Laporan Penelitian 2014 2

244
Kata Pengantar Pelaksanaan Kajian Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis Agribisnis ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas sentra UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis berbasis agribisnis yang ada dalam perekonomian Indonesia dan mengidentifikasi sumber pembentuk efektifitas tersebut. Kajian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efektifitas penumbuhan klaster bisnis UKM berbasis agribisnis di masa mendatang. Laporan Akhir Kajian ini berisi 7 (tujuh) bab yang menjelaskan mengenai Pendahuluan, Kajian Literatur, Metode Kajian yang digunakan, Dinamika UKM dalam Sektor Agribisnis, Gambaran Sentra Agribisnis Fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM, Penumbuhan Klaster Agribisnis dalam Sentra UKM, serta Kesimpulan dan Saran. Bagian Pengkajian dan Pengembangan mengucapkan terima kasih kepada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang telah memberikan kepercayaan dalam melaksanakan kegiatan ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan pada Laporan Akhir Kajian ini, untuk itu kami tetap memohon saran lebih lanjut demi sempurnanya Laporan Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis Agribisnis ini. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan kegiatan ini. Jakarta, November 2014 Ade Nakolas i

description

Laporan Hasil Kajian Kementerian Koperasi dan UKM RI guna pengembangan UKM sebagai sektor strategis di Indonesia sekaligus mendukung program NAWACITA Bapak Presiden Jokowi Dodo

Transcript of Laporan Penelitian 2014 2

  • Kata Pengantar

    Pelaksanaan Kajian Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis

    Agribisnis ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas sentra UKM dalam

    menumbuhkan klaster bisnis berbasis agribisnis yang ada dalam perekonomian

    Indonesia dan mengidentifikasi sumber pembentuk efektifitas tersebut. Kajian ini

    diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efektifitas

    penumbuhan klaster bisnis UKM berbasis agribisnis di masa mendatang.

    Laporan Akhir Kajian ini berisi 7 (tujuh) bab yang menjelaskan mengenai

    Pendahuluan, Kajian Literatur, Metode Kajian yang digunakan, Dinamika UKM

    dalam Sektor Agribisnis, Gambaran Sentra Agribisnis Fasilitasi Kementerian

    Koperasi dan UKM, Penumbuhan Klaster Agribisnis dalam Sentra UKM, serta

    Kesimpulan dan Saran.

    Bagian Pengkajian dan Pengembangan mengucapkan terima kasih kepada Deputi

    Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Negara Koperasi dan UKM

    yang telah memberikan kepercayaan dalam melaksanakan kegiatan ini. Kami

    menyadari masih banyak kekurangan pada Laporan Akhir Kajian ini, untuk itu

    kami tetap memohon saran lebih lanjut demi sempurnanya Laporan Efektifitas

    Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis Agribisnis ini. Semoga

    Laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan kegiatan ini.

    Jakarta, November 2014

    Ade Nakolas

    i

  • Kajian Efektifitas Model 1

    LAPORAN AKHIR

    1 Pendahuluan

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    1.1. Latar Belakang

    UMKM telah memberikan kontribusi yang penting dan besar dalam menyediakan

    lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Karena itu,

    pemberdayaan dan pengembangan yang berkelanjutan perlu dilakukan terhadap

    nya agar UMKM tidak hanya tumbuh dalam jumlah tetapi juga berkembang dalam

    kualitas dan daya saing produknya.

    Salah satu pendekatan untuk mengembangkan UKM yang dianggap berhasil

    adalah melalui pendekatan kelompok. Dalam pendekatan kelompok, dukungan

    (baik teknis maupun keuangan) disalurkan kepada kelompok UKM bukan per

    individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih baik karena (1) UKM secara

    individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang pasar dan (2) Jaringan

    bisnis yang terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing usaha karena dapat

    saling bersinergi. Bagi pemberi dukungan, pendekatan kelompok juga lebih baik

    karena proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan

    efisien. Dari kasus berhasil (success story) yang ditemui, pengembangan UKM

    dalam kelompok berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha UKM,

    mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat,

    memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah

    UKM.

    Kajian literatur awal menunjukkan bahwa di masa lalu telah terdapat program

    pengembangan UKM berbasis kelompok yang dilakukan dalam kerangka program

    pemerintah seperti melalui (1) extension workers, (2) penyediaan motivator kepada

    kelompok usaha, (3) pemberian dukungan teknis melalui unit pelayanan teknis dan

    BDS, (4) pelaksanaan trade fairs untuk mengembangkan jejaring pemasaran UKM,

    (5) pembuatan trading house, dan lain-lain. Beberapa nama juga telah dikaitkan

    dengan model pendekatan kelompok ini misalnya: Sentra UKM, Klaster,

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    2

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    Perkampungan Industri Kecil (PIK), Lingkungan Industri Kecil (LIK), Enclave,

    Agropolitan dan lain sebagainya. Lembaga/Instansi yang melaksanakan upaya ini

    pun beragam, mulai dari Pemerintah melalui Departemen-Departemen dalam

    pemerintahan hingga kelompok-kelompok masyarakat melalui lembaga swadaya

    masyarakat.

    Kementerian Negara Koperasi dan UKM secara intensif melaksanakan

    pengembangan UKM melalui pendekatan kelompok ini sejak akhir tahun 2000

    dengan didirikannya BPS-KPKM1

    dan dilaksanakannya program Sentra UKM pada

    tahun 2001.

    Di beberapa negara yang menjadi rujukan, Klaster bisnis telah menjadi mekanisme

    yang ampuh untuk mengatasi keterbatasan UKM dalam hal ukuran usaha dan

    untuk mencapai sukses dalam lingkungan pasar dengan persaingan yang

    senantiasa meningkat. Langkah kolaboratif yang melibatkan UKM dan perusahaan

    besar, lembaga pendukung publik dan swasta serta pemerintah lokal dan regional,

    semuanya akan memberikan peluang untuk mengembangkan keunggulan lokal

    yang spesifik dan daya saing perusahaan yang tergabung dalam klaster.

    Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan

    untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster bisnis merupakan suatu sistem

    terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok

    perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan

    institusi-institusi terkait dalam suatu bidang tertentu.

    Pembentukan klaster menjadi issue yang penting karena (sekali lagi) secara

    individual UKM seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang

    membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen dan

    penyerahan yang teratur. UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala

    ekonomis dalam pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses

    jasa-jasa keuangan dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan

    yang signifikan untuk internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti

    pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat

    menghambat pembagian kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara

    keseluruhan fungsi-fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.

    Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama dalam

    1 BPS-KPKM kemudian dilebur ke dalam struktur Kementerian Koperasi dan UKM pada

    bulan Agustus 2001 sesuai dengan Keppres 103/2001.

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    3

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    klaster adalah:

    Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati

    posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif

    perusahaan-perusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui

    jangkauan perusahaan kecil secara individual, dan dapat memperoleh

    input pembelian curah, mencapai skala optimal dalam penggunaan

    peralatan dan mengabungkan kapasitas produksi untuk memenuhi order

    skala besar.

    Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan

    perusahaan besar dalam mata rantai pasokan), perusahaan-perusahaan

    dapat memfokuskan diri ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian

    tenaga kerja eksternal.

    Kerjasama antar perusahaan juga memberikan kesempatan tumbuhnya ruang

    belajar secara kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen

    pasar yang lebih menguntungkan. Terakhir, jaringan bisnis diantara perusahaan,

    penyedia jasa layanan usaha (misal institusi pelatihan, sentra teknologi, dan lain-

    lain) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi

    pengembangan lokal bersama dan memperkuat tindakan kolektif untuk

    meningkatkan daya saing UKM.

    Dengan demikian Klaster bisnis dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi

    hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu

    lingkungan pasar yang semakin kompetitif.

    1.2. Rumusan Masalah

    Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No:

    32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan

    dan Pengembangan Sentra UKM, SENTRA didefinisikan sebagai pusat kegiatan di

    kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan

    baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki

    prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan KLASTER didefinisikan

    sebagai pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh

    munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses

    produksi pada masing-masing UKM dan kegiatan ekonominya saling terkait dan

    saling mendukung. Kedua istilah ini dalam pembahasan mengenai UKM kerap

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    4

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    digunakan dalam arti yang saling bergantian, namun klaster sesungguhnya

    memiliki cakupan yang lebih luas dan kompleks dibandingkan sentra.

    Salah satu sasaran dari pelaksanaan program sentra UKM adalah terciptanya

    mekanisme yang terstruktur untuk mentransformasikan sentra-sentra UKM menjadi

    klaster-klaster bisnis UKM yang dinamis dan berdaya saing. Klaster bisnis yang

    diharapkan terbentuk ini dapat berkembang dari sebuah sentra atau dari gabungan

    beberapa sentra yang memiliki produk/kompetensi yang saling mendukung.

    Keinginan sentra ke klaster ini didasarkan pada kenyataan bahwa klaster

    memberikan ruang tumbuh yang lebih luas dibandingkan sentra.

    Untuk itu, sejak tahun 2001 hingga tahun 2005, Kementerian Koperasi dan UKM

    telah memfasilitasi 1.111 sentra UKM di seluruh Indonesia, memberikan dukungan

    keuangan kepada sentra sebesar lebih dari Rp 200 milyar, dan

    menugaskan/mengembangkan 920 konsultan lokal untuk membantu memberikan

    dukungan non keuangan kepada sentra-sentra tersebut.

    Menurut harapan pelaksanaan program, setelah 3 hingga 5 tahun dalam

    perkuatan/ fasilitasi, diharapkan sebagian sentra telah mulai mengembangkan

    dirinya dengan melakukan kerjasama dan interaksi yang lebih terarah untuk

    mengembangkan daya saing produknya dan menumbuhkan ciri-ciri klaster. Ide

    sentra ke klaster ini dibuat dengan keyakinan bahwa dalam klaster unit usaha

    cenderung lebih efisien sehingga meningkatkan daya saing produk sentra. Karena

    itu, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melihat apakah program yang digulirkan

    berhasil memenuhi sasaran tersebut. Kajian terhadap hal ini diharapkan dapat

    menunjukkan sejauh mana efektifitas program dalam menumbuhkan klaster bisnis

    UKM dan memberikan petunjuk tentang dukungan (pada beragam tataran

    makro, meta dan meso) yang dibutuhkan untuk mempertinggi efektifitas

    penumbuhan sentra ke klaster tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah

    yang ingin dijawab dalam kajian ini adalah bagaimana efektifitas program sentra

    UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM.

    Dalam kajian ini, pandangan lebih diarahkan pada dinamika transformasi sentra ke

    klaster di sektor agribisnis. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar pekerjaan

    masyarakat Indonesia bergerak di lapangan usaha yang berkaitan dengan sektor

    ini, menurut hasil kajian sebelumnya sentra-sentra yang bergerak di sektor

    agribisnis ini memiliki kesiapan dan peluang yang besar untuk dikembangkan

    menjadi klaster bisnis, dan pengembangan sektor ini merupakan salah satu

    wahana yang dipilih oleh pemerintah untuk memperluas basis dan kesempatan

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    5

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan untuk mendorong

    pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja, seperti

    tercantum dalam RPJM 2004-2009.

    1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian

    Tujuan kajian ini, adalah:

    1) Mengkaji efektifitas penumbuhan klaster bisnis UKM pada sentra-sentra

    UKM Kementerian Koperasi dan UKM yang bergerak di sektor agribisnis;

    2) Menetapkan faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan klaster

    bisnis UKM berbasis agribisnis;

    3) Menyusun rumusan model penumbuhan klaster bisnis UMKM berbasis

    agribisnis;

    Melalui tujuan pertama, kajian ingin mempelajari sentra-sentra yang telah

    difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM yang bergerak di sektor agribisnis.

    Pembelajaran ditujukan untuk mengetahui kondisi terakhir sentra-sentra tersebut

    dan menemukan bibit-bibit penumbuhan klaster bisnis manakala telah terjadi

    pada sentra-sentra fasilitasi tersebut.

    Jika diperhatikan, sejak tahun 2001 Kementerian Koperasi dan UKM

    menggunakan pendekatan kelompok dalam mengembangkan UKM di Indonesia.

    Titik masuknya adalah melalui penetapan/pembentukan Sentra UKM di sentra-

    sentra historikal pilihan di seluruh Indonesia. Sentra-sentra historikal ini rata-rata

    tergolong sebagai sentra yang aktif, namun ada juga beberapa sentra yang

    sebenarnya bersifat dormant namun masih memiliki potensi untuk diaktifkan.

    Terhadap sentra-sentra terpilih ini kemudian diberikan dukungan perkuatan, baik

    dukungan keuangan (melalui dana bergulir yang disalurkan melalui KSP/USP di

    sentra) maupun dukungan non keuangan (yang diberikan oleh konsultan

    lokal/LPB/BDS di sekitar sentra yang disetujui oleh Kementerian). Harapannya

    dukungan perkuatan ini akan mengembangkan kapasitas dan produktifitas sentra

    dan mendorongnya untuk berkembang menjadi sebuah klaster bisnis. Dalam

    materi Bimbingan Teknis bagi para penyelenggaraan LPB/BDS sentra,

    Kementerian Negara Koperasi dan UKM selalu mendorong para pengelola BDS

    untuk mencoba mengembangkan sentra yang dibinanya menjadi klaster bisnis.

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    6

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 1. Pembentukan dan Pengembangan Klaster Menuju

    Peningkatan Daya saing

    Dengan demikian, pihak Kementerian Koperasi dan UKM telah menjalankan

    proses pembentukan klaster. Klaster-klaster ini kemudian diharapkan melakukan

    siklus perkuatan diri dan tumbuh menjadi klaster bisnis yang kuat. Kajian

    diharapkan dapat melihat apakah dari sentra-sentra fasilitasi yang bergerak di

    sektor agribisnis ini telah ada yang tumbuh menjadi klaster agribisnis seperti yang

    diharapkan disamping mengukur indikator pertumbuhan sentra sebagai bahan

    pemutakhiran data.

    Peningkatan

    Daya Saing

    UKM

    a. Keuangan

    b. Non Keuangan

    UKM UKM UKM UKM

    Sentra

    UKM

    Sentra

    UKM

    UKM

    Persaingan yang

    sehat

    Akses Pemasaran

    SDM Lokal

    SDA Lokal

    Ekonomi Lokal

    Kemampuan Ekspor

    KLASTER

    BISNIS UKM Keunggulan Kompetitif

    Teknologi &

    Teknologi Informasi

    Sinergi &

    Kemitraan

    Dukungan perkuatan

    Pemerintah Lokal/Pusat

    Lembaga Keuangan

    BUMN/BUMD

    Swasta

    Perguruan Tinggi

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    7

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2. Pembentukan dan Pengembangan Klaster Menuju

    Peningkatan Daya saing

    Pembentukan

    Klaster

    Siklus

    Pertumbuhan

    Klaster

    Muncul supplier

    khusus

    Spesialisasi anggota

    klaster pada kegiatan

    yang paling dikuasai

    Interaksi antar anggota

    klaster untuk berbagi

    peran sesuai kompetensi

    Akumulasi informasi

    Institusi lokal

    mengembangkan

    pelatihan, penelitian, dan

    infrastruktur khusus

    Kekuatan dan identitas

    klaster tampak nyata

    Jika klaster Tumbuh:

    Daya saing produk

    klaster meningkat

    Sinyal peluang

    Pekerja ahli tertarik

    Wirausahawan

    tertarik ikut serta/

    menanamkan

    modal

    Migrasi pekerja

    perkuatan diri,

    Dengan demikian pada tujuan pertama, kajian adalah menyusun profil sentra yang

    diamati, mengukur indikator keluaran sentra (baik kapasitas maupun produktivitas),

    mengidentifikasikan indikator leverage dari dukungan perkuatan yang diterima

    sentra, mengukur indikator efektifitas perkuatan sentra dan penumbuhan klaster,

    dan mengidentifikasikan keberadaan ciri-ciri klaster di sentra yang bersangkutan.

    Untuk tujuan kedua, kajian mengolah lebih lanjut data dan informasi hasil tujuan

    pertama agar dapat mengkategorikan sentra yang diamati ke dalam kelompok

    mendekati klaster dan kelompok tidak mendekati klaster. Berdasarkan

    pengelompokkan ini, kajian mengidentifikasikan variabel-variabel dalam indikator

    leverage, indikator efektifitas perkuatan dan keberadaan ciri-ciri klaster untuk

    menemukan variabel-variabel determinan yang dimiliki oleh sentra-sentra yang

    termasuk dalam kategori mendekati klaster. Berdasarkan pengetahuan ini

    diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi

    penumbuhan klaster bisnis agribisnis dari sentra-sentra Kementerian Koperasi dan

    UKM.

    Tujuan ketiga meminta kajian menggunakan informasi dan pengetahuan hasil

    tujuan pertama dan kedua tersebut, untuk merumuskan rekomendasi langkah yang

    perlu ditempuh dan kebijakan yang dibutuhkan agar Kementerian Koperasi dan

    UKM serta pemangku kepentingan lainnya dapat secara efektif menumbuhkan

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    8

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    klaster bisnis UKM berbasis agribisnis.

    Manfaat yang dapat diperoleh dari kajian ini adalah diketahuinya informasi terakhir

    sentra agribisnis fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM dan rekomendasi

    langkah penumbuhan klaster bisnis yang efektif yang dapat dijadikan referensi bagi

    pemberdayaan UMKM melalui pendekatan sentra.

    1.4. Output Kajian

    Output kajian adalah:

    1) Deskripsi efektifitas sentra UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM

    berbasis agribisnis;

    2) Deskripsi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan dan

    pengembangan klaster bisnis UKM yang bergerak di bidang agribisnis

    3) Rumusan rekomendasi model yang efektif untuk menumbuhkan klaster

    bisnis UMKM yang berbasis agribisnis.

    Sedangkan kemasan keluaran adalah sebagai berikut:

    1) Laporan Desain Kajian yang memuat desain penelitian dan instrumen

    penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data.

    2) Laporan Sementara atau draf laporan akhir yang berisi hasil pelaksanaan

    penelitian.

    3) Laporan Akhir kajian yang harus memuat: (a) deskripsi efektifitas sentra

    UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM yang berbasis agribisnis,

    (b) deskripsi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan dan

    pengembangan klaster bisnis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis,

    dan (c) rekomendasi model penumbuhan dan pengembangan klaster

    bisnis yang berbasis agribisnis dan persyaratan kondisi lingkungannya.

    4) Ringkasan laporan kajian untuk pejabat terkait di lingkungan Kementerian

    koperasi dan UKM, serta instansi terkait lainnya.

    5) Soft copy dari laporan penelitian dan ringkasan penelitian.

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    9

    Pendahuluan

    LAPORAN AKHIR

    1.5. Susunan Penyajian Laporan Akhir

    Desain Kajian Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis

    Agribisnis disajikan dalam 7 bab, sebagai berikut:

    Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

    dan Manfaat, serta Output Kajian.

    Bab 2 Kerangka Pikir dan Ruang Lingkup, yang memaparkan mengenai

    kerangka pemikiran dan ruang lingkup kajian.

    Bab 3 Metode Kajian, yang terdiri dari: jenis metode, lokasi kajian, jenis dan cara

    pengumpulan data, metode sampling yang digunakan, dan metode analisis

    yang dilaksanakan.

    Bab 4 Dinamika UKM dalam Sektor Agribisnis, yang memaparkan mengenai

    dinamika UKM yang bergerak dalam sektor agribisnis (pertanian tanaman

    pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan) dan peran

    mereka dalam ekonomi nasional.

    Bab 5 Gambaran Sentra Agribisnis Fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM,

    menggambarkan sentra-sentra fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM

    sejak dari tahun 2001 hingga tahun 2005.

    Bab 6 Penumbuhan Klaster Agribisnis Dalam Sentra UKM, memaparkan

    mengenai perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap data-data

    yang dimiliki untuk menjawab penumbuhan klaster agribisnis dalam sentra

    UKM.

    Bab 7 Simpulan dan Saran, menyajikan butir-butir kesimpulan dan saran yang

    dapat ditarik dari seluruh kajian ini.

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model 10

    2 Kajian Literatur

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    2.1. Pemahaman Klaster

    2.1.1. Definisi Klaster

    Menurut Porter (1998) Klaster merupakan konsentrasi geografis perusahaan dan

    institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu. Mereka berhubungan

    karena kebersamaan dan saling melengkapi. Klaster mendorong industri untuk

    bersaing satu sama lain. Selain industri, klaster termasuk juga pemerintah dan

    industri yang memberikan dukungan pelayanan seperti pelatihan, pendidikan,

    informasi, penelitian dan dukungan teknologi. Sedangkan menurut Schmitz (1997)

    klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang berkumpul pada satu lokasi

    dan bekerja pada sektor yang sama. Sementara Enright, M,J, 1992 mendefinisikan

    klaster sebagai perusahaan-perusahaan yang sejenis/sama atau yang saling

    berkaitan, berkumpul dalam suatu batasan geografis tertentu.

    Pengertian klaster (JICA, 2004)5 juga dapat didefinisikan sebagai pemusatan

    geografis industri-industri terkait dan kelembagaan-kelembagaannya.

    Perkembangan sarana transportasi dan telekomunikasi telah mengurangi

    pentingnya kedekatan secara geografis, oleh karena itu batasan geografi menjadi

    fleksibel tergantung dari kepentingannya, yaitu:

    1) Merujuk dari segi usaha (business), klaster diidentifikasikan atas daerah

    yang luas di sepanjang pertalian-pertalian industri. Ini artinya bisa

    mencakup satu desa, kabupaten, provinsi bahkan lintas provinsi yang

    berkaitan

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    11

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    2) Sedangkan dipandang dari kepentingan pembangunan daerah, batasan

    geografis dipergunakan dalam konteks kontribusinya terhadap ekonomi

    daerah dan kesejahteraan penduduknya.

    Kementerian Koperasi dan UKM seperti tersurat dalam buku Pemberdayaan UKM

    Melalui Pemberdayaan SDM dan Klaster Bisnis, menunjukkan pengertian klaster

    sebagai kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri

    penunjang, dan kegiatan-kegiatan ekonomi (sektor-sektor) penunjang dan terkait

    lain, yang dalam kegiatannya akan saling terkait dan saling mendukung.

    Mudrajat, melalui buku Analisis Spasial dan Regional, lebih banyak bicara

    mengenai klaster industri. Dalam bukunya, Klaster Industri awal diasosiasikan

    dengan Marshallian Industrial District. Menurut pemahaman Marshallian ini sentra

    industri merupakan klaster produksi tertentu yang berdekatan. Ia membedakan

    antara kota manufaktur dan sentra industri sebagai berikut:

    Marshall, menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang

    memunculkan sentra industri: (1) Konsentrasi pekerja trampil, (2) berdekatannya

    para pemasok spesialis, dan (3) tersedianya fasilitas untuk mendapatkan

    pengetahuan. Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar memudahkan

    terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang

    berdekatan menghasilkan penghematan akibat spesialisasi yang muncul dari

    terjadinya pembagian kerja yang meluas antar perusahaan dalam aktivitas dan

    proses yang saling melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh

    pengetahuan terbukti meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi

    melalui proses bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan

    organisasi secara umum.

    Becattini, mendefinisikan sentra industri sebagai wilayah sosial yang ditandai

    dengan adanya komunitas manusia dan perusahaan, dan keduanya cenderung

    bersatu.

    Hampir setiap sentra industri berpusat pada satu kota besar atau lebih.

    Tiap kota besar ini telah menjadi pemimpin dalam teknik industri dan

    perdagangan; dan sebagian besar penduduknya merupakan para pengrajin.

    Setelah pabrik-pabrik memerlukan lebih banyak ruang daripada

    sebelumnya, padahal nilai tanah mulai tinggi, maka terjadilan pergerakan

    menuju pinggiran (luar) kota; dan pabrik-pabrik baru mengalami

    pertumbuhan yang pesat di daerah perdesaan dan kota-kota kecil.

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    12

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    Kluster yang

    didominasi

    perusahaan inti

    Perusahaan atau

    bengkel dengan

    berbagai pabrik/skala

    JENIS

    Kluster yang didominasi

    perusahaan-perusahaan

    kecil

    aan Kecil

    Penghematan skala ekonomis dan

    cakupan yang berasal dari partisipasi

    Karakteristik

    Pekerja

    Studi empiris membuktikan bahwa sentra-sentra industri dalam praktek di berbagai

    negara dapat digolongkan menurut: (1) struktur Kelembagaan, (2) tingkat

    kepemilikan, (3) Klaster dewasa atau baru.

    Gambar 3. Industrial District Sebagai Jaringan Lokal

    Perusah

    Perilaku dan

    kebijakan

    nasional/lokal

    Tingkat Kepemilikan

    Tingkat Koordinasi

    Perilaku terhadap Inovasi

    Hubungan industrial Bentuk pelatihan Mobilitas Pekerja

    Independen Terintegrasi secara parsial

    Asosiasi industri Kerjasama perusahaan Pertukaran informasi Pembiayaan Ciri Subkontrak

    Strategi perusahaan Formasi bentuk baru

    Ketrampilan rendah Ketrampilan tinggi

    Spesialis Polivalen

    Produktifitas rendahProduktifitas tinggi

    Upah rendah Upah tinggi

    Sumber: Mudrajat Kuncoro

    Dilihat dari struktur Kelembagaan, perbedaan jelas terlihat antara sentra industri

    yang hanya terdiri atas perusahaan kecil dan menengah (UKM) dan sentra industri

    dimana UKM diorganisir di seputar perusahaan-perusahaan inti. Gambar 3

    mengilustrasikan bahwa kedua jenis sentra industri ini mampu menciptakan

    penghematan skala ekonomis dan penghematan cakupan secara eksternal dan

    Jaringan

    Kewirausahaan

    Jaringan Pasar

    Tenaga Kerja Informasi dan jaringan

    Pembelanjaan

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    13

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    lokal.

    Seberapa jauh penghematan ini dapat dilakukan tergantung sepenuhnya pada ciri

    jaringan wirausaha yang berkaitan dan jaringan pasar tenaga kerja yang terdapat

    dalam sentra-sentra industri tersebut. Selain itu juga tergantung dari sejauh mana

    jaringan-jaringan tersebut diorganisasi untuk proses pembelajaran dan inovasi.

    Jenis kategori klaster yang kedua menggunakan kerangka dua dimensi, yaitu

    tingkat kepemilikan dan koordinasi, lihat gambar 4.

    Gambar 4. Sentra Industri Menurut Tingkat Kepemilikan dan Koordinasi

    Tinggi

    Tingkat Integrasi

    Kepemilikan

    Rendah

    Sumber: Mudrajat Kuncoro

    Rendah Tinggi Tingkat

    Koordinasi

    Argumennya, meningkatnya kepemilikan menyiratkan semakin kuatnya peran

    perusahaan inti, sedangkan meningkatnya koordinasi mencerminkan semakin

    kuatnya kerjasama antar UKM. Dengan kerangka ini sentra industri yang

    didominasi oleh UKM memiliki tingkat integrasi kepemilikan yang rendah namun

    bervariasi tergantung pada koordinasi yang mereka lakukan.

    Kategori ke tiga mencoba membedakan antara klaster dewasa dan klaster baru.

    Pembedaan ini didasarkan atas asal sejarah dan peranan kebijakan pemerintah.

    Klaster dewasa biasanya terbentuk karena faktor sejarah, klaster ini sering

    dikaitkan dengan sentra industri tradisional yang telah lama dikenal seperti pusat

    industri kerajinan.

    Tidak seperti klaster dewasa yang mengalami evolusi historis, klaster industri yang

    Lokasi

    UKM

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    14

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    baru muncul terutama berkat inisiatif kebijakan pemerintah.

    Menilik penjelasan diatas, pemahaman Klaster dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

    Klaster bisnis dan klaster industri. Dalam studi literatur, lebih banyak ditemukan

    definisi untuk klaster industri, sedangkan Klaster bisnis lebih banyak dikaitkan

    dengan klaster industri. Pengembangan klaster industri dapat digunakan untuk

    mengembangkan industri yang bersifat luas (broad base) dan terfokus

    (spesialisasi) pada jenis-jenis produk yang berpeluang memiliki daya saing

    internasional yang tinggi di pasar domestik dan global.

    Lingkup geografis klaster dapat sangat bervariasi, terentang dari satu desa saja

    atau salah satu jalan di daerah perkotaan sampai mencakup sebuah kecamatan

    atau provinsi. Sebuah klaster dapat juga melampaui batas negara menjangkau

    beberapa negara tetangga (mis. Batam, Singapore, Malaysia).

    2.1.2. Jenis Klaster

    Ada banyak jenis klaster dalam hubungannya dengan pengembangan wilayah.

    Dua kategori yang paling umum ditemui adalah klaster regional dan klaster bisnis.

    Klaster regional adalah kelompok perusahaan yang muncul dalam/dibentuk oleh satu batas wilayah perekonomian tertentu. Klaster ini

    memperoleh keunggulan dari interaksi antar perusahaan, penggunaan

    asset bersama, dan/atau penyediaan layanan bersama.

    Klaster bisnis adalah sekelompok perusahaan yang kendati memiliki bisnis yang saling berbeda tetapi memiliki aktivitas yang saling berhubungan.

    Kemudian secara bersama-sama melakukan sinergi dan proses belajar

    yang saling menguntungkan.

    Biasanya, kedua klaster ini ada dalam satu wilayah yang sama.

    2.1.3. Keanekaragaman Klaster

    Membentuk klaster berarti menyusun rangkaian kesatuan unit-unit, lihat gambar 5.

    Bagian paling gelap di lingkaran gambar 5 merupakan klaster Artisanal. Klaster

    artisanal memperlihatkan karakteristik sektor informal dengan produktivitas dan

    skala upah yang jauh lebih rendah daripada skala perusahaan menengah dan

    besar. Tingkat spesialisasi dan kerja sama antar perusahaan yang rendah

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    15

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    menunjukkan kelangkaan keahlian di angkatan kerja lokal maupun struktur sosial

    yang rapuh. Proses pembentukan klaster peningkatan kerja sama, masih pada

    tingkat sangat awal.

    Banyak klaster artisanal bersifat tidur (dormant), dengan pengertian bahwa selama

    beberapa tahun praktis hampir tidak ada pengembangan pasar, peningkatan cara

    produksi dan pengembangan produk. Beberapa penulis merujuk klaster artisanal

    yang tidur sebagai klaster bertahan hidup (survival klaster) dari perusahaan mikro

    dan kecil. Namun demikian, klaster lainnya telah berkembang dengan cepat dari

    segi peningkatan ketrampilan, teknologi, dan keberhasilan penetrasi pasar

    domestik dan ekspor.

    Gambar 5. Komponen Klaster

    Sumber: TA-ADB Praktik Terbaik Klaster

    Dalam perjalanan waktu, banyak klaster aktif makin menjadi kompleks dari segi

    struktur dan berkembang menjadi klaster industri maju. Terjadi peningkatan

    spesialisasi dan kerjasama antar perusahaan, dan klaster tersebut menarik serta

    mengembangkan pemasok input khusus, komponen dan peralatan, penyedia jasa-

    Pemerintah

    Pusat

    Propinsi Asosiasi

    Nasional/ Propinsi

    Kabupaten / Kota

    Pasar Pasar Pasar Nasional

    lokal Regional

    Produsen INPUT PEMASOK DISTRIBUTOR

    Input Nasional/

    Internasional Lembaga

    Keuangan Pemasok

    Peralatan

    BDS

    Lembaga SDM/R&D

    Pa ar

    Na ional/

    Internasiona

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    16

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    jasa yang mengikat seperti perusahaan periklanan dan penerjemahan, yang

    disertai dengan jaringan perdagangan dan distribusi masing-masing. Anggota

    klaster mulai mengorganisir diri untuk jasa-jasa tertentu seperti pembelian

    bersama, branding, periklanan, distribusi atau ekspor. Klaster makin

    meningkatkan kerjasama dengan pemerintah lokal, regional ataupun nasional,

    maupun dengan lembaga-lembaga spesialisasi pelatihan riset seperti universitas.

    Dalam proses ini, klaster dapat juga memperluas secara geografis, misalnya

    dengan mengambil input secara teratur dari suatu daerah dekat, atau

    mengembangkan kerja sama teratur dengan sebuah universitas di kota lain.

    Lingkaran-lingkaran luar di gambar 5 mencerminkan secara skematis berbagai

    tahap yang berbeda dalam proses perluasan tersebut.

    Contoh yang menonjol klaster industri maju dengan orientasi ekspor di negara

    berkembang ialah manufaktur sepatu di Brazil, India, dan Mexico; peralatan bedah

    di Pakistan; garmen di Peru atau mebel di Indonesia.

    Klaster-klaster maju seringkali tumpang tindih dan saling terkait dengan klaster-

    klaster lainnya dalam daerah yang sama. Pengelompokkan klaster-klaster

    demikian atau distrik industri (terminologi Italia) merupakan bentuk susunan klaster

    yang paling kompleks dimana berbagai sektor yang berbeda saling bergantung

    dan saling memberikan manfaat. Contoh pengelompokkan klaster ialah sekitar

    timur laut Italia (tourism, makanan, fashion, mebel, produksi permesinan); bagian

    selatan Jerman (industri kendaraan, elektronika, produksi permesinan, software

    dan greater London (perbankan, asuransi, software, penerbitan, film, musik,

    tourism, fashion, periklanan, jasa-jasa bisnis).

    Suatu contoh pengelompokan klaster ialah di daerah Jogjakarta Solo dengan

    klaster turis, mebel, dan dekorasi interior, pengolahan logam, produk kulit dan

    tekstil/pakaian yang semuanya saling menguntungkan. Pengolahan logam di

    Klaten, misalnya menyediakan suku cadang untuk perusahaan pakaian dan

    komponen logam untuk produsen mebel di daerah. Batik kayu adalah contoh

    innovasi yang tercipta karena kerjasama klaster yang sebelumnya tidak terkait.

    Sementara klaster individual dalam pengelompokkan klaster mungkin masih dalam

    bentuk artifisial, karena klaster individual dalam pengelompokkan klaster mungkin

    masih dalam bentuk artisanal, karakter maju klaster0klaster lainnya menonjol

    karena kerjasama intensif dengan lembaga-lembaga secondary seperti Universitas

    Gadjah Mada.

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    17

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    a. Pembentukan Klaster

    Secara teoritis, sentra/klaster terbentuk karena dua hal yaitu (1) Faktor Sejarah

    dan (2) faktor Bentukan/Manipulasi. Dua faktor ini akan membentuk dua jenis

    klaster yaitu (1) Klaster Dewasa dan (2) Klaster Baru.

    Klaster Dewasa biasanya terbentuk ketika sebuah daerah/kota memiliki banyak

    pengrajin, pada kota tersebut, pada awalnya akan terbentuk sebuah Klaster

    Artisanal. Karena satu dan lain hal, klaster ini mampu bertahan melewati waktu

    dan menarik pihak-pihak lain untuk mendukung kegiatan mereka. Kemunculan

    klaster industri dimulai ketika muncul pihak yang bersedia menjadi pemasok input

    khusus bagi klaster artisanal tersebut.

    Jika Klaster Dewasa muncul secara alami. Maka kemunculan Klaster Bentukan

    terjadi karena kesengajaan pemerintah atau institusi lain yang berkeinginan untuk

    membentuk sebuah klaster. Klaster-klaster bentukan sering disebut sebagai

    Klaster Baru karena pendiriannya cenderung lebih muda usianya dibandingkan

    klaster tradisional yang ada saat ini.

    b. Sinergi dalam Klaster

    Sinergi atau kerja sama antar anggota klaster tentunya didasari oleh faktor

    ekonomi dan keuangan. Kajian literatur menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga

    jenis penghematan yang dapat terjadi akibat sinergi anggota dalam sebuah klaster

    tertentu yaitu: (1) Konsentrasi pekerja trampil, (2) berdekatannya para pemasok

    spesialis, dan (3) tersedianya fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan. Adanya

    jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar memudahkan terjadinya penghematan

    dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang berdekatan menghasilkan

    penghematan akibat spesialisasi yang muncul dari terjadinya pembagian kerja

    yang meluas antar perusahaan dalam aktivitas dan proses yang saling

    melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti

    meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui proses

    bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan organisasi secara

    umum.

    2.1.4. Konsepsi Klaster

    Pandangan Porter mengenai klaster adalah hal yang paling banyak dikutip dalam

    kajian-kajian yang ditemukan.

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    18

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    A consequence of the system of [diamond] determinants is that a nations

    competitive industries are not spread evenly through the economy but are

    connected in what I term cluster consisting of industries related by links of various

    kinds (Porter, 1990)

    Kendati Porter belum mendefinisikasi klaster secara jelas tetapi ia telah

    menghubungkan antara kinerja sebuah negara dalam ekonomi global yang

    diringkaskan dalam kata daya saing dengan klaster. Konsep ini muncul setelah

    ia mengamati 16 klaster yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi

    dalam studinya tahun 1990 meskipun pada saat itu, dia belum memberikan

    penekanan yang besar pada masalah klaster. Menurut Porter, daya saing

    dibentuk oleh interaksi dari beberapa faktor yang disebut sebagai faktor diamond.

    Diamond dibentuk oleh (1) factor condition, (2) demand conditions, (3) related and

    supporting industries, dan (4) firm strategy, structure and rivalry. Dia juga

    memasukkan 2 faktor konteks yang berhubungan secara tidak langsung melalui:

    (1) role of chance dan (2) role of government. Faktor-faktor ini secara dinamik

    mempengaruhi posisi daya saing perusahaan dalam suatu negara.

    competitive advantage in advanced industries is increasingly determined by

    differential knowledge, skills and rates of innovation which are embodied in skilled

    people and organizational routines (Porter, 1990)

    Hasil hubungan faktor-faktor ini mungkin akan menunjukkan pola klaster, dimana

    hubungan antara bisnis (dan organisasi) seharusnya mendukung pencapaian

    competitive advantage.

    2.1.5. Karakteristik Pendekatan Klaster

    Kendati definisi klaster dapat bermacam-macam, namun pengamatan

    menunjukkan beberapa karakteristik umum yang melekat pada konsep ini. Dari

    sisi output, setidaknya ada 3 dimensi yang dapat diperhatikan:

    1) Competitiveness, tercermin dalam konteks dinamis dan global, misalnya

    berhubungan erat dengan innovasi dan adopsi praktik terbaik.

    2) Economic specialization, dalam batas tertentu dari aktifitas-aktifitas yang

    berhubungan (klaster automotive, klaster budaya, klaster bunga potong,

    dll)

  • Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    19

    Kajian Literatur

    LAPORAN AKHIR

    3) Spatial identity, yang relevan dengan agen dan organisasi di dalam klaster

    ataupun yang di luar klaster. Misalnya Asosiasi Peternak Susu Lembang,

    Sedangkan dari sisi dalam/pembentuk klaster, setidaknya ada 4 elemen yang

    dapat diperhatikan yaitu:

    1) Menekankan pada interaksi antar perusahaan

    2) Kombinasi sumberdaya dan kompetensi yang dikontrol oleh organisasi/

    perusahaan

    3) Interaksi antar usaha dalam sistem pendukung institusi yang lebih luas

    4) Konsentrasi spatial

    Dengan menggabungkan dimensi-dimensi ini, kita akan tiba pada kerangka yang

    memberikan definisi klaster sebagai berikut:

    Gambar 6. Dimensi Umum Dalam Pendekatan Klaster

    Klaster terdiri dari kelompok perusahaan-perusahaan yang memiliki kompetensi

    yang berbeda namun berhubungan berlokasi dalam sebuah wilayah tertentu,

    dimana melalui sebuah bentuk interaksi tertentu diantara mereka dan melalui

    sebuah institusi bentukan bersama, yang mungkin juga dibentuk bersama

    Speciali-

    zation

    Competi-

    tiveness

    Interaksi antar Hubungan perusahaan institusional

    (network/

    supply chain)

    KLASTER

    Kombinasi Spatial

    sumberdaya/ proximity

    kompetensi

    yang berbeda

    Identity

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    20

    Kajian Literatur

    organisasi lain, meningkatkan daya saing, spesialisasi dan identitas mereka dalam

    perekonomian global

    Berikut penjelasan dari masing-masing dimensi tersebut:

    Interaksi antar perusahaan: Interaksi antar perusahaan dalam batas wilayah

    tertentu merupakan ciri dasar konsep klaster; Ciri ini membedakannya dari konsep

    global seperti sektor. We use the term cluster generally when describing

    locational and transactional relationships between firms; sector when discussing

    industry-targeted strategies and policies to enhance competitiveness (Rosenfeld,

    1995).

    Tetapi transaksi seperti apa yang penting? Pertama, pengklasteran dilihat dalam

    konteks pergerakan barang secara fisik dan pertukaran jasa diantara perusahaan.

    Khususnya dalam manufaktur, klaster diartikan sebagai sistem saluran dari supply

    chain. Klaster telah diasosiasikan , secara khusus, dengan meningkatnya

    kebutuhan pada metode pengiriman just in time dalam insutri otomotif. Kendati

    demikian, bukti hubungan antara sistem logistik baru dengan kemunculan klaster

    spatial belumlah terlalu kuat (Sadler, 1994). JIT, tampak semakin terbatas pada

    jenis komponen yang besar dengan nilai tambah yang kecil. Perhatian kemudian

    dialihkan dari dimensi aliran fisik kepada aspek-aspek manajemen rantai pasokan

    dan pembelajaran antara perusahaan, yaitu hubungan dari material ke immaterial.

    Kajian lain diseputar analisis klaster tampak semakin menekankan pada upaya

    kolaborasi dan penciptaan saling kepercayaan sebagai salah satu kunci timbulnya

    daya saing. It is this hidden dimension of co-operation that helps give cluster their

    competitive advantage (Cooke, 1995).

    2.1.6. Faktor Penentu Perkembangan Klaster

    Penumbuh kembangan klaster, sebagaimana dirumuskan oleh Michael Porter

    (1998), mengandung empat faktor penentu atau dikenal dengan nama diamond

    model yang mengarah kepada daya saing industri6, yaitu: (1) faktor input

    (factor/input condition), (2) kondisi permintaan (demand condition), (3) industri

    pendukung dan terkait (related and supporting industries), serta (4) strategi

    perusahaan dan pesaing (context for firm and strategy). Berikut adalah penjelasan

    tentang diamond model dari Porter:

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    21

    Kajian Literatur

    1. Faktor Input

    Faktor input dalam analisis Porter adalah variable-variable yang sudah ada dan

    dimiliki oleh suatu cluster industri seperti sumber daya manusia (human resource),

    modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur

    informasi (information infrastructure), infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi

    (scientific and technological infrastructure), infrastruktur administrasi

    (administrative infrastructure), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas

    faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya

    saing dan produktivitas.

    2. Kondisi Permintaan

    Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and

    demanding local customer. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin

    demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk

    meningkatkan kualitas produk atau melakukan innovasi guna memenuhi keinginan

    pelanggan lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globalisasi , kondisi

    permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.

    3. Industri Pendukung dan Terkait

    Adanya industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi

    dalam Clusters. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama dalam transaction

    cost, sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan

    oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pendukung dan terkait

    adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang meningkat.

    4. Strategi Perusahaan dan pesaing

    Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena

    kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu meningkatkan

    kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya

    persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok

    dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.

    Best (1999)7 kemudian mengembangkan lebih lanjut argument Porter dan

    mengajukan model klaster dinamis sebagaimana digambarkan dalam gambar 7.

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    22

    Kajian Literatur

    Integrasi

    horosontal

    /re-integrasi

    Peusahaan

    Entrepreneurial

    Spin-off

    Model Best bisa menjelaskan proses secara evolusi dari suatu klaster yang tidak

    aktif bertransformasi menjadi dinamis. Prosesnya adalah:

    1) Berbagai perusahaan menghasilkan komoditas serupa di dalam klaster

    2) Munculnya perusahaan dinamis yang mengakibatkan terjadinya inovasi

    dan difusi teknologi

    3) Saat berbagai perusahaan saling bersaing untuk mengembangkan

    kemampuan produksi, variasi teknis tumbuh di dalam klaster

    4) Sementara perusahaan berupaya meningkatkan kemampuan produksi

    melalui spesialisasi, mereka membutuhkan rekanan yang bisa mendukung

    kegiatan, sehingga timbullah peluang bisnis baru

    5) Masing-masing perusahaan berspesialisasi dalam suatu proses produksi

    tertentu sambil terus meningkatkan kemampuan teknologi

    Gambar 7. Model Klaster Dinamis

    Karakteristik kunci klaster yang dinamis dapat disimpulkan dalam tiga hal:

    1) Klaster memproduksi barang-barang berkualitas tinggi

    2) Masing-masing perusahaan mempunyai spesialisasi dalam teknik produk

    tertentu atau proses produksi tertentu

    3) Klaster mempunyai atmosfir terbuka, sehingga mengundang UMKM baru

    Variasi Teknologi

    Spesialisasi

    Klaster

    Spesialisasi

    Perusahaan

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    23

    Kajian Literatur

    untuk bergabung ke dalam klaster

    2.1.7. Manfaat Klaster

    Pendekatan klaster menjadi penting karena UKM seringkali terisolasi. Pengusaha

    kecil-menengah tidak pernah melakukan pertemuan dengan sesama perusahaan

    sejenis dalam lingkungan mereka. Akibatnya mereka acap kehilangan

    kesempatan untuk saling bertukar informasi dan pengalaman serta kesempatan

    untuk melakukan kerjasama pengembangan produk untuk menggarap potensi

    pasar yang ada. PKM cenderung memandang perusahaan sejenis di daerahnya

    lebih sebagai pesaing dari pada sebagai mitra kolaborasi yang potensial.

    Pendekatan klaster berupaya menghilangkan hambatan praktis dan budaya untuk

    menciptakan kolaborasi tersebut. Pengklasteran juga merupakan upaya untuk

    membuat PKM menjadi lebih berorientasi pada pasar nasional dan global. Dengan

    menghilangkan persaingan di kandang sendiri, kekuatan dapat digabungkan untuk

    meraih daya saing nasional dan (internasional).

    Dalam pelaksanaan klaster, dukungan yang diberikan kepada pengusaha lokal,

    diberikan dalam kerangka ekonomi lokal dan regional yang lebih luas. Dukungan

    ini dilakukan melalui Lembaga Pengembangan Bisnis yang diharapkan mampu

    mengembangkan klaster sebagai komunitas (community development) dan secara

    bisnis (business development). Kerangka ini memiliki dua dimensi. Pertama, ia

    meliputi pembuatan hubungan dengan pelaku regional lainnya (pusat dukungan

    dan pengembangan teknologi, perguruan tinggi, KADIN, dll). Kedua, mendukung

    tujuan spesialisasi regional. Tujuan spesialisasi regional dapat diidentifikasi dari

    peta klaster. Peta ini menunjukkan wilayah-wilayah yang ditempati oleh aktifitas-

    aktifitas ekonomi yang saling berhubungan dan menunjukkan aktivitas mana yang

    memiliki daya saing utama di daerah tersebut.

    Dinamika klaster mempengaruhi daya saing dari pelaku yang terlibat di dalam

    klaster. Dinamika klaster juga meningkatkan kinerja ekonomi secara regional.

    Impact pengembangan klaster dengan demikian ada di dua tataran. Meskipun

    demikian, hubungan antara pengembangan bisnis dan wilayah ini tidaklah

    langsung, masih perlu ditemukan, dalam kondisi apa pengembangan klaster bisnis

    ini memberikan manfaat kepada pengembangan wilayah.

    Menurut Scorsone (2002) klaster UMKM yang berbasis pada komunitas publik

    memiliki manfaat baik bagi UMKM itu sendiri maupun bagi perekonomian di

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    24

    Kajian Literatur

    wilayahnya. Bagi UMKM, klaster membawa keuntungan sebagai berikut :

    a. Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan memanfaatkan kedekatan lokasi,

    UMKM yang menggunakan input (informasi, teknologi atau layanan jasa) yang

    sama dapat menekan biaya perolehan dalam penggunaan jasa tersebut.

    Misalnya pendirian pusat pelatihan di klaster akan memudahkan akses UMKM

    pelaku klaster tersebut.

    b. Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai

    keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan UMKM

    pelaku klaster untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dan mengurangi

    biaya pencarian tenaga kerja.

    c. Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. UMKM yang tergabung

    dalam klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar informasi

    mengenai kinerja supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan

    teknologi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan perbaikan

    produk.

    d. Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster

    dapat memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha UMKM yang lain.

    Disamping itu kegiatan usaha yang saling melengkapi ini dapat bergabung

    dalam pemasaran bersama.

    Adapun manfaat klaster UMKM bagi perekonomian wilayah diantaranya adalah :

    a. Klaster UMKM yang saling terhubung cenderung untuk memiliki produktivitas

    yang lebih tinggi dan kemampuan untuk membayar upah lebih tinggi.

    b. Dampak penyerapan tenaga kerja dan pendapatan wilayah dari klaster

    umumnya lebih besar dibanding bentuk ekonomi lainnya.

    Sedangkan keberhasilan klaster dapat dilihat dari beberapa faktor penentu

    kekuatan klaster yaitu : (1) spesialisasi, (2)kapasitas penelitian dan

    pengembangan,(3) pengetahuan dan keterampilan, (4) pengembangan sumber

    daya manusia, (5) jaringan kerjasama dan modal sosial, (6) kedekatan dengan

    pemasok, (7)ketersediaan modal, (8) jiwa kewirausahaan, serta (9) kepemimpinan

    dan visi bersama (Rosenfeld,1997).

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    25

    Kajian Literatur

    2.1.8. Kategori Klaster

    Berdasarkan kondisi klaster (merujuk diamond model) dengan menilai dari kualitas

    produksi, teknologi, pasarnya, kapasitas sumber daya manusia dan hubungannya

    dengan pihak-pihak terkait bagi pengembangan klaster baik dari pemerintah,

    swasta maupun industri terkait, maka klaster dapat digolongkan menjadi 3 yaitu

    klaster tidak aktif (dormant), klaster aktif (berkembang) dan klaster dinamis

    (advantage). Beberapa ciri yang dimiliki (disarikan dari Laporan JICA, 2004) adalah

    sebagai berikut:

    1) Klaster tidak aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Produk tidak berkembang (cenderung mempertahankan produk yang

    sudah ada)

    b. Teknologi tidak berkembang (memakai teknologi yang ada, biasanya

    tradisional, tidak ada investasi untuk peralatan dan mesin)

    c. Pasar lokal (memperebutkan pasar yang sudah ada, tidak termotivasi

    untuk memperluas pasar, ini mendorong terjadinya persaingan pada

    tingkat harga bukan kualitas) dan tergantung pada perantara/pedagang

    antara

    d. Tingkat keterampilan pelakunya statis (keterampilan turun temurun)

    e. Tingkat kepercayaan pelaku dan antar pelaku rendah (modal sosialnya

    rendah, mendorong saling menyembunyikan informasi pasar, teknis

    produksi dsb)

    f. Informasi pasar sangat terbatas (hanya perorangan atau kelompok tertentu

    yang mempunyai akses terhadap pembeli langsung)

    2) Klaster Aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Produk berkembang sesuai dengan permintaan pasar (kualitas)

    b. Teknologi berkembang untuk memenuhi kualitas produk di pasar

    c. Pamasaran lebih aktif mencari pembeli

    d. Terbentuknya informasi pasar

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    26

    Kajian Literatur

    e. Berkembangnya kegiatan bersama untuk produksi dan pasar (misalnya

    pembelian bahan baku bersama, kantor pemasaran bersama dst)

    3) Klaster Dinamis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Terbentuknya spesialisasi antar perusahaan dari klaster (misalnya: untuk

    industri logam ada spesialisasi pengecoran, pembuatan bentuk,

    pemotongan dsb)

    b. Klaster mampu menciptakan produk baru yang dibutuhkan

    pasar/konsumen

    c. Teknologi berkembang sesuai dengan inovasi produk yang dihasilkan

    d. Berkembangnya kemitraan dengan industri terkait baik dalam

    pengembangan produk, pengembangan teknologi maupun menjadi bagian

    industri terkait

    e. Berkembangnya kelembagaan klaster

    f. Berkembangnya informasi pasar

    Hasil penelitian dari proyek percontohan pengembangan klaster di Indonesia yang

    dilakukan oleh JICA (2004) mengungkapkan bahwa Klaster di Indonesia dibatasi

    oleh bentuknya yang mudah tercerai berai dari modal sosial. Modal sosial yang

    dimaksud merupakan aset tak wujud seperti kepercayaan yang terbentuk, ikatan

    internal atau jejaring sosial.

    Gambar 8. Modal Sosial Dalam

    A = Demand condition

    B = Factor Condition

    C = Firm strategy, structure and rivalry

    D = Related and supporting industries

    C

    A

    B

    D

    E

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    27

    Kajian Literatur

    Pembentukan dan konsolidasi modal sosial menjadi unsur inti dalam penguatan

    klaster. Modal sosial klaster ini sebagai ikatan internal akan menjembatani dalam

    hubungan dengan pihak eksternal. Secara skematis klaster aktif yang

    direkomendasikan untuk kondisi Indonesia adalah:

    Pada klaster aktif dinamis, keterkaitan kelima faktor dari diamond model Porter

    akan membentuk rantai nilai (value chain) yang kuat. Sebagai ilustrasi suatu

    mekanisme rantai nilai dalam konteks suatu klaster industri, misalnya terbentuknya

    suatu hubungan dengan suatu pasar baru akan memicu terbentuknya suatu

    kelompok produsen-produsen (UMKM baru) yang mempunyai spesialisasi dalam

    kegiatan logistik dan penjualan.

    2.2. Model Peningkatan Daya Saing UKM

    2.2.1. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

    Melalui Klaster UKM

    Sampai dengan akhir tahun 1999, pendekatan pengembangan UKM masih

    terkesan didominasi oleh Pemerintah, dengan corak sektoral yang menonjol dan

    sepotong-sepotong. Sementara itu keunggulan UKM terletak pada dua ciri

    dasarnya yaitu fleksibilitas dan dinamika dalam menanggapi perubahan.

    Dengan demikian membangun kemampuan UKM berarti membangun kemampuan

    untuk menjaga dinamika.

    Pada akhir tahun 2000 pemerintah membentuk Badan Pengembangan

    Sumberdaya Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (BPS-KPKM) dengan tugas

    mengembangkan sumberdaya UKMK dengan segala kelengkapan personilnya.

    Pada awal masa bekerjanya, BPS-KPKM harus mencari terobosan untuk masuk

    secara efisien dan efektif kepada UKM agar mereka segera dapat bekerja

    membantu pemulihan ekonomi. Terobosan tersebut haruslah efektif, tidak

    tumpang tindih dengan program-program yang telah dijalankan, bukan merupakan

    pengulangan, dan dapat segera dilaksanakan. Oleh karena itu pada tahun 2001

    BPS-KPKM menetapkan pengembangan sumberdaya UKMK melalui pendekatan

    klaster. Strategi ini dipilih karena dinilai fokus, efisien dan mempunyai fungsi

    akselerasi perubahan yang diharapkan mampu memenuhi harapan.

    Pada saat ini, proses pengembangan tersebut masih terus bergulir untuk

    menyelesaikan tahapan 3 tahun pengembangan menuju dinamika klaster. Pada

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    28

    Kajian Literatur

    bulan Agustus 2001 BPS-KPKM diintegrasikan kedalam struktur Kementerian

    Koperasi dan UKM RI sesuai dengan Keppres Nomor 103/2001, dan selanjutnya

    program pengembangan sentra-klaster UKM ini diteruskan sebagai salah satu

    program unggulan pengembangan UKM oleh Kementerian Koperasi dan UKM.

    Rintisan BPS-KPKM tersebut amatlah strategis, karena di beberapa negara yang

    menjadi rujukan, Klaster Industri telah menjadi mekanisme yang ampuh untuk

    mengatasi keterbatasan UKM dalam hal ukuran usaha dan untuk mencapai sukses

    dalam lingkungan pasar dengan persaingan yang senantiasa meningkat. Langkah

    kolaboratif yang melibatkan UKM dan perusahaan besar, lembaga pendukung

    publik dan swasta serta pemerintah lokal dan regional, semuanya akan

    memberikan peluang untuk mengembangkan keunggulan lokal yang spesifik dan

    daya saing perusahaan yang tergabung dalam klaster.

    Gambar 9. Model Peningkatan Daya Saing UKM

    Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan

    untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster Industri merupakan suatu sistem

    terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok

    perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan

    institusi-institusi terkait dalam suatu bidang tertentu.

    Akses Pemasaran

    Kemampuan Ekspor

    Keunggulan

    Teknologi Informasi

    a. Keuangan

    b. Non Keuangan

    UKM UKM UKM UKM

    Sentra UKM

    Sentra UKM

    UKM

    SDM Lokal

    SDA Lokal Ekonomi Lokal

    KLASTER UKM Peningkatan Daya Saing UKM

    SINERGI & KEMITRAAN

    DUKUNGAN PERKUATAN Pemerintah Lokal/Pusat

    Lembaga Keuangan

    BUMN/BUMD

    Swasta

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    29

    Kajian Literatur

    Pembentukan klaster menjadi isu yang penting karena secara individual, UKM

    seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah

    volume produksi yang besar, standar yang homogen dan penyerahan yang teratur.

    UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam pembelian

    input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa-jasa keuangan dan

    konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan yang signifikan untuk

    internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti pelatihan, penelitian

    pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat menghambat pembagian

    kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fungsi-fungsi

    tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.

    Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama adalah:

    Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati

    posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif

    perusahaan-perusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui

    jangkauan perusahaan kecil secara individual, dan dapat memperoleh

    input pembelian curah, mencapai skala optimal dalam penggunaan

    peralatan dan mengabungkan kapasitas produksi untuk memenuhi order

    skala besar.

    Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata rantai nilai), perusahaan-perusahaan dapat

    memfokus ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian tenaga kerja

    eksternal.

    Kerjasama antar perusahaan juga memberikan kesempatan tumbuhnya ruang

    belajar secara kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen

    pasar yang lebih menguntungkan. Terakhir, jaringan bisnis diantara perusahaan,

    penyedia jasa layanan usaha (misal institusi pelatihan, sentra teknologi, dan lain-

    lain) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi

    pengembangan lokal bersama dan memperkuat tindakan kolektif untuk

    meningkatkan daya saing UKM.

    Dengan demikian Klaster Industri dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi

    hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu

    lingkungan pasar yang semakin kompetitif.

    Masalahnya kebanyakan negara tidak memiliki informasi terstruktur untuk

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    30

    Kajian Literatur

    membuat penilaian tentang pentingnya klaster. Untuk Amerika Serikat, misalnya,

    diperkirakan bahwa sekitar 380 klaster utama dengan menyerap kurang lebih 57%

    angkatan kerja, menyumbang kurang lebih 60% dari output negara di pertengahan

    tahun 1990. Di Indonesia, sekitar 10.000 dari 70.000 desa disebut terdaftar

    sebagai klaster industri. Klaster-klaster ini mempuyai batasan ukuran terendah 20

    perusahaan termasuk klaster orientasi ekspor yang lebih kecil. Walaupun masih

    meragukan data ini menunjukkan bahwa klaster itu penting.

    Pengembangan UKM melalui pendekatan sentra/klaster ini dipandang memiliki

    beberapa keunggulan antara lain intervensi pemerintah secara bertahap semakin

    berkurang, karena pemerintah hanya sebagai fasilitator dan akselerator. Hal lain

    adalah pemerintah tidak perlu lagi melakukan pembinaan yang berulang-ulang

    untuk obyek yang sama, yang penting dipantau adalah kemajuannya. Disitulah

    institusi-institusi pembinaan (dinas UKM pemerintah) bertanggung jawab. Dengan

    demikian, diharapkan implementasi program akan berjalan secara terarah, efektif,

    efisien dan merata dalam rangka pemerataan pembangunan ekonomi dan

    pengembangan UKMK yang eksis ditengah derasnya kompetisi global.

    2.2.2. Strategi Pengembangan UKM Melalui Klaster UKM

    Di Indonesia, strategi pemberdayaan UKM melalui pembentukan klaster industri,

    mulai digulirkan tahun 1999. Strategi ini bukanlah strategi baru, melainkan sebuah

    adopsi pengalaman keberhasilan dari beberapa negara sahabat yang lebih dahulu

    menerapkannya.

    Melalui strategi ini, sentra UKM dijadikan titik masuk kedalam upaya

    pemberdayaan UKM. Pendekatan ini didasarkan pemikiran untuk memberikan

    layanan kepada UKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan

    sumber daya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UKM yang lebih luas.

    Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya

    dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan

    permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lain-

    lain. Disamping itu, sentra-sentra UKM akan menjadi pusat pertumbuhan (growth

    pool) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan

    tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor.

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    31

    Kajian Literatur

    a. Strategi Klaster Bisnis UKMK

    Strategi pengembangan sumberdaya manusia UKMK melalui klaster bisnis, dalam

    konteks ini, tergolong baru pelaksanaannya di tanah air, dan merupakan

    reformulasi dari akumulasi pengalaman terbaik atas pengembangan UKM

    sebagaimana disarankan oleh lembaga-lembaga bisnis internasional. Pendekatan

    inilai yang dicoba diterapkan oleh BPS-KPKM di Indonesia. Dengan demikian,

    sesungguhnya, pendekatan sentra sebagai titik masuk bukan merupakan ide baru,

    tetapi sudah banyak dilaksanakan diberbagai negara dan direkomendasikan oleh

    UNCTAD, karena tingkat keberhasilannya cukup signifikan. Oleh karena itu

    pemerintah berusaha mereplikasi pendekatan ini sebagai sistem yang dapat

    berjalan di kalangan masyarakat sendiri. Dengan demikian, intervensi pemerintah

    secara bertahap semakin berkurang, karena pemerintah hanya sebagai fasilitator

    dan akselerator. Diharapkan melalui pendekatan sentra ini, penyebaran hasil

    pembangunan ekonomi akan lebih merata.

    Hal ini merupakan salah satu keunggulan yang disandang oleh strategi ini, dan ini

    dipandang sesuai dalam konteks pengembangan UKMK di Indonesia. Sejumlah

    keunggulan lain yang dapat digunakan oleh strategi ini adalah, antara lain

    pemerintah tidak perlu lagi melakukan pembinaan yang berulang-ulang untuk

    obyek yang sama, yang penting dipantau adalah kemajuannya. Disitulah institusi-

    institusi pembinaan (dinas UKM pemerintah) bertanggung jawab. Dengan

    demikian, diharapkan implementasi program akan berjalan secara terarah, efektif

    dan efisien dalam rangka pengembangan UKMK yang eksis ditengah derasnya

    kompetisi global.

    b. Kebijakan Pengembangan Klaster di Indonesia

    Inisiatif pengembangan klaster di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1950-an dan

    di-intensifkan akhir tahun 1970-an melalui program BIPIK (Program Pembinaan

    dan Pengembangan Industri Kecil) pada Departemen Perindustrian. Program

    tersebut memberi prioritas pada klaster (sentra) yang berskala kecil tetapi yang

    mempunyai prospek. Instrumen kebijakan utama terdiri dari pelatihan untuk

    perusahaan dalam klaster melalui tenaga penyuluh lapangan pemerintah.

    Pelatihan dari produsen terpilih yang berfungsi sebagai 'motivator'

    Pemberian 'peralatan' pada produsen terpilih yang telah mengikuti pelatihan

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    32

    Kajian Literatur

    Penyediaan kredit kecil untuk mendukung pembelian peralatan baru oleh para produsen di dalam klaster

    Akhirnya, dan yang paling penting, pendirian unit pelayanan teknis (common service facilities) di sekitar 100 klaster.

    Adapun sejumlah program pemerintah lain yang komplementer pada program

    perkembangan klaster tersebut, yaitu:

    Pemberian subsidi kepada para produsen untuk berkunjung ke pameran (trade fairs)

    Berbagai program yang bertujuan memperkuat hubungan antara universitas dan UKM di daerah

    Berbagai program pengembangan hubungan sub-kontrak antara perusahaan besar asing dan klaster UKM, terutama di dalam sektor cor

    logam

    Suatu instrumen penting untuk pengembangan pedesaan ialah promosi investasi

    luar untuk proses produk agro (inti-plasma) yang digabungkan dengan kredit

    preferensial usaha kecil untuk pemasok lokal (estate), secara khusus untuk sektor

    minyak kelapa sawit dan pembibitan udang.

    Akhirnya, investasi besar di infrastruktur sektor transpor dan komunikasi serta

    fasilitas seperti pengembangan Lingkungan Industri Kecil dan Inkubator Bisnis di

    sejumlah klaster kunci tertentu.

    2.2.3. Pendekatan Pengembangan Sentra/Klaster UKM

    a. Pendekatan Pengembangan UKM dengan Klaster Bisnis

    Pada dasarnya pendekatan pengembangan UKM dengan membuat fokus sasaran

    adalah memberikan perkuatan untuk menjaga dinamika sentra agar tumbuh

    menjadi klaster bisnis UKM melalui tiga komponen yaitu : dukungan non finansial,

    advokasi, dan dukungan finansial sebagai penggerak awal. Prinsip dasar

    pembinaan UKM melalui strategi klaster bisnis dengan pengembangan dukungan

    non finansial dan finansial antara lain :

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    33

    Kajian Literatur

    1) Bertujuan untuk meningkatkan fokus pembinaan agar lebih terarah

    2) Melakukan proses transformasi pembinaan UKM agar menjadi sebuah

    industri jasa yang dapat dilakukan oleh swasta secara profesional melalui

    pasar.

    3) Dengan penetapan jangka waktu yang cukup akan terjadi proses

    pengguliran program secara berkelanjutan, bukan sekedar pengguliran

    dana.

    4) Hadirnya dukungan non finansial akan mengawal proses dinamika klaster

    yang tidak terpaku pada pengembangan jenis industri yang ada, sehingga

    eksistensi UKM di dalam klaster dapat terus menanggapi setiap

    perubahan.

    b. Pengembangan Sentra UKM

    Pemberdayaan UKM dilakukan dengan menetapkan sentra UKM sebagai titik

    masuk (entry point). Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran untuk memberikan

    layanan kepada UKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan

    sumberdaya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UKM yang lebih luas.

    Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya

    dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan

    permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lain-

    lain. Disamping itu, sentra-sentra UKM yang akan menjadi titik pertumbuhan

    (growth point) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan

    penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah.

    Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan dasar

    sebuah klaster, agar dapat berkembang secara sehat:

    1) Dalam setiap sentra yang akan ditumbuhkan sebagai klaster harus

    memiliki satu usaha sejenis yang prospek pasarnya jelas. Sekurang-

    kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis.

    2) Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit

    Rp 500 juta,-/bulan. Angka ini akan memungkinkan timbulnya pasar jasa

    pengembangan yang dapat tumbuh secara sehat, industri pendukung

    yang terdorong masuk dan pengembangan outlet yang layak. Dari segi

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    34

    Kajian Literatur

    finansial dengan total transaksi semacam itu akan menjamin tumbuhnya

    jasa perkreditan koperasi yang layak.

    3) Telah terjadi sentuhan teknologi yang memungkinkan tercapainya

    peningkatan produktivitas, karena masalah pokok usaha kecil di bidang

    pertanian adalah produktivitas/tenaga kerja hanya kurang dari 3%

    produktivitas usaha besar disektor yang sama, atau hanya 1,5% dari

    produktivitas usaha menengah. Sentuhan teknologi harus menjadi elemen

    penting untuk melaksanakan perubahan bagi peternak.

    4) Persyaratan lain yang berkaitan dengan infrastruktur, jaringan pasar,

    ketersediaan lembaga keuangan dan lain-lain merupakan syarat

    tambahan yang menyediakan daya tarik klaster bersangkutan melalui

    jaringan informasi.

    Adapun kriteria pemilihannya bisa didasarkan pada prospek pasar domestik

    ataupun eksport, potensi kesempatan kerja yang dapat diciptakan,serta intensitas

    penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya lokal. Selanjutnya dilakukan cluster

    diagnosis, untuk memetakan kelebihan dan kelemahannya, serta untuk

    merumuskan bentuk-bentuk bantuan yang tepat. Pengembangan klaster dalam

    konteks UKM agaknya harus berorientasi bisnis (klaster bisnis), sehingga klaster

    tersebut bisa mandiri, kokoh, dan mampu bersaing di pasar bebas. Strategi klaster

    bisnis, merupakan salah satu solusi dan jawaban bagi pengembangan UKM

    secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.

    Untuk tercapainya tujuan pengembangan UKM, yaitu peningkatan efisiensi dan

    daya saing yang berorientasi pada pemenuhan permintaan pasar (market driven),

    maka sumberdaya yang dialokasikan pada sentra meliputi dukungan kebijakan

    untuk menciptakan iklim yang kondusif, dukungan finansial dalam bentuk modal

    awal dan padanan (MAP) dan dukungan non finansial berupa Layanan

    Pengembangan Bisnis/ Business Development Service (LPB/BDS) serta

    pendidikan dan latihan. Dengan berbagai dukungan yang diberikan, terutama

    LPB/BDS dan lembaga keuangan mikro (KSP/USP) yang terkait dengan lembaga

    keuangan modern yang saling bersinergi dengan UKM di sentra, maka diharapkan

    dapat langsung meningkatkan dinamika bisnis mereka. Terlebih lagi, secara

    kultural, UKM di sentra tidak akan mengalami perubahan budaya, karena sentra

    usaha mereka tetap berada di tempat semula.

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    35

    Kajian Literatur

    2.2.4. Program Tindak Lanjut Pengembangan Sentra/Klaster

    UKM Melalui Peranan BDS-P dan KSP/USP/LKM

    Pokok-pokok program dalam mekanisme pembinaan UKM dengan pendekatan

    sentra/klaster melalui perkuatan BDS-P dan KSP/USP/LKM adalah sebagai

    berikut:

    1) Penumbuhan Iklim Kondusif Pengembangan Sentra/Klaster UKM

    a. Partisipasi Lintas Pelaku dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM,

    yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta dan dukungan lintas

    pelaku dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM; melalui langkah-

    langkah sebagai berikut :

    Membentuk Forum Lintas Pelaku di Prop dan Kab/Kota dalam

    pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Meningkatkan Kapasitas Lintas Pelaku daerah dalam

    pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Merumuskan Kebijakan dan Program Operasional Pemda

    Propinsi dan Kab/Kota dalam pengembangan sentra/klaster bisnis

    UKM.

    b. Sinkronisasi Program Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang

    bertujuan untuk menyamakan persepsi pengembangan sentra/klaster

    bisnis UKM; melalui langkah-langkah sebagai berikut:

    Mengkoordinasikan Lintas Sektor dalam Pengembangan

    Sentra/Klaster Bisnis UKM.

    Mensosialisasikan Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis UKM.

    Melaksanakan Forum Konsultasi dan Evaluasi tingkat pusat dan

    daerah.

    c. Penyusunan/Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan untuk

    Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang bertujuan untuk :

    Memberikan perlakuan yang sama untuk tumbuh dan

    berkembangnya sentra/klaster bisnis UKM .

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    36

    Kajian Literatur

    Mempercepat perkembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai

    berikut :

    Mengidentifikasi berbagai peraturan perundang-undangan yang

    berkaitan dengan pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Menyusun/menyempurnakan peraturan perundang-undangan

    yang diperlukan untuk pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    2) Program Pengembangan Sentra/Klaster UKM

    a. Pemilihan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang bertujuan untuk Memilih

    sentra/klaster bisnis UKM yang potensial untuk dikembangkan, melalui

    langkah-langkah sebagai berikut :

    Mensosialisasikan Program Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis

    UKM di daerah.

    Mengkompilasi usulan sentra/klaster bisnis UKM dari daerah.

    Melakukan survey identifikasi sentra/klaster bisnis UKM yang

    diusulkan daerah.

    Menetapkan sentra/klaster bisnis UKM yang akan dikembangkan

    sesuai dengan kriteria yang disepakati.

    b. Penguatan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang bertujuan untuk

    Meningkatkan Peran UKM dalam pembangunan ekonomi nasional dan

    daerah; melalui langkah-langkah :

    Meningkatkan kemampuan UKM dibidang manajerial dan teknis

    usaha.

    Meningkatkan akses UKM pada sumberdaya produktif

    (pasar/kemitraan usaha, finansial, informasi dan teknologi).

    Mengembangkan jaringan sentra/klaster bisnis UKM.

    3) Program Dukungan Keuangan

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    37

    Kajian Literatur

    a. Pemilihan Lembaga Finansial (KSP/USP/LKM, Modal Ventura, dan

    Lembaga Penjaminan), yang bertujuan untuk memilih Lembaga Finansial

    yang potensial untuk dikembangkan; melalui langkah-langkah :

    Mensosialisasikan Peran Lembaga Finansial di daerah dalam

    pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Mengkompilasi usulan Lembaga Finansial dari daerah dalam

    pengembangan sentra/sentra/klaster bisnis UKM.

    Melakukan survey identifikasi Lembaga Finansial yang diusulkan

    daerah dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Menetapkan Lembaga Finansial yang akan dikembangkan sesuai

    dengan kriteria yang disepakati dalam pengembangan

    sentra/klaster bisnis UKM.

    b. Penguatan Lembaga Finansial (KSP/USP/LKM, Modal Ventura, dan

    Lembaga Penjaminan), yang bertujuan meningkatkan Peran Lembaga

    Finansial dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM; melalui

    langkah-langkah :

    Meningkatkan kemampuan Lembaga Finansial dibidang

    manajerial usaha

    Membangun jejaring dengan lembaga finansial modern.

    Mengembangkan lembaga penjaminan kredit di tingkat daerah.

    Meningkatkan peran serta Pemda dalam fasilitasi lembaga

    finansial.

    Meningkatkan peran Pemda dalam fungsi pembinaan dan

    pengendalian/pengawasan terhadap lembaga finansial.

    4) Program Dukungan Non Keuangan

    a. Penumbuhan Lembaga Layanan Pengembangan Bisnis (LPB/BDS-P),

    yang bertujuan untuk Menumbuhkembangkan BDS-P; melalui langkah-

    langkah sebagai berikut :

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    38

    Kajian Literatur

    Melatih calon konsultan UKM

    Menyusun sistem insentif untuk tumbuh kembangnya konsultan

    UKM.

    Menumbuhkembangkan BDS-P.

    b. Pemilihan BDS-P, yang bertujuan untuk Memilih BDS-P yang potensial

    dalam mengembangkan sentra/klaster bisnis UKM; melalui langkah-

    langkah sebagai berikut :

    Mensosialisasikan Peran BDS-P di daerah dalam pengembangan

    sentra/klaster bisnis UKM.

    Mengkompilasi usulan BDS-P dari daerah dalam pengembangan

    sentra/klaster bisnis UKM.

    Melakukan survey identifikasi BDS-P yang diusulkan daerah

    dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.

    Menetapkan BDS-P yang akan dikembangkan sesuai dengan

    kriteria yang disepakati dalam pengembangan sentra/klaster bisnis

    UKM.

    c. Penguatan Peran dan Kapasitas BDS-P, yang bertujuan untuk

    Meningkatkan kemampuan dan kapasitas BDS-P dalam pelayanan pada

    UKM yang ada di sentra; melalui langkah-langkah sebagai berikut :

    Meningkatkan keterampilan pengelola dan konsultan BDS-P

    Melakukan studi banding dan magang

    Menumbuhkembangkan BDS Fasilitator di daerah.

    Melakukan akreditasi konsultan BDS-P

    Mengembangkan sistem insentif bagi BDS-P.

    Membangun jaringan BDS-P.

    d. Penumbuhkembangan Lembaga Non Finansial lainnya, yang bertujuan

    untuk meningkatkan dukungan pengembangan sentra/klaster bisnis UKM;

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    39

    Kajian Literatur

    melalui langkah-langkah :

    Menumbuh kembangkan lembaga non finansial lain seperti :

    trading house, pusat riset dan pengembangan, pusat desain, pusat

    pengendalian mutu, dll.

    Mengembangkan sistem insentif bagi Lembaga Non Finansial

    lainnya.

    2.3. Gambaran Umum Kondisi Klaster Di Indonesia

    2.3.1. Beberapa Model Pengembangan UKM Melalui Klaster

    Kajian literatur awal yang dilakukan menemukan beberapa nama yang biasanya

    dikaitkan dengan model pengembangan usaha melalui pendekatan kelompok ini,

    seperti antara lain: Sentra, Klaster, Perkampungan Industri Kecil (PIK), Enclave,

    Agropolitan dan lain sebagainya. Secara umum, deskripsi dan perbedaan diantara

    mereka dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

    Tabel 1. Karakteristik Bentuk-Bentuk Pengembangan UKM Berbasis

    Kelompok

    No Nama Karakteristik Umum Keterangan

    Pengelompokkan Hubungan

    Anggota

    Dukungan

    1 Sentra

    (Kementerian

    Koperasi)

    Alamiah yang ditetapkan;

    Tempat tinggal dan

    tempat usaha dapat

    sama atau berbeda

    Leader-Follower,

    persaingan

    Dari luar

    berbentuk MAP

    dan BDS

    Kementerian Koperasi dan UKM.

    Jumlah Sentra (Kementerian

    Koperasi) ada lebih dari 1000 di

    30 propinsi

    Sentra Alamiah Leader-Follower (inti plasma dan

    sub-kontrak)

    Dari dalam oleh

    perusahaan inti

    (Leader)

    Dari luar oleh

    institusi

    pendukung seperti

    perguruan tinggi

    dan LSM

    Instansi BUMN/BUMD,

    perusahaan Swasta dan LSM

    Contoh: Dipasena di Lampung,

    Sampoerna di Sidoarjo, Perikani

    di KTI.

    2 Klaster Alamiah atau artifisial;

    Pengelompokkan lebih

    fokus pada terbentuknya

    linkage rantai nilai yang

    efisien

    Leader-Follower Dari dalam

    3 Perkampungan

    Industri Kecil (PIK)

    Artifisial; Tempat tinggal

    menyatu dengan tempat

    usaha

    Setara,

    persaingan

    Dari luar dalam

    bentuk UPT

    Departemen Perindustrian.

    Jumlah sekitar 5

    4 Lingkungan Industri

    Kecil (LIK) dan LIK

    Transmigrasi

    Artifisial; Hanya

    menyatukan tempat

    usaha, tempat tinggal

    diluar LIK

    Setara,

    persaingan

    Dari luar dalam

    bentuk UPT

    Departemen Perindustrian,

    Departemen Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi

    Jumlah sekitar 5

  • LAPORAN AKHIR

    Kajian Efektifitas Model

    Penumbuhan Klaster Bisnis

    UKM Berbasis Agribisnis

    40

    Kajian Literatur

    No Nama Karakteristik Umum Keterangan

    Pengelompokkan Hubungan

    Anggota

    Dukungan

    5 Sarana Usaha Industri

    Kecil (SUIK)

    Artifisial; Penyediaan

    tempat usaha bagi usaha

    kecil di lingkungan

    industri besar

    Setara Dari luar dalam

    bentuk UPT

    Departemen Perindustrian

    Jumlah sekitar 2

    6 Enclave Alami, bentang alam dan

    pertumbuhan wilayah

    menyebabkan sebuah

    daerah menjadi

    kantong dengan karaktgeristik usaha,

    budaya, dan

    kesejahteraan yang

    berbeda dari wilayah

    tetangganya

    Setara,

    persaingan

    Tidak ada, dari

    dalam, dari luar

    Contoh enclave alami akibat

    sekat bentang alam adalah

    Baduy

    Contoh enclave akibat

    pertumbuhan wilayah adalah

    kantong masyarakat yang

    terjepit antara

    Enclave alami biasanya

    diberdayakan oleh Departemen

    Sosial yang kemudian dibantu

    oleh Kementerian Koperasi

    dan/atau Departemen

    Perindustrian

    Jumlah enclave alami mencapai

    ribuan lokasi tersebar di seluruh

    Indonesia

    Artifisial, wilayah berkembang lebih pesat

    dibandingkan wilayah

    tetangga akibat

    keberadaan proyek

    industri strategis seperti

    tambang minyak, batu

    bara, gas bumi, industri

    logam, dll yang

    otoritasnya berada di

    luar jangkauan daerah

    pemangkunya

    Setara,

    persaingan

    Dari dalam Infrastruktur wilayah industri

    strategis relatif lebih maju

    sehingga menciptakan enclave

    dengan karakteristik usaha yang

    lebih maju dan tingkat

    kesejahteraan yang relatif lebih

    tinggi.

    Contoh enclave artificial ada di Gorontalo, Cilacap dan Bontang

    7 Kelompok Usaha

    Bersama (KUB)

    Artifisial, utamanya

    berdasarkan tempat

    tinggal

    Setara Dari luar Departemen perindustrian,

    Departemen Sosial, Departemen

    Kesehatan

    8 Agropolitan Artifisial Leader-Follower Dari dalam

    2.3.2. Kondisi Umum Klaster

    Secara umum 9 klaster di Indonesia masih berupa sentra UMKM. Sentra UMKM

    terdiri dari sekumpulan industri skala kecil dan menengah yang terkonsentrasi

    pada suatu lokasi yang sama serta telah berkembang cukup lama. Sentra UMKM

    mencerminkan suatu jenis klaster yang paling sederhana dan berkembang secara

    alamiah tanpa intervensi dari pemerintah. Klaster-klaster ini pada umumnya

    berkembang di wilayah pedesaan, me