lAPORAN kINERJA dINAS kELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI...
Transcript of lAPORAN kINERJA dINAS kELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI...
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Provinsi Sulawesi Utara terletak di wilayah paling utara pulau Sulawesi, dan
dikenal sebagai Provinsi Kepulauan. Memiliki tiga Kabupaten kepulauan yang
letaknya berbatasan langsung
dengan wilayah Negara Republik
Filipina yaitu Kabupaten Kepulauan
Talaud, Kabupaten Kepulauan
Sangihe dan Kabupaten Kepulauan
Siau, Tagulandang, Biaro. Luas
wilayah Sulawesi Utara tercatat
63.326,17 km2, panjang garis pantai
adalah 2.395,99 km dengan luas
daratannya 13.851,64 km2 dan
wilayah laut 49.474,53 km2. Wilayah
Provinsi Sulawesi Utara memiliki 287
pulau (59 pulau berpenghuni dan
228 pulau tidak berpenghuni). Memiliki 15 (lima belas) daerah otonom terdiri dari
11 (sebelas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota, dimana 13 (tiga belas) wilayah
Kabupaten/Kota memiliki wilayah pesisir dan laut.
Sulawesi Utara memiliki posisi strategis, karena berhadapan langsung
dengan Kawasan Asia Timur (Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, ASEAN) dan
Pasifik yang menjadi pusat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi regional.
Posisi semenanjung wilayah Sulawesi Utara yang terletak di tepian Samudera
Pasifik diapit oleh 2 (dua) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II) yang melewati
Selat Makasar antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan ALKI III yang
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
2
melewati Laut Maluku antara Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara dan
Maluku. Posisi strategis ini menciptakan keunikan dan keunggulan khusus bagi
Sulawesi Utara karena sangat dekat dengan pasar Asia Timur dan Pasifik.
Sulawesi Utara berada di sentrum peredaran perdagangan dunia dan pertumbuhan
ekonomi dunia. Peluang ini membuktikan bahwa Sulawesi Utara sebagai pintu
gerbang Indonesia ke bagian Ke Asia Timur dan Pasifik merupakan sebuah solusi
bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat berperan aktif dalam perdagangan
dunia melalui kerjasama regional yang terintegrasi dan terpadu seperti BIMP-
EAGA, ASEAN, EAST ASIA, dan APEC, terlebih pada tahun 2015 era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) sudah dimulai.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melaui UU
no 17 tahun 2007, yakni memantapkan pembangunan secara menyeluruh
di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. RPJMN
dijalankan Pemerintah dengan dasar Pancasila dan Trisakti yang menjadi
landasan dalam pembangunan nasional 5 (tahun). Penjabaran Trisakti
diwujudkan dalam bentuk: Kedaulatan dalam politik, berdikari dalam
ekonomi, kepribadian dalam kebudayaan.
Ideologi TRISAKTI menggambarkan bahwa pembangunan dicapai
melalui perwujudan bangsa yang (1) berdaulat, yaitu bangsa yang mampu
hidup sejajar dan sederajat dengan bangsa lain; (2) Mandiri, yaitu
berkurangnya kergantungan dari sumberdaya luar negeri melalui
ketersediaan manusia yang berkualitas dan prinsip pembangunan
berkelanjutan; (3) Berkepribadian dan berkebudayaan yaitu menyadari jati
diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan bangsa maritim
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
3
sehingga reorientasi paradigma pembangunan dari pembangunan berbasis
daratan menjadi pembangunan berbasis kelautan dan kepulauan.
Presiden telah menyatakan bahwa Laut adalah masa depan peradaban
bangsa dan sudah saatnya bangsa Indonesia melihat laut sebagai sumber
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembangunan kelautan dan perikanan harus
dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah suatu keadaan
menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumberdaya kelautan dan
perikanan secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Pembangunan kelautan dan perikanan Sulawesi Utara merupakan sub
sistem pembangunan Daerah yang meliputi kehidupanan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang ditujukan untuk meningkatkan harkat, martabat
dan memperkuat jati diri melalui potensi sumberdaya alam yang tersedia dan
dapat dimanfaatkan secara ekonomis, terutama pangan dan mineral yang
sekaligus dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai usaha dengan
memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang sangat kaya dan beragam
yang difokuskan melalui pertumbuhan ekonomi (Pro-Growth), pengentasan
kemiskinan (Pro-Poor), perlindungan usaha dan penciptaan lapangan kerja bagi
para nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar ikan dan masyarakat pesisir
lainnya (Pro-Job) serta perlindungan terhadap sumberdaya dalam rangka
keberlanjutan sumberdaya tersebut (Pro-Sustainability) adalah untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan, dengan diikuti oleh penyelenggaraan
pemerintah yang akuntabel (Good Govermance).
Pemerintahan yang akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu
dilaksanakan dalam mewujudkan visi misi dan program pemerintah Sulawesi Utara
khususnya pembangunan kelautan dan perikanan dan cita-cita masyarakat dalam
mencapai kesejahteraan. Berkaitan dengan hal itu, diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur, sehingga
penyelenggaraann pemerintahan dan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan berlangsung berdayaguna, berhasil guna serta berdaya saing.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
4
Salah satu tuntutan publik saat ini adalah adanya transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Tuntutan ini pada intinya adalah
terselenggaranya tata kepemerintahan yang baik (Good Governance), sehingga
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara ber-
tanggungjawab.
Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan yang
dilaksanakan dalam waktu lima tahunan yang merupakan acuan dokumen Peren-
canaan Strategis (RENSTRA), diantaranya memuat indikator sasaran dan targetnya
yang diurai per tahun serta rencana alokasi pembiayaannya sebagai penjabaran
dari target RPJMD, maka Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai unit kerja dituntut
untuk menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang
menuntut azas akuntabilitas, dimana setiap penyelenggaraan Negara dituntut
untuk dapat mempertanggungjawabkan kinerja atau hasil-hasilnya dari seluruh
program/kegiatannya kepada masyarakat atas penggunaan dana dan kewenangan
yang diberikan.
Tahun 2017 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD 2016-2021,
dimana pembangunan kelautan dan perikanan terkait dengan pelaksanaan
Nawacita ke-1, ke-4, ke-6 dan ke-7 dalam RPJMN 2015-2019. Presiden
menyatakan bahwa Laut Masa Depan Bangsa dan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan mandat untuk melaksanakannya dalam
kebijakan dan program untuk mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan
Sulawesi Utara.
Untuk memastikan keseluruhan program dan kegiatan pembangunan
Kelautan dan Perikanan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana target
waktu, kuantitas, kualitas dan sasarannya, telah disepakati perjanjian yang
tertuangdalam Perjanjian Kinerja yang diturunkan secara berjenjang sampai
tingkat individu pegawai. Capaian kinerja tersebut dilaporkan secara berkala
sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas).
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
5
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2017 adalah sebagai bentuk media informasi dan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan Visi dan Misi dari Rencana Strategis Dinas
kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara. Adapun tujuan penyusunan
Laporan Kinerja adalah:
1. Memberi informasi kinerja yg teruk ur kepada pemberi mandat atas kinerja
yang telah dan seharusnya dicapai.
2. Menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sulawesi Utara selama 1 (satu) tahun
3. Sebagai upaya perbaikan kesinambungan bagi Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sulawesi Utara untuk meningkatkan kinerja, berdasarkan evaluasi,
dapat ditetapkan kebijakan dan strategi ke depan guna lebih meningkatkan
pembangunan kelautan dan perikanan.
1.3 TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANPROVINSI SULAWESI UTARA
Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2017 mengacu
pada Perda No.72 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Tipe A Provinsi
Sulawesi Utara, Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 97 Tahun 2016
tentang Pembentukan Unit Pelaksanan Teknis pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Daerah Provinsi Tipe A Provinsi Sulawesi Utara.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi
Utara No 72 tahun 2016 mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan
yang ditugaskan kepada Daerah Provinsi. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
tersebut di atas, Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah mempunyai fungsi :
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
6
(a) Penyelenggaraan perumusan serta penetapan, pengaturan dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan teknis perikanan budidaya, perikanan tangkap,
pengembangan daya saing produk kelautan dan perikanan, pengelolaan
ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pengawasan sumberdaya
kelautan dan perikanan.
(b) Perumusan kebijakan pengelolaan, penerbitan ijin, dan pemanfaatan ruang
laut diluar minyak dan gas bumi, pengelolaan dan penangkapan ikan di
wilayah laut, dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan sampai
dengan 12 mil, pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil,
penetapan lokasi pembangunan serta pengelolaaan pelabuhan perikanan
provinsi, penerbitan izin usaha perikanan tangkap, izin pengadaan kapal
penangkapan ikan dan kapal pengangkutan ikan, dan pendaftaran kepal
perikanan untuk kapal di atas 10 GT sampai dengan 30 GT, penerbitan
surat izin usaha perikanan (SIUP) di bidang pembudidaya ikan dan
penerbitan izin usaha pemasaran dan pengolahan hasil perikanan yang
usahanya lintas daerah Kabupaten/Kota dalam 1(satu) Daerah Provinsi.
(c) Penyelenggaraan dan pengendalian fasilitas pengutan perikanan tangkap,
pengembangan daya saing produk kelautan dan perikanan, pengelolaan
ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta pengawasan sumberdaya
kelautan dan perikanan.
(d) Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dengan semua pemangku
kepentingan dalam rangka keterpaduan pembangunan kelautan dan
perikanan
(e) Penyelenggaraan pembinaan unit pelaksana teknis dinas lingkup Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara serta koordinasi
dengan unit pelaksana teknis kementerian kelautan dan perikanan di
Provinsi Sulawesi Utara
(f) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikanan oleh pimpinan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah dilengkapi dengan Eselon III sebagai berikut:
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
7
a. Sekretaris Dinas, membawahkan:
- Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian
- Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan
- Sub Bagian Umum
b. Kepala Bidang Pemanfaatan Ruang Laut, Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan, membawahkan
- Seksi Pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan
- Seksi Pemanfaatan Ruang laut dan
- Seksi Konservasi dan Perlindungan Jenis Ikan
c. Kepala Bidang Perikanan Tangkap membawahkan :
- Seksi Sarana Prasarana Perikanan Tangkap
- Seksi Kenelayanan dan Kelembagaan; dan
- Seksi Pengelolaan Sumberdaya Ikan (SDI) dan Pengendalian Penangkapan
Ikan
d. Kepala Bidang Perikanan Budidaya membawahkan :
- Seksi Kawasan Budidaya
- Seksi Produksi Budidaya
- Seksi Benih dan Pakan
e. Bidang Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, membawahkan:
- Seksi Logistik, Akses Pasar dan Promosi
- Seksi Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Kelautan dan Perikanan
- Seksi Sarana Prasarana dan Peningkatan Investasi
Untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat dan teknis penunjang untuk
melaksanakan kegiatan dalam rangka mendukung pelaksana tugas dinas, maka
dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPTD) sesuai Pergub no 97 tahun 2016
i Unit Pelaksana Teknis Dinas terdiri dari :
- Balai Pembenihan dan Pengendalian Hama Penyakit Ikan
- Balai Pengelola Pelabuhan Perikanan
- Balai Pengolahan Hasil Kelautan dan Perikanan
- Balai Pengujian dan Serifikasi Mutu Hasil Perikanan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
8
Struktur organisasi Dinas kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utaradapat dilihat pada gambar 1.1.
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM
KEPALA DINASKELAUTAN DAN PERIKANAN DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA
SUB BAGIAN PERENCANAANDAN KEUANGAN
SUB BAGIAN KEPEGAWAIANDAN HUKUM
BIDANG PERIKANAN BUDIDAYABIDANG PEMANFAATAN RUANG
LAUT, PENGAWASAN SUMBERDAYAKELAUTAN DAN PERIKANAN
BIDANG PENGUATAN DAYA SAING PRODUKKELAUTAN DAN PERIKANAN BIDANG PERIKANAN TANGKAP
SEKSI KAWASAN BUDIDAYA
SEKSI PRODUKSI BUDIDAYA
SEKSI BENIH DAN PAKAN
BALAI PERBENIHAN DANPENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
IKAN
BALAI PENGOLAHAN HASILKELAUTAN DAN PERIKANAN
BALAI PENGELOLAPELABUHAN PERIKANAN
BALAI PENGUJIAN DANSERTIFIKASI MUTU HASIL
PERIKANAN
SEKSI PENGAWASAN SUMBERDAYAKELAUTAN DAN PERIKANAN
SEKSI PEMANFAATAN RUANG LAUT
SEKSI KONSERVASI DANPERLINDUNGAN JENIS IKAN
SEKSI LOGISTIK, AKSES PASARDAN PROMOSI
SEKSI BINA MUTU DANDIVERIFIKASI PRODUK
KELAUTAN DAN PERIKANAN
SEKSI SARANA PRASARANA DANPENINGKATAN INVESTASI
SEKSI SARANA PRASARANAPERIKANAN TANGKAP
SEKSI KENELAYANAN DANKELEMBAGAAN
SEKSI PENGELOLAANSUMBERDAYA IKAN DAN
PENGENDALIAN PENANGKAPANIKAN
Jumlah pegawai di Dinas kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara (Induk dan UPTD) sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 didukung 130
orang, dengan rincian sebagai berikut:
1) Jumlah pegawai menurut jenis dan tempat tugas
NO URAIAN PRIA WANITA JUMLAH1 Dinas 30 39 692 Balai Pembenihan dan Pengendalian
Hama Penyakit Ikan Tateli11 5 16
3 Balai Pengelola Pelabuhan PerikananTumumpa
13 4 17
4 Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu HasilPerikanan Bitung
6 9 15
5 Balai Pengolahan Hasil Kelautan danPerikanan Tumumpa
4 9 13
Jumlah 64 66 130
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
9
2) Jumlah Pegawai menurut Golongan :
Golongan IV : 16 orang (12,31%) terdiri dari
Gol IVa : 6 orang; IVb : 9 orang; IVc : 1 orang
Golongan III : 88 orang (67,69%)
Gol IIIa: 3 orang; IIIb: 39 orang;
Gol IIIc: 22 orang; IIId:24 orang;
Golongan II : 24 orang (18,46%)
Gol IIa 1 orang; IIb:10 orang;
IIc : 12 orang; IId: 1 orang
Golongan I: 1 orang (0,76%)
Gol Ia : 0 orang; Ib: 1; Ic: 0 orang
Jumlah : 130 orang
3) Berdasarkan Jenis Pendidikan
Doktor : 2 orang (1,54%)
Pascasarjana (Magister) : 15 orang (11,54%)
Sarjana/Diploma IV : 54 orang (41,54%)
Sarjana Muda/Akademi/Diploma III : 2 orang (1,54%)
SLTA : 55 orang (42,31%)
SLTP : 1 orang (0,77%)
SD : 1 orang (0,77%)
Jumlah 130 orang
Jumlah PNS menurut Formasi di Dinas Kelautan danPerikanan Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2017
1 org(0,76%)
24 org(18,46%)
88 org(67,69%)
16 org(12,31%)
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
10
4) Berdasarkan Eselon :
Eselon II:1 orang; Eselon III: 9 orang; Eselon IV: 27 orang; Pegawai non
struktural: 93 orang
5) Berdasarkan status kepegawaian, PNS sebanyak 130 orang dan CPNS tidak
ada.
6) Pegawai yang sudah mengikuti diklat penjejangan: PIM II : 2 orang;
PIM III: 13 orang dan PIM IV: 16 orang
7) Pegawai yang mendapat tanda kehormatan: 30 Tahun: 3 orang Gol III;
20 tahun: 1 orang Gol III; dan 10 tahun: 3 orang Gol III; 7 orang Gol IV
1.4. ISUE-ISUE STRATEGIS
Provinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Manado terletak antara 0o5’ - 5o34’
LU dan antara 123o07’ – 127o10’ BT, yang berbatasan dengan Laut Sulawesi,
Filipina dan Laut Pasifik di sebelah Utara serta Laut Maluku di sebelah Timur.
Batas sebelah Selatan dan Barat masing-masing adalah Teluk Tomini dan Provinsi
Gorontalo. Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah kepulauan di Indonesia
dengan jumlah pulau 287 pulau (59 pulau berpenghuni dan 228 pulau tidak
berpenghuni) yang terdiri dari 3 (tiga) gugusan Kabupaten Kepulauan: (1)
Gugusan kepulauan Talaud, terletak paling
Utara yang secara administratif masuk di
Kabupaten Kepulauan Talau; (2) Gugusan
Kepulauan Sangihe, secara administratif
masuk di Kabupaten Kepulauan Sangihe; (3)
Gugusan kepulauan Siau, Tagulandang dan
Biaro (disingkat SITARO) secara administratif
masuk di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro.
Luas wilayah Sulawesi Utara tercatat
63.326,17 km2 (wilayah darat dan laut sampai 12 mil) yang meliputi Sebelas
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
11
Kabupaten dan Empat Kota. Panjang garis pantai adalah 2.395,99 km dengan luas
daratannya 13.851,64 km dan wilayah laut 49.474,53 km. Perairan Sulawesi
Utara memiiki kekayaan alam yang dapat menjadi modal dasar yang harus dikelola
dengan optimal untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Potensi lestari berdasarkan Keputusan MenKP No 47/Kepmen-KP/2016
diperkirakan 1.110.468 ton/tahun dan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB)
888.374 ton/tahun. Keaneka-ragaman hayati laut memiliki potensi besar untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif.
Tabel 1. Sulawesi Utara Dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 715 dan 716)
KEPMENKP no 47/KEPMEN-KP/2016
Ket :WPP 715 meliputi : Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk
Berau (meliputi Provinsi Sulut, Gorontalo, Sulteng, Maluku,Maluku Utara dan Papua Barat)
WPP 716 meliputi : Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera ( meliputiProvinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulut,Sulteng dan Maluku Utara)
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
12
Pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan adalah pengelolaan yang
mengarah pada bagaimana sumberdaya ikan yang ada saat ini mampu memenuhi
kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang, dimana aspek
berkelanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial ekonomi, masyarakat dan
institusi. Pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan tidak melarang aktivitas
penangkapan yang bersifat ekonomi/komersial tetapi menganjurkan dengan
persyaratan bahwa pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carryng capacity)
lingkungan perairan atau kemampuan pulih sumberdaya ikan, sehingga generasi
mendatang tetap memiliki asset sumberdaya alam yang sama atau bahkan lebih
banyak dari generasi saat ini.
Dalam UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan
bahwa penyelenggaraan urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan serta
energy dan sumberdaya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Provinsi. Disamping itu dijelaskan pula bahwa penentuan Daerah Kepulauan/Kota
penghasil untuk perhitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan yang berada
dalam batas wilayah 4 (empat) mil diukur dari garis pantai kearah laut lepas
dan/atau kearah perairan kepulauan. Dalam hal batas wilayah Kabupaten/Kota
kurang dari 4 (empat) mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak atau diukur sesuai
dengan prinsip garis tengah dari daerah yang berbatasan. Hal ini berarti Daerah
Provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam di laut yang ada
di wilayahnya. Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola sumberdaya alam
di laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau
kearah perairan kepulauan. Apabila wilayah laut antar dua Daerah Provinsi kurang
dari 24 mil, kewenangan mengelola
sumberdaya alam di laut dibagi
sama jarak atau diukur sesuai
dengan prinsip garis tengah dari
wilayah antar dua Daerah Provinsi
tersebut.
Potensi kelautan dan
perikanan di Sulawesi Utara sangat
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
13
strategis, dimana Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu dari 7 (tujuh)
Provinsi kepulauan di Indonesia yang memiliki 287 buah pulau dan 11 diantaranya
merupakan pulau terluar. Potensi sumberdaya alam relative besar namun
pengelolaannya belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Seiring dengan kegiatan penangkapan ikan, kegiatan budidaya ikan juga
meningkat terus. Potensi luas areal budidaya (tawar, laut dan payau) belum
dimanfaatkan secara optimal antara lain akibat tumpang tindih pemanfaatan
potensi lahan budidaya air tawar serta belum terbukanya akses menuju kawasan
potensial, prasarana penunjang, kekurangan modal usaha dan minat masyarakat
untuk usaha budidaya laut, kualitas bibit rumput laut, penyakit, akses pasar dan
tata niaga produk.
Perairan laut Indonesia juga menyimpan potensi sumberdaya non hayati
yang melimpah. Masih banyak wilayah perairan Indonesia yang memiliki potensi
ekonomi namun belum terkelola secara memadai. Selain itu, potensi energy
terbarukan dari laut, seperti air laut dalam (deep sea water) masih menjadi
tantangan untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dimasa yang akan datang.
Industri maritime, jasa kelautan, biofarmakologi laut, pemanfaatan air laut selain
energy, pemasangan pipa dan kabel bawah laut dan atau pengangkatan benda
dan muatan kapal tenggelam, merupakan sektor kelautan yang belum tergarap
secara optimal.
Sumberdaya alam di Indonesia khususnya di Sulawesi Utara sangat
mendukung untuk pengembangan pakan ikan mandiri guna mengurangi
ketergantungan akan pakan pabrikan yang bergantung pada bahan baku impor
dalam hal ini tepung ikan. Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya,
kebutuhan pakan ikan semakin tinggi sehingga perlu upaya untuk menggerakkan
setiap daerah memanfaatkan sumberdaya alam yang potensial untuk pembuatan
pakan mandiri.
Pembangunan kelautan dan perikanan memiliki permasalahan yang
kompleks karena keterkaitan dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap
aspek lingkungan. Terdapat berbagai issue pengelolaan laut yang berpotensi
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
14
mengancam kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan, keberlanjutan mata
pencaharian masyarakat perikanan, ketahanan pangan, dan pertumbuhan
ekonomi yang bersumber dari pemanfaatan sumberdaya perikanan. Wilayah laut
sudah hampir mendekati over fishing, dan adanya praktik-praktik IUU Fishing
yang merupakan global crime tidak saja tindak pidana perikanan tetapi
menyangkut perbudakan, perdagangan manusia, penyeludupan, dan lain
sebagainya. Luasnya wilayah territorial dan ZEEI Sulut serta banyaknya pulau-
pulau dan berbatasan Negara tetangga merupakan lahan subur untuk
penangkapan ikan secara ilegal dan pengrusakan ekosistim pesisir. Masalah
perbatasan laut merupakan salah satu kendala dalam pengawasan sumberdaya
perikanan dan kelautan di wilayah perairan Indonesia. Pengawasan menjadi
kurang optimal karena sarana pengawasan terbatas, kurang optimalnya peran
serta masyarakat dalam pengawasan, kurangnya koordinasi lintas sektor.
Pelanggaran lintas batas oleh nelayan tradisional karena berbatasan dengan
Negara tetangga Filipina dan kejelasan perbatasan wilayah dengan Negara
tetangga yang belum terselesaikan serta ABK nelayan yang status
kewarganegaraan tidak jelas.
Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih diperhadapkan pada
implementasi RZWP3K Sulawesi Utara. Walaupun RZWP3K sudah di Perdakan
dengan Perda no.1 tahun 2017, namun pelaksanaan di lapangan masih belum
optimal. Sampai saat ini, masih dalam pembahasan untuk diterbitkan Pergub
terkait dengan lanjutan RZWP3K Kab/kota pesisir lainnya. Di samping itu,
permasalahan dalam pengembangan budidaya antara lain terbatasnya saluran
irigasi, terbatasnya ketersediaan dan distribusi benih dan induk unggul, kesiapan
dalam menanggulangi hama dan penyakit ikan, adanya pencemaran perairan, dan
tingginya harga pakan. Selain itu struktur pelaku usaha budidaya/tangkap adalah
skala kecil/tradisional dengan keterbatasan aspek permodalan, jaringan teknologi
dan pasar. Globalisasi dalam kerangka perdagangan Internasional mendorong
kegiatan perdagangan antar negara maupun antar wilayah dalam NKRI. Lintas
hasil perikanan ini membawa konsekuensi meningkatnya resiko tersebarnya hama
dan penyakit ikan yang membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, perlu
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
15
diiringi dengan sistim jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan yang
diselaraskan dengan ketentuan Internasional sehingga mampu meningkatkan daya
saing hasil perikanan dalam perdagangan global.
Terkait dengan masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha
perikanan, disebabkan oleh struktur armada penangkapan ikan yang masih
didominasi oleh kapal berukuran kecil, integrasi sistim produksi di hulu dan hilir
belum optimal serta kualitas SDM dan kelembagaannya belum memadai dari sisi
pengetahuan, ketrampilan, penguasaan teknologi dan aksesibilitas terhadap
infrastruktur dan informasi. Dalam rangka pengembangan usaha, adanya
keterbatasan dalam hal dukungan permodalan oleh pihak perbankan dan lembaga
keuangan lainnya karena terkendala pada usaha yang belum bankable dan
pemenuhan persyaratan dari perbankan.
Dampak perubahan iklim masih sangat diperlukan mitigasi bencana dan
adaptasi dampak perubahan iklim melalui upaya rehabilitasi ekosistim,
pengendalian pencemaran dan upaya revitalisasi melalui reklamasi yang
terkendali.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah yang memiliki mandat untuk
melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan di Sulawesi Utara perlu
mengelola faktor lingkungan organisasi baik yang bersifat internal maupun
eksternal sebagai modal dasar untuk merumuskan strategi pembangunan kelautan
dan perikanan sehingga diperlukan sinegitas Pusat, Provinsi/Kabupaten/Kota.
1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Laporan Kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2017 merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
16
Sulawesi Utara atas penggunaan anggaran. Penyusunan Laporan Kinerja telah
mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Republik Indonesia nomor 53 tahun 2014, Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah. Laporan Kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian kinerja
selama tahun 2017 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun
Sistimatika Penyajian Laporan Kinerja adalah sebagai berikut:
(1) BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan umum tentang Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari latar belakang, maksud dan
tujuan penyusunan LAKIP, serta uraian singkat tentang tugas dan fungsi
Dinas, aspek strategis organisasi, permasalahan utama (strategic issued)
yang dihadapi.
(2) BAB II Perencanaan Kinerja, berisi ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017
(3) BAB III Akuntabilitas Kinerja,
A. Capaian Kinerja
Berisi capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran organisasi,
Membandingkan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini,
membandingkan antara realisasi kinerja dengan tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun sebelumnya, evaluasi dan analisis akuntabilitas
kinerja termasuk didalamnya keberhasilan dan kegagalan serta perma-
salahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut penyelesaian masalah.
B. Realisasi anggaran,
Bab ini juga memuat realisasi anggaran yang digunakan dan realisasi
anggaran untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan rencana
kerja termasuk langkah dimasa mendatang yang dilakukan organisasi
dalam meningkatkan kinerjanya.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
17
(4) BAB IV Penutup, disajikan kesimpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah dimasa mendatang yang akan dilakukan organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
(5) Lampiran
Perjanjian Kinerja
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
18
BAB IIPERENCANAAN KINERJA
Tujuan pembangunan baik Nasional dan Daerah telah digariskan dalam
Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Upaya mencapai cita-cita
mulia tadi, maka suatu perencanaan pembangunan memerlukan penetapan
tahapan-tahapan berikut prioritas pada setiap tahapan yang bertolak dari sejarah,
karakter sumberdaya yang kita miliki dan tantangan yang sedang dihadapi.
Upaya mewujudkan tujuan Negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap,
terencana, terpadu dan berkesinambungan. UU No 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025
menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan
Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. RPJPN dilaksanakan dalam
empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM). Sejalan dengan
RPJPN 2005-2025, RPJPD Provinsi Sulawesi Utara 2005-2025 yang sudah
ditetapkan melalui Perda Sulawesi Utara No. 3 tahun 2011 juga memuat tahapan
perencanaan pembangunan daerah dengan Visi Sulawesi Utara yang
berbudaya, berdaya saing, aman dan sejahtera sebagai pintu gerbang
Indonesia ke kawasan Asia Timur dan Pasifik.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
19
Dalam Peraturan Presiden No. 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019,
visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui UU no 17
tahun 2007, yakni memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia berkualitas
serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. RPJMN dijalankan Pemerintah
dengan dasar Pancasila dan Trisakti yang menjadi landasan dalam pembangunan
nasional 5 (tahun). Penjabaran Trisakti diwujudkan dalam bentuk: Kedaulatan
dalam politik, berdikari dalam ekonomi, kepribadian dalam kebudayaan.
Ideologi TRISAKTI menggambarkan bahwa pembangunan dicapai melalui
perwujudan bangsa yang (1) berdaulat, yaitu bangsa yang mampu hidup sejajar
dan sederajat dengan bangsa lain; (2) Mandiri, yaitu berkurangnya kergantungan
dari sumberdaya luar negeri melalui ketersediaan manusia yang berkualitas dan
prinsip pembangunan berkelanjutan; (3) Berkepribadian dan berkebudayaan yaitu
menyadari jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan bangsa
maritime sehingga reorientasi paradigma pembangunan dari pembangunan
berbasis daratan menjadi pembangunan berbasis kelautan dan kepulauan.
Kerangka pencapaian tujuan RPJMN 2015-2019 dirumuskan dalam
9 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (NAWACITA) yaitu:
1) Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara
2) Membuat Pemerintah selalui hadir dengan membangun tata kelolah
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara kesatuan
4) Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
20
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
8) Melakukan revolusi karakter bangsa
9) Memperteguh ke Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Visi dan Misi pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Sulawesi Utara
2005-2025 menjadi pedoman dalam perumusan agenda pembangunan Provinsi
Sulawesi Utara. Perumusan visi dan misi jangka panjang daerah Provinsi Sulawesi
Utara dijadikan dasar perumusan visi dan misi pembangunan jangka menengah
(RPJMD) Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 yang diselaraskan dengan
perkembangan situasi dan kondisi pembangunan, perkembangan peraturan
perundang-undangan yang mengubah struktur kebijakan terutama dengan
ditetapkannya UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU No
6 tahun 2014 tentang Desa, UU Aparatur Sipil Negara dan UU tentang
Perindustrian.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun RPJMD 2016-2021
dengan visi Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari Dalam Ekonomi,
Berdaulat Dalam Politik, dan Berkepribadian Dalam Budaya. Yang
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
21
ditetapkan dengan Perda No 3 tahun 2016 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). RPJMD yang merupakan penjabaran Visi, Misi dan Program Pemerintah
Daerah menjadi pedoman bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi
Utara untuk menyusun Rencana Strategis (RENSTRA).
Pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan melalui proses yang
bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-Undang no. 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
telah menetapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan
wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah, meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia yang berwawasan kelautan, mengelola wilayah laut nasional
untuk mempertahankan kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran, serta
membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya kekayaan laut secara berkelanjutan. Kerangka
pembangunan sektor kelautan dan perikanan adalah untuk mensejahterakan
masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesempatan
berusaha dengan menumbuhkan industri kelautan dan perikanan yang tangguh
yaitu semua upaya pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang
dilaksanakan sejalan dengan memperhatikan aspek pelestarian dan daya dukung
lingkungannya.
Pengembangan di sektor kelautan dan perikanan tidak terlepas dari sektor-
sektor lainnya atau bersifat multisektoral, sehingga koordinasi menjadi kunci
dalam kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan.
2.1 RENCANA STRATEGIS
Laporan Kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2017 didalam sistem Akuntabilitas kinerja merupakan tahun pertama dari
Rencana Strategis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2016 – 2021 yang mengacu pada RPJMD Sulawesi Utara sesuai Perda No 1 tahun
2016 yang disusun sebagai dasar dan tolok ukur pada penyelenggaraan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Provinsi Sulawesi Utara.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
22
Rencana Strategi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara meliputi :
2.1.1. Visi dan Misi
Salah satu misi pembangunan daerah yang terkait dengan kelautan dan
perikanan adalah misi (1) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat
sector pertanian dan sumberdaya kemaritiman serta mendorong sektor industri
dan jasa; (4) mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang adil,
mandiri dan maju dan (5) memantapkan pembangunan infrastruktur berlandaskan
prinsip pembangunan berkelanjutan. Sebagai organisasi yang membantu Gubernur
dan Wakil Gubernur, maka Visi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara ditetapkan selaras dengan Visi Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Utara yang bertujuan untuk mendukung terwujudnya SULUT HEBAT.
Visi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
sejalan dengan Visi Sulawesi Utara yaitu : “Terwujudnya Sulawesi Utara
Berdikari Dalam Ekonomi, Berdaulat dalam Politik, serta Berkepribadian
Dalam Budaya melalui Pengelolaan Kelautan dan Perikanan yang
berkelanjutan dan lestari”
Sedangkan mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang dimandatkan oleh
Peraturan Daerah kepada Dinas Kelautan dan Perikanan dan penjabaran dari Misi
Pemerintah Daerah dan Pembangunan Nasional bidang kelautan dan perikanan,
maka Misi Dinas yakni:
1) Mewujudkan pembangunan ekonomi Kelautan dan Perikanan yang mandiri
dengan mengelola sumberdaya alam yang berdaulat
2) Mewujudkan Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang
berkelanjutan dan lestari
3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan yang
sejahtera, maju, mandiri serta berkepribadian dalam kebudayaan.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
23
2.1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan jangka menengah adalah:
Kemandirian yakni:
1) Meningkatkan produksi, produktifitas dan nilai tambah serta daya saing
produk kelautan dan perikanan
Berkelanjutan yakni:
1) Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi dan
keanekaragaman hayati
2) Meningkatkan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan untuk
mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan
perikanan yang berkelanjutan
Kesejahteraan yakni:
1) Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat di pesisir dan di daerah
kepulauan dengan memantapkan kelembagaan perikanan dan dunia
usaha
2) Mengembangkan kapasitas SDM dan dan IPTEK kelautan dan perikanan
Sejalan dengan itu, maka tujuan pembangunan kelautan dan perikanan
Sulawesi Utara dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Meningkatkan produksi, produktifitas dan nilai tambah serta daya
saing produk kelautan dan perikanan
2) Meningkatkan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan
untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
kelautan dan perikanan yang berkelanjutan
3) Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat di pesisir dan di daerah
4) kepulauan dengan memantapkan kelembagaan perikanan dan dunia
usaha
5) Mengembangkan kapasitas SDM dan dan IPTEK kelautan dan
perikanan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
24
Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan merupakan
kondisi yang ingin dicapai oleh Dinas yaitu:
Tujuan Meningkatkan produksi, produktifitas dan nilai tambah serta daya
saing produk kelautan dan perikanan akan dicapai dengan sasaran
terwujudnya pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan
indikator sebagai berikut:
1) Tercapainya produksi perikanan pada tahun 2017 sebesar 875.136 ton
terdiri dari produksi perikanan tangkap 353.353 ton dan perikanan
budidaya 521.783 ton menjadi 1.039.651 ton pada tahun 2021 terdiri
dari produksi perikanan tangkap 405.422 dan perikanan budidaya
634.229 ton.
2) Tercapainya konsumsi perikanan pada tahun 2017 sebesar
60,5 kg/kapita/tahun menjadi 62 kg/kapita/thn.
3) Tercapainya nilai ekspor produk perikanan tahun 2017 sebesar 160.000
US$ menjadi 275.000.000 US$ pada tahun 2021
4) Prosentase peningkatan PAD dari sektor kelautan dan perikanan tahun
2017 sebesar Rp 836.589.880 menjadi Rp 2.200.000 tahun 2021
5) Meningkatnya kontribusi PDRB sektor kelautan dan perikanan tahun
2016 sebesar 7,1% menjadi 8,0% pada tahun 2021
Tujuan Meningkatkan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan
untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan
dan perikanan yang berkelanjutan dengan sasaran terwujudnya kedaulatan
dalam pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan indikator berikut :
6) Terkelolanya potensi ekonomi pulau-pulau kecil dari 3 pulau tahun
2016 menjadi 7 pulau tahun 2021
7) Meningkatnya luasan kawasan konservasi tahun 2017 seluas 75.000
ha menjadi 130.000 ha tahun 2021
8) Menurunnya tingkat kerusakan terumbu karang dan hutan mangrove
dari 65% menjadi 22% tahun 2021
9) Meningkatnya pengelolaan keanekaragaman hayati perairan dari 3
jenis tahun 2017 menjadi 7 jenis tahun 2021
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
25
10) Prosentase penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan secara
akuntabel dan tepat waktu dari 75% tahun 2017 menjadi 95% tahun
2021
11) Prosentase kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap
ketentuan yang belaku dari 85% menjadi 100% tahun 2021
Tujuan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat di pesisir dan di
daerah kepulauan dengan memantapkan kelembagaan perikanan dan
dunia usaha serta tujuan mengembangkan kapasitas SDM dan dan
IPTEK kelautan dan perikanan akan dicapai dengan sasaran 1)
Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan 2) terwujudnya SDM dan
kelembagaannya serta IPTEK kelautan dan perikanan yang handal
dengan indikator
12) Jumlah kelompok masyarakat (nelayan, pembudidaya, pengolah,
masyarakat pesisir) yang diberi bantuan yaitu Jumlah KUB nelayan
dari 100 klpk menjadi 300 klpk tahun 2021; jumlah POKDAKAN yang
menerima paket tahun 2017 sebanyak 20 klpk menjadi 200 klpk
tahun 2021; Jumlah POKLASAR yang menerima bantuan dari 50 klpk
menjadi 100 klpk tahun 2021; Jumlah POKMASWAS yang menerima
bantuan dari 5 klpk menjadi 30 klpk tahun 2021
13) Meningkatnya rata-rata NTN dan NTPi masyarakat kelautan dan
perikanan Nelayan 104% menjadi 108% dan Pembudidaya (NTPi)
94% menjadi 100%
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
26
14) Meningkatnya SDM aparatur dan meningkatnya kualitas kelompok
Nelayan, Pembudidaya, Pengolah dan masyarakat pesisir
15) Terjalinnya kerjasama dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan
perikanan
2.1.3. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara sebagai ukuran keberhasilannya adalah sebagai berikut: Kontribusi PDRB
perikanan terhadap PDRB Sulut ; Produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya;
Ekspor Hasil Perikanan; Konsumsi ikan; Nilai Tukar Nelayan (NTN, NTPi) yang dapat
digambarkan secara lengkap sebagai berikut:
NOSASARAN
STRATEGISINDIKATOR KINERJA 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1
Terwujudnya
pengelolaan
sumberdaya
kelautan dan
perikanan
Total Volume Produksi Perikanan (ton)
-Jumlah Produksi Tangkap
-Jumlah produksi budidaya
833.464 875.136 918.892 957.415 997.642 1.039.651
336.527353.353 371.020 382.150 393.614 405.422
496.937 521.783 547.872 575.265 604.028 634.229
Nilai ekspor perikanan (US$1000) 145.549,3 160.000 205.000 230.000 260.000 275.000
Konsumsi ikan (kg/kap/thn) 60 60,5 60,8 61,2 61,5 62,00
Jumlah penerimaan PAD(Rp) 1.253.800 1.400.000 1.600.000 1.800.000 2.000.000 2.200.000
Jumlah kontribusi PDRB 7,0 7,1 7,2 7,5 7,8 8,0
2
Terwujudnya
kedaulatan dalam
pengelolaan
SDKP yang
berkelanjutan
Jumlah PPK yang dikelola potensi
ekonominya (pulau)2 3 4 5 6 7
Luas kawasan konservasi (ha) 67.864 75.000 80.000 110.000 130.000 150.000
Prosentase penurunan tingkat kerusakan
terumbu karang da mangrove (%)72 65 55 40 30 22
Jumlah jenis keanekaragaman hayati yang
dikelola (jenis)2 3 4 5 6 7
Prosentase penyelesaian tindak pidana
perikanan (%)70 75 80 85 90 95
Prosentasi kepatuhan pelaku usaha KP
terhadap ketentuan yang berlaku85 89 93 95 98 100
Jumlah kerjasama pengelolaan SDKP (MOu) 1 3 5 7 8 10
Indeks NTN per ik anan (%)
NTN (ne layan) 104 104 105 106 107 108
NTP i (Pembud idaya) 94 94 95 96 97 100
4
terwujudnya SDM
dan
kelembagaannya
serta IPTEK
kelautan dan
perikanan yang
handal
Jumlah Aparatur KP yang memiliki sertifikasi
teknis4 5 8 10 12 15
-Jmlah kelompok perikanan yang disertifikasi
dan berbadan hukum
-Nelayan 10 20 30 50 60 70
-Pembudidaya 5 10 15 20 30 400
-Pengolah dan pemasar 2 4 6 8 10 12
-POKMASWAS 0 1 2 3 4 5
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
27
2.2. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
Dalam rangka
mencapai tujuan dan misi
yang telah ditetapkan dalam
Rencana strategi periode
2016-2021, Dinas Kelautan
dan perikanan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara telah
menetapkan Rencana
Kinerja Tahunan 2017.
Penjabaran dari sasaran
yang hendak dicapai dalam pembangunan kelautan dan perikanan Sulawesi Utara
pada tahun 2017 telah ditetapkan didalam Perjanjian Kinerja tahun 2017 yang
telah disepakati yaitu:
(1) Produksi Perikanan mencapai 875.136 ton terdiri dari produksi perikanan
tangkap 353.353 ton dan perikanan budidaya 521.783 ton
(2) Nilai ekspor perikanan mencapai US $160.000
(3) Konsumsi ikan sebesar 60,5 kg/kapita/tahun
(4) Jumlah penerimaan PAD Rp 836.589.880
(5) Kontribusi PDRB perikanan terhadap PDRB Sulut 7,1%
(6) Pulau-pulau kecil yang dikelola potensi ekonominya 3 pulau
(7) Luas kawasan konservasi mencapai 75.000 ha
(8) Prosentase penurunan tingkat kerusakan terumbu karang dan mangrove
65%
(9) Jenis keanekaragan hayati yang dikelola 3 jenis
(10) Prosentase penyelesaian tindak pidana perikanan 75%
(11) Prosentase kepatuhan pelaku usaha KKP terhadap ketentuan yang
berlaku 89%
(12) Jumlah kerjasama pengelolaan SDKP 1 MOU
(13) Indeks NTN Perikanan; nelayan 104% dan pembudidaya 94%
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
28
(14) Jumlah aparatur perikanan yang memiliki sertifikasi teknis 4 orang
(15) Jumlah kelompok perikanan yang disertifikasi dan berbadan hukum :
nelayan 20 kelompok, pembudidaya 10 kelompok, pengolah dan pemasar
4 kelompok
Perjanjian Kinerja Tahun 2017 diimplementasikan kedalam program dan
kegiatannya sebagai berikut:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Kegiatan:
- Penyediaan kebutuhan administrasi keuangan
- Penyediaan kebutuhan administrasi barang dan jasa
- Penyediaan kebutuhan administrasi kepegawaian
- Penataan kearsipan
- Pelaksanaan rapat koordinasi dan konsultasi
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kegiatan:
- Pembangunan gedung kantor
- Pengadaan kendaraan dinas/operasional
- Pengadaan peralatan/perlengkapan rumah jabatan/dinas
- Pengadaan peralatan/perlengkapan gedung kantor
- Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas
- Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
- Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
- Pemeliharaan rutin/berkala peralatan/perlengkapan gedung kantor
- Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas
- Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor
- Rehabilitasi sedang/berat gedung pameran
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Kegiatan:
- Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
29
Kegiatan:
- Sosialisasi peraturan perundang-undangan
- Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan
5. Program Peningkatan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
Kegiatan:
- Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
- Penyusunan pelaporan keuangan semesteran
- Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
- Penyusunan laporan bulanan SKPD
6. Program Penyelenggaraan Hari-Hari Besar Kenegaraan/Kedaerahan
Kegiatan:
- Kegiatan pelaksanaan pameran dan promosi
7. Program Perencanaan SKPD
Kegiatan:
- Penyusunan Rencana Kerja SKPD
- Penyusunan Rencana Kerja anggaran
8. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Kegiatan:
- Pemberdayaan perempuan pesisir
- Rehabilitasi dan restorasi terumbu karang
- Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, nelayan dan di daerah
kepulauan
9. Program pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
Kegiatan:
- Kerjasama operasi pengawasan terpadu di laut
- Peningkatan peran serta masyarakat pesisir dalam pengawasan
pemanfaatan sumberdaya laut
- Pengawasan bahan aditif pada ikan dan produk perikanan
- Penanganan tindak pidana perikanan
- Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
30
10. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Kegiatan:
- Pengembang biakan bibit ikan unggul yang tersebar di beberapa
lokasi kabupaten
- Intensifikasi Budidaya Ikan (INBUDKAN) di beberapa lokasi kabupaten
- Pembangunan dan pengembangan prasarana budidaya perikanan
- Pengembangan statistik perikanan budidaya
- Peningkatan kapasitas petugas teknis kesling
- Pemantauan dan monitoring kelompok budidaya perikanan
- Pembinaan dan pelatihan
- Sosialisasi dan pembinaan sertifikasi CPIB dan CBIB di UPR dan BBI
Lokal
- Audit sertifikasi CPIB dan CBIB
- Pembinaan wanita pembudidaya ikan
- Pelatihan CPIB dan CBIB
- Monev ke BBI Lokal dan UPR
11. Program Pengembangan perikanan tangkap
Kegiatan:
- Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil
- Pengembangan statistik perikanan tangkap
- Pembangunan pelabuhan perikanan dan TPI di lokasi yang
berdampingan
- Sosialisasi pengaturan alat penangkapan ikan
- Restocking benih ikan di laut dan perairan umum daratan
- Pengelolaan kenelayanan
- Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap
- Pelatihan BST ABK
12. Program Peningkatan Daya Saing Produk Hasil Perikanan
- Lomba menu serba ikan
- Penerapan sistim rantai dingin untuk penanganan hasil tangkapan dari
ditangkap sampai konsumen/industri pengolahan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
31
- Pembinaan UKM pengolahan hasil perikanan
- Sosialisasi/desiminasi pengembangan usaha peningkatan mutu dan
nilai tambah
- Pelatihan teknis masyarakat pengembangan usaha
- Gemar makan ikan
- Peluang dan investasi kelautan dan perikanan
13. Program Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Laut dan Pesisir
- Rehabilitasi wilayah pesisir dan lingkungan laut
- Pengawasan kawasan konservasi perairan
- Penyusunan RZWP3K Provinisi Sulawesi Utara
- Bersih-bersih pantai
- Pengembangan pulau-pulau kecil dan terluar
14. Program Pengembangan sistim penyuluhan perikanan
Kegiatan:
- Kajian sistim penyuluhan perikanan
- Sosialisasi statistik perikanan
- Konsolidasi dan validasi data statistik perikanan kabupaten/kota
- Sosialisasi pembangunan KP
- JAKEXPO
- Promosi pembangunan KP
- Penunjang kegiatan nasional di daerah
- Operasional database sistim informasi manajemen penyuluhan
perikanan (Simluhdaya KP)
- Pengukuhan dan peningkatan kapasitas penyuluh perikanan swadaya
- Penilaian kelompok mandiri teladan dan kelompok perikanan teladan
provinsi
- Penilaian penyuluh perikanan telada provinsi
- Pertemuan kelompok mendukung peningkatan produksi perikanan
15. Program Pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
32
Kegiatan:
- Koordinasi pembangunan KP
- Inventarisasi potensi kelautan dan perikanan/Indeks teknis KP
- Monitoring dan evaluasi program/kegiatan di Kab/kota
- Pelaksanaan Hari Nusantara
16. Program Peningkatan Koordinasi Perencanaan Bidang KP
Kegiatan:
-Temu Koordinasi Kelautan dan Perikanan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
33
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
Capaian kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2017 berdasarkan hasil pengukuran, evaluasi dan analisis
akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja merupakan tingkat pencapaian target
dari masing-masing indikator kinerja yang ditetapkan sebagaimana dituangkan
dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan. Evaluasi dan analisis akuntabilitas
dilaksanakan dengan cara melakukan analisis-analisis berkaitan dengan
pencapaian kinerja dalam rangka menilai keberhasilan pelaksanaan tugas secara
keseluruhan dan pemberian peringkat (rating) terhadap Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Dari hasil pengumpulan data
selanjutnya dilakukan kategori kinerja (penentuan posisi) sesuai dengan tingkat
capaian kinerja yaitu:
No Kategori Rentang Nilai Kode
1 Sangat baik >100 Biru
2 Baik 80 – 100 Hijau
3 Cukup 50 – 79 Kuning
4 Kurang < 49 Merah
Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2017 dalam
mencapai Visi yang telah ditetapkan telah memberikan manfaat dan dampak
terhadap kinerja pembangunan kelautan dan perikanan. Capaian kinerja dari
setiap misi sesuai indikator sasaran strategis pembangunan yang telah ditetapkan
sebagai berikut:
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
34
3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Capaian kinerja yang diukur pada tahun 2017 terdiri dari 3 sasaran
strategis, dengan 21 indikator sasaran dan 19 program sebagaimana terlampir
dalam Formulir Pengukuran Kinerja. Secara ringkas dapat disampaikan sebagai
berikut:
NOSASARAN
STRATEGISINDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % KATEGORI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Terwujudnya
pengelolaan
sumberdaya
kelautan dan perika
Nan
Total Volume Produksi Perikanan(ton)
-Jumlah Produksi Tangkap
-Jumlah produksi budidaya
875.136 Ton 818.192,3 Ton 93,49 Baik
353.353Ton 358.678 Ton
101,5Baik
521.783 Ton 459.514,3 Ton 88,06 Baik
Nilai ekspor perikanan
(US$1000)150.000 US$ 127.669,3 US$ 85,11 Baik
Konsumsi ikan (kg/kap/thn)60,5
(kg/kap/thn
)58,88
(kg/kap/thn
)92,36 Baik
Jumlah penerimaan PAD(Rp) 836.589.880 Rp 913.094.685 Rp 109,14 Baik
Jumlah kontribusi PDRB 7,1 % 7,2 % 101,41 Baik
2 Terwujudnya
kedaulatan dalam
pengelolaan SDKP
yang berkelanjutan
Jumlah PPK yang dikelola potensi
ekonominya (pulau)3 Pulau 3 Pulau 100 Baik
Luas kawasan konservasi (ha) 75.000 Ha 143.727 Ha 191,63 Baik
Prosentase penurunan tingkat
kerusakan terumbu karang da
mangrove (%)
65 % 62 % 95,4 Baik
Jumlah jenis keanekaragaman
hayati yang dikelola (jenis)3 Jenis 3 Jenis 100 Baik
Prosentase penyelesaian tindak
pidana perikanan (%)75 % 75 % 100 Baik
Prosentasi kepatuhan pelaku
usaha KP terhadap ketentuan
yang berlaku
89 % 80 % 89,88 Baik
Jumlah kerjasama pengelolaan
SDKP (MOu)3 MoU 2 MoU 66,67 Baik
3 Terwujudnya
Kesejahteraan
Masyarakat
Perikanan
Indeks NTN per ik anan(%)
NTN (ne layan) 104 % 113,36 % 109 Baik
NTP i (Pembud idaya) 94 % 92,68 % 98,59 Baik
terwujudnya SDM
dan
kelembagaannya
serta IPTEK
kelautan dan
perikanan yang
handal
Jumlah Aparatur KP yang
memiliki sertifikasi teknis5 0rang 4 Orang 80
-Jmlah kelompok perikanan yang
disertifikasiidan berbadan hukum
-Nelayan 20 Klpk 20 Klpk 100 Baik
-Pembudidaya 10 Klpk 10 Klpk 100 Baik
-Pengolah dan pemasar 4 Klpk 4 Klpk 100 Baik
-POKMASWAS 1 Klpk 1 Klpk 100 Baik
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
35
Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2017 dalam
mencapai Visi yang telah ditetapkan memberikan manfaat dan dampak
terhadap kinerja pembangunan kelautan dan perikanan. Capaian kinerja dari
setiap misi sesuai indikator sasaran strategis pembangunan yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
(1) Sasaran Strategi (SS-1):
Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Sasaran strategis terwujudnya pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan memiliki 5 Indikator Kinerja Utama yakni:
IKU-I: Produksi Perikanan
Produksi perikanan Sulawesi Utara merupakan kontribusi dari produksi
perikanan tangkap dan produksi perikanan budidaya yang dihasilkan oleh
seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Produksi perikanan tangkap
merupakan jumlah produksi yang berasal dari Penangkapan di laut dan
perairan umum. Sedangkan produksi perikanan budidaya bersumber dari
usaha budidaya air tawar (kolam, sawah, perairan umum), budidaya air payau
dan budidaya laut (ikan, rumput laut).
Produksi perikanan tahun 2017 yang berasal dari kegiatan penangkapan
dan budidaya mencapai 818.192,3 ton. Dari total produksi tersebut, perikanan
tangkap menyumbang 358.678 ton (43,84%) dan budidaya menyumbang
459.514,3 ton (56,16%). Produksi Perikanan tahun 2017 dibandingkan dengan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
36
Tahun 2016 yang tercatat sebesar 771.880,28 ton, mengalami kenaikan
sebesar 5,99%. Kenaikan produksi ini disumbangkan dari naiknya produksi
penangkapan ikan baik dari produksi di laut maupun perairan umum daratan
masing-masing sebesar 3,88% dan 23,56%. Pada tahun 2017, produksi dari
usaha budidaya mengalami kenaikan dari 421.480,41 ton pada tahun 2016
menjadi 459.514,32 ton tahun 2017 atau naik sebesar 9,02%.
Dilihat dari tingkat pertumbuhannya sejak tahun 2014 – 2017, produksi
perikanan mengalami pertumbuhan rata-rata 4,08%. Produksi menurut cabang
usaha sejak tahun 2014-2017 sebagaimana tabel berikut ini
Tabel 2. Produksi Perikanan Tahun 2014-2017Satuan: Ton
Dilihat dari target yang ditetapkan tahun 2017 sebesar 875.136 ton,
maka capaian produksi perikanan tahun 2017 sebesar 818.192 ton atau
93,49% dengan hasil capaian kinerja perikanan tangkap 101,5 % dan
perikanan budidaya 88,07%. Komoditi yang dikembangkan bernilai ekonomi
tinggi untuk perikanan tangkap yaitu ikan Tuna, Cakalang, Tongkol dan layang.
Sedangkan komoditas budidaya yaitu Rumput laut, ikan Kerapu/Kuwe, Ikan
Nila, Ikan Mas dan Sidat.
No. Usaha Perikanan 2014 2015 2016 2017%2016 ke
2017
1 Perikanan
Tangkap:
-Penangkapan di PU
-Penangkapan di
Laut
296.362,00
1.163,50
295.203,40
285.270,5
905,5
284.365
290.399,87
1.371,93
289.027,94
358.678
1.562,37
357.115,63
23,51
13,88
23,56
2 Perikanan
Budidaya:
-Budidaya Laut
-Budidaya Tambak
-Budidaya Tawar
*Kolam
*sawah
*Karamba
*Jaring apung
429.292,45
301.866,52
688,90
126.737,03
72.379,26
17.304,75
344,99
36.708,03
473.646,91
339.573,00
703,00
133.370,91
89.284,07
9.361,15
409,89
34.315,80
421.480,41
210.386,34
611,49
210.482,58
122.019,71
30.968,74
269,19
57.224,94
459.514,32
106.288,83
672,64
352.552,85
244.039,42
34.065,61
323,03
74.124,79
2,29
-4,29
10,00
67,49
100,00
9,99
20,00
29,53
Jumlah 725.634,45 758.917,41 711.880,28 818.192 8,85
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
37
Sasaran strategis Indikator kinerja Target Realisasi %
meningkatnya volume
produksi perikanan
Produksi perikanan:
-Tangkap
-Budidaya
875.136
353.353
521.783
818.192,32
358.678
458.678
93,49
101,50
87,90
Secara agregat, produksi perikanan Sulawesi Utara cenderung naik dengan
prosentase produksi perikanan budidaya memberikan kontribusi lebih besar dari
tangkap terhadap total produksi. Pada tahun 2017, kontribusi produksi perikanan
tangkap tercatat 358.678 ton (43,84%) dan perikanan budidaya 459.514,32 ton
(56,16%).
Laju pertumbuhan rata-rata, produksi perikanan sejak tahun 2014-2017
mencapai 4,08% pertahun, dimana pertumbuhan perikanan budidaya sebesar
2,29% per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan perikanan
tangkap sebesar 6,56% per tahun. Produksi perikanan tangkap menunjukkan
kecenderungan mulai terjadi kenaikan walaupun belum signifikan karena belum
kondusifnya kebijakan yang telah diberlakukan sejak tahun 2014 dan belum
dicabut sampai saat ini. Dalam rangka menjaga ketersediaan sumberdaya ikan,
maka usaha perikanan tangkap diarahkan pada pengendalian dan pemanfaatan
yang berkelanjutan serta pemulihan sumberdaya ikan. Hal ini juga ditunjang
dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
RI NO.56/PERMEN-KP/2014, tentang Penghentian Sementara (Moratorium)
358.678
290.399,87
285.270,5
296.362
459.514,32
421.480,41
473.646,91
429.292,45
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
38
Perizinan Usaha Perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan negara
Republik Indonesia, No. 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.30/Men/2012 tentang Usaha
Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara RI, No. 58/PERMEN-
KP/2014 tentang Disiplin Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Pelaksanaan Kebijakan Penghentian
Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap, Alih Muatan
(Transhipment) di Laut, dan Penggunaan Nakhoda dan Anak Buah Kapal (ABK)
Asing yang sampai dengan 2017, Permen tersebut belum dicabut dan masih
diberlakukan. Tetapi dampak dari Peraturan Menteri yang ada ini, dalam jangka
pendek sangat memukul usaha perikanan yang ada di Sulawesi Utara yang
mengakibatkan permasalahan pada peningkatan kinerja produksi perikanan
tangkap dan unit pengolahan ikan. Namun, dengan adanya Instruksi Presiden RI
No.7 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
diharapkan akan memberikan peluang pembangunan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat baik nelayan, pembudidaya, pengolah maupun pemasar
dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dan devisa Negara melalui
peningkatan produksi perikanan, perbaikan distribusi dan logistik serta penguatan
daya saing, penyediaan sarana dan prasarana, peningkatan kompetensi SDM dan
lain sebagainya.
a) Produksi Perikanan Tangkap
Produksi perikanan tangkap tahun 2017 dapat memenuhi target yang
telah ditetapkan dengan capaian sebesar 101,5%. Produksi perikanan tangkap
tahun 2017 tercatat sebesar 358.678 ton yang terdiri dari penangkapan di laut
357.115,63 ton dan penangkapan perairan umum 1.562,37 ton, Dibanding
dengan tahun 2016 tercatat sebesar 290.399,87 ton yang terdiri dari
penangkapan di laut 289.027,94 ton dan penangkapan perairan umum 1.371,93
ton, maka produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan sebesar 23,51%,
Walaupun mengalami kenaikan, namun pertumbuhan produksi perikanan tidak
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
39
signifikan. Masih perlu upaya untuk menaikan produksi perikanan tangkap
terutama juga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ikan di Unit Pengolahan
Ikan yang sampai saat ini masih kekurangan bahan baku. Dilihat dari potensi
perikanan tangkap yang ada di wilayah WPP 715 dan 716 sebagai wilayah
penangkapan Sulawesi Utara, masih memungkinkan usaha perikanan tangkap
ditingkatkan untuk meningkatkan capaian kinerja produksi perikanan.
Produksi perikanan tangkap harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung
jawab karena potensi sumber daya alam yang semakin menurun sehingga perlu
kehati-hatian dalam pengelolaannya, masih terjadinya IUU fishing dan dampak
diberlakukan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI NO.56/PERMEN-
KP/2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan
tangkap di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia, serta No.
57/PERMEN-KP/2014 menyangkut pelarangan alih muatan di tengah laut sangat
mempengaruhi pada produksi perikanan yang sejak tahun 2015 mengalami
penurunan sampai dengan tahun 2016 dan mulai beranjak naik pada tahun 2017
walaupun ada kenaikan produksi tapi belum signifikan terhadap ketersediaan
bahan baku bagi Unit Pengoalahan Ikan (UPI) yang ada di Sulawesi Utara.
Berkurangnya produksi hasil perikanan dari kapal-kapal penangkap ikan
berdampak positif juga pada meningkatnya ketersediaan sumberdaya ikan di laut
karena kapal penangkap ikan sudah berkurang akibat tidak diijinkan lagi kapal
asing dan eks asing beroperasi di wilayah perairan Indonesia. Namun,
sumberdaya ikan yang tersedia belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
kapal-kapal ikan nasional karena ukuran kapal yang kecil dan tradisional yang
dimiliki nelayan lokal sangat membatasi usaha perikanan tangkap yang
menjangkau fishing ground yang ada.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
40
Sejak Program Revitalisasi perikanan diluncurkan, dengan komoditi ikan
tuna (termasuk cakalang tongkol dan layang) sebagai komoditi unggulan
perikanan tangkap yang dilanjutkan dengan Minapolitan sebagai pengembangan
kawasan pertumbuhan ekonomi, serta Industrialisasi perikanan, telah memacu
pengembangan produksi tangkap di Sulawesi Utara, tetapi dengan adanya
penurunan produksi perikanan tangkap ditahun 2014 dan berlanjut pada tahun
2015, perlu adanya evaluasi program dan kegiatan secara luas dimana potensi
yang sangat besar belum diimbangi dengan produksi. Kebijakan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah belum diimbangi dengan solusi yang lebih cepat untuk mengganti
kapal-kapal yang tidak beroperasi akibat pelarangan ijin menangkap ikan dengan
kapal asing, eks asing dan alat penangkapan ikan (sejenis trawl) sehingga sangat
meresahkan pelaku usaha
yang berdampak pada
nelayan yang menjadi
tenaga kerja ABK dan
nelayan pemilik.
Di samping itu,
model usaha penangkapan
di laut oleh kapal-kapal di
Sulawesi Utara berupa
satu kesatuan group penangkapan ikan dimana ada kapal penangkap, kapal
pengangkut dan kapal lampu yang akibat dikeluarkan kebijakan PERMEN KP no.
57 tahun 2014 yang meliputi pelarangan alih muatan di tengah laut berakibat pada
seluruh kapal angkut (800) unit dilarang beroperasi. Solusi dari Pemerintah
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
41
ditempuh dengan dikeluarkan Perdirjen Perikanan Tangkap No. 1 tahun 2016
tanggal 29 April 2016 tentang Penangkapan Ikan Dalam Satu Kesatuan Operasi
yang antara lain mempersyaratkan observer di atas kapal, CCTV online 2 unit,
pakta integritas melibatkan TNI AL dan POLAIR, dibatasi kapal buatan dalam
negeri dan maksimal ukuran kapal 150 GT, 1 kapal penyangga untuk 5 kapal
penangkap, semuanya belum dapat membantu untuk optimalisasi kapal yang akan
beroperasi kembali, karena spesifikasi alat CCTV terlalu mahal, petugas observer
terbatas, pembatasan ukuran kapal tidak lebih 150 GT menghambat percepatan
industrialisasi perikanan tangkap.
Dalam pengembangan usaha ini juga, masih terdapat kendala antara lain
lingkungan strategis yang tidak menguntungkan yaitu dampak dari kenaikan dan
kelangkaan BBM sehingga cost dari nelayan untuk berusaha semakin besar
namun disatu sisi harga ikan tetap. Demikian pula dengan kebijakan pemerintah
untuk mengganti penggunaan minyak tanah dengan gas LPG yang sulit juga
didapatkan. Disamping itu keterbatasan sarana perikanan dimana fishing ground
(daerah penangkapan) semakin jauh, namun keterbatasan sarana tangkap yang
dimiliki nelayan belum mampu untuk melakukan usaha ke daerah fishing ground
tersebut. Usaha perikanan tangkap membutuhkan kapal lebih besar namun
nelayan belum mampu karena biaya yang sangat mahal dan membutuhkan
investasi besar. Usaha sektor perikanan sebagian besar adalah usaha secara
tradisional dan masih mengandalkan penangkapan ikan secara tunggal. Bantuan
Pemerintah berupa pengadaan kapal tahun 2017 yang didistribusikan ke setiap
daerah di Indonesia masih dalam proses penyelesaian dan penyerahan ke
kelompok. Sulawesi Utara mendapat alokasi kapal sebanyak 132 unit dari ukuran
pumpboat 3 GT sampai 30 GT pada 7 (tujuh) kabupaten/Kota di yaitu Kabupaten
Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang
Mongondow Timur, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud dan Kota Manado.
Pada tahun 2017 mendapat alokasi 74 unit kapal.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
42
Pada tahun 2017, untuk
akselerasi kinerja perikanan tangkap
telah dialokasikan bantuan kepada
nelayan berupa kapal pumpboat, alat
tangkap, motor tempel, motor
ketintinting, rumpon dan bagan. Di
samping itu masih dilanjutkan sampai
dengan tahun 2017 kegiatan pembinaan
Kelompok Usaha Bersama (KUB),
pembinaan SDM nelayan, fasilitasi pelabuhan perikanan.
Selain itu, pelatihan nelayan untuk meningkatkan SDM ketrampilan
nelayan juga telah dilaksanakan.
SeHat Nelayan (sertifikat atas tanah nelayan) telah diluncurkan sebagai
kerjasama dengan BPN Provinsi Sulawesi Utara yang bertujuan untuk memberikan
kekuatan hukum atas kepemilikan hak atas tanah, menfasilitasi penyediaan aset
yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh modal usaha serta
meningkatkan kepastian dan keberlangsungan usaha. Sejak tahun 2011-2015
telah direalisasikan sertifikat hak atas tanah nelayan di masing-masing
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara yakni: Manado 250 sertifikat, Bitung
350 sertifikat, Minahasa Utara 400 sertifikat, Bolaang Mongondow 100 sertifikat,
Minahasa 400 sertifikat, dan
Minahasa Selatan 350 sertifikat.
Pada tahun 2016 penerbitan
sertifikat bagi nelayan terus
dilanjutkan dan target sejumlah
300 sertifikat yang diterbitkan.
Paska penerbitan sertifikat ini
akan dilakukan pembinaan dan
fasilitasi akses permodalan
kepada penerima sertifikat.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
43
Hasil produksi perikanan tangkap merupakan pensuplai bahan baku untuk
sebagian besar produk olahan. Produksi perikanan tangkap belum mampu untuk
mensuplai bahan baku pada industri pengolahan ikan di Sulawesi Utara sesuai
kapasitas terpasang. Terpantau sejak bulan November 2014 sampai 2016 sekitar
15,7% yang beroperasi dari kapasitas terpasang atau 220 ton per hari, sehingga
perlu memacu peningkatan produksi perikanan tangkap karena produksi ikan
berkurang, pasokan bahan baku terhadap Unit Pengolahan Ikan berkurang. Hal
ini akan berdampak pada tidak optimalnya kinerja UPI dan akan mempengaruhi
pemenuhan terhadap negara impor yang akan berakhir pada pemutusan
kerjasama oleh buyer luar negeri karena tidak terpenuhinya kuota sesuai
perjanjian.
Usaha perikanan tangkap ikan di laut mengalami pertumbuhan dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata tahun 2014-2017 sebesar 6,57% yang
menunjukkan bahwa usaha perikanan harus dilakukan secara hati-hati serta diikuti
dengan regulasi yang berpihak pada perikanan tangkap yang sustainability. Saat
ini upaya pengelolaan penangkapan ikan di laut lebih diarahkan pada
pengendalian dan penataan faktor produksi untuk menghasilkan pemanfaatan
yang berkesinambungan. Peningkatan produksi perikanan tangkap masih dapat
dilakukan di perairan umum daratan melalui pengembangan perikanan tangkap
berbasis budidaya. Produksi yang berasal dari perairan umum sangat berfluktuasi,
dari capaian produksinya. Pengelolaan harus lebih intensif dan berkesinambungan
dengan memperhatikan daya dukungnya. Dalam rangka pemulihan sumberdaya
ikan pada perikanan tangkap, maka telah dilaksanakan kegiatan restocking ikan di
perairan umum dan di laut, perlindungan kawasan konservasi, pemberantasan IUU
fishing serta menjaga sarana apartemen ikan yang telah diberikan melalui
monitoring dan adanya pemberlakuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
RI NO.56/PERMEN-KP/2014, NO 57/PERMEN-KP/2014, NO.58/PERMEN-KP/2014.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
44
b) Produksi Perikanan Budidaya
Produksi dari usaha
budidaya tahun 2017
sebesar 459.514,32 ton
dan mengalami kenaikan
dibanding dengan tahun
2016 sebesar 421.480,41
ton atau naik 9,02%.
Capaian produksi tahun
2017 belum mencapai
target yang ditetapkan sebesar 521.783 ton dengan capaian 88,07%. Konsentrasi
untuk memenuhi target produksi, dilakukan melalui pengembangan budidaya yang
memiliki prospek yang cerah ke depan karena tersedia lahan potensial untuk
dikembangkan terutama untuk usaha budidaya laut terdiri dari potensi budidaya
ikan laut 14.858 ha dan potensi rumput laut 9.600 ha. Tingkat pertumbuhan rata-
rata produksi budidaya 2014 - 2017 mencapai 2,29%. Produksi budidaya yang
dicapai tahun 2017, tercatat 23,13% disumbangkan dari produksi budidaya laut
(ikan dan rumput laut) dan 0,14% disumbangkan dari budidaya tambak serta
76,72% disumbangkan dari budidaya air tawar. Pada tahun 2017, usaha budidaya
laut mengalami penurunan produksi sebesar -4,19%. Hal ini disebabkan karena
usaha budidaya rumput laut kurang kondusif saat ini akibat dari tidak ada
pengusaha yang menampung usahanya dalam bentuk kering dan bila ada,
produksi rumput laut dihargai sangat rendah dimana biaya produksi tidak
seimbang dengan biaya yang dikeluarkan sehingga menurunkan semangat
pembudidaya untuk berusaha. Lahan-lahan budidaya rumput laut sudah banyak
dibiarkan terutama di pulau Naen Kabupaten Minahasa Utara yang merupakan
sentra budidaya rumput laut tanpa ada keinginan untuk melanjutkan usahanya.
Produksi budidaya sejak tahun 2012 telah mengalami peningkatan yang
signifikan. Dari sisi volume produksi, penyumbang terbesar produksi perikanan
budidaya adalah rumput laut diikuti oleh komoditi ikan mas dan Nila. Namun sejak
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
45
tahun 2017, budidaya ikan air tawar sudah mendominasi produksi budidaya di
Sulawesi Utara.
Usaha budidaya air tawar yang berkembang adalah dari kolam, sawah,
karamba dan jaring apung. Kenaikan rata-rata produksi didorong oleh
meningkatnya pemenuhan benih untuk produksi, pemenuhan kebutuhan lahan
produktif yang didukung prasarana dan sarana memadai, meningkatnya kawasan
perikanan budidaya yang sehat serta produk perikanan yang aman dikonsumsi,
pemenuhan modal kerja dan investasi usaha perikanan budidaya serta
meningkatnya pengawalan dan pendampingan teknologi dalam rangka
pengembangan kawasan perikanan budidaya. Pencapaian ini juga antara lain
distimulus oleh adanya program PUMP perikanan budidaya, bantuan sarana dan
prasarana, bantuan calon induk, program pengendalian kesehatan ikan dan
lingkungan.
Usaha budidaya yang terus dikembangkan dan ditingkatkan adalah
budidaya laut, payau dan air tawar (kolam, sawah, karamba/jaring apung, dan
minapadi). Areal untuk usaha budidaya laut sangat besar,panjang garis pantai
2.395,99 km dan perairan teluk memberikan peluang usaha pengembangannya.
Dilihat dari potensi lahan yang tersedia untuk budidaya laut, (ikan: 14.858 ha dan
rumput laut 8.250 ha) pemanfaatannya masih dikategorikan belum optimal dan
sangat berpeluang untuk dikembangkan. Kendala yang dihadapi adalah masalah
benih untuk budidaya ikan laut dan teknologi budidaya yang belum optimal
dikuasai. Benih masih diperoleh dari luar daerah karena Balai Benih Ikan di
Likupang tidak bisa operasional, terkendala dengan masalah tanah yang belum
selesai dan terhentinya pembangunan sarana dan prasarana yang ada.
Sedangkan Balai Benih Ikan Laut yang dibangun oleh swasta di Minahasa
Tenggara, hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan disekitar daerah
tersebut, bahkan saat ini sudah tidak optimal beroperasi. Disamping itu komoditas
budidaya lainnya seperti teripang, dll belum dikembangkan secara komersil
padahal sangat potensial dikembangkan di Sulawesi Utara. Sampai tahun 2017
telah diberikan bantuan kepada masyarakat pembudidaya teripang yang ada
di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
46
Komoditi perikanan budidaya yang dikembangkan adalah rumput laut, ikan
kerapu, kuwe dan teripang, udang windu, udang vaname dan bandeng, ikan mas,
nila, lele, gurame, sidat, lobster air tawar. Dalam rangka meningkatkan produksi
perikanan budidaya yang aman untuk dikonsumsi sesuai persyaratan pasar, telah
diterapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Penerapan CBIB merupakan
bagian dari sistem pengendalian jaminan mutu dan keamanan pangan. Unit usaha
yang telah disertifikasi sampai dengan tahun 2017 sebanyak 300 unit (80%) dari
target 375 unit. Sesuai hasil pengawasan di lapangan, sekitar 121 unit (40,33%)
yang masih berlaku, sisanya sudah harus dievaluasi kembali untuk diperpanjang.
Di samping itu 17 unit sudah masuk usulan untuk disertifikasi.
Kenaikan produksi budidaya belum juga dapat mencapai target yang
ditetapkan, karena masih banyak masalah seperti ketersediaan induk unggul,
benih yang berkualitas, namun upaya-upaya telah dilaksanakan seperti penyediaan
Calon induk dan benih. Sampai dengan tahun 2017 telah diadakan Calin ikan mas,
Nila GPS dan Nila PS, gurame, lele sangkuriang, dan ikan hias yang diserahkan di
Balai Pengembangan dan Pembinaan Pembudidaya Ikan Tateli dan masyarakat
pembudidaya.
Budidaya rumput laut sebagai salah satu usaha yang diharapkan dapat
memacu produksi perikanan di Sulut serta untuk mengatasi lingkungan strategis
yang kurang menguntungkan seperti kenaikan dan kelangkaan BBM mengalami
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
47
hambatan dalam usaha budidayanya karena masalah penyakit ”ice-ice,” yang
belum dapat terselesaikan untuk kasus penyakit tersebut, kualitas dan kuantitas
benih yang belum memenuhi standar serta kurangnya pendampingan petugas
lapangan dan usaha budidaya rumput laut belum merupakan usaha utama dari
masyarakat mengakibatkan pemanfaatan lahan belum optimal untuk lebih
memacu peningkatan produksi budidaya. Pemerintah Daerah telah berupaya
mengembangkan budidaya rumput laut lewat kegiatan Crash Program yang
dilanjutkan dengan Revitalisasi Perikanan serta melalui pengembangan kawasan
minapolitan dan industrialisasi perikanan, dimana Sulawesi Utara merupakan salah
satu daerah pilot projek industrialisasi perikanan budidaya rumput laut dengan
lokasi Kab. Minahasa Utara, Minahasa dan Bolaang Mongondow Utara untuk
mengembangkan komoditi rumput laut disamping komoditi lainnya. Di samping itu
telah dilakukan penelitian untuk pengembangan rumput laut jenis lain.
Penyerapan tenaga kerja di bidang budidaya sampai dengan tahun 2017
berjumlah 56.639 orang. Dibandingkan dengan tahun 2016 berjumlah 54.142,
terjadi kenaikan 4,61%.
Hambatan dalam pengembangan perikanan budidaya secara keseluruhan
adalah terbatasnya ketersediaan induk unggul dan benih bermutu, harga pakan
yang masih cukup tinggi, penurunan kualitas dan kuantitas air media budidaya
serta lingkungan yang berpotensi menimbulkan penyakit, adanya isue jaminan
kualitas dan keamanan pangan, terbatasnya modal dan lemahnya akses
permodalan, kurangnya jaminan pemasaran dan harga, kurangnya perluasan
pasar serta diversifikasi olahan, serta lemahnya sumberdaya manusia perikanan
budidaya.
Pengembangan usaha tidak lepas dari induk dan benih unggul yang
tersedia. Keadaan induk ikan mas dan nila produktif yang ada di Balai
Pembenihan dan Pengendalian Hama penyakit ikan Tateli selang tahun 2017
sebagai berikut:
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
48
Tabel 02. Jumlah Induk dan Calin Ikan Mas dan Nila s/d Tahun 2017
No KomoditasInduk Calin
Jumlah KetBetina Jantan Betina Jantan
1 Ikan Mas Majalaya 36 120 150 148 156 Baik
2 Ikan Nila Nirwana 2.278 928 7.137 2.470 2.206 Baik
3 Ikan Nila Merah - - 20 13 33 Baik
Kegiatan produksi benih pada tahun 2017 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2016. Keseluruhan produksi benih tahun 2017 adalah ikan
Mas 841.500 ekor dan ikan Nila 2.688.200 ekor serta ikan lele 24.500 ekor. Total
produksi 3.554.200 ekor. Dibandingkan dengan tahun 2016 tercatat produksi
benih 2.571.000 ekor mengalami peningkatan produksi. Dilihat dari target yang
ditetapkan untuk ikan Nila sebesar 2.000.000.000 ekor dan ikan Mas 1.000.000
ekor, maka produksi benih ikan Nila bisa melampaui target sedangkan ikan mas
belum bisa mencapai target.
Dalam rangka pengelolaan pakan ikan, maka pada tahun 2017 Pemerintah
telah memprogramkan kegiatan Gerakan Pakan Mandiri di Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Bolaang Mongondow, Minahasa Utara, Minahasa, Minahasa Selatan, Kota
Manado dengan banyaknya pakan 15.660 kg. Kriteria penerima bantuan GERPARI
ini harus kelompok yang berbadan hukum.
Dalam rangka pengendalian
kawasan perikanan budidaya telah
dilakukan pemantauan lokasi
penyebaran penyakit ikan agar
produk perikanan aman dikonsumsi,
bebas dari penyakit ikan. Penyakit
ikan berpotensi merugikan usaha
budidaya perikanan. Penyakit yang
paling serius pada usaha budidaya
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
49
air tawar saat ini yaitu Koi Herpes Virus (KHV), disamping itu penyakit yang
disebabkan oleh golongan bakterial juga masih sering terjadi baik pada segmen
pembenihan maupun pembesaran.
Dalam rangka mengoptimalkan pemantauan kawasan yang berpotensi
tercemar dan terserang penyakit ikan, maka telah tersedia 1 (satu) laboratorium
Kualitas air dan penyakit ikan yang telah dilengkapi dengan peralatan pengujian,
walaupun masih dibutuhkan peralatan-peralatan dan SDM pengoperaian
laboratorium tersebut.
Langkah-langkah yang ditempuh ke depan untuk mencapai peningkatan
produksi perikanan adalah sebagai berikut :
(1) Perikanan Tangkap
- Adanya kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan
yang dikeluarkan yaitu Permen KP No 56/2016 dan 57/2016 dan Perdirjen
Tangkap No.1/2016 yang berdampak pada banyak kapal ikan tidak
beroperasi, produksi hasil tangkapan menurun, suplai bahan baku menurun
drastis, pengangguran meningkat, tunggakan kredit perbankan; maka
dalam rangka menunjang pengembangan poros maritim, solusi yang
diusulkan yakni pemberian izin kembali kepada kapal yang tidak melakukan
pidana perikanan dan pidana lainnya sesuai UU No.31/2004 pasal 35;
kewenangan penerbitan izin (SIUP,SIPI,SIKPI) diserahkan ke daerah untuk
kapal ukuran sampai dengan 100 GT; alih muatan ikan (transhipmen)
ditengah laut dalam satu kesatuan grup penangkapan dan kapal
penyanggah/angkut tidak dibatasi ukuran kapal hanya sampai 150 GT;
penangkapan ikan dalam satu kesatuan operasi harus menggunakan
formasi 1 kapal penangkap ikan bermitra dengan 2-3 kapal
pengangkut/penyangga serta 2 kapal lampu; penyederhanaan perizinan,
perketat pengawasan lewat VMS dan observer
- Menyediakan sarana perikanan tangkap untuk masyarakat nelayan dengan
penggunaan teknologi produktif untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas serta kualitas perikanan tangkap untuk komoditas unggulan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
50
- Menyiapkan armada perikanan yang menggunakan motor dalam dan
armada kapal di atas 30 GT
- Menyiapkan armada semut dalam kegiatan usaha penangkapan untuk
nelayan tradisional
- Pemulihan sumberdaya perikanan tangkap melalui restocking ikan,
apartemen ikan dan konservasi perairan
- Menerapkan sistim rantai dingin (CCS) sejak ikan di tangkap sampai kepada
konsumen
- Menjalin pola kemitraan
- Menfasilitasi dengan lembaga keuangan/perbankan dalam menyediakan
modal usaha/skim kredit, asuransi nelayan
- Penataan sistim pembangunan infrastruktur, fasilitas dan pemeliharaan
pelabuhan perikanan
- Peningkatan kualitas manajemen pelabuhan perikanan dan pelayanan
publik
- Penyediaan BBM memadai untuk nelayan dan sistim distribusi dengan
insentif
- Mengefektifkan logbook dalam sistim pencatatan pendaratan ikan
- Memperkuat kelembagaan kelompok KUB nelayan untuk berbadan
hukum/koperasi atau menjadi anggota koperasi.
- Deregulasi bidang perikanan tangkap disertai Juknis yang terinci dan jelas
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
51
(2) Perikanan Budidaya
- Pengembangan industrialisasi perikanan budidaya laut, tawar dan payau
- Produksi induk dan benih unggul berkualitas, murah dan distribusi merata
- Pengembangan benih unggulan berkualitas: cepat tumbuh, tahan penyakit
dan andalan pasar
- Sertifikasi benih dan usaha pembenihan rakyat
- Kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian untuk penanggulanagan
penyakit ”ice-ice” rumput laut
- Pembinaan/Pendampingan petugas lapangan
- Penyediaan benih dalam jumlah yang besar bagi kelompok-kelompok
masyarakat pembudidaya
- Pengembangan pakan ikan berkualitas dan murah untuk produksi berbasis
masyarakat
- Subsidi benih dan pakan
- Percepatan pembangunan BBI, fasilitasi dan operasionalisasi
- Pengembangan Balai Benih Ikan dan pembentukan lembaga dan sertifikasi
sistem mutu benih
- Akselerasi sertifikasi Cara budidaya ikan yang baik (CBIB) dan cara
pembenihan ikan yang baik (CPIB) dalam rangka memenuhi ketentuan
keamanan pangan
- Pembenahan fasilitas prasarana Balai Benih Ikan/Hatchery, normalisasi
saluran BBI dan kolam-kolam untuk peningkatan produksi benih.
- Pengembangan sistim pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan
- Penerapan sistim vaksinasi terprogram dan sistim penanggulangan penyakit
ikan
- Penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM dan penerapan IPTEK
- Menjadikan usaha budidaya rumput laut sebagai usaha utama yang
profesional
- Menfasilitasi program kredit bersama perbankan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
52
Indikator Kinerja Utama
IKU-2 : Nilai Ekspor Perikanan
Nilai ekspor hasil perikanan adalah jumlah komoditas produk perikanan
baik hidup, segar, dingin, maupun olahan yang dijual ke luar negeri yang
dikonversi dalam bentuk uang (US$). Capaian ekspor komoditi perikanan
berdasarkan Health Sertificate (HC) yang dikeluarkan Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan selaku UPT KKP-RI tahun
2017 mencapai 22.161.387,81 Kg dalam volume dan US$ 127.669.313,31
dalam nilai. Dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 20.734.344,37 kg
dalam volume dan US$ 107.034.865,42 dalam nilai maka terjadi kenaikan
ekspor baik volume maupun nilainya masing-masing sebesar 6,88% dalam
volume dan 19,28% dalam nilai. Dilihat dari target yang ditetapkan tahun
2017 untuk nilai ekspor sebesar US$ 150.000.000, maka capaian kinerja
ekspor tercatat 85,11 %.
No IndikatorKinerja Satuan Target Realisasi Capaian
(%)TercapainyaEksporperikanan :
Nilai US$ 150.000.000 127.669.313,31 85,11
Berdasarkan data yang ada, ekspor hasil perikanan tahun 2017
walaupun mengalami kenaikan tetapi belum mencapai sasaran nilai ekspor
mencapai 85,11%. Tidak tercapainya target ekspor adalah antara lain
dampak diberlakukan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI
NO.56/PERMEN-KP/2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium)
Perizinan Usaha Perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan negara
Republik Indonesia, N0. 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan kedua atas
peraturan MenKP No. 30/Men-KP/2012 tentang usaha perikanan tangkap di
WPP-RI, tentang alih muatan (Transhipment) dan PERMEN-RI NO.
58/PERMEN-KP/2014 yang diberlakukan sejak bulan November 2014 sampai
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
53
sekarang. Kebijakan Pemerintah ini, memberikan dampak banyak kapal ikan
tidak beroperasi sehingga produksi tangkapan menurun drastis mempengaruhi
ketersediaan bahan baku bagi Unit Pengolahan Ikan terutama UPI di Bitung.
UPI di Sulawesi Utara berjumlah : 80 Unit terdiri dari:
Pengalengan Ikan : 7 Unit
Katsubushi (Ikan Kayu) : 7 Unit
Tuna Processing : 23 Unit
Frozen Fish : 39 Unit
Lainnya : 4 Unit
Lokasi UPI tersebar di Bitung 62 Unit, Minahasa Utara 6 Unit,
Manado 3 Unit, dan Minahasa Selatan 3 unit, Tomohon 1 unit, Minahasa 2
unit, Bolaang Mongondow 1 unit, Sangihe 1 unit dan Talaud 1 unit.
Berdasarkan data tahun 2017, UPI yang memiliki sertifikat kelayakan
pengolahan (SKP) adalah 47 UPI dengan 18 jenis olahan yaitu: Tuna
kaleng, Tuna segar, Tuna beku, Tuna loin segar, Tuna loin beku, Ikan
pelagis segar, Ikan pelagis beku, Chepalopod beku, Tuna loin rebus beku,
Tepung ikan, minyak ikan, Fish juice/petis, ikan asap kering/kayu, sirip hiu
kering, cumi beku, demersal hidup, lobster hidup dan demersal beku.
Dengan jumlah UPI sebanyak 80 unit, dimana UPI yang aktif 64
unit dan yang tidak aktif atau musiman sebanyak 16 unit, maka produksi
perikanan tangkap yang dihasilkan belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku sesuai kapasitas terpasang industri pengolahan ikan
di Sulawesi Utara yang membutuhkan sekitar 300.000 ton per tahun.
Apalagi sejak dikeluarkannya Kebijakan Pusat yakni Permen KP no. 56, 57,
dan 58 tahun 2014 sangat memukul dunia usaha karena dampak multiplier
efek terhadap kebijakan itu.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
54
DATA EKSPOR HASIL PERIKANAN
EKSPOR VOLUME (KG) NILAI (US $)
2014 33,414,144.00 137,194,175.06
2015 19,128,657.26 104,067,638.65
2016 20,734,344.37 107,034,865.42
2017 22.161.387,81 127.669.313,31
Negara Tujuan Ekspor Hasil Perikanan Sulawesi Utara untuk produk
konsumsi yaitu : Jepang, Jerman, USA, Mesir, Yaman, Saudi Arabia, Thailand,
Belgia, Ukraina, Jordania, Taiwan, USA, Singapore, Spanyol, Israel, Italia, Belanda,
Rusia, Korea, Cina, Austria, Pakistan, Timor Leste, Syria, Philipines, Iran, South
Africa, Vietnam, Austria, Mexico, Kenya, Kuwait, Malaysia, Qatar, Lebanon,
Perancis, Australia
Dilihat dari pangsa pasar, bahwa komoditi perikanan Sulawesi Utara
memiliki nilai comparative dan competitive advantage, maka perlu upaya antara
lain menaikkan produksi perikanan terutama produksi yang didaratkan di
pelabuhan perikanan pangkalan Bitung serta UPI yang melakukan pengiriman
antar pulau perlu diarahkan agar menjual ikan ke UPI di Sulawesi Utara, agar
33.414.144
137.194.175,06
104.067.638,65 107.034.865,42
127.669.313,31
19.128.657,26 20.734.344,37 22.161.387,81
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
55
pemenuhan bahan baku dapat dipenuhi, dan perlu melakukan pembinaan kepada
UPI lainnya agar mendapat Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Sampai dengan
tahun 2017, tercatat 57 Unit Pengolahan Ikan dan yang terdaftar di negara mitra
(UE = 9 UPI; USA = 7 UPI; China = 10 UPI; Vietnam = 2 UPI; Rusia = 8 UPI;
Canada= 3 UPI dan Korea 20 UPI) tetapi sebagian UPI yang terdaftar di negara
China dan Korea tidak memanfaatkan ekspor dinegara mitra tersebut karena tidak
mendaftar lagi dan tidak melakukan ekspor.
Perkembangan ekspor perikanan dari tahun 2014-2017 terjadi fluktuasi,
karena beberapa faktor antara lain regulasi dalam negeri yaitu pembatasan ekspor
untuk ikan gelondongan di negara-negara tertentu yaitu harus melalui
pengolahan, dan regulasi negara mitra serta kebijakan moratorium untuk kapal
penangkap dan pengangkut ikan (Permen KP 56,57,58 tahun 2014)
Peluang untuk mengembangkan usaha perikanan sangat besar, dimana
pasar dalam dan luar negeri sangat terbuka. Secara global kondisi pasar terus
mengalami peningkatan dan sabagian besar merupakan bahan baku bagi industri
perikanan di luar negeri. Oleh karenanya kedepan akan difokuskan pada
peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan, karena trend masyarakat
konsumen telah menemukan bentuk produk-produk olahan selain tuna kalengan
yakni sushi, sasimi, steak loin, cutles yang semakin meningkat permintaanya.
Jumlah Unit Pengolahan
Ikan (UPI) sebanyak 80 unit di
Sulawesi Utara, dan dari data
yang ada menunjukkan bahwa
tingkat kemampuan (utilitas)
skala menengah dan besar
sekitar 40-50%, karena
pasokan bahan baku yang
kurang. Saat ini industri pengolahan terutam Pengalengan tidak maksimal
menjalankan pabrik karena kurangnya bahan baku untuk diolah. Apalagi dengan
adanya kebijakan Pemerintah melalui Permen KP No. 56,57 tahun 2014 membuat
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
56
UPI yang ada di Bitung sangat terpuruk. Keluarnya PerDirjen Perikanan Tangkap
no 1 tahun 2016 tentang penangkapan ikan dalam satu kesatuan operasi dan
Surat Edaran Dirjen Perikanan Tangkap No.1234/DJPT/PT.410.D4/31/12/2015
tanggal 31 Desember 2015 tentang pembatasan GT Kapal perikanan pada
SIUP/SIPI/SIKPI, belum optimal membuka jalan untuk meningkatan produksi
perikanan. Adanya pembatasan ukuran kapal penangkap tidak lebih dari 150 GT
akan menghambat percepatan industrialisasi perikanan tangkap karena tidak
relevan juga dengan INPRES No.7 tahun 2016 tanggal 22 Agustus 2016 tentang
Percepatan Pembangunan Industri Nasional.
Langkah-langkah yang akan ditempuh ke depan untuk mencapai sasaran
tersebut adalah melalui :
- Peningkatan mutu mulai dari ikan di tangkap dan diversifikasi produk olahan
- Pengembangan cool chain system (ketersediaan pabrik es, cold storage,
freezer, ice flake machine, coolbox)
- Meningkatkan volume dan nilai produk perikanan di pasar dalam negeri untuk
menangkal produk impor
- Melakukan penguatan UKM/IKM untuk meningkatkan peran dalam jaringan
perdagangan produk-produk perikanan internasional
- Standarisasi kualitas produk-produk perikanan
- Pengembangan koperasi usaha sebagai simpul-simpul perdagangan perikanan
internasional
- Pengembangan sarana prasarana distribusi pemasaran hasil perikanan
- Pengembangan Sistim Logistik Ikan Nasional dan sarana pemasaran ikan
bergerak
- Pengawasan mutu dan keamanan produk perikanan
- Peningkatan kompetensi laboratorium sertifikasi
- Penerapan PMMT sesuai HACC
- Market intellegence
- Pengembangan kelembagaan pemasaran
- Peningkatan akses pasar
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
57
- Menyiapkan Balai Pengujian dan Sertifikasi Hasil Perikanan di Sulawesi Utara
sebagai LS-PRO dengan beragam produk.
- Promosi hasil perikanan, promosi investasi dalam rangka meningkatkan daya
saing produk perikanan di pasar global.
Indikator Kinerja Utama
IKU-3: Konsumsi Ikan
Dalam pemenuhan kebutuhan pangan secara nasional, ikan dan produk
olahannya merupakan salah satu penyedia protein hewani yang sangat penting
bagi kehidupan masyarakat. Melalui berbagai upaya, ikan semakin mewarnai
menu utama dalam pola konsumsi masyarakat. Tingkat konsumsi ikan masih
harus ditingkatkan dalam rangka peningkatan asupan gizi masyarakat dan
peningkatan pemasaran hasil perikanan. Konsumsi ikan Sulawesi Utara tahun 2014
mencapai 54.50 kg/kapita/thn dan tahun 2015 naik menjadi 58,41
kg/kapita/tahun, dan tahun 2016 menjadi 58,64 kg/kapita/tahun. Pada tahun
2017, konsumsi sudah mencapai 58,88 kg/kapita/tahun. Sasaran ini telah dicapai
yang diukur dari capaian kinerja 97,32% yang digambarkan dalam tabel berikut.
Dibanding dengan tahun 2016 tercatat konsumsi ikan 58,64 kg/kapita/
tahun mengalami kenaikan 0,41%. Masyarakat umumnya semakin menyadari
untuk mengkonsumsi makanan sehat, bergizi dan siap saji. Konsumsi Sulawesi
Utara terhadap bahan pangan komoditi perikanan cukup tinggi dan jauh di atas
kebutuhan minimum yang dianjurkan 30 kg/kapita/thn (Susenas) dan ditargetkan
Dirjen Pengolahan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu 48,2
kg/kapita/Tahun untuk tahun 2017. Namun demikian pada setiap waktu,
kesempatan dan tempat harus dilakukan kampanye makan ikan, sosialisasi makan
ikan melalui GEMARIKAN dan pengawasan produk-produk perikanan yang
menggunakan bahan pengawet berbahaya seperti Borax, formalin, Rhodamin, dll
untuk keamanan produk perikanan. Pada tanggal 8 Oktober tahun 2016 telah
No IndikatorKinerja Satuan Target Realisasi Capaian
(%)1 Tercapainya
konsumsiKg/kapita/thn 60,5 58,88 97,32
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
58
dibentuk dan dilantik Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (FORIKAN)
Tingkat Provinsi yakni sebagai Gerakan Memasyarakatkan Gemar Makan Ikan
tingkat Provinsi Sulawesi Utara dengan Ketua Ir. Ritta Dondokambey-Tamuntuan
selaku Ibu Gubernur Sulawesi Utara. Forum ini bekerjasama dengan PKK Provinsi,
dengan lingkup kerja koordinasi dan sinergitas lintas sektor antara lain pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, pariwisata dan lainnya dalam rangka meningkatkan
konsumsi ikan mulai anak usia sekolah. Sangat diharapkan disetiap
Kabupaten/Kota difasilitasi juga untuk membentuk Forikan tingkat Kabupaten/Kota
dan pada tahun 2017 telah dilaksanakan pelantikan Forikan tingkat
Kabupaten/Kota
Sifat produk perikanan yang cepat rusak dan busuk, mendorong oknum
tertentu menggunakan bahan aditif berbahaya untuk kepentingan mengambil
untung tanpa memperdulikan keselamatan orang lain. Dalam rangka
pengembangan mutu hasil perikanan untuk konsumsi masyarakat, maka telah
beroperasi Pasar Ikan Higienes berlokasi di Bahu Kota Manado untuk melayani
masyarakat yang membutuhkan ikan segar dan ikan olahan dengan standar
ekspor. Demikian juga dengan pasar-pasar ikan telah dibenahi untuk menjual
produk ikan dengan kualitas yang baik. Pemanfaatan PIH telah dikerjasamakan
pengelolaannya dengan PT Sembilan Big Fish, dimana PIH tersebut akan
dikembangkan untuk menyediakan ikan dengan mutu ekspor yang dapat
dirasakan masyarakat umum. Di samping itu, tercapainya indikator kinerja
kegiatan yang mendukung peningkatan konsumsi ikan adalah melalui pembinaan
pasar ikan dalam negeri, pengembangan promosi, pengembangan sarana dan
prasarana pemasaran hasil perikanan. Pencapaian tingkat konsumsi ikan
bukannya tanpa kendala, namun demikian upaya peningkatan dilakukan secara
berkesinambungan dan sinergitas oleh seluruh stakeholders.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
59
Pencapaian rata-rata konsumsi ikan menggambarkan bahwa indeks
konsumsi ikan mengalami pertumbuhan cukup baik, rata-rata tingkat pertumbuhan
sejak 2014-2017 mencapai 2,61%.
Indikator Kinerja Utama
IKU-4: Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengembangan ekspor perikanan tidak lepas dari keberadaan Balai
Pengujian dan Sertifikasi Hasil Perikanan
(BPSHP) sebagai Laboratorium Akreditasi
yang mengeluarkan Health Certificate (HC)
untuk produk hasil perikanan yang di ekspor
ke negara-negara seperti Amerika Serikat,
Uni Eropa, Jepang, australia, Kanada, Timur
Tengah serta negara-negara Asia lainnya.
Namun sejak diberlakukannya SK BKIPM
No.110/KEP-BKIPM/2015 tanggal 30
November 2015 tentang pencabutan atas
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan No.115/KEP-BKIPM/2013 tentang
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
60
pendelegasian kewenangan lembaga inspeksi dan sertifikasi dalam penerbitan
sertifikat kesehatan, sehingga sejak tanggal 2 Januari 2016 kewenangan
penerbitan HC telah diserahkan ke Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan sebagai UPT KKP-RI di Sulawesi Utara. Sebagai
catatan, Jumlah Health Certificate (HC) yang dikeluarkan oleh BPSHP sampai
tahun 2015 sebanyak 2.508 dan mengalami penurunan 2,48% dibanding dengan
tahun 2014 sebanyak 3.420 HC. Penurunan ini disebabkan antara lain Ekspor yang
sudah sangat berkurang terkait dengan ketersediaan pasokan bahan baku untuk
Unit Pengolahan Ikan (UPI). Pada tahun 2016, kewenangan mengeluarkan HC
sudah diserahkan kewenangannya ke KKP-RI yakni Balai Karantina Ikan dan
Pengendalian Mutu Hasil Perikanan selaku UPT KKP-RI di Sulawesi Utara. Jumlah
HC yang telah diterbitkan sebanyak 2.773 atau naik 10,56 % dibanding tahun
2015.
Untuk memacu setiap eksportir mengambil HC, maka perlu koordinasi dan
sinergitas bersama antara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara,
Balai Karantina ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebagai
Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di daerah.
Kewenangan HC yang sudah ditarik kembali oleh KKP-RI sangat mempengaruhi
pada kinerja serta penerimaan daerah, dimana Balai Pengujian dan Sertifikasi Hasil
Perikanan yang kontribusi PAD terbesar sebelum kewenangan diserahkan, pada
tahun 2016 hanya memberikan kontribusi Rp 58.826.020 atau 11,20% dari target
sebesar 525.000.000 (pemakaian kekayaan daerah) dan pada tahun 2017 sebagai
tindal lanjut kebijakan yang ada, maka target PAD disesuaikan kembali dan
dilakukan revisi dimana target yang ditetapkan 26.589.880 dan dicapai 79.110.560
atau 297,53%. Hal ini adanya upaya-upaya terobosan antara lain UPI yang
melakukan pemasaran lokal (antar pulau) perlu menggunakan/pengambilan HC di
BPSHP, agar ada pemasukan restribusi di daerah yang didukung dengan Perda
yang akan ditetapkan kembali. Fungsi BPSHP sebagai laboratorium penguji
(17025) akan dibenahi untuk Reakreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN)
karena masa aktifnya sudah selesai dan setiap 4 (empat) tahun harus akreditasi
kembali. Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah menetapkan Balai Pengujian
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
61
dan Sertifikasi di daerah sebagai Lembaga sertifikasi produk hasil perikanan (LS-
PRO) dan sementara proses pengajuan untuk Akreditasi. Saat ini telah dilakukan
sosialisasi ke perusahaan-perusahaan dan UKM yang ada di Sulawesi Utara.
Kewenangan saat ini yang diberikan adalah produk ikan kaleng yang dipasarkan
lokal dan antar pulau mendapatkan label SNI dari BPSHP Provinsi Sulawesi Utara.
Disadari kemampuan penetrasi pasar dan market intellegence di daerah
masih rendah. Produk umumnya dipasarkan pada pasar-pasar tradisional,
sementara penetrasi pasar ke supermarket, hypermarket masih sangat lemah.
Untuk itu dengan kehadiran Pasar Ikan Higienis diharapkan dapat menjamin
ketersediaan ikan segar dan berkualitas.
Mutu hasil perikanan merupakan syarat untuk menjaga agar produk
perikanan dihargai dan memiliki daya jual tinggi di pasaran. Oleh karena itu dalam
rangka meningkatkan mutu hasil perikanan telah dikembangkan ”Cool Chain
System” (sistem rantai dingin). Tahun 2014 telah dibangun pabrik es di Tumumpa,
sarana penunjang pabrik es, pengadaan rumah kemasan dan pengadaan sarana
sistim rantai dingin serta pembangunan cold storage di tahun 2015. Pada tahun
2016 telah dibangun Miniplant Tuna di lokasi PP Tumumpa, chest freezer dan cool
box yang diserahkan ke masyarakat. Sedangkan tahun 2007 telah diadakan cool
box, freezer dan cool room untuk diserahkan ke masyarakat.
Di samping itu, sumber PAD juga dihasilkan dari retribusi pemberian izin
usaha perikanan kepada orang pribadi (Perda no.2 thn 2016). Pada tahun 2017
target ditetapkan sebesar Rp 500.000.000 dan realisasi capaian Rp 505.796.125
(103,27 %). Capaian ini bersumber dari pengurusan ijin usaha perikanan
(SIUP/SIPI/SIKPI). Retribusi penjualan produksi usaha daerah (Perda no.2 tahun
2016) juga diberlakukan pada Balai Pembenihan dan Pengendalian Hama Penyakit
ikan. Target tahun 2017 sebesar Rp 140.000.000 dan realisasi dicapai
Rp 140.500.000 (100,35%). Sedangkan Retribusi tambat labuh kapal di
pelabuhan (Perda no.2 tahun 2004) di Balai Pengelola Pelabuhan Perikanan
Tumumpa tercapai Rp 176.867.750 (104,03%) dari target yang ditetapkan sebesar
Rp 170.000.000.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
62
PAD sektor Kelautan dan Perikanan merupakan seluruh penerimaan
Pemerintah Daerah sektor Kelautan dan Perikanan yang bukan berasal dari
penerimaan perpajakan. Realisasi PAD tahun 2017 terjadi peningkatan. Target
yang ditetapkan pada tahun 2017 sebesar Rp 836.589.880 dapat direalisasikan
Rp 913.094.685 atau 109,14%. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendorong
pencapaian PAD antara lain adalah penataan perizinan usaha perikanan tangkap,
serta peningkatan sarana dan prasarana di UPTD dan di Dinas dalam rangka
pelayanan publik.
Indikator Kinerja Utama
IKU-5 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan
adalah pertumbuhan PDRB perikanan. Pertumbuhan PDRB perikanan dari tahun
ke tahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan kemampuan sumberdaya
perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional. Kekuatan ekonomi
perikanan dari industri primer yakni penangkapan dan budidaya ikan yang
dicerminkan dari PDRB sektor perikanan berdasarkan harga berlaku hingga kini
berperan strategis dalam memberikan sumbangan terhadap PDRB Sulawesi Utara.
Sumbangan PDRB perikanan dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini menjadi
pertimbangan untuk diperhitungkan pada masa depan.
Berdasarkan data, Kontribusi perikanan terhadap PDRB Sulawesi Utara dari
target yang ditetapkan tahun 2017 sebesar 7,1%, tercapai 7,58% atau 106,76 %
pada tahun 2017 (data sementara BPS).
NoIndikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
(%)1 Kontribusi PDRB % 7,1 7,58 106,76
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
63
Perkembangan prosentase PDRB sektor perikanan terhadap PDRB SulawesiUtara sebagai berikut:
Tahun 2014 2015 2016 20178,21 7,78 7,54 7,58
Beberapa upaya yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan PDRB antara lain: (1) Meningkatkan produksi perikanan tangkap dan
budidaya terutama budidaya laut seperti rumput laut; (2) Meningkatkan investasi
di bidang kelautan dan perikanan termasuk melakukan kerjasama dengan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Pusat dan Daerah serta melakukan bisnis forum
dengan stakeholders kelautan dan perikanan; (3) Meningkatkan peyaluran Kredit
perikanan; (4) Mendorong sinergitas kebijakan dan Program dengan Pemerintah
Pusat dan Kabupaten/Kota untuk peningkatan usaha kelautan dan perikanan baik
skala kecil, besar dan menengah.
(2) Sasaran Strategis (SS-2)
Terwujudnya Kedaulatan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan (SDKP) Yang Berkelanjutan
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-6): Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Potensi Ekonominya
Potensi pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan di Indonesia dapat
didayagunakan menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
64
Salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah melakukan
implementasi program pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu
berbasis pulau-pulau kecil dan atau kawasan perbatasan secara terintegrasi dan
menyeluruh.
Pulau-pulau kecil yang mandiri adalah pulau-pulau kecil yang diupayakan
untuk mampu memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang ada melalui
pengembangan sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil
sehingga diharapkan dapat menciptakan peluang investasi, meningkatkan produksi
perikanan tangkap, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah khususnya
di pulau-pulau kecil, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan Permen KP No.48/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman Umum
Pembangunan SKPT, telah diatur focus pembangunan kawasan kelautan dan
perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan atau kawasan perbatasan yang
diarahkan pada aspek peningkatan nilai tambah, peningkatan daya saing,
modernisasi dan korporatisasi usaha, dan penguatan produksi dan produktivitas
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Program SKPT mengarah pada optimalisasi usaha penangkapan ikan,
pembudidaya ikan serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Program ini
mengintegrasikan kegiatan di hulu dan hilir serta kelembagaan dalam suatu proses
pembangunan kelautan dan perikanan. Sasaran SKPT adalah untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat lokal, mendukung ketahanan pangan nasional dan
menghasilkan devisa Negara melalui kegiatan ekspor sekaligus mempercepat
pertumbuhan ekonomi lokal. Program SKPT di Sulawesi Utara sudah dimulai sejak
tahun 2015, di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Infrasruktur yang dibangun
adalah Pelabuhan Perikanan Dagho, rehabilitasi pabrik es dan cold storage serta
mengoptimalkan SPDN yang diharapkan dapat memacu produksi perikanan.
Melalui keputusan MenKP NO. 51/KEPMEN-KP/2016, maka lokasi lokasi SKPT
di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Kegiatan
yang dialokasikan untuk Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud berupa
pembangunan gudang beku (ICS) terintegrasi serta sarana pengolahan dan sarana
penunjang, pengadaan kapal penangkap ikan berukuran 3 GT sampai 10 GT,
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
65
pembangunan IPAL, pengadaan pembangkit listrik tenaga diesel, kebun bibit
rumput laut, KJA, bantuan sarana budidaya ikan dan sarana budidaya rumput laut,
pengadaan speedboat pengawasan. Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan
Talaud telah dibangun gudang beku terintegrasi 30 ton (ICS) di lokasi PPI
Salibabu, dermaga apung, Ice flake mesin 1,5 ton dan 10 ton, cool box, gudang
rumput laut, revitalisasi BBI, Biofoc, escavator, kapal 3 GT sampai 20 GT, alat
tangkap, dermaga, SPDN. Dampak dari kegiatan ini adalah adanya ekspor ikan
secara langsung dari Kabupaten Kepulauan Sangihe dan tahun 2016 ekspor
perdana ke Negara Jepang. Namun hal ini belum berjalan mulus, karena
beberapa permasalahan dengan adanya pasokan listrik yang kurang dan bahkan
sering mati menyebabkan cold storage tidak berfungsi dengan baik yang akan
menyebabkan kualitas ikan akan menurun. PT PERINDO sebagai pengelola cold
storage dan melakukan pembelian ikan dari masyarakat nelayan serta melakukan
ekspor. Di samping itu belum adanya komitmen yang kuat antara PT PERINDO
dengan nelayan untuk penjualan ikan nelayan menyebabkan pasokan ikan ke
PERINDO belum memenuhi syarat untuk kuota ekspor.
Pelabuhan Perikanan Dagho yang telah dibangun kembali dengan anggaran
KKP RI, belum mampu untuk mendorong masyarakat nelayan agar menambatkan
kapal-kapal ikan dan mendaratkan hasil produksinya. Aktivitas di PP Dagho belum
ramai padahal fasilitas di pelabuhan Dagho sudah mendukung. Oleh karenanya
dukungan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten Kepulauan Sangihe) sangat
dibutuhkan melalui pembentukan POKJA SKPT di tingkat Provinsi dan Kabupaten.
Pada tahun 2017, KKP telah menetapkan lokasi Kabupaten Kepulauan
Talaud di desa Dalum Kec. Salibabu sebagai lokasi SKPT prioritas bersama dengan
11 lokasi lainnya di Indonesia. Di samping itu keluar Peraturan Presiden Nomor 58
tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional pada lampiran 12 Proyek
Kelautan dan Perikanan no 245 tentang pembangunan sentra kelautan dan
perikanan terpadu Talaud Provinsi Sulawesi Utara. Pemerintah Pusat dalam hal
ini melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengalokasikan untuk
pembangunan jalan lingkar dalam di Desa Dalum Kecamatan Salibabu,
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
66
Pembangunan Tempat Pendaratan Ikan (Beaching Plate), pembangunan tempat
pemasaran ikan, pembangunan kios nelayan, pembangunan sumur bor, kapal 3
GT sebanyak 60 unit, ice flake mechine 1,5 ton sebanyak 2 unit, pengadaan mobil
berpendingin roda 6, VIAR (kendaraan roda 3) 2 unit, genset dan mobil
operasional. Sedangkan APBD telah mengalokasikan mesin ketinting 27 unit dan
motor temple 15 PK. Program SKPT ini diharapkan dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan
mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan.
Di samping itu, walaupun Kabupaten Kepulauan Sitaro belum masuk
program SKPT, namun oleh Pemerintah Daerah telah dialokasikan kegiatan
pembangunan Pelabuhan Perikanan Ulu Siau di Kabupaten Kepulauan SITARO.
Diharapkan 3 daerah kepulauan ini akan menjadi maju dan dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat tersebut.
Pada tahun 2017, dengan tersedianya Perda no. 1 tahun 2017 maka
Sulawesi Utara telah memiliki Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tahun 2017-2037.
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-7): Kawasan Konservasi konservasi
Kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil adalah kawasan
perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang dilakukan upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan untuk mewujudkan
pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (UU
27/2007, PP 60/2009).
Pada tahun 2017, target indikator kinerja adalah 75.000 ha dan realisasi
yang dicapai 330.390 ha atau capaian 440,52 ha. Jumlah luas kawasan konservasi
adalah jumlah kumulatif dari capaian kawasan konservasi yang telah dicadangkan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
67
melalui SK Kepala Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan SK Menteri
Kehutanan. Data luasan kawasan konservasi sebgai berikut:
Tabel 3. Jumlah Kawasan Konservasi Sulawesi Utara s.d Tahun 2017
NO KATEGORI DAERAH KAB/KOTA LUASKAWASANKONSERVASI(HA)
KEBIJAKAN
1 Taman NasionalBunaken
MinahasaUtara,Manado,Minahasa,MinahasaSelatan
89.065 SK MenHUT No.734/Menhut-II/2014
2 Pencadangan KawasanKonservasi WilayahPesisir dan Pulau-PulauKecil
MinahasaSelatan
26.933 SK Bupati no.130 tahun 2007
3 Kawasan Taman Pesisir Bitung 9.647 SK Walikota BitungNo.188.45/HKM/SK/121/2014
4 Kawasan Taman wisataPerairan
Minahasa Utara 26.794 SK Bupati No. 180 tahun2014
5 Kawasan KonservasiPerairan Daerah
Minahasa 10.553 SK Bupati No. 762 Tahun2013
6 Kawasan KonservasiTaman Pulau Kecil(Tatoareng )
KepulauanSangihe
167.398 SK Gub No.170 Tahun 2017
Total 330.390
Sampai dengan tahun 2017 sejumlah upaya berupa koordinasi, membentuk
Tim Penetapan Kawasan Konservasi dan evaluasi dibantu LSM dan Perguruan
Tinggi dengan pelibatan Pemerintah disejumlah lokasi potensial sehingga kawasan
konservasi di Sulawesi Utara mengalami perluasan. Tahun 2016 tercatat seluas
162.398 ha meningkat tahun 2017 seluas 330.390 ha atau naik 2%.
Koreksi terhadap luas kawasan konservasi dilaksanakan karena adanya
tindak lanjut dari UU no. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sehingga
Pemerintah Provinsi mulai melaksanakan identifikasi, verifikasi untuk pengalihan
Personil, Prasarana/sarana, Pembiayaan serta Dokumen (P3D) terkait kewenangan
konservasi yang diserahkan ke Pemerintah Provinsi oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
68
Terdapat sejumlah kawasan konservasi di Sulawesi Utara yang sudah
ditetapkan melalui Surat Keputusan maupun yang masih dalam proses penetapan,
antara lain: (1) Kawasan Konservasi Perairan: Kawasan Suaka Perikanan Sidat
dalam proses Penetapan di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kab. Minahasa
Selatan; Kawasan Konservasi Perairan sangihe dalam proses penetapan; kawasan
Konservasi Perikanan Jenis ikan di dusun Tuloun Kec Kombi Kab. Minahasa
(pelestarian penyu); (2) Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yaitu: KKLD
Minahasa Selatan (Kec. Sininsayang s.d Kec. Tatapaan) sesuai Surat Keputusan
Bupati Minahasa Selatan No. 130 tahun 2007 tanggal 25 Mei 2007 dengan luas
26.000 ha; KKLD Bentenan Kab. Minahasa Tenggara (dalam proses); KKLD Selat
Lembeh Kota Bitung (dalam proses); (3) Taman Nasional Laut Bunaken SK Menhut
(SK/730/Kpts-II/91) pada tanggal 15 Oktober 1991 meliputi Kabupaten Minahasa
Selatan, Kota Manado, kab. Minahasa Utara, kab. Minahasa dengan luas 89.065
ha.
Dalam rangka pengembangan Kawasan Konservasi Laut, sekaligus dalam
rangka implementasi program Coral Triangle Initiative (CTI-CFF) telah
direncanakan pembentukan Marine Protected Area (MPA) pada beberapa lokasi di
Kabupaten Kota, kajian mitigasi bencana dan pengembangan DPL dan DPM yaitu
Kab Kepulauan Sitaro (DPL Pulau Pasige dan Mahoro; DPM di pulau Buhias); Kab.
Kepulauan Sangihe (DPL Kec Tatoareng/jenis ikan seke; DPL Kec Nusa Tabukan;
Kab Kepulauan talaud (DPL pulau Sara; DPL Pulau Intata/Manee). Sampai
dengan tahun 2012, sudah diusulkan calon KKLD dan KKP yaitu di Sangihe (Pulau
Bukide, P. Mahumu, P. Kahakitang) dan Kota Bitung (Selat Lembeh). Penetapan
dengan SK Bupati/Walikota belum ada. Selain itu telah dilaksanakan fasilitasi
kelembagaan kawasan konservasi perairan di Minahasa Tenggara. Sosialisasi terus
dilakukan untuk mencapai sasaran pemanfaatan yang berkelanjutan terutama
sumberdaya ikan dan ekosistimnya serta jasa lingkungannya dengan tetap
menjaga kearifan lokal yang ada sehingga menjamin ketersediaan sumberdaya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dalam rangka
menunjang kelembagaan KKLD/KKP perlu dimantapkan kelompok kawasan
konservasi yang ada dipesisir.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
69
Konservasi juga telah dilaksanakan dengan melindungi hewan langkah
seperti Penyu. Dalam rangka melindungi hewan langka, salah satunya telah
dilaksanakan perlindungan/ konservasi penyu di desa Lalumpe Kec Kombi kab.
Minahasa. Di samping itu, ikan langkah keberadaannya banyak ditemukan di
perairan Sulawesi Utara seperti ikan Coelacanth. Oleh karena itu, telah
dilaksanakan sosialisasi perlindungan terhadap ikan langka.
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-8): Prosentase Penurunan Tingkat Kerusakan terumbu Karang dan
Mangrove
Ekosistim pesisir
merupakan ekosistim yang
dinamis dan mem-punyai
kekayaan habitat yang
beragam serta saling
berinteraksi antara habitat
tersebut. Ekosistim ini
merupakan ekosistim alamiah
yang produktif, unik dan
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis tinggi. Luas ekosistim wilayah pesisir di
Provinsi Sulawesi Utara 40.975,09 ha meliputi ekosistim terumbu karang 28.938,80
ha dan mangrove 12.036,29 ha. Di samping itu terdapat padang lamun yang juga
merupakan sumberdaya wilayah pesisir yang penting. Lamun adalah salah satu
sumberdaya hayati, memberikan fungsi yang sangat penting baik ekologi, ekonomi
maupun fisik bagi ekosistem sekitarnya
Kawasan Pengelolaan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya
merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan
dan lingkungannya yang berkelanjutan, yang dilakukan dengan cara menetapkan
dan mengelola kawasan perairan yang memiliki ciri khas kelangkaan, keunikan
potensi keanekaragaman jenis biota perairan, ekosistim, gejala alam dan budaya
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
70
masyarakat lokal. Pengelolaan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungan juga
meliputi upaya perlindungan keanekaragaman jenis dan genetik biota perairan
langka. Pengelolaan kawasan konservasi laut dan perairan menjadi salah satu
indikator kinerja pembangunan kelautan dan perikanan, serta menjadi prioritas
dalam Milenium Development Goals (MDGs) yang tertuang dalam Inpres no.3
tahun 2010.
Target Nasional kawasan konservasi dan jenis ikan, dimana Sulawesi Utara
110.935 ha dan jenis keanekaragaman hayati yang dikelola 2 jenis yakni Terumbu
karang dan mangrove. Pada tahun 2017, telah dialokasikan rehab padang lamun
sebagai ekosistim dugong dan penangkaran dugong. Realisasi belum bisa tercapai
karena adanya cuaca ekstrim di bulan November dan Desember sehingga tidak
dilaksanakan.
Dilihat dari potensi dan kerusakan di Sulawesi Utara dimana Terumbu
karang 28.938,80 ha dan yang rusak 8.325,51 ha (29,06%), kawasan mangrove
12.036,29 ha dan yang rusak 319 ha (2,65%) dan padang lamun 2.348,55 ha
yang rusak 537 ha (22,86%) maka perlu ditingkatkan kawasan konservasinya
seperti pembentukan Marine Protected Area (MPA)..
Terumbu karang juga sangat penting dalam ekosistim laut. Dalam rangka
menjaga kelestariannya, telah dilaksanakan konservasi rehabilitasi terumbu
karang di P. Siladen, P. Bunaken, Desa Basaan Kab. Minahasa Tenggara, Kel
Malalayang Kota Manado dan perairan di Minahasa Utara.
Selama ini pengelolaan dan praktek perikanan di Indonesia masih terfokus
pada jumlah tangkapan, belum memperhatikan keseimbangan ekosistim. Oleh
sebab itu, pendekatan ekosistim untuk pengelolaan perikanan ini sangat penting
diimplementasikan sebagai salah satu acuan penting pengelolaan menuju
perikanan Indonesia lestari untuk kesejahteraan masyarakat.
Di samping terumbu karang, telah dilaksanakan juga penanaman
mangrove di daerah pesisir pantai Kumu Kab. Minahasa dan Malalayang Kota
Manado serta Pulau Manado Tua. Pada tahun 2016, kegiatan konservasi terus
dilanjutkan dan telah dilaksanakan penanaman terumbu karang di Bunaken dan
desa Poopo (Kab. Minahasa) serta penanaman mangrove di desa Mokupa,
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
71
Tanawangko Kab Minahasa, Bahoi Kab. Minahasa Utara, P. Salibabu Kab.
Kepulauan Talaud dan di Tahuna Kab. Kepulauan Sangihe. Kegiatan ini
dilanjutkan sampai dengan tahun 2017 di Kab. Minahasa Selatanyang dilanjutkan
dengan penanaman mangrove di kelurahan Ranoyapo dan di Kab. Minahasa
Tenggara oktober 2017, Kab Kepulauan Sitaro dan Sangihe pada bulan
September 2017. Hal ini memberi dampak terehabilitasinya wilayah pesisir serta
meningkatkan tempat hidup biota laut.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
melaksanakan pengawasan kawasan konservasi perairan di desa Mantehage II
Kabupaten Minahasa Utara yang merupakan zona penyangga untuk kawasan
taman nasional bunaken
Sebagai bentuk perhatian dunia atas pentingnya ekosistem terumbu
karang, maka telah dilaksanakan World Coral Reef Conference (WCRC), tanggal
14 s/d 17 Mei 2014 di Manado Sulawesi Utara dengan tujuan yaitu: melakukan
inventarisasi dan kompilasi data, sinkronisasi dan penetapan kebijakan serta
tindakan nyata dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang,
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
72
dengan menghimpun dan merumuskan serta pemeliharaan ekosistem terumbu
karang untuk generasi yang akan datang. Konferensi WCRC membahas kerjasama
pengelolaan terumbu karang berkelanjutan serta mendorong kemitraaan untuk
bersaing dengan tantangan terumbu karang dan ekosistem terkait disediakan
terumbu dan seklanjutnya akan bermanfaat bagi kesejahteraan dan lingkungan
masyarakat dengan menghasilkan suatu kesepakan dalam kerjasama pengelolaan
terumbu karang yang tertuang dalam Manado Reef Conference Communique
(Komunike Konferensi Terumbu Karang Manado).
Untuk mengembangkan, menjaga kelestarian eko-sistim pesisir khususnya
terumbu karang, maka di Sulawesi Utara sejak ta-hun 2013 telah dibangun
gedung CTI-CFF, yang di-peruntukkan bagi negara-negara yang tergabung dalam
CTI. Sulawesi Utara terletak di pusat kawasan segitiga terumbu karang serta
merupakan kota yang paling dekat dengan negara-negara anggota CTI-CFF yakni
Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan kepulauan Salomon sehingga
sangat menguntungkan bagi hubungan kerjasama regional terutama di bidang
kelautan.
Kerusakan lingkungan ekosistim pesisir dan pulau-pulau kecil berdampak
langsung terhadap penurunan kualitas habitat ikan dan mengurangi produktifitas
perikanan untuk berkembang serta mengurangi fungsi estetika lingkungan pesisir
dan pulau-pulau kecil. Penurunan kualitas lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil
antara lain diakibatkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami, perubahan
iklim (global warming), banjir, gang-guan atmosfer (El Nino) dan bencana biologis
seperti munculnya satwa asing. Penurunan kualitas ekositim pesisir yang lebih
cepat terjadi karena kegiatan manusia yang bersifat destruktif seperti
pemanfaatan berlebihan, praktek penangkapan ikan yang destruktif,
penambangan terumbu karang, perluasan daratan reklamasi pantai, penebangan
hutan bakau, pencemaran perairan oleh lumpur, sampah-sampah, penambatan
jangkar perahu, pencemaran limbah, tumpahan minyak, dll.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
73
Gerakan bersih pantai
dan laut adalah salah
satu program mitigasi
lingkungan yang
dilaksanakan dalam
upaya pengendalian
pencemaran laut.
Kegiatan ini mampu
melaksanakan aktivitas
yang dapat menggerakkan seluruh komponen
masyarakat sekitar, guna menanggulangi
bahaya pencemaran laut dalam rangka
mendukung pembangunan kelautan dan
perikanan dan untuk mewujudkan ”Laut Biru
dan Pantai Bersih Lestari” menuju ”Gerakan
Bersih Pantai dan Laut”.
Wilayah Teluk Manado, ada sekitar
7 (tujuh) sungai yang bermuara. Masuknya
material sampah dan limbah dari sungai-
sungai yang berasal dari daratan serta
adanya pola arus mengakibatkan material
tersebut tertumpuk di Bunaken. Penanganan sampah dan limbah yang
menumpuk di Pulau Bunaken dan pantai Teluk Manado, membutuhkan
penanganan yang komprehensif untuk dapat ditanggulangi oleh semua
masyarakat. Sejak tahun 2011, kegiatan bersih-bersih pantai sudah dilaksanakan
di Teluk Manado (Daerah sekitar Tugu Boboca, Pasar Bersehati/TPI Kalijengki, TNL
Bunaken dengan program ”Save Bunaken”. Sampai tahun 2014 semakin
diintensifkan penanggulangan masalah sampah di Teluk Manado dan TNB dengan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
74
mengoptimalkan Tim Tindak yang didalamnya terdiri dari Tim Pakar, Tim
Sosialisasi, Tim Cegah dan Tim Tindak yang meliputi Sungai Sario, Sungai Bahu,
Sungai Malalayang, Sungai Tondano, Sungai sawangan, Sungai Molas/Bailang,
Sungai Singkil. Tim bekerja secara rutin untuk berinteraksi dengan masyarakat
dalam mengatasi
sampah-sampah yang
dibuang lewat sungai dan
bermuara ke laut serta
melakukan sosialisasi
secara intensif ke
masyarakat dan yang
harus kita lakukan
bersama adalah: jangan
buang sampah
sembarangan, buanglah
sampah pada tempatnya, penyuluhan kepada masyarakat, sekolah-sekolah,
perguruan tinggi, kantor-kantor, kerja bakti bersama di lingkungan masing-
masing, gerakan bersih pantai dan sungai, menyiapkan tempat sampah di rumah
dan di perahu/kapal motor, menagih sampah pada saat perahu/kapal motor
sandar di dermaga/pelabuhan, belilah barang yang berlogo
recycle, jangan membakar sampah dan melakukan kerjabakti dibantaran sungai di
Sario saat paska banjir bandang di Manado Sulawesi Utara. Pada tahun 2015,
telah dilaksanakan kegiatan Save Bunaken dengan melibatkan masyarakat,
Pemerintah dan Swasta. Sampai dengan tahun 2017, kegiatan bersih-bersih
pantai semakin diintensifkan dan sudah bersifat kegiatan reguler. Targetnya
adalah Pulau Bunaken dan 7 (tujuh) muara sungai yang ada di Teluk Manado
yakni Muara sungai terminal malalayang, muara sungai bahu, muara sungai sario,
muara sungai Tondano (kali jengki), muara sungai tumumpa. Sosialisasi terus
dilaksanakan, terutama untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat yang tinggal
dibantaran sungai untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah di
sungai-sungai lingkungan tempat tinggal.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
75
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-9): Prosentase Penyelesaian Tindak Pidana Perikanan
Capaian IKU ini pada tahun 2017 adalah 75% atau 100% dari target yang
ditetapkan. Nilai kinerja tersebut diperoleh dari perbandingan jumlah kasus yang
telah diselesaikan dari hasil pemeriksaan kapal. Berdasarkan pengawasan
sumberdaya kelautan dan perikanan untuk mencegah illegal fishing dan destruktif
fishing dilaksanakan di wilayah kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten
Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selata, Kota Bitung dan Kota Manado.
Kapal yang telah diperiksa sebanyak 13 kapal. Hasilnya sebagai berikut:
No. Nama kapal yang diperiksa Dugaan
Pelanggaran
Tindak Lanjut
1 KM Surya Prima 29 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
2 KM Nurhayati 6 GT SIPI Masa berlaku
telah lewat
Membuat surat
pernyataan dan
mengurusi
perpanjangan SIPI
3 KM Cahaya Putri, 5 Gt Tidak memiliki
bukti pencatatan
kapal, kapten
kapal tidak
memiliki SKK
Membuat surat
pernyataan dan
kapten kapal
diwajibkan
mengikuti Diklat
4 KM Bitung Raya 03, 89 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
5 KM Aliya,17 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
6 KM Bukit Indah, 14 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
7 KM Al Annur, 15 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
8 KM Zivilla, 15 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
9 KM Mitra Cendrawasih 01, 25 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
76
10 KM Cahaya Danulisa, 25 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
11 KM Dewi Bahari, 4 GT Dokumen lengkap Lanjut kegiatan
Di samping pemeriksaan kapal, juga berdasarkan pengawasan di lapangan
terdapat pelanggaran di wilayah pesisir yaitu lokasi Resort Lamery dengan dugaan
pelanggaran penangkapan Penyu Sisik 7 ekor. Tindak lanjut yang dilakukan penyu
sisik dilepas dan membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan penangkapan
penyu.
Sampai dengan tahun 2017, Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara hanya bersifat pemeriksaan dan rata-rata kapal yang diperiksa
memiliki dokumen lengkap. Proses sampai dengan penyelesaian tindak pidana
perikanan belum ada. Namun demikian, kinerja ini dilaksanakan oleh UPT KKP RI
yang ada di Sulawesi Utara yakni UPT Pangkalan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan di Bitung. Sudah ada kasus tindak pidana sampai dengan P21, namun
sepanjang tahun 2017 belum ada laporan masuk dari Pangkalan PSDKP tersebut.
Pencapaian target IKU dilakukan melalui kegiatan pembentukan forum
koordinasi, pembinaan PPNS perikanan dan Polsus perikanan. Beberapa
permasalahan yang ada yakni:
No. Masalah Upaya Pemecahan/solusi1 Penataan dan penegakkan hukum
Peningkatan terhadappelaku destruktif fishingmasih kurang
Aparatur yang kurangpaham aturan perikanan
Pelaku usaha perikanantidak paham aturanpenangkapan ikan
Pelibatan masyarakat dalammemberikan informasi parapelaku destruktif fishing
Penindakan bagi aparatur yangmelakukan tugas tidak sesuaiSOP
Peningkatan peran ForumKoordinasi Penanganan TindakPidana Kelautan dan Perikanan
Sosialisasi aturan kelautan danperikanan bagi para pelakuusaha penangkapan
2 Perlindungan jenis ikan yangdilindungi
Kurangnya pemantauanresort di lokasi
Pemantauan secara berkalabagi resort yang sudah ada
Pengadaan public campaignawareness tentang jenis ikanyang dilindungi
3 Sarana dan prasarana pengawasan Pengadaan sarana
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
77
Sarana prasarana yangdimiliki masih minim
pengawasan Operasional pendukung sarana
pengawasan ditingkatkan4 Pelibatan masyarakat dalam
membantu pengawasan SDKP Banyaknya Pokmaswas
yang belum mendapatpembinaan
Sarana pengawasankelompok belum sesuaikebutuhan
Meningkatan anggaranpembinaan POKMASWAS
Prioritan pemberian bantuanbagi kelompok yang aktifmelakukan pengawasan
5 Penerapan PERDA No 1 tahun2017 tentang RZWP3K ProvinsiSulut
Aturan turunan dari Perdatersebut belum ada
Belum semuaKabupaten/Kota masukdalam Perda RZWP3K ProvSulut
Penganggaran untukpenyusunan aturan turunandari Perda sangat kurang
Menyusun Pergub denganmembentuk Tim Penyusunanyang melibatkan instansiterkait
Menganggarkan dalam APBDpenyusunan lanjutan RZWP3Kdan aturan turunannya.
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-10): Prosentase Kepatuhan Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan
Terhadap Ketentuan Yang Berlaku
IKU ini merupakan kepatuhan para pelaku usaha kelautan dan perikanan
dalam memanfaatkan sumbedaya kelautan dan perikanan sesuai dengan perijinan
dan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan. Capaian kinerja kepatuhan
pelaku usaha pada tahun 2017 dicapai 89,88%. Indikator Kinerja pembentuk dari
IKU ini adalah:
a. Kapal perikanan yang taat terhadap ketentuan sistim pemantauan kapal
perikanan
b. Ketaatan unit usaha penangkapan ikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
78
c. Ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa dilaut terhadap peraturan
perundang-undangan
d. Ketaatan unit pengolahan ikan hasil perikanan (UPI) berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
e. Ketaatan unit usaha budidaya perikanan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
f. Ketaatan pemanfaatan wilayah perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
g. Ketaatan pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan capaian IKU belum tercapai target karena hal-hal sebagai
berikut:
1) Berdasarkan hasil pemantauan diperoleh adanya kapal yang belum taat
menggunakan VMS, transmiiter, observer, CCTV untuk kapal pengangkut di
atas 30 GT. Kapal-kapal tersebut adalah kapal baru termasuk kapal
bantuan pemerintah; Beberapa kapal sedang melaksanakan pengurusan
perpanjangan dokumen kapal dikarenakan adanya pengukuran ulang kapal.
2) Beberapa kapal tidak laik operasi karena masa berlaku SIPI/SIKPI telah
habis, kapal perikanan tidak memiliki dokumen atau belum terdaftar yang
didominasi oleh kapal-kapal izin daerah, kapal tidak memiliki surat
keterangan Andon pada pelabuhan pangkalan yujuan atau masih dalam
proses permohonan SIPI Andon, nomor mesin kapal yang tercantum dalam
dokumen tidak sesuai fisik, alat penangkapan ikan yang tercantum dalam
tidak sesuai dengan fisik, transmitter VMS tidak aktif.
3) Telah dilakukan pengawasan terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang
umumnya sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2017 adalah melaksanakan supervise
dan pengawasan terhadap UPI.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
79
4) Untuk Unit usaha budidaya perikanan telah dilaksanakan supervise
pengawasan usaha budidaya ikan, verifikasi usaha budidaya ikan, obat dan
pakan.
5) Dalam pemanfaatan wilayah perairan, pesisir dan PPK setelah dilakukan
pemantauan masih terdapat pembangunan reklamasi yang ijinnya belum
sesuai ketentuan aturan yang berlaku, pendataan reklamasi yang belum
optimal dilakukan, pembuangan sampah di perairan dan laut.
B
e
besarnya potensi sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan aset
nasional yang harus dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan rakyat.
Pada kenyataannya, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan optimal
karena beberapa permasalahan utama diantaranya pencemaran laut dan
pembuangan limbah secara illegal, pencurian ikan khususnya oleh kapal ikan
asing, gejala penangkapan berlebih, degradasi habitat pesisir (mangrove,
terumbu karang, padang lamun, estuari, dll) konflik penggunaan ruang dan
sumberdaya, terbatasnya sumber permodalan yang dapat digunakan untuk
investasi, dan kemiskinan sebagian besar penduduk di wilayah pesisir
khususnya pembudidaya ikan dan nelayan skala kecil.
Pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan dilakukan dalam
rangka menjamin pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara
optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Kerugian akibat IUU fishing serta
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
80
over fishing sangat besar dilihat dari nilai ekonomi maupun kelestarian
sumberdaya dan telah menjadi isu global yang menjadi perhatian dunia
internasional.
Secara spesifik, ada beberapa jenis illegal fishing antara lain:
(1) penangkapan ikan tanpa izin, (2) penangkapan ikan dengan izin palsu,
(3) penangkapan ikan tidak dilaporkan di pelabuhan pangkalan, (4) penang-
kapan ikan dengan alat tangkap terlarang, (5) penangkapan ikan di area yang
tidak sesuai izin, (6) penangkapan ikan dengan jenis alat tangkap yang tidak
sesuai izin. Faktor pendorong terjadinya kegiatan illegal fishing adalah:
kebutuhan ikan dunia yang terus meningkat namun disisi lain pasokannya
menurun, perbedaan harga ikan, fishing ground negara-negara lain yang mulai
habis namun harus tetap mempertahankan pasokan ikan dan produksi
pengolahannya, luasnya laut dan lemahnya pengawasan. Begitu banyak
kasus-kasus pelanggaran yang telah dibuat oleh pelaku usaha, dan telah
ditangani oleh pihak yang berkompeten.
Kegiatan intensif lainnya yang dilaksanakan adalah pengisian LBP/LLO,
kegiatan pengawasan dan pengendalian bersama Tim Pusat, koordinasi lintas
sektor. Sampai dengan tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan SISWASMAS
dengan mengoptimalkan peran POKMASWAS melalui pembinaan kelompok.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
81
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
82
Jumlah POKMASWAS di Sulawesi Utara saat ini berjumlah 157
kelompok, naik 24,6% dibanding tahun 2015 sebanyak 126 kelompok, yang
terdiri dari POKMASWAS di bidang pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan
dan pengawasan ekosistem laut. Disamping itu, telah diintensifkan
pengawasan terhadap peredaran bahan-bahan berbahaya yang digunakan
pada produk perikanan seperti borax, formalin dan rhodamin terutama di
pasar tradisional, rumah makan, supermarket dan pada penampung-
penampung ikan.
Sejalan dengan makin maraknya usaha perikanan di daerah, ternyata
telah menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan seperti terjadinya
kerusakan sumberdaya misalnya pencemaran oleh kapal-kapal ikan melalui
buangan limbah (BBM, oli) ke perairan, limbah rumah tangga ke sungai-
sungai, adanya IUU Fishing dan over fishing, penggunaan alat tangkap tidak
sesuai dengan ketentuan, penangkapan ikan tidak ramah lingkungan,
penggunaan bahan berbahaya dan beracun dalam penanganan dan
pengolahan ikan, serta degradasi fisik habitat yang mengancam kelestarian
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
83
sumberdaya itu sendiri. Sehubungan dengan adanya dampak negatif dari
usaha perikanan itu sendiri maka aktifitas pengawasan harus lebih
ditingkatkan dan dibangun dengan optimal guna mewujudkan ketertiban dan
ketaatan dalam menjalankan peraturan oleh pelaku-pelaku usaha perikanan
sehingga pada gilirannya kelestarian pemanfaatan dapat terjamin. Pelibatan
masyarakat dalam menjaga akan kelestarian sumberdaya yang ada menjadi
sangat penting. Apalagi dihubungkan dengan jumlah sarana dan prasarana
serta aparat yang ada tidak sebanding dengan luas wilayah yang harus
diawasi. Untuk itu perlu kerjasama operasi pengawasan dengan instansi
terkait.
Operasi pengawasan sumberdaya perikanan meliputi operasi ketaatan
kapal di pelabuhan, operasi pengawasan budidaya perikanan, operasi
pengawasan pengolahan, pengangkutan dan pemasaran hasil perikanan telah
dilakukan. Dalam melakukan kegiatan usaha bidang kelautan dan perikana,
kesadaran para pelaku terkait dengan pengurusan ijin belum sepenuhnya
karena ketidak taatan pelaku usaha perikanan terhadap aturan yang berlaku
baik di bidang budidaya, pengolahan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Pada
tahun 2017, prosentase kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan
hanya dicapai 80% dari target 89%. Hal ini terjadi antara lain karena UKM dan
perusahaan di Sulut belum seluruhnya di SKP (sertifikat kelayakan
pengolahan) dan kesesuain SIUP; maraknya reklamasi pantai tanpa ijin dan
belum terdatanya reklamasi yang sudah memiliki ijin yang telah dikeluarkan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota; dan SIUP budidaya.
Untuk pengawasan sumberdaya kelautan telah dilakukan terhadap
pengawasan terumbu karang, ekosistim mangrove, pengendalian pulau-pulau
kecil, penanganan pencemaran, penambangan pasir laut.
Sinergitas antar instansi yang berhubungan dengan kegiatan kelautan
dan perikanan menjadi suatu yang sangat penting dalam upaya menyamakan
persepsi berbagai aturan pelaksanaan peraturan bagi pelaku usaha di bidang
perikanan. Untuk penanganan pelanggaran berupa tindak pidana perikanan
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
84
telah dilaksanakan kerjasama dengan instansi yang berwenang untuk di proses
sesuai ketentuan yang berlaku.
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-11): Jumlah kerjasama pengelolaan Kelautan dan Perikanan
Sasaran ini umumnya telah dicapai dengan kategori baik. Sangat
diharapkan kerjasama ini akan mensinergikan dan mengharmonisasikan program
kegiatan, baik didalam sektor kelautan dan perikanan maupun sektor lainnya yang
menunjang sektor kelautan dan perikanan. Sampai dengan tahun 2017 kerjasama
sudah dilaksanakan baik dengan swasta seperti pengelolaan Pasar Ikan Higienis
dengan PT. Sembilan Big Fish, sewa lahan di PP Tumumpa; kerjasama dengan
pemerintah setempat dalam bidang kesehatan, Pertanahan, Pendidikan,
pengawasan dalam rangka memberantas illegal fishing dengan Bakorkamla;
Kerjasama dengan pemerintah daerah lainnya seperti kerjasama provinsi
kepulauan di bidang kelautan dan perikanan dimana dapat dimanfaatkan untuk
jejaring penyediaan/supply komoditi perikanan dan pengembangan komoditi
terutama rumput laut, kerjasama pengelolaan Teluk Tomini, kerjasama wilayah
pengelolaan perikanan 715 dan 716 melalui Forum Kerjasama FKPPS; BKPRS dan
kerjasama Luar negeri yaitu dengan Fakultas Perikanan di Jepang terkait
rehabilitasi/restorasi terumbu karang. Pada tahun 2016 telah ditandatangani
kerjasama Mou/Nota Kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan
Universitas Sam Ratulangi Manado tentang peningkatan akses kerjasama
kelembagaan dan kemitraan dalam pengembangan percepatan pembangunan
di Provinsi Sulawesi Utara Nomor:180/2225/Sekr-
Ro.Hukum/Nomor:10058/UN12/KS/2016 yang ditindak lanjuti dengan kerjasama
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dengan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT Manado. Target kerjasama dalam
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dalam bentuk MOU terealisasi
100%.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
85
Dengan adanya kerjasama tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah
Provinsi terus berkooordinasi terus dalam rangka mengoptimalkan, agar kerjasama
dapat terus berlanjut dalam mengembangkan sektor kelautan dan perikanan
kedepan.
3. Sasaran Strategis (SS-3)
Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
Sasaran strategis terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kelautan dan
perikanan memiliki Indikator Kinerja Utama yakni Indeks Kesejakteraan
masyarakat yang diukur dengan menggunakan 2 (dua) variabel yakni ekonomi dan
sosial dimana Indikator pembentuk yang diukur antara lain Nilai Tukar Nelayan
(NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) dan Kelompok yang tersertifikasi yaitu
kelompok nelayan, pembudidaya, pengolah dan pemasar, kelompok masyarakat
pesisir serta kelompok pengawas masyarakat.
Indikatator Kinerja Utama
(IKU-12): Nilai Tukar Perikanan (NTN)
Salah satu tujuan pembangunan di semua negara pada hakekatnya adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Nelayan merupakan salah satu komunitas
masyarakat yang selama ini berada dalam lingkaran kemiskinan dan tingkat
kesejahteraan rendah. Upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan yang
dilakukan dengan berbagai skema program pemberdayaan belum sepenuhnya
berhasil mengentaskan kemiskinan nelayan secara merata. Oleh karena itu, maka
program peningkatan kesejahteraan nelayan harus merupakan salah satu isu
pokok yang perlu penanganan segera.
Salah satu indikator pembangunan yang dijadikan ukuran untuk menilai
tingkat kesejahteraan nelayan adalah melalui pengukuran Indeks Nilai Tukar
Nelayan (NTN). Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari
nelayan, pembudidaya, pengolah/pemasar serta masyarakat pesisir lainnya yang
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
86
kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan perikanan, sebagian
masih tergolong belum sejahtera. Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau
merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini
terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses
permodalan, teknologi, informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-
pulau kecil.
Masyarakat nelayan Sulawesi Utara umumnya adalah masyarakat yang
usahanya tradisional, dimana 67% pelaku usahanya masih tradisional yang
menggunakan perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal dibawah
5 GT. Kondisi internal lainnya adalah nelayan di Sulawesi Utara terbatas akses
permodalan, belum memiliki lembaga usaha premier yang kapabel, efisien dan
efektivitas usaha masih rendah, ”bergaining position” pasar sangat rendah serta
kemampuan menangkap ikan sangat rendah dan usaha nelayan sangat
dipengaruhi faktor alam serta pola hidup nelayan yang konsumtif dan boros.
Semuanya itu merupakan tantangan usaha nelayan skala kecil. Kondisi itu dapat
dilihat juga dari indeks NTN yang sangat berfluktuasi pergerakannya. NTN
dijadikan sebagai indikator keberhasilan pada sasaran ini yang dihitung rata-rata
dalam satu tahun. Nilai tukar ini digunakan untuk mempertimbangkan seluruh
penerimaan dan seluruh pengeluaran. Selain itu juga digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran
kemampuan keluarga nelayan atau pembudidaya ikan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Sampai dengan tahun 2017, NTP Perikanan bergerak pada kisaran 100,73
(terendah bulan Januari) sampai dengan 105,9 (teringgi bulan Desember),
dibandingkan dengan tahun 2016 dimana pergerakan NTP Perikanan bergerak
98,74 (terendah bulan Februari) sampai dengan 102,07 (tertinggi bulan
Desember) menunjukkan bahwa pada tahun 2017 terjadi peningkatan indeks
kesejahteraan masyarakat yang diukur dari kinerja meningkatnya NTP Perikanan.
Berdasarkan data NTN tercatat bahwa sampai dengan bulan Desember
2017, rata-rata NTN mengalami pergerakan. Sejak Januari sampai Desember nilai
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
87
NTN bergerak pada kisaran terendah 105,24 di bulan Januari dan tertinggi 113,36
di bulan Desember. Pergerakan. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,
terdapat pola yang hampir sama sejak tahun 2010 s/d 2013 dimana NTN masih
berkisar di angka 95 -97 artinya nelayan masih belum bisa menutupi
pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan operasional dan hidup sehari hari,
tetapi sejak tahun 2014 terjadi perubahan dimana NTN setiap tahun menunjukkan
kenaikan dan bahkan bisa mencapai indeks NTN di atas 100.
NTN perikanan tangkap pada bulan Desember tercatat indexnya 113,36, dan
NTN perikanan (NTPi) budidaya pada indeks 93,28% (tertinggi bulan Oktober.
Dilihat dari data ini, menunjukkan bahwa indeks perikanan budidaya belum mampu
mencapai angka 100 sejak tahun 2012 sampai saat ini. Hal ini karena dinamika
perkembangan factor-faktor pembentuk nilai tukar mempunyai karakteristik yang
berbeda. Laju perkembangan nilai indeks NTN lebih tinggi dibanding dengan laju
indeks nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi). Koefisien laju indeks bulanan harga
yang diterima nelayan 0,6138 lebih tinggi dari koefisien budidaya 0,5044.
Sebaliknya koefisien laju bulanan indeks bayar pembudidaya ikan 0,4251 lebih
tinggi dari nelayan 0,3519. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan
tahun 2017 sebesar 104 untuk Indeks Nilai Tukar nelayan dan 94 untuk Indeks
Nilai tukar pembudidaya, maka capaian indeks NTN terealisasi 109% dan NTPi
teralisasi 99,23% dari yang ditargetkan.
Besarnya dinamika NTN sepanjang tahun mencerminkan tidak stabilnya
usaha perikanan. Hal ini berarti bahwa dinamika kondisi iklim, perubahan harga
faktor produksi, nilai komoditas dan akses pasar cukup berpengaruh terhadap
kegiatan usaha perikanan. Untuk itu, perlu kegiatan yang dapat mengurangi
fluktuasi perubahan sepanjang tahun serta dapat meningkatkan efisiensi usaha.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
88
Data Nilai Tukar Nelayan Tahun 2010 - 2017
Masyarakat pembudidaya ikan juga umumnya memiliki usaha dengan
skala kecil dan tradisional. Kondisi internal yang ada, sama dengan kondisi
nelayan yaitu terbatas akses permodalan, Namun demikian pengembangan
usaha budidaya air tawar di Sulawesi Utara cukup berhasil menaikan taraf
hidup pembudidaya. Pakan merupakan faktor produksi yang sangat berperan
dalam usaha budidaya ikan. Indeks NTPi pembudidaya masih di bawah 100
dan belum mencapai target tahun 2017 antara lain disebabkan harga pakan
yang merupakan komponen utama dalam biaya produksi (60-70%) masih
cukup tinggi. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya saat ini adalah
tingginya harga pakan yang mengakibatkan ongkos produksi meningkat
sehingga menurunkan keuntungan atau pendapatan pembudidaya ikan. Pakan
ikan merupakan salah satu komponen pembiayaan terbesar (60-70%) dalam
Nilai/Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
2010 96.84 96.81 96.88 97.22 96.83 97.23 95.27 96.41 95.78 96.74 97.89 96.972011 97.18 96.63 96.08 97.24 96.53 96.64 96.51 96.90 96.44 96.51 97.38 97.372012 96.43 95.70 95.68 95.00 95.30 94.38 93.96 94.25 94.96 94.24 94.66 94.742013 95.59 95.37 95.88 96.35 96.93 96.78 97.88 95.94 94.76 95.92 96.46 104.552014 105.17 104.24 105.22 104.3 104.71 104.71 106.42 107.23 107.43 107.64 105.48 103.242015 105.42 106.75 107.28 105.99 105.47 105.77 106.56 106.04 105.34 105.21 105.07 103.272016 107,05 104,03 102,43 102,29 101,49 101,12 99,38 103,66 105,84 106,71 105,56 106,862017 100,73 100,85 101,09 102,11 101,48 102,37 102,03 103,65 105,49 106,6 105,87 105,98
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
89
usaha budidaya ikan intensif terutama jenis ikan konsumsi rumah tangga.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya pakan
tersebut adalah dengan menyediakan pakan secara mandiri dengan kualitas
yang baik disertai harga pakan yang lebih terjangkau.
Pembudidaya rumput laut, sangat berpotensi dalam meningkatkan
pendapatannya, karena usaha budidaya ini hanya memerlukan waktu yang
singkat serta lahan yang tersedia umumnya dapat berusaha sepanjang tahun
bila dilakukan secara profesional dan ketekunan. Di samping itu, pasar
tersedia sehingga tidak menyulitkan para pembudidaya memasarkan
produknya. Walaupun usaha budidaya sangat beresiko, karena faktor-faktor
pemicunya antara lain hama dan penyakit, kualitas air, namun usaha ini
memiliki prospek yang sangat cerah dan bernilai ekonomi sehingga perlu terus
dikembangkan.
Memberdayakan masyarakat nelayan, pembudidaya, pengolah/pemasar
dan masyarakat pesisir telah dilakukan melalui program dan kegiatan
pemberdayaan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui penguatan lembaga keuangan mikro, penggalangan partisipasi
masyarakat dan usaha ekonomi produktif yang berbasis sumberdaya lokal.
Sampai dengan tahun 2017 telah dilaksanakan program dan kegiatan pe-
ngembangan usaha melalui penguatan identitas nelayan yaitu kartu ne-
layan/pembudidaya; penguatan kelembagaan usaha melalui penumbuhan dan
pengembangan KUB/Pokdakan/Poklasar, pembentukan forum, fasilitasi
kemitraan usaha, pengembangan kewirausahaan dan bimbingan pengelolaan
usaha; dan penguatan permodalan usaha melalui SeHAT
Nelayan/pembudidaya, implementasi PUMP, fasilitasi pembiayaan,
pendampingan permodalan, fasilitasi penyediaan agunan.
Skim kredit bagi nelayan, pembudidaya, pengolah/pemasar ikan telah
diatur dengan kebijakan Pemerintah, namun prinsip kehati-hatian perbankan
masih menyulitkan masyarakat perikanan mengakses kredit. Kredit yang
disalurkan Bank umumnya diserap oleh pelaku usaha menengah ke atas.
Usaha fasilitasi akses permodalan capaian kinerjanya perlu perbaikan. Masih
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
90
banyak usaha masyarakat pesisir yang tradisional belum terfasilitasi oleh
lembaga keuangan.
Dalam rangka peningkatan kehidupan nelayan, maka telah diluncurkan
program seHat nelayan (Sertifikat atas hak tanah nelayan) dan SeHat
Pembudidaya kerjasama dengan Badan Pertanahan Provinsi. Sampai dengan
tahun 2015, realisasi sertifikat Hak atas tanah nelayan di masing-masing
kabupaten/kota di sulawesi utara yaitu: Manado 250 bidang, Bitung 350
bidang, Minahasa Utara 400 bidang, Bolaang Mongondow 100 bidang,
Minahasa 400 bidang, dan Minahasa Selatan 350 bidang. Pada tahun 2016,
ditargetkan 300 bidang dan tahun 2017 telah terealisasi. Penerbitan sertifikat
tanah sebagai kerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional Sulut. Program
ini untuk membantu nelayan mendapat-kan sertifikat yang dapat dijadikan
agunan untuk penjaminan kredit. Di samping itu, pemberdayaan perempuan
pesisir merupakan salah satu juga terobosan dalam menambah pendapatan
keluarga nelayan
Di samping SeHat Nelayan dan SeHat Pembudidaya, kegiatan dalam
rangka mensejahterakan masyarakat perikanan dilaksanakan melalui
Pengadaan Asuransi Nelayan. Usaha perikanan tangkap merupakan usaha
yang beresiko tinggi, karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan
secara penuh seperti cuaca dan iklim, yang dapat mengakibatkan kerusakan
armada dan alat tangkap serta kecatatan bahkan kehilangan jiwa. Oleh karena
itu asuransi nelayan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
memutus mata rantai penyebab kemiskinan tersebut. Sampai dengan tahun
2017 jumlah nelayan yang terdaftar pada aplikasi PUPI sebanyak 33.908,
sedangkan data jumlah asuransi nelayan di Sulawesi Utara berdasarkan data
dari PT. Jasa Asuransi Indonesia Persero sebanyak 6.152 orang. Target
asuransi berupa kuota Sulut yang ditetapkan pada tahun 2017 sebanyak
26.000 orang sehingga baru dicapai 23,66%. Realisasi jumlah asuransi di
Sulut yakni Manado 381 orang, Bitung 1.584 orang, Minahasa Selatan 56
orang, Minahasa Tenggara 560 orang, Minahasa 55 orang, Bolaang
Mongondow Utara 103 orang, Bolaang Mongondow Timur 603 orang, Bolaang
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
91
Mongondow Selatan 225 orang, Talaud 608 orang, Sangihe 983 orang, Sitaro
495 orang. Sedangkan Minahasa Utara dan Bolaang Mongondow belum
teralokasi nelayan yang diasuransikan. Program yang ditawarkan Pemerintah
telah terbukti dengan diterbitkannya Sertifikat Asuransi Nelayan pertama kali
di Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten kepulauan Sangihe peserta asuransi atas
nama Aneser Berhandus dengan Nomor kartu nelayan
A2B1C71.03.2016.000624 dan Nomor Kartu Asuransi
00005/509/793/2016/000-395 terdaftar sejak 1 Desember 2016 yang
meninggal dunia pada tanggal 22 Desember 2016 dikarenakan sakit, dan
keluarga mendapat santunan Rp 160.000.000. Di samping Kabupaten Kota
lainnya sudah direalisasikan Asuransi nelayan di Kota Bitung, Kab. Bolaang
Mongondow Timur.
Keterbatasan dan masih sulitnya akses permodalan bagi nelayan,
pembudidaya, pengolah dan
masyarakat pesisir menjadikan
masyarakat tersebut tidak leluasa
untuk meningkatkan skala usaha
dan atau mengaplikasikan
teknologi untuk efisiensi usaha. Di
samping itu, adanya persyaratan
penerima paket bantuan harus
berbadan hukum sangat
menyulitkan nelayan kecil. Untuk itu, telah dilakukan pendekatan terhadap
kelompok melalui pendampingan baik oleh Dinas maupun penyuluh perikanan.
Indikator lainnya sebagai pendukung tingkat kesejahteraan masyarakat
adalah
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
92
IKU-13 : Peningkatan SDM dan IPTEK Bidang Kelautan dan
Perikanan
Mengembangkan
sektor kelautan dan
perikanan harus didukung
dengan tersedianya
sumberdaya kelautan dan
perikanan yang handal,
berkualitas serta
berkemampuan manajerial
sehingga mampu
membawa sektor kelautan
dan perikanan menjadi
berdaya saing dan berkelanjutan. Sebagian besar usaha penangkapan ikan,
budidaya dan pengolahan ikan berskala kecil dengan kemampuan SDM yang
terbatas dan belum dilengkapi dengan teknologi peralatan yang mutakhir
seperti fish finder, palkah dengan mesin pendingin yang dapat menjadikan
usaha penangkapan menjadi lebih efisien dengan hasil tangkapan yang
berkualitas. Tanpa pengetahuan dan teknologi yang memadai, usaha yang
dilakukan menjadi usaha yang tanpa kepastian, tidak efisien dan dengan mutu
perikanan yang rendah. Pada tahun 2016 tetap dilaksanakan pembinaan dan
pelatihan terhadap nelayan, pembudidaya, pengolah dan masyarakat pesisir.
Di samping masyarakat perikanan, aparatur perikanan juga harus
memiliki kapabilitas, profesionalisme dan integritas dalam melaksanakan fungsi
pelayanan kepada masyarakat. Pada tahun 2016 telah diikutkan pelatihan
teknis Polisi Khusus (Polsus) sebanyak 2 orang di Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Sedangkan untuk pendidikan formal, terdapat 2 (dua) lulusan
Doktor (S3)
Dalam rangka mengembangkan sektor kelautan dan perikanan, tidak
terlepas dari peran serta masyarakat yang sesuai tuntutan UU No 16 tahun
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
93
2006 tentang sistim penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
menekankan bahwa kelembagaan pelaku utama (antara lain nelayan,
pembudidaya ikan, pengolah ikan) ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk
pelaku utama yang dapat dibentuk formal maupun non formal berupa
kelompok, gabungan kelompok, asosiasi atau korporasi. Menurut Kepmen KP
No. 14 tahun 2012 tentang Pedoman umum penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan pelaku utama perikanan, maka Kelembagaan kelompok
perikanan meliputi kelompok pembudidaya ikan (POKDAKAN), Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Nelayan, Kelompok Pengolahan dan Pemasaran ikan
(POKLASAR), Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) dan Gabungan
kelompok perikanan (GAPOKKAN). Jumlah kelembagaan kelompok perikanan
di Sulawesi Utara secara keseluruhan 1.272 kelompok (sumber: Bakorluh Sulut
2014). Kelompok-kelompok tersebut ada yang belum dikukuhkan dan sudah
dikukuhkan yang terdiri dari kelas pemula, madya dan utama.
Kondisi saat ini adalah bahwa pendekatan pemberian hibah paket
bantuan atau bantuan sosial diberikan pada masyarakat yang sudah
bergabung membentuk kelompok dari usaha-usaha yang sama. Bahkan juga
dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.32 tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
APBD, maka kelompok harus berbadan hukum. Oleh karena ini, Dinas
Kelautan dan Perikanan dalam rangka memberikan bantuan ke masyarakat,
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
94
maka diperkuat kelembagaan kelompok dan telah diupayakan bersertifikat
serta berbadan hukum. Hal ini dilaksanakan bersama Penyuluh perikanan
sebagai pembina dan pendamping di lapangan. Tahun 2017 jumlah kelompok
yang dibina terealisasi 100%.
3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Anggaran yang digunakan dalam melaksanakan perjanjian kinerja dalam
tahun 2016 bersumber dari APBD sebesar Rp 43.963.693.180 (Dinas dan UPTD)
terdiri dari Belanja tidak langsung Rp 11.978.979.195 dan Belanja Langsung
Rp 29.061.767.900. Capaian realisasi Keuangan 93,94% dan Fisik 96,84% Pada
tahun 2017, alokasi anggaran APBD tercatat sebesar Rp 66.025.684.668 terdiri
dari Belanja Tidak Langsung Rp 13.143.872.919 dan Belanja Langsung Rp
48.342.043.925 (Dinas) dan Rp 4.539.767.824 (UPTD). Realisasi keuangan yang
dicapai 85,83% (Total Dinas dan Balai). Dibanding dengan tahun sebelumnya
alokasi anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
naik 50,18%. Di samping itu, dalam rangka pencapaian target kinerja, maka
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara juga ditunjang dengan
mengelola dana APBN (Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan). Anggaran APBN
tahun 2016 sebesar Rp 16.492.909.000 dimana pada bulan Oktober 2016 ada self
blocking dari KKP-RI sehingga dana yang dikelola sebesar Rp 13.511.939.000.
Pada tahun 2017 alokasi dana APBN(Dekonsentrasi/TP) Rp 3.741.485.000, terjadi
penurunan anggaran sangat signifikan 94,37%.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara pernahmenerima penghargaan dari Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan LelangManado sebagai bentuk Apresiasi kepada Satuan Kerja atas peningkatan kualitas
kinerja pengelolaan BMN sebagai Juara III kategori Penatausahaan dan
Sertifikasi Barang Milik Negara tahun 2015.
Alokasi anggaran Dinas Kelautan dan perikanan tahun 2016-2017
digunakan untuk membiayai program/kegiatan dengan realisasi capaian
sebagaimana table dibawah ini.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
95
Tabel: Alokasi Anggaran dan Realisasi APBD dan APBN tahun 2016
Dask/Proyek/bagian Proyek Anggaran
Realisasi
Fisik (%)
Realisasi
Keuangan %
APBD/DASK
1. Belanja tidak langsung
2. Belanja langsung
UPTD
JUMLAH APBD DINAS/UPTD
APBN
1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis lainnya KKP (DK)
2. Pengelolaan Perikanan Tangkap (DK)
3. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Budidaya (DK)
(TP)
4. Pengawasan Sumberdaya KP (DK)
5. Penguatan daya saing Produk Kelautan dan
Perikanan (DK)
(TP)
6. Pengelolaan Ruang Lautl (DK)
41.040.747.095
11.978.979.195
29.061.767.900
2.922.946.085
43.963.693.180
13.511.939.000
984.000.000
1.530.703.000
1.662.214.000
574.792.000
668.326.000
1.966.640.000
4.483.664.000
1.641.600.000
94,82
97,64
92,00
98,86
96,84
98,11
99,69
100
97,23
100
91,43
100
100
98,13
38.410.267.643
11.696.703.374
26.713.564.269
2.888.523.130
41.298.790.773
13.256.336.956
980.983.000
1.467.628.000
1.616.216.000
573.832.000
611.022.000
1.941.319.556
4.454.474.200
1.610.862.200
93,63
97,64
91,98
98,92
93,94
98,11
99,69
95,58
97,23
99,83
91,43
98,71
99,35
98,13
Tabel: Alokasi Anggaran dan Realisasi APBD dan APBN tahun 2017
Dask/Proyek/bagian Proyek AnggaranRealisasi
Fisik (%)Realisasi
Keuangan %APBD/DASK
1. Belanja tidak langsung2. Belanja langsung
UPTDJUMLAH APBD DINAS/UPTDAPBN
1. Pengembangan Perencanaan & AdminKeuangan (DK)
2. Pembinaan & PengembanganPerikanan Tangkap (DK)
3. Pembinaan & PengembanganPerikanan Budidaya (DK)
(TP)
4. Pengawasan & Pengendalian SDKP(DK)
5. Penguatan Daya Saing Produk KP(DK)
6. Pengelolaan Ruang Lautl (DK)
61.485.916.84413.143.872.91948.342.043.925
4.539.767.82466.025.684.668
3.741.485.000877.688.000
501.096.000
497.475.000500.000.000
498.021.000
469.843.000
397.362.000
85,394,2382,9392,3
85,8398,1999,84
97,60
97,5699,30
92,48
99,82
99,93
52.478.355.77412.386.068.80340.092.286.971
4.190.430.80456.668.786.578
3.673.778.705876.253.500
489.066.000
485.347.694496.479.000
460.584.000
468.974.000
397.362.000
85,3594,2382,93
92,3085,8398,1999,84
97,60
97,5699.30
92,48
99,82
99,93
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
96
Tingkat penyerapan anggaran pada tahun 2017 mencapai 85,83% untuk
APBD dan 98,19% untuk APBN. Belum tercapainya realisasi untuk APBD
disebabkan :
- Dana APBN/DAK untuk Pembangunan TPI dan Shelter serta pembuatan jalan
desa di Talaud tidak terealisasi 100% keuangannya, walaupun pembangunan
fisik sudah 100% karena dana transfer tidak mencukupi akibat laporan realisasi
100% terlambat disampaikan ke Pusat. Jumlah dana yang belum terealisasi
untuk TPI dan Shelter di PPP Tumumpa Rp 266.250.000; jalan desa di Talaud
Rp 74.300.000. Sudah diusulkan ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah untuk mendapat prioritas pencairan pada bulan Februari 2017.
- Pengadaan motor temple Rp 700.000.000 dan derrmaga Rp 298.306.780
belum dicairkan pada tahun 2016, karena pekerjaan ini diperpanjang sampai
50 hari (bulan Februari 2017)
- Paket bantuan lainnya yang didak dapat diselesaikan sehingga tidak dibayarkan
adalah paket pengolahan hasil perikanan Rp 200.000.000, rumah kemasan
Rp 50.000.000
- Lainnya berupa efisiensi pada kegiatan perjalanan dinas, makan minum, sewa
kendaraan, serta SHT.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
97
BAB IVPENUTUP
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017 adalah untuk mewujudkan akuntabilitas
pemerintah kepada pihak-pihak yang memberi mandat. Dengan demikian,
pelaporan kinerja ini merupakan sarana bagi instansi Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Sulawesi Utara untuk mengkomunikasikan dan menjawab
tentang apa yang sudah dicapai dan bagaimana proses pencapaiannya berkaitan
dengan mandat yang diterima.
Pencapaian terhadap target sasaran kinerja pembangunan kelautan dan
perikanan yang telah diraih selama tahun 2017 serta permasalahan yang dihadapi,
diharapkan dapat menjadi salah satu acuan yang strategis untuk merumuskan
kebijakan dan program yang tepat di masa yang akan datang.
Dilain pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara,
sebagaimana amanah selain sebagai media pertanggungjawaban atas amanah
yang diterima, laporan kinerja ini dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
mengetahui seberapa jauh prestasi berhasil diraih, sehingga dapat membantu
dalam mengambil keputusan serta untuk keperluan lain dalam peningkatan kinerja
di masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang dilakukan terhadap indikator
sasaran strategis menunjukkan bahwa pencapaian indikator kinerja terhadap
3 sasaran strategis, yang dicapai dengan 15 indikator kinerja sasaran yang
dilaksanakan dalam tahun 2017, menunjukan kinerja yang dilaksanakan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara sudah lebih baik dari tahun
sebelumnya, dan perlu lebih ditingkatkan lagi. Dari beberapa capaian sasaran
pada tahun 2017, adalah sebagai berikut:
1) Kontribusi PDRB perikanan terhadap PDRB Sulut mencapai 7,2%
2) Produksi perikanan mencapai 818.192,3 ton terdiri dari perikanan tangkap
358.678 ton dan budidaya 459.514,3 ton.
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
98
3) Indeks Nilai Tukar Nelayan 113,36 dan Pembudidaya 92,68 (Indeks
Desember 2017)
4) Volume ekspor mencapai 22.161.387,81kg dengan nilaiUS $127.669.313,31
5) Konsumsi ikan sebesar 58,88 kg/kapita/tahun
6) Luas Kawasan Konservasi 330.390 ha
7) Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola potensi ekonominya sebanyak 3
pulau (Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talauddan Kepulauan Sitaro)
8) Prosentase penurunan tingkat kerusakan terumbu karang dan mangrove
62%
9) Prosentase penyelesaian tindak pidana perikanan 75%
10)Prosentase kepatuhan pelaku usaha terhadap ketentuan yang berlaku 80%
11)Jumlah kerjasama pengelolaan SDKP 2 MOU
12)Jumlah aparatur Kelautan dan Perikanan yang memiliki sertifikasi teknis
4 orang
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah
mewujudkan visinya yaitu ”Penggerak utama penghasil produk kelautan
dan perikanan yang berkelanjutan, berdaya saing dan berbudaya untuk
kesejahteraan masyarakat”.
Dalam rangka percepatan pembangunan kelautan dan perikanan, masih
dijumpai permasalahan/kendala baik eksternal maupun internal yang harus
dicarikan solusinya. Beberapa permasalahan strategis tersebut antara lain terkait
dengan manajemen perencanaan kinerja yang masih ditemui sepanjang tahun
2017 yaitu: (1) Dokumen Renstra belum memenuhi standar, sehingga dokumen
kinerja yang disusun belum sepenuhnya menggunakan standar dan tidak
konsisten; (2) Penganggaran tidak konsisten dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan/ditarget sesuai Renstra 2010 - 2015 ;(3) Masih terdapat inkonsistensi
dalam dokumen Perjanjian Kinerja, baik pada angka pencapaian target kinerja dari
indikator kinerja yang ditetapkan. Di samping permasalahan tersebut, maka
permasalahan menyangkut kondisi pembangunan kelautan dan perikanan dalam
pencapaian kinerja adalah sbb :
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
99
1) Fishing ground semakin jauh membutuhkan kapal lebih besar, sementara
kondisi nelayan kita yang didominasi nelayan perahu tanpa motor dan
nelayan perahu motor tempel dan kapal motor < 5GT (65 %), kurang
mampu untuk memiliki kapal besar, karena biaya pengadaan kapal
penangkap ikan ukuran besar cukup mahal dan membutuhkan investasi yang
besar.
(Perlu bantuan pemerintah kepada pelaku usaha perikanan dan nelayan
untuk pengadaan kapal bagi nelayan, serta mendorong investasi swasta
untuk pengadaan kapal)
2) Usaha sektor perikanan sebagian besar adalah usaha secara tradisional dan
hanya melakukan penangkapan ikan satu trip per hari (one day fishing).
Selain itu mereka masih mengandalkan pola penangkapan ikan secara
tunggal, sementara biaya operasional melaut sebuah kapal cukup tinggi dan
tidak efisien apabila hasil tangkapan hanya sedikit untuk kembali ke
pelabuhan pangkalan, dengan harga BBM yang cukup mahal dan semakin
sulit diperoleh.
(perlu dikembangkan sistem armada semut dengan pola kemitraan antara
pengusaha dengan nelayan kecil)
3) Sistem rantai dingin yakni penyediaan es guna menjaga mutu ikan sulit
diperoleh pada daerah-daerah kepulauan.
(Keterbatasan ketersediaan es dan operasional cold storage sangat
tergantung pada supply listrik dan air bersih).
4) Inflasi tertinggi dipengaruhi oleh harga ikan yang mahal namun margin
keuntungan dari harga ikan diterima oleh pedagang bukan oleh nelayan,
sehingga kondisi nelayan masih tetap di bawah garis kemiskinan.
(Perlu sinergitas pemerintah dengan pelaku usaha penangkapan ikan,
dengan meningkatkan kemitraan terintegrasi antara hulu dan hilir, serta
sistem penyangga pasar dengan fasilitas cold storage dan kelembagaannya
yaitu koperasi dan asosiasi nelayan).
5) Skim kredit bagi nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan telah diatur
dengan kebijakan pemerintah, namun prinsip kehati-hatian perbankan masih
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
100
menyulitkan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan mengakses kredit.
Data kredit yang disalurkan bank untuk kebutuhan budidaya laut, budidaya
air tawar, dan budidaya biota lainnya umumnya diserap oleh pelaku usaha
menengah ke atas.
(Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar semua pihak terkait secara
terpadu).
6) Pelanggaran terhadap ketentuan pendaratan ikan masih sering dilakukan
oleh penangkap ikan.
(Perlu kebijakan pemerintah daerah untuk pengaturan pendaratan ikan agar
terkonsentrasi di sentra-sentra perikanan di daerah).
7) Konsumsi ikan per kapita per tahun masyarakat Sulawesi Utara masih urutan
ke 11 sesuai penilaian Susenas (2010).
(Perlu promosi untuk gemar makan ikan karena ikan telah masuk dalam
komoditi strategis pangan nasional)
8) Beberapa regulasi pusat yang menghambat pengembangan kelautan dan
perikanan di daerah seperti perizinan 30–60 GT yang diserahkan
kewenangannya ke daerah tidak sepenuhnya karena proses penerbitan SIUP
masih dilakukan oleh pusat. Kondisi ini sangat mempengaruhi suplai bahan
baku ikan dari kapal penangkap ikan ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) di
Sulawesi Utara.
(Mendesak ke pemerintah pusat untuk penyerahan kewenangan perizinan
30-60 GT ke provinsi dalam rangka efektifitas pelayanan usaha, efisiensi bagi
pelaku usaha, dan dapat meningkatkan suplai pemenuhan kebutuhan bahan
baku karena penetapan pelabuhan cek point dapat ditetapkan pemerintah
provinsi, sehingga ikan hasil tangkapan 30-60 GT pasti akan didaratkan
di pelabuhan-pelabuhan perikanan Sulawesi Utara).
10 Kewenangan penerbitan Health Certificate (HC) sudah ditarik oleh pusat
dilaksanakan oleh Balai Karantina ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan Kelas II Manado. (Perlu terobosam dan langkah untuk
mengefektifkan laboratorium sebagai lembaga sertifikasi di daerah untuk
komoditi yang keluar daerah)
TAHUN 2017LAPORAN KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANDAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
101
11. Kebutuhan BBM untuk operasional kegiatan usaha perikanan belum berpihak
pada nelayan kecil yang mengandalkan motor katinting dengan bahan bakar
premium. (Memfasilitasi pembangunan SPBU dan SPDN di setiap sentra
perikanan)
9) Kebutuhan benih ikan belum terpenuhi baik jumlahnya maupun jenis ikan
termasuk jenis ikan laut karena keterbatasan prasarana perbenihan dan
tingginya biaya pakan, 60-70 % dari biaya produksi. (Perlu dibangun
prasarana dan sarana perbenihan (balai benih, mesin pembuat pakan) di
daerah potensial, fasilitasi pemerintah subsidi pakan, dan melanjutkan
pembangunan Hachery Likupang)
10) Mekanisme penyuluhan belum berjalan dengan baik dan belum didukung
dengan tenaga penyuluh yang memadai. (Koordinasi dalam penyelenggaraan
penyuluhan baik rekruitment, fasilitasi penyuluh, kelembagaan hingga
kecamatan dan kelurahan yang permanen)
11) Infrastruktur utama penunjang produksi masih kurang memadai (Perlu
keterpaduan dengan instansi terkait dalam rangka memperlacar arus
produksi seperti penyediaan prasarana jalan produksi, listrik, dan air bersih)
12) Pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap ter-
indikasi pada kelebihan tangkap - tingkat pertumbuhan tangkap 16,2… % per
tahun, fishing ground semakin jauh mengakibatkan penurunan hasil tang-
kapan. (Perlunya tindakan konservasi sumberdaya ikan melalui restoking
sumber-daya ikan, dan pemulihan kerusakan terumbu karang dan hutan
bakau)
LAKIP Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah ProVinsi Sulawesi Utara tahun
2017 ini diharapkan dapat menjadikan komitmen bagi Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Sulawesi Utara sebagai pemegang amanah dan stakeholder
sebagai pemberi amanah untuk bersama-sama menciptakan good governance.
Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun
2017 ini dapat bermanfaat untuk lebih meningkatkan kinerja kita dimasa yang
akan datang.