Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

342
Rencana kerja dan anggaran Capaian kinerja organisasi Realisasi anggaran Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Transcript of Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Page 1: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 1

Rencana kerja dan anggaranCapaian kinerja organisasiRealisasi anggaran

Laporan KinerjaDirektorat Jenderal Perbendaharaan

Page 2: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 2

Laporan KinerjaDirektorat Jenderal

Perbendaharaan

Page 3: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka lebih memantapkan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit di lingkungan pemerintahan sekaligus menyelaraskan antara aspek perencanaan, penganggaran, dan akuntabilitas, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Upaya mengaitkan aspek penganggaran dan aspek akuntabilitas ini dimaksudkan untuk mengarah kepada penerapan konsep anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) secara utuh sebagai salah satu pendekatan dalam sistem penganggaran sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Salah satu implementasi atas azas penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, setiap instansi pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian tujuan/sasaran strategis instansi. Dikaitkan dengan pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting), setiap unit penyelenggara negara harus dapat mempertanggungjawabkan berbagai kinerja yang telah diraih dikaitkan dengan penyediaan anggaran yang dialokasikan serta pencapaian visi misi organisasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan berkewajiban untuk menyusun laporan pertanggungjawaban kinerja yang berisi berbagai capaian kinerja yang telah dilaksanakan dalam tahun 2019 sebagai bentuk keterbukaan informasi dan pertanggungjawaban atas pencapaian kinerja dan pelaksanaan program/kegiatan DJPb.

Di samping itu, melalui LAKIN yang disusun diharapkan dapat tercipta transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi DJPb yang bertanggung jawab untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara. LAKIN DJPb Tahun 2019 diharapkan secara eksternal dapat digunakan sebagai media pertanggungjawaban kinerja kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan secara internal dapat digunakan oleh seluruh jajaran pegawai DJPb untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja seiring dengan bertambahnya tantangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di masa yang akan datang.

Jakarta, Februari 2020Direktur Jenderal Perbendaharaan

Andin Hadiyanto

Page 4: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaanii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka mendukung visi pemerintah dalam Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong, Kemenkeu memiliki tugas strategis berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2015, yaitu sebagai pengelola fiskal yang berwenang dalam penyusunan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro. Sebagai bagian dalam pelaksanaan tugas tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 217/PMK.01/2018, DJPb memiliki tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DJPb telah menetapkan visi, yaitu “Menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia”. Untuk mewujudkan visi tersebut, DJPb menjalankan misi yang meliputi: (1) mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien, dan optimal; (2) mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel; (3) mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu; (4) mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal, profesional, dan modern. Dalam mendukung pencapaian prioritas nasional serta mewujudkan visi dan misi organisasi, DJPb telah menyusun kegiatan prioritas dan Rencana Strategis (Renstra) DJPb Tahun 2015-2019.

Renstra memuat sembilan tujuan DJPb, yaitu: (1) terciptanya fungsi pelaksanaan anggaran yang efektif; (2) terwujudnya pengelolaan kas yang efektif dan efisien; (3) terciptanya sistem manajemen investasi yang akurat, tepat sasaran, dan akuntabel; (4) terwujudnya pengelolaan keuangan BLU yang fleksibel, efektif, dan akuntabel; (5) terwujudnya akuntansi keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat; (6) terwujudnya dukungan teknis perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi, dan mudah diterapkan; (7) terwujudnya penyempurnaan proses bisnis sistem perbendaharaan sesuai best practices; (8) terwujudnya pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal, efektif, dan efisien; (9) terwujudnya peningkatan kualitas layanan Kantor Vertikal kepada seluruh pemangku kepentingan.

Untuk mencapai visi dan misi serta tujuan yang telah ditetapkan, DJPb menjabarkan sasaran-sasaran strategis sebagai rincian atas tujuan tersebut. Setiap sasaran tersebut disertai dengan ukuran sebagai alat untuk mengetahui pencapaian sasaran dimaksud. Pada tahun 2019, ditetapkan 13 sasaran strategis dan 22 indikator kinerja utama (IKU), dengan 2 sub IKU, beserta targetnya. Berdasarkan evaluasi kinerja tahun 2019, secara keseluruhan kinerja DJPb sudah baik, di mana Nilai Kinerja Organisasi (NKO) adalah sebesar 109,66, meningkat dari NKO DJPb tahun 2018 sebesar 108,10. Dari 23 Indikator Kinerja Utama (IKU) DJPb tahun 2019, seluruhnya telah berstatus hijau (memenuhi target/ekspektasi).

Adapun rincian capaian untuk setiap IKU pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:1. Indeks likuiditas kas negara terealisasi sebesar 3,17 (target 3 dengan skala 4);2. Indeks Opini BPK atas LKPP terealisasi sebesar 4 (target 4 (WTP));3. Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN terealisasi sebesar 3,93 (target 3,6 dengan skala 4); 4. Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb terealisasi sebesar 4,76 (target 4,63); 5. Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal terealisasi 99,66% (target 98,1%); 6. Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan terealisasi sebesar 4 (target 3 dengan skala 4);7. Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L terealisasi sebesar 95,16 (target 88);8. Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat terealisasi sebesar 3,08% (target 5%);9. Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman terealisasi 105,25% (target 100%);10. Persentase pencapaian target pendapatan BLU terealisasi sebesar 102,15% (target 100%);11. Persentase pelaksanaan tugas khusus terealisasi sebesar 110,72% (target 87%);

Page 5: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 iii

12. Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi terealisasi sebesar 90,43 (target 86);13. Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan terealisasi sebesar 75% (target 75%);14. Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu terealisasi sebesar 4 (target 4, dengan skala 4);15. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti terealisasi sebesar 94,16%

(target 89%);16. Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency terealisasi sebesar 97,73% (target 92%);17. Persentase proses penempatan talent pada jabatan target terealisasi sebesar 100% (target 100%);18. Indeks integritas organisasi terealisasi sebesar 112,71 (target 95,85);19. Persentase penyelesaian program Transformasi Digital terealisasi sebesar 89,40% (target 80%);20. Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI terealisasi sebesar 100% dari target 100%;21. Persentase downtime sistem TIK terealisasi sebesar 0,072% (target 0,1%);22. Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti terealisasi sebesar 97% (target 90%);23. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran terealisasi sebesar 97,06% (target 95%).

Pada sisi pengelolaan anggaran, DJPb telah merealisasikan penyerapan DIPA TA 2019 untuk semua jenis belanja sebesar 98,68%, yaitu Rp1.498,28 miliar dari total pagu sebesar Rp1.518,39 miliar. Kualitas pemanfaatan anggaran tidak direfleksikan dengan sekedar menyerap pagu anggaran, tetapi juga memperhitungkan juga ketercapaian keluaran riil, konsistensi dengan perencanaan, serta upaya efisiensi dalam penyerapannya. Selain itu, pemanfaatan anggaran yang berkualitas harus memberikan dampak yang dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas.

DJPb juga telah menghasilkan berbagai capaian membanggakan selama tahun 2019, antara lain:

a. Launching MPN G3, BIOS G2, dan BAS Mobile G2; b. Perolehan opini WTP dari BPK atas LKPP Tahun 2018, sebagai perolehan opini WTP ketigakalinya; c. Transaksi Perdana Reverse Repo SBN dan implementasi penuh Kartu Kredit Pemerintah (KKP);d. Technical Assistance penerapan GFS pada negara Kamboja;e. Sharing Knowledge Balance Sheet Approach pada Course IMF-STI di Singapura;f. Sharing aplikasi grading yang dikembangkan DJPb menjadi benchmark pada tingkat Kemenkeu;g. Penggunaan virtual account rekening pengeluaran Satker lingkup DJPb;h. Surveillance Audit untuk seluruh KPPN dan HAI-DJPb dengan hasil telah diadopsi dan diimplementasikannya

ISO 9001:2015 dengan baik;i. Kanwil dan Kantor Pelayanan Terbaik Tahun 2019 dan peringkat kedua implementasi PUG;j. Predikat WBK oleh 66 kantor vertikal dan WBBM oleh 6 kantor vertikal dan nilai tertinggi persepsi

integritas lingkup Kemenkeu;k. Top 99 Kompetisi Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik 2019 dan Top 99 inovasi Pelayanan Publik

dan UNPSA 2019;l. Nilai tertinggi survei kepuasan pengguna layanan tahun 2019;m. Berbagai kinerja membanggakan lainnya.

Perbaikan terhadap organisasi dilakukan secara terus menerus melalui berbagai inovasi atas manajemen dan pelayanan, peningkatan integritas pegawai, dan peningkatan pengelolaan kinerja. Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai akan terus ditingkatkan sehingga dapat mengantarkan DJPb mewujudkan visi untuk menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia.

Page 6: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaaniv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

IKHTISAR EKSEKUTIF ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR GRAFIK xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 3

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 4

C. Peran Strategis 6

D. Sistematika Laporan 8

BAB II PERENCANAAN KINERJA 9

A. Rencana Strategis 11

B. Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 15

C. Penetapan/Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2019 25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 41

A. Capaian Kinerja Organisasi 43

B. Realisasi Agenda Prioritas 203

C. Realisasi Anggaran 207

D. Kinerja Lain DJPb 214

BAB IV INISIATIF PENINGKATAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN 253

A. Tindak Lanjut atas Evaluasi AKIP 255

B. Revitalisasi Manajemen Kinerja DJPb 261

BAB V PENUTUP 271

LAMPIRAN

Perjanjian Kinerja Tahun 2019 275

Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2019 295

Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2019 297

Informasi Kinerja dan Anggaran DJPb Tahun Anggaran 2019 299

Page 7: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 v

DAFTAR TABEL

2A.1 Penjelasan Misi DJPb 12

2A.2 Target Kinerja DJPb Tahun 2019 pada Renstra DJPb 14

2B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2019 Lingkup DJPb 17

2B.2 Rencana Kinerja pada Renja DJPb Tahun 2019 17

2B.3 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2019 per Jenis Belanja 22

2B.4 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2019 per Jenis Kegiatan 23

2B.5 Kerangka Pendanaan untuk Kegiatan Prioritas DJPb Tahun 2019 24

2C.1 Target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 28

2C.2 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 29

2C.3. Pendanaan Per Kegiatan untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2019

30

3A.1 Nilai Kinerja DJPb 2019 Berdasarkan Perspektif 43

3A.2 Capaian IKU Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 44

3.1 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 1 45

3.1a.1 Perhitungan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun 2019 47

3.1a.2 Capaian IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun 2019 48

3.1a.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun 2015 s.d. 2019 48

3.1a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

48

3.1a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun s.d. 2019 dan RPJMN 2015-2019

49

3.1a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara dengan Unit Eselon I Lainnya

49

3.1b.1 Indeksasi Opini BPK atas LKPP 53

3.1b.2 Capaian IKU Indeks opini BPK atas LKPP Tahun 2019 54

3.1b.3 Perkembangan Opini BPK atas LKPP Tahun 2005 s.d. 2018 54

3.1b.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP Tahun s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

55

3.1b.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP Tahun s.d. 2019 dan RPJMN 2015-2019

55

3.1b.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP dengan Unit Eselon I Lainnya

56

3.1c.1 Perhitungan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2019

62

3.1c.2 Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2019

63

3.1c.3 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2018 63

3.1c.4 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN dan Renstra 2015-2019

64

3.1c.5 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN dan RPJMN 2015-2019

65

3.1c.6 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN dengan Unit Eselon I Lainnya

65

Page 8: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaanvi

3.2 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 2 68

3.2.1 Rincian Skor Indeks Kepuasan atas 11 Aspek Layanan yang Diteliti Tahun 2019 70

3.2.2 Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2019 71

3.2.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2019

71

3.2.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

72

3.2.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

73

3.2.6 Rekomendasi atas Hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan DJPb Tahun 2019 74

3.3 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 3 75

3.3.1 Perhitungan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2019

77

3.3.2 Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2019

77

3.3.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2015 s.d. 2019

77

3.3.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

78

3.3.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

79

3.3.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal s.d. 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

79

3.4 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 4 81

3.4.1 Perhitungan IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2018 83

3.4.2 Capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2018 83

3.4.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2015 s.d. 2019

84

3.4.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

84

3.4.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan s.d. 20189dengan RPJMN 2015-2019

85

3.4.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan s.d. 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

85

3.5 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 5 87

3.5.1 Data Perhitungan IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2019 92

3.5.2 Capaian IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2019 93

3.5.3 Perbandingan Capaian IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2015 s.d. 2019

93

3.5.4 Perbandingan Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

94

3.5.5 Perbandingan Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

94

3.5.6 Perbandingan Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

95

Page 9: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 vii

3.6 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 6 97

3.6.1 Perhitungan IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2019

99

3.6.2 Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2019 100

3.6.3 Perbandingan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2015 s.d. 2019

100

3.6.4 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

101

3.6.5 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

101

3.6.6 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

102

3.7 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 7 104

3.7a.1 Perhitungan IKU Perhitungan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2019

105

3.7a.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2019

105

3.7a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

106

3.7a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

106

3.7a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

107

3.7b.1 Perhitungan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2019 110

3.7b.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2019 110

3.7b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2015 s.d. 2019

111

3.7b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

111

3.7b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

112

3.7b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

112

3.7c.1 Perhitungan IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018 116

3.7c.2 Capaian IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018 116

3.7c.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2015 s.d. 2019

117

3.7c.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

117

3.7c.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

118

3.7c.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

118

Page 10: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaanviii

3.8 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 8 121

3.8a.1 Capaian IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2019 123

3.8a.2 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2015 s.d. 2019

123

3.8a.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

124

3.8a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

124

3.8a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

125

3.8b.1 Perhitungan IKU Persentase jabatan fungsional bidang perbendaharaan Tahun 2019

130

3.8b.2 Capaian IKU Persentase jabatan fungsional bidang perbendaharaan Tahun 2019 131

3.8b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase jabatan fungsional bidang perbendaharaan Tahun 2015 s.d. 2019

131

3.8b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase jabatan fungsional bidang perbendaharaan s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

131

3.8b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase jabatan fungsional bidang perbendaharaan s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

131

3.8b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase jabatan fungsional bidang perbendaharaan Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

132

3.9 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 9 134

3.9a.1 Indeksasi Penyelesaian UU PP APBN Tahun 2019 135

3.9a.2 Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2019 135

3.9a.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2014 s.d. 2019

136

3.9a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

136

3.9a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

137

3.9a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

137

3.9b.1 Perhitungan IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019

140

3.9b.2 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019

141

3.9b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2014 s.d. 2019

141

3.9b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

142

3.9b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti s.d. 2019 dan RPJMN 2015-2019

142

3.9b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

143

Page 11: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 ix

3.10 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 10 145

3.10a.1 Perhitungan IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2019

146

3.10a.2 Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2019 146

3.10a.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2015 s.d. 2019

147

3.10a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

147

3.10a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

148

3.10a.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

148

3.10b.1 Perhitungan IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target Tahun 2019

151

3.10b.2 Capaian IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target Tahun 2019 152

3.10b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target Tahun 2015 s.d. 2019

152

3.10b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

152

3.10b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

153

3.10b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

153

3.11 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 11 155

3.11a.1 Perhitungan IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2019 158

3.11a.2 Capaian IKU Indeks integritas organisasi RBTK Tahun 2018 159

3.11a.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2015 s.d. 2019 159

3.11a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

160

3.11a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

160

3.11a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

160

3.11b.1 Persentase penyelesaian program Transformasi Digital oleh DJPb Tahun 2019 163

3.11b.2 Capaian IKU Persentase penyelesaian program transformasi digital Tahun 2019 164

3.11b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase penyelesaian program transformasi digital Tahun 2015 s.d. 2019

164

3.11b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase penyelesaian program transformasi digital s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

165

3.11b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase penyelesaian program transformasi digital s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

165

3.11b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase penyelesaian program transformasi digital Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

165

Page 12: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaanx

3.12 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 12 168

3.12a.1 Realisasi Implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2019 170

3.12a.2 Capaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2019 170

3.12a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

171

3.12a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

171

3.12a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

172

3.12a.6 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 terkait IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

178

3.12b.1 Perhitungan IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2019 182

3.12b.2 Capaian IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2019 182

3.12b.3 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2015 s.d. 2019 183

3.12b.4 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

183

3.12b.5 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

183

3.12b.6 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Th. 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

184

3.12b.7 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 terkait IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

189

3.13 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 13 191

3.13a.1 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019

193

3.13a.2 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2015 s.d. 2019

193

3.13a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

193

3.13a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti s.d. 2019 dan RPJMN 2015-2019

194

3.13a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

194

3.13b.1 Uraian Perhitungan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019 197

3.13b.2 Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019 198

3.13b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2015 s.d. 2019

198

3.13b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

199

3.13b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2019 dan RPJMN 2015-2019

199

3.13b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

200

3B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2019 Lingkup DJPb 203

3C.1 Realisasi DIPA DJPb (Non BLU) TA 2016 s.d. 2019 per Jenis Belanja 207

3C.2 Realisasi DIPA DJPb dan BLU BPDPKS dan PIP TA 2019 dan 2019 208

3C.3 Realisasi DIPA DJPb TA 2019 per Jenis Kegiatan 209

Page 13: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 xi

3C.4 Perbandingan Realisasi DIPA DJPb TA 2018 dan 2019 per Jenis Kegiatan 210

3C.5 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya DJPb TA 2019 per Satker 211

3C.6 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya DJPb TA 2019 per Objek Efisiensi 212

3C.7 Matriks Kinerja dan Anggaran DJPb 2019 213

4a.1 Masukan Teknis terkait Penggunaan Aplikasi e-Performance 240

4a.2 Tindak Lanjut Permasalahan Implemenasi SAKIP DJPb Tahun 2019 259

4b.1 Kriteria Penilaian Unsur Pertama Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 262

4b.2 Kriteria Penilaian Unsur Kedua Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 262

4b.3 Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 263

4b.4 Kriteria Penilaian Unsur Keempat Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 264

4b.5 Kriteria Penilaian Unsur Kelima Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 264

4b.6 Kriteria Penilaian Unsur Keenam Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 264

4b.7 Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 265

4b.8 Kriteria Penilaian Unsur Kedelapan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 265

4b.9 Kriteria Penilaian Unsur Kesembilan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 266

4b.10 Kriteria Penilaian Unsur Kesepuluh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 266

4b.11 Kriteria Kantor Pusat dan Kanwil DJPb dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

267

4b.12 Kriteria KPPN dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

267

4b.13 Kriteria Penilaian Unsur Kedua Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 268

4b.14 Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 268

4b.15 Kriteria Penilaian Unsur Keempat Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 269

4b.16 Kriteria Penilaian Unsur Kelima Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 269

4b.17 Kriteria Penilaian Unsur Keenam Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 270

4b.18 Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 270

DAFTAR GRAFIK

1.1 Statistik SDM DJPb per 31 Desember 2019 5

2B.1 Perkembangan Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2016 s.d. 2019 23

3A.1 NKO DJPb Tahun 2013 s.d. 2019 43

3.1a.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2015 s.d. 2019 44

3.1b.1 Perkembangan Opini BPK atas LKPP Tahun 2005 s.d. 2018 54

3.1c.1 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2018 63

3.1c.2 Perbandingan Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LKKL dan LK BUN Tahun 2014 s.d. 2019 63

3.2.1 Matriks Kepentingan-Kepuasan DJPb 71

3.2.2 Perkembangan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2019 72

3.2.3 Indeks Kepuasan Publik atas Layanan Kemenkeu Tahun 2019 73

3.3.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2016 s.d. 2019 78

Page 14: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaanxii

DAFTAR GAMBAR

1.1 DJPb 3

1.2 Struktur Organisasi DJPb 5

1.3 Sebaran Unit dan SDM DJPb per 31 Desember 2019 6

2C.1 Peta Strategis DJPb Tahun 2019 25

3.4.1 Perkembangan Capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2015 s.d. 2019 84

3.4.1 Perkembangan Capaian IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2015 s.d. 2019 93

3.6.1 Perkembangan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2015 s.d. 2019 100

3.7a.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2013 s.d. 2019 106

3.7b.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2015 s.d. 2019 111

3.7c.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2015-2019 117

3.8.1 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2015 s.d. 2019

124

3.9a.1 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2014 s.d. 2019

136

3.9b.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN Tahun 2014 s.d. 2019

141

3.10.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2015 s.d. 2019

147

3.11a.1 Perkembangan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2017 s.d. 2019 159

3.11b.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital Tahun 2015 s.d. 2019

164

3.12a.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI (2014-2015) dan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI (2016-2019)

171

3.12b.1 Perkembangan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2016 s.d. 2019 183

3.13a.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018 s.d. 2019

193

3.13b.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Triwulanan Tahun 2015 s.d. 2019

198

3C.1 Penyerapan DIPA DJPb (Non BLU) TA 2015 s.d. 2019 per Jenis Belanja 207

Page 15: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 xiii

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 16: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan3

P E N D A H U L U A NLatar BelakangTugas, Fungsi, dan Struktur OrganisasiPeran StrategisSistema�ka Laporan

ABCD

Page 17: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 4

P E N D A H U L U A NLatar BelakangTugas, Fungsi, dan Struktur OrganisasiPeran StrategisSistema�ka Laporan

ABCD

Page 18: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan3

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35, 36, dan 37 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK/2004, yang secara hukum meleburkan unit-unit pengelola fungsi perbendaharaan menjadi satu unit. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJPb mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. DJPb dituntut untuk melaksanakan tugas tersebut dengan pruden, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN).

Gambar 1.1

DJPb

Page 19: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 4

LAKIN DJPb Tahun 2019 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban DJPb dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2019 dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi DJPb dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit di lingkungan DJPb, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan dari stakeholders demi perbaikan kinerja DJPb. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, LAKIN juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJPb adalah organisasi eselon I di bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPb menyelenggarakan fungsi:1. perumusan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan

pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah; 2. pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan

pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan

kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;

4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;

5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;

6. pelaksanaan administrasi DJPb;7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

Berdasarkan perumusan fungsi tersebut, DJPb telah membentuk unit-unit eselon II di tingkat pusat dan daerah. Unit-unit tersebut telah lahir dan disusun sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi yang berbasis pada pelayanan yang efisien, efektif, dan terfokus. Struktur organisasi DJPb sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan dan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJPb adalah sebagai berikut:1. Sekretariat Direktorat Jenderal;2. Direktorat Pelaksanaan Anggaran;3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara; 4. Direktorat Sistem Manajemen Investasi;5. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;6. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;7. Direktorat Sistem Perbendaharaan;8. Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan;9. Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan;10. 34 Kantor Wilayah (Kanwil) DJPb;11. 182 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

Page 20: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan5

Gambar 1.2 Struktur Organisasi DJPb

Perubahan struktur organisasi tanpa didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) memadai tidak akan membawa ke arah pencapaian misi yang dicita-citakan. Jumlah SDM DJPb yang besar dan tersebar di seluruh Indonesia tentunya menjadi tantangan tersendiri sehingga diperlukan perhatian khusus dalam pengelolaan SDM serta peningkatan kualitas dan kompetensi yang dibutuhkan. Pengelolaan SDM ditujukan pada terwujudnya SDM yang berkomitmen pada integritas, moralitas, profesionalitas, dan kesejahteraan. SDM DJPb per 31 Desember 2019 adalah sejumlah 7.077 orang dengan statistik sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.1.

Grafik 1.1 Statistik SDM DJPb

Jumlah SDM: 7.077 orang

Page 21: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 6

Gambar 1.3 Sebaran Unit dan SDM DJPb

C. Peran Strategis

Sebagai sebuah organisasi yang dapat dikategorikan sebagai sebuah holding type organization karena memiliki kantor vertikal cukup banyak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, ditambah dengan jumlah pegawai ribuan orang, serta memberikan pelayanan langsung kepada stakeholders, DJPb memiliki peran strategis dalam pengelolaan keuangan negara khususnya di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peran strategis DJPb terkait dengan pelayanan publik antara lain:1. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, efisien, dan akuntabel;2. Tata kelola yang yang tertib, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara;3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah;4. Terciptanya tata kelola organisasi yang sesuai peraturan perundang-undangan.

DJPb juga berperan penting dalam mewujudkan Nawacita (sembilan agenda prioritas), antara lain:1. Sejalan dengan Nawacita ke 5, dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia, DJPb berperan dalam

upaya membangun perumahan melalui penyusunan desain skema pembiayaan pembangunan satu juta rumah dan peningkatan kualitas kawasan permukiman melalui optimalisasi penyediaan air minum (revitalisasi PDAM).

2. Sejalan dengan Nawacita ke 3, DJPb berperan dalam mensukseskan program pembangunan kawasan pedesaan melalui penyaluran dana desa serta penguatan tata kelola pemerintah daerah.

3. Sejalan dengan Nawacita ke 7, DJPb berperan dalam penguatan sektor keuangan dan kapasitas fiskal pemerintah melalui penyempurnaan kebijakan kredit usaha rakyat (KUR), tata kelola dana perkebunan kelapa sawit melalui pembentukan BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, implementasi Integrated Financial Management Information System (IFMIS) dalam pengelolaan dana APBN melalui aplikasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), dan spending review.

4. Selain itu, DJPb secara aktif bertugas melaksanakan pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaan anggaran, khususnya alokasi anggaran untuk program-program prioritas yang mendukung pencapaian Nawacita.

Page 22: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan7

Seluruh fungsi dalam DJPb saling bersinergi dan terintegrasi penuh, baik antar direktorat maupun bagian yang ada di dalamnya. Sebagai suatu organisasi terbuka, DJPb berinteraksi dan menyelaraskan diri dengan lingkungan eksternal, seperti teknologi, ekonomi, undang-undang, dan faktor sosial kemasyarakatan, serta selalu berusaha menggunakan teknologi yang tepat guna dan menjadi organisasi pembelajar yang menuntut seluruh elemen di dalamnya untuk selalu mengembangkan diri sesuai kerangka budaya organisasi, yaitu profesional, disiplin, akuntabel, pelayanan prima, dan inovatif. Segenap elemen organisasi senantiasa berpikir dengan langkah-langkah yang sistematis dan terencana, memiliki role model dalam hal berpikir mengenai kemajuan organisasi melalui keteladanan para pimpinan organisasi, serta pandangan dan harapan pimpinan terhadap organisasi ke depan.

Dengan dukungan pimpinan terkait manajerial organisasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari, fungsi-fungsi treasury akan berkembang untuk mengikuti tuntutan stakeholders. Konsep keterpaduan telah diperluas dari sekedar untuk kepentingan salah satu fungsi secara sempit, menjadi lebih komprehensif dan menyentuh fungsi-fungsi lain di dalam organisasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas-tugas keseharian yang sebelumnya dilaksanakan secara manual dan mampu meningkatkan peran atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkait fungsi distribusi, stabilisasi, dan alokasi dalam menciptakan kondisi fiskal negara yang sehat dan berkesinambungan.

Terdapat beberapa isu strategis DJPb pada tahun 2019, antara lain: 1. Simplifikasi pelaksanaan anggaran melalui peningkatan sistem informasi dan proses bisnis di bidang

perbendaharaan pada era industri 4.0;2. Upaya menjaga opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas hasil pemeriksaan Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2018;3. Penguatan manajemen investasi pemerintah untuk meningkatkan manfaat investasi;4. Implementasi penuh Kartu Kredit Pemerintah (KKP) dan penyempurnaan modul penerimaan negara;5. Implementasi SAKTI sesuai Keputusan Menteri Keuangan tahun 2019;6. Upaya implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan;7. Peningkatan kualitas penyaluran UMi, DAK Fisik, dan Dana Desa;8. Surveillance audit unit DJPb yang telah mendapatkan Standar Mutu Manajemen (SMM) ISO 9001:2015;9. Penempatan talent sesuai target jabatan;10. Penjagaan integritas dan netralitas pegawai DJPb pada tahun politik 2019.

Berbagai isu strategis yang terjadi sepanjang tahun 2019 telah menjadi perhatian DJPb dan disikapi dalam wujud perumusan dan implementasi kebijakan, serta melalui berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2019 dan ditingkatkan kinerjanya pada masa-masa yang akan datang. Adapun perwujudan visi DJPb senantiasa menjadi orientasi berbagai upaya yang dilakukan, khususnya dalam pengelolaan perbendaharaan negara, mengawal APBN membangun negeri.

Page 23: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 8

D. Sistematika Laporan

Sistematika penyajian LAKIN DJPb Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Bab I PendahuluanPada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun bersangkutan yang dimulai dengan penjelasan Renstra DJPb Tahun 2015-2019 khususnya untuk tahun 2019, dilanjutkan dengan penjelasan Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan penjelasan penetapan/perjanjian kinerja tahun 2019.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja OrganisasiPada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

B. Realisasi AnggaranPada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

C. Kinerja Lain-LainPada sub bab ini diuraikan kinerja lainnya DJPb pada tahun yang bersangkutan meliputi kinerja dalam inovasi manajemen/pelayanan, inisiatif pemberantasan korupsi, penghargaan, dan capaian lainnya.

Bab IV Inisiatif Peningkatan Kinerja DJPbPada bab ini diuraikan inisiatif yang telah dilakukan DJPb dalam meningkatkan kinerjanya yang dimulai dari penjelasan tindak lanjut atas evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) DJPb dan dilanjutkan dengan penjelasan revitalisasi manajemen kinerja DJPb.

Bab V PenutupPada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran Lampiran LAKIN DJPb Tahun 2019 meliputi Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) DJPb Tahun 2019, Formulir Pengukuran Kinerja DJPb Tahun 2019, dan Informasi Kinerja dan Anggaran DJPb Tahun 2019

Page 24: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan9

P E R E N C A N A A NK I N E R J A

Rencana StrategisRencana Kerja (Renja) danRencana Kerja dan Anggaran (RKA)Perjanjian Kinerja

AB

C

Page 25: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 10

P E R E N C A N A A NK I N E R J A

Rencana StrategisRencana Kerja (Renja) danRencana Kerja dan Anggaran (RKA)Perjanjian Kinerja

AB

C

Page 26: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan11

P E R E N C A N A A N

K I N E R J A

A. Rencana Strategis

Melalui diskusi secara intensif dengan seluruh elemen organisasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) dan mengidentifkasi berbagai potensi dan tantangan yang telah dan akan dihadapi organisasi di masa mendatang, telah disusun sebuah visi DJPb. Visi tersebut disusun untuk memberi arah yang akan ditempuh oleh DJPb dan dapat mengartikulasikan sosok organisasi secara utuh mencakup seluruh fungsi treasury yang ada dan dapat diterjemahkan dan dipahami oleh seluruh elemen dengan mudah sekaligus menginspirasi sehingga mampu direalisasikan dengan baik menuju peningkatan kualitas pelayanan publik dan good governance.

DJPb telah menetapkan visi, yaitu:

“Menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia”.

• Pengelola perbendaharaan negara artinya DJPb mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

• Unggul memiliki makna utama atau terbaik dalam kualitas kinerja. • Di tingkat dunia artinya kualitas kinerja yang dihasilkan DJPb memiliki kualitas setara dengan kualitas

kinerja dengan pengelola perbendaharaan di negara lainnya yang telah sesuai dengan best practices.

Untuk mewujudkan visi tersebut, sejalan dengan tugas dan fungsinya, DJPb menjalankan misi yang yang meliputi:1. Mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien dan optimal;2. Mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel;3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu;4. Mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal, profesional dan modern.

Keempat misi tersebut dapat dijelaskan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2A.1.

Page 27: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 12

Tabel 2A.1 Penjelasan Misi DJPb

M I S I P E N J E L A S A N

1. Mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien dan optimal

(To achieve prudent, efficient, and optimum cash and fund investment management)

: Sebagai pengelola kas negara (fund manager), penguatan kinerja dilaksanakan untuk mewujudkan pengelolaan kas yang optimal melalui perencanaan kas yang efektif untuk menghindari cash mismatch; menjamin ketersediaan kas secara akurat dan tepat waktu; optimalisasi idle cash; penatausahaan penerimaan negara yang efektif dan akuntabel; serta sentralisasi pengelolaan kas sehingga dapat menyajikan informasi posisi kas negara secara akurat dan tepat waktu.

Sebagai pengelola investasi pemerintah, ditujukan untuk menunjang pembangunan secara berkelanjutan, dan memformulasikan bentuk investasi yang efektif dan efisien serta memiliki multiplier effect bagi pembangunan nasional. Dalam hal ini, DJPb memperkuat perannya sebagai regulator yang mampu mewujudkan penguatan regulasi di bidang pengelolaan investasi pemerintah sehingga dapat menghasilkan penerimaan negara yang optimal.

Selain itu, DJPb juga melakukan penguatan peran sebagai pengelola penerusan pinjaman, kredit program, dan investasi pemerintah lainnya.

Terkait dengan fungsi pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), kinerja akan difokuskan untuk menciptakan mekanisme pengelolaan BLU yang fleksibel, efisien, dan efektif melalui penguatan regulasi, tata kelola, dan boundaries BLU yang tegas untuk dapat mendorong peningkatan kinerja satuan kerja (satker) BLU, dalam rangka mendukung: a. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat;b. Peningkatan kesehatan kinerja keuangan satker BLU;c. Peningkatan kompetensi pengelola BLU.

2. Mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel

(To support timely, effective, and accountable budget execution)

: Hingga tahun 2019 akan diwujudkan monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja pelaksanaan anggaran secara tepat waktu dan jumlah untuk mewujudkan pola penyerapan anggaran yang proporsional dan sesuai perencanaan sepanjang tahun anggaran melalui pelaksanaan anggaran secara tertib, efisien, efektif, transparan, akuntabel, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

Selain itu, akan diwujudkan pula penyelesaian dan penyampaian revisi dokumen pelaksanaan anggaran secara transparan, serta terbangunnya mekanisme dan sistem yang kuat dalam melakukan pengawasan terhadap kepatuhan pelaksanaan anggaran.

Page 28: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan13

M I S I P E N J E L A S A N

3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu

(To achieve accountable, transparent, and timely state finance accounting and reporting)

: Akuntansi dan pelaporan keuangan diwujudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan keuangan negara sejak proses penganggaran, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban, untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan, serta mendukung pengambilan kebijakan strategis organisasi. Pengelolaan keuangan dan kekayaan, utang, dan aset pemerintah yang baik tercermin di dalam laporan keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat menggunakan standar akuntansi berbasis akrual sehingga memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga stabilitas fiskal dan kredibilitas pemerintah di mata masyarakat serta internasional.

4. Mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal, profesional dan modern

(To develop reliable, proffesional, and modern treasury support system)

: Mewujudkan harmonisasi peraturan-peraturan di bidang perbendaharaan serta memberikan dukungan teknis di bidang teknologi informasi perbendaharaan dan basis data sesuai best practice yang andal, terotomasi, terintegrasi, mudah diterapkan (applicable), dan memenuhi aspek keamanan melalui implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), serta penyelenggaraan jabatan fungsional yang mendukung terselenggaranya fungsi-fungsi perbendaharaan secara efektif, efisien, akuntabel, dan transparan. Selain itu, sistem perbendaharaan berfokus pula pada implementasi inisiatif strategis Transformasi Kelembagaan DJPb dan penyusunan kajian strategis serta hubungan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses bisnis dan kinerja DJPb di masa mendatang.

Dalam mencapai visi dan misi tersebut, DJPb menetapkan tujuan strategis sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) DJPb Tahun 2015-2019. Tujuan DJPb tahun 2015-2019 difokuskan untuk mewujudkan fungsi perbendaharaan yang memiliki kinerja tinggi dan sesuai dengan best practices, transparan, dan akuntabel dalam rangka meningkatkan kualitas kebijakan fiskal pemerintah.

Tujuan DJPb tersebut adalah:1. Terciptanya fungsi pelaksanaan anggaran yang efektif;2. Terwujudnya pengelolaan kas yang efektif dan efisien;3. Terwujudnya sistem manajemen investasi yang akurat, tepat sasaran, dan akuntabel;4. Terwujudnya pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel, efektif, dan akuntabel;5. Terwujudnya akuntansi keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat;6. Terwujudnya dukungan teknis perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi, dan mudah

diterapkan;7. Terwujudnya penyempurnaan proses bisnis sistem perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi,

dan mudah diterapkan;8. Terwujudnya pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal, efektif, dan

efisien;9. Terwujudnya peningkatan kualitas layanan Kantor Vertikal kepada seluruh pemangku kepentingan.

Sebagaimana tertuang dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019, tujuan DJPb untuk tahun 2019 dapat dijabarkan dengan sasaran strategis yang jelas dan terukur dalam pencapaian indikator kinerja yang ditargetkan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2A.2.

Page 29: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 14

No Tujuan/ Sasaran Strategis Indikator KinerjaTarget 2019

UIC

1 Pelaksanaan anggaran yang efektif

Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L 80% Dit. PA

2 Pengelolaan kas yang efektif dan efisien

Pengelolaan kas secara efisien dan optimal

Persentase akurasi perencanaan kas pemerintah pusat

95% Dit. PKN

Persentase transaksi penerimaan yang dilakukan secara elektronik (MPN G2)

100%

3 Sistem manajemen investasi yang tepat sasaran

Pengelolaan investasi yang pruden

Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman dan hasil restrukturisasi penerusan pinjaman

90% Dit. SMI

4 Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel, efektif, dan akuntabel

Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan BLU

Persentase satker BLU yang kinerjanya baik 92% Dit. PPK BLU

5 Akuntansi keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu

Indeks jumlah LK-K/L dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik

3,88 Dit. APK

Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

3 (tepat waktu)

Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti

100%

6 Menyempurnakan proses bisnis sistem perbendaharaan sesuai best practice

Sistem perbendaharaan yang andal dan modern

Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

3 Dit. SP

7 Dukungan teknis perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi, dan mudah diterapkan

Sistem perbendaharaan yang andal dan modern

Persentase pemeliharaan infrastruktur TIK dalam rangka SPAN

100% Dit. TP/ SITP

Tingkat implementasi Aplikasi SAKTI 100%

Tingkat implementasi data warehouse sebagai pusat penyedia informasi

90%

8 Pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal

Kepuasan pengguna layanan yang tinggi

Indeks kepuasan pengguna layanan 4,18 (skala 5)

Set-ditjen

Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

90%

Indeks kesehatan organisasi 82

Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

95%

9 Meningkatkan kualitas layanan Kantor Vertikal terhadap pemangku kepentingan

Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi

Indeks kepatuhan pengguna layanan 4 (skala 4)

Kanwil & KPPN

Tabel 2A.2 Target Kinerja DJPb Tahun 2019 pada Renstra DJPb

Page 30: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan15

B. Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

1. Rencana Kerja (Renja) Lingkup DJPb Tahun 2019

Dalam kerangka penguatan perencanaan pembangunan seperti diamanatkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional, Bappenas menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019 dengan pendekatan penganggaran berbasis program (money follows program) dan pendekatan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial (THIS). Pendekatan tersebut diimplementasikan dengan: (1) menajamkan Prioritas Nasional (PN) dan Program Prioritas (PP) dari 10 PN dan 30 PP pada RKP 2018 menjadi 5 PN dan 24 PP; (2) memastikan konsistensi perencanaan dan penganggaran PN, PP, dan Kegiatan Prioritas (KP); (3) mengintegrasikan sumber-sumber pendanaan, yang mencakup belanja Kementerian/Lembaga (K/L), belanja non-K/L, belanja transfer ke daerah, pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN), sumber pembiayaan lainnya seperti melalui pemanfaatan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan Pembiayaan Investasi Non-APBN (PINA), serta upaya pemanfaatan potensi investasi melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dokumen RKP tahun 2019 menjabarkan rencana pembangunan ke dalam prioritas pembangunan nasional dan pembangunan bidang. Khusus untuk prioritas pembangunan nasional secara lebih rinci dijabarkan ke dalam PN, PP, dan KP dengan menjaga kesinambungan hirarki sasaran dan ketepatan indikator sasaran di setiap tingkatan kinerja. Penjabaran RKP 2019 ke dalam 5 (lima) PN meliputi: (1) Pembangunan Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar; (2) Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman; (3) Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian, Industri, Pariwisata, dan Jasa Produktif Lainnya; (4) Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan Sumber Daya Air; (5) Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesukesan Pemilu. Dalam hal ini, Kementerian Keuangan berperan dalam pelaksanaan 3 PN, yaitu PN 2, 3, dan 5.

Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Kementerian Keuangan dan DJPb Tahun 2019 telah dilakukan pada tahun 2018, sejalan dengan informasi Bappenas terkait rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019. Renja memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil sesuai program induk. Renja dirinci menurut indikator keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, lokasi, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.

Proses penyusunan Renja diawali dengan arahan dari Sekretariat Jenderal pada Forum Sekretaris (Forses) terkait perencanaan penganggaran Tahun 2019 yang ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya Resource Forum dalam bentuk Bilateral Meeting. Resource Forum merupakan sarana koordinasi antara fungsi pengelola sumber daya dan fungsi teknis yang diinisiasi oleh fungsi perencanaan kinerja dan anggaran di lingkungan Kementerian Keuangan.

Resource Forum dilaksanakan dalam rangka penetapan target kinerja dan anggaran untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan sesuai sasaran strategis Kementerian Keuangan. Pelaksanaan Resource Forum diatur dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-6/MK.1/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Resource Forum dalam Rangka Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Keuangan. Resource Forum bersifat terbuka, dua arah, berbasis bukti dan berorientasi pada perbaikan ke depan serta fokus pada pencapaian outputs dan outcomes. Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh unit eselon I sebagai bahan dalam pelaksanaan Bilateral Meeting dan Trilateral Meeting.

Page 31: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 16

Tujuan dilakukannya Resource Forum adalah untuk meningkatkan kualitas penyusunan Renja dalam mengimplementasikan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) lingkup Kementerian Keuangan. Di samping itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mewujudkan komitmen, koordinasi dan rasa memiliki (sense of ownership) dalam proses perencanaan anggaran dengan melibatkan semua sumber daya organisasi (resource). Sejalan dengan hal tersebut, penyelenggaraan Resource Forum diselaraskan dengan struktur rencana kerja berdasarkan logic model penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) sehingga pelaksanaan pembahasan difokuskan pada outcome, output, aktivitas, input, serta indikator kesuksesan dari suatu output dan outcome. Resource Forum mengacu pada perspektif, pencapaian tahun lalu, proyeksi pelaksanaan anggaran tahun berjalan, dan usulan rencana kerja, serta inisiatif strategis tahun yang akan datang.

Selain mengacu pada dokumen di atas, penyusunan Renja juga mempertimbangkan hasil evaluasi Renstra. Pada hasil evaluasi Renstra, baik terhadap pencapaian agenda Prioritas Nasional maupun pelaksanaan program, dilakukan proses penyesuaian dalam pencapaian target jangka menengah. Proses penyesuaian ini tidak dilakukan dengan mengubah Renstra DJPb dan Renstra Kementerian Keuangan, tetapi dengan menyesuaikan target dalam dokumen Renja dan Kontrak Kinerja DJPb dengan memperhatikan baik kondisi internal maupun eksternal terkini.

Dalam proses penyusunan Renja DJPb Tahun 2017, terkait dengan penyesuaian target dalam Renstra, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) telah menyepakati tidak perlu mengubah Renstra Tahun 2015-2019, tetapi dilakukan penyesuaian pada Renja tahun berkenaan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 14 Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L Tahun 2015-2019, yang menyebutkan bahwa perubahan Renstra K/L 2015-2019 berjalan dapat dilakukan sepanjang: (1) terdapat undang-undang yang mengamanatkan perubahan Renstra K/L, atau (2) adanya perubahan struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi K/L.

Selanjutnya, dalam rangka penyusunan Renja pada tahun-tahun berikutnya, apabila terdapat kondisi di mana terdapat perundang-undangan yang mengharuskan perubahan atas target kinerja pada Renja/RKA-K/L Kementerian Keuangan (termasuk DJPb), disepakati bahwa Kementerian Keuangan selaku K/L cukup menyampaikan informasi perubahan tersebut kepada Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. DJA untuk selanjutnya ditetapkan dalam dokumen kesepakatan selayaknya forum trilateral meeting.

Dalam hal dukungan untuk Prioritas Nasional Tahun 2019, dilakukan pembahasan dan harmonisasi dalam forum multilateral meeting dan dilanjutkan dengan pembahasan intensif dalam trilateral meeting Penyusunan Renja Kementerian/Lembaga Tahun 2019. Dalam hal ini, untuk tahun 2019, DJPb memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian Prioritas Nasional ke-3 - Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya dan Prioritas Nasional ke-5 - Stabilitas keamanan nasional dan pemilu. Dalam pencapaian Prioritas Nasional Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Peningkatan nilai tambah pariwisata dan jasa produktif lainnya. Sementara itu, dalam pencapaian Prioritas Nasional Stabilitas keamanan nasional dan pemilu, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Kepastian hukum dan reformasi birokrasi. Untuk setiap program prioritas, dijabarkan ke dalam kegiatan prioritas beserta sasarannya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.1.

Page 32: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan17

Prioritas Nasional (PN) Program Prioritas Kegiatan Prioritas Sasaran PN / Proyek Prioritas3. Peningkatan nilai

tambah ekonomi dan

penciptaan lapangan

kerja melalui

pertanian, industri,

pariwisata, dan jasa

produktif lainnya

Peningkatan

nilai tambah

pariwisata dan

jasa produktif

lainnya

Perluasan akses

keuangan/

pembiayaan

Sasaran PN: Meningkatnya nilai tambah

ekonomi dan lapangan kerja melalui pertanian,

industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya

Proyek Prioritas Nasional:

• Penyaluran pembiayaan Ultra Mikro

Proyek K/L Mendukung PN:

• Business and system enhancement pembiayaan

Ultra Mikro (UMi)

• Layanan pembiayaan Ultra Mikro

5. Stabilitas keamanan

nasional dan

kesuksesan pemilu

Kepastian hukum

dan reformasi

birokrasi

Pelaksanaan

e-Government yang

terintegrasi

Sasaran PN: Terjaganya stabilitas keamananan

nasional

Proyek Prioritas Nasional: Penerapan aplikasi

e-planning, e-budgeting, e-procurement, e-monev,

e-performance yang terintegrasi di pemerintah

pusat dan daerah

Proyek K/L Mendukung PN:

• Implementasi sistem informasi keuangan

terintegrasi tingkat Satker

• Pengadaan hardware/software untuk

peningkatan kapasitas layanan SPAN, SAKTI,

dan MPN

Tabel 2B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2019 Lingkup DJPb

Program/

KegiatanNama Indikator

Vol/

Target

Pagu

Alokasi

015.08.09 Program pengelolaan perbendaharaan negara 12.559.627.039.000

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga 80%

Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN 3,6

Indeks kepuasan pengguna layanan 4,52

1698 Penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran 21.062.120.000

Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu 4

Indeks penyelesaian LKPP (Unaudited) dan LK-BUN secara tepat waktu 3

1698.001 Laporan terkait Pertanggungjawaban Keuangan Negara dan Statistik Keuangan Pemerintah

10.742.915.000

Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89%

Persentase penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance Statistics) secara tepat waktu

100%

1698.002 Peraturan/Pedoman terkait Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran 2.183.340.000

Persentase penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK

70%

1698.003 Sistem Informasi Keuangan Republik Indonesia 2.072.700.000

Persentase implementasi inisiatif RBTK 92%

Adapun rincian Renja DJPb Tahun 2019 berdasarkan trilateral meeting dengan Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. DJA, secara garis besar dapat ditunjukkan pada Tabel 2B.2.

Tabel 2B.2 Rencana Kerja (Renja) DJPb Tahun 2019

Page 33: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 18

Program/

KegiatanNama Indikator

Vol/

Target

Pagu

Alokasi

1698.005 Pedoman terkait Standar Akuntansi Pemerintahan 5.626.529.000

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 85

Persentase kajian SAP di lingkungan pemerintah pusat dan daerah 100%

1698.994 Layanan Perkantoran 436.636.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95%

1699 Pembinaan pelaksanaan anggaran 9.186.898.000

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga 80%

1699.001 Peraturan bidang pelaksanaan anggaran 1.843.749.000

Persentase penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK

70%

1699.003 Kajian pelaksanaan anggaran dan hasil monitoring evaluasi 7.195.669.000

Indeks ketepatan waktu penyusunan reviu pelaksanaan anggaran, spending review, dan laporan khatulistiwa (KFR Gabungan)

3

Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi terkait pelaksanaan anggaran 90

Nilai kinerja penyaluran dana DAK Fisik dan Dana Desa 70

1699.004 Layanan pelaksanaan anggaran di pusat 147.480.000

Persentase ketepatan waktu penyelesaian revisi DIPA kewenangan DJPb 100%

1700 Pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum 8.326.254.000

Persentase BLU yang kinerjanya baik 93%

1700.001 Peraturan dan pedoman teknis pengelolaan keuangan BLU 582.025.000

Persentase penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK

70%

1700.002 Layanan pembinaan pengelolaan keuangan BLU 7.744.229.000

Persentase penyelesaian RPMK penetapan tarif layanan BLU secara tepat waktu 60%

Persentase penyelesaian RKMK penetapan BLU secara tepat waktu 85%

Persentase penyelesaian RKMK penetapan remunerasi BLU secara tepat waktu 60%

1701 Peningkatan pengelolaan kas negara 10.712.162.000

Jumlah penerimaan dari pengelolaan kas Rp4 T

1701.002 Peraturan dan petunjuk teknis terkait dengan peningkatan pengelolaan kas negara 463.246.000

Persentase penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK

70%

1701.007 Layanan peningkatan pengelolaan kas negara 8.122.868.000

Deviasi akurasi perencanaan kas pemerintah pusat 5%

Persentase kepatuhan K/L menyampaikan LPJ Bendahara menggunakan aplikasi 85%

Indeks efektivitas pengelolaan kas pinjaman dan hibah 3,25

1701.011 Layanan pengelolaan penerimaan negara 706.459.000

Indeks validitas data transaksi penerimaan negara 3

Indeks kepatuhan Bank Operasional dan Bank/Pos Persepsi melaksanakan kontrak 3,25

1701.951 Layanan internal (overhead) 159.176.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1701.994 Layanan perkantoran 1.260.413.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

Page 34: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan19

Program/

KegiatanNama Indikator

Vol/

Target

Pagu

Alokasi

1702 Manajemen investasi dan penerusan pinjaman 21.126.497.000

Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman 100

Indeks kualitas LK BA 999.04 4

1702.001 Layanan terkait sistem manajemen investasi 7.493.881.000

Persentase penyaluran dana di bidang investasi, subsidi, dan pembiayaan secara optimal

90

Indeks pemanfaatan SIKP oleh stakeholder 4

1702.002 Business and system enhancement Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) 7.245.532.000

Tingkat efektivitas pembinaan terhadap BLU pengelola dana (PIP) 80

1704.003 Peraturan terkait sistem manajemen investasi 1.073.600.000

Persentase penyelesaian RPMK/RKMK kebjakan sesuai program perencanaan RPMK/

RKMK

70

Indeks kepatuhan stakeholder 3,5

1702.004 Layanan pengelolaan investasi 3.905.434.000

Persentase penyaluran dana di bidang investasi, subsidi, dan pembiayaan secara optimal

90

1702.951 Layanan internal (overhead) 168.860.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1702.994 Layanan perkantoran 1.239.190.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1703 Pembinaan sistem dan dukungan teknis perbendaharaan 13.536.003.000

Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan 3

Persentase implementasi peraturan perbendaharaan Tuntutan Ganti Kerugian Negara/Daerah

80

1703.001 Peraturan bidang perbendaharaan 1.437.137.000

Persentase jumlah kebijakan perbendaharaan dan penyelesaian permasalahan proses bisnis perbendaharaan yang dihasilkan

93

Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan 3,25

1703.002 Rekomendasi penyempurnaan, pelaksanaan sistem perbendaharaan dan pembinaan

hukum keuangan negara

5.639.815.000

Persentase implementasi inisiatif RBTK 92

Persentase pelaksanaan kegiatan manajemen perubahan dan komunikasi sesuai rencana

100

Persentase penyelesaian kajian sistem perbendaharaan 100

1703.003 Layanan pembayaran program jaminan sosial, PFK, SiLPA, dan penanganan bantuan

hukum

1.075.887.000

Indeks ketepatan waktu pembayaran dana program jaminan sosial, selisih harga beras Bulog, dan dana PFK

3,5

Indeks kualitas laporan keuangan BA 999.99 (transaksi khusus) 4

Persentase penanganan perkara hukum keuangan negara 94

1703.005 Layanan peningkatan kompetisi pembina pengelola perbendaharaan (TMR) dan

pengelola perbendaharaan K/L

5.383.164.000

Persentase jumlah peserta diklat yang lulus ujian pembina pengelola perbendaharaan (TMR)

87

Persentase penyelesaian penyelenggaraan sertifikasi bendahara 100

Page 35: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 20

Program/

KegiatanNama Indikator

Vol/

Target

Pagu

Alokasi

1704 Pengembangan sistem perbendaharaan 228.720.200.000

Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI 100

1704.001 Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan 3.663.350.000

Persentase tingkat penyempurnaan aplikasi perbendaharaan 90

Persentase tingkat pemenuhan quality assurance pada aplikasi yang dikembangkan 100

1704.002 Layanan implementasi Sistem Informasi Keuangan terintegrasi tingkat Satker 13.642.450.000

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 85

Indeks kepuasan publik atas layanan SITP 4,52

1704.004 Hardware/Software untuk peningkatan kapasitas layanan SPAN, SAKTI, dan MPN 161.795.103.000

Persentase penyempurnaan aplikasi perbendaharaan (SPAN, SAKTI dan MPN) 90

Persentase downtime sistem TIK 0,35

1704.007 Layanan pengelolaan sistem informasi dan teknologi 7.293.584.000

Indeks implementasi layanan konsultasi HAI-DJPb yang berkualitas dan tepat waktu 3

Indeks validitas data sistem informasi perbendaharaan 3

1704.003 Layanan manajemen operasional sistem informasi dan teknologi 40.688.736.000

Persentase downtime sistem TIK 0,35

1704.994 Layanan perkantoran 1.636.977.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1705 Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara 391.457.757.000

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga 80

Nilai LK Kuasa BUN KPPN yang berkualitas 93

1705.002 Layanan pelaksanaan Kuasa BUN di daerah 32.224.601.000

Persentase SPM Satker yang diproses menjadi SP2D 99

Indeks kepuasan Satker terhadap layanan KPPN 4,52

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 85

1705.003 Laporan keuangan tingkat kuasa BUN 12.515.885.000

Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal 98

Persentase penyampaian LPJ bndahara mitra krja KPPN scara andal dan tepat waktu 97

1705.951 Layanan internal (overhead) 35.246.741.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

Persentase pemenuhan BMN sesuai dengan standar 91

1705.994 Layanan Perkantoran 311.470.530.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1706 Pembinaan pelaksanaan perbendaharaan di wilayah 171.721.945.000

Nilai kualitas LK BUN tingkat kanwil 93

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga 80

1706.003 Laporan keuangan BUN tingkat wilayah dan statistik tingkat wilayah 8.030.991.000

Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal 98

Nilai kualitas Laporan Government Finance Statistic (GFS) tingkat wilayah 75

1706.009 Layanan pembinaan perbendaharaan di wilayah 29.104.405.000

Nilai kualitas laporan RPA kanwil 87

Rata-rata nilai kinerja KPPN sebagaimana pembinaan dan supervisi Kanwil 90

Nilai kualitas laporan kajian fiskal regional Kanwil 87

1706.951 Layanan internal (overhead) 17.529.530.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

Persentase pemenuhan BMN sesuai dengan standar 91

Page 36: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan21

Program/

KegiatanNama Indikator

Vol/

Target

Pagu

Alokasi

1706.994 Layanan perkantoran 117.057.019.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasis SFO 81

1707 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perbendaharaan 631.777.203.000

Persentase unit kerja dengan komposisi SDM ideal 85

Indeks kualitas laporan keuangan BA 15 4

Nilai hasil evaluasi SAKIP Ditjen Perbendaharaan 88

Indeks kepuasan layanan kesekretariatan 4,52

1707.002 Layanan dukungan manajemen eselon I 83.619.190.000

Rata-rata nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal 78

Pemenuhan standar soft dan hard competency 94

Persentase jumlah bisnis proses yang telah memiliki SOP 96

1707.951 Layanan internal (overhead) 37.181.373.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

Persentase pemenuhan BMN sesuai dengan standar 91

1707.994 Layanan perkantoran 510.976.640.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1730 Pengelolaan dana bergulir usaha mikro 60.000.000.000

Persentase penyaluran dana bergulir usaha mikro 80

Persentase nasabah pembiayaan Ultra Mikro 100

1730.001 Layanan pembiayaan Ultra Mikro (UMi) 21.950.000.000

Persentase jumlah usaha mikro yang terlayani 100

Persentase ketepatan waktu penyelesaian peraturan/keputusan Direktur Utama 80

Persentase akurasi data jaminan piutang 100

1730.002 Layanan dukungan manajemen 2.947.132.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1730.951 Layanan internal (overhead) 133.750.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

1730.994 Layanan perkantoran 34.969.118.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

5739 Penghimpunan, pengelolaan, dan penyaluran dana perkebunan kelapa sawit 10.992.000.000.000

Deviasi target harga CPO 18

Persentase pendapatan dana yang sesuai RBA 100

5739.001 Layanan penghimpunan dan pengelolaan dana 149.999.600.000

Persentase imbal hasil dana kelolaan 6

5739.002 Layanan penyaluran dana 10.701.000.400.000

Persentase penyelesaian program peremajaan (target 100.000 Ha) 100

Persentase volume biodiesel yang disubsidi (target 2,2 juta K/L) 100

5739.003 Layanan dukungan manajemen 26.717.310.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

5739.951 Layanan internal (overhead) 345.000.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

5739.994 Layanan perkantoran 113.937.690.000

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95

Ket: sumber: data sebagaimana Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-6261/PB/2018 tanggal 10 Agustus 2018 hal Perubahan Renja sesuai Pagu Anggaran dan Usulan Perubahan Target dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional TA 2019 di Ditjen Perbendaharaan

Page 37: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 22

2. Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L) Alokasi DJPb Tahun 2019

Di dalam kondisi keuangan negara yang terbatas, DJPb berusaha menjamin bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dilaksanakan secara efektif, efisien, dan akuntabel. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) sekaligus Pengguna Anggaran memberikan amanat pada DJPb untuk senantiasa meningkatkan tata kelola keuangan negara khususnya di bidang perbendaharaan negara, tidak hanya untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, tetapi juga untuk membantu mewujudkan Indonesia menjadi negara yang adil, maju, makmur dan bermartabat.

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L) dan Pagu Anggaran K/L. RKP berisi arah kebijakan pemerintah dan program prioritas yang diterjemahkan oleh K/L dalam Renja K/L. Dalam kerangka pengelolaan penganggaran, terdapat tiga instrumen penganggaran, yaitu Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), Kerangka Pembangunan Jangka Menengah (KPJM), dan Unified Budget. Penyusunan anggaran DJPb pada Tahun Anggaran 2019 berpedoman pada Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-6/MK.1/2018 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Anggaran Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2019, yang mengatur di antaranya: (1) Kebijakan Umum, (2) Kebijakan Pengendalian dan Pembatasan Alokasi Anggaran, (3) Harmonisasi Pengalokasian Anggaran, (4) Kebijakan Belanja Modal, (5) Standardisasi Struktur Biaya (SSB), (6) Antisipasi permasalahan akun yang menjadi temuan dalam Laporan Keuangan BA 015, dan (7) Penggunaan Aplikasi e-Budgeting dalam rangka penyusunan RKA-KL.

Setelah melalui proses penyusunan RKA-K/L, sesuai Nota Dinas Dirjen Perbendaharaan No. ND-8646/PB/2018 tanggal 29 November 2018 hal Penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) TA 2019 dan Percepatan Pelaksanaan Anggaran TA 2019 Satker-Satker di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan, alokasi anggaran DJPb Tahun 2019 adalah sebesar Rp12.559,62 miliar. Dalam perjalanan tahun 2019, revisi terakhir yang dilakukan atas pagu 2019 tersebut adalah menjadi Rp12.570,39 miliar (pagu revisi data OMSPAN per 23 Januari 2020). Perkembangan pagu anggaran DJPb dari tahun 2016 sampai dengan 2019 ditunjukkan pada Tabel 2B.3 dan Grafik 2B.1.

Tabel 2B.3 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2016 s.d. 2019 per Jenis Belanja

(dalam ribuan rupiah)

UnitPagu 2016

(revisi)

Pagu 2017

(revisi)

Pagu 2018

(revisi)

Pagu 2019

(DIPA awal)

Pagu 2019

(revisi)*

DJPb

(Non Blu)

Bel. Pegawai 589.251.053 565.466.524 546.769.130 551.313.891 547.069.345

Bel. Barang 1.001.036.745 1.111.239.556 702.655.062 704.322.825 676.687.059

Bel. Modal 50.547.610 106.786.511 399.883.305 251.990.323 294.636.048

Total Non BLU 1.640.835.408 1.783.492.591 1.649.307.497 1.507.627.039 1.518.392.452

BLU

(BPDPKS

dan PIP)

Bel. Pegawai - - 294.480 - -

Bel. Barang 13.412.376.000 11.413.668.477 11.032.055.677 11.051.471.250 11.050.035.763

Bel. Modal 16.146.050 4.222.500 1.196.880 528.750 1.964.237

Total BLU 13.428.522.070 11.417.890.977 11.033.547.037 11.052.000.000 11.052.000.000

DJPb

(BLU dan

Non BLU)

Total Bel. Pegawai 589.251.053 565.466.524 547.063.610 551.313.891 547.069.345

Total Bel. Barang 14.413.412.765 12.524.908.033 11.734.710.739 11.755.794.075 11.726.722.822

Total Bel. Modal 66.693.660 111.009.011 401.080.185 252.519.073 296.600.285

Total Keseluruhan 15.069.357.478 13.201.383.568 12.682.854.534 12.559.627.039 12.570.392.452

*Ket: sumber: data revisi 2019 dari OM SPAN per 23 Januari 2020

Page 38: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan23

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.3, pada total pagu tersebut, selain alokasi untuk DJPb, juga memuat alokasi untuk Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Alokasi anggaran terbesar, baik pada DJPb (non BLU) maupun pada BLU, pada keempat tahun tersebut terdapat pada belanja barang. Secara keseluruhan DJPb dan BLU, pagu pada tahun 2019 menurun dari tahun 2018, di mana belanja pegawai dan belanja barang menurun dari tahun 2018, sedangkan pagu belanja modal meningkat dari tahun 2018.

Grafik 2B.1 Perkembangan Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2016 s.d. 2019

(dalam ribuan rupiah)

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 2B.1, pagu anggaran DJPb (non BLU) mengalami peningkatan dari tahun

2016 ke 2017, dan kemudian terus menurun pada tahun 2018 dan 2019. Sementara itu, pagu anggaran BLU terus

menurun dari tahun 2016 sampai 2018 dan meningkat pada tahun 2018. Mengingat porsi alokasi anggaran BLU

tahun 2019 dibandingkan alokasi keseluruhan sangatlah signifikan (87,44% dari total pagu revisi), pagu anggaran

secara keseluruhan (non BLU dan BLU) juga mengikuti tren pergerakan dari alokasi anggaran BLU tersebut.

Alokasi anggaran pada DJPb secara keseluruhan dapat diklasifikasikan berdasarkan 12 (dua belas) kegiatan, baik

kegiatan yang dilaksanakan DJPb (non BLU) maupun dilaksanakan BLU (BPDPKS dan PIP) di tahun 2018 dan 2019

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.4.

Tabel 2B.4 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2018 dan 2019 per Jenis Kegiatan

(dalam ribuan rupiah)

Kode KegiatanAlokasi 2018

(revisi)

Alokasi 2019

(DIPA awal)

Alokasi 2019

(revisi)*

DJPb (Non BLU)

1698 Penyelenggaraan Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran

17.411.412 21.062.120 18.666.262

1699 Pembinaan Pelaksanaan Anggaran 6.777.999 9.186.898 8.675.767

1700 Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum

5.775.963 8.326.247 7.779.647

1701 Peningkatan Pengelolaan Kas Negara 10.165.010 10.711.503 9.601.421

1702 Manajemen Investasi dan Penerusan Pinjaman 19.959.475 21.040.384 20.155.225

1703 Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis

Perbendaharaan

12.836.055 13.536.003 12.188.424

1704 Pengembangan Sistem Perbendaharaan 255.898.481 228.720.200 226.257.962

1705 Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara 389.288.438 393.189.371 374.745.629

1706 Pembinaan Pelakasanaan Perbendaharaan di Wilayah 198.112.137 183.714.894 175.862.103

Page 39: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 24

Kode KegiatanAlokasi 2018

(revisi)

Alokasi 2019

(DIPA awal)

Alokasi 2019

(revisi)*

1707 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Ditjen Pebendaharaan

736.082.527 618.139.419 664.460.012

Jumlah Non BLU 1.649.307.497 1.507.627.039 1.518.392.452

BLU (BPDPKS dan PIP)

1730 Pengelolaan Dana Bergulir Usaha Mikro 41.547.037 60.000.000 60.000.000

5739 Penghimpunan, Pengelolaan dan Penyaluran Dana

Perkebunaan Kelapa Sawit

10.992.000.000 10.992.000.000 10.992.000.000

Jumlah BLU 11.033.547.037 11.052.000.000 11.052.000.000

JUMLAH NETO 12.682.854.534 12.559.627.039 12.570.392.452

*Ket: sumber: data revisi 2019 dari OM SPAN per 23 Januari 2020

Upaya DJPb dalam pelaksanaan Kegiatan Prioritas Nasional Tahun 2019 juga didukung dengan pengalokasian anggaran dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.5.

Tabel 2B.5 Kerangka Pendanaan untuk Kegiatan Prioritas DJPb Tahun 2019 (dalam ribuan rupiah)

Prioritas Nasional Program Prioritas

Kegiatan Prioritas

Kode Output Nama Output Pagu DIPA

2019 (Rp)

1. Peningkatan nilai tambah

ekonomi dan penciptaan

lapangan kerja melalui

pertanian, industri,

pariwisata, dan jasa

produktif lainnya

Peningkatan

nilai tambah

pariwisata

dan jasa

produktif

lainnya

Perluasan

akses

keuangan/

pembiayaan

1702.

002

Business and system

enhancement pembiayaan

Ultra Mikro (UMi)

7.245.532

1730.

001

Layanan pembiayaan Ultra

Mikro (UMi)

17.062.960

2. Stabilitas keamanan

nasional dan kesuksesan

pemilu

Kepastian

hukum dan

reformasi

birokrasi

Pelaksanaan

e-Government

yang

terintegrasi

1704.

002

Layanan Implementasi

Sistem Informasi Keuangan

terintegrasi tingkat Satker

13.642.450

1704.

004

Hardware/Software untuk

peningkatan kapasitas layanan

SPAN, SAKTI, dan MPN

161.795.103

JUMLAH 199.746.045

Page 40: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan25

C. Penetapan/Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2019

1. Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2019

Penetapan kinerja DJPb tahun 2019 dalam wujud Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan Menteri Keuangan, dijabarkan dalam 13 (tiga belas) Sasaran Strategis dan 23 (dua puluh tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU). Sasaran Strategis dan IKU tersebut terangkum dalam Peta Strategi DJPb tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2C.1.

Gambar 2C.1 Peta Strategis DJPb Tahun 2019

Peta Strategi yang telah disusun tersebut dapat dilihat berdasarkan 4 (empat) perspektif, yaitu:

a. Stakeholders PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan sehingga dinilai berhasil dari sudut pandang stakeholder (pemangku kepentingan). Stakeholder adalah pihak internal dan eksternal yang secara langsung atau tidak langsung memiliki kepentingan atas output atau outcome dari suatu organisasi, tetapi tidak menggunakan layanan organisasi secara langsung.

b. Customer PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan customer (pengguna layanan) dan/atau harapan organisasi terhadap customer. Customer merupakan pihak luar yang terkait langsung dengan pelayanan suatu organisasi.

c. Internal Process PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan melalui rangkaian proses yang dikelola organisasi dalam memberikan layanan dan menciptakan nilai bagi stakeholder dan customer (value chain).

d. Learning and Growth PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis berupa kondisi ideal atas sumber daya internal organisasi yang ingin diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis guna menghasilkan output atau outcome organisasi yang sesuai dengan harapan customer dan stakeholder.

Page 41: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 26

Tiga belas sasaran strategis yang telah ditetapkan untuk setiap perspektif untuk tahun 2019 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Stakeholders perspecitve terdiri atas 1 (satu) sasaran strategis, yaitu:

1) Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat duniaPengelola perbendaharaan negara artinya DJPb mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Unggul di tingkat dunia memiliki makna bahwa pengelolaan perbendaharaan negara yang dilaksanakan oleh DJPb memiliki kualitas yang sejajar dan dapat diperbandingkan dengan negara-negara lain. Beberapa tugas pengelolaan perbendaharaan negara yang dapat disejajarkan dengan negara lain khususnya mencakup pelaksanaan belanja negara dalam rangka pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengelolaan kas yang optimal dan efisien, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban dalam rangka akuntabilitas keuangan negara. Pelaksanaan tugas pengelolaan perbendaharaan negara sebagaimana dimaksud di atas diharapkan akan menjadi bagian penting dari pondasi kokoh atas fundamental ekonomi negara Indonesia, terutama saat menghadapi ketidakpastian tantangan ekonomi global ke depan.

b. Customer perspective terdiri atas 2 (dua) sasaran strategis, yaitu:

2) Pelayanan publik yang primaPelayanan publik yang prima diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pengguna layanan oleh lembaga independen. Hasil survei yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan pada umumnya dan DJPb pada khususnya. Pengguna layanan pada DJPb terdiri dari Kementerian/Lembaga (satker), BUMN/BUMD, Pemda, Bank/Pos, Unit eselon I Kementerian Keuangan.

3) Kepatuhan publik yang tinggi terhadap pengelolaan perbendaharaanDJPb memiliki ekspektasi terhadap pengguna layanan agar patuh terhadap berbagai peraturan dan kebijakan tertentu, khususnya terkait pengelolaan perbendaharaan. Pengguna layanan adalah pihak eksternal DJPb yang secara langsung menerima layanan DJPb.

d. Internal process perspective terdiri atas 6 (enam) sasaran strategis, yaitu:

4) Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitasKebijakan perbendaharaan adalah konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan Sistem Perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkualitas adalah sesuai dengan kebutuhan, implementatif, dan tidak saling bertentangan. Formulasi kebijakan meliputi penyusunan peraturan, rancangan proses bisnis di bidang Perbendaharaan dan pengembangan profesi. Formulasi kebijakan yang berkualitas mengandung makna bahwa perumusan konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan Sistem Perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sudah sesuai dalam menghasilkan output/outcome sesuai tujuan.

5) Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabelSalah satu tugas DJPb adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran. DJPb berfokus pada peningkatan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pelaksanaan dan penggunaan anggaran dalam DIPA K/L. Fokus tersebut dilakukan melalui penyusunan regulasi/standardisasi ketentuan, pembinaan/supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

Page 42: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan27

6) Pengelolaan kas yang pruden dan optimalSebagai pengelola kas negara (fund manager), DJPb memiliki kinerja yang dilaksanakan untuk mewujudkan pengelolaan kas yang optimal melalui perencanaan kas yang efektif untuk menghindari mismatch, menjamin ketersediaan kas secara akurat dan tepat waktu, optimalisasi idle cash, penatausahaan penerimaan negara yang efektif dan akuntabel, serta sentralisasi pengelolaan kas dengan memperhatikan aspek prudensial sehingga dapat menyajikan informasi posisi kas negara secara akurat dan tepat waktu.

7) Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisienPelaksanaan special mission merupakan tugas tambahan yang dibebankan kepada DJPb. Dalam pelaksanaan tugas tersebut seluruh SDM DJPb dapat bekerja secara profesional, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Profesional memiliki makna bahwa seluruh jajaran DJPb mampu melaksanakan special mission yang menguasai bidang tugasnya karena memiliki pengetahuan dan keterampilan (hardskill) serta integritas/moralitas (softskill) yang memadai. Akuntabel dapat diartikan bahwa kewajiban seluruh jajaran untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran kepada publik.

8) Peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambunganDalam rangka memperkuat implementasi kebijakan di bidang perbendaharaan negara, diperlukan upaya pemberian pemahaman maupun standardisasi keahlian kepada stakeholders terhadap pelaksanaan tugas-tugas teknis bidang perbendaharaan secara komprehensif dan berkelanjutan sehingga mereka memiliki informasi sekaligus kompetensi yang cukup, untuk menunjang tugas perbendaharaan. Adapun manfaat dari peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan, yaitu terwujudnya pengelolaan APBN yang semakin berkualitas di seluruh Kementerian/Lembaga sehingga dapat menghasilkan output dari outcome yang maksimal sesuai dengan tusi masing-masing.

9) Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktuAkuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diwujudkan dengan penyusunan laporan keuangan oleh Pemerintah Pusat. Penyusunan laporan keuangan Pemerintah harus disusun secara profesional dan modern. Kualitas laporan keuangan Pemerintah dapat diidentifikasi dari ketepatan waktu penyelesaian LKPP, ketepatan waktu penyelesaian UU PP APBN, serta opini audit yang baik dari BPK.

d. Learning and growth perspective terdiri atas 4 (empat) sasaran strategis, yaitu:

10) SDM yang kompetenSDM yang Kompetitif adalah SDM yang memiliki kepemimpinan yang tepat, mengetahui apa yang akan dilakukan untuk semua informasi yang diterima dan kompetensi yang dibutuhkan untuk keberhasilan organisasi.

11) Organisasi yang fit for purposeOrganisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang mampu mewadahi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi DJPb. Dengan demikian, organisasi beserta proses bisnis di dalamnya akan bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan dinamika transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan.

Page 43: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 28

12) Sistem Informasi perbendaharaan yang andal dan modernSistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern adalah melaksanakan sistem perbendaharaan dengan bantuan teknologi informasi yang tepat guna dan mutakhir untuk mendukung pelaksanaan anggaran dan perbendaharaan secara efektif, tepat waktu dan akuntabel.

13) Pengelolaan anggaran yang berkualitasPengelolaan anggaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring anggaran selama satu tahun anggaran yang selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada stakeholder. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), harus dikelola sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan anggaran menggunakan prinsip hemat, efisien, dan tidak mewah dengan tetap memenuhi output sebagaimana telah direncanakan dalam DIPA. Kualitas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran selama satu tahun, tercermin dari opini yang diberikan oleh BPK.

Pada tahun 2019, 13 (tiga belas) Sasaran Strategis tersebut terdiri atas 23 (dua puluh tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), serta 2 (dua) sub IKU, yang masing-masing ditargetkan pada Kontrak (Perjanjian) Kinerja Tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2C.1.

Tabel 2C.1 Target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target1 Pengelola perbendaharaan

negara yang unggul di tingkat dunia

1a-CP Indeks likuiditas kas negara 3 (skala 4)

1b-CP Indeks Opini BPK atas LKPP 4 (WTP)

1c-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

3,6 (skala 4)

2 Pelayanan publik yang prima 2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb 4,63 (skala 5)

3 Kepatuhan publik yang tinggi terhadap pengelolaan perbendaharaan

3a-N Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

98,1%

4 Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas

4a-N Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan

3 (skala 4)

5 Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel

5a-CP Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L 88

6 Pengelolaan kas yang pruden dan optimal

6a-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

5%

7 Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisien

7a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

100%

7b-N Persentase pencapaian target pendapatan BLU

100%

7c-N Persentase pelaksanaan tugas khusus 87%

8 Peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambungan

8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 86

8b-N Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan

75%

Page 44: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan29

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target9 Akuntansi dan pelaporan

keuangan negara yang akuntabel, transparan dan tepat waktu

9a-N Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

4 (skala 4)

9b-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89%

10 SDM yang kompeten 10a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

92%

10b-N Persentase pos penempatan talent pada jabatan target

80%

11 Organisasi yang fit for purpose 11a-CP Indeks integritas organisasi 95,85

11a1-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kritera ZI WBK

100

11a2-CP Indeks persepsi integritas 91,69

11b-CP Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

80%

12 Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern

12a-N Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

100%

12b-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,10%

13 Pengelolaan anggaran yang berkualitas

13a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti

90%

13b-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95%

Dalam Kontrak Kinerja Tahun 2019 juga telah ditetapkan Inisiatif Strategis untuk memastikan pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI dan IKU Tingkat downtime sistem TIK sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2C.2.

Tabel 2C.2 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019

No IKU Inisiatif StrategisOutput/

OutcomePeriode

PelaksanaanPenanggung

JawabBiaya (Rp)

1. Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

Implementasi sistem informasi keuangan terintegrasi tingkat satker (SAKTI)

1.379 Satker telah meng- implementa-sikan SAKTI

Januari s.d. Desember

2019

Dit. SITP 13,642 M

Trajectory

Kegiatan Output

Q1: Penetapan Exit Criteria

Q2: Monev dan Penetapan Go/Not Go _____Rollout SAKTI

Q3: Penetapan K/L Peserta RO I

Q4: FGD/Sosialisasi Pemetaan Kesiapan ____SDM dan Jaringan/Training

Q1: Surat Keputusan Dirjen ______________ ____Perbendaharaan/ CIO/Kemenkeu/CIO ____DJPb ttg Exit Criteria

Q2: Laporan Monev

Q3: KMK tentang RO I SAKTI

Q4: Laporan CRS/Training, dll

Page 45: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 30

No IKU Inisiatif StrategisOutput/

OutcomePeriode

PelaksanaanPenanggung

JawabBiaya (Rp)

2 Tingkat downtime sistem TIK

Pengadaan Hard-ware/Software untuk peningkatan kapasitas layanan SPAN, SAKTI, dan MPN

3 Sistem (SPAN, SAKTI, MPN) meningkat kapasitasnya

Desember 2019

Dit. SITP 161,795 M

Trajectory

Kegiatan Output

Q1: Penyusunan TOR dan dokumen ____lelang

Q2: Proses Pengadaan dan Penentuan ____Pemenang Lelang

Q3: Penyusunan Kontrak dan __________ ____Pengiriman Barang

Q4: Instalasi Hardware/Software

Q1: Dokumen TOR dan Dokumen Lelang

Q2: Pemenang Lelang

Q3: Kontrak Pengadaan

Q4: Server dan Lisensi yang telah ________ ____)terpasang

Sebagaimana disepakati dalam Kontrak (Perjanjian) Kinerja DJPb Tahun 2019, dalam upaya mencapai 13 (tiga belas) sasaran strategis tersebut, DJPb didukung pendanaan yang dibagi ke 12 (dua belas) jenis kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2C.3. Adapun rincian pendanaan dan kinerja lebih lanjut diuraikan pada Lampiran IV LAKIN ini.

Tabel 2C.3 Pendanaan per Kegiatan untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2019

No Kegiatan Anggaran

1. Penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Rp 21.062.120.000

2. Pembinaan pelaksanaan anggaran Rp 9.186.898.000

3. Pembinaan pengelolaan keuangan badan layanan umum Rp 8.326.247.000

4. Peningkatan pengelolaan kas negara Rp 10.711.503.000

5. Manajemen investasi dan penerusan pinjaman Rp 21.040.384.000

6. Pembinaan sistem dan dukungan teknis perbendaharaan Rp 13.536.003.000

7. Pengembangan sistem perbendaharaan Rp 228.720.200.000

8. Penyelenggaraan kuasa bendahara umum negara Rp 393.189.371.000

9. Pembinaan pelaksanaan perbendaharaan di wilayah Rp 183.714.894.000

10. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya DJPb Rp 618.139.419.000

11. Pengelolaan dana bergulir usaha mikro Rp 60.000.000.000

12. Penghimpunan, pengelolaan, dan penyaluran dana perkebunan kelapa sawit

Rp 10.992.000.000.000

Jumlah Rp 12.559.627.039.000

Ket: Pagu sesuai pagu yang dicantumkan dalam Kontrak Kinerja Dirjen Perbendaharaan Tahun 2019 (sesuai Pagu DIPA Awal)

Page 46: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan31

2. Refinement Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019

Dalam rangka menjamin tercapainya Sasaran Strategis yang lebih optimal, DJPb melakukan penyempurnaan IKU tahun 2019. Penyempurnaan yang dilakukan di antaranya melalui perubahan ruang lingkup IKU dan target IKU, penetapan IKU baru, dan penghapusan IKU, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Perubahan ruang lingkup IKU dan target IKU, yaitu:

1) IKU “Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN”Diperoleh dari rata-rata indeks opini BPK untuk tiap-tiap dari seluruh LK K/L dan LK BUN, pada tahun 2019 IKU tersebut ditetapkan targetnya sebesar 3,6, sama dengan target tahun 2018 dan target pada Renja 2019, dan meningkat dari target tahun 2017 sebesar 3,5, dengan mempertimbangkan tingkat ketercapaian/realisasi tahun 2018 dan (3,89) 2017 (3,77) . Target tersebut ditetapkan sebagaimana surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016.

2) IKU “Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb”IKU ini mengalami rewording pada tahun 2018 dari IKU “Indeks kepuasan pengguna layanan” untuk menunjukkan bahwa pengguna layanan di lingkungan Kemenkeu secara keseluruhan adalah publik, baik yang bekerja di sektor pemerintahan maupun bukan, disesuaikan dengan stakeholders dari setiap eselon I sebagai penerima layanan. Pada Renstra Kemenkeu dan Renstra DJPb Tahun 2015-2019, target IKU tersebut ditetapkan sebesar 4,18 untuk tahun 2019, meningkat dibandingkan target tahun 2018 (4,15) dan 2017 (4,12). Namun demikian, sebagaimana mandatory dari Setjen Kemenkeu yang ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb sejak tahun 2018, target IKU tersebut secara signifikan ditingkatkan menjadi 4,52 untuk tahun 2018 dan 4,63 untuk tahun 2019, sebagai challenging atas tingkat ketercapaian dibandingkan realisasi tahun-tahun sebelumnya (realisasi 2018: 4,72; 2017: 4,56; 2016: 4,4). Target tahun 2019 sebesar 4,63 tersebut lebih tinggi dari target yang ditetapkan pada Renja 2019 sebesar 4,52.

3) IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal”Dalam rangka meningkatkan upaya dalam memastikan kepatuhan dan kualitas pelaksanaan rekonsiliasi di tingkat UAKPA, pada tahun 2019 target IKU tersebut mengalami peningkatan menjadi 98,1% dibandingkan target pada tahun 2018 (98%) dan lebih tinggi dari target pada Renja Tahun 2019 (98%), sebagai challenging tingkat ketercapaian dibandingkan realisasi tahun-tahun sebelumnya (realisasi 2018: 99,72%; 2017: 98,96%; 2016: 98,25%). Ketercapaian IKU ini berdasarkan pada dua komponen, yaitu ketepatan waktu dan keandalan data rekonsiliasi.

4) IKU “Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L”Pada tahun 2019, IKU Kemenkeu-One DJPb ini menjadi indirect cascading dari IKU Kemenkeu-Wide, yang juga diturunkan pada Kemenkeu-One DJA. Pada tahun 2018 telah dilakukan penyempurnaan kualitas pengukuran dibandingkan tahun 2017, yaitu penambahan variabel/indikator yang diukur dari 4 menjadi 12 indikator pada aspek kinerja pelaksanaan anggaran, selanjutnya dinamakan IKPA (Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran). Pada level Kemenkeu-One DJPb tahun 2019, pengukuran IKU tersebut masih didasarkan pada nilai IKPA dengan 12 indikator yang sama, sementara pada level Kemenkeu-Wide 2019, diperhitungkan juga SMART (Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu) DJA. Target yang ditetapkan pada tahun 2019 pada Kemenkeu-One DJPb adalah sebesar 88 yang signifikan meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 80% dan lebih tinggi dari target pada Renjad 2019 sebesar 80%, dengan mempertimbangkan realisasi IKU tersebut tahun 2017 sebesar 87,08 dan 2018 sebesar 87,81%.

Page 47: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 32

5) IKU “Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat”IKU tersebut merupakan IKU lama di level Kemenkeu-One DJPb, yang ditujukan untuk memastikan BUN mengetahui rencana penerimaan/pengeluaran kas dalam suatu periode tertentu dalam rangka pengambilan keputusan pengelolaan kas. Pada tahun 2019, IKU tersebut dan targetnya ditentukan tetap dibandingkan dengan tahun 2018, yaitu 5%, sebagaimana juga ditetapkan pada Renstra dan Renja untuk tahun 2019. Namun demikian, pada tahun 2019 dilakukan reformulasi, yaitu diukur berdasarkan pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM (Asset-Liability Management), bukan lagi dari tim CPIN (Cash Planning Information Network) sehingga lebih challenging.

6) IKU “Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman”IKU tersebut pada tahun 2017 dilakukan rewording dari IKU, “Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman dan hasil restrukturisasi penerusan pinjaman” untuk memberikan penamaan atas IKU yang lebih sederhana dengan penjelasan pada manual IKU. Pada tahun 2019, target IKU tersebut ditetapkan 100%, sama dengan target tahun 2018, sama dengan target pada Renja 2019, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada Renstra sebesar 90%. Meskipun demikian, penetapan target 100% adalah wajar dan challenging mengingat realisasi 3 (tiga) tahun terakhir di atas 100%. Besaran target penerimaan pokok pinjaman ditetapkan berdasarkan Rincian Peraturan Presiden terkait APBN.

7) IKU “Persentase pencapaian target pendapatan BLU”IKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 (dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. PPK BLU) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana BLU dapat melakukan optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/jasa dengan tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, serta praktik bisnis yang sehat. Target IKU tersebut tahun 2019 ditetapkan sama dengan tahun 2018 dan 2017, yaitu 100%, dengan jumlah pendapatan BLU yang ditargetkan mengacu pada UU APBN tahun 2018.

8) IKU “Persentase pelaksanaan tugas khusus”IKU tersebut bertujuan untuk memonitor pelaksanaan tugas BLU pada tahun 2019, yaitu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pusat Investasi Pemerintah (PIP), yang keduanya bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan. IKU tersebut merupakan rewording dari IKU 2017, “Indeks pelaksanaan tugas khusus” untuk lebih menunjukkan progres capaian dari target yang telah ditetapkan pada komponen perhitungan masing-masing pada kedua BLU tersebut. Target yang ditetapkan untuk tahun 2019 adalah sebesar 87%, meningkat dibandingkan target 2018 sebesar 85%, dengan menimbang realisasi tahun 2018 sebesar 96,32%.

9) IKU “Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi”Pada tahun 2018 telah dilakukan refinement IKU tersebut berupa lingkup pengukuran IKU yang semula mengukur tingkat pemahaman substansi/materi para peserta pelatihan/sosialisasi/workshop terhadap segala materi yang diberikan pada pelatihan teknis di bidang akuntasi dan pelaporan keuangan (akuntansi akrual) diperluas menjadi bidang pelaksanaan anggaran dan bidang akuntansi dan pelaporan keuangan, yang selanjutnya menjadi umpan balik dalam mengukur tingkat efektivitas pelatihan teknis perbendaharaan. Target yang ditetapkan pada tahun 2019 untuk IKU ini adalah sebesar 86, meningkat dari target tahun 2018 sebesar 85.

Page 48: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan33

10) IKU “Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu”IKU ini merupakan IKU lama pada Kemenkeu-One DJPb yang ditujukan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara melalui ketepatan waktu dalam penyelesaian UU PP/P2 APBN, yang dapat dianggap selesai dengan disepakatinya RUU P2 APBN menjadi UU dalam Sidang Paripurna DPR. Target IKU tersebut pada tahun 2019 ditetapkan sebesar 4 (lebih awal/sangat tepat waktu), sama dengan target tahun 2018, yang ditingkatkan dari tahun-tahun sebelumnya, dengan memperhatikan tingkat ketercapaian tahun 2016 dan 2017, yaitu 4 dari target 3 (tepat waktu). Target IKU tersebut pada tahun 2019 sama dengan yang ditetapkan pada Renja 2018 dan lebih tinggi dari target pada Renstra (3). Dalam hal ini, sebagaimana skala pengukuran yang ditetapkan, target 4 tersebut dicapai apabila UU PP APBN diselesaikan sebelum tanggal 27 September 2019.

11) IKU “Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN” yang telah ditindaklanjutiDalam rangka menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara atas opini LKPP dan LK BUN, pada tahun 2019 target IKU dimaksud ditetapkan sebesar 89%, sama dengan target tahun 2018 dengan mempertimbangkan tantangan dalam pencapaian IKU di 2019. Target tersebut sama dengan target pada Renja 2018. Pada tahun 2019, dilakukan reformulasi IKU dengan cara memisahkan kinerja tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP dan kinerja tindak lanjut rekomendasi BPK atas LK BUN.

12) IKU “Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency”IKU ini ditujukan dalam rangka menjamin tersedianya pejabat dan pegawai DJPb memiliki kompetensi dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan dan kekayaan negara. Pada tahun 2019, target IKU dimaksud menurun dari 94% (target tahun 2018) menjadi 92%. Hal ini menimbang bahwa pemenuhan soft competency pejabat diukur menggunakan Job Person Match (JPM), yaitu indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ), di mana terdapat peningkatan nilai JPM pada tahun 2019 yang semula minimal 72 menjadi minimal 74.

13) IKU “Indeks integritas organisasi”IKU ini merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One tahun 2019 yang merupakan indirect cascading dari IKU Kemenkeu-Wide, dan ditujukan untuk meningkatkan budaya integritas Kemenkeu. IKU ini adalah gabungan dari 2 IKU Kemenkeu-One DJPb yang ditetapkan tahun 2018, yaitu “Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK“ dan “Indeks persepsi integritas“ (keduanya di tahun 2019 menjadi sub IKU). Target IKU ini pada tahun 2019 ditetapkan sebesar 95,85%, di mana bobot untuk kedua sub IKU sebagai komponen perhitungannya ditetapkan masing-masing sebesar 50%.

Sub IKU “Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK”Sub IKU tersebut bertujuan untuk menjadikan Pilot Project perwujudan Good Governance pada unit kerja di lingkungan Kemenkeu dan mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Dalam hal ini, diukur pemenuhan dari unit kerja (ditargetkan 30 unit kerja untuk DJPb dari total 118 target) terhadap kriteria ZI WBK sesuai standar KemenPAN-RB. Pada tahun 2019, target yang ditetapkan untuk Sub IKU tersebut adalah sebesar 100%.

Sub IKU “Indeks Persepsi Integritas”Sub IKU tersebut untuk menilai tingkat integritas di lingkungan Kemenkeu berdasarkan persepsi dan pengalaman dari pegawai (responden internal) dan pengguna layanan Kemenkeu (responden eksternal). Indeks persepsi integritas diperoleh dari hasil penilaian persepsi integritas yang dikembangkan dari integrity assessment yang telah dilaksanakan oleh KPK. Target yang ditetapkan untuk Sub IKU tersebut pada tahun 2019 adalah 91,69% yang diperoleh dari hasil penilaian Itjen..

Page 49: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 34

14) IKU “Persentase penyelesaian program Transformasi Digital”IKU ini merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2019, menggantikan IKU ”Persentase implementasi inisiatif RBTK” meskipun masih berkaitan. Transformasi Digital merupakan bagian dari misi Kemenkeu yang sesuai dengan perkembangan industri 4.0. Enterprise Architecture (EA) sebagai jembatan menuju Transformasi Digital Kemenkeu, yang dilaksanakan secara terus menerus sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. IKU ini bertujuan untuk memonitor dan memastikan implementasi inisiatif transformasi digital terlaksana sesuai dengan perencanaan baik dari sisi waktu dan kualitas. Pada tahun 2019, ditetapkan target untuk IKU tersebut sebesar 80%.

15) IKU “Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI”IKU ini merupakan IKU lama di level Kemenkeu-One DJPb, yang ditujukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi Aplikasi SAKTI tahun 2019 pada seluruh Satker K/L yang ditetapkan dalam PMK Implementasi SAKTI Tahun 2019. Pada tahun 2019, IKU yang merupakan Prioritas Nasional ini ditargetkan sebesar 100%, sama dengan targetnya tahun 2018 dan target tahun 2019 pada Renja dan Renstra DJPb. Namun demikian, dibandingkan implementasi pada tahun sebelumnya, coverage implementasi SAKTI tahun 2019 diperluas Satkernya sebagaimana ditetapkan pada KMK.

16) IKU “Tingkat downtime sistem TIK”Pada tahun 2017, IKU tersebut dinaikkan dari level Kemenkeu-Two Dit. SITP ke level Kemenkeu-One DJPb (indirect cascading dari level Kemenkeu-Wide) agar kualitas aplikasi maupun antisipasi gangguannya dapat diperhatikan. IKU ini ditujukan untuk mengukur ketersediaan sistem layanan dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. Tingkat downtime sistem TIK adalah terhentinya layanan TIK Kemenkeu kepada pengguna/stakeholder eksternal yang memiliki tingkat kritikalitas sangat tinggi, yang disebabkan oleh gangguan/terhentinya infrastruktur layanan TIK. Pada tahun 2019, IKU ini ditargetkan sebesar 0,1%, kembali meningkat dari target 2018 (0,35%) yang sebelumnya meningkat signifikan dari target 2017 (1%). Hal ini mengingat realisasi IKU ini kedua tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,199%.pada tahun 2018 dan 0,04.% pada tahun 2017.

17) IKU “Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti”IKU tersebut merupakan IKU baru tahun 2018 di level Kemenkeu-One DJPb, sebagai cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide dalam rangka penyelesaian rekomendasi BPK atas LK BA 015 yang menjadi tanggung jawab DJPb. IKU ini ditujukan untuk mengetahui tingkat temuan hasil pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti telah sesuai rekomendasi BPK dan ketentuan yang berlaku. Target tahun 2019 yang ditetapkan untuk IKU ini adalah 90%, meningkat dari target 2018 sebesar 89%.

18) IKU “Persentase kualitas pelaksanaan anggaran”IKU ini merupakan IKU lama di level Kemenkeu-One DJPb dan mandatory dari Setjen Kemenkeu, di mana pada tahun 2019 dilakukan reformulasi yang bertujuan untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran Kemenkeu dalam komponen hasil dan komponen proses. Target IKU tersebut tahun 2019 ditetapkan sebesar sebesar 95%, sama dengan target 2018 dan 2017 dengan menimbang level target yang masih challenging.

Page 50: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan35

b. Penetapan IKU baru, yaitu:

1) IKU “Indeks likuiditas kas negara”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2019, sebagai cascading direct dari level Kemenkeu-Wide. IKU tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas pada rentang kendali yang aman dan membuat kebijakan yang perlu dibuat atau telah dilakukan untuk menjaga likuiditas kas negara. Tingkat likuiditas kas negara adalah jumlah saldo kas negara yang dijaga pada nilai tertentu sehingga dapat memenuhi kewajiban pemerintah secara tepat waktu dan optimal penggunaannya. Tingkat likuiditas kas negara diukur dengan menjumlahkan saldo kas operasional dan saldo kas SAL (Saldo Anggaran Lebih) yang disimpan di Bank Indonesia dengan rentang kendali tertentu yang harus dijaga posisinya. Capaian IKU diperoleh dengan sumber dari Laporan Kas Posisi Harian dan rekening koran Bank Indonesia. Target 2019 yang ditetapkan untuk IKU tersebut adalah Indeks 3 (melampaui kebutuhan/waspada di mana keduanya berada pada deviasi 10% dari rentang aman (Indeks 4)).

2) IKU “Indeks opini BPK atas LKPP”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2019, sebagai indirect cascading dari IKU Kemenkeu-Wide. Pada tahun 2018, IKU tersebut telah tercantum dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-Wide di mana DJPb berperan sebagai penyedia data. Opini BPK merupakan pernyataan profesonal pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria, yaitu: kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai laporan yang diperiksa, dalam hal ini, merupakan gabungan LK BUN dan seluruh LK K/L, dengan tujuan menyediakan informasi terkait sumber, alokasi, dan penggunaan daya keuangan negara, serta posisi keuangan pemerintah. IKU ini bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Target capaian IKU ini pada tahun 2019 ditetapkan sebesar Indeks 4 (WTP) dengan range indeksasi yang disesuaikan dengan mengingat besarnya risiko audit.

3) IKU “Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2019 untuk menggantikan IKU “Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan” sehingga IKU dapat lebih mencerminkan upaya dalam pencapaian Sasaran Strategis “Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas”. Dalam hal ini, kualitas peraturan yang dihasilkan selain dilihat dari ketepatan waktu penyelesaian rancangan peraturan, juga dari penilaian uji dampak peraturan dengan metode ROCCIPI (Rule-Opportunity-Capacity-Communication-Interest-Process-Ideology). IKU ini bertujuan untuk memastikan peraturan perbendaharaan yang diimplementasikan efektif dan mendukung terwujudunya good governance di bidang pengelolaan keuangan negara. Capaian IKU diperoleh dengan sumber data Laporan Penyelesaian Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) dan Hasil penilaian uji dampak. Target IKU ini pada tahun 2019 adalah Indeks 3 yang dihitung dari Indeks penyelesaian RPMK (bobot 70%) dan Indeks uji dampak PMK dengan metode ROCCIPI (bobot 30%).

4) IKU “Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb, yang ditujukan untuk mengukur penyelesaian implementasi jabatan fungsional di bidang perbendaharaan negara pada DJPb dan K/L dalam mendukung terwujudnya sumber daya manusia pengelola perbendaharaan yang profesional dan kompeten. Pencapaian IKU ini diperoleh dari capaian penyusunan dan penetapan regulasi (bobot 50%), capaian launching sistem informasi e-Jafung (bobot 25%), dan capaian pelaksanaan inpassing 4 jabatan fungsional (bobot 25%). Target IKU ini pada tahun 2019 ditetapkan sebesar 75%.

Page 51: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 36

5) IKU “Persentase proses penempatan talent pada jabatan target”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb pda tahun 2019 sebagai mandatory dari Setjen Kemenkeu. IKU ini bertujuan untuk mendukung kesuksesan pengisian Jabatan Administrator (Eselon III), Jabatan Pengawas (Eselon IV), dan Eselon V sebagai jabatan target yang diisi dari talent. Talent, dalam hal ini, adalah pejabat/pegawai yang memenuhi syarat tertentu dan telah lulus tahapan seleksi yang ditentukan untuk masuk dalam Talent Pool. Persentase proses penempatan talent pada jabatan target adalah penyelesaian penetapan talent untuk jabatan target yang terdiri atas tahapan kegiatan dalam proses manajemen talenta, yaitu pemetaan pejabat/pegawai, seleksi rekam jejak dan integritas, seleksi administrasi, konfirmasi calon talent, penetapan talent, pengembangan dan evaluasi talent, dan penetapan talent, pengembangan dan evaluasi talent, dan penempatan talent pada jabatan target. Target yang ditetapkan pada tahun 2019 untuk IKU tersebut adalah 80%, yang menujukkan jumlah persentase bobot kegiatan pada proses manajemen talenta yang selesai dilaksanakan.

c. Penghapusan IKU, yaitu:

1) Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturanIKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 di level Kemenkeu-One DJPb (sebelumnya pada level Kemenkeu-Two Dit. Sistem Perbendaharaan). Realisasi pada tahun 2017 sebesar 3,79 (lebih tinggi dari targetnya 3 (tepat waktu)) dan pada tahun 2018 sebesar 3,76 (lebih tinggi dari targetnya 3). Pada tahun 2019, IKU tersebut digantikan oleh IKU “Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan” sebagai penyempurnaannnya, yang lebih mencerminkan langkah pencapaian sasaran strategis “Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas” di mana kualitas ditunjukkan dari pengukuran yang tidak hanya dari ketepatan waktu penyusunan peraturan, tetapi juga dari penilaian dampak implementasi peraturan.

2) Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/LIKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 di level Kemenkeu-One DJPb sebagai mandat Menteri Keuangan untuk memastikan bahwa simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L dapat diimplementasikan oleh Satker K/L. Pada tahun 2018, ruang lingkup dan ketentuan pengukuran IKU tersebut disempurnakan mengingat pada tahun 2017 difokuskan pada simplifikasi pelaksanaan bantuan pemerintah, sementara pada tahun 2018 diperluas pada simplifikasi regulasi/proses bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran yang meliputi: (a) penyampaian SPM secara elektronik (e-SPM); (b) penerapan kartu kredit dalam belanja pemerintah (KKP); (3) simplifikasi proses bisnis pelaksanaan anggaran melalui revisi PMK No. 190/PMK.05/2012 (PMK190); (4) penyempurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan bantuan sosial (SBS). Sebagaimana ditetapkan pada Renja DJPb tahun 2018, target IKU tersebut ditetapkan pada Kontrak Kinerja 2018 sama dengan tahun 2017 yang merupakan capaian maksimum sebesar 100% dengan realisasi tahun 2017 dan 2018 keduanya sebesar 100%. Namun demikian, pada tahun 2019 IKU tersebut dihapuskan dari level Kemenkeu-One DJPb mengingat pada tahun 2018 dipastikan bahwa simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban telah dapat diimplementasikan oleh Satker K/L dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan anggaran.

Page 52: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan37

3) Persentase kapabilitas tata kelola TIKIKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb tahun 2018, sebagai cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide dan menggantikan IKU tahun 2017 “Indeks implementasi IT Service Management“. IKU tersebut bertujuan mengukur tingkat kapabilitas pengelolaan TIK menuju process performance melalui audit berdasarkan framework COBIT 5. Unit sampelnya pada lingkup Kemenkeu meliputi Setjen, DJP, DJBC, dan DJPb, dengan penyedia data IKU adalah Pusintek Setjen Kemenkeu. Pada tahun 2018, target IKU ini ditetapkan sebesar 75% dengan realisasi 83,27%. Pada tahun 2019, IKU ini dihapuskan dari level Kemenkeu-One DJPb mengingat keterbatasan jumlah IKU dan kecukupan dalam pemenuhan pencapaian Sasaran Strategis. Namun demikian, IKU tersebut dilanjutkan sebagai IKU “Persentase pemenuhan rekomendasi hasil audit tata kelola TIK berdasarkan Cobit 5.1” yang dilaksanakan pada Kemenkeu-Two Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (SITP).

Pada Capaian Kinerja DJPb tahun 2019 (Kemenkeu-One), tidak seluruh IKU dapat menggambarkan pencapaian dari Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dikarenakan keterbatasan jumlah IKU yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb, sebagaimana ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Namun demikian, dalam setiap refinement Peta Strategi dan IKU tiap tahunnya, tetap mengacu pada dokumen Renstra DJPb Tahun 2015-2019, Renja Kerja DJPb tahun bersangkutan, dan dokumen perencanaan lainnya. Selanjutnya, dalam rangka tetap memonitor perencanaan strategis dalam Renstra DJPb tahun 2015-2019, IKU yang tidak terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb tahun 2018 dapat tetap diukur melalui penetapan dalam Kontrak Kinerja di level Kemenkeu-Two dan/atau Kemenkeu-Three. Selain itu, seluruh unit kerja di lingkup DJPb diminta untuk melaporkan realisasi capaian kinerja tiap triwulanan secara berjenjang.

Page 53: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 38

3. Metode Penghitungan Nilai Kinerja

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014, DJPb melakukan evaluasi secara berkala atas perencanaan kinerja yang ditetapkan. Salah satu output-nya adalah Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi, akan diperoleh indeks capaian IKU.

Penghitungan indeks capaian IKU perlu memperhitungkan jenis polarisasi IKU yang berlaku, yaitu maximize, minimize, dan stabilize. Ketentuan penetapan indeks capaian IKU adalah: a. Angka maksimum adalah 120;b. Angka minimum adalah 0;c. Ketentuan IKU maximize dan minimize yang realisasinya tidak memungkinkan melebihi target:

1). Indeks capaian dapat dikonversi menjadi 120 dengan ketentuan: • IKU mengukur kualitas, waktu, atau biaya; • Jumlah IKU yang dapat dikonversi tersebut adalah maksimal 20% dari total IKU dalam kontrak

kinerja (1 IKU dari 5 IKU, dan berlaku kelipatannya); • Memprioritaskan IKU cascading peta strategi (CP), kemudian IKU cascading non peta (C), di atas

IKU non-cascading (N), dalam pemilihan IKU yang dikonversi; 2). Penghitungan indeks capaiannya ditetapkan sebagai berikut:

• Apabila realisasi IKU sama dengan target, di mana target yang ditetapkan merupakan target maksimal yang dapat dicapai, indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120;

• Apabila realisasi IKU tidak memenuhi target, indeks capaian IKU tersebut tidak dilakukan konversi (menggunakan rumus perhitungan polarisasi).

d. Formula penghitungan indeks capaian IKU untuk setiap jenis polarisasi adalah berbeda, sebagaimana penjelasan berikut: 1) Polarisasi Maximize

Pada polarisasi maximize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih tinggi dari target, dengan formula sebagai berikut:

Apabila IKU dengan polarisasi maximize memiliki target minus (target < 0), formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

2) Polarisasi MinimizePada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih kecil dari target, dengan formula sebagai berikut:

Apabila indeks capaian IKU kurang dari 0 atau menghasilkan angka minus, indeks capaian yang diakui adalah 0. Apabila IKU minimize memiliki target 0, indeks capaian IKU dihitung dengan menggunakan bantuan skala konversi dan formula yang digunakan sebagai berikut:

Page 54: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan39

3) Polarisasi StabilizePada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang berada dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target, dengan formula:

Keterangan: In = Indeks capaianIn-1 = Indeks capaian di bawahnyaIn+1 = Indeks capaian di atasnyaCa = Capaian awal = Realisasi / Target x 100Cn = Capaian, dengan ketentuan:

a. Apabila Realisasi > Target, Cn = 100 – (Ca – 100), di mana Ca maksimum adalah 200;b. Apabila Realisasi < Target, Cn = Ca, di mana: Cn-1= Capaian dibawah Cn,

dan Cn+1 = Capaian di atas Cn

e. Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO)Untuk mendapatkan NKO, perhitungan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:1) Perhitungan Indeks Capaian IKU

Perhitungan indeks capaian IKU dilakungan dengan membandingan antara realisasi dengan target berdasarkan formula penghitungan indeks capaian IKU untuk setiap jenis polarisasi sebagaimana telah dijelaskan pada poin (d) di atas.

2) Perhitungan Nilai Sasaran StrategisPerhitungan nilai sasaran strategis (NSS) dilaksanakan dengan mengkonsolidasikan seluruh indeks capaian IKU dalam suatu SS dengan memperhitungkan bobot tertimbang IKU. Bobot IKU mencerminkan tingkat kualitas dan validitas IKU. Perhitungan NSS adalah sebagai berikut:

• Perhitungan Bobot Tertimbang IKUBobot tertimbang IKU dihitung dengan formula sebagai berikut:

• Perhitungan NSSNSS dihitung dengan formula sebagai berikut:

• Perhitungan Nilai PerspektifPerhitungan Nilai Perspektif (Np) merupakan rata-rata NSS dalam satu perspektif dengan formula sebagai berikut:

• Perhitungan NKOPerhitungan NKO dilaksanakan dengan menjumlahkan Np berdasarkan bobot perspektif. DJPb memiiki empat perspektif dengan bobot, yaitu stakeholder perspective sebesar 25%, customer perspective sebesar 15%, internal process perspective sebesar 30%, dan learning and growth perspective sebesar 30%. Dengan bobot tersebut NKO dihitung dengan formula sebagai berikut:

f. Adapun status indeks capaian dan NKO adalah sebagai berikut:1) Hijau (100 ≤ X ≤ 120, memenuhi ekspektasi)2) Kuning (80 ≤ X < 100, belum memenuhi ekspektasi)3) Merah (X < 80, tidak memenuhi ekspektasi)

Page 55: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 40

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 56: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan41

A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A

Capaian Kinerja OrganisasiRealisasi Agenda PrioritasRealisasi AnggaranKinerja Lain

ABCD

Page 57: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 42

A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A

Capaian Kinerja OrganisasiRealisasi Agenda PrioritasRealisasi AnggaranKinerja Lain

ABCD

Page 58: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan43

A K U N T A B I L I T A S

K I N E R J A

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran capaian kinerja DJPb tahun 2019 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada setiap perspektif. Dari hasil pengkuran kinerja tersebut, diperoleh data bahwa capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJPb Tahun 2019 adalah sebesar 109,66. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada setiap perspektif sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3A.1.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.A1, seluruh perspektif mendapat nilai di atas 100 dengan nilai tertinggi terdapat pada Stakeholder Perspective. Nilai Kinerja DJPb secara keseluruhan sebesar 109,66 tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 (108,10). Nilai kinerja DJPb dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Grafik 3A.1.

Tabel 3A.1 Nilai Kinerja DJPb 2019 Berdasarkan Perspektif

PERSPECTIVE BOBOT NILAI

STAKEHOLDER 25% 112,18

CUSTOMER 15% 102,20

INTERNAL PROCESS 30% 110,33

LEARNING AND GROWTH 30% 110,60

NILAI KINERJA ORGANISASI 109,66

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3A.1, dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, NKO DJPb terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi menurun pada tahun 2018, dan kembali meningkat pada tahun 2019. Selama tahun 2019, dari 23 IKU DJPb, seluruhnya telah berstatus hijau (memenuhi target). Capaian dari 23 IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3A.2.

Grafik 3A.1 NKO DJPb Tahun 2013 s.d. 2019

Page 59: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 44

Tabel 3A.2 Capaian IKU Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019

Kode SS/IKU Sasaran Strategis / Indikator Kinerja Utama (bobot) Target Realisasi Nilai

Stakeholder Perspective (25%) 112,18

1 Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia 112,18

1a-CP Indeks likuiditas kas negara 3 (skala 4) 3,17 105,67

1b-CP Indeks Opini BPK atas LKPP 4 (WTP) 4 (WTP) 120,00

1c-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN 3,6 (skala 4) 3,93 109,17

Customer Perspective (15%) 102,20

2 Pelayanan publik yang prima 102,81

2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb 4,63 (skala 5) 4,76 102,81

3 Kepatuhan atas pengelolaan perbendaharaan negara yang tinggi 101,59

3a-N Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal 98,1% 99,66% 101,59

Internal Process Perspective (30%) 110,33

4 Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas 120,00

4a-N Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan 3 (skala 4) 4 120,00

5 Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel 108,14

5a-CP Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L 88 95,16 108,14

6 Pengelolaan kas yang pruden dan optimal 120,00

6a-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat 5% 3,08% 120,00

7 Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisien 108,39

7a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

100% 105,25% 105,25

7b-N Persentase pencapaian target pendapatan BLU 100% 102,15% 102,15

7c-N Persentase pelaksanaan tugas khusus 87% 110,72% 120,00

8 Peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambungan 102,58

8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 86 90,43 105,15

8b-N Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan 75% 75% 100,00

9 Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu 102,90

9a-N Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu 4 (skala 4) 4 100,00

9b-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89% 94,16% 105,80

Learn and Growth Perspective (30%) 110,60

10 SDM yang kompeten 113,11

10a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency 92% 97,73% 106,23

10b-N Persentase proses penempatan talent pada jabatan target 80% 100% 120,00

11 Organisasi yang fit for purpose 114,32

11a-CP Indeks integritas organisasi 95,85 112,71 117,59

11a1-CP - Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK 100 129,42 120,00

11a2-CP - Indeks persepsi integritas 91,69 95,99 104,69

11b-CP Persentase penyelesaian program Transformasi Digital 80% 89,40% 111,75

12 Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern 110,00

12a-N Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI 100% 100% 100,00

12b-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,10% 0,072% 120,00

13 Pengelolaan anggaran yang optimal 104,97

13a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti 90% 97,00% 107,78

13b-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 97,06% 101,78

NILAI KINERJA ORGANISASI (NKO) DJPb TAHUN 2019 109,66

Page 60: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan45

Sasaran Strategis 1

Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat

dunia

Sesuai dengan visi DJPb, Pengelola Perbendaharaan Negara artinya DJPb mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Unggul di tingkat dunia memiliki makna bahwa pengelolaan perbendaharaan negara yang dilaksanakan oleh DJPb memiliki kualitas yang sejajar dan dapat diperbandingkan dengan negara-negara lain.

Beberapa tugas pengelolaan perbendaharaan negara yang dapat disejajarkan dengan negara lain khususnya mencakup pelaksanaan belanja negara dalam rangka pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengelolaan kas yang optimal dan efisien, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban dalam rangka akuntabilitas keuangan negara. Pelaksanaan tugas pengelolaan perbendaharaan negara diharapkan menjadi bagian penting dari pondasi kokoh atas fundamental ekonomi negara Indonesia, terutama saat menghadapi ketidakpastian tantangan ekonomi global ke depan.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.1.

Tabel. 3.1 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 1

SS 1: Pengelolaan perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

1a-CP Indeks likuiditas kas negara 3 (skala 4) 3,17 105,67

1b-CP Indeks Opini BPK atas LKPP 4 (WTP) 4 120

1c-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

3,6 (skala 4) 3,93 109,17

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

1a-CP

Indeks likuiditas kas negara

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks likuiditas kas negara merupakan salah satu IKU baru Kemenkeu-One DJPb yang dimulai pada tahun 2019, yang juga menjadi IKU Kemenkeu-Wide tahun 2019 (direct cascading). IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas pada rentang kendali yang aman, yang ditunjukkan dalam indeks tertentu, dan membuat kebijakan yang perlu dibuat atau telah dilakukan untuk menjaga likuiditas kas negara dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan APBN.

Latar belakang adanya IKU tersebut adalah peran Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN), di mana salah satu Sasaran Strategis yang ingin dicapai Menteri Keuangan adalah pengelolaan kas negara dilaksanakan dengan prinsip-prinsip penuh kehati-hatian (prudent), efisien, dan optimal. Sikap penuh kehati-hatian diperlukan agar pengelolaan kas negara terhindar dari hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap negara. Pengelolaan kas yang efisien dimaksudkan untuk menjaga posisi kas pada level aman dalam memenuhi seluruh kewajiban pemerintah secara tepat waktu. Terakhir, kondisi pengelolaan kas yang

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3A.2, realisasi seluruh IKU DJPb (23 IKU) telah mencapai target yang telah ditentukan. Penjelasan capaian IKU untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Page 61: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 46

optimal berarti pengelolaan dilakukan dengan menjaga kondisi kas dalam kondisi yang tidak kelebihan dan tidak kekurangan, sehingga dapat melakukan optimalisasi terhadap idle cash dan menghindari terjadinya cash mismatch.

Tingkat likuiditas kas negara adalah jumlah saldo pada kas negara yang dijaga pada nilai tertentu sehingga dapat memenuhi kewajiban pemerintah secara tepat waktu dan optimal penggunaannya. Tingkat likuiditas kas negara diukur dengan menjumlahkan saldo kas harian operasional dan saldo kas harian SAL (Saldo Anggaran Lebih) yang disimpan di Bank Indonesia selama satu bulan dengan rentang kendali tertentu yang harus dijaga posisinya.

Saldo kas operasional adalah saldo kas yang digunakan untuk membiayai kewajiban pemerintah sebagaimana tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Saldo kas operasional terdiri atas:

1. Saldo kas Rekening Kas Umum Negara (RKUN) adalah saldo pada rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank Sentral dalam bentuk Rupiah dan valuta asing.

2. Saldo kas Rekening Penempatan adalah saldo pada rekening Menteri Keuangan selaku BUN yang digunakan dalam rangka penempatan uang negara pada Bank Sentral dan/atau Bank Umum dalam bentuk Rupiah dan valuta asing.

Selain saldo kas operasional, tingkat likuiditas kas negara juga mengukur saldo kas harian SAL, di mana SAL adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan (PSAP 01par08). Saldo kas SAL adalah rekening Menteri Keuangan selaku BUN yang digunakan untuk menampung SAL yang dapat digunakan pada Bank Sentral.

Berdasarkan Cash Management Protocol yang diatur dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-32/PB/2017 tentang Protokol Manajemen Likuiditas yang telah diperbaharui dengan kajian Cash Buffer Tahun 2018, rentang kendali saldo kas yang harus dijaga dan statusnya, dapat diindeksasikan sebagai berikut:

Selanjutnya, IKU Indeks likuiditas kas negara tahun 2019 diukur dengan formula sebagai berikut:

Page 62: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan47

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah Indeks 3, yaitu 10% deviasi dari level “Aman” atau berstatus Melampaui Kebutuhan atau Waspada, sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Mengingat IKU ini baru diterapkan pada tahun 2019 sebagai IKU mandatori dan direct cascading Kemenkeu-Wide, tidak terdapat penargetan IKU ini pada Kontrak Kinerja DJPb tahun-tahun sebelum tahun 2019, Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019. Pelaporan IKU ini ditetapkan triwulanan dengan polarisasi maximize (makin tinggi realisasi terhadap target, makin baik capaian kinerjanya) dan jenis konsolidasi periode average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan). Nilai realisasi IKU diperoleh dari Laporan Kas Posisi Harian dan Rekening Koran Bank Indonesia sepanjang tahun 2019.

Target IKU Tahun 2019

Berdasarkan saldo rata-rata harian sampai dengan triwulan IV, capaian IKU telah melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 3. Beberapa hal yang mempengaruhi capaian IKU pada periode ini adalah:1. Pemenuhan target penerimaan dan pembiayaan untuk memenuhi belanja/

pengeluaran negara sesuai dengan komitmen pada rapat Komite ALM;2. Secara umum, sampai dengan triwulan IV, saldo Kas rata-rata berada pada level relatif

aman untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Selama tahun 2019, rincian realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara ditunjukkan sebagaimana Tabel 3.1a.1.

Tabel 3.1a.1 Perhitungan IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun 2019

Bulan QRata-rata Saldo Kas

SAL Harian

Rata-rata Saldo Kas

Harian Operasional

Rata-rata Saldo Kas

Realisasi dengan Threshold

Indeks Bulanan

Indeks Triwulanan Target Capaian

(%)

1

1

52.620,52 104.832,92 157.453,44 4,00

3,00 3,00 100,00%2 78.075,06 130.700,21 208.775,28 1,00

3 78.075,06 88.724,37 166.799,43 4,00

4

2

66.496,12 66.574,97 133.071,09 3,00

3,33 3,00 111,11%5 48.075,06 79.002,77 127.077,84 3,00

6 48.075,06 107.646,32 155.721,38 4,00

7

3

61.405,01 99.271,48 160.676,48 4,00

3,33 3,00 111,11%8 65.839,84 111.917,37 177.757,21 3,00

9 85.839,84 95.022,01 180.861,85 3,00

10

4

85.839,84 75.129,97 160.969,81 4,00

3,00 3,00 100,00%11 84.649,37 101.904,35 186.553,72 2,00

12 64.689,84 61.378,45 126.068,29 3,00

Indeks Likuiditas Kas Negara Tahunan 3,17 3,17 3,00 105,67%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.1, realisasi IKU sampai dengan triwulan IV 2019 selalu memenuhi target yang telah ditentukan (3), kecuali untuk bulan Februari dan November 2019 di mana pada bulan November berada pada level berlebih dan pada bulan Februari pada level Sangat berlebih. Dengan demikian, ditinjau dari level kecukupan kas untuk kedua belas bulan tersebut dapat dikatakan tersedia secara memadai, meskipun dapat lebih dimanfaatkan pada bulan Februari dan November.

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 63: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 48

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Dengan demikian, dapat diperoleh nilai realisasi IKU sebesar Indeks 3,17, memenuhi tar-get sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kemenkeu 2019. Capaian IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3.1a.2.

Tabel 3.1a.2 Capaian IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 3 3 3 3 3 3 3Maximize / AverageRealisasi 3 3,33 3,17 3,33 3,22 3 3,17

Nilai 100 111,11 105,67 111,11 107,33 100 105,67

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.2, realisasi tahunan IKU sebesar 3,17 tersebut melampaui target IKU sebesar 3 yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 (dengan nilai capaian 105,67).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perbandingan realisasi IKU tersebut pada tahun 2019 dengan tahun-tahun sbeelumnya ditunjukkan pada Tabel 3.1a.3. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.3, perbandingan realisasi IKU tersebut pada tahun 2019 tidak dapat dilakukan mengingat IKU tersebut be-lum diterapkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 3.1a.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara Tahun 2019 dengan tahun-tahun sebelumnya

Tahun Target Realisasi Keterangan

2019 3 3,17 diterapkan sebagai IKU Kemenkeu-One DJPb

2018 -

belum diterapkan2017 -

2016 -

2015 -

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun periode Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.4.

Tabel 3.1a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara dengan Renstra 2015-2019

TahunRealisasi IKU

TahunanTarget Renstra DJPb

2015-2019Target Renstra Kemenkeu

2015-2019

2019 3,17 - -

2018 - - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.4, nilai realisasi IKU tahun 2019 sebesar 3,17 tidak dapat dibandingkan dengan target baik pada Renstra DJPb maupun Renstra Kemenkeu 2015-2019 mengingat, IKU tersebut baru ditargetkan untuk diterapkan pada tahun 2019 sebagai IKU mandatori dan direct cascading Kemenkeu-Wide.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 64: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan49

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU tersebut tahun 2019 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.1a.5.

Tabel 3.1a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 3,17 - IKU mulai ditargetkan dan dilaksanakan mulai tahun 20192018 - -

2017 - -

2016 - -

2015 - -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.5, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 3,17 untuk tahun 2019 tersebut tidak dapat dibandingkan dengan target pada RPJMN Tahun 2015-2019 mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk dilaksanakan pada tahun 2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.6.

Tabel 3.1a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks likuiditas kas negara dengan Unit Eselon I Lainnya.

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks likuiditas kas negara hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 3,17

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 65: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 50

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Faktor yang mempengaruhi capaian IKU tersebut adalah terpenuhinya target penerimaan dan pembiayaan untuk memenuhi belanja/pengeluaran negara sesuai dengan komitmen pada rapat Komite ALM (Asset and Liability Management) sehingga berimplikasi pada ketersediaan kas yang cukup bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran selama tahun 2019.

Capaian IKU pada triwulan I sesuai dengan targetnya, yaitu 3, dengan indeksasi dan level threshold tersebut disusun dengan penjelasan sebagai berikut:1. Saldo kas yang efisien dan optimal bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas pada

rentang kendali yang aman, di mana menggabungkan saldo kas buffer (Rp95 T) dan saldo kas operasional (Rp75 triliun;

2. Perhitungan tersebut sesuai dengan Cash Management Protocol sebagaimana ditetapkan dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-32/PB/2017.

Pada triwulan I, telah dilakukan kebijakan pre-funding dan front loading pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan awal tahun dan antisipasi jatuh tempo pokok dan bunga utang. Hal tersebut berimplikasi di mana pada triwulan I 2019, saldo kas aman terjadi pada bulan Januari dan Maret (indeks 4), sementara pada bulan Februari saldo kas sangat berlebih (indeks 1). Kelebihan kas pada triwulan I 2019 disebabkan karena adanya kebijakan pre-funding dan front loading di awal tahun dalam rangka memenuhi manjemen kas dan manajemen utang pemerintah. Hal ini dipicu karena cukup besarnya beban pengeluaran yang harus ditanggung oleh pemerintah pada awal tahun dan antisipasi pengeluaran pembiayaan pada triwulan II dan juga positifnya reaksi pasar terhadap penerbitan Surat Berharga Negara. Selain itu, penyerapan/belanja K/L yang masih rendah, juga berkontribusi terhadap kondisi berlebihnya kas. Namun demikian, secara rata-rata saldo kas selama triwulan I menunjukkan rata-rata saldo kas Rp177.676,05 miliar (level 3) sesuai targetnya.

Tindakan yang telah dilaksanakan pada triwulan I antara lain:1. Berkoordinasi dengan DJPPR untuk kebutuhan pembayaran pokok dan bunga

utang yang jatuh tempo di triwulan II dengan berpedoman kepada KMK nomor 902/KMK.01/2018 tentang SOP Link;

2. Melakukan optimalisasi kas dari remunerasi saldo kas pemerintah di Bank Indonesia dan melalui TDR DJPb (Penempatan BUMPUN dan Repo).

Berdasarkan saldo rata-rata harian Triwulan II, indeks capaian IKU adalah sebesar indeks 3,33 sehingga capaian IKU untuk Semester I 2019 adalah sebesar indeks 3,17 dari skala indeks 4. Pada proses pencapaian target IKU dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Pada Triwulan II Tahun 2019, terdapat belanja besar dalam proyeksi kas, antara lain

PBI BPJS Kesehatan, THR PNS dan Pensiunan, subsidi Energi, bunga utang, pokok SBN dan Pinjaman LN, dan PMN.

2. Diperlukan pengendalian untuk memastikan kecukupan kas dan target IKU tercapai.

Hal tersebut berimplikasi pada: 1. Saldo rata-rata Triwulan II Tahun 2019 dapat dikendalikan pada Rp138.623,44 miliar; 2. Saldo kas pada level aman (indeks 4) terjadi pada bulan Juni, sedangkan pada bulan

April dan Mei saldo kas berada pada level threshold indeks 3;3. Capaian IKU Indeks Likuiditas Kas Negara untuk Triwulan II Tahun 2019 dapat dicapai

pada indeks 3,33 (hijau).

Page 66: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan51

Tindakan yang telah dilaksanakan pada triwulan II 2019, antara lain melalui koordinasi dengan Tim CPIN untuk merumuskan policy measures sebagai berikut: 1. Mengendalikan restitusi pajak dan memonitor komitmen penerimaan perpajakan

pada level di atas Rp100 triliun; 2. Mempercepat penarikan sisa surplus BI sebesar Rp30,09 triliun sebagai PNBP; 3. Menggeser sebagian belanja subsidi energi ke Triwulan III Tahun 2019 sebesar Rp24,50

triliun; 4. Melakukan upsize penerbitan SBN dan SBSN reguler serta Global Bond senilai total

Rp51 triliun; 5. Mempercepat penarikan pinjaman program dari Triwulan III sebesar Rp14,44 triliun; 6. Menarik dana dari BPJT sebesar Rp2,4 triliun dan meminjam dana dari LMAN sebesar

Rp3,9 triliun; 7. Menggeser sebagian realisasi PMN ke Triwulan III & IV sebesar Rp12,3 triliun.

Berdasarkan saldo rata-rata harian pada triwulan III, capaian IKU telah melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 3,33. Beberapa hal yang mempengaruhi capaian IKU pada periode ini adalah:1. Pemenuhan target penerimaan dan pembiayaan untuk memenuhi belanja/

pengeluaran negara sesuai dengan komitmen pada rapat Komite ALM.2. Secara umum pada triwulan III, Saldo Kas rata-rata berada pada level relatif aman

untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Hal tersebut berimplikasi pada 1. Pada triwulan III 2019, Saldo Kas rata-rata bulan Juli sebesar Rp160,67 triliun, Agustus

sebesar Rp177,75 triliun, dan September sebesar Rp180,86 triliun sehingga saldo kas rata-rata di Triwulan III sebesar Rp173,09 triliun;

2. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap ketersediaan kas yang cukup bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran pada triwulan IV.

Tindakan yang telah dilaksanakan pada triwulan III antara lain:1. Peminjaman Dana SAL;2. Penjualan Valuta asing USD dan EUR;3. Kesepakatan dalam Komite ALM untuk melakukan komitmen pengendalian penerimaan

dan pengeluaran dengan nominal besar.

Berdasarkan saldo rata-rata harian pada triwulan IV, capaian IKU telah melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 3. Beberapa hal yang mempengaruhi capaian IKU pada periode ini adalah:1. Pemenuhan target penerimaan dan pembiayaan untuk memenuhi belanja/

pengeluaran negara sesuai dengan komitmen pada rapat Komite ALM;2. Secara umum pada triwulan IV, Saldo Kas rata-rata berada pada level relatif aman

untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Pada triwulan IV terdapat beberapa tantangan yang harus diselesaikan, antara lain:1. Tekanan akibat dari belanja negara yang meningkat;2. Tekanan shortfall perpajakan karena penerimaan perpajakan yang berada di bawah

target APBN sebesar Rp245,5 triliun.

Page 67: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 52

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan tantangan-tantangan di atas antara lain:1. Peminjaman Dana SAL. 2. Kesepakatan dalam Komite ALM untuk melakukan komitmen pengendalian penerimaan

dan pengeluaran dengan nominal besar.3. Koordinasi yang intensif one-on-one dengan DJPPR dan DJP.4. Komitmen terhadap Penyesuaian Belanja (Subsidi dan DBH) oleh DJA dan DJPK serta

assesment terhadap investasi (PMN) oleh DJKN.5. Melakukan PPDH (Perkiraan Pencairan Dana Harian).

Tindakan-tindakan tersebut telah terbukti dapat mengamankan tingkat likuiditas kas negara sampai dengan akhir tahun anggaran 2019. Selanjutnya, dalam rangka pelaksanaan likuiditas kas negara di level yang aman pada tahun 2020, direkomendasikan rencana aksi dengan penanggung jawab Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagai berikut:1. Peningkatan kualitas pelaksanaan PPDH (Perkiraan Pencairan Dana Harian).2. Penyusunan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pelaksanaan PPDH.

Page 68: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan53

1b- N

Indeks opini BPK atas LKPP

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria, yakni:1. Kesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);2. Kecukupan pengungkapan sesuai dengan pengungkapan yang diatur SAP;3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;4. Efektivitas sistem pengendalian intern.

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb adalah Indeks 4, yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk LKPP, yang merupakan capaian tertinggi yang mungkin diperoleh. Hal tersebut mengingat kualitas laporan keuangan pemerintah senantiasa diharapkan untuk menyajikan informasi keuangan kepada pemangku kepentingan pemerintah secara wajar dan tidak terdapat kesalahan penyajian yang material. Target tersebut sama dengan target tahun-tahun sebelumnya (pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-Wide). Sementara itu, dalam Perencanaan Jangka Menengah, yaitu pada Renstra DJPb, Renstra Kemenkeu, dan RPJMN Tahun 2015-2019, ditetapkan target IKU terkait, yaitu Indeks jumlah LK K/L dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik dengan target 3,88 untuk tahun 2019. Mengingat LK K/L dan LK BUN merupakan unsur pembentuk LKPP, target tersebut dapat dibandingkan dengan target dan realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP.

Dalam pengukuran IKU tersebut tahun 2019, polarisasi data ditetapkan maximize (makin tinggi realisasi, makin baik capaian kinerjanya). Dalam hal ini, semakin sedikit temuan BPK atas LKPP, semakin tinggi nilai indeks opininya, sehingga diharapkan laporan keuangan yang disusun semakin transparan dan akuntabel. Indeks opini BPK atas LKPP Tahun 2018 dilaporkan pada triwulan II tahun 2019 dengan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Target IKU Tahun 2019

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disusun berdasarkan gabungan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) yang merupakan pertanggungjawaban Menteri Keuangan selaku BUN dan seluruh Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L). LKPP bertujuan menyediakan informasi terkait sumber, alokasi, dan penggunaan daya keuangan negara serta posisi keuangan pemerintah. Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks indeks opini BPK atas LKPP merupakan IKU Kemenkeu-Wide yang mulai tahun 2019 sebagai direct cascading pada Kemenkeu-One DJPb. IKU tersebut bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Capaian IKU tersebut tahun 2019 ditunjukkan oleh poin Indeks Opini BPK dengan sumber data dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPP Tahun 2018.

Indeks Opini BPK atas LKPP menggunakan skala 1 s.d. 4 sebagaimana Tabel 3.1b.1.

Tabel 3.1b.1 Indeksasi Opini BPK tasl LKPP

Indeks Keterangan

1 : Tidak Wajar (Adverse)

2 : Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)

3 : Wajar Dengan Pengecualian (WDP) >12 permasalahan penyebab kualifikasi

3,2 : WDP dengan 10 s.d. 12 permasalahan penyebab kualifikasi

3,4 : WDP dengan 7 s.d. 9 permasalahan penyebab kualifikasi

3,6 : WDP dengan 4 s.d. 6 permasalahan penyebab kualifikasi

3,8 : WDP dengan 1 s.d. 3 permasalahan penyebab kualifikasi

4 : Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Page 69: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 54

Sebagaimana diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2018 Nomor 71/LHP/XV/05/2019 tanggal 20 Mei 2019, dapat diketahui hasil sebagai berikut:1. LKPP Tahun 2018 memperoleh opini WTP;2. Dari 87 entitas yang diperiksa, 1 LK BUN Tahun 2018 memperoleh opini WTP, 81 LK K/L

(94,19%) memperoleh WTP, 4 LK K/L (4,65%) memperoleh WDP, dan 1 LK K/L (1,16%) memperoleh TMP.

Opini WDP diberikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat, Komisi Pemilihan Umum, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Sementara itu, 1 LK K/L yang mendapatkan opini TMP, yaitu LK Badan Keamanan Laut. Permasalahan dari 5 LK K/L yang belum memperoleh opini WTP tersebut secara keseluruhan tidak berdampak material pada kesesuaian LKPP Tahun 2018 terhadap Standar Akuntansi Pemerintah. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa BPK menemukan 19 kelemahan pengendalian intern dan 6 permasalahan terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, meskupun tidak mempengaruhi secara material kewajaran LKPP Tahun 2018.

Realisasi IKU Tahun 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Dengan demikian realisasi IKU tersebut telah memenuhi target yang ditentukan dalam kontrak kinerja tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan capaiannya pada Tabel 3.1b.2.

Tabel 3.1b.2 Capaian IKU Indeks opini BPK atas LKPP Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 4 (WTP) 4 (WTP) - 4 (WTP) - 4 (WTP) Maximize / Take Last

Known Value

Realisasi - 4 (WTP) 4 (WTP) - 4 (WTP) - 4 (WTP)

Nilai - 120 120 - 120 - 120

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.2, nilai realisasi tahunan IKU Indeks 4 (WTP)tersebut memenuhi target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perkembangan opini BPK atas jumlah LK K/L Tahun 2005 s.d 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.1b.3 dan Grafik 3.1b.1.

Tabel 3.1b.3 Perkembangan Opini BPK atas LKPP Tahun 2005 sampai dengan 2018

TAHUN LKPP

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

TMP TMP TMP TMP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WTP WTP WTP

Graifk 3.1b.1 Perkembangan Opini BPK atas LKPP Tahun 2005 sampai dengan 2018

Page 70: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan55

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.3 dan Grafik 3.1b.1, LKPP selama 4 (empat) tahun berturut-turut sejak tahun 2005 sampai dengan 2008 mendapatkan opini Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer), dalam kurun waktu 2009 – 2015 mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan akhirnya sejak LKPP Tahun 2016 sampai dengan LKPP Tahun 2018 (ketiga kalinya) mendapat opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun periode Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.4.

Tabel 3.1b.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP dengan Renstra 2015-2019

Tahun IKU Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 4 (WTP) 3,88 3,88

2018 4 (WTP) 3,88 3,88

2017 4 (WTP) 3,88 3,88

2016 3 (WDP) 3,88 3,88

2015 3 (WDP) 3,88 3,88

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.5, nilai realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP tahun 2019 sebesar 4 (WTP) tersebut dapat dibandingkan dengan IKU Indeks jumlah LK K/L dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik sebagai IKU terkait yang telah ditetapkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Hal tersebut mengingat IKU Indeks opini BPK atas LKPP yang baru ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-Wide sejak tahun 2016 dan Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb mulai tahun 2019. Perbandingan dilakukan menimbang adanya keterkaitan di mana LK K/L dan LK BUN digabungkan untuk membentuk LKPP. Melalui perbandingan tersebut dapat ditunjukkan bahwa realisasi IKU tersebut sejak tahun 2017 sampai dengan 2019 dapat memenuhi target IKU terkait pada Renstra.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Sebagaimana target yang telah ditetapkan pada Renstra DJPb dan Kemenkeu Tahun 2015-2019, IKU terkait pada kedua dokumen strategis tersebut juga ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, dan dapat dibandingkan dengan realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 sehingga menunjukkan pelaksanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.1b.5.

Tabel 3.1b.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 4 (WTP) 3,88 Sebagaimana Renstra, IKU yang ditetapkan pada RPJMN adalah

Indeks jumlah LK K/L dan LK BUN

yang andal dengan opini audit

yang baik

2018 4 (WTP) 3,88

2017 4 (WTP) 3,88

2016 3 (WDP) 3,88

2015 3 (WDP) 3,88

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.5, nilai realisasi 4 (WTP) telah dicapai untuk IKU sejak tahun 2017, di mana sebelumnya diperoleh realisasi 3 (WDP). Dengan demikian, dalam pemenuhan terhadap target RPJMN 2015-2019, di mana ditetapkan 3,88 dari tahun 2015 s.d. 2019, berhasil dilakukan sejak tahun 2017.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Page 71: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 56

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.6.

Tabel 3.1b.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks opini BPK atas LKPP hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 4 (WTP)

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Pada tahun 2017, pencapaian indeks opini BPK menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya LKPP Tahun 2016 memperoleh opini WTP atas LKPP (Tahun LKPP 2004-2008: TMP, 2009-2015: WDP, 2016: WTP). Hal tersebut menandakan bahwa tahun 2017 (tahun diberikannya opini WTP pada LKPP Tahun 2016) merupakan tahun bersejarah dalam pelaporan keuangan pemerintah. Capaian tersebut berhasil dipertahankan untuk LKPP Tahun 2017 dan LKPP Tahun 2018.

Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2018 telah disampaikan pada Triwulan II 2019, Dari jumlah Bagian Anggaran sebanyak 86 K/L dan 1 BUN, ditunjukkan bahwa dari target opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2018 sejumlah WTP = 53 LK, WDP = 35 LK, dan TMP = 0 LK, telah terealisasi WTP = 82 LK (94%), WDP = 4 LK (5%), dan TMP = 1 LK (1%).

Meskipun demikian, terdapat isu yang perlu diperhatikan dalam peningkatan IKU tersebut berikutnya. Kualitas LK K/L dan LK BUN tercermin dari opini atas audit BPK yang ditentukan oleh kompetensi SDM penyusun LK K/L/LK BUN, opini BPK atas LK K/L/LK BUN, penyelesaian tindak lanjut rekomendasi atas temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L/LK BUN, kualitas Sistem Pengendalian Intern (SPI), serta kepatuhan dalam pengelolaan keuangan negara sesuai ketentuan.

Akuntansi berbasis akrual yang pertama kali diimplementasikan tahun 2015 membuat tugas penyusunan LK K/L menjadi lebih kompleks. Apabila tingkat penguasaan pengetahuan SDM penyusun LK K/L dan LK BUN berbasis akrual tidak cukup memadai maka akan berpotesni pada penurunan kualitas LK K/L dan LK BUN yang salah satunya tercermin pada perolehan opini BPK atas LK K/L dan LK BUN. Selain itu, tanggapan atas temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L Tahun 2017 yang belum sepenuhnya tuntas juga akan berpotensi pada penurunan opini atas laporan keuangan.

Page 72: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan57

BPK menilai Pemerintah telah menindaklanjuti rekomendasi permasalahan yang ada pada tahun 2017. Pemerintah telah menyelesaikan suspen dengan membangun single database melalui e-rekon dan sistem penyusunan LKPP yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi suspen pada LKPP Tahun 2018. Namun demikian, pada LK K/L dan LK BUN Tahun 2018, BPK menemukan 19 kelemahan pengendalian intern dan 6 permasalahan terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, yang tidak mempengaruhi secara material kewajaran LKPP Tahun 2018.

Hasil pemeriksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) tersebut meliputi:1. Pemerintah belum memiliki sistem untuk menganalisis hubungan antar akun LKPP

dan penyesuaian perhitungan rasio defisit;2. Pengendalian atas pengelolaan kas pada Kementerian/Lembaga belum memadai

berdampak adanya rekening penampungan yang belum teridentifikasi, penyetoran sisa kas tidak tepat waktu, pengelolaan dana menggunakan rekening pribadi, dan penggunaan kas yang tidak dilengkapi dokumen pertanggungjawaban;

3. Pengendalian atas pengelolaan persediaan pada Kementerian/Lembaga belum memadai berdampak adanya pelaksanaan stock opname serta penatausahaan dan pencatatan persediaan yang tidak sesuai ketentuan;

4. Pengendalian atas pengelolaan aset tetap pada Kementerian/Lembaga belum memadai berdampak adanya saldo BMN yang tidak akurat serta penatausahaan dan pencatatan aset tetap yang tidak sesuai ketentuan;

5. Pengendalian atas pengelolaan aset tak berwujud pada Kementerian/Lembaga belum memadai berdampak adanya saldo BMN yang tidak akurat serta penatausahaan dan pencatatan aset tak berwujud yang tidak sesuai ketentuan;

6. Aset Konstruksi berupa jalan, gedung, peralatan dan jaringan atas jalan tol yang dibangun oleh BUJT belum dilaporkan dalam LK Kementerian PUPR;

7. Pencatatan, rekonsiliasi dan monitoring evaluasi aset KKKS dan PKP2B belum memadai berdampak adanya selisih aset sebesar 1.929 unit yang tidak dapat ditelusuri dan aset tanah yang belum dilaporkan;

8. Pemerintah belum menyajikan kewajiban atas program pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2018;

9. Penatausahaan hak dan kewajiban pemerintah yang timbul dari putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap belum optimal;

10. Pengendalian penetapan surat tagihan pajak atas potensi pokok dan sanksi administrasi pajak berupa bunga dan/atau denda masih belum memadai;

11. Sistem pengendalian intern dalam penatausahaan piutang perpajakan masih memiliki kelemahan;

12. Dasar hukum, metode perhitungan, dan mekanisme penyelesaian kompensasi atas dampak kebijakan penetapan tarif tenaga listrik non subsidi belum ditetapkan;

13. Perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban atas kebijakan pemerintah yang menimbulkan dampak terhadap pos-pos LRA dan/atau Neraca, serta kelebihan dan/atau kekurangan Pendapatan bagi Badan Usaha Milik Negara belum diatur dan dipertanggungjawabkan;

14. Pelaksanaan Belanja Subsidi Bunga Kredit Perumahan (SSB/SSM) dan Belanja Subsidi Bantuan Uang Muka Perumahan (SBUM) tidak sepenuhnya sesuai ketentuan;

15. Dana cadangan program jaminan kesehatan nasional tahun 2018 sebesar Rp10,26 triliun belum mampu menyelesaikan permasalahan defisit dana jaminan sosial kesehatan;

Page 73: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 58

16. Ketidakpastian perubahan kebijakan penyediaan dan penyaluran cadangan beras pemerintah berdampak terjadinya penyaluran melebihi stok senilai Rp650,07 miliar;

17. Data sumber perhitungan alokasi afirmasi dan alokasi formula pada pengalokasian Dana Desa tahun anggaran 2018 pada 1.427 desa dan 22 kabupaten tidak andal;

18. Proses pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik TA 2018 sebesar Rp5,71 triliun belum sepenuhnya memadai;

19. Skema pengalokasian anggaran dan realisasi pendanaan pengadaan tanah PSN pada pos Pembiayaan mengakibatkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat belum menggambarkan informasi belanja dan defisit sesungguhnya.

Sementara itu, hasil pemeriksaan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan meliputi:1. Pengelolaan PNBP pada 36 K/L minimal sebesar Rp352,38 miliar dan USD78.07 juta,

serta pengelolaan piutang pada 18 K/L sebesar Rp675,34 miliar dan USD341.41 ribu belum sesuai ketentuan;

2. Tarif Bea Keluar dalam nota kesepahaman antara Kementerian ESDM dengan PT FI bertentangan dengan tarif Bea Keluar yang telah ditetapkan Kementerian Keuangan sehingga terdapat potensi pengembalian Bea Keluar sebesar Rp1,82 triliun atas ekspor konsentrat tembaga PT FI;

3. DJBC belum mengenakan Bea Masuk tambahan di antaranya Bea Masuk Anti Damping terhadap pengeluaran barang Hot Rolled Plate dari kawasan bebas TLDDP sebesar Rp34,05 miliar;

4. Ketidakkonsistenan pembebanan atas golongan tarif 900 VA-RTM (R-1/TR) menimbulkan ketidakpastian dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja Subsidi Listrik;

5. Penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja pada 67 K/L sebesar Rp19,04 triliun tidak sesuai ketentuan;

6. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp15,51 triliun belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang tidak didukung dengan dokumen sumber yang memadai.

Sementara itu, permasalahan pada 5 (lima) LK K/L yang belum mendapat WTP karena terdapat akun-akun dalam laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan SAP dan/atau tidak didukung dengan bukti yang cukup, antara lain: 1. Aset lancar, antara lain sisa dana belanja dari Surat Perintah Membayar Langsung (SPM

LS) Bendahara tahun 2018 tidak dapat diyakini ketepatan jumlahnya, penggunaan uang oleh bendahara pengeluaran tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan mekanisme pengelolaan barang rampasan belum ditetapkan secara formal;

2. Aset tetap, antara lain pencatatan yang berasal dari kelebihan pembayaran belanja modal belum disesuaikan dan konstruksi dalam pengerjaan tidak dapat diperinci sesuai dengan jenis barang dan harganya;

3. Belanja, antara lain tidak dapat dilakukan pengujian atas belanja barang karena dokumen pendukung dalam penanganan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serta terdapat kelebihan pembayaran atas pekerjaan yang tidak ada dalam kontrak dan pekerjaan yang belum selesai.

Page 74: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan59

Permasalahan tersebut berimplikasi pada tidak tercapainya target jumlah LK K/L dan LK BUN, khususnya pada jumlah LK beropini TMP yang ditargetkan 0 (tidak ada), meskipun nilai IKU secara keseluruhan opini telah memenuhi nilai targetnya. Hasil capaian tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan peran pembinaan K/L secara berkelanjutan, untuk menjaga capaian opini K/L yang telah WTP, sekaligus meningkatkan opini K/L yang belum mencapai WTP.

Adapun akar permasalahannya, dalam hal ini, yaitu:1. Kompleksitas permasalahan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban sehingga

berdampak terhadap hasil temuan pemeriksaan yang signifikan;2. Keterbatasan jumlah SDM yang melaksanakan pembinaan, serta coverage dan tingkat

kendali yang rendah terhadap kompleksitas dan variabilitas permasalahan yang dihadapi di lapangan.

Tantangan dalam pencapaian target pencapaian opini BPK atas LKPP antara lain:1. Permasalahan teknis laporan, meliputi: permasalahan terkait revaluasi Barang Milik

Negara (BMN), penerapan batas minimum kapitalisasi, permasalahan Transaksi Antar Entitas, penyajian Saldo Awal BMN, pertanggungjawaban kegiatan internasional, jurnal koreksi usulan entitas tidak dapat diidentifikasi substansinya, permasalahan alokasi anggaran Transfer ke Daerah, permasalahan terkait belanja subsidi, dan pengungkapan rincian PHLN di LK BUN;

2. Pemberian pemahaman kepada seluruh penyusun LK K/L dan LK BUN terkait akuntansi akrual;

3. Koordinasi optimal antar unit eselon I lingkup Kemenkeu maupun eksternal Kemenkeu;4. Penyelesaian rekomendasi atas temuan pemeriksaan yang belum tuntas dan material

dalam mempengaruhi opini atas laporan keuangan.

Tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas LKPP, antara lain:1. Melakukan pembahasan dengan auditor BPK atas rekomendasi dalam LHP;2. Melakukan pembahasan dan koordinasi dengan para UIC untuk menindaklanjuti

rekomendasi BPK dan menyampaikan progres tindak lanjutnya secara berkala;3. Membentuk tim penyelesaian monitoring tindak lanjut rekomendasi terhadap temuan

pemeriksaan BPK atas LKPP;4. Menyusun LKPP dengan menggunakan Sistem Aplikasi Terintegrasi;5. Mengimplementasikan single database dalam penyusunan LK K/L melalui Aplikasi

e-Rekon-LK untuk meminimalkan terjadinya suspen (transaksi dalam konfirmasi);6. Meningkatkan kualitas LK K/L, khususnya yang masih mendapat opini audit WDP atau

TMP;7. Melaksanakan pembinaan secara intensif terkait Implementasi Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual pada seluruh instansi Pemerintah;8. Melakukan koordinasi dengan auditor BPK mengenai mekanisme koreksi revaluasi

aset tetap K/L;9. Melakukan bimbingan teknis koreksi revaluasi aset, di mana koreksi dilakukan hanya

pada Satker konsolidasi tingkat LK K/L untuk mengatasi permasalahan keterbatasan waktu dan memastikan koreksi revaluasi dilakukan dengan benar;

10. Menyampaikan laporan monitoring penyelesaian rekomendasi BPK dalam LHP LKPP beserta dokumen pendukung ke BPK.

Page 75: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 60

Menimbang pencapaian IKU tersebut pada tahun 2019 yang telah memenuhi target yang ditetapkan dan telah mencapai indeks opini BPK tertinggi atas LKPP, upaya yang akan dilakukan terutama diarahkan pada upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas LKPP dan LK BUN. Secara berkelanjutan, akan dilakukan koordinasi antar unit eselon I Kemenkeu, pembinaan secara intensif kepada K/L dengan bimbingan teknis dan penyuluhan akuntansi, serta monitoring atas tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK atas LKPP tahun 2018. Di samping itu, rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020, yaitu: 1. Menyempurnakan Sistem integrasi pada LKPP (Januari s.d. Juli 2020);2. Melakukan Tripartit Asersi Final LK K/L dan LK BUN (Kementerian Keuangan, BPK, dan

Kementerian Negara/Lembaga (Maret 2020).

Page 76: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan61

1c- N

Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) merupakan unsur pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas setiap LK K/L dan LK BUN akan berkontribusi terhadap opini BPK atas LKPP. Dengan mengetahui perkembangan opini BPK atas LK K/L dan LK BUN, dapat diketahui peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 3,6, dengan menargetkan 53 Laporan Keuangan (LK) mendapatkan opini WTP dan 35 LK mendapatkan opini WDP, sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target tersebut sama dengan target pada Kontrak Kinerja tahun 2018 (3,6) dan meningkat dibandingkan dengan target dalam Kontrak Kinerja tahun 2017 (3,5) tetapi lebih kecil dari target tahun 2015 (3,70). Target IKU tahun 2019 sebesar 3,6 tersebut lebih kecil dibandingkan dengan target tahun 2019 yang telah ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019 (pada ketiganya ditargetkan 3,88).

Sehubungan dengan refinement Peta Strategi dan IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2016, telah diusulkan kepada Sekretaris Jenderal Kemenkeu melalui Surat Dirjen Perbendaharaan nomor S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016. Dalam surat tersebut, DJPb mengusulkan target IKU Indeks jumlah LK K/L dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik yang tercantum dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan Renja DJPb, diturunkan targetnya menjadi 3,5 untuk tahun 2016 dan 2017 dan 3,6 untuk tahun 2018 dan 2019, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Target IKU Tahun 2019

Indikator Kinerja Utama (IKU) Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN merupakan IKU yang ditujukan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Capaian IKU tersebut tahun 2019 ditunjukkan oleh rata-rata indeks Opini BPK dengan sumber data dari Laporan Hasil Audit BPK atas Laporan Keuangan K/L dan BUN tahun 2018. Dengan demikian, melalui poin indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN dapat diketahui apakah capaian untuk indikator opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan WDP (Wajar Dengan Pengecualian) meningkat dari yang ditargetkan. IKU ini diterapkan sejak tahun 2016 sebagai rewording dari IKU Indeks jumlah LKKL dan LKBUN yang andal dengan opini audit yang baik untuk lebih mencerminkan nilai yang diukur.

Indeks Opini BPK untuk setiap LK K/L dan LK BUN menggunakan skala 1 s.d. 4 dengan rincian berikut:

1 = Tidak Wajar (TW/adverse)2 = Tidak Memberikan Pendapat (TMP/disclaimer)3 = Wajar Dengan Pengecualian (WDP)4 = Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Selanjutnya nilai realisasi IKU tersebut diperoleh dengan formula sebagai berikut:

Page 77: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 62

1. Target tahun 2015 adalah 3,7 dengan realisasi IKU sebesar 3,63;2. Mulai tahun 2015, LK K/L dan LK BUN disusun berdasarkan basis akrual dan

implementasi sistem akuntansi berbasis akrual pertama kali pada tahun 2015 yang akan berpotensi turunnya capaian atas indeks opini BPK atas LK K/L, LK BUN, dan LKPP;

3. Tahun 2015 dan 2016 merupakan tahun transisi di mana aplikasi akuntansi yang digunakan K/L adalah SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual) yang masih perlu penyempurnaan secara bertahap;

4. Selama masa transisi tersebut, SDM pengelola akuntansi dan pelaporan tingkat Satker masih harus ditingkatkan penguasaannya terhadap aplikasi dan pemahamannya terhadap konsep akuntansi berbasis akrual;

5. Pada tahun 2017, aplikasi SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi) direncanakan akan roll-out. Perubahan SAIBA ke SAKTI membuat operator akuntansi dan pelaporan pada K/L memerlukan waktu untuk menguasai aplikasi SAKTI.

Selain itu, usulan perubahan target IKU IKU Indeks jumlah LK-KL dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik telah disampaikan kepada Bappenas pada forum Trilateral Meeting antara Bappenas, Ditjen Anggaran, dan Setjen Kemenkeu. Usulan perubahan target tersebut disetujui dengan perubahannya dapat diterapkan Rencana Kerja (Renja) DJPb dan dokumen perencanaan kinerja tahunan lainnya, meskipun tidak dapat mengubah target dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019. Dengan demikian, indeks sesuai usulan perubahan target tersebut adalah 3,5 untuk tahun 2016 dan 2017 dan 3,6 untuk tahun 2018 dan 2019.

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan (trajectory) tahunan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Sebagaimana diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2018, dari 87 entitas yang diperiksa, opini BPK atas LK K/L dan LK BUN tahun 2018 adalah 81 LK K/L dan 1 LK BUN (94%) mendapatkan WTP, 4 LK K/L (5%) mendapatkan WDP, dan 1 LK K/L (1%) mendapatkan TMP. Opini WDP diberikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat, Komisi Pemilihan Umum, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Sementara itu, 1 LK K/L yang mendapatkan opini TMP, yaitu LK Badan Keamanan Laut.

Permasalahan dari 5 LK K/L yang belum memperoleh opini WTP tersebut secara keseluruhan tidak berdampak material pada kesesuaian LKPP Tahun 2018 terhadap Standar Akuntansi Pemerintah. Selanjutnya, capaian IKU tahun 2019 (dari opini BPK atas LK K/L dan LK BUN tahun 2018) dapat dihitung sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1c.1.

Tabel 3.1c.1 Perhitungan IKU Rata-rata indeks opini BPK atas jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2019

Uraian Realisasi WTP WDP TMP TW Jumlah

(a) Jumlah LKKL 81 4 1 0 86

(b) Jumlah LK BUN 1 0 0 0 1

(c) Jumlah LKKL dan LK BUN (a) + (b) 82 4 1 0 87

(d) Indeks Opini BPK 4 3 2 1

(e) Jumlah poin seluruh LKKL dan LK BUN (c) x (d) 328 12 2 0 342

(h) Rata-rata Poin indeks opini BPK (e) / (c) 3,93

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 78: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan63

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Dengan demikian realisasi IKU tersebut telah memenuhi target yang ditentukan dalam kontrak kinerja tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan capaiannya pada Tabel 3.1c.2.

Tabel 3.1c.2 Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 3,60 3,60 - 3,60 - 3,60 Maximize / Take Last

Known Value

Realisasi - 3,93 3,93 - 3,93 - 3,93

Nilai - 109,17 109,17 - 109,17 - 109,17

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1c.2, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 3,93 tersebut melampaui target IKU sebesar 3,6 yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 (dengan nilai capaian 109,17).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perkembangan opini BPK atas jumlah LK K/L dan LK BUN tahun 2008 s.d 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.1c.3 dan Grafik 3.1c.1.

Tabel 3.1c.3 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2018

OpiniTAHUN LK K/L dan LK BUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

WTP 35 45 53 67 69 65 62 56 74 80 82

(K/L: 33; BUN: 3)

(K/L: 42; BUN: 3)

(K/L: 50; BUN: 3)

(K/L: 61; BUN: 6)

(K/L: 62; BUN: 7)

(K/L: 65) (K/L: 62) (K/L: 56) (K/L: 73; BUN: 1)

(K/L: 79; BUN: 1)

(K/L: 81; BUN: 1)

WDP 30 26 29 18 22 19 18 26 8 6 4

(K/L: 28; BUN: 2)

(K/L: 24; BUN: 2)

(K/L: 24; BUN: 5)

(K/L: 16; BUN: 2)

(K/L: 21; BUN: 1)

(K/L: 18; BUN: 1)

(K/L: 17; BUN: 1)

(K/L: 25; BUN: 1)

(K/L: 8) (K/L: 6) (K/L: 4)

TMP 18 8 2 2 3 3 7 4 6 2 1

(K/L: 15; BUN: 3)

(K/L: 7; BUN: 1)

(K/L: 2) (K/L: 2) (K/L: 3) (K/L: 3) (K/L: 7) (K/L: 4) (K/L: 6) (K/L: 2) (K/L: 1)

TW 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Grafik 3.1c.1 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1c.3 dan Grafik 3.1c.1, diketahui sebagai berikut: 1. Sejak LK K/L dan LKBUN (LK) tahun 2008 sampai dengan tahun 2018, jumlah LK

yang mendapatkan opini WTP selalu menjadi yang tertinggi dibandingkan LK yang mendapatkan opini WDP dan TMP;

2. Jumlah LK beropini WTP tahun 2018 (82 LK) merupakan jumlah LK tertinggi beropini WTP sejak LK tahun 2008;

3. Jumlah LK beropini WDP tahun 2018 (4 LK) menurun dibandingkan tahun 2017 (6 LK) dan merupakan jumlah LK beropini WDP terendah sejak LK tahun 2008;

Page 79: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 64

4. Jumlah LK beropini TMP tahun 2018 (1 LK) menurun dibandingkan jumlah LK beropini TMP tahun 2017 (4 LK) dan merupakan jumlah LK beropini TMP terendah sejak LK tahun 2008.

Dengan demikian, secara umum terdapat peningkatan yang cukup signifikan atas kualitas LK K/L dan LKBUN tahun 2018 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebagaimana dicerminkan dari opini BPK atas setiap laporan tersebut. Sementara itu, perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2014 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.1b.2.

Grafik 3.1c.2 Perbandingan Capaian IKU Rata-rata Indeks Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

Tahun 2014 s.d. 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.1.b.2, realisasi IKU terus menurun sejak tahun 2014 sampai tahun 2016, tetapi meningkat pada tahun 2017 sampai 2019. Namun demikian, berbeda dengan tahun 2014 dan tahun 2015, realisasi IKU tahun 2016 sampai dengan 2019 telah memenuhi target yang telah ditentukan.

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun periode Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.4.

Tabel 3.1c.4 Perbandingan Realisasi IKU Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

dengan Renstra 2015-2019

TahunRealisasi IKU

TahunanRenstra DJPb

2015-2019Renstra Kemenkeu

2015-2019

2019 3,93 3,88 3,88

2018 3,89 3,88 3,88

2017 3,77 3,88 3,88

2016 3,6 3,88 3,88

2015 3,63 3,88 3,88

Ket: Usulan perubahan target (2015: 3,7, 2016-2017: 3,5, 2018-2019: 3,6) disetujui pada Trilateral Meeting dengan perubahannya dapat diterapkan Renja DJPb dan dokumen perencanaan kinerja tahunan lainnya, meskipun tidak dapat mengubah target dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.4, nilai realisasi IKU tahun 2019 sebesar 3,93 dan tahun 2018 sebesar 3,89 lebih tinggi dari targetnya, sementara realisasi tahun 2017 sebesar 3,77, tahun 2016 sebesar 3,6, dan tahun 2015 sebesar 3,63, ketiganya lebih rendah dari target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Namun demikian, sesuai usulan perubahan target yang telah disetujui, realisasi IKU tersebut tahun 2016 s.d. 2018 telah memenuhi target (2016-2017: 3,5, 2018-2019: 3,6), meskipun realisasi tahun 2015 tidak memenuhi targetnya (3,7).

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 80: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan65

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU tahun 2018 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.1c.5.

Tabel 3.1c.5 Perbandingan Realisasi IKU Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 3,93 3,88 Usulan perubahan target (2015-2017: 3,5, 2018-2019: 3,6) disetujui pada Trilateral Meeting dengan perubahannya dapat diterapkan Renja DJPb dan dokumen perencanaan kinerja tahunan lainnya, meskipun tidak dapat mengubah target dalam RPJMN Tahun 2015-2019.

2018 3,89 3,88

2017 3,77 3,88

2016 3,6 3,88

2015 3,63 3,88

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.5, nilai realisasi tahunan IKU 2019 sebesar 3,93 dan 2018 sebesar 3,89 untuk tahun 2018 lebih tinggi dari target, sementara 3,77 untuk tahun 2017, 3,6 untuk tahun 2016, dan 3,63 untuk tahun 2015 ketiganya lebih rendah dari target yang telah ditetapkan pada RPJMN Tahun 2015-2019. Namun demikian, berdasarkan usulan perubahan target yang telah disetujui, realisasi IKU tersebut tahun 2016 s.d. 2019 berhasil memenuhi target tahun-tahun tersebut (2016-2018: 3,5, 2018-2019: 3,6), meskipun realisasi tahun 2015 tidak memenuhi targetnya (3,7).

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1c.6.

Tabel 3.1c.6 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 3,93

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 81: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 66

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Pada tahun 2017, pencapaian indeks opini BPK menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya LK BUN Tahun 2016 mendapatkan opini WTP sejak pertama kali disusun dan secara keseluruhan opini BPK atas LK BUN dan LK K/L tersebut telah berkontribusi dalam tercapainya opini WTP atas LKPP Tahun 2016 yang juga merupakan capaian pertama kalinya opini WTP atas LKPP (2004-2008: TMP, 2009-2015: WDP, 2016: WTP). Hal tersebut menandakan bahwa tahun 2017 (tahun diberikannya opini WTP pada LKPP Tahun 2016) merupakan tahun bersejarah dalam pelaporan keuangan pemerintah. Capaian tersebut berhasil dipertahankan untuk LKPP Tahun 2017 dan LKPP Tahun 2018.

Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2018 telah disampaikan pada Triwulan II 2019, Dari jumlah Bagian Anggaran sebanyak 86 K/L dan 1 BUN, ditunjukkan bahwa dari target opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2018 sejumlah WTP = 53 LK, WDP = 35 LK, dan TMP = 0 LK, telah terealisasi WTP = 82 LK (94%), WDP = 4 LK (5%), dan TMP = 1 LK (1%). Meskipun demikian, terdapat isu yang perlu diperhatikan dalam peningkatan IKU tersebut berikutnya.

Kualitas LK K/L dan LK BUN tercermin dari opini atas audit BPK yang ditentukan oleh kompetensi SDM penyusun LK K/L/LK BUN, opini BPK atas LK K/L/LK BUN, penyelesaian tindak lanjut rekomendasi atas temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L/LK BUN, kualitas Sistem Pengendalian Intern (SPI), serta kepatuhan dalam pengelolaan keuangan negara sesuai ketentuan. Akuntansi berbasis akrual yang pertama kali diimplementasikan tahun 2015 membuat tugas penyusunan LK K/L menjadi lebih kompleks. Apabila tingkat penguasaan pengetahuan SDM penyusun LK K/L dan LK BUN berbasis akrual tidak cukup memadai maka akan berpotesni pada penurunan kualitas LK K/L dan LK BUN yang salah satunya tercermin pada perolehan opini BPK atas LK K/L dan LK BUN. Selain itu, tanggapan atas temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L Tahun 2017 yang belum sepenuhnya tuntas juga akan berpotensi pada penurunan opini atas laporan keuangan.

Pada LK K/L dan LK BUN Tahun 2019, BPK menemukan 19 kelemahan pengendalian intern dan 6 permasalahan terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, yang tidak mempengaruhi secara material kewajaran LKPP Tahun 2018. Namun demikian, hasil pemeriksaan BPK menunjukkan adanya kenaikan opini pada 6 LK K/L Tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu:• 5 LK K/L dari opini WDP menjadi WTP, meliputi LK Kementerian Pertahanan, LK Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia, LK Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, LK Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, dan LK Badan Pengawas Tenaga Nuklir;

• 1 LK K/L dari opini TMP menjadi WTP, yaitu LK Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kenaikan opini tersebut di antaranya karena telah diperbaiki kelemahan sebelumnya, yaitu:• Menganggarkan dana fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) melalui mekanisme

APBN dan mengajukan perizinan pemanfaatan aset kepada Kementerian Keuangan;• Menginventarisasi aset tetap yang tidak diketahui keberadaannya;• Mengkaji dan menelaah dokumen pertanggungjawaban belanja bahan serta merevisi

Standard Operating Procedure (SOP) pertanggungjawaban keuangan;• Menerbitkan kebijakan atas penyelesaian panjar kerja tahun 2006-2018;• Melengkapi kekurangan item pekerjaan kapal yang menjadi utang dan diperiksa oleh

Itjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta telah dilakukan pembayaran pada tahun 2018.

Page 82: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan67

Sementara itu, permasalahan pada 5 (lima) LK K/L yang belum mendapat WTP karena terdapat akun-akun dalam laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan SAP dan/atau tidak didukung dengan bukti yang cukup, antara lain: • Aset lancar, antara lain sisa dana belanja dari Surat Perintah Membayar Langsung (SPM

LS) Bendahara tahun 2018 tidak dapat diyakini ketepatan jumlahnya, penggunaan uang oleh bendahara pengeluaran tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan mekanisme pengelolaan barang rampasan belum ditetapkan secara formal;

• Aset tetap, antara lain pencatatan yang berasal dari kelebihan pembayaran belanja modal belum disesuaikan dan konstruksi dalam pengerjaan tidak dapat diperinci sesuai dengan jenis barang dan harganya;

• Belanja, antara lain tidak dapat dilakukan pengujian atas belanja barang karena dokumen pendukung dalam penanganan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serta terdapat kelebihan pembayaran atas pekerjaan yang tidak ada dalam kontrak dan pekerjaan yang belum selesai.

Permasalahan tersebut berimplikasi pada tidak tercapainya target jumlah LK K/L dan LK BUN, khususnya pada jumlah LK beropini TMP yang ditargetkan 0 (tidak ada), meskipun nilai IKU secara keseluruhan opini telah memenuhi nilai targetnya. Hasil capaian tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan peran pembinaan K/L secara berkelanjutan, untuk menjaga capaian opini K/L yang telah WTP, sekaligus meningkatkan opini K/L yang belum mencapai WTP.

Adapun akar permasalahan dalam hal ini, yaitu temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2018 yang berfokus pada 11 risiko audit yang disampaikan BPK kepada Kemenkeu. Tindakan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Bimbingan akuntansi dalam penyusunan LK K/L dan LK BUN sepanjang tahun 2018

dan awal tahun 2019;2. Pendampingan penyusunan LK K/L dan LK BUN di tingkat pusat serta mengoptimalkan

pembinaan dengan melibatkan unit vertikal DJPb (KPPN dan Kanwil DJPb) dalam pendampingan penyusunan LK UAKPA (Satker) dan LK UAPPAW pada periode penyusunan LK, sehingga permasalahan penyusunan LK dapat terdeteksi lebih dini;

3. Pendampingan penyelesaian temuan LK K/L Tahun 2018;4. Menyelenggarakan penyuluhan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) kepada K/L pada

Semester I Tahun 2019 sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi penyusun LK tingkat K/L.

Rekomendasi Rencana Aksi (action plan) yang akan dilakukan pada tahun 2020 untuk meningkatkan pencapaian mendatang IKU tersebut (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu dengan menyusun langkah mitigasi permasalahan LK K/L Tahun 2019 yang akan dilakukan pada triwulan I tahun 2020.

Page 83: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 68

Sasaran Strategis 2

Pelayanan publik yang prima

Pelayanan publik yang prima adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pemenuhan layanan publik diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan oleh lembaga independen berdasarkan pemenuhan atas asas Penyelenggaraan pelayanan publik sesuai Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: (a) kepentingan umum; (b) kepastian hukum; (c) kesamaan hak; (d) keseimbangan hak dan kewajiban; (e) keprofesionalan; (f) partisipatif; (g) persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif; (h) keterbukaan; (i) akuntabilitas; (j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; (k) ketepatan waktu; dan (l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Hasil survei yang positif akan meningkatkan citra Kemenkeu pada umumnya dan DJPb pada khususnya. Pengguna layanan pada DJPb terdiri atas Kementerian Negara/Lembaga (K/L-Satker), BUMN/BUMD, Pemda, Bank/Pos, Unit eselon I Kemenkeu.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasi 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 2

SS 2: Pelayanan publik yang prima

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb

4,63 4,76 102,81

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

2a- CP

Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb merupakan salah satu IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2019 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-Wide tahun 2019 (indirect cascading). IKU tersebut merupakan hasil rewording atas IKU yang semula bernama IKU Indeks kepuasan pengguna layanan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pengguna layanan di lingkungan Kemenkeu adalah secara keseluruhan adalah publik, baik yang bekerja di sektor pemerintahan maupun bukan, disesuaikan dengan stakeholders dari setiap eselon I sebagai penerima layanan. Dengan demikian, IKU ini disusun untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap layanan DJPb dan merupakan nilai kepuasan pengguna layanan atas layanan unggulan DJPb terhadap pihak eksternal.

IKU ini diukur atas layanan unggulan yang diberikan oleh DJPb yang diperoleh melalui survei kepuasan pengguna layanan yang dilakukan secara independen yang dikoordinasikan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Sekretariat Jenderal Kemenkeu. Riset dengan instrumen survei tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kinerja layanan Kemenkeu secara umum di tingkat kementerian dan secara spesifik di setiap unit Eselon I berdasarkan indikator kualitas kinerja layanan dan kepuasan pengguna yang mencakup tahun 2019 dan perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Page 84: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan69

Lingkup survei adalah pelanggan atas seluruh layanan DJPb kepada pihak eksternal. Penerima layanan DJPb meliputi K/L, bank, dan pemerintah. Responden survei tersebut pada DJPb adalah sebanyak 275 responden (8,05% dari total 3.414 responden Kemenkeu), yang tersebar pada 6 (enam) wilayah yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Batam (34 responden), Medan (54 responden), Jakarta (59 responden), Surabaya (40 responden), Makasar (46 responden), dan Balikpapan (42 responden).

Jenis layanan yang disurvei meliputi layanan pelayanan revisi DIPA pada Kanwil DJPb, penerbitan SP2D belanja non pegawai pada KPPN, serta pelayanan rekonsiliasi tingkat KPPN melalui aplikasi e-rekon LK. Sementara itu, aspek layanan yang disurvei merupakan Unsur-Unsur Kinerja Layanan sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: 1. Keterbukaan/kemudahan akses informasi;2. Informasi layanan;3. Kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan;4. Sikap pegawai;5. Kemampuan dan keterampilan pegawai;6. Lingkungan pendukung;7. Akses terhadap layanan;8. Waktu penyelesaian layanan;9. Pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan;10. Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan;11. Keamanan lingkungan dan layanan.

Dalam perhitungan IKU, digunakan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode tahunan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir)

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebagaimana mandatori dari Setjen Kemenkeu adalah sebesar 4,63 dengan periode pelaporan tahunan. Target tersebut meningkat dibandingan dengan target tahun 2018 sebesar 4,52, tahun 2017 sebesar 4,12, dan tahun 2016 sebesar 4,09. Target IKU sebesar 4,63 tersebut jauh lebih tinggi dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2019 pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 yang sebesar 4,18. Perbedaan ini menunjukkan optimisme dan tantangan bagi setiap eselon I Kemenkeu untuk senantiasa meningkatkan layanannya kepada para stakeholders. Penetapan besar target tersebut juga memperhatikan realisasi IKU tersebut tahun sebelumnya (2018) sebesar 4,72.

Target IKU Tahun 2019

Hasil survei menunjukkan bahwa DJPb memiliki indeks kepuasan yang lebih tinggi (4,76) daripada indeks rata-rata seluruh unit eselon I Kemenkeu (4,59). Realisasi IKU sebesar 4,76 untuk tahun 2019 tersebut telah memenuhi target IKU yang telah ditetapkan baik pada Kontrak Kinerja maupun pada Renstra untuk tahun 2019. Seluruh aspek layanan yang telah dinilai memperoleh hasil memuaskan (skor ≥ 4,00). Rincian skor indeks untuk sebelas aspek layanan yang diteliti dalam riset tersebut pada tahun 2019 ditunjukkan pada Tabel 3.2.1.

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 85: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 70

Tabel 3.2.1 Rincian Skor Indeks Kepuasan atas 11 Aspek Layanan yang DIteliti Tahun 2019

No Aspek LayananIndeks

DJPb 2018 DJPb 2019 Rata-Rata Kemenkeu 2019

1 Keterbukaan/kemudahan akses informasi 4,69 4,72 4,5

2 Informasi layanan 4,72 4,69 4,55

3 Kesesuaian prosedur dengan ketentuan 4,78 4,78 4,59

4 Sikap pegawai 4,73 4,77 4,67

5 Kemampuan dan keterampilan pegawai 4,69 4,7 4,56

6 Lingkungan pendukung 4,71 4,75 4,56

7 Akses terhadap layanan 4,73 4,77 4,58

8 Waktu penyelesaian layanan 4,73 4,79 4,46

9 Pembayaran biaya sesuai ketentuan N/A* N/A* 4,76

10 Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran 4,65 4,79 4,6

11 Keamanan lingkungan dan layanan 4,77 4,79 4,71

Rata-rata 4,72 4,76 4,59

*N/A (Not Available karena memang pada DJPb tidak terdapat aspek layanan bersangkutan (tidak terdapat

biaya untuk memperoleh layanan pada DJPb)

Sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, Indeks kepuasan pengguna layanan DJPb pada tahun 2019 mencapai skor 4,76 dari skala pengukuran 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), yang artinya telah mampu memuaskan penggunanya. Semua aspek layanan DJPb tahun 2019 yang disurvei memiliki indeks yang lebih tinggi daripada indeks kepuasan tahun 2018, kecuali pada aspek Informasi Layanan yang menurun 0,03 poin dibandingkan nilai tahun 2018. Sementara itu, dibandingkan dengan indeks kepuasan agregat Kemenkeu tahun 2019, semua aspek layanan DJPb mendapatkan nilai lebih tinggi, kecuali aspek Pembayaran biaya sesuai ketentuan (aspek layanan no. 9) di mana merupakan hal yang wajar mengingat semua layanan DJPb yang disurvei tidak mengenakan biaya.

Dari segi kenaikan aspek layanan, secara keseluruhan DJPb pada tahun 2019 mengalami peningkatan nilai indeks kepuasan dibandingkan tahun 2018 sebesar 0,04 poin. Sementara itu, dari setiap aspek layanan, kenaikan tertinggi dari tahun 2018 ke tahun 2019 terjadi pada aspek layanan no. 10 Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran sebesar 0,14 poin dan aspek layanan no. 8 Waktu Penyelesaian Layanan sebesar 0,06 poin. Dari segi nilai tertinggi setiap aspek, tiga aspek layanan tertinggi ada pada aspek Waktu penyelesaian layanan, aspek Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran, dan aspek Keamanan lingkungan dan layanan di mana ketiganya mendapatkan nilai 4,79, sementara 7 (tujuh) aspek lainnya berada pada rentang indeks 4,69 s.d. 4,78, yang juga masih merepresentasikan nilai kepuasan yang sangat tinggi.

Selain itu, penilaian atas beberapa aspek khusus menyimpulkan bahwa seluruh (275; 100%) responden menyatakan bahwa: (1) tidak terdapat biaya yang dikenakan pada responen atas ketiga jenis layanan DJPb (2) tidak ada biaya di luar ketentuan resmi, (3) tidak ada praktik pemberian imbalan atau gratifikasi kepada petugas layanan DJPb sekaligus berpandangan bahwa pemberian imbalan kepada petugas layanan merupakan sebuah tindakan yang tidak wajar, dan (4) merupakan pengguna tanpa jasa perantara. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa DJPb telah menegakkan transparansi dan akuntabilitas layanan di lingkungan kerjanya dengan tidak melakukan pemungutan biaya sesuai dengan ketentuan resmi tahun 2019 maupun tidak terdapat biaya-biaya tidak resmi di luar ketentuan.

Page 86: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan71

Hasil penilaian terhadap 275 responden, yang tersebar pada 6 (enam) wilayah, menunjukkan bahwa indeks kepuasan layanan pada wilayah Batam sebesar 4,70, Medan sebesar 4,84, Jakarta sebesar 4,59, Surabaya sebesar 4,80, Makassar sebesar 4,88, dan Balikpapan sebesar 4,76. Dengan demikian dari keenam wilayah tersebut, indeks kepuasan layanan tertinggi berada pada wilayah Makassar (4,88) dan terendah pada wilayah Jakarta (4,59).

Hasil analisis menggunakan model matriks kepentingan dan kepuasan sebagaimana pada Grafik 3.2.1 menunjukkan bahwa 10 (sepuluh) aspek layanan DJPb berada pada kuadran di mana tingkat kepentingan sangat tinggi dan kepuasan sangat baik. Dengan demikian, strategi yang perlu diimplementasikan DJPb ke depannya adalah mempertahankan dan meningkatkan pelayanan yang sudah prima atau “keep up the good work”.

Grafik 3.2.1 Matriks Kepentingan-Kepuasan DJPb

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, melalui survei kepuasan pengguna layanan tersebut dapat diketahui bahwa target IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb tahun 2019 dapat dipenuhi dengan capaian ditunjukkan pada Tabel 3.2.2.

Tabel 3.2.2 Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2019

T / K Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - - - 4,63 4,63 Maximize/ Take last known value

Realisasi - - - - - 4,76 4,76

Nilai - - - - - 102,81 102,81

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.2, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 4,76 tersebut melampaui target IKU sebesar 4,63 (dengan nilai capaian 102,81) yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019.

Capaian IKU sebesar 4,76 tersebut merupakan yang tertinggi selama 8 (delapan) tahun terakhir. Terjadi peningkatan capaian IKU tersebut setiap tahunnya sejak tahun 2012 s.d 2019 sebagaimana dapat ditunjukkan pada Tabel 3.2.3.

Tabel 3.2.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2019

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Indeks Target 4.1 4.1 4.05 4.06 4.09 4,12 4,52 4,63

Indeks Realisasi 4,05 4,09 4,23 4,32 4,4 4,56 4,72 4,76

Perubahan Realisasi + 0,04 + 0,09 +0,16 +0,04

+ 0,14 + 0,08 + 0,16

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 87: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 72

Dari tabel 3.2.3, dapat diketahui bahwa realisasi capaian IKU tersebut pada tahun 2013 meningkat 0,04 poin dari indeks tahun 2012, indeks tahun 2014 meningkat 0,14 poin dari indeks tahun 2013, indeks tahun 2015 meningkat 0,09 poin dari indeks tahun 2014, indeks tahun 2016 meningkat 0,08 poin dari indeks tahun 2015, indeks tahun 2017 meningkat 0,16 poin dari indeks tahun 2016, indeks tahun 2018 meningkat 0,16 poin dari indeks tahun 2017, dan indeks tahun 2019 meningkat 0,04 poin dari indeks tahun 2018. Secara grafik, target, realisasi, dan rata-rata indeks Kemenkeu untuk IKU tersebut tahun 2012 sampai dengan 2019 dapat ditunjukkan sebagai dapat ditunjukkan Grafik 3.2.2.

Grafik 3.2.2 Perkembangan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.2.2, meskipun realisasi IKU tersebut (indeks survei DJPb) tidak dapat memenuhi target yang telah ditentukan pada tahun 2012 dan 2013, sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 berhasil dipenuhi targetnya. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 indeks survei DJPb selalu lebih tinggi daripada indeks survei agregat Kemenkeu. Selain itu, indeks survei DJPb sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 juga selalu menunjukkan peningkatan nilai indeks dari tahun ke tahun.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun periode Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.4.

Tabel 3.2.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2019

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 4,76 4,18 4,18

2018 4,72 4,15 4,15

2017 4,56 4,12 4,12

2016 4,4 4,09 4,09

2015 4,32 4,06 4,06

Ket: -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.4, dengan target yang terus meningkat dari tahun ke tahun pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb (yang merupakan rewording dari IKU Indeks kepuasan pengguna layanan) melampaui target tersebut dengan juga menunjukkan peningkatan dari tahun 2015 s.d. 2019.

Page 88: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan73

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU s.d. tahun 2019 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.2.5.

Tabel 3.2.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2019

dan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 4,76 - IKU tersebut tercantum pada RPJMN tetapi tidak terdapat targetnya (target

tidak dicantumkan pada RJMN). 2018 4,72 -

2017 4,56 -

2016 4,4 -

2015 4,32 -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.5, ditunjukkan peningkatan dari tahun 2015 s.d. 2019, tetapi capaian tersebut tidak dapat dibandingkan dengan RPJMN Tahun 2015-2019. Hal tersebut karena IKU Indeks Kepuasan Pengguna Layanan dicantumkan dalam RPJMN, tetapi tidak terdapat targetnya.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Dari 10 eselon I lingkup Kemenkeu ditambah Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP-INSW), pada hasil survei kepuasan pengguna layanan, DJPb mendapatkan nilai tertinggi (4,76) dan lebih tinggi dari nilai rata-rata Kemenkeu (4,59) sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.2.3. Meskipun demikian, capaian tersebut akan senantiasa ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Grafik 3.2.3 indeks Kepuasan Publik atas Layanan Kemenkeu Tahun 2019

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Dari segi nilai tertinggi setiap aspek, tiga aspek layanan tertinggi ada pada aspek Waktu penyelesaian layanan, aspek Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran, dan aspek Keamanan lingkungan dan layanan di mana ketiganya mendapatkan nilai 4,79, sementara 7 (tujuh) aspek lainnya berada pada rentang indeks 4,69 s.d. 4,78, yang juga masih merepresentasikan nilai kepuasan yang sangat tinggi. Dari tiga jenis layanan utama DJPb yang dinilai, Penerbitan SP2D Belanja Non Pegawai pada KPPN memperoleh indeks tertinggi dengan nilai 4,81 dan terendah pada Pelayanan revisi DIPA pada Kanwil dengan nilai 4,66. Dari enam wilayah yang disurvei, indeks kepuasan layanan tertinggi berada pada Makassar (4,88) dan terendah pada Jakarta (4,59). Berdasarkan jenis layanan dan kota, indeks kepuasan terendah adalah

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 89: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 74

kota Jakarta dengan aspek Informasi layanan (4,47), sementara indeks kepuasan tertinggi pada kota Surabaya dengan aspek Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran (5,00).

Indeks kepuasan publik (pengguna layanan) atas layanan DJPb pada tahun 2019 memperoleh nilai 4,76 dari skala pengukuran 1 (satu) sampai 5 (lima), yang artinya DJPb telah mampu memuaskan penggunanya. Selain itu, diketahui bahwa semua aspek layanan DJPb yang disurvei memiliki indeks yang lebih tinggi daripada indeks kepuasan agregat Kemenkeu. Hal tersebut dapat berimplikasi pada dapat diraihnya indeks kepuasan tertinggi selama 6 (enam) tahun berturut-turut (2014 s.d. 2019), terutama di antara unit eselon I Kemenkeu yang memiliki kantor vertikal.

Tindakan yang telah dilaksanakan terkait pencapaian IKU tersebut antara lain:1. One-on-One Meeting DJPb dengan Tim Peneliti UGM dan Biro Organta Setjen Kemenkeu;2. Pelaksanaan kegiatan service excellence pelayanan pada kantor vertikal DJPb;3. Penyusunan langkah-langkah implementasi peningkatan kinerja layanan Kanwil DJPb

dan KPPN;4. Pelaksanaan pembinaan proses bisnis gabungan dengan melibatkan para pimpinan

direktorat lingkup Kantor Pusat DJPb.

Berdasarkan hasil survei, diberikan rekomendasi stratejik yang dapat dilakukan DJPb untuk meningkatkan kepuasan pengguna layanannya sebagaimana dirangkum pada Tabel 3.2.6.

Tabel 3.2.6 Rekomendasi atas Hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan DJPb Tahun 2019

No Aspek Layanan Isu Utama Rekomendasi

1 Informasi layanan

(persyaratan,

prosedur, dll)

(aspek layanan

no. 2)

Informasi layanan

memuat semua

petunjuk pengisian

dokumen layanan

Mengoptimalkan atau membuat booklet/ buku

pedoman yang berisi informasi lengkap terkait

jadwal periode aplikasi buka, informasi layanan,

dan ketentuan. Kemudian buku tersebut

disebarkan secara reguler ke instansi layanan.

2 Kemampuan dan

keterampilan

pegawai (aspek

layanan no.5)

Pegawai cekatan

dalam memberikan

layanan

Peningkatan kompetensi pegawai dengan

membekali mereka dengan pelatihan

service excellence tentang melayani dengan

hati. Memperhatikan kompetensi dan

profesionalisme setiap pegawai.

3 Keterbukaan/

kemudahan akses

informasi (aspek

layanan no. 1)

Akses

komunikasi bagi

pengguna untuk

menyampaikan

keluhan (complaint)

Meningkatkan kualias sistem penyampaian

keluhan dengan memberikan respon yang cepat

dan tanggap

4 Lingkungan

pendukung (aspek

layanan no. 6)

Layanan memiliki

sistem teknologi

informasi yang baik

Mengoptimalkan aplikasi daring yang ada di

unit eselon I DJPb supaya lebih efekti dalam

penanganan layanan secara berkala

Rekomendasi rencana aksi DJPb pada tahun 2020 dalam upaya meningkatkan indeks kepuasan publik atas layanan DJPb adalah dengan (Penanggung jawab: Sekretariat DJPb dan Dit. SITP):1. Meningkatkan kualitas pembinaan teknis terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

Kanwil DJPb serta KPPN;2. Menyelenggarakan training IT bagi petugas IT yang selanjutnya akan di-deploy sebagai

ahli IT.

Page 90: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan75

Sasaran Strategis 3

Kepatuhan publik yang tinggi terhadap

pengelolaan perbendaharaan

DJPb memiliki ekspektasi terhadap pengguna layanan agar patuh terhadap berbagai peraturan dan kebijakan tertentu, khususnya terkait pengelolaan perbendaharaan. Pengguna layanan adalah pihak eksternal DJPb yang secara langsung menerima layanan DJPb. Kepatuhan pengguna layanan DJPb direpresentasikan oleh kantor vertikal yang memberikan layanan publik dan memiliki kewenangan untuk melakukan law enforcement.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 3

SS 3: Kepatuhan atas pengelolaan perbendaharaan yang tinggi

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

3a-N Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

98,1% 99,66% 101,59

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

3a- N

Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal bertujuan untuk memastikan agar pengguna layanan DJPb mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Layanan yang akan diukur kepatuhannya dalam hal ini adalah rekonsiliasi APBN, yaitu proses pencocokan data antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang mengirimkan data laporan keuangannya (Sistem Akuntansi Instansi - SAI) untuk dibandingkan dengan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Sistem Akuntansi Umum - SAU).

IKU tersebut merupakan refinement pada tahun 2017 atas IKU Persentase rekonsiliasi/konfirmasi realisasi APBN tingkat UAKPA dan UAPPA-W secara tepat waktu yang diterapkan pada tahun 2016. Refinement tersebut bertujuan untuk menyesuaikan objek ukur yang semula melibatkan Kanwil DJPb dan KPPN dengan Satker masing-masing, menjadi KPPN dengan Satkernya. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan proses bisnis dalam pelaksanaan rekonsiliasi dan konfirmasi.

Sebelumnya, pada tahun 2016 dilakukan refinement atas IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan yang diterapkan pada tahun 2015. Berdasarkan reviu dari Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kemenkeu yang merekomendasikan agar IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan dilakukan rewording sebagaimana ruang lingkup yang diukur, yaitu pelaksanaan rekonsiliasi secara tepat waktu. Hal tersebut memudahkan pemahaman oleh pihak luar tanpa perlu melihat manual IKU.

Sesuai dengan PMK Nomor 104/PMK.05/2017 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga, Satker selaku UAKPA melakukan rekonsiliasi dengan UAKKBUN-Daerah di wilayah kerjanya setiap bulan. Rekonsiliasi tersebut dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-Rekon&LK.

Page 91: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 76

Pengisian realisasi IKU disesuaikan dengan siklus dan karakteristik laporan keuangan yang bersifat historical report. Cakupan data setiap triwulan adalah sebagai berikut:IKU Triwulan 1 2019 = Desember 2018 s.d. Februari 2019IKU Triwulan 2 2019 = Maret s.d. Mei 2019IKU Triwulan 3 2019 = Juni s.d. Agustus 2019IKU Triwulan 4 2019 = September s.d. November 2019

Realisasi IKU dihitung berdasarkan perbandingan jumlah Satker yang melakukan rekonsiliasi laporan keuangan secara tepat waktu dengan jumlah satker yang wajib melakukan rekonsiliasi laporan keuangan (bobot 50%) dan perbandingan jumlah satuan kerja yang melakukan rekonsiliasi laporan keuangan secara andal dengan jumlah satker yang wajib melakukan rekonsiliasi laporan keuangan (bobot 50%). Ketepatan waktu rekonsiliasi yang dihitung berdasarkan jumlah satker yang melakukan upload data ke aplikasi e-Rekon&LK sebelum batas akhir yang ditetapkan. Sementara itu, keandalan data hasil rekonsiliasi yang dihitung berdasarkan jumlah Satker yang tidak memiliki suspen belanja bruto (ambang batas suspen 0%) sesuai dengan BAR (Berita Acara Rekonsiliasi) yang paling akhir diterbitkan.

Dengan demikian, dapat diformulasikan perhitungan realisasi IKU sebagai berikut:

Capaian IKU = 50% x (a/c) + 50% x (b/c)

Keterangan:a = jumlah satker yang melakukan upload data ke e-Rekon secara tepat waktu

b = jumlah satker yang memiliki nilai suspen (selisih) belanja tidak melebihi ambang batas

c = jumlah satker aktif pada periode berkenaan

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan (trajectory) triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 adalah sebesar 98,1%, baik untuk target IKU tahunan mapun triwulanan. Target tersebut meningkat dari target IKU tersebut tahun 2018 sebesar 98% (target tahun 2017 dan 2016 sebesar 97%). Pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dimuat target IKU tersebut sebelum refinement, yaitu IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan, yang ditargetkan dengan Indeks 4 (Sangat Patuh) untuk tahun 2019. Sementara itu, pada perencanaan jangka menengah lainnya, yaitu Renstra Kemenkeu dan RPJMN Tahun 2015-2019 tidak dimuat dan ditargetkan IKU tersebut.

Target IKU Tahun 2019

Page 92: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan77

Tabel 3.3.2 Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2019

T / K Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 98,1% 98,1% 98,1% 98,1% 98,1% 98,1% 98,1%Maximize/

AverageRealisasi 99,96% 99,79% 99,88% 99,19% 99,64% 99,70% 99,66%

Nilai 101,90 101,72 101,81 101,11 101,57 101,63 101,59

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Sampai dengan akhir tahun 2019, diketahui bahwa realisasi IKU tahun 2019 sebesar 99,66%, yang diperoleh dari rata-rata capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA yang tepat waktu dan andal pada seluruh KPPN pada triwulan I (99,96%), triwulan II (99,79%), triwulan III (99,19%), dan triwulan IV (99,70%), dengan perhitungan IKU sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.1.

Tabel 3.3.1 Perhitungan IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal 2019

Aspek Q1 Q2 Q3 Q4

Ketepatan Waktu

• Rekonsiliasi secara tepat waktu 99,97% 99,73% 99,54% 99,70%

Keandalan Data

• Tidak ada TDK belanja netto 100% 99,85% 99,85% 99,71%

Realisasi IKU (rata-rata ketepatan waktu dan keandalan data)

99,96% 99,79% 99,19% 99,70%

99,66%

Target IKU 98,1% 98,1% 98,1% 98,1%

98,1%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.1, realisasi IKU setiap triwulannya telah memenuhi target yang ditentukan. Baik aspek ketepatan waktu yang ditentukan dari persentase jumlah Satker yang tepat waktu dalam pelaksanaan rekonsiliasi, maupun aspek keandalan data yang ditentukan dari tidak adanya transaksi dalam konfirmasi (TDK) atas belanja netto, seluruhnya pada setiap triwulan menunjukkan realisasi di atas 99%. Dengan demikian, kepatuhan publik atas pengelolaan perbendaharaan yang menjadi sasaran strategis, yang diukur dari seberapa patuh dan andalnya dalam pelaksanaan rekonsiliasi dapat dikatakan terpenuhi secara sangat baik atau dengan kata lain “sangat patuh”.

Perbandingan IKU dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.3.3.

Tabel 3.3.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2015 s.d. 2019

Target/Realisasi 2019 2018 2017 2016 2015Target 98,1% 98% 97% 97% 4 (sangat patuh)

Realisasi 99,66% 99,72% 98,96% 98,25% 4 (sangat patuh)

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.3.2, kepatuhan pengguna layanan tertinggi terdapat pada triwulan I (100%), sedangkan kepatuhan pengguna layanan terendah ada pada triwulan II (99,21%). Namun demikian, seluruh tingkat kepatuhan pada keempat triwulan pada tahun 2017 melampaui target triwulanannya masing-masing (98%).

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 93: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 78

Keterangan:

2017-2019 = IKU Persentase rekonsiliasi realisasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

2016 = IKU Persentase rekonsiliasi/konfirmasi realisasi APBN tingkat UAKPA dan UAPPA-W secara tepat waktu

2015 = IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.3, meskipun terdapat perbedaan pada ketiga IKU, dapat dikatakan bahwa pada kelima tahun tersebut IKU dimaksud memiliki capaian baik dan berhasil memenuhi target yang ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb tahun masing-masing. Ditunjukkan juga bahwa terdapat perkembangan capaian IKU dari tahun 2016 ke tahun 2017 (naik 0,71%) dan ke tahun 2018 (naik 0,76%), tetapi menurun pada tahun 2019 (turun 0,06%) sebagaimana pada Grafik 3.3.1.

Grafik 3.3.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu

dan andal Tahun 2016 s.d. 2019

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama dari Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.4.

Tabel 3.3.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan

andal s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKURenstra DJPb

2015-2019Renstra Kemenkeu

2015-20192019 99,66% 4 (sangat patuh) -

2018 99,72% 4 (sangat patuh) -

2017 98,96% 4 (sangat patuh) -

2016 98,25% 4 (sangat patuh) -

2015 4 (sangat patuh) 4 (sangat patuh) -

Ket: IKU terkait yang ditargetkan pada Renstra DJPb 2015-2019 adalah IKU Indeks kepatuhan peng-guna layanan (IKU sebelum refinement), sementara pada Renstra Kemenkeu, IKU tersebut tidak ditargetkan.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 94: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan79

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU tahun 2019 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.3.5.

Tabel 3.3.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan

andal s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan2019 99,66% - Sebagaimana pada Renstra

Kemenkeu Tahun 2015-2019,

IKU tersebut tidak ditargetkan

pada RPJMN 2015-2019

2018 99,72% -

2017 98,96% -

2016 98,25% -

2015 4 (sangat patuh) -

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.6.

Tabel 3.3.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan

andal tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 99,66%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Capaian IKU ini dihitung berdasarkan komponen ketepatan waktu pelaksanaan rekonsiliasi dan tingkat keandalan data hasil rekonisiliasi yang dihitung berdasarkan jumlah Satker aktif yang tidak memiliki transaksi dalam konfirmasi (TDK) belanja bruto (ambang batas 0%) sesuai dengan BAR (Berita Acara Rekonsiliasi) yang paling akhir diterbitkan.

Sebagaimana hasil pengukuran atas IKU tersebut pada tahun 2019 untuk setiap triwulannya, diketahui bahwa capaian untuk setiap komponen IKU pada aspek ketepatan waktu maupun aspek keandalan data dalam rekonsiliasi berada di atas 99%. Dengan demikian, kepatuhan publik atas pengelolaan perbendaharaan yang menjadi sasaran strategis, yang diukur dari seberapa patuh dan andalnya dalam pelaksanaan rekonsiliasi dapat dikatakan terpenuhi secara sangat baik atau dengan kata lain “sangat patuh”.

Page 95: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 80

Meskipun demikian, masih terdapat isu utama dalam pencapaian target kinerja IKU ini berupa terjadinya keterlambatan dalam pelaksanaan rekonsiliasi laporan keuangan Satker serta data rekonsiliasi yang tidak sama sehingga memunculkan adanya TDK. Implikasi yang terjadi dalam hal ini adalah keterlambatan pelaksanaan rekonsiliasi serta data hasil rekonsiliasi yang akan berpengaruh terhadap kualitas penyajian laporan keuangan di tingkat Satker dan di tingkat K/L. Meskipun realisasi IKU tahun 2019 telah melampaui target yang telah ditetapkan (98,1%), capaian IKU tersebut dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Adanya TDK belanja yang menunjukkan laporan keuangan yang kurang berkualitas;2. Adanya lag waktu push data SPAN ke e-Rekon & LK yang menyebabkan perbedaaan

data rekonsiliasi;3. Keterlambatan pelaksanaan rekonsiliasi oleh satker karena kendala non teknis, antara

lain tingkat konektivitas jaringan di daerah-daerah terpencil, dan penggantian operator keuangan pada Satker.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Berkoordinasi secara intensif kepada seluruh K/L untuk memastikan pelaksanaan

rekonsiliasi data satker aktif di masing-masing K/L dilakukan secara tepat waktu.2. Melakukan monitoring secara berkala terhadap data hasil rekonsiliasi pada aplikasi

e-Rekon & LK untuk memastikan nilai TDK masing-masing satker aktif berada pada tingkat yang paling minimum (zero TDK).

3. Melakukan koordinasi secara berkala kepada pihak-pihak terkait untuk memastikan updating data dan aplikasi e-Rekon & LK telah memadai dalam pelaksanaan rekonsiliasi.

4. Berkoordinasi dengan Kanwil DJPb dan KPPN sebelum open period rekonsiliasi untuk memastikan tingkat compliance satker yang maksimal dalam pelaksanaan rekonsiliasi.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu:1. Berkoordinasi dengan Tim Pembina K/L agar melakukan pembinaan tehadap KL agar

meningkatkan kepatuhan rekonsiliasi satker-satker dibawahnya2. Berkoordinasi dengan KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan agar lebih mendorong

satker-satker patuh dalam melakukan rekonsiliasi dan menjaga kualiatas data laporan keruangan masing-masing satker untuk mencapai zero TDK

3. Monitoring rekonsiliasi dan TDK melalui aplikasi e-rekon&LK

Page 96: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan81

Sasaran Strategis 4

Formulasi kebijakan

perbendaharaan

yang berkualitas

Kebijakan perbendaharaan adalah konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan Sistem Perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkualitas adalah sesuai dengan kebutuhan, implementatif, dan tidak saling bertentangan. Formulasi kebijakan meliputi penyusunan peraturan, rancangan proses bisnis di bidang perbendaharaan, dan pengembangan profesi. Formulasi kebijakan yang berkualitas mengandung makna bahwa perumusan konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan sistem perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sudah sesuai dalam menghasilkan output/outcome sesuai tujuan.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 4

SS 4: Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

4a-N Indeks efektivitas peraturan perbendahaharaan

3 (skala 4)

4 120

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

4a- N

Indeks efektiftivitas peraturan per-bendaharaan

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan bertujuan untuk memastikan agar peraturan perbendaharaan yang diimplementasikan efektif dan mendukung terwujudnya good governance di bidang pengelolaan keuangan negara. IKU tersebut ditetapkan pada tahun 2019 sebagai refinement IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan berupa perluasan objek ukur yang semula mengukur ketepatan waktu penyelesaian peraturan ditambahkan komponen penilaian uji dampak efektivitas peraturan. Sementara itu, sebelum refinement 2019, IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan telah diterapkan sejak tahun 2015 sebagai refinement atas IKU Persentase tingkat penyelesaian harmonisasi peraturan di bidang perbendaharaan sesuai dengan penyelesaian permasalahan dan perkembangan proses bisnis.

Efektivitas peraturan perbendaharaan merupakan penyelesaian peraturan perbendaharaan sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah dalam penyusunan peraturan serta uji dampak terhadap implementasi peraturan perbendaharaan yang dilakukan dengan metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, dan Ideology). IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan diukur dengan 2 (dua) komponen:

A. Indeks Penyelesaian RPMK

Penyelesaian Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) adalah proses penyusunan RPMK oleh unit eselon I/II konseptor sampai dengan diundangkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Indeks Penyelesaian RPMK adalah Persentase Jumlah RPMK yang telah diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dibandingkan dengan Jumlah RPMK yang diusulkan. Waktu penyelesaian RPMK adalah 40 (empat puluh) hari kerja, terhitung sejak berkas RPMK diterima dari unit pemrakarsa sampai dengan diundangkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Dalam menghitung Penyelesaian RPMK untuk dikonversi menjadi Indeks Capaian,

Page 97: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 82

Penyelesaian RPMK adalah Jumlah RPMK yang telah diselesaikan sesuai batas waktu dibandingkan dengan Jumlah RPMK yang diusulkan, sebagai berikut:

𝑥 =⅀𝑅𝑃𝑀𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

⅀𝑅𝑃𝑀𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑠𝑢𝑙𝑘𝑎𝑛

Indeks penyelesaian RPMK tersebut di atas memiliki bobot peritungan sebesar 70% dengan range indeks sebagai berikut:Indeks 1 = 0 ≤ x ≤ 30% RPMK diselesaikan sesuai batas waktu penyelesaian RPMKIndeks 2 = 30% ≤ x ≤ 60% RPMK diselesaikan sesuai batas waktu penyelesaian RPMKIndeks 3 = 60% ≤ x ≤ 90% RPMK diselesaikan sesuai batas waktu penyelesaian RPMKIndeks 4 = 90% ≤ x ≤ 100% RPMK diselesaikan sesuai batas waktu penyelesaian RPMK

B. Indeks Uji Dampak PMK dengan Metode ROCCIPI

Indeks uji dampak PMK dengan metode ROCCIPI mengukur indikator sebagai berikut:Rule: Norma-norma yang dituangkan dalam PMK telah selaras dengan peraturan perundang-undangan lainnya, jelas dan dapat dimengerti, kewenangan jelas dan terukur, dan implementatif;Opportunity: Munculnya ekternalisasi dampak positif atau negatif atas PMK;Capacity: Ketersediaan waktu, SDM, anggaran, saran dan prasarana, dan mekanisme implementasi atas PMK;Communication: Uji publik/feed back dari pemangku kepentingan atas PMK;Interest: Aspek keuntungan/kerugian/peluang/risiko dalam hal melaksanaan atau tidak melaksanakan yang telah diatur dalam PMK;Process: Kejelasan deskripsi, tusi, mekanisme/proses bisnis, alat bantu, tatalaksana yang diatur dalam PMK; Ideology: Pelaksanaan Monev, social pressure, dan sanksi moral.

Indeks Uji Dampak Menggunakan Metode ROCCIPI dengan range sebagai berikut:Indeks 1 = 0 ≤ x ≤ 30% (tidak efektif)Indeks 2 = 30% ≤ x ≤ 60% (kurang efektif)Indeks 3 = 60% ≤ x ≤ 90% (efektif)Indeks 4 = 90% ≤ x ≤ 100% (sangat efektif)

Berdasarkan 2 komponen tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan IKU sebagai berikut:

Realisasi IKU = (∑(( Indeks Penyelesaian RPMK Program Perencanaan/Kumulatif Terbuka/Simplifikasi x 70%)) + (Indeks Uji Dampak x 30%))

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan tahunan, perhitungan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir dalam periode bersangkutan).

Page 98: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan83

Realisasi IKU tersebut tahun 2019 diperoleh dari rata-rata Persentase jumlah RPMK yang diselesaikan tepat waktu dan Nilai uji dampak dengan bobot perhitungan masing-masing. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada perhitungan sebagaimana Tabel 3.4.1.

Tabel 3.4.1 Perhitungan IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.1, persentase jumlah penyelesaian RPMK yang diselesaikan tepat waktu (61) terhadap jumlah yang diusulkan (64) adalah 95,31% atau berada pada rentang Indeks 4. Sementara itu, berdasarkan penilaian uji dampak dengan metode ROCCIPI melalui desk evaluation, kuesioner pemrakarsa, dan kuesioner stakeholder, diperoleh nilai rata-rata akhir dari 3 PMK yang menjadi sampel, yaitu 94,41% atau berada pada rentang indeks 4. Dengan demikian, melalui perhitungan kedua komponen tersebut sesuai pembobotan masing-masing, diperoleh realisasi IKU sebesar Indeks 4..

Realisasi IKU Tahun 2019

Dengan demikian, capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan pada tahun 2019 dapat dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja Tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.2.

Tabel. 3.4.2 Capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2019

T/ R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - - - 3 3Maximize/

TLKVRealisasi - - - - - 4 4

Nilai - - - - - 120 120

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.4.2, realisasi IKU tersebut tahun 2019 (Indeks 4) telah memenuhi target yang ditetapkan (Indeks 3), yang dapat diartikan bahwa peraturan perbendaharaan telah diselesaikan secara tepat waktu dan berdampak yang sangat efektif.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Target IKU Tahun 2019

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 adalah sebesar Indeks 3. Sementara itu, target IKU tersebut sebelum dilakukan refinement (IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan) adalah 3,25 pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018 tersebut tidak ditargetkan pada Kontrak Kinerja tahun-tahun sebelumnya, Renstra DJPb, Renstra Kemenkeu, dan RPJMN Tahun 2015-2019.

Page 99: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 84

Perbandingan IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan tahun 2015 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.4.3.

Tabel 3.4.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2015 s.d. 2019

T / R 2019 2018 2017 2016 2015

Target 3 3,25 3 3 3

Realisasi 4 3,76 3,79 3,5 3

Ket: 2015-2018: Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan2019: Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.3, dari tahun 2015 sampai 2019 realisasi IKU tersebut selalu memenuhi target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja tahun masing-masing. Perbandingan kelima tahun menunjukkan peningkatan dari tahun 2015 s.d. 2017, menurun pada tahun 2018, dan kembali meningkat pada tahun 2019. Perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.4.1.

Grafik 3.4.1 Perkembangan Capaian IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2015 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun dari Rencana Strategis (Renstra) DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.4.

Tabel 3.4.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan s.d. 2019

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 4 3 95%

2018 3,76 3 95%

2017 3,79 3 95%

2016 3,5 3 95%

2015 3 95% 95%

Ket: IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan ditetapkan pada tahun 2019 pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019. sebagai refinement dan menggantikan IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan perbendaharaan. Sementara itu, sebelum refinement 2019, IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan telah diterapkan sejak tahun 2015 sebagai refinement atas IKU Persentase tingkat penyelesaian harmonisasi peraturan di bidang perbendaharaan sesuai dengan penyelesaian permasalahan dan perkembangan proses bisnis. Pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 ditunjukkan transisi kedua IKU pada tahun 2016 (seharusnya dari 2015) sementara pada Renstra Kemenkeu meskipun telah ditunjukkan transisi kedua IKU dari penamaan (2015-2016), target belum disesuaikan (masih persentase, tidak mencerminkan indeks ketepatan waktu)

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 100: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan85

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.4.5.

Tabel 3.4.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan s.d. 2019 dengan

RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Keterangan

2019 4 95% IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan ditetapkan pada tahun 2019 pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019, sebagai refinement dan menggantikan IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan perbendaharaan. Sementara itu, sebelum refinement 2019, IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan merupakan refinement pada tahun 2015 atas IKU Persentase tingkat penyelesaian harmonisasi peraturan di bidang perbendaharaan sesuai dengan penyelesaian permasalahan dan perkembangan proses bisnis. IKU yang baru telah diterapkan pada tahun 2015, tetapi hasil refinement tersebut belum diakomodasi pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 3,76 95%

2017 3,79 95%

2016 3,5 95%

2015 3 95%

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kementerian Keuangan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.6.

Tabel 3.4.6 Perbandingan IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 4

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Page 101: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 86

Isu yang terjadi selama tahun 2019 antara lain adanya potensi beberapa RPMK yang tidak dapat diselesaikan sesuai target yang ditetapkan dan pemahaman publik terhadap perubahan peraturan dan proses bisnis perbendaharaan masih beragam. Hal tersebut berimplikasi pada kemungkinan penyelesaian RPMK tidak sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan, kebijakan pemerintah tidak dapat segera dilaksanakan, dan hasil uji dampak periode selanjutnya belum memenuhi ekspektasi. Dalam hal ini, akar masalah yang diidentifikasi antara lain sosialisasi PMK yang belum optimal dan kriteria uji dampak melalui Metode ROCCIPI yang sangat komprehensif (dimulai dari penyusunan sampai dengan implementasi)

Tindakan yang telah dilaksanakan pada tahun 2019, antara lain:

1. Dalam rentang s.d. Triwulan IV tahun 2019, Subdit HPP telah mengharmonisasi dan mengkoordinasikan penyelesaian RPMK sebagai berikut:

a. 17 RPMK Progsun: 8 PMK telah diundangkan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan, 4 RPMK merupakan PMK dalam rangka implementasi Jafung, 5 RPMK dicleansing/dihapus dari program perencanaan sesuai nota dinas direktur sistem perbendaharaan nomor nd-1772/PB.7/2019 tanggal 2 desember 2019;

b. 51 RPMK Kumulatif Terbuka dengan hasil 48 PMK telah diselesaikan sesuai batas waktu yang ditentukan (kurang dari 50 HK) dan 3 PMK diselesaikan melebihi batas waktu yang ditetapkan (lebih dari 50 HK);

c. 5 RPMK Izin Prinsip telah diundangkan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.

2. Telah dilaksanakan Uji Dampak terhadap 3 (Tiga) PMK terkait Pelaksanaan Anggaran (PMK 195/2018), Pengelolaan Kas Negara (PMK 32/2014) dan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (PMK 83/2018) menyatakan bahwa PMK tersebut sangat efektif dengan rekomendasi: (a) Perlu dilaksanakan sosialisasi intensif kepada stakeholders; (b) Rumusan norma-norma pengaturan berpedoman pada kaidah legal drafting, tata naskah dan PUEBI.

3. Telah disampaikan kepada seluruh eselon II Kanpus DJPb terkait hasil ROCCIPI dan Rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti sebagaimana Nota Dinas Nomor ND-1935/PB.7/2019 tanggal 27 Desember 2019.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 dengan penaggung jawab Dit. SP, yaitu berkoordinasi dengan direktorat teknis untuk untuk menindaklanjuti masukan dari stakeholders sebelum menetapkan kebijakan.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 102: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan87

Sasaran Strategis 5

Pelaksanaan anggaran

yang tepat waktu,

efektif, dan akuntabel

Salah satu tugas DJPb adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran. DJPb berfokus pada peningkatan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pelaksanaan dan penggunaan anggaran dalam DIPA Kementerian Negara/Lembaga. Fokus tersebut dilakukan melalui penyusunan regulasi/standardisasi ketentuan, pembinaan/supervisi, dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 5

SS 5: Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

5a-CP Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L 88 95,16 108,14

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

5a-CP

Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L

Indikator Kinerja Utama (IKU) Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L merupakan salah satu IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2019 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-Wide Kemenkeu tahun 2019 (direct cascading) dan dimulai pada tahun 2015. IKU ini disusun sebagai alat penilaian kualitas/kinerja yang sekaligus dapat berperan sebagai katalis perubahan perilaku dan pola pikir Satker dalam pelaksanaan anggaran dalam rangka memonitor perkembangan upaya peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran Satker. IKU ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Satker K/L dalam kegiatan pelaksanaan anggaran secara optimal sebagaimana tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran.

IKU tersebut mengalami refinement sejak diterapkannya pada tahun 2015 dengan memperluas lingkup pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran sehingga tidak hanya dinilai dari sisi penyerapan anggaran belanja saja. Refinement pada tahun 2016 menambahkan indikator jumlah revisi DIPA dan jumlah SPM yang benar, selain indikator penyerapan anggaran. Pada tahun 2017 pengukuran IKU disempurnakan dengan menambahkan indikator ketepatan waktu pertanggungjawaban uang persediaan (UP). Dengan demikian, lingkup pengukuran IKU telah diwakili oleh empat aspek kinerja pelaksanaan anggaran yang mewakili pengukuran kualitas kinerja pelaksanaan anggaran secara kuantitaif, yaitu: (1) Kesesuaian Terhadap Perencanaan, (2) Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan, (3) Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan, dan (4) Kepatuhan Terhadap Regulasi.

Pada tahun 2018, IKU tersebut kembali disempurnakan lingkup ukurnya sehingga keseluruhan indikator pada empat aspek kinerja pelaksanaan anggaran tersebut yang semula 4 (empat) indikator menjadi 12 (dua belas) indikator yang merupakan suatu kesatuan alat evaluasi yang disebut Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA). Selanjutnya, pada tahun 2019 kembali dilakukan refinement menjadi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran sehingga lebih merepresentasikan yang diukur dan mengakomodasi variasi indikator yang dihitung. Selain itu, refinement tahun 2019 juga menyempurnakan formulasi setiap indikator Penjelasan atas indikator dari setiap aspek adalah sebagai berikut:

Page 103: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 88

1. Aspek Kesesuaian dengan Perencanaan dengan indikator sebagai berikut:

Revisi DIPA: Revisi DIPA adalah perubahan rincian anggaran yang telah ditetapkan berdasarkan APBN dan disahkan dalam DIPA, sebagai sarana menyesuaikan alokasi anggaran dengan perubahan kondisi saat ini. Revisi DIPA diharapkan mampu meningkatkan anggaran yang dapat diserap sesuai dengan target yang telah direncanakan. Namun demikian, tingginya frekuensi revisi DIPA yang mencerminkan ketidaksesuaian ketersediaan anggaran dan kebutuhan dapat berpengaruh pada tertundanya kegiatan dan/atau efektivitas keseluruhan pelaksanaan kegiatan. Besarnya frekuensi revisi menunjukkan perencanaan yang kurang matang dan koordinasinya dengan pelaksanaan kegiatan belum optimal, sehingga dapat berdampak pada rendahnya penyerapan anggaran. Revisi DIPA harus dikendalikan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan optimal. Indikator Revisi DIPA dihitung dengan membandingkan jumlah revisi DIPA dalam pagu anggaran tetap dengan target revisi yang menurut Perdirjen Perbendaharaan No. PER-03/PB/2018 adalah satu kali per triwulan.

Deviasi Halaman III DIPA: Halaman III DIPA memuat rencana penarikan dan penerimaan dana Satker dalam setahun yang dijabarkan bulanan sebagai alat pengelolaan kas. Secara kumulatif, rencana penarikan dana dapat menjadi acuan perencanaan manajemen kas Pemerintah. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana akan berdampak pada terbentuknya pola penyerapan teratur dan dapat memberikan kepastian waktu dan jumlah penarikan dana sehingga perencanaan kas dapat dirumuskan dengan baik. Deviasi halaman III DIPA mengukur tingkat perbedaan antara perencanaan penarikan dana terhadap realisasi bulanannya. Besar kecilnya nilai deviasi Hal III DIPA menggambarkan tingkat keakuratan K/L dalam merencanakan pelaksanaan kegiatannya. Rendahnya nilai deviasi Hal III DIPA menunjukan bahwa rencana kegiatan K/L terlaksana sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila nilai deviasi Hal III DIPA tinggi menunjukan tidak terlaksananya kegiatan satuan kerja K/L sebagaimana rencana waktu yang telah ditetapkan.

Pagu minus: Prinsip pengeluaran negara atas dana APBN, yaitu kegiatan belanja tidak dapat dilaksanakan jika alokasi dana tidak cukup/tidak tersedia dalam DIPA. Khusus untuk Belanja Pegawai berupa Gaji dan Tunjangan yang melekat pada Gaji, dapat dilakukan melampaui pagu dalam DIPA sebelum dilakukan revisi terlebih dahulu, sehingga dimungkinkan realisasi belanja tersebut melewati pagu (pagu minus). Apabila diperkirakan akan terjadi, KPA dapat segera melakukan revisi pergeseran untuk menghindari pagu minus sebelum tahun anggaran berakhir. Adanya pagu minus sampai dengan akhir tahun anggaran mengindikasikan perencanaan anggaran belum optimal. Indikator pagu minus hanya dipergunakan pada pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran triwulan IV.

2. Aspek Kepatuhan Terhadap Regulasidengan indikator sebagai berikut:

Pengelolaan UP: Dalam PMK No. 190/PMK.05/2012, diatur tata cara pembayaran dalam pelaksanaan APBN, prinsip dalam pembayaran adalah dengan mekanisme pembayaran secara langsung (LS) kepada penyedia barang/jasa atau Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya yang berhak menerima pembayaran. Namun, apabila tidak dapat dilakukan, pembayaran tagihan dilakukan dengan Uang Persediaan (UP). Pada awal tahun anggaran, KPA mengajukan permintaan kebutuhan UP kepada KPPN

Page 104: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan89

sebesar kebutuhan operasional Satker dalam sebulan. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN (KPPN) kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (GUP/revolving) ketika telah digunakan sebesar 50%. Pengelolaan UP dapat dijadikan salah satu parameter kesesuaian UP yang dikelola dengan norma waktu pengajuan GUP selama 30 hari, sejalan dengan program pengurangan outstanding UP untuk menurunkan idle cash pada bendahara.

Penyampaian Data Kontrak: Data kontrak diperlukan untuk memastikan komitmen yang telah dibuat pemerintah, telah dicadangkan dan tersedia dananya sehingga dapat dibayarkan pada saat diajukan permintaan pembayarannya. Data Kontrak yang memuat ringkasan mengenai kontrak/perikatan yang dilakukan oleh Satker dengan pihak ketiga wajib dilaporkan kepada KPPN paling lambat lima hari setelah kontrak/perikatan tersebut ditandatangani. Semakin meningkatnya frekuensi ketepatan waktu penyampaian data kontrak dari Satker ke KPPN, akan mendorong kinerja pelaksanaan APBN. Data kontrak dalam perhitungan IKPA adalah data tanggal verifikasi oleh KPPN.

Dispensasi SPM: Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan APBN menjelang akhir tahun anggaran, telah ditentukan batas waktu penyampaian SPM ke KPPN sesuai jenis SPM dan tahap penyelesaian pekerjaan. Pembagian batas waktu terutama ditujukan untuk kelancaran penyelesaian pembayaran dan optimalisasi penyediaan kas. Kepatuhan terhadap jadwal penyampaian SPM menunjukkan bahwa perencanaan pelaksanaan kegiatan dan perencanaan penarikan dana dilakukan efektif dan efisien untuk mendukung kelancaran pelaksanaan APBN menjelang akhir tahun anggaran. Khusus pelaksanaan pekerjaan dalam penanganan bencana alam, kondisi kahar (force majeur), pemilihan kepala daerah serentak, dan kondisi tertentu berdasarkan surat pernyataan KPA, dapat diajukan dispensasi pengajuan SPM di luar jadwal. Pengajuan karena kondisi tertentu tersebut dapat mengindikasikan kurang disiplinnya Satker mematuhi ketentuan pelaksanaan APBN.

Penyampaian LPJ Bendahara: Bendahara Pengeluaran merupakan pejabat perbendaharaan yang secara fungsional bertanggung jawab kepada Kuasa BUN dan secara pribadi bertanggung jawab atas seluruh uang/surat berharga yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN. Bendahara Pengeluaran wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) setiap bulan atas uang/surat berharga yang dikelolanya, berdasarkan pembukuan yang telah direkonsiliasi dengan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) untuk selanjutnya disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya untuk diverifikasi. Ketepatan waktu penyampaian LPJ Bendahara dapat menunjukkan tingkat kepatuhan penatausahaan transaksi APBN melalui Bendahara Pengeluaran.

3. Aspek Efektivitas Pelaksanaan Kegiatandengan variabel sebagai berikut:

Penyelesaian Tagihan: Time frame penyelesaian tagihan atas beban APBN berdasarkan PMK No. 190/PMK.05/2012 adalah 17 hari kerja, yang dibagi dalam empat tahap, yaitu 5 hari kerja proses dari BAST sampai tagihan dari pihak ketiga disampaikan kepada satker, 5 hari kerja untuk proses dari tagihan pihak ketiga menjadi SPP, 5 hari kerja untuk proses dari SPP menjadi SPM untuk disampaikan ke KPPN, dan 2 hari kerja untuk proses dari SPM menjadi SP2D. Tagihan dikatakan tepat waktu jika SP2D terbit paling lambat 17 hari kerja sejak tanggal BAST. Tingginya frekuensi penyelesaian tagihan yang melebihi jangka waktu, mengindikasikan rendahnya kualitas kinerja pelaksanaan anggaran Satker tersebut.

Page 105: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 90

Penyerapan Anggaran: Anggaran yang dialokasikan pada Satker merupakan instrumen untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya. Tingkat realisasi penyerapan anggaran masih menjadi rujukan utama pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran mengingat sampai saat ini masih menjadi fokus perhatian belanja pemerintah dan mencerminkan progres pelaksanaan kegiatan pada K/L. Setiap dana yang dialokasikan harus optimal digunakan agar belanja pemerintah dapat memberikan manfaat. Optimalnya penyerapan anggaran selain memperhatikan persentase realisasi, juga periode/waktu terjadinya realisasi anggaran tersebut. Realisasi anggaran yang menumpuk di akhir tahun akan menurunkan multiplier effect belanja pemerintah. Target penyerapan anggaran Triwulan 1 = 15%, Triwulan 2 = 40%, Triwulan 3 = 60% dan Triwulan 4 = 90%.

Retur SP2D: Retur SP2D adalah penolakan/pengembalian atas pemindahbukuan dan/atau transfer pencairan APBN dari Bank/Kantor Pos Penerima kepada Bank/Kantor Pos Pengirim. Retur SP2D mengakibatkan adanya utang negara kepada pihak ketiga dan terlambatnya manfaat yang diterima pihak yang berhak mendapatkan pembayaran. Retur SP2D antara lain disebabkan oleh kesalahan/perbedaan nama/nomor rekening pada SP2D dengan data perbankan, kesalahan dalam penulisan nama bank penerima, dan rekening yang tidak aktif/tutup/pasif. Pada prinsipnya retur terjadi sebagai akibat lemahnya verifikasi data supplier dan tidak akuratnya penginputan data rekening ke dalam data supplier.

4. Aspek Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan

dengan indikator sebagai berikut:

Perencanaan Kas: KPA menyampaikan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian untuk semua jenis SPM yang nilainya masuk dalam klasifikasi transaksi besar sebagai informasi kepada BUN/Kuasa BUN dengan tujuan pengelolaan likuiditas kas negara berdasarkan PMK No. 197/PMK.05/2017. RPD harian wajib disampaikan ke KPPN 5 hari kerja sebelum SPM diajukan untuk transaksi dengan nilai kotor lebih dari 1 milyar, 10 hari kerja sebelum SPM diajukan ke KPPN untuk transaksi 500 milyar atau lebih, dan 15 hari kerja sebelum SPM diajukan ke KPPN untuk transaksi 1 triliun atau lebih. Ketepatan waktu penyampaian RPD Harian merupakan salah satu parameter kinerja pelaksanaan anggaran karena mendukung tata kelola manajemen kas yang efektif bagi BUN dan menunjukkan perencanaan kegiatan dan perencanaan penarikan dana pada satker tersebut telah disusun secara matang.

Kesalahan SPM: Satker K/L mengajukan tagihan atas beban APBN dengan menerbitkan SPM yang disampaikan ke KPPN. Selanjutnya, KPPN melakukan verifikasi terhadap SPM untuk diterbitkan SP2D sebagai dasar pembayaran kepada pihak ketiga. Jika terdapat berkas SPM yang tidak lengkap dan/atau kesalahan Arsip Data Komputer (ADK), SPM yang diajukan Satker ditolak KPPN untuk diperbaiki terlebih dahulu. Kesalahan tersebut tentunya dapat menyebabkan tertundanya pembayaran kepada pihak ketiga yang akhirnya berdampak pada tingkat realisasi anggaran.

Page 106: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan91

Adapun perhitungan setiap indikator tersebut ditentukan sebagai berikut:1. Revisi DIPA: dihitung berdasarkan jumlah revisi pagu tetap dibandingkan dengan

target revisi DIPA (target 1x revisi per triwulan). (bobot nilai 5%; sub kriteria:100/rasio revisi DIPA). Formulanya sebagai berikut:

2. Deviasi Halaman III DIPA: dihitung berdasarkan tingkat deviasi antara realisasi penarikan dana dengan rencana penarikan pada halaman III DIPA. (bobot nilai 5%; sub kriteria: 100- rasio rata-rata deviasi). Formulanya sebagai berikut:

3. Pagu Minus: dihitung berdasarkan persentase pagu minus semua jenis belanja (level 6 digit/akun) terhadap pagu anggarannya. (bobot nilai 4%; sub kriteria = 100 - rasio pagu minus). Formulanya sebagai berikut:

4. Retur SP2D: dihitung dengan cara membandingkan jumlah SP2D yang diretur terhadap jumlah SP2D yang telah diterbitkan oleh KPPN. (bobot nilai 6%; sub kriteria: 100-rasio retur). Formulanya sebagai berikut:

5. Penyerapan Anggaran: berdasarkan persentase realisasi anggaran terhadap pagu DIPA dengan target realisasi triwulan 1: 15%, triwulan 2: 40%, triwulan 3: 60%, dan triwulan 4: 90%. (bobot nilai 20%; sub kriteria: (persentase realisasi/target realiisasi) x 100). Formulanya sebagai berikut:

6. Penyelesaian Tagihan: sesuai rasio ketepatan waktu penyelesaian SPM tagihan (17 hari kerja) dibagi seluruh SPM tagihan. (SPM tagihan tersebut = SPM LS Kontraktual Non-51). (bobot nilai 15%; sub kriteria: sesuai rasio tepat waktu). Formulanya sebagai berikut:

7. Pengembalian SPM: dihitung berdasarkan rasio pengembalian SPM oleh KPPN (penolakan sistem saat konversi dan verifikasi). (bobot nilai 6%; sub kriteria: 0% = 100, >0% - 1,0% = 95, >1% - 2% = 90). Formulanya sebagai berikut:

8. Penyampaian Renkas (RPD): dihitung berdasarkan rasio Renkas/RPD harian yang disampaikan tepat waktu (sesuai batas/nilai jenis transaksi A/B/C) terhadap seluruh renkas yang disampaikan. (bobot nilai 5%; sub kriteria: sesuai rasio tepat waktu). Formulanya sebagai berikut:

9. Pengelolaan UP: dihitung berdasarkan jumlah pertanggungjawaban Uang Persediaan (UP RM Tunai) tepat waktu (1 bulan) sesuai status Karwas UP OMSPAN. (bobot nilai 10%; sub kriteria: sesuai rasio tepat waktu). Formulanya sebagai berikut:

10. Penyampaian LPJ Bendahara: dihitung berdasarkan rasio LPJ yang disampaikan tepat waktu terhadap jumlah seluruh LPJ yang disampaikan ke KPPN. (bobot nilai 5%; sub kriteria: sesuai rasio tepat waktu). Formulanya sebagai berikut:

Page 107: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 92

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 88 sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target tersebut meningkat dibanding target tahun-tahun sebelumnya (2018: 80%; 2016 dan 2017: 75%; 2015: 70%). Target IKU tahun 2019 sebesar 88 tersebut juga lebih tinggi dibanding target yang ditentukan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 untuk tahun 2019.

Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2019 adalah 95,16, yang diperoleh dari rata-rata nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L triwulanan, yaitu 95,65 pada triwulan I, 94,20 pada triwulan II, 94,83 pada triwulan III, dan 95,96 pada triwulan IV dengan uraian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.1.

Target IKU Tahun 2019

Realisasi IKU Tahun 2019

Tabel 3.5.1 Data Perhitungan Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2019

# URAIANQ1 Q2 Q3 Q4

Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai

A Kesesuaian dengan Perencanaan

1 Revisi DIPA 100 5% 5,00 100 5% 5,00 100 5% 5,00 100 5% 5,00

2 Deviasi Hal III DIPA 90,81 5% 4,54 79,6 5% 3,98 84,2 5% 4,21 87 5% 4,35

3 Pagu minus 100 4% 4,00 94,15 4% 3,77 99,45 4% 3,98 99,22 4% 3,97

B Efektivitas Pelaksanaan Anggaran

4 Retur SP2D 99,6 6% 5,98 99,55 6% 5,97 99,64 6% 5,98 99,6 6% 5,98

5 Penyerapan anggaran 100 20% 20,00 100 20% 20,00 100 20% 20,00 100 20% 20,00

6 Penyelesaian tagihan 96,74 15% 14,51 93,65 15% 14,05 93,48 15% 14,02 97,3 15% 14,60

C Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan

7 Pengembalian/kesalahan SPM 94,75 6% 5,69 80 6% 4,80 80 6% 4,80 80 6% 4,80

8 Renkas (RPD) 99,29 5% 4,96 98,14 5% 4,91 99,79 5% 4,99 97,43 5% 4,87

D Kepatuhan terhadap Regulasi

9 Data Kontrak 85,38 15% 12,81 89,78 15% 13,47 90,13 15% 13,52 93,23 15% 13,98

10 Pengelolaan UP 93,98 10% 9,40 92,7 10% 9,27 93,57 10% 9,36 94,42 10% 9,44

11 Rekon LPJ 95,35 5% 4,77 99,7 5% 4,99 99,44 5% 4,97 99,51 5% 4,98

12 Dispensasi penyampaian SPM 100 4% 4,00 100 4% 4,00 100 4% 4,00 100 4% 4,00

Nilai kinerja pelaksanaan anggaran

TA 2019

95,65 94,20 94,83 95,96

95,16

11. Penyampaian Data Kontrak: dihitung berdasarkan rasio ketepatan waktu penyampaian data kontrak (nilai ≥ Rp50 juta), terhadap seluruh kontrak yang disampaikan. (bobot nilai 15%; sub kriteria: sesuai rasio tepat waktu). Formulanya sebagai berikut:

12. Dispensasi Penyampaian SPM: dihitung berdasarkan jumlah SPM yang mendapat dispensasi karena melewati batas waktu SPM di akhir tahun. (bobot nilai 4%; sub kriteria: 0 SPM = 100, 1-10 SPM = 95, 11-30 SPM = 90, 31-50 SPM = 85, >50 SPM = 80). Formulanya sebagai berikut:

Selanjutnya, Nilai Kinerja Pelaksanaan Anggaran K/L triwulanan dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh indikator tersebut setelah dilakukan pembobotan masing-masing. Polarisasi data IKU menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Page 108: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan93

Dengan demikian, perbandingan antara realisasi IKU tersebut tahun 2019 dengan target yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja secara tahunan dan triwulanan dapat ditunjukkan pada Tabel 3.5.2.

Tabel 3.5.2 Capaian IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2019

T/K Q1 Q2 Smt I Q3 s. d. Q3 Q4 Tahunan Pol / KP

Target KK 88 88 88 88 88 88 88Maximize/

AverageRealisasi 95,65 94,20 94,93 94,83 94,89 95,96 95,16

Nilai 108,69 107,05 107,88 107,76 107,83 109,05 108,14

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.2, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 95,16 tersebut melampaui target IKU sebesar 88 yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019. Selain itu, setiap realisasi triwulanan juga melampaui target triwulanan yang telah ditetapkan dengan capaian tertinggi pada triwulan IV.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Untuk diketahui perkembangannya, realisasi IKU tahun 2019 dapat dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.3.

Tabel 3.5.3 Perbandingan Capaian IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L

Tahun 2015 s.d. 2019

TahunRealisasi Target

KKQ1 Q2 Q3 Q4 Y

2019 95,65 94,20 94,83 95,96 95,16 88

2018 87,3% 86,28% 88,73% 88,93% 87,81% 80%

2017 86,65% 85,37% 83,81% 92,47% 87,08% 75%

2016 78,60% 85,14% 80,22% 92,58% 84,14% 75%

2015 75,30% 76,37% 82,32% 94,28% 82,07% 70%

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa realisasi tahunan IKU Persentase pelaksanaan anggaran K/L dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 terus meningkat dan melampaui targetnya dan kemudian dilanjutkan pada tahun 2019 dengan IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L yang juga meningkat dibanding tahun 2018. Perkembangan capaian IKU tersebut, tentunya dengan mempertimbangkan kesamaan indikator yang digunakan serta kemiripan perhitungannya, realisasi tahun 2019 (nilai) dan tahun-tahun sebelumnya (persentase), disajikan pada Grafik 3.5.1.

Grafik 3.5.1 Perbandingan Capaian IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L

Tahun 2015 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 109: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 94

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU s.d. tahun 2019 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.5.5.

Tabel 3.5.5 Perbandingan IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L s.d. 2019

dan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 95,16 91%

IKU pada RPJMN masih merupakan IKU sebelum refinement, yaitu Persentase

penyerapan belanja DIPA K/L

2018 87,81% 91%

2017 87,08% 91%

2016 84,14% 91%

2015 82,07% 91%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.5, realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L tahun 2015 sampai dengan 2018 di bawah target dalam RPJMN, kecuali realisasi tahun 2019. Hal tersebut karena IKU Persentase penyerapan belanja DIPA K/L masih terdapat dan ditargetkan pada RPJMN dari tahun 2015 sampai dengan 2019 di mana seharusnya telah digantikan oleh IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L sebagai refinement sejak tahun 2015 s.d. 2018, dan IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L sebagai refinement tahun 2019. Refinement tersebut dilakukan untuk menyempurnakan pengukuran kualitas pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran sehingga tidak hanya dinilai dari sisi penyerapan.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun dari Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.4.

Tabel 3.5.4 Perbandingan Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L s.d. 2019

dan Renstra 2015-2019

TahunRealisasi IKU

TahunanTarget Renstra DJPb

2015-2019Target Renstra Kemenkeu

2015-2019

2019 95,16 80% 80%

2018 87,81% 80% 80%

2017 87,08% 75% 75%

2016 84,14% 75% 75%

2015 82,07% - 70%

Ket: Perlu diketahui bahwa target sebesar 0% untuk tahun 2015 pada Renstra DJPb menunjukkan bahwa IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran direncanakan untuk diterapkan mulai tahun 2016 (menggantikan IKU Persentase penyerapan belanja negara dalam DIPA K/L yang bernilai 90% pada tahun 2015). Namun demikian, pada praktiknya IKU pasca refinement tersebut telah dapat diterapkan sejak tahun 2015 pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb 2015. Selanjutnya, pada tahun 2019 dilakukan refinement kembali menjadi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.4, selain target pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 untuk tahun 2015 (transisi IKU dengan refinement), secara umum seluruh target Renstra DJPb dan target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 telah berhasil dipenuhi.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 110: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan95

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.6.

Tabel 3.5.6 Perbandingan Realisasi IKU Nilai kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN 96,58 Nilai kinerja pelaksanaan anggaran dapat ditunjukkan per eselon I Kemenkeu dengan realisasi tertinggi sebesar 98,82 oleh BKF, dan terendah oleh 95,16 oleh DJPb.

Ket: data eselon I lainnya berdasarkan dari slide kompilasi Rocankeu yang diperoleh dari setiap eselon I bersangkutan

2 DJA 98,64

3 DJP 96,38

4 DJBC 97,86

5 DJPb 95,16

6 DJKN 97,74

7 DJPK 98,76

8 DJPPR 97

9 ITJEN 98,5

10 BKF 98,82

11 BPPK 98,47

Rata-rata 96,26

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Capaian kinerja melebihi target yang ditetapkan, tetapi terdapat beberapa isu yang perlu mendapat perhatian karena dianggap membuat capaian IKU tersebut kurang optimal dan menjadi tantangan di antaranya:1. Pola penyerapan anggaran yang kurang proporsional dan cenderung menumpuk di

akhir tahun;2. Pengembalian/Kesalahan SPM yang masih banyak yang sebagian besar disebabkan

oleh penolakan karena kesalahan pada data supplier.3. Rendahnya akurasi satker K/L dalam merencanakan penggunaan dana yang

menyebabkan nilai deviasi halaman III DIPA menurun, kondisi ini berdampak pada manajemen kas pemerintah yang tidak optimal.

Hal tersebut berimplikasi pada:1. Pola penyerapan anggaran yang kurang proporsional dan cenderung menumpuk di

akhir tahun;2. Pengembalian/Kesalahan SPM yang masih banyak yang sebagian besar disebabkan

oleh penolakan karena kesalahan pada data supplier;3. Rendahnya akurasi satker K/L dalam merencanakan penggunaan dana yang

menyebabkan nilai deviasi halaman III DIPA menurun, kondisi ini berdampak pada manajemen kas pemerintah yang tidak optimal.

Dengan demikian, dapat diidentifikasi sebagai akar permasalahan dalam optimalisasi pencapaian kinerja pelaksanaan anggaran antara lain:1. Perubahan kebijakan pelaksanaan program/kegiatan Kementerian/Lembaga;2. Kepatuhan/ketertiban/disiplin satker yang masih rendah dalam menginput data

supplier dengan benar dan valid berdasarkan data dukung (Rekening Koran dan/ atau NPWP);

3. Tidak konsistennya K/L dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 111: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 96

Tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan DJPb dalam rangka mendukung pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Penerbitan dan penyampaian surat dan nota dinas langkah-langkah strategis

peningkatan kualitas kinerja pelaksanaan anggaran tahun 2019 kepada K/L, Kanwil, dan KPPN terdiri dari Surat Menteri Keuangan No. S-66/MK.05/2019 tanggal 22 Januari 2019, Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-145/PB/2019 tanggal 1 Februari 2019, dan Nota Dinas Dirjen Perbendahaan No. ND-103/PB/2019 tanggal 1 Februari 2019.

2. Penerbitan dan penyampaian Nota Dinas Dirjen Perbendaharaan No ND-372/PB/2019 tanggal 10 Mei 2019 hal Langkah-langkah Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji/Penghasilan Ketiga Belas Tahun 2019 kepada seluruh instansi vertikal DJPb.

3. Monev pelaksanaan anggaran telah dilaksanakan sesuai Nota Dinas Direktur Pelaksanaan Anggaran No. ND-724/PB.2/2019 tanggal 4 Juli 2019 hal Implementasi Aktivitas Pembinaan dan Pelaksanaan Anggaran sesuai PMK No. 195/PB.05/2019 dan Persiapan Pelaksanaan EPA Tahun Anggaran 2019.

4. Pelaksanaan kegiatan EPA pada bulan Januari, April. Juli, Oktober, dan Desember 2019 sesuai Undangan Direktur Pelaksanaan Anggaran No. UND-9/PB.2/2019, UND-119/PB.2/2019, UND-223/PB.2/2019, UND-334/PB.2/2019, dan UND-422/PB.2/2019 tanggal 23 Desember 2019.

5. Pengembangan aplikasi yang mendukung perhitungan IKU IKPA tingkat Kemenkeu-Two-Three-Four baik ditingkat pusat maupun daerah secara otomatis muncul dalam aplikasi OMSPAN dengan status aplikasi BETA.

6. Laporan EPA Triwulan I 2019 telah disampaikan kepada Dirjen Perbendaharaan melalui Nota Dinas Direktur Pelaksanaan Anggaran No. ND-618/PB.2/2019 tanggal 31 Mei 2019.

7. Hasil konsolidasi EPA Triwulan II dan RPA Wilayah Semester I Tahun Anggaran 2019 telah disampaikan ke DJA untuk ditindaklanjuti sebagai kewenangan DJA dan membantu kelancaran tahapan eksekusi belanja melalui Nota Dinas Direktur Pelaksanaan Anggaran No. 981/PB.2/2019 tanggal 2 Oktober 2019.

8. Penerbitan Perdirjen Perbendaharaan No. PER-13/PB/2019 tanggal 20 September 2019 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara pada Akhir Tahun Anggaran 2019.

9. Hasil dan kesepakatan EPA disampaikan kepada K/L untuk ditindaklanjuti.

Selain itu, terdapat rekomendasi rencana aksi (action plan) untuk meningkatkan capaian mendatang IKU tersebut yang akan dilakukan selama tahun 2020 (penanggung jawab: Direktorat Pelaksanaan Anggaran), yaitu:1. Melaksanakan EPA K/L untuk memastikan langkah strategis berjalan dengan optimal.2. Menggiatkan performance dialogue saat dengan satker guna mendorong/meminta

K/L meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan dalam mematuhi ketentuan/kebijakan pelaksanaan anggaran serta fokus merealisasikan belanja prioritas secara tepat & menghemat belanja yang tidak bersifat prioritas.

3. Monitoring proyeksi dan realisasi belanja melalui tools Budget Execution in Brief untuk menjaga penyerapan tetap terkendali hingga akhir tahun.

4. Reformulasi dan launching IKPA.5. Penilaian dan pemberian award/apresiasi kepada K/L terbaik pada awal tahun.6. Melaksanakan Spending Review untuk evaluasi dalam rangka perbaikan kebijakan dan

alokasi anggaran tahun 2020.

Page 112: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan97

Sasaran Strategis 6

Pengelolaan kas yang

pruden dan optimal

Sebagai pengelola kas negara (fund manager), kinerja dilaksanakan untuk mewujudkan pengelolaan kas yang optimal melalui perencanaan kas yang efektif untuk menghindari mismatch, menjamin ketersediaan kas secara akurat dan tepat waktu, optimalisasi idle cash, penatausahaan penerimaan negara yang efektif dan akuntabel, serta sentralisasi pengelolaan kas dengan tetap memperhatikan aspek prudensial sehingga dapat menyajikan informasi posisi kas negara secara akurat dan tepat waktu.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.6.

Tabel. 3.6 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 6

SS 6: Pengelolaan kas yang pruden dan optimal

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

6a-N Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

5% 3,08% 120

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

6a- N

Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

Indikator Kinerja Utama (IKU) Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat bertujuan untuk memastikan BUN mengetahui rencana penerimaan/pengeluaran kas dalam suatu periode tertentu dalam rangka pengambilan keputusan pengelolaan kas.

IKU tersebut merupakan refinement tahun 2016 dari IKU Akurasi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat yang diterapkan pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, berupa rewording dan perhitungan dengan mengukur akurasi dari rencana penerimaan kas dan rencana pengeluaran kas, sementara pada tahun 2016 dan 2017 diukur dari sisi deviasi dari perencanaan tersebut. Dengan demikian, secara substansi yang diukur, IKU tersebut masih tetap dengan tahun sebelumnya. Selain itu, sejak tahun 2016, IKU tersebut juga diusulkan untuk dimandatorikan ke seluruh unit eselon I terkait (DJP, DJBC, DJA, DJPK, DJPPR, DJKN, dan DJPb sebagai koordinatornya), agar tingkat akurasi perencanaan kas lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Perencanaan kas yang akurat membantu pengelolaan likuiditas yang lebih baik dalam hal penyediaan kas untuk menyelesaikan kewajiban pemerintah.

Deviasi proyeksi perencanaan kas adalah nilai rata-rata dari deviasi akurasi rencana penerimaan kas selama 3 bulan dan deviasi akurasi rencana pengeluaran kas selama 3 bulan berdasarkan pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM (Asset-Liability Management) yang dibandingkan dengan realisasi I-account yang diolah pada aplikasi OM-SPAN. Dalam satu bulan Komite ALM dapat melakukan rapat paling kurang 1 (satu) kali. Berdasarkan keputusan rapat Komite ALM yang dituangkan dalam pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM yang disusun oleh Sekretariat ALM, tim teknis ALM menyusun proyeksi penerimaan dan pengeluaran yang menjadi dasar perhitungan IKU.

Page 113: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 98

Deviasi proyeksi perencanaan kas merupakan selisih antara proyeksi dengan realisasi yang merupakan gabungan dari penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan meliputi penerimaan perpajakan termasuk penerimaan PPH migas, dan bea/cukai, penerimaan PNBP, Hibah dan penerimaan pembiayaan. Pengeluaran meliputi belanja pemerintah pusat non utang dan non subsidi, belanja kewajiban SBN dan pinjaman luar negeri belanja subsidi energi dan non energi, belanja transfer ke daerah dan dana desa, serta pengeluaran pembiayaan. Data proyeksi yang dimaksud bukan merupakan data yang terdapat pada target APBN/P, tetapi merupakan proyeksi riil terhadap pendapatan/belanja/pembiayaan yang dapat direalisasikan.

Rencana penerimaan kas adalah jumlah rencana penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah, pembiayaan selama 3 bulan berdasarkan pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM. Realisasi penerimaan kas adalah jumlah realisasi penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah, pembiayaan selama 3 bulan berdasarkan pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM. Perencanaan penerimaan kas dinyatakan akurat apabila deviasi antara realisasi penerimaan kas dan rencana penerimaan kas dalam suatu waktu tertentu ≤ 5% (akurasi 95%).

Rencana pengeluaran kas adalah jumlah rencana pengeluaran kas (cash outflows) yang berasal dari belanja negara, dan pembiayaan selama 3 bulan berdasarkan pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM. Realisasi pengeluaran kas adalah jumlah realisasi pengeluaran kas (cash outflows) yang berasal dari belanja negara, dan pembiayaan selama 3 bulan berdasarkan pokok-pokok keputusan rapat Komite ALM. Perencanaan pengeluaran kas dinyatakan akurat apabila deviasi antara realisasi pengeluaran kas dan rencana pengeluaran kas dalam suatu waktu tertentu ≤ dari 5% (akurasi ≥ 95%).

Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat tahun 2019 didapatkan dengan merata-rata deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat triwulanan selama tahun 2019. Deviasi penerimaan kas triwulanan, deviasi pengeluaran kas triwulanan, dan deviasi perencanaan kas triwulanan dapat diformulasikan sebagai berikut:

Page 114: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan99

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb untuk tahun 2019 adalah sebesar 5%. Target tersebut sama dengan target tahun 2018, 2017, dan 2016. Sementara itu, target tahun 2015 IKU Akurasi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat (IKU sebelum refinement) adalah 95%. Demikian halnya dengan target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, pada ketiganya ditargetkan 95% untuk tahun 2019. Mengingat deviasi dapat ditentukan dari akurasi, dalam hal ini deviasi perencanaan kas adalah 5%, yaitu 100% dikurangi 95%.

Perhitungan polarisasi data menggunakan minimize (semakin rendah realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dari seluruh periode bersangkutan dalam setahun).

Target IKU Tahun 2019

Berdasarkan run data I Account tanggal sampai dengan 16 Januari 2020, realisasi deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat triwulanan tahun 2019 yang dihitung dari rata-rata deviasi bulanannya adalah sebesar 1,55% untuk triwulan I, 4,65% untuk triwulan II, 2,96% untuk triwulan III, dan 3,17% untuk triwulan IV. Dari data realisasi IKU triwulanan tersebut dapat diperoleh rata-rata yangmerupakan nilai realisasi IKU tahunan, yaitu sebesar 3,08%, yang memenuhi target tahunan IKU tersebut tahun 2019 (5%) yang telah ditentukan. Nilai realisasi tersebut diperoleh dari perhitungan yang dapat ditunjukkan pada Tabel 3.6.1.

Tabel 3.6.1 Perhitungan IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2019

BULANPENERIMAAN Rp (miliar) PENGELUARAN Rp (miliar)

Proyeksi Realisasi Deviasi Proyeksi Penerimaan Deviasi

1 233.636,51 235.474,93 0,79% 148.590,14 149.868,39 0,86%

2 193.623,11 187.562,47 3,13% 109.242,48 113.499,68 3,90%

0,12% 0,48%3 122.284,52 122.435,26 165.691,64 166.487,70

Q1 Rata-rata 1,35% Rata-rata 1,75%

Deviasi Renkas Triwulan I 1,55%

4 158.539,24 157.507,23 0,65% 159.780,23 170.540,70 6,73%

5 214.899,95 225.441,83 4,91% 200.239,60 208.138,39 3,94%

6 200.800,64 195.958,27 2,41% 183.251,89 166.260,28 9,27%

Q2 2,66% 6,56%

Deviasi Renkas Triwulan II 4,65%

Deviasi Renkas Semester I 3,10%

7 210.702,78 215.082,32 2,08% 180.372,14 187.999,20 4,23%

8 197.161,64 184.341,22 6,50% 145.325,43 146.531,60 0,83%

9 202.924,90 197.161,83 2,84% 184.437,99 182.083,42 1,28%

Q3 3,81% 2,11%

Deviasi Renkas Triwulan III 2,96%

Deviasi Renkas s.d. Triwulan III 3,05%

10 245.610,87 241.536,80 1,66% 164.160,59 172.059,01 4,81%

11 233.865,31 233.457,83 0,17% 227.228,78 227.237,75 0,00%

12 304.751,36 303.678,32 0,35% 213.041,54 187.378,54 12,05%

Q4 0,73% 5,62%

Deviasi Renkas Triwulan IV 3,17%

Deviasi Renkas Tahun 2019 3,08%

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 115: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 100

Dengan diketahuinya realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat untuk tahun 2019 sebesar 3,08% tersebut, dapat ditunjukkan perbandingan realisasi IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2019 pada Tabel 3.6.3.

Tabel 3.6.3 Perbandingan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2015 s.d. 2019

Target/Realisasi 2019 2018 2017 2016 2015 Ket

Target 5% 5% 5% 5% 95% Pada tahun 2015, diketahui nilai akurasiRealisasi 3,08% 1,22% 4,09% 3,84% 95,36%

Deviasi 4,64%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.3, realisasi IKU tersebut dari tahun 2015 s.d 2019 selalu memenuhi targetnya. Realisasi IKU tahun 2015 adalah berupa akurasi, sementara pada tahun 2016 s.d. 2019 berupa deviasi. Untuk dapat dibandingkan dan diketahui perkembangannya, nilai deviasi tahun 2015 harus dicari. Hasil perhitungan deviasi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.2 adalah 4,64% untuk tahun 2015. Ini berarti capaian meningkat dari tahun 2015 ke 2016 (polarisasi minimize), menurun dari tahun 2016 ke 2017, meningkat dari tahun 2017 ke 2018, dan menurun kembali pada tahun 2019. Perkembangan capaian IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.6.1.

Grafik 3.6.1 Perkembangan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

tahun 2015 s.d. 2019

Keterangan: target dan realisasi IKU tahun 2015 dikonversi dari akurasi menjadi deviasi

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Capaian IKU tersebut terhadap target tiap triwulannya pada tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.6.2.

Tabel 3.6.2 Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%Minimize/ AverageRealisasi 1,55% 4,65% 3,10% 2,96% 3,05% 3,17% 3,08%

Capaian 120 106,94 120 10 120 120 120

Sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.6.2, realisasi IKU tahunan sebesar 3,08% tersebut melampaui target deviasi 5% sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019. Selain realisasi IKU tahunan, realisasi IKU triwulanan juga telah melampui targetnya masing-masing.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Page 116: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan101

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.4.

Tabel 3.6.4 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2019

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 3,08% 95% (deviasi = 5%) 95% (deviasi = 5%)

2018 1,22% (deviasi) 95% (deviasi = 5%) 95% (deviasi = 5%)

2017 4,09% (deviasi) 95% (deviasi = 5% 95% (deviasi = 5%

2016 3,84% (deviasi) 95% (deviasi = 5%) 95% (deviasi = 5%)

2015 95,36% (akurasi) - -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.4, setelah nilai deviasi ditentukan, dapat diketahui bahwa nilai realisasi IKU tersebut dari tahun 2016 s.d. 2019 telah memenuhi target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, sementara untuk tahun 2015 realisasi IKU sebesar 95,36% tidak terdapat targetnya pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tahun 2015-2019 (ditargetkan diterapkan mulai tahun 2016).

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat dapat dibandingkan dengan target IKU Persentase akurasi perencanaan kas berdasarkan CPIN dalam RPJMN Tahun 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.5.

Tabel 3.6.5 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2019

dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 3,08% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2018 1,22% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2017 4,09% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2016 3,84% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2015 95,36% (akurasi) 95%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.5, setelah nilai deviasi ditentukan, dapat diketahui bahwa nilai realisasi IKU sebesar 3,08% untuk tahun 2019, 1,22% untuk tahun 2018, 4,12% untuk tahun 2017, dan 3,84% untuk tahun 2016 tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019 melalui konversi deviasi dan akurasi. Demikian, juga untuk tahun 2015 realisasi IKU sebesar 95,36% yang merupakan akurasi.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Page 117: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 102

Tabel 3.6.6 Perbandingan IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Tahun 2019

Triwulanan

% Q1 % Q2 % Q3 % Q4

1 SETJEN - - - - -

2 DJA 2,59% 2,11% 1,77% 0,62% 5,85%

3 DJP 2,67% 3,33% 0,10% 6,16% 1,09%

4 DJBC 1,07% 0,17% 0,95% 1,93% 1,23%

5 DJPb 3,08% 1,55% 4,65% 2,96% 3,17%

6 DJKN 0,58% 0,00% 0,00% 2,33% 0,01%

7 DJPK 0,64% 0,07% 0,00% 2,48% 0,03%

8 DJPPR 2,71% 0,52% 4,06% 4,46% 1,80%

9 ITJEN - - - - -

10 BKF - - - - -

11 BPPK - - - - -

Ket: perhitungan sesuai dengan run data I Account PER 16 Januari 2020

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.6, IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat selain dilaksanakan oleh DJPb, juga dilaksanakan oleh DJA, DJP, DJBC, DJKN, DJPK, dan DJPPR. Ditunjukkan bahwa nilai realisasi IKU tertinggi pada tahun 2019 diperoleh oleh DJKN (0,58%), sementara yang terendah diperoleh oleh DJPb sebesar 3,08% (polarisasi IKU minimize).

Isu utama terkait IKU ini adalah nilai deviasi sebesar 3,08% yang meskipun telah memenuhi target yang telah ditetapkan baik secara tahunan maupun triwulanan, per eselon I Kemenkeu masih dirasa cukup tinggi, terutama pada triwulan II (4,65%) dan IV (3,17%). Jika dilihat secara bulanan, deviasi dengan nilai tinggi terutama terdapat pada bulan April di mana deviasi pengeluaran kas sebesar 6,73%, bulan Mei di mana deviasi penerimaan kas 4,91%, bulan Juni di mana deviasi pengeluaran 9,27%, bulan Agustus di mana deviasi penerimaan 6,50%, bulan Oktober di mana deviasi pengeluaran 4,81%, dan tertinggi pada bulan Desember di mana deviasi pengeluaran 12,05%.

Penurunan akurasi perencanaan kas di Triwulan II 2019 terjadi karena dilakukan smoothing (pergeseran) belanja bernilai besar dalam rangka menguatkan koordinasi untuk mendukung pengambilan keputusan pengelolaan kas dan pengelolaan utang dan menjaga tingkat likuiditas kas negara pada level yang aman untuk membiayai pengeluaran/belanja. Deviasi akurasi cukup besar juga terjadi pada bulan Agustus yang terutama diakibatkan tidak tercapainya proyeksi penerimaan perpajakan.

Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut pada tahun 2019 antara lain:1. Potensi terjadinya deviasi akurasi penerimaan kas, terutama dari penerimaan

perpajakan tetap menjadi risiko yang perlu dimitigasi;2. Ketidakakuratan proyeksi penerimaan kas mempengaruhi kepastian pelaksanaan

belanja negara;

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.6.Perbandingan

capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 118: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan103

3. Penyampaian bulanan atas angka proyeksi penerimaan dan pengeluaran dilakukan sebanyak 2 kali:a. Pada setiap awal bulan, untuk tujuan manajerial pengelolaan kas;b. Pada 5 hari sebelum berakhirnya bulan berkenaan, disampaikan pemutakhiran

proyeksi untuk tujuan perhitungan capaian IKU.

Secara umum. tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2019 yang menyebabkan keberhasilan pencapaian IKU tersebut. yaitu:1. Menetapkan deviasi perencanaan kas sebagai IKU mandatori di setiap eselon I terkait;2. Komunikasi intensif dengan anggota CPIN dan ALM pada level teknis melalui telepon,

email dan pesan elektronik;3. Rapat rutin bulanan anggota CPIN; 4. Menyampaikan update proyeksi bulanan berdasarkan hasil rapat komite ALM;5. Berkoordinasi dengan Satker BUN yang bukan anggota CPIN melalui email dan telepon;6. Pelaksanaan one on one meeting dengan DJPPR dan DJP;7. Penyusunan proyeksi penerimaan perpajakan per minggu sebagai alat kontrol;8. Melakukan rescheduling pemasukan atau pengeluaran negara ke tanggal-tanggal

tertentu agar deviasi tetap terjaga (smoothing);9. Pemutakhiran proyeksi kas secara elektronik (OM-SPAN).

Rekomendasi rencana aksi yang dilakukan pada tahun 2020 dalam pencapaian IKU (penanggungjawab: Direktorat Pengelolaan Kas Negara), yaitu: 1. Pengembangan dashboard perencanaan kas (business intelligence);2. Meningkatkan intensitas koordinasi dan komunikasi.

Page 119: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 104

Sasaran Strategis 7

Pelaksanaan

special mission

yang profesional,

akuntabel, dan efisien

Pelaksanaan special mission merupakan tugas tambahan yang dibebankan kepada DJPb. Dalam pelaksanaan tugas tersebut seluruh sumber daya manusia (SDM) DJPb dapat bekerja secara profesional, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Profesional memiliki makna bahwa seluruh jajaran DJPb mampu melaksanakan special mission yang menguasai bidang tugasnya karena memiliki pengetahuan dan keterampilan (hardskill) integritas/moralitas (softskill) yang memadai. Akuntabel dapat diartikan bahwa kewajiban seluruh jajaran untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran kepada publik.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 7

SS 7: Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisien

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

7a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

100% 105,25% 105,25

7b-N Persentase pencapaian target pendapatan BLU

100% 102,15% 102,15

7c-N Persentase pelaksanaan tugas khusus 87% 110,72% 120

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

7a- N

Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

Pengembalian pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman harus disetorkan kembali ke APBN tahun berjalan. Jumlah dana yang disetor harus dapat dipenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada APBN tahun berjalan. Pengembalian pokok dan bunga penerusan pinjaman, mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan defisit APBN.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan dari investasi pemerintah untuk mendukung terwujudnya pendanaan investasi yang berkelanjutan. IKU tersebut merupakan rewording IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman dan hasil restrukturisasi penerusan pinjaman yang telah diterapkan pada tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya. Rewording tersebut dimaksudkan untuk menyederhanakan nama IKU mengingat detil IKU tersebut dapat dijelaskan pada manual IKU.

Formula perhitungan IKU tersebut ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Page 120: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan105

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 100% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target tersebut sama dengan target IKU tahun 2018 yang meningkat dari target tahun 2017 (97%). Target tersebut juga meningkat dengan target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015-2019 untuk tahun 2019 (pada ketiganya ditargetkan 90% untuk tahun 2019).

Dalam APBN, penerimaan atas pengelolaan penerusan pinjaman diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu penerimaan atas utang pokok dan penerimaan atas utang non pokok. Penerimaan atas utang pokok merupakan penerimaan pembiayaan dalam negeri sebagai penerimaan perbankan dalam negeri. Penerimaan atas utang non pokok merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Target penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2019 sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2018 dan Perpres No. 129 Tahun 2018, yaitu sebesar Rp5.143.658.768.000 atau Rp5.143,66 miliar.

Target IKU Tahun 2019

Realisasi atas penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2019 adalah sebesar Rp5.413,33 miliar atau tercapai 105,25% dari target penerimaan yang telah ditetapkan (Rp5.143,66 miliar) dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.1.

Tabel 3.7a.1 Perhitungan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

Tahun 2019

Realisasi 2019 (miliar Rp) Target 2019 (miliar Rp) % Target

Per triwulan Akumulasi

Q1 1.411,41 1.411,41 5.143,66 27,44%

Q2 1.272,22 2.683,63 52,17%

Q3 2.218,71 4.902,34 95,31%

Q4 510,99 5.413,33 105,25%

Realisasi IKU Tahun 2019

Dengan demikian, capaian IKU tersebut tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7a.2.

Tabel 3.7a.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 26% 42% 42% 71% 71% 100% 100% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 27,44% 52,17% 52,17% 95,31% 95,31% 105,25% 105,25%

Nilai Cap 105,54 120 120 120 120 105,25 105,25

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.38, realisasi IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 105,25% dan telah melampaui target yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb sebesar 100% (dengan nilai capaian 105,25).

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2018 dapat dibandingkan dengan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2013 sampai dengan 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.7a.1.

Page 121: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 106

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.3.

Tabel 3.7a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 105,25% 90% 90%

2018 121,77% 90% 90%

2017 115,01% 90% 90%

2016 115% 90% 90%

2015 94,81% 90% 90%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.3, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 105,25% untuk tahun 2019, 121,77% untuk tahun 2018, 115,01% untuk tahun 2017, 115% untuk tahun 2016, dan 94,81% untuk tahun 2015 tersebut masing-masing telah melampaui target (90%) yang ditetapkan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2015 s.d. 2019 telah melampui target dalam RPJMN (90%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.4.

Tabel 3.7a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 105,25% 90%

2018 121,77% 90%

2017 115,01% 90%

2016 115% 90%

2015 94,81% 90%

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Grafik 3.7a.1 Perbandingan realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman Tahun 2013 s.d. 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.7a.1, realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2019 (105,25% ) lebih rendah dari realisasi tahun 2018 (121,77%), 2017 (115,01%), dan 2016 (115%).

Page 122: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan107

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.5.

Tabel 3.7a.5 Perbandingan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 105,25%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Capaian sampai dengan triwulan I adalah sebesar Rp1.411,41 miliar (27,44%), di atas target triwulan I sebesar Rp1.337,35 miliar (26%). Sampai dengan triwulan I, penerimaan pokok dan Bunga pinjaman didominasi oleh penerimaan dari valuta asing, yaitu Japan Yen (JPY) dan US Dollar (USD) yang menunjukkan pengaruh kurs valuta asing terhadap rupiah sangat signifikan. Berdasarkan kelompok debitur, penerimaan sampai triwulan I, dominasi oleh penerimaan pinjaman dari BUMN yang mencapai 96,55%, sedangkan dari Pemda hanya mencapai 2,90% dan sisanya berasal dari debitur perbankan, BUMD (PDAM) dan koperasi.

Sampai dengan triwulan II, penerimaan pokok dan Bunga pinjaman didominasi oleh penerimaan dari valuta asing, yaitu Japan Yen (JPY) dan US Dollar (USD) yang mencapai sehingga denominasi penerimaan pinjaman yang didominasi valuta asing tersebut menunjukkan pengaruh kurs valuta asing terhadap rupiah sangat signifkan. Meskipun terjadi penguatan kurs rupiah terhadap USD, penerimaan masih melebihi target penerimaan di triwulan II. Berdasarkan kelompok debitur, penerimaan sampai triwulan II, didominasi penerimaan pinjaman dari BUMN yang mencapai 88,10%, sedangkan dari Pemda hanya mencapai 4,20% dan sisanya berasal dari debitur perbankan, BUMD (PDAM) dan Koperasi.

Berdasarkan kelompok debitur, penerimaan sampai triwulan III, didominasi penerimaan pinjaman dari BUMN yang mencapai 90,28%, sedangkan dari Pemda hanya mencapai 1,13% dan sisanya berasal dari debitur perbankan, BUMD (PDAM), dan koperasi. Berdasarkan denominasi penerimaan pinjaman yang didominasi oleh valuta asing, pengaruh kurs valuta asing terhadap rupiah sangat signifkan, meskipun sempat terjadi penguatan kurs. Jadwal pembayaran pinjaman jatuh tempo serta restrukturisasi yang dipenuhi secara tepat waktu oleh debitur lancar ataupun debitur restrukturisasi, membuat capaian penerimaan pokok dan bunga pinjaman melebihi targetnya. Terhadap pinjaman berjalan, terdapat tiga loan milik PT PLN yang akan dihentikan karena sistem High Voltage Direct Current (HVDC) yang dipakai saat ini obsolete dan tidak sesuai perkembangan jaman (1 loan berstatus pipeline, 2 loan berstatus ongoing). Selain itu, PT Pertamina diperkirakan akan menambah masa penarikan pinjaman sampai tahun 2023 karena mundurnya tender untuk unit 4 (pinjaman IP 557) sehingga proyeksi pembiayaannya akan ditunda sampai dengan tahun depan.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 123: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 108

Pada triwulan IV, debitur BUMN mendominasi penerimaan pokok dengan porsi 63,31% sebesar Rp2.588.025.291.204. Hal ini mengindikasikan besarnya pengaruh kolektibilitas pembayaran debitur BUMN pada pencapaian target BA 999.04 yang mayoritas dimiliki oleh PT PLMN dengan 59 pinjaman. Pemda memberikan porsi penerimaan sebesar 1,29% sebesar Rp. 52.835.810.332,00. Penerimaan non pokok didominasi oleh penerimaan bunga sebesar 24,19%, hal ini dikarenakan adanya porsi biaya bunga dalam setiap perjanjian dan sebagaian perjanjian pinjaman telah dihilangkan unsur jasa banknya.

Realisasi Penerimaan Pokok dan Bunga pengembalian penerusan pinjaman tahun 2019 dapat tercapai, yaitu sebesar Rp5.413,33 miliar (105,25% dari target Rp5.143,66 miliar) (sesuai diatur dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2018 dan Perpres Nomor 129 Tahun 2018. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian target penerimaan pengembalian penerusan pinjaman sebagai berikut:1. Faktor Eksternal:

a. Fluktuasi Nilai Kurs Rupiah yang cenderung menguat terhadap valuta USD dan JPY. b. Kemampuan keuangan debitur dalam membayar kewajiban pinjaman, terdapat

sebagian kecil debitur debitur lancar yang terlambat bayar dan sebagian kecil debitur menunggak yang kemudian melakukan pembayaran;

c. Sistem High Voltage Direct Current (HVDC) yang obsolete membuat tiga loan akan dihentikan dan akan berdampak kepada realisasi pembiayaan yang akan tercapai;

d. Mundurnya jadwal pelaksanaan pembangunan Unit 4 (pinjaman 557) oleh PT Pertamina.

2. Faktor Internal:a. Tagihan kewajiban jatuh tempo kepada debitur (pengguna dana) satu bulan

sebelum jatuh tempo sehingga debitur dapat lebih mempersiapkan perencanaan pembayaran;

b. Memastikan keakuratan jadwal kewajiban, data outstanding pinjaman dan tingkat bunga sebagai dasar perhitungan penagihan;

c. Peran Kanwil dalam pelaksanaan penagihan pinjaman Pemda & BUMD sehingga lebih mendekat ke debitur.

Tindakan yang telah dilaksanakan untuk mencapai IKU tersebut antara lain:1. Penyampaian tagihan sebelum jatuh tempo sehingga debitur lebih dapat

mempersiapkan perencanaan pembayarannya;2. Berkoordinasi dengan debitur lancar dan debitur restrukturisasi terkait dengan

penyampaian pembayaran pinjaman jatuh tempo sesuai perjanjian;3. Berkoordinasi dengan PT PLN terkait tiga loan yang akan dihentikan karena sistem

sudah obsolete;4. Berkoordinasi dengan PT Pertamina terkait mundurnya tender pengadaan Unit 4 dan

rencana perpanjangan masa pembiayaan.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan terkait pencapaian IKU tersebut selama tahun 2020 (penanggung jawab: Direktorat SMI), yaitu menyusun DIPA dan target penerimaan dengan mempertimbangkan realisasi capaian penerimaan pokok dan bunga pinjaman selama tahun 2019.

Page 124: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan109

7b- N

Persentase pencapaian target pendapatan BLU

Persentase Pencapaian Target Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) adalah Persentase Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh BLU dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah terikat/tidak terikat, dan hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, yang tercapai sesuai dengan target dalam UU APBN tahun 2019.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pencapaian target pendapatan BLU bertujuan untuk mengetahui sejauh mana BLU dapat melakukan optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/jasa dengan tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas serta praktik bisnis yang sehat.

IKU tersebut merupakan IKU yang diterapkan sejak tahun 2017 pada Kemenkeu-One DJPb, dinaikkan dari IKU Kemenkeu-Two Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU, menggantikan IKU Persentase satker BLU yang kinerjanya baik, dengan pertimbangan:1. Realisasi IKU dapat dipantau secara triwulanan;2. IKU lama telah menjadi IKU Kemenkeu-One sejak tahun 2013, tetapi capaiannya

berdasarkan historical report kinerja BLU (bukan current progress);3. Walaupun BLU merupakan badan usaha yang tidak mencari keuntungan,

tetapi dalam operasionalnya BLU mendasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, sehingga jumlah pendapatan BLU relevan untuk menjadi IKU.

Formula perhitungan IKU tersebut ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU untuk tahun 2019 adalah sebesar 100% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target IKU 100% tersebut mengacu pada target pendapatan BLU pada Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2019. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2018 tentang Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2019, ditetapkan target Pendapatan BLU sebesar Rp47.884.451.844.000. Nilai tersebut meningkat dari target tahun 2018 Rp43.304.597.653.000 (meningkat 9,56%).

Target IKU Tahun 2019

Page 125: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 110

Berdasarkan data pada aplikasi OM SPAN, tercatat pendapatan BLU yang telah disahkan melalui KPPN (cut off data sesuai batas waktu pelaporan kinerja) adalah sebesar Rp48.915.306.214.394, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.1.

Tabel 3.7b.1 Perhitungan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2019

Klasifikasi Target (Rp) Realisasi(Rp) %

Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit 14.246.152.911.000 16.387.258.063.826 115,03%

Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan 10.004.568.836.000 12.617.992.367.119 126,12%

Pendapata Jasa Pelayanan Tenaga, Pekerjaan, Informasi,

Pelatihan dan Teknologi

480.095.338.000 531.860.541.882 110,78%

Pendapatan Jasa Pencetakan 2.664.800.000 161.068.800 6,04%

Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhan dan Kenavigasian 305.579.782.000 303.688.692.268 99,38%

Pendapatan Jasa Penyelenggaraan Telekomunikasi 2.652.967.689.000 2.743.344.770.718 103,41%

Pendapatan Jasa Pelayanan Pemasaran 39.787.110.000 220.786.962 0,55%

Pendapatan Penyediaan Barang - 1.189.210.350 100,00%

Pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa Lainnya 717.967.404.000 729.711.578.391 101,64%

Pendapatan Pengelolaan Kawasan Otorita 1.282.754.109.000 1.331.400.376.362 103,79%

Pendapatan Pengelolaan Kawasan Lainnya 289.779.711.000 283.454.003.964 97,82%

Pendapatan Program Modal Ventura 3.789.322.000 5.252.628.262 138,62%

Pendapatan Program Dana Bergulir Sektoral 423.423.028.000 315.050.216.520 74,41%

Pendapatan Program Dana Bergulir Syariah 38.647.689.000 25.454.026.350 65,86%

Pendapatan Investasi 120.000.000.000 1.037.684.147.207 864,74%

Pend. Pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional 3.607.055.917.983 100,00%

Pendapatan Dana Perkebunan Kelapa Sawit 11.438.000.000.000 - 0,00%

Pendapatan Pengelolaan Dana Khusus Lainnya 2.970.477.500.000 13.208.640.039 0,44%

Pendapatan dari Pengelolaan BMN pada Pengelola Barang 646.068.000.000 770.883.894.730 119,32%

Pendapatan Hibah Badan Layanan Umum 9.662.630.000 151.851.942.746 1571,54%

Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU 529.656.540.000 900.467.114.125 170,01%

Pendapatan Jasa Layanan Perbankan BLU 1.670.475.445.000 6.786.374.858.121 406,25%

Pendapatan BLU Lainnya dari Sewa 11.934.000.000 371.660.602.346 3114,30%

TOTAL 47.884.451.844.000 48.915.225.449.071 102.15%

Realisasi IKU Tahun 2019

Dari target pendapatan BLU yang ditetapkan pada UU APBN Tahun 2019 (UU No. 12 Tahun 2018) sebesar Rp47.884.451.844.000 (100%), realisasi pendapatan sebesar Rp48.915.225.449.071 atau telah mencapai sebesar 102,15% dari target. Dengan demikian, perbandingan realisasi dan target IKU dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7b.2.

Tabel. 3.7b.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 15% 40% 40% 60% 60% 100% 100% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 19,88% 44,38% 44,38% 75,92% 75,92% 102,15% 102,15%

Capaian 120 110,9 110,95 120 120 102,15 102,15

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Page 126: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan111

Grafik 3.7b.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2015 s.d. 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.7b.1, realisasi dan target dari tahun 2015 s.d. 2018 selalu meningkat, tetapi menurun pada tahun 2019. Namun demikian, realisasi tersebut dari tahun ke tahun selalu berhasil melampaui targetnya.

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.4.

Tabel 3.7b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2019

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 102,15% - -

2018 124,87% - -

2017 123,47% - -

2016 115,65% - -

2015 152,95% - -

Keterangan: mengingat IKU tersebut merupakan IKU baru pada Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2017 (dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. PPK BLU), tidak terdapat IKU dan target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2019 dapat dibandingkan dengan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2015 s.d. 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.3 dan Grafik 3.7b.2.

Tabel 3.7b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU 2015 s.d. 2019

T/R 2015* 2016* 2017* 2018* 2019*

Target (Rp) 23.090.210.525.000 36.271.227.940.000 38.541.440.190.000 43.304.597.653.000 47.884.451.844.000

Realisasi (Rp) 35.315.457.265.581 41.945.888.535.965 47.589.020.003.894 54.075.306.214.394 48.915.225.449.071

% Realisasi 152,95% 115,65% 123,47% 124,87% 102,15%

Keterangan:*) cutoff data sesuai dengan batas waktu pelaporan kinerja yang ditentukan setiap tahunnya

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 127: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 112

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah tingkat nasional sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.5.

Tabel 3.7b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2018

dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 102,15% - mengingat IKU tersebut merupakan IKU baru pada Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2017 (dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. PPK BLU), tidak terdapat IKU dan target pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 124,87% -

2017 123,47% -

2016 115,65% -

2015 152,95% -

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.6.

Tabel 3.7b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2019

dengan Unit Eselon I lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 102,15%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Rata-rata -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

BLU menyediakan barang/jasa dengan tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Dalam melakukan aktivitas “bisnis”nya, BLU harus tetap berpedoman pada regulasi yang ada. Sementara itu, beberapa regulasi mengenai upaya optimalisasi sumber daya/aset BLU masih belum tersedia. Selain itu, terdapat resistensi dari beberapa stakeholders atas beberapa ketentuan tentang pengelolaan keuangan BLU yang dianggap bertentangan dengan kepentingan stakeholders tersebut.

Realisasi pendapatan BLU pada tahun 2019 menurun dibandingkan tahun 2018 (menurun kurang lebih Rp6 triliun), terutama dikarenakan tidak adanya realisasi pendapatan pada pendapatan dana perkebunan Kelapa Sawit karena adanya kebijakan yang menjadikan pendapatan dana perkebunan Kelapa Sawit menjadi Rp0 mengingat fluktuasi harga CPO. Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.05/2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2018 tentang Tarif

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 128: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan113

Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang ditetapkan pada tanggal 30 September 2019, maka sejak tanggal 1 Oktober 2019 sampai dengan 31 Desember 2019 tarif pungutan atas ekspor Kelapa Sawit, Crude Palm Oil (CPO) dan Produk Turunannya adalah Rp 0,-

Selain itu, terdapat penguasaan aset bukan pada BLU di mana K/L belum mau menyerahkan hak guna aset ke BLU, tunggakan BPJS atas layanan kesehatan di RS masih tinggi di mana kondisi keuangan BPJS belum dapat memenuhi seluruh klaim layanan kesehatan yang diajukan oleh RS, sementara klaim BPJS belum dapat diakui sebagai pendapatan melainkan sebagai piutang.

Namun demikian, terdapat penambahan lainnya pada jumlah pendapatan tahun 2019 karena bertambahnya 35 Satker (tahun 2019 terdapat 234 Satker BLU dan tahun 2018 sebanyak 199). Hal-hal tersebut berimplikasi pada ketercapaian target pendapatan diperoleh dari peningkatan pendapatan dari investasi (1,37T), jasa layanan kesehatan (16,3T), jasa layanan pendidikan (12,6T) dan jasa layanan perbankan (6,7T) yang cukup tinggi, walaupun secara keseluruhan pendapatan BLU masih dapat dioptimalkan Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Rakornas BLU pada tanggal 26 Februari 2019;2. Kolaborasi monitoring dan evaluasi satker BLU dengan Itjen Kemenkeu;3. Menetapkan Tim Penilai Penetapan BLU dengan anggota lintas Eselon I Kemenkeu

termasuk DJA;4. Memberikan Asistensi pengesahan revisi DIPA menjadi DIPA Petikan BLU untuk satker

yang baru ditetapkan;5. Melakukan perumusan penguatan tata kelola BLU untuk mendorong pengelolaan

sumber daya secara produktif, efisien, dan efektif;6. Memberikan bimbingan teknis bagi Kanwil DJPb untuk meningkatkan peran pembinaan

terhadap satker BLU di wilayah kerjanya masing-masing ;7. FGD dengan BPJS, perbankan dan BLU untuk membahas bentuk utang jangka pendek;8. Pelaksanaan FGD dengan K/L, BLU dan Dit. PPK BLU.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 terkait pencapaian IKU tersebut di masa mendatang (penanggung jawab: Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU) adalah penguatan koordinasi melalui penguatan Dewan Pengawas dengan pelaksanaan Rakornas Dewas, FGD dengan K/L, BLU, dan perbankan, dan penyelenggaraan BLU Expo 2020.

Page 129: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 114

7c- N

Persentase pelaksanaan tugas khusus

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pusat Investas Pemerintah (PIP) merupakan unit organisasi non eselon yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan. BPDPKS bertugas untuk melaksanakan pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit, sementara PIP bertugas melaksanakan koordinasi di bidang pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah. Keduanya melaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Menteri Keuangan dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pelaksanaan tugas khusus bertujuan untuk memonitor pelaksanaan tugas BPDPKS dan PIP yang mulai diterapkan sejak tahun 2016. IKU tersebut mengalami refinement pada tahun 2018 yang mengubah lingkup yang diukur di mana semula (2016 dan 2017) mengukur kinerja BPDPKS, pada tahun 2018 juga mengukur kinerja PIP. Selain itu, perubahan dilakukan terhadap satuan pengukuran yang semula indeks menjadi persentase untuk menyempurnakan penamaan IKU yang lebih tepat dalam menunjukkan pengukuran kinerja. Pada tahun 2019, kembali dilakukan refinement berupa reformulasi IKU melalui penyesuaian indikator pengukuran dan bobotnya.

Indeks pelaksanaan tugas khusus dihitung berdasarkan kinerja dari satker BPDPKS dan Satker PIP sebagai berikut:

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS):1. Persentase dana pendapatan yang sesuai RBA (bobot 10%);2. Deviasi target harga CPO (bobot 5%);3. Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit (bobot 10%);4. Persentase riset yang dibiayai (25%);5. Persentase volume biodiesel yang disubsidi (25%);6. Persentase tindak lanjut program kemitraan (15%);7. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran (bobot 10%).

Pusat Investasi Pemerintah (PIP):1. Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro (35%);2. Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad

dengan LKBB (25%);3. Persentase akad pembiayaan yang kompetitif (25%);4. Persentae kualitas pelaksanaan anggaran (5%);5. Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana (10%).

Selanjutnya nilai IKU diperoleh dengan formula berikut:

Perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Nilai IKU = (Persentase kinerja satker BPDPKS x 60%) + (Persentase kinerja satker PIP x 40%)

Page 130: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan115

Target IKU Tahun 2019

Target IKU tersebut sebagaimana terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019 adalah 87% (target 30% untuk semester I dan 87% untuk semester II). Target tersebut meningkat dibandingkan dengan target pada tahun 2018 (85%) dan tahun 2017 dan 2016 (80). Meskipun pada tahun 2016 dan 2017 masih digunakan satiuan pengukuran indeks, pembandingan dapat dilakukan dengan tahun 2018 dan 2019 mengingat skala indeks yang diukur 0-100.

Untuk setiap komponen kinerja BPDPKS ditargetkan sebagai berikut:1. Persentase dana pendapatan yang sesuai RBA sebesar 15%; 2. Deviasi target harga CPO sebesar 15%;3. Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit sebesar 100%;4. Persentase riset yang dibiayai sesuai RBA sebesar 57%;5. Persentase volume biodiesel yang disubsidi sebesar 85%;6. Persentase tindak lanjut program kemitraan sebesar 60%;7. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 95%.

Untuk setiap komponen kinerja PIP ditargetkan sebagai berikut:1. Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro sebesar 100%; 2. Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan LKBB

sebesar 100%;3. Persentase akad pembiayaan yang kompetitif sebesar 90%;4. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 95%;5. Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana sebesar 100%.

Sampai dengan triwulan IV 2019, capaian komponen kinerja BPDPKS sebagai berikut:1. Realisasi dana pendapatan yang sesuai RBA adalah N/A; 2. Realisasi harga CPO adalah 19,12%;3. Penyelesaian program SDM Sawit adalah 100%;4. Realisasi riset yang dibiayai adalah 63%;5. Realisasi volume biodiesel yang disubsidi adalah 103%;6. Tindak lanjut program kemitraan adalah 65%;7. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran BPDPKS adalah 93,91%.

Sampai dengan triwulan IV 2019, capaian komponen kinerja PIP sebagai berikut:1. Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro sebesar 120%; 2. Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan LKBB

sebesar 100%;3. Persentase akad pembiayaan yang kompetitif sebesar N/A;4. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 89,74%;5. Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana sebesar 132,70%.

Realisasi N/A pada BPDPKS untuk indikator Realisasi pendapatan yang sesuai RBA dikarenakan sampai dengan saat ini tidak terdapat pendapatan pungutan di BPDPKS dikarenakan adanya kebijakan pemerintah Indonesia untuk pengenaan tarif ekspor kelapa sawit, CPO, dan/atau produk turunannya sebesar 0 (nol) rupiah mengingat fluktuasi harga CPO. Sementara itu, N/A pada PIP dikarenakan komponen tersebut tidak dapat dilakukan pengukuran. Dengan demikian, dapat diperoleh nilai realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus tahun 2019 sebesar 110,72% yang merupakan perhitungan setiap komponen IKU setelah dibobot dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.1.

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 131: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 116

Tabel 3.7c.1 Perhitungan IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2019

No Komponen Kinerja Target Realisasi Bobot* Indeks Kinerja

Nilai Kinerja

Hasil dibobot

Semester I 2019

BPD

PKS Persentase dana pendapatan yang sesuai RBA** N/A N/A N/A N/A N/A

Bobot 60%

Deviasi target harga CPO (target harga CPO $750) 15% 9,65% 5,56% 71,48% 3,97%

Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit 100% 30,00% 11,11% 30,00% 3,33%

Persentase riset yang dibiayai 57% 58% 27,78% 101,75% 28,27%

Persentase volume biodiesel yang disubsidi 85% 49,00% 27,78% 57,65% 16,01%

Persentase tindak lanjut program kemitraan 60% 50% 16,67% 83,33% 13,89%

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 99,08% 11,11% 104,29% 11,59%

Capaian Komponen Kinerja BPDPKS 77,06% 46,24%

PIP Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro 100% 19,99% 47% 19,99% 9,33%

Bobot 40%

Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan LKBB

100% 100,00% 33% 100,00% 33,33%

Persentase akad pembiayaan yang kompetitif N/A N/A N/A N/A N/A

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 89,56% 7% 94,27% 6,28%

Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana 100% 54,70% 13% 54,70% 7,29%

Capaian Komponen Kinerja PIP 56,24% 22,50%

Capaian IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus (70% x BPDPKS + 30% x PIP) 68,73%

Semester II 2019

BPD

PKS Persentase dana pendapatan yang sesuai RBA** N/A N/A N/A N/A N/A

Bobot 60%

Deviasi target harga CPO (target harga CPO $750) 15% 19,12% 5,56% 80,59% 4,48%

Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit 100% 100,00% 11,11% 100,00% 11,11%

Persentase riset yang dibiayai 57% 63% 27,78% 110,53% 30,70%

Persentase volume biodiesel yang disubsidi 85% 103,00% 27,78% 121,18% 33,66%

Persentase tindak lanjut program kemitraan 60% 65% 16,67% 108,33% 18,06%

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 93,91% 11,11% 98,85% 10,98%

Capaian Komponen Kinerja BPDPKS 108,99% 65,39%

PIP Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro 100% 120,00% 47% 120,00% 56,00%

Bobot 40%

Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan LKBB

100% 100,00% 33% 100,00% 33,33%

Persentase akad pembiayaan yang kompetitif N/A N/A N/A N/A N/A

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 89,74% 7% 94,46% 6,30%

Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana 100% 132,70% 13% 132,70% 17,69%

Capaian Komponen Kinerja PIP 113,32% 45,33%

Capaian IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus (70% x BPDPKS + 30% x PIP) 110,72%

Dengan demikian, capaian IKU tersebut pada tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7c.2. IKU Indeks pelaksanaan tugas khusus tahun 2019 sebesar 110,72% tersebut telah mencapai target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019.

Tabel. 3.7c.2 Capaian IKU Pesentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 87% 87% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 68,73% 68,73% - 68,73% 110,72% 110,72%

Capaian - 120 120 - 120 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

*Keterangan: bobot disesuaikan dengan proporsi bobot dari total bobot setelah dikurangi N/A

Page 132: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan117

Perbandingan capaian IKU tersebut dengan capaian tahun-tahun sebelumnya dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7c.3.

Tabel 3.7c.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2015 s.d. 2019

Target/Realisasi 2019 2018 2017 2016 2015 Ket

Target 87% 85% 80 80 - IKU diterapkan mulai tahun 2016Realisasi 110,72% 96,32% 111,48 106,45 -

Mengingat IKU tersebut merupakan IKU yang baru diterapkan mulai tahun 2016, tidak terdapat capaian IKU tersebut sebelum tahun 2016. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.3, realisasi IKU selalu memenuhi target tahunannya sejak tahun 2016 s.d. 2019 dan menunjukkan peningkatan dari tahun 2018 ke 2019. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.7c.1

Grafik 3.7c.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus 2015 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.4.

Tabel 3.7c.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus s.d. 2019

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 110,72% - -

2018 96,32% - -

2017 111,48 - -

2016 106,45 - -

2015 - - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan untuk diterapkan mulai tahun 2016, IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.5, realisasi IKU tahun 2016 s.d. 2019 tidak dapat dibandingkan dengan target RPJMN mengingat IKU tersebut baru ditetapkan setelah perencanaan jangka menengah disusun sebagai mandatori untuk diterapkan mulai tahun 2016

Page 133: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 118

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.6.

Tabel 3.7c.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2019

dengan Unit Eselon I lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN 102,77% IKU Indeks pelaksanaan tugas khusus selain dilakukan oleh DJPb juga dilakukan oleh Setjen Kemenkeu. Realisasi IKU tersebut oleh DJPb sebesar 110,72%, sementara oleh Setjen sebesar 102,77%.

Ket: data realisasi IKU eselon I lainnya berdasarkan data perolehan

Rocankeu dari eselon I bersangkutan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 110,72%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Tabel 3.7c.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus

s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU -Target- RPJMN 2015-2019

2019 110,72% -

2018 96,32% -

2017 111,48 -

2016 106,45 -

2015 - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan untuk diterapkan mulai tahun 2016, IKU tersebut tidak ditargetkan pada RPJMN Tahun 2015-2019

Isu yang terdapat pada BPDPKS antara lain:1. Sampai dengan saat ini tidak terdapat pendapatan pungutan di BPDPKS dikarenakan

adanya kebijakan pemerintah Indonesia untuk pengenaan tarif ekspor kelapa sawit, CPO dan/atau produk turunannya sebesar 0 (nol) rupiah. Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.05/2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2018 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang ditetapkan pada tanggal 30 September 2019, maka sejak tanggal 1 Oktober 2019 sampai dengan 31 Desember 2019 tarif pungutan atas ekspor Kelapa Sawit, Crude Palm Oil (CPO) dan Produk Turunannya adalah Rp 0.

2. Harga CPO mengalami kenaikan pada triwulan IV jika dibandingkan triwulan III tahun 2019, dengan harga CPO rata-rata $532/MT. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan stok dan produksi CPO, sedangkan permintaan minyak sawit meningkat baik untuk dalam negeri (meningkatnya penyerapan CPO dalam bentuk energi) maupun permintaan luar negeri (ekspor CPO dan turunannya meningkat) sejak triwulan III 2019. Selain itu, data statistik menunjukkan harga minyak sawit bergerak mengikuti kenaikan harga minyak kedelai di pasar Rotterdam.

Page 134: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan119

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Isu yang terdapat pada PIP antara lain, usaha pemerintah untuk mendorong terfasilitasinya 44 juta usaha semakin lama dan target pencapaian nasabah baru ultra mikro sebanyak 1.809.926 tercapai dari target. Akar masalah yang diidentikasi dalam hal ini antara lain adanya keputusan penundaan pengenaan pungutan ekspor minyak sawit mentah oleh Komite pengarah BPDP Kelapa Sawit dan pengurangan alokasi dana kelolaan untuk pembiayaan ultra mikro dalam DIPA PIP tahun 2020.

Tindakan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2019 antara lain:

BPDPKS1. Telah dilakukan pembentukan tim melibatkan unit lintas direktorat guna mempercepat

penyelesaian penggunaan sistem e-Billing Levy, serta quality assurance;2. Monitoring pergerakan harga CPO pada tiap bulan;3. Kajian faktor yang mempengaruhi harga CPO Cif Rotterdam;4. Rapat bersama dengan Ditjenbun untuk pembahasan penyampaian pedoman umum

program pengembangan SDM Kelapa Sawit pada tanggal 17 Desember 2019;5. Telah dilakukan Seleksi substantif Proposal yang masuk pada Call For Proposal GRS K19

oleh Komite Litbang dengan total sebanyak 25 penelitian yang lolos;6. Telah dilakukan Monev Kajian Pemanfaatan Bahan Bakar B30 non Otomotif;7. Telah dilakukan pembahasan proposal insiatif Kementerian ESDM tentang Kajian B50

dan Pemanfaatan BBN untuk PLTD;8. Telah dilakukan FGD terkait pembahasan update progress pelaksanaan uji terap B30 di

8 titik serah dan monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Uji Terap B30;9. Direktorat Kemitraan telah menyampaikan surat kepada segenap stakeholder sawit

Indonesia tentang usulan program kegiatan tahun 2019 untuk disinkronisasikan dengan program Promosi, Diplomasi dan Kemitraan BPDPKS;

10. Pelaksanaan rapat stakeholder sawit untuk sinkronisasi kegiatan tahun 2019.

PIP:1. Sinkronisasi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) penyalur dengan

Rencana Kerja Penyaluran PIP;2. Penetapan target jumlah debitur dan rencana penarikan dana kepada penyalur yang

ditetapkan sebagai Key Performance Indikator antara Penyalur dengan Menteri BUMN;3. Penyempurnaan batas waktu penyelesaian proposal pembiayaan sesuai dengan

standar pelayanan minimal PIP;4. Mewajibkan Penyalur menggulirkan kembali atas dana pengembalian pokok pinjaman

nasabah dengan memperhitungkan kewajiban pengembalian kepada PIP;5. Penyelesaian Konsolidasi Proses Bisnis dan Data; 6. Penyelesaian akad pembiayaan dengan PT PNM dan PT Pegadaian;7. Berkoordinasi dengan LKBB untuk segera menyalurkan pembiayaan ultra mikro sesuai

dengan akad pembiayaan;8. Membuat kartu pengawasan atas realisasi akad;9. Pelaksanaan Monitoring SLA setiap direktorat10. Melakukan penempatan dana saldo awal dan penagihan periodik kepada penyalur;11. Perjanjian kerja sama penyaluran UMi dengan Pemda Bone Bolango; 12. Penjajakan telah dilakukan terhadap dana CSR Bank Indonesia;13. Penjajakan perjanjian terkait penyaluran UMi dengan BUKP Yogyakarta;14. Penyaluran dengan pihak non Pemda, yakni 3 lembaga keuangan mikro sebagai wujud

kerja sama dengan Pihak Kementerian Pertanian;

Page 135: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 120

15. Koordinasi kepada para penyalur UMi agar menginput data debitur, data transaksi serta tenaga pendamping,

16. Memuat kewajiban pendampingan dalam akad pembiayaan dengan LKBB, penyusunan regulasi terkait bentuk pendampingan yang sesuai dengan karakteristik setiap penyalur, dan implementasi Kebijakan Pendampingan PIP kepada para Penyalur.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 dengan penanggung jawab BPDPKS dan PIP, antara lain:1. Reviu penetapan batas atas dan bawah rentang harga CPO; 2. Peningkatan kualitas data set dan proyeksi atas volatilitas harga CPO;3. Membuat kartu pengawasan atas realisasi akad;4. Pelaksanaan Monitoring SLA masing-masing Direktorat;5. Mendorong penyusunan peraturan untuk pelaksanaan pelatihan petani dan fasilitasi

Ditjenbun dalam penyusunan pedoman umum tersebut bersama BP2SDM dan LSPRO’6. Tindak lanjut Riset Inisiatif, yaitu: Riset Komersialisasi Pemanfaatan TKKS oleh PT

Rekind, Kajian B50 dan Pemanfaatan BBN untuk PLTD oleh LEMIGAS;7. Seleksi presentasi proposal 25 penelitian calon penerima dana litbang GRS K20;8. Pertemuan dengan K/L dan Asosiasi Sawit untuk program kegiatan tahun 2020;

Page 136: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan121

Sasaran Strategis 8

Peningkatan

kapasitas pengelola

perbendaharaan K/L

yang

berkesinambungan

Dalam rangka memperkuat implementasi kebijakan di bidang perbendaharaan negara, diperlukan upaya pemberian pemahaman maupun standardisasi keahlian kepada stakeholders terhadap pelaksanaan tugas-tugas teknis bidang perbendaharaan secara komprehensif dan kontinu sehingga mereka memiliki informasi sekaligus kompetensi yang cukup, untuk menunjang tugas perbendaharaan. Adapun manfaat dari peningkatan kapasitas pengelolaa perbendaharaan, yaitu terwujudnya pengelolaan APBN yang semain berkualitas di seluruh Kementerian/Lembaga sehingga dapat menghasilkan output dan outcome yang maksimal sesuai dengan tusi masing-masing.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 8

SS 8: Peningkatan kepasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambungan

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 86 90,43 105,15

8b-N Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan

75% 75% 100

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:8a- N

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

Efektivitas edukasi dan komunikasi merupakan bentuk pengukuran tingkat keberhasilan peserta pelatihan/sosialisasi/workshop dalam hal pemahaman substansi/materi. Tingkat pemahaman merupakan tingkat daya tangkap peserta terhadap segala materi yang diberikan pada pelatihan teknis (bimbingan teknis atau yang dipersamakan dengan itu).

Tolok ukur hasil pelatihan teknis didasarkan pada peningkatan pemahaman peserta atas materi yang diberikan dalam pelatihan untuk satu periode. Ruang lingkup pelatihan teknis meliputi pelatihan yang diselenggarakan di lingkup DJPb antara lain:• Sosialisasi/Bimtek terkait pelaksanaan anggaran;• Sosialisasi/Bimtek terkait akuntansi dan pelaporan keuangan.

Untuk bimtek diukur dengan post test, sementara untuk sosialisasi diukur dengan kuesioner. Jika pada satu periode pelaporan (satu triwulan) terdapat kegiatan bimtek dan kegiatan sosialiasi, total nilai efektivitas edukasi dan komunikasi pada triwulan tersebut dibobot sebagai berikut: hasil pos test 60%, hasil kuesioner 40%.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman/pengetahuan stakeholders terhadap kebijakan di bidang perbendaharaan negara dan menjadi umpan balik dalam mengukur tingkat efektivitas pelatihan teknis perbendaharaan. IKU tersebut mengalami refinement untuk tahun 2018, yaitu pada lingkup kebijakan yang diukur pemahamannya di mana semula terbatas pada kebijakan akuntansi akrual, pada tahun 2018 diperluas menjadi kebijakan terkait bidang perbendaharaan negara. Dalam hal ini, pada tahun 2018 dilakukan selain oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (APK), juga oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA).

Page 137: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 122

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 86 (skala 100), baik untuk target tahunan maupun target semesteran, sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target tersebut meningkat dibandingkan target tahun-tahun sebelumnya (2018: 85; 2016-2017: 80; 2015: 75). Mengingat realsasi tahun 2018 IKU tersebut adalah 87,86, besar target tahun 2019 masih challenging meskipun lebih rendah dari target IKU tersebut untuk 2019 pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2015-2019 (Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi terkait pelaksanaan anggaran) sebesar 90 (sangat efektif).

Target IKU Tahun 2019

Penilaian terhadap tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi Direktorat PA dihitung berdasarkan hasil evaluasi terhadap Bimbingan Teknis Pelaksanaan Anggaran kepada Satker K/L maupun Kanwil DJPb dan/atau KPPN yang diselenggarakan oleh Direktorat PA, dapat melalui kegiatan FGD, bimtek dan sosialisasi. Pada Tahun Anggaran 2019, kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan terkait dengan layanan yang diberikan oleh Direktorat PA, yaitu terkait implementasi Kartu Kredit Pemerintah (KKP), peningkatan kualitas KFR, pelatihan bagi analis keuangan dan bisnis pemerintah, dan evaluasi pelaksanaan anggaran (EPA).

Semester I

Sosialisasi PMK Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan KKP kepada K/L (30 Januari 2019) melibatkan 86 K/L, dengan hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan sosialisasi, diperoleh nilai indeks efektivitas edukasi dan komunikasi sebesar 83.39.

Workshop Analisis Keuangan dan Bisnis Pemerintah (AKBP) Tahun 2019 sesuai dengan ND Sekretaris DJPb No. ND-1334/PB.1/2019 melibatkan perwakilan seluruh Kanwil DJPb pada tanggal 1-4 Mei 2019, dengan hasil evaluasi diperoleh nilai indeks efektivitas edukasi dan komunikasi sebesar 94,59.

Dengan demikian, realisasi IKU semester I 2019 = 83,39 + 94,59)/2 = 88,99.

Semester II

Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran (EPA) Triwulan III dan EPA Triwulan IV tahun 2019. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan tersebut, maka diperoleh nilai indeks sebesar 90,39.

Dengan demikian, realisasi IKU semeser II 2019 = 90,39.

Realisasi IKU Tahun 2019

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi didapatkan dari rata-rata tingkat efektivitas setiap kegiatan pelatihan/sosialisasi/workshop, yang berasal dari nilai kuesioner/pre/ post -test kepada peserta, dengan keterangan indeks sebagai berikut:• 0 < x ≤ 20 = sangat tidak efektif • 20 < x ≤ 40 = tidak efektif • 40 < x ≤ 60 = kurang efektif • 60 < x ≤ 80 = efektif • 80 < x ≤ 100 = sangat efektif

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan perhitungan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Page 138: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan123

Sementara itu, pad Direktorat APK, efektivitas edukasi dan komunikasi dhitung berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan sosialisasi, bimtek, atau FGD yang diselenggarakan oleh Direktorat APK, berkaitan dengan akuntansi dan pelaporan keuangan selama tahun 2019. Pada Direktorat APK, IKU tersebut diturunkan ke Subdit SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan), Subdit SA (Sistem Akuntansi), dan Subdit BAIBUN (Bimbingan Akuntansi Instansi dan Bendahara Umum Negara), dengan penjelasan capaian sebagai berikut:

Semester I tahun 2019 telah dilaksanakan sosialisasi dengan nilai rata-rata semester I sebesar 89,76, dengan rincian sebagai berikut:1. Sosialisasi oleh Subdit SAP dengan nilai rata-rata 92,082. Sosialisasi oleh Subdit SA dengan nilai rata-rata 90,623. Sosialisasi oleh Subdit BAIBUN dengan nilai rata-rata 86,60

SemesterII tahun 2018 telah dilaksanakan sosialisasi dengan nilai rata-rata semester I sebesar 92,55, dengan rincian sebagai berikut:1. Sosialisasi oleh Subdit SAP dengan nilai rata-rata 90,332. Sosialisasi oleh Subdit SA dengan nilai rata-rata 94.77

Secara keseluruhan pada DJPb dapat dihitung realisasi IKU tersebut pada tahun 2019 sebagai berkut:• Realisasi IKU Semester I : (88,99 + 89,76) / 2 = 89,38• Realisasi IKU Semester II: (90,39 + 92,55) / 2 = 91,47• Realisasi IKU Tahun 2018: (89,38 + ) / 2 = 87,86

Dengan demikian, capaian IKU tersebut untuk tahun 2019 ditunjukkan pada Tabel 3.8a.1.

Tabel 3.8a.1 Capaian IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2019

T /R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d.Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 86 86 - 86 86 86Maximize/

AverageRealisasi - 89,38 89,38 - 89,38 91,47 90,43

Nilai - 103,93 103,93 - 103,93 106,36 105,15

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.1 realisasi IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 90,43, dengan realisasi 89,38 untuk semester I dan 91,47 untuk semester II. Realisasi tersebut telah melampaui target tahunan dan semesteran yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 (sebesar 86).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2019 dapat dibandingkan dengan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2015 s.d. tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.2.

Tabel 3.8a.2 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

Tahun 2015 s.d. 2019

Tahun Target IKU Tahunan Realisasi IKU Tahunan

2019 86 (sangat efektif) 90,43

2018 85 (sangat efektif) 87,86

2017 80 (efektif) 83,48

2016 80 (efektif) 82,72

2015 75 (efektif) 82,81

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 139: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 124

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan RPJMN Tahun 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.4.

Tabel 3.8a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019*

2019 90,43 90 (sangat efektif)

2018 87,86 85 (sangat efektif)

2017 83,48 85 (sangat efektif)

2016 82,72 80 (efektif)

2015 82,81 80 (efektif)

Ket: Indikator Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi terkait pelaksanaan anggaran pada RPJMN

Ditunjukkan pada Tabel 3.8.4, target tahunan IKU tersebut telah memenuhi target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, kecuali pada tahun 2017 yang terealisasi lebih rendah daripada targetnya.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.3.

Tabel 3.8a.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019* Renstra Kemenkeu 2015-2019*

2019 90,43 90 (sangat efektif) 90 (sangat efektif)

2018 87,86 85 (sangat efektif) 85 (sangat efektif)

2017 83,48 85 (sangat efektif) 85 (sangat efektif)

2016 82,72 80 (efektif) 80 (efektif)

2015 82,81 80 (efektif) 80 (efektif)

Ket: Indikator Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi terkait pelaksanaan anggaran pada Renstra

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.3, target tahunan IKU tersebut telah memenuhi target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, kecuali pada tahun 2017 yang terealisasi lebih rendah daripada targetnya.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.2, realisasi IKU dari 82,81 di tahun 2015 menurun menjadi 82,72 di tahun 2016, meningkat menjadi 83,48 di tahun 2017, dan terus meningkat menjadi 87,86 di tahun 2018 dan 90,43 di tahun 2019. Secara grafik, perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.8a.1.

Grafik 3.8a.1 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

Tahun 2015 s.d. 2019

Page 140: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan125

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8a.5.

Tabel 3.8a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Ket

1 SETJEN - IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi selain dilakukan oleh DJPb juga dilakukan oleb BKF di mana realisasi IKU tersebut DJPb memperoleh nilai 90,43, lebih tinggi dari nilai yang diperoleh BKF sebesar 86,69.

Ket: data realisasi IKU eselon I lainnya berdasarkan data perolehan

Rocankeu dari eselon I bersangkutan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 90,43

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF 86,69

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Sampai dengan akhir triwulan IV Tahun 2019, rata-rata nilai efektivitas edukasi sebesar 90,43, telah melebihi target yang ditetapkan sebesar 86. Meskipun telah memenuhi target yang telah ditentukan untuk tahun 2019, terdapat isu dalam pencapaian IKU tersebut yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:1. Nilai kinerja tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi Direktorat PA dihitung

berdasarkan 2 kegiatan, yaitu Sosialisasi Kebijakan Pelaksanaan Anggaran Tahun 2019 dan Workshop Analisis Keuangan dan Bisnis Pemerintah (AKBP) Tahun 2019;

2. Nilai kinerja tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi pada triwulan IV dihitung berdasarkan 2 kegiatan, yaitu EPA Triwulan III dan EPA Triwulan IV;

3. Dari beberapa aspek penilaian pada kegiatan Diklat maupun sosialisasi, terdapat hasil kurang optimal pada aspek “pemahaman peserta atas materi yang disampaikan”. Sementara itu, pada aspek lainnya, yaitu aspek kualitas materi, fasilitator, dan fasilitas sarana dan prasarana mendapat persepsi yang baik dari para peserta;

4. Pengelola Perbendaharaan di K/L dan pemda senantiasa mendapatkan informasi mutakhir untuk memahami akuntansi atas transaksi keuangan Pemerintah sehingga mampu menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sehingga meningkatkan opini BPK atas LKKL dan LKPD.

isu tersebut berimplikasi pada:1. Kurang optimalnya “pemahaman peserta atas materi yang disampaikan” dapat

berimplikasi pada terhambatnya penyebarluasan dan implementasi kebijakan/peraturan baru di bidang pelaksanaan anggaran, sehingga perlu dibuatkan langkah mitigasi lain untuk menutup gap pemahaman yang ada, misalnya melalui sosialisasi lanjutan, penerbitan modul, layanan konsultasi/pendampingan/asistensi;

2. Penyusunan LK K/L yang berkualitas untuk memperoleh opini terbaik membutuhkan pemahaman atas pos-pos yang disajikan dan diungkapkan.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 141: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 126

Akar permasalahan yang telah diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu 1. Peserta yang hadir cukup bervariasi latar belakangnya, tidak semuanya merupakan

pihak yang biasa menangani pekerjaan teknis;2. Penyusun LKKL dan LKPD belum memiliki pemahaman yang memadai atas penerapan

SAP;3. Ketidakmampuan Kementerian Negara/Lembaga dalam menyusun Laporan Keuangan

yang berkualitas karena tidak memahami materi yang telah disosialisasikan.

Tindakan yang telah dilaksanakan pada tahun 2019, antara lain melakukan evauasi efektivitas kegiatan-kegiatan edukasi dan komunikasi sebagai berikut:

Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)1. pelaksanaan kegiatan Sosialisasi PMK Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara

Pembayaran dan Penggunaan KKP kepada K/L dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2019 di Jakarta dengan peserta dari 86 K/Lsesuai dengan Undangan Direktur PA No. UND-18/PB.2/2019 tanggal 14 Januari 2019;

2. Kegiatan Pelatihan/Workshop Peningkatan Kualitas KFR dalam rangka peningkatan kompetensi dan kapabilitas Tim Penyusun Laporan KFR pada Kanwil DJPb telah dilaksanakan sesuai dengan surat tugas Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ST-636/PB.2/2018 pada Kanwil DJPb Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Barat di bulan Januari 2019.

3. kegiatan Workshop Analisis Keuangan dan Bisnis Pemerintah (AKBP) Tahun 2019 telah dilaksanakan sesuai dengan ND Sekretaris DJPb No. ND-1334/PB.1/2019 dengan mengundang perwakilan seluruh Kanwil DJPb pada tanggal 1-4 Mei 2019;

4. Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan III dan EPA Triwulan IV tahun 2019.

Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (APK)Subdit SAP (Standar Akuntansi Pemerintah): 1. Workshop PAPK Pemda, 13-15 Februari 2. TOT SAP Pempus, 25 Maret3. Workshop SAP Pempus, 26 Maret4. Workshop Kanwil jatim 20 Juni5. SOSAP Pemda Kalsel, 24 April6. SOSAP Pemda Bali, 19 Juni7. SOSAP Pemda Banten, 20 Juni8. SOSAP Pemda Jabar, 20 Juni9. SOSAP Pusat Bangko, 25 Juni10. SOSAP Pusat Tobelo, 26 Juni11. Sosialisasi SAP Pemda DJPb Prov. Bengkulu, 2 Juli 201912. Sosialisasi SAP Pemda DJPb Prov DKI Jakarta, 4 Juli 201913. Sosialisasi SAP Pemda DJPb Prov DKI Jakarta, 11 Juli 201914. Sosialisasi SAP Lingkup Satker KPPN Banyuwangi, 29 Agustus15. FGD Peningkatan Kualitas LK Pemkot Kupang, 24 September 16. Sosialisasi SAP Lingkup Satker KPPN Purworejo, 1 Oktober 201917. Sosialisasi SAP Lingkup Satker KPPN Kuningan, 3 Oktober 201918. Sosialisasi SAP Lingkup Satker KPPN Serang, 8 Oktober 201919. FGD Implementasi PP 12 Tahun 209 Pemda D.I. Yogyakarta20. Sosialisasi SAP Lingkup Satker KPPN Tebing Tinggi, 28 November 201921. Sosialisasi SAP Lingkup Satker KPPN Ketapang, 3 Desember 2019

Page 142: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan127

Subdit SA (Sistem Akuntansi):1. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Maluku

tanggal 18 Juni 2019 dihadiri sebanyak 70 peserta;2. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Kalimantan

Timur tanggal 18 Juni 2019 dihadiri sebanyak 89 peserta;3. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Jambi tanggal

20 Juni 2019 dihadiri sebanyak 70 peserta;4. Pelaksanaan sosialisasi pada Satuan Kerja lingkup KPPN Surakarta tanggal 20 Juni 2019

dihadiri sebanyak 70 peserta;5. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Kalimantan

Selatan tanggal 14 November 2019 dihadiri sebanyak 77 peserta;6. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Maluku

Utara tanggal 14 November 2019 dihadiri sebanyak 71 peserta;;7. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Lampung

tanggal 21 November 2019 dihadiri sebanyak 76 peserta;8. Pelaksanaan sosialisasi kepada Satuan Kerja lingkup Kanwil DJPB Provinsi Sumatera

Barat tanggal 21 November 2019 dihadiri sebanyak 70 peserta.

Subdit BAIBUN (Bimbingan Akuntansi Instansi dan Bendahara Umum Negara):1. Penyuluhan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) kepada Kanwil DJPb dengan mengundang

Kepala Seksi PSAPP Kanwil DJPb dan Kepala Seksi Veraki KPPN Ibukota pada tanggal 1-3 Mei 2019;

2. Penyuluhan SAI kepada Kementerian/Lembaga dengan mengundang 2 orang penyusun Laporan Keuangan masing-masing K/L pada tanggal 26-28 Juni 2019

.Rekomendasi rencana aksi dalam pencapaian IKU tersebut pada tahun 2019 (penanggung jawab: Dit. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Dit. Pelaksanaan Anggaran), yaitu: 1. Memberikan pembekalan kepada pegawai dalam rangka meningkatkan kemampuan

dan kapabilitas dalam memberikan materi, serta melatih komunikasi melalui workshop (presentasi, penulisan, dan public speaking);

2. Menerima setiap masukan dari peserta bimbingan teknis, focus group discussion, dan sosialisasi sebagai sarana perbaikan kegiatan di masa mendatang;

3. Penegasan kriteria peserta sosialisasi;4. Komunikasi yang intensif dengan unit perumus Standar Akuntansi Pemerintahan

(KSAP), Pembina Pemerintah Daerah (Kemendagri), Kanwil DJPb, serta Pemerintah Daerah untuk menggali isu-isu terkini yang perlu disosialisasikan melalui:a. Melakukan update terhadap peraturan dan sistem aplikasi terbaru sebagai bahan

materi sosialisasi;b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada lokasi-lokasi yang telah direncanakan; danc. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan sosialisasi.

Page 143: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 128

8b- N

Persentase implementasi jabatan fungsional bidang per-bendaharaan

Jabtan fungsional di bidang perbendaharaan telah dibentuk dengan terbitnya payung hukum sebagai berikut:a. Permenpan RB Nomor 51 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina

Teknis Perbendaharaan Negara,b. Permenpan RB Nomor 52 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Analis

Perbendaharaan Negara,c. Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Analis

Pengelolaan Keuangan APBN, dand. Permenpan RB Nomor 54 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pranata

Keuangan APBN.

Implementasi Jabatan fungsional bidang perbendaharaan adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk mengimplementasikan jabatan fungsional pada DJPb dan Kementerian/Lembaga sebagaimana 4 (empat) Permenpan RB tersebut di atas, yang terdiri dari di antaranya penyusunan dan penetapan regulasi pelaksanaan jabatan fungsional, pengembangan aplikasi e-jafung, dan pelaksanaan inpassing.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan bertujuan untuk memastikan diimplementasikannya jabatan fungsional di bidang perbendaharaan pada DJPb dan K/L dalam rangka mendukung terwujudnya sumber daya manusia pengelola perbendaharaan yang profesional dan berkompeten. IKU tersebut merupakan IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb dengan unit penanggung jawab IKU Direktorat Sistem Perbendaharaan (Dit. SP). Nilai realisasi IKU diperoleh dari perhitungan dengan sumber data berupa surat dan/atau nota dinas, draft peraturan, dan/atau laporan kegiatan terkait jabatan fungsional di bidang perbendaharaan.

Adapun komponen dalam perhitungan IKU tersebut terdiri atas:

1. Capaian penyusunan dan penetapan regulasi, yang dihitung berdasarkan proporsi jumlah regulasi yang ditetapkan terhadap target jumlah regulasi yang ditetapkan. Adapun apabila peraturan belum ditetapkan tetapi sudah disampaikan dan dibahas dengan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Setjen Kemenkeu (khusus Perdirjen, penyampaian kepada DIrjen Perbendaharaan), diberikan nilai 50% untuk setiap peraturan tersebut. Komponen ini dihitung sebagai berikut:

Capaian penyusunan dan penetapan regulasi = (

2. Capaian launching sistem informasi e-jafung, yang dihitung sesuai dengan tahap yang telah dijalankan. Komponen ini dihitung sebagai berikut:

• Penyampaian dan pembahasan user requirement = 50%• Pelaksanaan UAT = 80%• Perbaikan aplikasi setelah UAT = 90%• Launching aplikasi = 100%

Page 144: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan129

3. Capaian pelaksanaan inpassing 4 jabatan fungsional, yang dihitung dari perbandingan antara jumlah calon pejabat fungsional yang mendapat rekomendasi pengangkatan dari instansi pembina dengan target jumlah calon pejabat fungsional yang di-inpassing,

Selanjutnya, IKU Persentase implementasi jabatan fungsional di bidang perbendaharaan dihitung dengan formula sebagai berikut:

Polarisasi data IKU menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Capaian C = ( x 100%

Realisasi IKU Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan = (Capaian penyusunan dan penetapan regulasi x 50%) + (Capaian launching sistem informasi e-jafung x 25% + (Capaian pelaksanaan inpassing x 25%)

Target IKU Tahun 2019

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019 adalah 75% (target 40% untuk semester I dan 75% untuk semester II). Mengingat IKU ini merupakan IKU baru di level DJPb yang diterapkan mulai tahun 2019, tidak terdapat penargetan dan realisasi IKU pada tahun-tahun sebelumnya, serta pada perencanaan jangka menengah seperti Renstra DJPb, Renstra Kemenkeu, dan RPJMN Tahun 2015-2019.

Sampai dengan Semester I 2019, dalam pencapaian setiap komponen IKU tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:• Regulasi Teknis: 12 dari 14 rancangan peraturan telah melalui tahap penyampaian dan

pembahasan dengan Biro Organta, yaitu: 4 RPerka BKN dalam tahap penetapan oleh BKN, 4 RPMK dalam tahap penetapan oleh Menteri Keuangan, dan 4 Rperpres Tunjan-gan Jafung dalam tahapan pembahasan dengan Biro Organta.

• Aplikasi e-Jafung: Pengembangan aplikasi e-jafung modul inpassing selesai dilakukan UAT pada Juni 2019

• Pelaksanaan inpassing: Belum ada pengusulan calon pejabat fungsional di bidang per-bendaharaan untuk mengikuti seleksi inpassing

Sampai dengan akhir 2019, dalam pencapaian setiap komponen IKU tersebut dapat dijelas-kan sebagai berikut:• Regulasi Teknis: 8 dari 8 rancangan peraturan telah melalui tahap penyampaian dan

pembahasan dengan Biro Organta, yaitu: 4 Perka BKN telah diundangan (No. 13, 17, 18, dan 19 Tahun 2019) dan 4 PMK telah diundangkan (No. 148, 149, 150, dan 151 Tahun 2019);

• Aplikasi e-Jafung: Modul inpassing telah di-launching pada Desember 2019;• Pelaksanaan inpassing: Belum ada pengusulan calon pejabat fungsional di bidang per-

bendaharaan untuk mengikuti seleksi inpassing.

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 145: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 130

Selanjutnya, perhitungan IKU Persentase implementasi jabatan fungsional di bidang perbendaharaan tahun 2019 dapat ditunjukkan sebagaimana pada Tabel 3.8b.1.

Tabel 3.8b1 Perhitungan Persentase implementasi jabatan fungsional Bid. Perbendaharaan Tahun 2019

No Langkah Implementasi Jabatan Fungsional Bidang Perbendaharaan Progres Cap Bobot Nilai

Semester I

A Regulasi Teknis Ditetapkan Direncanakan

12 dari 14 rancangan peraturan telah melalui tahap penyampaian dan pembahasan dengan Biro Organta, yaitu:

12 14 42,86%

(12/14) x 50%

50% 21,43%

- 4 RPerka BKN dalam penetapan oleh BKN

- 4 RPMK dalam penetapan oleh Menkeu

- 4 RPerpres tunjangan jabatan fungsional dalam pembahasan dengan Biro Organta

*Diberikan nilai 50% untuk setiap peraturan apabila peraturan belum ditetapkan, tetapi sudah disampaikan dan dibahas dengan Biro Organta (khusus Perdirjen, penyampaian kepada Dirjen Perbendaharaan).

B Aplikasi e-Jafung

Pengembangan aplikasi e-jafung modul inpassing selesai dilakukan UAT pada Juni 2019

80% 80% 25% 20%

C Pelaksanaan inpassing

Belum ada pengusulan calon pejabat fungsional bidang perbendaharaan untuk mengikuti seleksi inpassing

0% 0% 25% 0%

Capaian IKU Semester I 41,43%

Semester II

A Regulasi Teknis Ditetapkan Direncanakan

8 dari 8 rancangan peraturan yang telah disampaikan telah selesai dengan diundangkan:

8 8 100% 50% 50%

- 4 Perka BKN telah diundangkan (No. 13, 17, 18, dan 19 Tahun 2019)

- 4 PMK telah diundangkan (No. 148, 149, 150, dan 151 Tahun 2019)

B Aplikasi e-Jafung

Modul inpassing telah di-launching pada Desember 2019

100% 100% 25% 25%

C Pelaksanaan inpassing

DJPb telah menerbitkan rekomendasi formasi bagi 7 K/L, yaitu BPK, KemenPAN-RB, PPATK, BATAN, BIG, BNP2TKI, dan Kemenkes

0% 0% 25% 0%

Belum ada pengusulan calon pejabat fungsional bidang perbendaharaan untuk mengikuti seleksi inpassing

Capaian IKU Tahun 2019 75%

Dengan demikian, capaian IKU tersebut pada tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.8b.2. IKU Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan tahun 2019 sebesar 75% tersebut telah mencapai target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019.

Page 146: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan131

Perbandingan capaian IKU tersebut dengan capaian tahun-tahun sebelumnya dapat ditunjukkan pada Tabel 3.8b.3.

Tabel 3.8b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi jabatan fungsional

Bid. Perbendaharaan Tahun 2015 s.d. 2019

Target/Realisasi 2019 2018 2017 2016 2015 Ket

Target 75% - - - - IKU diterapkan mulai tahun 2019Realisasi 75% - - - -

Mengingat IKU tersebut merupakan IKU yang baru diterapkan mulai tahun 2019, tidak terdapat capaian IKU tersebut sebelum tahun 2019.

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8b.4.

Tabel 3.8b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi jabatan fungsional

Bid. Perbendaharaan s.d. 2019 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 75% - -

2018 - - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan untuk diterapkan mulai tahun 2019, IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8b.5, realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 tidak dapat dibandingkan dengan target RPJMN mengingat IKU tersebut baru ditetapkan setelah perencanaan jangka menengah disusun untuk diterapkan mulai tahun 2019.

Tabel 3.8b.5 Perbandingan Realisasi IKU IKU Persentase implementasi jabatan fungsional Bid.

Perbendaharaan s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU -Target- RPJMN 2015-2019

2019 75% -

2018 - -

2017 - -

2016 - -

2015 - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan untuk diterapkan mulai tahun 2019, IKU tersebut tidak ditargetkan pada RPJMN Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Tabel. 3.8b.2 Capaian IKU Persentase implementasi jabatan fungsional Bid. Perbendaharaan Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 40% 40% - 40% 75% 75% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 41,43% 41,43% - 41,43% 75% 75%

Capaian - 103,56 103,56 - 103,56 100 100

Page 147: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 132

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8b.6.

Tabel 3.8b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi jabatan fungsional Bid.

Perbendaharaan Tahun 2019 dengan Unit Eselon I lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2019 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase implementasi jabatan fungsional bidang perbendaharaan hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilaku-kan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainn-ya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 75%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Jabatan fungsional di bidang perbendaharaan telah dibentuk dengan terbitnya payung hukum 4 Permenpan RB No. 51 s.d. 54 Tahun 2018. Untuk dapat diimplementasikan, jabatan fungsional di atas memerlukan regulasi teknis, aplikasi e-jafung, dan pelaksanaan inpassing.

Sampai dengan selesainya tahun 2019, target IKU telah berhasil dicapai sesuai target yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb 2019, meskipun kurang optimal• Regulasi teknis: 4 Peraturan BKN telah diundangkan (Nomor 13, 17, 18, 19 Tahun 2019)

dan 4 PMK telah diundangkan (Nomor 148, 149, 150, dan 151 Tahun 2019). • Aplikasi e-Jafung: Modul inpassing telah di-launching pada Desember 2019.

Pelaksanaan inpassing: DJPb telah menerbitkan rekomendasi formasi bagi 7 K/L yaitu BPK, KemenPAN-RB, PPATK, BATAN, BIG, BNP2TKI, dan Kemenkes. Namun, sampai dengan 31 Desember 2019, belum ada K/L yang mengusulkan calon pejabat fungsional di bidang perbendaharaan untuk mengikuti seleksi inpassing.

Dalam hal ini, akar permasalahan yang telah diidentifikasi, yaitu belum adanya K/L yang mendapatkan penetapan formasi jabatan fungsional di bidang perbendaharaan dari KemenPAN-RB.

Tindakan yang telah dilaksanakan terkait pencapaian IKU tersebut, yaitu: 1. Penyampaian RPMK Juknis kepada Menteri Keuangan sebagaimana ND-643/PB/2019

tanggal 19 Juni 2019.2. Penyampaian permohonan harmonisasi RPMK Juknis kepada Kemenkumham tanggal

16 Juli 2019 dan telah dinyatakan memenuhi syarat oleh Kemenkumham. 3. Penyampaian kembali RPMK Juknis kepada Menkeu secara berjenjang sebagaimana

ND-678 s.d. 681/PB.7.5/2019 tanggal 23 Agustus 2019. 4. Penyampaian RPerdirjen inpassing untuk mendapatkan masukan dari direktorat terkait

lingkup DJPb melalui ND-737/PB/7/2019 tanggal 17 Mei 2019.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 148: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan133

5. Pengembangan aplikasi: a. Pelaksanaan User Accepatance Test (UAT) Jabatan Fungsional (JF) tertutup di 3

Kanwil DJPb tanggal 30 April s.d. 7 Mei 2019 (ND-611/PB.7/2019) dan Kantor Pusat DJPb tanggal 24-25 Juni 2019 (UND-223/PB.7/2019);

b. Pelaksanaan UAT JF terbuka di Jakarta tanggal 28 s.d. 29 Agustus 2019 (UND-321/PB.7/2019);

c. Pembahasan hasil perbaikan aplikasi pasca UAT tanggal 17 September 2019 (ND-1282/PB.7/2019);

d. Launching melalui video conference dengan seluruh Kanwil DJPb dan KPPN tanggal 5 Desember 2019 sebagaimana ND-1758/PB.7/2019.

5. Melaksanakan workshop penyusunan formasi kepada 17 K/L termasuk Kemenkeu tanggal 15-16 Mei 2019 melalui UND-167/PB.7/2019 dan UND-189/PB.7/2019.

6. Melaksanakan one-on-one meeting penyusunan formasi JF PK APBN dan JF APK APBN kepada 17 K/L termasuk Kemenkeu tanggal 24 Juli s.d. 9 Agustus 2019 melalui UND-285/PB.7/2019.

7. Melaksanakan workshop finalisasi penyusunan formasi kepada 17 K/L termasuk Kemenkeu tanggal 24 September 2019 melalui UND-270/PB.7/2019.

8. Melaksanakan one-on-one meeting pengenalan dan pelatihan aplikasi e-jafung modul inpassing untuk JF PK APBN dan JF APK APBN kepada 17 K/L termasuk Kemenkeu tanggal 26 September s.d. 3 Oktober 2019 melalui UND-274/PB.7/2019.

9. Menerbitkan rekomendasi formasi bagi 7 K/L yaitu BPK, KemenPAN-RB, PPATK, BATAN, BIG, BNP2TKI, dan Kemenkes..

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 dengan penanggung jawab Direktorat Sistem Perbendaharaan , antara lain:1. Regulasi: (a) Penetapan RPerpres Tunjangan Jabatan Fungsional, dan (b) penyusunan

Rperdirjen terkait pedoman penilaian angka kredit;2. Pengembangan aplikasi e-Jafung berupa modul penilaian angka kredit;3. Menerbitkan rekomendasi pengangkatan melalui inpassing jabatan fungsional lingkup

DJPb dan K/L.

.

Page 149: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 134

Sasaran Strategis 9

Akuntansi dan

pelaporan keuangan

negara yang akuntabel,

transparan, dan tepat

waktu

Akuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diwujudkan dengan penyusunan laporan keuangan oleh Pemerintah Pusat. Penyusunan laporan keuangan Pemerintah harus disusun secara profesional dan modern. Kualitas laporan keuangan Pemerintah dapat diidentifikasi dari ketepatan waktu penyelesaian LKPP, ketepatan waktu penyelesaian UU PP APBN, serta opini audit yang baik dari BPK.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 9

SS 9: Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

9a-N Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

4 (skala 4)

4 100

9b-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89% 94,16% 105,80

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

9a- N

Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU PP/P2 APBN) merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan anggaran dari Pemerintah kepada DPR. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 30 mengatur bahwa batas waktu penyampaian RUU P2 APBN adalah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir (bulan Juni tahun berikutnya).

Berdasarkan Tata tertib DPR RI bagian keenam (Pembahasan dan Penetapan Rancangan UU Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN) pasal 158 ayat 6 menyebutkan bahwa “Pembahasan dan penetapan Rancangan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah disampaikannya bahan hasil pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah oleh BPK ke DPR” (bulan September tahun berikutnya). UU P2 APBN dapat dianggap selesai dengan disepakatinya RUU P2 APBN menjadi UU dalam Sidang Paripurna DPR.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Batas waktu penyelesaian UU P2 APBN adalah 30 September tahun berikutnya yang ditandai dengan Rapat Paripurna DPR untuk menyetujui dan mengesahkan RUU P2 APBN menjadi UU P2 APBN.

Indeksasi ketepatan waktu skala 1 s.d. 4 dengan detil sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.1.

Page 150: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan135

Tabel 3.9a.1 Indeksasi Penyelesaian UU PP APBN 2018 pada Tahun 2019

Indeks Batas Waktu 2019 Kategori

1 di atas 9 Oktober

Sangat Terlambat1,25 09 Oktober

1,5 07 Oktober

1,75 06 Oktober

2 05 Oktober

Terlambat

 

2,25 04 Oktober

2,5 03 Oktober

2,75 02 Oktober

3 30 September Tepat Waktu  

3,25 29 September

Sangat Tepat Waktu3,5 28 September

3,75 27 September

4 Sebelum 27 September

Ket: batas waktu penyelesaian UU PP APBN adalah 30 September tahun berikutnya

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan tahunan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu untuk tahun 2019 adalah 4 (tepat waktu) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target tersebut sama dibandingkan target IKU tersebut tahun 2018 yang telah meningkat dibandingan target tahun 2017 (3). Target tersebut juga meningkat dibandingkan target tahun 2019 pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang pada ketiganya ditargetkan 3 untuk tahun 2019.

Target IKU Tahun 2019

RUU P2 APBN TA 2018 telah disetujui untuk disahkan menjadi UU P2 APBN pada tanggal 18 September 2018, bertepatan dengan Rapat Paripurna DPR RI (RUU tersebut kemudian disahkan menjadi UU P2 APBN TA 2018) sehingga Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2019 adalah indeks 4 (sebelum 27 September 2018 = sangat tepat waktu).

Realisasi IKU Tahun 2019

Dengan demikian, capaian IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3.9a.2.

Tabel 3.9a.2 Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - 4 4 - 4 Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - - - 4 4 - 4

Nilai - - - 120 120 - 120

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.2, realisasi IKU tersebut tahun 2019 sebesar Indeks 4 tersebut dapat diketahui pada triwulan III tahun 2019 dan telah memenuhi targetnya (Indeks 4 (tepat waktu)) dengan nilai indeks capaian 120 (maksimum).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Page 151: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 136

Indeks realisasi tahun 2019 dengan Indeks 4 tersebut sama dengan realisasi IKU tersebut tahun 2014 s.d. 2018 sebagaimana ditunjukkan target dan realisasinya pada Tabel 3.9a.3.

Tabel 3.9a.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

Tahun 2014-2019

Target/ Realisasi 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Keterangan

Target KK 3 3 3 3 4 4 2014-2017: Tepat Waktu 2018-2019: Sangat Tepat Waktu)

Realisasi 4 4 4 4 4 4 Lebih Awal/ Sangat Tepat Waktu

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2014 s.d. 2019 masing-masing telah melampaui targetnya dengan capaian indeks 4 (lebih awal/sangat tepat waktu). Perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2014 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.9a.1.

Grafik 3.9a.1 Perbandingan Realisasi IKU indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

Tahun 2014 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.4.

Tabel 3.9a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 4 3 3

2018 4 3 3

2017 4 3 3

2016 4 3 3

2015 4 3 3

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.4, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 4 baik dari tahun 2015 s.d. 2019 tersebut masing-masing telah melampaui target tahunan (indeks 3) yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 152: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan137

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Indeks Penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu dari tahun 2015 s.d. tahun 2019 telah melampui target dalam RPJMN sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.5.

Tabel 3.9a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 4 3

2018 4 3

2017 4 3

2016 4 3

2015 4 3

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.5, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 4 dari tahun 2015 s.d. tahun 2019 tersebut masing-masing telah melampaui target tahunan (indeks 3) yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU antar eselon I lingkup Kementerian Keuangan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.6.

Tabel 3.9a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN

secara tepat waktu Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Ket

1 SETJEN - IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 4

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 153: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 138

Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 mengatur bahwa batas waktu penyampaian RUU P2 APBN adalah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Penyusunan Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (P2 APBN) adalah suatu tahapan yang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara, di mana pada tahapan inilah pemerintah selaku eksekutif mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara secara transparan dan akuntabel. Pembahasan RUU PP APBN TA 2018 untuk disahkan menjadi UU PP APBN TA 2018 dilaksanakan pada Triwulan III tahun 2019.

Dalam mewujudkan target kinerjanya, terdapat beberapa isu yang perlu menjadi perhatian, antara lain proses komunikasi dan koordinasi yang melibatkan seluruh internal Kemenkeu, termasuk pihak-pihak lain yang terkait dalam proses penyelesaian UU P2 APBN, serta proses pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Salah satu hal yang menjadi masalah dalam penyusunan UU PP/P2 APBN adalah bahwa dalam pembahasan rancangan UU ini terkadang berpotensi membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan adanya proses politik di DPR RI. Hal tersebut berimplikasi pada proses komunikasi dan koordinasi yang tidak berjalan dengan lancar, termasuk dalam proses pembahasan dengan DPR, akan berdampak terhadap ketepatan waktu penyelesaian UU PP APBN.

Dalam hal ini akar masalah yang dapat diidentifikasi antara lain:1. Jumlah SDM yang terbatas dalam penyiapan RUU PP APBN, karena memiliki proses

penyusunan yang beririsan dengan pelaksanaan koordinasi tindak lanjut rekomendasi temuan BPK atas LKPP 2018 (audited).

2. Tingkat kompleksitas yang relatif tinggi dalam proses politik pembahasan RUU PP APBN serta tingkat controlability yang rendah dari sisi pemerintah untuk memastikan pelaksanaan pembahasan RUU PP APBN dapat diselesaikan sesuai dengan timeframe yang telah ditetapkan.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut antara lain dengan: 1. Penyiapan Rancangan UU PP APBN tahun 2018.2. Penyiapan jadwal/timeframe pembahasan RUU PP APBN Tahun 2018;3. Melakukan komunikasi secara formal maupun informal dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam proses pembahasan rancangan undang-undang ini, utamanya dengan para anggota DPR yang termasuk sebagai anggota badan anggaran DPR.

4. Pembahasan RUU P2 APBN TA 2018 untuk disahkan menjadi UU P2 APBN TA 2018 dilaksanakan secara sangat tepat waktu (secara indeksasi). RUU P2 APBN TA 2018 telah disetujui oleh DPR RI menjadi UU P2 APBN pada tanggal 18 September 2019, bertepatan dengan rapat paripurna DPR RI (dibawah 27 September 2019 = sangat tepat waktu).

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan selama tahun 2020 (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu: 1. mempublikasikan UU PP/P2 APBN;; 2. mempersiapkan pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 154: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan139

9b- CP

Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

Tindak lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap K/L dan Pengguna Anggaran BUN diwajibkan melaksanakan tindak lanjut dan menyampaikan laporan pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi terkait TP BPK tersebut setiap akhir bulan Maret, Juli, November, dan Desember.

Pada akhir Mei/awal Juni 2019, BPK menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tindak lanjut yang merupakan bagian dari LHP LKPP/LK BUN Tahun 2018. Sesuai ketentuan, BPK akan menyampaikan jumlah rekomendasi yang selesai dari seluruh rekomendasi BPK yang outstanding (belum selesai). Pemerintah tetap wajib melanjutkan penyelesaian tindak lanjut, baik atas rekomendasi BPK yang outstanding, maupun atas rekomendasi yang belum disampaikan dalam LHP.

Berdasarkan outstanding temuan setelah LHP tindak lanjut yang disampaikan BPK pada akhir Mei/awal Juni 2019 tersebut, Pemerintah menyampaikan laporan progres penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi pada bulan Agustus dan bulan November 2019. Dalam laporan tersebut Pemerintah menyampaikan jumlah rekomendasi yang diusulkan selesai dari jumlah seluruh rekomendasi yang outstanding. Jumlah rekomendasi yang diusulkan selesai dibandingkan dengan jumlah outstanding rekomendasi menunjukkan capaian pada akhir tahun 2019.

IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang telah ditindaklanjuti merupakan salah satu IKU Kemenkeu-Wide tahun 2019 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. IKU ini disusun untuk me-monitor penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK serta menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. IKU tersebut sebelumnya adalah IKU Kemenkeu-One yang diusulkan untuk dinaikkan levelnya ke Kemenkeu-Wide pada tahun 2016 dengan pertimbangan bahwa tidak semua rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN penyelesaiannya menjadi wewenang DJPb.

Terdapat perubahan kriteria yang diusulkan pada tahun 2016 dalam perhitungan capaian IKU tersebut. Pada tahun 2015 dan sebelumnya, capaian IKU tersebut didapatkan hanya didasarkan pada adanya tindak lanjut atas rekomendasi BPK pada tahun berkenaan tanpa melihat tuntasnya tindak lanjut tersebut dalam memenuhi rekomendasi BPK. Mulai tahun 2016, capaian IKU tersebut juga didasarkan pada tuntasnya tindak lanjut yang direkomendasikan BPK. Baseline IKU untuk Kemenkeu-Wide adalah seluruh outstanding rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN tahun 2007 sampai dengan tahun 2016 yang menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan dan juga Kementerian Negara/Lembaga lainnya.

Pengukuran penyelesaian rekomendasi merupakan temuan yang telah selesai ditindaklanjuti terhadap temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan dengan timeframe yang ditetapkan pemerintah menggunakan dua kriteria, yaitu:a. Rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan

selesai kepada BPK, dengan statusnya ditetapkan pada forum pembahasan bersama DJPb, Inspektorat Jenderal, Unit eselon I terkait dan Auditor BPK;

b. Rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan tuntas oleh BPK dan tercantum dalam LHP BPK.

Page 155: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 140

Perhitungan IKU tersebut tahun 2019 didapatkan dari rata-rata capaian IKU tersebut tiap semester yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Semester I = Rekomendasi LKPP dinyatakan selesai oleh BPK𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKPP s.d.2018

x 50%

+Rekomendasi LKBUN yang dinyatakan selesai oleh BPK

𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKBUN s.d. 2018 x 50%

Semester II = Rekomendasi LKPP dinyatakan selesai oleh BPK + yang diusulkan selesai

𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKPP s.d.2019 x 50%

+Rekomendasi LKBUN yang dinyatakan selesai oleh BPK + yang diusulkan selesai

𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKBUN s.d. 2019 x 50%

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 ditetapkan sebesar 89%. Target tersebut sama dengan target tersebut tahun 2018, tetapi meningkat signifikan dari target 2017 (75%) dan 2016 (46%). Target pada tahun 2016 s.d. 2019 memiliki perbedaan dengan target tahun 2015 yang sebesar 100% karena terdapat perubahan kriteria perhitungan capaiannya sebagaimana hasil refinement (penyempurnaan) Peta Strategi dan IKU Kemenkeu-One, berupa peningkatan kualitas IKU dengan mengukur tuntas tidaknya suatu rekomendasi, bukan hanya sekedar menindaklanjuti temuan.

Penetapan target pada perencanaan strategis jangka menengah, yaitu Renstra DJPb, Renstra Kemenkeu, dan RPJMN Tahun 2015-2019, masih menggunakan kriteria perhitungan tindak lanjut IKU sebelum refinement tahun 2016, yaitu 100% untuk tahun 2015 s.d. 2019. Penetapan target tahun 2016 sebesar 46% telah dilakukan exercise terlebih dahulu, sementara target tahun 2017, 2018, dan 2019 yang meningkat signifikan akan menjadi tantangan pada capaian tahun tersebut.

Target IKU Tahun 2019

Adapun realisasi tahun 2019 tersebut didapatkan dengan dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.1.

Tabel 3.9b.1 Perhitungan IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019

Realisasi IKU Tahun 2019

Rek. (DJPb)

Jum.Rek. Awal

Rek. Selesai PTL

S2 2018

Cap. Smt. I

Rek. LHP 2018

Penye-suaian

Total Rek

Rek. Selesai PTL

S1 2019

Rek. selesai

diusulkan sesuai

Cap Tahunan

(a) (b) (c) (d) = c/(a (e) (f) (g) = b+e+f

(h) (i) (j) = (c + h+i)/g

LKPP 11 9 81,82% 11 - 22 8 4 95,45%

LKBUN 30 21 70% 11 1 42 4 14 92,86%

Capaian Semester I 2019 75,91% Capaian Tahun 2019 94,16%

Page 156: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan141

Capaian IKU tersebut untuk tahun 2019 ditunjukkan pada Tabel 3.9b.2.

Tabel 3.9b.2 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 Sd. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 89% 89% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 75,91% 75,91% - 75,91% 94,16% 94,16%

Nilai - 120 120 - 120 105,80 105,80

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b,2 realisasi IKU tersebut melampaui targetnya pada tahun 2019 baik dari capaian semesteran maupun dari capaian tahunannya.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perbandingan realisasi IKU tersebut pada tahun 2019 dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya dapat ditunjukkan Tabel 3.9b.3.

Tabel 3.9b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti Tahun 2014 s.d. 2019

Target/ Realisasi 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Ket.

Target KK 100% 100% 46% 75% 89% 89% Terjadi perubahan kriteria IKU pada

tahun 2016 Realisasi 100% 100% 57,19% 77,31% 96,39% 94,16%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2014 s.d. 2019 masing-masing telah melampaui targetnya. Penurunan target (100% menjadi 46%) dan realisasi secara signifikan pada tahun 2016 disebabkan oleh refinement IKU tersebut pada tahun 2016 berupa perubahan kriteria rekomendasi yang harus ditindaklanjuti menjadi ketuntasan tindak lanjut seluruh rekomendasi yang masih outstanding. Dengan kriteria pengukuran yang baru, tantangan peningkatan target secara signifikan dari 46% (2016), menjadi 75% (2017), dan menjadi 89% (2018 dan 2019), berhasil dipenuhi sebagaimana ditunjukkan dengan peningkatan capaian IKU tersebut dari 57,19% (2016) ke tahun 77,31% (2017), meningkat signifikan menjadi 96,39% (2018), dan menurun menjadi 94,16% (2019). Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.9b.1.

Grafik 3.9b.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP

dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2014 s.d 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 157: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 142

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.4.

Tabel 3.9b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 94,16% 100% 100%

2018 96,39% 100% 100%

2017 77,31% 100% 100%

2016 57,19% 100% 100%

2015 100% 100% 100%

Ket: Terjadi perubahan kriteria atas IKU pada tahun 2016

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.4, realisasi IKU tahun 2015 telah memenuhi target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Sementara itu, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 94,16% untuk tahun 2019, 96,39% untuk tahun 2018, 77,31% untuk tahun 2017, dan 57,19% untuk tahun 2016, di bawah target tahunan (100%) yang ditetapkan untuk tahun-tahun tersebut dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Hal tersebut karena target pada kedua Renstra tersebut masih menggunakan kriteria sebelum refinement (2016) atas rekomendasi yang harus ditindaklanjuti.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang telah ditindaklanjuti terhadap target pada RPJMN Tahun 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.9b.5.

Tabel 3.9b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti s.d. 2019 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Th. 2015-2019

2019 94,16% 100%

2018 96,39% 100%

2017 77,31% 100%

2016 57,19% 100%

2015 100% 100%

Ket: Terjadi perubahan kriteria atas IKU pada tahun 2016

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.5, nilai realisasi IKU sebesar 100% untuk tahun 2015 telah memenuhi target RPJMN tahun 2015-2019. Sementara itu, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 94,16% untuk tahun 2019, 96,39% untuk tahun 2018, 77,31% untuk tahun 2017, dan 57,19% untuk tahun 2016 di bawah target tahunan (100%) yang ditetapkan untuk tahun-tahun tersebut dalam RPJMN Tahun 2015-2019. Hal tersebut karena target pada RPJMN Tahun 2015-2019 masih menggunakan kriteria sebelum refinement (2016) atas rekomendasi yang harus ditindaklanjuti.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Page 158: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan143

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.6.

Tabel 3.9b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Kemenkeu Capaian Rekomendasi atas LKPP

Capaian Rekomendasi atas LKBUN

Realisasi IKU 2018

a b c d e = (c+d) / 2

1 SETJEN 100% N/A 100%

2 DJA 97,06% 86,42% 91,74%

3 DJP 100% 100% 100%

4 DJBC 100% N/A 100%

5 DJPb 95,45% 92,86% 94,16%

6 DJKN 100% 78,3% 89,17%

7 DJPK 100% 93,33% 96,67%

8 DJPPR 100% 100% 100%

9 ITJEN 100% N/A 100%

10 BKF 100% 100% 100%

11 BPPK 99,25% 92,99% 97,17%

Keterangan: Data diperoleh sebagaimana Nota Dinas Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan No. ND-19/PB.6/2020 tanggal 10 Januari 2020 hal Penyampaian Update Rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN Semester II Tahun 2019

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.6, capaian atas IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti tahun 2019 juga dilakukan beberapa unit eselon I lainnya dengan nilai tertinggi IKU sebesar 100% dan terendah sebesar 89,17%. Nilai realisasi IKU DJPb dalam hal ini lebih rendah dari rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu tersebut dan akan dilakukan evaluasi dan perbaikan terkait pencapaian IKU tersebut di masa yang akan datang.

Realisasi sampai dengan triwulan IV tahun 2019 (94,16%) telah melampaui target (89%). Namun, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan menjadi tantangan yang perlu dihadapi dalam penyelesaian rekomendasi BPK, antara lain:

1. Tanggung jawab penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK atas temuan LKPP dan LKBUN tersebar pada beberapa unit eselon I Kemenkeu dan unit terkait lainnya di luar Kemenkeu sehingga penyelesaian tindak lanjut mengharuskan koordinasi lintas eselon I Lingkup Kemenkeu bahkan lintas K/L;

2. Tindak lanjut atas rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN sebagian penyelesaiannya membutuhkan waktu penyelesaian lebih dari satu tahun;

3. Terdapat temuan atau rekomendasi atas LKPP dan LKBUN yang penyelesaiannya di luar kewenangan Pemerintah;

4. SDM yang relatif terbatas dalam proses penyelesaian tindak lanjut temuan pemeriksaan.

Berbagai permasalahan tersebut berimplikasi pada penyelesaian beberapa rekomendasi menjadi tidak/belum bisa diselesaikan pada tahun berkenaan dan penyelesaian rekomendasi menjadi tidak sesuai tepat pada waktunya.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 159: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 144

Capaian penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi atas temuan pemeriksaan BPK atas LKPP dan LKBUN sampai dengan triwulan IV tahun 2019 tersebut bukan hanya merupakan hasil usaha yang dilakukan dari semester II tahun 2019, melainkan merupakan hasil usaha yang dilakukan dari semester II tahun 2018 sampai dengan semester II tahun 2019 sebagai berikut:1. Melakukan koordinasi langsung dan tidak langsung dengan unit-unit terkait yang

menjadi penanggungjawab temuan pemeriksaan atas LKPP dan LKBUN;2. Melakukan komunikasi dengan auditor BPK dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK

agar sesuai dengan rekomendasi BPK yang telah ditetapkan;3. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis BPK dalam penyelesaian tindak lanjut

rekomendasi BPK. Menteri Keuangan telah menyampaikan jawaban/penjelasan tindak lanjut terhadap rekomendasi BPK pada LHP atas LK BUN Tahun 2018 kepada Ketua BPK RI melalui Surat Menteri Keuangan No. S-600/MK.05/2019 tanggal 12 Agustus 2019;

4. Melakukan monitoring secara berkala terhadap progres tindak lanjut temuan pemeriksaan, antara lain dengan membentuk forum komunikasi Tim PIC LKPP yang terdiri atas perwakilan unit eselon I Kemenkeu;

5. Melakukan langkah-langkah percepatan penyelesaian tindak lanjut temuan pemeriksaan.

Rekomendasi rencana aksi terkait IKU tersebut yang akan dilakukan pada tahun 2020 (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu:1. Menyusun target waktu penyelesaian rekomendasi yang jelas dan terukur;2. Melakukan pembahasan rekomendasi BPK dengan unit penanggung jawab (UIC)

secara intensif;3. Menyampaikan progres tindak lanjut rekomendasi dan melakukan pembahasan

dengan BPK secara regular;4. DJPb bersama dengan para UIC melakukan pembahasan atas tindak lanjut terhadap

rekomendasi BPK pada LHP BPK atas LKBUN yang belum selesai dengan auditor BPK;5. Monitoring Penyelesaian berdasarkan rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN;6. Update tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKBUN melalui Aplikasi tindak Lanjut

rekomendasi BPK atas LKBUN;7. Menyampaikan monitoring penyelesaian tindak lanjut dalam bentuk hardcopy beserta

dokumen pendukung kepada BPK melalui surat Menteri Keuangan;8. Melanjutkan penyusunan aplikasi monitoring tindak lanjut LK BUN berbasis web.

Page 160: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan145

Sasaran Strategis 10

SDM yang kompeten

Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten adalah SDM yang memiliki kepemimpinan yang tepat dan mengetahui apa yang akan dilakukan untuk semua informasi yang diterima dan kompetensi yang dibutuhkan untuk keberhasilan organisasi.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 10

SS 10: SDM yang kompetitif

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

10a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

92% 97,73% 106,23

10b-N Persentase proses penempatan talent pada jabatan target

80% 100% 120

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

10a -N

Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency bertujuan untuk memastikan tersedianya pejabat dan pegawai yang mempunyai kompetensi dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan dan kekayaan negara. IKU tersebut merupakan IKU refinement pada tahun 2016 dari IKU Persentase jumlah pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya dengan perubahan wording dan penambahan nilai hard competency sebagai dasar perhitungan.

Pemenuhan standar soft dan hard competency pegawai diukur berdasarkan dua komponen, yaitu:1. Soft Competency pegawai dengan target 92%;2. Hard Competency pegawai dengan target 92%.

Pemenuhan soft competency bagi setiap pejabat DJPb diukur menggunakan Job Person Match (JPM), yaitu indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ). SKJ adalah jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan. Soft competency dinyatakan memenuhi jika memiliki nilai JPM minimal 74%. JPM dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

Data JPM Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama dan Pejabat Administrator setiap unit eselon I disediakan oleh Biro SDM, Sekretariat Jenderal Kemenkeu, sementara data JPM eselon Pejabat Pengawas disediakan oleh Bagian Sumber Daya Manusia unit eselon I masing-masing. Perhitungan capaian komponen soft competency:

Page 161: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 146

Adapun nilai hard competency pegawai diukur melalui tes secara online yang terdiri atas beberapa soal untuk diselesaikan. Untuk tahun 2019, nilai hard competency dinyatakan baik apabila para pegawai mampu mencapai nilai minimal 77. Perhitungan capaian komponen hard competency adalah sebagai berikut:

Formula perhitungan IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency tersebut untuk tahun 2019 adalah 92% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2019. Target tersebut menurun dari target tahun 2018 (94%), tetapi mengalami peningkatan dari sisi persyaratan pemenuhan JPM dari sebelumnya 72% menjadi 74%. Target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 untuk tahun 2019 adalah 90%.

Target IKU Tahun 2019

Sampai dengan triwulan IV tahun 2019, dari total 1.922 pejabat yang telah mengikuti assessment center (AC), 1.836 pejabat telah memenuhi JPM (95,53%), sementara dari hasil test online hard competency secara keseluruhan yang diikuti oleh 4.730 pegawai, 4.727 pegawai (99,93%) telah memenuhi standar nilai minimal (77). Dari informasi tersebut nilai realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency tahun 2019 dapat diperoleh dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.1.

Tabel 3.10a.1 Perhitungan IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2019

PeriodeCapaian Soft Competency Capaian Hard Competency

Capaian IKUSudah AC* JPM ≥ 72 % Ikut Tes Nilai ≥ 77 %

Semester 1 1.769 1.651 93.33% - - - 93,33%

Semester 2 1.922 1.836 95,53% 4.730 4.727 99.94% 97,73%

*Keterangan: Jumlah pejabat existing pada setiap periode

Realisasi IKU Tahun 2019

Realisasi IKU tersebut tahun 2019, yaitu sebesar 97,73%, telah melebihi target yang telah ditetapkan (92%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.2.

Tabel 3.10a.2 Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 92% 92% - 92% 92% 92% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 93,33% 93,33% - 93,33% 97,73% 97,73%

Capaian - 101,45 101,45 - 101,45 106,23 106,23

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Page 162: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan147

Realisasi tahun 2019 sebesar 97,73% tersebut meningkat dibanding realisasi tahun 2018 sebesar 96,14%, tetapi masih lebih rendah dibandingkan tahun 2016 (98,21%) sebagaimana ditunjukkan target dan realisasinya pada Tabel 3.10a.3.

Tabel 3.10a.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Tahun 2015 s.d. 2019

Target/ realisasi 2015 2016 2017 2018 2019

Target KK 88% 89% 90% 94% 92%

Realisasi 96,66% 98,21% 94,58% 96,14% 97,73%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2015 s.d. 2019 masing-masing telah melampaui targetnya. Perkembangan capaian IKU dari tahun 2015 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.10a.1.

Grafik. 3.10.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Tahun 2015 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.2, realisasi IKU tersebut tahun 2019 sebesar 97,73% telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja Tahun 2019 (92%). Demikian halnya dengan capaian periodik, target yang ditentukan setiap semesternya berhasil dipenuhi.

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.4.

Tabel 3.10a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 97,73% 90% 90%

2018 96,14% 90% 90%

2017 94,58% 88% 88%

2016 98,21% 88% 88%

2015 96,66% 95% 95%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.4, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 97,73% untuk tahun 2019, 96,14% untuk tahun 2018, 94,58% untuk tahun 2017, 98,21% untuk tahun 2016, dan 96,66% untuk tahun 2015 tersebut masing-masing telah melampaui target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 163: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 148

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.5.

Tabel 3.10a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

s.d. 2019 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Ket

2019 97,73% - Matriks pada RPJMN tidak terdapat bagian kegiatan 17072018 96,14% -

2017 94,58% -

2016 98,21% -

2015 96,66% -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.5, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 97,73% untuk tahun 2019, 96,14% untuk tahun 2018, 94,58% untuk tahun 2017, 98,21% untuk tahun 2016, dan 96,66% untuk tahun 2015 tersebut tidak diketahui targetnya dalam RPJMN 2015-2019 karena matriks RPJMN tidak memuat bagian kegiatan 1707 (Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya DJPb) di mana seharusnya terdapat IKU tersebut.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10a.6.

Tabel 3.10a.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Ket

1 SETJEN 97,58% IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency (atau IKU terkait lainnya) selain dilaksanakan oleh DJPb yang juga dilakukan oleh eselon I Kemenkeu lainnya.

Dapat diketahui bahwa nilai tertinggi diperoleh DJPK dengan realisasi sebesar 100%, sementara terendah diperoleh DJP sebesar 94,97%. DJPb memiliki nilai di atas rata-rata eselon I Kemenkeu.

Ket: Data eselon I lainnya diperoleh dari data perolehan Rocankeu

dari eselon I besangkutan.

2 DJA 98,22%

3 DJP 94,97%

4 DJBC 96,35%

5 DJPb 97,73%

6 DJKN 97,67%

7 DJPK 100%

8 DJPPR 96,21%

9 ITJEN 96,52%

10 BKF 99,36%

11 BPPK 97,47%

12 PPINSW 96%

Rata-rata 97,34%

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 164: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan149

Isu utama dalam pencapaian IKU persentase pemenuhan standar soft dan hard competency pada tahun 2019, yaitu:1. Pada tahun 2019, pemenuhan JPM yang dipersyaratkan oleh Biro Sumber Daya

Manusia Sekretariat Jenderal Kemenkeu naik dari 72 menjadi 74;2. Perubahan kamus soft competency Kemenkeu dari 35 kompetensi menjadi 23

kompetensi;3. Capaian IKU untuk pemenuhan standar soft competency telah mencapai 95,53%, tetapi

masih terdapat 86 pejabat yang belum memenuhi JPM pada jabatan existing;4. Capaian hard competency telah mencapai 99,93%, tetapi masih terdapat 3 pegawai

(0,07%) yang belum memenuhi standar nilai yang ditentukan, yaitu 77.

Permasalahan tersebut berimplikasi pada realisasi pemenuhan standar soft dan hard competency yang belum mencapai 100%. Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu: 1. Perubahan SKJ, kamus soft competency dan kenaikan standar pemenuhan JPM

berpotensi menurunkan capaian pemenuhan standar soft competency serta mengurangi pemahaman pegawai terhadap kamus soft competency dan standar kompetensi terbaru;

2. Peran atasan langsung yang kurang optimal dalam melakukan bimbingan kepada bawahan.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pemenuhan IKU tersebut pada tahun 2019, yaitu:1. Pelaksanaan program pengembangan kompetensi secara mandiri dalam rangka

persiapan re-assessment Pejabat Pengawas tahun 2019 dan pelaksanaan survey pemahaman kamus kompetensi dan SKJ terbaru;

2. Pelaksanaan Leadership Development Program bagi Pejabat Administrator sebagai langkah peningkatan kompetensi dalam mempersiapkan re-assessment Pejabat Administrator;

3. Pelaksanaan test online hard competency dengan menggunakan aplikasi training DJPb secara bertahap pada tanggal 4 November s.d. 20 Desember 2019 berdasarkan lokasi unit kerja dengan menggunakan pertanyaan yang bervariasi dan peraturan terkini;

4. Pengembangan kompetensi non gelar minimal 20 jam pelatihan;5. Mengoptimalkan peran atasan langsung untuk melakukan bimbingan pada

bawahannya dengan metode coaching serta meningkatkan peran individu dengan cara menjadikan aktivitas belajar mandiri sebagai salah satu capaian jamlat.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan untuk pemenuhan soft dan hard competency di tahun 2020 (penanggung jawab: Sekretariat DJPb), yaitu:1. Melakukan sosialisasi dan penyampaian informasi kepada pejabat terkait standar

kompetensi terbaru;2. Pelatihan peningkatan kompetensi pejabat di lingkungan DJPb tahun 2020;3. Optimalisasi peran atasan sebagai coach bagi bawahannya.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 165: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 150

10b -N

Persentase proses penempatan talent pada jabatan target

Talent adalah pegawai yang memenuhi syarat tertentu dan telah lulus tahapan seleksi yang ditentukan untuk masuk dalam Talent Pool, yaitu wadah pembinaan dalam rangka pengembangan dan evaluasi yang disertai pemberian penghargaan bagi yang bersangkutan.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target bertujuan untuk mendukung kesuksesan pengisian Jabatan Administrator (Eselon III), Jabatan Pengawas (Eselon IV), dan Eselon V sebagai jabatan target yang diisi oleh Talent. IKU tersebut mulai diterapkan mulai tahun 2019 di level Kemenkeu-One DJPb dengan mengacu pada penetapan PMK No. 161/PMK.01/2017 tanggal 14 November 2017, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.01/2016 tentang Manajemen Talenta Kementerian Keuangan.

Pemenuhan proses penempatan Talent pada jabatan target diukur berdasarkan persentase penyelesaian penetapan Talent pada jabatan target yang terdiri atas tahapan kegiatan dalam proses Manajemen Talenta, yaitu pemetaan pejabat/pegawai, seleksi rekam jejak dan integritas, seleksi administrasi, konfirmasi calon Talent, penetapan Talent, pengembangan dan evaluasi Talent, dan penempatan Talent pada jabatan target. Adapun bobot setiap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:1. Penetapan Aturan Manajemen Talenta Unit, diberi bobot 15%;2. Pemetaan Pejabat/Pegawai, diberi bobot 10%;3. Seleksi Rekam Jejak, Integritas, dan Administrasi, diberi bobot 15%;4. Konfirmasi Calon Talent, diberi bobot 10%;5. Forum Pimpinan, diberi bobot 20%;6. Penetapan Talent, diberi bobot 10%;7. Pengembangan dan Evaluasi Talent, diberi bobot 15%;8. Penempatan Talent pada jabatan target, diberi bobot 5%.

Realisasi IKU ditentukan dengan formula sebagai berikut:

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 80%. Mengingat IKU ini baru diterapkan pada tahun 2019, tidak terdapat penargetan IKU ini pada Kontrak KinerJa DJPb tahun-tahun sebelum tahun 2019, maupun pada dokumen perencanaan strategis jangka menengah, yaitu Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019.

Periode pelaporan iku ditetapkan triwulanan, dengan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Target IKU Tahun 2019

Page 166: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan151

Realisasi IKU Tahun 2019

Sampai dengan triwulan IV 2019, kegiatan yang terkait dengan pencapaian IKU tersebut

dapat ditunjukkan pada Tabel 3.10b.1.

Tabel 3.10b.1 Perhitungan IKU Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target Tahun 2019

Tahap Kegiatan Ket %

Semester I

1 Penetapan aturan manajemen Talenta di lingkungan DJPb melalui Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-1/PB/2017 tentang Manajemen Talenta DJPb

15%

2 Pelaksanaan Uji Kelayakan dan Kepatutan Talent Pejabat Pengawas (ND-107/PB.1/2019 tanggal 10 Januari 2019) dan Talent Pelaksana (ND-310/PB.1/2019 tanggal 24 Januari 2019)

Pengisian jabatan target

tahun 2019

15%

3 Pelaksanaan Job Shadowing Dalam Rangka Program Pengembangan Talent Pejabat Pengawas (ND-101/PB.1/2019 tanggal 10 Januari 2019)

4 Penetapan hasil evaluasi Talent Pejabat Pengawas Dalam Rangka Implementasi Manajemen Talenta DJPb Tahun 2019 (KEP-58/PB/2019 tanggal 4 Maret 2019) dan Penetapan hasil evaluasi Talent Pelaksana Dalam Rangka Implementasi Manajemen Talenta DJPb Tahun 2019 (KEP-94/PB/2019 tanggal 2 April 2019

5 Penempatan Talent dalam jabatan target tahun 2019 (KMK 300/KM.1/UP.11/2019 tentang Mutasi, Pengangkatan dan Pengukuhan dalam Jabatan Administrator di Lingkungan Kementerian Keuangan serta Kepdirjen Perbendaharaan Nomor KEP-24/PB/UP.9/2019 tentang Mutasi dan Pengangkatan dalam Jabatan Pengawas di Lingkungan DJPb Kementerian Keuangan)

5%

6 Pelaksanaan validasi catatan rekam jejak dan integritas calon Talent (NDR-63/PB.12/2019 tanggal 22 April 2019)

Pengisian jabatan target

tahun 2020

15%

7 Pemetaan pejabat/pegawai (NDR-97/PB.1/2019 tanggal 17 Mei 2019) 10%

8 Permintaan konfirmasi serta rekomendasi calon Talent Pejabat Pengawas dan Pelaksana Dalam Rangka Manajemen Talenta Tahun 2019 (NDR-27/PB/2019 tanggal 17 Mei 2019)

10%

Realisasi IKU Semester I 70%

Semester II

9Pelaksanaan Forum Pimpinan (Berita Acara Pelaksanaan Forum Pimpinan Nomor BA-48/FP-MT/2019)

20%

10Penetapan Talent (NDR-250/PB.1/2019 dan NDR-88/PB/2019 tanggal 30 Desember 2019)

10%

Realisasi IKU Semester II 100%

Kegiatan terkait pelaksanaan manajemen Talenta yang dilaksanakan pada tahun 2019

terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:1. Tahapan manajemen Talenta untuk pengisian jabatan target tahun 2019, yang terdiri

dari pelaksanaan pengembangan Talent (Mentoring dan Job Shadowing), evaluasi Talent

(Uji Kelayakan dan Kepatutan dan penetapan Talent Ready Now) dan penempatan

Talent Ready Now pada jabatan target;2. Tahapan Manajemen Talenta untuk pengisian jabatan target tahun 2020, yang terdiri

dari pelaksanaan pemetaan pejabat/pegawai, validasi rekam jejak dan integritas,

permintaan konfirmasi dan rekomendasi calon Talent, uji kompetensi teknis,

pelaksanaan Forum Pimpinan dan penetapan Talent.

Page 167: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 152

Memperhatikan hal di atas, diperoleh nilai akhir IKU tahun 2019 sebesar 100% dan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10b.2.

Tabel 3.10b.2 Capaian IKU Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Y Pol /KP

Target - 40% 40% - 80% 80% 80% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 70% 70% - 70% 100% 100%

Nilai - 120 120 - 120 120 120

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10b.2, realisasi IKU sebesar 100% tersebut pada telah memenuhi target tahunan sebesar 80% dan target semester I sebesar 40% yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2019.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perbandingan target dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 s.d. 2019 ditunjukkan pada Tabel 3.10b.3.

Tabel 3.10b.3 Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target

Tahun 2015 s.d. 2019

Tahun Realisasi IKU Keterangan

2019 100% Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2019 sebagai IKU mandatori Kemenkeu-One DJPb, sementara pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2015 s.d. 2018 tidak ditargetkan dan tidak ada realisasi IKU tersebut, perbandingan capaian IKU tersebut dengan tahun 2015 s.d. 2018 tidak dapat dilakukan.

2018 -

2017 -

2016 -

2015 -

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan ditunjukkan pada Tabel 3.10b.4.

Tabel. 3.10b.4 Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target

s.d. 2019 dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 100% - -

2018 - - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2019 sebagai mandatori ke Kemenkeu-One DJPb, sementara pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak ditargetkan, sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak dapat dilakukan

Page 168: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan153

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10b.6.

Tabel 3.10b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target

Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I RealisasiIKU Ket

1 SETJEN 100% IKU Persentase proses penempatan Talent pada

jabatan target menjadi IKU pada beberapa eselon I l Kemenkeu lainnya.

Diketahui nilai tertinggi sebesar 100% dicapai oleh Setjen, DJPb, dan DJPPR, sementara nilai terendah sebesar 80% dicapai oleh Itjen, DJKN, dan PPINSW. DJPb memiliki nilai di atas rata-rata eselon I Kemenkeu.

Ket: data realisasi eselon I Kemenkeu lainnya diperoeh

dari slide perolehan Rocankeu yang disampaikan eselon

I terkait.

2 DJA 98,30%

3 DJP 85%

4 DJBC -

5 DJPb 100%

6 DJKN 80%

7 DJPK 85%

8 DJPPR 100%

9 ITJEN 80%

10 BKF -

11 BPPK 92,75%

12 PPINSW 80%

Rata-rata 90%

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target terhadap target pada RPJMN 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.10b.5.

Tabel 3.10b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase proses penempatan Talent pada jabatan target

s.d. 2019 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 100% -2018 - -2017 - -

2016 - -

2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2019 sebagai mandatori pada Kemenkeu-One DJPb, sementara pada RPJMN tidak ditargetkan, perbandingan capaian dengan RPJMN tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Isu utama dalam pencapaian IKU persentase penempatan Talent pada jabatan target pada tahun 2019, yaitu capaian tahun 2019 telah melampaui target yang telah ditetapkan, baik target tahunan maupun target semesterannya. Namun demikian, siklus manajemen talenta tahun 2019 untuk pengisian jabatan target tahun 2020 belum dapat dilaksanakan sampai dengan evaluasi Talent.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 169: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 154

Selain itu, terdapat potensi pengurangan struktural sebagai akibat dari kebijakan delayering. Hal tersebut berimplikasi pada buffer stock Talent ready now yang berlebih karena peningkatan rasio talent dengan jabatan target (akibat dari delayering yang potensial menurunkan jabatan target).Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu terdapat arahan terkait implementasi kebijakan delayering di lingkungan Kemenkeu dengan mengacu pada Surat Edaran Menpan RB No. 384 Tahun 2019 dan Permenpan RB No. 28 Tahun 2019.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pemenuhan IKU tersebut pada tahun 2019, yaitu:1. Pelaksanaan tahapan manajemen Talenta baik untuk pengisian jabatan target pada

tahun 2019 maupun tahun 2020, meliputi:a. Pelaksanaan Uji Kelayakan dan Kepatutan Talent Pejabat Pengawas (ND-107/

PB.1/2019 tanggal 10 Januari 2019)    dan Talent Pelaksana (ND-310/PB.1/2019 tanggal 24 Januari 2019); 

b. Pelaksanaan Job Shadowing Dalam Rangka Program Pengembangan Talent Pejabat Pengawas (ND-101/PB.1/2019 tanggal 10 Januari 2019);

c. Penetapan hasil evaluasi Talent Pejabat Pengawas Dalam Rangka Implementasi Manajemen Talenta DJPb Tahun 2019 (KEP-58/PB/2019 tanggal 4 Maret 2019) dan Penetapan hasil evaluasi Talent Pelaksana Dalam Rangka Implementasi Manajemen Talenta DJPb Tahun 2019 (KEP-94/PB/2019 tanggal 2 April 2019);

d. Usulan penempatan talent dalam jabatan target tahun 2019 (NDR-5/PB/2019 tanggal 4 Maret 2019 hal Usulan Mutasi dan Pengangkatan Jabatan Administrator Lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan);

e. Pelaksanaan validasi catatan rekam jejak dan integritas calon talent (NDR-63/PB.12/2019 tanggal 22 April 2019);

f. Pemetaan pejabat/pegawai dan permintaan konfirmasi serta rekomendasi calon Talent Pejabat Pengawas dan Pelaksana Dalam Rangka Manajemen Talenta Tahun 2019 (NDR-27/PB/2019 tanggal 17 Mei 2019) ;

g. Pelaksanaan Uji Kompetensi Teknis Calon Talent Pejabat Pengawas dan Pelaksana DJPb Tahun 2019 (NDR-47/PB/2019 tanggal 21 Agustus 2019);

h. Pelaksanaan Forum Pimpinan Penetapan Talent Pejabat Pengawas dan Pelaksana (BA-46/FP-MT/2019 tanggal 19 Desember 2019);

i. Penetapan Talent Pejabat Pengawas (NDR-88/PB/2019 tanggal 30 Desember 2019) dan Penetapan Talent Pelaksana (NDR-250/PB.1/2019 tanggal 30 Desember 2019).

2. Proses revisi Perdirjen Perbendaharaan No. 1/PB/2017 tentang Manajemen Talenta DJPb sebagai implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.01/2016 tentang Manajemen Talenta Kementerian Keuangan.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan untuk pencapaian pelaksanaan manajemen Talenta DJPb di tahun 2020 (penanggung jawab: Sekretariat DJPb), yaitu:1. Proses Pengembangan Talent Pejabat Pengawas dan Pelaksana;2. Pelaksanaan Evaluasi Talent Pejabat Pengawas dan Pelaksana;3. Pelaksanaan manajemen talenta secara lebih selektif.

Page 170: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan155

Sasaran Strategis 11

Organisasi yang fit for purpose

Organisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang mampu mewadahi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi DJPb. Dengan demikian, organisasi beserta proses bisnis di dalamnya akan bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan dinamika transformasi kelembagaan Kemenkeu. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 11

SS 11: Organisasi yang fit for purpose

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

11a-CP Indeks integritas organisasi 95,85 112,71 117,59

11a1-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

100 129,42 120

11a2-CP Indeks persepsi integritas 91,69 95,99 104,69

11b-CP Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

80% 89,40% 111,75

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

11a -CP

Indeks integritas organisasi

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks integritas organisasi mengukur integritas organisasi dalam pemenuhan kriteria ZI WBK dan persepsi publik dan internal atas integritas Kemenkeu berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenkeu. IKU ini bertujuan untuk meningkatkan budaya integritas Kemenkeu. Pada tahun 2019, IKU ini diterapkan sebagai IKU cascading di level Kemenkeu-One DJPb terdiri atas 2 (dua) sub-IKU yang pada tahun 2018 telah diterapkan sebagai IKU level Kemenkeu-One DJPb, yaitu:1. Sub-IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK sesuai standar

KemenPAN-RB; 2. Sub-IKU Indeks Persepsi Integritas sesuai standar KPK.Kedua Sub-IKU tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Sub-IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK bertujuan untuk menjadikan Pilot Project perwujudan Good Governance pada unit kerja di lingkungan Kemenkeu dan mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Salah satu upaya strategis dalam pencegahan korupsi adalah dengan membangun Wilayah Bebas dari Korupsi – Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) yang berbasis integritas di lingkungan K/L dan Pemda. Pencapaian WBK/WBBM merupakan tujuan utama dari pembangunan Zona Integritas (ZI) pada K/L dengan menggunakan parameter dan instrumen sebagaimana PermenPAN-RB 52/ 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Menindaklanjuti PermenPAN-RB 52/2014, ditetapkan KMK 426/2017 tentang Pedoman Pembangunan dan Penilaian ZI Menuju WBK di Lingkungan Kementerian Keuangan, mengatur mekanisme penetapan unit kerja di lingkungan Kemenkeu yang memenuhi kriteria WBK dengan memberi predikat ZI menuju WBK.

11a1

-CPIndeks integritas organisasi

11a2

-CPIndeks integritas organisasi

Sub IKU

Page 171: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 156

Predikat ZI menuju WBK adalah predikat yang diberikan kepada unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Dalam penilaiannya, ditetapkan minimal nilai Komponen Pengungkit dan Komponen Hasil, yaitu 75, indikator terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas KKN dengan nilai minimal 18, yang terdiri dari sub komponen survei persepsi anti korupsi minimal 13,5 dan sub komponen persentasi TLHP minimal 3,5.

Kemenkeu menargetkan unit kerja yang mendapat predikat ZI WBK tahun 2019 sebanyak 103 unit kerja dengan rincian sebagai berikut: DJA 1 unit kerja, DJP 30 unit kerja, DJBC 25 unit kerja, DJPb 30 unit kerja, DJKN 15 unit kerja, DJPK 1 unit kerja, dan DJPPR 1 unit kerja.

Tahapan Penilaian Kegiatan penilaian ZI pada tahun adalah sebagai berikut:1. Penilaian oleh Tim Penilai Unit Eselon I (TPE I)

(Semester I: Jan s.d. April; Semester II: Mei s.d. Agustus) 2. Penyampaian hasil penilaian TPE I ke Sekretaris Jenderal

(Semester I: Mei; Semester II: September)3. Desk reviu dan visit Tim Penilai Kementerian (TPK)

(Semester I: Mei s.d. Juni; Semester II: Ok s.d. Nov (Minggu ke-3))4. Penyampaian ke KemenPAN-RB

(Semester I: Juli (Minggu ke-4); Semester II: 2019)5. Pendampingan Penilaian TPN

(Semester I: Okt s.d. Des (Minggu ke-1); Semester II: 2019)

Sub-IKU ini ditetapkan formulanya sebagai berikut:

*) Penghitungan Komponen “nilai”:Nilai diperoleh dari kombinasi antara:• nilai rata-rata subkomponen “Survei Persepsi Korupsi” unit sampel dibagi dengan nilai

standar lolos 13,5 (bobot 50%);• rata-rata nilai unit sampel (setelah dikeluarkan nilai standar lolos subkomponen

“Survei Persepsi Korupsi” 13,5) dibagi dengan nilai standar 61,5** (bobot 50%). **) Nilai 61,5 diperoleh dari nilai standar lulus (75) dikurangi dengan nilai standar lulus subkomponen “Survei Persepsi Korupsi” (13,5).

Sub-IKU Indeks persepsi integritas bertujuan untuk menilai tingkat integritas di lingkungan Kemenkeu berdasarkan persepsi dan pengalaman dari pegawai (responden internal) dan pengguna layanan Kemenkeu (responden eksternal). Pengukuran dilakukan atas hasil survei yang dilakukan kepada seluruh pejabat/pegawai dan sampling pengguna layanan pada seluruh unit sampel yang telah ditentukan, survei dibatasi atas kejadian/peristiwa/persepsi selama tahun berjalan. Metodologi yang dilakukan untuk penilaian indeks persepsi integritas, baik internal dan eskternal, melalui survei, FGD, dan penilaian lapangan (interview, observasi, dan reviu dokumen).

Page 172: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan157

Penilaian dilakukan melalui kuesioner survei. Atas hasil survei yang diterima, dilakukan FGD untuk mengkonfirmasi hasil survei, dan penilaian lapangan berupa wawancara pengguna layanan secara langsung dan pengumpulan dokumen terkait integritas dan kualitas layanan pada unit sampel yang didatangi. Dari hasil FGD dan penilaian lapangan, dan didukung dokumen informasi terkait pelanggaran integritas dari IBI, dilakukan kalibrasi nilai hasil survei yang dilakukan oleh tim penilai dari Itjen, hasil kalibrasi ini yang menjadi nilai (indeks) persepsi integritas.

Penilaian persepsi integritas dilakukan pada triwulan III sampai dengan IV tahun berjalan dengan pelaporan capaian paling lambat tanggal 31 Desember. Unit yang dilakukan pengukuran adalah unit sampel dari seluruh unit eselon I di lingkungan Kemenkeu. Penentuan sampel disepakati bersama oleh tim survei dengan Unit Kepatuhan Internal tiap-tiap unit eselon I yang bersangkutan. Dari setiap unit sampel ditentukan responden internal (pegawai yang bekerja di unit sampel dengan status PNS dan/atau non-PNS) dan responden eksternal (pengguna layanan di setiap unit sampel seperti masyarakat, K/L lain, atau unit eselon I lain di Kemenkeu).

Hasil penilaian yang digunakan dalam perhitungan IKU merupakan hasil dari pelaksanaan survei yang telah disesuaikan dengan hasil pelaksanaan FGD dan penilaian lapangan. Penyesuaian dilakukan oleh tim penilai Itjen, dengan metode mengkonversikan informasi kualitatif pada catatan hasil FGD dan penilaian lapangan menjadi informasi kuantitatif. Seluruh kegiatan penilaian persepsi integritas dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kemenkeu dengan supervisi oleh KPK.

Sub IKU ini ditetapkan dengan formula sebagai berikut:

Capaian IKU = (50% x nilai internal) + (50% x nilai eksternal)

Capaian IKU untuk Inspektorat Jenderal, Sekretariat Jenderal, dan Inspektorat Bidang Investigasi menggunakan capaian Kemenkeu. Capaian IKU untuk Inspektorat I sampai dengan VII menggunakan rata-rata hasil penilaian atas unit eselon I klien pengawasannya.

Kedua Sub-IKU tersebut ditetapkan semula pada tahun 2018 sebagai IKU cascading peta ke level Kemenkeu-One DJPb, dan pada tahun 2019 menjadi Sub-IKU dan komponen dalam perhitungan IKU Indeks integritas organisasi dengan formula sebagai berikut:

Capaian IKU = (50% x capaian tingkat pemenuhan ZI WBK) + (50% x capaian persepsi integritas)

Page 173: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 158

Target IKU Tahun 2019

DJPb mengajukan unit kerja sebanyak 115 untuk mengikuti penilaian nasional WBK (95) dan WBBM (20). Jumlah unit kerja DJPb yang mendapatkan predikat tingkat nasional WBK sebanyak 66, predikat WBBM sebanyak 6. Dengan capaian tersebut, DJPb merupakan instansi yang memberikan jumlah unit kerja terbanyak, baik di tingkat Kemenkeu maupun nasional, dalam mendapatkan predikat WBK/WBBM.

Survei perspesi integritas yang dilakukan terhadap responden internal dan eksternal DJPb, memungkinkan terdapat responden yang memiliki persepsi yang kurang baik terhadap DJPb. Namun demikian, target capaian IKU untuk DJPb, survei persepsi integritas sebesar 95,99 yang merupakan tertinggi di Kemenkeu. Perhitungan nilai IKU Indeks integritas organisasi dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11a.1.

Tabel 3.11a.1 Perhitungan IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2019

Nilai Rata-Rata Passing Grade NilaiSubkomponen SPK 14,745 13,50 109,22%

Nilai evaluasi ZI tanpa nilai SPK 77,02 61,50 125,24%

Rata-rata Nilai 117,23%

Selanjutnya, dihitung sesuai formula IKU:

Jumlah unit yang ditargetkan 30

Jumlah unit tambahan 0

Jumlah unit yang ditargetkan terpenuhi 30

Jumlah unit total terpenuhi 95

Nilai Sub-IKU 1 - Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK 129,42

NilaiNilai Sub-IKU 2 - Indeks persepsi integritas (sesuai hasil SPI Itjen) 95,99

Nilai IKU Indeks integritas organisasi (50% x Sub-IKU 1) + (50% x Sub-IKU 2) 112,71

Realisasi IKU Tahun 2019

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 95,85%, yang terdiri atas:

• Target Sub-IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI ditetapkan 100, sama dengan target tahun 2018. Mengingat IKU ini baru diterapkan pada tahun 2018, tidak terdapat penargetan IKU ini pada Kontrak KinerJa DJPb tahun-tahun sebelum tahun 2018, Renstra DJPb, Renstra Kemenkeu,serta RPJMN Tahun 2015-2019.

• Target Sub-IKU Indeks perspesi integritas ditetapkan 91,69, meningkat dari target tahun 2018 sebesar 85. Mengingat IKU ini baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai IKU mandatori, tidak terdapat penargetan IKU ini pada Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) sebelum tahun 2018, melainkan menjadi salah satu komponen perhitungan IKU Indeks tata kelola organisasi tahun 2017 Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019. Target sebesar 85 tersebut meningkat signifikan dari tahun 2017 (sebagai komponen), yang sebesar 60.

Pelaporan IKU ini ditetapkan tahunan, polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Page 174: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan159

Memperhatikan hal di atas, diperoleh nilai akhir IKU tahun 2019 sebesar 112,71 dan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.2.

Tabel 3.11a.2 Capaian IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - - - 95,85 95,85 Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - - - - - 112,71 112,71

Nilai - - - - - 117,59 117,59

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.2, realisasi IKU sebesar 112,71 tersebut pada telah memenuhi target sebesar 95,85 yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perbandingan target dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 s.d. 2019 ditunjukkan pada Tabel 3.11a.3

Tabel 3.11a.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2015 s.d. 2019

Tahun Realisasi IKU

Sub-IKU 1 Sub-IKU 2 Keterangan

2019 112,71 Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2019 sebagai gabungan Sub-IKU dua yang telah ditetapkan sebelumnya, perbandingan dengan periode sebelumnya membandingkan kedua sub-IKU tersebut. Sub-IKU 1: Tingkat pemenuhan ZI WBKSub-IKU 2: Indeks persepsi integritas

129,42 95,99

2018 112,27 91,69

2017 - 86,16

2016 - -

2015 - -

Grafik. 3.11a.1 Perkembangan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2017 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan ditunjukkan pada Tabel 3.11a.4 Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan pada tahun 2019, dengan dua sub-IKU yang baru ditetapkan dan direalisasikan tahun 2018 dan 2017, perbandingan IKU dan sub-IKU tersebut tidak dapat dibandingkan dengan Renstra 2015-2019.

Page 175: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 160

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.6.

Tabel 3.11a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Ket

1 SETJEN - Perbandingan IKU dengan eselon I lainnya tidak disajikan demi menjaga kerahasiaan data eselon I bersangkutan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 112,71

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Indeks integritas organisasi terhadap target pada RPJMN 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11a.5.

Tabel 3.11a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi s.d. 2019 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 112,71 -2018 - -2017 - -

2016 - -

2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan pada tahun 2019, dengan dua sub-IKU yang baru ditetapkan dan direalisasikan tahun 2018 dan 2017, perbandingan IKU dan sub-IKU tersebut tidak dapat dibandingkan dengan Renstra 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Tabel. 3.11a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks integritas organisasi s.d. 2019

dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 112,71 - -

2018 - - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Page 176: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan161

Terdapat beberapa isu terkait pencapaian IKU tersebut selama tahun 2019, antara lain:

1. DJPb mengajukan unit kerja sebanyak 115 untuk mengikuti penilaian nasional WBK (95) dan WBBM (20). Jumlah unit kerja DJPb yang mendapatkan predikat tingkat nasional WBK sebanyak 66, predikat WBBM sebanyak 6. Dengan capaian tersebut, DJPb merupakan instansi yang memberikan jumlah unit kerja terbanyak baik di tingkat Kemenkeu maupun nasional dalam mendapatkan predikat WBK/WBBM.

2. Survei yang dilakukan terhadap responden internal dan eksternal DJPb, masih memungkinkan terdapat responden yang memiliki persepsi yang kurang baik terhadap DJPb. Target capaian IKU untuk DJPb, survei persepsi integritas sebesar 91,69 yang merupakan tertinggi di Kemenkeu.

Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Beberapa unit kerja yang tidak lolos dalam tahapan pra-reviu/desk evaluation karena

terdapat perubahan penilaian//kriteria dari KemenPAN-RB yaitu adanya perubahan PermenPAN di saat proses penilaian;

2. Kurangnya pengembangan budaya integritas dan nilai-nilai Kemenkeu.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut selama tahun 2019 antara lain:1. Telah dilakukan Rakor WBK dengan peserta Kepala unit kerja yang mengikuti penilaian

WBK/WBBM.2. Telah dilakukan survey reformasi birokrasi dalam rangka self assessment penilaian

WBK/WBBM pada sebagian unit kerja.3. Telah dilaksanakan kegiatan Town Hall Meeting dan kegiatan Dialog Penguatan

Integritas lingkup Ditjen Perbendaharaan. 4. Telah dilaksanakan penilaian oleh Tim Penilai Kementerian (Itjen).5. Menyampaikan Nota Dinas pada unit kerja yang mengikuti penilaian WBK/WBBM

dalam rangka penilaian oleh Tim Penilai Nasional (KemenPAN-RB).6. Menyampaikan Nota Dinas dan materi internalisasi penguatan integritas kepada unit

kerja yang akan mengikuti survei persepsi integritas oleh Itjen.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 (penanggung jawab: Setditjen Perbendaharaan), yaitu berkoordinasi dengan Itjen dan Setjen Kemenkeu mengenai ketentuan pengukuran Indeks Integritas Organisasi tahun 2020.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 177: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 162

11b -CP

Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

Transformasi Digital merupakan bagian dari misi Kemenkeu yang sesuai dengan perkembangan industri 4.0. Enterprise Architecture (EA) sebagai jembatan menuju Transformasi Digital Kemenkeu, yang dilaksanakan terus menerus sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penyusunan blueprint EA dilakukan sampai bulan Mei 2019, sejalan dengan hal dimaksud telah ditetapkan end-state arsitektur proses bisnis dan sistem informasi dalam kerangka EA. Dalam hal ini, dilaksanakan Inisiatif Strategis (IS), di antaranya yang terkait peran DJPb adalah sebagai berikut:

1. Tema Sentral, yaitu:a. IS#1 - The new thinking of working (UIC utama), b. IS#2 - Implementasi office automation dalam rangka membangun digital

workplace (UIC pendukung), c. IS#3 - Pengembangan organisasi dan SDM Kemenkeu (UIC pendukung),

dan d. IS#4 - Modern e-learning sebagai alat utama dalam pengembangan SDM

(UIC pendukung).

2. Tema Penerimaan, yaitu: a. IS#6 - Joint program optimalisasi penerimaan (UIC pendukung), dan b. IS#7 - Pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (core tax system)

(UIC pendukung).

3. Tema Perbendaharaan, yaitu: a. IS#8 - implifikasi pelaksanaan anggaran melalui penggunaan teknologi

digital (shared service dan government platform) (UIC utama), dan b. IS#9 - Penyediaan data transaksi Pemda untuk mendukung kebijakan

fiskal nasional (UIC pendukung).

4. Tema Penganggaran, yaitu: a. IS#10 - Integrasi proses bisnis perencanaan dan penganggaran (UIC

pendukung), dan b. IS#11 - Optimalisasi kebijakan penganggaran terkait pengelolaan program

pensiun (UIC pendukung).

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase penyelesaian program Transformasi Digital bertujuan untuk memonitor dan memastikan implementasi inisiatif transformasi digital terlaksana sesuai dengan perencanaan baik dari sisi waktu dan kualitas. Berdasarkan dashboard aplikasi transformasi kelembagaan akan diperoleh nilai realisasi IKU tiap triwulan yang dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dur 1 Dur 2 Dur nTotal Dur Total Dur Total Dur

x Capaian M 1 + x Capaian M 2 + … x Capaian Mi n

Keterangan:

Dur i: Durasi Pelaksanaan Milestone ke i Capaian Mi: Capaian Milestone ke i

Page 178: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan163

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 80% dengan periode pelaporan triwulanan yang ditargetkan 9,40% untuk triwulan I, 47,52% untuk triwulan II, 60,24% untuk triwulan III, dan 80% untuk triwulan IV. Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan pada tahun 2019, IKU tersebut tidak ditargetkan pada tahun-tahun sebelumnya pada Kontrak Kinerja DJPb, Renstra DJPb, Renstra Kemenkeu, dan RPJMN Tahun 2015-2019. Namun demikian, target IKU tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan IKU terkait yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dan digantikan pada tahun 2019, yaitu IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK dengan target tahun 2018 sebesar 92%.

Perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya) dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Target IKU Tahun 2019

Realisasi IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital dapat dilihat dari status pelaksanaan milestones di tema sentral, penerimaan, perbendaharaan, dan penganggaran, yang dilaksanakan DJPb, baik sebagai UIC utama maupun pendukung, sepanjang tahun 2019. Progres pelaksanaan milestone diperoleh berdasarkan monitoring dari Central Transformation Office (CTO) Kemenkeu pada dashboard aplikasi Transformasi Kelembagaan. 10 IS dilaksanakan DJPb melalui perannya dengan realisasi per triwulan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.1.

Tabel 3.11b.1 Persentase penyelesaian program Tranformasi Digital oleh DJPb Tahun 2019

No inisiatif Strategis (IS) Q1 Q2 Q3 Q4

% Progres x bobot tertimbang DJPb

Tema Sentral 2,14% 10,16% 12,80% 17,07%

#1 The new thinking of working 0,63% 1,11% 2,25% 3,80%

#2 Implementasi office automation dalam rangka membangun digital workplace

1,34% 2,94% 2,94% 2,94%

#3 Pengembangan organisasi dan Sumber Daya Manusia Kemenkeu 0,00% 3,55% 4,26% 4,66%

#4 Modern e-learning sebagai alat utama dalam pengembangan SDM 0,17% 2,55% 3,35% 5,67%

Tema Penerimaan 0,53% 7,73% 9,48% 13,97%

#6 Joint program optimalisasi penerimaan 0,00% 7,06% 8,66% 13,10%

#7 Pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (core tax system) 0,53% 0,67% 0,81% 0,87%

Tema Perbendaharaan 7,79% 38,46% 44,03% 53,32%

#8Simplifikasi pelaksanaan anggaran melalui penggunaan teknologi digital (shared service dan government platform)

6,52% 34,25% 37,99% 45,78%

#9Penyediaan data transaksi Pemda untuk mendukung kebijakan fiskal nasional

1,27% 4,21% 6,03% 7,45%

Tema Penganggaran 1,93% 2,82% 3,64% 5,05%

#10 Integrasi proses bisnis perencanaan dan penganggaran 0,78% 1,95% 2,46% 3,40%

#11Optimalisasi kebijakan penganggaran terkait pengelolaan program pensiun

1,15% 0,88% 1,18% 1,65%

Jumlah (IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital) 12,40% 59,18% 69,94% 89,40%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.1, dari 10 inisiatif strategis yang dilaksanakan pada tahun 2019, diperoleh nilai realisasi IKU setiap triwulannya.

Realisasi IKU Tahun 2019

Page 179: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 164

Capaian IKU tersebut pada tahun 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11a.2.

Tabel 3.11b.2 Capaian IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 9,40% 47,52% 47,52% 60,24% 60,24% 80% 80% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 12,40% 59,18% 59,18% 69,94% 69,94% 89,40% 89,40%

Capaian 120 120 120 116,10 116,10 111,75 111,75

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.2, realisasi IKU tersebut pada tahun 2019 baik triwulanan maupun tahunan masing-masing telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2019. Capaian IKU terkait (Persentase implementasi inisiatif RBTK) tahun sebelumnya (2018) adalah 100% sehingga terdapat penurunan 10,6% pada tahun 2019. Perbandingan target dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 s.d. 2019 ditunjukkan pada Tabel 3.11a.3. dan Grafik 3.11A.1

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Tabel 3.11b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

Tahun 2015 s.d. 2019

T/R Q1 Q2 Q3 Q4 Y Keterangan

Target 2015 - - - 85% 85%

Perbandingan IKU tahun sebelumnya adalah

dengan IKU terkait, IKU Persentase implementasi

inisiafi RBTK

Realisasi 2015 - - - 97,5% 97,5%

Target 2016 - 30% - 87% 87%

Realisasi 2016 - 66% - 100% 100%

Target 2017 - 30% - 90% 90%

Realisasi 2017 - 43,41% - 99,68% 99,68%

Target 2018 13% 24% 46% 92% 92%

Realisasi 2018 28,63% 55,41% 81,76% 100% 100%

Target 2019 9,40% 47,52% 60,24% 80% 80%

Realisasi 2019 12,40% 59,18% 69,94% 89,40% 89,40%

Grafik 3.11b.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

Tahun 2015 s.d. 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.3 dan Grafik 3.11a.1, realisasi IKU tersebut meningkat dari tahun 2015 ke tahun 2016 (naik 2,5%), menurun dari tahun 2016 ke tahun 2017 (turun 0,32%), kembali meningkat ke tahun 2018 (naik 0,32%), dan menurun ke tahun 2019 (turun 10,6%). Ditunjukkan juga bahwa realisasi IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2019 selalu melebihi targetnya.

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 180: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan165

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.4.

Tabel. 3.11b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

s.d. 2019 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 89,40% - -

2018 100% - -

2017 99,68% - -

2016 100% - -

2015 97,5% - -

Ket: tidak terdapat target IKU tersebut pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital terhadap target pada RPJMN 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11b.5.

Tabel 3.11b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Ket

2019 89,40% -

Tidak terdapat target IKU tersebut pada RPJMN

2018 100% -

2017 99,68% -

2016 100% -

2015 97,5% -

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.6.

Tabel 3.11b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital Tahun

2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Ket

1 SETJEN 96,86% IKU Persentase penyelesaian program Transformasi Digital juga menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu lainnya (cascading peta). Nilai realisasi tertinggi adalah 99,91% dan nilai terendah dalam pencapaian IKU ini adalah 89,40%, realisasi IKU DJPb. Dalam hal ini nilai realisasi IKU DJPb di bawah rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu tersebut, sehingga DJPb akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan pencapaian kinerjanya di masa yang akan datang.

2 DJA 92,71%

3 DJP 97,30%

4 DJBC 99,00%

5 DJPb 89,40%

6 DJKN 95,55%

7 DJPK 99,76%

8 DJPPR 97,29%

9 ITJEN 97,70%

10 BKF 99,79%

11 BPPK 99,91%

12 INSW 98,18%

Rata-rata 97,00%

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 181: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 166

Realisasi sampai dengan triwulan IV tahun 2019 adalah 89,40% (dengan progres triwulan I 12,40%, triwulan II 59,18%, triwulan III 69,94%, dan triwulan IV 89,40%), memenuhi target. Pelaksanaan IKU diukur berdasarkan status pelaksanaan milestones Inisiatif Strategis RBTK di tema sentral, penerimaan, perbendaharaan, dan penganggaran, yang dilaksanakan DJPb dengan bobot tertimbang, baik sebagai UIC utama maupun pendukung, sepanjang tahun 2019, dengan rincian sebagai berikut:

1. Tema Sentral, yaitu:a. IS#1 - The new thinking of working (UIC utama), b. IS#2 - Implementasi office automation dalam rangka membangun digital workplace

(UIC pendukung), c. IS#3 - Pengembangan organisasi dan SDM Kemenkeu (UIC pendukung), dan d. IS#4 - Modern e-learning sebagai alat utama dalam pengembangan SDM (UIC

pendukung).

2. Tema Penerimaan, yaitu: a. IS#6 - Joint program optimalisasi penerimaan (UIC pendukung), dan b. IS#7 - Pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (core tax system) (UIC

pendukung).

3. Tema Perbendaharaan, yaitu: a. IS#8 - implifikasi pelaksanaan anggaran melalui penggunaan teknologi digital

(shared service dan government platform) (UIC utama), dan b. IS#9 - Penyediaan data transaksi Pemda untuk mendukung kebijakan fiskal

nasional (UIC pendukung).

4. Tema Penganggaran, yaitu: a. IS#10 - Integrasi proses bisnis perencanaan dan penganggaran (UIC pendukung),

dan b. IS#11 - Optimalisasi kebijakan penganggaran terkait pengelolaan program pensiun

(UIC pendukung).

Isu terkait peran DJPb pada tema perbendaharaan, yaitu pada IS#8 organisasi adhoc ditunda ke 2020 sesuai permintaan change request dan pada IS#9 peran DJPb hanya melakukan UAT, sementara kesiapan DJPK diluar kendali DJPb. Hal tersebut berimplikasi dengan penyelesaian regulasi, organisasi SSC, dan sistem Gov platform direncanakan diselesaikan di semester 1 2020.

Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam hal ini antara lain:1. Shared Service Center (SSC) memiliki fungsi kerja yang sangat baru bagi DJPb. Terdapat

kebutuhan perikatan antar sistem yang diperkirakan lebih rumit dari MPN;2. Tingginya beban kerja pada Direktorat SITP menyulitkan penjadwalan proses

pengembangan platform. Namun, terdapat langkah terobosan yang dapat ditempuh, yaitu penggunaan Enterprise Service bus SAKTI sebagai platform;

3. Implementasi Digital Signature (DS) adalah mandatori, tetapi performa aplikasi akan menurun.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 182: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan167

Tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2019 terkait pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Penandatanganan Treasury Charter (TC) DJPb 2019 di Aula Mezzanine Gedung Djuanda

I Komplek Kemenkeu pada tanggal 23 Januari 2019;2. Penandatanganan Pakta Komitmen Dukungan terhadap Implementasi Inisiatif

Program RBTK serta Pembangunan Enterprise Architecture (EA) Kemenkeu pada tanggal 27 Februari 2019;

3. Pembahasan awal dengan LKPP dalam rangka penjajakan pembangunan payment system pada e-katalog LKPP pada tanggal 29 Maret 2019;

4. KMK pelakasanaan IS 2019 sudah ditetapkan;5. Kepdirjen blueprint platform pembayaran pemerintah (Kep 286) ditetapkan;6. Sistem aplikasi pendukung KKP sudah siap dan operasional;7. Prosiding kajian pembayaran gaji forthnighly sudah udah disampaikan pada CTO;8. Proses pembahasan modeling untuk detil teknis platfom pembayaran pemerintah

sudah dimulai di Dit SITP;9. Proses pembahasan regulasi gov payment platform sudah dimulai di Dit PA;10. Sudah dilakukan seminar keputusan elektronis untuk memetakan masalah pada UU

Administrasi Pemerintah.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilaksanakan tahun 2020 dengan penanggungjawab PMO DJPb, Sekretariat DJPb, dan Direktorat SITP, antara lain:1. Mendorong pembahasan penyusunan draft PMK piloting untuk pembayaran gaji di

Direktorat Pelaksanaan Anggaran;2. Development sistem Gov Payment Platform, Pembentukan tim Adhoc SSC dan rancangan

organisasi SSC dedicated;3. Implementasi DS dalam SAKTI.

Page 183: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 168

Sasaran Strategis 12

Sistem informasi

perbendaharaan yang

andal dan modern

Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern adalah pelaksanaan sistem perbendaharaan dengan bantuan teknologi informasi yang tepat guna dan mutakhir untuk mendukung pelaksanaan anggaran dan perbendaharaan secara efektif, tepat waktu, dan akuntabel.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 12

SS 12: Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

12a-N Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

100% 100% 100

12b-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,10% 0,072% 120

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

12a-N

Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

Tingkat Implementasi Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (Aplikasi SAKTI) adalah tingkat pemenuhan implementasi Aplikasi SAKTI tahun 2019 oleh Satker lingkup K/L yang ruang lingkupnya ditetapkan melalui peraturan/keputusan Menteri Keuangan, dengan menggunakan SDM, bisnis proses, infrastruktur, dan teknologi SAKTI. Pengukuran tingkat pemenuhan implementasi SAKTI 2019 dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:1. Pencapaian atas pelaksanaan porsi tahapan kegiatan yang telah ditetapkan

untuk periode semester I dan II tahun 2019 secara tepat waktu (sesuai target);2. Pencapaian atas jumlah satker yang mengimplementasikan SAKTI tahun

2019 secara nasional (sesuai target).

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi Aplikasi SAKTI tahun 2019 pada seluruh Satker K/L yang telah ditetapkan dalam PMK Implementasi SAKTI Tahun 2019. IKU tersebut merupakan refinement pada tahun 2017 dari IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi aplikasi SAKTI di mana refinement tersebut menimbang bahwa SAKTI sejak tahun 2018 berada pada tahap implementasi.

Formula perhitungan IKU tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Page 184: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan169

Target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah 100% (30% untuk semester I, 100% untuk semester II) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) tahun 2019, sama dengan target tahun 2018, tetapi lebih tinggi dari target 2017 (86%) dan 2016 (75%). Target sebesar 100% untuk tahun 2019 tersebut sama dengan target implementasi SAKTI dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tahun 2015-2019 untuk tahun 2019. Penargetan IKU mengacu pada target setiap tahapan pelaksanaan implementasi SAKTI tahun 209 sebagai berikut:

Semester I• Tahap 1 (target: Januari, porsi 5%): Penyusunan panduan IKU implementasi SAKTI

tahun 2019 untuk seluruh KPPN dan Kanwil DJPb• Tahap 2 (target: Februari, porsi 5%): FGD strategi implementasi SAKTI pada K/L tahun

2019• Tahap 3 (target: Maret, porsi 10%): Penetapan exit criteria piloting SAKTI oleh Dirjen

Perbendaharaan, berdasarkan persetujuan pemilik proses bisnis SAKTI (business owners)

• Tahap 4 (target: April, porsi 5%): Monev dan penetapan Go/No Go Implementasi aplikasi SAKTI tahun 2019

• Tahap 5 (target: April-Mei, porsi 5%): Penyusunan dan penyebaran bahan dan materi publikasi dan komunikasi SAKTI 2019 (flyer, video tutorial, peraturan, dan sebagainya

• Tahap 6 (target: Mei-Juni, porsi: 15% ): Penyusunan PMK implementasi SAKTI 2019

Semester II: • Tahap 7 (target: Juli, porsi: 10%): FGD/Sosialisasi/Pemetaan kesiapan SDM dan

jaringan/training untuk Satker mitra KPPN di luar lingkup Kemenkeu dan PPATK• Tahap 8 (target: Agustus, porsi: 10%): Sosialisasi/training modul admin dan

penganggaran SAKTI berbasis web via video conference kepada seluruh KPPN dan Kanwil DJPb

• Tahap 9 (target: September - November, porsi 5%): Penyusunan dan penyebaran bahan dan materi terbaru (update) publikasi dan komunikasi SAKTI tahun 2019 (flyer, video tutorial, peraturan, dan sebagainya)

• Tahap 10 (target: November - Desember, porsi: 30%): training modul-modul SAKTI berbasis desktop untuk Sakter pusat K/L yang telah ditetapkan di luar Kemenkeu dan PPATK.

Jumlah Satker K/L yang mengimplementasikan SAKTI tahun 2019:• Satker pusat K/L yang telah ditetapkan PMK Implementasi SAKTI tahun 2019 (di luar

Satker lingkup Kemenkeu dan PPATK), untuk implementasi seluruh modul Aplikasi SAKTI berbasis desktop;

• Seluruh Satker K/L (di luar Satker Kemenkeu, PPATK, dan Satker pusat K/L sesuai poin di atas) mitra KPPN di seluruh wilayah Indonesia, untuk implementasi modul admin dan modul penganggaran aplikasi SAKTI berbasis web.

Target IKU Tahun 2019

Page 185: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 170

Pada tahun 2019, realisasi IKU Persentase tingkat implementasi SAKTI setelah dilaksanakan dilakukan pada serangkaian tindakan, tahapan, dan proses sebagaimana dapat ditunjukkan sebagaimana pada Tabel 3.12a.1.

Tabel 3.12a.1 Realisasi Implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2019

A. Realisasi Tahapan Kegiatan SAKTI 2019Porsi

Periode Tahapan

Semester I 2019

Tahap 1 Penyusunan Panduan IKU Implementasi SAKTI Tahun 2019 untuk seluruh KPPN dan Kanwil DJPb

5%

Tahap 2 FGD Strategi Implementasi SAKTI pada Kementerian/Lembaga Tahun 2019 5%

Tahap 5 Penyusunan dan penyebaran bahan dan materi publikasi dan komunikasi SAKTI tahun 2019 (flyer, video tutorial, peraturan, dlsb)

5%

Tahap 6 Penyusunan RPMK Implementasi SAKTI Tahun 2019 15%

Capaian Tahapan s.d. Semester I 2019 30%

Semester II 2019

Tahap 3 Penetapan Exit Criteria Piloting SAKTI oleh Dirjen Perbendaharaan, berdasarkan persetujuan pemilik proses bisnis SAKTI (Business Owners)

10%

Tahap 4 Monev dan Penetapan Go/No Go Implementasi SAKTI Tahun 2019 5%

Tahap 7 FGD/Sosialisasi/Pemetaan Kesiapan SDM dan Jaringan/Training untuk satker mitra KPPN di luar lingkup Kemenkeu dan PPATK

10%

Tahap 8 Sosialisasi/Training Modul Admin dan Penganggaran SAKTI berbasis Web via video conference kepada seluruh KPPN dan Kanwil DJPb

10%

Tahap 9 Penyusunan dan penyebaran bahan dan materi terbaru (update) publikasi dan komunikasi SAKTI tahun 2019 (flyer, video tutorial,peraturan, dlsb)

5%

Tahap 10 Training modul-modul SAKTI berbasis desktop untuk satker pusat Kementerian/Lembaga yang telah ditetapkan, di luar Kemenkeu dan PPATK

30%

Capaian Tahapan pada Semester II 70%

Capaian Tahapan pada Tahun 2019 100%

B. Realisasi Jumlah Satker K/L yang mengimplementasikan SAKTI 2019

1 Seluruh satker piloting SAKTI tahap IIIC (Kemenkeu, PPATK dan Kemensesneg) = 530 Satker ( 528 Pajak & BC, 2 PPATK), untuk implementasi modul Aplikasi SAKTI berbasis desktop

2 Satker pusat K/L yang telah ditetapkan PMK Implementasi SAKTI 2019 (di luar Satker lingkup Kemenkeu dan PPATK)

3 Seluruh satker Kementerian/Lembaga (di luar satker Kemenkeu, PPATK dan satker pusat K/L sesuai poin nomor 2) mitra KPPN di seluruh wilayah Indonesia

Semester I 2019

Target: 530 Satker; Realisasi: 530 Satker 100%

Semester II 2019

Target: 19.631 Satker; Realisasi: 19.631 Satker 100%

Capaian Porsi Satker yang mengimplementasikan SAKTI 2019 100%

Realisasi IKU Semester I 2019 30%

Realisasi IKU Semeseter II 2019 (Tahunan) 100%

Realisasi IKU Tahun 2019

Dengan demikian, realisasi IKU tahun 2019 dapat diketahui sebesar 100% yang berarti memenuhi target yang telah ditentukan (100%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.2. Capaian IKU tersebut setiap semesternya selalu memenuhi target yang telah ditetapkan.

Tabel 3.12a.2 Capaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 100% 100% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 30% 30% - 30% 100% 100%

Capaian - 100 100 - 100 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Page 186: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan171

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana pada Tabel 3.12a.3.

Tabel 3.12a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2019

dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 100% 100% 100%

2018 100% 100% 100%

2017 100% 86% 86%

2016 100% 75% 75%

2015 100% 100% 100%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.3, nilai realisasi tahunan IKU adalah sebesar 100% untuk tahun 2015 s.d. 2019 tersebut telah melampaui target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI sebesar 100% dari tahun 2015 s.d. tahun 2019 telah melampui target limat tahun dalam RPJMN sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.4.

Tabel 3.12a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2019

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 100% 100%

2018 100% 100%

2017 100% 86%

2016 100% 75%

2015 100% 72%

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Terdapat perbedaan dengan IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI pada tahun 2015 dan 2014 di mana IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI lebih menguji kesiapan sebelum implementasi, sementara IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI (2016 s.d. 2019) lebih menguji pada implementasinya. Namun demikian, perbandingan realisasi IKU tersebut tahun 2014 sampai dengan 2019 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.12a.1.

Grafik 3.12a.1 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI

(2014-2015) dan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI (2016-2019)

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Page 187: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 172

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.5.

Tabel 3.12a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Kemenkeu Realisasi IKU Ket

1 SETJEN - IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan eselon I Kemenkeu lainnya) sehingga tidak dapat ditunjukkan perbandingannya.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 100%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Terdapat beberapa isu pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI pada tahun 2019, antara lain:

1. Sampai dengan periode Triwulan IV 2019, target tahapan kegiatan implementasi SAKTI yang dilaksanakan selama periode Januari - Desember 2019, telah seluruhnya tercapai, sehingga realisasi capaiannya mencapai 100%;

2. Hasil pengujian Stress Test SAKTI-Web di Pusintek telah dinyatakan lulus, yang dilanjutkan dengan proses deployment ke server production. Namun demikian, hasil stress test ini belum menjamin keandalan performance sistem pada saat production. Oleh kareena itu, perlu disiapkan langkah mitigasi apabila terjadi penurunan performa sistem, misalnya melalui penjadwalan akses SAKTI, atau penggunaan strategi hybrid melalui penambahan resources (cloud) khususnya untuk computing process, bukan untuk kebutuhan store data (database).

Sebagai persiapan implementasi SAKTI di tahun 2020, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Hasil laporan Financial Integrity SAKTI (belum di-submit formal) dari Inspektorat VII. Meskipun secara prinsip, kualitas output laporan yang dihasilkan SAKTI sudah dapat disajikan secara wajar, dari sisi security, SAKTI-Web belum dilakukan pengujian keamanannya;

2. Untuk persiapan layanan pengguna di DJA, telah digunakan akun email [email protected] sebagai alamat yang digunakan satker K/L dalam penyampaian insiden terkait implementasi modul anggaran SAKTI. Namun demikian, saat ini Tim layer 1 DJA masih terbatas di lingkup Direktorat Sistem Penganggaran;

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 188: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan173

3. Progress pendaftaran email kedinasan oleh user SAKTI-Web belum banyak mengalami kemajuan. Dengan asumsi setiap Modul Admin dan Anggaran perlu 3 (tiga) user SAKTI, maka dari total jumlah 20.000 satker, seharusnya terdapat 60.000 akun email dinas untuk pendaftaran sebagai user SAKTI. Sampai dengan akhir Desember 2019 baru terdaftar 21.659 akun;

4. Harus dipastikan kesiapan server production SAKTI untuk pendaftaran user. Hal ini sebagai mitigasi adanya peningkatan pendaftaran email kedinasan, khususnya yang terkait kebutuhan untuk penggunaan Modul Anggaran SAKTI, khususnya untuk revisi DIPA di awal tahun 2020.

Isu-isu tersebut memiliki implikasi antara lain:

1. Penyesuaian strategi implementasi SAKTI tahun 2019: 1) Partial modul untuk seluruh satker (SAKTI versi web); dan, 2) Semua modul untuk beberapa satker K/L pusat (SAKTI versi desktop);

2. Perlunya pengadaan pekerjaan pengembangan SAKTI berbasis web, serta penambahan infrastruktur baru;

3. Diperlukan pemetaan kesiapan SDM, infrastruktur, dan koneksi jaringan pada seluruh satker K/L di seluruh wilayah Indonesia;

4. Diperlukan dukungan dari K/L teknis terkait (Kominfo, Kemenpan, BSSN) untuk penyelesaian isu-isu utama infrastruktur, jaringan/koneksi internet, dan isu keamanan informasi (penyediaan email kedinasan);

5. Diperlukan tambahan infrastruktur training untuk SAKTI Web yang lebih dapat memudahkan akses peserta training berjumlah besar (+/- 50.000 orang peserta);

6. Diperlukan perubahan PMK implementasi piloting (lanjutan) untuk SAKTI berbasis web dan perubahan KMK untuk penetapan target K/L peserta piloting SAKTI berbasis web termasuk perluasan target K/L pengguna SAKTI berbasis desktop;

7. Ketidakpuasan pengguna atas aspek fungsionalitas SAKTI dapat berpengaruh terhadap indeks persepsi pengguna Aplikasi SAKTI, pada saat Survei Kepuasan Pengguna atas Layanan Sistem Informasi tahun 2019 dilaksanakan;

8. Perlu adanya peningkatan langkah-langkah kesiapan implementasi SAKTI sebelum dapat diimplementasikan ke seluruh Satker K/L;

9. Perlu menindaklanjuti rekomendasi hasil Reviu Exit Criteria atas Piloting SAKTI, bekerja sama dengan Pusintek: melaksanakan kegiatan failover (drill) SAKTI dari DC ke DRC, dan melakukan uji kerentanan serta perbaikannya;

10. Apabila akses jaringan internet ke Satker K/L yang berada di wilayah remote/terpencil tidak tersedia, perlu dicarikan alternatif untuk akses internetnya;

11. Perlunya penyediaan email kedinasan pemerintah yang dapat digunakan oleh seluruh satker K/L sebagai salah satu strategi pengamanan akses user ke SAKTI;

12. Diperlukan server tambahan untuk keperluan penyelenggaraan training SAKTI, agar dapat memenuhi kebutuhan penyelenggaraan: Training SAKTI-Web; Training SAKTI Desktop, dan Training Modul Penganggaran untuk DJA, yang diikuti oleh sekitar 60.000 users dan dilaksanakan dalam waktu yang berbarengan (bulan November 2019);

13. Vulnerability test (VT) yang telah dilakukan terhadap SAKTI, baru merupakan first layer of defense dari keamanan informasi. Untuk itu, perlu dilakukan ‘sampling’ pengujian ke beberapa lokasi Satker untuk menguji keamanan akses SAKTI di sisi user, dengan berkoordinasikan dengan Inspektorat VII;

Page 189: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 174

14. Layanan pengguna Layer 1 hai.anggaran akan berada di Dit. SP DJA & Layer 2 berada di Dit. SITP DJPb. Dalam rangka mempercepat eskalasi solusi atas tiket pertanyaan, Tim Layer 1 seyogianya diperluas sampai ke direktorat teknis (Dit. Anggaran Ekontim, Dit. Anggaran PMK, dan Dit. Anggaran Polhukam BA-BUN);

15. Apabila Satket K/L calon pengguna SAKTI-Web belum seluruhnya terdaftar sebagai user SAKTI melalui email kedinasan di awal tahun 2020 (sebagian SAKTI dan sebagian aplikasi exsisting (co-exist)), maka penanganan dari sisi operasionalnya akan lebih kompleks karena SAKTI tidak dapat meng-capture history revisi yang dilakukan pada aplikasi existing secara parsial per Satker;

16. Pilihan utamanya adalah strategi implementasi SAKTI yang dilakukan serentak, sehingga seluruh history revisi pada aplikasi existing dapat ditarik secara utuh untuk semua Satker;

17. Pengujian stress test yang dilakukan terhadap SAKTI baru terbatas dalam 5 skenario dengan hasil yang memuaskan. Namun demikian, hasil tersebut hanya menjamin isu performance terbatas pada 5 skenario yang diujikan, sehingga belum mencerminkan situasi yang sebenarnya.

Akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut adalah:1. Adanya pertimbangan menyelesaikan pelaksanaan perbaikan Revaluasi BMN yang

ditargetkan selesai Maret 2019, serta menunggu Laporan Keuangan dan Laporan BMN TA 2018. yang telah mendekati final, sesuai Nota Dinas Kepala Biro BMN dan Pengadaan Setjen Kemenkeu No. ND-829/SJ.7/2019 tanggal 22 Maret 2019 hal Koordinasi Kegiatan Migrasi Data SIMAK BMN ke dalam Aplikasi SAKTI untuk satker lingkup DJP dan DJBC;

2. Satker K/L yang akan mengimplementasikan SAKTI tahun 2019, yang lokasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tidak dimungkinkan seluruhnya dapat menggunakan jaringan intranet/koneksi Host to Host dengan DC SAKTI di Pusintek untuk mengakses SAKTI. Untuk itu, perlu dikembangkan Aplikasi SAKTI berbasis web agar satker dapat mengakses SAKTI menggunakan koneksi intranet/internet di manapun berada dengan jaringan komersil/yang bukan dikelola Pusintek Kemenkeu;

3. Adanya kendala updating aplikasi desktop secara otomatis bagi Satker yang jaringan komunikasi datanya tidak dikelola secara langsung oleh Pusintek, misalnya beberapa kantor vertikal DJP dan satker pusdiklat PPATK. Hal ini karena unit-unit tersebut memiliki network policy yang tidak sepenuhnya selaras dengan kebijakan Pusintek. Migrasi SAKTI dari versi desktop ke web menjadi bagian dari strategi untuk mengontrol proses update (release management) atas perbaikan aplikasi baik bug fixing maupun penambahan;

4. Implementasi piloting SAKTI tahap III C (yang mencakup seluruh satker BA.015 dan PPATK) menjadi tahap pengujian pertama penggunaan SAKTI secara penuh di suatu Kementerian (dhi. Kemenkeu dan PPATK). Secara teknis, pengujian output di level Satker sudah dapat dilakukan sejak piloting tahap awal dan telah menjadi bahan monev untuk tahap berikutnya. Namun demikian, pengujian kualitas output secara konsolidasian baru dapat dilakukan melalui pengujian Financial Integrity LK BA.015 untuk periode Semester I 2019;

5. Terdapat Exit Criteria Piloting SAKTI yang belum terpenuhi atas aspek keamanan informasi dan kesiapan infrastruktur, yaitu belum lolos uji kerentanan (vulnerability test) yang dilakukan Pusintek dan tertundanya pelaksanaan DRC Drill SAKTI.

Page 190: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan175

6. Keterbatasan waktu pelaksanaan training SAKTI menjelang akhir tahun 2019, yang terdiri atas Training SAKTI-Web, Training SAKTI Desktop, dan, Training SAKTI-Web Modul Penganggaran untuk DJA, yang akan diikuti oleh kurang lebih 60.000 user SAKTI.

7. Aplikasi SAKTI berbasis web (bukan desktop) dengan konsep single database membutuhkan akses jaringan internet untuk akses. Di samping itu, untuk alasan kemanaan informasi, dibutuhkan akun email kedinasan (resmi) untuk kendali user yang mengakses SAKTI;

8. Belum terpenuhinya target pendaftaran email kedinasan di setiap KPPN, disebabkan permintaan yang bertepatan dengan kesibukan KPPN di akhir tahun anggaran. Di samping itu, keterbatasan SDM yang mengawal khusus pemenuhan requirements SAKTI menjadi alasan KPPN yang belum tercapai target Satker yang mendaftar. Khusus di wilayah Papua, Satker di wilayah tersebut sudah libur sejak libur Natal.

Tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2019 dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain:

Triwulan I1. Refreshment Training dan Stabilisasi SAKTI untuk lingkup Satker PPATK, Kemensesneg,

dan Kemenkeu (Itjen, Setjen, Pusdiklat KNPK-BPPK, dan DJP) untuk modul: Pelaksanaan Non Bendahara, Penganggaran, Bendahara, Aset dan Persediaan, dan GL dan Pelaporan selama periode bulan Januari-Februari 2019;

2. Penyampaian Panduan IKU Implementasi SAKTI Tahun 2019 untuk seluruh KPPN dan Kanwil DJPb;

3. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Strategi Implementasi SAKTI pada Kementerian/Lembaga Tahun 2019 tgl 14 Februari 2019;

4. Rapat pembahasan Exit Criteria Piloting SAKTI Tahap IIIC bersama dengan seluruh pemilik probis SAKTI dan Itjen Kemenkeu pada tgl 27 Maret 2019;

5. Penyusunan Dokumen KAK dan Dokumen Lelang Pengadaan Lisensi Database (Exadata) dan Aplikasi SAKTI (Redhat);

6. Instalasi Lisensi Database SAKTI di DRC SAKTI.

Triwulan II1. Penyelesaian dokumen exit criteria Piloting SAKTI s.d tahap IIIC;2. Penyelesaian migrasi saldo awal: data aset (dari Aplikasi SIMAK BMN); data persediaan

(dari Aplikasi Persediaan); data GL; (dan, termasuk proses likuidasi Satker KP2KP), ke SAKTI untuk Satker di lingkup Kemenkeu (Piloting SAKTI Tahap IIIC) dan Satker PPATK;

3. Penyelesaian pengadaan lisensi database dan instalasinya untuk server exadata SAKTI di DRC;

4. Penyelenggaraan Survey Kesiapan Perubahan (CRS) tahap I 2019 ke seluruh satker K/L;5. Penyusunan dan pembahasan RPMK Implementasi SAKTI 2019.

Triwulan III 1. Pengembangan 2 Modul SAKTI-Web (Admin dan Penganggaran) telah selesai, dan

telah dilakukan proses User Acceptance Test (UAT), sampai dengan triwulan III tahapan vulnerability assurance (VA) di Pusintek, sebelum di-deploy ke server production;

2. Penetapan Kepdirjen Penetapan Exit Criteria SAKTI oleh Dirjen Perbendaharaan No. KEP-177/PB/2019 tanggal 29 Juli 2019;

3. Penyelenggaraan Survei Pemetaan Akses Jaringan Internet pada seluruh satker K/L serta pendataan posisi GPS setiap satker K/L melalui KPPN, sebagai langkah persiapan implementasi SAKTI-Web;

Page 191: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 176

4. Penyelenggaraan Monev Piloting SAKTI versi desktop, meliputi Satker di lingkup Kemenkeu dan PPATK di wilayah Jakarta, Bogor, Bandung, Makassar, Denpasar, dan Tual. Monev ini termasuk pengujian onsite kebutuhan koneksi jaringan internet di Satker K/L yang berada di wilayah sulit akses/remote/terpencil, bekerja sama dengan BLU BAKTI Kominfo. Hal ini sebagai tindak lanjut pengujian hasil Survei Pemetaan Akses Jaringan Internet;

5. Pelaksanaan Refreshment Training SAKTI-Web tahun 2019 (Modul Admin dan Modul Penganggaran) pada tanggal 5 s.d 23 Agustus 2019, untuk trainer SAKTI di seluruh KPPN dan Kanwil DJPb;

6. FGD Tahap I dengan 5 K/L peserta Implementasi SAKTI Desktop (Kemen Pan&RB; Kemen Setneg; LKPP; Kemen PPN/Bappenas; dan KPK);

7. Draft RPMK Perubahan atas PMK Piloting SAKTI 2019 dalam tahapan proses harmonisasi dengan Direktorat SP dan Biro Hukum;

8. Penjajakan penggunaan email kedinasan mail.go.id dari Kominfo bagi satker-satker K/L pengguna SAKTI yang belum memiliki e-mail kedinasan;

9. Penjajakan penyediaan fasilitas jaringan internet dari BLU BAKTI Kominfo untuk satker-satker K/L yang berada di wilayah sulit akses/remote/terpencil;

10. Penyampaian requirements dari Kominfo untuk penyempurnaan portal pendaftaran mail.go.id yang akan digunakan oleh KPPN selaku admin, untuk pendaftaran email kedinasan Satker K/L di lingkup kerja KPPN;

11. Pertemuan antar pejabat Unit Eselon 1 di lingkup Kemenkeu untuk membahas rekomendasi strategi implementasi SAKTI tahun 2019 untuk diajukan kepada Menkeu pada tanggal 4 Oktober 2019;

12. Pertemuan pimpinan unit eselon I Kemenkeu dengan pimpinan terkait di KPK, LKPP, SETNEG dan BAPENNAS terkait implementasi piloting SAKTI Desktop tahun 2019;

13. Pertemuan pejabat Unit Eselon 1 di lingkup Kemenkeu yang terkait SAKTI, dengan Menkeu untuk pengajuan usulan rekomendasi strategi implementasi SAKTI 2019 pada tangga; 7 Oktober 2019;

14. Berkoordinasi dengan Inspektorat VII Itjen Kemenkeu terkait pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil assessment atas keamanan informasi SAKTI melalui rapat tanggal. 4 Oktober 2019.;

15. Melaksanakan high level meeting pimpinan Kemenkeu dengan pimpinan Kemenkominfo dan BLU BAKTI tanggal 8 Oktober 2019 membahas persiapan penyediaan jaringan internet untuk satker remote/terpencil.

Triwulan IV1. Dalam rangka persiapan Piloting SAKTI Desktop di 5 K/L, seluruh 5 K/L peserta piloting

SAKTI Desktop telah siap menggunakan SAKTI;2. Konsinyering Juknis, SOP, dan User Acceptance Test (UAT) email kedinasan SAKTI, dengan

peserta Direktorat SITP, KPPN, Ditjen Aptika Kominfo, pada tanggal 21 s.d. 23 Oktober 2019;

3. Konsinyering RPMK SAKTI, dengan peserta Dit. SITP, Dit. SP, Setditjen, dan Biro Hukum pada tanggal 29 s.d. 30 Oktober 2019;

4. Video Conference dalam rangka Koordinasi Survei Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Implementasi Sistem Informasi dan Teknologi Ditjen Perbendaharaan Tahun 2019 dengan peserta seluruh KPPN dan Kanwil DJPb, pada tanggal 31 Oktober 2019;

5. Executive Training SAKTI tahun 2019, dengan peserta Kepala KPPN dan Kepala Kanwil DJPb pada tanggal 5 s.d. 6 November 2019;

6. Video Conference tentang Teknis Pendafataran email kedinasan SAKTI dan Mekanisme

Page 192: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan177

Pertanggungjawaban Biaya Konsumsi EUT SAKTI-Web oleh KPPN, dengan peserta seluruh KPPN dan Kanwil DJPb pada tanggal 14 November 2019;

7. Training of Trainers (ToT) SAKTI Desktop untuk 5 (lima) K/L, dengan peserta pegawai dari 25 satker dari 5 (lima) K/L yang menjadi target Piloting SAKTI Desktop tahun 2019, serta melibatkan dosen PKN STAN sebagai peserta, pada tanggal 28 Oktober s.d. 22 November 2019;

8. End User Training (EUT) SAKTI-Web oleh KPPN kepada seluruh Satker di seluruh Indonesia pada tanggal 18 November s.d. 3 Desember 2019;

9. Training of Trainers (ToT) SAKTI-Web untuk 84 (delapan puluh empat) K/L, dengan peserta pegawai dari Kantor Pusat 84 (delapan puluh empat) K/L pada unit Bagian Perencanaan/Keuangan, pada tanggal 18 November s.d. 6 Desember 2019;

10. Training of Trainers (ToT) SAKTI-Web Modul Penganggaran-DJA, dengan peserta pegawai Direktorat Jenderal Anggaran, pada tanggal 9 s.d. 12 Desember 2019;

11. FGD dalam rangka Survei Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Implementasi Sistem Informasi dan Teknologi DJPb Tahun 2019, dengan peserta beberapa Kanwil DJPb dan perwakilan KPPN, pada tanggal 17 s.d. 19 Desember 2019;

12. Persiapan Layanan Pengguna Modul Anggaran di DJA dengan penggunaan engine Hai-DJPB telah selesai dengan dilakukannya setup alamat hai.anggaran dan setting user agen DJA pada tanggal 23 Desember 2019;

13. Pengujian Stress Test SAKTI-Web di Pusintek telah dinyatakan LULUS/PASSED pada hari Kamis tanggal 26 Desember 2019;

14. PMK perubahan PMK 159/2018 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI sebagai landasan hukum dimulainya aktivitas piloting SAKTI telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui PMK No. 203/PMK.05/2019 tanggal 27 Desember 2019 dan telah diundangkan melalui Berita Negara tahun 2019 Nomor 1691 tanggal 30 Desember 2019;

15. KMK No. 957/KMK.05/2019 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI Tahap IV yang mengatur ruang lingkup dan peserta Piloting SAKTI tahun 2019 telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan tanggal 31 Desember 2019.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 (penanggung jawab: Direktorat Sistem informasi dan Teknologi Perbendaharaan) antara lain:1. Mengagendakan kegiatan pengujian security atas SAKTI-Web bekerja sama dengan Tim

Inspektorat VII;2. Agen Layer 1 untuk Layanan Pengguna DJA diperluas tidak terbatas hanya di Dit. SP,

tetapi sampai ke seluruh direktorat teknis di lingkup DJA, yaitu Dit. Anggaran Ekontim, Dit Anggaran PMK, dan Dit. Anggaran Polhukam BA-BUN. Hal ini untuk mempermudah dan mempercepat resolusi dari tiket yang masuk ke Pusat layanan dhi. hai.anggaran;

3. Meningkatkan komunikasi intens secara langsung ke setiap Kepala Kanwil/Kepala KPPN, untuk memastikan pendaftaran email kedinasan di seluruh Satker wilayahnya telah terpenuhi;

4. Sesuai arahan Staf Ahli Bidang OBTI, DJA diharapkan mengkomunikasikan ke seluruh K/L tentang kebijakan penggunaan Modul Anggaran, termasuk Revisi DIPA 2020 yang harus sudah menggunakan SAKTI per tanggal 2 Januari 2020.

Dalam pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi SAKTI, pada tahun 2019 telah dilaksanakan inisiatif strategis sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja Tahun 2019 dengan hasil capaian sebagai berikut

Page 193: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 178

Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 diperlukan untuk membantu pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi SAKTI sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Eselon I (Kemenkeu-One) DJPb Tahun 2019. Terdapat satu Inisiatif DJPb pada tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.6.

Sampai dengan akhir tahun 2019, inisiatif strategis tersebut berstatus telah selesai di mana seluruh Satker Kemenkeu dan beberapa K/L lainnya telah mengimplementasikan SAKTI, dengan rincian sebagai berikut:

Progres pelaksanaan sampai dengan triwulan IV 2019:a. Telah ditetapkannya PMK No.203/PMK.05/2019 tgl. 27 Desember 2019 tentang

Perubahan atas PMK No.159/PMK.05/2018 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI, dengan Berita Negara RI Tahun 2019 Nomor 1691 tgl. 30 Desember 2019;

b. Telah terdaftarnya user-user SAKTI Desktop baru yang berasal dari 25 satker dari 5 (lima) K/L peserta Piloting SAKTI;

c. Telah terdaftarnya user-user SAKTI-Web baru yang berasal dari sekitar 19.000-an satker dari seluruh wilayah Indonesia;

d. Konsinyering Juknis, SOP dan User Acceptance Test (UAT) email kedinasan SAKTI, dengan peserta Direktorat SITP, KPPN, Ditjen Aptika Kominfo, pada tanggal 21 s.d. 23 Oktober 2019;

e. Training of Trainers (ToT) SAKTI Desktop untuk 5 (lima) K/L, dengan peserta pegawai dari 25 satker dari 5 (lima) K/L yang menjadi target Piloting SAKTI Desktop tahun 2019, serta melibatkan Dosen PKN STAN sebagai peserta, pada tanggal 28 Oktober s.d. 22 November 2019;

f. Konsinyering RPMK SAKTI, dengan peserta Dit. SITP, Dit. SP, Setditjen, dan Biro Hukum pada tanggal 29 s.d. 30 Oktober 2019;

Inisitiaf Strategis DJPb Tahun 2019

Tabel 3.12a.6 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 terkait IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

No Indikator Kinerja Utama

Inisiatif Strategis

Output/ Outcome

Periode Pelaksanaan

Penanggung Jawab

Biaya (Rp)

1 Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

Implementasi sistem informasi keuangan terintegrasi tingkat satker (SAKTI)

1.379 Satker telah mengimplementasikan SAKTI

Januari s.d. Desember

2019

Dit. SITP 13,642 miliar

Kegiatan Output

Q1: Penetapan exit criteria

Q2: Monev dan Penetapan Go/Not Go Rollout SAKTI

Q3: Penetapan K/L Peserta RO I

Q4: Penetapan K/L Peserta RO I

Q1: Surtat Keputusan Dirjen Pb/CIO/Kemenkeu/CIO DJPb ttg Exit Criteria

Q2: Laporan Monev

Q3: KMK tentang RO I SAKTI

Q4: Laporan CRS/Training, dll

Page 194: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan179

g. Video Conference dalam rangka Koordinasi Survei Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Implementasi Sistem Informasi dan Teknologi Ditjen Perbendaharaan Tahun 2019 dengan peserta seluruh KPPN dan Kanwil DJPb, pada tanggal 31 Oktober 2019;

h. FGD dalam rangka Survei Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Implementasi Sistem Informasi dan Teknologi Ditjen Perbendaharaan Tahun 2019, dengan peserta beberapa Kanwil DJPb dan perwakilan KPPN, pada tanggal 17 s.d. 19 Desember 2019;

i. Executive Training SAKTI tahun 2019, dengan peserta Kepala KPPN dan Kepala Kanwil DJPb pada tanggal 5 s.d. 6 November 2019;

j. Video Conference tentang Teknis Pendafataran email kedinasan SAKTI dan Mekanisme Pertanggungjawaban Biaya Konsumsi EUT SAKTI-Web oleh KPPN, dengan peserta seluruh KPPN dan Kanwil DJPb pada tanggal 14 November 2019;

k. End User Training (EUT) SAKTI-Web oleh KPPN kepada seluruh Satuan Kerja di seluruh Indonesia pada tanggal 18 November s.d. 3 Desember 2019;

l. Training of Trainers (ToT) SAKTI-Web untuk 84 (delapan puluh empat) K/L, dengan peserta pegawai dari Kantor Pusat 84 (delapan puluh empat) K/L pada unit Bagian Perencanaan/Keuangan, pada tanggal 18 November s.d. 6 Desember 2019;

m. Training of Trainers (ToT) SAKTI-Web Modul Penganggaran-DJA, dengan peserta pegawai Direktorat Jenderal Anggaran, pada tanggal 9 s.d. 12 Desember 2019.

Dalam pelaksanaannya diidentifikasi kendala/permasalahan, antara lain: a. Tidak terserapnya alokasi pagu anggaran Implementasi SAKTI tahun 2019 sesuai

dengan target baik untuk kegiatan Executive Training SAKTI tidak menyerap seluruh anggaran yang dialokasikan maupun untuk kegiatan End User Training (EUT) SAKTI-Web oleh KPPN kepada Satker di wilayah kerjanya.

b. Pelaksanaan kegiatan Executive Training SAKTI digabung dan menjadi satu rangkaian kegiatan dalam Rapat Pimpinan Nasional DJPb tanggal 5-6 November 2019, sehingga durasi pelaksanaannya tidak dapat dimaksimalkan, karena harus menyesuaikan dengan agenda Rapimnas DJPb, agar tidak terlalu lama.

c. Perencanaan anggaran untuk biaya konsumsi pelaksanaan kegiatan EUT SAKTI-Web oleh KPPN sebagai penyelenggara, telah disusun berdasarkan standar biaya masukan (SBM) yang berlaku, tetapi dalam realisasinya, alokasi anggaran yang telah disediakan tidak seluruhnya terserap oleh KPPN, yang disebabkan:i. Periode pelaksanaan EUT di KPPN pada bulan Desember 2019, berdekatan

dengan kesibukan/agenda KPPN-KPPN menjelang akhir tahun anggaran, sehingga pelaksanaannya dipersingkat;

ii. Beberapa KPPN tidak menggunakan seluruh alokasi anggaran yang disediakan untuk pelaksanaan EUT, karena sebagian pembiayaannya menggunakan anggaran KPPN-nya sendiri.

d. Keterlambatan penyediaan server training untuk EUT SAKTI-Web, yang semula akan difasilitasi dengan server hasil pengadaan sendiri, namun belum siap pada saat akan digunakan pada bulan November 2019, sehingga untuk pelaksanaan EUT SAKTI-Web dilakukan penyewaan server/cloud kepada pihak ketiga.

Page 195: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 180

Output:a. Telah ditetapkannya PMK No.203/PMK.05/2019 tgl. 27 Desember 2019 tentang

Perubahan atas PMK No.159/PMK.05/2018 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI, dengan Berita Negara RI Tahun 2019 Nomor 1691 tgl. 30 Desember 2019.

b. Telah terdaftarnya user-user SAKTI Desktop baru yang berasal dari 25 satker dari 5 (lima) K/L peserta Piloting SAKTI.

c. Telah terdaftarnya user-user SAKTI-Web baru yang berasal dari sekitar 19.000-an satker dari seluruh wilayah Indonesia.

d. Telah dilaksanakannya Training of Trainers (ToT) SAKTI Desktop untuk 5 (lima) K/L, dengan peserta pegawai dari Kantor Pusat 5 (lima) K/L peserta Piloting SAKTI Desktop tahun 2019.

e. Telah dilaksanakannya Executive Training SAKTI tahun 2019, dengan peserta Kepala KPPN dan Kepala Kanwil DJPb.

f. Telah dilaksanakannya End User Training (EUT) SAKTI-Web oleh KPPN kepada seluruh Satuan Kerja di seluruh Indonesia.

g. Telah dilaksanakannya Training of Trainers (ToT) SAKTI-Web untuk 84 (delapan puluh empat) K/L, dengan peserta pegawai dari Kantor Pusat 84 (delapan puluh empat) K/L pada unit Bagian Perencanaan/Keuangan.

h. Telah dilaksanakannya Training of Trainers (ToT) SAKTI-Web Modul Penganggaran-DJA, dengan peserta pegawai Direktorat Jenderal Anggaran.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 dengan penanggungjawab Dit. SITP antara lain:a. Pendampingan Piloting SAKTI Desktop pada 5 K/L;b. Refreshment Training of Trainers (ToT) SAKTI Desktop untuk 5 K/L;c. Persiapan Migrasi SAKTI Desktop 5 K/L;d. End User Training (EUT) SAKTI-Web Lanjutan oleh KPPN (Modul Admin dan Modul

Penganggaran) untuk kantor vertikal K/L;e. Sosialisasi SAKTI ke semua K/L;f. Monitoring penyediaan email kedinasan oleh seluruh Satker K/L;g. Monitoring penyediaan akses internet seluruh Satker K/L;h. Training of Trainers (ToT) Modul Admin dan Modul Penganggaran untuk DJA;i. Refreshment Training of Trainers (TOT) SAKTI-Web dan pendampingan RKAK/L

2021 semua K/L.

Anggaran: dari pagu Rp13.642.450.000 direalisasikan Rp10.415.611.940 (76,35%).

Page 196: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan181

12b-CP

Tingkat downtime sistem TIK

Downtime sistem TIK (Teknlogi Informasi dan Komunikasi) adalah terhentinya layanan TIK Kemenkeu kepada pengguna/stakeholders eksternal yang memiliki tingkat kritikalitas sangat tinggi (berdasarkan BIA tahun 2018) yang disebabkan oleh gangguan pada infrastruktur layanan TIK yang meliputi: kelistrikan, jaringan DC, perangkat utama (Firewall, DNS. load balancer, server management VM, server/OS, aplikasi, dan basis data). Untuk unit Setjen ditambahkan komponen jaringan kantor pengguna.

Layanan TIK dengan tingkat kritikalitas sangat tinggi ditentukan berdasarkan dampak terhadap kelangsungan operasional organisasi dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:1. Potensi kerugian finansial;2. Potensi tuntutan hukum;3. Citra Kemenkeu;4. Jumlah pengguna yang dirugikan.

Perhitungan downtime layanan tidak termasuk downtime yang direncanakan (planned downtime), disetujui untuk tujuan pemeliharaan (preventive maintenance), dan downtime di luar waktu layanan TIK. Layanan TIK yang didukung dengan teknologi High Availability, perhitungan downtime menggunakan data yang paling rendah. Penentuan ketersediaan layanan TIK disesuaikan dengan karakteristik setiap layanan TIK.

Downtime layanan TIK dihitung berdasarkan hasil pemantauan ketersediaan layanan dengan menggunakan alat monitoring yang disepakati dan hasil penyelerasan dengan pelaporan SLA (Service Level Agreement).

Komponen downtime Setjen, DJP, PP INSW: Kelistrikan, jaringan DC, perangkat utama, server/OS, aplikasi, dan basis data;

Komponen downtime non-Setjen/DJP/PP INSW: 1. co-location: server/OS, aplikasi, dan basis data;2. hosting: aplikasi dan basis data

Layanan kritikal sistem TIK DJPb yang diukur pada tahun 2019 meliputi:1. Aplikasi SPAN;2. Aplikasi MPN G2/G3; 3. Aplikasi OM SPAN;4. Aplikasi e-Rekon&LK;5. Aplikasi SAKTI.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat downtime sistem TIK bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem layanan TIK dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. IKU tahun 2019 tersebut merupakan IKU Kemenkeu-One yang diiturunkan dari level Kemenkeu-Wide (cascading indirect). IKU tersebut dinaikkan pada tahun 2017 dari Kemenkeu-Two Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (Dit. SITP) ke Kemenkeu-One DJPb agar kualitas aplikasi maupun antisipasi gangguannya dapat semakin diperhatikan.

Page 197: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 182

= ∑(𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒 per Komponen 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙Total 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙

x 100%)

Target IKU Tahun 2019

Target IKU tersebut tahun 2019 adalah 0,1% (untuk target IKU tahunan dan triwulanan) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb tahun 2019. Target tersebut meningkat dari target IKU tahun 2018 yang sebesar 0,35% (target 2017 dan 2016 yang sebesar 1% (polarisasi minimize). Mengingat IKU tersebut baru dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. SITP pada tahun 2017, capaian IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta pada RPJMN Tahun 2015-2019.

Realisasi IKU tersebut pada tahun 2019 adalah sebesar 0,072% yang dapat ditunjukkan melalui perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.1.

Tabel. 3.12b.1 Perhitungan IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2019

Layanan Kritikal TIK DJPb

Tingkat Downtime TIK 2019

waktu kejadian:

Q1 Q2 s.d. Q2 Q3 s.d. Q3 Q4 s.d. Q4

1. SPAN 0,111% 0,00% 0,111% 0,000% 0,111% 0,011% 0,122%

2. MPN G2/G3 0,078% 0,006% 0,084% 0,037% 0,121% 0,023% 0,144%

3. OM-SPAN 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000%

4. e-Rekon&LK 0,000% 0,082% 0,082% 0,000% 0,082% 0,000% 0,082%

5. SAKTI 0,000% 0,000% 0,000% 0,014% 0,014% 0,000% 0,014%

Rata-rata 0,038% 0,018% 0,056% 0,010% 0,066% 0,007% 0,072%

Sumber: diolah dari data application manager (PUISINTEK)

Realisasi IKU Tahun 2019

Dengan demikian, realisasi IKU tahun 2019 dapat diketahui sebesar 0,072% yang berarti melampaui target yang telah ditentukan sebesar 0,1% dengan capaian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.2. Dari target yang ditetapkan setiap triwulannya (0,1%), capaian IKU tersebut setiap triwulan selalu memenuhi target yang telah ditetapkan.

Tabel 3.12b.2 Capaian IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018

T / R Q1 Q2 smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% Minimize/ Take Last

Known Value

Realisasi 0,038% 0,056% 0,056% 0,066% 0,066% 0,072% 0,072%

Capaian 120 120 120 120 120 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Melalui pembandingan dengan capaian IKU tahun-tahun sebelumnya, perkembangan capaian IKU dapat diketahui dan dapat disimpulkan apakah kinerja DJPb dengan indikator kinerja tersebut mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun. Perbandingan IKU Tingkat downtime sistem TIK tahun dari tahun 2015 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.12b.3.

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Formula perhitungan IKU tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Tingkat downtime layanan TIK =

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan minimize (semakin rendah realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir dalam periode bersangkutan).

Page 198: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan183

Tabel 3.12b.3 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2015 s.d. 2019

Tahun Tahunan Keterangan

2019 0,072% realisasi IKU tahun 2016 merupakan capaian dari Kemenkeu-Two Dit. SITP, sementara tahun 2015 belum ditetapkan IKU tersebut

2018 0,199%

2017 0,04%

2016 0%

2015 -

Grafik 12b.1 Perkembangan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2016 s.d. 2019

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.4

Tabel 3.12b.4 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2019

dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019* Renstra Kemenkeu 2015-2019*

2019 0,072% - -

2018 0,199% - -

2017 0,04% - -

2016 0% - -

2015 - - -

Keterangan: Realisasi IKU tahun 2016 diperoleh dari capaian Kemenkeu-Two Dit. SITP, sementara tahun 2015 belum ditetapkan IKU tersebut. Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2017 dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. SIPT, sementara pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan Rentra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.5.

Tabel 3.12b.5 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2019

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 0,072% -2018 0,199% -2017 0,04% -2016 0% -2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2017 dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. SIPT, sementara pada RPJMN tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan RPJMN tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Page 199: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 184

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.6.

Tabel 3.12b.6 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Th. 2019 dengan Unit Es. I Lainnya

No Unit Realisasi IKU Ket

1 SETJEN 0,0036% IKU Tingkat downtime sistem TIK juga menjadi IKU seluruh unit eselon I lingkup Kemenkeu lainnya dan juga PP INSW (cascading peta).

Ditunjukkan bahwa realisasi IKU tertinggi oleh DJA dan BPPK sebesar 0,0000% (polarisasi minimize), dan terendah oleh DJKN sebesar 0,0975%.

Dalam hal ini, nilai realisasi IKU DJPb di bawah nilai rata-rata unit lingkup Kemenkeu tersebut dan ke depannya DJPb akan melakukan evaluasi dan perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya khususnya dalam penurunan tingkat downtime sistem TIK.

Ket: data eselon I lainnya diperoleh dari slide kompilasi Rocankeu

2 DJA 0,0000%

3 DJP 0,0031%

4 DJBC 0,0307%

5 DJPb 0,072%

6 DJKN 0,0975%

7 DJPK 0,0003%

8 DJPPR 0,0294%

9 ITJEN 0,0127%

10 BKF 0,0047%

11 BPPK 0,0000%

12 PPINSW 0,0049%

Rata-rata 0,0162%

Terdapat beberapa isu pencapaian IKU Tingkat downtime sistem TIK, antara lain:

TRIWULAN I:

Aplikasi SPAN:1. Tgl 5 Maret 2019, terdapat gangguan kelistrikan pada fasilitas DC SPAN di Pusintek,

yang disebabkan malfungsi alat Automatic Transfer Switch (ATS) pada saat suplai listrik PLN ke fasilitas DC SPAN berhenti dan/menyala kembali (a. Komponen kelistrikan tidak dihitung sebagai downtime DJPb; b. Broadcast telah dilakukan pada saat kejadian);

2. Tgl 6 Maret 2019, mulai pukul 10.30 s.d. 14.30 terdapat maintenance SPAN/ planned downtime berupa penggantian 4 disk yang mengalami kerusakan, sebagai kelanjutan dari penanganan paska insiden gangguan kelistrikan (telah dilakukan broadcast);

3. Tgl 16 Maret 2019 s.d. tgl 18 Maret 2019 pukul 06.00 WIB, dilakukan maintenance SPAN/ planned downtime (restart service SPAN yang meliputi : AP, CM, DB, Xicoserver dan Xicocom, Tomcat dan VNC) (telah dilakukan broadcast);

4. Tgl 30 Maret 2019 pukul 06:00 WIB sampai dengan pukul 24:00 WIB, terdapat maintenance SPAN, berupa penggantian power supply unit (PSU) part pada server AP/CM1 dan scheduled restart pada periode akhir pekan (telah dilakukan broadcast).

Aplikasi MPN-G2:1. Tgl 16 Maret 2019, terdapat maintenance jaringan/planned maintenance pada periode

akhir pekan (telah dilakukan broadcast kepada Bank dan Biller melalui Dit. PKN); 2. Tgl 18 Maret 2019, Biller Interface Simponi mengalami down selama 48 menit, yang

disebabkan karena app mengalami hang (solusi penanganan: dengan me-restart app), dihitung sebagai downtime MPN-G2;

3. Tgl 22 Maret 2019, Portal Rekon mengalami down selama 23 menit, yang disebabkan interface error (diperlukan restart server) (solusi penanganan: perlu penggantian adapter), dihitung sebagai downtime MPN-G2.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Page 200: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan185

TRIWULAN II:

Aplikasi e-Rekon&LK: Tgl 20 Juni 2019, terdapat gangguan pada aplikasi e-Rekon, yang disebabkan utilisasi CPU pada server e-Rekon tinggi, karena banyaknya transaksi/upload oleh pengguna menjelang batas akhir rekon untuk penyusunan Laporan Keuangan Semester I 2019, yang mengakibatkan database dan server hang. Solusi dengan me-restart server, dan aplikasi dapat diakses kembali.

Aplikasi MPN-G2: Tgl 10 Juni 2019, terdapat gangguan pada Biller interface DJA di Setelmen MPN-G2 service, yang menyebabkan server hang, solusi dengan me-restart server.

TRIWULAN III:

Layanan sistem kritikal DJPb mengalami beberapa gangguan yang disebabkan oleh gangguan pada Layanan jaringan PUSINTE, antara lain:1. Tgl 29 Agustus 2019, mulai pkl 09.20 WIB terjadi gangguan koneksi dari kantor vertikal

DJPb ke Data Center Kemenkeu secara massal, yang disebabkan : gangguan pada perangkat backhaul jaringan DC Pusintek ke kantor vertikal (fortiwan). Layanan yang terdampak: FTP Konversi, SPAN, dan SAKTI. Layanan kembali normal tgl 29 Agustus 2019 sekitar pkl 11.10 WIB.

2. Tgl 1-2 September 2019, terjadi gangguan pengiriman email keluar (outgoing) menggunakan MS Exchange dari akun [email protected], yang disebabkan: Pusintek melakukan perpindahan server email dari DC ke DRC tanpa melakukan konfirmasi ke Dit. SITP, padahal dibutuhkan setingan khusus untuk akun email Hai, karena setingan email Hai di DC tidak sama dengan di DRC, sehingga mengakibatkan gangguan/error.

3. Tgl 4 September 2019, mulai pukul pkl. 12.24 WIB terjadi gangguan koneksi akses internet pada DC Kemenkeu, yang disebabkan : gangguan pada perangkat firewall area DMZ. Gangguan ini berdampak terhadap layanana SPAN dan OMSPAN yang tidak bisa diakses oleh seluruh pengguna. Layanan kembali normal tgl 4 September 2019 sekitar pkl 14.30 WIB.

4. Tgl. 27 September 2019, mulai pukul 8.30 WIB terjadi gangguan pada DNS Pusintek, yang menyebabkan semua aplikasi tidak bisa diakses dari kantor vertikal dan access point di kantor pusat, akses ke aplikasi/sistem intranet juga mengalami gangguan. Layanan kembali normal tgl. 27 September 2019 mulai pukul 10.30 WIB.

Layanan sistem kritikal DJPb yang mengalami gangguan pada periode Triwulan III 2019 :

MPN G3: Tgl 9, 10 dan 11 September 2019, terjadi gangguan pada service MPN G2, yang disebabkan karena response time tinggi. Layanan kembali normal setelah dilakukan restart service. Terjadi downtime komponen aplikasi MPN G2 selama 129 menit.

SAKTI: Tgl 12 Agustus 2019 terjadi gangguan koneksi antara server fisik SAKTI ke gluster storage, yang menyebabkan downtime komponen server SAKTI selama 130 menit.

Page 201: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 186

TRIWULAN IV:

Layanan sistem kritikal DJPb mengalami gangguan yang disebabkan oleh gangguan pada layanan server/jaringan yang disediakan oleh Pusintek, yaitu pada tanggal 8 November 2019, mulai pukul 19.45 WIB terjadi gangguan/failure pada Storage IBM V7000 milik Pusintek (FTP Konversi DAK Dandes), sehingga KPPN tidak dapat memproses SPM yang sudah dikonversi.

Layanan SPAN: tanggal 2 Desember 2019, terjadi downtime selama 4 menit, yaitu delay waktu up SPAN setelah selesai setup workshift/maintenance.

Hal tersebut menyebabkan implikasi sebagai berikut: 1. Layanan SPAN pada hari Selasa AAa5 Maret 2019 mulai pukul 04.30 WIB terhenti dan

tidak dapat diakses. Layanan SPAN dapat diakses kembali pada hari yag sama mulai pukul 13.00 WIB.

2. Terkait gangguan layanan SPAN (dan Custom Web) tersebut, terdapat pengaturan dan penyesuaian proses bisnis di Kanwil DJPb dan KPPN:

3. Kanwil Ditjen Perbendaharaan: Tetap melakukan layanan Revisi DIPA TA 2019 tanpa proses unggah ke Custom Web (CW), file ADK Revisi disimpan di computer, dan diproses segera pada saat Aplikasi CW sudah berjalan kembali.

4. KPPN: Tetap melakukan penerimaan SPM melalui Aplikasi Konversi, dan diteruskan proses unggah ke SPAN ketika SPAN sudah berjalan.

5. Untuk SPM yang RPD-nya jatuh tempo tgl. 5 Maaret 2019, KPPN melakukan pergeseran tanggal RPD Harian ke hari berikutnya.

6. Terjadi kerusakan pada komponen-komponen infrastruktur SPAN : 4 disk storage V7000, 2 core switch (network) dan power supply unit (PSU), yang membutuhkan penggantian dengan segera, agar sistem SPAN dapat berjalan kembali.

7. Layanan e-Rekon&LK pada tgl. 20 Juni 2019 mulai pkl.10.55 s.d. 13.06 WIB, terhenti (hang) dan tidak dapat diakses oleh pengguna. Layanan e_Rekon& LK dapat diakses kembali pada hari yang sama mulai pukul 13.07 WIB.

8. Layanan interface Biller DJA ke Setelmen MPN-G2 pada tgl. 10 Juni 2019 mulai pkl. 20.03 s.d. 21.58 WIB, terhenti (hang). Layanan interface Biller DJA ke Setelmen MPN-G2 dapat berjalan normal kembali pada hari yang sama, mulai pukul 21.59 WIB.

9. Layanan e-Rekon&LK pada tgl. 20 Juni 2019 mulai pkl.10.55 s.d. 13.06 WIB, terhenti (hang) dan tidak dapat diakses oleh pengguna. Layanan e_Rekon& LK dapat diakses kembali pada hari yang sama mulai pukul 13.07 WIB.

10. Layanan interface Biller DJA ke Setelmen MPN-G2 pada tgl. 10 Juni 2019 mulai pkl. 20.03 s.d. 21.58 WIB, terhenti (hang). Layanan interface Biller DJA ke Setelmen MPN-G2 dapat berjalan normal kembali pada hari yang sama, mulai pukul 21.59 WIB.

Akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Monitoring Tim Shift 24/7 saat ini belum mencakup monitoring atas Fasilitas DC SPAN.2. Pemeliharaan/ pengecekan onsite oleh vendor yang dilakukan secara rutin sebulan

sekali atas komponen fasilitas DC SPAN, tidak termasuk pengecekan atas panel listrik (termasuk komponen ATS) SPAN, yang berada satu lokasi dengan panel listrik (Power House) milik Pusintek di basement milik Pusintek, dengan alasan akses dibatasi karena aset milik Pusintek.

3. Kapasitas server dan storage infrastruktur Setelmen MPN-G2 yang saat ini digunakan, tidak sebanding dengan tingginya volume transaksi penerimaan yang harus diproses oleh sistem, sehingga sistem mengalami kelambatan/error/hang.

Page 202: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan187

4. Kemampuan/kapasitas cpu core pada server e-Rekon&LK yang ada saat ini, tidak mampu memproses jumlah transaksi/upload rekon pada saat mengalami lonjakan yang sangat tinggi yang terjadi menjelang batas akhir pengajuan rekon oleh satker.

5. Penambahan cpu core pada server, akan berkonsekuensi kepada penambahan biaya untuk pembayaran lisensi/ ATS-nya.

6. Server interface Biller DJA merupakan server lama hasil pengadaan tahun 2011, meskipun jumlah transaksinya tidak terlalu banyak. Sebagai perbandingan, server hasil pengadaan tahun 2017 untuk service DJA lite, Pajak dan Bea Cukai dengan jumlah transaksi yang lebih banyak, tidak pernah mengalami insiden/gangguan.

Tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2018 dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Pemeliharaan dan peremajaan fasilitas DC SPAN (Baterai UPS, AC, Genset, Panel listrik)

telah dilaksanakan secara rutin (bulanan) melalui penunjukan pihak ketiga (PT. Bina Service) sejak tahun 2016.

2. Melaksanakan mekanisme pola kerja shift 24/7 di Dit. SITP, sejak bulan Mei 2018.3. Penanganan insiden gangguan kelistrikan pada DC SPAN :4. Tgl 5 Maret 2019, melakukan penggantian 2 core switch melalui koordinasi dengan

Pusintek; 5. Tgl 6 Maret 2019, melakukan penggantian 4 disk storage V7000 oleh IBM, melalui

koordinasi dengan Bagian Umum Sekretariat DJPb; 6. Tgl 16-18 Maret 2019, melakukan maintenance SPAN, me-restart service SPAN yang

meliputi : AP, CM, DB, Xicoserver dan Xicocom, Tomcat dan VNC. Hal ini diperlukan untuk mensinkronkan data SPAN di DC dan backup-nya di DRC;

7. Tgl 30 Maret 2019, melakukan penggantian part PSU pada server AP/CM 1.8. Tgl 14 Maret 2019, telah dilaksanakan rapat persiapan pengalihan penggunaan BMN

fasilitas DC SPAN (Baterai UPS, AC, Genset, Panel listrik) dari Satker SPAN kepada Pusintek, yang dihadiri oleh Dit. SITP, Biro Manajemen BMN dan Pengadaan Setjen Kemenkeu, Pusintek, dan Bagian Umum Sekretariat DJPb.

9. Hasil rapat pada poin no 4 telah ditindaklanjuti dengan penyampaian data detil aset fasilitas DC SPAN beserta dokumen terkait lainnya kepada Kepala Pusintek, dan telah dilakukan pengecekan fisik ke lokasi fasilitas DC SPAN oleh Tim dari Pusintek dan Dit. SITP.

10. Untuk error interface pada portal rekon MPN-G2 yang mengalami down, akan dilakukan penggantian adapter oleh Pusintek.

11. Pemeliharaan dan peremajaan fasilitas DC SPAN (Baterai UPS, AC, Genset, Panel listrik) dilaksanakan setiap bulan, melalui pengecekan fisik oleh pihak vendor (PT. Bina Service) dan tim pendamping.

12. Mulai bulan Juli 2019, pendampingan vendor saat maintenance, monitoring dan operational atas fasilitas DC SPAN, telah diserahterimakan dan langsung dibawah Pusintek.

13. Standar Operation Procedure (SOP) Pola Kerja Shift 24/7 telah ditetapkan oleh Direktur SITP.

14. Pelaksanakan mekanisme pola kerja shift 24/7 di Dit. SITP, masih tetap berjalan sampai dengan periode saat ini.

15. Proses pengalihan penggunaan BMN fasilitas DC SPAN (Baterai UPS, AC, Genset, Panel listrik) dari Satker SPAN kepada Pusintek, telah sampai tahap proses penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) Pengalihan Penggunaan BMN pada DJPb antara Sekretaris DJPb dengan Kepala Biro Umum Setjen Kemenkeu .

Page 203: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 188

16. Penanganan error interface pada portal rekon MPN-G2 yang mengalami down, dilakukan dengan penggantian setingan pada OS, melalui pemindahan ke interface lain, sehingga tidak dilakukan penggantian adapter.

17. Implementasi Piloting MPN-G3 tahap I pada tgl. 21-22 Juni 2019, pada 5 bank persepsi (Bank Woori, Bank Muamalat, Bank Maybank, Bank Shinhan dan Bank Syariah Bukopin).

18. Service untuk interface biller dan notif billing saat ini semuanya telah dipindahkan ke server MPN-G3 hasil pengadaan tahun 2018.

19. Telah dilakukan pengalihan penggunaan BMN serta monitoring fasilitas DC SPAN dari Satker SPAN kepada Pusintek.

20. Launching MPN-G3 yang dihadiri oleh jajaran pejabat tinggi Kemenkeu, termasuk Menteri Keuangan serta bank-bank persepsi yang terkait selaku pengguna Setelmen MPN G3, pada tgl. 12-13 Juli 2019.

21. Pelaksanaan Switchover Aplikasi SPAN pada bulan Agustus 2019, dan Aplikasi eRekon&LK pada bulan September 2019, sebagai salah satu mitigasi downtime aplikasi kritikal DJPb.

22. Pengadaan hardware dan software/lisensi pendukung infrastruktur TIK DJPb :23. Pengadaan lisensi Oracle database untuk aktifasi server DRC MPN G3.24. Pengadaan 2 unit server database SPAN (P8 series).25. Peningkatan infrastruktur database e-Rekon dengan penambahan storage.26. Pelaksanaan Switchover DC/DRC untuk Aplikasi OMSPAN (DAK Fisik dan Dana Desa)

pada tanggal 11 Oktober 2019; Aplikasi SAKTI pada tanggal 1 s.d. 3 November 2019; dan, Aplikasi MPN-G3 pada tanggal 22-24 November 2019, sebagai salah satu mitigasi downtime aplikasi kritikal DJPb.

27. Pelaksanaan kegiatan deployment database SPAN hasil migrasi (Data Cut) ke server production baru pada bulan November 2019.

28. Pengadaan hardware dan software/lisensi pendukung infrastruktur TIK DJPb , antara lain: Server dan Storage untuk pendukung SPAN, Lisensi Database SAKTI (Oracle DB) untuk Server Exadata SAKTI di DRC, 100 unit Cisco Manageable Switch, 100 unit PC SPAN, ATS Redhat SAKTI, Lisensi Database MPN (Oracle DB), Core switch untuk SPAN, Manageable switch, Server Backup Commvault, PC Workstation Pendukung SPAN dan SAKTI, Aplikasi SAKTI-Web (6 Modul), Server VM DJPb, Server Settlemen MPN-G3, Manageable Switch dan PC Operator SPAN tambahan untuk Kantor Vertikal DJPb, dan Storage untuk Aplikasi Custom Web

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020 (penanggung Jawab: Direktorat Sistem informasi dan Teknologi Perbendaharaan), yaitu:1. Pelaksanaan Switchover Aplikasi kritikal DJPb tahun 2020 : SPAN, eRekon&LK, OM-SPAN,

MPN G3, dan SAKTI.2. Migrasi Database SPAN.3. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi (Hardware dan Software) untuk

SPAN, SAKTI dan MPN-G3 tahun 2020.

Page 204: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan189

Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 diperlukan untuk membantu pencapaian IKU Tingkat downtime sistem TIK sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Eselon I (Kemenkeu-One) DJPb Tahun 2019. Terdapat satu Inisiatif DJPb pada tahun 2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.7.

Sampai dengan akhir tahun 2019, inisiatif strategis tersebut berstatus telah selesai di mana Kapasitas server SAKTI, SPAN, dan MPN meningkat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

Progres pelaksanaan sampai dengan triwulan IV 2019:a. Pengadaan server dan storage pendukung SPAN DJPb 2019;b. Pengadaan lisensi database SAKTI (oracle DB) - DRC SAKTI;c. Pengadaan annual redhat SAKTI (tambah scope dan nilai kontrak);d. Pengadaan database MPN;e. Pengadaan server backup commvault;f. Pengadaan manageable switch;g. Pengadaan call center license Hai;h. Pengadaan pengembangan Web version SAKTI 6 moduli. Pengadaan peremajaan PC SPAN;j. Pengadaan PC workstation pendukung SPAN dan SAKTI;k. Peningkatan kemampuan server VM DJPb;l. Peningkatan kemampuan server settlement MPN G3 DJPb;

Inisitiaf Strategis DJPb Tahun 2019

Tabel 3.12b.7 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2019 terkait IKU Tingkat Downtime sistem TIK

No Indikator Kinerja Utama

Inisiatif Strategis

Output/ Outcome

Periode Pelaksanaan

Penanggung Jawab

Biaya (Rp)

2 Tingkat downtime sistem TIK

Pengadaan Hardware/Software untuk peningkatan kapasitas layanan SPAN, SAKTI, dan MPN

3 Sistem (SPAN, SAKTI, MPN) meningkat kapasitasnya

Januari s.d. Desember

2019

Dit. SITP 161,795 miliar

Kegiatan Output

Q1: Penyusunan TOR dan dokumen lelang

Q2: Proses pengadaan dan penentuan pemenang lelang

Q3: Penyusunan kontrak dan pengiriman barang

Q4: Instalasi hardware/ software

Q1: Dokumen TOR dan dokumen lelang

Q2: Pemenang lelang

Q3: Kontrak pengadaan

Q4: Server dan lisensi yang telah terpasang

Page 205: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 190

m. Pengadaan manageable switch dan PC operator SPAN tambahan Kantor vertikal DJPb;n. Pengadaan notebook pendukung SAKTI;o. Pengadaan peningkatan kapasias storage custom web TA 2019;p. Pengadaan notebook pimpinan Direktorat SITP.

Progres sebagaimana di atas telah memenuhi Term of Reference (TOR), dokumen lelang, proses pengadaan, pemenang lelang, penyusunan kontrak, tanda tangan kontrak, pengiriman barang, instalasi hardware/software, proses pembayaran, dan penerbitan SP2D. Total nilai pengadaan (termasuk PPN 10%) dan SP2D adalah sebesar Rp161.518.194.000 (Rp161,52 miliar). Dengan demikian, realisasi anggaran terkait tahun 2019 adalah sebesar Rp161.518.104.000 atau 99,83% dari target Rp161.795.103.000.

Sampai dengan triwulan IV telah diperoleh output berupa perangkat sebagai berikut:a. Server dan Storage untuk pendukung SPAN;b. Lisensi Database SAKTI (Oracle DB) untuk Server Exadata SAKTI di DRC;c. 100 unit Cisco Manageable Switch;d. 100 unit PC SPAN;e. ATS Redhat SAKTI;f. Lisensi Database MPN (Oracle DB);g. Core switch untuk SPAN;h. Manageable switch;i. Lisensi Call Center HAI-DJPb;j. Server Backup Commvault;k. PC Workstation Pendukung SPAN dan SAKTI;l. Aplikasi SAKTI-Web (6 Modul);m. Server VM DJPb;n. Server Settlemen MPN-G3;o. Manageable Switch dan PC Operator SPAN tambahan untuk Kantor Vertikal DJPb;p. Notebook pendukung SAKTI;q. Storage untuk Aplikasi Custom Web.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2020, yaitu pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi (hardware dan software) untuk SPAN, SAKTI, dan MPN G3 Tahun 2020.

Page 206: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan191

Sasaran Strategis 13

Pengelolaan anggaran

yang berkualitas

Pengelolaan anggaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring anggaran selama satu tahun anggaran yang selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada stakeholders. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), harus dikelola sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan anggaran menggunakan prinsip hemat, efisien, dan tidak mewah dengan tetap memenuhi output sebagaimana telah direncanakan dalam DIPA. Kualitas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran selama satu tahun, tercermin dari opini yang diberikan oleh BPK.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 13

SS 13: Pengelolaan anggaran yang berkualitas

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

13a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti

90% 97% 107,78

13b-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

95% 97,06% 102,17

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

13a-CP

Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti

IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti bertujuan untuk mengetahui tingkat temuan BPK yang ditindaklanjuti DJPb telah sesuai rekomendasi BPK dan ketentuan yang berlaku. IKU tersebut merupakan IKU baru mandatori dari Setjen Kemenkeu kepada seluruh unit eselon I lingkup Kemenkeu dalam rangka penyelesaian rekomendasi BPK atas LK BA 015 yang menjadi tanggung jawab unit eselon I masing-masing.

Tindak lanjut Kemenkeu terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) BPK atas LK BA 15 perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Kemenkeu diwajibkan menyampaikan Tindak Lanjut atas rekomendasi terkait. Pengukuran penyelesaian rekomendasi adalah temuan yang telah selesai ditindaklanjuti terhadap temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan dengan timeframe yang ditetapkan Kemenkeu dengan menggunakan dua kriteria, yaitu: a. rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan

selesai kepada BPK. Status rekomendasi BPK yang diusulkan selesai, ditetapkan pada forum pembahasan bersama Biro Perencanaan dan Keuangan, unit eselon I terkait dan Itjen.

b. rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan tuntas oleh BPK dan tercantum dalam LHP.

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2019 dihitung dengan formula sebagai berikut:Semester I = (a/b) x 100%Semester II = {(a+c)/(d+e)} x 100%

Keterangan:a. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun

2017 dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi BPK yang dinyatakan selesai

Page 207: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 192

Target IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti untuk tahun 2019 adalah sebesar 90% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) tahun 2019, meningkat dibandingkan target tahun 2018 (89%). Mengingat IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai mandatori IKU dari Setjen Kemenkeu, tidak terdapat target IKU tersebut pada tahun-tahun sebelum 2018, Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019.

Target IKU Tahun 2019

Sampai dengan semester I 2019, berdasarkan matriks/rekapitulasi temuan BPK atas LK BA 015.08 dari tahun 2009 s.d. tahun 2017 terdapat 75 dari 83 rekomendasi BPK dengan status selesai (dalam proses penyelesaian sejumlah 8 rekomendasi). Selain itu, terdapat konsep temuan LK BA 15 Tahun 2018 yang selesai ditindaklanjuti 2 dari 6 rekomendasi pada semester I 2019. Pada periode semester II 2019, formulasi capaian IKU ditambah dengan penyelesaian konsep temuan LK tahun 2018 yang selesai ditindaklanjuti, yaitu sebanyak 6 rekomendasi (yang telah diselesaikan seluruhnya pada tahun 2019), sementara untuk temuan yang masih dalam progres penyelesaian menjadi 3 rekomendasi. Dengan demikian, dapat diperoleh nilai realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 tahun 2018 yang telah ditindaklanjuti sebesar 97% (take last known value) melalui perhitungan sebagai berikut:

Semester I = (a/b) x 100% = (75+2/83+6) x 100% = (77/89) x 100% = 87%

Semester II = ((a+c) /d+e) x 100% = ((75+2+9)/(6+83)) x 100% = (86/89) x 100% = 97% .

Keterangan:a. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2017

dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi BPK yang dinyatakan selesai (77 rekomendasi).(2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2018 yang selesai ditindaklanjuti (2 rek).

b. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2017 dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK (83 rekomendasi).(2) Jumlah konsep temuan LKBA 15 Tahun 2018 (6 rekomendasi)

c. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 yang diusulkan selesai sampai dengan semester II tahun 2019 ( 9 rekomendasi).

d. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 Tahun 2018 (6 rekomendasi).e. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LK BA 15 sampai dengan tahun 2017 dalam

Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2018 (77 rekomendasi). (2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2018 yang selesai ditindaklanjuti (6 rek).

Realisasi IKU Tahun 2019

(2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2018 yang selesai ditindaklanjuti b. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2017

dalam Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK(2) Jumlah konsep temuan LKBA 15 Tahun 2018

c. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 yang diusulkan selesai sampai dengan semester II tahun 2019

d. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 Tahun 2018 e. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LK BA 15 sampai dengan tahun 2017 dalam

Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2018. (2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2018 yang selesai ditindaklanjuti.

Page 208: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan193

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Perkembangan capaian IKU tersebut tahun dari 2015 s.d. 2019 dapat diketahui dari perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13a.2.

Tabel 3.13a.2 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2015 s.d. 2019

Realisasi IKU Tahunan

T / R 2015 2016 2017 2018 2019

Target - - - 89% 90%

Realisasi - - - 91% 97%

Keterangan: IKU tersebut merupakan IKU mandatori Setjen Kemenkeu yang baru diterapkan pada tahun 2018 sehingga tidak terdapat realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelum tahun 2018

Grafik 3.13a.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah

ditindaklanjuti Tahun 2018 s.d. 2019

Dengan demikian, realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti tahun 2019 sebesar 97% tersebut telah melebih targetnya (90%) sebagaimana ditunjukkan perbandingan realisasi dan target pada Tabel 3.13a.1. Ditunjukkan juga bahwa capaian IKU tersebut selalu melebihi target semesterannya.

Tabel 3.13a.1 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019

T / R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 90% 90% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 87% 87% - 87% 97% 97%

Indeks Capaian - 120 120 - 120 107,78 107,78

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama limat tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan ditunjukkan pada Tabel 3.13a.3.

Tabel 3.13a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti s.d. 2019 dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 97% - -

2018 91% - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Keterangan: IKU tersebut merupakan IKU mandatori Setjen Kemenkeu yang baru diterapkan pada tahun 2018 sehingga tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Page 209: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 194

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13a.5.

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Tabel 3.13a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2019 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Realisasi IKU Keterangan

1 SETJEN 90,92% IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklankjuti Tahun 2019 juga dilakukan oleh beberapa unit eselon I lainnya.

Ditunjukkan bahwa nilai realisasi IKU tertinggi sebesar 100% diperoleh oleh DJA dan DJPK, sementara nilai terendah sebesar 91,06% diperoleh oleh DJP. Dalam hal ini, nilai IKU DJPb di bawah berada pada rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu dan akan dilakukan evaluasi dan perbaikan kinerja tersebut di masa yang akan datang.

Ket: Data eselon I Kemenkeu lainnya diperoleh dari slide

kompilasi Rocankeu

2 DJA 100%

3 DJP 91,06%

4 DJBC 98,78%

5 DJPb 97%

6 DJKN 98,31%

7 DJPK 100%

8 DJPPR 98,31%

9 ITJEN 99,00%

10 BKF 97,37%

11 BPPK 98,20%

Rata-rata 97,33%

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Namun demikian, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 97% pada tahun 2019 tersebut tidak ditargetkan pada RPJMN karena IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Setjen Kemenkeu, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13a.4.

Tabel 3.13a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti s.d. 2019 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Tahun 2015-2019 Ket

2019 97% - IKU tersebut merupakan IKU mandatori Setjen Kemenkeu yang baru diterapkan pada tahun 2018 sehingga tidak ditargetkan pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 91% -

2017 - -

2016 - -

2015 - -

Perbandingan realisasi s.d. 2019 dan Target RPJMN

Page 210: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan195

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Konsolidasi Laporan Keuangan tingkat Eselon I DJPb 2018 unaudited dan audited telah disampaikan kepada Sekretariat Jenderal Kemenkeu sesuai Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-633/PB.1/2019 tanggal 18 Februari 2019, sesuai jadwal pada Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9861/PB/2018 di mana Laporan Keuangan tingkat UAPPA-E1 TA 2018 unaudited harus sudah disampaikan paling lambat tanggal 18 Februari 2019.

Sesuai PMK 222/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, DJPb menyusun Laporan Keuangan Tingkat Eselon I 2018 unaudited. Laporan Keuangan tersebut kemudian diperiksa oleh tim pemeriksa BPK, hasil pemeriksaan memuat rekomendasi terhadap pengelolaan keuangan negara.

Sampai dengan akhir tahun 2019, berdasarkan matriks/rekapitulasi temuan BPK atas LK BA 015.08 telah diselesaikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Pada semester I, atas temuan BPK atas LK BA 015.08 dari tahun 2009 sampai dengan

tahun 2017 dari total 83 rekomendasi dengan status selesai 75 rekomendasi, sementara 8 rekomendasi masih dalam proses penyelesaian pada semester I 2019;

2. Pada semester II, atas konsep temuan BPK atas LK BA 015.08 dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 dari total 89 rekomendasi telah diselesaikan 86 rekomendasi.

Permasalahan dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Rekomendasi BPK berupa penelusuran Aset/BMN yang tidak ditemukan berdasarkan

hasil sensus BMN Tahun 2014 membutuhkan waktu penyelesaian yang lama;2. Temuan yang dispute tidak dapat diselesaikan dengan cepat;3. Rekomendasi BPK terkait aset Kementerian Keuangan yang dikuasai oleh pihak lain,

membutuhkan waktu penyelesaian yang lama.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Pembahasan temuan BPK dengan tim BPK, Biro Perencanaan dan Keuangan, dan

Setditjen Perbendaharaan tgl 15 Desember 2018 di Biro Perencanaan dan Keuangan.2. Permintaan update tindak lanjut temuan BPK tahun 2010 s.d 2018, sesuai Nota Dinas

Sekretaris DJPb nomor ND-469/PB.1/2019 tgl 25 Juni 2019.

Dalam rangka peningkatan pencapaian IKU tersebut di masa yang akan datang, rekomendasi rencana aksi yang akan dilaksanakan pada tahun 200 antara lain (penanggungjawab: Setditjen Perbendaharaan):1. Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia yang menguasai bidang Akuntansi.2. Melakukan rapat koordinasi terkait tindak lanjut temuan BPK.

Page 211: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 196

13b-CP

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran diterapkan tahun 2015 dengan nama IKU Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja, dengan perhitungan yang kemudian diubah dengan Surat Edaran (SE) Menteri Keuangan No. SE-32/MK.1/2015 tanggal 30 Desember 2015 tentang Tata Cara Pengukuran Indikator Kinerja Utama Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang mencabut SE-7/MK.1/2014 tanggal 7 Maret 2014, dengan menambahkan unsur efisiensi, selain penyerapan anggaran dan output (capaian keluaran). Pada penetapan Kontrak Kinerja tahun 2016 dan 2017, penghitungan IKU tersebut masih digunakan dengan perubahan nomenklatur menjadi Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran.

Dalam perjalanan tahun 2017 (triwulan IV) terdapat perubahan metode perhitungan IKU tersebut, dengan adanya penetapan SE-35/MK.1/2017 tanggal 26 Oktober 2017 tentang Tata Cara Penghitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan, dengan adanya perbedaan pada objek dalam unsur yang diukur, metode dan pembobotan, serta adanya penambahan unsur konsistensi (unsur yang ditambahkan untuk perhitungan mulai tahun 2018). Selain itu, pada triwulan II 2018, perhitungan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran juga ditambahkan unsur Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) DJPb dengan proporsi bobot, yaitu capaian SE-35/MK.01/2017 dibobot 90% dan capaian IKPA DJPb dibobot 10%.

Pada tahun 2019 kembali dilakukan penyempurnaan IKU tersebut melalui penetapan tata cara perhitungannya pada SE-2/MK.1/2019, dengan menimbang: 1. untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran serta perbaikan tata

kelola pelaksanaan anggaran di lingkungan Kemenkeu; 2. untuk menindaklanjuti IMK Nomor 346/IMK.01/2017 tentang Gerakan

Efisiensi sebagai bagian implementasi penguatan budaya Kemenkeu, Menteri Keuangan memberikan arahan agar Kemenkeu menjadi prime mover tata kelola anggaran yang efektif, efisien, dan akuntabel;

3. untuk menyelaraskan implementasi pelaksanaan Evaluasi Kinerja Anggaran dalam aplikasi Sistem Monitoring Kinerja Terpadu (SMART) serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran belanja K/L melalui IKPA dalam aplikasi Online Monitoring SPAN (OM-SPAN).

Dengan demikian, pada tahun 2019 IKU yang bertujuan untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran tersebut dilihat dari sisi: • capaian keluaran (SMART DJA); • efisiensi (modifikasi pada SMART DJA);• konsistensi (modifikasi SMART DJA dan IKPA);• penyerapan anggaran atas pagu neto (based SE-35/MK.1/2017); • penyelesaian tagihan,, data kontrak, pengelolaan uang persediaan (UP),

perencanaan kas, penyampaian LPJ, pengembalian SPM, retur SP2D, revisi DIPA, pagu minus, dan dispensasi SPM (based IKPA).

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Page 212: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan197

Target IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran untuk tahun 2019 adalah sebesar 95% yang merupakan mandatori dari Setjen Kemenkeu sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb tahun 2019. Target tersebut sama dengan target IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, target Renja DJPb 2019, serta target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tahun 2015-2019. Memperhatikan realisasi tahun 2018 sebesar 97,33%, target 95% tersebut masih challenging. Selain itu, target tahun 2019 ditetapkan triwulanan 95% dengan konsolidasi periode average, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menetapkan target dengan konsolidasi periode take last known value.

Target IKU Tahun 2019

Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019 adalah 97,06%. Persentase tersebut diperoleh dari nilai hasil perhitungan sebagaimana dapat ditunjukkan pada Tabel 3.13b.1.

Realisasi IKU Tahun 2019

Tabel 3.13b.1 Uraian Perhitungan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019

Page 213: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 198

Perkembangan capaian IKU tersebut tahun dari 2015 s.d. 2019 dapat diketahui dari perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.3.

Tabel 3.13b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

Tahun 2015 s.d. 2019

IKU TahunRealisasi

Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan

2015 18,80% 37,30% 37,30% 63,37% 63,37% 96,93% 96,93%

2016 19,79% 37,57% 37,57% 68,73% 68,73% 97,69% 97,69%

2017 24,78% 46,73% 46,73% 73,16% 73,16% 102,01% 102,01%

2018 30,98% 51,53% 51,53% 69,33% 69,33% 97,33% 97,33%

2019 95,86% 95,68% 95,77% 96,66% 96,07% 100,06 97,06%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.3, capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2019 menurun dibandingkan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, secara triwulanan pada triwulan I s.d. III terlihat nilai yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan perbedaan konsolidasi periode, yang sebelumnya take last known value menjadi average di mana perhitungan realisasi IKU direformulasikan dari bobot komponen yang dihitung. Secara grafik, perkembangan capaian IKU dari tahun 2015 sampai tahun 2019 tersebut secara per triwulan dapat ditunjukkan pada Grafik 13.13b.1.

Grafik 3.13b.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Triwulanan

Tahun 2015 s.d. 2019

Perbandingan realisasi tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2019

Dengan demikian, realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2019 tersebut (97,06%) telah melebih targetnya (95%) sebagaimana ditunjukkan perbandingan realisasi dan target untuk setiap triwulannya pada Tabel 3.13b.2. Ditunjukkan juga bahwa capaian IKU tersebut selalu melebihi targetnya secara triwulanan.

Tabel 3.13b.2 Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95%Maximize/

AverageRealisasi 95,86% 95,68% 95,77% 96,66% 96,07% 100,06 97,06%

Indeks Capaian 100,90 100,71 100,81 101,68 101,13 105,33 102,17

Page 214: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan199

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2019 mencerminkan realisasi selama lima tahun rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.4.

Tabel 3.13b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2019

dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 97,06% 95% 95%

2018 97,33% 95% 95%

2017 102,01% 95% 95%

2016 97,69% 95% 95%

2015 96,93% 95% 95%

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Namun, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 97,06% untuk tahun 2019, 97,33% untuk tahun 2018, 102,01% untuk tahun 2017, 97,69% untuk tahun 2016, dan 96,93% untuk tahun 2015 tersebut tidak diketahui targetnya dalam RPJMN Tahun 2015-2019 karena matriks RPJMN tidak memuat bagian kegiatan 1707 (Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya DJPb) di mana seharusnya terdapat IKU tersebut. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3.13b.5.

Tabel 3.13b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2019

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Tahun 2015-2019 Ket

2019 97,06% -

*) Pada matriks RPJMN tidak terdapat bagian kegiatan 1707

2018 97,33% -

2017 102,01% -

2016 97,69% -

2015 96,93% -

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.6.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13.6, nilai realisasi tahunan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2015 s.d. 2019 tersebut telah melampaui target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 (target keduanya sebesar 95%).

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 13.13b.1, perbandingan realisasi IKU triwulanan I s.d. IV dari tahun 2015 sampai dengan 2019 menunjukkan bahwa dari tahun 2015 sampai dengan 2019, realisasi IKU per triwulannya selalu lebih tinggi dari tahun sebelumnya, kecuali realisasi triwulan III dan IV tahun 2018 menurun dibandingkan tahun 2017. Namun demikian, perbandingan realisasi triwulanan pada tahun 2019 kurang tepat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, mengingat terdapat perubahan reformulasi IKU triwulanan dan jenis konsolidasi periode yang berbeda.

Page 215: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 200

Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran DJPb sampai dengan Triwulan IV TA 2019 telah mencapai target, yaitu sebesar 97,06%, dari target yang ditetapkan sebesar 95%. Perhitungan capaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran dihitung dengan mengacu pada SE-2/MK.01/2019 yang terdiri dari 14 komponen yang merupakan perpaduan antara data SMART, IKPA, dan modifikasi SE-35/MK.1/2017. Capaian IKU di Triwulan IV dipengaruhi terutama oleh capaian output.

Terdapat beberapa isu terkait dan menjadi tantangan pencapaian pencapaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran tahun 2019, antara lain:1. Komponen dengan nilai terendah adalah konsistensi, yang dihitung dari rata-rata nilai

konsistensi Kanwil DJPb, KPPN, dan satker lingkup Kantor Pusat;2. Meskipun capaian IKU KPA Kemenkeu-One DJPb s.d. triwulan IV tercapai, capaian IKU

KPA kantor vertikal beberapa tidak tercapai; 3. Beberapa capaian komponen IKPA yang digunakan untuk perhitungan IKU Persentase

KPA DJPb s.d. Triwulan IV 2019 ada yang belum optimal seperti penyampaian Renkas, pengembalian/kesalahan SPM, dan penyampaian data kontrak;

4. Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Triwulan IV lebih baik dari Triwulan sebelumnya karena capaian output dan efisiensi cukup baik.

Implikasi atas adanya isu-isu tersebut antara lain pada: 1. Nilai konsistensi yang rendah berpengaruh terhadap capaian IKU Persentase KPA

karena memiliki bobot sebesar 10% dalam perhiungan IKU Persentase KPA;2. Capaian IKU KPA satker vertikal rendah akan mempengaruhi capaian IKU Kemenkeu-

One menjadi rendah juga karena nilai konsistensi Kemenkeu-One tergantung pada capaian konsistensi kantor vertikal;

3. Capaian nilai IKPA yang tidak maksimal akan mempengaruhi nilai capaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran;

4. Capaian IKU lebih baik daripada triwulan sebelumnya.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Tabel 3.13b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2019

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Realisasi IKU Ket

1 SETJEN 92,91% IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran juga menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu lainnya dan juga oleh PPINSW.

Nilai tertinggi realisasi IKU tersebut sebesar 98,32%, diperoleh oleh DJA, sementara nilai terendah sebesar 92,76% diperoleh oleh DJPPR. Nilai IKU DJPb sebesar 97,06% lebih tinggi dari rata-rata nilai IKU unit lingkup Kemenkeu sebesar 95,98%.

Ket: data eselon I Kemenkeu lainnya diperoleh dari slide kompilasi Rocankeu (berdasarkan data OMSPAN per 14 Januari 2020

2 DJA 98,32%

3 DJP 94,98%

4 DJBC 96,46%

5 DJPb 97,06%

6 DJKN 96,95%

7 DJPK 96,98%

8 DJPPR 92,76%

9 ITJEN 96,06%

10 BKF 94,14%

11 BPPK 95,62%

12 PPINSW 95,62%

Rata-rata 95,98%

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Page 216: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan201

Akar Permasalahan dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Permasalahan utama adalah pada nilai konsistensi dimana terdapat deviasi yang cukup

besar antara RPD pada halaman III DIPA dengan realisasi setiap bulannya terutama pada triwulan I karena satker yang belum memahami perhitungan konsistensi sesuai SE-2/MK.01/2019. Mayoritas satker menganggap konsistensi ini sama dengan perhitungan pada IKPA. Konsistensi SE-2 menggunakan RPD DIPA awal atau revisi pertama pada setiap triwulan dan tidak dapat berlaku surut ke bulan sebelumnya sedangkan konsistensi pada IKPA yang digunakan adalah RPD revisi terakhir pada setiap triwulan dan berlaku surut ke bulan sebelumnya pada triwulan berkenaan;

2. Konsolidasi periode capaian IKU KPA adalah average sehingga apabila capaian pada triwulan sebelumnya rendah akan mempengaruhi capaian IKU KPA pada triwulan berikutnya;

3. SE-2/MK.01/2019 diterbitkan pada tanggal 11 Maret 2019 sehingga banyak satker yang belum melakukan antisipasi pada saat triwulan I;

4. Capaian beberapa komponen dalam IKPA ada yang belum maksimal.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Nota dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor ND-8646/PB/2018 tanggal

29 November 2018 hal penyampaian RKAKL TA 2019 dan percepatan pelaksanaan anggaran TA 2019 satker-satker DJPb.

2. Telah diterbitkan nota dinas Sekretaris Ditjen nomor ND-1084/PB.1/2019 tanggal 28 Maret 2019 terkait permintaan data capaian IKU KPA TW1 disertai dengan aplikasi excel dan video tutorialnya terkait cara perhitungan IKU KPA untuk satker vertikal dan pusat.

3. Telah dilakukan sosialisasi SE-2/MK.01/2019 oleh Bagian Keuangan dalam rakor SDM di Semarang dan Bali dengan dihadiri oleh Kasubbag Kepegawaian Kanwil DJPb dan Kasubbag Umum KPPN wilayah Indonesia Tengah dan Timur, serta dalam rakornas kinerja di Jakarta yang dihadiri oleh Kasubbag Pengelola Kinerja Kanwil DJPb dan Kasubbag Umum KPPN seluruh Indonesia.

4. Menggunakan website 10.100.52.18/ikukpa untuk mempercepat dan mempermudah pelaporan dan rekapitulasi capaian IKU KPA satker vertikal.

5. Broadcast informasi terkait tata cara perhitungan IKU KPA dalam Whatsapp Grup baik pada level pimpinan maupun operator.

6. Koordinasi dengan direktorat/bagian untuk penyediaan data serta untuk perhitungan IKU KPA pada Kantor Pusat DJPb pada tanggal 28 Maret 2019 sesuai Undangan Sekretaris Ditjen nomor Und-119/PB.1/2019.

7. Membuat IKU terkait pengisian aplikasi SMART pada setiap satker pada kontrak kinerja tahun 2019

8. Menyampaikan capaian realisasi anggaran, IKPA, dan IKU KPA triwulan I TA 2019 kepada seluruh satker sebagaimana nota dinas Sekretaris Ditjen Perbendaharaan nomor ND-1500/PB.1/2019 tanggal 7 Mei 2019 hal laporan realisasi anggaran, hasil penilaian IKPA, dan IKU KPA satker lingkup DJPb triwulan I TA 2019 serta langkah-langkah peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran TA 2019.

9. Nota dinas Sekretaris Ditjen Perbendaharaan nomor ND-2087/PB.1/2019 tanggal 8 Juli 2019 hal Penyampaian Penegasan SE-2/MK.01/2019 Tentang Tata cara Perhitungan IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan dan Permintaan Data Perbaikan Capaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran.

10. Bersama-sama dengan pengelola kinerja organisasi melakukan GKM dengan seluruh unit lingkup Kantor Pusat DJPb terkait capaian IKU Persentase KPA sesuai SE-2/MK.1/2019.

Page 217: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 202

• Pada Capaian Kinerja Organisasi tahun 2019, tidak seluruh IKU dapat menggambarkan pencapaian dari Renstra DJPb tahun 2015-2019 dikarenakan keterbatasan jumlah IKU yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb, sebagaimana ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Namun demikian, dalam setiap refinement Peta Strategi dan IKU tiap tahunnya tetap mengacu pada dokumen Renstra DJPb tahun 2015-2019, Renja DJPb, dan dokumen perencanaan lainnya.

• Selanjutnya, dalam rangka tetap memonitor perencanaan strategis dalam Renstra DJPb tahun 2015-2019, IKU yang tidak terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb tahun 2019 tetap diukur melalui penetapan dalam Kontrak Kinerja di level Kemenkeu-Two Direktorat dan Kanwil DJPb, serta Kemenkeu-Three KPPN tahun 2019. Selain itu, seluruh unit kerja di lingkup DJPb diminta untuk melaporkan realisasi capaian kinerja tiap triwulanan secara berjenjang.

11. ND-3068/PB.1/2019 tanggal 30 September 2019 hal Permintaan Data Capaian IKU Kualitas Pelaksanaan Anggaran Triwulan III Tahun 2019 untuk seluruh unit/satuan kerja di lingkungan DJPb.

12. Menyampaikan materi tentang tata cara perhitungan IKU KPA pada kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran yang dihadiri Kepala Bagian Umum Kanwil dan Kasubag Umum KPPN pada awal Desember 2019.

13. ND-31/PB.1/2020 tanggal 06 Januari 2020 hal Permintaan Data Capaian IKU Kualitas Pelaksanaan Anggaran Triwulan IV Tahun 2019 untuk seluruh unit/satuan kerja di lingkungan DJPb.

Rekomendasi rencana aksi yang direncanakan dilakukan pada tahun 2020 dengan penanggung jawab Setditjen Perbendaharaan dan semua Satker lingkup DJPb, yaitu:1. Meminta Satker untuk melakukan revisi halaman 3 DIPA pada bulan pertama setiap

triwulan (untuk memperbaiki SE-2 tahun 2019) dan pada bulan ketiga setiap triwulan (untuk memperbaiki IKPA);

2. Meminta Satker disiplin dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPD yang telah direncanakan;

3. Meminta Satker untuk mengisi aplikasi SMART secara rutin setiap bulan;4. Melakukan langkah-langkah strategis peningkatan nilai IKPA;5. Evaluasi atas capaian nilai IKPA dan SMART kantor vertikal secara triwulanan;6. Penyampaian peringkat capaian realisasi anggaran, SMART, IKPA pada seluruh Satker

berikut pemberian penghargaan Satker yang berprestasi.

LAIN-LAIN

Page 218: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan203

B. Realisasi Agenda Prioritas

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019, Bappenas menggunakan pendekatan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial (THIS), serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan money follows program. Kebijakan Money follows program memastikan bahwa anggaran dialokasikan berdasarkan program yang benar-benar bermanfaat kepada rakyat bukan sekedar untuk pembiayaan tugas fungsi K/L yang bersangkutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan nasional memerlukan koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan program dan kegiatan prioritas nasional dalam RKP Tahun 2019 berpengaruh dalam penentuan kegiatan prioritas pada seluruh K/L, termasuk Kementerian Keuangan. Terdapat 5 (lima) Prioritas Nasional (PN) yang ditetapkan dalam RKP Tahun 2019, yaitu: 1. Pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar;2. Pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui penguatan konektivitas dan kemaritiman;3. Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri,

pariwisata, dan jasa produktif lainnya; 4. Pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air;5. Stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu.

Setiap PN dimaksud diterjemahkan lebih lanjut dalam Program-Program Prioritas (PP), yang selanjutnya didetilkan kembali ke dalam Kegiatan-Kegiatan Prioritas (KP) untuk kemudian dievaluasi capaiannya dalam sasaran yang terukur. DJPb pada tahun 2019 memiliki sasaran yang mendukung pencapaian dua Prioritas Nasional, yaitu:3. Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata,

dan jasa produktif lainnya;5. Stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu.

Dalam pencapaian Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Peningkatan nilai tambah pariwisata dan jasa produktif lainnya. Sementara itu, dalam pencapaian Stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Kepastian hukum dan reformasi birokrasi. Untuk setiap program prioritas tersebut, dijabarkan ke dalam kegiatan prioritas beserta sasarannya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3B.1.

abel 3B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2019 Lingkup DJPb

Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Sasaran / Proyek Prioritas DJPb3. Peningkatan

nilai tambah

ekonomi dan

penciptaan

lapangan

kerja melalui

pertanian,

industri,

pariwisata, dan

jasa produktif

lainnya

Peningkatan nilai

tambah pariwisata

dan jasa produktif

lainnya

Perluasan akses

keuangan/

pembiayaan

SN: Meningkatnya akses penyaluran pembiayaan

Proyek PN: Penyaluran pembiayaan Ultra Mikro

Proyek K/L mendukung PN:

1. Layanan pembiayaan Ultra Mikro

Output: Business and system enhancement

pembiayaan Ultra Mikro (UMi) (1702.002)

Output: Layanan pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

(1730.001)

Page 219: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 204

Penjelasan pencapaian setiap sasaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prioritas Nasional: Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya

Program Prioritas: Peningkatan nilai tambah pariwisata dan jasa produktif lainnya Kegiatan Prioritas: Perluasan akses keuangan/pembiayaanProyek Prioritas Nasional: Penyaluran pembiayaan Ultra MikroProyek K/L Mendukung Prioritas Nasional: Business and system enhancement pembiayaan Ultra Mikro

Output: 1702.002 - Penguatan proses bisnis dan kelembagaan pembiayaan Ultra Mikro (UMi)Pagu anggaran: Rp6.119.805.000; Realisasi: Rp5.735.397.114 (93,72%) Volume Output: 2 Layanan; Realisasi :2 Layanan (100%)

Kendala: 1) Sistem pengukuran dampak keekonomian masih perlu disempurnakan melalui penyempurnaan

metode survei;2) Belum selarasnya kebijakan yang ada terkait penyaluran UMi dengan kondisi di lapangan;3) Penyalur UMi (pegadaian, PNM, dan BAV) memiliki program yang juga ditujukan berupa

penyaluran kredit untuk rakyat kecil) sehingga penyalur UMi lebih mendahulukan pelaksanaan program tersebut dibandingkan UMi;

4) Belum semua penyalur UMi mendampingi debitur disebabkan keterbatasan sumber daya dan belum terinformasinya kewajiban pendampingan tersebut pada pelaksana teknis;

5) Sosialisasi terkait pembiayaan UMi kepada masyarakat oleh penyalur UMi belum optimal;6) Moral hazard dari para debitur disebabkan tidak adanya agunan;7) penggunaan kredit ole debitur yang tidak sesuai kesepakatan;8) Informasi yang diberikan oleh debitur kepada penyalur maupun DJPb saat survei dan pembinaan

yang kurang transparan;9) Masih diperlukannya komitmen penuh dari semua pihak untuk mendukung kelancaran

pembiayaan UMi.

Upaya-upaya pencapaian:1) Penetapan KMK-652/KMK.01/UP.11/2019 tentang Pengangkatan dalam jabatan pada Pusat

Investasi Pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa PUP merupakan BLU di bawah DJPb yang bertugas menyalurkan pembiayaan Ultra Mikro (UMi);

2) Penyusunan dan penerbitan Kajian Analisis Nilai Keekonomian Debitur periode Semester I 2019 sebagai baseline uji dampak program pembiayaan UMi.

Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Sasaran / Proyek Prioritas DJPb5. Stabilitas

keamanan

nasional dan

kesuksesan

pemilu

Kepastian hukum

dan reformasi

birokrasi

Pelaksanaan

e-Government yang

terintegrasi

Sasaran: Terbangunnya e-gov yang terintegrasi

Proyek Prioritas:

• Penerapan aplikasi e-planning, e-budgeting,

e-procurement, e-monev, e-performance yang

terintegrasi di pemerintah pusat dan daerah

Output:

• Sistem Informasi dan Teknologi

Perbendaharaan (1704.002)

• Hardware/Software untuk Peningkatan

Kapasitas Layanan SPAN, SAKTI, dan MPN

(1704.004)

Page 220: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan205

Rencana tindak lanjut:1) Melakukan koordinasi dengan Pemda dan/atau lembaga lainnya yang telah melakukan

penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dalam rangka peningkatan menjadi Perjanjian Kerja Sama (PKS) terkait kerja sama dalam pendanaan pembiayaan UMi;

2) Melakukan upaya inisiasi dengan Pemda dan/atau lembaga lainnya dalam rangka penjaringan kerja sama pendanaan pembiayaan UMi.

Proyek K/L Mendukung Prioritas Nasional: Layanan pembiayaan Ultra Mikro Output: 1730.001 - Layanan Pembiayaan Ultra MikroPagu anggaran: Rp17.026.960.000; Realisasi: Rp9.841.025.784 (57,8%) Volume Output: 1.400.000 Usaha Mikro; Realisasi :1.674.071 (119,5%)

Kendala: 1) Tertundanya pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengelolaan aset piutang (KIK-EBA)

berdasarkan rencana kerja manajer investasi hasil seleksi, terkait penunjukan konsultan hukum, pajak, dan KAP;

2) Masih belum selesainya kegiatan kerja sama pendanaan antara PIP dengan sejumlah Pemerintah Kota sampai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS).

Upaya-upaya pencapaian:1) Penetapan KMK-652/KMK.01/UP.11/2019 tentang Pengangkatan dalam jabatan pada Pusat

Investasi Pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa PUP merupakan BLU di bawah DJPb yang bertugas menyalurkan pembiayaan Ultra Mikro (UMi);

2) Penyusunan dan penerbitan Kajian Analisis Nilai Keekonomian Debitur periode Semester I 2019 sebagai baseline uji dampak program pembiayaan UMi.

Rencana tindak lanjut:1) Melakukan koordinasi dengan Pemda dan/atau lembaga lainnya yang telah melakukan

penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dalam rangka peningkatan menjadi Perjanjian Kerja Sama (PKS) terkait kerja sama dalam pendanaan pembiayaan UMi;

2) Melakukan upaya inisiasi dengan Pemda dan/atau lembaga lainnya dalam rangka penjaringan kerja sama pendanaan pembiayaan UMi.

2. Prioritas Nasional: Stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu

Program Prioritas: Kepastian hukum dan reformasi birokrasiKegiatan Prioritas: Pelaksanaan e-Government yang terintegrasiProyek Prioritas Nasional: Penerapan aplikasi e-planning, e-budgeting, e-procurement, e-monev, dan e-performance, yang terintegrasi di pemerintah pusat dan daerahProyek K/L Mendukung Prioritas Nasional: Implementasi Sistem Informasi Keuangan Terintegrasi Tingkat Satker Output: 1704.002 - Layanan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Terintegrasi Tingkat Satker

Pagu anggaran: Rp11.487.545.000; Realisasi: Rp10.343.800.340 (90,04%)Volume Output: 1.379 Satker; Realisasi :20.000 Satker (1450,33%)

Kendala: 1) Strategi implementasi SAKTI mengalami perubahan, antara lain yang semula berbasis desktop

menjadi berbasis web, yang semula untuk 1.379 Satker menjadi untuk 20.000 Satker melalui implementasi terbatas untuk modul admin dan modul Penganggaran;

2) Penyelesaian Penyediaan 970 titik akses internet untuk satuan kerja di remote area;3) Penyelesaian stress test aplikasi web membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 1,5 bulan

karena diperlukan tuning aplikasi untuk mendapatkan konfigurasi optimal.

Page 221: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 206

Upaya-upaya pencapaian:1) Pengadaan tambahan Infrastruktur TIK (server untuk memenuhi keperluan Training SAKTI);2) FGD dengan Kementerian Kominfo, BAKTI, BSSN, dan kemenpan terkait isu penyediaan email

kedinasan dan akses internet;3) Monitoring dan evaluasi exit criteria Piloting SAKTI bersama tim dari Itjen sesuai dengan panduan

sebagaimana tertuang dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor KEP-177/PB/2019;4) Training of Trainer (ToT) para pegawai Kanwil DJPb dan KPPN untuk aplikasi SAKTI berbasis

web modul admin dan penganggaran (Agustus s.d. September 2019). Para trainer selanjutnya memberikan training kepada sekitar 20.000 satker pada Oktober s.d. November 2019;

5) Meningkatkan koordinasi dengan BHAKTI untuk percepatan survey dan pengadaan koneksi dibantu koordinasi KPPN setempat untuk memastikan kondisi riil di lapangan dengan ketersediaan jaringan FO;

6) Untuk memenuhi requirement go live aplikasi dilakukan tuning aplikasi beberapa kali untuk mendapatkan konfigurasi optimal.

Rencana tindak lanjut:1) Meningkatkan koordinasi implementasi SAKTI web modul lainnya dengan seluruh K/L;2) Monitoring dan evaluasi implementasi SAKTI web modul admin dan penganggaran yang sudah

digunakan.

Proyek K/L Mendukung Prioritas Nasional: Pengadaan hardware/software untuk peningkatan kapasitas layanan SPAN, SAKTI, dan MPN

Output: 1704.004-Hardware/Software untuk peningkatan kapasitas layanan SPAN, SAKTI, dan MPNPagu anggaran: Rp161.518.104.000; Realisasi: Rp161.518.104.000 (100%) Volume Output: 3 sistem; Realisasi : 3 sistem (100%)Indikator Output: Persentase jumlah usaha mikro yang terlayani (target: 100%; realisasi: 119,5%)Kendala: 1) Tertundanya pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengelolaan aset piutang (KIK-EBA)

berdasarkan rencana kerja manajer investasi hasil seleksi, terkait penunjukan konsultan hukum, pajak, dan KAP;

2) Masih belum selesainya kegiatan kerja sama pendanaan antara PIP dengan sejumlah Pemerintah Kota sampai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS).

Upaya-upaya pencapaian:1) Pengadaan lisensi database untuk MPN dan lisensi aplikasi untuk SAKTI telah dilakukan, proses

pembayaran jatuh tempo pada Oktober 2019;2) Penyelesaian proses pengadaan perangkat infrastruktur TIK untuk sistem pendukung SPAN,

SAKTI, dan MPN;3) Penyelesaian proses pelaksanaan kontrak sampai dengan akhir tahun dengan menjaga capaian

kualitas pengadaan sesuai kontrak.

Rencana tindak lanjut:1) Penyelesaian tahapan pelaksanaan pengadaan sampai dengan proses pembayaran sesuai

dengan jadwal jatuh tempo;

2) Pengawasan atas pencapaian setiap kontrak.

Page 222: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan207

C. Realisasi Anggaran

1. Realisasi DIPA DJPb Tahun Anggaran 2019

Berdasarkan data dari online monitoring SPAN (OM SPAN) per 23 Januari 2020, realisasi penyerapan DIPA DJPb (non BLU) Tahun Anggaran (TA) 2019 adalah sebesar Rp1.498.282.873.928 atau mencapai 98,68% dari total pagu sebesar Rp1.518.392.452.000. Penyerapan DIPA tahun 2019 ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 96,77% (naik 1,91%). Penyerapan tersebut tidak memperhitungkan penyerapan dari kegiatan yang dilaksanakan oleh BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan BLU Pusat Investasi Pemerintah (PIP) mengingat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan langsung oleh DJPb dan memiliki nilai anggaran pada BLU signifikan jauh melampaui seluruh kegiatan DJPb (pagu BPDPKS dan PIP sebesar 90,27% dari porsi seluruh pagu Rp15.607.177.356.000) sehingga akan mendistorsi kinerja dan tidak mencerminkan kinerja riil DJPb jika turut diperhitungkan.

Seluruh kegiatan DJPb dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis belanja. Untuk realisasi per jenis belanja pada tahun 2019, realisasi belanja pegawai mencapai sebesar Rp545.400.708.101 (99,69% dari pagu sebesar Rp547.069.345.000), belanja barang mencapai sebesar Rp660.851.305.411 (97,66% dari pagu sebesar Rp676.687.059.000), dan belanja modal sebesar Rp292.030.860.416 (99,12% dari pagu sebesar Rp294.636.048.000). Adapun rincian realisasi per jenis belanja selama periode 2016–2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3C.1.

Tabel 3C.1 Realisasi DIPA DJPb (Non BLU) TA 2016 s.d. 2019 per Jenis Belanja

Jenis BelanjaTahun 2016 Tahun 2017

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Belanja Pegawai 589.251.053.000 576.737.880.452 97,88 565.466.524.000 554.852.312.957 98,12

Belanja Barang 1.001.036.745.000 934.122.634.169 93,32 1.111.239.556.000 1.069.439.135.322 96,24

Belanja Modal 50.547.610.000 48.559.085.184 96,07 106.786.511.000 105.871.148.105 99,14

Total 1.640.835.408.000 1.559.419.599.805 95,04 1.783.492.591.000 1.730.162.596.384 97,01

Jenis BelanjaTahun 2018 Tahun 2019

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Belanja Pegawai 546.383.938.000 539.711.161.586 98,78 547.069.345.000 545.400.708.101 99,69

Belanja Barang 701.084.863.000 659.101.978.416 94,01 676.687.059.000 660.851.305.411 97,66

Belanja Modal 399.191.374.000 397.277.320.395 99,52 294.636.048.000 292.030.860.416 99,12

Total 1.646.660.175.000 1.596.090.460.397 96,93 1.518.392.452.000 1.498.282.873.928 98,68

Sumber data: OMSPAN 23 Januari 2020 (pagu yang digunakan adalah pagu revisi)

Persentase penyerapan DIPA per jenis belanja tahun 2016 s.d. 2019 ditunjukkan pada Grafik 3C.1.

Grafik 3C.1 Penyerapan DIPA DJPb (Non BLU) TA 2016 s.d. 2019 per Jenis Belanja

Page 223: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 208

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.1 dan Grafik 3C.1, persentase penyerapan DIPA secara keseluruhan meningkat dari tahun 2016 (95,04%) ke tahun 2017 (97,01%; naik 1,97%), menurun pada tahun 2018 (96,93%; turun 0,08%), dan meningkat pada tahun 2019 (98,68%; naik 1,75%). Peningkat dari tahun 2016 ke tahun 2017, menurun pada tahun 2018, dan kembali meningkat pada tahun 2019 juga ditunjukkan pada persentase penyerapan belanja barang. Persentase penyerapan belanja pegawai terus meningkat dari tahun 2016 ke tahun 2019, sementara persentase penyerapan belanja modal meningkat dari tahun 2016 ke 2017 dan 2018, tetapi menurun pada tahun 2019.

Dengan demikian, persentase penyerapan secara keseluruhan pada tahun 2019 DJPb (non BLU) ditunjukkan meningkat dari tahun 2018 meskipun menurun pada penyerapan belanja modal. Persentase penyerapan tertinggi pada tahun 2017 dan 2018 ada pada belanja modal, sementara pada tahun 2019 sebagaimana pada tahun 2016, persentase penyerapan tertinggi ada pada belanja modal. Persentase penyerapan terendah selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 adalah pada belanja barang.

Adapun penyerapan dari kegiatan yang dilaksanakan BLU PIP dan BPDPKS pada tahun 2017 s.d. 2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3C.2 di mana diketahui bahwa penyerapan anggaran BPDPKS dan PIP secara keseluruhan pada tahun 2019 adalah sebesar 52,90%, menurun dari penyerapan tahun 2018 (57,90%). Ditunjukkan juga bahwa penyerapan tertinggi BLU pada tahun 2019 ada pada belanja modal, yaitu 72,38%, meskipun menurun dari penyerapan belanja modal pada tahun 2018 (94,24%). Demikian juga, penyerapan belanja barang BLU pada tahun 2019 (52,90%) menurun dari tahun 2018 (57,90%).

Tabel 3C.2 Realisasi DIPA DJPb dan BLU BPDPKS dan PIP TA 2017 s.d. 2019

BLU BPDPKS+PIP DJPb + BLU BPDPKS+PIP

Jenis BelanjaTahun 2017 Tahun 2017

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Bel. Pegawai - - - 565.446.524.000 554.852.312.957 98,12

Bel. Barang 11.413.668.477.000 10.687.894.003.146 93,64 12.524.908.033.000 11.757.333.138.468 93,87

Bel. Modal 4.222.500.000 1.823.967.000 43,20 111.009.011.000 107.695.115.105 97,01

Total 11.417.890.977.000 10.689.717.970.146 93,62 13.201.383.568.000 12.419.880.566.530 94,08

Jenis BelanjaTahun 2018 Tahun 2018

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Bel. Pegawai 294.480.000 - 0 546.678.418.000 539.711.161.586 98,73

Bel. Barang 11.032.055.677.000 6.387.133.886.232 57,90 11.733.140.540.000 7.046.235.864.648 60,05

Bel. Modal 1.196.880.000 1.127.931.000 94,24 400.388.254.000 398.405.251.395 99,50

Total 11.033.547.037.000 6.388.261.817.232 57,90 12.680.207.212.000 7.984.352.277.629 62,97

Jenis BelanjaTahun 2019 Tahun 2019

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Bel. Pegawai - - - 547.069.345.000 545.400.708.101 99,69

Bel. Barang 11.050.035.763.000 5.844.918.742.988 52,90 11.726.722.822.000 6.505.770.048.399 55,48

Bel. Modal 1.964.237.000 1.421.735.500 72,38 296.600.285.000 293.452.595.916 98,94

Total 11.052.000.000.000 5.846.340.478.488 52,90 12.570.392.452.000 7.344.623.352.416 58,43

Sumber: data OMSPAN 23 Januari 2020 (pagu yang digunakan adalah pagu revisi)

Tabel 3C.2 juga menunjukkan bahwa penyerapan anggaran penjumlahan DJPb dan BLU (BPDPKS dan PIP) pada tahun 2019 adalah sebesar 58,43%, menurun dari penyerapan tahun 2019 (62,97%). Ditunjukkan juga, penyerapan tertinggi pada tahun 2019 dan 2017 ada pada belanja pegawai, sementara pada tahun 2018 ada pada belanja modal. Penyerapan terendah pada tahun 2019, 2018, dan 2017 ada pada belanja barang.

Page 224: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan209

2. Perbandingan Pagu DIPA dan Realisasi DIPA DJPb TA 2019 per Kegiatan

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) DJPb, sebagaimana pada tahun anggaran (TA) 2018, pada TA 2019 DJPb melaksanakan 10 (sepuluh) kegiatan. Selain itu, terdapat 2 (dua) kegiatan yang masing-masing dilaksanakan oleh PIP dan BPDPKS. Adapun realisasi DIPA atas 12 (dua belas) kegiatan tersebut pada TA 2019 ditunjukkan pada Tabel 3C.3.

Tabel 3C.3 Realisasi DIPA DJPb TA 2019 per Jenis Kegiatan

Kode Program / Kegiatan Pagu Revisi (Rp) Realisasi (Rp) %

08 Program: Pengelolaan Perbendaharaan Negara

1698 Penyelenggaraan Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran

18.666.262.000 18.531.409.215 99,28

1699 Pembinaan Pelaksanaan Anggaran dan

Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

8.675.767.000 8.415.300.877 97,00

1700 Pembinaan Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

7.779.647.000 7.537.815.827 96,89

1701 Peningkatan Pengelolaan Kas Negara 9.601.421.000 9.322.821.764 97,10

1702 Manajemen investasi dan Penerusan Pinjaman 20.155.225.000 19.539.763.948 96,95

1703 Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis

Perbendaharaan

12.188.424.000 11.860.325.330 97,31

1704 Pengembangan Sistem Perbendaharaan 226.257.962.000 224.183.493.704 99,08

1705 Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara 374.745.629.000 369.494.418.899 98,60

1706 Pembinaan Pelaksanaan Perbendaharaan di Wilayah 175.862.103.000 173.730.141.640 98,79

1707 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Ditjen Perbendaharaan

664.460.012.000 655.667.382.724 98,68

DJPb (Non BLU) 1.518.392.452.000 1.498.282.873.928 98,68

1730 Pengelolaan Dana Bergulir Usaha Mikro 60.000.000.000 30.805.698.438 51,34

5739 Penghimpunan, Pengelolaan, dan Penyaluran

Dana Perkebunan Kelapa Sawit

10.992.000.000.000 5.815.534.780.050 52,91

BLU (PIP dan BPDPKS) 11.052.000.000.000 5.846.340.478.488 52,90

DJPb + BLU (PIP dan BPDPKS) 12.570.392.452.000 7.344.623.352.416 58,43

Sumber: data OM SPAN 23 Januari 2020

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.3, pagu anggaran terbesar (87,44% porsi dari jumlah seluruh pagu DJPb dan BLU) terdapat pada kegiatan Penghimpunan, Pengelolaan, dan Penyaluran Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Namun demikian, kegiatan tersebut tidak dilaksanakan langsung oleh DJPb, tetapi dilaksanakan oleh BPDPKS. Seluruh kegiatan tersebut masing-masing memiliki persentase penyerapan lebih dari 96% kecuali kegiatan Pengelolaan Dana Bergulir Usaha Mikro (1730), yaitu 51,34%, dan kegiatan Penghimpunan, Pengelolaan, dan Penyaluran Dana Perkebunan Kelapa Sawit (5739), yaitu 52,91%.

Dari 10 (sepuluh) kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh DJPb, penyerapan belanja tertinggi adalah pada kegiatan Penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (99,28%), sementara penyerapan belanja terendah adalah pada kegiatan Pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (96,89%). Realisasi DIPA DJPb Tahun 2019 per kegiatan tersebut dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2018) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.4.

Page 225: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 210

Tabel 3C.4 Perbandingan Realisasi DIPA DJPb TA 2018 dan 2019 per Jenis Kegiatan

Kode Pagu Revisi (Rp) Realisasi (Rp) % Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Naik/

Turun%Kegiatan 2018 2019

1698 17.411.412.000 17.191.897.045 98,74 18.666.262.000 18.531.409.215 99,28 0,54

1699 6.777.999.000 6.725.651.521 99,23 8.675.767.000 8.415.300.877 97,00 -2,23

1700 5.775.963.000 5.718.464.000 99,00 7.779.647.000 7.537.815.827 96,89 -2,11

1701 10.165.010.000 9.599.934.555 94,44 9.601.421.000 9.322.821.764 97,10 2,66

1702 19.959.475.000 19.586.941.812 98,13 20.155.225.000 19.539.763.948 96,95 -1,18

1703 12.836.055.000 12.564.584.418 97,89 12.188.424.000 11.860.325.330 97,31 -0,58

1704 255.898.481.000 250.951.759.783 98,07 226.257.962.000 224.183.493.704 99,08 1,01

1705 386.641.116.000 376.348.814.622 97,34 374.745.629.000 369.494.418.899 98,60 1,26

1706 195.112.137.000 187.979.432.116 96,34 175.862.103.000 173.730.141.640 98,79 2,45

1707 736.082.527.000 709.422.980.525 96,38 664.460.012.000 655.667.382.724 98,68 2,3

DJPb 1.646.660.175.000 1.596.090.460.397 96,93 1.518.392.452.000 1.498.282.873.928 98,68 1,75

1730 41.547.037.000 23.864.851.447 57,44 60.000.000.000 30.805.698.438 51,34 -6,10

5739 10.992.000.000.000 6.364.396.965.785 57,90 10.992.000.000.000 5.815.534.780.050 52,91 -4,99

BLU 11.033.547.037.000 6.388.261.817.232 57,90 11.052.000.000.000 5.846.340.478.488 52,90 -5,00

DJPb

dan BLU 12.680.207.212.000 7.984.352.277.629 62,97 12.570.392.452.000 7.344.623.352.416 58,43 -4,54

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.4, terdapat kegiatan baik yang mengalami peningkatan maupun penurunan persentase penyerapan. Empat dari Sepuluh kegiatan yang dilaksanakan DJPb yang mengalami penurunan, yaitu kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Anggaran dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (1699; turun 2,23%), kegiatan Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (1700; turun 2,11%), kegiatan Manajemen investasi dan Penerusan Pinjaman (1702; turun 1,18%), dan kegiatan Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis Perbendaharaan (1703; turun 0,58%). Selain itu, dua kegiatan yang dilakukan BPDPKS dan PIP juga mengalami penurunan persentase penyerapan. Secara keseluruhan, peningkatan penyerapan tertinggi dari tahun 2018 ke tahun 2019 adalah pada kegiatan Peningkatan pengelolaan kas negara (1701; naik 2,66%). Secara agregat, untuk keseluruhan penyerapan anggaran kegiatan DJPb (non BLU) tahun 2019 meningkat 1,75% dibandingkan tahun 2018, sementara penyerapan anggaran seluruh kegiatan DJPb dan BLU menurun 4,54% dibandingkan tahun 2018.

3. Analisis Efisiensi Penggunaan atas Sumber Daya

Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-2/MK.01/2019 tentang Tata Cara Penghitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan, hasil efisiensi Instruksi Menteri Keuangan (Efisiensi IMK) adalah hasil lebih atau sisa dana belanja barang dan belanja modal dengan 11 objek efisiensi sebagai berikut:a. Perjalanan Dinas;b. Rapat Dalam Kantor;c. Konsinyering/paket meeting;d. Kudapan dan Makan Siang Rapat;e. Langganan daya dan jasa (listrik, air, telepon, dan internet);f. Honorarium atas Tim, Narasumber, Moderator, Kepanitiaan, dan kegiatan lainnya; g. Seluruh proses pengadaan barang/jasa, baik yang bersifat swakelola maupun pemilihan penyedia

barang/jasa, sebagaimana diatur dalam peraturan terkait pengadaan barang/jasa;h. Belanja Operasional Perkantoran;i. Belanja Jasa;

Page 226: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan211

j. Belanja Pemeliharaan;k. Belanja Barang Operasional dan Non Operasional lainnya.

Dengan demikian, hasil efisiensi adalah sisa dana belanja barang dan belanja modal dari jumlah pagu dan realisasi atas objek efisiensi di atas. Hasil efisiensi tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Hasil efisiensi = ∑ pagu objek efisiensi - ∑ realisasi pagu objek efisiensi

Hasil efisiensi tersebut dihitung apabila capaian setiap keluaran riil paling sedikit 100% (tercapai output-nya). Berdasarkan laporan dari setiap unit dan Satker, hasil efisiensi pada DJPb untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp14.960.500.087 atau 2,24% dari pagu objek efisiensi Rp666.682.686.000 dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.5.

Tabel 3C.5 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya DJPb TA 2019 per Satker

No Kegiatan/Direktorat/Bagian/SatkerPagu Belanja

Barang dan Modal

(objek efisiensi)

Realisasi Belanja Barang dan Modal

(objek efisiensi)Hasil Efisiensi %

(a) (b) (c) (d) (e) = (f) – (g) (f) = (e)/(c)

1698: Penyelenggaraan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

1 Dit. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 12.455.810.000 12.428.151.833 27.658.167 0,22%

2 Komite Standar Akuntansi Pemerintah 4.651.271.000 4.580.896.016 70.374.984 1,51%

1699: Pembinaan Pelaksanaan Anggaran

3 Dit. Pelaksanaan Anggaran 7.997.883.000 7.738.848.664 259.034.336 3,24%

1700: Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

4 Dit. Pemb. Pengelolaan Keuangan BLU 6.924.280.000 6.687.329.827 236.950.173 3,42%

1701: Peningkatan Pengelolaan Kas Negara

5 Dit. Pengelolaan Kas Negara 6.973.881.000 6.761.052.769 212.828.231 3,05%

6 KPPN Khusus Penerimaan 851.409.000 797.888.779 53.520.221 6,29%

1702: Manajemen Investasi dan Penerusan Pinjaman

7 Dit. Sistem Manajemen Investasi 12.752.074.000 12.193.730.484 558.343.516 4,38%

8 KPPN Khusus Investasi 841.050.000 811.918.297 29.131.703 3,46%

1703: Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis Perbendaharaan

9 Dit. Sistem Perbendaharaan 10.911.569.000 10.609.927.580 301.641.420 2,76%

1704: Pengembangan Sistem Perbendaharaan

10 Dit. Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan

94.904.403.000 93.360.428.440 1.543.974.560 1,63%

11 Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara

41.918.733.000 41.518.290.628 400.442.372 0,96%

1705: Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara

12 KPPN 186.725.547.000 184.062.881.659 2.662.665.341 1,43%

1706: Pembinaan Pelaksanaan Perbendaharaan di Wilayah

13 Kanwil DJPb 110.498.907.000 109.169.648.848 1.329.258.152 1,20%

1707: Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

14 Setditjen Perbendaharaan 168.275.869.000 161.001.192.089 7.274.676.911 4,32%

JUMLAH 666.682.686.000 651.722.185.913 14.960.500.087 2,24%

Sumber: data MEBE 31 Des 2019 per 23 Januari 2020

Sementara itu, perhitungan hasil efisiensi per objek efisiensi pada DJPb untuk tahun 2019 adalah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.6.

Page 227: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 212

Tabel 3C.6 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya DJPb TA 2019 per Objek Efisiensi

Akun terkait / Belanja (objek efisiensi)

Pagu Belanja Barang dan Modal

Realisasi Belanja Barang dan Modal

Hasil Efisiensi %

524111 109.082.600.000 104.211.233.606 4.871.366.394 4,47%

524113 8.256.041.000 7.391.000.433 865.040.567 10,48%

524211 1.176.454.000 897.138.699 279.315.301 23,74%

PERJADIN 118.515.095.000 112.499.372.738 6.015.722.262 5,08%

524114 58.112.980.000 56.611.412.420 1.501.567.580 2,58%

524119 19.998.501.000 19.781.800.976 216.700.024 1,08%

RDK + PAKET MEETING 78.111.481.000 76.393.213.396 1.718.267.604 2,20%

531111 1.384.889.000 1.384.845.061 43.939 0,00%

532111 144.918.039.000 142.503.647.965 2.414.391.035 1,67%

532121 1.295.700.000 1.285.994.920 9.705.080 0,75%

533111 35.014.029.000 34.953.213.713 60.815.287 0,17%

533121 26.991.173.000 26.952.054.757 39.118.243 0,14%

MODAL 209.603.830.000 207.079.756.416 2.524.073.584 1,20%

523111 51.253.554.000 51.005.452.516 248.101.484 0,48%

523112 25.729.000 25.206.500 522.500 2,03%

523119 2.518.514.000 2.484.460.949 34.053.051 1,35%

523121 88.722.771.000 87.992.658.630 730.112.370 0,82%

523123 159.785.000 159.785.000 - 0,00%

523119 1.261.850.000 1.261.837.500 12.500 0,00%

PEMELIHARAAN 143.942.203.000 142.929.401.095 1.012.801.905 0,70%

521213 9.517.754.000 9.325.400.000 192.354.000 2,02%

522151 3.420.461.000 3.244.128.900 176.332.100 5,16%

HONOR DAN NARASUMBER 12.938.215.000 12.569.528.900 368.686.100 2,85%

521211 62.619.027.000 60.001.616.588 2.617.410.412 4,18%

BAHAN 62.619.027.000 60.001.616.588 2.617.410.412 4,18%

522111 34.181.327.000 33.854.631.581 326.695.419 0,96%

522112 3.861.372.000 3.734.077.492 127.294.508 3,30%

522113 2.910.136.000 2.660.587.707 249.548.293 8,58%

DAYA DAN JASA 40.952.835.000 40.249.296.780 703.538.220 1,72%

JUMLAH 666.682.686.000 651.722.185.913 14.960.500.087 2,24%

Sumber: data MEBE 31 Des 2019 per 23 Januari 2020

4. Keterkaitan Kinerja dan Anggaran DJPb

Dalam rangka menunjang keberhasilan kinerja DJPb sesuai dengan target yang telah ditentukan, memerlukan dukungan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek keuangan. Pelaksanaan kinerja DJPb, baik itu kinerja utama maupun kinerja lain DJPb, tentunya perlu didukung dengan alokasi pendanaan yang memadai untuk memastikan tugas dan fungsi yang dilakukan dapat dilaksanakan secara lancar dan mencapai target kinerja yang diharapkan. Informasi yang menunjukkan keterkaitan antara pelaksanaan kinerja DJPb dan alokasi anggaran yang disediakan pada tahun 2019, dapat ditunjukkan pada Tabel 3C.7.

Page 228: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan213

Tabel 3C.7 Matriks Kinerja dan Anggaran DJPb 2019

Page 229: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 214

D. Kinerja Lain DJPb

Selain 13 (tiga belas) Sasaran Strategis (SS) yang diterapkan oleh DJPb dengan capaian sebagaimana diuraikan sebelumnya, DJPb juga menghasilkan kinerja-kinerja lain selama tahun 2019 yang tidak masuk dalam Kontrak Kinerja DJPb, tetapi terkait dengan tugas dan fungsi DJPb. Kinerja lain-lain tersebut adalah sebagai berikut:

1. Inovasi Manajemen/Pelayanan

a. Launching MPN G3

Menyempurnakan Modul Penerimaan Generasi 2 (MPN G2) yang diimplementasikan sejak 2015, Launching MPN G3 oleh Menteri Keuangan dilaksanakan di Gedung Dhanapala, Kompleks Kemenkeu Jakarta Pusat pada 23 Agustus 2019 dengan tema “APBN bisa digital”. Peluncuran tersebut dihadiri juga oleh Wakil Menteri Keuangan, para pejabat Pimpinan Tinggi Madya Kemenkeu, pimpinan bank Himbara dan bank/pos/lembaga persepsi lainnya, pejabat dari Pemprov DKI Jakarta, serta perwakilan dari pegawai Kemenkeu. Pada kesempatan tersebut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan bahwa MPN G3 menjadi salah satu sistem yang dibangun Kemenkeu dalam rangka mengelola penerimaan negara yang lebih akurat, tepat waktu, serta memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat.

MPN G3 menyempurnakan MPN G2 dari beberapa aspek, yang meliputi peningkatan kapasitas, interface, dan kanal pembayaran. Pada aspek kapasitas, MPN G3 mampu melayani penyetoran penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik, sebuah peningkatan signifikan dari MPN G2 yang mampu memprosesd 60 transaksi per detik. Pada aspek interface, penyetor dimudahkan dengan cukup mengakses satu portal penerimaan negara (single sign-on) untuk mendapatkan kode billing seluruh jenis penerimaan negara. Pada aspek kanal pembayaran, penyetoran kini dapat dilakukan melalui dompet elektronik, transfer bank, virtual account, dan kartu kredit yang dilaksanakan oleh agen penerimaan yang dikenal dengan lembaga persepsi lainnya seperti e-commerce, retailer, dan fintech.

Dikembangkan berkolaborasi dengan sejumlah pihak, baik internal maupun eksternal Kemenkeu, MPN G3 hadir dengan semboyan NOW: New Payment Channels, One Stop Services, With Enhanced Capacity.

Page 230: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan215

b. Implementasi Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) Secara Penuh

Dalam rangka simplifikasi dan modernisasi sistem pembayaran dalam APBN, diimplementasikan penggunaan KKP di tahun 2018, yang dimulai dengan piloting berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan No. PER-17/PB/2017. Menguatkan payung hukumnya, diterbitkan PMK No. 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaaan Kartu Kredit Pemerintah, sebagai landasan Satker K/L melaksanakan anggaran atas belanja negara dengan menggunakan KKP. Sebagai dasar pembayarannya, diterbitkan PMK No. 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN, dengan perubahan yang mengatur mengenai pemberian Uang Persedian (UP) KKP.

c. Transaksi Perdana Reverse Repo SBN di Pasar Sekunder Melalui TDR DJPb

Sebagai optimalisasi pengelolaan kas yang lebih aktif, DJPb melalui Treasury Dealing Room (TDR) melaksanakan transaksi perdana Reverse Repo SBN, pada tanggal 13 Februari 2019. Secara bertahap diterapkan berbagai teknik pengelolaan kas yang dilakukan secara baik di level global untuk mewujudkan visi DJPb, menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia.

Transaksi Reverse Repo SBN menjadi salah satu bentuk investasi jangka pendek (optimalisasi kas), melengkapi instrumen investasi penempatan kelebihan kas negara (di atas saldo kas minimum) di Bank Indonesia dan bank umum milik pemerintah, serta transaksi SBN outright. Transaksi reverse repo SBN mengacu kepada ketentuan PMK No. 03/PMK.05/2010, sebagaimana diganti dengan PMK No.115/PMK.05/2016, tentang Pengelolaan Kelebihan/Kekurangan Kas Pemerintah dan Perdirjen Perbendaharaan No. 11/PB/2018 tentang Tata Cara Transaksi Reverse Repo dan Repo Surat Berharga Negara dalam rangka pengelolaan kelebihan/kekurangan kas pemerintah.

Pada tahun 2019, untuk meningkatkan penggunaan KKP secara penuh, disosialisasikan PMK No. 196/PMK.05/2018 kepada para stakeholders dan disempurnakan aplikasi SAS (Sistem Aplikasi Satker), Konversi, SILABI (Sistem Laporan Bendahara Instansi), OM-SPAN (Online Monitoring SPAN), dan SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi), untuk mendukung transaksi dengan KKP.

Berdasarkan monitoring penggunaan KKP hingga akhir 2019, terdapat 85 K/L dan 9.637 Satker K/L yang telah diterbitkan KKP oleh Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) dengan total transaksi pembayaran menggunakan KKP mencapai total Rp806,3 miliar.

Implementasi KKP bermanfaat meminimalisasi penggunaan uang tunai dalam transaksi keuangan negara, meningkatkan keamanan bertransaksi, mengurangi potensi fraud transaksi tunai, dan mengurangi cost of fund/idle cash penggunaan UP. Implementasi KKP merupakan upaya memberikan layanan yang semakin baik kepada 24.000 Satker K/L di penjuru tanah air yang mengelola dana APBN agar dapat lebih cepat, lebih akurat, dan lebih menjaga governance pengelolaan keuangan negara. Hal tersebut disampaikan Dirjen Perbendaharaan (waktu itu), Marwanto Harjowiryono, saat membuka acara Perjanjian Kerja Sama (PKS) Penggunaan KKP antara Satker dengan bank syariah dan bank pembangunan daerah di Jakarta, 23 Mei 2019.

Page 231: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 216

Pada transaksi perdana tersebut, dilelang sebesar Rp200 miliar dengan tenor 30 hari, dengan target SBN FR0077 yang likuid, tenor di bawah 10 tahun, dan volatilitas harga kurang dari 10% di 3 bulan terakhir. Melalui transaksi tersebut, diperkirakan dapat meningkatkan potensi PNBP melalui bunga/remunerasi yang diterima, sekaligus mengurangi cost of fund penyediaan kas atas pembiayaan masuk yang belum dipergunakan. Transaksi perdana Reverse Repo SBN, menjadi milestone pengelolaan kas yang lebih aktif dalam rangka mendukung capaian visi DJPb, menjawab arahan Menteri Keuangan bahwa melalui satu langkah lagi, telah behasil dilakukan modernisasi pengelolaan kas.

Transaksi reverse repo SBN selanjutnya dilaksanakan secara rutin selama tahun 2019 sehingga didapatkan total tambahan remunerasi Rp9,19 miliar.

d. implementasi Perkiraan Pencairan Dana Harian (PPDH) Sebagai Instrumen Pengendalian Belanja K/L

Perkiraan Pencairan Dana Harian (PPDH) adalah penjabaran dari Halaman III DIPA, yang disusun sebagai bentuk perencanaan penarikan dana bulanan atas alokasi anggaran setiap Satker. Halaman III DIPA memberikan gambaran proyeksi penarikan dana Satker setiap bulan dalam memenuhi berbagai kebutuhan belanja Satker sebagai pertimbangan BUN dalam membuat proyeksi pengeluaran anggaran setiap bulannya. Untuk penajaman akurasi pelaksanaan realisasi Halaman III DIPA, proyeksi bulanan dapat disusun harian dengan instrumen PPDH. Perkiraan yang disusun setiap hari akan memberikan gambaran detail atas Halaman III DIPA sehingga dapat dievaluasi dengan tepat.

PPDH juga akan menjadi batas pencairan anggaran tertinggi sehingga berfungsi mengendalikan belanja agar konsisten pada perencanaan yang telah disusun di Halaman III DIPA. PPDH juga memicu Satker melaksanakan kegiatan sesuai jadwal dengan konsisten sehingga dapat mencapai output secara efektif dan efisien. Di sisi BUN, PPDH berfungsi sebagai pertimbangan BUN dalam menjamin ketersediaan dana harian. Dalam pelaksanaannya, PPDH dapat dimutakhirkan jika terjadi perubahan dengan kondisi tertentu, misalnya SPM dengan keperluan mendesak tetapi tidak diperhitungkan di PPDH dan kondisi lainnya. Pemutakhiran PPDH dapat berupa penambahan, pengurangan, dan pergeseran jadwal.

Page 232: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan217

e. Akselerasi UMi dan Recognition of Excellence 2019 atas Uji Coba Digitalisasi Pembiayaan UMi

Pada pertemuan tahunan Indonesia OpenGov Leadership Forum di Hotel JW Warriot Jakarta pada tanggal 18 Juli 2019, OpenGov Asia mengadakan OpenGov Recognition of Excellence (RoE) 2019, penghargaan yang bertujuan untuk menetapkan tolok ukur baru inovasi TIK pemerintah di kawasan ASEAN dan ANZ. OpenGov memberikan pengakuan 13 lembaga pemerintah dan lembaga keuangan Indonesia yang berkontribusi pada inovasi Indonesia, salah satunya adalah Kemenkeu, melalui Uji Coba Program Ekosistem Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Digitalisasi pembiayaan UMi menawarkan debitur untuk menggunakan platform digital terkini. Dengan digitalisasi tersebut, debitur yang memilih metode cashless dapat diuntungkan dengan adanya platform uang elektronik dan teknologi yang dimiliki Payment System Service Providers (PJSP).

Program Pembiayaan UMi telah dijalankan Kemenkeu sejak tahun 2017 dengan sasaran usaha mikro yang belum dapat difasilitasi oleh pinjaman perbankan. Bukan hanya memberikan pinjaman, nilai tambah dari Pembiayaan UMi adalah adanya pendampingan agar kapasitas debitur meningkat, dalam arti mampu memenuhi ketentuan untuk mengakses perbankan melalui program KUR. Dengan demikian, kapasitas usaha mereka juga semakin meningkat yang akhirnya kian menggerakkan perekonomiannya rakyat. Selain itu, pembiayaan UMi membantu memfasilitasi penerima manfaat program bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) agar dapat menuju kemandirian usaha.

Dalam rangka akselerasi dan perluasan pembiayaan UMi, Kemenkeu bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk pembiayaan bagi para petani melalui Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA), dengan Kementerian Sosial untuk para penerima PKH yang memiliki usaha mikro, serta dengan Kemendes dan PDTT untuk akses pembiayaan UMi kepada masyarakat di daerah tertinggal melalui koperasi dan BUMDes. Pasar Rakyat yang digelar di Taman Lapangan Banteng merupakan contoh perwujudan konsep kegiatan sinergi antarkementerian untuk kesejahteraan rakyat. Pada tahun 2019, untuk memaksimalkan perannya, berbagai kegiatan sosialiasi telah dilaksanakan oleh Kemenkeu, di mana telah disalurkan sebanyak Rp2,2 triliun kepada 656.744 debitur di seluruh Indonesia.

f. Launching BIOS G2

BIOS (BLU Integrated Online System) ialah aplikasi yang dibangun untuk mendukung pelaksanaan sistem pembinaan pengelolaan keuangan dengan mekanisme BLU yang digunakan oleh Direktorat Pembinaan PK BLU, Satker BLU, Kanwil DJPb, dan Dewan Pengawas, yang meliputi modul profil, laporan pembinaan, dewas, analisis data, data keuangan, tarif, remunerasi, penetapan, rencana bisnis anggaran (RBA), permohonan izin, pengelolaan kinerja, dan dokumentasi, dengan memanfaatkan sumber daya dan teknologi informasi.

BIOS telah digunakan sejak tahun 2016 dan terus dikembangkan sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi yang ada. Pengembangan aplikasi BIOS G2 dimulai sejak Oktober 2018 dan diluncurkan pada Mei 2019. Pengembangan BIOS versi 1.2 menjadi BIOS G2 dilakukan tanpa menghilangkan

Page 233: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 218

data penting yang ada pada BIOS sebelumnya. Pengembangan aplikasi BIOS G2 melibatkan Direktorat SITP selaku pengembang aplikasi dan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek), selaku Quality Assurance dan penyedia hosting. Pengembangan BIOS G2 pada 2020 antara lain pengembangan dashboard data BIOS, data DIPA BLU, aset tetap BLU, dan integrasi dengan Office Automation (OA).

g. Pengembangan Aplikasi BAS Mobile Generas 2 (Versi 2.0)

Setelah diluncurkan pada tahun 2018, Aplikasi Bagan Akun Standar (BAS) Mobile versi 1.0 kemudiaan dikembangkan agar lebih interaktif dan meningkatkan minat penggunanya. Seiring dengan perkembangan peraturan terkait pemutakhiran BAS, pada tahun 2019 dikembangkan Aplikasi BAS Mobile versi 2.0 yang menitikberatkan perubahannya pada database akun menjadi online, penyempurnaan menu-menu yang sudah ada pada versi sebelumnya, dan penambahan menu baru. Aplikasi tersebut telah diuncurkan pada tanggal 12 September 2019 oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani, di Gedung Dhanapala dalam Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2019.

Aplikasi BAS Mobile dengan jargon “mudah dan simpel kapan pun dimana pun” dibangun dengan tujuan memudahkan pengelola keuangan untuk memahami penggunaan akun dalam pengelolaan keuangan pemerintah. Dalam tahap awal pengembangannya dibangun dengan menu, yaitu:1) Narasi BAS berisi penjelasan terkait struktur dan istilah dalam BAS;2) Daftar Akun berisi daftar Akun BAS, menu pencarian dan favorit;3) Daftar Pertanyaan dan Jawaban berisi jawaban dan pertanyaan

terkait Bagan Akun Standar;4) Informasi berisi informasi terkait peraturan dan informasi.

Page 234: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan219

Selain mempertahankan menu yang sudah ada, peningkatan dan penambahan menu dan konten (informasi) baru pada Aplikasi BAS Mobile sangat diperlukan untuk meningkatkan fungsi dari aplikasi, selain

sebagai sarana informasi, juga diharapkan dapat memberikan edukasi terkait penggunaan akun kepada penggunanya. Aplikasi BAS Mobile dibangun dengan sistem operasi android dan berbasis online sehingga dapat diakses dari gadget pengguna kapan pun dan di mana pun.

Penambahan menu-menu baru pada versi BAS Mobile Generasi 2, antara lain:1) Menu akun Goverment Financial Statistics (GFS),

yang digunakan dalam rangka mendukung Sistem Keuangan Republik Indonesia (SIKRI);

2) Menu segmen BAS lainnya selain segmen akun, seperti segmen output, satker, dan sumber dana;3) Menu pertanyaan dan jawaban yang menampilkan rangkuman tanya jawab, menu ini menghubungkan

pertanyaan pada aplikasi ini ke Hai DJPb;4) Informasi secara visual ditampilkan berupa slide show pada halaman depan aplikasi dan menu informasi.

h. Sharing Aplikasi Grading DJPb sebagai Inovasi Pengelolaan Jabatan dan Peringkat Pelaksana di Lingkungan Kemenkeu

Penetapan Jabatan dan peringkat Pelaksana dimulai sejak era reformasi birokrasi di Kemenkeu tahun 2007. Sejak saat itu, pengelolaannya terus berkembang seiring ditetapkannya peraturan mengenai mekanisme penetapan jabatan dan peringkat bagi pelaksana di lingkungan Kemenkeu. DJPb menjadi satu-satunya unit eselon I di Kemenkeu saat ini yang telah mengelola Jabatan dan Peringkat Pelaksana menggunakan Aplikasi Grading sejak tahun 2018, di mana sejak tahun 2007 pengelolaan jabatan dan peringkat masih dilakukan secara manual. Aplikasi Grading DJPb mulai dirintis sejak tahun 2016, diiujicobakan khusus pada Sekretariat DJPb di tahun 2017, dan diimplementasikan tahun 2018 di seluruh unit di lingkungan DJPb.

Pembuatan Surat Keputusan (SK) Jabatan dan Peringkat berserta salinan dan petikan sudah dilakukan melalui sistem pada Aplikasi Grading yang menyediakan template SK maupun Berita Acara (BA) Sidang Penilaian sesuai ketentuan, serta notifikasi peringatan untuk menghindari kesalahan pembuatan SK dan BA, baik yang dapat menyebabkan kerugian negara maupun bagi pegawai. Selain itu, berbagai kemudahan yang diberikan Aplikasi Grading mampu meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga bagi para pengelola kepegawaian dalam melakukan pengelolaan jabatan dan peringkat di unit masing-masing.

Dalam beberapa kesempatan di Workshop SDM Tingkat Tinggi tahun 2018 dan 2019 yang diselenggarakan oleh BPPK dengan peserta dari berbagai unit eselon I, banyak yang mengapresiasi Aplikasi Grading SJPb tersebut dan mengusulkan agar dapat diimplementasikan di seluruh unit eselon I di lingkungan Kemenkeu. Pada tahun 2019, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Setjen Kemenkeu mengundang Sekretaris DJPb dalam rangka pengembangan Aplikasi Grading Pelaksana di lingkungan Kemenkeu dengan rencana pengembangan aplikasi oleh Pusintek dan sharing penggunaan aplikasi di DJPb.

Page 235: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 220

i. Penggunaan Virtual Account pada Rekening Pengeluaran Satker Lingkup DJPb

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang perbankan dan dalam rangka digitalisasi pengelolaan APBN, DJPb melakukan uji coba penerapan rekening pengeluaran dalam bentuk rekening virtual pada Satker lingkup DJPb pada tahun 2019, dengan dasar Perdirjen Perbendaharaan No. PER-3/PB/2019. Selanjutnya, direncanakan restrukturisasi rekening pengeluaran pada seluruh Satker lingkup K/L, yang masih menggunakan rekening giro akan diubah menjadi rekening virtual dan dikonsolidasikan pada satu rekening induk berupa rekening giro yang dikelola oleh setiap Eselon I pada setiap K/L.

Pada tahun 2019, DJPb menyelesaikan penyusunan PMK No. 183/PMK.05/2019 tentang Pengelolaan Rekening Pengeluaran Milik Kementerian Negara/Lembaga, mencabut sebagian ketentuan PMK sebelumnya (PMK No. 182/PMK.05/2017). Dengan terbitnya PMK tersebut, DJPb dapat memulai implementasi penggunaan rekening virtual pada seluruh rekening pengeluaran Satker lingkup K/L, yang ditargetkan selesai tahun 2020.

j. Implementasi Pengelolaan Rekening Khusus (Reksus) Kegiatan dengan Sumber Dana Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Bank Umum Syariah

Setelah pelaksanaan uji coba pengelolaan reksus SBSN di Bank Umum Syariah pada tahun 2017 dan 2018, pada tahun 2019 telah dilaksanakan pengelolaan Reksus SBSN di Bank Umum Syariah secara menyeluruh. Bank Umum Syariah yang menjadi mitra pengelolaan reksus SBSN adalah BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri. Tujuan utama dari Implementasi ini adalah mengurangi cost of fund atas penerbitan SBSN, khususnya Project-Based Sukuk dengan optimalisasi remunerasi dari idle cash pada Reksus SBSN di Bank Umum

Syariah. Pada tahun 2019 terdapat 15 Eselon I/Badan penerima pembiayaan SBSN dengan total pagu dana Rp28,43 triliun, yang digunakan untuk membiayai 619 proyek yang tersebar di 34 provinsi.

Page 236: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan221

k. Penguatan Manajemen Investasi Pemerintah (PP 63/2019)

Pada tanggal 17 September 2019, pemerintah telah menetapkan PP No. 63 Tahun 2019 tentang Investasi Pemerintah, sebagai inisiatif yang dimiliki DJPb dan DJKN untuk menggantikan PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (yang sebelumnya juga telah diubah dengan PP 49 Tahun 2011). Latar belakang penerbitan PP No. 63 Tahun 2019 adalah sebagai upaya menjawab tantangan pembiayaan pembangunan di Indonesia, di mana keterbatasan dana investasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu sulit beranjak dari 5% pada beberapa tahun terakhir.

Melalui PP No. 63 Tahun 2019, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan Badan Hukum Lainnya (BHL) yang berperan selaku Operator Investasi Pemerintah (OIP), mendapatkan kewenangan memaksimalkan dana yang dimiliki untuk melaksanakan investasi non permanen jangka panjang dalam rangka memperoleh manfaat investasi (ekonomi, sosial, dan lainnya) dan diharapkan mampu menggairahkan pembangunan di Indonesia.

Di samping itu, penyusunan PP No. 63 Tahun 2019 dilatarbelakangi hasil reviu BPK pada tahun 2012 dan 2013 yang menyebutkan bahwa regulasi yang telah ada belum memadai dan tata kelola investasi pemerintah belum optimal. Dalam reviu konsultan bisnis, Mc Kinsey & Company, pada tahun 2015 juga dinyatakan bahwa PP No. 1 Tahun 2008 belum memiliki mandat, strategi, dan tata kelola yang jelas, serta proses yang belum sistematik. PP No. 63 Tahun 2019 diharapkan menjadi payung hukum bagi seluruh OIP yang mengatur tentang tata kelola, kebijakan investasi, dan supervisi investasi oleh Komite Investasi Pemerintah (KIP), serta manajemen risiko yang optimal bagi pelaku investasi pemerintah.

Page 237: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 222

l. Launching KPPN Filial Fakfak di Kaimana

Peresmian layanan Filal KPPN Fakfak di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, diselenggarakan pada tanggal 16 Januari 2019 dengan dihadiri oleh Wakil Bupati Kaimana, Asisten I Kabupaten Kaimana, para Kuasa Pengguna Anggaran, dan jajaran Forkompida Kabupaten Kaimana. Operasionalisasi layanan filial KPPN Fakfak di Kaimana menindaklanjuti Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. KEP-540/PB/2018 tentang Penetapan KPPN yang Menerapkan Layanan Filial. Pembentukan layanan filial tersebut tidak terlepas dari dukungan Pemda Kaimana dan Kanwil DJPb Provinsi Papua Barat.

Memudahkan akses bagi Satker yang berada di lokasi remote atau sulit transportasinya, layanan filial menerapkan standar pelayanan yang sama dengan KPPN pada umumnya, yaitu sesuai standar sesuai ISO 9001:2015. Layanan Filial KPPN Fakfak di Kaimana menyediakan layanan jasa konsultasi berupa customer relationship management (CRM) untuk pencairan dana, setoran ke kas negara, dan juga konsultasi keuangan tingkat Satker. Layanan filial KPPN memastikan negara hadir melayani setiap sendi pembangunan masyarakat. Kehadiran layanan filial ini diharapkan mendorong terwujudnya Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di wilayah Kabupaten Kaimana, mengingat layanan diberikan tanpa biaya sejalan dengan pencanangan zona integritas KPPN Fakfak menuju WBK dan WBBM.

Kehadiran layanan filial tersebut merupakan wujud sinergi antara Pemerintah Pusat, dalam hal ini DJPb Kemenkeu, dengan Pemda Kabupaten Kaimana untuk mendekatkan pelayanan kepada 19 Satker Pengelola APBN lingkup Kabupaten Kaimana. Total pagu belanja APBN yang dikelola di Kaimana adalah senilai Rp154,88 miliar, yang terdiri atas Rp60,64 miliar DAK Fisik dan Rp94,24 miliar Dana Desa bagi 84 kampung.

m. Simplifikasi Pelaksanaan Anggaran Penelitian

Penelitian mempunyai peran penting dalam menentukan keunggulan kompetitif dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa sehingga untuk memiliki daya saing dan pertumbuhan ekonomi tinggi harus memberikan perhatian yang serius terhadap penelitian. Kondisi penelitian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan, yang salah satunya berupa dana penelitian yang didominasi oleh permasalahan tata kelola dan ketidakjelasan regulasi sehingga berdampak pada rendahnya nilai manfaat hasil penelitian, pemborosan

anggaran, dan kerugian negara. Permasalahan lainnya, yaitu tidak jelasnya pengaturan lembaga penelitian sehingga penelitian menjadi tumpang tindih dan tidak terkoordinasi. Dari sisi jumlah anggaran penelitian, Indonesia masih relatif tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Page 238: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan223

n. Simplifikasi Proses Bisnis Melalu Otomasi Maksimum Pencairan (MP) PNBP Fase I

Otomasi MP PNBP menjadi inovasi DJPb yang bertujuan mewujudkan mekanisme pelaksanaan anggaran belanja PNBP yang efisien dan efektif. Melalui simplifikasi proses bisnis pelaksanaan anggaran belanja yang bersumber dari dana PNBP terpusat, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan satker pengelola PNBP kepada masyarakat. Otomasi penerbitan MP PNBP Terpusat merupakan simplifikasi proses bisnis pelaksanaan anggaran belanja yang bersumber dari dana PNBP terpusat tanpa melalui penerbitan Surat Edaran (SE) MP PNBP di mana besaran MP akan dihasilkan secara otomatis melalui sistem setelah proses rekonsiliasi atas rekapitulasi dana PNBP yang dilaksanakan antara kantor pusat Satker pengguna PNBP dan unit instansi DJPb. Setelah MP PNBP dihasilkan, dana PNBP dapat langsung digunakan Satker pengelolanya. Tujuan otomasi MP PNBP Terpusat adalah:1. Mewujudkan mekanisme pelaksanaan anggaran belanja PNBP yang efisien dan efektif;2. Time and cost saving melalui simplifikasi proses bisnis terkait administrasi pengajuan dan persetujuan;3. Mempercepat pelaksanaan eksekusi kegiatan dan belanja pada Satker K/L pengelola PNBP melalui

penggunaan dana PNBP secara langsung sehingga output kegiatan dapat dicapai secara lebih optimal;4. Meningkatkan kehati-hatian (prudent) dan fungsi pengawasan penyaluran/pencairan PNBP;5. Meminimalisasi penumpukan beban pekerjaan pada akhir tahun anggaran;6. Meningkatkan kualitas pelayanan Satker pengelola PNBP kepada masyarakat.

Selama kurun waktu tahun 2016 sampai 2018, sejumlah permasalahan dalam pelaksanaan penelitian tersebut kemudian berhasil dijawab dengan diterbitkannya beberapa regulasi, salah satunya Perdirjen Perbendaharaan No. PER-15/PB/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Anggaran Penelitian Berbasis Standar Biaya Keluaran Sub Keluaran Penelitian (SBK). Dengan terbitnya beberapa regulasi terkait penelitian berbasis SBK, dilaksanakan simplifikasi pertanggungjawaban anggaran penelitian tanpa meninggalkan sisi akuntabilitasnya.

Dalam pelaksanaan di lapangan terjadi perbedaan implementasi regulasi yang mengesankan bahwa bahwa proses pertanggungjawaban anggaran penelitian masih rumit. Di samping itu, terdapat beberapa regulasi baru yang memuat pengaturan terkait penelitan. Untuk menjawab dinamika yang terjadi di lapangan, meningkatkan kinerja di bidang penelitian, dan untuk menciptakan iklim penelitian yang lebih kondusif, pada tahun 2019 ditetapkan Perdirjen Perbendaharaan No. PER-07/PB/2019 tentang Perubahan atas Perdirjen Perbendaharaan No. PER-15/PB/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Anggaran Penelitian Berbasis Standar Biaya Keluaran Sub Keluaran Penelitian.

Page 239: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 224

o. Peningkatan Kualitas Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa

Pada APBN 2019 dialokasikan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp826,77 triliun, yang terdiri atas Transfer ke Daerah sebesar Rp756,77 triliun (termasuk RP63,9 triliun alokasi DAK Fisik) dan Dana Desa sebesar Rp70,0 triliun. Pada tahun 2019 telah disalurkan DAK Fisik sebesar Rp64,17 triliun (92,56% dari total alokasi) dan Dana Desa sebesar Rp69,81 triliun (99,73% dari total alokasi), dengan berbagai output yang dimanfaatkan masyarakat. Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa 2019 dilaksanakan DJPb melalui 173 KPPN di seluruh Indonesia (173 KPPN Penyalur DAK Fisik dan 169 KPPN Penyalur Dana Desa), untuk: a. mendekatkan pelayanan Kemenkeu terhadap Pemda di seluruh Indonesia;b. meningkatkan efisiensi koordinasi dan konsultasi antara Pemda dengan Kemenkeu dan meningkatkan

efektivitas monitoring dan evaluasi, serta analisis kinerja pelaksanaan anggaran pusat dan daerah.

Upaya peningkatan kualitas penyaluran DAK Fisik 2019 antara lain: (i) pengalokasian dana melalui mekanisme proposal based; (ii) prinsip penyaluran dana berbasis kinerja; (iii) penetapan reviu yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah sebagai persyaratan penyaluran; (iv) sosialisasi kepada Pemda, bimtek kepada KPPN, dan pengiriman surat kepada Pemda untuk percepatan penyelesaian kontrak; (v) pemantauan dan evaluasi Penyaluran DAK Fisik berjenjang dari KPPN, Kanwil DJPb, dan Dit.PA. Sementara itu, upaya peningkatan kualitas penyaluran Dana Desa antara lain: (i) Penyempurnaan formulasi pengalokasian; (ii) Penyaluran berdasarkan kinerja dan kesempatan penyaluran lebih cepat bagi desa berkinerja baik; (iii) pemantauan dan evaluasi Penyaluran secara berjenjang dari KPPN, Kanwil DJPb, dan Direktorat Pelaksanaan Anggaran.

Page 240: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan225

p. Implementasi Rekening Dana Cadangan Alutista

Dalam rangka pelaksanaan anggaran untuk pengadaan Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (Alutsista TNI), terdapat temuan BPK dalam Laporan Keuangan Kementerian Pertahanan TNI Tahun 2017, di antaranya terkait penyelesaian sisa pekerjaan kontrak pengadaan yang tidak selesai pada akhir tahun anggaran, di mana sisa dananya ditampung dalam rekening yang tidak dikuasai oleh BUN. Dalam hal ini, transaksi pembayaran yang lintas tahun dilakukan tanpa melalui BUN (KPPN) sehingga BUN tidak dapat mengetahui dan menguasai sisa dana kontrak pengadaan barang dan jasa Alutsista. Temuan tersebut telah ditindaklanjuti Kemenkeu dan Kementerian Pertahanan TNI dengan menyusun PMK No. 143/PMK.05/2018 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI.

Transisi implementasi di tahun 2018 dilakukan dengan penyelesaian sisa Pekerjaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Alutsista yang tidak selesai pada akhir tahun anggaran untuk dilanjutkan ke tahun berikutnya (lintas tahun) dan dipindahkan sisa alokasi dananya ke Rekening Dana Cadangan Alutsista atas nama Menteri Keuangan pada Bank Indonesia. Pada tahun 2019, implementasi mekanisme dan proses bisnis baru “Rekening Dana Cadangan Alutsista” diteruskan dengan melakukan proses pembayaran dan penihilan rekening cadangan Alutsista. Untuk mendukung kelancaran implementasinya, dilakukan pengembangan aplikasi pendukung, seperti Sistem Aplikasi Satker (SAS) dan Online Monitoring SPAN (OM-SPAN).

Implementasi “Rekening Dana Cadangan Alutsista” membawa perbaikan tata kelola pelaksanaan anggaran di lingkup Kementerian Pertahanan karena memberikan kepastian proses pembiayaan pengadaan Alutsista yang sesuai ketentuan. Secara tidak langsung, penerapan tersebut juga mengubah perilaku pengelolaan keuangan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI, berupa pergeseran pola penggunaan dana APBN dari sebelumnya mengandalkan mekanisme Uang Persediaan ke mekanisme Langsung. Pelaksanaan anggaran belanja negara yang semakin baik dan dapat dipertanggungjawabkan tersebut, semakin mempermudah Kementerian Pertahanan dan TNI untuk memastikan kesiapan Alutsista yang digunakan.

q. Peningkatan Akurasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Bantuan Sosial (Bansos) Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada Kementerian Sosial yang lebih tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab, dilakukan perubahan kebijakan pelaksanaan anggaran Bansos BPNT, terutama mekanisme penyaluran Bansos BPNT. Perubahan kebijakan tersebut berupa Perdirjen Perbendaharaan No. 12/PB/2019 tentang Mekanisme Konfirmasi dan Penyampaian Informasi Penyaluran Bansos Program BPNT, yang mengatur proses konfirmasi penerima Bansos BPNT serta penyampaian informasi penyaluran Bansos BPNT yang dicairkan dari Rekening Kas Negara kepada Rekening Penerima Bansos melalui Rekening Bank Penyalur.

Implementasi perubahan mekanisme penyaluran tersebut dimulai pada bulan Oktober 2019, yaitu untuk penyaluran BPNT tahap 10, dan berhasil mengatasi permasalahan mekanisme lama yang digunakan pada penyaluran tahap 1 sampai 9, yaitu adanya penggunaan rekening escrow yang membuat banyak transaksi penyaluran (pengisian kartu BPNT) gagal dan tidak berhasil di-monitor. Penggunaan rekening escrow telah menjadi temuan dan perhatian BPK, sehingga untuk menindaklanjutinya, Kemensos memerintahkan bank

Page 241: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 226

penyalur menyetorkan dana Bansos BPNT yang tidak tersalurkan pada rekening escrow ke Rekening Pemerintah Lainnya (RPL) Kemensos di Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).

Beberapa manfaat yang diperoleh dari implementasi mekanisme baru penyaluran BPNT sebagaimana diatur Perdirjen Perbendaharaan No. 12/PB/2019 adalah sebagai berikut:a. Data penyaluran Bansos BPNT dapat dilihat

dan diakses oleh pihak yang berkepentingan setiap saat dan di manapun melalui OM SPAN;

r. Launching Pembinaan Mental Nasional DJPb

Pembinaan mental nasional mendorong agar sikap mental yang dikaitkan dengan agama masing-masing bisa menjadi background yang kukuh dalam melaksanakan amanah tugas sebagai Insan Perbendaharaan. Hal tersebut disampaikan oleh Dirjen Perbendaharaan (waktu itu), Marwanto Harjowiryono, saat melakukan launching program Pembinaan Mental Nasional DJPb di Gedung Jusuf Anwar Kantor Pusat DJPb, pada tanggal 15 Januari 2019. Disampaikan juga bahwa launching tersebut tidak mengartikan kegiatan pembinaan mental belum dilaksanakan di DJPb, tetapi memerlukan sinergi sehingga lebih fokus termasuk dijadikannya program nasional mengingat DJPb memiliki instansi vertikal di seluruh wilayah Indonesia.

b. Bank Penyalur lebih disiplin dalam penyampaian informasi penyaluran Bansos BPNT;c. Mengurangi gagal top-up e-wallet BPNT karena adanya mekanisme konfirmasi data penerima BPNT

sebelum Surat Pemerintah Membayar (SPM) diterbitkan;d. Data penerima BPNT yang gagal maupun idle (tidak bertransaksi) dapat di-monitor sehingga dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi penyaluran Bansos BPNT.

Di hadapan peserta yang terdiri atas para pejabat eselon II kantor pusat DJPb, Kepala Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, para kepala KPPN lingkup Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, para ketua komunitas keagamaan di Kemenkeu, para mentor pembinaan mental DJPb, serta perwakilan pegawai on the job training DJPb, Dirjen Perbendaharaan juga mengajak untuk mengambil nilai-nilai agama dengan dikaitkan dengan nilai-nilai Kemenkeu.

Kegiatan launching yang mengangkat tema “Transformasi dan Reformasi Diri, Hadirkan Kejayaan Institusi dan Negeri” tersebut juga menghadirkan Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan dan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Dwijo Muryono, selaku Ketua Pembinaan Mental Nasional DJBC untuk berbagi pengalaman mengenai pelaksanaan Pembinaan Mental Nasional. Disampaikan oleh beliau bahwa sejumlah faktor kunci pendukung keberhasilan program Pembinaan Mental Nasional, di antaranya adalah kemauan keras untuk berubah, komitmen pimpinan, sinergi, payung hukum formal, serta pengakuan atas manfaat Pembinaan Mental terhadap integritas dan kinerja pegawai.

Page 242: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan227

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan keuangan Negara, Kementerian Keuangan berupaya memperkuat integritas pegawai dan organisasi untuk membangun budaya organisasi yang terpercaya. Komitmen tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor KMK-974/KMK.01/2016 tentang implementasi inisiatif strategis program reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan, yaitu inisiatif “Penguatan Budaya Organisasi” yang salah satu tujuannya meningkatkan indeks persepsi integritas (IPI).

2. Inisiatif Pemberantasan Korupsi

a. Peringkat Pertama Indeks Persepsi Integritas (IPI) Tahun 2019

UnitNilai Persepsi Integritas

2019 2018 2017

DJPb 95,99 91,69 86.16

Demi menjaga kerahasiaan data, nilai persepsi

integritas eselon I lainnya tidak dapat dsajikan.

Dalam rangka mengukur budaya integritas tersebut, sejak tahun 2016 dilakukan penilaian budaya integritas melalui Survei Penilaian Integritas (SPI) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pada tahun 2017, Inspektorat Jenderal bekerja sama dengan Unit Kepatuhan Internal (UKI) melaksanakan SPI secara mandiri dengan menggunakan metodologi SPI yang diadopsi dari Integrity Assessment KPK.

Pengukuran IPI mencakup dua komponen utama, yaitu eksternal dan internal. Penilaian komponen internal mencakup penilaian atas budaya organisasi antikorupsi, sistem antikorupsi, integritas pengelolaan SDM, dan integritas pengelolaan anggaran pada penyedia layanan. Penilaian komponen eksternal mencakup penilaian atas transparansi layanan publik, akuntabilitas penanganan laporan korupsi, dan akuntabilitas pegawai yang diambil dari persepsi pengguna layanan. Pengukuran NPI dilakukan dengan pengumpulan data-data penilaian dengan teknik survei, observasi, dan FGD.

DJPb sebagai salah satu unit Eselon I Kemenkeu melakukan berbagai inisiatif dalam mendorong penguatan budaya organisasi melalui peningkatan integritas dan budaya antikorupsi. DJPb melakukan bermacam upaya untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi, di mana telah terbukti dan diakui para stakeholders internal dan eksternal. Keberhasilan DJPb dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi terlihat dari pengukuran IPI yang telah dilaksanakan secara mandiri oleh Inspektorat Jenderal Kemenkeu.

Sejak pengukuran IPI pada tahun 2017 sampai dengan pengukuran IPI tahun 2019, DJPb selalu menempati peringkat pertama di lingkup Kementerian Keuangan. Pada tahun 2017, IPI DJPb sebesar 86,16, pada tahun 2018 menjadi 91,69, dan pada tahun 2019 menjadi 95,99. IPI yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa DJPb telah berhasil menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi dengan melaksanakan tugas dengan transparan dan akuntabel.

Page 243: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 228

b. 66 Kantor Vertikal Meraih WBK dan 6 Kantor Vertikal Meraih WBBM

DJPb meraih penghargaan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) oleh Kementerian PAN RB melalui sejumlah kantor vertikal DJPb yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Prestasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada stakeholders, serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah, karena membuktikan bahwa selama ini masyarakat berpartisipasi turut mengawasi kinerja pelayanan DJPb pada kantor vertikal yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal tersebut di sampaikan Dirjen Perbendaharaan, Andin Hadiyanto, dalam Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia tahun 2019 lingkup DJPb di Jakarta, pada hari Selasa 10 Desember 2019.

“Raihan prestasi WBK dan WBBM Ditjen Perbendaharaan turut didukung elemen-elemen lain seperti SIPANDU, hal ini membuktikan masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengawasi kinerja kita. Saya berharap supaya layanan bebas korupsi dapat menjadi budaya kita, Ditjen Perbendaharaan, dalam berbagai aspek kerja kita ke depan”, pesan Bapak Andin Hadiyanto.

Total 66 kantor vertikal DJPb mendapatkan predikat WBK dan 6 kantor vertikal DJPb

mendapatkan predikat WBBM. Selain itu sejumlah pegawai DJPb juga meraih pengharagaan pejabat pelopor perubahan dalam membangun Zona Integritas (ZI) pada unit masing-masing. Sekretaris DJPb, R. M. Wiwieng Handayaningsih, pada kesempatan yang sama mengungkapkan raihan tersebut terasa istimewa karena berbagai persyaratan yang berbeda dari tahun sebelumnya dari Kemenpan RB dapat dipenuhi oleh kantor vertikal DJPb hingga mampu mendapatkan predikat WBK dan WBBM. Diharapkan seluruh unit kerja dapat menjadi change agent di unit masing-masing dalam membangun ZI di wilayahnya, tidak saat penilaian saja.

Peraih WBK dan WBBM kantor vertikal DJPb menerima secara langsung penghargaan dari Kemenpan RB yang diberikan oleh Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, didampingi Menteri PANRB, Tjahjo Kumolo, di Jakarta. Apresiasi dan penghargaan ini diberikan kepada 16 Pemimpin perubahan dan 473 unit kerja pelayanan yang meraih WBK dan 34 unit kerja berpredikat WBBM, sekaligus memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia.

TahunUnit Kerja diusulkan WBK Unit Kerja diusulkan WBBM

Usulan Lolos % Usulan Lolos %

2013 1 1 100% 1 1 100

2014 2 2 100% 1 1 100

2015 1 1 100% - - -

2016 1 1 100% 1 1 100

2017 4 3 75% 1 1 100

2018 20 18 90% 3 1 33,33%

2019 95 66 69,47% 20 6 30%

Page 244: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan229

Pada tahun 2019, Kemenkeu mengusulkan 308 unit kerja untuk mendapatkan predikat WBK (265 unit) dan WBBM (43 unit) di tingkat nasional oleh KemenPAN-RB. Dari jumlah tersebut, DJPb mengusulkan 95 unit kerja untuk penilaian WBK dan 20 unit kerja untuk penilaian WBBM. Berdasarkan hasil evaluasi Zona Integritas tahun 2019 oleh KemenPAN-RB, unit kerja di lingkungan Kemenkeu mendapatkan apresiasi dan penganugerahan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM dari KemenPAN-RB sebanyak 114 unit kerja berpredikat WBK dan 9 Unit kerja berpredikat WBBM. Dari jumlah tersebut, DJPb memberikan kontribusi terbanyak, baik di tingkat Kemenkeu maupun tingkat nasional, yaitu 66 unit kerja berpredikat WBK dan 6 unit kerja berpredikat WBBM.

Dalam penilaian WBBM, dari 20 unit kerja DJPb yang mengikuti penilaian predikat WBBM tahun 2019, terdapat 6 Unit Kerja/KPPN yang berhasil mendapatkan apresiasi dan penganugerahan Zona Integritas WBBM dari KemenPanRB (tanggal 10 Desember 2019), yaitu KPPN Jakarta V, KPPN Ternate, KPPN Sukabumi, KPPN Tanjung Pandan, KPPN Pontianak, dan KPPN Padang. Predikat WBBM merupakan predikat tertinggi di dalam penilaian Zona Integritas yang dievaluasi oleh KemenPAN-RB, sehingga merupakan prestasi dan capaian yang luar biasa bagi unit kerja yang mendapatkannya.

Akumulasi Capaian Predikat WBK/WBBM DJPb s.d. Tahun 2019:

Tahun WBK WBBM

2013 KPPN Malang KPPN Malang

2014 KPPN Semarang II, KPPN Bangko KPPN Semarang II

2015 KPPN Amlapura -

2016 KPPN Kuningan KPPN Amlapura

2017 KPPN Padang, KPPN Kotamobagu, KPPN Yogyakarta

KPPN Kuningan

2018 1 Kanwil dan 17 KPPN KPPN Kotamobagu

2019 2 Kanwil dan 64 KPPN KPPN Jakarta V, KPPN Sukabumi, KPPN Pontianak, KPPN Ternate, KPPN Tanjungpandan, KPPN Padang

Page 245: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 230

c. Akselerasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK di Lingkungan DJPb

Selain mengikuti penilaian unit kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di tingkat Kementerian dan tingkat Nasional, DJPb juga melaksanakan kegiatan akselerasi pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK di lingkungan DJPb, dalam rangka mewujudkan ZI di lingkungan DJPb secara menyeluruh. Akselerasi pembangunan Zona Integritas menuju predikat WBK dan WBBM tahun 2019 memasuki tahun ketiga dengan jumlah unit kerja yang diusulkan untuk mengikuti akselerasi sebanyak 3 Kanwil DJPb dan 53 KPPN.

Sebagai bentuk evaluasi terhadap 3 Kanwil DJPb dan 53 KPPN yang melaksanakan akselerasi pembangunan ZI menuju WBK, telah dilakukan penilaian secara internal oleh Sekretariat DJPb. Penilaian menimbang pemenuhan kriteria di mana perolehan nilai parameter pengungkit dan parameter hasil, minimal 75 dengan nilai setiap parameter komponen pengungkit minimal 60%.

Dari hasil penilaian tersebut, setelah ditelaah oleh Inspektorat Jendeal Kemenkeu, diperoleh 34 unit kerja yang terdiri atas 2 Kanwil DJPb dan 32 KPPN yang memenuhi kriteria akselerasi pembangunan ZI di lingkungan DJPb tahun 2019 dan ditetapkan selanjutnya dengan Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. 10/PB/2020 tanggal 17 Januari 2020. Dengan demikian, terdapat 34 unit Instansi Vertikal DJPb yang dapat diajukan untuk mengikuti penilaian unit kerja berpredikat WBK di tingkat Kementerian dan Nasional, sebagai berikut:

No. Unit No. Unit No. Unit

1 Kanwil DJPb Prov. Aceh 13 KPPN Klaten 25 KPPN Atambua

2 Kanwil DJPb Prov. NTT 14 KPPN Tegal 26 KPPN Watampone

3 KPPN Tapaktuan 15 KPPN Pekalongan 27 KPPN Bantaeng

4 KPPN Meulaboh 16 KPPN Banyuwangi 28 KPPN Poso

5 KPPN Lhokseumawe 17 KPPN Pacitan 29 KPPN Toli Toli

6 KPPN Takengon 18 KPPN Tuban 30 KPPN Sinjai

7 KPPN Langsa 19 KPPN Tarakan 31 KPPN Makale

8 KPPN Kutacane 20 KPPN Tanjung Selor 32 KPPN Saumlaki

9 KPPN Balige 21 KPPN Nunukan 33 KPPN Jayapura

10 KPPN Rantau Prapat 22 KPPN Tanjung 34 KPPN Timika

11 KPPN Pematang Siantar 23 KPPN Samarinda

12 KPPN Pangkalpinang 24 KPPN Banjarmasin

Page 246: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan231

3. Penghargaan

a. Peringkat Pertama Pemenang Lomba Implementasi PUG Kemenkeu Tahun 2018 pada Kategori Kantor Pusat dan Tingkat Satker Vertikal

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Dalam istilah lain, Gender Mainstreaming merupakan suatu strategi mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang meperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan antara perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan.

DJPb telah melaksanakan Implementasi PUG secara aktif sejak tahun 2015. Bagian Organisasi dan Tata Laksana bersama Bagian Keuangan Sekretariat DJPb telah mengawal Implementasi PUG di Kantor Pusat maupun Instansi Vertikal lingkup DJPb. Pada tahun 2019 telah dilaksanakan lomba internal DJPb dalam implementasi PUG dengan peserta satu unit vertikal dari setiap wilayah kerja Kanwil DJPb. Berdasarkan penilaian tim Kantor Pusat DJPb, ditetapkan melalui Kepdirjen Perbendaharaan No. KEP-106/PB/2019 tanggal 11 April 2019, tiga besar instansi vertikal dengan skor tertinggi implementasi PUG, yaitu:1) Kanwil DJPb Provinsi Gorontalo;2) KPPN Semarang II;3) KPPN Sukabumi.

Sekretariat Jenderal Kemenkeu pada tahun 2019 menyelenggarakan lomba implementasi PUG antar unit vertikal Eselon I lingkup Kemenkeu. Lomba tersebut diikuti oleh perwakilan unit vertikal dari setiap Eselon I Kemenkeu yang memiliki unit vertikal di daerah, di mana DJPb turut aktif mengirimkan

perwakilan untuk megikuti lomba dimaksud, yaitu Kanwil DJPb Provinsi Gorontalo, sebagai unit dengan skor tertinggi pada lomba implementasi PUG lingkup internal DJPb.

Berdasarkan hasil penilaian tim penilai implementasi PUG tingkat Kemenkeu tahun 2019, ditetapkan pemenang lomba implementasi PUG melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 786/KMK.01/2019 tentang Penetapan dan Pemberian Penghargaan Pemenang Lomba Implementasi Pengarusutamaan Gender Kementerian Keuangan Tahun 2019, di mana KPP Pratama Surakarta meraih peringkat pertama, Kanwil DJPb Prov. Gorontalo meraih peringkat kedua, dan KPPBC Tipe Madya Pabean A Bekasi meraih peringkat ketiga.

Secara simbolis, penyerahan penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, kepada Kepala Kanwil DJPb Provinsi Gorontalo, Fahma Sari Fatma, dalam kegiatan peringatan Hari Oeang ke-73 sekaligus Sumpah Pemuda ke-91 pada tanggal 30 Oktober 2019.

Page 247: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 232

b. Kantor Wilayah Terbaik dan Kantor Pelayanan Terbaik Kemenkeu Tahun 2019

Penilaian Kanwil Terbaik Kemenkeu berpedoman pada KMK No. 49/KMK.01/2019 tentang Pedoman Penilaian Kantor Pelayanan dan Kantor Wilayah Terbaik di Lingkungan Kementerian Keuangan. Penilaian Kanwil Terbaik akan dilakukan terhadap 1 (satu) Kanwil yang mewakili setiap unit Eselon I, dengan kriteria Kanwil yang membawahi 5 s.d 10 Kantor Pelayanan.

Berdasarkan Nota Dinas Dirjen Perbendaharaan No. ND-102/PB/2019 tanggal 31 Januari 2019, DJPb mengusulkan Kanwil DJPb Provinsi Aceh untuk mengikuti Kegiatan Penilaian Kanwil Terbaik Kemenkeu Tahun 2019. Setelah dilakukan penilaian, sesuai KMK No. 772/KMK.01/2019 tentang Kantor Wilayah Terbaik di Lingkungan Kementerian Keuangan ditetapkan Kanwil DJPb Provinsi Aceh sebagai peringkat ketiga.

Sebagai pelaksanaan amanat KMK No. 49/KMK.01/2019 tentang Pedoman Penilaian Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Terbaik di Lingkungan Kementerian Keuangan, dilakukan penilaian kinerja kepada seluruh KPPN di lingkungan DJPb. Pada tahun 2019 terdapat 39 KPPN yang diusulkan oleh 34 Kanwil untuk mengikuti kegiatan Penilaian Kantor Pelayanan Terbaik (KPT) Tingkat DJPb. Setelah melalui tahapan penilaian, tim penilai melakukan sidang pleno untuk menetapkan 3 (tiga) Besar KPPN yang akan ikut Penilaian Kantor Pelayanan Terbaik Tingkat Kemenkeu Tahun 2019 melalui Kepdirjen No. KEP-105/PB/2019 dengan hasil sebagai berikut: (1) KPPN Pekanbaru, (2) KPPN Takengon, dan (3) KPPN Pelaihari.

Selanjutnya, melalui Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-1210/PB/2018 tanggal 10 April 2019, disampaikan usulan 3 KPPN dimaksud untuk mengikuti Penilaian Kantor Pelayanan Terbaik (KPT) Tingkat Kemenkeu Tahun 2019. Setelah dilakukan penilaian, sesuai KMK No. 773/KMK.01/2019 tentang Kantor Pelayanan Terbaik di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2019, ditetapkan urutan pemenang sebagai berikut:1. KPPN Pelaihari : Peringkat Pertama2. KPPN Takengon: Peringkat Kedua3. KPPN Pekanbaru: Peringkat Ketiga

Penyerahan penghargaan Kanwil Terbaik Kemenkeu dan Kantor Pelayanan Terbaik Kemenkeu Tahun 2019 diberikan langsung oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pada Peringatan Hari Oeang ke-73 dan Sumpah Pemuda ke-91 pada tanggal 30 Oktober 2019 kepada: 1. Kepala Kanwil DJPb Provinsi Aceh, Zaid Burhan Ibrahim ;2. Kepala KPPN Pelaihari, Woro Triwening Renggani; 3. Kepala KPPN Takengon, Rusli; 4. Kepala KPPN Pekanbaru, Khairil Indra.

Page 248: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan233

c. Top 10 Kompetisi Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Tahun 2019

DJPb mendapatkan penghargaan Top 10 kategori Unit Pelaksana Pelayanan (UPP) pada Kompetisi Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional - Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (SP4N-LAPOR!) tahun 2019. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Tjahjo Kumolo, kepada Sekretaris DJPb, R.M. Wiwieng Handayaningsih, di Hotel Le Meridien, Jakarta, tanggal 9 Desember 2019.

d. SIMSERBA dan OMSPAN Raih Penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dan UNPSA 2019

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) telah menyelenggarakan acara Penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019 pada tanggal 18 Juli 2019 di Semarang, Jawa Tengah. Dalam acara tersebut, 2 (dua) inovasi DJPb mendapatkan penghargaan, yaitu Aplikasi SIMSERBA (Sistem Informasi Sertifikasi Bendahara) dan Aplikasi OMSPAN (Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara).

Penghargaan tersebut adalah salah satu dari total 6 (enam) penghargaan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2019 yang diperoleh Kemenkeu. Enam penghargaan tersebut terdiri atas 4 (empat) penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019 dari KemenPANRB, 1 (satu) penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Indonesia dalam United Nation Public Service Award (UNPSA) 2019, dan 1 (satu) penghargaan Pembimbing Proposal UNPSA 2019.

“Setiap unit penyelenggara pelayanan publik wajib menyediakan dan mengelola pengaduan pelayanan publik. Penyediaan dan pengelolaan dimaksud untuk memberikan ruang yang luas bagi partisipasi masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan,” sebut Sekretaris Jenderal Kemenpan-RB, Dwi Wahyu Atmaji, saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan penyerahan penghargaan.

DJPb berhasil menjadi salah satu di antara Top 10 setelah bersaing dengan 165 unit pada kategori Unit Pelaksana Pelayanan. Kompetisi yang didukung oleh The United States Agency for International Development (USAID) ini bertujuan untuk membangun komitmen instansi pemerintah dalam pengelolaan pengaduan pelayanan publik melalui penerapan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional. “Melalui ajang ini, kami harapkan seluruh instansi pemerintah terpacu meningkatkan pelayanan publik dengan melakukan pengelolaan pengaduan pelayanan publik yang baik,” jelas Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian PAN-RB, Diah Natalisa. Selain DJPb, DJP dan DJBC Kemenkeu juga masuk pada Top 10 Ketegori Unit Pelaksana Pelayanan 2019.

4 (empat) penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019 dari KemenPANRB kepada Kemenkeu adalah: 1. e-Filling: Semudah Menjentikkan Jari Kelingking- DJP; 2. Mobile Tax Unit (MTU)-DJP; 3. Aplikasi SIMSERBA: Bendahara Pintar,

Pembangunan Lancar- DJPb; 4. IdS - Internship dan Secondment bagi Pemda- DJPK.

Page 249: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 234

Aplikasi SIMSERBA merupakan sistem informasi manajemen untuk layanan sertifikasi bendahara yang bertujuan untuk standardisasi kompetensi, pemahaman, keterampilan, sekaligus sikap kerja bendahara APBN pada seluruh (24.000) Satker secara online, efisien, mudah diakses, informatif, dan efektif. Aplikasi SIMSERBA dikembangkan dan diluncurkan pada tahun 2016 dan telah diakses oleh sekitar 29.427 orang. Pada tahun 2020, ditargetkan seluruh bendahara telah tersertifikasi.

Penghargaan UNPSA 2019 yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir Juni 2019 di Baku Azerbaijan, berhasil diraih oleh DJPb lewat inovasi OMSPAN. OM SPAN diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik untuk mewujudkan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 melalui Gerakan Indonesia Melayani. Sementara itu, penghargaan atas komitmen dan kerja keras pembimbing proposal UNPSA 2019 dianugerahkan kepada Irwanda Wisnu Wardhana, Peneliti Muda pada BKF.

Kompetesi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) bertujuan sebagai sarana percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik untuk mewujudkan birokrat dan birokrasi yang memberikan pelayanan prima, di mana inovasi pelayanan publik tidak lagi sekadar menjembatani kehadiran program pemerintah, tetapi juga mengakomodir kebutuhan masyarakat.

e. Penghargaan Gold pada Lomba ICCA untuk HAI-DJPb untuk Kategori Business Contribution, serta Penghargaan Lainnya

Dalam penganugerahan Kompetisi The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2019 yang diselenggarakan oleh Indonesia Contact Center Association (ICCA), di Ballroom Hotel Shangri-La, Jakarta tanggal 10 September 2019, DJPb yang diwakili oleh Layanan Integrasi HAI-DJPb memperoleh penghargaan sebagai berikut:

KATEGORI KORPORAT: Gold Medal untuk Kategori Best Business Contribution. Dalam kategori ini, yang dilombakan adalah

kemampuan contact center menunjukkan program kerja dalam meningkatkan kontribusi bisnis bagi perusahaan, baik dalam bentuk pertumbuhan jumlah pelanggan, penghematan biaya operasional, maupun dalam bentuk pendapatan.

KATEGORI INDIVIDUAL:

1. Muhammad Aditya Bakry, Pemenang Gold Medal untuk Kategori Agent Back Office Small, sebagai lomba bagi karyawan yang membantu menyelesaikan kasus (tier-2) pada operasional contact center atau staff yang melakukan follow-up atau relationship dengan pelanggan, baik secara inbound maupun outbound dan merupakan staff yang tidak mempunyai bawahan;

2. Dewi Oktavianti, Pemenang Silver Medal untuk Kategori Agent Publik, sebagai lomba yang didasarkan pada kapasitas contact center sampai dengan 30 seats (kursi terpasang);

3. Prasetyo Adhi Wibowo, Pemenang Bronze Medal untuk Kategori Agent Digital Media, sebagai lomba bagi karyawan yang memberikan pelayanan melalui semua kanal digital (social media, chat, e-mail) dan merupakan staff yang tidak mempunyai bawahan.

Page 250: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan235

f. Booth Terbaik dan Booth Terfavorit pada Workshop SDM Kemenkeu Tahun 2019

DJPb kembali menorehkan prestasi dengan kembali meraih dua gelar dalam gelaran Workshop Sumber Daya Manusia (SDM) Kemenkeu Tahun 2019 pada tanggal 5 Juli 2019, setelah pada tahun 2018 juga mendapatkan dua gelar bergengsi, yaitu Pengelolaan SDM Terbaik Pertama dan Booth Terfavorit. Dalam perhelatan tahun 2019 tersebut, DJPb memperoleh penghargaan sebagai Booth Terbaik dan Booth Terfavorit, mengalahkan Unit Eselon I lain di lingkungan Kemenkeu.

Acara yang diinisiasi oleh Sekretariat Jenderal Kemenkeu tersebut memiliki tema: “Membangun SDM Kementerian Keuangan Sebagai Perekat Bangsa.” Harapan acara tersebut adalah agar dapat memperkuat koordinasi dalam pengelolaan SDM dan inisiasi awal membangun Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai Perekat Bangsa

di era digital dan generasi milenial. Agenda kegiatan dalam workhop tersebut meliputi ceramah dari Menteri Keuangan dan profesional SDM, bincang santai terkait nasionalisme dan persatuan, serta Human Resource (HR) Innovation exhibition dari setiap Unit Eselon I Kemenkeu yang ditampilkan pada booth masing-masing.

DJPb mengusung tema “Humanism in Digital Era” dalam booth yang ditampilkan, yang dipilih untuk menunjukkan adanya gap antara kemajuan teknologi dan tergerusnya sisi humanisme. Dengan keberagaman latar belakang (baik suku, agama, usia, jenis kelamin, dan unit kerja yang tersebar di penjuru negeri), SDM DJPb mengambil nilai positif dari dari kemajuan Teknologi Informasi (TI) untuk merekatkan interaksi antar pegawai dan membantu pengambilan kebijakan yang lebih humanis.

Booth DJPb menyajikan beberapa inovasi pengelolaan SDM-nya, seperti Roadmap SDM, aplikasi pengelolaan data kepegawaian yang terintegrasi dalam aplikasi PBNOpen, Mekanisme Pemilihan Pegawai Berprestasi, Coaching and Counseling, program unggulan mekanisme mutasi melalui Ruilslag Pegawai, dan beberapa inovasi lainnya. Selain itu, agar lebih banyak interaksi dengan pengunjung, juga disediakan game interaktif.

g. Penghargaan Penilaian Indeks Kualitas Kebijakan

DJPb mewakili Kemenkeu, berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 316/K.1/HKM.02.2/2019 menerima penghargaan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) terkait Penilaian Indeks Kualitas Kebijakan (IKK) sebagai instansi pemerintah yang memiliki inisiatif membangun kualitas kebijakan publik yang baik. Penghargaan diserahkan oleh Sekretaris Utama LAN, Sri Hadiati kepada Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Dini Kusumawati, mewakili Sekretaris Jenderal pada acara Knowledge Sharing dengan tema Penguatan Peran Analis Kebijakan dan Utilisasi Indeks Kualitas Kebijakan yang diselenggarakan pada tanggal 6 Maret 2019 di Aula LAN.

“Dengan mengaplikasian IKK ini, diharapkan dapat diproduksi kebijakan yang dilahirkan dari kerangka acuan dan basis pengetahuan yang kuat, implementatif, terkoordinasi, dan disosialisasikan dengan baik dalam struktur organisasi, mulai dari level tertinggi sampai level operasional, serta dimonitor secara terus-menerus.” Ibu Sri Hadiati, dalam sambutannya.

Page 251: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 236

IKK merupakan instrumen yang dikembangkan oleh LAN untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait kualitas kebijakan di Kementerian/Lembaga (K/L) atau pun Pemda. Kebijakan yang dinilai adalah kebijakan yang telah diimplementasikan minimal selama 2 tahun dengan dimensi penilaian terdiri dari Perencanaan Kebijakan (Agenda Setting dan Formulasi Kebijakan) dan Pelaksanaan Kebijaksanaan (Implementasi dan Evaluasi Kebijakan). IKK telah mulai dilaksanakan sejak tahun 2016 (pilot project) dan setiap tahunnya telah melalui tahap perbaikan/penyempurnaan.

Untuk penilaian IKK tahun 2018, Kemenkeu mengajukan lima kebijakan yang kemudian dipilih oleh tim verifikator LAN untuk dilakukan visitasi dan validasi. Kebijakan yang divalidasi oleh tim verifikator adalah kebijakan terkait tata cara pembayaran belanja pegawai gaji di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia yang telah ditetapkan dalam PMK No. 190/PMK.05/2016. PMK tersebut mengatur tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Belanja Pegawai Gaji di Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan Tentara Nasional Indonesia yang diprakarsai oleh Direktorat Sistem Perbendaharaan, DJPb.

“Meskipun kebijakan Kemenkeu yang diajukan pada IKK hanya lima, tetapi Kemenkeu memastikan bahwa kebijakan yang dikeluarkan telah melalui proses yang teruji dan terstandardisasi, baik dari sisi tata kelola maupun kualitasnya” pungkas Dini Kusumawati, dalam kesempatannya menjadi narasumber dalam acara Diskusi Panel “Sharing Cerita Perubahan IKK” untuk sesi Story of Change Formulasi Kebijakan.

f. Peringkat Pertama PPID Tingkat I lingkup Kemenkeu

Informasi mengenai APBN dan pengelolaan keuangan negara menjadi kebutuhan bagi masyarakat maupun pemangku kepentingan lain, sebagai wujud pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Pada era keterbukaan ini, di lingkup Kemenkeu termasuk DJPb, telah tersedia saluran layanan informasi publik bagi khalayak yang memerlukan dengan melalui prosedur mekanisme permohonan informasi publik kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

Keterbukaan informasi merupakan bagian dari amanat dari UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Hal tersebut adalah bagian dari tanggung jawab dan akuntabilitas pemerintah, sekaligus merupakan fondasi dari tata kelola yang baik atau good governance. Hal tersebut menjadi pesan dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam kegiatan Seminar Keterbukaan Informasi Publik, Senin (29/7) di Aula Mezzanine Kemenkeu.

PPID DJPb untuk tahun 2019 memperoleh penghargaan sebagai peringkat pertama PPID Tingkat I lingkup Kemenkeu berdasar hasil Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik yang dilakukan oleh Kemenkeu bersama Komisi Informasi Pusat (KIP). Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Keuangan kepada Dirjen Perbendaharaan, Andin Hadiyanto, dalam kesempatan rangkaian agenda seminar tersebut. Adapun Peringkat kedua diraih oleh Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK) dan peringkat ketiga Ditjen Pajak (DJP) Kemenkeu.

Page 252: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan237

4. Capaian Lainnya Tahun 2019

a. Peroleh Opini WTP atas LKPP Ketiga Kalinya

Pelaporan keuangan pemerintah merupakan ujung dari pengelolaan keuangan negara yang sangat penting dalam menilai transparansi akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai bentuk dari pelaporan keuangan pemerintah merupakan gabungan dari Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN). Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) DJPb sebagai pihak yang berwenang menyusun LKPP sekaligus sebagai Pembina setiap K/L dalam

Setiap tahun, Laporan tersebut (LKPP, LK K/L, dan LK BUN) diaudit dan diberi opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) diberikan BPK pada LKPP Tahun 2018 berdasarkan hasil pemeriksaan atas 87 (delapan puluh tujuh) LK K/L dan satu LK BUN Tahun 2018. Opini WTP ini merupakan yang ketiga kalinya diraih berturut-turut setelah Pemerintah Pusat memperoleh opini WTP atas LKPP Tahun 2016 dan 2017. Pemberian Opini WTP mengartikan bahwa pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN tahun 2018 dalam laporan keuangan secara material telah disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Dalam rangka peningkatan kualitas LKPP dimaksud, DJPb sebagai unit in charge atas LKPP telah melakukan upaya antara lain: (1) Menyusun LKPP dengan menggunakan Sistem Aplikasi Terintegrasi G2 full rowset akun dan Neraca Percobaan LKPP; (2) Menyempurnakan sistem dan proses bisnis terkait penyusunan Laporan Keuangan, antara lain e-Rekon&LK, SAIBA, dan lain-lain; (3) Melakukan pembinaan dan sosialisasi peraturan-peraturan terbaru secara intensif kepada K/L; (4) Membentuk Tim Peningkatan Kualitas SPI Penyusunan LK K/L, LK BUN, dan LKPP Tahun 2018 dalam rangka mempertahankan opini WTP; (5) Melakukan Rekonsiliasi terkait Revaluasi Aset antara K/L, DJKN, dan DJPb; (6) Melakukan komunikasi secara intensif dengan Tim Auditor BPK atas Temuan LKPP Tahun 2018. Meskipun masih terdapat temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan Kepatuhan yang akan ditindaklanjuti, temuan tersebut tidak berpengaruh langsung terhadap kewajaran LKPP Tahun 2018.

Selanjutnya, manfaat LKPP beropini WTP adalah (1) menggambarkan pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat telah sesuai dengan tata kelola dan praktik pengelolaan keuangan yang baik (best practices) serta sesuai dengan ketentuan perundangan; (2) memberikan informasi kepada publik bahwa APBN telah dikelola secara efisien, transparan, dan akuntabe,l serta diharapkan juga memberikan hasil pembangunan berupa peningkatan kesejahteraan rakyat, menurunnya tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; (3) kepercayaan publik termasuk investor kepada Pemerintah Indonesia semakin meningkat sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan terutama pada sektor-sektor yang menjadi prioritas nasional.

penyusunan LK K/L terus melakukan upaya modernisasi dari segi akuntansi dan pelaporan keuangan.

Page 253: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 238

Indonesia adalah salah satu negara yang berhasil menyusun dan mengadaptasi Manual Statistik Keuangan Pemerintah dari GFSM 2014 yang diterbitkan IMF. Selain menyusun LSKP tingkat nasional yang menggambarkan konsolidasi Pemerintah secara nasional, Indonesia termasuk salah satu negara pertama yang menyusun LSKP tingkat wilayah yang menggambarkan konsolidasi Pemerintah di tingkat wilayah (provinsi). Hal ini sejalan dengan kebutuhan perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) serta kebutuhan National Financial Account Balance Sheet (NFABS) dan Regional Financial Account Balance Sheet (RFABS) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).

b. Keikutsertaan Indonesia dalam Forum Komite GFSAC

Penerapan Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia telah mendapat pengakuan dari dunia internasional, baik dari lembaga keuangan internasional seperti IMF maupun Forum Data Gap Initiative (DGI). G-20. DGI adalah inisiatif yang dilakukan oleh G20 dengan melibatkan IMF dan Financial Stability Board (FSB) sebagai respon atas terjadinya krisis keuangan tahun 2007–2008, melalui paket 20 rekomendasi penyempurnaan statistik ekonomi dan keuangan, yang diluncurkan dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan keterbandingan data ekonomi dan keuangan untuk pengambil kebijakan.

G20 menyoroti adanya kebutuhan pengambil kebijakan dan pelaku pasar atas data keuangan yang akurat dan tepat waktu untuk dapat menyusun respon yang efektif serta mendukung analisis dan efektivitas surveillance. Beberapa pencapaian Indonesia dalam implementasi Statistik Keuangan Pemerintah antara lain:

1. Indonesia dipilih sebagai satu satu negara yang masuk dalam kajian Neraca Statistik Keuangan Sektor Publik Tahun 2012 - 2016 yang dipresentasikan oleh IMF dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia Tahun 2018 di Bali;

2. Endorsement IMF bagi negara lain terutama negara-negara di Asia untuk benchmarking mengenai Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia, misalnya Kamboja dan Bhutan;

3. Reformasi Statistik Sektor Publik di Indonesia menjadi salah satu dari featured case studies pada Getting Result in Macroeconomic Statistics: Featured Cases from 25 years of IMF Capacity Development in Statistics;

4. Progress Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia menjadi highlight pada Statistics Departement at A Glance, 25th Anniversary IMF Statistics Departement;

5. Indonesia merupakan salah satu negara G20 yang telah memenuhi target Rekomendasi Data Gap Initiatives (DGI) Nomor 15 mengenai Statistik Keuangan Pemerintah.

Atas pencapaian tersebut, IMF memberikan penghargaan kepada Kemenkeu RI c.q. DJPb untuk berpartisipasi dalam keanggotaan Government Finance Statistics Advisory Committee (GFSAC), yang merupakan komite yang dibentuk untuk mendukung pengembangan kualitas, integritas metodologi, dan analisis penggunaan data Statistik Keuangan Pemerintah. GFSAC merupakan forum pertukaran pengalaman dan pengetahuan mengenai metodologi dan mendorong penggunaan Statistik Keuangan Pemerintah untuk mendukung pengambilan kebijakan fiskal. DJPb mengutus Kasubdit Statistik dan Analisis Laporan Keuangan, Mei Ling, PhD untuk menjadi anggota GFSAC, yang beranggotakan 10 perwakilan GFS expert yang terpilih mewakili negara anggota IMF, 1 (satu) perwakilan dari World Bank, dan 5 (lima) perwakilan dari IMF.

Page 254: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan239

Indonesia merupakan salah satu negara anggota G20 yang dianggap berhasil menerapkan Government Finance Statistics (GFS) secara komprehensif, baik untuk pelaporan tahunan maupun triwulanan. Pencapaian Indonesia tersebut juga telah dilaporkan dalam pembahasan Data Gap Initiatives yang dipantau oleh Negara anggota G20. Oleh karena itu, IMF meminta Kemenkeu RI c.q. DJPb untuk mengirimkan GFS expert dari Indonesia untuk memberikan Technical Assistance terkait penyusunan GFS kepada Negara Kamboja.

DJPb menugaskan pejabat Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan untuk memberikan Technical Assistance kepada Kemenkeu Kamboja pada tanggal 9 s.d. 13 Desember 2019. Agenda Technical Assistance tersebut antara lain untuk membantu mengembangan GFS dan meningkatkan kualitas Public Sector Debt Statistics. Keikutsertaan Indonesia dalam Technical Assistance Mission tersebut merupakan bagian dari sharing good practices dengan negara-negara lain dalam penerapan GFS.

c. Technical Assistance Penyusunan Government Finance Statistics (GFS) ke Kamboja

Keberhasilan penyusunan dan Pengembangan GFS di Indonesia selain menambah khazanah tools pengambilan keputusan kebijakan fiskal, juga bermanfaat dalam menginspirasi negara lain untuk mencontoh kesuksesan Indonesia. Statistics Departement (STA) of the International Monetary Fund (IMF) mengundang Kemenkeu RI, dalam hal ini DJPb, untuk memberikan sharing knowledge kepada negara-negara yang dapat dikategorikan sebagai lower midlle income countries dalam course terkait dengan Balance Sheet Approach. DJPb mengirimkan delegasi Pejabat Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan untuk menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut.

d. Sharing Knowledge konsep Balance Sheet Approach ke Singapura

Course tersebut bertempat di IMF – Singapore Regional Institute (STI) di Singapura pada tanggal 28 Januari sampai dengan 1 Februari 2019 dengan topik khusus membahas Balance sheet approach. Balance sheet merupakan posisi aset dan kewajiban yang dimiliki oleh sektor institusi pada periode tertentu. Perhitungan terhadap total aset dan kewajiban akan menggambarkan nilai kekayaan bersih.

Analisis terhadap aset dan kewajiban tersebut sangat bermanfaat sebagai tools alternatif pengambilan keputusan ekonomi makro. Beberapa agenda pembahasan yang menjadi tujuan course tersebut, yakni:1. Mensosialisasikan konsep Balance Sheet Approach (BSA) yang dikembangkan oleh STA’s IMF serta

pemanfaatannya terhadap identifikasi kerentanan dan resiko sistemik dan memberikan pedoman atas kebijakan yang bersifat makro prudensial;

2. Reviu atas data sumber seperti data statistik moneter, pemerintah, dan sektor eksternal serta penggabungannya ke dalam matriks BSA;

3. Mengidentifikasi kesenjangan data dari negara peserta course;4. Menyiapkan program kerja untuk menangani kesenjangan data tersebut.

Page 255: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 240

e. Seminar Statistik Keuangan Pemerintah

Seminar Statistik Keuangan Pemerintah dengan tema “Peran Statistik Keuangan Pemerintah dalam Mendukung Pengambilan Kebijakan Fiskal dan Makro Ekonomi” merupakan salah satu rangkaian acara pada Rakernas Akuntansi yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2019 di Aula Mezzanine, Kemenkeu. Seminar dihadiri oleh 150 peserta yang berasal dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kemenkeu, Bappenas, OJK, akademisi, Tim Stranas Pencegahan Korupsi,

Komite Standar Akuntansi Pemerintah, dan Prospera. Seminar ini diselenggarakan untuk membahas pengembangan Statistik Keuangan Pemerintah atau Government Finance Statistics (GFS) dalam rangka mewujudkan statistik keuangan yang selaras dan terintegrasi dengan dengan statistik keuangan sektor lain dalam perekonomian sehingga dapat dimanfaatkan dalam analisis dan pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi yang efektif dan pruden.

Dibuka oleh Wakil Menteri Keuangan, Seminar Statistik Keuangan Pemerintah dilaksanakan dalam bentuk talkshow yang dipandu oleh Tenaga Pengkaji Perbendaharaan dengan narasumber Dirjen Perbendaharan, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia, dan Deputi Bidang Negara dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik. Seminar Statistik Keuangan Pemerintah bertujuan untuk membangun sinergi antar unit penyusun statistik keuangan sehingga dapat menyajikan statistik keuangan seluruh sektor dalam perekonomian yang selaras dan konsisten dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan transparansi fiskal Pemerintah. Selain itu, juga dibahas optimalisasi pemanfaatan informasi keuangan berbasis akrual dan statistik keuangan pemerintah sehingga dapat digunakan dalam analisis, evaluasi, dan pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi yang efektif dan pruden.

f. Keikutsertaan dalam PEMNA T-Cop Meeting 2019

DJPb ikut serta dalam PEMNA Treasury CoP (T-CoP) Meeting yang merupakan agenda tahunan PEMNA, dengan meeting pertama di tahun 2019 pada tanggal 6 dan 7 Maret 2019 di Hotel Le Meridien Seoul, Korea Selatan. Tema utama yang diangkat pada PEMNA T-CoP Meeting pertama adalah “Digital Transformation in Government Treasuries in East Asia – Trends and Opportunities”. Pelaksanaannya dibagi menjadi 5 (lima) sesi di mana pada sesi 5, Singapura, Indonesia, dan Kamboja, menyampaian pemarapan bagaimana IT dimanfaatkan dalam proses pembayaran.

PEMNA Treasury CoP (T-CoP) Meeting kedua tahun 2019 diadakan di Moscow, Rusia, tanggal 1 s.d. 3 Oktober 2019, yang berfokus pada PEMNA-Rusia Treasury Knowledge Exchange. Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 80 peserta dari 13 negara anggota PEMNA, Treasury of Russia, Sekretariat PEMNA, PEMPAL, dan World Bank. Negara-negara anggota PEMNA terdiri dari Kamboja, Cina, Indonesia, Korea, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam. Tuan rumah dari pertemuan ini adalah Treasury of Russia, dan difasilitasi oleh Sekretariat PEMNA dan World Bank.

Page 256: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan241

Tema untuk T-CoP kedua pada tahun 2019 adalah “Russian Treasury-PEMNA Knowledge Exchange in Public Finance Management” yang terbagi dalam 4 sesi yang meliputi (i) Public Sector Accounting and Whole of Government Financial reporting, (ii) Cash management and optimization, (iii) Public Procurement, dan (iv) Commitment Controls. Pada sesi 1, Indonesia ikut memaparkan materi terkait penerapan akuntansi dan pelaporan keuangan,

yaitu pengalaman Indonesia dalam mengadopsi Standar akuntansi IPSAS, manfaat dan tantangan dari pelaporan keungan, dan beberapa praktik pendekatan.

g. Kembali Terpilih Menjadi Anggota IPSAS Consultatve Advisory Group

Perwakilan Pemerintah Indonesia kembali terpilih menjadi anggota The International Public Sector Accounting Standards Consultative Advisory Group (IPSASB CAG) untuk masa keanggotaan periode kedua yang berakhir pada tahun 2020. Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb (waktu itu), Firmansyah N. Nazaroedin. IPSASB adalah organisasi internasional yang memiliki tujuan memperkuat pengelolaan keuangan publik di dunia internasional melalui peningkatan kualitas pelaporan keuangan. Berkenaan dengan tujuan tersebut, IPSASB mendorong pemerintahan maupun organisasi sektor publik lainnya di seluruh dunia untuk mengadopsi standar akuntansi publik berbasis akrual.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dinilai akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih komprehensif dan akurat. Dengan demikian, transparansi laporan keuangan semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas pelaporan keuangan serta pengelolaan keuangan publik semakin baik. IPSASB CAG sendiri bertugas untuk memberikan saran dan masukan atas strategi, program kerja, agenda, dan proyek IPSASB, serta permasalahan lainnya yang berkaitan dengan proses aktivitas pembuatan standar oleh IPSASB.

Sejak tahun 2016, Indonesia mendapat kehormatan untuk bergabung dalam IPSASB CAG dengan terpilihnya Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb (waktu itu), Firmansyah N. Nazaroedin sebagai anggota. Hal ini tidak terlepas dari penilaian Indonesia sebagai salah satu negara dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang baku dan telah menerapkannya dengan cukup baik. Keanggotaan IPSASB CAG dipilih oleh sebuah panel berdasarkan nominasi yang masuk. Dengan terpilihnya kembali sebagai anggota IPSASB CAG, Indonesia memperoleh kesempatan menyuarakan peningkatan transparansi dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia, sekaligus berkontribusi dalam penyusunan dan pengembangan International Public Sector Accounting Standards (IPSAS).

Page 257: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 242

h. Spending Review 2019 dalam Pengawalan Pelaksanaan APBN dan Prioritas Nasional

Sebagai implementasi atas PMK No. 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L, dalam rangka mendorong peningkatan value for money, khususnya pada Belanja Pemerintah yang dilaksanakan oleh K/L, dilaksanakan Spending review tahun 2019 yang meliputi 2 aspek, yaitu efisiensi dan efektivitas belanja sektoral yang berfokus pada kualitas 7 belanja prioritas nasional tahun 2019 dan 3 sektor utama, yaitu Ekontim, Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Polhukhankam. Untuk mengoptimalkan manfaat hasil reviu sekaligus meningkatkan sinergi, pelaksanaan reviu dilakukan DJPb berkoordinasi intensif dengan DJA untuk menyamakan perspektif baik dari sisi obyek dan jenis reviu, serta dan evaluasi belanja yang dibutuhkan.

Reviu efektivitas melihat keterkaitan realisasi belanja dengan capaian output belanja, menilai apakah belanja pemerintah disalurkan tepat waktu, jumlah, dan penerima, sehingga dampak/manfaatnya dapat dirasakan optimal. Revieu efisiensi melihat efisiensi kelompok output cadangan, operasional, generik, dan teknis. Hasil reviu tersebut ditujukan untuk kebutuhan internal dan eksternal. Untuk keperluan internal DJPb,

review diarahkan untuk (1) monitoring pelaksanaan kegiatan dan penyerapan belanja; (2) penyediaan alokasi belanja dan kecukupan kas; (3) memastikan value for money belanja (kualitas belanja). Untuk keperluan eksternal, DJPb menyampaikan hasil Spending Review kepada DJA sebagai masukan untuk: (i) evaluasi kinerja anggaran yang selanjutnya digunakan dalam mempersiapkan perumusan Arah Kebijakan, Sasaran, Tema, dan Prioritas Nasional 2020; (ii) kebutuhan reviu angka dasar dalam penyusunan pagu indikatif K/L.

Menindaklanjuti hasil Spending Review, diterbitkan Surat Menteri Keuangan No. S-66/MK.05/2019 hal Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran K/L Tahun Anggaran 2019, untuk mengawal agar pelaksanaan anggaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien sepanjang tahun, dengan penekanan, di antaranya: (i) penyesuaian perencanaan dengan pelaksanaan anggaran; (ii) mengendalikan uang persediaan/tambahan uang persediaan; (iii) meningkatkan ketertiban penyampaian data supplier dan data kontrak; (iv) meningkatkan akurasi rencana penarikan dana dengan realisasi pembayaran; (v) memastikan ketepatan waktu penyelesaian tagihan; (vi) memastikan penyaluran bantuan sosial dan bantuan pemerintah tepat waktu dan tepat sasaran.

Dalam rangka memastikan langkah strategis pelaksanaan anggaran dilaksanakan dan dijalankan K/L secara optimal, secara periodik disusun Reviu Pelaksanaan Anggaran dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dengan melibatkan pihak K/L melalui one-on-one meeting. Berbagai upaya yang dilakukan sepanjang tahun 2019 memberikan hasil positif terhadap kualitas pelaksanaan anggaran belanja K/L. Secara umum, terdapat peningkatan dan perbaikan, yang diindikasikan dengan: (i) terkendalinya eksekusi belanja dan berkurangnya level penumpukan anggaran di akhir tahun; (ii) realisasi belanja K/L di atas target; (iii) perkembangan transaksi dan peningkatan nilai kinerja/IKPA. Kondisi terkendali dan positif tersebut mendorong tercapainya output strategis K/L secara optimal. Momentum perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran tersebut perlu dilanjutkan dengan meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran di tahun berikutnya.

Page 258: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan243

i. Benchmarking Proses Bisnis dan Aplikasi DAMS lingkup DJPb oleh Bappeda Provinsi Aceh

Kelancaran dan kesuksesan proses bisnis suatu organisasi diantaranya dapat terealisasi apabila kebijakan dan arahan pimpinan dapat tersampaikan dan dilaksanakan dengan baik oleh suatu organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah telah dilaksanakannya monitoring yang baik pada setiap level pekerjaan sesuai kebijakan pimpinan. Hal tersebut mengemuka dalam sharing session benchmarking proses bisnis dan aplikasi Daily Activity Monitoring System (DAMS) lingkup DJPb dengan Bappeda Provinsi Aceh di Jakarta, Kamis tanggal 5 Desember 2019.

Bappeda Provinsi Aceh mengapresiasi proses bisnis dan monitoring arahan pimpinan pada DJPb yang telah dikelola dengan baik. “Bappeda Provinsi Aceh sangat antusias tentang proses bisnis dan DAMS di DJPb, berharap dapat diterapkan dan berjalan baik pada pemerintah provinsi Aceh. Bappeda Provinsi Aceh berharap tahun depan sudah dapat dimulai,” ujar Kepala Perwakilan Kemenkeu Provinsi Aceh Zaid Burhan Ibrahim.

Dalam Kegiatan sharing session benchmarking proses bisnis dan aplikasi DAMS lingkup DJPb dengan Bappeda Provinsi Aceh yang diketuai oleh Sekretaris Bappeda Provinsi Aceh, Feryana SH.,M.Hum, Kepala Perwakilan Kemenkeu Provinsi, Aceh Zaid Burhan Ibrahim, didampingi oleh Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana DJPb, Suharno. Pada kesempatan sebelumnya, rombongan Bappeda Provinsi Aceh juga mengunjungi Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (Pushaka) Kemenkeu.

j. Benchmarking Pengelolaan Keuangan Negara Indonesia oleh Delegasi Kemenkeu Sri Lanka

Pada tanggal 29 Juli 2019, DJPb mendapat kunjungan study tour dari Department of Treasury Operations Ministry of Finance (DTO MoF) Sri Lanka, sebagai tindak lanjut pelaksanaan teleconference DTO MoF Sri Lanka dengan DJPb pada bulan Juni 2018.

Dalam teleconference tersebut DJPb memaparkan terkait reformasi pengelolaan kas negara di Indonesia termasuk dukungan sistem serta pengembangan sistem pengelolaan kas negara ke depan. Melalui Surat

dari Additional Director General of Department of Treasury Operations Ministry of Sri Lanka Ministry of Finance No. TOD/CM57/2019 tanggal 25 Juni 2019 hal Request for Study Tour regarding Cash Management Reform in Indonesia, yang disampaikan kepada Dirjen Perbendaharaan, DTO MoF Srilanka bermaksud untuk melakukan kunjungan study tour ke DJPb untuk mempelajari lebih dekat reformasi perbendaharaan Indonesia, khususnya dalam pengelolaan kas.

Kunjungan study tour DTO MoF Sri Lanka ini bertujuan untuk mempelajari cash management reform di Indonesia, serta untuk mendapat gambaran perubahan regulasi dan kebijakan untuk mendorong modernisasi perbendaharaan di Sri Lanka, baik melalui paparan presentasi dan dialog interaktif dengan pejabat/staf terkait di DJPb, maupun melihat secara langsung (on site) terkait infrastruktur IT dengan Pusintek, dengan berfokus pada area:1. Fitur-fitur utama Indonesian Treasury Management System;2. Kerangka kebijakan Indonesian Treasury Management System;

Page 259: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 244

3. Mekanisme perencanaan kas;4. Proses pelaksanaan anggaran, meliputi penerimaan negara, pencairan dana, pengendalian komitmen;5. Technological imperatives, meliputi dukungan IT banking, dan proses transaksi;6. Pelaporan keuangan pada Indonesian Treasury Management.

Kegiatan study tour dilaksanakan dalam 2 (dua) bentuk kegiatan, yaitu sharing session pada tanggal 29 s.d. 31 Juli 2019 dan site visiting pada tanggal 31 Juli s.d. 1 Agustus 2019. Kegiatan study tour tersebut dapat berjalan dengan baik berkat dukungan dari semua unit eselon II Kantor Pusat DJPb, Pusintek Kemenkeu, KPPN Jakarta II, dan KPPN Khusus Penerimaan, yang dikoordinasikan dengan baik oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan Direktorat Sistem Perbendaharaan, DJPb. Pada akhir penutupan, Director General DTO MoF Sri Lanka mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan DJPb dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud dan DTO MoF Sri Lanka mengharapkan kerja sama antara DTO Sri Lanka dengan DJPb dapat tetap berkesinambungan pada masa yang akan datang.

k. Surveillance Audit ISO 9001:2015 untuk Seluruh KPPN dan HAI-DJPb

Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pada unit-unit pelayanan di lingkungan DJPb, serta sebagai pengakuan atas pelayanan publik terbaik yang memenuhi standar pelayanan internasional, pada tahun 2018 DJPb telah berhasil menerapkan sertifikasi ISO 9001:2015 pada seluruh KPPN dan unit layanan HAI-DJPb.

Sesuai dengan peraturan penerapan sertifikasi ISO dimaksud, KPPN dan unit layanan HAI-DJPb yang telah mendapatkan sertifikat wajib dilakukan surveillance

audit atau audit pengawasan setiap tahunnya oleh Badan Sertifikasi untuk memastikan unit bersangkutan konsisten dan masih menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001:2015. Selanjutnya, sesuai nota dinas Sekretaris DJPb No. ND-834/PB.1/2019 tanggal 5 Maret 2019 dan dalam rangka persiapan proses surveillance audit dimaksud, telah dilaksanakan pelatihan Standar Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2015 bagi seluruh KPPN pada bulan Maret 2019.

Pihak provider TUV Rheinland Indonesia telah melakukan koordinasi dengan Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat DJPb dalam rangka penyusunan jadwal surveillance audit pada KPPN yang memasuki jatuh tempo tanggal 30 Agustus 2019 dan menetapkan 10 (sepuluh) KPPN yang mewakili setiap tipe KPPN untuk menjadi sampel surveillance audit yang akan dilaksanakan pada rentang waktu 12 sampai 20 Agustus 2019, sementara jadwal surveillance audit pada unit layanan HAI-DJPb (Seksi Layanan Pengguna, Dit. SITP selaku pengelola HAI-DJPb) dilaksanakan pada 13 Agustus 2019.

10 (sepuluh) unit KPPN yang menjadi sampel surveillance audit, adalah sebagai berikut: (1) KPPN Malang, (2) KPPN Bekasi, (3) KPPN Mamuju. (4) KPPN Tanjung Pandan, (5) KPPN Kendari, (6) KPPN Pangkalan Bun, (7) KPPN Bengkulu, (8) KPPN Ternate, (9) KPPN Purwokerto, dan (10) KPPN Ruteng.

Hasil surveillance audit pada 10 sampel KPPN tersebut dan unit layanan HAI-DJPb menunjukkan seluruhnya lulus, yang mengindikasikan bahwa seluruhnya telah mengadopsi dan mengimplementasikan dengan baik sistem manajemen mutu standar ISO 9001:2015 dan dapat mempertahankan Sertifikat SMM ISO 9001:2015.

Page 260: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan245

l. Launching BLU Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH)

“Kementerian Keuangan siap mendukung pelaksanaan BPDLH dengan tata kelola yang baik dan efisiensi yang maksimal,” tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menyampaikan pada peluncuran Badan Layanan Umum (BLU) Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) di Kompleks Kemenkeu, Jakarta, Rabu tanggal 9 Oktober 2019.

“Kita perlu terus menjaga dan mengembangkan strategi pembangunan bagaimana Indonesia bisa tumbuh tinggi, bagaimana kemiskinan ditanggulangi, pemerataan pembangunan terjadi di seluruh pulau dan pelosok Indonesia. Namun, komitmen kita untuk dapat mengurangi emisi karbon

sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan kerja sama internasional tetap bisa dilakukan. Ini merupakan suatu tantangan bagi kita semua, baik di Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, maupun dunia usaha dan swasta serta para stakeholder lainnya,” ungkap Menteri Keuangan dalam kegiatan yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution; Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar; Dirjen Perbendaharaan, Andin Hadiyanto; serta para duta besar negara sahabat dan para pimpinan NGO ini.

Dibentuknya BPDLH menandai komitmen bersama dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam hal pengelolaan pendanaan secara akuntabel dengan tata kelola berstandar internasional, yang sejalan dengan implementasi Paris Agreement. Selain itu, BPDLH merupakan amanat PP No. 46 tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup dan Perpres No. 77 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup.

Berdasarkan penandaan anggaran perubahan iklim (climate budget tagging) yang dilakukan Kemenkeu, tercatat peningkatan dukungan APBN dalam program nasional terkait isu perubahan iklim, yakni sebesar Rp72,4 triliun dalam APBN-P 2016, Rp95,6 triliun dalam APBN-P 2017, dan Rp109,7 triliun dalam APBN 2018 (sekitar 3,6% (2016), 4,7% (2017) dan 4,9% (2018) terhadap total anggaran APBN).

BPDLH akan menjadi pengelola dana-dana terkait bidang kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan karbon, jasa lingkungan, industri, transportasi, pertanian, kelautan dan perikanan, serta bidang lainnya terkait lingkungan hidup. Sebelumnya, anggaran tersebut tersebar di beberapa K/L dengan beragam program yang tersebar pula di beberapa K/L yang berbeda. Harapannya, setiap unit di K/L dapat berkoordinasi, berkolabirasi, dan bersinergi secara lebih efisien dengan adanya BPDLH.

Sebagai tanda komitmen bersama, Menteri Keuangan bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menanam pohon di halaman Kompleks Kemenkeu.

Page 261: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 246

m. Peringkat Tertinggi Skor MOFIN 2019

Ministry of Finance Organization Fitness Index (MOFIN) adalah pelaksanaan survei penilaian kesehatan organisasi yang diisi oleh seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Kemenkeu. Pada tanggal 13 s.d. 27 Mei 2019,

n. Skor Tertinggi Survei Kepuasan Pengguna Layanan 2019

Tingkat kepuasan pengguna layanan merupakan ukuran atas seberapa kualitas layanan publik yang diberikan dalam memenuhi harapan para pengguna layanan. Setiap tahunnya dilakukan survei oleh lembaga independen di luar Kemenkeu untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan unit-unit lingkup Kemenkeu berdasarkan unsur kinerja layanan sesuai UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pada tahun 2019, DJPb kembali meraih Skor tertinggi Survei Kepuasan Pengguna Layanan lingkup Kemenkeu, dengan skor 4,76, yang menandakan DJPb memperoleh skor tertinggi 6 (enam) tahun berturut-turut.

Survei MOFIN 2019 dilaksanakan untuk menilai kesehatan organisasi melalui tiga konsep utama, yaitu keselarasan internal, eksekusi strategi, dan pembaharuan. Berdasarkan hasil survei MOFIN 2019, DJPb memperoleh skor MOFIN 93, skor tertinggi di lingkungan Kemenkeu tahun 2019. DJPb sendiri, dengan demikian, telah meraih skor tertinggi MOFIN di lingkungan Kemenkeu selama 4 kali berturut-turut (2014, 2015, 2017, dan 2019)

o. Penghargaan Reviu Pengelolaan Kinerja Tertinggi dan Skor Tertinggi SFO

“Tingkatkan terus prestasi dan inovasi untuk mewujudkan kemakmuran negeri. Semoga prestasi yang telah diraih oleh Ditjen Perbendaharaan dapat menjadi inspirasi bagi unit eselon I lingkup Kemenkeu lainnya untuk berkinerja dan berpretasi yang lebih baik”, pesan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan arahan pada acara Dialog Kinerja Organisasi (DKO) tingkat Kemenkeu, serta Penandatanganan Kontrak Kinerja Menteri Keuangan dan para eselon I (Kemenkeu-Wide-One) tahun 2019 di

Gedung Dhanapala Jakarta, pada hari Senin tanggal 28 Januari 2019. Dalam Rangkaian kegiatan tersebut DJPb menerima penghargaan sebagai unit eselon I Lingkup Kemenkeu dengan peringkat terbaik dalam penilaian pengelolaan kinerja tahun 2018. Prestasi tersebut diberikan kepada DJPb karena telah berhasil memperoleh nilai tertinggi dalam Reviu Pengelolaan Kinerja (RPK) serta memperoleh skor tertinggi dalam Survei Strategy Focused Organization (SFO) tahun 2018.

Page 262: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan247

p. Penerbitan Hak Cipta Aplikasi SPAN, SAKTI, MPN, dan SAKTI

Pada tahun 2019, dalam rangka perlindungan atas hak cipta dan kekayaan intelektual di bidang pengembangan teknologi informasi berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (SITP) DJPb telah mendapatkan sertifikat Hak Cipta atas 3 (tiga) produk aplikasi utama (core system) DJPb, yaitu: (1) Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), (2) Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), dan (3) Modul Penerimaan Negara (MPN).

q. Akreditasi Sinta 2 Jurnal Indonesian Treasury Review

Akreditasi Sinta 2 diberikan kepada Direktorat Sistem Perbendaharaan DJPb atas Jurnal Indonesian Treasury Review (ITRev) pada tanggal 4 April 2019 berdasarkan Keputusan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendiditan Tinggi No. 10/E/KPT/2019. Jumlah jurnal yang terakreditasi nasional masih terbatas, yakni baru 2.921 dari 49.124 jurnal yang ada, sementara jurnal terakreditasi peringkat 2 (Sinta 2) hanya 692 jurnal di bidang Ekonomi baru 66 jurnal termasuk Jurnal ITRev.

RPK dilakukan untuk mengevaluasi implementasi pengelolaan kinerja yang mencakup 5 komponen, yaitu perencanaan strategi, eksekusi strategi, perencanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, serta perbaikan berkesinambungan. Penilaian RPK dilakukan oleh Setjen Kemenkeu kepada unit sampel lingkup Kantor Pusat dan Kantor Vertikal DJPb. Sementara itu, Survei SFO dilaksanakan untuk menguji komitmen pimpinan dan para pegawai dalam melakukan eksekusi strategi organisasi berbasis 5 prinsip SFO yang diadaptasi dari Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Skor survei SFO diperoleh melalui pengumpulan data survei yang berasal dari seluruh pegawai secara online. Rangkaian kegiatan tersebut dihadiri oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati; Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo; seluruh pejabat eselon I lingkup Kemenkeu; sekretaris Ditjen/Badan/Itjen; seluruh kepala Biro Lingkup Setjen Kemenkeu; serta para Manajer Kinerja Organisasi dan Manajer Risiko lingkup Kemenkeu.

Penetapan hak cipta tersebut disahkan dengan Surat Pencatatan Ciptaan yang diterbitkan oleh Ditjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM. Pengakuan atas Hak Cipta Aplikasi/Program tersebut merupakan sebuah langkah maju yang akan bermanfaat bagi Kemenkeu, khususnya DJPb, dalam mendorong munculnya inovasi-inovasi lainnya yang mendukung kinerja.

Page 263: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 248

r. Penyusunan Buku Kronologi Penyusunan RUU Keuangan Negara dan RUU Perbendaharaan Negara

Buku Kronologi Penyusunan RUU Keuangan Negara dan RUU Perbendaharaan Negara disusun sebagai bahan pustaka yang diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang memerlukan, dengan pertimbangan agar para pemerhati hukum dan pemerhati Keuangan Negara, pada khususnya, dapat mengerti/memahami hal-hal yang melatarbelakangi aturan-aturan yang tercantum dan jiwa yang terkandung di dalam pasal-pasalnya.

Konten buku ini disusun berdasarkan dokumen-dokumen yang digunakan dalam penyusunan termasuk di dalamnya risalah pembahasan, dokumen

s. Kerja Sama dengan Net.TV dan TVRI sebagai Media Edukasi Publik

1. Program dokumenter “Lentera Indonesia” kisah inspiratif insan perbendaharaan di pelosok negeri

daftar inventarisasi masalah, draft RUU, naskah akademik, materi paparan, dan berbagai dokumen pendukung lainnya yang menjadi bagian dalam penyusunan Undang-Undang Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara. Buku ini terdiri dalam 3 jilid Buku Kronologi Penyusunan RUU Keuangan Negara dan 3 Jilid Buku Kronologi Penyusunan RUU Perbendaharaan Negara yang disusun berdasarkan kronologi waktu. Saat ini, buku ini menjadi sebagai salah satu koleksi Masterpiece di Museum Perbendaharaan Bandung.

DJPb melakukan kegiatan edukasi publik bekerja sama dengan televisi swasta nasional, yaitu NET.TV melalui program dokumenter “Lentera Indonesia”., yang mengangkat berbagai kisah inspiratif insan perbendaharaan dalam melaksanakan tugas pelayanan perbendaharaan di berbagai pelosok negeri. Terdapat 4 (empat) episode yang ditayangkan dengan durasi 30 menit ini per episode, meliputi: (a) Layanan Sertifikasi Bendahara KPPN Banda Aceh, (b) Pengelolaan Dana BLU untuk Layanan pada RSJ

2. Program Informasi dan edukasi Tematik Mengawal APBN Membangun Negeri dalam acara Angkringan TVRI Stasiun Yogyakarta

DJPb juga melaksanakan program informasi dan edukasi publik yang bekerja sama dengan TVRI Stasiun Yogyakarta dalam acara “Angkringan”, dengan mengangkat materi tentang Program Pembiayaan UMi. Program Pembiayaan UMi strategis untuk diangkat dan diinformasikan ke masyarakat umum melalui media televisi, karena merupakan program prioritas nasional yang berdampak langsung dan bermanfaat secara nyata bagi masyarakat, di mana selama ini DJPb turut berperan besar dalam mengawal pelaksanaannya.

Magelang, (c) Layanan Filial KPPN Wakatobi, dan (d) Layanan Monev Penyaluran Dana Desa, KPPN Bau Bau.

Page 264: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan249

t. Nilai Tertinggi Tingkat Kematangan Penilaian Manajemen Risiko (TKPMR) 2019

Tingkat Kematangan Penilaian Manajemen Risiko (TKPMR) merupakan penilaian Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenkeu terhadap penerapan manajemen risiko di seluruh eselon I Kemenkeu. Penilaian TKPMR mulai dilakukan pada tahun 2019 untuk menilai penerapan manajemen risiko di seluruh eselon I mengacu kepada PMK No. 171/PMK.05/2016 dan KMK No. 845/KMK.01/2016. Selain penilaian TKPMR oleh Itjen Kemenkeu, penilaian penerapan manajemen risiko juga dilakukan oleh pihak ketiga. Pada tahun 2019 DJPb mendapatkan nilai TKPMR (Risk Mature Level) sebesar 97,36% oleh Risk Workshop International (RWI) yang merupakan nilai tertinggi lingkup Kemenkeu 2019.

u. Penyelenggaraan Townhall Meeting

Untuk pertama kalinya, pada tanggal 8 Februari 2019, DJPb menyelenggarakan Town Hall Meeting yang mengangkat tema “Tingkatkan Sinergi untuk Kemakmuran Negeri: APBN 2019 dan Implementasinya”. Kegiatan ini diselenggarakan guna menciptakan pemahaman menyeluruh mengenai APBN yang perlu dimiliki oleh para pejabat maupun pegawai DJPb, yang dengan peranannya masing-masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budget cycle, yaitu proses dari perencanaan sampai pelaporan APBN.

v. Bincang Santai “TicTalk (Transformation Corner Talk)”

Pada tahun 2019, DJPb melaksanakan program informasi dan edukasi publik melalui acara “TiCTalk” atau Transformation Corner Talk, dalam rangka menginformasikan program strategis seputar transformasi kelembagaan, kebijakan perbendaharaan, atau pun layanan perbendaharaan yang perlu diketahui oleh pegawai DJPb dan stakeholder-nya guna memperoleh dukungan dan awareness seluruh pihak terkait.

Townhall Meeting sendiri memberikan suasana baru dalam meeting yang lebih informal dibandingkan rapat pada umumnya dan diselenggarakan secara rutin dalam berbagai kesempatan sepanjang tahun. Dalam pelaksanaannya Townhall Meeting turut mengundang pihak-pihak baik internal maupun eksternal DJPb sesuai dengan tema yang ditentukan.

TiCTalk dilaksanakan dengan memanfaatkan Pojok Transformasi Kelembagaan/TK Corner dengan acara bincang santai, mendatangkan narasumber yang berkompeten dan audience yang terbuka secara umum untuk pegawai DJPb, Satker K/L, dan perwakilan mahasiswa PKN STAN. Acara TiCTalk juga ditayangkan secara live melalui media sosial Instagram dan di-upload di Youtube Project Management Office (PMO) DJPb dengan maksud agar informasi yang disampaikan bisa luas dilihat.

Page 265: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 250

w. Penyelenggaranan Simulasi Evakuasi Gempa Bumi dalam Hari Kesiapsiagaan Bencana

Jajaran pegawai Kantor Pusat DJPb mengikuti simulasi evakuasi bencana gempa bumi dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) di area Kantor Pusat DJPb, Jakarta, hari Jumat tanggal 26 April 2019. Simulasi tersebut merupakan bentuk implementasi dari himbauan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melaksanakan latihan evakuasi bencana secara serentak.

Melalui simulasi yang dilakukan serentak dengan lokasi pelaksanaan digabung antara DJPb dengan DJKN ini, diharapkan seluruh pegawai menjadi lebih waspada dalam menghadapi bencana. Simulasi dilakukan sesuai dengan prosedur ketika terjadi gempa bumi, di mana pembunyian

sirene peringatan dilakukan sebanyak dua kali. Pada pembunyian pertama, pegawai diarahkan untuk berlindung di balik tempat yang kokoh. Sementara itu, pada pembunyian kedua, pegawai diarahkan oleh Floor Captain untuk menuju ke titik kumpul melalui jalur evakuasi yang telah ditentukan.

x. Keikutsertaan pada IPFE

Untuk membangun komunikasi antar-stakeholder pengadaan serta mengenalkan usaha nasional dan produk dalam negeri kepada para pemegang keputusan pada instansi pemerintah atau pun BUMN/BUMD, Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia (IAPI) menyelenggarakan kegiatan Indonesia Procurement Forum dan Expo (IPFE) di Jogja Expo Center (JEC) pada tanggal 19 s.d. 21 Maret 2019. IPFE yang telah diselenggarakan kelima kalinya ini mengusung tema Optimizing Procurement in The Digital Economy Era. Seminar yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut tersebut membahas pengadaan dengan pembicara baik dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Ikatan Ahli Pengadaan indonesia (IAPI) maupun dari pakar, akademi serta praktisi berpengalaman.

Selain menyelenggarakan seminar yang membahas mengenai pengadaan barang dan jasa, dalam IPFE ini juga dihadirkan pameran produk barang dan jasa dengan total 60 stand produk barang dan jasa penyedia e-katalog LKPP. Bersinergi dengan beberapa unit eselon I di lingkungan Kemenkeu, DJPb ikut berpartisipasi dengan menjadi bagian dari booth Kemenkeu. Ada 3 Kementerian yang mengisi booth, yaitu Kemenkeu, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian PUPR, yang menampilkan inovasi-inovasinya. Berbagai informasi tentang pengelolaan keuangan negara khususnya pada belanja barang/jasa secara detail dapat diperoleh pada booth DJPb. Kelengkapan dan kesiapan booth DJPb telah ditinjau langsung oleh Sekretaris DJPb, R.M. Wiwieng Handayaningsih.

Page 266: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan251

y. Refleksi Hari Bakti DJPb 2019

Dalam kegiatan Refleksi Hari Bakti, Rabu tanggal 23 Januari 2019 yang dihadiri oleh Menteri Keuangan, para pejabat Eselon I Kemenkeu, para pejabat eselon II DJPb, sejumlah pejabat eselon III DJPb serta tamu undangan (stakeholders) antara lain perwakilan dari perbankan dan satuan kerja BLU ini, Menteri Keuangan menegaskan perlunya senantiasa beradaptasi di tengah dunia yang terus berubah. Oleh karena itu, Menteri Keuangan mengapresiasi tema sinergi yang diangkat oleh DJPb tahun 2019 karena sesuai dengan urgensi mewujudkan akselerasi pembangunan. APBN merupakan instrumen yang sangat penting dalam pembangunan, sehingga penting untuk terus meningkatkan sinergi, baik internal maupun eksternal.

Dirjen Perbendaharaan (waktu itu), Marwanto Harjowiryono, pada kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa tema Tingkatkan Sinergi untuk Kemakmuran Negeri diambil sesuai dengan arahan Menteri Keuangan di mana DJPb harus mampu mewakili Kemenkeu bukan hanya dalam disbursement dana, tetapi juga dalam sinergi dengan stakeholders yang ada di daerah. Selain itu, Menteri Keuangan juga telah memberikan arahan untuk memahami tugas pokok dan fungsi sebagai satu tugas dan fungsi Kemenkeu secara holistik.

Sejumlah sinergi yang telah dilakukan oleh DJPb di antaranya adalah co-location atau pelayanan bersama, pengelolaan penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa, survei standar biaya masukan, monitoring dan evaluasi penerimaan negara, serta Forum Ekonom Kementerian Keuangan (FEKK). Adapun pada tahun 2019, DJPb melakukan sejumlah sinergi di antaranya dalam mengawal implementasi penuh SAKTI, peningkatan tata kelola BLU, serta mewujudkan DJPb sebagai data center pelaksanaan APBN.

Perbendaharaan Sehat dan Perbendaharaan Berbagi menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Hari Bakti Perbendaharaan 2019 di Kantor Pusat DJPb Jakarta, Selasa tanggal 22 Januari 2019. Dalam kegiatan tersebut Dirjen Perbendaharaan (waktu itu), Marwanto Harjowiryono, hadir beserta jajaran pejabat eselon II DJPb, berpesan kepada seluruh pegawai DJPb, supaya momen Hari Bakti Perbendaharaan dapat meningkatkan sinergi dan kebersamaan antar pegawai untuk menghadapi tantangan ke depan.

Page 267: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 252

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 268: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan253

I N I S I A T I F P E N I N G K A T A NK I N E R J A D J P b

Tindak Lanjut atas Evaluasi AKIPRevitalisasi Manajemen Kinerja DJPb

AB

Page 269: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 254

I N I S I A T I F P E N I N G K A T A NK I N E R J A D J P b

Tindak Lanjut atas Evaluasi AKIPRevitalisasi Manajemen Kinerja DJPb

AB

Page 270: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan255

I N I S I A T I F

P E N I N G K A T A N K I N E R J A

D I R E K T O R A T J E N D E R A L

P E R B E N D A H A R A A N

A. Tindak Lanjut atas Evaluasi AKIP

Implementasi SAKIP DJPb pada tahun-tahun sebelumnya telah dievaluasi setiap tahunnya oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi Implementasi SAKIP. Di dalam laporan tersebut terdapat beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti DJPb dalam rangka melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas dalam implementasi SAKIP di Lingkungan DJPb. Beberapa rekomendasi Itjen atas implementasi SAKIP DJPb tahun 2015 dan tindak lanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menyeleraskan kembali indikator kinerja beserta target yang termuat dalam program Renstra dengan RKTPenyusunan Indikator Kinerja dan penentuan besaran target yang tercantum pada Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 dan Kontrak Kinerja Kemenkeu-One-Two DJPb tahun 2016, telah mengacu pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019, Renja DJPb Tahun 2016, dan usulan perubahan target renstra sebagaimana Nota Dinas Setditen Perbendaharaan Nomor ND-5536/PB.1/2015 hal Himbauan Kembali terkait Refinement Kontrak Kinerja Kemenkeu-One s.d. Five Lingkup DItjen Perbendaharaan Tahun 2016 dan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016. Bersesuaian dengan hal tersebut, selanjutnya telah disusun RKT dan Kontrak Kinerja Kemenkeu-One-Two DJPb setiap tahunnya dengan mengacu pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan Renja DJPb tahun bersangkutan.

2. Melakukan kegiatan reviu terhadap Renstra setelah satu tahun sejak ditetapkanTelah dilaksanakan reviu terhadap Renstra 2015-2019 untuk tahun pertama periode Renstra tersebut, yaitu tahun 2015 melalui Rapat Pembahasan dan Evaluasi Rencana Strategis DJPb Tahun 2015-2019 pada tanggal 27 s.d. 28 April 2016 (UND-1650/PB.1/2016) dengan hasil rapat dituangkan dalam Laporan Evaluasi Tahun Pertama Renstra DJPb Tahun 2015-2019. Reviu tahun kedua atas Renstra DJPb Tahun 2015-2019 telah disusun dan disampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan melalui Surat Sekretaris DJPb No. S-3169/PB.1/2017 tanggal 30 Maret 2017 hal Penyampaian Laporan Reviu Tahun Kedua Renstra Ditjen Perbendaharaan. Sementara, Reviu tahun ketiga telah disampaikan melalui Surat Sekretaris DJPb No. S-3255/PB.1/2018 pada tanggal 11 April 2018 dan tahun keempat telah disampaikan melalui Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-1224/PB.1/2019 pada tanggal 11 April 2019.

Page 271: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 256

3. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi Capaian Kinerja Kemenkeu-One secara berkala, minimal setiap bulan sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi tantangan/hambatan pencapaian kinerjaKegitan monitoring dan evaluasi capaian IKU Kemenkeu-One telah dilaksanakan secara berkala, baik dalam kegiatan performance dialogue maupun weekly meeting yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan peserta seluruh eselon II lingkup Kantor Pusat DJPb, Kepala Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, Direktur Keuangan, umum, dan Kepatuhan inernal BPDPKS, para Kepala Bagian lingkup Setditjen Perbendaharaan, dan Sub Manajer Kinerja Organisasi unit eselon II Kantor Pusat DJPb dan Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta. Hal tesebut sebagai amanat Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

4. Melakukan reviu terhadap IKU yang dilakukan secara triwulananReviu terhadap IKU telah dilaksanakan secara periodik bersamaan dengan performance dialogue pencapaian IKU. Hasil dari reviu terhadap IKU adalah adanya refinement dalam penyusunan Kontrak Kinerja pada tahun berikutnya, maupun adendum Kontrak Kinerja pada tahun berjalan. Hal tesebut sebagai amanat Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

5. Melakukan pengukuran tidak hanya IKU, tetapi juga indikator non-IKU (inisiatif strategis)Pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One maupun Kemenkeu-Two s.d. Three pemilik peta strategi Tahun 2016 DJPb telah dicantumkan Inisiatif Strategis (IS) yang pelaksanaannya dipantau dan dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada unit di atasnya. Contohnya, pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2016 telah tercantum 2 (dua) Inisatif Strategis, yaitu: (1) Penyajian data capaian output Kementerian Negara/Lembaga; (2) Pemenuhan standar downtime TIK. Hal tesebut sebagai amanat Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan. Selain itu, laporan progres pelaksanaan IS telah diwajibkan pada surat Direktur Jenderal Perbendaharaan terkait permintaan capaian IKU triwulanan, sebagai contoh:a. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-5155/PwB/2016 tanggal 22 Juni 2016 hal

Permintaan Data Capaian IKU Kemenkeu-Two-Three Triwulan II 2016;b. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-2733/PB/2016 tanggal 31 Maret 2016 hal

Permintaan Data Capaian IKU Kemenkeu-Two-Three Triwulan I 2016.

6. Menyajikan kemajuan pencapaian target program dalam Renstra DJPb hingga tahun berjalan yang didukung dengan data pembanding pada tahun sebelumnyaData kemajuan pencapaian target program tahun berjalan disiapkan sebagai pembanding capaian target program tahun berikutnya. Capaian indikator kinerja yang tercantum dalam Renstra maupun Renja secara periodik telah disampaikan kepada Bappenas secara berjenjang. Perbandingan sebagaimana dimaksud secara khusus juga telah dicantumkan dalam Reviu tahunan atas Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan koneksitasnya dengan IKU sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja tahun berjalan telah dijelaskan dalam LAKIN DJPb.

7. Menyajikan informasi keuangan sasaran strategisDalam Laporan Capaian Kinerja, khususnya penjelasan capaian indikator “kualitas pelaksanaan anggaran” telah tercantum informasi alokasi dan realisasi anggaran untuk setiap program/kegiatan DJPb yang akan mendukung sasaran strategis, yang didukung oleh Bagian Keuangan Setditjen Perbendaharaan. Selain itu, LAKIN DJPb juga telah menyajikan informasi realisasi anggaran atas alokasi yang telah disediakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis untuk setiap program/kegiatan, jenis belanja, dan efisiensi yang telah dilakukan pada tahun berjalan, serta data Form II RKA-K/L - Informasi Kinerja dan Anggaran Tingkat Eselon I.

Page 272: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan257

8. Melaksanakan action plan yang telah ditetapkan terkait dengan pencapaian sasaran strategis, terutama untuk yang belum tercapaiRencana aksi (action plan) dalam rangka pencapaian sasaran strategis, sebagaimana tercantum dalam setiap indikator kinerja, dilakukan monitoring dan dilaporkan pelaksanaannya secara periodik (triwulanan) bersamaan dengan monitoring dan evaluasi capaian kinerja. Pelaksanaan action plan pencapaian sasaran strategis tersebut diakomodir melalui laporan capaian kinerja dengan format IIAA (Isu utama, Implikasi, Akar masalah, dan Action Plan), sebagaimana tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

9. Melakukan evaluasi atas IKU yang tidak tercapai secara berulang dari tahun ke tahunDalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One s.d Two setiap tahunnya, DJPb telah melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja yang tidak tercapai/perlu ditingkatkan capaiannya dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu bentuk evaluasi dimaksud adalah dengan melakukan rasionalisasi target menyesuaikan dengan resource dan kewenangan yang dimiliki oleh DJPb. Contohnya, pada tahun 2016 DJPb telah menyesuaikan IKU “Indeks jumlah LK-KL dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik”, sebagaimana Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016.

Berdasarkan saran yang telah ditindaklanjuti tesebut, sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi atas Implementasi SAKIP DJPb Tahun 2016, Itjen Kementerian Keuangan menyampaikan sebagai berikut:1. DJPb telah melaksanakan reviu terhadap Renstra 2015-2019 untuk tahun pertama periode Renstra

tersebut, yaitu tahun 2015 melalui Rapat Pembahasan dan Evaluasi Rencana Strategis Ditjen Perbendaharaan 2015-2019 pada tanggal 27-28 April 2016;

2. DJPb telah melakukan monitoring dan evaluasi capaian IKU Kemenkeu-One secara berkala, dalam kegiatan performance dialogue maupun weekly meeting yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, dengan peserta seluruh Eselon II lingkup Kantor Pusat DJPb, Kepala Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, Direktur Keuangan, Bagian Umum, dan Bagian Kepatuhan Internal, BPDPKS, para Kepala Bagian lingkup Sekretariat DJPb dan Submanajer Kinerja Organisasi unit eselon II Kantor Pusat DJPb dan Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta;

3. Melakukan reviu terhadap IKU secara periodik bersamaan dengan performance dialogue pencapaian IKU. Hasil dari reviu terhadap IKU adalah adanya refinement dalam penyusunan Kontrak Kinerja pada tahun berikutnya, maupun adendum Kontrak Kinerja pada tahun berjalan;

4. Dalam Laporan Capaian Kinerja, khususnya penjelasan capaian indikator “kualitas pelaksanaan anggaran” telah tercantum informasi alokasi dan realsiasi anggaran untuk masing-masing program/kegiatan DJPb yang akan mendukung sasaran strategis, yang didukung oleh Bagian Keuangan Sekretariat DJPb;

5. Rencana Aksi (action plan) dalam rangka pencapaian sasaran strategis, sebagaimana tercantum dalam setiap indikator kinerja, di-monitoring dan dilaporkan pelaksanaannya secara periodik (triwulanan) bersamaan dengan monitoring dan evaluasi capaian kinerja;

6. Pelaksanaan action plan pencapaian sasaran strategis tersebut diakomodir melalui Laporan Capaian Kinerja dengan format IIAA (Isu utama, Implikasi, Akar masalah, dan Action plan) sebagaimana tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

Berdasarkan hasil evaluasi atas implementasi SAKIP DJPb Tahun 2016, Itjen Kementerian Keuangan memberikan saran dalam perbaikan pelaporan kinerja DJPb berupa perbandingan data kinerja dengan standar nasional maupun organisasi/instansi sejenis yang setara/sekelas pada Laporan Kinerja tahun berikutnya. Atas saran tersebut, telah disajikan perbandingan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan capaian setiap IKU berupa:

Page 273: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 258

1. Perbandingan realisasi setiap IKU dengan target yang telah ditetapkan pada RPJMN Tahun 2015-2019 yang menjadi domain kinerja DJPb. Dalam hal ini, realisasi IKU dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 dibandingkan dengan target tahunan yang ditetapkan pada RPJMN dimaksud;

2. Perbandingan realisasi setiap IKU yang dicapai DJPb dengan unit eselon I lingkup Kementerian Keuangan lainnya. Dalam hal ini, tidak setiap IKU sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb terdapat juga pada Kontrak Kinerja-One eselon I lingkup Kementerian Keuangan lainnya. Selain, itu tidak seluruhnya realisasi IKU eselon I lain tersebut dapat diperoleh mengingat perhitungan untuk beberapa IKU tertentu dilakukan setelah tahun berjalan, sementara LAKIN DJPb tahun berjalan harus segera disusun dan disampaikan kepada Menteri Keuangan pada awal Februari tahun berikutnya. Namun demikian, berdasarkan koordinasi dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, tidak setiap IKU di setiap eselon I tersebut apple-to-apple untuk dibandingkan.

Berdasarkan hasil evaluasi atas implementasi SAKIP DJPb Tahun 2017, Itjen Kemenkeu memberikan saran dalam perbaikan pengukuran kinerja DJPb yaitu DJPb perlu melakukan koordinasi dengan Biro Perencanaan dan Keuangan terkait perlunya pemanfaatan teknologi yang dapat mengakomodasi konsolidasi capaian kinerja organisasi. Atas saran tersebut, telah dilakukan tindak lanjut berupa penyampaian Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-8319/PB.1/2018 kepada Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kemenkeu yang memuat masukan teknis terkait penggunaan Aplikasi e-performance sebagai berikut:

Tabel 4a.1. Masukan Teknis terkait Penggunaan Aplikasi e-Performance

No Tema Permasalahan Usulan Masukan

1 Monitoring Kontrak Kinerja

Pada user pengelola kinerja, belum terdapat menu yang dapat dipergunakan untuk melakukan reviu dan validasi atas input Kontrak Kinerja, Manual IKU, dan Capaian IKU oleh masing-masing pegawai.

Agar pada user pengelola kinerja ditambahkan menu untuk memonitoring dan mereviu atas input Kontrak Kinerja, Manual IKU, dan Capaian IKU para pegawai di masing-masing unit.

2 Penilaian Perilaku

Terdapat pegawai yang dikenakan penalti terkait penilaian perilaku. Namun, mekanisme pengajuan keberatan atas penalti tersebut pada aplikasi e-performance belum diakomodir.

Agar disusun pedoman pengajuan pinalti penilaian perilaku, termasuk pada aplikasi e-performance.

3 Penghitungan NKP K3

Terdapat pengisian manual IKU oleh pegawai pada aplikasi e-performance yang kurang tepat sehingga berpengaruh terhadap penilaian CKP K3 yang dilakukan oleh pengelola kinerja.

Pada user pengelolaan kinerja masing-masing unit, diberikan kewenangan untuk mengakses kertas kerja K3 pada aplikasi e-performance secara penuh, termasuk menyesuaikan data kinerja yang tidak tepat diisi oleh pegawai.

4 Tugas Tambahan dan Nilai Kreativitas

Pada user atasan langsung maupun pengelo-la kinerja, belumt terdapat notifikasi jika ter-dapat pegawai yang melakukan input Tugas Tambahan dan/atau Nilai Kreativitas.

Agar pada user atasan langsung dan pengelola kinerja ditambahkan notifikasi jika terdapat pegawai yang melakukan input Tugas Tambahan dan/atau Nilai Kreativitas. Termasuk ditambahkan menu untuk upload dokumen pendukungnya. Hal tersebut dimaksudkan sebagai alat monitoring dan memastikan tindak lanjut atas usulan Tugas Tambahan dan Nilai Kreativitas dari para pegawai.

5 Internalisasi Aplikasi e-per-formance

Masih kurangnya alokasi waktu untuk inter-nalisasi Aplikasi e-performance

Perlunya penambahan waktu untuk materi Aplikasi e-performance dalam kegiatan kapasitas pengelola kinerja.

Page 274: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan259

Berdasarkan hasil evaluasi atas implementasi SAKIP DJPb Tahun 2018, Itjen Kemenkeu memberikan saran dalam perbaikan perencanaan, pengukuran, dan pencapaian kinerja DJPb tahun 2018 dengan penjelasan dan tindak lanjut sebagaimana Tabel 4a.2.

Tabel 4a.2. Tindak Lanjut Permasalahan Implementasi SAKIP DJPb Tahun 2019

No Komponen Permasalahan Tindak Lanjut

1 Perencanaan Kinerja

• Beberapa target IKU belum selaras dengan Renstra dan kriteria SMART-C

• Terdapat target kinerja Renstra yang belum tertuang dalam Perjanjian Kinerja

• Perjanjian Kinerja eselon I telah dimanfaatkan untuk penyusunan Perjanjian Kinerja, tetapi hanya sampai dengan level Eselon III

Penentuan target IKU telah mempertimbangkan struktur organisasi DJPb dalam menjalankan tugas dan fungsi yang mengikuti perkembangan proses bisnis, sehingga dalam penentuan target IKU ditetapkan dengan satuan pengukuran yang lebih sesuai dengan kondisi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut. Dalam meningkatkan objektivitas pencapaian target, DJPb perlu menentukan bagaimana cara mengukur kinerja untuk memenuhi target tersebut, sehingga disepakati menggunakan skala atau persentase. Hal tersebut dilaksanakan sudah sejalan dengan proses refinement dan arahan Biro Cankeu Setjen Kemenkeu.

Sasaran strategis merupakan langkah yang harus dipenuhi untuk mencapai IKU utama. DJPb dalam menjalankan tugas dan fungsi selalu mengikuti perkembangan proses bisnis yang ada. Proses bisnis ini berkembang sejalan dengan prioritas nasional sebagaimana tertuang dalam rencana kerja. Hal tersebut juga sesuai dengan arahan pimpinan. Memperhatikan hal tersebut, perlu ditentukan IKU yang menjadi prioritas untuk dituangkan dalam perjanjian kinerja.

Penentuan target IKU cascading dalam pencapaian Nilai Kinerja Organisasi, DJPb memperhatikan beberapa hal, antara lain:a. IKU bagi pegawai bukan pemilik peta merupakan

tolok ukur keberhasilan dalam mencapai SS pemilik peta yang sesuai dengan Tusinya,

b. Meskipun tidak terkait dengan SS, akan tetapi tetap mendukung tugas jabatan pimpinan atau penugasan pokok lainnya,

c. Penentuan IKU dan target unit/pegawai disesuaikan dengan ruang lingkup tanggung jawab pegawai, tetapi jumlah IKU yang ada pada unit non pemilik peta adalah maksimal 10 IKU.

d. Dengan demikian, IKU pada eselon 4 dan pelaksana lebih mengukur pada tingkat activity sebagaimana Tusinya dengan tetap mendukung Tusi organisasi.

Page 275: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 260

No Komponen Permasalahan Tindak Lanjut

2 Pengukuran Kinerja

• Beberapa IKU yang ditetapkan belum sepenuhnya memenuhi kriteria achievable dan continuously improved meskipun telah cukup untuk mengukur kinerja.

• Untuk pengukuran kinerja dengan teknologi informasi belum dilakukan pengembangan aplikasi

(Poin pertama permasalahan sebagaimana penjelasan sebelumnya)

Telah dilakukan pengembangan aplikasi manajemen kinerja organisasi DJPb. Pada tahun 2019, dalam rangka pengembangan aplikasi manajemen kinerja Organisasi DJPb dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Inisiasi pembangunan aplikasi manajemen kinerja organisasi di lingkungan DJPb dalam rangka meningkatkan kualitas dan akuntabilitas pengelolaan kinerja DJPb sebagaimana Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-2966/PB.1/2019 hal Pengembangan Aplikasi Manajemen Kinerja Organisasi DJPb;

2. Permintaan pembangunan sistem/aplikasi manajemen kinerja DJPb yang terintegrasi kepada Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (SITP) melalui Nota Dinas Sekretaris DJPb kepada Direktur SITP Nomor ND-3152/PB.1/2019 tanggal 4 Oktober 2019 yang memuat User Requirements (UR);

3. Sesuai undangan Sekretaris DJPb Nomor UND-376/PB.1/2019 tanggal 12 November 2019 dilakukan pembahasan progres pembangunan aplikasi yang di antaranya membahas progres pembangunan aplikasi, inisiasi penggabungan fitur upload dokumen kinerja pada aplikasi training DJPb dan aplikasi manajemen kinerja organisasi, langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk mengawal implementasi aplikasi dimaksud;

4. Finalisasi pengembangan sistem jaringan dan pengujian internal aplikasi yang dilakukan pada level Pemilik Peta Strategi di KPPN Bogor pada tanggal 4 s.d. 6 Desember 2019 sebagaimana Nota Dinas Sekretaris DJPb Nomor ND-2242/PB.11/2019 tanggal 28 November 2019 dan Surat Tugas Direktur Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan Nomor ST-1290/PB.8/2019 tanggal 2 Desember 2019 untuk pelaksanaan tugas dimaksud;

5. Aplikasi manajemen kinerja DJPb telah disusun dan saat ini dalam tahap User Acceptance Test (UAT) dengan rencana launching pada Triwulan I tahun 2020.

3 Pencapaian Kinerja

Penurunan NKO DJPb Tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya dan pemenuhan kinerja lainnya belum optimal

Berbagai upaya optimal telah dilakukan DJPb dalam rangka memenuhi target sasaran kinerja, baik yang dikontrak-kinerjakan maupun kinerja lainnya. Penjagaan integritas pegawai DJPb selalu dijaga dalam keseharian kerja dan pelaksanaan pelayanan kepada stakeholders masing-masing, termasuk di antaranya menjaga kode etik dan netralitas pegawai.

Page 276: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan261

Sebagaimana amanat Menteri Keuangan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan perlu mendorong peningkatan implementasi pengelolaan kinerja secara berkelanjutan. Sebagai salah satu langkah untuk mendorong komitmen pimpinan unit dan seluruh pegawai terhadap peningkatan kualitas pengelolaan kinerja, serta bentuk apresiasi atas kontribusi peningkatan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb, Kantor Pusat DJPb melaksanakan penilaian terhadap implementasi pengelolaan kinerja di setiap unit kerja di lingkungan DJPb.

Penilaian implementasi pengelolaan kinerja tersebut difokuskan terhadap hasil capaian kinerja yang telah direalisasikan, serta pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja berlandaskan Strategy Focused Organization (SFO). Penilaian tersebut dilaksanakan terhadap 2 (dua) parameter sebagai berikut:

1. Nilai kuantitatif pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja (bobot 60%), dengan rincian sebagai berikut:a. Kantor Pusat dan Kanwil DJPb

Nilai kuantitatif pemenuhan unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja diperoleh dari:(1) Pemenuhan pelaksanaan prinsip SFO (bobot 70%), yang terdiri atas pemenuhan prinsip I (30%),

prinsip II (10%), prinsip III (10%), prinsip IV (25%), dan prinsip V (25%);(2) Pemenuhan dokumen pendukung (bobot 10%);(3) Tingkat partisipasi (bobot 10%);(4) Kualitas laporan capaian IKU (bobot 5%);(5) ualitas laporan Langkah-langkah Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja (bobot 5%).

b. KPPNNilai kuantitatif pemenuhan unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja diperoleh dari:(1) Pemenuhan pelaksanaan prinsip SFO (bobot 70%) yang terdiri atas pemenuhan prinsip I (30%),

prinsip II (10%), prinsip III (10%), prinsip IV (25%), dan prinsip V (25%);(2) Pemenuhan dokumen pendukung (bobot 10%);(3) ingkat partisipasi (bobot 10%);(4) Kualitas laporan Langkah-langkah Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja (bobot 10%).

2. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) unit tahun tersebut (bobot 40%):Kategori ini dimaksudkan untuk menilai strategi pengelolaan kinerja yang telah dijalankan oleh setiap unit di lingkungan DJPb dalam rangka mencapai target IKU yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja. Kualitas strategi pencapaian IKU tersebut tercermin dari NKO yang dicapai oleh setiap unit pada suatu tahun. Semakin tinggi NKO, dapat diindikasikan bahwa upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh setiap unit dalam rangka mencapai target IKU juga semakin berkualitas. Kategori Nilai NKO mempunyai bobot 40% terhadap total keseluruhan penilaian pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb.

B. Revitalisasi Manajemen Kinerja DJPb

Page 277: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 262

Penilaian kuantitatif atas 17 (tujuh belas) action plan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja sebagaimana dimaksud di atas dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut:

1. Melaksanakan dan menghadiri rapat untuk membahas Peta Strategi, IKU, Inisiatif Strategis, Penetapan target dan Manual IKU-nyaUnsur ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di setiap unit, salah satunya dengan kehadiran kepala kantor dalam memimpin rapat Dialog Kinerja Organisasi (DKO) untuk membahas draft template Peta Strategi, IKU, Manual IKU, maupun perumusan Inisiatif Strategis yang memadai di setiap unit. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.b1. Kriteria Penilaian Unsur Pertama Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah dilaksanakan rapat pembahasan dan dihadiri oleh kepala kantor. Rapat tersebut telah

didukung dokumentasi secara memadai, yaitu nota dinas/undangan, daftar hadir, notulen, dan dokumentasi foto.

75 Telah dilaksanakan rapat pembahasan dan dihadiri oleh kepala kantor, tetapi rapat tersebut ti-dak didukung dokumentasi secara memadai.

50 Telah dilaksanakan rapat pembahasan, tetapi tidak dihadiri oleh kepala kantor. Rapat tersebut telah didukung dokumentasi secara memadai.

25 Telah dilaksanakan rapat pembahasan, tetapi tidak dihadiri oleh kepala kantor, serta tidak didukung dokumentasi secara memadai.

0 Rapat pembahasan tidak dilaksanakan.

2. Melaksanakan dan menghadiri DKO secara rutin untuk membahas isu-isu strategis organisasi dan mengevaluasi capaian IKU, proyeksi capaian, dan merumuskan langkah tindak lanjutnya.Action plan ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di setiap unit, salah satunya melalui kehadiran kepala kantor untuk memimpin DKO monitoring dan evaluasi capaian IKU secara periodik serta langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada periode mendatang untuk mengoptimalkan pencapaian target IKU. Sebagaimana Keputusan Menteri Keuangan Nomor 590/KMK.01/2016 tentang Pedoman Dialog Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, dokumen kelengkapan Dialog Kinerja Organisasi adalah sebagai berikut:

a. Kerangka Acuan Dialog Kinerja (KADK);b. efektivitas waktu Dialog Kinerja;c. Kuesioner umpan balik pelaksanaan Dialog Kinerja;d. Risalah Rapat (Notula) Dialog Kinerja;e. Matriks Tindak Lanjut Dialog Kinerja.

Tabel 4b.2. Kriteria Penilaian Unsur Kedua Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah dilaksanakan DKO secara rutin, minimal sebulan sekali dan selalu dihadiri oleh kepala

kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai, yaitu nota dinas/undangan, daftar hadir, dokumen kelengkapan DKO sebagaimana 590/KMK.01/2016, dan dokumentasi foto.

90 Telah dilaksanakan DKO secara rutin, minimal sebulan sekali, dan selalu dihadiri oleh kepala kantor, tetapi tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

80 Telah dilaksanakan DKO secara rutin minimal sebulan sekali, tetapi tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai.

Page 278: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan263

NILAI KRITERIA70 Telah dilaksanakan DKO secara rutin minimal sebulan sekali, tetapi tidak selalu dihadiri oleh

kepala kantor dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

60 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan, selalu dihadiri oleh kepala kantor, dan selalu didukung dokumentasi secara memadai.

50 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan dan selalu dihadiri oleh kepala kantor, tetapi tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

40 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan, tetapi tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai.

30 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan, tetapi tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

20 Telah dilaksanakan DKO, tetapi tidak secara rutin minimal Triwulanan. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai.

10 Telah dilaksanakan DKO, tetapi tidak secara rutin minimal triwulanan, dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

0 Tidak pernah dilaksanakan DKO.

3. Memberikan pemahaman terhadap strategi organisasiUnsur ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di setiap unit melalui keterlibatan langsung dalam menginternalisasi dan memberikan pemahaman Visi, Misi, Peta Strategi, dan IKU kepada seluruh pegawai dan stakeholders. Kegiatan pemberian pemahaman strategi organisasi dimaksud dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, yaitu GKM/Coffee Morning/Capacity Building/Sosialisasi, baik kepada pihak internal maupun eksternal. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.3. Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Pimpinan telah melaksanakan internalisasi/sosialisasi strategi organisasi kepada seluruh pega-

wai dan kepada stakeholders, dan dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, Notulensi, dan Foto Kegiatan.

75 Pimpinan telah melaksanakan internalisasi/sosialisasi strategi organisasi kepada stakeholders, tetapi tidak dilaksanakan kepada para pegawai. Dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, Notulensi, dan Foto Kegiatan.

50 Pimpinan telah melaksanakan internalisasi/sosialisasi strategi organisasi kepada kepada para pegawai, tetapi tidak dilaksanakan kepada para stakeholders. Dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, Notulensi, dan Foto Kegiatan.

0 Tidak pernah dilakukan internalisasi/sosialsasi strategi organisasi kepada seluruh pegawai maupun kepada stakeholders.

4. Menyusun dan mengusulkan IKU tambahanUnsur ini dinilai dalam rangka mendorong inisiasi target kinerja yang disusun oleh setiap unit sesuai dengan kondisi dan kebutuhan riil untuk mendukung Peta Strategi unit kerja. Usulan IKU tambahan tersebut meliputi IKU tambahan bagi Kemenkeu-Four dan Kemenkeu-Five yang selaras dengan Visi, Misi, dan karakteristik di setiap unit kerja. Usulan IKU tambahan tersebut dilakukan melalui proses pembahasan di internal unit kerja. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 279: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 264

Tabel 4b.4. Kriteria Penilaian Unsur Keempat Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah diusulkan IKU tambahan beserta Manual IKU-nya kepada Kantor Pusat

50 Telah diusulkan IKU tambahan kepada Kantor Pusat, tetapi tidak disertai Manual IKU

0 Tidak mengusulkan IKU tambahan

5. Penyusunan Inisiatif StrategisDalam rangka mendukung capaian target IKU yang telah ditetapkan, khususnya terhadap IKU yang pencapaiannya memerlukan extra effort, maka dalam Kontrak Kinerja Pemilik Peta Strategi perlu dicantumkan suatu Inisiatif Strategi. Inisiatif Strategi yang disusun harus memenuhi kriteria antara lain, merupakan terobosan yang berpengaruh signifikan terhadap pencapaian strategi organisasi, tidak sekedar rutinitas, memiliki output/outcome dan periode waktu penyelesaian yang spesifik. Action plan ini dinilai dengan mengukur kesesuaian penyusunan Inisiatif Strategis berdasarkan kriteria dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.5. Kriteria Penilaian Unsur Kelima Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika telah menyusun Inisiatif Strategis dan memenuhi kriteria penyusunan Inisiatif Strategis

75 Jika telah menyusun Inisiatif Strategis, tetapi hanya sebagian yang memenuhi kriteria penyusu-nan Inisiatif Strategis

50 Jika telah menyusun Inisiatif Strategis, tetapi Inisiatif Strategis yang disusun tidak memenuhi kriteria penyusunan Inisiatif Strategis

0 Tidak menyusun Inisiatif Strategis

6. Penyusunan Matriks CascadingAction Plan ini dinilai berdasarkan kepatuhan unit kerja dalam menyusun matriks cascading. Matriks cascading disusun sebagai alat monitoring untuk memastikan keselarasan IKU hasil cascading pada unit/pegawai di level yang lebih rendah dan alignment antar unit yang selevel. Selain itu, matriks cascading juga dapat digunakan sebagai alat monitoring untuk meminimalisir IKU yang bersifat tanggung renteng. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.6. Kriteria Penilaian Unsur Keenam Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika telah disusun matriks cascading secara lengkap untuk seluruh level

50 Jika matriks cascading disusun hanya pada level Kemenkeu-Two untuk Kanwil atau Kemen-keu-Three untuk KPPN

0 Jika belum disusun matriks cascading

7. Melakukan evaluasi terhadap pelayanan unit pendukung (Bagian Umum/Subbag Umum) melalui survei kepuasan pegawaiDalam rangka menyelaraskan strategi antara unit teknis dan unit pendukung, perlu dilakukan evaluasi pelayanan unit pendukung melalui survei kepuasan pegawai. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada Kepdirjen Perbendaharaan tentang Pedoman Pembinaan dan Supervisi KPPN. Action plan ini dinilai berdasarkan pelaksanaan survei terhadap seluruh pegawai di setiap unit. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 280: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan265

Tabel 4b.7. Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah dilaksanakan survei kepuasan pegawai, dan disertai bukti-bukti pendukung (rekapitulasi

hasil survei/penjelasan hasil survei/lembar pengisian survei).

50 Survei kepuasan pegawai dilaporkan telah dilaksanakan, namun tidak disertai bukti-bukti pen-dukung.

0 Tidak dilaksanakan.

8. Memberikan apresiasi terhadap pencapaian target IKUAction plan ini menilai inisiatif yang telah dilaksanakan oleh unit dalam memberikan apresiasi terhadap para pegawai dengan pencapaian IKU yang optimal. Bentuk apresiasi dapat berupa kebijakan baik yang bersifat financial maupun non-financial, yaitu:a. Usulan kenaikan grade berdasarkan Nilai Kinerja Pegawai;b. Pemilihan program “the best employee” yang salah satu kriterianya berdasarkan NKP/NPKP;c. Nota Dinas apresiasi kepada pejabat/pegawai yang mencapai target IKU atau melaksanakan Inisiatif

Strategis sesuai target;d. Prioritas usulan atau penugasan khusus berdasarkan capaian IKU pegawai, misalnya penugasan

sebagai narasumber atau prioritas usulan diklat, short course, dan beasiswa.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.8. Kriteria Penilaian Unsur Kedelapan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika berbagai bentuk apresiasi telah dilaksanakan.

75 Jika tiga dari empat bentuk apresiasi di atas telah dilaksanakan.

50 Jika dua dari empat bentuk apresiasi di atas telah dilaksanakan.

25 Jika satu dari empat bentuk apresiasi di atas telah dilaksanakan.

0 Tidak dilaksanakan.

9. Internalisasi Visi, Misi, Peta Strategi, IKU Unit dan pengelolaan kinerja kepada pegawai melalui berbagai mediaAction plan ini dinilai berdasarkan pelaksanaan internalisasi strategi organisasi dan pengelolaan kinerja kepada seluruh pegawai dalam berbagai media, yaitu:a. Banner, poster, atau pamflet Visi, Misi, Peta Strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman

pengelolaan kinerja dipasang di tempat strategis;b. Booklet atau leaflet Visi, Misi, Peta Strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan

kinerja dibagikan kepada seluruh pegawai;c. Materi Visi, Misi, Peta Strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan kinerja

ditayangkan pada website Kanwil DJPb/KPPN.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 281: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 266

Tabel 4b.9. Kriteria Penilaian Unsur Kesembilan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika visi, misi, peta strategi, IKU pemilik peta strategi, dan pedoman pengelolaan kinerja

diinternalisasikan kepada para pegawai melalui berbagai bentuk media di atas.

75 ika visi, misi, peta strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan kinerja diinternalisasikan hanya melalui 2 dari 3 media di atas.

50 Jika visi, misi, peta strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan kinerja diinternalisasikan hanya melalui salah satu media di atas.

0 Tidak dilaksanakan internalisasi.

10. Mensosialisasikan dan mengevaluasi pengelolaan kinerja kepada pegawaiPengelola Kinerja memiliki tugas dan wewenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan sosialisasi dan evaluasi pengelolaan kinerja berbasis BSc di lingkungan unit kerja masing-masing. Pelaksanaan sosialisasi merupakan proses tatap muka antara narasumber (pengelola kinerja) dan para pejabat/pegawai melalui forum GKM/Capacity Building/FGD/forum sejenis untuk membahas terkait pedoman atau kebijakan pengelolaaan kinerja organisasi/pegawai termasuk sosialisasi terkait aplikasi pengelolaan kinerja existing yang meliputi:a. Aplikasi e-Performance;b. Aplikasi Buku Saku Pengelolaan Kinerja berbasis Android;c. Aplikasi Fitur Penatausahaan Dokumen Pengelolaan Kinerja pada Aplikasi PBN-Open.

Sementara itu, untuk mengevaluasi kualitas pengelolaan kinerja di setiap unit, dilaksanakan dengan penyebaran kuesioner evaluasi peningkatan kualitas pengelolaan kinerja kepada seluruh pegawai secara berkala (triwulanan). Action plan ini dinilai berdasarkan:a. Pelaksanaan sosialisasi pengelolaan kinerja kepada pegawai yang dibuktikan dengan undangan,

daftar absensi, dan notulen;b. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan kinerja yang dibuktikan dengan hasil kuesioner survei evaluasi

peningkatan kualitas pengelolaan kinerja;c. Tingkat partisipasi pegawai Kanwil/KPPN dalam mengisi survei online evaluasi pengelola kinerja.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.10. Kriteria Penilaian Unsur Kesepuluh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika sosialisasi dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja

dilaksanakan lebih dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja ≥ 95%

90 Jika sosialisasi dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan lebih dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja 85% ≤ X < 95%

80 Jika sosialisasi dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan lebih dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja < 85%

70 Jika sosialisasi pengelolaan kinerja dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan dua kali dalam setahun

Page 282: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan267

NILAI KRITERIA60 Jika sosialisasi pengelolaan kinerja dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas

pengelolaan kinerja dilaksanakan kurang dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja ≥ 95%

50 Jika sosialisasi pengelolaan kinerja dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan kurang dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja < 95%

11. Ketepatan Waktu Penyampaian laporan capaian IKU dan laporan langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan kinerja Action Plan ini dinilai berdasarkan ketepatan waktu setiap unit kerja dalam menyampaikan laporan capaian IKU periode triwulan I, II, dan III tahun bersangkutan dan laporan langkah-langkah peningkatan pengelolaan kinerja periode Triwulan I, II, dan III tahun bersangkutan kepada Kantor Pusat DJPb, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Unit eselon II Kantor Pusat dan Kanwil DJPb dinilai berdasarkan penyampaian laporan capaian IKU dan laporan langkah-langkah peningkatan pengelolaan kinerja (enam laporan), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 4b.11. Kriteria Kantor Pusat dan Kanwil DJPb

dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika seluruh laporan (enam laporan) disampaikan secara tepat waktu

83 Jika lima dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

66 Jika empat dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

50 Jika tiga dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

33 Jika dua dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

16 Jika satu dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

0 Jika enam laporan disampaikan tidak tepat waktu

b. KPPN dinilai berdasarkan penyampaian laporan langkah-langkah peningkatan pengelolaan kinerja (tiga laporan), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 4b.12. Kriteria KPPN dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika seluruh (tiga) laporan disampaikan secara tepat waktu

66 Jika dua dari tiga laporan disampaikan secara tepat

33 Jika satu dari tiga laporan disampaikan secara tepat waktu

0 Jika seluruh (tiga) laporan disampaikan tidak tepat waktu

Page 283: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 268

12. Penyampaian laporan Piagam RisikoAction Plan ini dinilai berdasarkan compliance setiap unit kerja dalam menyampaikan laporan Piagam Risiko kepada Kantor Pusat DJPb. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.13. Kriteria Penilaian Unsur Kedua Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika piagam risiko telah disampaikan

0 Jika piagam risiko tidak disampaikan

13. Pembinaan kepada KPPN dalam Pengelolaan Kinerja (Khusus Kanwil)Action Plan ini dinilai berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengelola kinerja Kanwil DJPb terhadap pengelolaan kinerja KPPN di wilayah kerjanya. Kegiatan pembinaan Kanwil DJPb terhadap pengelolaan kinerja KPPN diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:a. Melakukan evaluasi atas pengelolaan kinerja pada KPPN;b. Melakukan sosialisasi/asistensi kepada KPPN baik secara on the spot di KPPN maupun dengan

mengundang pengelola kinerja KPPN ke Kanwil DJPb;c. Menyebarkan kuesioner survei evaluasi pembinaan Kanwil DJPb ke KPPN.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.14. Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Seluruh kegiatan pembinaan pengelolaan kinerja KPPN sebagaimana tersebut di atas

dilaksanakan.

90 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN dilakukan dalam bentuk sosialisasi/asistensi dan dalam bentuk evaluasi.

80 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN dilakukan dalam bentuk evaluasi serta penyebaran kuesioner survei ke KPPN.

70 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN dilakukan dalam bentuk sosialisasi/asistensi serta penyebaran kuesioner survei ke KPPN.

60 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN hanya dilakukan dalam bentuk evaluasi.

50 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN hanya dilakukan dalam bentuk sosialisasi/asistensi serta penyebaran kuesioner survei ke KPPN.

0 Tidak dilaksanakan pembinaan pengelolaan kinerja KPPN.

14. Pemenuhan Dokumen Pendukung Pengelolaan Kinerja Dokumen pendukung terdiri dari dokumen perencanaan strategis, dokumen perencanaan kegiatan, dokumen eksekusi strategi dan dokumen tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi. Action Plan ini dinilai berdasarkan pemenuhan dokumen pendukung pengelolaan kinerja sebagai berikut:a. Dokumen Rencana Kerja Tahunan beserta bukti dukung rapat pembahasan (undangan rapat,

absensi, dan notulen rapat);b. Dokumen RKAKL/POK beserta bukti dukung rapat pembahasan (undangan rapat, absensi, dan

notulen rapat);c. Dokumen kalender kegiatan;d. Dokumen laporan pelaksanaan kegiatan;e. Matriks Tindak Lanjut (MTL).

Page 284: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan269

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.15. Kriteria Penilaian Unsur Keempat Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Memenuhi semua data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

80 Memenuhi empat dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

60 Memenuhi tiga dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

40 Memenuhi dua dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

20 Memenuhi satu dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

0 Tidak ada data dukung sebagai bukti pemenuhan perencanaan dan eksekusi strategis

15. Tingkat Partisipasi Kategori ini dinilai berdasarkan peran serta setiap unit lingkup DJPb dalam peningkatan kualitas pengelolaan kinerja DJPb, berupa:a. Memberi masukan secara tertulis atas reviu draft Peta Strategi, IKU, target IKU, dan manual IKU pada

saat refinement Kontrak Kinerja;b. Memberi usulan perbaikan konstruktif secara tertulis pada saat pelaksanaan pengelolaan kinerja;c. Menjadi unit objek sampel Reviu Pengelolaan Kinerja oleh Biro Perencanaan dan Keuangan

Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4b.16. Kriteria Penilaian Unsur Kelima Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika menjadi objek sampel Reviu Pengelolaan Kinerja

80 Jika menyampaikan surat masukan secara tertulis lebih dari 2 (dua) kali dalam setahun

70 Jika menyampaikan surat masukan secara tertulis 2 (dua) kali dalam setahun

60 Jika menyampaikan surat masukan secara tertulis1 (satu) kali dalam setahun

0 Tidak pernah menyampaikan surat masukan

16. Kualitas Laporan Capaian IKU (Khusus Kanwil DJPb)Kriteria ini menilai kualitas laporan capaian IKU yang telah disampaikan secara triwulanan. Kualitas laporan capaian IKU diukur berdasarkan kesesuaian laporan dengan format yang telah ditetapkan (konvensional dan IIAA) serta kelengkapan lampiran sebagai berikut:a. Raw Data Capaian IKU;b. Laporan progress Inisiatif Strategis Kanwil DJPb;c. Rekapitulasi capaian IKU Kemenkeu-Three KPPN lingkup wilayah kerjanya;d. Rekapitulasi progress Inisiatif Strategis KPPN lingkup wilayah kerjanya.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 285: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 270

Tabel 4b.17. Kriteria Penilaian Unsur Keenam Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Laporan disampaikan sesuai format, dilengkapi seluruh lampiran yang dipersyaratkan, serta

disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

90 Laporan disampaikan sesuai format, dilengkapi seluruh lampiran yang dipersyaratkan, tetapi disampaikan tidak dalam bentuk aplikasi e-book.

80 Laporan disampaikan sesuai format, lampiran tidak lengkap, serta disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

70 Laporan disampaikan sesuai format, lampiran tidak lengkap, serta disampaikan tidak dalam bentuk aplikasi e-book.

50 Laporan yang disampaikan tidak sesuai format, dilengkapi lampiran yang dipersyaratkan.

25 Laporan yang disampaikan tidak sesuai format dan tidak dilengkapi lampiran yang dipersyaratkan.

17. Kualitas Laporan Peningkatan Kualitas Pengelolaan KinerjaKriteria ini menilai kualitas laporan peningkatan kualitas pengelolaan kinerja yang telah disampaikan secara triwulanan. Kualitas laporan peningkatan kualitas pengelolaan kinerja diukur berdasarkan parameter sebagai berikut:a. Laporan disusun secara informatif disertai penjelasan berupa narasi yang komprehensif;b. Laporan beserta bukti dukung disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book yang memenuhi unsur

sistematis, estetika, dan infografis.

Kualitas penyajian laporan dengan penilaian sebagai berikut:

Tabel 4b.18. Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Laporan yang disampaikan sesuai format dan informatif, serta disampaikan dalam bentuk ap-

likasi e-book.

80 Laporan yang disampaikan sesuai format dan informatif, serta tidak disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

70 Laporan yang disampaikan sesuai format, tetapi tidak informatif, serta disampaikan dalam ben-tuk aplikasi e-book.

50 Laporan yang disampaikan sesuai format, tetapi tidak informatif, serta tidak disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

Page 286: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan271

P E N U T U P

Penutup

Lampiran

Page 287: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 272

P E N U T U P

Penutup

Lampiran

Page 288: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan273

P E N U T U P

A. Penutup

Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Tahun 2019 merupakan bentuk pertanggungjawaban pencapaian visi misi DJPb dalam tahun anggaran 2019 dan disusun berdasarkan perjanjian kinerja tahunan yang ditetapkan pada awal tahun anggaran sekaligus sebagai perwujudan pelaksanaan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. DJPb merupakan salah satu unit eselon I di lingkungan Kemenkeu yang ditinjau dari tugas dan fungsinya memiliki variasi tugas yang beragam. Hal ini mengingat bahwa sebagai hasil reorganisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan reformasi manajemen keuangan negara, DJPb merupakan gabungan dari beberapa tugas dan fungsi yang beragam.

Keberagaman tugas dan fungsi tersebut menjadikan DJPb memiliki peran yang strategis terhadap keberhasilan pencapaian tugas Kemenkeu secara keseluruhan. DJPb memiliki peran strategis mengingat bahwa dari keseluruhan siklus APBN, DJPb memegang peran yang dinamis berkaitan dengan penyiapan/penyelesaian dokumen pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas, manajemen investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, sistem perbendaharaan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Pencapaian kinerja DJPb tahun 2019 telah sesuai dengan yang diharapkan di mana seluruh IKU telah mencapai target yang ditentukan. Kinerja DJPb tahun 2019 yang dapat dinilai sebagai sebuah prestasi, antara lain:1. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJPb yang diukur berdasarkan pengelolaan klinerja berbasis balance

scorecard (BSC) mencapai 109,66, di mana 23 IKU seluruhnya telah mencapai target yang ditetapkan. 2. Di samping itu, terdapat pula keberhasilan dan terobosan yang cukup signifikan dan membanggakan

dilakukan DJPb pada tahun 2019, yaitu:a. Launching MPN G3, BIOS G2, dan BAS Mobile G2; b. Perolehan opini WTP dari BPK atas LKPP Tahun 2018, sebagai perolehan opini WTP ketigakalinya; c. Transaksi Perdana Reverse Repo SBN dan implementasi penuh Kartu Kredit Pemerintah (KKP);d. Technical Assistance penerapan GFS pada negara Kamboja;e. Sharing Knowledge Balance Sheet Approach pada Course IMF-STI di Singapura;f. Sharing aplikasi grading yang dikembangkan DJPb menjadi benchmark pada tingkat Kemenkeu;g. Penggunaan virtual account rekening pengeluaran Satker lingkup DJPb;h. Surveillance Audit untuk seluruh KPPN dan HAI-DJPb dengan hasil telah diadopsi dan

diimplementasikannya ISO 9001:2015 dengan baik;i. Kanwil dan Kantor Pelayanan Terbaik Tahun 2019 dan peringkat kedua implementasi PUG;j. Predikat WBK oleh 66 kantor vertikal dan WBBM oleh 6 kantor vertikal dan nilai tertinggi persepsi

integritas lingkup Kemenkeu;

Page 289: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 274

k. Top 99 Kompetisi Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik 2019 dan Top 99 inovasi Pelayanan Publik dan UNPSA 2019;

l. Nilai tertinggi survei kepuasan pengguna layanan tahun 2019;m. Berbagai kinerja membanggakan lainnya.

Meskipun seluruh IKU DJPb telah terealisasi dan tercapai targetnya, DJPb secara berkelanjutan berusaha mengatasi segala permasalahan yang terdapat pada pencapaian setiap IKU dan terus meningkatkan kinerjanya secara optimal, baik kinerja utama maupun kinerja-kinerja lainnya. Upaya yang akan dilakukan DJPb guna meningkatkan kinerjanya di masa mendatang antara lain:1. Meningkatkan kualitas pelaksanaan Perkiraan Pencairan Dana Harian (PPDH);2. Menyusun LKPP Tahun 2019, mitigasi permasalahan LK K/L 2019, dan melanjutkan pembinaan secara

intensif dan periodik terhadap K/L, terutama yang masih memperoleh opini WDP dan TMP;3. Meningkatkan kualitas pembinaan teknis pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil DJPb dan KPPN;4. Melakukan koordinasi dengan Tim Pembina K/L dan mendorong Satker K/L mitra kerja Kanwil DJPb dan

KPPN untuk meningkatkan kepatuhan dalam rekonsiliasi dan menjaga kualitas data laporan keuangan; 5. Melakukan koordinasi untuk menindaklanjuti masukan stakeholders sebelum ppenetapan kebijakan;6. Meningkatkan kinerja pelaksanaan anggaran K/L melalui pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran,

menggiatkan dialog kinerja, dan monitoring proyeksi dan realisasi belanja melalui tools Budget Execution Brief, serta reformulasi penilaian IKPA;

7. Meningkatkan akurasi perencanaan kas pemerintah pusat melalui pengembangan dashboard perencanaan kas (business intelligence);

8. Meningkatkan kinerja pelaksanaan special mission melalui: menimbang realisasi penerimaan pokok dan bunga pinjaman dalam penetapan target dan DIPA, penguatan peran Dewan Pengawas BLU, serta meningkatkan koordinasi dalam perbaikan kinerja BLU;

9. Meningkatkan efektivitas edukasi dan komunikasi melalui updating isu terkini sebagai materi sosialisasi, penegasan kriteria peserta sosialisasi; menimbang masukan untuk perbaikan, dan pembekalan pemateri;

10. Menetapkan rancangan Perpres tunjangan jabatan fungsional, rancangan Perdirjen pedoman penilaian angka kredit, pengembangan aplikasi e-jafung, dan rekomendasi untuk inpassing jabatan fungsional;

11. Mempercepat pembahasan RUU P2 APBN dengan DPR melalui koordinasi intensif dengan pihak terkait ;12. Meningkatkan kualitas SDM DJPb yang fit for purpose melalui pelaksanaan program pengembangan

kompetisi mandiri, pengusulan dan penjadwalan reassessment, menyusun bank soal kompetensi, pengembangan dan evaluasi talent, serta manajemen talenta secara selektif;

13. Mendorong pembahasan penyusunan draft PMK piloting pembayaran gaji, pengembangan sistem Gov Payment Platform, serta tim adhoc dan rancangan organisasi dedicated Shared Service Center (SSC).

14. Menggiatkan uji keamanan SAKTI-web, perluasan layer pengguna, serta peningkatan komunikasi user;15. Minimalisasi downtime aplikasi melalui switchover, migrasi database SPAN, dan pengadaan perangkat;16. Meningkatkan kompetensi SDM di bidang akuntansi, dan rapat koordinasi tindak lanjut temuan BPK;17. Meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran dengan mendorong Satker merevisi berkala halaman III

DIPA, mematuhi RPD, mengisi rutin aplikasi SMART, dan melakukan langkah strategis peningkatan IKPA.

Dengan disusunnya LAKIN ini, diharapkan DJPb dapat menyajikan informasi secara transparan baik kepada pimpinan Kemenkeu maupun kepada seluruh pihak yang terkait dengan tusi DJPb dan bagi seluruh jajaran DJPb dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode mendatang.

B. Lampiran

Lampiran LAKIN ini meliputi Perjanjian Kinerja Tahun 2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019, Formulir Pengukuran Kinerja (FPK) Tahun 2019, dan Informasi Kinerja dan Anggaran DJPb Tahun 2019, sebagai berikut:

Page 290: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan275

Page 291: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 276

Page 292: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan277

Page 293: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 278

Page 294: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan279

Page 295: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 280

Page 296: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan281

Page 297: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 282

Page 298: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan283

Page 299: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 284

Page 300: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan285

Page 301: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 286

Kontrak Komplemen 2019

Page 302: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan287

Page 303: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 288

Page 304: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan289

Page 305: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 290

Page 306: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan291

Page 307: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 292

Page 308: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan293

Page 309: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 294

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 310: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan295

Page 311: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 296

Page 312: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan297

Page 313: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 298

Page 314: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan299

Page 315: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 300

Page 316: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan301

Page 317: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 302

Page 318: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan303

Page 319: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 304

Page 320: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan305

Page 321: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 306

Page 322: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan307

Page 323: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 308

Page 324: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan309

Page 325: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 310

Page 326: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan311

Page 327: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 312

Page 328: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan313

Page 329: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 314

Page 330: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan315

Page 331: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 316

Page 332: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan317

Page 333: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 318

Page 334: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan319

Page 335: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 320

Page 336: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan321

Page 337: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 322

Page 338: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan323

Page 339: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 324

Page 340: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan325

Page 341: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 326

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 342: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2019 328

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANKEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Gd. Prijadi Praptosuhardjo I, Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4

Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10710

Telp. (021) 3449230, Fax. (021) 3454640

Situs: www.djpb.kemenkeu.go.id

Helpdesk haiDJPb: hai.kemenkeu.go.id (Call Center: 14090)