Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ... 2014.pdf · ke depan akan semakin...
Transcript of Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ... 2014.pdf · ke depan akan semakin...
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | ii
KATA PENGANTAR
Prinsip manajemen berbasis kinerja mengharuskan setiap instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya melalui Laporan Kinerja (LKj) instansi
Pemerintah yang mencakup keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja. Hal ini juga
merupakan wujud pemenuhan kewajiban Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat terhadap amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah menyelesaikan sejumlah progam
dan kegiatan yang berkaitan dengan implementasi dari Rencana Kinerja Tahun 2014
yang juga masa akhir dari Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2010-2014. Rencana Strategis BPKP tahun 2010-2014 memberikan arah
dan fokus bagi pelaksanaan program dan kegiatan tersebut.
LKj Instansi Pemerintah disusun dengan memuat perspektif keberhasilan dan
kegagalan yang akan menjadi tantangan bagi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat melalui peningkatan kinerja yang lebih baik, fokus dan terarah, pengembangan
SDM dengan berbagai kompetensi serta mengedepankan perspektif stakeholders,
sehingga dapat menambah nilai manfaat hasil audit Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat dan sejalan dengan harapan dari stakeholders.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ini disusun berdasarkan
data realisasi kinerja yang telah dikelola secara sistematis dengan menggunakan
Sistem Informasi Manajemen Monitoring dan Evaluasi Rencana Kinerja Tahunan
BPKP (SIM MonevRKT). Sedangkan format dan substansi telah disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat diukur dengan merata-
ratakan seluruh pencapaian tujuan dan sasaran stategis yang diwakili oleh masing-
masing indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Revisi Tapkin tahun 2014.
Pengukuran keberhasilan tujuan lebih kepada indikator benefit/impact sedangkan
keberhasilan sasaran strategis lebih dititikberatkan pada indikator outcome.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja tujuan yang mewakili masa renstra 2010-
2014, terlihat bahwa rata-rata capaian kinerja tujuan adalah sebesar 88,29% dengan
kategori sangat baik, sedangkan rata-rata capaian kinerja sasaran strategis adalah
sebesar 124,64% dengan kategori memuaskan.
Keberhasilan ini sejalan dengan harapan para mitra seperti ditunjukkan pada
jawaban kuesioner kepuasan mitra yang telah dilakukan Perwakilan BPKP
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | iii
Kalimantan Barat. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan angka rata-rata atas proses,
outcome, dan nilai-nilai (image) pelaksanaan pengawasan Perwakilan BPKP Kalbar
sebesar 3,50 pada 4 skala likert atau dengan nilai absolut 87,50%. Hal ini berarti
bahwa kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014 telah sejalan
dengan harapan stakeholders.
Keberhasilan tersebut tentunya tidak lantas membuat Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat berpuas diri. Perkembangan tatanan pemerintahan dan tantangan
ke depan akan semakin kompleks dan sulit. Oleh karena itu peningkatan sinergi dan
koordinasi dengan Pemda dan para stakeholders, menjadi kunci bagi Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat untuk dapat lebih berperan dalam peningkatan
kualitas akuntabilitas keuangan di daerah.
Harapan kami, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi yang objektif bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
dalam menilai kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat serta memberikan
masukan bagi peningkatan dan penguatan peran BPKP di daerah untuk memenuhi
harapan masyarakat, yaitu terwujudnya good governance.
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Fadjar Irawan NIP 19620310 198302 1 001
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi .............................................................................. 1
B. Aspek Strategis Organisasi..................................................................................................... 3
C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi .............................................................................. 4
D. Struktur Organisasi ................................................................................................................ 5
E. Sistematika Penyajian ............................................................................................................ 6
BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................................................................ 8
A. Rencana Strategis .................................................................................................................. 8
B. Perjanjian Kinerja 2014 ....................................................................................................... 22
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................................................. 25
A. Capaian Kinerja Organisasi .......................................................................................... 25
Capaian Kinerja Tujuan (Periode Renstra) ........................................................................ 26
Tujuan 1 “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara di Wilayah Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat” ...................................................................................................... 26
Tujuan 2 “Meningkatnya Tata Pemerintahan yang Baik di Wilayah Kerja Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat” ...................................................................................................... 34
Tujuan 3 “Terciptanya Iklim yang Mencegah Kecurangan dan Memudahkan Pengungkapan
Kasus yang Merugikan Keuangan Negara di Wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat” ................................................................................................................... 39
Tujuan 4 “Tercapainya Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”
................................................................................................................................................ 42
Tujuan 5 “Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional
dan Kompeten” ....................................................................................................................... 43
Capaian Kinerja Sasaran Tahun 2014 ..................................................................................... 45
Sasaran Strategis 1 “Meningkatkan Kualitas 95% Laporan Keuangan Kementerian Lembaga
dan 90% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” .................................................................. 46
Sasaran Strategis 2 “Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah Sebesar 75%” ... 61
Sasaran Strategis 3 “Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pada 60%
Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan Terselenggaranya Good Governance (GG) pada
65% BUMN/BUMD” ........................................................................................................ 65
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | v
Sasaran Strategis 4 “Meningkatnya Kesadaran dan Keterlibatan Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Menjadi 80%” .......................................................................................................................... 71
Sasaran Strategis 5 “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 60%
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah” ......................................................................... 81
Sasaran Strategis 6 “Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
yang Profesional dan Kompeten Pada 80% Pemerintah Daerah” ........................................... 86
Sasaran Strategis 7 “Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar 90% dan
Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%” ...................................................................... 88
B. Realisasi Anggaran .....................................................................................................110
BAB IV Penutup ............................................................................................................................ 113
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | vi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggarannya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan
kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 merupakan
Laporan Kinerja dari akhir periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat, sehingga di dalam laporan kinerja ini menyajikan capaian kinerja tujuan
selama masa periode Renstra serta capaian kinerja sasaran strategis tahun 2014
dengan membandingkan kinerjanya dengan tahun 2010 sampai dengan 2013.
A. Capaian Kinerja Tujuan (periode Renstra)
Sampai dengan berakhir periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2010-2014 capaian kinerja tujuan yaitu sebanyak 5 tujuan dengan 10
indikator kinerja adalah sebesar 88,29% dengan kategori sangat baik dengan
rincian sebagai berikut :
No Tujuan Capaian Kinerja
1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
96,10
2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
140,12
3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
105,26
4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
66,64
5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
33,33
Rata-rata capaian Kinerja Tujuan 88,29
Uraian masing-masing capaian indikator tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Capaian tujuan “Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di
wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat” sebesar 96,10% dengan
kategori sangat baik belum optimal dikarenakan hanya 5 dari 15 Pemerintah
Daerah di wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memperoleh opini WTP
atau sebesar 33,33%.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | vii
2) Capaian tujuan “Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan
memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di
wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat” sebesar 105,26% dengan
kategori memuaskan. Namun pengukuran Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) belum dapat dilakukan,
dikarenakan belum ada Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam hal ini sebagai Tim Penilai Internal (TPI) yang meminta ke
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat untuk melakukan pembinaan
menuju Zona Integritas yang nantinya akan dinilai oleh Tim Penilai Nasional
(TPN) sebagai wilayah yang telah memenuhi WBK dan WBBM.
3) Capaian tujuan “Tercapainya efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat”
sebesar 66,67% dengan kategori cukup, belum optimal dikarenakan hanya 6
(40%) Pemerintah Daerah yang telah menyusun RTP.
4) Capaian tujuan “Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah
yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat” sebesar 33,33% dengan kategori kurang . Hal ini
disebabkan hanya 1 (20%) Pemerintah Daerah yang berada di level 2 IACM
yaitu Pemerintah Kabupaten Sintang dari 5 Pemerintah Daerah yang opini atas
laporan keuangannya WTP.
B. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2014
Berdasarkan Revisi Penetapan Kinerja Tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat melaksanakan 7 sasaran strategis dengan 33 indikator
keberhasil, capaian kinerja rata-rata 7 sasaran strategis tersebut adalah sebesar
124,64% termasuk dalam kategori memuaskan dengan rincian sebagai berikut :
No Sasaran Rata-rata Capaian
Kinerja (%)
1. Meningkatkan Kualitas 95% Laporan Keuangan Kementerian Lembaga dan 90% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
123,78
2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah sebesar 75%
117,48
3. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good Governance (GG) pada 65% BUMN/BUMD
151,98
4. Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%
123,40
5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebesar 60%
91,66
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | viii
6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Profesional dan Kompeten Pada 80% Pemerintah Daerah
108,34
7. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%
155,81
Rata-rata capaian Sasaran Stategis 124,64
Dari 7 sasaran strategis tersebut, sebanyak 6 sasaran capaian kinerjanya telah
optimal dengan rata di atas nilai 100% dengan kategori memuaskan. Namun
masih terdapat 1 sasaran strategis yang capaian kinerja belum optimal yaitu
“Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga/ Pemerintah
Daerah sebesar 60%”. Hal ini disebabkan masih kurangnya komitmen Kepala
Daerah dalam mendorong implementasi SPIP.
C. Upaya dalam Rangka Peningkatan Kinerja
Capaian kinerja tujuan dan sasaran stategis tersebut masih belum optimal
sehingga untuk masa yang akan datang masih diperlukan peningkatan kegiatan
assurance dan consultancy melalui upaya-upaya yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Peningkatan opini BPK atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah, opini
BUMN/D serta opini wajar atas laporan dukungan PHLN dengan melakukan
upaya-upaya sebagai berikut :
1) Penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Pemerintah
Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.
2) Pendampingan penyusunan laporan keuangan dan pendampingan reviu
laporan keuangan Pemda bersama Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.
3) Pendampingan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D).
4) Peningkatan kapasitas SDM pada Pemerintah Daerah.
5) Pembenahan sistem dan tata kelola, sistem akuntansi, manajemen aset,
asistensi penyusunan laporan keuangan maupun Good Corporate Governance
(GCG).
6) Kegiatan audit, evaluasi, dan reviu diarahkan kepada kesesuaian
penyelenggaraan risk management, control, dan governance process dengan
kualitas yang digariskan dengan kebijakan manajemen, standar, atau norma
yang diberlakukan untuk praktik yang sehat.
2. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public
governance) dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Mendorong seluruh pemerintah daerah agar menetapkan Peraturan Kepala
Daerah tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah dikeluarkan
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | ix
Kementerian terkait sesuai amanat PP Nomor 65 tahun 2005 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
b. Mendampingi penyusunan RPJMD sesuai dengan masa kerja bupati terpilih
dengan menuangkan seluruh indikator SPM yang merinci target 5 tahunan
dan diturunkan dalam target tahunan dalam dokumen Rencana Kinerja SKPD
terkait.
c. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dengan mengoptimalkan Capaian Kinerja penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
d. Mendorong BUMN/D dan BLUD yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat untuk menerapkan kriteria GCG dengan melakukan pembinaan pada
BUMN/BUMD serta BLUD melalui kegiatan evaluasi/ pengembangan sistem
pengelolaan dan bimtek/konsultasi/sosialisasi/asistensi/pendampingan
penerapan GCG.
3. Mewujudkan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan
pengungkapan kasus yang merugikan keuangan Negara di Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat, dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Pre-emtif dan Preventif pada implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) serta sistem pencegahan KKN (Fraud Control Plan) di
semua SKPD di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
b. Peningkatan koordinasi dengan instansi penegak hukum terkait dengan
permintaan audit investigasi maupun PKKN.
c. Melakukan koordinasi dengan Tim Penilai Internal (TPI) yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah untuk melakukan penilaian predikat WBK/WBBM di
wilayahnya masing-masing.
d. Melakukan sosialisasi tentang produk-produk Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat yang dapat dimanfaatkan stakeholders sesuai dengan
mandat yang ada, diantaranya dengan produk SIMDA, audit penyesuaian
harga, FCP, GCG, SIA BLUD serta aplikasi SIM-HP.
e. Melakukan penilaian maturitas SPIP sebagai wujud pengujian pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada seluruh Pemerintah
Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.
4. Peningkatan kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional
dan kompeten melalui kegiatan sosialisasi JFA dan tata kelola APIP, sehingga
level Internal Audit Capability Model (IACM) seluruh Inspektorat Provinsi/
Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat dapat
ditingkatkan.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat sebagai bagian integral dari BPKP
tertuang dalam Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor
KEP-06.00.00.286/K/2001 tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana
telah diubah dengan Perubahan Ketujuh Keputusan Kepala BPKP Nomor
11 Tahun 2013 tanggal 18 Februari 2013 mempunyai tugas pokok:
“Melaksanakan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan serta
Penyelenggaraan Akuntabilitas di Daerah Sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang Berlaku”.
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, fungsi Perwakilan BPKP adalah:
1. Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan.
2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara
dan pengurusan barang milik/kekayaan negara.
3. Pengawasan terhadap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan pengurusan barang milik/kekayaan pemerintah daerah atas permintaan
daerah.
4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintah yang bersifat
strategis dan/atau lintas Departemen/Lembaga/Wilayah.
5. Pemberian asistensi penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. Evaluasi atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
7. Pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, pertamina, cabang usaha
pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerja sama, badan-badan lain
yang didalamnya terdapat kepentingan Pemerintah, pinjaman/bantuan luar
negeri yang diterima pemerintah pusat, dan badan usaha milik daerah atas
permintaan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
8. Evaluasi terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance dan laporan
akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik negara, pertamina, cabang
usaha pertamina, kontrak bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain
yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik
daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 2
9. Investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan
usaha milik negara, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran
pembangunan, dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik
dan instansi pemerintah lainnya.
10. Pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta
pengendalian mutu pengawasan.
11. Pelaksanaan administrasi Perwakilan BPKP.
Sebagai bagian yang integral dari BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat sepenuhnya mendukung BPKP dalam menjalankan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan memperhatikan kewenangan BPKP sesuai Keputusan Kepala BPKP
Nomor 06.00.00-080/K/2001 pasal 4, fungsi pengawasan BPKP mencakup:
1. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di
bidang pengawasan keuangan dan pembangunan; dan
2. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi pengawasan BPKP tersebut, jika dikaitkan dengan fungsi Perwakilan
BPKP pada pasal 3 keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001,
PP 60/2008, dan peran auditor internal, maka peran Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat adalah sebagai berikut:
1. Quality assurer bagi pengawalan RPJMD dalam konteks RPJMN.
2. Mitra kerja eksekutif dalam memperbaiki efektivitas manajemen risiko dan
tata kelola (governance) melalui pembangunan sistem pengendalian intern
yang efektif.
3. Promotor bagi pewujudan sinergi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan
peningkatan kapasitas APIP.
Penyelenggaraan peran di atas, menekankan efektivitas dan efisiensi sebagai
dasar pencapaian tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Untuk itu,
disusun strategi dalam model Balanced Score Card (BSC) yang memuat rumusan
dan jaringan kinerja yang hendak dicapai. Model tersebut dilandasi oleh
pemahaman dan pengembangan tentang peningkatan modal SDM (kompetensi),
perbaikan modal organisasi (iklim kerja dan manajerial) dan peningkatan modal
informasi. Melalui proses internal akan terwujud kegiatan pengawasan yang
berbasis risiko, terbangunnya pola kemitraan yang efektif dengan stakeholders,
serta terpenuhinya kepatuhan terhadap kebijakan dan aturan.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 3
Stakeholders Perwakilan BPKP terdiri dari stakeholders internal, serta eksternal
yaitu Pemerintah Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota), masyarakat
(beneficiaries), pelaksana kebijakan (Pemda, Instansi Vertikal, BUMN/D,
Universitas Negeri), komunitas profesi, BPK-RI Perwakilan, DPRD, dan para mitra
kerja (Inspektorat, , Polri, Kejaksaan, dan KPK).
Pada perspektif stakeholders, kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh
Perwakilan BPKP harus menghasilkan laporan/dokumen yang bermanfaat dan
tepat waktu bagi stakeholders dan mendorong terwujudnya tata kelola
kepemerintahan yang baik.
B. Aspek Strategis Organisasi
Dalam memenuhi amanah rakyat untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri,
maju, adil, dan makmur, pemerintah telah menetapkan target pembangunan
nasional untuk jangka waktu 20 tahun melalui UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Target tersebut
kemudian dirinci ke dalam target pembangunan jangka menengah dan jangka
pendek. Target pembangunan jangka pendek, yang berjangka waktu satu tahun,
dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawalan pencapaian target rencana
jangka menengah pemerintah, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah
menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2010–2014 sebagai penjabaran atas
Renstra BPKP2010–2014. Renstra memuat visi, misi, tujuan, program, dan
kegiatan yang dilakukan dalam tahun 2010–2014 berikut target output dan
outcome yang akan dicapai.
Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat periode 2010–2014 telah
mengalami perubahan yang signifikan diselaraskan dengan restrukturisasi
program yang dilakukan oleh Bappenas dan adanya mandat baru BPKP seiring
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) tanggal 28 Agustus 2008. Mandat
baru yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas
melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan
sebagai pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Peran pembina SPIP
terkait erat dengan peran pengawasan intern, karena dengan penguatan SPIP
maka pengendalian pelaksanaan kegiatan pemerintahan menjadi semakin terjaga
dari penyimpangan dan penyalahgunaan.
Mandat baru tersebut ditindaklanjuti dengan reposisi dan revitalisasi BPKP
melalui paradigma baru sebagai Auditor Presiden dengan menunjukkan kinerja
BPKP yang nyata dalam membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi. Strategi penguatan (reposisi) BPKP ke depan
adalah:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 4
Product Differences
Kekuatan BPKP tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas
produk BPKP harus bersifat strategis, makro, nasional (lintas sektoral) yang
merupakan jiwa pasal 49 PP Nomor 60 Tahun 2008. Tugas BPKP bersifat
spesifik yaitu melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan negara
oleh para pengguna anggaran agar tercapai tujuan akuntabilitas Presiden
yang menjalankan amanah rakyat.
Market Differences
Agar produk BPKP menjadi bernilai, maka harus dikenali market BPKP. BPKP
memiliki pasar pengawasan yang jelas, yaitu Presiden sebagai shareholders
utama dan stakeholders birokrasi yang lain yang terdiri dari legislatif,
yudikatif, organisasi pendidikan dan organisasi profesi. Banyak pihak yang
sudah terbantu oleh kinerja BPKP dan membutuhkan BPKP.
Methodology Differences
Dengan new BPKP perlu terus dikembangkan metodologi pengawasan yang
spesifik dan membawa manfaat misalnya program evaluations, policy
analysis, forensic audit, performance audit, dan internal control review.
C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi
BPKPmelaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan sebagai berikut:
Pre-emptif
Kegiatan pre-emptif bertujuan agar auditan menyiapkan infrastruktur yang
diperlukan untuk pengembangan good governance, pelayanan publik, dan
pemberantasan KKN. Sasaran kegiatan ini adalah berkurangnya penyakit
birokrasi yang bersifat laten.
Preventif
Kelompok kegiatan preventif mencakup kegiatan konsultansi manajemen
untuk memecahkan permasalahan kesisteman yang mempengaruhi
penciptaan peringatan dini (early warning system) atas proses governance,
manajemen risiko, dan pencegahan KKN, berdasarkan pola kemitraan
dengan unsur-unsur manajemen pemerintah. Sasarannya adalah
meminimalisasi peluang terjadinya moral hazard di birokrasi.
Represif
Kelompok kegiatan represif berupa audit investigatif untuk menjustifikasi
perhitungan kerugian negara atas kasus-kasus dengan atau tidak
diketemukannya indikasi melawan hukum/tindak pidana korupsi.
Sasarannya adalah terungkap dan terselesaikannya kasus penyimpangan dan
perbuatan melawan hukum.
Tiga strategi tersebut kemudian diefektifkan pada dua peran yaitu assurance dan
consultancy. Peran assurance selanjutnya dispesifikkan lagi menjadi quality
assurance.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 5
Peran assurance dilakukan melalui kegiatan audit, evaluasi, dan reviu. Peran ini
meminta para auditor intern untuk memberikan pendapatnya tentang
kesesuaian penyelenggaraan risk management, control, dan governance process
dengan kualitas yang digariskan dengan kebijakan manajemen, standar, atau
norma yang diberlakukan untuk praktik dimaksud.
Consulting dilakukan dengan sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis,
pengembangan sistem. Pada peran consulting BPKP mempunyai keunggulan
untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan. Hal ini tercermin dari
kepercayaan instansi-instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah
dan BUMN/D menggunakan produk dan jasa BPKP dalam rangka membenahi
sistem dan tata kelolanya, antara lain sistem akuntansi, asistensi penyusunan
laporan keuangan maupun Good Corporate Governance (GCG).
Peran BPKP tersebut kemudian dipertegas dengan terbitnya dua Instruksi
Presiden (Inpres), yaitu Inpres Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan
Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negaradan Inpres Nomor 1 Tahun
2013 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun
2013. Kedua inpres tersebut sangat strategis dalam mengukuhkan peran dan
partisipasi BPKP untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan negara
melalui penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
sekaligus pencegahan dan pemberantasan KKN.
D. Struktur Organisasi
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari satu Kepala Perwakilan,
1 Kepala Bagian, 4 (empat) Kepala Bidang, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas masing-masing bagian/bidang adalah sebagai berikut :
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program pengawasan, urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, urusan dalam,
perlengkapan, rumah tangga, pengelolaan perpustakaan, dan pelaporan hasil
pengawasan.
Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana, program, pelaksanaan pengawasan instansi
pemerintah pusat, dan pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah
pusat serta pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas instansi pemerintah
pusat dan evaluasi hasil pengawasan.
Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana, program, dan pengawasan instansi pemerintah daerah atas
permintaan daerah serta pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan
akuntabilitas, dan evaluasi hasil pengawasan.
Bidang Akuntan Negara mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana,
program, dan pelaksanaan pemeriksaan serta evaluasi pelaksanaan Good
Corporate Governance dan laporan akuntabilitas kinerja badan usaha milik
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 6
negara, pertamina, cabang usaha pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak
kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan
pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah serta evaluasi
hasil pengawasan.
Bidang Investigasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana,
program, dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap indikasi penyimpangan yang
merugikan negara, badan usaha milik negara, dan badan-badan lain yang di
dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan
kelancaran pembangunan dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi
penyidik dan instansi pemerintah lainnya.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Gambar 1 Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
E. Sistematika Penyajian
Laporan KinerjaPerwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014
melaporkan pencapaian kinerja selama tahun 2014. Capaian kinerja 2014
diukur dan dinilai berdasarkan Penetapan Kinerja (Tapkin) 2014 sebagai tolok
ukur keberhasilan tahunan organisasi. Tapkin sendiri merupakan penjabaran
Renstra BPKP 2010–2014. Berikut sistematika Laporan Kinerja Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 7
Gambar 2 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Thun 2014
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 8
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis
1. Pernyataan Visi
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat merupakan unit kerja eselon II BPKP
dimana dalam menyusun rencana strategis selalu mengacu kepada Rencana
Strategis BPKP 2010-2014. Penyusunan rencana strategis dilaksanakan secara
sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan
kendala yang ada atau yang mungkin timbul.
Perubahan paradigma, dari paradigma lama yaitu BPKP yang hanya sekedar
watchdog menuju ke paradigma baru, yaitu menjadi Auditor Presiden yang
mampu memberikan pengawalan terhadap target-target pembangunan nasional
yang tertuang dalam RPJMN/D dan RKP/RKPD, tidak terlepas dari pengaruh
pelaksanaan otonomi daerah yang diikuti dengan pemberian kewenangan
pengawasan kepada daerah yang bersangkutan.
Selain itu, terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), memberikan mandat baru kepada BPKP menjadi Pembina SPIP
bagi seluruh Instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Tanggung jawab
sebagai Pembina SPIP merupakan tantangan yang harus dijawab oleh Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Untuk mencapai hal tersebut, Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat menetapkan Visi:
“Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif dan Terpercaya, untuk
Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Kalimantan
Barat”
Auditor Presiden memiliki makna bahwa Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden, dan memiliki kompetensi yang mumpuni dan
dipercaya oleh Presiden untuk membantu dalam menjalankan fungsi pengawasan
di Provinsi Kalimantan Barat. Kegiatan pengawasan difokuskan kepada
pengawasan keuangan negara yang bersifat strategis, makro, lintas sektoral dan
berskala nasional.
Responsif berarti cepat memberikan respon (tanggapan). Sebagai Auditor
Presiden yang responsif mengandung makna bahwa dalam menjalankan perannya,
Auditor BPKP tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah
dan segera memberikan masukan kepada pengambil kebijakan.
Interaktif memiliki makna saling aktif atau komunikasi dua arah. Interaktif
merupakan perkembangan lebih lanjut dari tahapan sebelumnya yang bersifat
reaktif dan proaktif. Dari reaktif yang berarti bereaksi setelah adanya suatu
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 9
kejadian, kemudian berkembang menjadi proaktif yang mengedepankan inisiatif
untuk bertindak namun masih melihat dari sisi BPKP (satu sisi), dan kini bersifat
interaktif yang mengandung nuansa bahwa BPKP memperhatikan dan
mendengarkan kepentingan/kebutuhan stakeholders.
Terpercaya berarti dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan dapat
melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan mandat yang diberikan. BPKP
telah menyatakan dalam visinya sebagai Auditor Presiden yang terpercaya, yang
berarti BPKP memiliki integritas yang tinggi yang didukung profesionalisme
sehingga dapat diandalkan untuk memberikan hasil kerja yang berkualitas dan
bermanfaat bagi shareholders dan stakeholders. Kepercayaan terhadap kinerja
BPKP terbukti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 mengenai SPIP yang memberikan mandat kepada BPKP untuk melakukan
pengawasan intern di bidang keuangan negara dan membina SPIP.
Akuntabilitas Keuangan Negara yaitu pertanggungjawaban atas semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, yang dimiliki negara dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, perusahaan negara/daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara dalam rangka
penyelenggaraaan pemerintahan negara. Akuntabilitas keuangan negara tidak
sekedar pertanggungjawaban penggunaan dana dan proses pengelolaannya,
namun yang terpenting adalah pertanggungjawaban kinerja/hasil (outcome) atas
pengelolaan keuangan negara.
Berkualitas berarti pertanggungjawaban keuangan negara harus dapat
diandalkan, mengungkapkan secara terbuka informasi yang material dan relevan
serta berasal dari suatu proses yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas mendukung akuntabilitas
Presiden sebagai kekuasaan pengelolaan keuangan Negara.
2. Pernyataan Misi
Dalam rangka mencapai visi, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
menetapkan 4 (empat) misi, yaitu:
a. Menyelenggarakan Pengawasan Intern Terhadap Akuntabilitas Keuangan
Negara yang Mendukung Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKN di
Kalimantan Barat.
Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas
keuangan negara di Wilayah Kalimantan Barat. Inti misi ini terkait dengan
kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan
memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu
aktivitas assurance dan consulting. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan
utama (core business) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, baik dalam
aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu,
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 10
maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi,
bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, dan pengembangan sistem.
b. Membina Secara Efektif Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Kalimantan Barat.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai
pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel,
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan
berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut.
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung
jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan
intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang terdiri dari BPKP, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi,
Inspektorat Kabupaten/Kota.
Selain itu, untuk memperkuat efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan
penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap
seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan
pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008. Peran BPKP dalam pembinaan SPIP tidak
terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden
dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja
Presiden. Dalam mengemban misi ini, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat melaksanakan kegiatan pembinaan SPIP yang mencakup:
1. Sosialisasi SPIP;
2. Pendidikan dan pelatihan SPIP;
3. Pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan
4. Peningkatan kompetensi auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir c merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat
menerapkan SPIP. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi
kedua ini. Sedangkan butir d lebih spesifik terkait peningkatan
kemampuan/kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga
yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang
profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan
kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 11
c. Mengembangkan Kapasitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional
dan Kompeten di Kalimantan Barat.
Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa
kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses
kerja internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis.
Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan
menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas
arahan Presiden dalam mewujudkan pengawasan yang terpadu, terarah, dan
memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan
yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP
dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun,
efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi
memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
masing-masing.
Peran Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dalam mengembangkan
kapasitas APIP (termasuk BPKP) baik dari sisi SDM, organisasi maupun sistem
dan prosedur mencakup:
Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor di
wilayah Kalimantan Barat (pasal 59 ayat 1 huruf e PP Nomor 60 Tahun
2008);
Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor di wilayah
Kalimantan Barat (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008);
Pengembangan Kapasitas Internal BPKP;
Pemeriksaan/pengawasan internal BPKP;
Pendukung/fasilitasi pengawasan; dan
Sinergi dengan APIP lain.
d. Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan yang Andal Bagi
Presiden/Pemerintah di Kalimantan Barat
Misi ini merupakan aktualisasi peran BPKP sebagai Auditor Presiden dalam
membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah
yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President
Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. PASs adalah alat
kendali (control) bagi Presiden terhadap implementasi akuntabilitas Presiden
dalam pengelolaan keuangan negara, yang berbasis web, on-line, dengan data
yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi secara utuh
(integrated) tentang implementasi Presiden. Dengan sistem seperti ini
Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 12
mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat
jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu.
3. Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan
dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun.
Tujuan utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tercermin dalam
tujuan-tujuan strategis sebagai berikut:
1) Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat;
2) Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat;
3) Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan
pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat;
4) Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern
pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat;
5) Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang
profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat.
Akuntabilitas keuangan negara merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban keuangan negara, yang
dilaksanakan secara periodik. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang dan timbul dalam pelaksanaan misi
organisasi pemerintahan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Berkaitan dengan itu, BPKP mempunyai tujuan agar kualitas
pelaksanaan akuntabilitas tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai
melalui opini yang dikeluarkan oleh BPK.
Penetapan tujuan kedua yaitu ”Meningkatnya tata pemerintahan yang baik”,
berkaitan dengan masih rendahnya pelayanan publik karena belum semua
kementerian lembaga dan pemerintah daerah membuat dan menerapkan standar
pelayanan minimal (SPM). Padahal di satu sisi, pemerintah telah mencanangkan
terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public governance).
Tata pemerintahan yang baik tersebut berkaitan dengan etika pengelolaan
organisasi pemerintahan yang memenuhi kriteria atau karakteristik tertentu.
Karakteristik tersebut mencakup sebagai berikut:
a. Partisipasi publik
b. Kerangka hukum yang adil
c. Transparansi informasi
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 13
d. Pelayanan yang responsif
e. Orientasi pada kepentingan yang luas
f. Kesempatan yang sama
g. Kegiatan yang efisien dan efektif
h. Akuntabilitas organisasi
i. Visi ke depan pengembangan manusia.
BPKP mempunyai tujuan agar akuntabilitas keuangan negara dan tata
pemerintahan tersebut mengalami perbaikan melalui kegiatan quality assurance
ataupun consulting and assistance.
Penetapan tujuan ketiga juga didasari dengan masih banyaknya praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian
negara yang ditimbulkan. Hal lain yang menjadi perhatian adalah masih rendahnya
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada tahun 2011 yaitu 3,0. Kondisi ini
menjadi tantangan bagi BPKP untuk menciptakan iklim yang mencegah
kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan
negara, diantaranya dengan melakukan sosialisasi anti korupsi tentang
pemahaman dan kepedulian permasalahan korupsi, mengimplementasikan Fraud
Control Plan (FCP) di IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud, serta melakukan
reviu laporan dan pengaduan masyarakat.
Tujuan ke empat BPKP yaitu ”Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah”, ditetapkan untuk tercapainya misi ke dua BPKP
yaitu ”Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern
pemerintah. Untuk mewujudkan hal tersebut BPKP telah dibekali mandat sesuai
dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP). Dengan adanya PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menjadi satu-satunya
lembaga yang bertanggung jawab atas Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Dengan
adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang semakin efektif maka
diharapkan akan berkontribusi langsung terhadap penurunan praktik korupsi di
lingkungan aparatur negara yang ditandai dengan semakin membaiknya Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
Penetapan tujuan ke lima yaitu ”Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan
intern pemerintah (APIP) yang profesional dan kompeten”, adalah untuk
mendukung misi ke tiga yaitu ”Mengembangkan kapasitas pengawasan intern
pemerintah yang profesional dan kompeten”. Hal ini dilandasi dengan pemikiran
bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public
governance) akan terjadi dengan dukungan SDM yang andal dan terkelola dengan
baik, yang salah satunya adalah APIP. Peningkatan kapasitas APIP dilaksanakan
melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi bagi auditor di
lingkungan Instansi Pemerintah.
Sebagaimana disebutkan di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 14
tanggal 7 Mei 2013 menyatakan bahwa Renstra harus memuat tujuan dan
indikator kinerjanya. Indikator tujuan yang diharapkan dalam ketentuan tersebut
diantaranya :
a. Harus “berorientasi hasil” yaitu mempunyai kualitas outcome atau output
penting, bukan proses kegiatan, menggambarkan kondisi atau output penting
yang ingin diwujudkan serta terkait dengan isu strategis organisasi;
b. Telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik yaitu SMART dan “cukup”
yaitu Spesific (tidak berdwimakna), Measureable (dapat diukur, dapat
diidentifikasi satuan atau parameternya), Achievable (dapat dicapai, relevan
dengan tugas fungsinya dan dalam kendalinya), Relevance (terkait langsung
dengan (merepresentasikan) apa yang akan diukur), Timebound (mengacu
atau menggambarkan kurun waktu tertentu). Sedangkan “cukup” mempunyai
makna bahwa Indikator harus cukup jumlahnya untuk mewakili terwujudnya
tujuan yang dimaksud.
Selain itu, berdasarkan Keputusan Kepala BPKP nomor KEP-1644/K/SU/2012
tanggal 28 Desember 2012 yang menyatakan bahwa “Sasaran Strategis dalam
Rumusan Renstra BPKP 2010 – 2014 merupakan indikator pencapaian
Tujuan Strategis”, maka atas pertimbangan tersebut Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat menetapkan indikator keberhasilan Tujuan yang merupakan
penjabaran lebih lanjut keberhasilan pelaksanaan indikator sasaran strategis yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1 Indikator Keberhasilan Tujuan
Tujuan Indikator Kinerja
1. Meningkatkan Kualitas
Akuntabilitas Keuangan Negara di
Wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat
1. Minimal 60% pemerintah daerah di
Provinsi Kalimantan Barat memperoleh
opini WTP.
2. 95% Laporan Keuangan PHLN yang
diaudit di Provinsi Kalimantan Barat
memperoleh opini dukungan wajar.
3. 100% BUMD yang didampingi
penyelenggaraan akuntansinya
mendapat opini WDP.
2. Meningkatnya Tata Pemerintahan
yang Baik di Wilayah Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat
1. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi
Kalimantan Barat mengimplementa-
sikan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).
2. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi
Kalimantan Barat menerapkan prinsip
Kepemerintahan yang baik(Good Public
Governance).
3. 75% BUMN/BUMD di Provinsi
Kalimantan Barat memenuhi kriteria
Good Corporate Governance (GCG).
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 15
Tujuan Indikator Kinerja
3. Terciptanya Iklim yang Mencegah
Kecurangan dan Memudahkan
Pengungkapan Kasus yang
Merugikan Keuangan Negara di
Wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat
1. 95% permintaan bantuan dari Instansi
Penegak Hukum dalam penanganan
kasus korupsi dapat ditindaklanjuti.
2. Terpenuhi Indikator Proses dan Hasil
Provinsi Kalimantan Barat sebagai
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
(WBBM)
4. Tercapainya Efektivitas
Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di
Wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat
1. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi
Kalimantan Barat telah menerapkan
SPIP sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun
2008.
5. Meningkatnya Kapasitas Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah
yang Profesional dan Kompeten di
Wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat
1. 60% Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) Pemerintah Daerah
yang mendapat Opini WTP berada pada
level 2 berdasarkan kriteria IACM.
4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan
secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu lebih pendek
dari tujuan. Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Sasaran
perwakilan merupakan bagian integral dari proses perencanaan strategis dan
ditetapkan untuk dapat menjamin suksesnya pelaksanaan pembangunan jangka
menengah yang bersifat menyeluruh, serta untuk memudahkan pengendalian dan
pemantauan kinerja organisasi.
Sesuai Suplemen Perubahan Kedua Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat periode tahun 2010-2014 yang telah disesuaikan dengan
Keputusan Kepala BPKP nomor KEP-1644/K/SU/2012 tanggal
28 Desember 2012, isi sasaran strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya kualitas 95% LKKL, dan 95% LKPD;
b. Tercapainya optimalisasi penerimaan negara sebesar 75%;
c. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi
Pemerintah Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good Governance (GG) pada
75% BUMN/BUMD;
d. Meningkatkan kesadaran dan keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%;
e. Meningkatnya kualitas penerapan SPIP di 70% K/L/ Pemda;
f. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang
profesional dan kompeten pada 80% K/L/Pemda;
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 16
g. Meningkatnya efektivitas perencanaan pengawasan sebesar 90% dan kualitas
pengelolaan keuangan sebesar 100%.
Uraian lebih lanjut atas sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya Kualitas 95% LKKL, dan 95% LKPD
Salah satu tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat adalah
“Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Negara”. Tujuan ini dituangkan melalui
sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas 95% LKKL dan 95% LKPD”. Upaya
strategis ini dilakukan untuk mencapai persyaratan minimal untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk mendukung
sasaran strategis ini Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah
merancang beberapa kegiatan, antara lain memberikan pemahaman intensif
kepada kementerian/lembaga dan pemda di Provinsi Kalimantan Barat
tentang peran laporan keuangan yang berkualitas baik dalam forum
pertemuan antar kementerian/lembaga/pemda maupun melalui
penggalangan langsung dengan penandatangan nota kesepahaman antara
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan mitra kerja serta
melakukan reviu laporan keuangan sebelum diterbitkan oleh K/L/Pemda
sehingga diharapkan laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang ditunjukkan dengan opini laporan keuangan
minimal WDP.
b. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara sebesar 87,5%
Sasaran strategis “Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara”merupakan
sasaran strategis pengawasan dari sisi penerimaan negara. Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat melihat masih banyak sumber penerimaan
anggaran yang perlu dioptimalkan melalui strategi intensifikasi dan
ekstensifikasi penerimaan. Sasaran strategis ini memiliki tiga Indikator
Kinerja Utama (IKU), yaitu Persentase Hasil Pengawasan Optimalisasi
Penerimaan Negara/Daerah yang Ditindaklanjuti, Persentase Hasil
Pengawasan BUN yang Disampaikan ke Pusat, dan Persentase Penghematan
Biaya (cost saving) Dibandingkan dengan Nilai yang Diaudit.
c. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal pada 60% Instansi
Pemerintah Daerah dan Terselenggaranya Good Governance pada 75%
BUMN/BUMD
Sebagai auditor internal pemerintah, terkait dengan perannya dalam
meningkatkan akuntabilitas Pemda dan pengelolaan BUMN/BUMD,
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat perlu mendorong pemerintah
daerah di Kalimantan Barat untuk menerapkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang telah ditetapkan oleh Kementerian Teknis, dan mendorong
BUMN/BUMD untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG)..
d. Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD
dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%
Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi memiliki visi jangka panjang dan menengah. Visi
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 17
jangka panjang 2012-2025 adalah “Terwujudnya Kehidupan Bangsa yang
Bersih dari Korupsi dengan Didukung Nilai Budaya yang Berintegritas”.
Pemerintah merancang enam strategi diantaranya adalah strategi
pencegahan tindak pidana korupsi. Dalam strategi ini, Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat perlu mengambil peran dalam mendukung enam
strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan mendorong penerapan sistem pengendalian intern atau
Fraud Control Plan (FCP). Berkaitan dengan penegakan hukum atas tindak
pidana korupsi, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat berperan
membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melalui kegiatan audit investigasi,
perhitungan kerugian keuangan negara, serta menjadi saksi ahli kasus tindak
pidana korupsi. Untuk mendukung sasaran ini, BPKP merancang beberapa
kegiatan, antara lain, Sosialisasi Program Anti Korupsi kepada kelompok
masyarakat, Sosialisasi FCP kepada IPP/IPD/BUMN/D/BLU/D di Provinsi
Kalimantan Barat serta melakukan kajian terhadap peraturan yang berpotensi
TPK.
e. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 70% K/L/ Pemda
Penyelenggaraan SPIP pada dasarnya merupakan tanggung jawab masing-
masing menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota. BPKP
sesuai pasal 59 PP Nomor 60 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
bertanggung jawab melakukan pembinaan. Pembinaan SPIP diarahkan agar
instansi pemerintah dapat menyelenggarakan SPIP dalam rangka mencapai
tujuannya melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Penerapan
SPIP di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah” dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan, antara lain sosialisasi dan asistensi pelaksanaan SPIP
kepada K/L/Pemda serta Monitoring Sistem Pengendalian Intern.
f. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang
Profesional dan Kompeten Pada 80% K/L/Pemda
Sebagai sebuah organisasi, salah satu faktor penentu keberhasilan APIP adalah
kompetensi dan profesionalitas sumber daya manusia (SDM), karena faktor
manusia yang mengatur dan menggerakkan jalan organisasi. SDM yang
kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoretis, didukung dengan
pengalaman, dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar
yang berlaku umum dalam lingkungan keahlian tersebut. SDM yang
profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugas dengan baik, sesuai
dengan bidang keahliannya. Keahlian tersebut perlu terus-menerus diperbarui
dan ditingkatkan, baik melalui program pendidikan gelar maupun program
pendidikan non-gelar dengan mengacu pada dokumen Human Capital
Development Plan (HCDP) yang merupakan dokumen perencanaan
pengembangan kompetensi pegawai yang terkait dengan proses pelatihan,
pendidikan, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan,
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 18
keahlian, kemampuan, nilai-nilai, dan aset sosial lainnya yang dimiliki
pegawai.
g. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan Sebesar 90% dan
Kualitas Pengelolaan Keuangan Sebesar 100%
Sistem perencanaan pengawasan merupakan salah satu bagian dari sistem
manajemen dukungan yang berperan penting dalam membantu keberhasilan
pelaksanaan kegiatan teknis BPKP. Perencanaan pengawasan berfungsi
mengarahkan kegiatan pengawasan agar sesuai dengan peran dan tujuan
BPKP sekaligus media untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja teknis
BPKP. Selain itu, perencanaan juga terkait langsung dengan pengelolaan SDM,
penyediaan sarana prasarana, dan penganggaran. Seiring dengan gencarnya
penyerapan anggaran berdasarkan disbursement plan, semakin dirasakan
pentingnya arti perencanaan yang baik sehingga anggaran yang digunakan
benar-benar menghasilkan kinerja yang terbaik pula. Selain itu, sistem
informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan dan
non keuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa penting di
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat harus disampaikan kepada
pimpinan organisasi dan pemerintahan dalam bentuk dan waktu yang tepat,
untuk pengambilan keputusan strategis pemerintah.
5. Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama merupakan suatu tolak ukur yang digunakan untuk
membantu suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap
sasaran organisasi. Berdasarkan revisi Renstra Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat dengan Keputusan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat Nomor S-68.1/Pw14/1/2014 tanggal 9 Januari 2014 terlihat bahwa Rensta
terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
yang dicapai melalui 38 Indikator Kinerja Utama yang merupakan indikator
outcome hasil dari penetapan kinerja dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2 Indikator Kinerja Sasaran
Sasaran Indikator
Meningkatnya Kualitas 95% LKKL dan 95% LKPD
Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan
Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP
Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini dukungan wajar
Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat
Persentase hasil pengawasan atas permintaan Presiden yang disampaikan ke Pusat
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 19
Sasaran Indikator
Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders
Persentase BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan akuntansi
Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah
sebesar 87,50%
Persentase hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah yang ditindaklanjuti
Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat
Persentase penghematan biaya (cost sving) dibanding dengan nilai yang diaudit
Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada
60% Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good
Governance (GG) pada 75% BUMN/BUMD;
Persentase IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai SPM
Persentase BUMN/D/BLU/D yang dilakukan sosialisasi/asistensi GCG/KPI
Persentase BUMD yang dilakukan audit kinerja
Meningkatnya Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda,
BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Menjadi 80%
Kelompok Masyarakat yang mendapatkan Sosialisasi Program Anti Korupsi
IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD berisiko fraud yang mendapatkan sosialisasi/DA/asistensi/evaluasi FCP
Jumlah IPP/IPD/BUMN/BUMD/ BLU/BLUD yang dilakukan kajian peraturan yang berpotensi TPK
Persentase penyelesaian penugasan HKP, klaim dan penyesuaian harga
Persentase pelaksanaan audit investigasi/ PKKN/PKA
Persentase TL hasil audit investigasi non TPK oleh instansi berwenang
Persentase hasil telaahan pengaduan masyarakat
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di K/L, Pemda Sebesar 60%
Persentase pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP 60 Tahun 2008
Jumlah pemda yang dilakukan asistensi penyelenggaraan SPIP sesuai PP 60 tahun 2008
Jumlah Pemda yang dilakukan monitoring sistem pengendalian inter
Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten
pada 80% Pemda
Persentase Pemda yang dilakukan asistensi penerapan JFA
Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar
Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan yang terealisasi
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 20
Sasaran Indikator
90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%
Persentase kesesuaian laporan keuangan Perwakilan BPKP dengan SAP
Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan kepegawaian
Persentase Pagu Dana yang tidak Diblokir dalam DIPA
Persepsi kepuasan pegawai perwakilan atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur
Persentase permintaan bantuan hukum yang ditindaklanjuti Biro Hukum dan Humas
Jumlah publikasi kegiatan perwakilan BPKP di media massa
Persentase pemanfaatan asset
Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan sarpras
Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit Inspektorat
Jumlah masukan topik penelitian yang disampaikan ke puslitbangwas
Jumlah instansi APIP yang telah disosialisasi dan atau di-assessment tata kelola APIP
Tingkat persepsi kepuasan Pemda atas auditor bersertifikat
Jumlah sistem informasi yang dimanfaatkan secara efektif
6. Program dan Kegiatan
Program merupakan kumpulan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Program BPKP merupakan bagian integral dalam proses perencanaan
strategis BPKP. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada
penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Untuk setiap
program ditetapkan satu atau beberapa indikator hasil program beserta target-
targetnya untuk mengukur tingkat keberhasilan.
Kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari suatu program. Kegiatan
merupakan aspek operasional dari suatu rencana strategis yang diarahkan untuk
mencapai program dan tujuan organisasi. Penentuan kegiatan dalam suatu
program berdasarkan keterkaitan logis bahwa keberhasilan kegiatan akan
mendukung tercapainya program.
Penyusunan program dan kegiatan pada Renstra BPKP 2010–2014 mengacu pada
kebijakan restrukturisasi program dan kegiatan dalam penyusunan RPJMN tahun
2010–2014. Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi
satu/lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga (K/L) untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 21
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh K/L. Sesuai dengan Pedoman
Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang diterbitkan oleh Bappenas dan
Kementerian Keuangan, setiap Unit Eselon I pada kementerian atau LPNK
melaksanakan program teknis dan program generik. Program teknis merupakan
program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat
(pelayanan eksternal), sedangkan program generik merupakan program yang
bersifat pelayanan internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau
administrasi pemerintahan (pelayanan internal).
Dengan mempertimbangkan restrukturisasi program yang dirancang oleh
Bappenas, Renstra BPKP 2010–2014 berisi 2 (dua) jenis program, yaitu program
teknis dan program generik yaitu :
PROGRAM TEKNIS
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
PROGRAM GENERIK
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP.
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP.
Dari ketiga program tersebut selanjutnya disusun kegiatan-kegiatan. Kegiatan
merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat
eselon 2 yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa
personil, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, dan atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Kegiatan-kegiatan teknis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang
merupakan pelaksanaan Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).
Kegiatan-kegiatan teknis tersebut dalam praktiknya dilaksanakan melalui
subkegiatan sebagai berikut:
a. Pengawasan atas kegiatan lintas sektoral;
b. Pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara;
c. Pengawasan atas penugasan Presiden;
d. Pengawasan atas permintaan stakeholders;
e. Pengawasan penerimaan negara;
f. Pengawasan PHLN;
g. Assessment, evaluasi GCG, KPI, MR;
h. Pengawasan investigatif;
i. Bimtek, pengembangan sistem pelaporan keuangan;
j. Sosialisasi SPIP;
k. Diklat SPIP; dan
l. Bimbingan Teknis SPIP;
Sedangkan kegiatan-kegiatan generik adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 22
a. Kegiatan yang berada pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya-BPKP, yang terdiri dari:
1) Penyusunan rencana dan pelaporan;
2) Pengelolaan kepegawaian;
3) Pengelolaan anggaran dan sistem akuntansi pemerintah;
4) Pembinaan administrasi, pengelolaan perlengkapan, serta pembayaran
gaji/tunjangan; dan
5) Fasilitasi dukungan manajemen Perwakilan BPKP.
b. Kegiatan yang berada pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur Negara-BPKP adalah pengadaan dan penyaluran sarana dan
prasarana Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
B. Perjanjian Kinerja 2014
Penetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat
bagi pengukuran kinerja. Kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang
ditetapkan. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota
organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap program dan kegiatan
yang dilakukan.
Indikator kinerja kegiatan terdiri atas indikator input dan output. Sedangkan indikator
kinerja program diukur dengan indikator hasil (outcome) yang pada umumnya
dikaitkan dengan capaian outcome kegiatan yang dianggap sebagai penggerak kinerja
utama atau mempunyai kontribusi terbesar untuk pencapaian program.
Indikator kinerja input terdiri atas besarnya dana yang digunakan dan pemakaian
sumber daya manusia (SDM) yang dihitung dengan penggunaan orang hari (OH).
Indikator kinerja output berupa hasil yang diperoleh setelah kegiatan selesai
dilaksanakan, antara lain jumlah laporan, jumlah peserta, jumlah sertifikat yang terbit,
dan jumlah kegiatan. Indikator kinerja outcome merupakan hasil atau manfaat dari
output.
Sesuai dengan Revisi Tapkin Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014
indikator keberhasilan sasaran berjumlah 33 outcome yang digunakan mengukur
tercapainya 7 sasaran strategis dengan target masing-masing adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Target Indikator Sasaran tahun 2014
Sasaran Indikator Target
1. Meningkatnya Kualitas 95% LKKL dan 90% LKPD
Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan
100
Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP
95
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 23
Sasaran Indikator Target
Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini dukungan wajar
90
Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat
100
Persentase hasil pengawasan atas permintaan Presiden yang disampaikan ke Pusat
100
Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders
100
Persentase BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan akuntansi
20
2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah sebesar 75%
Persentase hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah yang ditindaklanjuti
75
Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat
100
3. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good Governance (GG) pada 65% BUMN/BUMD;
Persentase IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai SPM
15
Persentase BUMN/D/BLU/D yang dilakukan sosialisasi/asistensi GCG/KPI
65
Persentase BUMD yang dilakukan audit kinerja
55
4. Meningkatnya Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%
Kelompok Masyarakat yang mendapatkan Sosialisasi Program Anti Korupsi
1
IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD berisiko fraud yang mendapatkan sosialisasi/DA/asistensi/evaluasi FCP
2
Jumlah IPP/IPD/BUMN/BUMD/ BLU/BLUD yang dilakukan kajian peraturan yang berpotensi TPK
1
Persentase penyelesaian penugasan HKP, klaim dan penyesuaian harga
90
Persentase pelaksanaan audit investigasi/ PKKN/PKA
95
Persentase TL hasil audit investigasi non TPK oleh instansi berwenang
90
5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di K/L, Pemda Sebesar 60%
Persentase pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP 60 Tahun 2008
40
Jumlah pemda yang dilakukan asistensi penyelenggaraan SPIP sesuai PP 60 tahun
15
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 24
Sasaran Indikator Target
2008
6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten pada 80% Pemda
Persentase Pemda yang dilakukan asistensi penerapan JFA
80
7. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%
Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan yang terealisasi
90
Persentase kesesuaian laporan keuangan Perwakilan BPKP dengan SAP
100
Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan kepegawaian
7,5
Persentase Pagu Dana yang tidak Diblokir dalam DIPA
100
Persepsi kepuasan pegawai perwakilan atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur
8
Jumlah publikasi kegiatan perwakilan BPKP di media massa
8
Persentase pemanfaatan asset 100
Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan sarpras
8,3
Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit Inspektorat
94
Jumlah masukan topik penelitian yang disampaikan ke puslitbangwas
2
Jumlah instansi APIP yang telah disosialisasi dan atau di-assessment tata kelola APIP
9
Tingkat persepsi kepuasan Pemda atas auditor bersertifikat
7
Secara lengkap Perjanjian Kinerja beserta dengan output yang harus di capai pada
tahun 2014 disajikian dalam Lampiran 1.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggarannya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan
kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja merupakan kegiatan membandingkan antara target kinerja yang
telah ditetapkan dengan realisasinya. Melalui perbandingan tersebut dapat diketahui
celah kinerja, yang merupakan selisih antara realisasi hasil program utama dengan
targetnya indikator yang diwakili masing-masing sasaran di dalamnya. Celah kinerja
tersebut kemudian dianalisis untuk dicari penyebab ketidakberhasilan yang dijadikan
dasar penetapan strategi peningkatan kinerja di masa datang.
Laporan kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014
menggambarkan capaian kinerja tujuan, sasaran dan kegiatan yang dituangkan dalam
Rencana Strategis (Renstra) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2010–2014. Indikator kinerja tujuan mencerminkan benefit/impact sedangkan sasaran
mencerminkan manfaat/hasil dari output yang pada umumnya dikaitkan dengan
capaian kegiatan yang dianggap sebagai penggerak kinerja terdekat atau mempunyai
kontribusi terbesar untuk pencapaian program. Sedangkan indikator kinerja kegiatan
terdiri atas indikator input dan output, indikator kinerja input terdiri atas jumlah dana
yang digunakan dan pemakaian sumber daya manusia (SDM) yang dihitung dengan
penggunaan orang hari (OH) dan indikator kinerja output berupa hasil yang diperoleh
dari kegiatan yang dilaksanakan.
Laporan kinerja tahun 2014 merupakan pengukuran kinerja akhir dari masa Rencana
Strategis (Renstra) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010-2014.
Oleh karena itu, untuk memudahkan mendapatkan gambaran umum capaian kinerja
tujuan dan sasaran secara keseluruhan dilakukan kategori capaian kinerja berdasarkan
skala ordinal pengukuran kinerja yaitu sebagai berikut:
No Rentang Capaian Kategori Capaian
1. Capaian ≥ 100% Memuaskan
2. 85%≤ capaian < 100% Sangat Baik
3. 70%≤ capaian < 85% Baik
4. 55%≤ capaian < 70% Cukup
5. Capaian < 55% Kurang
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 26
Untuk menyimpulkan keberhasilan kinerja Tujuan dan Sasaran dilakukan dengan
merata-ratakan setiap capaian indikator kinerja masing-masing.
Capaian Kinerja Tujuan (Periode Renstra)
Selama masa periode Rencana Strategis (Renstra) Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat yaitu selama 5 tahun, kinerja secara keseluruhan selama masa
Renstra yang diwakili oleh keberhasilan capaian kinerja tujuan adalah sebesar 88,29%
atau kategori sangat baik dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4 Rata-rata Capaian Kinerja Tujuan
No Tujuan Capaian Kinerja
1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
96,10
2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
140,12
3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
105,26
4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
66,67
5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
33,33
Rata-rata capaian Kinerja Tujuan 88,29
Capaian masing-masing tujuan sesuai dengan target indikatornya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tujuan 1 “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara di Wilayah
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat”
Akuntabilitas keuangan negara merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui
suatu media pertanggungjawaban keuangan negara, yang dilaksanakan secara
periodik. Berkaitan dengan itu, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
mempunyai tujuan agar kualitas pelaksanaan akuntabilitas tersebut meningkat dari
tahun ke tahun yang ditandai dengan opini yang dikeluarkan oleh BPK atas laporan
keuangan. Pencapaian kinerja tujuan tersebut dilakukan melalui 2 sasaran dengan 3
indikator kinerja yaitu sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 27
Tabel 5 Rata-rata Capaian Tujuan 1
No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Minimal 60% pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Barat memperoleh opini WTP
% 60,00 33,33 55,55
2. 95% Laporan Keuangan PHLN yang diaudit di Provinsi Kalimantan Barat memperoleh opini dukungan wajar
% 95,00 118,23 124,45
3. 100% BUMD yang didampingi penyelenggaraan akuntansinya minimal mendapat opini WDP
% 100,00 108,31 108,31
Rata-rata capaian tujuan 96,10%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata capaian kinerja tujuan
meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat selama masa Renstra tahun 2010–2014 adalah sebesar
96,10% dengan kategori Sangat Baik. Uraian masing indikator kinerja tujuan adalah
sebagai berikut:
a. Minimal 60% Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat Memperoleh
Opini WTP
Indikator kualitas akuntabilitas keuangan ditunjukkan dari opini auditor eksternal
(BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah. Opini BPK secara bertingkat
terdiri dari Tidak Wajar (TW), Tidak Memberikan Pendapat (TMP), Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), dan yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Target yang ditetapkan untuk indikator di atas adalah 60% dari pemerintah daerah
di Provinsi Kalimantan Barat memperoleh opini WTP atau sebanyak 9 Pemerintah
Daerah dan sampai dengan tahun 2014 capaian indikator tersebut baru mencapai
33,33% atau sebanyak 5 Pemerintah Daerah. Dengan demikian capaian kinerja
untuk indikator tersebut adalah sebesar 55,55% (Cukup). Perkembangan opini
BPK atas laporan keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Perkembangan Opini atas Laporan Keuangan Pemda
Tahun 2010-2013
No Opini
Jumlah Pemda
2009 2010 2011 2012 2013
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1. WTP 0 0 0 0 1 7 4 27 5 33,33 2. WDP 7 46 13 87 13 87 11 73 10 66,67 3. TMP 4 27 0 0 0 0 0 0 - - 4. TW 4 27 2 13 1 6 0 0 - -
Jumlah 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100
Sumber:Hasil Pemeriksaan BPK Tahun 2010-2014
Walaupun indikator ini tidak tercapai secara optimal, namun berdasarkan tabel di
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 28
atas terlihat adanya perkembangan yang signifikan terhadap opini BPK atas laporan
keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat. Pada Tahun 2010
terdapat 13 (87%) Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat dengan
Laporan Keuangan Tahun 2010 memperoleh opini WDP yaitu Provinsi Kalimantan
Barat, Kota Pontianak, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Mempawah, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten
Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kayong Utara, dan
Kabupaten Ketapang, sedangkan Pemerintah Kabupaten Melawi dan Kabupaten
Kubu Raya memperoleh opini Tidak Wajar (13%).
Perubahan ke arah perbaikan mulai terlihat pada tahun 2012 dengan 4 (27%)
Pemerintah Daerah sudah mendapat opini WTP yaitu Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat, Kota Pontianak, Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Sintang,
sedangkan sisanya sebanyak 11 (73%) Pemerintah Daerah telah mencapai opini
WDP. Sampai dengan akhir masa periode Renstra opini BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah kembali meningkat yaitu opini atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Tahun 2013 yaitu sebanyak 5 (33,33%) Pemerintah Daerah
telah mencapai Opini WTP yaitu Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Kota
Pontianak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Landak,
sedangkan 10 (66,67%) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memperoleh opini
WDP yaitu Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sambas,
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten
Ketapang, Kota Singkawang, Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Melawi.
Walaupun capaian kinerja dari indikator tersebut di atas dikategorikan cukup,
namun dalam perkembangannya menunjukkan adanya perbaikan atas sistem
pengendalian intern, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, walaupun
memang masih banyak yang masih harus dibenahi untuk dapat lebih meningkatkan
lagi kualitas opini hasil audit BPK atas laporan keuangan Pemda.
Masih adanya Pemda yang belum memperoleh opini WTP dari BPK menunjukkan
bahwa akuntabilitas pelaporan keuangan Pemda masih belum sepenuhnya dapat
diyakini kewajarannya oleh BPK disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
adanya kelemahan sistem pengendalian intern, belum tertatanya aset Pemda
dengan tertib, tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan
ketentuan yang berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan
keuangan, serta kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada
Pemda.
Oleh karena itu, kerja sama antara Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
dengan Pemda ditujukan untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tidak
diperolehnya opini WTP. Kerja sama yang dilakukan dengan lingkup antara lain:
1) Penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Pemda.
2) Pendampingan penyusunan laporan keuangan dan pendampingan reviu laporan
keuangan Pemda bersama Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 29
3) Pendampingan pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD).
4) Peningkatan kapasitas SDM pada Pemda.
Sampai dengan tahun 2014, kerja sama tersebut telah dituangkan dalam
Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani antara
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan seluruh 15 Pemda yang ada di
Kalimantan Barat.
b. 95% Laporan Keuangan PHLN yang Diaudit di Provinsi Kalimantan Barat
Memperoleh Opini Dukungan Wajar
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah melakukan audit atas kegiatan
yang didanai Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN). Audit ini merupakan audit
dukungan atas opini yang akan diberikan oleh BPKP Pusat terhadap laporan
keuangan kegiatan yang didanai PHLN untuk memenuhi permintaan lenders/donor.
Laporan keuangan PHLN yang telah diaudit, telah disampaikan tepat waktu kepada
lenders/donor yaitu Bank Dunia, ADB, IDA, JICA, dan lainnya sehingga meningkatkan
kepercayaan lenders/donor kepada pihak Pemerintah Indonesia.
Pada umumnya kegiatan PHLN yang ada di Provinsi Kalimantan Barat bersifat
Community Driven Development Project yaitu kegiatan yang lebih berfokus pada
pemberdayaan kemasyarakatan. Mengingat arti strategisnya kegiatan PHLN ini
dengan besaran dana kegiatan yang dialokasikan, dan banyaknya beneficiary/ target
group yang dicakup, maka capaian opini wajar menjadi salah satu faktor penting
dalam mempertimbangkan kesinambungan kegiatan dan pendanaan kegiatan
selanjutnya.
Capaian Kinerja Indikator tersebutsampai dengan tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
Tabel 7 Capaian Kinerja Opini Dukungan atas Laporan Keuangan PHLN
Tahun 2010-2014
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Laporan Keuangan yang Diaudit
52 40 33 22 17
Opini Dukungan Laporan Keuangan yang Wajar
52 40 32 22 17
Opini Dukungan Laporan Keuangan yang tidak Wajar
- - 1 - -
Target Dukungan Laporan Keuangan yang Wajar
80% 80% 82% 85% 95%
Realisasi Dukungan Laporan Keuangan yang Wajar
100% 100% 96,96% 100% 100%
Capaian Kinerja 125% 125% 118,24% 117,65% 105,26%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 capaian kinerja indikator tersebut di atas sudah berada di atas 100%
meskipun pada tahun 2012 terdapat 1 (satu) laporan keuangan yang tidak wajar
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 30
yaitu Laporan Keuangan Health Professional Education Quality (HPEQ) Project Loan
IBRD No. 7737-ID Provinsi Kalimantan Barat pada Universitas Tanjungpura tahun
buku 2011. Hasil pemeriksaan terhadap kegiatan-kegiatan PHLN tersebut umumnya
telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material atas realisasi
penerimaan dan pengeluaran.
Secara keseluruhan audit atas laporan keuangan PHLN di Provinsi Kalimantan Barat
setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan Loan ADB sejak tahun
2013 tidak lagi dilakukan audit oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
sesuai dengan PKP2T dan sebagian loan sudah Closing Date.
Adapun rata-rata capaian kinerja indikator tersebut sejak tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014 disajikan dalam grafik berikut ini :
Dengan demikian secara rata selama 5 tahun capaian kinerja indikator Laporan
Keuangan PHLN yang diaudit di Provinsi Kalimantan Barat memperoleh opini
dukungan wajar adalah sebesar 118,23% dan apabila dibandingkan dengan target
kinerja indikator tersebut sebesar 95% maka capaian kinerjanya adalah sebesar
124,45% dengan predikat memuaskan.
Meskipun sebagian besar loan telah dipertanggungjawabkan dengan baik
sebagaimana tercermin atas kewajaran laporan keuangan yang diaudit, namun
masih ditemukan adanya pengelolaan keuangan yang kurang memadai, antara lain
berupa :
Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);
Kelebihan pembayaran yang harus disetorkan ke Kas Negara atau Kas Daerah;
Kelebihan pembayaran yang disetorkan kembali ke “Penerima Manfaat
Kegiatan”;
Pelaksanaan kegiatan belum mencapai 100% sehingga belum dapat
dimanfaatkan oleh masyaraka;
Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai pedoman yang telah ditetapkan;
Kegiatan yang dilaksanakan tidak tepat sasaran dan lokasi atau belum
dimanfaatkan;
Terdapat hasil kegiatan yang mengalami kerusakan;
Kurangnya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan hasil kegiatan;
Belum tertibnya administrasi keuangan di tingkat penerima manfaat kegiatan.
125 125
118,24 117,65
105,26
118,23
95
100
105
110
115
120
125
130
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Laporan Keuangan PHLN yang Diaudit di Provinsi Kalimantan Barat Memperoleh Opini Dukungan Wajar
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 31
Oleh karena itu, kerja sama antara Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
dengan unit kerja pelaksana kegiatan PHLN dalam bentuk assurance dan
consultancy sangatlah diperlukan dimasa mendatang dalam rangka mengantisipasi
faktor-faktor penyebab tidak diperolehnya opini wajar.
c. 100% BUMD yang Didampingi Penyelenggaraan Akuntansinya Minimal
Mendapat Opini WDP
Selain opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Laporan Keuangan
PHLN, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dalam masa Renstra 2010-2014
telah melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi/bimbingan teknis/konsultasi/
pendampingan pada BUMD yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
walaupun tidak seluruh BUMD dapat dilakukan kegiatan tersebut setiap tahunnya,
namun keseluruhan kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan opini
atas laporan keuangan BUMD.
Rincian capaian kinerja indikator BUMD yang didampingi penyelenggaraan
akuntansinya minimal mendapat opini WDP adalah sebagai berikut :
Tabel 8 Capaian Kinerja Opini atas Laporan Keuangan BUMD
Tahun 2010-2013
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Laporan Keuangan yang
Diaudit 10 8 6 7 4
Opini Laporan Keuangan
WTP/WDP 8 7 5 6 4
Opini Laporan Keuangan
TW/TMP 2 1 1 0 0
Target Laporan Keuangan
WTP/WDP 75% 80% 80% 78% 90%
Realisasi Laporan Keuangan
WTP/WDP 80% 87,5% 83,33% 85,71% 100%
Capaian Kinerja 107% 109,38% 104,16 109,88% 111,11%
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa audit keuangan yang dilakukan pada
BUMD yang ada di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat atas laporan keuangan
dengan tahun buku 2010 sampai dengan tahun buku yang berakhir 2013 terlihat
bahwa capaian kinerja telah mencapai di atas 100%. Namun Jumlah BUMD yang
dilakukan audit semakin tahun semakin menurun yang disebabkan wewenang
melakukan audit atas laporan keuangan BUMD tidak hanya berada di BPKP, namun
dapat juga dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik. Hal ini juga sejalan dengan tidak
ditargetkannya audit atas laporan keuangan BUMD dalam Program Kerja
Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T) Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat sejak tahun 2012, namun dalam pelaksanaannya sejak tahun 2012
dilakukan audit atas laporan keuangan atas permintaan pihak BUMD sendiri.
Dalam masa Renstra 2010-2014 terlihat 11 BUMD yang pernah dilakukan audit atas
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 32
laporan keuangannya dengan rata-rata capaian kinerja adalah sebesar 108,31%
dan apabila dibandingkan dengan target kinerja sebesar 100% maka capaian
kinerjanya adalah sebesar 108,31% dengan predikat memuaskan sebagaimana
disajikan dalam grafik berikut ini:
Secara lengkap perkembangan opini atas laporan keuangan BUMD yang pernah
dilakukan audit atas laporan keuangannya adalah sebagai berikut :
Tabel 9 Perkembangan Opini Hasil Audit Laporan Keuangan BUMD
Tahun Buku 2010-2013
No Badan Usaha 2010 2011 2012 2013
1. PDAM Kota Pontianak
WTP WTP WTP WDP
2. PDAM Kabupaten Mempawah
WDP WDP WDP WDP
3. PDAM Kabupaten Bengkayang
WDP Tidak Audit Tidak Audit Tidak Audit
4. PDAM Kabupaten Melawi
Disclaimer Tidak Audit Tidak Audit Tidak Audit
5. PDAM Kabupaten Sambas
WDP WDP WDP Tidak Audit
6. PDAM Kota Singkawang
WDP WDP Tidak Audit Tidak Audit
7. PDAM Kabupaten Sintang
Disclaimer Tidak Audit Tidak Audit Tidak Audit
8. PD Kapuas Indah Pontianak
WTP WTP WTP WTP
9. PDAM Kabupaten Kapuas Hulu
WDP Tidak Wajar Tidak Wajar WDP
10. PDAM Kabupaten Kubu Raya
WDP WDP WDP Tidak Audit
11. PDAM Kabupaten Ketapang
Tidak Audit WDP Tidak Audit Tidak Audit
107
109,38
104,16
109,88 111,11
108,31
100
102
104
106
108
110
112
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Capaian Kinerja Opini atas Laporan Keuangan BUMD
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 33
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa laporan keuangan sampai dengan tahun
buku 2013 seluruh BUMD telah mencapai opini WDP bahkan sampai dengan akhir
tahun 2012 terdapat 2 BUMD telah mendapat opini WTP yaitu PDAM Kota
Pontianak dan PD. Kapuas Indah. Namun PDAM Kota Pontianak untuk tahun buku
2013 turun menjadi WDP. Penyebab belum tercapainya opini WTP/WDP pada
beberapa BUMD dan turunnya pendapat dari WTP menjadi WDP pada PDAM Kota
Pontianak adalah belum tertibnya pengelolaan aset diantaranya pengendalian
intern dalam pengelolaan dan manajemen aset belum memadai, Kurang saji
(understated) atas akun aset tetap dan penyajian aset tetap dalam neraca belum
didukung dengan daftar aset yang memadai.
Dengan demikian, kerja sama antara Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
dengan BUMD dalam bentuk assurance dan consultancy sangatlah diperlukan
dimasa mendatang dalam rangka mengantisipasi faktor-faktor penyebab tidak
diperolehnya opini WDP/WTP diantaranya akan diwujudkan dalam membenahi
sistem dan tata kelola, sistem akuntansi, majajemen aset, asistensi penyusunan
laporan keuangan maupun Good Corporate Governance (GCG).
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 34
Tujuan 2
“Meningkatnya Tata Pemerintahan yang Baik di Wilayah Kerja
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat”
Peningkatan tata pemerintahan yang baik di wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat lebih didasarkan pada rendahnya standar pelayanan publik, hal ini
diantaranya disebabkan belum semua kementerian/lembaga dan pemerintah daerah
membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). Padahal di satu sisi
pemerintah telah mencanangkan terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan
bersih(good public governance).
Tata pemerintahan yang baik tersebut berkaitan dengan etika pengelolaan organisasi
pemerintahan harus memenuhi kriteria atau karakteristik yaitu adanya partisipasi
publik, adanya kerangka hukum yang adil, transparansi informasi, pelayanan yang
responsif, orientasi pada kepentingan yang luas, kesempatan yang sama, kegiatan yang
efisien dan efektif, akuntabilitas organisasi serta visi ke depan pengembangan
manusia. Pencapaian kinerja tujuan tersebut dilakukan melalui 1 sasaran dengan 3
indikator kinerja yaitu sebagai berikut:
Tabel 10 Rata-rata Capaian Tujuan 2
No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat mengimplementasikan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
% 60,00 69,44 115,73
2. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat menerapkan prinsip Kepemerintahan yang baik (Good Public Governance)
% 60,00 78,57 130,95
3. 75% BUMN/BUMD di Provinsi Kalimantan Barat memenuhi kriteria Good Corporate Governance (GCG)
% 75,00 130,26 173,68
Rata-rata capaian tujuan 140,12%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata capaian kinerja tujuan
Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Kerja Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Baratselama masa rentra tahun 2010 – 2014 adalah sebesar 140,12%
dengan kategori Memuaskan. Uraian masing indikator kinerja tujuan adalah sebagai
berikut:
a. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat Mengimplementasikan
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Capaian kinerja implementasi SPM dilakukan dengan melihat telah dicantumkannya
indikator SPM dalam dokumen perencanaan Pemerintah Daerah dan capaian
kualitas SPM.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 35
Sampai dengan tahun 2014 seluruh IPD telah mencantumkan SPM dalam dokumen
perencanaan. Hal ini terlihat dari Renstra Pemerintah Daerah dan diturunkan dalam
Rencana Kinerja Tahunan yang berisi target yang harus dicapai, dengan demikian
capaian kinerja indikator tersebut adalah 100%. Sedangkan kualitas SPM sampai
dengan tahun 2014 hanya dapat diukur melalui pencapaian target nasional atas
indikator SPM Bidang Kesehatan sebagai berikut :
Kabupaten Mempawah : 6 Indikator sebesar 33,33% (6/18 indikator).
Kota Pontianak : 8 indikator atau sebesar 44,44% (8/18 indikator).
Sehingga rata-rata capaian sebesar 38,88%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa realisasi implementasi SPM sampai
dengan tahun 2014 adalah rata-rata dari realisasi di atas yaitu sebesar 69,44%
((100% + 38,88%)/2)). Apabila dibandingkan dengan target kinerja sebesar 60%
maka capaian kinerja implementasi penerapan SPM oleh pemerintah daerah di
Provinsi Kalimantan Barat adalah 115,73% dengan kategori memuaskan.
b. 60% Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat Menerapkan Prinsip
Kepemerintahan Good Public Governance
Indikator ini diperlukan dalam rangka mengukur sejauh mana tingkat implementasi
tata pemerintahan yang baik telah dilakukan pemerintah daerah di Provinsi
Kalimantan Barat dilaksanakan terutama harus memenuhi karakteristik yaitu
adanya partisipasi publik, adanya kerangka hukum yang adil, transparansi
informasi, pelayanan yang responsif, orientasi pada kepentingan yang luas,
kesempatan yang sama, kegiatan yang efisien dan efektif, akuntabilitas organisasi
serta visi ke depan pengembangan manusia.
Pemerintah Daerah yang menerapkan prinsip Good Governance adalah pemerintah
daerah yang memiliki kategori capaian kinerja tinggi dan sangat tinggi
Dalam penilaian indikator tersebut fungsi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat adalah mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik yang
pengukurannya menggunakan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah
di Provinsi Kalimantan Barat yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri setiap tahunnya terakhir tahun 2014 Nomor
120.04/2155/OTDA tanggal 13 Mei 2014, dengan kategori prestasi sebagai berikut:
No Rentang Indeks Kategori Capaian
1. < 3,00 – 4,00 Sangat Tinggi
2. < 2,00 – 3,00 Tinggi
3. < 1,00 – 2,00 Sedang
4. 0,00 – 1,00 Rendah
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
2013 adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 36
Tabel 11 Hasil Penilaian Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Tahun 2010-2013
Kabupaten/Kota Skor Capaian Kinerja
2009 2010 2011 2012 2013
1. Kabupaten Sintang 2,33 2,54 2,72 2,00 3,14
2. Kota Pontianak 2,41 2,31 2,77 3,14 3,08
3. Kabupaten Landak 2,15 2,54 2,44 2,49 3,01
4. Kabupaten Bengkayang 2,37 2,41 2,60 1,97 2,69
5. Kabupaten Kapuas Hulu 2,51 2,49 2,58 2,34 2,68
6. Kabupaten Sekadau 2,55 2,28 2,56 1,82 2,64
7. Kabupaten Sanggau 2,67 2,44 2,58 2,13 2,63
8. Kabupaten Mempawah 2,38 2,54 2,70 2,28 2,48
9. Kabupaten Sambas 2,31 2,56 2,70 1,45 2,45
10. Kabupaten Melawi 2,35 2,53 2,37 2,30 2,15
11. Kota Singkawang 1,91 2,38 2,55 1,92 2,11
12. Kabupaten Kubu Raya 1,96 2,05 2,55 1,39 1,58
13. Kabupaten Kayong Utara 2,43 1,98 2,22 1,32 1,51
14. Kabupaten Ketapang 2,39 2,31 2,66 2,14 1,25
Sesuai tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2010-2013 kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah sudah berada di level sedang ke atas. Pada tahun 2014 terdapat
3 pemerintah daerah level kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sudah
sangat tinggi yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Landak dan Kabupaten Sintang dan
8 pemerintah daerah level tinggi. Dengan demikian, sampai dengan berakhirnya
masa Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat capaian indikator
Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat menerapkan prinsip
Kepemerintahan yang baik(Good Public Governance)adalah sebesar 78,57% (11 : 14
X 100%) dan apabila dibandingkan dengan target kinerja indikator tersebut sebesar
60% Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat menerapkan prinsip
Kepemerintahan Good Public Governance maka capaian kinerja adalah sebesar
130,95% dengan kategori memuaskan.
Walaupun capaian kinerja telah mencapai predikat memuaskan, peran Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat sangat diharapkan terutama untuk meningkatkan
database capaian kinerja yang memadai untuk 11 Pemerintah Daerah yang masih
level tinggi dan sedang melalui pendampingan penyusunan database.
c. 75% BUMN/BUMD di Provinsi Kalimantan Barat Memenuhi Kriteria Good
Corporate Governance (GCG)
Indikator kinerja BUMN/D yang memenuhi kriteria GCG digunakan untuk mengukur
sejauh mana korporasi telah mengimplementasikan pola tata kelola yang baik.
Indikator ini diukur dengan membandingkan antara jumlah BUMN/D/BLU/D yang
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 37
telah menerapkan GCG/KPI dengan jumlah BUMN/D/BLU/D yang dibina oleh
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 BUMN/D yang dilakukan pembinaan
GCG sudah mencapai 15 BUMN/D, capaian kinerja BUMN/D yang telah menerapkan
kriteria GCG setiap tahunnya dibanding dengan BUMN/D yang dibina adalah sebagai
berikut:
Tabel 12 Capaian Kinerja Pemenuhan Kriteria GCG pada BUMN/D
Tahun 2010-2014
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah BUMN/D yang dilakukan
pembinaan GCG
1 2 2 3 3
Jumlah BUMN yang memenuhi kriteria
GCG
1 1 2 3 3
Capaian Kinerja Pemenuhan kriteria GCG 100% 50% 100% 100% 100%
Target kinerja tahunan 60% 60% 70% 75% 80%
Capaian Kinerja 166,66 83,33% 143% 133,33% 125%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 jumlah BUMN/D yang dilakukan pembinaan adalah sebanyak 3 BUMN/D yaitu
PTPN XIII, PD Kapuas Indah dan PDAM Kota Pontianak dan dari 3 BUMN/D tersebut
seluruhnya telah menerapkan kriteria GCG. Pada tahun 2014 dilakukan sosialisasi
dan pengenalan pentingnya GCG pada 8 BUMD, sehingga belum dapat diukur kinerja
implementasinya yaitu pada :
1) PDAM Kabupaten Sanggau
2) PDAM Kabupaten Sintang
3) PDAM Kabupaten Kubu Raya
4) PDAM Kabupaten Sambas
5) PDAM Kabupaten Mempawah
6) PDAM Kota Singkawang
7) PDAM Kabupaten Melawi
8) PDAM Kabupaten Bengkayang
Rata-rata capaian kinerja indikator BUMN/BUMD di Provinsi Kalimantan Barat
memenuhi kriteria Good Corporate Governance (GCG) dalam kurun waktu 2010-
2014 adalah sebesar 130,26%, bila dibandingkan dengan targetnya sebesar 75%
maka capaian indikator tersebut adalah sebesar 173,68% dengan kategori
memuaskan. Rata-rata capaian kinerja setiap tahunnya disajikan sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 38
Dengan kondisi pembinaan yang dilakukan sampai dengan tahun 2014, tantangan
besar bagi perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat agar 8 BUMD binaan baru
untuk dapat menerapkan kriteria GCG dan mempertahankan 3 BUMN/D yang telah
menerapkan kriteria GCG dengan pembinaan pada BUMN/BUMD melalui kegiatan
evaluasi/pengembangan sistem pengelolaan dan bimtek/konsultasi/sosialisasi/
asistensi/pendampingan penerapan GCG.
166,66
83,33
143 133,33 125 130,26
0
50
100
150
200
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Capaian Kinerja Pemenuhan Kriteria GCG pada BUMN/D
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 39
Tujuan 3 “Terciptanya Iklim yang Mencegah Kecurangan dan
Memudahkan Pengungkapan Kasus yan g Merugikan Keuangan Negara di Wilayah Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat”
Indikator tersebut merupakan parameter kinerja Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat untuk menilai keberhasilan mendorong terciptanya iklim yang
mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan
keuangan negara, diantaranya dengan melakukan sosialisasi program anti korupsi
dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat atas
permasalahan korupsi, mengimplementasikan Fraud Control Plan (FCP) di
IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud, serta melakukan reviu laporan dan
pengaduan masyarakat.
Pencapaian kinerja tujuan tersebut dilakukan melalui 2 indikator kinerja yaitu sebagai
berikut:
Tabel 13 Rata-rata Capaian Tujuan 3
No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. 95% permintaan bantuan dari Instansi
Penegak Hukum dalam penanganan
kasus korupsi dapat ditindaklanjuti.
% 95,00 100,00 105,26
2. Terpenuhi Indikator Proses dan Hasil
Provinsi Kalimantan Barat sebagai
Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
(WBBM)
% 100,00 Belum
dilakukan
pengukuran
oleh TPN
-
Rata-rata capaian tujuan 105,26
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa, untuk indikator kedua belum dilakukan
pengukuran oleh Tim Penilai Nasional (TPN) sehingga keberhasilan tujuan di atas
hanya diwakili oleh indikator pertama sebesar 105,26% dengan kategori
memuaskan. Uraian masing indikator kinerja tujuan adalah sebagai berikut:
a. 95% permintaan Bantuan Dari Instansi Penegak Hukum Dalam Penanganan Kasus
Korupsi Dapat Ditindaklanjuti
Indikator tersebut diperlukan dalam rangka mengukur kinerja Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat dalam rangka menuntaskan perkara korupsi yang
ditangani instansi penegak hukum baik kepolisian maunpun kejaksaan. Hal ini
dilakukan dengan melakukan audit investigasi, perhitungan kerugian keuangan
negara dan pemberian keterangan ahli baik tingkat penyidikan maupun penuntutan.
Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 penanganan kasus di Provinsi
Kalimantan Barat sebanyak 340 kasus yang terdiri dari Audit Investigasi sebanyak
34 kasus, Audit PKKN sebanyak 71 kasus dan Pemberian Keterangan Ahli (PKA)
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 40
sebanyak 235 kali. Dari jumlah tersebut di atas seluruhnya telah selesai ditangani
dan diterbitkan laporannya untuk diserahkan ke Instansi Penyidik, sehingga
realisasi penanganan kasus di Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat sejak
tahun 2014 sampai dengan tahun 2014 mencapai 100%. Apabila dibandingkan
dengan target akhir tahun 2014 sebesar 95% maka capaian kinerja indikator
tersebut adalah sebesar 105,26% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja tersebut sudah optimal, namun secara nyata kasus korupsi yang
ditangani di Provinsi Kalimantan Barat semakin meningkat, sehingga masih
diperlukan upaya penanganan yang lebih intensif melalui stategi Pre-emptif dan
Preventif. Strategi tersebut dilaksanakan melalui implementasi Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dan sistem pencegahan KKN (Fraud Control Plan).
b. Terpenuhi Indikator Proses dan Hasil Provinsi Kalimantan Barat Sebagai Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM)
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah sebutan yang diberikan
pada suatu unit kerja yang memenuhi syarat indikator hasil WBBM dan
memperoleh hasil penilaian indikator di atas 75 pada Zona Integritas (ZI) yang telah
memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian WDP) dari BPK. Sedangkan Wilayah
Bebas Korupsi (WBK) adalah sebutan yang diberikan pada suatu unit kerja yang
memenuhi syarat indikator hasil WBK dan memperoleh hasil penilaian indikator di
atas 75 pada Zona Integritas (ZI) yang telah memperoleh opini Wajar Dengan
Pengecualian WDP) dari BPK.
Adapun indikator Proses dari WBK dan WBBM sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi Nomor 60 Tahun 2012 sebanyak 20
indikator yaitu sebagai berikut:
Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas
Pemenuhan Kewajiban LHKPN
Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja
Pemenuhan Kewajiban Laporan Keuangan
Penerapan Kebijakan Disiplin PNS
Penerapan Kode Etik Khusus
Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik
Penerapan Whistleblower System Tindak Pidana Korupsi
Pengendalian Gratifikasi
Penanganan Benturan Kepentingan (Conflicts of Interest)
Kegiatan Pendidikan/Pembinaan dan Promosi Anti Korupsi
Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh BPK/KPK/APIP
Penerapan Kebijakan Pembinaan Purna Tugas
Penerapan Kebijakan Pelaporan Transaksi Keuangan yang Tidak Sesuai dengan
Profil oleh PPATK
Promosi Jabatan Secara Terbuka
Rekruitmen Secara Terbuka
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
E-Procurement
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 41
Pengukuran Kinerja Individu
Keterbukaan Informasi Publik
Masing-masing indikator tersebut memiliki bobot masing-masing yang besarnya
berbeda satu sama lainnya, sedangkan indikator hasil dari WBK dan WBBM adalah
sebagai berikut:
Nilai indeks integritas
Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik
Persentase kerugian negara (KN) yang belum diselesaikan (%)
Persentase maksimum temuan in-efektif (% anggaran)
Persentase maksimum temuan in-efisien (% anggaran)
Persentase maksimum jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena
penyalahgunaan keuangan
Persentase pengaduan masyarakat yang belum ditindaklanjuti
Persentase pegawai yang dijatuhi hukuman karena tindak pidana
Fungsi APIP di dalam Permenpan dan RB tersebut hanya sebagai Unit Penggerak
Integritas (UPI) yaitu sebagai pembinaan melalui kegiatan konsultasi (sosialisasi,
bimbingan teknis) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang SPIP dan konsultasi terutama dilaksanakan untuk hal-hal yang
berhubungan dengan program-program pembangunan zona integritas.
Sedangkan untuk menilai apakah suatu wilayah telah memenuhi WBK dan WBBM
dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI) yang dibentuk oleh Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah serta Tim Penilai Nasional (TPN) yang dibentuk
oleh Menteri yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja dalam rangka
memperoleh predikat WBK/WBBM.
Sampai dengan berakhirnya tahun 2014, indikator ini belum dapat dilakukan
pengukuran hal ini disebabkan:
Belum ada satuan unit kerja pemerintah daerah (UPI) yang meminta ke
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat untuk melakukan pembinaan
menuju Zona Integritas. (ganti)
Baru 2 Pemerintah Daerah yang dilakukan penilaian maturitas SPIP yaitu
Kabupaten Sintang dan Kota Pontianak.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 42
Tujuan 4
“Tercapainya Efektivitas Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah”
Indikator tersebut untuk menilai keberhasilan mandat yang diberikan kepada BPKP
sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) yaitu BPKP sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat juga
berperan aktif untuk mewujudkan peran tersebut di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat.
Pencapaian kinerja tujuan tersebut dilakukan melalui 1 indikator kinerja yaitu 60%
Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat telah menerapkan SPIP sesuai
dengan PP Nomor 60 Tahun 2008.
Pengukurannya dilakukan menggunakan parameter Pemerintah Daerah yang telah
menyusun Rencana Tindak Pengendalian (RTP) sebagai wujud implementasi SPIP
sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008.
Sampai dengan akhir tahun 2014, pemerintah daerah yang telah menyusun RTP
sebanyak 6 dari 15 Pemerintah Daerah, sehingga capaian kinerjanya sebesar 40% dan
apabila dibandingkan dengan target kinerjanya sebesar 60% capaian kinerja tujuan
tersebut di atas adalah 66,67% dengan kategori cukup.
Pemerintah Daerah yang telah menyusun RTP adalah Kabupaten Bengkayang,
Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten
Melawi dan Kabupaten Sintang.
Peran Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat mengupayakan seluruh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota untuk dapat dilakukan evaluasi maturitas SPIP. Meskipun
permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya komitmen dari kepala daerah dalam
mengimplementasikan SPIP.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 43
Tujuan 5
“Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
yang Profesional dan Kompeten”
Indikator untuk menilai keberhasilan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
menjalankan fungsinya sebagai pembina APIP, peningkatan kapasitas APIP
dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi auditor di lingkungan
inspektorat Kabupaten/kota.
Indikator tujuan tersebut diukur dengan 1 indikator utama yaitu 60% Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pemerintah Daerah yang mendapat Opini WTP
berada pada level 2 berdasarkan kriteria Internal Audit Capability Model (IACM).
Upaya peningkatan kapabilitas APIP yang selama ini menjadi konsentrasi BPKP selaku
instansi pembina auditor di Indonesia sangat terbantu dengan terbitnya Revisi
Panduan Assessment (Evaluasi) Tata Kelola Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(PDM-1284/JT.2/2013). Panduan ini memberikan arah bagi tim assessor (evaluator)
dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan hasil assessment (evaluasi)
atas penerapan tata kelola APIP.
Formulir isian adalah dokumen yang berisi uraian/pernyataan yang merupakan
penjabaran dari Key Process Area yang digunakan untuk menilai tingkat kapabilitas
APIP.
Adapun indikator yang digunakan adalah Peran dan Layanan (Services and Role),
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (People Management), Praktik Profesional
(Professional Practices), Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja (Performance
Management and Accountability), Budaya dan Hubungan Organisasi (Organizational
Relationship and Culture), dan Struktur Tata Kelola (Governance Structures).
Berdasarkan parameter di atas Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah
melakukan evaluasi tata kelola APIP pada 9 Inspektorat Kabupaten/Kota terutama
yang telah memperoleh opini WTP dengan hasil capaian level IACM adalah sebagai
berikut:
Tabel 14 Level IACM Inspektorat Kabupaten/Kota yang Mendapat Opini WTP
Tahun 2010-2014
Pemerintah Daerah Level IACM
2010 2011 2012 2013 2014 Provinsi Kalimantan Barat Tidak dilakukan evaluasi Kota Pontianak 1 1 1 1 Tidak dievaluasi Kabupaten Sekadau 1 1 1 1 1 Kabupaten Sintang 1 1 1 1 2 Kabupaten Landak 1 1 1 1 1
Dari tabel di atas terlihat, sampai dengan tahun 2014 hanya 1 Pemerintah Daerah yang
opini WTP telah mencapai level 2 yaitu Pemerintah Kabupaten Sintang, dengan
demikian capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar 20% (1 : 5 X 100%) dan
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 44
apabila dibandingkan dengan target indikator kinerjanya sebesar 60% maka capaian
kinerja indikator tersebut adalah sebesar 33,34 dengan kategori kurang.
Untuk masa yang akan datang kondisi ini merupakan tantangan bagi Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat untuk lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai pembina
APIP dengan melakukan sosialisasi, pendampingan penerapan JFA dan tata kelola APIP
serta mendorong terbentuk Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)
wilayah Kalimantan Barat. sehingga dapat meningkatkan level tata kelola APIP yang
lebih tinggi.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 45
Capaian Kinerja Sasaran Tahun 2014
Dalam tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan 7
sasaran dengan 33 indikator kinerja. Target indikator sasaran menggunakan target
yang ditetapkan dalam Revisi Penetapan Kinerja Tahun 2014 dengan Surat Kepala
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat nomor S-1170/PW14/1/2014 tanggal 2
September 2014, target tersebut berbeda dengan Suplemen Perubahan Kedua Renstra
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat 2010 – 2014 nomor Kep-
219/PW14/1/2014 tanggal 22 Agustus 2014. Hal tersebut disebabkan Biro
Perencanaan dan Pengawasan BPKP Pusat dalam menyusun Revisi Tapkin 2014 tidak
memandang adanya revisi Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
Kondisi ini telah disampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan dan Pengawasan BPKP
melalui surat Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimanatan Barat nomor S-
1462/PW14/1/2014 tanggal 19 Nopember 2014. Namun sampai dengan penyusunan
LAKIP ini balasan atas perbaikan Revisi Tapkin tidak diterima Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan Revisi Penetapan Kinerja Tahun 2014 yang berisikan 7 sasaran strategis
dengan 33 indikator kinerja utama (IKU) yang harus dicapai oleh 5 unit eselon III.
Capaian kinerja rata-rata yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat pada tahun 2014 adalah sebesar 124,64% dengan kategori memuaskan,
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 15 Rata-rata Capaian Kinerja Sasaran
No Sasaran Rata-rata Capaian
Kinerja (%)
1. Meningkatkan Kualitas 95% Laporan Keuangan Kementerian Lembaga dan 90% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
123,78
2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah sebesar 75%
117,48
3. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good Governance (GG) pada 65% BUMN/BUMD
151,98
4. Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%
123,40
5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebesar 60%
91,66
6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Profesional dan Kompeten Pada 80% Pemerintah Daerah
108,34
7. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%
155,81
Rata-rata capaian Sasaran Stategis 124,64
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 46
Adapun uraian capaian kinerja masing-masing sasaran berserta indikator kinerja
adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis 1 “Meningkatkan Kualitas 95% Laporan Keuangan Kementerian
Lembaga dan 90% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ”
Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk memenuhi misi “Menyelenggarakan
Pengawasan Intern Terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara yang Mendukung Tata
Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKN di Kalimantan Barat”. Capaian kinerja
sasaran strategis ini didukung dengan 7 (tujuh) IKU dimana dua IKU terkait langsung
dengan kualitas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
Capaian keberhasilan masing-masing IKU disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 16 Rata-rata Capaian Sasaran Stategis 1
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan
% 100 108,33 108,33 111,11 135,29 129 120
2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP
% 95 100 105,26 77,78 145 116,25 105,56
3 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini dukungan wajar
% 90 100 115,74 149 108 118,29 114,12
4 Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat
% 100 130,66 130,66 100 100 100 100
5 Persentase hasil pengawasan atas permintaan Presiden yang disampaikan ke Pusat
% 100 144,83 144,83 100 100 100 100
6 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders
% 100 70,59 70,59 100 100 100 100
7 Persentase BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan akuntansi
% 20 39,13 195,65 - - - -
Rata-rata 123,78 106,32 114,72 110,59 106,61
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Meningkatkan Kualitas 95%
Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL) dan 90% Laporan Keuangan
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 47
Pemerintah Daerah (LKPD)” adalah sebesar 123,78% dengan kategori memuaskan,
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sampai dengan 2013 capaian
kinerja tahun 2014 adalah yang tertinggi, sedangkan peningkatan rata-rata capaian
kinerja setiap tahunnya sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 disajikan dalam grafik
berikut ini:
Untuk indikator “persentase BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan
akuntansi” tidak dapat diperbandingkan rata-rata capaian kinerjanya dengan tahun
2010 sampai dengan tahun 2013. Hal ini disebabkan indikator tersebut baru ada di
tahun 2014 sesuai Suplemen Perubahan Kedua Rencana Strategis Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat periode tahun 2010-2014 yang telah diselaraskandengan
Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-1644/K/SU/2012 tanggal 28 Desember 2012.
Realisasi penggunaan dana untuk pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah
sebesar Rp1.729.036.000,00 atau 95,65.% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp1.807.725.000,00 dengan SDM yang digunakan sebanyak 19.410 OH atau 244,55%
dari rencana sebanyak 7.937 OH.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja sasaran strategis ini
adalah sebagai berikut:
a. Persentase Instansi Pemerintah Pusat (IPP) yang Mendapat Pendampingan
Penyusunan Laporan Keuangan
Indikator kinerja utama (IKU) pertama ini merupakan IKU yang dominan dalam
pencapaian sasaran strategis pertama “Meningkatkan Kualitas 95% Laporan
Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL)”. Pencapaian keberhasilan IKU ini juga
berkorelasi secara langsung terhadap tercapainya IKU kedua BPKP yaitu “Persentase
Instansi Pemerintah Pusat (IPP) yang Laporan Keuangannya Memperoleh Opini
Minimal WDP”.
Pencapaian IKU ini diukur dengan membandingkan antara jumlah instansi vertikal
yang mendapatkan pendampingan penyusunan laporan keuangan dengan target
yang telah ditetapkan dalam PKP2T.
106,32
114,72
110,59
106,61
123,78
95
100
105
110
115
120
125
130
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 48
Untuk tahun 2014, realisasi IKU ini adalah sebanyak 13 satker di K/L atau sebesar
108,33% dari target yang ditetapkan sebanyak 12 satker di K/L, dibandingkan
dengan target tahun 2014 yaitu sebesar 100% maka capaian indikator kinerja
tersebut adalah sebesar 108,33% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2013
mengalami penurunan 11,67%, dengan tahun 2012 mengalami penurunan 20,67%,
dengan tahun 2011 mengalami penurunan 26,96% dan dengan tahun 2010
mengalami penurunan sebesar 2,78%. Hal ini disebabkan seluruh kegiatan tahun
sebelumnya yang merupakan kegiatan NPKP2T telah dimasukkan ke dalam PKP2T
tahun 2014, sehingga kegiatan pendampingan penyusunan laporan keuangan pada
instansi vertikal lebih berfokus pada pencapaian PKP2T.
Dalam tahun 2014, untuk mendukung tercapainya IKU tersebut Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat proaktif menjalin kerja sama melalui Memorandum of
Understanding (MoU) untuk membantu kementerian/lembaga (K/L), antara lain
dengan melakukan pendampingan penyusunan laporan keuangan K/L untuk
meningkatkan kemampuan IPP menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAP.
Keberhasilan IKU didukung dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan
teknis/asistensi penyusunan LKKL pada dua bidang yaitu Bidang Perekonomian dan
Bidang Polsoskam. Pendampingan Satuan Kerja di Bidang Perekonomian disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 17 OutputBimbingan Teknis/Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian dan
Lembaga Bidang Perekonomian
Kegiatan Target
Laporan Realiasi
Capaian (%)
1. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Kementerian PU di Provinsi Kalimantan Barat
4 5 100
2. PendampinganPenyusunan Laporan Keuangan pada Kementerian Pertanian di Provinsi Kalimantan Barat
1 1 100
Total 5 6 140
Sedangkan pendampingan Satuan Kerja di Bidang Polsoskam disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 18 OutputBimbingan Teknis/Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian dan
Lembaga Bidang Polsoskam
Kegiatan Target Laporan
Realiasi Capaian (%)
1. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Kemenkes di Provinsi Kalimantan Barat
4 4 100
2. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Kepolisian Daerah Kalimantan Barat
1 1 100
3. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan 1 4 300
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 49
Kegiatan Target Laporan
Realiasi Capaian (%)
pada Kejaksaan Agung di Provinsi Kalimantan Barat
4. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Kementerian Hukum dan HAM
1 1 100
5. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Komisi Pemilihan Umum di Provinsi Kalimantan Barat
2 2 100
6. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Badan Pertanahan Nasional di Provinsi Kalimantan Barat
2 2 100
7. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
1 1 100
8. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Mahkamah Agung di Provinsi Kalimantan Barat
0 4 -
9. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat
0 1 -
10. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Bawaslu Provinsi Kalimantan Barat
0 1 -
11. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Provinsi Kalimantan Barat
0 2 -
Total 12 23 150
b. Persentase Instansi Pemerintah Daerah (IPD) yang Laporan Keuangannya
Memperoleh Opini Minimal WDP
Indikator kinerja utama (IKU) kedua ini merupakan IKU yang dominan dalam
pencapaian sasaran strategis pertama “Meningkatkan Kualitas 95% Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)”. Pencapaian keberhasilan IKU ini juga
berkorelasi secara langsung terhadap tercapainya IKU ketiga BPKP yaitu
“Persentase Instansi Pemerintah Daerah (IPD) yang Laporan Keuangannya
Memperoleh Opini Minimal WDP”. Target IKU ini, untuk tahun 2014 ditetapkan
sebesar 95%.
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat daya guna hasil pengawasan
yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat untuk
meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah se-Provinsi
Kalimantan Barat dalam rangka menuju tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Governance). Indikator ini diukur dengan membandingkan antara opini minimal
WDP atas laporan keuangan pemerintah daerah Tahun 2013 dengan jumlah IPD
yang diberikan asistensi.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 50
Realisasi IKU ini untuk tahun 2014 adalah sebesar 100% yang dihitung dari 15 IPD
yang ada di Kalimantan Barat, keseluruhannya memperoleh opini laporan keuangan
minimal WDP. Dari 15 IPD tersebut, 5 diantaranya memperoleh opini WTP,
sedangkan sisanya memperoleh opini WDP.
Realisasi tersebut jika dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar 95%,
indikator kinerja utama “Persentase IPD yang laporan keuangannya
memperoleh opini minimal WDP” tercapai sebesar 105,26 % atau dengan
predikat “memuaskan”.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
penurunan 0,29%, dengan tahun 2012 mengalami penurunan 10,99%, dengan
tahun 2011 mengalami penurunan 39,74% dan dengan tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 27,48%. Hal ini disebabkan semakin besar target yang
ditetapkan tahun 2014 yaitu sebesar 90% dari 80% pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012.
Adapun pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang telah diaudit atas
laporan keuangan tahun 2013 oleh BPK beserta opininya disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 19 Daftar Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pemda/Pemprov Opini Laporan Keuangan
1. Provinsi Kalimantan Barat WTP
2. Kota Pontianak WTP
3. Kota Singkawang WDP
4. Kabupaten Mempawah WDP
5. Kabupaten Sambas WDP
6. Kabupaten Bengkayang WDP
7. Kabupaten Sanggau WDP
8. Kabupaten Sekadau WTP
9. Kabupaten Landak WTP
10. Kabupaten Melawi WDP
11. Kabupaten Sintang WTP
12. Kabupaten Kapuas Hulu WDP
13. Kabupaten Ketapang WDP
14. Kabupaten Kayong Utara WDP
15. Kabupaten Kubu Raya WDP
Keberhasilan pencapaian outcome tersebut didukung dengan kegiatan
bimtek/asistensi seperti yang ditampilkan tabel berikut ini:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 51
Tabel 20 Output Bimbingan Teknis/Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan Pemda
Kegiatan Target Laporan Realiasi Capaian (%)
1. Asistensi Pengelolaan aset pada
Pemerintah Daerah
2 5 250
2. Asistensi/implementasi SIMDA
dalam rangka peningkatan
akuntabilitas keuangan daerah
6 22 367
3. Asistensi penyusunan action
planterhadap hasil pemeriksaan
LKPD oleh BPK dalam rangka
peningkatan opini pada pemerintah
daerah
2 9 450
4. Analisis Kinerja Keuangan Pemda
Tahun 2013
1 1 100
5. Pengawasan pajak Bendaharawan
Umum daerah
10 33 330
6. Asistensi Akuntansi dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
- 6 -
Total 21 76 345
c. Persentase Jumlah Laporan Keuangan Proyek PHLN yang Memperoleh Opini
Dukungan Wajar
Pengawasan atas proyek dengan dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
dilakukan melalui audit keuangan dengan tujuan memberikan simpulan atau
dukungan opini atas laporan keuangan yang disajikan oleh pengguna anggaran dan
penilaian terhadap efisiensi penggunaan pinjaman/hibah luar negeri. Audit ini
dilaksanakan atas dasar permintaan lembaga donor yaitu Bank Dunia, ADB, IDA,
JICA, dan lainnya.
Untuk tahun 2014, target IKU ditetapkan sebesar 90%. Capaian Indikator kinerja
utama (IKU) diukur dengan membandingkan jumlah laporan keuangan proyek
PHLN yang memperoleh opini dukungan Wajar dibandingkan dengan jumlah
laporan keuangan proyek PHLN yang diaudit.
Selama tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah melakukan
sebanyak 17 audit atas laporan keuangan proyek PHLN dari target sebanyak 17
laporan (1 PP dibatalkan) atau 100%, dibandingkan dengan target kinerja tahun
2014 yaitu sebesar 90% maka capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar
111,11% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
kenaikan 3,01%, dengan tahun 2012 mengalami penurunan 7,18%, dengan tahun
2011 mengalami peningkatan 3,11% dan dengan tahun 2010 mengalami penurunan
sebesar 37,89%. Hal ini disebabkan adanya output dari PKP2T yang tidak
diterbitkan laporannya yaitu 1 kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Kota Singkawang
dikarenakan adanya Inpres Nomor 4 tentang Penghematan dan Pemotongan Belanja
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 52
Kementerian/Lembaga. Selain itu, peningkatan penetapan target tahun 2014
menjadi 95% dari 85% diakhir tahun 2013 menjadi penyebab turunnya capaian
indikator kinerja.
Dalam tahun 2014, capaian IKU ini didukung oleh kegiatan audit dukungan atas
laporan keuangan proyek PHLN tahun 2013 yang ada di Kalimantan Barat
sebagaimana tersaji dalam tabel 24.
Tabel 21 Output Kegiatan Audit Atas Laporan Keuangan Proyek PHLN
Kegiatan Target Realiasi Capaian (%)
1. PNPM Mandiri Perdesaan 9 9 100
2. PNPM Mandiri Perkotaan 3 2 66,66
3. PNPM PISEW / RISE 3 3 100,00
4. EINRIP 1 1 100,00
5. HPEQ 1 1 100,00
6. PPAUD 1 1 100,00
7. Quality Assurance atas Audit PNPM Mandiri
Pedesaan/Perkotaan
5 5 100,00
8. Audit atas pengelolaan dana SPP PNPM
Mandiri Perdesaan
1 4 400
Total 24 26 133,33
d. Persentase Hasil Pengawasan Lintas Sektoral yang Disampaikan Ke Pusat
Indikator Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat daya guna hasil
pengawasan yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat oleh
BPKP Pusat untuk pengambilan keputusan di tingkat pusat. Indikator ini dihitung
dengan membandingkan antara realisasi laporan hasil pengawasan lintas sektoral
yang dikirimkan ke Pusat dengan target laporan dari Pusat.
Realisasi IKU ini untuk tahun 2014 adalah sebesar 130,66% yang diperoleh dengan
membandingkan target laporan hasil pengawasan lintas sektoral yang diterbitkan
perwakilan, yaitu sebanyak 98 laporan dari taget sebanyak 75 laporan dan seluruh
laporan tersebut telah disampaikan ke pusat. Apabila dibandingkan dengan target
kinerja indikator tersebut sebesar 100% maka capaian indikator kinerja Persentase
Hasil Pengawasan Lintas Sektoral yang Disampaikan Ke Pusat adalah sebesar
130,66% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan
2013 seluruhnya mengalami peningkatan yang sama yaitu sebesar 30,66%.
Keberhasilan indikator tersebut didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Pengawasan Lintas Sektor Bidang Perekonomian
Pengawasan lintas sektor bidang perekonomian dilaksanakan melalui audit
kinerja dengan tujuan menilai dan mereviu keberhasilan pelaksanaan program
dengan menggunakan indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja program
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 53
dan kegiatan, serta memberikan saran perbaikan atas adanya kelemahan dalam
pelaksanaan program kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan
masukan dalam pengambilan keputusan, serta memberikan saran/rekomendasi
atas permasalahan yang ditemukan dalam rangka peningkatan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan program/kegiatan.
Jumlah laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang perekonomian Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang dimanfaatkan oleh BPKP Pusat adalah
sebanyak 23 laporan atau 104,55% dari rencana sebanyak 22 laporan.
Keberhasilan pencapaian indikator tersebut dihasilkan melalui kegiatan
sebagaimana pada tabel di bawah.
Tabel 22 Output Hasil Pengawasan Lintas Sektor Bidang Perekonomian
Kegiatan Target Realisasi Capaian (%)
1. Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan
21 22 104,76
2. Audit kinerja P4ISDA 1 1 100
Total 22 23 104,55
2) Pengawasan Lintas Sektor Bidang Polsoskam
Hasil pengawasan lintas sektor bidang polsoskam umumnya dilaksanakan
dengan Audit Kinerja dan Audit Operasional dengan tujuan menilai dan mereviu
keberhasilan pelaksanaan program dengan menggunakan indikator kinerja
sebagai dasar penilaian kinerja program dan kegiatan serta memberikan saran
perbaikan atas adanya kelemahan dalam pelaksanaan program kepada pihak-
pihak yang berkepentingan sebagai bahan masukan dalam pengambilan
keputusan serta memberikan saran/rekomendasi atas permasalahan yang
ditemukan, serta menilai ekonomis, efektivitas, dan efisiensi serta ketaatan
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada pelaksanaan
program/kegiatan.
Jumlah laporanhasil pengawasan lintas sektor bidang polsoskam Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang dimanfaatkan oleh BPKP Pusat adalah
sebanyak 64 laporan atau 133,33% dari target PKP2T yaitu sebanyak 48 laporan
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 23
Output Hasil Pengawasan Lintas Sektor Bidang Polsoskam
Kegiatan Target
(Laporan)
Realisasi
(Laporan)
Capaian
(%)
1. Audit atas Klaim Dana Jamkesmas Pada Rumah Sakit
34 34 100
2. Audit atas Klaim Dana YankesdasJamkesmasJampersal
6 14 233
3. Audit Operasional atas Program Beras Miskin Tahun 203 Kementerian Sosial
4 7 175
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 54
4. Evaluasi atas Program Ketahanan Pangan Nasional Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Barat
- 1 -
5. Evaluasi Program Lintas Sektoral atas Prioritas Pembangunanan Program Penanggulangan Kemiskinan
`1 3 300
6. Monitoring Pendistribusian Buku Kurikulum 2013
- 1 -
7. Audit Operasional Bawaslu 1 1 100
8. Uji Petik Audit Operasional Bawaslu 2 2 100
Jumlah 48 64 133,33
3) Pengawasan Lintas Sektor Bidang Keuangan Daerah
Hasil pengawasan lintas sektor bidang keuangan daerah dilaksanakan melalui
kegiatan Probity Audit pada 3 paket pekerjaan pada Dinas Pekerjaan Umum di
Kabupaten Ketapang dan Rumah Sakit di Kota Pontianak dan evaluasi atas
pengelolaan lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel 24 Output Hasil Pengawasan Lintas Sektor Bidang Keuangan Daerah
Kegiatan Target (Laporan)
Realisasi (Laporan)
Capaian (%)
1. Probity Audit pada Pemerintah Daerah
3 7 100
2. Evaluasi atas Pengelolaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
2 2 100
Jumlah 5 9 180
4) PengawasanLintas Sektoral Bidang Korporasi
Hasil pengawasan lintas sektor bidang korporasi dilaksanakan melalui kegiatan
evaluasi ketahanan pangan pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani
(Persero). Keseluruhan kegiatan tersebut merupakan kegiatan non PKP2T.
e. Persentase Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden yang Disampaikan ke
Pusat
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat daya guna hasil pengawasan
yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat oleh BPKP Pusat
yang dipergunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan oleh Presiden.
Indikator ini diukur dengan membandingkan antara realisasi laporan hasil
pengawasan atas permintaan presiden yang dikirimkan ke Pusat dengan target
laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden pada Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 55
Target laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden untuk tahun 2014
adalah sebanyak 29 laporan dengan realisasi sebanyak 42 laporan atau 144,83%
dan apabila dibandingkan dengan target kinerja indikator tersebut sebesar 100%
maka capaian kinerjanya adalah sebesar 144,83% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan
2013 seluruhnya mengalami peningkatan yang sama yaitu sebesar 44,83%.
Keberhasilan indikator tersebut didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Pengawasan atas Permintaan Presiden Bidang Perekonomian
Kegiatan pengawasan atas permintaan Presiden bidang perekonomian pada
umumnya berupa monitoring prioritas pembangunan yang diminta UKP4
dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa kondisi fisik dan kinerja
suatu kegiatan yang berkaitan dengan rencana aksi telah dilaksanakan dan sesuai
dengan laporan yang disampaikan oleh Kementerian/Lembaga atau Penanggung
Jawab Program.
Jumlah laporan hasil pengawasan atas permintaan Presiden bidang polsoskam
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang dimanfaatkan oleh BPKP Pusat
adalah sebanyak 4 laporan atau 133,33% dari rencana sebanyak 3 laporan
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 25 Output Hasil Pengawasan Atas Permintaan Presiden Bidang Perekonomian
Nama Kegiatan Target
(Laporan) Realisasi
(Laporan) Capaian
(%)
Evaluasi Penyerapan Anggaran K/L Semester I tahun 2014
3 4 200
Jumlah 3 4 133
2) Pengawasan atas Permintaan Presiden Bidang Polsoskam
Kegiatan pengawasan atas permintaan Presiden bidang polsoskam pada
umumnya berupa monitoring prioritas pembangunan yang diminta UKP4
dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa kondisi fisik dan kinerja
suatu kegiatan yang berkaitan dengan rencana aksi telah dilaksanakan dan sesuai
dengan laporan yang disampaikan oleh Kementerian/Lembaga atau Penanggung
Jawab Program.
Jumlah laporan hasil pengawasan atas permintaan Presiden bidang polsoskam
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang dimanfaatkan oleh BPKP Pusat
adalah sebanyak 29 laporan atau 161,11% dari rencana sebanyak 18 laporan
dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 56
Tabel 26 Output Hasil Pengawasan Atas Permintaan Presiden Bidang Polsoskam
Nama Kegiatan Target
(Laporan)
Realisasi
(Laporan)
Capaian
(%)
1. Pengujian atas eksistensi aset proyek rumah potong hewan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan kehutanan kota Pontianak
1 1 100
2. Monitoring Prioritas Pembangunan Nasional per 31 Desember 2013
5 5 100
3. Monitoring Prioritas Pembangunan Nasional BPJS
5 5 100
4. EvaluasiPenyerapanAnggaranpadaKementerian Agama Tahun 2014
2 9 450
5. Evaluasi Penyerapan Anggaran pada MA di Prov. Kalbar
1 2 200
6. Evaluasi Penyerapan Anggaran pada BPN 1 1 100
7. Evaluasi Penyerapan Anggaran pada KPU Tahun 2014
1 1 100
8. Evaluasi Penyerapan Anggaran pada kantor Imigrasi
1 1 100
9. Evaluasi Penyerapan Anggaran pada Dinsosnakertrans
1 4 400
Jumlah 18 29 161,11
3) Pengawasan atas Permintaan Presiden Bidang Akuntabilitas Pemerintah
Daerah
Kegiatan pengawasan atas permintaan Presiden bidang akuntabilitas pemerintah
daerah dilakukan melalui evaluasi penyerapan APBD semester II TA 2013, dan
evaluasi penyerapan APBD semester I TA 2014.
Output dari kegiatan pengawasan tersebut sebanyak 9 laporan atau mencapai
112,5% dari rencana sebanyak 8 laporan, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 27
Output Hasil Pengawasan Atas Permintaan Presiden Bidang APD
Nama Kegiatan Target
(Laporan)
Realisasi
(Laporan)
Capaian
(%)
1. Evaluasi Penyerapan APBD Semester II Tahun Anggaran 2013 pada Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, dan Kabupaten Kubu Raya
4 4 125
2. Evaluasi Penyerapan APBD Semester I Tahun Anggaran 2014 pada Kabupaten Sintang, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sambas, dan Provinsi Kalimantan Barat
4 4 100
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 57
3. Kompilasi Evaluasi Penyerapan APBD Semester II Tahun Anggaran 2013
- 1 -
Jumlah 8 9 112,5
f. Persentase Hasil Pengawasan atas Permintaan Stakeholders yang Dijadikan
Bahan Pengambilan Keputusan oleh Stakeholders
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat daya guna hasil pengawasan
yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat atas permintaan
stakeholders untuk pengambilan keputusan di tingkat pusat. Indikator ini dihitung
dengan tingkat persentase laporan pengawasan atas permintaan stakeholder
disampaikan tepat waktu (sesuai RPL dalam KM4). Target IKU ini untuk tahun 2014
ditetapkan sebesar 100%.
Dari 34 laporan yang ditetapkan dalam Revisi Tapkin, sebanyak 24 laporan yang
tepat waktu atau sebesar 70,59% dan apabila dibandingkan dengan target
indikator tahun 2014 sebesar 100% maka capaian indikator tersebut adalah
70,59% dengan kategori baik.
Capaian indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan 2013
adalah terjadi penurunan yang sama yaitu sebesar 29,41%. Hal ini disebabkan
terlambatnya pedoman evaluasi dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian
PAN dan RB.
Adapun laporan hasil pengawasan yang tepat waktu adalah sebegai berikut:
No Judul Laporan Jumlah RPL Realisasi Ket
1 Audit Operasional atas
Tunggakan Tunjangan Profesi
Guru PNSD Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2010-2013
17 2014.03 2014.03 Tepat
Waktu
2 Audit Operasional atas TPG
Guru Agama Tahun 2008-2013
2 2014.06 2014.06 Tepat
Waktu
3 Audit atas Pembangunan
Gedung Kantor Kejaksaan
Provinsi Kalimantan Barat
untuk Pembangunan Tahap I
dan Pekerejaan Tambah Kurang
1 2014.07 2014.07 Tepat
Waktu
4 Audit untuk Perpanjangan
Kontrak Tahun Jamak atas
Paket Kontrak pada Satker
Pelaksanaan Jembatan Tayan
1 2014.12 2014.12 Tepat
Waktu
5 Evaluasi Kinerja Pelayanan
Pemerintah Daerah tahun 2013
sebanyak 7 Laporan
7 2014.10 2014.12 Tidak
Tepat
Waktu
6 Evaluasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Kabupaten
1 2014.10 2014.09 Tidak
Tepat
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 58
Kubu Raya Waktu
7 Evaluasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Kabupaten
Landak
1 2014.10 2014.09 Tidak
Tepat
Waktu
8 Evaluasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Kabupaten
Singakawang
1 2014.10 2014.10 Tidak
Tepat
Waktu
9 Bimtek Perencanaan
Pembangunan pada Pemkab
Sanggau
1 2014.12 2014.12 Tepat
Waktu
10 Evaluasi Dana Bantuan Sosial 1 2014.12 2014.12 Tepat
Waktu
11 Diseminasi Pedoman
Pengawasan Pajak BUD
1 2014.12 2014.11 Tepat
Waktu
Selain itu, berdasarkan output yang dihasilkan sebagai pendukung kegiatan tersebut
jauh melebihi target output yang ditetapkan di dalam Revisi Tapkin tahun 2014. Hal
ini disebabkan banyak permintaan pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan-
kegiatan dalam rangka perbaikan manajemen pemerintah daerah.
Adapun kegiatan yang mendukung tercapainya indikator tersebut terdiri dari
permintaan stakeholders bidang perekonomian dan Polsoskam termasuk kegiatan
non PKP2T dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 28
Output Kegiatan Hasil Pengawasan Atas Permintaan Stakeholder Bidang Perekonomian dan Polsoskam
Nama Kegiatan Target
(Laporan) Realisasi
(Laporan) Capaian
(%)
1. Bidang Perekonomian
Audit untuk Perpanjangan Kontrak Tahun Jamak atas Paket-Paket Kontrak pada Satker Pelaksanaan Jembatan Tayan
1 1 100
2. Bidang Polsoskam
Sosialisasi audit Operasional Tunjangan Profesi Guru PNDS Kemendikbud TA 2010 sampai dengan 2013
1 1 100
Audit Operasional atas Tunggakan Tunjangan Profesi Guru PNSD Kemendikbud 2008 - 2013
16 16 100
Audit atas Pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Provinsi Kalimantan Barat untuk Pembangunan Tahap I
1 1 100
Audit Operasional atas Tunggakan Tunjangan Profesi Guru Agama Tahun 2008 - 2013
2 16 100
Penyelesaian Laporan Hasil Evaluasi Program Ketahanan Pangan
- 1 -
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 59
Verivikasi TPG Carry Over Tahun 2014 - 1 -
Pendampingan Proses Pembangunan Lanjutan Rutan Sanggau
- 1 -
Jumlah 21 38 180,95
Sedangkan permintaan stakeholders bidang keuangan daerah dapat disajikan
sebagai berikut:
Tabel 29 Output Kegiatan Hasil Pengawasan Atas Permintaan Stakeholder Bidang
Keuangan Daerah
Nama Kegiatan Target
(Laporan) Realisasi
(Laporan) Capaian
(%)
1. Evaluasi Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (EKPPD)
7 15 214
2. Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah 3 4 133
3. Pendampingan Penyusunan LPPD Pemda - 11 -
4. Pendampingan Penyusunan LKPJ Pemda - 7 -
5. Pendampingan penyusunan LAKIP Pemda - 11 -
6. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
2 16 800
7. Updating profil pemda - 1 -
8. Evaluasi Dana Bantuan Sosial 1 1 100
9. Survey Lapangan atas Sarana Prasarana Rumah Jabatan dan Kendaraan Dinas Bupati
- 2 -
Jumlah 13 68 523
g. Persentase BUMD yang Mendapat Pendampingan Penyelenggaraan Akuntansi
Pengukuran Pengukuran Indikator ini dilakukan dengan membandingkan Jumlah
BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan akuntansi dibagi dengan
jumlah seluruh BUMD di wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
Pada tahun 2014, perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melakukan
Pendampingan penyelenggaraan akuntansi kepada 9BUMD/BLUD, sementara
jumlah seluruh BUMD di Provinsi Kalimantan Kalbar sendiri adalah 23 yang terdiri
dari 16 BUMD (11 PDAM, 5 Lainnya) dan BLUD tahun 2014 sebanyak
7 RSUD. Dengan demikian realisasi indikator tersebut adalah sebesar 39,13% dan
apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun 2014 sebesar 20% maka capaian
kinerja indikator “Persentase BUMD yang Mendapat Pendampingan Penyelenggaraan
Akuntansi”adalah sebesar 195,65% dengan kategori “memuaskan.”
BUMD/BLUD yang dilakukan pendampingan yaitu sebagai berikut:
3 BUMD berupa penyusunan laporan keuangan.
2 BLUD berupa penyusunan laporan keuangan /neraca awal.
1 BUMD berupa Inventarisasi dan pembenahan laporan keuangan.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 60
3 BLUD berupa penyusunan neraca awal/pedoman akuntansi/laporan
keuangan/SIA-BLUD.
Capaian kinerja indikator tersebut tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2010
sampai dengan tahun 2013, hal ini disebabkan indikator tersebut baru ditetapkan
dan dilaksanakan tahun 2014 selama periode Renstra tahun 2010 – 2014.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2014 untuk mendukung indikator
tersebut melebihi dari target output yang ditetapkan yaitu sebanyak
41 laporan dari 8 laporan yang ditetapkan dengan capaian kinerja ouput sebesar
512,5% dengan uraian sebagai berikut :
Tabel 30 Bimtek/Asistensi Penyelenggaraan Akuntansi BUMD/BLUD
Nama Kegiatan Target
(Laporan) Realisasi
(Laporan) Capaian
(%)
1. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan PDAM/BLUD
4 9 200
2. Asistensi Penyusunan RBA BLUD 1 6 500
3. Monitoring Implementasi Billing System pada PDAM
1 1 100
4. Asistensi Penyusunan Neraca Awal PDAM/BLUD
1 3 300
5. Asistensi/Narasumber Tata Kelola BLUD/PDAM
1 20 1800
6. Asistensi Penyusunan Pedoman PBJ - 2 100
Jumlah 8 41 512,5
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 61
Sasaran Strategis 2 “Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah Sebesar 75%”
Dalam rangka berperan melakukan optimalisasi penerimaan negara, BPKP telah
menetapkan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) yang paling dominan dalam
mengindikasikan ketercapaian Sasaran Strategis Tercapainya Optimalisasi Penerimaan
Negara/Daerah, yaitu “Persentase Hasil Pengawasan Optimalisasi Penerimaan
Negara/Daerah yang Ditindaklanjuti”.
Pengawasan atas penerimaan negara bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
instansi pemerintah melaksanakan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) secara efektif, efisien, dan ekonomis terutama menyangkut ketepatan waktu
dan jumlah penerimaan PNBP dan pengungkapan adanya potensi PNBP yang belum
tergali serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keberhasilan pencapaian dari masing-masing IKU pada sasaran strategis kedua ini,
tampak sebagaimana tabel berikut:
Tabel 31 Capaian Sasaran Strategis 2
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Persentase hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah yang ditindaklanjuti
% 75 94,64 126,19 193,33 158,33 77,00 0
2 Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat
% 100 108,77 108,77 100 100 120 120
3 Persentase penghematan biaya (cost saving) dibandingkan dengan nilai yang di audit
% - - - 118 120 192,50 75
Rata-rata 117,48 137,11 126,11 123,17 65
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Tercapainya Optimalisasi
Penerimaan Negara/ Daerah Sebesar 75%” adalah sebesar 117,48% dengan
kategori memuaskan. Peningkatan dan penurunan rata-rata capaian kinerja
dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 disajikan dalam grafik
berikut ini:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 62
Untuk indikator “Persentase penghematan biaya (cost saving) dibandingkan dengan
nilai yang di audit” berdasarkan Tapkin Revisi tidak ditetapkan lagi menjadi target
kinerja di tahun 2014 sehingga tidak diukur kinerjanya pada tahun 2014.
Realisasi penggunaan dana untuk pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah
sebesar Rp471.953.000,00 atau 97,42.% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp484.442.000,00 dengan SDM yang digunakan sebanyak 934 OH atau 35,90% dari
rencana sebanyak 2.602 OH.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja sasaran strategis ini
adalah sebagai berikut:
a. Persentase Hasil Pengawasan Optimalisasi Penerimaan Negara/Daerah yang
Ditindaklanjuti
Pengawasan Optimalisasi Penerimaan Negara/Daerah dimaksudkan untuk
mengoptimalkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan penggunaan penerimaan
negara sesuai ketentuan perundang-undangan. Capaian IKU diukur dari realisasi
tindak lanjut (rekomendasi/saran) dibagi dengan jumlah rekomendasi/saran hasil
audit OPN/OPAD sampai dengan tahun berjalan yang dilakukan oleh Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimanatan Barat.
Berdasarkan data dari SIM-HP, sampai dengan akhir Desember 2014 terdapat 9
laporan hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah dengan jumlah
rekomendasi/saran sebanyak 28 kejadian senilai Rp349.210.079,44 dengan tindak
lanjut sebanyak 25 (89,29%) kejadian senilai Rp349.210.079,44 (100%). Apabila
hasil tindak lanjut tersebut dirata-ratakan antara tindak lanjut jumlah rupiah dan
kejadian, maka capaian kinerja IKU tersebut sampai dengan penyusunan revisi ini
telah mencapai 94,64% dan apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun
2014 yaitu sebesar 75% maka capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar
126,19% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2013
mengalami meningkat tajam yaitu sebesar 126,19% dikarenakan pada tahun 2013
indikator ini capaiannya 0%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012 juga masih
mengalami peningkatan 49,19%, namun apabila dibandingkan dengan tahun 2011
mengalami penurunan 32,15% dan dengan tahun 2010 mengalami penurunan
tajam yaitu sebesar 67,15%.
137,11 126,11 123,17
65
117,48
0
50
100
150
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 63
Meningkatnya hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah yang
ditindaklanjuti di tahun 2014 dikarenakan giatnya dilakukan penyampaian Surat
Penegasan saldo TPB atas rekomendasi yang masih harus ditindaklanjuti dan juga
telah dilakukan beberapa kali kegiatan pemutakhiran data tindak lanjut pada
seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
Upaya yang akan dilakukan ke depan untuk mengoptimalkan kinerja indikator
tersebut adalah dengan mengintensifkan kegiatan pemutakhiran data tindak lanjut
dan mengidentifikasi TPB yang kemungkinan tidak dapat ditindaklanjuti untuk
diambil langkah yang diperlukan.
b. Persentase Hasil Pengawasan BUN Bidang Akuntabilitas Daerah
Pengawasan atas BUN pada Bidang APD dimaksudkan untuk menilai tingkat daya
guna hasil pengawasan yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat oleh BPKP Pusat untuk pengambilan keputusan di tingkat pusat. Pengawasan
atas BUN Bidang APD dilaksanakan melalui kegiatan monitoring DAK Bidang
Pendidikan tahun 2013 dan tahun 2014 serta validasi sisa dana BOS Tahun 2011
pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat.
Pada tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah menetapkan
target output pengawasan atas BUN bidang APD sebanyak 57 laporan dengan
realisasi sebanyak 62 laporan atau sebesar 108,77% dan apabila dibandingkan
dengan target kinerja tahun 2014 yaitu sebesar 100% maka capaian kinerja
indikator tersebut sebesar 108,77% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2013
mengalami mengalami penurunan sebesar 20% dan dibandingkan dengan tahun
2010 sampai dengan 2012 capaian kinerjanya sama.
Kegiatan monitoring DAKtahun 2013 tersebut dilaksanakan di 5 kabupaten/kota
sebagai berikut:
1) Kota Singkawang
2) Kabupaten Sambas
3) KabupatenBengkayang
4) KabupatenSanggau
5) Kabupaten Kubu Raya
Monitoring atas kegiatan-kegiatan di atas terbagi dalam beberapa bidang menurut
alokasi dananya. Untuk tahun 2014, bidang yang dilakukan monitoring adalah
Bidang Pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK Tahun Anggaran 2013 dan 2014 serta
validasi sisa dana BOS Tahun 2011.
Laporan hasil monitoring atas DAK Bidang Pendidikan pada kabupaten/kota
tersebut terinci sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 64
Tabel 32 Output Laporan Hasil Pengawasan atas BUN Bidang Keuangan Daerah
Nama Kegiatan Target
(Laporan) Realisasi
(Laporan) Capaian
(%)
1. Monitoring DAK Bidang Pendidikan TA 2013 dan 2014 di Kota Singkawang
9 9 100
2. Monitoring DAK Bidang Pendidikan TA 2013 dan 2014 di Kabupaten Sambas
9 10 100
3. Monitoring DAK BidangP endidikan TA 2013 dan 2014 di Kabupaten Sanggau
9 9 100
4. Laporan Monitoring DAK Bidang Pendidikan TA 2013 dan 2014 di Kabupaten Bengkayang
9 9 100
5. Laporan Monitoring DAK Bidang Pendidikan TA 2013 dan 2014 di Kabupaten Kubu Raya
9 9 100
6. Hasil Validasi Sisa Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) TA 2011
11 15 100
7. Evaluasi atas Pengelolaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Sanggau
1 1 100
Jumlah 57 62 108,77
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 65
Sasaran Strategis 3 “Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pada 60%
Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan Terselenggaranya Good Governance (GG) pada 65% BUMN/BUMD”
Pemerintah Daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
berkewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, yang meliputi urusan wajib dan urusan pilihan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjamin akses dan mutu pelayanan
dasar kepada masyarakat secara merata, Pemerintahan Daerah menyusun suatu
standar yang disebut dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Hal ini juga
didasarkan pada Peraturan pemerintah 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal termasuk di dalamnya melaksanakan
sistem pengumpulan data kinerja indikator SPM.
Hal yang sama juga berlaku di dalam tata kelola perusahaan. Perusahaan telah dituntut
untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG). GCG atau tata kelola perusahaan
yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan organisasi
perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan
nilai perusahaan bagi seluruh stakeholders, dengan berlandaskan pada peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha.
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, dalam menjalankan perannya untuk turut
serta meningkatkan akuntabilitas Pemda dan pengelolaan BUMN/BUMD, telah
mendorong pemerintah daerah untuk menerapkan Standar Pelayanan Minimal dan
BUMN/BUMD untuk menerapkan GCG.
Sasaran strategis “Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal pada 60% Instansi
Pemerintah Daerah dan Terselenggaranya Good Governance pada 65% BUMN/BUMD”
diindikasikan oleh dua IKU dominan yang terkait langsung dengan IPD yang
melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal dan
BUMN/BUMD/BLU/UD yang telah menerapkan GCG atau KPI.
Keberhasilan pencapaian dari masing-masing IKU pada sasaran strategis ketiga ini,
tampak sebagaimana tabel dibawah ini yaitu:
Tabel 33 Capaian Sasaran Strategis 3
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Persentase IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai SPM
IPD 15 15 100 100 100 100 100
2 Persentase BUMN/D/BLU/D yang dilakukan sosialisasi/asistensi GCG/KPI
% 65 125 192.31 100 83,33 142,86 120
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 66
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
3 Persentase BUMD yang dilakukan audit kinerja
% 55 90 163,64 100 83,75 100 100
Rata-rata 151,98 100 89,03 114,29 106,67
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Terselenggaranya Standar
Pelayanan Minimal pada 60% Instansi Pemerintah Daerah dan Terselenggaranya
Good Governance pada 65% BUMN/BUMD” adalah sebesar 151,98% dengan
kategori memuaskan. Dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sampai
dengan 2013 capaian kinerja tahun 2014 adalah yang tertinggi, sedangkan
peningkatan rata-rata capaian kinerja setiap tahunnya sejak tahun 2010 sampai
dengan 2014 disajikan dalam grafik berikut ini:
Realisasi penggunaan dana untuk pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah
sebesar Rp377.368.000,00 atau 97,07.% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp388.778.000,00 dengan SDM yang digunakan sebanyak 2.778OH atau 112,33% dari
rencana sebanyak 2.473OH.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja sasaran strategis ini
adalah sebagai berikut:
a. Persentase IPD yang Melaksanakan Pelayanan Sesuai SPM
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat pelayanan yang diberikan
Pemda dalam memberikan pelayanan kepada publik sesuai dengan bidang
pelayanan yang diberikan. Indikator ini diukur dengan membandingkan antara
jumlah IPD yang mencantumkan SPM dalam dokumen perencanaan dibagi jumlah
IPD yang diaudit kinerja pelayanannya.
Secara keseluruhan, sampai dengan tahun 2014 telah dilakukan audit terhadap
standar pelayanan minimal di 15 IPD atau 100% dari target IKU sampai dengan
tahun 2014 dengan hasil seluruh IPD telah mencantumkan SPM dalam dokumen
perencanaan hal ini terlihat dari Renstra Pemerintah Daerah dan dituangkan dalam
100 89,03 114,29 106,67
192,31
0
50
100
150
200
250
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 67
Rencana Kinerja Tahunan yang berisi target yang harus dicapai, dengan demikian
capaian kinerja indikator tersebut adalah 100% (Memuaskan).
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013 capaian kinerjanya sama.
Pada Tahun 2014 audit atas kinerja pelayanan dilakukan pada 2 Kabupaten/kota
yaitu Kota Pontianak dan Kabupaten Mempawah masing-masing untuk Bidang
Pendidikan dan Bidang Kesehatan dengan hasil sebagai berikut:
1) Bidang Kesehatan
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/ 2008 tanggal
29 Juli 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan terdapat 18
indikator SPM yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah. Hasil audit pada 2
Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa di Kabupaten Mempawah dari 18
indikator tersebut terpenuhi sebanyak 4 indikator atau 22,22% dan di Kota
Pontianak terpenuhi sebanyak 7 indikator atau 38,88%.
2) Bidang Pendidikan
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 15 Tahun 2010 tanggal 9 Juli 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota terlihat
adanya 27 indikator yang harus dipenuhi dalam rangka memenuhi Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Kabupaten Kota.
Capaian output atas kegiatan pengawasan atas kinerja pelayanan publik tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 34 Output Kegiatan Pengawasaan atas Kinerja Pelayanan Publik
Uraian Target
(laporan)
Realisasi
(Laporan)
Capaian (%)
1. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah
Kabupaten Mempawah dan Kota Pontianak pada
2 Bidang Pelayanan yaitu Urusan Pendidikan dan
Urusan Kesehatan
4 4 100
2. Evaluasi Pelayanan Publik pada Kota
Singkawang dan Kabupaten Sambas tahun 2014
0 2 0
Jumlah 4 6 150
b. Persentase BUMN/D/BLU/D yang Dilakukan Sosialisasi/Asistensi GCG/KPI
Indikator kinerja BUMN/D/BLU/D yang menerapkan GCG dan KPI untuk mengukur
sejauh mana korporasi telah mengimplementasikan pola tata kelola yang baik.
Indikator ini diukur dengan membandingan antar jumlah BUMN/D/BLU/D yang
dilakukan sosialisasi/asistensi/evaluasi GCG/KPI dibandingkan dengan target
PKPT.
Berdasarkan PKP2T target untuk indikator tersebut adalah 12 BUMN/D/BLU/D
dengan output 12 laporan dan realisasinya sebanyak 15 BUMN/D/BLU/D dengan
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 68
output 29 laporan sehingga capaian kinerja indikator tersebut adalah 125%.
Apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun 2014 yaitu sebesar 65% maka
capaian kinerjanya adalah sebesar 192,31% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013 merupakan capaian indikator tertinggi yaitu sebesar 72,31%
mengalami kenaikan dibanding tahun 2013, dengan tahun 2012 terjadi kenaikan
sebesar 49,45%, dengan tahun 2011 tertinggi terjadi kenaikan sebesar 108,97% dan
dengan tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar 92,31%. .
Keberhasilan indikator kinerja tersebut dicapai melalui kegiatan
sosialisasi/bimbingan teknis/asistensi/evaluasi terkait dengan Good Corporate
Governance (GCG) pada BUMD/BLUD di Provinsi Kalimantan Barat. Adapun
kegiatan yang mendukung tercapainya IKU ini adalah sebagai berikut:
Tabel 35
Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi/Asistensi GCG/KPI
Uraian Target
(Laporan)
Realisasi
(Laporan)
Capaian (%)
1. Bimtek/Asistensi GCG/KPI PDAM 3 3 100
2. Sosialisasi GCG/KPI PDAM 2 2 100
3. Bimtek/ Asistensi Corporate Plan PDAM 2 2 100
4. Bimtek/Asistensi Penyusunan SOP PDAM 1 1 100
5. GCG Pembimbingan dan Konsultasi Pengawasan
2 2 100
6. Evaluasi GCG/KPI pada PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero)
1 1 100
7. Evaluasi SKAI PT Bank Kalbar 1 1 100
8. Penilaian BUMN Bersih pada PTPN XIII 0 1 -
9. Analisis Risiko Investasi Pola KSO/BOT pada PTPN XIII (Persero)
0 1 -
10. Penyusunan SOP BPR 0 1 -
11. Penyusunan Tata Kelola PDAM 0 1 -
12. FGD Penyusunan Profil PDAM Kab. Pontianak 0 1 -
Total 12 29 241,66
Upaya ke depan untuk lebih meningkatkan jumlah BUMN/D/BLU/D yang
menerapkan GCG di wilayah Provinsi Kalimantan Barat akan dilakukan dengan
meningkatkan pembinaan pada BUMN/BUMD melalui kegiatan
evaluasi/pengembangan sistem pengelolaan dan bimtek/konsultasi/sosialisasi/
asistensi/pendampingan penerapan GCG maupun KPI.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 69
c. Persentase BUMD yang Dilakukan Audit Kinerja
Kinerja BUMD/BLUD diukur melalui prestasi/pencapaian kinerja yang telah
dilakukan manajemen atas strategi pencapaian visi dan misi organisasi. Untuk itu,
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan audit kinerja BUMD
dengan tujuan untuk memberikan penilaian atas pencapaian kinerja yang
ditetapkan organisasi dengan menitikberatkan pada proses penilaian atas
keberhasilan kinerja korporasi apakah telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien,
dan efektif.
Berdasarkan PKP2T target untuk indikator tersebut adalah 20 BUMD/BLUD dengan
output 20 laporan dan realisasinya sebanyak 19 BUMD/BLUD dengan output 23
laporan sehingga capaian kinerja indikator tersebut adalah 90% dan apabila
dibandingkan dengan target kinerja tahun 2014 yaitu sebesar 55% maka capaian
kinerjanya adalah sebesar 163,64% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013 merupakan capaian indikator tertinggi yaitu sebesar 63,64%
mengalami kenaikan dibanding tahun 2013, dengan tahun 2012 terjadi kenaikan
sebesar 63,64%, dengan tahun 2011 tertinggi terjadi kenaikan sebesar 79,89% dan
dengan tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar 63,64%%.
Audit kinerja yang berasal dari PKP2T yang telah dilaksanakan selama tahun 2014
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Audit Kinerja pada 11 PDAM se-Kalimantan Barat Tahun Buku 2013;
2) Audit Kinerja pada PD Kapuas Indah Kota Pontianak Tahun Anggaran 2012;
3) Audit Kinerja Penyerahan Aset dari Pemerintah kepada PDAM Kabupaten
Sekadau;
4) Audit Operasional PD Uncak Kapuas Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Buku 2013;
5) Evaluasi Kinerja PD BPR Bank Pasar Kota Pontianak Tahun Buku 2013.
6) Evaluasi Kinerja pada 3 BLUD-RSUD Tahun 2013.
Pada tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat juga melaksanakan
penugasan Non-PKP2T yaitu audit kinerja pada PD Kapuas Indah Kota Pontianak
Tahun Buku 2013.
Selain audit kinerja, untuk mendukung IKU ini, dilaksanakan kegiatan penyusunan
profil BUMD/BUMN di Provinsi Kalimantan Barat.
Hasil atas penilaian kinerja tahun buku 2014 pada BUMN/BUMD/BLU tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 36
Hasil Penilaian kinerja atas BUMD/BLUD di Provinsi Kalimantan Barat
No. Badan Usaha Nilai Kategori
1. PDAM Kota Pontianak 58,48 Cukup
2. PDAM Kabupaten Mempawah 39,05 Kurang
3. PDAM Kabupaten Bengkayang 43,65 Kurang
4. PDAM Kabupaten Melawi 43,25 Kurang
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 70
No. Badan Usaha Nilai Kategori
5. PDAM Kabupaten Sambas 43,82 Kurang
6. PDAM Kota Singkawang 39,27 Kurang
7. PDAM Kabupaten Sintang 40,20 Kurang
8 PDAM Kabupaten Sanggau 45,10 Cukup
9. PDAM Kabupaten Kapuas Hulu 50,62 Cukup
10. PDAM Kabupaten Kubu Raya 47,69 Cukup
11. PDAM Kabupaten Ketapang 41,77 Kurang
12 PD Kapuas Indah Kota Pontianak 71,00 Baik
13 PD BPR Bank Pasar Kota Pontianak 95,92 Baik
14 BLUD RSUD Kabupaten Sintang 61,35 Kurang Sehat
15 BLUD RSUD Kabupaten Ketapang 60,85 Kurang Sehat
16 BLUD RSUD Pemangkat Kabupaten Sambas 67,35 Sehat
Kriteria penilaian kinerja BUMD:
1) PDAM, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999
Tanggal 31 Mei 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM.
2) PD Kapuas Indah, mengadopsi beberapa indikator penilaian berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tanggal 31 Mei 1999
tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM.
3) BLUD RSUD, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
209/Menkes/SK/I/2011 tanggal 31 Januari 2011 tentang Perubahan atas
Kemenkes Nomor 550/Menkes/SK/VII/2009 tanggal 15 Juli 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit.
Dari hasil audit kinerja tersebut diketahui bahwa 2 BUMD yang memperoleh
penilaian kinerja baik yaitu BPR Kota Pontianak dan PD Kapuas Indah, dari 13
BUMD yang telah dilakukan audit dan 1 BLUD RSUD memperoleh penilaian sehat
dari 3 BLUD RSUD yang telah dilakukan audit.
Dengan kondisi pembinaan yang dilakukan sampai dengan tahun 2014, tantangan
besar bagi perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat agar dapat meningkatkan
kinerja BUMD dan BLUD RSUD melalui kegiatan pendampingan manajemen aset,
implementasi SIA BLUD dan SIA PDAM.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 71
Sasaran Strategis 4 “Meningkatnya Kesadaran dan Keterlibatan
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Menjadi 80%”
Sasaran strategis keempat merupakan penjabaran peran BPKP mewujudkan tujuan
terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus
yang merugikan keuangan Negara. Berkaitan dengan hal tersebut, Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat telah melaksanakan berbagai strategi pencegahan dan
pemberantasan korupsi dengan mendorong penerapan sistem pengendalian intern,
sosialisasi Program Anti Korupsi dan sosialisasi/diagnostic assessment/Bintek/
evaluasi Fraud Control Plan (FCP). Selain itu dalam hal penegakan hukum atas tindak
pidana korupsi, BPKP berperan dalam melakukan audit investigasi, audit penghitungan
kerugian keuangan Negara, serta pemberian keterangan ahli.
Sasaran strategis “Meningkatnya Kesadaran dan Keterlibatan
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD Dalam Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%” diindikasikan oleh IKU
yang terkait dengan pemahaman dan kepedulian masyarakat atas permasalahan
korupsi.
Keberhasilan pencapaian dari masing-masing IKU pada sasaran strategis keempat ini,
tampak sebagaimana tabel dibawah ini yaitu :
Tabel 37
Capaian Sasaran Strategis 4
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Kelompok Masyarakat yang mendapatkan Sosialisasi Program Anti Korupsi
Kel 1 3 300 100 100 100 120
2 IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD berisiko fraud yang mendapatkan sosialisasi/DA/asistensi/evaluasi FCP
Ins-
tansi
4 6 150 200 100 300 120
3 Jumlah IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD yang dilakukan kajian peraturan yang berpotensi TPK
Ins-
tansi
1 1 100 - - - -
4 Persentase penyelesaian penugasan HKP,
% 90 50 55,56 125 81,21 117,65 114,94
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 72
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
klaim dan penyesuaian harga
5 Persentase pelaksanaan audit investigasi/ PKKN/PKA
% 95 100 105,26 109,8 108,82 111,11 105,56
6 Persentase TL hasil audit investigasi non TPK oleh instansi berwenang
% 90 26,59 29,56 - - 107,53 111,49
7 Persentase hasil telaah pengaduan masyarakat
% - - - - - 109,33 111,49
Rata-rata 123,40 106,96 78,01 120,35 98,43
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Meningkatnya Kesadaran dan
Keterlibatan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD Dalam
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%” adalah sebesar
123,40% dengan kategori memuaskan. dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun
2010 sampai dengan 2013 capaian kinerja tahun 2014 adalah yang tertinggi,
sedangkan peningkatan rata-rata capaian kinerja setiap tahunnya sejak tahun 2010
sampai dengan 2014 disajikan dalam grafik berikut ini :
Realisasi penggunaan dana untuk pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah
sebesar Rp462.013.000,00 atau 96,25% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp480.012.000,00 dengan SDM yang digunakan sebanyak 3.371 OH atau 104,66% dari
rencana sebanyak3.221 OH.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja sasaran strategis ini
adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Masyarakat yang Mendapatkan Sosialisasi Program Anti Korupsi
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai sampai seberapa banyak kelompok
masyarakat yang mendapatkan sosialisasi program anti korupsi. Capaian indikator
106,96
78,01
120,35
98,43
123,4
0
50
100
150
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 73
kinerja untuk tahun 2014 adalah sebesar 300% atau dalam kategori “memuaskan”
yaitu dari target sebanyak 3 kelompok masyarakat yang mendapat Sosialisasi
Program Anti Korupsi (SosPAK) dilaksanakan sebanyak 1 kegiatan SosPAK.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2013
mengalami kenaikan sebesar 180% dan jikalau dibandingkan dengan tahun 2010
sampai dengan tahun 2012 capaian kinerja hanya sebesar 200%.
Selain kegiatan SosPAK, indikator kinerja ini juga didukung oleh kegiatan lain
terkait sosialisasi anti korupsi sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel 38 Kegiatan Sosialisasi Program Anti Korupsi
Tanggal Kegiatan Narasumber Peserta (Orang)
5 Mei 2014 Penceramah dengan Materi Anti Korupsi pada Acara DTSS Penghapusan dan Pemindahtangan BMN (bagi Pengguna Barang) TA 2014
Kabid Investigasi 35
4 Juni 2014 Seminar pada acara Gelar Pengawasan Daerah
Kabid Investigasi 150
8 Juli 2014 Sosialiasasi PAK pada Mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak
Kabid Investigasi 105
Pada saat kegiatan Sospak juga dilakukan pengukuran tingkat pemahaman dan
kepedulian peserta (focus group) terhadap permasalahan korupsi, dilakukan
penyebaran kuesioner/daftar pertanyaan kepada peserta yang mengikuti SosPAK.
Semakin besar nilai yang dihasilkan menunjukan semakin setuju responden dan
responden memahami materi yang diberikan.
Hasil pengisian pertanyaan untuk mengukur tingkat pemahaman kelompok (focus
group) setelah dirata-ratakan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 39 Tingkat Pemahaman Kelompok
Focus Group Mahasiswa Jumlah Skala
Pemahaman
Tingkat
Pemahaman
(1) (2) (3) (4)
Politeknik Negeri
Pontianak
105 42,87 dari nilai maksimal 48 89,31%
Tabel 43 Tingkat Kepedulian Kelompok
Focus Group
Mahasiswa
Jumlah Skala
Kepedulian
Tingkat
Kepedulian
(1) (2) (3) (4) Politeknik Negeri
Pontianak
105 41,75 dari nilai maksimal 48 86,98%
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 74
b. IPP/IPD/BUMN/D/BLU/D Berisiko Fraud yang Mendapatkan Sosialisasi/DA/
Asistensi/Evaluasi FCP
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai jumlah instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau BUMD yang
memiliki risiko tinggi terhadap adanya penyimpangan (fraud) yang telah
menyelenggarakan Fraud Control Plan (FCP). Keberhasilan capaian kinerja atas
indikator tersebut diukur dengan jumlah instansi yang telah menerima
sosialisasi/diagnostic assessment/bimtek FCP.
Capaian indikator outcome ini adalah 150% atau dengan kategori “memuaskan”,
yaitu dari target sebanyak 4 instansi, terealisasi sebanyak 6 instansi. Capaian
kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 30%, dengan tahun 2012 turun sebesar 150%, dengan tahun
2011 meningkat sebesar 50% dan dengan tahun 2010 capaian indikatornya turun
sebesar 50%.
Kegiatan sosialisasi FCP bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pimpinan
entitas mengenai instrumen yang dapat memperkuat pengendalian intern instansi
pemerintah yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan
memudahkan pengungkapan kejadian yang berindikasi korupsi.
Rincian pelaksanaan Fraud Control Plan adalah sebagai berikut:
Tabel 40 Pelaksanaan Diagnostic Assessment FCP
Instansi Tanggal Nomor/Tanggal
Laporan
PDAM Tirta Khatulistiwa
Kota Pontianak
5 Februari- 18 Maret 2014 LAP-145/PW14/5/2014
Tanggal 21 April 2014
PDAM Tirta Raya Kabupaten
Kubu Raya
12 Mei-18 Juni 2014 LAP-269/PW14/5/2014
Tanggal 23 Juni 2014
Tabel 45 Pelaksanaan Sosialisasi FCP
Instansi Tanggal Nomor/Tanggal Laporan
PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak
28-30 Januari 2014 LAP-24/PW14/5/2014 tanggal 11 Februari 2014
PDAM Tirta Raya Kabupaten Kubu Raya
10-12 Februari 2014 LAP-28/PW14/5/2014 tanggal 17 Februari 2014
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infromatika Kota Pontianak
26-30 Mei 2014 LAP-245/PW14/5/2014 tanggal 10 Juli 2014
Sosialisasi FCP di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Kota Pontianak Tahun 2014
2 – 4 Juni 2014 LAP-241/PW14/5/2014 Tanggal 09 Juni 2014
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 75
Tabel 41 Pelaksanaan Bimbingan Teknis FCP
Instansi Tanggal Nomor/Tanggal
Laporan
PDAM Kota Pontianak 18 Agustus-12 September
2014
LAP-438/PW14/5/2014
tanggal 12 September 2014
c. Jumlah IPP/IPD/BUMN/BUMD/ BLU/BLUD yang Dilakukan Kajian Peraturan
yang Berpotensi TPK
Indikator Indikator ini dimaksudkan untuk menilai apakah terdapat instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah atau badan usaha milik negara atau daerah
yang telah melakukan koreksi atas kebijakan berupa peraturan perundang-
undangan yang berpotensi menimbulkan penyimpangan. Keberhasilan atas
indikator tersebut diukur dari jumlah instansi yang dilakukan kajian peraturan yang
berpotensi TPK pada tahun berjalan sehingga potensi adanya penyimpangan bisa
dihilangkan melalui kajian atas peraturan perundang-undangan.
Target yang ditetapkan pada tahun 2014 indikator ini adalah sebanyak 1 instansi.
Realisasi kinerja indikator ini pada tahun 2014 adalah 1 instansi. Capaian kinerja
untuk tahun 2014 adalah sebesar 100% dengan kategori “memuaskan”. Capaian
tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
mengalami peningkatan yang sama yaitu sebesar 100%, hal ini disebabkan selama
tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 tidak terealisasinya kegiatan kajian
peraturan yang berpotensi TPK.
Pada tahun 2014, Kajian atas Peraturan Yang Berpotensi TPK dilaksanakan
terhadap Peraturan Bupati Kabupaten Pontianak Nomor 10 Tahun 2012 tentang
tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pajak Daerah.
Berdasarkan kajian atas Peraturan Bupati tersebut, disarankan kepada Bupati
Pontianak untuk melakukan kaji ulang atas SOP di atas sehingga risiko terjadinya
fraud dapat dihindari.
d. Persentase Penyelesaian Penugasan HKP, Klaim dan Penyesuaian Harga
Indikator ini dimaksudkan untuk menilaisampai seberapa jauh permintaan audit
ataskasus-kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP), klaim dan
penyesuaian harga dapat diselesaikan. Keberhasilan indikator ini diukur dengan
membandingkan antara jumlah laporan HKP, klaim dan penyesuaian harga yang
terbit dibagi dengan permintaan HKP, klaim dan penyesuaian harga memenuhi
syarat (diterbitkan ST).
Realisasi kinerja indikator ini untuk tahun 2014 adalah sebesar 50% yaitu hanya 2
kegiatan evaluasi HKP sedangkan target adalah 4 kegiatan dan apabila relaisasi
tersebut dibandingkan dengan target indikator kinerjannya sebesar 90% maka
capaian kinerjanya adalah sebesar 55,56% dengan kategori “cukup”.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 59,39%, dengan tahun 2012 turun sebesar 62,09%, dengan
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 76
tahun 2011 turun sebesar 25,66% dan dengan tahun 2010 juga mengalami
penurunan sebesar 69,44. Hal ini disebabkan tidak adanya permintaan audit
penyesuaian harga dan audit klaim dari stakeholders.
Adapun kegiatan yang mendukung tercapainya kinerja indikator sasaran tersebut di
atas adalah sebagai berikut :
Tabel 42 Laporan Penugasan Audit Investigasi HKP, Klaim dan Eskalasi
No Uraian ST Nomor Laporan
1 Evaluasi HKP atas Permasalahan Penyelesaian Kewajiban PDAM Kab. Pontianak kepada PDAM Kab. Kubu Raya antara Pemerintah Kab. Pontianak dan Pemkab Kubu Raya
754 LHE-627/PW14/5/2014 11 Desember 2014
2 Evaluasi HKP Proses Penyelesaian Penerbitan Sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Pontianak Gang Hijas (Jalan Hijas) Kel. Benua Melayu Darat Kec. Pontianak Selatan
775 LHE-705/PW14/5/2014 23 Desember 2014
e. Persentase Pelaksanaan Audit Investigasi/PKKN/PKA
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai seberapa banyak laporan hasil audit
investigasi, penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberi keterangan ahli
yang digunakan oleh instansi penegak hukum. Keberhasilan atas capaian indikator
kinerja ini diukur dengan jumlah laporan audit investigasi/PKKN/PKA dibagi
dengan permintaan audit investigasi/PKKN/PKA dari instansi penegak hukum.
Secara keseluruhan, realisasi atas indikator kinerja tersebut adalah sebesar 100%
atau dari 109 permintaan audit investigasi/PKKN/PKA dari instansi penegak
hukum, telah diterbitkan laporan sebanyak 109 laporan. Jika dibandingkan dengan
target untuk tahun 2014 yaitu sebesar 95% maka capaian kinerja IKU ini adalah
sebesar 105,26%dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 5,85%, dengan tahun 2012 turun sebesar 2,69%, dengan tahun
2011 turun sebesar 3,56% dan dengan tahun 2010 juga mengalami penurunan
sebesar 4,54. Hal ini disebabkan banyak permintaan dari instansi penegak hukum
untuk mendukung proses penyidikan dan penuntutan yang tidak sebanding dengan
jumlah SDM yang ada, penyeselesaian tugas carry over tahun 2013di tahun 2014
serta target indikator yang ditetapkan tahun 2014 terbesar diantaranya target yang
ditetapkan tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yaitu meningkat dari 85%
ditahun 2010 dan 2011 menjadi 95% pada tahun 2014.
Berdasarkan target yang ditetapkan di dalam PKP2T tahun 2014 jumlah laporan
hasil Audit Investigasi, Perhitungan Keuangan Negara dan Pemberi Keterangan Ahli
atas permintaan Instansi Penyidik hanya sebesar 48 laporan namun dapat
direalisasikan sebanyak 109 laporan sehingga capaian outpunya adalah sebesar
227,08%. Adapaun perkembangan dan perbandingan penyerahan kasus kepada
instansi penegak hukum disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 77
Tabel 43 Penyerahan Kasus kepada Instansi Penegak Hukum
Kegiatan Jumlah Laporan Jumlah Kasus yang Ditangani % Real 2014 2014 2013 Jumlah 2014 2013 Jumlah
Audit Investigasi
8 8 16 8 8 16 100%
Audit PKKN
18 16 34 18 16 34 100%
PKA 83 32 115 83 32 115 100%
Jumlah 109 56 152 109 56 165 100%
Uraian lebih lanjut dari masing-masing kegiatan di atas adalah sebagai berikut:
1) Audit Investigasi
Target yang ditetapkan untuk penugasan Audit Investigasi tahun 2014 adalah
sebanyak 8 laporan seluruhnya telah terealisasi dengan capaian output sebesar
100%. Dari 8 laporan hasil audit investigatif di tahun 2014 terbukti mengandung
unsur-unsur tindak pidana korupsi telah seluruhnya diserahkan kepada Instansi
Penegak Hukum dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar
Rp9.666.311.040,50 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 44 Laporan Hasil Audit Investigasi yang Diserahkan ke Instansi Penyidik
Nama Instansi
Penyidik Kasus %
Jumlah Kerugian
Keuangan Negara
Rupiah
Jumlah Kerugian
Keuangan Negara
USD
Kejaksaan 3 50% 6.108.053.021,50 0
Kepolisian 5 50% 3.558.258.019,00 0
KPK 0 0 0
Jumlah 8 100% 9.666.311.040,50 0
Dari 8 laporan tersebut telah dilalui tahapan-tahapan tindak lanjut khusus
sampai dengan akhir tahun 2014 yaitu sebagai berikut:
Tabel 45 Laporan Hasil Audit Investigasi Berdasarkan Tahapan Tindak Lanjut Kasus
Tahapan Tindak
Lanjut Kasus Kasus %
Jumlah Kerugian Keuangan
Negara
Rp USD
Penyelidikan 5 62,5% 2.886.358.019,00 0
Dihentikan Penyelidikan 0 0 0
Penyidikan 2 25% 6.108.053.021,50 0
Dilimpahkan ke
Pengadilan
1 12,5% 671.900.000,00 0
Penuntutan 0 0 0
Diputus 0 0 0
Jumlah 8 100% 9.666.311.040,50 0
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 78
2) Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Target yang ditetapkan untuk penugasan audit dalam rangka Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara (PKKN) tahun 2014 adalah sebanyak 14
penugasan/laporan dengan realisasi sebanyak 18 penugasan atau sebesar 128%.
Dari 18 penugasan audit PKKN tersebut terbukti mengandung unsur-unsur
tindak pidana korupsi telah seluruhnya diserahkan kepada Instansi Penegak
Hukum dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp19.460.030.388,13
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 46
LHPKKN yang Diserahkan ke Instansi Penegak Hukum
Nama Instansi Penyidik
Kasus Jumlah Kerugian Keuangan Negara
Rupiah USD
Kejaksaan 9 9.324.760.528,36 0
Kepolisian 9 10.135.269.859,77 0
KPK 0 0 0 Jumlah 18 19.460.030.388,13 0
Dari 18 laporan tersebut telah dilalui tahapan-tahapan tindak lanjut khusus
sampai dengan akhir tahun 2014 yaitu sebagai berikut :
Tabel 47
LHPKKN Berdasarkan Tahapan Tindak Lanjut Kasus
Tahapan Tindak Lanjut Kasus
Kasus % Jumlah Kerugian Keuangan Negara
Rupiah USD
Dihentikan Penyelidikan 0 0% 0 0
Penyidikan 13 72% 13.916.875.284,48 0
Dihentikan Penyidikan 0 0% 0 0
Dilimpahkan ke Pengadilan 1 6% 671.900.000,00 0
Penuntutan 4 22% 4.871.255.547,87 0
Diputus 0 0% 0 0
Jumlah 18 100% 19.460.030.388,13 0
3) Pemberian Keterangan Ahli
Realisasi laporan PKA adalah sebanyak 83 laporan atau 319,23% dari target
laporan sebanyak 26 laporan sedangkan sisanya merupakan penugasan non
PKP2T yaitu sebanyak 57 Laporan.
Capaian kinerja output melebihi target disebabkan adanya permintaan
pemberian keterangan ahli lebih dari 1 kali pada 1 laporan audit investigasi
ataupun PKKN.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 79
f. Persentase Tindak Lanjut Hasil Audit Investigasi Non TPK oleh Instasni
Berwenang
Indikator ini dimaksudkan untuk melihat seberapa banyak tindak lanjut yang sudah
dilaksanakan sesuai rekomendasi oleh instansi terkait dari hasil Audit Investigasi
Non TPK. IKU ini diukur dengan membandingkan jumlah TL atas temuan investigasi
non TPK dibagi dengan jumlah temuan non TPK sampai dengan tahun berjalan.
Berdasarkan data SIM-HP, laporan audit investigasi non TPK adalah sebanyak 4
Laporan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 48 Tindak Lanjut Hasil Audit Non TPK
No Nomor LHA Obrik Temuan Tindak Lanjut Saldo
Kej Nilai Kej Nilai Kej Nilai
1 LHA-
184/PW.14/
5/2003
PT. Cipta
Niaga Cabang
Pontianak
5 92.451.841 1 - 4 92.451.841
2 LHA-
101/PW.14/
5/2006
Pengadaan
Tanah untuk
SMU Khusus
Sekayam
Kabupaten
Sanggau
1 245.100.000 1 245.100.000 - -
3 LHA-
102/PW.14/
5/2006
Pengadaan
Tanah untuk
SMK Unggulan
Entikong
Kabupaten
Sanggau
1 380.000.000 0 - 1 380.000.000
4 LHA-
10/PW.14/5
/2003
Audit
Investigasi
Perjan TVRI
Pontianak
16 347.299.560 3 89.848.163 13 257.451.397
Total 23 1.064.851.401 5 334.948.163 18 729.903.238
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa temuan hasil audit investigasi non TPK
adalah sebanyak 23 kejadian senilai Rp1.064.851.401,00 telah ditindak lanjuti
sebanyak 5 kejadian (21,74%) senilai Rp334.948.163,00 (31,45%). Apabila tindak
lanjut antara kejadian dan nilai rupiah dirata-ratakan maka capaian indikator
tersebut adalah sebesar 26,60% dan apabila dibandingkan dengan target atas
indikator tersebut tahun 2014 sebesar 90% maka capaian kinerja indikatornya
adalah sebesar 29,55% dengan predikat kurang.
Selama tahun 2014 tindak lanjut atas temuan Non Investigasi hanya berupa surat
teguran untuk menidaklanjuti kejadian saja, sedangkan untuk menindaklanjuti
jumlah rupiah tidak terjadi di tahun 2014.
Selama masa Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, indikator
tersebut baru diukur sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dan capaian
kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 81,94% dan dibandingkan dengan tahun 2012 juga mengalami
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 80
penurunan sebesar 77,97%. Hal ini antara lain disebabkan auditan yang
bertanggungjawab menindaklanjuti TPB tersebut sudah dilikuidasi.
Upaya yang akan dilakukan ke depan untuk mengoptimalkan kinerja indikator
tersebut adalah dengan mengintensifkan kegiatan pemutakhiran data tindak lanjut
dan mengidentifikasi TPB yang kemungkinan tidak dapat ditindaklanjuti untuk
diambil langkah yang diperlukan.
Pada tahun 2014, terdapat kegiatan penelaahan atas pengaduan masyarakat yang
tidak ditetapkan indikator outcome nya dalam tapkin yaitu sebagai berikut :
Tabel 49 Telaah Pengaduan Masyarakat
Uraian Telaah Pengaduan Masyarakat
Nomor ST dan Tanggal
Nomor Laporan dan Tanggal
1. Reviu Laporan dan Pengaduan Masyarakat an. Sugianto mengenai Dugaan Penyimpangan Pembangunan Rumah Duka Tionghoa Kab. Sintang Tahun 2012 sumber dana APBD Kab. Sintang dan Yayasan
ST-173/PW14/5/2014 tanggal 3 Maret 2013
ND-146/PW14.5/2014 02 Juli 2014
2. Reviu Laporan dan Pengaduan Masyarakat an. Masyarakat Melayu Kalimantan Barat mengenai Dugaan Penyimpangan Bansos Tahun Buku 2013 pada Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat
ST-502/PW14/5/2014 tanggal 9 Juni 2014
ND-140/PW14.5/2014
01 Juli 2014
3. Penelaahan atas Dugaan Pelanggaran Kode Etik oleh Pegawai Negeri Sipil an. Herwindo
PRIN-1373/PW14/5/2014 tanggal 06 November 2014
ND-263/PW14.5/2014 12 November 2014
4. Penelaahan atas Dugaan Penyimpangan Kegiatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit, Peningkatan Jalan/Jembatan Lingkungan Kantor/Rumah Jabatan Kompleks Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat di Singkawang
PRIN-1392/PW14/5/2014 tanggal 13 November 2014
ND-275/PW14.5/2014 19 November 2014
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 81
Sasaran Strategis 5 “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 60%
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah”
Sasaran strategis kelima ini ditetapkan untuk mencapai tujuan tercapainya efektivitas
penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah serta untuk memenuhi misi
”Membina Secara Efektif Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Kalimantan Barat” sebagaimana tertuang di dalam Rencana Strategis Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 – 2014.
Sebagaimana dijelaskan di dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, setiap menteri/pimpinan
lembaga, gubernur, dan bupati/walikota berkewajiban menyelenggarakan SPIP.
Berkaitan dengan hal tersebut, BPKP sesuai pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008
bertanggung jawab melakukan pembinaan penyelenggaaan SPIP. Pembinaan ini
diarahkan untuk tercapainya tujuan SPIP melalui kegiatan yang efesien dan efektif,
dapat diandalkannya laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 60%
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah” di tingkat Perwakilan BPKP
diindikasikan oleh IKU yang terkait penyelenggaraan SPIP oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008. Untuk mewakili bahwa sistem pengendalian
telah memadai, opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan
Pemerintah Daerah menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan SPIP oleh
Pemerintah Daerah. Selengkapnya keberhasilan pencapaian masing-masing IKU pada
sasaran strategis kelima ini, tampak sebagaimana tabel berikut:
Secara keseluruhan, untuk tahun 2014 rata-rata capaian sasaran strategis ini adalah
sebesar 91,67%. Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja
utama sasaran strategis ini adalah sebagai berikut:
Tabel 50 Capaian Sasaran 5
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Persentase pemda
yang menyelengga-
rakan SPIP sesuai
PP 60 Tahun 2008
% 40 33,33 83,33 105 100 14 53,34
2 Jumlah pemda yang
dilakukan asistensi
penyelenggaraan
SPIP sesuai PP 60
tahun 2008
Pemda 15 15 100 100 100 100 100
3 Jumlah pemda yang
dilakukan
monitoring sistem
Pemda - - - - - 125 91,67
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 82
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
pengendalian intern
Rata-rata 91,66 102,5 100 79,67 81,67
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas
Penerapan SPIP di 60% Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah” adalah
sebesar 91,66% dengan kategori sangat baik. dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
tahun 2010 sampai dengan 2013 rata-rata capaian kinerja disajikan dalam grafik
berikut ini :
Realisasi penggunaan dana untuk pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah
sebesar Rp260.478.000,00 atau 93,12% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp480.012.000,00 dengan SDM yang digunakan sebanyak 1.499 OH atau 147,54% dari
rencana sebanyak1.016 OH.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja sasaran strategis ini
adalah sebagai berikut:
a. Persentase Pemda yang Menyelenggarakan SPIP Sesuai PP 60 Tahun 2008
Penyelenggaraan SPIP dinilai sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 melalui tingkat
maturitas. Meskipun telah dilakukan penilaian tingkat maturitas SPIP terhadap 2
Pemerintah Daerah namun belum dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan
implementasi SPIP, sehingga IKU “Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP
sesuai PP 60 tahun 2008” diukur dengan menghitung jumlah Pemda yang laporan
keuangannya memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI
dibandingkan dengan jumlah seluruh Pemda. Opini WTP atas laporan keuangan
merupakan salah satu unsur diimplementasikan PP Nomor 60 Tahun 2008.
Dalam tahun 2014, Pemda yang laporan keuangannya memperoleh opini WTP
adalah sebanyak 5 (lima) Pemda atau 33,33% dari 15 Pemda. Bila dibandingkan
dengan targetnya sebesar 40%, maka capaian IKU ini adalah sebesar 83,32% atau
dalam kategori baik.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan dengan tahun 2013
mengalami meningkat sebesar 29,99%, dengan tahun 2012 meningkat tajam
102,5 100
79,67 81,67 91,66
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja Sasaran 5
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 83
sebesar 69,33%. Namun, dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi penurunan
sebesar 16,68% dan dengan tahun 2010 juga terjadi penurunan sebesar 21,68%.
Rincian opini laporan keuangan pemda sampai dengan tahun buku 2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel 51 Opini BPK Tentang Laporan Keuangan Pemda
No Kab/Kota 2010 2011 2012 2013
1 Provinsi WDP WDP WTP WTP
2 Kota Pontianak WDP WTP WTP WTP
3 Kab. Sintang WDP WDP WTP WTP
4 Kab. Sekadau WDP WDP WTP WTP
5 Kab. Landak WDP WDP WDP WTP
6 Kab. Ketapang WDP WDP WDP WDP
7 Kab. Sanggau WDP WDP WDP WDP
8 Kab. Kapuas Hulu WDP WDP WDP WDP
9 Kab. Sambas WDP WDP WDP WDP
10 Kab. Melawi TW TW WDP WDP
11 Kab. Kayong Utara WDP WDP WDP WDP
12 Kab. Kubu Raya TW WDP WDP WDP
13 Kab. Pontianak WDP WDP WDP WDP
14 Kota Singkawang WDP WDP WDP WDP
15 Kab. Bengkayang WDP WDP WDP WDP
b. Jumlah Pemda yang Dilakukan Asistensi Penyelenggaraan SPIP Sesuai PP 60
Tahun 2008
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Pemerintah Daerah di Provinsi
Kalimantan Barat sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008. Indikator ini diukur
dengan realisasi jumlah Pemda yang telah dilakukan asistensi penyelenggaraan SPIP
sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 sampai dengan tahun berjalan.
Realisasi IKU tersebut adalah 100 % yaitu dari target 15 Pemda se-Kalimantan
Barat seluruhnya telah dilakukan asistensi SPIP. Keberhasilan capaian IKU tersebut
diukur dengan:
Terlaksananya sosialisasi pada 15 Pemda se-Provinsi Kalimantan Barat.
Terbentuknya Satuan Tugas SPIP di 15 Pemda.
Terlaksananya asistensi SPIP pada 6 Kabupaten yaitu Pemerintah Kabupaten
Sekadau, Pemerintah Kota Singkawang, Pemerintah Kabupaten Melawi,
Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, dan Pemerintah Kabupaten Sanggau.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 84
Terlaksananya monitoring implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) pada 3 Pemerintah Daerah yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang,
dan Kabupaten Sanggau.
Terlaksananya bimbingan teknis SPIP dengan peserta seluruh APIP dan Satgas
SPIP Kabupaten Sambas, Kota Pontianak, Kabupaten Sintang, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sekadau,
Kabupaten Kayong Utara, Kota Singkawang, dan Kabupaten Landak.
Terlaksananya penilaian maturitas SPIP pada Kabupaten Sambas dan Kota
Pontianak.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013 masih tetap sama tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan.
Untuk mendukung kinerja indikator tersebut telah dilakukan kegiatan-kegiatan
pendampingan dan bimbingan dalam rangka peningkatan kualitas tata kelola
keuangan yang mendorong diimplementasikannya Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) melalui diterbitkannya Peraturan Kepala Daerah tentang
Penyelenggaraan SPIP di 15 Pemerintah Daerah se-Provinsi Kalimantan Barat
dengan rincian sebagai berikut : Tabel 52
Peraturan Kepala Daerah tentang Penyelenggaraan SPIP di 15 Pemda se-Provinsi
Kalimantan Barat
No. Kabupaten/kota Nomor dan Tanggal
Peraturan Kepala Daerah
1. Provinsi Kalimantan Barat 30/2010 Tanggal 23 Agustus 2010
2. Kota Pontianak 6/2010 Tanggal 18 Januari 2010
3. Kota Singkawang 25/2010 Tanggal 20 Oktober 2010
4. Kabupaten Sintang 35/2010 Tanggal 2 September 2010
5. Kabupaten Ketapang 17/2010 Tanggal 29 November 2010
6. Kabupaten Sanggau 27/2010 Tanggal 18 Agustus 2010
7. Kabupaten Pontianak 22/2010 Tanggal 11 Oktober 2010
8. Kabupaten Kapuas Hulu 19/2010 Tanggal 29 September 2010
9. Kabupaten Sambas 26/2010 Tanggal 11 November 2010
10. Kabupaten Bengkayang 28/2010 Tanggal 5 Maret 2010
11. Kabupaten Landak 8/2010 Tanggal 14 September 2010
12. Kabupaten Sekadau 19/2010 Tanggal 2 Agusutus 2010
13. Kabupaten Kayong Utara 11/2010 Tanggal 4 Oktober 2010
14. Kabupaten Kubu Raya 46/2010 Tanggal 24 Juni 2010
15. Kabupaten Melawi 30/2010 Tanggal 24 September 2010
Laporan output untuk indikator outcome ini adalah laporan hasil pembinaan
penyelenggaran SPIP bidang keuangan daerah. Output laporan ini terealisasi
sebanyak 27 laporan dari target sebanyak 25 laporan. Output ini memiliki capaian
sebesar 108 % dengan rincian sebagai berikut :
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 85
Tabel 53
Capaian Output Kegiatan Dukungan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Bidang
Keuangan Daerah
Kegiatan Rencana (Laporan)
Realisasi (Laporan)
Capaian %
Asistensi SPIP 9 9 100
Bimtek Maturitas SPIP 8 8 100
Diklat SPIP 1 1 100
Korsupgah Korupsi KPK BPKP 6 8 133
Penyelenggaraan SPIP 1 1 100
Jumlah 25 27 108
Kegiatan Korsupgah Korupsi KPK-BPKP dilaksanakan berdasarkan Perjanjian
Kerjasama antara KPK dengan BPKP Nomor SPJ-83/10/02/2014 dan PRJ-
01/D4/2014 Tanggal 19 Februari 2014 tentang Koordinasi dan Supervisi
Pencegahan Korupsi.
Ruang lingkup kegiatan Korsupgah tahun 2014 meliputi:
1) Monitoring terhadap hasil pelaksanaan Korsupgah Tahun 2012 dan 2013 terdiri
dari:
Tindak Lanjut Koodinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi pada Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2012-2013
Tindak Lanjut Korsupgah Tahun 2012-2013 pada Kantor Imigrasi Klas I
Pontianak
Tindak Lanjut Korsup Pencegahan pada Pemerintah Kota Pontianak Tahun
2012-2013
Tindak Lanjut dari Hasil Pengamatan Korsupgah Korupsi Bidang
Pertambangan pada Kabupaten Bengkayang Tahun 2013
Tindak Lanjut Korsup Pencegahan pada Kantor Pertanahan Kota Pontianak
Tahun 2012-2013
2) Evaluasi atas Pengelolaan APBD Tahun Anggaran 2013-2014 pada Pemerintah
Kabupaten Kubu Raya dan Pemerintah Kabupaten Sintang
3) Pengamatan dan pengujian atas National Interest pada:
Dua SKPD Pemerintah Kabupaten Kubu Raya yang terkait dengan National
Interest Bidang Ketahanan Pangan, dan Pendapatan
Dua SKPD Pemerintahan Kabupaten Sintang yang terkait dengan National
Interest bidang Pertambangan.
Semiloka Hasil Korsupgah Korupsi KPK-BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2014 telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 November 2014 di Balai Petitih
Kantor Gubernur Kalimantan Barat.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 86
Sasaran Strategis 6 “Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
yang Profesional dan Kompeten Pada 80% Pemerintah Daerah”
Salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi adalah kompetensi dan
profesionalitas dari sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan
faktor manusia yang mengatur dan menggerakkan jalan organisasi. SDM yang
kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoritis, yang didukung pengalaman,
dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar yang berlaku umum
dalam lingkungan keahlian tersebut.
Sedangkan SDM yang profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugas
dengan baik, sesuai dengan bidang keahliannya. Keahlian tersebut perlu terus-
menerus diperbarui dan ditingkatkan, baik melalui program pendidikan gelar maupun
program pendidikan nongelar dengan mengacu pada dokumen Human Capital
Development Plan (HCDP), yang merupakan dokumen perencanaan pengembangan
kompetensi pegawai, yang terkait dengan proses pelatihan, pendidikan, dan kegiatan
lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, kemampuan, nilai-nilai, dan
aset sosial lainnya yang dimiliki pegawai.
Sasaran strategis “Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang Profesional dan Kompeten pada 80% Pemerintah Daerah”di tingkat
Perwakilan BPKP diindikasikan oleh IKU yang terkait dengan penerapan Jabatan
Fungsional Auditor melalui peran Perwakilan BPKP dalam melakukan sosialisasi dan
asistensi penerapan JFA kepada APIP Pemerintah Daerah.
Secara keseluruhan, untuk tahun 2014 rata-rata capaian sasaran strategis ini adalah
sebesar 108,34 %. Selengkapnya keberhasilan pencapaian masing-masing IKU pada
sasaran strategis keenam ini, tampak sebagaimana tabel berikut:
Tabel 54
Capaian Sasaran 6
No Indikator Satuan Target Realisasi Capaian (%) Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Persentase
Pemda yang
dilakukan
asistensi
penerapan JFA
% 80 86,67 108,34 77,78 76,51 75,81 106,67
Rata-rata 108,34 77,78 76,51 75,81 106,67
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Meningkatnya Kapasitas
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Profesional dan Kompeten
pada 80% Pemerintah Daerah” adalah sebesar 108,34% dengan kategori
memuaskan. dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sampai dengan 2013
rata-rata capaian kinerja disajikan dalam grafik berikut ini:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 87
Indikator tersebut di atas baru diukur sejak tahun 2012 dan capaian kinerja tahun
2014 merupakan capaian kinerja terbesar sejak ditetapkan indikator tersebut di dalam
Tapkin tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.Realisasi penggunaan dana untuk
pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah sebesar Rp20.487.000,00 atau
80,66% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp25.400.000,00 dengan SDM yang
digunakan sebanyak 52OH atau 46,43% dari rencana sebanyak 112OH.
Berdasarkan pasal 1 butir 2 Permenpan Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tanggal 4
Juli 2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, Auditor adalah
jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain,
yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang
diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
Berdasarkan ketentuan tersebut, setiap APIP mengimplementasikan JFA sebagai
konsekuensi adanya fungsi dan peran pelaksanaan tugas pengawasan intern oleh
auditor sesuai dengan ketentuan tersebut.Indikatortersebut dimaksudkan untuk
menilai Tingkat Penerapan Jabatan Fungsional Auditor. Indikator ini diukur dengan
persentase jumlah Pemda yang dilakukan asistensi penerapan JFA di bandingkan
jumlah seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
Sampai dengan tahun 2014 Pemerintah Daerah yang telah dilakukan sosialisasi
penerapan ketentuan JFA adalah sebanyak 13 Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota
dari 15 Pemerintah Daerah yang ada, sehingga realisasinya adalah 86,67%. Apabila
dibandingkan dengan target indikator kinerja sebesar 80% maka capaian kinerja
indikator kinerjanya adalah sebesar 108,34% dengan predikat memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 12,92%. Sedangkan dibandingkan dengan tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 terjadi kenaikan masing-masing sebesar 15,97%, 17,24% dan
19,97%.
Terhadap Inspektorat Kabupaten Landak dan Sanggau, konsultasi penerapan JFA
dilakukan secara langsung dengan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
77,78 76,51 75,81
106,67 108,34
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja Sassaran 6
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 88
Sasaran Strategis 7 “Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar 90% dan
Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%”
Sistem perencanaan pengawasan merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen
dukungan yang berperan penting dalam membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan
teknis BPKP. Perencanaan pengawasan berfungsi mengarahkan kegiatan pengawasan
agar sesuai dengan peran dan tujuan BPKP, sekaligus media untuk mengukur tingkat
keberhasilan kinerja teknis BPKP. Selain itu, perencanaan juga terkait langsung dengan
pengelolaan SDM, penyediaan sarana prasarana, dan penganggaran. Seiring dengan
gencarnya penyerapan anggaran berdasarkan disbursement plan, semakin dirasakan
pentingnya arti perencanaan yang baik sehingga anggaran yang digunakan benar-benar
menghasilkan kinerja yang baik pula.
Sasaran strategis “Meningkatnya Efektifitas Perencanaan Pengawasan Sebesar 90%
dan Kualitas Pengelolaan Keuangan Sebesar 100%” diindikasikan oleh IKU yang
terkait langsung dengan efektifitas perencanaan pengawasan dan dukungan pencapaian
opini WTP atas laporan keuangan BPKP.
Secara keseluruhan, untuk tahun 2014 rata-rata capaian sasaran strategis ini adalah
sebesar 155,81% atau dalam kategori memuaskan. Keberhasilan pencapaian dari
masing-masing IKU pada sasaran strategis ketujuh ini, tampak sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 55
Capaian Sasaran Strategis 7
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
1 Persentase jumlah
rencana penugasan
pengawasan yang
terealisasi
% 90 99,51 110,57 125,71 130,99 143,06 120
2 Persentase
kesesuaian laporan
keuangan
Perwakilan BPKP
dengan SAP
% 100 100 100 78,57 92,86 100 100
3 Persepsi kepuasan
pegawai perwakilan
terhadap layanan
kepegawaian
Skala Likert 1-10
7,5 7,11 94,80 86,11 92,60 95,68 96,40
4 Persentase Pagu
Dana yang tidak
Diblokir dalam DIPA
% 100 100 100 117,65 112,65 100 100
5 Persepsi kepuasan
pegawai perwakilan
atas pencairan
anggaran yang
diajukan sesuai
prosedur
Skala Likert 1-10
8 7,75 96,88 96 103,68 104,55 100
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 89
No Indikator Satuan Target Realisasi
Capaian (%)
Capaian Kinerja (%)
2014 2014 2014 2010 2011 2012 2013
6 Jumlah publikasi
kegiatan perwakilan
BPKP di media
massa
Jumlah Berita
8 65 812,50 - - - -
7 Persentase
pemanfaatan asset
% 100 98,81 98,81 100 100 108,70 107,53
8 Persepsi kepuasan
pegawai perwakilan
terhadap layanan
sarpras
Skala Likert 1-10
8,3 7,04 84,82 86,4 100,66 95,45 91,92
9 Persentase tindak
lanjut rekomendasi
hasil audit
Inspektorat
% 94 100 106,38 111,11 109,89 108,7 107,53
10 Jumlah masukan
topik penelitian yang
disampaikan ke
puslitbangwas
Topik Peneliti
an
2 1 50 - - - -
11 Jumlah instansi APIP
yang telah
disosialisasi dan
atau di-assessment
tata kelola APIP
Instansi 9 10 111,11 46,67 100 46,67 53,33
12 Tingkat persepsi
kepuasan Pemda
atas auditor
bersertifikat
Skala Likert 1-10
7 7,27 103,86 - - - -
13 Persepsi publik yang
positif terhadap
perwakilan BPKP
% - - - 128,49 128,95 125,97 120
14 Terimplementasinya
Sistem informasi
untuk Mendukung
pengambilan
Keputusan Internal
(manajemen BPKP)
% - - - 105,88 191,49 147,54 120
15 Dukungan
Terimplementasikan
nya sistem Kendali
Akuntabilitas
Presiden (PASs)
% - - - 108,88 114,81 101,11 102,22
Rata-rata 155,81 100,04 114,88 106,45 101,58
Untuk tahun 2014, rata-rata capaian sasaran strategis “Meningkatnya Efektifitas
Perencanaan Pengawasan Sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan
Sebesar 100%” adalah sebesar 155,57% dengan kategori memuaskan. dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sampai dengan 2013 rata-rata capaian kinerja
disajikan dalam grafik berikut ini :
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 90
Untuk 3 indikator terakhir, pada tahun 2014 tidak lagi ditetapkan dalam Revisi Tapkin
sehingga tidak diukur kinerjanya. Selain itu untuk indikator terkait dengan sistem
informasi yang mendukung pengambilan keputusan internal manajemen BPKP dan
sistem PASs sejak tahun 2014 berdasarkan revisi Renstra Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat yang mengacu kepada Keputusan Kepala BPKP KEP-1644/K/SU/2012
tanggal 28 Desember 2012 sudah bukan lagi indikator kinerja Perwakilan BPKP namun
indikator tersebut merupakan indikator kinerja Pusinfowas BPKP.
Realisasi penggunaan dana untuk pencapaian sasaran tersebut di tahun 2014 adalah
sebesar Rp13.913.730.000,00 atau 97,56% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp14.262.156.000,00 dengan SDM yang digunakan sebanyak 215 OH atau 47,99% dari
rencana sebanyak 448 OH. Realisasi dana tersebut termasuk belanja pegawai selama
tahun 2014.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing capaian indikator kinerja sasaran strategis ini
adalah sebagai berikut:
a. Persentase Jumlah Rencana Penugasan Pengawasan yang Terealisasi
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat keberhasilan penugasan
pengawasan yang direalisasikan sebagaimana ditargetkan di dalam PKP2T. Sehingga
perhitungan pencapaian outcome dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
penugasan dalam PKP2T yang terealisasi dengan rencana penugasan dalam PKP2T.
Berdasarkan data SIM Monev RKT, realisasi penugasan pengawasan sampai dengan
31 Desember 2014 adalah sebanyak 767 PP, terdiri dari 410 PP PKP2T dan 357 PP
Non PKP2T. Realisasi penugasan PKP2T sebanyak 410 PP tersebut mencapai
99,51% dari rencana sebanyak 412 PP sesuai PKP2T revisi terakhir dan apabila
dibandingkan dengan target indikator kinerja tahun 2014 sebesar 90% maka capaian
kinerjanya adalah sebesar 110,52% dengan kategori memuaskan.
Sepanjang tahun 2014, terdapat penambahan PP dalam PKP2T sebanyak 50 PP yang
terdiri dari sejumlah 16 PP penugasan Audit Operasional atas Tunggakan Tunjangan
Profesi Guru Agama Tahun 2008 – 2013 dan sejumlah 34 PP penugasan Audit atas
Kekurangan Dana Klaim Jamkesmas Tahun 2013. Selain itu terdapat pula perubahan
dari Non-PKP2T menjadi PKP2T sebanyak 20 PP yang telah disampaikan dalam Surat
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2010 2011 2012 2013 2014
Capaian Kinerja
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 91
Nomor S-1358/PW14/1/2014 tanggal 31 Oktober 2014 ke Biro Perencanaan
Pengawasan BPKP.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 9,48%, dengan tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 32,53%,
dengan tahun 2011 turun sebesar 20,46% dan dengan tahun 2010 juga turun sebesar
15,19%. Hal ini disebabkan tidak terealisasinya 2 PP di dalam PKP2T tahun 2014 dan
besarnya target kinerja tahun 2014 yaitu 90% dibanding dengan tahun sebelumnya
dari 70% ditahun 2010 dan 85% ditahun 2013.
Untuk tahun 2014 pelaksanaan penugasan Non PKP2T didominasi penugasan atas
permintaan berupa bimbingan teknis, sosialisasi, dan evaluasi, sedangkan laporan-
laporan kegiatan pendukung selain kegiatan PKP2T dan non PKP2T seluruhnya telah
dikirimkan kepada Biro Perencanaan Pengawasan secara tepat waktu yaitu sebagai
berikut :
Tabel 56
Target dan Realisasi Kegiatan Pendukung Penugasan Pengawasan
Kegiatan Sasaran Target Realisasi Capaian (%)
1. Penyusunan RKT Tahun 2015 Dokumen 1 1 100 2. Penyusunan Tapkin Dokumen 1 1 100
3. Penyusunan Laporan Realisasi RKT Laporan 12 12 100 4. Penyusunan Laporan Realisasi Kinerja
Triwulanan Laporan 4 4 100
5. Penyusunan LAKIP Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
Laporan 1 1 100
6. Penyusunan Laporan PP 39 Laporan 4 4 100 7. Penyusunan Laporan Penyelenggaraan
SPIP Laporan 4 4 100
8. Laporan kehumasan Laporan 4 4 100
9. Laporan hasil pengawasan semester 1 Laporan 1 1 100
10. Laporan SIM-HP Laporan 12 12 100
b. Persentase Kesesuaian Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Dengan SAP
Indikator ini diukur dengan hasil reviu Inspektorat terhadap laporan keuangan
perwakilan, dengan nilai 100% apabila tidak ada catatan, dan 80% apabila ada
catatan. Dari hasil reviu Inspektorat pada bulan Feruari 2014 disimpulkan bahwa
laporan keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat mempunyai nilai
100% dikarenakan tidak terdapat catatan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 dan tahun 2012
adalah sama, namun dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar
7,14% dan dengan tahun 2010 juga terjadi peningkatan sebesar 21,43%.
Pada tahun anggaran 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah
menyusun Laporan Keuangan Tahun 2013, dan telah dilakukan rekonsiliasi serta
Reviu berjenjang oleh Biro Keuangan BPKP, Biro Umum BPKP serta Inspektorat BPKP
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 92
pada bulan Februari 2014 di BPKP Pusat. Hasil Reviu telah dituangkan dalam Berita
Acara Reviu Mandiri Laporan Keuangan Tahun 2013.
Sedangkan untuk Laporan Keuangan Semester I Tahun 2014, telah dilakukan
rekonsiliasi serta reviu berjenjang oleh Biro Keuangan BPKP, Biro Umum BPKP serta
Inspektorat BPKP pada bulan Juni 2014 di BPKP Pusat. Hasil Reviu telah dituangkan
dalam Berita Acara Reviu Mandiri Laporan Keuangan Semester Tahun 2014.
Dari hasil reviu Inspektorat BPKP atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2013 dan
Laporan Keuangan Semester I Tahun 2014 disimpulkan bahwa laporan keuangan
perwakilan BPKP Kalimantan Barat telah disusun sesuai dengan SAP.
Dalam prakteknya terkait lingkup keuangan, perwakilan BPKP Kalimantan Barat
selama tahun 2014 telah menerbitkan laporan sebanyak 14 buah laporan yang terdiri
dari:
1) Laporan Keuangan Bulanan sebanyak 12 laporan.
2) Laporan Keuangan Tahunan 2013 sebanyak 1 laporan.
3) Laporan Keuangan Semester I 2014 sebanyak 1 laporan.
Dari 14 laporan tersebut di atas seluruhnya telah dikirim ke kantor pusat secara tepat
waktu guna mendukung pencapaian Laporan Keuangan BPKP Pusat yang mendapat
predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan rincian sebagai berikut :
1) Laporan keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang menggunakan Program
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang telah terintegrasi dengan Sistem BMKN.
Dengan demikian laporan keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
dapat mencantumkan daftar aset yang dikelola melalui sistem BMKN dan
tercermin di dalam neraca akhir tahun 2013 dan Laporan Keuangan Semester I
Tahun 2014.
2) Setiap bulan dilakukan rekonsiliasi intern antara Subbagian Umum dengan
Subbagian Keuangan untuk meyakini bahwa pencatatan BMN telah dibukukan.
3) Setiap bulan dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN Pontianak terhadap data
realisasi anggaran.
4) Dilakukan rekonsiliasi setiap 3 bulandengan Kanwil Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan Barat.
5) Setiap semester dan akhir tahun, dilakukan penyusunan Laporan Keuangan
Semester dan Tahunan setelah dilakukan reviu oleh Biro Keuangan BPKP dan
Inspektorat BPKP.
6) Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan 2013 yang dilaksanakan pada bulan
Februari 2014 di BPKP Pusat.
7) Penyusunan Laporan Keuangan Semester I Tahun 2014 yang dilaksanakan pada
bulan Juni di BPKP Pusat.
Sebagai informasi tambahan, bahwa Pada tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat mendapat Peringkat Pertama dalam penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 93
Wilayah (UAPPA-W) Tahun 2013, yang diserahkan oleh Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat pada acara Sosialisasi
Akuntansi Berbasis Akrual dan Harmonisasi dengan Statistik Keuangan Pemerintah
di Kantor DJP Provinsi Kalimantan Barat tanggal 8 Desember 2014.
c. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Kepegawaian
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai persepsi kepuasan terhadap
pelayanan pengelola kepegawaian. Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan
pada Subbagian Kepegawaian, diukur dengan menyebarkan kuesioner kepada
pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, dengan indeks kepuasan
sebagaimana skor berikut:
Tidak Puas (0 – 5,49)
Cukup Puas (5,50 –6,99)
Puas (7,00 –8,49)
Sangat Puas (8,50 –10,00)
Terhadap seluruh jawaban kuesioner yang masuk selanjutnya dirata-ratakan untuk
memberikan suatu kesimpulan terhadap 11 pertanyaan yang akan dinilai, yaitu:
1) Apakah anda merasa puas atas pelayanan pengurusan/penetapan angka kredit?
2) Apakah anda merasa puas atas pelayanan terhadap kenaikan pangkat?
3) Apakah anda merasa puas dengan perlakuan penerapan disiplin di lingkungan
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat?
4) Apakah anda merasa puas dengan perlakuan penerapan sanksi pelanggaran
disiplin pegawai di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat?
5) Apakah anda merasa puas dengan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
dalam memberikan penghargaan bagi setiap pegawai yang berprestasi?
6) Apakah anda merasa puas atas pelayanan terhadap pengurusan hak cuti?
7) Apakah anda merasa puas atas pelayanan hak-hak kepegawaian lainnya seperti
askes, sertifikat dan pensiun telah berjalan dengan baik?
8) PKS yang dilaksanakan telah memberikan manfaat bagi peningkatan wawasan dan
pengetahuan pegawai?
9) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah memberikan kesempatan yang
sama bagi pegawai untuk mengikuti diklat?
10) Bagaimana menurut pendapat anda atas pengaturan kesempatan bagi pegawai
untuk mengikuti diklat apakah telah dilaksanakan dengan baik?
11) Secara umum, apakah pelayanan kepegawaian telah memuaskan pegawai?
Berdasarkan olah data atas jawaban kuesioner yang telah diterima dari 45 responden
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan/penetapan angka
kredit,diperoleh angka sebesar 7,26 .
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 94
2) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan kenaikan pangkat, diperoleh angka
sebesar 7,53 .
3) Indeks kepuasan pegawai terhadap perlakuan penerapan disiplin di lingkungan
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh angka sebesar 6,85 .
4) Indeks kepuasan pegawai terhadap perlakuan penerapan sanksi pelanggaran
disiplin di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh
angka sebesar 6,74 .
5) Indeks kepuasan pegawai terhadap penghargaan yang diberikan oleh Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh angka sebesar 6,58 .
6) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan hak cuti, diperoleh
angka sebesar 7,74 .
7) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan hak-hak kepegawaian lainnya
(Askes, Sertifikat, Pensiun, dan lain-lain), diperoleh angka sebesar 7,26 .
8) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan atas pelaksanaan PKS, diperoleh
angka sebesar 7,26 .
9) Indeks kepuasan pegawai atas kesempatan untuk memperoleh diklat, diperoleh
angka sebesar 6,81 .
10) Indeks kepuasan pegawai atas pengaturan kesempatan untuk memperoleh diklat
bagi JFA, diperoleh angka sebesar 6,77 .
11) Indeks pelayanan kepegawaian secara umum, diperoleh angka sebesar 7,40.
Secara rata-rata, maka capaian realisasi untuk indeks kepuasan kepegawaian ini
mencapai 7,11 dan apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun 2014 sebesar
7,5% maka capaian indikator “Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap
layanan kepegawaian” tercapai sebesar 94,80 % atau dengan predikat “sangat
baik”.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 1,60%, dengan tahun 2012 juga turun sebesar 0,88%. Namun
apabila dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2010 terjadi peningkatan masing-
masing sebesar 2,20% dan 8,69%.
Untuk mencapai indikator kinerja outcome tersebut didukung dengan kegiatan
sebagai berikut:
1) Penyusunan Laporan Triwulanan PKS
Realisasi penyusunan laporan triwulanan Pelaksanaan PKS dan Evaluasi
Pelaksanaan PKS selama tahun 2014 sebanyak 4 laporan atau 100 % dari target
sebanyak 4 laporan.
2) Penyusunan Laporan Semesteran Budaya Kerja
Realisasi penyusunan laporan Semesteran Budaya Kerja selama tahun 2014
sebanyak 2 laporan atau 100 % dari target sebanyak 2 laporan.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 95
3) Penilaian Angka Kredit
DUPAK yang diterima oleh Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit JFA selama tahun
2014 berjumlah 160 DUPAKyang terdiri dari 84 untuk masa penilaian semester II
tahun 2013 dan 76 untuk semester I tahun 2014. Dari jumlah tersebut seluruhnya
telah dinilai oleh Tim Penilai Angka Kredit JFA.
4) SK Pengangkatan, Pemberhentian, Pembebasan dan Alih Jabatan PFA
Selama tahun 2014 terdapat pengangkatan PFA sebanyak 37 orang, pembebasan
sebanyak 12 orang, naik jabatan sebanyak 6 orang, dan pengangkatan kembali
sebanyak 1 orang. Dalam tahun 2014 tersebut tidak terdapat pemberhentian dan
alih jabatan PFA.
5) Pemrosesan DP3
Selama tahun 2014 telah dilaksanakan penilaian sebanyak 128 berkas DP3
periode 2014 atau 100 %.
6) Pembuatan Surat Izin Cuti
Jumlah pegawai yang mengajukan cuti selama tahun 2014 sebanyak 119 pegawai
termasuk didalamnya pegawai yang mengajukan cuti lebih dari 1 kali dalam
setahun dan seluruhnya telah dikeluarkan surat izin cutinya.
Pengajuan cuti PNS sebanyak 119 orang tersebut terdiri atas cuti tahunan
sebanyak 106 PNS, cuti alasan penting 9 PNS, cuti besar 1 PNS, cuti bersalin 1 PNS,
dan cuti sakit 2 PNS.
7) Pemrosesan Inpassing/Penyesuaian/KGB Gaji Pokok PNS
Selama tahun 2014 telah dilaksanakan pemrosesan inpassing/penyesuaian gaji
pokok PNS sesuai Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2014 tentang
Penyesuaian Gaji Pokok PNS sebanyak 106 SK inpassing.
Padatahun 2014 pemrosesan Kenaikan Gaji Berkala dilakukan untuk 67 pegawai
atau 100 % dari usulan, dengan rincian sebagai berikut:
Periode Januari 2014 : 2 orang
Periode Februari 2014 : 1 orang
Periode Maret 2014 : 42 orang
Periode April 2014 : 3 orang
Periode Oktober 2014 : 11 orang
Periode Desember 2014 : 8 orang
Jumlah : 67 Orang
8) Pemrosesan Kenaikan Pangkat Terpadu
Dalam tahun 2014, telah diusulkan kenaikan pangkat sebanyak 24 PNS. Dari
usulan tersebut telah diterima SK kenaikan pangkat sebanyak 22 PNS.
Rincian SK kenaikan pangkat tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 96
Periode Per 1 April 2014
Usulan Kenaikan Pangkat : 16 orang
SK Kenaikan Pangkat : 16 orang
Periode per 1 Oktober 2014
Periode Oktober 2014 : 8 orang
Periode Desember 2014 : 8 orang
9) Kelompok Budaya Kerja
Kelompok Budaya Kerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dibentuk
sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Perwakilan Nomor KEP-
195/PW14/1/2013 tanggal 1 Juli 2014tentang Penetapan Pejabat Satuan Tugas
Penggerak Budaya Kerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, terdiri dari:
Satgas Penggerak Budaya Kerja Perwakilan BPKP.
Satgas Penggerak Budaya Kerja Bidang Peningkatan Akhlak dan Etika.
Satgas Penggerak Budaya Kerja Bidang Peningkatan Kebersamaan dan
Kesejahteraan.
Satgas Penggerak Budaya Kerja Bidang Peningkatan Efektivitas Kebijakan
Serta Kepemimpinan yang Visioner dan Inspiratif.
Satgas Penggerak Budaya Kerja Bidang Peningkatan Komitmen terhadap
Ketepatan Waktu dan Transparansi Organisasi.
Satgas Penggerak Budaya Kerja Bidang Peningkatan Organisasi yang Responsif
dan Antisipasif.
Di samping itu, telah ditetapkan Rencana Jangka Panjang Pengembangan Budaya
Kerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011-2014 dengan
Keputusan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Nomor KEP-
184/PW14/1/2011 tanggal 14 Januari 2011.
Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat juga menetapkan Role Model; Pelaksanaan
Budaya Kerja sesuai Keputusan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat Nomor KEP-196/PW14/1/2013 tanggal 1 Juli 2014.
Pelaksanakan kegiatan Program Budaya Kerja adalah sebagai diantaranya
dilaksanakan dengan :
Program Peningkatan Akhlak dan Etika, yaitu kegiatan keagamaan, publikasi
peningkatan akhlak dan etika, pelatihan dan pemilihan pegawai teladan dan
doa bersama sebelum dan sesudah bekerja.
Peningkatan Kebersamaan dan Kesejahteraan, yaitu kegiatan pertemuan antar
pegawai, senam pagi, kegiatan perayaan hari besar keagamaan, donor darah,
makan siang bersama seluruh pegawai Bagian Tata Usaha termasuk satpam,
petugas cleaning service di rumah makan, menyediakan Poliklinik Kantor
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 97
dengan seorang dokter dan satu tenaga medis, dan bekerja sama dengan PT
Askes Cabang Pontianak menyelenggarakan general check-up bagi seluruh
pegawai.
Peningkatan Efektifitas Kebijakan serta Kepemimpinan yang Visioner dan
Inspiratif, yaitu pengarahan Kepala BPKP kepada seluruh pegawai Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat perihal perlunya kebersamaan seluruh
pegawai untuk mencapai tujuan organisasi dan peningkatan kinerja perwakilan;
penyusunan Rencana Jangka Panjang Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2011-2014 yang telah diselaraskan dengan Grand Design; rapat
staf dan pimpinan; dan pelaksanaan internal quality assurance hasil penugasan
audit.
Peningkatan Komitmen terhadap Ketepatan Waktu dan Transparansi
Organisasi, yaitu kegiatan melaksanakan GDN, monitoring ketepatan RPL dari
LHA/E/I, monitoring ketepatan pengiriman laporan Tata Usaha, monitoring
tindak lanjut hasil pengawasan, sosialisasi RKT dan PKAU, dan penyampaian
informasi ke dalam website BPKP.
Kegiatan yang juga rutin dilakukan setiap 2 minggu yaitu knowledge management
untuk mendokumentasikanfile-file dari peserta diklat, pelaksanaan kegiatan PKS,
PKS yang menunjang kegiatan Total Quality Control, pengelolaan internet, mailing
list, forum monev dan RKT di Lotus Note, kursus/diklat/forum, serta berlangganan
majalah dan surat kabar.
d. Persentase Pagu Dana yang Tidak Diblokir Dalam DIPA
Indikator ini diukur dengan membagi jumlah anggaran yang tidak diblokir dengan
pagu anggaran yang tersedia. DIPA yang disahkan oleh Kanwil Perbendaharaan untuk
revisi keenam adalah sebesar Rp17.728.250.000,00 seluruhnya telah dapat
digunakan pada tahun 2014 tanpa ada pemblokiran dari Kanwil Perbendaharaan,
dari sebesar anggaran tersebut telah dapat direalisasikan sebesar
Rp17.235.064.838,00 atau 97,22% .
Dari keseluruhan revisi DIPA yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Kalimantan
Barat, tidak terdapat pemblokiran mata anggaran sehingga realisasi untuk indikator
ini adalah 100%. Target indikator ini ditahun 2014 adalah sebesar 100% sehingga
capaian kinerja nya adalah 100% dengan kategori memuaskan.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 masih
tetap sama. Namun dinadingkan dengan tahun 2010 dan 2011 terjadi penurunan
masing-masing sebesar 17,65% dan 12,65%.
Pada Tahun anggaran 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
mendapatkan Alokasi Anggaran berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2014 Nomor : SP DIPA-
089.01.2.450598/2014 tanggal 5 Desember 2013 dengan alokasi anggaran sebesar
Rp17.878.399.000,00 yang keseluruhan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan rutin
kantor.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 98
Selama tahun anggaran 2014, terhadap DIPA Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat telah mengalami 6 (enam) kali revisi, pelaksanaan 6 revisi dapat kami uraikan
sebagai berikut :
1) Revisi Pertama pada tanggal 7 April 2014, pelaksanaan revisi karena adanya
pergeseran pada kegiatan Pelaksanaan pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan
negara dan Pembinaan Penyelengaraan SPIP dari akun perjalanan dinas biasa
menjadi perjalanan dinas dalam kota. Atas revisi tersebut tidak merubah pagu
anggaran senilai Rp17.878.399.000,00
2) Revisi Kedua pada tanggal 11 April 2014, pelaksanan revisi karena adanya
tambahan alokasi dari BPKP Pusat sebesar Rp727.690.000,00 dalam rangka audit
Tunjangan Profesi Guru dan Audit Klaim Jamskesmas pada pada kegiatan
Pelaksanaan pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan negara dan Pembinaan
Penyelengaraan SPIP, sehingga Pagu anggaran berubah menjadi
18.606.089.000,00.
3) Revisi Ketiga pada tanggal 10 Juni 2014, pelaksanaan revisi karena adanya Surat
Sekretaris Utama Nomor S-862/SU/03/2014 tanggal 21 Mei 2014 Hal
Penghematan dan Pemotongan Anggaran Tahun 2014, menindaklanjuti Intruksi
Presiden RI Nomor 4 Tahun 2014 tetang langkah-langkah Penghematan dan
Pemotongan Belanja Kementrian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan APBN
2014.
4) Revisi Keempat pada tanggal 1 Juli 2014, pelaksanaan Revisi karena adanya
pemotongan anggaran senilai Rp1.516.777.000 dengan rincian :
No Program Jumlah
1 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya
104.567.000,00
2 Program sarana dan Prasarana BPKP 13.165.000,00
3 Program Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
1.399.045.000,00
Jumlah 1.516.777.000,00
Selain pemotongan anggara, tahun 2014 juga mendapat kembali tambahan
anggaran senilai Rp638.938.000,00, guna pembayaran Rapel Tunjangan Kinerja
Tahun Anggaran 2014.
Atas revisi ke empat tersebut, Pagu anggaran berubah menjadi
Rp17.728.250.000,00
5) Revisi Kelima pada tanggal 5 Oktober 2014, pelaksanaan revisi karena adanya
pergeseran pada kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 99
Keuangan negara dan Pembinaan Penyelengaraan SPIP. Atas revisi tersebut tidak
merubah pagu anggaran.
6) Revisi Keenam pada tanggal 25 Nopember 2014, pelaksanaan revisi karena adanya
perubahan bendahara pengeluaran sesuai Surat Keputusan Kepala Perwakilan
BPKP Nomor : S-1412/PW14/1/2014 tanggal 21 November 2014
Berdasarkan dari Revisi Keenam tersebut DIPA Perwakilan BPKP sebesar
Rp17.728.250.000,00 yang digunakan untuk kegiatan rutin kantor sampai dengan 31
Desember 2014 dengan realisasi penyerapan sebesar Rp17.235.064.838,00 atau
97,22%.
e. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan atas Pencairan Anggaran Yang
Diajukan Sesuai Prosedur
Indikator ini diukur melalui hasil pengisian kuesioner oleh pegawai mengenai
pelayanan Subbagian Keuangan. Indikator ini diukur dengan skala likert 1-10 dan
berdasarkan hasil survey nilai yang diperoleh oleh Subbagian Keuangan secara rata-
rata adalah 7,75 skala likert. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar
8 skala likert, maka capaian indikator kinerja “Persepsi kepuasan pegawai
perwakilan atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur” adalah
sebesar 96,88% atau dengan predikat sangat baik.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2011 sampai dengan
2013 mengalami penurunan masing-masing sebesar 6,81%, 7,67% dan 3,13%,
namun apabila dibandingkan dengan tahun 2010 capaian kinerjanya meningkat
sebesar 0,87%.
Indeks persepsi kepuasan pegawai atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai
prosedur sebesar 7,75 skala likert tersebut diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner atas 7 pertanyaan kepada 53 pegawai. Hasil kuesioner tersebut dirata-
ratakan dengan urutan tingkat kepuasan sebagai berikut:
Tidak Puas (0 – 5,49)
Cukup Puas (5,50 – 6,99)
Puas (7,00 – 8,49)
Sangat Puas (8,50 – 10,00)
Kuesioner yang disampaikan kepada para pegawai terkait dengan hal sebagai
berikut:
1) Kepuasan atas pelayanan pengurusan gaji;
2) Kepuasan atas pelayanan pengurusan tunjangan kinerja;
3) Kepuasan atas pelayanan terhadap pengurusan rapel gaji/tunjangan kinerja;
4) Kepuasan atas pelayanan terhadap pengurusan uang makan;
5) Kepuasan atas pelayanan pemrosesan kenaikan gaji berkala;
6) Kepuasan atas pelayanan pengurusan biaya perjalanan dinas; dan
7) Kepuasan atas pelayanan subbagian keuangan secara umum.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 100
Hasil tabulasi terhadap persepsi kepuasan terhadap pelayanan Subbagian Keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan gaji, capaian indeks
kepuasan mencapai 7,85.
2) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan tunjangan kinerja,
capaian indeks kepuasan mencapai 7,96.
3) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan, capaian indeks
kepuasan mencapai 7,68.
4) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan uang, capaian indeks
kepuasan mencapai 7,64.
5) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan pemrosesan kenaikan gaji berkala,
capaian indeks kepuasan mencapai 7,77.
6) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan biaya perjalanan dinas,
capaian indeks kepuasan mencapai 7,53.
7) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan keuangan secara, capaian indeks
kepuasan mencapai 7,85.
Dari tabulasi tersebut dapat diketahui bahwa persepsi tertinggi/indeks tingkat
kepuasan pelayanan, diberikan atas jasa pelayanan pengurusan tunjangan kinerja,
yaitu dengan skor 7,96. Sedangkan indeks terendah berkenaan dengan pelayanan
terhadap pengurusan biaya perjalanan dinas dan rapelan dengan skor 7,53.
Selain itu Subbagian Keuangan juga melaksanakan kegiatan lainnya yang terkait
dengan administrasi keuangan, yaitu:
1) Pembayaran gaji sebanyak 13 kali pembayaran (Laporan SPJ);
2) Tunjangan kinerja bulanan sebanyak 13 kali pembayaran (Laporan SPJ);
3) Pembayaran uang makan sebanyak 12 kali (Laporan SPJ); dan
4) Pembayaran honor pada pegawai honorer 13 kali.
Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk melayani 109 orang PNS dan 15 orang
pegawai honorer di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
f. Jumlah Publikasi Kegiatan Perwakilan BPKP DI Media Massa
Indikator outcome ini ditetapkan untuk mengetahui eksistensi dan peran positif
Perwakilan BPKP di mata publik. Capaian keberhasilan dapat dilihat pada jumlah
berita tentang kegiatan Perwakilan BPKP di media massa.
Berdasarkan Laporan Triwulan Kehumasan dan berita yang disampaikan melalui
website Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat selama tahun 2014 terdapat 65
kegiatan Perwakilan BPKP yang dimuat didalam website dan beberapa surat kabar di
Provinsi Kalimantan barat yaitu Pontianak Post, Tribun Pontianak, Borneo Tribune,
dan Sinar Pagi Baru, dibandingkan dengan target tahun 2014 sebanyak 8 berita maka
capaian kinerjanya adalah sebesar 812,50% dengan kategori memuaskan.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 101
Realisasi indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan dengan tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013 dikarenakan indikator tersebut baru dilaksanakan di tahun 2014
sebagi pengganti indikator persepsi publik yang positif terhadap Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat.
Untuk mencapai indikator sasaran tersebut didukung dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Kliping Koran
Mendokumentasikan berita-berita di koran lokal Provinsi Kalimantan Barat
berkaitan dengan pengawasan, akuntansi, korupsi, dan berita lain yang relevan
dengan tugas dan fungsi BPKP. Kegiatan dokumentasi ini dilakukan setiap hari
kerja.
Penyusunan Laporan Triwulanan Kehumasan
Laporan triwulanan kehumasan berisi kegiatan kehumasan yang dilaksanakan oleh
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang berisi kumpulan informasi dari
media massa, penyampaian informasi kepada publik (seperti bimtek, sosialisasi dan
evaluasi), dan pengiriman berita melalui web BPKP di alamat http://www.bpkp.go.id
kepada Biro Hukum dan Humas BPKP. Dalam tahun 2014 telah diterbitkan 4 laporan
triwulan kehumasan dan telah disampaikan kepada Biro Hukum dan Humas BPKP
secara tepat waktu.
Forum Kehumasan BPKP Tahun 2014.
Updating disain website BPKP Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan ini
merupakan kegiatan untuk memperbaharui tampilan situs
www.bpkp.go.id/kalbar.
Updatingweb content, kegiatan ini merupakan kegiatan meng-upload berita-berita
kejadian di Perwakilan BPKP Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan pada setiap
kejadian yang dianggap layak untuk menjadi bahan berita di situs
www.bpkp.go.id/kalbar
Walaupun tidak menjadi target indikator kinerja, Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat juga melakukan survey kepuasan publik untuk mengetahui
persepsi publik terutama para mitra kerja (stakeholders) dengan menyebarkan
kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan mitra kerja terhadap tugas-tugas
pengawasan yang telah dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat.
Kuesioner terbagi dalam 3 kriteria yang dinilai sebagai berikut:
Berkaitan dengan proses (process related criteria), terdiri dari 12 pernyataan.
Berkaitan dengan outcome (outcome related criteria), terdiri dari 5 pernyataan.
Berkaitan dengan nilai PIONIR (image related criteria), terdiri dari 6 pernyataan.
Hasil kuesioner tersebut selanjutnya ditabulasi untuk mengetahui rata-rata persepsi
stakeholders terkait dengan tugas-tugas pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat. Skor diberikan dalam skala likert, dengan pilihan angka yang
disediakan adalah angka 1 mewakili sangat tidak setuju, angka 2 tidak setuju, angka 3
setuju, dan angka 4 mewakili sangat setuju.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 102
Kuesioner telah disebarkan pada unit kerja di 4 Kabupaten di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas
dan Kabupaten Kapuas Hulu, namun sampai dengan berakhirnya penyusunan LKj
hanya 3 unit kerja di Kabupaten Kapuas Hulu yang mengirimkan kembali kuesioner
tersebut ke Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Dari jawaban kuesioner
yang kembali, dapat diketahui hasil kuesioner tersebut sebagai berikut:
Berkaitan dengan proses (process related criteria), mendapatkan skor 3,50.
Berkaitan dengan outcome (outcome related criteria), mendapatkan skor 3,45.
Berkaitan dengan nilai PIONIR (image related criteria), mendapatkan skor 3,54.
Hasil tersebut secara rata-rata adalah 3,50. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa harapan stakeholders telah dapat dipenuhi secara baik melalui kinerja
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Skor tersebut juga berarti bahwa
stakeholders mengapresiasi secara baik upaya-upaya yang dilakukan oleh Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat, termasuk juga dalam menjunjung nilai-nilai
profesional, independen, orientasi pada pengguna, nurani dan akal sehat, integritas,
serta responsibel-akuntabel.
g. Persentase Pemanfaatan Aset
Indeks Persentase Pemanfaatan Aset digunakan untuk mengukur penggunanaan,
pengelolaan, dan pengembangan kapasitas sarana dan prasarana di Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan melalui pengelolaan urusan tata
usaha, perlengkapan, dan rumah tangga bagi seluruh satuan kerja. IKU ini diukur
dengan membandingkan total aset dikurangi asset kondisi baik/kurang baik yang
tidak digunakan dibandingkan total asset yang dimiliki oleh instansi.
Jumlah asset yang digunakan untuk menunjang kegiatan kantor diluar asset tanah
yang pemanfaatannya tidak mengalami perubahan (statis) adalah 1.674 unit dan
yang tidak digunakan sebanyak 20 unit dari kelompok asset Peralatan dan Mesin;
Gedung dan Bangunan; Jaringan dan Aset Tetap Lainnya, maka capaian indikator
Persentase Pemanfaatan Aset adalah sebesar 98,81%daritarget indeks yang
ditetapkan di tahun terakhir Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
sebesar 100%.
Tabel 57
Daftar SIMAK BMN tahun 2014 yang dimanfaatkan dan yang rusak
No Kelompok Asset Total asset
Unit/M2
Terpakai
Unit/M2
Rusak berat
Unit/M2 Keterangan
1 Tanah 22.186 22.186 - Meter 2
2 Peralatan dan Mesin 1.431 20 Unit
3 Gedung dan Bangunan 39 - Unit
4 Jaringan 1 - Unit
5 Aset Tetap Lainnya 203 - Unit
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 103
Capaian ini dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan 2013 menurun masing-
masing sebesar 10,19%, 1,19% dan 9,89% dan 8,72. Hal ini menunjukkan bahwa
seluruh aset di Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2014 telah
optimal dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi kantor
Perwakilan.
Keberhasilan pencapaian indikator kinerja utama tersebut didukung dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Belanja Operasional Perkantoran
Kegiatan yang terkait dengan belanja operasional perkantoran terinci
sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel 58
Output Belanja Operasional Perkantoran
Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian
Poliklinik/Obat-Obatan Paket 4 4 100%
Pengadaan Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
Unit 14 14 100%
Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi
Unit 6 6 100%
Rehabilitasi Komplek Rumah Dinas Paket 1 1 100%
Langganan Daya dan Jasa Bulan 12 12 100%
Jasa Keamanan/Kebersihan Bulan 12 12 100%
Jasa Pos Giro dan Sertifikat Bulan 12 12 100%
Belanja Keperluan Perkantoran OT 107 107 100%
Pengadaan Pakaian Satpam Stel 6 6 100%
Uraian atas pelaksanaan kegiatan Belanja Operasional Perkantoran tersebut
adalah sebagai berikut:
Untuk kegiatan yang berkaitan dengan poliklinik/obat-obatan disiapkan untuk
dapat melayani 124 jiwa namun dengan adanya tambahan pegawai sebanyak
10 orang, maka target berubah menjadi 134 jiwa dan telah terealisasi
seluruhnya.
Pengadaan peralatan dan fasilitas perkantoran diantaranya AC sebanyak 5 unit,
Rak Arsip sebanyak 7 unit, Televisi sebanyak 1 unit, Mesin Cuci sebanyak 1 unit.
Pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi diantaranya Komputer
sebanyak 2 unit, Printer sebanyak 3 unit, FingerPrint sebanyak 1 unit.
Langganan daya dan jasa tahun 2014 untuk menunjang kegiatan kantor sehari-
hari, telah dilakukan pembayaran listrik, telepon, dan PDAM selama 12 bulan.
Demikian juga untuk jasa keamanan/kebersihan dan jasa pos giro untuk
pengiriman dokumen melalui Kantor Pos Pontianak.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 104
Belanja keperluan perkantoran selama tahun 2014 telah dilaksanakan sesuai
dengan target.
Pengadaan pakaian kerja untuk pakaian seragam satpam telah dilaksanakan dan
diberikan kepada 6 orang satpam yang ada.
2) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Secara umum kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilaksanakan
selama tahun 2014 telah sesuai dengan yang ditargetkan, yaitu :
Tabel 59
Output Belanja Pemeliharaan
Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian
Pemeliharaan Gedung dan Halaman Kantor
m2 8993 8993 100%
Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
Unit 148 149 100,68%
Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 4
Unit 8 8 100%
Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 2
Unit 1 1 100%
Untuk menjaga tingkat keandalan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada,
dilakukan uji pemanfaatan atas APAR (Alat Pemadan Kebakaran) dengan
melakukan sosilalisasi penggunaan APAR dan Demo penggunaannya kepada
segenap pegawai. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk “Disaster
Management” untuk mengiliminir resiko apabila ada bencana kebakaran yang ada
di kantor.
3) Pembinaan Administrasi Perkantoran
Pembinaan administrasi perkantoran dilaksanakan melalui berbagai kegiatan
sebagai berikut:
(1) Penyusunan laporan semester dan tahunan BMN dan penyusunan Laporan
Persediaan ATK; penyusunan Laporan Hasil Inventaris dan Validasi Daftar
Barang Milik Negara dalam Rangka Penghapusan BMN; Penyusunan Neraca
Semester II Tahun 2013 dan Penyusunan Neraca Semester I Tahun 2014
telah dilaksanakan sesuai dengan targetnya.
(2) Penyusunan laporan konservasi energi dan penyusunan laporan sarpras telah
dilaksanakan sesuai dengan targetnya, yaitu setiap 4 bulan sekali.
(3) Scanning dan proses PDF laporan telah dilakukan sebanyak 373 laporan
selama tahun 2014 sesuai dengan laporan yang diterbitkan dan digandakan
oleh Subbag Umum.
(4) Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan. Telah dilaksanakan
pelaporan bulanan selama 12 bulan yang meliputi antara lain surat masuk;
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 105
surat keluar; surat tugas yang terbit; LHA yang terbit; KKA yang diserahkan
oleh Tim ke Sekbid; KKA yang diserahkan oleh Sekbid ke arsiparis; nota
dinas/surat perintah yang terbit; surat keputusan; scanner ST; pembuatan
laporan penggandaan LHA Bidang APD; LHA Bidang AN; LHA Bidang IPP;
LHA Bidang Investigasi; dan penggandaan lainnya; laporan penggunaan ruang
rapat; penggunaan aula; pemeliharaan inventaris kantor; pemeliharaan
gedung kantor; pemeliharaan kendaraan dinas; penggunaan sound system;
serta laporan caraka yang terdiri dari laporan atas surat yang terkirim, LHA
yang terkirim, dan pengiriman lainnya.
(5) Pembinaan Tenaga Harian Lepas (THL) yang ada di Bagian Tata Usaha
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah dilakukan dengan baik.
Untuk itu telah diberikan Piagam Penghargaan kepada THL yang berkinerja
baik kepada THL yang diperbantukan pada Subbagian Keuangan.
(6) Forum kearsipan dimaksudkan untuk menunjang pembinaan administrasi
perkantoran. Materi yang diberikan dalam kegiatan tersebut meliputi:
Penjelasan tentang Sistem Informasi Kearsipan;
Praktik penggunaan Data Base Sistem Informasi Kearsipan;
Praktik sistem pemberkasan ke dalam Data Base Sistem Informasi
Kearsipan;
Praktik penempatan arsip berdasarkan kode klasifikasi sistem kearsipan;
dan
Praktik penemuan kembali informasi kearsipan dan penempatan kembali
arsip yang telah dikembalikan.
Kegiatan dalam Forum kearsipan yang diikuti diantaranya dengan
berpartisipasi dalam Musyawarah Nasional ke-5 Asosiasi Arsiparis Indonesia
di Jakarta serta Permilihan Arsiparis Teladan Tingkat Nasional Tahun 2014 di
Jakarta. Arsiparis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat berhasil
mendapatkan penghargaan sebagai Arsiparis Teladan BPKP Tahun 2014 untuk
Tingkat Terampil.
(7) Evaluasi pembahasan rencana kebutuhan sarpras tahun 2014 dilakukan dalam
rangka penyusunan RKA-KL tahun 2014 dan telah dilaksanakan sesuai
dengan targetnya.
Tabel 60
Output Pembinaan Administrasi Perkantoran
Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian
Scanning dan Proses PDF Laporan Laporan 12 12 100%
Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan
Perlengkapan
Bulan 12 12 100%
Forum Arsiparis Laporan 2 2 100%
Evaluasi dan Pembahasan Rencana
Kebutuhan Sarpras 2014
Laporan 2 2 100%
Penyusunan Laporan Konservasi Energi Laporan 4 4 100%
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 106
Penyusunan Laporan Sarana Prasarana Laporan 4 4 100%
Penyusunan Laporan Semester dan
Tahunan BMN
Laporan 2 2 100%
Penyusunan Laporan Persediaan ATK Laporan 12 12 100%
Penyusunan Neraca Semester II Tahun
2013
Kegiatan 1 1 100%
Penyusunan Neraca Semester I Tahun
2014
Kegiatan 1 1 100%
h. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Sarpras
Fungsi dukungan manajemen BPKP diantaranya dilaksanakan melalui penyediaan
dan pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan di lingkungan BPKP.
IKU “Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Sarana dan
Prasarana” diukur dari tingkat persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelolaan
sarpras yang dapat diberikan oleh unit layanan yang bertanggung jawab atas
pengelolaan sarpras.
Keberhasilan capaian IKU ditunjukkan dengan tingginya tingkat kepuasan penerima
layanan atas penyediaan sarana dan prasarana aparatur negara. Target yang
ditetapkan pada tahun kelima Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
adalah sebesar 8,3 dari skala likert 1-10. Dari target yang ditetapkan tersebut,
terealisasi sebesar 7,04 yaitu berdasarkan nilai yang diberikan oleh pegawai atas
pelayanan Subbagian Umum, sehingga capaian kinerja indikator tersebut adalah
sebesar 84,82% dengan kategori baik.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan
2013 mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,10%, 10,64%, 15,84% dan
1,58%. Hal ini disebabkan terbatasnya Belanja Modal dan Pemeliharaan.
Secara umum capaian kegiatan Pengadaan Inventaris Kantor dan
Rehabilitasi/Perbaikan Sarana dan Prasarana Kantor telah sesuai dengan tergetnya.
Namun berdasarkan persepsi kepuasan pegawai atas terpenuhinya sarana dan
prasarana yang diukur dengan menyebarkan kuesioner untuk dijawab oleh 53
pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat atas 7 pernyataan dengan hasil
sebagai berikut :
1) Gedung kantor telah terawat dengan baik dengan nilai 6,96;
2) Pemeliharaan dan kebersihan lingkungan kantor telah berjalan dengan baik
dengan nilai 7,04;
3) Sarana dan prasarana telah terpelihara dengan baik dengan nilai 6,91;
4) Layanan surat-menyurat telah dilaksanakan dengan baik dengan nilai 7,15;
5) Penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung tugas dan fungsi kantor telah
memenuhi harapan pegawai dengan nilai 7,02;
6) Subbagian umum peduli atas masukan, keluhan, dan pengaduan terkait layanan
terhadap pegawai dengan nilai 7,06;
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 107
7) Secara umum, pelayanan umum telah memuaskan pegawai dengan nilai 7,15;
Dibandingkan dengan targetnya sebesar 8,3 terlihat bahwa kinerja indikator tersebut
telah baik, namun demikian tetap diperlukan kearifan dari para pegawai penerima
layanan dalam hal:
1) Pemanfaatan listrik kantor terkait dengan penghematan energi. Dengan telah
dilaksanakannya pekerjaan tambah daya listrik kantor dari 53.000 VA menjadi
155.000 VA maka kebutuhan listrik kantor sudah tercukupi, namun demikian
penggunaaan listrik kantor tetap harus dilakukan dengan arif yaitu mematikan
semua saklar listrik pada ruangan/peralatan setelah digunakan.
2) Pemanfaatan rumah negara, karena disadari jumlah yang tersedia tidak
sebanding dengan kebutuhan yang ada. Oleh karena itu, telah dilakukan
pengaturan penempatan rumah dinas dengan mengacu kepada Surat Edaran
Sekretaris Utama BPKP.
i. Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit Inspektorat
Indikator ini dimaksudkan untuk menilai tingkat persentase tindak lanjut hasil
pengawasan Inspektorat BPKP. Pencapaian indikator dihitung dari jumlah tindak
lanjut atas temuan hasil pengawasan Inspektorat BPKP dibagi dengan jumlah temuan
hasil pengawasan Inspektorat BPKP sampai tahun berjalan. Hasil pengawasan
Inspektorat BPKP yang dilakukan pada tahun 2014 adalah audit operasional dan
audit evaluasi kinerja.
Pada tahun 2014, Perwakilan BPKP Kalimantan Barat telah menindaklanjuti Laporan
Hasil Audit Operasional Tugas dan Kegiatan pada Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2013 yaitu LHA-148/IN/2013 tanggal 6 November 2013
yang baru diterima tanggal 23 Desember 2013. Terhadap temuan dan rekomendasi
hasil pengawasan Inspektorat BPKP pada tahun 2013 yaitu sejumlah 5 kejadian
dengan 11 rekomendasi tersebut, seluruhnya telah ditindak-lanjuti. Dengan
demikian realisasi kinerjanya adalah 100%, dibandingkan dengan target kinerjanya
yaitu sebesar 94% maka capaian kinerja indikator tersebut adalah 106,38% dengan
kategori memuaskan.
Untuk audit yang dilaksanakan tahun 2014, sampai akhir tahun 2014 belum diterima
laporannya.
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2011 sampai dengan
2013 mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,14%, 2,31%, 3,51% dan
4,73%. Hal ini dipengaruhi oleh makin tingginya target kinerja setiap tahunnya
selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
j. Jumlah Masukan Topik Penelitian yang Disampaikan ke Puslitbangwas
IKU ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat partisipasi Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat untuk mengusulkan bahan masukan bagi Puslitbangwas. IKU ini
diukur dengan jumlah masukan topik penelitian yang disampaikan ke puslitbangwas
dibandingkan dengan target kinerja di dalam Tapkin.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 108
Di tahun 2014 BPKP Kalbar telah memberikan 1 masukan terhadap puslitbangwas.
Masukan tersebut adalah tentang kajian kesiapan perwakilan atas rencana
penataan organisasi BPKP. Realisasi tersebut jika dibandingkan dengan target
tahun 2014 sebesar 2 topik penelitian, indikator kinerja utama “Jumlah masukan
topik penelitian yang disampaikan ke puslitbangwas” tercapai sebesar 50 %
atau dengan predikat kurang.
Capaian indikator tidak dapat dibandingan dengan tahun sebelumnya, dikarenakan
indikator tersebut baru dihitung indikator kinerjanya pada tahun 2014.
k. Jumlah Instansi APIP yang Telah Disosialisasi dan atau dilakukan Assessment
Tata Kelola APIP
Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai Tingkat Pencapaian Tata Kelola APIP
yang baik. Indikator ini diukur dengan persentase jumlah Pemda yang telah
disosialisasi atau di-assessment tata kelola APIP.
Pada tahun2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah melaksanakan
Sosialisasi Tata Kelola APIP dan atau Assessment Tata Kelola APIP pada 10
Pemerintah Daerah dibandingkan dengan target kinerja indikator tersebut sebanyak
9 Pemerintah Daerah maka capaian kinerjanya adalah sebesar 111,11% dengan
kategori memuaskan.
Adapun Pemerintah yang dilakukan Sosialisasi Tata Kelola APIP dan atau Assessment
Tata Kelola APIP adalah sebagai berikut :
1. Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat
2. Inspektorat Kabupaten Bengkayang
3. Inspektorat Kabupaten Ketapang
4. Inspektorat Kabupaten Landak
5. Inspektorat Kabupaten Sintang
6. Inspektorat Kabupaten Sanggau
7. Inspektorat Kabupaten Sekadau
8. Inspektorat Kabupaten Kayong Utara
9. Inspektorat Kabupaten Melawi
10. Inspektorat Kabupaten Sambas
Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan
2013 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 64,44%, 11,11%, 64,44% dan
57,78%.
l. Tingkat Persepsi Kepuasan Pemda Atas Auditor Bersertifikat
IKU ini digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pemda selaku stakeholder
terhadap kinerja APIP daerah. IKU ini diukur dengan survey kepuasan pejabat
struktural Pemda terhadap pejabat fungsional auditor (PFA) di lingkungan APIP
Pemda. Survei dengan skala likert 1-10 ini terdiri dari pertanyaan sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 109
1) Kompetensi auditor di unit kerja;
2) Kemauan auditor untuk mengembangkan profesionalismenya melalui PKS, Diklat,
Workshop, Seminar, dll;
3) Ketepatan waktu penerbitan laporan hasil pengawasan yang disusun auditor;
4) Kualitas laporan hasil audit yang disusun oleh auditor di unit kerja;
5) Kualitas penyusunan temuan hasil pengawasan telah memenuhi atribut temuan
(kondisi, kriteria, sebab, akibat, serta rekomendasi);
6) Ketaatan auditor terhadap standar audit yang telah ditetapkan pemerintah dalam
tugas pengawasan;
7) Ketaatan auditor terhadap kode etik/aturan perilaku;
8) Manfaat hasil pengawasan bagi perbaikan kinerja instansi pemerintah; dan
9) Efisiensi pelaksanaan pekerjaan auditor.
Dari hasil pengisian kuesioner oleh 4 instansi, diperoleh rata-rata realisasi nilai
sebesar 7,22 skala likert dan apabila dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar
7 skala likert maka capaian indikator tersebut adalah sebesar 103,14% dengan
kategori memuaskan.
Capaian indikator tersebut tidak dapat dibadingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,
dikarenakan indikator ini baru dilaksanakan di tahun 2014.
Selain indikator kinerja tersebut di atas, sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
juga dilakukan pengukuran terhadap 3 indikator yaitu :
1) Tingkat persepsi publik yang positif terhadap perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat.
2) Terimplementasinya Sistem informasi untuk Mendukung pengambilan Keputusan
Internal (manajemen BPKP).
3) Dukungan Terimplementasikannya sistem Kendali Akuntabilitas Presiden (PASs)
Diantara 3 indikator tersebut terdapat 2 indikator yaitu indikator
terimplementasinya Sistem informasi untuk Mendukung pengambilan Keputusan
Internal (manajemen BPKP) dan Dukungan Terimplementasikannya sistem Kendali
Akuntabilitas Presiden (PASs) tidak lagi menjadi indikator kinerja Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan barat dikarenakan dengan diterbitkannya Keputusan Kepala
BPKP KEP-1644/K/SU/2012 tanggal 28 Desember 2012 merupakan indikator kinerja
Pusinfowas BPKP.
Adapun capaian 3 indikator tersebut di atas sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
2013 adalah sebagai berikut :
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 110
Secara rinci capaian kinerja outcome, output dan perbandingan capaian kinerja tahun
2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan dalam lapiran 2, 3 dan 4.
B. Realisasi Anggaran
8. Realisasi DIPA 2014
Realisasi belanja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar
Rp17.235.064.838,00 atau 97,22% dari anggaran yaitu sebesar
Rp17.728.250.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
a. Realisasi belanja per jenis program, yaitu sebagai berikut:
Kode Program
Uraian Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
14.012.425.000 13.669.903.488 97,55
02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
183.835.000 183.835.000 100
03 Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
3.531.990.000 3.381.326.350 95,73
Jumlah 17.728.250.000 17.235.064.838 97,22
b. Realisasi belanja perjenis belanja yaitu sebagai berikut:
No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1 Belanja Pegawai 11.756.291.000 11.492.253.561 97,75
2 Belanja Barang 5.788.124.000 5.558.976.277 96,04
3 Belanja Modal 183.835.000 183.835.000 100
Jumlah 17.728.250.000 17.235.064.838 97,22
0
50
100
150
200
250
2010 2011 2012 2013
Persepsi publik yang positif terhadap perwakilan BPKP
Terimplementasinya Sistem informasi untuk Mendukung pengambilan Keputusan Internal(manajemen BPKP)
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 111
Belanja pegawai merupakan pengeluaran yang dibayarkan langsung kepada
pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, dengan rincian sebagai
berikut:
No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1 Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 6.263.877.000 6.137.456.942 97,98
2 Belanja Lembur 90.876.000 88.639.000 97,54
3 Belanja Tunjangan Khusus 5.401538.000 5.266.157.619 97,49
Jumlah 11.756.291.000 11.492.253.561 97,75
Belanja Barang merupakan pengeluaran rutin kantor berupa pembelian barang
habis pakai, perjalanan dinas, jasa dan perjalanan dinas, dengan rincian sebagai
berikut:
No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1 Belanja Barang Operasional 671.193.000 669.457.887 99,74
2 Belanja Barang non Operasional 216.259.000 213.177.200 98,57 3 Belanja Jasa 366.400.000 328.474.302 89,65 4 Belanja Pemeliharaan 184.675.000 481.970.651 99,44 5 Belanja Perjalanan Dinas Dalam
Negeri 4.048.597.000 3.865.898.237 95,49
Jumlah 5.788.124.000 5.558.976.277 96,04
Belanja Modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
penambahan sarana dan prasarana kantor yang menambah nilai aset, dengan
rincian sebagai berikut :
No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
64.235.000 64.235.000 100
2 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
119.600.000 119.600.000 100
Jumlah 183.835.000 183.835.000 100
9. Biaya Penugasan Beban Pihak Ketiga
Perwakilan BPKP provinsi Kaliamantan Barat dalam menjalankan tugas yang
dimanatkan juga menggunakan pembiayaan dari dana mitra yang bersumber dari
Kementerin/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/D serta Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) dengan menerbitkan 173 penugasan dengan 196 laporan dengan
nilai sebesar Rp2.558.614.500,00 dengan rincian sebagai berikut :
a. Bidang Instansi Pemerintah Pusat dengan penugasan sebanyak 36 dan
menerbitkan laporan sebanyak 36 dengan nilai sebesar Rp618.149.500,00
b. Bidang Akuntabilitas Keuangan Daerah dengan penugasan sebanyak 103 dan
menerbitkan laporan sebanyak 128 dengan nilai sebesar Rp1.264.655.000,00
c. Bidang Akuntan Negara dengan penugasan sebanyak 34 dan menerbitkan
laporan sebanyak 33 dengan nilai sebesar Rp675.810.000,00. Penugasan Reviu
dan pendampingan atas proses pembangunan PMS pada PT. Perkebunan
Nusantara XIII (Persero) belum terbit laporannya, karena sampai dengan akhir
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 112
Desember 2014 penugasan tersebut masih dalam pelaksanaan dan belum
direalisasikan biaya penugasannya.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 113
BAB IV PENUTUP
Dalam menjalankan mandat yang diamanahkan sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00.286/K/2001 tanggal 20 Februari 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan dan telah diubah dengan Perubahan Ketujuh Keputusan Kepala BPKP
Nomor 11 Tahun 2013 tanggal 18 Februari 2013, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat berpedoman pada Rencana Strategis 2010 – 2014. Rencana Strategis Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat tersebut mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra)
BPKP 2010 – 2014 yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5
(lima) tahun yaitu tahun 2010 – 2014.
Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggarannya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan
kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai
hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 merupakan
Laporan Kinerja dari akhir periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat,
sehingga di dalam laporan kinerja ini menyajikan capaian kinerja tujuan selama masa
periode Renstra serta capaian kinerja sasaran strategis tahun 2014 dengan
membandingkan kinerjanya dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ini disusun berdasarkan data
realisasi kinerja yang telah dikelola secara sistematis dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Monitoring dan Evaluasi Rencana Kinerja Tahunan BPKP (SIM
MonevRKT). Sedangkan format telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat diukur dengan merata-
ratakan seluruh pencapaian tujuan dan sasaran stategis yang diwakili oleh masing-masing
indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Revisi Tapkin tahun 2014. Pengukuran
keberhasilan tujuan lebih kepada indikator benefit/impact sedangkan keberhasilan sasaran
strategis lebih dititikberatkan pada indikator outcome.
Adapun capaian kinerja tujuan, sasaran strategis dan upaya-upaya perbaikan kinerja di
masa yang akan datang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 114
A. Capaian Kinerja Tujuan (periode Renstra)
Sampai dengan berakhir periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2010-2014 capaian kinerja tujuan yaitu sebanyak 5 tujuan dengan 10 indikator
kinerja adalah sebesar 88,29% dengan kategori sangat baik dengan rincian sebagai
berikut:
No Tujuan Capaian Kinerja
1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
96,10
2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
140,12
3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
105,26
4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
66,67
5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
33,33
Rata-rata capaian Kinerja Tujuan 88,29
Uraian masing-masing capaian indikator tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Capaian tujuan “Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah
Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat” sebesar 96,10% dengan kategori
sangat baik belum optimal dikarenakan hanya 5 dari 15 Pemerintah Daerah di
wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memperoleh opini WTP atau sebesar
33,33%.
2) Capaian tujuan “Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan
pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat” sebesar 105,26% dengan kategori memuaskan. Namun
pengukuran Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) belum dapat dilakukan, dikarenakan belum ada Pemerintah
Daerah di wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam hal ini sebagai Tim Penilai
Internal (TPI) yang meminta ke Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat untuk
melakukan pembinaan menuju Zona Integritas yang nantinya akan dinilai oleh Tim
Penilai Nasional (TPN) sebagai wilayah yang telah memenuhi WBK dan WBBM.
3) Capaian tujuan “Tercapainya efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat” sebesar 66,67%
dengan kategori cukup, belum optimal dikarenakan hanya 6 (40%) Pemerintah
Daerah yang telah menyusun RTP.
4) Capaian tujuan “Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang
profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat”
sebesar 33,33% dengan kategori kurang . Hal ini disebabkan hanya 1 (20%)
Pemerintah Daerah yang berada di level 2 IACM yaitu Pemerintah Kabupaten Sintang
dari 5 Pemerintah Daerah yang opini atas laporan keuangannya WTP.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 115
B. Capaian KinerjaSasaran Strategis Tahun 2014
Berdasarkan Revisi Penetapan Kinerja Tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat melaksanakan 7 sasaran strategis dengan 33 indikator keberhasil,
capaian kinerja rata-rata 7 sasaran strategis tersebut adalah sebesar 124,64%termasuk
dalam kategori memuaskan dengan rincian sebagai berikut :
No Sasaran Rata-rata Capaian
Kinerja (%)
1. Meningkatkan Kualitas 95% Laporan Keuangan Kementerian Lembaga dan 90% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
123,78
2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara/ Daerah sebesar 75%
117,48
3. Terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 60% Instansi Pemerintah Daerah (IPD) dan terselenggaranya Good Governance (GG) pada 65% BUMN/BUMD
151,98
4. Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%
123,40
5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebesar 60%
91,66
6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang Profesional dan Kompeten Pada 80% Pemerintah Daerah
108,34
7. Meningkatnya Efektivitas Perencanaan Pengawasan sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaan Keuangan sebesar 100%
155,81
Rata-rata capaian Sasaran Stategis 124,64
Dari 7 sasaran strategis tersebut, sebanyak 6 sasaran capaian kinerjanya telah optimal
dengan rata di atas nilai 100% dengan kategori memuaskan. Namun masih terdapat 1
sasaran strategis yang capaian kinerja belum optimal yaitu “Meningkatnya Kualitas
Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebesar 60%”. Hal ini
disebabkan masih kurangnya komitmen Kepala Daerah dalam mendorong implementasi
SPIP.
C. Upaya dalam Rangka Peningkatan Kinerja
Capaian kinerja tujuan dan sasaran stategis tersebut di atas belum merupakan capaian
optimal dan memerlukan perbaikan kinerja di masa yang akan datang dengan
meningkatkan upaya-upaya kegiatan assurance dan consultancy diantaranya
denganmengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peningkatan opini BPKP atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah, opini BUMN/D
serta opini wajar atas laporan dukungan PHLN dengan melakukan upaya-upaya
sebagai berikut:
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 116
a. Penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Pemerintah
Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.
b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan dan pendampingan reviu laporan
keuangan Pemda bersama Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.
c. Pendampingan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D).
d. Peningkatan kapasitas SDM pada Pemerintah Daerah.
e. Pembenahan sistem dan tata kelola, sistem akuntansi, majajemen aset, asistensi
penyusunan laporan keuangan maupun Good Corporate Governance (GCG).
f. kegiatan audit, evaluasi, dan reviu diarahkan kepada kesesuaian penyelenggaraan
risk management, control, dan governance process dengan kualitas yang
digariskan dengan kebijakan manajemen, standar, atau norma yang diberlakukan
untuk praktik yang sehat.
2. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan bersih(good public
governance)dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Memantau seluruh pemerintah daerah agar menetapkan Peraturan Kepala Daerah
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah dikeluarkan oleh masing-
masing Kementerian terkait sesuai yang diamanatkan oleh PP nomor 65 tahun
2005.
b. Senantiasa mendampingi penyusunan RPJMD sesuai dengan masa kerja bupati
terpilih dengan menuangkan seluruh indikator SPM yang merinci target 5 tahunan
dan diturunkan dalam target tahunan dalam dokumen Rencana Kinerja SKPD
terkait.
c. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dengan mengoptimalkan Capaian Kinerja penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
d. Mendorong seluruh BUMN/D dan BLUD yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat untuk menerapkan kriteria GCG dengan pembinaan pada BUMN/BUMD serta
BLUD melalui kegiatan evaluasi/ pengembangan sistem pengelolaan dan
bimtek/konsultasi/sosialisasi/asistensi/pendampingan penerapan GCG.
3. Mewujudkan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan
kasus yang merugikan keuangan Negara di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat,
dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pre-emptif dan Preventif pada implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) serta sistem pencegahan KKN (Fraud Control Plan) di semua
SKPD di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
b. Peningkatan komunikasi dengan instansi penegak hukum terkait dengan
permintaan audit investigasi mapun PKKN.
c. Memberikan konsultasi kepada Tim Penilai internal (TPI) yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah untuk melakukan penilaian predikat WBK/WBBM di
wilayahnya masing-masing.
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 | 117
d. Melakukan sosialisasi tentang produk-produk Perwakilan BPKP Provinsi
Kalimantan Barat yang dapat dimanfaatkan stakeholders sesuai dengan mandat
yang ada, diantaranya dengan produk SIMDA, ekskalasi harga, FCP, GCG, SIA BLUD
serta aplikasi SIM-HP.
e. Melakukan penilaian maturitas SPIP sebagai wujud pengujian pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada seluruh Pemerintah Daerah di
Provinsi Kalimantan Barat.
4. Peningkatan kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan
kompeten melalui kegiatan sosialisasi JFA dan tata kelola APIP, sehingga seluruh
Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dapat ditingkatkan level Internal Audit Capability Model(IACM).
Sebagai akhir kata, kiranya Laporan Kinerja (LKj) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2014 ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang objektif bagi pihak-
pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam menilai kinerja Perwakilan BPKP
Provinsi Kalimantan Barat serta memberikan masukan bagi peningkatan dan penguatan
peran BPKP di daerah untuk memenuhi harapan masyarakat, yaitu terwujudnya good
governance.