Laporan perlintan

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang bertujuan untuk menyelamatkan hutan dari musuh-musuhnya. Perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang sangat penting dan harus diberikan perhatian khusus sesuai dengan subyeknya. Ilmu Perlindungan Hutan dapat dipelajari secara terpisah dari bagian silvikultur lainnya, dengan demikian ilmu ini akan tetap terasa pentingnya dan tidak pernah akan dilupakan. Sasaran umum daripada perlindungan hutan adalah menanamkan kesadaran kepada setiap petugas kehutanan akan pentingnya hubungan ilmu perlindungan hutan dengan cabang lain dari ilmu silviculture pada khususnya serta cabang-cabang ilmu kehutanan pada umumnya yang dalam hubungan ini kita kenal baik sebagai “forest management”. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan- kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, 1

Transcript of Laporan perlintan

Page 1: Laporan perlintan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

       Perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang

bertujuan untuk menyelamatkan hutan dari musuh-musuhnya. Perlindungan hutan

merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang sangat penting dan harus

diberikan perhatian khusus sesuai dengan subyeknya. Ilmu Perlindungan Hutan

dapat dipelajari secara terpisah dari bagian silvikultur lainnya, dengan demikian

ilmu ini akan tetap terasa pentingnya dan tidak pernah akan dilupakan. Sasaran

umum daripada perlindungan hutan adalah menanamkan kesadaran kepada setiap

petugas kehutanan akan pentingnya hubungan ilmu perlindungan hutan dengan

cabang lain dari ilmu silviculture pada khususnya serta cabang-cabang ilmu

kehutanan pada umumnya yang dalam hubungan ini kita kenal baik sebagai

“forest management”.

    Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan

dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-

wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida

(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari

tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan

merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan

berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah

tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda

dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga

berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang

cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.         

       Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan dan

satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan penyidikan.

Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga hutan,

kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan

fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini

merupakan usaha untuk :

1

Page 2: Laporan perlintan

a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan

yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam,

hama serta penyakit.

b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan

atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang

berhubungan dengan pengelolaan hutan. Serangan hama dan penyakit jika

tidak dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan

ekosistem. Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada

prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada. Diantaranya adalah

menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah

biji dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi pada kenampakan

estetika hutan. 

     Dengan demikian perlu adanya pembahasan mengenai hama dan

penyakit tanaman kehutanan yang kemudian dapat diambil solusi

pengendaliannya. Juga sebagai salah satu usaha untuk pengembangan peningkatan

produktifitas hutan yang diharapkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan

lingkungan yang tetap lestari dan berkesinambungan. 

B. Tujuan praktikum

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kerusakan hutan dan tanaman

akibat faktor-faktor abiotik.

2. Untuk mengetahui kerusakan tanaman hutan akibat serangga hama atau

penyakit biotik. Mengetahui penyebab penyakit yang tergolong hama

atau penyakit biotik. Mengetahui gejala dan tanda pada tanaman yang

terserang oleh hama atau penyakit biotik. Mendeskripsikan gejala dan

tanda yang terlihat pada tanaman yang terserang hama atau penyakit

biotik.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kerusakan hutan dan tanaman

akibat pengaruh faktor-faktor sosial.

2

Page 3: Laporan perlintan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian secara umumdari penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan

ataupenyimpangan dari rangkaian proses fisiologi penggunaan energi yang

mengakibatkan hilangnyakoordinasi fisiologi di dalam tubuh tumbuhan, termasuk

gangguan aktivitas seluler yangditunjukan oleh perubahan morfologi dan

menimbulkan kerusakan (kerugian). Ilmu penyakittanaman hutan mempelajari

rangkaian proses penyimpangan (perubahan) fisiologi pada tanaman-tanaman

penyusun hutan dan upaya pengelolaannya. Di dalam profesi kehutanan,

mempelajarikerusakan berarti mempelajari ilmu pengetahuan dan mempelajari

pengelolaan berartimempelajari seni. Sebagai ilmu, penyakit tanaman hutan

mempelajari proses dan sifat-sifatkerusakan tanaman. Sebagai seni, penyakit

tanaman hutan merupakan bagian dari ilmu kehutananyang mengembangkan

prinsip-prinsip dasar pencegahan dan manajemen kerusakan tanaman-tanaman

penyusun hutan.Subyek bahasan dalam ilmu penyakit tanaman hutan pada tulisan

ini terdiri atas:

1. Faktor-faktor biotik dan abiotik yang menyebabkan tanaman-tanaman

hutan menjadisakit

2. Mekanisme penyimpangan faktor-faktor biotik dan abiotik sehingga

menyebabkanpenyakit pada tanaman

3. .Interaksi antara tanaman hutan dengan faktor-faktor penyebab penyakit

4. Metode pengelolaan hutanuntuk mencegah dan mengurangi kerugian

akibatpenyakit.

Kerusakan tanaman hutan dapat disebabkan oleh faktor biotik (hewan,

tumbuhan, danmikroba) dan faktor-faktor abiotik (fisik, kimia). Faktor biotik yang

tergolong binatang sebagaiorganisme penyebeb kerusakan disebut hama,

sedangkan yang bukan binatang (mikroba dantumbuhan) tetapi hidup pada dan

atau di dalam tubuh tanaman penyusun hutan. disebut patogen.Semak belukar atau

tumbuhan lain yang hidup di sekitar tanaman utama penyusun hutan

3

Page 4: Laporan perlintan

disebutgulma, sedangkan dalam hal ini tanaman utama penyusun hutan disebut

inang.( Bambang Purnomo, 2006)

Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman hutan yang disebabkan oleh suatu

organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu pohon ke

pohon lainnya. Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman

hutan disebut patogen. Patogen tanaman hutan meliputi organisme-organisme

seperti jamur,bakteri, virus, Mikoplasma dan MLO, Tumbuhan tingkat tinggi

parasittik. (Bambang. 2007).

  Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang

tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus,

bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu

tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang

sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur

disebut penyakit. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia

menggunakan obat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk

membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk

membasmi jamur disebut fungsida. Pembasmi hama dan penyakit menggunakan

pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna.( Sila, dkk. 2009).          

Penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor

abiotik. Faktorfaktor abiotik yang menyebabkan penyakit tumbuhan adalah

faktor-faktor fisik dan factor-faktor kimia yang menyusun lingkungan tempat

tumbuhnya tanaman hutan atau tempat penyimpanan dan transportasi produk

hutan. Lingkungan fisik dan kimia ini terdiri dari lingkungan atmosfer tanaman

dan lingkungan tanah tempat tumbuhnya tanaman. Selain itu, lingkungan atmosfer

tempat penyimpanan (gudang) dan lingkungan transportasi juga menjadi faktor

yang kita pertimbangkan. Penyakit abiotik terjadi tanpa keterlibatan organisme

penyebab penyakit (patogen). 

        Penyakit abiotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh

penyebab penyakit noninfeksius atau tidak dapat ditularkan dari satu tanaman ke

tanaman lain, sehingga penyakit abiotik juga disebut penyakit noninfeksius.

4

Page 5: Laporan perlintan

Namun demikian, penyakit abiotik dapat mempengaruhi seluruh fase

pertumbuhan tanaman hutan, mulai dari semai, pertumbuhan vegetatif,

perkembangan sampai dengan komoditi yang dihasilkan tanaman (kayu,

damar,benih, dll) dan tingkat kemudahan terjadinya penyakit biotik. Untuk

pembahasan berikutnya akan lebih ditekankan pada penyakit abiotik pada

tanaman di hutan. 

         Semua tanaman hutan mempunyai kisaran lingkungan fisik dan

kimia yang tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang, meskipun setiap

tanaman dapat membutuhkan kisaran lingkungan yang saling berbeda. Macam

dan tingkat keparahan penyakit abiotik yang diakibatkan sangat beragam

tergantung kepada faktor-faktor fisik dan kimia yang terlibat dan tingkat

penyimpangannya dari kisaran yang dibutuhkan tanaman. Semakin menyimpang

faktor abiotik dari rata-rata kisaran yang dibutuhkan maka tanaman akan semakin

parah. Apabila faktor abiotik ini kembali ke kondisi kisaran yang dibutuhkan

tanaman, maka tanaman akan tumbuh normal.

      Gejala yang ditimbulkan dapat mulai dari ringan sampai berat dan

bahkan dapat mati. Beberapa penyakit abiotik berdampak kepada organ tanaman

menjadi bentuk dan ukurannya berbeda. Keparahan penyakit juga tergantung

kepada fase pertumbuhan tanaman ketika faktor abiotik menyimpang. Gejala

penyakit abiotik terkadang menunjukan kekhususan dan faktor penyebabnya dapat

diduga dengan menggunakan acuan cuaca di sekitar tempat tumbuh tanaman,

kebiasaan tumbuhan, dan kondisi tanah. Penyakit abiotik dapat disebabkan karena

satu atau lebih faktor abiotik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman secara

normal. Oleh karena itu, pengelolaan faktor-faktor abiotik perlu dilakukan untuk

menuju ke kondisi lingkungan optimum, misalnya melalui pemupukan, irigasi,

penyemprotan bahan kimia tertentu, penanaman pohon pelindung angin, dan lain-

lain. (Bambang. 2007).

5

Page 6: Laporan perlintan

Monitoring hama dan penyakit sebagai sistem pencegahan serangan hama

dan penyakit merupakan tindakan  deteksi dini dan preventif untuk mengetahui

secara cepat hama dan penyakit yang menyerang sehingga dengan segera dapat

dilakukan tindakan pemberantasan. Monitoring secara prinsipnya dilakukan pada

setiap elemen kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan terutama diarahkan pada

elemen kegiatan dimana diindikasikan terkait erat dengan adanya serangan dan

pemberantasan dan atau pengendalian hama dan penyakit tanaman. Metode

identifikasi hama dan penyakit menggunakan metode yang akan disampaikan

pada berikutnya. Secara detail monitoring mencatat lokasi dan jumlah individu

yang terserang, gejala dan tanda serta perkiraan kerugian dengan menggunakan

dasar BSR atau nilai yang ditaksir serta waktu serangan. Monitoring hama dan

penyakit dilakukan pada kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sebagai berikut :

1. Kegiatan Persemaian

2. Kegiatan penanaman

3. Kegiatan pemeliharaan tanaman

4. Kegiatan Penjarangan

Silvilkutur adalah ilmu dan seni dalam mengelola sumberdaya hutan

sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pendekatan silvikultur

merupakan pendekatan yang sangat penting dalam pencegahan hama dan

penyakit tanaman. Pendekatan silvikultur dapat dianggap sebagai

pencegahan hama dan penyakit terpadu, dimana permasalahan terletak

pada beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan sehingga strategi

diarahkan pada faktor yang dapat dikontrol. Pencegahan hama dan

penyakit terpadu merupakan strategi yang menggunakan dan

menggabungkan metode pengendalian yang dapat dikontrol dengan tujuan

untuk mengendalikan populasi hama pada tingkat yang diterima, tanpa

memusnahkan sama sekali yang dapat berakibat menggganggu

keseimbangan ekosistem. Hal tersebut dilakukan dengan mengendalikan

jumlah populasi hama dan penyakit serta lingkungannya sehingga

diperlukan pengetahuan ekologi hama dan penyakit dan makluk hidup

yang terkait dengannya. Pengendalian hama terpadu juga harus

6

Page 7: Laporan perlintan

mempertimbangkan biaya yang ada, jangan sampai biaya yang dikeluarkan

lebih besar dari pendapatan yang akan diterima. Kondisi lahan dan

pengelolaan tegakan yang baik akan meminimalisir dampak kerusakan

hama dan penyakit. Pada banyak kasus dijumpai bahwa lahan dengan

tingkat drainase dan aerasi baik serta kondisi pH 5,5 – 7 merupakan lahan

”yang tidak nyaman” bagi tempat tinggal hama dan penyakit tanaman. Di

sisi lain kondisi lahan yang dikelola dengan tidak memernuhi persyaratan

tersebut akan membuat hama dan penyakit merasa cozy. (FAO, tanpa

tahun). Tindakan silvikultur diarahkan untuk mengendalikan populasi

hama dan penyakit atau mengelola lingkungan sehingga meminimalkan

dampak serangan hama dan penyakit. Efektifitas tindakan silvikultur juga

tergantung pada karateristik hama dan penyakit yang menyerang.

Beberapa tindakan atau kegiatan yang dilakukan guna melakukan

pencegahan hama dan penyakit antara lain :

1. Lingkungan fisik 

a) Pengaturan drainase. 

b) Pengolahan tanah 

2. Lingkungan Biologi 

a) Pemilihan jenis yang tepat 

b) Pemilihan bibit yang sehat 

c) Pengaturan pola tanam dan jarak tanam

d) Pemeliharaan intensif 

Kegiatan pemeliharaan intensif dapat dilakukan melalui :

Pembersihan tanaman dari faktor-faktor pengganggu (gulma,

benalu)

Pemupukan (dilakukan pada awal penanaman, selang 3 bulan/6

bulan, setelah 2 tahun tidak dilakukan pemupukan) 

Pemantauan adanya hama yang harus dilaksanakan secara terus

menerus

e) Penjarangan 

7

Page 8: Laporan perlintan

     Kegiatan Penjarangan adalah suatu perlakuan silvikultur berupa

pengaturan ruang tumbuh tanaman dan penyeleksian tegakan yang akan

dipelihara hingga akhir daur sehingga diperoleh tegakan yang merata

(ruang tumbuh tidak rapat), tumbuh sehat dan berbatang lurus dan

memperoleh hasil antara dari kegiatan tersebut sehingga pada akhir daur

dapat diperoleh tegakan hutan dengan massa kayu besar dan kualitas kayu

tinggi. Pada kegiatan Tunjuk Seset Polet (TSP) yang merupakan kegiatan

penentuan pohon-pohon yang akan ditebang dalam kegiatan penjarangan. 

Kriteria dan urutan prioritas pohon yang akan dimatikan adalah sebagai

berikut : 

o Pohon yang terserang penyakit

o Pohon yang cacat/jelek 

o Pohon tertekan yang tingginya kurang dari ¾ peninggi (kecuali bila

menimbulkan open plek).

o Pohon yang tumbuhnya abnormal 

o Pohon yang terlalu rapat yaitu jaraknya lebih kecil dari jarak rata-

rata normal. (Sumardi dan Widyastuti ,SM .2007.)

8

Page 9: Laporan perlintan

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 1 juli 2013 bertempat

di pusuk pass, kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa

Tenggara Barat.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

sebagai berikut:

1. Penggaris

2. Kamera digital

3. Buku dan pulpen

4. Kartas HVS

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikun ini adalah sebagai berikut:

1. Diamati dan dicatat faktor-faktor abiotik penyebab kerusakan

hutan.

2. Diamati dan dicatat faktor-faktor biotik penyebab kerusakan hutan.

3. Diamati dan dicatat faktor-faktor sosial penyebab kerusakan hutan.

9

Page 10: Laporan perlintan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik

a. Curah hujan yang tinggi

b. Suhu rendah

c. Intensitas cahaya rendah

2. Kerusakan Akibat Faktor Biotik

a. Kerusakan yang disebabkan oleh hama, yang ditandai dengan

bolongnya daun pada tanaman.

b. Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit dari pathogen jamur.

Akibatnya terdapat bercak-bercak putih pada batang pohon.

c. Kerusakan yang disebabkan oleh satwa liat yaitu monyet.

3. Kerusakan Akibat Faktor Sosial

Penyebab kerusakan hutan akibat factor social adalah manusia.

- Manusia merusak hutan untuk membuat sarana dan prasana.

- Dilakukan alih guna lahan pada kawasan hutan untuk menanam

tanaman perkebunan dan pertanian.

B. Pembahasan

1. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik

a. Curah hujan yang tinggi menyebabkan sering terjadinya banjir dan

longsor dibeberapa tempat didaerah pusuk, sehingga banyak tanaman

semai dan pancang yang ikut terhanyut oleh banjir dan longsor.

keadaan air yang berlebihan merupakan hal yang tidak menguntungkan

bagi tanaman yang mengandung banyak air (hidrofit),kondisi ini

menyebabkan kematian pada beberapa tanaman. Kerugian yang

10

Page 11: Laporan perlintan

ditimbulkan akibat banjir, antara lain, hilangnya lapisan permukaan

tanah yang subur karena tererosi aliran air, rusaknya tanaman, dan

rusaknya berbagai bangunan hasil budidaya manusia.

b. Suhu rendah yang manyebabkan hama dan penyakit sangat menyukai

kondisi ini sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat.

c. Intensitas cahaya rendah yang menyebabkan proses fotosintesis

terganggu sehingga tanaman mengalami perlambatan dalam

pertumbuhannya.

d. Kerusakan akibat polusi udara mengakibatkan pencemaran udara

merupakan persoalan yang sangat popular.Pada awalnya,senyawa-

senyawa yang diemisikan dari berbagai macam pabrik menimbulkan

pencemaran udara yang akut. Akibatnya daun menjadi tertutupi

debu,pada saat itu proses fotosintesis akan terganggu. Karena telah

dibuatnya jalan raya yang menghubungkan Kota Mataram dengan

Kabupaten Lombok Utara sehingga banyak kendaraan yang melewati

jalan tersebut.

Gambar 1. Kerusakan akibat polusi udara dari kendaraan

11

Page 12: Laporan perlintan

2. Kerusakan Akibat Faktor Biotik

a. Kerusakan yang disebabkan oleh hama

1) Bolongnya daun pada tanaman

Nama pathogen : Aphip Wingless 

Tipe Gejala : Nekrosis

Deskripsi Gejala : merusak dan melubangi daun

Fase Menyerang : serangga kecil dan dewasa

Gambar 2. Bolongnya daun pada tanaman oleh serangga kecil dan dewasa

2) Rusaknya daun

Kerusakan : Pada Daun

Tipe Gejala : Nekrosis

Deskripsi Gejala : merusak dan melubangi daun 

fase Menyerang : Larva ulat

12

Page 13: Laporan perlintan

Gambar 3.Rusaknya daun oleh larva ulat

b. Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit

1) Jamur akar merah

Klasifikasi jamur Akar Merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Basidiomycetes

Subcalss : Agaricomycetidae

Ordo : Polyporales

Family : Ganodermataceae

Genus : Ganodrma

Spesies : Ganoderma philippii

Gejala penyakit yang terdapat pada bagian-bagian di atas tanah sama dengan

gejala yang disebabkan oleh penyakit-penyakit akar lainnya, yaitu daundaun

menguning, layu, rontok, dan tanaman mati.

13

Page 14: Laporan perlintan

Penyakit akar merah menular dengan kontak antara akar yang sakit dengan yang

sehat. Cendawan juga dapat membentuk rizomorf, namun berbeda dengan

cendawan lainnya. Rizomorf cenawan ini tidak dapat menjalar bebas dalam tanah

(terlepas dari permukaan akar). Penyebaran melalui spora. Penyakit dibantu oleh

kelembapan tanah dan banyak terdapat di tanah latosol tua. Cendawan tumbuh

lebih baik pada pH 6,0-7,0.

Cara pengendalian :

1. Melakukan sanitasi membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang

terserang, termasuk pohon pelindung yang terserang sampai ke

akarakarnya.

2. Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam pohon

pelindung yang peka terhadap jamur akar.

3. Membuat selokan isolasi yang dalamnya 60-100 cm.

4. Pemanfaatan agen hayati seperti Trichoderma sp. pada tanaman yang

masih sehat disekitar pohon terserang untuk mencegah penularan penyakit.

Trichoderma tidak mematikan secara langsung jamur penyebab penyakit

tetapi mengusir dari tanah sekitarnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan

spora Trichoderma lebih cepat dibandingkan pertumbuhan spora jamur

penyebab penyakit. Jamur Trichoderma lebih efektif digunakan untuk

pencegahan penyebaran penyakit pada tanaman teh yang berada disekitar

tanaman yang sudah terserang berat atau mati akibat jamur.

5. Melakukan fumigasi dengan cara sebagai berikut:

14

Page 15: Laporan perlintan

Gambar 4. Penyakit jamur akar merah

2) Karat daun

Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B.

et. Br. merupakan penyakit utama pada tanaman.

Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak‐bercak berwarna

kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi

kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah

(oranye) dan tepung ini adalah uredospora jamur H. vastatrix. Bercak

yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun‐daun

yang terserang parah kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul.

Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan pati dalam akar‐

akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati.

Dalam pembiakan dan penyebarannya, H vastatrix menggunakan

uredospora yang mula‐mula berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi

memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora

yang telah masak berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang

cembung mempunyai duri‐duri. Penyebaran oredospora dari pohon ke

pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan

uredospora sampai pada sisi bawah daun. Infeksi jamur terjadi lewat

mulut‐mulut daun yang terdapat pada sisi bawah daun. Dalam proses

infeksinya uredospora mula‐mula membentuk buluh kecambah,

15

Page 16: Laporan perlintan

kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit, selanjutnya

jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur.

Gambar 5. Penyakit karat daun

3) Penyakit hawar daun

Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) atau sering juga

disebut keresek adalah penyakit yang diakibatkan dari bakteri Xanthomonas

oryzae yang menyerang jaringan tanaman dapat melalui patahan akar, luka pada

daun ataupun tepian daun, bakteri ini berbentuk batang dan berkoloni berwarna

kuning. Penyebaran penyakit hawar daun atau kresek dapat terjadi melalui angin

kencang, hujan, embun dan air irigasi serta pemberian pupuk unsur N atau Urea

secara berlebihan.

Gejala tanaman yang terserang penyakit ini mempunyai ciri-ciri daun

mempunyai bercak sampai keputihan berawal garis lebam berair pada bagian tepi

helaian daun, bakteri ini dapat tumbuh pada musim kemarau ataupun musim

penghujan namun pada musim penghujan pertumbuhan bakteri ini sangat pesat.

Perkembangan bakteri ini sangat cepat dalam kondisi yang lembab. Untuk

menekan pertumbuhan bakteri ini salah satunya mendapat sinar matahari yang

cukup.

Pengendalian penyakit hawar daun dapat dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

16

Page 17: Laporan perlintan

1. Penerapan jarak tanam yang tidak terlalu rapat terutama pada musim

penghujan.

2. Hindari pemberian berlebihan pupuk Urea (N)

3. Pemberian air yang intermiten atau berselang

4. Pemberian Bakterisida dapat membantu pengendalian penyakit ini

5. Bila sudah berselang pemberian air dibatasi sampai keadaan air kering

(tidak retak) lalu berikan Bakterisida.

Gambar 6. Penyakit hawar daun

4) Penyakit bercak daun

Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke.

C.coffeicola mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang

pendek dan ada juga yang panjang. Konidia dibentuk pada permukaan bercak,

berbentuk seperti tepung berwarna abu‐abu.

Gejala:

Serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit

timbul bercak, mula‐mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo

berwarna kuning. Pada buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat,

biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Pembusukan

pada bagian yang berbercak dapat sampai ke biji sehingga dapat menurunkan

kualitas.

17

Page 18: Laporan perlintan

Pengendalian:

Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan

berimbang dan pengurangan kelembaban kebun melalui pemangkasan dan

pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan Bavistin

50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX

200 0,2% formulasi.

Gambar 7. Penyakit bercak daun

c. Kerusakan yang disebabkan oleh satwa liat yaitu monyet karena aktivitasnya

menyebabkan ranting-ranting pohon banyak yang patah.

Gambar 8. Kerusakaan hutan akibat aktivitas satwa

3. Kerusakan Akibat Faktor Sosial

Penyebab kerusakan hutan akibat factor social adalah manusia.

18

Page 19: Laporan perlintan

a. Manusia merusak hutan untuk membuat pemukiman dan sarana

prasarana untuk wisata sehingga banyak pohon yang ditebang untuk

pembersihan lahan.

Gambar 9. Kerusakan hutan akibat pembangunan sarana dan prasarana

Gambar 10. Kerusakan hutan akibat pembangunan sarana dan prasarana

19

Page 20: Laporan perlintan

Gambar 11. Kerusakan hutan akibat pembangunan sarana dan prasarana

b. Dilakukan alih guna lahan pada kawasan hutan untuk menanam

tanaman perkebunan dan pertanian. Karena pada area hutan lindung

banyak ditemukannya tanaman pertanian seperti kopi, pisang, talas,

dan beberapa jinis tanaman hias.

Gambar 12. alih guna lahan dari hutan ke pertanian

20

Page 21: Laporan perlintan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik Curah hujan yang tinggi,Suhu rendah,

Intensitas cahaya rendah, dan polusi udara dari kendaraan.

2. Kerusakan Akibat Faktor Biotik

a. Kerusakan yang disebabkan oleh hama yaitu Bolongnya daun pada

tanaman oleh serangga kecil dan dewasa dan .Rusaknya daun oleh

larva ulat.

b. Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit yaitu Penyakit jamur akar

merah, Penyakit karat daun, Penyakit hawar daun,Penyakit bercak

daun

c. Kerusakan yang disebabkan oleh satwa liat yaitu monyet.

3. Kerusakan Akibat Faktor Sosial Penyebab kerusakan hutan akibat

factor sosial adalah manusia.

B. Saran

Adapun saran yang saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini adalah

sebagai berikut:

1. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor abiotik yaitu sering terjadinya

longsor disebabkan karena penebangan liar yang dilakukan oleh manusia

sehingga tidak da pohon yang mengikat butir-butir tanah.

2. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kawasan hutan yang akan

dijadikan tempat wisata agar sarana dan prasarana yang dibangun tidak

merusak nilai ekologi.

21

Page 22: Laporan perlintan

22

Page 23: Laporan perlintan

DAFTAR PUSTAKA

Bamanian Unib.bang Purnomo, 2006. Kedudukan dan Sejarah Penyakit Hutan.

Bengkulu: Faperta Unib.

Bambang Purnomo, 2007. Penyakit Biotik dan Abiotik. Bengkulu: Fakultas

Pertanian Unib.

Sila, Mappatoba dan Siti, N. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan.

Makasar: Laboratorium Perlindungan dan Serangan Hutan. Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin.

Sumardi dan Widyastuti,SM. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

23