LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah...

65
i LAPORAN PENELITIAN PEMETAAN FOKUS HOSPES PERANTARA SCHISTOSOMIASIS KEONG Oncomelania hupensis lindoensis DI WILAYAH ENDEMIS SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017 Penyusun Junus Widjaja dan Tim (Apkesi No: 20120210449) BALAI LITBANG P2B2 DONGGALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI JL.MASITUDJU N0.58 LABUAN PANIMBA TAHUN 2017

Transcript of LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah...

Page 1: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

i

LAPORAN PENELITIAN

PEMETAAN FOKUS HOSPES PERANTARA SCHISTOSOMIASIS

KEONG Oncomelania hupensis lindoensis DI WILAYAH ENDEMIS

SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017

Penyusun

Junus Widjaja dan Tim

(Apkesi No: 20120210449)

BALAI LITBANG P2B2 DONGGALA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

JL.MASITUDJU N0.58 LABUAN PANIMBA

TAHUN 2017

Page 2: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

ii

JUDUL PENELITIAN

PEMETAAN FOKUS HOSPES PERANTARA SCHISTOSOMIASIS

KEONG Oncomelania hupensis lindoensis DI WILAYAH ENDEMIS

SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017

Page 3: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

iii

Page 4: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

iv

Page 5: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

v

Page 6: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

vi

Page 7: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

vii

Page 8: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

viii

SUSUNAN TIM PENELITI

Ketua Pelaksna :

Junus Widjaja, S.K.M.,M.Sc.

Anggota Tim Pelaksanaan Penelitian:

Hayani Anastasia, S.K.M, M.P.H.Anis Nur Widayati, S.Si., M.Sc.

Samarang, S.K.M., M.Si.Made Agus Nurjana, S.K.M., M.Epid.

Mujiyanto, S.Si, M.P.H.Malonda Maksud, S.K.M.Riri Arifah Patuba, S.K.M.

Rosmini, S.K.M., M.Sc.Sitti Chadijah, S.K.M.

drh. GunawanNi Nyoman Veridiana,S.K.M.

Phetisya Pamela F.S., S.Si.Ningsi, S,Sos, M.Si.

dr. Muchlis SyahnuddinAhmad Erlan, S.K.M., M.P.H.

Murni, S.Si.drh. Intan Tolistiawaty

Ade Kurniawan, S.K.M.Meiske Elisabath Koraag, S.Si.

Leonardo Taruk Lobo, S.SiHasrida Mustafa, S.Si

Yusran Udin, S.K.M., M.KesNurul Hidayah S.B, S.Si

Yuyun SrikandiRisti

NelfitaTri Juni Wijatmiko

Irawati GazaliLia Cahyatin, S.K.M.

Page 9: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

ix

Page 10: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

x

Page 11: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karuniaNya sehingga laporan akhir penelitian 2017 dengan judul " Pemetaan

fokus hospes perantara schistosomiasis Keong oncomelania hupensis lindoensis di wilayah

endemis schistosomiasis di indonesia tahun 2017" dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh masyarakat dataran tinggi Napu,

Bada dan Lindu yang telah bekerja sama membantu jalannya penelitian. Kepada Panitia

Pembina Ilmiah (PPI) dan Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes, atas

bimbingannya dalam penulisan proposal dan protokol penelitian. Kepala Balai Litbang

P2B2 Donggala yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat dibiayai dari

DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah

serta beserta Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso dan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Sigi yang telah memfasilitasi penelitian ini.

Penulis juga menyampaikan Terima kaish kepada seluruh anggota tim serta reka-

rekan, atas segala bantuan dan dukungan doa sehingga penelitian ini dapat etrselesaikan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam

penulisan ini, oleh karena itu penulias mengharapkan masukan yang bersifat membangun

demi penyempurnaan di masa akan datang.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xii

RINGKASAN EKSEKUTIF

PEMETAAN FOKUS HOSPES PERANTARA SCHISTOSOMIASIS

KEONG Oncomelania hupensis lindoensis DI WILAYAH ENDEMIS

SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017

Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing trematoda jenis

Schistosoma japonicum (S. japonicum) dengan hospes perantara keong Oncomelania

hupensis lindoensis (O. hupensis lindoensis). Schistosomiasis masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

di Propinsi Sulawesi Tengah yaitu Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada,

Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi. Tahun I (tahun 2017)

pemetaan habitat hospes perantara schistosomiasis keong O. hupensis lindoensis di

seluruh wilayah Napu, Lindu dan Bada. Penelitian merupakan penelitian

observasional dengan desain cross-sectional.

Di daerah endemis di Dataran Tinggi Napu ditemukan 208 daerah fokus keong

O. hupensis lindoensis yang tersebar pada 14 desa dari 25 desa yang disurvei. Luas

daerah fokus keong 882.639 m2. Jumlah daerah fokus keong paling banyak ditemukan di

Desa Wionawanga, Dodolo, Alitupu, Maholo, dan Watumaeta. Rata-rata jumlah

kepadatan keong yaitu 24,1/m2 sedangkan infection rate sebesar 5,4%. Jenis daerah fokus

keong O.h. lindoensis yang ditemukan berupa saluran air di kebun (coklat, kopi, jangung

dan bawang) dan di sawah yang tidak diolah. ada jugaberupa mata air di kebun dan aliran

air di semak belukar. Penanganan fokus keong O.h. lindoensis dengan perbaikan dan

pembuatan saluran air oleh dinas terkait terutama Pertanian dan Pekerjaan Umum.

Jumlah daerah fokus keong di wilayah Dataran Tinggi Bada sebanyak 18 daerah fokus

yang tersebar di empat desa dari 13 desa yang disurvei luas daerah fokus keong 514.216

m2. Kepadatan keong O.h. lindoensis di Dataran Tinggi Bada yaitu 6,1/m2 sedangkan

infection rate sebesar 1,9%. Jenis fokus O.hupensis lindoensis yang ditemukan berupa

saluran air di hutan, di kebun dan di sawah. Ada juga berupa kolam terlantar.

Penanganan fokus O.h. lindoensis disarankan dengan perbaikan, pembuatan drainase dan

pengolahan kolam oleh dinas terkait: Pertanian, PU dan Perikanan.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xiii

Jumlah daerah fokus keong di wilayah Dataran Tinggi Lindu 16 daerah fokus

tersebar di tiga desa dari empat yang telah di survei. Jumlah fokus keong O.hupensis.

lindoensis paling banyak yaitu Desa Anca. Luas daerah fokus keong 514.216 m2.

Kepadatan keong O.h. lindoensis di Dataran Tinggi Lindu yaitu 41,6/ m2

sedangkanInfection rate sebesar 5,9%. Jenis fokus keong O.h. lindoensis yang

ditemukan berupa aliran air di hutan lindung dan di kebun. Penanganan fokus keong O.h.

lindoensis didaerah ini masih harus di bahas dengan sektor terkait karena menyangkut

hutan lindung dan pertanian.

Berdasarkan survei masih terdapat sebaran keong O.hupensis lindoensis maka

harus segera dibuat perencanaan eliminasi schistosomiasis dengan metoda manajemen

lingkungan secara terpadu dan komprehensif, melibatkan semua sektor terkait dan

memperdayakan peran serta masyarakat.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xiv

ABSTRAK

PEMETAAN FOKUS HOSPES PERANTARA SCHISTOSOMIASIS

KEONG Oncomelania hupensis lindoensis DI WILAYAH ENDEMIS

SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017

Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan yaitu Dataran Tinggi Napu dan Dataran

Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi Propinsi

Sulawesi Tengah. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing trematoda jenis

Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis.

Keberadaan keong ini merupakan indikator penetapan daerah fokus hospes perantara

schistosomiasis. Penelitian observasional dengan desain cross-sectional telah dilakukan

untuk mengetahui distribusi daerah fokus keong di daerah endemis. Hasil survei

menemukan daerah fokus keong O.hupensis lindoensis di Dataran Tinggi Napu 208 daerah

fokus, Dataran Tinggi Lindu 16 daerah fokus dan 18 daerah fokus di Dataran Tinggi

Lindu, yang tersebar di 21 desa dengan luas daerah fokus schistosomiasis sebesar

1.407.225m2. Di Dataran Tinggi Napu luas daerah fokus 882.639m2 dengan rata-rata

kepadatan keong 24,1/m2 sedangkan rata-rata infection rate sebesar 5,4%. Di Dataran

Tinggi Bada luas daerah fokus keong 514.216 m2 dengan rata-rata kepadatan keong 6,1/m2

sedangkan rata-rata infection rate sebesar 1,9%. Di Dataran Tinggi Lindu luas fokus

keong 10.370 m2 dengan rata-rata kepadatan keong 41,6/m2 sedangkan rata-rata infection

rate sebesar 5,9%. Jenis fokus keong O.hupensis lindoensis yang ditemukan berupa saluran

air di kebun (coklat, kopi, jangung dan bawang), di hutan dan di sawah yang tidak diolah.

Ada juga berupa mata air dan kolam. Perlu perencanaan eliminasi schistosomiasis dengan

metoda manajemen lingkungan secara terpadu dan komprehensif, melibatkan semua sektor

terkait dan memperdayakan peran serta masyarakat.

Kata Kunci: Schistosomiasis, Fokus hospes perantara, Oncomelania hupensis lindoensis,

Sulawesi Tengah.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xv

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN.........................................................................................................ii

SUSUNAN TIM PENELITI .............................................................................................viii

PERSETUJUAN ATASAN ............................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ........................................................................................................xi

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................xii

ABSTRAK ........................................................................................................................xiv

DAFTAR ISI...................................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL............................................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xix

I. PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Pertimbangan/justisikasi Penelitian.......................................................................... 5

C. Perumusan Masalah Penelitian................................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 7

II. METODE PENELITIAN......................................................................................... 9

A. Kerangka Teori ......................................................................................................... 9

B. Kerangka Konsep.................................................................................................... 10

C. Definisi Operasional............................................................................................... 11

D. Disain Penelitian..................................................................................................... 12

E. Tempat dan Waktu ................................................................................................. 12

F. Populasi dan Sampel .............................................................................................. 12

a. Definisi Populasi dan Sampel................................................................................. 12

b. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................................. 13

c. Besar Sampel .......................................................................................................... 13

d. Cara Pemilihan Sampel .......................................................................................... 13

e. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................................ 13

f. Bahan dan Prosedur pengumpulan data ................................................................. 13

g. Izin Penelitian......................................................................................................... 17

Page 16: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xvi

h. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................................ 17

i. Etik Penelitian ........................................................................................................ 17

III. H A S I L ................................................................................................................ 18

A. Profil Kabupaten..................................................................................................... 18

1. Profil Kabupaten Sigi ............................................................................................ 18

2. Profil Kabupaten Poso ........................................................................................... 20

3. Profil Kecamatan Seko Kab. Luwu Utara.............................................................. 23

4. Profil kecamatan Rampi Kab. Luwu Utara. ............................................................ 23

5. Jumlah Daerah Fokus Keong Perantara schistosomiasis di Kab.Poso dan Kab. Sigi23

IV. PEMBAHASAN .................................................................................................... 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 41

a. Kesimpulan............................................................................................................. 41

b. Saran....................................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 42

UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................................. 43

Page 17: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xvii

DAFTAR TABEL

Table 1. Data Luas wilayah dan Jarak ke Ibukota Kab.Sigi Tahun 2015 ............................18

Table 2. Data Persentase dan Kepadatan Penduduk di Kab.Sigi Tahun 2015 .....................19

Table 3. Data Luas wilayah dan Jarak ke Ibukota Kabupaten Poso Tahun 2015 ................21

Table 4. Data Persentase penduduk dan Kepadatan Penduduk per km2 Ibukota KabupatenPoso Tahun 2015....................................................................................................22

Table 5. Jumlah Fokus Keong O.hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi Napu KabupatenPoso Tahun 2017....................................................................................................24

Table 6.Jumlah Fokus Keong O hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi Bada KabupatenPoso Tahun 2017....................................................................................................27

Table 7. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi LinduKabupaten Sigi Tahun 2017...................................................................................29

Table 8. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Wilayah Rampi dan SekoKabupaten Luwu Utara ..........................................................................................30

Table 9.Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi NapuKabupaten Poso sampai Tahun 2017 .....................................................................31

Table 10. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi LinduKabupaten Sigi sampai Tahun 2017 ....................................................................32

Table 11. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi BadaKabupaten Poso sampai Tahun 2017...................................................................32

Table 12. Persentase Perubahan Fokus Keong O. hupensis lindoensis di Daerah EndemisSchistos0miasis Tahun 2017 ..............................................................................33

Page 18: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Daerah Endemis Schistosomiasis ............................................................... 6

Gambar 2. Kerangka teori .................................................................................................... 9

Gambar 3. Kerangka konsep .............................................................................................. 10

Gambar 4. Peta Distribusi Fokus Keong Penular Schistosomiasis di Dataran Tinggi Napu............................................................................................................................................ 34

Gambar 5. Peta Distribusi Fokus Keong Penular Schistosomiasis di Dataran Tinggi Bada35

Gambar 6. Peta Distribusi Fokus Keong Penular Schistosomiasis .................................... 36

Gambar 7. Peta Titik di temukan keong di wilayah Rampi Kab. Luwu Utara .................. 37

Gambar 8. Peta Titik di temukan keong di wilayah Seko Kab. Luwu Utara ..................... 37

Page 19: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

xix

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 foto jenis keong perantara penular schistosomiasis. ............................................

Page 20: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing trematoda jenis S.

japonicum dengan hospes perantara keong O. hupensis lindoensis.1 Telah diketahui

bahwa keong tersebut adalah keong amfibius, artinya keong tersebut hidup di daerah

yang lembab dan tidak bisa hidup di dalam air atau di daerah yang kering. Keong O.

hupensis lindoensis ditemukan di seluruh dataran tinggi daerah endemis dalam kantong-

kantong yang disebut fokus (focus), luasnya bervariasi antara beberapa meter persegi

sampai beberapa ribu meter persegi.2 Ada dua jenis habitat keong O. hupensis lindoensis

yaitu: pertama habitat alamiah atau natural habitat (daerah-daerah pinggiran hutan,

dalam hutan atau di tepi danau). Habitat keong tersebut hampir selalu terlindung dari

sinar matahari langsung karena adanya pohon-pohon besar, semak-semak, dan selalu

basah karena adanya air yang keluar secara terus menerus dari lereng di atasnya. Kedua

adalah habitat yang sudah dijamah manusia atau disturbed habitat berupa bekas sawah

yang sudah lama ditinggalkan dan tidak dikerjakan lagi atau atau abandoned rice fields,

padang rumput bekas daerah perladangan, tepi-tepi saluran pengairan dan lain-lain.2

Schistosomiasis selain di derita manusia juga menyerang pada semua jenis

mamalia baik hewan peliharaan maupun binatang liar. Schistosomiasis di Indonesia

hanya ditemukan di Provpinsi Sulawesi Tengah, yaitu Dataran Tinggi Napu dan Dataran

Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi.2

Pengendalian schistosomiasis telah dilakukan sejak tahun 1974 tetapi hanya di daerah

yang terbatas, pengobatan dengan niridazole telah dicoba untuk mengobati penderita

schistosomiasis sebelum ditemukan Praziquantel, namun tidak efektif dan Niridazole

sangat toksik, menyebabkan efek samping yang berat. Setelah ditemukan Praziquantel,

dilakukan pengobatan massal di Dataran Tinggi Lindu dan Napu semenjak tahun 2000.2

Pemberantasan keong dilakukan dengan berbagai cara, mekanik dan kimia.

Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan perbaikan saluran air dengan

agroengineering di daerah persawahan Paku di Lindu, pengeringan, pemarasan,

Page 21: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

2

pembakaran dan penimbunan daerah fokus. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan

penyemprotan molusisida baylucide pada daerah fokus.2

Pemetaan penyebaran O. hupensis lindoensis di seluruh daerah endemis telah

dilakukan pada tahun 2004 dan 2008. Pada tahun 2016 dilakukan pemetaan kembali pada

empat desa di daerah endemis. Ternyata dari pemetaan tersebut diketahui terdapat

perubahan yang signifikan dalam penyebaran fokus keong. Perubahan berupa

ditemukannya fokus baru, beberapa fokus lama yang tidak ditemukan lagi dan terdapat

fokus yang semua keongnya tidak mengandung serkaria.3

Prevalensi schistosomiasis di Lindu dan Napu berfluktuasi pada lima tahun

terakhir. Prevalensi kasus schistosomiasis di Lindu pada tahun 2011 – 2015 yaitu

berturut-turut 0,8%, 0,76%, 0,71%, 1,61% dan 1,3%. Prevalensi di Napu tahun 2011 –

2015 yaitu masing-masing 0,31%, 1,43%, 2,25%, 0,8%, 1,9%. Selain jumlah kasus

schistosomiasis pada manusia, angka infeksi pada keong dan tikus juga diukur. Pada

tahun 2015, infection rate pada keong adalah sebesar 3,4% di Lindu dan 4,8% di Napu

sedangkan infection rate pada tikus adalah sebesar 16% di Lindu dan 7,3% di Napu.2

Program pengendalian yang dilakukan hingga saat ini belum dapat menekan angka

infeksi schistosomiasis, karena adanya reinfeksi dari berbagai reservoar diantaranya

tikus, ternak masyarakat, termasuk hewan liar, bahkan masyarakat sendiri sebagai

sumber penular.4

Pemberantasan schistosomiasis dilakukan sejak tahun 1982 secara intensif, yang

dibagi menjadi 5 periode.2

- Periode pertama berlangsung sejak 1982-1986 dengan kegiatan berupa

pengobatan massal, survei tinja, dan survei tikus setiap enam bulan. Pada

periode ini prevalensi menurun secara signifikan dan partisipasi masyarakat

pada periode ini sangat bagus.

- Periode kedua berlangsung pada tahun 1986-1990 dengan kegiatan berupa,

pemeriksaan tinja, pemeriksaan keong, pemeriksaan tikus dilanjutkan dengan

pengobatan selektif. Dalam periode ini sektor pertanian berperan serta dengan

melakukan pengelolaan lahan sehingga dapat mengeliminasi beberapa daerah

fokus, program transmigrasi, dan memobilisasi peran serta masyarakat.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

3

- Periode ketiga berlangsung pada tahun 1991 sampai tahun 1993, dengan

kegiatan yang lebih terintegrasi. Pada periode ini sektor kesehatan bukan lagi

sebagai leading sector, akan tetapi digantikan oleh Bappeda. Pada periode ini

juga dibentuk Kelompok Kerja Schistosomiasis.2

- Periode keempat berlangsung pada tahun 1993-1998, dengan adanya

kelompok kerja schistosomiasis yang diberi nama integrated development

project. Program kerja kelompok tersebut dapat berlangsung dengan jadwal

dan pembiayaan yang lebih baik.

- Periode kelima tahun 1998 – 2005 yaitu dengan dimulainya CSIADCP

(Central Sulawesi Integrated Area Development and Conservation Project).

Suatu proyek pengembangan daerah dua kabupaten, Poso dan Donggala

dengan dana pinjaman dari Asian Development Bank (ADB) Pada periode ini

pengendalian schistosomiasis sangat intensif, peran lintas sektor sangat baik,

yaitu: kesehatan, pertanian, pekerjaan umum, transmigrasi, Program

Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan peternakan.2 Pengendalian

schistosomiasis yang dilakukan oleh sektor kesehatan berupa kegiatan rutin

yaitu survei tinja, survei keong, pengobatan, survei fokus, dan survei tikus,

serta pembuatan jamban keluarga untuk penduduk di seluruh daerah endemis.

Pengendalian keong dilakukan secara mekanik dan kimia. Pengendalian

secara mekanik dilakukan dengan perbaikan saluran air di daerah fokus,

pengeringan daerah fokus, dan penimbunan. Pengendalian secara kimia

dilakukan dengan penyemprotan baylucide pada daerah fokus.2

Pada saat itu dilakukan juga pemetaan penyebaran keong O.hupensis lindoensis

dengan hasil sebagai berikut: di Dataran Tinggi Lindu telah ditemukan 144 fokus keong

terdiri dari 108 fokus lama dan 36 fokus baru. Berbagai metoda pemberantasan fokus

telah dilakukan semenjak tahun 1976 terhadap 108 fokus, hasilnya 75 fokus telah hilang

dan sisanya sebanyak 35 fokus masih positif keong O.hupensis lindoensis. Di dataran

tinggi Napu sebanyak 370 fokus keong ditemukan terdiri dari 164 fokus lama dan 206

fokus baru. Sejak tahun 2008 telah dilakukan pemberantasan keong di 164 fokus dan 57

fokus telah hilang. Sisanya (107) fokus masih positif keong O.hupensis lindoensis.5

Page 23: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

4

Pemetaan fokus keong O.hupensis lindoensis pada tahun 2008 berhasil ditemukan

fokus keong O.hupensis lindoensis sebanyak 129 fokus, yang tersebar pada 16 sub desa

dari 4 desa yang ada di wilayah dataran tinggi Lindu. Total fokus tersebut terdiri dari 120

fokus yang masih positif keong, 68 fokus tidak positif keong, dan 1 fokus baru. Pada

tahun 2008 Fokus yang berhasil ditemukan di wilayah dataran Tinggi Napu sebanyak 369

fokus, terdiri atas 170 fokus positif, 166 fokus negatif dan 33 fokus baru. Sebanyak 49

fokus lama tidak ditemukan lagi. Pada tahun 2008 dilakukan juga pemetaan fokus keong

O. hupensis lindoensis di wilayah Dataran Tinggi Bada Kabupaten Poso, hasilnya

ditemukan 21 fokus baru yang tersebar di tiga desa (Kageroa, Tomehipi, dan Lengkeka)

di wilayah Kecamatan Lore Barat.5

Peran serta aktif masyarakat sangat penting dalam pengendalian schistosomiasis,

terlihat pada fase pengendalian periode dua. Pada periode kedua, PKK memegang

peranan penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dengan cara membentuk dan

melatih kader untuk membantu petugas kesehatan dalam pembagian dan pengumpulan

pot tinja masyarakat, partisipasi masyarakat dalam pengobatan, serta meningkatkan

kesadaran masyarakat melalui penyuluhan kesehatan. Peran serta masyarakat pada fase

kedua sangat aktif sehingga dapat membantu menurunkan prevalensi schistosomiasis.

Setelah prevalensi menurun, maka kasus kronis sudah jarang ditemukan di masyarakat,

hal ini menyebabkan menurunnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pengendalian schistosomiasis, sehingga menyebabkan prevalensi schistosomiasis

kembali meningkat.

Peningkatan kasus schistosomiasis juga disebabkan kurang terintegrasinya peran

lintas sektor dalam pengendalian schistosomasis. Lintas sektor melaksanakan kegiatan

sesuai tugas pokok masing-masing, dan belum sesuai dengan saran dari sektor kesehatan

dalam pengendalian schistosomiasis.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian dengan judul

Eliminasi keong perantara O.hupensis lindoensis melalui peran lintas sektor di Sulawesi

Tengah. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

- Pada tahun pertama akan dilaksanakan pemetaan habitat keong perantara

schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, Napu, Besoa, dan Bada.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

5

- Pada tahun kedua akan dilakukan penerapan metode manajemen lingkungan

eliminasi keong penular schistosomiasis di desa percontohan di Dataran

Tinggi Napu.

- Pada tahun ketiga penerapan metode manajemen lingkungan eliminasi keong

penular schistosomiasis di daerah endemis schistosomiasis di dataran tinggi

Napu dan

- Pada tahun keempat penerapan metode manajemen lingkungan eliminasi

keong penular schistosomiasis di daerah endemis schistosomiasis di dataran

tinggi Bada dan Lindu.

B. Pertimbangan/justisikasi Penelitian

Eliminasi schistosomiasis hanya dapat dilakukan dengan menghilangkan hospes

perantara.ra keong Ohl. keong Oncomelania hupensis lindoensis tersebut telah

dibuktikan di Jepang dan Cina yang telah berhasil melakukan eliminasi

schistosomiasis dengan menghilangkan keong melalui manajememn lingkungan.

Untuk itu perlu adanya peta penyebaran keong Oncomelania hupensis lindoensis

yang akurat sebagai acuan untuk eliminasi keong.

C. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil pemetaan fokus yang dilakukan pada tahun 2004, 2008, dan 2016

menunjukkan fokus keong O.hupensis lindoensis masih tersebar luas di daerah

endemis, sehingga perlu dilakukan pemetaan kembali untuk pembaharuan data. Data

tersebut dapat dipakai sebagai data dasar untuk eliminasi keong dengan metode

manajemen lingkungan yang dilakukan bersama lintas sektor dibantu peran serta aktif

masyarakat.

Page 25: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

6

Gambar 1. Peta Daerah Endemis Schistosomiasis

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum:

Mengeliminasi keong perantara schistosomiasis melalui manajemen lingkungan

dengan peran lintas sektor di Sulawesi Tengah selama 4 tahun.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

7

Tujuan Umum Tahun 1 (2017):

Memetakan fokus keong O. hupensis lindoensis di dataran tinggi Napu-Besoa, Lindu,

2. Tujuan Khusus Tahap 1

1. Memetakan distribusi titik fokus keong O.hupensis lindoensis di Dataran Tinggi

Napu-Besoa, Bada, Lindu (Sulawesi Tengah), Rampi dan Seko (Sulawesi Selatan).

2. Menghitung luas fokus keong O.hupensis lindoensis di Dataran Tinggi Napu-

Besoa, Bada, Lindu (Sulawesi Tengah), Rampi dan Seko (Sulawesi Selatan).

3. Menghitung kepadatan dan infection rate (IR) keong O.hupensis lindoensis

Dataran Tinggi Napu-Besoa, Bada, Lindu (Sulawesi Tengah), Rampi dan Seko

(Sulawesi Selatan).

4. Mengidentifikasi penggunaan lahan daerah fokus O.hupensis lindoensis Dataran

Tinggi Napu-Besoa, Bada, Lindu (Sulawesi Tengah), Rampi dan Seko (Sulawesi

Selatan).

5. Mengidentifikasi manajemen lingkungan yang dapat dilakukan oleh lintas sektor

dalam pengendalian schistosomiasis Dataran Tinggi Napu-Besoa, Bada, dan

Lindu.

E. Manfaat Penelitian

Program :

Kerjasama lintas sector dan memberdayakan peranserta masyarakat

merupakan metoda yang paling tepat dalam program eliminasi

schistosomiasis

Peta dan data yang dihasilkan dapat menjadi dasar oleh sektor

terkait untuk melakukan eliminasi fokus O.hupensis lindoensis.

Antara lain :

- Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2&P)

: Sebagai dasar peningkatan program eliminasi schistosomiasis

- Dinas Pekerjaan Umum : Menjadi acuan dalam mengupayakan

eliminasi keong perantara schistosomiasis dengan berbagai cara dan

metoda (pembuatan drainase, irigasi tersier, penimbunan dst).

Page 27: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

8

- Dinas Perikanan : Menjadi acuan dalam pembuatan kolam ikan pada

fokus yang berpotensi.

- Dinas Kehutanan : Menjadi acuan untuk penanaman tumbuhan yang

berpotensi untuk menyerap air lebih besar sehingga daaerah fokus

keong menjadi kering

- Dinas Perkebunan dan Pertanian : Sebagai dasar untuk melakukan

intensifikasi dan ekstensifikasi serta mekanisasi pertanian dalam

upaya untuk eliminasi fokus koeng.

Masyarakat : Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengendalian

schistosomiasis secara mandiri serta dapat memberikan informasi

tentang fokus keong O. hupensis lindoensis yang positif dan negatif

yang ada di Daerah endemis.

Ilmu Pengetahuan: Didapatnya peta penyebaran keong perantara schistosomiasis serta

epidemiologi schistosomiasis di daerah endemis

Peneliti : Menambah pengalaman pengendalian schistosomiasis secara

terintegrasi.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

9

II. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Gambar 2. Kerangka teori

F.

G.

H.

I.

Pengobatan Pengurangan daerah fokus:- kimia- mekanik- biologi

Pengawasanreservoir

Peran lintas sektordan peran serta

masyarakat

Peta Habitat KeongOncomelania hupensis lindoensis

- Menentukan kepadatan keong- Menentukan infection rate

schistosomiasis pada keong- Menentukan luas habitat fokus- Mengidentifiksi tanaman pada

fokus.- Mengukur kondisi fisik fokus

Pemetaan habitat Survei keongOncomelania hupensis lindoensis

- Metode Ring- Metode man per minute

Analisis Citra/data spasial

- Citra Satelit- Foto udara- Peta rupa bumi

- Identifikasi penutuplahan

- Penentuan titik ordinat

EliminasiSchistosomiasis

Gambar 2.Kerangka Teori

Page 29: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

10

B. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3. Kerangka konsep

Pemetaan Fokus Keong O. hupensislindoensis

- Luas habitat keong /fokus- Kepadatan keong- IR keong- Penggunaan lahan daerah fokus- Membuat manajemen

lingkungan dengan lintas sektor

Eliminasi fokus keong O.hupensis lindoensis (jumlahfocus yang berkurang secara

signifikan?)

Peran lintas sektor:- Mekanisasi pertanian- Penanaman tanaman produktif- Pembuatan saluran air

permanen- Pembuatan kolam

Page 30: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

11

C. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur

1. Pemetaan daerah

fokus keong

schistosomiasis

pengambilan titik koordinat fokus

dengan menggunakan alat GPS

Survei

2. Fokus keong

O. hupensis lindoensis

Wilayah atau area ditemukannya

keong O. hupensis lindoensis yang

memiliki satu kesatuan ekosistem

yang sama.

Survei

Observasi

3. Jenis fokus Ciri suatu fokus yang dibedakan atas

fokus alamiah (primer) belum

terjamah oleh manusia dan fokus

sekunder yaitu area fokus keong

bekas olahan manusia seperti

sawah/ladang kebun dll.

Observasi

4. Ketinggian Keberadaan/posisi fokus keong O.

hupensis lindoensis yang diukur dari

atas permukaan laut.

pengukuran.

5. Luas fokus Luas daerah ditemukan keong O.

hupensis lindoensis

Pengukuran

6. Kepadatan keong Jumlah keong yang ditemukan dalam

setiap meter persegi (jumlah keong/m2)

Survei

7. Infection rate keong Jumlah keong yang Mengandung

stadium S. japonicum dibagi jumlah

keong yang dikoleksi di lokasi fokus

dalam persen

Survei

Page 31: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

12

8. Penggunaan lahan

daerah fokus

Penggunaan daerah fokus keong pada

saat survei, misalnya pemukiman,

sawah, kebun, sawah yang ditinggalkan,

rawa, dan semua jenis habitat keong.

Survei, observasi

9. Manajemen

lingkungan

Perubahan lingkungan daerah fokus

menjadi bukan fokus dengan berbagai

metode.

Observasi

D. Disain Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini termasuk dalam jenis

penelitian observasional dengan desain cross-sectional (tahap 1) dan quasi experimantal

(tahap 2 dan 3).

E. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilakukan selama 4 (empat) tahun dari tahun 2017-2020. Pada

tahun 2017 melakukan pemetaan daerah fokus di Dataran Tinggi Napu-Besoa, Bada dan

Lindu. Untuk pemetaan daerah fokus dilakukan di seluruh desa di Dataran Tinggi Napu-

Besoa, Bada dan Lindu (kecuali desa Sedoa, Watutau, Tomado, dan Tomehipi). Tahun

2018 akan dilaksanakan metode pemberantasan keong O. hupensis lindoensis di daerah

percontohan, dan dilanjutkan metode pengendalian pada seluruh fokus di daerah endemis

Dataran Tinggi Napu pada tahun 2019. Tahun 2020 metode pemberantasan keong

akan dilakukan di daerah endemis Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi dan Dataran

Tinggi Bada, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

F. Populasi dan Sampel

a. Definisi Populasi dan Sampel

- Populasi pemetaan adalah seluruh area atau wilayah yang merupakan fokus

keong O. hupensis lindoensis yang ada di 15 desa di dataran tinggi Napu

Page 32: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

13

(kecuali desa Sedoa dan Watutau).

- Sampel pemetaan adalah total populasi pemetaan.

b. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

● Lahan atau area ditemukan keong yang menjadi fokus keong O. hupensis

lindoensis.

2. Kriteria Eksklusi

● Penelitian ini tidak memiliki kriteria eksklusi

c. Besar Sampel

Tidak dilakukan perhitungan sampel sehingga jumlah sampel adalah sama dengan

fokus yang ditemukan keong O. hupensis lindoensis.13

d. Cara Pemilihan Sampel

Menggunakan metode non probability sampling (purposive sampling)

e. Instrumen Pengumpulan Data

- alat survei keong, form pengisian koordinat, dan alat untuk crushing keong O.

hupensis lindoensis

f. Bahan dan Prosedur pengumpulan data

1. Alat dan Bahan :

a. Pemetaan

Alat : GPS (Global Positioning System), komputer/laptop, meteran

Bahan : Peta Rupa Bumi Indonesia, Citra Satelit daerah endemis

schistosomiasis, peta Schistosomiasis tahun sebelumnya.

b. Survei keong

Alat : sepatu boot, topi, sarung tangan karet, jas hujan, pinset, gelang

besi (ring), petridish, mikroskop dissecting, jarum jara, botol sampel,

Page 33: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

14

mistar, form keong.

Bahan : alkohol 70%, kapas, kantong keong, kapas, tissue, kertas, label,

slide, Aquadest, alat tulis.

2. Prosedur Kerja

a. Pemetaan

i. Citra Satelit

Citra satelit resolusi spasial tinggi. Citra yang diperoleh adalah citra

dengan waktu tahun perekaman terbaru sehingga informasi yang

diperoleh merupakan yang terbaru. Sedangkan citra radar SRTM

digunakan untuk menyajikan informasi topografi daerah penelitian.

ii. Pengolahan/ Interpretasi Citra Satelit

Interpretasi citra satelit dilakukan untuk mengidentifikasi kenampakan

secara rinci obyek muka bumi yang meliputi :

● Penutup lahan atau penggunaan lahan

● Sungai dan jaringan alur – alurnya dan arah aliran

● Jaringan jalan

Pemanfaatan jenis citra satelit yang lain berupa data citra yang disajikan

Google Earth juga dilakukan untuk membantu analisis.

iii. Pembuatan Peta Tentatif Fokus Keong Oncomelania hupensis lindoensis

Pembuatan peta tentatif akan dilaksanakan sebelum dilakukan survei

fokus. Keberadaan peta tentatif habitat keong O. hupensis lindoensis

akan mempermudah dalam pekerjaan di lapangan, proses pencarian

koleksi keong dengan data awal berupa daerah potensi habitat lebih

mudah dilakukan. Daerah potensi habitat ini dicatat koordinat

geografis/UTM nya sehingga sewaktu turun di lapangan tinggal

menyesuaikan dengan GPS (Global Positioning System). Pembuatan peta

ini menggunakan data dasar dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang

dilengkapi dengan interpretasi citra.

iv. Survei Lapangan

Page 34: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

15

Survei di lapangan meliputi survei fokus /habitat, dan survei keong. Pada

kedua kegiatan ini dilakukan penentuan koordinat geografis/UTM

menggunakan GPS. Posisi titik ditemukannya keong, akan dilakukan

perekaman dengan GPS. Pengambilan foto maupun video tempat survei

dilakukan juga dilakukan karena merupakan informasi pendukung yang

dapat dimasukkan dalam basis data.

v. Penyusunan basis data spasial

Seluruh data baik data spasial dari GPS maupun data sekunder

pendukung setelah selesai survei lapangan dilakukan pemasukan dalam

sistem komputer sebagai salah satu komponen dalam Sistem Informasi

Geografis (SIG). Hasil dari manajemen dalam SIG ini akan

menghasilkan basis data spasial dan juga peta.

b. Identifikasi keong Oncomelania hupensis lindoensis.6

i. Pencarian fokus keong

● Petugas harus terlindung dari kemungkinan terinfeksinya serkaria

dengan menggunakan sepatu boot, sarung tangan karet dan membawa

peralatan berupa pinset, kantong keong, alat tulis dan kapas alkohol.

● Dilakukan pencarian keong di daerah yang dicurigai sebagai habitat

yang cocok untuk kehidupan keong O.h. lindoensis

ii. Bila ditemukan keong O.h. lindoensis, maka dilakukan pengambilan

sampel keong di lokasi tersebut dengan menggunakan metode man per

minute.

iii. Pengambilan sampel keong dengan metode man per minute

● Setiap pengambil keong mengambil keong selama 5 menit di satu

titik, diulang beberapa kali sampai semua area plot tercakup.

● perpindahan titik minimal 1 meter persegi

● Keong diambil dengan pinset, dimasukkan ke dalam kantong keong

yang disediakan, dihitung di setiap titik

● Keong hasil pengumpulan keong dari satu titik dimasukkan satu

kantong keong.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

16

● Misalnya ada 5 orang pengambil keong: A,B,C,D,E masing –

masing mengumpulkan 5 kantong / titik (5 menit x 5 kantong), maka:

Jumlah sampel = 5 org x 5 kantong= 25

● Luas satu titik selama 5 menit sama dengan luas 1 ring, yaitu 1/70 m

iv. Pelaksanaan kegiatan di laboratorium

● Keong dalam kantong-kantong dari lapangan dipindahkan ke dalam

petridish yang diberi label sesuai dengan nomor sampel yang tertera

pada kantong.

● Satu petridish hanya untuk satu kantong dan jumlah keong dihitung

serta dicatat pada formulir pemeriksaan keong.

● Kemudian keong diukur panjangnya satu per satu, berurut mulai dari

nomor sampel (nomor petridish) yang terkecil dan seterusnya dan

dicatat pada formulir. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan umur

keong.

● Selanjutnya diperiksa apakah keong mengandung parasit di bawah

mikroskop dengan metode ”crushing”, hasilnya dimasukkan pula ke

dalam formulir tersebut.

● Metode Crushing :

- Letakkan tiga keong di atas slide yang bersih.

- Kemudian keong dipecahkan secara hati-hati dengan

menggunakan pinset sedang.

- Tambahkan 1 – 2 tetes air pada setiap keong yang dipecahkan,

lalu periksa di bawah mikroskop dissecting.

Jumlah sampel = jumlah pengambil keong x jumlah titik

pengambilan keong

Kepadatan keong (jumlah keong/m2) =

Jumlah keong yang didapat keseluruhan x 70Jumlah sampel

Page 36: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

17

- Dengan menggunakan sepasang jarum jara atau pinset kecil,

dicari dengan teliti parasit-parasit yang ada dalam tubuh

keong, khususnya bentuk-bentuk serkaria dari S. japonicum.

- Catat hal-hal yang diketahui meliputi : jenis kelamin, bentuk

bentuk stadium Schistosoma yang ditemukan, seperti sporosis,

serkaria muda ataupun serkaria dewasa serta parasit lainnya pada

formulir pemeriksaan keong.

- Luas daerah fokus diukur dengan tracking dan meteran.

g. Izin Penelitian

Ijin penelitian diperoleh dari instansi pemerintah terkait (Kesbangpol Provinsi,

Kesbangpol Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, dan

Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi).

h. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Alat bantu analisis adalah software

GIS.

i. Etik Penelitian

Penelitian ini akan dimintakan persetujuan etik (Ethical Clearence) dari Komisi

Etik Penelitian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian

Kesehatan RI.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

18

III. H A S I L

A. Profil Kabupaten1. Profil Kabupaten Sigi

a. Geografi

Kabupaten Sigi terletak 0° 52" 16'- 2° 03" 21' lintang selatan dan 119° 38" 45'- 120°

21" 24' Berdasarkan letak geografis batas wilayah

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Donggala dan Kota Palu.

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan.

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara Propinsi Sulawesi

Barat.

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong.

Luas wilayah kabupaten Sigi adalah berupa daratan seluas 5.196,02 km2, Akhir

tahun 2015 jumlah kecamatan di kabupaten Sigi sebanyak 15 kecamatan salah

satunya yang ditemukan kasus Schistosomiasis adalah kecamatan Lindu. Luas

wilayah kecamatan Lindu 552,03 km2. Berdasarkan jarak dari ibukota Kabupaten

Sigi, jarak dari ibu kota kabupaten sigi ke kecamatan lindu 89 km.7

Tabel 1. Data Luas wilayah dan Jarak ke Ibukota Kabupaten Sigi Tahun 2015

No Kecamatan IbukotaKecamatan

Luas (km2) Jarak Keibu

Kab.(km)1. Pipikoro Peana 956.13 1232. Kulawi Selatan Lawua 418.12 963. Kulawi Bolapapu 1.053.56 624. Lindu Tomado 552.03 895. Nokilalaki Kamarora A 75.19 356. Palolo Makmur 626.09 257. Gumbasa Pakuli 176.49 328. Dolo Selatan Baluase 584.71 139. Dolo Barat Kaleke 112.18 710. Tanambulava Sibalaya Utara 56.33 1711. Dolo Kota Pulu 36.05 712. Sigi Biromaru Mpanau 289.60 14

Page 38: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

19

13. Marawola Binangga 38.65 1814. Marawalo Barat Dombu 150.51 3315. Kinovaro Porame 70.38 20

Sumber : Bappeda Kab. Sigi

b. Kependudukan

Penduduk Kabupaten sigi berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak

229.474 jiwa yang terdiri dari 117.794 jiwa penduduk laki-laki dan 111.680 jiwa

penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sigi mencapai 44

jiwa/km2.

Tabel 2. Data Persentase dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Sigi Tahun 2015

No Kecamatan IbukotaKecamatan

PersentasePenduduk

KepadatanPendudukper km2

1. Pipikoro Peana 3,64 92. Kulawi Selatan Lawua 3,94 223. Kulawi Bolapapu 6,59 144. Lindu Tomado 2.19 95. Nokilalaki Kamarora A 2,62 806. Palolo Makmur 12,72 477. Gumbasa Pakuli 5,43 718. Dolo Selatan Baluase 6,72 269. Dolo Barat Kaleke 5,85 12010. Tanambulava Sibalaya Utara 3,66 14911. Dolo Kota Pulu 9,58 61012. Sigi Biromaru Mpanau 19,93 15813. Marawola Binangga 9,76 58014. Marawalo Barat Dombu 2,97 4515. Kinovaro Porame 4,42 144

Sumber : Bappeda Kab. Sigi

Page 39: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

20

c. Kesehatan

Untuk memberikan pelayanan yang lebih merata. maka peranan puskesmas

semakin dirasakan manfaatnya. Pembangunan puskesmas dan polindes terus

dilakukan sehingga tahun 2015 telah terdapat 19 puskesmas dan 116 polindes. Bila

dilihat dari penyebarannya per kecamatan terlihat bahwa semua kecamatan telah

terdapat minimal satu buah puskesmas.

Sehubungan dengan penambahan fasilitas tersebut juga diikuti oleh penambahan

tenaga kesehatan. Hingga tahun 2015 telah ditempatkan 58 dokter yang terdiri dari

35 dokter umum, 13 dokter spesialis dan 10 dokter gigi.

2. Profil Kabupaten Poso

a. Geografi

Kabupaten Poso terletak 1° 06" 44,892'- 2° 12" 53,172' lintang selatan dan 120° 05"

96'- 120° 52" 4.8' Bujur Timur Berdasarkan letak geografis batas wilayah

- Sebelah Utara dengan Teluk Tomini dan Prop. Sulawesi Utara.

- Sebelah Selatan dengan Propinsi Sulawesi Selatan.

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong.

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali.

Luas wilayah kabupaten Poso adalah berupa daratan seluas 8.712,25 km2, Akhir tahun

2009 Kabupaten Poso mengalami pemekaran wilayah. jumlah kecamatan di kabupaten

Poso sebanyak 19 kecamatan, ada beberapa kecamatan yang ditemukan kasus

Schistosomiasis adalah kecamatan Lore Barat, Lore Utara, Lore Timur dan Lore Peore.

Berdasarkan jarak dari ibukota Kabupaten Poso masing-masing kecamatan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.8

Page 40: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

21

Tabel 3. Data Luas wilayah dan Jarak ke Ibukota Kabupaten Poso Tahun2015

No Kecamatan IbukotaKecamatan

Luas (km2) Jarak keibukota

kabupaten(km)

1. Pamona Selatan Pendolo 399,86 1362. Pamona Barat Meko 272,16 963. Pamona Tenggara Korobono 487,4 1294. Pamona Utara Sulewana 560,05 565. Pamona Pusalemba Sangele 614,61 656. Pamona Timur Taripa 701,95 917. Lore Selatan Gintu 569,49 1248. Lore Barat Lengkeka 428,2 1299. Lore Utara Wuasa 864,61 11710. Lore Tengah Doda 976,37 15611. Lore Timur Maholo 423,87 10212. Lore Peore Watutau 327,87 10713. Poso Pesisir Mapane 437,39 1314. Poso Pesisir Selatan Tangkura 563,06 4215. Poso Pesisir Utara Tambarana 623,47 4516. Poso Kota Poso 12,8 017. Poso Kota Selatan Kawua 27,62 518. Poso Kota Utara Lawanga 20,04 319. Lage Tagolu 401,43 7,5

Sumber : Bappeda Kab. Poso

b. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Poso sebanyak 225.379 jiwa yang terdiri dari 116.827 jiwa

penduduk laki-laki dan 108.552 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di

Kabupaten Sigi mencapai 44 jiwa/km2.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

22

Tabel 4. Data Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk per km2 KabupatenPoso Tahun 2015

No Kecamatan IbukotaKecamatan

PersentasePenduduk

KepadatanPendudukper km2

1. Pamona Selatan Pendolo 0,09 51,762. Pamona Barat Meko 0,04 38,633. Pamona Tenggara Korobono 0,03 14,964. Pamona Utara Sulewana 0,06 24,565. Pamona Pusalemba Sangele 0,09 32,956. Pamona Timur Taripa 0,05 15,287. Lore Selatan Gintu 0,03 11,128. Lore Barat Lengkeka 0,01 7,399. Lore Utara Wuasa 0,06 15,5010. Lore Tengah Doda 0,02 4,6411. Lore Timur Maholo 0,02 12,9312. Lore Peore Watutau 0,01 10,0813. Poso Pesisir Mapane 0,10 51,7714. Poso Pesisir Selatan Tangkura 0,04 17,6815. Poso Pesisir Utara Tambarana 0,07 28,3216. Poso Kota Poso 0,10 1782,4217. Poso Kota Selatan Kawua 0,04 366,5118. Poso Kota Utara Lawanga 0,05 621,3119. Lage Tagolu 0,09 50,99

Sumber : Bappeda Kabupaten Poso

c. Kesehatan

Pada tahun 2015 di Kabupaten Poso terdapat 2 rumah sakit, 23 puskesmas, 268

posyandu, 5 klinik dan 141 polindes yang tersebar di seluruh Kabupaten Poso.

Page 42: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

23

3. Profil Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara

Luas wilayah Kecamatan Seko tercatat 2.109.4 Km2 dan secara Secara Geografis dan

Topografis Kecamatan Seko terletak antara 10 58’ 14” - 20 29’ 7”, Lintang Selatan, 1190

32’ 33” - 1200 3’ 44” Bujur Timur, yang berbatasan dengan :

Di sebelah Utara : Dengan Kecamatan Rampi

Di sebelah Selatan : Dengan Kabupaten Toraja

Di sebelah Timur : Dengan Kecamatan Limbong

Di sebelah Barat : Dengan Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi

administrasi Pemerintahan Kecamatan Seko terdiri dari 12 desa, 45 Dusun. Terdapat

sekitar 4 (Empat) sungai besar yang mengaliri wilayah Kecamatan Seko yakni sungai

Betue, Sungai Lodang, Sungai Rante Kasumbong dan Sungai Uro. Sungai yang

terpanjang dan terbesar adalah Sungai Betue yang melewati hampir semua desa di

Kecamatan Seko. Kecamatan Seko berada pada ketinggian antara 1.113 sampai 1.485

meter diatas permukaan laut, dengan tofografi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit. 9

4. Profil Kecamatan Rampi Kabupaten Luwu Utara.

Kecamatan Ranpi terdiri atas enam desa, yaitu Tedeboe, Bangkok, Dodolo,

Onondowa, Sulaku, dan Leboni. Desa yang menjadi akses penduduk menuju dan dari

Bada adalah Desa Dodolo.10

5. Jumlah Daerah Fokus Keong Perantara schistosomiasis di Kabupaten Poso danKabupaten Sigi

Survei daerah fokus keong dilakukan di tiga wilayah endemis schistosomiasis di

Indonesia yaitu Dataran Tinggi Napu Kabupaten Poso, Dataran Tinggi Bada Kabupaten

Poso dan Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Daerah fokus

tersebar diseluruh wilayah daerah tersebut. Hasil pemetaan pada masing-masing daerah

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 43: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

24

Tabel 5. Jumlah Fokus Keong O.hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi Napu KabupatenPoso Tahun 2017

No Desa Kecamatan Jml fokusyangditemukan

Jenis fokus Luasfokus(m2)

Rata -rataKepadatankeongO.hupensislindoensis(/m2)

Rata-rataInfectionRate (%)

PenangananLintas Sektor

1. Wuasa Lore utara 4 Saluran airdikebuncoklat,sawah,kebunjagung dansawah tdkdiolah

155.640 5 6 Pengeringan,pembersihansaluran air&penyemprotanmoluskisida,perbaikansaluran air,pengaktifansawah danpengolahanlahan

2. Banyusari Lore utara 1 Saluran airdikebuncoklat

291 6,5 0,4

3. Watumaeta

Lore utara 19 Saluran airdikebun dansalurandipancuran

113.832 4 3,5

4. Alitupu Lore utara 23 Saluran airdikebun,parapa,salurandekatpemukiman

182.969 4,9 6,5 Pengeringan,pembersihansaluran air&penyemprotanmoluskisida,perbaikansaluran air,pengaktifansawah danpengolahanlahan

5. Kaduwa Lore utara 11 Saluran airdikebun,lahankosong dandisemakbelukar

90.793 5,9 5

6. Winowanga

Lore utara 39 Saluran airdikebun danmata air

75.859 6,6 5,6

7. Maholo Lore timur 24 Saluran 70.222 4,7 0,9

Page 44: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

25

dikebun dansawah tdkdiolah

8. Tamadue Lore timur 7 Saluran airdipinggirjalan desa

66.198 1,8 7,6

9. Tinimbo Lore timur 9 Saluran airdikebun dansawah tidakdiolah dandisemakbelukar

14.043 2,6 4,8

10 Mekasari Lore timur 16 Mata airdikebuncoklat dankopi

13.531 4,1 5,4 Pengeringan,pembersihansaluran air&penyemprotanmoluskisida,perbaikansaluran air,pengaktifansawah danpengolahanlahan

11 Kalimago Lore timur 14 Saluran airdikebun

24.025 3,6 1,7

12 Wanga Lore Peore 5 Saluran airdikebun danrawa

21.244 0,9 21,4

13. Siliwanga Lore peore 1 Salurandisawah

850 1,3 20,3

14 Dodolo Lore peore 34 Saluran airdikebun, danswah tdkdiolah dansemakbelukar

53.142 6,2 4,7

15 Betue Lore peore 0

16 Talabosa Lore peore 0

17 Rompo Lore peore 0

18 Katu Lore peore 0

19 Torire Lore Tengah 0

Page 45: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

26

20 Doda Lore tengah 0

21 Lempe Lore tengah 0

22 Hangira Lore tengah 0

23 Pendele Lore Tengah 0

24 Baleura Lore tengah 0

25 Bariri Lore tengah 0

26 Biau(dusun diwatutau)

Lore peore 0

Jumlah daerah fokus keong yang masih ditemukan yaitu 208 daerah fokus yang tersebar

pada 14 desa di Dataran Tinggi Napu. Jenis fokus keong O.h. lindoensis yang ditemukan

berupa saluran air di kebun (cokelat, kopi, jangung dan bawang) dan di sawah yang tidak

diolah. Ada juga berupa mata air di kebun dan aliran air di semak belukar. Luas daerah

fokus 882.639 m2. Rata-rata kepadatan keong 24,1/m2 dan rata-rata infection rate 5,4%.

Daerah fokus keong paling banyak ditemukan di Desa Winowanga dan Desa Dodolo.

Page 46: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

27

Tabel 6. Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi BadaKabupaten Poso Tahun 2017

No Desa Kecamatan Jmlfokusyangditemukan

Jenis fokus Luasfokus(m2)

Rata -rataKepadatankeongO.hupensislindoensis(/m2)

Rata-rataInfectionRate (%)

PenangananLintasSektor

1. Kageroa Lore barat 4 Bekaskolam &

saluran airdi sawah

3.025 2,5 0 Pembersihansaluran air

2. Tuare Lore barat 8 Bekaskolam,

saluran airdikebun

4.414 4,9 0 Pengaktifankolam,

pembersihansaluran air,pembuatansaluran air,

pembersihankebun

3. Lengkeka Lore barat 5 Saluran airdikebun

dan hutan,kolam

2.734 3,3 14,9 Pengolahankolam,

pembuatanperlindungan

mata air,pembuatansaluran air

bersih,pembuatan

saluan

4. Kolori Lore barat 1 Saluran airdisawah

187 0,1 0 Pembersihansaluran air,

penyemprotan

moluskisida

5. Lelio Lore barat 0

Page 47: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

28

6. Gintu Lore selatan 0

7. Bewa Lore selatan 0

8. Pada Lore selatan 0

9. Bomba Lore selatan 0

10 Badangkaia

Lore selatan 0

11 Bakekau Lore selatan 0

12 Bulili Lore selatan 0

13. Runde Lore Selatan 0

Hasil survei keong di Dataran Tinggi Bada, daerah fokus keong O.h. lindoensis

ditemukan di Desa Lengkeka, Desa Tuare, Desa Kageroa dan Desa Kolori. Jumlah daerah

fokus keong O.h. lindoensis yang ditemukan sebanyak 18 fokus. Jenis fokus O.h.

lindoensis yang ditemukan berupa mata air, kolam, saluran di kebun dan di sawah. Ada

juga berupa kolam terlantar. Luas daerah fokus 10.370 m2. Rata rata kepadatan keong

6,1/m2 dan rata-rata infection rate 1,9%. Daerah fokus keong paling banyak ditemukan di

Desa Tuare.

Page 48: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

29

Tabel 7. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi LinduKabupaten Sigi Tahun 2017

No Desa Kecamatan

Jml fokusyangditemukan

Jenis fokus Luasfokus(m2)

Rata -rataKepadatankeongO.hupensislindoensis(/m2)

Rata-rataInfectionRate (%)

PenangananLintas Sektor

1. Anca Lindu 12 Rembesanair dihutan,Saluran airdi kebundandihutan

19.784

69,1 4,4 - Pembuatansaluranair/PU- Penanamanpohontanamankeras, dibuatpenangkapchament area,pembersihandrainase &survei ternakberkala

2. Langko

Lindu 1 Aliran airtepi hutandan rawa

6.886 3,5 14,5 Pembuatansaluran

3. Puroo Lindu 3 Sawahtidakdiolah danrawa

487.546

3 72,9 Pencetakansawah,pembuatansaluran air

4. Olu Lindu 0 - - - -

Pada Tabel di atas Desa yang ditemukan daerah fokus keong O.hupensis lindoensis yaitu

Desa Anca, Desa Langko dan Desa Puroo. Jumlah fokus keong O.hupensis lindoensis

yang ditemukan sebanyak 16 daerah fokus. Jenis fokus berupa rembesan air, saluran air

Page 49: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

30

dikebun dan sawah tidak diolah. Luas daerah fokus keong 514.216 m2. Rata-rata

kepadatan keong 41,6/m2 dan rata-rata infection rate 5,9%. Daerah fokus keong paling

banyak ditemukan di Desa Anca.

Tabel 8. Data Jumlah Daerah Habitat Keong Di Wilayah Rampi dan SekoKabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017

No Desa Kecamatan Jumlahhabitat keongyangditemukan

Jenisfokus

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Dodolo

Onondowa

Marante

Taloto

Rampi

Rampi

Seko

Seko

2

1

1

1

Saluran airdi kebun

Saluran air

Saluran air

Aliran airdi pinggirsungai

Keong yang ditemukan di Rampi dan Seko memiliki morfologi yang menyerupai

dengan keong O.hupensis lindoensis, akan tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil.

Ukuran keong yang ditemukan maksimal 2 mm, dengan ulir cangkang 3 buah, sedangkan

keong O.hupensis lindoensis memiliki jumlah ulir cangkang 5-6 ulir. Berdasarkan hal

tersebut maka dilakukan konfirmasi ke Laboratorium Malakologi, Pusat penelitian

Biologi, LIPI, Bogor. Hasil identifikasi keong tersebut menurut LIPI adalah termasuk

dalam Family Hydrobiidae, genus Sulawesidrobia, (Ponder dan Haase, 2005). Keong

tersebut merupakan sinonim dari jenis Indopyrgus bonnei (Abbot). Hasil pemeriksaan

pada keong di seko juga ditemukan sporocysta berekor satu yang belum teridentifikasi

spesiesnya.

Page 50: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

31

C. Jumlah fokus Keong 2004-2017

Tabel 9.Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi NapuKabupaten Poso sampai Tahun 2017

No Desa

Jumlah Fokus KeongO.hupensis lindoensis

Ket2004 2008

2016-2017

1 Sedoa 36 56 33Tahun 2016 hanya satu desayang disurvei keong yaituDesa Sedoa

2 Watumaeta 33 35 193 Alitupu 66 66 234 Kaduwa kampung 23 16 115 UPT Kaduwa 23 17 06 Dodolo 14 18 347 Wanga 4 4 58 Siliwanga 3 3 29 Wuasa 23 17 4

10 Winowanga 44 45 3911 Watutau 6 6 212 Betue 4 3 013 Torire 1 6 014 UPT Tamadue 21 25 015 Tamadue kampung 30 11 716 Maholo 42 32 2417 Kalimago 6 9 1418 Mekarsari 1619 Tinimbo 920 Banyusari 1

Total 379 369 243

Pada tahun 2016-2017 jumlah daerah fokus O.hupensis lindoensis cenderung menurun

sebanyak 243 daerah fokus bila dibandingkan jumlah daerah fokus tahun 2004 sebanyak

379 daerah fokus. Jumlah daerah fokus masih banyak ditemukan di Desa Winowanga,

Desa Dodolo, Desa Maholo, Desa Alitupu, Desa Sedoa dan Desa Watumaeta.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

32

Tabel 10. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran TinggiLindu Kabupaten Sigi sampai Tahun 2017

No Desa

Jumlah Fokus KeongO.hupensis lindoensis

Ket2004 2008

2006-2017

1 Anca 64 60 12Tahun 2016 hanya satu desayang disurvei keong yaitudesa Tomado

2 Puroo 11 13 33 Tomado 64 53 164 Langko 6 3 1

Total 145 129 32

Pada tabel diatas jumlah fokus cenderung menurun mulai tahun 2006-2017, Sejak tahun

2004 jumlah fokus yang ditemukan sebanyak 178 fokus sampai dengan tahun 2017

jumlah fokus yang masih ditemukan keong ohl sebanyak 10 fokus. Ada beberapa jumlah

fokus tetap banyak yaitu Desa Anca, Desa Tomado dan Desa Langko..

Tabel 11. Data Jumlah Fokus Keong O. hupensis lindoensis Di Dataran Tinggi BadaKabupaten Poso sampai Tahun 2017

No Desa

Jumlah Fokus KeongO.hupensis lindoensis

Ket2004 2008

2016-2017

1 Kageroa 0 15 4Tahun 2016 hanya satu desayang disurvei keong yaituDesa Tomihipi

2 Tuare 83 Kolori 0 0 14 Lilio 0 0 05 Tomihipi 0 2 86 Lengkeka 0 4 5

Total 0 21 26

Page 52: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

33

Pada tabel diatas sejak tahun 2008 jumlah fokus yang ditemukan 21 fokus sampai dengan

tahun 2017 jumlah fokus yang masih ditemukan keong sebanyak 28 fokus. Ada beberapa

jumlah fokus tetap banyak yaitu Desa Kageroa, Desa Tuare dan Desa Tomihipi.

Table 12. Persentase Perubahan Fokus Keong O. hupensis lindoensis di DaerahEndemis Schistos0miasis Tahun 2017

No Daerah Jumlah fokus Jumlah fokus Perubahan Jumlah%

2008 2016-2017 Fokus1 Lindu 129 31 Sawah 49 42

Kebun 20 17Gabung 46 39Kering 2 2

2 Napu 369 243 Sawah 26 21Kebun 35 29Gabung 49 40Tertimbun 8 7Kering 3 2

3 Bada 21 26 Sawah 0 0Kebun 0 0Gabung 2 10Tertimbun 0 0Kering 0 0

Pada tabel di atas penurunan jumlah fokus diakibatkan karena pengaktifan sawah atau

kebun, fokus mengalami kekeringan dan tertimbun. Ada beberapa titik fokus digabungkan

menjadi satu titik fokus karena masih satu area ekosisitim yang sama.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

34

D. Peta Distribusi Fokus Keong Perantara schistosomiasis

Gambar 4. Peta Distribusi Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di DataranTinggi Napu

Sedoa

Watumaeta

Wuasa

Alitupu

Winowangga

Mekarsari

Maholo

Tamadue

Kalemago

Dodolo

Banyusari

Kaduwa

Torire

Wanga

Siliwanga

Watutau

Betue

Page 54: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

35

Gambar 5. Peta Distribusi Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di DataranTinggi Bada

Kalemago

Kolori

Lengkeka

Kageroa

Tomihipi

Tuare

Page 55: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

36

Gambar 6. Peta Distribusi Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di DataranTinggi Lindu

Anca

Tomado

Langko

Puroo

Page 56: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

37

Gambar 7. Peta Titik ditemukan keong di wilayah Rampi Kabupaten Luwu Utara

Gambar 8. Peta Titik ditemukan keong di wilayah Seko Kabupaten Luwu Utara

Page 57: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

38

IV. PEMBAHASAN

Jumlah fokus yang ditemukan keong O. hupensis lindoensis saat ini sebanyak 242

fokus (208 fokus di Napu, 18 fokus di Bada, 16 fokus di Lindu) dan bila dibandingkan

dengan jumlah fokus yang ditemukan pada tahun 2008 sebanyak 498 fokus (369 fokus di

Napu dan 129 fokus di Lindu), sudah berkurang fokus keong O. hupensis lindoensis, ini

disebabkan karena fokus keong O. hupensis lindoensis sudah diolah menjadi sawah atau

kebun oleh masyarakat dan juga fokus keong O. hupensis lindoensis yang mengalami

kekeringan, terendam banjir dan tertimbun tanah. Faktor lain adalah saat survei fokus

keong dijadikan satu fokus karena jarak lokasi fokus sangat berdekatan dan masih satu

area ekosistim. Sawah atau tanah yang dikerjakan atau diolah secara aktif dan teratur tidak

dijumpai keong O. hupensis lindoensis.

Keong Oncomelania memegang peranan penting dalam penularan schistosomiasis,

oleh karena perkembangan stadium larvanya mulai dari mirasidium sampai bentuk serkaria

terjadi dalam keong tersebut.2 Sedangkan habitat keong O. hupensis lindoensis merupakan

sumber penularan schistosomiasis pada manusia karena adanya keong O. hupensis

lindoensis yang terinfeksi dan adanya larva serkaria yang disebut fokus. kondisi lapangan

yang cocok adanya rerumputan atau pohon besar atau kecil yang berguna sebagai

pelindung terhadap radiasi sinar matahari yang kuat. Genangan air yang tenang

merupakan media perkembangan bagi anak keong serta menjaga kelembaban. Keadaan

tanah yang berlumpur merupakan media untuk perkembangan alga sebagai makanan

keong.

Jenis fokus O. hupensis lindoensis yang ditemukan paling banyak berupa saluran

air di kebun, di sawah, di hutan lindung dan dipinggir jalan. Jenis lain yaitu mata air dan

rembesan air. Masih adanya fokus O. hupensis lindoensis yang aktif karena fokus ini

selalu terlindung dari sinar matahari karena adanya pohon-pohon besar maupun kecil dan

selalu basah karena adanya air yang keluar secara terus menerus secara perlahan, Daerah

ini selalu basah sepanjang tahun.

Jenis fokus berupa saluran air lokasi ini ada sebagian besar berada disekitar tempat

tinggal masyarakat, seperti saluran air di kebun coklat, kebun bawang, kebun kopi dan

Page 58: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

39

sawah yang berada disekitar rumah masyarakat. Ada fokus ohl berupa mata air yang

mengalir langsung kerumah-rumah masyarakat yang digunakan untuk keperluan sehari-

hari seperti mandi dan cuci.

Penularan schistosomiasis menunjukkan penularan schistosomiasis terjadi karena

adanya kontribusi bersama-sama antara faktor keong O. hupensis lindoensis, kontak

manusia dan binatang mamalia yang berperan sebagai reservoir dengan daerah fokus.

Kejadian schistosomiasis sangat berhubungan dengan perilaku buang air besar di jamban

keluarga, mandi/mencuci disungai, menggunakan alat pelindung diri bila ke daerah fokus

dan menggunakan sumber air minum dari mata air. Begitu pula halnya penelitian

schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, menunjukkan adanya hubungan antara perilaku

pemanfaaatan air terhadap tingkat kejadian schistosomiasis serta penggunaan sepatu boot

dan pemanfaatan jamban. Persentase jamban yang memenuhi syarat pada 3 wilayah

endemis schistosomiasis berkisar antara 41% sampai 93%.

Pada umumnya masyarakat menggunakan air bersih yang berasal dari mata air

untuk keperluan sehari-hari. beberapa fokus O. hupensis lindoensis berupa mata air yang

langsung mengalir ke rumah masyarakat, hal ini menunjukkan penularan schistosomiasis

masih dapat terjadi. Lokasi fokus keong O. hupensis lindoensis yang terletak di muara

danau lindu sangat rawan sebagai sumber penularan schistosomiasis, karena sering dilalui

oleh masyarakat baik yang dari lindu atau masyarakat dari kecamatan palolo yang

melakukan aktifitas memancing ikan di danau lindu.

` Kebiasaan masyarakat yang sering melakukan aktivitas di areal fokus keong

memungkinkan penularan schistosomiasis pada manusia akan terus terjadi. Sebagian

besar penduduk masih bekerja sebagai petani di sawah dan di kebun. Pekerjaan tersebut

erat kaitannya dengan penularan schistosomiasis. Dengan mengolah sawah dan kebun,

memungkinkan orang terinfeksi schistosomiasis cukup besar. Untuk mengairi sawah

penduduk umumnya memanfaatkan air yang berasal dari air fokus keong.

Persebaran fokus O. hupensis lindoensis selain dipengaruhi oleh aktivitas manusia

dapat juga disebabkan karena ada aktifitas hewan mamalia yang merupakan host definitif

dari cacing shcitosoma japonicum penyebab schistosomiasis. Hewan mamalia yang dapat

menjadi hewan host definitif antara lain tikus (Rattus exulans, Ratus hoffmani, Ratus

Page 59: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

40

chysocomus, Ratus marmosurus dan Ratus celebensis), babi hutan (Sus srcofa), luwak

(Viverra tangalunga) dan kerbau liar (Bubalus bubalis).11

Prevalensi menurun akan tetapi dengan adanya orang yang masih terinfeksi

menunjukkan reinfeksi masih terus berlangsung dan infeksi schistosoma masih

mengancam penduduk pada tiga wilayah tersebut. Reinfeksi masih berlangsung

dimungkinkan karena masih adanya sumber infeksi yang berasal dari hewan reservoar dan

kebiasan manusia yang memungkinkan kontak dengan larva infektif sehingga infeksi

berlangsung secara terus menerus.

Fluktuasi Prevalensi schistosomiasis kemungkinan juga disebabkan karena adanya

reinfeksi. Masyarakat yang pernah menderita schistosomiasis dan telah mendapat

pengobatan kembali melakukan kegiatan sehari-hari di daerah fokus yaitu di sawah,

kebun coklat, kebun sayur ataupun melintasi daerah fokus. Fluktuasi prevalensi

schistosomiasis terjadi karena adanya reinfeksi schistosomiasis.12

Untuk pengendalian fokus O. hupensis lindoensis diperlukan kerjasama dengan

lintas sektor karena fokus O. hupensis lindoensis ada yang terletak di daerah pertanian

seperti sawah dan kebun, ada juga fokus O.h. lindoensis yang terletak di hutan lindung,

beberapa fokus O. hupensis lindoensis di kolam ikan. Sehingga perlu Pembuatan atau

perbaikan saluran air oleh Pertanian dan PU untuk membuat saluran air dan perlindungan

mata air khususnya untuk menyediaan air bersih yang digunakan oleh masyarakat.

Sementara fokus O. hupensis lindoensis yang ada di hutan lindung diperlukan peran dari

khususnya dari Kementerian kehutanan dalam hal ini Taman Nasional Lore Lindu

(TNLL).13

Page 60: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Jumlah fokus keong O. hupensis lindoensis yang ditemukan

a. Di dataran tinggi Napu 208 fokus

b. Di dataran tinggi Lindu 16 fokus

c. Di dataran tinggi Bada 18 fokus

2. Luas habitat keong O. hupensis lindoensis

a. Di dataran tinggi Napu 882.639 m2

b. Di dataran tinggi Lindu 514.216 m2

c. Di dataran tinggi Bada 10.370 m2

3. Rata-rata jumlah kepadatan keong O. hupensis lindoensis

a. Di dataran tinggi Napu 24,1/m2

b. Di dataran tinggi Lindu 41,6/m2

c. Di dataran tinggi Bada 6,1/m2

3. Rata-rata Infection rate keong O. hupensis lindoensis

a. Di dataran tinggi Napu 5,4%

b. Di dataran tinggi Lindu 5,9%

c. Di dataran tinggi Bada 1,9%

4. Penggunaan lahan fokus keong yaitu kebun, sawah, kolam dan mata air.

5. Manajemen lingkungan lintas sektor yaitu pembuatan saluran air di kebun, sawah

dan dipinggir jalan, pencetakan sawah, pembuatan penampungan air dan pembersihan

saluran air dan penyemprotan moluskisida

b. Saran

Berdasarkan hasil dari survei sebaran keong O.hupensis lindoensis harus segera

dibuat perencanaan eliminasi schistosomiasis dengan metoda manajemen lingkungan

secara terpadu dan komprehensif, melibatkan semua sektor terkait dan

memperdayakan peran serta masyarakat.

Page 61: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

42

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadidjaja P. Schistosomiasis Di Indonesia. 1st ed. Jakarta: UI Press; 1985.

2. Sudomo M. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. OrasiPengukuhan Profr Ris Bid Entomol dan Moluska. 2008.

3. Samarang dkk, Pemetaan Fokus Keong di beberapa daerah Endemis Schistosomiasis,2016

4. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. Laporan Tahunan SchistosomiasisSulawesi Tengah. 2015

5. Jastal dkk Analisis Spasial Epidemiologi schistosomiasis menggunakan penginderaan

jauh dan sistem informasi geografis di Sulawesi Tengah, 2008.

6. Anonim. Petunjuk Teknis Pemberantasan Schistosomiasis. Sub Direktorat Filariasis

dan Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen.PPM&PLP, Departemen Kesehatan RI.

2015.

7. Bappeda Kab. Sigi, Kabupaten Sigi dalam Angka, 2016.

8. Bappeda Kab. Poso, Kabupaten Poso dalam Angka , 2016

9. Profile Puskesmas Seko, 2016

10. Profil Puskesmas Rampi, 2016

11. Nurjana MA, Samarang. Infeksi Schistosoma japonicum pada Hospes Reservoir Tikus

di Dataran Tinggi Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi tengah Tahun 2012. Media Penelit

dan Pengemb Kesehat. 2013;23(3):137-142.

12. Leonardo, LR, Acosta LP, Olv RM. Difficulties and strategies in the control of

Schistosomiasis in The Philippines. Acta Tropica, Vol.2. No. 2. 2002.

13. Nurwidayati A. Kajian Hubungan Antara Daerah Perindukan Keong PerantaraSchistosomiasis Terhadap Kejadian Schistosomiasis di Napu, Kabupaten Poso,Sulawesi Tengah. JVektor Penyakit. 2008;2(1):31-37.

Page 62: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

43

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih pada kesempatan ini kami sampaikan kepada Kepala Badan

Litbang Kesehatan, karena penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan dana dari

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI Tahun 2017. Ketua PPI

Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Litbang Kesehatan, Ketua Komisi Etik Badan

Litbang Kesehatan, P2M Pusat, Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala atas disetujuinya

usulan ini.

Tak lupa juga kami ucapakan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Propinsi

Sulawesi Tengah, Pemda Kab.Poso, Pemda Kab. Sigi, Puskesmas setempat, atas izin

penelitian dan dukungan yang telah diberikan kepada kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak,

termasuk kerjasama dengan teman-teman Balai Litbang P2B2 Donggala yang telah

banyak memberikan bantuan tenaga dan saran selama kegiatan penelitian berlangsung

sehingga dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Terima kasih juga kami sampaikan

kepada petugas laboratorium schistosomiasis Dataran Tinggi Lindu, Bada dan Lindu yang

secara kooperatif telah mendukung kegiatan penelitian ini.

Page 63: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

1

Lampiran

Foto jenis fokus keong perantara penular schistosomiasis

Saluran perpipaan air bersih

Saluran air di kebun coklat

Page 64: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

2

Sawah tidak diolah

Saluran air di pinggir jalan

Page 65: LAPORAN PENELITIAN KEONG Oncomelania hupensis lindoensis Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah endemis. Di Indonesia schistosomiasis hanya ditemukan

3

Jenis keong yang ditemukan di Rampidan Seko