LAPORAN KP METOPEL.pdf
-
Upload
alvin-saputra -
Category
Documents
-
view
54 -
download
8
Transcript of LAPORAN KP METOPEL.pdf
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
MENERAPKAN TEKNIK CINEMATOGRAPHY SEBAGAI
SARANA MENINGKATKAN KUALITAS PENGAMBILAN
GAMBAR DALAM PRODUKSI FILM PENDEK
GARIS MIRING
Disusun oleh:
Alfin Nur Aziz Saputra
12.11.0154
STMIK AMIKOM PURWOKERTO
PURWOKERTO
2015
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas
Praktek ini dengan judul Menerapkan Teknik Cinematography Sebagai Sarana
Meningkatkan Kualitas Pengambilan Gambar Dalam Produksi Film Pendek
Garis Miring. Dalam penyusunan tugas praktek ini, Penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, dan referensi serta
beberapa saran. Maka dari itu, Penulis ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-
banyak kepada :
1. Allah SWT, yang telah melimpahkan beribu-ribu rahmat dan karunia-Nya
sehingga Penulis dapat dengan lancar dan mudah dalam menyelesaikan tugas
praktek ini.
2. Ibu tercinta yang senantiasa mendukung dari kejauhan dan dukungan moril
serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek ini dengan
baik.
3. Seluruh staff/kru AMPU Studio yang senantiasa membantu dalam pengerjaan
laporan dan pembuatan film.
4. Serta semua teman-teman yang memberikan semangat dan tawa setiap harinya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat sangat diharapkan oleh
penulis agar laporan ini dapat tersusun lebih baik lagi.
Purbalingga, 14 Mei 2015
Penulis
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 3
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
RINGKASAN .......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 5
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 5
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
C. Batasan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Mis es Scene ............................................................................................ 8
B. Sinematografi ................................................................................................ 8
C. Editing ........................................................................................................... 9
D. Suara .............................................................................................................. 10
E. Adobe Premiere Pro CS6 .............................................................................. 10
F. Adobe Photoshop CS6 .................................................................................. 10
G. Fruity Loop Studio ........................................................................................ 10
BAB III METODE PELAKSANAAN .................................................................. 11
A. Pre-Production .............................................................................................. 11
a) Kerja Tim ................................................................................................ 12
b) Anatomi Kamera ..................................................................................... 12
B. Production ..................................................................................................... 13
a) Exposure dan Scene Brightness .............................................................. 14
b) Sudut Kamera / Camera Angle ............................................................... 14
c) Jenis Rekaman / Shot .............................................................................. 15
d) Komposisi ............................................................................................... 15
e) Lighting / Pencahayaan ........................................................................... 16
f) Camera Movement .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17
LAMPIRAN ............................................................................................................. 18
A. Jadwal Kegiatan ............................................................................................ 18
B. Rancangan Biaya ........................................................................................... 18
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 4
RINGKASAN
Dalam rangka ajang Festival Film se-Banyumas STMIK Amikom Purwokerto
ikut berpartisipasi dalam memeriahkan acara tersebut dengan mengirimkan beberapa
film produksi studio Bhineka yang sekarang baru saja terbentuk dengan nama baru
AmPu Studio.
Hal yang ditawarkan dalam film pendek ini bukanlah film animasi bombastis
kaya efek visual yang banyak ditonjolkan oleh kalanga komunitas film pada biasanya,
melainkan lebih menonjolkan ke-otentikan ide dan teknik itu sendiri yang dengan
berani bersaing dengan semua genre film. Disini sinematografi menjadi poin penting
dalam penerapannya sebagai media / penyampai pesan agar penonton dengan mudah
menyerap apa yang disajikan film secara sinematik. Maka dari itu dibutuhkan
sinematografer yang mengarahkan segala aspek kamera dan adegan, yang
memungkinkan sinematografer harus menguasai teknik-teknik kamera mulai dari jenis
lensa hingga pencahayaan.
Selain kebutuhan akan visual, dibutuhkan pula program aplikasi penunjang
demi terciptanya kedinamisan gambar yang dihasilkan sehingga penonton tidak
merasa bosan, seperti efek visual, pewarnaan (coloring), penata musik (scoring) dan
sumber daya manusia itu sendiri yang merupakan Brainware yang mengoperasikan
setiap aspek dari pra-produksi hingga post-produksi.
Kata Kunci : sinematografi, cinematography, kamera, film, making film, visual
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini perfilman Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan banyak
produksi. Setelah kemunculan THE RAID garapan sineas Gareth Evans yang
dirilis 2011 silam sebagai bentuk kebangkitan perfilman Indonesia yang
berkualitas yang mengekor pada produksi film-film yang digarap kian serius dan
megah, sebut saja Tenggelamnya Kapan Van-Der Wijck yang digarap ala Great
Gatsby yang menyuguhkan kemegahan drama romantis dan epik.
Film yang mampu membuat penonton seakan terbawa dalam kejadiannya
nyata pada film tak luput dari teknik gerakan kamera yang dinamis dan memukau,
yang diarahkan oleh seorang Director of Photography (D.O.P). Dewasa ini kiblat
perfilman kita Hollywood telah melahirkan banyak film dengan cinematography
yang luar biasa, sebut saja Gravity, Interstellar, Birdman yang sama-sama
dianugerahi Best Cinematography pada ajang insan perfilam dunia Academy
Awards (Oscars)2014-2015.
Dalam laporan ini penulis mengambil bagian sebagai D.O.P dalam sebuah
film pendek produksi AMPU Studio (STMIK Amikom Purwokerto) yang berjudul
Garis Miring film ini bergenre Drama-Suspense dengan alur yang tidak biasa.
Sehingga membutuhkan teknik shoot yang diluar biasa seperti out of focus dan
shacking camera. Penyampain pesan emosi dan ekspresi akan tervisualisasikan
dengan baik apabila pengarahan teknik kamera sesuai dengan adegan / scene yang
dilakukan.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka didapat
rumusan masalah berupa Bagaimana menerapkan prinsip cinematography dalam
menggambarkan adegan-adegan film bergenre Drama-Suspense?
C. Batasan Penelitian
Yang dimaksud dengan prinsip cinematography dalam laporan ini dibatasi
hanya pada menciptakan gambar yang berkualitas baik dengan mengatur
lighting, framing, camera movement dan camera angle yang tepat untuk
membangun suasana suspense dan desperate.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari tugas praktek ini adalah bereksperimen untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip cinematography dalam film Garis Miring.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penerapkan disiplin ilmu pengetahuan yang telah diperoleh secara teori
maupun praktek selama menuntut ilmu di STMIK Amikom Purwokerto.
b. Dapat menambah referensi penelitian yang bersangkutan dengan
cinematography kususnya pada dunia perfilman.
c. Pembuatan karya ilmiah sebagai bukti turut berperan serta selama
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Penyusunan laporan Tugas Praktek (KP) sebagai syarat skripsi di STMIK
Amikom Purwokerto.
2. Manfaat Praktis
a. Membagi pengalaman kepada pembaca tentang penerapan prinsip-prinsip
cinematography dalam film suspense.
b. Sebagai bekal untuk siap terjun ke dunia kerja khususnya perfilman.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 7
c. Sebagai pengalaman dalam menjalani proses produksi film.
d. Sebagai sumbangan pemikiran tentang teknik pengambilan gambar dalam
pembuatan film .
e. Dengan diadakannya kerja praktek ini bisa menjadi referensi bahwa
penerapan teknik pengambilan gambar ini dapat meningkatkan kualitas
film.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara sederhana, film dapat diartikan sebagai kombinasi antara bahasa suara
dan bahasa gambar. Sedangkan secara umum, film dapat dibagi atas dua unsur
pembentuk yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film.
Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yaitu :
A. Mise es scene
Mise-es-scene terdiri atas beberapa unsur yaitu pencahayaan (lighting),
kostum, latar, akting, make-up dan semua keperluan visual yang ada di depan
kamera. Setiap unsur yang tergantung satu dengan yang lainnya. Misalkan unsur
kostum, seorang artis yang berperan sebagai nenek yang tua renta akan memakai
kostum yang sesuai dengan akting dan make-up nya. Ketebalan Make-up yang
digunakan juga harus mempertimbangkan ketersediaan lighting sehingga pada
saat pengambilan video peran nenek tua renta dapat tergambarkan dengan jelas.
B. Sinematografi
Senematografi (cinematography) berasal dari bahasa latin yaitu kinema
(gambar) dan graphoo (menulis). Sehingga sinematografi dapat diartikan sebagai
ilmu yang membahas mengenai teknik menangkap gambar dan
menggabungkannya sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat
menggambarkan sebuah cerita. Dapat pula diartikan sebagai perlakuan terhadap
kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Sehingga
pengetahuan mengenai kaidah-kaidah pengambilan video dengan berbagai
macam kamera yang berbeda diperlukan disini. Misalkan pengambilan dengan
menggunakan kamera DSLR dengan handycam tentu berbeda. Kaidah yang lain
adalah mengenai point of view / sudut pandang / perspektif , tipe shot dan color
balance.
Point of view adalah sudut pandang / persperktif kamera ketika mengambil
video. Setiap point of view mempunyai interpretasi makna yang berbeda.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 9
Macamnya :
1) Bird view atau high angle
Secara teknis, posisi kamera berada lebih tinggi dari objek yang diambil.
Bertujuan untuk mengambil gambar secara keseluruhan dan menggambarkan
suasana yang sedang terjadi.
2) Normal angle
Secara teknis, posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata objek yang
diambil. Bertujuan untuk mengambil gambar hanya terfokus oleh sesuatu
atau seseorang.
3) Frog eye view atau Low angle
Secara teknis, posisi kamera berada di bawah mata objek yang diambil.
Tipe shot berpengaruh pada kesan yang dihasilkan. Setiap shot mempunyai
interpretasi berbeda dengan shot lainnya. Macam-macam shot :
1) Long shot
2) Full shot
3) Medium Shot
4) Close up shot
5) Extreme close up shot
6) Artificial shot
7) Knee shot
C. Editing
Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Sistem
editing dibagi menjadi dua tipe : online dan offline. Perbedaan mendasar dari
kedua sistem ini terdapat pada waktu pengeditan. Offline Editing dilakukan sejak
proses awal editing berlangsung yaitu setelah pengambilan video hingga jadi
sebuah film lengkap dengan jalinan ceritanya. Namun, hasil dari offline editing ini
masih berupa hasil kasar, maksudnya belum ada color correction. Sehingga
diperlukan online editing, yaitu sistem editing yang lebih menekankan pada
sistem penghalusan editing sebuah video.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 10
D. Suara
Suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera
pendengaran. Masing masing elemen sinematik tersebut juga saling berinteraksi
dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara
utuh.
Unsur naratif berhubungan dengan jalan cerita atau tema dari film. Setiap
cerita selalu memiliki unsur-unsur seperti tokoh, konflik, masalah, lokasi dan
waktu. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan.
Sebuah karya film terdiri dari integrasi jalinan cerita. Jalinan cerita terbentuk
dari menyatunya peristiwa atau adegan-scene.
E. Adobe Premiere Pro CS6
Adobe Premiere merupakan salah satu program aplikasi pengolah video yang
cukup popular dan terbaik diantara program sejenisnya. Karena program ini
memiliki banyak keunggulan dan spesifikasi yang detail dalam proses pengeditan
video. Program ini berperan penting karena sebagian besar proses editing
menggunakan Adobe Premiere Pro CS6 dari proses capturing, cutting, hingga
rendering.
F. Adobe Photoshop CS6
Adobe Photoshop atau sering disebut Photoshop adalah program citra buatan
Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengolahan gambar dan efek khusus
pada gambar. Ini digunakan untuk pembuatan sampul / cover film dan beberapa
kepentingan grafis pada film seperti judul film yang muncul pada awal film.
G. Fruity Loop Studio
Fruity Loop Studio atau FL Studio merupakan program khusus pengolah audio
/ suara. Dalam proses penggarapan film suara dimasukan terpisah agar editor
mampu mengolah suara dengan baik dan sesuai yang dibutuhkan. Program ini
berperan agar suara yang dikeluarkan halus dan nyaman untuk didengar dengan
menambahkan efek echo dan mengurangi noise / kebisingan suasana yang tidak
dibutuhkan.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Dalam pembuatan film pendek GARIS MIRING proses pengambilan
gambar sepenuhnya di-manage Sinematografer (Director of Photography/DOP).
Sinematografer yang bertanggung jawab semua aspek Visual dalam pembuatan
sebuah film. Mencakup Interpretasi visual pada skenario, pemilihan jenis Kamera,
jenis bahan baku yang akan dipakai, pemilihan lensa, pemilihan jenis filter yang akan
dipakai di depan lensa atau di depan lampu, pemilihan lampu dan jenis lampu yang
sesuai dengan konsep sutradara dan cerita dalam skenario.
A. Pre-Production
Pada industri perfilman, seorang Sinematografer atau DoP akan dibantu oleh
sebuah tim yang dibentuknya mulai dari :
1st Camera Assistant yang bertugas mendampingi dan membantu semua
kebutuhan shooting mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan
sebuah shot.
Focus Puller yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus
ring pada lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area
fokus.
Camera boy istilah ini sering digunakan pada industri film di Hollywood,
adalah seorang asisten kamera yang bertugas membawa kamera atau
mempersiapkan kamera mulai dari tripods hingga memasang kamera pada
tripods tersebut.
Grip adalah bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan
DoP baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab
dalam perpindahan kamera artinya Grip departemen yang memasang dolly
track dsb.
Gaffer adalah istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala
departemen pencahayaan. Bersama DoP, Gaffer akan berdiskusi tentang
warna, jenis cahaya dan gaya tata cahaya DoP tersebut.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 12
Lightingman adalah orang-orang dalam departemen pencahayaan yang
bekerja menata lampu sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DoP.
a) Kerja Tim
Karena film adalah sebuah kerja tim (Team Work) maka sangatlah penting
untuk seorang sinematografer atau DoP untuk mempunyai tim yang bisa bekerja
sama secara tim dengannya. Artinya tidak bekerja secara individu.
Seorang sinematografer yang baik harus juga mengenal dengan baik atau
memahami alat yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Karena Kamera
hanyalah alat bantu atau tools saja maka seperti alat bantu yang lainnya juga
kita sebagai Sinematografer yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan
kita lewat kamera tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan kita yang
sudah menjadi visi sutradara dan visi cerita atau skenario.
Pada masa sekarang kamera secara garis besar terbagi dalam tiga jenis dilihat
dari penggunaan bahan baku. Yaitu:
Motion Picture Camera atau kamera dengan bahan baku seluloid baik 35
mm/16mm. Contoh kamera: Arriflex 435 Xtreme 35 mm camera
Video Camera atau kamera dengan bahan baku video tape. Contoh kamera:
Sony HDV Video Camcorder
Digital Camera atau kamera dengan bahan baku digital/tapeless. Biasanya
menggunakan CF card atau SD card bisa juga dengan cakram seperti DVD.
Contoh kamera: Sony EX3 Digital Camcorder.
b) Anatomi Kamera
Pada prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian:
1) Lens
Lensa pada prinsipnya sebagaimanan mata bekerja, untuk itu kebersihan dan
kejernihannya harus di jaga, karena lewat lensalah gambar/cahaya akan
ditransmisikan ke film atau pita atau digital.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 13
Ada 3 (tiga) jenis lensa, yaitu:
Lensa Wide: adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
Lensa Normal: adalah lensa yang secara prespektif dianggap
mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya.
Lensa Tele: adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
2) Camera Body
Pada bagian inilah gambar direkam atau di tangkap baik secara organik
dengan seluloid 35mm seperti pada kamera film maupun perubahan dari
cahaya ke gelombang elektromagnetik pada video atau digital
3) Magazine/tape compartments
Magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun setelah
di ekspose, yaitu tempat dimana kita memasang memori kartu agar video
tersimpan didalamnya.
B. Production
Tahap ini menentukan kualitas yang akan dihasilkan bagaimana
Sinematografer menentukan dan mengoperasikan kamera sesuai dengan apa yang
dibutuhkan untuk keperluan adegan. Setiap lensa mempunyai cacat atau
kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat produksi, seperti
distorsi, aberasi, dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa ini tidak selalu
dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek dramatik yang
ada di dalam skenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah ketajamannya
masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of Field disingkat
dengan DoF. Jadi Depth of Field adalah daerah ketajaman di mana subjek/objek
terlihat jelas atau tidak blur di kamera.
Depth of Field sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
Jarak dari kamera ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau
pendeknya daerah ketajaman karena semakin dekat objek atau subjek dengan
kamera maka akan semakin pendek Depth of Field-nya karena setiap lensa
hanya memiliki satu fokus poin saja.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 14
Besar kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya Depth of
Field karena semakin kecil diameter bukaan diafragma akan semakin
panjang depth of field-nya berarti semakin besar angka seperti 11 16 22
dsb akan semakin panjang depth of fieldnya, sedangkan semakin lebar
bukaan diameter diafragma akan semakin pendek depth of fieldnya, berarti
semakin kecil angka seperti 4 2,8 1,4 dan sebagainya akan semakin
pendek depth of field-nya. Diafragama adalah diameter lingkaran aperture
yang juga berfungsi untuk mengatur gelap atau terangnya sebuah gambar.
Panjang pendeknya/Focal length sebuah lensa. Semakin panjang sebuah
lensa akan mempengaruhi Depth of Field menjadi semakin pendek,
sedangkan semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi Depth of Field
menjadi panjang atau luas.
a) Exposure dan Scene Brightness
Exposure bisa didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman
gambar.Fungsi dasar sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa
digunakan untuk mencetak gambar. Sama seperti fenomena lubang jarum atau
pinhole phenomenon artinya jika kita melepas lensa dan menggantikannya
dengan kertas hitam dengan lubang di tengahnya maka akan bisa juga untuk
menangkap imajinasi hanya saja waktu eksposur yang diperlukan akan lebih
lama.
b) Sudut Kamera / Camera Angle
Camera angle atau sudut penempatan kamera juga memegang peranan yang
sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh
beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan kamera di tempat yang
terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang
baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini
adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa
besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 15
Ada tiga jenis sudut kamera, yaitu :
Objective Camera Angle, artinya penonton melihat semua elemen visual yang
sutradara berikan dalam filmnya.
Subjective Camera Angle, yaitu penonton berpartisipasi dalam sebuah shot
seperti pengalaman sendiri.
Point of View, adalah pandangan subjektif dari subjek dalam scene.
Maksudnya jika kita melihat seorang aktor melihat ke arah langit kemudian
shot selanjutnya adalah arak-arakan mega di langit maka shot ke dua tersebut
adalah point of view subjek tersebut.
c) Jenis Rekaman / Shot
Shot sering didefinisikan sebagai sebuah aktivitas perekaman dimulai dari
menekan tombol rekam pada kamera hingga diakhiri dengan stop. Sedangkan
Scene adalah sering diartikan sebagai tempat atau setting di mana sebuah cerita
akan dimainkan, hal ini tentu saja terpengaruh dari dunia teater atau panggung.
Jenis jenis shot :
Long shot
Medium close up
Medium shot
Knee shot
Full shot
Close shot
Extreme close up
Close up
d) Komposisi
Komposisi adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame.
Menata elemen visual di sini bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton
pada informasi yang kita berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita
mengarahkan penonton pada Point of Interest (POI) dalam gambar yang kita
buat. Dengan mengarahkan penonton pada PoI maka penonton akan bisa
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 16
mengikuti cerita dalam film kita dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu
banyak meletakan Poi dalam sebuah gambar maka mata atau perhatian penonton
akan terbagi-bagi, akhirnya perhatian mereka pada cerita juga akan terganggu.
e) Lighting / Pencahayaan
Seni menata cahaya dalam film menjadi bagian yang terpenting karena bisa
mempengaruhi juga perhatian penonton terhadap cerita. Tata cahaya film sangat
dipengaruhi oleh pengalaman kita melihat kondisi cahaya dalam dunia nyata,
bagaimanapun juga cahaya dalam film meniru cahaya alam. Dalam sinematografi
kita hanya mengenal dua warna cahaya atau yang sering di sebut sebagai
Daylight atau cahaya matahari dan Tungsten atau cahaya lampu ruangan. Dua
jenis warna cahaya tersebut diukur dengan satuan Kelvin.
f) Camera Movement / Pergerakan Kamera
Sebuah usaha menggerakan kamera atau subjek untuk lebih mengenalkan
ruang atau memberi kesan tiga dimensi sebuah ruangan, dimana penonton seolah
bergerak masuk-keluar kekanan-kekiri mengikuti atau meninggalkan objek.
Camera Movement / Pergerakan Kamera terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Subjek bergerak kearah kamera/meninggalkan kamera
2. Kamera bergerak kearah subjek/meninggalkan subjek
3. Kamera dan subjek bergerak/mengikuti subjek
4. Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optic
yang bergerak didalam lensa.
Hal ini berkaitan erat dengan pengadeganan atau Mise es scene di mana
penonton akan mengikuti atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut.
Artinya karena gerak kamera terlalu cepat atau asal bergerak maka cerita yang
ingin disampaikan atau informasi yang harus diketahui oleh penonton akan
terlewatkan atau penonton tidak memahami/mendapatkan informasi tersebut.
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 17
DAFTAR PUSTAKA
Estu Miyarso. (2009). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Mata Kuliah
Sinematografi. Majalah Pendidikan. Yogyakarta: KTP FIP UNY
Murti Kusuma Wirasati. 2003. Pengantar Sinematografi. Buku Pegangan Kuliah.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Lee, William W. 2004. Multimedia Based Instructional Design: Second Edition.
San Francisco: Preiffer.
Diki Umbara dan Wahyu Wary Pintoko. 2010. How To Become A Cameraman.
Yogyakarta: Interprebook.
Blain Brown, Cinematography Theory and Practice, (tnp: Oxford, Focal Press, 2007)
Bambang Semedhi. 2011. Sinematografi-Videografi: Suatu Pengantar. Bogor:
Graha Indonesia
Referensi Link
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi
http://motion.kodak.com/motion/Hub/history1.htm
http://kasmanto.wordpress.com/tentang-sinematograficinematography/
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 18
LAMPIRAN
A. Jadwal Kegiatan
N
o Jenis Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan ide cerita
2 Pematangan ide cerita
dan pra-produksi
3 Casting
4 Peninjauan lokasi syuting
5 Breakdown dan
pejadwalan syuting
6 Pengambilan gambar
7 Editing
8 Scoring / musik
9 Pemutaran perdana /
premiere
B. Rancangan Biaya
a) Peralatan Penunjang
Material Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Keterangan
Kamera HDR 1 14.000.000 14.000.000
Kamera DSLR 1 4.000.000 4.000.000
Lighting 1 1.200.000 1.200.000
Tripod 1 175.000 175.000
Camera Dolly 1 700.000 700.000
Memory Card 2 45.000 90.000
SUB TOTAL (Rp) 20.165.000
-
Alfin Nur Aziz Saputra | 19
b) Transportasi
Material Lama Pemakaian Kuantitas Harga
Satuan(Rp)
Keterangan
Transportasi +
konsumsi
2 bulan - - 700.000
SUB TOTAL (Rp) 700.000
c) Biaya Program Perangkat Lunak dan Perangkat Keras
Material Kuantitas Harga
Satuan(Rp)
Keterangan
Satu set Personal Computer 1 5.500.000 5.500.000
Windows 7 Ultimate 1 1.700.000 1.700.000
Adobe Premiere CS6 1 3.650.900 3.650.900
Adobe Photoshop CS6 1 3.511.200 3.511.200
Fruity Loop Studio 1 1.089.000 1.089.000
SUB TOTAL (Rp) 15.451.100
TOTAL 36.316.100