Laporan Perpindahan Panas Utama

download Laporan Perpindahan Panas Utama

of 18

description

f

Transcript of Laporan Perpindahan Panas Utama

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, Manfaat Percobaan, (5) Waktu dan Tempat Percobaan.

1.1 Latar Belakang

Sejak dahulu kala, manusia telah melakukan pengawetan pangan. Pengeringan, pengasinan dan fermentasi biasanya mereka lakukan bila makanan berlebih dan digunakan pada saat makanan segar tidak ada. Sejak jaman purbakala, manusia telah memanfaatkan panasnya api untuk memasak bahan pangan. Walaupun pengawetan dan penemuan panas ini telah lama, namun pemanfaatan panas untuk mengawetkan bahan pangan sesungguhnya baru dimulai pada tahun 1810. Pada waktu itu, Nicholas Appert dari Perancis memenangkan hadiah atas keberhasilannya mengawetkan bahan pangan dalam botol dan wadah dengan menggunakan proses pemanasan untuk pertama kalinya.

Pada waktu Nicholas Appert menemukan temuannya, penyebab kerusakan bahan pangan belum diketahui. Para ilmuwan terbesar yang diminta untuk mengevaluasi penemuan Appert menyimpulkan bahwa proses temuan Appert berhasil karena ruang udara yang misterius dan gaib yang terdapat bersanma-sama dengan makanan di dalam kemasan yang tertutup dapat mencegah pembusukan. Walaupun kesimpulan ini tidak tepat, namun proses pengalengan tersebut sudah ditemukan dan kemudian dipraktekkan selama 50 tahun hingga saat ini. Meskipun pada waktu itu, penyebabnya masih belum diketahui. Pada waktu itu, Appert mensyaratkan bahwa kemasan bahan pangan harus ditutup dan dipanaskan dengan hati-hati. Baginya, proses kebersihan adalah penting,

Meskipun dia tidak tahu bahwa mikrobalah yang merupakan agensi pembusuk. Proses appert selalu menggunakan istilah kedap (hermetic), yang berarti penutupan rapat sehingga dapat mencegah terjadinya pembusukan dan fermentasi. Bahan pangan yang dipanaskan dalam kemasan yang kedap disebut makanan kaleng. Untuk mempelajari pengolahan menggunakan panas, terlebih dahulu harus mengerti bagaimana panas tersebut dipindahkan kedalam makanan. Pemindahan panas merupakan satu unit operasi yang penting dalam industri pangan, karena hampir setiap proses pengolahan membutuhkan pemindahan panas baik dalam bentuk pemberian maupun pengambilan panas dari bahan untuk merubah sifat fisik, kimia dan karakteristik penyimpanan dari bahan tersebut (Wirakartakusumah, 1992).

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah panas yang dibutuhkan pada proses perpindahan panas.1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan adanya perbedaan suhu dalam suatu bahan, dimana kalor akan mengalir dari bahan yang mempunyai suhu tinggi ke bahan yang mempunyai suhu rendah. 1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui proses-proses yang terjadi didalam proses perpindaan panas, mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses perpindaan panas, dan dapat mengaplikasikan proses perpindaan panas pada bahan pangan.1.5. Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada tanggal 10 Desember 2004 di Laboratorium Mesin dan Perlatan Industri Pangan.

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Perpindahan Panas, dan (2) Blanching, Pasteurisasi, dan Sterilisasi.2.1 Perpindahan Panas

Pemindahan panas merupakan suatu fenomena pemindahan energi. Peningkatan panas akan menyebabkan molekul-molekul bergerak lebih cepat, sehingga dengan diserapnya panas energi kinetika molekul akan meningkat. Bila molekul dengan kecepatan tinggi bertumbukan dengan molekul yang bergerak dengan kecepatan lebih rendah, maka panas akan dipindahkan, sehingga molekul yang cepat kehilangan energi, sedangkan molekul yang lambat memperoleh tambahan energi.

Perubahan energi panas dari bahan dapat diketahui dari perubahan suhunya. Skala suhu yang umum digunakan adalah derajat celcius dan Fahrenheit serta skala-skala absolut derajat Kelvin dan Rankine.

Perpindahan panas merupakan proses berpindahnya kalor atau panas dari bahan yang mempunyai suhu tinggi ke bahan yang mempunyai suhu rendah. Laju perpindahan panas yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah panas dapat diukur dengan satuan kalori, BTU atau joule. Satu kalori adalah jumlah panas yang dibutuhkan oleh 1 gram air untuk menaikkan suhunya 1C. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bahan 1 derajat per satuan massa disebut kapasitas panas (Wirakartakusumah, 1992).

Jika bahan dipanaskan maka suhu bahan berubah. Panas yang masuk dan menyebabkan perubahan suhu disebut panas sensibel, karena perubahan panas dapat dirasakan. Penambahan panas yang tidak menyebabkan perubahan suhu disebut panas laten. Panas sensibel dapat dihitung dari persamaan berikut:

Q = m.Cp.dT

Dimana :

Q = panas sensibel yang dipindahkan (Joule)

m = massa bahan (kg)

Cp= kapasitas panas (Joule/K)

dT = Perubahan suhu (K)

Panas untuk evaporasi dapat dihitung dari persamaan:

Q = m.L

Dimana :

Q = panas laten yang dipindahkan (joule)

m = massa bahan (Kg)

L = panas evaporasi (joule/Kg)

Misalnya dalam proses pemanasan dari suhu ruang menjadi uap, maka jumlah panas yang dipindahkan terdiri dari panas yang diperlukan untuk merubah suhu air dari suhu ruang menjadi suhu didih (100C) menjadi uap pada suhu yang sama. Proses pemanasan dalam pengolahan dan pengawetan pangan dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi aktifitas biologis yang tidak diinginkan, seperti aktifitas enzim dan mikroba. Selama proses tersebut, secara simultan terjadi juga kerusakan zat gizi serta faktor-faktor yang menentukan mutu bahan pangan, seperti warna, cita rasa dan tekstur. Dengan prinsip-prinsip fisika yaitu pindah panas dan diketahuinya sifat bahan pangan dan mikroba, maka dapat ditentukan kondisi optimum dalam hal pemindahan panas dan dapat membuat optimasi dalam memusnahkan mikroba dan mempertahankan zat gizi serta faktor mutu bahan pangan.

Dalam menentukkan pengukuran panas digunakan termometer. Termometer yang dipakai biasanya termometer tahanan (resistance thermometer) kecil atau termokopel yang dimasukkan ke dalam contoh bahan. Sebabnya termometer jenis ini yang dipakai ialah karena kepekaannya dan karena cepat kerjanya. Sebelum sakelar pada rangkaian pemanas disambungkan, suhu yang terbaca harus dicatat dulu. Kalau suhu naik sebelum energi diberikan kepada pemanas, ini menandakan bahwa suhu sekelilingnya lebih tinggi dari suhu contoh bahan.

Bentuk, ukuran, dan konstruksi termometer bergantung pada sifat alami bahan yang diteliti dan pada daerah ukuran suhu yang dikehendaki. Variasi suhu kapasitas panas jenis atau kapasitas panas molar memberikan pendekatan langsung yang paling dekat dan paling banyak untuk memahami energi partikel-partikel zat. Pengukuran kapasitas panas persenyawaan kimia, logam biasa,paduan logam pada suhu rendah.2.2 Blanching, Pasteurisasi, dan SterilisasiBlanching atau blansir adalah perlakuan panas yang lazim dilakukan pada makanan sebelum proses pembekuan, pengeringan ataua pengalengan. Tujuan blansir tergantung proses yang akan dilakukan selanjutnya. Tujuan blansir sebelum proses pengeringan dan pembekuan adalah untuk menginaktifkan enzim. Bila produk tidak dibekukan terlebih dahulu dan langsung dikeringkan, maka produk tersebut akan mengalami perubahan warna, cita rasa dan nilai gizi yang lebih cepat sebagai hasil aktifitas enzim. Dua jenis enzim yang tahan panas biasanya terdapat dalam jaringan tanaman, yaitu periksidase dan katalase. Oleh karena itu adanya aktifitas enzim ini dapat digunakan sebagai cara untuk evaluasi kecukupan proses blansir. Waktu pemanasan yang diperlukan untuk menonaktifkan enzim dalam buah dan sayuran tergantung dari jenis bahan, metode pemanasan, ukuran bahan serta suhu medium pemanasan. Untuk blansir dengan tujuan komersial biasanya dilakukan pada suhu 100C tetapi dengan waktu yang berbeda-beda tergantung jenis bahannya. Sebagai medium pemanasan biasanya digunakan air, tetapi uap atau udara panas pun dapat digunakan. Blansir yang dilakukan sebelum pengalengan bertujuan untuk menghilangkan gas dari jaringan, membersihkan dan melunakkan jaringan sehingga mempermudah pengepakan dalam kaleng, menaikkan suhu sebelum sterilisasi dan untuk menonaktifkan enzim. Blansir dapat dilakukan dengan penggunaan uap panas atau air panas. Blansir dengan uap panas dapat dilakukan dengan cara batch ataupun kontinyu.

Pasteurisasi merupakan pemanasan yang dilakukan pada suhu kurang dari 100C, akan tetapi dengan waktu yang bervariasi dari mulai beberapa detik sampai beberapa menit tergantung dari tingginya suhu tersebut. Makin tinggi suhu pasteurisasi, makin singkat proses pemanasannya. Pasteurisasi merupakan proses untuk menginaktifkan sel-sel vegetatif mikroba patogen, pembentuk toksin maupun sel pembusuk. Tinggi suhu dan lama pemanasan dalam pasteurisasi tergantung pada ketahanan mikroba yang akan dibunuh dan sensitifitas mutu makanan terhadap pemanasan. Tujuan utama pasteurisasi adalah untuk menonaktifkan sel-sel vegetatif mikroba patogen, pem,bentuk toksin maupun pembusuk. Tinggi suhu dan lama pemanasan pada pasteurisasi tergantung pada ketahanan panas mikroba yang akan dibunuh dan sensitifitas makanan terhadap pemanasan. Penggunaan metode HTST (High Temperature Short Time) biasanya menghasilkan produk dengan mutu yang lebih baik dibandingkan metode LTLT (Low Temperature Low Time). Pada pasteurisasi susu kondisi HTST yang digunakan adalah 161F selama 15 detik. Untuk susu khususnya, pasteurisasi ini bertujuan untuk membunuh Coxiella burnetti, yaitu jenis mikroba riketsia yang dapat menyebabkan demam Q. Untuk minuman hasil fermentasi seperti bir dan anggur, pateurisasi digunakan untuk membunuh kapang liar atau kontaminan. Sterilisasi merupakan pemanasan yang bertujuan untuk menginaktifkan spora bakteri. Spora bakteri lebih tahan terhadap panas dibanding sel vegetatifnya. Makanan olahan bahan pangan biasa disterilisasi komersial agar bahan terbebas dari mikroba, namun tekstur bahan pangan tidak rusak. Alat yang diguanakan dalam sterilisasi konvensional bisa bersifat batch maupun kontinyu. Still retort adalah alat yang bersifat batch, baik yang vertikal maupun yang horizontal. Untuk proses sterilisasi kontinyu digunakan tipe retort agitasi atau sterilmatik, hidrostatik dan hidrolik. Sterilisasi, suatu produk dikatakan steril bila tidak ada satupun mikroba dapat tumbuh pada produk tersebut. Spora bakteri lebih tahan terhadap panas dibanding sel vegetatifnya. Oleh karena itu dalam proses sterilisasi, pemanasan terutama ditujukan untuk menonaktifkan spora bakteri. Bagi makanan istilah sterilisasi sebetulnya kurang tepat, sebab dalam proses ini sebetulnya pada makanan masih terdapat bakteri yang tidak patogen yang masih hidup, walaupun semua bakteri patogen terbunuh. Bakteri non patogen ini berada dalam fase dorman, artinya pada kondisi setelah pengolahan panas tidak bereproduksi. Oleh karena itu makanan yang telah dipanaskan disebut telah disterilkan secara komersial.

Kondisi proses thermal yang dibutuhkan untuk menghasilkan sterilisasi komersial tergantung berbagai faktor, antara lain keadaan makanan (misalnya pH), keadaan penyimpanan setelah pemanasan, ketahanan panas dari bakteri atau sporanya, karakteristik pindah panas dari bahan, wadah, dan medium pemanas, serta jumlah awal mikroba dalam makanan itu.

Makanan yang disterilkan biasanya dikemas dalam wadah kedap udara untuk mencegah terjadinya rekontaminasi. Karena kandungan oksigen rendah, maka mikroba yang termasuk obligat aerob tidak dapat tumbuh dengan baik untuk menyebabkan kebusukan atau membahayakan kesehatan. Spora bakteri obligat aerob umumnya tidak tahan terhadap panas dibandingkan spora dari mikroba obligat ataupun fakultatif anaerob. Akan tetapi dalam daging kaleng dimana oksigen masih terdapat dalam jumlah nyata, beberapa jenis mikroba aerob seperti Bacillus subtilis dan Bacillus mycoides masih hidup dan dapat menyebabkan kebusukan (Wirakatakusumah, 1992).

III METODOLOGI PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan..3.1 Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air dan alkohol 70 %.

3.2 Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer, gelas kimia, dan alat destilasi.3.3 Metode Percobaan

Dimasukkan alkohol 70 % dalam labu destilasi, kemudian didihkan dan dicatat temperatur setelah mendidih setiap 5 menit sekali pada masing-masing titik labu kondensor, baik aliran pendingin maupun aliran medium yang digunakan hingga 20 menit pertama.

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan.

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Untuk Alkohol 70%

t (menit)T1 ((C)T2 ((C)T3 ((C)T4 ((C)T5 ((C)T6 ((C)

5

10

15

2084

85

86

8480

80

80

7974,5

74,5

74,5

74,546

45

50

4433

33,5

34,5

3328

28,2

29

29

Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 4, 2004.

Tabel 2. Untuk Air Pendingin

t (menit)T11 ((C)T21 ((C)T31 ((C)T41 ((C)

5

10

15

2028,3

29

29

29,328

29

29

3031

31,5

32,5

3335

36,5

38,5

39

Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 4, 2004.

Tabel 3. Hasil Percobaan

t (menit)Th in ((C)Th out ((C)Tc in ((C)Tc out ((C)q (Kj)

5

10

15

20

Kes77,25

77,25

77,25

76,75

77,1335,67

35,57

37,83

35,33

32,7528,3

29

29

29,3

28,931,33

32,33

33,33

34

32,7513,3

12,6

13,8

11,8

0,093

Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 4, 2004.

4.2 Pembahasan

Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka hal ikhwal aliran panas bersifat universal hal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi, aliran panas tidak dikendalikan oleh sebuah hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika yang tidak saling bergantung.

Ada tiga jenis mekanisme dasar pemindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas yang terjadi secara merambat dari satu molekul kemolekul lainnya, tanpa berpindahnya molekul- molekul benda. Perpindahan panas cara ini terjadi pada benda-benda padat. Banyaknya panas yang berpindah dari daerah yang mempunyai suhu tinggi ke daerah yang mempunyai suhu rendah per satuan luas permukaan. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar. Menurut teori kinetik, suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi kinetik rata-rata molekul-molekul yang membentuk elemen itu. Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan posisis relatif molekul-molekulnya disebut energi dalam. Jadi, semakin cepat molekul-molekul bergerak, semakin tinggi suhu maupun energi dalam elemen zat. Pemindahan panas secara konduksi terjadi bila energi panas dipindahkan dari satu molekul atau atom ke molekul atau atom sebelahnya tanpa merubah posisi molekul tersebut (Wirakartakusumah, 1992).

Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dengan panas dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi penting pada fluida, tetapi didalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dalam konveksi, dan dalam beberapa hal juga dengan radiasi (Geankoplis, 1993). Perpindahan panas konveksi adalah proses perpindahan panas dari daerah yang mempunyai suhu tinggi ke daerah yang mempunyai suhu rendah disertai berpindahnya molekul-molekul bahan yang bergerak karena adanya dorongan. Kecepatan gerakan atau aliran memegang peranan penting, dan cara ini terjadi pada fluida cair maupun gas. Pemindahan panas secara konveksi terjadi sebagai hasil dari gerakan fluida secara bulk. Pemindahan panas konduksi juga terjadi secara simultan, tetapi umumnya tidak nyata dibandingkan pindah panas secara konveksi, yaitu secara alami dan secara paksaan (forded). Dalam konveksi alami, gerakan fluida terjadi karena adanya perbedaan densitas yang terjadi selama pemanasan. Dalam konveksi secara paksaan, aliran terjadi karena adanya pengadukan, pompa atau blower untuk menggerakan fluida. Dalam pemindahan panas secara konveksi, setiap molekul bebas bergerak sehingga terjadi pencampuran antara bagian yang panas dan bagian yang dingin dari bahan yang sama. Oleh karena itu konveksi terjadi pada bahan yang bersifat fluida

(cair atau gas).

Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya diatas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dalam partikel-partikel fluida ini.. Kemudian partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah suhu yang lebih rendah dalam fluida dimana mereka akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya ke partikel fluida.

Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (Free Convection) dan konveksi paksa (Forced Convection) menurut cara menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, nmaka kita berbicara tentang konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebut konveksi paksa.

Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian besarnya pada gerakan mencampur fluida. Akibatnya studi perpindahan panas konveksi didasarkan pada pengetahuan tentang ciri-ciri aliran fluida.. Aliran panas dalam suatu sistem adalah transien (transient juga dikenal dengan istilah fana), atau takstedi bila suhu diberbagai titik dari sistem tersebut berubah dengan waktu.

Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah didalam ruang, umumnya dipergunakan untuk segala jenis gelombang elektromagnetik, tetapi di dalam ilmu perpindahan panas kita hanya perlu memperhatikan hal lain yang diakibatkan oleh suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang. Energi yang dapat berpindah dengan cara ini diistilahkan panas radiasi.

Panas radiasi dipancarkan oleh suatu benda dalam bentuk (batch) atau kumpulan energi yang terbatas. Gerakan panas radiasi dalam ruang mirip perambatan cahaya dan dapat diuraikan dengan teori gelombang. Bila mana gelombang radiasi menjumpai benda yang lain, maka energinya diserap didekat permukaan benda tersebut. Perpindahan panas dengan cara radiasi menjadi semakin penting dengna meningkatnya suhu suatu benda. Dalam soal-soal teknik yang mendekati suhu atmosfer, pemanasan dengna cara radiasi seringkali dapat diabaikan. Energi dapat dipindahkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu bahan dan diserap oleh bahan lainnya. Gelombang elektromagnetik bergerak dengan kecepatan sama dengan kecepatan sinar dan mempunyai karakteristik panjang gelombang serta frekuensi yang sama. Radiasi dengan panjang gelombang antara 0.8 sampai 400 mikrometer (infra merah) disebut reaksi panas, karena radiasi pada panjang gelombang ini langsung diserap oleh bahan dikonversikan menjadi panas. Sinar infra merah dipancarkan secara cepat pada permukaan bahan, sehingga biasa digunakan untuk pemanasan pada permukaan. Semua bahan memancarkan radiasi elektromagnetik, jumlah dan panjang gelombangnya tergantung pada keadaan fisik dan suhu bahan tersebut. Sebagai perbandingan digunakan bahan yang memancarkan radiasi electromagnetik secara maksimum, bahan ini disebut sebagai Black Body. Pemindahan secara radiasi terjadi dengan suatu mekanisme elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik bergerak melalui ruang dan energinya tidak berubah menjadi panas sampai radiasi ini bertumbukan dengan bahan, yaitu bila radiasi tersebut diserap oleh bahan (Brennan, 1968).

Penggunaan panas dalam pengolahan makanan dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pemanasan. Beberapa bentuk pemanasan antara lain pemasakan, blansir, pasteurisasi dan sterilisasi. Menurut Wirakartakusumah, pemasakan atau cooking adalah suatu proses yang tujuan utamanya untuk menghasilkan makanan yang dapat dan enak dimakan. Paling sedikit ada 6 jenis pemanasan, yaitu pemanggangan, perebusan, brioling, penggorengan dan stweing, baking, dan roasting menggunakan udara panas kering dengan suhu di atas 100C, brioling dan stewing dilakukan dengan memasukkan produk dalam air mendidih, sedangkan penggorengan melibatkan pemakaian minyak dan suhu 150C (Wirakartakusumah, 1992).

V KESIMPULAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa q kes = 0,093 Kj, U = 16,518 W/m2.K dan A = 2,70.10-4 m2.

5.2 Saran

Saran dari percobaan ini adalah sebelum melakukan percobaan sebaiknya alat-alat yang akan digunakan diperiksa terlebih dahulu, apakah alat tersebut layak atau tidak untuk digunakan, karena kerusakan alat akan mempengaruhi hasil percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Brennan, J.G., 1968, Food Engineering Operations, Applied Science Publishers limited, London. Halaman 67-68

Geankoplis, Christie, 1993, Transport Processes and Unit Operations, Third Edition, Hall Englewood Chiffs, New Jersey 07632. Halaman 64-65.

Wirakartakusumah, Aman, 1992, Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan, Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Halaman 52-53, 55-61, 64, 68.

Laju perpindahan panas = EMBED Equation.3

_1165851059.unknown