LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

62
LAPORAN KINERJA TAHUN 2020 DIREKTORAT P2PTM

Transcript of LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

Page 1: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

LAPORAN KINERJA TAHUN 2020 DIREKTORAT P2PTM

Page 2: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dapat disusun dengan

baik. LAKIP Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular disusun untuk

memenuhi Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN/RB no 12

Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi

Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Tujuan dari penyusunan LAKIP adalah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan dan

program kerja yang diselenggarakan sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

dan fungsi serta kewenangan dan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selain itu laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan hasil evaluasi dan analisis realisasi

kinerja kegiatan dari pelaksanaan kebijakan dan program Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tidak Menular serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam

Tahun Anggaran 2020

Penyusunan LAKIP ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik dan

meningkatkan kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Jakarta, Januari 2021 dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes NIP 196206221988122001

Page 3: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak

Menular (P2PTM) Tahun 2020 merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian

Sasaran Strategis Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun

2020, yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja, yang tertuang dalam dokumen perjanjian

kinerja tahun 2020 serta merupakan realisasi dari Rencana Kerja tahun anggaran 2020,

sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020

– 2024, dan Rencana Aksi Kegiatan Dit. P2PTM tahun 2020-2024.

Tugas pokok dan fungsi Dit. P2PTM tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, yaitu

mempunyai tugas Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan krteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak

menular sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Dalam rangka

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM

menyusun visi, misi, dan strategi, yang mencerminkan tingkat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan program dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Kegiatan P2PTM

Tahun 2020-2024.

Dalam pelaksanaan kegiatan Dit.P2PTM juga didukung oleh dana dekonsentrasi yang

diberikan kepada daerah sebagai akselerasi capaian program melalui pelatihan, serta dana dari

PHLN, sehingga kinerja penggunaan dana tersebut akan mempengaruhi kinerja Dit.P2PTM.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan pencegahan pengendalian penyakit tidak

menular, yaitu terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit secara berhasil-guna

dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, ditetapkan 6 (enam) indikator kinerja keberhasilan pelaksanaan kegiatan

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, yaitu; 1) Jumlah Kabupaten/kota yang

melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun, 2) Jumlah

Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), 3) Jumlah Kabupaten/Kota

yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM), 4) Jumlah Kabupaten//Kota

yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas, 5) Jumlah

Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi, 6)

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia

30-50 tahun.

Pada tahun 2020, Direktorat P2PTM telah menetapkan indikator keberhasilan yang

tertuang dalam perjanjian kinerja yaitu 1) Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini

Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun sebesar 52 kab/kota, 2) Jumlah

Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar 324 kab/kota, 3)

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

sebesar 50 kab/kota, 4) Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu

(PANDU) PTM ≥80% Puskesmas sebesar 103 kab/kota, 5) Jumlah Kabupaten/Kota yang

Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi sebesar 155 kab/kota, 6)

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia

30-50 tahun sebesar 283 kab/kota.

Page 4: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

iii

Hasil dari pengukuran kinerja pada tahun 2020, yaitu Jumlah Kabupaten/kota yang

melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun sebesar 2 kab/kota,

Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar 285 kab/kota

, Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

sebesar 13 kab/kota, Jumlah KabupatenKota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU)

PTM ≥80% Puskesmas sebesar 24 kab/kota, Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan

Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi sebesar 7 kab/kota, Jumlah

Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50

tahun sebesar 0 kab/kota, Nilai kinerja anggaran sebesar 87,73, Nilai Indikator Kinerja

Pelaksanaan Anggaran sebesar 93,82, Kinerja implementasi WBK satker sebesar 51,43.

Kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran indikator kinerja tersebut, antara lain

advokasi dan sosialisasi yang belum maksimal di tingkat kab/kota, Koordinasi Lintas Program

dan Lintas Sektor yang belum optimal di tingkat Kab/Kota, dan minimnya anggaran di daerah

yang tersedia.

Alokasi anggaran Satker Dit.P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM

tahun 2020 sebesar Rp.18.315.121.000,- dengan realisasi Rp.17.108.543.784,- atau sebesar

93%, anggaran ini merupakan anggaran APBN dan PHLN yang dikelola oleh satker Dit.P2PTM.

Jika dibandingkan dengan tahun 2019 pencapaiannya sebesar 88,5%, terjadi kenaikan dalam

realisasi anggaran. Sedangkan rata-rata kinerja pada tahun 2020 sebesar 50,79% jika

dibandingkan dengan tahun 2019 capaiannya sebesar 124,6%, terjadi penurunan rata-rata

kinerja P2PTM. Hal ini terjadi karena adanya efisiensi anggaran untuk pengendalian COVID-19

dan adanya pandemi covid-19 sehingga kegiatan tidak berjalan maksimal.

Page 5: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ iv

BAB I ........................................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................................. 1

B. ISU STRATEGIS ........................................................................................................................................ 1

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ............................................................................................................... 4

D. STUKTUR ORGANISASI ......................................................................................................................... 4

E. SUMBER DAYA MANUSIA ...................................................................................................................... 5

F. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................................................................... 7

G. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................................................................... 8

BAB II ....................................................................................................................................................................... 9

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ............................................................................................ 9

A. PERENCANAAN KINERJA ...................................................................................................................... 9

B. TUJUAN DAN SASARAN ......................................................................................................................... 9

C. STRATEGI ................................................................................................................................................ 10

D. PERJANJIAN KINERJA .......................................................................................................................... 10

BAB III .................................................................................................................................................................... 11

AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................................................................. 11

A. CAPAIAN KINERJA ................................................................................................................................ 11

B. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN ......................................................................................................... 51

C. EFISIENSI SUMBER DAYA ................................................................................................................... 54

BAB IV ................................................................................................................................................................... 56

PENUTUP .............................................................................................................................................................. 56

A. KESIMPULAN .......................................................................................................................................... 56

B. TINDAK LANJUT ..................................................................................................................................... 56

Page 6: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia saat ini mengalami transisi demografi dan transisi epidemiologi yang mengubah

struktur penduduk dengan adanya bonus demografi di tahun 2015-2030 serta terjadinya

pergeseran beban penyakit dari penyakit menular (PM) ke penyakit tidak menular (PTM).

Transisi demografi memberikan keuntungan dalam persaingan global bagi Indonesia

akibat peningkatan jumlah populasi muda yang produktif. Namun seiring dengan

pertumbuhan ekonomi yang cepat, meningkatnya urbanisasi, terjadinya perubahan iklim

dan transisi pekerjaaan serta kemajuan teknologi menyebabkan terjadinya pola hidup

sedentary di masyarakat dan berdampak pada timbulnya beban ganda akibat PTM dan

penyakit infeksi emerging (PIE). Gambaran beban ganda semakin terlihat nyata saat masa

pandemi Covid-19 ini.

Dalam pengukur keberhasilan kinerja setiap tahunnya Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai salah satu satuan kerja di

lingkungan Kementerian Kesehatan RI, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

nomor 64 tahun 2015 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,

memiliki kewajiban dalam menyusun laporan kinerja, sebagai upaya dalam meningkatkan

transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari kebijakan dan program.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), mewajibkan setiap entitas sebagai unsur

kementerian lembaga penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan entitas

kementerian negara/ lembaga harus menyampaikan laporan kinerja. Penyusunan laporan

kinerja disusun sesuai dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat P2PTM Tahun 2020 disusun sebagai salah satu

bentuk pertanggungjawaban Direktorat P2PTM sebagaimana yang ditetapkan dalam

perjanjian kinerja tahun 2020. Target kinerja tahun 2020, merupakan penjabaran dari

tujuan dan sasaran yang telah dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2020-2024, dan sesuai dengan Rencana

Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Diharapkan dengan

tersusunnya laporan kinerja ini dapat memberikan masukan dan umpan balik bagi pihak-

pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja Direktorat P2PTM

B. ISU STRATEGIS

Kementerian Kesehatan memiliki 5 (lima) isu strategis yakni Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Neonatal (AKN) yang masih tinggi, penurunan stunting, percepatan

eliminasi Tuberkulosis (TB), pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

dan peningkatan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Penyakit Tidak Menular utama

Page 7: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

2

seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, penyakit paru-paru kronis dan kanker,

berdasarkan data Global Burden of Disease dari IHME pada tahun 2017 telah penyebab

73 % kematian di dunia. Kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di

seluruh dunia, dimana peningkatan terbesar (80%) akan terjadi di negara-negara

berpenghasilan menengah dan miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi

akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena PTM, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa

pada saat ini. Pada negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin, PTM

menyebabkan peningkatan sebanyak tiga kali dari tahun hidup yang hilang akibat

disabilitas (Disability adjusted life years=DALYs) dan meningkatkan risiko kematian

sebesar lima kali dibandingkan kematian akibat penyakit menular, maternal, perinatal dan

masalah nutrisi. Meningkatnya PTM terutama didorong oleh empat faktor risiko utama: pola

makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, penggunaan tembakau, dan penggunaan

alkohol yang berbahaya. PTM menimbulkan konsekuensi kesehatan yang berdampak bagi

individu, keluarga dan komunitas, dan mengancam sistem kesehatan. Besarnya biaya

sosial ekonomi yang disebabkan oleh PTM membuat pencegahan dan pengendalian

penyakit ini menjadi hal yang penting pada saat ini (WHO,2018).

Litbangkes Kemenkes merilis data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS)

tahun 2019 menunjukkan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia (usia 13-15 tahun), 2 dari 3

anak laki-laki, dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk

tembakau: 19,2% pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan

tidak dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka dapat

membeli rokok secara eceran. Data GYTS juga menunjukkan hampir 7 dari 10 pelajar

melihat iklan atau promosi rokok di televisi atau tempat penjualan dalam 30 hari terakhir,

dan sepertiga pelajar merasa pernah melihat iklan di internet atau media sosial.

Berdasarkan Globocan 2018 yang bersumber dari Registrasi Kanker Nasional, Kanker

payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia saat ini dengan insidens rate sebesar

42.1 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 17 per 100.000 penduduk

dan diikuti oleh kanker leher rahim dengan insidence rate sebesar 23.4 per 100.000. Data

RS Kanker Dharmais dari tahun 2010-2013 menunjukan bahwa penyakit kanker terbanyak

di RS Kanker Dharmais adalah kanker payudara, serviks, paru, 4 ovarium, rektum, tiroid,

usus besar, hepatoma, dan nasofaring, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian

akibat kanker tersebut terus meningkat. Berdasarkan riset kesehatan dasar yang dilakukan

oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 menyebutkan angka prevalensi penyakit

kanker di Indonesia sebesar 1,79 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi untuk penyakit

kanker yang tertinggi di Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 4,86‰.

Berdasarkan data dari World Report of vision tahun 2019, saat ini di seluruh dunia terdapat

sektara 2,2 miliar orang yang mengalami gangguan penglihatan. Dari seluruh orang

dengan gangguan penglihatan, hampir setengahnya, atau sekitar 1 miliar orang,

merupakan gangguan penglihatan yang dapat dihindari, baik dicegah maupun diobati.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

kebutaan pada penduduk dengan usia ≥6 tahun di Indonesia mencapai 0,4%. Sekitar 80%

dari para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan dapat dicegah atau diobati.

Page 8: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

3

Oleh karena itu, upaya promotif-preventif sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, 466 juta penduduk dunia mengalami gangguan

pendengaran dan 34 juta diantaranya adalah anak-anak. Di sisi lain diperkirakan 1,1 miliar

anak muda (berusia 12-35 tahun) berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat

paparan kebisingan. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa penduduk Indonesia

usia 5 tahun keatas mengalami gangguan pendengaran 2,6%, ketulian 0,09%, sumbatan

serumen 18,8%, dan sekret di liang telinga 2,4%.

Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2016, secara nasional penduduk Indonesia

mengonsumsi gula kategori berisiko (>50 gram per orang per hari) sebesar 4,8 persen,

mengasup natrium (> 2.000 mg per orang per hari) dan lemak (>67 gram per orang per

hari) kategori berisiko masing-masing sebesar 18,3 persen dan 26,5 persen.

Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-3 mengenai PTM mencetuskan

komitmen-komitmen terbaru untuk mengatasi PTM seperti kanker, penyakit jantung dan

paru, stroke, dan diabetes, serta mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan mental.

Seluruh pemimpin dunia setuju untuk mengambil peran dan tanggung jawab dalam usaha

mencegah dan menanggulangi PTM. Usaha-usaha ini termasuk membuat kebijakan,

peraturan, dan perundang-undangan dalam hal fiskal (pajak) untuk melindungi masyarakat

dari bahaya rokok, pola makan yang tidak sehat, serta penyalahgunaan alkohol, sebagai

contoh memperketat promosi iklan dan melarang penggunaaan faktor-faktor risiko tersebut

di tempat umum.

PTM juga menjadi salah satu target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030

khususnya pada Goal 3: Ensure healthy lives and well-being. Strategi global yang terbaru

adalah menetapkan sasaran-sasaran pengendalian PTM yang dapat dicapai oleh negara-

negara seluruh dunia, yang tercantum dalam Global voluntary targets for the Prevention

and Control of NCDs 2025. Pada tingkat regional ASEAN, Indonesia juga berkontribusi dan

memimpin upaya-upaya penanggulangan PTM, seperti upaya pemberian fiskal (sin tax)

pada gula, promosi makanan yang sehat melalui pelabelan makanan yang lebih baik, serta

upaya promosi kesehatan yang bekerja-sama dengan negara-negara tetangga.

Kondisi PTM dan faktor risikonya terus meningkat pada masa pandemi covid-19 sehingga

berdampak pada meningkatnya kerentanan terhadap infeksi COVID-19. Penyandang PTM

atau individu yang mempunyai faktor risiko bila terinfeksi COVID-!9 maka akan mengalami

progresifitas manifestasi klinis lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Berdasarkan data surveilans COVID-19 di Indonesia didapatkan data bahwa pasien

COVID-19 memiliki komorbid terbanyak yaitu penyakit hipertensi, diabetes mellitus,

penyakit jantung , penyakit paru obstruktif kronik, penyakit ginjal, asma, kanker dan

gangguan imunologi. Oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi pelayanan kesehatan

essensial dalam memastikan ketersediaan dan keberlangsungan pengobatan bagi para

penyandang PTM yang rentan terinfeksi COVID-19.

Page 9: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

4

Pada rencana strategi kementerian kesehatan tahun 2020-2024, program pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular terdapat enam indikator pencapaian sasaran untuk

Pengendalian PTM. Indikator-indikator pencapaian sasaran tersebut adalah: 1. Jumlah

Kab/Kota dengan minimal 40% FKTP yang menyelanggarakan pelayanan Upaya Berhenti

Merokok (UBM), 2 Jumlah Kab/kota yang menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR), 3.

Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM pada ≥80% populasi usia

≥15 tahun, 4. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu PTM sesuai

standar paling kurang di 80% puskesmas, 5. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi

dini gangguan indera pada ≥40% populasi, dan 6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan

deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi usia 30-50 tahun.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Dit. P2PTM mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas

tersebut, Dit.PPTM menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan pencegahan dan pengendalian

penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan

kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan

fungsional;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit

paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan

darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan

dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh

darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan

gangguan indera dan fungsional;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh

darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan

gangguan indera dan fungsional;

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit

paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan

darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

D. STUKTUR ORGANISASI

Susunan organisasi Direktorat P2PTM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan terdiri atas:

Page 10: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

5

Subdirektorat Penyakit Paru Kronik Dan Gangguan Imunologi,

1. Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah,

2. Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah,

3. Subdirektorat Penyakit Diabetes Mellitus dan Gangguan Metabolik,

4. Subdirektorat Gangguan Indera dan Fungsional;

5. Subbagian Tata Usaha; dan

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

E. SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah pegawai Direktorat P2PTM pada tahun 2020 adalah sebanyak 87 orang. Jumlah

ini mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya karena ada karyawan yang

memasuki masa pensiun sebanyak 2 orang, ada 1 orang karyawan yang mengundurkan

diri sebagai PNS dan adanya karyawan baru yang masuk dari unit kerja lain. Berikut ini

Page 11: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

6

merupakan gambaran pegawai Direktorat P2PTM tahun 2020 berdasarkan jenis kelamin,

kelompok umur, golongan, dan pendidikan.

Grafik 1.1

Persentase Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2020

Sebagian besar pegawai direktorat P2PTM merupakan perempuan dengan persentase sebesar 74.36% atau sebanyak 58 orang.

Grafik 1.2

Persentase Pegawai berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2020

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berumur antara 41-50 tahun yaitu sebesar 43,31% atau sebanyak 33 orang.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

Perempuan Laki-laki

74.36%

25.64%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

<=30 31-40 41-50 51-55 >=56

1.28%

28.21%

42.31%

23.08%

5.12%

Page 12: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

7

Grafik 1.3 Persentase Pegawai berdasarkan Golongan, Tahun 2020

Berdasarkan golongan, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berada pada kelompok

golongan III yaitu sebesar 64,10% yaitu sebanyak 50 orang.

Grafik 1.4 Persentase Pegawai berdasarkan Pendidikan, Tahun 2020

Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Direktorat P2PTM terbanyak memiliki tingkat

pendidikan S2 sebesar 47.44% atau 37 orang.

F. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan penyusuan Laporan Kinerja Dit. P2PTM ini adalah sebagai bentuk

pertanggungjawaban kinerja Direktur P2PTM secara tertulis kepada Dirjen P2P atas

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

Gol II Gol III Gol IV

2.57%

64.10%

33.33%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

SMA D3 S1 S2

5.13%2.56%

44.87% 47.44%

Page 13: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

8

pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan juga kinerja Dit. P2PTM Tahun 2020 dalam rangka

penyelenggaraan pembangunan kesehatan khususnya kegiatan Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tidak Menular sebagaimana telah dirumuskan dalam perjanjian

kinerja tahun 2020 yang selaras dengan Rencana Aksi Kegiatan pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020-2024.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Berlandaskan pada PermenPAN dan RB No 53 tahun 2014, maka sistimatika penyajian

laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan disusun sebagai berikut:

1. Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif).

2. Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Kementerian Kesehatan dan isu

strategi yang diemban.

3. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal

penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja).

4. Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaran kementerian

kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja serta

dukungan anggaran dalam pencapaian program/kegiatan.

5. Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian

Kesehatan

Page 14: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

9

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, bahwa setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/ Lembaga yang disebut Rencana

Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk periode lima tahun dan menyusun

Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk periode satu tahun.

Dit. P2PTM sebagai bagian dari Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi

Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selaras dengan Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Rencana Aksi Kegiatan Dit.P2PTM

berisikan tujuan, sasaran, kebijakan, dan rencana Kegiatan P2PTM yang menjadi

pedoman untuk menyusun rencana kinerja tahunan.

B. TUJUAN DAN SASARAN

a. Tujuan

Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil-

guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya 100%.

b. Sasaran

Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah menurunnya angka

kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular.

Tabel 2.1

Sasaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM tahun 2020-2024

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

2020 2021 2022 2023 2024

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

52 129 232 360 514

Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

324 374 424 474 514

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

50 100 175 275 350

Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas

103 205 308 411 514

Page 15: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

10

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi

155 206 308 360 514

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun

283 309 360 411 514

C. STRATEGI

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular adalah sebagai berikut :

a. Advokasi dan Kemitraan;

b. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko;

c. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan; dan

d. Penguatan Surveilans, Monev dan Riset.

D. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk

mencapai kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian

kinerja ditetapkan pada awal tahun antara Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM

dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam menetapkan

target kinerja yang akan dicapai pada tahun berjalan. Target-target kinerja sasaran kegiatan

yang ingin dicapai Dit. P2PTM terdapat di dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dit. P2PTM

Tahun 2020, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2020

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

2020

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

52

Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

324

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

50

Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas

103

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi

155

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun 283

Dengan alokasi anggaran Tahun 2020 Rp. 18.315.121.000,-

Page 16: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

11

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara

capaian kinerja dengan target yang telah ditetapkan pada dokumen Perjanjian Kinerja.

Pengukuran kinerja pada tahun 2020, ada 6 (enam) indikator kinerja yang diukur yaitu:

Tabel 3.1

Pengukuran Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2020

Berikut ini akan dijelaskan capaian, upaya yang telah dilaksanakan, permasalahan, dan rencana tindak lanjut dari masing-masing indikator kinerja.

a. Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun a. Definisi Operasional

Kab/Kota yg menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko meliputi pengukuran BB,

TB, TD, GDs, IMT dan lingkar perut paling kurang pada 80% populasi usia ≥ 15 tahun

ke atas di UKBM dan FKTP.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

REALISASI

CAPAIAN (%)

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

52 2 3,8

Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

324 285 87,96

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

50 13 26

Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas

103 70 67,96

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi

155 7 4,51

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun

283 0 0

Page 17: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

12

b. Pengertian

1) Kab/Kota yang menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko adalah kab/kota yang

menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko pada populasi usia ≥ 15 tahun.

2) Deteksi dini faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan diposbindu berupa

pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, lingkar perut, IMT dan

Kadar Gula dalam darah.

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini TD, GDs, IMT dan lingkar perut

populasi usia ≥ 15 tahun dibagi jumlah penduduk ≥ 15 tahun dikali 100%.

d. Capaian Indikator

Indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80%

Populasi Usia ≥ 15 Tahun merupakan indikator baru yang ada di direktorat P2PTM

menggantikan indikator persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Target dari indikator jumlah Kab/Kota

yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 tahun pada

tahun 2020 adalah 52 kab/kota (Grafik 3.1)

Grafik 3.1 Target Indikator Jumlah Kab/ Kota yang melakukan deteksi FR PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥

15 tahun

Kabupaten/kota

yang melakukan

Deteksi Dini Faktor

Risiko PTM ≥ 80%

Populasi Usia ≥ 15

Tahun

Jumlah populasi yang melakukan

Deteksi dini TD, GDs, IMT dan

Lingkar perut pada populasi usia ≥

15 tahun di kab/kota

Jumlah populasi usia ≥ 15 tahun di

kab/kota

100% =

52

129

232

360

514

Target tahun 2020 Target tahun 2021 Target tahun 2022 Target tahun 2023 Target tahun 2024

X

Page 18: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

13

Pada tahun 2020, target dari indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini

faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 tahun hanya dapat dicapai oleh 2 kab/kota

atau jika dipersentasikan maka hanya terdapat 3,8% kab/kota yang dapat melakukan

deteksi dini di ≥ 80% populasi usia ≥ 15 tahun (grafik 3.2)

Grafik 3.2

Capaian Jumlah Kab/ Kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi usia ≥ 15 tahun, Tahun 2020

Grafik 3.3 Persentasi Deteksi Dini Faktor Risiko PTM usia ≥ 15 tahun berdasarkan Kab/Kota,

Tahun 2020

Capaian Indikator Jumlah Kab/Kota yang melakukan

deteksi dini FR PTM Tahun 2020

52

23.8%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

0

10

20

30

40

50

60

Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

Target Capaian Persentase capaian

Kab

. Lo

mb

ok

Bar

at

Kab

. Lo

mb

ok

Uta

ra

Kab

. Bim

a

Kab

. Su

mb

awa

Bar

at

Kab

. Lo

mb

ok

Tim

ur

Ko

ta B

ima

Kab

. Lo

mb

ok

Ten

gah

Kab

. Do

mp

u

Ko

ta P

on

tian

ak

Kab

. So

lok

Kab

. Kep

ula

uan

Ser

ibu

Kab

. Sit

ub

on

do

Kab

. Ko

naw

e Se

lata

n

Kab

. Su

mb

awa

Kab

. Hu

lu S

un

gai S

elat

an

Ko

ta J

akar

ta P

usa

t

Kab

. Hal

mah

era

Tim

ur

Kab

. Ban

yuw

angi

Ko

ta C

ireb

on

Kab

. Kay

on

g U

tara

Ko

ta S

ura

bay

a

Ko

ta J

akar

ta U

tara

Ko

ta M

adiu

n

Kab

. En

de

Kab

. Wak

ato

bi

Ko

ta G

un

un

gsit

oli

Kab

. Sam

osi

r

Kab

. Bo

ne

Bo

lan

go

Ko

ta M

ojo

kert

o

Ko

ta M

atar

am

Kab

. Ban

ggai

Lau

t

Kab

. Mo

row

ali

Kab

. Do

ngg

ala

Kab

. Mu

run

g R

aya

Kab

. Ro

te N

dao

Ko

ta J

akar

ta S

elat

an

Ko

ta T

ido

re K

epu

lau

an

Kab

. Pas

angk

ayu

Kab

. Ben

er M

eria

h

Kab

. Mar

os

Ko

ta P

adan

g P

anja

ng

Kab

. Tab

alo

ng

Kab

. Bu

ol

Kab

. Blo

ra

Kab

. Lan

dak

Kab

. Mam

uju

Ten

gah

Kab

. Gu

nu

ng

Mas

Kab

. Pan

deg

lan

g

Kab

. Pri

ngs

ewu

Kab

. Hu

lu S

un

gai U

tara

Kab

. Sam

bas

Kab

. Man

ggar

ai T

imu

r

Ko

ta J

akar

ta T

imu

r

Kab

. Pe

sisi

r Se

lata

n

Kab

. Bar

ito

Ku

ala

Kab

. So

pp

eng

Kab

. Ben

gkay

ang

Kab

. Go

ron

talo

Kab

. Lam

pu

ng

Tim

ur

Kab

. To

li-to

li

Kab

. Maj

en

e

Kab

. Ban

jar

93

85

76

69

5753

46 46

29 2823

20 19 19 18 18 18 18 18 17 16 16 15 14 13 12 12 11 11 11 10 10 9 9 8 8 8 8 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Catatan: Capaian dibawah 50% Capaian lebih dari 50% Capaian

lebih dari 80%

Page 19: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

14

Kab/Kota yang telah mencapai target deteksi dini ≥ 80% pada populasi usia ≥ 15

tahun adalah kab Lombok Barat (93%) dan Kab. Lombok Utara (85%). Selain yang

telah mencapai target 80% juga terdapat kab/kota yang telah mencapai lebih dari

50% deteksi dini pada populasi usia ≥ 15 tahun yaitu Kab. Bima (76%), Kab.

Sumbawa Barat (69%), Kab. Lombok Timur (57%), dan Kota Bima (53%).

Selebihnya dapat dilihat pada grafik 3.3.

Grafik 3.4 Capaian Indikator Jumlah Kab/ Kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi usia ≥ 15 tahun, Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK

Dit.P2PTM 2020-2024 Capaian Jumlah Kab/ Kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80%

Populasi usia ≥ 15 tahun, Tahun 2020 sebesar 2 kab/kota, jika dibandingkan dengan

target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 yaitu 232 kab/kota

pencepaiannya masih sangat jauh yaitu 0,86%.

Salah satu Indikator RAK Dit.P2PTM 2015-2019, yaitu Persentase Desa/Kelurahan

yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM. Walaupun indikator ini tidak bisa

dibandingkan dengan indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor

risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun, namun hal ini bisa menjadi salah satu

faktor penunjang dalam kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM. Pada akhir tahun

2019 sudah terdapat 50,7% desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu

PTM (grafik 3.5), namun hal ini perlu dilihat cakupan deteksi dini FR PTM setiap desa/

kelurahan.

0

100

200

300

400

500

600

2020 2021 2022 2023 2024

52

129

232

360

514

2

Target

Realisasi

Page 20: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

15

Grafik 3.5 Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM

Tahun 2015-2019

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian.

Indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80%

Populasi Usia ≥ 15 Tahun merupakan indikator baru setelah indikator RPJMN 2015-

2019 berakhir dan dimulai dengan RPJMN 2020-2024. Pada awal RPJMN tahun

2020, Indonesia menghadapi pandemic Covid-19 pada awal tahun hingga akhir

tahun 2020 sehingga segala kegiatan kementerian Kesehatan berfokus pada

pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Demikian pula dengan kegiatan

deteksi dini faktor risiko PTM.

f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

1) Penguatan surveilans faktor risiko PTM melalui Sistem Informasi berbasis web

yang merupakan system pelaporan penyakit tidak menular

2) Pemanfaatan dana dekonsentrasi dalam penyelenggaraan Posbindu PTM

yang bertujuan untuk melakukan deteksi dini faktor risiko PTM.

3) Penyediaan alat Posbindu KIT dan Bahan Habis Pakai (BHP) melalui

pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik.

4) Advokasi kepada Pemerintah Daerah dalam penggunaan APBD, Anggaran

Dana Desa, dan sumber dana lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku

dalam rangka pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak

menular dengan menggiatkan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular

melalui Posbindu PTM dan Gerakan Tekan Angka Obesitas

5) Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk pencapaian target indikator SPM.

6) Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,

Posyandu Lansia, Kampus Sehat, dll

0

10

20

30

40

50

60

2015 2016 2017 2018 2019

10

20

30

40

50

8.8

15.5

24.3

43.9

50.7

Persentase

Tahun

Target

Capaian

Page 21: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

16

7) Penguatan NSPK Posbindu dan faktor risiko PTM untuk meningkatkan

optimalisasi pelaksanaan Posbindu sehingga akan meningkatkan cakupan

deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular.

8) Pembuatan Media Informasi baik maupun elektronik tentang Posbindu dan

faktor risiko PTM.

g. Kendala/masalah yang Dihadapi 1) Situasi pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi saat ini juga akan sangat

mempengaruhi capaian cakupan Kab/kota.

2) Kab/Kota saat pandemic lebih berfokus pada penangan Covid-19

3) Adanya refocusing dana kegiatan deteksi dini ke penanganan Covid-19

4) Cakupan Deteksi Dini (DD) FR PTM harus dilakukan pada setiap populasi

berusia ≥ 15 tahun di setiap wilayah minimal 1x dalam 1 tahun berjalan,

sehingga cakupan deteksi dini Kab/Kota setiap tahun sangat bergantung pada

performance/kinerja dari Kab/Kota tersebut pada tahun berjalan.

5) Masih perlunya advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi

dalam mendukung kegiatan Posbindu PTM ditengah pandemic Covid-19

6) Belum optimalnya sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM kepada

Pemerintah Daerah

h. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu

PTM melalui pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana

dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai

dengan peraturan yang berlaku

2) Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM,

melalui penguatan Posbindu di daerah.

3) Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web.

4) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program

Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK),

Posyandu Lansia, SPM, Germas, Rmah Sehat, Kampus Sehat dan

institusi lainnya (OPD, swasta, sekolah, dll)

5) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana

dan prasarana (Posbindu Kit dan Bahan Habis Pakai) sesuai dengan

kebutuhan dan jumlah sasaran diwilayah nya.

6) Melakukan bimbingan teknis dan monev secara berkala.

7) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait

dalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM.

c. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

a. Definisi Operasional

kabupaten/kota yang telah memiliki regulasi atau peraturan daerah kawasan tanpa

rokok (KTR) dan menerapkan secara optimal.

Page 22: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

17

b. Pengertian

setiap kabupaten/kota yang telah memiliki Perda KTR, memiliki satuan tugas dalam

pengawasan dan menerapkan sanksi terhadap pelanggaran Perda dianggap telah

menerapkan kawasan tanpa rokok.

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki peraturan daerah terkait KTR

d. Capaian Indikator

Target kab/kota yang ditetapkan memiliki perda KTR tahun 2020 adalah 324

kab/kota, realisasinya baru tercapai 285 kab/kota (87,96%) yang sudah memiliki

peraturan daerah KTR.

Grafik 3.6

Capaian Jumlah Kab/Kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2020

Sumber: Laporan Program

Berikut adalah persentase pencapaian indikator secara nasional terkait kab/kota

yang memiliki regulasi atau peraturan terkait kawasan tanpa rokok (KTR).

Berdasarkan target dalam perjanjian kinerja tahun 2020, maka capaian kinerja pada

indikator ini belum tercapai. Kita tetap mendorong pencapaian indikator kinerja

secara kuantitas dan kualitas dalam implementasi kawasan tanpa rokok dengan

260

270

280

290

300

310

320

330

Target Realisasi

324

285

Page 23: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

18

melakukan pengawasan secara berkesinambungan dan dibentuknya satuan tugas

dalam implementasi kawasan tanpa rokok di daerah.

Sebanyak 16 provinsi yang telah memiliki 60% kabupaten/kotanya menerapkan KTR

(grafik 3.7). Sebagaimana pada visi presiden 2020-2024 yaitu terwujudnya Indonesia

maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong,

dengan misi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Pencapaian indikator jumlah

kab/kota yang menerapkan kawasan tanpa rokok merupakan upaya-upaya

melindungi setiap warga negara dari bahaya paparan asap rokok. Sehingga

mendorong terciptanya manusia Indonesia yang sehat, berkualitas dan produktif.

Grafik 3.7

Persentase kab/kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) berdasarkan Provinsi, Tahun 2020

Sumber: SIPTM dan laporan program

3.4

15.4

16.7

26.7

30.3

33.3

33.3

40.0

40.9

47.1

47.4

51.4

52.2

54.3

54.5

57.1

60.0

63.6

64.3

66.7

66.7

66.7

68.4

70.0

70.0

70.0

70.6

71.4

75.0

84.6

85.7

87.5

90.0

92.3

100.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Papua

PapBar

DKI Jakarta

Sulut

Sumut

Riau

Gorontalo

Kaltara

NTT

Sultra

Jatim

Jateng

Aceh

INDONESIA

Maluku

Kalbar

DIY

Jambi

Kalteng

Sulbar

Lampung

Jabar

Sumbar

NTB

Malut

Kaltim

Sumsel

Kep. Riau

Banten

Sulteng

Kep. Babel

Sulsel

Bengkulu

Kalsel

Bali

Page 24: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

19

Grafik 3.8 Capaian Indikator kab/kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tahun 2020

dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Capaian kab/kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2020

sebesar 285 (87,96%) kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menengah

RAK Dit.P2PTM 2020-2024 yaitu 424 kab/kota pencepaiannya masih sangat jauh

yaitu 67,22%.

e. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian

Kegagalan dalam pencapaian target yang telah ditetapkan bahwa belum semua

pemerintah daerah kabupaten/kota memprioritaskan penerapan Kawasan Tanpa

Rokok dan masih rendahnya dukungan dari pemerintah daerah dalam membuat

regulasi KTR. Hal ini terjadi karena beberapa pimpinan daerah juga perokok.

f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

Upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai indikator Jumlah

Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) antara lain:

1) Penyusunan petunjuk teknis implementasi KTR menjadi arah dan strategi dalam

pencapaian penerapan kawasan tanpa rokok di daerah.

2) advokasi kepada 18 pimpinan daerah kab/kota (Kab Oku selatan, Kab Pagar

alam, Kab Pandeglang, Kota Cilegon, Kab Pekalongan Kab Tegal, Kota

Tasikmalaya, Kab Garut, Kab Lahat, Kab Empat lawing, Kab Pali, Kab Jepara,

Kab Brebes, kab Cirebon, Kab. Bojonegoro, Kab. Pacitan, Kab. Tulungagung,

dan Kab. Lamongan) yang sama sekali belum memiliki peraturan daerah KTR

agar menerbitkan kebijakan terkait dan yang telah mempunyai PERDA.

3) Beberapa kegiatan juga dilakukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian

konsumsi tembakau/rokok selama pandemic Covid-19 diantaranya:

0

100

200

300

400

500

600

2020 2021 2022 2023 2024

324

374

424

474514

285 Target

Realisasi

Page 25: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

20

a. kegiatan webinar pada momentum bulan puasa Ramadhan dengan tema

“#Dirumahaja & Ramadhan Momentum Stop Merokok”.

b. Webinar pada peringatan HUT RI dengan tema “Merdekakan Rumah dari

Cengkeraman Asap Rokok Menuju Indonesia Emas”

c. Webinar seri kesehatan dengan tema “Penyakit Tidak Menular dan Rokok

g. Kendala/masalah yang Dihadapi

1) Belum semua Kementerian dan Lembaga yang memiliki komitmen untuk

mengendalikan konsumsi produk tembakau;

2) Kegiatan advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian konsumsi

tembakau pada Kab/Kota belum optimal;

3) Belum optimalnya koordinasi antara Lintas Program dan Lintas Sektor di tingkat

Kab/Kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok;

4) Daerah yang memiliki kebijakan KTR di daerah masih terbatas jumlahnya, dan

penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki kebijakan KTR belum optimal;

5) Masih banyak pimpinan daerah yang mengandalkan CSR Perusahaan Rokok

untuk menopang keuangan daerah yang menyebabkan adanya benturan

kepentingan.

h. Pemecahan Masalah

1) Optimalisasi dukungan komitmen lintas sektor dan lintas program melalui upaya

advokasi dan sosialisasi pengendalian tembakau serta mendorong

pengembangan regulasi Kawasan Tanpa Rokok di berbagai tingkat

pemerintahan yang didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat.

2) Untuk memaksimalkan Penerapan Kebijakan KTR di daerah dengan upaya

sebagai berikut:

a) Optimalisasi dukungan stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka

mencapai Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

termasuk melaksanakan kebijakan KTR.

b) Mendorong penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai

dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

c) Mengoptimalkan upaya advokasi dan sosialisasi melalui dukungan Audiensi

dari Tim Aliansi Bupati/Walikota peduli Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan

PTM kepada Bupati dan Walikota di Indonesia.

d) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penegakan Kebijakan

KTR yang telah ditetapkan.

e) Membangun komitmen masyarakat untuk menerapkan KTR di rumah

tangga, RT/RW, Kelurahan/desa, dan Kecamatan melalui pemicuan/ FGD

partisipatori.

3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi

rokok, melalui berbagai media Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) dan

berkoordinasi dengan seluruh stakeholder dan mitra kesehatan.

Page 26: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

21

d. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok

(UBM)

a. Definisi Operasional

kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok paling

kurang 40% di dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas dengan tenaga

terlatih.

b. Pengertian

Setiap kabupaten/kota yang puskesmasnya telah menyelenggarakan layanan upaya

berhenti merokok dan melakukan input data ke dalam SIPTM berbasis web dianggap

telah menyelenggarakan layanan UBM

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kabupaten/kota yang memiliki paling kurang 40% dokter praktik mandiri, klinik

pratama dan puskesmas telah menyelenggarakan layanan UBM.

Kab/kota yang menyelenggarakan layanan UBM

=

Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan layanan UBM di

wilayah kab/kota ≥ 40% x 100%

Jumlah puskesmas di wilyayah kab/kota

d. Capaian Indikator

Indikator jumlah kab/kota yang menyelenggarakan layanan UBM merupakan

indikator baru tahun 2020-2024 dengan target tahun 2020 sebesar 50 kab/kota. Pada

tahun 2020. Target pada tahun 2020 sebesar 50 kab/kota, realisasi sebesar 13

kab/kota (26%).

Page 27: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

22

Grafik 3.9

Capaian Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti Merokok, Tahun 2020

Sumber: SIPTM 2020

Kab/ kota tersebut adalah yaitu Provinsi NTB (Kab. Sumbawa Barat, Kab. Lombok

Utara dan Kota Bima); Provinsi Kalimantan Utara (Kota Tarakan); Provinsi DKI

Jakarta (Kab. Kep. Seribu); Provinsi Gorontalo (Kab. Boalemo); Provinsi Sumatera

Barat (Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang); Provinsi Jambi (Kab. Bungo);

Provinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Buton Selatan); Provinsi NTT (Kab. Malaka);

Provinsi Jawa Barat (Kota Bandung); Provinsi Sumatera Utara (Kab. Labuhan Batu

Selatan).

0

10

20

30

40

50

Target Realisasi

50

13

Page 28: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

23

Grafik 3.10 Persentase Kab/ kota yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti Merokok

berdasarkan Provinsi, Tahun 2020

Sumber: SIPTM 2020

Sistem Informasi surveilans berbasis web Direktorat P2PTM menunjukkan bahwa

tahun 2020 seluruh kab/kota yang ada di Provinsi NTB sudah menyelenggarakan

Layanan UBM, dimana 3 kabupaten/kota telah mencapai 40% puskesmasnya yang

menyelenggarakan UBM. Provinsi Bengkulu, Maluku dan Papua Barat belum ada

kab/kota yang puskesmasnya menyelenggaran layanan UBM (grafik 3.10)

0.0%0.0%0.0%

3.4%6.7%8.3%

11.1%11.8%

14.3%17.4%

20.0%20.0%21.4%

23.5%25.0%

27.3%27.3%

30.0%31.4%31.5%

33.3%35.7%36.8%

50.0%50.0%50.0%51.5%52.6%53.8%55.6%57.1%

60.0%66.7%

76.9%100.0%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% 120.0%

Bengkulu

Maluku

Papua Barat

Papua

Sulut

Sulsel

Bali

Sultra

Kep. Riau

Aceh

Kaltara

Kaltim

Kalbar

Sumsel

Riau

Jambi

NTT

Malut

Jateng

INDONESIA

Lampung

Kalteng

Jatim

Banten

Gorontalo

Sulbar

Sumut

Sumbar

Sulteng

Jabar

Kep. Babel

DIY

DKI Jakarta

Kalsel

NTB

Page 29: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

24

Grafik 3.11 memperlihatkan capaian tahun 2020 masih sangat rendah yaitu 13 (26%)

kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menegah dalam RAK 2020-2024

dengan target 424 kab/kota yaitu 3,07%, diperlukan upaya akselerasi untuk

mencapai sesuai dengan target.

Grafik 3.11 Capaian Indikator jumlah kab/kota yang menyelenggarakan layanan UBM

Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan indikator tahun sebelumnya yaitu

persentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan KTR minimal 50% sekolah,

namun bisa dijadikan bahan evaluasi. Pada tahun 2019 Kab/Kota yang

Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah adalah

50,2% atau 158 kab/kota. Hal ini kemungkinan distribusi sekolah dalam binaan

Puskesmas yang sama, sehingga perlu dilakukan identifikasi atau pemetaan dalam

penetapan lokus target tahun berikutnya.

Grafik 3.12

Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah Tahun 2015-2018

0

100

200

300

400

500

600

2020 2021 2022 2023 2024

324374

424474

514

13

Persentase

Target

Realisasi

0

10

20

30

40

50

60

2015 2016 2017 2018 2019

10

20

30

40

50

8.4

21.2

30

42.4

50.2

Persentase

Target

Realisasi

Page 30: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

25

e. Analisis Penyebab Kegagalan Kinerja

Kegagalan pencapaian indikator selain belum semua puskesmas yang telah dilatih

UBM memberikan layanan UBM kepada masyarakat, sebagian diantara puskesmas

yang telah melaksanakan UBM tersebut belum menginput data dalam SIPTM

berbasis web. Sehingga pencapaian indikatornya masih sangat rendah.

Oleh karena itu kita perlu terus mendorong kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

untuk melakukan input data bila telah menyelenggarakan layanan UBM. Mungkin

pencapaian yang masih rendah ini karena masih banyak daerah yang belum

melakukan input data kedalam SIPTM dimaksud sehingga tidak ada data yang

terpantau. Dengan sistem ini dapat membantu pusat dalam memantau

perkembangan layanan UBM di daerah, sehingga berdasarkan data yang tersedia

dapat bermanfaat dalam memberikan pembinaan teknis yang diperlukan.

f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

Upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai indikator Jumlah

Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok

(UBM)antara lain:

1) Penyusunan petunjuk teknis layanan UBM di FKTP sangat bermanfaat bagi

petugas untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam

penerapan layanan UBM di daerah masing-masing.

2) Penyusunan buku saku UBM dilakukan di internal Direktorat P2PTM dengan

masukan dari organisasi profesi terkait seperti Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Iindonesia.

3) Penyusunan modul e-learning UBM. Pembuatan berbagai media komunikasi,

informasi, edukasi (KIE) yang sangat membantu masyarakat mendapatkan

informasi yang benar dan akurat dengan bahasa yang mudah dimengerti dan

dipahami.

4) Advokasi dan monev UBM dan implementasi KTR di 14 lokus yakni Kab. Ogan

Komering Ulu Selatan, Kota Pagar Alam, Kab. Lahat, Kab. Empat Lawang, Kab.

Penukal Abab Lematang Ilir, Kab. Pandeglang, Kota Cilegon, Kab. Pekalongan,

Kab. Tegal, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Jepara, Kab. Brebes, Kab.

Cirebon. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan unsur di lintas

kementerian/lembaga yakni Kementerian Dalam Negeri dan Komnas

Pengendalian Tembakau.

5) Layanan Quitline (Layanan Konsultasi Upaya Berhenti Merokok melalui telpon

tidak berbayar) telah ada sejak tahun 2016. Animo masyarakat terhadap

pelayanan Quitline.INA meningkat pada tahun 2020 yang dibuktikan dengan

jumlah telepon terlayani sejumlah sebesar 77.065 kali dan yang tidak terlayani 6

kali lebih banyak dengan jumlah kurang lebih 461.222 kali. Nomor telpon

Quitline.INA 0-800 177 6565 tercantum dalam setiap bungkus rokok yang

beredar di pasaran sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun

2017. Layanan telah diakses oleh masyarakat yang ingin mencari informasi

Page 31: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

26

tentang berhenti merokok atau ingin berkonsultasi dari 34 propinsi setiap

bulannya. Usia klien yang menelpon ke Layanan Quitline.INA selama tahun 2020

ini terbanyak pada rentang usia 20-24 tahun. Hal ini merupakan indikasi bahwa

kesadaran untuk berhenti merokok di kelompok usia produktif semakin

meningkat. Hasil survei kepuasan masyarakat atas pelayanan Quitline.INA

Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 yang dilaksanakan sesuai dengan

peraturan Menteri PAN RB nomor 14 tahun 2017 mendapatkan nilai indeks 3,38

atau nilai SKM setelah dikonversi adalah 84,58 yang berada pada klasifikasi A

atau sangat memuaskan. Survei sudah diselenggarakan sejak tahun 2018

dengan hasil setiap tahunnya sangat memuaskan. Pada Tanggal 13 Agustus

2019 layanan Quitline.INA mendapat apresiasi sebagai Juara I dalam Kompetisi

Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Kategori Pelayanan Publik

Inklusif Untuk Memajukan Kesejahteraan Masyarakat.

6) Penyebaran informasi upaya berhenti merokok juga dilaksanakan melalui media

sosial baik melalui facebook, Instagram, Path dan juga Tweeter. Jumlah

followers’ platform media sosial Direktorat P2PTM seperti Facebook

@p2ptmkemenkesRI adalah 110.924 orang, Instagram @p2ptmkemenkesri

189.000 orang dan Twitter @p2ptmkemenkesRI 14.200 orang.

7) Pembinaan teknis, pemantauan dan evaluasi program secara

berkesinambungan.

8) Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia kesehatan sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka dapat dilakukan pelatihan

lebih lanjut.

g. Kendala/Masalah yang dihadapi

1) Pandemi COVID-19 mempengaruhi capaian program dengan adanya

pembatasan sosial dan tetap dirumah sehingga kunjungan masyarakat ke FKTP

juga menurun. Sebagian FKTP yang sudah terlatih layanan UBM belum

menyelenggarakan layanan karena kendala pandemi COVID-19 sehigga tidak

ada klien yang datang untuk konseling berhenti merokok;

2) Sistem pencatatan pelaporan melalui SIPTM belum optimal karena masih

banyak Kab/Kota yang tidak menginput SIPTM meskipun FKTP diwilayahnya

sudah menyelenggarakan UBM;

h. Pemecahan Masalah

1) Mendorong FKTP untuk melakakukan input data offline layanan UBM yang

sudah dilakukan dan mendorong Kab/Kota untuk melakukan upload data

tersebut ke dalam SIPTM berbasis web.

2) Penyegaran dalam penggunaan SIPTM berbasis web dan pemanfaatan datanya

agar dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam penggunaan

SIPTM.

Page 32: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

27

e. Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80%

Puskesmas

a. Definisi Operasional

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu PTM dan

pasien rujuk balik (PRB) PTM sesuai standar paling kurang di 80% puskesmas.

b. Pengertian

Kabupaten/Kota dinilai telah menyelenggarakan PANDU PTM bila 80% Puskesmas

telah melakukan PANDU PTM. Puskesmas yang memiliki standar Pandu PTM

adalah puskesmas yang membina Posbindu PTM dan menerapkan PPK 1 serta carta

prediksi faktor risiko PTM.

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kab/kota yang memiliki paling kurang 80% Puskesmas melaksanakan

PANDU PTM sesuai standar

Kab/Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥ 80% Puskesmas

=

Jumlah puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM di wilayah Kab/Kota

X 100%

Jumlah puskesmas di wilayah Kab/Kota

Page 33: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

28

d. Capaian Indikator Grafik 3.13

Jumlah kab/kota yg melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% Puskesmas, Tahun 2020

Jumlah Kab/Kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%

Puskesmas belum mencapai target yang diharapkan. Dari target tahun 2020 yaitu

103 Kabupaten/Kota, sebanyak 70 kab/ kota (67,96%) telah melaksanakan PANDU

PTM.

Sedangkan capaian kabupaten/kota yang melaksanakan Pandu di ≥ 80%

Puskesmas, berdasarkan Provinsi, Tahun 2020, bisa dilihat pada grafik 3.13. Ada 7

provinsi yang capaian kab/kota nya belum melaksanakan Pandu PTM di ≥ 80%

Puskesmas, yaitu Provinsi Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan

Timur, Kalimantan Tengah, Bali dan Bengkulu.

0

20

40

60

80

100

120

Target Realisasi

103

70

Page 34: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

29

Grafik 3.14 Provinsi yang kabupaten/kota yang melaksanakan PANDU di ≥ 80% Puskesmas,

berdasarkan Provinsi, Tahun 2020

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

3.03

3.70

4.55

5.26

5.88

6.90

8.33

9.09

10.00

11.43

11.76

13.33

13.62

14.29

14.29

15.38

15.38

15.79

16.67

20.00

21.74

33.33

40.00

45.45

45.83

50.00

57.14

100.00

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Maluku Utara

Papua Barat

Sumatera Utara

Jawa Barat

Nusa Tenggara Timur

Jawa Timur

Sumatera Selatan

Papua

Riau

Maluku

Nusa Tenggara Barat

Jawa Tengah

Sulawesi Tenggara

Lampung

Indonesia

Kepulauan Bangka Belitung

Kalimantan Barat

Kalimantan Selatan

Sulawesi Tengah

Sumatera Barat

Gorontalo

Kalimantan Utara

Aceh

Sulawesi Barat

Di Yogyakarta

Jambi

Sulawesi Selatan

Banten

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Persentase

Page 35: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

30

Grafik 3.15 Capaian Indikator kabupaten/kota yang melaksanakan PANDU di ≥ 80% Puskesmas

Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Grafik 3.15 memperlihatkan capaian tahun 2020 sebesar 70 (67,9%) kab/kota, jika

dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 sebesar

308 maka pencapaiannya masih 22,7%.

. Grafik 3.16

persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM (PANDU PTM)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2015 2016 2017 2018 2019

10

20

30

40

50

34.4

49.3 49.7

74.080.5

Persentase

Tahun

Target

Realisasi

0

100

200

300

400

500

600

2020 2021 2022 2023 2024

103

205

308

411

514

70

Target

Realisasi

Page 36: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

31

Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan indikator sebelumnya yaitu persentase

puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM (PANDU PTM), namun dapat

dijadikan bahan evaluasi dalam melakukan upaya pencapaian target untuk tahun

berikutnya. Grafik 3.16 adalah jumlah Puskesmas yang melaksanakan Pandu PTM yang

tersebar di 34 Provinsi, jika dibandingkan dengan indikator tahun 2020 yaitu Jumlah

Kab/Kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% Puskesmas.

Hal ini kemungkinan dikarenakan distribusi pencapaian Pandu di kab/kota belum merata,

sehingga banyak kab/kota belum mencapai ≥ 80% Puskesmas yang melaksanakan Pandu

PTM

e. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian.

Tidak tercapainya target Pandu PTM tahun 2020 karena pembinaan Posbindu PTM

oleh Puskesmas di daerah mengalami kendala selama pandemi Covid-19. Selain itu

sebagian besar anggaran dan SDM dialokasikan untuk penanggulangan Covid-19.

Alternatif solusi yang telah dilakukan adalah mendorong diselenggarakannya

Posbindu PTM dengan menerapkan protokol kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan

Baru. Pada awal Pandemi didapatkan pembatasan pelayanan kesehatan essensial

di Puskesmas sehingga pelaksanaan Pandu PTM tidak bisa dilaksanakan secara

optimal. Percepatan orientasi dan sosialisasi PANDU PTM juga terkendala selama

Pandemi, sehingga tidak dapat dilaksanakan sesuai yang direncanakan.

Implementasi Pandu PTM telah terlaksana di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia, akan

tetapi masih banyak provinsi yang masih jauh atau belum mencapai target yang telah

ditentukan, hal ini dikarenakan adanya pandemi Covid-19 sehingga sebagian besar kegiatan

dan dana dialokasikan ke anggaran Covid-19.

f. Upaya yang Dilakukan untuk Mencapai Indikator

Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan capaian

target PANDU PTM :

1) Meningkatkan kapasitas petugas pelaksana Pandu PTM di daerah dengan

mendorong Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai Pelatihan Kesehatan Daerah

untuk dapat menganggarkan kegiatan orientasi atau sosialisasi PANDU PTM di

FKTP, sebagai bagian dari upaya percepatan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan terpadu PTM di FKTP.

2) Penguatan NSPK pelaksanaan Pandu PTM melalui penyelarasan kurikulum

modul PANDU PTM dengan seluruh kurikulum modul dilingkup PTM dan

menyusun pedoman penyelenggaraan orientasi/workshop PANDU PTM di

FKTP.

3) Melaksanakan beberapa kegiatan yang berdampak pada masyarakat luas

sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

tentang faktor risiko PTM dan Penyakit Tidak Menular, diantaranya melalui:

a) Webinar “Pengendalian Hipertensi dan DM” pada tanggal 11 September

2020 dengan melibatkan seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi,

organisasi profesi (IDI, PPNI, IAKMI dan PAEI), dengan narasumber

Page 37: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

32

sebanyak 4 orang yang berasal dari PERKENI, INA-SH, Direktur Pelayanan

kesehatan Primer Kemenkes dan Direktur P2PTM.

b) Webinar “Fast action pada serangan awal Stroke” tanggal 26 september

2020 dengan melibatkan seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi,

organisasi profesi (IDI, PPNI, IAKMI dan PAEI). Narasumber berasal dari

Organsasi profesi (PERDOSSI, PERDOSRI, PPNI) dan Kasubdit Pelayanan

Kesehatan Primer Kemenkes.

c) Rangkaian Kegiatan Peringatan Hari Hipertensi Sedunia (HHS) 2020 :

- Bincang Kesehatan di RRI pada tanggal 2 Oktober 2020 dengan

narasumber Direktur P2PTM dan Ketua INA-SH

- Media Briefing pada tanggal 12 Oktober 2020 yang melibatkan Biro

Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, dengan

narasumber Ketua INA-SH dan Direktur P2PTM

- Dialog interaktif Menteri Kesehatan dengan Kepala Puskesmas

Sendana 1 Kabupaten Majene provinsi Sulawesi Barat dan Kader

Posbindu di wilayah PKM 7 Ulu Kota Palembang Provinsi Sumatera

Selatan pada Puncak Peringatan Hari Hipertensi Sedunia tanggal 15

Oktober 2020

- Webinar Kesehatan tentang Hipertensi pada tanggal 15 Oktober 2020

yang melibatkan seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi,

organisasi Profesi (IDI, PPNI, PAEI dan IAKMI). Narasumber berasal

dari organisasi profesi (INA-SH, PAPDI dan PERDOSSI)

d) Webinar “CERDIK saat Pandemi cegah PTM” yang dilaksanakan tanggal 24

Oktober 2020. Peserta seminar adalah seluruh pengelola program PTM di

34 provinsi, organisasi profesi (IDI, PPNI, IAKMI, PAEI) dan organisasi

peduli PTM. Narasumber sebanyak 5 orang terdiri dari organisasi profesi

(ISNA, PDSKO), PT Litbang DPR RI, Direktur P2PMKJN Kemenkes dan

sharing best practice dari PT. Nutrifood.

4) Melakukan kegiatan pendampingan implementasi Pandu PTM di 5 Provinsi/

kab/kota

Pelaksanaan Kegiatan pendampingan implementasi PANDU PTM juga

mengalami kendala saat pelaksanaan karena masih dalam status Pandemi

COVID-19 sehingga hanya beberapa wilayah di 5 Provinsi yang dapat dikunjungi

yaitu Jawa Tengah (Kab. Rembang, Kab. Pati, dan Kab. Jepara), Jawa Barat

(Bogor, Depok, dan Purwakarta), Bali (Kota Denpasar), Jawa Timur (Kab. Blitar).

g. Kendala /Masalah yang Dihadapi

1) Keadaan pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi di seluruh dunia juga

berdampak terhadap pelaksanaan program kesehatan di kab./kota sehingga

mempengaruhi capaian cakupan Kab/kota.

2) Kab/Kota saat pandemi lebih berfokus pada penangan Covid-19, sehingga

banyak SDM yang diberdayakan dalam penanganan pandemi Covid-19

3) Adanya refocusing dana kegiatan Pencegahan dan penanggulangan Penyakit

tidak menular di Kab./ Kota pada kegiatan penanganan Covid-19

Page 38: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

33

4) Cakupan Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM tergantung pada

ketersediaan SDM dan penunjang lainnya. Selain itu, adanya pandemi Covid 19

menyebabkan pelaksanaan PANDU PTM di sejumlah Puskesmas terhambat

karena pembatasan kunjungan pelayanan yang hanya darurat dan perlu

penanganan segera di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

5) Masih ada provinsi yang belum menyerahkan laporan progres PANDU PTM

karena SDM masih terlibat proses penanggulangan COVID 19

6) Belum Optimalnya Pencatatan dan pelaporan menggunakan SI PTM dan banyak

kab./Kota yang belum mengisi data terkait PANDU di SI PTM

7) SDM yang sudah tersosialisasi dan terlatih PANDU belum mengaplikasikan

pelayanan PANDU dengan menggunakan Charta

8) Masih sulitnya akses internet di beberapa daerah

h. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan PANDU PTM

melalui sosialisasi atau pelatihan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD,

dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang

berlaku

2) Melakukan advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi

dalam mendukung kegiatan Pandu PTM dengan penyesuaian protokol

kesehatan ditengah pandemi Covid-19

3) Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web melalui Refreshing

kembali tentang aplikasi SI PTM Terbaru ke Provinsi yang mengundang

Kab./Kota melalui virtual

4) Bimtek Virtual dengan Kab. / kota terkait PANDU PTM secara berkala

5) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait

cdalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM.

f. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40%

populasi.

a. Definisi operasional

Kegiatan deteksi dini gangguan indera adalah kegiatan deteksi dini gangguan

penglihatan dan gangguan pendengaran pada paling kurang 40% populasi di

wilayahnya (Kab/Kota).

b. Pengertian

Untuk gangguan penglihatan meliputi deteksi dini katarak dan atau kelainan

refraksi, sedangkan gangguan pendengaran meliputi deteksi dini tuli kongenital,

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dan serumen prop.

Kegiatan ini meliputi :

- Pemeriksaan tajam penglihatan dan pendengaran di FKTP/Puskesmas

- integrasi dengan program Stimulasi Deteksi Intervensi Tumbuh Kembang

(SDIDTK), penjaringan kesehatan pada anak sekolah/Madrasah, Posbindu,

Posyandu Balita, Pos UKK, dll.

Page 39: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

34

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini gangguan penglihatan dan

pendengaran pada minimal 40% populasi

kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi

=

Jumlah populasi yang melakukan deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran di wilayah kab/kota

X 100%

Jumlah Populasi di wilayah Kab/Kota

d. Pencapaian

Pencapaian jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan

indera pada ≥ 40% pada tahun 2020, belum mencapai target yang diharapkan.

Target pada tahun 2020 adalah sebanyak 155 kab/kota dari total 514 kab/kota

dengan capaian sebesar 7 kab/kota (4,52%) (grafik 3.17).

Grafik 3.17 Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera

pada ≥ 40% populasi Tahun 2020

Capaian kabupaten/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera di tahun

2020 belum mencapai target, baru 7 beberapa kab/kota yang mencapai ≥ 40%

deteksi selama tahun 2020, hal ini memang dikarenakan Pandemi Covid yang

melanda Indonesia sejak Maret 2020. Sehingga kegiatan Posbindu, Posyandu

Lansia, dan skrining anak sekolah tidak bisa dilaksanakan. Tujuh kab/Kota yang

telah capai target tersebut diantaranya adalah Kabupaten lombok Utara, Sumbawa

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Target Realisasi

155

7

Page 40: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

35

Barat, Hulu sungai Selatan, Morowali Utara, Buton Tengah, Kota Bima dan Kota

Surabaya.

Berdasarkan Grafik 3.18 sebaran deteksi dini gangguan penglihatan yang

dilaksanakan pada 34 Provinsi di Indonesia dengan persentase tertinggi di Nusa

Tenggara Barat yaitu sebesar 17,9%, dan terendah di Provinsi Bengkulu sebesar

0,04%. Dimana capaian secara nasional sebesar 3%.

Page 41: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

36

Grafik 3.18 Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Penglihatan

Berdasarkan Provinsi Tahun 2020

Page 42: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

37

Grafik 3.19 Capaian Indikator Kab/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera

pada ≥ 40% populasi Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Grafik 3.19 memperlihatkan capaian indikator jumlah kab/kota yang melaksanakan

deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi Tahun 2020 sebesar 7 (4,52%)

kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024

sebesar 308 kab/kota maka pencapainnya baru 2,27%. Perlu akselerasi upaya dalam

pencapain indikator tersebut.

Grafik 3.20 Persentase Puskesmas yang Melakukan Deteksi Dini dan Rujukan Katarak,

Tahun 2016-2019

0

100

200

300

400

500

600

2020 2021 2022 2023 2024

155

206

308

360

514

7

Target

Realisasi

0

10

20

30

40

50

60

70

2016 2017 2018 2019

510

20

30

4.910

25.1

60.8

Persentase

Target

Realisasi

Page 43: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

38

Grafik 3.20 merupakan pancapaian dari Indikator tahun sebelumnya, walaupun

indikator tersebut tidak bisa dibandingkan dengan tahun 2020, namun dapat

digunakan sebagai upaya evaluasi untuk upaya tahun berikutnya. Tahun 2019

sasaran terhadap kemampuan Puskesmas dalam melaksanakan deteksi dini dan

rujukan katarak, sedangkan tahun 2020 sasaran adalah populasi yang melakukan

deteksi dini gangguan indera.

e. Analisis Penyebab Kegagalan.

Pandemi covid 19 sangat berpengaruh sekali dalam pelaksanaan kegiatan

deteksidini di daerah, tidak hanya program penanggulangan indera tapi hampir

untuk semua program yang berkaitan dengan mengumpulkan massa atau

masyarakat seperti di Posbindu, Posyandu Lansia serta kegiatan skrining yang

dilakukan di sekolah. Namun jika dibandingkan dengan Indikator sebelumnya yaitu

persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksidini dan rujukan katarak

capaian program sangat baik di angka 60,8% dari target 30%. Karena di Tahun

2020 ada perubahan indicator menjadi Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan

deteksidini gangguan Indera minimal ≥ 40% populasi, maka indicator ini menjadi

tantangan tersendiri bagi kabupaten/Kota untuk mencapainya. Pandemi Covid-19

yang melanda Indonesia menyebabkan keberlanjutan program terganggu,

sehingga di daerah tidak bisa melakukan deteksidini gangguan indera.

Berkurangnya kunjungan pasien ke FKTP termasuk Posyandu lansia, skrining anak

sekolah dan remaja

f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan tahun 2020, dalam mendukung

pencapaian indikator tersebut:

1) Orientasi Program Penanggulangan Gangguan Indera 2020 – 2024 yang

dilaksanakan pada tanggal 5 – 7 Februari di Hotel Grand Savero Bogor, dimana

peserta kegiatan orientasi adalah Pengelola PTM Dinas Kesehatan Provinsi

seluruh Indonesia, PDUI, Fakultas Kedokteran, dokter layanan primer,

Persatuan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), dan Perdami. Kegiatan ini

bertujuan mensosialisasikan peta jalan penanggulangan gangguan

penglihatan dan pendengaran Tahun 2020 – 2024 sebagai acuan untuk

mencapai Sound Hearing 2030 dan Vision For All 2030 dan meningkatkan

komitmen untuk mewujudkan SDM unggul dengan menguatkan deteksidini

gangguan indera di masyarakat dan menangani secara cepat dan tepat. Materi

yang disampaikan adalah, 1) Strategi Penangulangan Indera di Indonesia ; 2)

Konsep dokter layanan primer dalam mendukung pemerintah untuk program

layanan indonesia ; 3) Sistem Informasi Gangguan Indera terintegrasi dengan

SIPTM ; 4) Sosialisasi Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan

2020-2024 dan Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Pendengaran 2020-

2024 ; 5) Gangguan Penglihatan dan dampaknya terhadap Kesehatan

masyarakat ; 6) Gangguan Pendengaran dan dampaknya terhadap Kesehatan

Page 44: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

39

masyarakat ; 7) Praktek Deteksidini Gangguan Penglihatan dan Pendengaran

; 8) Pencatatan dan Pelaporan

2) Hari Pendengaran Sedunia (HPS) Tahun 2020 dengan tema “ Don’t Let

Hearing Loss Limit You” atau “ Tetap Berprestasi Walau Tanpa . Kegiatan ini

merupakan suatu upaya promosi kesehatan diarahkan agar masyarakat peduli

untuk mencegah gangguan indera dengan menyebarluaskan informasi baik

melalui media Komunikasi, Informasi dan Edukasi. Adapun rangkaian Hari

Pendengaran ini diawali dengan :

a) Siaran Radio Kemenkes (SRK) yang telah dilaksanakan pada tanggal 2

Maret 2020

b) Press Briefing dalam rangka HPS 2020 yang dilaksanakan tanggal 3 Maret

2020

c) Acara Puncak yang dilaksanakan pada Tanggal 13 dalam bentuk kegiatan

“Gerakan Sehat Pendengaran dan Flashmop Sadar Bising” bertempat di

Lapangan Olahraga Kementerian Kesehatan RI. Kegiatan ini Bertujuan

mengkampanyekan pentingnya menjaga kesehatan pendengaran dalam

mewujudkan SDM sehat dan unggul serta membangun komitmen bersama

dengan stake holder terkait dalam penanggulangan gangguan

pendengaran dan ketulian. Peserta sebanyak 200 orang yang meliputi

Pejabat dan pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI,

Kementerian Lembaga se- Kemenko PMK, Organisasi Profesi, Akademisi

dan Asosiasi. Adapun narasumber dari kegiatan ini adalah dari

Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Dirjen P2P Bapak dr. Achmad

Yurianto dan Staf Khusus Presiden Bidang Sosial. Pada Kegiatan ini juga

dilakukan Deteksidini Gangguan Pendengaran dan kegiatan bersih-bersih

telinga dari mitra dan sponsor.

3) Bimtek Virtual Gangguan Indera

Kegiatan ini di pandang perlu pada situasi Pandemi Covid 19, karena PTM

sebagai co-morbid untuk melakukan Bimtek Virtual dalam rangka penguatan

upaya P2PTM dalam mencegah orang dengan Faktor risiko PTM menjadi

penyandang PTM serta mencegah kerentanan orang dengan PTM terpapar

covid. Kegiatan dilakukan menggunakan aplikasi Zoom dan Youtube. Ada 3

(tiga) kegiatan Bimtek yang dilaksanakan yaitu :

a) Bimtek Virtual Provinsi Aceh dan Sulawesi Utara pada tanggal 5 Juni 2020

b) Bimtek Virtual Provinsi Sumatera Barat dan Kalimantan Timur pada

tanggal 12 Juni 2020

c) Bimtek Virtual Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Barat pada tanggal 23

Juni 2020

Peserta kegiatan Bimtek adalah Kepala Bidang P2P, Kasie PTM dan keswa di

Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi. Narasumber dan materi kegiatan

adalah Direktur P2PTM menyampaikan terkait Adaptasi Kebiasaan baru

P2PTM dan Kasubdit GIF menyampaikan capaian program P2PTM masing-

Page 45: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

40

masing provinsi. Agenda Kegiatan adalah Paparan Direktur P2PTM, paparan

Kasubdit Gif serta diskusi online

4) PenyusunanNorma/Standar/Peraturan/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan

Pengendalian Gangguan Indera.

NSPK pencegahan dan pengendalian gangguan indera merupakan acuan atau

pedoman dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

gangguan indera di daerah dan nasional. Pada tahun 2020, NSPK yang

disusun adalah :

a) Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Peta Jalan

Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran

tahun 2020-2024. Rancangan Kepmenkes ini ditujukan untuk : 1)

Memberikan acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah

desa, dan masyarakat dalam melakukan penanggulangan gangguan

penglihatan dan gangguan pendengaran ; 2) Menurunkan prevalensi

gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran ; 3) Menurunkan angka

kebutaan dan ketulian.

b) Peta Jalan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran Tahun

2020 - 2024. Peta Jalan sebagai panduan dalam perencanaan dan

pengembangan program gangguan penglihatan dan Gangguan

Pendengaran di Indonesia dalam rangka mencapai Vision For All 2030

mencapai Sound Hearing 2030 dan meningkatkan komitmen untuk

mewujudkan SDM unggul dengan menguatkan deteksidini gangguan indera

di masyarakat dan menangani secara cepat dan tepat. Peta Jalan memuat

strategi memuat 5 poin strategis antara lain : 1) Penguatan advokasi dan

koordinasi lintas program dan lintas sektor, 2) Penguatan peran serta

masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, 3) Peningkatan akses

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui penguatan sumber

daya dan standardisasi pelayanan, 4) Penguatan surveilans serta

pemantauan dan evaluasi kegiatan penanggulangan gangguan

pendengaran, dan 5) Penyediaan sumber daya yang mencukupi dalam

penanggulangan gangguan pendengaran.

c) Buku Pintar Indera

d) Pedoman Deteksidini Gangguan Indera

5) KIE tentang pencegahan dan pengendalian Gangguan Indera dilaksanakan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan

pengendalian gangguan penglihatan dan pendengaran, salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah melalui penyebarluasan media Komunikasi, Informasi

dan Edukasi (KIE), seperti Leaflet, Brosur, Banner, Poster, Buku saku dan lain-

lain. Media KIE efektif digunakan pada saat kegiatan sosialisasi dan

pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian

gangguan indera.

6) Seminar virtual Penanggulangan Ganguan Indera Penglihatan dan

Pendengaran mewujudkan sdm unggul, seminar dilaksanakan tanggal 22

September 2020 yang merupakan rangkaian kegiatan Hari Penglihatan

Page 46: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

41

Sedunia. Tujuan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan

edukasi tentang penanggulangan dan bagaimana indera penglihatan dan

pendengaran untuk mewujudkan SDM Unggul. Seminar Virtual dengan tema“

Penanggulangan gangguan indera penglihatan dan pendengaran mewujudkan

SDM Unggul” diikuti oleh 4304 peserta yang ikut join melalui aplikasi Zoom

Meeting dan youtube. Narasumber berasal dari Diretur Jenderal P2P

Kemenkes RI, Direktorat P2PTM, Ka Komda PGPKT, Perdami Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Cicendo Bandung, Kadinkes Jabar, Perhati KL,Ketua

Iropin, Dit Yankes Primer. Materi yang di sampaikan diantaranya : a)

Pembelajaran (Lesson Learn) Peran komite Daerah (Komda) PGPKT dalam

program Penanggulangan Ganguan Pendengaran Di Provinsi Aceh; b) Strategi

Operasional Penguatan Deteksidini Gangguan Indera Penglihatan dan

Pendengaran Mendukung Tercapainya SDM Unggul; c) Lesson Learn

Penanggulangan Gangguan Penglihatan terintegrasi di Provinsi Jawa barat; d)

Dukungan LSM dalam Penanggulangan Gangguan Penglihatan Di Indonesia;

e) Strategi Operasional dalam Pelanyanan Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran Di FKTP; f) Gangguan Pendengaran dan Penanganannya di

Indonesia menuju “Sound Hearing 2030” ; f) Gambaran Gangguan Penglihatan

dan Penanganannya di Indonesia Menuju World Report on Vision.

7) Telah dilaksanakan rangkaian kegiatan Edukasi ke masyarakat dalam rangka

Hari Penglihatan Sedunia (HPS) Tahun 2020.

World Sight Day (WSD)/ Hari Penglihatan Sedunia dicanangkan oleh WHO

tahun 1999 dan diperingati setiap tahun pada hari Kamis minggu kedua bulan

Oktober. Peringatan Hari Penglihatan Sedunia pada tahun 2019 jatuh pada

tanggal 7 Oktober 2020 dengan tema internasional “Hope in Sight” dan tema

nasional “Mata Sehat, Indonesia Maju”. Kegiatan dilaksanakan secara virtual

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penglihatan

karena gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang penting untuk dicegah dan dikendalikan.

Kegiatan Hari Penglihatan Sedunia bertujuan untuk memperkuat jejaring lintas

program/lintas sektor, mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang

pentingnya mencegah dan mengendalikan gangguan penglihatan pada

masyarakat terutama bagi anak, karena gangguan penglihatan berpotensi

untuk menurunkan kualitas dan produktifitas seseorang. Hal lainnya adalah

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini

gangguan penglihatan, serta kegiatan ini dapat diintegrasikan melalui upaya

promotif dan preventif gangguan penglihatan dengan program lainnya. Pada

kegiatan tahun ini diadakan dialog interaktif melalui video converence dengan

Balai Kesehatan Indera Masyarakat Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Kab.

Lombok Tengah Provinsi NTB, dan Dinas Kesehatan Kab. Gowa Provinsi

Sulawesi Selatan

Tahapan kegiatan adalah sebagai berikut :

a) Pers briefing/ media briefing

Page 47: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

42

b) Puncak Peringatan Hari Penglihatan Sedunia secara virtual

c) Webinar dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia

d) Siaran Radio Republik Indonesia

e) Senam Sehat

8) Pertemuan Koordinasi Program Penanggulangan Gangguan Indera dan

Fungsional. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 November 2020

bertempat di Hotel Manhattan Jakarta. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai

wadah untuk memperkuat jejaring kerja, evaluasi pelaksanaan program, serta

pemantapan program pencegahan dan pengendalian gangguan indera dan

fungsional dalam rangka menurunkan angka gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran dan gangguan fungsional. Materi yang disampaikan adalah ; 1)

Strategi operasional penanggulangan gangguan indera dn fungsional ( Direktur

P2PTM) ; 2) Peran Perdami dalam penanggulangan gangguan penglihatan

(Ketua PP Perdami) ; 3) Peran Perhati-KL dalam penanggulangan gangguan

pendengaran (Ketua PP Perhati-KL) ; 4) Peran Perdosi dalam penanggulangan

gangguan fungsional (Ketua Perdosri) ; 5) Program Penanggulangan

gangguan indera dan fungsional di Provinsi DKI (Kabid P2P Dinkes Prov. DKI)

; 6) Evaluasi program pencegahan dan pengendalian gangguan indera dan

fungsional. Kegiatan dilaksanakan secara Daring dan tatap muka. Peserta

pertemuan dari lintas sektor, lintas program, NGO terkait. Seperti : Kemenko

PMK, Kemensos, Dit. Kesjaor, Dit.Promkes, Dit.Yankes Primer, Dit.Yankes

Rujukan, Dit. P2MKJN, Pusat Data dan Informasi, PADK, P2JK, BPJS

Kesehatan, Dinkes Prov. DKI, Sudinkes Jakarta Pusat, Sudinkes Jakarta Barat,

Sudinkes Jakarta Timur, Sudinkes Jakarta Selatan, Sudinkes Jakarta Utara,

dan 34 Dinkes Provinsi secara virtual.

g. Kendala /Masalah yang Dihadapi

1) Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia menyebabkan keberlanjutan

program terganggu, sehingga di daerah tidak bisa melakukan deteksidini

gangguan indera. Berkurangnya kunjungan pasien ke FKTP termasuk

Posyandu lansia, skrining anak sekolah dan remaja

2) Advokasi dan sosialisasi upaya pengendalian gangguan indera pada

pemangku kebijakan di daerah belum maksimal, sehingga kegiatan indera

belum menjadi prioritas dalam perencanaan dan penganggaran di daerah.

3) Integrasi program gangguan indera dengan lintas program terkait belum

maksimal seperti skrining anak sekolah, remaja dan usia lanjut.

4) Koordinasi antara lintas sektor dan lintas program serta sistem rujukan yang

belum maksimal dalam penanggulangan gangguan indera di daerah

5) Belum semua provinsi mendapatkan pelatihan/peningkatan kapasitas petugas

dalam penanggulangan gangguan indera

6) Masih lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan rutin penanggulangan

gangguan indera.

Page 48: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

43

7) Belum terpenuhinya alat kesehatan untuk deteksi gangguan indera sesuai

dengan permenkes 75 tahun 2014.

8) Rendahnya pengetahuan dan tingkat kepedulian masyarakat tentang

kesehatan indera.

h. Pemecahan Masalah

1) Dengan kebijakan protokol kesehatan yang ketat dalam pelaksanaan

deteksidini gangguan Indera di masyarakat untuk meningkatkan cakupan

deteksi. Kebijakan ini akan disesuaikan dengan kondisi wilayah dan kebijakan

pemerintah daerah masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota

2) Sosialisasi dan advokasi Regulasi dan kebijakan penanggulangan gangguan

indera khususnya untuk percepatan penanggulangan gangguan penglihatan

dan kebutaan akibat katarak.

3) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan dalam

penanggulangan gangguan indera

4) Memaksimalkan deteksi dini, layanan rujukan dan pembiayaan kesehatan pada

kelompok berisiko dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.

5) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan.

6) Meningkatkan jejaring kemitraan dalam penanggulangan gangguan indera.

7) Mendorong pemerintah daerah untuk melengkapi kebutuhan alat kesehatan

deteksi dini dan diagnosis gangguan indera di Puskesmas sesuai dengan

Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

g. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80%

populasi usia 30-50 tahun

a. Definisi Operasional

Kab/kota yg menyelenggarakan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks

paling kurang pada 80% populasi wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang memiliki

riwayat sexual aktif.

b. Pengertian :

1) Perempuan usia 30 sampai 50 tahun adalah perempuan usia subur yang memiliki

usia 30 sampai 50 tahun dan sudah melakukan kontak seksual aktif (sudah

menikah).

2) Program IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah kegiatan deteksi dini

kanker leher rahim dengan cara mengamati dan melihat leher rahim yang telah

dipulas dengan asam asetat 3-5 % yang ditandai dengan adanya bercak putih

(aceto white epithelium) sebagai lesi prakanker.

3) Program SADANIS adalah kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan cara

pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

c. Cara perhitungan

Page 49: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

44

Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki cakupan deteksi dini kanker payudara dan

kanker leher Rahim paling kurang 80% populasi wanita usia 30-50 tahun atau wanita

yang memiliki riwayat sexual aktif.

Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun

=

Jumlah wanita yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara usia 30-50 tahun di wilayah kab/kota

X 100%

Jumlah wanita usia 30-50 tahun di wilayah Kab/Kota

d. Capaian Indikator Tahun 2020 merupakan awal pelaksanaan Renstra tahun 2020- 2024, dengan

indikator baru untuk program deteksi dini kanker payudara dan leher rahim.

Grafik 3.21

Capaian Kab/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Penyakit Kanker ≥ 80%

Populasi Wanita Usia 30-50 Tahun Tahun 2020

0

50

100

150

200

250

300

Target Realisasi

283

0

Page 50: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

45

Pada tahun 2020 realisasi capaian untuk indikator Kab/kota yang melaksanakan deteksi dini penyakit kanker ≥ 80% populasi wanita usia 30-50 tahun belum tercapai. Dalam target perjanjian kinerja tahun 2020 indikator kab/kota yang melaksanakan deteksi dini penyakit kanker ≥ 80% Populasi Wanita Usia 30-50 tahun adalah 283 kab/kota, sedangkan realisasi tahun 2020 adalah 0, capaiannya belum tercapai 0%. Jumlah sasaran wanita usia 30 – 50 tahun di tahun 2020 adalah 39.284.853 orang, sedangkan yang sudah dilakukan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim baru mencapai 1.691.054 orang (4,31%).

Grafik 3.22 kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini kanker leher Rahim dan kanker

payudara >20% tahun 2020

Ada 24 Kab/Kota yang memiliki capaian lebih dari 20% dan hanya ada satu kab/kota yang hampir mencapai target 80% yaitu kab Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara sebesar 73,4%.

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

Kota Cirebon

Kota Mojokerto

Pesisir Selatan

Klungkung

Manggarai Timur

Kota Bandar Lampung

Kota Tegal

Kota Madiun

Bangka

Magetan

Samosir

Pangkajene Kepulauan

Halmahera Timur

Barru

Dharmasraya

Solok

Luwu Utara

Bengkalis

Belitung Timur

Kota Prabumulih

Penukal Abab Lematang Ilir

Lombok Utara

Kepulauan Seribu

Padang Lawas Utara

20.01%

21.23%

23.61%

23.68%

24.37%

24.41%

24.55%

24.70%

26.35%

26.64%

26.91%

27.80%

28.06%

28.57%

29.72%

31.18%

31.76%

32.47%

33.27%

40.85%

44.54%

48.04%

50.62%

73.40%

Page 51: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

46

Dari target 283 kab/kota rentang capaiannya masing-masing kab/kota sangat bervariasi dan masih jauh dari target yang di harapkan. Hal ini bukan hanya disebabkan pada tahun ini terjadi wabah pandemic covid 19, sebelum terjadi pandemi pun capaian untuk deteksi dini kanker sangat rendah.

Grafik 3.23 Capaian Indikator Kab/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Penyakit Kanker ≥ 80% Populasi Wanita Usia 30-50 Tahun Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka

Menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 Grafik 3.23 merupakan capaian indikator tahun 2020 yang belum ada kab/ kota yang melaksankaan capaian Deteksi Dini Penyakit Kanker ≥ 80% Populasi Wanita Usia 30-50 Tahun, jika dibandingkan dengan target jangka menengah dengan target 360 kab/kota perlu akselerasi dalam pencapaian target. Indikator tahun 2020-2024 yaitu kab/kota yang melakukan deteksi dini kanker ≥ 80% wanita usia 30-50 tahun, tidak dapat dibandingkan dengan indikator sebelumnya tahun 2014-2019 yaitu persentase perempuan usia 30 – 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks. Bila melihat indikator sebelumnya yaitu persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini pada perempuan usia 30 sampai dengan 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim, capaiannya sebagai berikut:

0

100

200

300

400

500

600

2020 2021 2022 2023 2024

283309

360

411

514

0

Target

Realisasi

Page 52: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

47

Grafik 3.24 Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan Leher rahim pada Perempuan Usia 30-50, Tahun 2016-2019

Tahun 2019 target puskesmas yang sudah melaksanakan deteksi dini kanker

payudara dan kanker leher rahim 50% dan target tercapai 100%. Hal ini juga menjadi

gambaran bahwa Puskesmas yang mampu melaksanakan deteksi dini kanker

payudara dan leher rahim hanya 50%, sehingga menjadi salah satu faktor yang

menghambat dalam capaian cakupan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher

rahim.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

RI pada tahun 2018 menyebutkan angka prevalensi penyakit kanker di Indonesia

sebesar 1,79 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yang

tertinggi di Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 4,86‰, terdapat kenaikan angka

prevalensi bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2013 dimana prevalensi

kanker nya sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Pada indikator kabupaten/kota yang

melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi usia 30-50 tahun pada

tahun ini, tidak dapat dibandingkan dengan data nasional ataupun hasil Riskesdas.

e. Analisis penyebab kegagalan Pencapaian

Indikator kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini kanker ≥ 80% wanita usia 30-

50 tahun tidak tercapai karena faktor budaya: untuk sebagian wanita masih menjadi

hal tabu untuk memperlihatkan organ intim kepada orang lain, kesadaran masyarakat

masih kurang, merasa belum perlu untuk deteksi dini karena tidak ada keluhan. Pada

tahun 2020 telah terjadi pandemi Covid 19 yang menambah capaian deteksi dini

kanker payudara dan leher rahim semakin rendah.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2016 2017 2018 2019

15

25

35

50

16.1

26.8

49.8 50

Target

Capaian

Page 53: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

48

f. Upaya yang dilakukan

1) Lokakarya pencegahan dan pengendalian kanker: Dalam rangka memperingati

hari Kanker sedunia 2020 yang bertujuan untuk mengingat dan mengajak

masyarakat turut berperan aktif dalam mendukung upaya penanggulangan

Kanker. Rapat persiapan dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2020 di Hotel

Wyndham Casa Blanka mengundang berbagai lintas program dan lintas sektor

yang terdiri dari Direktur Yankestrad, Dit Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Dit

Prodisfar, Rokomyanmas, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, RS Kanker Dharmais,

Perwakilan dari KPKN, CISC, YKAKI, Pita Kuning, Pita Toska, PP POI, YKPI,

DWP, Gelang Harapan, Perhompedin, PP IBI, HOGI, Love Pink, PP Kestraki,

HOPE, YKI, PDPI.

2) Focus Group Discusion FGD) Penanggulangan Penyakit kanker Berfokus pada

Pencegahan Faktor Risiko: Keberhasilan penanggulangan sangat bergantung

pada komitmen, kerja sama, dan kolaborasi yang optimal dari berbagai

pemangku kepentingan. Hari kanker sedunia 2020 merupakan momentum yang

sangat penting bagi kita semua untuk saling mengingatkan dan menguatkan

komitmen bersama terkait penanggulangan kanker. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka dilaksanakan FGD penganggulangan penyakit kanker berfokus

pada pencegahan factor risiko yang bertujuan untuk mensosialisasikan situasi

penyakit kanker saat ini dan membangun serta menguatkan komitmen multi

sector dalam penanggulangan penyakit kanker di Indonesia. Kegiatan focus

group discussion dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2020 di hotel Manhattan,

Jakarta Selatan.

3) Media Briefing Pencegahan dan Pengendalian Kanker

Peringatan hari kanker sedunia merupakan momentum yang baik dalam

menyebarluaskan informasi tentang kanker untuk meningkatkan awarness

masyarakat tentang kanker. kegiatan media briefing dilakukan sebagai

pendekatan kepada wartawan, blogger untuk menyebarkan informasi tentang

faktor risiko kanker dan cara pengendaliannya. Kegiatan media briefing sedunia

dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2020 di ruang Germas, Kemenkes RI.

4) Pertemuan Sosial Media Influenzer

Pertemuan Sosial Media Influenzer bertujuan untuk menyebarluaskan informasi

yang tepat tentang kanker, dapat meneruskan informasi yang benar tentang

kanker kepada masyarakat melalui media sosial dan meningkatkan kepedulian

masyarakat tentang pencegahan dan pengendalian penyakit kanker melalui

media sosial. Pertemuan sosial media influenzer dilaksanakan pada tanggal 4

Februari 2020 di Jakarta, yaitu hotel Manhattan mengundang mitra kerja

Kementerian Kesehatan RI yaitu para Blogger, Vlogger dan influenzer di media

sosial, Rokomyanmas, Biro Hukormas Sesditjen P2P dan Dit P2PTM sedangkan

narasumber meliputi Kementerian Kesehatan dan ahli di bidang kanker.

5) Jejaring Kemitraan Pencegahan dan Pengendalian Kanker

Peningkatan jejaring kerja melalui kegiatan “Kemitraan Pengendalian Kanker”,

dilaksanakan dengan cara swakelola. Kegiatan tersebut di atas untuk

mendapatkan dukungan dan kemajuan serta konsistensi program pencegahan

Page 54: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

49

dan pengendalian kanker maupun teknis dari berbagai stakeholder dan profesi

diperlukan persamaan persepsi dan masukan dari berbagai stakeholder. Jejaring

kerja dengan kemitraan ini dapat membantu memberikan masukan penyelesaian

permasalahan yang akan dihadapi dari waktu ke waktu.

6) Sosialisasi Deteksi Dini Kanker dilaksanakan di 4 Kab/kota yaitu :

a) Kabupaten Jember, provinsi Jawa Timur, kegiatan dilaksanakan pada

tanggal 13 Maret 2020 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri dari

masyarakat dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi,

Kab/Kota selain kegiatan GERMAS juga dilaksanakan koordinasi dengan

Dinas Kesehatan Kab/Kota terkait cakupan dan identifikasi permasalahan

dalam pelaksanaan deteksi dini kanker di Kabupaten Jember.

b) Kota Jambi, provinsi Jambi, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 16 Maret

2020 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri dari masyarakat dan petugas

kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota selain kegiatan

GERMAS juga dilaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota

terkait cakupan dan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan deteksi

dini kanker di Kota Jambi.

c) Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur, kegiatan dilaksanakan pada pada tanggal

5 September 2020 dihadiri oleh 200 orang peserta dari masyarakat dan

petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota. Pelaksanaan

kegiatan sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam gerakan

masyarakat hidup sehat dengan mematuhi protokol kesehatan yakni

memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta melakukan

pemeriksaan suhu tubuh dan rapid test terhadap semua peserta GERMAS.

d) Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, kegiatan dilaksanakan pada pada

tanggal 24 Oktober 2020 dihadiri oleh 200 orang peserta dari masyarakat

dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota.

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam

gerakan masyarakat hidup sehat dengan mematuhi protokol kesehatan

yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta melakukan

pemeriksaan suhu tubuh dan rapid test terhadap semua peserta GERMAS.

7) Supervisi Pencegahan dan Pengendalian Kanker

Masih rendahnya cakupan di beberapa daerah menjadikan masih meningkatnya

angka kejadian kanker payudara dan kanker leher rahim. Oleh karena itu melalui

supervisi ini diharapkan dapat menghasilkan solusi dalam upaya penurunan

angka kejadian kanker dengan demikian diharapkan program pencegahan dan

pengendalian kanker dapat berjalan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dan

dapat dilaksanakan secara komprehensif. Kegiatan Supervisi yang

dilaksananakan sebagai berikut :

Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dengan menggunakan metode IVA

dilaksanakan terhadap 50 orang masyarakat berumur 30-50 tahun atau sudah

berhubungan seksual dan seminar pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada

perempuan Indonesia Kegiatan ini dilaksanakan di RSUD Universitas Muhammadiyah

oleh tenaga kesehatan terlatih dari Dinas Kesehatan kota Malang.

Page 55: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

50

g. Kendala/Masalah yang Dihadapi

1) Kesadaran masyarakat masih kurang, merasa belum perlu untuk deteksi dini

karena tidak ada keluhan.

2) Faktor budaya: untuk sebagian wanita masih menjadi hal tabu untuk

memperlihatkan organ intim kepada orang lain

3) Dukungan keluarga masih rendah, sehingga tidak mengizinkan untuk diperiksa

organ intim jika tidak dalam kondisi sakit

4) Tenaga kesehatan yang terlatih melakukan deteksi dini kanker payudara dan

kanker leher rahim masih kurang dibandingkan dengan banyaknya sasaran,

dokter terlatih 2.883, bidan terlatih 8.314 dan dokter obsgyn supervisor 82 orang.

5) Belum semua puskesmas memiliki tenaga Kesehatan terlatih serta terbatasnya

jumlah krioterapi untuk tindak lanjut hasil IVA positif, pusksemas yang memiliki

kryoterapi 373 (3,8%), IVA kit yang telah di distribusikan dari tahun 2014-2016

berjumlah 183unit dan jumlah puskesmas terlatih IVA 4.576 (45%).

6) Belum semua daerah siap untuk menganggarkan deteksi dini dalam standar

pelayanan minimal di daerahnya, program pengendalian kanker belum menjadi

prioritas di daerah.

7) Sistem pencatatan dan pelaporan rutin yang belum optimal dan belum

terintegrasinya sistem informasi antar FKTP dan FKTRL sehingga terjadi loss to

follow up

8) Pada tahun 2020 telah terjadi pandemi Covid 19 yang menambah capaian

deteksi dini kanker payudara dan leher rahim semakin rendah.

h. Pemecahan Masalah

1) Pencegahan dan pengendalian kanker yang efektif harus dimulai dari intervensi

perubahan gaya hidup yang didukung dengan penguatan regulasi agar

perubahan perilaku terjadi melalui kepatuhan yang paripurna dengan dukungan

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2) Penguatan promotif preventif kepada kelompok risiko (wanita usia 30-50 tahun

atau sudah berhubungan seksual) agar mau mekakukan deteksi dini kanker

dengan pendekatan sesuai masalah daerah masing-masing yang melibatkan

tokoh keluarga, tokoh agama dan organisasi masyarakat lainnya, serta

dukungan keluarga.

3) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan sarana prasarana dalam ragka

peningkatan cakupan deteksi dini kanker yang didukung dengan database yang

kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

4) Peningkatan jejaring kemitraan dengan Kementerian/Lembaga serta

stakeholder lainnya dalam rangka pencegahan dan pengendalian kanker di

Indonesia.

5) Optimalisasi sistem penganggaran dalam rangka pencegahan dan pengendalian

kanker yang didukung oleh kebiijakan Pemerintah Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundangan.

Page 56: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

51

6) Penguatan dan peningkatan sistem pencatatan dan pelaporan dengan

ketersedian SDM yang memadai, bila perlu oleh SDM yang khusus mentata

kelola pencatatan dan pelaporan.

B. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN

Selain indikator kinerja diatas terdapat indikator kinerja anggaran. Anggaran Dit.P2PTM

tahun 2020 sebesar Rp. 18.315.121.000,-. Angaran tersebut bersumber dar Rupiah Murni

sebesar Rp. 17.463.923.000,- dan hibah langsung sebesar Rp 851.198.000,- Berikut ini

penjelasan mengenai hasil kerja Direktorat P2PTM melalui kegiatan yang telah

dilaksanakan, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian PTM berdasarkan Sumber

Anggaran, Tahun 2020

Tabel 3.3

Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian PTM berdasarkan Output Tahun 2020

PENGENDALIAN PTM

ANGGARAN SEMULA (Rp.)

ANGGARAN SETELAH REVISI

(Rp.)

REALISASI (Rp.)

%

RM 40.035.681.000 17.463.923.000 16.350.296.255 93,62

Hibah Langsung 0 851.198.000 758.247.529 89,08

Total 40.035.681.000 18.315.121.000 17.108.543.784 93

NO OUTPUT KEGIATAN PAGU (Rp)

REALISASI ANGGARAN

(Rp) %

1 2 3

1 Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

3.586.064.000 3.310.247.011 92%

2 Layanan Upaya Berhenti Merokok (layanan)

5.402.565.000 5.267.039.706 97%

3 Deteksi dini kanker (layanan) 1.621.967.000 1.597.292.471 98%

4 Deteksi dini gangguan indera (layanan)

2.085.325.000 1.860.605.224 89%

5 Layanan Terpadu PTM (layanan)

2.703.188.000 2.443.200.270 90%

6 Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk Penerapan KTR (Layanan)

489.846.000 367.884.550 75%

Page 57: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

52

Alokasi anggaran yang digunakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM sebesar Rp. 18.315.121.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp 17.108.543.784,- (93%). Jika dibandingkan dengan tahun 2019 alokasi anggaran Rp. Rp. 61.635.459.000,-, dengan realisasi anggaran sebesar Rp 54.541.639.424,- (88,5%). Realisasi tertinggi pada output layanan sarana dan prasarana (99%) dan realisasi terendah ada output advokasi kepada pemerintah daerah untuk penerapan KTR (75%). Realisasi advokasi kepada pemerintah daerah untuk penerapan KTR belum optimal karena ada pandemi covid sehingga beberapa kegiatan tidak terlaksana.

Tabel 3.5

Target dan Capaian Output Pencegahan Pengendalian PTM Tahun 2020

Tabel 3.5 mengenai target dan capaian output kegiatan tahun 2020, semua output tercapai

pada tahun 2020, penjelasan mengenai target dan capaian sebagai berikut:

1. Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (layanan)

Target 32 layanan dengan capaian 32 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan

Jejaring dan kemitraan, Bimbingan teknis implementasi deteksi dini FR PTM, NSPK

pencegahan dan pengendalian FR PTM, Media briefing FR PTM, Uji coba pengelolaan

faktor risiko PTM, Program kampus sehat, Assesment risiko pre diabetes. Alokasi

7 Layanan Sarana dan Prasarana Internal (Layanan)

370.367.000 366.349.600 99%

8 Layanan Dukungan Manajemen Satker (Layanan)

2.055.799.000 1.895.924.952 92%

Jumlah 18.315.121.000

17.108.543.784 93%

NO OUTPUT KEGIATAN TARGET CAPAIAN %

1 2 3 4 5

1 Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (layanan) 32 32 100%

2 Layanan Upaya Berhenti Merokok (layanan) 9 9 100%

3 Deteksi dini kanker (layanan) 23 23 100%

4 Deteksi dini gangguan indera (layanan)

27 27 100%

5 Layanan Terpadu PTM (layanan) 22 22 100%

6 Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk Penerapan KTR (Layanan)

15 15 100%

7 Layanan Sarana dan Prasarana Internal (Layanan)

1 1 100%

8 Layanan Dukungan Manajemen Satker (Layanan)

1 1 100%

Page 58: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

53

anggaran sebesar Rp. 3.586.064.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 3.310.247.011,-

atau 92%.

2. Layanan Upaya Berhenti Merokok (layanan)

Target 9 layanan dengan capaian 9 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan

Pengembangan layanan Quitline dengan mHealth, Advokasi Lintas K/L tentang KTR,

NSPK upaya layanan berhenti merokok, Jejaring dan kemitraan, Pencetakan dan

pembuatan media KIE. Alokasi anggaran sebesar Rp. 5.402.565.000,- dengan

realisasi sebesar Rp. 5.267.039.706,- (97%).

3. Deteksi dini kanker (layanan)

Target 23 layanan dengan capaian 23 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan

Sosialisasi pencegahan dan pengendalian kanker, Lokakarya P2 kanker, Media

Briefing pencegahan dan pengendalian Kanker, Pertemuan social media influencer,

jejaring dan kemitraan pencegahan dan pengendalian kanker, Supervisi Pencegahan

dan Pengendalian Kanker, Uji coba deteksi dini thalasemia. Alokasi anggaran sebesar

Rp. 1.621.967.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 1.598.818.471,- (98%).

4. Deteksi Dini Gangguan Indera (layanan)

Target 27 layanan dengan capaian 27 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan

Orientasi Program Penanggulangan Gangguan Indera, Pengembangan Surveilans

Gangguan Pendengaran, Bintek dan Monev Terpadu Pencegahan dan Pengendalian

Gangguan Indera, Jejaring dan Kemitraan, NSPK Pencegahan dan Pengendalian

Gangguan Indera, Media Briefing Gangguan Indera, Pencetakan dan pembuatan

media KIE pencegahan dan pengendalian gangguan indera. Alokasi anggaran

sebesar Rp. 2.085.325.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.860.605.224,- (89%).

5. Layanan Terpadu PTM (layanan)

Target 22 layanan dengan capaian 22 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan

Pencetakan dan pembuatan Media KIE Pandu PTM, Pertemuan Koordinasi Surveilans

dan SI PTM, Orientasi Manajemen Program P2PTM, Jejaring dan Kemitraan,

Pendampingan Implementasi Pandu PTM, NSPK Layanan Pandu PTM, Lokakarya

Upaya Pengendalian PTM. Alokasi anggaran sebesar Rp 3.200.868.000,- dengan

realisasi anggaran sebesar Rp. 2.945.769.905,- (92%).

6. Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk Penerapan KTR (Layanan)

Target 15 layanan dengan capaian 15 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan

Melaksanakan Advokasi dan Monev UBM dan Implementasi KTR, . Alokasi anggaran

sebesar Rp. 489.846.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 367.884.550,-

(75%).

7. Layanan Sarana dan Prasarana Internal (Layanan)

Target 1 Layanan dengan capaian 1 Layanan (100%) Alat dukung yang dimaksud

adalah Pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi, Pengadaan alat olah

data, Interactive flat panel. Alokasi anggaran sebesar Rp 370.367.000,- dan realisasi

sebesar Rp. 366.349.600,- (98%).

8. Layanan Dukungan Manajemen Satker (Layanan)

Target 1 Layanan dengan capaian 1 Layanan (100%). Dicapai melalui kegiatan

Penyusunan rencana program dan Penyusunan rencana anggaran, Pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi, Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan, Pengelolaan

Page 59: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

54

kepegawaian, Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga dan perlengkapan. Alokasi

anggaran sebesar Rp 2.055.799.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.894.156.952,-

(92%).

C. EFISIENSI SUMBER DAYA

Efisiensi sumber daya dihitung dengan membandingkan penjumlahan dari selisih antara

perkalian pagu anggaran keluaran degan mencapai keluaran dan realisasi anggaran

keluaran dengan penjumlahan dari perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian

keluaran. Pada tahun 2020 terdapat 13 keluaran/ output, efisiensi sumber daya dari

masing-masing output sebagai berikut:

1. Deteksi dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

Target 10 layanan dengan capaian 10 layanan (100%), dengan alokasi anggaran Rp

37.588.573.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 34.263.468.294,- (91,2%),

menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 8,8%. Efisiensi sumber daya

dikarenakan:

2. Layanan Upaya Berhenti Merokok (layanan)

Target 9 layanan dengan capaian 9 layanan (100%) dengan Alokasi anggaran sebesar

Rp.5.402.565.000,- dengan realisasi sebesar Rp.5.267.039.706,- (97%).

menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 3%. Efisiensi sumber daya disebabkan

kegiatan yang sebelumnya direncanakan tatap muka beralih menjadi pertemuan

virtual, serta efisiensi pembayaran honor ahli.

3. Deteksi dini kanker (layanan)

Target 23 layanan dengan capaian 23 layanan (100%) dengan Alokasi anggaran

sebesar Rp. 1.621.967.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 1.598.818.471,- (98%).

menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 2%. Efisiensi sumber daya disebabkan

kegiatan yang sebelumnya direncanakan tatap muka beralih menjadi pertemuan

virtual, .

4. Deteksi dini gangguan indera (layanan)

Target 27 layanan dengan capaian 27 layanan (100%) dengan Alokasi anggaran

sebesar Rp. 2.085.325.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.860.605.224,- (89%).

menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 11%. Efisiensi sumber daya

dikarenakan:

ada kegiatan NSPK yang tersisa anggaran karena sudah menyelesaikan lebih awal

dari yang sudah direncanakan dan tidak melalui Ujicoba NSPK yang biasa dilakukan

di beberapa daerah

5. Layanan Terpadu PTM (layanan)

Target 22 layanan dengan capaian 22 layanan (100%) dengan alokasi anggaran

sebesar Rp 3.200.868.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 2.945.769.905,-

(92%). menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 8%. Efisiensi sumber daya

dikarenakan: Efisien tersebut sebagian besar pada sub komponen kegiatan yaitu

Page 60: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

55

manajemen program P2PTM terkait pelatihan TPPK (e-learning) yang dilaksanakan

secara daring sehingga komponen belanja bahan dan operasional banyak tidak

terealisasi. Sub komponen jejaring dan kemitraan yang tidak terealisasi terkait

perjalanan dinas paket meeting dalam kota dan perjalanan transport dalam kota

karena pandemi Covid -19 sehingga kegiatan yang semua dilaksanakan tatap muka

diganti dengan daring. Sub komponen pendampingan implementasi PANDU PTM juga

tidak terealisasi berkaitan dengan tiket pesawat, hotel dan uang perjalanan karena

pelayanan di daerah terkait PANDU PTM banyak dialihkan untuk penanganan kasus

Covid-19.

6. Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk Penerapan KTR (Layanan)

Target 15 layanan dengan capaian 15 layanan (100%) dengan alokasi anggaran

sebesar Rp. 489.846.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 367.884.550,-

(75%). menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 25%. Efisiensi sumber daya pada

biaya transport yang semula dianggarkan dengan tiket pesawat menjadi sebagian

besar dilaksanakan dengan transport darat, dikarenakan pada pelaksanaan kegiatan

Advokasi dan Monev UBM dan Implementasi KTR pada saat Pandemi Covid

(Pembatasan Perjalanan) juga efisiensi harga penginapan (saat pandemi rate hotel

turun lebih murah).

7. Layanan Sarana dan Prasana Internal

Target 1 Layanan dengan capaian 1 Layanan (100%) dengan alokasi anggaran

sebesar Rp 370.367.000,- dan realisasi sebesar Rp. 366.349.600,- (98%),

menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 25%. Efisiensi sumber daya

dikarenakan: Alat dukung yang dimaksud adalah Pengadaan perangkat pengolah data

dan komunikasi, Pengadaan alat olah data, Interactive flat panel.

8. Layanan Dukungan Manajemen Satker

Target 1 layanan dengan capaian 1 layanan (100%), dengan alokasi anggaran Rp

2.597.048.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp 2.335.746.341,-(89,9%),

efisiensi sumber daya sebesar 10,1%. Efisien tersebut sebagian besar pada sub

komponen keperluan sehari-hari perkantoran yaitu kebutuhan barang habis pakai yang

secara langsung menunjang penyelenggaraan operasional dan untuk memenuhi

kebutuhan minimal agar suatu kantor dapat memberikan pelayanan secara optimal,

(seperti alat tulis kantor (ATK), barang cetak, alat-alat rumah tangga, langganan surat

kabar/berita/majalah, dan air minum pegawai). Kebutuhan ATK sudah dipenuhi dari

bagian kepegawaian dan umum sehingga tidak direalisasikan. Selain itu terdapat 2

orang pegawai yang pensiun dan 1 orang pegawai yang mengundurkan diri sebagai

PNS sehingga mengurangi kebutuhan sehari-hari perkantoran.

Page 61: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

56

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Alokasi anggaran Direktorat P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM

tahun 2020 sebesar Rp. 18.315.121.000,- dengan realisasi Rp. 17.108.543.784,- atau 93%

dengan rincian per indikator sebagai berikut:

1. Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80%

Populasi Usia ≥ 15 Tahun sebesar 52, realisasi 2 pencapaian 3,8%

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar

324, realisasi 285 pencapaian sebesar 87,96

3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok

(UBM) sebesar 50, realisasi 13 pencapaian sebesar 26%

4. Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80%

Puskesmas sebesar 103, realisasi 70, pencapaian sebesar 67,96

5. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥

40% Populasi sebesar 155, realisasi 7, pencapaian sebesar 4,51

6. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80%

populasi usia 30-50 tahun sebesar 283, realisasi 0, pencapaian 0

Pencapaian kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

pada tahun 2020, rata –rata capaian kinerja sebesar 31,71%. Pencapaian kinerja tahun

2020 menurun bila dibandingkan dengan tahun 2019 (131,1%). Kondisi tidak tercapai ini

terjadi karena adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada terhambatnya

pelaksanaan program dan kegiatan lain. Pada awal Pandemi ada kebijakan pembatasan

pelayanan kesehatan essensial di Puskesmas sehingga pelaksanaan kegiatan PTM

seperti Pandu PTM, deteksi dini kanker terkendala, dan juga kegiatan pembatasan sosial

dan tetap dirumah, sehingga untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti kegiatan

Posbindu, deteksi dini gangguan indera menjadi terkendala.

Salah satu alternatif solusi yang telah dilakukan adalah mendorongnya diselenggarakan

kegiatan Posbindu PTM dengan menerapkan protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan

baru. Pembinaan program dan monev PTM tetap dilakukan secara virtual. Kegiatan koordinasi

dan sosialisasi mengenai program PTM dilakukan secara virtual, sehingga jangkauannya

lebih luas.

B. TINDAK LANJUT

1. Peningkatan komitmen dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM, dengan

peningkatan advokasi mengenai program P2PTM kepada pemegang kebijakan,

terutama kab/kota dalam melaksanakan kegiatan untuk mendukung pencapain indikator

kinerja kegiatan.

Page 62: LAPORAN KINERJA TA - e-renggar.kemkes.go.id

57

2. Peningkatan kapasitas SDM yang terus ditingkatkan, karena tingginya mobilisasi

petugas di daerah, sehingga program P2PTM dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

3. Pengembangan, penguatan dan pemeliharaan sistem surveilan PTM yang telah

dibangun sebagai sarana pengumpulan data PTM yang evidence based, sehingga

dapat digunakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM

4. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dengan terus mengembangkan

berbagai media KIE mengenai P2PTM terutama pada daerah-daerah yang memiliki

resiko tinggi PTM