Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

17
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN BAB 7 ANALISIS KLOR AKTIF Ayuningtyas Sekarputri R. (1306407584) Fanyzia Fajrianas K. (1306367901) Hero Suspadama B. (1306368002) Asisten Modul : Annisa Pramesti Putri Tanggal Praktikum : 18 Maret 2015 Tanggal Disetujui : Nilai Laporan : Paraf Asisten : LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015

description

labling

Transcript of Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Page 1: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN

BAB 7

ANALISIS KLOR AKTIF

Ayuningtyas Sekarputri R. (1306407584)

Fanyzia Fajrianas K. (1306367901)

Hero Suspadama B. (1306368002)

Asisten Modul : Annisa Pramesti Putri

Tanggal Praktikum : 18 Maret 2015

Tanggal Disetujui :

Nilai Laporan :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

Page 2: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Analisis Klor Aktif

I. TUJUAN

Mengetahui jumlah klor yang dibutuhkan untuk air baku dengan kualitas tertentu

sehingga tercapai titik Break Point Chlorination (BPC).

II. DASAR TEORI

1. Pengertian Klorin

Unsur kimia murni klorin berwujud gas diatomik berwarna hijau. Nama

klorin berasal dari bahasa latin, chloros, yang berarti hijau. Hal ini mengacu

pada warna gas klorin. Klorin ditemukan pada tahun 1774 oleh Carl Wilhelm

Scheele, dan mendapat nama ‘klorin’ pada tahun 1810 oleh Humphry Davy.

Elemen ini merupakan bagian dari seri halogen pembentuk garam yang bisa

diekstrak dari klorida melalui oksidasi dan elektrolisi. Di alam, klorin banyak

ditemukan bersenyawa dengan unsur natrium, membentuk garam dapur (NaCl)

serta ditemukan dalam karnalit dan silvit.

Dalam wujud gas, klorin memiliki bau yang menyesakkan serta sangat

beracun dan memiliki berat 2,5 kali lipat dari udara. Dalam bentuk cair dan

padat, klorin merupakan oksidator kuat, pemutih, dan agen desinfektan kuat.

Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk

larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-). Ion

klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan

alami dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida

biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium

klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Selain dalam bentuk larutan,

klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan mineral sodalite

[Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan.

Sebagian besar klorida bersifat mudah larut.

Page 3: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida

umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar

klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga

tinggi, dapat meningkatkan sifatkorosivitas air. Hal ini mengakibatkan

terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat

memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida

untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi,

2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air

minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil

dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam

air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau

mendapatkan rembesan dari air laut.

2. Fungsi Klorin

Klorin digunakan dalam berbagai industri untuk menghasilkan produk yang

bermanfaat bagu manusia. Beberapa contoh penggunaan klorin misalnya pada

bidang kesehatan klorin digunakan sebagai desinfektan pada pengolahan air

minum. Klorin yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor (Cl2) atau

kalsium hipoklorit [Ca(OCl)2]. Selain itu klorin juga digunakan sebagai bahan

obat-obatan yang dikombinasikan dengan senyawa lain.

Dalam industri tekstil, pulp, dan kertas, klorin berfungsi sebagai pemutih

dan penghasil. Selain memutihkan warna kertas, klorin juga dapat menguatkan

permukaan kertas. Klorin juga bisa dimanfaatkan dalam bidang pertanian,

sebagai pestisida untuk membunuh hama yang mengganggu tanaman pertanian.

Selain yang disebutkan diatas, klorin dalam berbagai produk dapat dijumpai

misalnya pada produk yang berbahan dasar plastik, produk pelarut, lem, semen,

dan pembungkus.

Pada pembangkit listrik tenaga uap dan pembangkit listrik tenaga nuklir,

pemakaian klorin digunakan pada sistem pendingin (cooling system) sebagai

pengontrol biological fouling.

Page 4: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

3. Reaksi pada Klorin

Gas klor (Cl2) apabila dimasukkan ke dalam air akan terhidrolisa seperti

persamaan berikut:

Cl2 + H2O ↔ HOCl + H+ + Cl

-

Asam hipoklorit berdisosiasi dalam air, seperti persamaan berikut:

HOCl ↔ H+ + OCl

-

Perbandingan HOCl dan OCl- tergantung pada pH air.

4. Faktor Jumlah Klorin pada Air

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah klorin atau desinfektan

yang perlu ditambahkan ke air, salah satunya adalah jenis desinfektan. Hal ini

berkaitan dengan efektifitas proses desinfeksi. Efisiensi desinfektan tergantung

pada jenis bahan kimia yang digunakan. Beberapa desinfektan merupakan

oksidator yang kuat dibandingkan dengan yang lainnya misalnya klorin

dioksida dibandingkan dengan klorin.

Faktor yang mempengaruhi jumlah klorin selanjutnya adalah jenis

mikroorganisme. Di alam terdapat banyak sekali mikroba patogen dan tidak

sedikit yang resisten terhadap desinfektan sehingga dosis klorin yang diberikan

harus sesuai agar memenuhi tujuannya sebagai desinfektan, yaitu membunuh

patogen yang bisa menyebabkan waterborne disease.

Waktu kontak antara air dengan klorin selaku dedsinfektan juga

memengaruhi jumlah klorin dalam air. Apabila waktu kontak yang terjadi cukup

lama, maka konsentrasi klorin cukup sedikit. Namun apabila waktu kontak yang

dibutuhkan cepat, maka dosis klorin yang diberikan harus cukup banyak.

Selain itu, jumlah klorin dalam air juga dipengaruhi oleh pH dan temperatur.

Tingkat keasaman air akan mengontrol jumla HOCl dan OCl- karena pH juga

memengaruhi reaksi yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya. Suhu atau

temperatur juga berpengaruh pada jumlah klor dalam air. Semakin tinggi suhu

Page 5: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

maka akan semakin aktif mikroba, maka dibutuhkan jumlah klor yang cukup

banyak sehingga mikroba tidak banyak berkembang biak.

5. Baku Mutu

Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 492

tahun 2010, jumlah klorin yang diizinkan terkandung dalam air bersih adalah

sebanyak maksimal 5 mg/l.

Table 1 Baku Mutu Air Bersih Berdasarkan Permenkes 492 tahun 2010

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

Buret 25 mL

Pipet 10 mL

Pipet 5 mL

Bulb

Pipet tetes

Kertas pH

Gelas ukur

Gelas beker

Spatula

Timbangan

b. Bahan

Air sampel

Asam asetat pekat

Padatan KI

Larutan Na2S2O3 0.1 N

Larutan Iodine 0.0282 N

Larutan Kanji

IV. CARA KERJA

a. Modul 7.1

Mengam

bil 100

mL air

sampel.

Memasukk

an air

sampel ke

dalam 9

botol yang

berbeda.

Page 6: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

b. Modul 7.2

Menambah

kan kaporit

ke botol 1-7

dengan

dosis yang

sudah

ditentukan

Dihomog

enkan

dan

didiamka

n selama

30 menit.

Mengambi

l 1 botol,

dan

menamba

hkan 5 mL

asam

asetat.

Mengukur

pH dengan

mengguna

kan kertas

pH.

Menambahk

an 1 gram KI

ke dalam

larutan

hingga warna

menjadi

kuning pekat

Menitrasi

laluran

dengan

Na2S2O3

hingga warna

larutan

menjadi

kuning seulas

Menambahka

n indikator

kanji 3 hingga

5 tetes.

Warna

larutan

berubah

menjadi biru

Menitrasi

laluran

dengan

Na2S2O3

hingga warna

larutan

menjadi

bening

Menambah

kan kaporit

ke botol 8

dan 9

dengan

dosis sesuai

BPC.

Dihomogen

kan. Botol 8

didiamkan 5

menit, botol

9 didamkan

2 jam.

Memberika

n perlakuan

yang sama

seperti pada

modul 7.1

Page 7: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

V. HASIL PENGAMATAN

a. Modul 7.1

No. Botol Dosis Kaporit Volume Na2S2O3

Blanko - 0.43

Botol 1 1 0.13

Botol 2 2 0.65

Botol 3 2.5 0.01

Botol 4 3 0.13

Botol 5 3.5 0.45

Botol 6 3.75 0.3

Botol 7 4 0.17

b. Modul 7.2

No. Botol Waktu Kontak Volume Na2S2O3

Botol 8 5 menit 0.12

Botol 3 30 menit 0.01

Botol 9 2 jam 0.34

VI. PENGOLAHAN DATA

Rumus Perhitungan

Klor aktif sebagai MgCl2 :

Dimana,

A = mL titran Na2S2O3 untuk sampel

B = mL titran Na2S2O3 untuk Blanko (bisa positif atau negatif)

N = Normalitas larutan titran Na2S2O3

V = Volume sampel (mL)

Page 8: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Fp = Faktor pengenceran

a. Modul 7.1

No. Botol Dosis Kaporit Volume Na2S2O3

Blanko - 0.43

Botol 1 1 0.13

Botol 2 2 0.65

Botol 3 2.5 0.01

Botol 4 3 0.13

Botol 5 3.5 0.45

Botol 6 3.75 0.3

Botol 7 4 0.17

Botol 1 = = 19.6

Botol 2 = = 37.9

Botol 3 = = 15.4

Botol 4 = = 19.6

Botol 5 = = 30.9

Botol 6 = = 35.6

Botol 7 = = 21.06

Page 9: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

b. Modul 7.2

No. Botol Waktu Kontak Volume Na2S2O3

Botol 8 5 menit 0.12

Botol 3 30 menit 0.01

Botol 9 2 jam 0.34

Botol 8 = = 19.3

Botol 3 = = 15.4

Botol 9 = = 27.4

Page 10: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

VII. ANALISIS

a. Analisis Percobaan

Percobaan Bab 7 ini berjudul Analisis Klor Aktif ini dilakukan pada hari

Rabu, 18 Maret 2015 di Laboratorium Penyehatan Lingkungan, lantai 4

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang memiliki

tujuan untuk mengetahui jumlah klor yang dibutuhkan untuk air baku dengan

kualitas tertentu sehingga tercapai titik Break Point Chlorination (BPC). Jumlah

klor yang akan dicari merupakan nilai klor aktif dalam MgCl2 pada sampel yang

diberikan dosis kaporit yang berbeda serta nilai klor aktif dalam MgCl2 pada air

suling sebagai blanko. Selain itu, jumlah klor aktif dalam MgCl2 juga dicari pada

sampel yang memiliki waktu detensi 5 menit, 30 menit, dan 2 jam.

Alat yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum kali ini adalah Buret 25

mL untuk melakukan titrasi. Pipet 10 mL dan 50 mL serta pipet tetes untuk

mengambil larutan yang dibutuhkan. Kertas pH yang digunakan untuk

mengukur pH. Kemudian gelas ukur digunakan untuk mengambil sampel, dan

spatula serta timbangan untuk mengambil bahan dan menimbang bahan sehingga

sesuai dengan prosedur.

Page 11: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum analisis klor aktif ini adalah air

sampel, yang bisa berupa air hujan atau air tanah. Praktikan menggunakan air

tanah sebagai sampel. Selain air sampel dibutuhkan juga air suling yang

bertindak sebagai blanko. Selain itu dibutuhkan asam asetat untuk membuat air

sampel menjadi suasana asal. Lalu diperlukan juga padatan KI dan larutan

Natrium Thiosulfat (Na2S2O3). Kemudian dibutuhkan juga larutan kanji dan

larutan Iodine.

Untuk modul 7.1 yang bertujuan untuk mencari titik Break Point

Chlorination, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengisi 9 botol

dengan 100 mL air sampel. Selanjutnya menambahkan kaporit yang dosisnya

sudah ditentukan ke dalam botol 1 hingga botol 7 (botol 1 dosisnya 1 mL, botol

2 dosisnya 2 mL, botol 3 dosisnya 2.5 mL, botol 4 dosisnya 3 mL, botol 5

dosisnya 3.5 mL, botol 6 dosisnya 3.75 mL, dan botol 7 dosisnya 4 mL).

Selanjutnya botol di homogenkan dan didiamkan selama 30 menit. Setelah 30

menit berlalu, ambil botol 1 kemudian ditambahkan 5 mL asam asetat sehingga

suasana air menjadi asam (pH 3-4), untuk memastikan pH larutan diukur terlebih

dahulu dengan menggunakan kertas pH.

Setelah itu ditambahkan padatan KI sebanyak 1 gram. Padatan KI ini akan

teroksidasi menjadi I2 dalam suasana asam dan larutan akan berubah warna

menjadi kuning pekat. Selanjutnya larutan yang berwarna kuning pekat di titrasi

dengan Na2S2O3 hingga warnanya berubah menjadi kuning seulas. Setelah

terjadi perubahan warna, larutan kanji pun dimasukkan. Larutan kanji

merupakan indikator untuk menunjukkan apakah dalam larutan mengandung

Iodine atau tidak. Langkah selanjutnya adalah melakukan titrasi dengan Na2S2O3

hingga larutan yang awalnya berwarna biru gelap berubah menjadi bening.

Untuk blanko, 100 mL sampel di masukkan ke dalam botol kemudian

langsung ditambahkan 5 mL asam asetat. Setelah itu diukur pH, lalu

ditambahkan 1 gram KI dan 3 tetes larutan kanji. Apabila larutan berubah warna

menjadi biru, maka langsung melakukan titrasi dengan Na2S2O3. Namun apabila

Page 12: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

larutan tidak berubah warna menjadi biru, tambahkan Iodine hingga warna

larutan menjadi biru baru dititrasi dengan Na2S2O3.

Volume Na2S2O3 yang digunakan kemudian di catat dan dimasukkan ke

dalam hitungan rumus lalu dihitung jumlah klor aktif. Kemudian berdasarkan

hasil yang di dapat dibuat grafiknya sehingga didapatkan titik Break Point

Chlorination beserta dosis kaporit yang dibutuhkan untuk mencapai titik Break

Point Chlorination.

Modul 7.2 memiliki tujuan untuk mengetahui perngaruh waktu kontak

terhadap daya desinfeksi. Pada botol 8 dan botol 9 yang sudah berisi air sampel

sebanyak 100 mL, kaporit ditambahkan sesuai dengan jumlah kaporit sebanyak

yang dibutuhkan untuk mencapai Break Point Chlorination, yaitu 2.5 mL.

Botol 8 didiamkan selama lima menit dan botol 9 didiamkan selama 2 jam.

Setelah lima menit (untuk botol 8) dan dua jam (untuk botol 9), botol 8 dan botol

9 mendapat perlakukan yang sama dengan botol 1 sampai 7, mulai dari

penambahan 5 mL asam asetat, mengukur pH, lalu menambahkan 1 gram KI,

selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 dan ditambahkan larutan kanji. Terakhir,

larutan dititrasi lagi dengan Na2S2O3 hingga warna berubah dari biru gelap

menjadi bening.

b. Analisis Hasil

Breakpoint Chlorination atau titik retak klorinasi merupakan konsentrasi klor

aktif yang dibutuhkan untuk mengoksidasri bahan organik, amoniak, dan bahan

lain yang dapat dioksidasi serta membunuh mikroorganisme jika masih ada sisa

klor aktif pada konsentrasi tersebut. BPC akan diikuti dengan pembentukan gas

N2 akibat paparan klor aktif yang berlebih pada kloramin. Hal ini menyebabkan

penurunan jumlah klor bebas dan masih ada residu klor aktif yang

konsentrasinya dianggap perlu sebagai desinfektan. Dengan kata lain, jumlah

klor yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme adalah jumlah residu

klor aktif setelah terjadi BPC. Oleh sebab itu mengapa penentuan BPC penting

Page 13: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

dilakukan dalam proses desinfeksi karena BPC merupakan acuan untung

menghitung dosis klor sehingga desinfektan bekerja sesuai dengan tugasnya.

Biasanya, titik BPC pada grafik perbandingan antara jumlah klor aktif dengan

dosis klor terletak pada titik yang rendah setelah dosis klor naik dan sebelum

dosis klor naik kembali.

Dalam grafik BPC yang terjadi, proses yang terjadi ada 3. Pada saat dosis

kaporit yang diberikan sebanyak 1 mL hingga 2 mL terjadi pembentukan chloro-

organic compounds dan kloramin. Pada saat dosis kaporit yang diberikan

sebanyak 2 mL hingga 2.5 mL, proses yang terjadi adalah penghancuran

kloramin dan chloro-organic compounds. Sedangkan proses yang terjadi ketika

dosis kaporit yang diberikan sebanyak 2.5 mL hingga 4 mL adalah reaksi-reaksi

sisa yang menghasilkan klor sisa.

Kebutuhan klor untuk desinfeksi di pengaruhi oleh banyak hal, misalnya saja

jenis organisme yang ada di dalam air yang bersangkutan. Ada beberapa

organisme yang sudah resisten terhadap desinfektan sehingga pemberian dosis

desinfektan harus disesuaikan agar bisa bekerja maksimal. Selain itu, kebutuhan

klor juga dipengaruhi oleh waktu kontak, pH air, dan temperatur air.

Berdasarkan grafik BPC yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa air

sampel termasuk ke dalam air bersih yang cenderung bebas dari mikroorganisme.

Page 14: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Hal itu bisa ditunjukkan dari dosis klor yang tidak terlalu tinggi untuk mencapai

titik BPC, yaitu sebanyak 2.5 mL.

Jika sampel yang digunakan pada praktikum kali ini berasal dari danau yang

tercemar limbah organik, maka akan dibutuhkan lebih banyak dosis klor untuk

mendapatkan titik BPC. Sebab, semakin banyak kandungan zat organik dalam

air, maka semakin banyak dosis klor dibutuhkan untuk membunuhnya. Oleh

karena itu digunakan sampel yang berasal dari air hujan atau air tanah. Karena

dari dua smber air itu, mikroorganisme yang ada di dalamnya cenderung lebih

sedikit jumlahnya dibandingkan dengan dari sumber air yang lain.

Salah satu hal yang memengaruhi jumlah klor yang dibutuhkan dalam sebuah

proses desinfeksi adalah waktu kontak. Waktu kontak merupakan waktu yang

dibutuhkan oleh sebuah dosis tertentu desinfektan untuk melakukan proses

desinfeksi. Satu hal yang memengaruhi waktu kontak adalah konsentrasi atau

dosis dari zat desinfektan itu sendiri. Apabila waktu kontak yang terjadi lama,

maka dosis zat desinfektan yang diberikan tidak perlu terlalu banyak. Namun

apabila waktu kontak yang terjadi sebentar, maka dosis desinfektan yang

diberikan tidak boleh sedikit.

Berdasarkan uraian diatas, maka perbandingan antara jumlah klor dengan

waktu kontak seharusnya berbanding lurus. Dimana ketika ada pertambahan

Page 15: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

waktu kontak maka jumlah klor aktif pun ikut bertambah. Namun berdasarkan

hasil percobaan yang di dapat, praktikan menemukan sebuah anomali. Dimana

ketika waktu kontak mencapai 30 menit, dosis klor aktif malah menuru

dibandingkan dengan saat waktu kontak 5 menit. Apabila hal ini terjadi, maka

menentukan waktu kontak yang ideal tidak bisa dilakukan. Faktor-faktor yang

mungkin mempengaruhi hal ini adalah faktor lingkungan seperti misalnya pH

dan temperatur air.

Dalam klorinasi, ada dua tahap utama, yaitu preklorinasi dan post klorinasi.

Preklorinasi merupakan tahap pemberian liquid chlorine yang bertujuan untuk

menghilangkan polutan dalam air seperti rasa dan bau, semua zat (misalnya besi

dan mangan) teroksidasi, mencegah molekul organik (misalnya warna),

mencegah pertumbuhan jamur dan alga. Tahap post klorinasi yaitu tahap

pemberian liquid chlorine yang bertujuan untuk membunuh mikroba yang masih

terikat dalam ai, tertutama mikroba patogen. Prinsip BPC seperti yang diatas,

dapat digunakan pada post klorinasi.

Batas konsentrasi klorin sisa pada air yang baru keluar dari instalasi air bersih

dan air yang diterima konsumen adalah 5 mg/l. klorin sisa dibutuhkan pada

distribusi air bersih sehingga sepanjang pipa distribusi, proses desinfeksi bisa

tetap terjadi.

c. Analisis Kesalahan

Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum kali ini adalah:

Kurang teliti saat melihat pipet ketika menambahkan kaporit sehingga

dosis yang dimasukkan tidak tepat sesuai dengan yang diberikan.

Kurang teliti saat menimbang KI sehingga jumlah KI yang

dimasukkan tidak tepat sesuai dengan prosedur.

Kurang teliti saat melakukan proses titrasi sehingga mungkin saja

larutan untuk titrasi jumlahnya sudah berlebih untuk menitrasi sampel

maupun blanko.

Page 16: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

Kurang teliti saat melakukan pembacaan pada buret ketika selesai

proses titrasi.

Kurang bersih ketika membersihkan alat sebelum digunakan.

Mungkin saja masih ada sisa larutan atau ada zat-zat yang menempel

di dalam alat yang digunakan.

VIII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

Untuk mencapai Breakpoint Chlorination, dosis klor yang dibutuhkan

adalah sebanyak 2,5 mL.

IX. REFERENSI

http://www.amazine.co/27082/klorin-cl-fakta-sifat-kegunaan-efek-

kesehatannya/ diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 00.45

http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/456/472 diakses pada

tanggal 24 Maret 2015 pukul 00.48

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41046/Chapter%20II

.pdf;jsessionid=E7F1AF541BA32E8FE96F392DB3BC1603?sequence=4

diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 00.48

http://hmtl.itb.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/Desinfeksi-

netralisasi.ppt diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 01.12

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19476/Chapter%20II

.pdf?sequence=4 diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 01.25

http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/114/61 diakses pada

tanggal 24 Maret 2015 pukul 01.25

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700544/phlarutan7.

htm diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 01.44

Page 17: Laporan Labling Analisis Klor Aktif 2013 Hero Suspadama Ayuningtyas Fanyzia Fajrianas

http://www.bimbingan.org/karakteristik-larutan-kalium-iodide.htm diakses

pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 01.46

http://asep.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/klorinasi.pdf diakses pada tanggal

24 Maret 2015 pukul 02.10

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/632/jbptitbpp-gdl-mohamadran-31581-3-

2008ts-2.pdf diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 02.14

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13278-Paper.pdf diakses

pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 02.16

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41046/Chapter%20II

.pdf?sequence=4 diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 02.53

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26947/Chapter%20II

.pdf?sequence=3 diakses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 02.55

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf diakses

pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 07.05