Laporan Kinerja Tahun 2017 - bpkp.go.idbpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/LAKIP Th...

141
Laporan Kinerja Tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi LAP-01/D5/2018 9 JANUARI 2018

Transcript of Laporan Kinerja Tahun 2017 - bpkp.go.idbpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/LAKIP Th...

Laporan Kinerja

Tahun 2017

Deputi Bidang Investigasi

LAP-01/D5/2018 9 JANUARI 2018

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan satu

program dengan lima sasaran program dengan sepuluh Indikator Kinerja

Program (Outcome). Rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar

132,79% yang dihitung berdasarkan indikator :

1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di

persidangan sebesar 41,61% atau mencapai 104,03% dari target 40%.

2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

APH sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari target 70%.

3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K sebesar 69,23% atau mencapai 115,38% dari target sebesar 60%.

4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari target sebesar 70%.

5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebesar

100% atau mencapai 142,86% dari target sebesar 70%.

6. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan sebesar

100% atau mencapai 142,86% dari target sebesar 70%.

7. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)

sebesar 80,77% atau mencapai 161,54% dari target sebesar 50%.

8. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard & soft competency) di

bidang pencegahan sebesar 63,32% atau mencapai 105,53% dari target

sebesar 60%.

9. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)

yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat sebesar

94,12% atau mencapai 156,87% dari target sebesar 60%.

10. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian sebesar

67,88% atau mencapai 113,13% dari target sebesar 60%.

ii

Capaian kinerja outcome menunjukkan rata-rata sebesar132,79%. Dana

yang digunakan untuk melaksanakan seluruh kegiatan adalah sebesar

Rp4.453.331.031,00 atau 80,60% dari anggaran sebelum revisi sebesar

Rp5.525.000.000,00. Sedang dibandingkan dengan anggaran setelah revisi

mencapai 97,44%.

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Ringkasan Eksekutif ii

Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Tugas dan Fungsi 1

B. Aspek Strategis Organisasi 2

C. Kegiatan dan Produk Organisasi 4

D. Struktur Organisasi 5

E. Sistematika Penyajian 10

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis 2015-2019

1. Pernyataan Visi

2. Pernyataan Misi

3. Tujuan dan Sasaran Strategis

4. Program dan Kegiatan

5. Sasaran Program

6. Indikator Kinerja Utama (IKU)

11

12

13

18

23

23

24

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja 29

B. Analisis Capaian Kinerja 33

C. Penugasan/Kegiatan Lain 78

D. Realisasi Keuangan 99

E. Perbaikan Rencana Kinerja 101

BAB IV PENUTUP 102

Lampiran

1

A. Tugas dan Fungsi Organisasi

esuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Deputi

Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di

bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan

termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas

penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus

penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit

penghitungan kerugian keuangan Negara, dan pemberian keterangan

ahli. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi

menyelenggarakan fungsi:

1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di

bidang investigasi;

2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;

3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis

investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;

4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat

menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas

sektoral;

5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit

investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi

merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian

keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi

pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau

sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara

S

BAB I PENDAHULUAN

2

dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang

didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan

lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta

upaya pencegahan korupsi;

6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi

kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan

badan-badan lainnya;

7. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan

bidang penugasan investigasi; dan

8. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan

pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan

perundang-undangan.

B. Aspek Strategis Organisasi

1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP yang

memberikan mandat kepada BPKP sebagai pengawas intern

akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan

SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan penugasan BPKP semakin

luas dan terjadi perubahan paradigma yang lebih

mengedepankan pencegahan melalui pembangunan suatu

sistem yang mampu mencegah dan mendeteksi

kecurangan/penyimpangan.

2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP,

menjelaskan bahwa BPKP memiliki delegasi untuk melakukan

lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis. BPKP

diharapkan berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah

dan pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan

masyarakat, dengan memberikan rekomendasi untuk

peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah, dan

korporasi.

3

3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan

Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Presiden menginstruksikan Kepala BPKP untuk:

a. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance)

percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

b. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap

kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran

administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional.

c. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara

dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam

pelaksanaan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap

penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi)

dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

d. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil

audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah pada kementerian/lembaga dalam hal

ditemukan adanya kerugian keuangan negara.

e. Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan

barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga

atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

(KPPIP).

4. Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan

Wakil Presiden Jusuf Kalla. Terhadap peran pengawasan,

membuka peluang bagi BPKP untuk secara efektif

menyelenggarakan pembangunan pengawasan nasional dan

pengawasan pembangunan nasional untuk terwujudnya tata

kelola pemerintah yang baik dan bersih. Perhatian pemerintah

tersebut adalah gambaran utama peluang besar bagi BPKP untuk

menyelenggarakan tugas dan fungsi dalam memberikan

4

assurance tentang pencapaian keberhasilan pemerintah dalam

memberikan rekomendasi perbaikan untuk memitigasi risiko, dan

memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran

pembangunan nasional, dapat tercapai. BPKP juga berfungsi

sebagai mitra strategis Kementerian/Lembaga /Pemerintah

Daerah/Korporasi (K/L/P/K) dalam hal pemberian jasa

consultancy.

5. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula

harapan Aparat Penegak Hukum (APH) meminta BPKP untuk

melakukan audit atas kasus TPK.

6. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh

stakeholders (Fraud Control Plan/FCP dan Pengumpulan dan

Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atau Digital

Forensics) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan

sesuai dengan kebutuhan stakeholders.

C. Kegiatan dan Produk Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Peraturan

Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012

tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang

Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan bidang investigasi untuk

memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholders.

Kegiatan/penugasan tersebut meliputi:

1. Pengawasan dalam rangka mendukung Proyek Strategis Nasional

(PSN).

2. Penanganan pangaduan/ temuan-temuan audit agar

penyelesaian proyek tidak terhambat sesuai dengan kebijakan

pengutamaan upaya pencegahan korupsi.

3. Penanganan kasus yang ditangani Aparat Penegak Hukum (Audit

Investigatif, Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara, Pemberian Keterangan Ahli, dan

5

Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik

(PPBDE)).

4. Penanganan kasus K/L/P/K (Audit Investigatif, Pengumpulan dan

Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE)).

5. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan.

6. Audit Penyesuaian Harga.

7. Audit Klaim.

8. Fraud Control Plan (FCP).

9. Sosialisasi Program Anti Korupsi.

10. Pengkajian peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak

pidana korupsi.

11. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya

pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup,

yaitu:

1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian

keuangan negara dari pengembangan hasil audit operasional.

2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang

layak untuk ditindaklanjuti.

3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan.

4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan.

D. Struktur Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-

080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang

Investigasi terdiri dari 3 (tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat

mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk

urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf

perbantuan dari Sekretariat Utama.

6

BAGAN 1.1

STRUKTUR ORGANISASI

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Deputi Bidang Investigasi

Iswan Elmi

Direktur Investigasi Instansi Pemerintah

Arief Tri Hardiyanto

Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah

Pusat I

Ide Juang Humantito

Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah

Pusat II

Sutrisno

Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah

Daerah

Piping Effrianto

Kelompok Jabatan Fungsional

Direktur Investigasi BUMN dan BUMD

Agustina Arumsari

Kasubdit Investigasi BUMN

Mohamad Risbiyantoro

Kasubdit Investigasi BUMD

Iwan Agung Prasetyo

Kelompok Jabatan Fungsional

Direktur Investigasi Hambatan Kelancaran

Pembangunan

Wasis Prabowo

Kasubdit Investigasi HKP Instansi Pemerintah

Gumbira Budi Purnama

Kasubdit Investigasi HKP BUMN dan BUMD

Hardono

Kelompok Jabatan Fungsional

Kasubbag Tata Usaha

Sutisna

7

a. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah

‘‘Tugas pokok dan fungsi:

b. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan

Usaha Milik Daerah

‘‘Tugas pokok dan fungsi:

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan

teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,

penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan

investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian

pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan

tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan,

analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi

pada instansi pemerintah pusat dan daerah

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan

teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,

penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan

investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian

pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,

pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan

laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan

laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan

yang berindikasi merugikan keuangan negara pada

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,

dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat

kepentingan pemerintah

8

c. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan

‘‘Tugas pokok dan fungsi:

d. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI

‘‘Tugas pokok dan fungsi:

Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 31 Desember 2017

sebanyak 95 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 1 Januari 2017

sebanyak 96 orang, maka secara total terjadi pengurangan jumlah

pegawai sebanyak 1 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat

diklasifikasikan berdasarkan golongan, terdapat pada Tabel 1.1 dan

berdasarkan jabatan, terdapat pada Tabel 1.2.

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan

teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,

penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan

investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian

pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,

pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan

laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan

laporan hasil investigasi terhadap hambatan kelancaran

pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan

daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya

terdapat kepentingan pemerintah

Melakukan urusan tata usaha pengawasan,

kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan administrasi

Jabatan Fungsional di Deputi Bidang Investigasi

9

TABEL 1.1

JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI PER 31 DESEMBER 2017

BERDASARKAN GOLONGAN

GOLONGAN RUANG

TOTAL a b c d e

IV 10 5 9 - 1 25

III 14 22 7 20 - 63

II - - 1 6 - 7

I - - - - - -

TABEL 1.2

JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2017

BERDASARKAN JABATAN

Uraian Posisi

01-01-2017

Mutasi Posisi

31-12-2017 Tambah Kurang

Struktural

a. Eselon I 1 - - 1

b. Eselon II 2 1 - 3

c. Eselon III 7 - - 7

d. Eselon IV - - - -

Fungsional Auditor

a. Auditor Madya 16 1 2 15

b. Auditor Muda 19 5 3 20

c. Auditor Pratama 22 - 1 21

d. Auditor Penyelia 2 - - 2

e. Auditor Pelaksana

Lanjutan

1 - 1 -

f. Auditor Pelaksana 4 1 - 5

Fungsional Lainnya 22 - 1 21

Jumlah 96 8 8 95

10

E. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang

Investigasi selama Tahun 2017 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja

(PK) Tahun 2017 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi

untuk mencapai kinerja sebagai upaya memenuhi misi organisasi. Melalui

pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja (Performance

Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana kinerja berikutnya.

Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2017, adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang

Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan

produk, struktur organisasi serta sistematika penyajian.

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra)

2015-2019 yang menggambarkan visi, misi, tujuan, Indikator

Kinerja Utama (IKU), serta program dan kegiatan Deputi

Bidang Investigasi.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Berisi uraian mengenai capaian kinerja yang meliputi

sasaran strategis dan sasaran program Deputi Bidang

Investigasi, serta realisasi keuangan tahun 2017.

BAB IV PENUTUP

Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan

kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang

berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkah-

langkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan pada

tahun mendatang.

11

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis 2015-2019

encana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen

perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok

dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi.

Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari

Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun

dengan memperhatikan:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Tahun 2015-2019.

b. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal 16

Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21

November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006

tentang Pengesahan United Nations Convention Against

Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti

Korupsi 2003).

d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28

Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP). Sesuai dengan peraturan ini, delegasi yang diemban BPKP

adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan

pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan

sebagai pembina SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah.

Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara

dilaksanakan atas kegiatan tertentu meliputi kegiatan yang

bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara,

R

12

Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan

Bersih, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi melakukan

pengawasan intern melalui audit dengan tujuan tertentu.

e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tanggal 30 September

2014 tentang Pemerintahan Daerah.

f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014

tentang Administrasi Pemerintahan.

g. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember

2014 tentang BPKP. Sesuai dengan pasal 27, Deputi Bidang

Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang

pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk

program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas

penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-

kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan

negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan

pemberian keterangan ahli.

h. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014

tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan

Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam

rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.

i. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001

tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.

j. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16

Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.

1. Pernyataan Visi

BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung

jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan

efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN

dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor

pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi

13

sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan

meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya

pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya

kelancaran pembangunan yang berkesinambungan. Dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi

telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi

di masa mendatang.

‘‘Visi Deputi Bidang Investigasi:

2. Pernyataan Misi

Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus

dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk

mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi

sebagai berikut:

‘‘Misi 1:

Misi ini dilatarbelakangi adanya Peraturan Presiden Nomor 192 tahun

2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan. Salah satu tugas pemerintah yang

dilaksanakan oleh BPKP, khususnya Deputi Bidang Investigasi adalah

melaksanakan audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan

yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan

kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, serta

penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya

pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

PUSAT UNGGULAN SOLUSI KECURANGAN

Menyelenggarakan pengawasan keinvestigasian

14

Penyelenggaraan pengawasan keinvestigasian bertujuan untuk

mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan

hukum. Pelaksanaan penugasan bekerjasama dengan Aparat

Penegak Hukum (APH) dan Instansi Lain.

‘‘Misi 2:

Misi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering

terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang

diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi

pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan

pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya

pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan

pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat

kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral, maka

BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi kepada instansi

pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan permasalahan yang

menghambat pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan

dapat berjalan dengan lancar.

‘‘Misi 3:

Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap

kasus yang menghambat kelancaran pembangunan

Mengembangkan sistem pencegahan kecurangan di

K/L/P/K

15

Misi ini dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih

mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu

sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian

adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi

Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan

korupsi.

Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama

adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan

yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap

yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan

kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan

atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah

berikut:

a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi.

b. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan

pendeteksian.

c. Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta

pegawai, pelanggan dan masyarakat.

d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit

dan standar investigasi.

Untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dapat dilakukan

dengan mengimplementasikan Program Anti Korupsi atau Fraud

Control Plan (FCP) termasuk Fraud Risk Assesment (FRA). FCP yaitu

suatu pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan

terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan

memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan

terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan

implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai

tujuan organisasi secara keseluruhan.

16

‘‘Misi 4:

Misi ini dilatarbelakangi Deputi Bidang Investigasi bermaksud

memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi dengan

mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar (learning

society) yang selaras dengan strategi BPKP sebagaimana tertuang

dalam Perencanaan Strategis 2019- 2024 dan terintegrasi dengan

strategi pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai Pusat

Keunggulan Solusi Kecurangan.

Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi akan dilaksanakan

melalui:

a. Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/ seminar/workshop

anti korupsi, iklan layanan masyarakat

b. Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsulasi

pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan

bimbingan konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam

pengawasan pembangunan.

Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan

pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.

Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua

aspek yaitu:

a. Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan

b. Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas

indikasi korupsi

Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran anti

korupsi terhadap K/L/P/K dan masyarakat

17

Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka

K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem

pengaduan masyarakat.

‘‘Misi 5:

Misi ini dilatarbelakangi tingginya kasus korupsi pada sektor

pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, menjadi bukti

bahwa fungsi aparatur pengawasan belum maksimal, SDM

pengawasan kurang profesional, serta lemahnya bisnis proses

pengawasan. Kondisi tersebut harus segera diperbaiki secara

mendasar dan komprehensif. Selain itu, pelaksanaan tugas pada

Deputi Bidang Investigasi di BPKP maupun auditor investigasi pada

APIP lainnya, memiliki beberapa risiko yang lebih tinggi dibandingkan

tugas-tugas auditor lainnya, hal ini terkait dengan risiko gugatan

hukum atas hasil audit investigasi maupun audit penghitungan

kerugian keuangan negara.

Berdasarkan kenyataan tersebut dan tantangan besar yang akan

dihadapi di masa mendatang, maka APIP diharapkan mampu

mencegah, menangkal, mendeteksi tindakan pelanggaran terhadap

ketentuan, prosedur termasuk mendeteksi dan mencegah korupsi,

serta meningkatkan ketaatan pada peraturan, kebijakan, dan

prosedur. Selain itu perlu adanya peningkatan kompetensi bagi

auditor investigasi,dalam upaya meningkatkan profesionalitas dan

meminimalisir gugatan hukum.

Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern

keinvestigasian yang profesional dan kompeten

18

3. Tujuan dan Sasaran Strategis

Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan

dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan

dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi

arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan

yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang

Investigasi.

Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang

Investigasi telah menetapkan tujuan sebagai berikut:

BAGAN 2.1

TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

3. Melakukan penanggulangan korupsi dengan Melakukan

pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang

mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian

adanya kecurangan/penyimpangan.

2. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam rangka

pemberantasan korupsi dan mewujudkan tata kelola

pemerintahan dan korporasi yang baik.

1. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam mengatasi

hambatan kelancaran pembangunan.

4. Meningkatkan tingkat kepedulian K/L/P/K dan masyarakat

terhadap korupsi.

5. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di

bidang keinvestigasian.

19

Terkait dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan

sasaran strategis sebagai berikut:

a. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan hasil pengawasan

keinvestigasian.

Adanya ekspektasi stakeholders agar BPKP mendorong pengelolaan

kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)

dan meningkatkan upaya pemberantasan korupsi, mendorong

Deputi Bidang Investigasi untuk terus melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Hasil pengawasan

keinvestigasian harus berkualitas agar dapat dimanfaatkan oleh

Aparat Penegak Hukum (APH) dalam mengungkap dan menindak

kejadian korupsi. Hasil pengawasan keinvestigasian juga diharapkan

dapat dimanfaatkan oleh K/L/P/K untuk dijadikan masukan oleh

pimpinan dalam pengambilan keputusan, antara lain untuk

menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban;

mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban

tersebut; mencari cara yang lebih baik atau membina yang telah

baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas

organisasi. Hasil pengawasan akan bermakna apabila dapat diikuti

langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat.

b. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan

nasional.

Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) adalah kondisi dimana

proses pembangunan tidak dapat mencapai hasil dan manfaat

yang telah ditetapkan karena adanya masalah yang tidak dapat

diselesaikan dengan menggunakan kewenangan para pihak terkait.

Untuk mengatasi hal ini BPKP memberikan kontribusinya melalui

pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan

20

termasuk program lintas sektoral melalui kegiatan evaluasi HKP. Hasil

evaluasi HKP diharapkan dapat digunakan oleh penanggungjawab

atau pelaksana program/kegiatan atau pihak yang terkait lainnya

untuk menyelesaikan masalah yang menghambat kelancaran

program/kegiatan pembangunan.

c. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam

pencegahan korupsi.

Masalah pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan

dengan pendekatan bersifat represif, tetapi juga bersifat preventif

dan rehabilitatif. Tanpa langkah preventif pemberantasan korupsi

hanya akan berhasil mengatasi gejalanya saja dan bukan

menghancurkan akar penyebab dan sumber penyakit korupsi. Selain

itu, adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan

pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu

mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya

kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang

Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi.

Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama

adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan

yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap

yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan

kesempatan terjadinya korupsi. Program yang diperlukan untuk

mencegah korupsi seperti tersebut dikenal dengan Program Anti

Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut

dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi,

untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian,

jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan

yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut

dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan.

21

Sehubungan dengan hal ini, hasil penugasan FCP termasuk FRA

diharapkan dapat diimplementasikan oleh K/L/P/K untuk perbaikan

tata kelola, mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud.

d. Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap korupsi.

Deputi Bidang Investigasi memperluas dan mempertajam strategi

edukatif anti korupsi dengan mengimplementasikan konsep

masyarakat pembelajar (learning society) melalui pengembangan

Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK). MPAK adalah

paradigma dalam pemberantasan korupsi yang menempatkan

pembelajaran anti korupsi sebagai faktor kunci keberhasilan

pemberantasan korupsi. Pembelajaran anti korupsi adalah proses

interaksi peserta belajar dengan BPKP dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar dimana BPKP berperan dalam membantu,

mendorong dan memfasilitasi peserta belajar agar dapat

memperoleh pengetahuan dan menguasai ketrampilan/keahlian

mengenai anti korupsi serta mengubah sikap peserta belajar menjadi

anti korupsi berdasarkan usaha peserta belajar.

Kegiatan yang dilakukan oleh MPAK adalah membentuk Komunitas

Pembelajar Anti Korupsi (KPAK). KPAK sekelompok pihak – pihak yang

berkepentingan (stakeholders) dari suatu instansi pemerintah atau

korporasi negara/daerah yang mempunyai tujuan yang sama yaitu

mewujudkan kepemerintahan yang baik dan pemerintahan yang

bersih di organisasinya masing – masing. KPAK melakukan pertemuan

secara rutin dan berkelanjutan maupun secara insidentil untuk

berkolaborasi melakukan aktivitas pembelajaran anti korupsi secara

aktif, partisipatif dan interaktif dalam rangka menghasilkan dan

menyebarluaskan data, informasi maupun pengetahuan mengenai

anti korupsi.

Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan

pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.

22

Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua

aspek yaitu:

a. Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan

b. Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas

indikasi korupsi

Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka

K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem

pengaduan masyarakat.

e. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di bidang

keinvestigasian.

Untuk mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang

baik, keberadaan APIP menjadi sangat penting dan strategis, mulai

sejak perencanaan, anggaran, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban APBN/APBD serta pemberian rekomendasi

perbaikan pada setiap kebijakan yang telah dan/atau akan

diimplementasikan. APIP diharapkan dapat bekerja lebih profesional

dan peka terhadap permasalahan negara yang dinamis dan

mengedukasi upaya-upaya pencegahan korupsi di semua bidang.

Sehubungan dengan hal tersebut APIP perlu meningkatkan kualitas

hasil audit intern dan perlu meningkatkan kemampuan (kapabilitas)

organisasinya, termasuk meningkatkan kompetensi auditor sehingga

mampu meningkatkan kualitas hasil pengawasan.

Untuk meningkatkan kompetensi auditor, Deputi Bidang investigasi

merncanakan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan formal

Strata 2 dan Strata 3.

b. Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat/Uji kompetensi

CFE dan CFrA.

c. Menyelenggarakan Diklat yang mendukung penugasan bidang

investigasi.

23

d. Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat yang

mendukung penugasan bidang investigasi.

e. Menyelenggarakan workshop yang mendukung penugasan

bidang investigasi.

4. Program dan Kegiatan

Program Deputi Bidang Investigasi mencerminkan tugas dan fungsi

yang berisi kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah

ditetapkan. Program tersebut adalah Pengawasan Intern

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP.

Kegiatan pengawasan mencerminkan tugas dan fungsi Direktorat

yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output).

Kegiatan pengawasan Deputi Bidang Investigasi terdiri dari:

a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementerian/

Lembaga.

b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD.

c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran

Pembangunan.

5. Sasaran Program

Sasaran program menunjukkan berfungsinya output pengawasan

intern yang dilakukan oleh BPKP. Output pengawasan berupa

rekomendasi hasil pengawasan yang berkualitas dan dapat

dilaksanakan oleh K/L/P/K akan memberikan hasil berupa perbaikan

atas pengelolaan program strategis/program prioritas nasional.

Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program sebagai

berikut:

24

6. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran program,

ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:

a. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di

persidangan.

b. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh APH.

c. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K.

d. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K.

e. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.

f. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.

g. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk

FRA).

h. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft

competency) di bidang pencegahan.

Sasaran Program

1. Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan

keinvestigasian.

2. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan

pembangunan nasional.

3. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan

korporasi dalam pencegahan korupsi.

4. Meningkatnya kepedulian K/L/P dan masyarakat terhadap

korupsi.

5. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah

di bidang keinvestigasian.

25

i. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi

(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan

masyarakat.

j. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian.

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017

Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi

penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan

instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang

disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini berisi sasaran strategis,

sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja

yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran

untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran

strategis.

Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan

ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan

karakteristik indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk

kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk

menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program. Program

yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil kegiatan

dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK).

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2017 dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

26

Tabel 2.1

Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No. Sasaran

Strategis/Program/Kegi

atan

Indikator Kinerja Target

Sasaran Program

1. Meningkatnya

efektivitas hasil

pengawasan

keinvestigasian

1.1 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan di

persidangan

40%

1.2 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh APH

70%

1.3 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

60%

1.4 Persentase hasil audit

penyesuaian harga

yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K

70%

1.5 Persentase hasil audit

klaim yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

70%

2. Meningkatnya

penyelesaian

hambatan

pelaksanaan

pembangunan

nasional

2.1 Persentase

penyelesaian

hambatan kelancaran

pembangunan

70%

3. Meningkatnya

kualitas tata kelola

pemerintah dan

korporasi dalam

pencegahan korupsi

3.1 Persentase K/L/P/K yang

mengimplementasikan

FCP (termasuk FRA)

50%

3.2 Persentase auditor yang

memiliki kompetensi

(hard & soft

competency) di bidang

pencegahan

60%

4. Meningkatnya

kepedulian K/L/P/K

dan masyarakat

terhadap korupsi

4.1 Persentase K/L/P/K

anggota Komunitas

Pembelajar Anti Korupsi

(KPAK) yang

mengimplementasikan

sistem pengaduan

60%

27

No. Sasaran

Strategis/Program/Kegi

atan

Indikator Kinerja Target

masyarakat

5. Meningkatnya

kapabilitas

pengawasan intern

pemerintah di

bidang

keinvestigasian

5.1 Persentase auditor yang

memiliki kompetensi

keinvestigasian

60%

Sasaran Kegiatan

1. Tersedianya informasi

hasil pengawasan

pada Direktorat

Investigasi Instansi

Pemerintah

1.1 Jumlah laporan hasil

audit dalam rangka

penghitungan

kerugian keuangan

negara

6 laporan

1.2 Jumlah laporan

Pengumpulan dan

Evaluasi

BuktiDokumen

Elektronik (PEBDE)

4 laporan

1.3 Jumlah laporan

pemberian

keterangan ahli

14 laporan

1.4 Jumlah laporan hasil

audit investigatif

2 laporan

1.5 Jumlah laporan FCP 1 laporan

1.6 Jumlah laporan

pemantauan/monitori

ng/QA

62 laporan

1.7 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

2 laporan

1.8 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

150 orang

2. Tersedianya informasi

hasil pengawasan

pada Direktorat

Investigasi BUMN dan

BUMD

1.1 Jumlah laporan hasil

audit dalam rangka

penghitungan

kerugian keuangan

negara

4 laporan

1.2 Jumlah laporan

pemberian

keterangan ahli

14 laporan

1.3 Jumlah laporan hasil

audit investigatif

4 laporan

28

No. Sasaran

Strategis/Program/Kegi

atan

Indikator Kinerja Target

1.4 Jumlah laporan FCP 1 laporan

1.5 Jumlah laporan

pemantauan/monitori

ng/QA

24 laporan

1.6 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

1 laporan

1.7 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

180 orang

3. Tersedianya informasi

hasil pengawasan

pada Direktorat

Investigasi

Hambatan

Kelancaran

Pembangunan

1.1 Jumlah laporan hasil

audit penyesuaian

harga

3 laporan

1.2 Jumlah laporan hasil

audit klaim

2 laporan

1.3 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

1 laporan

1.4 Jumlah laporan hasil

evaluasi hambatan

kelancaran

pembangunan

4 laporan

1.5 Jumlah laporan

pemantauan/monitori

ng/QA

26 laporan

1.6 Jumlah laporan hasil

kajian pengawasan

1 laporan

1.7 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan

Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP

Rp5.525.000.000,00

29

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban

kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun 2017 yang ditujukan

untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan.

Dalam uraian berikut disajikan pula akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi

dari aspek keuangan, sumber daya manusia, dan sarana prasarana sebagai

unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja

dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator

kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk menilai keberhasilan

atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan misi yang

telah ditetapkan.

A. Capaian Kinerja

Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam

Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).

Pengukuran kinerja mencakup penilaian indikator kinerja sasaran yang

tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan

dengan cara membandingkan antara target dengan realisasinya.

Persentase pencapaian rencana tingkat capaian, dihitung dengan

rumus bahwa semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian

rencana tingkat capaian yang semakin baik.

Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi

menetapkan 5 (lima) sasaran program dan 3 (tiga) sasaran kegiatan.

Capaian sasaran program dan sasaran kegiatan tersebut disajikan pada

Tabel 3.1.

A

30

Tabel 3.1

Capain Kinerja Outcome Tahun 2017

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya

efektivitas hasil

pengawasan

keinvestigasian

1.1 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan di

persidangan

40% 41,61 104,03

1.2 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh

APH

70% 100,00 142,86

1.3 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

60% 69,23 115,38

1.4 Persentase hasil

audit penyesuaian

harga yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

70% 100,00 142,86

1.5 Persentase hasil

audit klaim yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

70% 100,00 142,86

2. Meningkatnya

penyelesaian

hambatan

pelaksanaan

pembangunan

nasional

2.1 Persentase

penyelesaian

hambatan

kelancaran

pembangunan

70% 100,00 142,86

3. Meningkatnya

kualitas tata

kelola

pemerintah

dan korporasi

dalam

pencegahan

korupsi

3.1 Persentase K/L/P/K

yang

mengimplementasik

an FCP (termasuk

FRA)

50% 80,77 161,54

3.2 Persentase auditor

yang memiliki

kompetensi (hard &

soft competency) di

bidang pencegahan

60% 63,32 105,53

4. Meningkatnya

kepedulian

K/L/P/K dan

masyarakat

4.1 Persentase K/L/P/K

anggota Komunitas

Pembelajar Anti

Korupsi (KPAK) yang

60% 94,12 156,87

31

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

terhadap

korupsi

mengimplementasik

an sistem

pengaduan

masyarakat

5. Meningkatnya

kapabilitas

pengawasan

intern

pemerintah di

bidang

keinvestigasian

5.1 Persentase auditor

yang memiliki

kompetensi

keinvestigasian

60% 67,88 113,13

Rata-rata capaian 132,79

Rata-rata capaian outcome tahun 2017 sebesar 132,79%. Indikator kinerja

outcome tersebut di atas dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP, dengan

indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Capain Kinerja Output Tahun 2017

No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

%

1. Tersedianya

informasi hasil

pengawasan

pada Direktorat

Investigasi

Instansi

Pemerintah

1.1 Jumlah laporan

hasil audit

dalam rangka

penghitungan

kerugian

keuangan

negara

6

laporan

10

laporan

166,67

1.2 Jumlah laporan

Pengumpulan

dan Evaluasi

BuktiDokumen

Elektronik

(PEBDE)

4

laporan

5

laporan

125,00

1.3 Jumlah laporan

pemberian

keterangan ahli

14

laporan

48

laporan

342,86

1.4 Jumlah laporan

hasil audit

investigatif

2

laporan

- -

1.5 Jumlah laporan

FCP

1 2 200,00

32

laporan laporan

1.6 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

62

laporan

84

laporan

135,48

1.7 Jumlah laporan

hasil

pengawasan

dalam rangka

pemberian

rekomendasi

strategis

2

laporan

2

laporan

100

1.8 Jumlah peserta

kegiatan

peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

150

orang

153

orang

102,00

1.9 Jumlah laporan

hasil kajian

pengawasan

- 7

laporan

-

2. Tersedianya

informasi hasil

pengawasan

pada Direktorat

Investigasi

BUMN dan

BUMD

1.1 Jumlah laporan

hasil audit

dalam rangka

penghitungan

kerugian

keuangan

negara

4

laporan

4

laporan

100,00

1.2 Jumlah laporan

pemberian

keterangan ahli

14

laporan

16

laporan

114,29

1.3 Jumlah laporan

hasil audit

investigatif

4

laporan

15

laporan

375,00

1.4 Jumlah laporan

FCP

1

laporan

4

laporan

400,00

1.5 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

24

laporan

56

laporan

233,33

1.6 Jumlah laporan

hasil

pengawasan

dalam rangka

pemberian

rekomendasi

strategis

1

laporan

1

laporan

100,00

1.7 Jumlah peserta

kegiatan

peningkatan

kompetensi

180

orang

185

orang

102,78

33

keinvestigasian

1.8 Jumlah Laporan

Penelitian Awal

- 2

laporan

-

3. Tersedianya

informasi hasil

pengawasan

pada Direktorat

Investigasi

Hambatan

Kelancaran

Pembangunan

1.1 Jumlah laporan

hasil audit

penyesuaian

harga

3

laporan

3

laporan

100,00

1.2 Jumlah laporan

hasil audit klaim

2

laporan

2

laporan

100,00

1.3 Jumlah laporan

hasil

pengawasan

dalam rangka

pemberian

rekomendasi

strategis

1

laporan

1

laporan

100,00

1.4 Jumlah laporan

hasil evaluasi

hambatan

kelancaran

pembangunan

4

laporan

5

laporan

125,00

1.5 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

26

laporan

72

laporan

276,92

1.6 Jumlah laporan

hasil kajian

pengawasan

1

laporan

4

laporan

400,00

1.7 Jumlah peserta

kegiatan

peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

22

orang

34

orang

154,55

Rata-rata capaian 160,58

B. Analisis Capaian Kinerja

Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi menetapkan 5 (lima) sasaran

program dengan 10 indikator kinerja program yang berbeda dengan

tahun sebelumnya. Tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi menetapkan

satu sasaran program dan tiga sasaran kegiatan. Sehubungan dengan

perubahan tersebut, realisasi dan capaian kinerja untuk masing-masing

34

indikator kinerja tahun 2017 tidak dapat dibandingkan dengan realisasi

kinerja sebelumnya.

‘‘Sasaran Program 1

Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis

ini adalah:

1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di

persidangan.

2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh APH.

3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K.

4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K.

5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.

Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di

persidangan

Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di

persidangan adalah tingkat pemanfaatan laporan hasil pengawasan

keinvestigasian berupa Laporan Hasil Audit dalam rangka

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan

Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) pada

sidang di pengadilan. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan

jumlah Laporan Pemberian Keterangan Ahli (LPKA) di pengadilan

dibandingkan dengan Laporan Hasil Audit dalam rangka

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan

Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang

diterbitkan.

35

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 41,61% atau mencapai 104,03%

dari target tahun 2017 sebesar 40%. Realisasi kinerja dihitung

berdasarkan jumlah laporan pemberian keterangan ahli di

pengadilan sebanyak 642 laporan dibandingkan dengan jumlah

Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara (LHPKKN) dan Laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang diterbitkan sebanyak 1.543

laporan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 41,61% lebih rendah jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 60%.

Tabel 3.3

LHPKKN DAN LPEBDE

TAHUN 2015-2017

No. Tahun LHPKKN LPEBDE Jumlah PKA Realisasi

Kinerja

1 2015 609 7 616

41,61% 2 2016 515 9 524

3 2017 398 5 403 642

Jumlah 1.522 21 1.543 642

Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan pemberian

keterangan ahli, audit dalam rangka penghitungan kerugian

keuangan negara, dan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen

Elektronik (PEBDE) yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan

Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP. Rincian laporan

pemberian keterangan ahli per unit kerja terdapat pada Lampiran 5.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan pada Grafik 3.1.

36

Grafik 3.1

Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian

dimanfaatkan di persidangan

Tahun 2017

Dari Grafik 3.1 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017

melampaui target yang telah ditetapkan. Faktor pendukung

tercapainya kinerja adalah BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi

terus menjalin komunikasi yang baik dengan APH dan menawarkan

bantuan kepada APH agar APH meminta BPKP untuk melakukan

audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dan

pemberian keterangan ahli untuk menuntaskan perkara korupsi yang

ditanganinya. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan tepat waktu.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp927.038.282,00 atau 85,81% dari anggaran sebesar

Rp1.080.353.334,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 3.270 OH atau 145,53% dari

rencana sebanyak 2.247 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 104,03%, lebih besar

daripada capaian penggunaan dana sebesar 85,81%.

TARGET REALISASI

Series1 40 41,61

39

39,5

40

40,5

41

41,5

42

37

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 104,03%, lebih besar

daripada capaian penggunaan SDM sebesar 145,53%.

Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian dimanfaatkan di persidangan” terdapat pada Tabel

3.4.

Tabel 3.4

Target dan Realisasi Output LPKA, LHPKKN, dan LPEBDE

Tahun 2017

Uraian Target Th 2017

(laporan)

Realisasi Th 2017

(laporan)

% capaian

LPKA 411 642 156,20

LHPKKN 233 398 170,82

LPEBDE 4 7 175,00

Jumlah 648 1.047 161,57

Penugasan pemberian keterangan ahli yang dilaksanakan pada

tahun 2017 antara lain:

a. Pemberian keterangan ahli perkara dugaan tindak pidana korupsi

pengadaan Paket Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional

(KTP Elektronik) Tahun 2011-2012.

b. Pemberian keterangan ahli forensik komputer atas pengadaan

Uninterruptible Power Suppy (UPS) untuk 49 SMAN/SMKN oleh

Sudin Dikmen Kodya Jakarta Barat TA 2014 dengan terdakwa

Harry Lo.

c. Pemberian keterangan ahli perkara TPK dan atau TPPU pada PT

Pertamina Foundation dengan terdakwa Ir. Wahyudin Akbar.

d. Pemberian keterangan ahli atas perkara dugaan penyimpangan

pengadaan gabah/beras pada Unit Pengelolaan Gabah Beras

(UPGB) Ngrupit Perum Bulog Subdrive Ponorogo Tahun 2013 dan

2014 atas nama terdakwa Nowo Usmanto.

38

LHPKKN yang terbit pada tahun 2017 dan jumlah kerugian keuangan

negara terdapat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

LHPKKN yang diserahkan ke APH

Tahun 2017

No. Instansi

Penyidik

Jumlah

laporan

Nilai kerugian keuangan negara

Rupiah USD

1 Kejaksaan 193 1.048.689.897.989,21 28.086.737,74

2 Kepolisian 202 718.097.792.110,70 0

3 KPK 3 1.669.055.945.303,39 766.955,97

Jumlah 398 3.435.843.635.403,30 28.853.693,71

LHPKKN yang terbit tahun 2017 antara lain:

a. LHPKKN atas persetujuan pencadangan wilayah pertambangan,

persetujuan IUP eksplorasi dan persetujuan peningkatan IUP

eksplorasi menjadi IUP operasi produksi kepada PT Anugerah

Harisma Barakah (PT AHB) di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2008-2014, dengan kerugian keuangan negara sebesar

Rp1.596.385.454.137,00.

b. LHPKKN atas perkara tipikor kegiatan pengadaan tanah dalam

rangka pengembangan dan perluasan terminal bandara

internasional Sultan Hasanuddin Makassar PT Angkasa Pura I

(Persero) TA 2015, dengan kerugian keuangan negara sebesar

Rp317.171.701.565,00.

c. LHPKKN atas dugaan tindak pidana korupsi pembangunan

stadion utama sepak bola Gedebage pada Dinas Tata Ruang

dan Cipta Karya Kota Bandung TA 2009-2013, dengan kerugian

keuangan negara sebesar Rp103.550.695.769,25.

d. LHPKKN atas dugaan TPK pengelolaan uang kas dalam brankas

PT BRI, Tbk. Kantor Unit Amahai Cabang Masohi periode Januari

39

2016 s.d Maret 2017, dengan kerugian keuangan negara sebesar

Rp154.435.200.000,00.

2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh APH

Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh Aparat Penegak Hukum (APH) adalah tingkat pemanfaatan hasil

audit investigatif oleh APH. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan

jumlah laporan hasil audit investigatif yang dapat ditindaklanjuti dan

dimanfaatkan oleh APH dibandingkan dengan jumlah Laporan Hasil

Audit Investigatif (LHAI) yang diterbitkan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari

target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan

jumlah LHAI yang ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH

sebanyak 67 laporan dibandingkan dengan jumlah LHAI yang

diterbitkan sebanyak 67 laporan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 75%.

Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan audit

investigatif yang diserahkan ke Aparat Penegak Hukum (APH) yang

dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang Investigasi

dan Perwakilan BPKP. LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH terdapat

pada Lampiran 6.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik

3.2.

40

Grafik 3.2

Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian

yang dimanfaatkan oleh Aparat Penegak Hukum (APH)

Tahun 2017

Dari Grafik 3.2 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017

melampauai target yang telah ditetapkan. Faktor pendukung

tercapainya IKU adalah adanya komunikasi dan kerjasama yang baik

dengan APH, serta peran APH untuk menyelesaikan kasus yang

sedang ditangani.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp179.295.000,00 atau 46,81% dibandingkan dengan anggaran

sebesar Rp383.046.667,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.614 OH atau 89,67% dari

rencana sebanyak 1.800 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar

daripada capaian penggunaan dana sebesar 46,81%.

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal

ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada

capaian penggunaan SDM sebesar 89,67%.

TARGET REALISASI

Series1 70 100,00

0

20

40

60

80

100

120

41

Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH” terdapat pada Tabel

3.6.

Tabel 3.6

Target dan Realisasi Output LHAI

Tahun 2017

Uraian Target Th 2017

(laporan)

Realisasi Th 2017

(laporan)

% capaian

LHAI 104 67 64,42

LHAI yang diserahkan ke APH pada tahun 2017 dan jumlah kerugian

keuangan negara terdapat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

LHAI yang diserahkan ke APH

Tahun 2017

No. Instansi Penyidik Jumlah

laporan

Nilai kerugian keuangan

negara

1 Kejaksaan 19 44.554.954.745,15

2 Kepolisian 48 54.426.862.576,45

Jumlah 67 98.981.817.321,60

Rincian LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH terdapat pada Lampiran 6.

3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K

Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatkan laporan hasil

pengawasan keinvestigasian oleh K/L/P/K untuk perbaikan tata kelola

dan/atau mencegah TPK berulang. Pengukuran kinerja dihitung

berdasarkan jumlah laporan hasil pengawasan keinvestigasian

berupa laporan hasil audit Investigatif, laporan hasil pengawasan

42

atas current issues, dan laporan hasil pengawasan dalam rangka

pemberian rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti dan

dimanfaatkan oleh K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah laporan

hasil pengawasan keinvestigasian yang diterbitkan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 69,23% atau mencapai 115,38%

dari target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi tersebut dihitung

berdasarkan jumlah LHAI dan laporan hasil pengawasan dalam

rangka pemberian rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti dan

dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebanyak 18 laporan dibandingkan

dengan jumlah laporan hasil audit Investigatif yang diterbitkan

sebanyak 22 laporan dan laporan hasil pengawasan dalam rangka

pemberian rekomendasi strategis yang diterbitkan sebanyak 4

laporan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 69,23% lebih rendah jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 70%. Untuk memperbaiki kinerja Deputi Bidang

Investigasi terus menjalin kerjasama yang baik dengan K/L/P/K,

menjelaskan manfaat/nilai tambah yang dapat diberikan kepada

stakeholder dari penugasan-penugasan yang dilakukan, dan

memenuhi ekspektasi auditan.

Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan pengawasan

yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang

Investigasi dan Perwakilan BPKP. Rincian laporan hasil pengawasan

yang ditindaklanjuti oleh K/L/P/K terdapat pada Lampiran 7.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik

3.3.

43

Grafik 3.3

Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian

yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Tahun 2017

Dari grafik 3.3 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui

target yang telah ditetapkan. Tercapainya realisasi kinerja

disebabkan peran aktif auditan dalam menindaklanjuti rekomendasi

atas hasil audit. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan

dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp118.696.980,00 atau 83,26% dibandingkan dengan anggaran

sebesar Rp142.560.000,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 2.520 OH atau 352,45% dari

rencana sebanyak 715 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini belum dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 49,02%, lebih kecil

daripada capaian penggunaan dana sebesar 82,26%.

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 49,02%, lebih kecil

daripada capaian penggunaan SDM sebesar 352,45%.

TARGET REALISASI

Series1 60 69,23

54

56

58

60

62

64

66

68

70

44

Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada

Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Laporan Hasil Pengawasan yang diserahkan ke K/L/P/K

Tahun 2017

Uraian Target Th

2017

(laporan)

Realisasi Th

2017

(laporan)

% capaian

LHAI - 22 -

Laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

58 63 108,62

Jumlah 58 85 146,55

LHAI yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun 2017 antara lain:

a. LHAI atas kegiatan penyaluran beras PNS pada PD Irian Bhakti

Cabang Wamena Tahun Buku 2015, dengan kerugian keuangan

sebesar Rp2.602.073.000,00 diserahkan kepada Direksi PD Irian

Bhakti.

b. LHAI atas pembayaran gaji dan tunjangan terhadap 10 orang

PNS eks Provinsi Timor Timur di Pemerintah Kupang TA 2002-Maret

2016, dengan kerugian keuangan negara sebesar

Rp2.788.574.640,00 diserahkan kepada Bupati Kupang.

c. LHAI atas penggunaan dana penyertaan modal Pemerintah

Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2016, dengan

kerugian keuangan negara sebesar Rp4.741.187.139,00

diserahkan kepada Bupati Hulu Sungai Tengah.

d. LHAI atas pembangunan masjid Madaniah Pasangkayu pada

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

45

(PPKAD) dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mamuju Utara TA

2012-2015, dengan kerugian keuangan negara sebesar

Rp17.616.151.167,00 diserahkan ke Pemerintah Kabupaten

Mamuju Utara.

Laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi

strategis yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Bidang

Perizinan dan Penanaman Modal

Dari beberapa penelitian dan kajian, proses perizinan memiliki

risiko digunakan sebagai sarana untuk memperoleh rente

ekonomi melalui proses-proses yang memunculkan biaya tidak

resmi. Risiko tersebut berada pada tahapan pelayanan perizinan

yang memunculkan interaksi antara pengguna dan pemberi

layanan. Sehubungan dengan hal tersebut dan terkait dengan

Instruksi Presiden Nomor

10 Tahun 2016 tentang

Aksi Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi

Tahun 2016 dan Tahun

2017, Deputi Bidang

Investigasi melakukan

evaluasi aksi

pencegahan dan

pemberantasan korupsi di Bidang Perizinan dan Penanaman

Modal pada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Penugasan ini dilaksanakan oleh Direktorat Investigasi Instansi

Pemerintah dan 19 Perwakilan BPKP.

Kesimpulan atas hasil evaluasi adalah sebagai berikut:

1) Evaluasi atas Peraturan BKPM tentang Standar Operasional

Prosedur (SOP) Layanan

46

SOP maupun tata cara permohonan perizinan/nonperizinan di

sektor Minyak dan Gas (Migas), Minenal dan Batubara

(Minerba), dan kelistrikan telah diterbitkan berdasarkan

peraturan kementerian tenis terkait dan telah

diimplementasikan.

2) Evaluasi atas Pelaksanaan Sosialisasi

BKPM belum optimal melakukan sosialisasi kepada dunia

usaha terkait SOP pelayanan perizinan/nonperizinan, baik

melalui media sosial, website maupun dalam bentuk forum

komunikasi, terutama di sektor Migas dan Minerba.

3) Evaluasi atas Tracking System

a) Secara umum, tracking system yang terintegrasi dengan

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara

Elektronik (SPIPISE) telah diimplementasikan di 438

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Jumlah ini telah

melampaui target yang tertuang dalam Instruksi Presiden

Nomor 10 Tahun 2016 sebanyak 350 PTSP. Namun jumlah

perizinan yang diterbitkan oleh PTSP Pusat dan Dinas

Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Provinsi, Kabupaten/Kota yang dapat

menggunakan aplikasi SPIPISE masih sangat terbatas yaitu

hanya untuk penerbitan Izin Prinsip dan Izin Usaha.

b) Untuk sektor Migas, Minerba, dan Kelistrikan, proses

perizinan masih secara luar jaringan, belum masuk dalam

tracking system yang terintegrasi dengan SPIPISE. Hal ini

mengakibatkan penelusuran proses penerbitan perizinan

ketiga sektor ini sulit diketahui oleh pengguna jasa.

c) Realisasi waktu pengurusan perizinan di sektor migas,

minerba, dan kelistrikan masih melebihi batasan waktu

yang telah ditetapkan di dalam SOP.

47

4) Evaluasi atas Peraturan tentang Kewajiban Masyarakat

Menyelesaikan Pembayaran Pajak/Retribusi sebagai Prasyarat

dalam Mengurus Perizinan.

BKPM telah membuat peraturan dan telah diimplementasikan

terkait kewajiban pelaku usaha/masyarakat untuk

menyelesaikan kewajiban perpajakannya sebagai prasyarat

dalam mengurus semua perizinan di BKPM.

5) Evaluasi atas Efektivitas Mekanisme Pengaduan

Mekanisme pengaduan di sektor migas, minerba, dan

kelistrikan sudah termasuk di dalam mekanisme umum

pengaduan serta BKPM telah memiliki Satuan Tugas Khusus

Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. BKPM telah

menerbitkan Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal

Nomor 11 Tahun 2017 tanggal 23 November 2017 tentang

Manajemen Risiko di Lingkungan BKPM yang didalamnya telah

terdapat prosedur penilaian risiko fraud, namun implementasi

peraturan tersebut belum dilaksanakan karenakan baru

diterbitkan.

Atas permasalahan tersebut, Deputi Bidang Investigasi

merekomendasikan kepada Kepala BKPM selaku Penanggung

Jawab Aksi Penyederhanaan Jumlah, Persyaratan Waktu, dan

Prosedur Perizinan untuk:

1) Melakukan sosialisasi secara optimal mengenai SOP

layanan perizinan/nonperizinan di sektor migas, minerba

dan kelistrikan melalui media sosial, web, dan forum-forum

komunikasi.

2) Memperbanyak jenis penerbitan perizinan yang

menggunakan aplikasi SPIPISE, sehingga tidak hanya

terbatas untuk penerbitan Izin Prinsip dan Izin Usaha saja.

3) Segera melakukan integrasi dan pertukaran data antara

SPIPISE dengan sistem yang dibangun oleh kementerian

48

teknis, terkait perizinan di sektor migas, minerba dan

kelistrikan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada

pengguna jasa.

4) Penerapan Standard Operating Procedure (SOP) terkait

waktu pengurusan perizinan di sektor migas, minerba, dan

kelistrikan agar dilaksanakan secara optimal.

5) Segera melaksanakan Peraturan Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 11 Tahun 2017 tanggal 23

November 2017 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan

BKPM terkait penilaian risiko fraud.

b. Kajian Penerapan Fraud Control Plan (FCP) yang terintegrasi

dalam proses bisnis organisasi atas Pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional (PSN) Bidang Transportasi

Penilaian risiko kecurangan pada PSN Bidang Transportasi

dilaksanakan oleh 18 Perwakilan BPKP atau 81,82% dari 22

Perwakilan BPKP yang dalam wilayah kerjanya terdapat PSN

Bidang transportasi. Cakupan penilaian meliputi 18 PSN Bidang

Transportasi atau 24,32% dari 74 PSN Bidang Transportasi yang

tersebar di 22 Provinsi sebagaimana ditetapkan dalam lampiran

Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016.

Hasil Fraud Risk Assessment menunjukkan adanya 19 jenis risiko

fraud pada penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional Bidang

Transportasi, yang terdiri dari 8 (delapan) risiko pada aspek

penyediaan tanah (APJ), 1 (satu) risiko pada aspek jaminan

pemerintah dan pembiayaan (AJP) serta 8 (delapan) risiko pada

aspek pengadaan barang/jasa pemerintah (APBJ) serta 2 (dua)

risiko pada aspek perizinan dan non perijinan (APNJ).

Dari jumlah risiko teridentifikasi tersebut, terdapat 10 (sepuluh)

risiko prioritas, yang terdapat pada Tabel 3.9.

49

Tabel 3.9

Risiko Fraud pada Penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional

Bidang Transportasi

No. Nama Risiko Skor Risiko

(1,00 – 25,00)

Aspek Jumlah

PSN

1 Terdapat pungutan

tidak resmi

20,00 AJP 1

2 Tendensi penetapan

lokasi

14,99 APJ 3

3 Kelebihan

pembayaran

11,92 APBJ 5

4 Perencanaan disusun

tidak sesuai dengan

kebutuhan

11,00 APBJ 3

5 Rekayasa lelang 10,56 APBJ 5

6 Konflik Kepentingan 10,00 APBJ 6

7 Mark up harga 10,00 APBJ 4

8 Gugatan hukum 10,00 APJ 2

9 Pemalsuan dokumen 9,93 APBJ 8

10 Konflik kepentingan

pada penyediaan

tanah

9,42 APJ 3

Secara umum risiko-risiko fraud tersebut dapat terjadi karena

kelemahan sistem pengendalian internal dalam mengidentifikasi

risiko fraud dan merancang sistem pencegahan fraud dalam

penyelenggaraan PSN Bidang Transportasi.

Untuk membangun dan mengoptimalkan sistem pengendalian

internal dalam mengidentifikasi risiko fraud dan merancang sistem

pencegahan fraud dalam penyelenggaraan Proyek Strategis

Nasional, Deputi Bidang Investigasi memberikan saran sebagai

berikut:

1) Melakukan probity assurance and advice atas proses

pengadaan barang/jasa pada Proyek Strategis Nasional.

50

2) Mendorong penerapan FRA

yang diperluas pada seluruh

Bidang PSN untuk menyusun

Register Risiko Fraud Nasional

pada Proyek Strategis

Nasional.

3) Meningkatkan kapabilitas

APIP di Bidang Manajemen

Risiko Fraud sehingga

memiliki kompetensi yang

cukup dalam menjalankan peran assurance dan consulting

berbasis manajemen risiko.

4) Membangun budaya organisasi anti korupsi dalam

penyelenggaraan Proyek Strategis Nasional.

c. Laporan Hasil Kajian Risiko Kecurangan (Fraud) Alokasi

Pemanfaatan Pengelolaan Gas ke BUMD

Dalam rangka mendukung program pembangunan nasional

berupa pembangunan

kedaulatan energi,

Direktorat Investigasi

BUMN dan BUMD

melakukan kajian risiko

kecurangan (fraud)

alokasi pemanfaatan

pengelolaan gas ke

BUMD/perusahaan

daerah karena fraud menjadi salah satu penyebab utama tidak

tercapainya tujuan pemberian alokasi gas ke Pemerintah Daerah.

Kajian dilakukan atas 29 alokasi gas pada 24 BUMD dan bertujuan

untuk mengidentifikasi adanya red-flags di dalam proses alokasi,

pemanfaatan, dan pengelolaan gas oleh BUMD.

51

Hasil kajian adalah sebagai berikut:

1) Hasil identifikasi adanya red flag pada proses pemberian

alokasi gas kepada pemerintah daerah/BUMD adalah

terdapat delapan kejadian (27,59%) pada tujuh BUMD yang

mendapat bantuan/pinjaman dari pihak ketiga untuk

menyediakan standby letter of credit (SBLC). Hal ini

menunjukkan adanya permintaan alokasi gas tanpa

memperhatikan sumber daya/dana BUMD/pemerintah

daerah.

2) Hasil identifikasi adanya red flags kepemilikan saham

pemerintah daerah pada BUMD penerima alokasi gas adalah

terdapat empat kejadian (13,79%) BUMD yang dibentuk

khusus untuk menerima alokasi gas. Hal ini meningkatkan risiko

ketidaksiapan struktur organisasi dan sumber daya manusia,

kurangnya pengalaman usaha, dan kurangnya kemampuan

sumber daya finansial dalam pelaksanaan operasional

pengelolaan dan penyaluran alokasi gas.

3) Hasil indentifikasi red flags dalam operasional pengelolaan/

pengolahan/ pemanfaatan alokasi gas oleh BUMD adalah

terdapat sembilan kejadian (31,03%) pada delapan BUMD

yang tidak mencerminkan struktur organisasi yang mampu

mengolah alokasi gas dan dua kejadian (6,90%) adanya

direksi yang tidak independen.

4) Hasil identifikasi red flags pada kerjasama operasional (KSO)

antara BUMD dengan pihak ketiga adalah terdapat enam

kejadian (20,69%) proses pemilihan pihak ketiga sebagai

perusahaan rekanan KSO tidak sesuai ketentuan yang

berlaku, sebelas kejadian (37,93%) pembentukan badan

usaha baru untuk menerima alokasi gas dalam rangka KSO,

dan satu kejadian (3,45%) harga gas lebih rendah jika

dibandingkan harga jual gas di pasaran sekitar.

52

5) Hasil identifikasi red flags pada penyaluran gas yang dilakukan

oleh BUMD adalah terdapat satu kejadian (3,45%) pembeli

gas bukan pengguna akhir (end user).

6) Hasil identifikasi red fags atas manfaat yang nyata terkait

alokasi gas ke daerah pada pendapatan asli daerah adalah

terdapat lima belas kejadian (51,72%) daerah belum

menerima dividen sehubungan pendapatan terkait alokasi

gas.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, Deputi Bidang

Investigasi merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal Minyak

dan Gas Bumi dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk:

1) Melakukan perbaikan peraturan tentang alokasi dan

pemanfaatan gas bumi:

a) Agar sebelum dilakukan pemberian alokasi gas dilakukan

kajian studi kelayakan terhadap BUMD/Perusahaan

Daerah yang akan diberi alokasi pemanfaatan gas terkait

kemampuan finansial, infrastruktur dan kompetensi SDM

dalam pengelolaan alokasi gas.

b) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan pemanfaatan alokasi gas kepada BUMD.

2) Melakukan pengalihan alokasi gas dari BUMD yang tidak

mampu melaksanakan pemanfaatan alokasi gas kepada

BUMD yang lain.

3) Melakukan pengendalian atas harga jual gas dari BUMD agar

harga jual menjadi kompetitif.

d. Laporan Hasil Kajian Risiko Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan

Pemerintah mencanangkan program pembangunan pembangkit

35.000 MW dan jaringan transmisi 46.000 km dalam periode tahun

2015 s.d. 2024 dalam rangka mewujudkan Peraturan Presiden RI

53

Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pembangunan

Infrastruktur Ketenagalistrikan untuk

memenuhi kebutuhan tenaga listrik

rakyat secara adil dan merata serta

dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

Pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan tersebut

menghadapi permasalahan berupa:

1) Hambatan kelancaran pembangunan

Dalam periode tahun 2014 - 2017, terdapat 14 penugasan

BPKP yang berkaitan dengan klaim tambahan biaya akibat

perpanjangan waktu pelaksanaan pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan yang disebabkan oleh belum bebasnya

tanah yang menjadi lokasi pembangunan, perubahan desain,

dan penyebab lain yang bukan bersumber dari kesalahan

penyedia barang/jasa.

2) Kejadian fraud dalam proses perencanaan maupun

pelaksanaan program yang melibatkan pelaksana kegiatan,

penyedia barang/jasa, atau pengambil kebijakan

ketenagalistrikan.

3) Program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sebesar

35.000 MW tidak menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan, diantaranya:

a) Tahun 2016, pembangunan pembangkit yang sudah

beroperasi hanya sebesar 706 MW atau 2% dari target

sebesar 35.709 MW.

b) Pembangkit-pembangkit dengan jumlah kapasitas sebesar

10.141 MW atau 28% sedang dalam tahap konstruksi dan

54

8.478 MW atau 24% baru menyelesaikan Power Purchase

Agreement (PPA).

Berdasarkan kondisi di atas, Deputi Bidang Investigasi melakukan

kajian untuk merumuskan risiko dalam pelaksanaan program

pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan agar tujuan program

untuk menyediakan 35.000 MW dapat dicapai secara efektif dan

efisien. Kajian dilaksanakan oleh Direktorat Investigasi Hambatan

Kelancaran Pembangunan dan 9 Perwakilan BPKP.

Hasil kajian adalah sebagai berikut:

1) Risiko Fraud

a) Klaim perubahan harga, perubahan lingkup pekerjaan,

maupun jangka waktu kontrak yang terjadi secara

berulang. Hal tersebut disebabkan oleh proses

perencanaan kontrak tidak dilakukan secara akurat,

ditunjukkan dengan banyaknya asumsi kontrak yang

berbeda dengan kondisi di lapangan.

b) Ketidakwajaran nilai pembebasan lahan lokasi pekerjaan

yang disebabkan adanya kolusi pemilik lahan dengan tim

pembebasan tanah.

c) Penyimpangan kualitas dan kuantitas pekerjaan dari

spesifikasi kontrak yang terjadi karena pengawasan yang

dilakukan oleh pemilik pekerjaan secara langsung atau

dengan menggunakan jasa konsultan pengawas tidak

optimal.

d) Kerjasama antar penyedia barang/jasa untuk mengatur

pemenang lelang. Hal tersebut dimungkinkan karena

jumlah penyedia barang/jasa relatif kurang untuk

memenuhi seluruh rencana pengadaan pembangunan

infrastruktur oleh PT PLN (Persero).

Risiko-risiko fraud di atas berpotensi menimbulkan dampak

berupa kerugian bagi PLN berupa kontrak dengan biaya

55

terlalu tinggi, timbulnya proyek mangkrak, serta terjadinya

permasalahan hukum.

2) Risiko Hambatan Kelancaran Pembangunan

Risiko hambatan kelancaran pembangunan yang signifikan

dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan adalah:

a) Jumlah penyedia barang/jasa tidak mampu memenuhi

target pembangunan pembangkit 35.000 MW dan

jaringan transmisi 46.000 km karena kebutuhan modal

penyedia barang/jasa di bidang ini tergolong mahal, serta

persepsi penyedia barang/jasa yang menganggap

pekerjaan infrastruktur ketenagalistrikan tidak

berkelanjutan. Akibatnya pelaksanaan pekerjaan

infrastruktur ketenagalistrikan cenderung didominasi oleh

“pemain lama” dan waktu penyelesaian pekerjaan

menjadi lebih lama.

b) Jumlah tenaga kerja spesialis di bidang pembangunan

jaringan transmisi listrik relatif terbatas dibandingkan

dengan kebutuhan tenaga kerja untuk proyek jaringan

transmisi listrik. Hal tersebut disebabkan insentif (upah)

untuk pekerja dirasakan kurang menarik, serta kurangnya

program pencetakan tenaga di bidang tersebut.

Akibatnya kontrak-kontrak yang dilaksanakan secara

bersamaan, sering mengalami keterlambatan.

c) Penolakan masyarakat yang terkena imbas

pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Hal ini

disebabkan besaran ganti rugi tanah biasanya diperoleh

masyarakat dari pihak ketiga, bukan dari PLN. Dampaknya

terjadi keterlambatan dalam proses pembebasan lahan

yang secara otomatis menghambat pelaksanaan proyek.

d) Penyedia barang/jasa tidak mampu menyelesaikan

kewajiban kontrak. Kondisi ini disebabkan sebagian

56

pemenang lelang hanya bertindak sebagai broker, bukan

pemilik peralatan dan tenaga kerja yang sebenarnya.

e) Perencanaan yang kurang mempertimbangkan kondisi

lapangan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini berpotensi

menimbukan penghentian kontrak dan menjadi proyek

mangkrak.

Atas permasalahan tersebut, Deputi Bidang Investigasi

memberikan rekomendasi kepada Direksi PT PLN (Persero) untuk

melakukan tindakan pengendalian tambahan untuk mengurangi

kemungkinan munculnya risk event, antara lain berupa:

1) Pengurangan dampak perubahan harga kontrak akibat klaim

penyedia barang/jasa, melalui evaluasi/audit oleh pihak

eksternal yang kompeten atas klaim yang menimbulkan

perubahan harga;

2) Koordinasi dengan regulator seperti: BPN dan Pemerintah

Daerah untuk menetapkan aturan pembebasan tanah dalam

proyek kelistrikan untuk mengurangi potensi penolakan

masyarakat dan biaya pembebasan lahan yang terlalu tinggi;

3) Pengaturan kontrak mengenai penggunaan lembaga

independen terkait pengujian mutu dan spesifikasi teknis

pekerjaan;

4) Pemutakhiran database penyedia barang/jasa disertai

inspeksi data peralatan dan tenaga kerja yang dimiliki untuk

mengetahui jumlah penyedia barang/jasa yang memiliki

kemampuan secara riil;

5) Penerapan evaluasi sisa kemampuan nyata (SKN) dalam

proses pemilihan penyedia barang/jasa untuk menghindari

broker mengikuti lelang pengadaan penyedia barang/jasa

serta mencegah penyedia jasa melaksanakan pekerjaan di

luar kapasitas peralatan dan tenaga kerja yang dimiliki;

57

6) Penyelenggaraan pelatihan tenaga di bidang transimi melalui

PLN Udiklat dan lembaga pelatihan eksternal seperti Balai

Latihan Kerja (BLK) untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja

di bidang infrastruktur transmisi kelistrikan;

7) Pelibatan unit pelaksana pembangunan secara aktif dalam

perencanaan proyek untuk menghindari ketidaksesuaian

perencanaan dengan kondisi lapangan yang bisa

menimbulkan kontrak mangkrak.

8) Menerapkan Fraud Control Plan (FCP) dalam proses

pengadaan/pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatan hasil audit penyesuaian harga

oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa

untuk pengambilan keputusan penyesuaian harga. Pengukuran

kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian

harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau

pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah laporan hasil audit

penyesuaian harga yang diterbitkan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari

target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan

jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga yang ditindaklanjuti

oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa

sebanyak 24 laporan dibandingkan jumlah laporan audit

penyesuaian harga yang diterbitkan sebanyak 24 laporan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 80%.

58

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik

3.4.

Grafik 3.4

Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit penyesuaian harga

yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Tahun 2017

Dari Grafik 3.4 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017

melampaui target yang telah ditetapkan. Tercapainya realisasi

kinerja disebabkan peran aktif auditan dalam menyelesaikan

hambatan/kendala terhadap peningkatan kualitas

penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan

negara. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan

penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp157.557.225,00 atau 89,34% dibandingkan dengan anggaran

sebesar Rp176.355.000,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 605 OH atau 100,83% dari

rencana sebanyak 600 OH

TARGET REALISASI

Series1 70 100,00

0

20

40

60

80

100

120

59

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar

daripada capaian penggunaan dana sebesar 89,34%.

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal

ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada

capaian penggunaan SDM sebesar 100,83%.

Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit

penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada

Tebel 3.10.

Tabel 3.10

Target dan Realisasi Laporan Audit Penyesuaian Harga

Tahun 2017

Uraian Target Th 2017

(laporan)

Realisasi Th 2017

(laporan)

% capaian

Laporan Hasil

Audit

Penyesuaian

Harga

26 24 92,31

Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K

pada tahun 2017 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K

Tahun 2017

Uraian Jumlah

laporan

Usulan panitia Hasil audit Koreksi

Laporan

Hasil Audit

Penyesuaian

Harga

24 Rp692.875.914.688,89

USD26.674

Rp534.551.042.762,89

USD25.577

Rp534.551.042.762,89

USD1.097

Rincian Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang ditindaklanjuti

oleh K/L/P/K terdapat pada Lampiran 8.

60

5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K adalah

tingkat pemanfaatan laporan hasil audit klaim berupa Laporan Hasil

Audit dalam rangka Penghitungan terhadap nilai klaim sebagai

dampak dari perubahan kondisi yang menyebabkan pekerjaan

tambah. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan

hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab

kegiatan atau pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah laporan

audit klaim.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari

target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan

jumlah laporan hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh

penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa sebanyak

9 laporan dibandingkan jumlah laporan audit klaim yang diterbitkan

sebanyak 9 laporan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 80%.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik

3.5.

61

Grafik 3.5

Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit klaim yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Tahun 2017

Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017

melampaui target yang telah ditetapkan. Tercapainya kinerja

tersebut disebabkan peran aktif auditan dalam menyelesaikan

hambatan/kendala terhadap peningkatan kualitas

penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan

negara. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan

penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp107.586.012,00 atau 91,51% dibandingkan anggaran sebesar

Rp117.570.000,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 195 OH atau 48,75% dari

rencana sebanyak 400 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar

daripada capaian penggunaan dana sebesar 91,51%.

TARGET REALISASI

Series1 70 100,00

0

20

40

60

80

100

120

62

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal

ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada

capaian penggunaan SDM sebesar 48,75%.

Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit klaim

yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12

Target dan Realisasi Laporan Hasil Audit Klaim

Tahun 2017

Uraian Target Th 2017

(laporan)

Realisasi Th 2017

(laporan)

% capaian

Laporan Hasil

Audit Klaim

14 9 64,29

Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun

2017 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13

Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K

Tahun 2017

Uraian Jumlah

laporan

Usulan panitia Hasil audit Koreksi

Laporan

Hasil Audit

Klaim

9 Rp155.375.570.049

USD7.452.263

Yen111.586.024,00

Rp137.644.563.261,44

USD7,369,098.60

Yen111.586.024,00

Rp17.731.006.787,56

USD83,164.40

Rincian Laporan Hasil Audit Klaim yang ditindaklanjuti oleh K/L/P/K

terdapat pada Lampiran 9.

‘‘Sasaran Program 2

Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan

pembangunan nasional

Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis

ini adalah persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan

63

yaitu tingkat penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan berupa

Laporan Hasil Evaluasi dalam rangka penyelesaian terhadap hambatan

kelancaran pembangunan sebagai dampak dari dispute diantara kedua

belah pihak terhadap suatu permasalahan yang ada. Pengukuran

kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan Evaluasi Hambatan

Kelancaran Pembangunan (EHKP) yang ditindaklanjuti kesepakatannya

oleh para pihak dibandingkan jumlah laporan EHKP.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% atau mencapai 142,86% dari

target tahun 2017 sebesar 70%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan

jumlah laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (EHKP)

yang ditindaklanjuti kesepakatannya oleh para pihak sebanyak 19

laporan dibandingkan jumlah laporan EHKP yang diterbitkan sebanyak

19 laporan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 100% lebih tinggi jika dibandingkan

dengan target pada akhir periode Renstra (tahun 2019) sebesar 80%.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik 3.6.

Grafik 3.6

Target dan Realisasi IKU Persentase penyelesaian hambatan kelancaran

pembangunan

Tahun 2017

TARGET REALISASI

Series1 70 100,00

0

20

40

60

80

100

120

64

Dari Grafik 3.6 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui

target yang telah ditetapkan. Tercapainya realisasi kinerja disebabkan

peran aktif auditan dalam menyelesaikan hambatan/kendala terhadap

peningkatan kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas

keuangan negara. Selain itu tim audit dapat menyelesaikan penugasan

dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp114.921.150,00 atau 48,87% dibandingkan dengan anggaran sebesar

Rp235.140.000,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 870 OH atau 90,63% dari rencana

sebanyak 960 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini

terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada

capaian penggunaan dana sebesar 48,87%.

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini

terlihat dari capaian kinerja sebesar 142,86%, lebih besar daripada

capaian penggunaan SDM sebesar 90,63%.

Output yang mendukung capaian IKU “Persentase penyelesaian

hambatan kelancaran pembangunan” terdapat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14

Target dan Realisasi Laporan EHKP

Tahun 2017

Uraian Target Th 2017

(laporan)

Realisasi Th 2017

(laporan)

% capaian

Laporan EHKP 31 19 61,29

Laporan EHKP yang yang ditindaklanjuti kesepakatannya oleh para pihak

terdapat pada Lampiran 10.

65

‘‘Sasaran Program 3

Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi

dalam pencegahan korupsi

Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis

ini adalah:

1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP.

2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft

competency) di bidang pencegahan.

Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP

Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)

adalah tingkat penyelesaian penugasan Fraud Control Plan (FCP)

termasuk Fraud Risk Assessment (FRA) baik atas permintaan K/L/P/K

dan inisiatif sendiri pada salah satu dari tahapan:

a. Sosialisasi

b. Diagnostic Assessment

c. Bimbingan Teknis Implementasi

d. Evaluasi

e. Monitoring

yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K.

Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah K/L/P/K yang

mengimplementasikan FCP dibandingkan dengan jumlah penugasan

FCP dilaksanakan (Sosialisasi + Diagnostic Assessment + Bimbingan

Teknis Implementasi + Evaluasi + Monitoring) termasuk FRA.

Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan FCP

termasuk FRA yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi

Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.

Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat

dilihat pada Tabel 3.15.

66

Tabel 3.15

Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017

Sasaran

Program

Indikator

Kinerja

Satuan Target Realisasi Capaian

Th 2017

(%)

Meningkatnya

kualitas tata

kelola

pemerintahan

dan korporasi

dalam

pencegahan

korupsi

Jumlah K/L/P/K

yang

mengimpleme

ntasikan FCP

(termasuk FRA)

% 50,00 80,77 161,54

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 80,77% atau mencapai 161,54%

dari target tahun 2017 sebesar 50%. Realisasi kinerja dihitung

berdasarkan jumlah Laporan K/L/P/K yang mengimplementasikan

FCP termasuk FRA dibandingkan dengan jumlah penugasan FCP

yang dilaksanakan yaitu 42 laporan dibandingkan 52 penugasan.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 80,77% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 55%.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik

3.7.

67

Grafik 3.7

Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP

Tahun 2017

Dari Grafik 3.7 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017

melampaui target yang telah ditetapkan. Faktor pendukung

tercapainya indikator adalah Deputi Bidang Investigasi terus

melakukan pendekatan ke Instansi Pemerintah maupun BUMN/BUMD

dengan melakukan sosialisasi FCP. Untuk Instansi Pemerintah atau

BUMN/BUMD yang telah melakukan sosialisasi disarankan untuk

melakukan diagnostic assesment FCP dan mengimplementasikan

FCP.

Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar

Rp47.578.400,00 atau 52,08% dibandingkan dengan anggaran

sebesar Rp91.360.000,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 856 OH atau 335,69% dari

rencana sebanyak 255 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 161,54%, lebih besar

daripada capaian penggunaan dana sebesar 52,08%.

Target Realisasi

2017 50,00 80,77

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

68

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 161,54%, lebih besar

daripada capaian penggunaan SDM sebesar 335,69%.

Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi

Bidang Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP,

dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada Tabel

3.16.

Tabel 3.16

Capaian Kinerja Output Tahun 2017

No. Uraian Satuan Target Realisasi Capaian

(%)

1. Jumlah laporan

FCP Direktorat

Laporan 2 2 100,00

2. Jumlah laporan

FCP Perwakilan

BPKP

Laporan 65 50 76,92

Jumlah 67 52 77,61

Penugasan pengawasan yang dilaksanakan untuk mendukung

tercapainya IKU “Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP

(termasuk FRA)” bertujuan untuk peningkatan kualitas tata kelola

publik (Governance). Rincian penugasan pengawasan tahun 2017

antara lain sebagai berikut:

a. Penilaian Risiko Kecurangan (FRA) pada Perencanaan dan

Penganggaran Keuangan Daerah.

b. Bimbingan Teknis Peningkatan Tata Kelola Perusahaan yang Bersih

(Fraud Control Plan) pada PT DOK dan Perkapalan WAIAME

(Persero) Ambon.

c. Diagnostic Assessment Fraud Control Plan di Lingkungan Rumah

Sakit Daerah Madani.

69

d. Monitoring dan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Fraud Control Plan

pada PT Askrindo (Persero).

2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft

competency) di bidang pencegahan

Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft

competency) di bidang pencegahan, yaitu kompetensi untuk

melakukan kegiatan Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk Assesment

(FRA), Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), dan Penilaian

Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK).

Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah auditor yang sudah

pernah (berpengalaman) melakukan FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada

K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah seluruh auditor.

Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat

dilihat pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17

Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017

Sasaran

Program

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

Th 2017

(%)

Meningkatnya

kualitas tata

kelola

pemerintahan

dan korporasi

dalam

pencegahan

korupsi

Persentase

auditor yang

memiliki

kompetensi (hard

and soft

competency) di

bidang

pencegahan

% 60,00 63,32 105,54

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 63,32% atau mencapai 105,54%

dari target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung jumlah

auditor yang sudah pernah (berpengalaman) melakukan

FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah

seluruh auditor yaitu 347 auditor dibandingkan 548 auditor.

70

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 63,32% lebih rendah jika

dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra (tahun

2019) sebesar 65%.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik

3.8.

Grafik 3.8

Persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi (hard and soft

competency) di Bidang Pencegahan Tahun 2017

Dari Grafik 3.8 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017

melampaui target yang telah ditetapkan. Keberhasilan capaian

sasaran program ini didukung oleh jumlah auditor yang

melaksanakan pensugasan FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada K/L/P/K.

Pada tahun 2017, jumlah auditor yang melaksanakan penugasan

tersebut sebanyak 347 sedangkan jumlah auditor bidang investigasi

sebanyak 548.

Capaian kinerja persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP

(termasuk FRA) dan persentase auditor yang memiliki kompetensi

(hard and soft competency) di bidang pencegahan didukung

penggunaan dana sebesar Rp47.578.400,00 atau 52,08%

dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp91.360.000,00.

Target Realisasi

2017 60,00 63,32

58,00

59,00

60,00

61,00

62,00

63,00

64,00

71

Capaian dua IKU tersebut menyerap SDM sebanyak 550 OH atau

99,10% dari rencana sebanyak 555 OH.

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.

Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 105,54%, lebih besar

daripada capaian penggunaan dana sebesar 52,08%.

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal

ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 105,54%, lebih besar daripada

capaian penggunaan SDM sebesar 99,10%.

‘‘Sasaran Program 4

Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap

korupsi

Mulai tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan

pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK). Kegiatan

ini dilatarbelakangi oleh amanat Presiden RI kepada BPKP untuk lebih

intensif dalam pencegahan korupsi dan perlunya peningkatan efektifitas

kegiatan SosPAK yang telah dilaksanakan oleh BPKP sejak tahun 2004

sampai dengan 2016. Selain itu, kegiatan ini juga dipicu oleh perlunya

pengembangan strategi dan metodologi pengawasan yang baru sesuai

dengan tuntutan Rencana Strategis (Renstra) BPKP tahun 2015-2019.

Kegiatan pengembangan MPAK ini juga salah satu perwujudan dari

strategi pencegahan korupsi yang terintegrasi dalam rangka mencapai

visi Deputi Bidang Investigasi BPKP sebagai Pusat Keunggulan Solusi

Kecurangan.

Sehubungan dengan

dilaksanakannya kegiatan

MPAK, Indikator kinerja yang

tetapkan untuk menilai

capaian sasaran strategis ini

adalah Persentase K/L/P/K

72

anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK) yang

mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat

Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)

yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat adalah rasio

K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P atau unit kerja setara

di lingkungan Korporasi yang memenuhi tiga unsur kriteria yaitu:

1. Mempunyai Daftar Risiko Fraud yang terungkap dari hasil kegiatan

pembelajaran KPAK;

2. Mempunyai rencana penanganan risiko fraud yang dibahas bersama

dengan anggota KPAK;

3. Mempunyai peraturan K/L/P/K mengenai sistem pengaduan

masyarakat/ whistleblowing, atau belum mempunyai peraturan KLPK

mengenai sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing namun

menyatakan kesediaannya untuk dilakukan bimtek pengembangan

sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing.

dibandingkan dengan K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan KLP

atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah menjadi

anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi.

Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat dilihat

pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18

Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017

Sasaran

Program

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

Th 2017

(%)

Meningkatnya

kepedulian

K/L/P/K dan

masyarakat

terhadap

korupsi

Persentase K/L/P/K

anggota

Komunitas

Pembelajar Anti

Korupsi (KPAK)

yang

mengimplementasi

kan sistem

pengaduan

masyarakat

% 60,00 94,12 156,87

73

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 94,12% atau mencapai 156,87% dari

target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan

jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P atau unit

kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah memenuhi tiga unsur

kriteria dibandingkan dengan jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di

lingkungan /KL/P atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah

menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 94,12% lebih tinggi jika dibandingkan

dengan target pada akhir periode Renstra (tahun 2019) sebesar 70%.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik 3.9.

Grafik 3.9

Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti korupsi (KPAK)

yang Mengimplementasikan Sistem Pengaduan Masyarakat Tahun 2017

Dari Grafik 3.9 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui

target yang telah ditetapkan. Keberhasilan capaian sasaran program ini

didukung oleh jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan KLP

atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah memenuhi tiga

unsur kriteria sebanyak 16 dibandingkan dengan jumlah K/L/P/K atau unit

kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P atau unit kerja setara di lingkungan

Korporasi yang telah menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti

Korupsi sebanyak 17.

Target Realisasi

2017 60,00 94,12

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

74

Capaian kinerja Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti

Korupsi (KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan

masyarakat didukung penggunaan dana sebesar Rp23.372.000,00 atau

234,10% dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp9.983.860,00.

Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 180 OH atau 180,00% dari

rencana sebanyak 100 OH

Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini belum dicapai secara efisien. Hal

ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 156,87%, lebih kecil daripada

capaian penggunaan dana sebesar 234,10%.

Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien. Hal

ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 156,87%, lebih kecil daripada

capaian penggunaan SDM sebesar 250,00%

Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang

Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP. Penugasan

pengawasan yang dilaksanakan untuk mendukung tercapainya IKU

persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)

yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat adalah

sebagai berikut:

1. Penyusunan Pedoman Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti

Korupsi (MPAK) Tahun 2017.

2. Sosialisasi Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi.

3. Kompilasi Nasional Kegiatan Pengembangan Masyarakat Pembelajar

Anti Korupsi Tahun 2017

Sasaran Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi Tahun 2017

pada Program Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan/ Program

Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2017 dilaksanakan oleh 17

Perwakilan BPKP dengan rincian pada lampiran 11.

75

‘‘Sasaran Program 5

Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah di

bidang keinvestigasian

Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis

ini adalah persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi Keinvestigasian.

Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian yaitu

kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor investigatif meliputi

pengetahuan dan keterampilan di bidang:

1. Hukum

2. Keuangan

3. Audit dan Akuntansi

4. Ekonomi

5. Penyelidikan

6. Komputer

7. Investigasi

8. Manajemen

Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah auditor yang mengikuti

diklat dibandingkan dengan jumlah auditor yang ditargetkan untuk

mengikuti diklat pada tahun 2017.

Target peserta kegiatan peningkatan kapabilitas pegawasan di bidang

keinvestigasian tahun 2017 adalah 60% dari jumlah auditor sebanyak 548

auditor.

Perbandingan Target dengan Realisasi Kinerja Tahun 2017, dapat dilihat

pada Tabel 3.19.

76

Tabel 3.19

Realisasi dan Capaian Kinerja Outcome Tahun 2017

Sasaran

Program

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

Th 2017

(%)

Meningkatnya

kapabilitas

pengawasan

intern

pemerintah di

bidang

keinvestigasian

Persentase

auditor yang

memiliki

kompetensi

keinvestigasian

% 60,00 67,88 113,13

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 67,88% atau mencapai 113,13% dari

target tahun 2017 sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan

jumlah auditor yang mengikuti kegiatan peningkatan kapabilitas

pegawasan di bidang keinvestigasian dibandingkan jumlah auditor

investigasi sebanyak 548 auditor.

Realisasi kinerja tahun 2017 sebesar 67,88% lebih tinggi jika dibandingkan

dengan target pada akhir periode Renstra (tahun 2019) sebesar 65%.

Target dan realisasi kinerja tahun 2017 digambarkan dengan Grafik 3.10.

Grafik 3.10

Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian

Tahun 2017

TARGET REALISASI

Series1 60 67,88

56

58

60

62

64

66

68

70

77

Dari Grafik 3.10 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 melampaui

target yang telah ditetapkan. Keberhasilan capaian sasaran program

karena Deputi Bidang Investigasi terus meningkatkan kapabilitas auditor

investigasi dengan mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan

dan pelatihan di bidang keinvestigasian. Pada tahun 2017 jumlah auditor

yang mengikuti kegiatan peningkatan kapabilitas pengawasan di

bidang keinvestigasian sebanyak 372 auditor dibandingkan jumlah

auditor investigasi sebanyak 548 auditor.

Capaian kinerja persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi

Keinvestigasian menyerap SDM sebanyak 1.989 OH atau 142,07% dari

rencana sebanyak 1.400 OH.

Rincian kegiatan peningkatan kapabilitas pengawasan di bidang

keinvestigasian pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20

Realisasi Kegiatan Peningkatan Kapabilitas Pengawasan di Bidang

Keinvestigasian

No Uraian Kegiatan Jumlah Peserta

1. Pelatihan “Developing Fraud Risk

Management Capability”

15

2. Diklat “Data Analytic, Fraud Investigation, and

Forensic Auditing”

10

3. Diklat “Certified Risk Management Profesional

(CRMP)”

3

4. Diklat “Certified Forensic Auditor (CFrA)” 44

5. Diklat Mediasi 10

6. Diklat Komputer Forensik 1

7. Diklat Audit Forensik 2

8. Diklat Audit Intern 1

9. Diklat Audit Investigatif 37

10. Diklat Audit Pengadaan Barang dan Jasa 3

11. Diklat Audit Kinerja 2

12. Diklat Pengaduan Masyarakat 1

13. Diklat Kapabilitas APIP di Bidang Investigasi 6

14. Diklat Kode Etik dan SAi 1

78

No Uraian Kegiatan Jumlah Peserta

15. ToT New Adult Learning 1

16. Pelatihan bersama Penyidik KPK 8

17. Workshop SIMA Investigasi 141

18. Big Data Overview for Manager and

Reporting Unit

2

19. Pelatihan Data Analyze Using SPSS 3

20. Pelatihan Resolusi Bank -LPS 77

21. Workshop LPS “Tipologi Kejahatan Perbankan

dan Pencucian Uang beserta Pengalaman

dan Penanganannya”

4

Jumlah 372

C. Penugasan/Kegiatan Lain

Selain melaksanakan penugasan dalam rangka pencapaian sasaran

program tersebut di atas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan

penugasan/kegiatan berikut:

1. Pengendalian terhadap penugasan keinvestigasian

Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai

terhadap setiap penugasan bidang investigasi. Pengendalian

dimaksudkan agar laporan hasil penugasan bidang investigasi dapat

memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan

(stakeholdrers). Pengendalian tersebut dilakukan melalui kegiatan

penyamaan persepsi, koordinasi pengawasan, quality assurance,

peer reviu atas laporan penugasan bidang investigasi, dan

pemantauan tindak lanjut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk

menjamin kualitas audit, mempercepat proses penugasan, dan

mencari jalan keluar atas permasalahan-permasalahan yang timbul

selama penugasan.

Target dan realisasi penugasan pada tahun 2017 terdapat pada

Tabel 3.21.

79

TABEL 3.21

Target Dan Realisasi Dalam Rangka Pengendalian Terhadap

Penugasan Keinvestigasian

No. Uraian Penugasan

Target

(laporan)

Realisasi

(laporan)

1 Penyamaan Persepsi 57 80

2 Koordinasi Pengawasan 4 12

3 Quality Assurance 30 73

4 Peer reviu atas laporan

penugasan investigasi

9 8

5 Penanganan pengaduan 8 23

Jumlah 108 196

Kegiatan ini menggunakan SDM sebenyak 5.841 OH atau 299,38%

dari rencana 1.951 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar

Rp1.876.147.279,00 atau 98,93% dari anggaran sebesar

Rp1.896.354.000,00.

2. Kajian Pengawasan

Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi melakukan kajian

pengawasan sebagai berikut:

a. Kajian atas Rencana Kerjasama Perum Perumnas dan PT Pertani

(Persero) tentang Pengembangan Aktiva Tetap Tanah Milik PT

Pertani (Persero).

Simpulan Hasil Kajian atas Rencana Kerjasama Perum Perumnas

dan PT Pertani (Persero) tentang Pengembangan Aktiva Tetap

Tanah Milik PT Pertani (Persero) adalah sebagai berikut :

1) Rencana Pendayagunaan Aktiva tetap berupa tanah di

Duren Tiga Kalibata Jakarta Selatan dapat dilakukan sesuai

dengan Permen BUMN Nomor 13 Tahun 2014 dan Peraturan

Direksi PT Pertani (Persero) Nomor Pert. 006/ORG/01.

80

2) Rencana pendayagunaan aset yang kurang produktif dan

idle melalui kerjasama dengan Pihak III (BUMN lain) secara

spesifik belum tertuang dalam Risalah RUPS, namun telah ada

dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT

Pertani (Persero) Tahun 2017.

3) Pengajuan persetujuan pemanfaatan aset tanah di Duren

Tiga Kalibata Jakarta Selatan kepada Dewan Komisaris dan

RUPS belum dilakukan oleh PT Pertani (Persero).

4) Rencana kerjasama pendayagunaan aset PT Pertani (Persero)

di Duren Tiga Kalibata, Jakarta Selatan, yang telah diinisiasi

sejak tahun 2014 dan sedang dalam proses pengkajian, tetap

dapat dilanjutkan berdasarkan Permen BUMN Nomor 13

Tahun 2014 selama SOP yang diatur dalam Peraturan Direksi

PT Pertani (Persero) Nomor Pert. 006/ORG/01 tentang

Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap PT Pertani (Persero),

sedang dalam proses penyesuaian dengan Permen BUMN

Nomor 3 Tahun 2017 atau dalam waktu 6 bulan.

5) PT Pertani (Persero) dan Perum Perumnas masih berada pada

tahap pra-penunjukan mitra. Sesuai dengan Peraturan Direksi

PT Pertani (Persero) Nomor: Pert. 006/ORG/01 tentang

Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap PT Pertani (Persero)

tahapan Penunjukan Langsung secara formal belum

dilakukan oleh kedua belah pihak.

Sehubungan dengan rencana Kerjasama Pendayagunaan Aktiva

Tanah di Duren Tiga Kalibata Jakarta Selatan, dengan ini kami

sarankan kepada Direksi PT Pertani (Persero) dan Direksi Perum

Perumnas agar :

1) PT Pertani (Persero) dan Perum Perumnas, sesuai dengan

Permen BUMN Nomor 13 Tahun 2014 dan Peraturan Direksi PT

Pertani (Persero) Nomor Pert. 006/ORG/01 tentang Pedoman

Pendayagunaan Aktiva Tetap.

81

2) PT Pertani (Persero), sesuai dengan Permen BUMN Nomor 13

Tahun 2014 dan Peraturan Direksi PT Pertani (Persero) Nomor

Pert. 006/ORG/01 tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva

Tetap, agar mengajukan permohonan Persetujuan RUPS atas

rencana kerjasama pendayagunaan aktiva

3) PT Pertani (Persero) dan Perum Perumnas agar menyiapkan

dokumen kerjasama setelah mendapatkan persetujuan

pendayagunaan aktiva tetap dari RUPS.

4) Dengan terbitnya Permen BUMN Nomor 3 Tahun 2017 yang

mencabut Permen BUMN Nomor 13 tahun 2014 tentang

Pedayagunaan Aset, PT Pertani (Persero) agar menguji

kesesuaian Standar Operasional Prosedur (SOP) / Pedoman

Pendayagunaan Aktiva Tetap PT Pertani (Persero) dengan

Permen Nomor 3 Tahun 2017 dalam waktu paling lama

6 bulan sejak tanggal Permen ini diundangkan (6 bulan sejak

tanggal 21 Agustus 2017) dan melaporkan SOP tersebut

kepada Menteri BUMN dalam waktu paling lama 1 bulan sejak

tanggal SOP tersebut ditetapkan (telah diuji kesesuaiannya).

b. Kajian atas Besaran Tarif PNBP Jasa Tambat untuk Kerjasama

antara Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)

Kelas I Banten dan PT Krakatau Bandar Samudera dalam

Pengusahaan Pelabuhan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

(TUKS) yang Melayani Kepentingan Umum.

Simpulan hasil kajianadalah sebagai berikut:

1) Sebagaimana diatur dalam dokumen perjanjian kerjasama

tanggal 19 April 2013 yang telah dilakukan perubahan melalui

Addendum Pertama No.HK.107/1/2/KSOP.Btn-15–

No.HK.02.01/048.01/DU/XII/2015 tanggal 16 Desember 2015,

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2015, serta PP

Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas PNBP yang

Berlaku pada Kementerian Perhubungan, tarif PNBP Jasa

82

Tambat untuk periode tanggal 26 Desember 2015 sampai

dengan 25 Juni 2016 ditentukan berdasarkan kesepakatan PT

KBS dan KSOP Kelas I Banten.

2) PP Nomor 15 Tahun 2016 sebagai perubahan dari PP Nomor 11

Tahun 2015, tidak mengatur tarif PNBP untuk kerjasama bentuk

lainnya, namun pada Lampiran PP Nomor 15 Tahun 2016 telah

mengatur tarif PNBP Jasa Tambat untuk TUKS, yang ditetapkan

sebesar 50% dari tarif PNBP untuk pelabuhan umum terdekat.

3) Dengan adanya tarif PNBP untuk TUKS dalam Lampiran PP

Nomor 15 Tahun 2016, serta memperhatikan pendapat hukum

dari Kantor Pengacara Negara, tarif PNBP Jasa Tambat dalam

Lampiran PP Nomor 15 Tahun 2016 dapat dijadikan acuan

dalam menentukan kesepakatan tarif PNBP Jasa Tambat atas

kerjasama pengusahaan pelabuhan antara PT KBS dengan

KSOP Kelas I Banten untuk periode tanggal 26 Desember 2015

sampai dengan 25 Juni 2016.

Atas permasalahan Besaran Tarif PNBP Jasa Tambat Disarankan

kepada Direktur Utama PT KBS agar :

1) Menyusun kesepakatan dengan KSOP Kelas I Banten terkait

penetapan tarif PNBP Jasa Tambat atas kerjasama

pengusahaan pelabuhan periode tanggal 26 Desember 2015

sampai dengan 25 Juni 2016.

2) Menyelesaikan kewajiban penyetoran PNBP Jasa Tambat

segera setelah dicapai kesepakatan mengenai tarif PNBP atas

kerjasama tersebut.

c. Kajian Terhadap Kelayakan Amandemen Kontrak Serta

Kewajaran Koefisien dan Indeks Perubahan Harga Satuan Kontrak

Atas Pekerjaan Pengadaan Tower, Pondasi, Erection E/M dan

Stringing SUTET 500 kV Tanjung Jati B – TX (T.12 – Ungaran – Pedan)

Section 1, 2, 3, dan 4 pada PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan (UIP) Jawa Bagian Tengah (JBT) II.

83

Simpulan hasil kajian adalah sebagai berikut:

1) Rencana amandemen untuk pemberlakuan penyesuaian

harga pada kontrak Pekerjaan Pengadaan Tower, Pondasi,

Erection E/M dan Stringing SUTET 500 kV Tanjung Jati B – TX (T.12

– Ungaran – Pedan) Section 1, 2, 3, dan 4 merupakan ganti

rugi atas Peristiwa Kompensasi berupa keterlambatan

penyerahan lokasi proyek, sebagaimana dimaksud dalam

SSUK Pasal 5.31 dan 5.32.

2) Rencana amandemen tersebut telah didukung dengan:

a) Ketentuan penyesuaian harga dalam SSUK butir 6.7, SSKK

butir 6.7 (a) dan 6.7 (b), Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa PT PLN (Persero), serta pendapat hukum dari

Satuan Hukum Korporat PT PLN (Persero). Dalam aturan-

aturan tersebut telah diatur mengenai hak Penyedia

Barang/Jasa untuk memperoleh penyesuaian harga bila

pelaksanaan pekerjaan melebihi 12 bulan, item pekerjaan

yang memperoleh penyesuaian harga satuan, nilai

koefisien tetap yang tidak memperoleh penyesuaian

harga, formula perhitungan penyesuaian harga, serta

penentuan harga dasar dan indeks dasar.

b) Aspek teknis berupa amandemen perpanjangan waktu

kontrak yang diakibatkan oleh keterlambatan

PT PLN (Persero) selaku Pemilik Pekerjaan dalam

membebaskan tanah lokasi tapak tower. Perpanjangan

waktu tersebut menyebabkan harga satuan pekerjaan

dan harga kontrak yang disepakati pada saat

penandatanganan kontrak sudah tidak sesuai dengan

kondisi pada saat pekerjaan dilaksanakan.

3) Koefisien komponen pekerjaan yang disepakati oleh

PT PLN (Persero) dan Penyedia Barang/Jasa untuk perhitungan

penyesuaian harga, perlu dilengkapi dengan kajian teknis

84

agar nilai koefisien dapat dipertanggungjawabkan secara

profesional. Koefisien komponen pekerjaan tersebut terlebih

dahulu ditetapkan oleh GM UIP JBT selaku Pengguna

Barang/Jasa sebelum dituangkan dalam amandemen

kontrak, sebagaimana diatur dalam Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa PT PLN (Persero) butir 8.9.2.

4) GM UIP JBT II juga perlu menetapkan indeks harga yang akan

digunakan dalam perhitungan penyesuaian harga seperti

diatur dalam SSUK butir 6.7. Penetapan indeks harga tersebut

diperlukan untuk menyamakan persepsi antara Penyedia Jasa

dan PT PLN (Persero) dalam menentukan nilai penyesuaian

harga yang akan diberikan dalam pelaksanaan kontrak.

Hasil kajian ini digunakan sebagai salah satu pertimbangan

dalam pengambilan keputusan terkait rencana addendum

pemberlakuan penyesuaian harga dalam kontrak Pekerjaan

Pengadaan Tower, Pondasi, Erection E/M dan Stringing SUTET

500 kV Tanjung Jati B – TX (T.12 – Ungaran – Pedan) Section 1, 2, 3,

dan 4.

d. Kajian atas Rencana Penggunaan Dana Penyertaan Modal

Negara (PMN) pada PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. memperoleh

tambahan PMN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 2016 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara

Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan

Perseroan (Persero) PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

dengan realisasi sebesar Rp2.249.991.497.000,00. Tambahan PMN

tersebut disertai dengan right issue untuk mempertahankan

komposisi kepemilikan saham PT Pembangunan Perumah-

an (Persero) Tbk, dengan realisasi sebesar Rp2.120.690.090.662,00

(setelah dikurangi biaya penawaran umum).

85

Seluruh dana PMN dan sebagian dana hasil right issue

direncanakan untuk kegiatan investasi di bidang infrastruktur

pelabuhan, jalan tol, dan apartemen menengah, sebagaimana

disebutkan dalam rencana bisnis/kajian yang diajukan pada saat

penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2016, serta

Surat Menteri BUMN Nomor S-367/MBU/06/2016 tanggal

22 Juni 2016 perihal Perubahan Peruntukan PMN Tahun 2016 pada

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Namun dengan

pertimbangan kebutuhan untuk memperbaiki struktur permodalan

dan meningkatkan kapasitas usaha anak perusahaan,

menggunakan dana PMN dan hasil right issue dengan mekanisme

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. melakukan

penyertaan kepada anak perusahaan, untuk selanjutnya anak

perusahaan melakukan penyertaan kepada perusahaan

patungan yang melaksanakan kegiatan investasi infrastruktur.

Berdasarkan hasil kajian, rencana mekanisme penggunaan dana

PMN tersebut sudah sejalan dengan tujuan penambahan PMN

sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 2016 dan Surat Menteri BUMN Nomor S-367/MBU/06/2016

tanggal 22 Juni 2016 yaitu:

1) Perbaikan struktur permodalan dan peningkatan kapasitas

usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk; dan

2) Mendukung program Pemerintah melaksanakan

pembangunan infrastruktur nasional.

Atas permasalahan tersebut, disarankan kepada Direksi

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk untuk menggunakan

hasil kajian ini sebagai salah satu pertimbangan dalam

pengambilan keputusan terkait penggunaan dana tambahan

PMN dan hasil right issue untuk mendukung program

pembangunan infrastruktur nasional.

86

3. Revisi PPBI

Sebagai tindak lanjut atas terbitnya Peraturan Presiden Nomor 192

Tahun 2014 tentang BPKP, Peraturan Kepala BPKP nomor PER-

1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman

Penugasan Bidang Investigasi (PPBI) menyesuaikan dengan peraturan

perundang-undangan yang baru yang mempengaruhi perubahan

peran dan perubahan proses bisnis BPKP.

Peraturan yang berkaitan dengan perubahan PPBI sebagai berikut:

a. UU Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah.

c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tanggal

31 Desember 2014 Tentang Peningkatan Kualitas Sistem

Pengendalian Intern Dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi

Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan

Rakyat.

d. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tanggal 8 Januari 2016

tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

e. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tanggal 12 Januari 2016

tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

f. Keputusan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Assosiasi Auditor

Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor: KEP-

005/AAIPUDPN/2014 tanggal 24 April 2014 tentang Pemberlakuan

Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit

Intern Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah Sejawat

Auditor Intern Pemerintah Indonesia.

g. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2016 tanggal 27 Juli 2016

tentang Pencabutan Peraturan Menteri PAN Nomor

87

PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas

Intern Pemerintah

h. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencabutan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Kode Etik

Aparat Pengawas Intern Instansi Pemerintah

Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut di atas, maka:

a. Penugasan yang awalnya mensyaratkan permintaan dari objek

penugasan, dengan adanya perturan-peraturan tersebut untuk

penugasan tertentu dapat dilaksanakan secara proaktif/ atas

inisiatif, yang dilakukan setelah berkoordinasi dengan APIP dan

unit terkait.

b. Terdapat penambahan kegiatan keinvestigasian berupa

pengelolaan data dan informasi hasil pengawasan.

c. Dana penugasan dapat menggunakan sumber dana unit kerja

dan mitra bersangkutan setelah memperoleh ijin Kepala BPKP dan

atau Pejabat Eselon I.

d. Dasar audit diperkuat dengan Standar Audit Intern Pemerintah

Indonesia (SAIPI).

e. Diperlukan penguatan aturan terkait proses kerja penugasan

keinvestigasian, termasuk penyempurnaan nomenklatur kerugian

negara, agar laporan hasil penugasan BPKP tidak menjadi objek

TUN.

f. Seluruh kegiatan pengawasan keinvestigasian harus dilengkapi

dengan prosedur baku (SOP)

g. Terdapat penambahan kegiatan pengawasan keinvestigasian

berupa asset tracing, data mining.

h. Dalam penanganan tindak pidana oleh korporasi perlu

penambahan jenis bukti audit (bukti audit keterangan korporasi).

88

i. Bahwa di dalam Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) maupun

Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara (LHPKKN) BPKP seyogianya perlu

mencantumkan frasa yang dimaksudkan untuk menghindarkan

pemahaman pembaca LHAI dan LHPKKN bahwa BPKP

mengambilalih kewenangan penyidik/aparat penegak hukum

misalnya yang berkaitan dengan proses penetapan tersangka,

perumusan sifat melawan hukum, penyitaan alat bukti, proses

penyusunan berita acara pemeriksan dan sebagainya

j. Simpulan audit tidak menggunakan frasa “menimbulkan”

kerugian keuangan negara, dan diganti dengan: “Berdasarkan

hasil audit, kami berpendapat telah terjadi penyimpangan yang

menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar….”.

4. Revisi Petunjuk Teknis (Juknis) ke HKP an

Dalam rangka memitigasi risiko tidak digunakan dan adanya

keberatan terhadap hasil evaluasi hambatan kelancaran

pembangunan, audit penyesuaian harga, dan audit klaim serta

meningkatkan efektivitas penugasan ke HKP an, maka dilakukan

perubahan juknis ke HKP an sebagai berikut:

a. Tahapan penelaahan informasi awal terutama pada saat

ekspose awal

Pada juknis sebelumnya tahapan ini bertujuan untuk menggali

informasi yang lebih lengkap terkait permasalahan yang ada,.

Tujuan ini direvisi menjadi diarahkan untuk mempertajam apakah

permintaan evaluasi dan audit dapat dilaksanakan atau tidak,

sehingga pada tahapan ekspose kriteria-kriteria diterimanya

penugasan sudah harus dapat diidentifikasi semua dan dapat

disimpulkan permintaan tersebut diterima atau ditolak.

b. Pada tahapan pelaksanaan terdapat perubahan yang signifikan

terutama pada proses audit yang melibatkan pihak terkait. Pihak

terkait dapat dilibatkan dalam proses audit terutama saat risalah

89

sementara hasil evaluasi/audit telah dibuat. Segala bentuk hasil

audit dapat dibicarakan dan memungkinkan adanya diskusi

apabila ada hasil yang berbeda.

c. Quality Assurance oleh rendal dapat dilakukan setiap saat tidak

harus setelah laporan selesai, dan dapat berupa komunikasi

melalui email atau telepon atau media lain dan tidak harus

dengan tatap muka.

d. Perubahan lampiran dan format evaluasi/audit.

5. Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP)

Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi menyusun SOP untuk

memberikan panduan atau pedoman dalam melaksanakan

penugasan bidang investigasi, yang terdiri dari:

a. Audit Investigatif.

b. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara.

c. Pemberian Keterangan Ahli.

d. Audit Penyesuaian Harga.

e. Audit Klaim.

f. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan.

g. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik.

h. Telaah atas Surat Pengaduan Masyarakat.

i. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Penjaminan Kualitas/ Quality

Assurance.

j. Sosialisasi Fraud Control Plan (FCP).

k. Diagnostic Assesment Fraud Control Plan (FCP).

l. Bimbingan Teknis Fraud Control Plan (FCP).

m. Evaluasi Fraud Control Plan (FCP).

n. Bimbingan Teknis Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk

Assesment-FRA).

o. Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK).

p. Analisis Akar Penyebab Permasalahan.

q. Pengkajian terhadap Ketentuan Peraturan.

90

6. Rapat Kerja (Raker) Deputi Bidang Investigasi

a. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyelenggaraan raker adalah sebagai

berikut:

1) Peningkatan Kapabilitas Investigatif Kedeputian Investigasi

Menuju Pusat Unggulan Solusi Kecurangan dalam

pelaksanaan tugas sesuai Peraturan Presiden Nomor 192

tahun 2014, Renstra BPKP 2015-2019 dan Renstra Deputi Bidang

Investigasi;

2) Meningkatkan penyamaan persepsi, pengetahuan dan

pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan terkait SIMA

PPBI dan Standar, Operasi dan Prosedur (SOP) di bidang

keinvestigasian.

b. Pelaksanaan Raker

1) Waktu danTempat

Tanggal : 27 s.d. 28 Februari 2017.

Tempat : Aula Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta

2) Peserta

Seluruh Pegawai di lingkungan Deputi Bidang Investigasi.

3) Materi

a) Desiminasi Hasil Raker BPKP 2017, Rencana Strategis dan

Roadmap Kedeputian Investigasi

b) SIMA Investigasi

Rencana Pengawasan sesuai dengan Kebijakan

Pengawasan BPKP Tahun 2017 terdapat 4 fokus

pengawasan yang terdiri dari:

(1) Pengawalan Program Prioritas Nasional (Program

Lintas).

(2) Peningkatan Ruang Fiskal.

(3) Pengamanan Aset Negara/Daerah.

91

(4) Peningkatan Tata Kelola.

c) Kebijakan Teknis Pengawasan Kedeputian Investigasi

Tahun 2017

d) Pemaparan Revisi PPBI dan SOP.

Dalam melakukan kegiatan audit Investigasi maupun audit

PKKN yang dapat dikatakan bersifat represif apabila

ditemukan kerugian negara akibat penyalahgunaan aset

maka perlu dibuatkan mekanisme atau prosedur apa

yang harus dilakukan atau dilaporkan atas penyelamatan

aset tersebut.

92

7. Forum Investigasi

Forum Investigasi Tahun 2017 mengangkat tema “Peningkatan

Kapabilitas Pengawasan Investigatif Menuju Pusat Unggulan Solusi

Kecurangan” yang diselenggarakan pada tanggal 22 sampai

dengan 24 Maret 2017 bertempat di Auditorium Gandhi Kantor BPKP

Pusat. Forum Investigasi tersebut diikuti oleh Pejabat Struktural dan

Pejabat Fungsional Auditor di lingkungan Deputi Bidang Investigasi,

Koordinator Pengawasan Bidang Investigasi didampingi oleh Pejabat

Fungsional Auditor dari 34 Kantor Perwakilan BPKP di seluruh

Indonesia.

Tujuan dilaksanakannya forum investigasi adalah:

a. Meningkatkan kapabilitas pengawasan investigatif menuju pusat

unggulan solusi kecurangan melalui diseminasi Pedoman

Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi (PPKBI), pengetahuan

Data Mining dan Asset Tracing.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap

pelaksanaan kegiatan di bidang keinvestigasian, sebagaimana

telah diatur dalam Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang

Investigasi (PPKBI) dan Standard Operating Procedures (SOP),

sehingga dapat memitigasi risiko yang mungkin timbul dalam

pelaksanaan penugasan keinvestigasian.

c. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Data

Mining dan Asset Tracing dalam pelaksanaan Audit Investigatif.

Materi yang disampaikan pada kegiatan forum investigasi adalah:

a. Pengarahan Kepala BPKP

b. Diseminasi Buku 1 dan Buku 2

Pedoman Pengelolaan

Kegiatan Bidang Investigasi

(PPKBI) termasuk Standard

Operating Procedures (SOP)

Audit Investigatif, Audit

93

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, Pemberian

Keterangan Ahli, Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk Assessment

(FRA), Root Cause Analysis (RCA), Pengembangan Masyarakat

Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), Quality Assurance, Evaluasi

Hambatan Kelancaran Pembangunan, Audit Penyesuaian Harga,

Audit Klaim, Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik

(PEBDE), Pengaduan Masyrakat dan Kajian Peraturan Perundang-

undangan.

c. Sharing Session dengan materi “Data Mining dan Asset Tracing

dalam Audit Investigatif” dengan Ernst and Young Indonesia.

d. Sosialisasi SIMA Investigasi oleh Pusat Informasi Pengawasan BPKP.

e. Risiko Bantuan Kedinasan oleh Inspektur BPKP.

f. Inovasi Pengawasan dari Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara

dan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat.

8. Workshop SIMA Investigasi

Pada tanggal 29 s.d. 30 Maret 2017 Kedeputian Bidang Investigasi

melaksanankan Workshop Sistem Informasi Manajamen Akuntabilitas

(SIMA), yang merupakan bagian dari tahap internalisasi SIMA di

BPKP. Latar belakang dikembangkan SIMA di BPKP adalah adanya

kebutuhan infomasi yang komprehensif mengingat selama ini sumber

94

infomasi dari core business BPKP masih terpisah-pisah (IPMS,ST/SKI,SIM-

HP), format informasi yang berbeda-beda, dan konten penugasan

yang belum terdokumentasi secara lengkap.

Secara khusus Kedeputian Bidang Investigasi memiliki SIMA yang

terpisah dari SIMA utama (SIMA Renlakpor). SIMA Investigasi

dipisahkan dari SIMA utama mengingat proses pengawasannya

berbasis permintaan dan sifat data yang ada. Meskipun terpisah,

SIMA Investigasi dapat melaksanakan tahap pelaksanaan dan

pelaporan, adapaun tahap perencanaan tetap dilakukan pada

SIMA utama (SIMA Renlakpor).

Salah satu fitur menarik yang dimiliki SIMA Investigasi adalah adanya

Dashboard Monitoring Opini Publik. Dashboard Monitoring Opini

Publik akan menyajikan berita-berita dan trend berita terkait

penugasan keinvestigasian dari 150 media elektronik. Dashboard

Monitoring Opini Publik penting untuk digunakan untuk menghindari

berita tidak benar hoax yang beredar di media elektronik.

9. Analisis terhadap Laporan Hasil Audit Investigatif dan Laporan Audit

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Atas Kasus Berindikasi

Tindak Pidana Korupsi terkait dengan Program Penanggulangan

Kemiskinan Periode Tahun 2009 sampai dengan Juli 2017

Sejak tahun 2009 hingga tahun 2017, pemerintah telah melaksanakan

program pengentasan kemiskinan meliputi bantuan dan

perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan

usaha mikro dan kecil serta program pro rakyat. Jumlah anggaran

yang telah dialokasikan untuk berbagai program tersebut cukup

besar terlihat pada Tabel 3.22.

95

Tabel 3.22

Anggaran Program Penanggulangan Kemiskinan

No Program Tahun (milyar rupiah)

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Bantuan dan

perlindungan

sosial (Raskin)

11.400 15.200 20.900 21.400 18.800 18.900 22.500 19.700

2 Pemberdayaan

masyarakat

(PNPM)

11.010 11.634 10.289 9.940 9.703 9.745

3 Pemberdayaan

usaha mikro

dan kecil (KUR)

178.846,95 24.660 46.73

6,45 -

4 Program pro

rakyat (Dana

Desa)

9.066 46.98

2 60.000

Sumber: Diolah dari Nota Keuangan APBN-P

Hasil pengawasan Deputi Bidang Investigasi BPKP Tahun 2009 sampai

dengan Juli 2017 berupa Audit Investigatif dan Audit Penghitungan

Kerugian Keuangan Negara atas kasus berindikasi Tindak Pidana

Korupsi terkait dengan Program Penanggulangan Kemiskinan Periode

Tahun 2009 sampai dengan Juli 2017 terdapat pada Tabel 3.23.

Tabel 3.23

Hasil Pengawasan Deputi Investigasi

Tahun 2009 s.d Juli 2017

No Program Pengawasan Jumlah

kejadian

Nilai Kerugian

(Rp) (%)

1 Bantuan dan perlindungan sosial

(Bansos, Raskin)

110 69.653.789.854 15,66

2 Pemberdayaan masyarakat

(PNPM)

205 127.137.566.845 28,60

3 Pemberdayaan usaha mikro dan

kecil (KUR)

13 219.546.035.711 49,37

4 Program pro rakyat (Dana Desa) 129 28.337.959.027 6,37

Jumlah 457 444.675.351.436 100,00

Sumber: Data Laporan Hasil Pengawasan Keinvestigasian

96

Beberapa permasalahan yang teridentifikasi pada setiap program

yang berakibat pada timbulnya kerugian keuangan negara sebagai

berikut:

a. Dana Desa

1) Penyaluran dana desa bukan kepada yang berhak yang

mengakibatkan terjadinya salah sasaran.

2) Pengeluaran dana tidak sesuai dengan proposal yang

diajukan, yang secara substantif tidak sesuai dengan

kebutuhan.

3) Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa

dibuat dengan tidak benar (fiktif)/ tidak sesuai realisasi

4) Dana desa tidak digunakan sesuai peruntukannya.

b. Program Raskin (Beras Bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah)

1) Markup harga dan pungutan lain atas harga beras

2) Penyaluran tidak tepat sasaran

3) Mengabaikan prosedur verifikasi dalam menentukan alokasi

raskin hingga melebihi jumlah sasaran. Penetapan sasaran

cenderung hanya menyesuaikan jumlah sasaran dengan

ketersediaan alokasi dana.

4) Dana hasil penjualan raskin yang diterima dari RTS-PM tidak

disetorkan oleh pelaksana distribusi ke rekening Bulog.

c. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

1) Prosedur pencatatan tidak dilakukan dengan tertib, sehingga

mengakibatkan tidak adanya akuntabilitas dalam

penggunaan dana.

2) Pemberian pinjaman fiktif atau kepada yang tidak tidak

berhak.

3) Penggunaan dana untuk kepentingan pribadi Unit Pelaksana

Kegiatan (UPK).

97

4) Dana tidak digunakan sesuai proposal yang diajukan yang

telah ditetapkan dalam Surat Penetapan Rencana Kegiatan.

5) Rekayasa dalam proses pengadaan barang dan jasa,

sehingga kualitas dan pekerjaan yang dilaksanakan tidak

sesuai.

d. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

1) Penyaluran KUR tidak sesuai ketentuan.

Permasalahan ini meliputi penggunaan dana KUR tidak sesuai

dengan rencana usaha sesuai proposal kreditnya, debitur

tidak pernah memiliki usaha seperti tertulis pada Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan

(TDP).

2) Penyaluran KUR diterima dan digunakan bukan oleh pihak

yang tercantum dalam dokumen pengajuan kredit.

3) Nasabah yang mengajukan kredit tidak merasa mangajukan

kredit, tetapi nama mereka digunakan untuk mengajukan

kredit.

4) Pelunasan dari nasabah tidak disetorkan ke Bank.

5) Komite Kredit tidak melakukan rapat pembahasan kredit dan

hasil keputusan rapat panitia kredit dibuat hanya untuk

memenuhi formalitas administrasi dan ditandatangani sirkuler.

Komite kredit tidak melakukan prosedur konfirmasi nasabah

dan tukar menukar informasi dalam rangka meminimalisir risiko

penyaluran kredit.

Berbagai permasalahan di atas merupakan bentuk-bentuk tindakan

yang diinisiasi oleh faktor individu berupa kehendak personal. Faktor

ini akan terealisir jika terdapat peluang dalam bentuk kelemahan

pengendalian intern.

Hasil analisis menunjukkan penyebab penyimpangan antara lain:

a. Kompetensi sumber daya manusia yang menjadi pengelola

program pada berbagai tingkatan masih lemah

98

Integritas personal (soft competency) yang masih lemah

mengakibatkan adanya pengabaian berbagai prosedur

pengelolaan kegiatan yang berdampak pada timbulnya

kerugian keuangan negara.

b. Belum terbangunnya budaya anti korupsi

Dari 120 kasus tipikor periode tahun 2009-2016 pada pengelolaan

dana PNPM, raskin dan dana desa, timbulnya penyimpangan

yang mengakibatkan kerugian negara disebabkan oleh faktor

manusia (man) berupa kelalaian dan iktikad tidak baik. Hal

tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya organisasi anti

korupsi pada satuan kerja/organisasi belum mampu membangun

integritas anggota organisasi.

c. Pengawasan intern atas risiko kecurangan dalam pengelolaan

program masih lemah.

Sistem pengawasan yang dibangun pada setiap program belum

mampu mengantisipasi/mencegah adanya pengabaian

prosedur dan faktor kecurangan lainnya.

d. Kurangnya pemahaman atas prinsip akuntabilitas.

Permasalahan ini diindikasikan dengan adanya

pertanggungjawaban kegiatan yang tidak dilaksanakan secara

benar.

Dari hasil analisa direkomendasi hal-hal sebagai berikut:

a. Memperbaiki pedoman tentang Pengelolaan dan Pengendalian

Tenaga Pendamping/Fasilitator yang mencakup tata cara

rekrutmen, kode etik, mekanisme evaluasi kinerja serta sanksi bagi

pendamping yang lalai/melanggar aturan.

b. Memberikan pembinaan budaya anti korupsi dalam bentuk

formal maupun informal bagi petugas pengelola aset/keuangan

secara sistematis disemua tingkatan, yang mencakup aspek

kognitif dan aspek afektif.

99

c. Meningkatkan produktivitas, budaya hidup dan pengetahuan

teknologi bagi masyarakat pedesaan melalui program

pendidikan dan pelatihan agar mampu dan siap mengelola

sumber daya yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan taraf

hidup terutama bagi kelompok masyarakat miskin.

d. Melaksanakan kegiatan pengembangan budaya organisasi anti

korupsi yang dapat mencegah malfungsi budaya organisasi,

dengan mengukur aplikasi dimensi-dimensi budaya organisasi

dalam aktivitas anggota organisasi dan mengukur tercapainya

tujuan organisasi.

D. Realisasi Keuangan

Anggaran Deputi Bidang Investigasi tahun 2017 sebesar

Rp5.525.000.000,00 setelah revisi menjadi Rp4.570.399.000,00 dan terealisir

sebesar Rp4.453.331.031,00 atau 80,60% dari anggaran sebelum revisi.

Sedang dibandingkan dengan anggaran setelah revisi sebesar

Rp6.599.015.000,00 mencapai 97,44%. Rincian anggaran dan realisasi

keuangan per program terdapat pada Tebel 3.24.

TABEL 3.24

Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program

No. Uraian Anggaran

Awal

(Rp)

Anggaran

Setelah Revisi

(Rp)

Realisasi (Rp)

1. Program Dukungan

Manajeman dan

Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya (3670)

1.275.000.000 1.063.000.000 1.044.108.880

2. Pengendalian/

Pelaksanaan

Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan

Negara dan Pembinaan

1.340.000.000 1.102.096.000 1.073.665.954

100

No. Uraian Anggaran

Awal

(Rp)

Anggaran

Setelah Revisi

(Rp)

Realisasi (Rp)

Penyelenggaraan SPIP

terkait Investigasi pada

BUMN dan BUMD (3679)

3. Pengendalian/

Pelaksanaan

Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan

Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP

terkait HKP (3680)

1.304.000.000 1.066.358.000 1.037.209.814

4. Pengendalian/

Pelaksanaan

Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan

Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP

terkait Investigasi pada

Kementerian/Lembaga

(3681)

1.606.000.000 1.338.945.000 1.298.346.383

Jumlah 5.525.000.000 4.570.399.000 4.453.331.031

Anggaran dan realisasi keuangan per jenis belanja terdapat pada Tabel

3.25.

TABEL 3.25 Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja

Uraian Anggaran

Sebelum Self

Blocking (Rp)

Anggaran

Setelah Self

Blocking (Rp)

Realisasi (Rp)

Belanja Barang 5.525.000.000 4.570.399.000 4.453.331.031

Jumlah 5.525.000.000 4.570.399.000 4.453.331.031

101

Realisasi anggaran tersebut termasuk biaya penugasan pengawasan

yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP sebesar Rp191.242.437,00

dengan rincian sebagai berikut:

1. Perwakilan BPKP Provinsi Bali sebesar Rp11.223.000,00.

2. Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp17.580.000,00.

3. Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo sebesar Rp10.020.000,00.

4. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat sebesar Rp15.566.925,00.

5. Perwakilan BPKP Provinsi Jambi sebesar Rp9.550.000,00.

6. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp25.333.200,00.

7. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Tengah sebesar Rp12.340.000,00.

8. Perwakilan BPKP Provinsi Maluku sebesar Rp21.805.312,00.

9. Perwakilan BPKP Provinsi Riau sebesar Rp46.444.000,00.

10. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp3.500.000,00.

11. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp6.000.000,00.

12. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp11.880.000,00.

E. Perbaikan Perencanaan Kinerja

Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi melakukan perbaikan

perencanaan dengan menetapkan 10 (sepuluh) indikator kinerja

program untuk menjadi pedoman dalam mengukur keberhasilan dari

tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan.

102

BAB IV PENUTUP

aporan kinerja merupakan media pertanggungjawaban Deputi

Bidang Investigasi dalam melaksanakan program dan kegiatan

yang telah dilakukan. Pada tahun 2017 capaian kinerja outcome

program menunjukkan rata-rata sebesar132,79% sedangkan capaian

kinerja output menunjukkan rata-rata sebesar 160,58%. Dana yang

digunakan oleh Deputi Bidang Investigasi melaksanakan seluruh kegiatan

adalah sebesar Rp4.453.331.031,00 atau 80,60% dari anggaran sebelum

revisi sebesar Rp5.525.000.000,00. Sedang dibandingkan dengan

anggaran setelah revisi mencapai 97,44%.

Target kinerja outcome maupun output yang telah ditetapkan pada

Renstra 2015-2019 secara keseluruhan dapat disimpulkan tercapai. Rata-

rata capaian kinerja tahun 2017 diatas 100%. Pembinaan dan

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aset utama

dalam mencapai keberhasilan untuk mewujudkan visi, dan misi terus

ditingkatkan. Diharapkan dalam masa yang akan datang ada perbaikan

dan penambahan sarana pendukung kerja mengingat sarana yang

dimiliki saat ini belum cukup memadai dalam jumlahnya. Selain itu Deputi

Bidang Investigasi akan memperbaiki sistem pengumpulan data kinerja

untuk memudahkan pemberian informasi kepada pimpinan dan

mengembangkan indikator kinerja yang lebih menggambarkan sasaran

program dan kegiatan.

Akhirnya, tanpa mengabaikan berbagai kendala dan keterbatasan

yang ada, Deputi Bidang Investigasi bertekad untuk terus meningkatkan

kinerja sebagai perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang

diemban.

L

LAMPIRAN 1

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

TAHUN 2017

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi

Capaian

Kinerja

(%)

Dana (Rp) SDM (OH)

Anggaran Realisasi % Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10

1. Meningkatnya

efektivitas hasil

pengawasan

keinvestigasian

1.1 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan di

persidangan

% 40 41.61 104,03 1,080,353,334 927,038,282 85.81 2,247 3,270 145.53

1.2 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh APH

% 70 100,00 142,86 383,046,667 179,295,000 46.81 1,800 1,614 89.67

1.3 Persentase hasil

pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

% 60 69,23 115,38 142,560,000 118,696,980 83.26 715 2,520 352.45

1.4 Persentase hasil audit

penyesuaian harga yang

dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

% 70 100.00 142,86 176,355,000 157,557,225 89.34 600 605 100.83

1.5 Persentase hasil audit

klaim yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K

% 70 100,00 142,86 117,570,000 107,586,012 91.51 400 195 48.75

2. Meningkatnya

penyelesaian

hambatan

pelaksanaan

pembangunan

nasional

2.1 Persentase penyelesaian

hambatan kelancaran

pembangunan

% 70 100,00 142,86 235,140,000 114,921,150 48.87 960 870 90.63

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi

Capaian

Kinerja

(%)

Dana (Rp) SDM (OH)

Anggaran Realisasi % Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10

3. Meningkatnya

kualitas tata

kelola

pemerintah dan

korporasi dalam

pencegahan

korupsi

3.1 Persentase K/L/P/K yang

mengimplementasikan

FCP (termasuk FRA)

% 50 80.77 161.54 91,360,000 47,578,400 52.08 225 856 380.44

3.2 Persentase auditor yang

memiliki kompetensi (hard

and soft competency) di

bidang pencegahan

% 60 63.32 105.53 555 550 99.10

4. Meningkatnya

kepedulian

K/L/P/K dan

masyarakat

terhadap

korupsi

4.1 Persentase K/L/P/K

anggota Komunitas

Pembelajar Anti Korupsi

(KPAK) yang

mengimplementasikan

sistem pengaduan

masyarakat

% 60 94.12 156.87 9,983,860 23,372,000 234.10 100 180 180.00

5. Meningkatnya

kapabilitas

pengawasan

intern

pemerintah di

bidang

keinvestigasian

5.1 Persentase auditor yang

memiliki kompetensi

keinvestigasian

% 60 67.88 113.13 - - - 1,400 1,989 142.07

LAMPIRAN 2

TARGET DAN REALISASI IKU

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

TAHUN 2017

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target

Realisasi

Th 2016

Realisasi

Th 2017

Realisasi

dibanding

Target

1 2 3 4 5 6 7

1. Meningkatnya

efektivitas hasil

pengawasan

keinvestigasian

1.1 Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan di persidangan

% 40 - 41,61 104,03

1.2 Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh APH

% 70 - 100,00 142,86

1.3 Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K

% 60 - 69,23 115,38

1.4 Persentase hasil audit

penyesuaian harga yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K

% 70 - 100,00 142,86

1.5 Persentase hasil audit klaim

yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

% 70 - 100,00 142,86

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Satuan Target

Realisasi

Th 2016

Realisasi

Th 2017

Realisasi

dibanding

Target

1 2 3 4 5 6 7

2. Meningkatnya

penyelesaian

hambatan

pelaksanaan

pembangunan

nasional

2.1 Persentase penyelesaian

hambatan kelancaran

pembangunan

% 70 - 100,00 142,86

3. Meningkatnya

kualitas tata kelola

pemerintah dan

korporasi dalam

pencegahan

korupsi

3.1 Persentase K/L/P/K yang

mengimplementasikan FCP

(termasuk FRA)

% 50 - 80.77 161.54

3.2 Persentase auditor yang

memiliki kompetensi (hard and

soft competency) di bidang

pencegahan

% 60 - 63.32 105.53

4. Meningkatnya

kepedulian K/L/P/K

dan masyarakat

terhadap korupsi

4.1 Persentase K/L/P/K anggota

Komunitas Pembelajar Anti

Korupsi (KPAK) yang

mengimplementasikan sistem

pengaduan masyarakat

% 60 - 94.12 156.87

5. Meningkatnya

kapabilitas

pengawasan intern

pemerintah di

bidang

keinvestigasian

5.1 Persentase auditor yang

memiliki kompetensi

keinvestigasian

% 60 - 67.88 113.13

LAMPIRAN 3

CAPAIAN KINERJA OUTPUT

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

TAHUN 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %

SDM (OH)

Program

Anggaran Realisasi % Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13

Sasaran Kegiatan Pengawasan

Intern

Akuntabilitas

Keuangan

Negara dan

Pembinaan

Penyelenggaraan

Sistem

Pengendalian

Intern Pemerintah

1 Tersedianya informasi

hasil pengawasan

dalam mencapai

perbaikan tata kelola,

perbaikan sistem

pengendalian intern

pengelolaan keuangan

negara dan

peningkatan kapabilitas

APIP pada Direktorat

Investigasi Instansi

Pemerintah

1 Jumlah laporan hasil

audit dalam rangka

penghitungan kerugian

keuangan negara

laporan 6 10 166.67 339,946,667 425,713,418 125.23 900 1,965 218.33

2 Jumlah laporan

Pengumpulan dan

Evaluasi BuktiDokumen

Elektronik (PEBDE)

laporan 4 5 125.00 182,720,000 58,382,500 31.95 600 480 80.00

3 Jumlah laporan

pemberian keterangan

ahli

laporan 14 48 342.86 198,866,667 141,443,132 71.12 84 154 183.33

4 Jumlah laporan hasil

audit investigatif

laporan 2 - - 157,226,667 23,640,000 15.04 600 670 111.67

5 Jumlah laporan FCP laporan 1 2 200.00 45,680,000 13,325,000 29.17 75 690 920.00

6 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

laporan 62 84 135.48 635,879,999 539,577,233 84.86 1,090 4,642 425.87

7 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

laporan 2 2 100.00 45,680,000 49,522,000 108.41 720 720 100.00

8 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

orang 150 153 102,00 - - - 750 205 27.33

9 Jumlah laporan hasil

kajian pengawasan

- - 7 - - - - - 468 -

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %

SDM (OH)

Program

Anggaran Realisasi % Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13

2 Tersedianya informasi

hasil pengawasan

dalam mencapai

perbaikan tata kelola,

perbaikan sistem

pengendalian intern

pengelolaan keuangan

negara dan

peningkatan kapabilitas

APIP pada Direktorat

Investigasi BUMN dan

BUMD

1 Jumlah laporan hasil

audit dalam rangka

penghitungan kerugian

keuangan negara

laporan 4 4 100.00 225,820,000 98,455,000 43.60 600 580 96.67

2 Jumlah laporan

pemberian keterangan

ahli

laporan 14 16 114.29 133,000,000 59,991,800 45.11 63 91 144.44

3 Jumlah laporan hasil

audit investigatif

laporan 4 15 375.00 225,820,000 186.865.000 68.93 1,200 2.192 182,67

4 Jumlah laporan FCP laporan 1 4 400.00 45,680,000 34,253,400 74.99 180 166 92.22

5 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

laporan 24 56 233.33 658,400,000 636,207,628 96.63 341 471 138.12

6 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

laporan 1 1 100.00 51,280,000 26,296,675 51.28 210 60 28.57

7 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

orang 180 185 102,78 - - - 540 170 31.48

8 Jumlah Laporan Audit

dengan Tujuan Tertentu

dan Laporan Penelitian

Awal

- - 2 - - 18.857.500 - - 220 -

3 Tersedianya informasi

hasil pengawasan

dalam mencapai

perbaikan tata kelola,

perbaikan sistem

pengendalian intern

pengelolaan keuangan

negara dan

peningkatan kapabilitas

APIP pada Direktorat

Investigasi HKP

1 Jumlah laporan hasil

audit penyesuaian

harga

laporan 3 3 100.00 176,355,000 157,557,225 89.34 600 605 100.83

2 Jumlah laporan hasil

audit klaim

laporan 2 2 100.00 117,570,000 107,586,012 91.51 400 195 48.75

3 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

laporan 1 1 100.00 45,600,000 27,318,305 59.91 150 120 80.00

4 Jumlah laporan hasil

evaluasi hambatan

kelancaran

pembangunan

laporan 4 5 125.00 235,140,000 114,921,150 48.87 960 870 90.63

5 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

laporan 26 72 276.92 701,835,000 580,289,622 82.68 780 1,058 135.64

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %

SDM (OH)

Program

Anggaran Realisasi % Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13

6 Jumlah laporan hasil

kajian pengawasan

laporan 1 4 400.00 27,500,000 49,537,500 180.14 130 334 256.92

7 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

orang 22 34 154.55 - - - 110 151 137.27

JUMLAH 4,250,000,000 3,349,740,100 78.82 2,100 3,150 150.00

LAMPIRAN 4

CAPAIAN KINERJA OUTPUT

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

TAHUN 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi

Th 2016

Realisasi

Th 2017 % Program

1 2 3 4 5 6 7=6/4 8

1 Tersedianya informasi

hasil pengawasan

dalam mencapai

perbaikan tata kelola,

perbaikan sistem

pengendalian intern

pengelolaan keuangan

negara dan

peningkatan

kapabilitas APIP pada

Direktorat Investigasi

Instansi Pemerintah

1 Jumlah laporan hasil

audit dalam rangka

penghitungan

kerugian keuangan

negara

laporan 6 - 10 166.67 Pengawasan

Intern

Akuntabilitas

Keuangan

Negara dan

Pembinaan

Penyelenggaraan

Sistem

Pengendalian

Intern Pemerintah

2 Jumlah laporan

Pengumpulan dan

Evaluasi BuktiDokumen

Elektronik (PEBDE)

laporan 4 - 5 125.00

3 Jumlah laporan

pemberian

keterangan ahli

laporan 14 - 48 342.86

4 Jumlah laporan hasil

audit investigatif

laporan 2 - - -

5 Jumlah laporan FCP laporan 1 - 2 200.00

6 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

laporan 62 - 84 135.48

7 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

laporan 2 - 2 100.00

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi

Th 2016

Realisasi

Th 2017 % Program

1 2 3 4 5 6 7=6/4 8

8 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

orang 150 - 153 102,00

9 Jumlah laporan hasil

kajian pengawasan

- - - 7 -

2 Tersedianya informasi

hasil pengawasan

dalam mencapai

perbaikan tata kelola,

perbaikan sistem

pengendalian intern

pengelolaan keuangan

negara dan

peningkatan

kapabilitas APIP pada

Direktorat Investigasi

BUMN dan BUMD

1 Jumlah laporan hasil

audit dalam rangka

penghitungan

kerugian keuangan

negara

laporan 4 - 4 100.00

2 Jumlah laporan

pemberian

keterangan ahli

laporan 14 - 16 114.29

3 Jumlah laporan hasil

audit investigatif

laporan 4 - 15 375.00

4 Jumlah laporan FCP laporan 1 - 4 400.00

5 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

laporan 24 - 56 233.33

6 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

laporan 1 - 1 100.00

7 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

orang 180 - 185 102,78

8 Jumlah Laporan Audit

dengan Tujuan

Tertentu dan Laporan

- - - 2 -

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi

Th 2016

Realisasi

Th 2017 % Program

1 2 3 4 5 6 7=6/4 8

Penelitian Awal

3 Tersedianya informasi

hasil pengawasan

dalam mencapai

perbaikan tata kelola,

perbaikan sistem

pengendalian intern

pengelolaan keuangan

negara dan

peningkatan

kapabilitas APIP pada

Direktorat Investigasi

HKP

1 Jumlah laporan hasil

audit penyesuaian

harga

laporan 3 - 3 100.00

2 Jumlah laporan hasil

audit klaim

laporan 2 - 2 100.00

3 Jumlah laporan hasil

pengawasan dalam

rangka pemberian

rekomendasi strategis

laporan 1 - 1 100.00

4 Jumlah laporan hasil

evaluasi hambatan

kelancaran

pembangunan

laporan 4 - 5 125.00

5 Jumlah laporan

pemantauan/

monitoring/QA

laporan 26 - 72 276.92

6 Jumlah laporan hasil

kajian pengawasan

laporan 1 - 4 400.00

7 Jumlah peserta

kegiatan peningkatan

kompetensi

keinvestigasian

orang 22 - 34 154.55

LAMPIRAN 5

Laporan Pemberian Keterangan Ahli

Tahun 2017

No. Perwakilan Jumlah

Laporan

Nilai Kerugian Keuangan

Negara

Rupiah USD

1 Aceh 26 68,580,243,899 -

2 Bali 12 31,813,908,296 -

3 Bangka Belitung 10 15,745,125,975 -

4 Banten 9 10,825,069,935 -

5 Bengkulu 12 19,337,266,554 -

6 Direktorat Investigasi BUMN

dan BUMD

7 144,351,703,338 27,908,738

7 Direktorat Investigasi Instansi

Pemerintah

23 4,914,104,272,143 1,000,000

8 DKI Jakarta 34 1,274,186,569,855 -

9 Jambi 22 26,651,725,286 -

10 Jawa Barat 20 37,428,098,490 -

11 Jawa Tengah 51 71,658,538,660 -

12 Jawa Timur 69 198,780,089,004 -

13 Kalimantan Barat 37 26,917,196,025 -

14 Kalimantan Selatan 14 23,046,116,268 -

15 Kalimantan Tengah 19 27,009,553,875 -

16 Kalimantan Timur 16 49,934,367,099 -

17 Kepulauan Riau 10 11,390,038,358 -

18 Lampung 31 56,068,026,534 -

19 Maluku 6 8,284,464,135 -

20 Maluku Utara 5 9,558,173,368 -

21 Nusa Tenggara Barat 10 5,869,245,449 -

22 Nusa Tenggara Timur 10 15,966,522,761 -

23 Papua 16 20,644,035,483 -

24 Riau 23 33,624,002,658 -

25 Sulawesi Barat 5 5,258,816,512 -

26 Sulawesi Selatan 38 716,926,296,908 -

27 Sulawesi Tengah 7 4,337,866,009 -

28 Sulawesi Tenggara 29 33,855,076,331 -

29 Sulawesi Utara 8 6,363,891,002 -

30 Sumatera Barat 13 2,494,279,765 -

31 Sumatera Selatan 14 23,915,823,059 -

32 Sumatera Utara 30 49,550,154,411 -

33 Yogyakarta 6 1,296,240,005 -

Jumlah 642 7,945,772,797,450 28,908,738

LAMPIRAN 6

LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH

Tahun 2017

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

1 LHAI atas Penyimpangan Penggunaan

Uang Angsuran Nasabah pada PT Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Rajasa Lampung Tengah Tahun 2012

Sampai Dengan Tahun 2014

LHAI-358/PW08/5/2016 31/08/2016 728,723,233.00

2 LHAI atas Pengadaan dan

Pemasangan jaringan pipa air limbah

oleh PD PAL Kota Banjarmasin TA 2014

pada lokasi Tanjung Pagar Kecamatan

Banjarmasin Selatan dan lokasi Sungai

Andai Kecamatan Banjarmasin Utara

Kota Banjarmasin

LHAI-433/PW16/5/2016 20/09/2016 2,674,248,323.00

3 LHAI atas Pelaksanaan Kegiatan Pilot

Project Optimalisasi Operasional 2

Stasiun Riset Bahan Bakar Nabati

Bioetanol TA 2013 dan Kegiatan Pilot

Project Stasiun Riset Bahan Bakar Nabati

Bioetanil Nipah TA 2014

LHAI-389/PW04/5/2016 14/10/2016 148,149,547.00

4 LHAI Pengadaan Alat Kesehatan,

Kedokteran, dan KB pada RSUD Dr. R.

M. Djoelham Kota Binjai yang

Bersumber dari Dana APBN Tahun

Anggaran 2012

LHAI-613/PW02/5/2016 28/10/2016 3,588,104,702.40

5 LHAI atas Dugaan TPK Pengadaan Rice

Milling Unit pada Dinas pertanian

Kehutanan perkebunan dan

Peternakan kabupaten Serang TA 2013

LHAI-432/PW30/5/2016 09/11/2016 19,504,710.00

6 LHAI atas Kegiatan Reboisasi Hutan

Produksi Seluas 200 Ha di Desa Tewang

Kampung Blok A, Kecamatan

Mendawai Tahun Anggaran 2007/2008

pada Dinas Kehutanan Kabupaten

Katingan

LAINV-

445/PW15/5/2016

15/11/2016 1,235,770,000.00

7 LHAI atas Dugaan Tindak Pidanan

Korupsi Pertanggungjawaban terhadap

Tunjangan Daerah pada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Pandeglang Tahun

Anggaran 2011-2015

LHAI-460/PW30/5/2016 05/12/2016 17,757,453,994.00

8 Laporan Hasil Audit Investigatif atas

Dugaan Penyimpangan Kegiatan

Pembanguna Rumah Sakit Kabupaten

Labuhanbatu Utara pada Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten

Labuhanbatu Utara Sumber Dana

BKPPSU TA 2013

LHAI-797/PW02/5/2016 20/12/2016 681,519,354.73

9 LHAI atas pengelolaan dana

penyertaan modal Pemerintah Kota

Bontang pada Perusahaan Daerah

Aneka Usaha dan Jasa tahun

anggaran 2014-2015

LAINV-

746/PW17/5/2016

30/12/2016 8,093,018,260.00

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

10 LHAI atas Kasus Dugaan TPK dlm

Pengadaan Alat dan Bahan HIV dan

IMS TA 2015 di Satker Direktorat

Pengendalian Penyakit Menular

Langsung pada Ditjen Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kemenkes RI (LHPKKN No SR-

347/D5/01/2017 tgl 10 Mei 2017)

LAINV-17/D6/01/2016 30/12/2016

-

11 LHAI Pengelolaan Keuangan dan

Operasional Aset Milik Pemerintah

Daerah Kab Kupang pada Pola

Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)

pada Seksi Peralatan Bidang Prasarana

Wilayah Dinas PU&Perumahan Rakyat

Kabupaten Kupang TA 2012,2013,201

LAINV-

40/PW24/5/2017

14/03/2017 280,978,745.00

12 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Dana

PNPM-MPd Kec Trumon Kab Aceh

Selatan Thn 2012 -2014

LAINV-

0073/PW01/5/2017

23/03/2017 730,651,000.00

13 LHAI atas Pelaksanaan Pekerjaan 7

(Tujuh) Paket Peningkatan Jalan Ruas

Jalan Kawasan Perbatasan pada

Badan Pengelola Perbatasan Daerah

Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun

Anggaran 2013 (Dihentikan)

S-437/PW24/5/2017 03/05/2017

-

14 LHAI atas Dugaan Penyimpangan

dalam Penggunaan Belanja Perjalanan

Dinas Kegiatan Rapat Alat-alat

Kelengkapan Dewan dan Rancangan

Peraturan Daerah pada Sekretariat

DPRD Kota Cimahi Tahun Anggaran

2010 (dihentikan)

S-275/PW10/5/2017 22/05/2017

-

15 LHAI atas Dana Desa yang bersumber

dari APBN dan Dana Gerakan

Pembangunan Rakyat Saijaan dari

APBD di Desa Wonorejo Kec. Pamukan

Utara Kab. Kotabaru Tahun 2015

LAIN-

188/PW16/5/2017

07/06/2017 177,828,200.00

16 Penggunaan Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) pada

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 4 Pinrang Tahun Anggaran 2015

LAINV-

403/PW21/5/2017

21/06/2017 52,862,950.00

17 LHAI atas Kegiatan Perjalanan Dinas

Anggota DPRD pada Sekretariat DPRD

Provinsi Kalimantan Selatan TA 2015

LAINV-

233/PW16/5/2017

22/06/2017 7,776,851,614.00

18 Pembangunan Sarana dan Prasarana

MCK pada Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Kepulauan Aru TA 2015

LAINV-

400/PW25/5/2017

08/09/2017 475,955,386.02

19 Dugaan Penyimpangan Penggunaan

Dana Kegiatan Event Gerhana

Matahari Total (GMT) pada Program

Pengembangan, Promosi, Kebudayaan

dan Pariwisata di Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Prov. Maluku Utara TA

2016

LHAI-300/PW33/5/2017 06/10/2017 133,334,726.00

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

20 LHAI atas Penggunaan Dana Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah

Lanto Daeng Pasewang Kabupaten

Jeneponto Tahun Anggaran 2014

LAINV-

583/PW21/5/2015

02/10/2015 3,826,550,000.00

21 LHAI atas Pengadaan Peralatan

Security di Lingkungan Sekretaris utama

Bapeten TA 2013

LAINV-

237/PW09/5/2016

31/05/2016 258,859,028.00

22 Laporan Hasil Audit Investigatif atas

Kegiatan Optimalisasi Lahan di

Kabupaten Bengkulu Selatan atas

Program Pengembangan Sarana dan

Prasarana Pertanian pada Dinas

Pertanian Provinsi Bengkulu TA 2015

LHAI-

0315/PW06/5/2016

25/07/2016 176,415,000.00

23 LHAI atas Pelaksanaan Pekerjaan

Pembangunan Pagar dan gapura di

BBIH jarai Kec Jarai Kab Lahat pada

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Prov Sumatera Selatan TA

2014

LHAI-473/PW07/5/2016 15/08/2016 246,598,482.68

24 Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut

Pulau Sailus Besar Kabupaten Pangkep

Sulawesi Selatan pada Satker

Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut

Garongkong Kabupaten Barru TA 2013

dan Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan

Birngkassi Kab Pangkep 2014

LAINV-

574/PW21/5/2016

02/09/2016 1,161,741,745.99

25 LHAI atas Pembangunan Rumah Sakit

Kelas D Pratama pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun

2015

LAINV-

418/PW16/5/2016

19/09/2016 507,988,897.52

26 LHAI atas Dugaan Penyimpangan

Pengelolaan Dana Hibah

Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Kab Boalemo Tahun 2017

pada Panwaslih Kab Boalemo

LAINV-

142/PW31/5/2017

22/09/2016 353,216,338.00

27 LHAI atas Hibah Bibit Kelapa Sawit dari

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab

Tanah Bumbu kepada Pesantren Asy-

Syafiiyah Desa Pacakan Kec Kusan Hulu

Kab Tanah Bumbu TA 2012

LAINV-

482/PW16/5/2016

19/10/2016 207,585,000.00

28 LHAI atas Pekerjaan Pembangunan

Cold Storage pada Dinas Kelautan dan

Perikanan Kab. Sambas TA 2015

LAINV-

528/PW14/5/2016

23/11/2016 209,983,654.00

29 LHAI atas Dugaan Penyimpangan

Pekerjaan Pengadaan Peralatan

Fasilitas Kantor Gedung Kuliah

Keperawatan Tahap II Politeknik

Kesehatan Gorontalo TA 2015

LAINV-

231/PW31/5/2016

29/11/2016 1,106,000,000.00

30 LHAI Pengadaan Alat IPA Berteknologi

Dimensi untuk SMA di Kabupaten

Karawang Tahun Anggaran 2012

LAINV-

782/PW10/5/2016

05/12/2016 947,822,232.00

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

31 Pengelolaan dan atau Penggunaan

Dana Desa Batu Sawar Kec Maro Sebo

Ulu Kab Batang Hari yang Bersumber

dari APBN TA 2015 yang dialokasikan

pada Kegiatan Pembangunan Jalan

Usaha Tani Sepanjang 1000 meter dan

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

Desa

LHAI-428/PW05/5/2016 06/12/2016 66,235,400.00

32 LHAI atas Kegiatan Pemeliharaan

Peralatan dan mesin Kendaraan Roda

Empat Milik Bawaslu RI Di Lingkungan

Badan Pengawas Pemilu TA 2015

LAINV-

641/PW09/5/2016

23/12/2016 893,798,443.00

33 Laporan Hasil Audit Investigatif atas

Kegiatan Pembangunan Unit Sekolah

Baru (USB) SMA Negeri Beo Kabupaten

Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi

Utara Tahun 2013

LHAI-700/PW18/5/2016 29/12/2016 334,700,000.00

34 LHAI atas Kegiatan Rehabilitasi Ruas

Jalan Raya Marinsow-Tanjung Pulisan

Kec Likupang Timur, Kab Minahasa

Utara TA 2015

LHAI-715/PW18/5/2016 30/12/2016 644,668,171.28

35 Dugaan Penyimpangan Pengelolaan

Dana Program Perbaikan Rumah Tidak

Layak Huni (RUTILAHU) Prov. Jawa Barat

TA 2014 untuk Kel. Mekarsari Kec./Kota

Banjar, Desa Cibeurem Kec./Kota

Banjar, dan Desa Waringinsari Kec.

Langensari Kota Banjar

LAINV-

920/PW10/5/2016

30/12/2016 126,798,428.00

36 LHAI atas Pelaksanaan

PekerjaanPembangunan Jalan

Kelompok Tani Maju Makmur

Kecamatan Kerumutan Paket XVII

pada Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pelalawan TA 2015

LHAI-532/PW04/5/2016 30/12/2016 401,254,762.00

37 LHAI atas Dugaan Penyimpangan

Pengadaan Meubeler di Sekretariat

DPRD Kota Pekanbaru Tahun Anggaran

2012

LHAI-18/PW04/5/2017 02/02/2017 690,277,924.00

38 Perkara Dugaan TPK Terhadap

Pengadaan Tanah untuk Rumah

Pemotongan Unggas pada Dinas

Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota

Balikpapan TA 2015

LHAI-39/PW17/5.2017 14/02/2017 11,204,730,000.00

39 Laporan Hasil Audit Investigatif atas

Pekerjaan Pembangunan Jembatan

Dukuh Gabus, Desa Bakalrejo,

Kecamatan Guntur, kabupaten Demak

TA 2013

LHAI-44/PW11/5/2017 20/02/2017 499,491,877.00

40 LHAI atas dugaan penyimpangan

penggunaan dana hibah daerah

berupa uang pada Komite Olahraga

Nasional Indonesia Prov. Bengkulu TA

2015

LHAI-

0035/PW06/5/2017

27/02/2017 1,046,323,068.00

41 Pengadaan Pakaian Seragam dan

Sepatu Siswa SMP dan SMA/SMK pada

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Kampar TA 2014

LHAI-51/PW04/5/2017 10/03/2017 130,881,000.00

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

42 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Pada

Kegiatan Pembangunan Jembatan

Rangka Baja di Sungai Desa Ujung

Padang Kec Hutaraja Tinggi Pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Pertambangan

Energi Kab Padang Lawas Sumber

Dana APBD TA 2014

LHAI-87/PW02/5/2017 20/03/2017 43,296,000.00

43 LHAI atas Penggunaan/Pelaksanaan

Kegiatan APBD pada Dinas Kelautan

dan Perikanan Kab. Takalar TA 2016

LAINV-

195/PW21/5/2017

17/04/2017 2,324,868,477.00

44 LHAI atas Dugaan Penyalahgunaan

Bantuan Sosial dalam rangka Kegiatan

Gerakan Penerapan Pengolahan

Tanaman Terpadu (GP-PTT) Komoditi

Kedelai pada Gabungan Kelompok

Tani Wana Lestari Desa Uematopa

Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo

Una-Una TA 2015

LHAI-58/PW19/5/2017 20/04/2017 103,880,000.00

45 LHAI atas Kegiatan Pendistribusian dan

Pengangkutan Beras Miskin (Raskin) di

Kabupaten Pegunungan Bintan pada

Tahun 2013 dan 2014

LAINV-

208/PW26/6/2017

26/04/2017 4,203,245,473.16

46 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Pada

Kegiatan Program Pembebasan Biaya

Pendidikan Bidang Kesehatan Pada

Dinas Kesehatan Kabupaten Nias

Selatan TA 2015

LAINV-

144/PW02/5.2/2017

26/04/2017 405,183,500.00

47 LHAI atas Pekerjaan Pembuatan Jalan

Usaha Tani Baru, Pengerasan Jalan

Usaha Tani yang Ada, Pengaspalan

Jalan Utama Kebun, Jembatan 11 Unit

di Balai Penelitian Pertanian Lahan

Rawa Tahun 2015

LAINV-

131/PW16/5/2017

28/04/2017 419,769,194.50

48 LHAI atas Dana Penyertaan Modal

Pemerintah Kabupaten Bone kepada

Perusda Bone TA 2015

LAINV-

337/PW21/5/2017

26/05/2017 368,294,560.00

49 LHAI atas Kegiatan Pembinaan

Kemampuan Teknologi Jahit dan Bordir

pada Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Pasar Kampar TA 2014 (dihentikan)

S-478/PW.24/5/2017 26/05/2017

-

50 LHAI atas Kegiatan Pengadaan Buku

Pelajaran SD/MI/SDLB dan SMP/MTs

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun pada Dinas Pendidikan

Kab. Melawi TA 2013

LAINV-

206/PW14/5/2017

31/05/2017 1,261,390,500.00

51 LHAI atas Dugaan Penyimpangan

Penyaluran Bantuan Ternak yang

Disalurkan Melalui DKPP Kota

Lhokseumawe Tahun Anggaran 2014

LAINV-

0170/PW01/5/2017

06/06/2017 6,451,500,000.00

52 LHAI atas Pengelolaan Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Batu Benawa

Kec Batu Benawa Kab Hulu Sungai

Tengah TA 2015 dan 2016

LHAI-186/PW16/5/2017 07/06/2017 47,245,700.00

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

53 LHAI atas Pengelolaan Beras Miskin

(Raskin) di Distrik Arso Timur Kabupaten

Keerom Tahun Anggaran 2014 dan 2015

serta Alokasi Raskin ke-13 dan 14 Tahun

2015

LAINV-

275/PW26/6/2017

09/06/2017 3,520,477,382.00

54 LHAI atas Kegiatan Penyelamatan

Sapi/Kerbau Betina Produktif oleh

Kelompok Tani Gamaran Jaya Nagari

Lubuk Alung Kec. Lubuk Alung Kab.

Padang Pariaman TA 2011

LAINV-

190/PW03/5/2017

12/06/2017 429,150,000.00

55 Laporan Hasil Audit Investigatif atas

Pengadaan Alat Laboratorium FMIPA

Universitas Sam Ratulangi Tahun 2014

LHAI-268/PW18/5/2017 24/07/2017 2,389,181,946.50

56 LHAI atas Kegiatan Renovasi Pasar Ikan

Di Pasar Dwikora Pada Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota

Pematangsiantar TA 2015

LAINV-

313/PW02/5.2/2017

28/07/2017 124,356,925.46

57 Perkara Dugaan TPK dalam Kegiatan

Rehabilitasi/Pemeliharaan Alat-alat

Berat pada Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

pada Dinas Bina Marga Kabupaten

Serdang Bedagai TA 2015

LHAI-

319/PW02/5.1/2017

28/07/2017 694,159,255.00

58 LHAI atas Dugaan Penyimpangan

Pembangunan Pustu/Poskesdes Long

Pala pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Malinau Tahun Anggaran 2013

LAI-107/PW34/5/2017 04/08/2017 232,903,336.91

59 Laporan Hasil audot Investigatif atas

Pengelolaan Keuangan Desa

Candirenggo Kecamatan Ayah

Kebupaten Kebumen TA 2015 dan 2016

LAINV-

585/PW11/5.2/2017

07/08/2017 680,247,257.00

60 LHAI atas Kegiatan Pembangunan Unit

Sekolah Baru (USB) SMK Negeri 1

Medang Deras Kecamatan Medang

Deras Kabupaten Batu Bara TA 2016

LHAI-

350/PW02/5.2/2017

29/08/2017 500,276,900.00

61 LHAI atas Pertanggungjawaban Belanja

Desa Palintuma Kecamatan Pinembani

Kabupaten Donggala TA 2015

LHAI-204/PW19/5/2017 11/09/2017 405,607,000.00

62 LHAI dugaan TPK Pelaksanaan

Pekerjaan Perpipaan Pembangunan

Sarana Air Minum di Desa Kuta

Kecamatan Kanatang Kabupaten

Sumba Timur

LAINV-

276/PW24/5/2017

18/09/2017 70,689,800.00

63 LHAI atas Dugaan Tindak Pidana

Korupsi dalam Pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa Baha,

Kec Mengwi, Kab Badung Tahun

Anggaran 2016

LAINV-

372/PW22.5/2017

20/09/2017 1,006,364,014.45

64 Laporan Audit Investigatif atas

Pengelolaan APBDes Desa Ambungan

Kecamatan Pelahari Kabupaten Tanah

Laut TA 2015 s/d 2016

LAINV-

323/PW16/5/2017

22/09/2017 382,907,253.00

65 LHAI atas Pengelolaan Keuangan Dana

BOS yang bersumber dari APBN pada

SMAN 1 Pelaihari Kec. Pelaihari Kab.

Tanah Laut Tahun 2015-2016

LAINV-

320/PW16/5/2017

22/09/2017 503,027,690.00

No. Obyek Pemeriksaan Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Nilai Temuan

(Rupiah)

66 Kegiatan Pemberian Insentif Guru dan

Pengawas PNS/CPNS serta Pengadaan

Guru Kontrak Tingkat PAUD, TK, SD, SMP,

SMA dan SMK pada Dinas Pendidikan

dan Pengajaran Kabupaten Sarmi

Tahun Anggaran 2016

LAINV-

490/PW26/6/2017

19/10/2017 2,564,697,960.00

67 LHAI atas Dugaan TPK pada

Pelaksanaan Kegiatan APB Desa yang

Dananya Bersumber dari Alokasi Dana

Desa dan Dana Desa Long Tungu Kec.

Peso Hilir Kab. Bulungan Tahun 2016

LAI-156/PW34/5/2017 03/11/2017 252,223,000.00

Jumlah 98,981,817,321.60

LAMPIRAN 7

Laporan Hasil Pengawasan

yang Ditindaklanjuti oleh K/L/P/K

Tahun 2017

No. Laporan

1 Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu pada PTPN XIII tahun 2013 s.d 2015

2 Laporan Hasil Audit Dengan Tujuan Tertentu atas Kerjasama Operasi antara

PTPN II dengan PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) Tahun 2013 s.d 2015

3 Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu atas Pembangunan Pabrik Pupuk Pusri II B

pada PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang

4 Laporan Hasil Audit dengan Tujuan Tertentu atas PTPN VII (Persero)

5 LHAI atas Kegiatan Pengadaan Perbekalan Farmasi pada RSUP H. Adam Malik

yang Bersumber dari Dana APBN Tahun Anggaran 2015

6 LHAI atas Kegiatan Pekerjaan Rehabilitasi/Pemeliharaan Ruas Jalan SP. Lecah

- Mekar Jaya Kabupaten Muara Enim pada Dinas Pekerjaan Umum Bina

Marga dan Pengairan Kabupaten Muara Enim yang Bersumber dari Dana

Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2016

7 Laporan Hasil Audit Investigatif atas Kegiatan Penyaluran Beras PNS pada PD

Irian Bhakti Cabang Wamena Tahun Buku 2015

8 LHAI atas Pembayaran Gaji dan Tunjangan terhadap 10 orang PNS Eks Provinsi

Timor Timur di Pemerintah Kupang TA 2002 - Maret 2016

9 LHAI atas Kegiatan Pembangunan Stadion Pasangkayu Tahun Anggaran

2007, 2013, 2014 dan 2015

10 LHAI atas penggunaan dana penyertaan modal pemerintah kabupaten hulu

sungai tengah kepada PDAM kabupaten hulu sungai tengah tahun 2012-2016

11 Laporan Hasil Audit Dengan Tujuan Tertentu atas Pengeloaan Piutang,

Persediaan dan Hutang pada PT Berdikari (Persero) Tahun 2012 s.d. 2015

12 Laporan Hasil Reviu atas perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan nilai

pekerjaan tambah EPC Blast Furnace pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

13 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Pada Pelaksanaan Program Pendidikan

Dokter Spesialis (PPDS)/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) di Universitas

Padjadjaran Bandung TA 2014

14 LHAI Dugaan Penyimpangan Penggunaan Dana Rintisan Bantuan

Operasional/Bantuan Operasional Sekolah (R-BOS/BOS) SMA Santo Thomas 3

Medan TA 2013-2015 (Semester I)

15 LHAI atas KegiatanPembangunan Masjid Madaniah Pasangkayu pada Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) dan

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mamuju Utara TA 2012-2015

16 LHAI atas Dugaan Penyimpangan Proses Pelelangan Umum pada

Pengadaan Barang yang Dananya Bersumber dari Bantuan Keuangan Prov

Riau Kab Siak Bidang Pendidikan TA 2015

17 LHAI atas Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Barat pada PT

Andalas Rekasindo Pratama dan PT Padang Industrial Park

No. Laporan

18 LHAI atas kegiatan pengelolaan keuangan (pembagian jasa pelayanan)

pada badan layanan umum daerah (BLUD) rumah sakit umum daerah (RSUD)

H Badaruddin Tanjung tahun 2013-2015

LAMPIRAN 8

Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang Ditindaklanjuti oleh K/L/P/K

Tahun 2017

No. Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan

Panitia

Hasil Audit Koreksi

Audit

Rupiah USD

1 LAKTT-

0437/PW01/5/2017

20/12/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Kontrak Nomor

HK.02.03/BR.A3/208/MYC/APBN/2015

tanggal 23 Oktober 2015 Pekerjaan

Pembangunan Jembatan Baru Kr.

Cut (Penggandaan) (MYC) (WIL.II-

01.2) Periode November 2016 s.d.

Oktober 2017

1,585,096,519 430,823,001 1,154,273,518 - - -

2 LATT-

0261/PW06/5/2017

30/11/2017 LHA PH atas Kontrak No 01-26/04-

WINRIP-WP1/CE/A/8043/11-13 tgl 14

Nov 2013 Kegiatan Proyek WINRIP

Paket 04 Ipuh – Bantal pd Satker

Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Prov

Bengkulu utk Periode Jan 2014 s.d

April 2016

23,700,202,893 17,388,526,873 6,311,676,021 - - -

3 LHAPH-

53/D503/1/2017

29/08/2017 LHA Penyesuaian Harga (Price

Adjustment) atas Kontrak No

0971/DDT/SPP/X/2012 tgl 10 Okt 2012,

Paket B1 (Bekasi – Cikarang) Proyek

Double-Double Track pd Balai Teknik

Perkeretaapian Wilayah Jakarta dan

Banten, Periode MC 01 s.d. MC 42

(Des 2012 – Mei 2016)

116,348,688,150 70,697,565,569 45,651,122,581 - - -

4 LHAPH-

77/D503/2017

05/12/2017 LHA PH (Price Adjustment) atas

Kontrak No KU.08.08/BIV.PJBHTP-

PLN/E2/IV/2011.01 Tgl 29 Apr 2011

Keg Tanjung Priok Access Road

Construction Project (Phase I),

Package 2:Section E-2,Cilincing-

Jampea Under JBIC LOAN No IP-529

periode Jan 2013 s.d Mar 2017

99,793,627,318 91,702,584,415 8,091,042,904 - - -

No. Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan

Panitia

Hasil Audit Koreksi

Audit

Rupiah USD

5 LHAPH-

82/D503/1/2017

21/12/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Consulting Services for

Technical Assistance for Support of

The Project Management Unit Core

Team Consultants (CTC) WINRIP

Tahap I (Periode 6 November 2013

s.d. 30 April 2017)

1,911,351,272 1,866,751,422 44,599,850 26,674 25,577 1,097

6 LHA-

480/PW10/5/2017

09/08/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Pekerjaan Development

of Cileunyi-Sumedang-Dawuan Toll

Road (Pembangunan Jalan tol

Cisumdawu Phase I) pada Satuan

Kerja Pelaksanaan Jalan bebas

Hambatan Cisumdawu periode

Januari 2015 sampai dengan Februari

2017

56,874,325,399 26,264,865,827 30,609,459,572 - - -

7 LHA-

873/PW10/5/2017

07/12/2017 LHA PH (Price Adjustment) atas

Kontrak No HK.02.03/At-3/12/01/2013

tgl 28 Juni 2013 thd Pekerjaan

Pembangunan Jaringan Irigasi DI.

Leuwigoong AMS-19A pd SNVT-PJPA

Cimanuk-Cisanggarung periode Juli

2014 s.d Nov 2016

2,236,475,733 1,424,247,940 812,227,794 - - -

8 LHA-

872/PW10/5/2017

07/12/2017 LHA PH (Price Adjustment) atas

Kontrak No HK.02.03/At-3/12/02/2013

tgl 1 Juli 2013 thd Pekerjaan

Pembangunan Jaringan Irigasi DI.

Leuwigoong AMS-19B pd SNVT-PJPA

Cimanuk-Cisanggarung periode Juli

2014 s.d Nov 2016

2,717,115,774 1,901,953,665 815,162,109 - - -

9 LHA-

874/PW10/5/2017

07/12/2017 LHA PH atas Kontrak No

KU.08.08/PJBHC/228 tgl 8 Nov 2011

thd Pekerjaan Development of

Cileunyi-Sumedang-Dawuan Toll

Road (Pembangunan Jln Tol

Cisumdawu Phase I) pd Satuan Kerja

Pelaksanaan Jln Bebas Hambatan

Cisumdawu periode Maret 2017 s.d

Agust 2017

10,160,953,248 6,924,756,130 3,236,197,117 - - -

10 LHAPH-

46/PW11/5/2017

20/02/2017 LHA PH atas Paket Pekerjaan

Pembangunan Bendung Gerak

Sembayat SB-I (Pekerjaan Sipil) pada

SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber

Air Bengawan Solo Balai Besar

Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk

Periode Desember 2014 – Februari

2016 (Periode 5 – Periode 7)

10,021,340,634 8,405,525,645 1,615,814,989 - - -

No. Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan

Panitia

Hasil Audit Koreksi

Audit

Rupiah USD

11 LHAPH-

610/PW11/5/2017

22/08/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas ICB Civil Works for

Construction Package Jabung Ring

Dike (Package J-2(1)) untuk Periode

III (Oktober 2013 – Desember 2016)

pada SNVT Pelaksanaan Jaringan

Sumber Air Bengawan Solo

2,926,802,141 2,723,443,642 203,358,499 - - -

12 LAP-

535/PW14/5/2017

13/12/2017 LHA PH atas Kontrak No 01/30-RCP-

02/RB/ADB/2817/1113 tgl 14 Nov 2013

Pekerjaan Paket 30-RCP-02: Tebas-

Singkawang, Bypass Sambas, Galing-

Tanjung Harapan pd Satker

Pelaksanaan Jln Nasional Wil I Prov

Kalimantan Barat Periode Bln Des

2013 s.d. Sept 2016

47,017,689,088 36,520,727,080 10,496,962,008 - - -

13 LHA-

379/PW17/5/2017

24/10/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Pekerjaan Peningkatan

Jalan Ring Road II (APT. Pranoto -

Soekarno Hatta) Kabupaten Kutai

Timur TA 2012 - 2016.

10,558,960,000 6,687,236,000 3,871,724,000 - - -

14 LHA-

172/PW34/5/2017

16/11/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Paket Sp3 Apas –

Simanggaris (Section 1) pada Satuan

Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional

Wilayah I Provinsi Kalimantan Utara

57,642,777,985 29,639,393,218 28,003,384,767 - - -

15 LHA-

186/PW34/5/2017

07/12/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Kegiatan Pelebaran

Jalan Paket Sp.3 Tanjung Palas –

Sekatak (Section 2)

21,920,909,000 19,251,761,000 2,669,148,000 - - -

16 LHA-

73/PW08/5/2017

28/02/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Paket 01 Biha – Krui

(WINRIP Loan IBRD 8043-ID) Kontrak

Nomor 10-17/01-WINRIP-

WP1/CE/A/8043-ID/11-13 tanggal 25

November 2013

11,477,916,311 8,126,147,073 3,351,769,238 - - -

17 LHA-

287/PW08/5/2017

30/08/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga atas Pekerjaan Package JB-1:

LCB (LMS-20) Civil Works of Jabung

Headworks (Barrage) JICA Loan No.

IP-546 Kontrak Nomor

HK.02.07/07/SNVT.PJPAMS/IRA-

II/XI/2013 Tanggal 18 November 2013

7,214,157,551 5,408,698,962 1,805,458,589 - - -

No. Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan

Panitia

Hasil Audit Koreksi

Audit

Rupiah USD

18 LHA-

324/PW23/5/2017

05/07/2017 LHA PH atas Kontrak Nomor

600/01/DPU/ II/2012 tanggal 10

Februari 2012 Pekerjaan Peningkatan

Jalan Kabupaten Tahap I pada Dinas

Pekerjaan Umum Penataan Ruang

Perumahan dan Permukiman

Kabupaten Sumbawa Barat Periode

Maret 2013 s.d. Desember 2015

12,101,963,000 6,680,774,364 5,421,188,636 - - -

19 LHA-

780/PW21/5/2017

15/12/2017 LHA PH atas Kontrak No

HK.02.03/PPK21.M.SM/MYC/APBN/02-

JBT/IX/2015 tgl 21 Sept 2015 Paket

Pembangunan Underpass Simpang

Mandai Makassar (MYC) pd Satuan

Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional

Metropolitan Makassar periode Okt

2016 s.d Agust 2017

792,360,310 541,731,354 250,628,956 - - -

20 LHA-

17/PW07/5/2017

11/01/2017 Laporan Hasil Audit Perhitungan

Penyesuaian Harga Satuan atas Nilai

Kontrak Paket Pembangunan

Underpass Simpang Patal-Pusri

Periode Juli 2004 s.d. Februari 2015

395,616,322 223,719,495 171,896,827 - - -

21 LHA-

312/PW02/5/2017

28/07/2017 Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga (Eskalasi) Pekerjaan pada IPC-

1 s.d IPC-30 Paket CSU-01 Toll Road

Development of Medan –

Kualanamu (Pembangunan Jalan

Bebas Hambatan Medan –

Kualanamu) pada Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional II Medan

31,715,717,285 30,703,661,753 1,012,055,532 - - -

22 LHA-

450/PW02/5.1/2017

23/10/2017 LHA PH atas Kontrak No HK.02.03/IR.I-

SNVT.PJPA.SII/02 tgl 28 Jan 2014 thd

Pekerjaan Pembangunan Bendung

dan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I,

Belutu seluas 5.832 Ha Kab Serdang

Bedagai utk Periode Jan 2015 s.d Des

2016

724,166,708 648,856,492 75,310,217 - - -

23 LHA-

524/PW02/5.1/2017

28/11/2017 LHA PH Tahap II atas Kontrak No

01/KTR-TR-MKN/Br.S5/2011 tgl 12 Des

2011 Paket CSU-01 Toll Road

Development of Medan –

Kualanamu (Pembangunan Jln

Bebas Hambatan Medan –

Kualanamu) periode Agust 2015 (IPC-

31) s.d. Juni 2017 (IPC-53)

156,514,389,636 154,993,792,115 1,520,597,521 - - -

No. Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan

Panitia

Hasil Audit Koreksi

Audit

Rupiah USD

24 LHA-

523/PW02/5.1/2017

28/11/2017 LHA PH atas Kontrak No HK.02.03/IR.I-

SNVT.PJPA.SII/01 tgl 28 Jan 2014 thd

Pekerjaan Pembangunan Bendung

Sei Padang D.I.Bajayu, D.I. Paya

Lombang dan D.I. Langau 7.558 Ha

utk Periode Jan 2015 s.d Des 2016

6,523,312,411 5,393,499,731 1,129,812,681 - - -

Jumlah 692,875,914,689 534,551,042,763 158,324,871,926 26,674 25,577 1,097

LAMPIRAN 9

Laporan Hasil Audit Klaim yang Ditindaklanjuti oleh K/L/P/K

Tahun 2017

No. Nomor Laporan Tanggal

Laporan

Obyek Pemeriksaaan Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi Audit Usulan

Panitia

Hasil

Audit

Korek

si

Audit

Usulan

Panitia

Hasil

Audit

Koreksi

Audit

Rupiah USD Yen

1 LHA-

204/PW09/5.1/2017

24/05/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas

Pembangunan

Gudang Cold Storage

PT Bhanda Ghara

Reksa (Persero)

Cabang DKI Jakarta

Tahun 2016

-

-

-

0.00

-

-

-

2 LHA-20/D503/2017 11/04/2017 LHA Klaim atas

Kompensasi Biaya

Konstruksi dan

Overhead terkait dgn

Perpanjangan Waktu

Pelaksanaan Pekerjaan

dalam Pengadaan

PLTU KalSel Kapasitas

2x65 MW Kontrak No.

455.PJ/041/DIR/2008 tgl

4 Juli 2008 pd PT PLN

(Persero) UIP

Kalimantan Bagian

Timur

105,528,572,875

98,184,403,969

7,344,168,906

7,452,263

7,369,099

83,164

-

-

-

3 LHA-

71/D503/2/2017

13/11/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas

Pembayaran Kontrak

Consulting Services for

Construction

Supervision of Tanjung

priok Access Road

Construction Project

Phase I (JICA Loan IP-

529) untuk periode

bulan Januari 2016 s.d.

April 2017.

7,528,329,561

7,327,339,213

200,990,348

-

-

-

111,586,024

111,586,024

-

4 LAP-

544/PW14/5/2017

18/12/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas Kerja

Tambah Penanganan

Hanger Jembatan

Tayan sesuai Kontrak

Nomor

CKB/01/PJT/11/2011/01

tanggal 17 November

2011 pada Satuan

Kerja Pelaksanaan

Jalan Nasional Wilayah

I Provinsi Kalimantan

Barat

2,879,546,900

2,179,388,000

700,158,900

-

-

-

-

-

-

5 LHA-

458/PW17/5/2017

12/12/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas

Pembangunan PLTG

Kaltim (Peaking) 2x (50-

60) MW

30,090,870,963

24,333,604,814

5,757,266,149

-

-

-

-

-

-

6 LHAK-

314/PW25/5/2017

04/07/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas Kompensasi

Biaya Overhead dan

Kompensasi Biaya

Pekerjaan Akibat

Perpanjangan Waktu

Pekerjaan T/L 70 Kv

Waai – Paso – Sirimau

4,598,908,750

1,534,437,265

3,064,471,485

-

-

-

-

-

-

7 LHA-

52/PW07/5/2017

09/02/2017 LHA Klaim Pekerjaan Jln

dan Bahu Jln pada

Ruas Jln Provinsi

Jurusan Tebing Tinggi-

Tanjung Raya (P036),

Jurusan Talang

Padang-Padang

Tepong (Non Status),

Jurusan Tanjung Raya-

Batas Bengkulu (P037)

Jurusan Tanjung Raya-

Pagar Alam (P038)

Periode Th 2013

2,708,768,000

2,300,311,000

408,457,000

-

-

-

-

-

-

8 LHA-

48/PW07/5/2017

09/02/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas Pekerjaan

Jalan Lingkar Utara

Kota Lubuklinggau

Periode Tahun 2013

Paket Jalan Lingkar

Utara Kota

Lubuklinggau STA 6+450

dan Paket Jalan

Lingkar Utara Kota

Lubuklinggau STA 7+400

1,549,354,000

1,345,621,000

203,733,000

-

-

-

-

-

-

9 LHA-

50/PW07/5/2017

09/02/2017 Laporan Hasil Audit

Klaim atas Pekerjaan

Badan Jalan dan Bahu

Jalan pada Ruas Jalan

Provinsi Simpang Air

Dingin-Batas Muara

Enim Desa Datar Balam

dan Desa Sekuang di

Kabupaten Lahat

(Paket Simpang Air

Dingin-Batas Muara

Enim Desa Datar

Balam)

491,219,000

439,458,000

51,761,000

-

-

-

-

-

-

Jumlah

155,375,570,049

137,644,563,261

17,731,006,788

7,452,263

7,369,099

83,164

111,586,024

111,586,024

-

LAMPIRAN 10

Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran

yang ditindaklanjuti K/L/P/K

Tahun 2017

No. Obyek Pemeriksaan

1 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Penyerahan Aset

PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang kepada PDAM Tirta Benteng

Kota Tangerang

2 LHEHKP atas Permasalahan Tunggakan Bagi Hasil&Penyerahan Aset

sehubungan KSO antara Pemda Kabupaten Merauke dgn PT Pelayaran

Musamus atas Pengoperasian Kapal Pemerintah Kab Merauke (KM Maroka

Ehe, KM Lady Mariana, KM Yelmasu 100, MT Yelmasu&LCT Ohan 09)

3 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap

Penetapan Besaran Pajak Bumi dan Bangunan PT Indonesia Asahan

Aluminium Indonesia (Persero) di wilayah Kabupaten Batu Bara Tahun 2016

4 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Terhadap

Penghentian KSO antara PDAM Tirta Deli Kabupaten Deli Serdang dengan

PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

5 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas

Permasalahan Pengelolaan Penerangan Jalan Umum pada Jembatan Tukad

Unda Kabupaten Klungkung

6 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Klaim

Tambahan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. pada Pelaksanaan Proyek Inaya

Putri Bali – Nusa Dua.

7 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Kegiatan

Pelepasan IUP PT Timah (Persero) Tbk atas Lahan Kolong Menjelang I, Kolong

Menjelang II dan sekitarnya, serta Kolong Terabek pada PDAM Tirta Sejiran

Setason Kabupaten Bangka Barat

8 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas

Penyelesaian Permasalahan dan Klaim pada Pekerjaan MC 2 dan MC 3

Proyek Pembangunan Pabrik Semen Indarung VI PT Semen Padang

9 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terkait biaya

perbaikan Dermaga I Pelabuhan Padangbai milik PT ASDP Indonesia Ferry

(Persero)

10 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Proyek

PLTMG MPP Jayapura 50 MW Kontrak Nomor 1595PJ/DAN.02.01/2016 tanggal

21 Desember 2016.

11 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas

Permasalahan Tanah milik PT ANTAM (Persero) Tbk di Kijang Kabupaten Bintan

yang akan dipindahtangankan kepada Pemerintah Kabupaten Bintan

12 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap

Permohonan Bantuan Verifikasi Proyek Access Road Upper Cisokan antara PT

PLN (Persero) dengan PT Brantas Abipraya (Persero)

13 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas

Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Sistem Reverse Osmosis (RO) di

Kepulauan Seribu Tahun 2016

14 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terkait

Perhitungan Biaya Investasi Pengelolaan Hutan atau Pemanfaatan Hutan

Akibat Penggunaan Kawasan Hutan oleh Perum Perhutani pada Lokasi

Pekerjaan Pembangunan Bendungan Kuningan

15 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap Usulan

Kompensasi Biaya Paket Pembangunan Jembatan Merah Putih Jembatan

Pendekat oleh Penyedia Jasa PT Wijaya Karya (Persero), Tbk.

16 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Legalitas

Hak Kepemilikan Lahan Hasil Reklamasi pada Dinas Perhubungan, Komunikasi

dan Informatika Provinsi Papua Barat Tahun 2016 Nomor LEV-05/PW27/5/2017

tanggal 9 Januari 2017

17 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembagunan (EHKP) atas Serah

Terima Asset PDAM Kabupaten Minahasa Selatan Kepada PDAM Kabupaten

Minahasa Tenggara

18 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) atas Klaim

Susut dan Sweeping Pupuk oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang kepada PT

Krakatau Bandar Samudera Tahun 2011

19 Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas

Permasalahan Pengelolaan Penerangan Jalan Umum pada Underpass

Simpang Dewa Ruci Kabupaten Badung

LAMPIRAN 11

Kegiatan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi

Tahun 2017

No. Perwakilan BPKP

Provinsi

MPAK Jumlah

Peserta

Keterangan

1 Kalimantan Barat Pengelola Program Pemerataan

dan Pengentasan Kemiskinan/

Program Penanggulangan

Kemiskinan Tahun 2017 di

lingkungan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat

12 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

2 Sulawesi Tenggara Pengelola Program Pemerataan

dan Pengentasan Kemiskinan

Program Penanggulangan

Kemiskinan Tahun 2017 di

Kabupaten Kolaka

13 Ada komitmen untuk mengembangkan sistem

pengaduan/ whistleblowing system

3 Lampung Kegiatan Pengembangan MPAK

pada Kabupaten Lampung

Selatan dan Kabupaten

Pringsewu Tahun 2017

38 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi para pimpinan dan pegawai di

lingkungan Pekon Kuta Waringin, pihak-pihak yang

berkepentingan dan masyarakat luas

4 Kepulauan Riau Kegiatan Sosialisasi dan

Bimbingan Teknis

Pengembangan Masyarakat

Pembelajar Anti Korupsi di

Pemerintah Kabupaten Lingga

30 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

No. Perwakilan BPKP

Provinsi

MPAK Jumlah

Peserta

Keterangan

5 Kalimantan Selatan Kegiatan Pengembangan

Masyarakat Pembelajar Anti

Korupsi di Pemerintah Kota

Banjarbaru

55 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

6 Kalimantan Tengah Kegiatan Pengembangan

Masyarakat Pembelajar Anti

Korupsi (MPAK) Kementerian

Lembaga Pemerintah Daerah

Korporasi (KLPK) Provinsi

Kalimantan Tengah Tahun 2017

12 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi.

7 Nusa Tenggara Timur Kegiatan Pengembangan

Masyarakat Pembelajar Anti

Korupsi pada Perangkat Desa di

Tiga Kecamatan Kabupaten Alor

74 Menghasilkan komitmen kepala desa dan jajaran

Bhabinkamtibmas Polres Alor selaku peserta

pengembangan MPAK untuk mengembangkan sistem

penanganan pengaduan dalam kerangka FCP di desa

masing-masing.

8 Sulawesi Barat Sosialisasi Masyarakat Pembelajar

Anti Korupsi (MPAK) pada

Kabupaten Polewali Mandar

15 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

9 Papua Pengelolaan Dana Desa dan

Renstra

90 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

No. Perwakilan BPKP

Provinsi

MPAK Jumlah

Peserta

Keterangan

10 Jawa Tengah Pengelola Dana Desa di

Kabupaten Semarang

36 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

11 Sulawesi Utara Komunitas Masyarakat

Pembelajaran Anti Korupsi yang

terkait dengan program

pemerataan dan pengentasan/

penanggulangan Kemiskinan di

Kabupaten Bolaang Mongondow

Timur

46 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

12 Jawa Barat Pejabat di lingkungan Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa, Aparat Perangkat Desa

dan Masyarakat di Kabupaten

Indramayu

32 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

13 Aceh Kegiatan Sosialisasi

Pengembangan Masyarakat

Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)

pada Kantor Wilayah

Kementerian Agama Aceh Tahun

2017

17 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2018.

14 Maluku Utara Kegiatan Sosialisasi

Pengembangan Masyarakat

Pembelajar Anti Korupsi (MPAK) di

Kabupaten Halmahera Tahun

2017

9 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan instansi.

No. Perwakilan BPKP

Provinsi

MPAK Jumlah

Peserta

Keterangan

15 Kalimantan Utara Kegiatan Pengembangan

Masyarakat Pembelajaran Anti

Korupsi KLPK pada PDAM

Apa'Meing Kabupaten Malinau

Tahun 2017

40 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan PDAM Apa'Meing

Kabupaten Malinau; Merencanakan dan menuangkan

kegiatan whistleblowing dan pengembangan budaya

organisasi anti korupsi dalam dokumen anggaran tahun

2018.

16 DKI Jakarta Kegiatan Pembelajaran

Komunitas Pembelajar Anti

Korupsi pada Program Kartu

Jakarta Pintar Tahun 2017

76 Mengembangkan sistem pengaduan sistem whistleblowing

dalam kerangka Fraud Control Plan dan mengembangkan

budaya organisasi anti korupsi untuk meningkatkan

kepedulian anti korupsi di lingkungan Instansi;

Merencanakan dan menuangkan kegiatan whistleblowing

dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi dalam

dokumen anggaran tahun 2019.

17 Bengkulu Kegiatan Sosialisasi

Pengembangan Masyarakat

Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)

pada Organisasi Pemerintah

Daerah di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Bengkulu

Tahun 2017

11 Tidak dapat langsung ditindaklanjuti dengan komitmen

pengembangan sistem pengaduan/sistem whistleblowing

dan komitmen pengembangan budaya organisasi anti

korupsi oleh pimpinan OPD, dikarenakan yang hadir

pesertanya banyak dari unsur bukan pimpinan.