laporan lengkap klompok 5.doc

114
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FITOKIMIA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI, ANTIFUNGI, DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA Lantana camara Linn Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktikum Fitokima OLEH : KELOMPOK : V (LIMA) KELAS : FARMASI C 2012 ANGGOTA : ASMAN SADINO (F1F1 12 092) AYU FITRIA (F1F1 12 093) JUWARTI MURZINI (F1F1 12 104) MUH. RAMDAN M. (F1F1 12 111) NUR AF’IDAH ANAS (F1F1 12 114) SATRIANA NASRUN (F1F1 12 121) SULPAYANTI DJUSIR (F1F1 12 126) WD.NUR BADRIAH (F1F1 12 131) WISDAYANTI NUR (F1F1 12 132) WD.SITI KARNIA (F1F1 12 139)

Transcript of laporan lengkap klompok 5.doc

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FITOKIMIA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI, ANTIFUNGI, DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA Lantana camara Linn

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktikum FitokimaOLEH :

KELOMPOK : V (LIMA)

KELAS: FARMASI C 2012

ANGGOTA : ASMAN SADINO (F1F1 12 092)

AYU FITRIA (F1F1 12 093)

JUWARTI MURZINI (F1F1 12 104)

MUH. RAMDAN M. (F1F1 12 111)

NUR AFIDAH ANAS (F1F1 12 114)

SATRIANA NASRUN (F1F1 12 121)

SULPAYANTI DJUSIR(F1F1 12 126)

WD.NUR BADRIAH (F1F1 12 131)

WISDAYANTI NUR (F1F1 12 132)

WD.SITI KARNIA (F1F1 12 139)

JURUSAN FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI2014

Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya laporan lengkap ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini, masih jauh dari kesempurnaan. Namun, dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan sebagai wujud keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dan untuk itu penulis sangat menghargai setiap koreksi, kritik, dan saran demi kesempurnaan laporan lengkap ini.Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan lengkap ini dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kendari, Desember 2014 PenulisDaftar IsiiKata Pengantar

iiDaftar Isi

1BAB I Pendahuluan

1A. Latar Belakang

3B. Rumusan Masalah

3C. Tujuan

6BAB II Tinjauan Pustaka

6A.Lantana Camara Linn

7B.Sampel Dan Teknik Pengambilan

8C.Esktraksi

9D.Partisi Ekstrak

11E.Skrining Fitokimia

12F.Toksisitas

13G.Aktivitas Antibakteri

14H.Aktivitas Antijamur

16BAB III Metode Praktikum

16A.Waktu Dan Tempat Pengambilan

16B.Alat Dan Bahan

31BAB IV Hasil Dan Pembahasan

31A.Hasil

34a.Tabel Pengamatan

35a.Gambar

37B.Pembahasan

67BAB V Penutup

67A.Kesimpulan

B. Saran.....................................................................................................................6769Daftar Pustaka

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan. Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal (Sani, 2012).Lantana camara Linn (verbanaceae), umumnya dikenal sebagai liar atau merah bijak adalah sebagian besar spesies luas dari genus ini dan dianggap baik sebagai gulma terkenal dan tanaman kebun hias populer. Namun, terdaftar sebagai salah satu tanaman obat penting di dunia. L. Camara mengandung lantadenes, yang triterpen pentasiklik yang dilaporkan memiliki sejumlah manfaat biologis (Ganjewala dkk., 2010).Ada beberapa metode pemurnian dari ekstrak bahan alami, antara lain dengan ekstraksi menggunakan pelarut yang immiscible (tidak dapat bercampur) dan mempunyai densitas yang berbeda, pengendapan, penyaringan, pemanasan, adsorpsi menggunakan adsorben ataupun dengan resin penukar ion. Esktraksi menggunakan pelarut merupakan salah satu cara pemurnian ekstrak dari bahan alami. Ekstrak dapat dibagi dalam dua katagori, yaitu ekstrak kasar dan ekstrak murni. Ekstrak kasar artinya ekstrak yang mengandung semua bahan yang tersari dengan menggunakan pelarut organik, sedangkan ekstrak murni adalah ekstrak kasar yang telah dimurnikan dari senyawa-senyawa inert melalui proses penghilangan lemak, penyaringan menggunakan resin atau adsorben. Ekstrak murni lebih disukai karena mempunyai bahan aktif atau komponen kimia yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar, sebagai contoh kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kasar 20%, setelah dimurnikan senyawa aktif akan meningkat menjadi 60 % (Hernani dkk., 2007).

Skrining fitokimia digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui golongan senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, steroid (Yuda, 2013).Toksisitas ialah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target. Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan dan keberbahayaan zat yang akan diuji. Toksisitas diukur dengan mengamati kematian hewan coba (Anonim, 2014).Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Utami, 2011).Tanaman obat memiliki potensi untuk dijadikan fungisida alami. Hal ini dikarenakan tanaman obat mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai antijamur. Metabolit tanaman seperti saponin, alkaloid, kumarin, xanton, flavanoid, asam lemak, senyawa fenol, terpen, minyak atsiri, lektin dan polipeptida telah dilaporkan memiliki aktivitas antijamur (Aulifa dkk., 2014).B. Rumusan MasalahRumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Bagaimana cara pengambilan sampel yang baik?2. Bagaimana prinsip ekstraksi?

3. Bagaimana prinsip partisi ekstrak bunga Lantana Camara Linn?4. Bagaimana uji kandungan kimia ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn?5. Bagaimana aktivitas toksisitas ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn?6. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn?

7. Bagaimana aktivitas antifungi ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn?C. TujuanTujuan dari makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel yang baik.2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip ekstraksi.

3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip partisi ekstrak bunga Lantana Camara Linn.4. Untuk mengatahui bagaimana uji kandungan kimia ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.

5. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas toksisitas ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.

6. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.

7. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas antifungi ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.D. Manfaat

Manfaat dari makalah ini yaitu :1. Mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel yang baik.2. Mengetahui bagaimana prinsip ekstraksi.

3. Mengetahui bagaimana prinsip partisi ekstrak bunga Lantana Camara Linn.4. Mengatahui bagaimana uji kandungan kimia ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.

5. Mengetahui bagaimana aktivitas toksisitas ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.

6. Mengetahui bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn.

7. Mengetahui bagaimana aktivitas antifungi ekstrak etanol bunga Lantana Camara Linn..

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Lantana Camara LinnLantana camara l. (verbanaceae), umumnya dikenal sebagai liar atau merah bijak adalah sebagian besar spesies luas dari genus ini dan dianggap baik sebagai gulma terkenal dan tanaman kebun hias populer. Namun, terdaftar sebagai salah satu tanaman obat penting di dunia. L. Camara mengandung lantadenes, yang triterpen pentasiklik yang dilaporkan memiliki sejumlah manfaat biologis (Ganjewala, 2010).Lantana camara (syn; lantana aculeata) adalah tanaman khas dari keluarga verbenaceae yang merupakan berebut semak cemara besar. Tanaman ini dikatakan memiliki kegunaan karminatif, antispasmodic dan antirematik dalam obat-obatan tradisional. Senyawa lantanoside, lantanone, linaroside, asam kumarik telah diisolasi dari plant. Ini camaryolic asam, methylcamaralate, asam camangeloyl memiliki beta-sitosterol, 3-o-beta-d-glucopyranoside, asam oktadekanoat, asam dokosanoik, asam palmitat, asam kumarik dan asam lantanolik juga telah dilaporkan. Tanaman ini memiliki antibakteri dan antifungi serta aktivitas antioksidan kuat (Girme Et al, 2006).Tanaman L.camara linn keluarga verbenaceae tersedia seluruh India tengah dan selatan di sebagian bukit berbatu kering dan tanah hitam. Sebuah hijau berebut besar, kuat berbau semak dengan gagah prickles kambuh; daun berlawanan, sering berkerut, scabrid pada kedua sisi; bunga kecil, biasanya jeruk tapi sering putih menjadi merah gelap, dikepala yang menonjol capitates; bracts mencolok dan persisten. Buah kecil, berdiameter 5 mm, biru kehijauan, kehitaman, berbuah biji, bersinar dengan dua nutlets hampir sepanjang tahun dan disebarkan oleh burung. Benih berkecambah sangat mudah. Kimia konstitusi untuk lantana camara adalah caryophyllene, 1--phellandrene, lantadene a, lantadene b, lancamarone kina, lantanine. Tanaman ini adalah vulneary, yang mengeluarkan keringat, karminatif, antispasmodic dan tonik, luka, bisul, bengkak, tumor dan rematik (Kumar Et al, 2010).B. Sampel Dan Teknik Pengambilan

Simplisia adalah bahan alamiah (bahan tumbuhan, bahan hewani, atau bahan mineral) yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).Pembuatan simplisia harus memenuhi standar yang berlaku yaitu GAP (good agriculture practice), atau cara penanaman dan pemanenan yang benar dan GMP (good manufacturing practice) atau cara pembuatan dan produksi obat bahan alam yang benar. Agar produksi simplisia memenuhi standar maka penyiapan bahan harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara pengepakan dan penyimpanan simplisia. Dari proses ekstraksi akan didapatkan isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat mempermudah untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang terdapatdalam simplisia. Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui jenis senyawa kimia yang berada dalam simplisia (Sukadana dkk, 2007).Bunga yang digunakan harus dalam kondisi kering karena bunga dengan kondisi basah yang biasa disebabkan karena embun dapat menimbulkan ketengikan pada lemak yang disebabkan oksidasi lemak karena adanya kandungan H2O. Kondisi bunga yang masih kuncup serta mekar penuh juga tidak dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri selain karena tidak dapat mekar dan tidak harum, bunga pada kondisi kuncup sangat sulit digunakan untuk proses enfleurasi karena bunga harus diletakkan dengan posisi seluruh bagian menempel pada lemak sehingga lemak dapat mengadsorbsi minyak di seluruh kelopak bunga. Bunga dengan kondisi mekar penuh aroma harumnya telah banyak yang menguap sehingga tidak dapat dimanfaatkan baik (Sani dkk, 2012).C. Esktraksi

Ada beberapa metode pemurnian dari ekstrak bahan alami, antara lain dengan ekstraksi menggunakan pelarut yang immiscible (tidak dapat bercampur) dan mempunyai densitas yang berbeda, pengendapan, penyaringan, pemanasan, adsorpsi menggunakan adsorben ataupun dengan resin penukar ion. Esktraksi menggunakan pelarut merupakan salah satu cara pemurnian ekstrak dari bahan alami. Ekstrak dapat dibagi dalam dua katagori, yaitu ekstrak kasar dan ekstrak murni. Ekstrak kasar artinya ekstrak yang mengandung semua bahan yang tersari dengan menggunakan pelarut organik, sedangkan ekstrak murni adalah ekstrak kasar yang telah dimurnikan dari senyawa-senyawa inert melalui proses penghilangan lemak, penyaringan menggunakan resin atau adsorben. Ekstrak murni lebih disukai karena mempunyai bahan aktif atau komponen kimia yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar, sebagai contoh kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kasar 20%, setelah dimurnikan senyawa aktif akan meningkat menjadi 60 % (Hernani dkk., 2007).Metode ekstraksi yang digunakan adalah pengadukan selama 1 jam dan pendiaman selama 24 jam. Metode ini termasuk ekstraksi dengan prinsip pencapaian konsentrasi kesetimbangan. Proses ini dilakukan hingga 3 kali dengan tujuan agar zat-zat yang terkandung dapat terekstrak maksimal ke dalam pelarut yang digunakan. Keuntungan penggunaan metode maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana serta tidak menggunakan panas yang dapat merusak bahan yang terkandung (Putro, 2013).D. Partisi EkstrakFraksinasi merupakan proses pemisahan fraksi yang terkandung dalam suatu larutan atau suspensi yang mempunyai karateristik berbeda. Pati, secara umum terdiri dari dua fraksi, yaitu fraksi amilosa dan fraksi amilopektin. Struktur molekul fraksi amilosa linier dan teratur, sedangkan fraksi amilo-pektin bercabang dan tidak teratur. Pemisahan kedua fraksi tersebut dilakukan untuk memanfaatkan sifat-sifat yang terkandung dalam fraksi sehingga penggunaannya dapat diperluas (Yuliasih, 2007).Partisi merupakan proses sorpsi yang analog dengan ekstraksi pelarut (Rohman, 2007). Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperature (Svehla, 1990).Partisi menggunakan dua pelarut tak campur yang ditambahkan ke dalam ekstrak, hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan menggunakan dua pelarut tak bercampur yang kepolarannya meningkat. Partisi biasanya melalui dua tahap : (1) air/petroleum eter ringan (heksana) untuk menghasilkan fraksi nonpolar dilapisan organik; (2) air/diklorometan atau air/kloroform atau air /etil asetat untuk membuat fraksi agak polar dilapisan organik. Lapisan berair yang terasa akan mengandung bahan alam larut-air yang polar. Ini merupakan metode pemisahan yang mudah dan mengandalkan kelaruta bahan alam dan bukan interaksi fisik dengan medium lain. Partisi dapat memberikan pemisahan yang sangat baik, terutama untuk senyawa-senyawa yang memiliki kelarutan yang sangat berbeda (Heinrich, dkk., 2010).E. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui golongan senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, steroid (Yuda, 2013).Senyawa sekunder atau disebut senyawa fitokimia adalah senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman dan tidak mempunyai fungsi utama dalam pembentukkan sel-sel tanaman melainkan sebagai sumber pertahanan tanaman terhadap serangan prator baik serangg maupun mikroorganisme. Skrining fitokimia secara kualitatif dilakukan dengan penambahan berbagai pereaksi tertentu ke dalam ekstrak tanaman sehingga menghasilkan warna larutan/endapan spesifik yang menandakan senyawa tertentu (Ginting, 2012). Tes menggunakan reagen spesifik sebagai berikut: Lieberman Burchard-(LB) untuk steroid, Salkowski untuk terpenoid, Wagner, Mayer dan Dragendorff untuk alkaloid. Sementara itu, FTIR instrumen harus mendukung prediksi kelompok metabolit sekunder dalam tes khusus (Sapar, 2013).Alkaloid adalah golongan bahan alam yang menyumbangkan begitu banyak manfaat dalam dunia medis dan sediaan farmasi. Digunakan untuk meredakan nyeri, sebagai stimulan reksonal (Heinrich, 2009).Flavonoid adalah senyawa yang diturunkan dari fenilpropana. diduga senyawa ini memiliki manfaat ekologi yang besar. flavonoid juga memengaruhi rasa makanan secara signifikan, misalnya beberapa tanaman memiliki rasa pahit dan kesat (Heinrich, 2009).Terpenoid adalah senyawa yang tersebar luas di alam yang terkadang disebut isoprena karena motif berulang yang banyak dijumai dalam strukturnya (Heinrich, 2009).Tanin adalah golongan bahan alam yang memberikan rasa pahit dan kesat selain flavonoid. golongan ini terdiri atas senyawa polifenol larut air yang memiliki BM tinggi. Senyawa ini digunakan untuk menyemak kulit, menjernihkan bir, dan sebagai astrgingen dalam farmasi (Heinrich, 2009).F. Toksisitas

Sampel yang bersifat toksik disebabkan oleh adanya kandungan senyawa metabolit sekunder. Oleh karena itu dilakukan pengujian metabolit sekunder untuk mendeteksi golongan senyawa kimia yang terdapat dalam sampel. Metode ini merupakan salah satu dari pendekatan yang lazim digunakan untuk mencari komponen senyawa kimia tanaman yang memiliki aktivitas biologi. Biasanya, tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat memiliki sifat toksik (racun) terhadap penyakit karena adanya senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman tersebut (Sangi, dkk., 2012).

Metode pengujian BST dengan menggunakan Artemia salina dianggap memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawa-senyawa antikanker, sehingga sering dilakukan untuk skrining awal pencarian senyawa antikanker. Metode ini dikenal sebagai metode yang cepat, mudah, merah, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan Sifat sitotoksik dapat diketahui berdasarkan jumlah kematian larva pada konsentrasi tertentu. Suatu ekstrak dikatakan toksik jika memiliki nilai LC50 (Konsentrasi yang mampu membunuh 50% larva udang) kurang dari 1000 g/ml setelah waktu kontak 24 jam (Indrayani, dkk., 2006).G. Aktivitas Antibakteri

Bakteri Escherichia coli ialah bakteri gram negatif yang berbentuk batang dan merupakan salah satu bakteri aerob atau fakultatif anaerob. Dalam jumlah 106 CFU/ml bakteri E. coli berpotensi menyebabkan toksik (Karlina, 2013).Streptococcus mutans (S.mutans) adalah bakteri Gram positif yang dapat memetabolisme karbohidrat terutama sukrosa dan menciptakan suasana asam di rongga mulut. S.mutans memiliki dua enzim pada dinding sel yang dapat membentuk dua polisakarida ekstraseluler dari sukrosa (Alfath dkk., 2013).Metode difusi agar didasarkan pada kemampuan senyawa-senyawa antibakteri yang diuji untuk menghasilkan jari-jari zona penghambatan di sekeliling sumur uji terhadap bakteri yang digunakan sebagai penguji. Pengujian aktivitas antibakteri kitosan dimulai dengan menyiapkan media pertumbuhan bakteri Pembuatan media diawali dengan penimbangan media bubuk dan penambahan aquades seperti petunjuk pada kemasan. Kemudian dilakukan pengadukan sambil dipanaskan menggunakan hot magnetik stirrer hingga larutan media homogen yang ditandai oleh warna larutan yang jernih, selanjutnya Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan disterilisasi pada suhu 121 C selama 15 menit. (Nuraini, 2008).

Standar McFarland berada dalam bentuk skala yang bernomor dari 0,5 sampai 10, yang menjelaskan konsentrasi spesifik dari bakteri per mL. Jumlah bakteri sesuai dengan skalaMcFarlandyaitu : (Syaing, 2011).

H. Aktivitas Antijamur

Tanaman obat memiliki potensi untuk dijadikan fungisida alami. Hal ini dikarenakan tanaman obat mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai antijamur. Metabolit tanaman seperti saponin, alkaloid, kumarin, xanton, flavanoid, asam lemak, senyawa fenol, terpen, minyak atsiri, lektin dan polipeptida telah dilaporkan memiliki aktivitas antijamur (Aulifa dkk., 2014)

Penelitian terhadap aktivitas suatu senyawa baik sebagai antibakteri maupun antijamur merupakan suatu langkah awal untuk mengetahui kegunaan senyawa tersebut. Adanya senyawa aktif antibakteri dan antifungi dibidang kesehatan merupakan informasi penting untuk penanggulangan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Selain itu, pencarian jamur endofit yang banyak terdapat pada tumbuhan dilakukan untuk menambah atau memperkaya koleksi mikroba. Selanjutnya mikroba tersebut perlu diidentifikasi untuk mengetahui sifat pertumbuhan dan jenisnya, sehingga lebih lanjut dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan. Mengingat kebutuhan bahan baku obat yang semakin meningkat baik jumlah maupun macamnya maka potensi sumber daya alam Indonesia khususnya jamur endofit perlu digali dan dikembangkan. Berbagai jenis tanaman terutama tanaman obat, dapat digunakan sebagai sumber isolat jamur endofit (Noverita dkk., 2009).

Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada manusia. Jamur yang paling patogen dan sering menginfeksi manusia berasal dari genus Candida. Dalam rongga mulut, 70% infeksi Candida pada manusia disebabkan oleh Candida albicans. Infeksi C.albicans dalam rongga mulut disebut kandidiasis oral. Terapi terhadap kandidiasis oral masih mengalami permasalahan, disebabkan C.albicans menjadi resisten terhadap anti jamur sistemik yang sering digunakan (Pertami dkk., 2013).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat Pengambilan

Praktikum ini dilakukan di laboratorium Fakultas Farmasi UHO. Pada bulan Oktober-Desember 2014.B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parang, toples kaca, batang pengaduk, corong, gelas kimia, corong pisah, botol gelap, gegep, pipet tetes, spatula, tabung reaksi, sinar uv, pipet volum, botol vial, hot plate, filler, pipet ukur 10 mL, lampu pijar, erlenmeyer, rak tabung, inkubator, cawan petri, autoclave, pinset, timbangan analitik, batang pengaduk, ose bulat, spektrofotometer 20 D, LAF.Bahan yang digunakan yaitu kantung plastik, samplisia bunga Lantana camara, kertas saring, dan etanol 96%, n-heksan, kloroform, aseton, etil asetat, air panas, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, aseton, eter, FeCl3 1 %, HCl 2 N, kloroform, larutan gelatin 2 %, NaCl, pereaksi buchard, pereaksi dragendorff, serbuk asam borat, dan serbuk asam oksalat, larva udang Artemia salina, air laut, bakteri S.mutans, bakteri E.coli, Nutrient agar, NaCl fisiologis, jamur C.albican, dan Potato Dekstrose Agar. C. Uraian Bahan1. Lantana camara Linn (Dalimartha, 2013).Kingdom: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Ordo

: Magnoliopsida

Class

: Verbenaceae

Famili

: Lamiales

Genus

: Lantana

Spesies: Lantana camara LInn2. Kalium iodida (Ditjen POM, 1979 : 330)Nama resmi:Kalii IodidumSinonim:Kalium iodida

RM/BM:KI / 166,00

Pemerian:Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, opak dan putih, atau serbuk butiran purih. Higroskopik.

Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam gliserol P.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan :Antijamur.3. Air (Ditjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi:Aqua DestillataSinonim:Air suling

RM/BM:H2O/18,02

Pemerian:Cairan jernih; tidak berbau; tidak berwarna; tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.

4. Besi (III) klorida (Ditjen POM, 1979 : 1139)

Nama resmi:Feri KloridaSinonim: Besi (III) klorida

RM/BM:FeCl3/162,2

Pemerian:Hablur atau serbuk hablur berwarna hitam kehijauan

5. Iodium (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi:IodumSinonim:Iodium, yodium

RM/BM:I2/126,91

Pemerian:Keping atau butir, hitam kelabu, bau khas dan mengkilat seperti logam

Kelarutan:Dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam 13 bagian etanol P

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan:Antiseptikum ektrem, antijamur

6. Bismut subnitrat (Ditjen POM, 1979 : 118)

Nama resmi:Bismuthi SubgallasSinonim:Bismut subnitrat

Pemerian:Serbuk; kuning; tidak berbau

Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak P dan dalam eter P; mudah larut dalam asam mineral panas yang disertai penguraian dan dalam larutan alkali hidroksida membentuk larutan kuning jernih yang berubah dengan cepat jadi merah gelap.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Kegunaan:Antiseptikum ekstern.

7. Gelatin (Ditjen POM, 1979 : 265-266)

Nama resmi:GelatinumSinonim:Gelatin

Pemerian:Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat; baud an rasa lemah.

Kelarutan:Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, rangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya; larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam asam asetat P.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan:Zat tambahan

8. Asam sulfat (Ditjen POM, 1979 : 58)

Nama resmi:Acidum SulfuricumSinonim:Asam sulfat

RM/BM:H2SO4/98,07

Pemerian:Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna; jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan:Zat tambahan9. Asam asetat (Ditjen POM, 1979 : 41)

Nama resmi:Acidum AceticumSinonim:Asam asetat, Cuka

Pemerian:Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam, tajam.

Kelarutan:Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan:Zat tambahan

10. Etanol (Ditjen POM, 1979 : 65)

Nama resmi:AethanolumSinonim:Etanol, Alkohol

Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroformP dan tere P.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan:Zat tambahan

11. Asam klorida (Ditjen POM, 1979 : 53)

Nama resmi:Acidum HydrochloridumSinonim:Asam klorida

RM/BM:HCl/36,46

Pemerian:Cairan; tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan:Zat tambahan12. Artemia salina L. (Mudjiman, 1998)Filum: Arthopoda

Divisio: Crustaceae

Subdivisio: Branchiopoda

Ordo: Anostraca

Famili: Artemiidae

Genus: Artemia

Species: Artemia salina L.13. E. coli (Songer dan Post: 2005) Kingdom : Bacteria Filum : ProteobacteriaKelas : Gamma ProteobacteriaOrdo : EnterobacterialesFamili : EnterobacteriaceaeGenus : EscherichiaSpesies : Escherichia coli14. S. mutans (Nugraha, 2012)Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

15. Candida albicans (Garrity, 2004)Kingdom : ProtistaPhylum : BryophytaClass : DeuteromycetesOrdo : Saccharomycetale

Famili : Cryptococcaceae

Genus : Candida Spesies : Candida albicansD. Prosedur Kerja1. Pengambilan Sampel

Dipetik dari pohonnya

Dibersihkan dan dipisahkan dari pengotor

Disimpan dalam wadah untuk di anginkan

Dianginkan Simplisia2. Metode Ekstraksi

Dimasukkann kedalam toples kaca Ditambahkan etanol Diaduk Ditutup toples dan disimpan selama 24 jam Disaring dengan kertas saring

Dibuang evaporasi

Dilakukan sebanyak dua kali di hari berikutnya

Ekstrak kental3. Partisi Esktrak

Dimasukkan kedalam corong pisah Ditambahkan n-heksan Dikocok Didiamkan sampai terpisah Dipisahkan fraksi n-heksan

Diulangi cara yang sama untuk pemakaian pelarut aseton, etil asetat, kloroform, dan etanol Fraksi etanol4. Skrining FitokimiaUji Alkaloid

Diambil 3 ml

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 2 ml HCl 2 M

Diaduk dan didinginkan pada suhu ruang

Ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring

Ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes

Dibagi menjadi 3 tabung

Ditambahkan 3 tetes - Ditambahkan 3 tetes

pereaksi L.B. pereaksi Dragendorff

endapan cokelat endapan cokelat Uji Flavonoid

Diambil 1 ml

Ditambahkan 3 tetes aseton

Ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat

Ditambahkan eter 3 tetes

Diamati

Berfluoresensi kuning intensif

(positif flavonoid)Uji Saponin

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 10 ml air panas

Didinginkan

Dikocok kuat-kuat selama 10 detikTerbentuk buih selama + 10 menit

Setinggi 1-10 cm

*untuk penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang

Uji Tanin

- Ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1 %

Larutan menghasilkan warna hijau kehitaman/biru tint

Ditambahkan larutan gelatin 2 %

Endapan putih (+ tanin)

Uji Terpenoid dan Steroid

Diambil 2 ml

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diuapkan

Dilarutkan dengan 0,5 ml kloroform

Ditambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat

Ditambahkan asam sulfat pekat 2 ml melalui dinding tabung Cincin kecoklatan/violet (+ terpenoid) atau Cincin biru kehijauan (+ steroid)5. Uji Toksisitas

Ditimbang 1 gram Dilarutkan dalam etanol 100 ml Diencerkan untuk dibuat beberapa konsentrasi (5000 ppm, 4000 ppm, 3000 ppm, 2000 ppm, 1000 ppm, 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm) Dimasukkan kedalam botol vial Dikeringkan

Dicukupkan 10 mL dengan air laut

Dimasukkan 10 ekor larva Artemia salina L Didiamkan 24 jam

Dihitung berapa jumlah larva yang mati

Dihitung LC50 nya

Hasil Pengamatan6. Uji Aktivitas Antibakteri

a. Pembuatan Larutan Induk

Ditimbang 1 gram

Dimasukkan dalam labu takar Ditambahkan etanol 100 mL Dikocok

Disimpan dalam botol gelap Larutan induk 10.000 ppm

b. Pembuatan Seri Konsentrasi

Dipipet 1 mL

Dimasukkan dalam botol vial Ditambahkan air samapi tanda tera Diulang cara yang sama untuk 3.000 ppm (3 mL) dan 5.000 ppm (5 mL) Larutan uji konsentrasi 1.000 ppm, 3.000 ppm dan 5.000 ppmc. Pembuatan Media Na

Ditimbang 1,4 gram

Dimasukkan kedalam Erlenmeyer

Dilarutkan dalam 50 ml air

Dihomogenkan

Dipanaskan menggunakan hot plate hingga mendidih

Diangkat dari hotplate kemudian ditutup mulut ernmeyer menggunakan kapas dan aluminium foil

Disterilkan di autoclave, pada suhu 1210C tekanan 1 atm selama 15 menit Didinginkan Media NAd. Pembuatan NaCl Fisiologis

Ditimbang 0,45 gram

Dimasukkan dalam gelas kimia Dilarutkan Dimasukkan dalam labu takar 50 mL Dilarutkan dalam 50 ml air

NaCl Fisiologise. Pembuatan Suspensi Bakteri

Digores bakteri S.mutans dengan ose Dimasukkan kedalam tabung reaksi Dilarutkan dalam NaCl Fisiologis 0,9% Diukur absorbansinya pada 625 nm Dicukupkan absirbansi sesuai ketentuan McFarland yaitu 0,205 A Diulangi cara yang sama untuk bakteri E.coli Suspensi bakteri

f. Pembuatan Kontrol Positif

Ditimbang 0,005 gram Dimasukkan kedalam gelas kimia Dilarutkan dalam metanol Dimasukkan dalam labu takar 50 mL Dicukupkan sampai tanda tera Kontrol positif kloramfenikolg. Uji Aktivitas Antibakteri

Dituangkan media sebanyak 15 mL Dimasukkan suspensi bakteri 1000 L Dipadatkan Dimasukkan kertas cakram yang sudah diteteskan kedalam ekstrak, kontrol positif dan kontrol negatif sebanyak 20 L Dibungkus dengan kertas wrap dan kertas Dimasukkan dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 390C Diamati zona hambatnya Hasil pengamatan7. Uji Aktivitas Antifungia. Pembuatan Larutan Induk

Ditimbang 1 gram

Dimasukkan dalam labu takar Ditambahkan etanol 100 mL Dikocok

Disimpan dalam botol gelap Larutan induk 10.000 ppmb. Pembuatan Seri Konsentrasi

Dipipet 1 dan 5 mL

Dimasukkan dalam botol vial Ditambahkan air samapi tanda tera Larutan uji konsentrasi 1.000 ppm dan 5.000 ppmc. Pembuatan Media PDA

Ditimbang 1,4 gram

Dimasukkan kedalam Erlenmeyer

Dilarutkan dalam 50 ml air

Dihomogenkan

Dipanaskan menggunakan hot plate hingga mendidih

Diangkat dari hotplate kemudian ditutup mulut ernmeyer menggunakan kapas dan aluminium foil

Disterilkan di autoclave, pada suhu 1210C tekanan 1 atm selama 15 menit Didinginkan Media PDAd. Pembuatan Suspensi Jamur

Digores jamur C.albicans dengan ose Dimasukkan kedalam tabung reaksi Dilarutkan dalam NaCl Fisiologis 0,9% Diukur absorbansinya pada 625 nm Dicukupkan absirbansi sesuai ketentuan Mc Farland yaitu 0,205 A Suspensi jamur

e. Pembuatan Kontrol Positif

Ditimbang 0,005 gram Dimasukkan kedalam gelas kimia Dilarutkan dalam metanol Dimasukkan dalam labu takar 50 mL Dicukupkan sampai tanda tera Kontrol positif ketokonazolef. Uji Aktivitas Antijamur

Dituangkan media sebanyak 15 mL Dimasukkan suspensi jamur 1000 L Dipadatkan Dimasukkan kertas cakram yang sudah diteteskan berbagai konsentrasi ekstrak dan kontrol positif sebanyak 20 L Dibungkus dengan kertas wrap dan kertas Dimasukkan dalam inkubator selama 3x24 jam Diamati zona hambatnya Hasil pengamatanBAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil 1. Pengambilan SampelGambarKeterangan

Proses pengambilan sampel

Lokasi pengambilan

Hasilnya diperoleh simplisia bunga Lantana camara sebanyak 3,5 kg.

2. Metode EkstraksiGambarKeterangan

Sebelum penyaringan

Penyaringan pertama

Penyaringan kedua

Evaporasi

Ekstrak

Perhitungan Rendamen

= x 100%

= x 100%

= x 100% = 17,04%

3. Partisi EkstrakGambarKeterangan

Ekstrak n-heksan

Ekstrak Kloroform

Ekstrak Etil asetat

4. Skrining FitokimiaNoNama UjiGambar Hasil

1.Alkaloid

Tabung I:

(-) alkaloid.

(tidak terlihat endapan merah)

Tabung II:

(-) alkaloid.

(tidak terlihat endapan merah)

2.Flavonoid

(+) flavonoid.

(terlihat berfluoresensi kuning intensif)

3.Saponin (+) saponin.

(Terdapat buih/busa)

4.Tanin +) tanin.

(warna hijau kehitaman/biru tinta)

5.Terpenoid dan Steroid

(-) terpenoid.

(tidak terlihat perubahan warna menjadi kecoklatan)

(-) steroid

(tidak terlihat perubahan warna menjadi biru kehiajuan)

5. Uji Toksisitasa. Tabel Pengamatan

Konsemtrasi (mg/LMortalitasRata-rata % Mortalitas

Botol IBotol II

10.000988 80

5000101010 100

40001089 90

3000101010100

2000109990

100098880

50034330

20048660

100110550

Catatan : 1 ppm = 1 mg/L

b. Perhitungan LC50

Nilai LC50 yaitu pada konsentrasi 100 mg/L = 5

y = 5

5 = -0,0054x + 90,9330,0054x = 90,33 5

0,0054x = 85,33

x = 85,33 / 0,0054 = 15,801

Sehingga nilai LC50 = antilog x = antilog 15,801= 6,3 x 1015 mg/Lc. Uji Aktivitas Antibakteria. Gambar

BakteriZona Hambat (mm)

1000 mg/L3000 mg/L5000 mg/L(+)(-)

S.mutans00024,250

E.coli00021,750

b. Perhitungan

Zona hambat S.mutans= 2,425 cm = 24,25 mm

Zona hambar E.coli= 2,175 cm = 21,75 mm

c. Uji Aktivitas Antifungid. BakteriZona Hambat (mm)

1000 mg/L5000 mg/L10.0000

mg/L(+)

C.albicans0000

B. Pembahasan

Lantana camara (syn; lantana aculeata) adalah tanaman khas dari keluarga verbenaceae yang merupakan berebut semak cemara besar. Tanaman ini dikatakan memiliki kegunaan karminatif, antispasmodik dan antirematik dalam obat-obatan tradisional. Senyawa lantanoside, lantanone, linaroside, asam camarinic telah diisolasi dari plant. Ini camariolik asam, methilcamaralate, asam camangeloyl memiliki beta-sitosterol, 3-o-beta-d-glukopiranosid, asam oktadekanoat, asam dokosanoik, asam palmitat, asam kumarik dan asam lantanolik juga telah dilaporkan. Tanaman ini memiliki antibakteri dan antifungi serta activitas antioksidan kuat.Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg (konstan) karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umum dan cara) panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variable tersebut tidak berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia.

Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

Bunga yang digunakan harus dalam kondisi kering karena bunga dengan kondisi basah yang biasa disebabkan karena embun dapat menimbulkan ketengikan pada lemak yang disebabkan oksidasi lemak karena adanya kandungan h2o. Kondisi bunga yang masih kuncup serta mekar penuh juga tidak dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri selain karena tidak dapat mekar dan tidak harum, bunga pada kondisi kuncup sangat sulit digunakan untuk proses enfleurasi karena bunga harus diletakkan dengan posisi seluruh bagian menempel pada lemak sehingga lemak dapat mengadsorbsi minyak di seluruh kelopak bunga. Bunga dengan kondisi mekar penuh aroma harumnya telah banyak yang menguap sehingga tidak dapat dimanfaatkan baik.Teknik yang paling baik dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik aseptis. Teknik ini meminimalkan sampel yang diperoleh bebas dari kontaminan seperti mikroba atau kontaminan lainnya. Pengambilan sampel ini dengan teknik ini baik sehingga sampel yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Kontaminan ini dapat bersumber dari sampel, alat yang digunakan ataupun personil itu sendiri. Salah satu alat yang digunakan dalam pengambilan sampel bunga L.camara adalah cutter stainless steel. Dengan menggunakan cutter stainless steel diharapkan sampel bunga yang dipetik terbebas dari kontaminan seperti logam. Pengambilan sampel dengan teknik yang salah menyebabkan munculnya kontaminan yang dapat merusak sampel.

Pengambilan sampel pada percobaan ini, di ambil di PUSKUD Andounohu. Setelah sampel diperoleh kemudian tanaman tersebut dimasukkan ke dalam kantung plastik. Setelah proses pembungkusan selesai, sampel kemudian disimpan didalam lemari pendingin. Sampel disimpan dalam waktu 5 hari yang kemudian digunakan untuk praktikum agar tanaman tidak mudah rusak. Sampel yang segar diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai saat dilakukan penelitian terhadap kandungannya tanpa adanya kontaminan.

Ekstraksi merupakan pemisahan suatu zat aktif dari campuran dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarutan yang lain. Sedangkan maserasi merupakan metode ekstraksi yang sering digunakan dalam mengekstrak jaringan tumbuhan. Pada dasarnya metode ini dengan cara merendam sampel menggunakan pelarut organik seperti metanol, etanol dengan sekali-sekali dilakukan pengocokkan dalam suhu ruang. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Proses maserasi sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena mudah dilakukan.

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga dimiliki simplisia tersebut, simplisia merupakan bahan yang dikeringkan atau serbuk bahan yang akan diekstraksi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia tetapi jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan lamanya poses ekstraksi.

Sebelum maserasi dilakukan, bunga L.camara dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dirajang kecil-kecil. Sampel dibersihkan agar tidak mengandung banyak senyawa-senyawa atau kotoran pengganggu. Tujuannya dipotong kecil-kecil untuk mempercepat proses pengeringan dan memperbesar luas penampang simplisia agar labih cepat proses penyerapan zat saat perendaman. Sampel tersebut kemudian dikeringkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung, namun sirkulasi udaranya baik. Paparan sinar matahari secara langsung pada suhu tinggi dapat merusak dan menyebabkan terdegradasinya senyawa kimia dalam sampel yang dianalisis. Semakin kecil ukuran partikel sampel maka luas permukaan semakin besar. Rajangan sampel bunga L.camara diangin-anginkan sampai kering tanpa sinar matahari. Hal ini dilakukan karena sinar matahari dapat merusak senyawa-senyawa aktif yang terkandung di dalam sampel. Proses pengeringan berguna untuk mengurangi kadar air dalam sampel, karena air dapat mempengaruhi proses penarikan zat aktif dalam sampel.

Percobaan ini dilakukan untuk penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama 3 hari yang didiamkan pada temperatur kamar terlindung dari cahaya matahari. Metode yang digunakan adalah maserasi yang merupakan salah satu jenis metode ekstrasi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstrasi dingin, bunga L.camara dihaluskan dengan cara di blender menjadi serbuk dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas bidang sentuh semakin banyak supaya saat pelarutan dengan etanol, agar ekstrak yang diperoleh lebih banyak.

Rajangan sampel bunga L.camara diperkecil ukuran partikelnya sehingga menjadi serbuk. Sampel bunga ini diperoleh sebanyak 3,05 kilogram dimaserasi menggunakan pelarut etanol dalam suhu kamar terlindung dari cahaya. Pelarut etanol digunakan dalam maserasi karena bersifat semipolar dapat mengikat semua komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan bahan alam baik yang bersifat non polar, semi polar, dan polar. Etanol adalah cairan penyari yang masuk ke dalam sel melewati dinding sel serbuk bunga L.camara selama proses perendaman sampel, akan terjadi proses pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel. Sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan senyawa akan terekstraksi sempurna. Sehingga senyawa zat aktif dapat terekstrak keluar bersama cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam lalu kemudian di evaporasi. Tujuan dari evaporasi yaitu untuk menguapkan pelarut yaitu etanol, sehingga yang tersisa hanya senyawa aktif atau ekstrak kental etanol. Ekstrak kental yang dihasilkan dari maserasi yaitu 52 gram.

Percobaan ini dilakukan penguapan pelarut dengan menggunakan rotary evaporator. Alat ini merupakan alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan suatu larutan. Rotary evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat. Pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.

Prinsip ekstraksi senyawa dari sampel adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala. Keuntungan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain (1) Jenis pelarut, dimana jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen. Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut. Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia yang telah dikenal yakni like dissolved like. Jika gaya antar molekul antara molekul pelarut dan solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik bagi solut tersebut. Pemilihan pelarut juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti (a) Selektivitas, Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni. (b) Kestabilan kimia dan panas, Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir. (c) Kecocokan dengan solute, Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut. (d) Viskositas, Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat. (e) Recovery pelarut, Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan digunakan kembali. (f) Tidak mudah terbakar, Untuk kepentingan keamanan, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar (g) Tidak beracun, Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja (h) Murah dan mudah diperoleh, Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh. (2) Temperatur, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan. (3) Rasio pelarut dan bahan baku, Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya akan semakin mahal. (4) Ukuran partikel, laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.

Keuntungan dari metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit dan pemanasannya dapat diatur. Sedangkan kerugian dari metode ini adalah karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya dan bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.Partisi padat cair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan.

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode partisi ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu proses pemisahan zat terlarut di dalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula senyawa yang larut dalam pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai keseimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah.

Prinsip ekstraksi cair-cair adalah pemisahan sebagian terjadi ketika sejumlah zat terlarut mempunyai kelarutan relatif yang berbeda di dalam dua pelarut yang digunakan. Koefisien distribusi menentukan perbandingan konsentrasi dan zat terlarut didalam masing-masing pelarut. Senyawa-senyawa yang dipisahkan tetap kontak didalam kedua pelarut dan terlarut didalam masing-masing pelarut sesuai dengan perbandingan yang ditentukan oleh koefisien distribusi.

Senyawa-senyawa yang lebih larut dalam lapisan organik akan tertarik ke lapisan organik sedangkan senyawa-senyawa yang lebih larut dalam lapisan air akan tertarik ke air. Dua pelarut yang tidak bercampur dikocok di dalam corong pisah hingga membentuk dua lapisan antarmuka dan pelarut. Tetesan-tetesan kecil dan kedua pelarut akan menjadikan luas permukaan yang lebih besar dan mempercepat terjadinya kesetimbangan zat terlarut antara dua sistem pelarut. Proses ini disebut ekstraksi atau partisi sampel antara dua pelarut. Pengocokan dihentikan dan pelarut yang tidak bercampur akan memisah. Dimana zat terlarut melarut dengan mudah dan menjadi lebih pekat di dalam pelarut dimana kelarutannya lebih besar. Lapisan cairan yang berada di atas dan yang berada di bawah itu bergantung kepada kerapatan relatif dan kedua pelarut. Pelarut yang lebih ringan akan berada di lapisan atas dan pelarut yang lebih berat akan berada di lapisan bawah.

Dalam sistem kelarutan kita mengenal prinsip like dissolves like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya. Biasanya sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase organik.

Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya dengan fase cair, menggunakan prinsip like disolves like. Dikatakan bahwa molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar ion bermuatan berlawanan. Dalam hal ini dia cenderung menarik yang berlawanan, misalnya senyawa asam akan lebih larut dalam fase air yang basa daripada yang netral atau asam. Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fase tersebut disebut koefisien partisi. Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi yang berbeda, sehingga jika satu senyawa sangat polar, koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi dari pada senyawa non polar. Pemisahan sebagian terjadi ketika sejumlah zat terlarut mempunyai kelarutan relatif yang berbeda di dalam dua pelarut yang digunakan. Koefisien distribusi menentukan perbandingan konsentrasi dan zat terlarut di dalam masing-masing pelarut. Senyawa-senyawa yang dipisahkan tetap kontak di dalam kedua pelarut dan terlarut di dalam masing-masing pelarut sesuai dengan perbandingan yang ditentukan oleh koefisien distribusi. Berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel.

Fraksinasi selanjutnya yaitu suatu senyawa hanya ada dalam satu fase, hal ini dapat dicapai dengan ekstraksi fase awal berturut-turut dengan fase yang berlawanan. Lebih baik menggunakan elusi berurutan dengan volume relatif kecil dibandingkan dengan satu kali elusi keseluruh volume.Senyawa metabolit sekunder adalah jenis senyawa yang dihasilkan oleh mahluk hidup untuk mempertahankan dirinya dari gangguan seperti predator dihabitatnya. Sesuai namanya, senyawa ini dihasilkan suatu organisme bukan untuk kebutuhan utamanya seperti keperluan pertumbuhan dan perkembangannya, atau yang biasa disebut metabolit sekunder. Karena sifatnya yang tidak esensial bagi mahluk hidup yang mehasilkannya, maka senyawa metabolit sekunder dapat dimanfaatkan oleh mahluk hidup lain sebagai senyawa yang dapat mengobati penyakit atau memperkuat tingkat kekebalan mahluk hidup terhadap penyakit. Terdapat beberapa jenis senyawa metabolit sekunder yang umum ditemukan disuatu organisme. Diantaranya adalah alkaloid, terpenoid, glikosida, steroid, saponin, tanin, dan masih banyak lagi. Tumbuhan L.camara adalah sebagian contoh kecil tumbuhan yang memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti yang disebutkan diatas. Pengujian kandungan senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan memaserasi sampel dengan pelarut metanol, kemudian dilakukan proses fraksinasi untuk memperoleh senyawa yang memiliki tingkat kemurnian yang lebih tinggi, yang kemudian barulah diidentifikasi dengan pengujian fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawanya yang lebih spesifik.

Kandungan metabolit sekunder pada tanaman dapat bervariasi tergantung faktor lingkungan dan faktor dalam tumbuhan itu sendiri. Selain itu, tingkat usia dan kematangan tanaman mempengaruhi kandungan metabolit sekunder yang aktif secara maksimal dalam tanaman. Selain itu, kemungkinan perbedaan kandungan senyawa ini dapat disebabkan oleh perbedaan pengambilan lokasi sampel yang mempengaruhi perbedaan laju metabolisme terhadap tingkat spesies yang sama. Selain itu faktor kontaminan pada saat pengujian sampel dapat menpengaruhi kesalahan dalam pengidentifikasian senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan L.camara dan juga ketidak cocokan tingkat polaritas pereaksi yang digunakan terhadap metabolit sekunder yang akan diidentifikasi, karena umumnya senyawa yang diidentifikasi ini bersifat polar, maka diperlukan pereaksi polar untuk menarik senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada sampel uji, begitu pula sebaliknya apabila senyawa yang akan diindikasikan terdapat pada sampel uji bersifat nonpolar, maka diperlukan pula pereaksi non-polar untuk proses pengidentifikasian.

Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder atau metabolit sekumder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga diperlukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid.

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi.

Percobaan ini dilakukan skrining fitokimia dari fraksi etanol bunga L.camara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui golongan kandungan kimia fraksi etanol bunga. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bunga L.camara atau biasa dikenal dengan Tembelekan. L.camara merupakan tanaman liar yang tumbuh tanpa perawatan khusus. Tembelekan sendiri sebagai tanaman liar ternyata memiliki banyak kandungan kimia diantaranya minyak atsiri, fenol, flavonoid, karbohidrat, protein, alkaloid, glikosida, glikosida iridoid, etanoid fenil, oligosakarida, quinin, saponin, steroid, triterpin, sesquiterpenoid dan tannin.

Proses pengujian kandungan kimia ekstrak ini dilakukan untuk identifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam ekstrak sampel kering serbuk bunga L.camara. Hampir semua uji menunjukan hasil positif, terkecuali alkaloid, terpenoid dan steroid. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan sifat pelarut uji dan senyawa metabolit sekunder atau dapat disebabkan pula karena memang tidak terkandung senyawa tersebut pada jenis spesies tumbuhan ini.

Skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol bunga L.camara. Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga L.camara mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid.

Alkaloid mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem sikliknya serta mengandung substituen yang bervariasi seperi gugus amina, amida, fenol, dan metoksi sehingga alkaloid bersifat semipolar. Pada pengujian alkaloid dilakukan penambahan HCl sebelum ditambahkan pereaksi karena alkaloid bersifat basa sehingga diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid mengganti ion-ion dalam pereaksi Dragendroff dan. Hal ini mengakibatkan terbentuknya endapan jingga pada penambahan pereaksi Dragendroff karena nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam dan terbentuk endapan putih kekuningan pada penambahan pereaksi Mayer karena nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Tujuan penambahan Ammonia berfungsi untuk membasakan dan pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas. Kloroform digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Setelah itu diberikan pereaksi Dragendorf dimana jika terbentuk endapan kuning jingga berarti terdapat alkaloid. Namun pada fraksi ini tidak menunjukkan adanya perubahan warna, berarti tidak mengandung alkaloid.

Golongan tanin merupakan senyawa fenolik yang cenderung larut dalam air dan pelarut polar. Pengujian tanin dilakukan dengan melakukan penambahan FeCl3. Perubahan warna ini terjadi ketika penambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin. Pada penambahan FeCl3 pada ekstrak uji menghasilkan warna hijau kehitaman yang menunjukkan mengandung senyawa tannin terkondensasi.

Senyawa triterpenoid ada yang memiliki struktur siklik berupa alkohol yang menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat semipolar. Pada pengujian steroid/triterpenoid didasarkanpada kemampuan senyawa untuk membentuk warna dengan H2SO4 pekat dalam pelarut asam asetat anhidrat. Hasil yang diperoleh pada pengujian ekstrak bunga L.camara. menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentuknya cincin berwarna kecoklatan yang menunjukkan adanya kandungan triterpenoid.

Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklo-pentana-perhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologi tertentu. Steroid umumnya berada dalam bentuk bebas sebagai glikosida sederehana. Jika ekstrak positif mengandung steroid, maka akan timbul noda merah uingu atau ungu. Fungsi penambahan asam asetat anhidrat untuk membentuk adanya turunan asetil yang terdapat pada steroid. Pada uji ini digunakan kloroform yang berfungsi untuk melarutkan steroid. Selanjutnya yaitu penambahan asam sulfat yang berfungsi untuk mengekstraksi sehingga terbentuk cincin merah kecoklatan antara air maupun etanol dengan kloroform. Namun hasil tidak menunjukkan adanya steroid.

Saponin merupakan glikosida triterpen yang memiliki sifat cenderung polar karena ikatan glikosidanya. Saponin merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob. Pada saat digojok gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan udara sehingga membentuk buih. Kemudian dilakukan penambahan HCl 2 N yang bertujuan untuk menambah kepolaran sehingga gugus hidrofil akan berikatan lebih stabil dan buih yang terbentuk menjadi stabil. Hasil untuk fraksi etanol menunjukkan adanya saponin.

Flavonoid adalah kelompok senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6. Kandungan senyawa flavonoid dalam tanaman sangat rendah yaitu sekitar 25 %. Senyawa-senyawa tersebut pada umunya dalam keadaan terikat/konjugasi dengan senyawa gula sehingga menyebabkan flavonoid bersifat polar. Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksi berkedudukan orto, sehingga akan memberikan fluoresensi kuning intensif. Terdapat kandungan lavonoid dalam fraksi etanol L.camara.Salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat sitotoksik adalah dengan uji toksisitas terhadap larva udang dari Artemia Salina L (Brine Shrimp Lethality Test). BSLT merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang toksik dari bahn alam. Metode ini menunjukkan aktifasi farmakologis yang luas, tidak spesifik dan dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap larva udang (Artemia salina L).

Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC < 1000 g/ ml.

Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan cukup reproduksibel sehingga dapat digunakan sebagai bioassay yaitu isolasi komponen kimia berdasarkan aktifitas yang ditunjukkan oleh bioessay tersebut. Dengan mengetahui aktifitas dari suatu kelompok komponen kimia (fraksi), dapat dilakukan isolasi senyawa sehingga diperoleh senyawa tunggal aktif.

Median Lethal Dosis (LD50) adalah dosis dari sample yang diuji yang mematikan 50% dari hewan coba. Angka kematian dari hewan percobaan dihitung sebagai Median Lethal Dosis (LD50). Sedangkan LC50 adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia di udara atau dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu populasi hewan uji atau makhluk hidup tertentu. Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa.Hasil uji toksisitas ekstrak kering L.camara, pada konsentrasi 10.000 ppm yaitu 8 ekor, 5.000 ppm yaitu 10 ekor, 4.000 ppm yaitu 9 ekor, 3.000 ppm yaitu 10 ekor, 2.000 ppm yaitu 9 ekor, 1.000 ppm yaitu 8 ekor, 500 ppm yaitu 3 ekor, 200 ppm 6 ekor dan 100 ppm 5 ekor. Teori berdasarkan hasil tersebut seharusnya memperlihatkan bahwa semakin besar nilai konsentrasi dosis ekstrak, maka mortalitas larva Artemia salina juga semakin besar. Mortalitas yang terjadi disebabkan adanya pengaruh sifat toksik dari ekstrak kasar L.camara. Hal ini harusnya membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sifat toksiknya akan semakin tinggi. Namun hasil yang diperoleh tidak memperlihatkan nilai seperti itu, hanya saja secara garis besar pada konsentrasi rendah yaitu 100 ppm jumlah larva yang mati lebih sedikit daripada pada konsentrasi tinggi yaitu 10.000 ppm.

Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target. Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan di uji. Adapun sumber zat toksik dapat berasal dari bahan alam maupun sintesis. Toksisitas diukur dengan mengamati kematian pada hewan coba. Kematian hewan coba dianggap sebagai respon dengan menggunakan kematian sebagai jawaban toksik adalah titik awal untuk mempelajari toksisitas.

Alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah karena larva udang merupakan general bioassay sehingga semua zat dapat menembus masuk menembus dinding sel larva tersebut. Cara pengujian toksisitas terhadap larva udang (BST) adalah dengan menetaskan telur udang pada media air laut alami atau air laut buatan (ALB). Air laut alami atau ALB diambil secukupnya proposional dengan jumlah telur, dibiarkan hingga telur menetas menjadi larva.

Dalam praktikum ini dilakukan variasi konsentrasi yang berbeda masing-masing yaitu konsentrasi konsentrasi 10.000 ppm, 5000 ppm, 4000 ppm, 3000 ppm 2000 ppm 1000, 500 ppm 200 ppm dan 100 ppm untuk membandingkan toksisitas dan efek toksik yang ditimbulkan masing-masing konsentrasi tersebut. Setelah itu, untuk melihat pada konsentrasi berapakah larva udang mengalami LC50. Selanjutnya larutan-larutan tersebut ditaruh dalam vial-vial, kemudian larva udang yang telah berumur 48 jam dimasukkan ke dalam masing-masing vial dan ditambah air laut alami atau ALB hingga volume 10 mL dan air laut sebagai kontrol dimaksudkan untuk melihat apakah respon kematian dari sampel dan bukan dari laut.. Setelah 24 jam dicatat jumlah larva udang yang hidup dan yang mati. Hasil kematian larva udang kemudian dihitung dengan analisis probit dan diperoleh hasil akhir yang dinyatakan sebagai harga median lethal concentration (LC50).

Hasil uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah kematian anak udang Artemia salina L, karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam tumbuhan tertentu dari dosis yang telah ditentukan. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya LC50 selama 24 jam. Data tersebut dianalisis dengan komputer, menggunakan Probit Analysis untuk menentukan harga LC50.

Artemia salina merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan daphnia (kutu air). Artemia salina hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh garam. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, tergantung pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6% telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal.

Bila bahan yang diuji memberikan efek toksik terhadap larva Artemia salina, maka hal ini merupakan indikasi awal dari efek farmakologi yang terkandung dalam bahan tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Artemia salina memiliki korelasi positif terhadap ekstrak yang bersifat bioaktif.Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prosedur penetapan aktivitas senyawa antibakteri dari suatu bahan obat alami. Bahan obat alami atau yang biasa disebut dengan simplisia adalah suatu bahan alami yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain adalah bahan alam yang dikeringkan.Pada praktikum ini simplisia telah dibuat dalam bentuk ekstrak dengan cara ekstraksi. Untuk tahap awal pelaksanaan uji aktivitas dari bahan alam, bentuk ekstrak lebih disukai karena mengandung senyawa aktif yang konsentrat melalui suatu proses ekstraksi. Ekstrak yang akan diuji aktivitas antibakterinya pada praktikum ini adalah ekstrak L.camara. Ekstrak-ekstrak tersebut diujikan aktivitas antibakterinya terhadap bakteri S.mutans dan E.coli.Baterisid adalah suatu bahan yang mematikan bentukbentuk bakteri, bakteriostatis adalah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans adalah bakteri berbentuk coccus, gram negatif, farmasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 600C setelah 60 menit, merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas. Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode yaitu metode difusi. Metode difusi sendiri dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode silinder, metode sumuran dan metode cakram kertas. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode difusi dengan cara kertas cakram.Metode difusi cakram prinsip kerjanya adalah bahan uji dijenuhkan ke dalam kertas cakram (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung bahan tertentu ditanam pada media perbenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian diinkubasikan 370 C selama 24 jam. Area (zona) jernih disekitar cakram kertas diamati untuk menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan mikroba. Selama inkubasi, bahan uji berdifusi dari kertas cakram ke dalam agar-agar itu dan sebuah zona inhibisi akan terbentuk. Setelah itu penginkubasian dilakukan dalam suhu kamar selama 1x24 jam, dari hasil inkubasi tersebut akan terbentuk zona bening di media pertumbuhan. Zona bening ini terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut. Antimikroba yang berbeda memiliki laju difusi yang berbeda pula, karena itu keampuhan antimikroba satu tidak sama dengan antimikroba yang lain. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, Diameter zona sebanding dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke kertas cakram.Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut: merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat Aktivitas anti mikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu mikroba disebut mati jika tidak dapat berkembang biak. Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah membagi tiap piring petri menjadi 5 bagian. Masing-masing sektor diberi kertas cakram dan kemudian ditetesi dengan ekstrak pada konsentrasi 5000 ppm, 3000 ppm, dan 1000 ppm.Etanol 96% berfungsi sebagai kontrol negatif dan untuk memastikan apakah etanol memiliki aktivitas antibakteri atau tidak. Volume ekstrak dan etanol yang diteteskan ke paper disc sebanyak 20 mikroliter.Kloramfenikol dipilih sebagai kontrol positif pada uji aktivitas antibakteri karena berspektrum luas yaitu efektif untuk bakteri gram positif dan gram negatif serta mikroorganisme lain, dengan mekanisme menghambat sintesis protein, mencegah ujung aminoasil tRNA bergabung dengan peptida transferase (enzim yang menghubungkan asam amino dengan rantai peptida selama proses sintesis protein).Setelah ditetesi dengan berbagai ekstrak dan etanol, cawan petri kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37o C. Saat inkubasi cawan petri diletakkan dalam keadaan terbalik dengan tujuan untuk menghindari menetesnya air yang mungkin melekat pada dinding dalam pada tutup petri yang dapat mengakibatkan kontaminasi.Setelah diinkubasi selama 24 jam kemudian diamati apakah terbentuk daerah zona hambat atau tidak. Daerah zona hambat yang terbentuk diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong. Semakin besar diameternya maka semakin berpotensi kandungan dalam ekstrak tersebut.Interpretasi data etelah dilakukan pengamatan, yatu uji daya hambat mikroba digunakan bakteri S.mutans dan E.coli. Diperoleh zat yang memiliki zona hambat terbesar hasilnya berturut-turut adalah 24,75 mm dan 21,75 mm. Kloramfenikol mempunyai aktivitas paling besar dibanding ekstrak karena kloramfenikol memang merupakan obat yang berkhasiat sebagai antibakteri, spektrum kloramfenikol dalam membunuh bakteri juga sangat luas.Jika tidak terbentuk zona hambat kemungkinan dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain yaitu: konsentrasi mikroba uji pada media agar terlalu banyak sehingga bakteri menjadi resisten terhadap antimikroba yang terdapat pada ekstrak dan daerah zona hambat tidak dapat terbentuk, konsentrasi antimikroba ekstrak yang terdapat dalam cakram rendah sehingga antimikroba tidak cukup poten dan diameter zona hambat tidak terbentuk, jenis antimikroba yang terdapat dalam ekstrak tidak cukup poten untuk ketiga bakteri tersebut.Antijamur merupakan zat berkhasiat yang digunakan untuk penanganan penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai zat antijamur apabila senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur. Zat antijamur bekerja menurut salah satu dari berbagai cara, antara lain menyebabkan kerusakan dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Kerusakan pada salah satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut.Pengujian aktivitas antijamur dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain metode perforasi (lubang), cakram kertas dan metode gores silang. Pemilihan metode pengujian aktivitas antijamur harus tepat dan disesuaikan dengan jenis jamur yang diuji. Jenis jamur yang digunakan untuk pengujian aktivitas antijamur adalah jamur patogen. Hasil pengujian aktivitas antijamur tergantung pada kandungan komponen kimia yang berfungsi sebagai antijamur yang terdapat dalam ekstrak tersebut.Prinsip umum dalam menentukan aktivitas antijamur adalah dengan melihat adanya hambatan pertumbuhan jamur. Zat antijamur dapat diperoleh dari hasil fermentasi, sintetik, dan dari/hasil isolasi tanaman. Metode untuk pengujian antijamur adalah metode difusi agar. Metode ini dibagi menjadi tiga yaitu metode lubang, metode gores silang dan metode cakram kertas.Bahan baku yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak kering bunga L.camara atau biasa dikenal dengan Tembelekan. L.camara merupakan tanaman liar yang tumbuh tanpa perawatan khusus. Tembelekan sendiri sebagai tanaman liar ternyata memiliki banyak kandungan kimia diantaranya minyak atsiri, fenol, flavonoid, karbohidrat, protein, alkaloid, glikosida, glikosida iridoid, etanoid fenil, oligosakarida, quinin, saponin, steroid, triterpin, sesquiterpenoid dan tanin.Percobaan aktivitas antijamur ini menggunakan jamur Candida albicans. Candida adalah flora normal pada saluran pencernaan, selaput mukosa, saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit, dan di bawah kuku. Candida ada yang hidup sebagai jamur patogen, yaitu C. albicans. Infeksi C. albicans dapat mengakibatkan septikemia (radang pada meningen/membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan endokarditis (infeksi pada katup jantung).Tingginya tingkat resistensi C. albicans terhadap agen antifungi diakibatkan oleh penggunaan agen antifungi yang berlebihan seperti ketokonazol. Ketokonazol merupakan antijamur golongan imidazol yang pertama diberikan secara oral. Senyawa imidazol mempunyai intensitas kerja yang tinggi dan timbulnya resistensi sedikit. Ketokonazol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P-450, C-14--demethylase yang bertanggungjawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini akan mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permiabel dan terjadi penghancuran jamur. Oleh sebab itu, sangat diperlukan agen antifungi alternatif yang sangat efektif terhadap C.albicans.Beberapa bahan antimikrobial tidak membunuh tetapi hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Bahan antimikrobial bersifat menghambat bila digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan dalam konsentrasi tinggi dapat mematikan mikroorganisme. Berdasarkan ini perlu diketahui KHM (Konsentrasi Hambatan Minimum) dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) bahan antimikrobial terhadap mikroorganisme. KHM didefinisikan sebagai konsentrasi terendah bahan antimikrobial yang menghambat pertumbuhan, sedangkan KBM adalah konsentrasi terendah bahan antimicrobial yang mematikan. Perbedaan antara KHM dan KBM adalah cara kerjanya, yaitu pada penentuan KBM pada uji tidak menggunakan media perbenihan sehingga jamur tidak diberi nutrisi untuk tumbuh sehingga yang dibunuh adalah jamur yang tidak mengalami pertumbuhan dan pada uji KHM uji menggunakan media perbenihan yang mengandung nutrisi untuk pertumbuhan jamur.Uji kontrol positif dilakukan untuk mengetahui pengaruh antibiotik komersil terhadap zona hambatan yang terbentuk. Uji kontrol positif menggunakan antijamur ketokonazole tablet (generik). Uji kontrol positif dengan antijamur tidak menunjukkan adanya zona hambatan terhadap jamur uji. Juga hasil uji pelarut (negatif) pada ekstrak kering Lantana camara pada konsentrasi 1000, 5000 dan 10.000 ppm tidak menunjukan adanya zona hambatan terhadap jamur uji. Berdasarkan teori seharusnya terjadi penurunan zona hambat setiap penambahan konsentrasi. Hal ini terjadi karena semakin besar konsentrasi maka ekstrak semakin pekat dan mempengaruhi dalam proses disfusi ekstrak ke dalam paperdisk. Uji difusi agar dipengaruhi oleh salah satunya faktor kecepatan difusi suatu ekstrak. Pengukuran zona hambat dilakukan pada jam ke-24, jam ke-48 dan jam ke- 72. Terjadi perbedaan besar hambat antar konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi umumnya zona hambat semakin besar. Namun pada untuk ekstrak L. camara tidak terdapat zona hambat yang menandakan bakteri C. albicans sudah resisten. Hal ini dapat disebabkan karena ekstrak yang terlalu pekat sulit berdifusi ke dalam agar. Faktor lainnya misalnya adalah tebal tipisnya media agar, kondisi murni kultur jamur, suhu inkubasi dan kecepatan penyerapan panas inkubator pada tiap cawan dapat berbeda tergantung ketebalan cawan petri. Selain itu, ukuran penghambatan dipengaruhi oleh sensitivitas organisme, medium kultur, kondisi inkubasi, dan kecepatan difusi agar.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu :

1. Pembuatan simplisia harus memenuhi standar yang berlaku yaitu GAP (good agriculture practice), atau cara penanaman dan pemanenan yang benar dan GMP (good manufacturing practice) atau cara pembuatan dan produksi obat bahan alam yang benar.2. Prinsip ekstraksi komponen kimia dari bahan alam yaitu selama proses perendaman sampel, akan terjadi proses pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel. Sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan senyawa akan terekstraksi sempurna. Sehingga senyawa zat aktif dapat terekstrak keluar bersama cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

3. Prinsip Ekstraksi cair-cair adalah pemisahan sebagian terjadi ketika sejumlah zat terlarut mempunyai kelarutan relatif yang berbeda di dalam dua pelarut yang digunakan.4. Dilakukan uji kandungan kimia ekstrak bahan alam yaitu ekstrak etanol L.camara meliputi uji alkaloid, terpenooid, steroid, flavonoid, dan saponin.5. Prinsip pengujian toksisitas ekstrak bahan alam adalah berdasarkan jumlah larva yang mati (mortilitas) nya dalam berbagai konsentrasi ekstrak. Nilai LC50 dari ekstrak bungan Lantana camara yaitu 6,3 x 1015 mg/L

6. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu daya hambat mikroba digunakan bakteri S.mutans dan E.coli. Diperoleh zat yang memiliki zona hambat terbesar hasilnya berturut-turut adalah 24,75 mm dan 21,75 mm7. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu tidak adanya zona hambat yang dapat diamati, hal ini disebabkan karena ekstrak yang terlalu pekat sulit berdifusi ke dalam agar. Faktor lainnya misalnya adalah tebal tipisnya media agar, kondisi murni kultur jamur, suhu inkubasi dan kecepatan penyerapan panas inkubator pada tiap cawan dapat berbeda tergantung ketebalan cawan petri. Selain itu, ukuran penghambatan dipengaruhi oleh sensitivitas organisme, medium kultur, kondisi inkubasi, dan kecepatan difusi agar.

B. Saran

Diharapkan agar para peneliti di bidang ini memperhatikan cara pengambilan atau pemanenan sampel karena akan mempengaruhi kualitas simplisia.

Daftar Pustaka Alfath, C., R., Vera, Y., dan Sunnati, 2013, Antibacterial Effect of Granati fructusCortex Extract on Streptococcus mutans In Vitro, Journal Of DentistryIndonesia, 20 (1), 5-8. Anonim, 2014, Penuntun Praktikum Fitokimia I, UHO Press, Kendari.

Aulifa, D.L., Aryantha, I.N.P. dan Sukrasno, 2014, Aktivitas Anti Jamur EkstrakMetanol Dari Tumbuhan Rempah-Rempahan. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmuHayati dan Fisik, 16 (1), 12-18.

Carter, G.R. and D.J. Wise. 2004. Essential of Veterinary Bacteriology andMycology. 6th Ed. Blackwell Publishing. Iowa. USA.Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.Ganjewala., D, Silviya., Sam, Kishwar., H.,K, 2009, Biochemical CompositionsAnd Antibacterial Activities Of Lantana Camara Plants With Yellow,Lavender, Red And White Flowers, Eurasian Journal Of Biosciences, 3,69-77.Garrity M. George, 2004. Taxonomic Autline of the Prokaryetos Bergey`s ManualSystemic Bacteriology. Second edition.Girme, A.,S, Bhalke, R.,D., Ghogare, P.,B., Tambe, R.S., Jadhav dan Nirmal,2006, Comparative In Vitro Anthelmintic Activity Of MenthaPiperita And Lantana Camara From Western India, Dhaka Univ. J.Pharm. Sci, 5 (1-2),5-7.Heinrich, M., J. Barnes, Simon G., dan E. M. W., Farmakognosi dan Fitoterapi Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.Hernani, Tri Marwati Dan Christina Winarti, 2007, Pemilihan Pelarut Pada Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia Galanga) Secara Ekstraksi, Jurnal Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 4(1), 2.Indrayani, L., Hartati, S., dan Lidya S., 2006, Skrining Fitokimia Dan UjiToksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta Jamaicensis L.Vahl) Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach, Berk.PenelitianHayati, 12, 57-61.

Karlina, C., Y., Muslimin, I., dan Guntur, T., 2013, Aktivitas Antibakteri EkstrakHerba Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Staphylococcus aureusdan Escherichia coli. Lentera Bio, 2 (1), 87-93.Kumar,V.,K, T.,Venkatachalam, P.,Kalai Selvi.,Avinash O. Maske, N.SenthilKumar, 2010, Physicochemical And Preliminary Phytochemical StudiesOn The Lantana Camara (L.) Fruits, International Journal Of PharmacyAnd Pharmaceutical Sciences, (1), 52-54.Mudjiman, A., 1998, Udang Renik Air Asin, Bhrata Karya Aksara, Jakarta.

Noverita, Dinah, F., Ernawati, S., 2009, Isolasi Dan Uji Aktivitas AntibakteriJamur Endofit Dari Daun Dan Rimpang Zingiber ottensii Val., JurnalFarmasi Indonesia, 4 (4), 171-176.

Nugraha, 2012. Streptococcus mutans Si Plak Dimana-mana. Jurnal FakultasFarmasi USD YogyakartaNuraini, F., Samsul R., dan Yudiantoro, 2008, Pengaruh Konsentrasi Kitosan Terhadap Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar (sumur), Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, 13 (2).Pertami, D., S., Melkior, P., Sefy, A. I., Markus, B., R. dan Wasilah, 2013,Lactobacillus acidophilus Probiotic Inhibits the Growth of Candidaalbicans, Journal Of Dentistry Indonesia, 20 (3), 64-67.

Putro, W., 2013, Daya Peredam Radikal Bebas Ekstrak Etanol Buah Pepino Putih Dan Ungu (Solanum Muricatum Aiton Var Putih Dan Ungu) Terhadap DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 5.Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Jakarta.Sangi, M., S., Lidya, I., M., dan Moureen, K., 2012, Uji Toksisitas Dan SkriningFitokimia Tepung Gabah Pelepah Aren (Arenga pinnata), Jurnal IlmiahSains, 2 (2), 127-134.

Sani, N.,S., Rofiah, R., Dan Mahfud, 2012, Pengambilan Minyak Atsiri DariMelati Dengan Metode Enfleurasi Dan Ekstraksi Pelarut Menguap, JurnalTeknik Pomits, 1 (1), 1-4.Sapar, a., Alfian Noor, Nunuk Hariani Soekamto, Ahyar Ahmad dan Tri Haryono Hadi, 2013, A preliminary Study of Boiactivity and Identification of Secondary Metabolite Functional Groups in Extracts of Agelas nakamurai Hashino Sponge from Spermonde Archipelago, Marina Chimica Acta, Vol. 14 No. 2, ISSN 1411-2132, Makasar.

Songer, J.G. and K.W. Post. 2005. Veterinary Microbiology: Bacterial andFungalAgents of Animal Disease. Elsevier Saunders: Missouri. USA.Sukadana Dkk. 2007. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Antimakan Dari BatangTumbuhan Brotowali (Tinospora Tuberculata Beumee.). Jurnal Kimia.Vol.1(1). 55-61.Sukadana, I., M., Wiwik, S.,R, dan Frida, R., K, 2007, Isolasi Dan IdentifikasiSenyawa Antimakan Dari Batang Tumbuhan Brotowali (TinosporaTuberculata Beumee.), Jurnal Kimia, 1(1), 55-61.Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.Syaing, E., S., F., 2011, McFarland, Laporan Hasil Penelitian, Scribd.

Utami, E., R., 2011, Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi, El-hayah, 1(4), 191-198.Yuda I.K.Y., Made S.A., Anak A.G.O.D., 2013, Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Estrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia) dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) yang Diinduksi Aloksan, Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 , ISSN : 2085-2495 , Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana-BalI.Yuliasih, I., Tun, T., I., Illah, S., Hardaning, P., Krisnani, S., Titi, C.,S., 2007, Pengaruh Proses Fraksinasi Pati Sagu Terhadap Karakteristik Fraksi Amilosanya, Jurnal Teknik Industri Pertanian, 17(1), 29-36.

Bunga Lantana camara

Serbuk Bunga L.camara

Ekstrak Kental Bunga L.camara

Sampel

Filtrat

Tabung II

Tabung I

Sampel

Sampel

Sampel

Sampel

Sampel

Ekstrak Kental Bunga L.camara

Ekstrak Kental Bunga L.camara

Larutan induk 10.000 ppm

NA

NaCl

Bakteri

Kloramfenikol

Cawan petri

Ekstrak Kental Bunga L.camara

Larutan induk 10.000 ppm

PDA

Jamur

Ketokonazole

Cawan petri

i

_1480613007.xlsChart1

80

100

90

100

90

80

30

60

50

Y-Values

Konsentrasi

Mortalitas

LC50

Sheet1

X-ValuesY-Values

10080

200100

50090

1000100

200090

300080

400030

500060

1000050