Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan...

16
Pembuatan gerbang Desa Lioka, Kecamatan Towuti, merupakan salah satu kegiatan PMDM di fase kedua. Sepanjang 2015, PMDM menuntaskan 362 kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di 37 desa terdampak operasi PT Vale. Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju Kemandirian Laporan Utama > Hal 8 Implementasi UU Desa di Luwu Timur Replikasi atau Integrasi dengan PMDM? Kemitraan > Hal 11 Toga yang Memberdayakan Warga Desa Wawasan > Hal 10 Manfaat Mengonsumsi Pangan Organik Informasi, Interaksi, Inspirasi EVENT > HAL 16 Pelatihan bagi Pelaku PMDM Tingkat Desa dan Kecamatan KEMITRAAN > HAL 12 Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan Model Pelaksanaan UU Desa” TabloidVerbeek @TabloidVerbeek EDISI 27 I AGUSTUS 2016 I 16 HALAMAN Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk - Tidak Diperjualbelikan - SCAN ME!

Transcript of Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan...

Page 1: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Pembuatan gerbang Desa Lioka, Kecamatan Towuti, merupakan salah satu kegiatan PMDM di fase kedua. Sepanjang 2015, PMDM menuntaskan 362 kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di 37 desa terdampak operasi PT Vale.

Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016)Bergerak Menuju Kemandirian

Laporan Utama > Hal 8Implementasi UU Desa di Luwu TimurReplikasi atau Integrasi dengan PMDM?

Kemitraan > Hal 11Toga yang Memberdayakan

Warga DesaWawasan > Hal 10

Manfaat Mengonsumsi Pangan Organik

I n f o r m a s i , I n t e r a k s i , I n s p i r a s iEVENT > HAL 16

Pelatihan bagi Pelaku PMDM Tingkat Desa dan Kecamatan

KEMITRAAN > HAL 12

Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD

SOSOK > HAL 9

Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes:“PMDM Bisa Dijadikan Model Pelaksanaan UU Desa”

TabloidVerbeek @TabloidVerbeek

E D I S I 2 7 I A G U S T U S 2 0 1 6 I 1 6 H A L A M A N

D i p u b l i k a s i k a n o l e h D i v i s i K o m u n i k a s i P T V a l e I n d o n e s i a T b k- T i d a k D i p e r j u a l b e l i k a n -

SCAN ME!

Page 2: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 20162 EDITORIAL

Tabloid ini diterbitkan sebagai upaya mengampanyekan transparansi dari pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Juga sebagai media alternatif masyarakat dalam memperoleh informasi dan wawasan. Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email atau surat ke alamat redaksi.

Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Hubungan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggung Jawab: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Komunikasi) | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor:La Ode M. Ichman, Aswaddin, Asriani Aminuddin, Megawati Ihyamuis, Iskandar Ismail, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi | Fotografer: Doni Setiadi | Desain & Tata Letak: Azwar Marzuki | Infografis: Sri Widya Wanti | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Hubungan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.

Tabloid Verbeek@TabloidVerbeekTabloidVerbeekTabloid Verbeek08114056715 570946F9

Liputan terkini tabloid Verbeek bisa diakses melalui media sosial Facebook dengan nama akun Tabloid Verbeek.

Pembaca yang budiman,Dengan rasa gembira Verbeek mengucap-

kan selamat kepada seluruh pelaku Program Mitra Desa Mandiri (PMDM), yang tahun 2016 ini telah memasuki fase ketiga. Inilah fase amat penting bagi keberlanjutan pro-gram. Ibaratnya, mengutip Busman Dahlan Shirat, Senior Manajer Program Pengem-bangan Sosial PT Vale, “pesawat PMDM” su-dah mencapai ketinggian ideal. Penumpang dan awak kabin sudah merasa nyaman ber-ada di dalamnya. Masyarakat sudah paham aturan main di dalam pesawat. "Walaupun pada fase tertentu pesawat akan melakukan proses landing dan ikat pinggang perlu di-kencangkan lagi," kata Busman.

Berkat kerja keras semua pelaku, pro-gram mulai diterima secara luas. Masyara-kat makin mengerti bahwa selain bantuan peralatan, peningkatan kapasitas pelaku juga amat penting. Tepat di sini, ke depan, kapasitas pelaku PMDM perlu ditingkatkan.

Penguatan ini dilakukan terhadap selu-ruh pelaku, mulai dari tingkat desa, peme-rintah, hingga ke lingkup PT Vale. Dengan demikian seluruh pelaku PMDM memiliki cara pandang yang sama. Bahwa ukuran ke-berhasilan program bukan hanya dari ha-sil-hasil yang terlihat, melainkan juga dari proses dan perubahan pola pikir di masya-rakat. Bahwa dalam PMDM terdapat prinsip kemitraan, prinsip keberlanjutan, dan pro-gram ini adalah bagian dari kepatuhan PT Vale terhadap aturan yang berlaku.

Dari sisi pembangunan fisik, sekadar con-toh, sepanjang fase kedua, PMDM mewujud-kan pembangunan 372 unit jamban keluar-ga di empat wilayah terdampak operasi PT Vale. Di sektor pendidikan, PMDM memba-ngun 10 unit prasarana pendidikan anak usia dini. Di sektor kesehatan, di Kecamat-an Towuti dibangun 4 Posyandu pada 2015. Di desa-desa lainnya, dana PMDM sektor kesehatan banyak dialokasikan untuk me-renovasi Posyandu, penambahan fasilitas, pelatihan kader, dan pemberian makanan tambahan bagi bayi dan Balita.

Pembaca, Verbeek kali ini menyajikan laporan utama terkait pencapaian PMDM fase kedua dan beberapa penyesuaian pada PMDM fase ketiga. Semoga laporan utama kami kali ini bisa meringkas secara jernih prestasi PMDM dan catatan untuk perba-ikan ke depan.

Selamat membaca.

KEGIATAN DI BP3K MODELApakah tabloid Verbeek hanya mengulas

kegiatan seputar PTPM saja? Bagaimana jika ada kegiatan di luar PTPM yang menarik untuk di-muat, terutama kegiatan yang dilakukan di BP3K Model? Misalnya kunjungan siswa untuk belajar dunia pertanian, kegiatan ujicoba tanaman baru yang bibitnya didatangkan dari luar Luwu Timur atau bahkan dari luar Sulawesi, atau jika teman-teman PPL mencoba media tanam baru misalnya menanam padi SRI Organik di dalam pot, dan sebagainya. Menurut saya, informasi seperti itu bisa memberi wawasan dan inspirasi kepada banyak orang.Fatma, staf BP3K Model Kecamatan Nuha.

Tabloid Verbeek pernah mengulas aktivitas yang berlangsung di BP3K Model-Kecamatan Nuha karena fasilitas tersebut merupakan bagian penting dari Program Pertanian Berkelanjutan di bawah PTPM. Silakan hubungi redaksi jika ada kegiatan yang menurut Ibu Fatma penting dan menarik.

SENANG DENGAN VERSI DIGITALHalo Redaksi Verbeek,Selama ini saya kesulitan mendapatkan tab-

loid Verbeek versi cetak. Kadang saya dapat di kantor desa, tapi sering juga kehabisan. Karena itu, saya senang sekali bisa membaca Verbeek versi digital lewat HP. Saya paling senang baca berita-berita lewat Facebook karena up to date dan banyak fotonya. Kalau bisa lebih aktif lagi Verbeek meng-upload berita lewat Facebook. Link ke tulisan panjangnya juga boleh supaya kami di desa bisa baca berita PMDM secara lengkap.Hasmawati, KPMD Baruga, Kecamatan

Towuti.

Halo Ibu Hasmawati,Tabloid Verbeek versi digital bisa diakses

kapanpun oleh pelaku PMDM dan masyarakat melalui website vale.com/indonesia dan melalui akun resmi media sosial kami. Di dalamnya terdapat edisi lengkap Verbeek yang bisa diunduh.

ULASAN LENGKAP KEGIATAN PMDMBeberapa edisi Verbeek mengulas tun-

tas tentang program padi organik, dari awal sampai panen. Bisakah program PMDM yang bagus diulas tuntas juga seperti itu? Misalnya pembangunan jamban. Saat ini sudah hampir 1.000 jamban yang dibangun oleh PMDM dan akan terus bertambah. Manfaatnya juga besar. Bisakah program ini diulas mulai dari perenca-naan, pembuatan RAB, pembangunan, sampai ke pemeliharaannya. Menurut saya akan bagus. Terima kasih.Suhaebah, KPMD Parumpanai, Kecamatan

Wasuponda.

Kegiatan pembangunan jamban sudah beberapa kali kami tayangkan di tabloid Verbeek. Usulan Ibu Suhaebah sejalan dengan rencana kami untuk mengulas kegiatan-kegiatan terbaik dari PMDM. Terima kasih.

SURAT PEMBACA

Page 3: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA 3

Jamban yang dibangun oleh warga Desa Mahalona, Kecamatan Towuti. PMDM memberi bantuan berupa material dasar dan warga memodifikasi sendiri desain jamban di rumah mereka dengan dana swadaya.

Anggaran PMDM program pendidikan di Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha, sepenuhnya dialokasikan untuk membangun gedung PAUD di Jl. G. Semeru yang diproyeksikan sebagai PAUD percontohan PMDM. Pekerjaan finishing dan pengadaan kelengkapan akan dilanjutkan di fase ketiga.

Bergerak Menuju Kemandirian di Akhir Fase Kedua PMDMPenerimaan masyarakat makin positif. Keberlanjutan menjadi tonggak pencapaian penting.

S ebagai bagian dari Program Ter-padu Pengembangan Masyarakat (PTPM), Program Mitra Desa Man-

diri (PMDM) disusun dalam kerangka lima tahun (2013-2017) dan dibagi dalam lima fase. Saat ini, PMDM telah menuntaskan fase kedua yang bergulir sepanjang 2015.

Satu per satu desa dan kecamatan me-nuntaskan seluruh 24 tahapan PMDM pada fase kedua. Pemerintah desa dan kecamatan, pelaku PMDM, serta masyara-kat, merumuskan kegiatan, menjalankan, hinga melakukan evaluasi. PMDM meru-pakan program bottom-up alias program yang diusulkan oleh masyarakat dan didu-kung oleh Pemerintah dan PT Vale. Dana PMDM digulirkan ke 37 desa di empat kecamatan terdampak operasi PT Vale.

Akhir sebuah fase PMDM ditandai de-ngan Musyawarah Desa Serah Terima (MDST). MDST merupakan bentuk me-kanisme pertanggungjawaban terhadap seluruh pengelolaan kegiatan dan peman-faatan dana kepada masyarakat setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Desa Soro-wako, Kecamatan Nuha, merupakan desa pertama yang menyelesaikan fase kedua PMDM dan melaksanakan MDST pada De-sember 2015. Bertepatan dengan MDST, masa jabatan Komite Desa berakhir.

Sebanyak 362 kegiatan dilakukan di desa-desa di Kecamatan Nuha, Towuti, Wasuponda, dan Malili sepanjang fase ke-dua PMDM. Jumlah kegiatan lebih sedikit jika dibandingkan dengan fase pertama yang mencapai 488.

“Pada fase kedua, saya berani berkata masyarakat sudah berdaya dan bergerak menuju mandiri. Indikatornya banyak. Tanpa dikendalikan, mekanisme PMDM sudah berjalan. Dari sisi perencanaan dan implementasi, masyarakat kita sudah fa-sih sekali. Pelaku PMDM—seperti fasi-litator, Komite Desa, dan sebagainya—tinggal menjalankan fungsi pengendali-an. Selain itu, prinsip transparansi dan akuntabilitas sudah sangat diterapkan. Tidak ada lagi kongkalikong untuk me-nyelewengkan dana dan kontrol masya-rakat sudah bagus. Perubahan pola pikir seperti itu menjadi indikator sebuah ma-syarakat yang berdaya,” kata Senior Ma-najer Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat.

Makin diterimaPMDM menerapkan mekanisme yang

sangat berbeda dibandingkan program terdahulu. Jika program sosial sebelum-nya berbasis proposal, PMDM berbasis kebutuhan masyarakat desa. Tidak he-ran jika pro dan kontra terjadi pada awal perjalanan PMDM hingga akhir fase per-tama, yang berlangsung sepanjang 2014.

Pada fase pertama, masyarakat ma-sih sangsi PMDM bisa dijalankan dengan

lancar, pesimistis audit bisa terlaksana, adanya kelompok masyarakat yang meng-anggap pemanfaatan dana meleset dari kelompok sasaran, hingga mengkritisi tumpang-tindih peran antara Pemerin-tah Daerah dan Perusahaan. Namun pada fase kedua, penerimaan masyarakat ma-kin membaik.

“PMDM ini hasilnya kelihatan di mata. Semua orang rasakan. Kalau Comdev yang dulu hanya kelihatan buat sebagian kecil orang saja,” kata Amir Latto, tokoh masyarakat Kelurahan Magani, Kecamat-an Nuha, yang mendapat penghargaan PMDM Award 2015 untuk kategori To-koh Masyarakat Terbaik.

Hal senada diungkapkan pelaku PMDM. “Di periode pertama, masyara-kat masih banyak yang menolak PMDM. Mereka menganggap bantuan yang dibe-rikan PT Vale tidak merata. Periode ke-dua, alhamdulillah sudah banyak peru-bahan. Masyarakat makin mengerti bah-wa mereka yang tidak mendapat bantuan peralatan masih bisa ikut pelatihan dan menikmati hasil dari pembangunan fasi-litas umum. Tidak ada lagi kecemburuan di antara penerima manfaat. Masyarakat justru puas merasakan manfaatnya,” kata Hasmawati Muin, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Baruga, Ke-camatan Towuti, yang terpilih menjadi KPMD selama dua fase PMDM.

PencapaianPenerimaan masyarakat tentu tak le-

pas dari pencapaian PMDM. Sepanjang fase kedua, PMDM mewujudkan pemba-ngunan 372 unit jamban keluarga di em-pat wilayah terdampak operasi PT Vale, plus 2 WC umum di Kecamatan Towuti. Jika ditotal selama dua fase, PMDM te-lah mewujudkan pembangunan 930 unit

jamban keluarga sehat di empat kecamat-an terdampak operasi PT Vale.

Di sektor pendidikan, PMDM memba-ngun 10 unit prasarana pendidikan anak usia dini (PAUD). Sementara di sektor kesehatan, sebanyak 4 Posyandu di Ke-camatan Towuti dibangun pada 2015. Di desa-desa lainnya, dana PMDM sektor kesehatan banyak dialokasikan untuk merenovasi Posyandu, penambahan fa-silitas, pelatihan kader, dan pemberian makanan tambahan bagi bayi dan Balita.

Pada fase kedua, keberlanjutan kegi-atan mulai menjadi perhatian masyara-kat. Di Desa Laskap, Kecamatan Malili, misalnya, diadakan kursus menjahit yang pesertanya 80% berasal dari kelompok rumah tangga miskin. Setelah menamat-kan kursus, para peserta direkrut men-jadi karyawan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sehingga kegiatan terus ber-jalan meskipun tidak lagi memanfaatkan

dana PMDM dan kesempatan kerja ter-buka lebar.

Di Kelurahan Magani, dalam MDST dibentuk Tim Pemelihara Kegiatan yang akan mengelola dan memantau kegiat-an yang telah didanai PMDM fase ke-dua. Di Desa Tole, Kecamatan Towuti, masyarakat mendapat bantuan genset (generator set) yang menjadi satu-satu-nya sumber penerangan di malam hari. Warga Desa Tole membentuk tim penge-lola dan membayar iuran bulanan yang digunakan untuk membeli bahan bakar dan memelihara genset dari kerusakan.

Tujuan besar PMDM adalah perubah-an pola pikir, sikap, dan perilaku menuju kemandirian. Dengan mulai dijalankan-nya prinsip keberlanjutan pada fase ke-dua PMDM, perjalanan menuju keman-dirian masyarakat semakin menemui cahaya terang.[]

Page 4: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

4VeRbeeK ediSi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA

Rp 350 juta

PMDM 2016PMDM 2015PMDM 2014

Rp 200 juta*Rp 400 juta

Rp 400 juta Rp 300 juta*

1224

2 Kali

52

2 Kali

3 Orang 5 - 9 Orang 9 Orang

3 Kali

Rp 350 juta

Kesehatan, EkonomiPeningkatan Kapasitas

Sektor

Tidak Terbatas Maksimal 3Tidak Terbatas

Tahapan Pencarian Dana

Jumlah Komite Desa

Tahapan Kegiatan

Jumlah Kegiatan per Sektor

Anggaran Kecamatan

Anggaran Desa

Komponen

PMDM dari Fase ke Fase

Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Peningkatan Kapasitas

Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Peningkatan Kapasitas

Rp 450 juta

Rekapitulasi PMDM Fase Kedua

PMdM fase kedua dilakukan di 37 desa di 4 kecamatan

Kegiatan pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru-guru sekolah dasar se-Kecamatan Nuha, Januari 2016. Pelatihan empat hari tersebut merupakan salah satu kegiatan PMDM sektor pendidikan di Kecamatan Nuha.

Rapat koordinasi (Rakor) KPMD diadakan tiga kali dalam tiap fase PMDM. Di Rakor tersebut dibahas capaian per desa. KPMD menyampaikan kendala yang dihadapi untuk dicarikan solusi bersama.

Jumlah kegiatan dan anggaran PMDM per sektor

Jumlah penerima manfaat

Alokasi anggaran PMDM 2015

Aktivitas PMDM per sektor

Ekonomi123 Kegiatan

Rp5.810.000.000

Pendidikan51 Kegiatan

Rp3.320.000.000

Kesehatan112 Kegiatan

Rp4.150.000.000

Pengembangan Kapasitas Masyarakat

76 Kegiatan

Rp3.172.550.000

Laki-laki20.944 Orang

Perempuan22.351 Orang

Total 43.295

Kesehatan25%

Pendidikan20%Ekonomi

35%

Peningkatan kapasitas

13%

Biaya operasional program7%

membangun 372 unit jamban keluarga dan 2 WC umum

membangun 10 unit prasarana PAUD

membangun3 Pujasera,

mendistribusikan 73.295 sak pupuk kandang bagi petani

Ekonomi

Pendidikan

Kesehatan

Total kegiatan 362Total anggaran Rp16.452.550.000

* Nominal kontribusi PT Vale pada tahun anggaran 2016 disesuaikan dengan kondisi keuangan Perusahaan. Penyesuaian tetap mengacu pada azas kepatutan dan kewajaran

sesuai Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 5: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA 5

[Atas] Di fase kedua, September 2015, diselenggarakan PMDM Award yaitu sebuah ajang apresiasi bagi pelaku program dan penerima manfaat PMDM. Menurut rencana ajang penghargaan dua tahunan ini akan kembali diadakan pada Agustus 2017. [Bawah] Salah satu kegiatan unggulan PMDM fase kedua adalah pembangunan Pujasera Simpang Tiga di Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha. Bangunan tersebut berkontribusi pada kebersihan dan keindahan kota sekaligus menggerakkan ekonomi warga.

Catatan dari Dua Fase PMDMPeningkatan kapasitas pelaku dan pemahaman masyarakat menjadi sorotan.

"S etelah pindah ke Pujasera baru ini, pengunjung jadi lebih ra-mai. Karena memang tempat-

nya lebih luas, lebih bersih, jadi orang-orang tertarik datang," kata Yanto, salah satu pedagang di Pujasera Simpang Tiga, Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha. Pu-jasera Simpang Tiga merupakan salah satu infrastruktur yang pembangunan-nya didukung oleh Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) fase kedua.

Jika dibandingkan dengan fase perta-ma PMDM, kemajuan pesat terjadi pada fase kedua. Pada fase pertama yang ber-gulir di 2014, partisipasi masyarakat ma-sih minim jika diukur dari tingkat keha-diran dalam tiap musyawarah tingkat desa dan kecamatan. Pada fase pertama juga masih banyak usulan yang didasar-kan pada keinginan, bukan kebutuhan, dan tumpang-tindih peran antar-pelaku kegiatan masih mendominasi.

Pada fase kedua, isu-isu mendasar su-dah banyak terpecahkan. Kendati demiki-an, tersisa sejumlah catatan untuk berbe-nah. “Saat ini, yang masih perlu diperta-jam adalah kapasitas pelaku PMDM,” kata Senior Manajer Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat.

Penguatan kapasitas perlu dilakukan terhadap seluruh pelaku, mulai dari pe-laku di tingkat desa, pemerintah, hing-ga ke lingkup PT Vale. “Kita harus akui bahwa belum semua karyawan PT Vale paham dengan PTPM/PMDM. Masih ada yang mengukur keberhasilan program sosial dari hasil-hasil yang terlihat, bu-kan mengukur dari proses dan perubah-an pola pikir, sikap, dan perilaku yang terjadi di masyarakat sesuai semangat PTPM/PMDM,” lanjut Busman.

Selain itu, pemahaman di masyara-kat juga masih perlu ditanamkan lebih dalam dan lebih luas. “Tidak semua ma-syarakat paham bahwa di dalam PMDM ada kemitraan, ada prinsip keberlanjut-an yang harus dipikirkan, bahwa PMDM adalah bagian dari kepatuhan PT Vale terhadap aturan yang berlaku, dan se-bagainya,” tambah Busman.

Hal itu terbukti dalam kunjungan Tim Monev ke penerima manfaat PMDM. Se-bagian besar masyarakat penerima ban-tuan atau anggota keluarganya tidak tahu-menahu dari mana bantuan bera-sal. Ketika seorang penerima manfaat bantuan jamban di Desa Mahalona dita-nya sumber bantuan, dia hanya meng-angkat bahu.

Pemahaman kurangPemahaman seputar program me-

mang belum merata dan masih menjadi pekerjaan rumah bersama. “Kalau Komi-te Desa dan KPMD sudah paham semua aturan main PMDM. Tapi ada pihak yang masih belum mengerti kalau penerima manfaat PMDM diprioritaskan buat ru-mah tangga miskin. Mereka masih meng-anggap semua warga desa layak dapat bantuan. Orang yang berkecukupan pun akhirnya dapat bantuan. Mereka bilang-nya supaya adil harus dapat semua. Pada-hal kalau dipikir lebih jauh dan disesuai-kan dengan PTO PMDM, justru yang bagi rata seperti itu, kan, sangat tidak adil,” kata Samsinar, KPMD Desa Balambano, Kecamatan Wasuponda.

Pada fase kedua, masih banyak ang-gota Komite Desa atau KPMD yang me-nemui kesulitan ketika hendak membu-at laporan kegiatan. Hal itu disebabkan karena proses pengumpulan dokumen

pelengkap agak tersendat. “Prinsip akun-tabilitas sangat penting di PMDM. Hal itu belum sepenuhnya disadari oleh mereka yang terlibat di dalam kegiatan. Kadang untuk menagih nota pembelian barang saja masih susah. Akhirnya laporan lama selesainya cuma karena masalah yang kelihatannya sepele. Kalau semua sudah paham prinsip dan mekanismenya, pas-ti tahapan kegiatan bisa berjalan lebih mulus,” kata Lusiana, Sekretaris Komi-te Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha.

Kualitas usulan juga menjadi tantang-an pada fase kedua PMDM. Dalam em-pat kali rapat koordinasi (Rakor) yang mempertemukan KPMD dari desa-desa penerima manfaat PMDM, isu kualitas usulan sempat mengemuka.

“Dari pelaksanaan PMDM dua tahun ini, saya melihat kegiatan di desa terla-lu banyak. Apa mungkin di pelaksanaan PMDM tahun-tahun mendatang kita ba-tasi saja jumlah kegiatannya? Sehingga

lebih fokus, lebih berkualitas, dan tahap-an kegiatan juga lebih cepat selesai,” kata Kader Pemberdayaan Masyarakat Kelu-rahan Magani, Said Abdullah.

Pada fase ketiga, kegiatan per sektor dibatasi maksimal tiga. “Kami, sebagai pelaku PMDM, berharap tahun ketiga ini adalah tahun kualitas kegiatan. Dengan dibatasinya jumlah kegiatan, masyara-kat benar-benar memilih kegiatan mana yang menjadi prioritas sesuai kebutuhan. Bahkan dari tahap pengusulan kegiatan juga sudah disaring betul mana yang menjadi kebutuhan desa,” kata Fasilita-tor PMDM-Kecamatan Towuti Faisal Ha-lim. Dengan semakin jelinya masyarakat desa memilih kegiatan prioritas—yang artinya mereka jeli melihat masalah dan memetakan potensi setempat—masya-rakat semakin dekat dengan tujuan be-sar PMDM: Menciptakan kemandirian.

Page 6: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA6

Rp

Persentase anggaran sektoral per desa PMDM fase ketiga, 2016

25%

Rp 75 Juta Rp 120 Juta

Pendidikan40%

Ekonomi

25%Kesehatan

10%Biaya

Operasional

Rp 75 Juta Rp 30 Juta

Persentase anggaran PMDM Kecamatan fase ketiga, 2016

80%

10%

5%

2,5%

2,5%

RP 5 Juta

Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Fasilitas Umum

Rp 160 Juta

BOP Forum Lintas Perilaku

Verifikasi Usulan

Monev

Rapat Koordinasi

Rp 10 Juta

Rp 20 Juta

Rp 5 Juta

Rp 5 Juta

Pembangunan Pujasera Wasuponda yang dilakukan di fase pertama dan kedua PMDM. Pedagang kuliner yang semula berjualan di pasar atau di depan rumah kini memiliki etalase dagang yang lebih bersih, menarik, dan berada di lokasi yang strategis.

Sejumlah Penyesuaian Fase Ketiga PMDMBeberapa penyesuaian dilakukan di 2016 berdasarkan masukan masyarakat dan hasil monitoring evaluasi.

S etahun yang lalu, Senior Manajer Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat, ber-

ujar bahwa fase ketiga adalah penen-tu keberlanjutan PMDM. “Jika diibarat-kan, fase pertama PMDM seperti pesa-wat yang bersiap lepas landas dan pada fase kedua telah meninggalkan landas pacu. Pada fase ketiga, pesawat terse-but sudah mencapai ketinggian ideal di mana penumpang dan awak kabin su-dah merasa nyaman berada di dalam-nya. Pada tahun itu, masyarakat sudah paham aturan main di dalam ‘pesawat’, sehingga tidak perlu lagi terlalu diarah-kan,” kata Busman.

Berkat upaya semua pelaku, harapan Busman itu bukanlah pepesan kosong. Perubahan pola pikir, sikap, dan peri-laku masyarakat semakin terasa pada pelaksanaan PMDM fase kedua jika di-bandingkan sebelumnya. “Penerimaan masyarakat semakin bagus. Bisa dibi-lang, seluruh masyarakat sudah melihat dan merasakan manfaat PMDM. Mereka semakin yakin bahwa ini program yang bagus dan menyentuh seluruh lapisan,” kata Fasilitator PMDM-Kabupaten, Andi Narwis.

Kendati demikian Busman mengingat-kan, penumpang pesawat tidak boleh ter-lena, karena ancaman turbulensi masih perlu diwaspadai. Turbulensi atau gun-cangan, baik skala besar maupun kecil, yang dimaksud bisa datang dari ketidak-pahaman sebagian kecil masyarakat ter-hadap PMDM. Mengubah pola pikir, si-kap, dan perilaku adalah hal yang sangat sulit, sehingga kemungkinan terjadinya gesekan masih ada. Program sosial akan selalu menemukan dinamikanya, seiring dinamika yang terjadi di masyarakat.

Menyederhanakan tahapanAda beberapa penyesuaian dalam

PMDM 2016. Penyesuaian dilakukan ber-dasarkan hasil evaluasi fase sebelumnya dan masukan masyarakat. Yang tidak ber-ubah adalah prinsip-prinsip PMDM, yang meliputi keberpihakan kepada masyara-kat miskin dan rentan, keberpihakan ke-pada perempuan, bertumpu pada pemba-ngunan sumberdaya manusia, partisipatif, akuntabel, transparan, mengedepankan kemandirian, serta mengusung kemitraan.

Sepanjang perjalanan, PMDM menga-lami penyesuaian dalam hal besaran dana, jenis dan jumlah kegiatan, persentase pen-danaan, serta jumlah pelaku program. Pe-nyesuaian dilakukan berdasarkan masuk-an pelaku kegiatan dan masyarakat, ka-jian terhadap program, serta temuan di lapangan.

Jika pada fase pertama pelaku PMDM dan masyarakat harus melewati 52 tahap-an kegiatan, maka pada fase kedua jumlah

tahapan dipangkas menjadi 24. Di tahun ketiga, perampingan kembali dilakukan sehingga kegiatan tersisa 12 tahapan saja. Penyesuaian tahapan ini dilakukan tanpa mengurangi kualitas setiap proses.

“Jika dulu ada musyawarah dusun dan musyawarah desa sampai berkali-kali un-tuk menentukan usulan, sekarang usulan bersumber dari Rencana Kegiatan Pem-bangunan Desa (RKPDes). Penyesuaian itu dilakukan untuk mempersingkat ta-hapan PMDM, sehingga durasi satu fase bisa lebih cepat. Selain itu, juga untuk me-nyesuaikan dengan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014,” kata Andi Narwis.

Penyederhanaan juga dilakukan da-lam hal jumlah kegiatan. Pada dua fase sebelumnya, jumlah kegiatan per sektor PMDM—sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan peningkatan kapasitas—ti-dak dibatasi. Akibatnya butuh waktu lama untuk menyelesaikan satu putaran PMDM, karena banyak desa yang punya kegiatan hingga puluhan. Jumlah kegiatan yang tak terbatas juga membuat desa tidak fokus mengembangkan potensinya.

Pada fase ketiga, kegiatan bidang pe-ningkatan kapasitas masyarakat tidak lagi ditangani dan didanai oleh PMDM Desa, melainkan diambil alih oleh PMDM Ke-camatan.

Karena kondisi keuangan PT Vale se-dang mengalami tekanan akibat merosot-nya harga nikel, seluruh komponen biaya disesuaikan. Termasuk dana untuk pro-gram sosial yang disesuaikan berdasarkan azas kapatutan dan kewajaran, mengacu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Anggaran

PMDM 2016 di tiap desa sebesar Rp300 juta, sementara anggaran PMDM Keca-matan adalah Rp200 juta.

Penguatan pelakuJumlah personel Komite Desa diram-

pingkan menjadi hanya tiga orang. “Tahun sebelumnya Komite Desa ada 5-9 orang. Dalam prosesnya, ada laporan bahwa pem-bagian kerja tiap personel Komite tidak merata. Akhirnya justru muncul gesek-an di dalam Komite sendiri, karena ada yang merasa sudah bekerja keras semen-tara temannya tidak banyak berkontribu-

si. Semoga dengan jumlah personel yang sedikit, Komite menjadi lebih solid,” kata Andi Narwis.

Jika pada fase pertama dan kedua ma-syarakat mengenal Komite Kecamatan se-bagai pelaku PMDM di tingkat Kecamatan, pada fase ketiga perannya digantikan oleh Forum Lintas Pelaku (FLP) yang berjum-lah 10 orang. FLP terdiri atas unsur Peme-rintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan, BP3K, Puskesmas, Ikatan Guru TK, dan to-koh masyarakat. Selain menggerakkan ke-giatan PMDM Kecamatan, FLP juga bertu-gas melakukan verifikasi dan monitoring.[]

Page 7: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA 7

Kepala Desa Wewangriu, Kecamatan Malili, bersama perwakilan PT Vale, Fasilitator PMDM-Kabupaten, Fasilitator PMDM-Kecamatan, Komite Desa terpilih, dan warga desa, berfoto bersama usai Musyawarah Desa Sosialisasi PMDM fase ketiga. Masyarakat Wewangriu menganggap fase kedua sebagai pembelajaran penting untuk melangkah lebih baik di tahun-tahun selanjutnya.

Suasana MDSos di Desa Sorowako, Kecamatan Nuha. Calon-calon Komite Desa didominasi oleh kaum perempuan.

Fenomena Menarik di Awal Fase Ketiga PMDMJumlah desa penerima manfaat PMDM genap 38. Program diharapkan berjalan makin transparan dan keterlibatan perempuan kian terasa.

B anyak hal menarik yang layak men-dapat catatan khusus di awal fase ketiga PMDM. Sesuai tahapan yang

tertera dalam Panduan Teknis Operasi-onal, awal fase PMDM dimulai dengan dilaksanakannya Musyawarah Desa So-sialisasi (MDSos) di empat kecamatan dan diikuti MDSos di desa-desa peneri-ma dana stimulan PMDM.

Pertama-tama, mari kita ucapkan se-lamat bergabung kembali kepada Desa Wewangriu di Kecamatan Malili. Pada fase kedua, dana PMDM untuk desa ini tidak dicairkan sebagai sanksi atas pe-nyalahgunaan anggaran yang ditemukan oleh tim audit. Pada fase ketiga, sanksi dicabut. Dalam MDSos yang dilakukan awal Mei 2016, warga desa yang hadir di musyawarah sepakat untuk melang-kah ke depan, membuka lembaran baru, dan berupaya menjalankan PMDM sesu-ai alur dan mekanisme dalam PTO. “Hari ini kita duduk bersama agar Wewangriu bisa maju bersama PMDM, seperti desa-desa lain. Apa yang terjadi di periode lalu kita jadikan sebagai pembelajaran bersama,” kata Officer PTPM PT Vale, Iskandar Ismail, saat menghadiri MDSos di Desa Wewangriu.

Dengan bergabung kembalinya Desa Wewangriu, jumlah desa penerima man-faat PMDM menjadi genap 38. “Kita sama-sama berharap kejadian seperti tahun lalu tidak terulang, karena masih banyak waga desa yang layak menda-pat bantuan PMDM. Masih banyak yang miskin dan rentan. Bantuan sektor eko-nomi kepada para nelayan paling dibu-tuhkan,” kata Dicky, yang dalam MDSos hari itu terpilih sebagai Ketua Komite Desa Wewangriu.

Semakin transparanSalah satu prinsip utama PMDM adalah

transparansi di setiap proses, tahapan, ke-giatan, hingga hasil dan pemeliharaan tiap kegiatan. Siapapun bisa memonitor lang-sung kegiatan PMDM dan melaporkan jika ada indikasi penyelewengan. Dalam MDSos di desa dan kecamatan, PT Vale mensosi-alisasikan Vale Whistleblower Channel (VWC), yang dibuat sebagai sarana pela-poran dugaan pelanggaran oleh oknum karyawan PT Vale.

VWC merupakan layanan pelaporan yang dikelola secara independen dan pro-fesional oleh perusahaan penyedia jasa whistleblowing di Indonesia, dan terko-neksi langsung dengan kantor pusat Vale di Brasil. Kerahasiaan dan ketidakberpi-hakan dijamin dalam penanganan, penye-lidikan, dan penyimpanan informasi yang diterima VWC. Sistem tersebut membuka peluang pelaksanaan PMDM yang sema-kin transparan.

Pada fase ketiga, sudah tidak ada lagi masyarakat yang mempertanyakan atau meragukan PMDM. “Masyarakat sudah bergerak ke tahap selanjutnya. Mereka mulai bertanya dan berpikir, bagaimana program ini bisa berjalan lebih transparan, bagaimana meningkatkan kualitas usul-an, dan sebagainya. Sudah sangat terlihat kemajuannya,” kata Senior Koordinator PTPM Bidang Ekonomi La Ode M. Ichman.

Hal menarik lain yang mengawali per-jalanan fase ketiga adalah semakin besar-nya antusiasme masyarakat untuk terlibat dalam PMDM. “Kalau pada fase pertama dan kedua, masyarakat masih main tun-juk-tunjuk saat pemilihan Komite Desa dan KPMD. Dan yang ditunjuk seringkali tidak bersedia. Sekarang mereka kelihat-

an sekali lebih bersemangat, orang yang ditunjuk hampir semua bersedia, bahkan di beberapa desa suasananya sudah se-perti kompetisi untuk menentukan pelaku PMDM. Luar biasa keinginan masyarakat untuk berkontribusi. Padahal kalau kita pikir-pikir tidak ada keuntungan materi, jadi mereka ini memang niatnya untuk ber-kontribusi terhadap kemajuan desa,” kata Fasilitator PMDM-Kabupaten, Andi Narwis.

Keuntungan materi memang nyaris ti-dak ada, karena alokasi biaya operasional pelaku PMDM terbilang minim. Namun anggota Komite Desa dan para Kader Pem-berdayaan Masyarakat Desa bisa melihat PMDM sebagai peluang pengembangan ka-pasitas individu dan media untuk menga-sah kemampuan berorganisasi. Ada kader yang semula aktif sebagai pelaku PMDM kini sudah sukses menjalankan tugasnya sebagai kepala desa. Sedikit banyak, mere-ka mendapat pembelajaran seputar pem-berdayaan masyarakat dari program ini.

Partisipasi perempuanDalam MDSos yang

dilakukan di Desa So-rowako, Kecamatan Nuha, calon-calon Ko-mite Desa semuanya berasal dari kaum pe-rempuan. “Wah, kok perempuan semua? Dapat apa bapak-bapaknya?” celetuk se-orang peserta musya-warah, yang disambut tawa dan tepuk tangan seluruh peserta.

Demi pemerataan, akhirnya pemilihan di-

ulang dan didapat calon Komite Desa dari kalangan pria. Fenomena menarik itu ti-dak hanya terjadi di Desa Sorowako, me-lainkan di banyak desa yang masuk jang-kauan PMDM.

“Mungkin mereka melihat perempu-an kerjanya lebih jujur, teliti, dan cepat. Kalau diminta bikin laporan, pasti beres kalau komitenya perempuan. Kalau sudah dikasih tanggung jawab juga pasti sele-sai. Mungkin laki-laki sudah banyak pe-kerjaannya jadi suka nanti-nanti, seperti bukan prioritas ini PMDM,” kata Suarni, yang terpilih sebagai Sekretaris Komite Desa Sorowako pada fase ketiga PMDM.

Dia menambahkan, partisipasi perem-puan sangat penting untuk kemajuan desa juga penting sebagai pengembangan ka-pasitas. “Perempuan yang selama ini le-bih banyak diam di rumah, sekarang pu-nya kesempatan bagus untuk ikut dalam program. Menurut saya, sudah seharus-nya perempuan diberi peluang dan harus mau ketika peluang itu datang. Kita bisa banyak belajar dari program ini.”[]

Page 8: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA8

Kegiatan peningkatan kapasitas bagi pemuda Desa Sorowako pada Oktober 2015 merupakan bagian dari PMDM. Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan usulan warga yang dibahas melalui musyawarah desa. Hal itu sejalan dengan prinsip partisipatif yang ditekankan dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014.

Musyawarah desa merupakan tahapan penting dalam PMDM. Di situlah warga menyalurkan aspirasi, menuntut transparansi, sekaligus melakukan evaluasi untuk kemajuan PMDM. Tahapan PMDM dinilai oleh Kemendes sudah sesuai dengan semangat UU Desa.

Implementasi UU Desa di Luwu Timur

Replikasi atau Integrasi dengan PMDM?

K eberadaan UU Desa (UU No. 6 Tahun 2014) memberi angin segar bagi hampir 75 ribu desa di Indonesia

untuk mengembangkan wilayahnya seca-ra mandiri. Pasalnya, keberadaan alokasi anggaran sekitar Rp1 miliar tiap tahun per desa dalam UU tersebut, menjawab satu dari sekian persoalan desa selama ini yang dianggap sulit berkembang lan-taran minimnya sumber dana.

Namun di luar itu, spirit UU Desa tidak hanya dalam hal ketersediaan anggaran yang mumpuni. Namun juga diperlukan kesiapan personel, pemahaman teknis dan ide dari para aparat desa, kader desa hingga masyarakat desa dalam berino-vasi untuk memajukan desanya. Pasal-nya, pengelolaan dana sebesar itu kelak sepenuhnya dikelola desa. Aspek-aspek keterlibatan, transparansi, akuntabilitas dan inovasi tentu menjadi modal imple-mentasi kegiatan agar sesuai harapan.

Hal itu diungkapkan Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Masyarakat Kemente-rian Desa, Pembangunan Daerah Terting-gal dan Transmigrasi (Kemendes) Rusna-di Padjung ketika berkunjung ke Sorowa-ko dan melihat aktivitas Program Terpa-du Pengembangan Masyarakat (PTPM), khususnya Program Mitra Desa Mandiri (PMDM), pertengahan Juni 2016 silam. “Bagaimana pun juga pemerintah masih memerlukan dukungan pihak swasta da-lam penerapan UU Desa,” ujar Rusnadi. Peran pihak swasta khususnya melalui program pertanggungjawaban sosial me-mang sempat menjadi topik pembahas-an yang hangat dalam implementasi UU Desa. Pasalnya, di satu sisi, CSR merupa-kan kewajiban perusahaan yang berakti-vitas/berbisnis di Indonesia (sesuai UU Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1). Dan kerap kali desa menjadi target perusaha-an dalam merealisasi program tersebut, misalnya melalui village project.

Di sisi lain, keberadaan program/dana CSR dapat berpotensi tumpang tindih de-ngan program pembangunan desa dalam penerapan UU Desa. Apalagi masih ba-nyaknya desa tertinggal dan minimnya pendamping desa, dapat menggiring ma-syarakat desa terjebak dalam replikasi program CSR/pemerintah sebelumnya.

Sejalan dengan hal itu, Kemendes me-lihat semangat UU Desa tersebut ternya-ta sejalan dengan pelaksanaan Program Masyarakat Desa Mandiri (PMDM) yang dirancang PT Vale bersama Pemda Luwu Timur. “Model PMDM ini adalah yang ideal dalam UU Desa. Rencana pembangunan desa dirancang masyarakat, ada pendam-ping, dan ada keterlibatan peran swasta,” tambah Rusnadi.

Agenda kunjungan Kemendes ke Luwu Timur adalah mensosialisasikan penerap-an UU Desa agar program CSR dapat seja-

lan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) dan diinkor-porasikan (dimasukan) dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (APBDes). Poin yang terdapat di Pasal 72 angka 1 hu-ruf b UU Desa tersebut merupakan salah satu poin krusial.

Namun, Kemendes menilai keberadaan mekanisme PMDM sejalan dengan sema-ngat UU Desa juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk implementasi inkor-porasi dana tersebut, Kemendes masih mempelajari efektivitas CSR dengan kon-sep PMDM termasuk menyiapkan rencana adopsi konsep PMDM dalam penerapan UU Desa di Indonesia. “Bahkan, bila me-mungkinkan CSR seluruh perusahaan di Indonesia konsepnya seperti PMDM de-ngan modifikasi tertentu,” tambah Rus-nadi.

Nota kesepahamanTerkait rencana mengadopsi konsep

PMDM dan inkorporasi dana CSR ke AP-BDes, Senior Manajer PT Vale Busman Dahlan Shirat berkomentar,”Bila dana CSR PT Vale masuk ke APBDes, Perusa-haan artinya mendukung pembangunan desa dan realisasi CSR hanya dari segi pendanaan. Sedangkan aktivitas pem-berdayaan PT Vale jadi tidak tampak. Proses perubahan transformasi di ma-syarakat jadi sulit kami ukur. Padahal di situlah inti program pemberdayaan masyarakat yang kami gagas. Maka itu

sebaiknya pelaksanaan UU Desa di Luwu Timur, khususnya di empat wilayah pem-berdayaan PT Vale dilaksanakan melalui PMDM. Dari sisi pemerintah juga tidak perlu khawatir lagi soal audit. Karena bisa menggunakan audit dari kami,” ujar Busman Dahlan Shirat.

Implementasi UU Desa di Luwu Timur menurut Busman juga belum diputuskan akan berupa replikasi atau integrasi de-ngan aktivitas PMDM. Bila replikasi, arti-nya benar-benar metode PMDM yang di-

terapkan dalam pelaksanaan UU Desa. Se-dangkan kalau terintegrasi, antara PMDM dengan program desa non-PMDM jalan beriringan dan sinergis.

Kita tunggu saja bentuk implementasi UU Desa di Luwu Timur tersebut. Apakah replikasi atau integrasi. Yang rencananya akan dapat dilihat wujudnya melalui pe-nandatanganan nota kesepahaman antara Kemendes, Pemda Luwu Timur dan PT Vale, jelang akhir tahun 2016 nanti. []

Page 9: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 2016

LAPORAN UTAMA 9

Rusnadi Padjung mengunjungi kegiatan pelatihan pengenalan tanaman obat di Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kemitraan tiga pilar antara PT Vale, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, dan masyarakat.

Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

PMDM Bisa Dijadikan Model Pelaksanaan UU Desa

P elaksanaan Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) di empat wilayah pemberdayaan PT Vale di Luwu Ti-

mur, Sulawesi Selatan, mengundang per-hatian pemerintah pusat. Khususnya Ke-menterian Desa, Pembangunan Desa Ter-tinggal dan Transmigrasi (Kemendes) yang tertarik menjadikan PMDM seba-gai model implementasi UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa). Tidak ha-nya itu saja Luwu Timur dengan PMDM-nya bahkan diproyeksikan Kemendes di-jadikan learning center pelaksanaan pro-gram pemberdayaan masyarakat desa di Indonesia.

Selama tiga hari rombongan Kemen-des mengunjungi Sorowako pertengah-an Juni silam. Apa saja kesan dan rencana ke depan Kemendes dengan PT Vale dan Pemda Luwu Timur. Mari simak wawan-cara kami dengan Staf Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Rusnadi Padjung.

Apa agenda kunjungan Kemendes ke Sorowako kali ini?

Hal ini berhubungan dengan imple-mentasi UU Desa yang masih banyak tan-tangan. Salah satu yang menjadi perhati-an kami adalah bagaimana agar dana CSR perusahaan yang ada di daerah-daerah dapat masuk ke dana desa/kabupaten melalui mekanisme perencanaan desa.

Karena dana CSR ada-lah sumber dana desa dari pihak

ketiga, selain dari APBD dan APBDes. Bila sumber dana dari pihak ketiga dikelola dengan begitu terencana dan terukur, maka akuntabilitas dana di desa dapat lebih jelas. Program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat juga tidak

tumpang tindih dan dapat bersinergi dengan program pembangunan pe-

merintah lainnya.

Kemendes mendorong UU Desa dan model

pemberdayaan yang dilakukan perusahaan swasta ke arah sana?

Iya. Tapi ternyata hal ini su-dah dilaksanakan PT Vale de-

ngan PMDM-nya. Meski dana CSR PT Vale tidak masuk ke APBDesa. Tapi model su-dah seperti yang kami harapkan. Misal-nya soal perencanaan program dan pen-damping desa.

Untuk implementasi UU Desa kami me-nyiapkan pendamping desa. Namun jum-lahnya hanya 14 ribu orang untuk 74 ribu lebih desa di Indonesia. Artinya rata-rata satu pendamping untuk 4 desa. Tentu hal itu membuat tidak optimal.

Model yang diterapkan PMDM dengan satu kader atau pendamping untuk 38 desa pemberdayaan PT Vale ini ideal. Sehingga hal ini bisa dijadikan sebagai contoh atau model bagi pemerintah da-erah dalam pemanfaatan dana CSR ke de-pan. Kedua, bagi perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Jadi tidak melulu dan be-rat pada charity yang bersifat temporer dan tidak berkelanjutan.

Jadi PT Vale bisa dikatakan perusahaan tambang atau perusahaan swasta pertama di

Indonesia yang menerapkan model pemberdayaan masyarakatnya sejalan dengan ide UU Desa?

Setahu saya, iya.

Apa pendapat Anda tentang model PMDM?

Manual (Panduan Teknis Operasional, red) yang di-bikin PT Vale dan Pemda

Luwu Timur ini sudah bagus sekali. Patut dijadikan good practices dalam penerap-an UU Desa. Mungkin hanya memerlukan sedikit modifikasi agar dapat menyesu-aikan dengan daerah lain dan dapat dia-dopsi korporasi lainnya.

Kabarnya Anda dan rombongan juga sempat bertemu dan berdiskusi dengan Bupati Luwu Timur?

Benar. Kami mendiskusikan tentang hal ini. Rencana ke depan akan ada nota kesepahaman yang akan ditandatangani antara Kemendes, Pemerintah Daerah Luwu Timur, dan PT Vale.

Apa isi MoU itu nantinya?Intinya untuk mendorong pembangun-

an desa, memanfaatkan CSR dengan me-masukkannya dana tersebut ke dalam APBDesa. Termasuk mengenai penyiap-an satu pendamping di tiap satu desa lain non pemberdayaan PT Vale.

Terakhir adalah menjadikan Luwu Ti-mur dan PMDM-nya sebagai learning cen-ter bagaimana mengelola dana desa dan aktivitas pendampingan berjalan.

Dua hari Anda dan rombongan berada di Sorowako. Apa komentar Anda tentang kota ini?

Tempat ini indah dan tenang. Danau-nya bagus, airnya jernih dan bersih. Ba-nyak pohon yang masih hijau. Enak untuk tempat kerja. []

Page 10: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 201610 WAWASAN

Manfaat Mengonsumsi Pangan OrganikSelain lebih sehat, lebih lezat dan berkontribusi bagi kelestarian lingkungan.

ngah, pada 2007. Sepuluh warga Desa Kanigoro meninggal dunia dan 31 orang dirawat di rumah sakit. Semuanya petani. Di lambung mereka ditemukan senyawa karbamat yang digunakan sebagai pesti-sida, dan di sampel darah ditemukan kad-mium dengan kadar sangat tinggi.

Petani organik menggunakan cara-cara alami untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Mereka memasang perangkap, melakukan seleksi terhadap benih, sehingga didapat tanaman yang lebih tahan hama, melestarikan musuh alami sehingga tercipta rantai makan-an sehat di sawah maupun kebun, serta menggunakan mikro-organisme lokal se-bagai pestisida alami. Dengan demikian, residu kimia bisa ditekan drastis.

Bebas modifikasi genetikTanaman transgenik atau tanaman

yang disisipi gen asing dari spesies ta-naman yang berbeda atau makhluk hi-dup lainnya, selalu menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, rekayasa genetika bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, mi-salnya tanaman yang tahan suhu tinggi, tahan kekeringan, dan resisten terhadap organisme pengganggu tanaman. Seba-gian besar rekayasa atau modifikasi si-fat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalah-an kekurangan gizi.

Di sisi lain, masyarakat khawatir ta-naman tersebut akan mengganggu ke-seimbangan lingkungan dan memba-hayakan kesehatan manusia. Meskipun efeknya bagi manusia masih menjadi perdebatan, uji coba terhadap hewan menunjukkan pangan transgenik terkait dengan penurunan kekebalan tubuh, ke-naikan angka kematian janin, menyebab-kan kanker, dan lebih sensitif terhadap pemicu alergi.

Pada budidaya pangan organik, misal-nya beras organik, petani memilih varie-tas lokal asli Indonesia. Hal itu disebab-kan karena padi hibrida, atau padi hasil persilangan, kurang cocok ditanam se-cara organik. Meskipun merupakan va-rietas unggul tahan hama dan penyakit tertentu, umumnya padi hibrida hanya tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia da-lam jumlah banyak. Tanpa pupuk kimia, padi tersebut tidak akan tumbuh subur dan berproduksi optimal. Varietas padi yang paling cocok ditanam secara orga-nik adalah benih padi varietas lokal tanpa rekayasa genetika seperti rojolele, mentik susu, atau pandan wangi.

Dengan varietas lokal alami, konsumen tidak perlu khawatir terhadap potensi dampak negatif kesehatan yang mungkin muncul akibat rekayasa genetika.

Bebas pengawetSayuran dan buah-buahan yang ditum-

buhkan dengan pupuk kimia dan pesti-sida terkadang juga mengalami proses iradiasi yang membuatnya lebih awet. Hal ini memang menguntungkan, namun proses tersebut juga mengubah struktur dan molekul makanan yang berpotensi tak aman bagi tubuh. Meski buah dan sa-yuran organik lebih cepat busuk, mereka lebih aman dan sehat.

Tampilan buah dan sayuran organik memang tidak secantik bahan makanan yang dibudidayakan secara konvensional. Ternyata hal itu disebabkan oleh ketiada-an bahan pengawet pada pangan organik. Selain bebas pengawet, makanan organik bebas pemanis buatan, pewarna, dan pe-rasa buatan, serta monosodium glutamat.

Meskipun bebas pengawet, Guru Be-sar Keamanan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor Ahmad Sulaeman me-ngatakan, pangan organik umumnya le-bih tahan lama. “Hal ini mungkin dise-

babkan karena sayur dan buah organik sempurna matangnya. Selain itu, tanpa campur tangan manusia, tanaman orga-nik memiliki pertahanan alami sendiri, baik terhadap hama maupun cuaca se-hingga tidak mudah busuk,” kata Ahmad sebagaimana dikutip dari nationalgeo-graphic.co.id.

Lebih enakOrang-orang yang indera perasanya

peka mengakui bahwa makanan organik terasa lebih lezat dan renyah dibanding-kan pangan non-organik. Beberapa orang mengatakan, sayur berpestisida masih mengandung rasa pahit, bahkan setelah dicuci, sementara sayur organik terasa le-bih manis. Jika dianalisis lebih jauh, ma-kanan organik umumnya dibudidayakan oleh petani setempat yang tidak memer-lukan perjalanan jauh dan tidak perlu dibekukan, sehingga lebih segar ketika sampai di tangan konsumen.

Ramah lingkunganJika Anda peduli terhadap kelestarian

Bumi yang artinya peduli terhadap masa depan anak-cucu, mengonsumsi pangan organik menjadi pilihan bijak. Praktik per-tanian organik dirancang untuk memberi manfaat kepada lingkungan dengan cara mengurangi polusi, menghemat air, dan menjaga kualitas tanah. Seorang pakar se-rangga dari Cornell University, David Pi-mentel, pernah menuliskan bahwa hanya sekitar 0,1% pestisida yang disemprotkan dapat menjangkau hama tanaman. Se-mentara selebihnya yaitu 99,9% mening-galkan jejak berbahaya bagi lingkungan.

Membuat Anda merasa lebih baik

Keseimbangan psikologi membawa dampak positif bagi kesehatan secara umum. Ketika Anda mengonsumsi makan-an organik, pikiran menjadi tenang kare-na tidak mengkhawatirkan dampak buruk makanan. Anda tentu juga akan merasa

lebih baik, karena telah membuat pi-lihan yang menyehatkan

lingkungan dan ber-kontribusi menye-jahterakan peta-ni lokal.[]

S ecara umum, konsumen pangan or-ganik, produsen, dan petani organik sangat yakin bahwa praktik pertani-

an ramah lingkungan punya banyak man-faat bagi kesehatan, kelestarian lingkung-an, bahkan membantu meningkatkan ta-raf hidup petani kita yang rata-rata masih tergolong miskin. Meskipun ada sebagian kecil orang masih sangsi dan hanya me-mandang pangan organik dari sisi harga yang mahal, tidak bisa dipungkiri manfa-at berikut ini akan dinikmati oleh konsu-men makanan organik.

Tinggi antioksidanSebuah studi skala besar yang dipubli-

kasikan dalam British Journal of Nutrition 2014 menyimpulkan, makanan organik mengandung antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan pangan konvensional. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya bahan kimia dari luar yang merusak nutrisi yang terkandung dalam pangan organik.

Antioksidan dikaitkan dengan penu-runan risiko penyakit kronik, seperti pe-nyakit jantung dan pembuluh darah, pe-nyakit-penyakit degeneratif, khususnya yang menyerang sistem saraf dan bebera-pa jenis kanker. Makanan organik membe-ri asupan antioksidan lebih tinggi 20-40% dibandingkan pangan konvensional tanpa kenaikan kalori yang signifikan.

Bebas residu pestisidaPada pertanian konvensional, pestisida

merupakan perangkat utama pengendali-an hama. Sekilas pestisida terlihat hanya disemprotkan pada permukaan tanaman. Namun ternyata residu pestisida menetap di dalam padi, sayur, dan buah-buahan yang disemprot racun dalam proses pe-nanaman. Residu juga ditemukan di air, tanah, dan udara.

Penelitian membuktikan bahwa peng-gunaan pestisida dalam dosis rendah se-kalipun dapat meningkatkan risiko bebe-rapa jenis kanker. Anak, janin, dan wani-ta hamil adalah kelompok paling rentan terhadap paparan pestisida.

Pangan organik rendah, atau bahkan bebas, pestisida. Makanan organik juga ja-rang mengandung logam berbahaya yang kerap ditemui pada pangan yang dibudi-dayakan secara konvensional. Salah satu logam berbahaya adalah kad-mium yang dapat menyebabkan gagal ginjal, kerusakan hati, dan perlunakan tulang.

Kadmium bisa terakumulasi di dalam tubuh sehingga paparan paling minim sekalipun terhadap logam tersebut bisa sangat ber-bahaya dalam jangka panjang. Kasus kematian akibat penum-pukan kadmium pernah terjadi di Kabupaten Magelang, Jawa Te-

Page 11: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 201611KEMITRAAN

Pelatihan pengenalan dan pemanfaatan tanaman herbal dilakukan sebulan sekali selama satu tahun, dan sudah berlangsung sejak Maret 2016. Kini, kebun percontohan Toga sudah terwujud di beberapa desa.

Aktivitas anggota Tim Penggerak PKK Desa Nikkel, Kecamatan Nuha, dalam mengolah kebun percontohan Toga dan tanaman hias. Kegiatan itu dimotori oleh Kepala Desa Nikkel Basar Tosalili.

Warga Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda, menyiapkan media tanam untuk mengisi Rumah Toga Organik yang berdiri atas swadaya pemerintah desa dan didukung penuh oleh Kelompok Wanita Tani di desa tersebut.

Toga yang Memberdayakan Warga DesaDi Kecamatan Nuha dan Wasuponda, masyarakat dan pemerintah desa membudidayakan tanaman herbal, merintis kebun bibit, hingga membangun Rumah Toga.

S ejak pelatihan pengenalan dan pe-manfaatan tanaman herbal yang diadakan di Sorowako, awal Maret

2016, warga desa semakin sibuk. Setiap petang, tampak pria dan wanita mengga-rap bidang-bidang lahan. Ada yang menye-lesaikan pembangunan rumah kompos, membangun pagar, sebagian lagi membu-at kompos, mengisi media tanam, hingga mulai menanam tanaman obat keluarga (Toga).

Di Desa Nikkel, Kecamatan Nuha, misal-nya. Kesibukan tiap sore tampak di lahan percontohan yang berlokasi di depan area F-Lagoon. Sebuah rumah kompos telah berdiri, lahan yang dibagi per RT sudah tertata, bahkan ada pot-pot gantung yang mempercantik lahan, sekaligus sebagai tempat menanam sebagian tanaman her-bal. Di Kelurahan Magani, lokasi Toga dipu-satkan di seberang sentra PKL, yang sering disebut warga sebagai lokasi ex-Pelangi.

Selain sibuk menanam, warga juga si-buk “berburu” tanaman obat. Mereka me-ngumpulkan tanaman sekitar yang semula tidak diperhatikan untuk dibudidayakan di lahan-lahan percontohan.

Selain budidaya Toga oleh masyarakat, dibangun pula tempat pembibitan tanam-an obat keluarga di Balai Penyuluhan Per-tanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Model Kecamatan Nuha. Hal itu merupa-kan salah satu wujud tujuh fungsi BP3K model sebagai kebun bibit masyarakat.

Saat ini sudah tersedia 70 jenis tanaman herbal yang diambil dari Kecamatan Nuha dan sekitarnya serta dari luar pulau. Ta-naman yang diambil dari luar antara lain tempuyung, bawang dayak, komprey, jati belanda, dan jintan.

Budidaya Toga sepenuhnya dilakukan secara organik, mulai dari penggunaan

media tanam, yang merupakan campur-an kompos dan tanah, hingga pengguna-an mikro organisme lokal (MOL) sebagai pupuk cair. Salah satu tanaman yang me-narik untuk dibudidayakan adalah “si aja-ib” kelor (Moringa oleifera) yang terbukti berfungsi sebagai antioksidan, anti-infla-masi, penurun kolesterol, hingga berguna untuk mengobati kanker.

Dalam 100 gram daun kelor, terkandung vitamin A lebih tinggi 10 kali lipat diban-dingkan wortel, 12 kali vitamin C pada je-ruk, 17 kali kalsium susu, 15 kali potasium pisang, dan 25 kali zat besi bayam. Selain kelor, bawang dayak (Eleutherine ameri-cana), komprey (Symphytum officinale L.) dan daun dewa (Gynura segetum (Lour) Merr) juga merupakan tanaman berkha-siat yang banyak dicari warga.

Budidaya tanaman obat keluarga meru-pakan bagian dari PTPM PT Vale di sektor kesehatan. Dalam program tersebut, PT Vale bermitra dengan Pemerintah Daerah Lutim dan menggandeng konsultan Yaya-san Aliksa Organik SRI.

Harapan besar Di Desa Tabarano, Kecamatan Wasu-

ponda, anggota PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri diberi pelatihan sela-ma tiga hari, mulai dari pengenalan dasar, praktik pembuatan kompos dan MOL, dan pengenalan aneka Toga berikut pengolah-annya. Pelatihan diberikan oleh dr. Rianti Maharani, master herbal medik Universitas Indonesia. Saat ini anggota PKK dan KWT sudah mulai menjalankan budidaya Toga dengan dibantu oleh seorang pendamping dari Yayasan Aliksa Organik SRI.

Upaya mereka mendapat dukungan dari Camat Wasuponda, Kepala Puskesmas, Koordinator dan penyuluh BP3K, Babin-

sa, dan Kepala Desa Tabarano Rimal Ma-nuk Allo. Rimal bahkan sudah merasakan sendiri manfaat tanaman herbal ini untuk kesehatan. Dia mencoba hasil olahan ta-naman sidaguri yang membuat penyakit pinggangnya sembuh. Anggota KWT juga telah mencoba hasil olahan nenas kerang dicampur sambiloto untuk penyakit ba-tuk. Banyak ibu-ibu PKK yang mencoba meneteskan kitolod yang membuat mata lebih segar. Pemerintah desa pun tidak ragu membangun Rumah Toga Organik sebagai fasilitas untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan tersebut.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Toga mempunyai tiga program utama, yaitu pengembangan SDM untuk pelayanan kesehatan berbasis terapi herbal, pengembangan rumah sehat, dan program promosi kesehatan.

Para ibu di Desa Tabarano mengerjakan sendiri seluruh proses budidaya tanaman

herbal. Mereka mencacah batang pisang, mencampurkannya dengan hijauan dan kotoran hewan, lalu seluruh bahan terse-but dimasukkan ke dalam rumah kompos. Mereka juga tidak mengeluh ketika harus bekerja keras membersihkan lahan. Untuk koleksi Toga, sebagian besar dipetik dari sekitar rumah mereka lalu dibawa ke la-han percontohan. Namun terkadang me-reka membawa bibit dari kampung hala-man mereka di Toraja.

Mereka punya harapan besar agar kelak lahan percontohannya bisa dijadikan fasi-litas agrowisata. Setiap orang bisa belajar budidaya dan teknik mengolah tanaman herbal di lahan tersebut. Bahkan sudah ada yang menyatakan ketertarikan untuk menjadi herbalis. Selain Toga, anggota PKK dan KWT berencana menanam sayuran organik. Mereka sudah mulai mengolah lahan yang akan ditanami sayur organik.[] (Laporan: Aswaddin)

Page 12: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 201612 KEMITRAAN

Suasana Diklat Berjenjang Tingkat Dasar Guru PAUD, April 2016, di aula D--Gym, Kecamatan Nuha. Guru-guru mendapatkan bimbingan teori, praktik, dan diminta menyerahkan tugas mandiri 25 hari setelah Diklat usai.

Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUDProgram PTPM sektor pendidikan bermitra dengan pemerintah dan menyasar para pendidik anak usia dini.

U sai istirahat makan siang, peserta seminar, workshop, maupun Diklat biasanya perlu usaha keras untuk

menahan kantuk. Tapi tidak dengan 226 guru pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mengikuti Diklat Berjenjang Ting-kat Dasar di aula D-gym, Sorowako, Ke-camatan Nuha, awal April 2016. Instruk-tur Diklat meminta guru-guru berkumpul di tengah ruangan. Tak lama kemudian, mereka diminta menari mengikuti irama musik tradisional. Instruktur dari Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IG-TKI) Provinsi Sulawesi Selatan mengajar-kan gerakan tari sederhana yang bisa dip-raktikkan bersama siswa di kelas.

Cipta tari hanya salah satu materi yang dipelajari guru selama mengikuti Diklat Dasar 48 Jam. Selain itu, mereka juga me-nambah wawasan seputar konsep dasar pendidikan anak usia dini, etika dan ka-rakter anak, perkembangan anak, peren-canaan pembelajaran, cara belajar anak usia dini, kesehatan dan gizi, dan pembel-ajaran mikro (micro-teaching). Peserta yang merupakan tenaga pengajar PAUD se-Kabupaten Luwu Timur itu dibagi ke dalam dua gelombang belajar demi efek-tivitas Diklat.

Diklat Berjenjang Tingkat Dasar bagi Guru PAUD merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Pendanaan Diklat dialokasikan dari dana PMDM sektor pendidikan di Keca-matan Nuha, Towuti, dan Wasuponda. Selain mendatangkan pembicara dari IG-TKI Provinsi, kegiatan belajar lima hari itu mendatangkan pemateri dari Ditjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Pengurus Pusat IGTKI PGRI, dan dokter spesialis anak dari RS Inco.

Memenuhi kualifikasiUsia dini merupakan periode emas per-

tumbuhan dan perkembangan manusia. Pada umur 0–6 tahun itu, seluruh potensi anak berkembang sangat pesat, terutama kecerdasannya. Karena itu, para pakar se-pakat menyebut periode usia dini sebagai golden age (usia emas). Begitu pentingnya usia emas ini, maka pemerintah, pendidik, orangtua, hingga masyarakat harus mem-perhatikan betul pertumbuhan dan per-kembangan anak usia dini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mene-tapkan PAUD sebagai salah satu program prioritas pendidikan nasional.

Kualitas pendidik berperan penting un-tuk memacu mutu PAUD. Salah satu pro-gram strategis yang digulirkan Kemente-rian Pendidikan dan Kebudayaan untuk

mendongkrak mutu PAUD adalah program pendidikan dan pelatihan berjenjang bagi para pendidik PAUD. Sekaligus sebagai pem-binaan karier melalui peningkatan kompe-tensi, yang telah dilaksanakan sejak 2011.

Permendiknas mensyaratkan kualifikasi dan kompetensi yang harus dipenuhi oleh tenaga pendidik. Guru PAUD perlu memi-liki kualifikasi akademik pendidikan mini-mum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) Pendidikan Guru PAUD (PG-PAUD). “Namun kenyataannya masih banyak guru PAUD yang belum sarjana, bahkan baru lu-lusan SMA. Karena itu, Diklat ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pendidik PAUD secara berkesinambungan dan ber-jenjang,” kata Ketua IGTKI Luwu Timur, Saidah Saleng.

Diklat meliputi Diklat Dasar, Diklat Lan-jutan, dan Diklat Mahir. Melalui Diklat, para pendidik diharapkan dapat memiliki kom-petensi maupun legalitas sebagai pendidik PAUD. Diklat akan mempertajam kemam-puan para pendidik yang mempunyai jiwa untuk memotivasi dan mengembangkan anak-anak usia dini. Sementara para pendi-dik yang sudah bergelar S-1, diharap akan lebih baik lagi membimbing anak usia dini.

Tugas mandiri“Banyak pengetahuan baru yang saya

dapatkan dari Diklat ini. Terutama yang menyangkut K13 (Kurikulum 2013—red). Kalau kemarin-kemarin saya baru dengar-dengar saja itu K13, sekarang saya sudah pa-ham dan masih perlu banyak belajar,” kata Rabiah, guru TK Pembina, yang mengikuti Diklat bersama 18 rekan sejawatnya dari Kecamatan Burau.

Meskipun sudah memiliki ijazah S-1, Ra-biah memandang Diklat yang bertujuan me-ningkatkan kompetensi guru masih sangat penting untuk diikuti. “Pengetahuan itu, kan, selalu berkembang. Kalau tidak rajin-rajin ikut Diklat, kursus, atau semacamnya, pasti kita akan ketinggalan.”

Setelah mengikuti Diklat Dasar selama 48 jam, para peserta harus melaksanakan tugas mandiri terkait dengan pembelajar-an di PAUD selama 25 hari efektif (setara 200 jam). Dengan demikian, total seluruh peserta akan mendapatkan pelatihan sela-ma 248 jam.

Peserta tidak keberatan mengerjakan tu-gas. Isnar, guru TK Dian Utami Kecamatan Wotu, misalnya, menganggap tugas mandi-ri akan melengkapi wawasan yang dia da-patkan dari Diklat. “Ini, kan, semacam PTK (penelitian tindakan kelas—red) yang harus kita buat setelah mendapat pelatihan. Jelas akan memperkaya wawasan, sekaligus kita bisa menerapkan teori dalam Diklat ke da-lam kegiatan mengajar.”[]

Page 13: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 201613KEMITRAAN

Pelatihan industri bagi 100 pemuda Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang disesuaikan dengan peluang kerja yang ditawarkan perusahaan-perusahaan setempat. Tujuannya untuk mencetak angkatan kerja yang terampil dan lulus sertifikasi.

Pelatihan dan Sertifikasi Industri bagi Pemuda Kolaka

PT Vale bermitra dengan Pemerintah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, menjalankan sejumlah program sosial. Termasuk kegiatan peningkatan kapasitas bagi kelompok pemuda angkatan kerja.

P T Vale bersama Pemerintah Kabupaten Kolaka menggelar pelatihan sekaligus sertifikasi keterampilan industri ber-

basis kompetensi bagi 100 warga Kabupa-ten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Program ini merupakan bagian dari aktivitas tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) PT Vale tahun 2015 di Kolaka yang bertuju-an untuk menciptakan tenaga kerja yang te-rampil dan kompeten.

Pelatihan berbasis 360 jam belajar (45 hari) ini, yang berlangsung di Balai Latihan Kerja Pemerintah Kabupaten Kolaka, terba-gi dalam lima jurusan, yakni listrik, las listrik dan karbit, mekanik alat berat, operator loa-der, dan operator eskavator. Bidang kejuruan tersebut menyesuaikan dengan peluang ker-ja yang dibuka oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kolaka dan sekitarnya.

Seratus peserta pelatihan tersebut meru-pakan hasil penyaringan terhadap 567 pen-daftar dari empat kecamatan pemberdayaan PT Vale di Pomalaa, Baula, Wundulako dan Tanggetada.

“Kegiatan ini untuk mendukung pening-katan kapasitas dan kompetensi warga agar mempunyai bekal kerja yang lebih baik. Juga merupakan salah satu komitmen PT Vale di area pemberdayaannya,” ujar Direktur Ko-munikasi dan Hubungan Luar PT Vale Bas-rie Kamba.

Menurut Kepala Bidang Ketenagakerjaan, Di-nas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kolaka La Ode Rahmat, program pelatihan dan sertifikat kompetensi itu bertujuan untuk meng-klasifikasi, sekaligus menghasilkan tenaga kerja lokal berkualitas dan siap kerja. Metode pelatih-an 360 jam intensif ini juga mengadopsi konten belajar berstandar internasional, dipandu in-struktur-instruktur berpengalaman.

Pelatihan berakhir 6 April 2016, ditutup oleh Bupati Kolaka Ahmad Safei, didampingi mana-jemen PT Vale, kepala dinas terkait, Direktur BPJS Ketenagakerjaan, camat, tokoh masyara-kat, LSM, dan media. Penyerahan sertifikat & kartu BPJS Ketenagakerjaan dilakukan oleh Bu-pati Kolaka, disaksikan oleh Basri Kamba. Pada acara tesebut PT Vale juga menyerahkan pera-latan pelatihan sebagai aset Balai Latihan Kerja Kabupaten Kolaka.

“Pelatihan ini sangat membantu program pe-merintah daerah Kolaka dalam menciptakan 1.000 tenaga kerja terampil setiap tahunnya. Sekaligus persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mensyaratkan penyedi-aan tenaga kerja lokal yang mampu berkompe-tisi langsung dengan tenaga kerja asing,” ung-kap Ahmad Safei.

Bupati mengapresiasi PT Vale yang telah ber-kontribusi terhadap pembangunan daerah dalam bentuk infrastruktur maupun peningkatan sum-berdaya manusia. Ahmad Safei juga menyampai-kan kepada peserta dan seluruh masyarakat Ka-bupaten Kolaka agar mendukung investor yang ingin berinvestasi untuk pengembangan daerah.

Pada 2015, dana program sosial yang dialo-kasikan PT Vale di sektor peningkatan kapasi-tas masyarakat di Sulawesi Tenggara mencapai Rp700 juta. [](Laporan: Misdar)

Kabar dari Kolaka

Page 14: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 201614 EVENT

Kenaikan produktivitas dari 6,3 ton per hektar di musim pertama menjadi 7 ton di musim tanam kedua terjadi di sawah yang digarap dengan pola SRI Organik di Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda. Produktivitas naik utamanya karena serangan hama jauh berkurang.

Rumah Kemitraan, sesuai namanya, menitikberatkan pada sinergi berbagai pihak untuk memajukan sektor pertanian di Luwu Timur. Bangunan sederhana itu sudah digunakan sebagai lokasi pelatihan pemanfaatan tanaman herbal dan akan terus dimanfaatkan untuk aneka kegiatan berbasis masyarakat.

Peresmian Rumah Kemitraan di BP3K Model

U ntuk mencapai kemajuan, proses tukar pikiran punya peran penting. Perkembangan di bidang pertani-

an tak luput dari diskusi yang dilakukan petani, pelaku usaha tani, atau siapapun yang peduli pada kemajuan agroindustri.

Di banyak daerah di Indonesia, saung tani difungsikan sebagai wadah untuk mengumpulkan informasi dan bertukar pikiran oleh petani terkait aktivitas me-reka sehari-hari di sawah. Keberadaan saung tani dikaitkan dengan peningkat-an hasil produksi, pendalaman wawasan para pelaku usaha tani, dan percepatan proses transfer teknologi.

Dengan harapan yang sama, Rumah Kemitraan dibangun di Balai Penyuluh-an Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Model-Kecamatan Nuha. Peresmi-an dilakukan pertengahan Mei 2016 lalu, dihadiri oleh Kepala Badan Penyuluh-an, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Luwu Timur Nursih Hariani, serta Direktur Komunikasi dan Hubungan Luar PT Vale Basrie Kamba.

“Terinspirasi dari perjalanan ke Joglo Tani, Yogyakarta, beberapa waktu lalu, Rumah Kemitraan di BP3K Model ini akhirnya mewujud. Kami berharap ba-ngunan sederhana ini bisa dimanfaat-

kan secara maksimal untuk mendukung kemajuan sektor pertanian di Luwu Ti-mur,” kata Basrie Kamba. Senior Mana-jer Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat, menambah-kan, Rumah Kemitraan bisa digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti sharing penyuluh, diskusi kelompok tani, hingga berbagai pelatihan dan workshop.

Peresmian Rumah Kemitraan ditan-dai dengan seremoni potong tumpeng

yang dilakukan oleh Kepala BP4K. “Ta-hun ini, BP3K Model Kecamatan Nuha akan mewakili Luwu Timur dalam Lom-ba BP3K, yang diadakan tiap tahun. Kita perlu mengkreasikan kegiatan yang ino-vatif dan bermanfaat di tempat ini supaya keberadaan prasarana ini semakin hidup dan gaungnya terdengar, bahkan hingga tingkat nasional. Semua tujuannya untuk mengoptimalkan fungsi BP3K, memaju-kan pertanian kita, dan memberi inspirasi

bagi teman-teman petani, penyuluh, dan masyarakat di tempat lain,” kata Nursih.

Sebagai kegiatan perdana, pelatihan pengenalan dan pemanfaatan tanaman herbal telah dilakukan di baruga tani BP3K Model pada akhir Mei 2016. Pe-serta berasal dari BP4K, Dinas Kesehat-an Luwu Timur, BP3K Nuha, Puskesmas Nuha, dan masyarakat yang tertarik men-dalami tanaman obat keluarga.

Panen Padi SRI Musim Kedua di Desa Ledu-Ledu

S elain di Desa Libukan Mandiri, Ke-camatan Towuti, lahan percontohan padi budidaya System of Rice Inten-

sification (SRI) Organik juga berada di Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasupon-da. Seperti di Libukan Mandiri, kenaik-an produktivitas juga dijumpai di Desa Ledu-Ledu.

Di sepetak sawah seluas 20 are yang digarap oleh Penyuluh Pertanian Lapang-an (PPL) BP3K Wasuponda, Darlan, pro-duktivitas di musim kedua (Februari-Mei 2016) naik menjadi 7 ton per hektar. Di musim tanam perdana, Agustus-Desem-ber 2015, produktivitas di sawah yang sama tercatat 6,3 ton per hektar. “Bah-kan ada lokasi sawah saya yang baru satu musim menggunakan SRI Organik sudah naik dari 3 ton saat masih memakai pola konvensional menjadi 7 ton dengan SRI Organik musim ini,” kata Darlan. Padi varietas aromatik sintanur menghasil-kan rata-rata 253 bulir dalam satu malai.

Di samping kanan dan kiri petak sa-wah milik Darlan, terlihat banyak sawah konvensional yang gagal panen. “Habis semua dimakan tikus musim ini. Sedi-kit sekali yang bisa panen,” kata Dar-lan sambil menunjuk ke sawah-sawah tetangga yang berbatasan langsung de-

ngan lahan miliknya yang hanya sedikit diserang tikus.

Bagaimana bisa sawah-sawah lain di-serang hama sementara sawah Darlan “dilewati” begitu saja oleh tikus? Berba-gai literatur menyebutkan bahwa pem-berian air macak-macak, salah satu prin-sip dasar SRI Organik, merupakan kunci penting pengendalian hama.

SRI Organik menganut paham bahwa pertahanan terbaik adalah menciptakan

ekosistem pertanian yang sehat. Banyak jenis serangga yang hidup bersama padi yang tidak sempat menjadi hama kare-na kondisi ekosistemnya tidak memberi cukup waktu bagi serangga untuk ber-kembangbiak secara leluasa. Serangan keong dapat ditekan karena sawah ti-dak direndam.

Keong kini justru dimanfaatkan petani sebagai bahan pembuat mikro organis-me lokal (MOL). Ketika keong tidak ada

di sawah, maka tikus pun enggan “mam-pir”, karena tidak menjumpai keong un-tuk dimakan. Selama ini petani mengira tikus begitu rakus memakan batang padi sampai habis. Padahal makanan utama tikus adalah keong dan hewan-hewan kecil di sawah. Namun sebagai hewan pengerat, tikus memerlukan batang padi untuk mengasah gigi agar tidak tumbuh terlalu panjang.

Page 15: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

GALERIVeRbeeK ediSi 27 | 2016

15

Pelatihan pemanfaatan tanaman herbal di Rumah Kemitraan BP3K Model-Kecamatan Nuha, akhir

Juni 2016. Pelatihan bulan keempat itu diikuti oleh anggota PKK dari desa-desa se-Kecamatan Nuha,

perwakilan Puskesmas Nuha, staf BP3K dan BP4K, serta warga yang ingin mendalami pengobatan dan

teknik budidaya tanaman herbal.

Direktur Operasional PT Vale Lovro Paulic dan keluarga mendapat penjelasan dari Direktur Komunikasi

& Hubungan Luar PT Vale Basrie Kamba saat berkunjung ke lahan milik Kelompok Tani Harapan Mulya

di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, Juli 2016. Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat

capaian petani dalam menerapkan pola budidaya SRI Organik sebagai bagian dari Program Pertanian

Berkelanjutan yang didukung PTPM.

Tim Program Pengembangan Sosial PT Vale dan Danramil Nuha Alex Makale mengunjungi Desa Kalosi, Kecamatan Towuti. PT Vale membantu pembangunan gorong-gorong untuk mengalirkan air dari Sungai Indo Angi. Berkat pembangunan tersebut, 80 hektar sawah teraliri air yang sebelumnya, sejak 2010, selalu gagal panen akibat musim kering berkepanjangan.

Kunjungan Tim Penggerak PKK Kabupaten Luwu Timur ke kebun percontohan Toga dan tanaman hias di Desa Nikkel, Kecamatan Nuha. Kebun tersebut digarap secara mandiri oleh Kepala Desa dan anggota PKK. Untuk pembangunan rumah kompos, pembelian bibit, dan pemeliharaan tanaman, dana bersumber dari Kepala Desa Nikel Basar Tosalili.

Galeri FotoMomen yang tertangkap kamera sepanjang pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). Jika Anda memiliki fotofoto yang terkait dengan pelaksanaan PTPM, silakan kirim ke Redaksi Tabloid Verbeek melalui email [email protected] (ukuran foto minimal 500KB). Foto yang dimuat akan mendapatkan suvenir menarik.

Bupati Luwu Timur Thoriq Husler dan Dewan Direksi PT Vale dalam acara Safari Ramadhan di Kantor Camat Towuti, pertengahan Juni 2016. Safari Ramadhan menjadi agenda rutin di Bulan Suci untuk menyambung silaturahmi dengan Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan, dan masyarakat.

Page 16: Laporan Kinerja PMDM Fase II (2015-2016) Bergerak Menuju ... · Diklat Berjenjang Tingkatkan Kompetensi Guru PAUD SOSOK > HAL 9 Rusnadi Padjung, Staf Ahli Kemendes: “PMDM Bisa Dijadikan

Verbeek edisi 27 | 201616 EVENT

[Kiri] Pelatihan Pelaku PMDM di Kecamatan Malili dan [Kanan] Pelatihan serupa di Kecamatan Nuha. Usai pelatihan, barulah PMDM bisa melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu verifikasi usulan kegiatan oleh anggota Forum Lintas Pelaku.

Pelatihan Pelaku PMDM Tingkat Desa dan Kecamatan

S ebelum memasuki pelaksanaan kegiatan dalam Program Mitra Desa Mandiri (PMDM), para pelaku program mendapatkan pembekalan untuk menya-

makan persepsi dan meningkatkan kapasitas. Pelatihan Pelaku PMDM Tingkat Desa dan Kecamatan fase ketiga pertama kali dilakukan bagi Komite Desa, Kader Pem-berdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan Forum Lin-tas Pelaku (FLP) di Kecamatan Malili, awal Juni 2016. Pelatihan yang berlangsung di Kantor Camat Malili dan diikuti 40 orang peserta itu diisi berbagai materi, mulai dari prinsip, mekanisme, tahapan PMDM, hingga sepu-tar format dan cara mengisi dokumen pelaporan, serta menyusun rencana anggaran biaya.

Memasuki fase ketiga, PMDM memunculkan wajah-wajah baru. Pemilihan Komite Desa, KPMD, dan FLP me-lalui musyawarah menunjuk nama baru untuk menga-wal program pemberdayaan tersebut. Bagi pelaku yang masih baru, lokalatih memberikan manfaat yang sangat besar. Antusiasme juga terpancar dari para peserta. Me-reka memperhatikan materi, rajin mencatat, dan meng-ajukan banyak pertanyaan kepada para pemateri yaitu Fasilitator PMDM-Kabupaten Andi Narwis, Fasilitator Teknik PMDM-Kabupaten Alwi Chaidir, dan Fasilitator PMDM-Kecamatan Malili Sangkala.

Dari 8 desa dan 1 kelurahan di Kecamatan Malili, ha-nya satu desa yang tidak mengirimkan wakilnya karena

Musyawarah Desa Sosialisasi belum dilakukan. Diharap-kan peserta bisa meneruskan materi pelatihan kepada Komite Desa dan KPMD yang tidak hadir.

Selanjutnya, Pelatihan Pelaku PMDM digelar di Ke-camatan Wasuponda, Towuti, dan ditutup dengan Ke-camatan Nuha pada pertengahan Juli 2016.

Pelatihan PMDM Tingkat Desa dan Kecamatan yang

dilakukan secara terpadu menjadi semakin penting dan menarik karena persepsi pelaku terhadap program men-jadi bisa diukur. Selain pemahaman teknis, pelatihan juga membuka ruang interaksi di antara pelaku program. Se-tiap orang bisa mengenal pelaku PMDM dari desa-desa lainnya yang bermanfaat untuk diskusi di kemudian hari. (Laporan dan foto: Andi Narwis)

1. Serangga yang membawa virus demam berdarah:

2. Bagian dari inti di tengah yang sangat gelap ketika terjadi gerhana bulan:

3. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk obat yang berasal dari alam:

4. Zat yang terkandung di Air Susu Ibu yang berfungsi meningkatkan kekebalan bayi:

5. Jenis ikan air tawar yang banyak terdapat di Danau Towuti. Pernah dimanfaatkan ibu-ibu PKK Desa Matompi untuk bahan baku pembuatan camilan sosis dan nugget:

6. Penyakit ND yang menyerang ternak ayam lebih dikenal di Indonesia sebagai penyakit:

7. Unsur kimia dengan lambang “O” yang penting bagi pernapasan makhluk hidup:

8. Jenis tanaman pakis-pakisan yang dimanfaatkan warga Desa Nuha untuk membuat anyaman:

9. Jenis sakit kepala dengan ciri-ciri seperti berputar ketika mendapat serangannya:

10. Istilah medis untuk gigi berlubang:

N

U

H

K

N

T

O

T

V

K

KUIS

Sepuluh pengirim jawaban kuis yang beruntung akan mendapat suvenir menarik dari Tabloid Verbeek. Kirimkan jawaban Anda ke email: [email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi kami; Communications & External Affairs PT Vale, DP 23B, Jl. Ternate No. 44, Pontada-Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, 92984.

Jawablah pertanyaan di bawah ini. Abjad pertama merupakan petunjuk jawaban.