laporan pemercontoh bauksit

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melimpahnya sumber daya alam yang ada di indonesia menjadi salah satu faktor berkembangnya berbagai industri yang secara khusus berhubungan dengan sumber daya alam tersebut. Industri pertambangan merupakan industri yang mengelola sumber daya alam khususnya mineral dan batubara. Pertumbuhan industri ini dipacu dengan banyaknya sumber daya yang ada di Indonesia serta kebutuhan pasar akan barang tambang seperti alumunium, tembaga, emas dan sebagainya. Khusus alumunium, indonesia mempunyai tambang bijih dari alumunium yaitu bauksit. Bijih bauksit di wilayah Pulau Bintan memiliki sumber daya yang cukup besar jika dilihat berdasarkan kondisi geologinya. Maka untuk dapat mengetahui lebih jelasnya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bauksit di Pulai Bintan. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dibuatanya laporan ini adalah untuk dapat mengetahui pola dan metode sampling bijih bauksit. 1.2.2 Tujuan 1

description

teknik pemercontohan

Transcript of laporan pemercontoh bauksit

Page 1: laporan pemercontoh bauksit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melimpahnya sumber daya alam yang ada di indonesia menjadi salah

satu faktor berkembangnya berbagai industri yang secara khusus berhubungan

dengan sumber daya alam tersebut.

Industri pertambangan merupakan industri yang mengelola sumber daya

alam khususnya mineral dan batubara. Pertumbuhan industri ini dipacu dengan

banyaknya sumber daya yang ada di Indonesia serta kebutuhan pasar akan

barang tambang seperti alumunium, tembaga, emas dan sebagainya. Khusus

alumunium, indonesia mempunyai tambang bijih dari alumunium yaitu bauksit.

Bijih bauksit di wilayah Pulau Bintan memiliki sumber daya yang cukup

besar jika dilihat berdasarkan kondisi geologinya. Maka untuk dapat mengetahui

lebih jelasnya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bauksit di Pulai Bintan.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dibuatanya laporan ini adalah untuk dapat mengetahui pola dan

metode sampling bijih bauksit.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya laporan ini adalah :

Mengetahui penyebaran bauksit secara lateral maupun vertikal

Dapat menganalisis pola dan metode sampling

Mengetahui analisis laboratorium bijih bauksit

1

Page 2: laporan pemercontoh bauksit

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di unit penambangan Bauksit PT. Aneka Tambang

pada saat ini masih berlangsung di Pulau Bintan dan Pulau-pulau disekitarnya.

Pulau Bintan dan Pulau-pulau disekitarnya terletak pada BT 104°10’ dan LU

0°40’ dan LU 0°40’ - 1°15’

Gambar 2.1Peta Pulau Bintan dan Sekitarnya

2

Page 3: laporan pemercontoh bauksit

3

2.2 Keadaan Geologi

Berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan sejak tahun 1938 oleh

Van Bemmelen khusus daerah Bintan Timur dan oleh Johnson & Maryono pada

tahun 1963 di daerah Bintan Tengah. Kedua penyelidik tersebut memberikan

penjelasan bahwa pada daerah tersebut tidak dijumpainya singkapan yang baik,

batuan yang paling tua berumum trias, yang terdiri dari lempung yang

mengandung pasir dan batu pasir, secara bergantian terdapat pada batuan

vulkanik yang bersifat asam disertai tufa. Kemudian terdapat struktur berupa

lIpatan dan intrusi magma yang bersifat granitis.

Selama proses intrusi terjadi proses pneumatolitis yang menghasilkan

kaseterite (SnO2), magnetit (Fe3O4) dan hematite (Fe2O3).

Setelah mengalami suatu periode erosi dan pneplainisasi terjadilah

pengendapan sedimen yang berumur tersier.

Gambar 2.2Peta Geologi Bintan Timur

Page 4: laporan pemercontoh bauksit

4

2.3 Pengertian Bauksit

Merupakan suatu campuran bahan-bahan yang kaya akan hidrat oksida

aluminium, dari bahan-bahan tersebut dapat diambil logam aluminium secara

ekonomis. Dalam mineral bauksit sering dikaitkan dengan laterit.

Laterit adalah suatu bahan yang berupa konkresi berwarna kemerahan,

menutupi hampir sebagian besar daerah tropis dan subtropis, merupakan lapisan

yang kaya akan aluminium dan besi

Bauksit terbentuk dari batuan yang mepunyai kadar aluminium tinggi,

kadar Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa. Mineral silikat yang terubah akibat

pelapukan, mengakibatkan unsur silika terlepas, dan sebagian unsur besi juga

terlepas. Pada proses ini terjadi penambahan ar (H2O), sedangkan alumina

dengan titanium dan MnO2 menjadi terkonsentrasi sebagai endapan residu

aluminium. Batuan yang memenuhi persyaratan itu antara lain nepelin, syenit

dan sejenisnya yang berasal dari batuan beku, batu lempung/serpih. Batuan ini

akan mengalami proses lateralisasi (proses pertukaran suhu secara terus

menerus sehingga batuan mengalami pelapukan).

2.4 Syarat Terbentuknya Bijih Bauksit

Bijih bauksit terbentuk jika kondisi lingkungannya menunjang untuk

terebentuk. Berikut ini beberapa syarat terbentuknya bijih bauksit :

1. Iklim tropis atau subtropis

2. Batuan sumber mengandung alumina tinggi

3. Reagent yang sesuai pH dan Eh, sehingga mampu merubah silikat

4. Infiltrasi air meteorik permukaan secara lambat

5. Kodisi bawah permukaan (larutan bawah permukaan) yang mampu

melarutkan unsur batuan yang dilaluinya

6. Stabilitas tektonik yang berlangsung lama

2.5 Proses Pembentukan dan Genesa Bauksit

Alumina dapat berasal dari batuan primer (magnetik dan hidrotermal)

maupun dari batuan sekunder ( pelapukan dan metamorfosa). Namun secara

luas yang berada di permukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil

proses pelpukan dan pelindian.

Pelapukan

Page 5: laporan pemercontoh bauksit

5

Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai

cebakan residual dan disebut sebagai bauksit. Terbentuk oleh pelapukan

feldspatil atau batuan yang mengandung nefelin.

2.6 Letak Deposit Bauksit Residual

Bauksit yang terdapat di daerah kijang termasuk jenis residual deposit

atau dikenal dengan laterit bauksit. Laterit bauksit banyak terdapat di daerah

tropis yang merupakan hasil pelpukan dai batuan yang berkomposisi alumina

tinggi.

Berdasarkan dari letak depositnya endapan bauksit di daerah penelitian

masuk kedalam tipe deposit bauksit residual diasosiasikan dengan kemiringan

lereng yang menengah samapai hampir datar pada batuan nefelin syenit.

Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari 5° samapai batasan yang umum

adalah 25 ° .

Gambar 2.3Penampang Residual Bauksit

Page 6: laporan pemercontoh bauksit

6

BAB III

ANALISA

3.1 Sampling

Berdasarkan dari hasil keterbentukannya yang secara residual dan juga

tingkat homogenitas dan kontinuitas yang cukup tinggi, maka salah satu

penentuan pola sampling ketika kegiatan ekplorasi digunakan pola sampling

reguler. Pada studi kasus ini jarak antara titik sampling yaitu 200 meter. Jarak ini

juga dapat di perdekat lagi jika hasil sampling pada titik penelitian memuaskan.

Gambar 3.1Pola Sampling Reguler pada Bijih Bauksit di Pulau Bintan

6

Page 7: laporan pemercontoh bauksit

7

sedangkan dengan metode sampling yang digunakan untuk mendapatkan

kadar dari bijih bauksit pada tiap-tiap titik uji menggunakan dua metode yaitu chip

sampling dan channel sampling. Dimana dilakukan terlebih dahulu chip sampling

pada bagian permukaan kemudian sampel tersebut dimasukkan ke laboratorium

untuk dilihat bagaimana kulaitas dari bijih bauksitnya dan tahap kedua

merupakan sampling yang dilakukan dengan channel sampling dengan cara

membuat sumur uji yang bertujuan untuk mengetahui penyebaran lateral secara

lebih pastinya.

Pembuatan sumur uji dilakukan sampai mencapai batas lapisan lempung.

Pengambilan sampel dari atas ke bawah dan setiap kedalaman lapisan konkresi

2 m. untuk mengetahui penyebaran vertikal conto diambil setiap kedalaman 0,2

m. dengan demikian jumlah conto akan lebih banyak. Pada gambar terlihat

bagian yang diarsir merupakan pengambilan sampel dengan channel sampling

Gambar 3.2Sketsa Channel Sampling

3.2 Preparasi Conto

7

Page 8: laporan pemercontoh bauksit

8

Contoh diambil dengan menggunakan skop, kemudian di tampung dalam

keranjang dan diangkat ke atas. Preparasi conto di lapangan dengan metoda

cone and quatering. Conto lateral di bawa ke laboratorium sebanyak 1/64 m3

sedangkan conto vertikal kurang lebih sebanyak 5 kg yang dimasukan ke dalam

kantong plastik

Gambar 3.3.Diagram Alir Preparasi Conto

3.3 Analisa Kadar

8

Page 9: laporan pemercontoh bauksit

9

Analisis kadar dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu secara

analisis kimia basah dan secara x-ray flourescene.

Analisis Kimia Basah

Analisis kimia basah bertujuan untuk menentukan kadar SiO2, Fe2O3,

TiO2, dan H2O. Dalam analisis ini kadar Al2O3 tidak ditentukan dengan

nomogram tetapi analisis seperti penentuan kadar lainnya. Conto yang

dianalisi berukuran lolos 150 mesh, dikeringkan lebih dahulu pada

temperatur 105 derajat celcius 5 derajat celcius selama 2 jam.

X-Ray Flourescence

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen bauksit

secara lengkap

3.4 Analisa Mineralogi

Analisa ini ditujukan untuk dapat mengetahui komponen-komponen

bauksit, dilakuakan dengan x-ray diffraction. Hal ini dikarenakan mineral yang

terdapat pada laterit bauksit tidak jelas jika hanya melalui pengamatan

mikroskopis

Gambar 3.4Difraksi X-Ray Oleh Kristal

9

Page 10: laporan pemercontoh bauksit

10

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan bahasan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan :

4.1 Kesimpulan

Penyebaran bauksit residual secara lateral memiliki tingkat homogenitas

yang cukup tinggi sedangkan secara vertikal penyebaran bauksit juga

masih masuk ke dalam zona yang cukup tinggi. Dikarenakan juga pada

bagian vertikal terjadi adanya zona pelindian yang memperkaya kadar

bauksit.

Pola sampling yang digunakan untuk mengetahui kadar bauksit dilakukan

dengan pola reguler yaitu dengan jarak yang sama. Hal ini cocok untuk

nijih bauksit residual yang mempunyai homogenitas dan kontinuitas yang

cukup tinggi. Sedangkan teknik sampling bijih bauksit ini menggunakan

channel sampling.

Dalam analisis laboratorium yang dilakukan untuk bijih bauksit dilakukan

dengan analisis kadar dan analisis mineralogi. Analisisi kadar meliputi

analisisi kimia basah dan X-Ray Flourescence. Sedangkan analisisi

mineralogi yaitu dengan menggunakan metode X-Ray diffraction

4.2 Saran

Dengan memperhatikan kontinuitas yang memungkinkan pengaruh antar

kadar yang relatif jauh. Kadar Al2O3 sampai radius 200 m dan ketebalan sampai

radius 75 m maka disarankan jarak 25 m sumur uji untuk ditinjau lagi

kemungkinanya untuk diperlebar.

10