Laporan Pkli PT.MBP
-
Upload
alif-falanda-putra -
Category
Documents
-
view
151 -
download
4
description
Transcript of Laporan Pkli PT.MBP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Usaha dibidang pembangunan prasarana dan sarana pemanfaatan gas bumi
oleh Swasta sangat diperlukan dalam rangka membantu pemerintah untuk memenuhi
semakin meningkatnya kebutuhan Bahan Bakar Gas (BBG) dan Liquefied Petroleum
Gas (LPG) untuk menggantikan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pemanfaatan gas bumi untuk dalam negeri masih terbatas karena infrastrukturnya
masih kurang memadai, sehingga pemanfaatannya belum optimal.
Untuk mengimbangi kebutuhan BBG dan LPG PT. Maruta Bumi Prima (PT.
MBP) yang bergerak dibidang pengolahan turut berpartisipasi membangun prasarana
dan sarana pemanfaatan gas bumi yaitu membangun LPG Plant.
1. Latar Belakang Perusahaan
PT. Maruta Bumi Prima adalah salah satu anak perusahaan PT. Bumi Hasta
Mukti yang berkantor pusat di Plaza Bumi Daya Lt. 23 Jl. Imam Bonjol 61 Jakarta
Pusat. PT. Maruta Bumi Prima didirikan dengan akta N0. 36 tanggal 6 April 1995
dibawah naungan PT. Bukaka Kujang Prima, kemudian pada tahun 2001 diambil alih
dari naungan PT. Bumi Hasta Mukti.
Gambar 1.1 Struktur Perusahaan
PT. Maruta Bumi Prima dipimpin oleh seorang Direktur Utama. PT. Maruta
Bumi Prima yang mana mempunyai 2 kilang LPG yang terletak di Pangkalan
Brandan Sumatera Utara yang dipimpin oleh Field Manager dan bertanggung jawab
kepada direktur. PT. Maruta Bumi Prima adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang pengelolahan gas LPG yang bekerja sama dengan PERTAMINA
dalam menghasilkan gas LPG.
Di Indonesia sejak beberapa pelita terakhir usaha pengembangan infrastruktur
dalam industri di Indonesia berkembang pesat, baik dalam sarana maupun prasarana
yang diperlukan. Sejalan dengan hal itu LPG juga meningkat pesat dalam tahun 1996
s/d 1997. Oleh karena itu untuk mengimbangi pertumbuhan kebutuhan akan
Liquefied Petroleum Gas (LPG) PT. Maruta Bumi Prima yang bergerak dalam
bidang jasa pengelolahan dan pemurnian Liquefied Petroleum Gas (LPG) ikut
berprestasi dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN).
2. Dasar Pendirian
Pemerintah Indonesia telah memprioritaskan pengusaha sumber energi
alternatif seperti gas LPG untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Seiring
dengan kebijakan tersebut PT. Maruta Bumi Prima sebagai salah satu perusahaan
swasta telah membangun 2 kilang mini LPG di Desa Paluh Tabuhan Timur
Kecamatan Brandan Barat dan di Desa Securai Selatan Kecamatan Kwala Gebang
Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Sehubungan dengan pelaksanaan proyek tersebut PT. Maruta Bumi Prima
telah mengadakan kesepakatan bersama mengenai pengelolahan gas dan penjualan
LPG yang dibuat antara PERTAMINA dilakukan oleh PT. Mruta Bumi Prima
dengan surat No.PKS/1183/C0000/96/SI tanggal 18 September 1996. Pembangunan
kilang mini LPG PT. Maruta Bumi Prima dilakukan oleh PT. Bukaka Kujang Prima.
3. Lokasi Perusahaan
Kantor operasional PT. Maruta Bumiprima ber-alamat Jalan By Pass No.
266 A Pangkalan Brandan (20857) Sumatera Utara, dan PT. Maruta Bumiprima
memiliki 2 kilang mini LPG yang terletak di desa Paluh Tabuhan Timur Kecamatan
Brandan Barat dan di Desa Securai Selatan Kecamatan Kwala Gebang Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara.
Proyek pembangunan kilang LPG tersebut merupakan kerjasama antara
PT.Maruta Bumiprima dengan Pertamina yang tertuang dalam perjanjian Kerjasama
No. PKS/1183/C0000/96/S1 tanggal 18 September 1996.
Kilang LPG Paluh Tabuhan Timur (PTT) dibangun diatas tanah seluas
10.908 m2. Pembangunan kilang LPG PT. Maruta Bumiprima dikerjakan oleh PT.
Batara Kujang Prima Utama sebagai kontraktor dan Alco Gas & Oil sebagai vendor,
dimana pembangunannya memakan waktu hampir 2 tahun mulai dengan tahun 1997
s/d 1999 . kilang LPG PT. Maruta Bumiprima pertama kali dioperasikan pada
tanggal 24 September 1999 (PTT) dan 1 November 1999 (Gebang).
4. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan suatu wadah atau media sekelompok orang yang
bekerja sama dengan menggunakan dana, alat-alat, dan teknologi serta terikat dengan
peraturan dan lingkungan tertentu supaya dapat mengarah pada pencapaian tujuan
yang diinginkan.
Organisasi merupakan salah satu sarana / alat dari suatu manajemen.
Sedangkan manajemen itu sendiri adalah suatu cara di bidang pengolahan dan
pengaturan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan di dalam organisasi
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia.
Manajemen dan organisasi yang baik akan pendelegasian tugas, wewenang,
dan tanggung jawab yang seimbang. Dengan mengetahui tugas, wewenang, dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya maka diharapkan setiap personila akan
mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik sehingga organisasi dapat berjalan
dengan efisien, sistematis, dan terkoordinir.
Bentuk organisasi yang di terapkan oleh PT. Maruta Bumiprima adalah
bentuk struktur organisasi garis (line Organization) karena perusahaan ini kekuasaan
dan tanggung jawab di turunkan secara garis (langsung) dari tingkat pimpinan atas
kepada tingkat bawahan. Bentuk struktur organisasi tersebut dapat di lihat pada
lampiran.
5. Organisasi Perusahaan
PT. Maruta Bumi Prima adalah salah satu anak perusahaan PT. Bumi Hasta
Mukti yang berkantor pusat di Plaza Bumi Daya Lt. 23 Jl. Imam Bonjol 61 Jakarta
Pusat. PT. MBP didirikan dengan Akta Nomor 36 tanggal 6 April 1995 dihadapan
notaries Djedjem Widjaya SH di Jakarta. Semula PT. MBP dibawah naungan PT.
Bukaka Kijang Prima, kemudian pada tahun 2001 diambil alih dan dibawah naungan
PT. Bumi Hasta Mukti. PT. MBP dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan
Direktur PT. MBP mempunyai dua kilang LPG yang terletak di Pangkalan Brandan
Sumatera Utara yang dipimpin oleh Field Manager dan bertanggung jawab kepada
Direktur.
6. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab serta wewenang dari setiap
tanggung jawab ialah sebagai berikut :
1. Operational Manager
Tugas dan tanggung jawab meliputi
a. Mengkoordinir pencapaian gas dari pertamina
yang efektif dan efisien.
b. Mengendalikan penggunaan keuangan secara
efektif dan efisien
c. Membuat rencana kerja operasi dan
mengkoordinir pencapaian produksi secara efektif dan efisien untuk
mengevaluasi hasil produksi baik kualitas maupun kuantitas
d. Memantau dan mengontrol stock minimal
material yang di perlukan untuk keperluan operasi
2. Kepala Bagian Produksi
Tugas dan tanggung jawab meliputi
a. Memantau pengendalian proses produksi
b. Mengontrol kualitas dan kuantitas produksi
c. Mengontrol operasi produk
d. Melaporkan persiapan produksi dan hasil produksi pada operation manager
e. Memberi arahan pada bawahan berkaitan dengan produksi.
3. Kepala Bagian Maintenance
Tugas dan tanggung jawab
a. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pemeliharaan/ perbaikan peralatan
mekanik
b. Mengkaji dan mengevaluasi peralatan mekanik untuk kelancaran operasional
c. Membuat purchasing request untuk peralatan mekanik
4. Kepala Bagian Logistik dan Gudang
Tugas dan tanggung jawab
a. mempersiapkan permintaan spare part yang diajukan oleh user (masing-
masing divisi)
b. membuat permintaan sparepart dengan data yang sudah benar (PR-Purchase
request)
c. membuat data spare part yang ada dalam gudang maupun di luar gudang
(stock spare part)
d. melayani permintaan spare part dalam arti keseluruhan pada bagian yang
membutuhkan (request material)
e. membuat laporan stock spare part dalam arti keseluruhan, baik mesin,
elektrik, maupun instrument.
5. Kepala Bagian Engineering
Tugas dan tanggung jawab
a. Memantau/mengontrol kualitas produksi
b. Mengevaluasi hasil analisa LPG dan Condensate serta menyampaikan apabila
ada penyimpangan kualitas produksi kepada bagian terkait untuk
memperbaiki proses
6. Kepala Bagian Keuangan
Tugas dan tanggung jawab
a. Membuat permintaan biaya operasional dan petty cash serta pengurusan
invoice secara efektif dan efisien
7. Kepala Bagian Personalia dan General Affair
Tugas dan tanggung jawab
a. Mengurus kepegawaian serta urusan sumber daya manusia (SDM) termasuk
pengurus hak-hak dan kewajiban karyawan seperti gaji, lembur,cuti dan
lainnya
b. Melaksanakan kegiatan rutin setiap hari secara kontiniu pengiriman produk
LPG dan Condensate untuk dipasarkan
c. Melakukan control serta pengecekan kondisi kilang setiap hari melalui
security yang bertugas kontiniu
d. Monitoring serta pemakaian dan perawatan armada seperti truck pengangkut
LPG/Condensate dan mobil.
e. Melaporkan segala kegiatan kepada atsan secara berkala
8. Kepala Bagian LK3
Tugas dan tanggung jawab
a. Memantau dan mengontrol perqalatran pemadam api agar jocky pumps,
engine fire pump, water pound, selang/hose, nozel, water sprinkle, foam
system dan lainnya.
b. Membuat catatan masa berlakunya peralatan pemadam api
c. Mengkoordinir apabila terjadi kebakaran, kecelakaan kerja dan
melaporkannya langsung kepada atasan serta menghubungi pertamina
9. Kepala Regu Produksi
Tugas dan tanggung jawab
a. Melaksanakan kegiatan proses produksi LPG dan Condensate serta
pengawasan/pengendalian kualitas dan kuantitasnya
b. Melakukan inspeksi pada seluruh instalasi kilang dan melaporkan kegitan
pelaksanaan operasi kepada atasan dan memeriksa/menadatangani laporan
produksi
10. Kepala Regu Maintanace
Tugas dan tanggung jawab
a. Melakukan inspeksi rutin terhadap peralatan yang ada, membuat catatan yang
ada pada peralatan, mengendalikan pemakaian dan penyediaan material,
melapor pada atasan setiap ada kerusakan dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi
11. Operator Panel
Tugas dan tanggung jawab
a. Melaksanakan kegiatan proses produksi LPG dan Condensate, melakukan
pekerjaan di control room sesuai dengan prosedur dan mengontrol kualitas
dan kuantitas LPG dan Condensate serta membuat laporan produksi
12. Operator Lapangan
Tugas dan tanggung jawab
a. Melaksanakan kegiatan proses produksi, inspeksi lapangan, memantau dan
mencatat setiap ada indikasi yang ditunjukkan di lapangan dan menjaga
kebersihan lapangan
13. Teknisi Lapangan
Tugas dan tanggung jawab
a. Melakukan inspeksi terhadap perusahaan, melapor kepada atasan jika di
jumpai ketidak normalan yang terjadi pada perusahaan, memperbaiki jika
terjadi kerusakan dan menjadi kebersihan peralatan dan lingkungan kerja.
7. Visi dan Misi PT. Maruta Bumi Prima
Visi : Berperan aktif dalam rangka terjaminnya penyediaan energi untuk
kepentingan
Nasional.
Misi :
Menjamin ketersediaan energi domestic. Dengan terbangunnya kilang
LPG PT. MBP yang dapat menghasilkan LPG, maka PT. MBP mempunyai
andil dalam penyediaan kebutuhan LPG domestic, begitu juga
mengalirkan lean gas ke PLN Medan (sebagai bahan bakar power plant)
menggunakan compressor PT. MBP. Sehingga dengan teralirnya gas ke
PLN dapat mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakar.
Meningkatkan nilai tambah sumber energi, dengan mengolah bahan bakar
dari beberapa sumur Pertamina menjadi LPG, Condensate, Lean Gas
adalah merupakan nilai tambah baik bagi PT. MBP maupun bagi
Pertamina.
Menciptakan lapangan kerja baru. Dengan adanya PT. MBP, maka secara
otomatis tercipta lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar baik
langsung maupun tidak langsung yang pada akhirnya akan meningkatkan
taraf hidup masyarakat sekitar.
Adanya visi dan misi PT. MBP adalah sejalan dengan kebijaksanaan
pemerintah yaitu menggantikan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan
BBG dan LPG.
Penggunaan gas sebagai sumber energi mempunyai efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan jenis lainnya. Sehingga dengan optimalnya penggunaan BBG dan LPG
dapat mengefisienkan penggunaan bahan bakar disamping itu juga dapat mengurangi
tingkat polusi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan.
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yaitu menggantikan penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan BBG dan LPG, PT. MBP telah membangun
dua buah kilang LPG yang terletak di Desa Paluh Tabuhan Timur Kecamatan
Brandan Barat dan di Desa Securai Selatan Kecamatan Kwala Gebang Kabupaten
Langkat Sumatera Utara.
Proyek pembangunan kilang LPG tersebut merupakan kerjasama antar PT.
MBP dengan PERTAMINA yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama No.
PKS/1183/C0000/96/S1 tanggal 18 September 1996. Kilang LPG Paluh Tabuhan
Timur (PTT) dibangun diatas tanah seluas 8504 m2 dan kilang LPG Gebang
dibangun diatas tanah seluas 10.908 m2.
Pembangunan kilang LPG PT. MBP dikerjakan oleh PT. Batara Kujang
Prima Utama sebagai kontraktor dan Alco Gas & Oil sebagai vendor, dimana
pembangunannya memakan waktu hampir 2 tahun yaitu mulai tahun 1997 s/d 1999.
Kilang LPG PT. MBP pertama kali dioperasikan pada tanggal 24 September
1999 (PTT) dan 1 November 1999 (Gebang).
8. Kapasitas Produksi Kilang LPG
Kilang LPG PT. Maruta Bumi Prima (PT. MBP) didesign untuk mengolah
gas dengan memanfaatkan pengelolaan Gas Buang dari beberapa stasiun pengumpul
Pertamina dengan kapasitas sebagai berikut :
Tabel 1.1 Produksi Kilang LPG
No. Diskripsi Kilang PTT Kilang Gebang
1 Feed Gas, MMSCFD 3,27 5,69
2 LPG Product, Ton/day 14,9 31,67
3 Kondensat Product, Barrel/day 77,39 195,95
4 Lean Gas Product, MMSCFD 2,87 4,45
8.1 KILANG MINI LPG PT MARUTA BUMIPRIMA
1. Kilang Mini LPG PTT (Paluh Tabuhan Timur)
Kilang Mini LPG PTT dirancang beroperasi dengan kapasitas produksi sebagai
berikut :
LPG 14,9 ton/day ± 5 %
Condensate 77,39 barrel/day ± 5 %
Lean Gas MMSCFD ± 5 %
Pemakaian Feed Gas MMSCFD ± 5 %
2. Kwalitas Design Feed Gas Kilang PTT
C1 (% vol) 77,01
C2 (% vol) 9,47
C3 (% vol) 5,79
i-C4 (% vol) 1,85
n-C4 (% vol) 1,82
i-C5 (% vol) 0,92
n-C5 (% vol) 0,55
C6 (% vol) 1,1
3. Kwalitas LPG Mix Design Migas
C1 (% vol) –
C2 (% vol) Max 0,8
C3+C4 (% vol) Min 97
C5 (% vol) Max 2,5
4. Kilang Mini LPG Kwala Gebang
Kilang Mini LPG Kwala Gebang dirancang untuk beroperasi dengan kapasitas
Produksi :
LPG 31,67 ton/day ± 5 %
Condensate 195,95 barrel/day ± 5 %
Lean Gas MMSCFD ± 5 %
Pemakaian Feed Gas MMSCFD ± 5 %
5. Kwalitas Design Feed Gas Kilang PTT
C1 (% vol) 74,46
C2 (% vol) 9,45
C3 (% vol) 6,41
i-C4 (% vol) 2,51
n-C4 (% vol) 2,37
i-C5 (% vol) 1,47
n-C5 (% vol) 0,86
C6 (% vol) 0,92
8.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengoperasian Kilang
1. Engine untuk penggerak komperessor tidak dipasang stand by (singel line).
2. Mode operasi Feed Gas untuk load kompressor secara manual, tidak automatic
mode, hal ini akan mempengaruhi proses penyerapan LPG dan kesetabilan
operasi.
3. Komposisi Feed Gas, khususnya untuk kilang Kwala Gebang belum memenuhi
standart design kilang.
Design Feed Gas C3+C4 (% vol) 11,29
Aktual Feed Gas C3+C4 (% vol) 8,79
Sehingga hal ini menjadi salah satu kendala untuk tidak tercapainya design
kapasitas, secara sistematis bahwa kilang dapat beroperasi dengan kemampuan
produksi LPG 8,79/11,29 x 31,67 ton/day = 24,66 ton/day.
4. Lingkungan dan alam
Dalam setiap tahun pada musim penghujan, terjadi banjir yang mengakibatkan
pengiriman LPG terkendala, sehingga mengakibatkan kilang terhenti dikarenakan
level tangki penuh akibat tidak ada pengiriman, sedangkan kapasitas tangki
timbun hanya mampu mendukung operasi selama ± 4 hari tanpa ada pengiriman.
8.3 Peluang dan Upaya untuk pencapaian produksi LPG sesuai dengan design
31,67 ton/day.
1. Adanya rencana kerja Pertamina DOH NAD Sumbagut, untuk mencari sumber-
sumber gas baru, dengan komposisi yang diharapkan.
2. Pengadaan Spare Part yang cukup dan sesuai Spesifikasi.
3. Untuk dilakukan Overhoul pada Engine yang sudah waktunya.
8.4 Pengoperasian Kilang PTT & Kwala Gebang
Kilang Mini LPG PTT dioperasikan dari tanggal 24 September 1999 dan
disebut sebagai tanggal dimulainya operasi (TDO). Kilang Mini LPG Kwala Gebang
dioperasikan dari tanggal 1 November 1999 dan disebut sebagai tanggal dimulainya
operasi (TDO).
1. Pengoperasian Kilang PTT & Kwala Gebang
a) Sumber daya manusia
Dalam hal ini pada awal pengoperasian Kilang karyawan dibekali buku
paduan berupa SOP (Standart Operational Prosedur) yang digunakan sebagai
petunjuk pengoperasian alat-alat agar dapat mengoperasiakan dengan benar dan
aman, serta dapata dengan mudah dan cepat mengatasi dan memperbaiki segala
penyimpanganyang terjadi pada operasi.
Kelemahannya bahwa karyawan tidak diberikan pelatihan-pelatihan formal maupun
studi banding yang berkaitan dengan pengoperasian kilang, pemeliharaan kilang,
management produktivitas, yang sebenarnya apabila dilakukan akan dapat
meningkatkan kinerja karyawan sehingga akan meningkatkan produksi secara
keseluruhan.
b) Peralatan pendukung untuk pengoperasian
Peralatan dipasang dengan harapan dapat dioperasikan dengan mudah dan
sesuai dengan design yang terpasang. Akan tetapi terdapat beberapa kendala yang
mempengaruhi pengoperasian.
- Komposisi Feed Gas.
- Kendala Spare part dan tidak adanya engine yang stand by sebagai penggerak
kompressor.
- Lingkungan & alam.
- Transportasi & tangki timbun.
- Overhoul kilang tahunan.
2. Kendala yang dihadapi yang mempengaruhi produksi
a) Terjadinya kerusakan pada Engine penggerak kompressor baik untuk Feed Gas
ataupun Refrigerant, meningkatkan bahwa apabila terjadi kerusakan maka
pengadaan spare part membutuhkan waktu sampai paling cepat ± 1 minggu.
b) Terjadinya pengotor yang terikut pada Feed Gas, sehingga akan sering shut down
akibat membersihkan screen.
c) Terjadinya tekanan dan temperatur yang tidak stabil pada Chiller, hal ini
disebabkan oleh konsentrasi Glycole di dalam sistem tidak stabil, dan juga
disebabkan karena pompa Glycole terjadi kavitasi, sedangkan pompa yang stand
by tidak ada. Sehingga apabila pompa terjadi kavitasi dan selama perbaikan
pompa tersebut produksi LPG terhenti.
B. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI)
Berdasarkan buku bimbingan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI)
menjelaskan bahwa Praktek Kerja Lapangan Industri merupakan mata kuliah wajib
yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan melakukan praktek, atau observasi
di industri. Rasional dari pelaksanaan PKLI adalah untuk mengikuti perkembangan
teknologi yang ada di industri.
Hal tersebut dikarenakan perkembangan teknologi di industri selalu lebih cepat dari
pada di Perguruan Tinggi. Perkembangan teknologi yang demikian pesat tidak dapat
diikuti oleh Perguruan Tinggi dikarenakan fasilitas yang kurang memadai seperti
sarana praktek, buku teks dan hal lainnya. Dari itu mahasiswa perlu diperkenalkan
dengan perkembangan teknologi yang ada di industri melalui mata kuliah PKLI.
1. Tujuan Pelaksanaan PKLI
Adapun tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini adalah:
a. Memberi pengalaman bagi mahasiswa dalam hal penerapan IPTEK di dunia
industri.
b. Memberi pengalaman bagi mahasiswa menemukan IPTEK di dunia industri.
c. Memberi pengalaman bagi mahasiswa membuat suasana kerja praktek industri
yang harmonis di dunia usaha dan dunia industri.
d. Memberi pengalaman bagi mahasiswa membuat laporan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan Industri.
e. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dilingkungan Jurusan
Teknik Mesin FT Unimed.
Adapun tujuan ketika melaksanakan PKLI adalah:
a. Memahami dan mengetahui manajemen perusahaan yaitu meliputi struktur
organisasi perusahaan, tugas dan fungsinya dan tata letak perusahaan.
b. Mengetahui dan mempelajari proses produksi industri.
c. Memahami teknik pengendalian mutu kerja.
d. Memahami pekerja industri yang memenuhi standar perusahaan.
2. Manfaat Pelaksanaan PKLI
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) tidak hanya
menguntungkan bagi mahasiswa tetapi bermanfaat bagi Perusahaan dan Universitas,
adapun manfaat diadakannya Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) adalah sebagai
berikut :
a. Manfaat Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
dalam perkuliahan ke dunia industri.
2) Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dunia industri
dengan melakukan observasi langsung ke industri.
3) Mahasiswa dapat memahami proses industri dengan teori dan praktek yang
didapat dalam perkuliahan serta mampu dalam praktek.
4) Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan untuk melatih kemampuan dalam
melakukan pekerjaan atau kegiatan lapangan.
5) Mahasiswa dapat memahami proses kerja yang sebenarnya secara langsung
pada dunia industri.
b. Manfaat Bagi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
1) Dapat terjalin kerjasama antara Fakultas Teknik UNIMED dengan dunia
industri.
2) Fakultas Teknik dapat meningkatkan mutu lulusannya dengan memadukan
pengetahuan dalam kampus dengan dunia industri.
3) Dapat mengetahui keberadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa yang
melakukan Praktek Kerja Lapangan Industri di perusahaan tersebut.
c. Manfaat Bagi Perusahaan
1) Ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat meningkatkan
kualitas manusia yang mengarahkan pada peningkatan intelektual dan
profesionalisme.
2) Terjalinnya hubungan baik antara masyarakat perusahaan dengan masyarakat
sekitarnya pada bidang-bidang pendidikan, seperti mahasiswa.
3) Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam rangka memajukan
pembangunan di bidang pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Indonesia memiliki cadangan gas alam yang sangat besar dan tersebar di
berbagai daerah. Namun, saat ini sumber gas alam di Indonesia hanya terdapat di
empat tempat saja. Keempat tempat tersebut adalah Arun (Nangroe Aceh
Darussalam), Pulau Natuna, Bontang (Kalimantan Timur), dan Tangguh (Irian Jaya
Barat). Beberapa tempat lain di Indonesia belum dieksploitasi karena kandungan gas
alamnya relatif kecil sehingga belum dapat diolah secara komersial. Saat ini gas alam
diolah menjadi Liquefied Natural Gas (LNG) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
LNG dan LPG dimanfaatkan sebagai bahan bakar industri dan perumahan, juga
sebagai bahan baku bagi industri petrokimia. Sisa pencairan gas alam adalah residu
oil (kondensat). Residu oil (condensate) mirip minyak mentah (crude oil) dengan
kualitas yang terbaik.
Residu oil (condensate) banyak digunakan sebagai solvent pada dunia
industri dan thinner Juga bisa digunakan sebagai Aplikasi Alternatif Energy ,
misalnya untuk bahan bakar industri dan bahan bakar untuk kendaraan. Selain
komponen hidrokarbon (C5+) yang terkandung dalam residu oil (kondensat), juga
terkandung kontaminan seperti CO2 dan sulfur.
Gambar 3.2 Peta lokasi Perusahan kilang LPG di Indonesia salah satunya PT. Maruta
Bumipr
A. Bahan Bakar Gas
Gas merupakan salah satu keadaan materi yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan keadaan padatan dan cairan. Sifat-sifat gas diantaranya memiliki
tekanan, mengisi ruangan, dan dapat dikompresi dan diekspansi.
Gas bisa dicirikan dengan berbagai cara. Semua gas akan memuai memenuhi
ruangan dan akan menyerupai bentuk ruang tempatnya berada. Semua zat yang
bersifat gas dapat berbaur dengan sesamanya dan akan bercampur dalam segala
perbandingan, karena itu semua campuran gas adalah larutan yang homogen. Gas
tidak kasat mata dalam arti bahwa tidak ada partikel-partikel gas yang dapat dilihat.
Gas bumi merupakan proses alami hidrokarbon yang terjadi dalam kondisi
tekanan dan temperature berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan
minyak dan gas bumi yang terdiri dari unsur metana, etana, dan senyawa
hidrokarbon yang lebih tinggi serta gas-gas lain, diantaranya adalah nitrogen, dengan
komposisi seperti terlihat pada table dibawah ini.
KOMPONEN MOLE FRACTION
Metana 0,8978
Etana 0,0465
Propana 0,0209
Butana 0,0082
Pentana 0,0052
Karbon Dioksida 0,0199
Nitrogen 0,0015
Table 3.1 Komposisi gas bumi
Dengan jumlah gas bumi yang cukup melimpah di Indonesi, maka gas bumi
merupakan salah satu sumber energy yang sangat bermanfaat dan potensial. Menurut
data statistic persediaan cadangan gas bumi sebesar 187,09 triliun kaki kubik ( TSCF
), meliputi 93,95 TSCF cadangan terbukti dan 93,14 TSCF cadangan potensial. Data
tersebut terbukti dengan adanya peningkatan yang terus diberbagai tempat di
Indonesia di antaranya pengolahan gas di PT. Maruta Bumiprima yang berlokasi di
Pangkalan Brandan.
Liquefied Petroleum Gas atau yang sering dikenal LPG adalah suatu jenis
produk bahan bakar gas yang pada umumnya berupa gas propane atau buthana atau
merupakan campuran antara keduanya yang dalam temperature kamar akan
berbentuk dalam fasa gas tetapi dalam tekanan tinggi atau pada temperature sangat
rendah akan berbentuk cair yang tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau.
Dalam artian luas LPG dapat merupakan campuran hidrokarbon dengan komponen
utamanya adalah propane, butane, dan isobutan. LPG merupakan sebuah produk
samping dari suatu kilang LNG ( Liquefied Natural Gas ). Sebagai sumber energi,
LPG dipasarkan dalam bentuk kemasan tabung bertekanan dalam berbagai ukuran.
Fraksi gas yang digunakan sebagai umpan diambil dari gas alam (Feed Gas)
atau gas hasil kilang. Sesuai dengan kegunaanya ELPIJI dapat dibagi Menjadi :
ELPIJI Propana
ELPIJI Butana
ELPIJI Campuran (mix)
Agar ELPIJI dapat digunakan sebagai bahan bakar dengan mutu yang baik
maka harus memenuhi persyaratan khusus dengan tujuan agar dapat memberi
kenyamanan dalam pemakaian dan terjamin dari segi keamanannya. Untuk itu
ELPIJI harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Persyaratan khusus disini
meliputi sifat fisika dan sifat kimia.
Gambar 2.1 Pengecekan LPG untuk di uji
B. Condensate Treatment
Condensate adalah sisa pencairan gas alam, residu oil (condensate). Residu
oil (condensate) mirip minyak mentah (crude oil) dengan kualitas yang terbaik.
Residu oil (condensate) banyak digunakan sebagai solvent pada dunia industri dan
thinner Juga bisa digunakan sebagai Aplikasi Alternatif Energy , misalnya untuk
bahan bakar industri dan bahan bakar untuk kendaraan. Selain komponen
hidrokarbon (C5+) yang terkandung dalam residu oil (condensate), juga terkandung
kontaminan seperti CO2 dan sulfur. Condensate, sebagai hasil ikutan eksploitasi
lapangan migas maupun produk sampingan kilang, cukup berlimpah di Indonesia.
Gambar 2.2 Tangki penimbunan kondensat
C. Proses Pengolahan Migas
Minyak dan gas alam yang akan di olah diambil dari dalam tanah dengan
menggunakan sumur-sumur pompa, baik di darat (anshore) maupun lepas pantai
(offshore). Proses pengambilan minyak dan gas alam baik di darat, ataupun laut dan
tanpa memperhatikan kedalaman penggaliannya, secara umum memiliki pinsip yang
sama. Dalam satu system distribusi produksi, proses tersebut dibagi menjadi 4 sistem
besar, yaitu sistm pengumpul (gathering system), system GOSP (gas and oil
separation platform), system kompresi, dan system penyimpanan (storage)
D. Gathering system
Minyak dan gas diambil dari dalam perut bumi, baik yang berlokasi di darat
maupun lepas pantai, kemudian disalurkan melalui pipa-pipa menuju tempat
pengujian. Proses awal ini biasa disebut dengan gathering system. Pada proses awal
ini semua komponen dalam perut bumi terambil, sehingga minyak, gas, air,
karbondioksda, garam, sulfur, dan pasir tercampur dan ikut terbawa. Proses
selanjutnya adalah memisahkan komponen-komponen minyak mentah tersebut.
Proses pemisahan terjadi pada gas dan oil separation plant (GOSP). Di sini
komponen tersebut dibagi menjadi 3 yaitu: minyak, gas, dan air.
Dalam skematik adalah yaitu sumur ( wellheads ). Fungsi dari sumur tersebut
adalah untuk memompa dan mendistribusikan gas dan minyak mentah menuju
kebagian pompa manifold produksi dan pengujian bagian ini di sebut dengan
gathering system.
Saat suatu sumber minyak dan gas alam yang baru sudah di temukan dan
memang memiliki nilai ekonomis karena kandungan gas nya yang mencakupi
jumlahnya. Proses ini diawali dengan membuat suatu casing dan penguatnya serta
menghitung tekanan didalam sumur untuk memastikan aliran yang efusien. Laju
aliran diatur oleh sebuah choke.
Pada produksi anshore, aliran dan gas minyak dari masing-masing sumur
akan digabungkan dengan aliran dari sumur lain dan dibawa menuju system produksi
utama lewat suatu jaringan pipa dan system manifold. Proses ini bertujuan untuk
membuat suatu well set ( kelompok sumur ) produksi. Dengan adanya well set ini
maka untuk suatu target produksi tertentu akan dapat dipilih variasi komposisi aliran
dan penggunaan dari sumur yang dapat berproduksi pada saat itu.
Semetara pada produksi offshore, minyak dan gas akan dipompa lewat pompa
kering langsung menuju kebagian pipa produksi, sedangkan minyak dan gas yang
dipompa oleh sumur yang terdapat diluar platform akan dialirkan menuju kebagian
riser produksi. Riser adalah bagian yang membuat pipa menuju ke struktur platform
diatas permukaan laut.
E. Gas And Oil Separation Patform ( Sistem Pemisah Gas Dan Minyak )
Seringkali gas yang dipompa dari sumur merupakan gabungan senyawa gas
yang berbeda dengan campuran minyak dan air, ditambah dengan zat pengotor. Oleh
karena itu, kebanyakan gas dari sumur harus mengalami pengolahan dan pemisah
terlebih dahulu . proses pemisah yang paling sederhana adalah dengan menggunakan
prinsip pemisah secara berat jenis ( gravity separator ). Pada prinsip pemisahan ini
aliran fluida dari pompa akan dialirkan kedalam bejana horizontal ( horizontal vassel
) periode penyimapanan di bejana ini adalah selama 5 menit, untuk memberikan
kesempatam bagi gas untuk keluar ke atas dan bagi air untuk bergerak ke bawah
bejana ( karena berat jenisnya adalah lebih berat dibandingkan gas dan minyak ),
sedangkan minyak akan berada ditengah.
Gambar 2.3 Scrubber suction (pemisah gas dengan Liquid)
Di dekat mulut inlet bejana gravity separator, dilengkapi dengan adanya
komponen slug catcher, fungsinya adalah untuk menyaring dan memisahkan slug
seperti gelembung udara yang terlalu besar ataupun padatan besar yang terbawa.
Pada bagian inlet diharapkan bagian aliran fluida yang masuk berada dalam kondisi
yang mendekati turbulen sehingga gelembung udara akan lebih mudah tersaring
keluar. Pada bagian outlet untuk memastikan bahwa separasi yang dilakukan berhasil
memisahkan semua komponen secara sempurna. Vortex breaker digunakan untuk
menghindari terjadinya pembentukan pusaran yang dapat mebuat air dan minyak
kembali tercampur, sementara demister digunakan untuk menyaring gelembung air
yang terbawa oleh gas.
F. Gas Treatment And Compression ( System Kompresi Pengolahan Gas )
Gas yang dialirkan dari sumur pompa memiliki tekanan yang cukup untuk
kemudian dialirkan menuju ketempat pengolahan, namun minyak dan gas yang baru
saja mengalami proses separasi telah kehilangan banyak tekanan. Jenis ini harus
dikompresikan lagi terlebih dahulu sebelum masuk ke tahapan pengolahan. Tahapan
ini banyak melibatkan banyak alat, seperti kompresor, heat exchanger, scrubber,
boiler, refrigerant, dan alat-alat lainnya.
Gambar 2.4 Compressor
Feed gas
Gas yang keluar dari gravity separator akan berada dalam kondisi tekanan
yang rendah dan memiliki temperature tinggi. Untuk dapat diolah lebih lanjut, gas
tersebut harus dikompresi lagi, namun temperaturenya yang tinggi membuat energy
yang dibutuhkan untuk proses kompresi menjadi lebih tinggi dan tidak efisien. Oleh
karena itu gas yang keluar dari tahapan separasi dan akan dikompresikan, dibawa
terlebih dahulu ke heat exchanger untuk menurunkan temperaturnya.
Jenis heat exchanger yang sering digunakan pada industry migas berbentuk
tube heat exchanger. Pada jenis ini, temperature gas akan diturunkan dengan
menggunakan tube yang berisikan fluida pending umumnya air dengan tambahan zat
inhibitor. Saat panas yang yang diberikan oleh gas membuat fluida pada tube
menjadi panas, fluida tersebut dapat digunakan untuk memanaskan minyak pada oil
train, sehingga keseimbangan thermal terjaga.
Setelah proses pendinginan, sisa uap air yang terkandung pada gas akan
terkondensasi dan mengembun menjadi tetes air dan dapat bercampur dengan
minyak lagi. Kandungan air yang bercampur dengan minyak harus segera
dihilangkan sebelum masuk kekompresor, karena akan dapat menempel pada bilah
turbin dan dapat menyebabkan teradinya korosi. Untuk memindahkan fraksi kecil air
tersebut dari gas digunakan scrubber.
System pengeringan gas ( dehidrasi ) yang palin sering digunkan adalah
dengan memanfaatkan proses absorbs menggunakan tri ethylene glycol ( TEG ).
Pada jenis pengering ini, kompresor scrubber yang digunakan terbuat dari lapisan
glycol yang disusun bertingkat. Pada setiap lapisan tersebut dilengkapi dengan gas
trap yang akan memaksa gelembung udara untuk keluar dari gas saat melewati
lapisan glycol. Gas yang akan dikeringkan mengalir dari bagian bawah dan terus naik
keatas melewati lapisan glycol yang ada. Sementara itu glycol akan dipompa dari
tangki penampang ( holding tank ) kebagian atas dan dialirkan kebawah, berlawanan
dengan arah aliran gas, selama proses pengaliran ini, glycol akan terus menyerap
fraksi cair dari gas hingga kemudian sampai ke bagian dasar dalam bentuk rich
glycol. Glycol yang digunakan akan mengalur daur proses dengan cara
memindahkan cairan yang diabsorbsi. Proses ini dilakukan pada bagian reboiler,
dimana rich glycol akan mendidih. Pada reboiler terkadang dilengkapi pula dengan
kolom distilasi untuk memisahkan pula antara glycol dengan hidrokarbon lain.
Gambar 2.5 Tangki penyimpanan glycol (tanda panah merah) dan Glycol re-
Konsentrator / re-boiler (tanda panah orange)
Pada tahapan berikutnya dilakukan kompresi pada gas yang sudah
dikeringkan ( driying gas ). Proses ini menggunakan alat kompresor yang akan
mengubah tekanan gas yang masuk menjadi lebih tinggi ( gas lebih mammpat ). Jenis
kompresor yang sering digunakan pada industry minyak dan gas alam skala besar
adalah jenis kompresor sentrifugal ( centrifugal compressor ), yang memiliki
kapasitas proses 500.000 m3 / jam dengan besarnya pemberian tekanan; pengubahan
tekanan maksimal ( differential pressure ) dari alat ini adalah 10 kali ( tekanan keluar
sama dengan 10 kali lipat tekanan inlet )
G. Storage and Distribution system ( system penyimpanan dan distribusi )
Minyak dan gas yang sudah dikompresi siap untuk dikirim untuk diolah pada
industry hilir dari migas. Apabila minyak dan gas hasil kompresi tersebut akan
dipindahkan mengunakan alat transportasi ( kapal tanker ataupun mobil ), maka gas
dan minyak hasil olahan tersebut disimpan terlebih dahulu dalam tangki
penyimpanan ( storage tank ).
Gambar 2.6 Tangki pennyimpanan LPG
Selain dengan menggunakan kendraan, distribusi minyak dan gas hasil olahan dapat
dilakukan dengan mengunakan pipa langsung menuju ke industry pengolahan
berikutnya ( industry hilir ). Pada proses distribusi langsung ini digunakan jalur pipa
( pipeline ) sebagai sarana pemindahannya.
BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN
A. Kegiatan PKLI
Sebagaimana jadwal yang telah ditentukan, PKLI dilaksanakan mulai tanggal
2 Januari 2014 sampai dengan 31 Februari 2014 di PT. Maruta Bumi Prima, di Jl.
By-Pass No. 266 A Pangkalan Berandan (20857) Sumatera Utara. Dengan ruang
lingkup tempat kegiatan :
1. Kantor PT. Maruta Bumi Prima, di Jl. By-Pass No. 266 A Pangkalan Berandan
(20857) Sumatera Utara.
2. Kilang LPG Mini Plant Paluh Tabuhan Timur dan Kwala Gebang (lapangan).
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) penulis terlihat
langsung dimana terjadinya proses produksi LPG di Pabrik/Kilang Mini LPG Plant
PT. Maruta Bumi Prima. Adapun kegiatan yang penulis lakukan selama PKLI secara
garis besar adalah sebagai berikut :
1. Kamis, 2 Januari 2014
a. Pengenalan dan penjelasan perusahaan oleh Operation Manager &
HRD/Personalia.
b. Observasi & Orientasi ke kilang Paluh Tabuhan Timur.
c. Pengenalan mimic diagram.
d. Pemberian materi PFD, Company Profile, Log Sheet dan buku panduan
lainnya.
2. Jumat, 3 Januari 2014
a. Penjelasan materi PFD Produksi LPG dan Condensate oleh Kepala Produksi.
b. Konsultasi dan tanya jawab oleh Operation Manager.
3. Senin, 6 Januari 2014
a. Penjelasan mengenai uraian sistem proses LPG oleh Karyawan PT. MBP
b. Pengenalan alat di kilang.
c. Melihat proses shut down/unloading pada mesin Refrigrant System.
4. Selasa, 7 Januari 2014
a. Diskusi dengan teman mengenai PFD.
b. Konsultasi, diskusi dan tanya jawab dengan Operation Manager mengenai
sistem proses LPG.
5. Rabu, 8 Januari 2014
Pembagian kelompok bimbingan lapangan mengenai proses prouksi LPG dan
pengenalan Compressor Feed Gas.
6. Kamis, 9 Januari 2014
a. Penjelasan mengenai Refrigrant System oleh Kepala Produksi.
b. Melihat kerusakan yang terjadi pada aliran Glycole System.
7. Jumat, 10 Januari 2014
8. Senin, 13 Januari 2014
9. Rabu, 15 Januari 2014
Penjelasan mengenai proses kerja Compressor Feed Gas serta E-101, E-102 dan
E-103 oleh salah satu Karyawan PT. MBP
10. Kamis, 16 Januari 2014
Masuk shift malam dan mengontrol temperatur, tekanan pada Compressor Feed
Gas, V 106, E 101, E 102, E 103, V 101, T 101, T 102, V 103 oleh salah satu
Karyawan PT. MBP
11. Jumat, 17 Januari 2014
a. Mengecek tekanan gas masuk, temperatur gas masuk, volume gas masuk, dan
daily flow rate pada Teleflow Feed gas dan Teleflow Lean gas oleh salah satu
Karyawan PT. MBP dilakukan per 2 jam.
b. Pengecekan temperature dan tekanan pada Compressor Feed Gas, V 106, E
101, E 102, E 103, V 101, T 101, T 102, V 103 dilakukan per 2 jam
12. Senin, 20 Januari 2014
13. Selasa, 21 Januari 2014
Melakukan presentase mini tentang apa yang sudah didapat selama PKL di PT.
MBP oleh Operation Manager dan beberapa Karyawan serta melakukan diskusi
dan tanya jawab.
14. Rabu, 22 Januari 2014
Melihat trouble yang membuat kebisingan pada Mesin Generator serta melihat
sistem starter pada Compressor Feed Gas yang menggunakan Gas Starting oleh
Kepala Bagian Maintenance.
15. Kamis, 23 Januari 2014
16. Jumat, 24 Januari 2014
17. Senin, 27 Januari 2014
18. Selasa, 28 Januari 2014
19. Rabu, 29 Januari 2014
20. Kamis, 30 Januari 2014
B. Metode Proses Produksi LPG, Peralatan di Kilang LPG dan Prosedur
Keselamatan Kerja Pabrik Mini LPG Plant
1. Metode Proses Produksi LPG
a. Uraian Proses Kilang LPG
Flow Diagram Sederhana berikut adalah menunjukkan aliran proses
sederhana secara umum untuk LPG recovery. Feed gas yang mengandung LPG
dikirim dari lapangan minyak dan gas ke kilang LPG melalui suatu compressor guna
memenuhi kondisi operasi yang diperlukan pada kilang LPG.
Pembangunan LPG Plant menggunakan proses fisika bertujuan untuk
memisahkan feed gas menjadi produk-produk sebagai berikut :
1. Lean gas dengan kandungan utama C1 & C2.
2. LPG dengan kandungan utama C3 & C4.
3. Kondensat dengan kandungan utama C5+.
Pada Blok Diagram Kilang (terlampir) secara garis besar dibagi 3 (tiga)
tahapan proses pokok yaitu :
1. Proses Kompresi
2. Proses Pencairan Gas
3. Proses pemisahan secara Fisika (distilasi)
Gambar 3.1. Blok Diagram Sederhana
1) Proses Kompresi
Sumber gas yang akan dijadikan umpan LPG Plant yaitu gas yang berasal
dari beberapa sumur Pertamina yang dikumpulkan di stasiun pengumpul kemudian
dialirkan ke Feed Gas Compressor PT. MBP. Tujuan dari proses kompresi adalah
untuk memenuhi kondisi tekanan operasi pada proses pemisahan yang diinginkan.
Gas lapangan pada tekanan dan temperatur tertentu melalui Feed Gas
Compressor dinaikkan tekanannya dan kemudian masuk ke unit proses pencairan
gas.
2) Proses Pencairan Gas
Untuk mendapatkan hasil LPG yang optimum pada tahap proses pemisahan,
gas discharge compressor terlebih dahulu didinginkan melalui Chiller sampai pada
kondisi beberapa minus oC dan pada tekanan tersebut didalam separator feed terpisah
menjadi phase gas dan phase cair.
Tujuan pemisahan phase gas (C1 & C2) dari phase cair (C3, C4 ....... C5+)
adalah untuk mengurangi beban pada tahap proses pemisahan (distilasi). Phase gas
keluar melalui atas separator dan kemudian masuk ke pipa lean gas yang kemudian
dikirim ke konsumen untuk keperluan industri dalam hal ini dikirim ke PLN.
Sedangkan phase cair (dimana kandungan C1 & C2 telah berkurang banyak)
keluar dari bawah separator, dialirkan ke unit proses pemisahan untuk mendapatkan
produk LPG yang diinginkan.
3) Proses Pemisahan (distilasi)
Unit proses pemisahan terdiri dari dua kolom pemisahan yaitu :
Kolom Deethanizer, berfungsi untuk memisahkan C1 & C2 dari (C3, C4, .... C8+)
Kolom Debuthanizer, berfungsi untuk memisahkan C3 & C4 dari C5 & C8.
Secara umum tujuan dari proses pemisahan adalah untuk memisahkan
komponen yang lebih ringan dan yang lebih berat dari LPG berdasarkan kaidah
distilasi sehingga diperoleh produk LPG sesuai spesifikasi yang diinginkan. Cairan
yang keluar dari bawah separator adalah sebagai umpan Deethanizer didalam kolom
tersebut terjadi pemisahan gas dan cairan.
Produk gas C1 & C2 keluar dari atas Deethanizer (setelah melalui system
pendinginan propane refrigerant) dan kemudian disirkulasi ke suction compressor
untuk mengoptimumkan recovery LPG.
Sedangkan produk cair C3+ keluar dari bawah Deethanizer dan dialirkan
sebagai umpan Debuthanizer. Didalam kolom Debuthanizer terjadi pemisahan gas
dan cairan. Gas (C3 & C4) naik keatas kolom dan didinginkan oleh condenser
sehingga diperoleh cairan LPG yang kemudian dialirkan ke tangki LPG.
Sedangkan produk cair C5+ keluar dari bawah Debuthanizer dan dialirkan
sebagai condensate menuju tangki kondensat.
a) Spesifikasi Produk Yang Dipersyaratkan Tabel 3.1.
Spesifikasi
Produk LPG
Batasan Metode
Min. Max ASTM Lain
Spesific Gravity at 60o / 60o F
Vapour Pressure 100o F, psig
Weathering Tet at 36o F, %
Vol.
Tobe reported D-1657
D-1267
D-1837
D-1838
-
-
-
-
-
95
-
120
-
ASTM#1
Copper Corrosion 1 hrs, 100o
F
Total Sulphur, Grains / 100
cuft
Water Content
Komposisi
a. C2, % Volume
- 15 D-2784 -
Visual
-
-
No free water -
- 0.80
D-2163
b. C3 + C4, % Volume
c. C5 + (C5 and hevier), %
Vol.
d. Ethyl or Buthyl Mercaptan
Add (ml / 100 AG)
97.00
-
-
2.00
50.00
-
-
-
b) Sistim Penyimpanan Produk LPG Plant
Produk LPG Plant yang terdiri dari : Lean Gas, LPG, dan Kondensate
sebelum dikirim ke pemakai dalam hal ini Pertamina sebagai buyer, disimpan
terlebih dahulu di tangki-tangki produk, kecuali lean gas dikirim langsung ke PLN
melalui pipa Pertamina.
c) Lingkungan Hidup
Karena pengolahannyua relative sederhana, didalam operasinya Kilang LPG
hanya terdapat limbah cair yaitu berupa minyak atau kondensate yang terikut ke air
buangan. Sehingga pengolahan limbah cair hanya diperlukan Oil Catcher untuk
memisahkan air dengan minyak.
Mengacu kepada Keputusan Menteri No. KEP03/MENKLH/II/1991. Tanggal
1 Februari 1991 yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup yang
mengatur batasan limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan. Batasan ini akan
digunakan untuk mendesain waste water treatment plant.
2. Instrument Kilang LPG Maruta Bumiprima
1. Waukesha Gas Engine2. Ariel Gas Compressor
3. Engine Caterpillar – Refrigerant4. “Mycom” Screw Compressor5. Control Panel Room6. Fire Safety Pump/Fire Engine Water Pump7. Jembatan Timbang8. Turbin Meter Condensate9. A-101/5 Air fan Cooller Exchanger10. E-101 Gas/Gas Exchanger11. E-102 Gas/Liquid Exchanger12. E-103 Gas Chiller13. E-104 De-Etanizer Re-Boiler14. E-105 De-Etanizer Re-Boiler15. E-106 Glycole Reconcentrator16. E-107 Trim Cooller17. H-101 Glycole Re-Boiler18. H-102 Hot Oil Heater19. P-101 Reflux Pump20. P-103 Motor Glycole Pump21. P-105 Mycom Pump22. P-108 Recycle Condensate Pump23. P-109 Oil Pump24. P-110 Condensate Pump25. P-111 LPG Pump26. T-101 De-Etanizer Tower27. T-102 De-Butanizer Tower28. T-702 LPG Storage Tank29. T-703 Condensate Tank30. V-101 Low Temperature Separation31. V-102 Glycole/HC Flash Separator32. V-103 De-Butanizer Reflux Accumulator33. V-106 Inlet Separator34. V-107 Discharge Oil Filter Separator35. V-108 Propane Suction Scrubber36. V-109 Propane Accumulator37. V-110 Fuel Gas Scrubber38. V-111 Propane Economizer
3. Peralatan Di Kilang LPG
Beberapa peralatan yang ada dikilang beserta fungsinya :
1. Feed Gas Compressor adalah suatu peralatan mekanik yang digunakan untuk
menambah energi kepada fluida (gas), sehingga dapat mengalirkan dan
menaikkan tekanan gas sesuai yang diinginkan dari tekanan rendah menjadi
tekanan yang lebih tinggi dengan melalui tiga step/tingkat Compressor.
2. Cooler adalah untuk mendinginkan fluida Gas/Liquid keluar dari Feed Gas
Compressor. Mendinginkan air untuk pendingin Engine.
3. Inlet Separator adalah untuk memisahkan tiga fase yaitu Air, Condensate, dan
Gas.
4. Scrubber adalah untuk menghindari terikutnya cairan dan partikel kealiran Gas.
5. De-Ethanizer Tower adalah suatu kolom distilasi untuk mengangkat fraksi
ringan C2 dari bottom Tower, agar C2 yang terikut ke Tower De-Ethanizer dapat
ditekan sekecil mungkin max 0,8% yang terikut pada produk LPG.
6. De-Buthanizer Tower adalah suatu kolom distilasi untuk mengangkat produk
bottom yaitu C3, C4 minimal 97% dan sebagian kecil penthana (C5) max 0,2%.
7. Reboiler adalah untuk menguapkan liquid yang terdapat dibagian bawah
(bottom) kolom distilasi sehingga fraksi ringannya dapat teruapkan kembali
dengan media pemanasnya adalah hot oil.
8. Hot Oil System adalah untuk memanaskan gas dalam proses, media yang
digunakan adalah oli yang dipanaskan melalui suatu heater dengan bahan bakar
Gas sebagai media pemanasnya yang kemudian dialirkan ketahap proses yang
membutuhkan.
9. Heat Exchanger adalah suatu alat penukar energi panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke
fluida lainnya. Proses perpindahan panas ini bisa terjadi dari fase cair ke fase
cair atau fase uap ke fase uap.
10. Chiller adalah berfungsi untuk mendinginkan fluida hingga mencapai
temperatur yang cukup rendah sampai dengan -35oF, media pendingin yang
digunakan adalah LPG Propan.
11. Trim Cooler adalah suatu alat yang berfungsi untuk menangkap kembali fraksi
berat C3, C4 yang berikut ke Gas Ethane (C2).
12. Overhead Condensor adalah untuk memindahkan panas laten fluida, yang
berbentuk uap kepada pendingin sehingga terjadi perubahan fase uap menjadi
fase cair. Media yang digunakan sebagai pendingin adalah udara. Ini digunakan
untuk mendinginkan produk LPG.
4. Prosedur Keselamatan Kerja Pabrik Mini LPG Plant
a. Tujuan
Untuk memastikan bahwa pabrik mini LPG PT. Maruta Bumi Prima dapat
mencapai hasil terbaik dan menjadi contoh bagi industri-industri sejenis
lainnya dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dari karyawan,
kontraktor, masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang menerima dampak
yang diakibatkan dari operasi pabrik.
b. Ruang Lingkup
Prosedur keselamatan kerja ini berlaku secara mengikat bagi setiap orang yang
terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan operasi disekitar pabrik.
c. Prosedur
1. Kebijaksanaan
Adalah suatau kebijaksanaan manajemen dari PT. MBP untuk melaksanakan
seluruh aktifitasnya sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan
dari aspek kesehatan dan keselamatan karyawan dan kepada orang lain serta
memberikan perhatian penuh pada kelestarian lingkungan.
Dalam melaksanakan kebijaksanaan ini perusahaan tidak hanya mengikuti
semua peraturan yang telah ditetapkan oleh badan pemerintahan setempat tapi
juga melakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam mengambil tindakan
yang dianggap perlu guna meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan,
keselamatan dan lingkungan dari seluruh kegiatan/aktifitas yang ditimbulkan
dari parbrik.
2. Prinsip-Prinsip Dasar
a. Objektif Perusahaan Mengutamakan Safety.
Safety ditempatkan sejajar dengan fungsi-fungsi lain dalam organisasi
dalam mencapai sasaran yang akan dicapai seperti halnya biaya,
produktifitas dan kualitas.
b. Prinsip Dasar Safety Didukung Oleh Seluruh Organisasi Perusahaan
Filosofi dasar safety MBP dilaksanakan oleh seluruh tingkat dalam
organisasi dari yang terendah sampai manajemen tingkat atas. Pelaksanaan
ini dicerminkan atas dasar bahwa “SELURUH KECELAKAAN DAPAT
DIHINDARI DAN HARUS DICEGAH”. Oleh karena itu seluruh fasilitas
dirancang dan dijaga agar dapat memenuhi ketentuan safety secara umum.
c. Safety Adalah Tanggung Jawab Manajemen Lini
Di perusahaan, manajer dan supervisor bertanggung jawab langsung
terhadap safety terutama dibagian yang menjadi tanggung jawabnya.
Seluruh anggota lini organisasi harus menguasai dalam mengukur dalam
performance dan mengadakan tindak lanjut yang mempengaruhi secara
langsung hasil untuk kerjanya.
d. Setiap Orang Memainkan Peran Dalam Safety
Seluruh karyawan memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama
untuk bertindak melakukan segala upaya dalam usaha untuk pencegahan
kecelakaan terhadap dirinya, juga orang lain serta potensi kerugiaan bagi
perusahaan.
3. Filosofi Safety MBP
Kecelakaan harus selalu dihindari.
Suatu kejadian kecelakaan akan mengakibatkan penderitaan baik fisik maupun
mental dari karyawan dan keluarganya. Disamping itu akan mengakibatkan
timbulnya biaya tambahan yang tidak perlu dan mengakibatkan penurunan
efisiensi secara umum.
Untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi maka pengetahuan dasar
minimum dalam bekerja secara baik & benar serta memenuhi standar
keselamatan, maka training dasar (basic training) harus diberikan kepada setiap
orang yang akan bekerja di PT. MBP baik secara penuh waktu maupun tetap.
Tanggung jawab pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh ketentuan diatas
dibawah LK3 yang ditunjuk sebagai wakil pimpinan pabrik, namun dalam
pelaksanaan hariannya setiap pimpinan kelompok (Supervisor) membimbing
secara langsung setiap orang didalam regunya.
4. Team Emergency
PT. MBP menganut sistem bahwa seluruh karyawan pekerja pabrik secara
otomatis menjadi team pengendali keadaan darurat dibawah komando
Supervisor Produksi yang bertugas. Untuk kemudian secara koordinatif dengan
pimpinan pabrik.
Jika menyangkut keadaan emergensi yang sifatnya dapat meluas dan
menyebarkan dampak langsung terhadap masyarakat sekitar, maka koordinasi
khusus harus diadakan dengan pihak berwenang lain (Pejabat daerah,
Pertamina, dll) dan akan ditentukan secara terpisah dalam aturan-aturan
“Pengendalian Keadaan Darurat Pabrik”.
5. Masuk Daerah Terbatas
Dilarang masuk ke daerah terbatas (Process Area, Utulity Area,
Storage Area, Laboratorium dan Ruang Komputer) kecuali ada urusan
pekerjaan disana dan memperoleh ijin yang berlaku.
Jangan memulai pekerjaan perbaikan pada suatu peralatan tanpa ijin kerja yang
berlaku. Bila masuk kedalam daerah terbatas jangan menjalankan,
menghentikan, menyetel atau merusak peralatan yang bukan dalam wewenang
anda.
Tanda-tanda bahaya, peringatan, perhatian, jalan tertutup, dan tanda dilarang
mendekat harus disediakan untuk menjaga keselamatan karyawan dan
lingkungan kilang. Mereka harus memperhatikan dan tidak akan mencabut
tanpa ijin yang berwenang.
6. Izin Kerja
Suatu ijin kerja yang sah terutama diperlukan untuk konstruksi
khusus, perawatan, pemeriksaan atau pekerjaan perbaikan di daerah berbahaya.
Ijin tersebut dapat merupakan catatan dari tahapan yang telah dilaksanakan
untuk meyakinkan kondisi kerja yang aman di daerah yang berbahaya. Pada
daerah-daerah terlarang fasilitas kilang diperlukan wewenang untuk memasuki
dan melakukan pekerjaan. Ijin kerja akan dikeluarkan hanya oleh pemberi ijin
kerja yang berhak saja (Supervisor, Manajer).
Pemberi ijin kerja dan penerima ijin kerja harus memiliki kartu tanda
pemberi/pemeriksa ijin kerja yang sah.
5. Alat Keselamatan Kerja Perorangan
PT. Maruta Bumi Prima telah membuat peraturan yang menegaskan tentang
penggunaan alat keselamatan kerja perorangan guna memasuki kilang.
Seluruh karyawan maupun tamu yang memasuki daerah operasi pabrik harus
memenuhi persyaratan minimum keselamatan bagi perorangan, antara lain :
a. Topi Keselamatan
Topi keselamatan harus digunakan oleh setiap orang yang masuk atau bekerja
didaerah proses train, utilitis, storage dan loading daerah kontruksi atau ditempat
yang telah ditentukan harus memakai topi keselamatan.
b. Pelindung Mata
Alat pelindung mata hanya diwajibkan penggunaannya apabila yang
bersangkutan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya dapat secara langsung
membahayakan muka, misalnya loading chemical kedalam tangki secara manual atau
pekerjaan pelepasan sambungan perpipaan memungkinkan adanya sisa bahan kimia
dan pekerjaan pengelasan atau gerinda. Pelindung muka secara penuh harus
digunakan bila seseorang pekerja kemungkinan dapat menghirup gas terpercik cairan
yang berbahaya.
c. Pelindung Pendengaran
Pelindung pendengaran harus digunakan didaerah dimana ada terpasang
tanda peringatan harus menggunakan alat pelindung telinga, terutama diseluruh area
lokasi kompressor pada saat beroperasi.
d. Pelindung Pernafasan
Perusahaan telah menyediakan pelindung guna mencegah bahaya terhadap
kontaminasi yang terjadi di udara akibat dari adanya bocornya bahan kimia yang
mempunyai daya rusak terhadap sistem pernafasan atau bahaya asap akibat
kebakaran.
Pada karyawan dan kontraktor yang menggunakan alat-alat pelindung pernafasan
harus sudah mendapatkan pelatihan dan dinyatakan cakap untuk menggunakan alat
pelindung pernafasan.
e. Pelindung Tangan
Banyak pekerjaan yang dapat dilaksanakan tanpa sentuhan langsung terhadap
permukaan benda yang kasar, tajam, dingin atau panas. Tetapi bila pekerjaan itu
sedang berlangsung kemungkinan dapat mengakibatkan terkena benda yang
berbahaya itu maka sarung tangan harus digunakan.
Sarung tangan tidak boleh digunakan untuk memegang benda-benda yang
berputar.
Sarung tangan yang dilengkapi dengan bahan logam tidak boleh digunakan untuk
memegang atau menangani peralatan yang bermuatan listrik.
Sarung tangan karet atau neoprene harus digunakan bila menangani bahan-bahan
kimia asam ataupun soda.
f. Sepatu Keselamatan Kerja
Setiap orang yang bekerja di dalam atau sekitar process Train, Utilities,
Storage & Loading atau daerah kontruksi, harus menggunakan sepatu kelamatan
kerja. Sandal, sepatu tenis, sepatu dengan alas rata, sepatu lunak bagian atasnya,
sepatu sport kulit, atau sepatu kanvas tidak diijinkan dipakai di dalam disekitar
kilang.
g. Pakaian Kerja
Pakaian kerja yang serba guna harus selalu dipakai. Pakaian yang sudah
terkena percikan minyak pelumas, bahan bakar, bahan kimia yang bersifat asam
harus segera dilepas. Pakaian yang lepas kancingnya atau acak-acakan tidak boleh
dipakai disekitar mesin atau peralatan yang berputar. Celana pendek dan baju tanpa
lengan tidak diperbolehkan.
6. Operasi Kendaraan Bermotor
Kendaraan tidak dibenarkan untuk memasuki daerah operasi pabrik yang
sedang berjalan, kecuali kendaraan angkutan bahan logistik seperti solar dan produk.
Kendaraan lain yang karena harus memasuki area pabrik hanya dapat diperbolehkan
untuk parkir kendaraan pada tempat yang telah disediakan atas izin langsung dari
pimpinan pabrik (plant manager).
7. Alat-Alat Dan Peralatan
a. Semua alat-alat dan peralatan harus dijaga dalam kondisi bekerja dengan baik.
b. Alat-alat dan peralatan yang rusak atau tidak aman yang dijumpai oleh karyawan,
harus segera dilaporkan keatasannya.
c. Setiap pekerjaan harus menggunakan alat-alat yang sesuai.
8. Listrik
a. Perbaikan alat-alat listrik harus dilakukan oleh petugas listrik yang berwenang.
b. Laporkan segera kabel-kabel listrik yang lepas atau peralatan listrik yang tidak
aman kepada pengawas anda. Setiap kawat, kabel listrik dan peralatan listrik
harus diperlakukan seperti masih terdapat aliran listrik.
c. Laporkan segera sekering yang putus, pemutus arus yang bekerja dan setiap
kerusakan peralatan listrik kepada pengawas anda.
d. Jangan melakukan sesuatu yang dapat merusak fungsi pengaman instalasi Listrik
seperti : sekering, pemutus arus kelebihan beban dan alat pelindung lainnya.
e. Dilarang melakukan pekerjaan pada peralatan listrik, sebelum arus listrik
dimatikan, dikunci dan dimatikan dengan menekan tombol “ON” apalagi masih
ada arus listriknya atau tidak.
9. Keselamatan Kerja Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan kilang (bahan kimia,
biasa dan asam) dapat membahayakan mata, kulit dan alat pernafasan.
Para karyawan yang menangani bahan-bahan kimia ini atau yang bekerja
disekitar daerah yang menggunakan bahan kimia dapat terkena bahaya tersebut.
Hanya satu-satunya jalan untuk memastikan perlindungannya adalah menghindari
hubungan langsung dengan bahan-bahan kimia tersebut yang diketahui dapat
membahayakan.
Ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan alat pelindung perorangan.
a. Pertimbangan kebutuhan alat perlindungan perorangan tergantung dari jenis dan
jumlah bahan kimia yang ditangani.
b. Keadaan darurat harus diperhitungkan dalam menangani bahan-bahan kimia
tersebut.
Pekerjaan tidak boleh dilakukan sebelum disediakan air yang berlebihan dan
setiap pekerjaan harus sudah mengenal jalan yang terdekat dengan tempat mandi
dan tempat cuci mata darurat. Jika perlengkapan tersebut tidak tersedia dapat
dipergunakan selang yang dihubungkan dengan sumber air, atau dapat digunakan
ember besar yang sudah terisi air.
c. Bilamana asam atau basa harus dicampur dengan bahan-bahan kimia lainnya atau
dengan air, para karyawan harus berhati-hati terhadap kemungkinan reaksi keras
yang timbul.
d. Jika konsentrasi pekat asam dan basa yang biasanya dicampur dengan air. Prinsip
percampuran yang aman adalah air tidak boleh dituang terlebih dahulu kedalam
bahan-bahan kimia tersebut.
Bahan kimia harus selalu dituang perlahan-lahan kedalam air sambil tetap dijaga
campuran tersebut teraduk dengan baik.
10. Keselamatan Kerja Kantor
Peraturan umum
a. Semua arsip kabinet harus dikancing bersama untuk menghindari dari rubuh.
b. Tutup laci arsip dan laci meja bila tidak digunakan.
c. Hanya satu laci arsip dari sebuah kabinet harus dibuka pada suatu saat.
d. Pada waktu duduk usahakan agar keempat/semua kaki kursi ada dilantai.
e. Jangan menggunakan keranjang sampah untuk asbak atau untuk membuang
pecahan kaca.
f. Jangan membawa pensil atau benda tajam yang ujungnya muncul sedemikian rupa
hinggan membahayakan anda atau orang lain.
g. Janagn menggunakan kursi, kotak-kotak atau alat lain yang bisa bergerak untuk
menjangkau benda-benda ditempat yang tinggi.
h. Jangan menggunakan kabel yang memanjang dan berjumbai.
i. Jangan meletakkan kabel yang dapat mengakibatkan bahaya jatuh karena
tersandung.
j. Tempatkan nomor telepon darurat didekat semua pesawat telepon.
k. Yakinkan/pastikan semua jalan keluar mudah diketahui dan terang.
l. Jalan dan jangan lari didaerah perkantoran.
m. Jangan menghalangi jalan keluar masuk.
n. Perbaharui buletin boards setiap minggu untuk informasi pencegahan kecelakaan
yang baru.
11. Kebersihan Lingkungan Kerja
Kebersihan lingkungan kerja adalah tugas setiap orang setiap waktu. Dengan
maksud menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.
Kebersihan lingkungan kerja yang baik akan menurunkan tingkat kecelakaan dan
mengurangi bahaya-bahaya kebakaran.
12. Prinsip-prinsip dari kebersihan lingkungan kerja yang aman
a. Jangan menyimpan bahan yang berlebih-lebihan pada tempat-tempat kerja,
bersihkan dan buanglah bahan yang tidak berguna secepat mungkin. Letakkan
sisa-sisa kertas, penjepit, guntingan-guntingan dan debu pada tempat sampah,
jangan dilantai.
Sampah atau kotoran berminyak yang tinggal berceceran merupakan suatu bahaya
kebakaran, simpan benda-benda itu pada tempat dari besi yang tertutup.
b. Usahakan lantai kering dan bersih, bersihkan atau tutup dengan pasir secepatnya.
Ambil tindakan untuk menghentikan semua kebocoran dan tumpahan-tumpahan
secara tetap.
c. Jangan menggunakan lorong untuk tempat menyimpan, usahakan tangga-tangga
dan jalan keluar bebas dan bersih.
d. Simpanlah harta pribadi ditempat yang terkunci, tidak pada bangku-bangku kerja,
tepi-tepi jendela atau tergantung pada dinding atau peralatan.
e. Simpanlah peralatan dan persediaan-persediaan secara rapi pada peti-peti dan rak
yang tepat.
f. Jangan meninggalkan alat-alat, bahan-bahan sampah dan sebagainya yang
mungkin orang lain dapat menimbunnya atau pada posisi yang cukup tinggi yang
memungkinkan alat-alat itu jatuh dan terbentur.
g. Jagalah landasan, tangga dan rak bersih dan dalam keadaan baik.
13. Pencegahan Kebakaran
A. Pencegahan kebakaran untuk daerah operasi kilang
1. Usahakan daerah anda bebas dari puing-puing yang berserakan.
2. Jangan melebihkan takaran maksimum yang aman pada sistem dan peralatan
proses.
3. Betulkan setiap kebocoran atau kerusakan pipa yang mengeluarkan cairan atau
gas yang mudah terbakar.
4. Yakinkan bahwa sumbat-sumbat terpasang kencang pada semua katup
pengluaran.
5. Yakini bahwa instruksi yang tertulis pada ijin diikuti oleh pekerja-pekerja
pemeliharaan dan konstruksi.
6. Bersihkan, buang, keringkan dan test pipa-pipa maupun bejana dengan pendeteksi
gas untuk meyakinkan bahwa pipa dan bejana bebas dari gas itu sebelum
pengelasan dan pemotongan.
7. Basahkan/semprot dengan air, daerah-daerah dekat pengelasan dan pemotongan.
SKEMA KOORDINASI KERJA PENANGGULANGAN
KEADAAN DARURAT
SUPERVISORLEADER
OPERATOR IRUMAH POMPA
PETUGAS SECURITY
LEADER OPERATOR II
LOKASI KEBAKARAN
KANTORBYPASS
1
KETERANGAN :
: Komunikasi tindakan secara Internal
: Komunikasi/bantuan dari luar Perusahaan
Gambar 3.2. Skema Koordinasi Kerja Penaggulangan Keadaan Darurat
PELAPORAN KEADAAN DARURAT
PERTAMINA2
1
2
YANG MELIHAT KEJADIAN
MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAH
KOORDINASI DENGAN ANGGOTA SESUAI NO. 1
MELAKUKAN PENANGGULANGAN
MELAPORKAN PADA PIMPINAN (LEADER)
Gambar 3.3. Pelaporan Keadaan Darurat
Tabel 3.2. Koordinator Penanggulangan Keadaan Darurat
No. Fungsi Jumlah Tugas
1. LK3 1 orang Mengkoordinir jika terjadi bahaya kebakaran atau
dalam keadaan emergency.
2. Security 1 orang
Mengadakan komunikasi danmelaporkan kepada
kantor BY Pass.
Meminta kantor untuk meminta bantuan
Pertamina dan mengatakan tempat keadaan
darurat yang terjadi.
No. Telp. : 5222 Fire Safety Pertamina P. Susu
3. Leader 1 orang Membantu dalam penanggulangan keadaan
darurat.
4.Operator
11 orang
Menghidupkan pompa pemadan kebakaran dan
pengoperasiannya.
5. Operator
2
1 orang Mengambil selang di fire box dan
mengeluarkannya dan menyambungkannya ke
YA
EVALUASI DAN LAPORAN
SELESAI PENANGGULANGAN
MEMINTA BANTUAN SEGERA ATAU
KEADAAN DAPAT DI TANGGULANGI YA/TIDAK
hydrant.
6.Leaders
Operator2 orang
Berada didepan memegang nozzle
menanggulangi keadaan darurat.
Security membantu leader dalam
penanggulangan keadaan darurat.
SARANA PEMADAM KEBAKAARAN DAN LAIN-LAIN YANG
DIPERLUKAN DIRUANGAN-RUANGAN/TEMPAT YANG PERLU
PERLINDUNGAN
SARANA PEMADAM KEBAKARAN DI KILANG PALUH TABUHAN TIMUR DAN
KWALA GEBANG (Tabel. 3.3.)
No. Uraian Jenis AparJumlah Yang
Disarankan PERTAMINA
Yang Ada Di
Kilang PT. MBP
1. Ruangan Genset 6 x 12 m Apar CO2, Kap. 10 Lbs 2 Tabung 2 Tabung
2. Reboiler - - -
3. Unit (Skid Tower) 13 x 14 mApar Dry Powder, Kap. 20
Lbs2 Tabung 2 Tabung
4. Tnagki Kondensat ø 5,6 m Foam Liquid 3% 80 Ltr 200 Ltr
5. Rumah Pompa Kondensat 3 x 2 mApar Dry Powder, Kap. 20
Lbs1 Tabung 1 Tabung
6. Rumah Kompressor 10 x 13,5 mApar Dry Powder, Kap. 20
Lbs4 Tabung 4 Tabung
7. Control Room 6 x 7 m Apar CO2, Kap. 5 Lbs 1 Tabung 1 Tabung
8. Laboratorium Apar CO2, Kap. 5 Lbs 1 Tabung 1 Tabung
9. Ruang Operator Apar CO2, Kap. 5 Lbs 1 Tabung 1 Tabung
10. Titik Pengisian/Filling StationApar Dry Powder, Kap. 20
Lbs2 Tabung 2 Tabung
11. Rumah Pompa LPGApar Dry Powder, Kap. 20
Lbs2 Tabung 2 Tabung
12. Oil Saver Apar Foam/Busa 2 Tabung 2 Tabung
SARANA PENDUKUNG POMPA PEMADAM KEBAKARAN (Tabel 3.4.)
No. Uraian Peralatan UkuranJumlah Yang
Disarankan PERTAMINA
Yang Ada Di
Kilang PT. MBP
1. Selang Pemadam KebakaranTek 12 Ksc, ø 2,5”
Tek 12 Ksc, ø 1,5”
8 Roll
8 Roll
8 Roll
8 Roll
2. Nozzle Jenis Jet/Spray Ukuran ø 2,5” 8 Buah 4 Buah
3. Deviding Beaching/Cabang Ukuran ø 2,5” 2 Buah 2 Buah
4. Coupling Jantan/Betina Ukuran ø 2,5”
5. Foam Master Ukuran ø 1,5”
6. Lain-lain
7. Kotak P3K beserta isinya 2 Buah 3 Buah
8. Tandu 1 Buah 1 Buah
C. Pembahasan Hasil PKLI
1. Proses Flow Diagram
Berdasarkan teknologi pemerosesan kilang LPG yang ada, dikembangkan
suatu blok proses diagram LPG seperti dilihat pada gambar (lampiran).
Gas alam atau feed gas yang dikirim ke fasilitas pemerosesan LPG pada
tekanan sekitar 13,8 Psi selanjutnya masuk ke fasilitas penerimaan dan diukur
melalui metering. Gas kemudian dikurangi kandungan airnya hingga mencapai
maksimum lb/mmscfd dengan menggunkan absorsi oleh larutan glycole. Gas
selanjutnya didinginkan melalui proses pendinginan oleh pendingin eksternal
(propane). Gas yang telah didinginkan selanjutnya di pisahkan dalam separator.
Produk atas separator berupa lean gas digunkan untuk mendinginkan gas umpan
sedangkan produk bawah dari separator di umpankan ke kolom de-etanizer dengan
sebelumnya digunakan untuk mendinginkan gas umpan. Produk atas de-etanizer
diumpankan ke kolom de-butanizer. Produk atas kolom de-butanizer berupa produk
LPG dikirim ke tangki LPG sedangkan produk bawah berupa condensate dikirim ke
tangki condensate. Untuk masing-masing proses PFD (terlampir).
2. Aliran Proses Kilang LPG
b. Suction Scrubber
Pada pembahasan ini penulis meninjau kilang mini LPG Plant PT. Maruta
Bumi Prima yang berada di Paluh Tabuhan Timur. Gas dari Pertamina Station
Pengumpul XII (SP-XII) dengan temperatur 76oF tekanan 11 Psi dialirkan melalui
pipa dan masuk ke Suction Scrubber guna untuk membersihkan atau menghindari
terikutnya cairan dan partikel kealiran gas, kemudian gas akan naik ke atas Suction
Scrubber dan cairan berupa air dan condensate pada posisi bawah, kemudian cairan
tersebut akan di alirkan ke tangki condensate (T-703) dan air akan di buang secara
manual melalui drain pembuangan. Gas yang mengalir melalui Line gas dari Suction
Scrubber dialirkan melalui ESDV (Emergency Shut Down Valve) yang berguna
sebagai katup pemberhenti aliran gas apabila terjadi bahaya kebakaran, kemudian
aliran gas melewati metering gas (Teleflow Feed) untuk mengukur aliran gas yang
masuk.
Gambar 3.4. Suction Scrubber
c. Feed Gas Compression (C-101)
Kemudian gas masuk ke Inlet Scrubber V-100 A/B/C pada Compressor Ariel
dengan tiga tingkat kompresi. Pada tingkat pertama feed gas masuk ke Stage 1 (V-
100A) kemudian gas dikompessikan untuk menaikkan tekanan dan temperatur, gas
ditekan sampai pada tekanan 61 Psi dengan temperatur 235oF, kemudian dialirkan ke
Disch. Cooler (A-100A) untuk didinginkan guna menstabilkan saat pemrosesan.
Dan kemudian masuk ke Stage 2 (V-100B), pada tingkat kedua tekanan gas 180 Psi
dengan temperatur 240oF. Tidak menutup kemungkinan masih terdapat
cairan/condensat yang terikut pada gas, pada setiap Suction Scrubber terdapat Liquid
Control Valve (LCV) guna untuk mengatur level cairan agar tidak terikut gas atau
naik ke atas pada saat terjadinya kompresi gas, dimana cairan/condesat tersebut akan
dipisahkan dan dialirkan ke Tangki Condensate (T-703), gas kemudian masuk
kembali ke Disch. Cooler (A-100B) untuk di turunkan temperaturnya.
Gas kemudian masuk ke Stage 3 (V-100C) gas di kompresikan kembali
sampai 295 Psi dengan temperatur 230oF gas kemudian masuk didinginkan kembali
di Disch. Cooler (A-100C) untuk diturunkan temperaturnya hingga mencapai 120oF.
Gambar 3.5. Feed Gas Compessor
d. Low Temperature Separation (V-101)
Gas kemudian masuk ke Inlet Separator (V-106) dengan tekanan 240 Psi dan
suhu 36oC, dimana Inlet Separator terjadi tiga fase yang berguna untuk memisahkan
antara gas dan cairan, yang dipisahkan yaitu gas, condensat dan air, dilihat dari level
jika condensat diperoleh maka akan langsung dialirkan ke Tangki Condensat (T-
703).
Gambar 3.6. Sistem kerja dari Separator
Untuk fase cair mengalir ke De-Ethanizer (T-101) dengan tekanan 220 Psi
sedangkan fase gas mengalir ke Gas/Gas Exchanger (E-101) untuk diturunkan
temperaturnya dan kontak langsung dengan cairan Mono Ethyline Glycole agar
terjadi penyerapan air (H2O) yang terkandung di dalam gas, sedangkan gas dari Low
Temperature Separation (V-101) mengalir ke E-101 sebagai Lean Gas. Yang mana
Lean Gas ini dipakai untuk bahan bakar engine dan sebagian besar di kembalikan ke
Pertamina Pangkalan Susu, kemudian gas dari E-101 dengan tekanan 275 Psi
temperatur 95oF mengalir ke Gas/Liquid Exchanger (E-102) disini juga di injeksikan
larutan Mono Ethyline Glycole dengan konsentrasi 80% untuk menyerap sebagian
kandungan H2O yang terdapat pada gas, selanjutnya gas/liquid dari E-102 mengalir
ke Gas Chiller (E-103), sebelum masuk ke Chiller gas/liquid juga di injeksikan
larutan Mono Ethyline Glycole. Dibagian Shell Tube Chiller disirkulasikan Propane
untuk mendapatkan temperatur yang rendah sekitar – 30oF akan tetapi aktualnya baru
tercapai sekitar – 25oC dengan tekanan 15 Psi. Selanjutnya Gas/Liquid dari Chiller
mengalir ke Low Temperature Separation (V-101) dengan tekanan 235 Psi dan
temperaturnya – 7oC (design temperature – 30oF) yang masing-masing di kontrol
oleh LCV (Liquid Control Valve).
Di V-101 ini memisahkan fase cair dan gas, untuk fase cair mengalir ke De-
Etanizer (T-101) sedangkan gas sebagai Lean Gas dikembalikan ke Pertamina
Pangkalan Susu, kemudian larutan Glycole dengan konstentrasi yang sudah relatif
rendah mengalir ke Glycole Reconcentrator (E-106) yang berfungsi untuk
menguapkan kandungan air sehingga konsentrasi larutan Glycole tetap terjaga 80%
dengan temperatur 120oC yang alirannya juga dilewati oleh Hot Oil System
kemudian gas masuk ke Glycole/HC Flash Separator V-102 dengan tekanan 50 Psi
untuk dipisahkan antara gas dengan larutan Glycole untuk gas yang terpisah
dimanfaatkan untuk Dry Fuel adapun sisa gas berlebih akan di buang ke Flare, dan
kemudian larutan Glycole mengalir ke Glycole Reboiler H-101 dan E-106 untuk di
injeksikan kembali ke E-101, E-102, dan E-103.
Gambar 3.7. Low Temperature Separation
e. Product Recovery
Fase cair dari V-106 dialirkan ke De-Ethanizer Tower (T-101) dengan adanya
pemanasan dari Re-Boiler (E-104) dengan temperatur 97oC yang dialiri oleh sirkulasi
Hot Oil System maka di Tower De-Ethanizer (T-101) terjadi pemisahan fraksi ringan
dan berat. Terjadi pemanasan dari Hot Oil sehingga C1 dan C2 terangkat, C1 akan
hilang di Trim Cooler (E-107) sedangkan C2 yaitu fraksi ringan dikembalikan ke
Suction Compressor Stage 3 melalui Trim Cooler (E-107) dengan temperatur – 7oC
sedangkan fraksi berat C3, C4 dan C5 mengalir ke Tower De-Buthanizer (T-102).
Dengan adanya pemanasan dari Re-Boiler dengan setting temperatur ±147oC maka
terjadi pemisahan fraksi berat dan ringan, yang mana fraksi ringan sebagai LPG C3
dan C4 terangkat keluar dari top tower De-Buthanizer (T-102) didinginkan di De-
Buthanizer Overheads Condenser (A-102) kemudian masuk ke Reflux Accumulator
(V-103) sebagai penampung gas sementara yang dikontrol oleh LCV guna mencegah
agar tidak adanya condensat yang terikut ke penyimpanan LGP Storage Tank (T-
704). Kemudian aliran Gas LPG di beri zat Pembau yaitu Mercapthan, kemudian
dengan bantuan Reflux Pump (P-101) LPG masuk ke LPG Storage Tank (T-704),
sedangkan fraksi berat yang berupa cairan Condensate dari produk bottom De-
Buthanizer (T-102) akan didinginkan ke Product Cooler A-103 kemudian masuk ke
Storage Tank Condensate (T-703). Kedua produk tersebut kemudian siap untuk
Loading Truck untuk dikirim ke Depot Tandem untuk LPG dan ke Slop Bak
Pertamina Pangkalan Susu untuk Product Condensatnya.
Gambar 3.8. Tower De-Ethanizer dan De-Buthanizer
f. Sistem Pendinginan dan Pencairan (Refrigerantion and Liquefaction Section)
Fungsi dari unit ini adalah untuk mencairkan dan menurunkan tekanan gas
umpan. Sistem pendinginan pada unit dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. pendinginan pertama menggunakan propana refrigerant, dimana propana juga
digunakan untuk mendinginkan MCR (Multi Component Refrigerant) sebagai
bahan pendingin selanjutnya.
2. pendinginan kedua dengan menggunakan MCR, di mana gas alam didinginkan
hingga mencapai temperatur –1580C dan sehingga terjadi perubahan fasa dari gas
menjadi cair.
1. Propan Refrigerant
Unit main propan refrigerant mensuplai refrigerant (coolant) ke aliran gas
umpan. Unit ini mensuplai coolant ke rangkaian MCR.
Uap propana didinginkan di dalam rangkaian dari propan desuperheaters. Uap
kemudian dikondensasikan di dalam propane condenser, setelah itu dialirkan kembali
ke suction drum untuk masing-masing tingkat sebagai pengontrol anti surge. Propana
yang terkondensasi dari kondenser selanjutnya memasuki dasar dari propane
accumulator. Sebuah scrubber dan sebuah condenser dipasang pada puncak
akumulator. Condenser didinginkan oleh propana cair dari cairan di dasar
accumulator. Fungsi dari bagian puncak adalah untuk membuang gas-gas yang tidak
dapat dikondensasikan ke udara dan etana dari refrigerant sistem.
Tiga aliran propana cair diambil dari aliran utama, satu ke shell side dryer
reactivation chiller, yang kedua ke shell side molecular sieve precooler, sedangkan
yang ketiga ke shell side high pressure propane exchanger untuk mendinginkan
MCR. Uap-uap dari ketiga exchanger semua dikembalikan ke high pressure suction
drum. Aliran propana cair yang berasal dari high pressure suction drum disuplai ke
shell pada medium pressure propane exchanger, proses ini dapat berfungsi untuk
mendinginkan MCR yang menuju ke MCR separator. Uap dari exchanger ini
kembali ke medium pressure suction drum dengan level terkontrol.
Main exchanger dibagi atas dua bagian yaitu bundle yang hangat pada dasar
dan bundle yang dingin pada puncak. Gas yang memasuki exchanger berada pada
temperatur -300C dan tekanan 45 kg/cm2, sedangkan gas yang meninggalkan
exchanger memiliki temperatur sekitar -1460C dan tekanan 36,6 kg/cm2. Pada kondisi
seperti ini sudah disebut sebagai LNG.
Tekanan LNG ketika meninggalkan exchanger diturunkan dari 36,6 kg/cm2
sampai 0,25 kg/cm2, sehingga temperatur gas pada kondisi ini turun hingga mencapai
-1580C pada saat memasuki product drum. LNG dipompakan ke sistem penyimpanan
LNG dengan level terkontrol, gas yang menyembur dari puncak drum diuapkan lebih
lanjut didalam feed/reject gas exchanger. Penguapan ini dilakukan oleh 5% gas
umpan dari cabang scrub tower separator, sehingga gas ini mengalir ke suction fuel
gas compressor.
2. Multi Component Refrigerant (MCR)
Pendinginan dan pencairan gas alam dilakukan dengan menggunakan MCR.
MCR merupakan suatu campuran dari nitrogen, metana, etana, dan propana
(mengandung sedikit butana). MCR dibuat dengan persentase terpilih dari keempat
komponen. Refrigerant yang terkombinasi memasuki first stage suction drum setelah
itu baru menuju ke first stage MCR compressor. Aliran discharge didinginkan
didalam sebuah sea water cooler. MCR kemudian memasuki second stage MCR
compressor, dimana aliran discharge tadi didinginkan didalam sea weter cooler.
Aliran MCR kemudian diarahkan melalui tube side dari tiga propan exchanger.
Temperatur MCR diturunkan secara bertahap melalui ketiga exchanger yang
mempunyai kisaran temperatur dan tekanan yang berbeda. MCR yang telah
didinginkan selanjutnya memasuki hight pressure MCR separator. Didalam
separator, MCR dipisahkan menjadi dua arus aliran. MCR liquid mengalir keluar dari
dasar dan MCR uap mengalir dari puncak separator. Komponen etana dan propana
yang relatif lebih berat dikenal sebagai heavy MCR sedangkan uap yang
mengandung komponen nitrogen dan metana yang relatif lebih ringan dikenal
sebagai light MCR.
Kedua aliran MCR diarahkan ke dasar main exchanger. Ketiga aliran
memasuki exchanger dalam tube section terpisah. Aliran yang masuk dipecah
melalui tube kecil yang banyak. Tubes dikemas dengan rapat menjadi satu dalam
koil-koil helikal, kesemuanya digulung sekeliling satu sama lain. Cairan dan uap
yang lebih dingin memasuki exchanger kembali ke dalam sebuah vapor separator
pada shell side. MCR berat lewat ke atas hanya melalui bundle yang bawah, aliran
kemudian meninggalkan exchanger dan dilewatkan melalui kerangan pengontrol.
Kerangan pengontrol ini dikenal dengan kerangan joule thomson. Dasar prinsip
kerangan yaitu sebagian dari cairan menguap, cairan yang tersisa menjadi jauh lebih
dingin. Cairan dingin kembali meninggalkan exchanger dari internal separator
melalui sebuah kerangan pengontrol lalu didistribusikan secara merata melalui
sebuah distributor tipe spray, dimana cairan tersebut akan mendinginkan cairan atau
uap yang mengalir dalam tubes dan cairan itu sendiri akan menjadi uap.
MCR ringan, setelah didinginkan dan dikondensasikan ketika melalui bundle
bawah dan selanjutnya menuju budle puncak. MCR menjadi campuran uap lagi pada
shell side dalam exchanger, uap-uap yang terkombinasi ini meninggalkan
exchanger untuk kembali ke suction drum dari pada first stage compressor.
g. Refrigeration System
Sistem pendinginan menggunakan proses refrigeration ini berdasarkan pada
prinsip pertukaran panas antara fluida yang di dinginkan (gas bumi) dengan
pendinginan luar (refrigeration) melalui siklus refrigerasi. Pemilihan refrigerant pada
umumnya didasarkan pada temperatur yang diperlukan, ketersediaan, keekonomian,
dan pengalaman-pengalaman proses sebelumnya. Propane adalah fluida pendingin
yang umum digunakan dalam recovery hidrokarbon berat dari gas bumi. Recovery
hidrokarbon berat akan lebih tinggi bila disertai dengan proses ekspansi gas bumi
yang telah didinginkan, meskipun prosesnya cukup kompleks tetapi fleksibel
terhadap perubahan-perubahan kondisi gas umpan. Proses ini banyak diaplikasikan
pada kilang-kilang mini LPG.
Propane yang berasal dari Trim Coller (E-107) dan Chiller (E-103) akan
masuk ke Suction Scrubber (V-108) dengan temperatur 28oC tekanan 40 Psi, Propane
dipanaskan agar tidak terjadi pencairan karena Propane diusahakan berbentuk uap,
Propane kemudian dikompressikan dan disirkulasikan dengan tekanan ± 220 Psi oleh
Refrigerant Compressor (C-102) dengan mesin Caterpillar dan compressor jenis
Screw ( Mycom ), kemudian masuk ke Oil Separator (V-107) dengan sirkulasi aliran
Lube Oil dari Lube Oil Tank (T-701) yang di pompa oleh Lube Oil Make-Up Pump
(P-104). Propane yang berbentuk uap akan didinginkan oleh Propane Condensor (A-
101) dalam keadaan cair kemudian masuk ke Propane Accumulator (V-109) dengan
temperatur 39oC tekanan 111 Psi kemudian masuk ke Propane Dryer (M-101) untuk
menyaring propane lalu masuk ke Propane Economizer (V-111) dan akan di
sirkulasikan lagi ke Chiller (E-103) dan Trim Coller (E-107) dalam bentuk liuqid
(cairan).
Gambar 3.9. Propane Accumulator dan Tabung Cadangan Propane
3. Proses Sistem Kerja Compressor Pada LPG Plant
Proses sistem kerja compressor pada LPG Plant PT. Maruta Bumi Prima
adalah Compressor digunakan untuk menaikkan tekanan dari tekanan rendah ke
tekanan tinggi. Di PT Maruta Bumi Prima Compressor yang digunakan adalah merk
Ariel dan engine merknya adalah Waukesha. Compressor Ariel ini mempunyai tiga
tahap pemrosesan tekanan, Stage 1, Stage 2, Stage 3. Pada tahap pertama gas yang
masuk dari Pertamina ke Scrubber Compressor Stage 1. Di Scrubber ini gas tersebut
dibersihkan dan dipisahkan dari unsur-unsur yang tidak terpakai seperti contohnya
air dan kotoran lainnya. Gas yang telah dipisahkan kemudian di alirkan ke botol
Suction lalu kemudian baru di compres. Pada tahap Stage 1 ini Compressor
mempunyai Double Compressor agar pengcompressan di harapkan lebih cepat
(banyak). Setelah di compres gas tersebut dialirkan ke botol suction untuk kemudian
gas tersebut akan didinginkan di coller. Setelah didinginkan gas tersebut mengalir ke
Scrubber Stage 2, di scrubber ini gas yang masuk dari Stage 1 untuk dibersihkan.
Gas yang telah di bersihkan mengalir ke botol Suction Stage 2. Dan akan di compres
kembali seperti di Stage 1, gas yang telah di compres akan dialirkan ke Coller Stage
2 dan akan didinginkan. Gas yang telah didinginkan akan dialirkan ke Scrubber
Stage 3, di Scrubber ini gas tersebut akan dibersihkan kembali seperti di Stage 1,
Stage 2 gas yang telah di bersihkan akan dilairkan kembali ke botol suction, di botol
suction ini gas tersebut kembali di compres seperti di Stage 1, Stage 2. Gas yang
telah di compres akan dialirkan ke coller, di coller ini akan didinginkan kembali, gas
yang telah didinginkan lalu akan dialirkan ke pemrosesan.
3. SOP (Standard Operating Procedure) Pengiriman Product
a. Loading LPG
1. Periksa komposisi produk LPG setiap hari (dilakukan oleh Sucofindo).
2. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan loading/unloading LPG, harus
mengikuti prosedur HSE terlampir.
3. Lakukan penimbangan berat truck kosong (dilakukan oleh PT. Maruta Bumi
Prima, witness PT. Pertamina EP Field Pangakalan Susu).
4. Loading LPG dari storage tank ke truck LPG (dilakukan oleh PT. Maruta
Bumi Prima, witness PT. Pertamina EP Field Pangakalan Susu) hubungkan
Bonding cable ke filling seat.
5. Timbang berat truck dalam keadaan berisi LPG (dilakukan oleh PT. Maruta
Bumi Prima, witness PT. Pertamina EP Field Pangakalan Susu).
6. Lakukan pemasangan segel di tangki truck (dilakukan oleh PT. Maruta Bumi
Prima, witness PT. Pertamina EP Field Pangakalan Susu).
7. Depot LPG Upms Tandem lakukan penimbangan berat truck berisi LPG
sebelum unloading (dilakukan oleh petugas timbang depot LPG Upms
Tandem, Witness PT. Maruta Bumi Prima dan PT. Pertamina EP Field
Pangkalan Susu).
8. Lakukan unloading LPG dari truck Pengangkutan ke Storage Tank Tandem,
hubungkan Bonding cable ke filling seat.
9. Depot Upms Tandem lakukan penimbangan berat truck kosong (setelah
unloading) (dilakukan oleh petugas timbang depot LPG Upms Tandem,
Witness PT. Maruta Bumiprima dan PT. Pertamina EP Field Pangkalan
Susu).
10. Hasil timbangan dicatat pada form yang telah disediakan. Lakukan juga
pengisian form Surat Penyerahan Produk Kilang Mini LPG (diketahui oleh
petugas PT. Pertamina Gas) (dilakukan oleh petugas timbang depot LPG
Upms Tandem, Witness PT. Maruta Bumi Prima dan PT. Pertamina EP Field
Pangkalan Susu).
11. Setiap akhir minggu dilakukan pencocokan data pengiriman dan penerimaan
hasil LPG (dilakukan oleh PT. Maruta Bumi Prima, Depot LPG Upms
Tandem, witness : PT. Pertamina Gas, PT. Pertamina EP Field Pangkalan
Susu).
12. Hasil timbangan LPG yang akurat/nyata (setelah dilakukan pencocokan data
pengiriman dan penerimaan) akan dipakai sebagai dasar Berita Acara
Penyerahan LPG (Billing) yang akan dijadikan sebagai invoice (dilakukan
oleh PT. Maruta Bumi Prima, PT. Pertamina Gas).
b. Pengiriman Condensate
1. Periksa komposisi Condensat setiap bulan sekali oleh Sucofindo.
2. Periksa truck tangki dalam kondisi kosong, hubungkan grounding/bonding
cable ke mobil/truck.
3. Catat awal counter/reset ke posisi nol pada saat awal loading.
4. Periksa level awal Storage Tank Condensate dan catat level awal.
5. Persiapkan form SPPKM.
6. Loading Condensate dari storage tank ke truck Condensate (dilakukan oleh
PT. Maruta Bumi Prima witness PT. Pertamina EP Area Pangkalan Susu).
7. Lakukan pengukuran level pada truck, level minyak dan level air di tulis pada
SKPPM (dilakukan oleh PT. Maruta Bumi Prima witness PT. Pertamina EP
Area Pangkalan Susu).
8. Lakukan pemasangan segel di tangki truck (dilakukan oleh security PT.
Maruta Bumi Prima witness PT. Pertamina EP Area Pangkalan Susu).
9. Lakukan unloading Condensate dari truck pengangkatan ke slop bak, terlebih
dahulu ukur tinggi minyak dan tinggi air (dilakukan oleh petugas slop bak
disaksikan oleh supir PT. Maruta Bumi Prima).
10. Pertamina menerbitkan laporan penerimaan jumlah Condensate, setiap
minggu dilaporkan ke PT. Maruta Bumi Prima melalui Fax.
11. Yang digunakan sebagai dasar berita acara penyerahan Condensate (Billing)
dan akan dijadikan sebagai invoice (dilakukan oleh PT. Pertamina).
12. Lakukan pencocokan data pengiriman dan penerimaan hasil Condensate
dilakukan oleh PT. Maruta dan PT. Pertamina.
13. Buat berita acara penerimaan Condensate setelah dikurangi losses yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dan di tandatangani oleh PT. Maruta Bumi
Prima dan PT. Pertamina.
Gambar 3.10. Proses Loading LPG dan Condensate
D. Refleksi Mahasiswa/Praktikan
Penulis dan rekan mahasiswa lainnya adalah Mahasiswa Universitas Negeri
Medan (UNIMED) pertama yang melaksanakan praktek industri di PT. Maruta Bumi
Prima. Walaupun baru pertama tetapi hubungan penulis dan rekan dengan para
karyawan sangat dekat. Sehingga saya dan rekan sangat antusias berdiskusi seputar
pekerjaan pemrosesan LPG.
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri yang penulis lakukan di
PT. Maruta Bumi Prima secara garis besar tidak ada perbedaan aliran proses
produksi LPG dalam teoritk dengan proses di lapangan, hanya penggunaan alat
pendeteksi lab automatik dan manual saja yang membedakannya. Dengan adanya
pengalaman langsung dalam mengikuti proses produksi LPG serta dibimbing oleh
para karyawan PT. Maruta Bumi Prima yang ramah, penulis dan rekan mahasiswa
dapat memahami proses produksi LPG dan perbedaan alat automatik dan manual.
PT. Maruta Bumi Prima dapat menjadi mitra lembaga pendidikan seperti
SMK dan Universitas dalam hal praktek industri. Keadaan ini didukung dengan gaya
kepemimpinan Bapak H. Budiyanto, ST selaku Operation Manager dan pemimpin
perusahaan sangat menerima siswa dan mahasiswa untuk magang di perusahaanya.
Ditambah dengan sikap karyawan yang terbuka dalam diskusi untuk proses produksi.