LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VI DPR RI KE …
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VI DPR RI KE …
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VI DPR RI
KE KOTA MAKASSAR, PROV SULAWESI SELATAN
17 - 21 DESEMBER 2020
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2020
2
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI SULAWESI SELATAN
Masa Persidangan II Tahun Sidang 2020-2021
Tanggal 17-21 Desember 2020
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Kunjungan Kerja
Pasal 98 Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, sebagaimana yang telah diubah pertama dengan UU Nomor 42
Tahun 2014, dan kedua dengan UU Nomor 2 Tahun 2018 dan ketiga dengan
UU Nomor 13 Tahun 2019 dan Pasal 60 Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun
2020 tentang Tata Tertib mengatur bahwa Komisi dalam melaksanakan tugas
di bidang pengawasan dan tindak lanjut pengaduan masyarakat, antara lain
dapat mengadakan kunjungan kerja spesifik dalam masa sidang, yang
hasilnya dilaporkan dalam rapat komisi untuk ditindaklanjuti.
Sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut,
kunjungan kerja ini juga dilaksanakan atas Keputusan Pimpinan DPR RI
tentang Penugasan Anggota Komisi I-XI DPR RI untuk melakukan Kunjungan
Kerja dan Leputusan Rapat Intern Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan
Objek Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI.
Selanjutnya, sesuai dengan Surat Tugas Nomor: ST/033/KOM.VI/DPR-
RI/11/2020 Tanggal 8 Desember 2020, Tentang penugasan Anggota Komisi
VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja pada Masa Reses Persidangan
II Tahun Sidang 2020-2021 ke Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Objek Kunjungan Kerja
Objek kunjungan kerja Komisi VI DPR RI adalah sebagai berikut:
1. Kementerian BUMN
2. Kementerian Perdagangan
3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
3
4. Badan Standarisasi Nasional
5. PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
6. PT Semen Tonasa (Persero)
7. PT Industri Kapal Indonesia (Persero)
8. PT Wijaya Karya (Persero)
9. PT Virama Karya (Persero)
10. PT Angkasa Pura I (Persero)
C. Maksud dan Tujuan Kunjungan Kerja
Secara umum maksud dan tujuan kunjungan kerja ini adalah untuk
memperoleh gambaran tentang realisasi pelaksanaan kegiatan yang telah
dilaksanakan dan rencana serta program pembangunan yang akan dilakukan,
terutama yang berkaitan dengan bidang tugas serta lingkup Komisi VI DPR
RI, yaitu Perindustrian, Perdagangan, Koperasi/Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), BUMN, Investasi, dan persaingan usaha.
Secara khusus, kunjungan kerja Komisi VI DPR RI ini dimaksudkan untuk
mengetahui perkembangan dan permasalahan yang dihadapi oleh
Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Badan Standarisasi Nasional, PT Pelabuhan Indonesia IV
(Persero), PT Semen Tonasa (Persero), PT Industri Kapal Indonesia
(Persero), PT Wijaya Karya (Persero), PT Virama Karya (Persero), dan PT
Angkasa Pura I (Persero).
D. Anggota Tim Kunjungan Kerja
Anggota Tim dalam pelaksanaan kegiatan Kunker Komisi VI DPR RI ke
Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut:
4
II. HASIL KUNJUNGAN KERJA
Hasil Komisi VI DPR RI ke Provinsi Sulawesi Selatan dalam agenda
pertemuan sebagai berikut:
Pertemuan Tim Kunker Komisi VI DPR RI dalam Rapat sesi I dengan Kementerian
BUMN, Kementerian Perdagangan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Badan
Standarisasi Nasional, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), PT Semen Tonasa
(Persero), dan PT Industri Kapal Indonesia (Persero)
Sesi I
A. Kementerian Perdagangan RI
Di masa pandemi Covid-19 ini, ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan I
masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,07 persen (yoy). Sejalan
dengan tren perbaikan Global dan Nasional, ekonomi Sulawesi Selatan
pada triwulan III 2020 mengalami perbaikan meski masih dalam fase
kontraksi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan
triwulan III 2020 mencapai Rp 133,02 triliun (atas dasar harga berlaku)
dan PDRB harga Konstan mencapai Rp. 86.34 triliun dengan
Perkembangan Laju inflasi bulan November sebesar 1,62 persen (yoy).
Periode Januari-Oktober 2020 ini Realisasi Nilai ekspor Sulawesi Selatan
masih mengalami pertumbuhan 5,16 persen (y on y) dengan total nilai
ekspor sebesar US$. 996,42 juta. Lima komoditas utama Ekspor Sulawesi
Selatan meliputi Nikel; Rumput Laut, Carragenan, Udang Segar dan Mete
Kupas Sebagian besar di ekspor ditujukan ke Negara Jepang, China,
Amerika Serikat, Malaysia, dan Vietnam.
Share Ekspor dari Sektor Pertanian Berkontribusi 19,78%, Sektor Industri
20.10% dan Sektor Tambang 60,13%. Neraca Perdagangan Sulawesi
Selatan periode Januari-Oktober 2020 Surplus Sebesar US$ 340,64 Juta
5
setara dengan Rp. 4,83 Triliun (Kurs 1 dollar Rp.14.200) dengan Nilai
Ekspor sebesar US$ 996,42 Juta dan dengan dengan Nilai Impor Sebesar
US$ 655,78 Juta.
Sedangkan pada perdagangan dalam negeri, dimana perdagangan antar
pulau Sulawesi Selatan relatif stabil terutama untuk komoditi beras dan
beberapa barang pokok dan penting lainnya. Perdagangan antar pulau
Sulawesi Selatan lebih banyak dikirim ke Indonesia Bagian Timur, seperti
ke Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT dan Papua dan Papua Barat.
Demikian juga dengan pengawasan lalu lintas barang yang keluar masuk
di Sulawesi Selatan, seperti barang dilarang, barang terbatas dan barang
bebas berjalan dengan baik. Disamping itu Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan melalui program Prioritas mendorong pembangunan pelabuhan-
pelabuhan ekspor, penumpang feeder untuk menunjang pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan inter-konektifitas pulau-
pulau Sulawesi Selatan serta mengakselerasi pembangunan moda
transportasi kereta api yang aksesibel.
Dari sektor pasar di Sulawesi Selatan pada masa pandemi covid-19,
Kementerian Perdagangan memberikan bantuan
pembangunan/revitalisasi menggunakan dana Tugas Pembantuan (TP)
untuk 15 pasar rakyat, yang di saat bersamaan mampu memberikan
stimulus di saat pandemi ini berupa penyerapan tenaga kerja dan
penggunaan bahan baku bangunan lokal. Adanya surat edaran Menteri
Perdagangan Nomor 12 tahun 2020 yang mendorong pasar rakyat dapat
tetap beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan.
Di tengah pandemi covid-19, kebutuhan bahan pokok dan kondisi harga
juga harus tetap diperhatikan. Kebutuhan konsumsi gula di Sulsel kurang
lebih mencapai 200.000 ton per tahun. Sementara kemampuan produksi
gula di Sulsel baru bisa mencapai kurang lebih 30%. Namun demikian
kebutuhan gula di Sulawesi Selatan masih bisa ditopang dari pulau Jawa
dan Sumatra dan Impor yang dilakukan pemerintah. Harga gula di
Sulawesi Selatan untuk saat ini relatif stabil sesuai dengan Harga Eceran
Tertinggi (HET) yaitu Rp. 12.500 di retail modern sedangkan di pasar
tradisional rata-rata dijual Rp. 13.000. Pasokan gula telah mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan sampai akhir tahun 2020.
Harga daging di Sulawesi Selatan sampai saat ini relatif stabil. Daging
segar di pasar tradisoinal dijual kisaran harga Rp. 100.000 s/d Rp.
110.000 per kg. Sedangkan harga daging beku di retail modern yaitu Rp.
80.000/kg sesuai HET. Harga beras di Sulawesi Selatan stabil. Harga
beras medium dijual kisaran harga Rp. 9.000/kg dengan HET Rp 9.450.
Beras premium dijual kisaran harga Rp. 12.000,- dengan HET Rp.
12.800,-. Persediaan beras lebih dari cukup.
6
Untuk aktivitas ekonomi online, Aktivitas perdagangan online di provinsi
Sulawesi Selatan terus meningkat, terlihat dari data penduduk dengan
usia diatas 5 tahun yang pernah menggunakan internet dalam 3 (tiga)
bulan terakhir meningkat dari 30.35% di tahun 2017, kemudian 37,09%
ditahun 2018, menjadi 43,91% di tahun 2019 (sumber : BPS). Namun
angka ini masih di bawah rata-rata nasional yang berkisar pada angka
47,69% di tahun 2019. Sementara persentase usaha yang melakukan e-
commerce di Sulawesi Selatan sebesar 11,04 %. Secara volume, jumlah
transaksi e-commerce meningkat signifikan sebesar 77,5% (yoy)
mencapai 2,7 juta transaksi. Peningkatan transaksi e-commerce ini
didukung dengan adanya kebijakan PSBB sehingga kecenderungan
masyarakat untuk berbelanja online meningkat.
Di sisi lain, digitalisasi Pasar Rakyat merupakan salah satu alternatif
dalam menggerakkan perekonomian secara online di pasar rakyat,
bentuk digitalisasi diantaranya yaitu mengurangi pembelanjaan atau
transaksi secara tunai, pemesanan barang kebutuhan pokok melalui
aplikasi telekomunikasi yang dikoordinir oleh pedagang dan penggunaan
e-retribusi yang dapat memberikan transparansi pengelolaan Pasar
Rakyat. Disamping itu digitalisasi Pasar juga dapat berjalan bersama
dengan aktifitas pasar rakyat secara offline. Di Kota Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan telah menggunakan layanan digitalisasi pasar yang
menggandeng marketplace berbasis platform yaitu Grab sebagai layanan
mitranya. Layanan ini diperoleh di salah satu Pasar yaitu Pasar Pabaeng
Baeng Kota Makassar. Dengan adanya kemudahan transaksi berbelanja
menggunakan aplikasi ini dapat membantu masyarakat memenuhi
kebutuhan sehari-harinya sehingga dapat mencegah penyebaran Covid
19 di klaster Pasar Rakyat.
B. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Perekonomian Sulawesi Sulatan juga tidak terlepas dari adanya
kompetisi usaha. Hadir nya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
sangat diharapkan agar dapat mensosialisasikan persaingan usaha yang
sehat kepada pelaku ekonomi di Sulawesi Selatan. Pada dasarnya
Kondisi kompetisi di Sulawesi Selatan secara umum cukup sehat,
beberapa sektor menjadi atensi KPPU Kanwil VI Makassar yaitu sektor
pertanian, perikanan, logistik dan pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Permasalahan pada sektor pertanian dan perikanan adalah
masih panjangnya rantai distribusi pada tata niaga komoditas tersebut,
sehingga terjadi harga yang rendah di sisi petani namun ketika sampai di
konsumen akhir haraga nya cukup tinggi. Terkait fenomena ini, sesuai
dengan tugas dan fungsi, KPPU fokus melihat apakah harga yang
terbentuk adalah harga kompetitif dan bukan merupakan harga yang
7
disetel atau diatur oleh pelaku usaha di pasar. Dalam kegiatan penelitian,
KPPU melihat peranan middle man cukup besar dalam rantai distribusi
dari petani ke industri.
Sosialisasi merupakan salah satu sarana pencegahan yang dilakukan
oleh KPPU. Pada tahun ini, KPPU Kanwil VI Makassar telah
melaksanakan beberapa kali kegiatan sosialisasi yang mengundang
pelaku usaha dan pemerintah sebagai audiensnya, yaitu sebagai berikut:
a. Advokasi Kemitraan dalam Industri Ritel di Makassar (Audiens:
Pelaku Usaha dan Pemerintah) - Advokasi ini dilakukan oleh KPPU
bekerjasama dengan Dinas Perdagangan Provinsi Sulawesi
Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk internalisasi
prinsip kemitraan yang ideal kepada para pelaku usaha ritel di
Makassar. Kegiatan ini dilatarbelakangi adanya kemuhan dari
UMKM tentang sulitnya masuk ke jaringan ritel baik itu ritel modern
berjaringan nasional maupun lokal.
b. Excecutive Meeting: Competition Compliance Program sebagai
Langkah Awal Pencegahan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha tidak Sehat (Audiens: Pimpinan Perusahaan) - Pelaksanaan
kegiatan ini mempunyai misi khsus yaitu mendorong para pelaku
usaha di Sulawesi Selatan mempunyai program kepatuhan terhadap
norma hukum persaingan usaha, sehingga audiens dalam kegiatan
ini adalah pimpinan perusahaan atau jabatan yang mampu
membuat kebijakan dalam perusahaan.
c. Webinar: Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dalam aspek
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Tindak Pidana Korupsi
(Audiens: Pemerintah (Pokja Pengadaan B/J)) - Pelaksanaan
kegiatan ini dilatarbelakangi dengan masih adanya laporan
masyarakat terhadap persaingan usaha tidak sehat dalam bentuk
persekongkolan tender.
d. Webinar: Kebijakan terhadap Pengaturan dan Penataan Toko
Modern dalam Mewujudkan Persaingan Usaha Sehat (Audiens:
Pemerintah) - Masih banyaknya gejolak sosial terhadap hadirnya
ritel modern berjenis minimarket berjaringan menjadi alasan
dilaksanakannya kegiatan ini.
e. Dialog Virtual: Peran Pemuda dan KPPU dalam Mendorong
Kemitraan yang Sehat untuk Terciptanya Ekonomi Berkeadilan dan
berkemajuan (Audiensi: UMKM di Lingkungan Pemuda
Muhamadiah) - Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan
Pimpinan Wilayah Pemuda Muhamadiah Sulsel yang mempunyai
anggota yang bergerak pada bidang usaha mikro, kecil dan
menengah. Dialog ini untuk memberikan pemahaman terkait dengan
hubungan kemitraan yang ideal antara pelaku usaha besar dengan
UMKM.
8
Selain sosialisasi yang dijalankan, ada beberapa kasus yang ditangani
oleh KPPU dengan dampak dalam perekonomian di Sulawesi Selatan,
dengan adanya laporan yang masuk dan ditangani oleh KPPU Kanwil VI
Makassar antara lain terkait dengan pengadaan barang dan Jasa
pemerintah (tender), transportasi, dan pertanian. Tantangan yang
dihadapi tentunya terkait ratio sumber daya dan cakupan wilayah Kanwil
VI yang cukup luas yaitu meliputi 10 Provinsi. Dampak ke perekonomian
Provinsi Sulawesi Selatan, diharapkan dengan PBJ yang kompetitif akan
tercipta efisiensi anggaran. Selain itu masyarakat dapat menikmati pilihan
produk dan jasa yang lebih variatif dan tentunya menjaga
masyarakat/konsumen dari eksploitasi harga oleh pelaku usaha.
Solusinya dalam pencegahan beberapa kasus tersebut, KPPU
berkoordinasi dengan Satgas Pangan Polda Sulsel dalam melakukan
pemantauan gejolak bahan pokok di Makassar. KPPU bersama dengan
Polda dan Pemerintah Provinsi juga beberapa kali melakukan Sidak
bahan pokok di Pasar tradisional untuk mengetahui ketersediaan dan
fluktuasi harga. Selain itu, KPPU juga melakukan beberapa kali
koordinasi dengan Penyidik PNS pada Dinas Perdagangan Sulsel
berkaitan dengan keluhan UMKM terhadap sulit masuknya mengakses
Ritel Modern serta masih dikenakannya listing fee.
C. Badan Standarisasi Nasional
Badan Standarisasi Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non
Departemen dengan tugas pokok mengembangkan dan membina
kegiatan standarisasi di Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, BSN
berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang
Standarisasi Nasional. Tugas dan Fungsi: Pengkajian dan penyusunan
kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional; Pengkoordinasian
kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSN; Pelancaran dan
pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
standardisasi nasional; Penyelenggaraan kegiatan kerja sama dalam
negeri dan internasional di bidang standardisasi, Penyelenggaraan
pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
9
Khusus di Makassar, Sulawesi Selatan BSN telah memberikan
Pendampingan Penerapan SNI kepada UMKM, Organisasi, LPK, dan
Industri. Melalui Kantor Layanan Teknis (KLT) BSN Sulawesi Selatan,
dengan tahapan pendampingan sebagai berikut:
a. Identifikasi awal;
b. Set up sistem;
c. Implementasi data dan Pendampingan Audit Internal;
d. Pengajuan Permohonan Sertifikasi oleh UMKM, Pendampingan
tindakan perbaikan; dan
e. Penyerahan Sertifikat SNI.
Berdiri sejak April 2017, berikut ini adalah capaian BSN melalui KLT BSN
Sulawesi Selatan dalam pendampingan Penerapan SNI, antara lain:
a. UMKM: Tahun 2017-2020 sudah 102 UMKM dibina dan 13 UMKM
mendapatkan sertifikasi.
b. Industri: Tahun 2017-2020 sudah 15 Industri dibina dan 1
mendapatkan sertifikasi.
c. Organisasi: Tahun 2017-2020 sudah 50 organisasi dibina dan 1
mendapatkan sertifikasi.
d. LPK: Tahun 2017-2020 sudah 95 LPK dibina dan 5 yang PRL.
Sementara untuk target BSN di Tahun 2020, BSN mentargetkan 1700
Stakeholders: 40 UMKM, & UMKM ber SNI dan Fasilitasi 10 Industri, 5
Organisasi ber SNI dan 650 SDM, 2 LPK Tambah Lingkup dan 4 KKN
10
Tematik, 3 Pembina UMKM dan 150 SNI terjual, serta 1 RSNI dan 15
Peserta SNI Award.
Namun sejalan dengan target tersebut, capaian BSN Tahun 2020 sudah
mendekati target awal.
Di sisi lain, guna memperkenalkan manfaat produk yang tersertifikasi,
BSN melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang bertujuan
memberikan edukasi mengenai pentingnya dan manfaatnya jika produk
yang berada di pasaran sudah tersertifikasi. Salah satunya adalah
dengan pembuatan materi promosi dan edukasi dalam bentuk video role
model UMKM penerap SNI. Di tengah situasi Pandemi Covid-19, BSN
melakukan kegiatan edukasi SPK melalui webinar dengan tema kegiatan
masing-masing yang berbeda.
Terlepas dari hal di atas, langkah BSN di tengah Pandemi Covid-19
adalah menyediakan APD dan alat penunjang Kesehatan di Rumah Sakit
Daerah, antara lain:
1. Kerjasama dengan PT IAPMO U.S. menyalurkan bantuan APD ke
BBLK Makassar yang merupakan laboratorium rujukan pengujian
covid-19 secara nasional wilayah Indonesia Timur berupa baju hazmat,
masker medis dan sabun cuci tangan, selain itu juga memberikan
bantuan pembagian masker kain sebanak 1200 buah ke warga
kelurahan Untia dan tempat cuci tangan portable di kelurahan Untia
sebanyak 2 unit.
2. Mengadakan sosialisasi ke Rumah Sakit (RS Wahidin, RS Unhas, RS
Labuang baji, RS Haji) terkait penerapan SNI Manajemen Biorisk
Laboratorium untuk lab uji covid-19.
11
3. Mengadakan sosialisasi ke POLDA Sulawesi Selatan terkait
penerapan SNI serta konsultasi dan menjadi tenaga ahli dalam
penindakan penerapan SNI wajib.
4. Memfasilitasi pelaku usaha produsen masker kain untuk SNI namun
masih tahap awal dengan PT. Amura Pratama.
D. Kementerian BUMN RI
Pada sektor BUMN di Sulawesi Selatan, kunjungan kerja reses Komisi VI
DPR RI berfokus pada transportasi laut yaitu PT Pelindo IV (Persero) dan
PT Industri Kapal Indonesia (Persero) serta PT Semen Tonasa.
1. PT Pelindo IV (Persero)
PT Pelindo IV (Persero) mengelola 24 Pelabuhan Komersial dan
beberapa Tersus/TUKS yang berada pada 11 Propinsi di Kawasan
Timur Indonesia, serta leader dari pelayanan jasa kepelabuhanan di
Kawasan Timur Indonesia. Segmen usaha dan kegiatan utamanya
adalah Pelayanan Jasa Kapal, Pelayanan Jasa Barang, Pelayanan
Penumpang, dan Jasa lainnya seperti pengusahaan tanah, bangunan
dan listrik, dan jasa terkait lainnya. Dari sisi perkembangan kegiatan
operasional PT Pelindo IV (Persero), Arus kunjungan kapal dalam 4
tahun terakhir mengalami pertumbuhan + 6,55 % dal Call dan 10,25
% dalam GT, kondisi ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya
kegiatan pelayanan kapal yang dilaksanakan oleh PT Pelindo IV
(Persero) pada Tersus/TUKS, sementara arus penumpang
mengalami pertumbuhan + 7,25 %, yang didominasi oleh kegiatan
penumpang dari dan KTI. Kemudian arus barang mengalami
pertumbuhan negative sebesar – 4,10% karena adanya peralihan dari
barang konvensional ke petikemas dan arus petikemas mengalami
pertumbuhan yang cukup baik yaitu + 6,29 % hal ini seiring dengan
semakin baiknya fasiltas kepelabuhanan pada PT Pelindo IV
(Persero).
12
Di sisi lain, kondisi keuangan perusahaan secara khusus di Provinsi
Sulawesi Selatan dalam pandemi covid-19 masih cukup baik, sampai
dengan Triwulan III Tahun 2020 jumlah pendapatan yang diperoleh
Perseroan adalah sebesar Rp. 2,681 Triliun dengan total beban Rp.
2,490 Triliun, dengan jumlah laba sebelum pajak sebesar Rp. 190,213
Miliar. Diharapkan realisasi laba sebelum pajak tahun 2020 sebesar
Rp. 374,199 Miliar dapat tercapai. Jumlah kas seroan sampai dengan
Triwulan III Tahun 2020 adalah sebesar Rp. 694,813 Miliar, dan
diharapkan terus mengalami peningkatan sampai dengan akhir tahun.
Sedangkan untuk total aset pada 30 September 2020 mencapai Rp
11,35 T, tumbuh 11,75% atau meningkat Rp 1,19 Triliun jika
dibandingkan realisasi 30 September 2019.
Di tengah Pandemi Covid-19 PT Pelindo IV (Persero) tetap melayani
kebutuhan logistik masyarakat di seluruh wilayah kelolaannya
dikarenakan aktivitas konsumsi masyarakat justru meningkat di
tengah pandemi Covid-19 terutama untuk kebutuhan makan dan
minum, obat-obatan serta kebutuhan penunjang lainnya yang relatif
mengalami peningkatan, meski pemerintah daerah sedang
memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota
Makassar dan beberapa provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia
(KTI) juga melakukan pembatasan karena pandemi Covid-19. Secara
umum terdapat penurunan di arus barang, baik yang yang melalui
petikemas maupun konvensional. Arus penumpang mengalami
penurunan yang cukup signifikan dikarenakan pada beberapa
Pemerintah Daerah di Kawasan Timur Indonesia belum mengijinkan
dilaksanakannya pelayanan penumpang kapal laut dan untuk saat ini
PT Pelindo IV (Persero) fokus mengembangkan pelayanan dengan
menggunakan Teknologi Informasi.
13
Untuk mendukung perekonomian di Sulawesi Selatan saat ini PT
Pelindo IV (Persero) sedang melakukan pembangunan Makassar New
Port Tahap IB dan Tahap IC, progress pembangunanya sampai dengan
13 Desember 2020 sudah mencapai 61,70 % dan diharapkan pada akhir
tahun 2021 dapat selesai. Disamping itu juga berasarkan Peraturan
Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, terdapat 4 (empat) Proyeks
Strategis Nasional yang berada di bawah pengelolaan PT Pelindo IV
(Persero), yaitu sebagai berikut :
a. Pembangunan Makassar New Port
b. Pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung
c. Pengembangan Pelabuhan Sorong Eksisting dan Arar
d. Pengembangan Pelabuhan Teluk Palu (Pantoloan)
2. PT Industri Kapal Indonesia (Persero)
Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kinerja operasional
perusahaan PT Pelindo IV (Persero) namun juga pada PT Industri
Kapal Indonesia (Persero). Perseroan yang merupakan perusahaan
galangan kapal milik Pemerintah Indonesia, menjadi Pusat Industri
Maritim bagi Indonesia timur terutama untuk Kapal Perikanan, Kapal
Penumpang, Ferry (Ro-Ro), Cargo dan setiap industri proyek industri
terkait. Salah satu dari empat Harbours utama di Indonesia untuk
mendukung Pelabuhan Makassar adalah Yard Makassar. Sementara
halaman Bitung adalah untuk mendukung pengembangan sektor
perikanan untuk di bagian utara kepulauan Indonesia Timur (KTI).
Pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang cukup berat terhadap
Industri Kapal Indonesia, namun tetap memiliki prospek besar untuk
lebih berkembang seperti China dan Korea Selatan, mengingat
14
Indonesia memiliki kesempatan emas sebagai negara kepulauan/
negara maritim. Terlepas dari hal tersebut industri galangan kapal
nasional masih kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan asing
dalam memproduksi kapal laut. Salah satunya lantaran mayoritas
bahan material industri masih sangat bergantung pada produk impor
dan biaya pengeluaran semakin membengkak akibat terkena bea
masuk. Pemerintah sejak 2016 sebenarnya telah mendorong
berkembangnya industri perkapalan Indonesia. Namun karena
adanya tumpang tindih kebijakan dari berbagai kementerian terkait,
ternyata hasilnya belum efisien dan efektif.
Dalam meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan di Sulawesi Selatan, PT
Industri Kapal Indonesia (Persero) melalui
pasar industri memiliki kapasitas masing-
masing, seperti kapasitas IKI Makassar
dengan 170 kapal per tahun dan 16 kapal
per bulan, sedangkan kapasitas IKI Bitung
dengan 50 kapal per tahun dan 6 kapal per
bulan. Sehingga total kapasitas PT IKI
mencapai 220 kapal per tahunnya.
15
Adapun tantangan PT Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah
sebagai berikut:
1. PT. IKI harus memiliki performance untuk pencapaian delivery on
time.
2. Perbaikan & pengadaan Fasilitas & sarana Produksi secara
bertahap sesuai RJPP.
3. Kompetensi SDM terus ditingkatkan.
4. Penguatan Modal Kerja baik Reparasi & Bangunan Kapal Baru.
3. PT Semen Tonasa
PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur
Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere,
Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep. Perseroan yang memiliki
kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai
empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, III, IV dan V. Keempat unit
pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-
masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton
semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Berdasarkan Anggaran Dasar, perseroan merupakan produsen semen
di Indonesia yang telah memproduksi serta menjual semen di dalam
negeri dan mancanegara sejak tahun 1968. Proses produksi bermula
dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur di kawasan
tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur sekitar pabrik hingga
pengantongan semen zak di packing plant. Proses produksi secara terus
menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna menjamin kualitas
produksi.
16
Lokasi pabrik yang berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan semen di daerah Indonesia Bagian Timur. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh sembilan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. unit pengantongan semen berlokasi di Palu, Banjarmasin, Bitung, Kendari, Ambon dan Mamuju dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali, dan Samarinda dengan kapasitas masingmasing 600.000 ton semen per tahun. Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen Portland (OPC), Semen non OPC yaitu Tipe Komposit (PCC), tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Didukung dengan merek yang sudah terkenal di Kawasan Timur Indonesia, perseroan berusaha secara terus menerus mempertahankan brand image produk dengan menjaga kestabilan pasokan produk di pasar. Selain itu, dukungan sistem distribusi yang optimal juga merupakan unsur kesuksesan penjualan semen. Disamping itu, penjualan ekspor juga dilakukan jika terjadi kelebihan produksi setelah pemenuhan pasar dalam negeri. Sektor semen dari sisi nasional masih over capacity, jika dilihat sampai bulan November 2020 semen nasional masih mengalami tekanan sekitar 10% dan di Kawasan Timur Indonesia yang merupakan daerah pasar Semen Tonasa dampak nasionalnya mengalami tekanan sekitar 3,1%. Sehingga secara langsung berdampak pada kondisi supply Perusahaan, namun ada beberapa strategi yang dilakukan perusahaan dimana pada saat ada penurunan permintaan domestik yang cukup tajam, perusahaan melakukan peningkatkan ekspor dan sampai bulan november pertumbuhan ekspor hingga 20%. Dengan kondisi peningkatan ekspor dari sisi utilisasi pabrik, perusahaan masih bisa berproses sekitar 85%. Sementara jika dilihat secara nasional, rata-rata utilisasi operasi pabrik sekitar 65-70%.
17
Kondisi Covid-19 sangat besar dampaknya tetapi dengan formulasi strategi yang baik dan kerjasama dengan Kementerian BUMN market share perusahaan di Kawasan Timur Indonesia masih sebagai leader dengan 37,1%. Sementara untuk di Sulawesi Selatan mengalami kontraksi dari sisi ekonomi, meskipun lebih kecil dari kontraksi nasional tetapi berdampak juga dari sektor konstruksi yang jika lihat bahwa di Sulawesi Selatan dimana semen nasional mengalami penerunan sekitar 15% dan pemurunan ini cukup besar untuk di Provinsi Sulawesi Selatan, mengingat di Kawasan Timur, Sulawesi Selatan merupakan daerah yang paling tinggi permintaan semennya. namun PT Semen Tonasa (Persero) dari sisi supplier masih bisa meningkatkan Market Share dari 60% di tahun 2019 dan di tahun 2020 sampai dengan bulan November, perusahaan dapat masih dapat meningkatkan market share hingga 65% meskipun di tengah kondisi pandemic yang sulit. PT Semen Tonasa (Persero) masih bisa meningkatkan porsi market share yang menjadi sebuah representasi kinerja pemasaran. Dari sektor produksi, produksi semen Perusahaan juga masih relatif cukup baik, baik semen maupun klinker yang ditopang oleh peningkatan ekspor. Di tengah Pandemi Covid-19 PT Semen Tonasa (Persero) memiliki program-program untuk masyarakat, yang pertama adalah memberikan bantuan APD kemudian memberikan support sembako kepada Masyarakat yang dilakukan secara bertahap dengan beberapa cara untuk meminimalisir dampak ekonomi dari masyarakat.
18
Sesi II
Pertemuan Tim Kunker Komisi VI DPR RI dengan PT Wijaya Karya (Persero), PT
Virama Karya (Persero), dan PT Angkasa Pura I (Persero)
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin adalah bandar udara yang
melayani penerbangan domestik dan internasional untuk daerah
Makassar dan sekitarnya. Bandara ini terletak 30 km dari pusat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan, dan mempunyai dua landasan pacu, yang
pertama seluas 3100 m x 45 m dan yang kedua seluas 2500 m x 45 m.
Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Seiring dengan
berjalannya waktu, Bandar Udara Sultan Hasanuddin perlu adanya
perbaikan, hal ini terwujud dengan ditunjuknya PT Wijaya Karya (Persero)
oleh PT Angkasa Pura I (Persero) untuk menggarap proyek
pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan,
Tahap I- Stage I- Paket I. Lingkup nya yakni main building, perluasan
terminal sisi selatan, gedung parkir, akses jalan utama terminal yakni
jembatan penghubung, fly over, dan ground road, revitalisasi terminal
exsisting, serta pembuatan halaman landscape mekanikal elektronika
bandara.
Pengembangan Paket 1 dikerjakan oleh WIKA dengan nilai Rp 2,6 triliun.
Adapun Paket 2 terdiri dari pekerjaan pembangunan apron selatan dan
apron timur beserta infrastruktur penunjang. Mitra kontraktor
pengembangan Paket 2 dengan nilai proyek sebesar Rp 464,2 miliar ini
masih dalam proses penetapan. Pada proyek pengembangan ini, terminal
eksisting akan diperluas dari yang saat ini hanya 51.815 meter persegi
dengan kapasitas 7 juta penumpang per tahun menjadi 144.480 meter
persegi dengan kapasitas 15,5 juta penumpang per tahun. Pada masa
19
pandemi ini, proyek pengembangan bandara tetap dilakukan dengan
penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang
ketat. Hal ini merupakan wujud komitmen Angkasa Pura I mengatasi
masalah lack of capacity. Sejauh ini perkembangan proyek berjalan
dengan baik, dimana progress fisik paket I ini mencapai deviasi positif
sebesar 0,93% dan untuk paket II (Pekerjaan perluasan apron) saat ini
sudah terealisasi 100%. Adapun dampak dari hasil pengembangan
bandara terhadap pelayanan publik, sejauh ini masih dapat dikendalikan
dengan baik sesuai dengan target level of service yaitu tercapai 101.3 dari
target 100 dan ACI yaitu tercapai 4.97 dari target 4.96.
Dalam pembangunannya, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh PT
Angkasa Pura I, yaitu pelaksanaan proyek dilakukan pada bandra yang
sedang beroperasi sehingga diperlukan usaha yang komprehensif dalam
berkoordinasi dengan instansi terkait, kemudian pekerjaan proyek
dilaksanakan pada masa Pandemi Covid-19, namun progress pekerjaan
fisik harus sama dengan target yang ditetapkan,dan permasalahan lain
yang dihadapi di tengah Pandemi Covid-19 adalah turunnya pendapatan
AP I secara significant selama masa pandemic, berdampak pada kondisi
finansial untuk menyelesaikan proyek pembangunan dan pengembangan,
serta terhambatnya proses pendatangan SDM dan Material.
Meski begitu ada beberapa strategi PT Angkasa Pura I dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut, antara lain dengan:
1. Pekerjaan tetap dilaksanakan dengan menerapkan protokol
kesehatan
2. Pengecekan kesehatan secara rutin bagi pekerja dan pegawai
3. Konsolidasi dengan maincon dan subcon terkait kedatangan
material (import) dan progres pekerjaan.
4. Pendampingan pekerjaan proyek oleh PPS Kejaksaan Agung dan
Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan.
5. Melakukan tahapan – tahapan pekerjaan proyek sehingga tidak
mengganggu pelayanan operasional bandara.
6. AP 1 mensiasati kondisi finansial dengan me-reschedule proyek2
pengembangan/pembangunan bandara sejalan dengan pulihnya
kemampuan finansial AP1, terkecuali PSN atau proyek penugasan
dari Pemerintah yang berkaitan dgn peningkatan ekonomi.
20
Kunjungan ke lokasi proyek Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Sulsel pada
hari kedua Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI
Terlepas dari hal tersebut di atas, proyeksi terhadap kinerja keuangan
perusahaan dengan rampungnya pembangunan Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin dengan nilai pembangunan yang kurang lebuh sekitar
3,5 T serta adanya dampal Pandemi Covid-19 yang sudah
diperhintungkan dalam RJPP tahun 2020-2024, maka kinerja Angkasa
Pura I baru akan pulih tahun 2022, sedangkan kinerja Bandara Sultan
Hasanuddin proyeknya akan selesai di Okt 2021 dengan selesai proyek
diharapkan pendapatan meningkat hingga 58.7% dari tahun 2019 secara
bertahap di tahun 2025, kemudian secara profitabilitas tidak meningkat
secara signifikan dikarenakan recoveri pasca covid dan Beban depresiasi
proyek estimasi Rp 100 M/ tahun serta tambahan beban operasional
dikarenkan alat produksi yang bertambah. Tetapi secara Laba/Rugi dari
tahun 2019 meningkat 27,2% di tahun 2025 dan apabila recovery ekonomi
pasca pandemic Covid-19 bisa lebih cepat, maka proyeksi profitabilitas
dapat meningkat lebih cepat.
Selanjutnya, pengembangan Tahap II akan dimulai pada 2024 di mana
pada tahap ini kapasitas penumpang akan bertambah menjadi 21 juta
penumpang per tahun dan kapasitas parking stand menjadi 47 parking
stand. Pengembangan Tahap III akan dimulai pada 2034 dengan
penambahan kapasitas terminal menjadi 30,8 juta penumpang per tahun
dengan 64 parking stand. Sementara pengembangan Tahap IV akan
dimulai pada 2044 dengan kapasitas ultimate terminal mencapai 40 juta
penumpang per tahun dengan 78 parking stand.
Kendati demikian, PT Wijaya karya (Persero) yang mendapatkan tugas
dari AP I juga memiliki beberapa kendala yang dihadapi di lapangan,
dalam pembangunan Bandar Udara Sultan Hasanuddin, sebagai berikut:
21
Jalan Tol Layang A.P. Pettarani
Di lain sisi, PT Virama Karya (Persero) juga memiliki tugas yang sama
untuk membangun proyek jalan toll layang A.P. Pettarani (Ujung Pandang
Seksi 3) yang dapat menyambungkan antar pusat bisnis, infrastruktur dan
transportasi, serta dapat meningkatkan perekonomian dan efisiensi waktu
tempuh kendaraan, khususnya di Sulawesi Selatan. Pembangunan ini
mempunyai nilai investasi sebesar Rp2,243 Triliun dengan kontrak
penyelesaian Toll layang A.P. Pettarani hingga 30 September 2020,
sedangkan penyelesaian jalan Arteri A.P. Pettarani hingga 31 Desember
2020. Konstruksi jalan tol layang terdiri dari 74 pier pada jalan utama, 55
pier pada ramp dengan jumlah box girder sebanyak 2.752 unit dan 78 PCU
girder.
Hingga saat ini pekerjaan toll laying A.P. Pettarani (Atas) progresnya
sudah 100% sedangkan pekerjaan pengembalian kondisi jalan Arteri A.P.
Pettarani sudah mencapai 65%. Pengembalian kondisi Jalan A.P.
Pettarani berupa pengaspalan, pembersihan drainase, pembangunan
pedestrian dan penyediaan lajur sepeda. Khusus untuk Pekerjaan Jalan
Toll Layang A.P. Pettarani telah dilakukan uji laik jembatan serta uji laik
fungsi oleh Kementerian PUPR, kementerian Perhubungan dan Korlantas
Polri. Jalan tol yang juga disebut Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 3 ini
dirancang sepanjang 4,3 kilometer dan Jalan tol yang akan menjadi ikon
baru masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar ini akan
melengkapi ruas tol yang sebelumnya telah hadir di Kota Deang, yakni
Seksi I, 2 dan 4.
22
Kunjungan Lapangan Tim Kunker Komisi VI DPR ke Tol Layang A.P. Pettarani tetap
dilakukan meski hujan turun.
Meski di tengah pandemi Covid-19, pengerjaan proyek Jalan Tol Layang
A.P. Pettarani terus dilakukan dengan tetap mematuhi standar Sistem
Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (SMK3) serta protokol
pencegahan Covid-19 yang diterapkan secara disiplin dan ketat.
Manajemen Perusahaan selalu memastikan penerapan prosedur mulai
dari tahapan pencegahan dan penanganan Covid-19 di seluruh unit kerja
proyek yang terus diperbarui seiring dengan perkembangan data kasus
terkini. Jalan Tol Layang A.P. Pettarani ini merupakan perpanjangan dari
Jalan Tol Seksi I dan II serta tidak ada penambahan gerbang tol baru.
Transaksi pembayaran tol akan dilakukan pada empat Gerbang Tol BMN
yang ada, yaitu Gerbang Tol Cambaya, Kalukubodoa, Parangloe dan Tallo
Timur. Saat dioperasikan pada bulan Oktober 2020 mendatang,
Manajemen masih memberlakukan tarif lama untuk ke-empat gerbang tol,
sebesar Rp4.000 bagi kendaraan golongan I. Pemberlakuan tarif ini
berlaku hingga Januari 2021. Pada Bulan Februari 2021, akan ada
penyesuaian tarif yang akan ditetapkan melalui keputusan Menteri PUPR
yang diestimasi menjadi Rp9.500.
23
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Komisi VI DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian BUMN,
Kementerian Perdagangan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Badan
Standarisasi Nasional, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), PT Semen
Tonasa (Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Wijaya Karya
(Persero), PT Virama Karya (Persero), dan PT Angkasa Pura I (Persero)
terkait kinerja perusahaan di tengah Pandemi Covid-19.
2. Komisi VI DPR RI meminta kepada Kementerian BUMN, Kementerian
Perdagangan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Badan Standarisasi
Nasional, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), PT Semen Tonasa
(Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Wijaya Karya (Persero),
PT Virama Karya (Persero), dan PT Angkasa Pura I (Persero) untuk
meningkatkan sinergi dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan usahanya di Provinsi Sulawesi Selatan
3. Komisi VI DPR RI menerima penjelasan dari PT Angkasa Pura I (Persero)
untuk memasukkan Pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar
sebagai Proyek Strategis Nasional, mengingat cukup besarnya nilai proyek
dengan kompleksitas pekerjaan yang tinggi serta melihat pentingnya
keberadaan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dalam
mendukung perekonomian khususnya Provinsi Sulawesi Selatan dan
Kawasan Timur Indonesia.
4. Komisi VI DPR RI akan menyampaikan aspirasi dari Kementerian BUMN,
Kementerian Perdagangan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Badan
Standarisasi Nasional, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), PT Semen
Tonasa (Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Wijaya Karya
(Persero), PT Virama Karya (Persero), dan PT Angkasa Pura I (Persero)
terkait kendala yang dihadapi perusahaan pada sat rapat kerja dengan
Menteri terkait yaitu Menteri BUMN.
IV. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja reses Komisi VI DPR RI ke Provinsi Sulawesi
Selatan dalam rangka pengawasan kinerja operasional Perusahaan di tengah
pandemic Covid-19 dan peninjauan proyek-proyek pembangunan Jalan Toll
Layang A.P. Pettrani dan pembangunan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar
pada masa Persidangan II Tahun Sidang 2020-2021. Kami mengharapkan
berbagai data dan informasi yang diperoleh dalam laporan ini dapat menjadi
bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VI DPR RI.
Ketua Tim Kunker Reses Komisi VI DPR RI
Ke Provinsi Sulawesi Selatan
MOHAMAD HEKAL, MBA (A-103)