LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN oksigenasi.docx

20
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI A. Pengertian Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003). Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O 2 ) ke dalam paru dengan alat khusus. Gangguan fungsi pernapasan, pemenuhan kebutuhan oksigenasi: 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan batuk secar efektif. 2. Ketidakefektifan pola pernapasan

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN oksigenasi.docx

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIENDENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASIA. Pengertian Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003). Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke dalam paru dengan alat khusus.Gangguan fungsi pernapasan, pemenuhan kebutuhan oksigenasi:1. Ketidakefektifan bersihan jalan napasAdalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan batuk secar efektif.2. Ketidakefektifan pola pernapasanAdalah keadaan di mana seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang actual atau potensial berhubungan dengan perubahan polaa napas.3. Gangguan pertukaran gasAdalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbon dioksida) yang aktual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan system vaskuler. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada ,dan cara penghisapan lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan kerja jantung.B. EtiologiFaktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :1. Tahap Perkembangan Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas2. Lingkungan Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.3. Gaya Hidup Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.4. Status Kesehatan Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasanFungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar parub. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paruc. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.7. Perubahan pola nafas Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi jalan napasObstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

C. Tanda dan Gejala1. Bunyi nafas tambahan ( misalnya ronki basah halus, ronki basah kasar )2. Dispnea ( Kesukaran bernapas)3. Pernafasan cuping hidung4. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan5. Batuk tidak ada atau tidak efektif6. Sianosis7. Kesulitan untuk bersuara8. Penurunan bunyi nafas9. Takikardi10. Hipoksia

D. Patofisiologi

E. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:1. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi: pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).4. RadiologiParenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.5. Pemerikasaan SputumBersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.

F. Penatalaksanaan Medis1. Indikasi Terapi Oksigen.Muttaqin (2005) menyatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi O2sebagai berikut :a. Klien dengan kadar O2arteri rendah dari hasil analisa gas darahb. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasanc. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.2. Metoda pemberian terapi oksigena. Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:1) Sistem aliran rendahTeknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit (Harahap, 2005).Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing.a) Kanul nasalKecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-5. Keuntungan Pemberian O2stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender(Harahap, 2005).b) Sungkup muka sederhanaKecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi O2yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2jika aliran rendah(Harahap, 2005).c) Sungkup muka dengan kantong rebreathingKecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi O2lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat memberikan O2konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2bisa terlipat(Harahap, 2005).Sungkup muka dengan kantong non rebreathingd) Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan konsentrasi O2yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian kantong O2bisa terlipat(Harahap, 2005).

2) Sistem aliran tinggiSuatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini 414 L/mnt dan konsentrasi 30 55% (Harahap, 2005). Keuntungan: Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2 (Harahap, 2005). Kerugian: Kerugian sistem ini hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah.

G. Pengkajian Keperawatan1. IdentitasMendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.2. Riwayat kesehatana. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk.d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga pasien3. Pola kesehatan fungsionalHal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatanBagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan , adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.b. Pola metabolik-nutrisiKebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.c. Pola eliminasiPerubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)d. Aktivitas-latihanAdanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.e. Pola istirahat-tidurAdanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.f. Pola persepsi-kognitifRasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.g. Pola konsep diri-persepsi diriKeadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).

h. Pola hubungan dan peranKebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.i. Pola reproduksi-seksualPerilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikajij. Pola toleransi koping-stressAdanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.k. Keyakinan dan nilaiStatus ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.

4. Pemeriksaan fisika. Kesadaran: kesadaran menurunb. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggic. Head to toe1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli atau endokarditis)2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut3) Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor4) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung5) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.6) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat (tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)

H. Diagnosa Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan obstruksi jalan nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/ banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.2. Pola napas tidak efektifberhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi, Kelelahan3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan membran kapiler alveolar.

I. Perencanaan Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan obstruksi jalan nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret, adanya benda asing dijalan nafas.a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, denganb. Kriteria hasil: mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan dispnea, menunjukan jalan nafas yang paten.c. Intervensi:1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal: semifowler.2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu3) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction4) Auskultasi suara nafas dancatat adanya suara nafas tambahan misal ronkhi5) Berikan bronkodilator bila perlu6) Kolaborasi dalam pemberian terapi 02.

2. Pola napas tidak efektifberhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi, kelelahan.a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukankeefektifan pola nafas , denganb. Kriteria hasil: Suara nafas bersih, tidak ada siaonsis, dispnea, menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) dan TTV dalam rentang normalc. Intervensi:1) Monitor vital sign2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction5) Auskultasi suara nafas dancatat adanya suara nafas tambahan6) Pertahankan jalan nafas yang paten7) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi8) Berikan bronkodilator bila perlu9) Kolaborasi dalam pemberian terapi 02

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan membran kapiler alveolar.a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi denganb. Kriteria hasil: mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan dispneu, TTV dalam rentang normalc. Intervensi:1) Beri posisi ventilasi maksimal.2) Keluarkan sekret dengan batuk atau section3) Auskultasi suara nafas, dan catat adanya suara nafas tambahan4) Monotor pola nafas bradipnea, takipnea,5) Monitor TTV, AGD6) Observasi sianosis7) Kolaborasi bronkodilator, nebulezer, dan terapi oksigenasi

Daftar PustakaBrunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC.Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. 2012. Jakarta : EGCHarahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USUInternational, NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2013. Jakarta : EGCMuttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba Medika: Jakarta.Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.