LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KOORDINASI BIDANG … · Buku laporan ini berisikan semua kegiatan di...

110
1 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KOORDINASI BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2019 PEMERINTAH KABUPATEN BLORA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2019

Transcript of LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KOORDINASI BIDANG … · Buku laporan ini berisikan semua kegiatan di...

  • 1

    LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

    KOORDINASI BIDANG PEMERINTAHAN

    KABUPATEN BLORA TAHUN 2019

    PEMERINTAH KABUPATEN BLORA

    BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

    TAHUN 2019

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

    dan hidayahnya sehingga Buku Laporan Koordinasi Bidang Pemerintahan

    Kabupaten Blora Tahun 2019 dapat terselesaikan dengan baik.

    Buku laporan ini berisikan semua kegiatan di bidang Pemerintahan di

    Kabupaten Blora tahun 2019 yang dimulai dari koordinasi lintas OPD,

    rapat koordinasi litas sektor, workshop, monitoring perencanaan di tingkat

    kecamatan. Diharapkan dengan adanya buku ini dapat memberikan

    dukungan informasi kepada berbagai pihak serta dapat bermanfaat sebagai

    instrumen untuk lebih mensinergikan dan mengefektifkan kegiatan di

    bidang pemerintahan di Kabupaten Blora.

    Kami menyadari bahwa dalam penyajian laporan ini masih terdapat

    kekurangan baik dari segi penyajian data maupun dari segi struktur

    bahasa. Karena itu kami berharap kritik dan saran yang bersifat

    membangun untuk perbaikan laporan kami dimasa yang akan datang.

    Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah membantu terselesaikannya penyusunan buku laporan ini dan dapat

    memberi manfaat bagi yang menggunakannya.

    Blora, 31 Desember 2019

    KEPALA BAPPEDA

    KABUPATEN BLORA

    Ir. SAMSUL ARIEF Pembina Utama Muda

    NIP. 19601025 198903 1 009

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… i

    DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. ii

    DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………… iv

    BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1

    BAB II. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN DI BIDANG PEMERINTAHAN

    TAHUN 2019 ..........……………………………....................................... 3

    2.1. RAPAT KOORDINASI TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN

    KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) BERSAMA WAKIL

    GUBERNUR JAWA TENGAH …………………………………..……. 5

    2.2. FORUM LINTAS PERANGKAT DAERAH DALAM RANGKA

    PENYUSUNAN RANCANGAN RENJA PERANGKAT DAERAH

    KABUPATEN BLORA TAHUN 2020 ………………………………… 6

    2.3. PELAKSANAAN WAWANCARA BAPPEDA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN BUPATI BLORA TENTANG KOMITMEN

    KEPALA DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    KABUPATEN BLORA DI KECAMATAN SAMBONG ……………… 7

    2.4. SOSIALISASI SISTEM LAYANAN RUJUKAN TERPADU (SLRT)

    EKS WILAYAH KARISIDENAN PATI DAN SEMARANG DI PATI. 9

    2.5. SOSIALISASI PENANGANAN DAN KONFLIK SOSIAL DI

    KABUPATEN BLORA ………………………………………………….. 11

    2.6. PELATIHAN PRUKADES ANGKATAN 9 TAHUN 2019

    BUDIDAYA TERNAK AYAM JAWA SUPER ……………………….. 14

    2.7. PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN

    PENYUSUNAN DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN BANJAREJO DAN DESA

    KETILENG KECAMATAN TODANAN ………………………………. 15

    2.8. SOSIALISASI KEBIJAKAN ANGGARAN KELURAHAN

    MELALUI MEKANISME DANA ALOKASI UMUM TAMBAHAN .. 17

    2.9. RAPAT PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUN 2019 ……………………………………..………………………

    21

    2.10. RAPAT PEMBAHASAN DRAF EDARAN PEDOMAN

    PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    TINGKAT KECAMATAN DAN DESA / KELURAHAN…………….. 21

    2.11. RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN PERATURAN BUPATI

    TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG DARI DINAS TEKNIS

    KEPADA KEPALA KELURAHAN……………………………………… 23

    2.12. RAPAT KOORDINASI SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL). 24

    2.13. RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR

    DAERAH ………………………………………………………………….. 27

    2.14. RAPAT KOORDINASI PENGGUNAAN DANA MODAL USAHA

    UNTUK WARGA MISKIN KABUPATEN BLORA OLEH BAZNAS. 31

  • iii

    2.15. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TINDAK LANJUT HASIL

    PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN

    PENYUSUNAN DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN..… 32

    2.16. RAPAT KOORDINASI PERIAPAN PELAKSANAAN PEMILIHAN

    KEPALA DESA SECARA SERENTAK TAHUN 2019 ……………..

    35

    2.17. RAPAT KOORDINASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN ……… 38

    2.18. RAPAT KOORDINASI NASIONAL DATA TERPADU

    KESEJAHTERAAN SOSIAL (DTKS) TAHUN 2019……………….. 40

    2.19. WORKSHOP PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL TEKNOKRATIS RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2021-

    2025 ..……………………….....…………………………………………. 42

    2.20. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN

    KECAMATAN TAHUN 2019…………………………………………… 44

    2.21. AUDIENSI DENGAN 20 ORANG CALON PENERIMA

    BANTUAN MODAL USAHA DI KECAMATAN JATI ……………… 63

    2.22. PENYERAHAN BANTUAN MODAL USAHA MASYARAKAT

    MISKIN UNTUK DESA WADO KECAMATAN KEDUNGTUBAN.. 65

    2.23. SOSIALISASI APLIKASI SISTEM INFORMASI

    PENANGGULANGAN KEMISKINAN (SIMNANGKIS) ……………. 68

    2.24. SILATURAHMI DAN PEMBAHASAN DESA BINAAN DI DESA

    GEDEBEG………………………………………………………………… 70

    2.25. LOKAKARYA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN

    PELAPORAN BELA NEGARA ………………………………………… 72

    2.26. RAPAT SOSIALISASI DAN PENYUSUNAN KEGIATAN

    RENCANA AKSI BELA NEGARA DI KABUPATEN BLORA …….. 76

    2.27. RAPAT KOORDINASI TKPKD KABUPATEN BLORA DAN

    SOSIALISASI SURAT EDARAN BUPATI TENTANG

    PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    KECAMATAN…………………………………………………………….. 78

    2.28. RAPAT KOORDINASI TINDAK LANJUT PENYUSUNAN KEGIATAN RENCANA AKSI BELA NEGARA DI KABUPATEN

    BLORA TAHUN 2019…………………………………………………… 81

    2.29. RAPAT PROGRAM KERJA POKJA DAN POKGRAM

    KEMISKINAN ……………………………………………………………. 82

    2.30. SOSIALISASI PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN

    KEMISKINAN TINGKAT DESA DAN KELURAHAN………………. 85

    2.31. RAPAT KOORDINASI BANTUAN EKONOMI PRODUKTIF DAN RTLH PADA DESA MISKIN PRIORITAS 1 DAN 3 DARI

    BAZNAS DAN BANK JATENG CABANG BLORA…………………. 97

    BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..………………………………………………….. 100

    3.1. KESIMPULAN …………………………………………..……………….. 100

    3.2. SARAN …………………………………………………………………….. 102

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Rapat Koordinasi TKPKD Bersama Wakil Gubernur

    Jawa Tengah……………………………………………………..

    6 Gambar 2.2. Forum Lintas Perangkat Daerah dalam Rangka

    Penyusunan Renja Perangkat Daerah ……………………..

    7 Gambar 2.3. Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan

    Bupati Blora tentang Komitmen Kepala Daerah dalam

    Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Blora ………

    8 Gambar 2.4. Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan

    Masyarakat Miskin Penerima Manfaat di Desa Gadu, Kecamatan Sambong …………………………………………..

    9

    Gambar 2.5. Sosialisasi Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) Eks Wilayah Karisidenan Pati Dan Semarang di Pati ….

    11

    Gambar 2.6. Sosialisasi Penanganan dan Konflik Sosial di

    Kabupaten Blora…………………………………………………

    13 Gambar 2.7. Penutupan Pelatihan Prukades 9 Ternak Ayam Jawa

    Super ………………………..…………………………………….

    14 Gambar 2.8. Penyerahan Stimulan Bantuan Dari BBLM Yogyakarta

    dan Pelepasan Kartu Tanda Peserta………………………..

    15 Gambar 2.9. Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa

    Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Oleh Bappeda Provinsi

    Jawa Tengah………………………………..…………………….

    16 Gambar 2.10. Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa

    Ketileng Kecamatan Todanan Oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah………………………………………………….….

    17

    Gambar 2.11. Sosialisasi Kebijakan Anggaran Kelurahan Melalui Mekanisme Dana Alokasi Umum Tambahan……….…….

    20

    Gambar 2.12. Rapat Percepatan Penyusunan Rencana Kerja tahun

    2020…………………………………………………...……………

    21 Gambar 2.13. Rapat Pembahasan Draf Edaran Pedoman

    Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Kecamatan Dan Desa / Kelurahan……………….

    22

    Gambar 2.14. Rapat Koordinasi Penyusunan Peraturan Bupati Tentang Pelimpahan Wewenang dari Teknis Kepada Kepala Kelurahan.........................................................

    24

    Gambar 2.15. Rapat Koordinasi Standar Pelayanan Minimal…………… 26 Gambar 2.16. Rapat Koordinasi Peningkatan Kerjasama Antar

    Daerah………………………………………………………..……

    30 Gambar 2.17. Rapat Koordinasi Penggunaan Dana Modal Usaha

    Untuk Warga Miskin Oleh Baznas………..…………………

    32 Gambar 2.18. Focus Group Discussion Tindak Lanjut Hasil

    Pengambilan Data Responden Kegiatan Penyusunan

    Desain Penanggulangan Kemiskinan………….……………

    34 Gambar 2.19. Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pemilihan

    Kepala Desa Secara Serentak Tahun 2019 ……………….

    37 Gambar 2.20. Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan ………….. 40

  • v

    Gambar 2.21. Rapat Koordinasi Nasional Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Tahun 2019…………………..………………………….

    42

    Gambar 2.22. Workshop Penyusunan Rancangan Awal Teknokratik RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2021 – 2025 …………..

    43

    Gambar 2.23. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Blora……………………………...

    45

    Gambar 2.24. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatandi Kecamatan Banjarejo………………………...

    46

    Gambar 2.25. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatandi Kecamatan Cepu……………………………….

    47 Gambar 2.26. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatan di Kecamatan Bogorejo………………………….

    49 Gambar 2.27. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatan di Kecamatan Jati………………………………..

    50 Gambar 2.28. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatan di Kecamatan Japah……………………………. 51

    Gambar 2.29. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Jepon …………………………….

    52

    Gambar 2.30. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Jiken …………………………….

    53

    Gambar 2.31. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Ngawen……………..……………

    55

    Gambar 2.32. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatan di Kecamatan Todanan………………………….

    56 Gambar 2.33. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatan di Kecamatan Kedungtuban……………..……

    57 Gambar 2.34. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatan di Kecamatan Kradenan………………………..

    58 Gambar 2.35. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

    Kecamatandi Kecamatan Randublatung………………….. 59

    Gambar 2.36. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatandi Kecamatan Sambong………………………….

    61

    Gambar 2.37. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Kunduran…………………….…

    62

    Gambar 2.38. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Tunjungan………………………

    63

    Gambar 2.39. Audiensi dengan 20 Orang Calon Penerima Bantuan

    Modal Usaha di Kecamatan Jati…………………………….

    65 Gambar 2.40. Penyerahan Bantuan Modal Usaha masyarakat miskin

    untuk Desa Wado Kecamatan Kedungtuban……………..

    67 Gambar 2.41. Sosialisasi Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan

    Kemiskinan (SIMNANGKIS)…………………………………… 69 Gambar 2.42. Silaturahmi Dan Pembahasan Desa Binaan di Desa

    Gedebeg…………………………………………………………… 71

    Gambar 2.43. Lokakarya Pengembangan Sistem Informasi dan Pelaporan Bela Negara Negara………………………………..

    76

    Gambar 2.44. Rapat Sosialisasi dan Penyusunan Kegiatan Rencana Aksi Bela Negara di Kabupaten Blora………………………

    77

  • vi

    Gambar 2.45. Rapat Koordinasi TKPKD dan Sosialisasi Surat Edaran Bupati Blora dalam Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Kecamatan……………………………..

    80 Gambar 2.46. Rapat koordinasi tindak lanjut penyusunan kegiatan

    rencana aksi bela negara di Kabupaten Blora tahun 2019…………………………………………….………………….

    82

    Gambar 2.47. Rapat Program Kerja Kelompok Kerja dan Kelompok Program Kemiskinan ………………………………..…………

    85

    Gambar 2.48. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Desa Dan Kelurahan di Kecamatan Blora …………..…………………………………………………..

    87

    Gambar 2.49. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Desa Dan Kelurahan di Kecamatan

    Banjarejo …………………………………….……………………

    88 Gambar 2.50. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan

    Bogorejo ……….…………………………….……………………

    89 Gambar 2.51. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan Japah …………...………………………………………………...

    90

    Gambar 2.52. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan Jati …………….………..…………………………………………

    91

    Gambar 2.53. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan

    Jepon …………….………..………………………………………

    92 Gambar 2.54. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan Kedungtuban …..………………………………....................

    93

    Gambar 2.55. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan Kradenan …..…………..………………………………………..

    94

    Gambar 2.56. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan

    Kunduran ..……….……………………………………………...

    95 Gambar 2.57. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan

    Ngawen ..………………………………………………………….

    96 Gambar 2.58. Rapat Koordinasi Bantuan Ekonomi Produktif

    danRumah Tidak Layak Huni (RTLH) pada Desa Miskin Prioritas 1 dan 3 dari Baznas dan Bank Jateng cabang

    Blora …………………………….…………………………………

    99

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bidang Pemerintahan mempunyai tugas membantu Sekretaris Daerah

    dalam menyusun kebijakan di bidang pemerintahan, mengkoordinasikan

    administrasi tugas Perangkat Daerah, mengkoordinasikan tugas instansi

    vertikal pelaksana pemerintahan umum serta melaksanakan pembinaan

    administrasi kecamatan dan kelurahan.

    Bidang Pemerintahan yang berada di bawah kendali organisasi Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), memiliki tugas dalam

    melakukan koordinasi jalannya penyelenggaraan pembangunan dalam

    konteks pemerintahan. Cakupan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait

    dengan bidang pemerintahan ini sangat beragam dan komplek. Mulai dari

    OPD di kabupaten hingga kecamatan menjadi mitra Bidang Pemerintahan.

    Semua OPD menjalankan fungsi dan tugas pokok sesuai dengan ketentuan

    Undang-Undang di satu sisi, dan Peraturan Daerah (Perda) di sisi lainnya.

    Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945, terdapat Urusan Pemerintahan yang

    sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan

    istilah urusan pemerintahan absolut dan ada urusan pemerintahan

    konkuren. Urusan pemerintahan konkuren terdiri atas Urusan

    Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi antara

    Pemerintah Pusat, Daerah provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Urusan

    Pemerintahan Wajib dibagi dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait

    Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak terkait

    Pelayanan Dasar.

    Salah satu keberhasilan perencanaan di daerah ditentukan

    efektifnya koordinasi perencanaan di semua bidang tidak terkecuali di sub

    bidang pemerintahan. Sub Bidang pemerintahan sebagai bagian yang tidak

    terpisahkan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang

    mempunyai kewenangan untuk mengkoordinasikkan perencanaan di 24

    OPD dibawahnya yang ada di Kabupaten Blora. Ke 24 OPD tersebut

    mempunyai urusan bidang pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang

  • 2

    No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya

    berisikan urusan pemerintahan absolut, pemerintahan umum dan

    pemerintahan konkuren yang mengatur dan mengurusi urusan baik itu

    Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang terkait

    Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak terkait

    Pelayanan Dasar. Untuk Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait

    Pelayanan Dasar ditentukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk

    menjamin hak-hak konstitusional masyarakat. Adapun 24 OPD terkait hal

    tersebut meliputi OPD Kecamatan (16 Kecamatan, Satpol PP, Badan

    Penanggulanggan Bencana Daerah, Sekretaris Dewan, Inspektorat, Badan

    Kepegawaian Daerah, Bappeda, Setda dan Kesatuan Bangsa dan Politik.

    Koordinasi perencanaan di sub bidang pemerintahan memiliki

    tujuan khusus yaitu tercapainya target peningkatan program tahunan yang

    mengacu pada program RPJMD, yang diupayakan secara terus menerus

    meningkat. Sedangkan tujuan umum yaitu tercapainya target yang telah

    ditetapkan dari indikator makro yang ada di RPJMD Kabupaten Blora di

    bawah kendali bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya yaitu angka

    kemiskinan, IPM dan SDGs.

  • 3

    BAB II

    HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN DI BIDANG PEMERINTAHAN TAHUN 2019

    Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 51 tahun 2016 tentang

    Kedudukan , Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blora Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur penunjang unsur

    pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan.

    Bappeda mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bupati di bidang

    perencanaan, penelitian dan pengembangan pembangunan daerah. Dalam

    melaksanakan tugas tersebut Bappeda mempunyai fungsi yaitu :

    1. Menyusun kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

    2. Pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

    3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan

    teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

    4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan

    pemerintah daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.

    5. Pelaksanaan fungsi kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati

    terkait dengan tugas dan fungsinya.

    Adapun Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya mempunyai

    tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dalam merumuskan

    dan menyusun kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan dan pengelolaan

    kegiatan pemerintahan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pendidikan

    dan kesejahteraan rakyat.

    Sedangkan Sub Bidang Pemerintahan mempunyai tugas :

    1. Merencanakan program kerja serta rencana kegiatan di Subbidang

    pemerintahan berdasarkan program kerja tahun sebelumnya sebagai

    pedoman kerja agar pelaksanaan program kerja sesuai dengan

    rencana.

    2. Mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan yang

    terkait dengan subbidang pemerintahan.

  • 4

    3. Membagi tugas, memberi petunjuk dan membimbing bawahannya

    dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan

    kompetensinya untuk pemerataan dan kelancaran pelaksanaan tugas

    secara benar.

    4. Meneliti, memeriksa dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan

    berdasarkan arahan sebelumnya agar diperoleh hasil kerja yang

    optimal.

    5. Menyiapkan bahan pembinaan urusan, aparatur, hukum, perundang-

    undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,

    ketentraman, ketertiban umum, perlindungan masyarakat dan

    persandian.

    6. Menyusun bahan perencanaan pembangunan urusan aparatur hokum,

    perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan politik

    dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum, perlindungan

    masyarakat dan persandian.

    7. Melakukan inventarisasi permasalahan kegiatan pembinaan urusan

    aparatur hokum, perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan

    bangsa dan politik dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum,

    perlindungan masyarakat dan persandian.

    8. Menyiapkan bahan fasilitasi kegiatan urusan aparatur, hukum,

    perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan politik

    dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum, perlindungan

    masyarakat dan persandian agar tujuan dari kegiatan dapat tercapai

    dan tepat sasaran.

    9. Melakukan inventarisasi permasalahan bidang urusan aparatur

    hokum, perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan

    politik dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum, perlindungan

    masyarakat dan persandian sebagai bahan evaluasi pelaksanaan

    kegiatan.

    10. Melaksanakan penilaian dan prestasi kerja bawahan berdasarkan

    sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja sebagai ketentuan dalam

    rangka peningkatan karier, pemberian penghargaan dan sanksi.

  • 5

    11. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Subbidang Pemerintahan

    berdasarkan program kerja agar sesuai target hasil.

    12. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Subbidang Pemerintahan

    sesuai dengan hasil pelaksanaan kegiatan sebagai wujud akuntabilitas

    dan transparansi pelaksanaan tugas.

    13. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya sesuai perintah atasan.

    Kegiatan koordinasi bidang pemerintahan selama tahun 2019 adalah

    sebagai berikut :

    2.1. RAPAT KOORDINASI TKPKD BERSAMA WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH

    Di awal tahun 2019 dilaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi

    Penanggulangan Kemiskinan dengan tema “Bersinergi Untuk

    Kesejahteraan Rakyat” yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa

    Tengah, Bapak H. Taj Yasin Maimoen Zubaer dilaksanakan di

    Pendopo Kabupaten Blora pada tanggal 12 Februari 2019. Kegiatan

    tersebut dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari safari kunjungan

    Bapak Wakil Gubernur Jawa Tengah dalam memberikan aprseasi dan

    motivasi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang masih termasuk

    dalam zona merah masyarakat miskin dalam rangka pengentasan

    kemsikinan. Berikut hasil dari Rapat Koordinasi TKPKD yang

    disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah :

    a. Diharapkan pada tahun 2019 dan tahun 2020 kegiatan untuk

    menanggulangi kemiskinan benar-benar konkrit.

    b. Dinas Sosial dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sudah

    dikirimkan data by name by address penduduk miskin. Harus

    dilakukan perbaikan data, baik data Badan Pusat Statistik

    maupun data Kementerian Sosial karena masih banyak data yang

    belum tepat sasaran.

    c. Perlunya kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah untuk

    menanggulangi kemiskinan agar bantuan yang diberikan tepat

    sasaran.

  • 6

    d. Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar

    dilakukan dengan prinsip “THIS” : Tematik, Holistic, Integrative,

    Spasial.

    Gambar 2.1

    Rapat Koordinasi TKPKD Bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah

    2.2. FORUM LINTAS PERANGKAT DAERAH DALAM RANGKA PENYUSUNAN RANCANGAN RENJA PERANGKAT DAERAH

    KABUPATEN BLORA TAHUN 2020

    Pelaksanaan Forum Lintas Perangkat Daerah dalam rangka

    penyusunan Rancangan Renja Perangkat Daerah Kabupaten Blora

    tahun 2020 dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2019, dengan

    hasil sebagai berikut :

    a. Dasar Hukum Pelaksanaan Forum Perangkat Daerah Dalam

    Rangka Penyusunan Renja Perangkat Daerah yaitu Pasal 136

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang

    Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi

    Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan

    Daerah Tentang RPJPD Dan RPJMD, Serta Tata Cara Perubahan

    RPJPD, RPJMD, Dan RKPD.

    b. Forum Lintas Perangkat Daerah merupakan wahana bersama

    para pemangku kepentingan seperti anggota DPRD dan delegasi

    kecamatan untuk membahas Rancangan Awal Renja Perangkat

  • 7

    Daerah yang akan disempurnakan menjadi Rancangan Renja

    Perangkat Daerah.

    c. Kepala Perangkat Daerah agar menyampaikan dan memaparkan

    Rancangan Rencana Kerja Perangkat Daerah

    d. Usulan kegiatan baru/kegiatan alternatif disampaikan pada

    Forum Lintas Perangkat Daerah

    e. Forum Lintas Perangkat Daerah dibahas bersama DPRD dan

    Kecamatan dengan dipimpin oleh Asisten Sekretaris Daerah dan

    didampingi oleh Bappeda.

    Gambar 2.2 Forum Lintas Perangkat Daerah dalam Rangka Penyusunan Renja

    Perangkat Daerah Kabupaten Blora Tahun 2020

    2.3. PELAKSANAAN WAWANCARA BAPPEDA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN BUPATI BLORA TENTANG KOMITMEN KEPALA DAERAH

    DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BLORA DI KECAMATAN SAMBONG

    Pelaksanaan persiapan wawancara Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan Bupati Blora

    tentang komitmen Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

    di Kabupaten Blora di Kecamatan Sambong dilaksanakan pada

    tanggal 11 Maret 2019 dengan hasil sebagai berikut:

    a. Bappeda direncanakan akan mengadakan wawancara dengan

    bapak Bupati tentang komitmen Kepala Daerah dalam

  • 8

    penanggulangan kemiskinan Kabupaten Blora. Disamping

    wawancara dengan Bupati Blora juga direncanakan wawancara

    dengan masyarakat miskin penerima manfaat di Kabupaten Blora.

    b. Kabupaten Blora dinilai oleh Provinsi Jawa Tengah sangat baik

    sekali kinerja TKPK dalam upaya pelaksanaan program dan

    kegiatan yang mendukung pelaksanaan penanggulangan

    kemiskinan. Sebagai bahan untuk pelaksanaan musrengbangwil.

    di Pati pada tanggal 27 Maret 2019.

    c. Persiapkan dilaksanakan di Kecamatan Sambong karena akan

    dijadikan satu dengan acara kegiatan di Kedungpupur oleh Bapak

    Bupati Blora.

    d. Kecamatan Sambong diminta untuk menyiapkan satu orang

    masyarakat miskin yang sudah pernah mendapatkan bantuan

    dari social dan sampai sekarang masih berlanjut yang akan

    diwawancarai oleh Tim dari Bappeda Propinsi. Direncanakan desa

    Gadu yang akan dijadikan sampel tersebut.

    e. Desa Gadu dipilih karena merupakan salah desa yang masuk

    prioritas ke 3 desa termiskin dengan tingkat kesejahteraan yang

    paling rendah.

    Gambar 2.3 Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan Bupati Blora tentang

    Komitmen Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Blora

  • 9

    Gambar 2.4 Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah Dengan Masyarakat Miskin

    Penerima Manfaat Di Desa Gadu, Kecamatan Sambong

    2.4. SOSIALISASI SISTEM LAYANAN RUJUKAN TERPADU (SLRT) EKS

    WILAYAH KARISIDENAN PATI DAN SEMARANG DI PATI

    Sosialisasi Sistem Layanan Rujukan Terpadu dilaksanakan di

    Sekretariat Daerah Kabupaten Pati pada tanggal 14 Maret 2019.

    Materi yang disampaikan mengenai Sistem Layanan Rujukan Terpadu

    yaitu sistem layanan yang membantu mengidentifikasi kebutuhan

    masyarakat miskin dan rentan miskin serta menghubungkan mereka

    dengan program-program perlindungan social dan penanggulangan

    kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah, baik pemerintah

    pusat, provinsi, maupun kabupaten / kota sesuai dengan kebutuhan,

    Tujuan dari Sistem Layanan Rujukan Terpadu yaitu integrasi

    informasi, data, layanan, mengidentifikasi dan menangani keluhan

  • 10

    serta melakukan rujukan, pencatatan kepesertaan dan kebutuhan

    program, dan membantu pelaksanaan verifikasi dan validasi data

    terpadu penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu melalui

    Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial – Next Generation (SIKS-NG).

    Aplikasi SLRT dijalankan oleh fasilitator SLRT yang dapat diunduh di

    playstore dan login menggunakan username dan password, dan

    langsung terunduh data orang miskin, membantu memudahkan

    fasilitator melihat warga yang sudah mendapat program bantuan apa

    saja sampai detail dengan GPS. Sehingga dengan Sistem Layanan

    Rujukan Terpadu dapat membantu penduduk miskin mendapat

    perlindungan yang komprehensif, serta tepat sasaran.

    Kabupaten yang sudah menjalankan Sistem Layanan Rujukan

    Terpadu adalah Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kota

    Semarang, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, kabupaten

    Purwokerto, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Semarang.

    Sistem Layanan Rujukan Terpadu diharapkan dapat membantu

    mengurangi angka tingkat kemiskinan Jawa Tengah menjadi 7-8% di

    tahun 2020.

    Adapun persyaratan untuk membentuk Sistem Layanan Rujukan

    Terpadu diantaranya :

    a. Anggran yang tersedia,

    b. SDM memadai,

    c. Regulasi yang mencukupi,

    d. Sarana dan prasarana yang memadai.

    Sedangkan Program dan kegiatan Sistem Layanan Rujukan Terpadu

    yang difasilitasi oleh Kementrian Sosial RI dari dana APBN :

    a. Pelatihan kapasitas SDM SLRT,

    b. Fasilitasi sarana dan prasarana SLRT,

    c. Pemberian tali asih SLRT.

  • 11

    Gambar 2.5 Sosialisasi Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

    Eks Wilayah Karisidenan Pati dan Semarang di Pati

    2.5. SOSIALISASI PENANGANANAN KONFLIK SOSIAL DI KABUPATEN BLORA

    Sosialisi Penanganan dan Penanggulangan Konflik Sosial di

    Kabupaten Blora tanggal 14 Maret 2019 di Rumah Makan Mr. Green

    dengan hasil sebagai berikut:

  • 12

    1) Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Keamanan Dalam Negeri

    dengan tema “Sosialisasi PP Nomor 2 Tahun 2013 tentang

    Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang

    Penanganan Konflik Sosial” dibuka oleh Kepala Kantor Kesatuan

    Bangsa dan Politik Kabupaten Blora.

    2) Peran POLRI dalam dalam penangan Konflik Sosial dijelaskan

    dalam UU Nomor 02 Tahun 2002 tentang POLRI.

    3) Dalam Pasal 5 ayat 1 : Polri merupakan alat negara yang berperan

    dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

    menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,

    pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

    terpeliharanya keamanan dalam negeri

    4) Pasal 13 Tupoksi POLRI sebagai Memelihara Keamanan dan

    Ketertiban Masyarakat, Penegak Hukum Memberikan

    perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

    5) Peranan Polri dalam tangani konflik dilakukan dengan

    pendekatan secara preemtif, preventif dan represif.

    6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penanganan

    Konflik Sosial. Dengan dikeluarkannya PP ini pemerintah

    diberikan kewenangan untuk melaksanakan pencegahan konflik

    melalui penyelenggaraan kegiatan antara lain :

    - Penguatan Kerukunan Umat Beragama.

    - Peningkatan Forum Kerukunan Umat Beragama.

    - Peningkatan Kesadaran Hukum.

    - Pendidikan Bela Negara Dan Wawasan Kebangsaan.

    - Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan.

    - Pendidikan Dan Pelatihan Perdamaian.

    - Pendidikan Kewarganegaraan.

    - Pendidikan Budi Pekerti.

    - Penelitian dan Pemetaan Wilayah Potensi Konflik dan Atau

    Daerah Konflik

    - Penguatan Kelembagaan dalam Rangka Sistem Peringatan

    Dini.

  • 13

    - Pembinaan Kewilayahan

    - Pendidikan Agama dan Penanaman Nilai-Nilai Integrasi

    Kebangsaan.

    - Penguatan/Pengembangan Kapasitas

    - Pengentasan Kemiskinan.

    - Desa Ketahanan Sosial.

    - Penguatan Akses Kearifan Lokal

    - Penguatan Keserasian Sosial.

    Beberapa tindakan yang dilakukan pemerintah setelah terjadi

    konflik:

    - Penyelamatan, Evaluasi Dan Identifikasi Korban Konflik.

    - Pemenuhan Kebutuhan Dasar Korban Konflik.

    - Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pengungsi.

    - Perlindungan Thd Kelompok Rentan.

    - Sterilisasi Tempat yang Rawan Konflik.

    - Maningsun, Pasi OPS Kodim 0721 Blora

    Sedangkan upaya menjaga kerukunan umat beragama :

    - Saling tenggang rasa, menghargai & toleransi antar umat

    beragama

    - Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu

    - Melaksanakan ibadah sesuai agamanya

    - Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya

    maupun agama lain.

    Gambar 2.6 Sosialisasi Penanganan dan Konflik Sosial di Kabupaten Blora

  • 14

    2.6. PELATIHAN PRUKADES ANGKATAN 9 TAHUN 2019 BUDIDAYA TERNAK AYAM JAWA SUPER

    Pelatihan ini terselenggara berkat kerja sama antara

    Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

    Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Balai Besar Latihan

    Masyarakat (BBLM) Yogyakarta, dengan para calon peternak lokal

    yang diselenggarakan dari tanggal 18 – 22 Maret 2019 bertempat di

    Balai Desa Gadu Kecamatan Sambong Kabupaten Blora.

    Pelatihan diikuti oleh 30 peserta dari desa Gadu, desa Sambong, dan

    desa Kemengeng. Berdasarkan Evaluasi yang dilakukan dalam

    PRUKADES seluruh peserta pelatihan dinyatakan lulus dan berhak

    mendapatkan sertifikat kelulusan.

    Pelatihan ditutup oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra selaku

    Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

    Blora yang ditandai dengan Penyerahan Stimulan Bantuan dari BBLM

    Yogyakarta dan pelepasan kartu tanda peserta. Dalam sambutan

    Pengarahan disampaikan untuk perkembangan selanjutnya

    diharapkan sesama peternak untuk tidak bersaing dalam pemasaran

    ayam joper. Pelatihan ini merupakan salah satu wujud program

    pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi pengangguran dan

    kemiskinan. Semoga pelatihan tahun ketiga ini berhasil dan bisa

    menekan angka kemiskinan serta pengangguran.

    Gambar 2.7

    Penutupan Pelatihan Prukades 9 Ternak Ayam Jawa Super

  • 15

    Gambar 2.8 Penyerahan Stimulan Bantuan Dari BBLM Yogyakarta dan Pelepasan

    Kartu Tanda Peserta

    2.7. PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN PENYUSUNAN DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DESA SIDOMULYO

    KECAMATAN BANJAREJO DAN DESA KETILENG KECAMATAN TODANAN

    Pengambilan data responden kegiatan penyusunan Desain

    Penanggulangan kemiskinan di Desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo

    dilaksanakan pada tanggal 9 April 2019 dengan hasil sebagai berikut:

    a. Desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo menurut data Basis Data

    Terpadu (BDT) 2015 terdapat 1.398 rumah tangga miskin dengan

    jumlah individu miskin sebanyak 4.503 orang yang termasuk zona

    merah.

    b. Pelaksanaan pengambilan data kegiatan penyusunan Desain

    Penanggulangan kemiskinan dihadiri oleh pihak Bappeda,

    Kecamatan dan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)

    untuk wilayah Kecamatan Banjarejo.

    c. Pengambilan data responden berjumlah 20 orang masyarakat

    miskin yang menerima semua jenis program bantuan sosial yang

    berupa program Bantuan Pangan Non Tunai, Kartu Indonesia

    Sehat, Program Indonesia Pintar, Program Kelauraga Harapan,

    Kartu Keluarga Sejahtera dari pemerintah yang dipandu oleh para

  • 16

    peneliti dari Bappeda Provinsi Jawa Tengah yang didampingi oleh

    pendamping PKH. Disamping itu juga mengambil responden

    sebanyak 5 orang dari pengelola program bantuan sosial dari

    Bappeda, Kecamatan dan Desa.

    d. Adapun jenis data yang diberikan pada responden ada 3 kreteria

    yaitu :

    1). K1 adalah kuesioner penelitian desain penanggulangan

    kemiskinan bagi masyarakat penerima program.

    2). K2 adalah kuesioner penelitian desain penanggulangan

    kemiskinan bagi pengelola program

    3). K3 adalah kuesioner penelitian desain penanggulangan

    kemiskinan untuk perangkat daerah.

    Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    sejauh mana program bantuan sosial dan jalannya pelaksanaan

    program penanggulangan kemiskinan di daerah. Dan hasilnya

    diharapkan dikirim ditingkat Daerah Kabupaten sebagai bahan

    koreksi/evaluasi.

    Gambar 2.9 Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa Sidomulyo Kecamatan

    Banjarejo Oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah

  • 17

    Pengambilan data responden kegiatan penyusunan Desain

    Penanggulangan kemiskinan di Desa Ketileng Kecamatan Todanan

    pada tanggal 10 April 2019, sebagai berikut :

    a. Desa Ketileng Kecamatan Todanano menurut data BDT 2015

    terdapat 996 rumah tangga miskin dengan jumlah individu miskin

    sebanyak 3.103 orang yang termasuk zona merah.

    b. Pelaksanaan kegiiatan dihadiri oleh pihak Bappeda, Kecamatan

    dan pendamping PKH untuk wilayah Kecamatan Todanan.

    c. Harapannya hasil dari kajian tersebut dapat dikrim ditingkat

    Daerah Kabupaten sebagai bahan koreksi/evaluasi.

    Gambar 2.10

    Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa Ketileng Kecamatan Todanan oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah

    2.8. SOSIALISASI KEBIJAKAN ANGGARAN KELURAHAN MELALUI

    MEKANISME DANA ALOKASI UMUM TAMBAHAN

    Sosialisasi Kebijakan Anggaran Kelurahan melalui Mekanisme

    Dana Alokasi Umum Tambahan dilaksanakan di Semarang dengan

    Narasumber sosialisasi adalah Bapak Sugiarto, SE, M.Si, (Direktur

    Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerja Sama) Direktorat

  • 18

    Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri

    Republik Indonesia.

    Hasil dari sosialisasi tersebut diantaranya :

    a. Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan

    kegiatan pemberdayaan masyarakat kelurahan diatur dengan

    Peraturan Menteri Dalam Negeri 130/2019 dan SE 146/2694/SJ,

    UU 23 Tahun 2014 Pasal 230, PP 17 Tahun 2018 Pasal 30 dan UU

    12 Tahun 2018 tentang APBN 2019 Pasal 11 dan PMK 187 /

    2018.

    b. Penghitungan alokasi DAU Tambahan berdasarkan hasil penilaian

    dalam rangka penghitungan Dana Insentif Daerah (DID) pada

    kategori pelayanan dasar publik.

    c. Tujuan dari Kebijakan Anggaran Kelurahan melalui Mekanisme

    Dana Alokasi Umum Tambahan yaitu mempercepat peningkatan

    kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka miskin,

    memperkecil kesenjangan pendapatan di masyarakat.

    d. Pembangunan sarana dan prasarana digunakan untuk membiayai

    pelayanan sosial dasar yang berdampak langsung pada

    meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Sedangkan

    pemberdayaan masyarakat di kelurahan digunakan untuk

    peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat di kelurahan.

    e. Pembangunan sarana dan prasarana kelurahan meliputi :

    1) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan

    sarana dan prasarana lingkungan pemukiman,

    2) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan

    sarana dan prasarana transportasi,

    3) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan

    sarana dan prasarana kesehatan,

    4) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan

    sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan.

    f. Pemberdayaan masyarakat Kelurahan meliputi :

    1) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat di

    kelurahan,

  • 19

    2) Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat,

    3) Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan

    kebudayaan,

    4) Pengelolaan kegiatan pelayanan pengembangan usaha

    mikro, kecil, dan menengah,

    5) Pengelolaan kegiatan pelayanan lembaga kemasyarakatan,

    6) Pengelolaan kegiatan pelayanan ketentraman, ketertiban

    umum, dan perlindungan masyarakat,

    7) Penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

    bencana serta kejadian luar biasa lainnya.

    g. Penentuan kegiatan dilakukan melalui Musyawarah

    Pembangunan Kelurahan antara lurah dengan lembaga

    pemberdayaan masyarakat kelurahan dan dibuat dalam bentuk

    berita acara.

    h. Penambahan dan perubahan kegiatan yg dimaksud dalam pasal 7

    Permendagri 130/2019 jika tidak tertampung dalam RKPD 2019

    maka dicantumkan dalam RKPD perubahan tahun 2019 dengan

    mempedomani Permendagri No 86 th 2017.

    i. Dalam pengelolaan kegiatan kepala daerah membuat pedoman

    pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala

    Daerah.

    j. Pemerintah yg belum menganggarkan kegiatan dana kelurahan

    dalam APBD tahun 2019, maka segera melakukan perubahan

    peraturan kepala daerah tentang penjabarabn APBD dengan

    memperhatikan pasal 162 ayat (5) dan (6) Permendagri 13.

    k. Atas dasar perubahan maka Camat menyusun rancangan

    dokumen perubahan pelaksanaan anggaran (DPPA) dan disahkan

    dengan persetujuan Sekretaris Daerah sebagai dasar pelaksanaan

    anggaran oleh lurah selaku KPA.

    l. Kegiatan pembangunan disusun dalam dokumen perencanaan

    daerah dengan melimpahkan kewenangan Kepala Daerah kepada

    Camat dengan keputusan Kepala Daerah dan menetapkan lurah

    selaku Kuasa Pengguna Anggaran. Lurah selaku kuasa menunjuk

  • 20

    pejabat pentausahaan keuangan dan pejabat pelaksana teknik

    kegiatan di Kelurahan.

    m. Kepala Daerah menetapkan Bendahara Pengeluaran Pembantu

    berdasarkan usulan lurah melalui Bendarah Umum Daerah.

    n. Laporan penggunaan anggaran dan kegiatan disampaikan Lurah

    kepada Camat dan Bendahara umum daerah. Kemudian

    disampaikan Bupati dan Bupati menyampaikan kepada Menteri

    Dalam Negeri melalui Gubernur sebagai wakil.

    o. Batas waktu penyampaian laporan :

    1) Semester I disampaikan paling lambat minggu kedua bulan

    juli;

    2) Semester II disampaikan paling lambat minggu kedua bulan

    januari.

    p. Bupati mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dan

    pengawasan yang dapat dilimpahkan kepada Camat dan dibantu

    oleh Inspektorat.

    Gambar 2.11

    Sosialisasi Kebijakan Anggaran Kelurahan Melalui Mekanisme Dana Alokasi Umum Tambahan

  • 21

    2.9. RAPAT PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUN 2020

    Rapat dilaksanakan tanggal 1 April 2019 pukul 09.00 di ruang

    rapat lantai 2 Bappeda Blora dengan dihadiri oleh OPD bidang

    Pemerintahan. Membahas mengenai pagu belanja langsung perangkat

    daerah berdasarkan sumber dana tahun 2020 dan anggaran jadi

    kegiatan baru untuk kelurahan. Setiap OPD diharapkan untuk

    memperbaiki renja sesuai dengan petunjuk. Beberapa hal hasil rapat

    tersebut adalah :

    a. Untuk kegiatan baru kelurahan, kegiatan rutin dijadikan ke

    operasional kelurahan.

    b. Tahun 2020 bagi kecamatan diusahakan akan ditambah Rp.

    20.000.000 untuk Tim Penanggulangan Kemiskinan.

    Gambar 2.12

    Rapat Percepatan Penyusunan Rencana Kerja tahun 2020

    2.10. RAPAT PEMBAHASAN DRAF EDARAN PEDOMAN PEMBENTUKAN

    TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN TINGKAT KECAMATAN DAN DESA / KELURAHAN

    Rapat pembahasan pedoman Pembentukan Tim

    Penanggulangan Kemiskinan tingkat Kecamatan dan Desa /

    Kelurahan dilaksanakan pada hari Senin, 8 April 2019 pukul 09.00

    wib di ruang rapat lantai 1 Bappeda Blora dengan dihadiri oleh

    beberapa Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang dan Ketua

    dari Perguruan Tinggi. Pedoman Pembentukan Tim Penanggulangan

    Kemiskinan tingkat Kecamatan dan Desa / Kelurahan bertujuan

    untuk memberi panduan khususnya kepada Kecamatan dan Desa /

  • 22

    Kelurahan dalam upaya untuk meningkatkan penanggulangan

    kemiskinan agar ada sinkronisasi / gerakan yang sama baik di

    tingkat kecamatan dan desa/kelurahan.

    Dalam rapat tersebut membahas koreksi dan masukan

    terhadap Draf Edaran Bupati tentang Pembentukan Tim

    Penanggulangan Kemiskinan tingkat Kecamatan dan Desa /

    Kelurahan, diantaranya :

    a. Koreksi terhadap latar belakang;

    b. Koreksi landasan dengan menambahkan Undang-undang Nomor

    23 Tahun 2014;

    c. Koreksi kelembagaan TPK kecamatan dan desa/kelurahan;

    d. Koreksi unsur-unsur TPK kecamatan dan desa/kelurahan;

    e. Koreksi tugas pokok dan fungsi TPK;

    f. Koreksi format laporan tentang perkembangan data dan profil

    kemiskinan dan format dibuat di lampiran II.

    Gambar 2.13

    Rapat Pembahasan Draf Edaran Pedoman Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Kecamatan Dan Desa / Kelurahan

  • 23

    2.11. RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN PERATURAN BUPATI TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG DARI DINAS TEKNIS

    KEPADA KEPALA KELURAHAN

    Rapat dilaksanakan pada hari Senin, 15 April 2019

    diBappeda Kabupaten Blora. Maksud dan tujuan dari rapat

    koordinasi adalah dalam rangka meningkatkan transparansi dan

    akuntabilitas pengelolaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan

    Prasarana Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan

    yang tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung

    jawab, sehingga perlu adanya Pelimpahan Sebagian wewenang

    Bupati Kepada Camat. Beberapa hasil dari rapat tersebut adalah :

    a. Pelimpahan sebagian wewenang Bupati Kepada Camat dibuat

    dalam bentuk Surat Keputusan Bupati tentang hal tersebut.

    b. Pembahasan Draf Surat Keputusan Bupati tersebut ada beberapa

    hal yang perlu adanya kesamaan sudut pandang terkait

    kewenangan yang akan akan dilimpahkan ke Kelurahan antara

    lain lokasi yang masih menjadi kewenangan Dinas Teknis (OPD

    Dinas Perumahan Pemukiman dan Perhubungan dan dll) dengan

    kewenangan kelurahan.

    c. Dalam pelimpahan wewenang Camat bertanggung jawab dan

    melaporkan hasilnya kepada Bupati Blora.

    d. Koreksi terhadap lampiran dalam draf Surat Keputusan Bupati

    tersebut yaitu dengan menambahkan kolom kreteria pada form

    Daftar Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati Blora kepada

    Camat untuk melaksanakan kegiatan Pembangunan Sarana dan

    Prasarana Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di

    Kelurahan.

  • 24

    Gambar 2.14 Rapat Koordinasi Penyusunan Peraturan Bupati Tentang Pelimpahan

    Wewenang dari Teknis Kepada Kepala Kelurahan

    2.12. RAPAT KOORDINASI SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL)

    Rapat Koordinasi SPM (Standar Pelayanan Minimal)

    dilaksanakan pada tanggal 16 April 2019 di ruang pertemuan lantai

    1 Bappeda Kabupaten Blora, sebagai berikut :

    a. Dasar Hukum yang digunakan yaitu :

    1) UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

    2) PP Nomor 2 tahun 2018 tentang SPM

    3) Permendagri no. 100 tahun 2018 tentang Penerapan SPM.

    b. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai Jenis

    dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan

    Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara

    secara Minimal.

    c. Jenis pelayanan dasar adalah jenis pelayanan dalam rangka

    penyediaan barang/jasa kebutuhan dasar yg berhak diperoleh

    setiap Warga Negara secara Minimal.

    d. Mutu Pelayanan dasar adalah ukuran kuantitas maupaun

    kualitas barang dan/atau jasa kebutuhan dasar serta

    pemenuhannya secara minimal sesuai standart teknis agar

    hidup secara layak.

    e. Lingkup Urusan Wajib Pelayanan Dasar adalah :

  • 25

    1) Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang SPM

    Sosial.

    2) Peraturan Menteri PUPR Nomor 29 Tahun 2018 tentang SPM

    PU dan Perakim.

    3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32

    Tahun 2018 tentang SPM Pendidikan.

    4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018

    tentang SPM Sub Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota.

    5) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 114 Tahun 2018 tentang

    SPM Sub Urusan Kebakaran Daerah Kab./Kota

    6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 121 Tahun 2018

    tentang SPM Ketertiban umum dan perlindungan

    masyarakat.

    7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang

    SPM Kesehatan.

    f. Dalam pasal 13 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    100 Tahun 2018 Bupati/Walikota berwenang

    mengkoordinasikan pelaksanaan SPM di daerah Kabuapen/Kota

    dengan di bentuk TIM Penerapan SPM Daerah Kabupaten/Kota

    ditetapkan dengan Peraturan Bubati/Walikota pasal 17 ayat (1)

    dengan susunan :

    - Penanggung jawab : Bupati

    - Ketua : Sekretaris Daerah

    - Wakil Ketua : Ketua Bappeda

    - Sekretaris : Kabag Tapem

    - Anggota : Kepala OPD terkait Pelayanan Dasar,

    Pengelola Keuangan, Inspektorat dan atau sesuai kebutuhan.

    g. Tim Penerapan SPM Kabupaten/Kota berkedudukan di Bagian

    Tata Pemerintahan atau sebutan lain dengan tugas antara lain :

    1) Menyusun Rencana Aksi penerapan SPM

    2) Mengkoordinasikan Penerapan SPM dgn OPD pengampu SPM

    3) Koordinasi Pendataan, Pemutakhiran, dan sinkronisasi data

  • 26

    4) Memastikan Penerapan SPM terintegrasi dengan RKPD, Renja

    OPD

    5) Mengkawal dan memastikan integrasi SPM ke dalam

    dokumen penganggaran dan APBD.

    6) Pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal

    h. Tahapan penyusunan Standar Pelayanan Minimal adalah :

    1) Pengumpulan Data.

    2) Penghitungan kebutuhan pemenuhan pellayanan dasar.

    3) Penyusunan rencana pemenuhan pelayanan dasar.

    4) Pelaksanaan pelayanan Dasar.

    i. Rencana Tindak Lanjut adalah :

    1) Penyusunan draf Peraturan Bupati tentang Penerapan SPM

    2) Penyusunan Tim Penerapan SPM Kabupaten Blora.

    3) Penyusunan laporan SPM tahun 2018 dengan menggunakan

    Pendekatan Indikator RPJMD, LKPJ dan LPPD.

    4) Koordinasi dengan OPD terkait pengampu SPM dalam

    pemenuhan Indikator dimaksud.

    5) Melaporkan SPM tahun 2018 kepada Gubernur dengan

    tembusan Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri

    Gambar 2.15

    Rapat Koordinasi Standar Pelayanan Minimal

  • 27

    2.13. RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR

    DAERAH

    Rapat Koordinasi Peningkatan Kerjasama Antar Daerah

    dilaksanakan pada tanggal 23 sampai 24 April 2019 di ruang

    pertemuan The Sunan Hotel, Kerten, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa

    Tengah, dengan hasil sebagai berikut :

    a). Tema dalam Rapat Koordinasi Kerja Sama Dalam Negeri adalah

    ”Pemetaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama

    Dalam Negeri dalam rangka Peningkatan Pelayanan Publik”.

    b). Maksud dan tujuan adalah :

    1) Optimalisasi peran pemerintah dalam melaksanakan

    kerjasama daerah.

    2) Meningkatkan sinergitas pengelolaan potensi diberbagai

    bidang kerjasama/sesuai dengan kebutuhan urusan

    pemerintahan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat.

    c). Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

    Daerah pada pasal 363 (1) : Dalam rangka peningkatan

    kesejahteraan masyarakat daerah dapat mengadakan kerjasama

    yang didasarkan pada kepentingan efisiensi dan efektivitas

    pelayanan publik serta saling menguntungkan.

  • 28

    d). Pada pasal 2 disebutkan kerjasama dapat dilakukan melalui

    kerjasama dengan daerah lain, Lembaga/Pemerintah Daerah

    diluar negeri sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan,

    Pihak ketiga (swasta, organisasi masyarakat, lembaga non

    pemerintah lainnya).

    e). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang

    Kerja Sama Daerah mempunyai lingkup :

    1) Obyek Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain : merupakan

    urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah untuk

    kesejahteraan masyarakat dan percepatan pemenuhan

    kebutuhan publik.

    2) Koordinasi Teknis : Daerah yang akan melaksanakan

    kerjasama wajib melakukan pemetaan urusan pemerintah

    sesuai potensi dan karakteristtik daerah dan dibahas oleh

    pemerintah daerah yang berbatasan.

    f). Tahapan dan dokumen Kerjasama :

    1) Tahapan Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain :

    Persiapan, Penawaran, Penyusuan Kerja Sama Bersama,

    Penandatanganan Kerja Sama Bersama, Persetujuan DPRD,

    Penyusunan Perjanjian Kerja Sama, Pelaksanaan,

    Penatausahaan, dan Pelaporan

    2) Dokumen Kerja Sama : Kesepakatan Bersama dan

    Perjanjian Kerja Sama

    g). Beberapa isu penting/permasahan dalam kerjasama antara lain :

    1) Rendahnya komitmen dalam penyusunan perencanaan

    (tidak berdasar Peraturan Perundang-undangan, belum

    berdasar pada pemetaan urusan pemerintahan).

    2) Buruknya database (pelaporan database yang sebatas

    formalitas, penatausahaan data base kerjasama yang

    buruk).

    3) Perjanjian kerjasama yang belum senergis (perjanjian bukan

    oleh pejabat yang berwenang, perjanjian tidak melalui biro

    hukum/biro/bagian kerjasama).

  • 29

    h) Dalam pelaksanaan Kerja Sama Daerah diperlukan adanya

    monitoring dan evaluasi yang dimulai tahap perencanaan, tahap

    pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan. Peningkatan peran

    TKSD Daerah.

    i) Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Provinsi,

    Kabupaten dan Kota :

    1) Kabupaten/Kota melalui OPD yang membidangi Kerja

    Sama wajib membuat pemetaan potensi kerja sama wajib

    dengan melibatkan OPD Teknis yang membidangi urusan

    pemerintahan, karena obyek kerja sama ada pada OPD

    tersebut.

    2) Hasil pemetaan masing-masing Kabupaten/Kota wajib

    dilaporkkan kepada pemerintah Provinsi.

    3) Pemerintah Provinsi melalui OPD yang membidangi

    kerjasama daerah memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam

    sinkronisasi urusan pemerintahan yang akan

    dikerjasamakan dengan daerah yang berbatasan langsung.

    4) Pemerintah Provinsi melalui OPD yang membidangi karja

    sama daerah memfasilitasi OPD Teknis Provinsi yang

    membidangi urusan pemerintahan untuk melakukan

    pemetaan dan sinkronissasi urusan pemerintahan yang

    akan dikerja samakan dengan daerah yang berbatasan

    langsung.

    5) Hasil pemetaan dan sinkronisasi yang dilakukan oleh

    Pemerintah Provinsi dilaporkan kepada Kementerian Dalam

    Negeri, melalui Subdit Kerja Sama dan Penyelesaian

    Perselisihan Antar Daerah Direktorat Dekonsentrasi, Tugas

    Pembantuan dan Kerja Sama , Ditjen Bina Administrasi

    Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri. Jl. Medan Merdeka

    Utara nomor 7 Gedung H Lantai 7 atau melalui email

    [email protected]

    6) Urusan Pemerintahan yang akan dikerjasamakan dengan

    daerah berbatasan dibahas di Rakortek Provinsi dan

    mailto:[email protected]

  • 30

    kemudian disepakati oleh pemerintah daerah masing-

    masing dalam berita acara Rakortek tersebut.

    7) Setelah adanya kesepakatan Rakortek terhadap daerah yang

    wajib melaksanakan kerja sama, maka masing-masing

    daerah wajib menindaklanjuti dengan kesepakatan kerja

    sama dan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama.

    Gambar 2.16 Rapat Koordinasi Peningkatan Kerjasama Antar Daerah

  • 31

    2.14. RAPAT KOORDINASI PENGGUNAAN DANA MODAL USAHA UNTUK

    WARGA MISKIN KABUPATEN BLORA OLEH BAZNAS

    Rakor dilaksanakan pada hari Kamis, 25 April 2019 di

    Gedung Samin Kabupaten Blora dan dipimpin oleh Wakil Bupati

    Blora, Sekretaris Daerah Kabupaten Blora, Ketua Baznas Kabupaten

    Blora, Kepala Bappeda Kabupaten Blora dan dihadiri oleh Camat,

    Kepala Desa di 12 desa prioritas 1 dan 2. Hasil dari rapat koordinasi

    yaitu :

    a. Rapat koordinasi membahas mengenai upaya Baznas dalam

    mengentaskan kemiskinan melalui pelatihan usaha produktif

    dan pemberian bantuan modal usaha sebesar 5 juta bagi warga

    miskin di Kabupapten Blora.

    b. Desa yang diintervensi oleh Baznas dalam bentuk pelatihan

    usaha produktif diantaranya desa prioritas 1 (desa Sidomulyo,

    desa Getas, desa Mendenrejo, desa Sumber, desa Pilang, desa

    Ketileng), dan desa prioritas 2 (desa Ngumbul, desa

    Kedungwungu, desa Gabusan, desa Bangkleyan, desa Wado,

    desa Botoreco).

    c. Alur proses pemberian modal usaha yaitu:

    1) Mengajukan proposal yang ditujukan kepada ketua Baznas

    Kabupaten Blora. Proposal sudah mencakup nama 10

    orang masing-masing desa dan jenis pelatihan yang

    diinginkan serta melampirkan fotokopi KTP, KK dan bukti

    kemiskinan. Proposal rangkap 3 dan harus masuk minggu

    pertama bulan Mei dan diserahkan langsung ke Baznas.

    2) Mengisi permohonan pencairan dan mengisi lembar

    pernyataan (masing-masing penerima).

    3) Yang mendapatkan bantuan modal usaha harus terdaftar

    dalam Basis Data Terpadu.

    d. Diharapkan bagi warga miskin penerima manfaat setelah diberi

    modal usaha dari Baznas harus siap keluar dari PKH dan harus

    bergerak, berkembang supaya fungsi Baznas dalam

    memberikan bantuan dapat tepat sasaran.

  • 32

    Gambar 2.17 Rapat Koordinasi Penggunaan Dana Modal Usaha Untuk Warga Miskin

    Oleh Baznas

    2.15. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TINDAK LANJUT HASIL

    PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN PENYUSUNAN

    DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    Focus Group Discudion dilaksanakan pada hari Selasa, 30

    April 2019 di Ruang rapat kantor Wakil Bupati Kabupaten Grobogan

    dengan dihadiri oleh Kabupaten Blora, Kabupaten Demak,

    Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Sragen

    sebagai tindak lanjut dari kegiatan Bappeda Provinsi Jawa Tengah

    dalam pengambilan data responden kegiatan penyusunan desain

  • 33

    penanggulangan kemiskinan di wilayah Kabupaten Blora yaitu di

    desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo dan desa Ketileng Kecamatan

    Todanan.

    Tujuan pelaksanaan FGD adalah :

    a. Menjaring masukan-masukan dari tingkat Kabupaten dalam

    rangka penyusunan desain penanggulangan kemiskinan.

    b. Menyusun strategi khusus terkait penanggulangan kemiskinan.

    c. Hasil fakta-fakta lapangan sementara setelah dilakukan

    pengambilan data responden

    d. Efektifitas program penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah

    cukup efektif dalam arti bantuan telah sampai kepada penerima.

    e. Pembentukan kelompok bantuan tidak disertai pemberdayaan

    ekonomi.

    f. Sistem kelembagaan yang ada dan perannya di masyarakat

    kurang optimal.

    g. Bantuan umumnya hanya bermanfaat sesaat tidak terjadi

    pengembangan terutama untuk keberlanjutan (produktif).

    h. Adanya kecemburuan masyarakat yang tidak mampu (tidak

    mendapat bantuan) terhadap masyarakat yang mampu tetapi

    mendapat bantuan.

    i. Untuk Kabupaten lainnya seperti Kabupaten Rembang,

    Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen

    permasalahannya hampir sama dengan Kabupaten Blora.

    j. Kesimpulan permasalahan dan solusi yang ada di 5 Kabupaten

    diatas diantaranya :

    1) Data BDT yang masih kurang valid terupdate sehingga

    program-program bantuan belum tepat sasaran,

    2) Warga miskin yang sudah mampu masih mendapatkan

    bantuan dan tidak mau lepas dari program-program PKH

    3) Mentalitas warga miskin yang perlu ditingkatkan,

    4) Ekonomi produktif perlu dikembangkan,

    5) Mengikut sertakan warga miskin dalam pola pikir upaya

    penanggulangan kemiskinan.

  • 34

    6) Diusahakan tahun depan Bappeda Propinsi Jawa Tengah

    akan mengusulkan pelatihan Bimtek untuk update data

    kemiskinan.

    7) Harapan kedepan Kabupaten lain dapat mengembangkan

    teknologi inovasi seperti Kabupaten Sragen dalam

    penanggulangan kemiskinan.

    Gambar 2.18 Focus Group Discussion Tindak Lanjut Hasil Pengambilan Data

    Responden Kegiatan Penyusunan Desain Penanggulangan Kemiskinan

  • 35

    2.16. RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK TAHUN 2019

    Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Kepala

    Desa secara serentak Tahun 2019 pada tanggal 2 Mei 2019 di ruang

    pertemuan Sekretariat Daerah Kabupaten Blora, dengan hasil

    sebagai berikut :

    a. Tujuan rakor adalah :

    1) Untuk menyamakan persepsi/pandangan terkait potensi dan

    permasalahan yang terjadi dilapangan dalam pelaksanaan

    Pemilihan Kepala Desa demi kelancaran dan kesuksesan

    pelaksanaannya di Kabupaten Blora tahun 2019.

    2) Untuk mengetahui tugas masing-masing Tim Pembina sesuai

    dengan kewenangannya dan tugas pokoknya di organisasi

    perangkat daerah masing-masing.

    b. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa tahun 2019 dilaksanakan

    pada tanggal 24 Juli 2019 sebanyak 244 desa di Kabupaten Blora

    c. Dasar Keputusan Bupati Blora Nomor 141/308/2019 tentang

    Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak di Kabupaten Blora

    Tahun 2019 dan Surat Bupati Blora Nomor : 141.1/1365 tanggal

    22 April 2019 perihal Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa

    Serentak di Kabupaten Blora Tahun 2019.

    d. Jadwal pelaksanaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak

    di Kabupaten Blora Tahun 2019.

    e. Penganggaran dalam Pemilihan Kepala Desa :

    1) Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2017 Pasal 103, biaya

    Pemilihan Kepala Desa dapat diperoleh dari Pemerintah

    Daerah dan Pemerintah Desa.

    2) Pemerintah Daerah Kabupaten Blora telah mengganggarkan

    dari APBD Tahun 2019 sebesar Rp. 6.914.952.500,- untuk

    244 desa yang merupakan bantuan keuangan yang bersifat

    khusus kepada Pemerintah Desa.

  • 36

    3) Biaya Pemilihan Kepala Desa dari Pemerintah Desa

    bersumber dari Pendapatan Asli Desa dan Sumber lainnya

    yang syah.

    4) Sumber lainnya yang syah oleh Panitia Pemilihan Kepala

    Desa dimaknai Sumbangan dari Calon Kepala Desa.

    f. Pembentukan Panitia Pemilih Kepala Desa dibentuk oleh Badan

    Permusyawaratan Desa (BPD).

    g. Sumber data awal pemilih diperoleh dari DPT Pemilihan Kepala

    Daera dan Data Base Kependudukan dari perangkat daerah yang

    membidangi kependudkan dan pencatatan sipil.

    h. Calon Kepala Desa adalah Warga Negara Indonesia.

    i. Pengajuan ijin bagi calaon Kepala Desa :

    1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali wajib

    mengajukan cuti kepada Bupati dapat mendelegasikan kepada

    Camat.

    2) PNS atau Guru PNS wajib mendapatkan ijin dari Pejabat

    Pembina Kepegawaian yang memproses BKD.

    3) Anggota TNI/POLRI/Pegawai BUMN/BUMD/Pegawai

    Swastawajib mendapatkan ijin tertulis dari atasan yang

    berwenang, yang memproses institusi masing-masing.

    4) Pegawai kontark/Wiyata Bhakti/Honorer daerah wajib

    mendapatkan ijin tertulis dari atasan yang berwenang sesuai

    Peraturan PerUU.

    5) Anggota BPD wajib mengajukan tertulis kepada Bupati

    didelegasikan kepada Camat.

    6) Perangkat Desa wajib mengajukan permohonan cuti kepada

    Kepala Desa.

    j. Seleksi tambahan untuk bakal calon yang lebih dari 5 orang,

    Panitia Pemilih melakukan seleksi tambahan berupa :

    1) Test tertulis dengan pembobotan, materi umum 45%, materi

    khusus 55% (Pembobotan test tertulis 70%)

    2) Pembobotan terhadap kreteria tertentu sebesar 30% terdiri

    atas :

  • 37

    a) Pengalaman organisasi skor 10%

    b) Pendidikan :

    i. Diploma empat, sarjana, pasca sarjana skor 10 %.

    ii. Diploma satu, Dua dan tiga skor 7,5%.

    iii. Sekolah menengah atas/sederajat skor 5%

    iv. Sekolah menengah pertama/sederajat skor 2,5%

    c) Usia terdiri dari :

    i. Usia 25 tahun sampai dengan 58 tahun skor 10%.

    ii. Usia 58 keatas skor 5%.

    k. Dalam menyusun materi test tertulis , panitia pemilih dapat

    melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi/lembaga yang

    berkompeten dalam penyelenggaraan pemerintahan.

    l. Tahapan Pilkades :

    a). Persiapan.

    b). Pencalonan.

    c). Pemungutan suara.

    d). Penetapan.

    Gambar 2.19

    Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak Tahun 2019

  • 38

    2. 17. RAPAT KOORDINASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN

    Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian

    bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/ atau seseorang

    miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program

    Penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi

    Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima

    manfaat Program Keluarga Harapan. Hasil dari rakor tersebut adalah:

    a). Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi Prioritas Nasional

    karena :

    1) PKH mempunyai dampak langsung yang signifikan terhadap

    pengurangan kemiskinan dan kesenjanga

    2) Meningkatkan daya beli masyarakat yang kurang mampu

    3) PKH telah terbukti menjadi program bantuan sosial yang

    mendorong kreativitas keluarga dalam meningkatkan

    produktivitasnya.

    4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam keluarga

    b). Sedangkan Persyaratan kepesertaan PKH adalah komponen

    Pendidikan( SD, SMP, SMA), Komponen Kesehatan(Ibu

    Hamil/Nifas dan Anak usia di bawah 6 tahun) dan Komponen

    kesejahteraan social (Diutamakan Disabilitas Berat dan Lanjut

    Usia mulai dari 60 tahun)

    c). Kebijakan PKH tahun 2019 :

    1) Bantuan Sosial stimulant PKH diberikan “berbasisi Keluarga”

    untuk setiap kualias hidup keluarga dalam akses terhadap

    pelayanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.

    2) Kenaikan indek bantuan sosial sebesar 2 kali PKH tahun 2019

    pada komponen kesehatan dan pendidikan.

    3) Indek bantuan siosial PKH tahun 2019 terdiri dari :

    - Bantuan Tetap setiap Keluarga , diberikan hanya pada tahap

    Pertama :

    - Reguler Rp. 550.000/keluarga/tahun.

    - PKH Akses : Rp. 1.000.000,-/keluarga/tahun.

  • 39

    4) Bantuan Komponen setiap Jiwa, maksimal 4 orang dalam satu

    keluarga :

    - Ibu hamil : Rp. 2.400.000,-

    - Anak usia dini : Rp. 2.400.000,-

    - SD : Rp. 900.000,-

    - SMP ; Rp. 1.500.000,-

    - SMA : Rp. 2.000.000,-

    - Disabilitas beratt : Rp. 2.400.000,-

    - Lanjut Usia : Rp. 2.400.000,-

    d). Bantuan komponen yang ditetapkan jumlah anggota keluarga

    yang memenuhi komponen kepesertaan PKH maksimal 4 jiwa.

    e). Bantuan berdasarkan proporsi beban keluarga

    f). Bantuan tetap untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga.

    g). Beberapa permasalahan terkait dengan PKH adalah:

    1). Kevalidan data BDT ditingkat Desa perlu ditingkatkan dengan

    melibatkan aparat hukum dalam musyawarah

    desa/musyawarah kelurahan.

    2). Kecemburuan social kelompok penerima manfaat (KPM) dari

    hasil verval BDT masih ada (Contoh orang yang miskin belum

    masuk PKH sedangkan orang yang sudah mampu tidak mau

    keluar dai PKH)

    3). Dari hasil graduasi mandiri masih perlu mendapatkan

    perhatian/pendampingan dari Pemerintah dengan harapan

    agar tidak kembali masuk katagori orang miskin lagi.

  • 40

    Gambar 2.20. Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan

    2.18. RAPAT KOORDINASI NASIONAL DATA TERPADU

    KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2019

    Rapat Koordinasi Nasional Data Terpadu Kesejahteraan

    Sosial Tahun 2019 membahas program pemerintah bantuan sosial

    pemerintah yang tergantung dari data dalam Verifikasi dan Validasi

    Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu,

    beberapa hal yang terjadi dalam kekisruhan pendataan yang terjadi

    dilapangan perlu segera diperabaiki, termasuk masyarakat yang

    sudah tidak berhak program bantuan dapat dikeluarkan dan

    masyarakat miskin yang belum masuk Basis Data Terpadu dapat

    diusulkan dan masuk data Basis Data Terpadu untuk dapat

  • 41

    mendapatkan program bantuan Kesejahteraan sosial dan

    perlindungan sosial seperti PKH, PBI, KKS dan BPNT.

    Tema dalam rapat koordinasi tersebut adalah “Peningkatan

    Komitmen dan Sinergitas Pelaksanaan Verifikasi dan Validasi Data

    untuk Ketepatan Sasaran Penerima Bantuan Sosial”. Beberapa hal

    yang perlu diperhatikan adalah :

    a. Pendataan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi agar

    lebih akurat dalam proses updating data perlu penyempurnaan

    yang dilakukan secara terus menerus.

    b. Agar dapat mencapai tepat sasaran program-program

    kesejahteraan sosial, kemiskinan dan perlindungan sosial yang

    diberikan harus terintegrasi dalam satu data.

    c. Data kemiskinan sangat dinamis yang perlu dilakukan secara

    periodic sesering mungkin.

    d. Data yang di update akan dilakukan updating data setiap 3 bulan

    untuk menghindari kekeliruan dalam penyaluran bantuan sosial.

    Sedangkan langkah dan program dan kegiatan yang dilakukan oleh

    Pusat Data dan Informasi adalah :

    a. Rapat Koordinasi tentang kebijakan Data.

    b. Bimbingan teknis Verifikasi dan Validasi Data Kabupaten dan

    provinsi dengan mengundang 2 orang petugas SIKS-NG.

    c. Bimbingan teknis SIKS-NG 2 bulan secara online.

    d. Menyediakan layanan hardisk online untuk menyelesaikan

    masalah dilapangan.

    e. Secara bertahap akan mengeluarkan fitur untuk mengelola data

    SIKS-NG.

    Dari hasil rapat koordinasi tersebut diperoleh kesimpulan yaitu Arah

    kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan program

    bantuan kesejahteraan social, kemiskinan dan perlindungan social

    telah sepakat untuk menggunakan data terpadu SIKS-NG.

  • 42

    Gambar 2.21. Rapat Koordinasi Nasional Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

    Tahun 2019

    2.19. WORKSHOP PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL TEKNOKRATIS RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2021-2025

    Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD

    adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017

    tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

    Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan

    Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan

    Rencana Rencana Pembagunan Jangka Menengah Daerah, serta

    Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    Daerah , Rencana Rencana Pembagunan Jangka Menengah Daerah

    dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312).

    Dalam penyusunan draf Rancangan Awal Teknokratis RPJMD

    Kabupaten Blora Tahun 2021-2025 harus mengacu pada RPJPD

    tahun 2005-2025, RPJMD Provinsi Jawa Tengah serta harus

    menyusun KLHS Kabupaten Blora. Penyusunan KLHS merupakan

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang berisikan data-data

    informasi, permasalahan dan kebijakan yang akan dilakukan selama

  • 43

    5 (lima) tahun kedepan sebagai landasan dalam penyusunan RPJMD

    Kabupaten Blora Tahun 2021-2025.

    RPJMD Teknokratik Kabupaten Blora Tahun 2021-2025 setelah

    selesai nantinyya harus disampaikan kepada Komisi Pemilihan

    Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Blora untuk menentukan agar

    dipakai bakal calon bupati dalam kampanyenya untuk menentukan

    visi dan misi dalam pembangunan 5 (lima) tahun kedepannya.

    Gambar 2.22.

    Workshop Penyusunan Rancangan Awal Teknokratis RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2021-2025

  • 44

    2.20. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN KECAMATAN TAHUN 2019

    A. MONEV DI KECAMATAN BLORA

    Hasil dari Monev di Kecamatan Blora yaitu :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Blora sudah sesuai

    dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 34,64%.

    3. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019 yaitu

    penyerapan sampai bulan April 2019 masih kecil

    dikarenakan adanya dana kelurahan yang dianggarkan

    dalam anggaran perubahan tahun 2019, sehingga kelurahan

    tidak bisa melaksanakan kegiatan / menunggu pengesahan

    DPA perubahan.

    4. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu

    Rapat Koordinasi penanggulangan kemiskinan.

    5. Kegiatan rakor penanggulangan isu strategis terkait

    kesehatan belum dilaksanakan.

    6. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu melayani

    pengurusan SKCK, permohonan nikah, IMB, SPPL,

    rekomendasi ijin pentas, pengurusan pindah tempat,

    pengurusan E-KTP dan KK, melayani penggunaan ijin Blok-T.

    7. Masyarakat menginginkan untuk pengurusan IMB

    digratiskan dari biaya retribusi.

    8. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam

    perijinan PATEN yaitu minimnya anggaran untuk pelayanan

    dan perijinan, sarana dan prasarana untuk pelayanan

    (komputer, printer) sangat minim dan sering mengalami

    kerusakan.

  • 45

    Gambar 2.23 Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan

    di Kecamatan Blora

    B. MONEV DI KECAMATAN BANJAREJO

    Hasil dari Monev di Kecamatan Banjarejo yaitu :

    1. Program dan kegiatan di Kecamatan Banjarejo dalam renja

    sudah sesuai dengan RKPD

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 34,89%.

    3. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu

    RTLH, pelatihan bantuan non tunai / PKH.

    4. Kegiatan rakor penanggulangan isu strategis yang sudah

    dilaksanakan yaitu GSIB (Gerakan Sayang Ibu dan Bayi),

    Rakor Bunda Paud.

    5. Kecamatan Banjarejo sudah ada Standar Operasional

    Prosedur (SOP) terkait perijinan PATEN.

    6. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayananan

    penerbitan IMB, pelayanan penerbitan ijin usaha kecil mikro

    (IUMK), pelayanan rekomendasi pentas seni, dispensasi

    nikah, registrasi SKCK, SKTM, proposal, permohonan nikah,

    administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, keterangan

    waris, ijin komersil.

  • 46

    7. Permasalahan terkait sarpras yaitu kurangnya fasilitas

    seperti Laptop dan Komputer, perlunya pengadaan mesin

    antrian di Kecamatan Banjarejo karena selepas Hari Raya

    dan kelulusan sekolah antrian sangat banyak sehingga

    diperlukan mesin antrian demi kelangsungan proses

    pelayanan masyarakat di Kecamatan, kurangnya sumber

    daya manusia (SDM) untuk staf Kasi

    8. Usulan-usulan Kecamatan Banjarejo yaitu pengadaan tempat

    parker, pembangunan / rehabilitasipagar, pembangunan /

    rehabilitasi Mushola kantor, Pembangunan/pengadaan

    gedung PATEN

    Gambar 2.24

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Banjarejo

    C. MONEV DI KECAMATAN CEPU

    Hasil Monev :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Cepu sudah sesuai

    dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019

    sebesar 7%

  • 47

    3. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu

    Rapat koordinasi Penanggulangan kemiskinan dan Verifikasi

    dan Validasi data Kemiskinan

    4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu Perijinan

    terkait IMB, IUMK dan Ijin Pendirian Usaha

    5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.

    6. Keluhan terkait pelayanan PATEN yaitu Berkaitan dengan

    pelayanan Adminduk warga mengeluhkan tentang lambatnya

    sistem aplikasi kependudukan dan blanko selalu terlambat

    7. Kegiatan yang dibutuhkan, tetapi belum ada di Renja yaitu

    ada 3 Kasi yg belum dapat Kendaraan Dinas Roda Dua

    Gambar 2.25

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Cepu

  • 48

    D. MONEV DI KECAMATAN BOGOREJO

    Hasil dari Monev di Kecamatan Bogorejo yaitu :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Bogorejo sudah

    sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 8,4% dan

    capaian realisasi keuangan bula April 2019 sebesar

    Rp.131.700.000,-

    3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah

    dilaksanakan yaitu Pasar Murah belum dilaksanakan,

    rencana mengadakan pasar murah menjelang Hari Raya Idul

    Fitri dengan bentuk kegiatan berupa penjualan paket

    sembako kepada warga miskin dengan harga murah.

    4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu Cetak KTP,

    cetak KK, pembuatan Ijin Rekomendasi Pementasan

    Kesenian, Ijin Mendirikan Bangunan, Ijin Usaha Mikro dan

    Kecil.

    5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.

    6. Dari masyarakat belum ada aduan terkait dengan

    penambahan pelayanan.

    7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam

    perijinan PATEN yaitu kurangnya tenaga.

  • 49

    Gambar 2.26 Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan

    di Kecamatan Bogorejo

    E. MONEV DI KECAMATAN JATI

    Hasil dari Monev di Kecamatan Jati yaitu :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Jati sudah

    sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 17%

    dan capaian realisasi keuangan bula April 2019

    sebesar Rp.100.000.000

  • 50

    3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan seperti Pasar

    Murah belum terealisasi. Rencananya akan

    memberikan sembako.

    4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu

    perekaman E-KTP, pembuatan KK, legalisasi, nikah,

    SKCK.

    5. Perijinan yang dilaksanakan di PATEN yaitu perijinan

    IMB.

    6. Dari masyarakat belum ada aduan terkait dengan

    penambahan pelayanan.

    Gambar 2.27

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Jati

  • 51

    F. MONEV DI KECAMATAN JAPAH

    Hasil dari Monev di Kecamatan Japah :

    1. Program dan kegiatan di Kecamatan Japah dalam renja

    sudah sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 10%.

    3. Kegiatan perijinan yang dilaksanakan di PATEN ada dua

    yaitu IMB dan rekam SIUP dan IUMK.

    4. Permasalahan terkait sarpras yaitu kurang adanya dukungan

    honor bagi tim teknis IMB

    5. Terkait baju Paskibraka masih kurang. Anggaran untuk baju

    Paskibraka adalah Rp. 10.000.000,-

    6. Usulan-usulan Kecamatan Japah yaitu pembangunan pagar

    (pagar miring), tempat parker, dan rehabilitasi kamar mandi.

    Gambar 2.28

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Japah

    G. MONEV DI KECAMATAN JEPON

    Hasil dari Monev di Kecamatan Jepon :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Jepon sudah sesuai

    dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 18%.

    3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah

    dilaksanakan yaitu Rapat Koordinasi Sosial Pemberdayaan

  • 52

    Masyarakat di tingkat Kecamatan, untuk Gebyar Paut 100%,

    GSIB 25%, BPJS 30%.

    4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu SKCK,

    Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Proposal

    dari desa (bantuan alat pertanian, bibit, sapi dll), Nikah Talak

    Cerai Rujuk, Keterangan Waris, Ijin keramaian, rekomendasi

    pentas, dispensasi nikah.

    5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.

    6. Jenis kegiatan perijinan di PATEN yaitu Ijin IMB, Ijin usaha

    mikro kecil.

    Gambar 2.29

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Jepon

  • 53

    H. MONEV DI KECAMATAN JIKEN

    Hasil dari Monev di Kecamatan Jiken :

    1. Program dan kegiatan di kecamatan Jiken dalam renja sudah

    sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 9,56%.

    3. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019 yaitu

    kurangnya SDM yang kurang memadai (staf dan Bendahara).

    4. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah

    dilaksanakan yaitu Kesra, PKH, TKSK saling koordinasi

    dalam pengentasan kemiskinan di Kecamatan Jiken dan

    pemutakhiran data BDT.

    5. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan

    IMB, rekomendasi, dan IUMK.

    6. Kecamatan Jiken sudah ada Standar Operasional Prosedur

    (SOP) terkait perijinan PATEN

    7. Permasalahan terkait sarpras dan SDM dalam perijinan

    PATEN yaitu jumlah SDM terbatas

    8. Akan diadakannya pembangunan kantor kecamatan Jiken

    tahun 2019 dengan dana 1 Milyar Rupiah.

    Gambar 2.30

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Jiken

  • 54

    I. MONEV DI KECAMATAN NGAWEN

    Hasil dari Monev di Kecamatan Ngawen :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Ngawen sudah

    sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 10%.

    3. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019 yaitu

    kelurahan terkendala dengan perubahan DPA.

    4. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah

    dilaksanakan yaitu Pasar Murah sudah dilaksanakan di

    bulan puasa dalam bentuk sembako dan PMT berupa roti

    dan susu.

    5. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu penerbitan

    surat keterangan, penerbitan IMB, KTP, KK, legalisasi surat

    pendatang, surat pindah tempat, pengantar SKCK,

    rekomendasi ijin pentas, legalisasi pengantar JKN, legalisasi

    numpang nikah, penerbitan ijin gangguan, surat keterangan

    waris.

    6. Penggunaan dana kelurahan lokasi sudah sesuai dengan

    Musrenbang Kelurahan.

  • 55

    Gambar 2.31 Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan

    di Kecamatan Ngawen

    J. MONEV DI KECAMATAN TODANAN

    Hasil dari Monev di Kecamatan Todanan :

    1. Program dan kegiatan Renja Kec.Todanan sudah sesuai

    dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 33%.

    3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah

    dilaksanakan yaitu Gebyar HAN, rakor penanggulangan

    kemiskinan, gerakan sayang ibu dan anak, kegiatan PHBS,

    pasar murah, dan sosialisasi stunting.

    4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan

    KK, KTP, rekomendasi nikah, SKCK, IMB, Ijin keramaian,

    rekomendasi ijin usaha.

    5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.

  • 56

    6. Keluhan dalam perijinan PATEN yaitu sering tidak adanya

    bahan KTP.

    7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam

    perijinan PATEN yaitu alat untuk rekam iris mata rusak,

    printer rusak.

    Gambar 2.32

    Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan di Kecamatan Todanan

    K. MONEV DI KECAMATAN KEDUNGTUBAN

    Hasil dari Monev di Kecamatan Kedungtuban :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Kedungtuban sudah

    sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019

    sebesar 22,85%.

    3. Permasalahan yang dialami yaitu terkait penanganan

    kemiskinan dan stunting (Desa wado adalah desa miskin).

    4. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah

    dilaksanakan yaitu kegiatan pasar murah, BNPT, PKH, bedah

    kemiskinan (bekerja).

    5. Kendala yang dialami kecamatan yaitu pengaturan dana

    karena bendahara masih baru, kurangnya SDM,

    Permasalahan Blangko KTP, masalah jaringan error saat

    pelayanan masyarakat.

    6. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan

    KTP, KK, SKCK, disposisi nikah, rekomendasi kesenian, reg.

  • 57

    SKTM, reg proposal, rekomendasi surat keterangan waris,

    permohonan nikah.

    7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam

    perijinan PATEN yaitu belum adanya gedung. Harapan

    kecamatan Kedungtuban agar dibantu pengerjaan tempat

    pelayanan (PATEN)

    Gambar 2.33 Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan

    di Kecamatan Kedungtuban

  • 58

    L. MONEV DI KECAMATAN KRADENAN

    Hasil dari Monev di Kecamatan Kradenan :

    1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Kradenan sudah

    sesuai dengan RKPD.

    2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019

    sebesar 13,60%

    3. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu

    Koordinasi kegiatan sosial dan pemebrdayaan masyarakat di

    kecamatan / sudah dilaksanakan dalam bentuk pasar

    murah.

    4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu melayani

    Menerbitkan IMB, perekaman KTP EL, cetak KTP EL,

    memberikan pelayanan pada masyarakat terkait pelayanan.

    5. Jenis kegiatan perijinan yang dilaksanakan di PATEN yaitu

    IMB, IUMK, Ijin keramaian, pentas seni (rekom).

    6. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.

    7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam

    perijinan PATEN yaitu Komputer dan printer, SDM perlu

    pelatihan khusus untuk pelayanan PATEN

    8. Keluhan terkait pelayanan PATEN yaitu material / blangko

    KTP sering terlambat, gangguan jaringan untuk E-KTP

    Gambar 2.34 Monitoring da