Laporan perlintan
-
Upload
pomy-sixtrust -
Category
Documents
-
view
792 -
download
4
Transcript of Laporan perlintan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang
bertujuan untuk menyelamatkan hutan dari musuh-musuhnya. Perlindungan hutan
merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang sangat penting dan harus
diberikan perhatian khusus sesuai dengan subyeknya. Ilmu Perlindungan Hutan
dapat dipelajari secara terpisah dari bagian silvikultur lainnya, dengan demikian
ilmu ini akan tetap terasa pentingnya dan tidak pernah akan dilupakan. Sasaran
umum daripada perlindungan hutan adalah menanamkan kesadaran kepada setiap
petugas kehutanan akan pentingnya hubungan ilmu perlindungan hutan dengan
cabang lain dari ilmu silviculture pada khususnya serta cabang-cabang ilmu
kehutanan pada umumnya yang dalam hubungan ini kita kenal baik sebagai
“forest management”.
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-
wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan
merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan
berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah
tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda
dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga
berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang
cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan dan
satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan penyidikan.
Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga hutan,
kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan
fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini
merupakan usaha untuk :
1
a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan
yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam,
hama serta penyakit.
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan. Serangan hama dan penyakit jika
tidak dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan
ekosistem. Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada
prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada. Diantaranya adalah
menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah
biji dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi pada kenampakan
estetika hutan.
Dengan demikian perlu adanya pembahasan mengenai hama dan
penyakit tanaman kehutanan yang kemudian dapat diambil solusi
pengendaliannya. Juga sebagai salah satu usaha untuk pengembangan peningkatan
produktifitas hutan yang diharapkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan
lingkungan yang tetap lestari dan berkesinambungan.
B. Tujuan praktikum
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kerusakan hutan dan tanaman
akibat faktor-faktor abiotik.
2. Untuk mengetahui kerusakan tanaman hutan akibat serangga hama atau
penyakit biotik. Mengetahui penyebab penyakit yang tergolong hama
atau penyakit biotik. Mengetahui gejala dan tanda pada tanaman yang
terserang oleh hama atau penyakit biotik. Mendeskripsikan gejala dan
tanda yang terlihat pada tanaman yang terserang hama atau penyakit
biotik.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kerusakan hutan dan tanaman
akibat pengaruh faktor-faktor sosial.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian secara umumdari penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan
ataupenyimpangan dari rangkaian proses fisiologi penggunaan energi yang
mengakibatkan hilangnyakoordinasi fisiologi di dalam tubuh tumbuhan, termasuk
gangguan aktivitas seluler yangditunjukan oleh perubahan morfologi dan
menimbulkan kerusakan (kerugian). Ilmu penyakittanaman hutan mempelajari
rangkaian proses penyimpangan (perubahan) fisiologi pada tanaman-tanaman
penyusun hutan dan upaya pengelolaannya. Di dalam profesi kehutanan,
mempelajarikerusakan berarti mempelajari ilmu pengetahuan dan mempelajari
pengelolaan berartimempelajari seni. Sebagai ilmu, penyakit tanaman hutan
mempelajari proses dan sifat-sifatkerusakan tanaman. Sebagai seni, penyakit
tanaman hutan merupakan bagian dari ilmu kehutananyang mengembangkan
prinsip-prinsip dasar pencegahan dan manajemen kerusakan tanaman-tanaman
penyusun hutan.Subyek bahasan dalam ilmu penyakit tanaman hutan pada tulisan
ini terdiri atas:
1. Faktor-faktor biotik dan abiotik yang menyebabkan tanaman-tanaman
hutan menjadisakit
2. Mekanisme penyimpangan faktor-faktor biotik dan abiotik sehingga
menyebabkanpenyakit pada tanaman
3. .Interaksi antara tanaman hutan dengan faktor-faktor penyebab penyakit
4. Metode pengelolaan hutanuntuk mencegah dan mengurangi kerugian
akibatpenyakit.
Kerusakan tanaman hutan dapat disebabkan oleh faktor biotik (hewan,
tumbuhan, danmikroba) dan faktor-faktor abiotik (fisik, kimia). Faktor biotik yang
tergolong binatang sebagaiorganisme penyebeb kerusakan disebut hama,
sedangkan yang bukan binatang (mikroba dantumbuhan) tetapi hidup pada dan
atau di dalam tubuh tanaman penyusun hutan. disebut patogen.Semak belukar atau
tumbuhan lain yang hidup di sekitar tanaman utama penyusun hutan
3
disebutgulma, sedangkan dalam hal ini tanaman utama penyusun hutan disebut
inang.( Bambang Purnomo, 2006)
Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman hutan yang disebabkan oleh suatu
organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu pohon ke
pohon lainnya. Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman
hutan disebut patogen. Patogen tanaman hutan meliputi organisme-organisme
seperti jamur,bakteri, virus, Mikoplasma dan MLO, Tumbuhan tingkat tinggi
parasittik. (Bambang. 2007).
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang
tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus,
bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu
tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang
sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur
disebut penyakit. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia
menggunakan obat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk
membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk
membasmi jamur disebut fungsida. Pembasmi hama dan penyakit menggunakan
pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna.( Sila, dkk. 2009).
Penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor
abiotik. Faktorfaktor abiotik yang menyebabkan penyakit tumbuhan adalah
faktor-faktor fisik dan factor-faktor kimia yang menyusun lingkungan tempat
tumbuhnya tanaman hutan atau tempat penyimpanan dan transportasi produk
hutan. Lingkungan fisik dan kimia ini terdiri dari lingkungan atmosfer tanaman
dan lingkungan tanah tempat tumbuhnya tanaman. Selain itu, lingkungan atmosfer
tempat penyimpanan (gudang) dan lingkungan transportasi juga menjadi faktor
yang kita pertimbangkan. Penyakit abiotik terjadi tanpa keterlibatan organisme
penyebab penyakit (patogen).
Penyakit abiotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
penyebab penyakit noninfeksius atau tidak dapat ditularkan dari satu tanaman ke
tanaman lain, sehingga penyakit abiotik juga disebut penyakit noninfeksius.
4
Namun demikian, penyakit abiotik dapat mempengaruhi seluruh fase
pertumbuhan tanaman hutan, mulai dari semai, pertumbuhan vegetatif,
perkembangan sampai dengan komoditi yang dihasilkan tanaman (kayu,
damar,benih, dll) dan tingkat kemudahan terjadinya penyakit biotik. Untuk
pembahasan berikutnya akan lebih ditekankan pada penyakit abiotik pada
tanaman di hutan.
Semua tanaman hutan mempunyai kisaran lingkungan fisik dan
kimia yang tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang, meskipun setiap
tanaman dapat membutuhkan kisaran lingkungan yang saling berbeda. Macam
dan tingkat keparahan penyakit abiotik yang diakibatkan sangat beragam
tergantung kepada faktor-faktor fisik dan kimia yang terlibat dan tingkat
penyimpangannya dari kisaran yang dibutuhkan tanaman. Semakin menyimpang
faktor abiotik dari rata-rata kisaran yang dibutuhkan maka tanaman akan semakin
parah. Apabila faktor abiotik ini kembali ke kondisi kisaran yang dibutuhkan
tanaman, maka tanaman akan tumbuh normal.
Gejala yang ditimbulkan dapat mulai dari ringan sampai berat dan
bahkan dapat mati. Beberapa penyakit abiotik berdampak kepada organ tanaman
menjadi bentuk dan ukurannya berbeda. Keparahan penyakit juga tergantung
kepada fase pertumbuhan tanaman ketika faktor abiotik menyimpang. Gejala
penyakit abiotik terkadang menunjukan kekhususan dan faktor penyebabnya dapat
diduga dengan menggunakan acuan cuaca di sekitar tempat tumbuh tanaman,
kebiasaan tumbuhan, dan kondisi tanah. Penyakit abiotik dapat disebabkan karena
satu atau lebih faktor abiotik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman secara
normal. Oleh karena itu, pengelolaan faktor-faktor abiotik perlu dilakukan untuk
menuju ke kondisi lingkungan optimum, misalnya melalui pemupukan, irigasi,
penyemprotan bahan kimia tertentu, penanaman pohon pelindung angin, dan lain-
lain. (Bambang. 2007).
5
Monitoring hama dan penyakit sebagai sistem pencegahan serangan hama
dan penyakit merupakan tindakan deteksi dini dan preventif untuk mengetahui
secara cepat hama dan penyakit yang menyerang sehingga dengan segera dapat
dilakukan tindakan pemberantasan. Monitoring secara prinsipnya dilakukan pada
setiap elemen kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan terutama diarahkan pada
elemen kegiatan dimana diindikasikan terkait erat dengan adanya serangan dan
pemberantasan dan atau pengendalian hama dan penyakit tanaman. Metode
identifikasi hama dan penyakit menggunakan metode yang akan disampaikan
pada berikutnya. Secara detail monitoring mencatat lokasi dan jumlah individu
yang terserang, gejala dan tanda serta perkiraan kerugian dengan menggunakan
dasar BSR atau nilai yang ditaksir serta waktu serangan. Monitoring hama dan
penyakit dilakukan pada kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sebagai berikut :
1. Kegiatan Persemaian
2. Kegiatan penanaman
3. Kegiatan pemeliharaan tanaman
4. Kegiatan Penjarangan
Silvilkutur adalah ilmu dan seni dalam mengelola sumberdaya hutan
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pendekatan silvikultur
merupakan pendekatan yang sangat penting dalam pencegahan hama dan
penyakit tanaman. Pendekatan silvikultur dapat dianggap sebagai
pencegahan hama dan penyakit terpadu, dimana permasalahan terletak
pada beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan sehingga strategi
diarahkan pada faktor yang dapat dikontrol. Pencegahan hama dan
penyakit terpadu merupakan strategi yang menggunakan dan
menggabungkan metode pengendalian yang dapat dikontrol dengan tujuan
untuk mengendalikan populasi hama pada tingkat yang diterima, tanpa
memusnahkan sama sekali yang dapat berakibat menggganggu
keseimbangan ekosistem. Hal tersebut dilakukan dengan mengendalikan
jumlah populasi hama dan penyakit serta lingkungannya sehingga
diperlukan pengetahuan ekologi hama dan penyakit dan makluk hidup
yang terkait dengannya. Pengendalian hama terpadu juga harus
6
mempertimbangkan biaya yang ada, jangan sampai biaya yang dikeluarkan
lebih besar dari pendapatan yang akan diterima. Kondisi lahan dan
pengelolaan tegakan yang baik akan meminimalisir dampak kerusakan
hama dan penyakit. Pada banyak kasus dijumpai bahwa lahan dengan
tingkat drainase dan aerasi baik serta kondisi pH 5,5 – 7 merupakan lahan
”yang tidak nyaman” bagi tempat tinggal hama dan penyakit tanaman. Di
sisi lain kondisi lahan yang dikelola dengan tidak memernuhi persyaratan
tersebut akan membuat hama dan penyakit merasa cozy. (FAO, tanpa
tahun). Tindakan silvikultur diarahkan untuk mengendalikan populasi
hama dan penyakit atau mengelola lingkungan sehingga meminimalkan
dampak serangan hama dan penyakit. Efektifitas tindakan silvikultur juga
tergantung pada karateristik hama dan penyakit yang menyerang.
Beberapa tindakan atau kegiatan yang dilakukan guna melakukan
pencegahan hama dan penyakit antara lain :
1. Lingkungan fisik
a) Pengaturan drainase.
b) Pengolahan tanah
2. Lingkungan Biologi
a) Pemilihan jenis yang tepat
b) Pemilihan bibit yang sehat
c) Pengaturan pola tanam dan jarak tanam
d) Pemeliharaan intensif
Kegiatan pemeliharaan intensif dapat dilakukan melalui :
Pembersihan tanaman dari faktor-faktor pengganggu (gulma,
benalu)
Pemupukan (dilakukan pada awal penanaman, selang 3 bulan/6
bulan, setelah 2 tahun tidak dilakukan pemupukan)
Pemantauan adanya hama yang harus dilaksanakan secara terus
menerus
e) Penjarangan
7
Kegiatan Penjarangan adalah suatu perlakuan silvikultur berupa
pengaturan ruang tumbuh tanaman dan penyeleksian tegakan yang akan
dipelihara hingga akhir daur sehingga diperoleh tegakan yang merata
(ruang tumbuh tidak rapat), tumbuh sehat dan berbatang lurus dan
memperoleh hasil antara dari kegiatan tersebut sehingga pada akhir daur
dapat diperoleh tegakan hutan dengan massa kayu besar dan kualitas kayu
tinggi. Pada kegiatan Tunjuk Seset Polet (TSP) yang merupakan kegiatan
penentuan pohon-pohon yang akan ditebang dalam kegiatan penjarangan.
Kriteria dan urutan prioritas pohon yang akan dimatikan adalah sebagai
berikut :
o Pohon yang terserang penyakit
o Pohon yang cacat/jelek
o Pohon tertekan yang tingginya kurang dari ¾ peninggi (kecuali bila
menimbulkan open plek).
o Pohon yang tumbuhnya abnormal
o Pohon yang terlalu rapat yaitu jaraknya lebih kecil dari jarak rata-
rata normal. (Sumardi dan Widyastuti ,SM .2007.)
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 1 juli 2013 bertempat
di pusuk pass, kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Penggaris
2. Kamera digital
3. Buku dan pulpen
4. Kartas HVS
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikun ini adalah sebagai berikut:
1. Diamati dan dicatat faktor-faktor abiotik penyebab kerusakan
hutan.
2. Diamati dan dicatat faktor-faktor biotik penyebab kerusakan hutan.
3. Diamati dan dicatat faktor-faktor sosial penyebab kerusakan hutan.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik
a. Curah hujan yang tinggi
b. Suhu rendah
c. Intensitas cahaya rendah
2. Kerusakan Akibat Faktor Biotik
a. Kerusakan yang disebabkan oleh hama, yang ditandai dengan
bolongnya daun pada tanaman.
b. Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit dari pathogen jamur.
Akibatnya terdapat bercak-bercak putih pada batang pohon.
c. Kerusakan yang disebabkan oleh satwa liat yaitu monyet.
3. Kerusakan Akibat Faktor Sosial
Penyebab kerusakan hutan akibat factor social adalah manusia.
- Manusia merusak hutan untuk membuat sarana dan prasana.
- Dilakukan alih guna lahan pada kawasan hutan untuk menanam
tanaman perkebunan dan pertanian.
B. Pembahasan
1. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik
a. Curah hujan yang tinggi menyebabkan sering terjadinya banjir dan
longsor dibeberapa tempat didaerah pusuk, sehingga banyak tanaman
semai dan pancang yang ikut terhanyut oleh banjir dan longsor.
keadaan air yang berlebihan merupakan hal yang tidak menguntungkan
bagi tanaman yang mengandung banyak air (hidrofit),kondisi ini
menyebabkan kematian pada beberapa tanaman. Kerugian yang
10
ditimbulkan akibat banjir, antara lain, hilangnya lapisan permukaan
tanah yang subur karena tererosi aliran air, rusaknya tanaman, dan
rusaknya berbagai bangunan hasil budidaya manusia.
b. Suhu rendah yang manyebabkan hama dan penyakit sangat menyukai
kondisi ini sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat.
c. Intensitas cahaya rendah yang menyebabkan proses fotosintesis
terganggu sehingga tanaman mengalami perlambatan dalam
pertumbuhannya.
d. Kerusakan akibat polusi udara mengakibatkan pencemaran udara
merupakan persoalan yang sangat popular.Pada awalnya,senyawa-
senyawa yang diemisikan dari berbagai macam pabrik menimbulkan
pencemaran udara yang akut. Akibatnya daun menjadi tertutupi
debu,pada saat itu proses fotosintesis akan terganggu. Karena telah
dibuatnya jalan raya yang menghubungkan Kota Mataram dengan
Kabupaten Lombok Utara sehingga banyak kendaraan yang melewati
jalan tersebut.
Gambar 1. Kerusakan akibat polusi udara dari kendaraan
11
2. Kerusakan Akibat Faktor Biotik
a. Kerusakan yang disebabkan oleh hama
1) Bolongnya daun pada tanaman
Nama pathogen : Aphip Wingless
Tipe Gejala : Nekrosis
Deskripsi Gejala : merusak dan melubangi daun
Fase Menyerang : serangga kecil dan dewasa
Gambar 2. Bolongnya daun pada tanaman oleh serangga kecil dan dewasa
2) Rusaknya daun
Kerusakan : Pada Daun
Tipe Gejala : Nekrosis
Deskripsi Gejala : merusak dan melubangi daun
fase Menyerang : Larva ulat
12
Gambar 3.Rusaknya daun oleh larva ulat
b. Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit
1) Jamur akar merah
Klasifikasi jamur Akar Merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Subcalss : Agaricomycetidae
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganodrma
Spesies : Ganoderma philippii
Gejala penyakit yang terdapat pada bagian-bagian di atas tanah sama dengan
gejala yang disebabkan oleh penyakit-penyakit akar lainnya, yaitu daundaun
menguning, layu, rontok, dan tanaman mati.
13
Penyakit akar merah menular dengan kontak antara akar yang sakit dengan yang
sehat. Cendawan juga dapat membentuk rizomorf, namun berbeda dengan
cendawan lainnya. Rizomorf cenawan ini tidak dapat menjalar bebas dalam tanah
(terlepas dari permukaan akar). Penyebaran melalui spora. Penyakit dibantu oleh
kelembapan tanah dan banyak terdapat di tanah latosol tua. Cendawan tumbuh
lebih baik pada pH 6,0-7,0.
Cara pengendalian :
1. Melakukan sanitasi membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang
terserang, termasuk pohon pelindung yang terserang sampai ke
akarakarnya.
2. Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam pohon
pelindung yang peka terhadap jamur akar.
3. Membuat selokan isolasi yang dalamnya 60-100 cm.
4. Pemanfaatan agen hayati seperti Trichoderma sp. pada tanaman yang
masih sehat disekitar pohon terserang untuk mencegah penularan penyakit.
Trichoderma tidak mematikan secara langsung jamur penyebab penyakit
tetapi mengusir dari tanah sekitarnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan
spora Trichoderma lebih cepat dibandingkan pertumbuhan spora jamur
penyebab penyakit. Jamur Trichoderma lebih efektif digunakan untuk
pencegahan penyebaran penyakit pada tanaman teh yang berada disekitar
tanaman yang sudah terserang berat atau mati akibat jamur.
5. Melakukan fumigasi dengan cara sebagai berikut:
14
Gambar 4. Penyakit jamur akar merah
2) Karat daun
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B.
et. Br. merupakan penyakit utama pada tanaman.
Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak‐bercak berwarna
kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi
kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah
(oranye) dan tepung ini adalah uredospora jamur H. vastatrix. Bercak
yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun‐daun
yang terserang parah kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul.
Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan pati dalam akar‐
akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati.
Dalam pembiakan dan penyebarannya, H vastatrix menggunakan
uredospora yang mula‐mula berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi
memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora
yang telah masak berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang
cembung mempunyai duri‐duri. Penyebaran oredospora dari pohon ke
pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan
uredospora sampai pada sisi bawah daun. Infeksi jamur terjadi lewat
mulut‐mulut daun yang terdapat pada sisi bawah daun. Dalam proses
infeksinya uredospora mula‐mula membentuk buluh kecambah,
15
kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit, selanjutnya
jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur.
Gambar 5. Penyakit karat daun
3) Penyakit hawar daun
Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) atau sering juga
disebut keresek adalah penyakit yang diakibatkan dari bakteri Xanthomonas
oryzae yang menyerang jaringan tanaman dapat melalui patahan akar, luka pada
daun ataupun tepian daun, bakteri ini berbentuk batang dan berkoloni berwarna
kuning. Penyebaran penyakit hawar daun atau kresek dapat terjadi melalui angin
kencang, hujan, embun dan air irigasi serta pemberian pupuk unsur N atau Urea
secara berlebihan.
Gejala tanaman yang terserang penyakit ini mempunyai ciri-ciri daun
mempunyai bercak sampai keputihan berawal garis lebam berair pada bagian tepi
helaian daun, bakteri ini dapat tumbuh pada musim kemarau ataupun musim
penghujan namun pada musim penghujan pertumbuhan bakteri ini sangat pesat.
Perkembangan bakteri ini sangat cepat dalam kondisi yang lembab. Untuk
menekan pertumbuhan bakteri ini salah satunya mendapat sinar matahari yang
cukup.
Pengendalian penyakit hawar daun dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
16
1. Penerapan jarak tanam yang tidak terlalu rapat terutama pada musim
penghujan.
2. Hindari pemberian berlebihan pupuk Urea (N)
3. Pemberian air yang intermiten atau berselang
4. Pemberian Bakterisida dapat membantu pengendalian penyakit ini
5. Bila sudah berselang pemberian air dibatasi sampai keadaan air kering
(tidak retak) lalu berikan Bakterisida.
Gambar 6. Penyakit hawar daun
4) Penyakit bercak daun
Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke.
C.coffeicola mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang
pendek dan ada juga yang panjang. Konidia dibentuk pada permukaan bercak,
berbentuk seperti tepung berwarna abu‐abu.
Gejala:
Serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit
timbul bercak, mula‐mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo
berwarna kuning. Pada buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat,
biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Pembusukan
pada bagian yang berbercak dapat sampai ke biji sehingga dapat menurunkan
kualitas.
17
Pengendalian:
Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan
berimbang dan pengurangan kelembaban kebun melalui pemangkasan dan
pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan Bavistin
50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX
200 0,2% formulasi.
Gambar 7. Penyakit bercak daun
c. Kerusakan yang disebabkan oleh satwa liat yaitu monyet karena aktivitasnya
menyebabkan ranting-ranting pohon banyak yang patah.
Gambar 8. Kerusakaan hutan akibat aktivitas satwa
3. Kerusakan Akibat Faktor Sosial
Penyebab kerusakan hutan akibat factor social adalah manusia.
18
a. Manusia merusak hutan untuk membuat pemukiman dan sarana
prasarana untuk wisata sehingga banyak pohon yang ditebang untuk
pembersihan lahan.
Gambar 9. Kerusakan hutan akibat pembangunan sarana dan prasarana
Gambar 10. Kerusakan hutan akibat pembangunan sarana dan prasarana
19
Gambar 11. Kerusakan hutan akibat pembangunan sarana dan prasarana
b. Dilakukan alih guna lahan pada kawasan hutan untuk menanam
tanaman perkebunan dan pertanian. Karena pada area hutan lindung
banyak ditemukannya tanaman pertanian seperti kopi, pisang, talas,
dan beberapa jinis tanaman hias.
Gambar 12. alih guna lahan dari hutan ke pertanian
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik Curah hujan yang tinggi,Suhu rendah,
Intensitas cahaya rendah, dan polusi udara dari kendaraan.
2. Kerusakan Akibat Faktor Biotik
a. Kerusakan yang disebabkan oleh hama yaitu Bolongnya daun pada
tanaman oleh serangga kecil dan dewasa dan .Rusaknya daun oleh
larva ulat.
b. Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit yaitu Penyakit jamur akar
merah, Penyakit karat daun, Penyakit hawar daun,Penyakit bercak
daun
c. Kerusakan yang disebabkan oleh satwa liat yaitu monyet.
3. Kerusakan Akibat Faktor Sosial Penyebab kerusakan hutan akibat
factor sosial adalah manusia.
B. Saran
Adapun saran yang saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor abiotik yaitu sering terjadinya
longsor disebabkan karena penebangan liar yang dilakukan oleh manusia
sehingga tidak da pohon yang mengikat butir-butir tanah.
2. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kawasan hutan yang akan
dijadikan tempat wisata agar sarana dan prasarana yang dibangun tidak
merusak nilai ekologi.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Bamanian Unib.bang Purnomo, 2006. Kedudukan dan Sejarah Penyakit Hutan.
Bengkulu: Faperta Unib.
Bambang Purnomo, 2007. Penyakit Biotik dan Abiotik. Bengkulu: Fakultas
Pertanian Unib.
Sila, Mappatoba dan Siti, N. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan.
Makasar: Laboratorium Perlindungan dan Serangan Hutan. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin.
Sumardi dan Widyastuti,SM. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
23