Laporan Oklusi.doc
-
Upload
dwi-riski-saputra -
Category
Documents
-
view
324 -
download
20
Transcript of Laporan Oklusi.doc
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Dasar Teori
Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling
berhadapan secara langsung dalam suatu hubungan hubungan biologis yang
dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan
gigi geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses statik
yang hanya dapat diketahui bila seseorang menutup mulut sampai gigi
geliginya dalam keadaan kontak. Tetapi, kita harus pula memahami bahwa
selain faktor gigi geligi masih ada faktor lain yang ikut terlibat dama proses
tersebut. Oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar
sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler, sendi
temporomandibular dan gigi-geligi.
1.1.1 Konsep Dasar Oklusi
A. Oklusi Seimbang (Balanced Occlusion)
Oklusi dikatakan baik/benar, apabila hubungan kontak
antara geligi pada rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB)
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik
dalam keadaan sentrik maupun eksentrik. Konsep ini bertolak dari
pembuatan gigi-tiruan lepasan yang memperhatikan adanya
stabilitas. Keadaan ini akan tercapai bila terdapat keseimbangan
kontak gigi pada sisi kiri dan kanan. Dalam kenyataanya, keadaan
ini jarang ditemukan pada gigi-geligi yang asli. Walaupun
demikian fungsi kunyah tetap berlangsung baik.
(1) Oklusi Morfologik
Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan
antara geligi pada rahang bawah dan rahang atas pada saat
1
gigi tersebut berkontak. Konsep ini menitikberatkan pada
segi morfologiknya saja.
(2) Oklusi Dinamik/Individual/Fungsional
Konsep ini menyatakan bahwa efektifitas
fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan
hirroglyphics (cusp, ridge dan groove ) saja, tetapi
ada keserasian antara komponen yang berperan dalam
proses terjadinya kontak antara geligi tersebut.
Komponen tersebut adlah gigi geligi dan jaringan
pendukungnya. Bila semua komponen dalam keadaan
sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan
baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal.
1.1.2 Oklusi Gigi Geligi
Oklusi ideal dapat diperoleh apabila bentuk hirroglyphics gigi
geligi ideal, tetapi hal ini akan sulit dicapai sebab dalam proses
pemakaianya seringkali gigigeligi tersebut telah mengalami berbagai
perubahan. Berbagai macam perubahan yang dapat terjadi adalah atrisi
dan abrasi.
1.1.3 Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi
pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik yaitu kedua kondisi
berada dalam posisi bilateral simetris didalam fossanya. Sentris atau
tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang
diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak.
Keadaan ini akan berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun
overhanging restoration.
Oklusi gigi geligi secara normal dapat dikelompokkan
menjadai 2 jenis, yaitu:
2
a. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-
geligi dalam keadaan tidak berfungsi.
b. Oklusi dinamik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas dan
rahang bawah pada saat orang melakukan gerakan mandibula ke arah
lateral ataupun ke antero-posterior.
1.1.4 Oklusi Statik
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi-geligi
posterior berada pada posisi cusp to marginal dan cusp fungsional pada
posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat
ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan
milimeter (mm). Jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi
insisivus RA terhadap bidang labial gigi incisivus pertama RB. Tinggi
gigit adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge
RA.
Gambar 2.1 Overjet dan Overbite
1.1.5 Oklusi Dinamik
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, ke depan dan
ke belakang. Oklusi yang terjadi pada pergerakan mandibula ini sering disebut
dengan artikulasi. Pada gerakan lateral akan ditemukan sisi kerja (working side)
yang ditujukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB
dan sisi keseimbangan (Balancing Side).
3
Kontak gigi-geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Intercuspa, Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara
gigi-geligi dengan antagonisnya.
b. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi-
geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun
RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
c. Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi-geligi pada saat
RB digerakan ke anterior.
d. Working Side Contact Position (WSCP), kontak gigi-geligi pada saat
RB digerakan ke lateral.
Selain diklasifikasikan di atas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bilateral Balanced Occlusion, bila gigi-geligi posterior pada sisi kerja dan
sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.
b. Unilateral Balanced Occlusion, bila gigi-geligi posterior pada sisi kerja
dan sisi keseimbangan tidak kontak.
c. Mutually Balanced occlusion. Dijumpai kontak ringan/tidak kontak pada
gigi-geligi anterior, sedang pada gigi-geligi posterior tidak kontak.
d. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat diklompokkan dalam klasifikasi di
atas.
1.1.6 Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi Sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila,
yang menunjukan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari
oklusi sentris atau kondili terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi
masih memungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan
kontak ini gigi-geligi dalam keadaan ICP atau dapat dikatakan bahwa ICP
berada pada posisi RCP.
4
1.1.6.1 Jarak Inter-Oklusal
Jarak antara oklusal premolar RA dan RB dalam keadaan
istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-otot
pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukan otot-otot
kelompok elevator dan depresor tonus dan kontraksinya dalam
keadaan seimbang, dan kondili dalam keadaan netral atau tidak
tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu.
Gambar 2.2 Posterior Speaking Space
5
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Tabel Hasil Pengamatan
2.1.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi
2.1.1.1 Pemeriksaan Oklusi Statik
Jenis Kelamin Orang
CobaPosisi oklusi Sisi kanan Sisi kiri
P-1Cups to marginal ridge
8 7
8 7
7
7
Cups to fossa
7
7
P-2Cups to marginal ridge
6 4
6 4
3 4 5 6 7
3 4 5 6 7
Cups to fossa
8 7
8 7
2.1.1.2 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Jenis Kelamin Orang
CobaHubungan gigi geligi posterior
P-14 5 6
4 5 6
P-24 5 6 7
4 5 6 7
2.1.1.3 Pemeriksaan Overbite dan overjet
Jenis Kelamin Orang
CobaOverbite Overjet
P-1 1/1=1 mm 1/1=3 mm 2/2=3 mm
6
P-2 1/1=1 mm 1/1=2,5 mm 2/2=1mm
2.1.1.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal
GerakanOrang
CobaNormal Hambatan
Oklusi sentrik
Pi
Relasi sentris ke oklusi sentris
Pergerakan mandibula ke
anterior
2.1.1.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal
Orang Coba Gerakan OklusiGigi geligi yang mengalami kontak
prematur
Pi
ICP7
7
RCP6 6
6 6
PCP5
5
2.1.2 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi
2.1.1.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik
Jenis Kelamin Orang
CobaJarak gigi saat oklusi sentris Jarak gigi saat relasi sentris
Perempuan I1=3 mm I2=2,5 mm I1=5 mm I2=4 mm
Jenis Kelamin Orang
CobaJarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP (cm)
Perempuan 2 mm
7
2.1.1.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position
Jenis Kelamin Orang
CobaFree way space (mm)
L 1 mm
P 2 mm
2.1.1.3 Pemeriksaan Oklusai Dinamik/Artikulasi
Jenis Kelamin Orang
Coba
Oklusi geligi pada
sisi kerja
Oklusi geligi pada
keseimbangan
L6
6
6
6
P7
7
7
7
Jenis Kelamin Orang
Coba
Pola Oklusi (BBO/UBO/MPO/tidak
dikasifikasikan)
L BBO
P BBO
2.2 Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah setelah RCP rahang masih dapat digerakkan ke posisi lebih
posterior?
Jawab : Saat RCP, gigi geligi tidak dapat digerakkan lagi ke posisi lebih posterior.
Karena apabila dipaksa digerakkan ke posisi lebih posterior, maka rahang akan
terasa sakit atau nyeri.
Retruded Contact Posisition (RCP) atau bisa disebut Centric Relation adalah
kontak makasimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke
posterior dari Intercuspal Contact Posisitio ( ICP ). RCP yaitu posisi kontak di
8
mana rahang bawah bergerak kebawah dan posterior; Holding cusp gigi-gigi
bawah meluncur pada mesial incline yang terletak di belakang cusp rahang atas,
namun rahang bawah masih bisa bergerak secara terbatas ke lateral. Dengan
demikian apabila rahang dipaksa digerakkan ke posisi lebih posterior, maka
rahang akan terasa sakit atau nyeri.Pada posisi ini mandibula hanya dapat
digerakkan secara terbatas.
2. Pada keadaan normal tanda ada pergerakan rahang oklusi umumnya terjadi
kontak gigi-geligi RA dan RB yang bagaimana?
Jawab : Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh
gigigeligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabilagigi –
geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.Oklusi gigi-gigi
secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis,yaitu(1)oklusi statik merupakan
hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan
tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi
(statik), dan(2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB
pada saat orang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral ataupun ke antero-
posterior.
Oklusi dikatakan normal jika:
a. Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi
dan minimal overbite dan overjet
b. Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar 1
mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di embrasure
antara molar 1 dan 2 mandibula dan seluruh jaringan periodontal secara
harmonis dengan kepala dan wajah.
3. Hubungan terbanyak antara gigi RA dan RB adalah kontak yang bagaimana?
(ICP, RCP, atau PCP)?
Jawab : Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hubungan terbanyak antara
gigi rahang atas dan rahang bawah adalah kontak RCP ( Retruded Contact
Posisition).
9
4. Pada orang normal, pada oklusi terbanyak adalah UBO, BBO, atau MPO? Jawab : Pada orang normal oklusi terbanyak adalah Bilateral Balanced Occlusion ( BBO)
5. Berapa besar Free way space normal?Jawab :a. Free Way Space pada anak-anak umumnya 2-6 mmb. Free Way Space pada orang dewasa menurut Heartwell Jl(1974)
mengatakan bahwa besarnya free way space 3 mm pada posisi kepala tegak.
6. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami Cusp to margin ?
Jawab : Gigi gigi posterior yang megalami cusp to marginal saat oklusi statik
adalah gigi premolar.
7. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami Cusp to fossa ?
Jawab : Gigi gigi posterior yang mnegalami cusp to fossa adalah gigi gigi
molar
8. Untuk mencapai posisi working side, dimana posisi cusp gigi posterior RB?
Jawab : Untuk mencapai posisi working side, posisi cusp gigi posterior RB
berkontak dengan cusp gigi posterior RA, dimana cusp mesio bukal RB gigi
posterior, berkontak dengan gigi posterior RB pada posisi mesio-bukalnya.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi – geligi
3.1.1 Pemeriksaan Oklusi Statik
Oklusi statis adalah hubungan atau kontak yang statis antara gigi rahang
atas dengan rahang bawah. Pada oklusi ini hubungan cusp fungsional gigi geligi
posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal dan cusp fungsional pada
posisi cusp to fossa. Sedang hubungan gigi geligi anterior ditemukan adanya
overbite dan overjet.
Pada percobaan ini orang coba dalam posisi duduk dengan bidang oklusal
sejajar dengan lantai. Selanjutnya instruksikan untuk membuka kemudian
menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang bersentuhan. Selanjutnya
meletakkan articulating paper pada permukaan oklusal gigi posterior,
instryksikan orang coba menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang
menyentuh,lakukan 3-5 kali
Berdasarkan tabel pengamatan hasil percobaan yang telah dilakukan,
terlihat posisi oklusi cusp to marginal ridge pada sisi kanan untuk orang coba
pertama adalah gigi M3 dan gigi M2, sedang pada sisi kiri hanya gigi M2 saja.
Untuk posisi cusp to fossa adalah gigi M2. Pada orang coba kedua posisi oklusi
cusp to marginal ridge sisi kanan adalah gigi P1 dan M1. Sisi sebelah kiri adalah
M1 dan M2.
3.1.2 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Pada pemeriksaan oklusi sentrik ini orang coba dalam posisi duduk dengan
tenang, dengan posisi bidang oklusi sejajar lantai. Kemudian instruksikan untuk
membuka mulut lalu menutupkan mulut sampai gigi pada kedua rahang saling
menyentuh (ICP). Orang coba menggerakan RB ke posisi kontak maksimal
seposterior mungkin (sentrik/RCP), namun rahang bawah masih mampu bergerak
ke lateral tanpa disertai rasa nyeri.
11
Pada percobaan ini, kami menggunakan orang coba dengan jenis kelamin
sama yaitu perempuan. Pada orang coba 1 hubungan gigi-geligi posterior adalah
pada gigi P1, P2, dan M1. Sedangkan pada orang coba 2 hubungan gigi geligi
sampai dengan M2. Secara garis besar sama namun pada orang coba 1 gigi M2
belum tumbuh sehingga hanya sampai pada M1 saja.
3.1.3 Pemeriksaan Overbite dan Overjet
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran overjet dan overbite. Overjet
atau jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap
bidang labial gigi incisivus pertama RB. Sedangkan Overbite atau tinggi gigit
adalah jarak vertical antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Overbite dan
overjet normal yaitu sekitar 2 – 4 mm. Berdasarkan percobaan didapatkan overjet
pada orang coba 1 dikatakan normal karena berjarak 3 mm. Sedangkan untuk
overbite orang coba 1, overjet dan oberbite orang coba 2 kecil. Hal ini
dikarenakan perawatan orthodontic.
Gambar 3.1 Overbite dan overjet
3.1.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal
oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus
central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung
antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.
12
Pada percobaan ini, kami mengamati ketika orang coba melakukan oklusi
sentris, pergerakan relasi sentris ke oklusi sentris, pergerakan mandibula ke
anterior dan ke segala arah, ketika orang coba melakukan ICP,RCP dan PCP.
Berdasarkan percobaan didapatkan untuk oklusi sentrik, relasi sentris ke
oklusi sentris dan pergerakan mandibula ke anterior pada orang coba semuanya
normal. Untuk gerakan oklusi ICP, gigi geligi yang mengalami kontak prematur
adalah pada gigi M2 kanan. Pada gerakan oklusi RCP, gigi geligi yang mengalami
kontak prematur adalah gigi M1 pada sisi kanan dan kiri. Sedangkan pada gerakan
oklusi PCP, gigi geligi yang mengalami kontak prenatur adalah gigi P2 kiri.
3.2 Pemeriksaan Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
3.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik
Pada percobaan ini, kami mengukur jarak gigit orang coba dengan
menggunakan jangka sorong, selanjutnya instruksikan untuk menggerakan
mandibula ke belakang dengan cara orang coba diminta untuk menggerakan RB
ke posisi paling posterior, instruksikan untuk mempertahankan posisi ini.
Selanjutnya catat jarak horizontal insisal incisive RA terhadap bidang labial
incisive RB dengan jangka sorong. Instruksikan orang coba untuk membuka
mulut, dianjurkan menutup mulut sampai giginpada kedua rahang menyentuh
(ICP), pertahankan posisi ini. Kemudian memberi tanda garis dengan pensil tinta
pada permukaan gigi premolar pertama RA yang bersambung ke RB kanan dan
kiri. Kemudian orang coba menggerakan RB ke posisi kontak maksimal
seposterior mungkin(RCP) namun masih bisa bergerak ke lateral tanpa rasa
nyeri. Catat berapa mm jarak pergeseran ICP dan RCP.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan jarak gigit saat oklusi sentris
pada gigi I1 dan I2 adalah 3 mm dan 2,5 mm. Sedangkan jarak gigit saat relasi
sentris untuk gigi I1 5 mm dan untuk gigi I2 4 mm. Jarak pergeseran dari posisi
ICP ke RCP adalah 2 mm.
13
3.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position
Orang coba melakukan posisi istirahat dan mandibula dalam keadaan
rileks dan posisi tegak lurus, dalam posisi non oklusal mandibula yaitu posisi
physiological rest position, selanjutnya perhatikan otot-otot harus dalam keadaan
istirahat. Usahakan untuk membuka kedua bibir orang coba tanpa menimbulkan
gerakan pada rahangnya. Kemudian mulai mengukur jarak oklusal sebagai free
way space. Selisih antara dimensi vertical saat gigi geligi beroklusi dan saat
mandibula istirahat disebut freeway space. Range freeway space normal adalah
berkisar 2-4 mm. dimensi vertical fisiologis adalah jarak vertical antara 2 titik
pada maksila mandibula yang telah ditentukan saat kepala dalam posisi tegak, otot
– otot rahang dalam keadaan istirahat, dan kondilus dalam posisi netral. Gunanya
adalah untuk menentukan jarak vertical antara permukaan gigi geligi yang
beroklusi pada galangan gigit oklusal atau puncak sisa prosesus alveolaris
(residual ridge). Dimensi vertical oklusi adalah jarak vertical antara 2 titik pada
maksila dan mandibula yang telah ditentukan saat otot- otot rahang dalam keadaan
kontraksi dan gigi geligi beroklusi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,pada orang coba dengan jenis
kelamin laki-laki memiliki freeway space 1 mm. Pada orang coba dengan jenis
kelamin perempuan memiliki freeway space 2 mm, hal ini dikatakan normal
karena freeway space normal adalah berkisar 2-4 mm. Namun pada orang coba
dengan jenis kelamin laki-laki freeway spacenya belum dikatakan normal karena
dibawah 2-4 mm.
Gambar 3.2 Freeway space
14
3.2.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamikn/Artikulasi
Pada posisi duduk dengan tenang, orang coba diminta menggerakan RB ke
lateral sampai didapatkan cusp bukal RA dan RB bersentuhan. Kemudian
instruksikan orang coba untuk melakukan gerakan gerakan RB ke lateral, tentukan
sisi kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing side). Selanjutnya
tentukan pola oklusinya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada orang coba 1 oklusi gigi
pada working side gigi M1 RA dan RB sisi kiri, oklusi gigi pada balanced side
gigi M1 RA dan RB pada sisi kanan. Sedangkan untuk orang coba 2 oklusi gigi
pada sisi oklusi gigi M2 RA dan RB sisi kiri, untuk oklusi geligi pada sisi
keseimbangan sama hanya saja pada sisi kanan.
Pada pola oklusi orang coba 1 dan 2 mendapatkan hasil yang sama, yaitu
BBO yaitu gigi geligi posterior pada sisi kerja maupun keseimbangan, keduanya
dalam keadaan kontak.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Oklusi adalah hubungan timbal balik dari permukaan gigi bawah dan gigi
atas lawannya yang terjadi selama ada gerakan mandibula sehingga ada
kontak yang penuh antara lengkung gigi atas dan lengkung bawah.
2. Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu oklusi ideal dan oklusi normal
3. Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara
komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar
geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan
ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula.
4. Oklusi normal dikelompokan dalam 2 jenis yaitu oklusi statik dan
dinamik.
5. Oklusi dikatakan normal jika:
Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal
interdigitasi dan minimal overbite dan overjet
Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal
molar 1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di
embrasure antara molar 1 dan 2 mandibula dan seluruh jaringan
periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain:
Variasi genetik
Perkembangan gigi-geligi secara acak
Adanya gigi-gigi supernumerary
Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
Trauma
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog
Stomatognatik. Jember: Unej
2. Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia.
Jember : Bag. Biomedik Lab Fisiologi Manusia FKG Universitas Jember.
3. Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.
4. Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and
Occlusion. New Delhi: Jaypee Brothers Publishers
5. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-
35.
6. Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi
Restoratif. Surabaya : Airlangga University Press.
7. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
17