Laporan KP Ilyas 140410100104

download Laporan KP Ilyas 140410100104

of 64

description

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA KEMUDIAN DIKORELASIKAN DENGAN PERUBAHAN KUALITAS AIR YANG TERJADI SEHINGGA AKAN DIKETAHUI KORELASI DAN REGRESINYA

Transcript of Laporan KP Ilyas 140410100104

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RIPARIAN WADUK CIRATA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR DENGAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Disusun Oleh :ILYAS NURSAMSI140410100104

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI BIOLOGISUMEDANG2013LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

Judul: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RIPARIAN WADUK CIRATA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR DENGAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIBidang Kajian: Ekologi PerairanNama : Ilyas NursamsiNPM : 140410100104

Telah Diperiksa dan DisahkanJatinangor, Juni 2014

MenyetujuiDosen Pembimbing

Sunardi, M.S, Ph.D.

NIP. 19690530 199702 1 001ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RIPARIAN WADUK CIRATA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR DENGAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIOleh : Ilyas Nursamsi Pembimbing : Sunardi, M.S, Ph.D.

Universitas PadjadjaranFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamProgram Studi Biologi Sumedang, 2014 AbstrakAnalisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan metode penginderaan jauh (inderaja) dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Identifikasi peta perubahan lahan menggunakan metode fotomorfik serta menggunakan proses tumpang susun peta penggunaan lahan tahun 2006 (skala 1:110.000) dan peta penggunaan lahan tahun 2013 citra DigitalGlobe dan ArfiGIS dengan koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Interpretasi serta deliniasi peta dilakukan setelah citra diolah dengan metode fotomorfik, Wilayah yang dikaji adalah area Greenbelt Cirata dan pengukuran luasnya menggunakan fitur Polygon dari Google earth. Analisis pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas air dilakukan dengan membandingkan penggunaan lahan tahun 2006 dan 2013 beserta kualitas airnya masing-masing berdasarkan nilai BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), pH (Potential of Hydrogen), DO (Dissolved Oxygen), Nitrat (-N) dan Nitrit () . Hasil analisis memperlihatkan penggunaan lahan dibagi menjadi 3 kelas (Pemukiman, Pertanian, dan Vegetasi). Perubahan penggunaan lahan pada tahun 2006-2013 yakni pertanian bertambah 24.48%, pemukiman bertambah 6.25% dan luas vegetasi berkurang berkurang 10.43%. Perubahan penggunaan lahan berpengaruh negatif terhadap kualitas air, yang ditandai dengan Penurunan nilai DO dan kenaikan nilai pH, BOD, COD serta DO dan kenaikan kadar Nitrit (-N) serta Nitrat (). Pengukuran kualitas air dilakukan di Muara Cisokan dan Muara Citarum. Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Kualitas air, Sistem Informasi Geografi

LAND USING CHANGES ANALYSIS ON CIRATA RESERVOIR RIPARIAN AREA AND THE EFFECT TO WATER QUALITY USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMBy : Ilyas Nursamsi Supervisors : Sunardi, M.S, Ph.D.

Padjadjaran UniversityFaculty of Mathematic and ScienceDepartement of Biology Sumedang, 2014

AbstractLand using difference Analysis has been done using remote sensing and Geographic Information System (GIS) methods. Identification of land using maps was conducted using Photomorphic method and map overlaying process of 2006 land using map (scale 1:1100.000) and 2013 land using map by DigitalGlobe and ArfiGis with UTM (Universal Transverse Mercator) coordinate. Map Interpretation and delineation conducted after image processed by photomorphic method. The area studied is Cirata Greenbelt area and breadth measurements using Polygon features of Google earth. The effect land using difference to water quality conducted by comparing land using on 2006 and 2013 maps and its water quality based on BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), pH (Potential of Hydrogen), DO (Dissolved Oxygen), nitrite (-N) and nitrate () level. The result shows that Land using classification, divided into 3 classes (settlement, agricultural and Vegetation) and there were changes on land using from 2006 until 2013 that agricultural increased by 24.48% , settlement increased by 6.25% and vegetation decrased by 10.43%. Changes in land use negatively affect the water quality, which is characterized by decreased in DO and increase in pH, BOD, COD, nitrite and nitrate. Water quality measurements carried out in Cisokan estuary and Citarum estuary. Keywords : Land using, Water quality, Geographic Information System

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Alhamdulillah, Segala Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT karena dengan berkat, rahmat, dan ridha-Nyalah saya akhirnya dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita yang cahayanya tidak akan pernah pudar hingga akhir zaman, Nabi Muhammad SAW dan semoga kita termasuk kedalam golongan orang orang yang selalu istiqomah di jalan-Nya hingga akhir hayat nanti. Aamiin.Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa semester VII Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Mata kuliah ini sebagai latihan awal lanjutan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir nanti.Laporan Kerja Praktek ini berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Riparian Waduk Cirata Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air Dengan Metode Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Waduk Cirata, yang Berada di perbatasan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta untuk memenuhi syarat tugas akhir mata kuliah kerja praktek.Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat, bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.Sumedang, Juni 2014PenyusunUCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak pihak yang telah banyak membantu hingga laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu :1. Bapak Dr. Teguh Husodo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unpad.2. Sunardi, M.S, Ph.D. selaku dosen pembimbing laporan dan lapangan atas inspirasi, ilmu dan masukannya selama bimbingan maupun selama di lapangan. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan bapak dengan berlipat ganda.3.Ibu Eem st Humaeroh dan Ayah Adis Herdiansyah atas cinta, doa dan dukungan kepada penulis. Semoga Alloh menempatkan kita di tempat yang terbaik di akhirat nanti.4.Dosen Wali, Ibu Nurullia F., S.Si., MT, atas motivasi serta dukungannya.5.Teman teman se-Dosen pembimbing (Tika, Reva, Silmi, Mutia, Niko, Unay, Fuji, Yayas, Ule) terima kasih atas kerjasamanya serta dukungan dibalik candaan kalian.6. Teman teman Biologi angkatan 2010 BARBIDUS atas persahabatan, kekompakan dan kerjasama yang kita bina selama ini. Semoga Alloh memudahkan jalan kita mencapai cita cita.7. Teman teman kosan Cirangkong (Irpan, Kang Deden, Kang Roso) dan tamu abadi (Adhy dan Randi) atas segala bantuan moril maupun materil.8.Kepada yang Alloh SWT karuniakan senyum terindah dan hati yang baik serta tulus.9. Pihak pihak lain yang belum bisa saya sebutkan satu persatu atas bantuannya. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan anda semua dengan berlipat ganda.10.Kepada anda yang sedang meluangkan waktu untuk membaca laporan ini.Semoga Alloh SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang diberikan. Semoga apa yang telah dilakukan menjadi berkah dan bernilai ibadah. Aamiin.

DAFTAR ISI

ABSTRAKiiiABSTRACTivKATA PENGANTARvUCAPAN TERIMA KASIHviDAFTAR ISIviiiDAFTAR TABELxDAFTAR GAMBARxiDAFTAR LAMPIRANxiiBAB I PENDAHULUAN11. 1 Latar Belakang11. 2 Identifikasi Masalah21. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian21. 4 Kegunaan Penelitian21. 5 Metodologi Penelitian3BAB II TINJAUAN PUSTAKA22.1 Waduk22.1.1 Karakteristik Waduk22.1.2 Permasalahan-permasalahan Pada Waduk52.2 Peta dan Sistem Informasi Geografi52.2.1 Peta52.2.2 Sistem Informasi Geografi62.3 Pemanfaatan Google earth9BAB III METODE PENELITIAN123.1 Alat123. 2 Bahan123.3 Metode Penelitian12BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN174.1. Hasil174.2 Pembahasan334.2.1. Proses334.2.2. Perubahan Penggunaan lahan354.2.3. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air37BAB V KESIMPULAN DAN SARAN45DAFTAR PUSTAKA46LAMPIRAN47

DAFTAR TABELTabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Peta11Tabel 4.1 Luasan Penggunaan Lahan 18Tabel 4.2 Satuan Unit dalam Citra Zona 1 19Tabel 4.3 Satuan Unit dalam Citra Zona 220Tabel 4.4 Satuan Unit dalam Citra Zona 322Tabel 4.5 Satuan Unit dalam Citra Zona 423Tabel 4.6 Satuan Unit dalam Citra Zona 5 24Tabel 4.7 Satuan Unit dalam Citra Zona 6 25Tabel 4.8 Satuan Unit dalam Citra Zona 7 26Tabel 4.9 Satuan Unit dalam Citra Zona 827Tabel 4.10 Satuan Unit dalam Citra Zona 9 28Tabel 4.11 Satuan Unit dalam Citra Zona 1029Tabel 4.12 Satuan Unit dalam Citra Zona 1130Tabel 4.13 Satuan Unit dalam Citra Zona 1231Tabel 4.14 Satuan Unit dalam Citra Zona 1332Tabel 4.15 Perbandingan Kondisi Vegetasi Muara Cisokan 37Tabel 4.16 Perbandingan Kondisi Vegetasi Muara Citarum 40

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karakteristik waduk 4Gambar 3.1 Tahapan Penelitian15Gambar 4.1 Peta Citra Tahun 201316Gambar 4.2 Peta Citra Tahun 200617Diagram 4.1 Perbandingan Kualitas Air Muara Cisokan39Diagram 4.1 Perbandingan Kualitas Air Muara Citarum42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Kualitas Air Muara Cisokan47Lampiran 2 Data Kualitas Air Muara Citarum49Lampiran 3 Foto Lokasi Penelitian51

xii

BAB I PENDAHULUAN1. 1 Latar BelakangWaduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air pada musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Waduk memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam berbagai pemanfaatannya. Peningkatan berbagai aktivitas di wilayah Cirata yang tidak memperhatikan penataan wilayah akan mengakibatkan dampak terhadap kualitas air danau. Perubahan penggunaan lahan mempengaruhi keseimbangan lingkungan yang dapat memberi pengaruh positif maupun negatif, terutama pengaruh terhadap limpasan permukaan, erosi dan pencemaran. Analisa Perubahan Penggunaan Lahan di Wilayah riparian Cirata merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh perubahan penggunaan lahan terhadap dinamika kualitas air yang terjadi. Penghitungan luasan lahan yang diubah penggunaannya berguna agar dapat digunakan sebagai alat pengambil kebijakan untuk mengontrol seberapa besar lahan riparian yang dapat digunakan oleh masyarakat. Lahan riparian di sekitar Waduk Cirata di musim kemarau saat tinggi muka air turun sering digunakan untuk kegiatan perkebunan masyarakat. Analisis dilakukan dengan menggunakan metoda Inderaja (Penginderaan Jauh) (Sustanto, 1994) dan model monitoring kualitas air melalui SIG (Sistem Informasi Geografis) (Burrough, 1986) untuk mengevaluasi dan memonitor penataan dan pengelolaan lingkungan, Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan dalam pengendalian pemanfaatan lahan di wilayah Cirata.

Identifikasi penutupan lahan yang berkaitan dengan penggunaan lahan riparian waduk merupakan kunci dalam program monitoring, yaitu dalam upaya menghimpun informasi yang dibutuhkan untuk tujuan evaluasi untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan. Pengumpulan data perlu dilakukan 1

secara berkala dengan memanfaatkan perkembangan teknologi instrumentasi, informasi dan komunikasi yang ada. Untuk pengolahan dan analisis data serta penyajian hasil monitoring dan evalusi kinerja DAS maka teknologi Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dimanfaatkan untuk keperluan ini (Harjadi, 2009). Analisis tersebut nantinya akan dikaitkan kepada perubahan kualitas air yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan lahan di sekitar Greenbelt Cirata.1. 2 Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut:1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan yang terjadi di area Greenbelt Cirata.2. Apa pengaruh dari perubahan penggunaan lahan tersebut terhadap kondisi perairan.1. 3 Maksud dan Tujuan PenelitianMaksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan penerapan metode metode pengindraan jarak jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai alat pengelolaan dalam memonitoring dan mengevaluasi keadaan waduk Cirata.1. 4 Kegunaan PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai kondisi lahan di area Greenbelt Cirata. Hasil penelitian dapat menjadi data dasar sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi upaya pengelolaan dan monitoring waduk Cirata. Diharapkan, hasil penelitian dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut di masa mendatang.

1. 5 Metodologi PenelitianMetode yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan metode survei. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan analisis manual menggunakan teknik analisa fotomorfik. Penelitian ini dilakukan melalui 4 tahap yakni tahap persiapan, interpretasi citra, pengecekan lapangan dan analisis data yang dibantu dengan software SIG.1.6 Waktu dan Lokasi PenelitianPenelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2013 di wilayah Waduk Cirata.

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 WadukWaduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran permukaan dtambah dengan air hujan langsung. 2.1.1 Karakteristik WadukKarakteristik suatu waduk merupakan bagian pokok dari waduk yaitu volume hidup (live storage), volume mati (dead storage), tinggi muka air (TMA) maksimum, TMA minimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit rencana. Dari karakteristik fisik waduk tersebut didapatkan hubungan antara elevasi dan volume tampungan yang disebut juga liku kapasitas waduk. Liku kapasitas tampungan waduk merupakan data yang menggambarkan volume tampungan air di dalam waduk pada setiap ketinggian muka air.

Gambar 2.1 Karakteristik Waduk

4

2.1.2 Permasalahan-permasalahan Pada Waduk Waduk Cirata seperti halnya waduk waduk lain di Indonesia tentunya memiliki berbagai permasalahan permasalahan yang berasal dari berbagai sumber dan memilki dampak yang luas bagi berbagai sektor di waduk tersebut. Terdapat lima permasalahan utama yang membebani operasional waduk Cirata. Permasalahan tersebut meliputi hipertrofikasi atau eutrofikasi yang merupakan pengkayaan unsur hara dalam perairan yang berasal dari faktor luar seperti limbah-limbah pertanian dan industri, laju sedimentasi yang sangat cepat yaitu sekitar 7,30 juta per tahun yang melebihi asumsi awal laju sedimentasi yaitu sebesar 5,67 juta , rusaknya lingkungan DAS Citarum akibat kegiatan industri dan penebangan hutan dengan tujuan pembangunan pabrik dan perluasan lahan pertanian, peningkatan jumlah penggunaan lahan surut di kawasan danau Cirata serta selisih yang besar pada debit air saat musim kemarau dan musim penghujan.Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang saling terkait satu sama lain, eutrofikasi terjadi akibat meluasnya area pertanian rakyat yang mengunakan teknologi tidak ramah lingkungan serta menurunnya luasan vegetasi yang memiliki fungsi ekologis salah satunya adalah sebagai penyaring air di sekitar DAS. Sedimentasi disebabkan oleh banyaknya keramba jaring apung yang melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Gubernur Jawa Barat yaitu sekitar 12.000 jaring apung sementara yang berada di Cirata adalah sebanyak 56.000 jaring apung. Keberadaan jaring apung yang berlebih ini juga yang menyebabkan terjadinya eutrofikasi karena sisa-sisa pakan ikan. 2.2Peta dan Sistem Informasi Geografi2.2.1PetaPeta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.2.2.2 Sistem Informasi GeografiSistem Informasi Georafis atau Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini menangkap,mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.2.2.2.1 Tahapan Kerja SIGTahapan kerja SIG meliputi tiga hal yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output). Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :Masukan Proses Keluaran

1. Masukan inputMasukan akan membentuk database di dalam computer yang digunakan untuk pengolahan selanjutnya. Ada dua macam data yang dimasukan yaitu :a. Data atribut adalah data yang terdapat pada ruang atau tempat.b. Data keruangan adalah data yang menunjukan ruang lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi2. ProsesProses SIG meliputi memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah tersimpan dalam computer.3. KeluaranAdalah penyajian semua atau sebagian data dalam bentuk table, peta file elektronik, atau grafik.Dalam SIG ada dua jenis perangkat yang digunakan yaitu perangkat keras dan perangkat lunak.Perangkat keras meliputi satu unit computer yang terdiri atas digitizer, printer, plotter, CPU, VDU, Disk Drive, dan Tape Drive.2.2.2.2 Alasan Menggunakan SIGSIG memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh pemetaan secara konvensional. Efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan dan memecahkan persoalan terkait dengan lokasi atau ruang, sehingga menjadi pilihan yang tepat kenapa banyak orang menggunakan SIG.Perkembangan kebutuhan akan data dan informasi berkenaan dengan ruang juga terus meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan. Sulit kiranya kebutuhan-kebutuhan tersebut akan mampu terpenuhi dengan cepat menggunakan cara-cara pemetan konvensional.2.2.2.3 Komponen-komponen GISPada dasarnya SIG mempunyai 4 komponen penting sebagai berikut (Yousman, 2004):1. Hardware (perangkat keras)Hardware atau perangkat keras yang akan digunakan untuk menjalankan aplikasi SIG seperti harddisk, processor, keyboard, mouse, RAM dan VGA. Komputer yang digunakan dapat berupa stand-alone maupun berbentuk jaringan yang tentu saja membutuhkan spesifikasi yang lebih tinggi. Perangkat lain yang digunakan seperti misalnya Digitizer, Plotter, Printer, serta Scanner.2. Software (perangkat lunak)Perangkat lunak tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Perangkat lunak terdiri dari:a. Sistem operasi,yaitu program yang berfungsi mengatur semua sumber daya dan tata kerja komputer, menyediakan fasilitas-fasilitas dasar yang dapat digunakan program aplikasi untuk dapat menggunakan perangkat keras yang terpasang pada komputer, dan menyediakan interface yang memungkinkan pengguna untuk mengatur setting sistem operasi.b. Softwareaplikasi seperti MapInfo, ArcInfo, ArcGis, MapServer, dan sebagainyac. Sistem utilitas dan program-program pendukung yang terdiri dari bahasa pemrograman termasuk compiler bahasa pemrograman seperti MapBasic, Bahasa C, dan C++3. User (pengguna)Pengguna berfungsi untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, mambuat jadwal updating yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi.4. DataData merupakan komponen terpenting dalam SIG. Dua macam data dalam SIG yakni data spasial (data peta) dan data non spasialatauatribut (data tabel).Data spasial berintegrasi dengan non spasial pada setiap fiturnya. Pembangunan dan pengolahan basis data yang lebih besar maka data tabular tersebut dapat direlasikan ke sumber data lain yang berada di luar tools SIG melalui Database Management System (DBMS).

2.2.2.4 Fungsi Sistem Informasi GeografiBerdasarkan desain awalnya, fungsi utama SIG adalah untuk melakukan analisis data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama hanyalah digunakannya data dijital.

2.2.2.5. Aplikasi dan Pemanfaatan SIGSistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan. (Barus & Wiradisastra, 2000)Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu menggunakan SIG, menurut Anon (2003, dalam As Syakur, 2008) alasan yang mendasarinya adalah:1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada di permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage dataspasial4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data spasial berikut atributnya5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif6. SIG dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.2.3 Pemanfaatan Google earthGoogle earth adalah perangkat lunak yang dapat melihat permukaan bumi menggunakan citra beresolusi spasial tinggi pada daerah tertentu khususnya perkotaan dan dapat diakses melalui internet. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, masyarakat banyak memanfaatkan Google earth untuk kepentingan bidang pemetaan, penyajian informasi saat perencanaan, social-ekonomi sampai pariwisata. Dibidang pemetaan fitur-fitur Google earth mampu melakukan pengukuran jarak, luas, digitasi on screen, import data text koordinat dan melakukan perhitungan jarak dan luas antar titik secara cepat. Pembuatan peta dasar dengan memanfaatkan citra dari Google earth merupakan suatu peluang besar dalam menyediakan peta dibandingkan dengan pembuatan peta cara konvensional yaitu terestial dan fotogrametri.

10

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 AlatAlat yang digunakan adalah software Google earth, Quantum GIS, kamera, (Global Posistioning System (GPS), Microsoft Excel 2007, dan alat tulis.3. 2 BahanBahan yang digunakan bersumber dari data primer dan sekunder berupa tabular dan data spasial. Data primer berupa data spasial yang diperoleh adalah Citra Google earth tahun 2013 dan 2006. Sementara data sekunder berupa peta-peta dan informasi pendukung.Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data PetaNoDataSumber DataJenis Data

1Data Tinggi Muka Air Waduk Cirata Tahun 2013 dan 2006PT. PJB BPWCSekunder

2Peta TopografiBakosurtanalSekunder

3Citra Gabungan 2006 dan 2013Google earth 2013Primer

4Citra Landsat TMUSGSPrimer

3.3 Metode PenelitianAda beberapa tahap yang dilakukan dalam metode penelitian ini:1. Tahap persiapanYang dikerjakan pada tahap ini antara lain:Pengumpulan pustaka yang berhubungan dengan penelitianMempersiapkan citra daerah penelitianPengumpulan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian, antara lain: Data tinggi muka air Waduk Cirata Peta topografi Peta tanah Data data statistik mengenai penduduk, curah hujan dan lain lain.Perlu diketahui data tersebut semata-mata hanya digunakan sebagai latar belakang, bukan sebagai bahan utama untuk menghasilkan peta tematik yang diperlukan. Estes et al menyatakan bahwa hanyalah penelitian nyata daratan ( ground thruth ) yang dapat dianggap sebagai data atau bahan suplemen untuk penyempurnaan pemetaan penggunaan lahan memakai citra Google earth. Sedangkan data lainnya hanya sebagai bahan pertimbangan dan latar belakang saja.2. Tahap interpretasiPada tahap ini, dilakukan interpretasi secara visual dapatlah didefinisikan sebagai langkah untuk menguji foto-foto udara atau citra satelit secara sederhana dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek dan segala objek serta menentukan tingkat ketepatannya (Estes & Simonet, 1975). Walaupun demikian tingkat ketepatan dalam interpretasi, tergantung pada jenis citra itu sendiri, tipe teknik yang digunakan, fasilitas yang tersedia untuk pendayagunaan citra, latar belakang interpreter terutama yang menyangkut pengetahuannya terhadap wilayah yang bersangkutan juga beberapa informasi tambahan yang diperlukan, seperti foto udara, publikasi-publikasi, data statistik dan lain-lain. Prosedur penelitian juga harus disesuaikan dengan tujuan penelitian.Teknik interpretasi foto udara hitam putih secara konvensionil juga dapat diterapkan dengan memuaskan untuk interpretasi citra landsat, kunci-kunci penafsiran dengan memotret udara benar benar harus diperhatikan juga (Olson, 1973).Pertama-tama yang harus dikerjakan adalah mendeteksi suatu obyek terhadap latar belakangnya.Dalam hal ini sangatlah berhubungan dengan bentuk dan ukuran objek serta sifat sifat fisik lainnya,yang memungkinkan untuk diinterpretasi secara langsung.Sudah tentu tingkat deteksi dan identifikasinya tergantung dari berbagai faktor, seperti karakteristik fisik suatu objek, resolusi citra, skala dan latar belakang atau tingkat referensi interpreter.Langkah selanjutnya menyangkut deleniasi atau subdivisi obyek yang telah diidentifikasi yang kemudian ditentukan pola dan satuan citra. Tujuan pokok pada langkah ini adalah memberi garis batas seteliti-telitinya dari distribusi obyek yang bersangkutan berdasarkan pola tone dan tekstur yang telah diinterpretasi. Proses interpretasi visual pada prinsipnya didasarkan pada metode deduktif, dimana interpreter lebih dulu menggunakan percobaan-percobaan misalnya, menggunakan kombinasi citra, ataupun sering mencocokan hasil interpretasi sementara dengan situasi yang sebenarnya dilapangan.Walaupun berbagai langkah dalam interpretasi foto udara dapat diterapkan dalam citra LANDSAT dan Google earth, namun secara fisik proses intrepetasi ternyata sedikit berbeda karena sifat-sifat khusus dan keunikan yang dimiliki citra LANDSAT dan Google earth.Sebagai peneliti sependapat bahwa komposit berwarna (colour composit) memberikan andil yang besar dalam interpretasi dibandingkan dengan citra hitam putih.Warna komposit biasanya diproses dengan mengekspos (tumpang tindih) tiga dari empat citra hitam putih.(umumnya pita 4,5, dan 7) areal yang sama melalui filter yang berbeda ke atas film berwarna atau dengan menggunakan film diazo. Namun demikian karena adanya warna palsu yang timbul dalam proses, warna obyek akan tampak berbeda dari warna aslinya sehingga cukup menyukarkan juga bagi si interpreter. Karenanya sebelum interpretasi dimulai, hendaknya dipahami lebih dahulu mengenai hubungan antara warna palsu (false color) dengan obyek bersangkutan.Sebagai contoh misalnya tumbuhan hijau akan tampak berwarna merah, air bersih akan tampak berwarna hitam dan sedimen dalam air akan tampak berwarna biru muda. Jika hubungan tersebut benar-benar telah dikuasai dan terbiasa digunakan dalam interpretasi, si peneliti akan merasa lebih mudah menggunakan citra berwarna daripada citra hitam putih pada skala yang sama.Setelah diperoleh satuan-satuan citra kemudian masing-masing satuan kita beri nomer. Pada setiap satuan kemudian dilakukan perhitungan menggunakan sistim dot grid menjadi beberapa kategori antara lain : Hutan, vegetasi bukan hutan (kebun), vegetasi dan tanah kosong, tanah kosong, air dan awan. Dari hasil penghitungan ini, diperoleh persentase masing-masing katagori pada tiap satuan dan selanjutnya persentasi masing-masing kategori pada citra itu sendiri.3. Tahap Pengujian medanPada tahap ini, mengingat waktu dan biaya yang terbatas, pengujiannya tidak dilakukan pada semua satuan fotomorfik. Hal ini karena adanya daerah yang sulit dijangkau dan waktu yang relatif terbatas. Untuk itu dilakukan pemilihan daerah yang diperkirakan perlu dan kurang diyakini kebenarannya dari hasil interpretasi dengan menggunakan cara Rudd (1971) yang dikenal dengan cara stratified random procedure yaitu suatu cara pemilihan daerah yang dilakukan dengan membuat stratifikasi berdasarkan deskripsi yang diperoleh dari interpretasi foto udara kemudian ditentukan satuan contoh secara acak. Satuan yang menunjukkan heterogenitas yang paling banyak diberikan prioritas untuk dilakukan penelitian nyata daratan.Penyebaran tempat penelitian nyata daratan dapat dilihat pada peta. Hasil penelitian nyata daratan sangat berperan dalam mengoreksi hasil interpretasi. Oleh karena itu pengubah-pengubah(variable-variabel) tersebut haruslah merupakan suatu factor yang dominan, yang mempengaruhi daya pantul terhadap spectrum. Pengubah ini dicatat pada waktu penelitian nyata daratan.4. Tahap akhirSetelah data lapangan terkumpul, kemudian dituangkan dalam peta yang disebut peta koleksi data lapangan. Kemudian peta hasil interpretasi Google earth dibandingkan dengan koleksi data lapangan.Selanjutnya dilakukan interpretasi ulang dan pengecekan.

5. Analisis KorelasiSelanjutnya adalah tahap analisis terhadap korelasi antara perubahan lahan terhadap kualitas air. Analisis dilakukan dengan membandingkan kualitas air pada tahun yang berbeda kemudian dikorelasikan dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi dalam kurun waktu tersebut, selanjutnya akan dapat diketahui apakah perubahan penggunaan lahan membawa dampak positif atau dampak negatif.

Pengumpulan Pustaka Studi, Mempersiapkan Citra Daerah Penelitian, Pengumpulan data sekunder (peta tutupan lahan, peta topografi, peta bakosurtanalTahap Persiapan

Identifikasi Citra, Dileniasi (pemberian batas-batas seperti Vegetasi kebun, Batas air, dan Tanah Kosong), Pembandingan dengan data tinggi muka air Pembuatan Lembar Kerja dan Peta untuk Ground Check, Tahap Interpretasi

Tahap Pengujian Medan

Pembuatan LaporanTahap Akhir

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian

16

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilCitra dijital yang didapatkan dari Google earth kamudian diolah dengan software ArcGis untuk memodifikasi tampilan spektrum warna dari citra agar dapat dipisahkan dengan batas yang jelas antara area pertanian, perumaha, vegetasi dan perairan. Setelah itu dilakukan Georeferencing terhadap citra yang didapatkan dari Google Earth dengan Peta Adinistrasi Jawa Barat dari BAKOSURTANAL. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap luas area dari masing-masing kategori penggunaan lahan dengan software ArcGis tersebut.Gambar 4.1 Peta Penggunaan Lahan di Sekitar Waduk Cirata Setelah Pengolahan dengan Metode Fotomorfik1. Citra Tahun 2013

Kanan Atas (UR)Kanan Bawah (DR)Kiri Atas (UL)Kiri Bawah (DL)

641'9.33"S 910723'47.37"E 647'51.16"S 647'51.16"S 639'51.75"S10712'13.47"E 648'59.53"S10712'8.97"E

Koordinat lokasi

2. Citra Tahun 2006

Koordinat lokasi Kanan Atas (UR)Kanan Bawah (DR)Kiri Atas (UL)Kiri Bawah (DL)

641'9.33"S 10723'47.37"E 647'51.16"S 647'51.16"S 639'51.75"S10712'13.47"E 648'59.53"S10712'8.97"E

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan luasan dari masing-masing kategori penggunaan lahan, yaitu lahan pertanian, pemukiman dan vegetasi. Pengolahan citra dijital ini turut pula menghitung luasan dari lahan yang muncul pada musim kemarau saat air waduk surut dipinggiran waduk Cirata yang digunakan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian.Tabel 4.1 Luasan Penggunaan LahanZONATENGGELAMVEGETASIPEMUKIMANPERTANIAN

201320062013200620132006

121.6 ha294.26 ha296.28 ha21.05 ha19.37 ha45.45 ha63.35 ha

219.3 ha96.74ha96.74 ha20.30 ha20.30 ha91.96 ha111.26 ha

311.45 ha101.91 ha103.17 ha21.38 ha20.12 ha29.71 ha38.64 ha

418.62 ha128.99 ha132.3 ha31.49 ha30.28 ha14.52 ha28.62 ha

568.1 ha303.37 ha305.04 ha8.49 ha8.06 ha84.18 ha136.15 ha

6 52.24 ha218 ha217.91 ha10.69 ha10.16 ha2.60 ha54.22 ha

737.6 ha93.7 ha80.96 ha0 ha0 ha7.76 ha28.26 ha

8 155.4 ha518 ha619.62 ha 22.52 ha19.9 ha129.5 ha180.7 ha

940.06 ha159.44 ha159.89 ha48.54 ha47.51 ha141.02 ha179.60 ha

10119.6 ha160.13 ha152.79 ha16.97 ha14.51 ha49.9 ha159.70 ha

1122.42 ha122.23 ha134.6 ha43.13 ha39.92 ha23.64 ha30.48 ha

1218.82 ha106.55 ha111.90 ha54.91 ha51.70 ha35.54 ha45.80 ha

1315 ha156.72 ha160.43 ha0 ha0 ha14.73 ha25.57 ha

TOTAL600.21 ha2303.32 ha2571.63 ha299.47 ha281.83 ha670.51 ha1082.35 ha

Pengukuran luas perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membagi wilayah riparian Cirata menjadi 13 zona berdasarkan letak geografis dan administrasi. Berikut perhitungan luasan penggunaan lahan per zona.1. Zona 1Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR :641'28.40"S 10722'2.19"EDR : 642'18.73"S 10721'59.54"EUL : 641'23.15"S 10720'25.27"EDL : 642'18.48"S 10720'27.45"E

Tabel 4.2.Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi296.2878.17294.2681.56

2Pemukiman19.375.1121.055.83

3Pertanian/Perkebunan 63.3516.7145.4512.59

Total379100360.76100

2. Zona 2Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 642'20.40"S 10721'17.36"E DR : 643'16.84"S 10721'17.36"E UL : 642'20.14"S 10719'39.85"E DL : 643'17.02"S 10719'39.93"E

Tabel 4.3.Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi96.7442.3740796.7446.28708

2Pemukiman20.38.89180920.39.712919

3Pertanian/Perkebunan 111.2648.7341291.9644

Total228.3100209100

3. Zona 3 Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 643'5.60"S 10720'33.52"E DR : 644'3.81"S 10720'26.52"E UL : 643'5.82"S 10718'48.98"E DL : 644'4.28"S 10718'56.77"E

Tabel 4.4.Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi103.1763.71272101.9166.60784

2Pemukiman20.1212.4251221.3813.97386

3Pertanian/Perkebunan 38.6423.8621629.7119.4183

Total161.93100153100

4. Zona 4Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 644'5.25"S 10720'36.76"E DR : 645'3.11"S 10720'28.65"E UL : 644'5.04"S 10718'50.46"E DL : 645'3.58"S 10718'58.92"E

Tabel 4.5.Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi132.369.19456128.9973.70857

2Pemukiman30.2815.8368231.4917.99429

3Pertanian/Perkebunan 28.6214.9686214.528.297143

Total191.2100175100

5. Zona 5Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 645'2.11"S 10721'5.53"E DR : 646'0.32"S 10720'57.88"E UL : 645'2.64"S 10719'20.55"E DL : 646'0.56"S 10719'27.75"E

Tabel 4.6 .Satuan Unit dalam Citra NoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi305.0467.89983303.3776.60085

2Pemukiman8.061.7941018.492.143723

3Pertanian/Perkebunan 136.1530.3060784.1821.25543

Total449.25

100396.04100

6. Zona 6Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 645'17.79"S 10720'29.74"E DR : 646'30.36"S 10720'28.96"E UL : 645'18.13"S 10718'54.61"E DL : 646'30.61"S 10718'55.40"E

Tabel 4.7 .Satuan Unit dalam Citra NoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi217.9177.1936721894.25397

2Pemukiman10.163.59913610.694.621903

3Pertanian/Perkebunan 54.2219.20722.61.12413

Total282.29100231.29100

7. Zona 7Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 644'54.94"S 10719'58.68"E DR : 645'49.67"S 10719'57.54"E UL : 644'54.85"S 10718'23.28"E DL : 645'50.00"S 10718'24.16"E

Tabel 4.8. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi93.776.8284780.9691.25338

2Pemukiman0000

3Pertanian/Perkebunan 28.2623.171537.768.746619

Total121.9610088.72100

8. Zona 8Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 645'4.84"S 10718'12.63"E DR : 647'19.40"S 10718'0.48"E UL : 645'4.84"S 10716'36.50"E DL : 647'19.47"S 10716'27.43"E

Tabel 4.9. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi619.6270.0832551866.84561

2Pemukiman19.92.25082622.522.906106

3Pertanian/Perkebunan 180.720.4384129.516.7114

4Kebun Karet 63.97.227526104.913.53688

Total884.12100774.92100

9. Zona 9Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 646'3.35"S 10716'26.39"E DR : 646'57.93"S 10716'24.95"E UL : 646'2.99"S 10714'50.63"E DL : 646'57.84"S 10714'52.06"E

Tabel 4.10. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi159.8941.31525159.4445.68481

2Pemukiman47.5112.2764948.5413.90831

3Pertanian/Perkebunan 179.646.40827141.0240.40688

Total387

100349

100

10. Zona 10Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 645'11.44"S 10717'3.84"E DR : 645'30.05"S 10717'15.55"E UL : 645'11.16"S 10715'27.89"E DL : 645'29.87"S 10715'42.17"E

Tabel 4.11. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi152.7946.72477160.1370.54185

2Pemukiman14.514.43730916.977.475771

3Pertanian/Perkebunan 159.748.8379249.921.98238

Total327

100227

100

11. Zona 11Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 642'34.27"S 10719'53.37"E DR : 643'27.19"S 10719'53.30"E UL : 642'34.10"S 10718'22.72"E DL : 643'27.19"S 10718'22.87"E

Tabel 4.12. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi134.665.65854122.2364.67196

2Pemukiman39.9219.4731743.1322.82011

3Pertanian/Perkebunan 30.4814.8682923.6412.50794

Total205

100189

100

12. Zona 12Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 641'41.76"S 10720'24.94"E DR : 642'34.67"S 10720'24.37"E UL : 641'41.51"S 10718'53.96"E DL : 642'34.67"S 10718'54.20"E

Tabel 4.13. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi111.953.4384106.5554.08629

2Pemukiman51.724.6895954.9127.8731

3Pertanian/Perkebunan 45.821.8720235.5418.04061

Total209.4

100197

100

13. Zona 13Citra 2006Citra 2013

Lokasi : UR : 640'54.23"S 10720'57.03"E DR : 641'46.82"S 10720'56.46"E UL : 640'53.90"S 10719'26.13"E DL : 641'46.74"S 10719'26.21"E

Tabel 4.14. Satuan Unit dalam CitraNoNama SatuanLuas Area (ha)

Citra 2006Persentase (%)Citra 2013Persentase(%)

1Vegetasi160.4386.25269156.7291.40857

2Pemukiman0000

3Pertanian/Perkebunan 25.5713.7473114.738.591426

Total186

100171.45

100

4.2 Pembahasan4.2.1. Proses Dalam mendapatkan peta tutupan lahan digunakan citra spot/cnes, digital globe dan terametric yang terdapat di google earth. Dalam praktiknya ada tahapan-tahapan yang dilalui dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Tahapan pertama merupakan tahap persiapan, yang dilakukan pada tahap ini ialah mendapatkan informasi yang ada mengenai kawasan waduk Cirata dan muara Cisokan serta muara Citarum dengan mempersiapkan citra daerah penelitian, dan pengumpulan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.Data tersebut semata-mata hanya digunakan sebagai latar belakang, bukan sebagai bahan utama untuk menghasilkan peta tematik yang diperlukan. Selanjutnya merupakan tahap interpretasi, pada tahap ini dilakukan interpretasi secara visual sebagai langkah untuk menguji citra satelit untuk mengidentifikasi objek serta menentukan tingkat ketepatannya.Untuk ketepatan dikarenakan peta yang digunakan merupakan peta gabungan yang dimungkinkan telah terjadi perubahan sejak citra ini didapatkan sampai sekarang dengan perubahan yang relatif kecil. Teknik yang digunakan adalah dengan overlay dan melakukan dileniasi menggunakan tools yang tersedia pada software SIG, fasilitas yang tersedia untuk pendayagunaan citra pada google earth dan Quantum GIS cukup lengkap dan dapat digunakan dalam pengolahan citra menjadi peta. Selanjutnya dilakukan dileniasi yang kemudian ditentukan satuan citra dan diinterpretasi menurut warna (tone), pola (pattern), tekstur, (texture), serta asosiasi objek tersebut. Dan diperoleh bahwa jenis tutupan lahan yang ada di waduk Cirata terdiri dari :1. Vegetasi riparian merupakan daerah yang memiliki banyak perbedaan variasi warna dimana keberagaman warna menunjukkan perbedaan jenis yang banyak terkandung didalamnya, begitu pula bentuk yang bervariasi dan tekstur yang kasar menjadi karakteristik yang khas dari daerah lainnya, umumnya daerah ini memiliki warna hijau tua.2. Persawahan, dicirikan dengan rona hijau muda terang jika dilihat dengan menggunakan citra satelit, dengan tekstur yang halus dan terbuka serta terkotak-kotak. Citra yang telah di ubah penampakan warnanya menampakkan jingga (oranye) terang untuk persawahan, karena daerah yang terbuka sehingga pantulan warna memiliki spektrum lebih panjang sehingga terlihat terang.3. Pemukiman, dari penampakkan citra dapat terlihat adanya gradasi warna merah yang khas dimiliki oleh kebanyakan atap pemukiman, serta warna hijau yang dimiliki oleh kanopi pepohonan yang berasal dari talun/kebun campuran milik warga. Citra yang telah diubah penampakan warnanya memiliki warna jingga serta biru muda pada wilayah yang terbuka/lapangan yang tidak memiliki penutupan vegetasi maupun bangunan.4. Kebun karet, pada citra, area ini memiliki warna hijau tua yang terlihat berbeda dengan vegetasi alami lainnya, area terlihat memiliki rupa dan warna yang seragam dan memiliki penampakan bergaris-garis rapi yang terlihat sebagai jarak antara tumbuhan. Penampakan terlihat seperti itu dikarenakan karakteristik perkebunan karet yang memiliki jenis tanaman, umur dan jarak antar tanaman yang serupa dan tersusun rapi. Pada kenampakan citra yang telah diubah warnanya, perkebunan karet memiliki warna hijau tua dan terlihat lebih gelap daripada vegetasi alami lainnya serta terlihat memiliki penampakkan kontur yang bergaris.Dari hasil dileniasi dalam tiap satuan dan dilakukan perhitungan persentase sehingga diperoleh presentase masing-masing kategori pada tiap satuan yaitu pada citra tahun 2013 vegetasi sebesar 70.36%, pemukiman sebesar 9.14% dan pertanian sebesar 20.48%. sedangkan pada citra tahun 2006 persentase vegetasi sebesar 65.34%, pemukiman sebesar 7.16% dan pertanian sebesar 27.50%. 4.2.2. Perubahan Penggunaan lahanAnalisa perubahan penggunaan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan citra pada dua tahun yang berbeda, yaitu citra tahun 2006 dan 2013. Analisa perubahan selain meliputi kurun waktu 4 tahun tersebut juga akan melibatkan analisa mengenai penggunaan lahan pada musim kemarau dan musim penghujan. selama periode musim kemarau, danau cirata mengalami penyusutan ketinggian muka air, penyusutan tersebut menyebabkan penambahan luasan daratan riparian karena daratan yang selama ini terendam menjadi kering. Daratan tambahan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan pertanian, kegiatan tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh warga dikarenakan adanya penambahan luas wilayah bagi pertanian miliknya sehingga pendapatan warga bertambah, namun pertanian tersebut juga memiliki resiko yang cukup besar, mengingat anomali cuaca indonesia cepat berubah, terkadang petani mengalami kerugian karena musim hujan datang sebelum hasil pertanian sempat dipanen. Penelitian ini selain menghitung perubahan lahan yang digunakan di sekitar waduk cirata juga mencoba menghitung luasan wilayah yang digunakan masyarakat untuk pertanian pada saat kemarau yang tenggelam pada saat musim penghujan datang. Penggunaan lahan di area Greenbelt Cirata dibagi menjadi 3 kategori, yaitu untuk pemukiman, pertanian dan vegetasi. Wilayah pemukiman merupakan area yang dimanfaatkan oleh warga lokal untuk membangun perumahan dan berbagai sarana masyarakat lainnya. Wilayah pertanian merupakan area yang digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan pertanian seperti persawahan dan perkebunan. Wilayah vegetasi merupakan area yang berisi berbagai jenis tumbuhan dengan struktur dan komposisi tertentu yang mengisi sebagian besar wilayah greenbelt Cirata. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi umumnya adalah penambahan luasan pemukiman dan pertanian yang mengambil luasan vegetasi. Luas vegetasi pada tahun 2006 adalah sebesar 2571.63 ha dan mengalami penurunan luas sebesar 268.31 ha atau 10.43% menjadi seluas 2303.32 ha. Luas area pemukiman pada tahun 2006 adalah sebesar 281.83 ha dan pada tahun 2013 area pemukiman mengalami penambahan luasan sebesar 17.64 ha atau sebesar 6.25% menjadi seluas 299.47 ha. Luas area pertanian normal mengalami kenaikan yang cukup besar, pada tahun 2006 area pertanian memiliki luas 482.14 ha dan mengalami penambahan luas sebesar 188.37 ha atau sebesar 24.48 % menjadi seluas 670.51 ha. Area pertanian tersebut adalah area yang berada di luar area pertanian yang muncul akibat penurunan ketinggian muka air pada musim kemarau, seperti yang telah dijelaskan diatas bahawa pada musim kemarau luasan greenbelt akan mengalami penambahan luas dikarenakan penurunan ketinggian muka air, luas lahan tersebut adalah sebesar 600.21 ha dan hampir keseluruhan area tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian sementara yang akan dihentikan saat musim penghujan tiba atau pada saat ketinggian muka air waduk Cirata telah meningkat. Adanya penggunaan area tersebut memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitar karena akan menambah penghasilan dari hasil pertanian, namun seperti yang telah dijelaskan bahwa pertanian tersebut memiliki resiko tersendiri, petani akan mengalami kerugian ketika hasil tani belum sempat dipanen dan tenggelam saat musim penghujan tiba dan tinggi muka air waduk Cirata mengalami kenaikan. 4.2.3. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas AirKeberadaan masyarakat yang menggunakan lahan untuk kegiatan pertanian pada area riparian Cirata tidak menimbulkan kerugian materi secara langsung terhadap pihak pengelola cirata namun menimbulkan berbagai permasalahan pada kualitas air perairan cirata, penurunan kualitas air tersebut berkaitan dengan adanya penggunaan pupuk dan pestisida sintesis, pupuk dan pestisida yang digunakan terbawa arus air menuju ke perairan waduk cirata sehingga menyebabkan penambahan kadar Nitrogen dan Posfor pada perairan, kenaikan kadar nitrogen dan posfor menyebabkan pertumbuhan eceng gondok (eichornia crassipes) dan tumbuhan air lain mengalami kenaikan secara eksponensial yang tidak terkendali serta pertumbuhan alga yang berlebihan (blooming algae) serta berbagai pengaruh lainnya terhadap kualitas air. perubahan kualitas air yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh adanya penambahan aktifitas pertanian tetapi juga akibat adanya pengurangan luasan vegetasi riparian. Vegetasi riparian memiliki banyak fungsi sebagai penjaga dan pemelihara kualitas air, perubahan yang terjadi pada vegetasi riparian akan menyebabkan perubahan pula pada kualitas air sekitarnya. Analisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan kualitas air dilakukan dengan membandingkan kondisi vegetasi riparian serta penggunaan lahannya pada waktu yang berbeda yaitu pada tahun 2006 dan 2013 yang memiliki perbedaan kondisi vegetasi riparian serta pengaruhnya terhadap kualitas air pada kedua kondisi vegetasi tersebut. analisis dilakukan di dua tempat, yaitu di muara Cisokan dan muara Citarum.

a. Muara CisokanTabel 4.15 Perbandingan Kondisi vegetasi di Muara Cisokan Antara Tahun 2006 dan 2013Tahun 2006Tahun 2013

Penggunaan lahan di area muara Cisokan pada umumnya sama dengan wilayah lain, lahan digunakan untuk pertanian dan pemukiman serta di sepanjang riparian terdapat vegetasi yang tidak terlalu luas. Pengukuran luasan vegetasi, pemukiman dan pertanian diakukan terhadap citra yang diambil dan tampak Pada tahun 2006 luas vegetasi di muara Cisokan sebesar 160,13 ha kemudian pada tahun 2013 luas vegetasi menjadi 152,79 ha. Penurunan luas vegetasi di sepanjang muara akan memiliki dampak terhadap kualitas perairan Pada musim kemarau, ketika tinggi muka air menurun area ini juga mengalami penambahan luasan lahan di sepanjang muara sungai, yang kemudian lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanian, penambahan luas lahan pertanian di area muara Cisokan tentu pula akan memberikan pengaruh terhadap kualitas air akibat dari berbagai residu pertanian yang terbawa oleh cucian air menuju aliran sungai.

Diagram 4.1 Perbandingan Kualitas air Muara Cisokan Tahun 2006 dan Tahun 2013

Sumber : PT. Pembangkitan Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwa dari tahun 2006 hingga 2013 terjadi perubahan kuaitas air yang ditandai dengan kenaikan nilai pH, penurunan nilai DO, BOD dan COD (dalam mg/L) serta kenaikan kadar Nitrit dan Nitrat terlarut dalam air (dalam mg/L). kenaikan nilai pH di perairan muara Cisokan berkaitan dengan bertambahnya aktifitas pertanian di wilayah tersebut sesuai dengan penelitian Agustina et al. (2013) bahwa daerah perairan yang tercemar residu pupuk anorganik yang berasal dari kegiatan pertanian cenderung memiliki nilai pH yang lebih tinggi dari perairan yang kurang tercemar atau tidak tercemar residu pupuk anorganik. Kenaikan nilai pH tersebut dapat diminimalisir oleh adanya vegetasi riparian, Berdasarkan penelitian Agustina et al. (2013) kerapatan, keragaman dan indeks kekayaan spesies memiliki korelasi negatif dengan nilai pH, artinya semakin baik vegetasi riparian di suatu wilayah maka nilai pH akan lebih rendah, sehingga kenaikan nilai pH akibat residu pupuk anorganik dapat diminimalisir oleh fungsi layanan ekologis dari vegetasi riparian, namun berkurangnya luas vegetasi di muara Cisokan menurunkan layanan ekologis dari vegetasi di area tersebut sehingga pH air tetap naik. Kenaikan kadar nitrit dan nitrat dalam perairan juga menunjukkan kenaikan kadar residu pupuk maupun pestisida anorganik, mengingat meningkatnya luas pertanian di area tersebut yang mengakibatkan kenaikan konsumsi pupuk dan pestisida anorganik di area tersebut serta berkurangnya luas vegetasi yang mengurangi fungsi penyaringan air yang dimiliki oleh vegetasi menyebabkan aliran air yang membawa residu terlarut mengalir ke sungai dalam jumlah yang besar. Residu dari pertanian tersebut juga menyebabkan penurunan nilai DO, menurunnya nilai DO mengindikasikan semakin berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air menurun Karena semakin kecil nilai DO maka kualitas air akan semakin menurun. Kadar DO tahun 2013 masih berada di ambang batas baku mutu air kelas II. Berdasarkan tabel dapet dilihat bahwa nilai BOD dan COD mengalami penurunan, menurunnya kadar BOD dipengaruhi oleh meningkatnya debit air, proses erosi dan sedimentasi. Menurunnya kadar BOD diikuti penurunan kadar COD, dimana kedua parameter tersebut saling berkaitan. Penurunan kadar COD dapat disebabkan karena berkurangnya limbah organik serta meningkatnya debit sungai. Air hujan yang masuk ke sungai dapat mengencerkan bahan organik sehingga menurunkan kadar BOD dan CODb. Muara Citarum Tabel 4.16 Perbandingan Kondisi vegetasi di Muara Cisokan Antara Tahun 2006 dan 2013Tahun 2006Tahun 2013

Penggunaan lahan di area muara Cisokan pada umumnya memiliki kesamaan dengan wilayah lain, lahan digunakan untuk pertanian dan pemukiman serta di sepanjang riparian terdapat vegetasi yang tidak terlalu luas. Di wilayah ini juga terdapat perkebunan karet, pengukuran luasan vegetasi, pemukiman, pertanian dan perkebunan karet dilakukan hingga batas citra yang diambil. Pada tahun 2006 luas vegetasi di muara Citarum sebesar 619.62 ha kemudian pada tahun 2013 luas vegetasi menjadi 518 ha. Penurunan luas vegetasi di sepanjang muara akan memiliki dampak terhadap kualitas perairan Pada musim kemarau, ketika tinggi muka air menurun area ini juga mengalami penambahan luasan lahan di sepanjang muara sungai, yang kemudian lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanian, penambahan luas lahan pertanian di area muara Cisokan tentu pula akan memberikan pengaruh terhadap kualitas air akibat dari berbagai residu pertanian yang terbawa oleh cucian air menuju aliran sungai.

Diagram 4.2 Perbandingan Kualitas air Muara Citarum Tahun 2006 dan Tahun 2013

Sumber : PT. Pembangkitan Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata

Berdasarkan diagram diatas terlihat adanya perubahan kualitas air yang ditandai dengan meningkatnya nilai pH, BOD, COD dan Nitrat () serta penurunan nilai DO dan Nitrit (-N). seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa kenaikan pH yang terjadi di perairan berkaitan dengan adanya peningkatan kegiatan pertanian yang menyebabkan kenaikan konsentrasi residu zat - zat anorganik yang merupakan hasil samping dari kegiatan pertanian, serta berkurangnya fungsi dari layanan ekologis yang disediakan oleh vegetasi dikarenakan besarnya pengurangan luasan vegetasi. Residu dari pertanian tersebut juga menyebabkan penurunan nilai DO, menurunnya nilai DO mengindikasikan semakin berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air menurun Karena semakin kecil nilai DO maka kualitas air akan semakin menurun. Penurunan nilai DO tersebut selaras dengan kenaikan nilai BOD dan COD, kenaikan nilai BOD mengindikasikan kenaikan populasi mikroba di perairan yang mengakibatkan kenaikan kebutuhan oksigen perairan. Kenaikan kebutuhan oksigen tersebut menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air atau menurunkan nilai DO. Kenaikan nilai COD juga berarti adanya kenaikan zat kimia pencemar yang juga akan meningkatkan kebutuhan penggunaan oksigen dalam air dan menurunkan nilai DO air. kenaikan nilai BOD, pH serta COD dan menurunnya nilai DO mengindikasikan bahwa kualitas perairan di muara Citarum mengalami penurunan kualitas dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi residu imbah pertanian dan menurunnya fungsi layanan ekologis dari vegetasi sekitar danau karena adanya penurunan luasan wilayah vegetasi tersebut.

20

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan1. Penggunaan lahan di area Greenbelt Cirata dibagi menjadi tiga kategori, yaitu area pemukiman, pertanian dan vegetasi. Sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2013 perubahan penggunaan lahan yang cukup besar, Luas vegetasi pada tahun 2006 adalah sebesar 2571.63 ha dan mengalami penurunan luas sebesar 268.31 ha atau 10.43% menjadi seluas 2303.32 ha. Luas area pemukiman pada tahun 2006 adalah sebesar 281.83 ha dan pada tahun 2013 area pemukiman mengalami penambahan luasan sebesar 17.64 ha atau sebesar 6.25% menjadi seluas 299.47 ha. Luas area pertanian mengalami kenaikan yang cukup besar, pada tahun 2006 area pertanian memiliki luas 482.14 ha dan mengalami penambahan luas sebesar 188.37 ha atau sebesar 24.48 % menjadi seluas 670.51 ha. Area pertanian tersebut adalah area yang berada di luar area pertanian yang muncul akibat penurunan ketinggian muka air pada musim kemarau, luas lahan tersebut adalah sebesar 600.21 ha.2. penambahan luasan pertanian dan pemukiman serta penurunan luas vegetasi memiliki dampak negatif terhadap kualitas air di muara Cisokan dan muara Citarum. Penurunan nilai DO dan kenaikan nilai pH, BOD serta COD mengindikasikan adanya peningkatan zat pencemar residu dari limbah pertanian serta kenaikan populasi mikroba air yang menyebabkan menurunnya kualitas air.5.2 Saran1. Untuk penelitian lebih lanjut gunakan citra yang lebih baik 2. Tentukan batas area Greenbelt yang lebih jelas.

46

DAFTAR PUSTAKAHorning,Ned., et.all.2013.Remote Sensing for Ecology and Conservation.Oxford University Press : New York.Partomiharjo,Tukirin., dan Rahajoe, Joeni S.2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman FloraSantoso,Prihadi.1979.Analisa Fotomorfik Citra Satelit Landsat I Jawa Tengah Bagian Timur.Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam : Bandung.Santoso, Y. 1996. Diversitas dan Tipologi Ekosistem Hutan yang Perlu Dilestarikan. Proseding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan Produksi pada Tanggal 10 12 Agustus 1995. Kerja Sama Fakultas Kehutanan IPB dengan Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan Pendidikan Ambarwati. Bogor.Soerianegara, I, & A. Indrawan, 1978. Ekologi Hutan Indonesia. BogorSukojo, B.M. 2003. Penerapan Metode Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Analisis Perubahan Penggunaan Lahan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS : Surabaya.Vickery, M.L. 1984. Ecology of Tropical Planst. John Wiley and Sons. New York: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.Wikantika, Ketut. 2005. Deteksi Perubahan Vegetasi dengan Metode Spectral Mixture Analysis dari Citra Satelit Multitemporal Landsat TM dan ETM. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB : Bandung.Yousman, Y. 2004.Sistem Informasi Geografis dengan Mapinfo Profesional., Yogyakarta, Andi.

LAMPIRANLampiran 1. Data Kualitas Air Muara Cisokan1. Tahun 2006

2. Tahun 2013

Lampiran 2. Data Kualitas Air Muara Citarum1. Tahun 2006

2. Tahun 2013

Lampiran 3 Foto-foto Lokasi Penelitian1. Muara Cisokan

2. Sekitar Muara Citarum

52

Sheet1Hasil Pengukuran Kualitas Air Waduk Cirata pada Triwulan III Tahun 2001Pelaksana : PPSDAL Lembaga Penelitian - Unpad

No.ParameterSatuanStasiun 5Stasiun 70,2 m5 mDasar0,2 m5 mDasarFISIKA1TemperatureoC31.429.126.930.428.527.12DHLmhos/cm21401531061532352173TDSmg/L98106741061621484TSSmg/L202260.440.460.262.45KekeruhanNTU779799.81017217836Transparensicm72--30--KIMIA1pH-76.946.97.547.367.272CO2 (bebas)mg/L3.963.967.923.967.927.923HCO3mg/L88.6494.1872.0277,5677.5677.564Kesadahan (CaCO3)mg/L44.0340.0356.440.0464.0558.055Amonia (NH3)mg/L0.0240.0050.0240.0170.0110.0326Nitrit (NO2-N)mg/L0.0060.0040.0740.0030.0130.0387Kloridamg/L12.413.28.416.2418.218.028Magnesium (Mg)mg/L5.86.48.25.25.310.29Kalsiummg/L13.414.210.216.318.218.410Minyak-Lemakmg/Ltttttttttttt11Sulfat (SO4)mg/L14.5116.2522.522.2522.520.2512Besi (Fe)mg/L0.1440.1440.2820.3220.3220.4513Tembaga (Cu)mg/Ltttt0.0040.004tt0.00614Natrium (Na)mg/L26.2127.418.222,440.336.415COD/BODmg/L17.4368.20526.66711.28215.38517.43616BOD/KOBmg/L8.46.210.26.27.28.217Klorin (Cl2)mg/L0.0220.0220.0360.0080.0081.3418Oksigen Terlarutmg/L8.3426.42.3426.2424.42.3419Kromium (Cr)mg/Ltttttttttt0.00320Seng (Zn)mg/L0.1220.1220.3450.1110.1210.78421Raksa (Hg)mg/L0.00010.00020.0002tttttt22Timbal (Pb)mg/L0.060.060.080.040.040.0623Mangan (Mn)mg/L0.0330.140.1840.03300.03824Nitrat (NO3)mg/L2.2452.2453.2841.1111.1221.34525Sulfida (H2S)mg/Ltttt0.00780.0010.0080.00926Nikel (Ni)mg/Ltttttttttttt27Selenium (Se)mg/L0.0040.0040.0060.0070.0070.00828Arsen (As)mg/L0.090.080.0120.030.030.0629Kadmium (Cd)mg/L0.0080.0080.0060.0040.0040.006BIOLOGI1MPN E.coliJPT/100 ml11000240009309000230009002MPN ColiformJPT/100 ml11000460000150001100460001100

Keterangan :tan = Temperatur Air Normaltt = Tidak terdeteksi( - ) = Tidak ada kriteriaM = Memenuhi standarTM = Tidak memenuhi standar

Sheet1Hasil Pengukuran Kualitas Air Waduk Cirata pada Triwulan III Tahun 2001Pelaksana : PPSDAL Lembaga Penelitian - Unpad

No.ParameterSatuanStasiun 70,2 m5 mDasarFISIKA1TemperatureoC30.428.527.12DHLmhos/cm21532352173TDSmg/L1061621484TSSmg/L40.460.262.45KekeruhanNTU1017217836Transparensicm30--KIMIA1pH-7.547.367.272CO2 (bebas)mg/L3.967.927.923HCO3mg/L77,5677.5677.564Kesadahan (CaCO3)mg/L40.0464.0558.055Amonia (NH3)mg/L0.0170.0110.0326Nitrit (NO2-N)mg/L0.0030.0130.0387Kloridamg/L16.2418.218.028Magnesium (Mg)mg/L5.25.310.29Kalsiummg/L16.318.218.410Minyak-Lemakmg/Ltttttt11Sulfat (SO4)mg/L22.2522.520.2512Besi (Fe)mg/L0.3220.3220.4513Tembaga (Cu)mg/L0.004tt0.00614Natrium (Na)mg/L22,440.336.415COD/BODmg/L11.28215.38517.43616BOD/KOBmg/L6.27.28.217Klorin (Cl2)mg/L0.0080.0081.3418Oksigen Terlarutmg/L6.2424.42.3419Kromium (Cr)mg/Ltttt0.00320Seng (Zn)mg/L0.1110.1210.78421Raksa (Hg)mg/Ltttttt22Timbal (Pb)mg/L0.040.040.0623Mangan (Mn)mg/L0.03300.03824Nitrat (NO3)mg/L1.1111.1221.34525Sulfida (H2S)mg/L0.0010.0080.00926Nikel (Ni)mg/Ltttttt27Selenium (Se)mg/L0.0070.0070.00828Arsen (As)mg/L0.030.030.0629Kadmium (Cd)mg/L0.0040.0040.006BIOLOGI1MPN E.coliJPT/100 ml9000230009002MPN ColiformJPT/100 ml1100460001100

Keterangan :tan = Temperatur Air Normaltt = Tidak terdeteksi( - ) = Tidak ada kriteriaM = Memenuhi standarTM = Tidak memenuhi standar