Laporan kelompok 1

14
1. Definisi Kanker nasofaring (KNF) adalah adalah kanker yang terjadi di selaput lendir daerah nasal dari faring yang terletak posterior dari kavum nasi dan di atas bagian bebas dari langit-langit lunak, tepatnya pada cekungan Rosenmuelleri dan tempat bermuaranya saluran Eustachii yang menghubungkan liang telingan tengah dengan ruang faring. 2. Patofisiologi 3. Etiologi Penyebab utama KNF adalah Virus Epstein-Barr (EBV). Namun untuk bisa aktif, virus ini membutuhkan media sebagai faktor pemicu, faktor pemicu tersebut, seperti : a. Genetik Seseorang yang riwayat keluarganya menderita KNF, lebih rentan terkena penyakit yang sama dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak memiliki riwayat menderita KNF. b. Ras Kanker nasofaring paling banyak diderita oleh mereka yang merupakan Ras Mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Ras kulit putih jarang terkena penyakit ini. c. Keadaan sosial-ekonomi yang rendah d. Lingkungan Lingkungan yang penuh asap dapat memicu terkena KNF, lingkungan kerja di pabrik atau industri dengan bahan- bahan kimia pun rentan terhadap KNF.

description

ca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaringca nasofaring

Transcript of Laporan kelompok 1

Page 1: Laporan kelompok 1

1. Definisi

Kanker nasofaring (KNF) adalah adalah kanker yang terjadi di selaput

lendir daerah nasal dari faring yang terletak posterior dari kavum nasi dan di

atas bagian bebas dari langit-langit lunak, tepatnya pada cekungan

Rosenmuelleri dan tempat bermuaranya saluran Eustachii yang

menghubungkan liang telingan tengah dengan ruang faring.

2. Patofisiologi

3. Etiologi

Penyebab utama KNF adalah Virus Epstein-Barr (EBV). Namun untuk

bisa aktif, virus ini membutuhkan media sebagai faktor pemicu, faktor pemicu

tersebut, seperti :

a. Genetik

Seseorang yang riwayat keluarganya menderita KNF, lebih rentan terkena

penyakit yang sama dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya

tidak memiliki riwayat menderita KNF.

b. Ras

Kanker nasofaring paling banyak diderita oleh mereka yang merupakan

Ras Mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Thailand,

Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Ras kulit putih jarang terkena

penyakit ini.

c. Keadaan sosial-ekonomi yang rendah

d. Lingkungan

Lingkungan yang penuh asap dapat memicu terkena KNF, lingkungan

kerja di pabrik atau industri dengan bahan-bahan kimia pun rentan

terhadap KNF.

e. Kebiasaan hidup yang buruk

- Kebiasaan merokok

- Terlalu sering mengkonsumsi ikan asin, karena terdapat zat

Nistrosamine yang terbukti bersifat karsinogenik.

- Memasak menggunakan kayu bakar

f. Sering kontak dengan zat-zat yang karsinogenik, seperti : benzopyrenen,

benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak

tumbuhan.

Page 2: Laporan kelompok 1

g. Jenis Kelamin

Karsinoma Nasofaring lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada

perempuan. Perbandingannya sekitar 1 : 3.

h. Usia

Meskipun bisa terjadi pada usia berapapun, namun KNF sering terjadi

pada mereka yang berumur sekitar 40 tahun ke atas.

i. Menderita radang kronis di daerah nasofaring.

4. Manifestasi Klinis

1. Gejala Dini

a. Gejala telinga

- Rasa penuh pada telinga

- Tinitus

- Gangguan pendengaran

b. Gejala hidung

- Epistaksis

- Hidung tersumbat

- Mimisan

c. Gejala mata dan saraf

- Diplopia

- Gerakan bola mata terbatas

2. Gejala Lanjut

- Metastase berupa benjolan kecil pada kelenjar getah bening di leher

- Limfadenopati servikal

- Gejala akibat metastase jauh

3. Gejala yang timbul karena tumbuh dan menyebarnya tumor

a. Ekspansif

Ke muka : tumor tumbuh ke depan mengisi nasofaring dan

menutuk koane sehingga timbul gejala obstruksi nasi / hidung

buntu.

Ke bawah : tumor mendesak palatum mole sehingga terjadi

“bombans palatum mole” sehingga timbul gangguan menelan /

sesak.

b. Infiltratif

Page 3: Laporan kelompok 1

Ke atas : melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka

terkena dura dan timbul sefalgia / sakit kepala hebat, Kemudian

akan terkena N VI, timbul diplopia, strabismus. Bila terkena N V,

terjadi Trigeminal neuralgi dengan gejala nyeri kepala hebat pada

daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang atas, rahang bawah

dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan oftalmoplegi.

Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.

Ke samping : masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX

dan X : Terjadi Paresis palatum mole, faring dan laring dengan

gejala regurgitasi makan-minum ke kavum nasi, rinolalia aperta

dan suara parau. Menekan N XI : Gangguan fungsi otot

sternokleido mastoideus dan otot trapezius. Menekan N XII :

terjadi deviasi lidah ke samping/gangguan menelan.

c. Gejala karena metastasis melalui aliran getah bening.

Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung

planum mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung

bagian atas muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan

bilateral. Pembesaran ini di sebut tumor colli.

d. Gejala karena metastasis melalui aliran darah.

Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan

sebagainya

Klasifikasi TNM

- Stadium T (ukuran/luas tumor):

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletak/terbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum

nasi.

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang dan/atau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial, dan/atau melibatkan syaraf kranial,

hipofaring, fossa infratemporal atau orbita.

- Limfonodi regional (N) :

Page 4: Laporan kelompok 1

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus < 6 cm diatas fossa

supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus < 6 cm, diatas fossa

supraklavikula

N3 Metastasis nodus : N3a > 6 cm . N3b meluas sampai ke fossa

supraklavikula

- Metastasis jauh (M) :

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

5. Epidemiologi

Secara umum, KNF di dunia jarang dijumpai. Angka kejadiannya kurang

dari 1/100.000 jumlah penduduk setiap tahun. Di Asia Tenggara, angka

kejadiannya kira-kira 5/100.000 jumlah penduduk setiap tahun.

Penyakit ini banyak diderita oleh Ras Mongoloid, yaitu penduduk Cina

bagian selatan, Hongkong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Ras kulit putih jarang terkena penyakit ini.

Sekalipun termasuk ras Mongoloid, bangsa Korea, Jepang, dan Tiongkok

sebelah utara tidak banyak yang dijumpai mengidap penyakit ini.

Penyakit Karsinoma Nasofaring lebih sering ditemukan pada laki-laki

daripada perempuan dengan perbandingan 1: 3. KNF terjadi rata-rata

pada usia di atas 40 tahun.

Angka kejadian KNF di Indonesia cukup tinggi, yakni 4,7 kasus baru per

tahun 100.000 penduduk. KNF menduduki peringkat pertama di Indonesia

sebagai kanker di bagian THT. Catatan berbagai RS menunjukkan bahwa

Page 5: Laporan kelompok 1

KNF menduduki urutan ke empat setelah kanker leher rahim. Kanker

payudara dan kanker kulit.

Penelitian mengenai angka kejadian KNF pada imigran dari Tiongkok

yang telah bermukim di China Town (San Fransisco, Amerika Serikat),

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terjadinya KNF antara imigran

dari Tiongkok dengan penduduk di sekitarnya yang terdiri atas orang kulit

putih, kulit hitam dan Hispanics, dimana kelompok Tionghoa menunjukkan

angak kejadian lebih tinggi. Sebaliknya, bila imigran Tionghoa ini

dibandingkan dengan kerabatnya yang di Tiongkok, maka terdapat

penurunan dibanding kerabatnya karena pola makan dan gaya hidup

imigran tersebut berubah lebih baik.

Bukti epidemiologik lain adalah angka kejadian KNF di Singapura.

Persentase terbesar pada masyarakat keturunan Tionghoa (18,5%

/100.00 penduduk), disusul keturuna Melayu (6,5% /100.000), dan terakhir

adalah keturunan Hindustan (0,5% /100.000).

6. Penatalaksanaan

A. Radioterapi

Sampai saat ini radioterapi merupakan terapi utama KNF.

Radioterapi diberikan bertahap dan terbagi dalam beberapa seri sampai

mencapai 6000 – 6600 rad untuk tumor primer, sedangkan kelenjar leher

yang membesar diberi 6000 rad.

Radioterapi pada KNF bisa dilakukan dengan cara :

- Radiasi eksterna (teleterapi), bisa menggunakan kobalt (Co60) atau

dengan akselerator linear. Radiasi ini ditujukan pada kanker primer di

daerah nasofaring dan ruang parafaringeal, serta pada daerah aliran

getah bening leher atas, bawah dan klavikula.

- Radiasi interna (brachyterapi), bertujuan untuk memberikan dosis tinggi

pada regio nasofaring tapi tidak pada jaringan sekitarnya maupun

kelenjar. Radiasi ini biasanya dikombinasikan dengan radiasi eksterna

sebagai booster. Kombinasi diberikan pada kasus yang telah

memperoleh dosis radiasi eksterna maksimum tetapi masih dijumpai

sisa jaringan kanker atau pada kasus kambuh lokal.

Page 6: Laporan kelompok 1

B. Kemoterapi

Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh. Salah

satu cara penggabungan dengan radiasi adalah dengan cara sandwich

yaitu kemoterapi – radiasi – kemoterapi. Kombinasi pengobatan dengan

perlu dilakukan bila kanker sudah tumbuh sedemikian besarnya sehingga

menyulitkan tindakan radioterapi. Pemberian kemoterapi diharapkan dapat

meningkatkan kepekaan jaringan kanker terhadap radiasi serta

membunuh sel-sel kanker yang sudah berada di luar jangkauan

radioterapi.

C. Pembedahan

Pembedahan dilakukan dengan deseksi leher pasca radioterapi. Ini

dilakukan bila tumor primer sudah menghilang, namun kelenjar leher

masih tersisa. Pembedahan bukanlah yang utama untuk dilakukan pada

KNF, karena lokasi tumor yang melekat erat pada mukosa tengkorak.

D. Imunoterapi

7. Diagnostik Tes

Biopsi : dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut.

Nasoskopi : pemeriksaan ronnga hidung untuk melihat adanya kelainan

dalam rongga hidung, seperti adanya polip, penyebab mimisan, dll.

CT Scan nasofaring : untuk melihat tumor primer yang tersembunyi.

MRI

Pemeriksaan serologi : berupa IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk VEB.

Rhinoskopi posterior

Nasofaring direct/indirect

FNAB KGB

Audiometri

Neurooftalmologi

Ro Torax

Bone Scan

Page 7: Laporan kelompok 1

8. Asuhan Keperawatan

Tn. TD, 50 th, datang ke poli dengan keluhan pilek. Pilek di derita pasien

sejak 3 bulan yang lalu dan sering kambuh meskipun telah minum obat. Pilek

semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu di sertai mimisan/keluar darah

dan suara serak. Pasien mengatakan gejala semakin bertambah dengan di

sertai nyeri kepala dan leher. Ketika di lakukan pemeriksaan teraba

pembengkakan kelenjar getah bening di leher sebelah kiri dengan lebar 3 cm.

pasien juga mengatakan sejak muda suka merokok dan ada satu orang di

keluarga pasien yang menderita sakit seperti yang di derita pasien saat ini.

Pasien di indikasikan untuk di lakukan nasoscopy dan biopsy.

A. Pengkajian

DATA OBYEKTIF DATA SUBYEKTIF

- Tn. TD 50 tahun

- Pilek sejak 3 bulan

- Sering kambuh meski

sudah minum obat

- Nyeri kepala dan leher

- Mimisan sejak 1 bulan

- Merokok sejak muda

- Ketika di lakukan

pemeriksaan teraba

pembengkakan kelenjar

getah bening di leher

sebelah kiri dengan lebar

3 cm

- Hasil tes nasoscopi dan

biopsi

B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

DO :

- Pilek sejak 3 bulan

- Mimisan/keluar darah

dari hidung

Faktor pemicu + EBV

Karsinoma nasofaring

Gejala hidung

Pilek sejak 3 bulan

Obstruksi

Mimisan

perdarahan

Perdarahan

Page 8: Laporan kelompok 1

DO :

- Pilek sejak 3 bulan

- Nyeri kepala & leher

Nyeri Akut

DO :

- Pilek sejak 3 bulan

- Suara serak

- Merokok sejak muda

Faktor pemicu + EBV

Karsinoma Nasofaring

Merokok sejak muda

Gejala hidung

Pilek

Suara serak

Ketidakefektifan jalan nafas

Ketidakefektifan

jalan nafas

DO :

- Pilek sejak 3 bln

- Sering kambuh meski

minum obat

Faktor pemicu + EBV

Karsinoma Nasofaring

Gejala hidung

Pilek

Mengira pilek biasa

Minum obat pilek

3 bln pilek sering kambuh

Defisiensi pengetahuan

Defisiensi

pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan

1. Perdarahan b.d.

2. Nyeri akut b.d.

3. Ketidakefektifan jalan nafas b.d.

4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Page 9: Laporan kelompok 1

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang

penyakitnya.

Kriteria Hasil :

1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan

pengetahuan yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca.

Nasofaring

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat

perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang

diketahui pasien/keluarga.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai

tingkat pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada

pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat

sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Jelaskan tentang bahaya merokok , akibat, dan hubungannya dengan

Kenker Nasofaring

Rasional : agar pasien atau keluarga lebih berhati-hati dan bisa bergaya

hidup sehat, dan bebas rokok, sehingga KNF dapat diminimalisir.

5. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan

libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam

tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya

berkurang.

6. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /

memungkinkan).

Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang

telah diberikan.

Page 10: Laporan kelompok 1

REFERENSI

Wilkinson, Judith. 2007. Nursing Diagnosis Handbook with NIC interventions and

NOC Outcome, 7 Ed.

NANDA International. Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2009 – 2011.

Susworo. 2004. Cermin Dunia Kedokteran : Kanker Nasofaring hal.16. ISSN : 0125-

913x. PT. Kalbe Farma Tbk. http://www.kalbe.co.id/cdk

dr. Budianto Komari, Sp.THT . Gejala Kanker Nasofaring Mirip Flu Biasa.

www.detikhealth.net

Asroel, Hary. - . Penatalaksanaan Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring.pdf ,

www.repository.usu.ac.id

Arina, Aria. 2004. Paralisis Saraf Kranial pada Kanker Nasofaring.pdf,

www.repository.usu.ac.id

www.rsharapanbunda.com

http://www.naturindonesia.com/kanker/366-kanker-nasofaring-kenali-hindari-dan-

obati.html

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/12/kanker-nasofaring-kenali-hindari-

dan-obati

http://staff.ui.ac.id/internal/130611236/material/PenyuluhanESKMART.pdf

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/61/kanker-nasofaring

http://www.cancerhelps.com/kanker-nasofaring.htm