Laporan Lateks

55
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting dan teristimewa bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan karet alam memiliki peranan penting dalam menghasilkan devisa negara. Karet alam merupakan hasil olah lateks yang dihasilkan oleh tanaman karet Hevea brasiliensis. Negara Indonesia merupakan negara produsen karet alam nomor dua didunia dengan luas tanaman karet kira–kira 2,9 juta Ha dan produksi pertahunnya sekitar 1,1 juta ton. Produksi karet yang telah dipasarkan tersebut dalam bentuk olahan lateks pekat (concentrated lateks), Sheet atau Ribbed Smoked Sheet (RSS), karet remah atau Standard Indonesian Rubber (SIR). Di Indonesia, sebagian besar perkebunan karet yang ada merupakan perkebunan rakyat. Produktivitas karet alam yang dihasilkan perkebunan rakyat rendah, sekitar 600 kg/ha/tahun. Selain itu, hasil olahan karet alamnya juga

description

laporan praktikum lateks.com

Transcript of Laporan Lateks

Page 1: Laporan Lateks

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting dan teristimewa

bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan karet alam memiliki peranan penting dalam

menghasilkan devisa negara. Karet alam merupakan hasil olah lateks yang dihasilkan

oleh tanaman karet Hevea brasiliensis.

Negara Indonesia merupakan negara produsen karet alam nomor dua didunia

dengan luas tanaman karet kira–kira 2,9 juta Ha dan produksi pertahunnya sekitar 1,1

juta ton. Produksi karet yang telah dipasarkan tersebut dalam bentuk olahan lateks

pekat (concentrated lateks), Sheet atau Ribbed Smoked Sheet (RSS), karet remah atau

Standard Indonesian Rubber (SIR).

Di Indonesia, sebagian besar perkebunan karet yang ada merupakan

perkebunan rakyat. Produktivitas karet alam yang dihasilkan perkebunan rakyat

rendah, sekitar 600 kg/ha/tahun. Selain itu, hasil olahan karet alamnya juga memiliki

mutu yang rendah. Hal ini menyebabkan karet alam Indonesia kurang diminati

penduduk internasional.

Saat ini, karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil. Hal ini disebabkan

oleh semakin meningkatnya produksi karet sintetis misal Butty Rubber (BR), Styrene

Butadine Rubber (SBR) dan lain-lain. Jenis karet sintetis ini mempunyai sifat-sifat

khusus yang lebih baik dibandingkan dengan karet alam. Oleh karena itu dilakukan

praktikum untuk mengetahui cara pengolahan lateks yang baik dan benar sehingga

dapat menghasilkan karet alam yang berkualitas dan mampu bersaing dengan karet

sintetis.

Page 2: Laporan Lateks

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses,

pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas

karet yang dihasilkan.

2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam.

yaitu karet Sheet, Crepe, Lateks Pekat dan Crumb Rubber

3. Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet Sheet,

Crepe, Lateks Pekat dan Crumb Rubber

Page 3: Laporan Lateks

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet dan Klasifikasinya

Tanaman karet memiliki nama latin Hevea brasiliensis. Tanaman ini

berasal dari Brazilia dan merupakan sumber bahan karet alam terbesar dunia

karena mampu menghasilkan getah karet. Selain Hevea brasiliensis ada pohon

lain yang juga dapat menghasilkan getah lateks diantaranya adalah Castilla

elastica (famili Moraceae), berasal dari rimba Bolivia hingga Meksiko, Funtumia

elastica (famili Apocinaceae), banyak tumbuh di Afrika, Ficus elastica (famili

Moraceae), terdapat di India, dan Taracaxum kokbsaghyz (famili Compositae)

tumbuh di Rusia. Namun, dari kesekian tanaman tersebut, sekarang ini yang

paling banyak dibudidayakan adalah Hevea brasiliensis. Tanaman karet mampu

menghasilkan lateks, sehingga dikatakan sebagai satu-satunya tanaman yang

dibidayakan dalam kebun secara besar-besaran (Nazaruddin dan Farry, 1992).

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk

tanaman karet adalah pada zona antara 15o LS dan 15o LU. Bila di tanam di luar

zona tersebut, pertumbuhannya lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun

lebih lambat (Siregar, 2009).

Tanaman karet merupakan pohon yang dapat tumbuh tinggi dan memiliki

batang cukup besar. Tingginya dapat mencapai 15-25 m. Tanaman karet tumbuh

optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter diatas

permukaan laut (Setyamidjaja, 2011). Menurut Cahyono (2010) dalam dunia

tumbuhan tanaman karet tersusun dalam klasifikasi botani sebagai berikut.

Kingdom/Philum         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi                            : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi                      : Angiospermae (biji berada dalam buah)

Kelas                             : Dycotyledonae (biji berkepin dua)

Page 4: Laporan Lateks

Ordo                              : Euphorbiales

Famili                            : Euphorbiales

Genus                            : Hevea

Spesies                          : Hevea bransiliensis

2.2. Pengertian Lateks Segar dan Lateks Pekat

2.2.1 Lateks Segar

Menurut Suwardin (1989), lateks merupakan suatu dispersi

partikel karet hidrokarbon dalam fase cair yang disebut sebagai serum.

Kandungan karet dalam lateks bervariasi, tergantung dari klon, umur

tanaman, pemupukan, musim, dan sistem eksploitasi yang dilakukan.

Lateks merupakan sistem koloid dimana partikel karet yang dilapisi oleh

protein dan fosfolipid terdispersi di dalam air. Protein di lapisan luar

memberikan muatan pada partikel karet. Lateks merupakan suatu dispersi

butir-butir karet dalam air, dimana di dalam dispersi tersebut juga larut

beberapa garam dan zat organik seperti gula dan protein. Lateks

merupakan cairan yang berwarna putih atau putih kekuning-kuningan.

Lateks terdiri dari partikel karet dan bukan karet yang terdispersi

di dalam air (Triwijoso dan Siswantoro,1989). Sedangkan menurut

Goutara, et al.(1985), lateks merupakan sistem koloid dimana partikel

karet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid terdispersi didalam air.

Protein dilapisan luar memberikan muatan negatif padapartikel.

Lateksmerupakan suatu dispersi butir-butir karet dalam air, dimana di

dalam dispersi tersebut juga larut beberapa garam dan zat organik, seperti

zat gula, dan zat protein (Lie, 1964)

2.2.2 Lateks Pekat

Lateks pekat merupakan hasil olahan yang diperoleh dari

pemekatan lateks kebun. Tujuan pembuatan lateks pekat adalah

Page 5: Laporan Lateks

meningkatkan kadar karet kering (KKK). Lateks kebun dengan kadar

karet kering (KKK) 60 % akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai

untuk pengolahan barang jadi karet. Pembuatan lateks pekat dapat

dilakukan dengan empat metode, yaitu sentrifuse (pemusingan),

pendadihan, penguapan, dan elektrodekantasi. Metode yang paling

sering digunakan adalah metode sentrifuse (pemusingan) karena

menghasilkan kapasitas produksi yang besar, viskositas lateks lebih

rendah, lipida (tidak kental), dan hasil lateks lebih murni (tidak

tercampur endapan dan kotoran) (Solichin, 1995).

Pada umumnya, pengolahan lateks pekat di Indonesia

menggunakan cara pemusingan (sentrifuse) karena kapasitasnya tinggi

dan pemeliharaannya lebih mudah. Lateks kebun dengan kadar karet

kering (KKK) 28-35 % dipusingkan pada kecepatan 5000-7000 rpm,

sehingga pada bagian atas alat akan diperoleh lateks pekat dengan kadar

karet kering (KKK) 60 % dan berat jenis 0,94, sedangkan di bagian

bawah akan dihasilkan skim yang masih mengandung 4-8 % karet

dengan berat jenis 1,02 (Goutara, et al, 1985).

Selain dengan pemusingan proses pemekatan lateks dapat

dilakukan dengan cara pendadihan. Pendadihan ini merupakan cara yang

paling mudah. Proses ini dilakukan dengan menambahkan sejumlah

bahan yang larut dalam air, yaitu hidrokoloid yang dikenal sebagai

bahan pendadih. Menurut Dikension (1969), terdapatnya bahan

pendadih menyebabkan terjadinya aglomerasi pada butir karet yang

akan membentuk sekumpulan butiran karet yang memiliki diameter

besar. Perbedaan rapat jenis butir karet dan serum juga terjadi. Hal ini

akan mempercepat gerak partikel karet naik ke permukaan sehingga

butir-butir karet akan mengelompok di permukaan.

Page 6: Laporan Lateks

2.3 Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks Pekat

2.3.1 Lateks Segar

Lateks merupakan suatu dispersi butir-butir karet dalam air, dimana di

dalam dispersi tersebut juga arut beberapa garam dan zat organik, seperti

zat gula, dan zat protein (Lie, 1964). Lateks memiliki putih susu

kekuningan, berupa getah kental, seringkali mirip susu, dan membeku

ketika terkena udara bebas. Lateks mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat

kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet.

Lateks membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk,

1985)

Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya

putih susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet

mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet

mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam

lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe.

Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul

poliisoprene (C5H8)n dengan rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel

karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan

ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong

(Triwijoso, 1995).

Lateks adalah suatu koloid dimana karet dilapisi oleh protein dan

fosfolipida terdispersi di dalam air. Protein terdiri dari asam amino dengan

mengandung gugus amina-(NH2) dan karboksil -(COOH) yang bersifat

amfoter ( dapat bersifat asam atau basa). Dengan sifat amfoter maka pH

lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemantapan karet. Lateks segar

mempunyai pH±6,8 sehingga partikel karet bermuatan negatif. Lapisan

pelindung protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrofilik,

Page 7: Laporan Lateks

sehingga berinteraksi dengan molekul air. Molekul air tersusun sedemikian

rupa membentuk lapisan disekeliling partikel karet tersebut terdispersi

membentuk larutan koloid yang mantap (Ompusunggu, 1987)

Komposisi lateks apabila disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm

yang adalah sebagai berikut :

1. Fraksi lateks (37%) : Karet (isopren), protein, lipida, dan ion logam.

2. Fraksi Frey Wyssling (1-3%) : Karotenoid, lipida, air, karbohidrat dan

inositol, protein dan turunannya.

3. Fraksi serum (48%) : Senyawaan nitrogen, asam nukleat dan nukleotida,

senyawa organik, ion anorganik, dan logam.

4. Fraksi dasar (14%) : Air, protein dan senyawaan nitrogen, karet dan

karotenoid, lipida dan ion logam.

Partikel karet di dalam lateks tidak dapat saling berdekatan, karena

masing-masing partikel mempunyai muatan listrik. Lateks dilapisi

dengan lapisan protein, sehingga partikel karet bermuatan listrik. Protein

merupakan gabungan dari asam-asam amino yang bersifat dipolar

(dalam keadaan netral mempunyai dua muatan listrik) dan amphoter

(dapat bereaksi dengan asam atau basa).

Protein negatif Protein netral Protein positif

pH > 4,7 pH = 4,7 pH < 4,7

Suasana basa Titik isoelektrik Suasana asam

Gambar Protein Dipolar

Menurut Suharto (1978) lateks merupakan poliisopren, suatu polimer

dengan bobot molekul berkisar antara 400.000-1.000.000. Bahan

Page 8: Laporan Lateks

penyusunnya adalah isoprene (12-metil-1,3-butadiena). Monomer

isoprena saling berikatan secara kepala ekor 1,4 membentuk poliisoprena

atau (C5H8)n. n merupakan derajat polimerisasi yang menyatakan

banyaknya monomer yang berpolimerisasi membentuk polimer. Nilai n

bervariasi dari satu rantai polimer ke rantai polimer lain dan berkisar

antara 3.000-15.000. Polimer ini mempunyai bentuk ulang cis. Oleh

karena itu lateks memiliki nama kimia lengkap cis-1,4-polisoprena.

2.3.2 Lateks Pekat

Lateks pekat merupakan lateks yang dihasilkan dari pemekatan lateks

kebun. KKK lateks pekat sekitar 60%. Lateks pekat memiliki ciri-ciri

lolos saringan 40 mesh, berwarna putih dan berbau karet segar,

mempunyai kadar karet kering berkisar antara 60-62%. Lateks pekat

umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan.

Lateks dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi

flokulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Kestabilan lateks

yaitu idak terjadinya penggumpalan pada kondisi yang diinginkan.

2.4 Manfaat dan Aplikasi Lateks

Lateks memiliki banyak kegunaan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Umumnya lateks diolah menjadi alat-alat untuk keperluan kehidupan sehari-

sehari maupun dalam usaha industri. Barang yang dapat dibuat dari lateks karet

alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabun penggerak mesin besar

dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam.

Bahan baku lateks banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat

atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Karet juga bisa dipakai

untuk tahanan dudukan mesin serta dipasang pada pintu, kaca pintu, kaca mobil,

dan pada alat-alat lainnya (Nopianto,2009).

Page 9: Laporan Lateks

Untuk pembuatan barang-barang dari lateks, maka konsentrat lateks cair

mula-mula dicampur dengan beberapa bahan kimia kompon. Kemudian cetakan

bentuk yang diinginkan dicelupkan ke dalam campuran lateks agar terjadi

pengendapan lapisan lateks tipis. Pencelupan bisa dilakukan menggunakan atau

tanpa menggunakan bahan kimia penstabil (yakni celup penggumpal atau celup

langsung). Pada umumnya, pelumeran dilakukan pada tahap proses tertentu, dan

produk diawetkan pada suhu 100°-120°C. Pembuatan kompon karet kering

adalah untuk memproduksi berbagai produk elastis yang berguna dengan

menggunakan zat pengikat silang (cross-linking agents). Lateks banyak

digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang selanjutnya menjadi

bahan mentah untuk industri pembuatan ban, pipa karet, selang, sepatu/sandal,

komponen otomotif, komponen engineering, lem, dan beberapa peralatan rumah

tangga.

Selain itu lateks dapat digunakan sebagai perekat, karena partikel karetnya

memiliki daya lengket. Namun daya rekat partikel karet alam kurang baik

sehingga hanya digunakan untuk merekatkan bahan-bahan ringan yang tidak

memerlukan daya rekat baik. Jika rantai molekulnya lebih pendek, diharapkan

kemampuan partikel karet alam tersebut menyerap pada permukaan media akan

lebih baik, sehingga meningkatkan daya rekatnya (Alfa dan Syamsu, 2004)

Page 10: Laporan Lateks

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Gelas ukur

2. Beaker glass

3. Timbangan analitik

4. Spatula

5. Bulp pipet

6. Hot plate

7. Kempa hidrolik

8. Karet gelang

9. Plastik

10. Penyaring

3.1.2 Bahan

1. Lateks segar

2. Asam format 1%

3. Asam asetat 1 %

4. CMC

5. Tissue

6. Label

Page 11: Laporan Lateks

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Ditimbang dalam beaker glass (a gram)

Pengepresan

Pengeringan permukaan karet

Ditimbang sebagai b gram ( Hitung Fp dan KKK )

+ asam format 1% (10 ml) + asam asetat 1% (10 ml)

Dipanaskan dan diaduk hingga menggumpal

100 ml lateks segar

Page 12: Laporan Lateks

3.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet

Penyaringan

Penentuan KK dan Ke

Penambahan air sesuai perhitungan

Keterangan :

KK = KKK lateks kebun

Ke = KKK lateks yang dikehendaki

100 ml lateks segar

Page 13: Laporan Lateks

3.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-

Sifat Lateks Pekat

Penyaringan

Diaduk dan biarkan 4 hari

Diamati viskositas, berat warna dan aroma

Dipanaskan dan diaduk hingga menggumpal

Pengepresan

Ditimbang sebagai b gram (Hitung KKK)

100 ml lateks segar

+ 5 ml CMC 1% + 6 ml CMC 1% + 7 ml CMC 1%

+ asam format 1% (10 ml)

Page 14: Laporan Lateks

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Asam Berat Beaker Glass (g)

Berat Beaker Glass + Lateks (g)

Berat Lateks ( a gram)

Berat Sheet (b gram)

Asam asetat 1 %

194,31 290,62 96,31 38,77

Asam format 1 %

184,58 280,21 95,63 40,14

4.1.2 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Segar

4.1.2.1 Penyimpanan 4 hari

5 ml 6 ml 7 mlBerat BG (g) 176,62 204,27 213,77Berat BG + Lateks (g) 273,85 299,93 310,27Berat Lateks (a gram ) 97,23 95,66 96,5

Penambahan CMC b gram

Penambahan

CMC

Penyimpanan Parameter yang diamati

Aroma Warna

5 ml 0 hari + + + +

6 ml + + + +

7 ml + + + +

5 ml 4 hari + + + + + +

6 ml + + + + + + + + + +

7 ml + + + + + + + +

Page 15: Laporan Lateks

5 ml 38,26

6 ml 39,82

7 ml 37,30

4.1.2.2 Penyimpanan 5 hari

Keterangan :

Aroma = semakin + semakin menyengat

Warna = semakin + semakin kuning

4.2 Hasil Perhitungan

5 ml 6 ml 7 mlBerat BG 218,28 178,10 182,01Berat BG + Lateks 314,38 275,37 277,50Berat Lateks (a gram ) 96,1 97,27 95,49

Penambahan

CMC

Penyimpanan Parameter yang diamati

Aroma Warna

5 ml 0 hari + + + +

6 ml + + + +

7 ml + + + +

5 ml 5 hari + + + + + + + + +

6 ml + + + + + + + +

7 ml + + + + + + +

Penambahan CMC b gram

5 ml 33,87

6 ml 41,87

7 ml 37,16

Page 16: Laporan Lateks

4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Asam FP (%) KKK At (mL)

Asam asetat 1% 59,7 38,82 155

Asam format 1% 58 40,17 167,8

4.2.2 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Segar

4.2.2.1 Penyimpanan 4 hari

Penambahan CMC a gram b gram FP (%) KKK

5 ml 97,23 38,26 60,65 38,26

6 ml 95,66 39,82 58,37 39,82

7 ml 96,5 37,30 61,34 37,30

4.2.2.2 Penyimpanan 5 hari

Penambahan CMC a gram b gram FP (%) KKK

5 ml 96,1 33,87 35,24 33,87

6 ml 97,27 41,87 56,95 41,87

7 ml 95,49 37,16 61,084 37,165

Page 17: Laporan Lateks

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat dan CMC

5.1.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat

            Lateks kebun memiliki pH 6,9 - 7,2. Dalam kondisi ini lateks

terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif. Dengan adanya

penambahan asam organik atau anorganik misalnya asam asetat dan atau

asam format  sampai pH mendekati titik isoelektrik atau muatan listrik

mencapai nilai 0 (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2), maka protein tidak stabil.

Dengan tidak stabilnya protein, maka protein akan menggumpal dan

lapisan ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya

menggumpal. Hal ini disebabkan elektro kinetis potensial sudah sangat

rendah. Adanya penambahan asam asetat dan atau asam format maka

akan terjadi penambahan muatan positif sehingga antara partikel terjadi

kekuatan saling tolak-menolak atau lateks masih dalam keadaan cair.

Kestabilan lateks dipengaruhi muatan listrik dari lateks. (Djumarti,

2011).

5.1.2 Penambahan CMC

Menurut Kirk dan Othmer (1976) CMC merupakan salah satu

bahan penstabil emulsi berbentuk polimer terdispersi baik dalam air

dingin maupun air panas. Dalam pengolahan lateks, CMC berfungsi

sebagai penstabil sistem koloid dan pemisah antara bahan karet dengan

serum. Adanya penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks

menjadi sangat labil sehingga sistem segera memberikan reaksi untuk

mencapai kestabilan yang baru. Untuk mencapai tingkat kestabilan yang

lebih baik sistem memerlukan periode waktu satu malam. Satu bagian

atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus

natriumkarboksimetil (-CH2COONa). Kelarutan CMC dipengaruhi oleh

derajat substitusinya (DS). CMC dengan DS lebih kurang atau sama

Page 18: Laporan Lateks

dengan 0,3 larut dalam alkali, sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4

Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC memiliki DS

maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus

hidroksil yang dapat digantikan dengan gugus Na-CMC (Loo, 1973).

5.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

            5.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Pada acara “Perhitungan KKK Lateks Segar,” mula-mula yang

dilakukan adalah menimbang beaker glass kosong untuk mengetahui

beratnya. Kemudian mengambil lateks segar sebanyak 2 kali masing-

msaing 100 ml dan memasukannya dalam beaker glass. Masing-

masing lateks dalam beaker glass tersebut kemudian ditimbang untuk

mengetahui berat lateks. Nilai penimbangan ini dinyatakan sebagai a

gram. Kemudian dilakukan penambahan asam asetat 1 % sebanyak 10

ml pada lateks dalam beaker glass satu, dan asam asetat 1% sebanyak

10 ml pada lateks dalam beaker glass dua. Penambahan asam ini

bertujuan untuk menggumpalkan lateks, sedangkan penambahan jenis

asam yang berbeda berujuan untuk mengetahui efektivitas masing-

masing asam dalam menggumpalkan lateks. Lateks yang telah

ditambah dengan asam kemudian dipanaskan menggunakan hot plate.

Hal ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara getah karet dengan

asam yang ditambahkan. Saat dipanaskan dilakukan pula pengadukan

hingga menggumpal untuk memisahkan serum dengan bagian karet..

Setelah lateks menggumpal dan terpisah bagian serumnya, dilakukan

pengepresan menggunakan kempa hidrolik untuk menghilangkan air

dari gumpalan karet. Selain untuk mengeluarkan sebagian air, juga

untuk memperluas permukaan sheet dengan menipiskannya. Kemudian

karet sheet dikeringkan anginkan untuk menghilangkan sisa-sisa air

yang keluar saat pengepresan. Setelah karet kering, dilakukan

Page 19: Laporan Lateks

penimbangan sebagai b gram untuk mengetahui berat bahan setelah

dilakukan pengepresan. Lalu dilakukan perhitungan nilai FP untuk

mengetahui persentase FP yang selanjutnya digunakan untuk mencari

nilai KKK lateks segar.

5.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet

Pada acara “Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet”

yang dilakukan adalah mula-mula menyiapkan lateks segar sebanyak

100 ml. Lateks segar yang telah disiapkan kemudian disaring untuk

menghilangkan kotoran sehingga diperoleh lateks segar yang murni

dan bersih. Selanjutnya ditentukan nilai KK dan KE nya. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang harus ditambahkan pada

lateks segar tersebut. Setelah itu, ditambahkan air sesuai perhitungan

tersebut agar penambahan air tidak mengakibatkan penurunan kualitas

lateks segar.

5.3.3   Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Pekat

Pada acara “Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama

Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat” yang dilakukan mula-

mula adalah mengambil lateks segar sebanyak 3 kali masing-masing

100 ml kemudian disaring untuk memisahkan lateks dari kotorannya

sehingga diperoleh lateks yang bersih. Lateks yang telah bersih

kemudian dimasukkan ke dalam 3 beaker glass masing-masing sebesar

100 ml. Kemudian pada masing-masing beaker glass yang berisi lateks

ditambahkan CMC. Pada beaker glass pertama ditambahkan CMC 1 %

sebanyak 5 ml, beaker glass kedua ditambahkan CMC 1% sebanyak 6

ml, dan beaker glass ketiga ditambahkan CMC 1% sebanyak 7 ml.

Penambahan CMC 1% ini berfungsi untuk memisahkan serum dengan

dadih dan perbedaan jumlah CMC yang ditambahkan bertujuan untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik dan organoleptik lateks

Page 20: Laporan Lateks

pekat yang dihasilkan. Setelah dilakukan penambahan CMC 1%,

kemudian lateks diaduk dan dibiarkan selama 4 dan 5 hari. Perbedaan

waktu ini bertujuan untuk mengetahui waktu optimal yang

menghasilkan karet paling baik akibat adanya penambahan jumlah

CMC yang berbeda. Setelah dibiarkan 4 dan 5 hari, lateks pekat yang

dihasilkan diamati viskositas, tekstur, warna, dan aroma untuk

mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing lateks

sehingga dapat diketahui perlakuan yang menghasilkan kualitas karet

yang paling baik. Setelah dilakukan pengamatan, pada masing-masing

lateks pekat tersebut kemudian ditambahkan asam format 1 %

sebanyak 10 ml. lateks pekat yang telah ditambahkan asam format 1

% sebanyak 10 ml kemudian dipanaskan menggunakan hot plate. Hal

ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara getah karet dengan

asam yang ditambahkan. Saat dipanaskan dilakukan pula pengadukan

hingga menggumpal untuk memisahkan serum dengan bagian karet.

Setelah lateks menggumpal dan terpisah bagian serumnya, dilakukan

pengepresan menggunakan kempa hidrolik untuk menghilangkan air

dari gumpalan karet. Selain untuk mengeluarkan sebagian air, juga

untuk memperluas permukaan sheet dengan menipiskannya. Kemudian

karet sheet dikeringkan anginkan untuk menghilangkan sisa-sisa air

yang keluar saat pengepresan. Setelah karet kering, dilakukan

penimbangan sebagai b gram untuk mengetahui berat bahan setelah

dilakukan pengepresan.

5.3 Analisa Data

5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Pada acara “Perhitungan KKK Lateks Segar,” lateks segar

dengan volume 200 ml masing-masing 100 ml dimasukkan pada

Page 21: Laporan Lateks

dua beaker glass. Berdasrkan hasil pengamatan, beaker glass pertama

memiliki berat sebesar 194,31 g dan beaker glass kedua memiliki

berat sebesar 184,58 g. Lateks segar dengan volume 100 ml yang

pertama dimasukkan pada beaker glass pertama dan ditimbang

diperoleh beratnya yaitu 96,31 g. Kemudian lateks segar 100 ml yang

kedua dimasukkan pada beaker glass kedua dan ditimbang diperoleh

beratnya yaitu 95,63 g. Nilai berat ini dinyatakan sebagai A gram.

Hal ini menujukkan bahwa meskipun volume awal lateks segar sama,

namun beratnya berbeda. Lateks segar pada beaker glass pertama

ditambah zat koagulan berupa asam asetat 1% sebanyak 10 ml,

sedangkan lateks segar pada beaker glass kedua ditambah asam

format 1% sebanyak 10 ml. Setelah lateks segar menggumpal dan

dilakukan pengepresan, lateks segar tersebut menjadi karet sheet dan

ditimbang beranya (dinyatakan sebagai B gram). Berat karet sheet

yang dihasilkan dari lateks segar ditambah asam asetat dan asam

format berturut-turut adalah 38,77 g dan 40,14 g.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat hasil nilai FP pada

penambahan asam asetat dan asam format secara berturut-turut

adalah 59,7% dan 58%. Dan untuk perhitungan KKK dari

penambahan asam asetat dan asam format secara berturut-turut

adalah 38,82% dan 40,17%. Kadar Karet Kering (KKK) merupakan

parameter terukur yang menunjukkan persentase jumlah karet dalam

lateks. Lateks dengan penambahan asam asetat memiliki nilai KKK

sebesar 38,82% yang artinya adalah dalam seratus mili liter lateks

mengandung 38,82 gram partikel karet. Lateks dengan penambahan

asam format memiliki nilai KKK sebesar 40,17% yang artinya adalah

dalam seratus mili liter lateks mengandung 40,17 gram partikel karet.

Hal ini menunjukkan bahwa KKK yang dihasilkan pada penambahan

asam format lebih besar daripada asam asetat. Sehingga dapat

Page 22: Laporan Lateks

disimpulkan bahwa penambahan asam format sebagai bahan

penggumpal lebih baik daripada penambahan asam asetat. Menurut

Djumari (2011) pada pembekuan lateks segar digunakan bahan

pembeku asam asetat 2%. Dalam praktikum asam asetat yang

digunakan 1% sehingga kurang efektif untuk membekukan lateks

segar.

5.3.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet

Berdasarkan hasil perhitungan pada acara “Pengenceran Lateks

pada Pembuatan Karet Sheet” diketahui bahwa nilai At (air yang harus

ditambahkan) pada lateks segar yang ditambah asam asetat sebanyak

155 ml dan asam format sebanyak 167,8 ml. Hal ini menujukkan

bahwa untuk membuat karet Sheet jumlah air yang ditambahkan pada

lateks yang ditambah asam format lebih banyak daripada lateks yang

ditambah asam asetat. Hal ini dipengaruhi oleh nilai KKK yang

dihasilkan, semakin besar nilai KKK maka semakin banyak air yang

ditambahkan untuk pengenceran. KKK lateks segar penambahan asam

format lebih besar dari pada KKK lateks segar penambahan asam

asetat, sehingga jumlah air yang ditambahkan lebih banyak.

5.3.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Pekat

5.3.3.1 Penyimpanan 4 hari

Berdasarkan hasil pengamatan pada acara “Pengaruh

Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Segar” penyimpanan 4 hari aroma lateks

dengan penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut

adalah +3 (cukup menyengat), +5 (sangat menyengat) dan +4

(menyenga)t. Sedangkan warna lateks dengan penambahan

Page 23: Laporan Lateks

CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut adalah +3 (cukup

kuning), +5 (sangat kuning) dan +4 (kuning). Untuk berat

lateks segar (a gram) penambahan CMC 5 ml, 6 ml dan 7 ml

berturut-turut adalah 97,23 g, 95,66 g dan 96,5 g. Sedangkan

untuk berat karet hasil pengepresan (b gram) pada penambahan

CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut adalah 38,26 g, 39,82

g dan 37,3 g. Dari nilai tersebut diatas nilai karet dengan

penambahan CMC 6 ml memiliki berat b gram tertinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil nilai FP

pada penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut

adalah 60,65%, 58,37% dan 61, 34%. Sedangkan untuk

perhitungan KKK pada penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml

didapat hasil berturut-turut adalah 38,26%, 39,82% dan 37,3%.

Kadar Karet Kering (KKK) merupakan parameter terukur yang

menunjukkan persentase jumlah karet dalam lateks. Nilai KKK

tertinggi adalah pada penambahan CMC 6 ml. CMC disini

berfungsi sebagai penstabil dan bahan pendadih. Adanya

penambahan bahan pendadih maka garis tengah butir karet

bertambah besar, sehingga butir karet akan naik dan serum

akan berada di bawah. Selain itu dengan adanya bahan

pendadih gerakan brown berkurang sehingga terjadi

aglomerasi. (Djumarti, 2011).

5.3.3.2 Penyimpanan 5 hari

Berdasarkan hasil pengamatan pada acara “Pengaruh

Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Segar” penyimpanan 5 hari lateks dengan

penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml memiliki aroma sama,

yaitu +4 (menyenga)t. Sedangkan warna lateks dengan

Page 24: Laporan Lateks

penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut adalah

+5 (sangat kuning), +4 (kuning) dan +3 (cukup kuning). Untuk

berat lateks segar (a gram) penambahan CMC 5 ml, 6 ml dan 7

ml berturut-turut adalah 96,1 g, 97,27 g dan 96,49 g.

Sedangkan untuk berat karet hasil pengepresan (b gram) pada

penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut adalah

33,87 g, 41,87 g dan 37,16 g. Dari nilai tersebut diatas nilai

karet dengan penambahan CMC 6 ml memiliki berat b gram

tertinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil nilai FP

pada penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml berturut-turut

adalah 35,24%, 56,95% dan 61, 084%. Sedangkan untuk

perhitungan KKK pada penambahan CMC 5 ml, 6 ml, dan 7 ml

didapat hasil berturut-turut adalah 33,87%, 41,87% dan

37,165%. KKK tertinggi adalah pada penambahan CMC 6 ml.

5.3.3.2 Perbandingan penyimpanan 4 hari dan 5 hari

Pada lateks pekat penambahan CMC 5 ml untuk

parameter aroma, penyimpanan 4 hari +3 (cukup menyengat),

sedangkan penyimpanan 5 hari +4 (menyengat). Untuk

parameter warna penyimpanan 4 hari +3 (cukup kuning) dan

penyimpanan 5 hari +5 (sangat kuning). Hal ini menunjukkan

bahwa semakin lama penyimpanan aroma lateks pekat semakin

menyengat dan warna semakin kuning. Hal ini dapat

disebabkan saat penyimpanan senyawa yang terdapat pada

lateks kontak dengan udara sehingga terjadi proses oksidasi dan

menyebabkan warna lateks menjadi kuning atau warnanya

menjadi lebih gelap. Selain itu terjadinya perubahan warna

Page 25: Laporan Lateks

pada karet juga disebabkan oleh banyaknya komponen pada

karet yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada

karet. Aroma semakin menyengat karena semakin lama

penyimpanan maka aroma lateks menjadi semakin menyengat.

Hal ini dikarenakan serum C yang mengandung zat yang

terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam

organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat terpisah

dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau) yang

menyengat. Untuk nilai KKK penyimpanan 4 dan 5 hari

berturut-turut adalah 38,26 dan 33,87. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK berkurang.

Sehingga pada penambahan CMC 5 ml dengan waktu

penyimpanan 4 hari lebih efektif untuk menghasilkan KKK

yang tinggi.

Pada lateks pekat dengan penambahan CMC 6 ml untuk

parameter aroma, penyimpanan 4 hari +5 (sangat menyengat),

sedangkan penyimpanan 5 hari +4 (menyengat). Untuk

parameter warna penyimpanan 4 hari +5 (sangat kuning) dan

penyimpanan 5 hari +4 (kuning). Hal ini menunjukkan bahwa

pada lateks pekat penambahan CMC 6 ml semakin lama

penyimpanan aroma dan warnanya semakin berkurang. Hal ini

tidak sesuai dengan literatur. Menurut literatur semakin lama

penyimpanan, maka aromanya semakin menyengat dan

warnanya semakin kuning. Hal ini dikarenakan serum C yang

mengandung zat yang terlarut yaitu asam amino, karbohidrat,

inositol dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan

askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga menimbulkan

aroma (bau) yang menyengat. Untuk nilai KKK penyimpanan 4

Page 26: Laporan Lateks

dan 5 hari berturut-turut adalah 39,82 dan 41,87. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK

semakin besar. Sehingga pada penambahan CMC 6 ml dengan

waktu penyimpanan 5 hari lebih efektif untuk menghasilkan

KKK yang tinggi.

Pada lateks pekat dengan penambahan CMC 7 ml untuk

parameter aroma, penyimpanan 4 hari +4 (menyengat),

sedangkan penyimpanan 5 hari +4 (menyengat). Untuk

parameter warna penyimpanan 4 hari +4 (kuning) dan

penyimpanan 5 hari +3 (cukup kuning). Hal ini menunjukkan

bahwa pada lateks pekat penambahan CMC 6 ml semakin lama

penyimpanan tidak berpengaruh terhadap aroma dan intensitas

warnanya semakin berkurang. Untuk nilai KKK penyimpanan

4 hari dan 5 hari berturut-turut adalah 37,3 dan 41,165. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK

semakin berkurang. Sehingga pada penambahan CMC 7 ml

dengan waktu penyimpanan 4 hari lebih efektif untuk

menghasilkan KKK yang tinggi.

Page 27: Laporan Lateks
Page 28: Laporan Lateks

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

sebagai berikut.

1. Pada acara perhitungan KKK lateks segar diperoleh hasil nilai FP

pada penambahan asam asetat dan asam format berturut-turut

adalah 59,7% dan 58%, sedangkan untuk KKK pada penambahan

asam asetat dan asam format berturut-turut adalah 38,82 dan

40,17. Nilai KKK penambahan asam format lebih besar daripada

asam asetat.

2. Pada acara pengernceran lateks pada pembuatan karet sheet

diperoleh nilai At sebesar 155 ml pada penambahan asam asetat

dan 167,8 ml pada penambahan asam format.

3. Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama

pemisahan terhadap sifat-sifat lateks pekat penyimpanan 4 hari

nilai KKK tertinggi, warna paling kuning dan aroma paling

menyengat adalah pada penambahan CMC 6 ml. Sedangkan

penyimpanan 5 hari semua perlakuan memiliki aroma yang sama,

warna paling kuning adalah penambahan CMC 5 ml dan KKK

tertinggi adalah penambahan CMC 6 ml.

4. Untuk nilai KKK penyimpanan 5 hari dengan perlakuan

penambahan CMC 6 ml merupakan perlakuan terbaik dengan

menghasilkan nilai KKK tertinggi.

5. Lateks pekat dengan penambahan CMC 5 ml dari penyimpanan 4

ke 5 hari aroma, warna dan nilai KKK- nya semakin berkurang.

Page 29: Laporan Lateks

6. Lateks pekat dengan penambahan CMC 6 ml dari penyimpanan 4

ke 5 hari aroma dan warnanya semakin berkurang sedangkan nilai

KKK- nya semakin besar.

7. Lateks pekat dengan penambahan CMC 7 ml dari penyimpanan 4

ke 5 hari tidak terjadi perubahan aroma dan warna semakin

berkurang dan nilai KKK- nya semakin besar.

8. Penambahan CMC dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap

sifat organoleptik dan KKK lateks pekat.

6.2 Saran

Sebaiknya lateks pekat yang diamati pada penyimpanan 4 dan

5 hari untuk setiap shift tidak sama, sehingga masing-masing shift

dapat melakukan pengamatan langsung.

Page 30: Laporan Lateks

DAFTAR PUSTAKA

Alfa, A.A, dan Y. Syamsu. 2004. Degraded and Stabilized Natural Rubber Latex

– Prospect for Veneer Adhesive. Seminar Kimia Malaya.

Cahyono. 2010. Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam- Universitas Sumatera Utara.

Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula dan Lateks.

Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

Goutara, B. Djatmiko, dan W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor:

Agroindustri Press Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Loo, T, G. 1973. Penuntun Praktis Pembuatan Karet. Jakarta: Penerbit Kinta

Nazaruddin dan F, B, Faimin. 1992. Karet, Strategi Pemasaran Tahun 2000,

Budidaya dan Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nopianto, Eko. 2009. Karet Alam. http://eckonopianto.blogspot.com/karet-alam.html

Setyamidjaja, Djoehana. 2011. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta:

Kanisius

Siregar, Rudi. 2009 Morfologi Tanaman Karet .

http://rudi-siregar.blogspot.com/2009/01/morfologi-tanaman-karet.html [ diakses

tanggal 15 Desember 2012]

Suwardin, D. 1989. Teknik Pengendalian Limbah Pabrik Karet. Jurnal. Lateks

Wadah Informasi dan Komunikasi Perkebunan Karet, 4(2) : 28-34.

Solichin. 1995. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas Mooney dalam

Pengolahan SIR 3 CV. Dalam. Jurnal Lateks, vol. 6 nomor 2 Oktober 1991.

Page 31: Laporan Lateks

Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa, Asosiasi Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan Indonesia.

Triwijoso, S. U. dan Oerip Siswantoro. 1989. Pedoman Teknis Pengawetan dan

Pemekatan Lateks Hevea. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan

Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai

Penelitian Teknologi Karet Bogor.

Page 32: Laporan Lateks

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Perhitungan KKK Lateks Segar

Keterangan =

a = berat lateks segar

b = berat lateks setelah pengepresan

FP = Faktor pengering

KKK = Kadar Karet Kering

Penambahan asam asetat

FP =

= 59,7%

KKK = (96,31- 0, 597 x 96,31)%

= 38,82

Penambahan asam format

FP =

= 58%

KKK = (95,63- 0, 58 x 95,63)%

= 40,14

FP = a-b x 100% aKKK = (a-FP x a)%

Page 33: Laporan Lateks

2. Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet

At = Jumlah liter air yang ditambahkan

Kk = KKK lateks kebun

Ke = KKK lateks yang dikendaki

N = Jumlah liter lateks yang akan diencerkan

Penambahan asam asetat

At =

= 155 ml

Penambahan asam format

At =

= 167,8 ml

3. Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap

Sifat-sifat Lateks Pekat

A. Penyimpanan 4 hari

CMC 5 ml

FP =

At = Kk-Ke x N lt Ke

Page 34: Laporan Lateks

= 60,65%

KKK = (97,23- 0, 6065 x 97,23)%

= 38,26

CMC 6 ml

FP =

= 58,37%

KKK = (95,66- 0, 5837 x 95,66)%

= 39,3%

CMC 7 ml

FP =

= 61,34%

KKK = (96,5- 0, 6134 x 96,5)%

= 37,3%

B. Penyimpanan 5 hari

CMC 5 ml

FP =

= 35,24%

KKK = (96,1 - 0, 3524 x 96,1)%

= 33,87

CMC 6 ml

FP =

Page 35: Laporan Lateks

= 56,95%

KKK = (97,27- 0, 5695 x 97,27)%

= 41,87%

CMC 7 ml

FP =

= 61,084%

KKK = (95,49- 0, 61084 x 95,49)%

= 37,165

Page 36: Laporan Lateks

LAMPIRAN FOTO

Acara 1 (Perhitungan KKK Lateks Kebun)

Asam asetat dan asam format1% Pemanasan lateks segar

Terjadinya penggumpalan Pengepresan

Karet sheet penambahan asam asetat Karet sheet penambahan asam format

Page 37: Laporan Lateks

Acara 3 ( Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat)

CMC 5 ml CMC 6 ml CMC 7 ml

Pemanasan Penggumpalan

Page 38: Laporan Lateks

Lateks pekat penyimpanan 4 hari

A

A

Page 39: Laporan Lateks

AAAasAsaCVV NM