Laporan Mixing and Blending
-
Upload
nugraha-teguh -
Category
Education
-
view
73 -
download
5
Transcript of Laporan Mixing and Blending
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015
MODUL : Pengadukan dan Pencampuran
PEMBIMBING : Ir. Rintis Manfaati, MT.
Oleh :
Kelompok : I
Nama : Amanda Putri 131411032
Lulu Fauziyyah Arisa 131411041
Teguh Nugraha 131411053
Kelas : 2B
PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
Tanggal Praktikum : 6 Mei 2015
Tanggal Penyerahan : 18 Mei 2015
Laporan
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga
menimbulkan reduksi gerakan pada bahan, biasanya terjadi pada suatu
tempat seperti bejana. Gerakam hasil reduksi tersebut mempunyai pola
sirkulasi. Akibat yang ditimbulkan dari operasi pengadukan adalah terjadinya
pencampuran (mixing) dari satu atau lebih komponen yang dicampurkan,
yaitu membuat suspense, blending, disperse dan mendorong terjadinya
transfer panas dari bahan ke dinding tangki
Pada industry kimia seperti proses katalis dari hidrogenasi, pengadukan
mempunyai beberapa tujuan sekaligus. Pada bejana hidrogenasi gas
hydrogen disebarkan melewati fasa cair dimana partikel padat dari katalis
tersuspensi. Pengadukan juga dimaksudkan untuk menyebarkan panas dari
reaksi yang dipindahkan melalui cooling coil dan jaket
Contoh lain pemakaian operasi pengadukan dalam industry adalah
pencampuran pulp dalam air untuk memperoleh “larutan” pulp. Larutan pulp
yang sudah homogeny disebarkan ke mesin pembuat kertas menjadi lebaran
kertas setelah proses filtrasi vakum dan dikeringkan.
I.2 Tujuan
1. Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki
2. Menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk
3. Membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam
pencampuran sampai homogen.
4. Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan
BAB 2
LANDASAN TEORI
I.3 Tangki Pancampuran (Mixing)
Alat pencampur fasa padat ke fasa cair jenis ini diperuntukkan untuk
memperoleh campuran dengan viskositas rendah, biasanya berupa tangki
pencampur beserta perlengkapannya. Dimensi tangki/vessels, jenis
pengaduk/impeller, kecepatan putar pengaduk, jenis pengaduk, jumlah
penyekat/buffle, letak impeller beserta dimensinya bergantung dari kapasitas
dan jenis dari bahan yang dicampurkan.
I.4 Bagian-bagian Alat Pencampuran
Bagian-bagian dari unit alat pencampur ini terdiri dari:
Tangki/vessel, merupakan wadah untuk pencampuran berbentuk silinder
dengan bagian bawah melengkung/dome atau datar
Penyekat/buffle, berbentuk batang yang diletakkan dipinggir tangki
berguna untuk meghindari vortex dan digunakan untuk mempoloakan
aliran menjadi turbulen. Jumlah baffle biasanya 3, 4 atau 6 buah dengan
ukuran 1/12 diameter tangki.
Pengaduk/impeller, digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari
impeller beragam disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan.
Jenis-jenis impeller yang umumnya adalah digunakan adalah:
- Tree-blades/ marine impeller digunakan untuk pencampuran dengan
bahan dengan viskositas rendah dengan putaran yang tinggi,
- Turbine with flat vertical blades impeller digunakan untuk cairan kental
dengan viskositas tinggi,
- Horizontal plate impeller digunakan untuk zat berserat dengan sedikit
terjadinya pemotongan,
- Turbine with blades are inclined impeller paling cocok digunakan untuk
tangki yang dilengkapi jaket pemanas,
- Curve bade Turbines impeller efektif untuk bahan berserat tanpa
pemotongan emulsi,
- Cage beaters impart impeller cocok digunakan untuk pemotongan dan
penyobekan
- Anchore paddle impeller digunakan campuran dengan viskositas
sangat tinggi berupa pasta.
I.5 Ukuran dan letak (impeller)
Ukuran impeller biasanya berkisar antara 0,3-06 kali diameter tangki
sedangkan letak impeller tergantung pada dimensi vessel vskosias campuran
yang diaduk. Tata letak dari impeller seperti pada tabel.1 dibawah ini:
Tabel.1 Tata Letak Impeller dalam Vessel
Viscosity
CP
Max Level
H/dt
Jumlah
Impeller
Letak Impeller
Bawah Atas
<25.000 1,4 1 H/3 -
<25.000 2,1 2 Dt/3 2/3 h
>25.000 0,8 1 H/3 -
>25.000 1,6 2 Dt/3 2/3 h
Ket: h = tinggi vessel; Dt = diameter vessel
Letak impeller untuk tangki dengan menggunakan buffle biasanya di tengah/center, karena
pola turbulensi yang dikehendaki akan terbentuk dengan adanya buffle. Untuk tangki tanpa
menggunakan buffle, letak pengaduk sangat mempengaruhi pola aliran yang dihasilkan. Biasanya
untuk menghindari adanya vortex aliran fluida karena pengadukan tangki tanpa buffle meletakkan
pengaduk tidak tepat ditengah/tidak senter dengan tangki.
I.6 Pola Aliran dan Bentuk Pengaduk
Pola letak dari pengaduk dari tangki tanpa menggunakan buffle dapat
diperlihatkan gambar di bawah:
Gambar 1. Tangki Dengan Posisi Pengaduk Tidak Senter
Gambar 2. Macam-Macam Pola Aliran Dalam Tangki
Gambar 3. Macam-macam Bentuk Pengaduk
Keterangan :
Atas : Tree Blade / marine Propeller, Glassed steel Impeller, Curved blade Turbine
Bawah: Turbine with blade incline 450, Horizontal plate with impeller blade Turbine,
Ancorimpeller
I.7 Waktu Pencampuran
Impeller yang berputar akan menghasilkan efek pencampuran, biasanya putaran tinggi
menghasilkan aliran lebih bergolak sehingga menghasilkan efek pencampuran lebih efektif.
Adanya buffle akan mengakibatkan aliran berbelok arah dari tepi dinding menuju pusat tangki,
sehingga menyebabkan efek pencampuran bertambah efektif. Waktu pencampuran secara umum,
diberikan oleh Norwood dan Metzner adalah:
f t=tT (n D a
2)2/3 g1 /6
H 1 /2 Dt
= n tT [ D a
Dt ]2
[ Dt
H ]1 /2
[ gn2 Da
]1 /6
Untuk pengaduk propeler,
f t=tT (n D a
2)2/3 g1 /6
H 1 /2 Dt
= n tT [ Da
Dt ]3 /2
[ Dt
H ]1 /2
[ gn2 Da
]1 /6
Dimana:
Da = diameter pengaduk (m)
Dt = diameter tangki (m)
H =tinggi tangki (m)
ntT =mixing time factor
g =percepatan gravitasi (m/s2)
n =kecepatan putar (rpm)
ft = blending time factor
Mixing time factor dapat diperkirakan dari gambar grafik dibawah
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Susunan Alat yang Dipergunakan
Gambar 4. SusunanReaktorPengaduk
Alat Ukuran / kuantitas
Tangkiberpengaduk 1 buah
Stopwatch 1 buah
Tachometer 1 buah
Viscotester 1 buah
Piknometer 1 buah
Gelaskimia 250 ml /2 buah
Gelasukur 50 Ml
Bahan Ukuran / kuantitas
Tepung kanji
Aquadest
NaOH M
Indicator pp
H2SO4 M
Air keran
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pola Aliran Dari Pengadukan
a. Masukkan ± 15 liter air kedalam bejana/ tangki.
b. Masukkan cengkeh/ kacang hijau secukupnya (sedikit) dalam tangki
c. Nyalakan pengaduk dengan kecepatan putar pada skala 1.
d. Gambar pola aliran yang terjadi dalam tangki.
e. Ulangi langkah c dan d untuk kecepatan putaran lain sebanyak 7 variasi.
3.2.2 Waktu Pengadukan
a. Timbang 500 gram tepung kanji, kemudian larutkan dalam 2 liter air panas/ mendidih ke
dalam ember.
b. Masukkan ± 15 liter air kedalam ember yang telah berisi larutan kanji.
c. Saring larutan kanji dan tambahkan indicator p.p. 5 ml
d. Tentukan massa jenis (ρ), suhu (T) dan viskositas larutan(μ)
e. Tambahkan 30 ml NaOH 2M dan atur kecepatan motor bersamaan dengan pengaduk pada
80 rpm.
f. Catat waktu bila perubahan warna campuran telah merata.
g. Netralkan campuran dengan menambahkan 30 ml larutan H2SO4 2M dan bersamaan
dengan start stopwatch dihidupkan, catat waktu penetralan.
h. Setelah itu tentukan harga massa jenis (ρ), suhu (T) dan viskositas larutan(μ).
i. Ulangi percobaan a-h dengan kecepatan pengadukan 100, 120, 140, 160 rpm.
3.3 Keselamatan Kerja
a. NaOH dan H2SO4 bersifat korosif dan dapat mengiritasi. Apabila mengenai kulit dapat
menyebabkan luka dan bila terhisap dapat mengganggu pernapasan.
b. Gunakan jas praktikum, sarung tangan, masker yang dapat melindungi dari bahan kimia.
c. Apabila terkena bahan tersebut harus segera dicuci dengan air sampai bersih.
BAB 4
HASIL PERCOBAAN
4.1. Data Pengamatan
A. Pola aliran hasil pengadukan Tipe pengaduk yang digunakan : Tree Blade/Marinne Propeller Diameter pengaduk (Da) : 11 cm = 0,11 m Diameter tangki (Dt) : 30 cm = 0,3 m
Kalibrasi Kecepatan Putar Propeller
Skala Rpm1,5 97,42 121,4
2,5 149,63 174,9
3,5 199,1
B. Waktu pengadukan Data Pengamatan Kecepatan 1: Larutan Encer
Kecepatan putaran (rpm)
t1 (t NaOH,detik)
t2 (t H2SO4,detik)
Temperature (oC)
Densitas (gr/ml)
97,4 70 52 26,8 1,016121,4 52 40 26,2 1,035149,6 45 37 26,2 1,030174,9 30 26 26 1,036199,1 10 12 26 1,030
Data pengamatan Kecepatan 2 : Larutan Encer
Kecepatan putaran (rpm)
t1 7(t
NaOH,detik)
t2 (t H2SO4,detik)
Temperature (oC)
Densitas (gr/ml)
97,4 57 54 26,8 1,016121,4 48 44 26,2 1,035149,6 46 38 26,2 1,030174,9 33 22 26 1,036199,1 11 9 26 1,030
Data Kecepatan Pengadukan Rata-rata : Larutan encer
Kecepatan putaran (rpm)
t1 (t NaOH,detik)
t2 (t H2SO4,detik)
Temperature (oC)
Densitas (gr/ml)
97,4 63,5 53 26,8 1,016121,4 50 42 26,2 1,035149,6 45,5 37,5 26,2 1,030174,9 31,5 24 26 1,036199,1 10,5 10,5 26 1,030
Data Pengamatan Kecepatan 1: Larutan Pekat (Kanji)
Kecepatan putaran (rpm)
t1 (t NaOH,detik)
t2 (t H2SO4,detik)
Temperature (oC)
Densitas (gr/ml)
97,4 76 55 28,8 1,840121,4 59 47 28,4 1,840149,6 50 41 28,3 1,840174,9 38 33 28 1,840199,1 16 11 28 1,840
Data pengamatan Kecepatan 2 : Larutan Pekat (Kanji)
Kecepatan putaran (rpm)
t1 7(t
NaOH,detik)
t2 (t H2SO4,detik)
Temperature (oC)
Densitas (gr/ml)
97,4 60 56 28,8 1,840121,4 53 49 28,4 1,840149,6 50 42 28,3 1,840174,9 39 31 28 1,840199,1 10 13 28 1,840
Data Kecepatan Pengadukan Rata-rata : Larutan Pekat (Kanji)
Kecepatan putaran (rpm)
t1 (t NaOH,detik)
t2 (t H2SO4,detik)
Temperature (oC)
Densitas (gr/ml)
97,4 68 55,5 28,8 1,840121,4 56 48 28,4 1,840149,6 50 41,5 28,3 1,840174,9 38,5 32 28 1,840199,1 13 12 28 1,840
4.2 PENGOLAHAN DATA4.2.1 Tabel Hasil Perhitungan Pada Larutan Encer
Kecepatan
putar (rpm)
Reynold Number Blending time t1(t NaOH,detik)
t2(t H2SO4,detik)
t 1 t 2 t 1 t 297,4 750,61 1118,77 146,92 99,39 63,5 53
121,4 935,57 1394,45 130,50 87,85 50 42149,6 1152,89 1718,36 82,40 59,92 45,5 37,5174,9 1347,87 2008,97 71,10 49,72 31,5 24199,1 1534,36 2286,94 61,29 38,82 10,5 10,5
0 10 20 30 40 50 60 700
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
f(x) = − 15.0965318808469 x + 1751.14058161004R² = 0.94411098061747
Waktu Pengadukan (s)
Bila
ngan
Rey
nold
(NRe
)
Grafik 1. Grafik Reynold Number terhadap waktu pengadukan NaOH encer
0 10 20 30 40 50 600
500
1000
1500
2000
2500
f(x) = − 27.8475737795348 x + 2635.60696423646R² = 0.968050810171518
Waktu Pengadukan (s)
Bila
ngan
Rey
nold
(NRe
)
Grafik 2. Grafik Reynold Number terhadap waktu pengadukan Asam Sulfat encer
0 10 20 30 40 50 60 700
20
40
60
80
100
120
140
160
f(x) = 1.66172636632201 x + 31.6406000738552R² = 0.778516415412921
Waktu Pengadukan (s)
Blen
ding
Tim
e
Grafik 3. Grafik Blending Time terhadap waktu pengadukan NaOH encer
0 10 20 30 40 50 600
20
40
60
80
100
120
f(x) = 1.46444791762435 x + 18.2274395513469R² = 0.888111272192492
Waktu Pengadukan (s)
Blen
ding
Tim
e
Grafik 4. Grafik Blending Time terhadap waktu pengadukan H2SO4 encer
4.2.2 Tabel Hasil Perhitungan Pada Larutan Pekat
Kecepatan
putar (rpm)
Reynold Number Blending time t1(t NaOH,detik)
t2(t H2SO4,detik)
t 1 t 2 t 1 t 297,4 232,33 346,29 22,182 16,645 68 55,5121,4 289,58 431,62 14,44 10,314 56 48149,6 356,85 531,87 9,361 6,552 50 41,5174,9 417,20 621,82 6,327 4,049 38,5 32199,1 474,92 707,86 4,4676 2,9784 13 12
Grafik 1. Grafik Reynold Number terhadap waktu pengadukan NaOH (larutan pekat)
0 10 20 30 40 50 600.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
f(x) = − 8.28959754047595 x + 841.23918702999
Waktu Pengadukan
Nre
10 20 30 40 50 60 70 800.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
500.00f(x) = − 4.46422226051 x + 555.512023949001
Waktu Pengadukan (s)
Nre
Grafik 2. Grafik Reynold Number terhadap waktu pengadukan Asam Sulfat(larutan pekat)
10 20 30 40 50 60 70 800
2
4
6
8
10
12f(x) = NaN x + NaNR² = 0
Waktu Pengadukan
Blen
ding
Tim
e
Grafik 3. Grafik Blending Time Factor terhadap waktu pengadukan NaOH (larutan pekat)
0 10 20 30 40 50 600.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
f(x) = 0.286414916393878 x − 2.71880383968858R² = 0.754109647492061
Waktu pengadukan
Blen
ding
Tim
e
Grafik 4. Grafik Blending Time Factor terhadap waktu pengadukan Asam Sulfat (larutan pekat)
Lampiran
1) SLURRY ENCER
μencer : 2,6 x 10-3kg/ms
ρ encer : 1,2345 kg/L
1. Menghitung bilangan Reynold ( ENCER ) t 1 (t NaOH)
kecepatan putaran 97,4 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 ( 97,4 rpm )(1,2345
kgm3
)
2,6 x10−3 kg
ms
¿750,61 kecepatan putaran 121,4 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (121,4 rpm )(1,2345
kgm 3
)
2,6 x10−3 kg
ms
¿935,57 kecepatan putaran 149,6 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (149,6 rpm )(1,2345
kgm3
)
2,6 x 10−3 kg
ms
¿1152,89 kecepatan putaran 174,9 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (174,9 rpm )(1,2345
kgm3
)
2,6 x 10−3 kg
ms
¿1347,87 kecepatan putaran 199,1 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (199,1 rpm )(1,2345
kgm3
)
2,6 x 10−3 kg
ms
¿1534,36
t 2 (t H2SO4) kecepatan putaran 97,4rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 ( 97,4 rpm )(1,84
kgm3
)
2,6 x10−3 kg
ms
¿1118,77 kecepatan putaran 121,4 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (121,4 rpm )(1,84
kgm3
)
2,6 x10−3 kg
ms
¿1394,45 kecepatan putaran 149,6 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (149,6 rpm )(1,84
kgm 3
)
2,6 x10−3 kg
ms
¿1718,36 kecepatan putaran 174,9 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (174,9 rpm )(1,84
kgm 3
)
2,6 x 10−3 kg
ms
¿2008,97 kecepatan putaran 199,1 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (199,1 rpm )(1,84
kgm3
)
2,6 x 10−3 kg
ms
¿2286,94
2. Menghitung Blending time factor t 1 (t NaOH)
kecepatan putaran 97,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1700 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
97 , 42 x0 , 11 ]1/6
= 146,920
kecepatan putaran 121,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1625 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
121, 42 x 0 ,11 ]1/6
= 130,497
kecepatan putaran 149,6 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1100 [ 0 ,110,3 ]3 /2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
149 , 62 x 0 ,11 ]1/6
= 82,395
kecepatan putaran 174,9 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1000 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
174 , 92 x 0 ,11 ]1/6
= 71,103
kecepatan putaran 199,1 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 900 [ 0 , 110,3 ]3 /2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
199 ,12 x 0 ,11 ]1 /6
= 61,287
t 2 (H2SO4) kecepatan putaran 97,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1150 [ 0 ,110,3 ]3 /2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
97 , 42 x 0 ,11 ]1/6
= 99,387
kecepatan putaran 121,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1094 [ 0 ,110,3 ]
3 /2
[ 0,30,9 ]
1/2
[ 9,8
121 , 42 x 0 ,11 ]1 /6
= 87,854
kecepatan putaran 149,6 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 800 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1 /2
[ 9,8
149 , 62 x0 ,11 ]1/6
= 59,924
kecepatan putaran 174,9 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 700 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
174 , 92 x 0 ,11 ]1/6
= 49,772
kecepatan putaran 199,1 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 570 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
199 ,12 x 0 ,11 ]1/6
= 38,815
2) SLURRY PEKAT
μpekat : 8,4 x 10-3kg/ms
ρ pekat : 1,2345 kg/L
1. Menghitung bilangan Reynold (PEKAT) t 1 (t NaOH)
kecepatan putaran 97,4 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 ( 97,4 rpm )(1,2345
kgm3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿232,332 kecepatan putaran 121,4 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (121,4 rpm )(1,2345
kgm 3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿289,581
kecepatan putaran 149,6 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (149,6 rpm )(1,2345
kgm3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿356,847 kecepatan putaran 174,9 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (174,9 rpm )(1,2345
kgm3
)
8,4 x 10−3 kg
ms
¿417,196 kecepatan putaran 199,1 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (199,1 rpm )(1,2345
kgm3
)
8,4 x 10−3 kg
ms
¿474,922
t 2 (t H2SO4) kecepatan putaran 97,4rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 ( 97,4 rpm )(1,84
kgm3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿346,287 kecepatan putaran 121,4 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (121,4 rpm )(1,84
kgm3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿431,615 kecepatan putaran 149,6 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (149,6 rpm )(1,84
kgm 3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿531,874
kecepatan putaran 174,9 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (174,9 rpm )(1,84
kgm 3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿621,824 kecepatan putaran 199,1 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,1274 m )2 (199,1 rpm )(1,84
kgm3
)
8,4 x10−3 kg
ms
¿707,862
3. Menghitung Blending time factor t 1 (t NaOH)
kecepatan putaran 97,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 4000 [ 0 ,110,3 ]3 /2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
97 , 42 x 0 ,11 ]1/6
= 22,182
kecepatan putaran 121,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 3500 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
121, 42 x 0 ,11 ]1/6
= 14,44
kecepatan putaran 149,6 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 3000 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
149 ,62 x0 , 11 ]1/6
= 9,361
kecepatan putaran 174,9 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 2500 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
174 , 92 x 0 ,11 ]1/6
= 6,327
kecepatan putaran 199,1 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 2100 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
199 ,12 x 0 , 11 ]1/6
= 4,4676
t 2 (H2SO4) kecepatan putaran 97,4 rpm
= 3000 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
97 , 42 x0 , 11 ]1/6
= 16,645
kecepatan putaran 121,4 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 2500 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
121, 42 x 0 ,11 ]1/6
= 10,314
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
kecepatan putaran 149,6 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 2100 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
149 ,62 x0 , 11 ]1/6
= 6,552
kecepatan putaran 174,9 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1600 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
174 , 92 x 0 ,11 ]1/6
= 4,049
kecepatan putaran 199,1 rpm
f t=tT (nDa2 )2/3 g1/6
H1/2 Dt= ntT [ Da
Dt ]3/2
[ DtH ]
1/2
[ g
n2 Da ]1/6
= 1400 [ 0 , 110,3 ]3/2 [ 0,3
0,9 ]1/2
[ 9,8
199 ,12 x 0 ,11 ]1/6
= 2,9784
BAB 5
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan Oleh Amanda Putri (131411032)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengadukan dan pencampuran terhadap dua larutan, yaitu larutan encer dan larutan pekat yang sudah ditambahkan tepung kanji ke dalamnya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daerah rezim aliran serta
waktu yang diperlukan dalam pencampuran sampai homogen dengan membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengkalibrasi kecepatan putaran(rpm) dengan menggunakan larutan encer (air keran). Hal ini bertujuan untuk memperoleh nilai kecepatan putaran berdasarkan skala yang telah ditetapkan. Setelah itu dilakukan percobaan pengadukan dan perncampuran pertama terhadap larutan encer dan kemudian percobaan kedua dengan menggunakan larutan pekat.
Pada percobaan pertama digunakan larutan encer yang terdiri dari air keran sajayang dimasukkan ke dalam tangki berpengaduk, kemudian ditambahkan 15ml asam sulfat dengan konsentrasi 2M dan ditambahkan indikator phenolphtalein sebagai penanda perubahan warna. Kecepatan putaran di atur pada skala1 dengan nilai kecepatan putaran sebesar 97,4. Kondisi awal larutan adalah tidak berwarna kemudian ketika ditambahkan 30 ml larutan NaOH dengan konsentrasi 2M warna larutan berubah menjadi merah muda dan dibutuhkan waktu selama 70 detik untuk membuat warna larutan menjadi homogen. Densitas larutan di ukur dengan menggunakan piknometer dan diperoleh densitas awal sebesar 1,016gram/ml. Kemudian ke dalam larutan yang telah diukur densitasnya ditambahkan kembali 15ml larutan asam sulfat dengan konsentrasi sebesar 2M sehingga warna larutan berubah kembali menjadi tidak berwarna. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna larutan menjadi tidak berwarna adalah sebesar 52 detik. Suhu yang terukur pada data pertama adalah sebesar 26,8 oC. Hal yang sama dilakukan dengan variasi nilai kecepatan putaran sebesar 121,4; 149,6; 174,9; 199,1rpm. Semakin besar nilai kecepatan putaran yang ditetapkan dalam pengadukan dan pencampuran maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk membuat larutan tersebut menjadi homogen.
Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan larutan pekat(kanji). Persiapan larutan kanji dilakukan dengan menimbang padatan kanji sebanyak 500 gram yang kemudian dilarutkan dengan 3 liter air panas dan 12 liter air dingin. Penambahan air panas bertujuan agar kanji mudah larut dan tidak menggumpal. Larutan kanji yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam tangki berpengaduk, ditambahkan 15ml larutan asam sulfat 2M dan ditambahkan indikator phenolphtalein sebagai penanda perubahan warna. Kecepatan putaran di atur pada skala1 dengan nilai kecepatan putaran sebesar 97,4. Kondisi awal larutan adalah tidak berwarna kemudian ketika ditambahkan 30 ml larutan NaOH dengan konsentrasi 2M warna larutan berubah menjadi merah muda dan dibutuhkan waktu selama 76 detik untuk membuat warna larutan menjadi homogen. Densitas larutan di ukur dengan menggunakan piknometer dan diperoleh densitas awal sebesar 1,016gram/ml. Kemudian ke dalam larutan yang telah diukur densitasnya ditambahkan kembali 15ml larutan asam sulfat dengan konsentrasi sebesar 2M sehingga warna larutan berubah kembali menjadi tidak berwarna. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna larutan menjadi tidak berwarna adalah sebesar 55 detik. Suhu yang terukur pada data pertama adalah sebesar 28,8 oC. Hal yang sama dilakukan dengan variasi nilai kecepatan putaran sebesar 121,4; 149,6; 174,9; 199,1rpm. Semakin besar nilai kecepatan putaran yang ditetapkan dalam pengadukan dan pencampuran maka
semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk membuat larutan tersebut menjadi homogen.
Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk membuat larutan menjadi homogen maka nilai bilangan Reynold semakin besar sedangkan blending time semakin kecil.
Pembahasan oleh Lulu Fauziyyah Arisa (131411041)
Praktikum kali ini adalah pengadukan dan pencampuran dengan menggunakan reaksi asam dan basa. Untuk mengetahui larutan sudah tercampur secara homogen digunakan indikator phenophtalein, hal ini juga sekaligus untuk mengetahui waktu pencampuran. Variabel yang divariasikan yaitu larutan (air dan kanji) serta kecepatan pengadukan (rpm).
Pertama, kalibrasi terlebih dahulu skala pengadukan (rpm) menggunakan air keran. Sampel larutan beruap air dan kanji, kita menggunakan air keran dahulu sebagai larutan encer setelah itu menggunakan larutan kanji sebagai larutan pekat. Masing-masing ditambahkan larutan NaOH 2M sebanyak 30 ml sebelum diberi indikator phenophtalein kemudian dinetralkan dengan larutan H2SO4 2M sebanyak 15 ml. Percobaan ini dilakukan secara duplo, data yang diambil akan di rata-ratakan sebagai akhir hasilnya. Skala pengadukan divariasikan pada 97.4, 121.4, 149.6, 174.9, 199.1 rpm.
Campuran dianggap homogen ketika warna merah muda yang merupakan reaksi dari indikator PP dan NaOH sudah merata sedangkan penetralan adalah sebaliknya yaitu membuat warna merah muda akan memudar dan kembali seperti semula. Air keran yang digunakan sebanyak 15 liter dengan suhu sekitar 26°C dan densitasnya 1,016 gr/ml. Homogenisasi campuran pada air dan larutan kanji berbeda. Larutan kanji yang densitasnya lebih besar dibandingkan air akan memperbesar nilai bilangan Reynold yang tentunya akan memperbesar blending time factor (waktu pencampuran), hal tersebut membuktikan bahwa semakin berat densitas suatu larutan (pekat) maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk homogenisasi. Pada praktikum kali ini, kanji yang digunakan sebanyak 500 gram yang dilarutkan terlebih dahulu dalam 3 liter air panas lalu ditambahkan 12 liter air dingin sehingga suhunya pun lebih panas sekitar 28°C dan densitasnya sebesar 1,84 gr/ml.
Skala pengadukan yang divariasikan membuktikan bahwa semakin cepat putaran pengaduk maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk menghomogenkan campuran tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan bilangan reynold menjadi lebih besar. Pada larutan encer maupun pekat (kanji), bilangan reynold yang didapat dibawah 2100, kecuali pada duplo 199.1 rpm sebesar 2286,94. Jadi rata-rata proses pengadukan dalam rejim laminer. Hal ini menandakan bahwa proses pengadukan berjalan dengan baik karena larutan tidak bergejolak.
Jadi semakin cepat skala pengadukan akan mempercepat waktu pencampuran, maka semakin besar bilangan reynoldnya dan semakin besar blending timenya.
Pembahasan oleh Teguh Nugraha (131411054)
`Praktikum kali ini merupakan Agitasi dan Mixing. Tujuan dari praktikum kali adalah
menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki, menggambarkan
pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk, Mengamati pengaruh
visikositas dan densitas larutan terhadap pengadukan dan pencampuran. Pengadukan
merupakan pemberian gerakan kinetik pada suatu bahan dalam reaktor untuk
mempercepat laju reaksi, artinya dengan pemberian pengaduk akan mengakibatkan
tumbukan antar partikel reaktan akan lebih sering terjadi. Frekuensi tumbukan yang
tinggi mengakibatkan energi aktivasi untuk batas terjadinya reaksi akan mudah tercapai.
Pada praktikum diharapkan praktikan dapat memahami pula pengaruh faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pengadukan dan pencampuran. Faktor- faktor yang
mempengaruhi diantaranya :
a. jenis impeller
b. letak impeller
c. bentuk reaktor,
d. viskositas dan densitas larutan.
Namun dikarenakan ketersedian alat praktikum yang terbatas praktikan hanya bisa
mengamati pengaruh visikositas dan densitas larutan. Pengaduk yang digunakan
merupakan jenis baling baling dengan blade tiga, serta letak pengaduk berada ditengah
berdiri tegak lurus terhadap reaktor. Pengaduk yang diamati telah memiliki Baffle. Baffle
merupakan alat yang digunakan untuk mencgah terbentuknya Vortek. Vortex merupakan
pola yang dihasilakan dari energi sentrifugal yang dapat meningkatkan ketinggian fluida
pada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran.
Pengamatan pengaruh visikositas dan densitas dapat diamati dengan melakukan
pengadukan pada dua jenis fluida yang berbeda, larutan yang digunakan adalah air
keran(larutan 1) dan larutan kanji (larutan 2). Penambahan kanji akan meningkatkan nilai
visikositas dan densitas dari larutan tersebut.
Larutan 1 (densitas = 1000 kg/m3)
Kecepatan Reynold Number Blending time
t1(t NaOH,detik)
t2(t H2SO4,detik)
putar (rpm) t 1 t 2 t 1 t 297.4 750,61 1118,77 146,92 99,39 63,5 53121.4 935,57 1394,45 130,50 87,85 50 42149.6 1152,89 1718,36 82,40 59,92 45,5 37,5174.9 1347,87 2008,97 71,10 49,72 31,5 24199.1 1534,36 2286,94 61,29 38,82 10,5 10,5
Larutan Kanji
Dari data diatas, menunjukan bahwa pada skala alat pengaduk yang sama, terjadi
perbedaan RPM pada dua larutan yang berbeda, sehingga jelas terbukti bahwa benar
viskositas dan densitas mempengaruhi proses pengadukan. Semakin besar nilai
visikositas cairan akan menyebabkan penurunan nilai Reynold. Penurunan nilai Reynold
akan memperlambat waktu pengadukan dan waktu pencampuran. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengadukan berlangsung lebih cepat pada larutan yang memiliki
visikotas rendah yaitu pada larutan 1. Pengadukan yang lebih cepat mempercepat proses
pencampuran dari larutan tersebut sehingga waktu yang dibutuhkan larutan air keran
untuk mencapai keadaan yang homogen untuk menghasilkan produk akan berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan larutan kanji.
Kecepatan
putar (rpm)
Reynold Number Blending time t1(t NaOH,detik)
t2(t H2SO4,detik)
t 1 t 2 t 1 t 297.4 232,33 346,29 22,182 16,645 68 55,5121.4 289,58 431,62 14,44 10,314 56 48
149.6 356,85 531,87 9,361 6,552 50 41,5174.9 417,20 621,82 6,327 4,049 38,5 32199.1 474,92 707,86 4,4676 2,9784 13 12
0 5 10 15 20 250
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Larutan Kanji
Blending Time (Ft)
Nre
40 60 80 100 120 140 1600
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Air Keran
Blending Time (Ft)
Nre
semakin tinggi maka waktu pengadukan semakin cepat sehingga nilai mixing time
factor akan semakin kecil. Nilai mixing time factor akan berbanding lurus dengan nilai
blending time factor sehingga akan berbanding terbalik dengan Reynold Number.
5.4 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengadukan dan pencampuran, mahasiswa mampu :
Membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam pencampuran sampai homogen.
Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan. Rezim aliran dalam operasi pengadukan berada pad rezim laminer.