Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

78
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2008:145). Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun. Hanya saja kejadian penyakit diare karena infeksi jauh lebih kecil (Soegeng Soegijanto, 2002:75). Selama ini masyarakat umum menganggap bahwa penyakit diare dianggap sebagai penyakit sepele atau bahkan tidak dianggap penting. Di tingkat nasionalpun diare masuk dalam daftar sepuluh penyakit yang sering dilaporkan oleh masyarakat, dan

Transcript of Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

Page 1: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan

dan kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih

dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita

disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata

3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia

kurang dari dua tahun (Widoyono, 2008:145). Penyakit diare tidak hanya

terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga

dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun.

Hanya saja kejadian penyakit diare karena infeksi jauh lebih kecil (Soegeng

Soegijanto, 2002:75).

Selama ini masyarakat umum menganggap bahwa penyakit diare

dianggap sebagai penyakit sepele atau bahkan tidak dianggap penting. Di

tingkat nasionalpun diare masuk dalam daftar sepuluh penyakit yang sering

dilaporkan oleh masyarakat, dan ternyata tetap ada setiap tahunnya. Bahkan

kematian anak balita yang disebabkan karena diare angkanya cukup besar dan

belum beranjak turun (Tri Hastuti Nur Rochimah, 2008:1).

Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih

lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data

terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi

penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia

setelah radang paru atau pneumonia (Wiku adisasmito, 2007:2).

Beberapa hasil survei mendapatkan bahwa 76% kematian diare terjadi

pada balita, 15,5% kematian bayi dan 26,4% kematian pada balita disebabkan

karena penyakit diare murni. Menurut hasil survei rumah tangga pada tahun

1995 didapatkan bahwa setiap tahun terdapat 112.000 kematian pada semua

1

Page 2: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

2

golongan umur, pada balita terjadi kematian 2,5 per 1000 balita

(Sinthamurniwaty, 2006:1).

Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2002 mendapatkan

prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2

%, dengan angka kematian diare balita sebesar 23/ 100.000 penduduk pada

laki-laki dan 24/100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita

dapat mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan diare

tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor

risiko apa yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita (Sinthamurniwaty,

2006:1).

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Apabila faktor lingkungan tidak

sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku

manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat

terjadi (Depkes, 2005).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009

angka kejadian diare pada balita sebesar 1,95 per 1000 balita. Mengalami

peningkatan bila di bandingkan dengan tahun 2008 sebesar 1,86 per 1000

balita. Pada tahun 2009 angka CFR kasus diare sebesar 0,021 per 1000 balita,

mengalami peningkatan bila di bandingkan dengan nilai CFR diare di tahun

2008 sebesar 0,006 per 1000 balita. Jumlah kasus diare pada balita yang

mengalami peningkatan setiap tahunnya menunjukkan bahwa kasus diare pada

balita masih tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya (Kemenkes,

2011). Jumlah penderita diare di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar

22.715 kasus dan di Kota Mojokerto pada tahun 2010 sebesar 6442 kasus dan

mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 7237 kasus.

Menurut data dari Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto pada bulan

Januari sampai September 2015 angka kejadian diare pada balita di Kelurahan

Kedundung Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sebanyak 127 kasus dan

kejadian tertinggi diare terjadi pada bulan September 2015 sebesar 25 kasus

diare.

Page 3: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

3

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kejadian penyakit. H.L. Blum

(1974) mengelompokkan faktor tersebut ke dalam faktor lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor perilaku dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan dan sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat tersebut

pengetahuan ibu dapat memengaruhi kejadian diare. Pengetahuan yang

rendah tentang diare memperbesar kemungkinan kejadian diare, karena

seseorang yang kurang atau tidak memahami atau mengetahui proses

penularan diare yang sedang terjadi tidak mengetahui pula tentang tata laksana

awal pencegahan diare.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai “Pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian

diare pada anak usia di bawah lima tahun (balita) di Kelurahan Kedundung

Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah : adakah pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap

kejadian diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari

Kota Mojokerto pada bulan September 2015?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian

diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari Kota

Mojokerto.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi instansi terkait

Memberikan masukan khususnya kepada Puskesmas Kedundung

untuk menekan tingkat kejadian diare anak balita di Kelurahan Kedundung

Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Untuk instansi atau Puskesmas

lain yang memiliki karakteristik sosial-budaya dan geografi yang

menyerupai kondisi daerah penelitian dapat digunakan untuk masukan

dalam pemecahan masalah yang sama.

Page 4: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

4

2. Bagi institusi pendidikan

Menambah khasanah kepustakaan penelitian dalam perkembangan

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data awal

untuk penelitian lebih lanjut.

Page 5: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi diare

Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga

kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama dengan atau tidak disertai

lendir ataupun darah. Sedangkan menurut Cohen MB diare akut

didefinisikan sebagai keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang

berbentuk cair dalam satu hari dan empat belas hari. Shahid NS

mengemukakan bahwa diare sebagai episode keluarnya tinja cair sebanyak

tiga kali atau lebih, atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang

berlendir atau berdarah dalam sehari (Soegeng Soegijanto, 2002:73).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan

peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir

darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari.

(Aziz Alimul Hidayat, 2008: 101).

Menurut Hiswani (2002:1), penyakit diare adalah penyakit yang

sering terjadi pada anak balita dengan di sertai muntah dan mencret,

penyakit diare apabila tidak segera di beri pertolongan pada anak dapat

mengakibatkan dehidrasi. Untuk pertolongan pertama pada anak yang

menderita dehidrasi harus mendapatkan cairan pengganti baik itu berasal

dari oralit ataupun dari cairan infus. Penyakit diare ini sering

menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi anak-anak dan

orang yang bertempat tinggal didaerah-daerah yang sarana air bersih

kurang memenuhi syarat kesehatan.

2. Etiologi diare

Menutut Widoyono(2008:147), penyebab diare dikelompokkan menjadi:

a. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

5

Page 6: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

6

b. Bakteri: Escheresia coli (20-30%0, Shigella sp (1-2%), Vibrio cholera

dan lain-lain.

c. Parasit:Entamoeba histolytica (<1%), Giardia Lamblia,

Cryptosporodium (4-11%).

d. Keracunan makanan.

e. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak dan protein.

f. Alergi: makanan, susu sapi.

g. Imunodefisiensi: AIDS.

Menurut Aziz Alimul Hidayat (2008: 101), diare disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali dengan adanya

mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan

yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa

intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal

sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya

mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan

elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem

transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami

iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

b. Faktor malabsorpsi, merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi

yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan

terjadi pergeseran air elektrolit ke rongga usus yang dapat

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

c. Faktor makanan, dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu

diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus

yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap

makanan.

d. Faktor psikologis, dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan

makanan.

Page 7: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

7

Bagan II.1 Bagan Terjadinya Diare (Sumber: Aziz Alimul Hidayat, 2008: 102).

3. Jenis diare

Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu:

a. Diare akut

Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri

Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan

kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

Faktor

Infeksi

Malabsorbsi

Makanan

Psikologis

Kuman Masuk dan

berkembang dalam usus

Toksin dalam dinding usus

Hiperekskresi air elektrolit (isi rongga)

usus meningkat

Tekanan osmotik

meningkat

Pergeseran air dan

elektrolit ke rongga usus

Isi rongga usus

meningkat

Toksin tidak dapat

diabsorpsiHiperperistaltik

Kemampuan absorbsi menurun

HiperperistaltikKemampuan

absorbsi menurun

DIARE

Page 8: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

8

c. Diare persisten

Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat

badan dan gangguan metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten)

mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan

gizi atau penyakit lainnya.

4. Gejala klinis diare

Menurut Widoyono (2008:149) beberapa gejala dan tanda diare

antara lain:

a. Gejala umum

1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.

2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis bahkan gelisah.

b. Gejala spesifik

1) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan

berbau amis.

2) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.

5. Akibat diare

Menurut Soegeng Soegijanto (2002:79), diare dapat mengakibatkan:

a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.

b. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai

akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah.

c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena

diare dan muntah.

Page 9: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

9

6. Epidemiologi Penyakit Diare

a. Penularan kuman penyebab diare

Menurut Widoyono (2008:148), penyakit diare sebagian besar

disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit

diare melalui fecal oral terjadi sebagai berikut:

1) Melalui air yang merupakan media penularan utama

Diare dapat terjadi apabila seseorang menggunakan air

minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,

tercemar selama perjalanan sampai kerumah-rumah atau tercemar

pada saat tersimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila

tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

2) Melalui tinja terinfeksi

Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri

dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihingapi oleh binatang dan

kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan

itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

Menurut Depkes RI (2005:16), epidemiologi penyakit diare

adalah sebagai berikut :

1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal

oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja

dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa

perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan

meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan

ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan,

menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu

kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci

tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak

Page 10: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

10

atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang

tinja dengan benar.

2) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden,

beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah

tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,

imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare

lebih banyak terjadi pada golongan balita.

3) Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan

perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena

tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang

tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat

menimbulkan kejadian diare.

b. Faktor Penjamu Yang Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare

Menurut Widoyono (2008:149), faktor yang dapat

meningkatkan penyakit diare adalah:

1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi (ASI

eksklusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-6

bulan). Hal ini akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian

akibat diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan

terhadap infeksi.

2) Memberikan susu formula kepada bayi. Pemakaian botol akan

meningkatkan resiko pencemaran kuman, dan susu akan

terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat

berkembang bila susu tidak segera diminum.

3) Penyimpanan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan

menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan

Page 11: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

11

peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik bagi

perkembangan mikroba.

4) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sesudah

buang air besar (BAB) akan memungkinkan terkontaminasi

langsung.

7. Cara pencegahan diare

Menurut Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (1997:2)

penyakit diare dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan ibu balita

mengenai tata laksana diare yang tepat dan benar yaitu meliputi

peningkatan angka penggunaan oralit dimasyarakat, pemberian ASI secara

eksklusif, penggunaan jamban dan air bersih dimasyarakat yang

memenuhi kesehatan serta kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan dan setelah buang air besar di masyarakat.

Cara pencegahan terjadinya diare menurut Depkes RI (2006:130)

meliputi:

a. Kebersihan perorangan

1) Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan.

2) Tidak memberikan susu botol atau dot kepada bayi atau anak, tetapi

berikan susu dengan gelas atau cangkir bersih.

3) Cuci tangan dengan sabun terutama sebelum menyiapkan dan

menyuapi anak, sebelum makan, sesudah buang air besar dan

sesudah membuang tinja anak.

4) Alat masak dan alat makan harus selalu bersih

5) Memasak makanan dengan benar dan minum air yang telah di rebus

b. Kesehatan Rumah dan Lingkungan

1) Menjaga kondisi sanitasi rumah agar tetap sehat, cukup sinar

matahari, cukup udara segar serta lantainya kering dan bersih.

2) Air yang digunakan sehari-hari harus bersih.

3) Menjaga kebersihan jamban, buang hajat di tempat tertutup dan tidak

terjangkau oleh lalat.

Page 12: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

12

4) Air kotor atau air limbah dibuang melalui Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL).

5) Menjaga kebersihan pekarangan dengan tidak membuang sampah

dan kotoran sembarangan.

8. Pengobatan diare

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang

melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung

elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lainnya seperti tajin, gula, tepung

beras dan lain sebagainya. Pengobatan diare juga dapat dilakukan dengan

cara pengobatan dietetic atau pemberian makanan, pemberian obat-obatan

seperti obat anti sekresi, obat pengeras tinja, dan antibiotika. (Staf

Pengajar Ilmu Kesehatan Anak: 2002:294).

B. Pengetahuan dan Kesehatan

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Soekidjo Notoatmodjo,

2007:139).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:121), pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers

(1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

Page 13: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

13

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulis tersebut

bagi dirinya).

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007:140), pengetahuan yang

mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diberikan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untyuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

Page 14: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

14

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluation (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

2. Pengetahuan kesehatan (Health knowladge)

Dari studi-studi yang dilakukan oleh WHO dan para ahli pendidikan

kesehatan, terungkap bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

sudah tinggi, tetapi praktek masyarakat masih rendah. Hal ini berarti

perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya. Oleh

karena itu, suatu pengetahuan kesehatan yang dimiliki tidak akan berarti

atau sia-sia bila tidak diwujudkan dalam sikap dan tindakan yang

mencerminkan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:128).

Terkait dengan hal tersebut diatas maka Lawrence Green (1980)

menyatakan bahwa perilaku masyarakat ditentukan oleh 3 faktor utama

yaitu:

a. Faktor pemudah (Predisposing factor), yaitu faktor yang dapat

mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat

terhadap apa yang dilakukannya. Disamping itu kepercayaan, tradisi

dan sistem nilai di masyarakat setempat yang dapat mempermudah atau

mempersulit. Salah satu kepercayaan yang ditemui pada terapi diare

dirumah adalah ibu percaya bahwa makanan tidak boleh diberikan

selama diare (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:13).

b. Faktor pemungkin (Enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan

atau mendukung perilaku atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku

seseorang atau masyarakat. Faktor tersebut seperti adaya dukungan

keluarga, teman atau tetangga (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:17).

Page 15: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

15

c. Faktor penguat (Reinforcing Factor), yaitu berupa contoh dari para

tokoh masyarakat, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat

pemerintah pusat daerah untuk mendukung pengetahuan, sikap dan

fasilitas di masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:14). Contoh dari

para petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan kader dalam

menyampaikan informasi mengenai diare pada para ibu.

3. Pengaruh pengetahuan terhadap kejadian diare

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk mengisi

kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi

sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Sebagaimana umumnya,

semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah

menerima informasi dan semakin bagus pengetahuan yang dimiliki. (A.

Aziz Alimul H, 2006:80).

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor, baik secara

formal seperti pendidikan yang didapat disekolah maupun non formal

yang diantaranya diperoleh bila ibu tersebut aktif dalam kegiatan

posyandu, PKK, maupun kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:128).

Menurut Sjahmien Moehji yang dikutip oleh Siti Rokhayatun

Nuhany (2008: 33), pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh kepercayaan,

adat istiadat dan tingkat pendidikan. Beberapa kepercayaan ibu terhadap

diare misalnya dikatakan bahwa pada saat anak sedang diare, anak tersebut

akan mulai tumbuh gigi serta anak akan mulai merangkak, berjalan dan

duduk. Banyak anggota masyarakat beranggapan bahwa diare pada anak

usia 2 tahun adalah biasa dan dianggap sebagai perubahan kepandaian

anak.

Meski diare begitu dikenal dan sering terjadi di masyarakat akan

tetapi ibu biasanya tidak menangapi penyakit tersebut secara sungguh-

sungguh oleh karena sifat diare biasanya ringan. Padahal penyakit tersebut

dapat membahayakan jiwa 26 terutama bagi balita. Diare dapat

Page 16: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

16

menyebabkan dehidrasi yang sangat berbahaya karena bila tidak dapat

diobati dengan tepat akan menyebabkan penurunan volume darah

(hipovolemia), kolaps kardio-vaskuler dan kematian (Ditjen PPM & PLP,

1999:23).

Pengobatan diare dirumah yang efektif hanya dapat diberikan oleh

ibu (atau pengasuh). Ibu harus menyiapkan cairan rehidrasi oral,

memberikannya dengan benar, memberikan makanan yang disiapkan

dengan benar dan memutuskan kapan anak perlu dibawa kembali ketempat

pengobatan. Ibu dapat melakukan tugas tersebut apabila ibu mengetahui

kebutuhan apa yang harus dilakukan dan bagaimanan melakukannya

(Ditjen PPM & PLP, 1999:61).

Page 17: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

17

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar III.1 Kerangka Konsep Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita

Pengetahuan Ibu:PenyebabSumber infeksiCara penularanCara mencegah Kejadian Diare

pada Balita

Perilaku : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan air bersih, Menggunakan jamban sehat

Kondisi lingkungan:penyediaan air bersih dan

sanitasi dasar (jamban, pembuangan sampah,

pembuangan air limbah)

Pelayanan Kesehatan Masyarakat / Penyuluhan

Tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, sikap, umur

Faktor hereditas

17

Page 18: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

18

Kejadian suatu penyakit (diarea) dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Blum,

1987). Faktor perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Tingkat

pengetahuan yang terkait dengan diare adalah pengetahuan mengenai mata

rantai penularannya yaitu : penyebab, sumber infeksi, pintu keluar, cara

menular, pintu masuk (porte d’entre) dan suseptibilitas (Sarudji, 2012).

Dengan tingkat pemahaman yang kurang akan berpengaruh terhadap

kejadian diare maka kami mengambil judul “pengaruh tingkat

pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada anak balita di Kelurahan

Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto tahun 2015.”

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut: “tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap

kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Kedundung, Kecamatan

Magersari, Kota Mojokerto tahun 2015.”

Diare Tidak diare

Pengetahuan kurang a b

Pengetahuan baik c d

Rumus dasar Odds Ratio (OR) :

ad

OR = bc

Keterangan :

a = Balita diare dengan ibu pengetahuan kurang tentang diare

b = Balita tanpa diare dengan ibu pengetahuan kurang tentang diare

c = Balita diare dengan ibu pengetahuan baik tentang diare

Page 19: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

19

d = Balita tanpa diare dengan ibu pengetahuan baik tentang diare

Jika OR = 1, maka tingkat pengetahuan bukan faktor resiko

Jika OR> 1, maka tingkat pengetahuan merupakan faktor resiko

JIka OR< 1, maka tingkat pengetahuan merupakan faktor protektif

Page 20: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

20

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kasus control

(case control study) yaitu suatu penelitian dengan cara membandingkan antara

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Berdasarkan status paparannya arah

pengusutannya bersifat retrospektif. Rancangan tersebut dari akibat (penyakit)

ke sebab (paparan). Subjek dipilih outcome tertentu (diare), lalu dilihat

kebelakang (backward) tentang status paparan penelitian yang dialami subjek

(tingkat pengetahuan).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedundung,

kecamatan Magersari, kota Mojokerto pada bulan Oktober tahun 2015.

C. Kasus dan Kontrol

1. Sampel kasus

Sebagai sampel kasus diambil balita yang menderita diare yang

dirawat di Puskesmas Kedundung bulan September tahun 2015 sejumlah

25 anak balita yang diasumsikan mewakili jumlah kasus diare dalam tahun

2015. Diambilnya kasus pada bulan terakhir dengan pertimbangan bahwa

aspek faktor risiko yang akan diamati yaitu tingkat pengetahuan ibu anak

balita tentang diare belum banyak mengalami perubahan.

2. Sampel kontrol

Penentuan besar sample untuk penelitian case control bertujuan

untuk mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan

kelompok kontrol. Kadang-kadang peneliti membuat perbandingan antara

jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1:1, tetapi juga

bisa 1:2 atau 1:3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

20

Page 21: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

21

(Suyatno, 2010). Oleh karena sampel kasus sudah sudah cukup besar yaitu

25 anak balita diare, maka besar sampel kontrol minimal 2 X 25 anak

balita tidak menderita diare.

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,

dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel di

gunakan. Adapun criteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :

a. Kriteria inklusi untuk kasus dalam penelitian ini adalah :

1) Semua ibu yang memiliki balita dengan riwayat diare pada

bulan September 2015.

2) Tempat tinggal di kelurahan Kedundung kecamatan Magersari,

kota Mojokerto.

3) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria inklusi untuk kontrol dalam penelitian ini adalah :

1) Semua ibu yang memiliki balita tanpa memiliki riwayat diare

pada bulan September 2015.

2) Tempat tinggal di kelurahan Kedundung kecamatan Magersari,

kota Mojokerto.

3) Bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian (Notoatmodjo, 2002) yaitu :

a. Kriteria ekslusi untuk sampel kasus dalam penelitian ini adalah :

Semua ibu balita kasus diare pada bulan September 2015

yang tidak berada ditempat saat penelitian.

Page 22: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

22

b. Kriteria ekslusi untuk sampel kontrol dalam penelitian ini adalah :

Semua ibu balita tanpa diare pada bulan September 2015

yang tidak berada ditempat saat penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah

tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare.

2. Variabel dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah kejadian diare

tahun 2015 pada anak balita (di Kelurahan Kedundung, kecamatan

Magersari kota Mojokerto).

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Instrumen pengukuran

Kategori dan criteria

Skala Ukur

1. Variabel dependent(kejadian diare)

Diare adalah keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak 3 kali/ lebih dalam 24 jam pertama dengan atau tidak disertai lendir ataupun darah.Anak balita dinyatakan terkena diare apabila dokter Puskesmas telah menetapkan sebagai penderita diare.

Data rekam medis puskesmas Kedundung pada bulan September 2015.

1: Diare bila tercatat sebagai pasien diare.

2: Tidak Diare bila tidak diare dan tidak tercatat sebagai pasien diare di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya pada tahun 2015.

Nominal

Page 23: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

23

2. Variabel independent (Tingkat pengetahuan ibu)

Tingkat pengetahuan ibu adalah peringkat pengetahuan ibu balita tentang rantai penularan diare, sesuai dengan 20 pertanyaan dalam kuesioner.

Kuisioner yang terdiri atas 20 pertanyaan. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0 (nol)

1 : Tidak/kurang paham apabila skor jawaban benar < 76%.

2 : Paham/ cukup paham apabila skor jawaban benar 76-100%.

Nominal

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer:

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi

oleh ibu yang memiliki balita, kasus maupun kontrol sebagai responden di

Kelurahan Kedundung wilayah kerja puskesmas Kedundung.

2. Data sekunder:

Data sekunder diperoleh dari data catatan rekam medis puskesmas

Kedundung, Kota Mojokerto.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program

SPSS (Statistic Product Service Solution) melalui beberapa tahap, yaitu :

a. Editing

Editing adalah pengecekan kembali apakah isian pada lembar

kuesioner sudah sesuai dan lengkap dengan absen jawaban yang telah

disediakan.

b. Coding

Setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi

kode yang   dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah dan sederhana.

c. Processing

Processing adalah memproses data dengan menggunakan

menggunakan perhitungan manual odds ratio.

Page 24: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

24

d. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada

kesalahan atau tidak ada masing-masing variabel yang sudah di proses

sehingga dapat di perbaiki dan di nilai.

2. Analisis data

Analisis data menggunakan uji Odds Ratio untuk menguji hipotesis

statistik sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap

kejadian diare pada balita tahun 2015 di kelurahan Kedundung.

H1 : Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap

kejadian diare pada balita tahun 2015 di kelurahan Kedundung.

H0 ditolak apabila OR > 1

Page 25: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

25

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kelurahan Kedundung adalah suatu kelurahan yang secara geografis

terletak di wilayah Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto merupakan

dataran rendah dengan sebagian besar jalan sudah beraspal. Hubungan antar

daerah dapat terjangkau, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda

empat. Selain itu, sudah terdapat jaringan komunikasi (televisi, radio,

telepon) dimana sebagaian besar masyarakat desa sudah memanfaatkannya.

Data umum Desa / Kelurahan:

1. Identitas

a. Nama Desa / Kelurahan : Kedundung

b. Kecamatan : Magersari

c. Wilayah Binaan Kecamatan : Magersari

d. Kota : Mojokerto

e. Propinsi : Jawa Timur

1. Luas Wilayah

a. Luas Desa / Kelurahan : 228.580 Ha

b. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara : Kelurahan Wates

Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto

2) Sebelah Selatan : Kelurahan Gunung Gedangan

Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto

3) Sebelah Barat : Kelurahan Balongsari

Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto

4) Sebelah Timur : Kelurahan Kepuh Anyar

Kecamatan.Mojoanyar Kota Mojokerto

2. Kondisi Geografi

a. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 22 m

25

Page 26: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

26

b. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Rendah

c. Suhu rata-rata : 30 derajat

3. Pemerintahan Desa / Kelurahana. Jumlah RT : 63

b. Jumlah RW : 15

c. Jumlah perangkat Desa/Kelurahan : 12 orang

4. Data demografi

a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

1) Laki-laki : 7733 jiwa

2) Perempuan : 7555 jiwa

Jumlah : 15.288 jiwa

b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

1) Umur 0 - <1 tahun : 284 orang

2) Umur 0 - <3 tahun : 972 orang

3) Umur 1 - <5 tahun : 1.216 orang

4) Umur 5 - 6 tahun : 606 orang

5) Umur 7 - 15 tahun : 2718 orang

6) Umur 15 – 21 tahun : 2436 orang

7) Umur 22 - 59 tahun : 7494 orang

8) Umur >60 tahun : 1181 orang

c. Jumlah kepala keluarga (KK) : 4628 jiwa

5. Data pekerjaan

a. Petani : 315 orang

b. Nelayan : -

c. Pekerja lepas (Buruh) : 913 orang

d. Buruh migran perempuan / TKW : -

e. Buruh migran perempuan / TKI : -

f. Pegawai Negeri Sipil : 178 orang

g. Karyawan swasta : 1063 orang

h. Pengusaha/wiraswasta : 106 orang

i. TNI/POLRI : 64 orang

Page 27: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

27

6. Data sarana pendidikan

a. Taman kanak-kanak / PAUD : 4 unit

b. SD / MI : 12 unit

c. SMP / MTs : 2 unit

d. SMA / MA : 1 unit

e. Pondok Pesantren : 7 unit

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden

Berdasarkan hasil tanggapan responden, maka dibawah ini akan

penulis jelaskan terlebih dahulu mengenai identitas responden.

Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan pendidikan

terakhir,penghasilan responden, dan perilaku hidup bersih dan

sehat.Berikut disajikan hasil penelitian dari identifikasi karakteristik

responden.

Tabel V.1 Pendidikan Terakhir Responden (Kasus)

No. Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)

1. SD / sederajat 3 12 %

2. SMP / sederajat 7 28 %

3. SMA / sederajat 14 56 %

4. Diploma / sarjana 1 4 %

Total 25 100%

Sumber: Hasil Survei

Tabel V.1 dan Gambar V.1 menunjukkan bahwa jenjang

pendidikan responden tersebut mulai dari SD sampai perguruan tinggi.

Responden untuk sampel kasus yang terdiri dari 25 orang ibu dengan anak

balita umumnya telah berpendidikan cukup baik (SMA keatas) sebesar 60

%.

Page 28: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

28

Gambar V.1 Proporsi Pendidikan Terakhir Responden (Kasus)

Tabel V.2 Pendidikan Terakhir Responden (Kontrol)

No. Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)

1. SD / sederajat 7 14 %

2. SMP / sederajat 6 12%

3. SMA / sederajat 25 50%

4. Diploma / sarjana 12 24%

Total 50 100%

Sumber: Hasil Survei

Tabel V.2 dan gambar V.2 menunjukkan bahwa jenjang

pendidikan responden tersebut mulai dari SD sampai perguruan tinggi.

Responden untuk sampel kontrol yang terdiri dari 50 orang ibu dengan

anak balita umumnya telah berpendidikan cukup baik (SMA keatas)

sebesar 74 %.

Gambar V.2 Proporsi Tingkat Pendidikan Terakhir (Kontrol)

Page 29: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

29

Tabel V.3 Pendapatan Responden

No. Pendapatan Keluarga Jumlah Persen (%)1. Di bawah UMP 49 65 %2. Di Atas UMP 26 35 %

Total 75 100%Sumber: Hasil Survei

Tabel V.3 dan gambar V.3 menunjukkan bahwa secara umum

responden dari sampel kasus kontrol sebagian besar dari keluarga yang

berpendapatan di bawah UMP (<1.400.000) yaitu sebesar 65 %.

Distribusi pendapatan jika disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai

berikut:

Gambar V.3 Tingkat Pendapatan Keluarga Responden Kasus dan Kontrol

Tabel V.4 Pekerjaan Responden (Kasus)

Sumber: Hasil Survei

Tabel V.4 menunjukkan bahwa secara umum responden dari

sampel kasus sebagian besar tidak bekerja yaitu sebesar 40 %.

No.Pekerjaan Responden

frekuensi Persen

1. PNS 1 4 %2. Pegawai Swasta 4 16 %3. Wiraswasta 6 24 %4. Buruh 4 16 %5. Tidak Bekerja 10 40 %

25 100 %

Page 30: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

30

Gambar V.4 Proporsi Pekerjaan Responden Kasus

Tabel V.5 Pekerjaan Responden (Kontrol)

Sumber: Hasil Survei

Tabel V.5 dan Gambar V.5 menunjukkan bahwa secara umum

responden dari sampel kasus kontrol sebagian besar tidak bekerja yaitu

sebesar 60 %.

Gambar V.5 Proporsi Pekerjaan Responden Kontrol

Berikut disajikan hasil penelitian tentang angka kejadian diare:

Tabel V.6 Besar Sampel Kasus dan Kontrol

No. Besar Sampel Jumlah Persen (%)

No. Pekerjaan Responden frekuensi Persen

1. PNS 2 4 %2. Pegawai Swasta 4 8 %3. Wiraswasta 10 20 %4. Buruh 4 8 %5. Tidak Bekerja 30 60 %

50 100

Page 31: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

31

1. Kasus (diare) 25 10 %

2. Kontrol (tidak diare) 50 90 %

Total 75 100%

Sumber: Hasil Survei

Tabel V.6 dan Gambar V.6 menunjukkan besar sampel yang

ditentukan berdasarkan kasus diare yang ada pada Kelurahan Kedundung

sebesar 25 orang dan sampel kontrol yang ditetapkan 2 kali besar kasus

(50 orang) ibu yang memiliki balita tanpa diare.

Tabel V.7 Hasil Peniliaian Tingkat Pengetahuan pada Kasus dan

Kontrol terhadap Diare

Sumber : Hasil Survei

Dengan kategori dan kriteria skor

Pengetahuan Baik > 75%

Pengetahuan Kurang/Buruk ≤ 75%

No. Kasus Presentase / Skor Kontrol1. 3 52,94% 82. 3 64,7% 13. 2 70,5% 24. 2 76,4% 85. 2 82,35% 66. 4 88,23% 117 5 94,1% 58. 4 100% 9

Total 25 50

Page 32: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

32

B. Analisis Data

Dari hasil pengumpulan data dapat disusun tabel untuk keperluan

analisis odds ratio sebagai berikut :

Tabel V.7 Analisis Odds Ratio

Kejadian JumlahDiare Tidak diare

Faktor resiko tingkat

pengetahuan diare

Kurang/buruk 8 11 19

Baik 17 39 56

Jumlah 25 50 75

OR =

OR = = = 1,7

Dalam penelitian ini didapatkan nilai Odds Ratio adalah 1,7(>1)

yang berarti tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian diare merupakan

faktor resiko terjadinya diare di kelurahan Kedundung atau ada pengaruh

tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita di kelurahan

Kedundung. Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita yang

kurang/buruk mempunyai resiko 1,7 kali lebih besar memiliki balita yang

8x3911x17

312

187

Page 33: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

33

menderita diare di bandingkan dengan ibu balita yang mempunyai tingkat

pengetahuan yang baik.

Tabel V.8 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 1

1. Apakah tanda-tanda diare pada balita?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 20 80% 40 80%Salah 5 20% 10 20%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.8 menunjukkan dari 20 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan tanda-tanda diare yaitu

sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus

yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari

50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar

pertanyaan tanda-tanda diare yaitu sebanyak 40 orang dengan persentase

80%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak

10 orang dengan persentase 20%.

Tabel V.9 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 2

2. Apakah penyebab diare? Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 5 20% 15 30%Salah 20 80% 35 70%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.9 menunjukkan dari 20 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab salah pertanyaan penyebab diare yaitu sebanyak

20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang

menjawab benar yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50

responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab salah pertanyaan

penyebab diare yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%.

Page 34: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

34

Sedangkan responden kontrol yang menjawab benar yaitu sebanyak 15

orang dengan persentase 30%.

Tabel V.10 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 3

3. Apa saja yang menjadi sumber penularan diare?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 20 80% 35 70%Salah 5 20% 15 30%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab

benar pertanyaan sumber penularan diare yaitu sebanyak 20 orang dengan

persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu

sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan sumber penularan diare

yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%. Sedangkan responden

kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase

30%.

Tabel V.11 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 44. Penyebab penyakit diare masuk kedalam

tubuh melalui apa?Kasus Kontrol

Frek % Frek %Benar 24 96% 48 96%Salah 1 4% 2 4%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.11 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan penyebab penyakit diare

masuk kedalam tubuh melalui apa yaitu sebanyak 24 orang dengan

persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu

sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan

persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 2 orang dengan persentase 4%.

Page 35: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

35

Tabel V.12 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 5

5. Tindakan apa yang paling tepat agar diare pada anak ibu segera tertolong?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 20 80% 48 96%Salah 5 4% 2 4%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.12 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Tindakan apa yang paling

tepat agar diare pada anak ibu segera tertolong” yaitu sebanyak 20 orang

dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah

yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden kontrol

yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan

persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 2 orang dengan persentase 4%.

Tabel V.13 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 6

6. Darimana ibu mendapat informasi tentang cara menangani diare yang baik dan benar ?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 23 92% 45 90%Salah 2 8% 5 10%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.13 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Darimana ibu mendapat

informasi tentang cara menangani diare yang baik dan benar” yaitu

sebanyak 23 orang dengan persentase 92%. Sedangkan responden kasus

yang menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 8%. Dari

50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar

Page 36: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

36

sebanyak 45 orang dengan persentase 90%. Sedangkan responden kontrol

yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 10%.

Tabel V.14 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 7

7. Bagaimana cara memasak air yang akan di konsumsi oleh ibu dan keluarga?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.14 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Bagaimana cara memasak air

yang akan di konsumsi oleh ibu dan keluarga” yaitu sebanyak 25 orang

dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab

salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden

kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 50 orang

dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab

salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.

Tabel V.15 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 8

8. Apakah ibu tahu kondisi air yang bersih? Kasus Kontrol

Frek % Frek %

Benar 24 96% 48 96%

Salah 1 4% 2 4%

25 100% 50 100%

Sumber : Hasil Survei

Tabel V.15 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Apakah ibu tahu kondisi air

yang bersih” yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan

responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan

persentase 4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar

Page 37: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

37

menjawab benar sebanyak 48 orang dengan persentase 96%. Sedangkan

responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan

persentase 4%.

Tabel V.16 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 9

9. Menurut ibu kapan makanan di anggap basi?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.16 Menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Menurut ibu kapan makanan

di anggap basi” yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%.

Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang

dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian

besar menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase 100%.

Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0

orang dengan persentase 0%.

Tabel V.17 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 10

10. Bagaimana cara ibu mencuci botol susu/dot untuk balita?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 5 20% 20 40%Salah 20 80% 30 60%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Page 38: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

38

Tabel V.17 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Bagaimana cara ibu mencuci

botol susu/dot untuk balita” yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase

20%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 20

orang dengan persentase 80%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti

sebagian besar menjawab benar sebanyak 20 orang dengan persentase

40%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak

30 orang dengan persentase 60%.

Tabel V.18 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 11

11. Dimanakah ibu dan keluarga membuang sampah?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.18 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “dimanakah ibu dan

keluarga membuang sampah” yaitu sebanyak 25 orang dengan

persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu

sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan dimana tempat

membuang sampah yaitu sebanyak 50 orang dengan persentase 100%.

Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0

orang dengan persentase 0%.

Tabel V.19 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 12

12. Menurut ibu bagaimana wadah/tempat pembuangan sampah yang baik?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 19 76% 35 70%Salah 6 24% 15 30%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Page 39: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

39

Tabel V.19 menunjukkan dari 19 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan bagaimana wadah/tempat

pembuangan sampah yang baik yaitu sebanyak 19 orang dengan

persentase 76%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu

sebanyak 6 orang dengan persentase 24%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan bagaimana

wadah/tempat pembuangan sampah yang baik yaitu sebanyak 35 orang

dengan persentase 70%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab

salah yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 30%.

Tabel V.20 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 13

13. Apa saja dampak dari pembuangan sampah sembarangan?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 24 96% 47 94%Salah 1 4% 3 6%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.20 menunjukkan dari 24 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “ apa saja dampak dari

pembuangan sampah sembarangan?” yaitu sebanyak 24 orang dengan

persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu

sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan dampak dari

pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 47 orang dengan

persentase 94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 3 orang dengan persentase 6%.

Tabel V.21 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 14

14. Siapakah yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Page 40: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

40

Tabel V.21 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Siapa yang dirugikan

akibat pembuangan sampah sembarangan” yaitu sebanyak 25 orang

dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab

salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden

kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Siapakah

yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak

50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang

menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.

Tabel V.22 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 15

15. Dimanakah lokasi yang tepat untuk buang air besar?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 25 100% 50 100%Salah 0 0% 0 0%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.22 menunjukkan dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan Siapa yang dirugikan akibat

pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 25 orang dengan

persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu

sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Siapakah yang

dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 50

orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang

menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.

Tabel V.23 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 1616. Kapan waktu yang tepat untuk mencuci

tangan?Kasus Kontrol

Frek % Frek %Benar 23 92% 47 94%Salah 2 8% 3 6%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Page 41: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

41

Tabel V.23 menunjukkan dari 23 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan “Kapan waktu yang tepat

untuk mencuci tangan?” yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase

92%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 2

orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan Kapan waktu yang tepat untuk

mencuci tangan yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase 94%.

Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 3

orang dengan persentase 6%.

Tabel V.24 Distribusi Frekuensi Kuesioner No. 1717. Tahukah ibu program puskesmas yang

disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)?

Kasus KontrolFrek % Frek %

Benar 14 56% 33 66%Salah 11 44% 17 34%

25 100% 50 100%Sumber : Hasil Survei

Tabel V.24 menunjukkan dari 14 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar pertanyaan program puskesmas yang

disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu sebanyak 14 orang

dengan persentase 56%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah

yaitu sebanyak 11 orang dengan persentase 44%. Dari 50 responden

kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan program

puskesmas yang disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)yaitu

sebanyak 33 orang dengan persentase 66%. Sedangkan responden kontrol

yang menjawab salah yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 34%.

Page 42: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

42

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kuesioner dari 75 responden yang diteliti, ibu yang

memiliki tingkat pengetahuan baik tentang diare dan balita nya terkena diare

sebanyak 17 balita atau 68%, sementara ibu yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang baik tentang diare dan memiliki balita yang terkena diare se4banyak 8

anak balita atau 32%. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang

diare dan balita nya tidak menderita diare sebanyak 39 balita atau 78%, ibu yang

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang diaredan balita nya tidak

menderita diare sebanyak 22%. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki

tingkat pengetahuan paham, cenderung balitanya tidak terkena diare.

Penelitian ini menunjukkan ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu tentang

kejadian diare pada balita di kelurahan Kedundung. Tingkat pengetahuan ibu

tentang diare pada balita yang kurang/buruk mempunyai resiko 1,7 kali lebih

besar memiliki balita yang menderita diare di bandingkan dengan ibu balita yang

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2007) yang

menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil

bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan yang kurang. Hasil ini

Page 43: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

43

memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden belum memiliki

pengetahuan yang baik mengenai diare. Dengan pengetahuan yang kurang

tersebut tentunya menjadikan pola hidup yang sehat kurang dilakukannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini didukung oleh irawati dan wahyuni (2011), pengetahuan

dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan

keyakinan tersebut, dengan pengetahuan kesehatan lingkungan yang baik

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencapai

kondisi lingkungan yang sehat, sehingga dapat memutuskan rantai penularan

penyakit melalui lingkungan serta prilaku hidup bersih dan sehat agar tidak

mudah tertular penyakit.

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Sebelum diare terjadi pada balita, kita dapat mencegah melalui prilaku hidup

bersih dan sehat.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.

Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua

faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan

tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang

tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan

kejadian diare. (Depkes RI, 2005:16).

Menurut Soegijanto ( 2002 ), faktor faktor kejadian diare yaitu, faktor

resiko internal yang terdiri dari umur balita, umur ibu, status gizi balita, jumlah

anak dan asi ekslusif. Faktor resiko exsternal terdiri dari pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, perilaku ibu, dan air bersih.

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 32% kasus berpengetahuan

kurang/buruk tentang diare, sedangkan pada kontrol hanya 22% (proporsi yang

tidak paham lebih besar pada kasus). Dalam tabel V.1 dijelaskan bahwa kelompok

kasus berpendidikan SMA keatas sebanyak 60% sedangkan pada kontrol

sebanyak 74%. Sementara tabel V.3 dimana ibu-ibu dengan tingkat pendapatan

32

Page 44: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

44

lebih kecil dari UMP sebesar 65%. Tabel V.4 dijelaskan bahwa kelompok kontrol

didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 68%.

Kejadian diare pada kelompok kasus dengan pengetahuan kurang masih

tinggi yaitu sebanyak 32% . Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya minat

warga dalam mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan di puskesmas dan

dipengaruhi faktor lain misalnya lingkungan yang kumuh, jumlah penduduk yang

terlalu padat serta kurangya kesadaran dari ibu untuk menjaga kebersihan.

Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 22%. di karenakan respon baik dari ibu

yang memiliki anak balita yang pernah terkena diare yaitu mencoba mencari

informasi tentang penyakit diare.

Tingkat pendidikan pada kelompok kasus yang berpendidikan SMA keatas

sebanyak 60% kontrol 74 %, tingkat pendidikan turut menentukan mudah

tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah

dalam memahami tentang kejadian diare.

Sebanyak 65% ibu-ibu dengan pendapatan dibawah UMP, pendapatan

keluarga menentukan ketersediaan fasilitas yang baik. Semakin tinggi pendapatan

keluarga semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin

baik. Oleh karena itupentingnya bagi pemerintah daerah untuk membuka lapangan

pekerjaan baru guna untuk meningkatkan tingkat pendapatan warganya.

Kelompok kontrol didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 68%.

Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare

pada balita. Pada pekerjaan ibu ataukeaktifan ibu dalam berorganisasi sosial

berpengaruh pada kejadian diare balita. Dengan pekerjaan tersebut ibu diharapkan

mendapat informasi tentang pencegahan diare.

Berdasar hasil kuesioner dari 17 pertanyaan yang diberikan kepada

responden , pertanyaan “apakah tanda-tanda diare ?” dari 20 responden kasus

yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 20 orang dengan

persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak

5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian

Page 45: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

45

besar menjawab benar pertanyaan tanda-tanda diare yaitu sebanyak 40 orang

dengan persentase 80%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 10 orang dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa

responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai tanda-tanda diare.

Pada pertanyaan “Apakah penyebab diare?” dari 20 responden kasus

yang diteliti sebagian besar menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang dengan

persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab benar yaitu

sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti

sebagian besar menjawab salah pertanyaan penyebab diare yaitu sebanyak 35

orang dengan persentase 70%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab

benar yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan

bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyebab diare.

Sebagian besar responden memilih jawaban mengenai penyebab diare yaitu salah

makan, masuk angin dan kepanasan.

Pada pertanyaan “Apa saja yang menjadi sumber penularan diare?”

Dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu

sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang

menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50

responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan

sumber penularan diare yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%.

Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 15 orang

dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki

pengetahuan yang baik mengenai sumber penularan diare.

Pada pertanyaan “penyebab penyakit diare masuk kedalam tubuh

melalui apa” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab

benar yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden

kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari

50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48

orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab

Page 46: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

46

salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini menunjukkan bahwa

responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyebab penyakit

diare masuk ke dalam tubuh melalui apa.

Pada pertanyaan “Tindakan apa yang paling tepat agar diare pada

anak ibu segera tertolong?”dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar

menjawab benar yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan

responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase

4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar

sebanyak 48 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang

menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini

menunjukkan bahwa responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai

tindakan yang paling tepat yang dapat ibu lakukan terhadap penanganan awal

diare.

Pada pertanyaan “Darimana ibu mendapat informasi tentang cara

menangani diare yang baik dan benar” menunjukkan dari 25 responden kasus

yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 23 orang dengan

persentase 92%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak

2 orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian

besar menjawab benar sebanyak 45 orang dengan persentase 90%. Sedangkan

responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan

persentase 10%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mendapatkan

informasi tentang menangani diare yang baik dan benar.

Pada pertanyaan “Bagaimana cara memasak air yang akan di

konsumsi oleh ibu dan keluarga” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian

besar menjawab benar pertanyaan yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase

100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang

dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar

menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan

responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan

Page 47: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

47

persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki

pengetahuan yang baik mengenai cara memasak air yang akan di konsumsi oleh

ibu dan keluarga.

Pada pertanyaan “Apakah ibu tahu kondisi air yang bersih”dari 25

responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan yaitu

sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang

menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden

kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan

persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini menunjukkan bahwa responden

telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai kondisi air yang bersih.

Pada pertanyaan “Menurut ibu kapan makanan di anggap basi” dari 25

responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 25

orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah

yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang

diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase

100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0

orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah

memiliki pengetahuan yang baik mengenai makanan yang dianggap basi.

Pada pertanyaan “Bagaimana cara ibu mencuci botol susu/dot untuk

balita” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar

yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus

yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50

responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 20 orang

dengan persentase 40%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 30 orang dengan persentase 60%. Hal ini menunjukkan bahwa

responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai cara ibu mencuci botol

susu/dot untuk balita. Sebagian besar responden memilih jawaban mengenai cara

Page 48: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

48

ibu mencuci botol susu/dot untuk balita adalah mencuci dengan sabun dan di

biarkan kering.

Pada pertanyaan “dimanakah ibu dan keluarga membuang

sampah?” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar

pertanyaan yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%. Sedangkan

responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase

0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar

pertanyaan dimana tempat membuang sampah yaitu sebanyak 50 orang dengan

persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu

sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden

telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai tempat membuang sampah yang

benar.

Pada pertanyaan “apakah dampak dari pembuangan sampah

sembarangan?” dari 24 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab

benar pertanyaan yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan

responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase

4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar

pertanyaan dampak dari pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 47

orang dengan persentase 94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab

salah yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa

responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai dampak dari

membuang sembarangan.

Pada pertanyaan “Siapa yang dirugikan akibat pembuangan sampah

sembarangan?” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab

benar yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden

kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari

50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan

Siapakah yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak

50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab

Page 49: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

49

salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa

responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai siapa orang yang akan

dirugikan jika membuang sampah sembarangan.

Pada pertanyaan “Kapan waktu yang tepat untuk mencuci tangan?”

dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu

sebanyak 23 orang dengan persentase 92%. Sedangkan responden kasus yang

menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden

kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Kapan waktu

yang tepat untuk mencuci tangan yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase

94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 3 orang

dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki

pengetahuan yang baik mengenai waktu yang tepat untuk mencuci tangan.

Pada pertanyaan “Tahukah ibu program Puskesmas yang disebut

perilaku hidup besih dan sehat (PHBS)?” dari 25 responden kasus yang diteliti

sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase 56%.

Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 11 orang

dengan persentase 44%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar

menjawab benar pertanyaan program puskesmas yang disebut perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS)yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 66%.

Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 17 orang

dengan persentase 34%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki

pengetahuan yang baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat..

Page 50: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

50

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedundung

Kelurahan kedundung Kecamatan Magersari kota Mojokerto dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu merupakan faktor resiko terhadap kejadian diare.

Hal ini terbukti dengan nilai OR sebesar 1,7 yang berarti berada di OR > 1.

2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang kurang paham

tentang diare menunjukkan presentase yang lebih tinggi balitanya

menderita diare dari pada ibu yang kurang paham mengenai diare pada

balita.

3. Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya minat warga dalam mengikuti

penyuluhan yang diselenggarakan di puskesmas dan dipengaruhi faktor

lain misalnya lingkungan yang kumuh, jumlah penduduk yang terlalu

padat serta kurangya kesadaran dari ibu untuk menjaga kebersihan.

4. Dari 17 pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada responden sebagian

besar sudah di jawab dengan benar. Responden menjawab salah pada

pertanyaan “Apakah penyebab diare?” dan “Bagaimana cara ibu

mencuci botol susu/dot untuk balita?”

Page 51: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

51

B. SARAN

Beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan

sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan informasi kepada

masyarakat tentang bahaya Diare pada balita, manifestasi yang

ditimbulkan akibat diare serta melakukan penyuluhan secara

berkelanjutan.

b. Hendaknya petugas kesehatan agar lebih memberdayakan masyarakat

dengan mengajak peran serta dalam mengikuti kegiatan bersih desa

rutin tiap bulan maupun tiap minggu dengan memberikan hadiah

menarik, sehingga kader dan masyarakat lebih tertarik.

2. Bagi Ibu dengan anak Balita yang sedang terkena diare

a. Disarankan untuk mengikuti pengobatan diare secara tuntas agar

terhindar dari komplikasi dari diare yaitu dehidrasi.

b. Disarankan lebih sering melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor

yang mungkin masih ada dan berperan mencetuskan kejadian diare

di dalam dan di area lingkungan rumah, seperti Menutup makanan

menggunakan tudung saji, mencuci dot minum bayi dengan air

panas, membuang sampah pada tempatnya ditempat sampah yang

memiliki tutup dan kedap air, memperhatikan tempat penampungan

air, serta memperhatikan kebersihan rumah.

3. Bagi Ibu dengan anak Balita yang tidak mengalami diare

a. Rajin mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci

tangannya, sedangkan pada bayi sering dilap tangannya. Ibu pun

juga harus sering mencuci tangan, terutama saat memberi makan

pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti setelah

membersihkan kotoran bayi atau anak.

b. Tutup makanan dengan tudung saji.

c. Masak air minum dan makanan hingga matang.

50

Page 52: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

52

d. Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif

minimal 6 bulan karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk

bayi yang "terpaksa"  menggunakan susu formula, maka dotnya

harus di rebus dengan air panas.

DAFTAR PUSTAKA

Bhisma Murti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogjakarta:UGM Press.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Dahlan,M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans.

Kelurahan Kedundung. 2014. Data Base Kelurahan Kedundung Kecamatan MAgersari Kota Mojokerto. Kedundung.

Medika. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Ningrum, Dina Nur Anggraini dan Widya Hary Cahyati. 2008. Buku Ajar Biostatistika Inferensial. Semarang: UPT Press Universitas Negeri Semarang.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. 2014. Buku Pedoman Penulisan dan Pelaksanaan Tugas Akhir. Surabaya: UPT Press Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Puskesmas Kedundung. 2014. Profil Puskesmas Kedundung 2014. Kedundung. Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogjakarta:

NuhaSinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita

(Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Skripsi :Universitas Diponegoro.Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.

Jakarta: Salemba Medika. Sulistijani, Dina Agoes dan Maria Poppy H. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan

Balita, Jakarta: Puspa Swara.

Page 53: Laporan Penelitian (for sidang) terbaru.doc

53

Wawan dan Dewi. Pengetahuan, Sikap, dan perilaku Manusia,. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.