Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
-
Upload
nurul-afdal-haris -
Category
Education
-
view
1.499 -
download
17
description
Transcript of Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kekuatan dan kebijaksanaan, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul
“Sekilas tentang Perkebunan Teh Malino” mungkin tanpa pertolongan - Nya kami tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami guru bahasa
Indonesia yaitu Ibu Dra. Salma yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun karya tulis ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami sebagai penulis mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Watansoppeng, 5 April2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 3
I.1 Latar Belakang............................................................................................................ 3
I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3
I.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
II.1 Pengertian Teh .......................................................................................................... 4
II.2 Sejarah Teh ............................................................................................................... 4
II.3 Pengolahan dan Jenis Mutu Teh ............................................................................... 5
II.4 Jenis Teh Malino Highlands...................................................................................... 6
II.5 Manfaat Teh.............................................................................................................. 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 7
III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................................... 7
III.2 Metode Penelitian .................................................................................................... 7
III.3 Instrumen Penelitian ................................................................................................ 7
III.4 Analisis Data ........................................................................................................... 7
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................................ 13
IV.1 Keadaan Perkebunan teh di Malino ......................................................................... 13
IV.2 Pengolahan Perkebunan Teh Malino Highlands...................................................... 15
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 22
V.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 22
V.2 Saran......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 23
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Alam menyediakan bermacam-macam tumbuhan ataupun tanaman bagi manusia. Dan
manusia dapat mengolah dan memanfaatkan segala macam tumbuhan yang disediakan oleh
alam untuk kebutuhan dan keperluan mereka masing-masing. Namun banyak sekali orang-
orang yang tidak tahu bahwa tumbuhan yang disediakan oleh alam memiliki manfaat yang
sangat besar yang sering tidak dipedulikan oleh manusia.
Salah satu tumbuhan yang memiliki banyak manfaat bagi manusia adalah teh. Teh
merupakan tumbuhan yang biasa hidup di daerah dataran tinggi yang sejuk. Bagian yang
paling banyak digunakan dari tanaman teh ini adalah daunnya. Daun teh yang sudah dipetik,
biasanya dikeringkan dan diolah untuk dijadikan minuman. Teh sangat terkenal di jepang,
karena dianggap memiliki banyak manfaat bagi mereka yang meminmnya. Bahkan dijepang
ada upacara minum teh yang biasa dilakukan sebagai tradisi mereka.
Teh ini memiliki banyak manfaat bagi manusia. Yang paling banyak kita ketahui
adalah bahwa teh meiliki antioksidan yang sangat berperan dalam membunuh racun-racun
yang ada didalam tubuh kita. Namun ternyata masih banyak manfaat-manfaat dari teh yang
sangat berguna bagi manusia. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan di sebuah
perkebunan ternama Indonesia yang berlokasikan di Sulawesi Selatan tepatnya di Kab. Gowa
di daerah Malino yaitu Malino Highlands. Sebagai titik acuan tentang pengetahuan tentang teh
yang akan di bahas di karya ilmiah ini.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan perkebunan teh di daerah Malino?
2. Bagaimana cara pengolahan perkebunan teh Malino Highlands ?
I.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keadaan perkebunan teh di daerah Malino.
2. Untuk mengetahui cara pengolahan perkebunan teh Malino Highlands.
I.4 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui seluk beluk dari daerah Malino yang merupakan area yang cukup
luas, maka dengan itu, segala usaha dapat dilakukan untuk mendapatkan kepentingan bersama
sama. Sebagai daerah yang memiliki keadaan iklim yang cukup bagus untuk tanaman-
4
tanaman yang dapat menjadi bahan utama dalam proses pengolahan perkebunan. Meneliti
tentang daerah daerah di Malino akan memudahkan dalam proses pelaksanaannya.
Setelah mengetahui seluk beluk dari daerah Malino, kita dapat memberikan sebuah
contoh lahan perkebunan teh yang sudah cukup terkenal seperti perkebunan Malino Highlands
yang memilik lahan yang cukup luas. Dari segi pengolahanya yang akan di teliti, manfaat
yang akan di peroleh dapat berupa pengetahuan tentang cara memelihara, memproses, dan
menggunakan hasil dari tanaman teh tersebut. Sehingga wawasan tentang perkbeunan teh
cukup luas.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Teh
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara
menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia
sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh
hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah
atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan.
Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
II.2 Sejarah Teh
Negeri Cina menjadi tempat lahirnya teh, disanalah pohon teh Cina (Camellia
sinensis) ditemukan dan berasal. Tepatnya di provisnsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Iklim
wilayah itu tropis dan sub-tropis, dimana daerah tersebut memang secara keseluruhan adalah
hutan jaman purba. Daerah demikian, yang hangat dan lembab menjadi tempat yang sangat
cocok bagi tanaman teh, bahkan ada teh liar yang berumur 2,700 tahun dan selebihnya
tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun ditemukan ditempat ini.
Legenda menjadi bentuk dokumentasi yang paling tua, dimana diceritakan bahwa
Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat - obatan, juga yang menjadi
penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa ia secara langsung mencoba banyak ramuan
herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang
dicoba. Hidupnya berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat
meminum teh pemunah racun menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.
Teh Cina pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat – obatan (Abad ke-8
SM), itupun sudah berumur ribuan tahun riwayatnya. Orang – orang Cina pada waktu itu
mengunyah teh (770 SM – 476 SM) mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari sari
daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan sop.
Pada jaman pemerintahan dinasti Han (221 SM – 8 M), teh mulai diolah dengan
pemrosesan yang terbilang sederhana, dibentuk membulat, dikeringkan dan disimpan, teh
mulai dijadikan sebagai minuman, teh diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain
(misalnya : jahe) dan kebiasaan ini melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Cina. Lebih
jauh lagi, teh kemudian digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Setelah jaman
Dinasti Ming, banyak ragam jenis teh kemudian ditemukan dan ditambahkan, teh yang
6
populer nantinya ini banyak dikembangkan di daerah Canton (Guangdong) dan Fukien
(Fujian).
Konsumsi budaya Cina akan kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat
erat pada setiap lapisan masyarakat.Pada tahun 800 M., Lu Yu menulis buku yang
mendefiniskan tentang teh, dengan judul Ch'a Ching. Lu Yu adalah seorang anak yatim yang
dibesarkan oleh cendekiawan Pendeta Budha di salah satu Biara terbaik di Cina. Sebagai
seorang pemuda, diapun acap kali melawan disiplin pendidikan kependetaan yang kemudian
membuatnya memiliki daya pengamatan yang baik, performasinya pun meningkat dari tahun
ke tahun, meskipun demikian, ia merasa hidupnya hampa dan tidak bermakna.
Setelah setengah perjalan hidupnya, ia pensiun selama 5 tahun untuk
mengasingkan diri. Dengan riwayat hidup dan perjalanan yang pernah disinggahinya, ia
mengkondisikan beragam metode dalam bertanam dan mengelola teh jaman Cina Purba.
II.3 Pengolahan dan Jenis Mutu Teh
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis L) dari familia
Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-
daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma.
Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar
matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi.
Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi
dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan
agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5
tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup
besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan
secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik,
memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman
tehnya berumur 40 tahun ke atas.
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-2.000 m di
atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat
memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah
menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum
1.200 mm yang merata sepanjang tahun.
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali dengan
selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Cara
pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh
7
yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (fine plucking) dan cara pewmetikan
kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia,
bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu
dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada
pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga
di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan bebewrapa perkebunan (rakyat),
yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di bawahnya, termasuk
batangnya.
II.4 Jenis Teh Malino Highlands
Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah
daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan
pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok
dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam
bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang
disebut gun powder).
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh
hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh)
dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan
Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau
(紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah.
Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika
Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal.
Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan
tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun
1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal
perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau
musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun
pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
II.5 Manfaat Teh
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru dunia.
Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang tidak larut
dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air seperti gula, asam
8
amino dan mineral. Jadi selain sebagai minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping
itu teh juga bisa dijadikan obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam
berat dan alkaloida.
Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian makroskopiknya
yaitu sebagai berikut:
1. Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai sudip
memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang
2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya
berambut sedang telah tua menjadi licin
3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan terbenam
Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak atsiri.
Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan
alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau dibawahnya, digulung dan
difermentasikan untuk kemudian diberikan pada penderita.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Lokasi penelitian
Penelitian di lakukan pada tanggal 23 Maret 2013 yang berlokasikan pada perkebunan
teh Malino Highlands.
III.2 Metode Penelitian
1. Wawancara
2. Observasi
III.3 Instrumen Penelitian
1. Pedoman Wawancara
2. Alat Tulis
3. Media Perekam
III.4 Analisis Data
Narasumber : Adi Baso
Pekerjaan : Pengurus Tiket
No. Pertanyaan Jawaban
1. Jenis teh yang di olah disini apa ? Teh hijau dengan teh hitam.
2. Yang kualitasnya lebih bagus dari
dua jenis teh tadi yang mana ?
Yang kualitasnya baik itu yang Teh
jenis teh hijau.
3. Dari segi cirinya yang membedakan
?
Kalau teh hijau itu daunnya lebih kecil
dan memilik dua varietas. Sedangkan
teh hitam ada 10 varietas
4. Dari tahun berapa terbentuknya
perkebunan teh ini ?
Ini terbentuk dari tahun 78 yang
bermula dari perkembangan kopi, dan
mulai pada tahun 80 sudah masuk
investor asing dari Jepang dengan nama
perusahaan Nitto.
5. Ketinggian dari tempat ini berapa ? Tinggi tempat ini dari permukaan laut
itu sekitar 1500 m
6. Jarak dari makassar ke tempat ini
berapa ?
Dari Makassar jaraknya itu kurang lebih
62 km.
7. Luas perkebunannya berapa ? Luas perkebunannya itu 200 hektar, jika
10
digabung dengan area parawisata yang
lain itu mencapai 1000 hektar.
8. Pemiliknya orang mana ? Singapura Indonesia, indonesianya dari
Manado, orangnya blasteran.
9. Usia dari mulai penanaman sampai
pemanenan itu berapa ?
6 tahun
10. Tanda tanda siap panen bagaimana ? Pucuknya itu sudah naik tentunya.
11. Dari segi peminat, yang paling
banyak mana, teh hijau atau hitam ?
Ini semua tergantung, kalau teh hijau itu
biasanya orang orang golongan atas.
12. Kalau penghasilan per tahun berapa ? Itu tidak tegantung, karena kami tidak
jual orderan, hanya lokal dan
penghasilannya itu signifikan.
13. Ini milik perorang atau apa ? Ini milik swasta.
14. Dari kedua jenis teh tadi, apakah cara
penanamannya sama ?
Semuanya sama, yang membedakannya
itu hanya pengolahannya dari bagian
fermentasi, fermentasi bukan dengan
artian dicampur dengan suatu zat.
15. Apakah ada kekusahan dalam
prosesnya ?
Kesusahanya itu dari iklim, iklimnya itu
sekitar 20 derajat celcius, kalau cuaca
sudah panas itu sudah tidak bisa, kan
tanamanya termasuk untuk subtropis.
16. Apakah ada syarat-syarat untuk jadi
pekerja ?
Minimal itu SMP
17. Jumlah pekerja di dalam itu kurang
lebih berapa ?
240 orang pekerja.
18. Di sini sudah bekerja berapa lama ? Sebenarnya sudah lama sekali,
masuknya mulai 2003.
Narasumber : Dono Ali
Pekerjaan : Satpam
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang di sediakan di Malino
Highlands ?
Pada kompleks ini, ada berbagai
fasilitas yang disediakan yaitu, kebun
biantang, puncak kebun teh, air terjun,
danau.
11
2. Hewan hewan seperti apa yang ada
pada kebun binatang di Malino
Highlands ?
Untuk binatang-binatangnya ada
beberapa jenis, yaitu kaswari, kuda
australia, domba garut, kus kus, monyer
dan lain lain.
3. Berapa jumlah pekerja ? Kalau pekerja di rata-ratakan, untuk 1
hektar ada 1 orang, di sini ada 200
hektar, jadi ada 200 orang pekerja.
4. Pekerjanya dari mana saja ? Ada dari sekitar tempat ini dan ada
juga dari luar. Dan siapapun boleh
bekerja. Asalkan benar benar serius dan
mampu. Walaupun orang dari sini,
namun tidak serius, ya tidak di
pekerjakan.
5. Kalau sistem gajinya bagaimana ? Sekarang gajinya diberi perbulan, dulu
pakai sistem timbang, misalakan 10 kg ,
dikali 1.000 jadi Rp.10.000, tapi untuk
sementara produksinya di stop dulu
karena sekarang lagi fokus pada
pembangunan wisata seperti hotel dll.
6. Bagaimana dengan pemasarannya ? Kalau pemasarannya ada langsung
ambil yaitu diexpor keluar kota
misalnya jepang dan cina. Untuk lokal
seperti di sulawesi ini, seperti makassar,
bone, bulu kumba, pare-pare dan kota
yang dekat di wilayah ini.
7. Dalam produk kemasannya merek
yang tercantum ?
Merek nya itu Teh Malino
8. Bagaimana dampak di wilayah ini
dengan adanya kebun teh ini ?
Kalau dampaknya bagi wilayah
disekitar sini , masyarakat banyak
menikmati seperti ada peningkatan
sejak berdirinya perusahaan teh ini.
9. Pekerjaan para pekerja di sini
sebelumya seperti apa ?
Sebelumnya ada yang bekerja di
pertanian, seperti menanam kol,
kentang sawi dan jagung.
10. Perkebunan ini milik siapa ? Perkebunan ini milik swasta dan tidak
ada sangkut bautnya dengan Pemda.
12
11. Dampaknya bagi lingkungan apa ? Semakin banyak pengunjung, semakin
kami gembira. Masyarakat sini pun juga
, semakin banyak pengunjung maka
semakin banyak pula pendapatan yang
masuk.
12. Pemilik perkebunan ini ? Pemilik nya orang singapura, namanya
Andreas Tano, sebelumnya itu orang
Jepang.
13. Sudah berapa kali berganti pemilik ? Baru dua kali, yang pertama orang
Jepang dan yang kedua orang
Singapura.
14. Siapa yang membangun perkebunan
teh ini ?
Yang membangun pertama kali yaitu
PT. Drama yang membuka lahan disini
tahun 80-an.
Narasumber : Amelia Karmila Salam
Pekerjaan : Pemandu
No. Pertanyaan Jawaban
1. Luas perkebunan teh di sini berapa ? Di sini perkebunan teh nya itu luasnya
200 hektar, dan sedang dilakukan
pengerjaan lahan seluas 700 hektar.
Sehingga semuanya 900 hektar.
Disini juga sedang di lakukan
penambahan seperti hotelnya, dan
mungkin pada awal agustus sudah bisa
kita buka operasional untuk hotel
13
Narasumber : Ana
Pekerjaan :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah teh ini memang khusus
untuk Malino ? bisa di Soppeng ?
Bisa , tapi mungkin tumbuhnya pendek,
disinipun apabila tidak selalu di
pangkas tingginya bisa lebih dari satu
setengah meter .
2. Tapi hasi dari potongannya itu tetap
di ambil ?
Iya, tetap di ambil.
3. Yang paling di sukai dari jenis teh itu
yang mana ?
Tamu tamu dari luar itu paling suka
sama yang Green Tea, karena itu lah
yang paling bagus di sini. Kita
kebetulan jualan di cafe-cafe kita bisa
langsung konsumsi.
4. Manfaat atau khasiatnya seperti apa ? Kalau misalkan orang gemuk bisa
langsing.
5. Penggunaanya harus rutin ? Iya, harus rutin,. Bagi yang berjerawat
itu bisa juga untuk menghilangkannya,
kita ambil tehnya baru di cuci dulu,
baru dioleskan dimuka.
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN
IV.1 Keadaan perkebunan teh Malino
Kabupaten Gowa adalah salah satu penyangga utama ibukota propinsi Sulawesi
Selatan karena perbatasan langsung kota Makassar, olehnya itu tidak mengherankan kalau
daerah ini menjadi pemasok utama kebutuhan sehari-hari penduduk kota Makassar sebagai
ibukota propinsi.
Daerah kabupaten Gowa terletak antara utara 120.36,6’ bujur Timur dan 50.33,6’ bujur
timur. Letak wilayahnya antara 120.33,19’-130.15,17’ bujur timur. 50. 5’ – 50 . 34. 7’ Lintang
selatan .Adapun batas-batas wilayahnya meliputi:
Sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar dan kabupaten Maros.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan
Kabupaten Takalar;
Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar.
Sebelah barat berbatasan dengan kota Makassar dan kabupaten Takalar.
Luas keseluruhan daerah ini adalah 1.883,33 Km2 , yang terbagi kedalam 18
kecamatan dan 158 Desa/kelurahan, berikut kecamatan-kecamatan di kabupaten Gowa ;
1. Kecamatan Somba Opu
2. Kecamatan Barombong
3. Kecamatan Bontomarannu
4. Kecamatan Palangga
5. Kecamatan Parangloe
6. Kecamatan Pattallassang
7. Kecamatan Tombolo Pao
8. Kecamatan Manuju
9. Kecamatan Tompobulu
10. Kecamatan Bontolempangan
11. Kecamatan Biringbulu
15
12. Kecamatan Tinggimoncong
13. Kecamatan Bungaya
14. Kecamatan Bajeng
15. Kecamatan Bontonompo
16. Kecamatan Bajeng Barat
17. Kecamatan Bontonompo selatan
18. Kecamatan Parig
Curah hujan didaerah ini setiap tahun mencapai 2000-3000 mm, dengan suhu udara
pada dataran rendah 22 c – 26 c dan suhu pada dataran tinggi 18 c-21 c.
Dalam hal kemiringan tanah di kabupaten Gowa memiliki:
o Kemiringan 0 – 2 m sebanyak 294,28 Km;
o kemiringan 2 – 15 m sebanyak 263,79 Km;
o kemiringan 15 – 40 m sebanyak 660 Km;
o kemiringan diatas 40 m sebanyak 664,38 Km
Ketinggian daerah ini juga bervariasi antara:
o 0 – 25 m seluas 437,64 km;
o 25 – 100 m seluas 89,53 km;
o 100 – 500 m seluas 338,34 km;
o 500 – 1000 m seluas 439,79 km;
o diatas 1000 m seluas 350,03 km.
Selanjutnya pada daerah ini jumlah hari hujannya setiap bulan bervariasi, dan bulab
yang paling banyak hari hujannya adalah bulan Nopember, Desember, januari, Pebruari dan
Maret, jumlah curah hujannya juga paling besar diantara bulan tersebut.
Dengan keadaan yang di miliki Malino ini, dapat berguna sebagai pendukung utama
dalam pembudidayaan tanaman teh yang berguna bagi masyarakat maupun orang dari luar.
Iklim maupun cuaca yang ada pada daerah tersebut sangat efisien untuk sebagai tempat
penanaman teh ini yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam tempat
penanaman teh.
16
Posisi kebun teh yang memiliki areal sangat luas ini berada di arah utara kota Malino,
tepatnya di Dusun Pattapang, sekitar tiga kilometer dari pasar inpres Malino.
Pada awalnya, perkebunan teh ini merupakan hutan lindung, tetapi untuk keperluan
tertentu, akhirnya diubah menjadi perkebunan teh. Perkebunan teh ini dimanfaatkan untuk
kebutuhan ekonomi, pariwisata, serta sebagai penahan rembesan air hujan yang dapat
menyebabkan erosi. Tanaman teh yang dipilih karena akarnya yang serabut mampu menahan
partikel tanah yang terbawa rembesan air hujan. Selain itu, teh juga termasuk tanaman yang
rapat. Luas permukaan ini kurang lebih 200 ha dan tanaman yang diprioritaskan adalah teh,
namun terdapat pula perkebunan tanaman lain seperti strawberry, dsb.
Kebun ini sebagai salah satu bentuk konservasi alam untuk melestarikan persediaan air
untuk daerah-daerah hilir. Perkebunan ini merupakan salah satu kaki gunung Bawakaraeng.
Perusahaan yang membentuk perkebunan ini mempekerjakan ± 200 pekerja dari
masyarakat sekitar. Penanaman teh ini dilakukan mengikuti struktur bukit namun ada pula
dilakukan secara terasering. Hal ini juga untuk konservasi alam. Pada tanaman teh ini dapat
dilakukan peremajaan jika pucuk daunnya tidak dapat lagi dipetik. Caranya berupa
pemangkasan daun-daunnya. Pemangkasan ini pula bermaksud agar tanaman tehnya tidak
terlampau tinggi.
Teh Malino dihasilkan dari kebun teh di dataran tinggimoncong, Gowa, Sulawesi
Selatan. Pendirian perusahan teh ini merupakan hasil kerja sama dari Mitsui Norin Co. Ltd
dan PT. Dharma Incharcop Coy, sebagai share holder, dengan bendera PT. Nittoh Malino Tea.
IV.2 Pengolahan perkebunan teh Malino Highlands.
Jenis tanaman teh yang ditanam dan dikelolah oleh pabrik ini ada dua jenis tanaman yaitu
teh hitam dan teh hijau yang memiliki perbedaan karakteristik yang amat berbeda dengan satu
sama lainnya yaitu :
1. Daun teh hitam, ciri-cirinya daunnya lebih besar warnanya lebih gelap dan pada
umumnya dikomsumsi setiap hari sebagai minuman untuk bersantai.
2. Daun teh hijau, ciri-cirinya ukuran daun lebih kecil, dengan warna hijau tua, rasanya
pahit dan sangat bagus untuk kesehatan terutama untuk menurunkan berat badan, dan
daunnya lebih besar warnanya lebih gelap.
Dalam tehnik pembudidayaan tanaman yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah tehnik
vegetatif dan tehnik generatif, namun yang umum digunakan yaitu tehnik vegetatif yaitu suatu
tehnik dengan menggunakan ranting tanaman dengan cara di steak sebagai bibit.
Adapun tehnik pemeliharaannya yang dilakukan secara kontinyu dan terbagi kedalam
beberapa bagian yang antara lain sebagai berikut:
17
1. Penyiraman (langsung dengan selang dan peresapan air),
2. Penyulaman (mengganti tanaman yang lama dengan yang sejenis dan seumur),
3. Pemupukan (organik dan anorganik yang diberikan 3-4 kali dalam setahun),
4. Pemangkasan (untuk menghindari perambatan tanaman yang dapat menyulitkan para
pekerja dalam proses pemetikan).
Dalam satu kali (sehari) hasil produksi yang diperoleh biasanya 3-4 ton, dimana 1 ton teh
biasanya diolah menjadi 200 kg teh jadi. Produksi teh yang dihasilkan oleh prusahaan ini 92 -
95 % dikirim ke Jepang untuk dikelolah kembali dalam berbagai rasa. Yang kemudian di
ekspor kembali kebeberapa negara termasuk Indonesia
Proses Pengelolaan
Tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Proses pelayuan
b. Penggulungan dengan menggunakan the roller.
c. Penggilingan
d. Disortasi basah yakni proses pengayakan.
e. Permentasi alami
f. Pengeringan dengan over dryer.
g. Disortasi kering.
Pengangkutan
Pengangkutan bahan baku yang perlu diperhatikan:
tumpukan pucuk selama pengangkutan aerasi yang cukup
benturan mekanis diusahakan serendah mungkin
hindari adanya panas matahari yang langsung mengenai pucuk
Pelayuan
Tujuan:
- mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
18
- elemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
- meletakkan dasar-dasar fermentasi
Kondisi Pelayuan:
- lingkungan: T, RH, Volume dan Laju udara
- pucuk daun: KA, mutu (analisis petikan)
Alat: Withering Trough (palung pelayuan)
T = ± 27oC, (beda Tbk-Tbb) = 3-4 oC
laju = 30000 cfm
tebal hamparan ±25 cm (±30 kg/m2)
Prinsip Pelayuan: melewatkan udara hangat melalui daun teh sampai mencapai derajat
layu tertentu
Derajat layu: perbandingan antara berat daun layu dengan berat daun segar dalam
satuan persen
layuan ringan : KA 57-60 % DL 40-43 %
layanan sedang : KA 54-56 % DL 44-46 %
layanan berat : KA 50-53 % DL 47-50 % Tanda-tanda pucuk layu:
apabila dikepal-kepal menjadi bola
apabila diraba seperti meraba sapu tangan sutera
apabila diremas tidak menimbulkan bunyi patah
tulang muda dapat dilenturkan tanpa patah
apabila tangan ditekankan akan meninggalkan bekas
aromanya tercium sedap berbeda dengan daun segar atau kurang layu
Penggilingan
Dilakukan 3-4 tahap, tergantung skema gilingannya
Tiap tahap penggilingan diikuti dengan pengengayakan (sortasi basah)
Tujuan:
- memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur dengan enzim dan
udara luar
- menggulung daun agar menjadi keriting
- mengecilkan ukuran daun
- meletakkan dasar bagi proses fermentasi
19
Prinsip kerja: gerak putar silinder di atas meja untuk menggulung, memeras,
memotong
Menurut gerakannya : double dan single action
Sortasi Basah (Pengayakan)
Tujuan : memisahkan bagian yang halus (bubuk) dan bagian yang kasar (badag)
sehingga diperoleh bubuk yang seragam, supaya hasil fermentasi sempurna dan
pengeringan dapat merata
Alat Pengayak DIBN (double india breaker natsorteedeer) , RRB (rotary roll breaker)
Fermentasi
Berlangsung sejak pucuk mengalami giling I dan berakhir ketika masuk kedalam
mesin pengeringan
Tujuan : untuk memperoleh aroma, rasa dan warna air seduhan seperti yang
dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi
Pengendalian Proses Fermentasi
- mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
- memberikan RH sekitar bubuk hampir jenuh
- menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
- memabatasi waktu fermentasi
Pengeringan
Tujuan:
- menghentikan proses fermentasi
- untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan, mudah
diangkut dan diperdagangkan
Prinsip: Menghembuskan udara panas melewati hamparan teh yang telah difermentasi,
udara yang paling panas bersentuhan dengan bubuk teh yang paling kering
Faktor:
1 . Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
20
Sortasi Kering
Tujuan:
- membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang
- memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar - apabila
diperlukan harus pula memperkecil partikel teh
Alat :
1. Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
2. Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
3. Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
4. Fibrex (membersihkan serabut)
5. Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
6. Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil) 7. Chrusher (memperkecil bubuk
kasar)
Sortasi gagal apabila:
- permukaan teh tidak mengkilat
- perubahan warna hitam menjadi kelabu
- ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu .
Setelah pengolahan tersbut maka akan dilakukan pemasaran , baik di edarkan ke luar
negeri maupun di daerah sekitar.
21
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Dengan keadaan yang di miliki Malino ini, dapat berguna sebagai pendukung utama
dalam pembudidayaan tanaman teh yang berguna bagi masyarakat maupun orang dari
luar. Iklim maupun cuaca yang ada pada daerah tersebut sangat efisien untuk sebagai
tempat penanaman teh ini yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan
dalam tempat penanaman teh.
2. Tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut , Proses pelayuan,
Penggulungan dengan menggunakan the roller, Penggilingan, Disortasi basah yakni
proses pengayakan., Permentasi alami, Pengeringan dengan over dryer, Disortasi
kering.
V.2 Saran
Di harapakan agar pemilik perkebunan teh tersebut untuk memperbaiki alat alat yang
rusak karena dengan memperbaiki alat alat yang rusak, dalam pengolahannya dapat berjalan
cukup lancar tanpa ada kendala.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://sasyi.blogspot.com/2010/11/perkebunan-teh-malino.html
Arifin, S. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina,
Gambung, Bandung
Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar- dasar Budidaya Teh. Buku Pintar Mandor Cetakan
Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.
23
LAMPIRAN
24