LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. MADU BARU (PG/PS … · Selain pabrik gula adapula pabrik spiritus...
Transcript of LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. MADU BARU (PG/PS … · Selain pabrik gula adapula pabrik spiritus...
i
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT. MADU BARU (PG/PS MADUKISMO)
MICHAEL SURYO WIBOWO
14 06 07830
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek di Pabrik Spiritus
Madukismo – PT. Madubaru beserta laporan kerja praktek ini sesuai dengan waktu
yang ditentukan dengan baik.
Laporan kerja praktek ini akan memberikan informasi mengenai analisis
bahaya dan risiko mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada SMK3 di
setiap Stasiun Kerja di Pabrik Spiritus Madukismo – PT. Madubaru.
Selama melaksanakan kerja praktek, penulis banyak belajar mengenai kasus
nyata dalam dunia kerja, sehingga penulis mendapatkan pengalaman bagaimana
nantinya jika terjun dalam dunia kerja. Kerjasama tim dan kekeluargaan sangat
dirasakan penulis ketika sedang di dalam perusahaan. Kerja praktek ini
diharapkan dapat membekali penulis dengan pengalaman-pengalaman bekerja
sebelum nantinya benar-benar masuk ke dunia kerja.
Pada pembuatan laporan ini, penulis pun tidak luput dari bantuan oleh
berbagai pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melindungi, menjaga, serta menyertai
penulis sehingga proses kerja praktek ini dapat berjalan dengan baik.
2. Kedua orang tua yang selalu mendampingi dan mendoakan penulis selama
melaksanakan kerja praktek.
3. Bapak Dr. A. Teguh Siswantoro selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
4. Bapak V. Ariyono, S.T., M.T. selaku ketua program studi sekaligus Koordinator
Kerja Praktek Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah
memberikan ijin melaksanakan kerja praktek ini.
5. Bapak Gatot Bintoro A., S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktek atas
bimbingannya dan penyusunan laporan ini.
6. Bapak Suhadi, S.T. selaku pembimbing lapangan di Pabrik Spiritus
Madukismo – PT. Madubaru yang memberikan pengarahan.
v
7. Seluruh staff dan karyawan Pabrik Spiritus Madukismo – PT. Madubaru yang
tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu selama
pelaksanaan kerja praktek.
8. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu sehingga laporan ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam laporan ini, sehingga
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna lebih baiknya
laporan ini untuk masa mendatang.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan dan dapat membantu dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Yogyakarta, 22 Agustus 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN…......................................................................ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK….................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan….....................................................................................................2
1.3. Tempat dan Pelaksanaan Kerja Praktek....................................................3
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan............................................................4
2.2. Struktur Organisasi...........................................................................6
2.3. Manajemen Perusahaan...................................................................8
BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
3.1. Proses Bisnis Perusahaan…..........................................................18
3.2. Produk yang Dihasilkan..................................................................19
3.3. Proses Produksi..............................................................................22
3.4. Fasilitas Produksi............................................................................28
BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
4.1. Lingkup Pekerjaan..........................................................................34
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan......................34
4.3. Metodologi Pekerjaan.....................................................................35
4.4. Hasil Pekerjaan...............................................................................38
4.5. Kesimpulan.....................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................x
LAMPIRAN...................................................................................................xi
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PG-PS Madukismo PT. Madubaru 6
Gambar 3.1. Proses Bisnis Pabrik Spiritus Madukismo 17
Gambar 3.2. Alkohol Prima 18
Gambar 3.3. Spiritus 20
Gambar 4.1. Aliran Pelaksanaan Kerja Praktek 32
Gambar 4.2. Fishbond Diagram Tingkat Resiko K3 34
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pembagian Kerja Karyawan Tetap 10
Tabel 2.2. Pembagian Kerja Karyawan Tidak Tetap 10
Tabel 2.3. Data Penjualan Produk PS Madukismo Tahun 2017 12
Tabel 2.4. Harga Jual Per Liter Alkohol Prima dan Spiritus 12
Tabel 3.1. Sifat-sifat Fisik Alkohol 18
Tabel 3.2. Standar Mutu Alkohol Murni (SNI 3565-2009) 19
Tabel 4.1. Data Kecelakaan Kerja Tahun 2017 di PS Madukismo 35
Tabel 4.2. Data Kecelakaan Ringan Pekerja di Setiap Stasiun Kerja PS
Madukismo 36
Tabel 4.3. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Masakan 39
Tabel 4.4. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence Risiko
di Stasiun Kerja Masakan 39
Tabel 4.5. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko
di Stasiun Kerja Masakan 40
Tabel 4.6. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Masakan 40
Tabel 4.7. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Peragian 40
Tabel 4.8. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence Risiko
di Stasiun Kerja Peragian 41
Tabel 4.9. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko
di Stasiun Kerja Peragian 41
Tabel 5.1. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Peragian 42
Tabel 5.2. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Penyulingan 42
Tabel 5.3. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence
Risiko di Stasiun Kerja Penyulingan 43
Tabel 5.4. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko
di Stasiun Kerja Penyulingan 43
Tabel 5.5. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Penyulingan 44
Tabel 5.6. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability
Risiko di Stasiun Kerja Boiler 44
viii
Tabel 5.7. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence
Resiko di Stasiun Kerja Boiler 45
Tabel 5.8. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko
di Stasiun Kerja Boiler 45
Tabel 5.9. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Boiler 46
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab awal sebagai pengantar mengenai latar belakang dan
tujuan diadakan Kerja Praktek. Pada bab ini terdiri dari 3 bagian yaitu latar
belakang, tujuan, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek.
1.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan dunia usaha
semakin ketat seiring dengan perkembangan teknologi, termasuk dalam sektor
industri. Hal ini menyebabkan dunia industri menuntut tersedianya faktor produksi
yang dengan kualitas optimum. Pada faktor peningkatan kualitas produksi
meninjau tenaga kerja dituntut untuk dapat menguasai pekerjaannya dengan baik,
terampil, dan profesional untuk tercapainya tujuan suatu perusahaan dan
peningkatan taraf hidup yang lebih baik.
Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan, universitas merupakan sebuah institusi
lembaga pendidikan yang berperan dalam menghasilkan lulusan mahasiswa
sebagai tenaga kerja profesional yang dibutuhkan oleh industri. Namun demikian,
bekal yang diberikan oleh universitas kepada mahasiswa memadai secara teori,
namun kurang memadai dalam hal praktek, sehingga banyak sarjana lulusan
universitas kurang mengenal secara langsung dunia kerja yang akan dimasuki dan
penerapan ilmu yang diperolehnya selama kuliah.
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan
kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. Untuk melaksanakan kerja
praktek ini mahasiswa memerlukan bekal ilmu yang cukup, karenanya syarat untuk
melaksanakan kerja praktek ini adalah mahasiswa telah menempuh kuliah minimal
5 semester. Selain itu mahasiswa diwajibkan telah mengikuti kegiatan Kunjungan
Industri untuk mendukung pemahaman akan lingkungan yang akan dihadapi
ketika melaksanakan kerja praktek. Untuk melaksanakan kerja praktek ini,
mahasiswa dapat memilih sendiri perusahaan tempat kerja prakteknya dan
kemudian mengajukannya ke PSTI UAJY untuk mendapatkan persetujuan dan
surat pengantar dari Fakultas Teknologi Industri UAJY kepada perusahaan tempat
kerja praktek yang dituju. Adapun syarat bagi mahasiswa untuk dapat mengajukan
surat pengantar kerja praktek tersebut adalah telah menempuh minimal 81 sks,
2
memperoleh nilai minimal C untuk mata kuliah Sistem Produksi, telah mengikuti
seminar (ujian) kerja praktek minimal 3 kali (dalam waktu yang berbeda), telah
mengikuti sosialisasi kerja praktek dan kegiatan kunjungan industri yang
diselenggarakan oleh PSTI UAJY. Kerja Praktek paling cepat dilaksanakan setelah
Ujian Akhir Semester kelima sejak pertama kali mahasiswa terdaftar.
PSTI UAJY memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi
mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta menumbuhkan,
meningkatkan, mengembangkan, dan mensimulasikan etos kerja profesional
sebagai calon sarjana Teknik Industri. Kerja praktek dapat dikatakan sebagai
ajang simulasi profesi mahasiswa teknik industri. Paradigma yang harus
ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan
yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan,
perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahan masalah. Karenanya dalam
kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mengenali ruang lingkup perusahaan.
b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu.
c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau
pembimbing lapangan.
d. Mengamati perilaku sistem.
e. Menyusun laporan akhir dalam bentuk tertulis.
f. Melaksanakan ujian kerja praktek.
Secara khusus, dalam lingkup Teknik Industri haruslah selalu disadari bahwa yang
dikaji adalah kesatuan elemen sistem yang terdiri atas Manusia, Mesin, Material,
Metode, Uang, Energi, Lingkungan dan Informasi. Artinya, dalam melaksanakan
aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya, Sarjana Teknik Industri harus selalu
memandang aktivitasnya dalam kerangka sistem yang melingkupi aktivitas itu.
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
3
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnisnya.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 30 hari terhitung mulai tanggal 1 Juli 2017
sampai dengan 5 Agustus 2017 di PS Madukismo, PT. Madubaru dengan alamat
di Desa Padokan, KelurahanTirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Selama pelaksanaan kerja praktek, Penulis ditempatkan pada Pabrik Spiritus
untuk proses pembuatan alkohol dan spiritus dengan pembimbing lapangan bapak
Suhadi, S.T. Untuk jam masuk, penulis mengikuti jam kerja kantor perusahaan
tersebut, yaitu hari Senin sampai dengan hari Kamis jam 06.30 – 15.00 WIB dan
hari Jumat sampai dengan Sabtu 06.30 – 11.30 WIB.
4
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab tinjuan umum perusahaan berisi tentang sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi, dan manajemen perusahaan pada PT. MADUBARU.
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan PT. Madu Baru terletak di Desa Padokan,
KelurahanTirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kantor dan pabrik di PT. Madu Baru ini terletak menjadi satu
di area perusahaan. Perusahaan PT. Madu Baru menempati area seluas 276.000
m2 dan luas bangunan PT. Madu Baru ini adalah 51.000 m2. Pada luas bangunan
tersebut berdiri atas dua pabrik yaitu Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus (alkohol)
Madukismo yang keduanya masih berada di bawah satu perusahaan yaitu PT.
Madu Baru.
Apabila ditinjau dari letak geografisnya PT. Madu Baru terletak pada 7°4‟ LU dan
8°20 LS dan antara 110° dan 111° BT pada ketinggian 84 m di atas permukaan air
laut.
2.1.2. Sejarah Perusahaan
Riwayat perusahaan PT. Madu Baru berawal dari masa penjajahan pemerintahan
Hindia Belanda di Yogyakarta berdiri pabrik-pabrik gula yang terdapat kurang
lebih 17 pabrik gula antara lain Pabrik Gula Padokan, Mlati, Cebongan, Ganjuran,
Gresik, Kedaton, Medari dan sebagainya. Seluruh pabrik dikusai oleh
pemerintahan Hindia Belanda. Setelah Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942,
seluruh perusahaan tersebut dikuasai oleh Jepang. Pada saat Indonesia merdeka,
Pemerintah Indonesia merebut dan mengambil alih semua parusahaan pabrik gula
tersebut dari tangan pemerintah Jepang dan di Bumihanguskan.
Dengan berjalannya waktu, pemerintah Indonesia sudah berjalan normal dan
keadaan keamanan pulih dari para penjajah terutama didaerah Kota Yogyakarta.
Pada tanggal 14 Juni 1955, Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono IX
memprakarsai untuk membangun pabrik gula kembali yang telah
dibumihanguskan di daerah Bantul tersebut. Tujuan pabrik gula tersebut dibangun
kembali adalah :
5
a. Untuk menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
b. Untuk menambah pendapatan pemerintahan baik pusat maupun daerah.
c. Untuk menampung kembali para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan
pekerjaannya.
Pada mulanya dibentuk suatu badan kecil yaitu panitia pendiri pabrik gula (P3G)
yang bekerja sama dengan DPR DIY, kemudian dibentuk badan pelaksanaan
perusahaan perkebunan dan akhirnya menjadi yayasan kredit tani Indonesia
(Yakti). Selain pabrik gula adapula pabrik spiritus madukismo dengan bentuk
perseroan terbatas yang bernama “P2G Madu Baru, PT”.
Untuk saat ini, komposisi saham menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono
X, dan 35% milik PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Sebuah BUMN milik
Departemen Keuangan).
Alasan-alasan pemilihan tempat antara lain :
a. Penduduk sekitar pabrik telah berpengalaman dalam menanam tebu.
b. Deket sungai Winongo yang dipandang cukup memenuhi kebutuhan air untuk
menghasilkan uap.
c. Sekitar pabrik merupakan daerah persawahan yang cukup luas sehingga
sangat tepat dan baik untuk bercocok tanam tebu.
d. Tenaga kerja ahli dan tenaga kerja kasar mudah dicari di sekitar pabrik.
Setelah dibangun pabrik gula dan pabrik spiritus pada tahun 1955, diresmikan oleh
presiden Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958 dan mulai berproduksi untuk
pabrik gula. Setelah berproduksi gula, pabrik spiritus pada tahun 1959 juga
berproduksi alkohol dan spiritus sampai dengan saat ini.
Pada tahun 1962 pemerintah Indonesia mengambil alih semua perusahaan yang
berada di seluruh Indonesia, baik perusahaan asing, swasta maupun BUMN. Mulai
tanggal 11 Maret 1962 PG-PS Madukismo berubah status menjadi PN
(Perusahaan Negara) yang diserah terimakan oleh presiden Direktur Utama Sri
Sultan Hamengkubuwono IX P2G Madu Baru, PT. Setelah itu, pada tahun 1968
pemerintah memberi kesempatan kepada pabrik-pabrik gula di seluruh Indonesia
untuk menarik diri dari perusahaan perkebunan negara.
Dengan berjalannya waktu, P2G Madu Baru PT pada tanggal 3 September 1968
status perusahaan kembali menjadi perseroan terbatas yang membawahi pabrik
gula dan pabrik spiritus Madukismo. Kemudian sejak 4 Maret 1984 dengan
6
persetujuan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, selaku pemilik saham terbesar P2G
Madu Baru PT akan kembali dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam
hal Departemen Pertanian dan Departemen Keuangan. Dalam hal ini PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (PT. RNI) ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola
perusahaan tersebut berdasarkan kontrak manajemen yang ditanda tangani pada
tanggal 4 Maret 1984 oleh direktur utama PT Rajawali Nusantara Indonesia yaitu
Muhammad Yusuf dan direktur utama PT Madubaru yaitu Sri Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai pemegang saham terbesar, kontrak manajemen
berlangsung hingga pada tahun 2014.
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Madubaru yang terdiri atas Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus
Madukismo dapat tergabung menjadi satu perusahaan. Dalam pelaksanaan
produksi dipimpin oleh seorang direktur utama perusahaan yang bertanggung
jawab pada komisaris. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, direktur
dibantu oleh 8 kepala bagian yang bergerak pada dua pabrik. Sedangkan pada
Pabrik Spiritus Madukismo dipimpin oleh Kepala Pabrik dan dibantu oleh Wakil
Kepala serta dua staff dengan struktur organisasi yang dapat dilihat sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PG-PS Madukismo PT. Madubaru
7
2.2.1. Deskripsi Pekerjaan
Berikut adalah tugas dan wewenang dari masing-masing staff pada setiap bagian
di PS. Madukismo PT. Madubaru sebagai berikut :
a. Kepala Pabrik Spiritus Madukismo
Pada bagian ini kepala pabrik memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
menjalankan kebijakan dalam direksi dalam bidang produksi, pengendalian dan
penjaminan mutu produk, pemeliharaan produk, serta reparasi dan perluasan
instalasi pabrik alkohol dan spiritus.
b. Wakil Kepala Pabrik Spiritus Madukismo
Pada bagian ini wakil kepala pabrik bertugas untuk membantu tugas kepala pabrik
di bidang produksi alkohol dan spiritus untuk memantau secara berkala
berjalannya perusahaan.
c. Staff Pabrikasi
Pada bagian ini staff memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengontrol dan
mengawasi segala peralatan, kinerja dari mesin-mesin produksi yang digunakan
dan sumber daya listrik.
d. Staff Instalasi
Pada bagian ini staff memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengontrol dan
mengawasi penjaminan mutu produk yang dihasilkan.
e. TU / Administrasi
Pada bagian ini TU/ Administrasi bertugas untuk mengurusi dan bertanggung
jawab dalam mengatasi masalah administrasi dan laporan proses produksi alkohol
dan administrasi Ketenagakerjaan.
f. Laborat
Pada bagian laborat memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pengendalian mutu
dan mengontrol kualitas dari bahan baku, bahan setengah jadi dan produk alkohol
yang telah dihasilkan.
g. Mandor Masakan dan Peragian
Pada bagian mandor masakan dan peragian memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam mengawasi, mengontrol, dan selalu memantau atas jalannya proses
masakan dan peragian yang berlangsung.
h. Mandor Sulingan
Pada bagian mandor sulingan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
mengawasi dan mengontrol jalannya proses sulingan agar hasil mempunyai
kualitas yang sesuai standar pabrik dan kuantitasnya meningkat.
8
i. Mandor Boiler dan Pembersih Air
Pada bagian mandor boiler dan pembersih air memiliki tugas dalam mengawasi,
memeriksa dan tanggung jawab atas kinerja boiler dan instalasi pembersih air.
j. Mandor Pengolahan Limbah
Pada bagian mandor pengolahan limbah memiliki tugas dalam memantau dan
memeriksa terhadap limbah dari stasiun sulingan dan bertanggung jawab atas
pemanfaatan limbah yang dijadikan pupuk cair untuk perkebunan tanaman tebu.
k. Mandor Gudang Alkohol
Pada bagian mandor gudang alkohol memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
inspeksi dan memantau secara kontinu tangki-tangki penimbun alkohol yang
sudah jadi di gudang yang jumlah tangki cukup banyak.
2.3. Manajemen Perusahaan
Pada subbab ini terdiri dari visi dan misi perusahaan, nilai-nilai perusahaan,
manajemen lingkungan, ketenagakerjaan, pemasaran, sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, fasilitas, dan pengolahan limbah.
2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi memberikan tujuan perusahaan yang dengan kukuh berusaha
mencapai sasaran yang signifikan terhadap manajemen organisasi. Tanpa adanya
misi atau tujuan, maka dalam jangka panjang tidak memungkinkan pertumbuhan
perusahaan menjadi lebih baik.
Berikut adalah visi dan misi dari PT. Madu Baru :
a. Visi PT. Madu Baru
Visi PT. Madu Baru adalah “Menjadi perusahaan agro industri yang unggul di
Indonesia dengan petani sebagai Mitra Sejati.”
b. Misi PT. Madu Baru
Misi PT. Madu Baru adalah :
i. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas tinggi untuk memenuhi
permintaan masyarakat dari industri di Indonesia.
ii. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju dan ramah
lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan
yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan petani.
iii. Mengembangkan produk/bisnis yang mendukung bisnis inti.
9
iv. Menempatkan karyawan dan stake holder lainnya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder
value.
2.3.2. Nilai-nilai Perusahaan
Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Madu Baru menjunjung tinggi nilai-nilai
perusahaan yang juga ditanamkan kepada setiap karyawan maupun bagian dari
perusahaan. Nilai-nilai tersebut adalah kejujuran, ketulusan, tanggung jawab,
inisiatif, dan semangat kerja yang tinggi.
2.3.3. Manajemen Lingkungan
PT. Madu Baru menyediakan ruang terbuka hijau yang ditanami oleh tumbuh-
tumbuhan besar seperti pohon beringin, sehingga memberikan kenyamanan dan
kesejukan bagi para pekerjanya. Perusahaan ini juga menanamkan kepedulian
lingkungan kepada seluruh karyawannya seperti tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merusak tanaman, dan tidak merokok di sembarang tempat.
2.3.4. Ketenagakerjaan
Dalam proses pengadaan personil suatu organisasi tidak lepas dari adanya
perencanaan Sumber Daya Manusia (human resource planning) yang telah dibuat
oleh pihak manajemen, yaitu perencanaan sumber daya yang menyangkut
komposisi personil yang dibutuhkan oleh manajemen organisasi, baik jenis
maupun kuantitasnya (Siregar, 2000).
Proses perekrutan tenaga kerja di PT. Madu Baru adalah sebagai berikut:
a. Seleksi melalui surat lamaran yang masuk.
b. Pemanggilan calon karyawan.
c. Wawancara yang dilakukan oleh Human Resource dan Departemen yang
diinginkan, hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon karyawan
secara langsung.
d. Wawancara final dengan Human Resource.
Berdasarkan sistem pengupahan tenaga kerja PT. Madu Baru khususnya di Pabrik
Spiritus Madukismo yang terbagi menjadi 2 yaitu karyawan tetap dan karyawan
tidak tetap.
10
a. Karyawan Tetap
Karyawan jenis ini dibagi menjadi 2, yaitu karyawan pimpinan yang mempunyai
perjanjian kerja secara perorangan, serta karyawan pelaksana yang merupakan
karyawan dengan perjanjian kerja secara kolektif.
b. Karyawan Tidak Tetap
Karyawan tidak tetap terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok karyawan kontrak
kerja waktu tertentu (KKWT) dan karyawan borongan. Karyawan KKWT adalah
karyawan yang hanya masa produksi, yang terdiri dari karyawan yang bertugas
sebagai operator dan tenaga kerja kasar. Sedangkan karyawan borongan
merupakan karyawan yang bekerja hanya jika diperlukan oleh pabrik saja.
Pabrik Spiritus Madukismo setiap tahun hanya beroperasi selama 5 sampai 6
bulan. Pada masa ini, pabrik spiritus berproduksi selama 24 jam tiap harinya (non
stop). Waktu kerja yang dilakukan oleh karyawan tetap selama 6 hari dari senin
sampai sabtu. Dengan istirahat 1 jam dari pukul 11.30 – 12.30 WIB. Karyawan
yang bekerja diluar kerja (Minggu atau hari besar) diperhitungkan sebagai jam
lembur.
Tabel 2.1. Pembagian Kerja Karyawan Tetap
Hari Jam Kerja
Senin - Kamis 06.30 – 15.00 WIB
Jumat - Sabtu 06.30 – 11.30 WIB
Pada musim giling atau suling pabrik beroperasional selama 24 jam sehari. Dalam
Standar Operasional Pabrik (SOP) tenaga kerja yang bukan bagian staff dapat
digolongkan untuk pelaksanaan kerja terdapat 3 plug (shift) dalam seminggu
sekali. Misalnya, pekerja dalam minggu ini bekerja di shift A pada minggu
berikutnya pekerja harus berpindah shift menjadi shift B, dan seterusnya. Berikut
ini tabel pembagian jam kerja untuk masing-masing plug / shift.
Tabel 2.2. Pembagian Kerja Karyawan Tidak Tetap
Shift Jam Kerja
A 06.00 – 14.00 WIB
B 14.00 - 22.00 WIB
11
C 22.00 – 06.00 WIB
Beban kerja pada tiap shift relatif sama, jadi tidak terjadi pembebanan yang
berlebih pada salah satu shift yang ada. Bagi pekerja yang bertugas pada shift
malam dapat beristirahat siang hari sehingga pekerjaan pada malam hari tetap
dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, aktivitas kerja pada masing-masing
stasiun kerja pada dasarnya tidak terlalu terbebani bagi setiap pekerja. Prioritas
kerja yang dilakukan pekerja adalah aktivitas untuk mengoperasikan mesin yang
kemudian secara otomatis akan bekerja serta mengontrol pengendalian produk
dan proses.
2.3.5. Pemasaran
Pemasaran merupakan bentuk kerja sama dengan pasar sasaran untuk
mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan
dan keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan
pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan(Kotler, 2001).
Dalam rangka memasarkan produknya, baik alkohol prima, spiritus maupun
minyak fussel, PS Madukismo menjalin kerjasama dengan para distributor dari
berbagai perusahaan dan unit dagang nasional.
Berikut merupakan distributor-distributor yang telah menjadi pelanggan tetap PS
Madukismo pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a. PT Parama Mandyadana
b. PT Karsavicta satya
c. PT Bintang Timur Mitra A
d. UD Soegijoko
e. PT Taru Martani
f. CV Budiarta
g. CV Liquid Pharmalab
Sifat Pembelian oleh para distributor baik tetap maupun distributor tidak tetap
adalah :
a. Kontrak
Distributor membuat perjanjian pembelian dengan volume tertentu dan dalam
periode tertentu.
12
b. Non Kontrak
Distributor melakukan pembelian tanpa melakukan perjanjian baik dari segi jumlah
maupun volume pemesanan. Pembelian dengan sistem non kontrak
mengharuskan adanya pemberitahuan maksimal 3 hari sebelum hari H, apabila
volume pembelian lebih dari 100.000 liter.
Pabrik Spiritus Madukismo melayani pembelian secara kredit dan tunai khusus
untuk produk alkohol prima dan spiritus. Dalam pembelian secara kredit, pihak
pembeli diharuskan memberikan jaminan, misalkan berupa sertifikat tanah yang
nantinya disita oleh pihak PT. Madu Baru apabila pembeli tidak dapat
menyelesaikan kewajiban untuk membayar maksimal 1 bulan. Sedangkan untuk
pembelian tunai, pelunasan pembayaran langsung dilakukan pada saat itu juga.
Pembelian secara tunai biasanya dilakukan apabila volume penjualan relatif kecil
seperti pembelian oleh rumah sakit, perorangan dan sebagainya.
Dalam rangka memasarkan produk, Pabrik Spiritus Madukismo tidak melakukan
upaya promosi. Hal ini disebabkan karena alkohol prima dan spiritus merupakan
bahan baku dari berbagai macam produk sehingga keberadaannya sangat
dibutuhkan oleh berbagai pihak. Volume penjualan masing-masing produk selalu
mengalami perubahan tiap tahun. Data penjualan alkohol murni dan spiritus PS
Madukismo pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.3. Data Penjualan Produk PS Madukismo Tahun 2017
Bulan Alkohol Murni (liter) Spiritus (liter)
Januari 60.600 0
Februari 472.600 0
Maret 576.800 0
April 387.200 0
Mei 286.600 10.330
Juni 204.400 20.660
Juli 208.800 22.313
Total 2.197.000 53.303
13
Harga Penjualan alkohol dan spiritus berdasarkan SK Ketua Asosiasi Ethanol
Indonesia (ASENDO) tahun 2017 yang masih berlaku sampai saat ini disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Harga Jual Per Liter Alkohol Prima dan Spiritus
Alkohol Prima Spiritus
Prevenue Rp 22.672.800.000 Rp 589,329,375
Cukai Rp 2.732.000.000 Rp 0
Ppn 10% Rp 2.358.200.000 Rp 58,932,937
Porto, dll Rp 38.836.000 Rp 1,012,758
Harga rata-rata/ Liter Rp 10,319.89 Rp 11.087,96
Dalam menunjang sarana pemasaran pada PT. Madu Baru untuk
mendistribusikan ke berbagai sektor distibutor maka PS Madukismo membeli
beberapa buah truk. Truk yang digunakan untuk mendistribusikan produk ke
berbagai pelanggan, bahkan sebagian pelanggan yang mempunyai truk dapat
mengambil sendiri produk alkohol maupun spiritus di Pabrik Spiritus Madukismo.
Para distibutor yang mengambil langsung di PS Madukismo, baik pembeli kontrak
maupun pembeli non kontak, dapat menyewa truk yang ada apabila tidak memiliki
alat transportasi berupa truk.
2.3.6. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sebelum memulai bekerja, seluruh karyawan sudah diberi himbauan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang harus setiap saat diprioritaskan. Setiap
masing-masing stasiun kerja telah dijelaskan penyebab bahaya dan bagaimana
cara mengantisipasi bahaya yang ditimbulkan. Selain itu telah disediakan alat
pelindung diri saat bekerja dan jaminan kesehatan berupa BPJS kepada semua
karyawannya.
2.3.7. Fasilitas
Fasilitas yang menunjang bagi kesejahteraan karyawan dan keluarganya oleh PT.
Madu Baru diberikan secara berkala. Direksi PT. Madu Baru memberikan berbagai
fasilitas seperti berikut:
14
a. Pendidikan
Fasilitas pendidikan untuk kesejahteraan keluarga diberikan kepada karyawan
tetap dan Karyawan Kontrak Waktu Tertentu (KKWT) guna menyekolahkan anak
karyawan ke instansi-instansi yang bekerja sama dengan PT. Madu Baru untuk
mengikuti studi banding. Selain itu, keluarga karyawan disediakan sekolah taman
kanak-kanak yang dibina oleh perusahaan dan penyelenggaraannya dibantu oleh
Ikatan Istri Karyawan dan Karyawati (IIKK) PT. Madu Baru.
b. Jatah Gula
Setiap karyawan berhak untuk membeli gula dengan harga pokok pabrik.
Sedangkan pada akhir musim giling, karyawan mendapatkan gula secara cuma-
cuma oleh PT. Madu Baru.
c. Pengobatan dan Perawatan
Fasilitas ini disediakan untuk karyawan tetap dan keluarganya dengan biaya
pengobatan dan perawatan di rumah sakit secara gratis. Sedangkan, untuk
karyawan tidak tetap hanya diberikan untuk karyawan sendiri tanpa keluarga
selama menjalankan tugas. Di samping itu, perusahaan juga menyediakan
poliklinik dan dokter perusahaan.
d. Tunjangan Hari Tua (Pensiun)
Pensiun diberikan kepada karyawan tetap yang telah berusia 55 tahun dengan
masa kerja 20 tahun pengabdian. Besar uang pensiun yaitu 75% dari gaji pokok
selama kerja, sesuai dengan pasal UU No. 13 tentang Ketenagakerjaan.
e. Sarana Olahraga dan Rekreasi
Sarana olahraga dan rekreasi disediakan kepada karyawan tetap beserta
keluarganya yang dapat menikmati fasilitas olahraga dan rekreasi seperti bola voli,
lapangan tenis, bulu tangkis, sepak bola, senam dan bela diri. Untuk sarana
rekreasi, perusahaan menanggung seluruh biaya akomodasi untuk karyawan tetap
dan keluarga yang diberikan satu kali rekreasi dalam setahun.
f. Rumah Dinas
Sarana rumah dinas disediakan kepada karyawan tetap berdasarkan kebijakan
pimpinan perusahaan. Karyawan yang sudah pensiun harus meninggalkan rumah
dinas paling lambat tiga bulan setelah pensiun.
g. Pakaian Dinas
Sarana pakaian dinas disediakan oleh perusahaan kepada karyawan tetap
sebanyak dua stel pakaian dinas dan karyawan tidak tetap diberi satu stel seragam
setiap setahun sekali.
15
h. Organisasi
Kebijakan dari PT. Madu Baru memberikan kebabasan kepada karyawan-
karyawannya dalam berorganisasi dengan melalui Serikat Pekerja (SP).
i. Asuransi BPJS
Karyawan PT. Madubaru diikut sertakan dalam program asuransi BPJS
Ketenagakerjaan, yang akan mendapat perlindungan saat terjadi peristiwa
kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia yang
mengakibatkan berkurangnya atau terputus penghasilan karyawan atau
membutuhkan tenaga medis.
j. Asuransi BPJS dan Pensiun
Perusahaan mengadakan program asuransi kesejahteraan dihari tua.
2.3.8. Pengolahan Limbah dan Penanganannya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun
rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
dampak negatif bagi kesehatan (Gidion Y.,1999).
Pabrik Spiritus melalui proses produksi dari input proses dan menghasilkan produk
output maka disamping itu terdapat scab/ sisa buangan sehingga dapat berbentuk
limbah. Limbah yang hasilkan dari PS Madukismo berupa limbah padat, limbah
gas dan limbah cair, baik memerlukan pengolahan lebih lanjut maupun tidak.
a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa sludge (endapan sisa peragian). Limbah ini
dapat diolah dan kemudian dijadikan bahan baku dalam pembuatan pupuk
organik.
b. Limbah Gas
Limbah berupa gas CO2 dihasilkan dalam proses pembibitan dan peragian. Gas
ini langsung dibuang ke udara bebas.
c. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan PS Madukismo adalah sebagai berikut:
16
i. Lutther Wasser
Lutther Wasser merupakan limbah cair berwarna coklat yang dihasilkan oleh
kolom prima. Jumlah mencapai 4,5 – 5 m3/jam. Limbah ini memiliki kadar alkohol
serta tingkat BOD dan COD yang sangat kecil sehingga tidak mencemari
lingkungan. Oleh sebab itu, lutther wasser langsung dibuang ke sungai tanpa
diolah terlebih dahulu.
ii. Sisa Buangan Nachloop Column
Jumlah limbah ini sangat kecil yaitu sebanyak 1 – 1,5m3/jam. Karena memiliki
karakteristik yang serupa dengan lutther wasser, limbah cair ini langsung dibuang
ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
iii. Air Bekas Pencucian Tangki, Drum dan Alat-alat Lainnya
Limbah cair ini berupa air bekas pencucian tangki, drum dan alat-alat lainnya juga
langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan lebih lanjut.
iv. Vinase
Vinase merupakan limbah yang berasal dari sisa penyulingan alkohol, dan
merupakan hasil bawah dari maishe column yang jumlahnya sangat besar (12
m3/jam) dengan tingkat COD 120.000 mg/liter, BOD 50.000 ppm, suhu 100 ◦C, pH
4.5, dan mempunyai warna kecoklatan yang bersifat korosif.
Proses pengolahan limbah yang harus ditempuh dalam tahapan pengolahan
limbah vinase. Pada tahap pengolahan harus mempersiapkan pendingin di Unit
Pengolahan Limbah Bagian Utara. Tahap pertama, sebelum memasuki tahap
pendinginan maka vinase yang memiliki suhu tinggi 100 ◦C, dengan pH rendah 4.5
akan ditampung dalam bak penampungan untuk mendinginkan, menghilangkan
buih serta menghilangkan kotoran berupa kayu, pasir dan benda-benda padat
lainnya. Setelah itu, vinase dialirkan menuju unit pengolahan limbah cair (UPLC)
bagian selatan melalui pipa PVC yang terletak dalam saluran berisi air guna terjadi
proses transfer panas dari limbah menuju air yang berada dalam saluran tersebut.
Selanjutnya vinase diolah lebih lanjut menjadi pupuk cair dengan merek
PUCAMADU. Pupuk ini merupakan pupuk cair organik hayati yang kaya akan
nutrisi yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman pertanian.
17
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
Bab 3 ini menjelaskan mengenai proses bisnis perusahaan, produk yang
dihasilkan, proses produksi dan fasilitas produksi pada Pabrik Spiritus Madukismo,
PT. Madu Baru.
3.1. Proses Bisnis Pabrik Spiritus Madukismo PT. Madu Baru
Proses bisnis merupakan rangkaian aktivitas-aktivitas antar bagian dalam suatu
perusahaan yang saling terintegrasi. Proses bisnis Pabrik Spiritus Madukismo
dalam melakukan order produk Alkohol dan Spiritus secara umum dapat di lihat
sebagai berikut.
Gambar 3.1. Proses Bisnis Pabrik Spiritus Madukismo
18
3.2. Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh Pabrik Spiritus Madukismo PT. Madu Baru memiliki
spesifikasi sebagai produk utama yaitu alkohol terdiri dari alkohol prima dan
alkohol teknis, serta produk samping berupa minyak fussel.
a. Alkohol
Alkohol merupakan zat cait yang tidak berwarna, berbau menyengat,
memabukkan, mudah menguap, dan mudah terbakar dengan menghasilkan nyala
api berwarna kebiru-biruan. Alkohol merupakan senyawa polar yang mudah larut
dalam air. Sifat fisik lain alkohol dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Sifat-sifat Fisik Alkohol
Variabel Nilai
Titik Didih 78,32 ◦C
Titik Beku -114,1 ◦C
Berat Jenis (20 ◦C) 0,7851 gram/ml
Viskositas (20 ◦C) 170 cp
Panas Jenis (20 ◦C) 0,581 cl/gr ◦C
Tegangan Perukuran (20 ◦C) 22,3 dyne/cm
Panas Pelarutan (20 ◦C) 24,9 cl/gr
Flash Point ASTM 18,3 ◦C
Konduktivitas Termal 0,0017 J/s cm ◦C
Panas Pembakaran 328 cal/gram
Sumber: Laboratorium Utama Pabrik Spiritus Madukismo
19
Gambar 3.2. Alkohol Prima
b. Alkohol Prima
Alkohol prima merupakan alkohol yang memiliki kadar alkohol minimal 95%.
Jumlahnya lebih dari 90% total produksi alkohol rata-rata. Alkohol jenis ini biasa
digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri kosmetik, obat-obatan
(farmasi) dan lain sebagainya.
Tabel 3.2. Standar Mutu Alkohol Murni (SNI 3565-2009)
No. Spesifikasi Kualitas
Prima Super Prima I Prima II
1. Kadar Alkohol
15 ◦C
96,3%-96,8%
v/v
Min 96,1%
v/v
Min 95,0%
v/v
2. Bahan yang
dapat
dioksidasikan
(uji barbet)
Min 20 menit Min 8 menit -
3. Minyak Fussel Maks 4 mg/l Maks 15
mg/l
-
4. Aldehid
sebagai
asetaldehid
Maks 4 mg/l Maks 15
mg/l
-
20
5. Keasaman
sebagai asam
asetat
Maks 15 mg/l Maks 30
mg/l
Maks 60
mg/l
6. Sisa
penguapan
Maks 50 mg/l Maks 50
mg/l
Maks 50
mg/l
7. Metanol Negatif Negatif negatif
8. Logam berat Negatif negatif Negatif
Sumber: Hand Out Pelatihan Teknologi Alkohol 1999 oleh Y.
Kurniawan
c. Alkohol Teknis
Alkohol teknis memiliki kadar minimal 94%. Alkohol jenis ini melalui pengolahan
lebih lanjut menjadi spiritus dengan cara menambahkan denaturan dan zat
pewarna. Spiritus biasanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pemanasan,
dan industri meubel.
Gambar 3.3. Spiritus
d. Minyak Fussel
Minyak fussel merupakan produk samping dari pembuatan alkohol yang
merupakan gumpalan dari senyawa-senyawa kimia dan menyatu. Minyak ini
berbentuk cairan seperti minyak yang memiliki bau khas dan bersifat melemaskan.
Fussel berwarna kuning dengan titik didih yang cukup tinggi yaitu 90 – 150 ◦C.
21
Apabila minyak fussel diolah lebih lanjut maka dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan essence. Fussel yang dihasilkan biasanya dibuang karena
jumlah yang dihasilkan sangat sedikit.
3.3. Proses Produksi
Alkohol merupakan produk utama yang dihasilkan oleh Pabrik Spiritus Madukismo
dengan melalui berbagai tahapan pada beberapa stasiun kerja yang berfungsi
dalam mengolah hasil input diproses dan menghasilkan output berupa alkohol.
3.3.1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan alkohol terdiri dari molases
dan yeast.
a. Molase
Molase merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan alkohol. Molase
ini berwarna coklat kental yang memiliki derajat brix 90 ◦, kadar gula dalam tetes
60 %, dan pH molases 6.
Molases ini diletakkan di sebuah tangki besar dan ditampung di dalam tangki
penimbun tetes pada stasiun masakan. Sebelum dimasak, molase terlebih dahulu
diperiksa untuk mengetahui berat jenis, polarisasi, derajat brix, kadar sukrosa,
kadar abu dan kadar gula.
b. Yeast
Yeast merupakan media yang digunakan untuk mengubah gula reduksi yang ada
dalam molases menjadi alkohol. Dalam proses pembuatan alkohol yeast berguna
untuk proses fermentasi. Jenis yeast yang digunakan dalam proses fermentasi
adalah Saccharomyces cerevisiae. Karakteristik Saccharomyces cerevisiae
adalah dapat bertahan hidup dengan suhu 33 ◦C, pH 4,5 – 5,5 , dan kadar alkohol
15%. Bibit yeast ini berasal dari Jerman yang kemudian dikembangbiakkan di
Laboratorium PS Madukismo. Saccharomyces cerevisiae akan hidup dengan suhu
diantara 27 – 33 ◦C, maka laborat harus menjaga suhu kamar pada yeast tersebut.
3.3.2. Bahan Pembantu
Selain bahan utama, ada bahan pembantu dalam membantu proses pembuatan
alkohol antara lain:
22
a. NPK
NPK merupakan butiran berwarna coklat tua yang berfungsi sebagai sumber
Nitrogen dan Phospor, yang berguna untuk pertumbuhan dan menaikkan aktivitas
yeast. Sedangkan Kalium tidak berpengaruh apapun terhadap yeast.
Penambahan NPK pada tangki 3A dan 3B masing-masing 5 kg.
b. Air
Air yang digunakan untuk mengencerkan molase berasal dari sumur bor dan aliran
sungai Winongo, sumur bor berada di dalam pabrik, sedangkan alira sungai
Winongo diluar area pabrik. Sebelum digunakan air diolah lebih lanjut di stasiun
pengolahan air bersih.
c. Urea
Urea merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan yeast agar dapat bekerja secara
optimal. Penambahan urea berfungsi untuk mencukupi kebutuhan nitrogen pada
pertumbuhan yeast. Jumlah urea yang dibutuhkan untuk tangki 3A, 3B, sebanyak
5 kg, dan tangki 8/I, 8/II, dan 8/III sebanyak 10 kg.
d. TRO ( Turkey Red Oil)
TRO merupakan minyak jarak yang mengalami sulfonasi. TRO memiliki fungsi
sebagai pengurang buih yang timbul pada proses fermentasi pada tangki 26.
Apabila pada fermentasi tidak terjadi buih maka TRO tidak perlu ditambahkan ke
dalam tangki 26.
e. Superflok
Superflok merupakan bahan flokulan berbentuk bubuk berwarna putih yang
digunakan untuk mengendapkan kotoran pada saat fermentasi agar tidak
menimbulkan kerak pada menara destilasi. Superflok ditambahkan sebanyak 300
gram/ tangki selama proses sekitar 10 jam sebelum dilakukan penyulingan dan
diakhiri proses fermentasi.
f. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam Sulfat ditambahkan sebanyak 4 liter/tangki dengan tujuan untuk
menurunkan tingkat keasaman tetes menjadi pH 4,8 agar sesuai untuk
pertumbuhan yeast. Asam sulfat hanya ditambahkan pada tangki 3A, dan 3B.
3.3.3. Langkah-langkah Proses Produksi
Dalam proses pembuatan alkohol terdapat beberapa tahapan di setiap stasiun
kerja. Tahap-tahap pada stasiun kerja yang ada di PS Madukismo antara lain:
23
a. Stasiun Pemasakan
Pada proses pemasakan berlangsung proses pembuatan adonan untuk
pembibitan dan fermentasi. Proses ini dilakukan penambahan air untuk
mengencerkan molases dan penambahan bahan-bahan pembantu seperti urea,
NPK dan asam sulfat. Molases yang berasal dari Pabrik Gula masih sangat pekat
sekitar 90 ◦brix sehingga diperlukan pengenceran sesuai takaran.
Molases dari tangki penimbunan akan dipompa untuk mengisi tangki pemasakan
tetes 3A, 3B, 8/I, 8/II, 8/III secara bergantian. Adonan dalam stasiun masakan
dibuat dalam tiga konsentrasi yang berbeda-beda yakni, untuk tangki 3A adonan
14 ◦brix untuk media bibit pada tangki 22 dan 25, tangki 3B adonan 18 ◦brix untuk
media bibit pada tangki 25, dan tangki 8/I, 8/II, dan 8/III adonan 55 ◦brix untuk
media bibit pada tangki 26.
b. Proses Pembuatan Adonan Tangki 3A
Pada tangki masakan 3A memiliki kapasitas 9.000 liter, setelah tangki sudah
disterilkan maka diisi air sebanyak 7.600 liter, kemudian diaduk dengan alat
pengaduk. Masukan urea sebanyak 5 kg dan NPK 5 kg serta asam sulfat sebanyak
4 liter ke dalam tangki. Setelah tetes dimasukkan ke dalam tangki sebanyak 1.400
liter. Volume total 9.000 liter, pH 4,8 sambil diaduk hingga homogen selama kurang
lebih satu jam, kemudian larutan tets 14 ◦brix siap dialirkan ke tangki 22 dan 25.
c. Proses Pembuatan Adonan Tangki 3B
Pada tangki masakan 3B, adapun proses pencampuran bahan baku yang hampir
sama dengan tangki 3A. Tangki 3B diisi air sebanyak 7200 liter dan pengaduk
dihidupkan. Masukan urea sebanyak 5 kg dan NPK sebanyak 5 kg serta asam
sulfat 2,5 liter sehingga pH yang diinginkan 4,8. Setelah itu, tetes dimasukkan
sebanyak 1.800 liter sehingga volume tangki mencapai 9.000 liter. Pengadukan
dilakukan selama kurang lebih 1 jam hingga menjadi larutan homogen. Larutan
tetes mencapai 18 ◦brix agar dialirkan ke tangki 25.
d. Proses Pembuatan Adonan Tangki 8/I, 8/II, dan 8/III
Pada tangki 8/I, 8/II, dan 8/III merupakan proses pembuatan adonan yang
diperlukan untuk fermentasi utama ke dalam tangki 26. Pada tangki 8/I, 8/II, dan
8/III harus disterilisasi, kemudian tangki tangki 8/I dan tangki 8/II diisi air sebanyak
3.200 liter dan siap diaduk selama satu jam. Masukkan urea sebanyak 5 kg dan
NPK sebanyak 5 kg kemudian dimasukkan ke dalam tangki. Maka tetes tersebut
dimasukkan sebanyak 5.800 liter dan menunggu hingga menjadi larutan homogen.
24
Larutan tetes 55 ◦brix siap dipompa ke tangki 26 (tangki utama). Pada tangki 8/III
diisi air saja untuk membantu proses pengaliran adonan menuju ke tangki utama.
e. Stasun Pembibitan
Proses pembibitan merupakan media pengembangbiakan yeast. Proses
pembibitan dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pembibitan starter di
laboratorium dan di dalam tangki pembibitan.
i. Proses Pembibitan Pertama
Proses pembibitan pertama yaitu dengan cara adonan tetes sebanyak 30 cc
dengan kekentalan 6 ◦brix (sudah ditambahkan urea, NPK dan asam sulfat) dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 cc. Sebanyak 12 botol untuk membuat
adonan ini digunakan urea 1 gram, NPK 0,3 gram dan asam sulfat untuk mencapai
pH 4,8. Campuran disterilkan selama 4 jam kemudian dibiarkan pada suhu kamar
30 ◦C. Bila dalam erlenmeyer terjadi gelembung-gelembung gas yang berarti yeast
yang ditambahkan tersebut hidup.
ii. Proses Pembibitan Kedua
Proses pembibitan kedua dimana tetes dipindahkan dalam 6 botol kaca. Kemudian
menyiapkan 6 botol kaca berukuran 2,5 liter dan diisi 1 liter tetes 14 ◦brix. Secara
bersamaan ditambahkan dengan 1 gram urea dan 0,3 gram NPK dan asam sulfat
sehingga pH mencapai kurang lebih 4,8. Campuran selanjutnya disterilkan selama
4 jam dan dibiarkan pada suhu kamar. Pada setiap botol ditambahkan 3 elenmayer
bibit dari pembibitan pertama. Adonan dilakugasi selama 24 jam pada suhu kamar.
f. Stasiun Peragian
Proses peragian berlangsung pada stasiun peragian dan proses peragian ini
berfungsi untuk mengubah adonan tetes dari tangki 8/I, 8/II, dan 8/III menjadi
alkohol. Tangki peragian utama yang digunakan terdiri dari 10 buah tangki vertikal
dengan kapasitas 75.000 liter. Tangki peragian ini disebut tangki 26. Bibit yang
sudah dikembangkan dari tangki 25 selama 14 jam dialirkan seluruhnya 18.000
liter ke tangki peragian utama dan ditambah tetes dengan brix 55 pada tangki 8/I
sebanyak 9.000 liter dan ditambah air bersih sebanyak 9.000 liter yang dipompa
secara bersamaan. Selang waktu dua jam, ditambahkan adonan tetes dari tangki
8/II sebanyak 9.000 liter dan air sebanyak 9.000 liter, selang waktu dua jam
kemudian ditambahkan juga adonan tetes dari tangki 8/III sebanyak 9.000 liter dan
air bersih 9.000 liter. Setelah tiga kali pemompaan ditambahkan air bersih lagi
25
sebanyak 3.000 liter untuk mencapai volume tangki 75.000 liter. Fermentasi
berlangsung selama 50-60 jam dan akan dihasilkan alkohol sebesar 10%.
g. Stasiun Penyulingan (Destilasi)
Destilasi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan volatilitas
komponen yang terkandung di dalam larutan yang akan didestilasi. Destilasi yang
dihasilkan komponen yang lebih tinggi volume volatilitasnya sedangkan residu
merupakan komponen volatilitas yang lebih rendah. Dengan demikian metode
destilasi ini alkohol akan dipisahkan dari komponen-komponen lain yang
terkandung di dalam berslag. Proses ini merupakan proses terakhir dalam
pembuatan alkohol dan berguna untuk mendapatkan kadar komponen yang lebih
murni, proses penyulingan berjalan secara open steam dimana steam berkontak
langsung dengan bahan yang akan disuling. Steam ini merupakan uap air yang
dibangkitkan dari stasiun boiler. Uap yang digunakan untuk pemanasan bersuhu
100-110 ◦C dan bertekanan 0,3 – 0,6 kg/cm2.
Pada stasiun penyulingan (destilasi) terdapat 4 kolom destilasi proses sebagai
berikut:
i. Maische Column (Menara Destilasi Kasar ) dengan 16 Plate
Maische Column (Kolom Kasar) merupakan kolom destilasi pertama yang
bertujuan untuk pemisahan awal alkohol dari larutan hasil fermentasi sebagai hasil
dengan kadar 10% dan air kotoran (vinase) sebagai hasil bawah, larutan hasil
fermentasi dipompa ke tangki 26 sebagai tangki fermentasi dengan suhu 30 oC
dilewatkan terlebih dahulu ke voorwarmer yang berfungsi sebagai preheater
dengan memanfaatkan panas dari hasil kolom atas dan sebaiknya larutan hasil
fermentasi dimanfaatkan untuk mengembunkan sebagian alkohol yang telah
melewati voorwarmer. Umpan yang masuk dalam maische column pada bagian
atas dengan umpan masuk bersuhu 70 oC, kemudian akan mengalami kontak
dengan suhu steam. Suhu steam dengan suhu 110 oC dari titik alkohol sehingga
alkohol akan menguap dan mengalir ke atas, maka cairan yang tidak ikut menguap
akan mengalir ke bawah.
Uap yang mengandung alkohol muda sebagai hasil atas maische column dialiran
saringan busa yang terikat di atas dapat ditahan oleh keramik kecil penyaring busa
agar tidak terjadi pergerakan. Selanjutnya uap yang mengalir ke atas dikondensasi
dengan voorwarmer sehingga uap alkohol menjadi alkohol. Hasil dari maische
column berupa alkohol muda dengan kadar 45% dan suhu keluar 110 oC.
26
Kemudian ditampung dalam tangki penampung sementara untuk selanjutnya
digunakan dalam umpan voorloop column.
ii. Voorloop Column (Kolom Awal) dengan 45 Plate
Voorloop Column (Kolom Awal) merupakan kolom awal yang berfungsi untuk
memurnikan alkohol muda dengan kadar 45% menjadi alkohol teknis yang
mengandung aldehid. Dengan suhu operasi pada bagian kolom atas 80 oC dan
bagian bawah 110 oC. Sebelum masuk ke menara destilasi umpan dialirkan
terlebih dahulu menuju voorwarmer yang bertujuan sebagai pemanas awal agar
mencapai suhu 80 oC dengan media steam dan umpan masuk dilewatkan bagian
bawah. Dalam proses voorloop column aldehid diuapkan ke atas bersama alkohol
muda, sehingga jumlah aldehid yang teruapkan lebih banyak dan diperlukan
melakukan proses refluk.
Hasil dari voorloop column berupa alkohol teknis dengan kadar 94%, kemudian
melewati kondensor dan hasil pendingin. Selanjutnya, alkohol ditampung dalam
tangki penimbun sementar. Pada hasil bagian bawah berupa alkohol bebas
aldehid 30% digunakan dalam umpan rectifisier column dan alkohol teknis yang
digunakan dalam pembuatan spiritus.
Di samping itu, terdapat proses methylasi yang merupakan proses menggunakan
alkohol teknis 94% yang digunakan untuk proses denaturasi dengan penambahan
methanol, minyak tanah dan methylen blue dilakukan pada tangki methylasi.
Campuran ini diaduk sampai homogen dengan cara mensirkulasikan dengan
pompa. Setelah homogen campuran dipindahkan ke tangki ukur dan disimpan
dalam drum kemudian dikirim ke distributor.
iii. Rectifisier Column (Kolom Prima) dengan 63 Plate
Rectifisier column (Kolom Prima) merupakan kolom prima yang berfungsi untuk
menghasilkan bibit alkohol 45% dengan hasil bawah dari voorloop. Tujuan dari
rectifisier column adalah untuk memurnikan alkohol bebas aldehid menjadi alkohol
prima kadar 95% ke atas. Dengan uap bawah tekanan suhu 110 oC, maka
rectifisier column dapat menghasilkan hasil samping berupa lutter wasser (air
bebas alkohol). Selain itu, terdapat hasil samping berupa minyak fusel dengan titik
didih yang lebih tinggi dari alkohol prima sehingga perlu dipisahkan.
Alkohol yang dihasilkan di kolom prima adalah alkohol prima dengan kadar 95%
ke atas. Selanjutnya, hasil berupa alkohol prima dilewatkan kondensor I sehingga
mengalami proses pengembunan. Apabila alkohol tidak mengembun, maka harus
27
dialirkan ke kondensor II, alkohol diambil sebagai produk yang ditampung di tangki
penimbunan. Sementara alkohol prima dan lutter wasser langsung dibuang ke
pengolahan limbah. Sementara lutter wasser yang masih mengandung minyak
fusel dengan kadar alkohol 55% kemudian dimasukkan ke nachloop column untuk
memisahkan antara kadar alkohol yang masih ada dengan minyak fusel.
iv. Nachloop Column (Kolom Akhir) dengan 63 Plate
Nachloop Column (Kolom Akhir) merupakan kolom terakhir yang berguna untuk
memisahkan alkohol yang masih ada dalam minyak fusel sehingga menghasilkan
alkohol teknis dengan kadar kurang lebih 95%. Pada suhu operasi bagian atas 78
oC dan bagian bawah 110 oC, minyak fusel sebagai hasil tengah dan lutter wasser
sebagai hasil bawah. Minyak fusel yang masih bercampur dengan alkohol maka
perlu dilakukan pemurnian kembali dengan alat pencuci minyak fusel sebelum
minyak fusel dilakukan penimbunan. Hasil pemurnian dan pemisahan dari minyak
fusel kemudian dilewatkan ke kondensor untuk mengembunkan alkohol dan
didinginkan di pendingin hasil. Hasil alkohol teknis ditampung di tangki penimbun
alkohol teknis, hasil bawah berupa lutter wasser (air bebas alkohol) dibuang ke
limbah dan hasil samping kolom akhir berupa minyak fusel ditampung di
penimbunan.
3.4. Fasilitas Produksi
Pada fasilitas produksi terdiri atas beberapa fasilitas yang mendukung dalam
meningkatkan produktivitas kerja pada pekerja guna meningkatkan target produksi
yang secara optimum. Harapan dari Perusahaan PT. Madu Baru adalah setiap
pekerja mampu menyesuaikan apa yang telah diberikan oleh perusahaan guna
meningkatkan tarket produksi tersebut.
3.4.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terdapat pada bagian produksi
sangatlah penting dalam mempengaruhi kinerja karyawan dan meningkatkan
produktifitas kerja bagi karyawan dalam menghasilkan produk maka dari itu dalam
menunjang SMK3 untuk fasilitas produksi dari Perusahaan menyediakan berbagai
fasilitas sebagai berikut.
a. Sarung Tangan
Sarung Tangan merupakan alat yang digunakan untuk melindungi tangan dari
interaksi tangan dengan benda lain yang membahayakan, misalkan pada bagian
28
pengambilan asam sulfat yang dapat menyebabkan tangan melepuh sehingga
menggunakan sarung tangan, bagian peragian, bagian boiler, dan bagian
penyulingan.
Gambar 3.4. Sarung Tangan
b. Helm
Helm merupakan peralatan penunjang keselamatan dan kesehatan kerja bagi
pekerja untuk melindungi kepala dari benturan terhadap benda lain di lingkungan
kerja baik yang membahayakan maupun tidak. PT. Madu Baru telah memberikan
helm kepada setiap karyawan dan mandor di lapangan kerja untuk meningkatkan
produktivitas kerja bagi pekerja di lantai produksi. Selain itu, helm yang diberikan
perusahaan sudah SNI dan standar mutu pabrik, karena menunjang keselamatan
kerja yang utama.
Gambar 3.5. Helm Safety
29
c. Sepatu
Sepatu (safety shoes) merupakan peralatan sebagai fasilitas kerja yang diberikan
perusahaan berupa sepatu yang aman dan nyaman digunakan ketika kerja yang
berguna untuk melindungi kaki dari benturan dan sengatan panas dengan benda
lain sehingga harapannya pekerja dapat meningkatkan tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja. PT. Madu Baru telah memberikan sepatu kepada setiap
karyawan dan mandor di lapangan kerja.
Gambar 3.6. Sepatu Boat
d. Masker
Masker merupakan alat yang menunjang keselamatan kerja untuk melindungi alat
pernafasan dari kontak fisik terhadap debu, bau-bau menyengat dan bau tidak
sedap pada lingkungan kerja sehingga menghindari pekerja dari penyakit untuk
jangka waktu lama dan harapannya pekerja dapat konsentrasi penuh terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambar 3.7. Masker
30
e. Kaca Mata Kerja
Kaca mata kerja merupakan peralatan yang diberikan parusahaan untuk
menunjang keselamatan dan kesehatan kerja dari adanya kontak fisik pekerja
dengan debu, zat-zat kimia, percikan las dan percikan bawa api, sehingga
harapannya pekerja dapat konsentrasi dan tanggung jawab penuh terhadap
pekerjaan yang sedang dikerjakan pada stasiun kerja tertentu baik yang
membahayakan maupun tidak berbahaya.
Gambar 3.8. Kacamata Kerja
3.4.2. Utilitas dan Unit Penunjang Peralatan
Pada subbab ini akan menjelaskan mengenai utilitas dan unit penunjang pada
peralatan produksi di lantai produksi.
a. Utilitas
Utilitas merupakan fasilitas penunjang pada proses produksi yang dimiliki oleh
perusahaan yang diperlukan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar.
Berjalannya proses produksi secara lancar dengan menghasilkan alkohol prima
dan alkohol teknis dengan utilitas seperti penyediaan air, penyediaan tenaga listrik,
penyediaan uap dan penyediaan udara. Seperti halnya, untuk memenuhi
kebutuhan air di pabrik spiritus Madukismo memiliki unit pengelolaan air sendiri
yang aliran air berasal dari sungai Winongo, sedangkan kebutuhan uap dihasilkan
dari steam yang berasal dari stasiun boiler.
b. Unit Penunjang Peralatan
Pada unit penunjang peralatan di PT. Madu Baru dibagi atas empat unit yaitu unit
penyedia sumber daya listrik, unit penyediaan air, unit penyediaan udara dan unit
penyediaan uap (steam).
i. Unit Penyediaan Sumber Daya Listrik
Penyediaan Sumber Daya Listrik sangat perlu diperhatikan oleh perusahaan besar
yang mempu memproduksi kapasitas produk yang cukup banyak. Kebutuhan
31
Tenaga Listrik di Pabrik Spiritus sudah dipenuhi oleh Kapasitas Listrik yang
berasal dari Pabrik Gula Madukismo yang mempunyai 3 generator turbin uap yang
digunakan pada musim giling dan suling dengan kapasitas listrik 3,6 juta watt.
Apabila tidak musim giling dan suling berlangsung maka penerangan kantor dan
listrik yang digunakan menggunakan listrik PLN.
ii. Unit Penyediaan Air
Kebutuhan air yang digunakan untuk proses produksi berasal dari air sungai
Winongo, dan air sumur bor. Air sumur bor digunakan untuk proses pemasakan,
air pendingin pada kolom destilasi, pendingin produk alkohol, MCK dan
laboratorium. Air Sumur bor hanya mengalami perlakuan pengendapan saja
sedangakan air sungai tidak mengalami pengendapan dan digunakan untuk
kebutuhan air pendingin pada proses pembibitan dan fermentasi. Sebelum
digunakan, awalnya dilakukan penyaringan kasar yang bertujuan untuk menyaring
sampah plastik dan dilewatkan ke saringan halus untuk meminimalkan kotoran.
Setelah melewati proses saringan kasar dan saringan halus, kemudian air
diproses lebih lanjut di unit pengolahan air bersih yang terdiri dari enam tahapan
dengan kapasitas 80 – 90 m3/jam.
iii. Unit Penyediaan Udara
Unit Penyediaan udara sangat dibutuhkan karena udara digunakan untuk proses
aerasi di tangki pembibitan, kebutuhan udara diambil dari tenaga kompresor yang
memiliki tekanan 2-4 kg/cm2 dan dilewatkan pada 2 buah saringan udara yang
terdiri dari saringan kapas dan saringan silika gel yang berfungsi untuk mengikat
uap air dan udara bersih dapat dialirka menuju ke stasiun pembibitan untuk proses
aerasi.
iv. Unit Penyediaan Uap (Steam)
Unit penyedia uap di Pabrik Spiritus Madukismo sangat dibutuhkan untuk
mendorong dan memisahkan alkohol dengan adonan. Proses steam berasal dari
pengolahan di stasiun boiler dengan memanfaatkan batu bara sebagai bahan
bakar utama yang dapat menghasilkan uap panas. Pembakaran batu bara
membutuhkan bahan baku seperti pasir silika dan arang. Suhu yang diharapkan
dari kestabilan suhu pembakaran kurang lebih 700 oC. Kebutuhan steam
digunakan untuk sterilisasi tangki pembibitan dan peragian serta sebagai pemanas
ketika proses destilasi. Proses steam menghasilkan tekanan 0,3 – 0,6 kg/cm2
32
dengan suhu 100 – 110 oC yang selanjutnya dialirkan ke stasiun destilasi untuk
proses penyulingan.
33
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MANUSIA
Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai tinjauan pekerjaan manusia dalam
lingkup pekerjaan, tanggung jawab dan wewenang dalam pekerjaan, metodologi
pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan.
4.1. Lingkup Pekerjaan
Mahasiswa melakukan kerja praktek di Pabrik Spiritus Madukismo PT. Madu Baru
yang beralamat di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perusahaan ini bergerak
di bidang proses pembuatan alcohol dan spiritus. Pekerjaan pada kantor untuk hari
Senin hingga Kamis dimulai pada pukul 06.30 sampai dengan pukul 15.00 WIB
dengan waktu istirahat antara pukul 11.30 sampai pukul 12.30. Pekerjaan pada
hari Jumat dan Sabtu dimulai pukul 06.30 hingga pukul 11.30 dengan tanpa
adanya waktu istirahat.
Lingkup pekerjaan mahasiswa adalah pada bagian Stasiun Boiler (pembuat
uap/steam). Pada bagian Boiler mahasiswa dibimbing untuk melakukan
pengamatan dan menganalisis bahaya yang sering terjadi bagi pekerja.
Pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan perkenalan terhadap masing-masing staff
pabrik dan mandor lapangan dalam produksi maupun kantor. Setelah melakukan
pengenalan, mahasiswa diperkenalkan mengenai alat-alat, bahan, hingga alur
produksi pada Pabrik Spiritus Madukismo. Pengenalan ini dilakukan sekaligus
mengenal lebih dalam pembuatan produk alkohol dari awal hingga akhir.
Selama kerja praktek, mahasiswa dibimbing oleh Bapak Suhadi selaku
pembimbing lapangan, selain itu mahasiswa juga dibantu oleh Ibu Siti selaku staff
administasi dari Pabrik Spiritus Madukismo, Pak Syamsu selaku staff bagian
SMK3, dan karyawan-karyawan lain yang berada di lantai produksi.
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan
Pada kerja praktek kali ini mahasiswa mendapatkan tanggung jawab sebagai
berikut:
a. Mahasiswa diberi proyek untuk menganalisis SMK3 di stasiun boiler dengan
menggunakan metode yang sudah dipelajari mahasiswa selama kuliah di
kampus.
34
b. Mahasiswa melakukan observasi mengenai masalah-masalah yang terjadi
pada Pabrik Spiritus Madukismo PT. Madu Baru.
c. Mahasiswa membantu Pak Suhadi dalam menangani dan menganalisis K3 di
Stasiun Boiler (Penguapan).
Berikut adalah wewenang yang diberikan kepada mahasiswa dari kebijakan
bagian Sumber Daya Manusia PT. Madu Baru antara lain:
a. Mahasiswa diperbolehkan untuk mengunjungi dan melakukan observasi di
lantai produksi.
b. Mahasiswa diijinkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada semua
staff dan pekerja yang berkaitan dengan proses produksi dan proses bisnis di
Pabrik Spiritus Madukismo.
c. Mahasiswa diperbolehkan untuk mengambil gambar dan melakukan observasi
untuk keperluan laporan kerja praktek.
d. Mahasiswa difasilitasi ruangan untuk mengerjakan proyek dan mengerjakan
laporan kerja praktek.
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan Pabrik Spiritus Madukismo, metode yang dipakai
antara lain mahasiswa melakukan observasi terlebih dahulu mengenai sistem
yang ada di Pabrik Spiritus Madukismo. Setelah dilakukan beberapa penjelasan
dan pengenalan mahasiswa melakukan diskusi dengan beberapa komponen
perusahaan dalam pembuatan proyek yang akan dikerjakan oleh mahasiswa.
Selanjutnya mahasiswa mulai menyusun langkah-langkah dan identifikasi untuk
mengerjakan proyek tersebut. Mahasiswa juga mengidentifikasi masalah yang
terjadi pada produksi Pabrik Spiritus Madukismo.
Diagram alir pelaksanaan kerja praktek dimulai dari adanya menentukan lokasi
kerja praktek sebagai objek kerja praktek dan memberikan proposal ke bagian
sekretariatan PT. Madu Baru. Setelah diterima proposal tersebut maka harus
observasi ketika pelaksanaan kerja praktek dengan bertemu pembimbing
lapangan untuk dikenalkan bagian-bagian dari Pabrik Spiritus. Selanjutnya
mahasiswa mengamati dan memahami proses produksi, serta wawancara dengan
mandor di setiap stasiun kerja dan melihat stasiun kerja yang berisiko tinggi dalam
pekerjaan operator. Selanjutnya mengamati dan mengambil data kecelakaan kerja
dan risiko kerja. Kemudian menganalisis dari data kecelakaan kerja dan mesin di
stasiun kerja dengan mengkonsultasikan kepada pembimbing lapangan dan
35
membuat laporan pertanggungjawaban kerja praktek. Laporan selanjutnya apabila
sudah diterima dengan tidak adanya kesalahan-kesalahan yang perlu direvisi lagi
maka selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Dosen pembimbing
akan mengecek kelengkapan dan isi laporan dengan teliti. Kemudian setelah
diterima oleh dosen pembimbing maka mahasiswa harus mendaftar untuk ikut
dalam ujian kerja praktek dan mampu melaksanakan ujian kerja prakter tersebut.
37
4.4. Hasil Pekerjaan
Hasil dari pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh mahasiswa berupa
menganalisis bahaya dan risiko yang ada dalam penerapan SMK3 (Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dapat menunjang
produktivitas kerja yang maksimal bagi setiap pekerja di lantai produksi. Sebelum
menganalisis bahaya dan risiko yang ada dalam penerapan SMK3 maka
sebaiknya kita harus mengetahui arti dan maksud dari SMK3.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian
dari sistem manajemen perusahaan yang secara keseluruhan dalam rangka
mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Penilaian penerapan SMK3
selanjutnya disebut Audit SMK3 yaitu pemeriksaan secara sistematis dan
independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur
hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3.
Perusahaan yang menerapkan SMK3 wajib mematuhi dan memenuhi peraturan
berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012.
4.5. Identifikasi Masalah K3 dengan Fishbond Diagram
Fishbond Diagram merupakan indeks diagram yang digunakan untuk mengetahui
kompleksitas permasalahan yang akan dibahas dan dianalisis sebagai dampak
dari resiko yang ada di dalam lantai produksi guna untuk meningkatkan tingkat
keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja sehingga mampu memberikan
performansi kerja dan produktifitas kerja tinggi. Permasalahan tersebut
diidentifikasikan dengan diagram tulang ikan dan harus menentukan kendala apa
saja yang mengakibatkan penurunan performansi kerja dalam keselamatan dan
kesehatan kerja. Selain itu, harus menentukan faktor-faktor apa saja yang
menurunkan kendala tersebut.
39
4.5.1. Data Kecelakaan Kerja Di Pabrik Spiritus Madukismo
Tabel 4.1. Data Kecelakaan Kerja Tahun 2017 di PS Madukismo
No. Nama Pekerja Deskripsi Kecelakaan
1. Nur Arifin Ketika sedang memotong pipa, tiba-tiba
gerinda yang digunakan terlepas dan
mengenai jari kaki di Stasiun Peragian.
2. Srobani Pada saat melakukan pekerjaan las, mata
terkena percikan api di Stasiun Masakan.
3. Sukamto Pada saat melakukan pekerjaan las, kaki
kanan dan wajah bagian kiri terkena
percikan api di Stasiun Pengolahan
Limbah.
4. Yanuar Dwi
Priambudi
Pada saat menaikkan drum isi tetes ke
mobil pickup, mobil mulai jalan drum
bergeser dan menyerempet kaki korban
sebelah kiri dan lecet di Bagian Distribusi
Tetes Tebu.
5. Kardiyana Pada saat mau mengecek pompa utara,
kaki digigit ular yang bersembunyi di
dalam pipa terjadi di Stasiun Masakan.
6. Widodo Pada saat pekerja menyaring pasir silika
untuk tungku boiler tidak sengaja ibu jaru
kaki kiri masuk ke blower yang hidup di
Stasiun Boiler.
7. Suwarto Pada saat pekerja selesai mengisi alkohol
dari tangki penampung No 26 ke tangki
pembeli dengan menggunakan selang dan
selang yang sudah ditaruh aman tersebut
ujungnya lepas dan mengenai kepala
pekerja di Gudang Alkohol.
8. Yuni Dwi Mulyo Pada saat pekerja menutup dan membuka
katup pada pasir silika tersengat bara api
pada bagian tangan dan kaki di Stasiun
Kerja Boiler.
40
9. Eko Ardianto Pada saat pekerja menutup dan membuka
katup pada pasir silika tersengat bara api
pada bagian tangan dan kaki di Stasiun
Kerja Boiler.
10. Bagus
Andrianata
Pada saat pekerja tidak fit bekerja dan
tidak menggunakan masker, maka ketika
mengecek di bagian atas pesawat
Maisekolom dan Voorloop pekerja merasa
pusing dengan suhu panas dan bau
alkohol menyengat di Stasiun
Penyulingan.
Data pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dalam bekerja dalam kurun waktu
di bukan Januari sampai dengan Juli 2017 terdapat 10 pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja baik di Stasiun Kerja maupun di Kawasan Pabrik Spiritus
Madukismo. Adapun jumlah pekerja yang mengalami kecelakan kecil dan tidak
tercatat dalam tata usaha perusahaan, seperti halnya di Stasiun Kerja Masakan,
Stasiun Kerja Boiler, Stasiun Kerja Pengolahan Limbah, dan Stasiun Kerja
Penyulingan.
Tabel 4.2. Data Kecelakaan Ringan Pekerja di Setiap Stasiun Kerja PS
Madukismo
No. Stasiun Kerja Kecelakaan Ringan
1. SK Pemasakan Ketika pekerja membuka kran tangki zat
asam sulfat, cairan kimia asam sulfat
tersebut apabila mengenai tangan dapat
menyebabkan tangan melepuh/lecet dan
percikan asam sulfat dapat merusak
pakaian yang digunakan pekerja karena
tidak terdapat alat pengaman seperti sarung
tangan tebal dan masker yang cukup aman
untuk kesehatan kerja pekerja. Selain
cairan asam sulfat adapula pupuk urea
yang mempunyai bahaya bau menyengat
41
yang dapat menggangggu saluran
pernafasan pekerja.
2. SK Pembibitan Pada saat pekerja melakukan pembibitan,
pekerja memasak bibit tebu menggunakan
drum untuk meletakkan botol kaca berisi
tetes tebu, suhu cukup tinggi guna untuk
netralisasi. Pekerja sering tersengat drum
yang menghantarkan panas dari suhu
cukup tinggi dan kurangnya keamanan
seperti sarung tangan yang tebal.
3. SK Peragian Pada saat pekerja melakukan peragian, bau
sangat menyengat di stasiun peragian
tersebut sehingga dibutuhkan masker yang
cukup mampu mengatasi bau pada
peragian dan ketika ada perbaikan pipa
dengan cara mengelas pipa maka
lingkungan kerja dengan boarddesk (alas
tangga) yang bolong-bolong dapat
mengakibatkan percikan api dari lantai atas
jatuh dan mengenai pekerja dilantai bawah.
4. SK Penyulingan Pada saat pekerja melakukan penyulingan,
bau alkohol sangat menyengat dan dapat
menurunkan semangat kerja sehingga
pekerja mudah lelah/mengantuk dengan
bau tersebut, seharusnya ketika mengontrol
diberikan masker yang cukup tebal. Selain
itu terdapat tingkat kebisingan yang cukup
tinggi karena mesin pesawat yang
beroperasional. Maka dari itu, dalam jangka
waktu ke depan dapat mengganggu
kesehatan pekerja pada umur tertentu.
5. Gudang Alkohol Pada saat pekerja menjaga gudang alkohol,
kondisi lingkungan kerja dengan kondisi
42
gelap (gudang) baik siang maupun malam
sehingga dapat membahayakan pekerja
apabila sedang shift jaga. Terkedang
pekerja menghiraukan menggunakan
masker standar kerja (tebal), helm dan
sepatu meskipun sudah dibekali oleh pabrik
spiritus madukismo sehingga pekerja dapat
terjatuh dan kepalanya dapat terbentur
dengan pipa.
6. SK Pengolahan Limbah Pada saat pekerja melakukan pengolahan
limbah, human error yang terjadi adalah
pekerja menghiraukan menggunakan
masker, helm dan sepatu karena kondisi
lingkungan kerja licin dan bau menyengat
sehigga dapat mengganggu saluran
pernafasan dalam jangka tertentu
7. SK Pengolahan Air Bersih Pada saat pekerja melakukan pengolahan
air bersih, pekerja menambahkan zat kimia
berupa sunnock yang berguna untuk obat
air dearator agar kotoran yang masih ada di
dalam air tidak mengendap pada ketel air.
Pekerja terkadang menghiraukan bahaya
yang ditimbulkan ketika berinteraksi dengan
zat sunnock yang dapat membahayakan/
merusak paru-paru dan saluran pernafasan
dalam jangka waktu panjang, meskipun
perusahaan telah menyediakan masker
yang kurang aman dalam keamanan
kesehatan pekerja.
4.5.2. Metode Analisis Semi- Kuantitatif
Metode analisis semi-kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk
membantu dalam menganalisis risiko dalam pekerjaan dengan melalui
pendekatan kuantitatif. Metode ini sangat cukup dalam memecahkan masalah
43
kecelakaan kerja yang sering terjadi di setiap stasiun kerja sebagai
pembandingnya dengan faktor human error dan lainnya. Metode ini mempunyai
rating/ nilai performansi kerja yang ditentukan bahwa nilai < 5 memiliki risiko dan
bahaya rendah, dan > 5 memiliki risiko dan bahaya tinggi.
Tabel 4.3. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Masakan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Pro
ba
bili
ty (
Ke
mu
ng
kin
an
)
Almost
certain
Kejadian yang sering terjadi 1
Likely Kesempatan terjadi kecelakaan 50%-50% 2
Unusual
but
possible
Tidak bisa namun mungkin 1
Remotely
possible
Sesuatu kejadian yang sangat kecil
kemungkinan terjadinya
2
Conseivab
le
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-
tahun terakhir tetapi mungkin terjadi
0.5
Practically
imposible
Sangat tidak mungkin terjadi 0.5
Jumlah 7
Tabel 4.4. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence
Risiko di Stasiun Kerja Masakan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Co
nse
qu
en
ce (
akib
at
yan
g
ditim
bulk
an)
Catastropic Aktivitas dihentikan,kerusakan permanen
pada lingkungan.
0.5
Disaster Kematian, kerusakan permananen yang
bersifat lokal pada lingkungan.
0.5
Very
Serious
Cacat permanen, kerusakan lingkungan tidak
permanent.
0.5
Serious Serius tapi mengakibatkan cacat non
permanent atau kesakitan, efek buruk
terhadap lingkungan.
1
44
Important Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi
buangan di dalam lokasi tetapi mengakibatkan
kerusakan.
0.5
Noticeable Luka-luka atau sakit ringan, sedikit kerugian
produksi, kerugian ringan atau terhentinya
proses kerja sementara.
2
Jumlah 5
Tabel 4.5. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko di
Stasiun Kerja Masakan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Exp
osu
re (
Fre
ku
ensi
Pa
jana
n)
Continously Sering terjadi dalam sehari 0.5
Frequently Kira-kira satu kali dalam sehari 1
Occasionally 1 kali seminggu sampai 1 kali sebulan 0.5
Infrequent 1 kali sebulan sampai 1 kali setahun 1
Rare Diketahui kapan terjadinya 1
Very Rare Tidak diketahui terjadinya 2
Jumlah 5
Tabel 4.6. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Masakan
Risk Acting Comment Action
> 350 Very High Penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi
180-350 Priority 1 Penanganan secepatnya
70-180 Substancial Mengharuskan adanya perbaikan
20-70 Priority 3 Memerlukan perhatian
< 20 Accabtable Lakukan kegiatan selayaknya
Perhitungan Resiko yang terjadi :
Risk = Probability x Consequences x Exposures
= 7 x 5 x 5
= 175
Berdasarkan perhitungan resiko dengan menggunakan metode analisis semi –
quantitative maka didapatkan hasil perhitungan resiko sebesar 175 yang masuk
ke dalam kriteria Substancial, dengan mengharuskan pada stasiun kerja masakan
45
untuk melakukan adanya tindakan yaitu sebuah perbaikan pada sistem baik
sumber daya manusia, mesin dan metode dalam melakukan produksi.
Tabel 4.7. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Peragian
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Pro
ba
bili
ty (
Ke
mu
ng
kin
an
)
Almost
certain
Kejadian yang sering terjadi 0.5
Likely Kesempatan terjadi kecelakaan 50%-50% 0.5
Unusual
but
possible
Tidak bisa namun mungkin 1
Remotely
possible
Sesuatu kejadian yang sangat kecil
kemungkinan terjadinya
0.5
Conseivab
le
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-
tahun terakhir tetapi mungkin terjadi
0.5
Practically
imposible
Sangat tidak mungkin terjadi 1
Jumlah 4
Tabel 4.8. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence
Risiko di Stasiun Kerja Peragian
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Co
nse
qu
en
ce (
akib
at
yan
g d
itim
bulk
an)
Catastropic Aktivitas dihentikan,kerusakan permanen
pada lingkungan.
0.5
Disaster Kematian, kerusakan permananen yang
bersifat lokal pada lingkungan.
0.5
Very
Serious
Cacat permanen, kerusakan lingkungan tidak
permanent.
0.5
Serious Serius tapi mengakibatkan cacat non
permanent atau kesakitan, efek buruk
terhadap lingkungan.
0.5
Important Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi
buangan di dalam lokasi tetapi mengakibatkan
kerusakan.
0.5
46
Noticeable Luka-luka atau sakit ringan, sedikit kerugian
produksi, kerugian ringan atau terhentinya
proses kerja sementara.
0.5
Jumlah 3
Tabel 4.9. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko di
Stasiun Kerja Peragian
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Exp
osu
re (
Fre
ku
ensi
Pa
jana
n)
Continously Sering terjadi dalam sehari 1
Frequently Kira-kira satu kali dalam sehari 1
Occasionally 1 kali seminggu sampai 1 kali sebulan 0.5
Infrequent 1 kali sebulan sampai 1 kali setahun 1
Rare Diketahui kapan terjadinya 0.5
Very Rare Tidak diketahui terjadinnya 1
Jumlah 5
Tabel 5.1. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Peragian
Risk Acting Comment Action
> 350 Very High Penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi
180-350 Priority 1 Penanganan secepatnya
70-180 Substancial Mengharuskan adanya perbaikan
20-70 Priority 3 Memerlukan perhatian
< 20 Accabtable Lakukan kegiatan selayaknya
Perhitungan Resiko yang terjadi :
Risk = Probability x Consequences x Exposures
= 4 x 3 x 5
= 60
Berdasarkan perhitungan resiko dengan menggunakan metode analisis semi –
quantitative maka didapatkan hasil perhitungan risiko sebesar 60 yang masuk ke
dalam kriteria Priority 3, dengan mengharuskan pada stasiun kerja peragian untuk
melakukan adanya tindakan yaitu sebuah perhatian pada sistem baik sumber daya
manusia, mesin dan metode dalam melakukan produksi.
47
Tabel 5.2. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Penyulingan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating P
roba
bili
ty
(Ke
mu
ng
kin
an
) Almost
certain
Kejadian yang sering terjadi 1
Likely Kesempatan terjadi kecelakaan 50%-50% 1
Unusual
but
possible
Tidak bisa namun mungkin 1
Remotely
possible
Sesuatu kejadian yang sangat kecil
kemungkinan terjadinya
1
Conseivab
le
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-
tahun terakhir tetapi mungkin terjadi
1
Practically
imposible
Sangat tidak mungkin terjadi 1
Jumlah 6
Tabel 5.3. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence
Risiko di Stasiun Kerja Penyulingan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Co
nse
qu
en
ce (
akib
at
yan
g d
itim
bulk
an)
Catastropic Aktivitas dihentikan,kerusakan permanen
pada lingkungan.
1
Disaster Kematian, kerusakan permananen yang
bersifat lokal pada lingkungan.
0.5
Very
Serious
Cacat permanen, kerusakan lingkungan tidak
permanent.
0.5
Serious Serius tapi mengakibatkan cacat non
permanent atau kesakitan, efek buruk
terhadap lingkungan.
1
Important Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi
buangan di dalam lokasi tetapi mengakibatkan
kerusakan.
1
48
Noticeable Luka-luka atau sakit ringan, sedikit kerugian
produksi, kerugian ringan atau terhentinya
proses kerja sementara.
3
Jumlah 7
Tabel 5.4. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko di
Stasiun Kerja Penyulingan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Exp
osu
re (
Fre
ku
ensi
Pa
jana
n)
Continously Sering terjadi dalam sehari 1
Frequently Kira-kira satu kali dalam sehari 1
Occasionally 1 kali seminggu sampai 1 kali sebulan 1
Infrequent 1 kali sebulan sampai 1 kali setahun 1
Rare Diketahui kapan terjadinya 1
Very Rare Tidak diketahui terjadinya 2
Jumlah 7
Tabel 5.5. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Penyulingan
Risk Acting Comment Action
> 350 Very High Penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi
180-350 Priority 1 Penanganan secepatnya
70-180 Substancial Mengharuskan adanya perbaikan
20-70 Priority 3 Memerlukan perhatian
< 20 Accabtable Lakukan kegiatan selayaknya
Perhitungan Resiko yang terjadi :
Risk = Probability x Consequences x Exposures
= 6 x 7 x 7
= 294
Berdasarkan perhitungan risiko dengan menggunakan metode analisis semi –
quantitative maka didapatkan hasil perhitungan risiko sebesar 294 yang masuk ke
dalam kriteria Priority 1, dengan mengharuskan pada stasiun kerja penyulingan
untuk melakukan adanya tindakan yaitu sebuah penanganan secepatnya pada
faktor-faktor tertentu baik sumber daya manusia, mesin dan metode dalam
melakukan produksi.
49
Tabel 5.6. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Probability Risiko
di Stasiun Kerja Boiler
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating P
roba
bili
ty
(K
em
ung
kin
an
) Almost
certain
Kejadian yang sering terjadi 3
Likely Kesempatan terjadi kecelakaan 50%-50% 4
Unusual
but
possible
Tidak bisa namun mungkin 1
Remotely
possible
Sesuatu kejadian yang sangat kecil
kemungkinan terjadinya
2
Conseivab
le
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-
tahun terakhir tetapi mungkin terjadi
3
Practically
imposible
Sangat tidak mungkin terjadi 2
Jumlah 15
Tabel 5.7. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Consequence
Resiko di Stasiun Kerja Boiler
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Co
nse
qu
en
ce
(akib
at ya
ng
ditim
bulk
an)
Catastropic Aktivitas dihentikan,kerusakan permanen
pada lingkungan.
3
Disaster Kematian, kerusakan permananen yang
bersifat lokal pada lingkungan.
2
Very
Serious
Cacat permanen, kerusakan lingkungan tidak
permanent.
1
Serious Serius tapi mengakibatkan cacat non
permanent atau kesakitan, efek buruk
terhadap lingkungan.
2
Important Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi
buangan di dalam lokasi tetapi
mengakibatkan kerusakan.
2
50
Noticeable Luka-luka atau sakit ringan, sedikit kerugian
produksi, kerugian ringan atau terhentinya
proses kerja sementara.
4
Jumlah 14
Tabel 5.8. Tabel Analisis Semi- Quantitative Factor Exposure Risiko di
Stasiun Kerja Boiler
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Exp
osu
re (
Fre
ku
ensi
Pa
jana
n)
Continously Sering terjadi dalam sehari 3
Frequently Kira-kira satu kali dalam sehari 2
Occasionally 1 kali seminggu sampai 1 kali sebulan 1
Infrequent 1 kali sebulan sampai 1 kali setahun 2
Rare Diketahui kapan terjadinya 1
Very Rare Tidak diketahui terjadinnya 1
Jumlah 10
Tabel 5.9. Tabel Risk Rating di Stasiun Kerja Boiler
Risk Acting Comment Action
> 350 Very High Penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi
180-350 Priority 1 Penanganan secepatnya
70-180 Substancial Mengharuskan adanya perbaikan
20-70 Priority 3 Memerlukan perhatian
< 20 Accabtable Lakukan kegiatan selayaknya
Perhitungan Risiko yang terjadi :
Risk = Probability x Consequences x Exposures
= 15 x 14 x 10
= 2100
Berdasarkan perhitungan risiko dengan menggunakan metode analisis semi –
quantitative maka didapatkan hasil perhitungan risiko sebesar 2100 yang masuk
ke dalam kriteria Very High, dengan mengharuskan pada stasiun kerja boiler untuk
melakukan adanya tindakan yaitu sebuah penghentian aktivitas sampai dengan
risiko kerja dikurangi terutama memperhatikan beberapa faktor baik sumber daya
manusia, mesin dan metode dalam melakukan produksi.
51
Dengan jumlah karyawan dan karyawati yang mengelola Pabrik Spiritus
Madukismo sebanyak 77 orang, yang terbagi atas karyawan pimpinan sebanyak
4 orang, karyawan pelaksana sebanyak 24 orang dan karyawan PKWT sebanyak
49 orang maka perusahaan diharapkan dapat berjalan dengan lancar untuk
memenuhi target produksi yang maksimal. Dari data analisis risiko dan bahaya
terhadap pekerjaan di setiap Stasiun Kerja, maka setelah menganalisis risiko
dapat mengetahui stasiun yang mempunyai tingkat bahaya dan risiko paling tinggi.
Stasiun Kerja yang memiliki bahaya yang tinggi adalah Stasiun Kerja boiler.
Stasiun Kerja ini memiliki kapasitas pekerja sebanyak 15 orang. Sedangkan
Stasiun Kerja Masakan, Peragian dan Penyulingan masing-masing Stasiun Kerja
terdapat 9 orang karyawa PKWT.
4.5.3. Statistika Kecelakaan Kerja
Metode Statistika Kecelakaan Kerja merupakan metode penilaian indeks
kecelakaan kerja dengan mengetahui angka kecelakaan kerja baik jumlah jam
kerja yang hilang dan jumlah total jam kerja. Metode ini dapat mengetahui angka
frekuensi kecelakaan kerja dan angka keparahan kecelakaan kerja di setiap
stasiun kerja. Dengan diketahui banyaknya kecelakaan kerja selama kurun waktu
enam bulan dan jumlah total jam kerja selama enam bulan sebanyak 4320 jam.
Selain itu, jumlah jam kerja yang hilang terdapat rata-rata di stasiun kerja masakan,
peragian dan penyulingan sebanyak 1 jam kerja namun di stasiun kerja boiler
sebanyak 2 jam. Maka dapat dimasukkan ke dalam rumus untuk mencari baik
angka frekuensi dan angka keparahan kecelakaan kerja di setiap stasiun kerja.
a. Statistika Kecelakaan Kerja Stasiun Kerja Masakan
i. Angka frekuensi Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan) :
FR = banyak kecelakaan kerja x 1.000.000
Jumlah total jam kerja
= 2 x 1.000.000
4320
= 462,96
ii. Angka Keparahan Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan) :
SR = Jumlah Jam kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah Seluruh Jam Kerja Manusia
= 1 x 1.000.000
4320
52
= 231,48
b. Statistika Kecelakaan Kerja Stasiun Kerja Peragian :
i. Angka frekuensi Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan)
FR = banyak kecelakaan kerja x 1.000.000
Jumlah total jam kerja
= 1 x 1.000.000 4320
= 231,5
ii. Angka Keparahan Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan)
SR = Jumlah Jam kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah Seluruh Jam Kerja Manusia
= 1 x 1.000.000 4320
= 231,48
c. Statistika Kecelakaan Kerja Stasiun Kerja Penyulingan :
i. Angka Frekuensi Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan)
FR= banyak kecelakaan kerja x 1.000.000
Jumlah total jam kerja
= 1 x 1.000.000 4320
= 231,5
ii. Angka Keparahan Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan)
SR = Jumlah Jam kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah Seluruh Jam Kerja Manusia
= 1 x 1.000.000 4320
= 231,48
d. Statistika Kecelakaan Kerja Stasiun Kerja Boiler
i. Angka frekuensi Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan)
FR = banyak kecelakaan kerja x 1.000.000
Jumlah total jam kerja
= 3 x 1.000.000 4320
= 694,4
53
ii. Angka Keparahan Kecelakaan Kerja (dalam enam bulan)
SR = Jumlah Jam kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah Seluruh Jam Kerja Manusia
= 2 x 1.000.000 4320
= 462,96
Dari perhitungan pada statistika kecelakaan kerja untuk stasiun kerja masakan,
peragian, penyulingan dan boiler yang mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja
adalah stasiun kerja Boiler, karena stasiun boiler memiliki angka frekuensi
kecelakaan paling besar yaitu 694,4 dan angka keparahan kecelakaan kerja dalam
kurun waktu enam bulan masa suling yaitu 462,96.
4.5. Kesimpulan
Pada kesimpulan akan membahas mengenai hal apa saja yang sudah ditentukan
dan dianalisis dengan tujuan untuk mempermudah bagi para pembaca mengenai
analisis yang ada.
a. Pabrik Spiritus Madukismo adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
agroindustri. Pabrik ini mengolah tetes tebu (molases) yang merupakan hasil
samping dari proses pembuatan gula menjadi alkohol murni dengan kadar
minimal 95% dan alkohol teknis dengan kadar minimal 94% dan selanjutnya
alkohol teknis diolah menjadi spiritus dengan tambahan formula tertentu.
b. Pada Pabrik Spiritus Madukismo terdapat 4 stasiun kerja inti yaitu stasiun
pemasakan, peragian, boiler dan penyulingan.
c. Dalam menganalisis bahaya dan risiko pada SMK3 di Pabrik Spiritus dibutuhkan
data kecelakaan kerja di setiap stasiun kerja yang selama bulan Januari sampai
dengan Juli 2017 terdapat 10 pekerja yang mengalami risiko kecelakaan yang
berbeda-beda.
d. Analisis pertama yang digunakan dalam mengatasi masalah risiko kecelakaan
kerja dengan menggunakan metode Analisis Semi- Quantitative untuk masing-
masing stasiun kerja seperti masakan, peragian, boiler dan penyulingan. Dari
analisis perhitungan risiko dengan metode tersebut menyimpulkan risiko
tertinggi pada Stasiun Kerja Boiler dengan nilai sebesar 2100 dengan kriteria
Very High.
e. Analisis kedua yang digunakan dalam mengatasi masalah risiko kecelakaan
kerja dengan menggunakan metode Statistika Kecelakaan Kerja untuk masing-
54
masing stasiun kerja seperti masakan, peragian, boiler dan penyulingan. Dari
analisis perhitungan risiko dengan metode tersebut menyimpulkan risiko
tertinggi pada Stasiun Kerja Boiler dengan nilai frekuensi kecelakaan kerja
sebesar 694,4 dan angka keparahan kecelakaan kerja dalam kurun waktu
enam bulan sebesar 462,96.
x
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, H.2003. Karya Ilmiah Produksi Alkohol
Wikaningtyas, K. 2004 Pengendalian Mutu Produk Setengah Jadi Di Pabrk
Spiritus Madukismo.
Riswanto. 2015 Neraca Massa Di Stasiun Masakan di Pabrik Spiritus Madukismo
http://jurnal.itats.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/Analisis-Risiko-Keselamatan-
dan-Kesehatan-Kerja-Pada-Proses-Produksi-PT.-Abadi
Adimulia.pdfdiakses pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 14.00 WIB
http://www.kompasiana.com/trustmandiri/sistem-manajemen-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja diakses tanggal 7 Agustus 2017 pukul 17.00 WIB.
http://asosiasigulaindonesia.org/our-members/pt-pg-madu-baru/ diakses pada
tanggal 7 Agustus 2017 pukul 16.00 WIB
xii
Lampiran 1. Stasiun Kerja pada Pabrik Spiritus Madukismo
A. Sistem Absensi Pekerja Kontrak
Gambar 1. Sistem Absensi Pekerja Kontrak Selama 6 Bulan
B. Stasiun Kerja Masakan
Gambar 2. Tangki Adonan 3A 9000 Stasiun Masakan
xiii
C. Stasiun Kerja Peragian
Gambar 3. Tangki T26 Stasiun Peragian
D. Stasiun Penyulingan
Gambar 3 dan 4. Kondisi Stasiun Sulingan dan Condensor
E. Stasiun Boiler
Gambar 5 dan 6. Kondisi Stasiun Boiler
xiv
Gambar 7 dan 8. Operator dan Mesin Stasiun Boiler
Gambar 9. Kondisi Stasiun Boiler
F. Stasiun Pengolahan Air Bersih
Gambar 10 dan 11. Mesin Pemompa Air dan Penjernih air
xv
G. Gudang Batu Bara
Gambar 12. Kondisi Gudang Batubara
H. Tempat Pembuangan Limbah Alkohol
Gambar 12. Kondisi Gudang Batubara
I. Alat Pemrosesan Hasil PUCAMADU
Gambar 13. Kondisi Mesin Pengolah Limbah