internal (kemampuan keuangan

organisasi, ketersediaan produk dan kemampuan manajemen)

2. Membuat usulan proyek yang meliputi : (1) pendahuluan, terdiri dari latar

belakang dan tujuan, (2) analisa teknis, meliputi lokasi, lingkungan sekitar,

desain eksterior dan interior serta produk yang akan dijual, (3) analisa pasar,

meliputi potensi dan target pasar, (4) analisa manajemen, meliputi struktur

organisasi, jenis pekerjaan, jumlah kebutuhan tenaga kerja dan program

kerja, (5) analisa keuangan, meliputi meliputi jumlah biaya investasi dan

modal kerja, sumber pendanaan serta aliran kas

d. Tahap Rencana Pelaksanaan

Setelah usulan proyek disetujui, kemudian dilakukan penetapan waktu (time

schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas untuk

menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja, mnegurus izin, membangun

dan merehabilitasi gedung, merekrut karyawan, menyiapkan barang dagangan dan

sarana pendukung dilanjutkan dengan memulai operasional.

e. Tahap Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan setiap pekerjaan dibutuhkan jadwal pelaksanaan setiap

jenis pekerjaan, pencatatan setiap penyimpangan yang terjadi dan hasil evaluasi

serta solusi penyelesaiannya.

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2002)

Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri

kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian izin

apotek dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

7  

Universitas Indonesia 

melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan

pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Untuk mendapatkan izin apotek,

apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah

memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan

farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak

lain. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Adapun prosedur untuk

mendapatkan SIA menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002 adalah sebagai berikut:

1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1

(Lampiran 1).

2. Dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-2 (Lampiran 2), Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah

menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai

POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan

kegiatan.

3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-3 (Lampiran 3).

4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada nomor (2) dan (3) tidak

dilaksanakan, maka apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4).

5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada nomor (3) atau pernyataan nomor (4), Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5).

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

8  

Universitas Indonesia 

6. Apabila hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM sebagaimana dimaksud pada nomor (3) masih belum

memenuhi syarat, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6).

7. Terhadap surat penundaan, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi

persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1

bulan sejak tanggal surat penundaan.

8. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi

persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya

12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya

dengan menggunakan contoh formulir model APT-7 (Lampiran 7).

Bila apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek,

dengan mengadakan kerja sama dengan pemilik sarana apotek, maka harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian

kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana.

2. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah

terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat

sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

2.6 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/MENKES/SK/X/1993 pasal 6 disebutkan persyaratan-persyaratan pendirian

apotek sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan

tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi

yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

9  

Universitas Indonesia 

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah

apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja

apotek dan perbekalan farmasi (Umar, 2011).

1. Tempat/Lokasi

Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, namun

ketentuan ini dapat berbeda sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-

masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan

pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana pelayanan

kesehatan lain, sanitasi, dan faktor-faktor lainnya.

2. Bangunan

Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup untuk memenuhi

persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsi apotek. Suatu apotek minimal memiliki ruang tunggu pasien, ruang

peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker,

tempat pencucian alat, dan kamar kecil. Bangunan apotek dilengkapi dengan

sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang memadai,

alat pemadam kebakaran, ventilasi, dan sanitasi yang baik, serta papan nama

apotek.

3. Perlengkapan Apotek

Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan

apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya.

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain:

a. Peralatan pembuatan, pengolahan, dan peracikan seperti timbangan,

lumpang, alu, gelas ukur dan lain-lain.

b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari

obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan

psikotropika.

c. Wadah pengemas dan pembungkus.

d. Perlengkapan administrasi, seperti blanko pesanan, salinan resep, buku

catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat dan kuitansi.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

10  

Universitas Indonesia 

e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan

peraturan/undang-undang yang berhubungan dengan kegiatan apotek.

4. Tenaga Kerja Apotek

Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek yaitu:

a. Apoteker pengelola apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat

Izin Apotek (SIA).

b. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping

APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

c. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalani pekerjaan kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian terdiri dari

sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah

farmasi/asisten apoteker.

d. Tenaga non kefarmasian, seperti tata usaha, office boy, dan lain-lain.

2.7 Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Apotek, bahwa yang dimaksud dengan Apoteker Pengelola

Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Seorang

APA bertanggung jawab akan kelangsungan apotek yang dipimpinnya dan kepada

pemilik modal apabila apoteker bekerja sama dengan pemilik modal.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang apoteker dalam menjalankan

pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009, yaitu :

a. Memiliki keahlian dan kewenangan

b. Menerapkan Standar Profesi

c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional

d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi

e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Surat ini merupakan

bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah

diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk

jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

11  

Universitas Indonesia 

Cara untuk memperoleh STRA Apoteker harus memenuhi persyaratan

(Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Pasal 40) :

1. Memiliki ijazah Apoteker.

2. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.

3. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.

4. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang

memiliki surat izin praktek.

5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi.

f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apotek (SIPA) bagi APA dan Apoteker

Pendamping di Apotek. SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan dan dapat

dibatalkan apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak

sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin.

Cara untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan

Pemerintah No.51 Tahun 2009 Pasal 55) :

1. STRA.

2. Tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan

yang memiliki izin.

3. Rekomendasi dari organisasi profesi.

g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di

satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan

praktik paling banyak di tiga apotek.

Tugas dan kewajiban APA adalah sebagai berikut :

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, bsik kegiatan teknis maupun non teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku

b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.

c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omzet,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.

d. Melaksanakan pengembangan usaha apotek.

e. Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar,2011)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

12  

Universitas Indonesia 

⎯ Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan,

⎯ Menentukan system (peraturan) terhadap seluruh kegiatan,

⎯ Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan, dan

⎯ Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.

2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2002)

Tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dialihkan dalam kondisi berikut:

1. Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada

jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker

pendamping. Penunjukkan apoteker pendamping dan apoteker pengganti

harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.

2. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping berhalangan

melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek menunjuk apoteker

pengganti. Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak

berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki

SIPA, dan tidak bertindak sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain

disebut apoteker pengganti. Penunjukkan apoteker pengganti harus

dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.

3. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh

empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara

tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada

apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka pelaporan

kejadian wajib mengikutsertakan penyerahan resep, narkotika, psikotropika,

obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

Kejadian penyerahan tersebut dibuat Berita Acara Serah Terimadengan

Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat,dengan tembusan Kepala

Balai POM setempat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, setiap pengalihan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

13  

Universitas Indonesia 

tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian

APA wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat, dan perbekalan farmasi

lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

2.9 Pengelolaan Apotek

Kegiatan pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian. Kegiatan

pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,

keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang

lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/MENKES/PER/X/1993, pengelolaan apotek meliputi :

a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farasi

lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

2.10 Sediaan Farmasi

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, sediaan farmasi mencakup obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka

pemerintah menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat

keras, serta narkotik dan psikotropik.

1. Obat Bebas (Menteri Kesehatan RI, 1983)

Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep

dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat

berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contoh obat bebas adalah parasetamol,

aspirin, CTM.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

14  

Universitas Indonesia 

[Sumber : Susanto, 2012]

Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

2. Obat Bebas Terbatas (Menteri Kesehatan RI, 1983)

Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah

lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Contoh obat bebas terbatas

adalah teofilin, efedrin HCl, pseudoefedrin HCl.

[Sumber : Susanto, 2012]

Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas

Pada golongan obat bebas terbatas terdapat tanda peringatan yang berbentuk

kotak hitam dengan huruf berwarna putih di dalamnya. Tanda peringatan tersebut

dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

15  

Universitas Indonesia 

[Sumber : Wibowo, 2012, telah diolah kembali]

Keterangan : A. Contoh obat : CTM, B. Contoh obat : Gargarisma, C. Contoh obat : tinctura oidii,

D. Contoh obat : serbuk yang mengandung scopolamin, E. Contoh obat : antispetik, F. Contoh

obat : Tramal supositoria.

Gambar 2.3. Tanda Peringatan

3. Obat Keras Daftar G (Menteri Kesehatan RI, 1986)

Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda

pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam

dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat

“Harus dengan resep dokter”. Contoh obat keras adalah lorazepam, alprazolam,

fenitoin.

[Sumber : Susanto, 2012]

Gambar 2.4. Penandaan obat keras

4. Narkotika (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penururnan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

16  

Universitas Indonesia 

rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi kedalam tiga

golongan yaitu :

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :

tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin, psilosibin,

amfetamin.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contoh : difenoksilat, metadon, morfin, petidin.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein,

dihidrokodein, norkodein.

[Sumber : Susanto, 2012]

Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika

5. Psikotropika (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan :

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

17  

Universitas Indonesia 

a. Psikotropika Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: Psilosibin, lisergida.

b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan isndroma ketergantungan. Contoh:

Amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, sekobarbital.

c. Psikotropika Golongan III

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

amobarbital, pentazosin, pentobarbital, siklobarbital.

d. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan sangat khas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

seta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, fenobarbital, ketazolam.

2.11 Pelayanan Apotek

Pelayanan Apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002, meliputi :

a. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin.

b. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

Pelayanan resep di apotek sepenuhnya atas tanggung jawab APA, sesuai

dengan tanggung jawab dan keahlian profesi yang dilandasi pada

kepentingan masyarakat.

c. Apoteker tidak diizinkan untuk menggantikan obat generik yang ditulis di

dalam resep dengan obat paten.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

18  

Universitas Indonesia 

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih

tepat.

e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat,

aman, dan rasional.

f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, maka apoteker harus memberitahukan

kepada dokter penulis resep. Apabila karena pertimbangan tertentu dokter

penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara

tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.

g. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.

h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun.

i. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep, penderita yang bersangkutan atau yang merawat penderita, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku.

j. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diijinkan untuk

menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek

tanpa resep yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, APA

dapat menunjuk apoteker pendamping. Apabila APA dan apoteker

pendamping berhalangan melakukan tugasnya, maka APA dapat menunjuk

apoteker pengganti. Penunjukkan ini harus dilaporkan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model

Apt - 9.

l. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

oleh apoteker pendamping dan apoteker pengganti di dalam pengelolaan

Apotek.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

19  

Universitas Indonesia 

m. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan

kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA..

n. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh asisten

apoteker di bawah pengawasan apoteker. Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 mengatur tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, Pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan resep,

promosi dan edukasi serta pelayanan residensial (Home Care).

2.11.1 Pelayanan Resep.

a. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

1) Persyaratan administratif :

a) Nama, SIP dan alamat dokter.

b) Tanggal penulisan resep.

c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

e) Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.

f) Cara pemakaian yang jelas.

g) Informasi lainnya.

2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).Jika ada keraguan terhadap resep

hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan

setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan obat.

1) Peracikan

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

20  

Universitas Indonesia 

obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

2) Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

3) Kemasan obat yang diserahkan.

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga

terjaga kualitasnya.

4) Penyerahan Obat

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh

apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan

tenaga kesehatan.

5) Informasi Obat

Informasi obat pada pasien minimal meliputi: cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan

minuman yang harus dihindari selama terapi.

6) Konseling

Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara

apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling,

mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga

dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan

kesehatan lainnya.

7) Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

cardiovascular, diabetes , TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

2.11.2 Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

21  

Universitas Indonesia 

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet, brosur, poster, penyuluhan, dan

lain-lain.

2.11.3 Pelayan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini

apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2.12 Pengadaan Persediaan Apotek

Pengadaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan

pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah

yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam

waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan

ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa

syarat, yaitu (Seto, Nita, dan Triana, 2004):

a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

ketentuan yang berlaku.

Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick,

1997):

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam

waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing.

Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti cara ini

dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat impor

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

22  

Universitas Indonesia 

dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama atau obat

berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam setahun saja.

Obat-obat yang relatif slow moving, tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan

secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing). Obat-obat yang banyak

diminati serta harganya sangat mahal, maka pemesanannya dilakukan secara

perpetual purchasing. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan

berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek

dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (Seto, Nita, dan Triana, 2004):

1. Pembelian kontan

Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang

dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena

untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya

dalam menjual.

2. Pembelian kredit

Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada

waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima

apotek.

3. Konsinyasi (titipan obat)

Konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek

bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut

terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kedaluwarsa atau

waktu yang telah disepakati, maka barang tersebut dapat dikembalikan pada

pemiliknya.

2.13 Pengendalian Persediaan Apotek

Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan

persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek

secara efektif dan efisien. Pengendalian persediaan mencakup penentuan cara

pemesanan atau pengadaannya hingga jumlah persediaan yang optimum dan yang

harus ada di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan.

2.13.1 Parameter – parameter dalam pengendalian persediaan

a. Konsumsi rata-rata

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

23  

Universitas Indonesia 

Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand) merupakan

permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel

kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan (Quick,

1997).

b. Waktu tunggu/waktu tenggang (Lead Time/LT)

Merupakan waktu tenggang yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai

dengan penerimaan barang. Waktu tunggu ini dapat berbeda beda untuk setiap

pemasok. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada waktu tunggu adalah jarak

antara pemasok dengan apotek, jumlah pesanan, dan kondisi pemasok (Quick,

1997).

c. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman merupakan persediaan yang dicadangkan untuk

kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan

barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan

karena perubahan pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang

yang meningkat secara tiba-tiba karena adanya wabah penyakit (Quick, 1997).

Persediaan pengaman dapat dihitung dengan rumus (Quick, 1997):

SS = LT x CA Keterangan :

SS = Safety stock (persediaan pengaman)

LT = Lead Time (waktu tunggu)

CA = Average Consumption (konsumsi rata-rata)

d. Persediaan Minimum (Minimum Stock)

Persediaan minimum merupakan jumlah persediaan terendah yang masih

tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini maka

pemesanan harus langsung dilakukan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika

barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum

maka dapat terjadi stok kosong (Quick, 1997).

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

24  

Universitas Indonesia 

e. Persediaan Maksimum (Maximum Stock)

Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah

tersedia. Jika jumlah persediaan telah mencapai jumlah maksimum maka tidak

perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang

dapat menyebabkan kerugian (Quick, 1997).

f. Perputaran persediaan

Perputaran persediaan menggambarkan jumlah siklus yang dialami barang

dari mulai pembelian hingga penjualan kembali. Jika suatu barang memiliki angka

perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai

barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang

terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving (Quick, 1997).

Keterangan :

So = Persediaan awal Sr = Persediaan rata-rata

P = Jumlah pembelian Sn = Persediaan Akhir

g. Jumlah pesanan (Economic Order Quantity/EOQ)

Persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk

mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas,

waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal, dan

sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan berkaitan

dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan

(Quick, 1997).

Keterangan:

R = Jumlah kebutuhan dalam setahun

P = Harga barang / unit

S = Biaya memesan tiap kali pemesanan

I = % Harga persediaan rata-rata

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

25  

Universitas Indonesia 

h. Titik Pemesanan (Reorder Point/ROP)

Titik pemesanan merupakan saat dimana harus diadakan pemesanan

kembali sedemikian rupa sehingga penerimaan barang yang dipesan tepat waktu,

dimana persediaan di atas stok pengaman sama dengan nol atau saat mencapai

nilai persediaan minimum. Pada keadaan mendesak, dapat dilakukan pemesanan

langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama

antar apotek dan pemasok (Quick, 1997).

ROP = SS + LT Keterangan :

ROP = titik pemesanan kembali (Reorder point)

SS = stok pengaman (Safety stock)

LT = waktu tunggu (Lead time)

Berbagai parameter pengendalian persediaan tersebut saling

berkesinambungan satu sama lain untuk dapat menjamin ketersediaan obat dan

perbekalan kesehatan. Jika produk berada dalam kuantitas persediaan rata-rata,

kebutuhan permintaan produk oleh konsumen akan terpenuhi.

Gambar 2.6. Diagram model pengendalian persediaan

Model siklus pengendalian persediaan obat yang ideal dapat dilihat pada

Gambar 2.6. Idealnya kuantitas persediaan rata-rata dari suatu produk di apotek

perlu mempertimbangkan dua komponen, yaitu stok kerja (working stock) dan

stok pengaman (safety stock). Jika tingkat persediaan sudah semakin menurun dan

ROP

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

26  

Universitas Indonesia 

berada dalam level persediaan minimum, maka diperlukan pemesanan kembali

terhadap produk tersebut dan harus memperhitungkan waktu tunggu (LT)

kedatangan obat agar tidak terjadi kekosongan persediaan obat ketika menunggu

obat yang dipesan datang. Saat obat yang dipesan datang (Qo), maka tingkat

persediaan meningkat kembali pada level persediaan maksimum SS+Qo. Dengan

berjalannya waktu, persediaan akan kembali turun dan perlu dilakukan pemesanan

kembali dan begitu seterusnya. Siklus ini akan terus berputar untuk menjamin

ketersediaan obat.

2.13.2 Penentuan Prioritas Pengadaan

Pemilihan prioritas pengadaan dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai

berikut (Quick, 1997):

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

1. V (Vital)

Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untuk menyelamatkan

hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan

kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan.

2. E (Esensial)

Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untuk

digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat.

Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast-moving.

3. N (Non-esensial)

Kategori non-esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak

esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan penyakit

terbanyak, contohnya suplemen vitamin.

b. Analisis Pareto (ABC)

Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume

persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit). Kriteria

kelas dalam klasifikasi ABC adalah:

1. Kelas A

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

27  

Universitas Indonesia 

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili

sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-

20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap

biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif (Quick, 1997).

2. Kelas B

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini

mewakili sekitar 15-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya

sekitar 10 20% dari seluruh item (Quick, 1997).

3. Kelas C

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili

sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80% dari seluruh

barang (Quick, 1997). Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai

investasi dari tiap sediaan obat dengan cara :

a. Menghitung total investasi tiap jenis obat.

b.Pengelompokan obat berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari

nilai investasi terbesar hingga terkecil.

c. Analisis VEN-ABC

Metode analisis ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalam

metode ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu. Analisa VEN-ABC menggabungkan analisa pareto

dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam (Quick,

1997).

2.14 Strategi Pemasaran Apotek

Analisis AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) merupakan suatu

rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli

memutuskan untuk membeli di apotek.

2.14.1 Attention

Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian

pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan:

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

28  

Universitas Indonesia 

a. Membuat desain eksterior apotek yang menarik, seperti papan nama yang

besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang lewat.

b.Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi

ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Jika apotek berada di

lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih

mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa

obat yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila

apotek didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang

dipilih tidak perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan

atau ragu untuk datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek

tersebut mahal.

c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior

apotek dapat terlihat dari luar.

2.14.2 Interest

Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk

masuk ke dalam apotek, dapat dilakukan dengan cara menyusun obat yang dijual

dengan menarik seperti memperhatikan warna kemasan dan disusun berdasarkan

efek farmakologis, ruang tunggu yang bersih dan nyaman, dan lain sebagainya.

Hal tersebut dapat langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek.

2.14.3 Desire

Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah

menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan

adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan

pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan memberikan harga yang

bersaing.

2.14.4 Action

Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut

memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap

ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

29  

Universitas Indonesia 

yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan

pemberian informasi yang diperlukan.

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.

b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya

kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.

c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.

d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

  

30 Universitas Indonesia 

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

APOTEK KESELAMATAN

3.1 Pendahuluan

Apotek Keselamatan didirikan pada bulan April tahun 2004. Apotek ini

dikelola oleh seorang APA (Apoteker Pengelola Apotek) bernama Ibu Dra.

Azizahwati, Apt., MS dengan SIK Nomor 2621/B dan SIA Nomor

87.SIA.0/04./YANKES/04. Nama Apotek Keselamatan diambil dari nama jalan

tempat apotek tersebut berada.

3.2 Lokasi dan Tata Ruang

3.2.1 Lokasi

Apotek Keselamatan berlokasi di Jalan Keselamatan Nomor 27, Jakarta

Selatan. Letak apotek sekitar 200 m dari Jalan Raya Abdullah Syafie arah

Kampung Melayu dan berada di pusat pertigaan jalan sehingga apotek cukup

ramai dilalui oleh pengendara. Selain itu, posisi apotek terletak di tengah

pemukiman penduduk yang padat dan terdapat cukup banyak fasilitas kesehatan

di sekitar apotek, contohnya klinik dokter dan puskesmas, sehingga dapat

memperluas sasaran pasar apotek. Apotek pesaing yang berada di sekitar apotek

tersebut adalah Apotek Barkah yang terletak sekitar 400 m dari Apotek

Keselamatan. Apotek lainnya seperti Apotek K-24, Apotek Imani, dan Apotek La

Rose berada cukup jauh dari Apotek Keselamatan, yaitu terletak di sepanjang

Jalan Raya Lapangan Ros. Lokasi Apotek Keselamatan dapat dilihat pada

Lampiran 12.

3.2.2 Tata Ruang

Bangunan Apotek Keselamatan dengan ukuran 3,5 x 7 m terdiri dari

halaman parkir, ruang tunggu pasien, etalase obat OTC (Over The Counter), meja

kasir dan tempat penerimaan resep, ruang peracikan, meja kerja apoteker, ruang

istirahat karyawan, dan tempat pencucian atau wastafel. Desain eksterior Apotek

Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran 13. Ruang untuk obat OTC dibuat lebih

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

31  

Universitas Indonesia 

lebar dari ruang peracikan karena Apotek Keselamatan berorientasi pada

pengobatan sendiri/swamedikasi. Denah ruangan apotek Keselamatan dapat

dilihat pada lampiran 14.

3.3. Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi

Organisasi apotek dapat hanya terdiri dari seorang APA ditambah juru racik.

Tambahan personil lain diperlukan jika APA tidak dapat berada di apotek. Oleh

karena itu, dibutuhkan peran apoteker pendamping untuk menggantikan APA

pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Hal ini terjadi di Apotek

Keselamatan dengan komposisi personil apotek sebagai berikut:

a. Tenaga kefarmasian

APA : 1 orang

Apoteker Pendamping : 1 orang

b. Tenaga non kefarmasian

Juru resep : 1 orang

Tenaga pembantu : 1 orang

3.4. Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah:

a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang

perapotekan yang berlaku.

b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek, termasuk mengoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya, antara lain mengatur daftar

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja dan tanggung jawab

masing-masing karyawan.

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

32  

Universitas Indonesia 

d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

dan pemberian harga resep, penulisan etiket (Lampiran 15), penyiapan obat,

peracikan, pengemasan, sampai dengan penyerahan obat.

e. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

f. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan, meliputi nomor resep,

nama pasien, nama obat, bentuk sediaan obat, dan jumlah obat, kemudian

menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat

untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

g. Membuat salinan resep (Lampiran 16) dan kuitansi (Lampiran 17) bila

dibutuhkan.

h. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan fungsi apoteker pendamping adalah:

a. Mendata kebutuhan barang.

b. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

c. Mengatur, mengontrol dan menyusun obat pada tempat penyimpanan

obat.

d. Mencatat setiap kejadian mutasi barang.

e. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

dan pemberian harga resep, penulisan etiket, penyiapan obat, peracikan,

pengemasan, sampai dengan penyerahan obat.

f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan, meliputi nomor resep,

nama pasien, nama obat, bentuk sediaan obat, dan jumlah obat, kemudian

menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat

untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

h. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

i. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai batas

daluwarsa.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

33  

Universitas Indonesia 

j. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga

dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuintasi, nota, dan tanda

setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.4.3 Juru Resep

Sebagai tenaga yang membantu apoteker dalam meracik obat di apotek, juru

resep memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:

a. Membantu tugas APA dan apoteker pendamping dalam penyediaan atau

pembuatan obat jadi maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan

hasil sediaan yang sudah jadi kepada apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotek.

3.4.4 Tenaga Pembantu

Tenaga pembantu di Apotek Keselamatan mempunyai tanggung jawab

untuk menjaga kebersihan dan kerapihan di apotek beserta sarana di dalamnya

seperti etalase, rak obat, dan lain-lain.

3.5 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

3.5.1 Pengadaan

Untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang, apoteker

pendamping memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pengadaan obat dan

perbekalan kesehatan lain, kecuali narkotika dan psikotropika yang menjadi

tanggung jawab APA. Pengadaan dilakukan di pagi hari dengan surat pesanan

(Lampiran 18). Adapun prinsip pengadaan barang di Apotek Keselamatan adalah:

a. Barang berasal dari sumber yang jelas.

b. Macam dan jumlah barang yang akan diadakan disesuaikan dengan

kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau slow

moving.

c. Untuk barang-barang tertentu, pengadaan didasarkan pada data

epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

34  

Universitas Indonesia 

d. Untuk barang-barang yang tersedia dengan berbagai nama dagang,

pengadaan didasarkan pada pertimbangan produk yang sedang digemari

masyarakat.

e. Kondisi yang paling menguntungkan (pertimbangan harga, diskon,

syarat pembayaran, dan ketepatan barang datang).

Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (Cash

Order Delivery), atau kredit. Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana

pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak

tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi. COD (Cash On

Delivery) adalah pembayaran dilakukan secara tunai pada saat barang diterima,

sedangkan kredit adalah menjual barang dengan pembayaran tidak secara

tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur).

Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

pembelian secara terbatas, spekulasi, dan berencana. Pembelian secara terbatas

adalah pembelian yang disesuaikan dengan kebutuhan pengadaan di apotek.

Spekulasi merupakan dugaan atau pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan,

artinya pembelian barang akan disesuaikan dengan kondisi saat pembelian,

sedangkan berencana adalah proses yang dilakukan secara terprogram baik dari

segi periode pembelian, jumlah, dan tempat pemesanan obat (distributor). Dari

ketiga cara tersebut, Apotek Keselamatan lebih menggunakan pembelian secara

terbatas untuk menghindari penumpukan barang yang menyebabkan modal

terhenti.

Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Keselamatan adalah :

1. Pemeriksaan dan pencatatan barang

Pemeriksaan barang di Apotek Keselamatan dilakukan setiap hari.

Pencatatan nama barang di buku defekta dilakukan oleh apoteker

pendamping untuk barang yang akan habis (untuk barang fast moving) atau

barang yang sudah habis (untuk barang slow moving). Selain itu, obat- obat yang

belum tersedia di apotek tapi sudah mulai diresepkan atau cukup tinggi

permintaannya juga dapat dicatat di buku defekta. Setelah apoteker pendamping

mencatat semua nama barang yang akan dipesan, APA akan menentukan jumlah

barang untuk tiap nama barang yang tercatat di buku defekta. Selanjutnya,

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

35  

Universitas Indonesia 

apoteker pendamping akan melakukan pemesanan barang berdasarkan data

yang ada di dalam buku defekta. Pemesanan dilakukan dua kali seminggu

yaitu pada hari Senin dan Kamis.

2. Pemesanan barang

Pemesanan dilakukan berdasarkan buku defekta kepada Pedagang Besar

Farmasi (PBF) melalui telepon atau salesman dengan menggunakan surat

pesanan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama

dengan PBF adalah :

a. Ketepatan dan kecepatan PBF dalam pelayanan

b. Kualitas dan kuantitas barang harus dapat dipertanggungjawabkan terhadap

barang pesanan apabila terjadi kerusakan

c. Jaminan yang diberikan PBF terhadap barang pesanan

d. Kepastian memperoleh barang yang dipesan dari PBF

e. Diskon yang diberikan PBF

f. Lama waktu kredit

Barang-barang yang sudah dipesan kemudian dicatat di buku pembelian.

3.5.2 Penerimaan

Petugas PBF akan mengantarkan barang yang dipesan ke apotek beserta

faktur pembelian. Barang diterima oleh apoteker pendamping kemudian dilakukan

pengecekan kesesuaian nama, bentuk sediaan, dan jumlah obat yang datang

dengan faktur yang dibawa dan surat pesanan/buku pembelian. Apoteker

pendamping juga mengecek tanggal daluwarsa dan kondisi fisik barang yang

diterima. Apabila barang sesuai, maka faktur tersebut ditandatangani apoteker

pendamping yang menerima barang disertai dengan nama terang, tanggal

penerimaan dan stempel apotek. Jika ada barang yang tidak sesuai dengan surat

pesanan/buku pembelian atau karena barang yang diterima mendekati tanggal

daluwarsa, maka barang tersebut akan dikembalikan ke PBF.

Apotek menerima dua lembar faktur sebagai arsip. Barang yang telah

diterima kemudian diberi harga sesuai dengan rumus perhitungan harga jual yang

telah ditetapkan oleh apotek. Faktur yang diterima dicatat pada buku pencatatatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

36  

Universitas Indonesia 

untuk menginventaris barang yang diterima dan jumlah nilai yang akan

dibayarkan ketika jatuh tempo.

3.5.3 Penyimpanan

Barang yang sudah diberi harga ditempatkan di etalase/rak obat.

Penyimpanan barang dilakukan berdasarkan barang OTC – etikal, generik – non

generik, bentuk sediaan, dan abjad (alfabetis). Penyusunan barang dilakukan

secara First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Pada sistem

FEFO, barang yang mempunyai tanggal daluwarsa lebih cepat akan dikeluarkan

lebih cepat, sedangkan pada sistem FIFO, barang yang keluar lebih dahulu adalah

barang yang lebih dahulu masuk.

Di Apotek Keselamatan, etalase depan apotek digunakan untuk penempatan

obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas, serta perbekalan kesehatan lainnya

seperti perban, thermometer, dan lain-lain. Produk obat bebas/bebas terbatas dan

perbekalan kesehatan lainnya disusunan sedemikian rupa sehingga dapat menarik

perhatian pasien yang datang ke apotek dan memudahkan pengambilan barang.

Di bagian dalam apotek terdapat rak-rak obat yang digunakan untuk penyimpanan

obat-obat keras. Selain itu, di bagian dalam apotek juga tersedia rak obat yang

berfungsi sebagai gudang kecil dan lemari pendingin untuk menyimpan obat-obat

yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin. Narkotika dan psikotropika

disimpan di dalam lemari khusus yang ada di bagian dalam apotek.

3.5.4 Dokumentasi

Apotek Keselamatan menerapkan pencatatan di kartu stok untuk obat dan

perbekalan kesehatan lainnya. Pencatan meliputi tanggal, jumlah barang masuk

beserta sumbernya, jumlah barang keluar, saldo, dan keterangan (Lampiran 19).

Pencatatan dilakukan setiap ada kejadian mutasi barang. Untuk barang-barang

yang terletak di etalase depan, kartu stok tersimpan terpisah dan dikelompokkan

berdasarkan penyusunan obatnya sehingga memudahkan pencarian. Kartu stok

untuk obat-obat yang terletak di rak obat bagian dalam apotek ditempatkan

masing-masing tepat di samping obat tersebut. Hal tersebut memudahkan

pencatatan serta pengecekan kesesuaian catatan dengan kondisi fisik obat.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

37  

Universitas Indonesia 

3.6 Pelayanan Apotek

3.6.1 Pelayanan Obat Bebas (Swamedikasi)

Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa resep

dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar

obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika dan alat kesehatan tertentu.

Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen

atau pembeli. Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh Apotek Keselamatan

telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu hanya dilakukan untuk kondisi-

kondisi penyakit ringan tertentu dengan pemberian obat bebas, obat bebas terbatas

dan obat wajib apotek.

Penyakit ringan pasien yang diberikan pelayanan swamedikasi di Apotek

Keselamatan meliputi penyakit-penyakit kulit, diare, demam, batuk, dan nyeri

persendian. Apabila keadaan pasien perlu untuk dirujuk ke dokter, maka APA

atau apoteker pendamping akan merujuknya, baik pada dokter yang berpraktek di

apotek ataupun dokter lainnya. Dalam melakukan swamedikasi di Apotek

Keselamatan, peran apoteker sangat terlihat dalam memilih obat yang efektif,

aman, dan ekonomis, serta dosis obat yang diberikan.

3.6.2 Pelayanan Obat dengan Resep

Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang

membeli obat dengan resep dokter secara tunai. Proses pelayanan resep adalah

sebagai berikut :

a. Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep,

pemeriksaan ketersediaan obat di apotek, dan diberi harga.

b. Pasien diberi tahu tentang harga obat, jika pasien setuju maka pasien

dipersilahkan langsung membayar pada kasir dan diminta menunggu untuk

disiapkan obatnya. Bila pasien merasa keberatan dengan harga obat, maka

apoteker dapat menawarkan obat generik.

c. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan juru resep. Lembaran

resep diberi kertas penanda, yang berisi nomor resep, tanggal resep, harga,

dan nama pasien. Obat yang telah selesai disiapkan kemudian diberi etiket

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

38  

Universitas Indonesia 

dan diperiksa oleh apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan

kesesuaian jumlah obat dengan resep.

d. Penyerahan obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi

kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga

resep ke dalam buku resep.

e. Salinan resep atau kuitansi dapat dibuat atas permintaan pasien.

f. Pada pelayanan resep yang mengandung narkotika, tidak diperbolehkan

menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter dan resep tersebut

disimpan terpisah dengan resep obat non narkotika.

3.6.3 Pelayanan Obat Wajib Apotek

Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras oleh

apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter.

Pelayanan obat wajib apotek (OWA) dilakukan disertai dengan pemberian

informasi obat.

3.6.4 Pelayanan Informasi Obat

Di Apotek Keselamatan setiap penyerahan obat disertai dengan pemberian

informasi obat (PIO) kepada pasien. Pelayanan ini terutama diberikan oleh

apoteker. PIO dilakukan bukan hanya apabila pasien membeli obat, namun juga

saat pasien tidak membeli dan sekedar bertanya. Pertanyaan mengenai informasi

obat yang biasa ditanyakan di Apotek Keselamatan meliputi indikasi, cara

pemakaian, efek samping obat, interaksi dengan obat lain dan makanan, hal yang

harus dihindari selama menggunakan obat, dan sebagainya.

3.7 Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika terdiri dari pemesanan, penerimaan, penyimpanan,

dan pelaporan keluar masuknya obat narkotika di apotek.

3.7.1 Pemesanan Narkotika

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

39  

Universitas Indonesia 

Narkotika dipesan melalui PBF Kimia Farma dan wajib menggunakan surat

pesanan khusus narkotika. Pemesanan narkotika yang dilakukan memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam satu lembar surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.

b. Mencantumkan nama dan alamat apotek, Surat Izin Apotek, nama APA, dan

SIPA.

c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan terdapat stempel

apotek pemesan.

d. Surat pesanan dibuat empat rangkap, satu untuk arsip di apotek

sedangkan sisanya diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi Kimia

Farma yang bersangkutan.

3.7.2 Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika

Narkotika yang dating diterima oleh APA. Bukti penerimaan ditandatangani

oleh APA. Narkotika disimpan pada lemari khusus yang terkunci, terjamin

keamanannya, dan dapat dipertanggungjawabkan. Lemari tersebut terdiri dari tiga

bagian untuk narkotika sehari-hari maupun untuk persediaan. Satu lemari

digunakan sebagai tempat persediaan dan dua lemari untuk kebutuhan sehari- hari,

untuk menyimpan narkotika dan psikotropika. Di lemari penyimpanan terdapat

kartu stok untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran narkotika, serta

mengetahui stok akhir narkotika.

3.7.3 Laporan Pemasukan dan Pengeluaran Narkotika

Setiap bulan apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan

pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan

narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika dimasukkan ke dalam

sebuah software aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)

yang dapat diisi secara online oleh apotek dan hasil data dikirim ke Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan ke balai besar POM.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

40  

Universitas Indonesia 

3.8 Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan sediaan psikotropika meliputi pemesanan, penerimaan,

penyimpanan, dan pelaporan penggunaan sediaan psikotropika.

3.8.1 Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika di Apotek Keselamatan memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

a. Dalam satu lembar surat pesanan boleh terdapat lebih dari satu jenis

psikotropika.

b. Dalam surat pesanan mencantumkan nama apotek, alamat apotek, nomor

Surat Izin Apotek (SIA), nama APA, dan nomor SIPA.

c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan terdapat stempel

apotek.

d. Surat pesanan dibuat tiga rangkap, dua surat salinannya digunakan untuk

pengarsipan di apotek, sedangkan lembar yang asli diserahkan ke PBF yang

bersangkutan. Pemesanan psikotropika tidak harus dilakukan di PBF

Kimia Farma.

3.8.2 Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika

Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh APA ataupun apoteker

pendamping. Bukti penerimaan obat diterima dan ditandatangi oleh APA. Obat

psikotropika di Apotek Keselamatan disimpan di lemari khusus yang terkunci dan

terjamin keamanannya.

3.8.3 Pelaporan Penggunaan Psikotropika

Laporan pemakaian psikotropika dilakukan secara berkala melalui aplikasi

SIPNAP secara online ke suku dinas kesehatan dengan tembusan ke balai besar

POM.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

41  

Universitas Indonesia 

3.9 Kegiatan Administrasi dan Keuangan

3.9.1 Kegiatan Administrasi

Apotek selain menjalankan fungsi kefarmasiannya juga melakukan

kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja

yang ada di apotek tersebut. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek

Keselamatan meliputi:

a. Administrasi penjualan

Administrasi penjualan pada Apotek Keselamatan meliputi kegiatan

pencatatan obat-obat yang terjual (obat etikal dan obat bebas) di apotek.

b. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang

Apotek Keselamatan melakukan pembelian produk dari pedagang besar

farmasi dengan cara kredit dan kontan. PBF memberikan diskon, kebijakan

harga, serta jatuh tempo pembayaran yang berbeda. Pencatatan terhadap

pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke

apotek. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengawasan terhadap

pembayaran sehingga pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan waktunya.

c. Administrasi pembukuan

Administrasi pembukuan dilakukan untuk mencatat transaksi-transaksi

penjualan yang telah dilaksanakan oleh Apotek Keselamatan, baik

pengeluaran maupun pemasukan.

3.9.2 Sistem Administrasi

Apotek Keselamatan memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan

baik. Sistem administrasi tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, pengelolaan,

dan pelaporan barang yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh

apoteker pendamping yang dibantu oleh karyawan. Kelengkapan administrasi di

Apotek Keselamatan meliputi:

a. Buku defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

habis atau yang harus segera dipesan untuk dapat memenuhi kebutuhan di apotek.

Buku defekta di Apotek Keselamatan terdiri dari dua jenis, yaitu buku defekta

obat dalam yang terdiri dari obat etikal dan obat luar yang terdiri dari obat OTC.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

42  

Universitas Indonesia 

Dengan adanya buku defekta, karyawan ataupun apoteker dapat mengetahui

dengan pasti perbekalan farmasi yang harus dipesan dan menghindari pemesanan

ganda di apotek sehingga pemesanan dapat dikontrol dengan baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat pesanan diberikan kepada PBF untuk melakukan pemesanan

perbekalan farmasi. Surat pesanan terdiri dari 4 lembar yang harus ditandatangani

oleh apoteker. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang

ditunjuk, nomor dan nama barang, jenis kemasan yang dipesan, jumlah pesanan,

tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek.

3.9.3 Kegiatan Keuangan

Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang meliputi aliran uang masuk

yang berasal dari setiap transaksi penjualan produk dan jasa di apotek, serta aliran

uang keluar yang berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan

hutang dagang dan biaya operasional apotek lainnya. Setiap tahun, Apotek

Keselamatan melakukan stock opname untuk mengetahui jumlah aset obat yang

tersisa akhir tahun. Administrasi kegiatan keuangan meliputi :

a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas

apotek setiap bulannya.

b. Laporan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang

dialami apotek selama satu tahun.

c. Neraca tahunan untuk mengetahui aset apotek, baik berupa harta lancar,

maupun harta tetap.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

  

43 Universitas Indonesia 

BAB 4

PEMBAHASAN

Pelayanan kefarmasian yang meliputi pengelolaan distribusi obat serta

pelayanan yang berorientasi kepada pasien menjadi bagian penting untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

yang dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas adalah apotek yang memiliki

fungsi unik, tidak hanya memiliki fungsi bisnis yang berorientasi profit tetapi juga

fungsi sosialnya dalam mendistribusikan obat dan pelayanan kefarmasian lainnya

agar tercipta penggunaan obat yang rasional di masyarakat.

Apotek Keselamatan adalah salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian di

Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Keselamatan Nomor 27. Apotek Keselamatan

memiliki letak yang strategis karena terletak di sisi pertigaan jalan. Walaupun

tidak berada di tepi jalan raya, jalan menuju apotek ramai oleh pengendara yang

menjadikan jalan tersebut sebagai jalan alternatif dari jalan utama seperti Jalan

KH. Abdullah Syafi’i dan Jalan Dr. Saharjo. Hal ini menjadi peluang apotek

untuk menambah jumlah drop in customer. Keberadaan apotek bisa dikenali

dengan adanya 2 papan nama yang terpasang di apotek dan neon box di depan

halaman apotek. Pada siku jalan menuju apotek terdapat papan penunjuk apotek

yang di pasang di tiang listrik sehingga memudahkan masyarakat mengetahui

lokasi apotek.

Lingkungan sekitar apotek merupakan lingkungan yang padat penduduk,

yang dihuni oleh penduduk asli maupun pendatang yang menyewa kos. Tingkat

kepadatan penduduk tersebut mempengaruhi jumlah domestic customer apotek. Di

sekitar Apotek Keselamatan juga terdapat beberapa fasilitas pelayanan kesehatan

lainnya seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, Klinik Yakin, Klinik Yashika,

dan puskesmas kecamatan. Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut menguntungkan

apotek karena dapat menambah jumlah resep yang masuk. Sekitar lingkungan

apotek juga terdapat apotek kompetitor seperti Apotek Amani, Apotek LaRose,

Apotek Barkah, dan Apotek K24. Keberadaan apotek kompetitor menyebabkan

masyarakat memiliki banyak alternatif dalam memilih apotek.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

44 

 

Universitas Indonesia 

Pengelolaan apotek juga membutuhkan desain yang baik untuk pemasaran

yang optimal. Apotek Keselamatan memiliki desain eksterior yang sederhana

sehingga tidak menimbulkan kesan mahal terhadap produk yang dijual di apotek,

mengingat masyarakat sekitar merupakan masyarakat kalangan ekonomi

menengah ke bawah. Obat yang disusun rapi dan tampak penuh di lemari serta

etalase juga tampak jelas terlihat dari luar sehingga memberi kesan lengkap akan

ketersediaan obat. Ruang tunggu juga dilengkapi kursi dengan jumlah yang cukup

agar memberi kenyamanan pengujung. Tanaman hias dan pohon di halaman

sekitar apotek juga memberi kesan bersih, teduh, dan asri pada apotek. Apotek

Keselamatan dilengkapi dengan fasilitas halaman yang cukup luas, sehingga

memudahkan pengunjung untuk parkir secara aman dan gratis.

Di ruang depan apotek tidak ada penghalang yang menghalangi apoteker

atau karyawan dalam melayani pengunjung, baik saat menyerahkan atau

memberikan informasi obat. Pengunjung dan apoteker/karyawan hanya dibatasi

etalase kaca yang ketinggiannya disesuaikan dengan kenyamanan pengunjung dan

karyawan. Kegiatan pelayanan kepada pengunjung yang dilakukan oleh apoteker

dan karyawannya dilaksanakan sebaik mungkin dengan sambutan yang ramah dan

pelayanan yang cepat disertai dengan pemberian informasi obat dengan jelas

kepada pengunjung sehingga pengunjung merasa diperhatikan dan merasa puas

yang akhirnya banyak di antara pengunjung yang kembali lagi ke apotek dan

menjadi regular customer.

Desain interior Apotek Keselamatan cukup baik, kondisi bersih dan rapi

sehingga memberikan kenyamanan bagi karyawan dan pengunjung. Kerapihan

apotek dapat dilihat dari penyusunan obatnya. Penyusunan obat di Apotek

Keselamatan dikelompokkan berdasarkan obat OTC (Over The Counter), obat

etikal, obat narkotika dan psikotropik, obat racikan, obat topikal, dan obat yang

membutuhkan penyimpanan khusus di lemari pendingin. Obat OTC disusun di

bagian depan apotek agar tampak dari luar. Obat tersebut juga disusun dengan

memperhatikan estetika bentuk dan warna agar tampak menarik dari luar.

Sebagian besar obat OTC sediaan cair disusun berdasarkan efek farmakologi di

rak tanpa kaca dibagian depan apotek. Produk kosmetik dan produk bayi juga

disusun di etalase depan agar mudah terlihat pengunjung. Obat bebas lainnya yang

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

45 

 

Universitas Indonesia 

berbentuk cair, solid, dan semisolid diletakkan di etalase depan dan disusun

berdasarkan efek farmakologi dengan memperhatikan estetika agar tampak

menarik dari luar. Penempatan obat yang tepat penting agar obat mudah dikenali

seperti suplemen herbal yang di tempatkan di etalase khusus di dekat kasir

pembayaran agar mudah dikenal pengunjung.

Obat etikal yang terdiri dari obat generik dan obat merek dagang disimpan

di bagian dalam apotek dan disusun berdasarkan alfabet dengan kartu stok yang

disisipkan di sebelah kiri obat. Penempatan obat generik dan obat merek dagang

dipisahkan. Di ruang tengah apotek, obat etikal yang berbentuk sediaan cair

disusun berdasarkan alfabet. Selain itu, di ruang tengah juga terdapat etalase

tempat menyimpan obat OTC yang sengaja disimpan sebagai persediaan.

Penempatan obat sesuai alfabet, sesuai farmakologi, dan pemisahan penempatan

obat generik dan merek dagang memudahkan petugas dalam pengambilan obat

dalam melaksanakan pelayanan kepada pengunjung sehingga pelayanan dapat

dilaksanakan dengan cepat.

Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika diletakkan di lemari khusus

dengan 3 pintu yang terkunci dan tersusun ke atas. Lemari bagian atas diisi

dengan obat golongan narkotika dan lemari kedua dari atas diisi dengan obat

golongan psikotropika dimana didalamnya terdapat kartu stok yang diletakkan di

samping obat-obat tersebut. Lemari ketiga (paling bawah) merupakan tempat

persediaan narkotika dan psikotropika. Obat-obat di dalamnya sudah dibagi-bagi

sedemikian rupa, sehingga tiap pengeluaran obat dari persediaannya dapat

dihitung dengan mudah.

Penyimpanan obat juga perlu memperhatikan stabilitas obat agar kualitas

obat terjaga. Untuk tujuan tersebut, Apotek Keselamatan memiliki sebuah lemari

pendingin yang digunakan untuk menjaga stabilitas obat – obat tertentu. Lemari

pendingin digunakan untuk menyimpan obat-obat yang membutuhkan suhu

khusus dalam penyimpanannya seperti suppositoria, ovula, kapsul lunak, dan

vitamin.

Penyimpanan dan penyusunan obat yang rapi juga dilakukan dengan

memperhatikan kemudahan dalam pengambilan obat sehingga mempercepat

pelayanan resep. Penyusunan obat di Apotek Keselamatan berdasarkan jenis obat

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

46 

 

Universitas Indonesia 

(OTC atau etikal), bentuk sediaan, efek farmakologi, dan kerawanan dicuri. Obat

racikan juga diletakkan di tempat tertentu yang terpisah dengan jenis obat etikal

lain agar proses peracikan lebih mudah. Obat seperti salep, krim, dan obat tetes

mata diletakkan di etalase tertentu agar mempermudah karyawan dalam melayani

pengunjung. Beberapa obat yang memiliki efek farmakologi serupa diletakkan

berdekatan. Selain itu, obat – obat yang memiliki harga cukup tinggi tidak

diletakkan di etalase yang dekat dengan pengunjung. Pemisahan tersebut juga

berguna untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat dan medication

error. Berbeda dengan obat etikal yang disusun di rak, kartu stok obat cair dan

semisolid yang tersimpan di etalase dan obat OTC tidak diletakkan di samping

obat, melainkan disimpan terpisah agar susunan obat terjaga kerapihannya.

Sarana dan prasarana di Apotek Keselamatan terdiri dari ruang apoteker,

ruang istirahat karyawan, ruang praktek dokter yang terpisah, ruang racik, ruang

tunggu, kasir, kamar mandi, ruang sholat, wastafel, halaman parkir, dan keranjang

sampah. Secara umum sarana dan prasarana di Apotek Keselamatan sudah sesuai

dengan Keputusan Menkes RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu apotek harus memiliki ruang tunggu,

ruang racikan, keranjang sampah, dan tempat menampilkan informasi.

Salah satu sarana di dalam apotek yakni terdapat ruang peracikan. Di dalam

ruang peracikan ini terdapat meja racik, perlengkapan meracik seperti alu, mortar,

sudip, timbangan, kertas perkamen, kapsul dan pot. Selain itu, terdapat sebuah

meja besar yang digunakan untuk berdiskusi dan melakukan pembukuan.

Terdapat pula telepon dan faksimili yang sengaja disediakan bagi karyawan untuk

memesan obat serta menerima pesan dari instansi lain.

APA dibantu oleh apoteker pendamping dan karyawan dalam melaksakan

pelayanan kefarmasian. APA bertugas mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran

uang dan barang serta memberikan masukan kepada karyawan akan hal tersebut.

Terkadang, karyawan dan apoteker pendamping berdiskusi dengan APA untuk

menambah pengetahuan terutama dalam hal swamedikasi sehingga dapat

memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung walaupun APA sedang

tidak berada di tempat. Dengan suasana kerja yang mendukung, karyawan, APA,

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

47 

 

Universitas Indonesia 

dan apoteker pendamping dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada

pengunjung sehingga memberi kepuasan dan memberi nilai lebih bagi apotek.

Pengelolaan obat yang optimal menjadi salah satu hal yang penting agar

ketersediaan obat terjaga dengan baik. Untuk itu, apoteker dan karyawan

melakukan pengelolaan obat yang terdapat di apotek. Pengelolaan obat di Apotek

Keselamatan berjalan dengan baik dan diikuti dengan administrasi yang baik.

Pengelolaan diawali dengan perencanaan obat berdasarkan data yang terdapat

pada buku defekta. Buku defekta di Apotek Keselamatan terdiri dari dua jenis,

yaitu buku defekta obat etikal dan buku defekta obat OTC. Stok obat yang hampir

habis dan permintaan obat tertentu dari masyarakat yang belum tersedia di apotek

ditulis di buku defekta. Pertimbangan jenis dan jumlah obat yang akan dipesan

untuk pengadaan obat juga dipengaruhi dengan anggaran yang ada, harga, pola

peresepan dokter, dan jumlah persediaan minimum obat di apotek. Hal tersebut

dilakukan agar apotek dapat melaksanakan pelayanan apotek dengan baik dan

mendapat kepercayaan dari masyarakat bahwa apotek memiliki ketersediaan obat

yang lengkap.

Dalam pengelolaan sediaan obat di apotek, pengadaan merupakan hal yang

sangat penting. Pengadaan obat di Apotek Keselamatan dilakukan dengan

pemesanan obat ke PBF melalui telepon ataupun melalui pemesanan langsung

lewat karyawan PBF (sales) yang secara rutin berkunjung ke apotek. Pemesanan

obat secara langsung melalui sales yang datang ke apotek dilakukan dengan

menggunakan surat pesanan, sedangkan pemesanan melalui telepon umumnya

tidak menggunakan surat pesanan. Surat pesanan baru diberikan kepada sales

ketika obat diantar ke apotek.

Pemesanan obat di Apotek Keselamatan dilakukan dua kali dalam

seminggu, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Pemesanan ini sangat penting untuk

memenuhi kebutuhan penjualan harian apotek, baik penjualan obat bebas maupun

penjualan obat resep. Pada umumnya, pemesanan obat dilakukan apabila stok obat

telah mencapai stok persediaan minimum dan telah didata di dalam buku defekta.

Obat-obatan yang dipesan ke PBF disesuaikan jumlah dan jenisnya dengan

kebutuhan apotek. Jumlah obat yang dipesan juga dipengaruhi tingkat penjualan

obat dan adanya diskon dari PBF.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

48 

 

Universitas Indonesia 

Apabila suatu obat termasuk obat yang laku terjual (fast moving) dan PBF

menawarkan adanya diskon, maka pemesanan obat tersebut dapat diperbanyak

jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan stok satu bulan. Setiap pemesanan obat ke

PBF harus memenuhi cukup faktur, yaitu memenuhi jumlah minimal pemesanan

sehingga obat dapat dikirim. Setiap PBF menetapkan nilai cukup faktur atau

jumlah minimal pemesanan yang berbeda. Pemesanan obat yang telah cukup

faktur akan dikirim oleh PBF dan diterima oleh apotek satu hari kemudian.

Namun demikian, terkadang terjadi keterlambatan karena stok barang yang

kosong di PBF.

Obat yang datang selanjutnya diterima oleh karyawan apotek dan diperiksa

kesesuaiannya dengan daftar obat yang ada di buku pemesanan. Pengecekan juga

dilakukan antara barang yang datang dengan faktur pembelian yang meliputi jenis

barang, merek, ukuran sediaan, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis

barang, dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur. Jika obat

yang datang tersebut sudah sesuai, maka faktur ditandatangani dan dicap oleh

karyawan apotek. Jika terdapat obat yang tidak sesuai pesanan, rusak, atau tanggal

daluwarsanya terlalu dekat, maka obat tersebut dikembalikan kepada PBF yang

bersangkutan. Faktur pembelian obat terdiri dari satu lembar faktur asli dan tiga

lembar salinan faktur. Satu lembar faktur asli dan satu lembar salinan faktur

dikembalikan kepada karyawan PBF, sedangkan dua lembar salinan faktur

diambil dan disimpan oleh karyawan apotek sebagai arsip. Obat yang telah

diterima selanjutnya dihitung harga jualnya sesuai dengan besarnya pajak dan

persentase keuntungan yang ingin diperoleh. Obat tersebut kemudian diberi label

harga dan dicatat di kartu stok sebagai obat yang masuk. Catatan yang dimuat di

kartu stok berupa tanggal obat masuk, jumlah obat, PBF asal, dan sisa obat.

Pembayaran obat yang dipesan dilakukan setelah karyawan PBF dan apotek

melakukan tukar faktur, yaitu menetapkan waktu pembayaran obat berdasarkan

periode pembayaran dan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati. Karyawan

PBF biasanya datang kembali ke apotek 1 minggu setelah pengiriman obat untuk

melakukan tukar faktur. Tanggal jatuh tempo pembayaran umumnya 21 hari atau

30 hari setelah pemesanan obat. Pada tanggal jatuh tempo, apotek melakukan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

49 

 

Universitas Indonesia 

pembayaran. Karyawan PBF akan menandatangani faktur asli dan menyatakan

lunas, serta mengembalikan faktur asli kepada apotek.

Pengadaan obat juga dapat dilakukan dengan cara pembelian langsung di

apotek lain. Hal ini dilakukan jika obat yang diminta dalam resep tidak tersedia di

Apotek Keselamatan. Pembelian dapat dilakukan melalui apotek lain yang

memberikan diskon agar apotek tetap memperoleh keuntungan. Pembelian

langsung melalui apotek lain ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

pengunjung agar pengunjung tidak kecewa atas ketidaktersediaan obat di apotek

yang dapat membuat apotek kehilangan pembelian dan kehilangan pelanggan.

Administrasi pencatatan penjualan di Apotek Keselamatan dilakukan

dengan baik dan rapi oleh karyawan apotek. Setiap penjualan obat selalu dicatat di

kartu stok obat dan catatan harian penjualan. Catatan harian penjualan merupakan

catatan hasil penjualan setiap hari di Apotek Keselamatan yang berisi nama dan

jenis obat, jumlah obat, serta harga jualnya. Catatan harian penjualan tersebut

dipisahkan antara obat luar (OTC) dan obat dalam atau obat resep (etikal)

sehingga dapat diketahui rincian pemasukan apotek dari kedua golongan obat

tersebut.

Data dari catatan harian dirapikan kembali dalam buku pemasukan dan

pengeluaran harian. Melalui buku tersebut, pemasukan dan pengeluaran dapat

dievaluasi setiap harinya. Data pada buku tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam buku kas untuk mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran setiap bulan.

Selain itu, evaluasi keuangan juga dilakukan setiap tahun dengan membuat

laporan neraca dan laporan laba rugi. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat

perkembangan apotek setiap tahunnya. Evaluasi terhadap pergerakan obat juga

dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui obat mana saja yang masih

tersedia dalam jumlah banyak, banyaknya obat yang sudah kedaluwarsa, dan jenis

obat yang tergolong bergerak cepat (fast moving) dan bergerak lambat (slow

moving).

Terdapat tiga jenis pelayanan yang dilakukan di Apotek Keselamatan, yaitu

pelayanan resep, pelayanan swamedikasi oleh apoteker, dan pelayanan

pengecekan darah. Setelah resep diterima, resep diskrining secara administrasi,

farmasetik dan klinis oleh apoteker. Bila terdapat ketidakrasionalan resep maka

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

50 

 

Universitas Indonesia 

dokter yang meresepkan segera dihubungi. Obat yang ada di resep kemudian

diperiksa ketersediaannya di apotek. Jika obat yang diminta tidak ada, pasien akan

ditawarkan obat dengan komposisi sama dengan merek yang berbeda. Jika pasien

setuju berikut dengan harga yang sudah dikonfirmasikan, maka obat akan

disiapkan.

Kemudian pasien diberikan informasi mengenai indikasi dan efek samping

obat, cara penggunaan obat, jangka waktu pemakaian, makanan dan minuman

yang dianjurkan atau dihindari ataupun saran terapi nonfarmakologi lainnya pada

saat penyerahan obat. Hal tersebut penting dilakukan agar terapi farmakologi

pasien berjalan dengan optimal dan menghindari terjadinya medication error.

Pada pelayanan resep, apoteker meminta alamat dan nomor telepon pasien,

khususnya pada resep yang mengandung obat narkotika dan psikotropika. Hal ini

bertujuan untuk mempermudah apotek melakukan pemantauan jika ada penyalah

gunaan obat, dan untuk kepentingan pengarsipan. Resep-resep yang masuk

disimpan, dikelompokkan setiap bulan, dan diberi keterangan berupa nomor resep,

tanggal resep, nama pasien, dan harga obat pada resep. Khusus untuk resep

narkotika, penomoran resep dipisahkan dengan resep biasa untuk mempermudah

pelaporan narkotika ke Kementerian Kesehatan secara online melalui situs

sipnap.binfar.depkes.go.id setiap bulannya.

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh

masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-

obat yang dijual bebas di pasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep

dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek. Biasanya penyakit yang sering

dilakukan swamedikasi seperti penyakit gatal-gatal/penyakit kulit, diare, demam,

batuk, pilek, asma, dan lain-lain. Pelayanan swamedikasi sebagian besar

dilakukan pada obat OTC dan/atau obat DOWA. DOWA (Daftar Obat Wajib

Apotek) adalah daftar obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter, namun

harus diserahkan oleh apoteker di apotek.

Terdapat 2 jenis pelanggan dalam hal ini, yaitu pelanggan yang sudah

mengetahui obat yang akan dibeli dan pelanggan yang datang dengan keluhan

penyakit tertentu tanpa mengetahui obat yang akan dibeli. Pada jenis pelanggan

yang kedua apoteker atau karyawan apotek membantu memilihkan obat dengan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

51 

 

Universitas Indonesia 

mempertimbangkan usia, berat badan pasien, penyakit yang diderita, dan harga

yang disanggupi pasien. Pasien juga diberi informasi mengenai obat yang

diberikan pada saat penyerahan obat oleh apoteker. Pelayanan swamedikasi di

apotek sudah berjalan cukup baik, hal ini terlihat dari kepercayaan masyarakat

yang tinggi terhadap apoteker dalam melakukan swamedikasi.

Apotek Keselamatan telah menjalankan aktivitasnya sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Apotek Keselamatan telah melaksanakan fungsi apoteknya sebagai sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker,

seperti pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluranan obat,

pengelolaan obat, dan pelayanan obat atas resep dokter serta memberikan

pelayanan informasi obat. Selain itu, Apotek Keselamatan juga telah menerapkan

sebagian besar standar pelayanan kefarmasian sesuai Keputusan Menkes RI

Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 yang meliputi pelayanan resep serta promosi

dan edukasi, sedangkan pelayanan home care belum dilaksanakan oleh Apotek

Keselamatan.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

  

52 Universitas Indonesia 

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Apoteker pengelola apotek (APA) memiliki peran yang sangat penting

dalam keberlangsungan pengelolaan apotek meliputi kegiatan

administrasi, manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, pelayanan

kefarmasian di apotek dan pemusnahan obat yang rusak atau kadarluarsa.

2. Pengelolaan apotek yang meliputi kegiatan administrasi, manajemen

keuangan, pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pemusnahan

perbekalan farmasi telah dilakukan dengan baik, teratur, serta sesuai

dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

5.2 Saran

1. Perlu disediakan tempat khusus bagi pasien untuk melakukan konseling

sebagai sarana penunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi

pasien.

2. Perlu disediakan brosur serta poster kesehatan di ruang tunggu sebagai

sarana edukasi pelanggan.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

  

53 Universitas Indonesia 

DAFTAR ACUAN

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2010). Buku Pedoman Pengelolaan

Narkotika dan Psikotropika di Apotek. Jawa Timur. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun 2010. 20 September 2013. http://binfar.depkes.go.id/index.php/berita/view/178

Menteri Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2380/A/SK/VI/83 Tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2396/A/SK/VII/86 Tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/MENKES/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

924/MENKES/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1176/MENKES/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.3. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

54  

Universitas Indonesia 

Presiden Republik Indonesia. (1976). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1976 Tentang Narkotika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotik. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Seto, Soerjono, Nita, Yunita, dan Triana, Lily. (2004). Manajemen Farmasi:

Lingkup Apotek, Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. (Ed. ke-4). Jakarta: Wira Putra Kencana. Quick, Jonathan D. (1997). Managing drug supply: The selection, procurement,

distribution, and use of pharmaceuticals. (Ed. ke-2). Connecticut: Kumarian Press.

 

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

  

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

55  

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Contoh Formulir Model APT-1

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

56  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

57  

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Contoh Formulir Model APT-2

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

58  

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Contoh Formulir Model APT-3

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

59  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

60  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

61  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

62  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

63  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

64  

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Contoh Formulir Model APT-4

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

65  

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Contoh Formulir Model APT-5

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

66  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

67  

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

68  

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Contoh Formulir Model APT-6

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

69  

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Contoh formulir model APT-7

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

70  

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Contoh Formuluir Model APT - 8

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

71  

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Surat pesanan narkotika

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

72  

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Laporan narkotika SIPNAP

No Kode

UL

Nama

UL

Nama Narkotika

Satuan

Stok

awal

Jumlah

pemasukan

PBF

Jumlah

pemasukan

sarana

Jumlah

pengeluaran

resep

Jumlah

pengeluaran

sarana

1 Codein pulvis Mg

2 Codein tablet 10 mg Tablet

3 Codein tablet 15 mg Tablet

4 Codein tablet 20 mg Tablet

5 Codipront cum

expectoran kapsul

Kapsul

6 Codipront kapsul Kapsul

7 Codipront cum

expectoran sirup

Botol

8 Codipront sirup Botol

9 Coditam 30 mg botol

100 tablet

Tablet

10 Doveri 100 mg tablet Tablet

11 Doveri 150 mg tablet Tablet

12 Doveri 200 mg tablet Tablet

13 Doveri pulvis Mg

14 Durogesic matrix 25

MU

Tablet

15 Durogesic matrix 12

MU

Tablet

16 Durogesic matrix 50

MU

Tablet

17 Fentanyl 0,05 mg/ml

10 ml injeksi

Ampul

18 Jurnista

(Hydromorphone HCl )

4 mg

Tablet

19 Jurnista

(Hydromorphone HCl )

8 m

Tablet

20 Jurnista Tablet

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

73  

Universitas Indonesia

(Hydromorphone HCl )

16 mg

21 Jurnista

(Hydromorphone HCl )

32 mg

Tablet

22 Methadone sirup 50

mg/5ml

Botol

23 Morfin tablet 10 mg Tablet

24 Morfin injeksi 10

mg/ml 1 ml

Ampul

25 MST Continus tablet

10 mg

Tablet

26 MST Continus tablet

15 mg

Tablet

27 MST Continus tablet

30 mg

Tablet

28 Oxycontin tablet

5 mg

Tablet

Tablet

29 Suboxone sublingual

tab 2 mg

Tablet

30 Suboxone sublingual

tablet 8 mg

Tablet

31 Subutex sublingual

tablet 2 mg

Tablet

32 Subutex sublingual

tablet 28mg

Tablet

33 Sufenta 0,005 mg/ml

10 ml injeksi

Ampul

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

74  

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Surat pesanan psikotropika

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

75  

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Laporan psikotropiska SIPNAP No Kode

UL Nama UL

Nama Psikotropika Satuan Stok awal

Jumlah pemasukan PBF

Jumlah pemasukan sarana

Jumlah pengeluaran resep

Jumlah pengeluaran sarana

1 ALPRAZOLAM 0,5 mg

Tablet

2 AlPRAZOLAM 1 mg Tablet 3 ANALSIK Tablet 4 AMITRIPTILYLINE

25 Tablet

5 BELLAPHEN Tablet 6 BRAXIDIN Tablet 7 CHLORPROMAZINE

100 mg Tablet

8 CLOBAZAM 10 mg Tablet 9 DANALGIN Tablet 10 DIAZEPAM 2 mg Tablet 11 EPHEDRIN 25 mg Tablet 12 ESILGAN 1 mg Tablet 13 ESILGAN 2 mg Tablet 14 EXTRACK

BELLADONNAE 10 MG

Tablet

15 FRISIUM Tablet 16 HALOPERIDOL 5 mg Tablet 17 LIBRAX Tablet 18 SANMAG Tablet 19 SPASMIUM Tablet 20 STESOLID RECTAL

5 mg Tube

21 STESOLID RECTAL 10 mg

Tube

22 STESOLID SIRUP Fls 23 VALISANBE 2 mg Tablet 24 VALISANBE 5 mg Tablet 25 XANAX 0.25 mg Tablet 26 XANAX 0.5 mg Tablet 27 XANAX 1 mg Tablet

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 89: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

76  

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Lokasi Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 90: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

77  

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Desain eksterior Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 91: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

78  

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Denah ruangan Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 92: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

79  

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Etiket Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 93: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

80  

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Salinan resep Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 94: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

81  

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Kuitansi Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 95: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

82  

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Surat pesanan Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 96: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

83  

Universitas Indonesia

Lampiran 20. Kartu stok Apotek Keselamatan

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 97: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

84  

Universitas Indonesia

Lampiran 21. Daftar Obat Wajib Apotik No.1

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 98: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

85  

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 99: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

86  

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 100: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

87  

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 101: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

88  

Universitas Indonesia

Lampiran 22. Daftar Obat Wajib Apotik No.2

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 102: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

89  

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 103: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

90  

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Daftar Obat Wajib Apotik No. 3

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 104: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

91  

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 105: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

1  

Universitas Indonesia

TUGAS KHUSUS

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 106: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

55  

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN KASUS PADA PENGOBATAN

PENYAKIT JERAWAT (ACNE VULGARIS)

TUGAS KHUSUS

WIDIARTI, S.Farm. 1206330236

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 107: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

56  

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL………………………………………………………... i

1. PENDAHULUAN……………………………………………………………. ii 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1 1.2 Tujuan……………………………………………………………………. 1 1.3 Batasan masalah………………………………………………………….. 2

2.TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 3 2.1 Definisi jerawat…………………………………………………………… 3

3. PEMBAHASAN…………………………………………………………....... 7

4. LAPORAN KASUS…………………………………………………………. 8

5. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………… 11

5.1 KESIMPULAN………………………………………………………….. 115.2 SARAN…………………………………………………………………… 11

DAFTAR ACUAN……………………………………………………………… 12

ii

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 108: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

1  

Universitas Indonesia

BAB1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jerawat merupakan penyakit kulit yang umum terjadi dan mempengaruhi 85-

100% orang pada suatu saat selama hidupnya. Dicirikan dengan adanya papula

folikuler noninflamasi atau komedo dan nodul, pustula, dan papula radang dalam

bentuk yang lebih berat. Jerawat mempengaruhi daerah kulit yang memiliki banyak

kelenjar lemak (sebasea), seperti wajah, dada bagian atas, dan punggung (Zoubulliss,

2001). Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar

83-85% dan pada pria berkisar 95-100% . Dari survei di kawasan Asia Tenggara,

terdapat 40-80% kasus jerawat, sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi

dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada

tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007 (Goodman, 1999).

Minor acne adalah suatu bentuk jerawat ringan yang dialami oleh 85% remaja,

gangguan ini masih dianggap proses fisiologis, 15% remaja menderita mayor acne yang

cukup hebat sehingga mendorong mereka untuk berobat ke dokter. Dalam masa remaja

terjadi perubahan fisik menjadi dewasa yang seringkali terjadi penyimpangan-

penyimpangan dari bentuk badan wanita atau laki-laki, pada masa ini perhatian remaja

sangat besar tehadap penampilan dirinya (Monks, Knoers, 1991). Bila ada

penyimpangan-penyimpangan, timbullah masalah-masalah yang berhubungan dengan

penilaian diri dan sikap sosialnya (Monks, Knoers, 1991). Walaupun jerawat tidak

mengancam kehidupan, namun jerawat dapat menyebabkan masalah psikologis yang

berat dan menimbulkan efek negatif pada kualitas hidup penderita, untuk itu

penanganan yang baik perlu dilakukan bukan hanya untuk tujuan kosmetik

(Abramovits, Gonzalez-Serva, 2000).

Dari prevalensi jerawat di dapat bahwa hampir sebagian besar masyarakat

khususnya remaja pernah menderita jerawat, karena dapat menyebabkan

ketidaknyamanan secara fisik karena nyeri dan purulent discharge juga menimbulkan

bekas di wajah, efek utama jerawat adalah pada jiwa seseorang, seperti dampak

psikologis dan menurunnya kualitas hidup.

1

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 109: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

2  

Universitas Indonesia

Uraian diatas mendorong penulis untuk mengangkatnya dalam bentuk tugas

khusus dengan judul “Laporan kasus pada pengobatan penyakit jerawat (acne

vulgaris)”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas khusus ini untuk memberikan informasi mengenai pengobatan

jerawat ( acne vulgaris) , dan diharapkan tugas khusus ini dapat berguna bagi pembaca

khususnya remaja serta memberikan gambaran kepada khalayak tentang pengobatan

pada jerawat (acne vulgaris)

1.3 Batasan masalah

Dalam penulisan tugas khusus ini, pengamatan dan pengambilan data hanya

pada kasus pengobatan jerawat dalam hal ini acne vulgaris.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 110: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

3  

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jerawat (Acne vulgaris) ( Wasiatmaja, 2001)

2.1.1 Definisi

Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yaitu penyakit kulit yang

terjadi akibat penyumbatan muara saluran lemak sehingga terjadi penumpukan lemak

dan disertai radang, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon

sehingga menghasilkan lebih banyak minyak.

2.1.2 Gejala-gejala

1. timbulnya bintik merah walupun tidak membahayakan namun mengganggu,

terkadang bintik merah disertai peradangan yang terasa gatal pada waktu mulai

timbul dan terasa sakit bila ditekan, peradangan juga bisa disebabkan oleh kuman

tertentu yang membentuk kantong kecil (kista) bila pecah mengeluarkan nanah dan

darah tetapi tidak berbau. Biasanya timbul dibagian wajah, akan tetapi dapat juga

timbul di bagian kulit kepala, leher, punggung dan dada bagian atas.

2. Timbulnya bintik putih/ hitam yang menonjol dan tidak sakit (komedo).

2.1.3 Etiologi

Belum diketahui dengan jelas. Namun ada beberapa faktor yang diduga

berkaitan dengan patogenesis penyakit ini :

a. Sumbatan kelenjar lemak oleh keratin pada kulit, bila terkena infeksi, jerawat bisa

berubah menjadi bisul dan bernanah.

b. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur komedo

genik yang menyebabkan dan timbulnya lesi jerawat.

c. Pengaruh hormonal yang merupakan faktor terpenting karena pada umumnya

jerawat mulai timbul pada usia remaja dimana terjadi perubahan – perubahan

aktifitas hormon dalam tubuh.

3

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 111: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

4  

Universitas Indonesia

d. Terjadinya stres yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea.

Faktor lain : Usia, Ras, Familial, Makanan yang secara tidak langsung dapat memacu

peningkatan proses patogenesis tersebut.

2.1.4 Diagnosis

Salah satu diagnosis untuk jerawat ditegakkan atas dasar klinis dengan

pemeriksaan sebum yaitu dengan pengeluaran sumbatan sebum menggunakan komedo

ekstraktor (sendok una). Sebum yang menyumbat muara saluran lemak tampak sebagai

masa padat seperti lilin atau masa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya terkadang

berwarna hitam.

Diagnosis lain untuk jerawat dapat dilakukan dengan pemeriksaan

histopatologis, pemeriksaan mikro biologis terhadap jasad renik dan pemeriksaan

terhadap kadar lipid permukaan kulit.

2.1.5 Pencegahan

1) Selalu menjaga kebersihan kulit dengan menggunakan sabun/ pembersih yang

ringan

2) Jangan memencet atau menusuk jerawat supaya tidak terjadi jaringan parut

3) Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, hindari stres.

4) Penggunaan kosmetika secukupnya dan dalam jangka waktu yang tidak lama.

5) Menjauhi terpacunya kelenjar lemak misalnya dengan minuman beralkohol, rokok,

atau makanan pedas.

6) Menghindari polusi debu

2.1.6 Pengobatan

a. Pengobatan topikal

pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan

peradangan, dan mempercepat penyembuhan jerawat.

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 112: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

5  

Universitas Indonesia

b. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik

disamping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan

mempengaruhi keseimbangan hormonal.

c. Bedah Kulit

Tindakan bedah kulit kadang – kadang diperlukan untuk memperbaiki jaringan

parut akibat jerawat meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut.

Jenis bedah kulit yang dipilih disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut

yang terjadi. Tindakan ini dilakukan setelah jerawatnya sembuh.

2.1.7 Kandungan obat jerawat

Untuk swamedikasi terhadap jerawat dapat digunakan obat-obat yang mengandung :

1. Sulfur / belerang

cara kerja obat : mempunyai sifat germisida, fungisida, parasitisida, dan juga

mempunyai efek keratolitik.

Hal yang perlu diperhatikan : Hindarkan kontak dengan mata, mulut dan mukosa.

efek yang tidak diinginkan : iritasi kulit

2. Asam Salisilat

Cara kerja obat : Mempunyai sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulit sehingga

dapat membantu penyerapan obat lain dan fungisida yang lemah.

Efek yang tidak diinginkan :Iritasi kulit

3. Resorsinol

Cara kerja obat : Mempunyai efek anti fungi, anti bakteri dan keratolitik.

Hal yang perlu diperhatikan : Tidak dianjurkan pemakaian jangka lama karena dapat

menggangu fungsi tiroid

Efek yang tidak diinginkan ;iritasi, reaksi alergi pada kulit

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 113: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

6  

Universitas Indonesia

4. Benzoil Peroksida

Cara kerja obat : Benzoil Peroksida secara perlahan-lahan melepaskan oksigen aktif

yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek keratolitik dan

mengeringkan sehingga dapat menunjang efek pengobatan.

Hal yang perlu diperhatikan : Hindari kontak dengan mata, mulut dan mukosa.

Efek yang tidak diinginkan : Iritasi kulit.

2.1.8 Cara pemakaian obat jerawat

Cuci wajah hingga bersih, oleskan obat dengan ujung jari pada bagian yang

berjerawat selama tiga hari pertama. Bila tidak terjadi gangguan, gunakan dua kali

sehari pada bagian yang berjerawat. Bila timbul kekeringan atau kulit terkelupas dosis

dikurangi menjadi satu kali sehari atau dua hari sekali.

Jerawat umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 tahun, jarang terjadi

acne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai tingkat yang sangat parah dan

berat sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 114: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

7  

Universitas Indonesia

BAB 3

PEMBAHASAN

Berdasarkan amamnesa kasus dapat disimpulkan bahwa penderita mengalami:

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya destruksi jaringan

kulit ditandai dengan adanya papul, pustul, nodus dan lesi, maka yang harus

dilakukan apoteker:

No Tindakan Tujuan

1. Mendorong klien untuk menghindari

semua bentuk friksi (menyentuh,

menggaruk dengan tangan) pada kulit

Mencegah penularan bakteri

yang dapat memperparah

infeksi pada lesi kulit

2. Menganjurkan pasien untuk dapat merawat

kulit dengan bersih dan benar.

Perawatan kulit yang benar

mengurangi resiko terakumu

lasinya kotoran di kulit

3. Memotivasi pasien untuk tetap

mengkonsumsi obat dan makanan yang

mengandung cukup gizi

Untuk memperlancar proses

penyembuhan.

4. Mengobservasi terhadap eritema dan

palpasi area sekitar terhadap kehangatan

Kehangatan merupakan tanda

adanya infeksi.

5. Pemberian antibiotik topikal Untuk menghambat

pertumbuhan bakteri

7 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 115: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

8  

Universitas Indonesia

2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya lesi pada kulit yang

mempengaruhi penampilan

No Tindakan Tujuan

1. Mendorong klien untuk mengungkapkan

perasaan dan persepsi tentang efek

penyakitnya

Dengan mengungkapkan

perasaan, dapat mengurangi

beban secara psikologis

2. Mendorong individu untuk bertanya

masalah, penanganan, perkembangan

dan prognosa kesehatan.

Untuk menilai tingkat

pengetahuan pasien dan dapat

memberikan masukan-

masukan baru yang bermanfaat

bagi kesembuhannya

3. Memberikan informasi yang dapat

dipercaya dan diperkuat informasi yang

telah diberikan.

Meningkatkan pengetahuan

pasien, agar berperilaku sehat

dan mencegah perkembangan

penyakit yang lebih parah lagi

4. Menganjurkan untuk berbagi dengan

individu tentang nilai-nilai dan hal-hal

yang penting untuk mereka

Dengan mengungkapkan,

saling berbagi, dapat

mengurangi beban secara

psikologis

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 116: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

9  

Universitas Indonesia

3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbentuknya pus pada pustul

No Tindakan Tujuan

1. Mengajarkan pasien agar dapat

mengidentifikasikan perubahan

yang terjadi pada kulit sedini

mungkin.

Memandirikan pasien terhadap

tanda-tanda infeksi, agar pasien

dapat melakukan pengobatan

secepat mungkin ketika terjadi

perubahan pada kulitnya

2. Mendemonstrasikan perawatan

kulit dan tekankan pentingnya

tehnik aseptik.

Perawatan kulit yang benar (aseptic)

mencegah infeksi yang

berkelanjutan

3. Menekankan pentingnya diet

nutrisi yang bergizi untuk

meningkatkan pemulihan

Nutrisi yang bagus meningkatkan

imunitas tubuh terhadap

perkembangan bakteri

4. Menjelaskan hal-hal yang dapat

menimbulkan infeksi lain

Meningkatkan pngetahuan pasien

agar berperilaku sehat yang

mencegah mencegah infeksi yang

lebih parah lagi

 

Pengobatan secara topikal merupakan standar dalam penanggulangan jerawat.

Beberapa zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang dapat digunakan untuk

mengatasi jerawat adalah benzoil peroksida, asam salisilat, sulfur , Kombinasi sulfur

dan resorsinol . Contoh obatnya antara lain Medi-Klin®, Vitacid®, JF sulfur®, Elocon®,

dan Benzolac®.

 

 

 

 

 

 

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 117: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

10  

Universitas Indonesia

BAB 4

LAPORAN KASUS

Nona S datang ke apotek dengan keluhan adanya bintik-bintik di wajahnya

dengan ukuran bervariasi yang menyebabkan kulitnya rusak dan nyeri. Bintik- bintik di

wajahnya ini sudah dialami klien sejak 1 bulan yang lalu dan klien merasa malu. Dari

pemeriksaan didapatkan adanya papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat

predileksi, tampak adanya pus dan kemerahan. Berdasarkan keluhan tersebut klien

diberi obat racikan berupa salep yang terdiri atas:

(catatan: pasien minta dibuatkan obat racikan).

R/ Clindamisin 300 mg

Salep hydrocortisone 2,5 % 2 tube

Asam salicylat 200 mg

m.f.ungt add 10 g

Sue 1 sebelum tidur

Spesialite obat yang diberikan:

Obat jerawat yang berupa salep mengandung:

Nama obat Komposisi Khasiat

Clindamisin 300 mg clindamisin/kapsul Antibiotic

Salep hydrocortisone 2,5 % Hydrocortisone 2,5 %/tube Anti radang

Asam salicilat Asam salicilat keratolitik

10

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 118: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

11  

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jerawat (acne vulgaris) adalah penyakit kulit yang terjadi akibat penyumbatan

muara saluran lemak sehingga terjadi penumpukan lemak disertai radang, yang biasa

terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih

banyak minyak, Jerawat dapat menyebabkan ketidaknyamanan secara fisik dikarenakan

nyeri akibat jerawat dan purulent discharge) serta menimbulkan bekas di wajah, Jerawat

berdampak pada psikologis dan menurunnya kualitas hidup, untuk itu penanganan yang

baik perlu dilakukan bukan hanya untuk tujuan kosmetik.

5.2 Saran

Perlu ditingkatkan peran apoteker dalam hal swamedikasi terutama untuk

pencegahan dan pengobatan penyakit jerawat.

11

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014

Page 119: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367113-PR-Widiarti-Laporan.pdf · materi sehingga program PKPA dan ... melakukan pengelolaan sediaan

12  

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Abramovits, W., & Gonzalez-Serva, A. 2000. Sebum, Cosmetics, and Skin Care. Dermatologic Clinics, 18(4): 617-620.

Goodman, G., 1999.Acne and Acne Scarring Why We Should Treat?. Dalam: The Medical Journal of Australia, 171: 62-63.

Mcclockey C, Joanne, Gloria M Bulechek 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby Year Book, St.Louis.

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. 1991. Psikologi perkembangan :

Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogya: Gajah Mada University Press. Tan,Drs. H. T dan Drs. Kirana Rahardja.2010.Obat-obat Sederhna Untuk Gangguan

Sehari-hari.Jaakarta:Elex media Komputindo. Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam: Tjokronegoro, A.,

Utama, H., ed. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak dan Remaja. Jakarta: FK-UI, 70–77.

Zouboulis CC. Is acne vulgaris a genuine inflammatory disease? Dermatology. 2001.

203(4):277-9.

12

Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014