LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

download LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

of 17

Transcript of LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    1/17

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. N

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 51 Tahun

    Alamat : Luwu Timur

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Status Perkawinan : Menikah

    Tanggal MRS : 4 September 2014

    No. RM : 678790

    Perawatan : CVCU

    B. ANAMNESIS

    Keluhan Utama : nyeri dada

    Anamnesis Terpimpin :

    Nyeri dada dialami sejak 6 hari yang lalu. Nyeri dada terasa seperti

    tertekan, nyeri berlangsung terus-menerus dan tembus ke belakang,

    menjalar ke rahang dan lengan kiri. Durasi nyeri lebih dari 20 menit.

    Nyeri tidak dipengaruhi aktivitas. Nyeri berkurang dengan istirahat.

    Sesak napas disangkal. Nyeri ulu hati disangkal. Mual dan muntah

    disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat dirawat di RS Mangkutana selama 2 hari dengan keluhan

    yang sama

    Riwayat merokok (+), sejak 25 tahun lalu, 1 bungkus dalam 2 hari

    Riwayat DM dan hipertensi disangkal

    Riwayat kolesterol tinggi tidak diketahui

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    2/17

    C. PEMERIKSAAN FISIS

    Status Generalis

    GCS 15 (E4M6V5)

    BB : 62 kg, TB : 165 cm, IMT : 22,7 kg/m2(normal)

    Sakit sedang / gizi cukup / compos mentis

    Tanda Vital

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 92x/menitPernapasan : 24x/menit

    Suhu : 36,5oC

    Pemeriksaan Kepala dan Leher

    Mata : Anemis (-), ikterus (-)

    Bibir : Sianosis (-)

    Leher : DVS R+2 cmH2O

    Pemeriksaan Thoraks

    Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

    Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)

    Perkusi : Sonor kiri dan kanan, batas paru-hepar ICS 4 kanan

    Auskultasi : BP: vesikular, bunyi tambahan : ronkhi-/-, wheezing-/-

    Pemeriksaan Jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

    Perkusi : Pekak

    Batas atas jantung ICS II sinistra

    Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra

    Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra

    Auskultasi : BJ : S I/II murni, reguler

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    3/17

    Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas

    Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

    Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigstrium (-), hepar dan lien

    tidak teraba

    Perkusi : Timpani (+)

    Pemeriksaan Ekstremitas

    Akral hangat, edema tungkai -/-

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium

    TES HASIL NILAI RUJUKAN

    WBC 8,6 x 10

    3

    /mm

    3

    4,0 - 10,0 x 10

    3

    /mm

    3

    RBC 4,68 x 10/mm 4,0 - 6,0 x 10 /mm

    Hb 13,8 g/dl 12,0 - 16,0 g/dl

    Hct 39,9 % 37,0 - 47,0 %

    Plt 156 x 103 /mm3 150 - 400 x 103 /mm3

    Ureum 30 mg/dl 10 - 50 mg/dl

    Kreatinin 0,9 mg/dl L(

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    4/17

    Natrium 141 mmol/l 135 -145 mmol/l

    Kalium 4,3 mmol/l 3,5 -5,1 mmol/lKlorida 103 mmol/l 97 -111 mmol/l

    Troponin T 1,6 ng/ml < 0,05 ng/ml

    Foto Thoraks

    corakan bronchovascular dalam batas normal

    tidak tampak proses spesifik aktif pada kedua lapangan paru

    cor : membesar dengan CTI 0,54; aorta dilatasi

    kedua sinus dan diafragma baik

    tulang-tulang intak

    Kesan :

    Cardiomegaly dengan dilatatio aortae

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    5/17

    EKG

    Interpretasi

    Irama : sinus

    HR : 70x/menit

    Aksis : normoaksis

    Regularitas : reguler

    Gel. P : normal

    Interval PR : 0,08 detik

    Kompleks QRS : QS di lead V2

    Segmen ST : ST depresi di lead I, aVL, V3, V4, V5

    Gel. T : T inversi pada lead I, aVL, V3, V4, V5, V6

    Kesan : sinus rythm, HR 70x/min, normoaksis, iskemik

    anterolateral + high lateral wall

    E. DIAGNOSA

    Non ST-segmen Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    6/17

    F. TERAPI

    O23 lpm via nasal kanul

    IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam

    Isosorbid dinitrat 5 mg/sublingual

    Aspilet loading 160 mg

    Clopidogrel loading 300 mg

    Farsorbid 3 x 10 mg

    Arixtra 2,5mg/24 jam/subkutan

    Simvastatin 20 mg 0-0-1

    Laxadine syrup 0-0-2 cth

    Alprazolam 0,5 mg 0-0-1

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    7/17

    PEMBAHASAN

    I. PENDAHULUAN

    Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu keadaan gawat

    darurat jantung dengan manifestasi klinis berupa perasaan tidak enak di dada

    atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard. Sindrom ini

    menggambarkan suatu penyakit yang berat dengan mortalitas tinggi.

    Mortalitas tidak bergantung pada besarnya persentase stenosis (plak) koroner,

    namun lebih sering ditemukan pada penderita dengan plak kurang dari 50-

    70% yang tidak stabil, yaitu fibrous capdinding (punggung) plak yang tipis

    dan mudah erosi atau ruptur.

    Terjadinya SKA, khususnya Infark Miokard Akut (IMA), dipengaruhi

    oleh beberapa keadaan, yaitu aktivitas atau latihan fisik yang berlebihan (tak

    terkondisikan), keadaan emosional, udara dingin, waktu dari suatu siklus

    harian (pagi hari), dan hari dari suatu mingguan (Senin). Keadaan-keadaan

    tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas simpatis sehinggatekanan darah meningkat, frekuensi denyut jantung meningkat, kontraktilitas

    jantung meningkat, dan aliran koroner juga meningkat.

    Sindrom koroner akut mencakup :

    1.

    Angina pektoris tak stabil (APTS)

    2. Non ST-segmen elevation myocard infark (NSTEMI)

    3. ST-segmen elevation myocard infark (STEMI)

    II. ETIOLOGI

    Faktorfaktor yang menyebabkan SKA, khususnya IMA, antara lain

    suplai oksigen ke miokard berkurang (aterosklerosis, spasme, artritis, stenosis

    aorta, insuffisiensi jantung, anemia), curah jantung yang meningkat (emosi,

    aktivitas berlebihan, hipertiroidisme), dan kebutuhan oksigen miokard

    meningkat (kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik).

    Penyebab yang paling sering adalah terjadinya sumbatan coroner sehingga

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    8/17

    terjadi gangguan aliran darah. Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak

    yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan

    spasme koroner. Penyebab infark miokard yang jarang adalah penyakit

    vaskuler inflamasi, emboli (endokarditis, katup buatan), spasme koroner yang

    berat (misal setelah menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah serta

    peningkatan kebutuhan oksigen yang bermakna saat istirahat.

    III. PATOGENESIS

    Non ST Elevation Myocardial Infarction(NSTEMI) dapat disebabkanoleh penurunan suplai oksigen dan/atau peningkatan kebutuhan oksigen

    miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena

    trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada a.

    koroner diawali dengan adanya ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.

    Plak yang tidak stabil ini biasanya memiliki inti lipid yang besar, densitas

    otot polos yang rendah,fibrous capyang tipis, dan konsentrasi faktor jaringan

    yang tinggi.

    Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,

    epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan

    memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang

    poten). Selain itu, aktivasi trombosit memicu perubahan konformasi reseptor

    glikoprotein IIb/IIIa. setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor

    mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi

    yang larut (integrin), seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, di

    mana keduanya adalah molekul multivalen yang dapat mengikat dua platelet

    yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan

    agregasi.

    Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel

    endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi

    protrombin menjadi trombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen

    menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    9/17

    (total atau subtotal) oleh trombus yang terdiri atas agregat trombosit dan

    fibrin.

    IV. GEJALA KLINIS

    Keluhan yang khas adalah nyeri dada. Nyeri dada tipikal (angina)

    merupakan gejala kardinal pasien IMA. Sifat nyeri dada angina sebagai

    berikut :

    Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial

    Sifat nyeri : seperti diremas-remas, ditekan, panas, atau ditindih beban

    berat

    Nyeri dapat menjalar ke lengan (umunya kiri), bahu, leher, rahang

    bawah, punggung, perut

    Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat dan responsif terhadap nitrat

    Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin, atau sesudah

    makan

    Gejala yang menyertai dapat berupa mual, muntah, sulit bernapas(sesak), keringat dingin, cemas, dan lemas

    V. DIAGNOSIS

    a) Anamnesis

    Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan

    anamnesis secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung

    atau dari luar jantung. Jika dicurigai dari jantung, perlu dibedakan

    apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis

    pula apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-

    faktor risiko, antara lain hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemi,

    merokok, stres, serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.

    Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang epigastrium

    dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar,

    nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, nyeri berlangsung lebih

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    10/17

    dari 20 menit dan tidak dipengaruhi aktivitas, menjadi manifestasi

    gejala yang sering ditemui pada NSTEMI. Analisis berdasarkan

    gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala

    dengan onset baru angina berat memiliki prognosis lebih baik jika

    dibandingkan dengan yang nyeri dada pada saat istirahat. Walaupun

    gejala khas rasa tidak enak di dada pada NSTEMI telah diketahui

    dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneau, mual, diaforesis,

    sinkop, atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher, juga

    terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia

    lebih dari 65 tahun.

    b) Pemeriksaan Fisis

    Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan. Bila

    telah terjadi komplikasi seperti gagal jantung, maka dapat ditemukan

    irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki basah halus. Bila terjadi

    aritmia dan hipotensi, maka penderita mungkin tampak pucat dan

    berkeringat dingin. Kadang-kadang pasien datang dengan keluhan

    nyeri ulu hati, dada rasa terbakar, atau rasa tidak nyaman di dada yang

    sulit digambarkan oleh penderita.

    c) Pemeriksaan Penunjang

    EKG

    Pada NSTEMI, dapat ditemukan depresi segmen ST ( 1mV) atau

    inverse gelombang T simetris (> 2mV) pada dua lead yang

    bersebelahan.

    Depresi ST pada iskemia miokard:

    A. Depresi ST horizontal, spesifik

    untuk iskemia

    B. Depresi ST landai ke bawah,

    spesifik untuk iskemia

    C. Depresi ST landai ke atas, tidak

    spesifik untuk iskemia

    Inverse T pada iskemia miokard:

    A. Inverse T yang kurang spesifik

    untuk iskemia

    B. Inverse T berujung lancip dan

    simetris, spesifik untuk

    iskemia.

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    11/17

    Laboratorium (cardiac marker)

    Kerusakan miokardium dikenali keberadaanya antara lain dengan

    menggunakan tes enzim jantung, seperti : creatine-kinase (CK),

    creatine-kinase myocardial band (CK-MB), cardiac specific

    troponin (cTn) I/T, dan myoglobin. Peningkatan nilai enzim CK-

    MB atau cTn T/I >2x nilai batas atas normal menunjukkan adanya

    nekrosis jantung (infark miokard). Pemeriksaan enzim jantung

    sebaiknya dilakukan secara serial.

    a. Cardiac specific troponin(cTn) T dan I

    Paling spesifik dan sensitif untuk infark miokard

    Troponin I memiliki ukuran yang lebih kecil, sehingga

    mudah dideteksi

    b.

    Myoglobin

    Marker paling cepat terdeteksi, memiliki sensitivitas

    yang tinggi tapi tidak spesifik

    Ditemukan pada otot jantung dan otot skeletal

    sangat berguna untuk deteksi dini infark miokard

    c. Creatine Kinase(CK)

    Ditemukan pada otot, otak, jantung

    Murah, mudah, tapi tidak spesifik

    d. Creatine Kinase-Myocardial Band(CKMB)

    Spesifik untuk infark miokard

    Cardiac

    Marker Meningkat Puncak Normal

    cTn T 3 jam 12-48 jam 5-14 hari

    cTn I 3 jam 24 jam 5-10 hari

    CK-MB 3 jam 10-24 jam 2-4 hari

    CK 3-8 jam 10-36 jam 3-4 hari

    Mioglobin 1-2 jam 4-8 jam 24 jam

    LDH 24-48 jam 3-6 hari 8-14 hari

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    12/17

    Ekokardiografi

    Pemeriksaan ini juga dapat membantu dalam mendiagnosis karena

    dapat memperlihatkan abnormalitas dari kontraksi ventrikel yang

    mengalami iskemik atau infark.

    VI. PENATALAKSANAAN

    1.

    Oksigenasi

    Untuk meningkatkan suplai oksigen pada miokard yang mengalami

    cedera (iskemik)

    Diberikan sampai pasien stabil dengan kadar oksigen 2-4 liter per

    menit

    2. Terapi Antiiskemia

    Nitrat

    Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol

    perifer, dengan efek mengurangi preload dan afterload sehingga

    dapat mengurangi wall stress dan kebutuhan oksigen. Nitrat jugameningkatkan suplai oksigen dengan vasodilatsai pembuluh koroner

    dan memperbaiki aliran darah kolateral. Untuk mengatasi nyeri dada

    akut, preparat nitrat kerja cepat yang biasanya diberikan adalah

    ISDN (Isosorbid Dinitrat) secara sublingual dengan dosis 5 mg,

    dapat diulang sebanyak 3 kali dengan interval waktu 5 menit. Jika

    nyeri dada belum teratasi, dapat diberikan nitrogliserin intravena

    dengan dosis awal 5 ug/menit dan ditingkatkan (5-10 ug/menit)

    setiap 5 menit sampai nyeri dada menghilang. Dosis maksimal 200

    ug/menit.

    Morfin atau Pethidin

    Jika nitrat intravena belum berhasil menghilangkan nyeri dada, dapat

    diberikan morfin dengan dosis 2,5-5 mg atau pethidin dengan dosis

    12,5-25 mg secara intravena.

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    13/17

    Beta Blocker

    -blocker memiliki efek inotropik dan kronotropik negatif sehingga

    dapat meningkatkan suplai oksigen dan menurunkan kebutuhan

    oksigen jantung melalui efek penurunan denyut jantung dan daya

    kontraksi miokardium. Pemberian -blocker pada jam-jam pertama

    IMA dapat membatasi perluasan infark, mengurasi risiko reinfark,

    dan memperpanjang harapan hidup. Jika tidak terdapat

    kontraindikasi (bradikardi, bronkospasme, hipotensi, gagal jantung),

    -blocker dapat diberikan dalam 24 jam pertama onset nyeri dengan

    tujuan untuk mencapai denyut jantung sekitar 60x/menit. -blocker

    yang diberikan sebaiknya yang merupakan kardioselektif, seperti

    atenolol, acebutolol, bisoprolol, esmolol, atau metoprolol.

    Antagonis Kalsium

    Dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan

    darah. Ada 2 golongan besar pada antagonis kalsium :

    - golongan dihidropiridin : efeknya sebagai vasodilatasi lebih kuat

    dan penghambatan nodus sinus maupun nodus AV lebih sedikit

    dan efek inotropik negatif juga kecil (Contoh : nifedipin)

    - golongan nondihidropiridin : golongan ini dapat memperbaiki

    survival dan mengurangi infark pada pasien dengan sindrom

    koroner akut dan fraksi ejeksi normal. Denyut jantung yang

    berkurang, pengurangan afterload memberikan keutungan pada

    golongan nondihidropiridin pada sindrom koroner akut dengan

    faal jantung normal (Contoh : verapamil dan diltiazem).

    3. Terapi Antiplatelet

    Aspirin

    Aspirin memiliki efek menghambat COX-1 dan mencegah

    pembentukan tromboksan (TXA2) yang merupakan mediator dalam

    aktivasi platelet sehingga mencegah agregasi platelet dan konstriksi

    arterial. Dosis awal :160-325 mg, kemudian dilanjutkan 75-160

    mg/hari, diberikan pada semua pasien SKA jika tidak terdapat

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    14/17

    kontraindikasi (ulkus peptikum, gastritis berat, atau penyakit

    perdarahan lainnya).

    Clopidogrel

    Clopidogrel (derivat Tinopiridin) memiliki efek dalam menghambat

    aktivasi P2Y12, yang merupakan reseptor ADP pada platelet sehingga

    dapat mencegah agregasi trombosit dan menghambat pembentukan

    trombus. Pemberian clopidogrel efektif pada pasien-pasein yang alergi

    terhadap aspirin. Dosis loading : 300 mg, kemudian dilanjutkan 75

    mg/hari.

    Antagonis GP IIb/IIIa

    Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIIa pada platelet ialah

    ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena antagonis GP

    IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan

    fibrinogen dapat dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi. Contoh :

    absiksimab, eptifibatid, tirofiban.

    Obat-obat ini telah dipakai untuk pengobatan angina tak stabil

    maupun untuk obat tambahan dalam tindakan PCI terutama pada

    kasus-kasus angina tak stabil.

    4.

    Terapi Antikoagulan

    Unfractionated Heparin

    Heparin ialah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari berbagai

    rantai polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas

    antikoagulan yang berbeda-beda. Antitrombin III, bila terikat dengan

    heparin akan bekerja menghambat trombin dan dan faktor Xa.

    Heparin juga mengikat protein plasma, sel darah, sel endotel yang

    mempengaruhi bioavaibilitas. Pada penggunaan obat ini juga

    diperlukan pemeriksaan trombosit untuk mendeteksi adanya

    kemungkinan heparin induced thrombocytopenia (HIT).

    Low Molecular Weight Heparin(LMWH)

    LMWH dibuat dengan melakukan depolimerisasi rantai plisakarida

    heparin. Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    15/17

    mempunyai ikatan terhadap protein plasma yang kurang,

    bioavaibilitas lebih besar. LMWH yang ada di Indonesia ialah

    dalteparin, nadroparin, enoksaparin dan fondaparinux. Keuntungan

    pemberian LMWH karena cara pemberian mudah, yaitu dapat

    disuntikkan secara subkutan dan tidak membutuhkan pemeriksaan

    laboratorium.

    5.

    Statin

    Dengan menghambat biosintesis kolesterol serta meningkatkan ekspresi

    reseptor LDL di hepar, statin memiliki efek menurunkan LDL-kolesterol

    dan prekursornya dari sirkulasi. Statin juga memiliki efek pleiotropik,

    yaitu perbaikan fungsi endotel, anti-inflamasi, anti-proliferasi otot polos,

    anti-oksidan, anti-trombosis, dan stabilisasi plak, sehingga pemberian

    statin dianjurkan pada pasien SKA dengan target kadar LDL < 70 mg/dl.

    6.

    Revaskularisasi Pembuluh Koroner

    Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan

    iskemik berat dan refakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien

    dengan penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh

    darah, bila disertai faal ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi

    bypass (CABG) dapat mengurangi risiko masuknya kembali ke rumah

    sakit. Pada pasien dengan faal jantung yang masih baik dengan

    penyempitan pada satu pembuluh darah atau dua pembuluh darah atau

    bila ada kontraindikasi, tindakan pembedahan PCI merupakan pilihan

    utama.

    Teknik-teknik invasif, misalnya percutaneous transluminal coronary

    angioplasty (PTCA) dan bedah pintas arteri koroner dapat menurunkan

    serangan angina klasik. Dengan PTCA, lesi aterosklerotik didilatasi oleh

    sebuah kateter yang dimasukkan melalui kulit ke dalam arteri femoralis

    atau brakhialis dan didorong ke jantung. Setelah berada di pembuluh

    yang sakit, balon yang ada di kateter digembungkan. Hal ini akan

    memecahkan plak dan meregangkan arteri. Dengan bedah pintas,

    potongan arteri koroner yang sakit diikat, dan diambil arteri atau vena

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    16/17

    dari tempat lain untuk dihubungkan ke bagian yang tidak sakit. Aliran

    darah dipulihkan melalui pembuluh baru ini. Pembuluh yang paling

    sering ditransplantasikan adalah vena safena atau arteri mamaria interna.

    Pemasangan selang artifisial ataustentke dalam arteri agar tetap terbuka

    kadang-kadang dilakukan dengan keberhasilan yang bervariasi. Bedah

    pintas koroner menghilangkan nyeri angina tetapi tampaknya tidak

    mempengaruhi mortalitas jangka panjang.

    VII. KOMPLIKASI

    Komplikasi yang paling terjadi adalah pada pasien IMA adalah

    aritmia dan gagal jantung. Komplikasi lainnya, seperti syok kardiogenik,

    ruptur septum atau dinding ventrikel, perikarditis, myocardial stunning, dan

    tromboemboli.

    VIII. PROGNOSIS

    Skor risiko TIMI

    Usia 65 tahun 1

    3 faktor risiko PJK

    (riw. keluarga, HT, dislipidemi, DM, rokok)

    1

    Diketahui PJK 1

    Pemakaian aspirin dalam 7 hari terakhir 1

    2 episode angina dalam 24 jam 1

    Peningkatan biomarker jantung 1

    Deviasi ST > 0,5 mm 1

  • 7/27/2019 LAPORAN KASUS NSTEMI.docx

    17/17

    Interpretasi

    SkorRisiko

    (%)

    0-1 4,7

    2 8,3

    3 13,2

    4 19,9

    5 26,2

    6-7 40,9