LAPORAN LARUTAN BAHAN ALAM INFUSA PSIDIUM GUAJAVA FOLIA
-
Upload
indah-pratama -
Category
Documents
-
view
58 -
download
2
Transcript of LAPORAN LARUTAN BAHAN ALAM INFUSA PSIDIUM GUAJAVA FOLIA
SEDIAAN LARUTAN BAHAN ALAM Psidium guajava folia 60%
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan formulasi yang tepat, membuat, dan mengevaluasi sediaan
larutan bahan alam dengan bahan aktif Psidium guajava folia
II. LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
semakin berkembang dengan pesat, salah satunya di bidang Kefarmasian. Hal ini
dapat dilihat dari sediaan obat yang bermacam-macam yang dibuat oleh tenaga
farmasis, diantaranya yaitu ada sediaan padat (solid), setengah padat (semisolid),
dan cair (liquid).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur (Depkes RI, 1995). Dibuat sediaan
larutan karena larutan mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya lebih mudah
ditelan untuk anak-anak atau orang dewasa yang sulit menelan tablet, mengurangi
resiko iritasi pada lambung, dan segera diabsorpsi karena sudah berada dalam
bentuk larutan.
Penggunaan bahan alam sebagai obat herbal telah dilakukan sejak lama. Saat
ini banyak sekali tanaman yang digunakan sebagai obat herbal. Dalam dunia
farmasi, tanaman herbal dimanfaatkan dan diolah menjadi obat tradisional, salah
satunya dibuat larutan berupa sirup yang bahan aktifnya menggunakan tanaman
herbal. Bagian tanaman yang mengandung obat diolah menjadi simplisia nabati.
lnfus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90° selama 15 menit. Pembuatan Campur simplisia dengan
derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas
tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil sekali-
sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus
yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan
10% simplisia (Depkes RI, 1995).
Sediaan yang akan dibuat berupa larutan bahan alam dengan bahan aktif
Psidium guajava folia dengan dosis untuk dewasa yaitu 3-4 x 1 sendok takar @8
ml. Sedangkan manfaat dari Psidium guajava yaitu untuk mengatasi diare
(Depkes RI, 1977).
Bahan aktif mempunyai rasa yang kelat (Depkes RI, 2008) sehingga akan
menurukan akseptabilitas terhadap pasien, maka dari itu dalam sediaan
ditambahkan pemanis (sweetening agent) yaitu sirupus simplex (Rowe, 2009)
untuk menghilangkan rasa kelat pada sediaan dan meningkatkan akseptabilitas
terhadap pasien. Bahan aktif tidak ditemukan pH di pustaka Journal Penelitian,
Obat-Obat Penting, Materia Medika Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope
Indonesia edisi IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia 2009,
Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United States Pharmacopoeia 32
- National Formulary 27), dan European Pharmacopoeia 5th Ed, oleh karena itu pH
ditentukan sendiri sesuai dengan pengawet yang digunakan yaitu Natrium benzoat
yang memiliki rentang pH 2-5, maka diambil pH rentang 4-5. Bahan aktif
dikhawatirkan tidak stabil dari cahaya, maka sediaan disimpan pada botol coklat.
III. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan aktif
Zat Aktif Infusa Psidium guajava folia
Struktur kimia
kuersetin
(Farmakope Herbal Indonesia edisi 1 hal. 29)
Rumus
molekul
C15H10O7
Titik lebur Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Herbal Indonesia edisi
1, Journal Penelitian, Obat-Obat Penting, Materia Medika
Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia edisi
2
IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia
2009, Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United
States Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27), dan
European Pharmacopoeia 5th Ed.
Pemerian Berupa lembaran daun, warna hijau; bau khas aromatik; rasa
kelat. Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun
0,5-1 cm; helai daun berbentuk bundar menjorong, panjang 5-
13 cm, lebar 3-6 cm; pinggir daun rata agak menggulung ke
atas; permukaan atas agak licin warna hijau kecoklatan; ibu
tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan
bawah, bertulang menyirip.
(Farmakope Herbal Indonesia edisi 1 hal. 29)
Kelarutan Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Herbal Indonesia edisi
1, Journal Penelitian, Obat-Obat Penting, Materia Medika
Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia edisi
IV, Farmakope Indonesia edisi V,British Pharmacopoeia 2009,
Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United States
Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27), dan European
Pharmacopoeia 5th Ed.
Stabilitas Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Herbal Indonesia edisi
1, Journal Penelitian, Obat-Obat Penting, Materia Medika
Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia edisi
IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia
2009, Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United
States Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27), dan
European Pharmacopoeia 5th Ed.
Inkompabilitas Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Herbal Indonesia edisi
1, Journal Penelitian, Obat-Obat Penting, Materia Medika
Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia edisi
IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia
2009, Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United
3
States Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27), dan
European Pharmacopoeia 5th Ed.
Keterangan
lain
Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Herbal Indonesia edisi
1, Journal Penelitian, Obat-Obat Penting, Materia Medika
Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia edisi
IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia
2009, Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009
(United States Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27),
dan European Pharmacopoeia 5th Ed.
Penyimpanan Disimpan dalam botol coklat
Kadar
penggunaan
Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Herbal Indonesia edisi
1, Journal Penelitian, Obat-Obat Penting, Materia Medika
Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia edisi
IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia
2009, Japanese Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United
States Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27), dan
European Pharmacopoeia 5th Ed.
2. Natrium Benzoat
Zat Natrium Benzoat
Sinonim Sodium Benzoat, Benzoic acid sodium salt; benzoate of soda ;
natrii benzoas;
natrium benzoicum; sobenate; sodii benzoas; sodium benzoic
acid.
(HOPE 6th Edition page 627 )
Struktur
4
Rumus
molekul
C7H5NaO2 ( BM = 144,11 )
( HOPE 6th Edition page 627 )
Titik lebur 0.24oC (1.0% w/v)
(HOPE 6th Edition page 627 )
Pemerian Natrium benzoat berbentuk granul putih atau Kristal, serbuk
sedikit higroskopis, tidak berbau atau praktis tidak berbau,
memiliki rasa manis dan sedikit asin.
(HOPE 6th Edition page 627)
Kelarutan Dalam suhu 20oC kelarutan ethanol 95% adalah 1:75, dalam
ethanol 90% 1;50 , dalam air 1:1,8. Dalam air 100oC
kelarutannya adalah 1:1,4.
(HOPE 6th Edition page 627)
Stabilitas Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi.
Konsentrasi : 0,02-0,5 %
pH : 2-5
(HOPE 6thEdition page 627 )
Inkompabilitas Inkompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi,
garam kalsium dan logam berat, termasuk perak, timah dan air
raksa. Pengawetan dapat dikurangi dengan interaksi dengan
kaolin atau surfakton non ionik.
5
(HOPE 6thEdition page 628)
Keterangan
lain
Terutama digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, makanan dan obat-obatan. Digunakan sebagai
prefensi untuk asam benzoat dalam beberapa keadaan karena
kelarutannya lebih besar, juga sebagai pelumnas tablet. ADI ;
5 mg/kg BB
(HOPE 6thedition page 627 )
Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah yang tertutup, di
tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 6th edition page 628 )
Kadar
penggunaan
0,02 – 0,5 % (penggunaan oral) ; 0,5% (produk parenteral) ;
0,1-0,5 % (kosmetik)
(HOPE 6th Edition page 628)
3. Sukrosa
Zat Sukrosa / Sucrose ( F.I. V halaman 762 )
Sinonim Beet sugar; cane sugar; a-D-glucopyranosyl-b-D-
fructofuranoside;
refined sugar; saccharose; saccharum; sugar.
(HOPE 6th Edition page 703 )
Struktur
Rumus
molekul
C12H22O11 (BM = 342,30)
6
(HOPE 6th Edition page 703 )
Titik lebur 160–186oC (with decomposition)
(HOPE 6th Edition page 704)
Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna ; massa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur putih ; tidak berbau ; rasa
manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus
( FI. IV halaman 762 )
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dam dalam eter.
(FI. IV halaman 762 )
Stabilitas Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu ruangan dan
pada kelembaban yang relatif kecil. Menyerap 1% uap air yang
mana dilepaskan pada pemanasan 90oC . Sukrosa
mengkaramel pada suhu 160oC. Larutan sukrosa dapat
berfermentasi oleh mikroorganisme tapi dapat resisten pada
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi 50-67%
(HOPE 6th halaman 704 )
Inkompabilitas Sukrosa bisa mengandung logam ringan, yang mana dapat
menjadi inkompatibilitas dengan bahan lain. Sukrosa juga
dapat mengandung sulfit dari proses penyulingan. Dengan
kadar sulfit yang tinggi akan mengakibatkan perubahan warna
pada larutan.
(HOPE 6th, 2009. Halaman 706 )
Keterangan
lain
Sebagai bahan dasar gula, coating agent (penyalut), membantu
proses granulasi, suspending agent, pemanis, pengikat, tablet,
pengencer, tablet dan kapsul, tablet filler, pengental,
theurapeutic agent. Sebagai sweetening agent = 67 %
7
(HOPE 6th Edition page 703)
Penyimpanan Dalam wadah yang tertutup, sejuk dan kering
(HOPE 6th Edition page 628)
Kadar
penggunaan
Formulasi sirup oral : 67 %
Sweetening agent : 67 %
Tablet binder (dry granulation) : 2–20 %
Tablet binder (wet granulation) : 50–67 %
Tablet coating (syrup) : 50–67 %
4. Sorbitol
Zat Sorbitol (HOPE 6th halaman 679 )
Sinonim 1,2,3,4,5,6-hexanehexol; Liponic 70-
NC; Liponic 76-NC; Meritol; Neosorb; Sorbitab; sorbite;
Dsorbitol;
Sorbitol Instant; sorbitolum; Sorbogem.
(HOPE 6th Edition page 679 )
Struktur
Rumus
molekul
C6H14O6 ( BM= 182,17)
( HOPE 6th Edition page 679 )
Titik lebur Anhydrous form: 110–112oC;
Gamma polymorph: 97.7oC;
Metastable form: 93oC.
( HOPE 6th Edition Page 680 )
Pemerian Sorbitol tidak berbau, putih, atau tidak berwarna, Kristal,
8
serbuk higroskopik. Sorbitol memiliki rasa yang enak, dingin,
rasa yang manis dan mengandung sekitar 50,60%, pemanis
sukrosa (digunakan dalam bentuk cairan)
(HOPE 6th halaman 679)
Kelarutan Kelarutan sorbitol pada suhu 20oC 1:25 dalam etanol 95%.
Dalam etanol 82% 1:83, etanol 62% 1:2,1 , etanol 41% 1:1,4,
etanol 20% 1:2, etanol 11% 1:14. Praktis tidak larut dalam
eter. Sedikit larut pada etanol dan pada air 1:0,5.
(HOPE 6th halaman 680)
Stabilitas Sorbitol kimiawi relative lembab dan kompatibel dengan
kebanyakan eksipen, stabil di udara. Meskipun sorbitol tahan
pada fermentasi oleh banyak mikroorganisme, pengawet harus
ditambahkan ke larutan sorbitol. Larutan dapat disimpan dalam
kaca, plastik, alumunium, dan wadah stainless steel. pH = 3,5
– 7. Konsentrasi 15-30%.
(HOPE 6th halaman 680)
Inkompabilitas Trivalen ion logam dalam kondisi sangat asam dan basa.
Penambahan glycols polyethylene untuk larutan sorbitol
dengan agitasi yang kuat menghasilkan sebuah lilin, gel larut
dengan titik didih 35oC – 40oC larutan sorbitol akan bereaksi
dengan besi oksida sehingga menjadi berwarna hitam. Sorbitol
mempercepat degrasi penisilin pada larutan yang netral.
(HOPE 6th halaman 680)
Keterangan
lain
Sebagai pembasah, plasticizer, agen penstabil, agen pemanis,
pengencer tablet dan kapsul, anti caplocking agent dalam sirup
dan eliksir.
(HOPE 6th halaman 679)
Penyimpanan Dalam wadah yang tertutup, sejuk dan kering
9
(HOPE 6th Edition page 706)
Kadar
penggunaan
Humectant 3–15%
IM injections 10–25%
Moisture control agent in tablets 3–10%
Oral solutions 20–35%
Oral suspensions 70%
Plasticizer for gelatin and cellulose 5–20%
Prevention of ‘cap locking’ in syrups and elixirs 15–30%
Substitute for glycerin and propylene glycol 25–90%
Tablet binder and filler 25–90%
Toothpastes 20–60%
Topical emulsions 2–18% (HOPE 6th hal 679)
5. Aquadest
Zat Water / Aquadest
Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.
(HOPE 6th Edition page 766 )
Struktur
(HOPE 6th Edition page 766 )
Rumus
molekul
H2O
(HOPE 6th Edition page 766 )
10
Titik lebur 0oC
(HOPE 6th Edition page 766 )
Pemerian Air adalah cairan bening, berwarna tidak berbau, tidak berasa.
(HOPE 6th halaman 766)
Kelarutan Larut dengan sebagian besar pelarut polar
(HOPE 6th halaman 766)
Stabilitas Secara kimia air stabil di semua bentuk fisikanya yaitu (uap,
air, cairan)
(HOPE 6th halaman 766)
Inkompabilitas Dalam formula farmasi, air dapat bereaksi dengan obat –
obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis pada
saat suhu ditinggikan. Air bereaksi secara kuat dengan logam
alkali dan bereaksi cepat dengan alkali tanah dengan
oksidasinya seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air
juga bereaksi dengan garam tidak hidrat menjadi garam hidrat
dengan berbagai komposisi dan bahan organic dan kalsium
karbida.
(HOPE 6th halaman 768)
Keterangan
lain
Air sebagai bahan mentah, bahan dan pelarut pada suatu
proses, formula dan pembuatan dari produk kefarmasian,
bahan aktif farmasi, perantara analisis bahan reaksi.
(HOPE 6th halaman 766)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
(HOPE 6th Edition page 768 )
Kadar
penggunaan
Nilai khusus air yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam
konsentrasi hingga 100%
11
(HOPE 6 th hal 766)
IV. TINJAUAN PUSTAKA LARUTAN BAHAN ALAM
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Larutan oral adalah sediaan cair yang
dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa
bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran
kosolven-air (Depkes RI, 1995).
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi,
dinyatakan sebagai Sirup. Larutan oral dimaksudkan untuk pemberian oral,
mengandung flavouring agent dan pewarna (untuk membuat obat lebih menarik
dan enak bagi pasien), stabilisator (untuk mencegah pertumbuhan jasad renik
dalam larutan). Sudah diformulakan sehingga pasien dapat langsung
mengkonsumsinya. Dengan dosis lazim obat dalam suatu pemberian yang
menyenangkan, seperti 5 ml (satu sendok teh) atau 15ml (satu sendok makan).
Selain itu juga tersedia dalam bentuk larutan oral tetes, yang digunakan untuk
pasien anak-anak yang memerlukan konsumsi dalam dosis kecil, dengan
menggunakan alat penetes yang sudah disediakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan larutan:
1. Kelarutan zat aktif
2. Kestabilan zat aktif dalam larutan
3. Dosis takaran
4. Penyimpanan
5. Penampilan menarik (rasa, warna, viskositas)
Keuntungan bentuk sediaan sirup:
1. Lebih mudah ditelan disbanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk
bayi, anak-anak, dan usia lanjut
2. Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami
proses disintegrasi dan pelarutan)
12
3. Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan
4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (ex. Aspirin, KCl),
karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung
Kerugian bentuk sediaan sirup:
1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut
dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat
dipergunakan.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk
sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh
karena itu memerlukan penambahan pengawet.
4. Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar
5. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam
bentuk larutan dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan
dapat diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.
lnfus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90° selama 15 menit. Pembuatan Campur simplisia dengan
derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas
tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil sekali-sekali
diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Kecuali
dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus yang
mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10%
simplisia (Depkes RI, 1995)
V. PENDEKATAN FORMULA
No
.Nama Bahan Jumlah Kegunaan
13
1Infusa Psidium guajava
folia60% v/v Zat aktif
2 Sirupus simplex 15% b/v
Pemanis dan pengental
(HOPE 6th Edition page 703)
3 Natrium Benzoat 0,2%b/v
Pengawet
(HOPE 6th Edition page 629)
4 Sorbitol 10% b/v
Anti cap-locking agent, pemanis,
pengental
(HOPE 6th halaman 679)
5 Aquadest Ad 100% v/v
Pelarut/pembawa
(HOPE 6th Edition page 766 )
Spesifikasi sediaan
1. Bentuk sediaan : Sirup
2. Warna : Coklat tua
3. Rasa : Manis dengan bau khas daun jambu biji
4. pH : 4.0-5.0
5. Kadar : 60 %
6. Volume : 100 ml/ botol
7. Viskositas : 0,89 mPas (o,89 cPs) pada suhu 25oC (mengikuti viskositas
air) (HOPE 6th Ed, page 766 )
VI. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan 4 botol (@ 100 ml) = 400 ml
Tiap botol dilebihkan 2% = 100 ml + (2% x 100 ml)
= 102 ml
Total 4 botol = 4 x 102 ml = 408 ml
Total 4 botol dilebihkan 10% = 408 ml + ( 10% x 408 ml )
= 448,8 ml ≈ 450 ml
No
.
Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
14
1 Infusa Psidium guajava
folia
60 ml100 ml
x 450 ml= 270ml= 500ml
2 Simplisia Psidium guajava
folia
10 g100 ml
x 500 ml= 50 g
3Sirupus simplex
15 g100 ml
x 500 ml= 67,5 g= 100g
4Natrium Benzoat
0,2 g100 ml
x 450 ml= 0,9 g
5Sorbitol
10 g100 ml
x 450 ml= 45 g
6 Aquadest Ad 450 ml
Perhitungan dosis
Dosis= 500mg 3-4kali sehari (WHO vol 4)
60% simplisia Psidium guajava folia
1 botol 100ml
60 ml100 ml
x 100ml= 60ml infusa dalam 1 botol
Bobot simplisia 10%
10 g100 ml
x 60ml= 6 g
Dosis
1x= 500 mg
6000 mg x 100ml= 8,3ml= 8 ml
1h= 8ml x 3= 24ml
Perhitungan ADI Natrium Benzoat
ADI= 5 mg/kgBB (HOPE 6th Edition page 592)
Rata-rata BB dewasa= 70 kg
5 mg/kgBB x 70 kg= 350 mg= 0,35 g
Natrium benzoat yang digunakan untuk sediaan 450ml= 0,2%
15
Natrium benzoat untuk 100ml (per botol)
0,2 g100 ml
= x
100 ml
x= 0,2 g x100 ml
100ml
x= 0,2 g Natrium benzoat yang digunakan per botol (100ml)
Dosis sehari= 24 ml
Natrium benzoat yang digunakan tiap 24 ml
0,2 g100 ml
= x
24 ml
x= 0,2 g x 24 ml
100 ml
x= 0,048 g dalam 24ml mengandung 0,048 g Natrium benzoat
ADI=0,048g70 kg
= x
1 kg
x= 0,048 g x 1 kg
70 kg
x= 0,0006 g= 0,6 mg
Jadi, penggunaan Natrium benzoat tidak melampaui kadar ADI
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
A. Pembuatan aqua bebas CO2
1. Ambil ± 1 L air ke dalam beaker glass 1 L
2. Masukkan ke dalam Erlenmeyer 1 L, lalu panaskan di atas hot plate
3. Setelah air mendidih, kemudian tunggu sampai 5 menit atau lebih
4. Setelah mencapai waktu yang ditentukan, erlemeyer 1 L ditutup
menggunakan gumpalan kapas
5. Jika sudah tertutup rapat, matikan api, dinginkan
16
B. Kalibrasi
Kalibrasi botol coklat 100 ml
1. Masukkan air keran sebanyak 102 ml ke dalam gelas ukur 250 ml
2. Tuangkan air dalam gelas ukur ke dalam botol coklat 100 ml
3. Tandai batas kalibrasi dan buang air, keringkan, botol siap dipakai
Kalibrasi beaker glass utama (450 ml)
1. Masukkan air keran sebanyak 450 ml ke dalam gelas ukur 500 ml
2. Tuangkan air dalam gelas ukur ke dalam beaker glass 500 ml
3. Tandai batas kalibrasi dan buang air, keringkan, baker glass siap dipakai
Kalibrasi erlenmeyer untuk infusa Psidium guajava folia 60% (500 ml)
1. Masukkan air keran sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 500 ml
2. Tuangkan air dalam gelas ukur ke dalam erlenmeyer 500 ml
3. Ditandai batas kalibrasi dan buang air, keringkan, erlenmeyer siap
dipakai
Kalibrasi beaker glass untuk sirupus simplex (100 ml)
1. Masukkan air keran sebanyak 100 ml ke dalam gelas ukur 250 ml
2. Tuangkan air dalam gelas ukur ke dalam beaker glass 100 ml
3. Tandai batas kalibrasi dan buang air, keringkan, beaker glass siap
dipakai
C. Penimbangan bahan
1. Timbang simplisia Psidium guajava folia sebanyak 50 g dengan
menggunakan kertas perkamen besar di atas timbangan analitik.
2. Timbang sukrosa sebanyak 65 g dengan menggunakan kertas perkamen
besar di atas timbangan analitik.
3. Timbang Natrium benzoat sebanyak 0,99 g dengan menggunakan kertas
perkamen di atas timbangan analitik.
4. Timbang sorbitol sebanyak 45 g menggunakan beaker glass 100 ml dengan
menggunakan timbangan analitik.
17
D. Pembuatan infusa Psidium guajava folia
1. Masukkan simplisia yang telah ditimbang tadi (50 g) ke dalam panci
infus.
2. Tambahkan aquadest sebanyak 500 ml.
3. Panaskan pada suhu sampai 900 C, setelah mencapai 900 C, hitung selama
15 menit sambil sesekali diaduk.
4. Serkai larutan infusa selagi panas dengan kain flanel, masukkan ke dalam
erlenmeyer yang telah dikalibrasi (500 ml).
5. Tambahkan air panas melalui ampas ke dalam beaker glass hingga batas
kalibrasi.
6. Sisihkan hingga dingin, lalu ukur sebanyak 270 ml di dalam gelas ukur
500 ml.
E. Pembuatan sirupus simplex
1. Masukkan sukrosa yang telah ditimbang (65 g) ke dalam beaker glass
yang telah dikalibrasi (100 ml).
2. Tambahkan aquadest hingga batas kalibrasi.
3. Panaskan dalam hot plate hingga sukrosa melarut dengan sempurna
sambil sesekali diaduk.
4. Serkai larutan selagi panas dengan kain batis, sisihkan hingga dingin.
5. Timbang larutan sirupus simplex sebanyak 67,5 g dengan beaker glass
100 ml di atas timbangan analitik.
F. Pembuatan larutan bahan alam Psidium guajava folia infusa 60%
1. Masukkan infusa Psidium guajava folia yang telah diukur sebanyak 270
ml ke dalam beaker glass utama (450 ml), gelas ukur dibilas dengan
aquadest 2x2 ml, masukkan bilasan ke beaker glass utama.
2. Larutkan Natrium benzoat yang telah ditimbang (0,99 g) dengan 1 ml
aquadest di dalam beaker glass 50 ml, aduk hingga larut. Masukkan ke
dalam beaker glass utama, bilas beaker glass yang digunakan dengan
aquadest sebanyak 2x2 ml, hasil bilasan dimasukkan ke beaker glass
utama.
18
3. Masukkan sorbitol yang telah ditimbang (45 g) ke dalam beaker glass
utama (450 ml), bilas beaker glass yang digunakan dengan aquadest
sebanyak 2x2 ml, hasil bilasan dimasukkan ke beaker glass utama.
4. Encerkan Sirupus simplex yang telah ditimbang (100 g) dengan 5 ml
aquadest, aduk hingga homogen, masukkan ke dalam beaker glass utama,
bilas beaker glass yang digunakan dengan aquadest sebanyak 2x2 ml,
hasil bilasan dimasukkan ke beaker glass utama.
5. Tambahkan aquadest ke dalam beaker glass utama hingga 80% batas
kalibrasi, aduk hingga homogen.
6. Lakukan pengujian pH larutan, apakah sudah sesuai dengan pH sediaan
yang diinginkan, jika belum tambahkan adjust pH (NaOH 0,1 N atau HCl
0,1 N) secukupnya hingga mencapai pH sediaanyang diinginkan
7. Tambahkan aquadest ke dalam beaker glaas utama hingga batas kalibrasi,
aduk hingga homogen
8. Masukkan ke dalam botol-botol yang telah dikalibrasi hingga batas
kalibrasi (102 ml), tutup botol, beri etiket lalu masukkan ke dalam
kemasan sekunder beserta brosur dan sendok takar.
VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No Jenis
evaluasiPrinsip evaluasi
Jumlah
sampel
Hasil
pengamatanSyarat
1.FISIKA
1.1Organoleptik
Evaluasi meliputi uji
bau,rasa dan warna3 botol
Bau= khas
daun jambu
biji
Warna=
coklat tua
Rasa= manis
Bau= khas
daun jambu
biji
Warna= coklat
tua
Rasa= manis
1.2
Volume
terpindahkan
Tuang isi perlahan-
lahan dari tiap
wadah ke dalam
gelas ukur kering
3 botol Volume rata-
rata tidak
kurang dari
100% dan
19
dan telah dikalibrasi
secara hati-hati
(FI V halaman 1614)
tidak ada satu
wadah pun
volumenya
kurang dari
95% dari
volume yang
tertera pada
etiket ( FI V
halaman 1615)
1.3
Kejernihan
larutan
(FI V hal
154)
Bandingkan larutan
uji dengan larutan
suspense padanan
yang dibuat segar.
3 botol
Larutan
jernih tidak
ada partikel
melayang
Suatu cairan
dinyatakan
jernih jika
kejernihannya
sama dengan
air atau pelarut
yang
digunakan
1.4
Pengukuran
pH
Pengukuran pH
dilakukan
menggunakan
lakmus.
3 botol 5.0 4.0-5.0
1.5
Viskositas
(FI V hal
1562)
Pengujian dilakukan
menggunakan
viscometer kapiler.
Pengukuran
kekentalan meliputi
penetapan waktu
yang dibutuhkan
oleh sejumlah
volume tertentu
untuk mengalir
melalui kapiler.
(FI V hal 1562)
3 botol
Viskositas
sediaan
mendekati
viskositas air
(0,89 mPa s )
20
1.6 Bobot jenis
Gunakan piknometer
yang bersih dan
kering, timbang
piknometer kosong
(W1) lalu isi dengan
air suling dan
timbang (W2).
Buang air suling
tersebut, keringkan
piknometer lalu isi
dengan cairan yang
akan diukur BJ nya
dan timbang. Hitung
dengan rumus :
dt = W 3−W 1W 2−W 1
3 botol
Bobot jenis
suatu zat
adalah hasil
yang diperoleh
dengan
membagi
bobot zat
dengan bobot
air dalam
piknometer.
(FI V hal
1553)
1.7
Penentuan
stabilitas
sediaan
Dengan menyimpan
retained sample pada
temperature kamar
3 botol
2. KIMIA
2.1Identifikasi
sediaan
Menggunakan
HPLC, titrasi,
sprektofotometer
3 botol
2.2
Penetapan
kadar zat
aktif sediaan
Dilakukan dengan
cara kromatografi
lapis tipis
densitomexri
(FHI Edisi 1 hal 79)
3 botol
Tidak kurang
dari 6,60%
dihitung
sebagai zat
aktif (FHI
Edisi 1 hal 79)
3. BIOLOGI
3.1 Jumlah
cemaran
mikroba
Pengujian dilakukan
dengan metode
penyaringan
membran atau salah
3 botol Kurang dari
10 mikroba
per gram atau
ml specimen
21
satu metode
lempeng yang sesuai
(FI V hal 1343)
(FI V hal
1343)
3.2
Uji
efektivitas
pengawet
(FI V hal
1355)
Pengujian dilakukan
dengan
menggunakan uji
mikroba uji
3 botol
Koloni tidak
mengikat dari
jumlah hitung
awal sampai
hari ke-4 dan
ke-28
IX. PEMBAHASAN
lnfus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90° selama 15 menit. Pembuatan Campur simplisia dengan
derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas
tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil sekali-sekali
diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Kecuali
dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus yang
mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10%
simplisia (Depkes RI, 1995).
Sediaan yang akan dibuat berupa larutan bahan alam dengan bahan aktif
Psidium guajava folia dengan dosis untuk dewasa yaitu 3-4 x 1 sendok takar @8
ml. Sedangkan manfaat dari Psidium guajava yaitu untuk mengatasi diare
(Depkes RI, 1977). Formula yang digunakan yaitu Infusa Psidium guajava folia
sebanyak 60%, Sirupus simplex sebanyak 15%, Natrium Benzoat sebanyak 0,2%,
Sorbitol sebanyak 10%, dan Aquadest Ad 100%.
Bahan aktif yang digunakan yaitu dari infusa Psidium guajava folia (Daun
jambu biji) pasti mempunyai rasa yang kelat atau sepat (Depkes RI, 2008)
sehingga akan menurunkan akseptabilitas terhadap pasien, maka pembuatan sirup
ditambahkan sweetening agent yaitu sirupus simplex (Rowe, 2009) untuk
menghilangkan rasa kelat pada sediaan dan meningkatkan akseptabilitas terhadap
pasien. Sirupus simplex dibuat dari sukrosa dan aquadest yang dipanaskan.
Sirupus simplex dapat menimbulkan terjadinya kristalisasi gula pada daerah leher
botol (cap locking), maka dari itu pada pembuatan sediaan ditambahkan sorbitol
22
sebagai anti caplocking agent untuk mencegah adanya kristalisasi gula pada
daerah leher botol. Sorbitol juga bisa sebagai pemanis dan pengental (Rowe,
2009).
Sediaan disimpan dalam jangka waktu lama sebagai multiple dose, dan
sediaan terkandung sukrosa dan air sebagai nutrisi dan medium pertumbuhan
mikroba, dengan demikian akan rentan terkontaminasi mikroba, maka sediaan
ditambahkan pengawet, pengawet yang digunakan yaitu Natrium benzoat (Rowe,
2009).
Bahan aktif tidak ditemukan pH di pustaka Journal Penelitian, Obat-Obat
Penting, Materia Medika Indonesia edisi 1, Martindale 36, Farmakope Indonesia
edisi IV, Farmakope Indonesia edisi V, British Pharmacopoeia 2009, Japanese
Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United States Pharmacopoeia 32 -
National Formulary 27), dan European Pharmacopoeia 5th Ed, oleh karena itu pH
ditentukan menyesuaikan dengan pengawet yang digunakan yaitu Natrium
benzoat yang memiliki rentang pH 2.0-5.0, maka diambil pH rentang 4-5.
CO2 dapat mempengaruhi pH sediaan karena dapat terlarut ke dalam air dan
membentuk ion H+sehingga dapat mengubah pH sediaan, maka digunakanlah
pelarut air bebas CO2 (Rowe, 2009). Bahan aktif dikhawatirkan tidak stabil dari
cahaya, maka sediaan disimpan pada botol coklat.
Pada pembuatan sediaan tiap botol dilebihkan 2% yaitu menjadi 102ml, ini
dilakukan untuk mengatasi kehilangan volume pada setiap botol sesuai yang
tertera pada lebel dan etiket dan memenuhi syarat volume terpindahkan. Untuk
volume total juga dilebihkan sebanyak 10% untuk menghindari kehilangan
volume total sediaan.
Sediaan dibuat secara berurutan mulai dari pembuatan air bebas CO2,
kalibrasi, penimbangan, pembuatan Infusa Psidium guajava folia, pembuatan
sirupus simplex, dan pembuatan larutan bahan alam Psidium guajava folia infusa
60%. Setelah sediaan dibuat dan dimasukkan ke masing-masing botol yang telah
dikalibrasi sebelumnya dan ditutup rapat dilakukan evaluasi, diantaranya
adaevaluasi organoleptik, yaitu meliputi evaluasi bau, rasa dan warna. Sediaan
yang telah jadi memiliki bau khas Daun jambu biji, rasa yang manis, dan warna
coklat tua.
Evaluasi pH sediaan. Sediaan diukur pHnya menggunakan pH indikator
dengan cara mencelupkan indikator ke dalam sediaan yang telah dibuat 80% dari
23
volume keseluruhan dan disamakan warnanya dengan pH yang tersedia, pH yang
diperoleh yaitu 5.0.
Evaluasi kejernihan larutan. Sediaan diamati di tempat terang dan dinyatakan
sudah jernih terbebas dari partikel-partikel melayang, kejernihannya sama dengan
pelarut yang digunakan (air).
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan memenuhi
persyaratan evaluasi dan sediaan dapat dinyatakan baik.
X. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No
.Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1Infusa Psidium guajava
folia60% v/v Zat aktif
2 Sirupus simplex 15% b/v
Pemanis dan pengental
(HOPE 6th Edition page 703)
3 Natrium Benzoat 0,2%b/v
Pengawet
(HOPE 6th Edition page 629)
4 Sorbitol 10% b/v
Anti cap-locking agent, pemanis,
pengental
(HOPE 6th halaman 679)
5 Aquadest Ad 100% v/v
Pelarut/pembawa
(HOPE 6th Edition page 766 )
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
- Sediaan memiliki dosis untuk dewasa yaitu 3-4 x 1 sendok takar @8 ml
- Sediaan berkhasiat untuk mengatasi diare
- Sediaan memiliki warna coklat tua dengan bau khas dari zat aktif dan rasa
yang manis
- Evaluasi pH sediian yang diperoleh yaittu 5.0
- Sediaan jernih tidak ada partikel melayang
XI. DAFTAR PUSTAKA
24
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung: Penerbit
ITB
BMJ Group. 2009. British National Formulary (BNF). London: BMJ Group and
the Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Council of Europe. 2001. European Pharmacopoeia, Fifth Edition. Europe:
Directorate for The Quality of Medicines of The Council of Europe (EDQM)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid
I. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Lawrence. 2007. United States Pharmacopeia 30 - National Formulary 25. United
States:
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,London
: Pharmaceutical Press.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. London:
Pharmaceutical Press.
Syarif, Amir, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
25
The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 1994. The
Pharmaceutical Codex, 12th ed, Principles and Practice of Pharmaceutik. London:
Pharmaceutical Press.
The Departemen of Health, Social Service and Public Safety. 2009. British
Pharmacopoeia. London: Pharmaceutical Press.
The Minister and Health. 2006. The Japanese Pharmacopoeia fifteenth. Japan:
Ministry of Health.
Tjay Tan , dan Tahardha Kirana. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Cara,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya) Edisi keenam. Jakarta: PT. ELEX
MEDIA KOMPUTINDO.
26
XII. LAMPIRAN
KEMASAN
27
ETIKET
28
BROSUR
29
FLADIARSIRUP DAUN JAMBU BIJI
KOMPOSISITiap 8 ml mengandung :Infusa Psidium guajava folia............4,8mg
FARMAKOLOGIFladiar mengandung infusa Psidium guajava folia (Daun Jambu Biji) yang dikenal berkhasiat sebagai obat anti diare.
INDIKASIMengatasi diare
KONTRAINDIKASI-
CARA PAKAIUntuk DewasaSehari 3-4 x 1 sendok takar @8 ml
EFEK SAMPING-
SIMPAN DI BAWAH SUHU 250C DALAM BOTOL TERTUTUP RAPAT. LINDUNGI DARI CAHAYA.
No. Reg. DTL 1500600137A1
PT. PHARAFAM FARMABANDUNG - INDONESIA