LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

107

Transcript of LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

Page 1: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 2: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

1 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

LAPORAN

KINERJA

2018

Page 3: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

2 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

KATA PENGANTAR

Musdhalifah Machmud

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Rasa syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-

Nya karena kita telah melaksanakan tugas dan fungsi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

selama tahun 2018 sekaligus menjadi bagian dari proses transformasi kelembagaan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian menuju perbaikan organisasi. Pada tahun 2018, fokus agenda kerja

Pemerintah tidak hanya terbatas pada upaya mendorong ekonomi yang tumbuh tinggi, namun juga

mempercepat pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Untuk mendukung hal tersebut, Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk

mengakselerasi pencapaian sasaran strategis sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Kerja

(Renja).

Pencapaian program selanjutnya diukur melalui pencapaian Indikator Kinerja Utama Program

(IKP) yang menjadi tanggung jawab seluruh jajaran Deputi. Untuk menjamin optimalisasi pencapaian

IKP, kami melakukan evaluasi secara berkala setiap triwulan melalui rapat internal untuk membahas

mengenai capaian, kendala, dan evaluasi dari setiap IKP. Pada akhir tahun, setiap pegawai

mendapatkan penilaian kinerja individu dari hasil indikator kinerja yang telah dicapainya. Oleh karena

itu, untuk menjamin seluruh proses tersebut berjalan baik, maka pada tahun 2018 telah ditetapkan

Pengelola Indikator Kinerja di Lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

berdasarkan Surat Keputusan Deputi nomor 3 tahun 2018 yang merupakan tindak lanjut Keputusan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 208 tahun 2018.

“dengan penilaian IKU yang spesifik, terukur dan dalam jangka waktu yang

ditetapkan, maka setiap pekerjaan dapat diselesaikan secara bertanggung jawab

oleh setiap pegawai di Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian”.

Page 4: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 5: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

4 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

INFLASI BAHAN MAKANAN 2018

TERJAGA PADA RENTANG TARGET

4,00

Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Tahun 2015-2018

3,00

2,00

1,00

0,00

2015

2016

2017

2018

-1,00

-2,00 -1,62

Inflasi bahan makanan (yoy) 2018 sebesar 3,41%, lebih rendah dibandingkan tahun 2015-2016 dan masih dalam kisaran sasaran inflasi (<5%).

Komoditas Koefisien Variasi (%)

(Rp/kg) 2016 2017 2018

Beras Umum 0,74 1,36 4,54

Daging ayam ras 6,03 4,15 6,38

Daging sapi 1,09 0,75 1,08

Gula Pasir 8,34 3,32 1,34

Cabai rawit 27,20 58,20 18,95

Cabai merah 28,09 19,95 14,36

Bawang Merah 11,68 15,33 15,62

Bawang Putih 8,18 27,06 15,27

Tempe 0,46 0,94 0,88

Telur ayam ras 6,68 5,92 6,48

Rata-rata nilai KV harga pangan tahun 2018 sebesar 6,25%, dimana nilai tersebut

lebih rendah dari KV tahun 2016 (7,38%) dan KV tahun 2017 (9,68%) dan masih

berada pada rentang target 2018 (<8%).

2,34

45

0,88

0,13 0,14 0,26 21 0,28 0,15 0,24

-1,10

1,

0,

Page 6: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

LAPORAN KINERJA 2018 5

Page 7: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

6 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

S

MEMACU INVESTASI DAN

INFRASTRUKTUR UNTUK

PERTUMBUHAN DAN

PEMERATAAN

(Tema Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2018)

Untuk mewujudkan

Indonesia yang berdaulat,

mandiri, berkepribadian

berlandaskan gotong royong,

sejak tahun 2014 Pemerintah

telah menetapkan

Peningkatan Kedaulatan

Pangan sebagai Prioritas

Nasional.

Sasaran kebijakan pangan

ditujukan untuk menjaga

stabilitas harga pangan yang

merupakan prasyarat utama

pertumbuhan ekonomi yang

inklusif dan berkelanjutan.

Instrumen stabilisasi, dari

mulai produksi, pengaturan

harga, manajemen stok,

sampai dengan operasi pasar

merupakan satu kesatuan

strategi yang terintegrasi dan

tidak dapat dilakukan parsial.

Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian,

Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian

memfasilitasi koordinasi,

sinkronisasi dan

pengendalian kebijakan

stabilisasi harga pangan antar

kementerian dan lembaga.

RINGKASAN EKSEKUTIF

ebagai salah satu unit kerja pada instansi pemerintah,

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian (Deputi

II) dituntut untuk melaksanakan tugas dengan prudent,

transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan

prinsip-prinsip good governance sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme. Azas akuntabilitas yang

merupakan salah satu azas penyelenggaraan good

governance menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari penyelenggaraan negara harus dapat

dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas tersebut salah

satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan

Kinerja.

Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi

pengelolaan kinerja, Deputi II menyusun Laporan Kinerja

tahun 2018 yang di dalamnya menguraikan rencana kinerja

yang telah ditetapkan, pencapaian atas rencana kinerja

tersebut, dan realisasi anggaran. Pada tahun 2018, fokus

agenda kerja Pemerintah tidak hanya terbatas pada upaya

mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun juga

percepatan pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Hal ini

sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Tahun 2018 yaitu “Memacu Investasi dan Infrastruktur

untuk Pertumbuhan dan Pemerataan”.

Dalam RKP Tahun 2018 telah ditetapkan 10

Prioritas Nasional (PN) dan 30 Program Prioritas (PP) yang

disusun dengan pendekatan holistik-tematik, integratif, dan

spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan

money follows program. Program-Program prioritas

selanjutnya didetilkan kembali ke dalam kegiatan prioritas

untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk proyek-proyek

yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga

terkait. Berdasarkan Renja tahun 2018, Deputi II

menetapkan proyek prioritas Penguatan Distribusi dan

Page 8: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

7 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Stabilitas Harga Pangan yang ditujukan untuk mendukung pencapaian Prioritas Nasional Ketahanan

Pangan dalam rangka mewujudkan salah satu agenda Nawa Cita yaitu mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik (Nawa Cita 7).

Untuk mencapai agenda prioritas Nawa Cita dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019, Deputi II telah menetapkan 2 sasaran program

sebagai penjabaran visi, misi dan tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Setiap sasaran

tersebut selanjutnya diukur melalui pencapaian Indikator Kinerja yang menjadi tanggung jawab seluruh

jajaran di Deputi II. Selanjutnya, untuk menjamin optimalisasi pencapaian Indikator Kinerja telah

dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala setiap triwulan untuk mengetahui kemajuan capaian

setiap indikator kinerja, kendala, dan solusi atas kendala untuk mencapai indikator kinerja yang telah

diperjanjikan.

Capaian kinerja Deputi II diukur dengan cara membandingkan realisasi dengan target pada tahun

berjalan. Keberhasilan capaian kinerja diukur berdasarkan tingkat capaian atas setiap indikator kinerja

yang merupakan alat ukur pencapaian Sasaran Program dan Kegiatan. Secara keseluruhan capaian

kinerja Deputi II tahun 2018 melebihi target yang ditetapkan. IKP rekomendasi kebijakan di bidang

stabilisasi harga pangan telah memenuhi target 100% yang ditunjukkan dengan tercapainya 1 paket

rekomendasi kebijakan di bidang stabilisasi harga pangan. Stabilitas harga pangan merupakan prasyarat

utama terciptanya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Setidaknya terdapat 2 (dua)

alasan mengapa inflasi bahan makanan di Indonesia penting untuk dijaga. Pertama, inflasi bahan

makanan menjadi salah satu penyebab inflasi di Indonesia bersifat persisten. Kedua, inflasi bahan

makanan berdampak relatif tinggi pada daya beli rumah tangga miskin jika dibandingkan dengan

komoditas lainnya.

Kebijakan di bidang stabilisasi harga pangan tahun 2018 ditujukan untuk mengendalikan inflasi

pada rentang 2,5-4,5% (berdasarkan RKP tahun 2018). Rekomendasi kebijakan untuk menjaga stabilitas

harga pangan yang dikoordinasikan oleh Deputi II di antaranya (i) penguatan Cadangan Beras

Pemerintah (CBP) melalui perubahan pengelolaan CPB dengan sistem penggantian (ii) pengaturan harga

pangan, dan (iii) operasi pasar pangan pokok. Instrumen stabilisasi harga pangan merupakan satu

kesatuan strategi yang terintegrasi dan terukur, mulai dari produksi, pengaturan harga (baik di tingkat

produsen maupun konsumen), manajemen stok, sampai pada operasi pasar. Instrumen tersebut tidak

dapat dilaksanakan secara parsial atau sepotong-sepotong. Capaian kinerja koordinasi stabilisasi harga

pangan tahun 2018 menghasilkan antara lain Peraturan Menko Perekonomian nomor 5 tahun 2018

tentang Koordinasi Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga.

Stabilisasi harga pangan tahun 2018 ditunjukkan melalui nilai rata-rata koefisien variasi (KV)

harga pangan tahun 2018 yang terjaga pada rentang target <8%. Rata-rata KV harga pangan tahun 2018

sebesar 6,25%, lebih rendah dari KV tahun 2017 (9,68%) dan KV tahun 2016 (7,38%). Dampak dari

terjaganya nilai koefisien variasi harga pangan ditunjukkan dengan inflasi bahan makanan tahun 2018

sebesar 3,14% yang masih terjaga dalam rentang target 2018. Selain itu, stok Cadangan Beras

Pemerintah akhir tahun 2018/awal tahun 2019 yang mencapai 2,1 juta ton merupakan langkah awal yang

baik dalam rangka stabilisasi harga pangan tahun 2019.

Page 9: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

8 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Fenomena inflasi bahan makanan di Indonesia lebih didominasi oleh sisi penawaran. Dengan

demikian, kebijakan ekonomi yang lebih berperan untuk mendorong penurunan inflasi bahan makanan

adalah kebijakan yang mampu mendorong peningkatan produktivitas pangan dan/atau menurunkan

biaya produksi pangan.

Untuk itulah maka sasaran program koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di

bidang pangan dan pertanian ditujukan untuk menghasilkan paket rekomendasi kebijakan yang dapat

mendorong produktivitas pangan domestik dan menurunkan biaya produksi pangan dan hasil pertanian.

IKP koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan di bidang pangan dan pertanian juga mencapai

100% dari target yang ditetapkan pada awal tahun 2018. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi kebijakan

hasil koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan di bidang pangan dan pertanian telah tercapai

antara lain:

1. Revitalisasi penggilingan dan dryer untuk meningkatkan produktivitas panen petani;

2. Tata cara pengaturan ketersediaan komoditas perikanan dan komoditas pergaraman sebagai bahan

baku dan bahan penolong industri yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 2018;

3. Perubahan Peraturan Presiden nomor 61 tahun 2015 guna mempercepat pelaksanaan Peremajaan

Sawit Rakyat (PSR) yang dituangkan dalam Perpres 66 tahun 2018;

4. Pengembangan kelembagaan kawasan pangan berbasis rantai nilai di 5 lokasi pilot project;

Capaian kinerja internal secara umum juga baik karena seluruh capaian kinerja telah memenuhi

target yang ditetapkan. Capaian kinerja layanan dukungan administrasi kegiatan dan program tercermin

dalam terselesaikannya dokumen perencanaan dan laporan kinerja dengan tepat waktu. Berdasarkan

evaluasi kinerja tahun 2018, secara keseluruhan kinerja Deputi II sudah baik dimana realisasi kinerja

mencapai 100% dari target tahun 2018. Dari 2 (dua) Indikator Kinerja Program seluruhnya berstatus

hijau (memenuhi ekspektasi).

Pada sisi pengelolaan anggaran, Deputi II telah merealisasikan penyerapan DIPA TA 2018

sebesar 99,71% atau Rp 14.956.759.373 dari total pagu sebesar Rp 15 miliar. Kualitas pemanfaatan

anggaran tidak direfleksikan dengan sekedar menyerap pagu anggaran, tetapi memperhitungkan juga

ketercapaian output serta upaya efisiensi penyerapannya. Pemanfaatan anggaran ditujukan agar

memberikan dampak yang dapat dirasakan manfaatnya secara khusus bagi Kementerian/Lembaga dan

masyarakat pada umumnya.

Sejumlah upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja dan optimalisasi pelaksanaan Penganggaran

Berbasis Kinerja di lingkungan Deputi II telah dilakukan, antara lain:

1. Penajaman Renstra yang berorientasi hasil;

2. Identifikasi sasaran kinerja yang mendukung pencapaian RKP tahun 2018;

3. Penetapan Entitas Pengelola Indikator Kinerja Deputi Bidang Pangan dan Pertanian; dan

4. Penyusunan rencana aksi setiap bulan dan melaporkannya secara berkala setiap triwulan melalui

aplikasi gerai Ekon-go (http://kinerja.ekon.go.id/perencanaan) sebagai bagian dari proses evaluasi

internal untuk mendapatkan informasi kemajuan capaian kinerja, identifikasi kendala, dan solusi

untuk mencapai target.

Page 10: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

9 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Page 11: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

10 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR INFOGRAFIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018

2 4

RINGKASAN EKSEKUTIF 5

DAFTAR ISI 10

DAFTAR TABEL 11

DAFTAR GAMBAR 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang 14 B. Organisasi dan fungsi 14 C. Kapasitas Organisasi 15 1. Sumber Daya Manusia 15 2. Dukungan Anggaran 17 D.

E. Isu strategis Sistematika Laporan

18 20

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis 22 1. Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 22 2. Visi dan Misi Unit Kerja Eselon I

3. Penajaman Rencana Strategis 24 25

B. Perjanjian Kinerja 27 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018 27 2. Metode Pengukuran 29

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Kriteria Ukuran Keberhasilan 31 B. Analisis Capaian Kinerja

1. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Program

2. Capaian Kinerja Output

3. Capaian Outcome

33

33

36

59 C. Perbandingan Capaian Kinerja 66 D. Akuntabilitas Keuangan 66 E. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya 70 F. Analisis Penyebab Keberhasilan 74 G. Rencana Aksi Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 75

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan 78 B. Rencana Aksi Tindak Lanjut 79

LAMPIRAN 81

Page 12: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

11 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Pagu dan Realisasi Anggaran Deputi II 18

Tabel 2.1 Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 24

Tabel 2.2 Sasaran Program Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian 24

Tabel 2.3 Keterkaitan Indikator Kinerja Pada Renstra 2015-2019, Renja Dan Perjanjian Kinerja Tahun 2018 pada Deputi Bidang Koordinasi Pangan Dan Pertanian

28

Tabel 3.1 Polarisasi Indikator Kinerja Deputi Pangan dan Pertanian 32

Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Tahun 2018

34

Tabel 3.3 Perbandingan Nilai Koefisien Variasi (KV) Harga Pangan, 2016-2017 37

Tabel 3.4 Inflasi Bahan Makanan Tahun 2015-2018 59

Tabel 3.5 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016-2018 66

Tabel 3.6 Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya 71

Page 13: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

12 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian 15

Gambar 1.2 Diagram Pegawai Deputi II menurut jenis kelamin 16

Gambar 1.3 Diagram Pegawai Deputi II menurut jabatan 16

Gambar 1.4 Diagram Pegawai Deputi II menurut usia 17

Gambar 1.5 Diagram Pegawai Deputi II menurut pendidikan 17

Gambar 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Hasil Penajaman Renstra Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian

25

Gambar 2.2 Peta Strategi Hasil Penajaman Renstra 2014-2019 Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian

26

Gambar 2.3 Inisiatif Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2017-

2018 Hasil Penajaman Renstra 2014-2019

26

Gambar 3.1 Perkembangan Inflasi Volatile Food 59

Gambar 3.2 Grafik Fluktuasi Harga Cabai dan Bawang Merah Tahun 2016 s.d. 2018 61

Gambar 3.3 Perbandingan Alokasi Pagu Anggaran dan Realisasi Anggaran Tahun 2014 s.d.

2018 (RP Miliar)

67

Gambar 3.4 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Sasaran Program Tahun

2018

67

Gambar 3.5 Realisasi Anggaran Tiap Kegiatan Tahun 2017 dan Tahun 2018 (juta rupiah) 69

Gambar 3.6 Pengelola Indikator Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian 76

Page 14: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

13 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Page 15: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

14 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan azas akuntabilitas yang merupakan salah satu azas penyelenggaraan good

governance, setiap instansi Pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja yang didalamnya

menguraikan rencana kinerja yang telah ditetapkan, pencapaian atas rencana kinerja tersebut dan

realisasi anggaran. Laporan Kinerja juga merupakan amanat:

1. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah,

2. Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 12 tahun 2015,

4. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 9 tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja

dan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan

5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 4 tahun 2018 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di

Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Selain Laporan Kinerja juga disusun sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja unit organisasi

serta untuk mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja yang lebih baik.

B. ORGANISASI DAN FUNGSI Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian (Deputi II) merupakan unit kerja di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Deputi II dipimpin oleh seorang

Deputi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, Deputi II mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,

penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

terkait dengan isu di bidang pangan dan pertanian.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi II menyelenggarakan fungsi :

1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pangan dan pertanian;

2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang

pangan dan pertanian;

3. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang ketersediaan dan stabilitas harga pangan;

4. Pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan dan stabilitas harga pangan;

5. Koordinasi dan sinkronisasi, perumusan dan pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang pengembangan komoditi orientasi ekspor;

Page 16: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

15 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

6. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang ketersediaan sarana prasarana pangan

dan pertanian;

7. Koordinasi, sinkronisasi, dan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan kemiskinan petani;

8. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pangan dan pertanian; dan

9. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Selain itu, pada Deputi II juga menyelenggarakan fungsi lain di luar Peraturan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian nomor 5 tahun 2015, yaitu Sekretariat Komite Pengarah Badan Pengelola Dana

Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian nomor 154 tahun 2015 tentang Sekretariat Komite Pengarah BPDPKS yang bertugas

untuk memberikan dukungan teknis dan administrasi pelaksanaan tugas Komite Pengarah BPDPKS.

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

C. KAPASITAS ORGANISASI

C.1. Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

dibantu oleh 5 (lima) Asisten Deputi, yaitu Asisten Deputi Pangan, Asisten Deputi Peternakan dan

Perikanan, Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura, Asisten Deputi Sarana dan Prasarana Pangan

dan Pertanian, dan Asisten Deputi Agribisnis dan didukung oleh 61 orang pegawai dari berbagai bidang

Page 17: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

16 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

keahlian misalnya ekonomi, keuangan, pertanian, teknis, administrasi, dan lainnya. Seluruh pegawai

berkantor di Jakarta dengan distribusi sebagaimana tertuang dalam peta jabatan Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2015.

Pegawai Deputi II terdiri 44 PNS dan 17 Pegawai Tidak Tetap (PTT) dengan komposisi 61%

laki-laki dan 39% perempuan. Dalam segi usia, pegawai didominasi usia 31 s.d. 40 tahun (35%).

Berdasarkan pendidikan, pegawai pada umumnya lulusan S2 (34%), sebagaimana terlihat untuk

keseluruhan aspek pada gambar berikut:

Pegawai Deputi II Menurut Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Gambar 1.2 Diagram Pegawai Deputi II menurut jenis kelamin

Pegawai Deputi II Menurut Jabatan

17; 28%

7; 11%

1; 2% 5; 8%

11; 18%

Eselon 1

Eselon 2

Eselon 3

Eselon 4 (termasuk Plt.)

Pelaksana

PTT

20; 33%

Gambar 1.3 Diagram Pegawai Deputi II menurut jabatan

39%

61%

Page 18: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

17 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Pegawai Deputi II Menurut Usia

20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun

Gambar 1.4 Diagram Pegawai Deputi II menurut usia

Gambar 1.5 Diagram Pegawai Deputi II menurut pendidikan

C.2. Dukungan Anggaran Dalam melaksanakan kegiatan untuk mewujudkan sasaran program, pada tahun 2018 Deputi

II dipercayakan anggaran sebesar Rp15.000.000.000,00 yang seluruhnya bersumber dari Anggaran

Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Alokasi anggaran dituangkan dalam dokumen Rencana

Kerja (Renja) tahun 2018 dan secara lebih rinci diuraikan dalam dokumen Pelaksanaan Kegiatan.

10; 16%

19; 31%

11; 18%

21; 35%

Pegawai Deputi II Menurut Pendidikan

2; 3%

7; 12%

2; 3%

21; 34% 6; 10%

23; 38%

SMA/SMK/MA D1 D3 DIV/S1 S2 S3

Page 19: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

18 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Tabel 1.1 Pagu dan Realisasi Anggaran Deputi II

No

Kegiatan

2017 2018 2019

Alokasi

DIPA Realisasi %

Alokasi

DIPA Realisasi %

Alokasi

DIPA

1. Koordinasi Kebijakan

Pangan

6.104 6.015 98,54% 8.000 7.982 99,77% 4.200

2. Koordinasi Kebijakan

Peternakan dan Perikanan

2.254 2.238 99,29% 1.500 1.497 99,79% 1.700

3. Koordinasi Kebijakan

Perkebunan dan

Hortikultura

3.308 3.273 98,94% 2.500 2.486 99,44% 5.900

4. Koordinasi Kebijakan

Prasarana dan Sarana

Pangan dan Pertanian

1.878 1.861 99,11% 1.500 1.495 99,67% 1.500

5. Koordinasi Kebijakan

Agribisnis

1.878 1.870 99,56% 1.500 1.497 99,79% 1.500

Jumlah 15.422 15.257 98,93% 15.000 14.957 99,71% 14.800

D. Isu Strategis Dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 ditetapkan

bahwa pada akhir tahun 2019, pertumbuhan ekonomi rata-rata selama 5 tahun diharapkan mencapai

tingkat 7%. Sasaran RPJMN ini membawa implikasi pada tekanan-tekanan khusus dalam pelaksanaan

strategi pembangunan nasional. Kebutuhan percepatan pertumbuhan ekonomi menuntut adanya

langkah-langkah baru untuk mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi yang mampu

menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi namun tetap berdasarkan keunggulan dan potensi dalam

negeri.

Pemerintah tidak hanya menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, karena

pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa adanya perubahan ekonomi struktural dapat menyebabkan ekonomi

mengalami overheating sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkelanjutan. Pencapaian

pertumbuhan ekonomi berkelanjutan juga mensyaratkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif yang

tercermin melalui penurunan ketimpangan yang dilakukan antara lain melalui peningkatan produktivitas

pertanian.

Selain pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi sangat penting untuk tetap dijaga, karena

ekonomi yang stabil akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan pasar. Kebijakan untuk menjaga

stabilitas ekonomi salah satunya dititikberatkan pada upaya menjaga stabilitas harga. Stabil dan

rendahnya inflasi didorong oleh stabilitas komponen inflasi bahan makanan (volatile food), administered

price, dan inflasi inti. Secara umum, arah kebijakan pengendalian inflasi bahan makanan difokuskan

untuk pemantapan ketahanan pangan.

Page 20: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

19 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Arah kebijakan pemantapan ketahanan pangan dilakukan dengan 5 (lima) strategi utama : (i)

peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri, (ii) peningkatan

kualitas distribusi pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan, (iii) perbaikan kualitas

konsumsi pangan dan gizi masyarakat, (iv) mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan, (v)

peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan. Dalam menjalankan 5 (lima) strategi

utama tersebut, diperlukan kerjasama antar daerah dan koordinasi antar Kementerian/Lembaga baik di

tingkat pusat maupun daerah.

Stabilitas ekonomi juga tercermin dari defisit neraca berjalan (current account deficit) yang

diperkirakan akan meningkat seiring dengan menurunnya kinerja ekspor, tetapi defisit ini masih dapat

terjaga dalam batas aman. Untuk menjaga defisit transaksi berjalan, pada semester II/2018, Pemerintah

mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain perluasan mandatori B20 di sektor non PSO untuk

mengurangi impor migas dan penurunan pungutan dana kelapa sawit untuk meningkatkan kinerja

ekspor. Kebijakan Pemerintah tersebut tercantum dalam Peraturan Presiden nomor 66 tahun 2018 dan

Peraturan Menteri teknis terkait yang sebelumnya dibahas di Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Bidang

Perekonomian sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 7 tahun 2017. Deputi II turut mendukung upaya

stabilisasi harga CPO dengan aktif melakukan koordinasi antar kementerian/lembaga untuk

mempercepat proses Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). PSR diharapkan dapat mengurangi produksi CPO

dan sekaligus meningkatkan produktivitas kebun rakyat tanpa perluasan lahan. Aspek lain yang tidak

kalah pentingnya dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah aspek lingkungan. Untuk itu,

Pemerintah terus mendorong agar Peraturan Menteri Pertanian tentang Kelapa Sawit Berkelanjutan

ditingkatkan menjadi Peraturan Presiden yang kebijakannya dikoordinasikan di Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian.

Page 21: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

20 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

E. Sistematika Laporan Sistematika penyajian Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2018

adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum

organisasi, dengan penekanan pada aspek

strategis organisasi, penjabaran mandat dan

peran strategis Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian sebagaimana yang

dituangkan dalam RPJMN, Nawacita, dan

Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018.

BAB II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan penjelasan rinci

mengenai rencana strategis, rencana kerja,

rencana kerja dan anggaran, dan perjanjian

kinerja tahun 2018 serta proses perumusannya.

Selain itu, juga diuraikan pelaksanaan

penajaman Renstra Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian. Selanjutnya, diuraikan

pula mengenai pengukuran kinerja organisasi.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

Pada bab ini merupakan salah satu bentuk

media untuk melaporkan keberhasilan atau

kesulitan suatu instansi pemerintah khususnya

pada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian atas pelaksanaan tujuan dan sasaran

organisasi.

Lampiran

Lampiran dimuat sebagai pendukung lainnya

pada penyusunan Laporan Kinerja.

Page 22: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

21 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Page 23: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

22 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

A.1. Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) kembali merumuskan Prioritas Nasional. Penentuan

program prioritas, kegiatan prioritas, dan proyek prioritas dilakukan melalui multilateral meeting yang

diinisiasi oleh Kementerian PPN/Bappenas dengan beberapa Kementerian/Lembaga (K/L).

Penyelenggaraan multilateral meeting oleh Kementerian PPN/Bappenas di Bulan Maret 2018

dilakukan secara terpisah dan paralel sesuai bidang Prioritas Nasional yang melibatkan K/L yang

menjadi koordinator bidang (sesuai RPJMN), Kementerian PPN/Bappenas, Kantor Staf Presiden

(KSP) serta K/L yang berkontribusi dalam Prioritas Nasional (PN).

Dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 telah disepakati Prioritas Nasional meliputi:

1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Perumahan dan Permukiman

4. Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata

5. Ketahanan Energi

6. Ketahanan Pangan

7. Penanggulangan Kemiskinan

8. Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman

9. Pembangunan Wilayah

10. Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan

Prioritas Nasional dimaksud selanjutnya diterjemahkan lebih lanjut dalam Program-program Prioritas

untuk kemudian didetailkan dalam Kegiatan Prioritas serta dijabarkan dalam bentuk Proyek Prioritas

Nasional. Pencapaian Prioritas Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan yang antara lain dilakukan

melalui program prioritas peningkatan produksi, akses, dan kualitas konsumsi pangan, Deputi II

berperan dalam kegiatan prioritas penguatan cadangan dan stabilisasi harga pangan. Dalam

pelaksanannya, peran Deputi II meliputi mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan perumusan

kebijakan stabilisasi harga pangan yang kredibel, tepat waktu, dan akurat dalam mendukung

terwujudnya cadangan pangan dan stabilisasi harga.

Upaya pencapaian stabilisasi harga pangan dilakukan dengan beberapa instrumen antara lain

kinerja produksi, referensi harga pembelian (Harga Pembelian Pemerintah (HPP) maupun Harga

Eceran Tertinggi (HET)), manajemen stok, cadangan pangan pemerintah, program Rastra dan Bantuan

Pangan non Tunai) sampai pada operasi pasar (OP). Keseluruhan instrumen tersebut merupakan satu

kesatuan strategi yang terintegrasi dan tidak dapat dilaksanakan secara parsial. Keseluruh instrumen

tersebut berkaitan dengan tugas dan wewenang berbagai instansi lain, misalnya Badan Ketahanan

Page 24: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

23 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Pangan, Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian

Perdagangan, dan Perum Bulog, Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Untuk itu,

Deputi II bertugas untuk mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan kebijakan sekaligus melakukan

pengendalian kebijakan.

Berdasarkan pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya, untuk menjaga stabilisasi harga pangan

membutuhkan rekomendasi kebijakan dari berbagai pihak yang mempunyai kewenangan. Oleh sebab

itu, koordinasi lintas kementerian, lembaga negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

merupakan isu utama dalam upaya mengefektifkan dan mengefisiensikan koordinasi pemantauan dan

pengendalian harga pangan. Dengan koordinasi tersebut, maka akan dapat menghasilkan strategi

kebijakan yang optimal untuk kemudian dipilih dan ditetapkan dalam mendukung pembangunan

nasional.

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-

2019 telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun

2015. Renstra memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, kerangka

regulasi, kerangka kelembagaan, serta target kinerja dan kerangka pendanaan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian untuk tahun 2015 sampai dengan 2019.

Visi tersebut dilakukan melalui Misi menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi

penyusunan kebijakan, serta pengendalian kebijakan perekonomian. Berdasarkan Visi dan Misi

tersebut, dirumuskan tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yaitu:

1. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan

2. Terwujudnya kinerja organisasi yang baik

Merujuk pada tujuan strategis dimaksud, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

menjabarkan dalam 3 sasaran strategis sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.1

VISI KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN:

“TERWUJUDNYA KOORDINASI, SINKRONISASI, DAN PENGENDALIAN

PEMBANGUNAN EKONOMI YANG EFEKTIF DAN BERKELANJUTAN”. [Dokumen Penetapan Hasil Penajaman Renstra Kemenko Perekonomian}

Page 25: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

24 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Tabel 2.1 Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama

1

Terwujudnya

pertumbuhan

ekonomi yang inklusif

dan berkelanjutan

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan bidang

perekonomian

Persentase program koordinasi

kebijakan bidang

perekonomian yang

terimplementasi

2

Terwujudnya pengendalian

kebijakan bidang perekonomian

Persentase kebijakan bidang

perekonomian yang

terimplementasi

3 Terwujudnya tata kelola

Pemerintah yang baik

Tingkat Kinerja Manajemen

Kementerian

A.2. Sasaran Program Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Dalam mewujudkan sasaran strategis tersebut, Deputi II menetapkan Visi “Terwujudnya

koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan

berkelanjutan di bidang pangan dan pertanian”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut,

dibutuhkan tindakan nyata melalui penetapan Misi yang sesuai dengan peran Deputi II, sebagai

berikut:

1. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di

bidang pangan dan pertanian;

2. Meningkatkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pangan dan pertanian

Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, pada awal tahun 2018 Deputi II telah menetapkan 2

(dua) sasaran program yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit Eselon II melalui 5 kegiatan sebagaimana

yang ditunjukkan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Sasaran Program Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

No Tujuan Sasaran Program Indikator Kinerja Program Target

1

Terwujudnya

Terwujudnya

stabilitas harga

pangan

Jumlah paket rekomendasi

kebijakan di bidang stabilisasi

harga pangan

1 paket

rekomendasi

pertumbuhan Terwujudnya

Jumlah paket rekomendasi

kebijakan bidang koordinasi

pangan dan pertanian

ekonomi yang koordinasi,

2 inklusif dan

berkelanjutan

sinkronisasi dan

pengendalian

1 paket

rekomendasi

kebijakan di bidang

perekonomian

Page 26: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

25 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

A.3. Penajaman Rencana Strategis

Dalam menghadapi perubahan-perubahan perekomomian nasional yang sangat dinamis,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dituntut untuk berperan lebih dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya. Amanat ini didukung melalui ditetapkannya Peraturan Pemerintah nomor 17

tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional dan

Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2017 tentang Pengambilan, Pengawasan, dan Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan di Tingkat Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah. Perubahan

tersebut menuntut diperlukannya penajaman atas indikator-indikator kinerja Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian sehingga pada tahun 2018 telah dilaksanakan penajaman Renstra

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Adapun sasaran strategis hasil penajaman Renstra

tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Hasil Penajaman Renstra Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian

Page 27: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

26 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Gambar 2.2 Peta Strategi Hasil Penajaman Renstra 2014-2019 Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Gambar 2.3 Inisiatif Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2017-2018

Hasil Penajaman Renstra 2014-2019

Page 28: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

27 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

B. Perjanjian Kinerja

B.1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Deputi II beserta seluruh Asisten Deputi menandatangani

Perjanjian Kinerja (PK) sebagai tahap awal pelaksanaan kegiatan tahun 2018. PK disusun berdasarkan

dokumen pelaksanaan anggaran (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian) dan ditandatangani paling

lambat satu bulan setelah anggaran disahkan dan diterima. Indikator-indikator kinerja yang tertuang

dalam PK merupakan acuan ukuran kinerja. Laporan kinerja tahunan disusun berdasarkan indikator-

indikator yang telah ditetapkan dalam dokumen PK.

Lampiran dokumen PK berisi sasaran, indikator dan target tahun berjalan, beserta anggaran yang

dialokasikan untuk pencapaian sasaran tersebut. Selain itu, ada juga lampiran berupa dokumen rencana

aksi yang berisi rencana langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh Deputi dan Asisten Deputi untuk

mewujudkan sasaran program tahun berjalan.

Rencana aksi Perjanjian Kinerja dijadikan salah satu alat monitoring dalam melakukan evaluasi

atas capaian kinerja. Adapun keterkaitan antara indikator-indikator kinerja yang ditetapkan dalam PK

dengan tujuan strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagaimana ditunjukkan

dalam tabel 2.3.

Page 29: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

28 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Tabel 2.3 Keterkaitan Indikator Kinerja Pada Renstra 2015-2019, Renja Dan Perjanjian

Kinerja Tahun 2018 pada Deputi Bidang Koordinasi Pangan Dan Pertanian

TUJUAN PADA

RENSTRA

INDIKATOR KINERJA

RENSTRA

2015-2019

PERJANJIAN

KINERJA DEPUTI

TAHUN 2018

RENJA TAHUN 2018

Terwujudnya

pertumbuhan

ekonomi yang

inklusif dan berkelanjutan

Persentase

kebijakan baru

bidang

perekonomian

yang

terimplementasi.

1. Jumlah paket

rekomendasi

kebijakan di bidang

stabilisasi harga pangan.

Jumlah paket rekomendasi kebijakan di

bidang stabilisasi harga pangan.

Persentase kebijakan baru

bidang

perekonomian

yang terimplementasi

2. Jumlah paket rekomendasi

kebijakan bidang

koordinasi pangan

dan pertanian

Asisten Deputi Pangan

1. Jumlah paket rekomendasi kebijakan

peningkatan produktivitas hasil pertanian

2. Jumlah paket rekomendasi kebijakan tata

kelola pangan dan pameran pertanian

3. Jumlah laporan layanan dukungan

administrasi kegiatan dan tata kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan

Jumlah paket rekomendasi : 1. kebijakan produksi dan distribusi daging

sapi

2. kebijakan ketersediaan dan distribusi ikan

3. Pengendalian kebijakan peternakan dan perikanan

Asisten Deputi Perkebunan dan

Hortikultura: Jumlah paket rekomendasi

1. kebijakan Perkebunan dan hortikultura 2. Pengendalian kebijakan perkebunan dan

hortikultura

3. Kebijakan ketersediaan harga non pangan

hortikultura

Asisten Deputi Sarana Prasarana Pangan

dan Pertanian :

Jumlah paket rekomendasi 1. Kebijakan prasarana dan sarana pangan

dan pertanian

2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan prasarana dan sarana pangan dan pertanian

Asisten Deputi Agribisnis

Jumlah paket rekomendasi :

1. Kebijakan peningkatan usaha agribisnis 2. Kebijakan penguatan kelembagaan

agribisnis 3. Pengendalian kebijakan agribisnis

Page 30: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

29 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

B.2. Metode Pengukuran

Untuk membantu pengukuran kinerja maka masing-masing indikator kinerja yang telah

diperjanjikan dalam dokumen PK disusun manual Indikator Kinerja Utama (IKP). Manual IKP

merupakan dokumen panduan untuk menjaga konsistensi pengukuran kinerja. Di dalam manual IKP

dituangkan informasi definisi, satuan, teknik menghitung, sifat data IKP, sumber data dan periode data

IKP. Capaian IKP dihitung dengan membandingkan antara target dengan realisasi.

Adapun status Capaian IKP ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah

Indeks Capaian ≥ 100% 80% ≤ Indeks Capaian < 100% Indeks Capaian< 80%

Mekanisme Pengumpulan data kinerja telah diatur melalui Peraturan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama

di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Peraturan Sekretaris

Kementerian Koordinator Nomor 1 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kinerja di

lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Pengukuran kinerja dilakukan setiap bulan dan dilaporkan kepada entitas akuntabilitas kinerja

setiap triwulan melalui kertas kerja pengukuran capaian kinerja dan laporan kinerja interim.

Penyampaian laporan kinerja dilakukan secara berjenjang oleh setiap tingkatan entitas akuntabilitas

kinerja, dimulai dari tingkatan satuan kerja, unit kerja eselon I, dan tingkat kementerian. Laporan

kinerja interim disajikan dalam bentuk narasi serta dilengkapi data dukung yang sesuai dan diunggah

ke dalam aplikasi Ekon-Go Evaluasi Kinerja Online-Gerai Otomatisasi), di laman situs

http://kinerja.ekon.go.id.

Ruang lingkup Pengelolaan Kinerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian meliputi pengumpulan data kinerja sebagaimana tertuang dalam dokumen Penetapan

Kinerja/Perjanjian Kinerja, Pengukuran Data Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Monitoring dan

Evaluasi. Setiap Entitas Akuntabilitas Kinerja di seluruh tingkatan, melakukan koordinasi pengelolaan

data kinerja dengan cara mencatat, mengolah, dan melaporkan data kinerja.

𝑥100% 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐼𝐾𝑈 =

Page 31: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

30 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Page 32: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

31 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Kriteria Ukuran Keberhasilan Gambaran kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun 2018 dapat diketahui

dari hasil pengukuran kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2018, yaitu dengan

membandingkan antara realisasi dengan target yang ditentukan di awal tahun.

Untuk mengukur tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun

2018, dilakukan pengukuran terhadap Capaian Kinerja Organisasi atau disebut Nilai Kinerja

Organisasi (NKO). NKO adalah nilai keseluruhan capaian sasaran unit yang bersangkutan dengan

memperhitungkan seluruh Indikator Kinerja Utama (IKP). NKO menunjukkan konsolidasi dari seluruh

nilai sasaran dari unit kerja. Status capaian NKO yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau,

ditentukan oleh besaran NKO tersebut. Status NKO ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah

NKO ≥ 100% 80% ≤ NKO < 100% NKO < 80%

Komponen Perhitungan NKO terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu:

1. Capaian IKP.

2. Nilai Sasaran Strategis (NSS).

Proses penghitungan NKO dapat digambarkan dalam tahapan berikut ini:

1. Capaian Indikator Kinerja Utama Program (IKP)

Capaian IKP dihitung dengan membandingkan antara target dengan realisasi. Adapun status

Capaian IKP ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah

Indeks Capaian ≥ 100% 80% ≤ Indeks Capaian < 100% Indeks Capaian< 80%

Nilai Kinerja Organisasi

(NKO)

Gambar 1

Proses Penghitungan NKO

Nilai Sasaran IKU Strategis (NSS)

Capaian

Page 33: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

32 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Berdasarkan target capaiannya, polarisasi IKP dibedakan menjadi 3, yaitu:

(1) Polarisasi Maximize

Pada polarisasi maximize kriteria nilai terbaik pencapaian IKP adalah realisasi yang lebih

tinggi dari target. Contoh: Persentase Pertumbuhan Ekonomi

(2) Polarisasi Minimize

Pada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKP adalah realisasi yang lebih

kecil dari target. Contoh: Persentase Jumlah Temuan Pemeriksaan

(3) Polarisasi Stabilize

Pada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKP adalah realisasi yang berada

dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target atau Semakin Stabil/sesuai dengan nilai

target (tidak naik dan tidak turun) maka kinerja semakin baik. Contoh: Persentase deviasi

asumsi makro ekonomi.

Pada tahun 2018, seluruh Indikator Kinerja bersifat maximize, sebagaimana dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Polarisasi Indikator Kinerja Deputi Pangan dan Pertanian

Sasaran Program/Indikator Kinerja Program Target 2018 Polarisasi

1 Terwujudnya stabilitas harga pangan 1 paket rekomendasi Maximize

Jumlah paket rekomendasi kebijakan di bidang

stabilisasi harga pangan

2

Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian kebijakan bidang pangan dan pertanian

1 paket rekomendasi

Maximize

Jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang

koordinasi pangan dan pertanian

Page 34: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

33 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

2. Nilai Sasaran Strategis (NSS)

NSS adalah nilai yang menunjukkan konsolidasi dari seluruh IKP di dalam satu SS. Status capaian

SS yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau ditentukan oleh NSS. Status SS ditentukan

oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah

NSS ≥ 100% 80% ≤ NSS < 100% NSS < 80%

Penghitungan NSS Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun 2018 dilakukan atas

dua sasaran sebagaimana dilaporkan dalam tabel di atas, dengan besaran bobot yang sama pada

setiap sasaran.

B. Analisis Capaian Kinerja

B.1 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Program

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian telah menetapkan sasaran kinerja yang terdiri

dari sasaran program, indikator sasaran program serta target yang ingin dicapai tahun 2018. Sasaran

kinerja tersebut telah diselaraskan dengan sasaran kinerja jangka menengah, sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Tahun 2015 – 2019 dan hasil penajaman Renstra. Sasaran kinerja ini kemudian dicantumkan dalam

dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2018 antara Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, yang berisi target kinerja Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian dalam mendukung pencapaian kinerja Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian di Tahun 2018.

Pada tahun 2018, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian bertanggung jawab atas

tercapainya 2 (dua) sasaran program dalam Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian.

Program tersebut diukur keberhasilannya dengan 2 (dua) Indikator Kinerja. Seluruh Indikator Kinerja

Program tersebut secara umum tercapai dengan sangat baik yaitu kedua Indikator Kinerja Program

berstatus “hijau” (realisasi minimal 100% dari target yang ditetapkan).

Secara rinci data pencapaian target indikator kinerja program Deputi Bidang Koordinasi Pangan

dan Pertanian dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 35: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

34 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Tahun 2018

Program

Sasaran Program/

Indikator Kinerja Program

Tahun 2018

Target Realisasi Persentase

Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian

1. Sasaran Program : Terwujudnya stabilitas harga pangan

Jumlah paket rekomendasi kebijakan di bidang

stabilisasi harga pangan

1 paket

rekomendasi

1 paket

rekomendasi

100%

2

Sasaran Program: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian

kebijakan perekonomian

Jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang

koordinasi pangan dan pertanian

1 paket

rekomendasi

1 paket

rekomendasi

100%

1. Indikator Kinerja Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan di Bidang Stabilisasi Harga Pangan

Setidaknya terdapat (2) dua alasan penting mengapa stabilitas harga pangan penting untuk

diwujudkan. Pertama, harga pangan sangat mempengaruhi inflasi di Indonesia yang menjadi prasyarat

pertumbuhan ekonomi. Karenanya, upaya pengendalian inflasi makanan merupakan faktor penting

untuk menurunkan total inflasi. Kedua, relatif tingginya inflasi makanan menyebabkan upaya untuk

memproteksi pendapatan rumah tangga miskin semakin sulit. Peningkatan harga pangan akan

meningkatkan garis kemiskinan yang relatif tinggi dan yang kemudian berdampak pada meningkatnya

angka kemiskinan.

Stabilitas harga pangan hanya dapat diwujudkan melalui pelaksanaan berbagai instrumen

stabilisasi harga. Instrumen stabilisasi harga pangan merupakan satu kesatuan strategi yang terintegrasi

dan tidak dapat dilaksanakan secara parsial atau sepotong-sepotong. Mulai dari kinerja produksi,

manajemen stok, pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah, penyaluran Rastra dan/atau Bantuan

Pangan non Tunai, sampai pada Operasi Pasar untuk menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga.

Seluruh instrumen stabilisasi dilaksanakan dalam bentuk paket kebijakan yang dikoordinasikan oleh

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian . Paket rekomendasi kebijakan merupakan hasil dari

proses penelaahan permasalahan di bidang stabilisasi harga pangan yang didasari pertimbangan

kepentingan nasional dan keselarasan dengan peraturan yang berlaku.

Paket rekomendasi kebijakan merupakan rekomendasi yang memuat analisa/inisiatif atau hal

lain yang dapat disetarakan yang ditujukan untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan. Paket

rekomendasi kebijakan disusun sebagai bahan untuk menyediakan dasar-dasar kebijakan di bidang

stabilisasi harga pangan yang memungkinkan untuk diimplementasikan. Penyelesaian paket

Page 36: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

35 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

rekomendasi kebijakan di bidang stabilisasi harga pangan merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan

yang ditujukan untuk mewujudkan stabilitas harga pangan. Paket rekomendasi yang dihasilkan harus

memenuhi kriteria minimal, antara lain : adanya masukan dari lintas Kementerian/Lembaga dan

diusulkan dalam Rapat Koordinasi Tingkat eselon I.

2. Indikator Kinerja Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian

Dari sekian banyak instrumen stabilisasi harga pangan, kinerja produksi mempunyai pengaruh

yang besar terhadap inflasi bahan makanan, diikuti oleh biaya produksi. Fenomena inflasi makanan di

Indonesia lebih didominasi oleh sisi penawaran. Dengan demikian, kebijakan ekonomi yang lebih

berperan untuk mendorong penurunan inflasi makanan adalah kebijakan yang mampu meningkatkan

produktivitas barang hasi pertanian dan/atau menurunkan biaya produksi pangan.

Untuk itu, sasaran program yang kedua yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi

Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan/atau

menurunkan biaya produksi pangan dan barang hasil pertanian. Capaian sasaran program diukur

dengan indikator kinerja program yaitu jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang koordinasi pangan

dan pertanian. Paket rekomendasi kebijakan memuat analisa/inisiatif yang ditujukan untuk mendorong

peningkatan produktivitas dan/atau menurunkan biaya produksi pangan dan barang hasil pertanian.

Indikator kinerja jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang koordinasi pangan dan pertanian disusun

sebagai bahan dasar dalam memutuskan kebijakan di bidang pangan dan pertanian. Penyelesaian paket

rekomendasi kebijakan bidang koordinasi pangan dan pertanian dilakukan melalui serangkaian

kegiatan untuk menghasilkan rekomendasi yang memenuhi kriteria minimal, antara lain adanya

masukan dari lintas Kementerian/Lembaga dan diusulkan dalam Rapat Koordinasi tingkat eselon I.

3. Nilai Kinerja Organisasi

Analisis capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian tahun 2018 dalam

mewujudkan sasaran program tersebut dapat dilihat pada indikator-indikator kinerjanya, sebagaimana

penjelasan di atas. Analisis pencapaian kinerja tersebut tidak hanya menganalisis perbandingan antara

target dengan realisasi kinerja, namun secara sistematis juga mencari akar permasalahan atas

pencapaian kinerja yang belum memenuhi harapan, mengkaitkan satu pencapaian kinerja dengan

pencapaian kinerja lainnya (cross-section) serta membandingkan pencapaian kinerja tahun 2018

dengan kinerja beberapa tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya perbaikan kinerja

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian sehingga peningkatan kinerja secara

berkesinambungan (continuous improvement) dapat terwujud.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja di atas, diperoleh Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Deputi

Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian untuk Tahun 2018 adalah sebesar 100%.

Page 37: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

36 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

B.2. Capaian Kinerja Output

Sasaran Program 1 : Terwujudnya Stabilisasi Harga Pangan

Indikator Kinerja

: Jumlah paket rekomendasi kebijakan di bidang stabilisasi harga

pangan

Pagu Anggaran : Rp 8.000.000.000,00

Realisasi Anggaran : Rp 7.981.980.421,00

Persentase

Realisasi Anggaran

:

99,77%

Nilai Kinerja : 100%

Dalam RPJMN 2015-2019 disebutkan bahwa untuk tetap meningkatkan dan memperkuat

ketahanan pangan, salah satu sasaran utama prioritas nasional bidang pangan periode 2015-2019

adalah terwujudnya peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan. Muara dari sasaran utama tersebut

adalah menjaga tingkat daya beli melalui Program Prioritas Stabilisasi Harga Pangan.

Arah Kebijakan Pangan tergambar pada Prioritas Nasional ke-4 (PN04), yaitu Pemantapan

Ketahanan Energi, Pangan dan Sumber Daya Air, yang secara spesifik digambarkan pada Program

Prioritas (PP) ke-2, yaitu Peningkatan Produksi, Akses, dan Kualitas Konsumsi Pangan, yang

dijabarkan menjadi Kegiatan Prioritas (KP) antara lain:

1. Peningkatan Penyediaan Pangan Hasil Pertanian dan Perikanan;

2. Penguatan Kelembagaan serta Layanan Pertanian dan Perikanan;

3. Peningkatan Kualitas Konsumsi Pangan;

4. Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian dan Perikanan; dan

5. Penguatan Cadangan dan Stabilisasi Harga Pangan.

Stabilisasi harga pangan dapat dimonitor melalui koefisien variasi (KV) harga pangan.

Koefisien Variasi (KV) harga menggambarkan fluktuasi/volatilitas harga yang bermanfaat untuk

mengetahui stabilitas harga dari suatu komoditas. Sasaran nilai KV adalah kurang dari 8%. Pangan

yang tercakup di sini antara lain beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam

ras, cabe, bawang merah dan ikan. Secara makro, sasaran program prioritas ini adalah menjaga tingkat

inflasi pangan kurang dari 5%.

Latar Belakang

Target Stabilisasi Harga Pangan

Page 38: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

37 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Upaya menjaga kestabilan harga pangan dilakukan melalui kegiatan sinkronisasi, koordinasi,

dan pengendalian kebijakan. Rata-rata nilai KV tahun 2018 sebesar 6,25% dimana nilai tersebut sesuai

dengan sasaran kurang dari 8%. Secara umum, rata-rata nilai KV tahun 2018 lebih rendah dari KV

tahun 2016 (7,38%) dan KV tahun 2017 (9,68%). Nilai KV tahun 2018 pada beberapa komoditi pangan

lebih tinggi dari tahun 2017, antara lain: beras, daging ayam ras, daging sapi, minyak goreng curah,

tepung terigu, bawang merah, dan telur ayam ras. Musim panen yang bergeser dan masalah suplai

gabah (karena panen yang tidak merata) ikut mempengaruhi harga beras. Faktor musiman ikut

mempengaruhi stabilitas harga bawang merah. Stabilitas harga daging ayam dan telur ayam

dipengaruhi oleh ketersediaan jagung sebagai pakan ternak.

Tabel 3.3 Perbandingan Nilai Koefisien Variasi (KV) Harga Pangan, 2016-2017

sumber : BPS, 2019 diolah

Terjaganya nilai koefisien variasi (KV) harga pangan pada tingkat < 8% tersebut merupakan

hasil koordinasi lintas Kementerian/Lembaga yang koordinasinya dilakukan oleh Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian melalui serangkaian kegiatan yang menghasilkan paket rekomendasi.

Capaian kinerja indikator kinerja program stabilisasi harga pangan tahun 2018 telah mencapai target

yang ditetapkan yaitu sebanyak 1 paket rekomendasi kebijakan stabilisasi harga pangan yang terdiri

atas beberapa rekomendasi kebijakan antara lain sebagai berikut:

Capaian Indikator Kinerja Stabilisasi Harga Pangan Tahun 2018

Rata-rata 7,38 9,68 6,25

Komoditi KV 2016 KV 2017 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18 Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Rata-rata Standar

Deviasi KV 2018

Beras Umum (Rp/Kg) 0,74 1,36 13.222 12.187 11.819 11.618 11.473 11.468 11.446 11.362 11.391 11.434 11.478 11.528 11.702 531,18 4,54

Daging Ayam Ras (Rp/Kg) 6,03 4,15 34.732 33.141 33.651 33.570 36.668 38.924 38.800 36.940 33.067 33.190 32.977 35.776 35.120 2.242,39 6,38

Daging Sapi (Rp/Kg) 1,09 0,75 113.040 112.990 113.071 111.938 113.498 116.153 114.894 115.135 114.956 114.893 114.892 114.875 114.195 1.237,66 1,08

Minyak Goreng Curah (Rp/kg) 5,58 1,34 12.305 12.251 12.275 12.270 12.407 12.401 12.339 12.136 11.971 11.888 11.816 11.622 12.140 255,67 2,11

Minyak Goreng Kemasan (Rp/ltr 0,94 0,81 14.086 14.062 14.054 13.997 13.949 13.937 14.011 13.955 13.936 13.905 13.857 13.814 13.964 82,65 0,59

Gula Pasir (Rp/Kg) 8,34 3,32 13.896 13.875 13.792 13.792 13.844 13.789 13.615 13.638 13.573 13.520 13.407 13.362 13.675 182,65 1,34

Tepung Terigu (Rp/Kg) 0,54 0,51 9.937 10.023 10.062 10.033 10.040 10.128 9.963 10.028 10.081 10.131 10.224 10.247 10.075 94,11 0,93

Cabai Rawit (Rp/Kg) 27,20 58,2 45.059 46.063 51.850 40.406 32.978 39.661 49.992 39.238 30.199 33.295 31.452 32.862 39.421 7.469,95 18,95

Cabai Merah (Rp/Kg) 28,09 19,95 39.965 41.728 46.189 47.363 39.867 40.014 36.652 33.011 29.072 35.570 33.700 33.748 38.073 5.467,70 14,36

Bawang Merah (Rp/Kg) 11,68 15,33 24.476 27.200 29.823 33.709 34.127 34.406 29.368 25.659 22.551 21.861 25.066 28.186 28.036 4.378,77 15,62

Bawang Putih (Rp/Kg) 8,18 27,06 24.787 31.140 37.972 37.214 29.691 29.338 28.514 26.934 26.075 25.884 26.003 25.255 29.067 4.437,54 15,27

Tempe (Rp/Kg) 0,46 0,94 12.192 12.200 12.200 12.200 12.211 12.348 12.348 12.347 12.413 12.460 12.439 12.439 12.316 108,79 0,88

Telur ayam ras (Rp/Kg) 6,68 5,92 23.311 22.103 21.478 22.224 24.246 23.130 26.132 24.243 23.212 22.316 22.955 26.293 23.470 1.521,03 6,48

Ikan Bandeng (Rp/Kg) 3,62 2,69 35.124 35.651 35.082 35.185 34.361 35.420 35.170 34.027 35.412 36.149 36.238 37.249 35.422 851,77 2,40

Ikan Kembung (Rp/Kg) 1,59 2,93 39.228 38.562 37.898 37.769 38.072 38.773 38.732 38.863 38.749 38.379 38.740 41.952 38.810 1.077,59 2,78

Page 39: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

38 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

1. Fleksibilitas HPP gabah/beras

Untuk mengoptimalkan pengadaan gabah/beras, Perum BULOG diberikan flesibiltas harga sebesar

10% dari HPP (sesuai Inpres No.5/2015)

2. Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET)

Penetapan kebijakan HET untuk beras kualitas medium dan premium (diatur dalam Permendag

No.21/2018)

3. Revisi harga acuan produk pangan

Reviu Penetapan harga acuan komoditas pangan meliputi jagung, kedelai, gula, bawang merah,

daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras yang diatur dalam Permendag No.96/2018.

4. Optimalisasi Kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) / Operasi Pasar

(OP) Beras Medium untuk mengatasi gejolak harga beras, merekomendasikan perlunya

mengoptimalkan OP Beras Medium mencapai 10.000 ton/hari yang selanutnya ditindaklanjuti oleh

Kementerian Perdagangan melalui Peraturan Menteri tentang Ketentuan pelaksanaan KPSH/OP.

5. Kebijakan penguatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP)

Telah ditetapkan kebutuhan CBP dalam setahun sebedar 1 – 1,5 juta ton. Beberapa regulasi telah

disusun/ditetapkan untuk mendukung pelaksanaan penggunaan CBP, seperti Permentan No.

11/2018 tentang Penetapan Jumlah CBP Daerah, Permentan No. 38/2018 tentang Pengelolaan CBP,

Permenko Bidang Perekonomian No. 5/2018 tentang Koordinasi Pengelolaan CBP untuk Stabilisasi

Harga, Permendag No. 127/2018 tentang Pengelolaan CBP untuk Ketersediaan Pasokan dan

Stabilisasi Harga, Permenko PMK tentang Pengelolaan CBP untuk Bantuan Sosial, serta Rancangan

Permenkeu tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana CBP.

6. Inisiasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Dryer dan Peternakan

Pemberian KUR untuk pengering (dryer) padi dan peternak ayam ras

Program

Sasaran Program/

Indikator Kinerja Program

Tahun 2018

Target Realisasi Persentase

Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian

1. Sasaran Program : Terwujudnya stabilitas harga pangan

Jumlah paket rekomendasi kebijakan di bidang

stabilisasi harga pangan

1 paket

rekomendasi

1 paket

rekomendasi

100%

Page 40: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

39 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Sasaran Program 2 : Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan

Perekonomian

Indikator Kinerja

:

Jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang

koordinasi pangan dan pertanian

Pagu Anggaran : Rp 7.000.000.000,00

Realisasi Anggaran : Rp 6.974.778.952,00

Persentase Realisasi Anggaran : 99,64%

Nilai Kinerja : 100%

Untuk menjaga agar kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dapat dilaksanakan

secara berkesinambungan (continously improvement) maka perlu dilakukan kegiatan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan sebagai bagian dari proses monitoring dan evaluasi, salah

satunya adalah melalui analisis untuk menghasilkan paket rekomendasi kebijakan bidang koordinasi

pangan dan pertanian.

Fenomena inflasi bahan makanan di Indonesia lebih didominasi oleh sisi penawaran. Dengan

demikian, kebijakan ekonomi yang lebih berperan untuk mendorong penurunan inflasi bahan makanan

adalah kebijakan yang mampu mendorong peningkatan produktivitas pangan dan/atau menurunkan

biaya produksi pangan.

Untuk itulah maka sasaran program koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di

bidang pangan dan pertanian ditujukan untuk menghasilkan paket rekomendasi kebijakan yang dapat

mendorong produktivitas pangan domestik dan menurunkan biaya produksi pangan dan hasil

pertanian. IKP koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan di bidang pangan dan pertanian

juga mencapai 100% dari target yang ditetapkan pada awal tahun 2018.

Program

Sasaran Program/

Indikator Kinerja Program

Tahun 2018

Target Realisasi Persentase

2

Sasaran Program: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian

kebijakan perekonomian

Jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang

koordinasi pangan dan pertanian

1 paket

rekomendasi

1 paket

rekomendasi

100%

Target Koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan

Latar Belakang

Page 41: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

40 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi kebijakan hasil koordinasi, sinkronisasi, dan

pengendalian kebijakan di bidang pangan dan pertanian telah tercapai antara lain:

1. Rekomendasi Kebijakan Hasil Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan

Peremajaan Sawit Rakyat

Keberlanjutan (sustainability) menjadi fokus baru dalam industri kelapa sawit sejak muncul

anggapan bahwa kelapa sawit menjadi faktor penyebab deforestasi dan kerusakan lingkungan.

Meskipun anggapan tersebut sudah ditepis Pemerintah antara lain melalui perubahan peraturan,

produsen minyak kelapa sawit tetap dituntut untuk membuktikan bahwa produksi kelapa sawitnya

berkelanjutan. Peningkatan produktivitas tanpa perluasan lahan akan meningkatkan citra kelapa

sawit Indonesia. Pada tahun 2017, produktivitas perkebunan rakyat hanya 2,38 ton CPO per hektar,

sementara perkebunan negara mencapai 3,17 ton per hektar dan perkebunan swasta memiliki rata-

rata produktivitas 3,32 ton per hektar. Produktivitas perkebunan rakyat masih rendah sementara luas

area perkebunan rakyat di Indonesia mencapai 38,6% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit

Indonesia (Ditjenbun, 2017).

Peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat dapat dilakukan dengan perbaikan

kultur teknis (best management practices) yang antara lain penggunaan bibit unggul saat proses

peremajaan sawit. Berdasarkan perhitungan, program peremajaan kelapa sawit dengan perbaikan

kultur teknis dan penggunaan bibit unggul akan memberikan dampak kenaikan produktivitas sawit

nasional menjadi 4,4 ton/hektar tahun 2020.

Namun, proses peremajaan sawit rakyat sering terkendala modal untuk membeli bibit, dan juga

dibutuhkan perencanaan yang tepat terkait pola peremajaan agar petani sawit tetap mempunyai

penghasilan selama periode tanaman belum menghasilkan. Untuk itu, Pemerintah melalui BPDPKS

memberikan dukungan dana peremajaan sebesar Rp 25 juta/ha kepada pekebun. Dukungan

pemerintah juga harus disertai dengan mekanisme manajemen peremajaan yang sesuai dengan

kaidah Good Agriculture Practices (GAP). Sejak peluncuran program Peremajaan Sawit Rakyat

tahun 2017 hanya 4.000 ha saja.

Melalui koordinasi yang dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian,

penyaluran dana PSR hingga Desember 2018 meningkat menjadi 15.622 ha meskipun masih jauh

dari target 200.000 ha/tahun. Kinerja PSR sangat bergantung pada kecepatan penyampaian laporan

dari lapangan kepada BPDPKS yang pada tahun 2018 masih berkisar 60 hari. Untuk mempercepat

proses verifikasi tersebut diperlukan adanya bantuan pihak ketiga yang independen. Pelibatan pihak

ketiga dalam proses percepatan PSR memerlukan landasan peraturan sehingga melalui koordinasi

yang dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian dengan Kementerian

Pertanian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Sekretaris Negera telah diselesaikan Peraturan

Presiden nomor 66 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden nomor 61 tahun

2015. Proses penyusunan Peraturan Presiden telah selesai pada bulan Juli 2018, tetapi sampai

dengan akhir 2018 masih disusun Peraturan Menteri Pertanian sebagai petunjuk teknis.

Page 42: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

41 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

2. Rekomendasi Kebijakan hasil Koordinasi, Sinkronisasi Dan Pengendalian Kebijakan Model

Kluster Bisnis Padi

Sektor pertanian memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia, yaitu berkontribusi besar

terhadap produk domestik bruto (PDB), kesempatan kerja, sumber pendapatan, serta dalam

perekonomian regional. Apabila sektor pertanian ini kita pandang secara holistik dari hulu (atau on

farm) hingga hilir (atau off farm) dalam suatu rantai nilai, kontribusinya terhadap PDB secara

agregat mencapai sekitar 55 persen mengingat rantai nilai-rantai nilai komoditas pertanian yang

jenis dan jumlahnya banyak sekali di Indonesia. Sektor pertanian juga merupakan penyerap terbesar

tenaga kerja, yaitu sekitar 37,75 juta tenaga kerja atau 35 persen dari total tenaga kerja pada tahun

2015. Sektor pertanian juga merupakan salah satu penghasil devisa negara, pemasok bahan baku

bagi industri lain dan memberikan insentif bagi sektor lain.

Salah satu masalah utama yang dihadapi sektor pertanian adalah luas lahan yang dimiliki pelaku

usaha produksi pertanian atau petani. Dari total 26,14 juta rumah tangga usaha pertanian di

Indonesia, 55,33 persen di antaranya (atau 14,3 juta rumah tangga usaha pertanian) memiliki lahan

kurang dari 0,5 hektar (BPS, 2013). Jumlah rumah tangga petani gurem ini sebagian besar (71 %)

berada di pulau Jawa. Sejak tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem ini terus menurun

sekitar 25 persen. Akibat kepemilikan lahan kecil membuat skala ekonomi minimum tidak tercapai

sehingga berdasarkan biaya on farm saja, pendapatan yang bisa dinikmati petani dengan lahan 0,4

Ha hanya sebesar Rp 292.000 per bulan dengan Indeks Pertanaman 1,4. Secara proporsi petani padi

mempunyai sumber pendapatan dari beragam usaha seperti padi (47,40 %), palawija (0,05 %),

sayur dan buah (6,13 %), sebagai pedagang (1,75 %), angkutan (2,61 %), pegawai (28 %) dan

sebagai buruh bangunan (1,02 %). Padahal, petani gurem tersebut mempunyai peran yang cukup

besar dalam produksi pertanian di Indonesia. FAO (2011) memperkirakan bahwa petani gurem di

dunia menghasilkan 4/5 dari produk pangan di dunia.

Berbagai upaya Pemerintah dilakukan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani

melalui beragam instrumen. Instrumen kebijakan pemerintah tersebut antara lain: (1) dukungan

dalam bentuk perlindungan harga melalui penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan

pembatasan impor (tarif, kuota, perizinan); (2) dukungan dalam bentuk transfer anggaran kepada

petani melalui input variabel (pupuk dan benih/bibit), melalui input tetap (bantuan peralatan

budidaya, panen dan pasca panen); (3) transfer pelayanan pendukung usaha tani (KUR,

kelembagaan penyuluhan, pemeriksaan, sertifikasi, asuransi, litbang) dan (4) bantuan bencana alam

dan serangan hama penyakit. Namun berbagai upaya tersebut masih belum berjalan optimal.

Subsidi dan bantuan langsung benih unggul serta pemberian gratis alsintan belum meningkatkan

produktivitas, belum mendorong lahirnya industry penghasil benih dan alsintan yang sesuai dengan

kebutuhan petani. Masih banyak bantuan top down pasca panen yang tidak sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan petani. Petani penggarap atau landless farmers masih mencari

pembiayaan kepada informal money lenders seperti tengkulak. Petani kemudian menjadi (1)

pemburu rente ekonomi di sektor pertanian (perantara, bakul, pemberi jasa transportasi), (2)

Page 43: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

42 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

kelompok pedagang yang mempunyai omset yang terus meningkat dan lebih besar dari petani

budidaya dan (3) kelompok pedagang perantara yang biasanya lebih disukai oleh perbankan sebab

baki kredit mereka terus naik.

Di sisi lain menunjukkan bahwa setiap tahapan budidaya, panen, pascapanen, pengolahan,

logistic dan pemasaran, konsumen dikerjakan oleh masing-masing pelaku dan tidak terintegrasi.

Petani, pedagang pengumpul dan pengiriman, pengolahan dan penyimpanan, pengemasan dan

distribusi, wholesale dan retail dan konsumen masing-masing tersekat dan kurang bersinambungan.

Demikian pula, Kementerian yang terlibat dalam value chain padi masih belum terintegrasi.

Untuk melaksanakan konfigurasi kebijakan ekonomi berkeadilan yang mendesak dilakukan pada

berbagai sektor maka Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 April 2017 di Kabupaten Boyolali

telah meluncurkan paket Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) yang bertujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat (termasuk petani) yang berkelanjutan. KPE tersebut memiliki 3 (tiga)

pilar utama, meliputi Lahan, Kesempatan, dan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pilar

Pertama berdasarkan lahan meliputi (a) Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial yang berkaitan

dengan pembagian akses lahan yang adil bagi seluruh masyarakat, penetapan prioritas penerima

TORA dan pengembangan usaha pertanian dengan metode aglomerasi atau klaster; (b) Pertanian

dengan petani gurem (smallholder) dan petani tanpa lahan (landless) berkaitan dengan land

consolidation untuk sawah; (c) perkebunan terkait dengan rendahnya produktivitas dan nilai tambah

komoditas; (d) perumahan yang terjangkau bagi masyarakat miskin perkotaan; dan (e) nelayan

serta petani budidaya rumput laut.

Pengembangan usaha pertanian melalui klaster bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan

meningkatkan skala ekonomi serta meningkatkan pendapatan petani. Untuk pengembangan klaster

komoditas padi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun konsep Klaster

Bisnis Padi dengan 8 (delapan) pilar, yaitu: 1) Perubahan Paradigma Agribisnis, 2) Konsolidasi

Kelembagaan, 3) Adopsi Inovasi Teknologi, 4) Kemudahan Akses Pembiayaan, 5) Pelibatan Off

taker, 6) Penerapan IT, 7) Dukungan Logistik dan 8) Sinergi.

Banyak pengertian klaster yang diajukan oleh para pakar. Dalam konsep ini pengertian klaster

yang digunakan adalah pengertian klaster yang dibuat oleh Porter (1998) yaitu klaster adalah

konsentrasi geografis perusahaan dan institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu,

Mereka berhubungan karena kebersamaan dan saling melengkapi. Perusahaan-perusahaan dalam

klaster mendapatkan keuntungan dari terbentuknya efisiensi kolektif (collective efficiency) yaitu (a)

Secara bersama, mereka memberikan efek spillover/ keuntungan kepada perusahaan-perusahaan

lain lingkungan sekitar dan (b) Mereka melaksanakan aksi bersama (joint actions) agar efek

bekerjasama yang sifatnya aktif bagi perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam klaster (active

effects).

Page 44: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

43 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Tanggal 22 April 2017 diluncurkan Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (termasuk petani) yang berkelanjutan. KPE tersebut

memiliki 3 (tiga) pilar utama, meliputi : Lahan, Kesempatan, dan Kapasitas Sumber Daya Manusia

(SDM).

Pilar Pertama berdasarkan lahan meliputi :

Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial yang berkaitan dengan pembagian akses lahan yang adil

bagi seluruh masyarakat, penetapan prioritas penerima TORA dan pengembangan usaha

pertanian dengan metode aglomerasi atau klaster;

Pertanian dengan petani gurem (smallholder) dan petani tanpa lahan (landless) berkaitan dengan

land consolidation untuk sawah;

Perkebunan terkait dengan rendahnya produktivitas dan nilai tambah komoditas;

Perumahan yang terjangkau bagi masyarakat miskin perkotaan; dan

Nelayan serta petani budidaya rumput laut.

Konsep klaster bisnis padi pada dasarnya tidak hanya berbicara pertanian saja tetapi konsep ini

merupakan transformasi pertanian yang melibatkan pengembangan industri dan jasa seperti

pembiayaan, logistik, pemasaran dan jasa lainnya secara utuh. Secara umum tujuan penyusunan

konsep klaster bisnis padi adalah bagaimana memberikan level of playing yang adil bagi petani

padi agar dapat menjalankan usahanya secara berkelanjutan. Tujuan khusus penyusunan konsep

klaster bisnis padi adalah untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan skala ekonomi dan

meningkatkan pendapatan petani.

Konsep Klaster Bisnis Padi mempunyai 8 (delapan) pilar yang saling terkait, yaitu: 1)

Perubahan Paradigma Agribisnis, 2) Konsolidasi Kelembagaan, 3) Adopsi Inovasi Teknologi, 4)

Kemudahan Akses Pembiayaan, 5) Pelibatan Off taker, 6) Penerapan IT, 7) Dukungan Logistik dan

8) Sinergi.

Kemenko Bidang Perekonomian telah menyusun Konsep Klaster Bisnis Padi. Konsep tersebut

disetujui oleh Menko. Ada dua arahan Menko, pertama ; melibatkan Kemendes & PDT dengan

program Prukades dan Kementan, serta instansi terkait lainnya. Kedua, perlu lokasi percontohan.

Kemenko, Kemendes, Kementan telah melakukan suvey terhadap 8 calon lokasi percontohan.

Hasilnya 5 calon lokasi percontohan di Kabupaten Mesuji, Kab. Ponorogo. Kab. Karanganyar, Kab

Barru, Kab. Hulu Sungai Selatan. Kelima lokasi tersebut ditargetkan akan dilaunching pada tahun

2019. Kedepan diharapakn akan lebih banyak lagi lokasi percontohan klaster bisnis padi.

Untuk pengelolaannya akan didukung oleh PT Mitra Bumdes Nusantara (PT MBN) dan

stakeholder lainnya. PT MBN dibentuk oleh beberapa BUMN. PT MBN ini akan membentuk anak

perusahaan PT MBB (Mitra Bumdes Bersama) yang berkedudukan di tingkat Kabupaten, yang

selanjutnya PT MBB ini akan mengkonsolidasi posisi Bumdes dan Gapoktan sebagai bagian

pengelolaan Klaster Bisnis Padi.

Page 45: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

44 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

3. Rekomendasi Rancangan Peraturan Presiden Percepatan Penetapan Lahan Sawah

Berkelanjutan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah.

Undang – Undang 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(LP2B) beserta 4 peraturan pemerintah turunannya belum dapat diimplementasikan di lapangan, hal

ini karena beberapa RTRW/RRTR yang masih dalam tahap penyelesaian atau RTRW/RRTR tidak

memuat penetapan LP2B. Selain itu masih banyak kabupaten/kota yang telah menetapkan LP2B

namun hanya secara numerik saja belum ditetapkan dimana lokasinya (secara spasial) sehingga

perlu adanya terobosan kebijakan berupa penerbitan Peraturan Presiden yang mewajibkan

Pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan lahan sawah yang dilindungi dari alih fungsi menjadi non

sawah, secara numerik dan spasial.

R-Perpres tersebut fokus pada penetapan Lahan Sawah Berkelanjutan (LSB) yang diintegrasikan

menjadi bagian dari Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dalam RTRW di daerah,

selanjutnya diatur pula terkait ketentuan tata cara pengendalian terhadap kegiatan alih fungsi lahan

sawah oleh Kementerian Agraria Tata Ruang/Kepala BPN. Secara operasional nantianya

Kementerian/Lembaga yaitu Kementerian ATR/BPN akan menetapkan peta lahan sawah

berkelanjutan sebagai acuan daerah dalam menyusun RTRWnya.

Beberapa Kegiatan untuk menghasilkan R-Perpres yaitu :

1. Rapat Koordinasi Tingkat Eselon I tentang Penyusunan R-Perpres tanggal 8 Januari 2018 antara

lain merekomendasikan:

a. Membentuk Perpres Percepatan Penetapan Lahan Sawah Berkelanjutan dan Pengendalian

Alih Fungsi Lahan Sawah ini, sebelumnya Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

b. Seluruh K/L terkait secara prinsip substansi R-Perpres Percepatan Penetapan Lahan Sawah

Berkelanjutan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah sudah tidak ada perbedaan

pendapat.

c. Kementerian Pertanian dan/atau Kementerian ATR/BPN segera menyampaikan izin prakarsa

kepada Presiden dan ditembuskan ke Kementerian Perekonomian serta Sekretariat Kabinet.

2. Rapat Koordinasi R-Perpres Tingkat Menteri pada tanggal 3 April 2018 merekomendasikan:

a. Moratorium pencetakan sawah baru sehingga anggarannya dapat dialokasikan untuk kegiatan

pengendalian alih fungsi lahan sawah.

b. Rencana Pembelian lahan sawah beririgasi teknis oleh Pemerintah khususnya yang berlokasi

di:

1) Pulau Jawa dengan tingkat kesuburan lahan yang tinggi;

2) Dekat dengan jalur transportasi (jalan utama);

3) Daerah Provinsi Bali yang memiliki nilai pendukung pariwisata (Sawah Subak).

Page 46: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

45 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

c. Penetapan Zona Industri di luar lahan sawah yang didukung dengan infrastruktur yang

memadai.

d. Korporatisasi, mekanisasi disertai konsolidasi lahan dalam rangka peningkatan produktivitas

lahan sawah.

e. Pengembangan One Village One Product yang diarahkan pada klastering di daerah pedesaan.

f. Audit data luas lahan sawah eksisting di lapangan yang disertai dengan penetapan regulasi

untuk mengantisipasi pelanggaran di lapangan.

g. Pilot project verifikasi lahan dengan melibatkan petugas Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL).

h. Reklamasi wilayah pesisir sebagai alternatif pengganti lahan sawah yang ingin di konversi

untuk kawasan industri dan properti.

3. Rapat Anggota Tim Antar Kementerian/Lembaga pada tanggal 12 November dan 19 November

2018 dengan hasil sebagai berikut :

a. Perubahan judul (nomenklatur Lahan Berkelanjutan diganti menjadi Lahan Sawah yang

Dilindungi), hal ini dilakukan berdasarkan usul dari Kementerian Hukum dan HAM agar

Peraturan Presiden yang dihasilkan tidak mengikuti nomenklatur yang ada di UU 41 Tahun

2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

b. Muatan R-Perpres hanya sampai pemberian Rekomendasi Menteri ATR terhadap Lahan

Sawah yang dialihfungsikan menjadi Lahan Non Sawah.

c. Pembentukan Tim Terpadu dan Tim Nasional.

d. Paralel dengan penyelesaian R-Perpres, diusulkan perubahanan PP No. 15 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang yang salah satunya mengatur mengenai pemberian

izin pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh Bupati/Walikota, selain berpedoman kepada

RTRW Kabupaten/Kota di wilayahnya juga berpedoman kepada Kawasan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (KP2B) yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional. Terhadap kesesuaian

pemberian izin pemanfaatan ruang dengan RTRW Nasional, Bupati/Walikota dapat meminta

rekomendasi kepada Menteri ATR/Kepala BPN.

e. Pokok – pokok muatan R-Perpres terdiri dari :

1) Pengendalian alih fungsi masuk kedalam batang tubuh

2) Definisi lahan sawah dilindungi

3) Peralihan Perpres dengan Perda terkait perizinan

4) Kriteria lahan sawah dilindungi

5) Pembentukan Tim Terpadu dan Tim Nasional

6) Proses Verifikasi dan Sinkronisasi

7) Penetapan peta indikatif dan lahan sawah dilindungi

Page 47: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

46 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

8) Penerapan terhadapan penetapan lahan sawah dilindungi akan menjadi acuan/ bahan

pertimbangan/ pedoman bagi Pemerintah Provinsi Kabupaten/ Kota dalam penyusunan

atau peninjauan kembali RTRW

9) Pemberdayaan lahan sawah yang dilindungi (Kementan, ATR/BPN dan PUPR)

10) ATR/ BPN perlu menyusun draft dari Lahan Sawah Berkelanjutan ke Lahan Sawah

Dilindungi.

4. Rapat Harmonisasi R-Perpres pada tanggal 4 Oktober, 23 Oktober, 13 Desember dan 20

Desember 2018 di Kementerian Hukum dan HAM dengan hasil final diantaranya :

a. Judul Perpres berubah menjadi “Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah”.

b. Penyusunan Raperpres ini bersifat mandiri, tidak mengacu pada UU 41 tahun 2009 dan PP

turunannya tentang Perlindungan LP2B. Namun disusun dengan mempertimbangkan

ketahanan dan ketahanan pangan nasional serta ketersediaan lahan dalam rangka mendorong

ketahanan dan ketahanan tersebut;

c. Hasil Harmonisasi Perpres terakhir pada tanggal 20 Desember 2019 menjadi Draft Final dan

diajukan oleh pemohon izin prakarsa (Kementerian ATR/BPN) ke Sekretariat Negara

sebelum disampaikan ke Menteri terkait untuk mendapatkan paraf dan selanjutnya untuk

ditandatangani Presiden.

5. Kesimpulan hasil rapat pembahasan R-Perpres:

Kebijakan Rekomendasi Rancangan Peraturan Presiden Percepatan Penetapan Lahan Sawah

Berkelanjutan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah setelah melalui pembahasan di

Kementerian Hukum dan HAM serta masukan dari Kementerian Lembaga terkait diantaranya

Kementerian ATR/BPN, Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri, Setkab, Setneg,

Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PUPR, dan Badan Informasi Geospasial maka judul

final Peraturan Presiden menjadi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Peraturan Presiden ini

bertujuan (1) mempercepat penetapan lahan sawah dilindungi dalam rangka memenuhi dan

menjaga ketersediaan sawah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional, (2) mengendalihkan

alih fungsi lahan sawah yang semakin pesat, (3) memberdayakan petani agara tidak

mengalihfungsikan lahan sawah, dan (4) menyediakan informasi lahan sawah untuk bahan

penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Berdasarkan tujuan dari penetapan Peraturan Presiden diatas khususnya poin 1 yaitu

mempercepat penetapan lahan sawah dilindungi dalam rangka memenuhi dan menjaga

ketersedian sawah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional maka kebijakan ini secara tidak

langsung akan menjaga ketersedian pangan khususnya beras. Perpres ini akan menjadi kebijakan

yang akan melindungi kebutuhan beras nasional karena akan mencegah terjadinya alih fungsi

lahan sawah menjadi non pertanian yang saat ini semakin pesat.

Page 48: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

47 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ BPN Nomor 399/KEP-23.3/X/2018

tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2018 ditetapkan luas baku sawah

nasional seluas 7.105.145 hektar. Hasil perhitungan luas lahan baku sawah nasional ini

berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Teknis tanggal 1 Oktober 2018 antara Kementerian

ATR/BPN, BIG, LAN dan BPS di Kantor Wakil Presiden. Data luas baku sawah secara nasional

ini akan di koordinasi dan sinkronisasi antara kementerian/lembaga yaitu Kementerian

ATR/BPN, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat dan

Badan Informasi Geospasilan sesuai kewenangan masing – masing untuk dilakukan koordinasi

dan sinkronasi. Selanjutnya setelah adanya sinkronisasi di Kementerian/Lembaga maka lahan

sawah yang direkomendasikan untuk menjadi lahan sawah yang dilindungi akan disampaikan ke

Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota untuk diintegrasikan dengan RTRW/RDTR

Propinsi/Kabupaten/Kota.

4. Rekomendasi Penyediaan Ikan dan Garam Sebagai Bahan Baku Dan Bahan Penolong

Industri Yang Terbatas

Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, horeka, dan industri seiiring dengan adanya

peningkatan angka konsumsi dan perubahan pola hidup masyarakat, maka utilitas pengolahan

ikan diperkirakan meningkat rata-rata 8,13% per tahun. Disamping itu, adanya beberapa jenis

ikan yang dibutuhkan sebagai bahan baku dan bahan penolong industri tidak terdapat di

perairan Indonesia.

Sejak tahun 2014–2017 ketersediaan bahan baku dan bahan penolong untuk pemenuhan

kebutuhan 674 Perusahaan Pengolahan Udang dan Ikan Lainnya, 44 Perusahaan Pengalengan

Ikan dan 65.766 Unit Pengolahan UMKM menunjukkan kecenderungan menurun (rata-rata -

5,49% per tahun). Tahun 2017, kapasitas produksi sebesar 3.656.245 ton, bahan baku yang

diolah sebesar 1.799.786 ton (Utilisasi Agregat 49,2%) sehingga masih ada kekurangan bahan

baku industri sebesar 1.856.459 ton. Sentra produksi ikan dominan berada di luar P. Jawa

(Kawasan Timur Indonesia) sedangkan Industri pengolahan dan pengalengan berada di P. Jawa

(Kawasan Barat Indonesia). Untuk itu diperlukan pengaturan pengendalian guna memastikan

ketersediaan ikan sebagai bahan baku dan bahan penolong dalam menjamin operasional

industri secara berkelanjutan.

Begitu juga dengan garam. Produksi garam dalam negeri saat ini belum sepenuhnya

memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh sebagian besar industri, yang disebabkan oleh:

1. Produksi garam oleh petambak masih dominan untuk penyediaan garam konsumsi.

2. Ketergantungan produksi garam oleh petambak akan cuaca yang hanya berproduksi 4-5

bulan per tahun.

3. Fluktuasi harga garam dalam negeri.

Dalam rangka memastikan ketersediaan ikan dan garam sebagai bahan baku dan bahan

penolong industri telah dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Page 49: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

48 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

penyusunan konsep PP Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengendalian Impor

Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong

Industri, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 19 Tahun 2018

tentang Pemberian Rekomendasi Impor Komoditas Perikanan sebagai Bahan Baku dan Bahan

Penolong Industri, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 66 Tahun 2018 tentang Ketentuan

Impor Komoditas Perikanan sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri, dan Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58 Tahun 2018.

5. Rekomendasi Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Benih Produk Rekayasa Genetik

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan, Indonesia mengalami berbagai tantangan besar antara

lain permintaan pangan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan

penduduk, sumber daya alam yang ketersediaannya semakin terbatas terutama lahan yang memiliki

trade off dengan kepentingan masyarakat lain seperti untuk pemukiman dan industri, semakin

berkurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang pertanian, serta global

warming yang menyebabkan iklim menjadi tidak menentu dan berdampak negatif terhadap

produksi pangan. Dengan demikian, Indonesia diharuskan untuk mengambil langkah strategis

sehingga dapat mencapai ketahanan pangan dan menanggulangi tantangan tersebut.

Upaya mencapai ketahanan pangan kemudian dituangkan dalam RPJMN 2015-2019 yang salah satu

arah kebijakannya adalah adanya peningkatan produktivitas dengan cara merevitalisasi sistem

perbenihan nasional. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian,

pengembangan benih Produk Rekayasa Genetik/Benih Biotek merupakan langkah yang tepat untuk

dilakukan.

Namun di Indonesia, benih produk bioteknologi belum berkembang, karena masih dalam tahap

penelitian, pengembangan dan pengkajian keamanan hayati. Beberapa lembaga penelitian aktif

melakukan riset di bidang bioteknologi dengan mengembangankan perakitan benih PRG, antara

lain Badan Litbang Pertanian, LIPI, universitas-universitas dan BUMN. Hanya satu produk nasional

yaitu tebu toleran kekeringan telah dihasilkan atas kerjasama dengan PT Ajinomoto (Jepang), PTPN

XI dan Universitas Jember yang telah memperoleh sertifikat pelepasan varietas dari Kementerian

Pertanian. Satu komoditas benih jagung PRG milik salah satu perusahaan multinasional telah

memperoleh status aman lingkungan, aman pangan dan aman pakan, namun belum ada yang dilepas

secara komersial karena menunggu Peraturan Menteri Pertanian tentang Pengawasan dan

Pengendalain Tanaman PRG Pertanian monitoring dan pengawasan PRG setelah dilepaskan yang

pada saat ini masih dalam proses.

Untuk itu, guna mengembangkan produksi dan penggunaan benih Produk Rekayasa Genetik (PRG)

produksi dalam negeri secara berkelanjutan dalam upaya pencapaian ketahanan pangan dan

peningkatan pendapatan Petani sesuai Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2005 tentang

Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, maka Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Page 50: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

49 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Pertanian melaksanakan berbagai langkah koordinasi dan sinkronisasi salah satunya menghasilkan

rekomendasi penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Benih Produk Rekayasa Genetik.

Selama tahun 2018, telah dilakukan beberapa langkah koordinasi dan sinkronisasi untuk

menyelesaikan penyusunan Roadmap Benih PRG untuk kemudian disampaikan kepada Bapak

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Hal ini dilakukan agar roadmap yang disusun dapat

digunakan oleh Kementerian/Lembaga terkait sehingga dapat segera mengimplementasikan benih

PRG di lapangan dengan aturan pendukungnya. Upaya koordinasi dan sinkronisasi tersebut antara

lain:

1. FGD Penyusunan Roadmap Pengembangan Benih PRG di Seameo Biotrop Bogor tanggal 18

Januari 2018 dengan kesimpulan yang dihasilkan yaitu:

a. Tim penyusun Roadmap Pengembangan Benih PRG diantaranya terdiri dari para pakar yang

sangat ahli di bidangnya antara lain

b. Sebaiknya roadmap yang sedang disusun bersifat general saja mengingat dengan berjalannya

tahun tentunya akan menjadikan tidak relevan data-data tersebut, sehingga diharapkan

roadmap tersebut bersifat living document yang nantinya akan disesuaikan dengan kondisi

perkembangan zaman.

c. Diharapkan pada bab yang menjelaskan tentang action plan, agar dapat lebih difokuskan

mengingat action plan merupakan jati diri dari roadmap.

d. Mengenai draft roadmap yang sekarang ini sudah ada, hendaknya perlu untuk disesuaikan

dengan apa-apa yang perlu ditambah dan jika dikehendaki roadmap tersebut sampai dengan

tahun 2045, maka dikhawatirkan akan sulit untuk dapat memprediksi kondisinya yang akan

datang.

e. Mengingat penyusunan draft roadmap sudah cukup lama belum terselesaikan secara

baik/sempurna, maka untuk menyelesaikannya diharapkan semuanya yang terlibat dapat

meluangkan waktu untuk hadir pada pertemuan finaslisasi draft roadmap dan memberikan

masukan dan saran.

2. FGD Finalisasi Penyusunan Roadmap Pengembangan Benih PRG di Grand Arkenso Semarang

tanggal 1 Maret 2018 dengan kesimpulan dan rencana tindak lanjut antara lain:

Draft Roadmap akan disampaikan kepada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian untuk

mendapatkan arahan lebih lanjut, yang kemudian akan disampaikan ke Bapak Menko

Perekonomian sebagai bahan pembahasan dalam rakortas tingkat Menteri dengan mengundang

K/L terkait dan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik serta Perguruan Tinggi yang

telah atau sedang melakukan penelitian terhadap pengembangan PRG.

3. Diskusi Terbatas dengan Menko Bidang Perekonomian terkait Pengembangan Benih PRG

tanggal 7 Maret 2018 dengan kesimpulan dan rencana tindak lanjut antara lain:

Page 51: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

50 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

a. Isu negatif yang muncul di masyarakat karena minimnya informasi terkait benih PRG harus

ditindaklanjuti dengan menyelenggarakan sosialisasi dan edukasi yang berkala dan efektif

kepada masyarakat.

b. Rekayasa karena adanya perkembangan teknologi merupakan sesuatu yang terjadi dari waktu

ke waktu karena manusia dan kebutuhannya yang dinamis selama tidak bertentangan dengan

aturan yang ada. Oleh karena itu, benih PRG merupakan sesuatu yang baik untuk

diimplementasikan dengan syarat sudah teruji keamanannya baik lingkungan, pakan, maupun

pangan.

c. Untuk menindaklanjuti peraturan Monitoring dan Pengawasan PRG yang masih tertahan di

Kementan, dapat diambil langkah tindak lanjut dengan menyelenggarakan rapat terbatas

maksimal 2 minggu kedepan, mengundang Menteri Pertanian (Bersama Sekjen), Kepala

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), dan Universitas yang aktif dalam pengembangan PRG.

d. Sebagai langkah persiapan rapat tersebut, segera siapkan bahan paparan yang ringkas dan

jelas terkait kondisi terkini pengembangan benih PRG dimaksud.

4. Dalam rangka penyusunan Roadmap Pengembangan Benih PRG dan penyusunan pedoman

pemantauan dan pelepasan benih PRG, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Asisten

Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian juga melaksanakan koordinasi baik di

Tingkat Eselon I, Eselon II, maupun diskusi dengan Stakeholder terkait diantaranya rapat tanggal

23 April 2018, Diskusi “Status Dan Regulasi Terkait Pemuliaan Stack Event Di Indonesia”

tanggal 16 Oktober 2018 dan FGD “Kebijakan dan Ketersediaan Bibit dan Benih Komoditas

Pangan dalam rangka memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Tahun 2019-2024” tanggal 24

Oktober 2018 yang menghasilkan kesimpulan rekomendasi sebagai berikut:

a. Perlu dilakukan kajian terhadap seluruh regulasi yang terkait dengan Bioteknologi, baik yang

sudah ada maupun yang belum ada. Sehingga bisa dirumuskan regulasi mana yang perlu

diperbaiki atau disusun agar perkembangan Bioteknologi di Indonesia dapat berkembang

lebih cepat dan dapat membatu menyelesaikan permasalahan nasional khususnya dibidang

pangan. Diperlukan juga penyederhanaan prosedur dalam mengaplikasikan tanaman biotek,

mengingat teknologi tersebut sudah lazim digunakan di banyak negara tanpa adanya

permasalahan yang muncul.

b. Benih hasil pemuliaan konvensional dan PRG sudah mulai dikembangkan untuk mendukung

ketahanan pangan di Indonesia namun tetap harus melewati kajian keamanan pangan, pakan,

dan lingkungan. Perlu diperhatikan juga beberapa regulasi terkait terutama dalam hal

pengujian sehingga dapat lebih implementatif. Perlu dikaji dan diputuskan bersama apakah

stack event dapat menjadi bagian dari peta jalan Pengembangan Benih PRG atau tidak.

Page 52: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

51 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

c. Private Sector Multinasional dan Lembaga Penelitian Internasional pada dasarnya sangat

fokus terhadap pengembangan benih PRG contohnya Corteva Agriscience dan International

Rice Reseach Institue (IRRI). Oleh karenanya, perlu langkah nyata dari pemerintah terkait

regulasi yang mempercepat implementasi benih PRG.

d. Dalam Rencana Induk Riset Nasional 2015-2045 disebutkan bahwa salah satu fokus

pemerintah adalah bidang Ketahanan Pangan diantaranya dalam pemuliaan bibit tanaman

melalui Teknologi Rekayasa Genetik (Bioteknologi). Òleh karenanya, dalam penyusunan peta

jalan Pengembangan Benih PRG perlu disinkronkan dengan Rencana Induk Riset Nasional

2015-2045 tersebut sehingga penerapan Bioteknologi di Indonesia dapat berkembang lebih

cepat.

5. Kesimpulan rangkaian kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi yang dilakukan selama tahun

2018, dapat disimpulkan bahwa Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian

telah menyusun rekomendasi berupa Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Benih Produk

Rekayasa Genetik yang merupakan salah satu upaya strategis dalam menghadapi berbagai

tantangan besar di sektor pertanian Indonesia. Pada dasarnya pelaku usaha dan petani sangat

mendukung implementasi Benih PRG di lapangan ketika sudah dinyatakan aman pangan,

pakan, dan lingkungan oleh Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKHPRG).

Penyusunan Roadmap tersebut telah rampung dilakukan dan segera ditindaklanjuti dengan

mengadakan diskusi terbatas bersama K/L terkait terutama Kementerian Pertanian sehingga

dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan pedoman pemantauan dan pelepasan benih PRG.

6. Rekomendasi Penyediaan Irigasi.

Irigasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam memenuhi kebutuhan lahan pertanian terutama

untuk tanaman padi. Saat ini Kementerian Pertanian melalui Direktorat Prasarana dan Sarana fokus

dalam optimalisasi sawah rawa pasang surut dan lebak yang tujuannya untuk peningkatan produksi

padi nasional. Perluasan lahan sawah pada Lahan Sub Optimal (LSO) memerlukan irigasi yang tepat

untuk mendukung keberlanjutan pengembangannya. Dengan demikian tujuan dari pengembangan

LSO tersebut akan terwujud dengan adanya peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari 100 menjadi

200 atau bahkan sampai 300 pada sawah yang dikembangkan. Optimalisasi rawa pasang surut dan

lebak yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian ini perlu bersinergi dengan kegiatan di

Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat. Beberapa usulan tindaklanjut kebijakan

penyediaan irigasi yaitu (1) perlu dilakukan perbaikan jaringan irigasi primer yang ditumbuhi oleh

gulma sehingga memaksimalkan pengelolaan atau manajemen air, (2) perlu adanya terobosan

kebijakan dalam mengatasi kendala perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi yang dibatasi oleh

pembagian kewenangan pengelolaan jaringan irigasi antara pemerintah kabupaten, propinsi dan

pemerintah pusat, (3) pengembangan tata air di lahan sawah pasang surut dan lebak harus dilakukan

dalam satu sistem pengembangan serta bertahap dan (4) diharapkan pengembangan LSO ini

Page 53: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

52 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani ditandai dengan peningkatan produktifitas dan

indeks pertanaman.

Menindaklanjuti rekomendasi diatas telah dilaksanakan beberapa kegiatan koordinasi dan

monitoring evaluasi yaitu :

1. Rapat koordinasi pada tanggal 15 Agustus 2018 antar kementerian/lembaga khususnya

Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dengan Rekomendasi/kesimpulan

hasil rapat sebagai berikut :

a. Perlu dilakukan Rapat Koordinasi tingkat Eselon I yang membahas Penyediaan Irigasi dan

Sumber Daya Manusia (Petani) pada lokasi pengembangan Lahan Sub Optimal yang

berkelanjutan.

b. Diharapkan dalam rapat koordinasi akan diperoleh kesepatakan antara kementerian/lembaga

terkait yang memiliki kegiatan terkait dengan pengembangan lahan sub optimal dari sisi lahan

oleh Kementerian Pertanian, Irigasi oleh Kementerian PUPR dan Sumber Daya Manusia

(petani) oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

2. Rapat lanjutan pengendalian kebijakan penyediaan irigasi pada lahan sub optimal (Lahan Rawa

Pasang Surut dan Rawa Lebak) tanggal 13 November 2018 dengan kesimpulan dan rekomendasi

sebagai berikut :

a. Pemanfaatan LSO sebagai salah satu pendukung program ketahanan pangan yang telah

dilakukan oleh Kementerian Pertanian harus berkelanjutan karenanya perlu dilakukan

koordinasi antar instansi terkait terutama dalam hal: (a) Status lahan yang ada di areal hutan

(Kementerian Kehutanan) (b) Kondisi lahan sesuai RTRW (Kementerian Agraria Tata

Ruang/BPN) (c) Penyediaan Sumber Daya Manusia (Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi) (d) Penyediaan irigasi (Kemenetrian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat), (e) Keikutsertaan pihak Pemda (Kemenetrian Dalam Negeri), (f)

Sebagai bagian dari program ketahanan pangan (Bappenas), dan (g) Penyediaan dana

(Kementerian Keuangan).

b. Perlu adanya penetapan lokasi pengembangan Lahan Sub Optimal secara bersama-sama

antara instansi terkait agar dana dapat terfokus. Diharapkan lokasi telah ditentukan pada akhir

September 2018.

c. Dengan telah ditetapkannya lokasi tersebut, dapat segera dilakukan rapat koordinasi tingkat

eselon I guna membahas kebijakan yang harus dilakukan dalam pembangunan dan

pemanfaatan LSO secara berkelanjutan.

3. Dalam mencari informasi dalam pengembangan lahan rawa pasang surut dan lebak dilakukan

juga kegiatan ke lapangan melalui monitoring evaluasi kebijakan LSO di beberapa daerah seperti

Page 54: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

53 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan beberapa rekomendasi

yaitu :

a. Cetak sawah pada rawa pasang surut memerlukan perencanaan jangka panjang, harus melalui

tahapan pengembangan tata air yang secara berkelanjutan sehingga rawa pasang surut menjadi

layak. Dengan pembangunan sistem tata air yang tepat akan mempercepat pencucian kadar

pirit di dalam tanah serta bisa memenuhi kebutuhan air pada saat terjadi kemarau.

b. Sistem tata kelola air di sawah pasang surut dan sawah lebak harus terus dikembangkan

sampai pada tahap jaringan irigasi reklamasi rawa pasang surut yang telah terkendali penuh

sehingga indeks pertanaman bisa mencapai 200-300 dengan tingkat produktifitas 5-7 ton/ha.

c. Kegiatan Optimalisasi rawa di Kec. Jejangkit Kab. Barito Kuala masih belum memiliki sistem

tata kelola air yang tepat, karena sawah yang terbangun masih hanya diluasan 750 ha dari

yang seharusnya berdasarkan desain oleh Balai Rawa (Kementerian PUPR) seluas 3.000 ha.

Disamping itu masih belum terbangun Pintu Pengatur di sisi selatan saluran sekunder yang

bermuara ke hilir Sungai Alalak, sehingga pada saat bagian selatan Sungai Alalak pasang,

maka sawah akan kebanjiran.

d. Perlu sinergitas pengembangan lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak oleh

Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR. Pengelolaan tata air di rawa pasang surut dan

rawa lebak memiliki karakteristik yang hanya bisa dikerjakan dan di tangani oleh

Kementerian PUPR sehingga pengelolaan jaringan irigasi dan tata air di sawah pasang surut

yang dikembangankan bisa fungsional dan berkelanjutan dengan adanya kegiatan operasi dan

pemelihaaran (OP).

Berdasarkan rangkaian kegiatan rekomendasi penyediaan irigasi khususnya untuk Lahan Sub

Optimal (Rawa Pasang Surut dan Lebak) kegiatan Kementerian Pertanian harus fokus untuk

pengembangan budidaya padi sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum harus fokus ke

penyediaan tata air dengan water management yang tepat, dengan demikian peningkatan indeks

pertanaman serta peningkatan produktifitas dapat terwujud.

7. Rekomendasi Peningkatan Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian Produk Dalam Negeri

Indonesia juga telah cukup lama mengembangkan mekanisasi pertanian, terutama dalam tiga tahun

terakhir, di mana banyak jenis peralatan baru didistribusikan, terutama traktor pengolahan tanah,

alat tanam (rice transplanter), dan alat panen kombinasi merontokkan dan menampi (rice combine

harvester). Introduksi mesin dalam pertanian sudah dilakukan semenjak kemerdekaan, namun

banyak menemui ketidakefektifan. Hal ini mencerminkan apa yang disebut premature

mechanization, yaitu proses introduksi Alsintan yang kurang diikuti kesiapan kelembagaan.

Page 55: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

54 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Dengan ciri pertanian yang berlahan sempit, permodalan terbatas, dan pendidikan petani rendah,

maka dibutuhkan pendekatan pengembangan mekanisasi yang sesuai.

Setiap tahun anggaran pengadaan Alsintan oleh Kementerian Pertanian sekitar 4 (empat) triliun

rupiah (± 80.000 unit). Saat ini perbandingan pengadaan alsintan melalui impor dengan pengadaan

alsintan produksi industri dalam negeri masih sangat jauh yaitu 10:1. Penggunaan alat dan mesin

pertanian produksi luar negeri atau impor akan berpengaruh terhadap tingginya biaya operasional

dan tidak optimalnya penggunaan alat tersebut, karena apabila ada kerusakan akan mengalami

kesulitan dalam mencari bengkel resmi maupun pemenuhan sparepart.

Untuk itu perlu disusun rekomendasi peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian produk

dalam negeri untuk mengurangi impor alat dan mesin pertanian dan meningkatkan produksi serta

penggunaan alat dan mesin pertanian dalam negeri. Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan

dan Pertanian, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kemenko Bidang Perekonomian

selama tahun 2018 telah melaksanakan pengendalian kebijakan terkait Alat dan Mesin Pertanian

diantaranya:

1. Seminar Pengembangan Industri dan Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan Dalam Mendukung

Pencapaian Ketahanan Pangan dan Pengendalian Kebijakan Alsintan di Kabupaten Klaten, Jawa

Tengah tanggal 1 Agustus 2018 dengan rekomendasi yang dihasilkan antara lain:

a. Perlu disusun ulang kerangka pikir khususnya indikator-indikator yang digunakan untuk

menilai kinerja alsintan sesuai rekomendasi BB Mektan.

b. Pengembangan dan penguatan UPJA sebagai pengelola Alsintan sangat diperlukan agar

bantuan alsintan yang telah dibagikan dapat bermanfaat dalam jangka waktu yang lama.

c. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menggairahkan UPJA adalah dengan mengadakan

lomba UPJA seperti yang terakhir dilakukan pada tahun 2014.

d. Mendorong dilakukannya indentifikasi kebutuhan alsintan berdasarkan spesifik lokasi dan

kemampuan industri alsintan dalam negeri untuk mendorong industri dalam negeri,

meningkatkan TKDN dan mengurangi impor alsintan utuh (buildup).

e. Dalam menghadapi era Making Indonesia 4.0 khususnya di bidang pertanian, maka industri

alsintan diharapkan segera mempersiapkan diri dalam menciptakan dan

menyediakan/memproduksi alsintan yang mengarah pada operasi digital.

2. Rapat Koordinasi Pengembangan Industri dan Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan di Kemenko

Perekonomian Jakarta tanggal 30 Agustus 2018 dengan rekomendasi yang dihasilkan antara lain:

a. Peningkatan peran UPJA dalam mengelola Alsintan perlu ditingkatkan agar bantuan Alsintan

yang sudah distribusikan dapat bermanfaat secara optimal. Salah satunya adalah penguatan

Page 56: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

55 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

sumber daya manusia, baik penguatan teknis penguasaan alat maupun penguatan teknis

administrasi dan kelembagaan.

b. Bengkel-bengkel alsintan sangat dibutuhkan terutama di daerah-daerah diluar pulau jawa,

untuk itu perlu dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta produsen alsintan

untuk membentuk bengkel-bengkel tersebut.

c. Komitmen pemda terhadap produsen alsintan di daerah dan pengelolaan bantuan alsintan

terutama yang kapasitas besar perlu ditingkatkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan

bantuan alsintan.

d. Diperlukan pembahasan lebih lanjut terkait usulan asosiasi produsen alsintan tentang TKDN

dan SNI wajib produk alsintan.

e. Dalam mengahdapi making Indonesia 4.0 khususnya di bidang pertanian, pihak BB Mektan

telah siap memulainya.

3. FGD “Peran Alsintan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional” di Hotel Amaroossa

Bogor pada tanggal 27 November 2018 dengan rekomendasi yang dihasilkan antara lain:

a. Perlu pemberian insentif yang tepat kepada industri alsintan dalam negeri sehingga menarik

dan dapat berkembang, serta melibatkan BUMN untuk investasi pada industri alsintan.

b. Produk alsintan sebaiknya segera diberlakukan SNI wajib dan tidak bersifat sukarela, hal ini

juga sebagai pengendali masuknya produk alsintan impor yang kualitasnya rendah.

c. Menguatkan manajemen kelembagaan UPJA untuk berorientasi pada bisnis alsintan agar

pemanfaatan alsintan lebih optimal dan berkelanjutan.

d. Kementerian Pertanian agar menjadi leader terhadap bantuan alsintan, karena ada bantuan

alsintan yang dilakukan oleh K/L lainnya, sehingga ada koordinasinya dan lebih efektif.

e. Industri alsintan dalam negeri harus berbenah untuk meningkatkan kualitas produknya

sehingga menghasilkan alsintan yang mampu dihadapkan dengan produk impor dari sisi harga

maupun kekuatannya.

f. Mekanisasi pertanian dengan menggunakan alsintan sangat membantu dan perlu didorong

terus untuk menekan biaya produksi usaha pertanian dan menghasilkan produk pertanian yang

berkualitas.

4. Selain Rapat Koordinasi/FGD/Seminar, telah dilakukan juga upaya pengendalian berupa

kunjungan lapang ke beberapa lokasi di Indonesia untuk melihat langsung implementasi Alat

dan Mesin Pertanian di Indonesia. Adalaun kegiatan pengendalian tersebut diantaranya:

Kunjungan lapangan ke Provinsi Kalimantan Barat pada tanggal 21-23 Mei 2018 dan Kunjungan

lapangan ke Kabupaten Kutai Kerta Negara, Provinsi Kalimantan Timur tanggal 21-23

November 2018 dengan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

a. Adanya perbaikan sistem pengadaan dan penyaluran alsintan, dengan melibatkan kelompok

tani, dinas kabupaten/kota dan dinas provinsi sehingga terjadi kesesuaian antara kebutuhan

Page 57: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

56 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

kelompok tani dan bantuan alsintan yang diberikan, dan juga kegiatan pemantauan dan

monitoringnya dapat dilaksanakan oleh pihak dinas provinsi maupun kabupaten/kota.

b. Anggaran logistik penyaluran atau pengiriman alsintan seharusnya dihitung sampai di lokasi

kelompok tani, mengingat sebagian besar pemerintah daerah dan kelompok tani memiliki

keterbatasan anggaran apabila pengiriman hanya sampai kantor Dinas.

c. Diharapkan kedepannya ada perbaikan sistem pengadaan dan penyaluran alsintan, dengan

melibatkan kelompok tani, dinas kabupaten/kota dan dinas provinsi sehingga tercapai

optimalisasi penyaluran dan pemanfaatan alisntan karena adanya kesesuaian antara kebutuhan

kelompok tani dan bantuan alsintan yang diberikan.

d. Mekanisasi pertanian dengan menggunakan alsintan sangat membantu dan perlu didorong

terus untuk menekan biaya produksi usaha pertanian dan menghasilkan produk pertanian yang

berkualitas.

Berdasarkan rangkaian kegiatan yang dilakukan selama tahun 2018, dapat disimpulkan bahwa

Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian menyusun rekomendasi pengendalian

berupa Peningkatan Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian Produk Dalam Negeri sehingga industri

alsintan dalam negeri dapat berkembang dan bersaing untuk menghasilkan Alsintan yang memiliki

kualitas baik. Dengan demikian, tidak hanya industri Alsintan Dalam Negeri yang berkembang

tetapi juga mekanisasi pertanian Indonesia yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan

efisiensi pertanian.

8. Rekomendasi Pengembangan Desa Pertanian Organik

Salah satu agenda pemerintah dalam Nawacita adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik, dengan sub agenda peningkatan ketahanan

pangan yang salah satu sasarannya yaitu “1.000 Desa Pertanian Organik”.

Ketentuan mengenai kaidah-kaidah pertanian organik yang diterapkan di Indonesia adalah sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia untuk Sistem Pangan Organik yaitu SNI Nomor 6729 Tahun

2002 yang diikuti oleh Permentan Nomor 64 Tahun 2013.

Kementerian Pertanian selaku pelaksana kegiatan pengembangan seribu desa pertanian organik

telah membagi dalam 3 (tiga) komoditas, yaitu komoditas tanaman pangan, komoditas hortikultura

dan komoditas perkebunan. Penanggung jawab pelaksanaan masing-masing komoditas melekat

pada Direktorat Jenderal terkait. Saat ini capaian kinerja pengembangan seribu desa pertanian

organik telah mencapai 71,4% atau 714 desa.

Untuk mengetahui permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pengendalian kebijakan

pengembangan Desa Pertanian Organik secara lebih akurat, maka perlu dilakukan pengendalian

atas pelaksanaan kebijakan pengembangan Desa Pertanian Organik. Adapun rangkaian kegiatan

Page 58: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

57 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

yang dilakukan Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian berkenaan dengan hal

tersebut sepanjang tahun 2018 antara lain:

1. Focus Group Discussion di Provinsi Jawa Timur pada tanggal 26 September 2018 dengan

rekomendasi antara lain:

a. Realisasi Program 1.000 Desa Pertanian Organik secara nasional sudah mendekati target,

akhir tahun 2017 sudah ada 710 desa pertanian organik. Bahkan untuk tanaman pangan sudah

lebih dari target yaitu 708 desa dari target 600 desa.

b. Pertanian organik yang berkelanjutan dapat memberi keuntungan dengan mengurangi biaya

produksi, karena terjadi penurunan bahkan penghilangan volume penggunaan pupuk dan

pestisida kimia pada lahan pertanian dari musim ke musim berikutnya.

c. Selain berdampak positif terhadap keamanan dan kesehatan pangan, pengembangan pertanian

organik mampu memperbaiki kerusakan struktur tanah yang diakibatkan oleh penggunaan

pupuk kimia atau anorganik.

d. Wilayah Provinsi Jawa timur memiliki banyak perkebunan organik bahkan sudah ada

kawasan organik dengan penghargaan tingkat nasional. Oleh karena itu dukungan dari

Pemerintah Daerah terutama bimbingan budidaya, pengolahan pasca panen, pemasaran dan

dukungan pembiayaan sertifikasi sangat membantu pengembangan pertanian organik.

e. Dalam rangka melindungi konsumen dan petani organik, perlu dilakukan pengawasan pangan

organik yang beredar serta sertifikasinya. Hal ini guna untuk menghindari adanya pemalsuan

atau penggandaan sertifikat organik, pemalsuan label maupun tindakan curang lainnya yang

dilakukan oknum pedagang atau produsen karena akan merugikan petani tetapi juga

komsumen.

f. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik, dibutuhkan koordinasi dan kerjasama antar

instansi subsektor pertanian dan subsektor peternakan, baik di level pusat maupun daerah agar

lebih mengutamakan bahan baku dan produksi lokal.

g. Harga produk organik seharusnya lebih mahal dari pada produk biasa karena membutuhkan

biaya sertifikasi yang yang cukup mahal. Untuk itu perlu dukungan pemasaran dan edukasi

kepada konsumen, hal ini dapat ditempuh dengan menjalin kerjasama atau kemitraan dengan

perusahaan swasta. Pemerintah pusat dan daerah diharpak untuk lebih sering mengadakan

temu bisnis, dimana petani bisa bertemu dan berdiskusi langsung dengan konsumen

khususnya konsumen besar untuk menyesuaikan antara kebutuhan konsumen dan produksi

petani.

2. Selain Rapat Koordinasi/FGD/Seminar, telah dilakukan juga upaya pengendalian berupa

kunjungan lapang ke beberapa lokasi di Indonesia untuk melihat langsung pengembangan dan

penguatan Desa Pertanian Organik (DPO) di Indonesia antara lain ke Provinsi Nusa Tenggara

Page 59: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

58 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Barat pada tanggal 19-21 Februari 2018, Sulawesi Barat pada tanggal 04-06 April 2018,

Gorontalo pada tanggal 11-13 April 2018, Jawa Timur pada tanggal 27 September 2018, Provinsi

Jawa Barat pada tanggal 30-31 Mei 2018, dan Provinsi Sumatera Barat tanggal 7-9 November

2018. Adapun kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

a. Perlu pendampingan yang berkelanjutan kepada kelompok tani organik, karena budidaya

organik perlu konsistensi petani untuk tidak menggunakan produk kimiawi dan juga perlu

pendampingan terutama dalam pengadministrasiannya khususnya bila menginginkan

sertifikasi organik.

b. Untuk mengatasi kendala pemasaran yang dihadapi kelompok tani Pemerintah Daerah dapat

menggalakkan program mengkonsumsi beras organik di kalangan pegawai.

c. Program pertanian organik perlu ditingkatkan dan berlanjut pelaksanaannya karena sampai

dengan tahun 2017 baru terealisir sebanyak 714 desa dari target 1000 desa. Program desa

pertanian organik selain bermanfaat untuk peningkatan keuntungan bagi petani, bermanfaat

juga untuk kelestarian lingkungan dan pemeliharaan kesehatan dan gizi bagi konsumen.

d. Pertanian organik yang berkelanjutan dapat memberi keuntungan kepada petani karena dapat

mengurangi biaya produksi. Selain itu, Desa Pertanian Prganik juga berdampak positif

terhadap keamanan dan kesehatan pangan karena mampu mengurangi kerusakan struktur

tanah yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia atau anorganik.

e. Diperlukan komitmen pemerintah di tahun 2019 dalam mendukung pencapaian target Seribu

Desa Pertanian Organik (DPO) yang sampai dengan akhir 2018 sudah hampir mencapai

target, bahkan ada yang sudah melebihi target dimana: (a) Desa Pertanian Organik tanaman

pangan sudah mencapai 708 desa dari target 600 Desa; (b) Desa Pertanian Organik

Perkebunan sebanyak 156 Desa dari target 150 Desa; dan (c) Desa Pertanian Organik

Hortikultura sebanyak 142 Desa dari target 250 Desa.

Berdasarkan rangkaian kegiatan yang dilakukan selama tahun 2018, Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian telah menghasilkan Capaian Kinerja Output sebagaimana diuraikan berikut.

No Kegiatan TVK (Target Volume

Keluaran)

RVK (Realisasi)

TIKK (Target

Indikator)

RIKK (Realisasi Indikator)

CKK (Capaian)

1 Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian

a. Koordinasi Kebijakan Pangan 22 22 22 22 100%

b. Koordinasi Kebijakan

Peternakan dan Perikanan

4 4 4 4 100%

c. Koordinasi Kebijakan

Perkebunan dan Holtikultura

3 3 3 3 100%

d. Koordinasi Kebijakan Bidang Agribisnis

3 3 3 3 100%

e. Koordinasi Kebijakan Bidang

Prasarana dan Sarana Pangan

dan Pertanian

2 2 2 2 100%

Total 34 34 34 34 100%

Page 60: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

59 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

2,34

45

0,13 0,14 0,26 0,15 0,24

1,

0,28 21 0,

0,88

B.3 Capaian Outcome Inflasi bahan makanan (mtm) tahun 2018 relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2015-

2017.

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00

-1,00

-2,00

Perkembangan Inflasi Volatile Food

-1,10

-1,62

Gambar 3.1 Perkembangan Inflasi Volatile Food

2015

2016

2017

2018

Inflasi Desember 2018 disumbang terutama oleh kenaikan harga bawang merah, beras, telur

ayam ras, daging ayam, dan ikan segar. Inflasi bahan makanan (yoy) tahun 2018 lebih rendah

dibandingkan tahun 2015-2016 dan dalam kisaran sasaran inflasi bahan makanan sebesar <5%.

Secara year to date (YTD), inflasi bahan makanan pada Jan-Des 2018 sebesar 3,41% lebih rendah

dibandingkan tahun 2016 (5,69%) meski lebih tinggi dibandingkan 2015 (4,93%) dan 2017 (1,26%).

Tabel 3.4 Inflasi Bahan Makanan Tahun 2015-2018

Inflasi Bahan Makanan 2015 2016 2017 2018

Tahunan (YoY) 4,93 5,69 1,26 3,41

Selain itu, pada tahun 2018 atas inisiatif Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian,

Pemerintah telah menetapkan jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 1-1,5 juta ton yang

disepakati melalui Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Bidang Perekonomian. Dalam rangka

koordinasi dan sinkronisasi untuk stabilisasi harga beras, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian telah merekomendasikan kebijakan pengelolaan cadangan beras pemerintah dengan sistem

penggantian (revolving). Hal tersebut diawali dengan terbitnya Peraturan Menko Perekonomian

nomor 5 tahun 2018 tentang Koordinasi Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi

Harga.

Page 61: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

60 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Cabai dan bawang merah merupakan komoditi yang memiliki nilai komersial tinggi dan

mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan rakyat. Berdasarkan Perpres Nomor 71 tahun

2015 menetapkan bahwa cabai dan bawang sebagai barang kebutuhan pokok dan barang penting dan

berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Penetapan harga acuan pembelian di petani dan harga acuan

penjualan di konsumen untuk cabai dan bawang merah tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia Nomor 63/M-DAG/PER/9/2016 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di

Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Seiring dengan berjalannya waktu, komoditas cabai

tidak lagi diatur harga acuannya karena sangat perisable dan harga terlalu berfluktuasi sehingga kurang

tepat jika diatur dalam Permendag. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 dimana harga cabai tidak

lagi diatur dalam Permendag.

Pemerintah melakukan revisi Permendang terkait harga acuan setiap 4 (empat) bulan sekali

agar bisa menghasilkan harga acuan yang up to date, yaitu Permendag Nomor 58 tahun 2018 (terbit

bulan Mei) dan terakhir Permendag nomor 96 tahun 2018 (terbit bulan Oktober). Selama ini harga

acuan untuk bawang merah belum pernah mengalami perubahan sejak tahun 2016 sampai dengan

sekarang, baik di tingkat petani maupun di tingkat konsumen. Setiap pembahasan Permendag hasil

revisi harga acuan dilakukan konsultas melalui rapati dengan para pakar serta kementerian/lembaga

(K/L) terkait, dan tahap akhir dalam menetapkan Permendag tersebut meminta persetujuan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Harga Acuan Berdasarkan Permendag Nomor 96 tahun 2018

Komoditi

Bawang Merah

Harga Acuan Pembelian

di Petani (Rp/kg)

Harga Acuan

Penjualan

di Konsumen

(Rp/kg)

Konde Basah 15.000 -

Konde Askip 18.300 -

Rogol Askip 22.500 32.000

Berdasarkan pantauan perkembangan mingguan harga eceran beberapa komoditas strategis dari

BPS, terpantau bahwa harga cabai rawit dan cabai merah cukup tinggi di awal hingga pertengahan

tahun dan mulai menurun sampai di akhir tahun. Sedangkan untuk bawang merah, harganya cukup

stabil dan rata-rata berada di bawah harga acuan Permendag, hal ini mengindikasikan bahwa pasokan

dan harga bawang merah cukup stabil selama tahun 2018. Berikut kami sampaikan harga tertinggi dan

terendah untuk komoditas cabai dan bawang merah selama tahun 2018 yang dikumpulkan oleh BPS

melalui survei di 10 kota besar di Indonesia, yaitu Medan, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung,

Semarang, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Samarinda dan Makassar :

Page 62: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

61 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Harga Konsumen Berdasarkan Survei BPS

Komoditas

Harga Terendah Harga Tertinggi

Rp./kg Bulan Rp./kg Bulan

Cabai Rawit 30.199 September 51.850 Maret

Cabai Merah 29.072 September 47.363 April

Bawang Merah 21.861 Oktober 34.406 Juni

Gambar 3.1 Grafik Fluktuasi Harga Cabai dan Bawang Merah Tahun 2016 s.d. 2018

Berdasarkan grafik di atas, dapat ditunjukkan bahwa koefisien variasi (KV) harga komoditas cabai

rawit dan cabai merah tahun 2018 masing-masing sebesar 18,9% dan 14,3%. Sedangkan pada tahun

2017, KV harga komoditas tersebut masing-masing sebesar 58,2% dan 19,9%. Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa KV tahun 2018 lebih kecil dibanding tahun 2017. Hal ini mengindikasikan bahwa

keragaman/fluktuasi harga komoditas cabai rawit dan cabai merah tahun 2018 lebih terkendali dari

pada tahun 2017.

Namun untuk komoditas bawang merah, KV tahun 2017 dan 2018 berkisar di angka 15%. Hal ini

menunjukkan kinerja yang cukup stabil. Keragaman/fluktuasi harga komoditas tersebut menyumbang

inflasi bahan makanan. Andil inflasi pada tahun 2018 untuk komoditas cabai rawit sebesar 0,03%,

dengan deflasi terjadi pada bulan April, Mei, Agustus, September dan dan November. Sedangkan

komoditas cabai merah menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan yaitu memberikan andil

deflasi sebesar 0,11%. Kemudian untuk komoditas bawang merah, tahun 2018 memberikan andil

Harga Cabai dan Bawang Merah Tahun 2016 s/d 2018

120.000

110.000

100.000

90.000

80.000

70.000

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

Cabai Rawit

Cabai Merah

Bawang Merah

Ha

rga

(R

p/k

g.)

Ja

n'1

6

Fe

b'1

6

Ma

r'1

6

Ap

r'1

6

Me

i'16

Ju

n'1

6

Ju

l'16

Ag

t'1

6

Se

p'1

6

Okt

'16

No

v'1

6

De

s'1

6

Ja

n'1

7

Fe

b'1

7

Ma

r'1

7

Ap

r'1

7

Me

i '1

7

Ju

n '1

7

Ju

l'17

Ag

t'1

7

Se

p'1

7

Okt'1

7

No

v'1

7

De

s'1

7

Ja

n'1

8

Fe

b'1

8

Ma

r'1

8

Ap

r'1

8

Me

i'18

Ju

n'1

8

Ju

l'18

Ag

t'1

8

Se

p'1

8

Okt'1

8

No

v'1

8

De

s'1

8

Page 63: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

62 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

inflasi sebesar 0,07%, dengan deflasi terjadi pada bulan Januari, Juli, Agustus, September, dan

Oktober.

Untuk menjaga stabilisasi harga cabai dan bawang merah tersebut, Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian melakukan kegiatan koordinasi, sinkronisasi,

dan pengendalian.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian sebagai

koordinator dari beberapa K/L terkait selama tahun 2018 telah beberapa kali mengkoordinasikan

terkait stabilitas pasokan dan harga untuk komoditas cabai dan bawang merah. Salah satu contoh, pada

tanggal 9 Januari 2018 diadakan Rapat Koordinator Teknis (Rakornis) yang dipimpin oleh Deputi

Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian. Hasil/Rekomendasi dari

Rakornis tersebut adalah :

1. Meminta kepada Perum BULOG untuk melakukan:

a. Perluasan gudang khusus untuk bawang merah. Teknologi terkini untuk penyimpanan/gudang

yang paling cocok saat ini ialah controlled atmosphere storage (CAS).

b. Perbaikan terhadap standard operasional prosedur (SOP) pembelian dan penjualan bawang dan

cabai terkait cash flow, kualitas, wilayah sentra produksi dan daerah pemasaran.

c. Penyerapan bawang merah petani untuk kemudian didistribusikan ke industri. Ditekankan agar

dapat bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian dalam melakukan mediasi/konektivitas

dengan para pelaku industri.

2. Meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk melakukan :

a. Perbaikan Harga Acuan dengan memperhatikan spesifikasi kualitas dari bawang merah,

termasuk mengatur perdagangan bawang merah basah, karena hal tersebut dapat menyebabkan

harga terpuruk.

b. Bantuan kepada Perum BULOG dalam pendistribusian bawang merah ke seluruh wilayah

Indonesia

3. Meminta kepada Kementerian Pertanian untuk melakukan :

a. Memfasilitasi infrastruktur pasca panen (instore drying) dalam jangka panjang.

b. Pengaturan pola tanam dengan memperhatikan kondisi wilayah masing-masing agar tidak

terjadi panen berbarengan guna menjaga stabilitas harga dan kontinuitas produksi/pasokan.

c. Pemurnian benih untuk menghasilkan benih yang berkualitas dan harga terjangkau.

d. Produksi benih secara massal untuk kebutuhan petani. Saran : benih TSS

e. Sosialisasi ke petani untuk menanam bawang merah dengan biji untuk menghemat biaya

produksi. Menanam bawang merah dengan biji membutuhkan waktu 1 (satu) bulan lebih lama

untuk dapat menghasilkan (panen) dibandingkan menanam dengan umbi, namun biaya

produksinya jauh lebih murah.

f. Pemakaian pestisida yang ramah lingkungan agar kualitas bawang merah tetap terjaga.

Page 64: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

63 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

4. Meminta kepada Kementerian Perindustrian untuk melakukan :

a. Perluasan industri UKM dan bantuan alat pengolahan pasca panen ke industri kecil.

b. Koordinasi dengan Dinas Perindag di Kabupaten/Kota untuk memetakan kebutuhan industri

di wilayah masing-masing Kabupaten/Kota.

c. Pemberian spesifikasi yang jelas pada komoditas cabai dan bawang merah sesuai yang

dibutuhkan oleh industri besar dan sedang.

d. Rapat internal untuk membahas pendistribusian bawang merah ke industri besar dan kecil

sebagai konsumen terbesar

5. Pemerintah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan (swasta dan industri) untuk

melakukan sosialisasi penggunaan cabai dan bawang olahan, seperti : minyak bawang merah,

minyak cabai, cabai kering, abon cabai, dan lain-lain untuk konsumsi masyarakat sehari-hari

sehingga saat tidak terjadi panen raya (harga tinggi) masyarakat bisa menggunakan cabai dan

bawang merah olahan.

Selain melakukan rapat koordinasi, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian – Kemenko

Bidang Perekonomian juga melakukan diskusi dengan beberapa pakar hortikultura untuk meminta

pendapat dan masukannya terkait pasokan dan stabilisasi harga komoditas hortikultura, khususnya

pada cabai dan bawang merah. Misalnya, pada tanggal 19 Januari 2018, tim dari Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian melakuan diskusi dengan akademisi Institut Pertanian Bogor serta

peneliti di Pusat Kajian Hortikultura Tropika. Beberapa hasil dari diskusi tersebut antara lain :

Pemerintah harus waspada, dikhawatirkan petani bawang merah di Brebes, Cirebon, Tegal dan

Nganjuk tidak mau menanam lagi sebagai akibat dari jatuhnya harga bawang merah. Jika hal ini

terjadi, harga bawang merah bisa meningkat tajam karena bawang merah dari Brebes sebagai

pemasok utama di Jabodetabek.

Pemerintah perlu waspada, jangan sampai bantuan benih yang diberikan untuk wilayah

pengembangan bawang merah di luar Jawa terputus, karena petani tersebut belum tentu mau

menanam bawang merah jika tidak mendapat bantuan benih lagi karena pada dasarnya mereka

bukan petani bawang merah. Jika hal ini terjadi maka kenaikan harga bawang merah akan terjadi

di seluruh Indonesia (skala nasional).

Pemerintah perlu melakukan pengawasan dan monitoring secara kontinyu dan memastikan bahwa

di tahun 2018 ini : (1) produksi bawang merah tercukupi; (2) petani tetap mau menanam meskipun

saat ini harganya turun; (3) bawang merah di luar Jawa yang mendapatkan perluasan tambah tanam

tetap terus menanam bawang merah meskipun mendapat bantuan ataupun tidak mendapat bantuan

dari pemerintah.

Salah satu tugas dan fungsi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang

Perekonomian selain koordinasi dan sinkronisasi adalah melakukan pengendalian. Terkait dengan hal

tersebut, maka tim Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian

Page 65: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

64 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

juga melakukan pemantauan harga cabai dan bawang merah di beberapa pasar induk di wilayah

Jabodetabek. Pemantauan harga dilakukan dengan menanyakan langsung ke beberapa pedagang di

pasar tersebut. Terlihat bahwa selama triwulan pertama, harga komoditas cabai cenderung stabil pada

harga yang cukup tinggi, sedangkan harga komoditas bawang merah berada pada tingkat harga yang

cenderung rendah karena over supply sehingga banyak petani yang menderita kerugian. Namun yang

patut diapresiasi, pada triwulan kedua harga terpantau normal dan tidak terjadi gejolak harga yang

tinggi padahal di triwulan ini terdapat bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pada triwulan ketiga,

harga cenderung turun sehingga petani banyak yang menderita kerugian. Sedangkan di triwulan

keempat, terpantau harga cenderung stabil dan aman.

Sebelum tahun 1999, Indonesia pernah swasembada bawang putih dengan produksi yang sangat

tinggi sehingga impornya sangat kecil. Setelah terjadi liberalisasi perdagangan dan berlakunya Asean

Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2000, harga bawang putih nasional jauh lebih mahal daripada

harga bawang putih negara lain, khususnya China sehingga bawang putih nasional sangat terpuruk.

Harga bawang putih lokal tidak mampu bersaing dengan bawang putih impor dan menyebabkan petani

tidak bergairah untuk menanam. Menghadapi fenomena tersebut, pada tahun 1996-2016 terjadi

penurunan luas panen rata-rata 9,75% per tahun dan produksi rata-rata 10,75% per tahun. Luas panen

bawang putih tahun 1995-2016 cenderung menurun seiring dengan trend laju peningkatan impor

bawang putih. Kebutuhan bawang putih tiap tahun mengalami peningkatan sedangkan produksi

nasional semakin berkurang. Pada tahun 2016, sekitar 95% kebutuhan bawang putih diimpor dengan

nilai sekitar 50% dari total impor sayuran. Kebutuhan bawang putih nasional tahun 2017 sebanyak 426

ribu ton dan tahun 2018 sebanyak 431 ribu ton. Untuk memenuhi kebutuhan bawang putih nasional

maka dilakukan impor bawang putih (Kementerian Pertanian, 2018).

Produksi Bawang Putih Nasional Tahun 1995 s.d 2017

180000152.421

160000

140000

120000

100000

80000

600.000

500.000

400.000

300.000

Impor Bawang Putih Tahun 1996-2018

60000

40000

20000

0

19.510 200.000

100.000

-

Tahun

Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa setelah tahun 1996, produksi bawang putih nasional

mulai menurun tajam dan sebaliknya, impor bawang putih terus meningkat dengan pesat. Hampir 95

persen kebutuhan bawang putih nasional dipenuhi oleh impor dari China. Melihat fenomena ini, Deputi

Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian mulai mengkoordinasikan

K/L terkait dalam upaya menuju swasembada bawang putih. Kementerian Pertanian sudah menyusun

peta pola tanam untuk bawang putih dan di targetkan akan swasembada di tahun 2024. Saat ini banyak

pembukaan areal lahan untuk bawang putih dan produksinya akan digunakan sebagai bibit (bukan

Vo

lum

e (

To

n)

Vo

lum

e I

mp

or

(To

n)

Page 66: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

65 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

untuk konsumsi) dan pemerintah juga memberlakukan peraturan seperti yang tertuang dalam RIPH,

bahwa importir akan dikeluarkan IP nya jika telah menanam sebanyak 5 persen dari kuota impornya

(volume pengajuan impor), hal ini tertuang dalam dasar hukum Permentan Nomor 16 tahun 2017

tentang RIPH dan Surat Keputusan Dirjen Hortikultura No. 221/Kpts/HK.320/D/5/2017 tentang

petunjuk teknis pengembangan pelaku usaha impor produk hortikultura. Hasil penanaman yang

dilakukan oleh para importir tersebut akan dipergunakan sepenuhnya untuk kebutuhan benih. Jika

kebutuhan benih dalam negeri sudah terpenuhi maka produksi bawang putih nasional akan bisa

memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga impor bawang putih makin lama makin berkurang dan

pada akhirnya tidak perlu impor lagi (swasembada bawang putih). Adapun jika melakukan impor,

maka yang diimpor adalah kebutuhan bawang putih selain untuk konsumsi masyarakat. Untuk

mempercepat proses swasembada bawang putih, kementerian Pertanian telah menyiapkan :

1. Peta Pengembangan Bawang Putih Tahun 2016-2024

2. Peta Jalan Swasembada Bawang Putih 2016-2019 (percepatan)

3. Roadmap Swasembada Bawang Putih berkelanjutan 2019 menuju swasembada di tahun 2024

Dalam upaya menuju swasembada bawang putih, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian mengadakan rapat koordinasi (Rakor) di Kabupaten

Temanggung. Rakor ini dilakukan sebagai upaya untuk menindaklanjuti surat dari Bupati Temanggung

kepada Bapak Menko Perekonomian terkait pengadaan pupuk dan benih untuk bawang putih. Rakor

dihadiri oleh Kementerian Pertanian, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP),

Kabupaten/Kota sentra bawang putih, berbagai perwakilan dari dinas kabupaten/kota serta para

importir dan petani bawang putih. Rakor ini dipimpin langsung oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan

dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian cq. Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikutura

dengan bekerjasama dengan Pemerintah daerah Kabupaten Temanggung.

Selain mendukung upaya menuju swasembada bawang putih, Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian – Kemenko Bidang Perekonomian juga mendorong stabilisasi harga bawang

putih. Berdasarkan perkembangan harga komoditas bawang putih pada Januari sampai dengan

Desember tahun 2018, dapat diketahui bahwa koefisien variasi (KV) tahun 2018 sebesar15,2%,

sedangkan KV tahun 2017 sebesar 27%. Hal ini menunjukkan kinerja stabilisasi harga komoditas

bawang putih tahun 2018 lebih baik dibandingkan tahun 2017. Komoditas bawang putih memberikan

andil deflasi sebesar 0,01 terhadap inflasi bahan makanan tahun 2018.

Page 67: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

66 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

C. Perbandingan Capaian Kinerja

Selama periode tahuin 2016-2018, realisasi kinerja Deputi II selalui mencapai target sesuai

dengan target yang ada dalam Perjanjian Kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh jajaran Deputi

II selalu berupaya untuk melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada pencapaian sasaran program.

Dengan seluruh input (anggaran dan sumber daya manusia), Deputi II pada tahun 2018 telah

mencapai kinerja 100% pada seluruh indikator kinerja.

Tabel 3.5 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016-2018

Sasaran Program

Indikator Kinerja 2016 2017 2018

Sasaran Program 1

Terwujudnya stabilisasi harga pangan

Jumlah paket rekomendasi

kebijakan di bidang stabilisasi

harga pangan

100% (Persentase Hasil

Rekomendasi)

100% (Persentase Hasil

Rekomendasi)

100% (1 Paket Rekomendasi

Selesai)

Target 100% 100% 1 Paket Rekomendasi

Realisasi 100% 100% 1 Paket Rekomendasi

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 100% 100% 100%

Sasaran Program 2

Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di bidang pangan dan

pertanian

Jumlah paket rekomendasi

kebijakan bidang koordinasi

pangan dan pertanian

100% (Persentase Hasil

Rekomendasi)

100% (Persentase Hasil

Rekomendasi)

100% (1 Paket Rekomendasi

Selesai)

Target 100% 100% 1 Paket Rekomendasi

Realisasi 100% 100% 1 Paket Rekomendasi

Nilai Kinerja Organiasasi (NKO) 100% 100% 100%

D. Akuntabilitas keuangan

A. Perkembangan Pagu Anggaran

Pagu Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian pada tahun 2018 mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, anggaran yang dikelola oleh Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian sebesar Rp. 15.000.000.000,- atau menurun dari tahun 2017 yang

pada saat itu sebesar Rp. 15.422.410.000,- , hal tersebut disebabkan pemindahan alokasi belanja

sewa (522141) untuk sewa kendaaran Eselon II yang pada tahun 2017 dikelola oleh Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian menjadi dikelola oleh Sekretariat Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian di tahun 2018. Perkembangan pagu anggaran Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian dari tahun 2014 s.d. 2018 adalah sebagaimana tampilan grafik berikut.

Page 68: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

67 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Gambar 3.3 Perbandingan Alokasi Pagu Anggaran dan Realisasi Anggaran Tahun 2014 s.d. 2018 (RP Miliar)

B. Realisasi Belanja

Realisasi Belanja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian pada Tahun Anggaran 2018

berjumlah Rp. 14.956.759.373,- atau mencapai 99,71% dari Pagu DIPA sebesar Rp.

15.000.000.000,-. Dengan capaian realisasi belanja tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian menempati urutan ke-1 dari 8 unit Eselon 1 (termasuk Kedeputian dan Sekretariat) dengan

tingkat capaian persentase anggaran tertinggi. Tingkat penyerapan anggaran tersebut mengalami

peningkatan dibandingkan pada tahun sebelumnya dengan jumlah Rp. 15.255.760.474,- dari total

pagu Rp. 15.422.410.000,- atau mencapai 98,93% di tahun 2017. Rincian anggaran dan realisasi

belanja tahun 2018 berdasarkan perjanjian kinerja atau sasaran program dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Gambar 3.4 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Sasaran Program Tahun 2018

6,400,000,0006,600,000,0006,800,000,0007,000,000,0007,200,000,0007,400,000,0007,600,000,0007,800,000,0008,000,000,000

Terwujudnya stabilitasharga pangan

Terwujudnya koordinasi,sinkronisasi dan

pengendalian kebijakanperekonomian

Pagu Anggaran Capaian Realisasi

18,00

16,00

14,00

15,42 15,26 15,00 14,97

12,00

10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

-

11,60 11,90 11,72 10,60

9,18 8,10

2014 2015 2016 2017 2018

Alokasi Pagu Anggaran Realisasi

86,60 69,83 98,45

99,71 98,93

99,77%

99,64%

Page 69: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

68 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Kode

Sasaran

Program

Sasaran Program

Pagu

Anggaran

Capaian

Realisasi

Persentase

(%)

03

Terwujudnya stabilitas

harga pangan

8.000.000.000

7.981.980.421

99,77%

09

Terwujudnya koordinasi,

sinkronisasi dan

pengendalian kebijakan

perekonomian

7.000.000.000

6.974.778.952

99,64%

Jumlah

15.000.000.000

14.956.759.373

99,71%

C. Realisasi Berdasarkan Unit Eselon II dan Jumlah Revisi Anggaran

Page 70: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

69 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

No.

Kegiatan

2017 2018

Alokasi

DIPA Realisasi %

Alokasi

DIPA Realisasi %

1.

Koordinasi

Kebijakan Pangan

6.104

6.015

98,54%

8.000

7.982

99,77%

2.

Koordinasi

Kebijakan

Peternakan dan

Perikanan

2.254

2.238

99,29%

1.500

1.497

99,79%

3.

Koordinasi

Kebijakan

Perkebunan dan

Hortikultura

3.308

3.273

98,94%

2.500

2.486

99,44%

4.

Koordinasi

Kebijakan Prasarana

dan Sarana Pangan

dan Pertanian

1.878

1.861

99,11%

1.500

1.495

99,67%

5.

Koordinasi

Kebijakan Agribisnis

1.878

1.870

99,56%

1.500

1.497

99,79%

Jumlah

15.422

15.257

98,93%

15.000

14.957

99,71%

Gambar 3.5 Realisasi Anggaran Tiap Kegiatan Tahun 2017 dan Tahun 2018 (juta rupiah)

Pada tahun 2018 unit kerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian melakukan koordinasi terhadap setiap kendala yang dihadapi pada

setiap unit Eselon II, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi, sehingga dalam

rangka pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan di awal tahun dapat tercapai secara optimal.

Kode

Satker

Unit Kerja

2018

Total Pagu Jumlah

Revisi DIPA

Jumlah Revisi

Reguler

427752

Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan

Pertanian

15.000.000.000

2

5

Pengajuan revisi anggaran mencerminkan adanya hambatan dalam pelaksanaan anggaran tahun

berjalan di 2018 yang dapat memberikan pengaruh pada efektivitas pelaksanaan kegiatan. Adapun

pengajuan revisi DIPA yang disampaikan kepada unit Biro Perencanaan, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2018 dan 14 November 2018 dan 5 kali

pengajuan revisi reguler pada tahun 2018.

Page 71: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

70 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

E. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang digunakan

adalah metode item line budget. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya

keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau

surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, munculah

sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya

dihubungkan dengan hasil pelayanan.

Penganggaran dengan pendekatan kinerja berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu

aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara output dengan input. Suatu kegiatan

dikatakan efisien, apabila dengan input yang sama dihasilkan output yang lebih besar, atau output

yang dihasilkan adalah sama (sesuai target) dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak

hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana

tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup

dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Sistem Anggaran Berbasis Kinerja

menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana, hasil

kerjanya juga diperiksa. Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau

prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien.

Tolok ukur capaian kinerja juga dapat dilihat melalui pengukuran capaian keluaran (output),

kegiatan, yang dilakukan dengan membandingkan Target Volume Keluaran/Output (TVK) yang

direncanakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL/DIPA),

dibandingkan dengan Realisasi Volume Kegiatan (RVK), serta membandingkan antara Target

Indikator Keluaran Kegiatan (TIKK) dengan Realisasi Indikator Keluaran Kegiatan (RIKK).

Pengukuran Capaian Kinerja Keluaran (Output) Kegiatan dihitung berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas

Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, sebagai berikut.

Keterangan:

CKK : Capaian Keluaran (Output) Kegiatan

RVK : Realisasi Volume Keluaran (Output) Kegiatan

TVK : Target Volume Keluaran (Output) Kegiatan

m : Jumlah Keluaran (Output) Kegiatan

n : Jumlah Indikator Keluaran (Output) Kegiatan.

Pada Tahun 2018, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian telah menghasilkan 34 volume

keluaran/output (RVK), dan 34 indikator kinerja kegiatan (RIKK), melalui 5 Kegiatan. Pencapaian

kedua komponen tersebut berhasil mencapai 100% dari target yang ditetapkan, sebagaimana diuraikan

dalam tabel berikut.

Page 72: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

71 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Tabel 3.6 Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya

No Kegiatan TVK RVK TIKK RIKK CKK

1 Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian

a. Koordinasi Kebijakan Pangan 22 22 22 22 100%

b. Koordinasi Kebijakan

Peternakan dan Perikanan

4 4 4 4 100%

c. Koordinasi Kebijakan

Perkebunan dan Holtikultura

3 3 3 3 100%

d. Koordinasi Kebijakan Bidang

Agribisnis

3 3 3 3 100%

e. Koordinasi Kebijakan Bidang

Prasarana dan Sarana Pangan

dan Pertanian

2 2 2 2 100%

Total 34 34 34 34 100%

Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya

Pelaksanaan analisis efisensi pemanfaatan sumber daya dihitung berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas

Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Pengukuran efisiensi

dilakukan dengan membandingkan penjumlahan dari selisih antara perkalian pagu anggaran keluaran

dengan capaian keluaran (CKK) dan realisasi anggaran keluaran, dengan penjumlahan dari perkalian

pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran. Rumus untuk pengukuran tersebut adalah sebagai

berikut.

Keterangan:

E : Efisiensi

PAKi : Pagu Anggaran Keluaran i

RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran i

CKi : Capaian Keluaran i

Berdasarkan hasil perhitungan pada Capaian Kinerja Keluaran (Output) Kegiatan pada bagian

sebelumnya, dapat dihitung tingkat efisiensi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

dalam pencapaian kinerja di tahun 2018 sebagai berikut:

Page 73: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

72 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

No.

Output

Capaian

Keluaran

Kegiatan

(CKK)

Pagu (Rp.)

Realisasi (Rp.)

1

Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas Hasil Pertanian (Paket

Rekomendasi)

1

1.299.783.000

1.295.244.774

2

Rekomendasi Kebijakan Ketersediaan dan

Stabilisasi Harga Pangan (Paket Rekomendasi)

1

5.072.700.000

5.062.049.880

3

Layanan Dukungan Administrasi Kegiatan

dan Tata Kelola pada Deputi Bid. Koordinasi

Pangan dan Pertanian (Laporan)

1

877.317.000

875.646.099

4 Rekomendasi Kebijakan Tata Kelola Pangan dan Pameran Pertanian (Paket Rekomendasi)

1

750.200.000

749.039.668

5 Rekomendasi Kebijakan Peternakan dan

Perikanan (Paket Rekomendasi)

1

869.324.000

866.784.234

6

Rekomendasi Pengendalian Kebijakan

Peternakan dan Perikanan (Paket Rekomendasi)

1

630.676.000

630.040.684

7

Rekomendasi Hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi Kebijakan Perkebunan (Paket Rekomendasi)

1

911.394.000

907.492.153

8

Rekomendasi Pengendalian Kebijakan

Perkebunan dan Hortikultura (Paket Rekomendasi)

1

676.300.000

675.733.743

9

Rekomendasi Hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi Kebijakan Ketersediaan Harga

Non Pangan Hortikultura (Paket Rekomendasi)

1

912.306.000

902.817.004

10

Rekomendasi Hasil Koordinasi dan

Sinkronisasi Kebijakan Agribisnis (Paket Rekomendasi)

1

1.000.000.000

996.883.363

11 Rekomendasi Pengendalian Kebijakan Agribisnis (Paket Rekomendasi)

1

500.000.000

498.143.400

12

Rekomendasi hasil koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan bidang pengembangan

prasarana dan sarana pangan dan pertanian (Paket Rekomendasi)

1

982.230.000

979.164.995

13

Rekomendasi hasil pengendalian pelaksanaan

kebijakan bidang pengembangan prasarana

dan sarana pangan dan pertanian (Paket Rekomendasi)

1

517.770.000

517.719.376

Page 74: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

73 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung bahwa capaian efisiensi Deputi Bidang Koordinasi

Pangan dan Pertanian Tahun 2018 adalah sebesar 0,29%. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun

2018, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian berhasil melaksanakan rencana kerja yang

ditetapkan dalam dokumen anggaran (DIPA).

Capaian efisiensi pemanfaatan sumber daya pada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian masih di bawah 50% karena masih adanya dualisme persepsi dalam pengelolaan anggaran.

Sistem Anggaran Berbasis Kinerja merupakan sistem baru yang masih perlu disosialisasikan kepada

seluruh jajaran Deputi. Selain itu, untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu

harus dilakukan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) yang melibatkan seluruh komponen yang

ada dalam Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian. Selanjutnya, agar dapat berjalan baik

perlu ditetapkan tolok ukur kinerja dan standard pelayanan minimal.

Page 75: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

74 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

F. Analisis Penyebab Keberhasilan Ketersediaan pangan ditentukan oleh 3 aspek pokok yaitu produksi (kuantitas), distribusi

(aksesibilitas), dan konsumsi (bergizi dan aman). Stabilisasi pasokan dan harga pangan dalam negeri

sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi pangan dunia. Khususnya pada beberapa tahun

belakangan ini ditandai dengan fenomena penurunan stok pangan dunia akibat perubahan iklim global

(climate change). Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan komoditas-komoditas yang termasuk

pangan-pokok tampaknya semakin sulit terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi dan

produktivitas akibat pola tanam dan estimasi produksi yang semakin sulit diprediksi, sehingga

ketersediaan/pasokan komoditas dan harga pangan bergejolak. Tingkat harga pangan dunia tidak lagi

mencerminkan harga transaksi riil, karena telah turut dipengaruhi oleh aksi spekulasi. Hal ini cukup

berpengaruh terhadap kestabilan suplai dan harga pangan di dalam negeri. Selain itu, permasalahan

stabilitas pasokan dan harga pangan di dalam negeri juga dipengaruhi oleh sistem logistik dan distribusi

pangan/tataniaga pangan yang belum efisien serta permasalahan kurang akuratnya data sebagai

pengambilan keputusan.

Terkait dengan upaya stabilisasi pangan nasional, Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang

Pangan pada pasal 13 menyatakan bahwa: “Pemerintah berkewajiban mengelola stabilisasi pasokan

dan harga Pangan Pokok, mengelola cadangan Pangan Pokok Pemerintah, dan distribusi Pangan

Pokok untuk mewujudkan kecukupan Pangan Pokok yang aman dan bergizi bagi masyarakat.”

Keberhasilan menjaga stabilitas harga pangan tidak terlepas dari upaya mengefektifkan

kebijakan yang diambil, mulai dari kinerja produksi, penyempurnaan data, pengadaan, referensi Harga

Pembelian Pemerintah (HPP dan HPB), manajemen stok, Cadangan Beras Pemerintah (CBP), operasi

pasar dengan mekanisme yang lebih baik, timing dan kapasitas impor pangan, serta pemetaan kawasan

produsen dan konsumen untuk membangun tata niaga pangan yang efisien.

Keberhasilan capaian kinerja program merupakan hasil kinerja yang telah dicapai oleh seluruh

pegawai Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian secara berjenjang. Keberhasilan capaian

kinerja individu antara lain merupakan hasil dari penetapan indikator kinerja yang spesifik, dengan

waktu yang jelas, dan monitoring-evaluasi yang dilakukan secara berkala.

Page 76: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

75 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

G. Rencana Aksi Peningkatan Akuntabilitas Kinerja

Evaluasi terhadap sistem akuntabilitas kinerja yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun

internal merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas

kinerja Deputi II. Untuk itu, Deputi II berupaya menindaklanjuti hasil evaluasi laporan kinerja tahun

2017 yang telah dilakukan oleh APIP. Upaya yang telah dilakukan antara lain:

1. Penetapan indikator kinerja yang lebih spesifik dan terukur

Sejak tahun 2017, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah melakukan

penajaman Renstra organisasi yang bertujuan agar kinerja menjadi lebih terukur dan terarah.

Strategi dalam Renstra diekstraksi menjadi Sasaran Strategis (SS) yang kemudian divisualisasikan

dalam Peta Strategi. Untuk mengukur pencapaian setiap Sasaran Strategis ditetapkan Indikator

Kinerja Utama yang dirumuskan dengan memperhatikan prinsip SMART-C (Spesific,

Measurable, Agreeable, Realistic, Time-bounded dan Continuously Improved).

2. Penyelarasan kegiatan organisasi dengan Renstra

Sasaran program pada dokumen Rencana Kerja 2018 diselaraskan dengan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) tahun 2018. Salah satu prioritas nasional dalam RKP tahun 2018 ialah

peningkatan ketahanan pangan dengan strategi utama peningkatan produksi yang bersumber dari

dalam negeri dan stabilisasi harga pangan melalui penguatan cadangan pangan pemerintah. Renja

yang telah disahkan kemudian dituangkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) baik di tingkat Deputi

maupun Asisten Deputi dengan indikator kinerja.

Selanjutnya disusun manual indikator kinerja sebagai instrumen untuk mengukur capaian

kinerja. Kemudian indikator kinerja diukur setiap bulan dan dilakukan evaluasi setiap triwulan

untuk mengetahui kemajuan, kendala dan dicarikan solusi atas kendala dimaksud.

3. Optimalisasi evaluasi dan reviu internal dalam upaya perbaikan kinerja

Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan

Pertanian telah melakukan evaluasi internal pada tahun 2017. Evaluasi internal dilakukan oleh

Inspektorat sebagai aparat pengawasan internal pemerintah (APIP). Hasil evaluasi tersebut

dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terhadap pengelolaan kinerja di Deputi

Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian.

Tujuan evaluasi yang dilakukan APIP adalah untuk memperoleh informasi terkait

implementasi SAKIP, menilai tingkat implementasi SAKIP, memberikan saran perbaikan untuk

peningkatan implementasi SAKIP, dan memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi atas

implementasi SAKIP periode sebelumnya.

Page 77: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

76 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

4. Pemanfaatan laporan kinerja dalam upaya perbaikan kinerja

Setiap tahun, Deputi II menyusun laporan kinerja dalam rangka akuntabilitas kinerja

organisasi. Tujuan pelaporan kinerja tersebut adalah untuk memberikan informasi yang memadai

dan terukur atas capaian kinerja. Selain itu, laporan kinerja digunakan sebagai pertimbangan

dalam upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan capaian kinerja.

5. Penetapan Pengelola Indikator Kinerja

Pada tahun 2018, telah ditetapkan Pengelola Indikator Kinerja di Lingkungan Deputi Bidang

Koordinasi Pangan dan Pertanian berdasarkan Surat Keputusan Deputi nomor 3 tahun 2018 yang

merupakan tindak lanjut Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 208 tahun

2018.

Gambar 3.6 Pengelola Indikator Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Page 78: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

77 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Page 79: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

78 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Laporan kinerja Deputi II disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi II selama tahun 2018 dalam rangka melaksanakan misi dan

mencapai visi Kementerian. Laporan kinerja ini telah memasuki tahun keempat pelaksanaan

Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019. Penyusunan laporan kinerja

mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Penetapan indikator kinerja merupakan salah satu instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran

program organisasi. Pencapaian kinerja merupakan perwujudan sinergi seluruh jajaran Deputi II

dalam menghadapi berbagai tantangan di tahun 2018. Namun demikian, upaya penyempurnaan dan

perbaikan indikator kinerja harus terus dilakukan melalui penetapan indikator kinerja yang

menerapkan prinsip SMART-C. Selain itu, setiap risiko yang berpotensi menghambat pencapaian

kinerja harus dapat diidentifikasi dan dimitigasi.

Selama tahun 2018, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Deputi II telah mencapai kinerja 100%

yang diukur dari tercapainya 1 paket rekomendasi kebijakan di bidang stabilisasi harga pangan dan

1 paket rekomendasi kebijakan bidang koordinasi pangan dan pertanian. Paket rekomendasi tersebut

memuat sejumlah rekomendasi yang berisikan analisa/inisiatif strategis yang ditujukan untuk

mewujudkan stabilitas harga pangan dan koordinasi di bidang pangan dan pertanian yang secara

spesifik ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan/atau menurunkan biaya produksi.

Laporan kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif dan transparan

atas capaian kinerja dan strategi organisasi dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan

disusunnya laporan ini, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan capaian

kinerja organisasi yang akan berdampak positif dalam pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan.

Page 80: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

79 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

B. Rencana Aksi dan Tindak Lanjut Sepanjang tahun 2018, perekonomian nasional menunjukkan pertumbuhan ekonomi sesuai

target dengan didukung terjaganya stabilitas makroekonomi, di tengah berbagai potensi risiko yang

berasal dari dalam dan luar Indonesia. Namun demikian, Deputi II tetap perlu mengantisipasi

dinamika sosial dan politik khususnya tahun 2019 nanti sebagai tahun terakhir pelaksanaan RPJMN

tahun 2015-2019. Untuk itu , beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam upaya mendorong

peningkatan kinerja dan menghadapi tantangan antara lain :

1. Meningkatkan pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah melalui koordinasi untuk mitigasi risiko

pengelolaan cadangan beras pemerintah dengan pola penggantian;

2. Menyusun rekomendasi kebijakan yang lebih berfokus pada peningkatan produktivitas pertanian

dan penurunan biaya produksi pertanian;

3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan dan anggaran agar lebih efisien dan efektif;

4. Menetapkan key performance indicator sebagai tindak lanjut hasil penajaman Renstra;

5. Menetapkan indikator kinerja secara berjenjang sehingga setiap pegawai didorong untuk

memaksimalkan kompetensinya dalam rangka mencapai kinerja yang sudah diperjanjikan.

Page 81: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

LAMPIRAN

Page 82: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

81 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Manual IKU 1 - 2018

Jumlah paket rekomendasi kebijakan di bidang stabilisasi harga pangan

Unit Kerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Sasaran Terwujudnya stabilitas harga pangan

Indikator Kinerja Jumlah paket rekomendasi kebijakan di bidang stabilisasi harga pangan

Deskripsi Indikator Kinerja Definisi

Pengendalian diartikan sebagai tindakan untuk memonitoring dan evaluasi pelaksanaan rekomendasi kebijakan yang telah berjalan dalam kegiatan pembangunan serta kemungkinan untuk mengambil tindakan korektif sedini mungkin dalam rangka penyesuaian/ perbaikan/ pemecahan masalah yang terjadi di lapangan agar pelaksanaan kebijakan dapat berdayaguna dan berhasil guna serta dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, khusunya pada kebijakan bidang pangan dan pertanian yang telah terimplemenasikan.

Formula

Jumlah rekomendasi yang diselesaikan atau yang terimplementasi

Tujuan

Mengukur capaian rekomendasi kebijakan bidang Pangan dan Pertanian yang terimplementasi dengan melakukan rapat koordinasi dan kunjungan lapangan.

Satuan pengukuran Jumlah Paket Rekomendasi

Sifat Data IKU / Polarisasi (√) Maximize (….) Minimize (….) Stabilize

Sumber Data Hasil rapat koordinasi dan kunjungan lapangan

Periode Data IKU (......) Bulanan (......) Triwulanan (….) Semesteran (√) Tahunan

Detail Anggaran Kode Program 035.01.06 Kode Kegiatan 2516, 2524, 2525, 2526, 2528 Kode Output -

Target per Periode Pelaporan

(bulanan/triwulanan/semesteran/tahunan) Tahun 2017

(Diisi dalam hal terdapat data tahun 2017)

Tahun 2018

Target Realisasi Target

Tahunan 1 1 1

Page 83: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

82 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Manual IKU 2 - 2018

Jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang koordinasi pangan dan pertanian

Unit Kerja Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian

Sasaran Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan perekonomian

Indikator Kinerja Jumlah paket rekomendasi kebijakan bidang koordinasi pangan dan pertanian

Deskripsi Indikator Kinerja Definisi

Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pangan dan Pertanian memiliki lingkup yang luas, yaitu dari peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, perluasan lahan, penetapan lahan, gangguan hama dan penyakit, benih, bibit, pupuk, sarana prasarana, kelembagaan, pembiayaan, kesejahteraan petani, logistik, kebutuhan dan konsumsi, cadangan pangan, harga pangan terkait naik turun harga pangan, tataniaga sampai dengan keamanan pangan. Jadi dalam hal kebijakan pangan dan pertanian pada prinsipnya adalah upaya menjaga produktivitas pangan, mempertahankan stabilitas harga pangan dan keterjangkauan masyarakat dalam mendapatkan pangan, serta melindungi masyarakat yang rentan terhadap krisis pangan. Koordinasi dan sinkronisasi yang dilakukan bersama dengan K/L terkait, Asosiasi, Pakar/Peneliti, merupakan proses mengupayakan terjadinya kesamaan persepsi, pemikiran dan tindakan dalam mewujudkan pencapaian tujuan dari semua stakeholder melalui rapat koodinasi, lokakarya, seminar, symphosium, pameran, kunjungan kerjabaik secara formal maupun informal. Komoditas yang dikoordinasikan yaitu padi, jagung, kedelai, peternakan (sapi, unggas, telur, susu), perikanan (garam, rumput laut dan ikan) perkebunan (sawit, teh, kopi, karet, kakao, kelapa), hortikultura (cabai, bawang, biofarmaka, florikultura, rempah), Prasarana dan sarana (lahan, irigasi, pupuk, benih, peralatan) dan pembiayaan dan kelembagaan pertanian.

Formula

Jumlah rekomendasi yang diselesaikan atau yang dihasilkan

Tujuan

Mengukur capaian rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pangan dan pertanian yang diselesaikan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD), rapat koordinasi, seminar, lokakarya, dan diskusi dengan pakar.

Satuan pengukuran Jumlah Paket Rekomendasi

Sifat Data IKU / Polarisasi (√) Maximize (….) Minimize (….) Stabilize

Sumber Data Focus Group Discussion (FGD), rapat koordinasi, seminar, lokakarya, dan diskusi dengan pakar.

Periode Data IKU (......) Bulanan (......) Triwulanan (….) Semesteran (√) Tahunan

Page 84: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 85: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 86: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 87: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 88: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 89: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 90: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 91: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 92: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 93: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 94: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 95: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 96: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 97: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 98: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 99: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 100: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 101: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...
Page 102: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

83 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

LAMPIRAN DOKUMENTASI

23022018 Konpres Deputi II tentang penguatan ISPO di media center,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Page 103: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

84 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

09022018 Deputi II - Kakao

Page 104: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

85 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

09042018 - RAPAT WORKSHOP DEPUTI 2

Page 105: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

86 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

08082018 - SPEECH KOPI DI HOTEL BOROBUDUR

JAKARTA (MENKO)

Page 106: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

87 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Dokumentasi Kegiatan pada Tahun 2018

Page 107: LAPORAN KINERJA 2018 - Gerai Otomatisasi Kementerian ...

88 LAPORAN KINERJA 2018

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN

Dokumentasi Kegiatan pada

Tahun 2018