Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Jantung
-
Upload
dharma-partana -
Category
Documents
-
view
152 -
download
2
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Jantung
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Oleh :
1. PUTU YENI YUNITASARI (P07120214004)
2. DEWA GEDE SASTRA ANANTA WIJAYA (P07120214005)
3. I NYOMAN SUGIHARTA DANA (P07120214008)
4. NI PUTU ERNA LIBYA (P07120214014)
5. I GST NGURAH AGUNG KUSUMA SEDANA (P07120214015)
6. NI KADEK DIAN INLAM SARI (P07120214018)
7. NGAKAN RAKA SAPUTRA (P07120214036)
8. I PUTU DHARMA PARTANA (P07120214038)
DIV KEPERAWATAN TINGKAT 2 SEMESTER 3
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
A. PENGERTIAN
Gagal Jantung (Gagal Jantung Kongestif) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient. Istilah Gagal Jantung Kongestif paling
sering digunakan bila mengacu pada gagal jantung sebelah kiri atau gagal
jantung sebelah kanan.
Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari
normal. Kondisi Umum yang mendasari termasuk arterosklerosis, hipertensi
atrial, dan penyakit inflamasi atau degenerative otot jantung. Sejumlah faktor
sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung.
Peningkatan laju metabolic (mis., demam, koma, tirotosikosis), hipoksia, dan
anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen. (Boughman,2001)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan
Triyanti, 2007).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-
sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Penyebab
Kelainan Otot Jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada kelainan
otot jantung. Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis coroner,
hipertensi arterial, dan penyakit otot degenerative atau inflamasi.
Aterosklerosis coroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunnya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung. Efek tersebut (Hipertrofi miokard)dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, Hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit Jantung Lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme yang biasanya mencakup gangguan aliran darah melalui jantung
(mis., stenosis katup semilunar), ketidakmampuan jantung untuk mengisi
darah (mis., tamponade pericardium, perikarditas konstriktif, atau stenosis
katup AV) atau pengosongan jantung abnormal (mis., insufisiensi katup AV).
Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik
(hipertensi “Maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada
hipertrofi miokardial.)
Faktor Sistemik. Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism
(mis., demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia aau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke Jantung. Asidosis
(respiratorik atau metabolic) dan abnormalitas elektrolit menurunkan
kontraktilitas jantung. Distrima jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya
atau secara sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan
fungsi jantung. (Smeltzer, 2001)
B. TANDA DAN GEJALA
1. Menurut Huan H Gray, dkk 2005 dalam Lecture Notes : Kardiologi
a. Tanda dan Gejala Gagal Jantung Kiri
1) Penurunan kapasitas aktivitas
2) Dispneu (mengi, ortopneu, PND)
3) Batuk (Hemoptisis)
4) Letargi dan Kelelahan
5) Penurunan nafsu makan dan berat badan
6) Kulit lembab
7) Tekanan darah (tinggi, rendah atau normal)
8) Denyut nadi (volume normal atau rendah)
(alternans/takikardia/aritmia)
9) Pergeseran apeks
10) Regurgutasi mitral fungsional
11) Krepitasi paru
12) (± Efusi pleura)
b. Tanda dan Gejala Gagal Jantung Kanan
1) Pembengkakan pergelangan kaki
2) Dispneu (namun bukan ortopneu maupun PND)
3) Penurunan kapasitas aktivitas
4) Denyut nadi (aritmia takikardia)
5) Peningkatan JVP (±TR)
6) Edema
7) Hepatomegali dan asites
8) Gerakan bergelombang parasternal
9) S3 atau S4 RV
10) (Efusi Pleura)
2. Menurut Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
a. Kriteria Major
1) Paroksimal nocturnal dspnea
2) Distensia vena lehar
3) Ronki paru
4) Kardiomegali
5) Edema paru akut
6) Gallop S3
7) Peninggian vena jugularis
8) Fefluks hepatojugular
b. Kriteria Minor
1) Edema ekstremitas
2) Batuk malah hari
3) Dipsnea d’effort
4) Hepatomegali
5) Efusi pleura
6) Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
7) Takikardia (> 120x/menit)
c. Major atau Minor
1) Penurunan BB ≥ 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
2) Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major
dan 2 kriteria minor
3. Pada anak dan bayi (BS pelayanan kesehatan anak di RS)
a. Takikardi (denyut jantung > 160 kali/menit pada anak umur dibawah
12 bulan ; >120 x/menit pada umur 12 bulan-5 tahun)
b. Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis dan edema perifer
(tanda kongestif)
c. Irama derap dengan crackles/ronki pada basal paru
d. Pada bayi-napas cepat atau berkeringat, terutama saat diberi makanan ;
pada anak yang lebih tua edema kedua tungkai, tangan atau muka dan
pelebaran vena leher
e. Telapak tangan sangat pucat, terjadi bila gagal jantung disebabkan oleh
anemia
4. Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA)
Kelas I : tidak ada keterbatasan fisik. Aktifitas fisik biasa tidak
menyebabkan keletihan atau dispneu
Kelas II : sedikit keterbatasan fisik. Merasa nyaman saat istirahat tetapi
aktifitas fisik biasa menyebabkan keletihan atau dispneu
Kelas III : keterbatasan nyata aktifitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi
bahkan saat istirahat. Jika aktifitas fisik dilakukan, gejala
meningkat
Kelas IV : tidak mampu melaksanakan aktifitas fisik tanpa gejala. Gejala
terjadi bahkan saat istirahat, jika aktifitas fisik dilakukan gejala
meningkat
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang penyakit jantung bersifat non-invasif.
Non-invasif artinya tidak melukai tubuh, atau tidak ada alat yang masuk ke
tubuh . Contoh yang sederhana adalah EKG, Treadmill, dan Ekokardiografi.
Yang lebih canggih misalnya CT scan dan MRI jantung.
EKG merupakan pemeriksaan penunjang penyakit jantung paling
sederhana, paling tua dan paling murah. Prinsip pemeriksaan EKG adalah
merekam aktivitas listrik jantung. Ada EKG resting, yaitu EKG yang
dilakukan sambil pasien berbaring atau istirahat. Ada EKG dengan stres atau
beban yang lebih dikenal sebagai tes Treadmill. Pada pemeriksaan ini pasien
direkam aktivitas listriknya sambil berjalan atau berlari di atas mesin
treadmill. Ada juga Holter EKG, yaitu perekaman EKG selama 24 jam.
Ekokardiografi pada dasarnya adalah pemeriksaan struktur anatomi dan
fungsi jantung dengan mesin USG. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat bagi
seorang dokter jantung, karena memberikan informasi yang lengkap mengenai
kondisi jantung dan berbagai kelainan yang mendasarinya. Ekokardiografi
dapat dikatakan merupakan perpanjangan mata seorang dokter jantung untuk
melihat kondisi jantung Anda secara langsung.
CT scan jantung sebetulnya dapat dikatakan semi-invasif, karena
walaupun tidak ada alat yang masuk ke dalam tubuh, ada zat kontras yang
disuntikkan, ditambah paparan radiasi sinar X. Pemeriksaan ini digunakan
terutama untuk melihat kondisi pembuluh koroner.
MRI jantung memberi informasi hampir seperti ekokardiografi. Tetapi
karena mahal, pemeriksaan ini masih jarang dilakukan.
Ada pemeriksaan penunjang penyakit jantung yang bersifat invasif. Invasif
artinya ada alat yang masuk ke dalam tubuh pasien. Pemeriksaan yang bersifat
invasif biasanya tergolong pemeriksaan canggih. Contohnya adalah
Kateterisasi jantung dan Elektrofisiologi jantung.
Kateterisasi jantung adalah sekelompok pemeriksaan yang menggunakan
kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk menilai kondisi
jantung dengan menggunakan sinar X. Kateterisasi jantung terbanyak
bertujuan memeriksa pembuluh koroner.
Elektrofisiologi jantung juga menilai aktivitas listrik jantung seperti EKG.
Bedanya, EKG merekamnya dari luar, elektrofisiologi merekamnya langsung
dari dalam jantung. Bedanya lagi, EKG merekam aktivitas listrik jantung apa
adanya, elektrofisiologi memberikan stimulasi tertentu untuk melihat ada
tidaknya irama jantung yang tidak normal.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Menghilangkan Faktor pencetus
2. Mengurangi gagal jantung dengan memperbaiki fungsi pompa jantung,
mengurangi beban jantung dengan pemberian diet rendah garam, diuretic
dan vasodilator
3. Menghilangkan penyakit yang mendasarinya, baik secara medis atau
bedah
4. Meningkatkan oksienasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agae
PaCO2 sekitar 60-100 mmHg (saturasi o2 90 - 98 %) dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat / pembatas aktifitas
5. Pemberian obat – obatan sesuai dengan program, seperti morfin diberikan
untuk menurunkan faktor preload an afterload ; Furosemide untuk
mengurangi oedema/diuresis; minofilin untuk merangsang miokardium;
obat Inotropik kontraktilitas miokardium; ACE inhibitor menurunkan
afterload dan meningkatkan kapasitas fisik; Nitrogliserin untuk
menurunkan hipertensi vena paru.
6. Bila perlu menggunakan Central Venous Pressure atau juga dengan Swan
Ganz Chateter
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleran Aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
Batasan Karakteristik
Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
Faktor yang Berhubungan
Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
2. Ansietas
Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
Batasan Karakteristik
Perilaku
Penurunan produktivitas
Gerakan yang irelevan
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
Afektif
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Distress
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup
Senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
Bingung
Menyesal
Ragu/tidak percaya diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Gemetar
Suara bergetar
Simpatik
Anoreksia
Eksitasi kardiovaskular
Diare
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan reflex
Peningkatan frekuensi pernapasan
Pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokonstriksi superficial
Kedutan pada otot
Lemah
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
Mual
Gangguan tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan segera berkemih
Kognitif
Menyadari gejala fisiologis
Bloking pikiran
Konfusi
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan berkonsentrasi
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
Lupa
Gangguan perhatian
Khawatir
Melamun
Cenderung menyalahkan orang lain
Faktor yang Berhubungan
Perubahan dalam :
- Status ekonomi
- Lingkungan
- Status kesehatan
- Pola interaksi
- Fungsi peran
- Status peran
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan interpersonal
Krisis maturasi
Krisis situasional
Stress
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman pada :
- Status ekonomi
- Lingkungan
- Status kesehatan
- Pola interaksi
- Fungsi peran
- Status peran
- Konsep diri
- Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
- Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
- Kebutuhan yang tidak dipenuhi
3. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung
Definisi
Risiko penurunan sirkulasi jantung (koroner)
Faktor Risiko
Pil kontrasepsi
Pembedahan jantung
Tamponade jantung
Spasme arteri koroner
Kurang pengetahuan tentang faktor risiko yang dapat diubah (mis,
merokok, gaya hidup monoton, obesitas)
Diabetes mellitus
Peningkatan protein C-reaktif
Riwayat penyakit arteri koroner pada keluarga
Hiperlipidemia
Hipertensi
Hipovolemia
Hipoksia
Hipoksemia
Penyalahgunaan zat
4. Kelebihan Volume Cairan
Definisi
Peningkatan retensi cairan isotonic
Batasan Karakteristik
Bunyi napas adventisius
Gangguan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Azotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola pernapasan
Penurunan hematokrit
Penurunan hemoglobin
Dispnea
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Asupan melebihi haluaran
Distensi vena jugularis
Oliguria
Ortopnea
Efusi pleura
Refleks hepatojugular positif
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Kongesti pulmonal
Gelisah
Perubahan berat jenis urine
Bunyi jantung S3
Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
Faktor yang Berhubungan
Gangguan mekanisme regulasi
Kelebihan asupan cairan
Kelebihan asupan natrium
5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor yang berhubungan
Lingkungan
Perokok pasif
Merokok
Menghisap asap
Fisiologis
Disfungsi neuromuskular
Hiperplasia dinding bronkial
Jalan nafas alergik
Asma
Infeksi
Penyakit paru obstruktif kronis
Obstruksi Jalan Napas
Spasme jalan nafas
Sekresi tertahan
Mukus dalam jumlah berlebihan
Adanya jalan nafas buatan
Sekresi dalam bronki
Adanya eksudat di alveolus
Adanya benda asing di jalan nafas.
6. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi
Kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan/atau eleminasi karbon dioksida
pada membrane alveolar-kapiler
Batasan Karakteristik
pH darah abnormal
pH arteri abnormal
Pernapasan abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)
Warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman)
Konfusi
Sianosis (pada neonatus saja)
Penurunan karbon dioksida
Diaphoresis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
Hipoksia
Hipoksemia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardia
Gangguan pengelihatan
Faktor yang Berhubungan
Perubahan membrane alveolar-kapiler
Ventilasi-perfusi
7. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi
Perubahan/gangguan epidermis dan/atau dermis
Batasan Karakteristik
Kerusakan lapisan kulit
Gangguan permukaan kulit
Invasi struktur tubuh
Faktor yang Berhubungan
Eksternal
Zat kimia
Usia yang ekstrem
Kelembapan
Hipertermia
Hipotermia
Faktor mekanik
Medikasi
Imobilisasi fisik
Radiasi
Internal
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Faktor perkembangan
Kondisi ketidakseimbangan nutrisi
Penurunan imunologis
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan metabolic
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang
8. Ketidakseimbangan Nutrisi : Lebih dari Kebutuhan Tubuh
Definisi
Asupan nutrient yang melebihi kebutuhan tubuh
Batasan Karakteristik
Mengonsentrasikan makanan pada akhir hari
Disfungsi pola makanan
Makan sebagai respons terhadap petunjuk eksternal
Makan sebagai respons terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar
Aktivitas monoton
Lipatan otot trisep > 15 mm pada pria
Lipatan otot trisep > 25 mm pada wanita
Berat badan 20% di atas tinggi dan kerangka tubuh ideal
Faktor yang Berhubungan
Asupan berlebihan dalam kaitannya dengan kebutuhan metabolic.
Asupan berlebihan dalam kaitannya dengan aktivitas fisik.
9. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Faktor Risiko
Perubahan kedalaman pernapasan
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipnea
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispnea
Peningkatan diameter anterior-posterior
Pernapasan cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir
Takipnea
Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
Faktor yang Berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan musculoskeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi neurmuskular
Obesitas
Nyeri
Keletihan otot pernapasan
Cedera medulla spinalis
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
.
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan
energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang diinginkan.
Batasan Karakteristik :
Respon tekanan darah
abnormal
Respon frekuensi jantung
abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang
mencerminkan aritmia
NOC
Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan selama …. x
24 jam diharapkan :
1. Klien mampu
mengidentifikasi
aktifitas dan situasi
yang menimbulkan
kecemasan yang
berkonstribusi pada
intoleransi aktifitas.
2. Klien mampu
berpartisipasi dalam
aktifitas fisik tanpa
NIC
Managemen
Energi
a. Tentukan
penyebab
keletihan: :nyeri,
aktifitas,
perawatan ,
pengobatan
b. Kaji respon
emosi, sosial
dan spiritual
terhadap
aktifitas.
Perubahan EKG yang
mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan :
Tirah baring atau
imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
disertai peningkatan
TD, N, RR dan
perubahan ECG
3. Klien
mengungkapkan
secara verbal,
pemahaman tentang
kebutuhan oksigen,
pengobatan dan atau
alat yang dapat
meningkatkan
toleransi terhadap
4. Klien mampu
berpartisipasi dalam
perawatan diri tanpa
bantuan atau dengan
bantuan minimal
tanpa menunjukkan
kelelahan
5. Klien mampu
berpindah dengan
atau tanpa batuan
alat
6. Status
kardiopulmonari
adekuat
7. Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran
gas dan ventilasi adekuat
c. Evaluasi
motivasi dan
keinginan klien
untuk
meningkatkan
aktifitas.
d. Monitor respon
kardiorespirasi
terhadap
aktifitas :
takikardi,
disritmia,
dispnea,
diaforesis,
pucat.
e. Monitor asupan
nutrisi untuk
memastikan ke
adekuatan
sumber energi.
f. Monitor respon
terhadap
pemberian
oksigen : nadi,
irama jantung,
frekuensi
Respirasi
terhadap
aktifitas
perawatan diri.
g. Letakkan benda-
benda yang
sering
digunakan pada
tempat yang
mudah
dijangkau
h. Kelola energi
pada klien
dengan
pemenuhan
kebutuhan
makanan,
cairan,
kenyamanan /
digendong untuk
mencegah
tangisan yang
menurunkan
energi.
i. Kaji pola
istirahat klien
dan adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
Terapi Aktivitas
a. Bantu klien
melakukan
ambulasi yang
dapat
ditoleransi.
b. Rencanakan
jadwal antara
aktifitas dan
istirahat.
c. Bantu dengan
aktifitas fisik
teratur : misal:
ambulasi,
berubah posisi,
perawatan
personal,
sesuai
kebutuhan.
d. Minimalkan
anxietas dan
stress, dan
berikan
istirahat yang
adekuat
e. Kolaborasi
dengan medis
untuk
pemberian
terapi, sesuai
indikasi
2 Ansietas
Definisi : Perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran
disertai respon autonom
(sumber sering kali tidak
spesifik atau idak diketahui
individu), perasaan takut yang
Setelah diberikan asuhan
keperawatan ……………
x24 jam diharapkan ansietas
individu berkurang serta
menunjukkan pengendalian
diri terhadap ansietas dengan
kriteria hasil :
NIC
Penurunan
Kecemasan
(Anxiety
Reduction)
a. Gunakan
pendekatan yang
disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan
menampukan individu untuk
bertindak menghadapi
ancaman.
Batasan Karakteristik :
Perilaku
- Penurunan
produktivitas
- gerakan yang
irelevan
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang
buruk
- Mengekspresikan
kekawatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
Affektif
- Gelisah, distres
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
Hasil NOC
1. Klien mampu
mengidentifikasikan dan
mengungkapkan gejala
cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas
normal
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
menenagkan
b. Nyatakan dengan
jelas harapan
terhadap pelaku
pasien
c. Jelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan
selama prosedur
d. Pahami perspektif
pasien terhadap
situasi stres
e. Temani pasien
untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
f. Dorong keluarga
untuk menemani
anak
g. Lakukan
back,neck rub
h. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
i. Identifikasi
tingkat
kecemasan
j. Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
- Perasaan tidak
adekuat
- Berfokus pada diri
sendiri
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senag
berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
yang persisten
- Ragu/tidak percaya
diri
- Khawatir
Fisiologis
- Wajah tegang,
tremor tangan
- Peningkatan
keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, Tremor
- Suara bergetar
Simpatik
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskuler
- Diare, mulut kering
kecemasan
k. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
persepsi,
perasaan, dan
ketakutan
l. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
m. Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
- Wajah merah
- Jantung berdebar-
debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut
nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan
frekuensi
pernapasan, pupil
melebar
- Kesulitan bernapas
- Vasokontriksi
superfisial
- Lemah, kedutan
pada otot
Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan
darah
- Penurunan denyut
nadi
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan
tidur
- Kesemutan pada
ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan segera
berkemih
Kognitif
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking pikiran,
konfusi
- Penurunan lapang
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan untuk
belajar
- Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
- Ketakutan terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir, melamun
- Cenderung
menyalahkan orang
lain
Faktor yang berhubungan
Perubahan dalam (status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
Krisis maturasi, krisis
situasionalisasi
Stres, ancaman kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada( status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran, konsep diri)
Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial
Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
3 Resiko Penurunan Perfusi
Jaringan Jantung
Definisi : Resiko penurunan
sirkulasi jantung
Batasan karakteristik
Pil kontrasepsi
Pembedahan jantung
Tamponade jantung
Spasme arteri koroner
Kurang pengetahuan
tentang faktor resiko yang
dapat diubah (mis,
Setelah diberikan asuhan
keperawatan ……………
x24 jam diharapkan
individu menunjukkan
peningkatan perfusi
jaringan jantung dengan
kriteria hasil :
Hasil NOC
1. Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
yang diharapkan
NIC
Cardiac care
a. Evaluasi adanya
nyeri dada
(intensitas,
lokasi, dan
durasi)
b. Catat adanya
disritmia
jantung
c. Catat adanya
tanda dan gejala
merokok, gaya hidup
monoton, obesitas)
Diabetes mellitus
Peningkatan protein C-
reaktif
Riwayat penyakt arteri
koroner pada keluarga
Hiperlipidemia
Hipertensi
Hipovolemia
Hipoksemia
Hipoksia
Penyalahgunaan zat
2. CVP dalam batas
normal
3. Nadi perifer kuat dan
simetris
4. Tidak ada edema perifer
dan asites
5. Denyut jantunf, AGD,
ejeksi fraksi dalam batas
normal
6. Bunyi jantung abnormal
tidak ada
7. Nyeri dada tidak ada
8. Kelelahan yang ekstrim
tidak ada
penurunan
cardiac output
d. Monitor status
kardiovaskuler
e. Monitor status
pernapasan yang
menandakan
gagal jantung
f. Monitor
abdomen
sebagai
indikator
penurunan
perfusi
g. Monitor balance
cairan
h. Monitor adanya
perubahan
tekanan darah
i. Monitor respon
pasien terhadap
efek pengobatan
antiaritmia
j. Atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
k. Monitor
toleransi
aktivitas pasien
l. Monitor adanya
dispneu, fatique,
takipneu, dan
ortopneu
m. Anjurkan untuk
menurunkan
stress
Fluid
Management
a. Timbang
popok/pembalut
jika diperlukan
b. Pertahankan
catatan intake
dan output yang
akurat
c. Pasang urin
kateter jika
diperlukan
d. Monitor status
hidrasi
(kelembaban
membran
mukosa, nadi
adekuat, tekanan
darah
ortostatik), jika
diperlukan
e. Monitor IAb
yang sesuai
dengan retensi
cairan
(BUN,Hmt,
osmolalita urin)
f. Monitor status
hemodinamika
termasuk CVP,
MAP,PAP, dan
PCWP
g. Monitor vital
sign sesuai
indikasi
penyakit
h. Monitor indikasi
retensi/
kelebihan cairan
(cracles, CVP,
edema, distensi
vena leher,
asites)
i. Monitor berat
badan pasien
sebelum dan
setelah dialisi
j. Kaji lokasi dan
luar edema
k. Monitor
masukan
makanan/cairan
dan hitung
intake kalori
harian
l. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
terapi cairan
sesuai program
m. Monitor status
nutrisi, berikan
cairan
n. Kolaborasi
pemberian
diuretik sesuai
program
o. Berikan cairan
IV pada suhu
ruangan
p. Dorong
masukan oral
q. Berikan
pengganti
nesogatrik
sesuai output
r. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
s. Tawarkan snack
(jus,buah segar)
t. Matasi masukan
cairan pada
keadaan
hiponatrermi
dilusi dengan
serum Na< 130
mEq/l
u. Monitor respon
pasin terhadap
terapi elektrolit
v. Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan berlebih
munsul
memburuk
w. Atur
kemungkinan
transfusi
x. Persiapan untuk
transfusi
Fluid Monitoring
a. Tentukan
riwayat jumlah
dan tipe intake
cairan dan
eliminasi
b. Tentukan
kemungkinan
faktor resiko
dati
ketidakseimbang
an cairan
c. Monitor berat
badan
d. Monitor serum
dan elektrolit
urine
e. Monitor serum
dan osmolalitas
urine
f. Monitor
BP<HR, dan RR
g. Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubaan
irama jantung
h. Monitor
parameter
hemodinamik
infasif
i. Catat secara
akurat intake
dan output
j. Monitor
membran muksa
dan turgor kulit,
serta rasa haus
k. Catat monitor
warna, jumlah
dan adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambahan BB
l. Monitor tanda
dan gejala dari
eodem
m. Beri cairan
sesuai keperluan
n. Kolaborasi
pemberian obat
yang dapat
meningkatkan
output urin
o. Lakukan
hemodialisi bila
perlu dan catat
respon pasien
Vital sign
monitoring
a. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor
TD,nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas
dari nadi
g. Monitor adanya
pulsus
paradoksus
h. Monitor adanya
pulsus alterans
i. Monitor jumlah
dan irama
jantung
j. Monitor bunyi
jantung
k. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
l. Monitor suara
paru
m. Monitor pola
pernapasan
abnormal
n. Monitir suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
o. Monitor sianosis
perifer
p. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
q. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
4 Kelebihan Volume Cairan
Definisi : Peningkatan retensi
cairan isotonik
Batasan Karakteristik :
Bunyi napas adventius
Gangguan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Azotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola pernapasan
Penurunan hematokrit
Penurunan hemoglobin
Dispneu
Edema
Peningkatan tekanan vena
sentral
Asupan melebihi haluaran
Distensi vena jugularis
Oliguria
Ortopnea
Efusi pleura
Refleksi hepatojugular
positif Perubahan tekanan
arteri pulmonal
Kongesti pulmonal
Gelisah
Perubahan berat jenis urine
Bunyi jantung S3
Penambaan berat badan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan ……………
x24 jam diharapkan
individu menunjukkan
penurunan volume cairan
(edema) dengan kriteria
hasil:
Hasil NOC
1. Terbebas dari edema,
efusi, dan anaskara
2. Bunyi napas bersih,
tidak ada
dispneu/ortopneu
3. Terbebas dari distensi
vena jugularis, reflek
hepatojugular (+)
4. Memelihara tekanan
vena sentral, tekanan
kapiler paru, outut
jantung dan vital sign
dalam batas normal
5. Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
6. Menjelaskan indikator
kelebihan cairan
NIC
Fluid
Management
a. Timbang
popok/pembalut
jika diperlukan
b. Pertahankan
catatan intake
dan output yang
akurat
c. Pasang urin
kateter jika
diperlukan
d. Monitor hasil
Hb yang sesuai
dengan retensi
cairan (BUN,
Hmt,
osmolalitas urin)
e. Monitor status
hemodinamik
termasuk
CVP,MAP,PAP,
dan PCWP
f. Monitor vital
sign
g. Monitor indikasi
retensi/kelebiha
n cairan
(cracles, CVP,
edema, distensi
dalam waktu sangat singkat
Faktor yang berhubungan
Gangguan mekanisme
regulasi
Kelebihan asupan cairan
Kelebihan asupan natrium
vena leher,
asites)
h. Kaji lokasi dan
luas edema
i. Monitor
masukan
makanan/cairan
dan hitung
intake kalori
j. Monitor status
nutrisi
k. Kolaborasi
pemberian
diuretik sesuai
interuksi
l. Batasi masukan
cairan pada
keadaan
hiponatrermi
dilusi dengan
serum Na < 130
mEq/l
m. Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul
memburuk
Fluid Monitoring
a. Tentukan
riwayat jumlah
dan tipe intake
cairan dan
eliminasi
b. Tentukan
kemungkinan
faktor resiko dan
ketidakseimbang
an cairan
(hipertermia,
terapi diuretik,
kelainan renal,
gagal jantung,
diaporesis,
disfungsi hati,
dll)
c. Monitor berat
badan
d. Monitor serum
dan elektrolit
urine
e. Monitor serum
dan osmolalitas
urine
f. Monitor BP,HR,
dan RR
g. Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan
irama jantung
h. Monitor
parameter
hemodinak
infasif
i. Catat secara
akurat intake
dan output
j. Monitor adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambagan BB
k. Monitor tanda
dan gejala dari
eodem
5 Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas
Definisi :
Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran
pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan
jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
Tidak ada batuk
Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi
pernapasan
Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara
NOC
Setelah diberikan asuhan
keperawatan ……………
x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas klien
efektif dengan kriteria hasil
:
1. Menunjukan
pembersihan jalan
napas yang efektif ,
yang dibuktikan
oleh pencegahan
aspirasi,; status
pernapasan :
kepatenan jalan
napas,; dan status
pernapasan:
ventilasi tidak
NIC
a. Pemantauan
pernapasan
pasien,
mengumpulkan
dan menganalisis
data pasien (tanda
vital )
b. Manajemen jalan
napas
c. Berikan
udara/oksigen
d. Pengaturan posisi,
mengubah posisi
pasien
e. Lakukan dan
Penurunan bunyi napas
Dispneu
Sputum dalam jumlah
yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Orthopneu
Gelisah
Mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Lingkungan
- Perokok Pasif
- Mengisap asap
- Merokok
Obstruksi Jalan Napas
- Spasme jalan
napas
- Mokus dalam
jumlah berlebihan
- Eksudat dalam
jalan alveoli
- Materi asing
dalam jalan napas
- Adanya jalan
napas buatan
- Sekresi
bertahan/sisa
sekresi
- Sekresi dalam
bronki
Fisiologis
terganggu.
2. Menunjukan status
pernapasan :
kepatenan jalan
napas , yang
dibuktikan oleh
indicator:
3. Kemudahan
bernapas
4. Frekuensi dan irama
pernapasan baik
5. Pergerakan sputum
keluar dari jalan
napas
6. Pergerakan
sumbatan keluar
dari jalan napas
bantu dalam
terapi nebulizer
f. Instrusikan
kepada pasien
tentang batuk dan
teknik nafas
dalam
g. Pengisapan jalan
napas (suction )
h. Kolaborasi
pemberian obat
- Jalan napas
alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruksi kronik
- Hiperplasi
dinding bronkial
- Infeksi
- Disfungsi
neuromuskuler
6 Gangguan Pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau
defisit pada oksigenasi
dan/atau eliminasi
karbondioksida pada
membran alveolar kapiler
Batasan Karakteristik :
pH darah arteri abnormal
pH arteri abnormal
Pernapasan abnormal (mis,
kecepatan, irama,
kedalaman)
Warna Kulit abnormal
(mis, pucat, kehitaman)
Konfusi
Sianosis (pada neonatus
saja)
Penurunan karbondioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….x
24 jam
Gangguan pertukaran
pasien teratasi dengan
kriteria hasi:
NOC:
1. Mendemonstrasikan
peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
2. Memelihara
kebersihan paru
paru dan bebas dari
tanda tanda distress
pernafasan
3. Mendemonstrasikan
NIC
a. Kaji pola
pernapasan
pasien Monitor
TTV.
b. Posisikan pasien
untuk
memaksimakan
ventilasi
c. Keluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction
d. Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Samnolen
Takikardi
Gangguan penglihatan
Faktor-Faktor yang
Berhubungan
Perubahan membran
alveolar kapiler
Ventilasi-perfusi
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursedlips)
4. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
5. AGD dalam batas
Normal
6. Status neurologis
dalam batas normal
e. Monitor
respirasi dan
status O2
f. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan,
retraksi otot .
g. Monitor suara
nafas, seperti
dengkur,
Monitor pola
nafas
h. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara tambahan
Kolaborasi
pemberian obat
7 Kerusakan integritas Kulit
Definisi :
Perubahan/gangguan
epidermis dan/atau dermis
Setelah diberikan asuhan
keperawatan ……………
x24 jam diharapkan
individu tidak mengalami
NIC
Pressure
Management
a. Anjurkan pasien
Batasan karakteristik :
Kerusakan lapisan kulit
(dermis)
Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan :
Eksternal
- Zat kimia, radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembapan
- Hipertermia,
Hipotermia
- Faktor mekanik
(mis, gaya gunting)
- Medikasi
- Lembab
- Imobilitas fisik
Internal
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan turgor
- Faktor
perkembangan
- Kondisi
ketidakseimabngan
nutrisi (mis,
obesitas, emasiasi)
- Penurunan
imunologis
kerusakan integritas kulit
dengan kriteria hasil :
Hasil NOC
1. Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada
kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang
5. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembapan kulit
untuk
menggunakan
pakaian yang
longgar
b. Hindari kerutan
pada tempat
tidur
c. Jaga kebersihan
kulit agar tetap
bersih dan
kering
d. Mobilisasi
pasien (ubah
posisi pasien )
setiap dua jam
sekali
e. Monitor kulit
akan adanya
kemerahan
f. Oleskan lotion
atau
minyak/baby oil
pada daerah
yang tertekan
g. Monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien
h. Monitor status
nutrisi pasien
i. Memandikan
pasien dengan
- Penurunan sirkulasi
- Kondisi penurunan
metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
sabun dan air
hangat
Insision site care
a. Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan
proses
penyembuhan
pada luka yang
ditutup dengan
jahitan, klip, dan
straples
b. Monitor proses
kesembuhan
area insisi
c. Monitor tanda
dan gejala
infeksi pada area
insisi
d. Bersihkan area
sekitas jahitan
atau straples
menggunakan
lidi kapas steril
e. Gunakan
preparat
antiseptic sesuai
program
f. Ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka
tetap terbuka
(tidak dibalut)
sesuai program
8 Ketidakseimbangan Nutrisi:
Lebih dari Kebutuhan
Tubuh
Definisi :
Asupan nutrisi yang melebihi
kebutuhan metabolic
Batasan Karakteristik :
Mengkonsentrasikan
asupan makanan pada akhir
hari
Disfungsi pola makanan
(mis; membarengi makan
dengan aktivitas lain
Makan sebagai respons
terhadap petunjuk eksternal
Makan sebagai respons
terhadap petunjuk internal
bukan rasa lapar
Aktivitas monoton
Lipatan otot trisep > 15
mm pada pria
Lipatan otot trisep > 25
mm pada wanita
Berat badan 20% diatas
tinggi dan kerangka tubuh
yang ideal
Faktor yang berhubungan :
Asupan yang berlebihan
NOC
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan … x 24 jam
diharapkan masalah
keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi
lebih dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil :
1. Pasien menyadari
masalah berat badan
2. Pasien mengungkapkan
secara verbal keinginan
untuk menurunkan
berat badan
3. Berpartisipasi dalam
program penurunan
berat badan
4. Berpartisipasi dalam
program latihan yang
teratur
5. Menahan diri untuk
tidak makan banyak
dalam satu waktu
tertentu
6. Mengalami asupan
kalori, lemak,
karbohidrat, vitamin,
NIC
1. Managemen
Nutrisi :
a. Berikan
informasi
yang sesuai
tentang
kebutuhan
nutrisi dan
cara
memenuhi
kebutuhan
tersebut
b. Lakukan
kolaborasi
dengan ahli
diet untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis zat
gizi yang
dibutuhkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
2. Bantuan
menurunkan
dalam kaitannya dengan
kebutuhan metabolic
Asupan yang berlebihan
dalam kaitannya dengan
aktivitas fisik (konsumsi
kalori)
mineral, zat besi dan
kalsium yang adekuat,
tetapi tidak berlebihan
berat badan :
a. Bantu pasien
untuk
mengidentifik
asi motivasi
untuk makan
dan isyarat
internal dan
eksternal yang
dikaitkan
dengan makan
b. Tentukan
bersama
pasien tentang
jumlah
penurunan
berat badan
yang
diinginkan
c. Bantu pasien
menyesuaikan
diet dengan
gaya hidup
dan tingkat
aktivitas
d. Susun rencana
yang realistis
dengan pasien
untuk
mengurangi
asupan
makanan dan
meningkatkan
penggunaan
energy
e. Anjurkan
untuk
mengganti
kebiasaan
yang tidak
diinginkan
dengan
aktivitas yang
disukai
f. Rencanakan
program
latihan fisik,
pertimbangka
n keterbatasan
pasien
g. Anjurkan
pasien untuk
hadir dalam
kelompok
pendukung
penurunan
berat badan
9 Ketidakefektifan Pola Nafas
Definisi : Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak memberi
ventilasi.
Batasan Karakteristik :
Perubahan kedalaman
pernapasan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan ……………
x24 jam diharapkan pola
napas klien efektif dengan
kriteria hasil:
Hasil NOC
NIC
a. Manajemen
jalan napas
b. Pemantauan
tanda vital
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipneu
Penurunan tekanan
ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispneu
Peningkatan diameter
anterior posterior
Pernapasan cuping hidung
Ortopneu
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir
Takipneu
Penggunaan otot aksesorius
untuk bernapas
Faktor yang berhubungan :
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan muskulokeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskuler
Obesitas
Nyeri
Keletihan otot pernapasan
1. Menunjukan pola
pernapasan efektif ,
yang dibuktikan oleh
status pernapasan ;
status pentilasi
pernapasan tidak
terganggu , kepatenan
jalan napas, tidak ada
penyimpangan tanda
vital dari rentang
normal.
2. Perubahan status
pernapasan : ventilasi
tidak terganggu yang
dibuktikan oleh :
a. kedalaman inspirasi
dan kemudahan nafas
b. ekspansi dada
simetris
3. Menunjukan tidak ada
gangguan status
pernapasan ;
a. penggunaan otot
aksesorius
b. suara napas tambahan
pendek napas
c. Pantau pola
pernapasan ,
auskultasi suara
napas
d. Ajarkan teknik
relaksasi
e. Ajarkan teknik
batuk efektif
f. Berikan terapi
nebulizer
ultrasonik dan
udara atau
oksigen
g. Atur posisi
pasien
(fowler)
h. Kolaborasi
pemberian obat
cedera medula spinalis
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,Diane C,Hackley,JoAnn C. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer,Suzanne C, Bare, Breda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapiu
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Anonim. 2013. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Jantung. Online. Available :
http://seputarjantung.com/pemeriksaan-penunjang-penyakit-jantung/
(Diakses pada tanggal 26 September 2015 pukul 20.05 WITA)
Anonim. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gagal Jantung. Online. Available:
http://www.academia.edu/7725387/ASUHAN_KEPERAWATAN_PASIE
N_DENGAN_GAGAL_JANTUNG (Diakses pada tanggal 26 September
2015 pukul 20.15 WITA)
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Jaya Ziliwu Hasrat. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gagal Jantung.
(Online). Available: https://olhachayo.files.wordpress.com/2013/12/askep-
gagal-jantung.pdf (26 September 2015)
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Action Publishing
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC