LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi...

96
LAPORAN KINERJA Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian 2017

Transcript of LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi...

Page 1: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJADeputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

2017

Page 2: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 3: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Ringkasan Eksekutif

Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2015 Kementerian KoordinatorBidang Perekonomian dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 5Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator BidangPerekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian memiliki peran strategisdengan tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, danpelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yangterkait dengan isu di bidang Pangan dan Pertanian. Dalam Rencana Strategis DeputiBidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun 2015-2019, telah disusun 3 SasaranStrategis (SS) dan 4 Program Lintas Kerja.

Pencapaian ketiga Sasaran Strategis (SS) pada tahun 2017 menunjukkan hasilyang menggembirakan. SS 1, yaitu terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakanbidang pangan dan pertanian, berhasil dicapai dengan predikat SANGAT BAIK karenarealisasi capaian (100%) melebihi target yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan SS 2,yaitu terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pangan dan pertanian,realisasi capaian 100%; serta SS 3, yaitu terwujudnya efektivitas tata kelola pangan danpertanian, yang juga dicapai dengan kriteria SANGAT BAIK. Hasil Capaian SasaranStrategis dan Indikator Kinerja Utama tahun 2017 dijabarkan pada tabel berikut:

Sasaran Strategis Indikator KinerjaTarget

Capaian(%)

RealisasiCapaian

(%)Kriteria

SS 1Terwujudnya Koordinasi dansinkronisasi kebijakan Pangan danPertanian

Persentase hasil rekomedasikoordinasi dan sinkronisasikebijakan pangan danpertanian yang diselesaikan

100 100 SangatBaik

SS 2Terwujudnya pengendalianpelaksanaan kebijakan Pangan danPertanian

Persentase kebijakan bidangpangan dan pertanian yangterimplementasikan

100 100 SangatBaik

SS 3Terwujudnya efektivitas tata kelolapangan dan pertanian yang baik

Persentase partisipasistakeholders dalam kebijakanpangan dan pertanian

90 100 SangatBaik

Peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian cq. Deputi BidangKoordinasi Pangan dan Pertanian dalam mewujudkan kebijakan bidang pangan danpertanian yang berkualitas telah berhasil mencapai target-target yang ditetapkan yang

Page 4: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

diupayakan melalaui Program Lintas Kerja Koordinasi Pangan dan Pertanian, yaitu: (i)Ketersediaan dan Stabilitas Harga Pangan; (ii) Pengembangan komoditi berorientasiekspor; (iii) Koordinasi ketersediaan sarana prasarana pangan dan pertanian; dan (iv)Penanggulangan kemiskinan petani. Beberapa fakta/progress yang lebih baik terlihatselam tahun 2017, antara lain:

Pertanian tahun 2017 tumbuh 3,81%, merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 3tahun terakhir.

Inflasi Pangan (volatile food) tahun 2017 tercatat 0,71% (yoy), merupakan yangterendah dalam 14 tahun terakhir.

Angka Kemiskinan Petani tahun 2017 terus menurun signifikan. Nilai Tukar Petani tahun 2017 meningkat sejalan dengan stabilnya harga komoditas di

tingkat produsen dan konsumen.

Dari analisis capaian kinerja, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Program prioritas nasional, yakni Stabilisasi Harga Pangan, telah memenuhi targetyang ditetapkan pada tahun 2017.

2) Capaian realisasi kinerja dan anggaran mengalami perlambatan di awal tahun, namundapat diakselerasi pada semester kedua tahun 2017.

Beberapa pembenahan dilakukan selama tahun 2017, yakni sedang menyusunSOP/Proses Bisnis Tata Kelola Pangan, yang berisi tahapan-tahapan dalam menghasilkansuatu kebijakan pangan yang diambil.

Langkah-langkah perbaikan (improvement efforts) yang akan dilakukan ke depanantara lain:

1) Masih perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas sinkronisasi, koordinasi, danpengendalian di bidang Pangan dan Pertanian terutama dalam pencapaian programpengembangan komoditas ekspor, ketersediaan dan stabilitas harga pangan sertapenanggulangan kemiskinan petani.

2) Rekomendasi yang belum terselesaikan pada tahun 2017, perlu dioptimalkanditindaklanjuti pada tahun 2018. Sedangkan terhadap rekomendasi yang sudahdiselesaikan, perlu dipantau dan dievaluasi implementasinya.

3) Pengumpulan data dan evaluasi capaian kinerja berkala setiap triwulan, agardilakukan oleh masing-masing Asisten Deputi, untuk menjamin pelaksanaan kegiatansesuai dengan target yang telah direncanakan.

4) Penyerapan anggaran yang telah dilaksanakan secara optimal perlu dipertahankanuntuk dapat terus dicapai, terutama optimalisasi realisasi di awal tahun. Oleh karenaitu dibutuhkan perencanaan penggunaan anggaran yang baik yang diselaraskandengan target-target kinerja yang ditetapkan.

Page 5: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Daftar IsiHal.

KATA PENGANTARRINGKASAN EKSEKUTIFDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR SINGKATAN

iiiiv

viiixx

xiBAB I. PENDAHULUAN1.1. Umum1.2. Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

A. Kedudukan, Tugas Pokok, dan FungsiB. Organisasi dan Sumber Daya ManusiaC. Aspek strategisD. Isu Strategis

1122357

BAB II. PERENCANAAN KINERJA2.1. Rencana Strategis (Renstra)2.2. Sasaran Strategis2.3. Rencana Kerja (Renja) 20172.4 Perjanjian Kinerja (PK) 20172.5 Pengukuran Kinerja

889

111213

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA3.1. Capaian Kinerja

A. Capaian Sasaran Strategis 1 (SS 1)B. Capaian Sasaran Strategis 2 (SS 2)C. Capaian Sasaran Strategis 3 (SS 3)D. Analisis Capaian KinerjaE. Analisis Capaian Kinerja Antar TahunF. Analisis Capaian Program Lintas Kerja

a) Ketersediaan dan Stabilitas Harga Panganb) Pengembangan Komoditi Berorientasi Eksporc) Koordinasi Ketersediaan Sarana Prasarana Pangan dan Pertaniand) Penanggulangan Kemiskinan Petani

3.2. Realisasi Anggaran

16161620232527

27

BAB IV. PENUTUPLAMPIRAN

7981

Page 6: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Daftar TabelHal.

2.1. Sasaran Strategis Tahun 2015-20192.2 Rencana Kerja (Renja) Tahun 20162.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

101112

3.1. Target dan Realisasi Capaian Kinerja SS 1 Tiap Kegiatan3.2. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang Pangan3.3. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang Peternakan dan Perikanan3.4. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang Perkebunan dan Hortikultura3.5. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Sarana dan Prasarana Pangan

dan Pertanian3.6. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Agribisnis3.7. Target dan Realisasi Capaian Kinerja SS 2 (Pengendalian) Tiap Kegiatan3.8. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Pangan3.9. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Peternakan dan Perikanan3.10. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Perkebunan dan Holtikultura3.11. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Prasarana dan Sarana Pangan

dan Pertanian3.12. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Agribisnis3.13. Target dan Realisasi Capaian Kinerja SS 3 Tiap Kegiatan3.14. Capaian Kinerja Tiap Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 20163.15. Capaian Kinerja Deputi Tahun 2013 dan 20143.16. Capaian Kinerja Tiap Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 2015 dan 20163.17. Perbandingan yoy Harga Pangan3.18. Harga Pembelian Beras Di Luar Kualitas Di Gudang BULOG

(Lampiran Permentan 71 Tahun 2015)3.19. Harga Pembelian Beras Di Luar Kualitas Di Gudang BULOG

(Lampiran Permentan 45 Tahun 2016)3.20. Realisasi Anggaran Tiap Kegiatan Tahun 20163.21. Realisasi Anggaran Tiap Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 2016

1617181819

192121222223

23242526262850

51

7677

Page 7: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Daftar GambarHal.

1.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian1.2. Jumlah SDM Menurut Pendidikan dan Eselonisasi

45

2.1. Visi, Misi, dan Tujuan 83.1. Jumlah Petani Miskin, 2010-20163.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Januari-Desember 20163.3. Kondisi Harga CPO Tahun 20153.4. Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2012-2016

42444578

Page 8: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Daftar Singkatan

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara PAKDE Paket DeregulasiAPI Angka Pengenal Impor PDB Produk Domestik BrutoAsdep Asisten Deputi Permentan Peraturan Menteri PertanianBPDP Badan Pengelola Dana Perkebunan Perpres Peraturan PresidenBPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan PK Penetapan KinerjaBPS Badan Pusat Statistik PKO Palm Kernel OilBULOG Badan Urusan Logistik PMK Peraturan Menteri KeuanganBUMN Badan Usaha Milik Negara PP Peraturan PemerintahCBP Cadangan Beras Pemerintah PSO Public Service ObligationCPO Crude Palm Oil PTT Pegawai Tidak tetapHBKN Hari Besar Keagamaan Nasional QW Quick WinsIHK Indeks Harga Konsumen RDB Refined, Bleached and DeodorizedIKU Indikator Kinerja Utama Renja Rencana KerjaIP Indeks Pertanaman RENSTRA Rencana StrategisISPO Indonesian Sustainable Palm Oil System RPerpres Rancangan Peraturan PresidenK/L Kementerian/Lembaga RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalKPA Kuasa Pengguna Anggaran RPP Rancangan Peraturan PemerintahKUR Kredit Usaha Rakyat SRG Sistem Resi GudangLP2B Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan SS Sasaran StrategisMDM Mechanically Deboned Meat TBS Tandan Buah SegarNAMPA National Meat Processors Association UU Undang-UndangNTP Nilai Tukar Petani yoy year on year

Page 9: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

1

Bab I -- PENDAHULUAN

1.1. Umum

elanjutkan pelaksanaan agenda Prioritas Kedaulatan Pangan pada NawacitaPemerintahan yang telah dilaksanakan di tahun sebelumnya, di tahun 2017pembangunan sektor pertanian dalam usaha untuk mewujudkan penyediaan

dan stabilitas harga pangan masih terus menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah.Meskipun dihadapkan pada tantangan badai El Nino yang berdampak pada perubahaniklim yang mempengaruhi masa produksi, sektor pertanian sebagai tulang punggungpenyediaan pangan masyarakat tetap dibangun melibatkan berbagai stakeholder.Kerjasama multistakeholder khususnya kementerian/lembaga ini tentu tetapmembutuhkan peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian cq. Deputi BidangKoordinasi Pangan dan Pertanian untuk memfasilitasi proses koordinasi dan sinkronisasiserta pengendalian pelaksanaan kebijakan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang PelaporanKeuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014tentang Sistem Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah, maka tiap K/L wajib menyusunLaporan Kinerja (LAKIN) sebagai wujud pertanggungjawaban instansional yangmenggambarkan tentang akuntabilitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dari suatuinstansi pemerintah. Oleh karena itu, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanianperlu menyusun LAKIN sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja selamatahun 2016 dan sekaligus sebagai sumber evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja tiapunit organisasi di bawahnya. Penyusunan LAKIN juga didasarkan pada format LAKINsebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan dan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

M

Page 10: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

2

1.2. Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

A. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi

a) KedudukanBerdasarkan Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2015 tentang Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian dan Peraturan Menteri Koordinator BidangPerekonomian No. 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianKoordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanianberada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

b) Tugas PokokDeputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaanserta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isudi bidang Pangan dan Pertanian.

c) FungsiDalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi:a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pangan dan pertanian;b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu

di bidang pangan dan pertanian;c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang ketersediaan dan

stabilisasi harga pangan;d. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan dan stabilisasi harga

pangan;e. koordinasi dan sinkronisasi, perumusan, dan pelaksanaan, dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan komoditi berorientasi ekspor;f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang ketersediaan sarana

prasarana pangan dan pertanian;g. koordinasi, sinkronisasi, dan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan

kemiskinan petani;h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pangan dan pertanian; dani. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Page 11: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

3

B. Organisasi dan Sumber Daya Manusiaa) Organisasi

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang KoordinasiPangan dan Pertanian dibantu oleh 5 (lima) Asisten Deputi, yaitu:1) Asisten Deputi Pangan;2) Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan;3) Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura;4) Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian;5) Asisten Deputi Agribisnis.

Asisten Deputi (Asdep) mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapankoordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan danpengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidangmasing-masing terkait pangan dan pertanian.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, masing-masing Asdep dibantuoleh 2 (dua) Kepala Bidang dan Kelompok Jabatan Fungsional. Tugas pokok KepalaBidang adalah melaksanakan penyiapan bahan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporantentang masalah dan kegiatan di bidang yang menjadi tugasnya. Selanjutnya masing-masing Kepala Bidang didukung oleh 2 (dua) Kepala Sub Bidang dan beberapastaf/kelompok jabatan fungsional. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangandan Pertanian selengkapnya disajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Page 12: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

4

b) Sumber Daya Manusia (SDM)Jumlah Pegawai Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun 2017

sebanyak 69 orang, 59%nya laki-laki, terdiri dari 50 PNS dan 19 Pegawai Tidak Tetap(PTT). Pegawai didominasi usia 20 – 40 tahun (64%). Berdasarkan pendidikan, pegawaipada umumnya lulusan S2 (45%) dan S1 (26%), sebagaimana terlihat pada gambarberikut:

Page 13: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

5

Gambar 1.2. Jumlah SDM Menurut Jenis Kelamin, Usia, Jabatan dan Pendidikan

C. Aspek strategis1. Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar dan sangat penting dalam

pembangunan pertanian. Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayatidunia dan dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayatitertinggi di dunia. Sumberhayati berasal dari tumbuhan ada sekitar 40 ribu yang terdiridari 5.000 jenis jamur, 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman penghasilsayuran, 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis tanaman penyegar dan 55 jenis tanamanrempah.

Page 14: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

6

2. Indonesia juga memiliki sumberdaya biofisik yang cukup beragam untuk mendukungpengembangan pertanian antara lain adalah ketersediaan lahan, hara, dataran rendahdan tinggi, curah hujan yang merata di sebagian wilayah, sinar matahari yang terusmenyinari sepanjang tahun, kelembaban udara dan organisme-organisme, sertasetidaknya memiliki 47 ekosistem alami yang berbeda.

3. Ketersediaan lahan yang cukup besar sangatlah potensial pengembangan sektorpertanian. Indonesia memiliki luas daratan 191,09 juta hektar. Dari luas daratantersebut, sekitar 95,81 juta hektar yang potensial untuk pertanian, yang terdiri dari70,59 juta hektar berada di lahan kering, 5,23 juta hektar di lahan basah non rawa, dan19,99 juta hektar di lahan rawa.

4. PDB Pertanian tumbuh 3,81% pada tahun 2017, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun2016 sebesar 3,36%, dan memberikan andil yang besar terhadap total perekonomiansebesar 13,14% (share terbesar kedua setelah Industri Pengolahan).

5. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenagakerja (per Agustus 2017 menyerap 35,93% penduduk usia kerja).

6. Pertumbuhan kelas menengah yang sangat pesat, saat ini kelas menengah diIndonesia berjumlah 45 juta jiwa dan akan meningkat menjadi 135 juta pada tahun2030.

7. Produk pertanian Indonesia juga berpeluang untuk dipasarkan ke pasar internasional,baik produk segar maupun olahan.

D. Isu Strategis 20171. Ketersediaan dan Stabilisasi Harga Pangan, antara lain mengenai:

a. Kebijakan Fleksibilitas Harga Gabah/Beras sebesar 10% di atas HPP untukpembelian gabah/beras oleh Perum BULOG.

b. Kebijakan pembelian Gabah di luar kualitas pada musim panen raya.c. Penghitungan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ideal.d. Implementasi Peraturan Presiden tentang Penugasan kepada Perum BULOG

dalam rangka ketahanan pangan.e. Penyusunan peraturan tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras.f. Harga Daging Kerbau Beku Impor Rp. 80.000/kgg. Rasio Impor Sapi Bakalan dan Sapi Indukan Impor 5 : 1h. Kemitraan Persusuani. Kebijakan Sistem Informasi Pangan yang terintegrasi terkait pasokan dan harga

pangan di tiap daerah.j. Kebijakan Integrasi Data Pangan.

2. Pengembangan komoditas Berorietasi Ekspor, antara lain mengenai :a. Pengembangan produksi dan ekspor CPO khususnya melalui penguatan

Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan kebijakan replanting sawit.

Page 15: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

7

b. Peningkatan pemanfaatan karet alam di dalam negeri.c. Peningkatan Produksi Kakao.d. Peningkatan pengembangan Teh.e. Peningkatan ekspor produk ayam ras dan olahannyaf. Pengembangan rumput laut.g. Peningkatan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi dan pemasaran perikanan

3. Penyediaan sarana dan Prasarana Pangan dan Pertanian, antara lain mengenai:

a. Peredaran pupuk yang belum memenuhi standarb. Ketersediaan benih bermutuc. Pengembangan desa mandiri benihd. Ketersediaan lahan pertanian pangane. Laju konversi lahan sawah yang tinggif. Ketersediaan data daerah irigasi dan sawah beririgasig. Pembangunan sistem rantai dingin produk perikanan, seperti: cold storage, pabrik

es dan kapal pengangkut.h. Restrukturisasi industri perikanan

4. Penanggulangan Kemiskinan Petani

a. Pengembangan rumput laut secara luas sehingga akan menjadi pengungkitperekonomian masyarakat pesisir

b. Peningkatan alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Produksi khususnyasektor pertanian.

c. Peningkatan luasan dan penerima Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan AsuransiUsaha Ternak Sapi (AUTS).

Page 16: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

8

Bab II -- PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis (Renstra)

encana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanianmerupakan bagian dari penjabaran dari Permenko Nomor 11 Tahun 2005tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian tahun 2015-2019. Renstra tersebut juga mengacu pada RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019) sebagai turunan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yangmewajibkan seluruh Kementerian/Lembaga pemerintah untuk menetapkan Renstra yangdi dalamnya mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian KoordinatorBidang Perekonomian.

Visi, Misi, dan TujuanDalam Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun

2015-2019 telah ditetapkan Visi, Misi, dan Tujuan sebagai berikut:

2.2. Sasaran Strategis

Sasaran strategis yang ingin dicapai Deputi Bidang Koordinasi Pangan danPertanian dalam rangka mewujudkan tujuan 1 terkait dengan “Terwujudnya pertumbuhanekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di bidang pangan dan pertanian”, akanditunjukkan dengan sasaran strategis 1 dan 2 sedangkan sasaran strategis 3 merupakanbagian dalam rangka mendukung terlaksananya kinerja fungsi deputi dan jajaran dibawahnya, diperlukan kelengkapan kelembagaan yang berfungsi untuk mengelolaorganisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, baik dalam hal penyediaan

R

Gambar 2.1. Visi, Misi, dan Tujuan

VISITerwujudnya koordinasi, sinkronisasi, danpengendalian pembangunan ekonomi yang efektifdan berkelanjutan di bidang Pangan dan Pertanian

MISI1) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi

perumusan, penetapan, dan pelaksanaankebijakan di bidang pangan dan pertanian

2) Meningkatkan pengendalian pelaksanaankebijakan di bidang pangan dan pertanian

TUJUAN1) Terwujudnya pertumbuhan

ekonomi yang inklusif danberkelanjutan di bidang pangandan pertanian

2) Terwujudnya kinerja organisasiyang baik di bidang pangan danpertanian

Page 17: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

9

sarana, prasarana, SDM yang memadai guna menciptakan suasana kerja yang kondusif,sebagaimana perincian sebagai berikut:1. Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pencapaian tujuan mewujudkan

pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di bidang pangan danpertanian, yaitu:1) SS 1: Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang pangan dan

pertanian;2) SS 2: Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang pangan dan pertanian;

2. Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pencapaian tujuan mewujudkan kinerjaorganisasi yang baik di bidang pangan dan pertanian, yaitu:3) SS 3: Terwujudnya efektivitas tata kelola kebijakan bidang pangan dan pertanian

yang baik;

Tabel 2.1. Sasaran Strategis Tahun 2015-2019

Sasaran Strategis/IndikatorTarget

2015 2016 2017 2018 2019Sasaran Program (Outcome) 1: Terwujudnya Koordinasi dan

Sinkronisasi Kebijakan Pangandan Pertanian

Indikator Persentase hasil rekomendasi

koordinasi dan sinkronisasipangan dan pertanian yangdiselesaikan

100 100 100 100 100

Sasaran Program (Outcome) 2: Terwujudnya pengendalian

pelaksanaan kebijakan Pangandan Pertanian

Indikator Persentase kebijakan bidang

pangan dan pertanian yangterimplementasikan

100 100 100 100 100

Sasaran Program (Outcome) 3: Terwujudnya efektivitas tata

kelola pangan dan pertanianyang baik

Indikator: Persentase partisipasi

stakeholders dalam kebijakanpangan dan pertanian

90 90 90 90 90

Page 18: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

10

2.3. Rencana Kerja (Renja) Tahun 2017

Rencana Kerja (RKT) merupakan penetapan rencana capaian terhadap targetindikator kinerja berdasarkan sasaran strategis/sasaran program yang telah ditetapkandalam Renstra. RK menguraikan program/sasaran strategis yang terdiri dari beberapaIndikator Kinerja (IK) serta beberapa target yang harus dicapai oleh pengemban amanahdalam hal ini pimpinan unit kerja sebagai pembuat janji. Berikut uraian tabel RencanaKerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun 2017:

Tabel 2.2. Rencana Kerja (Renja) Tahun 2017Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2017Alokasi 2017(juta rupiah)

Terwujudnya Koordinasidan sinkronisasi kebijakanPangan dan Pertanian

Persentase hasilrekomendasi koordinasidan sinkronisasi kebijakanpangan dan pertanian yangdiselesaikan

100% 11.686

Terwujudnyapengendalian pelaksanaankebijakan Pangan danPertanian

Persentase kebijakanbidang pangan danpertanian yangterimplementasikan

100% 2.940

Terwujudnya efektivitastata kelola pangan danpertanian yang baik

Persentase partisipasistakeholders dalamkebijakan pangan danpertanian

90% 796

2.4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017

Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu bentuk kesepakatan kinerja yang harusdiwujudkan oleh pimpinan unit kerja atau penerima amanah sebagai janji atau tanggungjawab kepada atasannya yang harus dicapai dalam suatu waktu tertentu. Dokumen PKditandatangani oleh pembuat janji (pimpinan/penerima amanah) dan pimpinannya.

Dokumen PK nantinya akan dimanfaatkan oleh setiap pimpinan disusun setelah adakejelasan mengenai alokasi anggaran. Hal ini dimaksudkan agar dokumen PK dapatdisusun secara lebih realistis dengan mempertimbagkan ketersediaan sumber dana yangnyata akan diperoleh. Dokumen PK berfungsi sebagai alat untuk melaporkan capaianrealisasi kinerja LAKIP dan sebagai acuan target dalam menilai keberhasilan organisasi.Penetapan Kinerja dilampiri dengan Perjanjian Kinerja.

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanianadalah terbagi ke dalam 3 sasaran program dan 3 indikator, dengan perincian sebagaiberikut :

Page 19: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

11

Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2017Sasaran Program Indikator Kinerja Target 2017

Terwujudnya Koordinasi dansinkronisasi kebijakan Pangandan Pertanian(target: 19 rekomendasi)

Persentase hasil rekomendasikoordinasi dan sinkronisasikebijakan pangan dan pertanianyang diselesaikan

100%

Terwujudnya pengendalianpelaksanaan kebijakan Pangandan Pertanian(target: 9 rekomendasi)

Persentase kebijakan bidangpangan dan pertanian yangterimplementasi

100%

Terwujudnya efektivitas tatakelola pangan dan pertanianyang baik

Persentase partisipasistakeholders dalam kebijakanpangan dan pertanian

90%

2.5. Pengukuran Kinerja

Sasaran strategis Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2017adalah terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaanserta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu dibidang pangan dan pertanian, dengan indikator kinerja: Persentase hasil rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pangan dan

pertanian yang diselesaikan. Persentase kebijakan bidang pangan dan pertanian yang terimplementasikan. Persentase partisipasi stakeholder dalam kebijakan pangan dan pertanian.

= 100%Status/kriteria Capaian Kinerja diukur berdasarkan penilaian sebagai berikut:

Capaian Kinerja (%) Status /Kriteria

85 – 100 Sangat Baik

65 – 84 Baik

45 – 64 Kurang

< 45 Sangat Kurang

Page 20: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

12

Kriteria dan cara pengukuran capaian ketiga indikator kinerja tersebut di atasdijelaskan sebagai berikut:

1. Indikator persentase (%) hasil rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakanpangan dan pertanian yang diselesaikan

Koordinasi diartikan sebagai kegiatan untuk menyamakan persepsi, pemahamandan langkah tindaklanjut pihak-pihak terkait (K/L, BUMN, Swasta) dalam merencanakan,menyusun dan melaksanakan sebuah kebijakan di bidang pangan dan pertanian. Dalammelaksanakan koordinasi kebijakan diperlukan dukungan dari pihak-pihak terkait, yaitu:Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian,Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian BUMN, KementerianKeuangan, Kementerian Koperasi dan UKM, BKPM, BPN, BPS, Pemda, BUMN, danSwasta. Melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang KoordinasiPangan dan Pertanian, direkomendasikan tentang langkah-langkah dan pembagian tugasserta tanggung jawab masing-masing pihak sesuai kewenangannya untuk melaksanakankebijakan bidang pangan dan pertanian.

Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pangan dan pertanian yang dilaksanakan padatahun 2017 dalam rangka mengatasi simpul permasalahan ketersediaan dan stabilisasiharga pangan, pengembangan komoditi berorientasi ekspor, ketersediaan sarana danprasarana pangan dan pertanian, dan penanggulangan kemiskinan petani, dengan dasarpengukuran persentase hasil rekomendasi adalah persentase (%) rekomendasi yangdihasilkan dan diselesaikan.

Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dikatakan efektif apabila target persentaserekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pangan dan pertanian yangdiselesaikan dapat tercapai. Semakin banyak rekomendasi dan sinkronisasi yangdiselesaikan dan ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga maka sasaran strategis:“Terwujudnya Sinkronisasi dan Koordinasi Kebijakan Pangan dan Pertanian” akan semakinbaik.

Pengukuran capaian kinerja dihitung dengan formula:= ℎ 100%

Page 21: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

13

2. Indikator Persentase kebijakan bidang pangan dan pertanian yangterimplementasikan

Dalam rangka pencapaian sasaran strategis Deputi Bidang Koordinasi Pangan danPertanian, pada tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaankebijakan pangan dan pertanian untuk memonitor terimplementasikannya rekomendasiyang dihasilkan di tiap kegiatan, terdiri dari: rekomendasi kebijakan bidang pangan,kebijakan bidang Peternakan dan Perikanan, kebijakan bidang perkebunan danhortikultura, kebijakan bidang Sarana dan Prasarana Pangan dan Pertanian, dan kebijakanbidang Agribisnis.

Pengukuran capaian kinerja dihitung dengan formula:= ℎ 100%3. Indikator Persentase partisipasi stakeholders dalam kebijakan pangan dan

pertanian

Pengukuran indikator kinerja manajemen Deputi Bidang Koordinasi Pangan danPertanian dalam pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi, serta pengendalian kebijakanbidang pangan dan pertanian dilakukan dengan pengukuran partisipasi stakeholder dalamkehadiran. Persentase partisipasi stakeholder koordinasi dan sinkronisasi, sertapengendalian kebijakan pangan dan pertanian yang semakin besar, maka semakin baikkoordinasi yang dihasilkan.

Pengukuran capaian kinerja dihitung dengan formula:= ℎ ℎℎ 100%Berdasarkan tiga pengukuran indikator persentase hasil kinerja deputi tersebut,

selanjutnya dimasukan ke dalam rekapitulasi Capaian Kinerja Tiap Sasaran dan IndikatorKinerja.

Page 22: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

14

Bab III -- AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja

A. Capaian Sasaran Strategis 1 (SS 1)Sasaran Strategis 1 (SS 1), yaitu Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

bidang pangan dan pertanian. Pencapaian SS tersebut diukur dengan indikator kinerjapersentase (%) hasil rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pangan danpertanian yang diselesaikan. Penilaian kinerja tiap kegiatan sebagaimana tertuang padatabel 2.3 di Bab II.

Adapun pencapaian kinerja masing-masing kegiatan ditunjukkan pada tabelberikut :

Tabel 3.1. Target dan Realisasi Capaian Kinerja SS 1 Tiap Kegiatan

Capaian(%)

(5)/(2)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Koordinasi KebijakanBidang Pangan

7 85 7 7 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Peternakan danPerikanan

3 85 12 3 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Perkebunan danHortikultura

3 85 5 3 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Sarana danPrasarana Pangan danPertanian

3 85 3 3 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Agribisnis

3 85 12 3 100 Sangat Baik

Total 19 100 39 19 100 Sangat Baik

Kegiatan Rekomendasidihasilkan

Kriteria

Target Realisasi

RekomendasiCapaian

(%)Rekomendasidiselesaikan

Pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja di tiap kegiatan telah tercapaidengan SANGAT BAIK dan melebihi target yang ditetapkan.

Adapun perincian Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi tiap Kegiatansebagaimana dijabarkan pada tabel di bawah ini:

Page 23: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

15

Tabel 3.2. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang PanganNo. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu disusun KebijakanPengelolaan cadangan panganuntuk ketersediaan stabilitaspasokan dan harga pangan

a. Rapat Koordinasi tanggal 27Maret 2017 merekomendasikanRevisi Peraturan MenteriPertanian Nomor03/Permentan/PP.200/3/2017tentang Perubahan Ketiga AtasPeraturan Menteri PertanianTentang Pembelian Gabah diLuar Kualitas

b. Telah terbit Permentan Nomor07/Permentan/PP.200/3/2017Tentang Penyerapan Gabah Diluar Kualitas Dalam RangkaPenugasan Pemerintah

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu dirancang kebijakan sisteminformasi pangan yangterintegrasi

Hasil Pengendalian dan rapatkoordinasi merekomendasikanpengembangan dan penguatansistem informasi pasokan danharga pangan di tiap daerah

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3. Perlu dirancang kebijakanintegrasi data pangan

Keputusan Rapat Koordinasitanggal 22 September 2017tentang Kebijakan Integrasi DataKalender Tanam dan InformasiIklim

Terselesaikan(1 rekomendasi)

4. Perlu dirancang kebijakan impordan tata niaga pangan

Keputusan Rapat Koordinasitanggal 28 Juli 2017 tentang stokgula ex-impor BULOG sejumlah 16ribu ton untuk dapat dijual keindustri pengguna gula

Terselesaikan(1 rekomendasi)

5. Perlu disusun kebijakan bantuanpangan masyarakat

Keputusan Rapat KoordinasiTentang Usulan MekanismeKelebihan/Kekurangan BayarUntuk Bulog dalam pelaksanaanProgram Rastra

Terselesaikan(1 rekomendasi)

6. Perlu dilakukan Tata kelolapangan dan Pertanian

a. Keputusan Rapat KoordinasiTentang Penggunaan danaCSHP dalam penugasan dalamrangka penugasan kepadaPerum BULOG khusus untukkomoditas Gabah dan Berassebagai amanat Perpres No.20/2017

Terselesaikan(2 rekomendasi)

Page 24: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

16

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

b. Surat Menko PerekonomianNo. S-80/M.EKON/04/2017Tentang Usulan Penggunaandana CSHP dalam penugasandalam rangka penugasankepada Perum BULOG khususuntuk komoditas Gabah danBeras sebagai amanat PerpresNo. 20/2017

Tabel 3.3. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang Peternakan dan Perikanan

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu Perluasan Distribusi DagingKerbau Impor Dalam RangkaPengendalian Harga di LuarJabodetabek

a. Disetujui perluasan daerahdistribusi Daging Kerbau Impordari India diluar Jabodetabekyaitu Bandung Rayamelibatkan distributor padaRakortas Tingkat Menteritentang Pangan tanggal 1Februari 2017

b. Surat Menko Perekonomian keMenteri Perdagangan No. S-35/M.EKON/02/2017 tanggal10 Februari 2017 perihalPerluasan Pemasaran Dagingoleh Perum BULOG di LuarWilayah Jabodetabek

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu dilakukan pemetaan jenisikan sesuai segmen pasar denganberdasar pada Undang-UndangNomor 31 tahun 2004 tentangPerikanan.

Telah disusun peta pasokan dankebutuhan aneka jenis ikankonsumsi, Horeka dan industri

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3. Perlu Pengurangan Parent Stock(PS) dan Final Stock (FS) ayambroiler/pedaging dan layer/peteluryang diatur melalui KeputusanMenteri Pertanian

a. Kepmentan No. 3035 Tahun2017 tentang PenguranganDay Old Chicken (DOC) FinalStock (FS) AyamBroiler/Pedaging sebanyak 5juta butir/minggu, Day Old

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Page 25: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

17

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

Chicken (DOC) Final Stock (FS)Ayam Jantan Layer/Petelursebanyak 20 persen daripopulasi, dan afkir Final Stock(FS) Ayam Layer/Petelur umur70 minggu untuk populasi diatas 100.000 ekor.

b. Kepmentan No. 6073 Tahun2017 tentang PenguranganPopulasi Parent Stock (PS)umur 55 minggu ke atassebanyak 3 juta ekor dalam 3minggu

4. Diperlukan payung hukum dalampengaturan model KemitraanUsaha Peternakan

Penerbitan Permentan No. 13Tahun 2017 tentang KemitraanUsaha Peternakan

Terselesaikan(1 rekomendasi)

5. Diperlukan regulasi untukpengembangan persusuannasional secara berkelanjutandalam rangka memberi kepastianterhadap peternak dan pelakuusaha

Penerbitan Permentan No. 26Tahun 2017 tentang Penyediaandan Peredaran Susu

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Tabel 3.4. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang Perkebunan dan HortikulturaNo. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu disusun tindak lanjutrancangan Peraturan MenteriKeuangan yang mengatur tentangPeremajaan Sawit Rakyat

Telah ditandatangani PeraturanMenteri Keuangan Nomor84/PMK.OS/2017 tentangPenggunaan Dana PeremajaanPerkebunan Kelapa Sawit BadanLayanan Umum Badan PengelolaDana Perkebunan Kelapa Sawit

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu disusun rancangankebijakan pengembangan gulanasional

Telah disusun rancanganrekomendasi pengembangan gulanasional

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3. Perlu disusun rancanganPeraturan Presiden yangmengatur kebijakanpengembangan komoditas karetdalam negeri

Telah disusun rancanganPeraturan Presiden tentangPenghimpunan Dan PenggunaanDana Perkebunan Karet

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Page 26: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

18

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

4. Perlu disusun rancanganPeraturan Presiden yangmengatur kebijakan SistemIndonesia Sustainable Palm Oil(ISPO)

Telah disusun rancanganPeraturan Presiden tentangSistem Indonesia SustainablePalm Oil (ISPO)

Terselesaikan(1 rekomendasi)

5. Perlu disusun rancangankebijakan pengembanganflorikultura

Telah disusun rancanganrekomendasi pencanangantanggal 24 Juli sebagai HariFlorikultura Indonesia

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Tabel 3.5. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Sarana dan Prasarana Pangan dan Pertanian

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu disusun peraturan terkaitkepastian perizinan produksipupuk anorganik

Telah diterbitkan PermentanNomor36/PERMENTAN/SR/10/2017tentang Pendaftaran Pupuk An-Organik

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu peraturan baru sebagaidampak dibubarkannya BadanBenih Nasional

Telah diterbitkanPermentan Nomor40/PERMENTAN/TP.010/11/2017tentang Pelepasan VarietasTanaman

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3. Perlunya peninjauan kembaliefektifitas pemberian subsidibenihdengan adanya PengembanganDesa Mandiri Benih

Subsidi benih dihapuskan (tidakdianggarkan kembali dalam APBN2018)

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Tabel 3.6. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan AgribisnisNo. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu disusun perubahanPermenko No. 9 Tahun 2016tentang Pedoman PelaksanaanKredit Usaha Rakyat.

Telah diterbitkan PeraturanMenteri Koordinator BidangPerekonomian Nomor 11 Tahun2017 yang merevisi PeraturanMenteri Koordinator BidangPerekonomian Nomor 9 Tahun2016 tentang PedomanPelaksanaan Kredit Usaha Rakyat

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu disusun rancangan modelagribisnis padi berbasiskonsolidasi lahan (kluster)

Telah disusun rancangan modelagribisnis padi berbasiskonsolidasi lahan (kluster)

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3. Perlunya penataan dan penguatankelembagaan penyuluh pertanian

Telah disusun rancangan SEKemendagri dan Kementan

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Page 27: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

19

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

di tingkat Pusat, Provinsi, danKabupaten/Kota

B. Capaian Sasaran Strategis 2 (SS 2)Sasaran Strategis 2 (SS 2), yaitu Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan

bidang pangan dan pertanian. Pencapaian SS tersebut diukur dengan indikator kinerjapersentase (%) kebijakan bidang pangan dan pertanian yang terimplementasi.

Pengendalian pelaksanaan kebijakan dilakukan melalui kegiatan monitoring danevaluasi, kunjungan kerja dan kunjungan lapangan untuk melihat efektivitas pelaksanaanrekomendasi yang telah dilaksanakan. Dari hasil monitoring dan evaluasi kemudiandilakukan analisis pelaksanaan kebijakan. Berdasarkan hasil analisis kebijakan bahwakeberhasilan capaian kinerja pada pengendalian pelaksanaan kebijakan pangan danpertanian sangat baik.

Adapun pencapaian kinerja pengendalian masing-masing kegiatan ditunjukkanpada tabel berikut :

Tabel 3.7. Target dan Realisasi Capaian Kinerja SS 2 (Pengendalian) Tiap Kegiatan

Capaian(%)

(5)/(2)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Koordinasi KebijakanBidang Pangan

4 100 4 4 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Peternakan danPerikanan

1 100 5 1 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Perkebunan danHortikultura

1 100 4 1 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Sarana danPrasarana Pangan danPertanian

2 100 2 2 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Agribisnis

1 100 4 1 100 Sangat Baik

Total 9 100 19 9 100 Sangat Baik

Kegiatan Rekomendasidihasilkan

Kriteria

Target Realisasi

RekomendasiCapaian

(%)Rekomendasi

terimplementasi

Page 28: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

20

Rekomendasi terimplementasi dapat kami rinci sebagai berikut:

Tabel 3.8. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan PanganNo. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu dilakukan pengendalianpelaksanaan kebijakan pangan

Keputusan Rapat Koordinasitanggal 7 Juli 2017 tentang BULOGdiberikan Fleksibilitas HargaGabah/Beras sebesar 10% di atasHPP

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu dilakukan pengendalianpelaksanaan kebijakan cadanganpangan

a. Keputusan Rapat Koordinasitentang Mekanisme baruPengelolaan Dana CBP danusulan Jumlah Cadangan BerasPemerintah (CBP) ideal

b. Surat Deputi No. S-35/D.II.M.EKON/04/2017tentang MekanismePenggunaan Dana CBP

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3. Perlu dilakukan pengendalianpelaksanaan kebijakan hargapangan

Keputusan Rapat Koordinasitanggal 28 Juli 2017 tentangperlunya membentuk tim untukmengkaji pengaturan harga danjenis beras dalam implementasikebijakan Harga Eceran Tertinggi(HET) Beras

Terselesaikan(1 rekomendasi)

4. Perlu dilakukan pengendalianpengendalian pelaksanaankebijakan impor dan Tata NiagaPangan

a. Keputusan Rapat Koordinasitentang pengendalianimportasi besar khusus

b. Surat Deputi No. S-34/D.II.M.EKON/04/2017tentang Alokasi Impor BerasKukus dan Basmati

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Page 29: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

21

Tabel 3.9. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Peternakan dan Perikanan

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu penyederhanaan izin usahapenangkapan ikan denganmengurangi jumlah dokumenyang layak dipersyaratkan dalamrangka meningkatkan kemudahandaya saing usaha perikanan.

Telah diusulkan penyederhaanregulasi regulasi terkait perizinanusaha perikanan sebagaitindaklanjut dari Perpres No. 91Tahun 2017 tentang PercepatanPelaksanaan Berusaha

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu revisi Permendag No. 63Tahun 2016 tentang Harga AcuanPembelian di Petani dan Penjualandi Konsumen, denganmemasukkan harga acuan untukproduk ternak (daging sapi, dagingayam ras, dan telur ayam ras)

Telah diterbitkan Permendag No.27 Tahun 2017 tentang PenetapanHarga Acuan Pembelian di Petanidan Harga Penjualan di Konsumendengan mencantumkan hargaacuan daging dan telur ayam rasserta harga daging sapi yangdipisahkan berdasarkan potongan

Terselesaikan(1 rekomendasi)

3 Perlu disepakati Neraca tahun2017: Konsumsi daging sapi perkapita 2,31 kg/kap/tahun;Kebutuhan Nasional 604,97 ribuTon; Produksi dalam negeri 354,77ribu ton; sehingga kekurangan -250,20 ribu ton

Telah disepakati data Neracakebutuhan dan ketersediaandaging sapi tahun 2017 dan telahdisampaikan dalam bahanRakortas Pangan Tingkat Menteriterkait dengan Daging Sapi.

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Tabel 3.10. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Perkebunan dan Hortikultura

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu dilakukan revisi PeraturanPresiden Nomor 24 Tahun 2016tentang Perubahan PeraturanPresiden Nomor 61 Tahun 2015tentang Penghimpunan danPenggunaan Dana PerkebunanKelapa Sawit

Telah disusun rancangan revisiPeraturan Presiden Nomor 24Tahun 2016 tentang PerubahanPeraturan Presiden Nomor 61Tahun 2015 tentangPenghimpunan dan PenggunaanDana Perkebunan Kelapa Sawit

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlu dilakukan revisi PeraturanMenteri Pertanian Nomor86/Permentan/OT.140/8/2013terkait Rekomendasi ImporProduk Hortikultura

Telah diterbitkan : Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 16/Permentan/HR.060/5/2017 terkait RekomendasiImpor Produk Hortikultura

Peraturan Menteri PertanianNomor 38/Permentan/HR.060/11/2017 tentang

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Page 30: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

22

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

Rekomendasi Impor ProdukHortikultura

3. Perlu dilakukan revisi PeraturanMenteri Perdagangan Nomor63/M-DAG/Per/9/2016 tentangHarga Acuan Pembelian di Petanidan Harga Acuan Penjualan diKonsumen

Telah diterbitkan PeraturanMenteri Perdagangan No. 27/M-DAG/PER/ 5/2017 tentangPenetapan Harga AcuanPembelian di Petani dan HargaAcuan Penjualan di Konsumen

Terselesaikan(1 rekomendasi)

4. Perlu dilakukan revisi PeraturanMenteri Perdagangan Nomor71/M-DAG/PER/9/2015 tentangtentang Ketentuan Impor ProdukHortikultura

Telah diterbitkan : Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 30/M-DAG/PER/5/2017 tentangPerubahan Atas PeraturanMenteri Perdagangan Nomor71/M-DAG/PER/9/2015 tentangKetentuan Impor ProdukHortikultura

Peraturan MenteriPerdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/ 6/2017 tentangPerubahan Atas PeraturanMenteri Perdagangan Nomor30/M-DAG/PER/5/2017 tentangKetentuan Impor ProdukHortikultura

Terselesaikan(1 rekomendasi)

Tabel 3.11. Rekomendasi Hasil PengendalianKebijakan Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu dilakukan sinkronisasi dataterkait dengan luas Daerah Irigasidan Luas Baku Lahan Sawah yangmasih menjadi kendala antarinstansi/ lembaga.

Menyediakan/sinkronisasi dataluas baku lahan sawah dalamrangka penyusunan PetaGeospasial Tematik Sawah

Terselesaikan(1 rekomendasi)

2. Perlunya Penyempurnaanrancangan Peraturan Presidententang Percepatan PenetapanLahan Sawah Berkelanjutan danPenundaan Alih Fungsi LahanSawah

Finalisasi Rancangan Terselesaikan(1 rekomendasi)

Page 31: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

23

Tabel 3.12. Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Agribisnis

No. Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1. Perlu penyempurnaan kriteriacalon penerima KUPS

Telah disusun mekanisme dankriteria calon penerima KUPS

Terselesaikan(1 rekomendasi)

C. Capaian Sasaran Strategis 3 (SS 3)

Sasaran Strategis 3 (SS 3), yaitu Terwujudnya efektivitas tata kelola pangan danpertanian yang baik. Pencapaian SS tersebut diukur dengan indikator kinerja persentase(%) partisipasi stakeholders dalam kebijakan pangan dan pertanian.

Adapun pencapaian kinerja masing-masing kegiatan ditunjukkan pada tabelberikut :

Tabel 3.13. Target dan Realisasi Capaian Kinerja SS 3 Tiap Kegiatan

Rata-rataPeserta yang

dihadir

Capaian (%)(4)/(3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)Koordinasi KebijakanBidang Pangan

90 30 30 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Peternakan danPerikanan

90 30 30 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Perkebunan danHortikultura

90 30 30 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Sarana danPrasarana Pangan danPertanian

90 25 25 100 Sangat Baik

Koordinasi KebijakanBidang Agribisnis

90 25 25 100 Sangat Baik

Total 90 140 140 100 Sangat Baik

Kegiatan Kriteria

RealisasiRata-rata

Peserta yangdiundang

TargetCapaian

(%)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa tata kelola kebijakan pangan dan pertaniansudah berjalan efektif yang ditunjukkan dengan kriteria SANGAT BAIK pada masing-masing kegiatan. Capaian ini diharapkan akan terus dipertahankan pada tahun-tahunmendatang untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tupoksi Deputi BidangKoordinasi Pangan dan Pertanian.

Page 32: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

24

D. Analisis Capaian Kinerja

Berdasarkan pengukuran kinerja tiap kegiatan di atas, maka Capaian KinerjaDeputi Pangan dan Pertanian Tahun 2017 selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.14. Capaian Kinerja Tiap Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator KinerjaTarget

Capaian(%)

RealisasiCapaian

(%)Kriteria

TerwujudnyaKoordinasi dansinkronisasi kebijakanPangan dan Pertanian

Persentase hasilrekomedasi koordinasidan sinkronisasi kebijakanpangan dan pertanianyang diselesaikan

100 100 Sangat Baik

Terwujudnyapengendalianpelaksanaan kebijakanPangan dan Pertanian

Persentase kebijakanbidang pangan danpertanian yangterimplementasikan

100 100 Sangat Baik

Terwujudnyaefektivitas tata kelolapangan dan pertanianyang baik

Persentase partisipasistakeholders dalamkebijakan pangan danpertanian

90 100 Sangat Baik

Tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertaniandilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian sasaran strategis yangtelah ditetapkan dalam penetapan kinerja dengan realisasinya. Secara keseluruhan, dapatdisimpulkan bahwa tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Kooordinasi Pangan danPertanian tahun 2017 dinyatakan “sangat baik” (pencapaian sesuai/melebihi target yangditetapkan).

Page 33: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

25

E. Capaian Kinerja Antar Tahun

Perkembangan capaian kinerja Deputi setiap tahunnya ditunjukkan pada capaiankinerja Deputi Tahun 2013-2017, seperti dalam tabel berikut:

Tabel 3.15. Capaian Kinerja Deputi Tahun 2013 dan 2014

Indikator Kinerja2013 2014

Target RealisasiCapaian

(%)Target Realisasi

Capaian(%)

Tingkat (Indeks)Efektivitas KoordinasiPerencanaan danPenyusunan Kebijakan diBidang Pangan danSumber Daya Hayati

4 4,65 116 4 5 125

Persentase (%)Rekomendasi Koordinasiyang dapatdiimplementasikan diBidang Pangan danSumber Daya Hayati

85% 92,86% 109 100% 100% 100

Tingkat (Indeks)Efektivitas PelaksanaanSinkronisasi KebijakanBidang Pangan danSumber Daya Hayati

4 4,05 101 4 5 125

Tabel 3.16 Capaian Kinerja Tiap Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 2015 - 2017Sasaran Strategis 2015 2016 2017

Target(%)

Realisasi(%)

Target(%)

Realisasi(%)

Target(%)

Realisasi(%)

Terwujudnya Koordinasidan sinkronisasi kebijakanPangan dan Pertanian

100 106 100 117 100 100

Terwujudnyapengendalian pelaksanaankebijakan Pangan danPertanian

100 100 100 125 100 100

Terwujudnya efektivitastata kelola pangan danpertanian yang baik

90 121 90 100 90 100

Perkembangan capaian kinerja Deputi menunjukkan bahwa target tercapai tiap tahun,dengan realisasi yang bervariasi.

Page 34: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

26

F. Analisis Capaian Program Lintas Kerja

Penjabaran tugas Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian telahdituangkan dengan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama masing-masing. Selainitu, sesuai yang tertuang pada Perpres Nomor 8 Tahun 2015 tentang KementerianKoordinator Bidang Perekonomian dan Permenko Nomor 11 Tahun 2015 tentang RenstraKementerian Koordinator Bidang Perekonomian, arah kebijakan Deputi BidangKoordinasi Pangan dan Pertanian juga ditekankan pada Program Lintas Kerja KoordinasiPangan dan Pertanian, yaitu:

a) Ketersediaan dan Stabilitas Harga PanganStabilisasi Harga Pangan merupakan salah satu program prioritas Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian pada beberapa tahun, termasuk tahun 2017. Hargapangan yang stabil yang tercermin dari rendahnya tingkat inflasi pangan juga merupakanbagian dari Quick Wins Kementerian cq. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian.Pada QW tersebut, inflasi pangan ditargetkan di bawah 6%.

Upaya menjaga kestabilan harga pangan telah dilakukan melalui kegiatansinkronisasi, koordinasi, dan pengendalian kebijakan antara lain melalui rapat koordinasidi tingkat teknis, rapat koordinasi terbatas tingkat menteri, focus group discussion, seminarmaupun bentuk koordinasi lainnya dengan berbagai kementerian/lembaga dengan tujuanuntuk menjamin stabilitas ketersediaan (penyediaan kebutuhan pangan) dan stabilitasharga khususnya untuk mencapai target inflasi dimaksud. Berbagai kebijakan yangmenjadi bagian koordinasi tersebut antara lain kebijakan HET Beras, fleksibilitas HPPgabah/beras, revisi harga acuan produk hortikultura dan ternak, kebijakan penguatancadangan beras pemerintah, dan pengendalian importasi pangan.

Perkembangan harga komoditas pangan di tahun 2017 memang terlihat lebihbergejolak (volatile) dari tahun 2016. Nilai koefisien variasi (KV) 2017 pada beberapakomoditi pangan lebih tinggi dari 2016, seperti beras dan produk hortikultura (cabe rawit,bawang merah, dan bawang putih). Kebijakan HET Beras, rendahnya suplai gabah (karenapanen yang tidak merata), dan faktor musiman ikut mempengaruhi stabilitas harga berasdan hortikultura. Hasilnya, secara umum, rata-rata KV harga pangan 2017 juga lebih tinggidibandingkan tahun sebelumnya.

Tingkat inflasi bahan makanan tahun 2017 (yoy) mencapai 1,26%, masih lebihrendah dari tahun 2016 dengan inflasi bahan makanan sebesar 5,69%. Tingkat inflasitersebut masih relatif terkendali, masih di bawah target yang ditetapkan pada Quick WinsKementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yakni <6% dan merupakan capaianterbaik dalam 14 tahun terakhir.

Page 35: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

27

KomoditiKV

2016Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 Mei-17 Jun-17 Jul-17 Agu-17 Sep-17 Okt-17 Nov-17 Des-17 Rata-rata

StandarDeviasi

KV2017

Beras Umum (Rp/Kg) 0,74 13.222 13.202 13.125 13.074 13.096 13.125 13.090 13.095 13.215 13.346 13.429 13.676 13.225 179,61 1,36Daging Ayam Ras (Rp/Kg) 6,03 32.857 29.595 29.970 30.673 32.198 33.478 32.208 32.611 31.308 30.561 30.877 33.308 31.637 1.313,45 4,15Daging Sapi (Rp/Kg) 1,09 116.227 115.614 114.631 114.447 114.310 117.225 116.551 115.362 115.471 115.291 115.306 115.042 115.456 862,81 0,75Minyak Goreng Curah (Rp/kg) 5,58 12.571 12.909 12.900 12.626 12.564 12.631 12.567 12.388 12.457 12.486 12.486 12.416 12.583 168,63 1,34Minyak Goreng Kemasan (Rp/ltr) 0,94 13.896 14.019 14.119 14.182 14.241 14.284 14.294 14.261 14.201 14.173 14.183 14.142 14.166 114,44 0,81Gula Pasir (Rp/Kg) 8,34 15.103 15.207 15.158 15.032 15.150 15.210 15.125 14.887 14.542 14.152 13.981 13.987 14.794 491,84 3,32Tepung Terigu (Rp/Kg) 0,54 9.746 9.738 9.699 9.710 9.715 9.733 9.726 9.723 9.669 9.716 9.729 9.875 9.732 49,46 0,51Cabai Rawit (Rp/Kg) 27,20 95.981 111.522 89.624 54.455 49.269 41.813 39.033 30.705 25.036 24.998 26.597 34.205 51.937 30.226,00 58,20Cabai Merah (Rp/Kg) 28,09 46.828 43.903 35.897 30.754 34.334 30.532 26.304 26.253 26.715 29.363 32.660 36.719 33.355 6.653,10 19,95Bawang Merah (Rp/Kg) 11,68 32.866 38.529 38.351 32.174 31.972 35.946 35.320 28.821 26.423 24.552 27.568 26.235 31.563 4.839,05 15,33Bawang Putih (Rp/Kg) 8,18 38.544 39.615 38.675 43.526 56.002 50.092 40.024 32.695 28.239 26.140 24.755 25.144 36.954 9.999,71 27,06Tempe (Rp/Kg) 0,46 12.521 12.381 12.192 12.196 12.203 12.333 12.264 12.167 12.140 12.157 12.158 12.179 12.241 115,21 0,94Telur ayam ras (Rp/Kg) 6,68 20.696 19.776 19.362 19.460 21.168 20.680 21.477 21.726 21.287 20.800 21.247 24.040 20.977 1.241,27 5,92Ikan Bandeng (Rp/Kg) 3,62 32.488 31.788 32.118 32.765 32.750 33.690 34.025 34.043 33.529 33.832 33.662 34.789 33.290 896,69 2,69Ikan Kembung (Rp/Kg) 1,59 35.083 35.384 34.663 34.258 35.030 36.055 36.953 36.558 36.247 36.340 36.534 37.900 35.917 1.052,92 2,93

Rata-rata 7,38 9,68

Sumber: BPS (diolah); KV: Koefisien Variasi

Sumber: BPS (diolah);

11,3510,57

4,935,69

1,26

2013 2014 2015 2016 2017

Inflasi Bahan Makanan yoy, 2013-2017 (%)

Page 36: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

28

BAHAN NARASI LAKIPStabilisasi Harga Beras

Beras merupakan komoditas strategis dan utama dalam pangsa pengeluaranrumah tangga. Perubahan harga beras sangat sensitif terhadap tekanan inflasi karenaandilnya yang besar terhadap inflasi. Selain itu, perubahan harga beras jugamempengaruhi tingkat kemiskinan agregat.

Berbagai rekomendasi dan regulasi terkait kebijakan perberasan yang dihasilkantahun 2017 sebagai hasil koordinasi dan sinkronisasi yang dilakukan, antara lain:1) Rapat Koordinasi tanggal 27 Maret 2017 merekomendasikan Revisi Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 03/Permentan/PP.200/3/2017 tentang Perubahan Ketiga AtasPeraturan Menteri Pertanian Tentang Pembelian Gabah di Luar Kualitas. Telah terbitPermentan Nomor 07/Permentan/PP.200/3/2017 Tentang Penyerapan Gabah Di luarKualitas Dalam Rangka Penugasan Pemerintah.

2) Keputusan Rapat Koordinasi tentang Mekanisme baru Pengelolaan Dana CBP danusulan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ideal. Surat Deputi No. S-35/D.II.M.EKON/04/2017 tentang Mekanisme Penggunaan Dana CBP

3) Keputusan Rapat Koordinasi tentang pengendalian importasi besar khusus. SuratDeputi No. S-34/D.II.M.EKON/04/2017 tentang Alokasi Impor Beras Kukus danBasmati.

4) Keputusan Rapat Koordinasi Tentang Penggunaan dana CSHP dalam penugasandalam rangka penugasan kepada Perum BULOG khusus untuk komoditas Gabah danBeras sebagai amanat Perpres No. 20/2017. Surat Menko Perekonomian No. S-80/M.EKON/04/2017 Tentang Usulan Penggunaan dana CSHP dalam penugasandalam rangka penugasan kepada Perum BULOG khusus untuk komoditas Gabah danBeras sebagai amanat Perpres No. 20/2017.

5) Keputusan Rapat Koordinasi tanggal 7 Juli 2017 tentang BULOG diberikan FleksibilitasHarga Gabah/Beras sebesar 10% di atas HPP.

6) Keputusan Rapat Koordinasi tanggal 28 Juli 2017 tentang perlunya membentuk timuntuk mengkaji pengaturan harga dan jenis beras dalam implementasi kebijakanHarga Eceran Tertinggi (HET) Beras.

7) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017 tentang Harga EceranTertinggi Beras.

8) Keputusan Rapat Koordinasi tanggal 22 September 2017 tentang Kebijakan IntegrasiData Kalender Tanam dan Informasi Iklim.

9) Keputusan Rapat Koordinasi Tentang Usulan Mekanisme Kelebihan/KekuranganBayar Untuk Bulog dalam pelaksanaan Program Rastra.

Page 37: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

29

Perkembangan harga beras tahun 2017 relatif stabil dan menyumbang andil padainflasi 2017 sebesar 0,16%.

Stabilisasi Harga Daging SapiDaging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang menjadi

perhatian Pemerintah. Pemenuhan konsumsi baik rumah tangga, horeka, hingga industriterus diupayakan dengan harga yang terjangkau.

Tren harga daging sapi sejak 2011 hingga 2016 menunjukan bahwa setiaptahunnya selalu terbentuk harga baru yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Trend Harga Daging Sapi 2011-2017

MtM 2016 MtM 2017 20112012 2013 20142015 2016 2017

Sumber: BPS dan Kemendag (diolah)

Page 38: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

30

Namun pada tahun 2017, tren tersebut berubah. Sejumlah kebijakan dan program yangterkoordinasi dengan baik antar Kementerian dan Lembaga oleh Kemenko Perekonomianmenghasilkan harga daging sapi yang kestabilan dan tidak membentuk harga barudibandingkan tahun 2016.

Upaya stabilisasi harga daging sapi selama tahun 2017 tercapai melaluipemenuhan kebutuhan daging sapi yang mencapai 604.968 ton. Kebutuhan tersebutdipenuhi dari produksi dalam negeri sebesar 474.840 ton, sementara kekurangannyadipenuhi dari impor daging kerbau asal India oleh Perum Bulog dengan penugasan sebesar100.000 ton. Penugasan tersebut merupakan lanjutan dari kebijakan tahun 2016 untukmenutupi permintaan daging sapi di Jabodetabek. Pada tahun 2017, distribusi dagingkerbau diperluas keluar Jabodetabek untuk memenuhi kebutuhan di sejumlah daerah.

Pengendalian harga daging sapi tidak semata-mata ditentukan oleh jumlahsupply yang mencukupi kebutuhan, aktifitas perdagangan turut mempengaruhi harga ditingkat konsumen. Salah satu upaya pengendalian yang dilakukan adalah melaluiPermendag 63 Tahun 2016 yang diubah dengan Permendag No. 27 Tahun 2017 tentangPenetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.Regulasi tersebut menjadi landasan pengendalian harga daging sapi dan daging kerbauserta batasan yang jelas untuk pelaku perdagangan ketika mengambil keuntungan.

Stabilisasi harga daging sapi tidak hanya bisa ditangani dengan kebijakan-kebijakan jangka pendek, sejumlah program jangka panjang mulai berjalan di tahun 2017.Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) menjadi program unggulanKementerian Pertanian dalam rangka meningkatkan populasi sapi potong melaluiinseminasi buatan. Upaya peningkatan populasi juga dibarengi dengan kebijakanpemasukan sapi indukan melalui pemasukan sapi bakalan yang tertuang dalam PermetanNo. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Permentan No. 49 Tahun 2016 tentangPemasukan Ternak Ruminansia Besar ke Dalam Wilayah NKRI.

Selain itu dikembangkan sapi Indukan BX impor yang diintegrasikan denganperkebunan sawit milik rakyat. Pola integrasi dikembangkan dalam rangka efisiensi usahadan konsep zero waste bagi usaha ternak sapi dan perkebunan sawit. Limbah sawitsebagai sumber pakan potensial untuk ternak sapi dan limbah sapi sebagai pupuk kompossubtitusi pupuk kimia guna perbaikan struktur lahan perkebunan.

Pengaturan suplai daging dan telur ayam rasProduksi daging dan telur ayam ras secara nasional telah mencukupi kebutuhan

bahkan cenderung over suplai setiap tahun. Produksi daging ayam tahun 2016 sebesar 2,8juta ton dengan tingkat konsumsi 4,82 kg/kap/tahun dengan kebutuhan 1,3 juta tonsehingga masih ada over suplai 1,5 juta ton. Sedangkan pada tahun 2017 tingkat konsumsi

Page 39: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

31

perkapita meningkat menjadi 12,33 kg/kap/tahun dengan kebutuhan 3,23 juta ton, namunproduksi mencapai 3,29 juta ton sehingga masih over suplai 60 ribu ton. Hal ini yangmenyebabkan fluktuasi harga ayam livebirds di peternak yang cenderung merugikanpeternak mandiri karena harga livebirds dibawah harga acuan Pemerintah dalamPermendag 27 Tahun 2017 bahkan dibawah biaya pokok produksi. Berdasarkan dataPinsar Indonesia harga ayam pedaging di Jawa berkisar Rp 15.000 - Rp 16.000 per kg, diBali sekitar Rp 14.500 - Rp 15.000 per kg dan di Sumatera sekitar Rp 14.500 - Rp 16.000 perkg. Pemerintah telah menetapkan harga acuan pembelian di tingkat produsen yaitulivebirds sebesar Rp. 18.000/kg.

Untuk mengatasi hal tersebut diupayakan beberapa langkah dalam koordinasiKemenko Perekonomian yaitu mendorong peningkatan ekspor daging ayam danolahnnya serta pengaturan suplai ayam ras dalam negeri. Pengaturan yang ada dalamPermentan 61 Tahun 2016 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Rasdan Telur Konsumsi yang selanjutnya disesuaikan dengan Permentan 32 Tahun 2017tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Harga Ayam pedaging di tingkat peternak masih di bawah harga acuan yangditetapkan Pemerintah. Hal ini diakibatkan banyaknya pasokan Ayam, sedangkanpermintaan di masyarakat sedang menurun. salah satu solusi untuk mengatasi lebihnyapasokan Ayam ini adalah dengan melakukan ekspor ke beberapa negara potensial sepertiTimor Leste, Jepang serta Myanmar (ekspor ke Myanmar sudah berjalan).

Kebijakan untuk mengangkat harga Ayam pedaging di tingkat peternak yaituPermentan No 61/2016 dan Permentan No 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, danPengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. dan harga acuan pembelian di tingkatpeternak yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 18.000 per kg.

sumber protein hewani daging ayam ras memegang peran penting dengankonsumsi daging hewani tertinggi yang mencapai 12,33 kg/kapita/tahun pada tahun 2017,keseluruhan konsumsi ini dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, bahkan melebihikebutuhan (oversupply). Oversupply menjadi perhatian pemerintah karena dinilai menjadipenyebab fluktuasi harga daging ayam ras. Dalam hal ini sejumlah pengaturan terkaitharga daging ayam telah dikeluarkan khususnya dari sisi perdagangan melalui PermendagNo. 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga AcuanPenjualan di Konsumen. Dalam regulasi tersebut, harga acuan livebird ayam ras adalah Rp.18.000/kg dan daging ayam ras adalah Rp. 32.000/kg. Implementasi sepanjang tahun 2017berjalan cukup baik walaupun fluktuasi harga masih berlangsung di bulan-bulan tertentu,sebagai tindaklanjut dari fluktuasi tersebut dilakukan pengelolaan pasokan khususnyapengendalian oversupply.

Page 40: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

32

Berdasarkan tren harga daging ayam ras tahun 2017 memperlihatkan fluktuasiharga dengan penurunan dan kenaikan pada bulan-bulan tertentu yang menyerupaitahun-tahun sebelumnya. Umumnya kenaikan harga terjadi pada bulan Desember-Januari dan Juli-September, dimana pada bulan tersebut permintaan daging ayammeningkat untuk kebutuhan hari raya keagamaan dan horeka. Sementara penurunanharga terjadi pada bulan Februari-April dan September-November yang mengindikasikanpenurunan permintaan.

Stabilisasi Harga Gula

Berdasarkan data kebutuhan industri pada Kementerian Perindustrian,diperkirakan kebutuhan gula nasional tahun 2017 mencapai 5,7 juta ton, mencakupkebutuhan gula konsumsi 2,8 juta ton dan gula industri 2,9 juta ton. Dengan industrimakanan minuman tumbuh positif setiap tahun, maka kebutuhan gula industrimeningkat. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia memperkirakanindustri makanan dan minuman dapat tumbuh 8% di 2017. Produksi gula dalam negerihanya pada kisaran 2,12 juta ton tahun ini, masih jauh dibanding kebutuhan gula konsumsiyang rata-rata 2,5 juta-3 juta per tahun. Begitupun gula industri, memerlukan pasokan 3juta-4 juta ton. Jika produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan, makapeningkatan angka impor tidak dapat dihindari.

Beberapa hambatan dalam pemenuhan kebutuhan gula antara lain: pertama,harga gula pada tingkat petani masih rendah, sehingga petani tebu kurang tertarik untukmenanam tebu kembali. Dengan kondisi tersebut, maka dapat terjadi bahan baku tebuakan semakin menurun. Harga lelang gula tani Rp9.200 per kg, di bawah biaya produksiRp10.600 per kg. Rendahnya harga jual membuat petani sulit mendapatkan keuntungansebagai modal untuk biaya pada musim tanam berikutnya. Kontribusi pabrik gula dariPabrik Gula (PG) BUMN juga belum dapat ditingkatkan secara optimal, yang dikarenakan

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

8.000

18.000

28.000

38.000

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Daging Ayam Ras

MtM 2016 MtM 2017 20112012 2013 20142015 2016 2017

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

8.000

13.000

18.000

23.000

28.000

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Telur Ayam Ras

mtm 2016 MtM 2017 20112012 2013 20142015 2016 2017

Page 41: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

33

kapasitas terpasang tidak terpenuhi, atau pasokan bahan baku tebu yang tidak memenuhikapasitas produksi yang dibutuhkan.

Kedua, regulasi impor gula masih menjadi polemik. Impor gula mentah yangseharusnya diperuntukkan bagi industri makanan minuman (gula rafinasi), namun dalamfakta di lapangan terjadi rembesan ke pasar tradisional. Penyerapan gula hasil petanisangat rendah, karena harga gula impor lebih murah. Sebagai ilustrasi, berdasarkan dataBadan Pusat Statistik (BPS) per semester I-2017, impor gula mentah 2,14 juta ton, turun3% (yoy) dengan semester I-2016. Perlu dicermati bahwa penurunan angka imporpengaruh membaiknya proses produksi gula domestik atau pelemahan permintaanindustri makanan minuman.

Tanaman tebu juga membutuhkan program revitalisasi, agar pabrik gulamenyerap lebih banyak tebu hasil petani. Pemerintah dapat membantu denganmemudahkan persyaratan permodalan, menyediakan bibit tebu dengan varietas unggul,memperbaiki irigasi pengairan serta memperbanyak alat mekanik untuk pengolahantanah, tebang, muat dan angkut. Diharapkan para petani menghasilkan tebu dengankualitas lebih baik, sehingga harga jual meningkat.

Pemerintah juga memiliki program untuk melakukan revitalisasi pabrik gula,bahkan sudah dimulai sejak tahun 2016. Regrouping pabrik gula akan diawali denganpembangunan pabrig gula dengan teknologi modern dengan kapasitas produksi padatahap awal, senilai jumlah kebutuhan gula dalam negeri, kemudian baru dilakukanpenutupan pabrik-pabrik gula yang sudah tidak efisien. Dengan demikian tidak akanterjadi pemutusan hubungan kerja secara massal, maupun hilangnya pasar bagi bahanbaku tebu yang sudah existing. Secara spesifik, revitalisasi pabrik gula BUMN dilakukandalam tiga tahap yaitu peningkatan kapasitas produksi, optimalisasi kapasitas danproduktivitas serta penutupan pabrik gula yang kapasitas produksinya di bawah 2.000 tontebu per hari tons can per day (TCD).

Pemerintah fokus juga kepada pembenahan regulasi impor gula. Alasan utamaimpor adalah mengantisipasi fluktuasi harga. Pemerintah berupaya meningkatkanpengawasan terhadap peredaran produk pangan impor. Sehingga kebocoran gula imporuntuk kebutuhan industri makanan dan minuman yang disalahgunakan menjadi gulakonsumsi dapat diminimalisasi. Penerapan impor yang idela adalah berdasarkankebutuhan bukan kapasitas terpasang. Musim giling sekitar Agustus, sebaiknya impor rawsugar setelah taksasi gula terbit, sehingga diketahui tingkat kecukupan stok gula.Mekanisme lelang bagi gula rafinasi masih menjadi perdebatan para pelaku khususnyadari kalangan IKM, karena merasa dirugikan sebagai akibat tidak dapat bersaing denganindustri besar apabila lelang gula rafinasi benar-benar diterapkan oleh KementerianPerdagangan.

Page 42: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

34

Tantangan pergulaan yang masih menjadi fokus pemerintah adalah regroupingpabrik gula yang sudah tidak efisien, lambatnya capaian penyediaan lahan untuk kebuntebu bagi pabrik gula rafinasi, serta kuota impor bagi gula rafinasi. Kemenko BidangPerekonomian telah berkoordinasi secara efektif dengan Kementerian BUMN dalam halregrouping pabrik gula, berkoordinasi dengan BKPM dalam penyediaan lahan kebun tebu,serta Kementerian Perindustrian dalam menyikapi usulan Kementerian Perdagangan atasmekanisme lelang.

Stabilisasi Harga Komoditas Hortikultura

Upaya stabilisasi ketersediaan dan harga komoditas hortikultura dilakukanmelalui koordinasi dan sinkronisasi dalam penerbitan regulasi terkait, antara lain:10) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan

Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen11) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/6/2017 tentang Ketentuan

Impor Produk Hortikultura12) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/PERMENTAN/HR.060/11/2017 tentang

Rekomendasi Impor Produk Hortikultura

Untuk menjamin ketersediaan pasokan,stabilitas dan kepastian harga dari 9kebutuhan pokok yang menjadi prioritas (beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng,bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras) maka perlu melakukanperubahan terhadap harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualandi tingkat konsumen, sehingga berdasarkan berbagai pertimbangan perlu mencabutPeraturan Menteri Perdagangan Nomor 63/M-DAG/PER/9/2016 dan mengatur kembalipenetapan harga acuan pembelian di petani dan harga acuan penjualan di konsumendengan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 27/M-DAG/PER/5/2017 tentangPenetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.

Peraturan Menteri Perdagangan ini mengatur tentang:1. Harga Acara Pembalian di Petani adalah harga pembelian di tingkat petani yang

ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajarmencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi, keuntungan, dan/atau biayalain.

2. Harga Acuan Penjualan di Konsumen adalah harga penjualan di tingkat konsumenyang ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajarmencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi, keuntungan, dan/atau biayalain.

3. Peraturan Menteri Perdagangan ini mulai berlaku pada tanggal 16 Mei 2017 untuksembilan harga komoditas bahan pokok. Harga acuan yang ditetapkan oleh Menteri

Page 43: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

35

Perdagangan ini hanya sebagai acuan saja jika pemerintah akan melakukan suatutindakan yang dianggap perlu untuk dilakukan. Besaran dari harga yang dijadikansebagai acuan tersebut juga berdasarkan masukan dari Kementerian Pertaniandengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajar, yang mencakup biayaproduksi, biaya distribusi, keuntungan, dan biaya lain.

Untuk komoditas hortikultura, dalam hal ini bawang merah, jika harga bawangmerah di tingkat petani berada di bawah harga acuan pembelian dan harga di tingkatkonsumen berada di atas harga acuan penjualan di konsumen, maka BULOG (BUMN yangditunjuk oleh pemerintah) akan membeli bawang merah dari petani berdasarkan perintahdari Menteri BUMN serta berdasarkan hasil keputusan dari Rapat Koordinasi Terbatas(Rakortas). Harga acuan pembelian di tingkat petani untuk komoditas bawang merahtelah ditetapkan sebagai berikut: konde basah (Rp. 15.000,-/kg); konde askip (Rp. 18.300,-/kg); dan rogol askip (Rp. 22.500,-/kg) sedangkan harga acuan penjulan di tingkatkonsumen adalah Rp. 32.000,-/kg.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/6/2017 tentangKetentuan Impor Produk Hortikultura mulai berlaku pada tanggal 22 Juni 2017.Permendag ini merupakan revisi dari Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M-DAG/PER/5/2017. Peraturan ini bertujuan mengatur dan mendata lalu lintas impor dandistribusi produk hortikultura, antara lain kentang segar atau dingin, bawang bombay,bawang merah, dan sayuran sejenis lainnya segar atau dingin, wortel, lobak cina, danbeberapa jenis buah-buahan. Permendag Nomor 30 Tahun 2017 ini terutamadimaksudkan untuk memberikan jaminan atas ketersediaan dan stabilitas harga bawangputih yang beredar di pasar dalam negeri, serta mendata lalu lintas impor dandistribusinya, dimana pada Permendag sebelumnya tidak ada regulasi yang mengaturimportasi bawang putih.

Sesuai dengan ketentuan ini, yang bisa melakukan impor produk hortikulturaadalah perusahan pemilik Angka Pengenal Importir (API) dan BUMN yang mendapatpenugasan dari Menteri BUMN. Penugasan kepada BUMN untuk melakukan impor produkhortikultura dimaksudkan untuk menjamin pasokan dan stabilitas harga. Impor produkhortikultura oleh BUMN dilakukan atas usulan dari Menteri Perdagangan berdasarkanhasil kesepakatan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) yang dipimpin oleh MenteriKoordinator Bidang Perekonomian.

Setiap perusahan pemilik API-Umum dan BUMN yang mendapat penugasanhanya dapat memperoleh Persetujuan Impor produk hortikultura segar untuk konsumsidan atau untuk olahan. Sementara itu, pemilik API-P hanya dapat memperolehPersetujuan Impor produk hortikultura segar untuk bahan baku industri dan atau olahan.

Page 44: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

36

Untuk memperoleh persetujuan impor, perusahaan pemilik API-U dan API-P, serta BUMNharus mengajukan permohonan secara elektronik kepada Menteri dalam hal iniKoordinator Pelaksana UPTP I. Mereka juga antara lain harus memiliki RekomendasiImpor Produk Hortikulura (RIPH) dari Kementerian Pertanian. Selain itu, perusahaanpemilik API-U dan API-P wajib melampirkan rencana impor produk hortikultura yangmencakup jenis barang, pos tarif/HS, jumlah, negara asal, pelabuhan muat, sertapelabuhan tujuan. Pemilik API-U bahkan harus melampirkan rencana distribusi produkhortikultura. Dalam menerbitkan Persetujuan Impor bagi perusahaan pemilik API-U danAPI-P, Koordinator Pelaksana UPTP I atas nama Menteri akan memperhatikan realisasiimpor produk hortikultura yang dilakukan sebelumnya.

Permendag tersebut juga mewajibkan perusahaan pemilik API dan BUMN yangtelah mendapatkan Persetujuan Impor untuk menyampaikan laporan secara elektronikatas pelaksanaan impor produk hortikultura, baik yang terealisasi maupun yang tidakterealisasi. Sedangkan bagi perusahaan pemilik API-U dan BUMN yang telah mendapatpenugasan yang telah mendapat persetujuan impor wajib menyampaikan laporanrealisasi distribusi produk hortikultura. Bagi perusahaan pemilik API dan BUMN yang tidakmelaksanakan kewajiban penyampaian laporan sebanyak dua kali akan terkena sanksiberupa penangguhan penerbitan Persetujuan Impor selama enam bulan.

Rekomendasi Impor Produk Hortikulturta (RIPH) merupakan rekomendasi yangdikeluarkan oleh Kementerian Pertanian untuk para importir dalam upayanya melakukanimpor. Setelah mendapatkan rekomendasi impor dari Kementan, para importir wajibmelaoprkan ke Kementerian Perdagangan untuk mendapatkan ijin impor. RIPH sudahbeberapa kali dilakukan revisi dan terakhir berupa Peraturan Menteri Pertanian Nomor38/PERMENTAN/HR.060/ 11/2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. RIPHdibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu RIPH Segar untuk konsumsi dan RIPH Segar untukBahan Baku Industri. Permohonan untuk mendapatkan RIPH dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh perusahaan sedangkan untuk RIPH itu sendiri hanya diterbitkan 2 kali dalamsetahun. Khusus dalam hal stabilisasi pasokan dan harga, impor produk hortikultura segaruntuk konsumsi hanya dapat dilakukan oleh BUMN.

Beberapa persyaratan dalam RIPH adalah sebagai berikut:1. Persyaratan Administrasi: akta pendirian perusahaan dan perubahan yang

terakhir, NPWP, KTP, keterangan domisili perusahaan, API-U, API-P, suratpernyataan tidak memasukkan produk hortikultura segar melebihi waktu 6 bulansejak panen, surat pernyataan tidak akan menjual produk hortikultura ke pasarumum bagi pelaku usaha pemilik API-P, laporan rekapitulasi realisasi impor produkhortikultura waktu impor sebelumnya, Surat pernyataan yang menyatakandokumen yang disampaikan benar dan sah.

Page 45: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

37

2. Persyaratan Administrasi Untuk Bawang Putih: selain persyaratan di atas,ditambahkan persyaratan a). Surat pernyataan kesanggupan untukpengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri; b). Surat pernyataanrencana penanaman bawang putih yang diketahui oleh Kepala Dinaskabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanian; dan c). Laporan realisasi penanaman bawang putih di dalam negeri bagiyang telah merealisasikan penanaman diketahui oleh Kepala Dinaskabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanian.

3. Persyaratan Teknis: Sudah memenuhi ketentuan Produk Segar Asal Tumbuhan(PSAT), lulus uji Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tanaman (AROPT),Sertifikat GAP atau lainnya yang setara dan diakui secara internasional dan berlakusampai akhir waktu impor, registrasi bangsal pascapanen (packing house) yangberlaku sampai akhir waktu impor, surat keterangan dari eksportir negara asalmengenai kapasitas produksi dari kebun yang diregistrasi GAP dan Produkhortikultura yang dapat diimpor memenuhi karakteristik yang ditentukan.

4. Pelaku usaha yang sudah melakukan penanaman bawang putih di dalam negeridiprioritaskan penerbitan RIPH (Pasal 34 ayat 2). Pelaku usaha yang sudah memilikiperjanjian kerjasama kemitraan tanam bawang putih dan telah memiliki rencanatanam diketahui Dinas terkait dapat dipertimbangkan penerbitan RIPH (Pasal 34ayat 1).

Kewajiban para pelaku usaha yang harus dipenuhi adalah :1. Pelaku usaha yang mendapatkan RIPH wajib mengajukan izin impor ke Kemendag

(Pasal 29).2. Pelaku usaha yang mendapatkan RIPH wajib merealisasikan impor (Pasal 30).3. Melaporkan realisasi impor kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada

Kepala PPVTPP secara online paling lambat 3 bulan setelah impor (Pasal 30).4. Kewajiban menanam bawang putih di dalam negeri sebanyak 5% dari volume

permohonan di RIPH (Pasal 36) paling lama 1 tahun setelah sejak RIPH diterbitkan(Pasal 33).

5. Menyampaikan laporan realisasi tanam bawang putih diketahui Dinas Pertanianlokasi pertanaman (Pasal 33).

Page 46: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

38

b) Pengembangan Komoditi Berorientasi Ekspor

Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit telah menjadi primadona dan menjadi salah satukomoditas strategis nasional yang dapat menyumbangkan devisa yang cukup besarkepada negara. Komoditas kelapa sawit telah menyerap total tenaga kerja langsung dantidak langsung sebanyak 17,5 juta tenaga kerja, memberikan kontribusi nilai eksporsebesar Rp 244,4 Trilyun pada tahun 2016, dan telah berkontribusi dalam ProgramKetahanan Energi Nasional dengan menggantikan impor solar sebesar 2,9 juta KL melaluiProgram Biodiesel. Sedangkan luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 11,9 juta hadengan produksi CPO sebesar 36 juta ton.

Kontribusi kelapa sawit Indonesia masih mempunyai potensi yang besar untukditingkatkan. Hal ini dikarenakan, produktifitas kelapa sawit Indonesia masih tergolongrendah dengan produktivitas rata-rata CPO per ha hanya sebesar 3 ton. Sedangkan rata-rata produktivitas lahan kelapa sawit di Malaysia, rata-rata telah mencapai 6 ton CPO perha. Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Koordinator Perekonomian telahmelakukan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dengan menggunakan dana BadanPengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Melalui program tersebut,Pemerintah telah melakukan total PSR seluas 13.555 ha di Provinsi Sumatera Selatandengan luas 4.446 ha dan Sumatera Utara dengan luas lahan 9.109 ha.

Peremajaan Sawit Rakyat (PSR)Dalam Program PSR, terdapat 5 syarat utama yang harus dipenuhi oleh pekebun,

antara lain:a. Benih yang digunakan untuk peremajaan kebun kelapa sawit rakyat harus

tersertifikasib. Peremajaan bersifat klaster dan dalam bentuk koperasi. Bantuan maksimum yang

diberikan adalah sebesar 4 ha per petani di luar jawa.c. Adanya komitmen off-taker baik swasta maupun BUMN kelapa sawit atau perusahaan

kelapa sawit yang sekaligus dapat menjadi avalis pinjaman perbankan dan penjaminmutu untuk memastikan keberhasilan program peremajaan ini.

d. Kebun kelapa sawit rakyat yang akan dilakukan peremajaan harus berstatus Clean &Clear.

e. Jika dimungkinkan harus ada pelaku usaha yang dapat mengolah kayu pohon kelapasawit, sehingga dapat menjadi pendapatan pekebun kelapa sawit yang mengikutiprogram peremajaan.

Page 47: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

39

Pekebun yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, akan mendapatkandana bantuan PSR sebesar Rp 25 juta/ha yang disalurkan melalui bank yang telahditetapkan. Peraturan terkait Program PSR diatur dalam Peraturan Menteri KeuanganNomor 84 Tahun 2016, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2016, danKeputusan Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Nomor 29 Tahun 2016.Untuk Program PSR Tahun 2018, Kemenko Perekonomian mempunyai target untuk dapatmelakukan Program PSR dengan total luas lahan sebesar 185.000 ha dengan anggaransekitar Rp 4,6 Trilyun. Program ini akan diprioritaskan daerah-daerah sentra penghasilkelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan.

Semakin cepatnya perkembangan kelapa sawit Indonesia juga mendapatkantantangan yang cukup besar dari pemerhati lingkungan dan negara-negara produsenminyak nabati selain kelapa sawit, seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, dll.Berbagai isu negatif diiberikan kepada kelapa sawit Indonesia dengan tujuan salahsatunya menghambat atau menghentikan laju pertumbuhan kelapa sawit Indonesia.Beberapa isu negatif terkait dengan kelapa sawit Indonesia, antara lain minyak kelapasawit sebagai minyak yang tidak sehat, penyebab rusaknya lingkungan, hutan, terjadinyadeforestrasi, kekeringan, terpinggirkannya indegeneous people, menurunnya/matinyasatwa yang dilindungi, menyebabkan pemanasan global dan terjadinya perubahan iklim,CO2 emission dan masih banyak isu negatif lainnya.Penguatan ISPO

Menanggapi berbagai isu dan permasalahan perkebunan kelapa sawit tersebut,pada tahun 2011, Pemerintah Indonesia c.q. Kementerian Pertanian menerbitkanPermentan Nomor 19 Tahun 2011 tentang Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO).Tujuan dari ISPO adalah untuk meningkatkan daya saing global dari minyak sawitIndonesia, dan mengaturnya dalam tata kelola perkebunan dengan memperhatikankonteks ramah lingkungan yang lebih ketat. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkankualitas ISPO, Kementerian Pertanian melakukan revisi Permentan Nomor 19 Tahun 2011menjadi Permentan Nomor 11 Tahun 2015.

Sertifkasi ISPO dibentuk sebagai regulation driven, bukan market driven. Hal inimengakibatkan ISPO kurang direspon positif oleh pemangku kepentingan sawit nasionaldan internasional. ISPO juga dipandang tidak menerapkan standar sustainability dan tatakelola perkebunan yang akuntabel dan transparan sebagaimana Roundtable onSustainable Palm Oil (RSPO) yang lebih diterima sebagai sertifikasi kelapa sawitberkelanjutan oleh pasar global. ISPO diklaim lebih mencerminkan kepentingan nasionalyang hanya normatif semata dan rentan terhadap penyalahgunaan. Dalam skema ISPOjuga belum terdapat kewajiban transparansi, tanggung jawab terhadap lingkungan dantanggung jawab untuk pekerja, sebagaimana dipersyaratkan didalam skema RSPO.

Page 48: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

40

Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas dalam rangka meningkatkankredibilitas dari Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan (ISPO) yang dicerminkandengan kredibilitas, peningkatan keberterimaan produk kelapa sawit Indonesia di pasar(market acceptance) khususnya pasar internasional serta terjadinya perbaikan tata kelola(good governance) pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang ditandai denganpeningkatan kepatuhan (compliance) pelaku usaha perkebunan kelapa sawit terhadapperaturan-perundangan yang berlaku mulai dari kegiatan di kebun (on farm) dan industripengolahan serta perdagangan (off farm), maka perlu dilakukan penguatan ISPO dalambentuk Peraturan Presiden sehingga dapat melibatkan berbagai pihak terkait (multistakeholders) baik dari komponen pemerintah pusat (antar Kementerian/Lembaga),pemerintah daerah, pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakatlokal.

Pada tahun 2017, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian c.q. DeputiBidang Koordinasi Pangan dan Pertanian bekerja sama dengan Kementerian Pertanian,Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Luar Negeri, BadanPengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), Pelaku Usaha Kelapa Sawit,Lembaga Swadaya Masyarakat, Akademisi, dan seluruh pihak terkait lainnya telahmelakukan proses penguatan ISPO. Beberapa hal yang telah dilakukan, antara lain :a. Rapat Koordinasi;b. Focus Group Discussion; danc. Konsultasi Publik di Pekanbaru, Palangkaraya, Palu, dan Sorong.

Untuk melakukan percepatan penguatan ISPO, telah dibentuk Tim PenguatanSistem Sertifikasi Kelapa Sawit Indonesia melalui Surat Keputusan SekretarisKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2017. Tim Penguatan ISPO terdiridari perwakilan Kementerian/Lembaga terkait, Asoasiasi, Pelaku Usaha, Profesionalkelapa sawit, dan lembaga swadaya masyarakat. Adapun tugas dari Tim Penguatan ISPO,adalah sebagai berikut:a. Mengumpulkan bahan dan data sekunder kualitatif dan kuantitatif dari

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan lembaga lainnya terkaitdengan ISPO.

b. Menyiapkan dan menyusun bahan arahan kebijakan penguatan ISPOc. Melakukan koordinasi antar Kementerian/Lembaga dalam rangka kebijakan

penguatan ISPOd. Melakukan analisis data yang telah dikumpulkan untuk memperoleh dinamika

permasalahan yang timbule. Memberikan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari permasalahan yang timbul.

Page 49: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

41

Dalam melakukan proses penguatan ISPO, ada empat hal yang menjadi fokusarea pembenahan, antara lain:a. Kelembagaan ISPO yang seharusnya menjadi bagian dari Indonesian Sustainable

Agriculture Certification (ISAC), sehingga kebijakan Menteri Pertanian ini harusdidorong menjadi Peraturan Presiden. Sehingga payung kebijakan menjadi lebih kuatuntuk mengerakan lintas sektoral dan para pihak.

b. Substansi keberlanjutan dari ISPO yang harus dibongkar dengan pendekatanSustainable Agriculture baik Landscape and Lifescape Approaches.

c. Pengembangan Sistem dengan IT maupun perangkat system yang memperbaikitatakelola dan mata rantai keberlanjutan.

d. Diplomasi internasional (FLEGT) yang memastikan adanya market position untukIndonesia di pasar International.

Berdasarkan hasil berbagai kegiatan dalam proses penguatan ISPO, telahdibentuk Draft Peraturan Presiden tentang Sistem Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan(Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Sertification System). Dalam draft Perprestersebut, terdapat beberapa perbedaan dengan Permentan 19 Tahun 2011 jo. Permentan11 Tahun 2015 tentang ISPO, antara lain:

No. Hal Permentan 11 Tahun 2015 Draft Pepres ISPO

1. PenerapanISPO

Wajib dan sukarela Wajib

2. Kelembagaan a. Komisi ISPOb. Sekretariat Komisi ISPOc. Tim Penilai ISPOd. Sekretariat Komisi ISPOe. Lembaga Sertifikasi ISPOf. Unit Menejemen

a. Dewan Pengarah ISPOb. Komite Sertifikasi ISPOc. Komite Akreditasi Nasionald. Lembaga Sertifikasie. Unit Menejemen

3. Prinsip ISPO a. Legalitas usaha perkebunanb. Menejemen Perkebunanc. Perlindungan Pemanfaatan

Hutan Alam Primer danLahan Gambut

d. Pengelolaan danPemantauan Lingkungan

e. Tanggung Jawab terhadappekerja

f. Tanggung sosial danpemberdayaan ekonomimasyarakat

g. Peningkatan usahaperkebunan

a. Mematuhi hukum danperaturan berlaku

b. Praktek perkebunan terbaikc. Lingkungan sumber daya alam

dan biodiversityd. Pengembangan perkebunan

baru secara bertanggungjawab

e. Tanggung ajwab sosial danpemberdayaan ekonomimasyarakat

f. Peningkatan usaha secaraberkelanjutan

g. Transparansi

Page 50: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

42

No. Hal Permentan 11 Tahun 2015 Draft Pepres ISPO

4. PembiayaanSertifikasiISPO

Dibebankan ke setiap unitmenejemen

a. Setiap pelaku usaha danpekebun yang bermitra denganperusahaan, dibebankankepada perusahaan.

b. Pekebun yang tidak bermitradengan perusahaan, dibantuoleh APBN atau sumber danayang sah dan tidak mengikatsesuai peraturan perundang-undangan.

Dalam draft Perpres ISPO, proses sertifikasi ISPO akan dilakukan berdasarkantata kelola perkebunan yang baik, yaitu: transparansi, akuntabilitas, tanggung ajwab,independensi, kewajaran, kesetaraan, dan multipihak. Proses sertifikasi ISPO diharapakanakan lebih efektif dan efisien. Kami menargetkan dapat dilakukan maksimal selama 10bulan. Hal ini dikarenakan, proses penilaian dan penetapan sertifikasi hanya dilakukanoleh Lembaga Sertifikasi ISPO yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional(KAN). Sedangkan pada Permentan 19 Tahun 2011 jo. Permentan 11 Tahun 2015, prosespenilaian unit menejemn yang mengajukan sertifikasi ISPO dilakukan oleh LembagaSertifikasi ISPO (LS ISPO) yang telah terdaftar di Komisi ISPO. Selanjutnya, hasil penilaiandari LS ISPO akan dinilai kembali oleh Tim Penilai ISPO dan kemudian diputuskan olehKomisi ISPO.

Berikut skema kelembagaan sertifikasi ISPO sesuai dengan rancangan PerpresISPO:

Lembaga SertifikasiISPO

Unit Management(Perusahaan dan Pekebun)

Dewan Pengarah ISPO

Komite AkreditasiNasional

(KAN)Komite Sertifikasi ISPO

Akreditasi

Audit Banding

Page 51: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

43

Dewan Pengarah ISPO mempunyai tugas dalam menyusun dan menetapkankebijakan umum sertifikasi ISPO, serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan tersebut. Dewan Pengarah ISPO terdiri dari Ketua dan Anggota. Ketua dijabatoleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sedangkan anggota terdiri dari MenteriPertanian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Agraria dan Tata Ruang,Menteri Perindustrian, Menteri BUMN, Kepala Badan Standardisasi Nasional. Prosespenyusunan Perpres ISPO telah masuk dalam tahap harmonisasi peraturan terkait dilintas Kementerian dan Lembaga Negara.

Sekretariat Pendukung CPOPCUntuk meningkatkan daya saing produk kelapa sawit Indonesia, khususnya

berbagai tantangan dalam menghadapi negara-negara konsumen kelapa sawit, Indonesiadan Malaysia sebagai negara terbesar produsen kelapa sawit dunia telah menandatanganipiagam pendirian Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (The Council of Palm OilProducing Countires-CPOPC) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21 November 2015.Fungsi dari CPOPC antara lain mendorong komunikasi di dalam pengembangan industriminyak sawit di antara para pemangku kepentingan di negara-negara pembudidayakelapa sawit, meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit skala kecil, membangundan membentuk sebuah kerangka prinsip-prinsip industri minyak sawit yangberkelanjutan. Selain itu, mendorong kerja sama dan investasi dalam membangun zonaindustri kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, termasuk wacana zonaekonomi hijau, memberi perhatian terhadap hambatan-hambatan perdagangan minyaksawit, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dan fungsi lainnya yang dibutuhkan untukkepentingan industri minyak sawit.

Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun2016 tentang Pengesahan Charter of the Establishment of the Council of Palm Oil ProducingCountries (CPOPC) atau Piagam Pembentukan Dewan Negara-negara Produsen MinyakSawit pada 4 Mei 2016. Perpres 42/2016 menjadi payung hukum bagi terbentuknya dewanprodusen sawit. Indonesia sebagai pelopor terbentuknya CPOPC berkewajiban untukmengimplementasikan CPOPC. Dalam lampiran Perpres tersebut dikatakan bahwaindustri minyak sawit memiliki peran penting dalam pembangunan perekronomiannasional guna mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan,berkedaulatan kemandirian, serta keberlanjutan. Pembentukan Dewan Negara-NegaraProdusen Minyak Sawit diharapkan mampu memberi dorongan bagi pelaku usaha kelapasawit, terutama pekebun untuk meningkatkan kontribusi perekonomian nasional.

Page 52: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

44

Organisasi CPOPC terdiri atas Dewan Menteri, Pertemuan Pejabat senior, danSekretariat. Berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Nomor SS-115/Menko/Maritim/XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 tentang Pelimpahan PenangananThe Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), menyebutkan bahwa penangananberbagai hal terkait CPOPC dilimpahkan kepada Menteri Koordinator BidangPerekonomian sebagai focal point. Pembentukan CPOPC ditindaklanjuti denganpembentukan Sekretariat CPOPC yang berkedudukan di Jakarta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian c.q. Deputi Bidang KoordinasiPangan dan Pertanian sebagai focal point, telah melakukan koordinasi denganKementerian terkait, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian,Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, BPDP Kelapa Sawit, dan seluruhpemangku kepentingan kelapa sawit nasional telah ikut serta dalam penyelenggaraanSenior Official Meeting (SOM) 11 CPOPC pada tanggal 17 Januari 2017 di Kantor KemenkoPerekonomian, SOM 12 CPOPC pada tanggal 10 April 2017 di Hotel Borobudur Indonesia,Ministrial Meeting (MM) 4 CPOPC pada tanggal 11 April 2017 di Kantor KemenkoPerekonomian, SOM 13 CPOPC pada tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor SekretariatCPOPC, dan SOM 14 CPOPC pada tanggal 12 Desember 2017 di Putra Jaya – Malaysia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian c.q. Deputi Bidang KoordinasiPangan dan Pertanian sebagai focal point Indonesia di CPOPC juga telah melakukantanggung jawab Indonesia sebagai tuang rumah dalam hal penyediaan Ruang Kantortanpa biaya sewa, kelengkapan awal, mebel, asuransi kebakaran, dan fasilitas parkirtermasuk biayanya. Semua hal terkait dengan tanggung jawab Indonesia sebagai hostcountry diatur dalam Perpres Nomor 89 Tahun 2017 tentang Pengesahan Persetujuanantara Pemerintah Indonesia dengan CPOPC.

Untuk tahun 2018, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian c.q. Deputi BidangKoordinasi Pangan dan Pertanian bertanggung jawab dalam pemenuhan kewajibanIndonesia dalam CPOPC dan melakukan koordinasi dg Kementerian/Lembaga terkaitmengenai posisi Indonesia dalam CPOPC.

KakaoKomoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan strategis

perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia yaknisebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja,mendorong agribisnis dan agroindustri dalam negeri, pelestarian lingkungan sertapengembangan wilayah. Pengusahaan kakao di Indonesia dilakukan melalui tiga bentukusaha yaitu perkebunan rakyat seluas 1.686.178 Ha (97,6%), perkebunan besar negaraseluas 15.171 ha (0,08%) dan perkebunan besar swasta seluas 26.088 ha (2,32%).Sedangkan produksi yang dicapai pada perkebunan rakyat sebesar 698.434 ton (95,8%),

Page 53: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

45

perkebunan besar negara sebesar 11.438 ton (1,6%) dan perkebunan besar swasta sebesar18.542 ton (2,6%).

Saat ini industri pengolahan kakao dalam negeri berkembang dengan pesat,sebagai akibat dari penerapan tarif Bea Keluar (BK) ekspor biji kakao, sehingga nilaitambah berada di dalam negeri. Untuk itu pemerintah terus berupaya meningkatkanproduksi dan produktivitas biji kakao guna memenuhi bahan baku industri kakao dalamnegeri dan meningkatkan pendapatan petani. Salah satu keunggulan biji kakao Indonesiaadalah kandungan lemaknya tidak mudah leleh (hard cocoa butter), sehingga dengankeunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia terbuka luas baik untuk ekspormaupun kebutuhan industri dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakanindustri kakao nasional sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi nasional

Indonesia termasuk negara no 3 produsen terbesar kakao di dunia, setelah PantaiGading dan Ghana. Biji kakao Indonesia memiliki keunggulan melting point Cocoa Butteryang tinggi, serta tidak mengandung pestisida dibanding biji kakao dari Ghana maupunPantai Gading. Dengan peningkatan produktivitas sampai 1,2 ton/ha, maka targetIndonesia menjadi terbesar di dunia pada tahun 2020 optimis dapat terwujud.

Di lain pihak, Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain,mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilirkakao. Tantangan tersebut menjadi peluang bagi para investor untuk mengembangkanusaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao. Potensi lahan untukpengembangan kakao di Indonesia masih cukup besar. Selain itu kebun kakao yang telahdibangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitasrata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya.

Untuk mengatasi masalah ini dan untuk memastikan keberlanjutan rantaipasokan kakao, inisiatif-inisiatif untuk memperbaiki kondisi kakao telah dikembangkan diIndonesia dengan berbagai pihak dalam rantai nilai, yaitu sektor swasta, LSM,pemerintah, akademisi dan lembaga penelitian. Program ini bertujuan untukmeningkatkan produktivitas dan produksi kakao melalui peningkatan kapasitas petanidalam pertanian kakao, akses yang lebih baik terhadap input dan dengan mendirikanlingkungan bisnis yang berpihak kepada petani. Meskipun telah ada perbaikan yangterlihat pada kondisi pertanian dan produksi kakao, namun masih belum cukup untukmencapai target tingkat produktivitas lahan yang diinginkan.

Kemenko Bidang Perekonomian secara konsisten menginisiasi terselenggaranyaperingatan Hari Kakao Indonesia (HKI) yang ditetapkan pada tanggal 16 September, danmemperingatinya setiap tahun dengan mengadakan acara Seminar/Lokakarya dan CocoaExpo. Acara tersebut cukup meriah dengan partisipasi lebih dari 40 perusahaan padaacara pameran serta penyelenggaraaan seminar yang melibatkan peserta dari lintaskementerian/lembaga. Acara ini sebagai wujud koordinasi positif antara pemerintah

Page 54: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

46

dengan para pelaku usaha, industri kakao, lembaga riset, dan masyarakat luas di dalammendukung pengembangan komoditi kakao dan produk cokelat di dalam negeri.Beberapa institusi yang mendukung acara ini adalah Kementerian Pertanian, KementerianPerindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, DEKAINDO (DewanKakao Indonesia), GAPMMI, AIKI, APIKCI, AEKI, APKAI, AFKI, dan perusahan-perusahaanprodusen cokelat. HKI untuk tahun 2017 dilaksanakan pada tanggal 5-8 September 2017bertempat di Plaza Pameran Gedung Kementerian Perindustrian Jakarta.

Namun demikian, produksi kakao nasional masih belum pada bangkit tahun 2017.Berdasarkan perhitungan Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), pada semester I-2017produksi biji Kakao Tanah Air tercatat hanya 150.000 ton, turun 10% dibandingkan periodeyang sama tahun lalu. Penurunan produksi kakao Indonesia diakibatkan produktivitaspohon Kakao petani yang terus menurun karena usia tanaman sudah tua. Selain itu,sampai sekarang belum ada untuk melakukan program peremajaan kebun kakao. Banyakpohon kakao yang sudah tidak bisa produksi lagi karena petani tak bisa meremajakankebun mereka sendiri, baik karena modal maupun kesalahan perawatan.

Dengan realisasi semester I-2017 yang sebesar 150.000 ton, maka produksi Kakaotahun ini diperkirakan maksimal hanya sekitar 300.000 ton. Jumlah itu lebih rendah dariproduksi tahun lalu yang mencapai 350.000 ton. Dengan penurunan produksi biji kakaoyang turun, maka dalam tahun 2017 kapasitas terpakai diprediksi lebih rendah, mengingatkapasitas terpasang industri kakao mencapai 800.000 ton, sehingga dibutuhkan kebijakanagar produksi kakao Indonesia dapat dinaikkan kembali.

Tantangan dalam komoditas kakao adalah belum adanya kebijakan untukmelakukan peremajaan pohon kakao rakyat yang sudah memasuki usia tua, dan semakinmenurun produktivitasnya. Kemenko Bidang Perekonomian secara berkala melakukankoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan PT. Riset Perkebunan Nusantara, gunamenjajagi peluang peremajaan serta ketersediaan benih pohon kakao yang bersertifikat.Bersama lintas kementerian/lembaga serta pelaku industri, mengoordinasikanpelaksanaan peringatan Hari Kakao Indonesia, sebagai salah satu upaya untukmeningkatkan promosi dan konsumsi kakao dan cokelat kepada konsumen di dalamnegeri.

KaretLuas total perkebunan karet Indonesia pada tahun 2017 mencapai 3.672.123 ha

yang terdiri dari 3.115.703 ha perkebunan rakyat, 230.882 ha negara, dan 325.538 haperkebunan swasta. Luasan tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,9% dibandingkandengan luasan tahun 2016 sebesar 3.639.092 ha. Sedangkan total produksi karet padatahun 2017 mencapai 3.229.862 ton dengan proporsi 2.638.071 ton dari perkebunanrakyat, 227.288 ton dari perkebunan negara, dan 364.503 ton perkebunan swasta. Pada

Page 55: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

47

tahun 2017, produksi karet mengalami kenaikan sebesar 2,28% dibandingkan denganproduksi tahun 2016 sebesar 3.157.780 ton.

Tingginya produksi karet Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satunegara produsen serta eksportir Karet di dunia. Ekspor Karet Indonesia sebagian besarditujukan ke Vietnam, Belanda, Amerika Serikat dan India. Data tahun 2017 menunjukkanbahwa provinsi penghasil karet tersebesar di Indonesia sebanyak 10 provinsi dengan totalluas 3,26 juta ha, yaitu Aceh (117.075 ha), Sumatera Utara (433.864 ha), Sumatera Barat(132.514 ha), Riau (352.711), Jambi (383.208 ha), Sumatera Selatan (845.167 ha), Lampung(155.301 ha), Kalimantan Barat (369.430 ha), Kalimantan Tengah (283.409 ha), danKalimantan Selatan (192.529 ha). Adapun total produksi karet dari kesepuluh provinsipenghasil karet terbesar tersebut mencapai jumlah 2,85 juta ton, dengan proporsi Aceh77.222 ton, Sumatera Utara 419.550 ton, Sumatera Barat 123.287 ton, Riau 328.597 ton,Jambi 266.559 ton, Sumatera Selatan 970.678 ton, Lampung 134.113 ton, KalimantanBarat 240.161 ton, Kalimantan Tengah 123.174 ton dan Kalimantan Selatan 168.926 ton.

Permasalahan utama yang dialami oleh komoditas karet selain tingkat hargayang semakin menurun karena produksi yang melimpah, antara lain juga kualitas bibitkaret serta kondisi perkebunan karet yang sudah tua. Oleh karena itu, dalam rangkamenyelesaikan ketimpangan yang terjadi pada komoditas karet, dilakukan denganpengembangan bibit karet dan program peremajaan karet rakyat. Kebijakan lain yangdapat dilakukan adalah pendataan dan sertifikasi kebun rakyat penangkar, sertifikasi bibit,pemberian bibit melalui voucher, dan tumpangsari. Di samping itu, pemerintah saat inijuga tengah merancang badan layanan umum, berupa badan pengelola dana perkebunankaret. Dengan adanya badan pengelola dana perkebunan karet tersebut diharapkan dapatmendorong pengembangan perkebunan karet yang berkelanjutan.

TehLuas areal perkebunan teh Indonesia pada tahun 2017 sebesar 118.252 ha yang

terdiri dari perkebunan rakyat 53.009 ha, perkebunan negara 36.183 ha, dan perkebunanswasta 29.060 ha. Adapun total produksi teh pada tahun 2017 sebesar 146.168 ton, yangdihasilkan dari perkebunan rakyat 49.340 ton, perkebunan negara 57.486 ton danperkebunan swasta 39.342 ton. Lebih lanjut, produksi teh di Indonesia sebagian besarberasal dari Jawa Barat dengan jumlah produksi mencapai 103.923 ton serta areal seluas91.346 ha sedangkan produktivitas pada tahun 2017 sebesar 1.637 kg/ha dengan jumlahpetani 112.551 KK serta jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 100.642 orang.

Sentra produksi utama untuk teh di Indonesia berada di lima provinsi antara lainJawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Produksi tehdi Indonesia selama periode 2016-2020 diproyeksikan turun sebesar 0,11% per tahun.Sedangkan luas areal teh selama periode 2016-2020 diproyeksikan turun sebesar 1,67%

Page 56: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

48

per tahun. Selama periode 2016-2020 harga teh di tingkat konsumen diproyeksikan naikdengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,92% per tahun.

Pada tahun 2017-2019 konsumsi teh diproyeksikan masing-masing sebesar113.064 ton, 107.918 ton, dan 102.554 ton, sedangkan pada tahun 2020 konsumsinyadiproyeksikan sebesar 97.094 ton.

Seiring dengan semakin meningkatnya produksi namun konsumsi teh yangdiproyeksikan menurun, maka pada tahun 2016-2020 diperkirakan terjadi surplus teh.Tahun 2017-2019 surplus teh terus meningkat yaitu sebesar 38.710 ton, 45.725 ton, dan51.220 ton. Tahun 2020 surplus teh di Indonesia diproyeksikan sebesar 56.877 ton.

Menurunnya agroindustri teh Indonesia kini terjadi karena belum dapatdiatasinya masalah-masalah yang dihadapi oleh teh Indonesia, seperti rendahnyaproduktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang belummenggunakan benih unggul, terbatasnya penguasaan teknologi pengolahan produk danbelum mampunya petani mengikuti teknologi yang telah direkomendasikan (GoodAgriculture Practice/GAP dan Good Manufacture Process/GMP) serta standar kualitasproduk sebagaimana disyaratkan oleh ISO (Kementerian Pertanian, 2014)

Teh merupakan komoditi ekspor di mana Indonesia menempati urutan kedelapan sebagai negara produsen sekaligus urutan ke tujuh sebagai negara eksportir tehdi dunia. Selama tahun 2016-2020 ketersediaan teh di ASEAN diproyeksikan naik denganrata-rata pertumbuhan 4,35% per tahun. Ketersediaan teh di dunia selama tahun 2016-2020 diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 4,84% per tahun.

Ekspor teh Indonesia ke negara-negara lain kasusnya masih sama dengan tahun2016 yakni terus mengalami penurunan, bukan karena permintaan dunia yang rendah,melainkan produksinya yang mengalami penurunan, akibat terbatasnya lahanperkebunan ataupun pohon tehnya yang sudah berusia tua. Seiring perkembangan zamandengan banyaknya pembangunan, membuat produksi teh dan realisasi ekspor terusmenurun. Ada beberapa faktor yang membuat produksi teh nasional terus mengalamipenurunan. Salah satu yang utama adalah keterbatasan lahan perkebunan.

Beberapa kendala lain yang membuat produksi teh menurun, selain lahan,kendalanya antara lain kenaikan biaya produksi, kualitas benih yang rendah, serta targetstandardisasi yang belum terpenuhi di tingkat nasional dan internasional. Kemudianperalatan produksi yang belum modern, sumber daya manusia, dan harga di tingkat petaniyang masih rendah. Akibat penurunan produksi, ekspornya pun menurun. Penurunanekspor juga disebabkan program hilirisasi produk teh yang tidak berjalan maksimal.

Page 57: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

49

FlorikulturaSelama periode 2010-2017 pembangunan agribisnis florikultura mencatat

berbagai keberhasilan, di antaranya peningkatan produksi, produktivitas, luas area tanam,nilai ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Pada periode waktu tersebut produksi danproduktivitas berbagai komoditas florikultura rata-rata meningkat sekitar 27 persen pertahun, luas tanam meningkat 15 persen pertahun, nilai PDB florikultura meningkat 12persen, nilai ekspor mencapai lebih dari US $ 20 juta, dan penyerapan tenaga kerjamencapai lebih dari 0,75 juta orang.

Meskipun florikultura telah mencatata berbagai keberhasilan, namun adabeberapa kebijakan yang sudah diterbitkan pemerintah ternyata belum bekerja secaraefektif di lapangan. Pemberlakuan tarif bea masuk impor yang dilaksanakan selama inijuga belum efektif dalam melindungi produk florikultura domestik. Komoditas imporberbagai jenis komoditas florikultura sering membanjiri pasar dalam negeri dengan hargayang lebih murah, hal ini terjadi karena negara-negara eksportir tersebut melindungipetaninya dengan memberikan aneka subsidi. Kondisi demikian mengakibatkan insentifyang diterima petani di Indonesia belum optimal sesuai dengan yang diharapkan. Hal inikurang mendorong gairah petani untuk meningkatkan produktivitas danmengembangkan usaha taninya.

Pengembangan agribisnis florikultura saat ini harus mampu memberi kontribusiterhadap capaian Millenium Development Goals (MDGs). Hingga saat ini sebagian besarpetani florikultura masih menggantungkan hidupnya dengan tingkat produktivitas danpendapatan usaha yang relatif rendah. Kondisi tersebut perlu diperbaiki agar produktivitasusaha dan pendapatan petani florikultura dapat ditingkatkan. Hal ini berdampak terhadappenurunan angka kemiskinan. Tantangan ke depan yang harus dihadapi ialah mencapaikomitmen global pada tahun 2019 sebagaimana yang dicanangkan dalam MilleniumDevelopment Goals (MDG’s) melalui pembangunan usaha florikultura yang efisien,berdaya saing dan berbasis sumberdaya lokal.

Mengingat pentingnya peran komoditas florikultura dalam pembangunanekonomi nasional, maka pemerintah memandang perlu untuk mendorongpengembangan usaha florikultura agar berdaya saing dan memberi kontribusi yang lebihbesar terhadap pembangunan ekonomi nasional. Salah satu bentuk dukungan pemerintahdalam pengembangan industri florikultura nasional ialah memberi iklim yang kondusifbagi pengembangan industri florikultura nasional. Hal ini dapat dilakukan denganmenyediakan insentif kepada para pelaku usaha untuk mendorong peningkatan dayasaing para pelaku florikultura nasional.

Terkait dengan hal tersebut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomianbekerjasama dengan Kementerian Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Pemerintah KotaBogor serta Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) telah menyelenggarakan kegiatan

Page 58: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

50

Florikultura Indonesia 2017 dengan tema “Kebangkitan Florikultura Indonesia 2017”.Kegiatan tersebut diawali dengan Launching Florikultura Indonesia pada tanggal 5 Mei2017 yang kemudian diikuti dengan pelaksanaan Pencanangan Hari Florikultura Indonesiayang dipimpin langsung olek Bapak Menko Perekonomian pada tanggal 24 Juli 2017.

Acara pencanangan tersebut diiringi dengan serangkaian kegiatan yangdilaksanakan di Kantor Menko Perekonomian dan Kampus Institut Pertanian BogorBaranang Siang. Berbagai kegiatan dalam rangak Pencanangan Hari FlorikulturaIndonesia tersebut antara lain : (1) Dialog antar pelaku usaha tanaman hias dan petanidalam rangka meningkatkan produksi, produktifvitas dan mutu hasil produk florikultura;(2) Talkshow antar pelaku usaha tanaman hias dengan instansi pusat dan daerah dalamrangka mengatasi permasalahan yang dihadapi; (3) Seminar untuk menjalin komunikasidan jejaring kerja antara stakeholder guna membangun sinergi kinerja dalampembangunan industri florikultura nasional; (4) Seminar untuk para peneliti dan akademisidalam mempresentasikan hasil penelitian dan kajian florikultura Indonesia; (5) Kegiatanpromosi usaha, pameran dan bursa florikultura Indonesiaa. Rangakian kegiatan tersebutditutup dengan pawai mobil hias serta jalan santai mengelilingi Kebun Raya Bogorbersama Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Bupati Kota Bogor, RektorInstitut Pertanian Bogor serta para pejabat di K/L terkait pada tanggal 31 Juli 2017.

Ikan dan Produk Ikan

Produksi perikanan tangkap di 2017 tercatat sebanyak 7.673.120 ton denganrincian produksi laut 7.030.450 ton dan produksi perairan darat 642.670. Angka inimengalami kenaikan dari 2016 sebanyak 6.545.852 ton dengan rincian produksi laut6.115.469 ton dan produksi perairan darat 430.383 ton. Nilai produksi perikanan tangkapdi 2017 tercatat sebesar Rp 158 triliun dengan rincian nilai produksi laut Rp 143 triliun dannilai produksi perairan darat Rp 15 triliun. Angka ini mengalami kenaikan dari 2016 sebesarRp 121 triliun dengan rincian nilai produk laut Rp 111 triliun dan nilai produk perairan daratRp 10 triliun. Secara nilai, perikanan tangkap sebesar Rp 158 triliun atau mengalamikenaikan dari Rp 121 triliun.

Realisasi produksi budidaya perikanan di sepanjang 2017 mencapai 7.984.925 ton.Realisasi produksi ini mengalami kenaikan 31% dibandingkan periode yang sama tahunlalu. Rincian realisasi produksi perikanan budidaya tahun lalu meliputi, udang 555.138 tondan ikan 7.429.787 ton. Produksi ikan Kerapu di 2017 sebesar 46.504 ton atau naik dari2016 sebesar 11.504 ton. Kenaikan volume produksi Kerapu hingga 404% disebabkankarena menggeliatnya budidaya Kerapu di sentra produksi.

Produksi ikan Lele nasional di 2017 tercatat sebesar 1.771.867 ton. Angka inimengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun 2016 sebanyak 764.797 ton. Kenaikan

Page 59: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

51

terbesar ini seiring adanya program pengembangan usaha budidaya Lele seperti programbioflok. Produksi ikan Nila di 2017 tercatat sebanyak 1.155.374 ton atau naik dari 2016sebanyak 1.114.156 ton. Kenaikan produksi ini terus bertahan selama 5 tahun terakhirmencapai 11%.

Stok ikan nasional hingga 2016 tercatat sebesar 12,5 juta ton. Angka ini terusmengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di 2015, stok ikannasional tercatat sebanyak 9,93 juta ton, kemudian di 2013 sebanyak 7,31 juta ton.Selanjutnya di 2011 sebanyak 6,52 juta ton dan di 2001 sebanyak 6,41 juta ton. Memangkita melihat proyeksi peningkatan stok ikan nasional 9,93 juta ton menjadi 12,5 juta ton.kenaikan stok ikan nasional salah satunya disebabkan karena perginya kapal-kapal asingyang dulu sempat mengambil ikan di laut Indonesia.

Nilai Tukar Usaha Pembudidaya Ikan (NTUPi) per Desember 2017 tercatatsebesar 111,26 atau meningkat dari periode yang sama tahun lalu 109,56. KenaikanNTUPi menunjukan iklim usaha di bidang perikanan budidaya mengalamiperbaikan. Pendapatan per bulan pembudidaya ikan juga mengalami kenaikan dari Rp3,021 juta di 2016 menjadi Rp 3,3 juta di 2017. "Berdasarkan data BPS naik menjadi Rp 3,3juta. produksi udang di 2017 sebanyak 555.138 ton mengalami penurunan dibandingkan2016 sebesar 698.138 ton. Penurunan ini terjadi di Sumatera Selatan yang semulatercatat sebagai lima besar produsen nasional. Penurunan ini terjadi karena Grup CPPmengakhiri kerja sama dengan Plasma.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor perikanan tangkap di 2017mencapai Rp 490,23 miliar atau naik dari 2016 Rp 357 miliar. Ini merupakan capaiantertinggi dalam 10 tahun terakhir sejak 2008.

Rumput Laut

Produksi rumput laut di 2017 juga tercatat mengalami penurunan sebesar8.180.144 ton dari sebelumnya 11.050.301 ton di 2016. Produksi rumput laut tersebuthingga Oktober 2017 dan diperkirakan mengalami kenaikan hingga akhir 2017. Eksporrumput laut tahun 2017 sebesar 192,076 ribu ton dan tahun 2016 adalah 188,299 ribu ton.Nilai ekspor rumput laut tahun 2017 mencapai US$ 204,987 juta sedangkan nilai eksportahun 2016 sebesar US$ 161,802 juta mengalami kenaikan sebsar 26,69% yang terdiri darirumput laut layak untuk konsumsi manusia sebesar 65,39 %, rumput laut tidak layak untukkonsumsi manusia 12,28%, keraginansebesar 17,43% sedangkan agar-agar 4,9%.

Penyumbang nilai ekspor tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timurdan DKI Jakarta, sementara negara tujuan ekspornya adalah China, Usa dan Jepang.Persentase nilai ekspor rumput laut menurut 10 negara tujuan ekspor utama, China65,13%, AS 5,18%, Jepang 3,88%, Chili 2,99%, Korea 2,96%, Denmark 2,43%, Jerman2,19%, Filippina 2,03%, Belanda 1,84% dan Inggris 1,60%.

Page 60: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

52

c) Koordinasi Ketersediaan Sarana Prasarana Pangan dan Pertanian

Kebijakan Pupuk

Pupuk merupakan salah satu kebutuhan petani untuk meningkatkan hasilproduksinya dan peredarannya diawasi oleh pemerintah. Untuk menjamin petanimemperoleh informasi terbuka tentang pupuk yang beredar dan menjaga pemalsuanserta penyalahgunaannya dilakukan pengawsan peredarannya. Pengawasan peredaranpupuk meliputi pengawasan terhadap jumlah, mutu, alokasi, wilayah, harga ecerantertinggi dan sistem distribusi. Selain itu potensi pasar pupuk masih terbuka sehinggamendorong banyak perusahaan agrokimia untuk memproduksi dan memasarkan produkpupuknya. Untuk itu perlu diatur prosedur tata acara pendaftaran pupuk. Prosedurpendaftaran pupuk khususnya Pupuk An-organik sebelumnya diatur dalam PeraturanMenteri Pertanian Nomor. 43/PERMENTAN/SR.140/8/2011 tentang Syarat dan. TataCara Pendaftaran Pupuk An-Organik perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, kemudahan dan kepastian proses pendaftarannya danmenjaga mutu dan kualitas produk.

Penerapan Kebijakan pupuk khususnya pendaftaran pupuk an-organikdiharapkan dapat memberikan kepastian berusaha bagi para produsen pupuk. Selain itukebijakan ini juga menjamin petani mendapatkan pupuk yang terjamin kualitasnya baikmutu dan efektifitasnya. Dampak lain adalah adanya kepastian formula pupuk yangberedar sesuai dengan komposisi yang didaftarkan sehingga dapat mengurangipemalsuan dan penyalahgunaan pupuk. Kebijakan ini juga diharapkan mampu melindungimanusia dan lingkungan hidup dari pengaruh yang membahayakan akibat penggunaanpupuk an-organik.

Kebijakan Benih

Dengan dikeluarkannya Perpres No. 116 Tahun 2016 tentang Pembubaran BadanBenih Nasional, Badan Pengendalian Bimbingan Massal, Dewan Pemantapan KetahananEkonomi dan Keuangan, Komite Pengarah Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus diPulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun, Tim Nasional Pembakuan NamaRupabumi, Dewan Kelautan Indonesia, Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan Komisi NasionalPengendalian Zoonosis pada tanggal 30 Desember 2016 berarti Badan Benih Nasionalyang mengatur kebijakan benih nasional sudah tidak ada lagi. Untuk itu perlu dilakukanpenataan kembali proses pelepasan dan penarikan varietas. Kegiatan pemuliaan tanaman

Page 61: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

53

selain dilakukan oleh badan litbang, perguruan tinggi, dan perusahaan swasta jugadilakukan oleh petani. Sesuai putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 99/PUU-X/2012tentang pengujian materiil UU Nomo 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanamanyang memberikan jaminan kebebasan petani untuk melakukan pemuliaan tanaman makaperlu diakomodir dalam peraturan terkait pelepasan varietas.

Penerapan Kebijakan benih diharapkan dapat memberikan kemudahan dankepastian berusaha bagi para pemulia tanaman baik secara individu petani maupun badanhukum lainnya. Selain itu kebijakan ini juga menjamin petani dapat memilih varietastanaman yang unggul dan bersertifikat sesuai dengan kebutuhannya. Dampak lain adalahadanya kepastian varietas yang beredar sesuai dengan kondisi di Indonesia meskipuntanaman tersebut hasil introdusir dari luar atau pemuliaan oleh petani lokal.

Desa Mandiri Benih

Pengembangan Desa Mandiri Benih merupakan salah satu janji kampanyePresiden. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Pengembangan Seribu DesaMandiri Benih. Saat ini sudah terbentuk lebih dari 1.300 desa mandiri benih. Potensi benihyang dihasilkan dari kegiatan ini sekitar 39 ribu ton benih dalam satu musim. Saat inikebijakan pemerintah untuk membantu pemenuhan kebutuhan benih petani adalahdengan mekanisme bantuan subsidi benih dan bantuan benih langsung. Hasil koordinasiyang telah dilakukan menunjukkan adanya tumpang tindih lokasi kegiatan antara bantuanbenih langsung, bantuan benih bersubsidi dan pengembangan desa mandiri benih.Kegiatan bantuan benih langsung menggunakan benih non subsidi sehinggapengadaannya di daerah bekerjasama dengan penangkar yang tergabung dalampengembangan desa mandiri benih. Namun untuk kegiatan benih bersubsidi yang beradadi daerah pengembangan desa mandiri benih sangat mempengaruhi pemasaran produksibenih penangkar, karena harga benih bersubsidi lebih rendah dibandingkan harga benihyang dihasilkan. Untuk itu rekomendasi yang diberikan adalah memisahkan lokasikegiatan benih bersubsidi diluar kegiatan bantuan benih langsung atau pengembangandesa mandiri benih.

Penerapan Kebijakan pengapusan subsidi benih lebih mudah dilaksanakankarena tidak merepotkan BUMN produsen benih dalam mengatur distribusi benihbersubsidi. Dengan penghapusan subsidi benih dapat meningkatkan gairah parapenangkar benih untuk memproduksi benih yang sesuai dengan kebutuhan setempatsesuai prinsip 6 tepat, yaitu: tepat varietas; tepat jumlah; tepat mutu; tepat waktu; tepatlokasi dan tepat harga. Dampak lain adalah adanya ketersediaan benih yang sesuaikeinginan dan kondisi setempat dapat mendorong peningkatan produksi padi.

Page 62: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

54

Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan

Pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) telah menetapkan kawasanpertanian pangan berkelanjutan melalui peraturan daerah tentang tata ruang wilayah(pasal 23 UU 41 Tahun 2009). Dengan ketentuan perundangan tersebut pemerintahdaerah baik propinsi maupun kabupaten/kota berkewajiban untuk menetapkan KawasanPertanian Pangan Berkelanjutan kedalam Perda tata ruang wilayah dengan tenggat waktu2 tahun sejak UU 41 Tahun 2009 diundangkan, namun demikian sampai dengan saat inimasih banyak daerah yang belum menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutankedalam rencana tata ruang wilayahnya. Dari total 508 kabupaten/kota di seluruhIndonesia masih 225 kabupaten/kota (44%) yang telah menetapkan peraturan daerah(PERDA) yang di dalamnya terdapat lahan pangan pertanian berkelanjutan dengan luaslahan 6.404.306 hektar namun belum secara spasial sesuai dengan ketentuan di pasal 11PP 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan. Jumlah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan Peraturan Daerahterkait LP2B lebih banyak yang mencapai 283 Kabupaten/Kota (56%). Hal ini sangat ironisditengah upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan nasional. Dari total 225Kabupaten/Kota yang telah menetapkan lahan pangan pertanian berkelanjutan secaranumerik hanya Kabupaten Temanggung yang telah menetapkan secara spasial yaitudengan luas 19.731 yaitu terdiri dari tanah sawah sebesar 19.171 Hektar dan sisanya 560Hektar adalah tanah kering dan tadah hujan, dimiliki oleh kurang lebih 400.000 pemiliklahan sawah yang sebagian besar sekaligus petani penggarap.

Dalam rangka mendorong pemerintah daerah (Propinsi/Kabupaten/Kota) dalammenetapkan Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) secara spasial maka perluadanya Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Penetapan Lahan Lahan SawahBerkelanjutan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Melalui Perpres ini jugadiharapkan akan ada data lahan sawah yang lebih detail karena telah sudah melaluiverifikasi dan sinkronisasi berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta terkaitpertanahan, Peta terkait RTRW, Peta Irigasi, Peta Indikatif Lahan Sawah Berkelanjutan,Peta Kawasan Hutan dan Peta Pendukung Lainnya. Disamping itu Perpres ini nantinyaakan mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan sawah pada lahan pertanian yang belumditetapkan sebagai LP2B oleh Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota.

Penyempurnaan isi dari Draft Peraturan Presiden (Perpres) ini telah melaluibeberapa rapat koordinasi tingkat eselon II dan Eselon I. Sehingga saat ini Perpres sudahdalam proses permohonan persetujuan prakarsa oleh Kementerian Agraria dan TataRuang/Badan Pertanahan Nasional kepada Presiden RI.

Page 63: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

55

Irigasi

Peranan irigasi merupakan aspek penting dalam lahan pertanian terutama untuktanaman padi. Jaringan irigasi harus baik dari hulu sampai ke hilir karena jika ada satu arealyang rusak maka akan terganggu sampai ke hilir. Saat ini permasalahan keakuratan dataterkait dengan luas Daerah Irigasi dan Sawah Beririgasi yang masih menjadi kendala antarinstansi/lembaga. Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pertanian masihmenggunakan data yang berbeda. Kurang akuratnya data terkait dengan luas daerahirigasi dan sawah beririgasi ini sangat berpengaruh dalam menentukan arah kebijakanpembangunan Bendungan, Bendung, Embung serta jaringan irigasi mulai dari jaringanirigasi primer, sekunder dan tersier baik oleh Kementerian Pekerjaan Umum maupun olehKementerian Pertanian. Seringkali pembangunan jaringan irigasi primer, sekunder dantersier tidak terkoneksi dengan sawah sebagai akibat dari data yang belum akurat yangberakibat banyaknya jaringan irigasi yang mangkrak dan rusak setelah pembangunan.Pembangunan Bendungan, Bendung dan Embung dibeberapa daerah juga tidak padadaerah irigasi yang tepat, sehingga banyak bendungan, bendung ataupun embung tidakoperasional secara maksimal.

Selain hal tersebut dalam kebijakan pangan khususnya komoditas beras(surplus/defisit) masih belum akurat sebagai akibat dari input data terkait luas sawahberirigasi yang masih mestinya dilakukan perhitungan secara tepat/proporsional. Sampaidengan saat ini perhitungan produksi padi secara nasional oleh Kementerian Pertanianmasih mendasarkan pada data luas lahan baku sawah yaitu 8,132 juta hektar dengan luasbaku sawah beririgasi 4,417 juta hektar (Kementan 2015). Sehingga dapat disimpulkanbetapa pentingnya akurasi data guna mensinkronisasi Daerah Irigasi dan Sawah beririgasidalam pengambilan keputusan kebijakan pangan nasional.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian berdasarkan Surat KeputusanNomor 106 Tahun 2017 tentang Tim Koordinasi Percepatan Sinkronisasi Daerah Irigasi danSawah Beririgasi, menjadi salah satu ketua Tim Sinkronisasi Peta Sawah Beririgasi, hasiltim yang diharapkan adalah tersedianya Informasi Geospasial Tematik Sawah Beririgasiseluruh Indonesia. Untuk tahun 2017 hasil koordinasi dan sinkronisasi yaitu PetaGeospasial Tematik Sawah Beririgasi Propinsi DI Yogyakarta.

d) Penanggulangan Kemiskinan Petani

Koordinasi dan sinkronisasi perumusan penanggulangan kemiskinan petani yangtelah dilakukan antara lain berupa kegiatan perbaikan desain kebijakan KUR untuk sektorproduksi pertanian, korporasi petani padi dengan skema klaster, dan pengendalian KUPS

Page 64: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

56

(Kredit Usaha Pembibitan Sapi). Kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan haltersebut melibatkan Koordinasi dan Sinkronisasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Pendekatan perbaikan desain kebijakan KUR untuk sektor produksi pertaniandalam menanggulangi kemiskinan petani adalah dengan cara merevisi permenko tentangKUR berdasarkan temuan kendala di lapang baik dari sisi petani maupun perbankan.Faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap kredit perbankan dapat ditinjaudari 4 aspek, yaitu karakteristik individu petani, karakteristik rumah tangga tani,karakteristik usaha tani, dan karakteristik sumber kredit perbankan. Karakteristik individupetani meliputi umur, jenis kelamin, Pendidikan, status pernikahan, pekerjaan lain,keberanian mengambil risiko, pengalaman kredit yang lalu, dan tidak suka berhutang.Karakteristik rumah tangga tani meliputi jumlah anggota keluarga, pendapatan rumahtangga tani, asset, tabungan, dan kemampuan pengembalian kredit. Karakteristik usahatani meliputi pengalaman, skala usaha, pendapatan usaha tani, keikutsertaan dalamkelompok, ada tidaknya sertifikat tanah, sosialisasi penyuluhan, dan tepat guna.Karakteristik sumber kredit perbankan meliputi jarak, persyaratan kredit, tingkat bunga,prosedur, informasi, periode pengembalian, dan mekanisme penyaluran. Usulanperbaikan terhadap Permenko terkait KUR antara lain (1) mengusulkan penerima KURagar ditambahkan dengan kelompok yang belum berbadan usaha juga diperbolehkanmenjadi penerima KUR, misalnya kelompok tani, sehingga dapat memperluas aksespermodalan bagi petani yang kepemilikan lahannya kecil dan berpendidikan rendah. Didalam Pasal 3 ayat (1) disebutkan penerima KUR yang sudah ada adalahindividu/perseorangan baik sendiri-sendiri maupun dalam kelompok atau badan usahayang melakukan usaha yang produktif; (2) Perlunya secara intensif memonitoringpelaksanaan KUR yang dilakukan perbankan dan lembaga lainnya agar realisasi KURuntuk sektor produksi pertanian dapat tercapai, diantaranya, sesuai dengan sasaranpetani selaku pelaku usaha produksi pertanian, dan kepatuhan bank penyalur KUR mikrountuk tidak mengenakan agunan bagi debitur di sektor pertanian. Pengalaman empirisjuga kami menunjukkan bahwa masih banyak petani yang belum mengetahui keberadaanKUR sehingga diperlukan secara intensif sosialisasi KUR dan pendampingan terhadappetani. Selain itu juga diusulkan agar petani yang mengajukan KUR tidak perlu harusmendapatkan sertifikat pelatihan kewirausahaan. Perbaikan desain kebijakan KURdiharapkan dapat mempercepat penyerapan KUR untuk sektor produksi khususnyapertanian dan dapat memperluas akses bagi petani kecil untuk mendapatkan KURsehingga dapat menanggulangi kemiskinan petani.

Pendekatan korporasi petani padi dengan skema klaster dalam menanggulangikemiskinan petani adalah dengan cara menyusun konsep korporasi petani padi dengantujuan untuk meningkatkan produktivitas, skala ekonomi, dan produktivitas. Komponenutama korporasi petani terdiri dari 6 komponen, yaitu: perubahan paradigm agribisnis,

Page 65: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

57

konsolidasi kelembagaan, adopsi inovasi teknologi, kemudahan akses pembiayaan,pelibatan offtaker, penerapan IT, dan adanya sinergi. Konsep pengembangan usahapertanian dilakukan dengan pendekatan klaster. Contoh calon lokasi korporasi petaniseperti terdapat di UPJA Sukoharjo, UPJA Blora, dan Poktan Bantul.

Pendekatan pengendalian KUPS dalam menanggulangi kemiskinan petaniadalah dengan cara memantau sejauh mana pemanfaatan kredit KUPS dimanfaatkan olehpeternak. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari pihakbank penyalur mengenai keefektifan penyaluran dan juga kepada peternak penerimamanfaat. Kunjungan dilakukan di antaranya ke Bank BPD NTB, Bank BPD Bali, Bank BPDNagari, dan Bank BPD Sumatera Utara. Banyak peternak yang merasakan manfaatadanya KUPS karena bunganya relatif rendah yaitu 5 %.

Hambatan dalam perbaikan desain kebijakan KUR untuk sektor produksipertanian adalah belum adanya kesepahaman yang sama antara pembuat aturan danbank penyalur mengenai tidak adanya kewajiban pemberian agunan bagi kredit mikro(pinjaman < 25 juta). Adapun hambatan dalam korporasi petani adalah belumterlaksananya konsolidasi lahan dalam skala yang luas seperti 70 ha dan tidak adanyapermodalan/pembiayaan untuk dilakukannya perataan tanah menggunakan alat-alatberat. Selain itu, petani belum dapat menerima jika lahannya tidak memiliki batas fisikkepemilikan seperti pematang sawah, namun hanya berupa sertifikat kepemilikan tanahberbasis koordinat. Hambatan dalam pengendalian KUPS adalah terdapat peternak yangmenggunakan sebagian uang pelunasan untuk modal kerja di siklus usaha berikutnyameskipun secara sadar ia akan diberi sanksi pengenaan bunga akibat keterlambatanpinjaman. Bank belum memperhitungkan biaya hidup, siklus usaha, dan waktu pemberiandan penarikan yang tepat dalam pemberian kredit agar peternak tidak dibebani bebanbunga yang tidak perlu. Prinsip fleksibilitas diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Rekomendasi terkait koordinasi dan sinkronisasi perumusan penanggulangankemiskinan petani ke depannya adalah dengan cara mempermudah persyaratanpeminjaman KUR untuk UMKM sektor Produksi (pertanian, perikanan, peternakan, danindustri pengolahan) misalnya tidak mewajibkan telah memperoleh sertifikat pelatihankewirausahaan dan dapat disalurkan melalui kelompok dan meningkatkan alokasinya darisekitar 40 % pada tahun 2017 menjadi 50% pada tahun 2018. Korporasi petani dilakukandengan mencari lokasi percontohan pilot project yang telah melakukan konsolidasi lahan.Adapun pengendalian KUPS dapat dikumpulkan poin-poin masukan perbaikan dari lapanguntuk perbaikan peraturan ke depannya.

Penelitian IMF 2015 yang dilakukan Dabla-Norris menunjukkan adanya hubunganantara pemberian bantuan kepada kelompok orang termiskin dengan pertumbuhanekonomi. Dari hasil pengamatan mereka terhadap 159 negara dalam kurun waktu 1980-2012, telah teruji bahwa jika pendapatan 20 persen orang terkaya meningkat 1 persen

Page 66: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

58

(poin), pertumbuhan ekonomi justru akan turun 0,08 persen (poin) pada lima tahunberikutnya. Sebaliknya apabila pendapatan 20 persen orang termiskin meningkat 1 persen(poin), pertumbuhan ekonomi akan meningkat 0,38 persen (poin) (Kompas 19/12/2016).Diharapkan dengan adanya bantuan akses permodalan kepada petani miskin khususnyapetani penggarap dapat menjadi solusi untuk menjaga stabilitas bahkan meningkatkanpertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi perekonomian global yang sedang lesu.Sehingga strategi ini dapat menjadi strategi efektif pengkondisian ekonomi dalam negeridengan alokasi fiskal yang tepat sasaran.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat seberapa jauhefektivitas kebijakan dalam menanggulangi kemiskinan petani antara lain adalah jumlahpetani miskin, NTP petani, dan pendapatan per kapita petani. Berikut adalah penjelasanmasing-masing indikator tersebut.

Jumlah petani miskin

Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah petani miskin padatahun 2016 antara lain adalah stabilitas harga pangan pokok cukup baik; dan adanyapeningkatan upah harian buruh tani. Selain itu, program bantuan pemerintah beruparastra dan Program Keluarga Harapan (PKH).

Sumber: BPS 2017Gambar 3.1. Jumlah Petani Miskin 2010-2017

Grafik di atas menunjukkan jumlah petani miskin dari tahun 2010-2017 terusberkurang karena pada saat itu harga komoditas pertanian cukup baik, sehingga petanimendapatkan kesejahteraan dari hasil penjualan komoditasnya. Peningkatan jumlahkemiskinan petani pada tahun 2015 diakibatkan adanya gagal panen akibat fenomena El-Nino yang cukup parah dan harga pangan yang melonjak tinggi seperti harga beras di awaltahun 2015 akibat terlambatnya penyaluran raskin. Penurunan jumlah kemiskinan petanipada tahun 2016 diakibatkan berhasilnya pemerintah dalam menjaga stabilitas hargapangan terutama pangan penyumbang inflasi seperti beras, daging sapi, telur ayam ras,dan bawang merah sehingga garis kemiskinan nilainya relatif stabil dari tahunsebelumnya.

Tingkat Kesejahteraan Petani

Salah satu poin terpenting pada visi pembangunan ketahanan pangan nasionaladalah upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Selain sebagai produsen, petani juga

Page 67: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

59

merupakan konsumen yang ikut terkena dampak apabila stabilisasi pangan tidak terjagadengan baik.

Tingkat kesejahteraan petani pada umumnya diformulasikan/digambarkan dariNilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan sebuah proxy yang menggambarkan angkaperbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayarpetani. Indeks harga yang diterima petani (It) adalah indeks harga yang menunjukkanperkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Indeks harga yang dibayarpetani (Ib) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhanrumah tangga petani, baik itu kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari maupun kebutuhanuntuk proses produksi pertanian. Semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkatkehidupan petani.

Perkembangan NTP sebagaimana terlihat pada grafik berikut. Nilai Tukar Petani2017 secara umum lebih dari 100 dan cenderung meningkat, mencerminkan bahwa petanimasih sejahtera karena indeks harga yang diterima (hasil produksi) masih lebih besardibandingkan indeks harga yang harus dibayarnya (untuk kebutuhan dan biaya produksi).

Gambar 3.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Januari-Desember 2017

Pendapatan Per kapita Petani

Grafik di bawah ini menunjukkan pendapatan per kapita petani, pada tahun 2010-2017 terus meningkat akibat bagusnya harga komoditas pertanian yang tentunya akanberdampak signifikan terhadap pendapatan per kapita petani, namun pada tahun 2015terjadi penurunan pendapatan per kapita secara tajam karena adanya gagal panen akibatfenomena El-Nino, jatuhnya harga komoditas pertanian akibat lesunya perekonomian

0102030405060708090

100110120130140150160170180190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12NTP 2017

Page 68: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

60

dunia, serta naiknya harga pangan akibat beberapa sebab seperti terlambatnyapenyaluran raskin pada awal tahun 2015 dan fenomena naiknya nilai tukar dolar yangterjadi pada tahun 2015. Hal tersebut lebih banyak diakibatkan oleh adanya faktoreksternal seperti cuaca dan kondisi perekonomian dunia yang susah untuk dikendalikan.Adapun pada tahun 2017 pendapatan petani per kapita per hari meningkat secarasignifikan menjadi Rp 33.333, hal tersebut dikarenakan adanya upsus (upaya khusus) dariKementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian dan adanya bantuansubsidi pupuk, obat-obatan, alsintan, perbaikan irigasi, dan pembangunan embung dariKementan.

Gambar 3.3. Pendapatan/kapita petani/hari (2010-2017)

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pen

dapa

tan/

kapi

ta p

etan

i/har

i

Pendapatan/Kapita Petani/Hari

Batas Garis Kemiskinan Menurut Bank Dunia US$ 2/kapita/hari

Garis Hijau: Batas Garis Kemiskinan Menurut BPS Sep 2016 Rp 12.905,-11.025,87/kapita/hari

Page 69: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

61

3.2. Analisis Permasalahan dan Peran dalam Pencapaian Outcome

Pencapaian telah tercapai 100%, namun dalam pelaksanaannya masih tetapterdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan.Salah satu hambatan adalah sering terjadi pada rapat-rapat koordinasi baik tingkatmenteri maupun tingkat eselon I pada beberapa Kementerian/Lembaga mewakilkankepada pejabat pada tingkat eselon yang lebih rendah yang bukan sebagai pengambilkeputusan, sehingga pengambilan konsensus/kesepakatan rapat menjadi tertunda,menunggu persetujuan menteri/pejabat eselon I K/L yang bersangkutan.

Selain itu, masih adanya ego sektoral Kementerian/Lembaga dalam penerbitandan penuntasan regulasi sehingga deadline tenggat waktu terlampui, termasuk kepatuhanterhadap substansi dari peraturan yang diterbitkan yang kadang tidak sesuai denganrumusan rekomendasi kebijakan yang telah diputuskan di dalam Rapat Koordinasi.Hambatan lainnya adalah keterbatasan anggaran dalam sosialisasi dan diseminasiregulasi dan kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah. Anggaran yang tersedia tidakmampu membiayai secara menyeluruh media sosialisasi dan diseminasi yang tersediaseperti media TV, elektronik, media cetak, leaflet, penyelenggaraan forum sosialisasi danseminar baik di pusat maupun di daerah. Sehingga sering terjadi stakeholders terkaitseperti pelaku bisnis, pejabat pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat yangberkepentingan terlambat mengetahui kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintahuntuk memperbaiki perekonomian Indonesia.

Analisis Permasalahan Spesifik

Padi/Beras, Jagung dan Kedelai

Koordinasi dan sinkronisasi Pajale sangat penting dilakukan, karena stabilitasketersedian dan harga ketiga komoditas ini diperlukan untuk mengendalikan tingkatinflasi pangan. Stabilitas harga beras juga berperan mengurangi tingkat kemiskinan.Stabilitas jagung diperlukan untuk kestabilan ketersediaan bahan pakan ternak danindustri yang secara tidak langsung berpengaruh pada stabilitas harga daging ayam rasdan telur ayam ras. Ketersediaan kedelai diperlukan untuk industri berbahan baku kedelai(tahu, tempe, kecap, dsb).

Di samping permasalahan umum dalam koordinasi dan sinkronisasi, kebijakanberas ering dihadapkan pada kendala implementasi kebijakan yang masih belum sinkronantas K/L dan pada tataran pelaksanaan kebijakan. Sebagai contoh, kebijakan HET berasperlu dimonitor pelaksanaannnya agar harga beras stabil sesuai yang diharapkan. Namunpada kenyataannya harga beras masih relatig tinggi. Selain itu, stabilitas harga beras jugadipengaruhi berkurangnya Rastra natura pasca adanya kebijakan Bantuan Pangan Non

Page 70: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

62

Tunai (BPNT). Kebijakan lainnya, seperti fleksibilitas HPP 10% juga belum optimalmeningkartkan pengadaan gabah oleh Perum Bulog karena harga GKP di petani relatifmasih lebih tinggi.

Perikanan

Dalam penyusunan Peta Pasokan dan Kebutuhan Aneka Jenis Ikan KonsumsiNasional masih mengalami hambatan utamanya terkait dengan data yang pasti/validsebagai satu-satunya sumber data yang mencerminkan kenyataan dilapangan hal iniantara lain disebabkan pencatatan dilakukan terhadap hasil produksi perikanan tangkapdan hasil produksi perikanan budidaya dimasing-masing instansi masih terdapatperbedaan, disamping itu sampai saat ini masih belum diperoleh data konsumsi untukkebutuhan HOREKA (Hotel, Restoran, dan Katering), dan data kebutuhan untuk bahanbaku Industri baik volume dan jenis ikan yang pasti. Hal ini terjadi karena belum adanyasatu data yang bisa menjadi acuan bersama. Data yang digunakan dalam penyusunanPeta Pasokan dan Kebutuhan Aneka Jenis Ikan Konsumsi masih menggunakan data tahun2016.

Di samping masalah di atas, cakupan wilayah sebagai sumber data yang sangatluas juga menjadi hambatan dalam melakukan pengumpulan data hal ini karena jumlahstaf Keasdepan Peternakan dan Perikanan dan anggaran yang terbatas.

Dampaknya, Peta Pasokan dan Kebutuhan Aneka Jenis Ikan Konsumsi sebagaidasar dala pengambilan kebijakan bisa jadi tidak menggambarkan kondisi terkini,mengingat dinamika disektor pasokan dan kebutuhan aneka jenis ikan konsumsi sangatcepat berubah sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah, tingkat pendapatanmasyarakat dan faktor lainya seperti iklim/cuaca, hama penyakit, dll.

Cabai dan Bawang Merah

Cabai dan bawang merah merupakan komoditi yang memiliki nilai komersialtinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan rakyat. BerdasarkanPerpres Nomor 71 tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang KebutuhanPokok dan Barang Penting, salah satunya adalah menetapkan bahwa cabai dan bawangmerah sebagai barang kebutuhan pokok hasil pertanian karena merupakan alokasipengeluaran rumah tangga yang cukup tinggi dan berpengaruh terhadap tingkat inflasi.

Sebagai turunan dari Perpres 71 tahun 2015 tersebut, ditetapkan peraturan teknisdi tingkat menteri dalam hal ini Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) tentangPenetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di TingkatKonsumen dengan maksud menjaga stabilitas ketersediaan dan harga. Permendagdimaksud pertama kali ditetapkan pada tahun 2016 dengan Nomor 63/M-

Page 71: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

63

DAG/PER/9/2016 dan terakhir adalah Permendag tahun 2017 dengan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017. Permendag tersebut direvisi karena untuk mengakomodasi masukandari stakeholders serta menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.

Cabai dan bawang merah merupakan komoditas yang beresiko tinggi karenamudah rusak/busuk sehingga berdampak pada harganya yang berfluktuasi. Harga bawangmerah yang berfluktuasi tersebut berpengaruh terhadap inflasi. Namun berdasarkanmasukan dari berbagai pihak, komoditas cabai dikeluarkan dari Permendag tentangPenetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di TingkatKonsumen dengan pertimbangan bahwa konsumsi rumah tangga/masyarakat untuk cabaidapat “menyesuaikan” (pada saat harga tinggi konsumsi rendah, pada saat harga rendahkonsumsi cukup banyak) dan bobotnya rendah dalam penghitungan inflasi.

Untuk menjaga stabilisasi harga cabai dan bawang merah perlu dilakukan upayadiantaranya pengaturan pola tanam sesuai kebutuhan dengan memperhatikanmusim/cuaca. Kondisi musim/cuaca saat ini tidak menentu dimana musim hujan menjadimundur dan musim panas lebih panjang sehingga mempengaruhi pola tanam petani.Cabai dan bawang merah baik ditanam pada saat akhir musim hujan atau awal musimkemarau karena pada saat tersebut tingkat kelembaban tanah cukup untuk benihberkecambah. Informasi BMKG terkait cuaca sangat diperlukan untuk mengurangi resikogagal panen.

Penanganan pasca panen cabai dan bawang merah sangat penting mengingatresiko pasca panen komoditas tersebut tinggi. Komoditas yang mudah rusak harusmemperoleh penanganan pasca panen yang baik untuk mengurangi kerusakan yangdapat menurunkan harga. Storage atau penyimpanan sangat diperlukan dimanakomoditas tersebut membutuhkan cold storage. Storage diperlukan dimana pada saatkomoditas surplus dapat dilakukan penyimpanan sehingga harga tidak jatuh dipasaran.Selain itu, bila harga dipasar mulai tinggi dikarenakan pasokan sedikit maka dapatdikeluarkan produk dari storage tersebut sehingga harga bisa stabil, dengan kata lainmenjaga keseimbangan supply – demand menjadi suatu keharusan untuk menjagakestabilan harga. Namun disatu sisi, biaya yang dibutuhkan untuk investasi cold storagedimaksud sangat tinggi ditambah dengan biaya operasional yang harusditanggung/dikeluarkan sehingga diperlukan penanganan yang serius dalam jangkapanjang.

Penanganan pasca panen, yaitu untuk menjaga harga di tingkat petani denganmelibatkan industri dan UKM untuk menyerap produksi petani mengalami hambatandikarenakan industri-industri telah memiliki penyedia (supplier) dan/atau mitra petani dansesuai spesifikasi bahan baku untuk memenuhi industrinya sendiri. UKM saat ini masihmemerlukan pendampingan dalam hal pelatihan dan bantuan alat untuk produksi sertapemasaran produk yang dihasilkan.

Page 72: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

64

Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk menjamin ketersediaan pasokan,stabilitas dan kepastian harga telah diterbitkan Permendag (terakhir) Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga AcuanPenjualan di Konsumen yang merupakan perubahan dari Peraturan Menteri PerdaganganNomor 63/M-DAG/PER/9/2016.

Untuk komoditas hortikultura, dalam hal ini bawang merah, jika harga bawangmerah di tingkat petani berada di bawah harga acuan pembelian dan harga di tingkatkonsumen berada di atas harga acuan penjualan di konsumen, maka BULOG dan/atauBUMN lainnya dapat membeli bawang merah dari petani berdasarkan penugasan dariMenteri Perdagangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian dan MenteriKoordinator Bidang Perekonomian. Harga acuan pembelian di tingkat petani untukkomoditas bawang merah telah ditetapkan sebagai berikut; konde basah (Rp. 15.000,-/kg); konde askip (Rp. 18.300,-/kg); dan rogol askip (Rp. 22.500,-/kg) sedangkan hargaacuan penjulan di tingkat konsumen adalah Rp. 32.000,-/kg. Namun dalam pelaksanaanyaterdapat perbedaan persepsi antara pemerintah dengan petani dalam pengaplikasianharga acuan yang berlaku. Harga acuan merupakan harga yang digunakan sebagai tolakukur pemerintah dalam mengambil keputusan/intervensi bila diperlukan. Sedangkanpetani menganggap bahwa harga acuan tersebut merupakan tolak ukur harga dilapangan,atau harga pembelian wajib di tingkat petani dengan berbagai macam karakteristikkualitas.

Dalam kasus bawang merah, dalam Permendag Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017tidak dijelaskan secara rinci terkait kualitas bawang merah. Seharusnya/disarankan perlujuga mengatur kualifikasi/spesifikasi bawang merah yang dapat dibeli seperti kadar airdan/atau diameter (size) bawang merah. Saat ini BUMN yang ditunjuk pemerintah(BULOG) untuk membeli bawang merah petani, persepsinya BULOG harus membelisemua kualitas bawang merah yang dihasilkan petani dengan harga yang telah ditetapkandi Permendag. Bila diberlakukan persyaratan spesifikasi bawang merah yang dapat dibeliseperti dimaksud, maka hal tersebut dapat mengurangi resiko kerugian oleh BULOGdalam penyerapan bawang merah.

Bawang Putih

Pemenuhan kebutuhan bawang putih di Indonesia saat ini hamper 95% adalahimpor. Sesuai dengan pidato Menteri Pertanian bahwa Indonesia harus dapatswasembada bawang putih. Untuk swasembada bawang putih memerlukan ketersediaanbenih, lahan, dan kesiapan petani dalam budidaya. Benih yang digunakan dalam produksiharus menggunakan benih dengan varietas unggul. Untuk mengetahui benih tersebutmerupakan varietas yang stabil dan sesuai dengan lokasi tanam maka diperlukan tahappengujian diberbagai lokasi dengan treatment yang diberlakukan. Bila benih berasal dari

Page 73: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

65

daerah lain maka benih tersebut perlu dilakukan pengujian apakah tanaman tersebutsesuai dengan daerah baru tersebut (introduksi).

Lahan untuk penanaman bawang putih sebisa mungkin tidak berkompetisidengan komoditas lainya. Dikarenakan bawang putih merupakan komoditas yang cocokditanam di dataran tinggi (>1.000 mdp) dimana kebanyakan komoditas hortikulura lainnya(sayuran) ditanam. Bila terjadi kompetisi dalam penggunaan lahan maka akanmempengaruhi produksi dan harga komoditas lainnya. Selain itu, pembukaan lahan baruuntuk penanaman di dataran tinggi dapat menyebabkan erosi dan longsor.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 16 Tahun2016 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH), pemerintah mendorongimportir untuk menanam 5% dari volume impor. Namun importir perlu pendampingandari pemerintah dalam pelaksanaan ketentuan menanam tersebut dikarenakan importirtidak memiliki kemampuan dalam budidaya, ketersediaan benih dan lahan tanam.Kebijakan ini dapat berdampak positif terhadap pengembangan bawang putih di dalamnegeri, dan merupakan salah upaya menstimulasi petani dalam penerapan GoodAgricultural Practices (GAP).

Florikultura

Komoditas florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yangmempunyai nilai ekonomi tinggi, potensi besar, dan prospek sebagai komoditas unggulan.Pengembangan usaha florikultura di berbagai daerah terbukti mampu membangkitkanperekonomian yang mensejahterakan masyarakat. Persoalan mendasar yang dihadapioleh agribisnis florikultura pada saat ini ialah meningkatnya kerusakan lingkunganproduksi dan perubahan iklim global, terbatasnya ketersediaan infrastruktur, saranaprasarana, lahan dan air, rendahnya kepemilikan lahan, lemahnya sistem perbenihannasional, keterbatasan akses petani terhadap permodalan, masih tingginya suku bungausahatani, lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh, dan belumpadunya antar sektor dalam menunjang pembangunan agribisnis florikultura. Kendalatersebut perlu diatasi guna peningkatan kinerja agribisnis florikultura yang memberikontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Berbagai kebijakan yang sudah diterbitkan pemerintah ternyata belum bekerjasecara efektif di lapangan. Pemberlakuan tarif bea masuk impor yang dilaksanakanselama ini juga belum efektif dalam melindungi produk florikultura domestik. Komoditasimpor berbagai jenis komoditas florikultura sering membanjiri pasar dalam negeri denganharga yang lebih murah, hal ini karena pemerintah berbagai negara eksportir melindungipetaninya dengan memberikan aneka subsidi. Kondisi demikian mengakibatkan insentifyang diterima petani belum optimal sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini kurang

Page 74: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

66

mendorong gairah petani untuk meningkatkan produktivitas dan mengembangkanusahataninya.

Mengingat pentingnya peran komoditas florikultura dalam pembangunanekonomi nasional, pemerintah memandang perlu untuk mendorong pengembanganusaha florikultura agar memberi kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunanekonomi nasional. Salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam pengembanganindustri florikultura nasional ialah memberi iklim yang kondusif bagi pengembanganindustri florikultura nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan insentifkepada para pelaku usaha untuk mendorong peningkatan daya saing para pelakuflorikultura nasional.

Pupuk

Pupuk merupakan salah satu kebutuhan petani untuk meningkatkan hasilproduksinya dan peredarannya diawasi oleh pemerintah. Untuk menjamin petanimemperoleh informasi terbuka tentang pupuk yang beredar dan menjaga pemalsuanserta penyalahgunaannya dilakukan pengawsan peredarannya. Pengawasan peredaranpupuk meliputi pengawasan terhadap jumlah, mutu, alokasi, wilayah, harga ecerantertinggi dan sistem distribusi. Selain itu potensi pasar pupuk masih terbuka sehinggamendorong banyak perusahaan agrokimia untuk memproduksi dan memasarkan produkpupuknya. Untuk itu perlu diatur prosedur tata acara pendaftaran pupuk. Prosedurpendaftaran pupuk khususnya Pupuk An-organik sebelumnya diatur dalam PeraturanMenteri Pertanian Nomor. 43/PERMENTAN/SR.140/8/2011 tentang Syarat dan. Tata CaraPendaftaran Pupuk An-Organik perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, kemudahan dan kepastian proses pendaftarannya danmenjaga mutu dan kualitas produk. Dengan adanya aturan baru tentang tata acarapendaftaran pupuk khususnya pupuk An-organik diharapkan adanya kepastian perijinandan mengurangi dampak pemalsauan dan penyalahgunaan pupuk.

Penerapan Kebijakan pupuk khususnya pendaftaran pupuk an-organikdiharapkan dapat memberikan kepastian berusaha bagi para produsen pupuk. Selain itukebijakan ini juga menjamin petani mendapatkan pupuk yang terjamin kualitasnya baikmutu dan efektifitasnya. Dampak lain adalah adanya kepastian formula pupuk yangberedar sesuai dengan komposisi yang didaftarkan sehingga dapat mengurangipemalsuan dan penyalahgunaan pupuk. Kebijakan ini juga diharapkan mampu melindungimanusia dan lingkungan hidup dari pengaruh yang membahayakan akibat penggunaanpupuk an-organik yang berlebihan.

Page 75: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

67

Benih

Dengan dikeluarkannya Perpres No. 116 Tahun 2016 tentang Pembubaran BadanBenih Nasional, Badan Pengendalian Bimbingan Massal, Dewan Pemantapan KetahananEkonomi dan Keuangan, Komite Pengarah Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus diPulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun, Tim Nasional Pembakuan NamaRupabumi, Dewan Kelautan Indonesia, Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan Komisi NasionalPengendalian Zoonosis pada tanggal 30 Desember 2016 berarti Badan Benih Nasionalyang mengatur kebijakan benih nasional sudah tidak ada lagi. Untuk itu perlu dilakukanpenataan kembali proses pelepasan dan penarikan varietas. Kegiatan pemuliaan tanamanselain dilakukan oleh badan litbang, perguruan tinggi, dan perusahaan swasta jugadilakukan oleh petani. Sesuai putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 99/PUU-X/2012tentang pengujian materiil UU Nomo 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanamanyang memberikan jaminan kebebasan petani untuk melakukan pemuliaan tanaman makaperlu diakomodir dalam peraturan terkait pelepasan varietas.

Penerapan Kebijakan benih diharapkan dapat memberikan kemudahan dankepastian berusaha bagi para pemulia tanaman baik secara individu petani maupun badanhukum lainnya. Selain itu kebijakan ini juga menjamin petani dapat memilih varietastanaman yang unggul dan bersertifikat sesuai dengan kebutuhannya. Dampak lain adalahadanya kepastian varietas yang beredar sesuai dengan kondisi di Indonesia meskipuntanaman tersebut hasil introdusir dari luar atau pemuliaan oleh petani lokal.

Desa Mandiri Benih

Pengembangan Desa Mandiri Benih merupakan salah satu janji kampanyePresiden (program nawa cita) pada pilpres tahun 2015. Kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari kegiatan Pengembangan Seribu Desa Mandiri Benih tahun 2015. Saat ini sudahterbentuk lebih dari 1.300 desa mandiri benih. Potensi benih yang dihasilkan dari kegiatanini sekitar 39 ribu ton benih padi dalam satu musim. Saat ini kebijakan pemerintah untukmembantu pemenuhan kebutuhan benih petani adalah dengan mekanisme bantuansubsidi benih dan bantuan benih langsung. Hasil koordinasi yang telah dilakukanmenunjukkan adanya tumpang tindih lokasi kegiatan antara bantuan benih langsung,bantuan benih bersubsidi dan pengembangan desa mandiri benih. Kegiatan bantuanbenih langsung menggunakan benih non subsidi sehingga pengadaannya di daerahbekerjasama dengan penangkar yang tergabung dalam pengembangan desa mandiribenih. Namun untuk kegiatan benih bersubsidi yang berada di daerah pengembangandesa mandiri benih sangat mempengaruhi pemasaran produksi benih penangkar, karena

Page 76: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

68

harga benih bersubsidi lebih rendah dibandingkan harga benih yang dihasilkan. Untuk iturekomendasi yang diberikan adalah memisahkan lokasi kegiatan benih bersubsidi diluarkegiatan bantuan benih langsung atau pengembangan desa mandiri benih.

Penerapan Kebijakan penghapusan subsidi benih lebih mudah dilaksanakankarena tidak merepotkan BUMN produsen benih dalam mengatur distribusi benihbersubsidi. Dengan penghapusan subsidi benih dapat meningkatkan gairah parapenangkar benih untuk memproduksi benih yang sesuai dengan kebutuhan setempatsesuai prinsip 6 tepat, yaitu: tepat varietas; tepat jumlah; tepat mutu; tepat waktu; tepatlokasi dan tepat harga. Dampak lain adalah adanya ketersediaan benih yang sesuaikeinginan dan kondisi setempat, diantaranya dengan peningkatan penggunaan benihlokal, sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi padi.

Cetak Sawah

Peningkatan kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan meningkatnyaPopulasi penduduk yang kian meningkat tidak sebanding dengan luasnya lahan yangdigunakan untuk pemukiman, sedangkan alih fungsi lahan sawah setiap tahun terjadisecara massif pada areal persawahan yang cukup luas. Akibatnya lahan-lahan produktifyang seharusnya dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang manghasilkan, semisaltanaman pangan (padi, jagung , kedelai dan tanaman pangan lainnya) kini mulaiberkurang. Alih fungsi lahan pertanian di tanah air terus berlangsung sejak lama. Konversilahan (dari sawah menjadi lahan lain) tersebut diperkirakan mencapai 100.000 hektar pertahun.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, Kementerian Pertanian untukmencegah terjadinya penurunan produksi hasil pertanian dan untuk memenuhikebutuhan pangan yaitu melalui program cetak sawah.

Volume kegiatan perluasan cetak sawah tahun 2016 adalah 129.096 ha denganpagu anggaran Rp.2,06 triliun sedangkan volume kegiatan perluasan sawah tahun 2017adalah 72.033 ha dengan pagu anggaran yang mencapai Rp.1,18 triliun.

Hasil koordinasi yang telah dilakukan oleh Kementerian Koordinator BidangPerekonomian menunjukkan adanya permasalahan teknis dan sosial yang dihadapi yaitu:

Kondisi umum pertanian di luar Pulau Jawa bahwa bertanam padi bukanlah pilihanutama dan minimnya sarana dan prasarana serta keterbatasan pengetahuanmenjadikan kegiatan bersawah adalah kegiatan sampingan, petani lebih sukamengusahakan tanaman perkebunan seperti sawit, kelapa, lada, karet. Bahkantidak jarang kemudian sawah-sawah yang mereka miliki ditanami dengankomoditas non padi.

Page 77: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

69

Masalah ketersediaan jaringan pengairan, baik irigasi maupun drainase,merupakan masalah lain yang kerap menjadi penghalang optimumnya tingkatproduksi di sawah-sawah baru. Air merupakan faktor utama dalam produksi padisawah. Pada sawah-sawah baru seringkali belum terdapat infrastruktur pengairanyang memadai untuk mendukung pertanaman padi.

Masalah lain yang muncul adalah minimnya informasi ketersediaan lahan yangdapat dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan. Jarang sekalipemerintah daerah yang menyusun informasi sumberdaya lahan yang dilengkapikajian kesesuaian dan arahan komoditas. Akibat minimnya informasi tersebuttidak jarang kegiatan perluasan sawah ditempatkan pada kawasan kawasan yangsecara agroekologi kurang sesuai untuk tanaman padi, sawah sawah tersebutkembali menjadi lahan terlantar dan tidak digarap.

Penerapan Kebijakan cetak sawah berdampak pada terserapnya tenaga kerja,ketersediaan air irigasi sehingga meningkatkan produksi beras dan dapat menekanvolume impor beras serta peluang peningkatan pendapatan petani guna menekan angkakemiskinan.

Irigasi

Peranan irigasi merupakan aspek penting dalam lahan pertanian terutama untuktanaman padi. Jaringan irigasi harus baik dari hulu sampai ke hilir karena jika ada satu arealyang rusak maka akan terganggu sampai ke hilir. Saat ini permasalahan keakuratan dataterkait dengan luas Daerah Irigasi dan Sawah Beririgasi yang masih menjadi kendala antarinstansi/lembaga. Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pertanian masihmenggunakan data yang berbeda. Kurang akuratnya data terkait dengan luas daerahirigasi dan sawah beririgasi ini sangat berpengaruh dalam menentukan arah kebijakanpembangunan Bendungan, Bendung, Embung serta jaringan irigasi mulai dari jaringanirigasi primer, sekunder dan tersier baik oleh Kementerian Pekerjaan Umum maupun olehKementerian Pertanian. Seringkali pembangunan jaringan irigasi primer, sekunder dantersier tidak terkoneksi dengan sawah sebagai akibat dari data yang belum akurat yangberakibat banyaknya jaringan irigasi yang mangkrak dan rusak setelah pembangunan.Pembangunan Bendungan, Bendung dan Embung dibeberapa daerah juga tidak padadaerah irigasi yang tepat, sehingga banyak bendungan, bendung ataupun embung tidakoperasional secara maksimal.

Selain hal tersebut dalam kebijakan pangan khususnya komoditas beras(surplus/defisit) masih belum akurat sebagai akibat dari input data terkait luas sawahberirigasi yang masih mestinya dilakukan perhitungan secara tepat/proporsional. Sampaidengan saat ini perhitungan produksi padi secara nasional oleh Kementerian Pertanian

Page 78: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

70

masih mendasarkan pada data luas lahan baku sawah yaitu 8,132 juta hektar dengan luasbaku sawah beririgasi 4,417 juta hektar (Kementan 2015). Sehingga dapat disimpulkanbetapa pentingnya akurasi data guna mensinkronisasi Daerah Irigasi dan Sawah beririgasidalam pengambilan keputusan kebijakan pangan nasional.

Dengan adanya Sinkronisasi Data Daerah Irigasi dan Sawah Beririgasi, arahkebijakan pembangunan jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier di daerah lebih tepatsasaran sehingga produksi padi bisa lebih meningkat dan Indeks Pertanaman lebihmaksimal ( 2 kali setahun).

3.3. Realisasi Anggaran

Total anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2017sebesar Rp 15,42 miliar, mengalami kenaikan sebesar 4,9% dari tahun 2016 (Rp 14,7miliar). Sesuai tabel 3.20, realisasi anggaran tahun 2017 sebesar 98,93% mengalamikenaikan 0,71% dari tahun 2016 (98,22%). Berdasarkan data-data tersebut di atasmenunjukan kinerja keuangan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanianmenunjukan capaian yang sangat baik. Secara rinci, realisasi anggaran per kegiatan tahun2016 dan 2017, sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 3.20. Realisasi Anggaran Tiap Kegiatan Tahun 2016 dan 2017 (juta rupiah)

No. Kegiatan2016 2017

AlokasiDIPA

Realisasi %Alokasi

DIPARealisasi %

1 Koordinasi KebijakanPangan

5.751 4.839 98,08 6.104 6.015 98,54

2 Koordinasi KebijakanPeternakan danPerikanan

1.680 1.434 99,74 2.254 2.238 99.29

3 Koordinasi KebijakanPerkebunan danHortikultura

3.118 2.337 99,40 3.308 3.273 98,94

4 Koordinasi KebijakanSarana dan PrasaranaPangan dan Pertanian

1.680 1.296 99,42 1.878 1.861 99,11

5 Koordinasi KebijakanAgribisnis

2.470 1.780 95,11 1.878 1.870 99,56

Jumlah 14.699 11.687 98,22 15.422 15.257 98,93

Page 79: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

71

Tabel 3.21. Realisasi Anggaran Tiap Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 2016 dan 2017

Sasaran Strategis Indikator KinerjaTahun 2016 Tahun 2017

Rencana(juta Rp)

Realisasi(juta Rp)

% Rencana(juta Rp)

Realisasi(juta Rp)

%

TerwujudnyaKoordinasi dansinkronisasi kebijakanPangan danPertanian

Persentase hasil rekomendasi koordinasi dansinkronisasi kebijakanpangan dan pertanian yangdiselesaikan

9.562 9.375 98,05 11.686 11.546 98,80

Terwujudnyapengendalianpelaksanaankebijakan Pangan danPertanian

Persentase kebijakanbidang pangan danpertanian yangterimplementasikan

1.972 1.957 99,21 2.940 2.917 99,21

Terwujudnyaefektivitas tata kelolapangan dan pertanianyang baik

Persentase partisipasistakeholders dalamkebijakan pangan danpertanian

365 355 98,22 796 794 99,82

Jumlah 11.899 11.715 98,45 15.422 15.257 98,93

Gambar 3.4. Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2013-2017 (Rp Miliar)

Dalam rangka mencapai target kinerja yang telah ditetapkan di awal tahun,Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian telah secara optimal menggunakansumber daya yang tersedia khususnya anggaran belanja untuk melaksanakan programdan kegiatan.

Page 80: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

72

Bab IV -- PENUTUP

aporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun2017 menyajikan pencapaian strategis, yang secara keseluruhan umumnyamenunjukkan kinerja yang sangat baik, jika dilihat dari jumlah indikator

kinerja yang telah melampaui target yang telah ditetapkan.Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian mendapat tugas dan

tanggungjawab yang sangat strategis dalam menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pangan dan pertanian sesuai dengan NawacitaPemerintahan dan Quick Wins Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Capaianmakro beberapa program lintas kerja khususnya yang terkait ketersediaan dan stabilitaspangan, pengembangan komoditi ekspor, ketersediaan sarana prasarana pangan danpertanian, dan penanggulangan kemiskinan petani, mendapatkan hasil yang positifditandai oleh tercapainya sasaran inflasi nasional, pemenuhan ketersediaan pangan, sertaterjaganya Nilai Tukar Petani.

Peningkatan kualitas dan kuantitas koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian dibidang pangan dan pertanian akan terus ditingkatkan dengan melibatkan danmembutuhkan komitmen serta dukungan aktif semua kementerian/lembaga, BUMN,Swasta dan civil society. Keterlibatan semua stakeholders tersebut mutlak diperlukandalam rangka untuk mempercepat pencapaian tujuan kemandirian dan kedaulatanpangan nasional.

Langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan ke depan adalah:a. Rekomendasi yang belum terselesaikan pada tahun 2017, perlu dioptimalkan

ditindaklanjuti pada tahun 2018. Sedangkan terhadap rekomendasi yang sudahdiselesaikan, perlu dipantau dan dievaluasi implementasinya.

b. Pengumpulan data dan evaluasi capaian kinerja berkala setiap triwulan, agardilakukan oleh masing-masing Asisten Deputi, untuk menjamin pelaksanaan kegiatansesuai dengan target yang telah direncanakan.

c. Penyerapan anggaran yang telah dilaksanakan secara optimal perlu dipertahankanuntuk dapat terus dicapai, terutama optimalisasi realisasi di awal tahun. Oleh karenaitu dibutuhkan perencanaan penggunaan anggaran yang baik yang diselaraskandengan target-target kinerja yang ditetapkan.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

L

Page 81: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

LAPORAN KINERJA DEPUTI II TAHUN 2017

73

Lampiran --

Page 82: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Definisi : Diselesaikan rekomendasi dan sinkronisasi kebijakan pangan dan pertanian dengan K/L dan telah dibahas substansi dan draft rancangan Peraturan Perundangan Baru/rekomendasi kebijakan bidang Pangan dan Pertanian yang dikoordinasi dan disinkronisasi oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Satuan : %

Teknik Menghitung : Diselesaikan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pangan dan pertanian = jumlah rekomendasi dan sinkronisasi yang diselesaikan (realisasi) dibandingkan dengan target dan atau rekomendasi dan sinkronisasi yang dihasilkan (target), rancangan peraturan perundang-undangan baru/rekomendasi kebijakan bidang pangan dan pertanian. R X100%

T

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan dapat diterbitkan

Presentase Hasil Rekomendasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pangan dan Pertanian yang diselesaikan

Manual

Perhitungan

IKU

KEMENTERIAN 1

Page 83: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Definisi : Implementasi kebijakan fungsi pengendalian atas pelaksanaan kebijakan bidang pangan dan pertanian oleh K/L yang menghasilkan rekomendasi dan berimplikasi pada Rancangan perubahan Peraturan Perundangan yang ada

Satuan : %

Teknik Menghitung : Implementasi kebijakan pengendalian pangan dan pertanian = jumlah rekomendasi pengendalian yang terimplementasikan (realisasi) dibandingkan dengan target dan atau rekomendasi pengedalian yang dihasilkan (target), rancangan perubahan peraturan perundang-undangan/rekomendasi kebijakan dibidang pangan dan pertanian. r X100% t

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : kondisi pelaksanaan peraturan yang ada, hasil dan manfaat bila terjadi perubahan peraturan.

Presentase Kebijakan Bidang Pangan dan Pertanian Yang Terimplementasi

Manual

Perhitungan

IKU

KEMENTERIAN

2

R

Page 84: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi

Definisi : Mengukur budaya organisasi berbasis kinerja dan kompetensi, dan tata kelola keuangan, serta partisipasi stakeholders dalam kebijakan pangan dan pertanian

Satuan : %

Teknik Menghitung :

Gabungan nilai tata kelola keuangan (realisasi), Laporan Kinerja, dan partisipasi stakeholder dalam kebijakan pangan dan pertanian, Bobot Nilai :

a) Realisasi Keuangan (bobot 30%)

b) Laporan Kinerja ( bobot 30%)

c) Partisipasi Stakeholder kebijakan pangan dan pertanian (bobot 40 %)

Persentase Tingkat Kinerja = (aX30%)+(bX30%)+(cX40%)

Persentase Tingkat Kinerja :

85≤n≤100 = 4 : Sangat Baik

65≤n<85 = 3 : Baik

45≤n<65 = 2 : Kurang

n<45 = 1 : Sangat Kurang

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : -

Persentase Partisipasi Stakehlders dalam Kebijakan Pangan dan Pertanian

Manual

Perhitungan

IKU

KEMENTERIAN

3

Page 85: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 86: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 87: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 88: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 89: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 90: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 91: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 92: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 93: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 94: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 95: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi
Page 96: LAPORAN KINERJA - ekon.go.id · Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi