LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

74
1 LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI PUSKESMAS SUKAMAHI “Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek” Disusun oleh : TATIK CATUR KARTIKASARI 331710109 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA BEKASI 2019

Transcript of LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

Page 1: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

1

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT

DI PUSKESMAS SUKAMAHI

“Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek”

Disusun oleh :

TATIK CATUR KARTIKASARI

331710109

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA

BEKASI

2019

Page 2: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

2

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tatik Catur Kartikasari

NIM : 331710109

Judul KP : Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas Sukamahi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan laporan kerja praktek ini

berdasarkan hasil pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat

karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari

pihak manapun

Bekasi, 10 Mei 2019

Yang membuat pernyataan

Tatik Catur Kartikasari

NIM. 331710109

Page 3: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

3

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT

DI PUSKESMAS SUKAMAHI

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Studi Teknik Lingkungan

Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa

Tahun Akademik 2018/2019

Disusun oleh :

Tatik Catur Kartikasari

NIM : 331710109

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pada tanggal: 17 Juni 2019

Pembimbing Lapangan

Leo Hariono, S.K.M., M.Si.

NIP. 197308212005011010

Dosen Penguji

Dodit Ardiatma S.T.,M.Sc.

NIDN. 0403029201

Dosen Pembimbing

Hamzah Muhammad Mardi Putra, S.K.M., M.M.

NIDN. 0424109102

Mengetahui :

Kepala Program Studi Teknik Lingkungan

Dodit Ardiatma S.T.,M.Sc.

NIDN. 0403029201

Page 4: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

izin,rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan kerja praktek

ini dengan baik.Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib di

semester 7 Program studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Pelita

Bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap dan keterampilan

mahasiswa melalui latihan kerja serta aplikasi ilmu sesuai dengan bidang yang

dipelajari selama kuliah.

Laporan ini ditulis berdasarkan Kerja Praktek yang dilaksanakan penyusun

di Puskesmas Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat yang di mulai pada tanggal

01 Januari 2019 sampai dengan tanggal 28 Februari 2019.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam laporan penyusunan ini terutama kepada :

1. Dokter Rozana Aryani selaku Kepala Puskesmas Sukamahi Kecamatan

Cikarang Pusat, yang telah memberikan izin atau kesempatan kepada

penyusun untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktek yang berlangsung

selama 2 (dua) bulan.

2. Bpk. Leo Hariono S.K.M.,M.Si. selaku Pembimbing Lapangan selama kerja

praktek.

3. Bpk. Dodid Ardiatma, S.T., M.Sc. selaku Kaprodi Teknik Lingkungan

SekolahTinggi Teknologi Pelita Bangsa

4. Bpk. Hamzah Muhammad Mardi Putra, S.K.M., M.M. selaku Dosen

Pembimbing Laporan kerja Praktek

Penyusun sadar bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dengan

kerendahan hati dan demi kesempurnaan laporan ini, dimohon kritik dan saran

demi kesempurnaan yang diharapkan dari laporan ini, dan akhir kata semoga

laporan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 10 Mei 2019

Penyusun

Page 5: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………....................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………..…….. iii

KATA PENGANTAR …………….................................................... iv

DAFTAR ISI……………………………………………………….… v

DAFTAR TABEL ............................................... …………………... viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.....………………………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………….. 2

1.3 Batasan Masalah ………….………..………………………. 2

1.4 Rumusan Masalah …………………………………………. 3

1.5 Tujuan Kerja Praktek ………………………………………. 3

1.6 Manfaat Kerja Praktek …………………………………….. 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Puskesmas...………….…………………………………..…. 5

2.2 Limbah ………………………………………………….….. 5

2.2.1 Limbah Medis ……………………………………..… 6

2.2.2 Limbah Non Medis …………………………………. 8

2.3 Kesehatan Lingkungan Puskesmas ..…………………….…. 8

2.3.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Puskemas …. 9

2.3.2 Sumber Limbah Puskesmas ……………………….. 10

2.4 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan …... 11

2.4.1 Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam .. 12

2.4.2 Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi ………………… 13

2.4.3 Bahaya Limbah Radioaktif ………………………… 13

Page 6: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

6

2.5 Pengolahan Limbah Medis ………….……………………... 13

2.5.1 Teknologi Pengolahan Limbah Medis …………….. 13

2.5.2 Penanganan Limbah di Sumber Limbah ………….. 17

2.5.3. Pengangkutan Limbah Padat ……………………... 19

2.5.4 Pembuangan dan Pemusnahan Limbah …………… 21

2.6 Alat Pelindung Diri ( APD ).......…………………………. 24

2.6.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ……………. 25

2.6.2 Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD) …………… 25

2.6.3 Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) . 25

2.6.4 Kelemahan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) . 26

2.6.5 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) …………………… 26

2.6.6 Alat Pelindung Diri (APD) pada Pengolahan Limbah

Puskesmas ………………………………………………… 28

BAB III METODE KERJA PRAKTEK

3.1 Jenis Metode …......................…………………………..… 30

3.2 Metode Penelitian ………..….……………………………... 30

3.3 Lokasi Kerja Praktek ………………………………………. 31

3.4 Alasan Pemilihan Lokasi Kerja Praktek……………………. 32

3.5 Objek dan Ruang Lingkup Kerja Praktek …………………. 32

3.6 Jadwal Pelaksanaan ………………………………………… 32

BAB IV GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SUKAMAHI

4.1 Situasi Geografis ...………………..…………………..…… 34

4.1.1 Peta Wilayah ………………………………………… 34

4.1.2 Luas Wilayah dan Batas-batas………………………. 34

4.1.3 Wilayah Administrasi ……………………………….. 35

4.2 Situasi Demografis.……………………………..…………… 35

4.3 Visi Dan Misi Puskesmas Sukamahi ……………………....... 36

4.3.1 VISI …………………………………………………... 36

4.3.2 MISI ………………………………………………….. 36

4.4 Sumber Pembiayaan Kesehatan ……………………………... 37

4.5 Sarana Kesehatan ……………………………………………. 37

Page 7: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

7

4.5.1 Puskesmas Pembantu ………………………………… 37

4.5.2 Posyandu ……………………………………………... 37

4.5.3 Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta (SPKDS) .. 38

4.6 Sumber Daya Manusia…………………………………………. 38

4.7 Pola Penyakit Terbanyak ……………………………………. 39

4.8 Penyakit Menular ……………………………………………... 41

4.8.1 Tuberkulosis Paru ……………………………………. 41

4.8.2 Penyakit Kusta ……………………………………….. 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Limbah Medis Padat Puskesmas ………………..… 44

5.2 Kondisi Eksisting Pengelolaan Limbah Medis Padat……….... 44

5.3 Evaluasi Kondisi Eksisting Pengelolaan Limbah Medis Padat . 46

5.4 Rekomendasi Pengelolaan …………………………………….. 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan …………………..….…………………………… 49

6.2. Saran …………………………….…………………………… 49

DAFTAR PUSTAKA ...… ………….……………..……………... 50

LAMPIRAN ………………………………………………………. 52

Page 8: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

8

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai

Kategorinya ............................................................................ 16

Tabel 4.1. Jumlah Posyandu Yang Ada di Puskesmas Sukamahi

Tahun 2018 …………………………..…………………….. 37

Tabel 4.2. Jumlah SPKDS di Puskesmas Sukamahi Tahun 2018 .…….. 38

Tabel 4.3. Jumlah Dan Keadaan Tenaga Puskesmas Sukamahi

Tahun 2018 ……………….................................................... 39

Tabel 4.4. Pola Penyakit di Puskesmas Sukamahi Tahun 2018 ..…….… 40

Page 9: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pemisahan Limbah ...…....................................................... 15

Gambar 2.2. Alat Pelindung Mata berupa Googles..………………….. 28

Gambar 2.3. Masker Pernafasan untuk Polusi Udara …………..…….. 28

Gambar 2.4. Sarung Tangan .………................................................. 29

Gambar 2.5. Sepatu Boots …………………………………………….… 29

Gambar 3.1. Lokasi Puskesmas Sukamahi………….…………………... 32

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukamahi Kecamatan

Cikarang Pusat …………………………………………… 34

Page 10: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Operasional Puskesmas Sukamahi ………….. 52

Lampiran 2 Pemilahan Tempat Sampah Medis dan Non Medis .…….. 53

Lampiran 3 Pemilahan Tempat sampah Non Medis

( Organik/ An Organik )...................................................... 54

Lampiran 4 Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Medis Padat .… 55

Lampiran 5 Pengangkutan Limbah Medis Padat oleh PT Adipraya

Hijau Lestari …….……………………..………………... 56

Lampiran 6 Pengolahan Limbah Medis Padat

oleh PT Wastec Internasional ………….………………… 57

Lampiran 7 Diagram Alir Pengolahan Limbah Medis Padat

di PT Wastec Internasional ……………………………... 58

Lampiran 8 MOU Pengolahan Limbah Medis Padat Puskesmas Sukamahi 59

Lampiran 9 Surat Perjanjian Kerjasama PT Adipraya dengan PT

Wastec Internasional ……………………………………. 60

Lampiran 10 Neraca Limbah Puskesmas Sukamahi Tahun 2018 dan 2019 61

Lampiran 11 Manifest Limbah Puskesmas Sukamahi Pengangkutan

Januari 2019 …………………………………………. 62

Lampiran 12 Sertifikat Pemusnahan Limbah Medis Padat oleh PT Wastec

Internasional …………………………

Page 11: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

izin,rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan kerja praktek

ini dengan baik.Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib di

semester 7 Program studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Pelita

Bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap dan keterampilan

mahasiswa melalui latihan kerja serta aplikasi ilmu sesuai dengan bidang yang

dipelajari selama kuliah.

Laporan ini ditulis berdasarkan Kerja Praktek yang dilaksanakan penyusun

di Puskesmas Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat yang di mulai pada tanggal

01 Januari 2019 sampai dengan tanggal 28 Februari 2019.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam laporan penyusunan ini terutama kepada :

5. Dokter Rozana Aryani selaku Kepala Puskesmas Sukamahi Kecamatan

Cikarang Pusat, yang telah memberikan izin atau kesempatan kepada

penyusun untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktek yang berlangsung

selama 2 (dua) bulan.

6. Bpk. Leo Hariono SKM,M.Si selaku Pembimbing Lapangan selama kerja

praktek.

7. Bpk. Dodid Ardiatma, ST, MSc selaku Kaprodi Teknik Lingkungan

SekolahTinggi Teknologi Pelita Bangsa

8. Bpk. Hamzah Muhammad Mardi Putra, SKM, MM selaku Dosen

Pembimbing Laporan kerja Praktek

Penyusun sadar bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dengan

kerendahan hati dan demi kesempurnaan laporan ini, dimohon kritik dan saran

demi kesempurnaan yang diharapkan dari laporan ini, dan akhir kata semoga

laporan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 10 Mei 2019

Penyusun

Page 12: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan.

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik

pula. Dalam hal ini, sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan

keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat bertemunya

kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi

pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar. Adanya

interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung

dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter.

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan salah satu unit

pelayanan kesehatan yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah medis

maupun limbah non medis baik dalam bentuk padat maupun cair. Limbah medis

dalam bentuk padat di puskesmas biasanya dihasilkan dari kegiatan yang berasal

dari ruang perawatan (bagi puskesmas rawat inap), poliklinik umum, poliklinik

gigi, poliklinik ibu dan anak/KIA, laboratorium dan apotik. Sementara limbah cair

biasanya berasal dari laboratorium puskesmas yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif. (Suryati, 2009 : 42).

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan

diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus

bertambah. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah

rumah sakit di Indonesia mencapai 1.632 unit. Sementara itu, jumlah puskesmas

mencapai 9.005 unit. Fasilitas kesehatan yang lain diperkirakan jumlahnya akan

terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat .

Limbah yang dihasilkan dari upaya medis seperti puskesmas, poliklinik

dan rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori biohazard yaitu

jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, di mana di sana banyak

Page 13: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

13

terdapat buangan virus, bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya

sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu di atas 800 ⁰C

(LPKL, 2009). Namun pengelolaan limbah medis yang berasal dari rumah sakit,

puskesmas, balai pengobatan maupun laboratorium medis di Indonesia masih di

bawah standar profesional. Bahkan banyak rumah sakit yang membuang dan

mengolah limbah medis tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Puskesmas Sukamahi merupakan Puskesmas Kecamatan yang terletak Jl.

Raya Sukamahi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi.

Puskesmas Sukamahi berdiri pada tahun 2002. Limbah Puskesmas Sukamahi,

khususnya limbah medis yang infeksius bisa berbahaya terhadap masyarakat dan

lingkungan sekitar apabila tidak dikelola dengan baik. Dari latar belakang di atas

maka dilakukan penelitian tentang Analisa Pengelolaan Limbah Medis Padat di

Puskesmas Sukamahi.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas, masalah yang dapat di identifikasi

yaitu:

1. Setiap hasil limbah Medis di Puskesmas Sukamahi memiliki jenis-jenis limbah

yang berbeda. Pengelolaan limbah Medis Padat di Puskesmas Sukamahi belum

sesuai standar persyaratan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015.

2. Setiap proses pengelolaan limbah Medis Padat di Puskesmas harus mentaati

Peraturan Pemerintah yang ditetapkan.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

di atas, maka penulis memfokuskan Analisa Pengelolaan Limbah Medis Padat di

Puskesmas Sukamahi.

Page 14: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

14

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka disusun rumusan masalah yaitu:

1. Apa saja Jenis Limbah Medis di Puskesmas Sukamahi?

2. Bagaimana Pengelolaan Limbah Medis padat di Puskesmas Sukamahi?

3. Apakah pelaksanaan pengelolaan limbah Medis padat di Puskesmas

Sukamahi telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia?

1.5. Tujuan Kerja Praktek

1. Mengetahui Jenis Limbah Medis di Puskesmas Sukamahi.

2. Mengetahui Pengelolaan Limbah Medis padat di Puskesmas Sukamahi.

3. Mengetahui Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah Medis

padat di Puskesmas Sukamahi.

1.6. Manfaat Kerja Praktek

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menerapkan Pengelolaan Limbah B3 khususnya limbah medis

yang diperoleh dari Dosen Pengajar.

b. Menambah pengetahuan mengenai Ilmu Pengelolaan Limbah B3

khususnya limbah medis puskesmas.

c. Mendapat gambaran yang nyata mengenai aplikasi Ilmu Pengelolaan

Limbah B3 khususnya limbah medis di lingkungan Puskesmas

Sukamahi.

d. Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai topik yang diteliti di

Puskesmas Sukamahi.

2. Bagi Program Studi Teknik Lingkungan

a. Dapat menjadi media untuk menjalin kerjasama antara institusi

pendidikan dan institusi pemerintah.

b. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil

dari lapangan dalam kegiatan kerja praktek.

Page 15: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

15

c. Memperoleh masukkan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam

program kerja praktek selanjutnya.

3. Bagi Puskesmas

a. Puskesmas dapat melibatkan mahasiswa kerja praktek dalam

pelaksanaan Pengelolaan Limbah Medis padat.

b. Puskesmas dapat melakukan perbaikan terhadap lingkungan kerja yang

telah dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh

mahasiswa.

c. Hasil kerja praktek yang dilakukan penulis dapat dijadikan referensi

masukkan yang bermanfaat tentang kajian dalam Pengelolaan Limbah

Medis padat.

Page 16: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Puskesmas menurut Trihono (2010:8) adalah unit pelaksana teknis dinas

kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis

(UPTD) dinas kesehatan kabupaten / kota, puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kabupaten / kota

dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama.

Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja

puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih

dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan

masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Trihono, 2010:9).

2.2 Limbah

Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik

maupun puskesmas, akan menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah

padat rumah sakit / puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah

sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi,

atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang

dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (KepMenKes R.I.

No.1204/MENKES/SK/X/2004).

Limbah padat puskesmas adalah semua limbah puskesmas yang

berbentuk padat akibat kegiatan yang terdiri dari limbah medis padat dan non

medis (KepMenKes R.I. No.1428/MENKES/SK/XII/2006). Limbah padat

Page 17: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

17

layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat

kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu

(Pruss, 2005:3):

a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di

luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang

dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.

b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen

yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah

dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang

rentan.

d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock

(sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan

lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat

infeksius.

2.2.1 Limbah Medis

Limbah medis yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai

ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis

cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi

kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak

dikelola dengan baik. Limbah medis puskesmas adalah semua limbah yang

dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk padat dan cair (KepMenkes RI

No. 1428/Menkes/SK/XII/2006).

Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh

Departemen Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai berikut

(Adisamito, 2009:129-131) :

1. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,

ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,

Page 18: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

18

seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas

dan pisau bedah.

2. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan

isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan

pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit

menular.

3. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan

tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.

4. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

5. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang terbuang

karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses

produksi obat.

6. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia

dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset.

Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk dalam limbah

farmasi dan sitotoksik.

7. Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang

berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida Dalam kaitan dengan

pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi lima (5), yaitu

(Adisamito, 2009:133):

a. Golongan A, terdiri dari;

1) Dresing bedah, swab dan semua limbah yang terkontaminasi dari daerah ini.

2) Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi.

3) Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari laboratorium

dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing.

b. Golongan B terdiri dari : syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan

benda tajam lainnya.

c. Golongan C terdiri dari : limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali

yang termasuk dalam gol. A)

Page 19: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

19

d. Golongan D terdiri dari : limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.

e. Golongan E terdiri dari : pelapis bed-pan, disposable, urinoir, incontinence pad

dan stamag bags.

2.2.2 Limbah Non Medis

Selain limbah medis, Puskesmas juga menghasilkan limbah non-medis.

Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di sarana pelayanan

kesehatan tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan

bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-

sama dengan sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis tersebut antara lain,

limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah padat

(Adisasmito, 2009:135).

Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah

padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006:

43) :

a. Kantor/administrasi

b. Unit perlengkapan

c. Ruang tunggu

d. Ruang inap

e. Unit gizi atau dapur

f. Halaman parkir dan taman

g. Unit pelayanan

2.3 Kesehatan Lingkungan Puskesmas

Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan

modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat

kesejahteraan manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009).

Kesehatan lingkungan puskesmas diartikan sebagai upaya penyehatan

dan pengawasan lingkungan puskesmas yang mungkin berisiko menimbulkan

penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).

Page 20: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

20

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit/puskesmas meliputi kegiatan-

kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program

dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan

prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah

sakit/puskesmas (Depkes RI, 2004).

2.3.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Puskemas

Puskesmas sebagai sarana pelayanan umum wajib memelihara dan

meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standart dan persyaratan

(Kepmenkes No.1428 tahun 2006). Adapun persyaratan kesehatan lingkungan

puskesmas berdasarkan Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006 adalah

meliputi sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi,

dan sosial psikologi di puskesmas. Menurut Depkes RI(2004), program sanitasi di

rumah sakit/puskesmas terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan

air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen,

pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi,

penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan

pengelolaan sampah/limbah.

Upaya mengoptimalkan penyehatan lingkungan Puskesmas dari

pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Puskesmas harus mempunyai

fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006

tentang Persyaratan Sarana dan Fasilitas Sanitasi yaitu :

a. Fasilitas Pembuangan Limbah Cair

Setiap puskesmas harus menyediakan septic tank yang memenuhi syarat

kesehatan. Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan

dilengkapi penutup dengan bak kontrol setiap jarak 5 meter. Limbah rumah

tangga dibuang melalui saluran air yang kedap air, bersih dari sampah dan

dilengkapi penutup dengan bak control setiap jarak 5 meter. Pembuangan

limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan ke dalam tanah. Limbah cair

bekas pencucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan

serta dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.

Page 21: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

21

b. Fasilitas Pembuangan Limbah Padat

Limbah padat harus dipisahkan, antara sampah infeksius, dan non

infeksius. Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang terbuat dari

bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mudah dibersihkan

serta dilengkapi dengan kantong plastik sebagai berikut:

1) Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning.

2) Benda-benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol.

3) Sampah domestik menggunakan kantong plastik berwarna hitam, terpisah

antara sampah basah dan kering.

Adapun pengelolaan sampah padat dibedakan, di mana untuk sampah

infeksius harus dimusnahkan dalam incinerator, sedangkan sampah domestik

dapat dikubur, dibakar ataupun diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

2.3.2 Sumber Limbah Puskesmas

Dalam melakukan fungsinya rumah sakit/puskesmas menimbulkan

berbagai buangan dan sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah yang

berbahaya. Limbah layanan kesehatan tersebut dapat dibedakan berdasarkan

karakteristik sampah yaitu :

a. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang

diisolasi, pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular

dan lain – lain.

b. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti

penggunaan alat medis, riset dan lain – lain.

c. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan

pelayanan terhadap pasien (Depkes RI, 2006).

Selain itu, limbah berdasarkan sumber air limbah dibagi atas tiga jenis

yaitu :

a. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis

seperti pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit menular

dan lain – lain.

Page 22: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

22

b. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis

yaitu berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain – lain.

c. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia

dalam tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain – lain (Budiman

Chandra, 2007).

2.4 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Layanan kesehatan selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan

depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari

pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan

berkembang di lingkungan sarana kesehatan, seperti udara, air, lantai, makanan

dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman

dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut infeksi nosokomial

(Anies, 2006).

Limbah layanan kesehatan yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat

memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan

penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan tersebut

mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik berikut (Pruss. A,

2005:3):

a. Limbah mengandung agent infeksius

b. Limbah bersifat genoktosik

c. Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau baracun

d. Limbah bersifat radioaktif

e. Limbah mengandung benda tajam

Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan

kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam

fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta

memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat

kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama yang

beresiko antara lain :

Page 23: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

23

a. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah

sakit

b. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah

c. Penjenguk pasien rawat inap

d. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan

kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian

transportasi.

e. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan

sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss. A, 2005: 21).

2.4.1 Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam

Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme

pathogen. Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa

jalur :

a. Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit

b. Melalui membrane mukosa

c. Melalui pernafasan

d. Melalui ingesti

Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi

gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi

saluran pernafasan melalui sekret yang terhirup atau air liur dan lain – lain. Benda

tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi

juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena

resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam

kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul

adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan

masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah (Pruss. A,

2005: 22).

Page 24: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

24

2.4.2 Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi

Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan

sebagai akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka

bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi

melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan.

Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya

formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau

membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang

umum terjadi adalah luka bakar (Pruss.A, 2005: 23).

2.4.3 Bahaya Limbah Radioaktif

Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada

jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala,

pusing, dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah

radioaktif bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai materi genetik.

Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas rendah mungkin terjadi

karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara serta durasi

penyimpanan limbah tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga

kebersihan dan penanganan limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok

resiko (Pruss.A, 2005: 24).

2.5. Pengolahan Limbah Medis

2.5.1 Teknologi Pengolahan Limbah Medis

Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan

lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya

yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management

System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi

bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga

mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk

meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian

sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa

Page 25: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

25

lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran

lingkungan ( Adisasmito, 2008:1).

Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut

(Adisamito, 2009:9):

a. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)

b. Minimisasi limbah

c. Produksi bersih dan teknologi bersih

d. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality Environmental

Management/TQEM)

e. Continous Quality Improvement (CQI)

Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai

berikut: pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,

pemilahan, pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.

1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber

Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu

kelancaran penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang

memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,

diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan

dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi

biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari semua

limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan

kesalahan petugas dan penanganan (Adisasmito, 2009: 194).

2. Pengumpulan (Penampungan)

Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas,

aman, dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam

penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh

dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009: 195).

3. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara

menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode

berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah

Page 26: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

26

rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan

dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang

sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan

pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda atau transparan

dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan sejenis) sebelum

pembuangan akhir (Adisasmito, 2009: 195).

Gambar 2.1. Pemisahan Limbah

Sumber : https://rsud.bulelengkab.go.id/artikel/pengelolaan-limbah-medis-rumah-

sakit-88,2019

Page 27: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

27

Tabel 2.1. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan limbah klinis adalah

sebagai berikut:

a. Penghasil limbah klinis dan yang sejenis harus menjamin keamanan dalam

memilah-milah jenis sampah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan,

pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan

b. Penghasil limbah klinis hendaknya mengembangkan dan secara periodik

meninjau kembali strategi pengolahan limbah secara menyeluruh

c. Menekan produksi sampah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi

pengelolaan

d. Pemisahan sampah sesuai sifat dan jenisnya adalah langkah awal prosedur

pembuangan yang benar

e. Limbah radioaktif harus diamanakan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang

berlaku oleh instansi berwenang

f. Incinerator adalah metode pembuangan yang hanya disarankan untuk limbah

tajam, infeksius, dan jaringan tubuh

Page 28: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

28

g. Incinerator dengan suhu tinggi disarankan untuk memusnahakan limbah

citotoksis (110°C)

h. Incinerator harus digunakan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi desain.

Mutu emisi udara harus dipantau dalam rangka menghindari pencemaran

udara.

i. Sanitary landfill mungkin diperlukan dalam keadaan tertentu bila sarana

incinerator tidak mencukupi

j. Perlu diperhatikan bahwa program latihan karyawan atau staf RS menjadi

bagian integral dalam strategi pengelolaan limbah (Adisasmito, 2008: 38).

2.5.2 Penanganan Limbah di Sumber Limbah

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,

konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui

proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya

pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume

bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi

limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (Pruss, A., 2005: 67).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus

dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau

mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah

pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan

tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung

pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni

meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan

pelaksanaannya relatif murah. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi

limbah pada sumbernya adalah (Pruss, A., 2005: 68):

a. Penanganan yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga

kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau

kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.

b. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah

menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat

Page 29: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

29

mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan

limbah.

c. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau

bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.

d. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan

bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak

berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan

penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

e. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk

pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

f. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang

kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup

tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau

penggantian sebagian unitnya (Adisasmito, 2009: 9).

Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di

seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat

dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut

(Depkes RI, 1992):

a. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu

untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.

b. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik. Limbah dari

kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah klinik.

c. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah

klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan

kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Pruss, A., 2005:

6768):

1. Pemisahan limbah

a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

Page 30: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

30

c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang

menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

2. Penyimpanan limbah

a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.

Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas

b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa

mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk

dikumpulkan

c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan

warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai

d. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan

hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya

3. Penanganan limbah

a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup

b. Kantung dipegang pada lehernya

c. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai

sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu

mengangkut kantong tersebut

d. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih

untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double

bagging)

e. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat

mencederainya di dalam kantung yang salah

f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung

limbah

2.5.3. Pengangkutan Limbah Padat

Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode

warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah

bagian klinik dibawa ke incinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus

(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang

Page 31: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

31

digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan

dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah)

dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

Kereta atau troli yang digunakan untuk transportasi sampah medis harus

didesain sedemikian sehingga (Pruss, A., 2005: 68):

1) Permukaan harus licin, rata dan tidak mudah tembus

2) Tidak menjadi sarang serangga

3) Mudah dibersihkan dan dikeringkan

4) Sampah tidak menempel pada alat angkut

5) Sampah mudah diisikan, diikat dan dituang kembali

Dalam beberapa hal dimana tidak tersedia sarana setempat, sampah

medis harus diangkut ketempat lain (Pruss, A., 2005: 69) :

1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut,

dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang

dibawa.

2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi

kebocoran atau tumpah. Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu

pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik

penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-

site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong , dan

dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat

proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat

pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur

pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut

termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam

kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor (Hapsari, 2010).

Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan

kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator, atau

pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya:

1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

Page 32: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

32

2) Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran disesuaikan dengan

frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah

ditentukan secara terpisah.

3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak rembes, dan

disediakan sarana pencuci.

4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang dan bebas

dari infestasi serangga dan tikus.

5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah (Depkes RI, 2002).

Petugas penanganan limbah harus menggunakan alat pelindung diri

(APD) yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang,

apron, pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI, 2004).

2.5.4 Pembuangan dan Pemusnahan Limbah

Setelah dimanfatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat

dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar

(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah

dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli incinerator sendiri,

incinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 -

1500ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas

yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula

memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah

sakit yang berasal dari rumah sakit lain. Incinerator modern yang baik tentu saja

memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah

klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak

terpakai (Arifin, 2009).

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun

dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut

meliputi yang berikut:

a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.

Page 33: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

33

b. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm. Tambahkan

lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa

ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah.

c. Akhirnya lubang tersebut harus ditututup dengan tanah (Setyo Sarwanto, 2003).

Keseragaman standar kantong dan kontainer limbah mempunyai

keuntungan sebagai berikut:

1) Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan antar

instansi/unit.

2) Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada pekerjaan di lingkungan

rumah sakit maupun pada penanganan limbah diluar rumah sakit.

3) Pengurangan biaya produksi kantong dan container (Hapsari, 2010).

Pelaksanaan pengelolaan limbah medis untuk masing-masing golongan

adalah sebagai berikut (Adisasmito, 2009: 133):

A. Golongan A

1) Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi deri

ruang pengobatan hendaknya di tampung pada bak penampungan limbah

medis/medis yang mudah dijangkau atau bak sampah yang dilengkapi

dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong pelapis tersebut

hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila tiga perempat

penuh. Kemudian diikat dengan kuat sebelum diangkut dan ditampung

sementara di bak sampah medis. Bak ini juga hendaknya jadwal

pengumpulan sampah. Isi kantong jangan sampai longgar pada saat

pengangkutan dari bak ke bak, sampah hendaknya dibuang sebagai

berikut:

a) Sampah dari unit haemodialisis: sampah hendakmya dimusnahkan

dengan insinerator. Bisa juga dengan autoclaving tetapi kantong harus

dibuka dan dibuat sedemikian sehingga uap panas bisa menembus

secara efektif.

b) Limbah dari unit lain: limbah hendaknya dimusnahkan dengan

insinerator. Bila tidak memungkinkan bisa dengan menggunakan cara

lain, misalnya dengan membuat sumuran dalam yang aman.

Page 34: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

34

2) Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh

pimpinan yang bertanggung jawab. Kepala Instalasi Sanitasi dan Dinas

Kesehatan c/q. Sub Dinas PKL setempat.

3) Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada

bak limbah medis atau kantong lain yang tepat dan kemudian

dimusnahkan dengan insinerator. Kecuali bila terpaksa, jaringan tubuh

tidak boleh dicampur dengan sampah lain pada saat pengumpulan.

4) Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan

insinerator. Insinerator harus dioperasikan dibawah pengawasan bagian

sanitasi atau bagian laboratorium.

B. Golongan B

Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan

tertutup. Sampah jenis ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam

yang bila telah penuh diikat dan ditampung dalam bak sampah medis sebelum

diangkut dan dimusnahkan dengan insinerator.

C. Golongan C

Pembuangan sampah medis yang berasal dari Laboratorium patologi

kimia, haemotologi, dan transfusi darah, mikrobiologi, histologi dan post-

mortum serta unit sejenis (misalnya tempat binatang percobaan disimpan),

dibuat dalam kode pencegahan infeksi dalam laboratorium medis dan ruang

post-mortum dan publikasi lain.

D. Golongan D

Barang dari produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya

dikembalikan kepada petugas yang bertanggung jawab dibagian farmasi.

E. Golongan E

Kecuali yang berasal dari ruang dengan risiko tinggi, isi dari sampah dari

golongan ini bisa dibuang melalui saluran air, WC atau unit pembuangan untuk

itu. Sampah yang tidak dapat dibuang melalui saluran air hendaknya disimpan

dalam bak sampah medis dan dimusnahkan dengan incinerator (Adisasmito,

2009: 133).

Page 35: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

35

Kebijakan pembuangan sampah lokal hendaknya tercantum berbagai

prosedur yang digunakan bila terjadi tumpahan sampah medis. Peringatan

hendaknya disertakan terutama pada sampah yang dapat membahayakan petugas

atau orang-orang yang berkaitan dengan pengankutan/pembuangan sampah atau

pembersihan sampah atau kepada masyarakat umum. Prosedur tersebut

hendaknya dikonsultasikan dengan unit-unit yang berkaitan seperti unit pemadam

kebakaran, kesehatan, polisi, otorita air dan sampah serta Dinas Kesehatan.

Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin

diterapkan adalah:

a. Incinerasi.

b. Sterilisasi dengan uap panas/autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu

121ºC.

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde).

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia

sebagai desinfektan).

e. Inaktivasi suhu tinggi.

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi).

g. Microwave treatment.

h. Grinding and shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah).

i. Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang

terbentuk (Depkes RI, 2006).

2.6 Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan alat pelindung diri sudah diatur dalam Undang-Undang No.1

Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya pasal 9, 12, dan 14, yang

mengatur penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja,

baikbagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja.

Page 36: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

36

2.6.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Budiono (2003), alat pelindung diri adalah seperangkat alat

yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagia atau seluruh tubuhnya dari

adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.

2.6.2 Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1996), syarat-syarat alat pelindung diri yang baik

antara lain :

a. Alat pelindung diri tersebut harus enak dipakai.

b. Alat pelindung diri tersebut harus tidak boleh mengganggu pekerjaannya.

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang dihadapinya.

2.6.3 Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Budiono, dkk (2003), alat pelindung diri yang telah dipilih

hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik

atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.

b. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa

ketidaknyamanan yang berlebihan.

c. Harus dapat dipakai secara fleksibel.

d. Bentuknya harus cukup menarik.

e. Tidak mudah rusak.

f. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya.

g. Suku cadangnya harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat

pelindung diri dapat dilakukan dengan mudah.

h. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada

i. Pemeliharaannya mudah

j. Tidak membatasi gerak

k. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa “tidak nyaman” tidak mungkin

hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi). Oleh

sebab itu pemeliharaan dan control terhadap alat pelindung diri penting

Page 37: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

37

karena alat pelindung diri sensitive terhadap perubahan tertentu, punya masa

kerja tertentu dan APD dapat menularkan beberapa jenis penyakit jika secara

bergantian.

2.6.4 Kelemahan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

a. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna

1) Memakai alat pelindung diri tidak tetap.

2) Cara memakai alat pelindung diri yang salah.

3) Alat pelindung diri yang dipakai tidak memenuhi persyaratan yang

diperlukan.

b. Alat pelindung diri tidak enak dipakai

2.6.5 Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri beraneka ragam

macamnya, jika digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindungi maka jenis

proteksi diri adalah :

a. Kepala : pengikat rambut, penutup, topi dari berbagai bahan

b. Mata : kaca mata dari berbagai jenis

c. Muka : perisai muka

d.Tangan dan jari : sarung tangan

e. Alat pernafasan : masker khusus

f. Telinga : sumbat telinga dan tutup telinga

g. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan

Menurut Notoadmodjo (1974), faktor yang mempengaruhi bersedia

atau tidaknya menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan adalah

a. Sejauh mana orang yang memakai alat itu mengerti akan kegunaannya.

b. Kemudahan dan kenyamanan apabila dipakai dengan gangguan yang paling

minimum terhadap prosedur kerja yang normal.

c. Sangsi-sangsi ekonomi, social dan disiplin yang dapat digunakan untuk

mempengaruhi attitude mereka.

Menurut Siswanto (1991), alat pelindung diri antara lain :

Page 38: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

38

A. Alat pelindung tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak

digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan karena kecelakaan pada tangan sering

terjadi. Dalam memilih sarung tangan yang tepat, perlu mempertimbangkan

faktor-faktor antara lain :

1) Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya untuk

pekerjaan yang halus dimana pemakaiannya harus membedakan benda-benda

yang halus, pemakaian sarung tangan yang tipis akan memberikan kepekaan

(sensibilitas) yang lebih besar dari sarung tangan yang berukuran tebal.

2) Bagian tangan yang harus dilindungi, apakah tangan saja atau tangan dan

lengan bawah. Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi :

a) Sarung tangan biasa

b) Gaulets atau sarung tangan yang dilapisi oleh plat logam

c) Mitts atau sarung tangan dimana keempat jari pemakainyai bungkus

menjadi satu kecuali ibu jari yang mempunyai pembungkus sendiri

(bentuknya seperti sarung petinju)

Macam-macam sarung tangan antara lain :

1) Sarung tangan karet

2) Sarung tangan kulit

B. Alat pelindung kaki atau sepatu boot

Sepatu keselamatan kerja (Sefety Shoes) digunakan untuk melindungi

kaki dari bahaya tertusuk benda-benda tajam. Sepatu pelindung kaki ini terbuat

dari kulit.

C. Pakaian kerja

Pakaian pelindung atau pakaian kerja ini digunakan untuk melindungi

pemakainya dari benda yang kotor, cuaca yang panas. Menurut Fundamental of

Chemical Safety and Major Hazard Control(1991:143), alat pelindung diri dibagi

menjadi :

1) Alat Pelindung Kepala

2) Alat Pelindung Telinga

3) Pelindung Muka dan Mata

Page 39: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

39

4) Pelindung Pernafasan

5) Pakaian Kerja

6) Sarung Tangan

7) Pelindung kaki

2.6.6 Alat Pelindung Diri (APD) pada Pengolahan Limbah Puskesmas

Dalam pengelolaan limbah padat di puskesmas, alat pelindung diri yang

digunakan untuk melindungi diri terhadap faktor bahaya percikan pembakaran

sampah, debu dan benda-benda kecil beterbangan menurut Sumak’mur (1996)

adalah :

1) Mata, dengan menggunakan Googles, penutup mata

Gambar 2.2. Alat Pelindung Mata berupa Googles

Sumber : /sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/alat-

pelindung-diri-apd.html

2) Alat pernafasan, menggunakan respirator atau masker khusus

Gambar 2.3. Masker Pernafasan untuk Polusi Udara

Sumber : /sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/alat-

pelindung-diri-apd.html

Page 40: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

40

3) Lengan, tangan, dan jari dengan menggunakan sarung tangan dan pakaian

berlengan panjang

Gambar 2.4. Sarung Tangan

Sumber : /sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/alat-

pelindung-diri-apd.html

4) Tungkai dan kaki, dengan menggunakan pelindung-pelindung betis, tungkai

dan mata kaki. Dalam hal ini dapat menggunakan sepatu boots.

Gambar 2.5. Sepatu Boots

Sumber : /sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/alat-

pelindung-diri-apd.html

Page 41: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

41

BAB III

METODE KERJA PRAKTEK

3.1.1 Jenis Metode

Jenis metode yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah deskriptif,

yaitu memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya

merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh dan digunakan

sebagai bahan penulisan serta bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran

Pengelolaan Limbah Medis padat di Puskesmas Sukamahi Kecamatan Cikarang

Pusat.

3.2 Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari kerja praktek ini di dapatkan dari dua sumber, yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan hasil

pengamatan kegiatan pengelolaan limbah medis padat dan data yang

diperoleh melalui dokumen yang dimiliki oleh pihak Puskesmas Sukamahi

Kecamatan Cikarang Pusat.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan sekunder, data

literatur, jurnal, makalah, laporan kerja praktek terdahulu, data keterangan

berupa bagan alir proses produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data

pendukung lainnya seperti metode pengumpulan data informasi dengan cara

menbaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan objek studi.

2. Metode Analisis

Penanganan Limbah Medis padat di Puskesmas Sukamahi Kecamatan

Cikarang Pusat menganut pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015.

Page 42: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

42

Dalam Pasal 3 disebutkan Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 merupakan fasilitas yang wajib terdaftar di instansi yang

bertanggung jawab di bidang kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pusat kesehatan masyarakat;

b. Klinik pelayanan kesehatan atau sejenis; dan

c. Rumah sakit.

Pasal 4 memuat Limbah B3 dalam Peraturan Menteri ini meliputi

limbah:

a. Dengan karakteristik infeksius;

b. Benda tajam;

c. Patologis;

d. Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;

e. Radioaktif;

f. Farmasi;

g. Sitotoksik;

h. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi; dan

i. Tabung gas atau kontainer bertekanan.

Data yang diperoleh dari Puskesmas Sukamahi Kecamatan Cikarang

Pusat akan di masukkan dan disusun ke dalam hasil kerja praktek, kemudian

pembahasan dengan cara membandingkan Tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015.

3.3 Lokasi Kerja Praktek

Lokasi Kerja Praktek bertempat di Puskesmas sukamahi Kecamatan

Cikarang Pusat yang beralamat di Jalan Raya Sukamahi Kampung Cimahi Rt 07

Rw 04, Desa Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.

Page 43: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

43

Gambar 3.1. Lokasi Puskesmas Sukamahi

Sumber: Google Maps, 2018

3.4 Alasan Pemilihan Lokasi Kerja Praktek

Penulis mengambil lokasi kerja praktek di Puskesmas Sukamahi karena

memiliki Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang sesuai

dengan judul diteliti. Selain itu, Puskesmas Sukamahi lebih efisiensi dengan

waktu kerja yang diambil penulis dengan tempat kerja praktek dan dekat dengan

tempat tinggal penulis, sehingga memperlancar kegiatan kerja praktek penulis.

3.5 Objek dan Ruang Lingkup Kerja Praktek

Objek Kerja Praktek ini adalah di Area Puskesmas Sukamahi Kecamatan

Cikarang Pusat.

3.6 Jadwal Pelaksanaan

Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah

Tinggi Teknik Pelita Bangsa (STT Pelita Bangsa). Kegiatan Kerja Praktek

mempunyai bobot 2 SKS dan merupakan persyaratan untuk menempuh ujian

akhir. Pelaksanaan Kerja Praktek ini di rencanakan pada tanggal sebagai berikut

Page 44: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

44

Pelaksanaan Kerja Praktek

Tempat : Puskesmas Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat

Alamat : Jalan Raya Sukamahi Kampung Cimahi Rt 07 Rw 04, Desa

Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.

Waktu : 2 Januari 2019 – 28 Februari 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Studi Pendahuluan

2 Observasi

3 Wawancara

4 Studi Literatur

5 Analisa dan Diskusi

6 Report Harian

7 Penyusunan Laporan

Waktu Per MingguNo Uraian Kegiatan

Page 45: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

45

BAB IV

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SUKAMAHI

4.1 Situasi Geografis

4.1.1 Peta Wilayah

Peta wilayah Puskesmas Sukamahi adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2018

4.1.2 Luas Wilayah dan Batas-batas

Puskesmas Sukamahi merupakan Puskesmas Kecamatan yang terletak Jl.

Raya Sukamahi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi.

Puskesmas Sukamahi berdiri pada tahun 2002.

Luas wilayah kerja Puskesmas Sukamahi adalah 4.523 km2. Terdiri dari

6 desa yaitu desa Sukamahi, desa Cicau, desa Pasirranji, desa Pasir Tanjung, desa

Hegar Mukti dan desa Jaya Mukti.

Wilayah kerja desa yang paling luas adalah Desa Cicau yaitu 942 km2

dan wilayah kerja paling kecil adalah Desa Jaya Mukti yaitu 518 km2. Namun

CICAU

SUKAMAHI

PASIRRANJI

HEGARMUKTI

JAYAMUKTI

PASIRTANJUNG

SERANG BARU

TELUKJAMBE BARAT

BOJONGMANGU

CIKARANG PUSAT

CIKARANG TIMUR

CIKARANG SELATAN

CIKARANG UTARA

Batas kecamatan

BOJONGMANGUCIKARANG PUSAT

CIKARANG SELATANCIKARANG TIMURCIKARANG UTARA

SERANG BARUTELUKJAMBE BARAT

Desa Cikarang PusatCICAU

HEGARMUKTIJAYAMUKTIPASIRRANJI

PASIRTANJUNGSUKAMAHI

10 0 10 20 Kilometers

N

EW

S

PETA BATAS WILAYAH KERJAPUSKESMAS SUKAMAHI

KEC. CIKARANG PUSAT

CICAUSUKAMAHI

PASI RRANJI

HEGARMUKTI

JAYAMUKTI

PASI RTANJUNG

Page 46: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

46

walaupun luas wilayahnya paling kecil tapi mempunyai kepadatan penduduk

paling besar yaitu 45/km2

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Sukamahi adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Cikarang Timur

- Sebelah Selatan : Kecamatan Serang Baru

- Sebelah Barat : Kecamatan Cikarang Selatan

- Sebelah Timur : Kabupaten Karawang

4.1.3 Wilayah Administrasi

Secara administratif Puskesmas Sukamahi termasuk kedalam wilayah

Kecamatan Cikarang Pusat, jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Sukamahi

adalah 6 desa meliputi 137 RT dan 49 RW. Keenam desa tersebut adalah :

a. Desa Sukamahi

b. Desa Cicau

c. Desa Pasirranji

d. Desa Pasir Tanjung

e. Desa Hegar Mukti

f. Desa Jaya Mukti

Jarak terjauh ke Puskesmas yaitu 10 km dan jarak terdekat yaitu 1 km

dengan waktu tempuh terlama adalah 60 menit dan waktu tempuh tercepat 10

menit dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh desa di wilayah kerja

Puskesmas Sukamahi relatif terjangkau.

4.2 Situasi Demografis

Penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan potensi daerah yang

paling penting. Tentu saja hal ini perlu didukung dengan kualitas yang memadai

baik pendidikan maupun kesehatannya. Secara kuantitatif, jumlah penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Sukamahi pada tahun 2018 adalah 82.238 jiwa terdiri

Page 47: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

47

dari laki-laki 41.813 jiwa dan perempuan 40.425 jiwa, dengan kepadatan

penduduk 18 jiwa per km2.

Tingkat kepadatan penduduk tidak merata dangan kepadatan penduduk

tertinggi ditempati Desa Jaya Mukti dengan rata-rata 53 jiwa/km2 sedangkan

menempati kepadatan penduduk terendah ialah Desa Pasiranji dengan 5 jiwa/km2 .

4.3 Visi Dan Misi Puskesmas Sukamahi

4.3.1 VISI

Puskesmas Sukamahi Sehati ( Sehat, Hangat, Diminati ) yang mandiri

menuju Cikarang Pusat Sehat.

4.3.2 MISI

a. Menyelnggarakan pelayanan kesehatan yang prima dan mandiri kepada

masyarakat dengan membudayakan 5 S ( Senyum, Salam, Santun, Sentuh dan

Sabar )

b. Memberdayakan potensi masyarakat melalui peran serta aktif masyarakat.

c. Menggalang kemitraan di wilayah kerja Cikarang Pusat

Upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Sukamahi meliputi 6

program dasar wajib di Puskesmas ditambah dengan program pengembangan.

Program-program tersebut adalah :

1. Program Promosi Kesehatan

2. Program Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana

3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

4. Program Kesehatan Lingkungan

5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Program Pengobatan

Page 48: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

48

4.4 Sumber Pembiayaan Kesehatan

Sumber pembiayaan kesehatan di Puskesmas Sukamahi bersumber dari :

1. JKN

2. APBD Kabupaten

3. BOK ( Bantuan Operasinal Kesehatan )

4.5 Sarana Kesehatan

4.5.1 Puskesmas Pembantu

Puskesmas Pembantu yang ada di Puskesmas Sukamahi berjumlah tiga

buah yaitu Puskesmas Pembantu Hegar Mukti, Puskesmas Pembantu Pasir

Tanjung, dan Puskesmas Pembantu Pasirranji. Puskesmas Pembantu ini berperan

memperluas jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas yang jauh dari Puskesmas

Induk.

4.5.2 Posyandu

Dalam rangka mendekatkan dan memeratakan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat , telah dibentuk Pos Pelayanan Terpadu yang melayanai

sasaran masyarakat rawan diantaranya bayi, balita , ibu hamil , ibu menyusui ,

PUS dan WUS.

Jumlah Posyandu yang ada di Puskesmas Sukamahi tahun 2018 adalah

75 posyandu yang tersebar di 6 desa wilayah kerja. Jumlah posyandu dimasing-

masing desa yaitu Apabila dibandingkan dengan jumlah desa maka rata-rata tiap

desa telah memiliki 10 Posyandu kecuali desa Jaya Mukti dengan penduduk

terbanyak mempunyai 24 Posyandu,apabila dibandingkan dengan jumlah KK ,

maka setiap Posyandu melayani 241 KK. Jumlah Posyandu yang ada di

Puskesmas Sukamahi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Jumlah Posyandu Yang Ada di Puskesmas Sukamahi Tahun 2018

No DESA NAMA

POSYANDU JUMLAH

1 Sukamahi Anggrek I - VIII 11

2 Cicau Bugenville I – IX 1

Page 49: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

49

3 Pasiranji Puring I – VI 6

4 Pasir Tanjung Pasir Tanjung 01-08 9

5 Hegar Mukti Pos I – Pos XII 15

6 Jaya Mukti Anggrek,mawar,Lili 24

JUMLAH 75

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2018

4.5.3 Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta (SPKDS)

Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar swasta yang ada di wilayah

Puskesmas Sukamahi tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.2. Jumlah SPKDS di Puskesmas Sukamahi Tahun 2018

No Jenis SPKS Jumlah Jumlah

Berizin

1 Praktik Dokter

Bersama 9 9

2 Balai

Pengobatan/Klinik 22 22

3 Rumah bersalin 6 6

4 Praktik Dokter

Perorangan 4 4

5 Apotek 13 13

Jumlah 54 54

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2018

4.6 Sumber Daya Manusia

Jumlah seluruh tenaga yang ada di Puskesmas Sukamahi adalah 38

orang dengan perincian sebagai berikut :

Page 50: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

50

Tabel 4.3. Jumlah Dan Keadaan Tenaga Puskesmas Sukamahi Tahun 2018

No Jenis Tenaga PNS PTT Kontrak

/Lain2 Jumlah

1 Dokter

Umum 2 0 0 2

2 Dokter Gigi 2 0 0 2

3 Sarjana Kes

Masy 1 0 0 1

4 Bidan

Puskesmas 11 0 0 11

5 Bidan di desa 7 0 0 7

6 Perawat 5 0 0 5

7 Perawat Gigi 0 0 0 0

8 Nutrisionist 1 0 0 1

9 Pengawas

Farmasi 1 0 0 1

10 Pranata

Laboratorium 1 0 0 1

10 Sanitarian 1 0 0 1

11 Administrasi 0 0 1 0

12 Cleaning

Service 0 0 2 2

13 Lain-lain/

Penjaga 0 0 2 2

Jumlah 31 0 5 36

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2018

4.7 Pola Penyakit Terbanyak

Pola penyakit terbanyak ( 20 Penyakit utama ) yang terjadi di Puskesmas

Sukamahi Tahun 2018 diperoleh dari SP3 (LB 1 Penyakit) . Lebih jelas dapat

dilihat pada tabel-tabel berikut :

Page 51: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

51

Tabel 4.4. Pola Penyakit di Puskesmas Sukamahi Tahun 2018

No JENIS PENYAKIT JUMLAH %

1 Penyakit ISPA Akut tidak spesifik 2329 28,62

2 Dispepsia 802 8,72

3 Hipertensi primer/essensial 642 7,05

4 Gastritis, tidak spesifik 589 6,94

5 Dermatitis lain tidak spesifik 540 6,07

6 Nasofaringitis akut 536 6,02

7 Demam tidak diketahui penyebabnya 460 5,38

8 Mialgia 380 4,27

9 Dispepsia 341 3,83

10 Konjungtivitis 312 3,50

11 Faringitis Akut 291 3,27

12 Migren & sindrom nyeri kepala

lainnya 258 2,90

13 Penyakit gusi, jaringan periodontal 229 2,57

14 Low back pain nyeri punggung

bawah 216 2,43

15 Dispepsia 201 2,26

16 Influenza 195 1,85

17 Tonsilitis Akut 175 1,40

18 Penyakit Pulpa dan jaringan

periapikal

152 1,26

19 Abses,furunkel,karbunkel Kutan 107 0,98

20 Otitis eksterna 91 0,69

Total 8846 100

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2018

Page 52: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

52

4.8 Penyakit Menular

4.8.1 Tuberkulosis Paru

Merebaknya kembali penyakit yang sudah hampir terberantas ( re-

emerging diseases) ini sangat perlu diwaspadai. Hal ini telah ditindaklanjuti

dengan adanya Gerakan Terpadu Nasional TB Paru yang di dengungkan di

seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.

Usaha menemukan penderita pada tahap dini serta pengobatan yang

tuntas diharapkan dapat meningkatkan angka kesembuhan sehingga akibat fatal

kematian pun dapat dikurangi.

Selain dari intensifikasi program dalam hal tata cara penemuan penderita,

mulai dari pengambilan specimen, pemeriksaan Laboratorium dengan bahan

reagen yang baik dan memadai, serta pencegahan masa pengobatan yang tidak

tuntas (DO). Pengkajian mengenai DOTS, pemberdayaan berbagai pihak seperti

guru, bidan desa atau tenaga lainnya sebagai Pengawas Minum Obat ( PMO )

diasumsikan sebagai salah satu upaya untuk mencegahnya penderita putus

pengobatan / DO.

Jumlah kasus TB Paru yang ditangani di Puskesmas Sukamahi selama

kurun waktu 2014-2018 mengalami Fluktuasi kasus. Jumlah kasus TB Paru yang

ditangani pada tahun 2014 sebanyak 9 kasus, pada tahun 2015 sebanyak 11 kasus

dan meningkat pada tahun 2016 sebanyak 12 kasus, pada tahun 2017 jumlah

kasus yang ditangani mengalami kenaikan menjadi 13 kasus sedangkan pada

tahun 2018 mengalami penurunan kasus yang diobati yaitu sebanyak 5 kasus.

4.8.2 Penyakit Kusta

Upaya untuk menurunkan angka prevalensi kusta dalam rangka

eradikasi kusta di Indonesia sehingga menjadi lebih kecil dari 1 per 10.000

penduduk, dilakukan melalui kegiatan penemuan kasus baru secara intensif,

melaksanakan pengobatan secara ketat dan cermat. Selain itu, untuk mencegah

cacat baru pada penderita yang diobati maupun yang sudah selesai maka penderita

yang sudah dinyatakan Release For Control (RFC) maupun Release For

Treatment (RFT) tetap dimotivasi agar selalu memeriksakan diri. Penyakit kusta

Page 53: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

53

yang di jumpai dan menjalani pengobatan di Puskesmas Sukamahi selama tahun

2018 hanya sebanyak 3 kasus, yaitu berasal dari Desa Sukamahi, desa Cicau dan

Desa Jaya Mukti.

4.8.3 Penyakit Diare

Penyakit diare merupakan penyakit yang banyak disebabkan karena

faktor sanitasi lingkungan dan kebersihan diri . Berbagai upaya terus dilakukan

untuk menekan kasus diare, terutama kegiatan penyuluhan kepada masyarakat

tentang pentingnya menjaga hygine lingkungan dan perorangan.

Dari tahun ketahun kasus diare yang terjadi mengalami fluktuasi yang

bervariasi. Jumlah kasus diare dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 dapat

dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik Kasus Diare Puskesmas Sukamahi Tahun 2016 – 2018

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2018

4.9 Penyakit Bersumber Binatang (Penyakit Demam Berdarah)

Dari tahun ke tahun Penyakit Demam Berdarah merupakan penyakit

bersumber binatang yang banyak dijumpai dan mengalami peningkatan yang

cukup banyak. Pada tahun 2016 jumlah kasus Kejadian Demam Berdarah yang

ada di tangani sebanyak 17 kasus, dan pada tahun 2017 kasus Demam Berdarah

530

540

550

560

570

580

590

600

610

2016 2017 2018

Page 54: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

54

yang ditangani sebanyak 6 kasus. Sedangkan pada tahun 2018 kasus DBD dapat

ditekan menjadi 1 kasus. Upaya meminimalisasi terjadinya kasus Demam

Berdarah terus digalakkan dengan cara penyuluhan, penyemprotan ( Fogging )

dan Abatesasi. Namun upaya ini tidak ada artinya tanpa peran serta aktif dari

masyarakat dengan kegiatan 3 M dan menjaga kebersihan lingkungan.

Page 55: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

55

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Limbah Medis Padat Puskesmas

Limbah Medis Padat yang dihasilkan oleh Puskesmas berasal dari

kegiatan medis. Jenis limbah yang dihasilkan adalah limbah infeksius benda

tajam, infeksius non benda tajam dan toksik farmasi. Limbah infeksius benda

tajam terdiri dari jarum suntik, spuit, needle,bisturi, trocar implant,ampul, jarum

lancet dan jarum hecting. Limbah infeksius non benda tajam terdiri dari kasa,

kapas, diapers,tissue, handscoen, dan botol plastik bekas ludah penderita TBC.

Limbah toksik farmasi terdiri dari sisa bungkus obat,obat yang sudah kadaluarsa,

botol obat/reagen yang dipakai di laboratorium.

5.2 Kondisi Eksisting Pengelolaan Limbah Medis Padat

Pengelolaan limbah Medis Padat yang dilakukan oleh Puskesmas

meliputi pemilahan, pengemasan, pengumpulan dan penyimpanan. Pengangkutan

dan pengolahan limbah Medis Padat dilakukan oleh PT Adipraya Hijau Lestari

dengan metode insinerasi. Berikut ini merupakan uraian kondisi eksisting

pengelolaan limbah Medis Padat.

1) Pemilahan

Pemilahan limbah dilakukan berdasarkan jenis limbah yaitu infeksius

benda tajam, infeksius non benda tajam dan toksik farmasi. Pemilahan

dilakukan dengan menyediakan kemasan yang berbeda bagi setiap jenis

limbah. Puskesmas memberikan label “limbah medis” pada wadah limbah

infeksius benda tajam dan toksik farmasi.

2) Pengemasan

Puskesmas menggunakan safety box sebagai kemasan limbah infeksius

benda tajam. Limbah Medis Padat jenis lainnya dikemas dengan tempat

sampah plastik yang dilengkapi penutup.

Page 56: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

56

3) Pengumpulan

Pengumpulan limbah Medis Padat dari setiap ruangan di Puskesmas

induk dilakukan setiap hari untuk limbah infeksius non benda tajam dan toksik

farmasi. Pengumpulan dilakukan setelah pelayanan administrasi. Pengumpulan

dilakukan setiap hari agar tidak terjadi penumpukan dan mencegah

kontaminasi ruang pelayanan medis. Limbah infeksius benda tajam

dikumpulkan apabila safety box telah ¾ penuh. Berdasarkan hasil pengamatan,

frekuensi pengumpulan di Pustu dilakukan lebih dari 7 hari. Limbah Medis

Padat dari Pustu akan dibawa ke Puskesmas induk untuk disimpan di TPS B3

sebelum diolah. Pengumpulan dilakukan lebih dari 7 hari karena limbah Medis

Padat yang dihasilkan Pustu sangat sedikit. Berdasarkan hasil pengamatan,

dalam beberapa hari Pustu bisa tidak menghasilkan limbah sama sekali. Hal ini

dikarenakan adanya kebijakan tidak tertulis yang diterapkan sebagian

Puskesmas mengenai pembatasan kegiatan injeksi terutama di Pustu. Pada saat

proses pengumpulan limbah, petugas pengumpulan pada umumnya hanya

menggunakan handscoen dan masker. Proses pengumpulan tidak menggunakan

trolly khusus. Petugas akan mengangkat plastik kemasan berisi limbah dan

mengganti dengan plastik yang baru. Plastik berisi limbah Medis Padat dari

setiap ruangan dipegang dan dibawa secara langsung menuju TPS.

4) Penyimpanan

Penyimpanan limbah Medis Padat oleh Puskesmas Induk di TPS B3

dilakukan hingga berbulan bulan. Pembayaran minimum untuk satu kali

pengambilan limbah Medis Padat oleh pengolah adalah 30 kg. Laju timbulan

rata-rata Puskesmas dalam satu bulan kurang dari 25 kg. Sehingga Puskesmas

menunggu hingga limbahnya mencapai 30 kg atau lebih, lalu kemudian

memanggil pengolah untuk mengangkut limbah Medis Padat.

5) Pengangkutan

Pengangkutan limbah Medis Padat dari Pustu ke Puskesmas induk tidak

menggunakan kendaraan khusus. Pengangkutan limbah Medis Padat dari

Puskesmas induk ke pengolah menggunakan transporter PT Adipraya Hijau

Lestari dengan kendaraan pick up yang tertutup ( box ) dan sudah dilengkapi

Page 57: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

57

dengan simbol. Petugas menggunakan APD berupa handscoen,masker dan

sepatu boot saat memasukkan limbah ke dalam kendaraan pengangkut.

Berdasarkan hasil wawancara, petugas sudah mendapatkan training

sebelumnya perihal penanganan limbah medis.

6) Pengolahan

Pengolahan limbah medis oleh PT Wastec menggunakan 2 unit

insinerator dengan tipe Reciprocating Grate Static Incinerator. Insinerator

memiliki kapasitas 350 kg/jam. Rata-rata penggunaan suhu insinerator pada

chamber 1 adalah 792°C dan 1019°C pada chamber 2. Rata-rata limbah medis

yang dibakar adalah 48 kg/10 menit. Berdasarkan hasil uji emisi, efisiensi

pembakaran adalah 99,99%. Alat kontrol emisi berupa wet scrubber.

5.3 Evaluasi Kondisi Eksisting Pengelolaan Limbah Medis Padat

1) Komposisi Limbah Medis Padat

Komposisi limbah B3 terbanyak Puskesmas limbah infeksius benda

tajam yang berupa jarum suntik bekas imunisasi di Posyandu menempati

persentase tertinggi yaitu 70%.

2) Laju Timbulan Limbah Medis Padat

Berdasarkan pengukuran Puskesmas induk dan 3 Pustu, didapatkan hasil

laju timbulan sebagai berikut.

Puskesmas = 6,37 g/pasien.hari

Penyebabnya adalah karena jenis pelayanan medis yang ditawarkan

berbeda. Rujukan menyebutkan bahwa laju timbulan limbah medis sangat

dipengaruhi oleh besar dan tipe dari fasilitas kesehatan. Selain kedua hal

tersebut, rujukan mengemukakan bahwa aktivitas pemilahan dan pelayanan

medis juga turut mempengaruhi laju timbulan.

3) Pemilahan

Pemilahan dilakukan mulai dari sumbernya sesuai dengan jenis limbah

padat medis yang dihasilkan. Kegiatan pemilahan di Puskesmas belum berjalan

Page 58: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

58

optimal. Pada kemasan limbah Medis Padat masih sering ditemukan limbah

domestik seperti sisa makanan, plastik, dan kertas.

4) Pengemasan

Kemasan limbah Medis Padat terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan

karat dan kedap air serta limbah benda tajam dikumpulkan dalam satu wadah

sudah terlaksana. Di setiap ruangan yang menghasilkan limbah disediakan

kemasan dan menggunakan kemasan plastik sekali pakai belum terlaksana.

Kemasan dilengkapi penutup, simbol dan label masih belum terlaksana.

Penggunaan kantong kemasan limbah infeksius berwarna kuning sudah

terlaksana.

5) Pengumpulan

Pengumpulan limbah harus dilakukan setiap 3/4 volume kemasan sudah

terisi . Pengumpulan di Puskesmas induk sudah dilakukan. Namun di Pustu

pengumpulan masih dilakukan lebih dari 7 hari. Persyaratan pengumpulan

menggunakan trolly pengangkut dan APD lengkap oleh petugas belum

terlaksana. Pengumpulan dengan terpilah sudah terlaksana.

6) Penyimpanan

Persyaratan penyimpanan maksimum 2 hari belum terlaksana. Lokasi

TPS bebas banjir dan tidak rawan bencana alam dan berada dalam penguasaan

penghasil limbah sudah terlaksana. Jarak minimum antar lokasi dengan

fasilitas umum adalah 50m belum terlaksana. TPS memiliki saluran drainase,

bak penampung, penerangan, ventilasi, dapat melindungi limbah dari sinar

matahari dan hujan sudah terlaksana. Lantai bangunan kedap air, rata, tidak

retak, serta dilengkapi simbol dan label belum terlaksana. TPS tidak dirancang

khusus sebagai tempat penyimpanan limbah Medis Padat sehingga tidak dapat

memenuhi kriteria TPS B3.

7) Pengangkutan

Pengangkutan limbah B3 dari Pustu ke Puskesmas induk ataupun dari

Puskesmas induk ke PT Wastec harus menggunakan kontainer yang tertutup.

Hal ini belum terlaksana pada pengangkutan dari Pustu ke Puskesmas induk.

Page 59: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

59

Pengangkutan limbah menuju pengolah sudah menggunakan kontainer yang

tertutup. Petugas menggunakan APD lengkap sudah terlaksana.

8) Pengolahan

Suhu minimum pembakaran limbah medis adalah 1000C [1]. Untuk

insinerator dengan tipe duble chamber, suhu pembakaran pada chamber

pertama minimum 850°C dan suhu pembakaran di chamber kedua 1100°C.

Penelitian lainnya menyatakan insinerasi plastik dan farmasi harus dilakukan

pada suhu minimum 1100°C [16]. Di bawah suhu ini terdapat kemungkinan

terbentuknya senyawa toksik berupa dioksin dan furan. Suhu rata-rata

pembakaran pada incenerator PT Wastec Internasional berdasarkan

Kepmenkes 1204 (2004) sudah memenuhi persyaratan.

5.4 Rekomendasi Pengelolaan

Berikut ini merupakan beberapa rekomendasi pengelolaan limbah Medis

Padat Puskesmas Sukamahi.

1. Pengadaan Safety Talk.

Pengadaan safety talk secara rutin untuk untuk meningkatkan kesadaran

mengenai penggunaan APD. Sosialisasi ini sebaiknya dilakukan terus menerus

dan terjadwal sehingga seluruh karyawan, terutama yang terlibat penanganan

limbah menjadi familiar dengan aturan aturan dalam Standar Operating

Procedure (SOP) dan dapat melakukan dengan kesadaran sendiri tanpa

paksaan.

2. Menyimpan Limbah Medis pada Ruang Pendingin.

Limbah medis dapat disimpan selama 24 jam pada suhu 20°C atau 72

jam pada suhu -7°C hingga -13°C [19]. Di California dan Mississippi limbah

medis dapat disimpan maksimal 90 hari pada suhu dibawah 0°C (32F). Di

Malaysia, fasilitas kesehatan dengan skala kecil akan menyimpan limbahnya

lebih dari 1 hari dengan menyimpan limbah medis dalam pendingin bersuhu -

1°C hingga -5°C. Dengan penyimpan limbah medis di ruangan pendingin,

maka limbah dapat disimpan lebih dari 2 hari.

Page 60: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

60

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktek ini adalah sebagai

berikut.

1) Komposisi limbah Medis Padat terbesar pada Puskesmas Sukamahi adalah

limbah infeksius benda tajam 73% sedangkan non benda tajam 27%, dan pada

Pustu adalah infeksius benda tajam 100% . Laju timbulan limbah di puskesmas

6,37 g/hari dan Pustu 1,97 g/hari

2) Kondisi eksisting pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Sukamahi dan

penggunaan APD belum berjalan optimal.

3) Pengelolaan limbah medis padat pada Puskesmas Sukamahi yang belum sesuai

dengan PermenLHK Nomor P. 56 tahun 2015 adalah belum adanya

penggunaan ruang pendingin dengan suhu dibawah 0°C di TPS Limbah medis

untuk penyimpanan limbah medis padat karena disimpan lebih dari 2 hari .

6.2. Saran

Beberapa saran yang diberikan untuk perbaikan pengelolaan Limbah

Medis Padat di Puskesmas Sukamahi adalah:

1) Penggunaan ruang pendingin untuk penyimpanan Limbah B3,karena

disimpan lebih dari 2 hari

2) MOU dilakukan tidak hanya dengan transporter, tetapi dengan pihak

pengolah atau pemusnah limbah ( PT Wastec Internasional )

3) Observasi lapangan mengenai rute pengangkutan limbah B3 dari Puskesmas

ke pengolah sebaiknya juga dilakukan.

Page 61: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

61

DAFTAR PUSTAKA

, 2004, Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta: Depkes RI. Direktorat Jendral

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Alamsyah, Bestari. 2007. Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang

untuk Memenuhi Baku Mutu Lingkungan, Tesis. Universitas Diponegoro:

Semarang.

El-Salam, Magda Magdy Abd. 2005. Hospital waste management in El-Beheira

Governorate, Egypt. Journal of Environmental Management 91, p618-629

ICRC, 2011. Medical Waste Management. International Committee of the Red Cross,

Geneva, Switzerland.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1995. Keputusan Kepada Bapedal No.1

Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan

Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badang Pengendalian

Dampak Lingkungan, Indonesia.

Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Paraningrum, Epifani Ardysta. 2011. Identifikasi Pola Penyebaran Limbah Medis Padat

dari Fasilitas Kesehatan di Surabaya Barat. Program Studi Teknik Lingkungan,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Surabaya.

Perdani, Intan Puteri. 2011. Identifikasi Pola Penyebaran Limbah Medis Padat dari

Fasilitas Kesehatan di Surabaya Timur. Program Studi Teknik Lingkungan,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Pratiwi, Dyah. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Puskesmas Kabupaten

Pati. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang,

Semarang.

Pruss.A, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I, Jakarta:

Penerbit EGC

Sekretariat Bapedal. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.101 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian

Dampak Lingkunga, Indonesia. .

Page 62: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

62

Surat Kementrian Lingkungan Hidup Deputi Bidang Pengelolaan B3 No.

6251/Dep.IV/LH/PDAL/05/2013 perihal Klarifikasi terkait Limbah Botol Infus

Bekas. Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia

Suryati, dkk, 2009, Evaluasi Pengolahan Limbah Cair di RSU Cut Meutia Kota

Lhokseumawe. Jurnal Kedokteran Nusantara, Volume 42, No. 1, Maret 2009,

hlm. 41-47.

Sumakmur, 1996, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung

Trihono. (2005). ARRIMES: Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :

CV. Sagung Seto.

Widiartha, Komang Y. 2012. Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Puskesmas di

Kabupaten Jember. Program Studi Kesehatan Lingkugan dan Kesehatan

Keselamatan Kerja. FKM: Universitas Jember.

Wiku Adisasmito, 2008, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Rajawali Pers.

Page 63: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

63

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Operasional Puskesmas Sukamahi

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2019

Page 64: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

64

Lampiran 2 Pemilahan Tempat Sampah Medis dan Non Medis

Sumber : Penulis ,2019

Page 65: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

65

Lampiran 3 Pemilahan Tempat sampah Non Medis ( Organik/ An Organik )

Sumber : Penulis ,2019

Page 66: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

66

Lampiran 4 Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Medis Padat

Sumber : Penulis ,2019

Page 67: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

67

Lampiran 5 Pengangkutan Limbah Medis Padat oleh PT Adipraya Hijau Lestari

Sumber : Penulis ,2019

Page 68: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

68

Lampiran 6 Pengolahan Limbah Medis Padat oleh PT Wastec Internasional

Sumber : wastecinternational.com/teknologi#insinerator-limbah-lumpur 2019

Page 69: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

69

Lampiran 7 Diagram Alir Pengolahan Limbah Medis Padat di PT Wastec Internasional

Sumber : wastecinternational.com/teknologi#insinerator-limbah-lumpur 2019

Page 70: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

70

Lampiran 8 MOU Pengolahan Limbah Medis Padat Puskesmas Sukamahi

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2019

Page 71: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

71

Lampiran 9 Surat Perjanjian Kerjasama PT Adipraya dengan PT Wastec Internasional

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2019

Page 72: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

72

Lampiran 10 Neraca Limbah Puskesmas Sukamahi Tahun 2018 dan 2019

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2019

Neraca Limbah 2018

Neraca Limbah 2019

Page 73: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

73

Lampiran 11 Manifest Limbah Puskesmas Sukamahi Pengangkutan Januari 2019

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2019

Page 74: LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH …

74

Lampiran 12 Sertifikat Pemusnahan Limbah Medis Padat oleh PT Wastec Internasional

Sumber : Puskesmas Sukamahi, 2019