Laporan KGC
Click here to load reader
-
Upload
syariful-anam-rifai -
Category
Documents
-
view
134 -
download
3
description
Transcript of Laporan KGC
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 2221
Percobaan ke-6
Kromatografi Gas-Cair
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
Nama : Syariful Anam Rifai
NIM : 10511088
Kelompok : 8
Tanggal : 19 Februari 2013
Asisten : Adie Fauzi Rachman
10509058
Kromatografi Gas-Cair
I. Tujuan
Menentukan dan memisahkan komposisi campuran benzene, toluene, dan xylene
dengan menggunakan kromatografi gas cair
II. Teori Dasar
Kromatografi gas cair dapat terjadi karena adanya partisi dari komponen
bersangkutan pada fasa gerak dan diam yang terdapat di dalam kolom. Dengan
demikian setiap komponen akan bergerak melalui kolom dengan kecepatan yang
berbeda-beda dengan membentuk pita-pita kromatografi. Gas pembawa umumnya
inert dan stabil, sebagai fasa gerak membawa sampel. Sistem injeksi sampel
dimasukkan ke dalam kolom dengan penyuntik (syringe) melalui gerbang injeksi yang
suhunya tinggi. Agar sampel menguap dan terbawa ke dalam kolom oleh gas
pembawa. Pemisahan pada kolom terjadi akibat perbedaan distribusi atau partisi dari
masing-masing komponen. Besaran kromatografi dapat digunakan untuk keperluan
identifikasi (kualitatif) karena waktu dan volume retensi merupakan sifat karakteristik
suatu komponen. Untuk analisis kuantitatif dapat melalui perbandingan luas puncak
(peak).
III. Cara Kerja
Siapkan beberapa sampel senyawa :
1. Benzene
2. Toluene
3. Xylene
4. Benzene:Toluene:Xylene (1:1:1)
5. Benzene:Toluene:Xylene (1:3:2)
Diinjeksi ke dalam syringe (suntikan)
Dipastikan volumenya di dalam syringe
Dimasukkan ke dalam alat kromatografi gas-cair
IV. Data dan Pengamatan
No. Faktor Retensi Persen Serapan (%) Zat
1 2.098 100 Benzene
2 3.094 100 Toluene
3 - - Xylene
4 2.044 34.06171 Benzene
5 2.920 31.49198 Toluene
6 4.427 34.44632 Xylene
7 2.047 20.26079 Benzene
8 2.974 46.92893 Toluene
9 4.428 32.81029 Xylene
V. Pembahasan
Teknik pemisahan yang sekarang populer dan sering digunakan adalah
kromatografi. Teknik ini diperkenalkan pertama kali oleh Martin Syringe dan saat ini
tidak hanya untuk proses pemisahan, bahkan untuk keperluan identifikasi (kualitatif)
dan kuantitatif berbagai senyawa. Salah satu jenis kromatografi adalah KGC
(Kromatografi Gas-Cair). Kromatografi ini pada umumnya digunakan untuk senyawa-
senyawa yang mudah menguap atau dapat diuapkan baik berupa senyawa organik
maupun anorganik. Prinsip kromatografi gas cair ini berdasarkan pada perbedaan
partisi atau distribusi masing-masing komponen senyawa, dengan seperti itu setiap
komponen akan bergerak melalui kolom dengan kecepatan yang berbeda-beda
sehingga dapat terpisahkan dan ditangkap oleh detektor dan membentuk pita-pita
kromatografi. Secara umum peralatan kromatografi seperti berikut.
Pada kromatografi gas-cair ini yang bertindak sebagai fasa geraknya adalah
fasa gas dan yang bertindak sebagai fasa diamnya yaitu fasa cair. Gas pembawa
sebagai fasa gerak umunya bersifat inert dan stabil agar tidak mudah bereaksi
dengan senyawa-senyawa lain. Gas yang dapat dipakai pada kromatografi gas-cair ini
antara lain Helium, Argon, dan N2 (Nitrogen). Pada praktikum kali ini, kita
menggunakan gas Helium. Hal ini disebabkan karena gas N2 kurang sensitif. Pada
dasarnya gas Argon jauh lebih baik dan sensitif daripada N2 dan Helium, namun
karena kelimpahannya di bumi sedikit sehingga menyebabkan harganya tinggi. Pada
praktikum ini tidak digunakan campuran alkohol, melainkan campuran Benzene,
Toluene, dan Xylene. Hal ini disebabkan karena alkohol kurang sensitif dibandingkan
dengan ketiga senyawa tersebut.
Pada umumnya prinsip atau cara kerja kromatografi ini sederhana, yaitu
dengan sistem injeksi (gerbang injeksi). Sampel dimasukkan ke dalam kolom dengan
penyuntik atau syringe melalui gerbang injeksi atau lubang injeksi yang suhunya
cukup tinggi. Karena mendapatkan suhu yang tinggi, sampel yang dimasukkan akan
menguap dan selanjutnya akan dibawa ke kolom oleh gas pembawa. Lalu pada
kolom, akan terjadi pemisahan komponen-komponen sampel berdasarkan prinsip
perbedaan partisi atau distribusi. Selanjutnya komponen-komponen yang telah
dipisahkan pada kolom akan dideteksi oleh detektor.
Pada kromatografi gas-cair terdapat dua jenis kolom antara lain :
1. Kolom terkemas (Packed Column), yang terbuat dari
stainless steel atau gelas dengan diameter 3-6 mm dan
panjang 1-5 m. Kolom diisi dengan serbuk zat padat halus
atau zat padat sebagai fasa diam. Jenis kolom ini lebih
disukai untuk analisis kuantitatif karena dapat
menampung jumlah sampel lebih banyak.
2. Kolom kapiler (Open Tubular Column), yang memiliki ukuran lebih kecil dan
lebih panjang daripada kolom terkemas. Diameter kolomnya berkisar antara
0,1-0,7 mm, panjangnya berkisar antara 15-100 m, dan berbentuk spiral
dengan diameter 18 cm. Penggunaan kolom jenis ini memberikan resolusi yang
lebih tinggi daripada penggunaan kolom terkemas. Selain itu, waktu analisis
dengan kolom kapiler lebih pendek daripada dengan kolom terkemas karena
fasa gerak tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom. Kolom kapiler
memiliki banyak varaiasi, seperti Wall-Coated Open Tubular (WCOT). Support-
Coated Open Tubular (SCOT), dan Porous-Layer Open Tubular (PLOT).
Selain kolom, pada kromatografi juga terdapat detektor. Detektor adalah alat
yang dapat mendeteksi komponen-komponen senyawa yang keluar dari kolom.
Detektor memberikan respon linear atas komponen-komponen sampel yang sudah
dipisahkan dalam kolom. Terdapat beberapa jenis detektor yaitu Thermal
Conductivity Detector (TCD) dan Flame Ionization Detector (FID). Thermal
Conductivity Detector mengukur kemampuan zat dalam memindahkan panas dari
daerah panas ke daerah dingin. Semakin besar daya hantar semakin cepat pula
panas dipindahkan. Detektor ini terdiri dari filamen panas tungsten-rhenium yang
ditempatkan pada aliran gas yang datang dari arah kolom kromatografi. Selama gas
pembawa mengalir secara konstan maka tahanan akan konstan dan begitu pula
sinyal yang dikeluarkannya. Sedangkan Flame Ionization Detector, terdiri dari
hydrogen atau air flame dan collector plate sampel yang keluar dari kolom
dilewatkan ke flame yang akan menguraikan molekul dan menghasilkan ion-ion. Ion-
ion tersebut dihimpun pada biased electrode (collector plate) dan menghasilkan
sinyal elektrik.
Parameter suhu sangat penting dalam kromatografi gas-cair agar pemisahan
berjalan dengan baik. Zat dengan titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu sedangkan zat yang titik didihnya lebih tinggi akan menguap belakangan.
Oleh karena itu dilakukan temperature programming agar sampel dapat menguap
dengan baik sehingga mengoptimalkan proses pemisahan.
Pada praktikum kali ini menunjukkan bahwa komposisi zat yang tercetak
pada kromatogram hampir sesuai dengan komposisi zat yang diatur. Namun, masih
terdapat sedikiti perbedaan. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh beberapa
kemungkinan antara lain yaitu zat yang digunakan mudah menguap sehingga
kemungkinan ada zat yang telah menguap dan volumenya berkurang. Pada
praktikum ini juga tidak tercetak puncak puncak atau peak dari xylene pada
kromatogram, hal ini mungkin disebabkan oleh zat yang tidak lagi murni atau
terkontaminasi ataupun disebabkan oleh penginjeksian yang tidak sempurna.
VI. Kesimpulan
Hasil yang didapat yaitu Benzene:Toluene:Xylene adalah
34,06%:31,49%:34,45% pada campuran pertama (1:1:1) dan 20,26%:46,93%:32,81%
pada campuran kedua (1:3:2).
VII. Pustaka
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Companies.
Skoog D. A., West D. M., Holler F.J. 1996. Fundamental of Analytical Chemistry, 7th
Edition. Orlando: Saunders College Publishing.