Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan...

13
Laporan Penelitian EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Riau) Peneliti: Tri Rini Puji Lestari Hartini Retnaningsih Rahmi Yuningsih Yulia Indahri Elga Andina Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Jakarta 2015

Transcript of Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan...

Page 1: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Laporan Penelitian

EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

(Studi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Riau)

Peneliti:

Tri Rini Puji Lestari

Hartini Retnaningsih

Rahmi Yuningsih

Yulia Indahri

Elga Andina

Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi

Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Jakarta

2015

Page 2: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

1

Executive Summary

I. LATAR BELAKANG

Sebelum tahun 2014 Indonesia telah menjalankan jaminan kesehatan

secara terfragmentasi melalui PT. Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero),

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Jaminan Kesehatan Daerah

(Jamkesda). Hal ini menyebabkan biaya kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan

menjadi sulit terkendali. Untuk itu, Pemerintah telah membuat program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan

diimplementasikan pada 1 Januari 2014. Program JKN tersebut bertujuan untuk

memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat

Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

Melalui JKN diharapkan dapat dicapai jaminan kesehatan untuk seluruh penduduk

Indonesia pada tahun 2019.

Pada tanggal 3 November 2014 telah diluncurkan program Kartu Indonesia

Sehat (KIS) oleh Presiden Joko Widodo. KIS berlandaskan pada Peraturan Presiden

Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

yang diterbitkan pada 10 November 2014. KIS merupakan kartu identitas bagi

penerima program jaminan perlindungan sosial. Jumlah peserta KIS ditentukan

oleh Kementerian Sosial dan jangkauan Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam KIS

lebih luas. Namun jika masyarakat umum ingin mendaftar secara swadaya, bisa

datang ke kantor BPJS terdekat.

Namun demikian, menurut Koalisi Pemantau Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Jamkes Watch dan Konfederasi Serikat Pekerja

Indonesia (KSPI), sejak diresmikannya pelaksanaan JKN, telah terjadi berbagai

permasalahan dalam pelayanan kesehatan. Di antaranya pembatasan pembuatan

kartu kepesertaan BPJS di daerah, praktik percaloan di Kantor Cabang BPJS dan

rumah sakit, sosialisasi BPJS yang kurang mengena dan tidak sesuai dengan

kondisi masyarakat di tingkat yang paling bawah (grass root). Selain itu adanya

perbedaan pelayanan antara pasien umum dengan pasien program BPJS,

pembatasan waktu rawat inap bagi pasien BPJS, dan terbatasnya kuota

Page 3: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

2

kamar untuk pasien program BPJS. Ditemui juga perbedaan tarif di rumah sakit

tipe A, B, C, untuk penyakit-penyakit kronis. Sementara fasilitas Neonatal Intensive

Care Unit (NICU) di rumah sakit tipe C dan D juga berbeda tarif. Sehingga rujukan

ekslusif menjadi bermasalah. Biaya ambulans juga menjadi permasalahan karena

harus ditanggung sendiri oleh pasien pada saat dirujuk ke rumah sakit lain.

Kemudian terindikasi adanya permainan dalam penetapan jenis dan merek obat

oleh dokter rumah sakit yang bersifat komersial. Penyediaan alat bantu fisik

pasien yang tidak ditanggung oleh BPJS, seperti kaki, tangan dan bola mata palsu,

penegakan hukum/sanksi tegas untuk rumah sakit yang nakal, minimnya

biaya/tarif pelayanan/kunjungan dokter dalam program BPJS. Selain itu,

kebanyakan staf BPJS tidak melayani selama 24 jam yang berpengaruh pada

pengadaan mobil ambulans di setiap kantor cabang BPJS dan adanya intervensi

Menteri Kesehatan ke dalam BPJS sebagai Badan Penyelenggara.

Di sisi lain, meskipun sudah ada beberapa kebijakan yang ditempuh

Pemerintah terkait dengan program JKN dan KIS, pemberlakuan KIS menyebabkan

terjadinya dualisme program jaminan kesehatan untuk PBI yang berakibat pada

tumpang tindih kepesertaan dan alokasi anggaran antara JKN dan KIS. Kurangnya

upaya sosialisasi juga sebagai penyebab terjadinya kebingungan dalam masyarakat

dengan adanya JKN dan KIS. Dengan demikian, masih banyak sekali permasalahan

program JKN yang harus terus dibenahi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis faktor yang menyebabkan JKN belum dapat dilaksanakan dengan

baik serta dapat diketahui strategi ke depan untuk penyempurnaan pelaksanaan

JKN.

II. METODOLOGI

Metode dan pendekatan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan evaluasi kebijakan formal, yang ditujukan untuk menghasilkan

informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-variasi hasil

pelaksanaan dan dampak yang dapat dilacak dari program JKN dengan

menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara

dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan JKN. Data primer dan

sekunder dikumpulkan dengan cara studi dokumen/kepustakaan, Focus Group

Page 4: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

3

Discussion (FGD), dan studi lapangan dengan wawancara mendalam (in-depth

interview). Penelitian lapangan diawali dengan FGD dengan Dewan Pengawas BPJS

dan pemerhati masalah kesehatan masyarakat, yang dilanjutkan turun lapangan ke

Provinsi NTT pada tanggal 6 s.d. 12 April 2015 dan Provinsi Riau pada tanggal 18

s.d. 24 Mei 2015.

III. TEMUAN PENELITIAN

A. Provinsi NTT

Program JKN sudah dicanangkan sejak 1 Januari 2015, akan tetapi sampai

pertengahan tahun 2015 Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) masih

diberlakukan, dengan pertimbangan bahwa kesehatan merupakan hak asasi

manusia, oleh karenanya setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh jaminan dan perlindungan kesehatan. Selain itu, kebijakan ini juga

dianggap masih sejalan dengan UU Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa

kesehatan merupakan urusan wajib dan menjadi kewenangan pemerintah daerah

sehingga untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap jaminan dan

perlindungan kesehatan, pemerintah daerah perlu memberikan kesempatan yang

luas bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Jumlah peserta JKN sebanyak 507.766 orang (40,11%) penerima bantuan

iuran dari pusat. Pekerja penerima upah sebanyak 140.611 orang (11,11%) yang

terdiri dari PNS 98.482 orang, TNI/POLRI/PNS Kemhan/POLRI 22.111 orang,

pejabat negara 19 orang, pegawai pemerintah non PNS 323 orang, dan pegawai

swasta/BUMN/lainnya 19.676 orang. Pekerja bukan penerima upah yaitu pekerja

mandiri sebanyak 34.550 orang (2,73%). Sementara bukan pekerja sebanyak

27.200 orang (2,15%) yang terdiri dari investor 2 orang, pemberi kerja 19 orang,

penerima pensiun eks-Askes sosial 26.967 orang, veteran 192 orang, perintis

kemerdekaan 12 orang, penerima pensiun swasta 8 orang. Peserta Jamkesda dan

PJKMU askes (transisi) sebanyak 9.782 orang (0,77%) yang berasal dari

Kabupaten Alor. Hingga saat penelitian dilakukan hanya Kabupaten Alor yang

sudah mengintegrasikan dengan Jamkesda ke dalam JKN. Sehingga jika

dijumlahkan sebanyak 719.909 orang yang memiliki jaminan kesehatan atau

Page 5: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

4

sebanyak 56,86% peserta JKN dari jumlah total penduduk lima kabupaten/kota

yang ada di provinsi NTT.

Terdapat sebelas Puskesmas, tujuh belas dokter keluarga, dan enam klinik

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat dasar. Sedangkan

penyelenggara pelayanan kesehatan rujukan terdapat dua belas rumah sakit.

Kepesertaan JKN dari PBI yang didanai oleh APBN sebesar 87.869 jiwa. Sedangkan

kepesertaan dari PBI yang didanai oleh APBD belum ada mengingat masih

menunggu hasil verifikasi dan validasi data yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota

Kupang.

Terkait pelaksanaan JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),

alokasi dana kapitasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan

kesehatan di Puskesmas yang sebesar 30% terdiri dari 8% untuk pembayaran

obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran

operasional lainnya seperti belanja pegawai (0,1%), belanja barang dan jasa

(11,6%) yang terdiri dari belanja bahan habis pakai (0,72%), belanja jasa kantor

(3,32%), belanja perawatan kendaraan bermotor (1,03%), belanja cetak dan

penggandaan (1,41%), belanja sewa gedung atau rumah atau gudang atau parkir

(0,2%), belanja makanan dan minuman kegiatan (1,12%), belanja pakaian dinas

dan atributnya (0,19%), belanja perjalanan dinas (dalam daerah dan luar daerah)

(3,29%), belanja pemeliharaan peralatan komputer atau laptop atau printer

(0,12%), belanja jasa kerja honorarium tenaga ahli atau instruktur (0,19%); dan

belanja modal (10,2%) yang terdiri dari belanja modal pengadaan peralatan

kantor (1,02%), belanja modal pengadaan perlengkapan kantor (2,40%), belanja

modal pengadaan

komputer/PC/notebook/printer/scanner/UPS/stabilizer/perlengkapan komputer

(3,75%), belanja modal pengadaan meubel (1,10%), belanja modal pengadaan

peralatan dapur (0,004%), belanja modal pengadaan alat-alat studio (1,44%),

belanja modal pengadaan alat-alat komunikasi (0,05%), belanja modal pengadaan

konstruksi jaringan air (0,28%) dan belanja modal pengadaan instalasi listrik dan

telepon (0,17%).

Sedangkan alokasi dana non kapitasi pada Puskesmas Kota Kupang diatur

dalam Keputusan Walikota Kupang Nomor 81B/Kep/HK/2014 tentang Alokasi

Dana Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas. Dalam keputusan

Page 6: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

5

tersebut, alokasi dana non kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan

pada Puskesmas rawat inap dan Puskesmas Pembantu dengan pertolongan

persalinan ditetapkan sebesar 40% dengan rincian 20% untuk tenaga dokter dan

80% untuk tenaga paramedis. Sedangkan sisanya sebesar 60% disetor ke kas

daerah.

Keterbatasan fasilitas pelayanan kesehatan seperti SDM dan peralatan

medis di puskesmas menyebabkan hanya 78 penyakit dari 155 penyakit yang

ditetapkan oleh BPJS yang dapat ditangani di FKTP. Akibatnya pelayanan

kesehatan dasar belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan itu artinya tidak

efisiennya pelaksanaan JKN.

Pasien yang datang berobat masih menggunakan kartu Jamkesmas dan

kartu Jamkesda. Hal ini dikarenakan selama 1,5 tahun pelaksanaan JKN,

administrasi BPJS masih belum menjangkau seluruh masyarakat dengan

pencetakan kartu untuk mereka. Saat ini sedang dalam proses transformasi

kepesertaan dari peserta Program Jamkesmas dan Jamkesda menuju peserta BPJS

Kesehatan yang nantinya ditandai dengan kartu JKN.

Sebagian besar pasien yang berobat merupakan Penerima Bantuan Iuran

(PBI). Untuk itu, dengan pengalihan peserta Jamkesda menjadi peserta JKN

merupakan hal yang berat bagi Pemerintah Kota Kupang karena harus

memikirkan pembayaraan premi yang berkelanjutan bagi masyarakat yang

selama ini memegang kartu Jamksesda. Ketika dengan Jamkesda Pemerintah Kota

kupang hanya membayar sejumlah uang untuk orang yang sakit dan mendapat

pengobatan atau perawatan, sedangkan jika seluruh masyarakat pemegang kartu

Jamkesda dialihkan ke BPJS maka Pemerintah Kota Kupang harus membayar

premi setiap bulan tanpa memperdulikan apakah masyarakat sehat atau sakit.

Banyak masyarakat yang tidak paham bawa mereka harus datang berobat

di Puskesmas yang telah ditunjuk. Kondisi ini umumnya terjadi pada masyarakat

yang berada di wilayah perbatasan antara wilayah kerja puskesmas satu dengan

wilayah kerja puskesmas lainnya. Biasanya petugas menyarankan agar pasien

tersebut memindahkan terlebih dahulu pelayanannya ke Puskesmas yang ia pilih

atau datang berobat ke puskesmas yang sudah ditentukan BPJS.

Pelaksanaan JKN menyebabkan jumlah total kunjungan pasien meningkat.

Dampak yang dirasakan pasien adalah antrian yang panjang untuk mendapatkan

Page 7: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

6

pelayanan kesehatan. Selain itu pasien juga merasa pelaksanaan JKN belum efektif

karena pelayanan di Puskesmas terlalu banyak birokrasi dengan prosedur yang

berbelit-belit dan pasien masih ada obat yang tidak ditanggung JKN sehingga harus

dibeli sendiri.

Variabel yang digunakan untuk pembagian uang jasa menggunakan

indikator pendidikan sehingga menyebabkan kecemburuan sosial antar tenaga

kesehatan, sedangkan pekerjaan yang dilakukan sama.

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di tingkat lanjutan, setelah

mendapatkan surat rujukan dari FKTP, dapat melalui dua cara yaitu, pertama

melalui unit rawat jalan dan kedua melalui IGD (instalasi Gawat Darurat). Di RSUD

Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang, ditemukan akses untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan tingkat lanjutan, didapat 64,54% dari total kunjungan IGD dan 78,34%

dari total kunjungan rawat jalan merupakan peserta JKN. Tingginya penggunaan

IGD sebagai pintu masuk bagi peserta JKN untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan di rumah sakit patut dicurigai sebagai bentuk bypass sistem rujukan

dalam pelayanan kesehatan di kota Kupang.

Ada beberapa faktor yang menghambat terlaksananya ajkna secara baik,

yaitu:

1) Dari pihak rumah sakit

• Administrasi dan prosedur

a) Pasien tidak memiliki kartu

Masih banyak pasien yang datang tanpa kartu, yang menyebabkan harus

dilakukan proses administrasi sesuai dengan ketentuan BPJS.

b) tidak ada rujukan

Ada pasien yang datang tanpa rujukan, karena (1) sudah terbiasa

mendapatkan layanan langsung di rumah sakit, (2) tidak percaya pada

layanan kesehatan tingkat pertama. (3) kurang pengetahuan mengenai

prosedur layanan BPJS Kesehatan.

c) antrian pasien menjadi panjang di loket

Waktu antri sebelum mendapatkan pelayanan bervariasi. 33% pasien

yang disurvey menyatakan hanya menunggu 5 menit sebelum diperiksa,

namun 41,7% mengaku harus menunggu hingga 60 menit.

Page 8: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

7

Lama antrian di apotek juga beragam yaitu 5 menit – 33% ;30 menit-

16,7% ; 1 jam- 33,3% ; hingga 2 jam – 16,7%.

d) proses pencatatan dan coding yang khusus sehingga jika tidak teliti

dapat menyebabkan layanan kesehatan tidak dapat diklaim. Prosedur

pencairan lama sehingga uang jasa sampai dengan penelitian dilakukan

para petugas rumah sakit belum menerimanya.

• Keterbatasan fasilitas

Untuk melakukan pelayanan kesehatan di RSUD memiliki 1.255 tenaga kerja

yang terdiri dari 112 dokter (umum, gigi, dan spesialis) dan 1.144 tenaga

lain. Sehingga beban kerja meningkat dan waktu tunggu pasien untuk

mendapatkan pelayanan di RSUD cukup lama.

Keterbatasan jumlah ruang bersalin yang tersedia, yaitu hanya 3 unit

menyebabkan ketersediaan bidan yang melebihi 200 orang tidak dapat

dimanfaatkan secara optimalisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan.

• Kurangnya stok obat

a. Stok obat tidak cukup

b. Masih ada obat yang tidak ditanggung.

2) Dari pihak pasien

• Tanggungan biaya JKN tidak meliputi biaya transportasi, sehingga

menghalangi pasien yang tinggal jauh dari rumah sakit untuk mendapatkan

layanan kesehatan.

• Masih ada pelayanan yang belum bisa dinikmati karena keterbatasan

fasilitas rumah sakit

• Umumnya pasien tidak terlalu paham dengan aturan dan prosedur

administrasi BPJS

Pelaksanaan JKN di Provinsi NTT mendapat sambutan positif dari

masyarakat karena dapat membantu masyarakat yang tidak mampu untuk

mengakses pelayanan kesehatan. Terlepas dari keterbatasan yang ada, selama ini

Page 9: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

8

pemerintah Provinsi NTT telah melakukan berbagai upaya agar JKN dapat

dilaksanakan dengan baik, diantaranya dengan diterbitkannya beberapa kebijakan

daerah terkait pelaksanaan JKN. Pemerintah Provinsi NTT juga sudah

mengeluarkan Surat Edaran Gubernur NTT mengenai kewajiban pemerintah

daerah untuk menginformasikan dan menganggarkan biaya pelayanan kesehatan

bagi masyarakat miskin dan orang tidak mampu serta menghimbau kepada

seluruh masyarakat NTT untuk ikut ambil bagian dalam program JKN yang

dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan.

B. Provinsi Riau

Di Pekanbaru hanya ada pasien peserta BPJS Kesehatan, sedangkan peserta

KIS belum dicanangkan oleh pemerintah. Sejak tahun 2011 hingga kini Jamkesda

Provinsi Riau masih berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan. Dasar pelaksanaan

Jamkesda antara lain dikarenakan adanya konsep desentralisasi pembangunan

kesehatan yang menjadi tanggung jawab daerah dalam meningkatkan kualitas dan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan meminimalkan

kendala masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan akibat faktor

keterbatasan ekonomi. Tujuannya adalah agar peserta dan anggota keluarganya

memperoleh pelayanan dan pembiayaan kesehatan yang ditanggung sepenuhnya

oleh pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Berdasarkan Surat Kesepakatan Gubernur Provinsi Riau bersama dengan

Para Bupati/Walikota se-Provinsi Riau pada tanggal 8 Oktober 2014, Jamkesda

Provinsi Riau mulai diintegrasikan dengan program JKN. Kondisi ini membutuhkan

anggaran yang besar untuk membayar premi para peserta Jamkesda ketika

kepesertaan mereka harus dipindahkan ke BPJS. Hingga saat ini Pemerintah Kota

Pekanbaru sedang mencari formula anggaran bagi pengalihan peserta Jamkesda

menjadi peserta BPJS.

Jumlah peserta JKN dari semua jenis kepesertaan di Provinsi Riau baru

mencapai 35% atau 1.140.442 dari 3.171.823 penduduk Provinsi Riau (data

sampai dengan bulan Mei 2015). Sedangkan untuk pelaksanaan pelayanan KIS, di

Provinsi Riau belum beredar KIS. Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Riau, KIS merupakan istilah baru pengganti JKN pada

Page 10: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

9

pemerintahan saat ini. Adapun PBI KIS merupakan peserta Jamkesmas. PBI KIS

merupakan PMKS di Provinsi Riau yaitu sebanyak 321.448 orang. Pemilik KIS

terbanyak ada di Kabupaten Kampar sebanyak 75.134 orang, Indragiri Hilir 61.061

orang, Pekanbaru 58.868 orang, Bengkalis 33.852 orang, Rokan Hulu 20.125 orang,

Meranti 16.950 orang, Rokan Hilir 15.138 orang, Pelalawan 11.300 orang, Siak

10.080 orang, Indragiri Hulu 9.941 orang, Kuantan Singingi 5.455 orang, dan

Dumai 3.544 orang.

Kendali mutu dan biaya dilakukan oleh organisasi profesi seperti IDI, PDGI

dan juga akademisi dari Universitas Riau. Permasalahan dalam pelaksanaan JKN di

Provinsi Riau antara lain pendataan kepesertaan membutuhkan Nomor Induk

Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga. Namun masih banyak penduduk yang

belum memiliki NIK.

Pelaksanaan JKN di Provinsi Riau merupakan pilot project pay for

performance yang akan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Selain Riau,

Provinsi Sumatera Barat juga merupakan daerah pilot project tersebut. Adapun

pay for performance merupakan pembayaran kapitasi berdasarkan kinerja.

Terkait pelaksanaan JKN di FKTP, alokasi dana kapitasi yang diterima oleh

Puskesmas dari BPJS Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa

pelayanan kesehatan sebanyak 60% dan dukungan biaya operasional pelayanan

kesehatan sebanyak 40%. Pembagian jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan ditetapkan dengan mempertimbangkan

variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan dan kehadiran.

Masyarakat dan fasilitas kesehatan milik swasta sangat antusias bergabung

ke dalam JKN. Untuk di Kota Pekanbaru, hampir semua rumah sakit milik swasta

bergabung ke dalam JKN. Namun bergabungnya rumah sakit swasta belum

diimbangi dengan peningkatan tenaga verifikasi klaim rumah sakit. Keterbatasan

tenaga verifikasi menjadikan tagihan klaim JKN menumpuk untuk diverifikasi dan

berimbas terhadap penundaan pembayaran klaim oleh BPJS kepada rumah sakit.

Terkait pelaksanaan JKN di FKTP, sampai bulan April 2015 sebanyak 54 klinik

pratama dan masih dibutuhkan penambahan sebanyak 15 klinik. Di puskesmas

Muara Fajar, SDM yang tersedia masih terbatas yaitu 36 orang dengan rincian

sebagai berikut: Ada 4 orang dokter umum, 1 orang doketr gigi, 1 orang tenaga

kesehatan masyarakat, 10 orang bidan, 10 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1

Page 11: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

10

orang tenaga gizi, 2 orang asisten apoteker, 1 orang tenaga kesehatan lingkungan,

1 orang analis, dan 2 orang tenaga honorer. Dengan masa kerja rata-rata 5-10

tahun. Keterbatasan SDM menyebabkan pegawai Puskesmas selain memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, juga melakukan fungsi manajerial dalam

pelaporan terkait pelaksanaan JKN dan tugas lainnya.

Semenjak pelaksanaan JKN, jumlah pasien yang meminta rujukan

meningkat, demikian juga dengan jumlah total pasien yang datang ke puskesmas

juga meningkat, sehingga beban kerja juga meningkat. Akan tetapi, kesejahteraan

tenaga kesehatan masih belum diperhatikan, diantaranya adanya jasa pelayanan

medis yang berbeda-beda antar profesi yang ada ditiap puskesmas

kabupaten/kota dengan di provinsi.

Kurangnya sosialisasi dan pemberian informasi terkait penyelenggaraan

JKN, menyebabkan sebagian pasien tidak tahu pemeriksaan laboratorium apa saja

yang ditanggung JKN, kecelakaan tunggal tidak ditanggung JKN, bagaimana

prosedur berobat dengan Kartu JKN dan prosedur rujukan. Sehingga banyak

pasien yang tidak membawa kartu JKN jika berobat ke puskesmas, banyaknya

pasien yang datang ke puskesmas hanya untuk meminta rujukan saja, dan banyak

pula pasien yang datang berobat tetapi bukan berasal dari wilayah kerja

Puskesmas Muara Fajar.

Untuk pelaksanaan JKN di tingkat lanjutan, Eka Hospital merupakan salah satu

rumah sakit swasta di Pekanbaru yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sejak

27 Januari 2015. Adapun kuota yang disediakan pihak rumah sakit untuk peserta

BPJS Kesehatan adalah untuk VVIP 8 tempat tidur (tt), VIP 12 tt, Kelas I 20 tt, Kelas

II 12 tt, dan Kelas III 30 tt.

Untuk memudahkan identifikasi pasien BPJS, Eka Hospital mengelola loket

khusus BPJS dan menggunakan sistem database BPJS untuk memastikan identitas

pasien. Namun demikian pihak rumah sakit tidak membedakan antara pelayanan

pasien umum dengan pasien BPJS. Petugas di rumah sakit juga bersikap atentif

dalam memberikan informasi dan pelayanan kepada pasien.

Ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan JKN dapat terlaksana

secara maksimal yaitu:

1) Dari pihak rumah sakit

a. Tenaga verifikator BPJS masih belum memadai

Page 12: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

11

Hal ini mengakibatkan keterlambatan laporan penagihan kepada BPJS,

yang jika dibiarkan lebih lama maka akan menyebabkan kerugian bagi

manajemen rumah sakit.

b. Sistem BPJS belum optimal

Sering terjadi error ketika menggunakan basis data BPJS, yang

menyebabkan gangguan dalam memasukkan data, mengecek data pasien,

hingga menyebabkan keterlambatan penerbitan SEP.

c. Kendala dalam pengadaan obat

Beberapa pengadaan obat FORNAS belum tersedia. Kadang pihak rumah

sakit juga diprotes oleh pasien karena menggunakan obat yang sama

dengan yang diresepkan di puskesmas. Obat yang dapat disediakan hanya

dari Fornas, sedangkan tidak semua vendor mau memastikan ketersediaan

obat karena harganya lebih murah dari harga pasar.

d. Terbatasnya fasilitas dan SDM menyebabkan waktu tunggu pasien menjadi

lama.

Secara umum masyarakat menyambut baik dan merasa terbantukan

dengan adanya program JKN. Meskipun masih ada masyarakat yang beranggapan

bahwa prosedur JKN membingungkan dan merasa susah kalau berobat dengan JKN

karena antrean panjang dan tidak tahu cara pengurusannya.

Selama ini para petugas kesehatan telah berupaya agar pelaksanaan

program JKN berjalan dengan baik dengan memberikan informasi/penjelasan

pada pasien apa saja yang ditanggung JKN dan tata cara rujukan dan tetap

berupaya memberikan pelayanan yang baik.

IV. SARAN

Dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan JKN maka dapat disampaikan

beberapa saran berikut:

• Proses verifikasi dan validasi data orang miskin dan tidak mampu yang akan

dibayarkan iuran PBI-nya oleh daerah harus segera di selesaikan.

Page 13: Laporan Penelitian - berkas.dpr.go.id · Di antaranya pembatasan pembuatan ... alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan 22% untuk pembayaran ... gigi, dan spesialis) dan 1.144

Evaluasi Pelaksanaan JKN

12

• Koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pelaksanaan JKN

harus terus dilaksanakan dan ditingkatkan agar terjadi kesamaan persepsi

dan pamahaman dalam pelaksanaan JKN.

• Sosialisasi terkait pelaksanaan JKN pada semua sektor yang terlibat dalam

pelaksanaan JKN (petugas BPJS, petugas di fasilitas kesehatan dan dinas

kesehatan/pejabat daerah, maupun masyarakat luas) harus terus

dilaksanakan.

• Perlu adanya dukungan penyediaan SDM, sarana dan prasarana baik secara

kuantitas maupun kualitas terkait pelaksanaan JKN.