LAPORAN KERJA PRAKTEK KLASIFIKASI SUPERVISED UNTUK PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT SPOT-4

download LAPORAN KERJA PRAKTEK KLASIFIKASI SUPERVISED UNTUK PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT SPOT-4

of 19

description

Laporan singkat

Transcript of LAPORAN KERJA PRAKTEK KLASIFIKASI SUPERVISED UNTUK PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT SPOT-4

  • 1

    LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PEMANTAUAN PERUBAHAN PENUTUP LAHAN WILAYAH

    PESISIR PANTAI BANTEN

    11 Februari 11 Maret 2014

    Diserahkan Kepada Program Studi Teknik Geodesi dan Geoinformatika

    Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor

    Disusun Oleh :

    Agung Pamungkas ( 0511.10.009 )

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

    2014

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang telah dilaksanakan akan

    berpengaruh cukup besar terhadap perubahan tatanan lingkungan berupa menurunnya kualitas

    lingkungan, degradasi lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam

    maupun perubahan tata guna lahan.

    Kerja Praktek ini berjudul Pemantauan Perubahan Tutupan Lahan Wilayah Pantai Menggunakan

    Citra SPOT 4 (Studi Kasus : Banten). Pelaksanaan analisis perubahan penutup lahan telah dilakukan

    menggunakan metode penginderaan jauh (inderaja). Identifikasi peta perubahan penutup lahan

    dilakukan dengan menggunakan citra SPOT 4 tahun 2007 dan SPOT 4 2012. Metode Maximum

    Likelihood Classification (Supervised Classification) merupakan metode yang digunakan dalam

    penelitian ini yaitu dengan melakukan proses klasifikasi menggunakan software Envi 4.7 dan arcGIS.

    1.2 Tujuan dan Manfaat

    Tujuan dari kerja praktek ini adalah

    1. Memahami konsep Land Cover

    2. Mengerti dan memahami langkah-langkah dalam proses menganalisis perubahan Land Use/

    Land Cover menggunakan citra satelit

    3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana program studi Teknik Geodesi

    Manfaat kerja praktek ini adalah

    1. Mengetahui perubahan tutupan lahan daerah pesisir banten dari tahun 2007 sampai dengan

    tahun 2012

    2. Mengerti dan memahami langkah dalam melakukan proses klasifikasi terbimbing pada suatu

    citra

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tutupan Lahan

    Penutup/tutupan lahan adalah vegetasi dan konstruksi artifisial yang mentup permukaan lahan

    (Lindgren,1985). Penutup/tutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan di permukaan bumi

    seperti bangunan, danau, vegetasi (Lillesand/Kiefer, 1994).

    Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan adalah upaya pengelompokkan

    berbagai jenis tutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem

    tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau

    acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan pembuatan peta tutupan lahan

    maupun peta penggunaan lahan. Menurut USGS (United States Geological Survey) sistem klasifikasi

    tutupan lahan dan penggunaan lahan adalah seperti berikut:

    Level I Level II

    1 Urban or built-up land 1

    1

    Residential

    1

    2

    Commercial and Service

    1

    3

    Transportation, Communications

    and utilities

    1

    4

    Industrials and Commercial complexs

    1

    5

    Mixed and commercial complexs

    1

    6

    Mixed urban or built-up land

    1

    7

    Other urban or built-up land

    2 Agricultural Land 2

    1

    Cropsland and pasture

    2

    2

    Orchads, groves, vineyards,

    nurseries and ornamental

    horticultural areas

    2

    3

    Confined feedings operations

  • 4

    Level I Level II

    2

    4

    Other agricultural land

    3 Rangeland 3

    1

    Herbaceous rangeland

    3

    2

    Shrub-brushland rangeland

    3

    3

    Mixed rangeland

    4 Forest land 4

    1

    Deciduous forest land

    4

    2

    Evergreen forest land

    4

    3

    Mixed forest land

    5 Water 5

    1

    Streams and canal

    5

    2

    Lakes

    5

    3

    Reservoirs

    5

    4

    Bays and estuaries

    6 Wetland 6

    1

    Forested wetland

    6

    2

    Nonforested wetland

    7 Barren Land 7

    1

    Dry salt flats

    7

    2

    Beaches

    7

    2

    Sandy areas other than beaches

    7

    3

    Bare exposed rock

  • 5

    Level I Level II

    7

    4

    Strip mines, quarries and gravel pits

    7

    5

    Transitional areas

    7

    6

    Mixed barren land

    8 Tundra 8

    1

    Shrub and brush tundra

    8

    2

    Herbaceous tundra

    8

    3

    Bare ground tundra

    8

    4

    Wet tundra

    8

    5

    Mixed tundra

    9 Perennial snow or ice 9

    1

    Perennial snowfields

    9

    2

    Glaciers

    Tabel klasifikasi tutupan lahan dan penggunaan lahan diatas mencakup seluruh wilayah yang

    ada di bumi ini. Namun untuk penggunaan disuatu wilayah tertentu hanya menggunakan sebagian saja

    dari tabel diatas. Misalnya untuk wilayah Indonesia, tutupan dan penggunaan lahan yang umumnya

    digunakan adalah sebagai berikut:

    No Tutupan/Penggunaan Lahan

    1 Semak / Belukar

    2 Danau / Waduk / Sungai

    3 Hutan

    4 Kebun

    5 Permukiman

    6 Rawa

    7 Sawah

    8 Tegalan / Ladang

  • 6

    2.2 Pengertian Penginderaan Jauh

    Penginderaan Jauh (Remote Sensing) di singkat inderaja adalah ilmu seni untuk memperoleh

    informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

    suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan

    Kiefer,1994).

    Inderaja berkembang pesat setelah diluncurkannya ERTS (Earth Resources Technology Satelite)

    pada tahun 1972. Awal tahun 1960 sudah mulai pengembangan inderaja walaupun terbatas pada

    penelitian dan analis foto udara multispectral scanner dan digitalisasi foto udara.

    Alat yang digunakan untuk penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang

    objek tanpa terjadi kontak langsung dengan objek disebut sensor. Data yang diperoleh dari

    penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi daya, gelombang bunyi atau gelombang

    elektromagnetik.

    2.3 Klasifikasi Citra

    2.3.1 Supervised Classification (Klasifikasi Terbimbing)

    Supervised Classification merupakan metode yang di mulai dengan pengenalan pola spectral,

    prosedur training area, penyusun kunci interpretasi, dan klasifikasi hingga pengeluarnnya. Pada

    proses terwasi ini digunakan data penginderaan jauh multispektral yang berbasis numerik, maka

    pengeluaran polanya merupakan proses otomatik dengan bantuan komputer. Klasifikasi tersebut akan

    menghasilkan Peta Tematik dalam bentuk raster. Setiap piksel yang terdapat di dalam setiap kelas

    hasil klasifikasi diasumsikan memiliki karakteristik yang homogen.

    Kegiatan klasifikasi terawasi ini dilakukan dengan membuat training sample terhadap objek-

    objek kenampkan yang sama dan dimasukan kedalam kelasnya masing-masing. Pembagian kelas

    ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Training site merupakan contoh informasi kelas-kelas yang akan

    diklasifikasikan, seperti hutan, lahan kosong, sawah permukiman dan lain sebagainya. Setiap training

    site harus berbentuk polygon tertutup yang diberi satu kelas informasi beberapa nilai integer 1 dan

    255 (Diyono,2001)

    2.3.2 Maximum Likelihood

    Pada algoritma ini, piksel diklaskan sebagai obyek tertentu tidak karena jarak melainkan oleh

    bentuk, ukuran dan orientasi sampel pada feature space. ( Danoedoro, 1996 )

  • 7

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum penginderaan jauh terapan tentang

    klasifikasi supervised ini antara lain :

    1. Alat

    - 1 PC Acer Aspire 4930

    - 1 PC Lenovo

    - Printer

    2. Bahan

    - Citra SPOT 4 tahun 2007 daerah Banten

    - Citra SPOT tahun 2012 daerah Banten

    - Software ArcGis 10.1

    - Software Envi 4.7

    3.2 Waktu dan Lokasi

    Waktu dan Lokasi data praktikum adalah :

    Waktu : Tahun 2007 (SPOT 4) dan Tahun 2013 (SPOT4)

    Lokasi : Banten

  • 8

    3.3 Tahapan Pelaksanaan

    1. Persiapan

    Tahap ini merupakan langkah awal dalam kerja praktek yaitu studi literatur

    sebagai acuan dalam memperdalam materi serta memeperluas wawasan.

    Kemudian mempersiapkan segala kebutuhan penelitian seperti alat dan bahan.

    2. Pengumpulan Data

    Tahap ini merupakan pencarian data-data yang diperlukan dalam kerja praktek

    meliputi citra SPOT 4, Peta Rupa Bumi Indonesia dan Citra DEM.

    3. Tahap Pra Pengolahan

    Tahap ini meliputi koreksi geometrik padda citra dan pemotongan citra

    (Cropping). Cropping berfungsi untuk membatasi daerah dan mengurangi besar

    file citra. Daerah penelitiannya yaitu wilayah pesisir Banten.

    4. Tahapan Pengolahan

    - Komposit Warna

    Komposit warna merupakan pengolahan citra dengan cara variasi dari beberapa

    band sekaligus. Hal ini bertujuan untuk memepertajam kenampakan obyek

    tertentu sesuai dengan keperluan, sehingga mempermudah dalam melakukan

    interpretasi citra.

    - Penajaman citra

    Proses penajaman citra dilakukan untuk memepermudah dalam

    menginterpretassikan obyek-obyek yang ada pada tampilan citra.

    - Supervised Classification (Klasifikasi Terbimbing)

    Klasifikasi terbimbing dilakukan dengan menggunakan Google Earth sebagai

    referensi. Artinya kita sudah mengetahui landcover dari training area yang kita

    buat. Training area merupakan sampel kelas yang sudah kita ketahui melalui

    Google Earth. Setelah melakukan klasifikasi supervised maka dilakukan

    klasifikasi tutupan lahan disekitar pesisir seperti sawah, permukiman dll.

    - Hasil

    Dari Proses Supervised Classification diperoleh peta perubahan luas penutup

    lahan.

  • 9

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil dan Pembahasan

    4.1.1 Hasil dan Analis koreksi Geometrik Citra SPOT Tahun 2007

    Dalam penelitian ini koreksi geometrik menggunakan metode image to image

    registration yaitu suatu citra yang terdistorsi dikoreksi dengan menggunakan

    Peta Rupa Bumi Indonesia yang ditumpang susun dengan DEM. Koordinat

    dan RMS hasil koreksi geometrik adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Nilai RMS Citra SPOT 4 Tahun 2007

    Titik Cell-X Cell-Y Easting Northing RMS

    1 265.00 1433.00 579070.66 9277521.50 0.03

    2 386.33 1405.67 585679.63 9279335.13 0.07

    3 728.00 778.00 592503.77 9247210, 34 0,12

    4 786.75 515, 25 593671.87 9297163.97 0,09

    5 944.00 431.00 596807.28 9298762.42 0,01

    Total RMSe 0.074307

    Sumber:Pengolahan data tahun 2007

    Tabel 4.2 Nilai RMS Citra SPOT 4 Tahun 2012

    Titik Cell-X Cell-Y Easting Northing RMS

    1 138.94 1473.00 580607.63 9278105.55 0.17

    2 180.20 1440.40 581437.59 9278751.08 0.13

    3 831.25 1481.00 594501.83 9277859.64 0,28

    4 699.50 1384.00 591858.24 9279826.96 0,43

    5 641.00 1046.63 590720.88 9286558.88 0,09

    6 787.93 515.86 593702.61 9297194.71 0.01

    Total RMSe 0.230811

    Sumber:Pengolahan data tahun 2012

    Pada koreksi citra SPOT tahun 2007 menggunakan 5 titik kontrol dengan RMSerror sebesar

    0.074307 sedangkan untuk koreksi citra SPOT tahun 2012 menggunakan 6 titik kontrol dengan

    RMSerror sebesar 0.230811. Kesalahan RMSerror yang masih di perbolehkan yaitu sebesar 0,5.

    maka hasilnya masih memenuhi syarat yang telah memenuhi standar dalam koreksi geometrik

  • 10

    4.2 Klasifikasi Supervised

    4.2.1 SPOT 4 tahun 2007

    Setelah melakukan proses klasifikasi supervised untuk citra SPOT 4,

    diperoleh hasil klasifikasi sebagai berikut :

    Gambar 4.1 Hasil Klasifikasi Supervised SPOT 4

    Pada klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kelas yaitu Perairan (laut, danau, sungai), Lahan

    Terbangun (Pemukiman,Pelabuhan), Hutan, Sawah, Tanah terbuka dan Perkebunan.

    4.2.2 SPOT 4 2012

    Setelah melakukan proses klasifikasi supervised untuk citra SPOT 4 2012,

    diperoleh hasil klasifikasi sebagai berikut :

    Gambar 4.2 Hasil Klasifikasi Supervised Landsat 8

    Dari klasifikasi supervised dihasilkan beberapa kelas yaitu hutan, lahan terbangun, laut

    dangkal, laut, tanah terbuka, sawah, perkebunan.

  • 11

    4.3 Pertimbangan Pemilihan Kelas

    Secara umum pertimbangan dalam pemilihan kelas untuk klasifikasi supervised

    berdasarkan hasil kenampakan tutupan lahan citra SPOT 4 dengan komposit band tertentu

    yang mendekati sebenarnya. Selain itu untuk citra SPOT 4, pemilihan kelas juga

    berdasarkan kenampakan tutupan lahan di google earth. Pertimbangan pemilihan kelas di

    tiap klasifikasi yaitu :

    4.3.1 Klasifikasi Supervised

    1. SPOT 4 2007

    Pada klasfikasi Supervised menggunakan SPOT 4 2007, pertama kali proses

    klasifikasi membagi menjadi 7 kelas. Setelah itu dibagi lagi (reclass) 6 kelas yaitu

    Perairan (peairan dangkal, perairan dalam), Lahan Terbangun

    (pemukiman,pelabuhan),Tanah Terbuka, Hutan, Sawah dan Perkebunan, agar

    lebih mudah mengklasifikasikannya. Seperti yang telah dijelaskan tadi.

    Gambar 4.3 Pembagian Kelas Klasifikasi Supervised SPOT 2007

    Pertimbangan dari 7 menjadi 6 kelas berdasarkan pada citra SPOT 4 yang telah

    dikomposit dengan band 213 (Tutupan Lahan) dan berdasarkan google earth.

  • 12

    Gambar 4.4 Citra SPOT 4 Komposit Band 213

    Dari citra dengan komposit band 213 ditentukan kelas kelas tutupan lahan.

    Berikut pertimbangan pemilihan kelas :

    No Nama Kelas Warna Pertimbangan Pemilihan Kelas

    1. Perairan

    Pada kelas perairan ini yang termasuk di

    dalamnya adalah laut, danau, sungai,

    serta tubuh air lainnya. Hal ini

    dikarenakan kenampakan objek objek

    tersebut sama sehingga diklasifikasikan

    dalam satu kelas.

    2. Tanah Terbuka

    (lahan terbuka)

    Meskipun area lahan kosong tidak

    banyak, namun kenampakannya sangat

    jelas. Sehingga mudah diinterpretasi dan

    masuk dalam kelas klasifikasi.

    3. Lahan

    Terbangun

    Kelas pemukiman mayoritas terdapat di

    pinggir laut dan beberapa di tengah,

    sehingga kelas permukiman ini

    dipertimbangkan untuk menjadi satu

    kelas.

    4. Hutan

    Pada daerah Banten terdapat area hutan,

    meskipun tidak mendominasi. Cukup

    sulit untuk diidentifikasi.

    5. Sawah

    Merupakan area yang cukup

    mendominasi dan mudah diidentifikas,

  • 13

    No Nama Kelas Warna Pertimbangan Pemilihan Kelas

    terdapat di sekitar permukiman.

    6. Perkebunan

    Kelas perkebunan dipilih dikarenakan

    masih cukup banyak dijumpai objek

    perkebunan pada daerah citra ini.

    Berikut ini perbandingan antara citra SPOT 4 asli (komposit band 213 dengan

    hasil klasifikasi Supervised :

    Gambar 4.5 Perbandingan Citra SPOT 4 2007 dan Hasil Klasifikasi Supervised

    2. SPOT 4 2012

    Pada klasifikasi supervised SPOT 4, dihasilkan 6 kelas yaitu perairan, lahan

    terbuka, lahan terbangun, sawah, perkebunan, tanah terbuka

    Gambar 4.6 Pembagian Kelas Klasifikasi Supervised SPOT 4

  • 14

    6 kelas didapat dari perbandingan citra SPOT 4 dengan komposit band 213, dan

    juga dengan menggunakan referensi dari google earth

    Gambar 4.7 Perbandingan Citra SPOT 4 dan Hasil Klasifikasi Supervised

    Pertimbangan pemilihan 6 kelas tersebut adalah berikut :

    No Nama Kelas Warna Pertimbangan Pemilihan Kelas

    1. Perairan

    Pada kelas perairan ini yang termasuk di

    dalamnya adalah laut, danau, sungai,

    serta tubuh air lainnya. Hal ini

    dikarenakan kenampakan objek objek

    tersebut sama sehingga diklasifikasikan

    dalam satu kelas

    2. Tanah Terbuka

    (Lahan

    Terbuka)

    Pada kelas lahan terbuka ini merupakan

    objek yang menyerupai sawah namun

    sudah tidak ada tanaman lagi. Alasan

    pemilihan kelas ini karena banyak

    kenampakan objek ini pada citra.

    3. Lahan

    Terbangun

    Kelas pemukiman mayoritas terdapat di

    pinggir laut dan beberapa di tengah,

    sehingga kelas permukiman ini

    dipertimbangkan untuk menjadi satu

    kelas.

    4. Hutan

    Pada daerah Banten terdapat area hutan,

    meskipun tidak mendominasi. Cukup

    sulit untuk diidentifikasi..

  • 15

    5. Perkebunan Kelas perkebunan dipilih dikarenakan

    masih cukup banyak dijumpai objek

    perkebunan pada daerah citra ini.

    6. Sawah

    Merupakan area yang cukup

    mendominasi dan mudah diidentifikas,

    terdapat di sekitar permukiman.

    4.4 Hasil Perubahan Luas Tutupan Lahan

    Perubahan penutup lahan yang dideteksi dengan menggunakan metode image

    differencing menunjukkan adanya perubahan pada semua kelas penutup lahan yang

    digunakan. Tabel di bawah ini mentabulasikan perubahan jumlah piksel dan luas

    setiap kelas penutup lahan yang digunakan pada citra SPOT 2007 dan 2012

    : Tabel 4.3 Perubahan nilai piksel penutup lahan pada citra SPOT 4

    No

    Kelas Penutup

    Lahan tahun

    2007

    Jumlah piksel

    tahun 2007

    Jumlah piksel

    tahun 2012

    Perubahan

    nilai piksel

    1 Tubuh Air 45.368 44.219 -1.149

    2 Sawah 21.017 44.040 23.023

    3 Lahan

    Terbangun 6.108 7.285 1.177

    4 Tanah Terbuka 2.295 1.607 -0.688

    5 Perkebunan 85.424 62.115 -23.309

    6 Hutan Sekunder 589 734 145

    Jumlah 749.212 893.266

    Tabel 4.3 Perubahan luas penutup lahan pada citra SPOT 4

    No

    Kelas Penutup

    Lahan tahun

    2007

    Luas Tahun 2007

    (Km)

    Luas Tahun

    2012 (Km)

    Perubahan

    Luas (Km)

    1 Tubuh Air 18.1472 17.6876 -0.4596

    2 Sawah 8.4068 17.6160 9.2092

    3 Lahan

    Terbangun 2.4432 2.914 0.4708

    4 Tanah Terbuka 0.918 0.6428 -0.2752

    5 Perkebunan 34.1696 24.846 -9.3236

    6 Hutan Sekunder 0.2356 0.2936 0.058

    Jumlah 64.3204 64.0000

  • 16

    Gambar 4.8 Grafik Perubahan Luas Penutup Lahan 2007 dan 2012

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk klasifikasi supervised, luas tutupan lahan

    dari SPOT 4 (tahun 2007) ke SPOT 4 (tahun 2012) ada beberapa kelas penutup lahan yang

    mengalami penyusutan luas penggunaanya dan ada pula yang mengalami peningkatan

    penggunaanya. Tanda negatif (-) menunjukan adanya penurunan penutup lahan 2009 ke

    2012, sedangkan positif menunjukan jika terjadi penambahan penutup lahan untuk kelas

    tersebut. perubahan.

    Kelas pentup lahan sawah mengalami penambahan sebesar 9.2092 Km.hal ini

    dimungkinkan karena perubahan lahan dari perkebunan menjadi sawah.

    Luas tubuh air pada tahun 2007 sebesar 18.1472 Km dan pada tahun 2012 sebesar

    17.6876 Km. Perubahan tubuh air sebesar -0.4596 Km dikarenakan adanya lahan

    terbangun seperti pelabuhan ataupun keterbatasan metode maximum likelihood untuk

    tubuh air.

    Kelas penutup lahan lahan terbangun mengalamik penambahan sebesar 0.4708 Km

    itu dikarenakan untuk wilayah banten otonomi daerah sedang berkembang dan potensi

    wisata yang cukup baik sehingga mengundang investor untuk investasi.

    Dari perubahan yang terjadi dapat dianalisis bahwa dari tahun 2007 sampai 2012

    daerah Banten mengalami pengurangan perkebunan yang cukup banyak yaitu seluas -

    9.3236 Km. Berkurangnya luas perkebunan ini dikarenakan perubahan lahan dari

    perkebunan menjadi sawah. Seiring perubahan jaman tentu rencana tata ruang dan

    wilayah akan beradaptasi dengan keadaan yang terjadi.

    05

    101520

    25

    30

    35

    Luas Tahun 2007 (Km)

    Luas Tahun 2012 (Km)

  • 17

    Perbedaan hasil klasifikasi dapat disebabkan beberapa hal diantaranya perbedaan

    interpretasi dalam mengklasifikasikan objek tutupan lahan, cukup banyaknya awan, dan

    kurangnya informasi yang tepat tentang tutupan lahan daerah wilayah pesisir banten.

  • 18

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari kerja praktek yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan :

    1. Proses klasifikasi supervised dapat digunakan untuk mengetahui jenis tutupan lahan.

    Dengan membuat training area di objek yang homogen misalnya sawah, hutan dll

    yang natinya setelah diklasifikasikan berdasarkan spektral training area oleh

    perangkat komputer.

    2. Luas tutupan lahan daerah Banten dari tahun 2007 2012 mengalami perubahan

    dengan perubahan yang terjadi selama 5 tahun adalah sebagai berikut :

    - Bertambahnya luas tutupan lahan sawah sebesar 9.2092 Km

    - Berkurangnya luas tutupan lahan perkebunan sebesar 9.3236 Km

    - Berkurangnya luas tubuh air sebesar 0.4596 Km

    - Bertambahnya luas tutupan lahan terbangun 0.4708 Km

    - Berkurangya luas tutupan lahan tanah terbuka sebesar 0.2752 Km

    - Bertambahnya luas tutupan hutan sekunder sebesar 0.058 Km

    5.2 Saran

    Dari kerja praktek yang telah dilakukan saran yang diberikan antara lain :

    1. Dalam proses klasifikasi diharapkan mempunyai referensi lain tentang tutupan lahan

    daerah tersebut

    2. Lebih teliti saat melakukan proses klasifikasi supervised

  • 19