LAPORAN KASUS Suspek Hidrocephal

38
LAPORAN KASUS MAKROSOMIA Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tugurejo Semarang Pembimbing : dr. Irsam, Sp.OG Disusun Oleh : Optie Ardha Berliana H2A010039 0

description

lapsus makrosomi

Transcript of LAPORAN KASUS Suspek Hidrocephal

LAPORAN KASUS

MAKROSOMIA

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologidi RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :dr. Irsam, Sp.OG

Disusun Oleh :Optie Ardha BerlianaH2A010039

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2015

BAB IPENDAHULUANPersalinan normal dapat terjadi apabila terpenuhi keadaan keadaan tertentu dari faktor-faktor persalinan diantaranya jalan lahir (passage), janin (passanger), dan kekuatan (power).1 Proses persalinan tidak selamanya berjalan dengan normal terkadang ada keadaan dimana suatu persalinan yang awalnya diperkirakan normal tetapi pada saat prosesnya terjadi penyulit atau komplikasi. Penyulit bisa dari janin (passanger) seperti hidrocephalus atau makrosomia.Hidrocephalus adalah peningkatan volume cairan cerebrospinal yang progresif, dan disertai dengan pembesaran ventrikel, ruangan subarakhnoid atau keduanya. Hidrocephalus dapat dideteksi pada saat hamil dengan USG. Untuk menilai lingkar kepala janin.jurnal hidro Makrosomia adalah semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai makrosomia. Cunningham (2005) Makrosomia pada janin membuat persalinan pervaginam sulit dan menempatkan bayi pada risiko cedera selama kelahiran. Makrosomia juga menempatkan bayi pada peningkatan risiko masalah kesehatan setelah melahirkan. Bayi makrosomia memiliki peningkatan resiko kematian janin intrauterin. Penilaian Ultrasound biasanya dilakukan 4 minggu mulai dari usia gestasi 28 minggu, tetapi pemeriksaan ini harus dilakukan lebih sering jika bayi mengalami makrosomia. 9 Makrosomia dapat menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun pada bayi. Ibu berpeluang besar melahirkan secara sesaria atau jika melahirkan pervaginam, ibu berpeluang besar mengalami trauma jaringan maternal. Selain itu, bayi makrosomia adalah bayi yang kebanyakan lahir dari ibu yang berat badanya berlebih di awal kehamilan, mengalami peningkatan berat badan berlebih selama masa hamil, usia ibu antara 30-34, ukuran tubuh orang tua bayi atau ibu yang kehamilanya pasca matur.(penelitian) dan buku manual

BAB IISTATUS PASIENI. IDENTITAS PASIENNama: Ny. D LUmur: 33 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamPekerjaan: SwastaPendidikan Terakhir: DiplomaAlamat: Panjangan RT 02/VII Manyaran SemarangTanggal masuk: 12 Mei 2015No. CM: 27 31 34

Nama Suami : Tn. A PUmur : 35 thAlamat : Panjangan RT 02/VII Manyaran SemarangAgama : IslamPekerjaan : SwastaPendidikan Terakhir : SLTA

II. ANAMNESISAnamnesa dilakukan secara autoanamnesis di ruang bougenville pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 12.00. Keluhan utama : Ingin melahirkan Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poli RSUD Tugurejo Semarang untuk memeriksakan kandungannya. Setelah di USG disarankan untuk di rawat inap dan mengakhiri persalinan dengan bedah sesar karena bayi hidrocephalus dan curiga bayi besar. Pasien belum merasakan kenceng-kenceng, keluar lendir darah dari jalan lahir (-), keluar cairan ketuban dari jalan lahir (-), gerakan janin masih bisa dirasakan. Riwayat Haid : Menarche: 12 tahunHaid: TeraturSiklus: 28 hariLama Haid: 7 hariHPHT: 19 Agustus 2014Taksiran Persalinan: 26 Mei 2014 Riwayat Nikah : Menikah saat usia 24 tahun dan sudah menikah selama 9 tahun. Merupakan pernikahan pertama bagi pasangan suami dan istri.

Riwayat obstetri : G4P1A21. Abortus tahun 2007 pada usia kehamilan 16 minggu, kemudian dilakukan kuretase.2. Anak perempuan, pada tahun 2007 di bidan secara spontan, usia kehamilan 40 minggu, BBL 3100 gram, keadaan saat ini sehat.3. Abortus tahun 2011 pada usia kehamilan 15 minggu, kemudian dilakukan kuretase.4. Hamil ini. Riwayat ANC :Periksa kehamilan > 4x di dokter spesialis kandungan. Riwayat KB : Pasien sejak kelahiran anak pertama menggunakan KB suntik selama 2 tahun. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat DM: Disangkal Riwayat HT: Disangkal Riwayat penyakit jantung: Disangkal Riwayat alergi obat/makanan: Disangkal Riwayat Asma : Disangkal Riwayat Tumor: Disangkal Riwayat Trauma : Disangkal Riwayat operasi : Disangkal Riwayat konsumsi jamu : Disangkal, hanya konsumsi vitamin dari bidan. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat penyakit jantung: Disangkal Riwayat DM: Disangkal Riwayat HT : Disangkal Riwayat Asma: Disangkal Riwayat Alergi: Disangkal Riwayat Sosial Ekonomi :Pasien dan suami bekerja sebagai pekerja swasta. Pasien tinggal bersama suami, dan anaknya. Biaya pengobatan menggunakan ditanggung BPJS.Kesan : cukup Riwayat Pribadi : Merokok (-) Konsumsi alkohol (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: Baik Kesadaran : composmentis Vital sign : TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup RR : 20 x/ menit Suhu : 37 oC Status gizi : BB : 65 kg TB: 155 cm BMI : 27,05 kg/m2 Kenaikan berat badan selama hamil: 12 kg. Kesan : status gizi baik Status internus : Kepala : Bentuk mesocephal Mata : Konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Telinga : Normotia, dalam batas normal Hidung : Simetris, dalam batas normal. Mulut : dalam batas normal. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-). Thoraks : Normochest Cor : dalam batas normal.Pulmo : dalam batas normal. Abdomen : membuncit, membujur EkstremitasSuperiorInferiorEdema -/- -/-Akral dingin -/- -/- Status Obstetrikus Pemeriksaan LuarInspeksi :Abdomen : membuncit, membujur dan striae gravidarum (+)Palpasi :Pemeriksaan leopoldL I`: teraba bagian janin tidak bulat, lunak, balotment (-). Kesan bokong. TFU 39 cm TBJ = 4100 gram.L II: teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan ekstremitas).L III: teraba bagian janin bulat, keras, mudah digoyang (kesan kepala)L IV: kesan konvergen, bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.His = (-)Auskultasi :Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan dengan frekuensi 140x/menit. Pemeriksaan Dalam Tidak dilakukan pemeriksaan dalam

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium Darah Rutin (WB EDTA)NilaiNilai normal

Hemoglobin11.10 g/dL11.7-15.5g/dL

Hematokrit33.50 %80-100 %

Leukosit8.82 x 103/uL3.6-11 x 103/uL

Trombosit329 x 103/uL150-440 x 103/uL

Eritrosit3.98 x 106/uL3.8-5.2 x 106/uL

Kimia Klinik

GDS54< 125 mg/dL

Imun

HbsAgNon reaktif (-)Non reaktif (-)

Ultrasonografi

Tampak janin I intrauteri FM (+), FHM (+)Bpd: 10,44 cmAc: 37,81 cmFl: 6,91 cmAUG: 38w40TBJ: 4227 gramAtrio curate: 23,5 cmKesan: HidrocephalusV. DIAGNOSIS SEMENTARAG4P1A2, 33 tahun, hamil 38 mingguJanin I hidup intra uterinePresentasi kepala U punggung kananBelum inpartuSuspek hidrocephalusSuspek makrosomiaRiwayat obstetri kurang baik (abortus 2x)

VI. PENATALAKSANAAN AWAL Rencana tindakan seksio sesarea Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu serta janin dan rencana tindakan.

VII. LAPORAN OPERASI Diagnosis Pre operatif: G4P1A2, 33 tahun, hamil 38 mingguJanin I hidup intra uterinePresentasi kepala U punggung kananBelum inpartuSuspek hidrocephalusSuspek makrosomiaRiwayat obstetri kurang baik (abortus 2x) Diagnosis Post operatif : P2A2, 33 tahunPost SCTP a.i makrosomia Teknik operasiNama/Macam operasi : Sectio Caesarea Transperitoneal ProfundaTanggal Operasi : 13 Mei 2015Lama Operasi : 30 menitLangkah-langkah operasi : Penderita tidur terlentang di meja operasi dalam pengaruh spinal anestesi Asepsis dan antisepsis daerah tindakan Tutup dengan duk steril kecuali pada daerah tindakan Insisi dinding abdomen dengan teknik pfanenstil Insisi diperdalam sampai cavum abdomen terbuka, Tampak uterus hamil aterm Insisi segmen bawah rahim secara sistematis diperluas kekanan dan ke kiri secara tumpul, dengan meluksir kepala, lahir bayi laki-laki, berat badan lahir 4200 gram, panjang badan 52 cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada 34 cm, AS 9-10-10 Injeksi oksitosin 10 IU Plasenta dilahirkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-) Bersihkan cavum uteri dari jendolan darah dan sisa kulit ketuban Jahit uterus dengan benang PGA no. 1 Eksplorasi : - kontraksi uterus kuat, kedua adnexa dalam batas normal perdarahan (-) Tutup dinding abdomen, jahit lapis demi lapis Tutup luka dengan kasa steril Operasi selesai

VIII. FOLLOW UP(14 Mei 2015 pukul 08.00) : Keluhan utama : nyeri pada luka jahitan bekas operasiKeadaan umum : Baik, composmentisTanda Vital:TD : 120/80 mmH RR: 20 x / menit N: 88 x / menit T : 37,2 oCMata : Conjungtiva palpebra anemis -/-Thorax: Cor / pulmo dalam batas normal Abdomen: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat. Luka bekas operasi : tidak rembesEkstremitas: Edema -/-Informasikan pada ibu dan keluarga mengenai bayinya yang dirawat di ruang perinatologi untuk mengobservasi keadaan bayi.PPV : (+) lokhea BAB : (-)BAK : (+) terpasang DCDiagnosis :P2A2, 33 Tahun Post SCTP a.i makrosomia H-1Terapi : infus RL + oksitosin 10 IU 20 tpm injeksi ceftriakson 3 x 500 mg Injeksi ketorolac 3x30 mg Injeksi asam traneksamat 3x500 mg Mobilitas bertahap DC dan balance cairan Diet lunak Tidur bantal tinggi 24 jam Pengawasan KU, TV, PPV, BAK, BAB

(15 Mei 2015 pukul 08.00) : Keluhan utama : nyeri pada luka jahitan bekas operasiKeadaan umum : Baik, composmentisTanda Vital:TD : 110/70 mmH RR: 20 x / menit N: 84 x / menit T : 36,4 oCMata : Conjungtiva palpebra anemis -/-Thorax: Cor / pulmo dalam batas normal Abdomen: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat. Luka bekas operasi : tidak rembesEkstremitas: Edema -/-Edukasi pemberian ASI karena bayi sebelumnya dirawat di ruang perawatan bayi.PPV : (+) lokhea BAB : (-)ASI : (+)BAK : (+) terpasang DCDiagnosis :P2A2, 33 TahunPost SCTP a.i makrosomia H-2Terapi : infus RL 20 tpm. Injeksi cefotaxime 3 x 500 gram IV Injeksi ketorolac 3x30 mg Injeksi asam traneksamat 3x500 mg Pengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB

BAB IIITinjauan PustakaA. Hidrocephalus Hidrocephalus adalah peningkatan volume cairan cerebrospinal yang progresif, dan disertai dengan pembesaran ventrikel, ruangan subarakhnoid atau keduanya. Hidrocephalus mungkin disebabkan oleh tidak seimbangnya antara produksi cairan serebrospinal karena absorpsinya atau karena blokade aliran cairan serebrospinal, atau dari perubahan pemenuhan ventrikular dan tekanan dari cairan serebrospinal karena produksi yang berlebihan dari cairan serebrospinal, tetapi sangat jarang dan mungkin terjadi dengan choroid plexus papilloma (CPP)atau villus hipertrofi. Produksi LCS normal berkisar antara 0,20-0,35 ml/menit. Sebagian besar diproduksi oleh plexus choroideus yang terletak diantara sistem ventrikuler terutama pada ventrikel lateral dan ventrikulus quartus. Kapasitas ventrikel lateral dan tertius pada orang sehat sekitar 20 ml. Total volume LCS pada orang dewasa adalah 120 ml.Kebanyakan hidrocephalus pada anak anak-anak terjadi dari masa bayi. Paling banyak disebabkan oleh didapat seperti adhesive ependymitis, atau arachnoiditis setelah perdarahan atau infeksi. Infeksi prenatal maupun postnatal juga dapat menyebabkan hidrocephalus. Penyebab apling banyak pada hidrocephalus kongenital adalah malformasi chiari II yang berhubungan dengan myelocele/myelomeningocele.Penyebab hidrocephalus pada bayi dan anak-anakKongenital Didapat

Malformasi Chiari IIMalformasi Dandy walkerAnomali aqueductalToxoplasmosis kongenitalSindrom Bickers AdamEncephaloceleHydraencephaly CraniosynostosisAtresia foraminalArachnoid villi imaturPosthemorhage(perdarahan intraentrikular)Postinfection (meningitis)Fossa tumor posteriorTumor di ventrikelTumor hemispheric cerebral

Gejala klinis pada bayi Sulit makan Cengeng Aktifitas berkurang Muntah Tanda klinis pada bayi Pembesaran kepala, lingkar kepala pada 98 persentil dari umur atau lebih Lepasnya sutura: dapat dilihat maupun diraba Pelebaran vena-vena scalp: scalp menjadi tipis dan berkilau denganvena yang mudah dilihat Ketegangan fontanela. Fontanela naterior pada bayi yang ditarik lurus dan tidak mengangis mungkin sangat tegang Peningkatan tonus tungkai. Penyebabnya adalah peregangan serabut-serabut traktus piramidal periventrikuler oleh hidrosephalus.Pemeriksaan penunjangPemeriksaan pencitraan CT Scan: Untuk memeriksa ukuran ventrikel dan struktur lainnya. MRI:Mengevaluasi malformasi chiari atau malformasi cerebellum atau tumor periaqueductus MRI dapat memeriksa cairan di ventrikel dan aqueductus serebralPenatalaksanaan1. Medikamentosa Pengobatan digunakan untuk menunda interfensi bedah Pengobatan mempengaruhi LCS dengan mekanisme: Penurunan sekresi LCS dari pleksus choroideus, contohnya asetazolamid dan furosemid. Peningkatan reabsorpsi LCS: isosorbit (keefektifannya dipertanyakan)

2. Pembedahan Lumbal pungsi ulangan dapat dilakukan pada kasus-kasussetelah perdarahan intraventrikuler, karena kondisi semacam ini dapat sembuh secara spontan Shunt sebetulnya dilaksanakan pada sebagian besar pasien.

B. Seksio sesareaSeksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat badan bayi diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, 2001).Jenis seksio sesarea Seksio sesarea emergensi (cito) : Seksio sesarea yang diputuskan mendadak, tanpa perawatan preoperatif yang memadai dan tanpa direncanakan sebelumnya. Biasanya karena kondisi gawat pada ibu dan bayinya yang tidak diduga sebelumnya. Seksio sesarea elektif : Seksio sesarea yang direncanakan dan sudah mendapatkan perawatan preoperatif yang baik. Termasuk seksio sesarea elektif adalah semua tindakan operatif yang indikasinya atas alasan medis ataupun alasan seksio sesarea tertentu yang tidak jelas.(tesis sc)Berdasarkan teknik operasi Seksio sesarea klasik (korporal): Insisi seksio sesarea klasik adalah suatu insisi vertikal pada korpus uteri diatas segmen bawah uterus dan mencapai fundus uterus. Teknik ini sudah jarang dilakukan karena adanya peningkatan ruptura pada kehamilan berikutnya. Kerugian lainnya berupa adanya kesukaran dalam peritonealisasi. Seksio sesarea servikalis rendah: Insisi uterus dibuat pada segmen bawah, tidak melibatkan korpus uteri sehingga tidak membahayakan kehamilan berikutnya, bahkan memungkinkan dilakukan persalinan pervaginam karen kecil kemungkinan terjadinya ruptura jaringan parut. Seksio sesarea diikuti histerektomi yaitu bedah seksio sesarea yang diikuti dengan pengangkatan rahim. Seksio sesarea ekstraperitoneal: Tujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ekstraperitoneal dengan pembedahan dengan diseksi kavum retzii. Penggunaannya terutama untuk grvida yang terinfeksi, untuk melindungi kavitas peritonei dari infeksi. Namun teknik ini sudah jarang ditemukan.Indikasi Norwitz dan Schorge dalam Obstetric and Ginecologic at a glance membagi indikasi seksio sesarea menjadi indikasi absolut dan indikasi relatif pada ibu, uteroplasenta dan janin.Absolut Relatif

Ibu Induksi persalinan yang gagal Proses persalinan yang tidak maju (distosia bahu) Disproporsi sepalopelvik Bedah sesarea elektif berulang Penyakit ibu (preeklamsia berat, penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker serviks)

Uteroplasenta Bedah uterus sebelumnya (sesarea klasik) Riwayat ruptur uterus Obstruksi jalan lahir (fibroid) Plasenta previa, abruptio plasenta berukuran besar Riwayat bedah uterus seblumnya (miomektomi dengan ketebalan penuh) Presentasi funik (tali pusat) pada saat persalinan

Janin Gawat janin/hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan Prolaps tali pusat Malpresentasi janin( posisi melintang) Malpresentasi janin (sungsang, presentasi alis, presentasi gabungan) Makrosomia Kelainan janin (hidrocephalus)

Kontraindikasi Janin mati Syok Anemia berat sebelum diatasi Kelainan kongenital berat Infeksi piogenik pada dinding abdomenKomplikasi persalinan seksio sesareaKomplikasi utama persalinan seksio sesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli.kematian ibu juga lebih besar pada persalinan seksio sesarea dibandingkan persalinan pervaginam, meskipun sulit memastikan terjadi karena prosedur operasinya atau karena alasan yang menyebabkan ibu hamil tersebut harus dioperasi. Takipneu juga sering terjadi pada bayi baru lahir dari seksio sesarea.C. MakrosomiaMakrosomia atau bayi besar adalah semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai makrosomia. Cunningham (2005)Faktor yang berhubungan dengan makrosomia (manual of pregnancy) Obesitas Diabetes gestasional dan diabetes mellitus tipe 2 Kehamilan posterm Multiparitas Ukuran tubuh orang tua yang besar Makrosomi pada bayi sebelumnya Faktor ras dan etnisKarakteristik Makrosomia (cunningham 2005) Mempunyai wajah berubi (menggembung) Pletoris (wajah tomat) Badan montok dan bengkak Kulit kemerahan Lemak tubuh banyak Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata

Diagnosis Diagnosis makrosomia tidak dapat ditegakkan hingga bayi dilahirkan dan ditimbang berat badannya. Namun demikian, dapat dilakukan perkiraan sebelum bayi dilahirkan, untuk mengantisipasi risiko distosia bahu, fraktur klavikula atau cedera pleksus brakialis. Berat janin dapat diperkirakan dengan penilaian faktor risiko ibu, pemeriksaan klinis atau pemeriksaan USG tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik, dan dianjurkan untuk mengukur kepala, femur dan abdomen bayi dengan ultrasonografi (Mochtar, 1998) plus jurnal. Metode- metode tersebut dapat dikombinasi agar perkiraan lebih akurat. Pada penelitian menunjukan kejadian bayi makrosomia terbanyak pada usia ibu 30-34 Tahun dengan jumlah 56 pasien (27.5%). Makin tua umur ibu hamil makin bertambah berat bayi yang dilahirkan. Rumus Johnson untuk perkiraan berat janin: n = 12 bila verteks belum lewat spina iskhiadika n = 11 bila verteks sudah lewat spina iskhiadika Bila berat badan pasien >91 kg, kurangi 1 cm dari tinggi fundus.Berat janin (g) = tinggi fundus (cm) n x 155

Penanganan Pada disproporsi sefalo dan feto-pelvic yang sudah diketahui dianjurkan untuk seksio caesar. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera postkleidotomi dikonsulkan ke bagian bedah. Apabila janin meninggal lakukan embriotomi (Mochtar, 1998).Komplikasi a) Komplikasi pada Ibu Ibu mengalami robekan perineum Persalinan dengan operasi caesar Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan Ruptur uteri dan serviks Infeksi preeklamsiab) Komplikasi pada bayi Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan bahu. Distosia atau macet pada bahu Hipoglikemia Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah kadar rata- rata. Dikatakan hipoglikemia apabila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus usia 1-2 jam (Rudolph, 2006). Kematian perianal Beberapa studi juga menyebutkan bahwa bayi yang memiliki berat badan lahir lebih dari 4000 gram juga meningkatkan risiko beberapa penyakit ketika dewasa misalnya kanker payudara pada wanita dan diabetes melitus tipe 2.(jurnal)Prognosis Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvic ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin (Mochtar, 1998). Pencegahan Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, dan ANC yang teratur. Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja dilakukan, tapi hindari cemilan manis. Lakukan olahraga ringan. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegia menyebutkan, risiko bayi lahir dengan ukuran besar bisa berkurang hingga 28% bila di masa kehamilan ibu tetap berolahraga secara teratur terutama pada trimester dua dan tiga. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya, meskipun sebelumnya tidak ada diabetes milletus (Rukiyah, 2010).

BAB IIIPEMBAHASANKasus yang dibahas yaitu pesentasi letak puncak. Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Pasien Ny. D L usia 33 tahun hamil 38 minggu G4P1A2. Riwayat reproduksi kurang baik karena pasien 2x abortus.Pada kasus ini pasien datang ke poli rumahsakit Tugurejo Semarang pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 09.00 WIB untuk kontrol kehamilan. Setelah di USG dokter mengatakan kemungkinan janin hidrocephalus untuk mengantisipasi risiko penyulit pada persalinan seperti distosia bahu, fraktur klavikula atau cedera pleksus brakialis. dan disarankan rawat inap untuk operasi seksio sesarea. Kelainan pada janin (hidrocephalus) merupakan indikasi relatif dilakukannya tindakan seksio sesarea. Pasien belum merasakan kenceng-kenceng. Keluar lendir darah dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan lahir (-), gerakan janin (+) masih dirasakan. Status internus dalam batas normal. Diagnosis kehamilan janin hidup didukung dengan adanya pemeriksaan fisik dimana denyut janin positif dengan frekuensi DJJ 140x/menit. Hasil pemeriksaan leopold didapatkan kesan presentasi kepala, teraba bagian janin bulat, keras, masih bisa digoyang menandakan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul, tinggi fundus uteri (TFU) 39 cm dengan taksiran berat janin (TBJ) 4100 gram. Tidak dilakukan pemeriksaan dalam.Pada tanggal 13 Mei 2015 dilakukan operasi seksio sesarea untuk mengakhiri kehamilan atas indikasi suspek hidrocephalus. Kemudian lahir bayi laki-laki, berat badan lahir 4200 gram, panjang badan 52 cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada 34 cm, AS 9-10-10. Berat lahir pada bayi pasien ini termasuk makrosomia. Makrosomia atau bayi besar adalah semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai makrosomia. Cunningham (2005). Pada identitas pasien didapatkaan usia 33 tahun. Menurut penelitian di menunjukan kejadian bayi makrosomia terbanyak pada usia ibu 30-34 Tahun dengan jumlah 56 pasien (27.5%). Makin tua umur ibu hamil makin bertambah berat bayi yang dilahirkan. Ukuran tubuh pasien maupun suami dan keluarga besar dari keduanya merupakan faktor resiko makrosomia. Sehingga usia dan ukuran tubuh pasien, suami maupun keluarga pasien yang besar mempunyai kerentanan melahirkan bayi besar atau makrosomia.

DAFTAR PUSTAKA

27