openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN...

204
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR : PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 37 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59 /PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan sistem akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan Kementerian Negara/Lembaga diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 05, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4004); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Comment [nana1]: Lembaran negara diisi ya……..

Transcript of openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN...

Page 1: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

NOMOR : PER-24/PB/2006

TENTANG

PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 37 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59 /PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan sistem akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan Kementerian Negara/Lembaga diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 05, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4004);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442 );

6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

Comment [nana1]: Lembaran negara diisi ya……..

Page 2: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA.

BAB I PENDAHULUAN

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yang dimaksud dengan:

1. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

3. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.

4. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

5. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

6. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

7. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Luncuran adalah dokumen pelaksanaan anggaran dari peluncuran program/kegiatan yang dibiayai dari sisa anggaran belanja tahun anggaran sebelumnya sebagai anggaran belanja tambahan tahun anggaran berjalan.

BAB II PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 2

(1) Kementerian Negara/Lembaga adalah entitas pelaporan dan oleh karena itu wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan

Page 3: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Kementerian Negara/Lembaga dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan.

(2) Entitas pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagaimana tertera pada lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(3) Penyusunan laporan keuangan entitas pelaporan dilakukan menurut tata cara sebagaimana diatur pada lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan hasil penyusunan laporan keuangan yang berasal dari entitas akuntansi di lingkungan kementerian negara/lembaga termasuk entitas akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

(5) Penyusunan laporan keuangan entitas akuntansi dilakukan menurut tata cara sebagaimana diatur pada lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(6) Entitas Akuntansi wajib menyampaikan laporan keuangan selaku kuasa pengguna anggaran/barang secara periodik dan berjenjang kepada entitas pelaporan.

(7) Laporan Keuangan DIPA Luncuran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan semester I dan tahunan dari tahun anggaran berjalan.

(8) Tata cara penyajian laporan keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan diatur dengan peraturan tersendiri.

Pasal 3

(1) Menteri/Pimpinan/Ketua Lembaga sebagai pengguna Barang Milik Negara (BMN) wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Barang Pengguna Semester/Tahunan (LBPS/T).

(2) Penyusunan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada kementerian negara/lembaga diatur dalam lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

Pasal 4

(1) Dalam penyusunan Laporan Keuangan, Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk dan menunjuk Unit Akuntansi Keuangan/Barang dengan ketentuan:

a. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna

Anggaran/Barang (UAKPA/B) pada tingkat satuan kerja sesuai dengan DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan;

b. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W) pada tingkat Kantor Wilayah;

c. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon 1 (UAPPA/B-E1) pada tingkat Eselon 1;

d. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) pada tingkat kementerian negara/lembaga.

(2) Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai unit vertikal di daerah tetapi tidak mempunyai kantor wilayah wajib membentuk Unit Akuntansi Pembantu

Page 4: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) dengan menunjuk salah satu satuan kerja di wilayah sebagai UAPPA-W.

(3) Pembentukan dan penunjukkan Unit Akuntansi berpedoman pada lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

BAB III DOKUMEN SUMBER PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Pasal 5

(1) Dokumen sumber yang diproses dalam penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga adalah dokumen sumber tahun anggaran berjalan, dengan tanggal dokumen sampai dengan tanggal 31 Desember.

(2) Dokumen sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam pencatatan saldo awal BMN.

Pasal 6

Dokumen sumber yang diproses dalam penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga diatur dalam lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

BAB IV PENYAJIAN DAN REVIU LAPORAN KEUANGAN

Pasal 7

(1) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Neraca ;

c. Catatan atas Laporan Keuangan.

(2) Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca disajikan sesuai dengan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(3) Catatan atas Laporan Keuangan disajikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini sebagai ilustrasi.

(4) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (2) disajikan sebagai lampiran Catatan atas Laporan Keuangan dengan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(5) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dilampiri dengan Laporan Keuangan Badan Layanan Umum yang ada di dalam ruang lingkup kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

(6) SKPD yang memperoleh alokasi APBN berupa Dana Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan, menggunakan dan/atau memanfaatkan aset pemerintah pusat berdasarkan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan

Page 5: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

laporan keuangan dan laporan aset tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(7) Unit Organisasi yang bukan merupakan Bagian Anggaran, namun menggunakan dan/atau memanfaatkan aset pemerintah pusat berdasarkan peraturan perundang-undangan dan bukan bagian dari penyertaan modal juga wajib menyampaikan laporan aset tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pasal 8

(1) Laporan keuangan yang disajikan oleh kementerian negara/lembaga sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan wajib direviu oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga.

(2) Reviu dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan kementerian negara/lembaga.

BAB V REKONSILIASI DAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN

Pasal 9

(1) Laporan Keuangan sebelum disampaikan kepada Entitas Pelaporan harus terlebih dahulu dilakukan rekonsiliasi dengan ketentuan:

a. Rekonsiliasi Laporan Keuangan tingkat UAKPA dilakukan dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setiap bulan;

b. Rekonsiliasi Laporan Keuangan tingkat UAPPA-W dilakukan dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan.

(2) Laporan Keuangan tingkat UAPPA-E1 dapat direkonsiliasi dengan Direktorat

Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap semester jika diperlukan.

Pasal 10

(1) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga sebelum disampaikan ke Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan harus direkonsiliasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap semester.

(2) Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga Tahunan sebelum disampaikan ke Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan harus sudah melalui proses pemutakhiran data dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Barang Milik Kekayaan Negara sesuai dengan lampiran VI.

Pasal 11

(1) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sudah diterima oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur

Page 6: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Jenderal Perbendaharaan selambat-lambatnya tanggal 28 Februari setelah tahun anggaran berakhir, sesuai dengan lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(2) Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sudah diterima oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan selambat-lambatnya tanggal 20 Februari setelah tahun anggaran berakhir, sesuai dengan lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 12

Entitas Pelaporan yang memerlukan perlakuan khusus dalam penyusunan laporan keuangan akan diatur secara terpisah dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Mei 2006

KTUR JENDERAL

06004651

Page 7: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

1

ENTITAS PELAPORAN

No. Kode BA Uraian Bagian Anggaran

1. 001 Majelis Permusyawaratan Rakyat

2. 002 Dewan Perwakilan Rakyat

3. 004 Badan Pemeriksa Keuangan

4. 005 Mahkamah Agung

5. 006 Kejaksaan Agung

6. 007 Kepresidenan

7. 008 Wakil Presiden

8. 010 Departemen Dalam Negeri

9. 011 Departemen Luar Negeri

10. 012 Departemen Pertahanan

11. 013 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

12. 015 Departemen Keuangan

13. 018 Departemen Pertanian

14. 019 Departemen Perindustrian

15. 020 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

16. 022 Departemen Perhubungan

17. 023 Departemen Pendidikan Nasional

18. 024 Departemen Kesehatan

19. 025 Departemen Agama

20. 026 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

21. 027 Departemen Sosial

22. 029 Departemen Kehutanan

23. 032 Departemen Kelautan dan Perikanan

24. 033 Departemen Pekerjaan Umum

25. 034 Menko Bidang Hukum, Politik dan Keamanan

26. 035 Menko Bidang Perekonomian

27. 036 Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat

28. 040 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

29. 041 Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara

30. 042 Kementerian Negara Riset dan Teknologi

31. 043 Kementerian Negara Lingkungan Hidup

32. 044 Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Page 8: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 2 dari 3

33. 047 Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan

34. 048 Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

35. 050 Badan Intelijen Negara

36. 051 Lembaga Sandi Negara

37. 052 Dewan Ketahanan Nasional

38. 054 Badan Pusat Statistik

39. 055 Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

40. 056 Badan Pertanahan Nasional

41. 057 Perpustakaan Nasional

42. 059 Departemen Komunikasi dan Informatika

43. 060 Kepolisian Negara Republik Indonesia

44. 061 Cicilan Bunga Hutang

45. 062 Subsidi dan Transfer

46. 063 Badan Pengawasan Obat dan Makanan

47. 064 Lembaga Ketahanan Nasional

48. 065 Badan Koordinasi Penanaman Modal

49. 066 Badan Narkotika Nasional

50. 067 Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

51. 068 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

52. 069 Belanja Lain-Lain

53. 070 Dana Perimbangan

54. 071 Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

55. 074 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

56. 075 Badan Meteorologi dan Geofisika

57. 076 Komisi Pemilihan Umum

58. 077 Mahkamah Konstitusi RI

59. 078 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

60. 079 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

61. 080 Badan Tenaga Nuklir Nasional

62. 081 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

63. 082 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

64. 083 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

65. 084 Badan Standardisasi Nasional

66. 085 Badan Pengawas Tenaga Nuklir

67. 086 Lembaga Administrasi Negara

68. 087 Arsip Nasional Republik Indonesia

Page 9: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 3 dari 3

69. 088 Badan Kepegawaian Negara

70. 089 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

71. 090 Departemen Perdagangan

72. 091 Kementerian Negara Perumahan Rakyat

73. 092 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga

74. 093 Komisi Pemberantasan Korupsi

75. 094 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias

76. 095 Dewan Perwakilan Daerah

77. 096 Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri

78. 097 Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Dalam Negeri

79. 098 Penerusan Pinjaman

80. 099 Penyertaan Modal Negara

81. 100 Komisi Yudisial

82. 101 Penerusan Pinjaman Sebagai Hibah

83. 102 Penerusan Hibah

Badan Layanan Umum dan Unit Organisasi (Otorita, badan, lembaga, dan unit organisasi lainnya) yang bukan merupakan Bagian Anggaran tetapi mengelola dana APBN/ aset pemerintah pusat yang tidak dipisahkan (bukan bagian penyertaan modal), adalah sebagai berikut : • Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam; • Otorita Pengembangan Daerah Industri Sabang; • Badan Pengelola Gelora Bung Karno; • Badan Pengelola Kompleks Kemayoran; • Badan Pengelola Kegiatan Hulu Migas; • Rumah Sakit yang berstatus Badan Layanan Umum (BLU); • Lembaga Penyiaran Publik RRI; • Lembaga Penyiaran Publik TVRI; • Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN); • Badan Layanan Umum (BLU) lainnya; • Unit Organisasi lainnya.

KTUR JENDERAL

060046519

Page 10: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

STRUKTUR ORGANISASI UNIT AKUNTANSI PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

I. PENDAHULUAN

Dalam hal pelaksanaan anggaran, setiap kementerian negara/lembaga selaku pengguna

anggaran/barang menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan yang meliputi

transaksi pendapatan, belanja, aset, utang, dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggung

jawabnya. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Negara.

A. Unit Akuntansi

Dalam pelaksanaan sistem akuntansi, kementerian negara/lembaga wajib membentuk unit

akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang.

A.1. Unit akuntansi keuangan terdiri dari :

• Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA)

• Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1)

• Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)

• Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran ( UAKPA).

Untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan wajib membentuk unit akuntansi:

• Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)

Dekonsentrasi /Tugas Pembantuan

• Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan.

A.2. Unit akuntansi barang terdiri dari :

• Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)

• Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UAPPB-E1)

• Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W)

• Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang ( UAKPB) .

Untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan wajib membentuk unit akuntansi :

Page 11: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 2 dari 21

• Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W) Dekonsentrasi

/Tugas Pembantuan

• Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan

B. Penanggung jawab Unit Akuntansi Keuangan/Barang

B.1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B)

UAPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat kementerian negara/lembaga

(pengguna Anggaran/Barang), penanggungjawabnya adalah Menteri/Pimpinan

Lembaga.

B.2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-E1)

UAPPA/B-E1 merupakan unit akuntansi pada tingkat eselon I, penanggung

jawabnya adalah pejabat eselon I.

B.3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W)

UAPPA/B-W merupakan unit akuntansi pada tingkat kantor wilayah atau unit kerja

lain di wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPA/B-W, penanggungjawabnya adalah

Kepala Kantor Wilayah atau Kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPA/B-

W. Untuk UAPPA/B-W Dekonsentrasi penanggungjawabnya adalah Gubernur

sedangkan untuk UAPPA/B-W Tugas Pembantuan penanggungjawabnya adalah

Bupati atau Walikota sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah

melalui kementerian negara/lembaga.

B.4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B) .

UAKPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat satuan kerja (kuasa pengguna

anggaran/barang) yang memiliki wewenang menguasai anggaran/barang sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Penanggung jawab UAKPA/B adalah Kepala

Satuan Kerja. Untuk UAKPA/B Dekonsentrasi /Tugas Pembantuan

penanggungjawabnya adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

C. Struktur Organisasi Unit Akuntansi Dengan adanya pembentukan dan penunjukan unit akuntansi keuangan maupun barang,

diperlukan adanya struktur organisasi Unit Akuntansi. Pencantuman struktur organisasi

dalam Peraturan Direktur Jenderal ini merupakan pedoman bagi Kementerian

Negara/Lembaga dalam pembentukan dan penunjukan unit akuntansi. Pembentukan

struktur organisasi unit akuntansi disesuaikan dengan struktur organisasi pada

Page 12: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 3 dari 21

kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah (dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan).

Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini hanya mencantumkan struktur organisasi unit

akuntansi keuangan sedangkan untuk unit akuntansi barang telah diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan No.59/PMK.06/2005.

Struktur organisasi Unit Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut :

C. 1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan

KABAG. KEUANGAN/KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI / PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/ PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA BIRO YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/

PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/

VERIFIKASI DAN AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI

PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGI KESEKRETARIATAN/

PEJABAT YANG DITUNJUK

MENTERI /PIMPINAN LEMBAGA

PETUGAS KOMPUTER

Page 13: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 4 dari 21

C.2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan

KABAG. KEUANGAN/KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG

DITUNJUK

SEKRETARIS ESELON I (SEKDIRJEN/SEKBAN)/

PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/

VERIFIKASI DAN AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS

AKUNTANSI/ VERIFIKASI

PETUGAS

KOMPUTER

PEJABAT ESELON I (DIRJEN/KA.BADAN)

/PEJABAT YANG DITUNJUK

Page 14: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 5 dari 21

C.3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan Pada tingkat wilayah, kementerian negara/lembaga dapat menunjuk dan menetapkan satuan kerja sebagai UAPPA-W /UAPPB-W untuk unit vertikal instansi yang berada di wilayah/propinsi atau menetapkan salah satu satuan kerja pada lingkup eselon I yang sama sebagai UAPPA-W/UAPPB-W. Struktur organisasi unit akuntansi untuk satuan kerja yang ditunjuk sebagai UAPPA-W/ UAPPB-W disuaikan dengan struktur organisasi kementerian negara/lembaga.

PETUGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI

PETUGAS

KOMPUTER

KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/ PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA KANTOR WILAYAH/

KEPALA SATUAN KERJA YANG DITETAPKAN

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI

YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/

PEJABAT YANG DITUNJUK

Page 15: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 6 dari 21

C. 4. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah Dekonsentrasi (UAPPA-W Dekonsentrasi)

Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI

YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI

PETUGAS

KOMPUTER

KABIRO. KEUANGAN/ PEJABAT YANG

MEMBIDANGI KEUANGAN/ PEJABAT YANG DITUNJUK

GUBERNUR

KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/

VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG

DITUNJUK

Page 16: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 7 dari 21

C.5. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah Tugas Pembantuan (UAPPA-W TP) pada tingkat Kabupaten/Kota

Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan

PETUGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI

PETUGAS

KOMPUTER

KEPALA DAERAH

(BUPATI/WALIKOTA)

KABAG. KEUANGAN/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/ PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI

YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK

Page 17: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 8 dari 21

C.6. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)/(UAKPA Dekonsentrasi)/(UAKPA TP)

Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan

KEPALA SATUAN KERJA/

KEPALA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

PETUGAS

PEREKAMAN KOMPUTER

PETUGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI

KASUBAG.TU/PEJABAT YANG MENANGANI KEUANGAN/ VERIFIKASI

DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG DITUNJUK

Page 18: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 9 dari 21

D. Tugas dan Fungsi Unit Akuntansi Keuangan

D.1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA)

Tugas pokok penanggung jawab UAPA menyelenggarakan akuntansi keuangan pada

tingkat Kementerian Negara/Lembaga yang ditetapkan sebagai UAPA dengan fungsi

sebagai berikut:

• Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

• Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAPA melaksanakan kegiatan

sebagaimana uraian di bawah ini. :

D.1.a. Penanggung jawab UAPA

D.1.a.1.) Menteri/Pimpinan Lembaga melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Membina dan mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi

keuangan di lingkup Kementerian Negara/Lembaga;

• Membina dan memantau pelaksanaan unit akuntansi pengguna anggaran,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;

• Menetapkan organisasi UAPA sebagai pelaksana Sistem Akuntansi

Instansi;

• Membina pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di lingkup Kementerian

Negara/Lembaga;

• Menyampaikan Laporan Keuangan ke Menteri Keuangan c.q. Direktur

Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan, semester, dan tahunan sebagai

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.

• Menandatangani Laporan Keuangan Tahunan Kementerian

Negara/Lembaga yang akan disampaikan ke Menteri Keuangan.

D.1.a.2.) Pejabat eselon I dan/atau kepala biro yang membidangi keuangan/pejabat

yang ditunjuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di

lingkup Kementerian Negara/Lembaga;

• Mengarahkan penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang diperlukan;

• Memantau pelaksanaan kegiatan akuntansi agar sesuai dengan target yang

telah ditetapkan;

Page 19: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 10 dari 21

• Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan dengan

UAPPA-E1 dan Tim Pembina Ditjen Perbendaharaan;

• Menyetujui Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang akan

disampaikan ke Menteri Keuangan sebelum ditandatangani

menteri/pimpinan lembaga.

D.1.a.3.) Kepala Bagian. Keuangan/Verifikasi dan Akuntansi atau Kepala Subbagian.

Keuangan/Verifikasi dan Akuntansi atau pejabat yang membidangi

keuangan/verifikasi dan akuntansi atau pejabat yang ditunjuk melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Melaksanakan sistem akuntansi keuangan di lingkup Kementerian

Negara/Lembaga;

• Menyiapkan usulan organisasi dan uraian tugas bagi seluruh unit akuntansi

di tingkat pusat maupun daerah;

• Menyiapkan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yang diperlukan;

• Memantau pelaksanaan sistem akuntansi keuangan pada unit-unit

akuntansi di lingkup Kementerian Negara/Lembaga;

• Memberikan petunjuk kepada unit-unit akuntansi di tingkat pusat maupun

daerah tentang hubungan kerja, sumber daya manusia, sumber dana,

sarana dan prasarana serta hal-hal administratif lainnya;

• Melakukan supervisi/pembinaan atas pelaksanaan sistem akuntansi

keuangan pada unit-unit akuntansi di lingkup Kementerian

Negara/Lembaga;

• Meneliti dan menganalisis Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga yang akan didistribusikan;

• Mengkoordinasikan pembuatan laporan kegiatan dan pendistribusiannya;

• Mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan

Barang dengan Laporan Keuangan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap semester;

• Menyampaikan Laporan Keuangan UAPA dan ADK ke Direktorat Jenderal

Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi yang telah

ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga.

Page 20: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 11 dari 21

D.1.b. Petugas akuntansi keuangan

Petugas akuntansi pada tingkat UAPA yang terdiri dari Petugas

Akuntansi/Verifikasi dan Petugas Komputer melaksanakan kegiatan sebagai

berikut:

• Memelihara laporan keuangan dari UAPPA-E1;

• Menerima dan memverifikasi ADK dari UAPPA-E1

• Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan

laporan barang yang disusun oleh petugas akuntansi barang serta

melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

• Melaksanakan rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat

Informasi dan Akuntansi serta melakukan koreksi apabila ditemukan

kesalahan;

• Menyusun laporan keuangan tingkat UAPA setiap triwulan, semester, dan

tahunan berdasarkan penggabungan laporan keuangan dan ADK UAPPA-

E1;

• Meneliti dan menganalisa laporan keuangan tingkat UAPA setiap triwulan,

semester, dan tahunan untuk membuat catatan atas laporan keuangan;

• Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAPA;

• Menyimpan arsip data keuangan dan melakukan proses tutup buku setiap

akhir tahun anggaran.

D.2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1)

Tugas pokok penanggung jawab UAPPA-E1 menyelenggarakan akuntansi Keuangan

pada tingkat Eselon I yang ditetapkan sebagai UAPPA-E1 dengan fungsi sebagai

berikut:

• Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

• Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAPPA-E1 melaksanakan kegiatan

sebagaimana uraian di bawah ini.

D.2.a. Penanggung jawab UAPPA-E1

D.2.a.1.) Direktur Jenderal/Kepala Badan/Pejabat yang ditunjuk melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di

lingkup Eselon I;

Page 21: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 12 dari 21

• Mengkoordinasikan penyiapan organisasi UAPPA-E1 sebagai pelaksana

Sistem Akuntansi Keuangan;

• Mengarahkan penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang diperlukan;

• Menetapkan organisasi UAPPA-E1 sebagai pelaksana sistem akuntansi

keuangan di lingkup Eselon I;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan dan monitoring pelaksanaan

sistem akuntansi keuangan di lingkup UAPPA-E1;

• Memantau pelaksanaan kegiatan akuntansi agar sesuai dengan target yang

telah ditetapkan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan dengan

UAPPA-E1 dan Tim Pembina Ditjen Perbendaharaan;

• Menandatangani laporan keuangan UAPPA-E1 yang akan disampaikan ke

Menteri/Pimpinan Lembaga;

• Menyampaikan laporan keuangan UAPPA-E1 ke Menteri/Pimpinan

Lembaga sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.

D.2.a.2.) Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Pejabat yang ditunjuk

melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Menyiapkan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di lingkup

Eselon I;

• Menyiapkan konsep penempatan pejabat/petugas pada organisasi UAPPA-

E1;

• Menyiapkan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yang diperlukan;

• Memonitor kegiatan proses akuntansi di tingkat UAPPA-E1;

• Menyetujui laporan keuangan tingkat eselon I yang akan disampaikan ke

UAPA, sebelum ditandatangani Dirjen/Kepala Badan/pejabat eselon I .

D.2.a.3.) Kepala Bagian dan/atau Kepala Subbagian Keuangan/Verifikasi dan

Akuntansi/pejabat yang membidangi keuangan/verifikasi dan

akuntansi/pejabat yang ditunjuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Melaksanakan sistem akuntansi keuangan berdasarkan target yang telah

ditetapkan;

• Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja para pajabat/petugas yang

terlibat sistem akuntansi keuangan;

• Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan sistem akuntansi

keuangan di lingkup UAPPA-E1;

Page 22: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 13 dari 21

• Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar

sehubungan dengan pelaksanaan sistem;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan

Barang dengan Laporan Keuangan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi jika dianggap

perlu;

• Meneliti dan menganalisis Laporan Keuangan UAPPA-E1 yang akan

didistribusikan;

• Menyampaikan Laporan Keuangan UAPPA-E1 setelah ditandatangani

Dirjen/Kepala Badan/pejabat eselon I dan ADK ke UAPA.

D.2.b. Petugas akuntansi keuangan

Petugas akuntansi pada tingkat UAPPA-E1 yang terdiri dari Petugas

Akuntansi/Verifikasi dan Petugas Komputer melaksanakan kegiatan sebagai

berikut:

• Memelihara laporan keuangan dan ADK dari UAPPA-W dan/atau UAPPA-W

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dan/atau UAKPA Pusat dan/atau

UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menerima dan memverifikasi ADK dari UAPPA-W dan/atau UAPPA-W

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dan/atau UAKPA Pusat dan/atau

UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan

laporan barang yang disusun oleh petugas akuntansi barang serta

melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

• Melaksanakan rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat

Informasi dan Akuntansi serta melakukan koreksi apabila ditemukan

kesalahan;

• Menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 setiap triwulan, semester,

dan akhir tahun anggaran berdasarkan penggabungan laporan keuangan

dan ADK dari UAPPA-W dan/atau UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan dan/atau UAKPA Pusat dan/atau UAKPA

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Melakukan analisis untuk membuat catatan atas laporan keuangan;

• Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAPPA-E1;

Page 23: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 14 dari 21

• Menyimpan arsip data keuangan dan melakukan proses tutup buku setiap

akhir tahun anggaran.

D.3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)

Tugas pokok penanggung jawab UAPPA-W adalah menyelenggarakan akuntansi

keuangan pada tingkat Kantor Wilayah atau Unit Kerja lain yang ditetapkan sebagai

UAPPA-W dengan fungsi sebagai berikut:

• Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

• Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAPPA-W melaksanakan kegiatan

sebagaimana uraian di bawah ini.

D.3.a. Penanggung jawab UAPPA-W

D.3.a.1.) Kepala Kantor Wilayah/Kepala satuan kerja yang ditetapkan melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di

lingkup UAPPA-W;

• Mengkoordinasikan penyiapan organisasi UAPPA-W sebagai pelaksana

sistem akuntansi keuangan;

• Menetapkan organisasi UAPPA-W sebagai pelaksana sistem akuntansi

keuangan di lingkup wilayahnya;

• Mengarahkan penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang diperlukan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan dan monitoring pelaksanaan

sistem akuntansi keuangan di lingkup UAPPA-W;

• Memantau pelaksanaan kegiatan akuntansi agar sesuai dengan target yang

telah ditetapkan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan antara

UAPPA-W dengan UAPPA-E1, UAPA dan Tim Pembina Ditjen

Perbendaharaan;

• Menandatangani laporan keuangan UAPPA-W ke UAPPA-E1;

• Menyampaikan laporan keuangan UAPPA-W ke UAPPA-E1 sebagai

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.

Page 24: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 15 dari 21

D.3.a.2.) Kepala Bagian Keuangan/Verifikasi dan Akuntansi/pejabat yang

membidangi Keuangan/Verifikasi dan Akuntansi/pejabat yang ditetapkan

melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Menyiapkan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di lingkup

UAPPA-W;

• Menyiapkan konsep penempatan pejabat/petugas pada organisasi UAPPA-

W;

• Menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;

• Memonitor kegiatan proses akuntansi di tingkat UAPPA-W dan tingkat

UAKPA;

• Menyetujui laporan keuangan tingkat wilayah yang akan disampaikan ke

UAPPA-E1 sebelum ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah/Pejabat

yang ditetapkan.

D.3.a.3.) Kepala Subbagian/Kepala Seksi yang membidangi Keuangan/Verifikasi dan

Akuntansi/pejabat yang ditetapkan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Melaksanakan sistem akuntansi keuangan berdasarkan target yang telah

ditetapkan;

• Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja para pejabat/petugas yang

terlibat sistem akuntansi keuangan;

• Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan sistem akuntansi

keuangan di lingkup UAPPA-W;

• Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar

sehubungan dengan pelaksanaan sistem;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan barang

dengan laporan keuangan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan kantor wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan;

• Meneliti dan menganalisis Laporan Keuangan UAPPA-W yang akan

didistribusikan;

• Menyampaikan Laporan Keuangan UAPPA-W dan ADK ke UAPPA-E1 yang

telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah/Pejabat yang ditetapkan.

D.3.b. Petugas Akuntansi

Petugas akuntansi pada tingkat UAPPA-W yang terdiri dari Petugas

Akuntansi/Verifikasi dan Petugas Komputer melaksanakan kegiatan sebagai

berikut:

Page 25: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 16 dari 21

• Memelihara laporan keuangan dan ADK dari UAKPA ;

• Menerima dan memverifikasi ADK dari UAKPA;

• Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan

laporan barang yang disusun oleh petugas akuntansi barang serta

melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

• Melaksanakan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan c.q.

Bidang AKLAP serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

• Menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W berdasarkan

penggabungan laporan keuangan dan ADK UAKPA;

• Melakukan analisis untuk membuat catatan atas laporan keuangan;

• Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAPPA-W;

• Menyimpan arsip data keuangan dan melakukan proses tutup buku setiap

akhir tahun anggaran.

D.4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Tugas pokok penanggung jawab UAKPA adalah menyelenggarakan akuntansi

Keuangan di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagai berikut:

• Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

• Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAKPA melaksanakan kegiatan

sebagaimana uraian di bawah ini.

D.4.a. Penanggung jawab UAKPA

Kepala Satuan kerja/Kepala Subbagian/pejabat yang menangani

keuangan/verifikasi dan akuntansi/pejabat yang ditunjuk melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Menyiapkan rencana dan jadwal pelaksanaan sistem akuntansi keuangan

berdasarkan target yang telah ditetapkan;

• Menunjuk dan menetapkan organisasi UAKPA sebagai pelaksana sistem

akuntansi keuangan di lingkungannya;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan;

• Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja petugas pelaksana;

• Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar

sehubungan dengan pelaksanaan sistem;

Page 26: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 17 dari 21

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan

Barang dengan Laporan Keuangan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan;

• Menelaah dan menandatangani Laporan Keuangan UAKPA;

• Meneliti dan menganalisis laporan keuangan yang akan didistribusikan;

• Menandatangani Laporan Keuangan UAKPA

• Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA dan ADK ke KPPN dan

UAPPA-W/E1.

D.4.b. Petugas Akuntansi

Petugas akuntansi pada tingkat UAKPA yang terdiri dari Petugas Administrasi

dan Petugas Verifikasi melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Memelihara dokumen sumber (DS) dan dokumen akuntansi;

• Membukukan/menginput DS ke dalam aplikasi SAK;

• Menerima data SABMN dari petugas akuntansi barang;

• Melakukan verifikasi atas RTH yang dihasilkan aplikasi SAK dengan DS;

• Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan

laporan barang yang disusun serta melakukan koreksi apabila ditemukan

kesalahan;

• Melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan serta melakukan koreksi

apabila ditemukan kesalahan;

• Melakukan analisa untuk membuat catatan atas laporan keuangan;

• Menyusun laporan keuangan tingkat UAKPA;

• Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAKPA;

• Menyimpan arsip data dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun

anggaran.

D.5. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

Tugas pokok penanggung jawab UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan adalah

menyelenggarakan akuntansi keuangan pada tingkat Gubernur/Bupati/Walikota

dengan fungsi sebagai berikut:

• Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

• Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan melaksanakan kegiatan sebagaimana uraian di bawah ini.

Page 27: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 18 dari 21

D.5.a. Penanggung jawab UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

D.5.a.1.) Gubernur/bupati/walikota melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di

lingkup UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

Menetapkan organisasi UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

sebagai pelaksana sistem akuntansi keuangan;

Mengarahkan penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang diperlukan;

Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan dan monitoring pelaksanaan

sistem akuntansi keuangan di lingkup UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan;

Memantau pelaksanaan kegiatan akuntansi agar sesuai dengan target yang

telah ditetapkan;

Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan antara

UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dengan UAPPA-E1, UAPA

dan Tim Pembina Ditjen Perbendaharaan;

Menandatangani laporan keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan;

Menyampaikan laporan keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan ke Kementerian Negara/Lembaga sebagai laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.

D.5.a.2.) Kepala Biro Keuangan/pejabat yang membidangi keuangan/pejabat yang

ditunjuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Menyiapkan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di lingkup

UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menyiapkan konsep penempatan pejabat/petugas pada organisasi UAPPA-

W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menyusun rencana penyiapan sumber daya manusia, sarana dan

prasarana yang diperlukan;

• Memonitor kegiatan proses akuntansi di tingkat UAPPA-W

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menyiapkan sumber daya manusia, sarana, dan prasdarana yang di

perlukan;

Page 28: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 19 dari 21

• Menyetujui laporan keuangan tingkat wilayah yang akan disampaikan ke

Kementerian Negara/Lembaga sebelum ditandatangani oleh Gubernur/

bupati/Walikota.

D.5.a.3.) Kepala Bagian/Kepala Subbagian/Kepala Seksi yang membidangi

Keuangan/Verifikasi dan akuntansi/pejabat yang ditunjuk melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Melaksanakan sistem akuntansi keuangan berdasarkan target yang telah

ditetapkan;

• Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja para pajabat/petugas yang

terlibat sistem akuntansi keuangan;

• Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan sistem akuntansi

keuangan di lingkup UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar

sehubungan dengan pelaksanaan sistem;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan barang

dengan laporan keuangan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan Kanwil Direktorat

Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan;

• Meneliti dan menganalisis Laporan Keuangan UAPPA-W

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan yang akan didistribusikan;

• Menyampaikan Laporan Keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan yang telah ditandatangani oleh Gubernur/ bupati/Walikota dan

ADK ke Kementerian Negara/Lembaga.

D.5.b. Petugas Akuntansi

Petugas akuntansi pada tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

yang terdiri dari Petugas Akuntansi/Verifikasi dan Petugas Komputer

melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

• Memelihara laporan keuangan dan ADK dari UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan;

• Menerima dan memverifikasi ADK dari UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan;

• Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan

laporan barang yang disusun oleh petugas akuntansi barang serta

melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

Page 29: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 20 dari 21

• Melaksanakan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan c.q.

Bidang AKLAP serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

• Menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan berdasarkan penggabungan laporan keuangan dan ADK

UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Melakukan analisis untuk membuat catatan atas laporan keuangan;

• Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAPPA-W

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menyimpan arsip data keuangan dan melakukan proses tutup buku setiap

akhir tahun anggaran.

D.6. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan

Tugas pokok penanggung jawab UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan adalah

menyelenggarakan akuntansi Keuangan di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi

sebagai berikut:

• Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

• Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan melaksanakan kegiatan sebagaimana uraian di bawah ini.

D.6.a. Penanggung jawab UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

Kepala SKPD, Kepala Subbagian TU/pejabat yang menangani

keuangan/verifikasi dan akuntansi/pejabat yang ditunjuk melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Menyiapkan rencana dan jadwal pelaksanaan sistem akuntansi keuangan

berdasarkan target yang telah ditetapkan ;

• Menunjuk dan menetapkan organisasi UAKPA sebagai pelaksana sistem

akuntansi keuangan di lingkungannya;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan;

• Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja petugas pelaksana;

• Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar

sehubungan dengan pelaksanaan sistem;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan barang

dengan laporan keuangan;

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN;

Page 30: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 21 dari 21

• Menelaah dan menandatangani Laporan Keuangan UAKPA

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Meneliti dan menganalisis laporan keuangan yang akan didistribusikan;

• Menandatangani Laporan Keuangan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan;

• Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan yang sudah ditandatangani dan ADK ke KPPN , UAPPA-W

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dan UAPPA-E1.

D.6.b. Petugas Akuntansi

Petugas akuntansi pada tingkat UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

yang terdiri dari Petugas Administrasi dan Petugas Verifikasi melaksanakan

kegiatan sebagai berikut:

• Memelihara dokumen sumber (DS) dan dokumen akuntansi;

• Membukukan/menginput DS ke dalam aplikasi SAK;

• Menerima data SABMN dari petugas akuntansi barang;

• Melakukan verifikasi atas RTH yang dihasilkan aplikasi SAK dengan DS;

• Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan

laporan barang yang disusun serta melakukan koreksi apabila ditemukan

kesalahan;

• Melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan serta melakukan koreksi

apabila ditemukan kesalahan;

• Melakukan analisa untuk membuat catatan atas laporan keuangan;

• Menyusun laporan keuangan tingkat UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan;

• Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAKPA

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

• Menyimpan arsip data dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun

anggaran.

KTUR JENDERAL

06004651

Page 31: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

TATA CARA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Kementerian negara/lembaga selaku pengguna anggaran dan barang

menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan dan barang yang berada

dalam tanggung jawabnya. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

berwenang menetapkan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Negara serta

mengatur pengelolaan Anggaran dan Barang Milik Negara. Menteri Keuangan juga

menghimpun Laporan Keuangan dan Laporan Barang dari seluruh kementerian

negara/lembaga untuk menyusun Laporan Keuangan dan Laporan Barang

Pemerintah Pusat sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam

pengelolaan anggaran dan barang. Laporan Barang sebagai bahan pendukung

penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang digunakan sebagai

pertanggungjawaban keuangan kementerian negara/lembaga meliputi Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri dengan

Laporan Barang, Pernyataan Telah Direviu oleh aparat pengawasan intern,

Pernyataan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh pimpinan kementerian

negara/lembaga sebagai penanggung jawab pengguna anggaran dan laporan

keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-

masing.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 59/PMK.06/2005

mengenai Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, maka

lampiran ini memuat:

Page 32: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

I. Jenis dan Periode Pelaporan

II. Tata Cara Penyusunan Laporan Keuangan

III. Verifikasi dan Rekonsiliasi

IV. Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

V. Lain-lain Pendukung Laporan Keuangan

VI. Isi Catatan atas Laporan Keuangan

VII. Pos-pos Laporan Keuangan

VIII.Sistematika Isi Laporan Keuangan

IX. Rincian Laporan Keuangan

X. Penyusunan Laporan Barang

I. JENIS DAN PERIODE PELAPORAN Jenis dan periode laporan yang harus disampaikan adalah sebagai berikut :

a. Tingkat UAKPA ke KPPN

Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan

1 LRA ¹) X 2 Neraca X 3 ADK X 4 BAR ²) X

¹) LRA yang disampaikan terdiri dari LRA Belanja Format DIPA, LRA

Pengembalian Belanja, LRA Pendapatan dan Hibah dan LRA Pengembalian

Pendapatan dan Hibah yang disampaikan pada saat rekonsiliasi.

²) BAR hasil rekonsiliasi antara UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan

yang disampaikan oleh UAKPA yang ditunjuk/ditetapkan sebagai UAPPA-W.

b. Tingkat UAKPA ke tingkat UAPPA-W/UAPPA-E1

Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan

1. LRA *) X X X X 2. Neraca X X X 3. CaLK X X 4. ADK X 5. BAR X

c. Tingkat UAPPA-W ke Kanwil Ditjen PBN

Page 33: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan

1 LRA *) X 2 Neraca ³) X 3 ADK X

³) Neraca yang disampaikan adalah neraca bulan Maret, Juni, September

dan Desember.

d. Tingkat UAPPA-W ke tingkat UAPPA-E1

Periode Pelaporan

Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan

1. LRA *) X X X X

2. Neraca X X X

3. CaLK X X

4. ADK X

5. BAR X

e. Tingkat UAPPA-E1 ke tingkat UAPA

Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan

1. LRA *) X X X X 2. Neraca X X X 3. CaLK X X 4. ADK X

f. Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen Perbendaharaan

Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan

1. LRA*) X X X 2. Neraca X X 3. CaLK X X 4. ADK**) X

Keterangan : X Jenis Laporan/ADK yang disampaikan.

*) LRA yang disampaikan meliputi LRA Utama, LRA Belanja, LRA Pengembalian

Belanja, LRA Pendapatan, LRA Pengembalian Pendapatan.

**) ADK yang disampaikan adalah ADK selama triwulan I (Januari s/d Maret), triwulan II

(April s/d Juni), triwulan III (Juli s/d September), dan triwulan IV (Oktober s/d

Page 34: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Desember).

II. TATA CARA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN A. Laporan Realisasi Anggaran Semester I

1. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Semester I

disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan Realisasi Anggaran

UAPPA-E1 triwulan I dan triwulan II.

2. Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-E1 Semester I disusun berdasarkan

hasil penggabungan Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-W dan UAKPA di

bawah eselon I termasuk dana dekonsentrasi/tugas pembantuan triwulan I

dan triwulan II.

3. Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-W Semester I disusun berdasarkan

hasil penggabungan Laporan Realisasi Anggaran UAKPA triwulan I dan

triwulan II.

4. Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan Realisasi

Anggaran UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan triwulan I dan triwulan

II.

B. Laporan Realisasi Anggaran Tahunan

1. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahunan

disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan Realisasi Anggaran

UAPPA-E1 triwulan I, triwulan II, triwulan III dan triwulan IV.

2. Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-E1 Tahunan disusun berdasarkan hasil

penggabungan Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-W dan UAKPA di

bawah eselon I termasuk dana dekonsentrasi/tugas pembantuan triwulan I,

triwulan II, triwulan III dan triwulan IV.

3. Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-W Tahunan disusun berdasarkan hasil

penggabungan Laporan Realisasi Anggaran UAKPA triwulan I, triwulan II,

triwulan III dan triwulan IV.

4. Laporan Realisasi Anggaran UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

Tahunan disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan Realisasi

Page 35: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Anggaran UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan triwulan I, triwulan II,

triwulan III dan triwulan IV.

C. Neraca Semester I

1. Neraca Kementerian Negara/Lembaga Semester I disusun berdasarkan

hasil penggabungan neraca UAPPA-E1 semester I.

2. Neraca UAPPA-E1 Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan

neraca UAPPA-W dan UAKPA di bawah eselon I termasuk dana

dekonsentrasi/tugas pembantuan semester I.

3. Neraca UAPPA-W Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan

neraca UAKPA semester I.

4. Neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I disusun

berdasarkan hasil penggabungan neraca UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan semester I.

D. Neraca Tahunan

1. Neraca Kementerian Negara/Lembaga disusun berdasarkan hasil

penggabungan neraca UAPPA-E1 semester I dan semester II.

2. Neraca UAPPA-E1 disusun berdasarkan hasil penggabungan UAPPA-W

dan UAKPA di bawah eselon I termasuk dana dekonsentrasi/tugas

pembantuan semester I dan semester II .

3. Neraca UAPPA-W disusun berdasarkan hasil penggabungan Neraca

UAKPA semester I dan semester II.

4. Neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Tahunan disusun

berdasarkan hasil penggabungan Neraca UAKPA Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan semester I dan semester II.

III. VERIFIKASI DAN REKONSILIASI A. Tingkat Satuan Kerja (UAKPA) / (UAKPA-Dekonsentrasi) / (UAKPA-Tugas

Pembantuan)

1. Perekaman dokumen sumber berupa :

a. Dokumen Estimasi Pendapatan

1 Lampiran RKA-K/L formulir 4.2 (uraian anggaran pendapatan per

MAP)

Page 36: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

b. Dokumen penerimaan anggaran :

- Surat Setoran Pajak (SSP) atau Laporan Penerimaan Pajak (LP2)

bulanan atau Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3),

- Surat Setoran Bea Cukai (SSBC) atau Daftar Penerimaan Bea Cukai,

- Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP),

- Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB),

- Surat Tanda Setoran (STS),

- Dokumen penerimaan lainnya yang dipersamakan.

c. Dokumen pelaksanaan anggaran :

- Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) atau RKA-K/L Formulir 1.5,

- Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA),

- Revisi POK atau RKA-K/L Formulir 1.5,

- Revisi DIPA,

- Surat Keputusan Otorisasi (SKO),

- Revisi SKO,

- Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA),

- DIPA Luncuran,

- Revisi DIPA Luncuran,

- Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan.

d. Dokumen pengeluaran anggaran :

- Surat Perintah Membayar (SPM),

- Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D),

- Surat Perintah Pengesahan dan Pembukuan (SP3),

- Dokumen pengeluaran anggaran lainnya yang dipersamakan.

2. Selanjutnya proses perekaman tersebut menghasilkan register transaksi

harian (RTH) untuk diverifikasi dengan dokumen sumbernya, sehingga

seluruh transaksi dipastikan sudah diproses sesuai dengan dokumen

sumber yang ada. Disamping itu, petugas akuntansi melakukan

penerimaan data transaksi barang dalam bentuk ADK aset tetap dan

Page 37: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

laporan persediaan dari unit akuntansi kuasa pengguna barang serta

laporan kemajuan penyelesaian konstruksi dalam pengerjaan dari unit

akuntansi terkait. Selanjutnya dilakukan proses posting untuk

menghasilkan buku besar. Berdasarkan buku besar, dapat disusun laporan

keuangan.

3. Laporan keuangan beserta ADK dikirim ke KPPN untuk dilakukan

rekonsiliasi dengan data yang ada di KPPN. Hasil rekonsiliasi dituangkan

dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR). BAR tersebut akan menjadi salah

satu dokumen dalam rekonsiliasi antara UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen

Perbendaharaan.

4. Berdasarkan rekonsiliasi, setiap bulan dilakukan penggiriman ke tingkat

UAPPA-W/UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas berupa data, ADK beserta

laporan realisasi anggaran, neraca dan BAR.

5. Untuk Satuan kerja Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan selain

menyampaikan ke UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan juga

melakukan pengiriman ADK ke UAPPA-E1, sedangkan untuk satuan kerja

pusat hanya melakukan pengiriman ke UAPPA-E1.

6. UAKPA yang ditunjuk sebagai UAPPA-W pada saat rekonsiliasi dengan

KPPN untuk bulan Mei, Agustus, November 20X0 dan Februari 20X1

sebagai UAKPA, harus melampirkan berita acara rekonsiliasi antara

UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan.

7. Setiap semester UAKPA menyusun Laporan Keuangan lengkap

sebagaimana ilustrasi pada lampiran V-d dan untuk periode tahunan

disertai dengan pernyataan tanggung jawab Kepala Satuan Kerja. Laporan

Keuangan tersebut disampaikan ke UAPPA-W/UAPPA-E1.

8. Jadwal waktu pengiriman dapat dilihat pada lampiran IV Peraturan Dirjen

Perbendaharaan.

B. Tingkat Wilayah (UAPPA-W)/ (UAPPA-W Dekonsentrasi)/(UAPPA-W Tugas

Pembantuan)

1. Laporan keuangan tingkat wilayah (UAPPA-W) adalah laporan keuangan

hasil penggabungan ADK tingkat satuan kerja (UAKPA) di lingkungan

Page 38: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

UAPPA-W yang bersangkutan.

2. Setiap bulan dilakukan pengiriman ADK UAPPA-W/UAPPA-W

Dekonsentrasi/UAPPA-W Tugas Pembantuan ke tingkat UAPPA-E1 untuk

dilakukan penggabungan dengan disertai laporan realisasi anggaran,

neraca dan setiap triwulan disertai dengan Berita Acara Rekonsiliasi.

3. Laporan keuangan tingkat wilayah (UAPPA-W) beserta ADK setiap triwulan

harus dikirim ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk dilakukan proses

rekonsiliasi dengan data yang ada di Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Berita

Acara Rekonsiliasi (BAR) pada tingkat satuan kerja dengan KPPN dapat

digunakan sebagai salah satu bahan rekonsiliasi antara UAPPA-W dengan

Kanwil Ditjen Perbendaharaan.

4. UAPPA-W/UAPPA-W Dekonsentrasi/UAPPA-W Tugas Pembantuan

melakukan penelusuran jika terdapat perbedaan data pada proses

rekonsiliasi. Apabila kesalahan pada satuan kerja, UAPPA-W melakukan

penggabungan ulang untuk ADK hasil perbaikan satuan kerja, serta

melakukan penggiriman ke UAPPA-E1.

5. Setiap semester UAPPA-W menyusun Laporan Keuangan lengkap

sebagaimana ilustrasi pada lampiran V-c dan untuk periode tahunan

disertai dengan pernyataan tanggung jawab Kepala Kanwil/Kepala Satuan

Kerja yang ditunjuk sebagai UAPPA-W. Laporan Keuangan tersebut

disampaikan ke UAPPA-E1.

6. Jadwal waktu penggabungan, rekonsiliasi dan pengiriman dapat dilihat

pada lampiran IV Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

C. Tingkat Eselon I (UAPPA-E1)

1. Laporan keuangan tingkat eselon I (UAPPA-E1) adalah laporan keuangan

hasil penggabungan laporan keuangan tingkat wilayah (UAPPA-W) di

lingkungannya, laporan keuangan tingkat satuan kerja (UAKPA) Eselon 1

yang bersangkutan, dan laporan keuangan tingkat satuan kerja UAKPA

Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.

2. Setiap bulan dilakukan penggiriman ADK UAPPA-E1 ke tingkat UAPA

untuk dilakukan penggabungan dengan disertai laporan realisasi anggaran,

Page 39: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

neraca.

3. UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan

c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi. Berita Acara Rekonsiliasi tingkat

UAKPA satuan kerja pusat dan atau UAPPA-W dapat dijadikan salah satu

bahan rekonsiliasi dengan Direktorat Informasi dan Akuntansi.

4. UAPPA-E1 melakukan penelusuran jika terdapat perbedaan data pada

proses rekonsiliasi. Apabila kesalahan pada satuan kerja, UAPPA-E1

melakukan penggabungan ulang untuk ADK hasil perbaikan, serta

melakukan penggiriman ke UAPA.

5. Setiap semester UAPPA-E1 menyusun Laporan Keuangan lengkap

sebagaimana ilustrasi pada lampiran V-b dan untuk periode tahunan

disertai dengan pernyataan tanggung jawab pejabat eselon I. Laporan

Keuangan tersebut disampaikan ke UAPA.

6. Jadwal waktu penggabungan, rekonsiliasi dan pengiriman dapat dilihat

pada lampiran IV Peraturan Dirjen Perbendaharaan

D. Tingkat Kementerian Negara/Lembaga (UAPA)

1. Laporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga (UAPA) adalah

laporan keuangan hasil penggabungan laporan keuangan eselon I

(UAPPA-E1) di lingkungannya.

2. Setiap triwulan dilakukan penggiriman laporan realisasi anggaran dan ADK

UAPA ke Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi.

3. UAPA melakukan rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan c.q.

Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap akhir semester. Berita Acara

Rekonsiliasi tingkat UAKPA satuan kerja pusat dan atau UAPPA-W atau

UAPPA-E1 dapat dijadikan salah satu bahan rekonsiliasi dengan Dit.

Informasi dan Akuntansi.

4. UAPA melakukan penelusuran jika terdapat perbedaan data pada proses

rekonsiliasi. UAPA melakukan penggabungan ulang atas ADK hasil

perbaikan.

5. Setiap semester UAPA menyusun Laporan Keuangan lengkap

sebagaimana ilustrasi pada lampiran V-a dan untuk periode tahunan

Page 40: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

disertai dengan pernyataan tanggung jawab Menteri/Kepala Lembaga.

Laporan Keuangan tersebut disampaikan ke Ditjen Perbendaharaan c.q.

Direktorat Informasi dan Akuntansi.

6. Jadwal waktu penggabungan, rekonsiliasi dan pengiriman dapat dilihat

pada lampiran IV Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

IV. WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Kementerian Negara/Lembaga

disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan,

dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I selambat-lambatnya pada tanggal 9

Mei tahun anggaran berjalan;

B. Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan

semester I selambat-lambatnya pada tanggal 26 Juli tahun anggaran berjalan;

C. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III selambat-lambatnya pada tanggal 9

November tahun anggaran berjalan;

D. Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan

Tahunan selambat-lambatnya pada tanggal 28 Februari setelah tahun

anggaran berakhir;

E. Untuk memenuhi target penyampaian laporan keuangan di atas, disampaikan

jadwal pengiriman laporan dari tingkat satuan kerja (UAKPA) sampai dengan

tingkat kementerian negara/lembaga (UAPA) sesuai dengan Lampiran IV

Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

V. LAIN-LAIN PENDUKUNG LAPORAN KEUANGAN

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menunjang kelengkapan dan keakuratan

data dalam laporan keuangan yaitu :

A. Kementerian negara/lembaga yang menggunakan anggaran pembiayaan dan

perhitungan di samping menyampaikan laporan keuangan bagian anggarannya

juga menyampaikan laporan keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan

Perhitungan yang digunakan. BMN yang dibeli dari anggaran pembiayaan dan

perhitungan harus dicatat di dalam neraca kementerian negara/lembaga;

Page 41: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

B. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga yang disampaikan termasuk

laporan atas dana dekonsentrasi yang disalurkan melalui dinas provinsi dan

tugas pembantuan yang disalurkan melalui provinsi/kotamadya/kabupaten/desa

termasuk Laporan Barang-nya;

C. UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan menyampaikan laporan ke UAPPA-

W Gubernur berupa ADK dan menyampaikan laporan ke UAPPA-E1 berupa

cetakan laporan dan ADK.

D. Kementerian negara/lembaga menyampaikan ADK/laporan keuangan untuk

keperluan rekonsiliasi dengan Direktorat Informasi dan Akuntansi.

E. Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan Laporan Keuangan ke Ditjen

Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi sebanyak 3 (tiga) set.

F. Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dilampiri dengan Laporan

Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang berada pada kementerian

negara/lembaga yang bersangkutan.

VI. ISI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca kementerian negara/lembaga disertai

dengan penjelasan atas laporan yang memuat :

A. Uraian Umum;

B. Kebijakan Akuntansi;

C. Penjelasan atas Pos Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca;

D. Informasi tambahan bila diperlukan.

VII. POS-POS LAPORAN KEUANGAN

Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca kementerian negara/lembaga

setidak-tidaknya meliputi:

A. Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran

1. Pendapatan:

a. Penerimaan Perpajakan

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak

c. Penerimaan Hibah.

Page 42: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

2. Belanja Negara :

a. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja :

1) Belanja Pegawai

2) Belanja Barang

3) Belanja Modal

4) Pembayaran Bunga Utang *)

5) Subsidi *)

6) Belanja Hibah *)

7) Bantuan Sosial

8) Belanja Lain-lain

b. Belanja Untuk Daerah :

1) Dana Perimbangan *) :

• Dana Bagi Hasil;

• Dana Alokasi Umum;

• Dana Alokasi Khusus.

2) Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang *).

• Dana Otonomi Khusus

• Dana Penyeimbang

3. Pembiayaan *) :

a. Pembiayaan Dalam Negeri Netto :

1) Pembiayaan Dalam Negeri Bruto

Perbankan Dalam Negeri

Non Perbankan Dalam Negeri.

2) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri

b. Pembiayaan Luar Negeri Netto :

1) Penarikan Pinjaman Luar Negeri Bruto :

Pinjaman Program

Pinjaman Proyek.

2) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri.

B. Pos-Pos Neraca :

1. Aset Lancar terdiri dari :

a. Kas dan Bank

1) Kas di Bendahara Pengeluaran;

Page 43: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

2) Kas di Bendahara Penerimaan.

b. Piutang :

1) Piutang Pajak *);

2) Piutang PNBP;

3) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran;

4) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi;

5) Bagian Lancar Investasi Permanen *);

6) Piutang Bukan Pajak Lainnya.

c. Investasi Jangka Pendek *) :

1) Investasi dalam Deposito;

2) Investasi dalam Surat Utang Negara;

3) Investasi Jangka Pendek Lainnya.

d. Persediaan

2. Investasi Jangka Panjang *) :

a. Investasi Non Permanen

1) Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah;

2) Dana Restrukturisasi Perbankan;

3) Dana Bergulir;

4) Investasi dalam Obligasi;

5) Penyertaan Modal Pemerintah dalam Proyek Pembangunan;

6) Investasi Non Permanen Lainnya.

b. Investasi Permanen

1) Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah;

2) Investasi Permanen Lainnya.

3. Aset Tetap :

a. Tanah;

b. Peralatan dan Mesin;

c. Gedung dan Bangunan;

d. Jalan, Irigasi dan Jaringan;

e. Aset Tetap Lainnya;

f. Konstruksi Dalam Pengerjaan.

4. Aset Lainnya :

a. Tagihan Penjualan Angsuran;

Page 44: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

b. Kemitraan dengan Pihak Ketiga;

c. Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi;

d. Aset Tak Berwujud;

e. Aset Lain-lain.

5. Kewajiban Jangka Pendek :

a. Utang Kelebihan Bayar Pajak *);

b. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang *);

c. Utang Bunga *);

d. Utang Subsidi *);

e. Uang Muka Rekening Khusus;

f. Uang Muka dari BUN *);

g. Uang Muka dari KPPN;

h. Pendapatan yang Ditangguhkan;

i. Utang Jangka Pendek Lainnya *).

6. Kewajiban Jangka Panjang *) :

a. Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Perbankan;

b. Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Obligasi;

c. Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya;

d. Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan;

e. Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan;

f. Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya.

7. Ekuitas Dana Lancar :

a. Cadangan Piutang;

b. Cadangan Persediaan;

c. Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka

Pendek *);

8. Ekuitas Dana Investasi :

a. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang *);

b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap;

c. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya;

d. Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka

Page 45: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Panjang *).

Catatan :

*) Khusus Departemen Keuangan dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan

Perhitungan serta Departemen tertentu.

VIII. SISTEMATIKA ISI LAPORAN KEUANGAN

Sistematika Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga disusun sebagai

berikut :

A. Halaman Depan

B. Daftar Isi

C. Kata Pengantar (opsional)

D. Pernyataan Tanggung Jawab *)

E. Pernyataan Telah Direviu *)

F. Ikhtisar Eksekutif

G. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

H. Neraca

I. Catatan atas Laporan Keuangan

J. Lampiran :

LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja

LRA Pendapatan dan LRA Pengembalian Pendapatan

Laporan Barang

Lampiran Laporan Keuangan BLU

Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK

Keterangan:

* ) Untuk Laporan Keuangan Tahunan kementerian negara/lembaga

IX. RINCIAN LAPORAN KEUANGAN

A. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga yang harus disampaikan

adalah sebagai berikut :

1. Laporan Keuangan Tahunan a. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Page 46: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga – Tahunan

LRAKT

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN

LRBKW 01*)

3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN

LRPKW 01*)

b. Neraca Kementerian Negara/Lembaga

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca NSAIKPT

c. Lampiran-lampiran

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Neraca Percobaan NPSAIK 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN LRBKW 02*)

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui BUN

LRBKW 03*)

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBKW 01a*)

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRBKW 01b*)

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

LRBKW 01c*)

7. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Fungsi, Subfungsi, Program

LRBKW 01d*)

8. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN

LRPK W02*)

9. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui BUN

LRPK W03*)

10. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah LRPK W01a*)

Page 47: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Pendapatan Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

11. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRPK W01b*)

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang sama

2. Laporan Keuangan Semesteran

a. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga –

Semesteran LRAKS

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN

LRBKW 01*)

3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN

LRPK W01*)

b. Neraca Kementerian Negara/Lembaga

No. Nama Laporan KodeLaporan 1. Neraca NSAIKPS

c. Lampiran-lampiran

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN LRBKW 02*)

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui BUN

LRBKW 03*)

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBKW 01a*)

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRBKW 01b*)

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan

LRBKW 01c*)

Page 48: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Fungsi, Subfungsi, Program

LRBKW 01d*)

7. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN

LRPK W02*)

8. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui BUN

LRPK W03*)

9. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRPK W01a*)

10. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRPK W01b*)

d. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga DIPA-

Luncuran

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran

Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN

LRBKW 01L

2 Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN

LRBKW 02L

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui BUN

LRBKW 03L

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBKW 01aL

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRBKW 01bL

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

LRBKW 01cL

7. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN Menurut Fungsi, Subfungsi, Program

LRBKW 01dL

Keterangan:

*) Disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

Page 49: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang sama

B. Laporan Keuangan Eselon I yang harus disampaikan adalah:

1. Laporan Keuangan Tahunan a. Laporan Realisasi Anggaran Eselon I

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Eselon I – Tahunan LRAET 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN LRBEW 01*)

3 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Eselon I melalui KPPN dan BUN

LRPE.W 01*)

b. Neraca Eselon I

No. Nama Laporan KodeLaporan1. Neraca NSAIET

c. Lampiran-lampiran **)

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca Percobaan NPSAIET 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Eselon I melalui KPPN LRBEW 02

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui BUN

LRBEW 03

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBEW 01a

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRBEW 01b

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

LRBEW 01c

7. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Eselon I melalui KPPN

LRPE.W02

8. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Eselon I melalui BUN

LRPE.W03

9. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan Eselon I melalui KPPN dan BUN

LRPE.W01a

Page 50: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

menurut Satuan Kerja-Pusat Wilayah 10. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRPE.W01b

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang

sama

**) merupakan laporan opsional, dilampirkan dalam laporan

keuangan jika dianggap perlu.

2. Laporan Keuangan Semesteran

a. Laporan Realisasi Anggaran Eselon I

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Eselon I – Semesteran LRAES 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN LRBEW 01*)

3 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Eselon I melalui KPPN dan BUN

LRPE.W01*)

b. Neraca Eselon I

No. Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca NSAIES

c. Lampiran-lampiran **)

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN

LRBEW 02

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui BUN

LRBEW 03

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBEW 01a

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRBEW 01b

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

LRBEW 01c

Page 51: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

6. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Eselon I melalui KPPN

LRPE.W02

7. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Eselon I melalui BUN

LRPE.W03

8. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja-Pusat Wilayah

LRPE.W01a

9. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRPE.W01b

d. Laporan Realisasi Anggaran Eselon I DIPA Luncuran

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN

LRBEW 01L

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Eselon I melalui KPPN

LRBEW 02L

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Eselon I melalui BUN

LRBEW 03L

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBEW 01aL

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Satuan Kerja Pusat – Wilayah

LRBEW 01bL

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

LRBEW 01cL

Page 52: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang sama

**) merupakan laporan opsional, dilampirkan dalam laporan keuangan jika

dianggap perlu.

C. Laporan Keuangan Wilayah yang harus disampaikan adalah:

1. Laporan Keuangan Tahunan

a. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah– Tahunan LRAWT 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN LRBWW 01*)

3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRPW.W 01*)

b. Neraca Wilayah

No. Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca NSAIWT

c. Lampiran-lampiran**)

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Neraca Percobaan NPSAIWT 2. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah– Tahunan

Belanja Menurut Eselon I LRAWTa

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Wilayah melalui KPPN

LRBWW 02

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Wilayah melalui BUN

LRBWW 03

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja LRBWW 01a

Page 53: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Belanja Menurut Eselon I Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Jenis Satuan Kerja Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01b

7. Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Sumber Dana dan Kegiatan Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01c

8. Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Eselon I dan Jenis Satuan Kerja Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01d

9. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN

LRPW.W02

10. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui BUN

LRPW.W03

11. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Menurut Eselon I Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN

LRPW.W01a

12. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah menurut Jenis Satuan Kerja Pendapatan Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRPW.W01b

13. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah menurut Sumber Dana dan Kegiatan Pendapatan Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRPW.W01c

14. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Menurut Eselon I dan Jenis Satuan Kerja Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN

LRPW.W01d

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang

sama

**) merupakan laporan opsional, dilampirkan dalam laporan keuangan

jika dianggap perlu

Page 54: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

2. Laporan Semesteran a. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah– Semesteran LRAWS 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN LRBWW 01*)

3 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRPW.W01*)

b. Neraca Wilayah

No. Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca NSAIWS

c. Lampiran-lampiran **)

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah– Semesteran

Belanja Menurut Eselon I LRAWSa

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Wilayah melalui KPPN

LRBWW 02

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Wilayah melalui BUN

LRBWW 03

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Menurut Eselon I Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01a

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Jenis Satuan Kerja Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01b

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Sumber Dana dan Kegiatan Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01c

7. Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Eselon I dan Jenis Satuan Kerja Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRBWW 01d

8. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN

LRPW.W02

9. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui BUN

LRPW.W03

10. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Menurut Eselon I Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN

LRPW.W01a

11. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah LRPW.W01b

Page 55: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

menurut Jenis Satuan Kerja Pendapatan Wilayah melalui KPPN dan BUN

12. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah menurut Sumber Dana dan Kegiatan Pendapatan Wilayah melalui KPPN dan BUN

LRPW.W01c

13. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Menurut Eselon I dan Jenis Satuan Kerja Pendapatan dan Hibah Wilayah melalui KPPN

LRPW.W01d

d. Laporan Realisasi Anggaran Wilayah DIPA Luncuran

No Nama Laporan Kode Laporan 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran

Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN LRBWW 01L

2 Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Wilayah melalui KPPN

LRBWW 02L

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Wilayah melalui BUN

LRBWW 03L

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN menurut Eselon I

LRBWW 01aL

5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN menurut Jenis Satuan Kerja

LRBWW 01bL

6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN menurut Sumber Dana dan Kegiatan

LRBWW 01cL

7. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN menurut Eselon I dan Jenis Satuan Kerja

LRBWW 01dL

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang sama

**) merupakan laporan opsional, dilampirkan dalam laporan keuangan

jika dianggap perlu.

D. Laporan Keuangan Satuan Kerja yang harus disampaikan adalah:

1. Laporan Keuangan Tahunan a. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja– Tahunan LRAST 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja LRBSW 01*)

Page 56: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Belanja Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN 3 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN LRPS.W 01*)

b. Neraca Satuan Kerja

No. Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca NSAIST

c. Lampiran-lampiran**)

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca Percobaan NPSAIST 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Satuan Kerja melalui KPPN LRBSW 02

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Satuan Kerja melalui BUN

LRBSW 03

4. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN menurut format DIPA

LRBSDW 01

5. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui KPPN

LRPS.W02

6. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui BUN

LRPS.W03

7. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui KPPN Menurut Program Kegiatan

LRPS.W01a

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan

laporan realisasi pengembalian pendapatan dengan kode

laporan yang sama

**) merupakan laporan opsional, dilampirkan dalam laporan

keuangan jika dianggap perlu.

2. Laporan Semesteran

a. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja

Page 57: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja– Semesteran LRASS 2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Belanja Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN LRBSW 01*)

3 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN

LRPS.W 01*)

b. Neraca Satuan Kerja

No. Nama Laporan Kode Laporan

1. Neraca NSAISS

c. Lampiran-lampiran **)

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Satuan Kerja melalui KPPN

LRBSW 02

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Satuan Kerja melalui BUN

LRBSW 03

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Belanja Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN menurut format DIPA

LRBSDW 01

4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui KPPN

LRPS.W02

5. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui BUN

LRPS.W03

6. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah Satuan Kerja melalui KPPN Menurut Program Kegiatan

LRPS.W01a

d. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja DIPA Luncuran

No Nama Laporan Kode Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Satuan Kerja melalui KPPN dan BUN

LRBSW 01L

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Satuan Kerja melalui KPPN

LRBSW 02L

3. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-DIPA Luncuran Belanja Satuan Kerja melalui BUN

LRBSW 03L

Keterangan:

*) disertai dengan laporan realisasi pengembalian belanja dan laporan

realisasi pengembalian pendapatan dengan kode laporan yang

Page 58: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

sama

**) merupakan laporan opsional, dilampirkan dalam laporan keuangan

jika dianggap perlu.

X. PENYUSUNAN LAPORAN BARANG

Transaksi BMN diproses melalui Sistem Akuntansi Barang Milik Negara

(SABMN) yang merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI).

Secara manual disusun juga Catatan Ringkas Barang Milik Negara. Catatan

Ringkas BMN disampaikan unit akuntansi BMN ke unit akuntansi keuangan

sebagai bahan penyusunan CaLK. Dalam pelaksanaan sistem akuntansi,

Kementerian Negara/Lembaga membentuk unit akuntansi BMN.

A. JENIS DAN PERIODE PELAPORAN Jenis dan periode pelaporan yang harus disampaikan adalah sebagai

berikut :

1. Tingkat UAKPB ke tingkat UAKPA

Periode Pelaporan

Bulanan Semesteran Tahunan 1. ADK X - -

2. Catatan Ringkas BMN X X X

2. Tingkat UAKPB ke tingkat UAPPB-W/UAPPB-E1

Periode Pelaporan Semesteran Tahunan 1. Laporan Barang X X 2. Catatan Ringkas BMN X X 3. LKB - X 4. ADK X -

3. Tingkat UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan ke tingkat UAPPB-E1

Periode Pelaporan Semesteran Tahunan 1. Laporan Barang X X 2. Catatan Ringkas BMN X X 3. LKB - X 4. ADK X -

4. Tingkat UAPPB-W ke tingkat UAPPB-E1

Page 59: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Periode Pelaporan Semesteran Tahunan 1. Laporan Barang X X 2. Catatan Ringkas BMN X X 3. LKB - X 4. ADK X -

5. Tingkat UAPPB-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan ke tingkat UAPPB-E1

Periode Pelaporan Semesteran Tahunan 1. Laporan Barang X X 2. Catatan Ringkas BMN X X 3. LKB - X 4. ADK X -

6. Tingkat UAPPB-E1 ke tingkat UAPB

Periode Pelaporan Semesteran Tahunan 1. Laporan Barang X X 2. Catatan Ringkas BMN X X 3. LKB - X 4. ADK X -

7. Tingkat UAPB ke Ditjen Perbendaharaan c.q. Dit PBM/KN

Periode Pelaporan Semesteran Tahunan 1. Laporan Barang X X 2. Catatan Ringkas BMN X X 3. LKB - X 4. ADK X -

B. KETENTUAN PENYUSUNAN LAPORAN BARANG

Page 60: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

1. Laporan Barang Semesteran

a. Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga (UAPB) Semester I dan II

disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan Barang dari UAPPB-

E1 Semester I dan II.

b. Laporan Barang UAPPB-E1 Semester I dan II disusun berdasarkan hasil

penggabungan Laporan Barang dari UAPPB-W dan UAKPB dibawah

eselon I serta UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I dan

II.

c. Laporan Barang UAPPB-W Semester I dan II disusun berdasarkan hasil

penggabungan Laporan Barang dari UAKPB Semester I dan II.

d. Laporan Barang UAPPB-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester

I dan II disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan Barang dari

UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I dan II.

e. Laporan Barang UAKPB Semester I dan II disusun berdasarkan proses

perekaman transaksi barang Semester I dan II termasuk saldo awal.

f. Laporan Barang UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I

dan II disusun berdasarkan proses perekaman transaksi barang Semester I

dan II termasuk saldo awal yang dananya bersumber dari Dana

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.

g. UAKPB yang membentuk UAPKPB, Laporan Barang UAKPB Semester I

dan II adalah hasil pengabungan Laporan Barang Semester I dan II dari

seluruh UAPKPB.

2. Laporan Barang Tahunan

a. Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga Tahunan disusun

berdasarkan hasil penggabungan Laporan Barang Tahunan dari UAPPB-

E1.

b. Laporan Barang UAPPB-E1 Tahunan disusun berdasarkan hasil

penggabungan Laporan Barang dari UAPPB-W dan UAKPB.

c. Laporan Barang UAPPB-W Tahunan Tahun Anggaran 2006 disusun

berdasarkan hasil penggabungan Laporan Barang dari UAKPB Tahunan

Tahun Anggaran 2006.

d. Laporan Barang UAPPB-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Tahunan

Tahun Anggaran 2006 disusun berdasarkan hasil penggabungan Laporan

Page 61: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Barang dari UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Tahunan Tahun

Anggaran 2006.

e. Laporan Barang UAKPB Tahunan disusun berdasarkan proses

perekaman transaksi BMN Tahunan Tahun Anggaran 2006 termasuk saldo

awal.

f. Laporan Barang UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Tahunan

disusun berdasarkan proses perekaman transaksi BMN termasuk saldo

awal yang dananya bersumber dari Dana Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan.

g. UAKPB yang membentuk UAPKPB, Laporan Barang UAKPB Tahunan

adalah hasil pengabungan Laporan Barang Tahunan dari seluruh

UAPKPB.

3. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menunjang kelengkapan dan keakuratan

data dalam laporan keuangan yaitu :

a. Kementerian Negara/Lembaga yang menggunakan anggaran

pembiayaan dan perhitungan, apabila realisasi anggaran pembiayaan dan

perhitungan menghasilkan BMN, akuntansi atas BMN tersebut diatur dalam

Peraturan tersendiri.

b. Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga yang disampaikan

termasuk BMN yang diperoleh dari dana dekonsentrasi yang disalurkan

melalui dinas provinsi dan tugas pembantuan yang disalurkan melalui

provinsi/kotamadya/kabupaten;

c. Sebelum melaksanakan proses akuntansi tahun berjalan, dilaksanakan

proses tutup tahun untuk tahun anggaran yang lalu.

C. VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA BMN 1. Tingkat Satuan Kerja (UAKPB)

Petugas akuntansi memproses dokumen sumber transaksi BMN untuk

menghasilkan data transaksi, Buku Inventaris, Buku Barang Bersejarah,

Buku Persediaan, LKB, Laporan Barang, KIB, DIR, dan DIL. Data transaksi

diverifikasi dengan dokumen sumber, untuk memastikan bahwa seluruh

transaksi sudah diproses sesuai dengan dokumen sumber yang ada.

Laporan Barang beserta ADK setiap semester dan tahunan dikirim ke

Page 62: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

tingkat UAPPB-W /UAPPB-E1 untuk dilakukan penggabungan data.

UAKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan menyampaikan Laporan

Barang beserta ADK ke UAPPB-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dan

UAPPB-E1 setiap semester dan tahunan.

2. Tingkat Wilayah (UAPPB-W)

Laporan Barang tingkat wilayah (UAPPB-W) divalidasi dengan Laporan

Barang tingkat satuan kerja (UAKPB) di lingkungan UAPPB-W yang

bersangkutan.

Laporan Barang tingkat wilayah (UAPPB-W) Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan divalidasi dengan Laporan Barang tingkat satuan kerja

(UAKPB) Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan di lingkungan UAPPB-W yang

bersangkutan.

Laporan Barang tingkat wilayah beserta ADK setiap semester dan tahunan

disampaikan ke tingkat eselon I (UAPPB-E1) dan Kanwil Ditjen

Perbendaharaan di wilayah masing-masing. Penyampaian Laporan Barang

oleh UAPPB-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan tidak perlu disertai ADK.

Untuk menjaga keandalan Laporan Barang dan Laporan Keuangan,

UAPPB-W bersama UAPPA-W melakukan rekonsiliasi internal.

3. Tingkat Eselon I (UAPPB-E1)

Laporan Barang tingkat eselon I (UAPPB-E1) divalidasi dengan Laporan

Barang tingkat wilayah (UAPPB-W) di lingkungannya dan juga Laporan

Barang tingkat UAKPB di lingkungan UAPPB-E1 yang bersangkutan,

termasuk dana dekonsentrasi/tugas pembantuan yang disalurkan melalui

provinsi/kotamadya/kabupaten.

Laporan Barang tingkat eselon I beserta ADK setiap semester dan tahunan

disampaikan ke kementerian negara/lembaga (UAPB).

Untuk menjaga keandalan Laporan Barang dan Laporan Keuangan,

UAPPB-E1 bersama UAPPA-E1 melakukan rekonsiliasi internal.

4. Tingkat Kementerian Negara/Lembaga (UAPB)

Laporan Barang tingkat Kementerian Negara/Lembaga (UAPB) divalidasi

dengan Laporan Barang eselon I (UAPPB-E1) di lingkupnya.

Untuk menjaga keandalan Laporan Barang dan Laporan Keuangan, UAPB

Page 63: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

bersama UAPA melakukan rekonsiliasi internal.

Laporan Barang tingkat kementerian negara/lembaga (UAPB) beserta ADK

setiap semester dan tahunan disampaikan ke Menteri Keuangan c.q. Dirjen

Perbendaharaan.

Selain itu pada akhir tahun anggaran dilakukan pemutakhiran data dengan

Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan BM/KN.

D. WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN BARANG

Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga disampaikan kepada Menteri

Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan, dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. Laporan Barang Semester I disampaikan selambat-lambatnya pada

tanggal 21 Juli tahun anggaran berjalan;

b. Laporan Barang Semester II disampaikan selambat-lambatnya pada

tanggal 4 Februari setelah tahun anggaran berakhir;

c. Laporan Barang dan Laporan Kondisi Barang (LKB) selambat-lambatnya

pada tanggal 19 Februari setelah tahun anggaran berakhir;

d. Jadwal pengiriman Laporan Barang dari tingkat UAKPB sampai dengan

tingkat UAPB diatur dalam lampiran IV Peraturan ini.

E. RINCIAN LAPORAN BARANG

1. Laporan Barang kementerian negara/lembaga yang harus disampaikan adalah sebagai berikut :

a. Laporan Barang Tahunan

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Kelompok Barang Kementerian

Negara/Lembaga – Tahunan 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Kelompok Barang Kementerian

Negara/Lembaga – Tahunan 3. Laporan Persediaan Kementerian Negara/Lembaga – Tahunan 4. Laporan Kondisi Barang Kementerian Negara/Lembaga – Tahunan 5. Laporan Kondisi Barang – Barang Bersejarah Kementerian

Negara/Lembaga – Tahunan

b. Laporan Barang Semesteran

Page 64: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Kelompok Barang Kementerian

Negara/Lembaga – Semesteran 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Kelompok Barang Kementerian

Negara/Lembaga – Semesteran 3. Laporan Persediaan Kementerian Negara/Lembaga – Semesteran

2. Laporan Barang eselon I yang harus disampaikan adalah sebagai berikut : a. Laporan Barang Tahunan

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Kelompok Barang Eselon I – Tahunan 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Kelompok Barang Eselon I –

Tahunan 3. Laporan Persediaan Eselon I – Tahunan 4. Laporan Kondisi Barang Eselon I – Tahunan 5. Laporan Kondisi Barang – Barang Bersejarah Eselon I – Tahunan

b. Laporan Barang Semesteran

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Kelompok Barang Eselon I –

Semesteran 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Kelompok Barang Eselon I –

Semesteran 3. Laporan Persediaan Eselon I – Semesteran

3. Laporan Barang wilayah yang harus disampaikan adalah sebagai berikut :

a. Laporan Barang Tahunan

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Sub Kelompok Barang Wilayah –

Tahunan 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Sub Kelompok Barang Wilayah –

Tahunan 3. Laporan Persediaan Wilayah – Tahunan 4. Laporan Kondisi Barang Wilayah – Tahunan 5. Laporan Kondisi Barang – Barang Bersejarah Wilayah – Tahunan

b. Laporan Barang Semesteran

Page 65: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Sub Kelompok Barang Wilayah –

Semesteran 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Sub Kelompok Barang Wilayah –

Semesteran 3. Laporan Persediaan Wilayah – Semesteran

4. Laporan Barang satuan kerja yang harus disampaikan adalah sebagai berikut:

a. Laporan Barang Tahunan

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Sub-sub Kelompok Barang satuan

kerja – Tahunan 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Sub-sub Kelompok Barang satuan

kerja – Tahunan 3. Laporan Persediaan satuan kerja – Tahunan 4. Laporan Kondisi Barang satuan kerja – Tahunan 5. Laporan Kondisi Barang – Barang Bersejarah satuan kerja – Tahunan

b. Laporan Barang Semesteran

No Nama Laporan 1. Laporan Barang Intrakomptabel Per Sub-sub Kelompok Barang satuan

kerja – Semesteran 2. Laporan Barang-Barang Bersejarah Per Sub-sub Kelompok Barang satuan

kerja – Semesteran 3. Laporan Persediaan satuan kerja – Semesteran

Page 66: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Page 67: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

JADWAL PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I

Unit Organisasi Terima Proses dan Rekonsiliasi Kirim Waktu

Pengiriman

UAKPA UAPPA-W

UAPPA-E1

UAPA Menkeu cq. Dirjen PBN

-

15 April 20X0

23 April 20X0

29 April 20X0

09 Mei 20X0

-

5 hari

3 hari

8 hari -

12 April 20X0

20 April 20X0

27 April 20X0

08 Mei 20X0 -

3 hari

3 hari

2 hari

1 hari

Laporan Keuangan Semester I

Unit Organisasi Terima Proses dan Rekonsiliasi Kirim Waktu

Pengiriman

UAKPA UAPPA-W

UAPPA-E1

UAPA Menkeu cq. Dirjen PBN

-

12 Juli 20X0

17 Juli 20X0

22 Juli 20X0

26 Juli 20X0

-

3 hari

3 hari

3 hari -

10 Juli 20X0

15 Juli 20X0

20 Juli 20X0

25 Juli 20X0

-

2 hari

2 hari

2 hari

1 hari

Page 68: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 2 dari 4

Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III

Unit Organisasi Terima Proses dan Rekonsiliasi Kirim Waktu

Pengiriman

UAKPA UAPPA-W UAPPA-E1

UAPA

Menkeu cq. Dirjen PBN

-

15 Oktober 20X0

23 Oktober 20X0

31 Oktober 20X0

09 November 20X0

-

5 hari

6 hari

8 hari -

12 Oktober 20X0

20 Oktober 20X0

29 Oktober 20X0

08 November 20X0 -

3 hari

3 hari

2 hari

1 hari

Laporan Keuangan Tahunan

Unit Organisasi Terima Proses dan Rekonsiliasi Kirim Waktu

Pengiriman

UAKPA UAPPA-W UAPPA-E1

UAPA Menkeu cq. Dirjen PBN

-

23 Januari 20X1

02 Februari 20X1

10 Februari 20X1

28 Februari 20X1

6 hari

6 hari

17 hari -

20 Januari 20X1

29 Januari 20X1

08 Februari 20X1

27 Februari 20X1 -

3 hari

3 hari

2 hari

1 hari

Keterangan

• Laporan Keuangan yang disampaikan ke Unit Akuntansi di atasnya adalah Laporan Keuangan yang telah direkonsiliasi dengan KPPN, Kanwil Ditjen PBN dan Direktorat Informasi dan Akuntansi.

• Proses dan Rekonsiliasi termasuk kegiatan penggabungan, rekonsiliasi dan pengiriman. • Tahun 20X0 adalah untuk tahun anggaran berjalan,

Tahun 20X1 adalah 1 (satu) tahun setelah tahun anggaran berakhir. • Pengecualian dalam lampiran IV peraturan ini adalah untuk batas waktu penyampaian

Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I Tahun Anggaran 2006 adalah tanggal 22 Mei 2006.

Page 69: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 3 dari 4

JADWAL PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN LAPORAN BARANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Laporan Barang Semester I

Unit Organisasi Terima Proses Kirim Waktu Pengiriman

UAKPB UAPPB-W UAPPB-E1

UAPB Menkeu cq. Dirjen PBN

-

06 Juli 20X0

12 Juli 20X0

17 Juli 20X0

21 Juli 20X0

-

3 hari

3 hari

3 hari -

05 Juli 20X0

11 Juli 20X0

14 Juli 20X0

20 Juli 20X0 -

2 hari

2 hari

3 hari

1 hari

Laporan Barang Semester II

Unit Organisasi Terima Proses Kirim Waktu Pengiriman

UAKPB UAPPB-W UAPPB-E1

UAPB

Menkeu cq. Dirjen PBN

-

15 Januari 20X1

23 Januari 20X1

30 Januari 20X1

5 Februari 20X1

-

5 hari

5 hari

5 hari -

10 Januari 20X1

20 Januari 20X1

28 Januari 20X1

4 Februari 20X1 -

5 hari

3 hari

2 hari

1 hari

Page 70: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 4 dari 4

Laporan Barang Tahunan

Unit Organisasi Terima Proses Kirim Waktu Pengiriman

UAKPB UAPPB-W UAPPB-E1

UAPB Menkeu cq. Dirjen PBN

-

20 Januari 20X1

28 Januari 20X1

4 Februari 20X1

20 Februari 20X1

-

5 hari

5 hari

15 hari (termasuk

pemutakhiran data BMN)

-

15 Januari 20X1

25 Januari 20X1

2 Februari 20X1

19 Februari 20X1

-

5 hari

3 hari

2 hari

1 hari

Keterangan : • Tahun 20X0 adalah untuk tahun anggaran berjalan, • Tahun 20X1 adalah untuk 1 (satu) tahun setelah tahun anggaran berakhir.

KTUR JENDERAL

060046519

Page 71: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN Va PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAGIAN ANGGARAN XXX <cantumkan kode Bagian Anggaran>

LAPORAN KEUANGAN <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA> TAHUN ANGGARAN 200x

<alamat kementerian negara/lembaga>

Logo Kementerian Negara/ Lembaga

Page 72: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 2 dari 34

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas

antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang

dipimpinnya. <Nama Kementerian Negara/Lembaga> adalah salah satu Kementerian

Negara/Lembaga yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan keuangan berupa Realisasi Anggaran, Neraca,

dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan.

Penyusunan laporan keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> mengacu pada

Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat serta Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor

<sesuaikan dengan nomornya> tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di dalamnya telah disusun sesuai

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Penyusunan Laporan Keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.

<Nama Kota>, <tanggal, bulan dan tahun>

<Jabatan penanda tangan>

<Nama penanda tangan>

NIP …

Page 73: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 3 dari 34

DAFTAR ISI

HalamanKata Pengantar ...

Daftar Isi ...

Pernyataan Tanggung Jawab ...

Pernyataan Reviu ...

Ringkasan Eksekutif ...

Laporan Keuangan

A. Laporan Realisasi Anggaran ...

B. Neraca ...

C. Catatan atas Laporan Keuangan ...

I. Pendahuluan ...

II. Kebijakan Akuntansi ...

III. Ringkasan laporan ...

IV. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran ...

V. Penjelasan atas Pos-pos Neraca ...

VI. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya ...

Lampiran :

A. Laporan-laporan Pendukung

• LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan

• LRA Belanja dan Pengembalian Belanja

• Neraca Percobaan

B. Laporan Barang Pengguna

• Laporan Barang Pengguna Semesteran/Tahunan

• Laporan Kondisi Barang

• Rincian Saldo Awal

C. Lampiran Laporan Keuangan dan Neraca BLU

D. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK

Dst.

Page 74: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 4 dari 34

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

MENTERI/KEPALA <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

Laporan keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> unaudited yang terdiri dari: Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun

anggaran> sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 75: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 5 dari 34

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

MENTERI/KEPALA <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

Laporan keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> audited yang terdiri dari: Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun

anggaran> sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 76: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 6 dari 34

PERNYATAAN TELAH DIREVIU <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

TAHUN ANGGARAN <ANGKA TAHUN ANGGARAN>

Kami telah mereviu Laporan Keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> tahun

<angka tahun anggaran> berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 200X, Laporan Realisasi

Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal

tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan lain terkait. Semua

informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen <Nama

Kementerian Negara/Lembaga>.

Reviu terutama terdiri dari permintaan keterangan kepada pejabat entitas pelaporan

dan prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang

jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan

terkait dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, kami tidak memberi pendapat semacam itu.

Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa

laporan keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang

nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku.

<Nama Kota>, <tanggal-bulan-tahun> <Jabatan penanda tangan pernyataan reviu> <Nama penanda tangan> NIP...

Page 77: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 7 dari 34

PERNYATAAN TELAH DIREVIU (dengan paragraf penjelas) <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

TAHUN ANGGARAN <ANGKA TAHUN ANGGARAN>

Kami telah mereviu Laporan Keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> tahun

<angka tahun anggaran> berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 200X, Laporan Realisasi

Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan lain terkait. Semua informasi yang

dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen <Nama Kementerian

Negara/Lembaga>

Reviu terutama terdiri dari permintaan keterangan kepada pejabat entitas pelaporan dan

prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih

sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan

tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu,

kami tidak memberi pendapat semacam itu.

Berdasarkan reviu kami, dengan pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam

paragraf berikut, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan

yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang nomor 17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Seperti yang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan <sebutkan nomor

halaman dan alinea> dalam, entitas pelaporan menerapkan <jelaskan metode baru yang

diterapkan> sedangkan sebelumnya diterapkan <jelaskan metode sebelumnya>. Meskipun

<jelaskan metode baru yang diterapkan> sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, namun

entitas pelaporan tidak dapat memberikan dasar pertimbangan yang memadai bagi perubahan

tersebut.

<Nama Kota>, <tanggal-bulan-tahun> <Jabatan penanda tangan pernyataan reviu> Ketua Tim Reviu <Nama penanda tangan> NIP...

Page 78: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 8 dari 34

Laporan Realisasi Anggaran Realisasi pendapatan dan hibah Realisasi bekanja Neraca Jumlah aset Rp......

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/pimpinan

lembaga sebagai penanggung jawab Pengguna Anggaran/Barang mempunyai

tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan berupa

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan

Keuangan. Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan Kementerian

Negara/Lembaga ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas

penggunaan anggaran dan/atau barang pada Kementerian Negara/Lembaga.

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga tahun 200x ini telah

disusun berdasarkan laporan keuangan seluruh eselon I serta disajikan sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara

anggaran tahun 200x dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur

pendapatan dan belanja.

Realisasi pendapatan dan hibah pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai

realisasi pendapatan dan hibah selama periode pelaporan> atau mencapai

<persentase capaian> % dari anggarannya.

Realisasi belanja pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi belanja

selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> % dari

anggarannya.

2. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 200x

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.

Jumlah aset per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai aset pada

tanggal laporan> yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp <nilai aset lancar

Page 79: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 9 dari 34

Jumlah kewajiban Rp...... Jumlah ekuitas dana Rp..... Catatan atas Laporan Keuangan Penyajian LRA Penyajian neraca

pada tanggal laporan>; aset tetap sebesar Rp <nilai aset tetap pada tanggal

laporan>; dan aset lainnya sebesar Rp <nilai aset lainnya pada tanggal

laporan>.

Jumlah kewajiban per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai kewajiban

pada tanggal laporan> yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp

<nilai kewajiban jangka pendek pada tanggal laporan>; dan kewajiban

jangka panjang sebesar Rp <nilai kewajiban jangka panjang pada tanggal

laporan>.

Jumlah ekuitas dana per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai

ekuitas dana pada tanggal laporan> yang terdiri dari ekuitas dana lancar

sebesar Rp <nilai ekuitas dana lancar pada tanggal laporan>; ekuitas dana

investasi sebesar Rp <nilai ekuitas dana investasi pada tanggal laporan.

3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan

pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai

antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan

akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang

diperlukan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dan belanja

diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan

oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN).

Dalam penyajian neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui

berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan

timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima

atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

Page 80: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 10 dari 34

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 81: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 11 dari 34

LAPORAN NERACA

Page 82: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 12 dari 34

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN

DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

Page 83: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 13 dari 34

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN <Nama Kementerian Negara/Lembaga>

Laporan keuangan semester/tahun 200X (pilih salah satu sesuai cakupan laporan

keuangan yang disajikan) ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud

transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola yang baik

(good governance). Sedangkan tujuan Catatan atas Laporan Keuangan adalah

menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka

pengungkapan yang memadai.

Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan;

• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah;

• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

• Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar;

• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan <sebutkan nomor dan

tentang peraturannya>

Page 84: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 14 dari 34

Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan

B PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang

dikelola oleh <Nama Kementerian/Lembaga> yang berasal dari dana

APBN sebesar Rp<jumlah rupiah pagu anggaran belanja> termasuk

transaksi keuangan dana dekonsentrasi yang disalurkan ke pemerintah

provinsi, dan dana tugas pembantuan yang disalurkan ke pemerintah

daerah/desa.

Pada Tahun Anggaran 200x, UAPA bertugas melakukan penggabungan

dan pengkoordinasian laporan keuangan dari ..........eselon I, yaitu

1. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,

2. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,

3. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,

4. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,

5. dst

Satuan Kerja tersebut terdiri dari :

• satuan kerja pusat dan daerah ......... satuan kerja <jumlah satker>,

• satuan kerja dekonsentrasi......... satuan kerja <jumlah satker>,

• satuan kerja tugas pembantuan.......... satuan kerja <jumlah satker>,

yang tersebar di ........provinsi <jumlah wilayah>

Selain mengelola Bagian Anggaran <sebutkan nama kementerian

negara/lembaga (kode)>, juga mengelola Bagian Anggaran Pembiayaan

dan Perhitungan yaitu ………… (BA…) <sebutkan semua nama BAPP

yang terdapat pada kementerian negara/lembaga beserta kode BA> yang

dilaporkan terpisah dari Laporan Keuangan ini.

Laporan Keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> terdiri dari

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan disertai Catatan atas Laporan

Keuangan, yang disusun secara <desentralisasi/sentralisasi> dengan

menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem

Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara

(SABMN).

Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran <telah/belum> dilakukan

rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan Negara c.q. Direktorat

Informasi Akuntansi setiap semester.

Page 85: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 15 dari 34

Laporan keuangan ini <telah/belum> direviu sebelumnya oleh Aparat

Pengawas Intern.

Dalam penyusunan data neraca untuk aset tetap, <telah

seluruhnya/belum seluruhnya> eselon I menggunakan data yang

berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). eselon I

yang telah melaksanakan SABMN secara penuh dalam lingkup <Nama

Kementerian Negara/lembaga> sebanyak <jumlah eselon I> ......eselon I,

yaitu :

No. Kode

Eselon I Uraian Eselon I

Jumlah satuan kerja yang telah melaksanakan SABMN sebanyak..... satker dari ...........total seluruh satuan kerja pada lingkup <Nama Kementerian Negara/lembaga>

Pendapatan

Belanja

II. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu

basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan basis akrual untuk

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

A. PENDAPATAN Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang

menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan

yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh

pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN.

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu

dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah

netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

B. BELANJA Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana

lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi

pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara

Page 86: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 16 dari 34

Aset

pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban

atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

C. ASET Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk

penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang

dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini

tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut

dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada

saat hak kepemilikan berpindah.

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset

Lainnya.

Pengukuran/penilaian Aset: 1. Persediaan;

Persediaan disajikan sebesar:

• Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya

perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya

pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang

secara langsung dapat dibebankan pada perolehan

persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa

mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan

adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

• Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait

dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap

dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi

dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

• Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan.

2. Tanah;

Page 87: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 17 dari 34

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup

harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang

dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,

pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan

sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai

bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika

bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga

taksiran pada saat perolehan.

3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila

penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya

perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan

cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan

baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

aset tetap tersebut.

Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya

perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan.

4. Peralatan dan Mesin

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah

pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan

mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan

dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian,

biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya

untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin

tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak

meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan dan jasa konsultan.

Page 88: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 18 dari 34

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara

swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,

dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

Peralatan dan Mesin tersebut.

5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Biaya perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan menggambarkan

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh Jalan, Irigasi, dan

Jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau

biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,

irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.

Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh

melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran

bangunan lama.

Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun

secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang

terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan,

biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya

pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

6. Aset Tetap Lainnya

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap

pakai.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak

meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui

swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri

dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya

perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.

7. Kontruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola

Page 89: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 19 dari 34

Kewajiban

Ekuitas dana

meliputi:

Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi

yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;

biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan

dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan

peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang

berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.

Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya

dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya

asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak

secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan

biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan

konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi

meliputi:

Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan

dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga

sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

D. KEWAJIBAN Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Kewajiban pada

satuan kerja dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga hanya berupa

kewajiban kepada KPPN berupa keterlambatan penyampaian sisa uang

persediaan dan kepada BUN/KPPN berupa pendapatan yang ditangguhkan.

E. EKUITAS DANA Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara

aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas

Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi.

Anggaran Belanja

III. RINGKASAN LAPORAN

A. ANGGARAN BELANJA DAN ESTIMASI PENDAPATAN

Selama periode............/Tahun Anggaran......(sesuaikan dengan periode

yang dicakup oleh laporan keuangan), <Nama Kementerian

Page 90: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 20 dari 34

Estimasi Pendapatan

Negara/Lembaga> menerima anggaran pengeluaran sebesar Rp <nilai

rupiah total pagu belanja> yang digunakan untuk membiayai seluruh

kegiatan satuan kerja di lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga>.

Pada Tahun Anggaran 200x <Nama Kementerian Negara/Lembaga> juga

mengelola DIPA Luncuran sebesar Rp<nilai rupiah total pagu DIPA

Luncuran>.

<Uraikan informasi mengenai anggaran serta perubahannya baik

disebabkan oleh adanya DIPA Luncuran, APBNP (ABT), SKPA atau hal-

hal lain yang berhubungan dengan anggaran>

Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada <Nama Kementerian

Negara/Lembaga> untuk Tahun Anggaran <tahun anggaran> sebesar

Rp<nilai rupiah> yang terdiri dari estimasi penerimaan perpajakan sebesar

Rp<nilai rupiah>, estimasi PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan estimasi

penerimaan hibah sebesar Rp<nilai rupiah>.

Realisasi Belanja Rp...................

Realisasi pendapatan dan hibah Rp..............

B. REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA

Dari anggaran pengeluaran tersebut terealisasi sebesar Rp<nilai rupiah

total realisasi belanja selama periode yang dilaporkan> atau <jumlah

realisasi belanja dibagi jumlah pagu belanja dikalikan 100> % dari total

anggaran.

Dari realisasi anggaran tersebut, untuk DIPA Luncuran telah terealisasi

sebesar Rp<total realisasi DIPA Luncuran> atau % dari total anggaran.

DIPA Luncuran.

Realisasi pendapatan pada Tahun Anggaran <tahun anggaran> sebesar

Rp <nilai rupiah>, yang berasal dari penerimaan penerimaan perpajakan

sebesar Rp<nilai rupiah>, PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan

penerimaan hibah sebesar Rp<nilai rupiah>.

Neraca

Aset Rp.............

C. NERACA Posisi keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> pada <tanggal

neraca> adalah sebagai berikut: Aset sebesar Rp <total nilai aset>;

Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban>; dan Ekuitas Dana sebesar

Rp <nilai ekuitas dana>.

Jumlah Aset sebesar Rp <total nilai aset> terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp

<total nilai aset lancar>; Aset Tetap sebesar Rp <total nilai aset tetap> serta

Page 91: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 21 dari 34

Kewajiban Rp..................

Ekuitas Dana Rp..................

Aset Lainnya sebesar Rp<total nilai aset lainnya>.

Jumlah Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban> terdiri dari < jenis-jenis

kewajiban dan nilai rupiahnya>.

Jumlah ekuitas dana sebesar Rp <total nilai ekuitas dana> terdiri dari

ekuitas dana lancar sebesar Rp<jumlah nilai ekuitas dana lancar> dan

ekuitas dana investasi sebesar Rp <jumlah nilai ekuitas dana investasi>.

Realisasi Pendapatan Penerimaan perpajakan PNBP

Pengembalian Belanja tahun anggaran yang lalu

Pendapatan Hibah

IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN A. PENDAPATAN A.1. Realisasi Pendapatan

(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas negara

melalui satker-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut penyebab

terlampauinya anggaran atau tidak tercapainya target, jika ada. Berikut

adalah contoh pengungkapan pendapatan pada Kementerian yang

menerima pendapatan perpajakan dan pendapatan nonpajak).

Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara

bukan pajak.

- Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total

capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau

<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan

pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai

dengan kondisi yang ada).

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan

kontribusi bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada

<semester/tahun> (periode laporan) sebesar Rp<total capaian

PNBP> atau <persentase capaian>% dari anggarannya.

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga berasal dari

pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-

anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-

yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai

pendapatan lain-lain.

Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang

berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian

penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase

capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu

Page 92: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 22 dari 34

Pengembalian Pendapatan

penerimaan hibah untuk periode pelaporan>.

Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat

pengembalian pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian

pendapatan> dimana sebesar Rp<total nilai pengembalian atas

pendapatan-tahun-anggaran-sebelumnya> merupakan pengembalian

atas pendapatan tahun anggaran yang lalu, dan sisanya sebesar

Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-berjalan>

merupakan pengembalian atas pendapatan-yang-diterima-pada-tahun-

anggaran berjalan. Karena kedua jenis pengembalian pendapatan ini

bersifat normal dan berulang (recurring), maka dibukukan sebagai

pengurang pendapatan pada periode terjadinya pengembalian.

Hambatan dan Kendala

perpajakan PNBP

A.2. Hambatan dan Kendala

Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut

adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan

perpajakan)

- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan

- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah

- rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini

Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak pada

periode ini antara lain disebabkan:

• terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran

tuntutan ganti rugi sebagaimana seharusnya,

• realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga

pada periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.

Realisasi Belanja

B. BELANJA

B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya

kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana

Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja <Nama Kementerian

Negara/Lembaga> meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja

modal dan belanja bantuan sosial (disebutkan sesuai dengan jenis

belanja yang ada di satuan kerja yang ada dalam lingkup Kementerian

Negara/Lembaga). Perincian Anggaran dan realisasi belanja dapat

Page 93: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 23 dari 34

dilihat dari tabel-tabel berikut ini : Rincian anggaran dan Realisasi belanja per jenis satuan kerja...........

Tabel.1 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja

<Nama Kementerian Negara/Lembaga> <Tahun Anggaran>

Uraian Anggaran Semula

Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%Satuan Kerja Pusat dan Daerah

Rp. Rp. Rp. ………….%

Dekonsentrasi Rp. Rp. Rp. ………….%

Tugas Pembantuan Rp. Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp Rp ………….%

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja.......

Tabel.2 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja

Kode Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Anggaran

Setelah Revisi Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% 51 Belanja Pegawai Rp. Rp. ………….% 52 Belanja Barang Rp. Rp. ………….% 53 Belanja Modal Rp. Rp. ………….% 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Rp. ………….% Dst Dst Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp ………….% <Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat pada kementerian negara/lembaga>

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja DIPA Luncuran

Dari realisasi anggaran tersebut di atas, untuk realisasi DIPA Luncuran adalah

sebagai berikut :

Tabel.3 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA Luncuran

Kode

Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% XX <Isi dengan uraian jenis bel.> Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp ………….%

Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja dalam

lingkup UAPA yang tersebar di .......Eselon 1.

Page 94: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 24 dari 34

Rincian realisasi belanja modal

Tabel.4 Rincian Realisasi Belanja Modal

Kode MAK. Uraian Belanja Modal(BM) Anggaran

Setelah Revisi Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% 531111 BM Tanah Rp. Rp. ………….%532111 BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. ………….%533111 BM Gedung dan Bangunan Rp. Rp. ………….%534111 BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. ………….%534112 BM Irigasi Rp. Rp. ………….%534113 BM Jaringan Rp. Rp. ………….%535111 BM Fisik Lainnya Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp ………….%

Pengembalian belanja Rp...............

Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-yang-

terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas

belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan>dibukukan sebagai kontra

pos belanja pada periode pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas

belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai

pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu>

dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

Rincian realisasi pengembalian belanja per jenis belanja

Tabel.5 Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja

Kode Jenis

Bel. Uraian Jenis Belanja Realisasi Pengembalian Belanja

1 2 4 51 Belanja Pegawai Rp. 52 Belanja Barang Rp. 53 Belanja Modal Rp. 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Dst Dst Rp.

Jumlah Rp

Hambatan dan kendala

B.2. Hambatan dan Kendala

(Jelaskan dan uraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah

anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari

eksternal.

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:

<misalnya terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran>

Page 95: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 25 dari 34

Kas di bendahara pengeluaran Rp.................. ..

V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada <Nama Kementerian

Negara/Lembaga> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendahara

pembayar> merupakan saldo kas pada bendahara pengeluaran. Jumlah di

atas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang

belum dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada

tanggal neraca. Terdiri dari :

Daftar kas bendahara pengeluaran

Tabel. 6 Daftar Kas Bendahara Pengeluaran

No. Uraian Eselon I Jumlah

1 Rp.

2

Jumlah Rp.

(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk periode

akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember 200x saldo kas di

bendahara telah disetorkan, diungkapkan Eselon I yang telah melakukan

penyetoran).

Kas di bendahara penerimaan Rp................

B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada <Nama Kementerian

Negara/Lembaga> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di

bendahara penerimaan> merupakan saldo kas pada bendahara

penerimaan.

Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara

Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal

neraca. Terdiri dari : Daftar kas bendahara penerimaan

Tabel. 7 Daftar Kas Bendahara Penerimaan

No. Uraian Eselon I Jumlah

1 2 3 1 Rp

2

3

Jumlah Rp.

Page 96: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 26 dari 34

Tabel.8

Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan

No. Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang belum disetorkan ke

kas negara.

(Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum disetor.)

Piutang

C. PIUTANG Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang

atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal

neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari

12 bulan setelah tanggal neraca.

(data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari eselon I).

Piutang Pajak

C.1. Piutang Pajak Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak yang

telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum

diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam

jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

Rincian piutang pajak

Tabel.9 Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah

No. Kode Wilayah Uraian Wilayah Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp. (Diisi untuk kanwil yang mempunyai Piutang Pajak beserta jumlahnya).

Piutang PNBP

C.2. Piutang PNBP

Piutang PNBP sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan piutang

penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap

Page 97: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 27 dari 34

pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan

belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima

dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Rincian piutang PNBP

Piutang tersebut terdiri dari :

Tabel.10 Rincian Piutang PNBP menurut Eselon I

No. Kode Eselon I Uraian Eselon I Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

Tabel.11 Rincian Piutang PNBP

No. Kode

Perkiraan Piutang

Uraian Piutang Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp. (Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PMK.06/2005 yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)

Bagian lancar tagihan penjualan angsuran Bagian lancar tagihan TGR

C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar

Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam

Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca) yang berasal dari

penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>.

C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar

Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh

tempo dalam Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Piutang bukan pajak lainnya

C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang yang

tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang

sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan diterima pada

Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Page 98: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 28 dari 34

Persediaan

D. PERSEDIAAN Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan

(supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk

mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan

kepada masyarakat.

Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai

persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi,

yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesuai dengan klasifikasi pada

bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masing-masing>.

Aset tetap

E. ASET TETAP Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari

12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan

oleh masyarakat umum.

Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>

dengan perincian sebagai berikut:

Tabel.12 Daftar Aset Tetap

Mutasi

Nama Aset Tetap Saldo Awal Tambah Kurang

Saldo Akhir

1 2 3 4 5 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Jumlah

Penambahan aset tetap TA 200x Rp...........

Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:

• Pembelian Rp.

• Penyelesaian Pembangunan Rp.

• Transfer dari unit lain Rp.

• Hibah (masuk) Rp.

• dst

< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>

Page 99: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 29 dari 34

Pengurangan aset tetap TA 200x Rp...........

Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :

• Penghapusan Rp.

• Transfer ke unit lain Rp

• Koreksi Pencatatan Rp

• Hibah (keluar) Rp.

• dst

< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>

Konstruksi dalam Pengerjaan Rp..................

Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan laporan

keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan aset tetap melalui

pembangunan yang belum selesai pengerjaannya pada <tanggal neraca> adalah

sebesar Rp........................ Konstruksi Dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari :

• Tanah Rp.

• Peralatan dan Mesin Rp.

• Gedung dan Bangunan Rp.

• Jalan Rp.

• Irigasi dan Jaringan Rp.

• Aset Tetap Lainnya Rp.

< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>

Catatan atas aset tetap

(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih

mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh

aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian Negara/Lembaga

tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah

namun belum dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya,

penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi

syarat kapitalisasi dsb.)

Aset Bersejarah F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) (Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai aset

bersejarah)

Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset

tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset

bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas.

Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang

Page 100: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 30 dari 34

berlaku.

Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejarah berupa

belanja untuk < jelaskan penggunaan belanja tersebut misalnya untuk

perolehan/ konstruksi/ peningkatan/ rekonstruksi> yang berasal dari belanja

<barang/modal> adalah sebesar Rp.<jumlah total belanja>.

Daftar Aset Bersejarah

Tabel.13 DAFTAR ASET BERSEJARAH

Nama Aset

Saldo Awal Periode (dalam

satuan kuantitas)

Mutasi Bertambah

(dalam satuan kuantitas)

Mutasi Berkurang

(dalam satuan kuantitas)

Saldo Akhir Periode (dalam

satuan kuantitas)

Aset Lainnya Rp. TPA Rp............ TGR Rp........... Kemitraan dengan pihak ketiga Rp..............

G. ASET LAINNYA (Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset dengan

jenis ini)

Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset

lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset

Lainnya terdiri atas:

- Tagihan Penjualan Angsuran Rp<nilai TPA yang jatuh temponya

lebih dari 12 bulan setelah tanggal

neraca>

- Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp<nilai TGR yang jatuh temponya

lebih dari 12 bulan setelah tanggal

neraca>

- Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak ketiga>

Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan

tersebut>

Uang muka dari KPPN Rp.........

H. UANG MUKA DARI KPPN Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di

Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan

uang persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum

dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.

(Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah dan

Page 101: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 31 dari 34

diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini masih ada

nilainya).

Pendapatan yang ditangguh- kan Rp.............

I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun

Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini

merepresentasikan pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut

tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan.

Ekuitas dana lancar Rp..................

J. EKUITAS DANA LANCAR Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan

selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar / jangka pendek,

yang terdiri atas:

- Cadangan Piutang Rp<nilai rupiah akun Piutang>

- Cadangan Persediaan Rp<nilai rupiah akun Persediaan>

(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,

sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun

Persediaan). Ekuitas dana investasi Rp.................

K. EKUITAS DANA INVESTASI

Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap

dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal neraca>,

terdiri atas:

- Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset

Tetap>

- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset

Lainnya>

(Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari akun

Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan dalam Aset Lainnya adalah akun

penyeimbang dari akun Aset Tetap Lainnya)

Informasi Tambahan

VI. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA A. INFORMASI TAMBAHAN

(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan

laporan keuangan tetapi belum diungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya,

misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki Badan Layanan

Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah contohnya:)

Page 102: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 32 dari 34

Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum

yang berada di lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :

• Badan X

• Unit Y

• Rumah Sakit Z

• Dst.

Pengungkapan Lainnya

B. PENGUNGKAPAN LAINNYA

(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan

laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya,

contoh yaitu :)

1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada;

2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;

3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan

operasionalnya.

4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-

kejadian penting selama periode pelaporan, seperti:

a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;

b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh

manajemen baru;

c. Piutang yang tidak dapat tertagih,

d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi

terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat

disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang

akan dapat mempengaruhi nilai neraca;

e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.

f. Satuan Kerja/wilayah yang realisasi anggarannya belum diterima.

5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan Keuangan

Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan Laporan Barang

baik yang disebabkan oleh masalah intern maupun ekstern. Transaksi-

transaksi yang belum/tidak dapat terinput dalam Sistem Akuntansi

Instansi (keuangan dan barang).

Page 103: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 33 dari 34

LAMPIRAN I

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN

DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

• NERACA PERCOBAAN

• LAPORAN BMN DAN LAPORAN KONDISI BARANG

• LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Page 104: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 34 dari 34

LAMPIRAN II

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA SEBAGAI PENDUKUNG CaLK

Page 105: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN VbPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAGIAN ANGGARAN XXX <cantumkan kode Bagian Anggaran>

LAPORAN KEUANGAN

<NAMA ESELON I> <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA> TAHUN ANGGARAN 200x

Logo Kementerian Negara/ Lembaga

Page 106: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

<alamat eselon 1>

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Keuangan RI

Nomor 59/PMK.06/2006 tanggal 20 Juli 2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Pimpinan Eselon I sebagai Penanggung Jawab UAPPA Eselon I mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan eselon I yang dipimpinnya. <Nama Eselon I> adalah salah satu entitas akuntansi dibawah Kementerian Negara/Lembaga yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan keuangan berupa Realisasi Anggaran, dan Neraca disertai Catatan atas Laporan Keuangan tingkat Eselon I.

Penyusunan laporan keuangan <Nama Eselon I> mengacu pada

Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor <sesuaikan dengan nomornya> tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di dalamnya telah disusun sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Penyusunan Laporan Keuangan ini diharapkan dapat

meningkatkan akuntabilitas publik.

<Nama Kota>, <tanggal- bulan- tahun> <Jabatan penanda tangan> <Nama penanda tangan> NIP …

Page 107: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ...Daftar Isi ...Pernyataan Tanggung Jawab ...Ringkasan Eksekutif ...Laporan Keuangan ...

A. Laporan realisasi Anggaran ...B. Neraca ...C. Catatan atas Laporan Keuangan ...

I. Pendahuluan ...II. Kebijakan Akuntansi ...

III. Ringkasan Laporan ...IV. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi

Anggaran V. Penjelasan atas Pos-pos Neraca ...

VI. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya ...

Lampiran :

A. Laporan-laporan Pendukung • LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan • LRA Belanja dan Pengembalian Belanja • Neraca Percobaan

B. Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon I • Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon I • Laporan Kondisi Barang • Rincian Saldo Awal

C. Lampiran Laporan Keuangan dan Neraca BLU D. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK

Dst.

Page 108: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

SEKJEN/IRJEN/DIRJEN/KETUA/KEPALA <NAMA ESELON I>

Laporan keuangan <Nama Eselon I> unaudited yang terdiri dari: Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan tahun anggaran <angka tahun

anggaran> sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 109: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB SEKJEN/IRJEN/DIRJEN/KETUA/KEPALA <NAMA ESELON I>

Laporan keuangan <Nama Eselon I> audited yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan tahun anggaran <angka tahun anggaran>

sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 110: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Laporan Realisasi Anggaran Realisasi pendapatan dan hibah Realisasi bekanja Neraca Jumlah aset Rp...... Jumlah kewajiban Rp...... Jumlah ekuitas dana

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Pimpinan Eselon I sebagai Penanggung Jawab UAPPA Eselon I mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan eselon I berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan eselon I ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran dan/atau barang pada eselon I. Laporan Keuangan Eselon I tahun 200x ini telah disusun berdasarkan laporan keuangan seluruh wilayah dan satker dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran tahun 200x dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja.

Realisasi pendapatan dan hibah pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi pendapatan dan hibah selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> % dari anggarannya.

Realisasi belanja pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi belanja selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> % dari anggarannya.

2. NERACA

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 200x mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.

Jumlah aset per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai aset pada tanggal laporan> yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp <nilai aset lancar pada tanggal laporan>; aset tetap sebesar Rp <nilai aset tetap pada tanggal laporan>; dan aset lainnya sebesar Rp <nilai aset lainnya pada tanggal laporan>. Jumlah kewajiban per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai kewajiban pada tanggal laporan> yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp <nilai kewajiban jangka pendek pada tanggal laporan>; dan kewajiban jangka panjang sebesar Rp <nilai kewajiban jangka panjang pada tanggal laporan>. Jumlah ekuitas dana per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai ekuitas dana pada tanggal laporan> yang terdiri dari ekuitas dana lancar sebesar Rp <nilai ekuitas dana lancar pada tanggal laporan>;

Page 111: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Rp..... Catatan atas Laporan Keuangan Ppenyajian LRA Penyajian neraca

ekuitas dana investasi sebesar Rp <nilai ekuitas dana investasi pada tanggal laporan.

3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang diperlukan. Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dan belanja diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Dalam penyajian neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

Page 112: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 113: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAPORAN NERACA

Page 114: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN

PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

Page 115: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

<Nama Eselon 1><Nama Kementerian Negara/Lembaga>

Laporan keuangan semester/tahun 200X (pilih salah satu sesuai cakupan laporan keuangan yang disajikan) ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola yang baik (good governance). Sedangkan tujuan Catatan atas Laporan Keuangan adalah menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;

• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

• Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar;

• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan <sebutkan nomor dan tentang peraturannya>

Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan

B. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang dilingkup UAPPA-E1 <Nama Eselon I-Kementerian Negara/Lembaga> yang berasal dari dana APBN sebesar Rp<jumlah rupiah pagu anggaran belanja>. Pada tahun anggaran 200x, UAPPA-E1 bertugas melakukan penggabungan dan pengkoordinasian laporan keuangan dari :

• satuan kerja pusat dan daerah ......... satuan kerja <jumlah satuan kerja>,

Page 116: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

• satuan kerja dekonsentrasi......... satuan kerja <jumlah satuan kerja>,

• satuan kerja tugas pembantuan.......... satuan kerja <jumlah satuan kerja>

yang tersebar di ........provinsi <jumlah wilayah>

Selain mengelola Bagian Anggaran <sebutkan nama kementerian negara/lembaga (kode)>, juga mengelola Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yaitu yaitu ………… (BA…) <sebutkan semua nama BA APP yang terdapat pada eselon I beserta kode BA> yang dilaporkan terpisah dari Laporan Keuangan ini.

Laporan Keuangan <Nama Eselon I> terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang disusun secara <desentralisasi/sentralisasi> dengan menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran <tidak/telah> dilakukan rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi Akuntansi setiap triwulan. Dalam penyusunan data neraca untuk aset tetap, <telah seluruhnya/belum seluruhnya> satuan kerja /wilayah pada lingkup UAPPA-E1 menggunakan data yang berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Satuan Kerja /wilayah yang telah melaksanakan SABMN dalam sebanyak ........satker dan .......UAPPA-W dari ........satker dan .......UAPPA-W dalam lingkup <Nama UAPPA-E1>. Satuan Kerja /wilayah yang belum melaksanakan SABMN dalam lingkup <Nama UAPPA-E1> , yaitu :

No. Kode Satuan

Kerja /Wilayah*

Uraian Satuan Kerja / Wilayah

• tidak perlu dirinci apabila telah semua satuan kerja melaksanakan SABMN. *) Satuan kerja adalah satker pusat/dekonsentrasi dan TP dan Wilayah adalah UAPPA-W)

II. KEBIJAKAN AKUNTANSI Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan basis akrual untuk

Page 117: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Pendapatan

Belanja

Aset

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. A. PENDAPATAN Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

B. BELANJA Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

C. ASET Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Pengukuran/penilaian Aset:

1. Persediaan;

Persediaan disajikan sebesar: • Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan

persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

• Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan

Page 118: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

• Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

2. Tanah;

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan. Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran pada saat perolehan. 3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan. Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan. 4. Peralatan dan Mesin

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa konsultan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya

Page 119: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.

5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

6. Aset Tetap Lainnya

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan. Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan. 7. Kontruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi:

Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.

Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Page 120: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Kewajiban

Ekuitas dana

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi: Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan

dengan tingkat penyelesaian pekerjaan; Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan

dengan pelaksanaan kontrak konstruksi. D. KEWAJIBAN Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Kewajiban pada satker dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga hanya berupa kewajiban kepada KPPN berupa keterlambatan penyampaian sisa uang persediaan dan kepada BUN/KPPN berupa pendapatan yang ditangguhkan.

E. EKUITAS DANA Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Diinvestasikan.

Anggaran Belanja

Estimasi Pendapatan dan Hibah

III. RINGKASAN LAPORAN A. Anggaran Belanja dan Estimasi Pendapatan

Selama periode semester./tahun anggaran 200x (sesuaikan dengan periode yang dicakup oleh laporan keuangan) <Nama Eselon I> menerima anggaran pengeluaran sebesar Rp <nilai rupiah total pagu belanja> yang digunakan untuk membiayai kegiatan satuan kerja dilingkup <Nama Eselon>.

Pada Tahun Anggaran 200x, satuan kerja dilingkup UAPPA-E1 <Nama Eselon I> juga mengelola DIPA Luncuran sebesar Rp <nilai rupiah total pagu DIPA Luncuran>.

<Ungkapkan informasi mengenai anggaran serta perubahannya baik disebabkan oleh adanya DIPA Luncuran, APBNP (ABT), SKPA atau hal-hal lain yang berhubungan dengan anggaran>

Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada <Nama Eselon untuk tahun anggaran <tahun anggaran> sebesar Rp<nilai rupiah> yang terdiri dari estimasi penerimaan perpajakan sebesar Rp<nilai rupiah>, estimasi PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan estimasi penerimaan hibah sebesar Rp<nilai rupiah>.

Realisasi Belanja Rp...................

B. Realisasi Pendapatan dan Belanja

Dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp<nilai rupiah total realisasi belanja selama periode yang dilaporkan> atau <jumlah realisasi belanja dibagi jumlah pagu belanja dikalikan 100> % dari total anggaran>.

Page 121: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Realisasi pendapatan dan hibah Rp..............

Dari realisasi anggaran tersebut, untuk DIPA Luncuran telah terealisasi sebesar Rp<total realisasi DIPA Luncuran> (<persentase realisasi>%) yang digunakan untuk kegiatan <ungkapkan kegiatan dan hasil pelaksanaanya per satuan kerja>. Realisasi pendapatan pada tahun anggaran 200x sebesar Rp <nilai rupiah>, yang berasal dari penerimaan penerimaan perpajakan sebesar Rp<nilai rupiah>, PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan penerimaan hibah sebesar Rp<nilai rupiah>.

Neraca

Aset Rp.............

Kewajiban Rp..................

Ekuitas Dana Rp..................

C. Neraca

Posisi keuangan <Nama Eselon I> pada <tanggal neraca> adalah sebagai berikut: Aset sebesar Rp <total nilai aset>; Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban>; dan Ekuitas Dana sebesar Rp <nilai ekuitas dana>.

Jumlah Aset sebesar Rp <total nilai aset> terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp <total nilai aset lancar>; Aset Tetap sebesar Rp <total nilai aset tetap> serta Aset Lainnya sebesar Rp<total nilai aset lainnya>.

Jumlah Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban> terdiri dari < jenis-jenis kewajiban dan nilai rupiahnya>.

Jumlah ekuitas dana sebesar Rp <total nilai ekuitas dana> terdiri dari ekuitas dana lancar sebesar Rp<jumlah nilai ekuitas dana lancar> dan ekuitas dana investasi sebesar Rp <jumlah nilai ekuitas dana investasi>.

Realisasi Pendapatan Pendapatan Perpajakan Rp.............. PNBP Rp............ Pengembalian Belanja tahun

IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN A. PENDAPATAN A.1. Realisasi Pendapatan (Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas negara melalui satker-satker di wilayah, berikut penyebab tercapainya anggaran atau tidak tercapainya target, jika ada. Berikut adalah contoh pengungkapan pendapatan pada UAPPA-E1 yang menerima pendapatan perpajakan dan pendapatan nonpajak). Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. - Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total capaian

penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau <persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai dengan kondisi yang ada).

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan kontribusi

bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada <semester/tahun> (periode laporan) sebesar Rp<total capaian PNBP> atau <persentase capaian>% dari anggarannya.

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga berasal dari

Page 122: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

anggaran yang lalu Rp............

Pendapatan Hibah Rp............ Pengembalian Pendapatan Rp..............

pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu penerimaan hibah untuk periode pelaporan>. Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat pengembalian pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian pendapatan> dimana sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-sebelumnya> merupakan pengembalian atas pendapatan tahun anggaran tahun anggaran yang lalu, dan sisanya sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-berjalan> merupakan pengembalian atas pendapatan-yang-diterima-pada-tahun-anggaran berjalan. Karena kedua jenis pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan berulang (recurring), maka dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode terjadinya pengembalian.

Hambatan dan Kendala perpajakan PNBP

A.2. Hambatan dan Kendala

Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan perpajakan) Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>: - tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>: - musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah

rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini.

Tidak tercapainya sasaran Penerimaan Negara Bukan Pajak pada periode ini antara lain disebabkan: Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>: - terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor pendapatan

kehutanan <MAP> sehingga pendapatan kehutanan tidak mencapai target estimasi pendapatan,

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>: - jumlah siswa yang diterima tidak sesuai perkiraan sehingga pendapatan

pendidikan tidak mencapai target estimasi pendapatan.

Realisasi Belanja

B. BELANJA B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja

Page 123: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Rincian Anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini :

Rincian anggaran dan Realisasi belanja per jenis satuan kerja...........

Tabel.1 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja

Uraian Anggaran Semula

Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%Satuan Kerja Pusat dan Daerah

Rp. Rp. Rp. ………….%

Dekonsentrasi Rp. Rp. Rp. ………….%

Tugas Pembantuan Rp. Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp Rp ………….%

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja.......

Tabel.2 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja

Kode Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Anggaran

Setelah Revisi Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% 51 Belanja Pegawai Rp. Rp. ………….% 52 Belanja Barang Rp. Rp. ………….% 53 Belanja Modal Rp. Rp. ………….% 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Rp. ………….% Dst Dst Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp ………….% <Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat pada satuan kerja lingkup eselon 1 >

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja DIPA Luncuran

Dari realisasi anggaran tersebut di atas, untuk realisasi DIPA Luncuran adalah sebagai berikut :

Tabel.3 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA Luncuran

Kode

Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% XX <Isi dengan uraian jenis bel.> Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp ………….%

Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja dalam lingkup UAPPA-E1 yang tersebar di .......provinsi. Pelaksanaan DIPA Luncuran digunakan untuk pelaksanaan kegiatan <sebutkan kegiatannya> dengan realisasi fisik telah mencapai <sebutkan persentase kemajuan pelaksanaan kegiatan>.

Page 124: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Rincian realisasi belanja modal

Tabel.4 Rincian Realisasi Belanja Modal

Kode MAK. Uraian Belanja Modal(BM) Anggaran

Setelah Revisi Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% 531111 BM Tanah Rp. Rp. ………….%532111 BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. ………….%533111 BM Gedung dan Bangunan Rp. Rp. ………….%534111 BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. ………….%534112 BM Irigasi Rp. Rp. ………….%534113 BM Jaringan Rp. Rp. ………….%535111 BM Fisik Lainnya Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp ………….%

Pengembalian belanja

Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan> dibukukan sebagai kontra pos belanja pada periode pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

Rincian realisasi pengembalian belanja per jenis belanja

Tabel.5 Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja

Kode Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Realisasi Pengembalian

Belanja 1 2 4 51 Belanja Pegawai Rp. 52 Belanja Barang Rp. 53 Belanja Modal Rp. 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Dst Dst Rp.

Jumlah Rp Hambatan dan kendala

B.2. Hambatan dan Kendala (Jelaskan dan uraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari eksternal).

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>: <misalnya terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran>.

Kas di bendahara pengeluaran Rp..................

V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada <Nama Eselon I> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendaharawan pembayar> merupakan saldo kas pada bendahara pengeluaran pada satuan kerja. Jumlah di atas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang belum

Page 125: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

..

dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada tanggal neraca. Terdiri dari :

Daftar kas bendahara pengeluaran

Tabel. 6 Daftar Kas Bendahara Pengeluaran

No. Uraian Satker/Wilayah Jumlah

1 2 3 1 Rp. 2 3 4 Jumlah Rp.

(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk periode akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember 200x saldo kas di bendaharawan telah disetorkan, diungkapkan satuan kerja dan wilayah yang telah melakukan penyetoran).

Kas di bendahara penerimaan Rp................

B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada UAPPA-E1 <Nama Eselon> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendaharawan penerimaan> merupakan saldo kas yang ada pada bendahara penerimaan. Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal neraca. Terdiri dari :

Daftar kas bendahara penerimaan

Tabel. 7 Daftar Kas Bendahara Penerimaan

No. Uraian Satker/Wilayah Jumlah

1 2 3 1 Rp 2 3 Jumlah Rp.

Tabel.8 Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per MAP

No.

Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Page 126: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Jumlah Rp.

*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang belum disetorkan ke kas negara. (Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum disetor.)

Piutang

C. PIUTANG

Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.

(data-data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari satuan kerja pusat dan wilayah).

Piutang Pajak

C.1. Piutang Pajak

Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak yang telah telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Rincian piutang pajak

Tabel.9 Rincian Piutang Pajak

No. Kode Wilayah Uraian Wilayah Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp. (Diisi untuk kanwil yang mempunyai Piutang Pajak beserta jumlahnya).

Piutang PNBP

C.2. Piutang PNBP Piutang Bukan Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan piutang penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Rincian piutang PNBP

Piutang tersebut terdiri dari :

Tabel.10

Page 127: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Rincian Piutang PNBP per satker/wilayah

No. Kode

Satker/ Wilayah

Uraian Satuan Kerja/Wilayah Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

Tabel.11

Rincian Piutang PNBP

No. Kode

Perkiraan Piutang

Uraian Piutang Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp. (Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PML.06/2005 yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)

Bagian lancar tagihan penjualan angsuran Bagian lancar tagihan TGR

C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam tahun anggaran 2007 yang berasal dari penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>.

C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh tempo dalam tahun anggaran 2007.

Piutang bukan pajak lainnya

C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan diterima pada tahun 2007.

Persediaan

D. PERSEDIAAN Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan

Page 128: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

(supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi, yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesui dengan klasifikasi pada bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masing-masing>.

.

Aset tetap

E. ASET TETAP Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap> dengan perincian sebagai berikut:

Tabel.12 Daftar Aset Tetap

Mutasi

Nama Aset Tetap Saldo Awal Tambah Kurang

Saldo Akhir

1 2 3 4 5 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Jumlah

Penambahan aset tetap TA 200x Rp...........

Mutasi tambah aset tetap terdiri dari: • Pembelian Rp. • Penyelesaian Pembangunan Rp. • Transfer dari unit lain Rp. • Hibah (masuk) Rp. • dst

< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>

Pengurangan aset tetap TA 200x Rp...........

Mutasi kurang aset tetap terdiri dari : • Penghapusan Rp. • Transfer ke unit lain Rp

Page 129: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

• Koreksi Pencatatan Rp • Hibah (keluar) Rp. • dst

< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>

Konstruksi dalam Pengerjaan Rp..................

Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya pada <tanggal neraca> adalah sebesar Rp........................ Konstruksi dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari :

• Tanah Rp. • Peralatan dan Mesin Rp. • Gedung dan Bangunan Rp. • Jalan Rp. • Irigasi dan Jaringan Rp. • Aset Tetap Lainnya Rp.

< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>

Catatan atas aset tetap

(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)

Aset Bersejarah F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)

(Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai aset bersejarah) Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejerah berupa belanja untuk < jelaskan penggunaan belanja tersebut misalnya untuk perolehan/ konstruksi/ peningkatan/ rekonstruksi> yang berasal dari belanja <barang/modal> adalah sebesar Rp.<jumlah total belanja>.

Daftra Aset Bersejarah

Tabel.13 DAFTAR ASET BERSEJARAH

Nama Aset

Saldo Awal Periode (dalam

satuan kuantitas)

Mutasi Bertambah

(dalam satuan kuantitas)

Mutasi Berkurang

(dalam satuan kuantitas)

Saldo Akhir Periode (dalam

satuan kuantitas)

Page 130: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Aset Lainnya Rp. TPA Rp............ TGR Rp........... Kemitraan dengan pihak ketiga Rp..............

G. ASET LAINNYA (Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset dengan jenis ini) Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset Lainnya terdiri atas: - Tagihan Penjualan Angsuran Rp<nilai TPA yang jatuh temponya lebih

dari 12 bulan setelah tanggal neraca> - Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp<nilai TGR yang jatuh temponya lebih

dari 12 bulan setelah tanggal neraca> − Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak ketiga> Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan tersebut>

Uang muka dari KPPN Rp.........

H. UANG MUKA DARI KPPN Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan uang persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif. (Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah dan diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini masih ada nilainya).

Pendapatan yang ditangguh- kan Rp.............

I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan.

Ekuitas dana lancar Rp..................

J. EKUITAS DANA LANCAR Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar / jangka pendek, yang terdiri atas: - Cadangan Piutang Rp<nilai rupiah akun Piutang> - Cadangan Persediaan Rp<nilai rupiah akun Persediaan> (Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang, sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun Persediaan).

Ekuitas dana investasi

K. EKUITAS DANA INVESTASI

Page 131: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Rp.................

Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal neraca>, terdiri atas: - Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp<jumlah nilai rupiah total pos

Aset Tetap> - Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total pos

Aset Lainnya> (Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari pos Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya adalah akun penyeimbang dari pos Aset Tetap Lainnya)

Informasi Tambahan

VI. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA A. Informasi Tambahan (Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya, misalnya bila UAPA memiliki Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah contohnya:) Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum yang berada lingkup UAPA <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :

• Badan X • Unit Y • Rumah Sakit Z • Dst.

Pengungkapan Lainnya

B. Pengungkapan Lainnya (Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya, contoh yaitu :)

1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada; 2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; 3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan

operasionalnya. 4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-

kejadian penting selama periode pelaporan, seperti: a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan; b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh

manajemen baru; c. Piutang yang tidak dapat tertagih, d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi

terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang akan dapat mempengaruhi nilai neraca;

Page 132: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan. f. Satuan Kerja/wilayah yang realisasi anggarannya belum diterima.

5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan Keuangan Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan Laporan Barang baik yang disebabkan oleh masalah intern maupun ekstern. Transaksi-transaksi yang belum/tidak dapat terinput dalam Sistem Akuntansi Instansi (keuangan dan barang).

LAMPIRAN I

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN

PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

• NERACA PERCOBAAN

• LAPORAN BMN DAN LAPORAN KONDISI BARANG

• LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Page 133: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN II

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA SEBAGAI PENDUKUNG CaLK

Page 134: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN Vc PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

halaman 1 dari 32

BAGIAN ANGGARAN XXX <cantumkan kode Bagian Anggaran>

LAPORAN KEUANGAN

<NAMA KANWIL/SATKER SEBAGAI UAPPA-W> <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA> TAHUN ANGGARAN 200x

<alamat UAPPA-W>

Logo Kementerian

Negara/ Lembaga

Page 135: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 2 dari 32

KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 59/PMK.06/2006 tanggal 20

Juli 2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Penanggung

Jawab UAPPA Wilayah mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan

keuangan tingkat wilayah yang ada di bawahnya. <Nama UAPPA-Wilayah> adalah salah satu

entitas akuntansi di bawah Kementerian Negara/Lembaga yang berkewajiban menyelenggarakan

akuntansi dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan keuangan

berupa Realisasi Anggaran, Neraca dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan tingkat Wilayah.

Penyusunan laporan keuangan <Nama UAPPA-Wilayah> mengacu pada Peraturan Direktorat

Jenderal Perbendaharaan nomor <sesuaikan dengan nomornya> tentang Pelaksanaan

Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di

dalamnya telah disusun sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Penyusunan Laporan Keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.

<Nama Kota>, <tanggal- bulan- tahun> <Jabatan penanda tangan> <Nama penanda tangan> NIP …

Page 136: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 3 dari 32

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...

Daftar Isi ...

Pernyataan Tanggung Jawab ...

Ringkasan Eksekutif ...

Laporan Keuangan ...

A. Laporan realisasi Anggaran ...

B. Neraca ...

C. Catatan atas Laporan Keuangan ...

I. Pendahuluan ...

II. Kebijakan Akuntansi ...

III. Ringkasan Laporan ...

IV. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran

V. Penjelasan atas Pos-pos Neraca ...

VI. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya ...

Lampiran :

A. Laporan -laporan Pendukung

• LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan

• LRA Belanja dan Pengembalian Belanja

• Neraca Percobaan

B. Laporan Barang Pembantu Pengguna Wilayah

• Laporan Barang Pembantu Pengguna Wilayah

• Laporan Kondisi Barang

• Rincian Saldo Awal BMN

C. Lampiran laporan Keuangan dan Neraca BLU

D. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK

Dst.

Page 137: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 4 dari 32

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB KEPALA UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN-WILAYAH <NAMA

UAPPA-WILAYAH>

Laporan keuangan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah <Nama UAPPA-

Wilayah> <Nama Kementerian Negara/Lembaga> unaudited yang terdiri dari: Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun

anggaran>sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal-bulan-tahun> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 138: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 5 dari 32

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB KEPALA UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN-WILAYAH <NAMA

UAPPA-WILAYAH>

Laporan keuangan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah <Nama UAPPA-

Wilayah> <Nama Kementerian Negara/Lembaga> audited yang terdiri dari: Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun

anggaran>sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal-bulan-tahun> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 139: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 6 dari 32

Laporan Realisasi Anggaran Realisasi pendapatan dan hibah Realisasi bekanja Neraca Jumlah aset Rp......

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Penanggung

jawab UAPPA-Wilayah mempunyai tugas antara lain menyusun dan

menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan demikian penyusunan

dan penyajian laporan keuangan wilayah ini merupakan perwujudan

pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran dan/atau barang pada tingkat

wilayah.

Laporan Keuangan wilayah tahun 200x ini telah disusun berdasarkan

laporan keuangan seluruh satuan kerja serta disajikan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP).

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara

anggaran tahun 200x dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur

pendapatan dan belanja.

Realisasi pendapatan dan hibah pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai

realisasi pendapatan dan hibah selama periode pelaporan> atau mencapai

<persentase capaian> % dari anggarannya.

Realisasi belanja pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi belanja

selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> % dari

anggarannya.

2. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 200x

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.

Jumlah aset per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai aset pada

tanggal laporan> yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp <nilai aset lancar

Page 140: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 7 dari 32

Jumlah kewajiban Rp...... Jumlah ekuitas dana Rp..... Catatan atas Laporan Keuangan Penyajian LRA Penyajian neraca

pada tanggal laporan>; aset tetap sebesar Rp <nilai aset tetap pada tanggal

laporan>; dan aset lainnya sebesar Rp <nilai aset lainnya pada tanggal

laporan>.

Jumlah kewajiban per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai kewajiban

pada tanggal laporan> yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp

<nilai kewajiban jangka pendek pada tanggal laporan>; dan kewajiban

jangka panjang sebesar Rp <nilai kewajiban jangka panjang pada tanggal

laporan>.

Jumlah ekuitas dana per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai ekuitas

dana pada tanggal laporan> yang terdiri dari ekuitas dana lancar sebesar Rp

<nilai ekuitas dana lancar pada tanggal laporan>; ekuitas dana investasi

sebesar Rp <nilai ekuitas dana investasi pada tanggal laporan.

3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan

pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai

antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan

akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang

diperlukan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dan belanja

diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan

oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN).

Dalam penyajian neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui

berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan

timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima

atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

Page 141: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 8 dari 32

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 142: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 9 dari 32

LAPORAN NERACA

Page 143: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 10 dari 32

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

Page 144: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 11 dari 32

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

<NAMA KANWIL/SATKER SEBAGAI UAPPA-W> < NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

Laporan keuangan semester/tahun 200X (pilih salah satu sesuai cakupan laporan

keuangan yang disajikan) ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud

transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola yang

baik (good governance). Sedangkan tujuan Catatan atas Laporan Keuangan adalah

menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka

pengungkapan yang memadai

Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan;

• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah;

• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

• Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar;

• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan <sebutkan nomor

dan tentang peraturannya>

Page 145: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 12 dari 32

Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan

B. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang dilingkup

UAPPA-W <nama UAPPA-W> < Nama Kementerian Negara/Lembaga> yang

berasal dari dana APBN sebesar Rp<jumlah rupiah pagu anggaran belanja>.

UAPPA-W dibentuk berdasarkan <sebutkan dasar pembentukan UAPPA-W>.

Pada tahun anggaran 200x bertugas melakukan penggabungan dan

pengkoordinasian laporan keuangan ..........<angka jumlah> satuan kerja pada

unit eselon I yaitu : <ungkapkan nama eselon I>

Selain mengelola Bagian Anggaran <sebutkan nama kementerian

negara/lembaga (kode)>, juga mengelola Bagian Anggaran Pembiayaan dan

Perhitungan yaitu ………… (BA…) <sebutkan semua nama BA APP yang

terdapat pada wilayah beserta kode BA> yang dilaporkan terpisah dari Laporan

Keuangan ini.

Laporan Keuangan UAPPA-W <Nama UAPPA-W> terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang disusun secara

<sentralisasi/desentralisasi> dengan menggunakan Sistem Akuntansi Instansi

(SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi

Barang Milik Negara (SABMN).

Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran <telah/belum> dilakukan

rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan setiap triwulan.

Dalam penyusunan data neraca untuk aset tetap, <telah seluruhnya/belum

seluruhnya> satuan kerja pada lingkup UAPPA-W menggunakan data yang

berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Satuan Kerja yang

telah melaksanakan SABMN dalam lingkup <Nama UAPPA-W> sebanyak

<jumlah satuan kerja> ....satker, yaitu :

No. Kode

Satuan Kerja

Uraian Satuan Kerja

(tidak perlu dirinci apabila telah seluruhnya satuan kerja melaksanakan SABMN).

Page 146: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 13 dari 32

Pendapatan

Belanja

Aset

II. KEBIJAKAN AKUNTANSI Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu

basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan basis akrual untuk

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

A. PENDAPATAN Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang

menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan

yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh

pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN.

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan

membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya

(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

B. BELANJA Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana

lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi

pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara

pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban

atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

C. ASET Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk

penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang

dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini

tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut

dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada

saat hak kepemilikan berpindah.

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset

Lainnya.

Page 147: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 14 dari 32

Pengukuran/penilaian Aset: 1. Persediaan;

Persediaan disajikan sebesar:

• Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya

perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya

pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang

secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan.

Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi

biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya

perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

• Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait

dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap

dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi

dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

• Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan.

2. Tanah;

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup

harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang

dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,

pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan

sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai

bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika

bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga

taksiran pada saat perolehan.

3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila

penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya

perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan

cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan

Page 148: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 15 dari 32

baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

aset tetap tersebut.

Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya

perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan.

4. Peralatan dan Mesin

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah

pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan

mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan

dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian,

biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya

untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin

tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak

meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan dan jasa konsultan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara

swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,

dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

Peralatan dan Mesin tersebut.

5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Biaya perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan menggambarkan

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh Jalan, Irigasi, dan

Jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau

biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,

irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.

Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh

melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran

bangunan lama.

Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun

secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang

Page 149: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 16 dari 32

terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan,

biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya

pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

6. Aset Tetap Lainnya

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak

meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui

swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri

dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya

perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.

7. Kontruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola

meliputi:

Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi

yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;

biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan

dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan;

serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan

langsung dengan kegiatan konstruksi.

Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya

dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya

asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak

secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan

biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan

konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi

meliputi:

Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan

dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga

sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

Page 150: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 17 dari 32

Kewajiban

Ekuitas dana

D. KEWAJIBAN Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Kewajiban pada

satuan kerja dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga hanya berupa

kewajiban kepada KPPN berupa keterlambatan penyampaian sisa uang

persediaan dan kepada BUN/KPPN berupa pendapatan yang ditangguhkan.

E. EKUITAS DANA Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara

aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas

Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi.

Anggaran Belanja Rp................ Estimasi Pendapatan dan Hibah Rp.................

III. RINGKASAN LAPORAN A. ANGGARAN BELANJA DAN ESTIMASI PENDAPATAN

Selama periode semester/Tahun Anggaran 200x <Nama UAPPA-Wilayah>

menerima anggaran belanja sebesar Rp <nilai rupiah total pagu belanja>

yang digunakan untuk membiayai kegiatan satuan kerja dilingkup UAPPA-W

<Nama UAPPA-Wilayah>.

Pada Tahun Anggaran 200x, satuan kerja di lingkup UAPPA-W <Nama

UAPPA-Wilayah> juga mengelola DIPA Luncuran sebesar Rp <nilai rupiah

total pagu DIPA Luncuran>.

<Ungkapkan informasi mengenai anggaran serta perubahannya baik

disebabkan oleh adanya DIPA Luncuran, APBNP (ABT), SKPA atau hal-hal

lain yang berhubungan dengan anggaran>

Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada UAPPA-W <Nama UAPPA-

Wilayah> untuk Tahun Anggaran 200x sebesar Rp<nilai rupiah> .

Realisasi Belanja Rp................... Realisasi pendapatan dan hibah Rp..............

B. REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA

Dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp<nilai rupiah total realisasi

belanja selama periode yang dilaporkan> atau <jumlah realisasi belanja

dibagi jumlah pagu belanja dikalikan 100> % dari total anggaran>.

Dari realisasi anggaran tersebut, untuk DIPA Luncuran telah terealisasi

sebesar Rp<total realisasi DIPA Luncuran> (<persentase realisasi>%) yang

digunakan untuk kegiatan <ungkapkan kegiatan dan hasil pelaksanaannya

per satuan kerja>.

Realisasi pendapatan pada Tahun Anggaran 200x sebesar Rp <nilai

Page 151: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 18 dari 32

rupiah>, yang berasal dari penerimaan penerimaan perpajakan sebesar

Rp<nilai rupiah>, PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan penerimaan hibah

sebesar Rp<nilai rupiah>.

Aset Rp............. Kewajiban Rp.................. Ekuitas Dana Rp..................

C. NERACA

Posisi keuangan <Nama UAPPA-Wilayah> pada <tanggal neraca> adalah

sebagai berikut: Aset sebesar Rp <total nilai aset>; Kewajiban sebesar Rp

<total nilai kewajiban>; dan Ekuitas Dana sebesar Rp <nilai ekuitas dana>.

Jumlah Aset sebesar Rp <total nilai aset> terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp

<total nilai aset lancar>; Aset Tetap sebesar Rp <total nilai aset tetap> serta

Aset Lainnya sebesar Rp<total nilai aset lainnya>.

Jumlah Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban> terdiri dari < jenis-jenis

kewajiban dan nilai rupiahnya>.

Jumlah ekuitas dana sebesar Rp <total nilai ekuitas dana> terdiri dari ekuitas

dana lancar sebesar Rp<jumlah nilai ekuitas dana lancar> dan ekuitas dana

investasi sebesar Rp <jumlah nilai ekuitas dana investasi>.

Realisasi Pendapatan

Penerimaan perpajakan Rp..............

PNBP Rp..............

IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN A. PENDAPATAN

A.1. Realisasi Pendapatan (Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas negara

melalui satuan kerja-satuan kerja di wilayah, berikut penyebab tercapainya

anggaran atau tidak tercapainya target, jika ada. Berikut adalah contoh

pengungkapan pendapatan pada UAPPA-W yang menerima pendapatan

perpajakan dan pendapatan non pajak).

Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara

bukan pajak..

- Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total

capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau

<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan

pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai

dengan kondisi yang ada).

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan kontribusi

bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada <semester/tahun>

Page 152: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 19 dari 32

Pengembalian belanja tahun anggaran yang lalu Rp.............. Pendapatan Hibah Rp.............. Pengembalian Pendapatan Rp..............

(periode laporan) sebesar Rp<total capaian PNBP> atau

<persentase capaian>% dari anggarannya.

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga berasal dari

pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-

anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-

yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai

pendapatan lain-lain.

Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang

berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian

penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase

capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu penerimaan

hibah untuk periode pelaporan>.

Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat pengembalian

pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian pendapatan> dimana

sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-

sebelumnya> merupakan pengembalian atas pendapatan tahun anggaran

tahun anggaran yang lalu, dan sisanya sebesar Rp<total nilai pengembalian

atas pendapatan-tahun-anggaran-berjalan> merupakan pengembalian atas

pendapatan-yang-diterima-pada-tahun-anggaran berjalan. Karena kedua jenis

pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan berulang (recurring), maka

dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode terjadinya

pengembalian.

Hambatan dan Kendala perpajakan

PNBP

A.2. Hambatan dan Kendala

Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut adalah

contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan perpajakan)

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:

- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan

sehingga pendapatan pajak PPh tidak mencapai target estimasi

pendapatan,

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:

- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah

rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini.

Tidak tercapainya sasaran Penerimaan Negara Bukan Pajak pada

periode ini antara lain disebabkan:

Page 153: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 20 dari 32

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:

- terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor pendapatan

kehutanan <MAP> sehingga pendapatan kehutanan tidak mencapai

target estimasi pendapatan,

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:

- jumlah siswa yang diterima tidak sesuai perkiraan sehingga

pendapatan pendidikan tidak mencapai target estimasi pendapatan

Realisasi Belanja Rp..............

B. BELANJA

B.1. Realisasi Belanja Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya

kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana

Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

Rincian Anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel

berikut ini :

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja Rp..........

Tabel.1 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja

Kode

Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%51 Belanja Pegawai Rp. Rp. ……….%52 Belanja Barang Rp. Rp. ……….%53 Belanja Modal Rp. Rp. ……….%57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Rp. ……….%Dst Dst Rp. Rp. ……….%

Jumlah Rp Rp ……….%<Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat pada wilayah>

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja DIPA Luncuran Rp...............

Dari realisasi anggaran tersebut, untuk realisasi DIPA Luncuran adalah

sebagai berikut :

Tabel.2 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA Luncuran

Kode Jenis Bel.

Uraian Jenis Belanja Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% XX <Isi dengan uraian jenis bel.> Rp. Rp. ……….%

Jumlah Rp Rp ……….%

Page 154: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 21 dari 32

Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja dalam

lingkup UAPPA-W.

Pelaksanaan DIPA Luncuran digunakan untuk pelaksanaan kegiatan

<sebutkan kegiatannya> dengan realisasi fisik telah mencapai <sebutkan

persentase kemajuan pelaksanaan kegiatan pada masing-masing satuan

kerja>. Rincian realisasi belanja modal Rp................

Tabel.3 Rincian Realisasi Belanja Modal

Kode MAK.

Uraian Belanja Moda l(BM)

Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%

531111 BM Tanah Rp. Rp. …….% 532111 BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. …….% 533111 BM Gedung dan Bangunan Rp. Rp. …….% 534111 BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. …….% 534112 BM Irigasi Rp. Rp. …….% 534113 BM Jaringan Rp. Rp. …….% 535111 BM Fisik Lainnya Rp. Rp. …….% Jumlah Rp Rp …….%

Pengembalian Belanja

Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-yang-

terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas

belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan> dibukukan sebagai

kontra pos belanja pada periode pelaporan.

Sedangkan pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-

anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-

terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan

lain-lain.

Rincian realisasi Pengembalian belanja per jenis belanja Rp...............

Tabel.4 Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja

Kode

Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Realisasi Pengembalian Belanja

1 2 3 51 Belanja Pegawai Rp. 52 Belanja Barang Rp. 53 Belanja Modal Rp. 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Dst Dst Rp.

Jumlah Rp

Page 155: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 22 dari 32

Hambatan dan kendala

B.2. Hambatan dan Kendala (Jelaskan dan uraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah

anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari

eksternal dari masing-masing UAKPA dan pada penggabungan di

UAPPA-W).

Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:

<misalnya terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung

disebabkan proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada

akhir tahun anggaran, sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx

atau xx% dari anggaran>

Kas di bendahara pengeluaran Rp.................

V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA

A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada UAPPA-W <Nama UAPPA-

Wilayah> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendahara

pengeluaran> merupakan saldo kas pada bendahara pengeluaran. Jumlah

di atas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang

belum dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada

tanggal neraca. Terdiri dari :

Daftar kas bendahara pengeluaran

Tabel. 5 Daftar Kas Bendahara Pengeluaran

No. Uraian Satker/Wilayah Jumlah

1 2 3 1 Rp. 2 3 4 Jumlah Rp.

(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk periode

akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember 200x saldo kas di

bendahara telah disetorkan, diungkapkan satuan kerja dan wilayah yang

telah melakukan penyetoran).

Page 156: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 23 dari 32

Kas di bendahara penerimaan Rp................

B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada UAPPA-W <Nama UAPPA-

Wilayah> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendahara

penerimaan> merupakan saldo kas yang ada pada bendahara penerimaan.

Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara

Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal

neraca. Terdiri dari :

Daftar kas bendahara penerimaan

Tabel. 6 Daftar Kas Bendahara Penerimaan

No. Kode

Satker Uraian Satker Jumlah

1 2 3 1 Rp 2 3 Jumlah Rp.

Rincian saldo kas di bendahara penerimaan

Tabel.7 Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per MAP

No. Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah 1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang belum

disetorkan ke kas negara.

(Diungkapkan alasan mengapa pendapatan tersebut belum disetor, jika

setelah tanggal 31 Desember 200x saldo kas di bendahara telah disetorkan,

diungkapkan satuan kerja yang telah melakukan penyetoran). Piutang

C. PIUTANG

Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang

atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal

neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari

12 bulan setelah tanggal neraca.

(data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari satuan kerja).

Piutang pajak Rp.................

C.1. Piutang Pajak Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak yang

Page 157: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 24 dari 32

telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum

diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam

jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Piutang tersebut terdiri dari : Rincian piutang pajak per-satuan kerja

Tabel.8 Rincian Piutang Pajak per Satuan Kerja

No. Kode Satker Uraian Satuan Kerja Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

Piutang PNBP Rp..............

C.2. Piutang PNBP Piutang Bukan Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan piutang

penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap

pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan

belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima

dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun

Piutang tersebut terdiri dari : Rincian piutang PNBP per-satuan kerja

Tabel.9 Rincian Piutang PNBP per Satuan Kerja

No. Kode Satker Uraian Satuan Kerja Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

Rincian Piutang PNBP

Tabel.10 Rincian Piutang PNBP

No. Kode

Perkiraan Piutang

Uraian Piutang Jumlah Rupiah

1 2 3 4 Rp.

Jumlah Rp.

(Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PMK.06/2005 yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)

Page 158: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 25 dari 32

Bagian Lancar TPA Rp............... Bagian Lancar Tagihan TGR Rp..................

C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar

Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam

Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca) yang berasal dari

penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>.

C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar

Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh

tempo dalam Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Piutang bukan pajak lainnya Rp..................

C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang yang

tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang

sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan diterima pada

tahun 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Persediaan Rp..............

D. PERSEDIAAN

Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan

(supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk

mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan

kepada masyarakat.

Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai

persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi,

yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesuai dengan klasifikasi pada

bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masing-masing>.

Aset Tetap Rp................

E. ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari

12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan

oleh masyarakat umum.

Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>

dengan perincian sebagai berikut:

Page 159: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 26 dari 32

Daftar aset tetap .

Tabel.11 Daftar Aset Tetap

Mutasi

Nama Aset Tetap Saldo Awal Tambah Kurang

Saldo Akhir

1 2 3 4 5 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Jumlah Penambahan aset tetap TA 200x Rp..................

Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:

• Pembelian Rp.

• Penyelesaian Pembangunan Rp.

• Transfer dari unit lain Rp.

• Hibah (masuk) Rp.

• dst

< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>

Pengurangan aset tetap TA 200x Rp...................

Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :

• Penghapusan Rp.

• Transfer ke unit lain Rp

• Koreksi Pencatatan Rp

• Hibah (keluar) Rp.

• dst

<ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>

Konstruksi dalam Pengerjaan Rp..................

Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan

laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan aset

tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya pada

<tanggal neraca> adalah sebesar Rp........................ Konstruksi Dalam

Pengerjaan tersebut terdiri dari :

• Tanah Rp.

• Peralatan dan Mesin Rp.

• Gedung dan Bangunan Rp.

• Jalan Rp.

• Irigasi dan Jaringan Rp.

Page 160: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 27 dari 32

• Aset Tetap Lainnya Rp.

< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>

Catatan atas Aset Tetap

(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih

mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca.

Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian

Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara

faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan karena belum

ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat kerja

bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)

Aset bersejarah sebanyak ...... unit

F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) (Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai aset

bersejarah)

Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset

tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset

bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas.

Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejarah berupa

belanja untuk <jelaskan penggunaan belanja tersebut misalnya untuk

perolehan/konstruksi/peningkatan/rekonstruksi> yang berasal dari belanja

<barang/modal> adalah sebesar Rp.<jumlah total belanja>.

Daftar aset bersejarah sebanyak ...... unit

Tabel.12 DAFTAR ASET BERSEJARAH

Nama Aset

Saldo Awal Periode (dalam

satuan kuantitas)

Mutasi Bertambah

(dalam satuan kuantitas)

Mutasi Berkurang

(dalam satuan kuantitas)

Saldo Akhir Periode (dalam

satuan kuantitas)

Page 161: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 28 dari 32

Aset Lainnya TPA Rp.................. TGR Rp.................. Kemitraan dengan pihak ketiga Rp..................

G. ASET LAINNYA (Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset dengan jenis

ini)

Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset

lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset Lainnya

terdiri atas:

- Tagihan Penjualan Angsuran Rp<nilai TPA yang jatuh temponya lebih

dari 12 bulan setelah tanggal neraca>

- Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp<nilai TGR yang jatuh temponya lebih

dari 12 bulan setelah tanggal neraca>

- Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak ketiga>

Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan

tersebut> Uang muka dari KPPN Rp................

H. UANG MUKA DARI KPPN Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di

Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan uang

persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum

dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.

(Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah dan

diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini masih ada

nilainya). Pendapatan yang ditangguhkan Rp.................

I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun

Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan

pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut tetapi belum disetor ke

kas negara pada tanggal pelaporan. Ekuitas dana lancarRp.............

J. EKUITAS DANA LANCAR Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan

selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar / jangka pendek,

yang terdiri atas:

- Cadangan Piutang Rp<nilai rupiah akun Piutang>

- Cadangan Persediaan Rp<nilai rupiah akun Persediaan>

(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,

sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun

Persediaan).

Page 162: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 29 dari 32

Ekuitas dana investasi Rp.................

K. EKUITAS DANA INVESTASI Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap dan

aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal neraca>, terdiri

atas:

- Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset

Tetap>

- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset

Lainnya>

(Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari akun

Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan dalam Aset Lainnya adalah akun

penyeimbang dari akun Aset Tetap Lainnya) Informasi Tambahan

VI. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA A. INFORMASI TAMBAHAN

(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan

laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya,

misalnya bila UAPPA-W memiliki Badan Layanan Umum agar dijelaskan

pada sesi ini. Berikut adalah contohnya:)

Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum yang

berada lingkup UAPPA-W <Nama UAPPA-Wilayah>

• Badan X

• Unit Y

• Rumah Sakit Z

• Dst.

Pengungkapan lainnya

B. PENGUNGKAPAN LAINNYA

(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan

laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya,

contoh yaitu :)

1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada;

2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;

3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan

operasionalnya.

4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-

Page 163: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 30 dari 32

kejadian penting selama periode pelaporan, seperti:

a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;

b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh

manajemen baru;

c. Piutang yang tidak dapat tertagih,

d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi

terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat

disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang

akan dapat mempengaruhi nilai neraca;

e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.

f. Satuan Kerja yang realisasi anggarannya belum diterima.

5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan Keuangan

Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan Laporan BMN baik

yang disebabkan oleh masalah intern maupun ekstern. Transaksi-

transaksi yang belum/tidak dapat terinput dalam Sistem Akuntansi

Instansi (keuangan dan barang).

Page 164: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 31 dari 32

LAMPIRAN I:

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN

DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

• NERACA PERCOBAAN

• LAPORAN BMN

• LAPORAN KONDISI BARANG

• RINCIAN SALDO AWAL BMN

• LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Page 165: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 32 dari 32

LAMPIRAN II:

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA SEBAGAI PENDUKUNG CaLK

Page 166: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN Vd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

halaman 1 dari 31

BAGIAN ANGGARAN XXX <cantumkan kode Bagian Anggaran>

LAPORAN KEUANGAN

<NAMA SATUAN KERJA> <NAMA ESELON I>

<NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA> UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA>

TAHUN ANGGARAN 200x

<alamat satuan kerja>

Logo Kementerian Negara/ Lembaga

Page 167: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 2 dari 31

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas

antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang

dipimpinnya. <Nama Satuan Kerja> adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Kementerian

Negara/Lembaga yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan keuangan berupa Realisasi Anggaran, Neraca

dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan <Nama Satuan Kerja> mengacu pada Peraturan Menteri

Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat serta Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor <sesuaikan

dengan nomornya> tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di dalamnya telah disusun sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Penyusunan Laporan Keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.

<Nama Kota>, <tanggal dan tahun> <Jabatan penanda tangan> <Nama penanda tangan> NIP …

Page 168: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 3 dari 31

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...

Daftar Isi ...

Pernyataan Tanggung Jawab ...

Ringkasan Eksekutif ...

Laporan Keuangan ...

A. Laporan realisasi Anggaran ...

B. Neraca ...

C. Catatan atas Laporan Keuangan ...

I. Pendahuluan ...

II. Kebijakan Akuntansi ...

III. Ringkasan laporan

IV. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran ...

V. Penjelasan atas Pos-pos Neraca ...

VI. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya ...

Lampiran :

A. Laporan Ralisasi Anggaran Pendukung

• LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan

• LRA Belanja dan Pengembalian Belanja

• Neraca Percobaan

B. Laporan Barang Kuasa Pengguna

• Laporan Barang Kuasa Penggguna

• Rincian Saldo Awal

• Laporan Kondisi Barang

C. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK

Dst.

Page 169: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 4 dari 31

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB KEPALA SATUAN KERJA <NAMA SATUAN KERJA>

Laporan keuangan <Nama Satuan Kerja> unaudited yang terdiri dari: Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun

anggaran> sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 170: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 5 dari 31

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

KEPALA SATUAN KERJA <NAMA SATUAN KERJA>

Laporan keuangan <Nama Satuan Kerja> audited yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun anggaran>

sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan

secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan> <Nama jabatan penanda tangan pernyataan> <Nama pejabat> NIP ...

Page 171: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 6 dari 31

Laporan Realisasi Anggaran Realisasi pendapatan dan hibah Realisasi bekanja Neraca Jumlah aset Rp......

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Kepala Satuan

Kerja sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain

menyusun dan menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan

demikian penyusunan dan penyajian laporan keuangan satuan kerja ini

merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran

dan/atau barang pada tingkat satuan kerja.

Laporan Keuangan Satuan Kerja tahun 200x ini telah disusun

berdasarkan laporan keuangan seluruh satuan kerja serta disajikan sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara

anggaran tahun 200x dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur

pendapatan dan belanja.

Realisasi pendapatan dan hibah pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai

realisasi pendapatan dan hibah selama periode pelaporan> atau mencapai

<persentase capaian> % dari anggarannya.

Realisasi belanja pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi belanja

selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> % dari

anggarannya.

2. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 200x

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.

Jumlah aset per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai aset pada

tanggal laporan> yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp <nilai aset lancar

pada tanggal laporan>; aset tetap sebesar Rp <nilai aset tetap pada tanggal

laporan>; dan aset lainnya sebesar Rp <nilai aset lainnya pada tanggal

laporan>.

Page 172: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 7 dari 31

Jumlah kewajiban Rp...... Jumlah ekuitas dana Rp..... Catatan atas Laporan Keuangan Penyajian LRA Penyajian neraca

Jumlah kewajiban per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai kewajiban

pada tanggal laporan> yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp

<nilai kewajiban jangka pendek pada tanggal laporan>; dan kewajiban

jangka panjang sebesar Rp <nilai kewajiban jangka panjang pada tanggal

laporan>.

Jumlah ekuitas dana per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai ekuitas

dana pada tanggal laporan> yang terdiri dari ekuitas dana lancar sebesar Rp

<nilai ekuitas dana lancar pada tanggal laporan>; ekuitas dana investasi

sebesar Rp <nilai ekuitas dana investasi pada tanggal laporan.

3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan

pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai

antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan

akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang

diperlukan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dan belanja

diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan

oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN).

Dalam penyajian neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui

berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan

timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima

atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

Page 173: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 8 dari 31

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 174: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 9 dari 31

LAPORAN NERACA

Page 175: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 10 dari 31

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN

DAN HIBAH

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

• LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

Page 176: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 11 dari 31

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

<Nama Satuan Kerja> <Nama Kementerian Negara/Lembaga>

Laporan keuangan semester/tahun 200X (pilih salah satu sesuai cakupan laporan

keuangan yang disajikan) ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu

wujud transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola

yang baik (good governance). Sedangkan tujuan Catatan atas Laporan Keuangan

adalah menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam

rangka pengungkapan yang memadai

Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan;

• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah;

• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

• Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002

tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat;

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar;

• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan <sebutkan nomor

dan tentang peraturannya>

Page 177: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 12 dari 31

Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan

B. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang dikelola

oleh <Nama Satuan Kerja> yang berasal dari dana APBN sebesar Rp<jumlah

rupiah pagu anggaran belanja>.

Selain mengelola Bagian Anggaran <sebutkan nama kementerian

negara/lembaga (kode)>, juga mengelola Bagian Anggaran Pembiayaan dan

Perhitungan yaitu yaitu ………… (BA…) <sebutkan semua nama BAPP yang

terdapat pada satuan kerja beserta kode BA> yang dilaporkan terpisah dari

Laporan Keuangan ini.

Laporan Keuangan <Nama Satuan Kerja> terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan

Laporan Keuangan menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang

terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang

Milik Negara (SABMN).

Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran <telah/belum> dilakukan

rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulannya.

Penyusunan data neraca untuk aset tetap <telah/belum> menggunakan data

yang berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).

Pendapatan

II. KEBIJAKAN AKUNTANSI Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu

basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan basis akrual untuk

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

A. PENDAPATAN Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang

menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan

yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh

pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN.

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan

membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya

(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Page 178: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 13 dari 31

Belanja

Aset

B. BELANJA Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana

lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi

pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara

pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban

atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

C. ASET Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk

penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang

dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini

tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut

dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada

saat hak kepemilikan berpindah.

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset

Lainnya.

Pengukuran/penilaian Aset: 1. Persediaan;

Persediaan disajikan sebesar:

• Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya

perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya

pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara

langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan

harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya

perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya

perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

• Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.

Page 179: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 14 dari 31

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait

dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan

variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam

proses konversi bahan menjadi persediaan.

• Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan.

2. Tanah;

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup

harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang

dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,

pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai

tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua

yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua

tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga

taksiran pada saat perolehan.

3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila

penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya

perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada

nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara

swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,

dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

aset tetap tersebut.

Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya

perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan,

biaya perizinan, serta jasa konsultan.

4. Peralatan dan Mesin

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah

pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan

mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan

Page 180: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 15 dari 31

dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian,

biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya

untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin

tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak

meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan dan jasa konsultan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara

swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,

dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

Peralatan dan Mesin tersebut.

5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Biaya perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan menggambarkan seluruh

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh Jalan, Irigasi, dan Jaringan

sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya

konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi

dan jaringan tersebut siap pakai.

Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh

melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran

bangunan lama.

Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun

secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang

terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan,

biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya

pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

6. Aset Tetap Lainnya

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak

meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui swakelola

Page 181: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 16 dari 31

Kewajiban

Ekuitas dana

meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya

bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan

pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.

7. Kontruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola

meliputi:

Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi

yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya

bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan

ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya

rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan langsung

dengan kegiatan konstruksi.

Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan

dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya

asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara

langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan biaya-

biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi

yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi

meliputi:

Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan

dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga

sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

D. KEWAJIBAN Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Kewajiban pada

satuan kerja dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga hanya berupa

kewajiban kepada KPPN berupa keterlambatan penyampaian sisa uang

persediaan dan kepada BUN/KPPN berupa pendapatan yang ditangguhkan.

E. EKUITAS DANA Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara

aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas

Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi.

Page 182: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 17 dari 31

Anggaran Belanja Rp................

Estimasi Pendapatan dan Hibah Rp.................

III. RINGKASAN LAPORAN A. ANGGARAN DAN ESTIMASI PENDAPATAN

Selama periode............/Tahun Anggaran......(sesuaikan dengan periode

yang dicakup oleh laporan keuangan) <Nama Satuan Kerja> menerima

anggaran pengeluaran sebesar Rp <nilai rupiah total pagu belanja> yang

digunakan untuk membiayai kegiatan <Nama Satuan Kerja>.

Pada Tahun Anggaran 200x <Nama Satuan Kerja> juga mengelola DIPA

Luncuran sebesar Rp<nilai rupiah total pagu DIPA Luncuran>.

<Uraikan informasi mengenai anggaran serta perubahannya baik

disebabkan oleh adanya DIPA Luncuran, APBNP (ABT), SKPA atau hal-hal

lain yang berhubungan dengan anggaran>

Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada <Nama Satuan Kerja> untuk

Tahun Anggaran <tahun anggaran> sebesar Rp<nilai rupiah> yang terdiri

dari estimasi penerimaan perpajakan sebesar Rp<nilai rupiah>, estimasi

PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan estimasi penerimaan hibah sebesar

Rp<nilai rupiah>.

Realisasi Belanja Rp................. Realisasi pendapatan dan hibah Rp..............

B. REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA

Dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp<nilai rupiah total realisasi

belanja selama periode yang dilaporkan> atau <jumlah realisasi belanja

dibagi jumlah pagu belanja dikalikan 100> % dari total anggaran.

Dari realisasi anggaran tersebut, untuk DIPA Luncuran telah terealisasi

sebesar Rp<total realisasi DIPA Luncuran> (<persentase realisasi>%) yang

digunakan untuk kegiatan (ungkapkan kegiatan dan hasil pelaksanaanya).

Realisasi pendapatan pada tahun anggaran 200x sebesar Rp <nilai

rupiah>, yang berasal dari penerimaan penerimaan perpajakan sebesar

Rp<nilai rupiah>, PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan penerimaan hibah

sebesar Rp<nilai rupiah>.

Neraca Aset Rp.............

C. NERACA

Posisi keuangan <Nama Satuan Kerja> pada <tanggal neraca> adalah

sebagai berikut: Aset sebesar Rp <total nilai aset>; Kewajiban sebesar Rp

<total nilai kewajiban>; dan Ekuitas Dana sebesar Rp <nilai ekuitas dana>.

Jumlah Aset sebesar Rp <total nilai aset> terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp

Page 183: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 18 dari 31

Kewajiban Rp.................. Ekuitas Dana Rp..................

<total nilai aset lancar>; Aset Tetap sebesar Rp <total nilai aset tetap> serta

Aset Lainnya sebesar Rp<total nilai aset lainnya>.

Jumlah Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban> terdiri dari < jenis-jenis

kewajiban dan nilai rupiahnya>.

Jumlah ekuitas dana sebesar Rp <total nilai ekuitas dana> terdiri dari

ekuitas dana lancar sebesar Rp<jumlah nilai ekuitas dana lancar> dan

ekuitas dana investasi sebesar Rp <jumlah nilai ekuitas dana investasi>.

Realisasi Pendapatan

Penerimaan perpajakan Rp..............

PNBP Rp..............

Pengembalian belanja tahun anggaran yang lalu Rp.............. Pendapatan Hibah Rp..............

IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN A. PENDAPATAN

A.1. Realisasi Pendapatan

(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas negara

melalui satuan kerja-satuan kerja di wilayah, berikut penyebab tercapainya

anggaran atau tidak tercapainya target, jika ada. Berikut adalah contoh

pengungkapan pendapatan pada satuan kerja yang menerima pendapatan

perpajakan dan pendapatan non pajak).

Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara

bukan pajak..

- Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total

capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau

<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan

pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai dengan

kondisi yang ada).

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan kontribusi

bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada <semester/tahun>

(periode laporan) sebesar Rp<total capaian PNBP> atau

<persentase capaian>% dari anggarannya.

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga berasal dari

pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-

anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-

yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai

pendapatan lain-lain.

Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang

berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian

Page 184: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 19 dari 31

Pengembalian Pendapatan Rp..............

penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase

capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu penerimaan

hibah untuk periode pelaporan>.

Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat pengembalian

pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian pendapatan> dimana

sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-

sebelumnya> merupakan pengembalian atas pendapatan tahun anggaran

tahun anggaran yang lalu, dan sisanya sebesar Rp<total nilai pengembalian

atas pendapatan-tahun-anggaran-berjalan> merupakan pengembalian atas

pendapatan-yang-diterima-pada-tahun-anggaran berjalan. Karena kedua jenis

pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan berulang (recurring), maka

dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode terjadinya

pengembalian.

Hambatan dan Kendala perpajakan

PNBP

A.2. Hambatan dan Kendala

Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut adalah

contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan perpajakan)

- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan

sehingga pendapatan pajak PPh tidak mencapai target estimasi

pendapatan,

- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah

rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini.

Tidak tercapainya sasaran Penerimaan Negara Bukan Pajak pada

periode ini antara lain disebabkan:

- terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor pendapatan

kehutanan <MAP> sehingga pendapatan kehutanan tidak mencapai

target estimasi pendapatan,

Realisasi belanja Rp..............

B. BELANJA

B.1. Realisasi Belanja

Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya

kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana

Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja <Nama Satuan

Page 185: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 20 dari 31

Kerja>meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan

belanja bantuan sosial (disebutkan sesuai dengan jenis belanja yang ada

di satuan kerja yang ada dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga).

Perincian Anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel

berikut ini :

Rincian anggaran dan realisasi belanja per sumber dana Rp........

Tabel.1 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana

Uraian Anggaran Semula

Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%Rupiah Murni Rp. Rp. Rp. ………….% Pinjaman LN Rp. Rp. Rp. ………….%

Hibah Rp. Rp. Rp. ………….%

Rupiah Murni Pendamping

Rp. Rp. Rp. ………….%

PNBP Rp. Rp. Rp. ………….%

Jumlah Rp Rp Rp ………….%

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja Rp................

Tabel.2

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja

Kode Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Anggaran

Setelah Revisi Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100% 51 Belanja Pegawai Rp. Rp. ……….% 52 Belanja Barang Rp. Rp. ……….% 53 Belanja Modal Rp. Rp. ……….% 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Rp. ……….% Dst Dst Rp. Rp. ……….%

Jumlah Rp Rp ……….% <Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat

pada Satuan Kerja>

Rincian anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja DIPA Luncuran Rp...............

Dari realisasi anggaran tersebut, untuk realisasi DIPA Luncuran adalah

sebagai berikut : Tabel.3

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA Luncuran

Kode Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja

Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%XX <Isi dengan uraian jenis bel.> Rp. Rp. ……….%

Jumlah Rp Rp ……….%

Page 186: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 21 dari 31

Pelaksanaan DIPA Luncuran digunakan untuk pelaksanaan kegiatan

<uraikan kegiatannya> dengan realisasi fisik telah mencapai <ungkapkan

persentase kemajuan pelaksanaan kegiatan>.

Rincian realisasi belanja modal Rp................

Tabel.4 Rincian Realisasi Belanja Modal

Kode MAK.

Uraian Belanja Moda l(BM)

Anggaran Setelah Revisi

Realisasi Belanja Persentase

1 2 3 4 5=(4/3)x100%531111 BM Tanah Rp. Rp. …….%532111 BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. …….%533111 BM Gedung dan Bangunan Rp. Rp. …….%534111 BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. …….%534112 BM Irigasi Rp. Rp. …….%534113 BM Jaringan Rp. Rp. …….%535111 BM Fisik Lainnya Rp. Rp. …….%

Jumlah Rp Rp …….%

Pengembalian Belanja

Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-yang-

terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas

belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan> dibukukan sebagai

kontra pos belanja pada periode pelaporan.

Sedangkan pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-

anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-

terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan

lain-lain.

Rincian Realisasi pengembalian belanja per jenis belanja Rp...............

Tabel.5 Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja

Kode

Jenis Bel. Uraian Jenis Belanja Realisasi Pengembalian Belanja

1 2 4 51 Belanja Pegawai Rp. 52 Belanja Barang Rp. 53 Belanja Modal Rp. 57 Belanja Bantuan Sosial Rp. Dst Dst Rp.

Jumlah Rp

Hambatan dan kendala

B.2. Hambatan dan Kendala

(Jelaskan dan uraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh di bawah

anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari

eksternal.

Page 187: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 22 dari 31

<misalnya terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung

disebabkan proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada

akhir tahun anggaran, sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx

atau xx% dari anggaran>

Kas di bendahara pengeluaran Rp.................

V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA

A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada <Nama Satuan Kerja> per

<tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendahara pembayar>

merupakan saldo kas pada bendahara pengeluaran. Jumlah di atas

merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang belum

dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada tanggal

neraca.

<jika setelah tanggal neraca periode tahunan kas di bendahara telah

disetorkan, ungkapkan sbb:>

Pada tanggal <tanggal setelah tanggal neraca> telah disetor Rp<nilai total

uang persediaan yang telah disetor> ke Kas Negara yang merupakan sisa

saldo Kas di Bendahara Pengeluaran tahun anggaran <tahun anggaran

laporan>.

Rincian penyetoran kas di bendahara pengeluaran Rp.................

Tabel.6 Rincian penyetoran Kas di Bendahara Pengeluaran

No. Tanggal SSBP Jumlah Rupiah 1 2 3 Rp.

Jumlah Rp.

(sebutkan tanggal penyetoran dan jumlah setoran, serta bukti SSBP

dilampirkan).

Kas di bendahara penerimaan Rp................

B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN

Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada <Nama Kementerian

Negara/Lembaga> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di

bendahara penerimaan> merupakan saldo kas pada bendahara

Page 188: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 23 dari 31

penerimaan.

Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara

Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal

neraca. Terdiri dari :

Rincian kas di bendahara penerimaan

Tabel.7 Rincian Kas di Bendahara Penerimaan

No. Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah 1 2 3 4

Rp.

Jumlah Rp.

*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang belum disetorkan

ke kas negara.

(jika setelah tanggal neraca periode tahunan kas di bendahara telah

disetorkan), sebutkan tanggal penyetoran dan jumlah setoran dan sertakan

bukti SSBP sebagai lampiran).

(diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum disetor.)

Piutang

C. PIUTANG

Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang

atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal

neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari

12 bulan setelah tanggal neraca.

Piutang Pajak Rp.................

C.1. Piutang Pajak

Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak yang

telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum

diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam

jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Page 189: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 24 dari 31

Piutang tersebut terdiri dari :

Rincian piutang pajak

Tabel.8 Rincian Piutang Pajak

No. Kode

Perkiraan Piutang

Uraian Piutang Jumlah Rupiah

1 2 4 5 Rp. Jumlah Rp.

<Uraikan rincian jenis Piutang Pajak beserta jumlahnya>.

Piutang PNBP Rp..............

C.2. Piutang PNBP

Piutang Bukan Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan piutang

penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap

pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum

diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam

jangka waktu tidak lebih dari satu tahun

Piutang tersebut terdiri dari :

Rincian piutang PNBP.

Tabel.9 Rincian Piutang PNBP

No. Kode

Perkiraan Piutang

Uraian Piutang Jumlah Rupiah

1 2 4 5 Rp. Jumlah Rp.

Bagian lancar TPA Rp.............. Bagian lancar tagihan TGR Rp..................

C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar

Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam

Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca) yang berasal dari

penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>.

C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar

Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh

tempo dalam Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Page 190: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 25 dari 31

Piutang bukan pajak lainnya Rp..................

C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang yang

tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang

sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan diterima pada

tahun 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Persediaan Rp..............

D. PERSEDIAAN

Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan

(supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk

mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan

kepada masyarakat.

Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai

persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi,

yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesuai dengan klasifikasi pada

bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masing-masing>.

Aset Tetap Rp................

E. ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari

12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan

oleh masyarakat umum.

Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>

dengan perincian sebagai berikut:

Daftar aset tetap

Tabel.10 Daftar Aset Tetap

Mutasi

Nama Aset Tetap Saldo

Awal Tambah

Kurang

Saldo Akhir

1 2 3 4 5 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Jumlah

Page 191: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 26 dari 31

Penambahan aset tetap TA 200x Rp.........

Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:

• Pembelian Rp.

• Penyelesaian Pembangunan Rp.

• Transfer dari unit lain Rp.

• Hibah (masuk) Rp.

• dst

< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>

Pengurangan aset tetap TA 200x Rp............

Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :

• Penghapusan Rp.

• Transfer ke unit lain Rp

• Koreksi Pencatatan Rp

• Hibah (keluar) Rp.

• dst

<ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>

Konstruksi dalam Pengerjaan Rp..................

Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan

laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan aset

tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya pada

<tanggal neraca> adalah sebesar Rp........................ Konstruksi Dalam

Pengerjaan tersebut terdiri dari :

• Tanah Rp.

• Peralatan dan Mesin Rp.

• Gedung dan Bangunan Rp.

• Jalan Rp.

• Irigasi dan Jaringan Rp.

• Aset Tetap Lainnya Rp.

< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>

Catatan atas aset tetap

(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih

mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca.

Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian

Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara

faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan karena belum

ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat kerja

Page 192: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 27 dari 31

bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)

Aset bersejarah sebanyak ...... Unit

F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) (Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai aset

bersejarah)

Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset

tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset

bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas.

Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejarah berupa

belanja untuk <jelaskan penggunaan belanja tersebut misalnya untuk

perolehan/konstruksi/peningkatan/rekonstruksi> yang berasal dari belanja

<barang/modal> adalah sebesar Rp.<jumlah total belanja>.

Daftar aset bersejarah.

Tabel.11 DAFTAR ASET BERSEJARAH

Nama Aset

Saldo Awal Periode (dalam

satuan kuantitas)

Mutasi Bertambah

(dalam satuan kuantitas)

Mutasi Berkurang

(dalam satuan kuantitas)

Saldo Akhir Periode (dalam

satuan kuantitas)

Aset Lainnya TPA Rp.................. TGR Rp.................. Kemitraan dengan pihak ketiga Rp..................

G. ASET LAINNYA (Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset dengan jenis

ini)

Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset

lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset Lainnya

terdiri atas:

- Tagihan Penjualan Angsuran Rp<nilai TPA yang jatuh temponya lebih

dari 12 bulan setelah tanggal neraca>

- Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp<nilai TGR yang jatuh temponya lebih

dari 12 bulan setelah tanggal neraca>

- Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak ketiga>

Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan

tersebut>

Page 193: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 28 dari 31

Uang muka dari KPPN Rp................

H. UANG MUKA DARI KPPN Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di

Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan uang

persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum

dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.

(Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah dan

diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini masih ada

nilainya).

Pendapatan yang ditangguhkan Rp.................

I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun

Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan

pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut tetapi belum disetor ke

kas negara pada tanggal pelaporan.

Ekuitas Dana Lancar Rp..................

J. EKUITAS DANA LANCAR Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan

selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar / jangka pendek,

yang terdiri atas:

- Cadangan Piutang Rp<nilai rupiah akun Piutang>

- Cadangan Persediaan Rp<nilai rupiah akun Persediaan>

(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,

sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun

Persediaan).

Ekuitas Dana Investasi Rp.................

K. EKUITAS DANA INVESTASI Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap dan

aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal neraca>, terdiri

atas:

- Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset

Tetap>

- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset

Lainnya>

(Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari akun

Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan dalam Aset Lainnya adalah akun

penyeimbang dari akun Aset Tetap Lainnya)

Page 194: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 29 dari 31

Informasi tambahan dan pengubgkapan lainnnya

VI. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA (Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan

laporan keuangan tetapi belum dirungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya,

contoh yaitu :)

1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada;

2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;

3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan

operasionalnya.

4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-

kejadian penting selama periode pelaporan, seperti:

a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;

b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh

manajemen baru;

c. Piutang yang tidak dapat tertagih,

d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi

terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat

disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang

akan dapat mempengaruhi nilai neraca;

e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.

5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan dan pelaporan

laporan Keuangan Tahun Anggaran 200x termasuk dalam

penyusunan Laporan BMN baik yang disebabkan oleh masalah intern

maupun ekstern. Transaksi-transaksi yang belum atau tidak dapat

terinput dalam Sistem Akuntansi Instansi (keuangan dan barang).

KTUR JENDERAL

060046519

Page 195: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 30 dari 31

LAMPIRAN I:

• LRA PENDAPATAN

• LRA PENGEMBALIAN PENDAPATAN

• LRA BELANJA

• LRA PENGEMBALIAN BELANJA

• NERACA PERCOBAAN

• LAPORAN BMN

• RINCIAN SALDO AWAL BMN

• LAPORAN KONDISI BARANG

Page 196: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

halaman 31 dari 31

LAMPIRAN II:

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA SEBAGAI PENDUKUNG CaLK

• SSBP UNTUK PENYETORAN SETELAH TANGGAL NERACA TAHUNAN

BERKHIR

• BERITA ACARA REKONSILIASI DENGAN KPPN

• Dsb.

Page 197: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

LAMPIRAN VI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA /ESELON I/SATUAN KERJA....................................................................................

I. RINGKASAN LAPORAN BARANG

1. TANAH (131111) a. Tanah (1.01)

Saldo Tanah pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja ........... per

................ sebesar Rp............ Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal ............. m2/Rp ..............

mutasi tambah ...... m2/Rp.......... mutasi kurang ....... m2/Rp.........

Mutasi tambah tanah tersebut meliputi:

- Pembelian Rp.............................

- Transfer masuk Rp.............................

- Hibah masuk Rp.............................

- Rampasan/sitaan Rp.............................

- Penyelesaian Pembangunan Rp.............................

- Reklasifikasi Masuk Rp.............................

- Pembatalan Penghapusan Rp.............................

- Pengembangan Nilai Rp.............................

- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp.............................

Mutasi kurang tanah tersebut meliputi:

- Penghapusan Rp.............................

- Transfer keluar Rp.............................

- Hibah keluar Rp.............................

- Pengurangan Rp.............................

- Reklasifikasi keluar Rp.............................

- Koreksi nilai/kuantitas Rp.............................

- Koreksi pencatatan Rp.............................

Dari jumlah di atas dalam proses ruislag/sengketa ......... m2/Rp.................

Dari jumlah di atas yang dihentikan penggunaannya karena rusak berat/hilang tetapi belum

dihapuskan adalah .......... m2/Rp...................

Page 198: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 2 dari 8

2. PERALATAN DAN MESIN (131311) a. Alat Besar (2.01)

Saldo BMN berupa Alat Besar pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja

........... per ................ sebesar Rp............ Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal .............

m2/Rp ................. mutasi tambah ......... m2/Rp.............. mutasi kurang ...........

m2/Rp.............

Mutasi tambah Alat Besar tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Pembelian Rp......................... Rp.....................

- Transfer masuk Rp......................... Rp.....................

- Hibah masuk Rp......................... Rp.....................

- Rampasan/sitaan Rp......................... Rp.....................

- Penyelesaian Pembangunan Rp......................... Rp.....................

- Reklasifikasi Masuk Rp......................... Rp.....................

- Pembatalan Penghapusan Rp......................... Rp.....................

- Pengembangan Nilai Rp......................... Rp.....................

- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp......................... Rp.....................

Mutasi kurang Alat Besar tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Penghapusan Rp......................... Rp.........................

- Transfer keluar Rp......................... Rp.........................

- Hibah keluar Rp............................. Rp.........................

- Pengurangan Rp......................... Rp.........................

- Reklasifikasi keluar Rp......................... Rp.........................

- Koreksi nilai/kuantitas Rp......................... Rp.........................

- Koreksi pencatatan Rp......................... Rp.........................

Dari jumlah di atas dalam proses pertukaran/sengketa ......... unit/Rp.................

Dari jumlah di atas yang dihentikan penggunaannya karena rusak berat/hilang tetapi belum

dihapuskan adalah .......... unit/Rp...................

Page 199: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 3 dari 8

b. Alat Angkutan (2.02) Saldo Alat Angkutan pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja ...........

per ...........sebesar Rp........ Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal ......... m2/Rp ...........

mutasi tambah ...... m2/Rp........ mutasi kurang ...... m2/Rp.......

Mutasi tambah Alat Angkut tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Pembelian Rp......................... Rp.........................

- Transfer masuk Rp......................... Rp.........................

- Hibah masuk Rp......................... Rp.........................

- Rampasan/sitaan Rp......................... Rp.........................

- Penyelesaian Pembangunan Rp......................... Rp.........................

- Reklasifikasi Masuk Rp......................... Rp.........................

- Pembatalan Penghapusan Rp......................... Rp.........................

- Pengembangan Nilai Rp......................... Rp.........................

- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp......................... Rp.........................

Mutasi kurang Alat Angkut tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Penghapusan Rp......................... Rp.........................

- Transfer keluar Rp......................... Rp.........................

- Hibah keluar Rp......................... Rp.........................

- Pengurangan Rp......................... Rp.........................

- Reklasifikasi keluar Rp......................... Rp.........................

- Koreksi nilai/kuantitas Rp......................... Rp.........................

- Koreksi pencatatan Rp......................... Rp.........................

3. GEDUNG DAN BANGUNAN (131511) Saldo Gedung dan Bangunan pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/ Satuan Kerja

......... per ........... sebesar Rp............ Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal ........ m2/Rp

....... mutasi tambah .... m2/Rp....... mutasi kurang ..... m2/Rp.......

Page 200: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 4 dari 8

Mutasi tambah Gedung dan Bangunan tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Pembelian Rp....................... Rp.......................

- Transfer masuk Rp....................... Rp.......................

- Hibah masuk Rp....................... Rp.......................

- Rampasan/sitaan Rp....................... Rp.......................

- Penyelesaian Pembangunan Rp....................... Rp.......................

- Reklasifikasi Masuk Rp....................... Rp.......................

- Pembatalan Penghapusan Rp....................... Rp.......................

- Pengembangan Nilai Rp....................... Rp.......................

- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp....................... Rp.......................

Mutasi kurang Gedung dan Bangunan tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Penghapusan Rp....................... Rp.......................

- Transfer keluar Rp....................... Rp.......................

- Hibah keluar Rp....................... Rp.......................

- Pengurangan Rp....................... Rp.......................

- Reklasifikasi keluar Rp....................... Rp.......................

- Koreksi nilai/kuantitas Rp....................... Rp.......................

- Koreksi pencatatan Rp....................... Rp.......................

4. JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN (131711) Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan

Kerja ........... per ................ sebesar Rp............ Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal

............. m2/Rp ................. mutasi tambah ......... m2/Rp.............. mutasi kurang ...........

m2/Rp.............

Page 201: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 5 dari 8

Mutasi tambah Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Pembelian Rp...................... Rp......................

- Transfer masuk Rp...................... Rp......................

- Hibah masuk Rp...................... Rp......................

- Rampasan/sitaan Rp...................... Rp......................

- Penyelesaian Pembangunan Rp...................... Rp......................

- Reklasifikasi Masuk Rp...................... Rp......................

- Pembatalan Penghapusan Rp...................... Rp......................

- Pengembangan Nilai Rp...................... Rp......................

- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp...................... Rp......................

Mutasi kurang Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Penghapusan Rp...................... Rp......................

- Transfer keluar Rp...................... Rp......................

- Hibah keluar Rp...................... Rp......................

- Pengurangan Rp...................... Rp......................

- Reklasifikasi keluar Rp...................... Rp......................

- Koreksi nilai/kuantitas Rp...................... Rp......................

- Koreksi pencatatan Rp...................... Rp......................

5. ASET TETAP LAINNYA (131911) Saldo Aset Tetap Lainnya pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja

........... per ................ sebesar Rp............ Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal .............

m2/Rp ................. mutasi tambah ......... m2/Rp.............. mutasi kurang ...........

m2/Rp.............

Page 202: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 6 dari 8

Mutasi tambah Aset Tetap Lainnya tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Pembelian Rp...................... Rp......................

- Transfer masuk Rp...................... Rp......................

- Hibah masuk Rp...................... Rp......................

- Rampasan/sitaan Rp...................... Rp......................

- Penyelesaian Pembangunan Rp...................... Rp......................

- Reklasifikasi Masuk Rp...................... Rp......................

- Pembatalan Penghapusan Rp...................... Rp......................

- Pengembangan Nilai Rp...................... Rp......................

- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp...................... Rp......................

Mutasi kurang Aset Tetap Lainnya tersebut meliputi:

Intrakomptabel Ekstrakomptabel

- Penghapusan Rp...................... Rp......................

- Transfer keluar Rp...................... Rp......................

- Hibah keluar Rp...................... Rp......................

- Pengurangan Rp...................... Rp......................

- Reklasifikasi keluar Rp...................... Rp......................

- Koreksi nilai/kuantitas Rp...................... Rp......................

- Koreksi pencatatan Rp...................... Rp......................

6. ASET BERSEJARAH Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja menguasai aset bersejarah sebanyak

............. unit dengan rincian sebagai berikut: ......................(disampaikan informasi mengenai

jenis aset bersejarah yang dikelola)

Page 203: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 7 dari 8

II. INFORMASI TAMBAHAN

1. BMN BADAN LAYANAN UMUM Total BMN yang yang dikelola BLU senilai Rp................ dengan rincian sebagai berikut:

Saldo awal mutasi tambah mutasi kurang saldo

Tanah .......... ........... .............. .............

Peralatan dan Mesin ......... .......... .............. ..............

Gedung dan Bangunan ............ ............. .............. ...............

Jalan, Irigasi, dan Jaringan ............. .......... .............. ...............

Aset Tetap Lainnya ........... .............. .............. ..............

2. KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (132111)

Disamping aset tetap yang tertuang dalam Laporan BMN pada tanggal ......................

Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja .............. juga menguasai sejumlah

aset tetap berbentuk Konstruksi Dalam Pengerjaan senilai Rp. .................. dengan rincian

sebagai berikut:

Tanah Rp........................

Peralatan dan Mesin Rp........................

Gedung dan Bangunan Rp........................

Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp........................

Aset Tetap Lainnya Rp........................

3. PERSEDIAAN

Saldo persediaan pada tanggal ................. adalah Rp. .................... yang terdiri

dari:............(disampaikan jenis persediaan yang masih tersisa dan kondisi dari persediaan

tersebut).

4. INFORMASI LAINNYA

a. BMN yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang belum

diserahkan dengan rincian sebagai berikut:

Page 204: openstorage.gunadarma.ac.idopenstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/... · DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Halaman 8 dari 8

Saldo awal mutasi tambah mutasi kurang saldo

Tanah .......... ........... .............. .............

Peralatan dan Mesin ......... .......... .............. ..............

Gedung dan Bangunan ............ ............. .............. ...............

Jalan, Irigasi, dan Jaringan ............. .......... .............. ...............

Aset Tetap Lainnya ........... .............. .............. ..............

Mutasi kurang dari BMN tersebut di atas antara lain disebabkan oleh penyerahan kepada

Pemerintah Daerah.

Dari total BMN tersebut di atas termasuk BMN yang diperoleh dari Anggaran Pembiayaan

dan Perhitungan yang belum diserahkan dengan rincian sebagai berikut:

Saldo awal mutasi tambah mutasi kurang saldo

Tanah .......... ........... .............. .............

Peralatan dan Mesin ......... .......... .............. ..............

Gedung dan Bangunan ............ ............. .............. ...............

Jalan, Irigasi, dan Jaringan ............. .......... .............. ...............

Aset Tetap Lainnya ........... .............. .............. ..............

Mutasi kurang dari BMN tersebut di atas antara lain disebabkan oleh penyerahan kepada

Kementeritan Negara/Lembaga ................ sebagai pelaksana BA

b. Informasi lainnya terkait dengan BMN yang perlu diungkapkan

Disamping itu dilampirkan cetakan Laporan Barang Semester/Tahunan yang berasal dari

proses penginputan data BMN melalui Aplikasi SABMN

KTUR JENDERAL

060046519