LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR...

41
LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN PULAU BENGKOANG KEPULAUAN KARIMUNJAWA, INDONESIA BERDASARKAN CITRA SATELIT SENTINEL 2- A Disusun sebagai laporan hasil penelitian Ekspedisi V Himakel Unsoed tahun 2019 Disusun oleh : Tim Pemetaan Ekspedisi V Himakel Unsoed KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2019

Transcript of LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR...

Page 1: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

LAPORAN PENELITIAN

KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU

GLEANG DAN PULAU BENGKOANG KEPULAUAN

KARIMUNJAWA, INDONESIA BERDASARKAN CITRA SATELIT

SENTINEL 2- A

Disusun sebagai laporan hasil penelitian Ekspedisi V Himakel Unsoed tahun 2019

Disusun oleh :

Tim Pemetaan Ekspedisi V Himakel Unsoed

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2019

Page 2: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepulauan Karimunjawa secara administratif masuk ke dalam wilayah

kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Kepulauan

Karimunjawa terletak di sebelah Barat Laut kota Jepara dengan jarak sekitar 45 mil laut

atau 83 km. Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Secara geografis wilayah

kepulauan Karimunjawa terletak pada titik koordinat 5o40’ – 5o57 LS dan 110o4’ –

110o40 BT. Berbagai aktifitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam di

kepulauan Karimunjawa yang telah ada yaitu kegiatan konservasi, kegiatan

penangkapan ikan, budidaya ikan kerapu, budidaya rumput laut, wisata laut,

transportasi laut, dan pemanfaatan lahan (pulau) untuk pembangunan penginapan

resort, cottage, hotel. Kegiatan- kegiatan tersebut dapat menyebabkan kerusakan alam,

seperti kerusakan ekosistem lamun ( Yusuf, 2013).

Ekosistem lamun merupakan komponen pendukung wilayah pesisir dan pantai

yang memiliki berbagai fungsi ekologis (Kawaroe, Nugraha, Juraij, & Tasabaramo,

2016). Peranan ekosistem ini adalah antara lain untuk menyokong keutuhan wilayah

pesisir dari ancaman sedimentasi, yakni dengan adanya fungsi dari akar-akar lamun

yang dapat meredam kekuatan energi gelombang dan arus menuju pantai. Selain dari

pada itu, ekosistem lamun memiliki fungsi yang penting dalam siklus ekosistem di laut,

yaitu adanya ketersediaan nutrisi, makanan, serta tempat perlindungan bagi peranakan

Page 3: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

biota-biota laut (EPA (Environment Protection Agency), 1998; L. J. McKenzie, Yoshida,

Mellors, & Coles, 2009 dalam Yanuar, dkk., 2017).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pola persebaran

padang lamun di Pulau Bengkoang dan Pulau Geleyang, Kepulauan Karimunjawa

melalui Citra Satelit Sentinel-2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

dalam kegiatan konservasi padang lamun di Kepulauan Karimunjawa.

1.2. Rumusan Masalah

Sebagai salah satu pulau yang terdapat di sektor barat Kepulauan Karimunjawa,

di Pulau Bengkoang dan Pulau Geleang banyak terjadi aktivitas manusia yang cukup

padat. Hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak

terhadap perairan dangkal di sekitar Kepulauan Karimunjawa. Penelitian mengenai

pemetaan profil dasar perairan dangkal dirasa perlu dilakukan karena informasi

mengenai hal ini sangat penting untuk disebarluaskan ke masyarakat luas dan

berdasarkan alasan tersebut maka permasalahan yang diangkat adalah bagaimana

klasifikasi profil dasar perairan dangkal berdasarkan citra Sentinel 2A tahun 2019

dalam memberikan informasi profil dasar perairan dangkal yang akurat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah mengetahui klasifikasi dasar

perairan laut dangkal berupa peta profil dasar perairan laut dangkal Pulau Bengkoang

bagian Selatan dan Barat dan Pulau Geleyang berdasarkan Citra Satelit Sentinel 2A

tahun 2019.

Page 4: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Perairan

Karimunjawa menunjukkan pola yang bergerak dari timur laut menuju barat

daya (Gambar 2 C) dimana kecepatan arus tertinggi terjadi pada Januari dengan

kecepatan 0,05-0,3 m/s. Pada periode ini kondisi arus saat air laut menuju pasang

menunjukkan pergerakan dari barat menuju timur dengan kecepatan 0,05-0,3 m/s

dan tinggi elevasi muka air lautnya 0,0064-0,0152 m. Lalu pada saat kondisi pasang

tertinggi yang terjadi pada 13 Januari 2016 pukul 16.00 WIB, arus bergerak dari timur

ke barat dengan kecepatan 0,022-0,20 m/s dan tinggi elevasi muka air lautnya adalah

0,264-0,33 m. Kondisi sebaliknya yaitu saat terjadi surut menunjukkan bahwa

pergerakan arus berbalik dari saat terjadi pasang. Kecepatan arus saat kondisi menuju

pasang mengalami penurunan dari saat surut dan kecepatan arus yang paling tinggi

terjadi pada saat kondisi air laut menuju surut. Dikatakan bahwa pola arus di perairan

ini merupakan pola arus pasang surut juga dikarenakan kecepatannya yang berubah-

ubah. Menurut Duxburry et al. (2002) dalam Ismail dan Taofiqurohman (2012),

kecepatan arus pasang surut biasanya berubah-ubah secara periodik dalam suatu

selang waktu tertentu. Pergerakan arus di area Kep. Karimunjawa dimana saat

kondisi surut arus bergerak dari barat menuju timur dengan kecepatan yang lebih

tinggi dari saat terjadi pasang yaitu 0,080,48 m/s (Nurulita, 2018).

Rerata kecepatan angin dari Januari – Desember tampak bervariasi, nilai

tertinggi dalam waktu 1 tahun terjadi sebanyak 2 kali yaitu bulan Januari dan Agustus,

Page 5: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

masing-masing sebesar 6,11 m/s dan 5,31 m/s. Nilai rerata angin rendah dalam 1

tahun tampak terjadi 2 kali yaitu pada bulan April dan November, masing-masing

sebesar 0,63 m/s dan 1,37 m/s. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada saat

petengahan musim barat dan musim timur, sedangkan kecepatan angin terendah

terjadi pada saat musim peralihan 1 dan 2. Nilai rerata SPL dari Januari – Desember

tampak bervariasi (Gambar 3), nilai tertinggi dalam waktu 1 tahun terjadi sebanyak 2

kali yaitu bulan Maret dan November sama sebesar 30,20 C. Nilai rerata SPL rendah

dalam 1 tahun tampak terjadi 2 kali yaitu pada bulan Januari dan Agustus, masing-

masing sebesar 28,70 C dan 28,40 C. Nilai rerata klorofil-a tertinggi dari bulan Januari

– Desember terjadi 2 kali yaitu bulan Januari dan Juni, masing-masing sebesar 0,39

mg/m3 dan 0,45 mg/m3. Nilai rerata klorofil-a rendah juga terjadi 2 kali dalam satu

tahun yaitu bulan Maret dan November, masing-masing sebesar 0,19 mg/m3 dan 0,2

mg/m3. Kecepatan angin yang lebih kuat di wilayah utara Pulau Karimunjawa

mempengaruhi dua proses yang menyebabkan turunnya suhu permukaan laut yaitu

proses evaporasi dan penurunan penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Proses

evaporasi terjadi karena meningkatnya kecepatan angin serta turunnya kelembaban

udara. Pada musim timur energi yang dibutuhkan untuk evaporasi melebihi energi

yang diperoleh dari radiasi cahaya matahari sehingga terjadilah proses pendinginan

air laut, menurut Wyrtki (1961), jumlah defisit energi rerata 5700 cal/cm2 selama 3

bulan di musim timur. Proses penurunan penetrasi cahaya matahari ke dalam

perairan terjadi karena meningkatnya kecepatan angin membuat muka air menjadi

tidak tenang (bergelombang). Permukaan laut yang bergelombang menyebabkan

Page 6: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

tingginya proses refleksi cahaya matahari yang di terima permukaan laut, sehingga

penetrasi cahaya matahari menjadi menurun. Hal ini yang menyebabkan suhu di

utara Pulau Karimunjawa lebih dingin dibandingkan disebelah selatan Pulau

Karimunjawa. Uraian di atas sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Rasyid

(2010) bahwa kecepatan angin berpengaruh terhadap penetrasi cahaya matahari yang

masuk ke kolom perairan (Soedarto, 2016).

2.2. Terumbu Karang

Pertumbuhan hewan karang herrnatipik terbatas pada kondisi cahaya yang

cukup untuk terjadinya proses fotosintesis zooxantella, selain itu ditunjang dengan

kondisi fisik antara lain arus, kedalaman, kekeruhan dan sedimentasi, serta aspek

ekologis lain seperti siklus hari, suhu, konsentrasi plankton, predator, serta kompetisi

dengan beberapa organisme lainnya termasuk jenis hewan karang lainnya. Hewan

karang dapat bertahan hidup pada kisaran suhu antara 18 - 36°C dengan suhu optimal

untuk pertumbuhan adalah 26 - 28°C. Perubahan suhu yang ekstrim akan

menyebabkan kerusakan seperti terhambatnya reproduksi bahkan bisa terjadi

bleaching (Ruswahyuni dan Purnomo, 2009).

Ekosistem terumbu karang memiliki kelengkapan struktur tropik yang tinggi

seperti habitat bagi berbagai jenis ikan, biota moluska dan echinodermata. Manfaat

yang terkandung dalam terumbu ka-rang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: manfaat

langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat lang-sung adalah bahan baku

bangunan dan industri, se-bagai penghasil beragam sumberdaya ikan, dan manfaat

Page 7: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

tidak langsungnya adalah fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai,

peredam ge-lombang, dan sumber keanekaragaman hayati (Adi et al., 2017).

2.3. Lamun

Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Magnoliophyta) yang dapat

menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal (Wood et al., 1969). Faktor utama

yang dapat membedakan lamun dengan jenis tumbuhan lainnya, seperti rumput laut

(seaweed) yaitu keberadaan bunga dan buahnya yang tampak sangat jelas sehingga

antara lamun dan rumput laut bisa dibedakan dengan mudah (Nainggolan, 2011 dalam

Kamarudin et al., 2016). Di perairan pantai, lamun tumbuh membentuk padang yang

terdiri dari satu jenis sampai beberapa jenis yang disebut padang lamun. Padang lamun

merupakan suatu ekosistem di kawasan pesisir yang memiliki tingkat keanekaragaman

hayati yang cukup tinggi dan sebagai penyumbang nutrisi yang sangat berpotensial

bagi perairan disekitarnya karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.

Ekosistem padang lamun memberikan habitat bagi biota laut. Disebut padang lamun

karena ekosistem padang lamun tersebut berasosiasi dengan berbagai jenis biota laut

yang bernilai sangat penting dengan tingkat keragamannya yang tinggi (Nainggolan,

2011 dalam Kamarudin et al., 2016).

Lamun tersebar pada sebagian besar perairan pantai di dunia, terdapat sekitar

60 jenis lamun yang ditemukan di dunia yang tumbuh pada perairan laut dangkal

yang memiliki substrat pasir atau lumpur. Lamun ini terdiri dari empat suku (famili)

yaitu suku Zosteraceae, Cymodoceae, Posidoniaceae dan Hydrochoraticea (Larkum et al.,

2006). Dari 60 jenis lamun tersebut, terdapat 13 jenis yang telah ditemukan di

Page 8: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Indonesia yaitu Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, H. spinulosa, H. minor, H.

decipiens, H. sulawesii, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Thalassodendron ciliatum,

Cymodocea rotundata, C. serrulata, Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides (Kuo, 2007

dalam Juraij, 2014).

Menurut Nybakken (1992) dalam Juraij (2014), fungsi ekologis ekosistem

lamun adalah: (1) produsen primer, (2) pendaur unsur hara, (3) penstabil dasar

perairan dengan sistem perakarannya yang dapat menangkap sedimen (sediment

trapping), (4) sebagai habitat, tempat pemijahan (spawning ground), tempat pengasuhan

(nursery ground) dan sumber makanan (feeding ground) serta tempat berlindung

organisme laut lainnya.

2.4. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan ilmu untuk memperoleh informasi tentang obyek,

daerah, atau gejala dengan cara analisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat

tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala tersebut (Lillesand dan

Kiefer, 1979 dalam Andana E.K., 2015). Data penginderaan jauh dapat diperoleh melalui

hasil rekaman sensor yang dipasang baik pada pesawat terbang, satelit, pesawat ulang

alik, atau wahana lainnya. Sensor tersebut akan menghasilkan data yang berbeda-beda

sesuai dengan letak ketinggian sensor maupun karakteriskik objek yang dikaji (Susanto,

1986 dalam Andana E.K., 2015). Penginderaan jauh menggunakan pengukuran spectrum

gelombang elektromagnetik untuk menangkap dan/atau menginterpretasikan

karakteristik bentang alam atau terhadap beberapa fenomena. Penginderaan jauh dapat

menghasilkan informasi biofisik yang fundamental, termasuk koordinat (x,y), elevasi

Page 9: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

(z), biomassa, suhu dan kadar lengas. Dengan menggunakan teknologi penginderaan

jarak jauh akan mengasilkan berbagai manfaat bagi kehidupan kita. Salah satu

manfaatndari teknik penginderaan jauh yaitu dapat dilakukan untuk wilayah yang

sangat luas, dalam waktu yang cepat dan secara sistematis (Indarto, 2014).

2.5. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh

Teknologi penginderaan jauh, khususnya untuk bidang kelautan merupakan

alternatif yang cukup baik untuk mengatasi permasalahan diatas. Kemampuan dari

teknologi ini untuk mengumpulkan data untuk wilayah kajian yang luas dan sulit

dijangkau secara langsung dalam waktu singkat secara periodik akan membantu dalam

penyediaan informasi sumber daya kelautan. Pemanfaatan teknologi penginderaan

jauh di Indonesia semakin berkembang pesat melalui. pemanfaatan secara nyata dalam

kegiatan inventarisasi sumberdaya alam dan pemanfaatan lingkungan secara

berkesinambungan. Namun, tidak demikian halnya untuk kelautan yang masih belum

lama menggunakan teknologi penginderaan jauh. Salah satu aplikasi penginderaan

jauh adalah pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit Landsat 8 yang akan

dilakukan pada penelitian ini. Penelitiam ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

teknologi penginderaan jauh untuk ekstraksi data terumbu karang serta mengetahui

lokasi sebaran dan kondisi terumbu karang di sebagian perairan Teluk Tomini (Bano &

Khakhim, 2016).

Prinsip kerja pendeteksian padang lamun menggunakan citra satelit adalah

dengan memanfaatkan nilai reflektansi langsung yang khas dari tiap objek di dasar

perairan yang kemudian direkam oleh sensor. Sinar biru dan hijau adalah sinar dengan

Page 10: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

energi terbesar yang dapat direkam oleh satelit untuk penginderaan jauh di laut yang

menggunakan spektrum cahaya tampak (400-650 nm). Lamun menyerap energi pada

panjang gelombang biru (sekitar 400 nm) dan merah (sekitar 700 nm) untuk

berfotosintesis, serta memantulkan energi pada panjang gelombang hijau (sekitar 500

nm) hal inilah yang menjadi alasan mengapa lamun berwarna hijau. Berbeda dengan

vegetasi yang memiliki pigmen karotenoid seperti makro alga yang menyerap

maksimal energi pada panjang gelombang 450 nm. Reflektansi sinar tampak pada

vegetasi lamun memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari bentuk

morfologi dan juga kerapatan dari padang lamun tersebut. Lamun yang memiliki

densitas tinggi (>80 g/m2) memiliki karakteristik pantulan yang tinggi jika

dibandingkan dengan lamun yang memiliki densitas rendah (<80 g/m2). Selain dilihat

dari karakteristik pantulan energinya, juga dilihat dari lokasi terdapatnya lamun yaitu

di daerah intertidal dan subtidal bagian atas.Sehingga dapat mengurangi kesalahan

dalam pengkelasan (Green, 2000 dalam Pragunanti T, 2016).

Page 11: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Penelitian

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan untuk Penelitian dapat disajikan pada table berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan pada saat pengambilan dan pengolahan data

No Alat Fungsi

1. Alat Dasar Selam

(ADS)

Membantu pengambilan data di

permukaan perairan.

2. GPS (Global

Positioning System)

Handheld

Menentukan titik koordinat lokasi

pengambilan data.

3. Kamera bawah air Dokumentasi objek bawah air.

4. Transek kuadrat 1x1

m2

Membatasi pengambilan foto di dalam

air.

5. Pelampung Menjaga GPS dan alat tulis agar tetap

berada di permukaan air.

6. Aquapack Melindungi GPS agar tidak basah.

7. Kertas anti air Penulisan data di bawah air.

8. Alat tulis Mencatat data yang diperoleh ketika

pengambilan data.

9. Laptop Menganalisis data hasil sampling

Penelitian

Page 12: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

10 Software pengolahan

data pemetaan

Membantu analisis data hasil Penelitian

sebelum dan sesudah survei

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada Penelitian disajikan pada table berikut:

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada saat pengambilan dan pengolahan data

No Bahan Fungsi

1. Citra Satelit Sentinel 2A Rekaman

22 Mei 2019

Data Sekunder

2. Foto Kuadrat Data Primer

3. Titik Koordinat Data Primer

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Metode Survey.

3.2.1. Pra Pengolahan Citra

Pra pengolahan citra terdiri dari beberapa koreksi diantaranya Penyatuan

Band, Masking & Cropping, Koreksi Geometrik, Koreksi Radiometrik, dan Koreksi

Kolom Perairan (Lyzenga Algorithm).

3.2.1.1. Koreksi Geometrik

Page 13: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Koreksi geometrik merupakan proses yang dilakukan dengan

menggunakan metode Transformasi Koordinat Polinomial Orde Satu. Penyesuaian

proyeksi dilakukan sesuai dengan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator

(UTM). Transformasi koordinat orde satu mensyaratkan jumlah titik kontrol

Ground Control Point (GCP) sekurang-kurangnya 4 titik. Koreksi ini mencakup

perujukan titik-titik tertentu pada citra ke titik-titik yang sama pada citra yang telah

terkoreksi. Pengambilan titik GCP dilakukan mengacu pada sistem proyeksi UTM

zona 50. Oleh karena itu metode koreksi geometrik yang akan dilakukan yaitu

mengacu pada sistem UTM zona 50 dengan citra yang sudah terkoreksi khususnya

pada scenecitra yang di dalamnya terdapat pulau Bontosua (Thalib, 2017).

Pada citra Sentinel-2A Level-1C untuk proses koreksi geometrik citra tidak

dilakukan karena data citra ini memiliki resolusi spektral yang tinggi yaitu 10 meter

dan bukan hanya telah terkoreksi geometrik melainkan juga telah terkoreksi

radiometrik.Selain itu Sentinel-2 telah dirancang untuk mendukung lahan Global

Monitoring for Environment and Security (GMES); darurat dan aplikasi keamanan;

Geoland2; SAFER; dan G-MOSAIC.Citra Sentinel-2 dengan sistem Instrumen

Multispectral yang beresolusi tinggi akan memastikan rangkaian kontinuitas

observasi multispektral SPOT dan Landsat dengan melihat kunjungan kembali, area

cakupan, band spektral, lebar petak, kualitas gambar radiometrik dan geometrik

(ESA, 2012). Putri (2016) juga mengatakan bahwa Citra Sentinel-2A yang tergolong

Page 14: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Level-1C artinya telah terkoreksi geometrik dan radiometrik dalam bentuk nilai

reflektan TOA (Top of Atmosphere).

3.2.1.2. Koreksi Radiometrik

Koreksi Radiometrik dilakukan untuk memperbaiki kualitas citra akibat

gangguan atmosfer seperti hamburan awan dan hamburan objek lain. Koreksi

radiometrik termasuk diantaranya adalah koreksi radiansi dan koreksi reflektansi

Koreksi radiansi yang dilakukan yaitu:

𝑳𝝀′ = 𝑳𝑸𝒄𝒂𝒍 + 𝑨𝑳 (Hafizt 𝑒𝑡 𝑎𝑙. , 2017)

dimana:

𝐿𝜆′ : radian spectral pada sensor (W/m2 str µm)

Qcal : nilai piksel (DN)

ML : konstanta rescalling (RADIANCE_MULTI_BAND_x, band yang digunakan)

AL : konstanta penambah (RADCIANCE_ADD_BAND_x, band yang digunakan)

Sementara itu, untuk koreksi reflektansi pada menggunakan rumus berikut:

𝝆𝝀′ = 𝝆𝑸𝒄𝒂𝒍 + 𝑨𝝆/𝑪𝒐𝒔 (𝜭𝐬) (Hafizt et al., 2017)

dimana:

𝜌𝜆′ : hasil pengolahan tanpa koreksi pengambilan, 𝜌𝜆′ tidak memuat koreksi untuk

sudut matahari.

Qcal : nilai piksel DN

M𝜌 :konstanta rescalling (RADIANCE_MULTI_BAND_x, band yang

digunakan)

Page 15: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

A𝜌 : konstanta penambah (RADCIANCE_ADD_BAND_x, band yang

digunakan)

Cos (𝛳s) : sudut zenith matahari (90 – sudut elevasi matahari), dimana (Cos (Rad

(90- sudut elevasi matahari)).

3.2.1.3. Koreksi Kolom Perairan

Koreksi kolom perairan dilakukan untuk melakukan penajaman untuk melihat

klasifikasi objek dasar perairan laut dangkal menggunakan pendekatan

transformasi kanal, yaitu algortima Depth Invariant Index (DII) (Lyzenga, 1978).

Algoritma tersebut menggunakan kanal 2 dan kanal 3. Dasar penggunaan kanal 2

dan kanal 3 yaitu karena kedua band ini memiliki penetrasi yang baik ke dalam

kolom air (Mount, 2006). Algoritma yang yaitu:

Y=(ln Band1-Band1 Deep) - ki/kj* (lnBand2- Band2 Deep)

dimana:

Y : hasil algoritma Lyzenga

(ln(Kanal1) : logaritma natural kanal biru

(ki/kj) : nilai varian dan kovarian pada kanal biru dan hijau

(ln(Kanal2) : logaritma natural kanal hijau.

Band Deep : nilai piksel kanal ke- i pada perairan laut dalam.

3.2.1.4. Masking dan Cropping

Proses masking dan cropping bertujuan untuk membatasi area analisis citra.

Pada analisis citra untuk objek perairan laut dangkal perlu dilakukan pemisahan

Page 16: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

daratan dan perairan, agar proses analisisnya hanya dilakukan pada wilayah

perairan. Masking dan cropping dapat dilakukan baik menggunakan batas ambang

nilai piksel pada objek tertentu yang akan dianalisis secara digital maupun melalui

proses digititasi (Prayudha, 2014).

3.2.2. Survey Lapang

Pengambilan data lapangan dilakukan dengan cara menentukan titik

pengamatan yang dianggap telah mewakili tiap objek yang ada berdasarkan variasi

kondisi dasar perairan hasil olahan citra satelit true color (Wicaksono, 2014). Data

lapangan diambil menggunakan teknik Rapid Reef Asessment (RRA) untuk

mendapatkan objek dasar laut dangkal dalam skala luas (Dahlan, 2014).

Pengambilan objek dasar laut dangkal dilakukan dengan memfoto objek di

lapangan setiap 15 meter sekali secara terus menerus yang berada di dalam area

RRA. Selanjutnya melakukan pencatatan nomor foto dan GPS bersamaan dengan

pencatatan objek yang diamati di lapangan (Suriadi et al., 2005, dalam Hafizt, 2017).

Kemudian GPS diletakan di dalam pelampung dan diikat dengan pengambil data

(diusahakan GPS tetap berada di permukaan) untuk mencatat tracking selama

pengambilan data objek dasar perairan (Roelfsma dan Phinn, 2009, dalam Hafizt,

2017).

3.2.3. Klasifikasi dan Uji Akurasi

Klasifikasi yang diambil merupakan klasifikasi supervised, proses ini meliputi

analis melakukan training pada area piksel citra yang telah diambil sampel objeknya

Page 17: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

ketika survei lapangan. Pengambilan sampel diharapkan merata supaya perangkat

komputer mampu mengenali piksel tersebut sebagai objek tertentu. Kemudian

menggunakan maximum likelihood classifier untuk menampilkan klasifikasi citra

menggunakan data lapang yang didapatkan dari foto di lapangan (Wicaksono, 2014).

Data yang didapatkan dari survei lapang diantaranya untuk uji-akurasi,

pengklasifikasian ulang dan analisis ulang untuk mengetahui profil dasar perairan.

Hasil uji ketelitian mempengaruhi besarnya tingkat kepercayaan pengguna

terhadap jenis data maupun metode analisisinya (Hafizt et al., 2017). Uji akurasi

dapat dilakukan dengan menggunakan tabel confussion matrix atau matriks

kesalahan seperti pada Tabel 2. (Wicaksono et al., 2015).

Tabel 3. Tabel Matriks Kesalahan berdasarkan Ayustina et al. (2018)

3.3. Analisis Data

3.3.1. Pengolahaan Citra Pra-Survey

Page 18: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Sebelum melaksanakan survey di lapang peneliti melaksanakan pengolahan

data citra satelit yang bertujuan untuk mengetahui sebaran dan luasan terumbu

karang dan persebaran lamun. Hal pertama yang dilakukan dalam pra pengolahan

data citra mencakup pemotongan (cropping) citra yang bertujuan untuk

memfokuskan pengolahan citra pada satu daerah saja, sesuai dengan daerah

penelitian. Kemudian melakukan koreksi radiometrik yang bertujuan untuk

memperbaiki kualitas citra dengan mengurangi gangguan yang timbul oleh

kesalahan sistem optik pada sensor dan gangguan atmosferik. Setelah itu

melakukan masking untuk menghilangkan nilai digital dari daratan dan hanya

menampilkan nilai digital dari daerah laut.

Pada proses klasifikasi menggunakan pendekatan algoritma Lyzenga.

Pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi objek di bawah

permukaan air, karena informasi yang didapatkan dari citra awal masih tercampur

dengan informasi lain seperti kedalaman air dan kekeruhan. Tranformasi citra

menggunakan kanal biru dan kanal hijau yang mampu menembus kolom air hingga

kedalaman tertentu dan dikombinasikan secara algoritma natural dan menghasilkan

kanal baru. Persamaan tersebut kemudian diturunkan dengan dua kanal sinar

tampak pada panjang gelombang yang ada di citra sehingga diperoleh persamaan

sebagai berikut:

Dimana:

y : Ekstraksi informasi dasar

Y = In (i) + ki / kj . In (j)

Page 19: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

i : Nilai kanal biru

j : Nilai kanal hijau

Ki/Kj : Koefisien attenuasi

Proses klasifikasi citra pada penelitian ini menggunakan metode

terbimbing (Supervised). Metode Terbimbing merupakan klasifikasi yang

memerlukan contoh representasi kelas pada piksel sebagai acuan dalam

menentukan kategori kelas atau membuat kategori kunci interpretasi (Kiefer dan

Lillesand, 1979). Selanjutnya, menggunakan ekstraksi informasi pada persamaan

Lyzenga, setiap piksel akan terkonversi menjadi indeks tipe dasar perairan yang

terbebas dari pengaruh kedalaman. Nilai indeks piksel dari citra yang telah

ditransformasikan dari penurunan algoritma Lyzenga dapat menunjukkan

identifikasi kelas-kelas obyek perairan dangkal. Berikut kunci obyek dasar perairan

dangkal berdasarkan interpretasi Kerjasama COREMAP Puslitbang Oseanologi LIPI

dengan Pusbangja LAPAN (2001) : warna ungu muda sampai biru adalah laut,

warna cyan ke hijau muda jika menyebar dan batasnya tegas dan warna hijau

kekuning-kuningan dengan batas tidak tegas adalah karang, warna hijau dengan

warna kekuning-kuningan adalah karang dan pasir, warna merah tegas ngeblok

adalah pasir, dan warna hijau kebiru-biruan tidak tegas samar bercak-bercak adalah

lamun.

3.3.2. Uji Akurasi

Page 20: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Uji akurasi dilaksanakan dengan metode analisis kappa (Congalton and Mead, 1983;

Feinstein 1998; Foddy, 2002 dalam Jensen, 2005) dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana N : Jumlah data

3.4. Waktu dan Tempat

3.4.1. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada Selasa, 29 Juli 2019 dan Rabu, 30 Juli 2019.

3.4.2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Titik Lokasi Penelitian di Pulau Bengkoang

Page 21: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Gambar 2. Peta Titik Lokasi Penelitian di Pulau Geleyang

Page 22: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Titik Sampling

Gambar 3. Titik Sampling pada Pulau Gleang

Berdasarkan gambar 3. yang tertera di atas menunjukan bahwa pengambilan

titik di Pulau Gleang dilakukan di 4 arah mata angin Utara, Timur, Selatan, dan Barat

dengan pengambilan titik sebanyak 160 titik menggunakan metode Ground Check Point

atau langsung ke lapang secara acak menggunakan alat bantu berupa GPS (Global

Positioning System) portable yang dimulai sejak Pukul 09.00 WIB pada tanggal 01

Agustus 2019.

Page 23: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

Gambar 4. Titik Sampling pada Pulau Bengkoang

Berdasarkan gambar 4. yang tertera di atas menunjukan bahwa pengambilan

titik di Pulau Bengkoang dilakukan di 2 arah mata angin Selatan dan Barat dengan

pengambilan titik sebanyak 160 titik menggunakan metode Ground Check Point atau

langsung ke lapang secara acak menggunakan alat bantu berupa GPS (Global

Positioning System) portable yang dimulai sejak Pukul 09.00 WIB pada tanggal 31 Juli

2019. Alasan pengambilan titik hanya di dua arah mata angin yaitu Barat dan Selatan

disebabkan oleh faktor oseanografi perairan Pulau Bengkoang seperti gelombang dan

arus yang relatif ekstrim untuk pengambilan titik koordinat di dekat tubir atau slope

dan menyebabkan kapal tidak bisa keliling pulau untuk mobilisasi antar arah mata

angin untuk optimalisasi waktu pengambilan titik koordinat.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

4.1.2. Profil Substrat Dasar

Gambar 5. Titik 96, klasifikasi Campuran Rubble Karang (Mix-Rb/C), Pulau

Bengkoang

Gambar 6. Titik 104, klasifikasi Pasir (S), Pulau Gleang

Gambar 7. Titik 103, klasifikasi Padang Lamun (PL), Pulau Gleang

Data lapang yang didapat sejumlah 167 titik dari 333 titik, dapat dibuat kelas

sampel berdasarkan foto substrat dasar di lapang sebanyak 3 kelas untuk proses

Page 25: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

klasifikasi. Kelas yang terdiri dari 3 kelas tersebut yaitu Campuran Rubble dan Karang

(Mix-Rb/C), Pasir , dan Padang Lamun (Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7). Berdasarkan

pengamatan lapang, kelas yang lebih dominan adalah kelas Pasir. Menurut BTNKJ

(2001) dalam Yusuf (2013), pada umumnya dasar perairan mulai tepi sepanjang pulau-

pulau yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa adalah pasir, kemudian ke tengah

dikelilingi terumbu karang dari kedalaman 0,5-15 m. Hasil penelitian Taufik (2005)

menunjukkan persentase penutupan karang sebesar 29,4-84% pada sisi utara dan

penutupan sebesar 35,9-51,9% pada sisi selatan, menurut Susilo (2007) penutupan

karang sebesar 44-48,79% ditemukan pada daerah terbuka, sedangkan untuk kawasan

terlindung sebesar 69,97-71,49% dan semakin bertambah baik. Data yang ain

didapatkan oleh Budiyanto (2010) memperlihatkan bahwa kondisi penutupan karang

sebesar 54-74% dengan dominasi Acropors sebesar 32,17%.

Konfigurasi dasar perairan pantai didominasi tanah berpasir putih yang semakin

landai kearah pantai dengan kemiringan berkisar antara 1 – 2 %. Seluruh pulau di

Kepulauan Karimunjawa dikelilingi oleh terumbu karang tepi (fringing reefs). yang

melindungi pantai dari gempuran gelombang. Gugusan terumbu karang didominasi

endapan pasir dan gugus terumbu karang mati (Tiskiantoro, 2006).

4.1.3. Klasifikasi Profil Substrat Dasar

Page 26: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

(a)

(b)

Gambar 8. Klasifikasi Profil Dasar Perairan Pulau Bengkoang. (a) Pulau

Bengkoang Belum Terklasifikasi (b) Pulau Bengkoang Terklasifikasi

(a) (b)

Gambar 9. Klasifikasi Profil Dasar Perairan Pulau Gleang. (a) Pulau Gleang Belum Terklasifikasi (b) Pulau Gleang Terklasifikasi

Berdasarkan (Gambar 8) dan (Gambar 9) menunjukan bahwa, profil substrat

dasar perairan dangkal dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu campuran ruble

dan karang (Mix Rubble/ Coral) yang mana merupakan area didominasi oleh karang

namun terdapat pula ruble, Padang Lamun yang mana area tersebut didominasi oleh

Page 27: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

padang lamun yang bersubstrat pasir, dan Pasir yang mana paling dominan tetapi

keberadaan ruble masih ada.

Pulau Geleang termasuk dalam zona inti, kekayaan terumbu karang ditemukan

12 famili dan 31 genus. Penutupan karang berkisar 70-75% dengan tingkat kerusakan 5-

10% dan tingkat keanekaragaman mencapai 81,2%, dari yang ada di Kepulauan

Karimun Jawa. Hamparan pasir putih sepanjang 1-5 meter dijumpai sepanjang pantai

bagian utara, barat, dan selatan. Substrat di dominasi karang pasiran dengan jarak

kedangkalan 200 meter ke laut. Kondisi pesisir/lautan Pulau Geleang dicirikan dengan

tumbuh suburnya beberapa tumbuhan mangrove dan ekosistem terumbu karang.

Kondisi tanah umumnya berupa tanah berbatu karang dan berpasir. Adanya karang

penghalang yang tumbuh memungkinkan tanah di daerah pantai terhindar dari erosi.

Banyaknya sedimen di daerah pantai bukan semata akibat dari erosi pantai akan tetapi

fisik yang terjadi secara alamiah atau karena pengarahu antropogenik (Ramli, 2003).

Menurut Yusuf (2013) persentase substrat dasar Pulau Geleang adalah

karang/ruble 48,98%, lamun 6,49%, pasir 41,19%, dan lumpur 1,72%. Sedangkan untuk

Pulau Bengkoang sendiri persentase nya adalah karang/ruble 37,44%, lamun 7,94%,

pasir 51,08%, dan lumpur 4,18%. Pada Pulau Geleang didominasi oleh karang/ruble

karena Pulau Geleang memiliki tingkat kecerahan yang tertinggi yaitu mencapai 97%

sehingga memungkinkan karang hidup dengan baik. Sedangkan pada Pulau

Bengkoang didominasi oleh pasir berlumpur.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah penggunaan Citra Satelit

Sentinel 2A untuk memetakan substrat dasar perairan dangkal cukup baik yang mana

didapatkan pembagian 3 kelas dalam klasifikasi yang terdiri dari; Campuran Rubble

Karang (Mix-Rb/C), Padang Lamun (PL), dan Pasir (S). Kelas yang lebih dominan

dalam klasifikasi substrat dasar perairan kedua pulau ini adalah pasir.

Page 29: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

DAFTAR PUSTAKA

Ramli, I. 2003. Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang di Kawasan Pulau Geleang dan Pulau Burung Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah. UPT PUSTAKA UNDIP: Semarang.

Yusuf, M. (2014). Analisis Kesesuaian Lokasi Untuk Budidaya Laut Berkelanjutan di

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Indonesian Journal of Marine Sciences/Ilmu Kelautan, 18(1).

TISKIANTORO, F. (2006). Analisis kesesuaian lokasi budidaya karamba jaring apung dengan

aplikasi sistem informasi geografis di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan (Doctoral dissertation, program Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Nurulita, V. K., Noir P. P., Yeni M., Syawaludin A. H. 2018. Pergerakan Larva Karang

(Planula) Acropora Di Kepulauan Seribu, Biawak, Dan Karimunjawa Berdasarkan Kondisi Oseanografi. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 9(2): 16-26.

Rasyid, J. A. 2010. Distribusi Suhu Permukaan pada Musim Peralihan Barat-Timur

Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil di Perairan Spermonde. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ), 20(1) : 1-7.

Wyrtki, K. 1961. The Physical Oseanography of The Souhteast Asian Water. Naga

Report Volume 2. Scripps Institution of Oceanography, La Jolla, California, 195 p.

Munandar, B., Purwanto. Kunarso. 2016. Kaitan Monsun Terhadap Variabilitas Suhu

Permukaan Laut Dan Klorofil-A Untuk Prediksi Potensi Fishing Ground Di Perairan Karimunjawa. JURNAL OSEANOGRAFI. 5( 4): 505 – 511.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Data Lapang Pulau Bengkoang bagian Selatan dan Barat

titik koordinat klasifikasi

laat lon pasir ruble mix Rb/C

Padang lamun dominasi kelas

7d 5°44'48.86" 110°24'32.36" 70 0 0 30 pasir

6d 5°44'47.35" 110°24'33.41" 95 0 0 5 pasir

5d 5°44'47.00" 110°24'35.39" 90 0 0 10 pasir

4d 5°44'45.49" 110°24'37.37" 70 0 0 30 pasir

3d 5°44'44.56" 110°24'38.88" 90 0 10 0 pasir

2d 5°44'42.70" 110°24'40.28" 80 0 20 0 pasir

8d 5°44'47.46" 110°24'30.27" 60 0 0 40 pasir

9d 5°44'46.88" 110°24'29.23" 70 0 0 30 pasir

10d 5°44'45.01" 110°24'27.60" 80 0 0 20 pasir

11d 5°44'41.05" 110°24'26.33" 80 15 0 5 pasir

12d 5°44'39.19" 110°24'24.93" 80 15 0 5 pasir

13d 5°44'36.16" 110°24'23.66" 70 25 0 5 pasir

14d 5°44'33.60" 110°24'23.54" 90 0 0 10 pasir

15d 5°44'30.22" 110°24'22.15" 90 0 0 10 pasir

16d 5°44'27.07" 110°24'21.69" 85 10 0 5 pasir

17d 5°44'24.40" 110°24'21.11" 95 0 0 5 pasir

18d 5°44'20.90" 110°24'19.37" 70 20 0 10 pasir

19d 5°44'17.06" 110°24'18.45" 65 35 0 0 pasir

20d 5°44'13.45" 110°24'15.66" 65 35 0 0 pasir

21d 5°44'21.53" 110°24'17.80" 90 5 0 5 pasir

22d 5°44'22.33" 110°24'17.43" 90 5 0 5 pasir

23d 5°44'23.48" 110°24'17.44" 95 0 0 5 pasir

24d 5°44'24.71" 110°24'17.69" 85 10 0 5 pasir

25d 5°44'25.95" 110°24'17.86" 90 5 0 5 pasir

26d 5°44'27.29" 110°24'18.27 70 25 0 5 pasir

27d 5°44'28.34" 110°24'18.61" 70 30 0 10 pasir

28d 5°44'29.68" 110°24'19.05" 70 25 0 5 pasir

29d 5°44'30.62" 110°24'19.26" 95 0 0 5 pasir

30d 5°44'31.39" 110°24'19.47" 90 0 10 0 pasir

31d 5°44'32.72" 110°24'19.86" 95 0 5 0 pasir

32d 5°44'34.57" 110°24'20.58" 80 15 5 0 pasir

33d 5°44'36.16" 110°24'21.11" 85 0 5 10 pasir

34d 5°44'37.71" 110°24'21.77" 90 0 5 5 pasir

Page 31: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

35d 5°44'39.37" 110°24'22.90" 95 0 5 0 pasir

36d 5°44'40.87" 110°24'23.64" 100 0 0 0 pasir

37d 5°44'42.52" 110°24'23.63" 100 0 0 0 pasir

38d 5°44'44.17" 110°24'24.29" 85 5 5 5 pasir

39d 5°44'45.70" 110°24'25.36" 100 0 0 0 pasir

40d 5°44'46.97" 110°24'26.88" 80 10 10 0 pasir

41d 5°44'47.44" 110°24'27.96" 80 0 0 20 pasir

42d 5°44'46.23" 110°24'31.90" 100 0 0 0 pasir

43d 5°44'46.58" 110°24'32.84" 70 0 0 30 pasir

44d 5°44'46.46" 110°24'33.61" 85 0 10 5 pasir

45d 5°44'45.99" 110°24'34.41" 100 0 0 0 pasir

46d 5°44'45.83" 110°24'35.35" 90 0 0 10 pasir

47d 5°44'45.60" 110°24'36.36" 70 0 10 20 pasir

48d 5°44'44.79" 110°24'36.84" 90 0 5 5 pasir

49d 5°44'44.03" 110°24'37.51" 50 30 20 0 pasir

50d 5°44'43.41" 110°24'38.21" 60 40 0 0 pasir

51d 5°44'43.15" 110°24'38.95" 80 20 0 0 pasir

52d 5°44'43.45" 110°24'39.59" 90 5 0 5 pasir

53d 5°44'42.73" 110°24'39.88" 80 10 10 0 pasir

54d 5°44'41.76" 110°24'40.11" 95 0 0 5 pasir

55d 5°44'40.86" 110°24'40.34" 90 5 0 5 pasir

56d 5°44'40.43" 110°24'40.35" 80 10 0 10 pasir

57d 5°44'46.32" 110°24'30.66" 80 0 0 20 pasir

58d 5°44'46.08" 110°24'30.04" 100 0 0 0 pasir

59d 5°44'45.66" 110°24'29.20" 70 0 0 30 pasir

60d 5°44'45.07" 110°24'28.41" 70 0 0 30 pasir

61d 5°44'44.06" 110°24'27.68" 100 0 0 0 pasir

62d 5°44'23.60" 110°24'27.14" 90 0 0 10 pasir

63d 5°44'43.25" 110°24'26.42" 100 0 0 0 pasir

64d 5°44'43.30" 110°24'35.71" 90 5 0 5 pasir

65d 5°44'42.79" 110°24'24.98" 80 0 0 20 pasir

66d 5°44'42.84" 110°24'24.31" 80 0 0 20 pasir

67d 5°44'43.34" 110°24'23.45" 90 0 0 10 pasir

68d 5°44'44.08 110°24'23.22" 100 0 0 0 pasir

69d 5°44'44.84" 110°24'23.32" 70 0 30 0 pasir

70d 5°44'45.78" 110°24'23.52" 80 0 20 0 pasir

71d 5°44'46.31" 110°24'24.05" 80 20 0 0 pasir

72d 5°44'46.89" 110°24'24.69" 90 10 0 0 pasir

73d 5°44'47.26" 110°24'25.27" 90 10 0 0 pasir

74d 5°44'47.64" 110°24'26.19" 90 10 0 0 pasir

75d 5°44'47.92" 110°24'26.93 90 10 0 0 pasir

Page 32: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

76d 5°44'47.86" 110°24'27.49" 80 20 0 0 pasir

77d 5°44'47.08" 110°24'28.08" 70 0 10 20 pasir

78d 5°44'46.15" 110°24'29.37" 100 0 0 0 pasir

79d 5°44'46.85" 110°24'32.17 80 0 0 20 pasir

80d 5°44'47.35' 110°24'32.61" 100 0 0 0 pasir

81d 5°44'47.94" 110°24'32.94" 100 0 0 0 pasir

82d 5°44'48.59" 110°24'33.40" 60 0 0 40 pasir

83d 5°44'49.30" 110°24'33.81" 60 0 0 40 pasir

84d 5°44'50.01' 110°24'34.15" 70 10 0 20 pasir

85d 5°44'50.72" 110°24'34.65" 95 0 0 5 pasir

86d 5°44'51.42" 110°24'35.29" 95 5 0 0 pasir

87d 5°44'52.07" 110°24'35.67" 30 0 0 70 padang lamun

88d 5°44'52.70" 110°24'35.98" 70 15 0 15 pasir

3 05°44'55.5" 110°24'35.8" 5 10 85 0 rb/tk

4 05°44'55.4" 110°24'35.5" 30 0 70 0 rb/tk

5 05°44'50.0" 110°24'35.2" 60 10 30 0 rb/tk

6 05°44'55.0' 110°24'35.0" 80 10 0 10 pasir

7 05°44'55.0" 110°24'34.6" 5 20 70 5 rb/tk

8 05°44'55.1" 110°24'34.2" 10 80 5 5 rb/tk

9 05°44'55.0" 110°24'34.0" 25 60 10 5 rb/tk

10 05°44'55.2" 110°24'33.8" 10 10 80 0 rb/tk

11 05°44'55.7" 110°24'33.5" 60 30 10 0 pasir

12 05°44'56.0" 110°24'32.6" 5 10 85 0 rb/tk

13 05°44'55.9" 110°24'32.2" 10 10 80 0 rb/tk

14 05°44'54.9" 110°24'33.0" 40 50 5 5 rb/tk

15 05°44'54.7" 110°24'33.2" 30 35 35 0 rb/tk

16 05°44'54.6" 110°24'32.9" 35 0 60 5 rb/tk

17 05°44'54.4" 110°24'32.5" 90 5 0 5 pasir

18 05°44'54.1" 110°24'32.3" 50 35 5 10 pasir

19 05°44'53.9" 110°24'31.9" 70 20 0 10 pasir

20 05°44'53.7" 110°24'31.5" 25 5 60 10 rb/tk

21 05°44'53.5" 110°24'31.2" 30 0 30 40 Padang lamun

22 05°44'53.4" 110°24'30.8" 50 15 30 5 pasir

23 05°44'53.3" 110°24'30.3" 70 25 0 5 pasir

24 05°44'53.0" 110°24'30.1" 10 40 0 50 Padang lamun

25 05°44'52.9" 110°24'29.9" 10 70 20 10 rb/tk

26 05°44'52.3" 110°24'29.5" 10 70 5 15 rb/tk

27 05°44'52.0" 110°24'29.2" 15 40 5 40 rb/pd

28 05°44'52.1" 110°24'28.8" 85 10 0 5 pasir

29 05°44'52.0" 110°24'28.5" 80 10 5 5 pasir

30 05°44'52.1" 110°24'28.1" 10 60 0 30 rb/tk

Page 33: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

31 05°44'52.3" 110°24'27.7" 15 0 60 25 rb/tk

32 05°44'52.4" 110°24'27.4" 10 90 0 0 rb/tk

33 05°44'52.1" 110°24'27.2" 5 10 85 0 rb/tk

34 05°44'51.9" 110°24'27.4" 5 10 85 0 rb/tk

35 05°44'51.8" 110°24'26.9" 20 70 0 10 rb/tk

36 05°44'51.5" 110°24'26.6" 5 60 25 10 rb/tk

37 05°44'51.6" 110°24'26.4" 0 20 80 0 rb/tk

38 05°44'51.8" 110°24'26.3" 25 5 50 0 rb/tk

39 05°44'51.6" 110°24'26.0" 5 60 35 0 rb/tk

40 05°44'51.2" 110°24'25.9" 0 25 75 0 rb/tk

41 05°44'50.8" 110°24'25.9" 0 70 30 0 rb/tk

42 05°44'50.6" 110°24'25.8" 20 50 30 0 rb/tk

43 05°44'50.6" 110°24'25.2" 10 70 20 0 rb/tk

44 05°44'50.6" 110°24'24.8" 0 90 10 0 rb/tk

45 05°44'50.6" 110°24'24.4" 10 90 0 0 rb/tk

46 05°44'48.3" 110°24'24.4" 10 0 40 50 Padang lamun

47 05°44'47.9" 110°24'24.2" 70 0 20 10 pasir

48 05°44'48.0" 110°24'24.0" 10 5 70 15 rb/tk

49 05°44'47.9" 110°24'23.6" 50 40 10 0 pasir

50 05°44'48.6" 110°24'23.4" 5 15 75 5 rb/tk

51 05°44'48.1" 110°24'24.1" 0 0 80 20 rb/tk

52 05°44'47.5" 110°24'23.8" 5 0 20 75 Padang lamun

53 05°44'47.0" 110°24'23.7" 25 25 45 5 rb/tk

54 05°44'46.7" 110°24'23.1" 5 0 35 60 Padang lamun

55 05°44'46.0" 110°24'22.9" 0 0 40 60 Padang lamun

56 05°44'45.7" 110°24'22.4" 5 5 80 10 rb/tk

57 05°44'46.1" 110°24'22.1" 5 0 80 15 rb/tk

58 05°44'45.4" 110°24'22.3" 10 15 70 5 rb/tk

59 05°44'44.8" 110°24'22.0" 25 30 30 15 rb/tk

60 05°44'44.3" 110°24'22.3" 20 30 35 15 rb/tk

61 05°44'44.3" 110°24'21.6" 25 15 0 60 Padang lamun

62 05°44'43.7" 110°24'21.6" 30 20 0 50 Padang lamun

63 05°44'.43.4" 110°24'20.9" 20 35 5 40 Padang lamun

64 05°44'42.9" 110°24'21.1" 70 25 0 5 pasir

65 05°44'43.1" 110°24'20.4" 20 15 0 65 Padang lamun

66 05°44'42.6" 110°24'20.5" 25 20 50 5 rb/tk

67 05°44'42.8" 110°24'19.8" 20 20 0 60 Padang lamun

68 05°44'42.3" 110°24'20.1" 25 15 0 60 Padang lamun

69 05°44'41.9" 110°24'19.5" 10 15 0 75 Padang lamun

70 05°44'41.5" 110°24'19.9" 10 0 40 50 Padang lamun

71 05°44'40.9" 110°24'19.8" 40 30 20 10 pasir

Page 34: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

72 05°44'40.3" 110°24'19.4" 85 10 5 0 pasir

73 05°44'40.4" 110°24'18.8" 10 40 50 0 rb/tk

74 05°44'39.8" 110°24'18.9" 20 65 10 5 rb/tk

75 05°44'39.6" 110°24'18.3" 10 50 40 0 rb/tk

76 05°44'39.4" 110°24'17.7" 0 90 10 0 rb/tk

77 05°44'39.9" 110°24'17.4" 25 50 5 20 rb/tk

78 05°44'39.3" 110°24'17.4" 50 20 10 20 pasir

79 05°44'38.6" 110°24'17.5" 40 45 5 10 rb/tk

80 05°44'38.0" 110°24'17.7" 30 30 40 0 rb/tk

81 05°44'37.5" 110°24'17.7" 0 20 80 0 rb/tk

82 05°44'37.4" 110°24'18.2" 30 20 50 0 rb/tk

83 05°44'54.2" 110°24'36.5" 20 15 65 0 rb/tk

Lampiran 2. Tabel Data Lapang Pulau Geleang

titik koordinat Klasifikasi

laat lon pasir

ruble mix Rb/C padang lamun dominasi kelas

G1 5°52'47.00"

110°21'12.00"

100% 0% 0% 0% pasir

G2 5°52'51.00"

110°21'13.00" 80% 20% 0% 0% pasir

G3 5°52'52.00"

110°21'17.00"

100% 0% 0% 0% pasir

G4 5°52'50.00"

110°21'21.00" 40% 0% 0% 60% Padang lamun

G5 5°52'48.00"

110°21'24.00" 30% 0% 0% 70% Padang lamun

G6 5°52'46.00"

110°21'26.00" 60% 0% 0% 40% pasir

G7 5°52'41.00"

110°21'28.00" 55% 0% 0% 45% pasir

G8 5°52'38.00"

110°21'29.00" 55% 0% 0% 45% pasir

G9 5°52'36.00"

110°21'30.00" 60% 0% 0% 40% pasir

G10 5°52'30.00"

110°21'31.00" 45% 0% 0% 55% lamun

G11 5°52'28.00"

110°21'32.00" 75% 0% 0% 25% pasir

G12 5°52'25.00"

110°21'33.00"

100% 0% 0% 0% pasir

G13 5°52'21.00"

110°21'31.00" 20% 65% 5% 0% mix Rb/C

Page 35: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

G14 5°52'19.00"

110°21'26.00" 80% 10% 5% 5% pasir

G15 5°52'22.00"

110°21'21.00" 45% 50% 5% 0% mix Rb/C

G16 5°52'24.00"

110°21'18.00" 95% 0% 0% 5% pasir

G17 5°52'28.00"

110°21'16.00"

100% 0% 0% 0% pasir

G18 5°52'32.00"

110°21'13.00" 60% 20% 0% 20% pasir

G19 5°52'36.00"

110°21'12.00" 95% 5% 0% 0% pasir

G20 5°52'39.00"

110°21'11.00"

100% 0% 0% 0% pasir

G21 5°52'47.93"

110°21'23.86" 35% 0% 0% 65% lamun

G22 5°52'47.70"

110°21'22.95" 40% 30% 0% 30% pasir

G23 5°52'47.77"

110°21'22.22" 40% 0% 0% 60% lamun

G24 5°52'48.39"

110°21'21.90" 30% 0% 0% 70% lamun

G25 5°52'48.50"

110°21'21.25" 20% 0% 0% 80% lamun

G26 5°52'49.13"

110°21'21.21" 70% 0% 0% 30% pasir

G27 5°52'48.88"

110°21'20.56" 60% 0% 0% 40% pasir

G28 5°52'49.16"

110°21'19.90" 50% 0% 0% 50% lamun

G29 5°52'49.27"

110°21'19.20" 30% 0% 0% 70% lamun

G30 5°52'49.79"

110°21'18.73"

100% 0% 0% 0% pasir

G31 5°52'50.08"

110°21'18.06" 90% 0% 0% 10% pasir

G32 5°52'50.15"

110°21'17.33" 90% 0% 0% 10% pasir

G33 5°52'50.04"

110°21'16.63"

100% 0% 0% 0% pasir

G34 5°52'50.34"

110°21'15.98"

100% 0% 0% 0% pasir

G35 5°52'50.17"

110°21'15.43"

100% 0% 0% 0% pasir

G36 5°52'24.36"

110°21'18.09" 60% 0% 0% 40% pasir

G37 5°52'24.83 110°21'17.69 70% 0% 0% 30% pasir

Page 36: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

" "

G38 5°52'25.31"

110°21'17.97" 60% 0% 0% 40% pasir

G39 5°52'25.77"

110°21'17.69" 85% 0% 0% 15% pasir

G40 5°52'26.19"

110°21'17.88" 60% 0% 0% 40% pasir

G41 5°52'26.61" 110°21'17.70 95% 0% 0% 5% pasir

G42 5°52'27.07"

110°21'17.91" 70% 0% 0% 30% pasir

G43 5°52'27.48"

110°21'17.76" 95% 0% 0% 5% pasir

G44 5°52'27.82"

110°21'17.83" 60% 0% 0% 40% pasir

G45 5°52'28.12"

110°21'17.60" 95% 0% 0% 5% pasir

G46 5°52'28.53"

110°21'17.37" 95% 0% 0% 5% pasir

G47 5°52'28.85"

110°21'17.07"

100% 0% 0% 0% pasir

G48 5°52'29.14"

110°21'16.76" 90% 0% 0% 10% pasir

G49 5°52'29.29"

110°21'16.46" 95% 0% 0% 5% pasir

G50 5°52'29.35"

110°21'16.37" 95% 5% 0% 0% pasir

G51 5°52'45.54"

110°21'25.84" 75% 0% 5% 20% pasir

G52 5°52'45.21"

110°21'26.16" 40% 0% 0% 60% lamun

G53 5°52'44.58"

110°21'25.99" 55% 0% 0% 45% pasir

G54 5°52'44.29"

110°21'26.65" 65% 0% 0% 35% pasir

G55 5°52'43.50"

110°21'26.54" 80% 0% 0% 20% pasir

G56 5°52'43.22"

110°21'27.16" 95% 0% 5% 0% pasir

G57 5°52'42.59"

110°21'26.94" 85% 0% 0% 15% pasir

G58 5°52'42.50"

110°21'27.44" 40% 0% 0% 60% lamun

G59 5°52'41.86"

110°21'13.00" 80% 0% 0% 20% pasir

G60 5°52'41.80"

110°21'27.90" 70% 0% 0% 30% pasir

Page 37: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

G61 5°52'41.22"

110°21'27.80" 85% 0% 0% 15% pasir

G62 5°52'40.37"

110°21'27.76" 90% 0% 0% 10% pasir

G63 5°52'40.15"

110°21'28.27" 80% 0% 0% 20% pasir

G64 5°52'39.58"

110°21'28.05" 60% 0% 0% 40% pasir

G65 5°52'39.44"

110°21'28.57" 90% 0% 0% 10% pasir

G66 5°52'30.16"

110°21'31.60" 90% 10% 0% 0% pasir

G67 5°52'29.58"

110°21'31.43" 80% 0% 0% 20% pasir

G68 5°52'29.32"

110°21'32.02" 85% 0% 5% 10% pasir

G69 5°52'28.72"

110°21'31.71" 45% 0% 0% 55% lamun

G70 5°52'27.65"

110°21'31.83" 90% 10% 0% 0% pasir

G71 5°52'27.33"

110°21'32.27"

100% 0% 0% 0% pasir

G72 5°52'26.72"

110°21'32.05" 90% 10% 0% 0% pasir

G73 5°52'26.42"

110°21'32.52"

100% 0% 0% 0% pasir

G74 5°52'25.79"

110°21'32.17"

100% 0% 0% 0% pasir

G75 5°52'25.38"

110°21'32.64" 95% 5% 0% 0% pasir

G76 5°52'24.42"

110°21'32.61" 70% 5% 0% 25% pasir

G77 5°52'24.05"

110°21'33.03" 80% 20% 0% 0% pasir

G78 5°52'23.59"

110°21'32.60" 70% 30% 0% 0% pasir

G79 5°52'23.09"

110°21'32.81" 60% 40% 0% 0% pasir

G80 5°52'22.84"

110°21'32.39" 45% 55% 0% 0% mix Rb/C

86 05°52'46.5

" 110°21'08.8" 30 20 50 0 mix Rb/C

87 05°52'47.1

" 110°21'08.3" 30 70 0 0 mix Rb/C

88 05°52'47.2

" 110°21'07.3" 10 40 50 0 mix Rb/C

89 05°52'47.2 110°21'06.8" 10 50 40 0 mix Rb/C

Page 38: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

"

90 05°52'46.5

" 110°21'06.8" 10 70 30 0 mix Rb/C

91 05°52'46.0

" 110°21'06.9" 20 50 30 0 mix Rb/C

92 05°52'45.4

" 110°21'06.7" 50 40 10 0 pasir

93 05°52'44.9

" 110°21'06.3" 10 30 60 0 mix Rb/C

94 05°52'44.1

" 110°21'06.7" 20 20 60 0 mix Rb/C

95 05°52'43.5

" 110°21'06.8" 40 20 40 0 mix Rb/C

96 05°52'43.1

" 110°21'07.0" 10 20 70 0 mix Rb/C

97 05°52'42.5

" 110°21'67.3" 10 30 60 0 mix Rb/C

98 05°52'42.1

" 110°21'08.1" 10 40 50 0 mix Rb/C

99 05°52'41.6

" 110°21'68.1" 20 40 40 0 mix Rb/C

100 05°52'41.1

" 110°21'08.1" 40 40 20 0 mix Rb/C

101 05°52'42.6

" 110°21'08.4" 40 40 20 0 mix Rb/C

102 05°52'40.0

" 110°21'08.7" 60 25 10 5 pasir

103 05°52'39.2

" 110°21'09.0" 70 0 0 30 pasir

104 05°52'38.9

" 110°21'09.4" 90 0 10 0 pasir

105 05°52'38.5

" 110°21'09.8" 60 20 20 0 pasir

106 05°52'37.9

" 110°21'10.1" 70 30 0 0 pasir

107 05°52'37.5

" 110°21'10.4" 40 25 30 5 pasir

108 05°52'36.8

" 110°21'10.6" 60 30 5 5 pasir

109 05°52'36.3

" 110°21'11.0" 20 70 0 10 mix Rb/C

110 05°52'35.8

" 110°21'11.3" 40 20 20 20 pasir

111 05°52'35.0

" 110°21'11.9" 80 15 0 5 pasir

112 05°52'34.1

" 110°21'12.1" 70 10 0 20 pasir

Page 39: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

113 05°52'33.3

" 110°21'12.1" 40 30 20 10 pasir

114 05°52'32.5

" 110°21'12.8" 60 30 0 10 pasir

115 05°52'32.0

" 110°21'12.5" 70 5 10 15 pasir

116 05°52'31.2

" 110°21'11.9" 60 20 10 10 pasir

117 05°52'30.3

" 110°21'12.2" 80 10 5 5 pasir

118 05°52'29.6

" 110°21'11.9" 40 25 30 5 pasir

119 05°52'28.7

" 110°21'12.0" 40 30 30 0 pasir

120 05°52'27.9

" 110°21'12.0" 15 60 20 5 mix Rb/C

121 05°52'26.8

" 110°21'11.9" 30 30 20 20 mix Rb/C

122 05°52'25.9

" 110°21'12.1" 35 10 40 15 mix Rb/C

123 05°52'25.5

" 110°21'13.0" 15 0 80 5 mix Rb/C

124 05°52'25.0

" 110°21'13.4 90 0 0 10 pasir

125 05°52'24.7

" 110°21'14.1" 60 30 5 5 pasir

126 05°52'24.3

" 110°21'15.1" 70 20 5 5 pasir

127 05°52'23.8

" 110°21'15.5" 80 10 5 5 pasir

128 05°52'23.4

" 110°21'16.8" 20 5 70 5 mix Rb/C

129 05°52'22.4

" 110°21'17.4" 70 15 10 5 pasir

130 05°52'21.4

" 110°21'18.3" 50 15 30 5 pasir

131 05°52'53.9

" 110°21'13.6" 70 20 0 10 pasir

132 05°52'54.1

" 110°21'14.2" 70 20 0 10 pasir

133 05°52'54.6

" 110°21'15.1" 60 20 0 20 pasir

134 05°52'55.0

" 110°21'16.0" 70 10 0 20 pasir

135 05°52'55.4

" 110°21'16.9" 50 20 0 30 pasir

136 05°52'55.3 110°21'17.8" 20 20 30 30 mix Rb/C

Page 40: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

"

137 05°52'55.0

" 110°21'18.8" 30 20 0 50 lamun

138 05°52'55.2

" 110°21'19.7" 80 0 0 20 pasir

139 05°52'55.1

" 110°21'20.7" 100 0 0 0 pasir

140 05°52'55.0

" 110°21'21.7" 100 0 0 0 pasir

141 05°52'54.8

" 110°21'22.7" 100 0 0 0 pasir

142 05°52'54.6

" 110°21'23.5" 90 0 5 5 pasir

143 05°52'54.5

" 110°21'23.9" 90 10 0 0 pasir

144 05°52'54.4

" 110°21'24.5" 90 10 0 0 pasir

145 05°52'54.0

" 110°21'24.8" 90 5 0 5 pasir

146 05°52'53.4

" 110°21'25.3" 80 5 5 10 pasir

147 05°52'52.8

" 110°21'25.8" 50 0 20 30 pasir

148 05°52'52.3

" 110°21'26.1" 70 10 0 20 pasir

149 05°52'52.0

" 110°21'26.3" 60 10 0 30 pasir

150 05°52'51.5

" 110°21'26.7" 60 20 0 20 pasir

151 05°52'46.8

" 110°21'26.3" 60 10 0 30 pasir

152 05°52'46.5

" 110°21'26.9" 80 0 0 20 pasir

153 05°52'46.2

" 110°21'27.5" 90 0 0 10 pasir

154 05°52'45.7

" 110°21'27.9" 90 0 0 10 pasir

155 05°52'45.5

" 110°21'28.5" 70 0 0 30 pasir

156 05°52'44.9

" 110°21'29.2" 90 0 5 5 pasir

157 05°52'44.3

" 110°21'29.8" 50 5 5 40 pasir

158 05°52'43.8

" 110°21'30.6" 40 10 0 50 lamun

159 05°52'43.0

" 110°21'30.8" 60 20 0 20 pasir

Page 41: LAPORAN PENELITIAN KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ150719… · KLASIFIKASI SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL PULAU GLEANG DAN

160 05°52'42.3

" 110°21'31.1" 70 10 10 10 pasir

161 05°52'40.8

" 110°21'31.9" 50 0 20 30 pasir

162 05°52'39.3

" 110°21'32.8" 60 0 20 20 pasir

163 05°52'37.6

" 110°21'32.8" 60 10 0 30 pasir

164 05°52'36.1

" 110°21'33.2" 50 10 30 10 pasir

165 05°52'34.3

" 110°21'33.5" 60 0 30 10 pasir

166 05°52'32.6

" 110°21'33.7" 60 20 0 20 pasir

167 05°52'31.2

" 110°21'34.5" 50 10 20 20 pasir

168 05°52'29.4

" 110°21'34.5 60 20 0 20 pasir

169 05°52'27.7

" 110°21'34.4" 70 10 0 20 pasir

170 05°52'26.3 110°21'34.9" 60 0 20 20 pasir