Laporan Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia
description
Transcript of Laporan Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 1
A. Judul praktikum: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp.
B. Tujuan praktikum :
Tujuan dari praktikum ini adalah:
- Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp.
- Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap
denyut jantung Daphnia sp.
C. Dasar Teori
1. Daphnia sp
Pada hewan poikiloterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh
keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air di sekelilingnya, kenaikan
suhu akan mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan laju respirasi. Hewan
poikiloterm yang hidup di akuatik adalah Daphnia sp. merupakan hewan yang sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat mudah untuk diamati dan
digunakan sebagai hewan uji hayati. Hewan ini adalah sejenis zooplankton yang hidup
di air tawar yang mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia sp. merupakan
jenis udang-udangan dan termasuk ke dalam sub filum Crustasea golongan
Branchiopoda. Hewan ini disebut dengan kutu air karena cara bergeraknya menyerupai
seekor kutu, yakni meloncat-loncat. Daphnia sp. hidup pada selang suhu 18-24C.
Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan
Daphnia sp. Diluar selang tersebut, Daphnia sp akan cenderung dorman. Daphnia sp
membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6,7 sampai 9,2. Seperti halnya makhluk
akuatik lainnya, pH tinggi dan kandungan amonia yang tinggi dapat bersifat
mematikan bagi Daphnia sp (Mukoginta, 2003). Oleh karena itu tingkat amonia perlu
dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya spesies ini.
Seluruh spesies Daphnia sp diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam
seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih,
dan deterjen. Daphnia sp merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air
untuk medapatkan pakannya berupa mahluk-mahluk bersel tunggal seperti alga dan
jenis protozoa lain serta detritus organic (Mukoginta, 2003). Selain itu, mereka juga
membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air
adalah kalsium. Unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan cangkangnya. Oleh
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 2
karena itu, dalam wadah pembiakan akan lebih baik apabila di tambahkan potongan
batu kapur, karang (koral) batu apung dan sejenisnya. Selain dapat meningkatkan pH
bahan tersebut akan memberikan suplai kalsium yang cukup bagi Daphnia sp.
Beberapa jenis kotoran hewan yang sering dijadikan media tumbuh Daphnia sp
seringkali telah mengandung kalsium dalam jumlah cukup sehingga dalam kondisi
demikian kalsium tidak perlu lagi ditambahkan.
Gambar anatomi Daphnia sp. Gambar Daphnia sp.
Sumber: Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36.
2. Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm (Eksoterm)
Eksoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap
panas lingkungan). Suhu tubuh hewan eksoterm cenderung berfluktuasi, tergantung
pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,
amphibia, dan reptilia.
Suhu tubuh hewan poikiloterm atau eksoterm ditentukan oleh keseimbangan
kondisi suhu lingkungan dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya kondisi suhu
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 3
lingkungan. Pada hewan poikiloterm air, suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh
keseimbangan konduktif dan konfektif dengan air mediumnya dan suhu tubuhnya
mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini
mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu
hewan dengan air sangat kecil (Goenarso, 2005).
Ada beberapa cara untuk mencapai keseimbangan ini. Salah satu cara dengan
lingkungan adalah memperluas permukaan tubuh sehingga dapat meningkatkan panas
yang masuk dari radiasi matahari. Hal ini dilakukan dengan mengarahkan permukaan
kulitnya tegak lurus dengan sinar matahari. Dengan cara ini dapat menyerap panas
jauh lebih tinggi daripada suhu udara lingkungannya. Bila suhu tubuh yang cocok
telah tercapai, biasanya hewan air ini akan berpindah ketempat yang lebih teduh. Hal
ini berarti dapat dipahami bahwa hewan poikiloterm yang biasanya didefinisikan
sebagai hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan fluktuasi suhu
lingkungannya dan dianggap tidak melakukan usaha untuk mempertahankan suhu
tubuhnya ternyata kurang tepat, sebab banyak usaha yang dilakukan oleh poikiloterm
untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
3. Mekanisme Pengeluaran panas
Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh yang membuat sel-sel mampu
berfungsi secara efisien. Mekanisme pengeluaran panas terdapat empat proses fisik
yang bertanggung jawab atas perolehan panas dan kehilangan panas yaitu:
a. Konduksi yaitu perpindahan langsung gerakan termal (panas) antara molekul-
molekul lingkungan dengan molekul-molekul permukaan tubuh misalnya seekor
hewan duduk dalam koam air dingin atau diatas batu yang panas akan selalu
dihantarkan dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.
b. Konveksi yaitu perpindahn panas melalui pergerakan udara atau cairan melewati
permukaan tubuh seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas dari
permukaan tubuh hewan yang berkuit kering.
c. Radiasi yaitu pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh semua
benda yang lebih hangat dari suhu yang absolute nol termasuk tubuh hewan dan
matahari contohnya hewan menyerap panas radiasi dari matahari.
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 4
d. Evaporasi atau penguapan adalah kehilangan panas dari permukaan cairan yang
hilang berupa molekulnya yang berubah menjadi gas evaporasi air dari seekor
hewan memberi efek pendinginan yang signifikan pada permukaan hewan itu.
Konveksi dan evaporasi merupakan penyebab kehilangan panas yang paling
bervariasi. (Campbell, 2004).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Menurut Goenarso (2005) faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah:
a. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah
lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
d. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 5
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3
0,6C di atas suhu basal.
f. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi
mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 6
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh (Goenarso, 2005).
5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Denyut Jantung Daphnia sp.
Menurut Pangkey (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan denyut
jantung Daphnia sp. adalah:
Aktivitas. Dalam keadaan tenang dan tidak banyak bergerak akan mempengaruhi
denyut jantung pada Daphnia sp. yaitu menjadi semakin lambat.
Ukuran dan umur. Daphnia sp. yang memiliki ukuran tubuh lebih besar
cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
Cahaya. Pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. akan mengalami
penurunan sedangkan pada daerah yang cukup cahaya denyut jantung Daphnia
sp. akan mengalami peningkatan.
Temperatur. Denyut jantung Daphnia sp. akan bertambah tinggi apabila suhu
meningkat.
Obat-obat (senyawa kimia). Zat kimia akan menyebabkan aktivitas denyut
jantung Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat.
6. Pusat Termoregulasi
Pusat termoregulasi terdapat di hipotalamus yaitu:
a. Hipotalamus anterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu panas, stiulasi
pada hipotalamus anterior akan menyebab kan hipotermia, penurunan
termogenesis:anoreksia, apati,peningkatan TSH, peningkatan termolisi
yaitu:vasodilatasi perifer, berkeringat, peningkatan respirasi.
b. Hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu dingin
stimulasi pada hipotalamus postteriaor akan menyebabkan hipertermia , peningkatan
termogenesis seperti menggigil, rasa lapar, peningkatan TSH, penurunan termolisis
yaitu : vasokontriksi perifer, curling up, memakai baju tebal (Ernawati, 2009).
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 7
D. Bahan dan alat
1. Alat :
a. Mikroskop
b. Gelas objek datar dan cekung
c. Gelas piala
d. Gelas arloji
e. Gelas penutup
f. Pipet tetes
g. Termometer
h. Statif
i. Klem
j. Stopwatch atau jam dengan penunjuk detik
2. Bahan
a. Kultur Daphnia sp.
b. Es batu
c. Air hangat
E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan kultur Daphnia pada suhu awal [10C, 15C, 20C, dan 25C ].
2. Meletakkan Daphnia pada gelas arloji yang berada pada suhu yang telah ditentukan
(diletakkan di atas es batu atau air dengan suhu yang dikehendaki).
3. Dengan pipet, memindahkan secara hati-hati seekor Daphnia pada gelas obyek yang
cekung (kemudian tutup dengan kaca penutup) atau gelas arloji lain sambil dilihat di
bawah mikroskop. Daphnia bisa juga diletakkan di atas gelas obyek datar. Berhati
jangan sampai air pada media Daphnia mengenai lensa mikroskop.
4. Menambahkanlah air secukupnya agar tidak kekeringan. Jangan menambahkan air
terlalu banyak, karena Daphnia akan mudah bergerak dan sulit diatur posisinya.
Mengatur letak Daphnia dengan posisi tubuh miring hingga jantungnya tampak jelas
dan mudah diikuti denyutnya. Apabila menggunakan gelas arloji atau gelas obyek
datar tidak perlu ditutup dengan kaca penutup.
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 8
5. Setelah tampak denyutan jantungnya menghitung jumlah denyut setiap 15 detik
[dengan menggunakan jarum penunjuk detik pada arloji].
6. Membuat tiga kali pengukuran dan hasilnya dirata-rata. Pada setiap kali pengukuran
suhu harus tetap pada suhu yang dikehendaki. Jika perlu setiap selesai satu kali
pengukuran Daphnia dikembalikan pada air dengan suhu yang telah ditentukan,
karena lampu mikroskop dapat dengan cepat menaikkan suhu obyek pada meja obyek.
7. Selanjutnya Daphnia dipindahkan ke tempat baru [10C lebih tinggi daripada suhu
awal].
8. Mengukur denyut jantung Daphnia pada suhu yang baru. Pengukuran dilakukan
seperti cara/ langkah pada urutan ke 4.
F. Rancangan Eksperimen
MMenyiapkan kultur Daphnia pada
suhu awal [10C, 15C, 20C, dan
25C ].
Meletakkan Daphnia pada gelas arloji
yang berada pada suhu yang telah
ditentukan.
Menambahkanlah air secukupnya
agar tidak kekeringan.
Memindahkan secara hati-hati seekor
Daphnia gelas arloji dengan hati-hati
kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Menghitung jumlah denyut setiap
15 detik.
Membuat tiga kali pengukuran dan
hasilnya dirata-rata.
Selanjutnya Daphnia dipindahkan ke
tempat baru [10C lebih tinggi
daripada suhu awal]
Mengukur denyut jantung Daphnia
pada suhu yang baru. Pengukuran
dilakukan seperti cara/ langkah
urutan ke 4.
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 9
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil
Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp.
No.
Suhu
a
C)
Pengulangan Rata-
Rata
Suhu
khir
C)
Pengulangan Rata-
Rata
Koefisien
Aktivitas
(Q10)
1. 10
1. 29
28 20
1. 49
47 1,68 2. 29 2. 44
3. 26 3. 47
2. 15
1. 30
30 25
1. 47
53 1,77 2. 31 2. 53
3. 29 3. 60
3. 20
1. 38
37 30
1. 57
59 1,59 2. 36 2. 55
3. 36 3. 66
4. 25
1. 42
44 35
1. 67
65 1,48 2. 45 2. 62
3. 44 3. 65
Grafik 5.1. Hubungan Jumlah Denyut Jantung Daphnia sp. dengan suhu awal
28 30
37
44
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
10 15 20 25
Rat
a-r
ata
Den
yut
Jan
tun
g
Suhu Awal
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 10
Grafik 2. Hubungan Antara Suhu Lingkungan dengan Koefisien Aktivitas Daphnia sp.
2. Analisis Data
Berdasarkan hasil data pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pada percobaan ini
suhu berpengaruh terhadap denyut jantung Daphnia sp. Pada suhu awal yaitu 10oC
dengan pengulangan sebanyak 3 kali setiap 15 detik rata-rata denyut jantung adalah
28. Pada suhu 15oC dengan perlakuan sama yaitu pengulangan sebanyak 3 kali setiap
15 detik terjadi peningkatan rata-rata denyut jantung Daphnia sp. yaitu sebesar 30.
Hal ini juga terjadi pada suhu berikutnya yaitu 20 oC dan 25
oC dengan perlakuan
sama sebanyak 3 kali pengulangan tiap 15 detik mengalami peningkatan rata-rata
denyut jantung masing masing sebesar 37 dan 44.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan juga dapat diketahui nilai Q10 atau
koefisien aktivitas yang disebabkan oleh kenaikan suhu 10oC. Pada suhu 10
oC yang
dinaikkan menjadi 20oC dengan pengulangan 3 kali setiap 15 detik rata-rata denyut
jantung Daphnia sp. mengalami peningkatan yang semula 28 menjadi 47 serta dapat
dihitung nilai koefisien aktivitas (Q10) sebesar1,68. Pada suhu 15oC yang dinaikkan
menjadi 25oC dengan perlakuan sama yaitu 3 kali pengulangan setiap 15 detik juga
terjadi peningkatan rata-rata denyut jantung yang semula 30 menjadi 53 dengan nilai
koefisien aktivitas (Q10) sebesar 1,77. Sama halnya dengan suhu berikutnya yaitu
1.68
1.77
1.59
1.48
1.3
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1.7
1.75
1.8
10 15 20 25
Ko
efi
sien
Akt
ivit
as (
Q1
0)
Suhu Awal
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 11
20oC dan 25
oC yang dinaikkan menjadi 30
oC dan 35
oC menyebabkan peningkatan
rata-rata denyut jantung yang masing semula 37 menjadi 59, 44 menjadi 65 serta
nilai koefisien aktivitas (Q10) masing-masing sebesar 1,59 dan 1,48.
3. Pembahasan
Daphnia sp. adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar dan mempunyai
habitat di kolam atau danau. Pada sistem klasifikasi Daphnia sp. termasuk kelas dari
Crustacea. Spesies ini dapat hidup pada daerah tropis maupun sub tropis dan telah
beradaptasi pada kehidupan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan.
Kehidupan Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu dan
oksigen. Menurut Waterman (1960) hewan kecil memiliki frekuensi denyut jantung
yang lebih cepat daripada hewan dewasa baik pada suhu panas, sedang, dingin,
maupun alkoholik. Aktivitas metabolisme Daphnia akan naik seiring dengan naiknya
suhu sampai pada titik dimana terjadi kerusakan jaringan. Hal ini disebabkan adanya
kecepatan metabolik yang dimiliki oleh hewan kecil tersebut. Menurut Pennak
(1853) mekanisme kerja jantung Daphnia sp. berbanding langsung dengan kebutuhan
oksigen per unit berat badannya pada hewan-hewan dewasa. Daphnia sp. sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada suhu 22 oC 31 oC dan pH 6,5 7,4.
Menurut Waterman (1960) pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan
metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi akan meningkat dan berdampak
pada peningkatan denyut jantung Daphnia sp. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan
yang telah dilakukan yaitu pada suhu awal 10 oC, 15
oC , 20
oC dan 25
oC semakin
meningkat suhu maka rata-rata denyut jantung Daphnia sp. akan semakin meningkat
dengan perolehan masing-masing 28, 30, 37, dan 44. Hal ini juga berlaku pada suhu
akhir yang mengalami peningkatan 10 oC dari suhu awal. Saat suhu dinaikkan 10
oC
dari suhu awal, Daphnia mengalami kejutan atau shock sehingga aktivitas
metabolisme di dalam tubuh semakin tinggi. Daphnia merupakan hewan poikiloterm
yaitu suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternal. Jika
suhu lingkungan berubah maka suhu tubuh pada Daphnia juga berubah seiring
dengan suhu lingkungan, hal ini digunakan Daphnia untuk menyesuaikan diri agar
metabolisme dalam tubuh tetap berjalan dan dapat bertahan hidup.
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 12
Sehubungan bahwa Daphnia merupakan hewan poikiloterm atau eksoterm,
maka pada suhu yang semakin meningkat, Daphnia juga akan melakukan adaptasi
morfologis yang serupa dengan hewan ektoterm pada umumnya yaitu dengan
mempertinggi konduktan dan mempercepat aliran darah agar panas mudah terlepas
dari tubuh karena afinitas hemoglobin dalam mengikat oksigen turun. Mekanisme
adaptasi fisiologi ini juga mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut jantung pada
Daphnia. Hewan ini dapat memperoleh energi panas dari lingkungan. Energi ini
digunakan untuk melangsungkan metabolisme.
Menurut Pangkey (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan
denyut jantung Daphnia sp. adalah:
Aktivitas. Dalam keadaan tenang dan tidak banyak bergerak akan mempengaruhi
denyut jantung pada Daphnia sp. yaitu menjadi semakin lambat.
Ukuran dan umur. Daphnia sp. yang memiliki ukuran tubuh lebih besar
cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
Cahaya. Pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. akan mengalami
penurunan sedangkan pada daerah yang cukup cahaya denyut jantung Daphnia
sp. akan mengalami peningkatan.
Temperatur. Denyut jantung Daphnia sp. akan bertambah tinggi apabila suhu
meningkat.
Obat-obat (senyawa kimia). Zat kimia akan menyebabkan aktivitas denyut
jantung Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat.
-
Laporan Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp. Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Micchell. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Ernawati, D. 2009. Hubungan Rasio Induk Jantan dan Betina Daphnia sp.Terhadap Efisiensi Perkawinan
dan Produksi Ephipia. (online) (http://www.adln.lib.unair.ac.id/ go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2009-
ernawatidw-9874&PHPSESSID) diakses pada 19 November 2014.
Goenarso, Darmaji. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36.
Mokoginta, Ing. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar, Modul: Budidaya Daphnia. Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan-Dikdasmen Depdiknas.
Watterman, T.H. 1960. The Physiology of Crustacea Volume I. New York: Academic Press.