Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa...

109
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Transcript of Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa...

Page 1: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan PerekonomianDaerah Istimewa Yogyakarta

2011

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Page 2: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

VISI BANK INDONESIA“Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan

nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter

dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”

NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA“Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”

VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA“Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan

peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”

MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem

pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga

terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”

Page 3: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakanekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasiberdasarkan hasil kajian yang akurat...

(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)

Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Daerah Istimewa Yogyakartamendukung pembangunan ekonomi

tanpa meninggalkan budaya“adiluhung” yang ada.

“”

Page 4: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Unit Kajian Ekonomi

Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta

Telp.0274-377755 Fax.0274-371707

Softcopy laporan ini dapat diunduh pada menu Data Informasi Bank Indonesia (DIBI)

pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id

Page 5: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi karena atas rakhmat dan karunia-

Nya, penyusunan dan penerbitan “Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011”

dapat diselesaikan. Laporan tahunan ini diterbitkan untuk melengkapi diseminasi informasi

perkembangan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penyusunan dan penerbitan

laporan ini merupakan salah satu wujud akuntabilitas dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di

daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia yang telah di ubah terakhir dengan Undang-undang No. 6 Tahun 2009.

Tujuan penerbitan buku Laporan Perekonomian DIY ini untuk memberikan informasi

yang komprehensif tentang perkembangan beberapa indikator perekonomian di DIY, antara

lain: pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga (inflasi), kesejahteraan, perbankan dan sistem

pembayaran serta keuangan pemerintah daerah. Secara khusus disajikan juga beberapa informasi

spesifik berupa ringkasan hasil penelitian dan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia

Yogyakarta ataupun informasi lainnya dalam bentuk boks. Bagi Bank Indonesia informasi yang

disajikan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam pengambilan kebijakan

moneter. Sementara itu, bagi stakeholder eksternal, informasi yang disampaikan diharapkan

dapat bermanfaat bagi Pemda dalam pengambilan kebijakan, investor, peneliti, akademisi

serta pihak lain sesuai keperluan masing-masing.

Kami menyadari bahwa tanpa adanya dukungan semua pihak, maka buku Laporan

Perekonomian DIY ini tidak mungkin terwujud. Untuk itu pada kesempatan ini kami sampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak/Ibu semuanya. Kami juga menyadari bahwa

masih banyak kekurangan dalam buku ini, sehingga kritik dan saran juga sangat kami harapkan.

Yogyakarta, Agustus 2012

KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Mahdi Mahmudy

Direktur

Page 6: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

vii

Indikator Terpilih

Indikator Terpilih

I II III IV Total I II III IV Total

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) 3,68 4,96 7,06 3,82 4,88 4,68 4,42 3,12 8,45 5,16 Berdasarkan Sektor- Pertanian (2,34) (3,28) 3,46 1,41 (0,27) (1,46) 6,71 (12,85) 1,84 (2,12) - Pertambangan & Penggalian 4,26 3,40 0,13 (3,49) 0,88 13,51 13,18 10,23 11,12 11,96 - Industri Pengolahan 4,87 6,71 7,25 9,10 7,00 9,85 8,74 9,36 (0,53) 6,79 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,94 1,40 2,38 4,56 4,00 0,87 6,13 1,49 8,42 4,26 - Konstruksi 1,86 7,32 7,23 7,16 6,06 1,69 2,06 3,12 18,45 7,23 - Perdagangan, Hotel & Restoran 6,46 9,19 8,42 (2,45) 5,33 2,67 2,07 2,56 13,92 5,19 - Pengangkutan dan Komunikasi 6,33 7,18 5,99 3,61 5,73 10,08 7,17 6,40 8,52 8,00 - Keuangan Persewaan & Jasa Usaha 4,89 1,85 8,89 9,50 6,35 9,64 11,04 4,67 6,88 7,95 - Jasa-jasa 6,79 5,22 9,31 4,67 6,44 6,86 (1,95) 12,58 8,81 6,47 Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga 7,12 7,36 6,47 8,17 7,28 8,05 7,70 5,30 6,85 6,95 - Konsumsi Pemerintah 5,98 5,10 0,79 (0,11) 2,82 2,12 (6,18) 16,26 9,69 5,28 - PMTB 7,13 5,04 2,20 0,48 3,41 3,55 2,81 4,53 6,85 4,57 - Lain-lain (14,35) (18,04) 50,43 (9,52) 0,76 (1,76) 34,93 (38,34) 174,15 (5,62)

Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 58,14 94,29 53,53 61,31 267,27 65,22 59,49 49,89 66,81 241,41 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 13,76 11,95 11,94 24,46 62,11 14,22 10,84 7,68 23,16 55,90

Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 5,56 8,42 6,35 6,45 26,79 6,64 7,44 7,24 9,68 30,98 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 1,18 1,43 1,13 0,92 4,65 0,70 0,54 0,66 2,83 4,73

Indeks Harga Konsumen- Kota Yogyakarta 117,81 119,75 123,24 125,25 125,25 126,68 126,81 129,01 130,11 130,11

Laju Inflasi Tahunan- Kota Yogyakarta 3,35 4,93 5,98 7,38 7,38 7,53 5,90 4,68 3,88 3,88

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)- Tabungan 9.977 10.557 11.199 12.305 12.305 12.159 12.567 13.420 14.968 14.968 - Giro 3.219 3.226 3.076 3.100 3.100 3.501 3.727 3.628 3.644 3.644 - Deposito 8.233 8.790 8.709 9.119 9.119 9.261 9.753 10.597 10.162 10.162

Kredit (Rp Miliar) - Berdsarkan Lokasi Proyek- Modal Kerja 4.660 4.891 5.340 5.615 5.615 5.708 6.303 6.434 7.277 7.277 - Konsumsi 1.733 1.817 1.727 2.217 2.217 2.311 2.490 2.732 2.386 2.386 - Investasi 6.110 6.288 6.439 6.748 6.748 7.029 7.359 7.892 8.276 8.276

Kredit UMKM (Rp Miliar)- Modal Kerja 3.392 3.529 3.893 3.978 3.978 4.421 4.960 5.006 5.416 5.416 - Investasi 908 1.066 1.029 1.086 1.086 1.295 1.568 1.618 1.586 1.586

Loan to Deposit Ratio (%) 58,35 57,57 58,76 59,45 59,45 60,38 62,01 61,70 62,34 62,34 NPL Gross (%) 3,48 3,51 3,50 3,08 3,08 3,32 3,25 3,05 2,41 2,41

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS (Rp Miliar)- Rata-rata Harian Nominal Transaksi 2.253 1.689 1.572 4.797 2.578 644 30 916 3.002 1.148 - Rata-rata Harian Volume Transaksi 1.398 1.434 1.410 1.399 1.410 1.011 964 947 806 932

Transaksi Kliring (Rp Miliar)- Rata-rata Harian Nominal Transaksi 34 35 39 30 35 33 42 49 43 42 - Rata-rata Harian Volume Transaksi 1.670 1.639 1.674 1.366 1.587 1.472 1.760 1.821 1.619 1.668

2010 2011Indikator

Page 8: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

ix

Daftar Isi

Daftar Isi

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v

INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xiii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1

BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 5

1. PDRB Sisi Permintaan..................................................................................... 6

1.1 Konsumsi Rumah Tangga ........................................................................ 7

1.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................................. 8

1.3 Investasi ................................................................................................. 8

1.4 Lainnya .................................................................................................. 9

2. PDRB Sisi Penawaran ..................................................................................... 10

2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................ 12

2.2. Sektor Jasa-jasa ...................................................................................... 13

2.3. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................... 14

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 15

2.5. Sektor Bangunan .................................................................................... 16

2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 17

2.7. Sektor Penggalian .................................................................................. 17

2.8. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih ............................................................... 18

2.9. Sektor Pertanian ..................................................................................... 18

Boks :

Penelitian Events Budaya dan Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata DIY ....... 20

Village Breeding Center, Program Klaster Pengembangan UMKM .................. 25

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 27

1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 27

2. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 32

3. Inflasi Inti dan Non Inti ................................................................................... 35

Page 10: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

x

Daftar Isi

Daftar Isi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 37

1. Aset .............................................................................................................. 37

2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 37

3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 39

4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 41

5. Kredit Properti ............................................................................................... 43

6. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... 44

a. Risiko Kredit .............................................................................................. 44

b. Risiko Likuiditas ......................................................................................... 45

7. Perbankan Syariah......................................................................................... 46

a. Aset Perbankan Syariah ............................................................................ 46

b. Intermediasi Perbankan Syariah ................................................................. 46

c. Penghimpunan Dana ................................................................................. 47

d. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ......................................................... 47

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 49

1. Sistem Pembayaran Tunai .............................................................................. 49

a. Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar .............................................. 49

b. Penukaran Uang ....................................................................................... 50

c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) .................................................... 51

d. Temuan Uang Palsu ................................................................................... 51

2. Sistem Pembayaran Non Tunai ...................................................................... 52

a. Transaksi Kliring......................................................................................... 52

b. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ................ 54

BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ................................................................... 57

1. Pendapatan APBD Gabungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota ......... 57

2. Belanja Pemerintah ....................................................................................... 59

3. Sumber Pembiayaan Pemerintah ................................................................... 60

BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ....................................................................... 61

1. Pendapatan per Kapita .................................................................................. 61

2. Tenaga Kerja ................................................................................................. 61

3. Upah Minimum Provinsi ................................................................................. 65

4. Kemiskinan ................................................................................................... 65

5. Indeks Kesengsaraan ..................................................................................... 66

Page 11: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

xi

Daftar Isi

Daftar Isi

6. Indeks Pembangunan Manusia ...................................................................... 66

BAB 7 PROSPEK KONDISI PEREKONOMIAN ................................................................. 69

1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi ..................................................... 69

2. Prospek Perbankan ........................................................................................ 73

3. Prospek Keuangan Daerah ............................................................................ 74

Page 12: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

xii

Daftar Lampiran

Daftar Lampiran

Lampiran 1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku .............................. 78

Lampiran 2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan ............................. 79

Lampiran 3. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ............................................... 80

Lampiran 4. Indikator Perbankan - Propinsi DIY .......................................................... 81

Lampiran 5. Indikator Bank Umum - Propinsi DIY ....................................................... 83

Lampiran 6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul .............................................. 84

Lampiran 7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul .................................... 85

Lampiran 8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo ...................................... 86

Lampiran 9. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman ............................................ 87

Lampiran 10. Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ................................................ 88

Lampiran 11. Indikator BPR - Propinsi DIY .................................................................... 89

Lampiran 12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ........................................................... 89

Lampiran 13. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul .................................................. 90

Lampiran 14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo .................................................... 90

Lampiran 15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman .......................................................... 91

Lampiran 16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta ............................................................. 91

Lampiran 17. Realisasi APBD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ............................... 92

Page 13: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

xiii

Daftar Tabel

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. 6

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 11

Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Tahun 2011 ..... 14

Tabel 1.4. Produksi Padi - Palawija (ATAP) di Provinsi DIY .............................................. 19

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 29

Tabel 2.2. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 35

Tabel 3.1. Indikator Perbankan ...................................................................................... 37

Tabel 3.2. Perkembangan Intermediasi Perbankan ......................................................... 38

Tabel 3.3. Kredit Properti Bank Umum ........................................................................... 44

Tabel 3.4. Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... 47

Tabel 4.1. Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... 50

Tabel 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ........................................................ 51

Tabel 4.3. Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. 52

Tabel 4.4. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ 53

Tabel 5.1. APBD Provinsi, Kabupaten Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pendapatan .... 58

Tabel 5.2. APBD Provinsi, Kabupaten Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Belanja ............ 59

Tabel 5.3. APBD Provinsi, Kabupaten Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pembiayaan .... 60

Tabel 6.1. PDRB Per Kapita ............................................................................................ 61

Tabel 6.2. Angkatan Kerja ............................................................................................. 62

Tabel 6.3. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... 63

Tabel 6.4. Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. 64

Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Indonesia ..................................................................... 67

Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... 70

Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ 71

Tabel 7.3. Perkiraan Inflasi ............................................................................................. 72

Tabel 7.4. Perkiraan Keuangan Daerah (Sisi Pendapatan) .............................................. 74

Tabel 7.5. Perkiraan Keuangan Daerah (Sisi Belanja) ..................................................... 75

Page 14: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

xiv

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................. 5

Grafik 1.2. Komposisi PDRB Sisi Permintaan .................................................................... 6

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen (SK-BI) .............................................................. 7

Grafik 1.4. Survei Penjualan Eceran-BI ............................................................................ 7

Grafik 1.5. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY .......................................... 8

Grafik 1.6. Ekspektasi Kegiatan Usaha di DIY ................................................................. 8

Grafik 1.7. Survei Penjualan Eceran Bahan Konstruksi di DIY ........................................... 9

Grafik 1.8. Pertumbuhan Kredit Investasi di DIY .............................................................. 9

Grafik 1.9. Perkembangan Nilai Ekspor DIY .................................................................... 10

Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Ekspor DIY Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas ............ 10

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Impor DIY ..................................................................... 10

Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Impor DIY Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas ............. 10

Grafik 1.13. Komposisi PDRB Sisi Penawaran ................................................................... 11

Grafik 1.14. Kontribusi Sektoral PDRB Sisi Penawaran ...................................................... 11

Grafik 1.15. Perkembangan Wisatawan Nusantara........................................................... 12

Grafik 1.16. Perkembangan Wisatawan Mancanegara ..................................................... 12

Grafik 1.17. Tingkat Hunian Hotel ................................................................................... 12

Grafik 1.18. Lama Tinggal Wisatawan.............................................................................. 12

Grafik 1.19. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor PHR ................................................. 13

Grafik 1.20. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Jasa ................................................. 14

Grafik 1.21. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Industri Pengolahan .......................... 15

Grafik 1.22. Arus Penumpang Adisutjipto ......................................................................... 16

Grafik 1.23. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Transportasi ...................................... 16

Grafik 1.24. Konsumsi Semen .......................................................................................... 17

Grafik 1.25. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Bangunan......................................... 17

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum ................................................. 17

Grafik 1.27. Perkembangan LDR Perbankan ..................................................................... 17

Grafik 1.28. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Penggalian ....................................... 18

Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................. 19

Grafik 1.30. Outstanding Kredit Bank Umum Kredit Sektor Pertanian ............................... 19

Grafik 2.1. Inflasi Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa .................................................... 28

Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... 29

Grafik 2.3. Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional ................................................................. 29

Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Makanan Jadi dan Perumahan ............................................. 30

Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Sandang dan Bahan Makanan ............................................. 30

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Kesehatan, Pendidikan dan Transportasi ............................... 30

Page 15: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

xv

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Emas Dunia ................................................................ 30

Grafik 2.8. Laju Inflasi Subkelompok Sayur-sayuran dan Bumbu-bumbuan ....................... 30

Grafik 2.9. Harga Bawang Merah (rata-rata per bulan) .................................................... 31

Grafik 2.10. Harga Beras (rata-rata per bulan) .................................................................. 31

Grafik 2.11. Harga Gula (rata-rata per bulan) ................................................................... 32

Grafik 2.12. Harga Telur Ayam Ras (rata-rata per bulan) .................................................. 32

Grafik 2.13. Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ............................................... 36

Grafik 2.14. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................ 36

Grafik 3.1. LDR DIY ....................................................................................................... 38

Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ...................................................................................... 38

Grafik 3.3. Kredit Baru Bank Umum ............................................................................... 39

Grafik 3.4. Undisbursed Loan Bank Umum DIY .............................................................. 39

Grafik 3.5. DPK Perbankan ............................................................................................ 40

Grafik 3.6. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .................................................................. 40

Grafik 3.7. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ..................................................... 40

Grafik 3.8. Komposisi DPK Perbankan ............................................................................ 40

Grafik 3.9. Jumlah Rekening DPK Menurut Jenis ............................................................ 41

Grafik 3.10. Rata-rata Nominal Per Rekening DPK ............................................................ 41

Grafik 3.11. Komposisi Deposito Bank Umum .................................................................. 41

Grafik 3.12. Kredit Perbankan .......................................................................................... 41

Grafik 3.13. Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan ..................................................... 42

Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan ........................................... 42

Grafik 3.15. Kredit Sektor Tradable .................................................................................. 43

Grafik 3.16. Kredit Sektor Non Tradable ........................................................................... 43

Grafik 3.17. Kredit Properti Kepada Pengembang ............................................................ 43

Grafik 3.18. Kredit Properti Kepada Konsumen ................................................................ 43

Grafik 3.19. Non Performing Loans DIY ............................................................................ 45

Grafik 3.20. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ........................................................ 45

Grafik 3.21. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama ................................................... 45

Grafik 3.22. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya .................................................. 45

Grafik 3.23. Ekses Likuiditas ............................................................................................ 46

Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ....................................................................................... 49

Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................. 53

Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ........................................................................................... 54

Grafik 6.1. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY ..................... 62

Grafik 6.2. Upah Minimum Provinsi DIY ........................................................................... 64

Page 16: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

xvi

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Grafik 6.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY ............................................. 65

Grafik 6.4. Indeks Kesengsaraan ...................................................................................... 66

Grafik 7.1. Proyeksi Aset Bank Umum 2011 ..................................................................... 73

Grafik 7.2. Proyeksi DPK Bank Umum 2011 ..................................................................... 73

Grafik 7.3. Proyeksi Kredit Bank Umum 2011................................................................... 73

Grafik 7.4. Proyeksi LDR Bank Umum 2011 ...................................................................... 73

Page 17: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

1  

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan ekonomi daerah istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2011

semakin membaik, walaupun dampak erupsi Merapi yang terjadi pada akhir tahun

2010 masih terasa hingga paruh pertama tahun 2011. Memasuki semester II tahun 2011,

sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia dan selesainya periode tanggap darurat

Merapi, pertumbuhan ekonomi DIY tumbuh cukup tinggi. Hal ini menyebabkan perekonomian

DIY untuk keseluruhan tahun tumbuh 5,16%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di

triwulan IV tahun 2011. Dari sisi permintaan, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh

konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, dan investasi.

Tingginya permintaan domestik menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tahun 2011.

Sementara itu, dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi terjadi pada semua sektor, kecuali

sektor pertanian yang mengalami penurunan sebagai dampak dari erupsi Merapi. Sektor

dominan penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2011 adalah sektor Perdagangan Hotel dan

Restoran (PHR); sektor Jasa-jasa; dan sektor Industri Pengolahan.

Sementara, inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2011 mencapai 3,88%

yoy, turun tajam dibandingkan inflasi tahun sebelumnya 7,38%, namun sedikit lebih

tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 3,78% yoy. Relatif terkendalinya inflasi di Kota

Yogyakarta selama tahun 2011 antara lain disebabkan oleh tersedianya pasokan dan stok

komoditas pokok yang terjaga yang didukung oleh relatif efektifnya Tim Pengendalian Inflasi

(TPI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu, minimnya kebijakan harga komoditas yang

diatur oleh pemerintah (administered price) juga mempunyai pengaruh terhadap inflasi di Kota

Yogyakarta. Di level nasional, kebijakan pemerintah yang cukup responsif antara lain secara

terukur melakukan impor komoditas pokok dan melakukan intervensi pasar untuk menjaga

keseimbangan permintaan dan penawaran, nilai tukar yang menguat, dan ekspektasi inflasi

yang membaik dapat menekan kenaikan harga.

Perbankan DIY tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Kredit perbankan tumbuh cukup tinggi (23,03%) ditopang oleh

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh signifikan (17,33%). Perbankan juga

cukup berhasil menekan resiko kredit yang tercermin dari menurunnya rasio Non Performing

Loan (NPL) menjadi 2,41% dari semula 3,19%. Perekonomian yang membaik telah

mendorong akselerasi peningkatan kredit perbankan lebih tinggi sehingga Loan to Deposit

Page 18: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

2  

Ringkasan Eksekutif

Ratio (LDR) meningkat dari 59,45% menjadi 62,34%. Sejalan dengan perkembangan tersebut,

perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Sejalan dengan perekonomian yang membaik, transaksi tunai dan non tunai

meningkat cukup tinggi di DIY. Transaksi pembayaran tunai antara Bank Indonesia dengan

Perbankan secara bulanan rata-rata meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun

sebelumnya. Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai juga meningkat tinggi, walaupun

tidak setinggi peningkatan transaksi tunai. Pada periode laporan, temuan uang palsu yang

terdata di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY relatif rendah, turun 80,27% dari

tahun sebelumnya.

Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY

tahun 2011,mengalami peningkatan baik di sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran.

Secara umum, realisasi pos penerimaan APBD Gabungan Rp6.813 miliar, naik 18,82% dari

tahun sebelumnya dan melebihi rencana awal (103,17%). Ketergantungan APBD di DIY

terhadap pemerintah pusat masih dominan, tercermin dari kontribusi Dana Perimbangan

mencapai Rp3.883 miliar (57,00%), sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar

Rp1.567 miliar (23,00%). Di sisi pengeluaran realisasi APBD sebesar Rp6.650 miliar, naik

16,41% dari tahun sebelumnya. Namun realisasi tersebut lebih rendah dari rencana awal

(92,90%). Sementara itu, alokasi belanja daerah masih terkonsentrasi kepada belanja pegawai

dan belanja barang dan jasa.

Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ditopang dengan inflasi yang

rendah berpengaruh pada membaiknya kesejahteraan masyarakat di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Indikator kesejahteraan yang membaik tersebut antara lain tercermin

pada data pendapatan per kapita, tingkat pengangguran dan kualitas hidup sebagaimana

tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM). Pendapatan per kapita penduduk DIY

tahun 2011 mencapai Rp 14,9 juta per tahun, tumbuh sebesar 12,3% dibanding tahun

sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi DIY pada bulan Agustus 2011

tercatat sebesar 3,97%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (5,69%). Nilai IPM DIY

tahun 2010 sebesar 75,77 meningkat dibandingkan indeks pada tahun sebelumnya 75,23.

Pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dari

tahun 2011. Pemulihan ekonomi global pada tahun 2012 sedikit terancam dengan semakin

tidak menentunya penyelesaian krisis di Zona Euro. Secara umum, pertumbuhan ekonomi di

Page 19: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

3  

Ringkasan Eksekutif

negara berkembang diperkirakan juga melambat karena buruknya lingkungan eksternal dan

melemahnya permintaan internal. Namun demikian, perekonomian Indonesia pada tahun

2012 diperkirakan masih tumbuh cukup kuat pada kisaran 6,0% - 6,5%. Searah dengan hal

tersebut, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan akan mencapai 5,60%±0,5% yang

terutama didorong oleh konsumsi dan investasi dari sisi permintaan. Sedangkan pertumbuhan

ekonomi dari sisi sektoral masih didorong oleh sektor PHR. Sementara itu, inflasi pada tahun

2012 diperkirakan pada kisaran 5,22±1% dengan kecenderungan bias ke bawah.

Page 20: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

5  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Perkembangan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2011

semakin membaik, walaupun dampak erupsi Merapi yang terjadi pada akhir tahun

2010, masih terasa hingga paruh pertama tahun 2011. Memasuki semester II tahun 2011,

sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia dan selesainya periode tanggap darurat

Merapi, pertumbuhan ekonomi DIY tumbuh cukup tinggi. Hal ini menyebabkan perekonomian

DIY untuk keseluruhan tahun tumbuh 5,16%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di

triwulan IV tahun 2011. Dari sisi permintaan, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh

konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, dan investasi.

Tingginya permintaan domestik menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tahun 2011.

Sementara itu, dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi terjadi pada semua sektor, kecuali

sektor pertanian yang mengalami penurunan sebagai dampak dari erupsi Merapi. Sektor

dominan penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2011 adalah sektor Perdagangan Hotel dan

Restoran (PHR); sektor Jasa-jasa; dan sektor Industri Pengolahan.

3

4

5

6

7

8

0

4.000

8.000

12.000

16.000

20.000

24.000

2008 2009 2010 2011

% (yoy)

Sumber: BPS DIY

Miliar Rp

PDRB Harga Konstan

Pertumbuhan PDB Nasional (rhs)

Pertumbuhan PDRB DIY (rhs)

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 

Page 22: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

6  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

PDRB Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama didorong

oleh konsumsi rumah tangga dan investasi dengan andil masing-masing sebesar

3,26% dan 1,21%. Sementara, konsumsi pemerintah memberikan andil sebesar 1,06%.

Kinerja ekspor DIY pada tahun 2011 sedikit melambat karena krisis ekonomi yang masih

melanda Eropa dan Amerika. Namun, di sisi lain impor tumbuh relatif cukup tinggi. Untuk

perdagangan antar daerah, DIY masih mengalami defisit, mengingat DIY bukan merupakan

daerah industri, sehingga banyak mendatangkan barang manufaktur dari luar daerah.

Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2 Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2

(miliar Rp) (%) (%,yoy) (%) (miliar Rp) (%) (%,yoy) (%)

1 Konsumsi Rumah Tangga 8.629 9.211 9.882 46,96 7,28 3,34 10.568 47,76 6,95 3,26

2 Konsumsi Pemerintah 3.812 4.100 4.215 20,03 2,82 0,58 4.438 20,05 5,28 1,06

3 Investasi2 5.211 5.378 5.561 26,43 3,41 0,91 5.816 26,28 4,57 1,21

4 Lainnya 1.561 1.375 1.386 6,58 0,76 0,05 1.308 5,91 -5,62 -0,37

19.212 20.064 21.044 100,00 4,88 4,88 22.130 100,00 5,16 5,16Keterangan:

1) PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (miliar Rp).

2) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Provinsi DIY

Total

Tabel 1.1Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1

No Jenis Penggunaan2008

(miliar Rp)2009

(miliar Rp)

2010* 2011**

 

Grafik 1.2 Komposisi PDRB Sisi Permintaan Tahun 2011

Konsumsi Rumah Tangga47,76%

Konsumsi Pemerintah

20,05%

PMTB (Investasi)

26,28%

Lainnya5,91%

 

Page 23: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

7  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Konsumsi Rumah Tangga

Pada tahun 2011, nilai riil Konsumsi Rumah Tangga tercatat Rp10.568 miliar

atau tumbuh 6,95%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun

sebelumnya (7,28%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi adalah

peningkatan pendapatan masyarakat yang antara lain tercermin pada peningkatan Nilai Tukar

Petani (NTP), kenaikan Gaji PNS dan Upah Minimum Provinsi (UMP), dan tingginya

pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor utama seperti sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor

Industri Pengolahan juga berdampak pada peningkatan penghasilan masyarakat. Di sisi lain,

dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan meningkat dan laju inflasi pada tahun laporan

relatif rendah.

0

20

40

60

80

100

120

140

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010 2011

%

gPDRB Konsumsi

IKK(rhs)

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen (SK – BI)

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

I II III IV I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010 2011

%

gPDRB Konsumsi

Indeks Penjualan Riil (rhs)

Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran – BI

Pertumbuhan ekonomi DIY selama tahun 2011 dikonfirmasi oleh hasil survei dan juga

prompt indicator. Hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa nilai Indeks Keyakinan

Konsumen1 selama tahun 2011 berada dalam zona optimis meskipun pada semester II

beberapa kali turun dibawah zona optimis akibat adanya wacana pembatasan konsumsi BBM

bersubsidi. Hasil Survei penjualan Eceran juga menunjukkan masih terdapatnya

kecenderungan masyarakat umum untuk menaikkan konsumsi terhadap hampir semua

kelompok komoditi. Indeks Penjualan Eceran2 selama tahun laporan menurun walaupun masih

dalam level optimis, yaitu dari 161,41 pada tahun 2010 menjadi 145,52 pada tahun 2011.

                                                            1 Indeks Keyakinan Konsumen adalah tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian. 2 Indeks Penjualan Eceran merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui sumber tekanan

inflasi dari sisi permintaan dan memperoleh gambaran mengenai kecenderungan perkembangan penjualan eceran dan konsumsi masyarakat umumnya.

Page 24: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

8  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Sementara itu, dari sisi prompt indicator, beberapa indikator konsumsi menunjukkan

peningkatan konsumsi barang tahan lama. Jumlah kendaraan bermotor baik mobil maupun

sepeda motor meningkat.

Grafik 1.5 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

1,00 

2,00 

3,00 

4,00 

5,00 

6,00 

7,00 

8,00 

9,00 

2008 2009 2010 2011

% (yoy)% (yoy) Chart Title

gPDRB Konsumsi gMobil (rhs) gSepeda Motor (rhs)

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Chart Title

Perkiraan Realisasi

%, SBT

Grafik 1.6 Ekspektasi Kegiatan Usaha

Konsumsi Pemerintah

Nilai riil Konsumsi Pemerintah pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp4.438

miliar, atau tumbuh 5,28% yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun

sebelumnya (2,82%). Selain mengalami peningkatan pertumbuhan, andil Konsumsi

Pemerintah terhadap pertumbuhan terhadap total PDRB DIY juga meningkat dari 0,58% pada

tahun 2010 menjadi 1,06% pada tahun laporan. Hal ini menunjukkan bahwa peran Konsumsi

Pemerintah masih cukup dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DIY. Adapun

faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi pemerintah antara lain bersumber dari

belanja tanggap darurat Merapi dan juga tingginya belanja pemerintah pusat yang

dialokasikan ke DIY.

Investasi (PMTDB)

Nilai investasi baru (PMTDB) yang ditanamkan di DIY pada tahun 2011 tercatat

sebesar Rp5.816 miliar atau tumbuh sebesar 4,57% yoy, lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (3,41%). Ekspansi investasi pada tahun 2011 antara lain terkait

dengan pembangunan beberapa proyek infrastruktur dan properti, termasuk hotel di DIY

sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional dan DIY sendiri. Paska erupsi Merapi, DIY

justru semakin eksotis dan menjadi daya tarik bagi investor untuk mengembangkan kegiatan

di sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan.

Page 25: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

9  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Perkembangan investasi di triwulan laporan terindikasi dari hasil survei SKDU

dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha

maupun situasi bisnis (SKDU) dan indeks penjualan bahan konstruksi menunjukkan

peningkatan. Sementara itu, penjualan semen di DIY pada tahun laporan juga melonjak, yang

mencerminkan investasi bangunan meningkat.

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010 2011

Chart Title

Indeks Bahan Konstruksi SPE gPDRB Investasi (%, yoy/rhs)

Grafik 1.7 SPE Komoditi Bahan Konstruksi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Chart Title

Kredit Investasi growth (yoy,rhs)

Grafik 1.8 Pertumbuhan Kredit Investasi

Dari sisi pembiayaan, dukung pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan

menunjukkan peningkatan. Pada tahun laporan, peningkatan outstanding kredit investasi

yang berlokasi di DIY mencapai 7,03% yoy. Namun demikian, berdasarkan hasil liason, belanja

investasi swasta sebagian besar dibiayai dari dana sendiri. Sedangkan pengeluaran investasi

pemerintah tumbuh tinggi, antara lain karena perbaikan infrastruktur pasca erupsi Merapi.

Lainnya

Pertumbuhan komponen Lainnya, yang antara lain terdiri dari perdagangan

luar negeri, perdagangan antar wilayah dan perubahan stok, mengalami penurunan

dari 0,63% yoy pada tahun 2010 menjadi -5,50% yoy pada tahun laporan. Nilai riil

komponen ini menurun dari Rp1.384 miliar pada 2010 menjadi Rp1.308 miliar pada tahun

laporan dan memberikan andil -0,36% terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Kondisi ini

terutama disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor DIY sehubungan dengan penurunan

permintaan akibat krisis keungan Eropa dan Amerika Serikat. Di sisi lain, defisit perdagangan

antar daerah meningkat karena DIY lebih banyak mendatangkan barang, khususnya produk

manufaktur dari luar daerah.

Page 26: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

10  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.10 Komposisi Nilai Ekspor DIY  Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas

Pakaian Jadi; 48,33%

Furniture; 12,87%

Barang Manufaktur; 

12,29%

Lain‐lain; 26,51%

Grafik 1.12 Komposisi Nilai Impor DIY  Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas  

Benang Tekstil; 80%

Bahan Kayu; 4%

Mesin; 5%

Lain‐lain; 13%

Kinerja ekspor DIY turun 9,68% dibandingkan tahun sebelumnya, dari USD 267 juta

pada tahun 2010, menjadi USD 241 juta pada tahun laporan. Adapun faktor yang

mempengaruhi penurunan ekspor adalah krisis ekonomi dan finansial di Eropa dan Amerika

Serikat, sehingga permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama menurun, khususnya

untuk produk kerajinan kayu.

Grafik 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor DIY

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

%, yoyJuta USD

Nilai Ekspor

Pertumbuhan (rhs)

Di sisi lain, kinerja impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri mengalami

peningkatan. Nilai impor DIY tahun 2011 USD 33,91 juta, meningkat 26,57% dibandingkan

tahun 2009 (USD 26,79 juta). Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan impor antara

lain adalah peningkatan produksi di industri garmen yang bahan bakunya sebagian besar

masih harus diimpor.

Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Impor DIY

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

%, yoyJuta USD

Nilai Impor

Pertumbuhan (rhs)

Page 27: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

11  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

PDRB Sisi Penawaran

Peningkatan pertumbuhan di sisi permintaan juga tercermin pada peningkatan

pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor PHR; sektor Jasa-jasa;

dan sektor Industri Pengolahan. Seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, sektor

Tersier (sektor PHR; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan; dan sektor Jasa-jasa) mendominasi PDRB DIY, yaitu sebesar 58,95%.

Selanjutnya diikuti kelompok sektor Sekunder (sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas

dan Air Bersih dan sektor Bangunan) sebesar 24,28% dan kelompok sektor Primer (sektor

Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian) sebesar 16,78%.

Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2 Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2

(miliar Rp) (%) (%,yoy) (%) (miliar Rp) (%) (%,yoy) (%)

1 Pertanian 3.524 3.643 3.633 17,26 -0,27 -0,05 3.556 16,07 -2,12 -0,37

2 Penggalian 138 139 140 0,67 0,88 0,01 157 0,71 11,96 0,08

3 Industri Pengolahan 2.563 2.611 2.794 13,27 7,00 0,91 2.983 13,48 6,79 0,90

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 175 186 193 0,92 4,00 0,04 201 0,91 4,26 0,04

5 Bangunan 1.838 1.924 2.040 9,70 6,06 0,58 2.188 9,89 7,23 0,70

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.948 4.162 4.384 20,83 5,33 1,11 4.611 20,84 5,19 1,08

7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.009 2.129 2.251 10,70 5,73 0,61 2.431 10,98 8,00 0,86

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.794 1.903 2.024 9,62 6,35 0,60 2.185 9,87 7,95 0,76

9 Jasa-jasa 3.224 3.369 3.586 17,04 6,44 1,08 3.818 17,25 6,47 1,10

19.212 20.064 21.044 100,00 4,88 4,88 22.130 100,00 5,16 5,16Keterangan:

1) PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (miliar Rp).

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Provinsi DIY

Total

Tabel 1.2Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran1

No Jenis Penggunaan2008

(miliar Rp)2009

(miliar Rp)

2010* 2011**

Grafik 1.13 Komposisi PDRB Sisi Penawaran Tahun 2011

Pertanian16%

Penggalian1%

Industri Pengolahan

13%

Listrik, Gas & Air Bersih1%

Bangunan10%

Perdagangan,Hotel & Restoran

21%

Pengangkutan & Komunikasi

11%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

10%

Jasa‐jasa17%

Grafik 1.14 Kontribusi Sektoral PDRB Sisi Penawaran Tahun 2011

(0,37)

0,08 

0,90 

0,04 

0,70 

1,08 

0,86 0,76 

1,10 

(0,60)

(0,40)

(0,20)

0,20 

0,40 

0,60 

0,80 

1,00 

1,20 %

Pertanian Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan Perdagangan,Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Jasa‐jasa

Page 28: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

12  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada tahun 2011 tumbuh 5,19%

yoy, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (5,33%). Peningkatan kinerja sektor PHR

disebabkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat serta kembali normalnya kegiatan di

sektor PHR paska erupsi Merapi. Hal tersebut juga ditunjang oleh padatnya kegiatan yang

dilaksanakan di Yogyakarta antara lain berbagai event MICE serta penyelenggaraan event

seperti Jogja Java Carnival dan Pernikahan Keluarga Keraton Yogyakarta juga mendorong

peningkatan kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

-

50

100

150

200

250

300

350

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Chart Title

Wisnu Growth (rhs)

% (yoy)ribu orang

Grafik 1.15 Perkembangan Wisnu Grafik 1.16 Perkembangan Wisman

(100)

(50)

-

50

100

150

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

%, (yoy)ribu orang

Wisman

Growth (rhs)

Sumber : BPS Provinsi DIY

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

% Chart Title

Bintang Non Bintang

Grafik 1.17 Tingkat Hunian Hotel

0

0,5

1

1,5

2

2,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Malam Chart Title

Bintang Non Bintang

Grafik 1.18 Lama Tinggal Wisatawan

Sumber : BPS Provinsi DIY

Kondisi DIY yang kondusif dan didukung oleh perekonomian yang membaik menarik

investor untuk membangun hotel baru di DIY. Sepanjang tahun 2011 telah beroperasi 14

hotel baru dari berbagai kelas, sehingga meningkatkan jumlah kamar yang tersedia di DIY.

Selain itu, pembangunan hotel dan properti komersial juga masih akan berlanjut pada tahun

berikutnya sehingga kapasitas perekonomian DIY, khususnya di sektor PHR, akan meningkat.

Page 29: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

13  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi. Outstanding kredit yang

disalurkan di sektor ini pada posisi akhir tahun 2011 mencapai Rp3.756 miliar, meningkat

28,31% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit mengalami peningkatan yang

ditandai dengan turunnya NPL dari 3,89% pada tahun 2010 menjadi 2,71% pada tahun

2011.

Grafik 1.19 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor PHR

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

% (yoy)Rp miliar

Kredit PHR gPHR (rhs)

Sektor Jasa-jasa

Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada tahun 2011 mencapai 6,47%(yoy), relatif

sama dibandingkan tahun sebelumnya (6,44%). Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan kegiatan di sub Sektor Jasa

Pemerintahan, sebagaimana tercermin pada tingginya konsumsi Pemerintah, dan juga

peningkatan kinerja subsektor jasa swasta terkait dengan banyaknya event MICE sepanjang

tahun laporan serta peningkatan kunjungan wisata sepanjang libur perayaan hari besar

keagamaan dan libur akhir tahun.

Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa mengalami peningkatan. Outstanding kredit di

sektor ini hingga akhir tahun 2011 mencapai Rp3.223 miliar, tumbuh 152% dari tahun

sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya aktifitas kegiatan sektor ekonomi

yang relevan, terutama sektor PHR.

Page 30: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

14  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.20 Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Jasa

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

% (yoy)Rp miliar

Jasa gJasa (rhs)

Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2012 tumbuh 6,79% yoy, sedikit lebih

lambat dari tahun 2011 (7,00% yoy). Andil sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi

turun tipis dari 0,91% menjadi 0,90%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan

di sektor industri adalah permintaan ekspor yang cenderung menurun karena pelemahan

ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan yang melambat

pada subsektor industri yang berorientasi ekspor seperti industri kulit dan barang dari kulit

(-8,41% yoy) dan tekstil (-0,45% yoy).

Pertumbuhan

2011

1. Makanan dan Minuman 8,33

2. Tekstil -0,45

3. Pakaian jadi 33,20

4. Kulit dan Barang dari kulit -8,41

5. Plastik dan barang dari plastik -10,82

6. Penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman 2,81

7. Mesin dan perlengkapannya -4,40

8. Mesin listrik dan perlengkapannya 2,07

Industri Besar dan Sedang 21,12

Sumber: BPS Provinsi DIY

No Kelompok Industri

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan SedangTahun 2011 (%, yoy)

Tabel 1.3

Page 31: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

15  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Namun perlambatan tersebut masih tertahan oleh peningkatan industri pakaian jadi

(33,20% yoy) karena peningkatan permintaan pasar domestik dan internasional. Dari hasil

survei juga mengkonfirmasi bahwa pemesanan terhadap produk olahan, khususnya garmen,

meningkat sehingga penggunaan kapasitas juga relatif tinggi.

Walaupun kinerja di sektor industri pengolahan melambat, namun dukungan

pembiayaan dari perbankan meningkat. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada

posisi akhir bulan tahun 2011 berjumlah Rp938,02 miliar atau meningkat 21,72% yoy.

Grafik 1.21 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Industri Pengolahan

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

% (yoy)Rp miliar

Kredit Industri gIndustri (rhs)

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada tahun 2011, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 8,00% yoy,

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 (5,73%). Kinerja sub sektor pengangkutan

pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang tercermin pada perkembangan beberapa

prompt indikator, khususnya angkutan udara dengan peningkatan sebesar 17,31% yoy

(Grafik 1.22).

Penggunaan perangkat seluler semakin meningkat, sejalan dengan peningkatan

layanan produk dan juga kompetisi yang meningkat. Layanan komunikasi seluler telah menjadi

kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat, sehingga penggunaannya dari waktu ke waktu

masih terus meningkat. Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua

mahasiswa di DIY menggunakan layanan seluler dengan pola pengeluaran yang cukup tinggi.

Page 32: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

16  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Demikian juga dalam keseharian sebagian besar masyarakat sudah menjadikan layanan seluler

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam hidupnya.

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Datang Berangkat gDatang (yoy,rhs) gBerangkat (yoy,rhs)

orang %

Grafik 1.22 Arus Penumpang Adisutjipto

Sumber : BPS Provinsi DIY

Grafik 1.23 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Transportasi

‐100

0

100

200

300

400

500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

% (yoy)Rp miliar

Kredit Transportasi

gTransportasi (rhs)

Dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini masih tumbuh sangat tinggi.

Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2011 tercatat

sebesar Rp194,66 miliar, atau tumbuh 93,20% yoy.

Sektor Bangunan

Sektor Bangunan pada tahun 2011 tumbuh 7,23%yoy, tumbuh lebih cepat

dibandingkan tahun sebelumnya (6,06%). Faktor yang mempengaruhi percepatan

pertumbuhan di sektor bangunan adalah maraknya pembangunan properti, baik properti

residensial maupun komersial. Properti komersial dalam bentuk pembangunan hotel, ruko, dll.

masih tumbuh cukup tinggi di DIY. Salah satu indikator yang cukup kuat mendukung

perkembangan di sektor ini antara lain adalah peningkatan penjualan semen dan penyaluran

kredit di sektor Bangunan.

Dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan di DIY relatif meningkat.

Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Desember 2011

sebesar Rp228,97 miliar, atau naik 12,11% yoy.

Page 33: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

17  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.24 Konsumsi Semen

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Chart T it le

Konsumsi Semen gKonsumsi Semen (rhs)

%ton

Grafik 1.25 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Bangunan

‐60

‐50

‐40

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

0

50

100

150

200

250

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

% (yoy)Rp miliar

Kredit Bangunan gBangunan  (rhs)

Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pada tahun 2011, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 7,95% yoy,

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (6,35%). Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan nilai tambah subsektor perbankan

terkait dengan peningkatan intermediasi perbankan. Pertumbuhan yang membaik juga

tercermin pada peningkatan kinerja subsektor Persewaan dan Jasa Perusahaan yang

diindikasikan oleh peningkatan kegiatan jasa persewaan properti, dan juga jasa-jasa

perusahaan

Grafik 1.26 Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

% (yoy)Rp miliar

Kredit  NPL

Grafik 1.27 Perkembangan LDR Perbankan

50

52

54

56

58

60

62

64

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

%

Sektor Penggalian

Kinerja sektor Penggalian pada tahun 2011 melesat, tumbuh 11,96% yoy, lebih

tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya (0,88%). Faktor yang mendukung antara

lain adalah peningkatan kinerja di sektor bangunan dan produksi penambangan pasir di lereng

Page 34: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

18  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Merapi yang melimpah paska letusan besar siklus 100 tahunan. Deposit yang dimuntahkan

dari Gunung Merapi diperkirakan mencapai 140 juta m3 yang terdiri dari pasir dan bebatuan.

Walaupun pertumbuhan di sektor ini melesat, namun demikian pembiayaan Bank Umum ke

sektor ini sampai dengan akhir tahun 2011 hanya naik 3,53%, yoy menjadi Rp8,37 miliar.

Grafik 1.28 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Penggalian

‐50

0

50

100

150

200

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

% (yoy)Rp miliar

Kredit Penggalian

gPenggalian (rhs)

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Pada tahun laporan, nilai tambah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tercatat

sebesar Rp201 miliar, atau naik sebesar 4,26% dengan andil 0,04%. Peningkatan ini

didorong oleh peningkatan pemakaian energi listrik dan air bersih seiring dengan

pertumbuhan beberapa sektor ekonomi seperti sektor PHR, sektor Jasa-jasa, dan sektor

Bangunan. Sementara itu outstanding kredit untuk membiayai sektor Listrik, Gas dan Air

Bersih di DIY pada posisi Desember 2011 sebesar Rp54,64 miliar, atau naik 29,92% yoy.

Sektor Pertanian

Pada tahun laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh -2,12% yoy, lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (-0,27%). Penurunan nilai tambah di sektor

Pertanian terjadi pada komoditas pertanian (a.l. tanaman Padi). Adapun faktor yang

mempengaruhi antara lain adalah terganggunya beberapa infrastruktur maupun lahan akibat

erupsi Merapi sehingga mempengaruhi produktifitas dan jumlah areal lahan tanaman. Hal ini

berdampak pada produksi yang turun.

Page 35: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

19  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Nilai riil PDRB sektor Pertanian pada tahun laporan sebesar Rp3.556 miliar dengan

pangsa terhadap total PDRB DIY sebesar 16,07%, turun dari tahun sebelumnya Rp3.617

miliar. Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani relatif meningkat, tercermin dari Indeks

Nilai Tukar Petani (NTP) yang meningkat dari 113,70 pada tahun 2010 menjadi 116,61 pada

tahun 2011, atau tumbuh sebesar 2,56%.

ton

No. Uraian 2009 2010 2011 P'tumb1

1 Padi Sawah 662.368 646.816 653.434 1,02

2 Padi Ladang 175.562 177.071 189.500 7,02

Padi 837.930 823.887 842.934 2,31

3 Jagung 314.937 345.576 291.596 -15,62

4 Kedelai 40.278 38.244 32.795 -14,25

5 Kacang Tanah 65.893 58.918 64.084 8,77

6 Kacang Hijau 473 610 371 -39,18

7 Ubi Kayu 1.047.684 1.114.665 867.596 -22,17

8 Ubi Jalar 6.687 6.484 4.854 -25,14Keterangan:1) %, 2011 dibanding 2010Sumber : BPS Provinsi DIY

Tabel 1.4Produksi Padi dan Palawija (ATAP) di Provinsi DIY

Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian relatif rendah.

Pembiayaan kredit bank umum pada posisi Desember 2011 Rp236 miliar, atau hanya 1,50%

dari total outstanding kredit. Relatif rendahnya outstanding kredit di sektor pertanian ini

antara lain dipengaruhi oleh skala usaha per masing-masing petani yang relatif kecil.

Sementara risiko kredit pertanian relatif tinggi, walaupun dari yang sudah diberikan angka NPL

hanya 2,82%.  

‐2,00

‐1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

98

100

102

104

106

108

110

112

114

116

118

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Nilai  Tukar  Petani

NTP gNTP(yoy,rhs)

Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS Provinsi DIY

Grafik 1.30 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Pertanian

‐80

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

% (yoy)Rp miliar

Kredit Pertanian

gPertanian (rhs)

Page 36: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

20  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Boks

Penelitian Events Budaya dan Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata DIY

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting perekonomian Indonesia

termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pariwisata melibatkan banyak kegiatan di

berbagai sektor ekonomi yang pada gilirannya juga berdampak pada kinerja

perekonomian. Sebagai gambaran, turis atau wisatawan yang akan pergi

mengunjungi suatu tempat pasti membutuhkan sarana transportasi, tempat

menginap (akomodasi), makanan dan minuman, jasa perbankan untuk transaksi, jasa

telekomunikasi, jasa hiburan dan sebagainya.

Oleh karena itu, salah satu tantangan yang cukup besar dalam dunia pariwisata

adalah mengupayakan bagaimana destinasi wisata dapat dikenal luas dan menarik

minat masyarakat walaupun sarana transportasi mudah namun akan menjadi

percuma jika destinasi wisatanya tidak dikenal luas oleh masyarakat.

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal memiliki banyak destinasi wisata baik

berupa acara-acara (events) budaya, pertunjukan kesenian, gedung pusaka (heritage)

maupun peninggalan sejarah lainnya. Namun demikian, disadari bahwa banyak dari

acara-acara (events) budaya tersebut belum diupayakan optimal untuk keperluan

pariwisata baik karena belum adanya kesadaran dan pemahaman bahwa acara

tersebut dapat “dipasarkan” maupun karena belum menemukan strategi pemasaran

yang tepat.

Tujuan dari penelitian adalah memetakan acara-acara (events) penting yang

terdapat di DIY yang memiliki nilai jual untuk dikembangkan sebagai destinasi

pariwisata maupun sebagai obyek pemasaran dan merumuskan strategi pemasaran

yang tepat dalam “memasarkan” acara-acara (events) budaya sebagai destinasi

wisata.

Pemetaan Acara-acara (Events) Budaya

Berdasarkan kriteria potensi yang terdiri dari rutinitas penyelenggaraan, animo

penonton, organisasi penyelenggaraaan, pendanaan, skala cakupan, keunikan,

kemanfaatan terhadap masyarakat, daya tarik, esensi dan kandungan kearifan lokal

Page 37: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

21  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

maka acara (event) unggulan dan kesenian unggulan dari setiap Kabupaten dan Kota

di Provinsi DIY adalah sebagai berikut:

Lokasi Kebudayaan

Kesenian

Nama Peringkat

Kabupaten Sleman

1. Upacara Adat (UA) Saparan Bekakak UA Saparan Bekakak Nasional

2. UA Saparan Ki Ageng Wonolelo UA Ki Ageng Wonolelo Nasional

3. UA Labuhan Merapi UA Labuhan Merapi Nasional

4. UA Suran Mbah Demang UA Mbah Demang Provinsi

5. UA Tuk Si Bedug UA Tuk Si Bedug Kabupaten

Kabupaten Bantul

1. Labuhan Keraton Ngayogyakarta Tari Montro Projotamansari

Nasional

2. Kirab Budaya Imogiri Nini Thowong Nasional

3. Nguras Enceh Sumilaking Pedhut Projotamansari

Kabupaten

4. Rebo Pungkasan Sirnaning Katresnan Jati Kabupaten

5. Gerebeg Selarong Reog Wayang Kabupaten

Kabupaten Kulonprogo

1. Ngguyang Jaran Bendung Kayangan (Kembul Sewu Dulur)

Krumpyung Internasional

2. Ritual Gunung Lanang Angguk Putri Nasional

3. Festival Layang-Layang Tingkat Nasional

Lengger Tapeng Nasional

4. Pesta Kembang Api Ketoprak Lesung Provinsi

5. Jamasan Pusaka Suroloyo Bangilun Provinsi

Kabupaten Gunungkidul

1. Upacara Sedekah Laut Pantai Baron dan Kukup

Tayub Nasional

2. Upacara Bersih Desa Wiladeg Reog Provinsi

3. Upacara Bersih Desa Karang Rejek Kethek Ogleng Provinsi

4. Upacara Bersih Desa Gubug Gedhe Jlantur Kabupaten

5. Upacara Pembukaan Cupu Panjala Tari Topeng Kabupaten

Page 38: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

22  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Lokasi Kebudayaan

Kesenian

Nama Peringkat

Kota Yogyakarta

1. Upacara Sekaten & Grebeg Maulud Upacara Sekaten & Grebeg Maulud

Nasional

2. Upacara Siraman Pusaka Kraton Upacara Siraman Pusaka Kraton

Provinsi

3. Upacara Nampi Pareden Upacara Nampi Pareden

Kota

Selain acara yang diselenggarakan di Kabupaten/Kota, ada acara budaya lain

yang berhasil diidentifikasi berdasarkan dari kegiatan survei lapangan, brainstorming,

expert meeting, FGD, dan survei literatur. Acara-acara ini menjalin hubungan dengan

provinsi baik dalam pendanaan, pengorganisasian, pemasaran dan sebagainya.

Adapun acara-acara tersebut adalah sebagai berikut,

1. Kirab Budaya DIY, penyelenggaraan bulan Januari

2. Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, penyelenggaraan bulan Februari

3. Jogja Java Carnival, penyelenggaraan bulan Februari

4. Malioboro Festival, penyelenggaraan bulan Juni

5. Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), penyelenggaraan bulan Juni-Juli

6. Art Jog, penyelenggaraan bulan Juli

7. Jogja International Street Performance, penyelenggaraan bulan September

8. Biennale Jogja, penyelenggaraan bulan November

Strategi Pemasaran Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Memanfaatkan pengakuan event budaya dan kesenian di DIY sebagai daya tarik

wisata unggulan di DIY. Sampai saat ini, stakeholders kepariwisataan di DIY belum

memanfaatkan atau memberikan pengakuan secara penuh pada event budaya

dan kesenian sebagai daya tarik wisata unggulan DIY.

2. Perumusan Event Branding. Strategi perumusan brand yang unik dan menarik

untuk berbagai event yang diselenggarakan di DIY perlu dilakukan. Dalam

perumusan brand tersebut, diperlukan sebuah overarching brand untuk semua

event budaya dan kesenian di Jogja

Page 39: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

23  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

3. Dari banyak event yang diselenggarakan di DIY, perlu dipilih beberapa “MASTER

EVENT” yang akan menjadi event unggulan di DIY dan secara terfokus menjadi

barometer dan benchmark pengembangan event bertaraf internasional di DIY.

4. Implikasi dari pemilihan Master Event adalah pengembangan brand architecture

(arsitektur merk) yang merupakan serangkaian event yang berada dalam rangkaian

sebuah Master Event.

5. Komunikasi Pemasaran yang Terintegrasi. Diperlukan perancangan komunikasi

pemasaran yang diintegrasi dengan peran sebuah institusi sebagai koordinator.

6. Programming. Penyelenggaraan event perlu dibarengi dan bahkan dirancang

sebagai upaya programming. Berbagai event diselenggarakan dengan tujuan

untuk menambah aktivitas wisata bagi wisatawan yang akan atau sedang

mengunjungi DIY. Dengan adanya suatu event, diharapkan lama

tinggal/pembelanjaan wisatawan bisa bertambah, dan mendorong repeat visits

(kunjungan ulang).

7. Packaging (penjualan paket, beberapa bahkan harus dijadikan lead product dalam

package tersebut).

Ilustrasi Brand Architecture dalam rangka Strategi Pemasaran Event Kebudayaan

dan Kesenian di DIY

Page 40: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

24  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Rekomendasi

1. Visi pengembangan acara-acara (events) budaya haruslah jelas. Tidaklah hanya tertulis di

atas kertas saja, tetapi yang lebih penting adalah visi tersebut kemudian dapat dijabarkan

dan selanjutnya mudah untuk diimplementasikan dan dioperasionalisasikan di lapangan

oleh agen-agen.

2. Mengubah paradigma penyelenggaraan pariwisata dari yang berpusat pada pemerintah

saja, menjadi ranah masyarakat. Selanjutnya membangun paradigma “masyarakat untuk

pariwisata” dengan memposisikan masyarakat sebagai:

i. Subyek pariwisata yang “sadar wisata”, kreatif, inspiratif, inovatif dan beridentitas;

ii. Menjadikan masyarakat sebagai faktor pendorong kegiatan pariwisata agar wisatawan

berkunjung di daerahnya karena ingin menikmati keunikan kehidupan rakyat setempat

beserta segala aktivitas kesehariannya.

3. Menentukan segmen dan target pasar pariwisata yang dituju, kemudian ditentukan pula

posisi pariwisata DIY di kancah nasional dan internasional. Dari hal tersebut maka baru

ditentukan strategi pemasaran di setiap segmen (misalkan: wisatawan mancanegara dan

wisatawan nusantara ) yang dituju.

4. Membuat calendar events yang dapat mempertemukan antara master events dan sub

events dengan waktu kedatangan wisatawan. Selanjutnya menyusun branding dan

program perjalanan wisata yang disesuaikan dengan segmen wisatawan yang dituju.

5. Memberdayakan berbagai komunitas yang ada di DIY sebagai duta wisata.

Page 41: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

25  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Boks

VILLAGE BREEDING CENTER

PROGRAM KLASTER PENGEMBANGAN UMKM

Guna memperkuat peran Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi dan

mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan

koordinasi dengan pemerintah dan berperan aktif dalam berbagai upaya peningkatan

kapasitas perekonomian, baik dalam skala nasional maupun daerah. Salah satu upaya

yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

yakni program pengembangan klaster, dengan memilih komoditi yang menjadi prioritas

pembangunan sektor ekonomi Pemerintah Daerah setempat.

Sejalan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memiliki perhatian besar

kepada pembangunan sektor peternakan. Branding Kabupaten Gunungkidul sebagai

penghasil ternak dilatarbelakangi budaya memelihara ternak sebagai tabungan

keluarga, khususnya kambing, yang telah menjadi kegiatan usaha keluarga secara turun

temurun. Dalam rangka meningkatkan kualitas ternak kambing yang dihasilkan, dengan

mengacu pada hasil assesment, sejak tahun 2010 Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menginisiasi pembentukan klaster pembibitan

kambing bligon dengan konsep village breeding center. Program tersebut dilaksanakan

bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada dan Dinas

Peternakan Gunungkidul.

Village Breeding Center merupakan konsep yang diterapkan dalam rangka

menjadikan satu kawasan sebagai sumber penghasil bibit ternak berkualitas tinggi

dan memenuhi standar yang ditetapkan. Yang menarik dari konsep ini adalah bahwa

belum pernah ada daerah di Indonesia yang berhasil mewujudkan sebuah village

breeding center. Pelaksanaan secara berkesinambungan, merupakan tantangan dalam

implementasi konsep ini.

Dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian

No.57/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba

yang Baik dan Nota Kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia dengan Menteri

Pertanian Republik Indonesia No.13/1/DKBU/NK dan No.03/MOU/RC.110/M/3/2011

tentang Kerjasama Pengambangan Usaha di Sektor Pertanian, program ini didesain

untuk membantu ketersediaan bibit ternak kambing yang memenuhi persyaratan teknis

Page 42: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

26  

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

maksimal dan persyaratan kesehatan hewan, serta memberi kontribusi pada upaya

peningkatan populasi ternak kambing. Tujuan akhir dari program ini diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan anggota kelompok tani peternak kambing.

Sebagai kelompok sasaran program telah dipilih Kelompok Tani Ternak

Purwomanunggal di Dusun Jeruken, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten

Gunungkidul. Kelompok ini memiliki organisasi yang baik, seperti tampak adanya

pertemuan kelompok yang berjalan secara rutin setiap bulan, administrasi keuangan

kelompok yang tertib, adanya kas kelompok, serta memiliki pengetahuan pemeliharaan

ternak yang baik.

Inisiasi pembentukan Kelompok dilakukan tahun 2004 dengan anggota sebanyak

16 orang, kemudian meningkat menjadi 24 orang pada awal pelaksanaan program

klaster. Tahun pertama program village breeding center ini dijalankan, jumlah anggota

kelompok mengalami peningkatan menjadi 31 orang (29,2%) dan di tahun kedua

menjadi 45 orang (48,4%). Rata-rata kepemilikan kambing di kelompok Ternak

Purwomanunggal sebanyak 4 ekor kambing per rumah tangga.

Beberapa perubahan yang terjadi pada kelompok saat ini antara lain penggunaan

konsentrat pakan pada ternak kambing, manajemen pencatatan ternak telah berjalan,

kandang panggung percontohan yang awalnya dibangun oleh Bank Indonesia secara

swadaya telah diduplikasi oleh beberapa orang anggota di pekarangan rumah masing-

masing. Yang lebih penting lagi adalah tumbuhnya awareness kelompok terhadap

pentingnya konsistensi dalam menerapkan konsep village breeding center sehingga

kualitas ternak yang dihasilkan tetap terjaga.

Page 43: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

27  

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2011 mencapai 3,88% yoy, turun

dibandingkan inflasi tahun sebelumnya 7,38%, namun sedikit lebih tinggi dibanding

inflasi Nasional sebesar 3,78% yoy. Relatif terkendalinya inflasi di Kota Yogyakarta selama

tahun 2011 antara lain disebabkan oleh tersedianya pasokan dan stok komoditas pokok yang

terjaga yang didukung oleh relatif efektifnya Tim Pengendalian Inflasi (TPI) Daerah Istimewa

Yogyakarta. Disamping itu, minimnya kebijakan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah

(administered price) juga mempunyai pengaruh terhadap Inflasi di Kota Yogyakarta. Di level

nasional, kebijakan pemerintah yang cukup responsif antara lain secara terukur melakukan

impor komoditas pokok dan melakukan intervensi pasar untuk menjaga keseimbangan

permintaan dan penawaran, nilai tukar yang menguat, dan ekspektasi inflasi yang membaik

dapat menekan kenaikan harga.

INFLASI TAHUNAN

Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi selama tahun 2011

tercatat sebesar 3,88%, lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 7,38%, namun

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Nasional dan beberapa kota di Jawa

Tengah. Sedikit lebih tingginya inflasi di Kota Yogyakarta tersebut dibandingkan kota di Jawa

Tengah antara lain dipengaruhi oleh pola konsumsi penduduk Kota Yogyakarta yang agak

berbeda dibandingkan dengan pola konsumsi penduduk di kota lain di Pulau Jawa. Jika di

kota Yogyakarta, porsi nilai konsumsi bahan makanan hanya sebesar 17,95% (Maret 2011),

maka di kota lain lebih tinggi, yaitu Bandung (22,65%), Semarang (23,71%), dan Solo

(25,44%). Porsi nilai konsumsi tertinggi di kota Yogyakarta adalah kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar (27,70%), dan kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau

(20,60%). Dengan pola konsumsi yang sedikit unik, maka terdapat kecenderungan

pergerakan inflasi di kota Yogyakarta agak berbeda dengan kota lain di Jawa.

Pencapaian angka inflasi Kota Yogyakarta yang rendah tersebut tidak terlepas dari

koordinasi antar instansi terkait di Provinsi DIY (TPI DIY) melalui pengendalian inflasi dari sisi

supply dan menjaga ekspektasi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah

melakukan pertukaran informasi dan data perkembangan produksi, pasokan, distribusi, stok

Page 44: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

28  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

dan harga beberapa komoditas penting untuk dilakukan evaluasi dan analisis. Hal ini dilakukan

sebagai upaya untuk melakukan deteksi dini terhadap potensi inflasi dari komoditas-

komoditas tertentu. Selanjutnya, apabila terdapat perkembangan harga komoditas pokok

tertentu yang di luar kewajaran, maka Pemerintah Daerah dimungkinkan untuk melakukan

aksi dalam bentuk kebijakan, termasuk diantaranya melakukan intervensi pasar, dll. Hasil

koordinasi ini, selanjutnya juga dikomunikasikan kepada masyarakat melalui media massa agar

ekspektasi masyarakat terjaga.

Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahun 2011 terutama didorong oleh

inflasi pada Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau yang

mengalami kenaikan harga sebesar 7,07% yoy dengan andil 1,45%. Pada kelompok

tersebut kenaikan paling tinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi sebesar 6,96% yoy

dengan andil 0,94%. Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain Nasi, Ayam

Goreng, Gudeg, Roti Manis dan Roti Tawar. Peningkatan harga makanan jadi merupakan

dampak lanjutan dari kenaikan harga bahan makanan seperti beras, daging ayam ras, dan

telur ayam ras yang sudah terjadi sejak triwulan I, terutama karena kenaikan harga input dan

penambahan kapasitas produksi yang terbatas.

-

1

2

3

4

5

6

7

8

2009 2010 2011

Jakarta Surabaya Semarang Serang Bandung Yogyakarta

%

Grafik 2.1 Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: BPS DIY, diolah

Page 45: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

29  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Selanjutnya, kelompok barang yang mengalami peningkatan cukup tinggi dan

memberikan andil terhadap inflasi cukup besar adalah kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas, dan Bahan Bakar. Kelompok barang ini mengalami kenaikan harga 3,01% yoy

dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,71%. Subkelompok yang harganya

meningkat cukup tinggi adalah Biaya Tempat Tinggal dengan kenaikan harga 3,61% yoy dan

memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,49%. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan

harga Sewa Rumah, Kontrak Rumah dan Semen serta kenaikan Upah Tukang Bukan Mandor.

%

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

1 Bahan Makanan 14,87 2,93 3,91 0,80 18,86 3,89 1,83 0,42

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 9,40 1,91 7,50 1,50 5,47 1,15 7,07 1,45

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 13,60 3,22 1,40 0,34 5,49 2,13 3,01 0,71

4 Sandang 8,36 0,44 5,81 0,30 5,41 0,29 9,40 0,49

5 Kesehatan 8,23 0,52 1,86 0,12 1,97 0,12 5,64 0,33

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5,77 0,62 2,26 0,23 4,25 0,43 1,73 0,17

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2,97 0,41 (1,23) (0,16) 5,57 0,71 2,39 0,30

9,88 9,88 2,93 2,93 7,38 7,38 3,88 3,88

11,68 2,78 6,96 3,79 Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.

Inflasi Nasional

Inflasi Kota Yogyakarta

Tabel 2.1Inflasi Tahunan

No Kelompok2008 20112009 2010

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011mtm (%) yoy (%) ytd (%)

Sumber: BPS DIY, diolah

Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Kota Yogyakarta (yoy) Nasional (yoy)

Sumber : BPS DIY

Grafik 2.3 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional

Page 46: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

30  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Penyumbang inflasi yang cukup besar lainnya adalah kelompok Sandang yang

mengalami inflasi sebesar 9,40% yoy dan memberikan andil 0,49%. Inflasi pada

kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan harga subkelompok Barang Pribadi dan

Sandang Lain sebesar 17,82% dengan andil 0,38%. komoditas yang memberi kontribusi

terhadap kenaikan harga ini adalah emas perhiasan yang peningkatannya dipengaruhi oleh

kenaikan harga emas dunia.

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

%, yoy

Perumahan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Sumber: BPS DIY, diolah

Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Makanan jadi dan Perumahan (yoy)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

%, yoy

Bahan Makanan Sandang

Sumber: BPS DIY, diolah

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Sandang dan Bahan Makanan (yoy)

‐8

‐6

‐4

‐2

0

2

4

6

8

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

%, yoy

Kesehatan Pendidikan Transportasi

Sumber: BPS DIY, diolah

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Kesehatan, Pendidikan dan Transportasi (yoy)

-

400

800

1.200

1.600

2.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

USD/oz

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Emas Dunia

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Sayur‐sayuran Bumbu‐bumbuan

(%, yoy)

Sumber: BPS DIY Diolah

Grafik 2.8 Laju Inflasi Subkelompok Sayur-sayurandan Bumbu-bumbuan

Page 47: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

31  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Sementara itu, inflasi pada kelompok Bahan Makanan pada tahun 2011

menurun dibandingkan tahun 2010 dengan dengan laju inflasi 3,91% yoy dan

memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,42%. Penurunan inflasi pada kelompok

Bahan Makanan didorong oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan

sebesar -29,66% sehingga memberikan andil terhadap inflasi -0,78%. Namun demikian,

masih terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain Beras dan

Daging Ayam Ras. Peningkatan harga beras terjadi terutama pada beras premium yang banyak

dikonsumsi masyarakat di DIY. Sedangkan peningkatan harga komoditas telur ayam ras

karena pasokan yang sempat terganggu.

Sementara itu, untuk kelompok komoditas lain, kenaikan harganya relatif masih wajar

dan dengan andil inflasi yang rendah. Kelompok Kesehatan dengan laju inflasi 5,64%

memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,33%; kelompok Transportasi Komunikasi dan

Jasa Keuangan dengan laju inflasi 2,39% memberikan andil terhadap inflasi 0,30%; dan

kelompok Pendidikan Rekreasi dan Olah Raga dengan laju inflasi 1,73% dan memberikan

andil terhadap inflasi sebesar 0,17%

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Rp/Kg

Grafik 2.9 Harga Bawang Merah (rata-rata per bulan)

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Beras IR-I Beras IR-II

Rp/Kg

Grafik 2.10 Harga Beras (rata-rata per bulan)

Page 48: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

32  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

INFLASI BULANAN

Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama tahun 2011 lebih

rendah dibandingkan dengan angka rata-rata pada tahun 2010. Inflasi tertinggi terjadi

pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar 0,90% (mtm). Sumbangan terbesar Inflasi bulan Juli berasal

dari kelompok Bahan Makanan yang didorong oleh besarnya kontribusi Beras sebesar 0,35%.

Selanjutnya, komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah Daging Ayam Ras dan Jeruk,

masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,12% dan 0,11%. Peningkatan harga komoditas

tersebut dikarenakan peningkatan permintaan sehubungan dengan liburan anak sekolah dan

banyaknya hajatan.

Pada bulan Januari 2011 inflasi Kota Yogyakarta tercatat 0,84% (mtm), lebih

tinggi dari Desember 2010 yang mengalami inflasi 0,72%. Inflasi bulan Januari 2011

didorong peningkatan harga pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

(1,69%) dan kelompok Bahan Makanan (1,34%) sehingga masing-masing memberikan andil

terhadap inflasi sebesar 0,34% dan 0,24%. Komoditas utama yang memberikan andil

terhadap inflasi terutama adalah Nasi (0,19%), Tarif Rumah Sakit dan Cabe Rawit, masing-

masing dengan andil 0,10%. Peningkatan inflasi terjadi anatara lain karena, terganggunya

pasokan beberapa komoditas pokok di pasar.

Pada bulan Februari 2011 tekanan inflasi Kota Yogyakarta melemah menjadi

0,10% (mtm). Dimulainya panen padi dan hortikultura di beberapa lokasi sehingga harga di

kelompok Bahan Makanan cenderung menurun sehingga mengalami deflasi sebesar 1,55%

dan memberikan andil -0,28%. Sedangkan kelompok yang mendorong laju inflasi antara lain

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,96%); dan kelompok Perumahan;

Grafik 2.11 Harga Gula (rata-rata per bulan)

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Rp/Kg

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

15.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Rp/Kg

Grafik 2.12 Harga Telur Ayam Ras (rata-rata per bulan)

Page 49: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

33  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Air; Listrik; Gas dan Bahan Bakar (0,43%) dengan andil terhadap inflasi masing-masing

sebesar 0,20% dan 0,12%. Komoditas yang menyumbang andil inflasi antara lain adalah Teh

Manis sebesar 0,06% serta Tempe dan Ikan Keranjang dengan andil 0,04%.

Sementara itu, pada bulan Maret 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota

Yogyakarta kembali menguat dibanding bulan sebelumnya, tercermin dari angka

inflasi bulanan yang tercatat 0,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada bulan Maret 2011

disebabkan oleh kembali meningkatnya harga pada kelompok Bahan Makanan yang pada

bulan sebelumnya mengalami deflasi. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga buah-

buahan khususnya telur ayam ras, jeruk, dan bawang putih. Walaupun demikian, beberapa

komoditas dalam kelompok Bahan Makanan pada bulan Maret masih mengalami deflasi

seperti beras, cabe rawit dan cabe merah.

Pada bulan April 2011, Kota Yogyakarta mengalami deflasi sebesar 0,28%

(mtm), turun dari bulan Maret 2011 yang mengalami inflasi sebesar 0,21%. Deflasi ini

disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan (-2,72%) sehingga

memberikan andil -0,49%. Sumbangan negatif kelompok Bahan Makanan disumbang oleh

penurunan harga Bawang Merah (-0,14%), Cabe Merah (-0,11%), dan Cabe Rawit (-0,10%).

Produksi dan pasokan yang membaik cukup menekan harga komoditas tersebut sehingga

terkoreksi.

Pada bulan Mei 2011 tekanan inflasi Kota Yogyakarta masih rendah, ditandai

dengan angka inflasi sebesar 0,13% (mtm). Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar memiliki andil terbesar dalam pembentukan inflasi bulan ini dengan andil sebesar

0,09% dan laju inflasi mencapai (0,27%). Besarnya andil kelompok ini disebabkan

peningkatan Tarif Sewa Rumah, Tarif Kontrak Rumah dan Upah Pembantu Rumah Tangga

yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,03%.

Sementara itu, pada bulan Juni 2011 tekanan harga barang dan jasa di Kota

Yogyakarta sedikit menguat dibanding bulan sebelumnya, dengan angka inflasi

0,26% (mtm). Inflasi ini didominasi oleh sumbangan kelompok Bahan Makanan (0,13%) yang

mengalami inflasi (0,75%). Komoditas yang memberikan andil cukup tinggi antara lain Telur

Ayam Ras (0,06%), Beras (0,06%), Bawang Merah (0,05%) dan Jeruk (0,04%). Faktor

penyebabnya adalah terjadinya gangguan produksi pada komoditas telur dan daging ayam ras

karena harga pakan ternak meningkat dan juga ada gangguan pada proses penetasan Day

Old Chicken (DOC). Disisi lain, permintaan juga sedikit meningkat karena banyaknya

Page 50: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

34  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

wisatawan domestik yang datang ke DIY sehubungan dengan libur sekolah dan banyaknya

hajatan yang diselenggarakan masyarakat DIY pada bulan ini..

Pada bulan Juli 2011 Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,90% (mtm),

naik dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,26%. Kelompok Bahan

Makanan memberikan andil tertinggi 0,44% dengan laju inflasi 2,53%. Komoditas yang

mendorong peningkatan laju inflasi antara lain Beras, Daging Ayam Ras, Jeruk, Mie dan Telur

Ayam Ras dengan andil masing-masing 0,35%, 0,12%, 0,11%, 0,06% dan 0,05%.

Peningkatan tersebut disebabkan karena gangguan pasokan, sementara di sisi lain permintaan

meningkat.

Pada bulan Agustus 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta

sedikit melemah dibanding bulan sebelumnya, ditandai dengan angka inflasi sebesar

0,63% mtm. Kelompok yang mendominasi pembentukan inflasi adalah Kelompok Sandang;

dan Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau yang masing masing

mengalami inflasi sebesar 3,44% dan 0,72% serta memberikan andil masing-masing sebesar

0,18% dan 0,15%. Tekanan inflasi bersumber pada kenaikan harga Emas Perhiasan dan Tarif

Angkutan Udara yang masing-masing memberikan andil 0,15% dan 0,11%, namun tertahan

oleh masih belanjutnya penurunan harga komoditas di subkelompok bumbu-bumbuan

sehingga secara keseluruhan mendorong inflasi bulan Agustus lebih rendah dari inflasi bulan

Juli.

Sementara itu, pada bulan September 2011 tekanan harga barang dan jasa di

Kota Yogyakarta kembali melemah, dengan angka inflasi 0,19% mtm. Kelompok yang

memberikan sumbangan inflasi tertinggi adalah Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau (0,18%) dan Kelompok Sandang (0,15%) dengan laju inflasi masing-masing

sebesar 3,44% dan 0,72%. Besarnya sumbangan kelompok Makanan Jadi Minuman Rokok

dan Tembakau terutama didorong oleh kenaikan harga Gudeg dan Rokok Kretek Filter.

Peningkatan harga emas menyebabkan sumbangan kelompok Sandang tinggi karena menjadi

safe-haven asset sejalan dengan masih belum adanya kepastian penyelesaian krisis Amerika

dan Eropa. Namun demikian, laju inflasi masih tertahan oleh penurunan daging ayam ras, telur

ayam ras dan tarif angkutan udara.

Tekanan inflasi Kota Yogyakarta pada bulan Oktober 2011 kembali melemah

menjadi sebesar 0,04% (mtm), turun dari bulan September 2011 yang mengalami

inflasi sebesar 0,19%. Inflasi pada bulan tersebut didorong oleh kenaikan harga di

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,53% dan memberikan andil

Page 51: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

35  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

sebesar 0,15%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain adalah semen karena

terjadi gangguan pasokan dan kenaikan cukai rokok sehingga meningkatkan harga Rokok

Kretek dan Rokok Kretek Filter. Sementara untuk kelompok komoditas lainnya inflasi relatif

tipis, sehingga secara keseluruhan harga-harga umum terkerek turun.

Pada bulan November 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota

Yogyakarta meningkat dibanding bulan sebelumnya, ditandai dengan angka inflasi

sebesar 0,33% mtm. Tekanan inflasi bersumber pada kenaikan harga di kelompok Bahan

Makanan sebesar 1,15% dengan andil sebesar 0,20%. Kenaikan harga pada kelompok

bahan makanan terutama dipengaruhi oleh masuknya musim tanam dan hujan yang mulai

turun sehingga produk komoditas bahan pangan seperti beras, cabai dan sayur-sayuran

terpengaruh. Sedangkan peningkatan harga emas perhiasan merupakan dampak dari

kenaikan harga emas dunia.

Sementara itu, pada bulan Desember 2011 tekanan harga barang dan jasa di

Kota Yogyakarta kembali meningkat, dengan angka inflasi 0,48% mtm. Inflasi pada

bulan Desember 2011 bersumber dari kenaikan harga di kelompok Bahan Makanan sebesar

1,96% dan memberikan andil 0,34%. Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara

lain adalah beras, cabe merah dan tomat sayur yang produksinya berkurang sehingga pasokan

agak terganggu. Di sisi lain, permintaan masyarakat di bulan Desember cenderung naik sejalan

dengan liburan panjang akhir tahun.

INFLASI INTI DAN NON INTI

Analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti menunjukkan bahwa

pada periode laporan tekanan inflasi dari sisi permintaan memiliki kecenderungan

menurun sepanjang tahun 2011. Survei Konsumen (SK) periode 2011 menunjukkan

ekspektasi responden terhadap kenaikan harga 3 bulan yang akan datang lebih baik

dibandingkan dengan tahun 2010. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap kenaikan

% (mtm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des1 Bahan Makanan 1,34 -1,55 0,47 -2,72 -0,71 0,74 2,53 0,42 -0,59 -1,11 1,15 1,962 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,69 0,96 0,12 0,61 0,27 0,05 0,76 0,72 0,64 0,44 0,29 0,323 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,32 0,43 -0,01 0,04 0,33 0,07 0,45 0,14 0,41 0,53 0,02 0,234 Sandang -0,07 0,18 0,63 0,81 0,60 0,16 0,74 3,44 2,43 -0,69 1,26 -0,395 Kesehatan 2,14 0,62 0,23 0,49 1,09 0,31 0,01 0,09 0,00 0,52 0,01 0,026 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,11 0,07 0,11 0,03 -0,06 -0,05 1,12 0,44 0,01 -0,07 -0,01 0,027 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,30 0,13 0,28 0,03 0,10 0,52 0,27 1,00 -0,48 0,06 -0,01 0,17

0,84 0,10 0,21 -0,28 0,13 0,26 0,90 0,63 0,19 0,04 0,33 0,48Sumber: BPS Provinsi DIY.

UMUM

Tabel 2.2

I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011

Inflasi Bulanan

No Kelompok

Page 52: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

36  

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

harga 3 bulan yang akan datang pada tahun 2011 tercatat sebesar 171,06, sedikit meningkat

dari rata-rata tahun 2010 sebesar 169,38.

Di sisi lain, nilai Rupiah terhadap USD yang semakin menguat juga menjadi salah satu

faktor yang menurunkan inflasi inti dari sisi imported inflation. Perkembangan positif tersebut

memberikan dampak pada ekspektasi inflasi yang cukup baik. Hal ini tercermin pada

rendahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan disisi lain dari sisi supply pasokan dan stok

mencukupi. Sementara itu dari sisi administered price, kebijakan harga di tahun 2011 relatif

minim.

150

155

160

165

170

175

180

185

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Sumber: Survei Konsumen

Grafik 2.13 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Rp

Grafik 2.14 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Page 53: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

37  

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Perbankan DIY tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Kredit perbankan tumbuh cukup tinggi (23,03%) ditopang oleh

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh signifikan (17,33%). Perbankan juga

cukup berhasil menekan resiko kredit yang tercermin dari menurunnya rasio Non Performing

Loan (NPL) menjadi 2,41% dari semula 3,19%. Perekonomian yang membaik telah

mendorong akselerasi peningkatan kredit perbankan lebih tinggi sehingga Loan to Deposit

Ratio (LDR) meningkat dari 59,45% menjadi 62,34%. Sejalan dengan perkembangan tersebut,

perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

ASET

Aset perbankan DIY tahun 2011 meningkat sejalan dengan cukup baiknya

kinerja perekonomian DIY. Aset perbankan tumbuh 16,13% yoy lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 18,89% yoy. Pertumbuhan aset tersebut di sisi aktiva

didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 23,03% yoy dan di sisi pasiva pertumbuhan DPK

sebesar 17,33% yoy.

INTERMEDIASI PERBANKAN

Fungsi intermediasi perbankan di DIY yang tercermin dari rasio LDR makin

membaik. LDR perbankan di Provinsi DIY pada akhir tahun 2011 mencapai 62,34%

No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011

1 Aset Miliar Rp 20.919 24.572 29.212 33.923 Pertumbuhan % (yoy) 10,34 17,46 18,89 16,13

2 Dana Pihak Ketiga Miliar Rp 18.017 21.034 24.524 28.775 Pertumbuhan % (yoy) 9,53 16,74 16,60 17,33

3 Kredit Miliar Rp 10.475 11.723 14.581 17.939 Pertumbuhan % (yoy) 15,64 11,91 24,38 23,03

4 Loan to Deposit Ratio % 58,14 55,74 59,45 62,34 5 Non Performing Loans (Gross) % 2,54 3,20 3,19 2,41

Tabel 3.1Indikator Perbankan

Page 54: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

38  

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

meningkat dibanding tahun 2010 sebesar 59,45%. Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi

DIY dan juga terus menurunnya suku bunga kredit diperkirakan telah turut mendorong

meningkatnya permintaan kredit oleh para pelaku ekonomi. Sebagai informasi, pada tahun

2011 sektor ekonomi dalam PDRB Provinsi DIY yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi

adalah subsektor Jasa-jasa Perusahaan (12,26% yoy), subsektor Hotel (12,01% yoy) dan

subsektor Penggalian (11,96% yoy).

Walaupun angka LDR naik, namun peningkatan tersebut belum optimal, terdapat dua

hal yang menyebabkan masih relatif rendahnya LDR Perbankan di DIY, yaitu :

(1) Rendahnya penyaluran kredit relatif terhadap DPK yang dihimpun di Kota Yogyakarta dan

Kabupaten Sleman. LDR di dua daerah tersebut hanya mencapai 57,35% dan 57,20%;

(2) Masih tingginya angka undisbursed loan perbankan di DIY.

Posisi kredit yang belum direalisasikan pada tahun 2011 mencapai Rp 1,6 triliun,

meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1,30 triliun. Kondisi ini bisa terjadi

dikarenakan rendahnya realisasi atas kredit baru yang disetujui pada tahun 2010 sehingga

secara kumulatif plafon kredit mengalami peningkatan.

30

35

40

45

50

55

60

65

70

2008 2009 2010 2011

LDR Lokasi Bank LDR Lokasi Proyek

%

Grafik 3.1 LDR DIY

40

45

50

55

60

65

70

75

80

2008 2009 2010 2011

LDR DIY LDR Nasional

%

Grafik 3.2 LDR DIY dan Nasional

2010 2011 Pangsa Ptumb 2010 2011 Pangsa Ptumb 2010 2011Miliar Rp Miliar Rp % % Miliar Rp Miliar Rp % % % %

1 Bantul 1.250 1.558 5,41 24,61 1.140 1.360 7,58 19,33 91,16 87,30 2 Gunungkidul 601 784 2,72 30,40 920 1.124 6,26 22,21 153,04 143,42 3 Kulonprogo 742 899 3,12 21,20 703 820 4,57 16,60 94,84 91,25 4 Sleman 4.483 5.473 19,02 22,10 2.676 3.131 17,45 17,01 59,69 57,20 5 Kota Yogyakarta 17.449 20.061 69,72 14,97 9.143 11.505 64,13 25,84 52,40 57,35

Provinsi DIY 24.524 28.775 100,00 17,33 14.581 17.939 100,00 23,03 59,45 62,34

DPK

Tabel 3.2Perkembangan Intermediasi Perbankan

No UraianKredit LDR

Page 55: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

39  

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

PENGHIMPUNAN DANA

Sebagaimana tahun sebelumnya, penghimpunan dana masyarakat oleh

perbankan DIY pada tahun 2011 tumbuh cukup tinggi. Pada akhir tahun 2011 dana yang

berhasil dihimpun perbankan mencapai Rp 28,7 triliun atau tumbuh sebesar 17,33% yoy.

Walaupun suku bunga simpanan terus mengalami penurunan sejalan dengan turunnya

BI Rate, namun animo masyarakat DIY untuk menyimpan dananya di perbankan khususnya

tabungan tetap tinggi. Hal ini antara lain karena fungsi tabungan sudah berkembang, selain

untuk menyimpan uang, juga dapat digunakan sebagai alat bertransaksi dengan

menggunakan kartu debit maupun e-banking.

Peningkatan penghimpunan dana perbankan berasal dari seluruh komponen

DPK. Menurut jenisnya, pertumbuhan tertinggi dana yang dihimpun terjadi pada tabungan

21,64% yoy lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,43%

yoy. Selain tabungan, giro di perbankan juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

yaitu sebesar 17,56% yoy dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,80% yoy. Sementara

itu, deposito hanya tumbuh sebesar 11,44% yoy dibanding tahun sebelumnya sebesar

17,56% yoy. Penurunan suku bunga deposito diduga menjadi salah satu penyebab

melambatnya pertumbuhan deposito perbankan.

(100)

(50)

-

50

100

150

200

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

2008 2009 2010 2011

Plafon Realisasi gPlafon gRealisasi

miliar Rp %

Grafik 3.3 Kredit Baru Bank Umum

7

7

8

8

9

9

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

2008 2009 2010 2011

Undisbursed Loan (UL) Plafon Kredit Proporsi UL thd Plafon Kredit

%Miliar Rp

Grafik 3.4 Undisbursed Loan Bank Umum

Page 56: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

40  

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

Tabungan masih mendominasi struktur dana pihak ketiga perbankan.

Berdasarkan jenisnya, pangsa terbesar DPK perbankan di DIY masih didominasi oleh tabungan

yaitu sebesar 52,02% diikuti oleh deposito 35,32% dan giro 12,67%. Jika dicermati lebih jauh

berdasarkan jumlah rekening (deposan) yang menyimpan dananya di perbankan, terdapat

beberapa fakta yang cukup menarik. Pada akhir tahun 2011, jumlah rekening tabungan

sebanyak 2,6 juta dan jumlah rekening deposito dan giro tercatat masing-masing sebanyak

94,6 ribu rekening dan 22,1 ribu rekening. Namun demikian, dilihat dari nominalnya, rata-rata

nominal per rekening tabungan ternyata sangat kecil yaitu Rp 5,7 juta per rekening,

sedangkan rata-rata nominal per rekening untuk deposito dan giro masing-masing sebesar Rp

107,4 juta dan Rp 163,3 juta.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

2008 2009 2010 2011

DPK gDPK

Grafik 3.5 DPK Perbankan

0

5

10

15

20

25

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

2008 2009 2010 2011

DPK BI Rate Inflasi

Miliar Rp %

Grafik 3.6 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan

-10

-5

0

5

10

15

20

25

2008 2009 2010 2011

Deposito Giro Tabungan

%

Grafik 3.7 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

2008 2009 2010 2011

Tabungan Giro Deposito

Miliar Rp

Grafik 3.8 Komposisi DPK Perbankan

Page 57: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

41  

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Menurut jangka waktunya, sebagian besar deposito didominasi oleh Deposito

berjangka waktu 1 bulan dengan porsi sebesar 47,2%. Porsi Deposito 1 bulan ini

menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (50,8%). Terjadi sedikit

pergeseran jangka waktu deposito dari jangka waktu 1 bulan menjadi 3 bulan atau lebih.

Namun demikian, komposisi deposito menurut jangka waktu relatif tidak bergerak. (Grafik

3.11).

PENYALURAN KREDIT

Penyaluran kredit bank umum pada tahun 2011 kembali meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Setelah sempat menurun di tahun 2009 dan meningkat

di tahun 2010, pertumbuhan kredit bank umum pada tahun 2011 kembali meningkat

mencapai 27,32% yoy dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20,19% yoy.

Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kredit Modal Kerja 32,6% yoy diikuti Kredit Investasi

31,9% yoy dan Kredit Konsumsi 21,8% yoy. Cukup tingginya laju pertumbuhan kredit

produktif (KMK dan KI) dibanding kredit konsumtif selama tahun 2011 sejalan dengan

94.623 22.319 

2.644.351 

Deposito Giro Tabungan

Grafik 3.9 Jumlah rekening DPK menurut jenis

Juta Rp

107,4 

163,3 

5,7 0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Deposito Giro Tabungan

Juta Rp

Grafik 3.10 Rata-rata Nominal per Rekening DPK

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

2008 2009 2010 2011

1 bln 3 bln 6 bln 12 bln >12 bln

Miliar Rp

Grafik 3.11 Komposisi Deposito Bank Umum

0

5

10

15

20

25

30

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

2008 2009 2010 2011

Kredit gKredit

%Miliar Rp

Grafik 3.12 Kredit Perbankan

Page 58: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

42  

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

perkembangan ekonomi yang membaik. Perkembangan realisasi kredit tersebut masih belum

merubah komposisi kredit perbankan di DIY yang didominasi kredit konsumsi (46%) diikuti

kredit modal kerja (41%) dan kredit investasi (13%). Untuk mendongkrak permintaan kredit

produktif lebih tinggi, salah satu hal yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong

peningkatan jumlah dan peluang usaha di DIY, khususnya di Kabupaten di luar Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY1 disalurkan kepada

sektor unggulan, khususnya yang non tradable2. Sektor yang mendominasi kredit

perbankan adalah sektor Lain-lain (47,4%), terutama kredit konsumsi. Selanjutnya diikuti oleh

kredit di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (26,0%) dan Jasa Dunia Usaha (10,7%). Di

luar 3 sektor ekonomi tersebut, penyerapan kreditnya sangat kecil. Sementara itu, dilihat dari

laju pertumbuhannya, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran 37,8% yoy, diikuti sektor Listrik Gas dan Air 32,4% yoy dan

sektor Perindustrian 22,1%.

                                                            1 Diwakili oleh kredit Bank Umum dengan pangsa 86,715% dari total kredit perbankan DIY. 2 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan &

Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.

KMK41%

KI13%

KK46%

Grafik 3.13 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan

0

5

10

15

20

25

30

35

2006 2007 2008 2009 2010 2011

KMK KI KK

%

Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Page 59: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

43  

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kredit Properti

Kredit properti pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan 48,7% yoy jauh lebih

tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 26,4% yoy. Sebagaimana tahun

sebelumnya, pertumbuhan kredit properti yang sangat tinggi dialami oleh kredit properti

untuk pengembang yang tumbuh 159,7% yoy, sementara kredit properti kepada konsumen

hanya tumbuh sebesar 23,7% yoy. Sementara itu, berdasarkan jenisnya, pertumbuhan

tertinggi dialami oleh kredit Ruko dan Rukan sebesar 175,5% yoy diikuti kredit Rumah &

Apartemen >tipe 70 sebesar 21,04% yoy. Dengan perkembangan tersebut tampak bahwa

perkembangan kredit properti lebih mengarah pada kredit produktif dibanding konsumtif

dalam tahun laporan.

Kualitas kredit properti mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, NPL kredit

properti mencapai 3,07% menurun dibanding tahun 2010 sebesar 4,95%. Penurunan

terbesar terjadi pada kredit properti kepada pengembang yang mengalami penurunan NPL

-10

-5

0

5

10

15

20

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

2008 2009 2010 2011

Tradable gTradable

Grafik 3.15 Kredit Sektor Tradable

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2008 2009 2010 2011

Non Tradable

gNon Tradable

Grafik 3.16 Kredit Sektor Non Tradable

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

100

200

300

400

500

600

700

800

2008 2009 2010 2011

KMK KI NPL KMK NPL KI

%Miliar Rp

Grafik 3.17 Kredit Properti Kepada Pengembang

0

1

2

3

4

5

6

7

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

2008 2009 2010 2011

S.d Tipe 70> Tipe 70NPL > Tipe 70NPL Ruko&Rukan

%Miliar Rp

Grafik 3.18 Kredit Properti Kepada Konsumen

Page 60: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

44  

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

dari 8,17% menjadi 2,84%. Demikian juga halnya dengan NPL kredit properti kepada

konsumen yang mengalami penurunan dari 4,23% menjadi 3,18%.

STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Risiko Kredit

Risiko kredit perbankan di DIY yang tercermin pada angka NPLs cenderung

membaik. NPLs Perbankan di DIY turun dari 3,19% menjadi 2,41% pada tahun 2011.

Penurunan ini tidak terlepas dari upaya semua pihak, baik regulator, perbankan dan didukung

oleh kemampuan bayar dari debitur yang cukup baik sejalan dengan perekonomian yang

membaik. Perbankan di samping lebih prudent dalam menyalurkan kredit, juga lebih efisien

dan efektif.

Dari sisi penggunaan kredit Bank Umum, penurunan rasio NPL terutama dialami

oleh kredit modal kerja. Pada akhir tahun 2011, NPL kredit modal kerja turun menjadi

Miliar Rp

Ptumb Ptumb% %

A 178 80 87 81 402 396,51 1.044 159,721 Modal Kerja 59 69 74 75 244 227,45 731 199,44

2 Investasi 119 12 13 6 158 2349,61 313 98,37

B 955 1.239 1.548 1.655 1.792 8,30 2.218 23,751 Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 442 585 721 763 1.106 44,92 1.312 18,592 Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 495 617 781 847 637 -24,78 771 21,043 Kredit Ruko & Rukan 18 37 46 45 49 9,71 135 175,55C Total Kredit Properti 1.133 1.319 1.635 1.736 2.194 26,41 3.262 48,66D Total Kredit 6.616 7.989 9.138 10.162 12.218 20,23 15.749 28,90

1 Kredit Properti kepada Pengembang 17 12 14 4 33 810,00 30 -9,82a. Modal Kerja 6 3 7 4 32 804,56 22 -30,66b. Investasi 11 9 7 0 1 1382,35 7 1327,50

2 Kredit Properti kepada Konsumen 51 28 36 42 76 80,46 70 -6,95a. Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 23 13 16 15 27 77,97 38 42,75b. Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 27 14 20 25 20 -22,83 29 49,25c. Kredit Ruko & Rukan 1 1 0 2 29 1759,76 3 -89,43

3 Total Kredit Properti 68 40 50 46 109 138,24 100 -7,824 Total Kredit 246 373 421 290 340 17,24 313 -8,04D1 Kredit Properti kepada Pengembang 9,73 15,17 16,24 4,46 8,17 2,84

a. Modal Kerja 10,02 4,31 9,88 4,80 13,26 3,07 b. Investasi 9,58 79,81 52,80 0,53 0,32 2,30

2 Kredit Properti kepada Konsumen 5,30 2,27 2,32 2,54 4,23 3,18 a. Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 5,10 2,22 2,17 1,97 2,42 2,91 b. Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 5,49 2,27 2,54 3,00 3,07 c. Kredit Ruko & Rukan 4,79 3,04 0,98 3,54 60,08 2,30

3 Total Kredit Properti 5,99 3,05 3,06 2,63 4,95 3,07 4 Total Kredit 3,72 4,67 4,61 2,86 2,79 1,99

Tabel 3.3Kredit Properti Bank Umum

No Uraian 2006 2007 2008 20092010

Rasio Non Performing Loans

2011

Posisi Posisi

Kredit Properti kepada Pengembang

Kredit Properti kepada Konsumen

Non Performing Loans

Page 61: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

45  

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

2,30% dibanding periode sebelumnya sebesar 4,23%. Demikian juga kredit konsumsi yang

mengalami penurunan NPL dari 1,7% pada tahun 2010 menjadi 1,50% pada tahun 2011.

Sementara itu, NPL kredit investasi mengalami sedikit peningkatan dari 2,34% pada tahun

2010 menjadi 2,65% di tahun 2011. Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan rasio NPL

tertinggi terjadi pada sektor Jasa Dunia Usaha yaitu dari 2,71% menjadi 1,09% diikuti sektor

Industri dari 5,23% menjadi 3,72%.

Risiko Likuiditas

Pada triwulan laporan risiko likuiditas perbankan DIY secara umum masih

terkendali. Secara umum, perkembangan penghimpunan dana (funding) perbankan di DIY

lebih tinggi dibandingkan perkembangan penyaluran kredit (lending), dan Kelebihan likuiditas

sebagian besar ditempatkan pada rekening antar kantor. Dengan demikian, likuiditas yang

relatif berlebih ini, yaitu LDR hanya 62,34%, maka risiko likuiditas perbankan di DIY relatif

rendah.

0

1

2

3

4

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2008 2009 2010 2011

Nominal Rasio

Miliar Rp %

Grafik 3.19 Non Performing Loans DIY

0

1

2

3

4

5

6

7

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Modal Kerja Investasi Konsumsi

%

Grafik 3.20 NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Jasa Dunia UsahaJasa Sosial MasyarakatPertanianPHRIndustri

%

Grafik 3.21 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Pertambangan Konstruksi Transportasi Lain2

%

Grafik 3.22 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya

Page 62: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

46  

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

PERBANKAN SYARIAH

Aset Perbankan Syariah

Aset Perbankan Syariah pada tahun 2011 tumbuh sebesar 33,58% yoy, yaitu

dari Rp1.769 miliar pada akhir tahun 2010 menjadi Rp2.364 miliar akhir tahun 2011.

Dari sisi aktiva peningkatan kinerja Perbankan Syariah terutama bersumber dari peningkatan

pembiayaan 58,8%, sementara dari sisi pasiva bersumber dari kenaikan DPK yang meningkat

35,54%. Perkembangan tersebut telah meningkatkan pangsa aset perbankan syariah

terhadap total aset perbankan di DIY dari 6,06% (2010) menjadi 6,97% pada 2011.

Intermediasi Perbankan Syariah

Sebagaimana halnya di bank umum, fungsi intermediasi perbankan Syariah

yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan. FDR

tahun 2011 tercatat sebesar 85,71%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (73,16%). Peningkatan FDR tersebut mengindikasikan bahwa pembiayaan yang

bersumber dari Bank Syariah sudah mulai menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat dan juga

membuktikan bahwa memang ada potensi pasar. Sementara itu, jika dirinci berdasarkan

kelompok bank, Pembiayaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki FDR 122,03%,

lebih tinggi dibanding FDR Bank Umum Syariah sebesar 83,01%. Tingginya FDR BPRS tersebut

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Antar KantorSBIPenempatan Lain pd BI selain SBI+GiroPenempatan pd Bank LainSurat Berharga

Miliar Rp Miliar Rp

Grafik 3.23 Ekses Likuiditas

Page 63: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

47  

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

merupakan fenomena umum sebagaimana yang terjadi pada BPR yang memiliki LDR di atas

100%.

Penghimpunan Dana

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada akhir

tahun 2011 sebesar Rp1.793 miliar, meningkat dibanding periode sebelumnya sebesar

Rp1.323 miliar (35,54% yoy). Sebagaimana periode sebelumnya, komposisi DPK Perbankan

Syariah didominasi oleh Deposito dengan pangsa 47,1% atau Rp845,1 miliar, selanjutnya

Tabungan memiliki pangsa 45,3% atau Rp813,1 miliar dan Giro dengan pangsa terkecil

sebesar 7,5% atau Rp134,9 miliar.

Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan yang telah disalurkan oleh Perbankan Syariah pada tahun 2011

tumbuh 58,8%yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2010

(38,26%). Minat masyarakat dalam memanfaatkan pembiayaan syariah ditahun 2011 cukup

tinggi. Jika pada tahun 2010 hanya terdapat 18.382 debitur pembiayaan, di tahun 2011

jumlah debitur bank syariah telah mencapai 29.754 atau tumbuh sebesar 61,86% yoy.

Pemasaran yang cukup agresif oleh perbankan syariah, dan didukung oleh sosialisasi aktif

Miliar Rp

Pangsa Ptumb Pangsa Ptumb% % % %

I Aset 376 528 856 1.287 1.769 100,00 37,48 2.364 100,00 33,58 1 Bank Umum Syariah 356 494 800 1.194 1.643 92,85 37,63 2.196 92,90 33,66 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 21 34 56 93 127 7,15 35,59 168 7,10 32,59 II Penghimpunan Dana (Deposit) 327 455 622 886 1.323 100,00 49,34 1.793 100,00 35,54 A Jenis Bank 327 455 622 886 1.323 100,00 49,34 1.793 100,00 35,54 1 Bank Umum Syariah 312 430 582 823 1.229 92,92 49,40 1.669 93,08 35,78 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 15 24 41 63 94 7,08 48,53 124 6,92 32,41 B Jenis Simpanan 327 455 622 886 1.323 100,00 49,34 1.793 100,00 35,54 1 Giro 31 31 47 66 87 6,60 32,49 135 7,53 54,62 2 Tabungan 173 239 328 428 595 44,95 38,80 813 45,34 36,72 3 Deposito 122 185 247 392 641 48,45 63,70 845 47,13 31,86 III Penyaluran Dana (Financing) 415 474 559 700 968 100,00 38,26 1.537 100,00 58,80 A Jenis Bank 415 474 559 700 968 100,00 38,26 1.537 100,00 58,80 1 Bank Umum Syariah 399 449 511 627 862 89,02 37,47 1.386 90,15 60,82 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 16 25 49 73 106 10,98 45,07 151 9,85 42,42 B Jenis Penggunaan 415 474 559 700 968 100,00 38,26 1.537 100,00 58,80 1 Modal Kerja 106 148 288 395 460 47,54 16,62 570 37,10 23,93 2 Investasi 87 83 99 109 123 12,72 12,44 181 11,78 47,06 3 Konsumsi 222 243 172 196 385 39,74 96,26 786 51,12 104,28 IV Non Performing Financing (NPF) 1,93 2,31 2,06 2,05 3,96 2,14 1 Bank Umum Syariah 1,76 2,18 1,39 1,56 3,77 1,84 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 6,04 4,69 9,11 6,31 5,56 4,89 V Financing to Deposit Ratio (FDR)1 127,19 104,28 89,86 79,02 73,16 85,71 1 Bank Umum Syariah 128,08 104,40 87,81 76,17 70,09 83,01 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 108,48 102,14 119,09 116,16 113,46 122,03

2011

Posisi Posisi

Tabel 3.4Indikator Perbankan Syariah

No Uraian 2006 2007 2008 20092010

Page 64: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

48  

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

Bank Indonesia mampu mendukung perkembangan kegiatan usaha Bank Syariah di DIY. Di sisi

lain, perkembangan tersebut menunjukkan bahwa pasar memang ada.

Sementara itu, kualitas pembiayaan perbankan Syariah menunjukkan perbaikan. Hal ini

tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) yang mengalami penurunan dari 3,96%

(2010) menjadi 2,14% (2011).

Page 65: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

49  

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sejalan dengan perekonomian yang membaik, transaksi tunai dan non tunai

meningkat cukup tinggi di DIY. Transaksi pembayaran tunai antara Bank Indonesia dengan

Perbankan secara bulanan rata-rata meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun

sebelumnya. Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai juga meningkat tinggi, walaupun

tidak setinggi peningkatan transaksi tunai. Pada periode laporan, temuan uang palsu yang

terdata di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY relatif rendah, turun 80,27% dari

tahun sebelumnya.

SISTEM PEMBAYARAN TUNAI

Aliran Uang Masuk (Inflow) dan Aliran Uang Keluar (Outflow)

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2011 mendorong

peningkatan transaksi tunai antara perbankan dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi DIY. Rata-rata aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) per

bulannya pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp913 miliar per bulan, naik 94,61% dari posisi

tahun 2010 sebesar Rp469 miliar per bulan.

-200

0

200

400

600

800

1.000

0

250

500

750

1.000

1.250

1.500

1.750

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Net

Inflo

w/P

TTB

(Mili

ar R

p)

Inflo

w/O

utflo

w (

Mili

ar R

p)

Aliran MasukAliran KeluarNet Aliran MasukPTTB

Grafik 4.1 Aliran Kas dan PTTB 

Page 66: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

50  

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Sedangkan rata-rata outflow pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp666 miliar per

bulan, meningkat 93,73% dari tahun sebelumnya sebesar Rp344 miliar per bulan. Dengan

demikian, pada tahun laporan terjadi net inflow yang setiap bulannya secara rata-rata

mencapai Rp248 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar rata-rata Rp126 miliar.

Penukaran Uang

Penukaran uang pecahan kecil maupun uang tidak layak edar di loket Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY selama tahun 2011 tercatat sebesar Rp144

miliar, atau naik 18,47% dari tahun 2010 sebesar Rp121 miliar. Peningkatan kegiatan

penukaran uang pecahan kecil di loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY

bersumber dari peningkatan penukaran uang logam sebesar 212,44%, dari Rp2,3 miliar

menjadi Rp7,2 miliar, sedangkan penukaran uang kertas meningkat 14,72% dari Rp119 miliar

menjadi Rp137 miliar. Pada umumnya, permintaan penukaran uang kecil melonjak

menghadapi hari-hari besar keagamaan untuk berbagai keperluan masyarakat.

Juta Rp

Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total143.595 80.077 119.424 13.942 19.134 90.704 13.226 137.006 14,72

1 10.000 72.541 37.007 63.443 6.991 9.800 30.841 6.530 54.162 -14,63

2 5.000 59.041 25.767 33.822 4.425 6.216 27.373 4.147 42.160 24,653 2.000 0 13.307 18.874 1.745 2.962 24.639 2.278 31.624 67,56

4 1.000 12.014 3.996 3.285 781 156 7.851 270 9.059 175,78

607 1.339 2.305 711 1.829 3.420 1.243 7.202 212,441 500 229 998 62 2 9 287 148 445 618,08

2 200 351 249 608 106 165 503 209 983 61,79

3 100 26 92 467 109 187 480 134 909 94,72

144.201 81.416 121.729 14.652 20.963 94.124 14.469 144.208 18,47Keterangan:

1) %.

2008 20102009

Total

Pecahan

Uang Kertas

Uang Logam

Tabel 4.1Penukaran Uang Pecahan Kecil

Ptumb1

(2010-11)2011

Jika dilihat dari pecahan uang yang ditukar, peningkatan tertinggi terjadi pada uang

logam pecahan Rp500 yang meningkat 618,08% dan uang kertas pecahan Rp1.000 yang

meningkat 175,78%. Tingginya peningkatan kegiatan penukaran pada kedua pecahan uang

tersebut menunjukkan bahwa transaksi yang menggunakan uang kartal berdenominasi kecil

masih banyak digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak komoditas barang/jasa

Page 67: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

51  

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

yang diperjualbelikan dengan menggunakan uang pecahan kecil, namun tidak menutup

kemungkinan juga digunakan untuk uang kembalian.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal yang

layak edar, KBI Yogyakarta secara rutin melakukan penyortiran dan peracikan

menggunakan Mesin Sortir Uang Kertas (MSUK) dan Mesin Racik Uang Kertas

(MRUK). Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar dicatat sebagai Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB) yang untuk selanjutnya dimusnahkan. Pada tahun 2011, jumlah

PTTB atas uang lusuh dan uang yang ditarik dari peredaran meningkat jika dibandingkan

dengan tahun 2010 sebesar 47,03%, yaitu dari Rp1.931,7 miliar menjadi Rp2.480,1 miliar

Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar PTTB terbesar adalah

pecahan Rp2.000. Hal ini wajar mengingat perputaran uang tunai, khususnya uang pecahan

kecil lebih tinggi, sehingga lebih cepat lusuh. Disamping itu, kualitas bahan uang pecahan

kecil juga tidak sebaik uang dengan denominasi besar, seperti Rp100.000 dan Rp50.000.

Juta Rp

Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total100.000 403.644 220.094 790.391 269.070 235.823 406.448 400.410 1.311.752 65,96

50.000 464.705 216.373 838.854 212.074 250.628 365.888 349.833 1.178.423 40,48

20.000 124.197 142.531 124.318 27.936 18.732 33.692 46.617 126.977 2,14 10.000 103.520 81.818 83.845 28.397 16.216 23.495 43.973 112.080 33,68

5.000 66.517 65.957 69.055 19.481 11.061 11.285 29.875 71.703 3,83 2.000 - 0 6.759 8.377 3.750 3.516 10.652 26.296 289,07

1.000 23.647 16.477 18.473 5.536 2.146 1.121 4.074 12.877 (30,30) 500 29 29 13 2 2 3 2 9 (33,46)

100 4 3 3 0 0 0 1 2 (50,98) Total 1.186.263 743.282 1.931.711 570.874 538.360 845.448 885.436 2.840.118 47,03

Keterangan:

1) %.

20102009 Ptumb1

(2010-11)2008

Tabel 4.2Pemberian Tanda Tidak Berharga

2011Pecahan

Temuan Uang Palsu

Sepanjang tahun 2011, temuan uang palsu ke Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi DIY mengalami penurunan, baik di sisi nominal maupun di sisi

jumlah lembarnya. Uang palsu yang diketemukan sebanyak 432 lembar, turun 76,61% dari

tahun 2010 yang tercatat sebanyak 1.847 lembar. Secara nominal, temuan uang palsu di

Page 68: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

52  

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY sebesar Rp33.540.000, turun 80,27% dari

tahun 2010 sebesar Rp170.035.000.

Lembar

Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total100.000 2004 285 665 1.604 141 16 48 62 267

100.000 1999 17 4 2 3 0 1 0 4

50.000 2005 67 192 125 15 31 38 19 103

50.000 1999 33 6 36 0 3 0 6 9

50.000 1995 0 0 0 0 0 0 0 050.000 1993 17 2 4 0 0 0 1 1

20.000 2004 5 20 21 4 6 11 3 24

20.000 1998 11 1 23 0 3 0 4 7

20.000 1992 2 4 0 0 0 0 0 0

10.000 2005 12 4 5 0 1 2 2 510.000 1998 6 0 11 0 3 0 2 5

10.000 1992 17 1 13 0 3 0 4 7

5.000 2001 2 0 1 0 0 0 0 0

5.000 1992 0 2 2 0 0 0 0 0

36.770.000 77.460.000 170.035.000 15.230.000 3.550.000 7.040.000 7.720.000 33.540.000Keterangan:

1) %.

2008Tahun Emisi

2009

Total (Rp)

2011Pecahan

Tabel 4.3Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan1

2010

Pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah uang pecahan dengan nilai

nominal besar, yaitu pecahan Rp100.000 tahun emisi 2004 dan Rp50.000 tahun emisi 2005

masing-masing sebesar 267 lembar dan 103 lembar. Selanjutnya, dalam rangka upaya

preventif terhadap tindak pidana pemalsuan uang, maka Bank Indonesia menambahkan

security feature pada emisi baru uang berdenominasi besar. Paralel dengan hal tersebut,

sosialisasi secara berkala kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah juga

dilakukan.

SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

Transaksi Kliring

Penyelesaian rata-rata transaksi harian non tunai melalui kliring pada tahun

2011 mengalami peningkatan, baik dilihat dari sisi rata-rata jumlah warkat maupun

rata-rata nilai nominal per hari. Rata-rata nominal kliring pada tahun 2011 tercatat sebesar

Rp42 miliar per hari, meningkat 20,19% dari tahun 2010 sebesar Rp35 miliar per hari.

Sedangkan rata-rata warkat kliring per hari pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.668 warkat

per hari, tumbuh 5,06% dari tahun 2010 yang tercatat sebanyak 1.587 warkat per hari.

Page 69: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

53  

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

LembarMiliar Rp

Nominal Kliring Warkat Kliring

Grafik 4.2 Transaksi Kliring

Dari sisi kualitas, rata-rata nilai nominal kliring ditolak per hari sedikit meningkat

15,83% dari 0,65 miliar per hari menjadi Rp0,75 miliar per hari pada tahun 2011. Namun

demikian, rata-rata warkat yang ditolak per hari turun 6,60% dari 28 lembar per hari pada

tahun 2010 menjadi 26 lembar per hari pada tahun laporan. Sejumlah alasan dapat

melatarbelakangi penolakan kliring, antara lain tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi

dan alasan lainnya, seperti rekening sudah ditutup atau saldo tidak cukup. Warkat kliring yang

ditolak selanjutnya akan diadministrasikan oleh Bank Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong

(TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH).

Miliar Rp

Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total

1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1.628 1.643 1.587 1.472 1.760 1.821 1.619 1.668 5,06

2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 17 24 28 28 31 24 23 26 -6,60

3 Rasio (2)/(1) dalam % 1,05 1,44 1,77 1,91 1,74 1,32 1,40 1,58

4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 34 34 35 33 42 49 43 42 20,19

5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0,397 0,575 0,650 0,790 0,951 0,683 0,588 0,753 15,83

6 Rasio (5)/(4) dalam % 1,18 1,67 1,87 2,39 2,27 1,39 1,38 1,81

1 Rata-rata Warkat Keluar/Bulan (lembar) 2.917 3.577 3.917 3.930 3.950 4.520 5.207 4.402 12,39

2 Rata-rata Warkat Masuk/Bulan (lembar) 3.875 4.306 5.327 4.941 4.914 5.467 6.014 5.334 0,13

3 Rata-rata Outgoing Transfer/Bulan 2.747 3.193 3.900 5.130 4.884 5.465 6.061 5.385 38,09

4 Rata-rata Incoming Transfer/Bulan 5.178 4.608 6.477 5.775 4.913 6.381 9.064 6.533 0,86

5 Net Transfer (4)-(3) 2.431 1.414 2.578 644 30 916 3.002 1.148 -55,46Keterangan:

1) %.

RTGS

2011

KLIRING

2010

Tabel 4.4Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai

No Uraian Ptumb1

(2010-11)2008 2009

Page 70: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

54  

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)1

Aktivitas sistem pembayaran non tunai melalui Bank Indonesia-Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY pada

tahun 2011 mengalami peningkatan dari sisi warkat maupun dari sisi nominalnya. Hal

ini tercermin pada rata-rata transfer masuk dan keluar antara wilayah DIY dan luar DIY.

Laporan transaksi tersebut sudah mengeluarkan transaksi antar bank yang sama-sama berada

di wilayah DIY.

Dari sisi nominal, rata-rata incoming transfer per bulan naik 0,86% dari Rp6.477 miliar

pada tahun 2010 menjadi Rp6.533 miliar pada tahun 2011. Sedangkan rata-rata transfer

keluar (outgoing transfer) per bulan naik 38,09% dari Rp3.900 miliar per bulan pada tahun

2010 menjadi Rp5.385 miliar per bulan pada tahun 2011. Dengan demikian maka transfer

masuk bersih (net incoming transfer) ke sistem perbankan di wilayah DIY turun 55,46% dari

Rp3.002 miliar menjadi Rp1.148 miliar.

Di sisi warkat, rata-rata warkat masuk per bulan naik 0,13% dari 5.327 warkat pada

tahun 2010 menjadi 5.334 warkat, sedangkan rata-rata warkat keluar naik 12,39% dari 3.917

warkat per bulan pada tahun 2010 menjadi 4.402 warkat pada tahun 2011.

.

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

5.500

6.000

6.500

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

I II III IV I II III IV I II III IV

LembarMiliar Rp

Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer

Warkat Incoming Transfer Warkat Outgoing Transfer

Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS

                                                            1 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam

waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.

Page 71: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

55  

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Peningkatan aktivitas BI-RTGS ini dapat dikatakan sebagai peningkatan kepercayaan

masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai, sejalan dengan upaya Bank Indonesia

untuk mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi non tunai (less cash society).

Peningkatan penggunaan transaksi non tunai juga dapat dijadikan sebagai cerminan kemajuan

suatu daerah, terutama dalam menilai efisiensi dan intensitas aktivitas perekonomian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 72: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 73: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

57  

BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH

Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY

tahun 2011,mengalami peningkatan baik di sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran.

Secara umum, realisasi pos penerimaan APBD Gabungan mencapai Rp6.813 miliar, naik

18,82% dari tahun sebelumnya dan melebihi rencana awal (103,17%). Ketergantungan APBD

di DIY terhadap pemerintah pusat masih dominan, tercermin dari kontribusi Dana

Perimbangan mencapai Rp3.883 miliar (57,00%), sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya

sebesar Rp1.567 miliar (23,00%). Di sisi pengeluaran realisasi APBD sebesar Rp6.650 miliar,

naik 16,41% dari tahun sebelumnya. Namun realisasi tersebut lebih rendah dari rencana awal

(92,90%). Sementara itu, alokasi belanja daerah masih terkonsentrasi kepada belanja pegawai

dan belanja barang dan jasa. 

Peningkatan kinerja perekonomian DIY di tahun 2011 memberi dampak pada

kinerja keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) gabungan di DIY

di sisi Pendapatan maupun belanja daerah yang relatif lebih baik dibanding tahun

2010 masing-masing naik sebesar 18,82% dan 16,41%. Berdasarkan wilayah, pendapatan

Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota dibanding tahun sebelumnya seluruhnya meningkat

dengan realisasi penerimaannya di atas 100%. Sedangkan di sisi pengeluaran, realisasi belanja

seluruh pemerintahan daerah di DIY meningkat, masih dibawah anggaran yang telah

ditetapkan.

Seluruh wilayah di Provinsi DIY mengalami surplus dalam realisasi APBD 2011. Hal

tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan pendapatannya yang meningkat lebih besar

dari pertumbuhan belanja.

PENDAPATAN APBD GABUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN

KABUPATEN/KOTA

Secara gabungan peningkatan realisasi pendapatan pemerintah daerah di DIY pada

tahun 2011 didorong oleh tingginya peningkatan realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah

72,88%, diikuti dengan peningkatan Pandapatan Asli Daerah (21,95%) dan Dana

Page 74: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

58  

Bab 5 – Keuangan Pemerintah

Perimbangan (6,08%). Pos Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih

memiliki share terbesar yakni masing-masing sebesar 57,00% dan 23,00%. Dengan komposisi

tersebut, ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat masih tetap tinggi.

Komponen terbesar dalam PAD adalah Hasil Pajak Daerah yang tumbuh 27,64%

dengan proporsi 66,86%. Pertumbuhan penerimaan Pajak Daerah terutama berasal dari

peningkatan penerimaan pajak kendaraan bermotor. Sementara itu pos Hasil Retribusi daerah

terkontraksi 18,36%.

Growth %APBD Realisasi % APBD Realisasi % Realisasi 10-11

1 Pendapatan Daerah 5.608.735 5.734.034 102,23 6.603.893 6.813.165 103,17 18,82 A Pendapatan Asli Daerah 1.153.764 1.284.722 111,35 1.396.561 1.566.717 112,18 21,95

Hasil Pajak Daerah 718.168 820.604 114,26 922.444 1.047.434 113,55 27,64 Hasil Retribusi Daerah 166.349 172.939 103,96 133.615 141.191 105,67 (18,36) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 65.358 64.432 98,58 66.988 66.606 99,43 3,37 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 203.889 226.746 111,21 273.514 311.486 113,88 37,37

B Dana Perimbangan 3.656.733 3.660.777 100,11 3.838.717 3.883.247 101,16 6,08 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 389.813 393.857 101,04 290.828 335.957 115,52 (14,70) Dana Alokasi Umum 2.992.336 2.992.336 100,00 3.330.557 3.329.976 99,98 11,28 Dana Alokasi Khusus 274.584 274.584 100,00 217.332 217.314 99,99 (20,86) Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - - -

C Lain-lain Pendapatan yang Sah 798.238 788.536 98,78 1.368.615 1.363.201 99,60 72,88 Pendapatan Hibah 80.896 80.478 99,48 64.411 41.376 64,24 (48,59) Pendapatan Dana Darurat 73.863 73.869 - - - - (100,00) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 152.430 152.166 99,83 268.072 268.047 99,99 76,16 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 312.150 308.844 98,94 726.523 728.707 100,30 135,95 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 177.899 172.279 96,84 103.064 118.479 114,96 (31,23) Pendapatan Lainnya 1.000 900 - 206.545 206.591 -

Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - #DIV/0! - - - - Jumlah Pendapatan 5.608.735 5.734.034 102,23 6.603.893 6.813.165 103,17 18,82

Keterangan:

Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

2010 2011

Tabel 5.1APBD Provinsi, Kabupaten, Kota

Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pendapatan

APBD TOTALNo Uraian

Juta Rp.

Berdasarkan wilayah, pertumbuhan realisasi PAD tertinggi di Bantul yang tumbuh

57,88%, diikuti Sleman 39,05%, Gunungkidul 28,08%, Kota Yogyakarta 27,56%, Provinsi

DIY 13,50%, dan Kulonprogo 11,94%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan

PAD antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sehingga berdampak pada

peningkatan penerimaan pendapatan pajak daerah.

Sementara itu, share komponen terbesar dalam pos Dana Perimbangan masih

bersumber dari Dana Alokasi Umum sebesar 85,75%. Berdasarkan wilayahnya, pertumbuhan

Dana Perimbangan tertinggi adalah Provinsi DIY15,27%, diikuti Kulonprogo 7,67%,

Gunungkidul 4,96%, Bantul 4,13%, Kota Yogyakarta 3,30% dan Sleman 1,85%. Sementara

itu, Dana Perimbangan yang realisasinya di tahun 2010 tidak mencapai 100% hanya

Gunungkidul.

Page 75: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

59  

Bab 5 – Keuangan Pemerintah

Peningkatan penerimaan dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terutama

berasal dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang meningkat 135,95%, diantaranya

berasal dari dana untuk dana rehabilitasi pasca bencana Merapi.

BELANJA PEMERINTAH

Realisasi belanja daerah tahun 2011 tercatat sebesar Rp6.650 miliar, atau 92,90% dari

anggaran yang ditetapkan. Realisasi belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Bantul sebesar

96,72%, diikuti oleh Kota Yogyakarta (94,07%), Sleman (92,82%), Kulonprogo (92,81%),

Provinsi DIY (91,71%), dan Gunungkidul (89,55).

Growth %APBD Realisasi % APBD Realisasi % Realisasi 10-11

2 Belanja Daerah 6.224.878 5.711.964 91,76 7.158.084 6.649.549 92,90 16,41 A Belanja Tidak Langsung 4.075.649 3.932.704 96,49 4.679.256 4.509.973 96,38 14,68

Belanja Pegawai 3.234.080 3.123.233 96,57 3.629.878 3.540.216 97,53 13,35 Belanja Bunga 994 657 66,04 600 444 73,89 (32,45) Belanja Subsidi - - - - - - - Belanja Hibah 176.946 173.537 98,07 175.514 164.023 93,45 (5,48) Belanja Bantuan Sosial 236.800 216.497 91,43 285.992 245.274 85,76 13,29 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 240.341 241.085 100,31 294.704 294.745 100,01 22,26 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 169.682 165.181 97,35 267.375 260.334 97,37 57,61 Belanja Tidak Terduga 16.806 12.514 74,46 25.193 4.937 19,60 (60,55)

B Belanja Langsung 2.149.229 1.779.261 82,79 2.478.828 2.139.576 86,31 20,25 Belanja Pegawai 385.056 341.414 88,67 414.278 386.833 93,38 13,30 Belanja Barang dan Jasa 1.080.477 944.022 87,37 1.231.779 1.119.107 90,85 18,55 Belanja Modal 683.696 493.824 72,23 832.772 633.636 76,09 28,31

Jumlah Belanja 6.224.878 5.711.964 91,76 7.158.084 6.649.549 92,90 16,41 Surplus/ (Defisit) (616.143) 22.070 (3,58) (554.191) 163.615 (29,52) 641,34

2011

Keterangan:

Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

Tabel 5.2APBD Provinsi, Kabupaten, Kota

Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Belanja

No Uraian 2010APBD TOTAL

Juta Rp.

Struktur pengeluaran Belanja APBD Gabungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di

DIY didominasi oleh pos Belanja Tidak Langsung dengan pangsa 67,82%. Realisasi pos Belanja

Tidak Langsung didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 78,50%.

Sedangkan realisasi belanja tidak langsung masih didominasi pos Belanja Barang dan

Jasa dengan pangsa 52,31%. Sedangkan realisasi Belanja Modal pada tahun 2011 meningkat

28,31% dengan pangsa 29,62%. Peningkatan belanja modal pada tahun 2011 antara lain

dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur pasca erupsi Merapi.

Dengan melihat cerminan realisasi belanja tersebut, tampaknya masih ada ruang untuk

mengoptimalkan belanja di daerah, khususnya untuk pembelanjaan yang dapat meningkatkan

nilai tambah.

Page 76: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

60  

Bab 5 – Keuangan Pemerintah

SUMBER PEMBIAYAAN PEMERINTAH

Realisasi angka gabungan APBD tahun 2011 Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota

surplus Rp164 miliar. Sementara itu, sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi oleh

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan pangsa 95,73%. Sementara,

sumber pengeluaran pembiayaan terbesar adalah Pemberian Pinjaman daerah dengan pangsa

51,84%. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya meningkat 16,78% dibanding

tahun sebelumnya.

Juta Rp.

Growth %APBD Realisasi % APBD Realisasi % Realisasi 10-11

3 Pembiayaan Daerah 616.143 619.635 100,57 554.191 585.745 105,69 (5,47) A Penerimaan Pembiayaan 690.823 688.763 99,70 631.609 633.594 100,31 (8,01)

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 657.902 657.902 100,00 606.542 606.527 100,00 (7,81) Pencairan Dana Cadangan - - - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 18.311 27.262 148,88 21.841 23.738 108,69 (12,92) Penerimaan Piutang Daerah 13.494 2.468 18,29 2.109 2.058 97,57 (16,59) Penerimaan Lainnya 1.116 1.132 101,38 1.116 1.270 113,83 12,28

Jumlah Penerimaan Pembiayaan 690.823 688.763 99,70 631.609 633.594 100,31 (8,01) B Pengeluaran Pembiayaan 74.680 69.128 92,56 77.417 47.849 61,81 (30,78)

Pembentukan Dana Cadangan - - - - - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 38.951 38.449 98,71 29.535 20.535 69,53 (46,59) Pembayaran Pokok Utang 1.664 1.663 99,98 995 992 99,61 (40,38) Pemberian Pinjaman Daerah 34.066 29.016 85,18 44.740 24.803 55,44 (14,52) Penyelesaian Kegiatan DPA-L - - - 2.147 1.520 - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - - - - Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 74.680 69.128 92,56 77.417 47.849 61,81 (30,78)

Pembiayaan Netto 616.143 619.635 100,57 554.191 585.745 105,69 (5,47) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) - 641.705 - - 749.360 - 16,78

2010 2011APBD TOTAL

APBD Provinsi, Kabupaten, KotaSe Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pembiayaan

No Uraian

Keterangan:

Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

Tabel 5.3

 

 

 

 

 

 

Page 77: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

61  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN

Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ditopang dengan inflasi yang

rendah berpengaruh pada membaiknya kesejahteraan masyarakat di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Indikator kesejahteraan yang membaik tersebut antara lain tercermin

pada data pendapatan per kapita, tingkat pengangguran dan kualitas hidup sebagaimana

tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM).

Pendapatan per Kapita

Pendapatan per kapita penduduk DIY pada tahun 2011 meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pendapatan per kapita penduduk DIY mencapai

Rp 14,85 juta per tahun, tumbuh sebesar 12,52% dibanding tahun sebelumnya. Dalam

ukuran mata uang US Dollar, pendapatan per kapita tersebut setara dengan USD 1.707,31

Akselerasi pendapatan per kapita tersebut akan dapat lebih ditingkatkan jika proyek-proyek

besar di DIY dapat direalisasikan, seperti tambang pasir besi dan pabrik baja, pembangunan

bandara dll.

Rupiah

PDRB Perkapita PDRB PerkapitaTahun (Ad. Harga (Ad. Harga

Konstan 2000) Berlaku)

2006 5.272.562 2,58 8.845.062 14,85

2007 5.444.868 3,27 9.798.386 10,78

2008 5.662.383 3,99 11.229.487 14,61

2009* 5.855.379 3,41 12.083.874 7,61

2010** 6.141.310 4,88 13.314.976 10,192011*** 6.382.587 3,93 14.934.844 12,17

Keterangan

*) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

***) Angka sangat-sangat sementara

Sumber : BPS Provinsi DIY

Tabel 6.1PDRB Perkapita

Perubahan (%)

Perubahan (%)

Tenaga Kerja

Jumlah penduduk usia kerja di DIY pada Agustus 2011 sebanyak 2,72 juta

orang atau naik sebesar 0,96% dibandingkan Agustus 2010. Dari jumlah tersebut,

sebanyak 1,87 juta orang atau 68,7% tergolong sebagai angkatan kerja, sedangkan sisanya

tergolong bukan angkatan kerja baik karena sedang mengikuti sekolah, menjadi ibu rumah

 

Page 78: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

62  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

tangga, ataupun menjalankan kegiatan lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus

2011 sebanyak 1,799 juta orang, naik sebesar 24 ribu orang bila dibandingkan dengan

keadaan pada Agustus 2010.

Ribu Orang

Feb Agt Feb Agt Feb AgtA Angkatan Kerja 2.049 2.017 2.067 1.882 1.937 1.873 1 Bekerja 1.926 1.896 1.943 1.775 1.831 1.799 2 Pengangguran Terbuka 123 121 124 107 106 74 B Bukan Angkatan Kerja 809 855 827 816 749 851 C Penduduk Usia Kerja 2.857 2.872 2.895 2.698 2.686 2.724 D Tingkat Pengangguran Terbuka 6,00% 6,00% 6,02% 5,69% 5,47% 3,97%E Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,70% 70,23% 71,41% 69,76% 72,11% 68,77%

Sumber : BPSProvinsi DIY

Tabel 6.2Angkatan Kerja

2011No U r a i a n

2009 2010

 

TPAK1 di Provinsi DIY pada Agustus 2011 sebesar 68,77% turun jika

dibandingkan Agustus 2010 (69,76%). Pencapaian angka TPAK tersebut merupakan yang

terendah selama 3 tahun terakhir. Rendahnya angka TPAK tersebut terutama disebabkan oleh

meningkatnya jumlah penduduk bukan angkatan kerja baik karena menempuh pendidikan

ataupun mengurus rumah tangga. TPAK yang menurun tersebut juga mengindikasikan bahwa

jumlah penduduk yang masuk pasar kerja berkurang. Selanjutnya dikaitkan dengan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) yang rendah, maka penduduk yang masuk ke pasar kerja

sebagian besar merupakan tenaga kerja trampil.

9,759,11

8,46 8,39 8,14 7,877,41 7,14

6,8 6,566,08 6,1 6,04

5,386,00 6,00 6,02

5,69 5,47

3,97

0

2

4

6

8

10

12

Feb 07 Agst 07 Feb 08 Agst 08 Feb 09 Agst 09 Feb 10 Agst 10 Feb 11 Agst 11

%

Nasional DIY

Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY

Sumber : BPS Provinsi DIY

                                                            1 TPAK adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yaitu rasio antara jumlah angkatan kerja dengan

jumlah penduduk usia kerja.

Page 79: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

63  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi DIY lebih rendah dibanding TPT

nasional. Tingkat TPT di Provinsi DIY dari tahun ke tahun berkisar antara 3,0% – 8,0%.

Umumnya pada saat terjadi musim kemarau yang panjang ataupun faktor eksternal lain

seperti kenaikan harga BBM dapat memicu tingginya TPT sebagaimana pernah terjadi pada

bulan November 2005 dimana TPT mencapai 7,59%. Pada bulan Agustus 2011, TPT

mencapai 3,97% jauh lebih kecil dibanding keadaan Agustus 2010 sebesar 5,69%.

Berdasarkan daerahnya, tingkat penganggguran terbuka tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta

sebesar 5,57% dan Kabupaten Sleman 5,25%. Angka TPT di Provinsi DIY umumnya memang

cukup tinggi di di wilayah non pertanian seperti Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman yang

cenderung mengarah ke industri.

Feb Agt Feb Agt Feb Agt

A Pertanian 35,7% 30,1% 32,2% 30,4% 24,3% 24,0%B Pertambangan, Listrik, Gas, Air Bersih 1,3% 1,1% 1,0% 0,9% 1,3% 0,9%C Industri Pengolahan 12,9% 12,5% 15,1% 13,9% 14,2% 14,8%

D Bangunan 4,7% 7,7% 4,7% 6,2% 5,6% 7,4%E Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,3% 24,0% 22,9% 24,7% 26,0% 26,7%F Pengangkutan dan Komunikasi 4,2% 4,4% 4,4% 3,8% 4,7% 3,8%G Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,6% 2,6% 2,2% 2,2% 2,2% 2,8%H Jasa 17,3% 17,7% 17,4% 17,9% 21,8% 19,6%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Sumber : BPS DIY

Tabel 6.3Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

2011

J u m l a h

No Lapangan Usaha

Sektor Tradeable

Sektor Non-Tradeable

2009 2010

Secara sektoral, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

menyerap pekerja paling banyak yaitu masing-masing sebesar 26,7% dan 24,0%.

Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor jasa-jasa (19,0%) dan

industri pengolahan (14,8%). Sektor pertanian sampai saat ini masih memiliki pangsa yang

cukup besar di dalam struktur perekonomian Provinsi DIY. Dengan rata-rata kepemilikan lahan

yang kecil, maka tenaga kerja yang terserap cukup banyak. Sementara itu di sektor PHR,

subsektor yang paling dominan menyerap tenaga kerja adalah subsektor perdagangan. Untuk

sektor industri, disamping industri garmen dan furniture, maka yang menyerap tenaga kerja

cukup tinggi adalah industri UMKM.

Page 80: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

64  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

%

Feb Agt Feb Agt Feb AgtA Formal 34,4 35,4 34,7 34,5 43,6 44,4

Berusaha dibantu Buruh Tetap 3,7 3,0 3,5 3,9 4,3 4,3 Buruh/Karyawan/Pegawai 30,7 32,4 31,2 30,6 39,3 40,1

B Informal 65,8 64,6 65,2 65,5 56,4 55,6 Berusaha Sendiri 15,3 14,3 14,5 13,8 15,3 13,9 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 23,8 23,8 24,5 24,4 17,5 19,3 Pekerja Bebas di Pertanian 2,8 2,9 2,3 2,0 3,5 1,4 Pekerja Bebas di Non Pertanian 4,9 7,7 5,2 6,5 5,1 7,0 Pekerja Keluarga/tak Dibayar 19,0 15,9 18,7 18,9 15,0 14,0

Sumber : BPS Provinsi DIY

Tabel 6.4Indikator Status Ketenagakerjaan

2011No Status Pekerjaan Utama

2009 2010

 

Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, tenaga kerja di DIY lebih didominasi

oleh tenaga kerja informal. Porsi tenaga kerja informal di DIY selama 3 tahun terakhir

tampak mengalami penurunan, yaitu dari 65,8% pada keadaan Februari 2009 menjadi 55,6%

pada Agustus 2011. Peningkatan tenaga kerja di sektor formal antara lain dipengaruhi oleh

perkembangan pesat di sektor PHR dan Jasa-jasa.

400

674 657687

820 751802399

460 500

586

700746

808

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

KHL/KHM UMP

Ribu Rp

Grafik 6.2 Upah Minimum Provinsi

Page 81: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

65  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

Upah Minimum Provinsi (UMP)2

Gubernur DIY melalui Keputusan Nomor 270/KEP/2010 tanggal 22 November

2010 menetapkan UMP 2011 sebesar Rp808.000,-. Jumlah tersebut lebih tinggi dari yang

diusulkan oleh Dewan Pengupahan DIY sebesar Rp802.338,-, namun lebih rendah dari

perhitungan rata-rata upah buruh di Yogyakarta yang dilakukan oleh Aliansi Buruh Yogyakarta

(ABY), yakni sebesar Rp837.319,-. Dari 33 Provinsi, Provinsi DIY merupakan salah satu dari 8

provinsi yang UMP-nya di atas Kebutuhan Hidup Layak.

Kemiskinan

Nilai Garis Kemiskinan Provinsi DIY pada September 2011 sebesar Rp257.909,-

per kapita per bulan. Nilai garis kemiskinan3 tersebut meningkat dibandingkan dengan

angka bulan Maret 2011 sebesar Rp249.629,- per kapita per bulan. Dengan garis kemiskinan

tersebut, maka jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2011- September 2011

mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 560,88 ribu orang pada Maret 2011 menjadi 564,23

ribu orang pada September 2011.

633,5

616,3

585,8577,3

560,88 564,23

18,99

18,32

17,23

16,83

16,08 16,14

14,5

15

15,5

16

16,5

17

17,5

18

18,5

19

19,5

520

540

560

580

600

620

640

2007 2008 2009 2010 Mar 11 Sep 11

Chart Title

Jumlah Persentase (%)

Grafik 6.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY

ribu orang %

                                                            2 UMP adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi pekerja lajang dengan 0 tahun masa kerja. 3 Garis kemiskinan merupakan ambang batas kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan, yang

memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Terjadinya pertumbuhan garis kemiskinan ini antara lain sejalan dengan terjadinya kenaikan harga barang akibat inflasi.

Page 82: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

66  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

Menurut sebarannya, penduduk miskin di perkotaan mencapai 52,98% dari total

penduduk miskin, dan sisanya merupakan penduduk miskin perdesaan (47,02 persen). Perlu

dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, antara lain (1) pemetaan

wilayah yang menjadi sentra kemiskinan sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat pada

wilayah tersebut; (2) Peningkatan kegiatan usaha produktif; dan (3) Kestabilan harga harus

dijaga optimal.

Indeks Kesengsaraan

Relatif rendahnya tingkat inflasi dan juga angka TPT Provinsi DIY mendorong

menurunnya angka indeks kesengsaraan di DIY tahun 2011. Indeks kesengsaraan

mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi yang memburuk

akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi bagi suatu negara. Indeks kesengsaraan dihitung

dengan cara menjumlahkan persentase tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat inflasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, indeks kesengsaraan DIY pada tahun 2011 adalah sebesar

7,85% menurun dibanding 2010 sebesar 13,07%, lebih rendah dari angka nasional sebesar

10,35%.

Grafik 6.4 Indeks Kesengsaraan

14,09

15,26

8,93

13,07

7,85

15,70

19,45

10,65

14,10

10,35

7

9

11

13

15

17

19

2007 2008 2009 2010 2011

%

DIY Nasional

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi DIY mengalami peningkatan. IPM

merupakan indeks komposit yang menggambarkan pencapaian kualitas pembangunan

manusia. Indeks ini mewakili komponen yang diperlukan manusia untuk dapat hidup secara

Page 83: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

67  

Bab 6 – Ketenagakerjaan

lebih berkualitas, yakni aspek kesehatan, pendidikan dan aspek ekonomi. Tiga aspek ini

menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu wilayah melalui pengukuran penduduk

yang sehat dan berumur panjang, berpendidikan dan berketrampilan, serta memiliki

pendapatan yang memungkinkan untuk hidup layak.

2007 2008 2009 2010

1. Angka Harapan Hidup (tahun) 75,5 75,70 75,80 76,00

2. Angka Melek Huruf (%) 87,78 89,46 90,18 90,84 3. Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,59 8,71 8,78 9,1

74,15 74,88 75,23 75,77

1,72 2,81 1,39Sumber : Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial, BPS Februari 2012

Indikator

IPM

Reduction Shortfall

Tabel 6.5Indeks Pembangunan Manusia

Nilai IPM DIY tahun 2010 sebesar 75,77 meningkat dibandingkan indeks pada

tahun sebelumnya 75,23. Dengan pencapaian ini, posisi pembangunan manusia di Provinsi

DIY masuk dalam kategori kelompok ‘menengah atas’, yakni pada range 66 hingga 79.

Kenaikan IPM didukung oleh peningkatan estimasi harapan hidup dari 75,8 pada tahun 2009

menjadi 76,00 pada tahun 2010. Dari segi pendidikan, angka melek huruf meningkat dari

90,18 menjadi 90,84 dan rata-rata lama sekolah juga meningkat dari 8,78 tahun menjadi 9,1.

 

 

Page 84: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 85: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

69  

Bab 7 Prospek Perekonomian

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Pemulihan ekonomi global pada tahun 2012 sedikit terancam dengan semakin

tidak menentunya penyelesaian krisis di Zona Euro dan kerapuhan di tempat lain.

Kondisi keuangan diprediksi memburuk, prospek pertumbuhan juga makin redup, dan risiko

resesi makin meningkat. Output global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,25% tahun 2012

turun sekitar 0,75% dibandingkan dengan proyeksi September 20111. Secara umum,

pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diperkirakan juga melambat karena buruknya

lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan internal.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh cukup

kuat pada kisaran 6,0% - 6,5%. Ditengah ketidakpastian penyelesaian krisis Eropa,

perekonomian Indonesia masih tumbuh cukup tinggi didorong oleh masih kuatnya konsumsi

juga ditopang oleh investasi yang membaik sejalan dengan makin bagusnya peringkat

Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi global. Sementara itu, impor Indonesia lebih

didominasi barang modal sehingga dapat memicu perkembangan industri pengolahan dalam

negeri. Sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta

sektor industri pengolahan diperkirakan akan menjadi motor utama penggerak ekonomi di

Indonesia.

Dalam rangka pengendalian harga, pemerintah berusaha menjaga stabilitas

nilai tukar dan inflasi yang merupakan prasyarat penting tercapainya pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas. Rencana Kerja Pemerintah tahun 2012 disusun berdasarkan

tema “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif, dan

Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat” dan diterjemahkan ke dalam 11 (sebelas)

prioritas nasional dan tiga prioritas nasional lainnya. Sebelas prioritas pembangunan nasional

tersebut, yaitu: (a) reformasi birokrasi dan tata kelola; (b) pendidikan; (c) kesehatan; (d)

penanggulangan kemiskinan; (e) ketahanan pangan; (f) infrastruktur; (g) iklim investasi dan

iklim usaha; (h) energi; (i) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (j) daerah tertinggal,

terdepan, terluar, dan pascakonflik; serta (k) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

                                                            1 World Economic Outlook Update, IMF, Januari 2012.

Page 86: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

70  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

Sedangkan tiga prioritas nasional lainnya meliputi (a) bidang politik, hukum, dan keamanan;

(b) bidang perekonomian; dan (c) bidang kesejahteraan rakyat.

Sementara itu, Pemprov DIY telah mencanangkan satu tema pembangunan yang

merupakan tema RKPD 2012, yaitu akselerasi pemulihan pembangunan DIY akibat dampak

bencana guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara bersinergi. Tema RKPD ini

selanjutnya dituangkan dalam 7 prioritas pembangunan yaitu meliputi sektor (1) Pariwisata

dan Agro Industri, (2) Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Iklim Investasi dan usaha, (4)

Infrastruktur, (5) Penanggulangan Kemiskinan, (6) Lingkungan Hidup dan Bencana dan, (7)

Kesehatan.

Pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dari

tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan akan mencapai 5,60%±0,5% yang

terutama didorong oleh konsumsi dan investasi.

Ptumb Andil Nominal Ptumb Andil Nominal Ptumb Andil1 Konsumsi Rumahtangga 7,3% 3,3 10.568.418 7,0% 3,3 11.292.263 6,8% 3,3 2 Konsumsi Pemerintah 2,8% 0,6 4.437.715 5,3% 1,1 4.570.853 3,0% 0,6 3 Pembentukan Modal tetap Domestik Bruto 3,4% 0,9 5.815.812 4,6% 1,2 6.004.306 3,2% 0,9 4 Lainnya 0,8% 0,1 1.307.762 -5,6% (0,4) 1.501.588 14,8% 0,9

4,9% 4,9 22.129.707 5,2% 5,2 23.369.010 5,6% 5,6 Keterangan:

*) Angka sementara.

**) Angka sangat sementara.

f Angka perkiraan.

Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.

2012f

(Juta Rp - %)

Tabel 7.1Produk Domestik Regional Bruto DIY

PDRB

No Jenis Penggunaan2010* 2011**

Di tahun 2012, strategi pembangunan Pemerintah DIY tidak hanya difokuskan pada

upaya mencapai pertumbuhan semata (pro growth) melainkan juga mengarah pada

pertumbuhan yang berkualitas yang berfihak pada rakyat miskin (pro poor) dan penciptaan

lapangan kerja (pro job). Dengan kombinasi tersebut, disamping terjadinya peningkatan

konsumsi karena meningkatnya pendapatan masyarakat diharapkan juga terjadi peningkatan

investasi yang dapat membuka lapangan kerja baru.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan BPS (2010) struktur investasi di Provinsi DIY

selama periode 2006 – 2010 sebesar 60,28% merupakan investasi dalam bentuk tanah

bangunan diikuti untuk mesin dan kendaraan sebesar 30,45%2. Tingginya investasi pada

tanah dan bangunan ini menyebabkan cukup rendahnya penyerapan tenaga kerja atas

                                                            2 Analisis Pembentukan Investasi di Provinsi DIY 2010, BAPPEDA Provinsi DIY 2011.

Page 87: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

71  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

investasi yang dilakukan. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, investasi di Provinis DIY

didominasi oleh sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi.

Ptumb Andil Nominal Ptumb Andil Nominal Ptumb Andil2,7% 0,9 6.695.675 2,0% 0,6 6.852.390 2,3% 0,7

1 Pertanian -0,3% (0,0) 3.555.797 -2,1% (0,4) 3.717.837 4,6% 0,7 2 Pertambangan & Penggalian 0,9% 0,0 156.711 12,0% 0,1 162.942 4,0% 0,0 3 Industri Pengolahan 7,0% 0,9 2.983.167 6,8% 0,9 2.971.611 -0,4% (0,1)

5,9% 4,0 15.434.032 6,6% 4,5 16.516.620 7,0% 4,9 4 Listrik, Gas, & Air Bersih 4,0% 0,0 201.243 4,3% 0,0 215.421 7,0% 0,1 5 Bangunan 6,1% 0,6 2.187.805 7,2% 0,7 2.411.830 10,2% 1,0 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 5,3% 1,1 4.611.402 5,2% 1,1 4.977.737 7,9% 1,7 7 Pengangkutan & Komunikasi 5,7% 0,6 2.430.696 8,0% 0,9 2.601.770 7,0% 0,8 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Prsh 6,4% 0,6 2.185.221 7,9% 0,8 2.313.091 5,9% 0,6 9 Jasa-jasa 6,4% 1,1 3.817.665 6,5% 1,1 3.996.772 4,7% 0,8

4,9% 4,9 22.129.707 5,2% 5,2 23.369.010 5,6% 5,6 Keterangan:

*) Angka sementara.

**) Angka sangat sementara.

f Angka perkiraan.

Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.

A. Tradable

B. Non-Tradable

PDRB

Tabel 7.2Produk Domestik Regional Bruto DIY

(Juta Rp - %)

No Sektor2010* 2011** 2012f

Secara sektoral, di tahun 2012 sektor PHR diperkirakan masih tetap menjadi

penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi DIY. Pada sektor ini, subsektor

Perdagangan dan subsektor Restoran merupakan penggerak utamanya. Walaupun demikian,

ketiga subsektor yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran pada dasarnya saling berkaitan dan

semuanya terkait erat dengan tingginya kunjungan wisatawan. Di tahun 2012 diperkirakan

masih akan cukup banyak investor yang akan menanamkan uangnya untuk pendirian hotel

dan bahkan akhir-akhir ini dikombinasi dengan kondominium hotel (kondotel) dan apartemen.

Sementara itu, pesatnya pertumbuhan restoran diperkirakan akan makin meningkatkan

popularitas wisata kuliner di Provinsi DIY.

Selain sektor PHR, sektor bangunan diperkirakan juga akan menjadi

penyumbang penting dalam pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2012. Masih tingginya

permintaan rumah hunian termasuk apartemen, kondominium, pembangunan hotel, serta

akan segera dimulainya pembangunan bandara internasional di Kulonprogo diperkirakan akan

lebih memberikan insentif terhadap sektor ini untuk lebih berkembang.

Sektor Pertanian yang pada dua tahun sebelumnya kontraktif, pada tahun ini

akan tumbuh positif. Infrastruktur pasca erupsi merapi sudah pulih dan cuaca yang

mendukung diperkirakan akan menambah luas area panen di DIY.

Page 88: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

72  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

Sementara itu, inflasi pada tahun 2012 diperkirakan pada kisaran 5,22±1%

dengan kecenderungan bias ke bawah. Cukup rendahnya pencapaian inflasi Kota

Yogyakarta diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2012. Melimpahnya pasokan padi

karena musim penghujan yang cukup panjang diperkirakan akan menjaga harga beras lebih

stabil. Selain itu, pada tahun 2012 diperkirakan cuaca akan berjalan normal, sehingga hasil

panen produk hortikultura seperti cabe, bawang merah, kacang-kacangan, jagung dll. dapat

berproduksi secara normal dan sesuai jadwal. Faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat

menghambat kenaikan harga-harga antara lain adalah: (1) menurunnya harga emas yang

diperkirakan akan kembali ke level harga normal sekitar USD 1.600 per troy ounce (1 troy

ounce = 31.1034768 gram) sehingga dapat menahan laju inflasi di kelompok sandang; (2)

masih ditundanya pencabutan subsidi BBM premium; dan (3) Ekspektasi masyarakat yang

mendukung.

No Kelompok 2008 2009 2010 2011 2012f

1 Bahan Makanan 14,87 3,91 18,86 1,83 5,54 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 9,40 7,50 5,47 7,07 6,90 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 13,60 1,40 5,49 3,01 2,57 4 Sandang 8,36 5,81 5,41 9,40 8,87 5 Kesehatan 8,23 1,86 1,97 5,64 0,55 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5,77 2,26 4,25 1,73 4,11

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2,97 (1,23) 5,57 2,39 7,99

9,88 2,93 7,38 3,88 5,22

Keterangan:

f: Proyeksi

Dalam %

Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.

Tabel 7.3Inflasi Kota Yogyakarta

(tahun dasar 2007)

UMUM

Sementara itu beberapa faktor yang kemungkinan dapat mendorong inflasi di tahun

2012 antara lain adalah: (a) belum adanya kepastian penyelesaian krisis eropa dan amerika

yang dapat berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar sehingga menimbulkan resiko imported

inflation, (b) masih cukup tingginya harga minyak dunia yang memungkinkan Pemerintah

mencabut subsidi BBM, (c) adanya wacana untuk membatasi impor hortikultura membawa

kemungkinan terjadinya kenaikan harga hortikultura dalam negeri dan, (d) masuknya bulan

puasa yang berbarengan dengan libur sekolah dan tahun ajaran baru sehingga kemungkinan

dapat meningkatkan permintaan.

Page 89: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

73  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

PROSPEK PERBANKAN

Kinerja Perbankan DIY tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh didukung oleh

perkiraan pertumbuhan ekonomi DIY yang tumbuh cukup tinggi. Cukup tingginya

investasi swasta di sektor PHR, infrastruktur dan industri diperkirakan turut mendorong

tingginya permintaan kredit. Sementara itu, tingginya pertumbuhan penghimpunan dana

masyarakat oleh perbankan semakin membuka peluang perbankan untuk mengucurkan

dananya dalam bentuk kredit. Kondisi ini masih didukung pula oleh cukup rendahnya suku

bunga acuan sehingga investor dapat memperoleh harga kredit yang relatif murah. Pada

tahun 2012, pertumbuhan aset perbankan diperkirakan mencapai 16% - 20%. Pertumbuhan

aset tersebut terutama berasal dari peningkatan pertumbuhan kredit yang diperkirakan

tumbuh pada kisaran 18% - 20%.

15.55

17.46

18.89

16.21 16.00

10.34

16.21

20.00

5.0

7.0

9.0

11.0

13.0

15.0

17.0

19.0

21.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012

11.68

16.74 16.60 17.33

14.00

9.53

18.00

5.0

7.0

9.0

11.0

13.0

15.0

17.0

19.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

Grafik 7.1. Proyeksi Aset Bank Umum 2012 Grafik 7.2. Proyeksi DPK Bank Umum 2012

Sementara itu, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan tumbuh

14%-18%. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan makin tingginya minat masyarakat

dalam memanfaatkan kemudahan bertransaksi melalui perbankan diperkirakan akan

membuat makin meningkatkan jumlah penabung di perbankan. Dengan kondisi tersebut,

angka Loan to Deposit Ratio (LDR) diperkirakan berada pada kisaran 60,00%- 62,00%.

21.14

11.91

20.19

23.03

18.0015.64

20.00

5.0

7.0

9.0

11.0

13.0

15.0

17.0

19.0

21.0

23.0

25.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

55.07 55.74 57.45

62.34 60.00

58.14 62.00

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

55.0

60.0

65.0

70.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

Grafik 7.4. Proyeksi Kredit Bank Umum Tahun

2012 Grafik 7.5. Proyeksi LDR Bank Umum 2012

Page 90: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

74  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

PROSPEK KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan Daerah gabungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan

Kota di DIY pada tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 9,40% dibandingkan

tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari Dana

Perimbangan yang diperkirakan tumbuh sebesar 19,92% yang merupakan sumber pemasukan

utama APBD DIY. Sebagian besar Dana Perimbangan yang diterima Pemerintah Provinsi,

Kabupaten/Kota di DIY berupa Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 88,55%,

sementara Bagi Hasil Pajak dan Dana Alokasi Khusus relatif kecil.

Selain dana perimbangan, sumber pendapatan daerah lainnya adalah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pada kelompok PAD, pos

terbesar yaitu pada penerimaan Hasil Pajak Daerah diperkirakan tumbuh 9,56% dengan

pangsa 67,68%. Berkaca dari pencapaian realisasi PAD tahun 2011 yang melampaui target

perencanaan, pada tahun 2012 realisasi PAD kemungkinan juga akan mencapai target yang

sudah direncanakan. Sementara pada kelompok lain-lain pendapatan yang sah sumbangan

terbesar diperkirakan berasal dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dengan

pangsa 59,90%.

Juta Rp.

2012 Growth %APBD Realisasi % APBD APBD 11-12

1 Pendapatan Daerah 6.603.893 6.813.165 103,17 7.224.409 9,40 A Pendapatan Asli Daerah 1.396.561 1.566.717 112,18 1.493.202 6,92

Hasil Pajak Daerah 922.444 1.047.434 113,55 1.010.657 9,56 Hasil Retribusi Daerah 133.615 141.191 105,67 149.150 11,63 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 66.988 66.606 99,43 72.387 8,06 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 273.514 311.486 113,88 261.008 (4,57)

B Dana Perimbangan 3.838.717 3.883.247 101,16 4.603.385 19,92 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 290.828 335.957 115,52 270.049 (7,14) Dana Alokasi Umum 3.330.557 3.329.976 99,98 4.076.315 22,39 Dana Alokasi Khusus 217.332 217.314 99,99 257.021 18,26 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - -

C Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.368.615 1.363.201 99,60 1.127.822 (17,59) Pendapatan Hibah 64.411 41.376 64,24 13.747 (78,66) Pendapatan Dana Darurat - - - - - Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 268.072 268.047 99,99 251.408 (6,22) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 726.523 728.707 100,30 675.569 (7,01) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 103.064 118.479 114,96 39.015 (62,14) Pendapatan Lainnya 206.545 206.591 - 148.082 -

Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - - - -

APBD TOTALNo Uraian

Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pendapatan

Tabel 7.4APBD Provinsi, Kabupaten, Kota

2011

Keterangan:

Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

Dilihat dari segi kemandiriannya, tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap

bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat) semakin meningkat. Hal ini

Page 91: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

75  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

ditunjukkanoleh angka rasio kemandirian3 sebesar 28,21% tahun 2012, lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya (33,67%).

Juta Rp.

2012 Growth %APBD Realisasi % APBD APBD 11-12

2 Belanja Daerah 7.158.084 6.649.549 92,90 7.606.099 6,26 A Belanja Tidak Langsung 4.679.256 4.509.973 96,38 5.051.681 7,96

Belanja Pegawai 3.629.878 3.540.216 97,53 3.881.148 6,92 Belanja Bunga 600 444 73,89 465 (22,54) Belanja Subsidi - - - 100 - Belanja Hibah 175.514 164.023 93,45 438.347 149,75 Belanja Bantuan Sosial 285.992 245.274 85,76 204.125 (28,63) Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 294.704 294.745 100,01 281.935 (4,33) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 267.375 260.334 97,37 195.467 (26,89) Belanja Tidak Terduga 25.193 4.937 19,60 50.096 98,85

B Belanja Langsung 2.478.828 2.139.576 86,31 2.554.418 3,05 Belanja Pegawai 414.278 386.833 93,38 409.486 (1,16) Belanja Barang dan Jasa 1.231.779 1.119.107 90,85 1.255.033 1,89

Belanja Modal 832.772 633.636 76,09 889.899 6,86

Surplus/ (Defisit) (554.191) 163.615 (29,52) (381.690) (31,13) 3 Pembiayaan Daerah 554.191 585.745 105,69 386.790 (30,21) A Penerimaan Pembiayaan 631.609 633.594 100,31 454.932 (27,97)

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 606.542 606.527 100,00 421.492 (30,51) Pencairan Dana Cadangan - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 21.841 23.738 108,69 1.566 (92,83) Penerimaan Piutang Daerah 2.109 2.058 97,57 30.759 1.358,13 Penerimaan Lainnya 1.116 1.270 113,83 1.116 -

B Pengeluaran Pembiayaan 77.417 47.849 61,81 68.142 (11,98) Pembentukan Dana Cadangan - - - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 29.535 20.535 69,53 64.658 118,92 Pembayaran Pokok Utang 995 992 99,61 1.084 8,91 Pemberian Pinjaman Daerah 44.740 24.803 55,44 2.400 (94,64) Penyelesaian Kegiatan DPA-L 2.147 1.520 - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - -

Pembiayaan Netto 554.191 585.745 105,69 386.790 (30,21) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) - 749.360 - 5.100 -

APBD TOTALNo Uraian 2011

Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Belanja dan Pembiayaan

Tabel 7.5APBD Provinsi, Kabupaten, Kota

Keterangan:

Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

Disisi belanja, prioritas alokasi belanja Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di DIY

terutama pada belanja tidak langsung dengan pangsa 66,42%, dimana bagian terbesar dari

belanja tidak langsung ini adalah belanja pegawai. Pada kelompok belanja langsung, pos

pengeluaran terbesar adalah pada pos belanja barang dan jasa. Sementara alokasi belanja

modal hanya sebesar 11,70% terhadap total belanja pemerintah, sehingga kemampuan

pemerintah untuk mendorong pembangunan belum optimal.

                                                            3 Rasio Kemandirian menggambarkan tingkat ketregantungan daerah terhadap sumber sumber dana

ekstern. Rasio ini dihitung dengan rumus: Pendapatan Asli Daerah (PAD)/Bantuan Pemerintah pusat/propinsi & pinjaman.

Page 92: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011

 

76  

Bab 7 – Prospek Perekonomian

Dengan komposisi pendapatan dan belanja sebagaimana dijelaskan di atas, APBD

Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di DIY diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp

381,69 miliar yang akan ditutup dari sisa lebih perhitungan angggaran tahun sebelumnya.

 

 

 

Page 93: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

[Type text]  

77  

L a m p i r a n

Page 94: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

78  

2007 2008Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah

1. PERTANIAN 4.941,80 5.993,78 6.366,77 2.078,60 1.266,44 1.783,92 1.515,74 6.644,69 2.302,74 1.533,99 1.785,87 1.748,19 7.370,79 a. Tanaman Bahan Makanan 3.610,61 4.419,01 4.652,26 1.690,87 814,87 1.279,44 1.032,81 4.817,98 1.844,63 1.039,51 1.231,12 1.230,07 5.345,33 b. Perikanan 120,49 149,98 167,32 54,37 50,13 39,29 37,19 180,98 48,83 48,38 49,72 49,58 196,50 c. Lainnya1 1.210,71 1.424,79 1.547,19 333,37 401,44 465,19 445,73 1.645,73 409,29 446,11 505,03 468,55 1.828,96 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 258,76 280,11 293,98 71,39 73,86 78,47 80,93 304,66 86,50 89,12 91,67 94,51 361,79 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - - - - - - c. Penggalian 258,76 280,11 293,98 71,39 73,86 78,47 80,93 304,66 86,50 89,12 91,67 94,51 361,79 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.475,68 5.062,27 5.528,86 1.437,01 1.539,44 1.688,07 1.732,12 6.396,64 1.779,91 1.862,42 1.998,36 1.793,33 7.434,02 a. Industri Migas - - - - - - - - - - 0 - - b. Industri Tanpa Migas 4.475,68 5.062,27 5.528,86 1.437,01 1.539,44 1.688,07 1.732,12 6.396,64 1.779,91 1.862,42 1.998,36 1.793,33 7.434,02 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 423,37 488,33 560,32 144,57 145,57 155,47 161,46 607,07 160,12 169,67 165,68 180,44 675,91 a. Listrik 398,57 461,85 531,45 137,08 138,08 147,69 153,40 576,25 152,62 161,83 157,14 171,17 642,76 b. Gas - - - - - - - - - - - - - c. Air Bersih 24,80 26,48 28,87 7,49 7,50 7,78 8,06 30,82 7,50 7,84 8,54 9,27 33,15 5. KONSTRUKSI 3.470,71 4.075,61 4.431,41 993,82 1.104,84 1.234,36 1.500,39 4.833,42 1.092,77 1.227,15 1.367,39 1.893,29 5.580,60 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.326,70 7.321,30 8.165,61 2.110,39 2.259,60 2.423,83 2.214,36 9.008,18 2.342,82 2.496,58 2.681,54 2.725,65 10.246,58 a. Perdagangan Besar & Eceran 2.701,53 3.150,43 3.497,03 896,22 968,33 1.071,37 948,80 3.884,72 999,30 1.068,16 1.165,93 1.162,22 4.395,61 b. Hotel 549,13 717,18 801,87 199,88 245,26 223,35 199,43 867,92 219,41 258,06 278,37 296,49 1.052,32 c. Restoran 3.076,04 3.453,69 3.866,71 1.014,29 1.046,01 1.129,12 1.066,12 4.255,54 1.124,11 1.170,36 1.237,24 1.266,94 4.798,65 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3.318,45 3.739,70 3.809,09 956,01 1.014,69 1.080,36 1.068,90 4.119,97 1.079,92 1.122,55 1.177,48 1.192,98 4.572,93 a. Pengangkutan 2.416,33 2.793,30 2.840,05 713,51 754,58 800,02 784,40 3.052,52 793,79 827,15 866,80 881,00 3.368,74 1. Angkutan Rel 84,77 100,51 108,27 27,54 31,04 31,84 26,06 116,49 20,77 24,10 22,87 24,58 92,32 2. Angkutan Jalan Raya 2.042,21 2.326,74 2.325,99 586,87 609,85 636,36 646,38 2.479,47 645,46 669,58 695,44 703,84 2.714,32 3. Angkutan Laut - - - - - - - - - - - - - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan - - - - - - - - - - - - - 5. Angkutan Udara 197,84 255,87 279,76 69,27 80,52 89,10 68,50 307,39 84,34 88,55 101,47 105,24 379,59 6. Jasa Penunjang Angkutan 91,51 110,19 126,02 29,83 33,17 42,71 43,46 149,17 43,23 44,92 47,02 47,34 182,51 b. Komunikasi 902,12 946,39 969,05 242,50 260,11 280,35 284,50 1.067,45 286,12 295,40 310,68 311,98 1.204,18 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 3.188,43 3.724,29 4.090,67 1.061,92 1.066,15 1.172,50 1.252,10 4.552,67 1.221,87 1.248,51 1.288,53 1.399,32 5.158,23 a. Bank 491,85 695,72 735,28 214,47 205,07 208,96 247,33 875,83 252,49 255,41 253,10 283,95 1.044,94 b. Real Estat 2.219,81 2.467,06 2.742,48 673,66 691,98 789,16 825,84 2.980,65 769,16 786,55 818,42 890,36 3.264,49 c. Lainnya2 476,77 561,51 612,92 173,79 169,09 174,38 178,93 696,19 200,22 206,55 217,02 225,01 848,80 9. JASA-JASA 6.512,83 7.416,30 8.160,33 2.074,70 2.379,93 2.321,90 2.381,75 9.158,28 2.383,15 2.492,79 2.774,24 2.731,07 10.381,24 a. Pemerintahan Umum 4.598,17 5.238,29 5.762,62 1.441,71 1.729,04 1.636,52 1.683,13 6.490,41 1.660,73 1.756,05 2.005,03 1.955,10 7.376,91 b. Swasta 1.914,66 2.178,01 2.397,71 632,99 650,89 685,37 698,62 2.667,87 722,41 736,74 769,21 775,97 3.004,33

PDRB 32.916,74 38.101,68 41.407,05 10.928,43 10.850,52 11.938,89 11.907,75 45.625,59 12.449,79 12.242,78 13.330,76 13.758,77 51.782,09 Keterangan: Sumber BPS 1 : Perkebunan, peternakan, dan kehutanan 2 : Lembaga keuangan bukan bank, Jasa penunjang keuangan, dan Jasa perusahaan

PDRB DIY Menurut SektorAtas Dasar Harga Berlaku

LAPANGAN USAHA2009 2010 2011

2007 2008Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah

1. Konsumsi Rumahtangga 15.674,78 18.615,70 20.610,79 5.407,64 5.619,35 6.016,85 6.155,03 23.198,86 6.330,63 6.425,84 6.695,84 6.867,33 26.319,64 a. Makanan 7.431,55 8.762,85 9.608,85 2.525,05 2.652,25 2.824,76 2.934,08 10.936,14 3.013,91 3.024,30 3.140,65 3.229,90 12.408,75 b. Bukan Makanan 8.243,23 9.852,85 11.001,93 2.882,59 2.967,09 3.192,09 3.220,95 12.262,72 3.316,72 3.401,54 3.555,20 3.637,44 13.910,89 2. Konsumsi Pemerintah 7.980,67 9.727,10 10.789,37 2.632,45 3.139,92 2.800,55 3.137,01 11.709,93 2.806,56 3.078,84 3.466,55 3.704,38 13.056,33 3. PMTDB 10.834,67 12.983,26 13.964,32 3.289,64 3.518,31 3.838,90 4.380,98 15.027,84 3.589,92 3.790,92 4.202,80 4.875,73 16.459,38 4. Lainnya *) (1.573,39) (3.224,38) (3.957,42) (401,30) (1.427,05) (717,41) (1.765,28) (4.311,04) (277,32) (1.052,82) (1.034,44) (1.688,67) (4.053,26)

PDRB 32.916,74 38.101,68 41.407,05 10.928,43 10.850,52 11.938,89 11.907,75 45.625,59 12.449,79 12.242,78 13.330,76 13.758,77 51.782,09 Keterangan: Sumber BPS*) Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)PMTDB : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

PDRB DIY Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Berlaku

Jenis Penggunaan 2009 2010 2011

Page 95: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

79  

2007 2008Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah

1. PERTANIAN 3.333,38 3.523,94 3.642,70 1.174,34 726,44 955,29 776,61 3.632,68 1.157,16 775,20 832,56 790,88 3.555,80 a. Tanaman Bahan Makanan 2.492,37 2.673,40 2.773,29 982,33 503,02 720,18 551,64 2.757,17 952,73 550,18 587,22 562,27 2.652,40 b. Perikanan 84,03 87,24 92,54 29,51 27,83 20,31 19,21 96,87 24,51 24,51 24,16 23,97 97,15 c. Lainnya1 756,98 763,30 776,86 162,51 195,59 214,80 205,75 778,65 179,91 200,50 221,19 204,64 806,25 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 138,36 138,33 138,75 33,32 34,31 35,93 36,40 139,97 37,83 38,83 39,61 40,45 156,71 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - - - - - - c. Penggalian 138,36 138,33 138,75 33,32 34,31 35,93 36,40 139,97 37,83 38,83 39,61 40,45 156,71 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.528,02 2.562,55 2.610,76 666,66 694,66 715,88 716,38 2.793,58 732,31 755,35 782,91 712,60 2.983,17 a. Industri Migas - - - - - - - - - - 0 - - b. Industri Tanpa Migas 2.528,02 2.562,55 2.610,76 666,66 694,66 715,88 716,38 2.793,58 732,31 755,35 782,91 712,60 2.983,17 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 165,77 174,93 185,60 47,39 47,68 48,62 49,34 193,03 47,80 50,60 49,35 53,49 201,24 a. Listrik 152,78 162,22 172,77 44,10 44,39 45,35 46,03 179,87 44,79 47,46 45,93 49,81 187,99 b. Gas - - - - - - - - - - - - - c. Air Bersih 12,99 12,71 12,83 3,29 3,29 3,27 3,31 13,16 3,01 3,14 3,41 3,69 13,25 5. KONSTRUKSI 1.732,94 1.838,43 1.923,72 426,46 475,40 518,87 619,58 2.040,31 433,64 485,21 535,06 733,90 2.187,80 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 3.750,36 3.947,66 4.162,12 1.047,43 1.112,86 1.171,14 1.052,42 4.383,85 1.075,43 1.135,84 1.201,17 1.198,96 4.611,40 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.613,88 1.698,74 1.791,89 446,43 479,33 515,13 448,18 1.889,08 454,57 485,62 521,67 510,00 1.971,86 b. Hotel 287,90 342,33 364,12 88,72 108,18 95,69 83,95 376,54 88,94 104,54 110,98 117,31 421,78 c. Restoran 1.848,58 1.906,59 2.006,10 512,28 525,35 560,31 520,29 2.118,23 531,92 545,68 568,52 571,64 2.217,76 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.875,31 2.008,92 2.128,59 525,99 558,75 586,56 579,37 2.250,66 579,03 598,81 624,13 628,73 2.430,70 a. Pengangkutan 1.286,54 1.351,43 1.416,84 347,18 366,39 378,15 367,10 1.458,82 365,55 377,91 391,48 395,43 1.530,37 1. Angkutan Rel 36,85 39,52 44,03 10,98 12,30 12,36 10,15 45,78 7,86 9,05 8,43 9,05 34,38 2. Angkutan Jalan Raya 1.041,60 1.073,13 1.104,48 271,32 280,19 286,39 291,85 1.129,74 283,26 291,40 297,18 297,95 1.169,79 3. Angkutan Laut - - - - - - - - - - - - - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan - - - - - - - - - - - - - 5. Angkutan Udara 159,11 185,36 209,57 50,88 58,76 63,70 49,13 222,47 58,80 61,22 68,88 71,33 260,23 6. Jasa Penunjang Angkutan 48,98 53,43 58,76 14,00 15,14 15,71 15,97 60,82 15,64 16,24 16,99 17,10 65,97 b. Komunikasi 588,77 657,48 711,75 178,81 192,36 208,41 212,27 791,84 213,48 220,90 232,64 233,31 900,33 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 1.695,16 1.793,79 1.903,41 478,46 477,76 520,39 547,76 2.024,37 524,57 530,52 544,71 585,42 2.185,22 a. Bank 250,72 318,86 329,11 91,33 87,33 88,98 105,32 372,96 102,91 104,04 101,53 113,04 421,52 b. Real Estat 1.181,98 1.210,45 1.284,73 308,59 314,16 353,17 362,91 1.338,83 336,68 343,05 353,25 379,82 1.412,81 c. Lainnya2 262,46 264,49 289,56 78,54 76,27 78,24 79,52 312,57 84,97 83,43 89,93 92,56 350,89 9. JASA-JASA 3.072,20 3.223,93 3.368,61 830,33 944,37 901,37 909,52 3.585,60 887,28 925,92 1.014,80 989,66 3.817,67 a. Pemerintahan Umum 2.121,21 2.230,82 2.332,56 567,07 675,79 621,33 627,78 2.491,96 602,31 636,50 715,30 688,13 2.642,25 b. Swasta 950,99 993,11 1.036,06 263,26 268,59 280,05 281,74 1.093,63 134,13 135,28 140,45 143,42 553,29

PDRB 18.291,51 19.212,48 20.064,26 5.230,38 5.072,22 5.454,06 5.287,38 21.044,04 5.475,05 5.296,27 5.624,29 5.734,09 22.129,71 Keterangan: Sumber BPS 1 : Perkebunan, peternakan, dan kehutanan 2 : Lembaga keuangan bukan bank, Jasa penunjang keuangan, dan Jasa perusahaan

PDRB DIY Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

LAPANGAN USAHA2009 2010 2011

2007 2008Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah

1. Konsumsi Rumahtangga 8.132,03 8.628,75 9.211,15 2.384,55 2.426,94 2.532,73 2.537,41 9.881,63 2.576,50 2.613,94 2.666,85 2.711,13 10.568,42 a. Makanan 4.108,53 4.264,43 4.432,21 1.132,20 1.152,99 1.193,97 1.196,73 4.675,90 1.210,96 1.225,95 1.245,17 1.261,37 4.943,45 b. Bukan Makanan 4.023,50 4.364,32 4.778,93 1.252,35 1.273,95 1.338,76 1.340,67 5.205,74 1.365,53 1.387,99 1.421,68 1.449,76 5.624,97 2. Konsumsi Pemerintah 3.537,96 3.811,94 4.099,84 954,34 1.133,39 1.006,74 1.120,83 4.215,31 974,60 1.063,30 1.170,39 1.229,42 4.437,72 3. PMTDB 4.997,31 5.210,71 5.378,10 1.238,49 1.310,57 1.414,77 1.597,61 5.561,44 1.282,46 1.347,39 1.478,85 1.707,10 5.815,81 4. Lainnya *) 1.624,21 1.561,08 1.375,17 652,99 201,32 499,82 31,53 1.385,66 641,49 271,64 308,19 86,44 1.307,76

PDRB 18.291,51 19.212,48 20.064,26 5.230,38 5.072,22 5.454,06 5.287,38 21.044,04 5.475,05 5.296,27 5.624,29 5.734,09 22.129,71Keterangan: Sumber BPS*) Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)PMTDB : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

PDRB DIY Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Jenis Penggunaan 2009 2010 2011

Page 96: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

80  

IHK yoy (%)

2005 127,42 132,38 143,68 123,69 141,35 142,24 143,41 136,75 14,982006 147,32 150,71 153,28 133,63 164,10 164,09 145,56 150,97 10,402007 166,92 161,76 162,75 146,10 171,25 184,73 149,91 163,04 8,00

2008b 122,45 111,97 116,71 112,65 110,22 111,96 103,30 113,32 9,882009 127,24 120,37 118,34 119,19 112,27 114,49 102,03 116,64 2,932010

Januari 129,28 121,48 118,84 118,37 112,33 114,48 102,20 117,30 3,42Februari 130,13 122,32 119,03 117,89 112,44 114,48 102,40 117,66 3,41Maret 129,91 122,45 119,37 118,38 112,43 114,34 102,68 117,81 3,35April 131,02 122,65 119,52 118,49 112,78 114,29 102,78 118,10 3,96Mei 131,15 122,77 119,59 120,00 112,81 114,28 102,92 118,26 3,82Juni 137,41 123,09 119,89 121,45 113,24 114,96 104,35 119,75 4,93Juli 143,74 123,36 120,34 120,98 113,37 115,19 107,53 121,43 6,06Agustus 141,92 123,75 122,45 120,62 113,95 116,48 107,49 121,95 5,70September 143,28 124,84 123,76 121,98 114,21 118,52 108,80 123,24 5,98Oktober 143,81 125,82 124,07 123,69 114,42 119,45 107,62 123,58 6,30November 147,38 126,35 124,29 124,63 114,70 119,37 107,65 124,35 6,87Desember 151,24 126,96 124,84 125,64 114,48 119,36 107,71 125,25 7,38

2011Januari 153,27 129,10 125,24 125,55 116,93 119,49 108,03 126,30 7,67Februari 150,90 130,34 125,78 125,78 117,65 119,57 108,17 126,42 7,45Maret 151,61 130,50 125,77 126,57 117,92 119,70 108,47 126,68 7,53April 147,49 131,29 125,82 127,60 118,50 119,73 108,50 126,32 6,96Mei 146,45 131,65 126,24 128,36 119,79 119,66 108,61 126,48 6,95Juni 147,54 131,72 126,33 128,56 120,16 119,60 109,18 126,81 5,90Juli 151,27 132,72 126,90 129,51 120,17 120,94 109,47 127,95 5,37Agustus 151,84 133,67 127,08 133,97 120,28 121,47 110,57 128,75 5,58September 151,00 134,52 127,60 137,22 120,28 121,48 110,04 129,01 4,68Oktober 149,32 135,11 128,28 136,27 120,91 121,40 110,11 129,06 4,43November 151,04 135,50 128,31 137,99 120,92 121,39 110,10 129,49 4,13Desember 154,00 135,94 128,60 137,45 120,94 121,42 110,29 130,11 3,88

Keterangan:

a) Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.

b) Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100

Sumber: BPS Provinsi DIY

Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta

Akhir Periodea Bahan Makanan

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok &

Tembakau

Perumahan, Air, Listrik,

Gas & Bahan Bakar

Sandang KesehatanPendidikan, Rekreasi & Olahraga

Transportasi & Komunikasi

Umum

Page 97: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

81  

Miliar Rp

I. ASET 18.959 20.919 24.572 29.212 33.923Jenis Bank 18.959 20.919 24.572 29.212 33.9231. Bank Umum 17.505 19.207 22.587 26.759 31.0312. Bank Perkreditan Rakyat 1.454 1.712 1.985 2.453 2.892Jenis Usaha Bank 18.959 20.919 24.572 29.212 33.9231. Konvensional 18.431 20.062 23.285 27.443 31.5592. Syariah 528 856 1.287 1.769 2.364

II. DANA PIHAK KETIGA 16.450 18.017 21.034 24.524 28.775Jenis Bank 16.450 18.017 21.034 24.524 28.7751. Giro 2.886 2.637 2.798 3.100 3.644

a. Bank Umum 2.886 2.637 2.798 3.100 3.6442. Tabungan 8.153 8.957 10.479 12.305 14.968

a. Bank Umum 7.800 8.567 10.029 11.796 14.371b. Bank Perkreditan Rakyat 353 391 450 510 597

3. Deposito 5.411 6.423 7.757 9.119 10.162a. Bank Umum 4.697 5.631 6.852 8.024 8.821b. Bank Perkreditan Rakyat 715 792 904 1.095 1.341

Jenis Usaha Bank 16.450 18.017 21.034 24.524 28.7751. Giro 2.886 2.637 2.798 3.100 3.644

a. Konvensional 2.855 2.590 2.732 3.013 3.509b. Syariah 31 47 66 87 135

2. Tabungan 8.153 8.957 10.479 12.305 14.968a. Konvensional 7.914 8.629 10.050 11.748 14.202b. Syariah 239 328 428 558 766

3. Deposito 5.411 6.423 7.757 9.119 10.162a. Konvensional 5.226 6.176 7.365 8.535 9.394b. Syariah 185 247 392 584 768

III. KREDIT 9.059 10.475 11.723 14.090 17.9391. Jenis Penggunaan 9.059 10.475 11.723 14.090 17.939

Jenis Bank 9.059 10.475 11.723 14.090 17.939a. Modal Kerja 3.723 4.450 4.642 5.488 7.277

1) Bank Umum 3.258 3.878 4.010 4.752 6.4642) Bank Perkreditan Rakyat 465 572 632 736 813

b. Investasi 1.219 1.280 1.486 1.809 2.3861) Bank Umum 1.132 1.162 1.360 1.625 2.1762) Bank Perkreditan Rakyat 87 118 126 184 210

c. Konsumsi 4.116 4.745 5.595 6.793 8.2761) Bank Umum 3.599 4.098 4.792 5.840 7.1082) Bank Perkreditan Rakyat 518 647 803 953 1.168

Jenis Usaha Bank 9.059 10.475 11.723 14.090 17.939a. Modal Kerja 3.723 4.450 4.642 5.488 7.277

1) Konvensional 3.575 4.162 4.247 5.028 6.7852) Syariah 148 288 395 460 492

b. Investasi 1.219 1.280 1.486 1.809 2.3861) Konvensional 1.136 1.180 1.377 1.686 2.2052) Syariah 83 99 109 123 181

c. Konsumsi 4.116 4.745 5.595 6.793 8.2761) Konvensional 3.873 4.574 5.400 6.408 7.4912) Syariah 243 172 195 385 786

20112009 201020082007

Indikator Perbankan - Provinsi DIY

No Uraian

Page 98: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

82  

2. KolektibilitasJenis Bank 9.059 10.475 11.723 14.090 17.939a. Lancar 8.206 9.602 10.789 13.075 16.810

1) Bank Umum 7.220 8.349 9.313 11.311 14.7392) Bank Perkreditan Rakyat 986 1.253 1.476 1.764 2.071

b. Dalam Perhatian Khusus 396 607 558 566 6961) Bank Umum 396 607 558 566 696

c. Kurang Lancar 48 63 64 97 781) Bank Umum 23 40 40 66 542) Bank Perkreditan Rakyat 25 23 24 32 24

d. Diragukan 43 48 63 90 841) Bank Umum 27 31 48 67 572) Bank Perkreditan Rakyat 16 17 16 23 27

e. Macet 366 154 248 262 2721) Bank Umum 323 110 203 208 2022) Bank Perkreditan Rakyat 43 45 45 54 69

Jenis Usaha Bank 9.059 10.475 11.723 14.090 17.939a. Lancar 8.206 9.602 10.789 13.075 16.810

1) Konvensional 7.766 9.077 10.142 12.185 16.6662) Syariah 440 526 648 890 144

b. Dalam Perhatian Khusus 396 607 558 566 6961) Konvensional 372 585 521 527 6592) Syariah 23 22 37 39 37

c. Kurang Lancar 48 63 64 97 781) Konvensional 44 59 54 79 622) Syariah 4 4 10 18 15

d. Diragukan 43 48 63 90 841) Konvensional 41 45 61 85 782) Syariah 2 3 2 5 6

e. Macet 366 154 248 262 2721) Konvensional 362 151 246 246 2602) Syariah 5 4 2 15 12

IV. RASIO1. Loan to Deposit Ratio (%)

Jenis Bank 55,07 58,14 55,74 57,45 62,34a. Bank Umum 51,93 54,28 51,64 53,31 58,68b. Bank Perkreditan Rakyat 100,26 113,05 115,27 116,66 113,05Jenis Usaha Bank 55,07 58,14 55,74 57,45 62,34a. Konvensional 53,67 57,01 54,72 56,33 60,80b. Syariah 104,28 89,86 78,93 78,73 87,39

2. Non Performing Loansa. Nominal (Miliar Rp)

Jenis Bank 457 266 376 449 4331) Bank Umum 373 181 290 340 3132) Bank Perkreditan Rakyat 84 85 85 108 120Jenis Usaha Bank 457 266 376 449 4331) Konvensional 446 254 361 410 4002) Syariah 11 12 14 38 33

b. Rasio (%)Jenis Bank 5,05 2,54 3,20 3,19 2,411) Bank Umum 4,67 1,98 2,86 2,79 1,992) Bank Perkreditan Rakyat 7,86 6,33 5,46 5,79 5,47Jenis Usaha Bank 5,05 2,54 3,20 3,19 2,411) Konvensional 5,20 2,56 3,28 3,13 2,432) Syariah 2,31 2,06 2,06 3,96 2,25

201120102008 20092007No Uraian

Page 99: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

83  

Miliar Rp

I KANTOR PELAYANAN 808 894 1.038 1.306 1.4961. Kantor Pusat 1 1 1 1 12. Kantor Cabang 43 46 50 52 533. Kantor Cabang Pembantu 105 138 155 277 2894. Kantor Kas 175 172 189 122 1855. Kas Mobil 3 3 4 13 86. Payment Point 33 34 42 80 817. Anjungan Tunai Mandiri 448 500 597 761 8798. Jumlah Karyawan 4.434 4.806 5.018 4.822 6.054

II ASET 17.505 19.207 22.587 26.759 31.031III DANA PIHAK KETIGA 15.382 16.834 19.679 22.919 26.837

1. Giro 2.886 2.637 2.798 3.100 3.6442. Tabungan 7.800 8.567 10.029 11.796 14.3713. Deposito 4.697 5.631 6.852 8.024 8.821

IV KREDIT 7.989 9.138 10.162 12.218 15.7491. Jenis Penggunaan 7.989 9.138 10.162 12.218 15.749

a. Modal Kerja 3.258 3.878 4.010 4.752 6.464b. Investasi 1.132 1.162 1.360 1.625 2.176c. Konsumsi 3.599 4.098 4.792 5.840 7.108

2. Sektor Ekonomi 7.989 9.138 10.162 12.218 15.749a. Pertanian 242 269 274 228 236b. Pertambangan 6 7 9 8 8c. Industri 676 758 692 771 938d. Listrik, Gas & Air 1 11 34 42 55e. Konstruksi 219 142 150 204 229f. Perdagangan 2.094 2.539 2.965 2.927 3.756g. Angkutan 82 110 101 101 195h. Jasa Dunia 826 850 818 868 1.670i. Jasa Sosial 166 227 242 411 1.554j. Lainnya 3.677 4.227 4.876 6.657 7.108

3. Kolektibilitas 7.989 9.138 10.162 12.218 15.749a. Lancar 7.220 8.349 9.313 11.311 14.739b. Dalam Perhatian Khusus 396 607 558 566 696c. Kurang Lancar 23 40 40 66 54d. Diragukan 27 31 48 67 57e. Macet 323 110 203 208 202

V RASIO1. Non Performing Loans

a. Nominal 373 181 290 340 313b. Rasio (%) 4,67 1,98 2,86 2,79 1,99

2. Loan to Deposit Ratio (%) 51,93 54,28 51,64 53,31 58,68

20112009 201020082007

Indikator Bank Umum - DIY

No Uraian

Page 100: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

84  

Miliar Rp

I ASET 802 761 807 975 1.243II DANA PIHAK KETIGA 733 697 755 893 1.133

1. Giro 82 72 75 66 812. Tabungan 543 549 597 706 8943. Deposito 109 76 84 121 158

III KREDIT 506 602 671 766 9241. Jenis Penggunaan 506 602 671 766 924

a. Modal Kerja 234 300 347 403 467b. Investasi 45 39 44 49 69c. Konsumsi 227 263 280 314 388

2. Sektor Ekonomi 506 602 671 766 924a. Pertanian 68 77 64 42 29b. Pertambangan 0 0 1 0 0c. Industri 13 26 19 37 29d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 1 1 2 2 2f. Perdagangan 145 194 258 181 152g. Angkutan 0 1 1 1 8h. Jasa Dunia 25 10 8 3 2i. Jasa Sosial 2 2 1 6 314j. Lainnya 251 291 316 493 388

3. Kolektibilitas 506 602 671 766 924a. Lancar 484 562 612 703 847b. Dalam Perhatian Khusus 18 32 39 44 65c. Kurang Lancar 1 3 4 3 1d. Diragukan 1 2 4 2 2e. Macet 3 4 12 14 9

IV RASIO1. Non Performing Loans

a. Nominal 4 8 20 19 13b. Rasio (%) 0,88 1,38 2,97 2,43 1,35

2. Loan to Deposit Ratio (%) 69,04 86,38 88,79 85,76 81,57

201120102008 20092007

Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul

No Uraian

Page 101: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

85  

Miliar Rp

I ASET 468 563 710 841 899II DANA PIHAK KETIGA 388 380 445 531 696

1. Giro 100 57 60 51 732. Tabungan 262 292 336 382 4923. Deposito 25 30 48 98 132

III KREDIT 397 513 663 786 9391. Jenis Penggunaan 397 513 663 786 939

a. Modal Kerja 127 171 234 280 335b. Investasi 37 42 48 47 67c. Konsumsi 233 299 381 459 537

2. Sektor Ekonomi 397 513 663 786 939a. Pertanian 24 43 34 26 20b. Pertambangan 1 1 0 0 0c. Industri 6 9 9 8 7d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 1 1 1 1 3f. Perdagangan 120 146 227 171 188g. Angkutan 1 1 1 2 1h. Jasa Dunia 8 9 7 1 2i. Jasa Sosial 2 3 2 11 182j. Lainnya 235 301 381 566 537

3. Kolektibilitas 397 513 663 786 939a. Lancar 380 493 626 745 889b. Dalam Perhatian Khusus 10 14 29 27 37c. Kurang Lancar 1 0 2 2 2d. Diragukan 2 1 2 4 2e. Macet 4 5 4 9 8

IV RASIO1. Non Performing Loans

a. Nominal 7 6 8 14 12b. Rasio (%) 1,83 1,17 1,17 1,81 1,31

2. Loan to Deposit Ratio (%) 102,55 135,00 149,06 148,05 134,82

2010 201120092007 2008

Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul

No Uraian

Page 102: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

86  

Miliar Rp

I ASET 485 540 626 724 866II DANA PIHAK KETIGA 444 482 542 640 782

1. Giro 48 49 67 89 1182. Tabungan 362 396 431 479 5883. Deposito 34 38 44 72 76

III KREDIT 345 408 484 569 6631. Jenis Penggunaan 345 408 484 569 663

a. Modal Kerja 108 135 169 206 243b. Investasi 26 33 43 49 55c. Konsumsi 211 241 272 313 365

2. Sektor Ekonomi 345 408 484 569 663a. Pertanian 25 30 57 37 28b. Pertambangan 0 0 0 0 0c. Industri 3 3 4 5 5d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 2 1 6 7 8f. Perdagangan 74 95 118 96 99g. Angkutan 8 5 5 6 5h. Jasa Dunia 2 3 4 1 1i. Jasa Sosial 0 1 1 5 153j. Lainnya 231 270 290 413 365

3. Kolektibilitas 345 408 484 569 663a. Lancar 334 394 458 546 636b. Dalam Perhatian Khusus 7 10 19 16 21c. Kurang Lancar 1 1 1 1 1d. Diragukan 1 1 1 1 2e. Macet 3 3 4 4 4

IV RASIO1. Non Performing Loans

a. Nominal 5 5 7 7 6b. Rasio (%) 1,30 1,12 1,41 1,17 0,97

2. Loan to Deposit Ratio (%) 77,78 84,63 89,29 88,82 84,73

20112009 201020082007

Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo

No Uraian

Page 103: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

87  

Miliar Rp

I ASET 2.594 3.010 3.334 3.837 4.426II DANA PIHAK KETIGA 2.483 2.845 3.103 3.676 4.452

1. Giro 422 457 517 557 6832. Tabungan 1.480 1.629 1.838 2.305 2.8573. Deposito 581 759 748 813 911

III KREDIT 1.229 1.252 1.538 1.749 2.0991. Jenis Penggunaan 1.229 1.252 1.538 1.749 2.099

a. Modal Kerja 585 544 620 674 895b. Investasi 137 115 109 146 164c. Konsumsi 508 593 809 928 1.040

2. Sektor Ekonomi 1.229 1.252 1.538 1.749 2.099a. Pertanian 40 38 32 24 44b. Pertambangan 4 4 2 0 0c. Industri 102 86 82 91 81d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 141 12 12 22 31f. Perdagangan 316 350 444 342 455g. Angkutan 2 6 5 6 44h. Jasa Dunia 87 112 124 109 165i. Jasa Sosial 12 18 20 64 239j. Lainnya 526 627 815 1.091 1.040

3. Kolektibilitas 1.229 1.252 1.538 1.749 2.099a. Lancar 944 1.145 1.433 1.593 1.928b. Dalam Perhatian Khusus 42 80 76 99 120c. Kurang Lancar 3 5 4 10 13d. Diragukan 2 4 12 13 9e. Macet 239 18 14 33 29

IV RASIO1. Non Performing Loans

a. Nominal 244 27 29 56 52b. Rasio (%) 19,85 2,14 1,90 3,22 2,46

2. Loan to Deposit Ratio (%) 49,51 43,99 49,55 47,58 47,16

201120102008 20092007

Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman

No Uraian

Page 104: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

88  

Miliar Rp

I ASET 13.155 14.333 17.110 20.382 23.596II DANA PIHAK KETIGA 11.335 12.429 14.834 17.180 19.774

1. Giro 2.234 2.001 2.078 2.337 2.6892. Tabungan 5.153 5.700 6.826 7.923 9.5403. Deposito 3.948 4.728 5.929 6.920 7.544

III KREDIT 5.510 6.363 6.807 8.349 11.1241. Jenis Penggunaan 5.510 6.363 6.807 8.349 11.124

a. Modal Kerja 2.204 2.727 2.641 3.189 4.524b. Investasi 888 933 1.116 1.335 1.821c. Konsumsi 2.419 2.702 3.050 3.825 4.779

2. Sektor Ekonomi 5.510 6.363 6.807 8.349 11.124a. Pertanian 85 80 86 100 116b. Pertambangan 1 2 5 8 8c. Industri 552 634 577 629 817d. Listrik, Gas & Air 1 11 34 42 54e. Konstruksi 74 127 130 173 186f. Perdagangan 1.439 1.754 1.918 2.137 2.862g. Angkutan 71 97 89 87 136h. Jasa Dunia 704 716 675 754 1.499i. Jasa Sosial 149 204 218 326 667j. Lainnya 2.434 2.738 3.074 4.093 4.779

3. Kolektibilitas 5.510 6.363 6.807 8.349 11.124a. Lancar 5.078 5.755 6.185 7.724 10.440b. Dalam Perhatian Khusus 320 472 395 380 453c. Kurang Lancar 17 32 29 50 37d. Diragukan 21 24 28 47 42e. Macet 75 80 169 148 152

IV RASIO1. Non Performing Loans

a. Nominal 113 136 227 245 230b. Rasio (%) 2,05 2,13 3,33 2,93 2,07

2. Loan to Deposit Ratio (%) 48,61 51,19 45,89 48,60 56,26

2010 201120092007 2008

Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta

No Uraian

Page 105: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

89  

Miliar Rp

I ASET 1.454 1.712 1.985 2.453 2.892II DANA PIHAK KETIGA 1.067 1.183 1.354 1.605 1.938

1. Tabungan 353 391 450 510 5972. Deposito 715 792 904 1.095 1.341

III KREDIT 1.070 1.337 1.561 1.872 2.1911. Jenis Penggunaan 1.070 1.337 1.561 1.872 2.191

a. Modal Kerja 465 572 632 736 813b. Investasi 87 118 126 184 210c. Konsumsi 518 647 803 953 1.168

2. Sektor Ekonomi 1.070 1.337 1.561 1.872 2.191a. Pertanian 23 28 35 34 47b. Industri 21 26 32 28 35c. Perdagangan 351 413 554 564 627d. Jasa-jasa 123 162 208 223 264e. Lain-lain 552 709 733 1.024 1.218

3. Kolektibilitas 1.070 1.337 1.561 1.872 2.191a. Lancar 986 1.253 1.476 1.764 2.071b. Kurang Lancar 25 23 24 32 24c. Diragukan 16 17 16 23 27d. Macet 43 45 45 54 69

IV RASIO1. Loan to Deposit Ratio (%) 100,26 113,05 115,27 116,66 113,052. Non Performing Loans

a. Nominal 84 85 85 108 120b. Rasio (%) 7,86 6,33 5,46 5,79 5,47

Miliar Rp

I ASET 319 375 429 488 586II DANA PIHAK KETIGA 245 284 316 357 425

1. Tabungan 91 99 113 123 1422. Deposito 154 185 203 235 283

III KREDIT 216 282 330 375 4361. Jenis Penggunaan 216 282 330 375 436

a. Modal Kerja 94 117 148 172 193b. Investasi 21 34 36 37 43c. Konsumsi 100 132 147 166 199

2. Sektor Ekonomi 216 282 330 375 436a. Pertanian 4 5 7 4 9b. Industri 6 10 12 11 10c. Perdagangan 76 93 104 129 136d. Jasa-jasa 28 39 55 57 75e. Lain-lain 102 135 153 174 206

3. Kolektibilitas 216 282 330 375 436a. Lancar 191 257 305 344 404b. Kurang Lancar 5 6 7 9 6c. Diragukan 3 4 4 6 7d. Macet 17 16 15 16 19

IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 88,18 99,29 104,67 105,02 102,572. Non Performing Loan

a. Nominal 25 26 26 31 32b. Rasio (%) 11,53 9,06 7,76 8,34 7,31

201120102008 20092007

2011

Indikator BPR - Kabupaten Bantul

No Uraian

2009 201020082007

Indikator BPR - Provinsi DIY

No Uraian

Page 106: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

90  

Miliar Rp

I ASET 65 86 120 169 216II DANA PIHAK KETIGA 34 43 56 70 87

1. Tabungan 14 17 21 27 312. Deposito 20 26 35 43 56

III KREDIT 46 68 101 136 1851. Jenis Penggunaan 46 68 101 136 185

a. Modal Kerja 21 31 52 76 94b. Investasi 5 12 12 9 6c. Konsumsi 20 25 37 50 85

2. Sektor Ekonomi 46 68 101 136 185a. Pertanian 1 1 1 2 4b. Industri 1 1 1 2 3c. Perdagangan 16 32 46 68 78d. Jasa-jasa 8 9 15 13 15e. Lain-lain 21 25 38 51 85

3. Kolektibilitas 46 68 101 136 185a. Lancar 43 65 97 129 175b. Kurang Lancar 1 1 1 2 3c. Diragukan 1 1 1 2 2d. Macet 1 2 2 2 5

IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 137,47 157,88 181,55 194,10 212,192. Non Performing Loan

a. Nominal 3 3 4 7 10b. Rasio (%) 7,00 5,05 4,00 4,95 5,55

Miliar Rp

I ASET 167 175 153 180 195II DANA PIHAK KETIGA 106 63 61 101 117

1. Tabungan 44 37 36 67 792. Deposito 62 26 25 34 38

III KREDIT 139 155 134 136 1581. Jenis Penggunaan 139 155 134 136 158

a. Modal Kerja 84 84 73 69 68b. Investasi 17 21 18 27 19c. Konsumsi 38 49 44 40 71

2. Sektor Ekonomi 139 155 134 136 158a. Pertanian 7 9 9 9 13b. Industri 4 4 3 4 4c. Perdagangan 68 69 58 58 46d. Jasa-jasa 21 23 19 25 24e. Lain-lain 38 50 46 40 71

3. Kolektibilitas 139 155 134 136 158a. Lancar 134 146 126 128 148b. Kurang Lancar 1 1 3 2 1c. Diragukan 2 2 1 2 4d. Macet 2 5 3 4 5

IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 131,08 246,96 220,70 134,18 134,812. Non Performing Loan

a. Nominal 5 8 8 8 10b. Rasio (%) 3,73 5,29 5,68 5,84 6,23

20112009 201020082007

Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo

No Uraian

2010 201120092007 2008

Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul

No Uraian

Page 107: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

91  

Miliar Rp

I ASET 739 854 1.001 1.243 1.446II DANA PIHAK KETIGA 563 641 742 851 1.022

1. Tabungan 183 208 233 235 2712. Deposito 380 432 509 616 751

III KREDIT 537 661 766 916 1.0321. Jenis Penggunaan 537 661 766 916 1.032

a. Modal Kerja 200 245 288 323 342b. Investasi 37 45 52 55 65c. Konsumsi 300 372 425 538 624

2. Sektor Ekonomi 537 661 766 916 1.032a. Pertanian 9 12 16 18 17b. Industri 7 9 10 9 15c. Perdagangan 150 186 201 213 238d. Jasa-jasa 59 78 105 82 113e. Lain-lain 312 377 433 595 648

3. Kolektibilitas 537 661 766 916 1.032a. Lancar 496 624 726 865 979b. Kurang Lancar 13 10 10 15 10c. Diragukan 8 7 7 10 10d. Macet 20 20 22 27 33

IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 95,51 103,16 103,17 107,67 100,952. Non Performing Loan

a. Nominal 41 37 39 52 52b. Rasio (%) 7,68 5,66 5,15 5,65 5,05

Miliar Rp

I ASET 164 220 282 373 449II DANA PIHAK KETIGA 120 152 180 225 287

1. Tabungan 21 29 48 58 742. Deposito 99 123 133 167 214

III KREDIT 131 171 230 309 3811. Jenis Penggunaan 131 171 230 309 381

a. Modal Kerja 67 96 71 95 116b. Investasi 5 6 9 55 77c. Konsumsi 59 69 151 158 188

2. Sektor Ekonomi 131 171 230 309 381a. Pertanian 2 1 2 1 4b. Industri 3 3 5 1 4c. Perdagangan 41 33 146 96 129d. Jasa-jasa 7 12 15 46 38e. Lain-lain 79 122 62 164 206

3. Kolektibilitas 131 171 230 309 381a. Lancar 122 161 222 298 365b. Kurang Lancar 5 5 3 3 5c. Diragukan 2 3 2 3 4d. Macet 2 3 4 4 7

IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 109,59 112,68 127,78 137,19 132,672. Non Performing Loan

a. Nominal 9 10 8 11 16b. Rasio (%) 7,21 5,85 3,67 3,45 4,15

201120102008 20092007

2011

Indikator BPR - Kota Yogyakarta

No Uraian

20102008 20092007

Indikator BPR - Kabupaten Sleman

No Uraian

Page 108: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

92  

Juta Rp.

2012 2012 2012Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

1 Pendapatan Daerah 1.611.616 1.935.448 1.180.551 1.195.345 965.826 1.010.100 A Pendapatan Asli Daerah 873.818 800.156 128.900 121.594 54.462 55.600

Hasil Pajak Daerah 735.226 689.572 35.069 32.090 8.130 8.328 Hasil Retribusi Daerah 35.986 36.228 17.799 21.513 11.384 17.232 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 28.961 31.863 7.291 7.754 4.259 4.760 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 73.645 42.493 68.742 60.237 30.689 25.280

B Dana Perimbangan 722.340 850.513 717.123 868.175 667.005 787.156 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 82.038 74.404 46.143 36.859 35.839 28.627 Dana Alokasi Umum 620.812 757.057 625.061 768.035 572.009 687.944 Dana Alokasi Khusus 19.490 19.053 45.919 63.281 59.157 70.584 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - - -

C Lain-lain Pendapatan yang Sah 15.458 284.778 334.527 205.576 244.359 167.343 Pendapatan Hibah 6.316 5.496 - 5.000 - Pendapatan Dana Darurat - - - - - Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya - - 53.144 50.332 30.917 29.282 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 9.142 279.282 243.735 141.404 185.897 126.836 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya - - 37.649 8.840 27.545 11.225 Pendapatan Lainnya - - - - -

Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - - - 2 Belanja Daerah 1.567.156 2.124.289 1.151.936 1.198.031 938.850 1.075.328 A Belanja Tidak Langsung 966.260 1.267.028 817.127 880.349 687.032 746.752

Belanja Pegawai 414.966 490.659 723.599 802.223 615.375 675.778 Belanja Bunga - - 52 120 43 36 Belanja Subsidi - - - - - - Belanja Hibah 17.579 355.794 23.889 13.704 9.387 3.836 Belanja Bantuan Sosial 119.671 94.675 36.168 15.318 16.454 14.628 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 268.092 251.788 1.906 1.949 3.181 3.447 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 145.929 54.112 30.447 43.475 41.797 46.086 Belanja Tidak Terduga 23 20.000 1.066 3.559 794 2.941

B Belanja Langsung 600.895 857.261 334.809 317.681 251.818 328.576 Belanja Pegawai 83.845 111.508 63.518 59.650 36.052 33.988 Belanja Barang dan Jasa 374.937 527.794 151.874 130.941 104.745 104.251 Belanja Modal 142.113 217.959 119.417 127.091 111.021 190.336

Surplus/ (Defisit) 44.460 (188.841) 28.615 (2.686) 26.976 (65.228) 3 Pembiayaan Daerah 226.917 188.841 30.993 7.785,61 87.214 65.228 A Penerimaan Pembiayaan 254.262 221.416 35.108 16.900,84 91.877 73.506

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 232.077 191.725 35.108 16.900,84 90.266 72.090 Pencairan Dana Cadangan - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 20.915 - - - 1.611 1.416 Penerimaan Piutang Daerah - 28.575 - - - Penerimaan Lainnya 1.270 1.116 - - - -

B Pengeluaran Pembiayaan 27.345 32.575 4.115 9.115,23 4.663 8.278 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 2.600 32.575 4.000 9.000,00 3.000 6.500 Pembayaran Pokok Utang - 115 115,23 86 378 Pemberian Pinjaman Daerah 23.225 - - - 1.578 1.400 Penyelesaian Kegiatan DPA-L 1.520 - - - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - - -

Pembiayaan Netto 226.917 188.841 30.993 7.785,61 87.214 65.228 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) 271.377 (0) 59.608 5.100 114.190 -

Keterangan:

Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

2011 2011 2011

APBD Provinsi, Kabupaten, KotaSe Wilayah Propinsi DIY

No UraianProvinsi Bantul Gunungkidul

Page 109: Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 fileLaporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang ... Memberikan

Lampiran

93  

Juta Rp.

2012 2012 2012Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

1 Pendapatan Daerah 792.017 800.878 1.311.473,55 1.383.012 951.681 899.626 A Pendapatan Asli Daerah 53.943 54.293 226.723,27 220.367 228.871 241.191

Hasil Pajak Daerah 5.854 6.333 142.698,41 132.330 120.458 142.003 Hasil Retribusi Daerah 8.451 9.903 33.163,70 32.200 34.408 32.076 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4.936 6.229 11.036,19 11.659 10.121 10.121 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 34.702 31.828 39.824,98 44.179 63.883 56.991

B Dana Perimbangan 522.277 605.036 753.889,01 917.372 500.614 575.132 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 29.897 28.553 79.317,98 69.426 62.722 32.180 Dana Alokasi Umum 444.044 531.104 631.920,73 795.709 436.130 536.467 Dana Alokasi Khusus 48.337 45.380 42.650,30 52.237 1.762 6.485 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - -

C Lain-lain Pendapatan yang Sah 215.797 141.549 330.861,27 245.272 222.197 83.304 Pendapatan Hibah 9.731 973 21.984,52 2.278 3.345 - Pendapatan Dana Darurat - - - - Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 29.509 27.529 94.205,33 88.112 60.273 56.154 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 164.558 105.147 - 125.374 22.900 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 12.000 7.900 8.080,00 6.800 33.205 4.250 Pendapatan Lainnya - - 206.591,42 148.082 - -

Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - - - - - 2 Belanja Daerah 781.534 834.118 1.278.055 1.439.946 932.018,51 934.387 A Belanja Tidak Langsung 540.447 586.929 891.096 1.032.856 608.011,25 537.766

Belanja Pegawai 486.692 527.297 784.288 897.127 515.295,85 488.063 Belanja Bunga 52 46 62 144 235,38 119 Belanja Subsidi - 100 - - - - Belanja Hibah 16.853 4.426 36.819 29.434 59.495,65 31.153 Belanja Bantuan Sosial 11.347 9.508 30.102 58.124 31.531,67 11.873 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 1.873 2.252 19.693 22.498 - - Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 22.518 27.151 19.643 21.923 - 2.720 Belanja Tidak Terduga 1.112 16.149 489 3.607 1.452,69 3.839

B Belanja Langsung 241.088 247.189 386.959 407.090 324.007,26 396.621 Belanja Pegawai 34.282 30.580 76.285 76.575 92.851,60 97.185 Belanja Barang dan Jasa 100.985 77.923 214.563 199.841 172.004,55 214.283 Belanja Modal 105.821 138.686 96.111 130.674 59.151,11 85.153

Surplus/ (Defisit) 10.483 (33.240) 33.418 (56.934) 19.662,93 (34.761)

3 Pembiayaan Daerah 59.563,40 33.240,02 105.276 56.934,43 75.782,48 34.760,95 A Penerimaan Pembiayaan 64.589,75 39.415,16 111.413 63.572,43 76.344,13 40.122,60

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 62.690,88 37.431,00 111.413 63.572,43 74.972,67 39.772,60 Pencairan Dana Cadangan - - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah - - - 1.212,18 150,00 Penerimaan Piutang Daerah 1.898,87 1.984,17 - - 159,28 200,00 Penerimaan Lainnya - - - - - -

B Pengeluaran Pembiayaan 5.026,35 6.175,15 6.138 6.638,00 561,65 5.361,65 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 4.934,96 6.083,76 6.000 6.500,00 - 4.000,00 Pembayaran Pokok Utang 91,39 91,39 138 138,00 561,65 361,65 Pemberian Pinjaman Daerah - - - 1.000,00 Penyelesaian Kegiatan DPA-L - - - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - -

Pembiayaan Netto 59.563,40 33.240,02 105.276 56.934,43 75.782,48 34.760,95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) 70.046,07 (0,00) 138.694 - 95.445,41 0,00

Keterangan:

Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.

2011 2011 2011Sleman Kota Yogyakarta

APBD Provinsi, Kabupaten, KotaSe Wilayah Propinsi DIY

No UraianKabupaten Kulonprogo