LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

33
DASAR TEORI IMUNISASI BCG A. PENGERTIAN Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint ( 1996 ). Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. B. TUJUAN Untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis ( TBC ). Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercel bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke

Transcript of LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

Page 1: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

DASAR TEORI

IMUNISASI BCG

A. PENGERTIAN

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin

BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin

BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin dibuat

dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett

Guerint ( 1996 ). Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu

dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah

dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak

bila kena sinar matahari langsung.

B. TUJUAN

Untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis ( TBC

). Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan

keberadaan virus tubercel bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa,

agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke

dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).

C. KEKEBALAN

Memberikan daya proteksi imunisasi BCG yaitu 85 %.

D. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Pemberian vaksin BCG cukup 1 kali, karena vaksin BCG berisi kuman

hidup sehingga antibodi yang terbentuk akan memiliki kualitas yang sama

dengan yang terinfeksi secara alami. Oleh karena itu, antibodi yang

Page 2: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

dihasilkan melalui vaksinasi sudah tinggi. Berbeda dari vaksin yang berisi

kuman mati, umumnya memerlukan booster atau pengulangan.Kelompok

umur yang rentan terserang TB adalah usia balita, terutama usia kurang dari 1

tahun. Hal ini disebabkan anak umumnya punya hubungan erat dengan

penderita TB dewasa, seperti dengan ibu, bapak, nenek, kakek, dan orang lain

yang serumah. Karena itulah, vaksin BCG sudah diberikan kepada anak sejak

berusia kurang dari 1 tahun, yaitu usia 2 bulan. Di usia ini sistem imun tubuh

anak sudah cukup matang untuk mendapat vaksin BCG. Namun, bila ada

anggota keluarga yang tinggal serumah atau kerabat yang sering berkunjung

ke rumah menderita TB, maka ada baiknya bayi segera diimunisasi BCG

setelah lahir.

Bila umur bayi sudah terlewat dari 2 bulan, sebelum dilakukan vaksinasi

hendaknya jalani dulu tes Mantoux (tuberkulin). Gunanya untuk mengetahui,

apakah tubuh si anak sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis

atau belum. Vaksinasi BCG dilakukan apabila tes Mantoux negatif.

E. LOKASI PENYUNTIKAN

Yang dianjurkan oleh WHO adalah di lengan kanan atas. Cara

menyuntikkannya pun membutuhkan keahlian khusus karena vaksin harus

masuk ke dalam kulit. Bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih

sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Para

orangtua juga tak perlu khawatir dengan luka parut yang bakal timbul di

lengan, karena umumnya luka parut tersebut tidaklah besar. Jadi tidak akan

merusak estetika keindahan lengan anak kelak.

F. PERSIAPAN ALAT

1. Persiapan Alat

Spuit dan jarum

Kapas hangat

Page 3: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

KMS / Kartu Imunisasi

Bubuk kering dan pelarut

2. Persiapan vaksin BCG

Pastikan terlebih dahulu labelnya

Ambilkan pelarut BCG dengan spuit dn larutkan BCG

Ambil spuit omega, ambilkan vaksin sebanyak 0,05 ml

3. Persiapan Klien

Bayi digendong atau di pangku ibunya

G. PELAKSANAAN

1. Tempat yang akan disuntik lengan atas diotot deltoid

2. Disenfeksi daerah tempat penyuntikan dengan kapas DTT

3. Regangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan jari atau lengan

yang tidak dominan,

4. Tusukkan jarum kedalam kulit dengan lubang jarum menghadap keatas

dan jarum dengan permukaan kulit membentuk sudut 15-20o .

5. Kulit agak diangkat ke atas sampai muncul gelembung di tempat

penyuntikkan.

6. Hapus darah didaerah bekas penyuntikkan dengan kapas jering tanpa

melakukan massase.

H. EFEK SAMPING

1. Reaksi normal

Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu

akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan

garis tengah 10 mm.

Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang

kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat

apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa

Page 4: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut

tengah 3-7 mm.

2. Reaksi berat

Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih

dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher /

ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan

dosis yang terlalu tinggi.

3. Reaksi yang lebih cepat

Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses

pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak

tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut

telah terinfeksi BCG.

I. KONTRA INDIKASI

1. Praktis tidak ada

2. Kurunkulosis

3. Eksim berat

4. Gangguan kekebalan

J. DAFTAR PUSTAKA

Otck, George. 1995. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta : Hipokrates.

Stace, John dan bidduliph. 1999. Kesehatan anak untuk perawat. Petugas

penyuluhan kesehatan dan bidan didesa. Jogjakarta : Yayasan Essentia

Medica.

Page 5: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

DASAR TEORI

IMUNISASI DPT-HB

A. PENGERTIAN

Imunisasi DPT combo adalah gabungan antara imunisasi DPT dan Hepetitis

B sedangkan pengertian dari masing-masing imunisasi antara lain :

a. DPT adalah imunisasi sebagai usaha mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit difteri, pertusis ( batuk rejan ) dan tetanus yang merupakan

kekebalan aktif yang diperoleh dalam waktu bersamaan. Difteri adalah

suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat

menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang

ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang

melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat

menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,

makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius,

seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi

bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

b. Hepatits B; menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatits B,

diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Bibit penyakit yang

menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari

bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami

proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan

pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur

2,8°C.

B. INDIKASI

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus dan

pertusis dan hepatitis B.

Page 6: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

C. CARA PEMBERIAN

1. Pemberian dengan cara IM 0,5 ml sebanyak 3 dosis

2. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval 4

minggu

3. Di unit pelayanan, vaksin DPT-HB yang telah dibuka hanya boleh

digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

Vaksin belum kadaluarsa

Vaksin disimpan dalam suhu ± 2oC – 8oC.

Tidak terendam air

Sterilisasinya terjaga

4. Diposyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk

hari berikutnya.

D. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2

bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak

kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT

III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi

terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah

mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin

td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya

memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan

booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang

mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri

selama 10 tahun.

E. PERSIAPAN

1. Persiapan alat :

Spuit dan jarum

Kapas air hangat DTT

Page 7: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

KMS / Kartu Imunisasi

Tempat sampah

2. Persiapan vaksin DPT

Pastikan terlebih dahulu labelnya, kocok endapan sampai homogeny

Cara mengisi spuit DPT-HB

a. Buka tutup label. Usap karet penutup dengan kapas basah

b. Ambil spuit 2 cc / spuit khusus DPT combo, ambil vaksin 0,5 cc

c. Cabut jarum dari flakon, spuit ditegakkan, luruskan untuk melihat

gelembung udara, gelembung dibuang.

d. Gunakan spuit dan jarum disposable.

3. Persiapan Klien

Bayi dipangku ibu

Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga bahu dan memegang

paha kiri bayi

F. PELAKSANAAN

1. Tempat penyuntikkan yang baik adalah dip aha bagian sebelah luar

2. Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik

3. Pegang lah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari

4. Disenfeksi lokasi penyuntikkan dengan kapas DTT

5. Tusukkan jarum secara IM 90o

6. Lakukan aspirasi, pastikkan tidak menganai pembuluh darah

7. Dorong pangkal plakon dangan ibu jari untuk memasukkan vaksin

8. Cabut jarum

9. Tekan bekas penyuntikkan denga kapas DTT

G. EFEK SAMPING

1. Panas

Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat

imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan

Page 8: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara

melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.

2. Rasa sakit di daerah suntikan

Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.

3. Peradangan

Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin

disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang

tidak steril karena:

Telah tersentuh,

Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang

tidak steril,

Sterilisasi kurang lama,

Pencemaran oleh kuman.

4. Kejang-kejang

Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi

disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.

H. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Pemberian vaksin 3 kali dengn dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu

secara IM

2. Vaksisn yang digunakan tidak beku

3. Jika vaksin tersisa harus dibuang

I. DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arip. 2010. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta : Medika

Aesculapius.

Wahab, Semik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta :

Widya Medika

Page 9: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

IMUNISASI POLIO

A. PENGERTIAN

Imunisasi polio dapat diberikan secara oral ( OPV ) maupun suntikan ( IPV ).

Vaksin rutin digunakan sejak bayi lahir sebagai dosis awal. Bibit penyakit

yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak

negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. Penyakit

poliomyelitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Virus polio

sangat menular, disebarkan melalui makanan atau dari mulut ke mulut.

Penyakit polio menimbulkan kelumpuhan anggota badan bagian bawah pada

anak. Polio juga bisa menyebabkan peradangan pada selaput otak. Dan

imunisasi polio dapat mencegah penyakit poliomyelitis.

B. TUJUAN

Memicu antibody dalam darah sehingga menghasilkan pertahanan lokal

terhadap virus polio liar.

C. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Imunisasi polio wajib diberikan yaitu pada saat anak lahir dan selanjutnya

diberikan tiga dosis berturut-turut dengan jarak 6-8 minggu. Jenis vaksinasi

polio dibagi menjadi dua polio hidup yang diberikan lewat mulut (OPV) dan

vaksin polio mati yang disuntikkan (IPV). Tetapi vaksin polio yang

dianjurkan adalah polio hidup yang diberikan melalui mulut dengan dosis 2

tetes ( 0,1 ml ), bila dalam 10 menit di muntahkan, maka dosis tersebut perlu

di ulang. Imunisasi polio yang disuntikkan diberikan 0,5 ml subkutan dalam

tiga kali pemberian berturut-turut dalam jarak 2 bulan masing-masing dosis.

Perlindungan mukosa selaput usus yang ditimbulkan IPV lebih rendah

daripada OPV.

Page 10: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

D. PERSIAPAN

1. Persiapan alat

Handscoon

Vaksin polio

Pipet plastic

Pinset

Bengkok

E. PELAKSANAAN

1. Mengucapkan salam

2. Mencuci tangan

3. Membuka tutup karet plakon vaksin polio

4. Memasang pipet plastic pada plakon

5. Mengatur posisi bayi

6. Membuka mulut bayi dengan menggunakan 2 jari

7. Meneteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut sebanyak 2

tetes.

8. Merapikan bayi

9. Memberikan penjelasan sehubungan dengan hasil imunisasi dan efek

samping imunisasi.

10. Memberi tahu jadwal imunisasi selanjutnya

11. Merapikan alat

12. Mencuci tangan

13. Melakukan dokumentasi

F. EFEK SAMPING

Seperti sediaan obat lainnya, vaksin polio berisiko menimbulkan efek

samping baik ringan maupun berat, namun resiko ini sangat kecil

dibandingkan dengan jika menderita poliomyelitis. Setelah pemberian vaksin

dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot, namun sangat

Page 11: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

jarang. Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan

baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

Selain itu efek samping yang mungkin terjadi adalah dapat berupa kejang-

kejang, tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi. Pada kasus

poliomyelitis yang berkaitan dengan vaksin pernah dilaporkan 1 dari 2,5 juta

vaksin. Lumpuh layu setelah vaksin ini terjadi 4-30 hari setelah pemberian

OPV dan 4-75 hari setelah kontak dengan penerima OPV. Hubungi dokter

jika ada keluhan yang berat seperti demam tinggi dan gangguan prilaku atau

tanda reaksi berat seperti sesak nafas, dan pusing sampai pingsan.

G. KONTRA INDIKASI

Vaksin polio oral tidak boleh diberikan dalam keadaaan :

1. Ineksi HIV atau kontak dengan HIV serumah

2. Keadaan kekebalan tubuh yang rendah atau tinggal serumah dengan

pasien yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti : terapi steroid

jangka panjang, penyakit kanker, dakam kemoterapi.

3. Muntah atau diare berat, pemberian vaksin ditunda.

Vaksin polio suntik tidak boleh diberikan dalam keadaan :

1. Adanya alergi terhadap neomisin, streptomisin dan polimiksin-B

H. DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :

Fitramaya.

Page 12: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

DASAR TEORI

IMUNISASI HEPATITIS B

A. PENGERTIAN

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinant yang telah dimatikan dan

bersifat reninfactorie / non-infecious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan

dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA

rekombinan. (vademecum Bio Farma Jan 2002). Hepatitis B (penyakit

kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak

hati. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan pengerasan hati

(Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan

menimbulkan kematian. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan

gejala.

Kemasan:

•    Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan.

•    Vaksin hepatitis B terdiri dari dua kemasan:

-    kemasan dalam prefiil injection device (PID)

-    kemasan dalam vial

•    Satu box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID.

•    Satu box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis masing-

masing

B. TUJUAN

Untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Pemberian

vaksin bagi bayi pada awal masa kehidupannya sangat penting untuk

mencegah berbagai penyakit berbahaya.  Salah satu yang paling penting

untuk diberikan adalah vaksinasi hepatitis B. Dari pengidap hepatitis kronik

yang berada di masyarakat, sekitar 90 persen di antaranya mengalami infeksi

mereka masih bayi.  Infeksi dari ibu yang mengidap virus hepatitis bisa

terjadi sejak masa persalinan hingga bayi mencapai usia balita Penularan

Page 13: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

virus Hepatitis B pada bayi bukan didapat dari darah bayi yang terhubung

kepada ibu melalui plasenta bayi atau dari air susu ibu . Tapi bisa terjadi saat

persalian atau juga ketika menyusui di mana terjadi kontak antara luka kecil

pada puting susu ibu dengan mulut bayi. Untuk mencegah penularan ini,

setiap bayi diwajibkan mendapat vaksin hepatitis B pada usia 0-7 hari.

C. EFEKTIVITAS VAKSIN

Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi

respon antibodi protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia

kurang dari 40 tahun. Setelah berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah

90%, dan saat berusia 60 tahun hanya 65-76% vaksin yang mempunyai efek

proteksi terhadap infeksi virus Hepatitis B. Meskipun faktor pejamu lainnya

seperti merokok, obesitas, infeksi HIV, dan penyakit kronik menyebabkan

imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi usia merupakan factor determinan

terpenting.

D. JADWAL PEMBERIAN

o Saat lahir :

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada

umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12

jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1.

Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam

perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih

dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

o 1 bulan :

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1

bulan.

o 6 bulan  :

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun

optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan

Page 14: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

E. CARA PENULARAN

1. Vertikal

Penularannya langsung dari ibu ke anak pada kehamilan/persalinan

dan pasca persalinan.

2. Horizontal

Penularannya dari orang sakit ke orang yang sehat. Virus Hepatitis B

dapat ditransmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh, perkutan,

dan melalui membran mukosa. Penularan yang lebih rendah dapat

terjadi melalui kontak dengan karier Hepatitis B, hemodialisis,

paparan terhadap pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat

tindik, hubungan seksual, dan inseminasi buatan. Selain itu penularan

juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan donor organ. Hepatitis B

dapat menular melalui pasien dengan HBsAg yang negatif tetapi anti-

HBc positif, karena adanya kemungkinan DNA virus Hepatitis B yang

bersirkulasi, yang dapat dideteksi dengan PCR (10-20% kasus).Virus

Hepatitis B 100 kali lebih infeksius pada pasien dengan infeksi HIV

dan 10 kali lebih infeksius pada pasien Hepatitis C. Adanya HBeAg

yang positif mengindikasikan risiko transmisi virus yang tinggi.

F. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

1. Pemberian sebanyak 3 dosis

2. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan

interval minimal 4 minggu ( 1 bulan )

3. Vaksin disuntikkandengan dosis 0,5 ml, pemberian secara IM, sebaiknya

pada antero lateral / paha.

4. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok dengan memegang botol

terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Buka kantong aluminium

/ plastic dan keluarkan alat suntik PID.

5. Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang

keduanya diantara jari telunjuk dan jempol dengan gerakan cepat dorong

Page 15: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

tutup jarum kearah leher. Dorong sampai tidak ada jarak antara tutup

jarum dan leher.

6. Buka tutup jarum, tetap pasang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan

jarum pada antero lateral paha secara IM ( tidak perlu aspirasi ).

7. Pijat reserrior dengan kuat untuk menyuntik setelah reservoir kempis,

cabut alat suntik.

G. KONTRA INDIKASI

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin

lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai

kejang.

H. EFEK SAMPING

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang

setelah 2 hari. Imunisasi hepatitis B juga dapat menggunakan vaksin DPT-HB

atau biasa disebut dengan combo.

I. DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI . 1993. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konsep Keluarga,

Cetakan II. Jakarta

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :

Fitramaya

Achmadi, Umar Fahmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT

Kompas Media Indonesia.

DASAR TEORI

IMUNISASI CAMPAK

Page 16: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

A. PENGERTIAN

Imunisasi yang diberikan untuk kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Vaksin ini mengandung virus campak hidup yang dilemahkan. Freeze Died

adalah sediaan dalam bentuk serbuk kering yang kemudian dilarutkan. Nama

paten dari vaksin campak adalah virus trimbax dan vaksin MMR ( Measles.

Mumps, Rubella, Vaceint ). Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang

beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan

vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua

bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama

kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang

telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.

B. TUJUAN

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif dan

sebaiknya diberikan pada usia 9-11 bulan. Sebenarnya bayi sudah

mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya

usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi

tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah

menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali

terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak

hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu

biasanya tak akan terkena lagi.

C. PERSIAPAN

1. Persiapan Vaksin

Cek label plakon kasian

Page 17: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

Buka ampul / plakon yang diperlukan, sedot dalam pelarut spuit 1 cc.

Masukkan pelarut dalam vaksin campak kocok sampai homogeny.

Spuit untuk aplus vaksin, tidak digunakan untuk menyuntik

2. Persiapan Bayi

Dudukan bayi di pangkuan ibu

Lengan kanan bayi dilipat diketiak ibu

Ibu menopang kepala bayi

Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi

3. Mengisi Spuit

Ambil spuit 1 cc yang telah tersedia

Bersihkan tutup karet yang akan digunakan dengan kapas lembab

Isap 0,5 cc vaksin kedalam spuit

Spuit ditegakluruskan untuk melihat adanya gelembung udara, vaksin

segera diberikan

D. KEKEBALAN

Memberikan daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96 % - 99

%.

E. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,

pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah

menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia

balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka

pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

F. PELAKSANAAN

1. Tempat yang akan disuntikkan adalah lengan atas

Page 18: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

2. Disenfeksi daerah tempat penyuntikkan

3. Jepitlah lengan yang akan disuntikkan dengan jari-jari

4. Masukkan jarum kedalam kulit dengan sudut 45o

5. Tekan pistonnya. Perlahan-lahan dengan vaksin sebanyak 0,5 cc

6. Cabut jarum dengan segera setelah vaksin habis dan tekan bekas

suntikkan.

G. PENULARAN

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet)

penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang

berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah

muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si

kecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut

muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga

mengalami diare. satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun

naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.

Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan

ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu

kecil. Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping,

leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak

merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak banyak.

Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan

sendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik,

disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok

atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2

minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.

H. EFEK SAMPING

Page 19: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

Sangat jarang terjadi kejang kemungkinan kejang ringan dan tidak

berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikkan

SPC ( subuole silencing panechepatitis )

I. KONTRA INDIKASI

Anak yang sakit parah

Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan

Difesiensi gizi gangguan kekebalan

Penderitaan penyakit atau sedang dalam pengobatan

J. DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Imunisasi Indonesia, Jilid II. 2005

Departement Kesehatan RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak dalam

Konsep keluarga.

Maslam. 1997. Imunisasi Edisi II. Jakarta : Ficus

Page 20: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

DASAR TEORI

IMUNISASI TT

A. PENGERTIAN

Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya

pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman

tetanus yang dilemahkan dan kemudian di murnikan.

B. TUJUAN

Untuk mencegah penyakit tetanus pada ibu dan bayi serta melindungi bayi

baru lahir dan kemungkinan terkena kejang akibat tetanus neonatorum.

C. MANFAAT

1. Melindungi bayi baru lahir dan tetanus neonatorum yang disebabkan oleh

clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin dan menyerang

sistem saraf pusat.

2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka

3. Meminimalkan angka kesakitandan kematian bayi.

D. JADWAL PEMBERIAN

AntigenSelang Waktu

Maksimal

Lama

Perlindungan

Presentase

Perlindungan

TT 1 Saat pertama periksa Tidak ada Tidak ada

TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80 %

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 85 %

Page 21: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 %

TT 5 5 tahun setelah TT 4

25 thn/seumur

hdp99 %

Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum 8 bulan untuk mendapatkan

imunisasi TT lengkap ( BkkBN ) 2005. TT dapat diberikan sejak diketahui

positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil

kesarana kesehatan ( Depkes RI, 2000 ).

E. PERSIAPAN

1. Persiapan Alat :

Spuit dan jarum

Kapas DTT hangat

Kartu Imunisasi TT

Tempat sampah

2. Persiapan Vaksin

Pastikan vaksin dalam keadaan baik

3. Persiapan Klien

Klien duduk dan diberitahu tujuan dan tindakan yang akan di lakukan.

F. PELAKSANAAN

1. Mencuci tangan

2. Tempat penyuntikan yang baik adalah lengan atas pada tangan yang lebih

sedikit bekerja.

3. Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi lokasi penyuntikkan

4. Peganglah otot lengan diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari

5. Disenfeksi lokasi penyuntikkan dengan kapas DTT hangat

6. Tusukkan jarum secara IM 90o dengan dosis 0,5 cc

7. Lakukan aspirasi, pastikan tidak mengenai pembuluh darah

Page 22: LAPORAN-PENDAHULUAN-Imunisasi.docx

8. Dorong pangkal spuit dengan ibu jari dan memasukkan vaksin

9. Jarum dicabut, tekan bekas suntikkan dengan kapas

10. Mencuci tangan

G. EFEK SAMPING

Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja yaitu reaksi lokal pada tempat

penyuntikkan berupa rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan. Efek

samping tersebut berlangsung 1-2 hari akan sembuh dengan sendirinya tanpa

tindakan / pengobatan.

H. DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2005. Kartu Informasi KHIBA ( Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan

Anak Balita )

Ditjen PPN, PL, Depkes RI. 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi Edisi 7

Idanati Rukna. 2005. TT. Pregnancy.

Syaifuddin, dkk. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR. POET.