Laporan Postulat Koch

download Laporan Postulat Koch

of 15

Transcript of Laporan Postulat Koch

UJI POSTULAT KOCH

Oleh :

Roman Bramandita B1J010048

Karlina Timur

B1J010139

Tri Nir MalayantiB1J010214

Boenga Nur Cita B1J011100

Rizki Amalia D.R. B1J011038

Fransisca Dita Karina B1J011064Kelompok 2Rombongan I

Asisten : Zuhrotun NafiahLAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2013I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan mengalami gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus sehingga menimbulkan gejala dan tanda. Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri, cendawan, virus dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, dan unsur hara mineral) (Agrios, 1996). Percobaan Koch dan peneliti-peniliti telah membuktikan bahwa jasad renik tertentu menyebabkan penyakit tertentu pula yang dikenal dengan postulat Koch.Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi. Beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat..B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan bahwa suatu organisme patogen merupakan penyebab penyakit pada tanaman sakit dengan uji postulat Koch.

C. Tinjauan PustakaPerkembangan suatu penyakit pada tumbuhan inang didukung oleh tiga faktor, yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen dan lingkungan yang mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat dari substansi-substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh dan polisakarida (Semangun,1996).Salah satu metode isolasi patogen yang cukup mudah dilakukan adalah postulat Koch. Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit (Semangun,1996).Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat, syaratnya yaitu organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit , organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit, dan dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil isolasi yang pertama (Semangun,1996).II. METODEA. Alat dan BahanAlat yang digunakan adalah baki, timbangan, botol selai, cawan petri, erlenmeyer, sprayer, LAF dan masker. Bahan yang digunakan adalah tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum), Cabe Rawit (Capsium frutecens), Cabe Kriting (Capsium annum), Caesim (Brassica rapa), Kangkung (Ipomoea reptans), Terung (Solanum melongena), akuades, jagung giling 725 gr, dedak 224 gr, dan CaCo3 1 gr, serta akuades.B. Cara Kerja

Cara kerja praktikum kali ini adalah: Isolasi dari tanaman sakit Peremajaan Identifikasi

Pembuatan inokulum

Inokulasi ke tanaman uji

Re-isolasi

Permajaan

Identifikasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Postulat Koch Rombongan 1

Kel.TanamanHasil

IsolasiRe-isolasi

1Kangkung (Ipomoea reptans)Fusarium oxysporum

Sclerotium rolfsiiTrichoderma harzianum

Trichoderma koningii

2Tomat (Lycopersicum esculentum)Fusarium oxysporum

Sclerotium rolfsiiTrichoderma harzianum

Trichoderma harzianum

3Caisim (Brassica rapa)Fusarium oxysporum

Sclerotium rolfsiiFusarium sp.

Trichoderma sp.

4Terong (Solanum melongena)Fusarium oxysporum

Sclerotium rolfsiiTrichoderma harzianum

Bothryotrichum piluliferum

5Cabai rawit (Capsicum frutescens)Fusarium oxysporum

Sclerotium rolfsiiTrichoderma harzianum

Trichoderma harzianum

6Cabai keriting (Capsicum annum)Fusarium oxysporum

Sclerotium rolfsiiTrichoderma harzianum

Trichoderma harzianum

Gambar Pengamatan Uji Postulat KochTahap IsolasiGambar 1. Isolat Fusarium oxysforumGambar 2. Isolat Sclerotium rolfsiiTahap Re-isolasi

Gambar 3. Isolat Fusarium oxysforumGambar 4. Isolat Sclerotium rolfsiiTahap Peremajaan

Gambar 5. Isolat Fusarium oxysforumGambar 6. Isolat Sclerotium rolfsiiB. Pembahasan

Postulat Koch adalah pedoman untuk membuktikan bahwa suatu penyakit disebabkan mikroorganisme tertentu atau pedoman untuk menentukan organisme penyebab penyakit atau causative agent (Resty et al., 2013). Postulat Koch menjelaskan bahwa mikroorganisme dikatakan sebagai penyebab penyakit bila memenuhi kriteria berikut (Iqbal, 2010):

1. mikroorganisme penyebab penyakit selalu berasosiasi dengan gejala penyakit yang bersangkutan, 2. mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat diisolasi pada media buatan secara murni, 3. mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya apabila diinokulasikan, dan 4. mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi.

Percobaan yang dilakukan pada praktikum uji Postulat Koch ini adalah menggunakan tanaman kangkung, tomat, caisim, cabai rawit dan cabai keriting yang sakit. Kebenaran penyebab penyakit dari tanaman-tanaman tersebut dilakukan dengan melakukan isolasi pada bagian-bagian tubuh tanaman yang terinfeksi sesuai dengan prosedur Postulat Koch. Kelompok 2 menggunakan tanaman tomat sebagai tanaman ujinya.

Isolasi patogen dari tanaman sakit, peremajaan, identifikasi patogen, dan pembuatan inokulum telah dilakukan dan dilanjutkan dengan inokulasi ke tanaman uji dan dilakukan pemeliharaan selama dua minggu. Setelah itu dilakukan re-isolasi. Re-isolasi dilakukan pada bagian daun tanaman yang sakit. Re-isolasi dilakukan dengan menggunakan metode tanam langsung pada media PDA. Penyebab penyakit dapat diketahui pertumbuhannya setelah diinkubasi 7x24 jam. Hasil inkubasi menunjukkan bahwa terbentuk koloni berwarna hijau dengan misellium berwarna putih. Setelah re-isolasi lalu dilanjutkan dengan tahap peremajaan untuk mendapatkan kultur murni dari patogen yang diduga penyebab penyakit. Tahapan peremajaan ini didapatkan hasil koloni berwarna hijau setelah diinkubasi selama 7x24 jam. Setelah peremajaan dilanjutkan dengan tahapan identifikasi untuk membuktikan kebenaran patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman dengan mengamati ciri-ciri morfologi patogen dan dibandingkan dengan referensi. Proses peremajaan pun akan merangsang patogen untuk menghasilkan struktur reproduktif aseksual atau seksual yang dapat digunakan untuk identifikasi (Belqis, 2008).

Setelah proses identifikasi, patogen Fusarium oxysporum dan Sclerotium rolfsii diinfeksikan kembali pada tanaman rentan. Setelah perkembangan tanaman tersebut diamati ternyata tanaman tomat untuk kelompok 2 tidak menunjukkan gejala sakit seperti yang seharusnya terinfeksi patogen hasil isolasi. Berdasarkan pengamatan dan hasil praktikum rombongan I yang telah dilakukan dengan mengunakan isolat patogen Fusarium oxysporum dan Sclerotium rolfsii pada tanaman kangkung, tomat, caisim, cabai rawit, dan cabai keriting, terlihat adanya pertumbuhan patogen Trichoderma harzianum dengan ditunjukkan koloni berwarna hijau yang merupakan ciri khas dari Trichoderma harzianum. Menurut Semangun (1996) dan Freeman et al (2000), dari gejala-gejala penyakit yang terinfeksi Fusarium oxysporum yang tampak secara visual seperti terjadi pemucatan dan kekuning-kuningan pada daun serta diikuti daun menjadi layu menandakan bahwa tanaman tersebut terinfeksi oleh patogen F. oxysporum.

Setelah dilakukan reisolasi dan pada akhir identifikasi, diketahui bahwa patogen yang menginfeksi tanaman tomat adalah Trichoderma harzianum bukan Fusarium oxysporum ataupun Sclerotium rolfsii. Tanaman kangkung hasil identifikasi akhirnya adalah Trichoderma harzianum dan Trichoderma koningii, untuk tanaman tomat hasil identifikasi akhirnya adalah Trichoderma harzianum, untuk tanaman caisim hasil identifikasi akhirnya adalah Trichoderma sp. dan Fusarium sp., untuk tanaman terong hasil identifikasi akhirnya adalah Trichoderma harzianum dan Bothryotrichum piluliferum, untuk tanaman cabai rawit hasil identifikasi akhirnya adalah Trichoderma harzianum, dan untuk tanaman cabai keriting hasil identifikasi akhirnya adalah Trichoderma harzianum, hal ini mungkin disebabkan terjadi kesalahan dalam mengambil bagian tanaman yang sakit. Faktor lingkungan yang baik pun dapat menimbulkan patogen tersebut tidak dapat menginfeksi tanaman, karena apabila patogen akan menyerang suatu tanaman dan tidak didukung suatu inang dan lingkungan yang rentan, maka tanaman tersebut akan tahan terhadap penyakit yang menyerangnya (Belqis, 2008). Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap biologi patogen dapat dikelompokkan menjadi faktor abiotik dan biotik. Faktor lingkungan abiotik antara lain mencakup unsur-unsur cuaca seperti hujan (frekuensi dan intensitas hujan), kebasahan daun (leaf wetness), kelembapan udara, suhu, angin, dan cahaya matahari. Bila patogen hidup di tanah maka kimia tanah (pH) dan fisika tanah (tekstur dan struktur) dapat berpengaruh terhadap biologi patogen dan intensitas penyakit yang ditimbulkan. Faktor biotik yang berpengaruh terhadap patogen ialah tanaman (inang dan bukan inang, derajat resistensi), mikroorganisme lain (vektor, antagonis, dan simbion), serta manusia. Perkembangan penyakit selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga ditentukan oleh sifat pertumbuhan patogen. Faktor lingkungan secara serentak berpengaruh terhadap tanaman dan patogen (Suhardi, 2009).Dengan demikian timbulnya peledakan (outbreak) penyakit secara luas tergantung dari banyaknya tanaman yang rentan terinfeksi oleh patogen, banyaknya patogen yang virulen, dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan patogen dalam jangka waktu lama. Penyakit tersebut tidak akan meluas, jika tidak ditunjang oleh variabel tersebut diatas. Jadi Postulat Koch yang diuji tidak dapat dibuktikan kebenarannya (Iqbal, 2010).Tipe perkembangan penyakit tumbuhan, penyakit monosiklik dan polisiklik yang dipengaruhi oleh faktor patogen, beberapa faktor patogen adalah ukuran dan distribusi populasi patogen serta kemampuan patogen dalam menyebarkan penyakit pada tumbuhan. Selain faktor patogen, faktor inang dan faktor lingkungan baik abiotik ataupun biotik juga menentukan tipe perkembangan penyakit. Lama waktu interaksi antara patogen dan inang pada lingkungan yang mempengaruhinya juga berpengaruh terhadap penyakit (Nurhayati, 2011).Penyakit akibat polisiklik dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi populasi patogen awal, kemampuannya menimbulkan penyakit, ketahanan inang, faktor lingkungan, manipulasi pertanian, waktu selama interaksi patogen dan inang serta laju reproduksi patogen. Hubungan antara jaringan sakit dan inokulum adalah termasuk dalam suatu faktor yang juga menjelaskan effikasi inokulum (Nurhayati, 2011).

Cendawan Fusarium oxysporum merupakan patogen tular tanah yang termasuk parasit lemah. Cendawan ini bersekat terutama terdapat di salam sel, khususnya didalam pembuluh kayu. Membentuk miselium yang terdapat diantara sel-sel, yaitu dalam kulit dan jaringan parenkim didekat tempat terjadinya infeksi. Cendawan ini membentuk konidium pada suatu badan buah yang disebut sporodokium. Konidiofor bercabang- cabang rata-rata mempunyai panjang 70m. Cabang-cabang samping biasanya bersel satu, panjangnya sampai 14 m. Konidium terbentuk pada ujung cabang utama atau cabang samping. Mikrokonidium sangat banyak dihasilkan oleh cendawan pada semua kondisi, bersel satu atau bersel dua, hialin, jorong atau agak memanjang, berukuran 5-7 x 2.5-3 m, tidak bersekat atau kadang-kadang bersekat satu dan berbentuk bulat telur atau lurus. Makrokonidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, kebanyakan bersel empat, hialin, berukuran 22-36 x 4-5 m. Klamidospora bersel satu, jorong atau bulat, berukuran 7-13 x 7-8 m, terbentuk di tengah hifa atau pada makrokoniudium, seringkali berpasangan (Djaenuddin, 2011).Sclerotium rolfsii mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kapas. Cendawan ini tidak membentuk spora. Pemencaran dan untuk mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih, kemudian menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1mm. Butir-butir ini mudah sekali lepas dan tersangkut air. Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6-7 tahun. Kondisi cuaca yang kering sklerotium dapat mengeriput, tetapi ini justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada di lingkungan yang lembab (Anisa, 2011).

Cendawan Rhizoctonia solani merupakan cendawan yang bereproduksi secara aseksual (anamorph), cendawan tersebut memiliki fase seksual (teleomorph) sebagai cendawan Thanatephorus cucumeris. Berdasarkan penelitian, warna koloni kedelapan isolat adalah cokelat, yang berhubungan dengan kandungan melanin yang diproduksi oleh isolat. Koloni jamur membentuk lingkaran-lingkaran konsentris gelap-terang yang khas. Koloni yang muda pada media buatan biasanya berwarna putih atau mendekati putih, tetapi dengan bertam bahnya umur maka warna koloni akan menjadi cokelat tua, beberapa ada juga yang tetap berwarna putih atau berpigmen lainnya, namun tetap mempunyai variasi corak berwarna cokelat (Irawati, 2011). Rhizoctonia solani merupakan jamur patogen yang memiliki nilai ekonomi penting yang memiliki kisaran inang yang luas diseluruh dunia dan menyebabkan penyakit hawar pada tanaman padi sehingga menurunkan kualitas hasil padi di China dan negara-negara penghasil padi dunia (Xiong et al., 2013).IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Hasil isolasi dari bagian tanaman yang terinfeksi oleh patogen Fusarium oxysporum dan Sclerotium rolfsii pada hasil re-isolasi tidak terjadi pertumbuhan patogen yang sama, sehingga postulat Koch yang diujikan gagal dilakukan dalam praktikum kali ini. 2. Kegagalan uji Postulat Koch bisa disebabkan oleh faktor lingkungan seperti cuaca, kebasahan daun, kelembapan udara, suhu, angin, cahaya matahari, pH, dan fisika tanah.3. Secara umum timbulnya peledakan (outbreak) penyakit secara luas tergantung dari tanaman yang rentan, patogen yang virulen dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk patogen dalam jangka waktu lama.

B. SaranSebaiknya pada saat inokulasi ketanaman rentan memakai media yang steril dari kontaminan lain. Sehingga pada akhirnya akan didapat hasil sesuai yang diharapkan.

DAFTAR REFERENSIAnisa. Y. 2011. Identifikasi Cendawan Pada Biji Kedelai (Glycine max). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Belqis, Ratu. 2008. Postulat Koch. http://queenofsheeba.wordpress.com/2008/08/06/postulat-koch/. Diakses tanggal 15 Desember 2013.Djaenuddin, N. 2011. Bioekologi Penyakit Layu Fusarium Fusarium oxysporum. Dinas Perkebunan Press. Sulawesi Selatan

Freeman, Stanley., Marcel Maymon. 2000. Reliable Detection of the Fungal Patogen Fusarium axysporum f.sp. albendinis, Causal Agent of Bayoud Disease of Date Palm, Using Molecular Tecniques. Phytoparasitica 28(4): 1-8.

Irawati, A.F.C. 2011. Karakterisasi Mikoriza Rhizoctonia dari Perakaran Tanaman Vanili Sehat. BPTP Kepulauan Bangka Belitung

Iqbal, Muhammad. 2010. Postulat Koch. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makasar. Nurhayati. 2011. Epidemiologi Penyakit Tumbuhan. Universitas Sriwijawa Press. Palembang

Resty, A., Sarjito, dan Slamet B.P. 2013. Identifikasi Dan Uji Postulat Koch Agensia Penyebab Penyakit Bakteri Pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) Yang Berasal Dari Demak. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2(2): 10-19.Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta._____________. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gajah Mada Univ Press. Yogyakarta.

Suhardi. 2009. Ekobiologi Patogen: Perspektif Dan Penerapannya Dalam Pengendalian Penyakit. perspektif dan penerapannya. Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(2): 111-130.Xiong, Zhi-Qiang., Xiao-Rong Tu, Sai-Jin Wei, Lin Huang, Xun-Hang Li, Hui Lu, dan Guo-Quan Tu. 2013. The Mechanism of Antifungal Action of a New Polyene Macrolide Antibiotic Antifungalmycin 702 from Streptomyces padanus JAU4234 on the Rice Sheath Blight Patogen Rhizoctonia solani. PLOS ONE. 8(8): 1-6.Tanaman sakit

Diambil daunnya

Dipotong 1x1 cm

Dicelup ke alkohol 70%

Dicelup ke akuades, lalu ditiriskan

Tanam ke

media PDA

Inkubasi

5x24 jam

Isolat diambil 1 plug

Pindah ke media PDA baru

Inkubasi 7x24 jam

Tutup dengan cover glass

Diamati di mikroskop

Tetesi akuades

Fiksasi

Isolat diambil dengan jarum ose

Usapkan pada object glass

Usapkan pada object glass

Isolat diambil dengan jarum ose

Fiksasi

Tetesi akuades

Usapkan pada object glass

Isolat diambil dengan jarum ose

Fiksasi

Usapkan pada object glass

Isolat diambil dengan jarum ose

Fiksasi

Usapkan pada object glass

Isolat diambil dengan jarum ose

Tetesi akuades

Usapkan pada object glass

Isolat diambil dengan jarum ose

Fiksasi

Ditambah Akuades secukupnya

Jagung 725gr

Dedak 224gr

CaCo3 1gr

Dicampur rata dan tidak terlalu basah

Inokulum dicampur 100gr tanah steril

Ditanam bibit tomat sebanyak 15 butir tiap nampan

Pemeliharaan 2 minggu

Sampel tanaman

Diambil daunnya

Dipotong 1x1 cm

Dicelup ke alkohol 70%

Dicelup ke akuades lalu ditiriskan

Tanam ke

media PDA

Inkubasi

7x24 jam

Isolat diambil 1 plug

Pindah ke media PDA baru

Inkubasi 7x24 jam

Tutup dengan cover glass

Diamati di mikroskop

Tetesi akuades

Fiksasi

Isolat diambil dengan jarum ose

Usapkan pada object glass