Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc
-
Upload
dwi-fajarisman-hirda -
Category
Documents
-
view
20 -
download
2
Transcript of Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan
dan kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih
dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita
disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata
3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia
kurang dari dua tahun (Widoyono, 2008:145). Penyakit diare tidak hanya
terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga
dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun.
Hanya saja kejadian penyakit diare karena infeksi jauh lebih kecil (Soegeng
Soegijanto, 2002:75).
Selama ini masyarakat umum menganggap bahwa penyakit diare
dianggap sebagai penyakit sepele atau bahkan tidak dianggap penting. Di
tingkat nasionalpun diare masuk dalam daftar sepuluh penyakit yang sering
dilaporkan oleh masyarakat, dan ternyata tetap ada setiap tahunnya. Bahkan
kematian anak balita yang disebabkan karena diare angkanya cukup besar dan
belum beranjak turun (Tri Hastuti Nur Rochimah, 2008:1).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data
terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi
penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia
setelah radang paru atau pneumonia (Wiku adisasmito, 2007:2).
Beberapa hasil survei mendapatkan bahwa 76% kematian diare terjadi
pada balita, 15,5% kematian bayi dan 26,4% kematian pada balita disebabkan
karena penyakit diare murni. Menurut hasil survei rumah tangga pada tahun
1995 didapatkan bahwa setiap tahun terdapat 112.000 kematian pada semua
1
2
golongan umur, pada balita terjadi kematian 2,5 per 1000 balita
(Sinthamurniwaty, 2006:1).
Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2002 mendapatkan
prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2
%, dengan angka kematian diare balita sebesar 23/ 100.000 penduduk pada
laki-laki dan 24/100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita
dapat mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan diare
tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor
risiko apa yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita (Sinthamurniwaty,
2006:1).
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat
terjadi (Depkes, 2005).
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009
angka kejadian diare pada balita sebesar 1,95 per 1000 balita. Mengalami
peningkatan bila di bandingkan dengan tahun 2008 sebesar 1,86 per 1000
balita. Pada tahun 2009 angka CFR kasus diare sebesar 0,021 per 1000 balita,
mengalami peningkatan bila di bandingkan dengan nilai CFR diare di tahun
2008 sebesar 0,006 per 1000 balita. Jumlah kasus diare pada balita yang
mengalami peningkatan setiap tahunnya menunjukkan bahwa kasus diare pada
balita masih tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya (Kemenkes,
2011). Jumlah penderita diare di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar
22.715 kasus dan di Kota Mojokerto pada tahun 2010 sebesar 6442 kasus dan
mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 7237 kasus.
Menurut data dari Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto pada bulan
Januari sampai September 2015 angka kejadian diare pada balita di Kelurahan
Kedundung Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sebanyak 127 kasus dan
kejadian tertinggi diare terjadi pada bulan September 2015 sebesar 25 kasus
diare.
3
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kejadian penyakit. H.L. Blum
(1974) mengelompokkan faktor tersebut ke dalam faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor perilaku dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan dan sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat tersebut
pengetahuan ibu dapat memengaruhi kejadian diare. Pengetahuan yang
rendah tentang diare memperbesar kemungkinan kejadian diare, karena
seseorang yang kurang atau tidak memahami atau mengetahui proses
penularan diare yang sedang terjadi tidak mengetahui pula tentang tata laksana
awal pencegahan diare.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian
diare pada anak usia di bawah lima tahun (balita) di Kelurahan Kedundung
Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah : adakah pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari
Kota Mojokerto pada bulan September 2015?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian
diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari Kota
Mojokerto.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi instansi terkait
Memberikan masukan khususnya kepada Puskesmas Kedundung
untuk menekan tingkat kejadian diare anak balita di Kelurahan Kedundung
Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Untuk instansi atau Puskesmas
lain yang memiliki karakteristik sosial-budaya dan geografi yang
menyerupai kondisi daerah penelitian dapat digunakan untuk masukan
dalam pemecahan masalah yang sama.
4
2. Bagi institusi pendidikan
Menambah khasanah kepustakaan penelitian dalam perkembangan
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data awal
untuk penelitian lebih lanjut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi diare
Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga
kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama dengan atau tidak disertai
lendir ataupun darah. Sedangkan menurut Cohen MB diare akut
didefinisikan sebagai keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan empat belas hari. Shahid NS
mengemukakan bahwa diare sebagai episode keluarnya tinja cair sebanyak
tiga kali atau lebih, atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang
berlendir atau berdarah dalam sehari (Soegeng Soegijanto, 2002:73).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir
darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari.
(Aziz Alimul Hidayat, 2008: 101).
Menurut Hiswani (2002:1), penyakit diare adalah penyakit yang
sering terjadi pada anak balita dengan di sertai muntah dan mencret,
penyakit diare apabila tidak segera di beri pertolongan pada anak dapat
mengakibatkan dehidrasi. Untuk pertolongan pertama pada anak yang
menderita dehidrasi harus mendapatkan cairan pengganti baik itu berasal
dari oralit ataupun dari cairan infus. Penyakit diare ini sering
menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi anak-anak dan
orang yang bertempat tinggal didaerah-daerah yang sarana air bersih
kurang memenuhi syarat kesehatan.
2. Etiologi diare
Menutut Widoyono(2008:147), penyebab diare dikelompokkan menjadi:
a. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
5
6
b. Bakteri: Escheresia coli (20-30%0, Shigella sp (1-2%), Vibrio cholera
dan lain-lain.
c. Parasit:Entamoeba histolytica (<1%), Giardia Lamblia,
Cryptosporodium (4-11%).
d. Keracunan makanan.
e. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak dan protein.
f. Alergi: makanan, susu sapi.
g. Imunodefisiensi: AIDS.
Menurut Aziz Alimul Hidayat (2008: 101), diare disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali dengan adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan
yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal
sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan
elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem
transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami
iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
b. Faktor malabsorpsi, merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan
terjadi pergeseran air elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan, dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan.
d. Faktor psikologis, dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan
makanan.
7
Bagan II.1 Bagan Terjadinya Diare (Sumber: Aziz Alimul Hidayat, 2008: 102).
3. Jenis diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu:
a. Diare akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
Faktor
Infeksi
Malabsorbsi
Makanan
Psikologis
Kuman Masuk dan
berkembang dalam usus
Toksin dalam dinding usus
Hiperekskresi air elektrolit (isi rongga)
usus meningkat
Tekanan osmotik
meningkat
Pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus
Isi rongga usus
meningkat
Toksin tidak dapat
diabsorpsiHiperperistaltik
Kemampuan absorbsi menurun
HiperperistaltikKemampuan
absorbsi menurun
DIARE
8
c. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten)
mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan
gizi atau penyakit lainnya.
4. Gejala klinis diare
Menurut Widoyono (2008:149) beberapa gejala dan tanda diare
antara lain:
a. Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis bahkan gelisah.
b. Gejala spesifik
1) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
2) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.
5. Akibat diare
Menurut Soegeng Soegijanto (2002:79), diare dapat mengakibatkan:
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
b. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai
akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah.
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena
diare dan muntah.
9
6. Epidemiologi Penyakit Diare
a. Penularan kuman penyebab diare
Menurut Widoyono (2008:148), penyakit diare sebagian besar
disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit
diare melalui fecal oral terjadi sebagai berikut:
1) Melalui air yang merupakan media penularan utama
Diare dapat terjadi apabila seseorang menggunakan air
minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,
tercemar selama perjalanan sampai kerumah-rumah atau tercemar
pada saat tersimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila
tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
2) Melalui tinja terinfeksi
Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihingapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan
itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.
Menurut Depkes RI (2005:16), epidemiologi penyakit diare
adalah sebagai berikut :
1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal
oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja
dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa
perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan
ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan,
menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu
kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak
10
atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang
tinja dengan benar.
2) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden,
beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah
tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,
imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare
lebih banyak terjadi pada golongan balita.
3) Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian diare.
b. Faktor Penjamu Yang Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare
Menurut Widoyono (2008:149), faktor yang dapat
meningkatkan penyakit diare adalah:
1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi (ASI
eksklusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-6
bulan). Hal ini akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian
akibat diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan
terhadap infeksi.
2) Memberikan susu formula kepada bayi. Pemakaian botol akan
meningkatkan resiko pencemaran kuman, dan susu akan
terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat
berkembang bila susu tidak segera diminum.
3) Penyimpanan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan
menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan
11
peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan mikroba.
4) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sesudah
buang air besar (BAB) akan memungkinkan terkontaminasi
langsung.
7. Cara pencegahan diare
Menurut Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (1997:2)
penyakit diare dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan ibu balita
mengenai tata laksana diare yang tepat dan benar yaitu meliputi
peningkatan angka penggunaan oralit dimasyarakat, pemberian ASI secara
eksklusif, penggunaan jamban dan air bersih dimasyarakat yang
memenuhi kesehatan serta kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan setelah buang air besar di masyarakat.
Cara pencegahan terjadinya diare menurut Depkes RI (2006:130)
meliputi:
a. Kebersihan perorangan
1) Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan.
2) Tidak memberikan susu botol atau dot kepada bayi atau anak, tetapi
berikan susu dengan gelas atau cangkir bersih.
3) Cuci tangan dengan sabun terutama sebelum menyiapkan dan
menyuapi anak, sebelum makan, sesudah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak.
4) Alat masak dan alat makan harus selalu bersih
5) Memasak makanan dengan benar dan minum air yang telah di rebus
b. Kesehatan Rumah dan Lingkungan
1) Menjaga kondisi sanitasi rumah agar tetap sehat, cukup sinar
matahari, cukup udara segar serta lantainya kering dan bersih.
2) Air yang digunakan sehari-hari harus bersih.
3) Menjaga kebersihan jamban, buang hajat di tempat tertutup dan tidak
terjangkau oleh lalat.
12
4) Air kotor atau air limbah dibuang melalui Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL).
5) Menjaga kebersihan pekarangan dengan tidak membuang sampah
dan kotoran sembarangan.
8. Pengobatan diare
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lainnya seperti tajin, gula, tepung
beras dan lain sebagainya. Pengobatan diare juga dapat dilakukan dengan
cara pengobatan dietetic atau pemberian makanan, pemberian obat-obatan
seperti obat anti sekresi, obat pengeras tinja, dan antibiotika. (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak: 2002:294).
B. Pengetahuan dan Kesehatan
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Soekidjo Notoatmodjo,
2007:139).
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:121), pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers
(1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
13
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulis tersebut
bagi dirinya).
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007:140), pengetahuan yang
mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diberikan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untyuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
14
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluation (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
2. Pengetahuan kesehatan (Health knowladge)
Dari studi-studi yang dilakukan oleh WHO dan para ahli pendidikan
kesehatan, terungkap bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
sudah tinggi, tetapi praktek masyarakat masih rendah. Hal ini berarti
perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya. Oleh
karena itu, suatu pengetahuan kesehatan yang dimiliki tidak akan berarti
atau sia-sia bila tidak diwujudkan dalam sikap dan tindakan yang
mencerminkan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:128).
Terkait dengan hal tersebut diatas maka Lawrence Green (1980)
menyatakan bahwa perilaku masyarakat ditentukan oleh 3 faktor utama
yaitu:
a. Faktor pemudah (Predisposing factor), yaitu faktor yang dapat
mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat
terhadap apa yang dilakukannya. Disamping itu kepercayaan, tradisi
dan sistem nilai di masyarakat setempat yang dapat mempermudah atau
mempersulit. Salah satu kepercayaan yang ditemui pada terapi diare
dirumah adalah ibu percaya bahwa makanan tidak boleh diberikan
selama diare (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:13).
b. Faktor pemungkin (Enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan
atau mendukung perilaku atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Faktor tersebut seperti adaya dukungan
keluarga, teman atau tetangga (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:17).
15
c. Faktor penguat (Reinforcing Factor), yaitu berupa contoh dari para
tokoh masyarakat, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat
pemerintah pusat daerah untuk mendukung pengetahuan, sikap dan
fasilitas di masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:14). Contoh dari
para petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan kader dalam
menyampaikan informasi mengenai diare pada para ibu.
3. Pengaruh pengetahuan terhadap kejadian diare
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Sebagaimana umumnya,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah
menerima informasi dan semakin bagus pengetahuan yang dimiliki. (A.
Aziz Alimul H, 2006:80).
Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor, baik secara
formal seperti pendidikan yang didapat disekolah maupun non formal
yang diantaranya diperoleh bila ibu tersebut aktif dalam kegiatan
posyandu, PKK, maupun kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:128).
Menurut Sjahmien Moehji yang dikutip oleh Siti Rokhayatun
Nuhany (2008: 33), pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh kepercayaan,
adat istiadat dan tingkat pendidikan. Beberapa kepercayaan ibu terhadap
diare misalnya dikatakan bahwa pada saat anak sedang diare, anak tersebut
akan mulai tumbuh gigi serta anak akan mulai merangkak, berjalan dan
duduk. Banyak anggota masyarakat beranggapan bahwa diare pada anak
usia 2 tahun adalah biasa dan dianggap sebagai perubahan kepandaian
anak.
Meski diare begitu dikenal dan sering terjadi di masyarakat akan
tetapi ibu biasanya tidak menangapi penyakit tersebut secara sungguh-
sungguh oleh karena sifat diare biasanya ringan. Padahal penyakit tersebut
dapat membahayakan jiwa 26 terutama bagi balita. Diare dapat
16
menyebabkan dehidrasi yang sangat berbahaya karena bila tidak dapat
diobati dengan tepat akan menyebabkan penurunan volume darah
(hipovolemia), kolaps kardio-vaskuler dan kematian (Ditjen PPM & PLP,
1999:23).
Pengobatan diare dirumah yang efektif hanya dapat diberikan oleh
ibu (atau pengasuh). Ibu harus menyiapkan cairan rehidrasi oral,
memberikannya dengan benar, memberikan makanan yang disiapkan
dengan benar dan memutuskan kapan anak perlu dibawa kembali ketempat
pengobatan. Ibu dapat melakukan tugas tersebut apabila ibu mengetahui
kebutuhan apa yang harus dilakukan dan bagaimanan melakukannya
(Ditjen PPM & PLP, 1999:61).
17
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar III.1 Kerangka Konsep Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita
Pengetahuan Ibu:PenyebabSumber infeksiCara penularanCara mencegah Kejadian Diare
pada Balita
Perilaku : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan air bersih, Menggunakan jamban sehat
Kondisi lingkungan:penyediaan air bersih dan
sanitasi dasar (jamban, pembuangan sampah,
pembuangan air limbah)
Pelayanan Kesehatan Masyarakat / Penyuluhan
Tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, sikap, umur
Faktor hereditas
17
18
Kejadian suatu penyakit (diarea) dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Blum,
1987). Faktor perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Tingkat
pengetahuan yang terkait dengan diare adalah pengetahuan mengenai mata
rantai penularannya yaitu : penyebab, sumber infeksi, pintu keluar, cara
menular, pintu masuk (porte d’entre) dan suseptibilitas (Sarudji, 2012).
Dengan tingkat pemahaman yang kurang akan berpengaruh terhadap
kejadian diare maka kami mengambil judul “pengaruh tingkat
pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada anak balita di Kelurahan
Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto tahun 2015.”
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut: “tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap
kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Kedundung, Kecamatan
Magersari, Kota Mojokerto tahun 2015.”
Diare Tidak diare
Pengetahuan kurang a b
Pengetahuan baik c d
Rumus dasar Odds Ratio (OR) :
ad
OR = bc
Keterangan :
a = Balita diare dengan ibu pengetahuan kurang tentang diare
b = Balita tanpa diare dengan ibu pengetahuan kurang tentang diare
c = Balita diare dengan ibu pengetahuan baik tentang diare
19
d = Balita tanpa diare dengan ibu pengetahuan baik tentang diare
Jika OR = 1, maka tingkat pengetahuan bukan faktor resiko
Jika OR> 1, maka tingkat pengetahuan merupakan faktor resiko
JIka OR< 1, maka tingkat pengetahuan merupakan faktor protektif
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kasus control
(case control study) yaitu suatu penelitian dengan cara membandingkan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Berdasarkan status paparannya arah
pengusutannya bersifat retrospektif. Rancangan tersebut dari akibat (penyakit)
ke sebab (paparan). Subjek dipilih outcome tertentu (diare), lalu dilihat
kebelakang (backward) tentang status paparan penelitian yang dialami subjek
(tingkat pengetahuan).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedundung,
kecamatan Magersari, kota Mojokerto pada bulan Oktober tahun 2015.
C. Kasus dan Kontrol
1. Sampel kasus
Sebagai sampel kasus diambil balita yang menderita diare yang
dirawat di Puskesmas Kedundung bulan September tahun 2015 sejumlah
25 anak balita yang diasumsikan mewakili jumlah kasus diare dalam tahun
2015. Diambilnya kasus pada bulan terakhir dengan pertimbangan bahwa
aspek faktor risiko yang akan diamati yaitu tingkat pengetahuan ibu anak
balita tentang diare belum banyak mengalami perubahan.
2. Sampel kontrol
Penentuan besar sample untuk penelitian case control bertujuan
untuk mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Kadang-kadang peneliti membuat perbandingan antara
jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1:1, tetapi juga
bisa 1:2 atau 1:3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
20
21
(Suyatno, 2010). Oleh karena sampel kasus sudah sudah cukup besar yaitu
25 anak balita diare, maka besar sampel kontrol minimal 2 X 25 anak
balita tidak menderita diare.
Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel di
gunakan. Adapun criteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
a. Kriteria inklusi untuk kasus dalam penelitian ini adalah :
1) Semua ibu yang memiliki balita dengan riwayat diare pada
bulan September 2015.
2) Tempat tinggal di kelurahan Kedundung kecamatan Magersari,
kota Mojokerto.
3) Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria inklusi untuk kontrol dalam penelitian ini adalah :
1) Semua ibu yang memiliki balita tanpa memiliki riwayat diare
pada bulan September 2015.
2) Tempat tinggal di kelurahan Kedundung kecamatan Magersari,
kota Mojokerto.
3) Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
a. Kriteria ekslusi untuk sampel kasus dalam penelitian ini adalah :
Semua ibu balita kasus diare pada bulan September 2015
yang tidak berada ditempat saat penelitian.
22
b. Kriteria ekslusi untuk sampel kontrol dalam penelitian ini adalah :
Semua ibu balita tanpa diare pada bulan September 2015
yang tidak berada ditempat saat penelitian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah
tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare.
2. Variabel dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah kejadian diare
tahun 2015 pada anak balita (di Kelurahan Kedundung, kecamatan
Magersari kota Mojokerto).
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Instrumen pengukuran
Kategori dan criteria
Skala Ukur
1. Variabel dependent(kejadian diare)
Diare adalah keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak 3 kali/ lebih dalam 24 jam pertama dengan atau tidak disertai lendir ataupun darah.Anak balita dinyatakan terkena diare apabila dokter Puskesmas telah menetapkan sebagai penderita diare.
Data rekam medis puskesmas Kedundung pada bulan September 2015.
1: Diare bila tercatat sebagai pasien diare.
2: Tidak Diare bila tidak diare dan tidak tercatat sebagai pasien diare di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya pada tahun 2015.
Nominal
23
2. Variabel independent (Tingkat pengetahuan ibu)
Tingkat pengetahuan ibu adalah peringkat pengetahuan ibu balita tentang rantai penularan diare, sesuai dengan 20 pertanyaan dalam kuesioner.
Kuisioner yang terdiri atas 20 pertanyaan. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0 (nol)
1 : Tidak/kurang paham apabila skor jawaban benar < 76%.
2 : Paham/ cukup paham apabila skor jawaban benar 76-100%.
Nominal
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer:
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi
oleh ibu yang memiliki balita, kasus maupun kontrol sebagai responden di
Kelurahan Kedundung wilayah kerja puskesmas Kedundung.
2. Data sekunder:
Data sekunder diperoleh dari data catatan rekam medis puskesmas
Kedundung, Kota Mojokerto.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program
SPSS (Statistic Product Service Solution) melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Editing
Editing adalah pengecekan kembali apakah isian pada lembar
kuesioner sudah sesuai dan lengkap dengan absen jawaban yang telah
disediakan.
b. Coding
Setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi
kode yang dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah dan sederhana.
c. Processing
Processing adalah memproses data dengan menggunakan
menggunakan perhitungan manual odds ratio.
24
d. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada
kesalahan atau tidak ada masing-masing variabel yang sudah di proses
sehingga dapat di perbaiki dan di nilai.
2. Analisis data
Analisis data menggunakan uji Odds Ratio untuk menguji hipotesis
statistik sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap
kejadian diare pada balita tahun 2015 di kelurahan Kedundung.
H1 : Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap
kejadian diare pada balita tahun 2015 di kelurahan Kedundung.
H0 ditolak apabila OR > 1
25
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kelurahan Kedundung adalah suatu kelurahan yang secara geografis
terletak di wilayah Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto merupakan
dataran rendah dengan sebagian besar jalan sudah beraspal. Hubungan antar
daerah dapat terjangkau, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Selain itu, sudah terdapat jaringan komunikasi (televisi, radio,
telepon) dimana sebagaian besar masyarakat desa sudah memanfaatkannya.
Data umum Desa / Kelurahan:
1. Identitas
a. Nama Desa / Kelurahan : Kedundung
b. Kecamatan : Magersari
c. Wilayah Binaan Kecamatan : Magersari
d. Kota : Mojokerto
e. Propinsi : Jawa Timur
1. Luas Wilayah
a. Luas Desa / Kelurahan : 228.580 Ha
b. Batas Wilayah
1) Sebelah Utara : Kelurahan Wates
Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto
2) Sebelah Selatan : Kelurahan Gunung Gedangan
Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto
3) Sebelah Barat : Kelurahan Balongsari
Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto
4) Sebelah Timur : Kelurahan Kepuh Anyar
Kecamatan.Mojoanyar Kota Mojokerto
2. Kondisi Geografi
a. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 22 m
25
26
b. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Rendah
c. Suhu rata-rata : 30 derajat
3. Pemerintahan Desa / Kelurahana. Jumlah RT : 63
b. Jumlah RW : 15
c. Jumlah perangkat Desa/Kelurahan : 12 orang
4. Data demografi
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
1) Laki-laki : 7733 jiwa
2) Perempuan : 7555 jiwa
Jumlah : 15.288 jiwa
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
1) Umur 0 - <1 tahun : 284 orang
2) Umur 0 - <3 tahun : 972 orang
3) Umur 1 - <5 tahun : 1.216 orang
4) Umur 5 - 6 tahun : 606 orang
5) Umur 7 - 15 tahun : 2718 orang
6) Umur 15 – 21 tahun : 2436 orang
7) Umur 22 - 59 tahun : 7494 orang
8) Umur >60 tahun : 1181 orang
c. Jumlah kepala keluarga (KK) : 4628 jiwa
5. Data pekerjaan
a. Petani : 315 orang
b. Nelayan : -
c. Pekerja lepas (Buruh) : 913 orang
d. Buruh migran perempuan / TKW : -
e. Buruh migran perempuan / TKI : -
f. Pegawai Negeri Sipil : 178 orang
g. Karyawan swasta : 1063 orang
h. Pengusaha/wiraswasta : 106 orang
i. TNI/POLRI : 64 orang
27
6. Data sarana pendidikan
a. Taman kanak-kanak / PAUD : 4 unit
b. SD / MI : 12 unit
c. SMP / MTs : 2 unit
d. SMA / MA : 1 unit
e. Pondok Pesantren : 7 unit
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
Berdasarkan hasil tanggapan responden, maka dibawah ini akan
penulis jelaskan terlebih dahulu mengenai identitas responden.
Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan pendidikan
terakhir,penghasilan responden, dan perilaku hidup bersih dan
sehat.Berikut disajikan hasil penelitian dari identifikasi karakteristik
responden.
Tabel V.1 Pendidikan Terakhir Responden (Kasus)
No. Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)
1. SD / sederajat 3 12 %
2. SMP / sederajat 7 28 %
3. SMA / sederajat 14 56 %
4. Diploma / sarjana 1 4 %
Total 25 100%
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.1 dan Gambar V.1 menunjukkan bahwa jenjang
pendidikan responden tersebut mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Responden untuk sampel kasus yang terdiri dari 25 orang ibu dengan anak
balita umumnya telah berpendidikan cukup baik (SMA keatas) sebesar 60
%.
28
Gambar V.1 Proporsi Pendidikan Terakhir Responden (Kasus)
Tabel V.2 Pendidikan Terakhir Responden (Kontrol)
No. Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)
1. SD / sederajat 7 14 %
2. SMP / sederajat 6 12%
3. SMA / sederajat 25 50%
4. Diploma / sarjana 12 24%
Total 50 100%
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.2 dan gambar V.2 menunjukkan bahwa jenjang
pendidikan responden tersebut mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Responden untuk sampel kontrol yang terdiri dari 50 orang ibu dengan
anak balita umumnya telah berpendidikan cukup baik (SMA keatas)
sebesar 74 %.
Gambar V.2 Proporsi Tingkat Pendidikan Terakhir (Kontrol)
29
Tabel V.3 Pendapatan Responden
No. Pendapatan Keluarga Jumlah Persen (%)1. Di bawah UMP 49 65 %2. Di Atas UMP 26 35 %
Total 75 100%Sumber: Hasil Survei
Tabel V.3 dan gambar V.3 menunjukkan bahwa secara umum
responden dari sampel kasus kontrol sebagian besar dari keluarga yang
berpendapatan di bawah UMP (<1.400.000) yaitu sebesar 65 %.
Distribusi pendapatan jika disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai
berikut:
Gambar V.3 Tingkat Pendapatan Keluarga Responden Kasus dan Kontrol
Tabel V.4 Pekerjaan Responden (Kasus)
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.4 menunjukkan bahwa secara umum responden dari
sampel kasus sebagian besar tidak bekerja yaitu sebesar 40 %.
No.Pekerjaan Responden
frekuensi Persen
1. PNS 1 4 %2. Pegawai Swasta 4 16 %3. Wiraswasta 6 24 %4. Buruh 4 16 %5. Tidak Bekerja 10 40 %
25 100 %
30
Gambar V.4 Proporsi Pekerjaan Responden Kasus
Tabel V.5 Pekerjaan Responden (Kontrol)
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.5 dan Gambar V.5 menunjukkan bahwa secara umum
responden dari sampel kasus kontrol sebagian besar tidak bekerja yaitu
sebesar 60 %.
Gambar V.5 Proporsi Pekerjaan Responden Kontrol
Berikut disajikan hasil penelitian tentang angka kejadian diare:
Tabel V.6 Besar Sampel Kasus dan Kontrol
No. Besar Sampel Jumlah Persen (%)
No. Pekerjaan Responden frekuensi Persen
1. PNS 2 4 %2. Pegawai Swasta 4 8 %3. Wiraswasta 10 20 %4. Buruh 4 8 %5. Tidak Bekerja 30 60 %
50 100
31
1. Kasus (diare) 25 10 %
2. Kontrol (tidak diare) 50 90 %
Total 75 100%
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.6 dan Gambar V.6 menunjukkan besar sampel yang
ditentukan berdasarkan kasus diare yang ada pada Kelurahan Kedundung
sebesar 25 orang dan sampel kontrol yang ditetapkan 2 kali besar kasus
(50 orang) ibu yang memiliki balita tanpa diare.
Tabel V.7 Hasil Peniliaian Tingkat Pengetahuan pada Kasus dan
Kontrol terhadap Diare
Sumber : Hasil Survei
Dengan kategori dan kriteria skor
Pengetahuan Baik > 75%
Pengetahuan Kurang/Buruk ≤ 75%
No. Kasus Presentase / Skor Kontrol1. 3 52,94% 82. 3 64,7% 13. 2 70,5% 24. 2 76,4% 85. 2 82,35% 66. 4 88,23% 117 5 94,1% 58. 4 100% 9
Total 25 50
32
B. Analisis Data
Dari hasil pengumpulan data dapat disusun tabel untuk keperluan
analisis odds ratio sebagai berikut :
Tabel V.7 Analisis Odds Ratio
Kejadian JumlahDiare Tidak diare
Faktor resiko tingkat
pengetahuan diare
Kurang/buruk 8 11 19
Baik 17 39 56
Jumlah 25 50 75
OR =
OR = = = 1,7
Dalam penelitian ini didapatkan nilai Odds Ratio adalah 1,7(>1)
yang berarti tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian diare merupakan
faktor resiko terjadinya diare di kelurahan Kedundung atau ada pengaruh
tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita di kelurahan
Kedundung. Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita yang
kurang/buruk mempunyai resiko 1,7 kali lebih besar memiliki balita yang
8x3911x17
312
187
33
menderita diare di bandingkan dengan ibu balita yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik.
Tabel V.8 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 1
1. Apakah tanda-tanda diare pada balita?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 20 80% 40 80%Salah 5 20% 10 20%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.8 menunjukkan dari 20 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan tanda-tanda diare yaitu
sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus
yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari
50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan tanda-tanda diare yaitu sebanyak 40 orang dengan persentase
80%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak
10 orang dengan persentase 20%.
Tabel V.9 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 2
2. Apakah penyebab diare? Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 5 20% 15 30%Salah 20 80% 35 70%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.9 menunjukkan dari 20 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab salah pertanyaan penyebab diare yaitu sebanyak
20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab benar yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50
responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab salah pertanyaan
penyebab diare yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%.
34
Sedangkan responden kontrol yang menjawab benar yaitu sebanyak 15
orang dengan persentase 30%.
Tabel V.10 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 3
3. Apa saja yang menjadi sumber penularan diare?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 20 80% 35 70%Salah 5 20% 15 30%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar pertanyaan sumber penularan diare yaitu sebanyak 20 orang dengan
persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu
sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan sumber penularan diare
yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%. Sedangkan responden
kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase
30%.
Tabel V.11 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 44. Penyebab penyakit diare masuk kedalam
tubuh melalui apa?Kasus Kontrol
Frek % Frek %Benar 24 96% 48 96%Salah 1 4% 2 4%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.11 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan penyebab penyakit diare
masuk kedalam tubuh melalui apa yaitu sebanyak 24 orang dengan
persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu
sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan
persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 2 orang dengan persentase 4%.
35
Tabel V.12 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 5
5. Tindakan apa yang paling tepat agar diare pada anak ibu segera tertolong?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 20 80% 48 96%Salah 5 4% 2 4%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.12 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Tindakan apa yang paling
tepat agar diare pada anak ibu segera tertolong” yaitu sebanyak 20 orang
dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah
yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden kontrol
yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan
persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 2 orang dengan persentase 4%.
Tabel V.13 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 6
6. Darimana ibu mendapat informasi tentang cara menangani diare yang baik dan benar ?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 23 92% 45 90%Salah 2 8% 5 10%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.13 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Darimana ibu mendapat
informasi tentang cara menangani diare yang baik dan benar” yaitu
sebanyak 23 orang dengan persentase 92%. Sedangkan responden kasus
yang menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 8%. Dari
50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
36
sebanyak 45 orang dengan persentase 90%. Sedangkan responden kontrol
yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 10%.
Tabel V.14 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 7
7. Bagaimana cara memasak air yang akan di konsumsi oleh ibu dan keluarga?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.14 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Bagaimana cara memasak air
yang akan di konsumsi oleh ibu dan keluarga” yaitu sebanyak 25 orang
dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab
salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 50 orang
dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Tabel V.15 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 8
8. Apakah ibu tahu kondisi air yang bersih? Kasus Kontrol
Frek % Frek %
Benar 24 96% 48 96%
Salah 1 4% 2 4%
25 100% 50 100%
Sumber : Hasil Survei
Tabel V.15 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Apakah ibu tahu kondisi air
yang bersih” yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan
persentase 4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar
37
menjawab benar sebanyak 48 orang dengan persentase 96%. Sedangkan
responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan
persentase 4%.
Tabel V.16 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 9
9. Menurut ibu kapan makanan di anggap basi?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.16 Menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Menurut ibu kapan makanan
di anggap basi” yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%.
Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang
dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian
besar menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase 100%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0
orang dengan persentase 0%.
Tabel V.17 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 10
10. Bagaimana cara ibu mencuci botol susu/dot untuk balita?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 5 20% 20 40%Salah 20 80% 30 60%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
38
Tabel V.17 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Bagaimana cara ibu mencuci
botol susu/dot untuk balita” yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase
20%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 20
orang dengan persentase 80%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti
sebagian besar menjawab benar sebanyak 20 orang dengan persentase
40%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak
30 orang dengan persentase 60%.
Tabel V.18 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 11
11. Dimanakah ibu dan keluarga membuang sampah?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.18 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “dimanakah ibu dan
keluarga membuang sampah” yaitu sebanyak 25 orang dengan
persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu
sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan dimana tempat
membuang sampah yaitu sebanyak 50 orang dengan persentase 100%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0
orang dengan persentase 0%.
Tabel V.19 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 12
12. Menurut ibu bagaimana wadah/tempat pembuangan sampah yang baik?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 19 76% 35 70%Salah 6 24% 15 30%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
39
Tabel V.19 menunjukkan dari 19 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan bagaimana wadah/tempat
pembuangan sampah yang baik yaitu sebanyak 19 orang dengan
persentase 76%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu
sebanyak 6 orang dengan persentase 24%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan bagaimana
wadah/tempat pembuangan sampah yang baik yaitu sebanyak 35 orang
dengan persentase 70%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
salah yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 30%.
Tabel V.20 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 13
13. Apa saja dampak dari pembuangan sampah sembarangan?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 24 96% 47 94%Salah 1 4% 3 6%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.20 menunjukkan dari 24 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “ apa saja dampak dari
pembuangan sampah sembarangan?” yaitu sebanyak 24 orang dengan
persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu
sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan dampak dari
pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 47 orang dengan
persentase 94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 3 orang dengan persentase 6%.
Tabel V.21 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 14
14. Siapakah yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
40
Tabel V.21 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Siapa yang dirugikan
akibat pembuangan sampah sembarangan” yaitu sebanyak 25 orang
dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab
salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Siapakah
yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak
50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang
menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Tabel V.22 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 15
15. Dimanakah lokasi yang tepat untuk buang air besar?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.22 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan Siapa yang dirugikan akibat
pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 25 orang dengan
persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu
sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Siapakah yang
dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 50
orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang
menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Tabel V.23 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 1616. Kapan waktu yang tepat untuk mencuci
tangan?Kasus Kontrol
Frek % Frek %Benar 23 92% 47 94%Salah 2 8% 3 6%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
41
Tabel V.23 menunjukkan dari 23 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Kapan waktu yang tepat
untuk mencuci tangan?” yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase
92%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 2
orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan Kapan waktu yang tepat untuk
mencuci tangan yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase 94%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 3
orang dengan persentase 6%.
Tabel V.24 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 1717. Tahukah ibu program puskesmas yang
disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)?
Kasus KontrolFrek % Frek %
Benar 14 56% 33 66%Salah 11 44% 17 34%
25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei
Tabel V.24 menunjukkan dari 14 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar pertanyaan program puskesmas yang
disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu sebanyak 14 orang
dengan persentase 56%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah
yaitu sebanyak 11 orang dengan persentase 44%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan program
puskesmas yang disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)yaitu
sebanyak 33 orang dengan persentase 66%. Sedangkan responden kontrol
yang menjawab salah yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 34%.
42
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kuesioner dari 75 responden yang diteliti, ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan baik tentang diare dan balita nya terkena diare
sebanyak 17 balita atau 68%, sementara ibu yang memiliki tingkat pengetahuan
kurang baik tentang diare dan memiliki balita yang terkena diare se4banyak 8
anak balita atau 32%. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang
diare dan balita nya tidak menderita diare sebanyak 39 balita atau 78%, ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang diaredan balita nya tidak
menderita diare sebanyak 22%. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
tingkat pengetahuan paham, cenderung balitanya tidak terkena diare.
Penelitian ini menunjukkan ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu tentang
kejadian diare pada balita di kelurahan Kedundung. Tingkat pengetahuan ibu
tentang diare pada balita yang kurang/buruk mempunyai resiko 1,7 kali lebih
besar memiliki balita yang menderita diare di bandingkan dengan ibu balita yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2007) yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan yang kurang. Hasil ini
43
memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden belum memiliki
pengetahuan yang baik mengenai diare. Dengan pengetahuan yang kurang
tersebut tentunya menjadikan pola hidup yang sehat kurang dilakukannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini didukung oleh irawati dan wahyuni (2011), pengetahuan
dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan
keyakinan tersebut, dengan pengetahuan kesehatan lingkungan yang baik
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencapai
kondisi lingkungan yang sehat, sehingga dapat memutuskan rantai penularan
penyakit melalui lingkungan serta prilaku hidup bersih dan sehat agar tidak
mudah tertular penyakit.
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Sebelum diare terjadi pada balita, kita dapat mencegah melalui prilaku hidup
bersih dan sehat.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian diare. (Depkes RI, 2005:16).
Menurut Soegijanto ( 2002 ), faktor faktor kejadian diare yaitu, faktor
resiko internal yang terdiri dari umur balita, umur ibu, status gizi balita, jumlah
anak dan asi ekslusif. Faktor resiko exsternal terdiri dari pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, perilaku ibu, dan air bersih.
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 32% kasus berpengetahuan
kurang/buruk tentang diare, sedangkan pada kontrol hanya 22% (proporsi yang
tidak paham lebih besar pada kasus). Dalam tabel V.1 dijelaskan bahwa kelompok
kasus berpendidikan SMA keatas sebanyak 60% sedangkan pada kontrol
sebanyak 74%. Sementara tabel V.3 dimana ibu-ibu dengan tingkat pendapatan
32
44
lebih kecil dari UMP sebesar 65%. Tabel V.4 dijelaskan bahwa kelompok kontrol
didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 68%.
Kejadian diare pada kelompok kasus dengan pengetahuan kurang masih
tinggi yaitu sebanyak 32% . Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya minat
warga dalam mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan di puskesmas dan
dipengaruhi faktor lain misalnya lingkungan yang kumuh, jumlah penduduk yang
terlalu padat serta kurangya kesadaran dari ibu untuk menjaga kebersihan.
Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 22%. di karenakan respon baik dari ibu
yang memiliki anak balita yang pernah terkena diare yaitu mencoba mencari
informasi tentang penyakit diare.
Tingkat pendidikan pada kelompok kasus yang berpendidikan SMA keatas
sebanyak 60% kontrol 74 %, tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah
dalam memahami tentang kejadian diare.
Sebanyak 65% ibu-ibu dengan pendapatan dibawah UMP, pendapatan
keluarga menentukan ketersediaan fasilitas yang baik. Semakin tinggi pendapatan
keluarga semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin
baik. Oleh karena itupentingnya bagi pemerintah daerah untuk membuka lapangan
pekerjaan baru guna untuk meningkatkan tingkat pendapatan warganya.
Kelompok kontrol didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 68%.
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare
pada balita. Pada pekerjaan ibu ataukeaktifan ibu dalam berorganisasi sosial
berpengaruh pada kejadian diare balita. Dengan pekerjaan tersebut ibu diharapkan
mendapat informasi tentang pencegahan diare.
Berdasar hasil kuesioner dari 17 pertanyaan yang diberikan kepada
responden , pertanyaan “apakah tanda-tanda diare ?” dari 20 responden kasus
yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 20 orang dengan
persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak
5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian
45
besar menjawab benar pertanyaan tanda-tanda diare yaitu sebanyak 40 orang
dengan persentase 80%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 10 orang dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai tanda-tanda diare.
Pada pertanyaan “Apakah penyebab diare?” dari 20 responden kasus
yang diteliti sebagian besar menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang dengan
persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab benar yaitu
sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti
sebagian besar menjawab salah pertanyaan penyebab diare yaitu sebanyak 35
orang dengan persentase 70%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
benar yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan
bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyebab diare.
Sebagian besar responden memilih jawaban mengenai penyebab diare yaitu salah
makan, masuk angin dan kepanasan.
Pada pertanyaan “Apa saja yang menjadi sumber penularan diare?”
Dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu
sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50
responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan
sumber penularan diare yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 15 orang
dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai sumber penularan diare.
Pada pertanyaan “penyebab penyakit diare masuk kedalam tubuh
melalui apa” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden
kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari
50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48
orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
46
salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyebab penyakit
diare masuk ke dalam tubuh melalui apa.
Pada pertanyaan “Tindakan apa yang paling tepat agar diare pada
anak ibu segera tertolong?”dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar
menjawab benar yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase
4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
sebanyak 48 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang
menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini
menunjukkan bahwa responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai
tindakan yang paling tepat yang dapat ibu lakukan terhadap penanganan awal
diare.
Pada pertanyaan “Darimana ibu mendapat informasi tentang cara
menangani diare yang baik dan benar” menunjukkan dari 25 responden kasus
yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 23 orang dengan
persentase 92%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak
2 orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian
besar menjawab benar sebanyak 45 orang dengan persentase 90%. Sedangkan
responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan
persentase 10%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mendapatkan
informasi tentang menangani diare yang baik dan benar.
Pada pertanyaan “Bagaimana cara memasak air yang akan di
konsumsi oleh ibu dan keluarga” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian
besar menjawab benar pertanyaan yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase
100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang
dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar
menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan
responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan
47
persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai cara memasak air yang akan di konsumsi oleh
ibu dan keluarga.
Pada pertanyaan “Apakah ibu tahu kondisi air yang bersih”dari 25
responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan yaitu
sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan
persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini menunjukkan bahwa responden
telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai kondisi air yang bersih.
Pada pertanyaan “Menurut ibu kapan makanan di anggap basi” dari 25
responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 25
orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah
yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase
100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0
orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah
memiliki pengetahuan yang baik mengenai makanan yang dianggap basi.
Pada pertanyaan “Bagaimana cara ibu mencuci botol susu/dot untuk
balita” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar
yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus
yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50
responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 20 orang
dengan persentase 40%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 30 orang dengan persentase 60%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai cara ibu mencuci botol
susu/dot untuk balita. Sebagian besar responden memilih jawaban mengenai cara
48
ibu mencuci botol susu/dot untuk balita adalah mencuci dengan sabun dan di
biarkan kering.
Pada pertanyaan “dimanakah ibu dan keluarga membuang
sampah?” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase
0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan dimana tempat membuang sampah yaitu sebanyak 50 orang dengan
persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden
telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai tempat membuang sampah yang
benar.
Pada pertanyaan “apakah dampak dari pembuangan sampah
sembarangan?” dari 24 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar pertanyaan yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase
4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan dampak dari pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 47
orang dengan persentase 94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
salah yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai dampak dari
membuang sembarangan.
Pada pertanyaan “Siapa yang dirugikan akibat pembuangan sampah
sembarangan?” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden
kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari
50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan
Siapakah yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak
50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
49
salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai siapa orang yang akan
dirugikan jika membuang sampah sembarangan.
Pada pertanyaan “Kapan waktu yang tepat untuk mencuci tangan?”
dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu
sebanyak 23 orang dengan persentase 92%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Kapan waktu
yang tepat untuk mencuci tangan yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase
94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 3 orang
dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai waktu yang tepat untuk mencuci tangan.
Pada pertanyaan “Tahukah ibu program Puskesmas yang disebut
perilaku hidup besih dan sehat (PHBS)?” dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase 56%.
Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 11 orang
dengan persentase 44%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar
menjawab benar pertanyaan program puskesmas yang disebut perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS)yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 66%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 17 orang
dengan persentase 34%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat..
50
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedundung
Kelurahan kedundung Kecamatan Magersari kota Mojokerto dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu merupakan faktor resiko terhadap kejadian diare.
Hal ini terbukti dengan nilai OR sebesar 1,7 yang berarti berada di OR > 1.
2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang kurang paham
tentang diare menunjukkan presentase yang lebih tinggi balitanya
menderita diare dari pada ibu yang kurang paham mengenai diare pada
balita.
3. Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya minat warga dalam mengikuti
penyuluhan yang diselenggarakan di puskesmas dan dipengaruhi faktor
lain misalnya lingkungan yang kumuh, jumlah penduduk yang terlalu
padat serta kurangya kesadaran dari ibu untuk menjaga kebersihan.
4. Dari 17 pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada responden sebagian
besar sudah di jawab dengan benar. Responden menjawab salah pada
pertanyaan “Apakah penyebab diare?” dan “Bagaimana cara ibu
mencuci botol susu/dot untuk balita?”
51
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
sebagai berikut:
1. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan informasi kepada
masyarakat tentang bahaya Diare pada balita, manifestasi yang
ditimbulkan akibat diare serta melakukan penyuluhan secara
berkelanjutan.
b. Hendaknya petugas kesehatan agar lebih memberdayakan masyarakat
dengan mengajak peran serta dalam mengikuti kegiatan bersih desa
rutin tiap bulan maupun tiap minggu dengan memberikan hadiah
menarik, sehingga kader dan masyarakat lebih tertarik.
2. Bagi Ibu dengan anak Balita yang sedang terkena diare
a. Disarankan untuk mengikuti pengobatan diare secara tuntas agar
terhindar dari komplikasi dari diare yaitu dehidrasi.
b. Disarankan lebih sering melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor
yang mungkin masih ada dan berperan mencetuskan kejadian diare
di dalam dan di area lingkungan rumah, seperti Menutup makanan
menggunakan tudung saji, mencuci dot minum bayi dengan air
panas, membuang sampah pada tempatnya ditempat sampah yang
memiliki tutup dan kedap air, memperhatikan tempat penampungan
air, serta memperhatikan kebersihan rumah.
3. Bagi Ibu dengan anak Balita yang tidak mengalami diare
a. Rajin mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci
tangannya, sedangkan pada bayi sering dilap tangannya. Ibu pun
juga harus sering mencuci tangan, terutama saat memberi makan
pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti setelah
membersihkan kotoran bayi atau anak.
b. Tutup makanan dengan tudung saji.
c. Masak air minum dan makanan hingga matang.
50
52
d. Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif
minimal 6 bulan karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk
bayi yang "terpaksa" menggunakan susu formula, maka dotnya
harus di rebus dengan air panas.
DAFTAR PUSTAKA
Bhisma Murti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogjakarta:UGM Press.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Dahlan,M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans.
Kelurahan Kedundung. 2014. Data Base Kelurahan Kedundung Kecamatan MAgersari Kota Mojokerto. Kedundung.
Medika. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Ningrum, Dina Nur Anggraini dan Widya Hary Cahyati. 2008. Buku Ajar Biostatistika Inferensial. Semarang: UPT Press Universitas Negeri Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. 2014. Buku Pedoman Penulisan dan Pelaksanaan Tugas Akhir. Surabaya: UPT Press Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Puskesmas Kedundung. 2014. Profil Puskesmas Kedundung 2014. Kedundung. Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogjakarta:
NuhaSinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita
(Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Skripsi :Universitas Diponegoro.Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Salemba Medika. Sulistijani, Dina Agoes dan Maria Poppy H. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan
Balita, Jakarta: Puspa Swara.
53
Wawan dan Dewi. Pengetahuan, Sikap, dan perilaku Manusia,. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.