LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

download LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

of 19

description

LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

Transcript of LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    1/19

    LAPORAN KASUS

    SEORANG LAKI - LAKI USIA 53 TAHUN DENGAN KELUHAN NYERI

    PERUT

    Disusun Oleh :

    Muhammad Dhanni Dzuhrisal

    H2A009035

    Pembimbing :

    dr. Bondan Prasetyo Sp.B

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2013

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    2/19

    BAB I

    I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. A

    Umur : 53 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Alamat : jl. Mangunharjo Tugu, Semarang

    No CM : 44.81.55

    Tanggal masuk : 9 Mei 2014

    ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Mei 2014 pukul 14.00 WIB di

    bangsal dahlia 3 RSUD Tugurejo Semarang.

    II. Keluhan utamaNyeri perut

    III. AnamnesisRiwayat penyakit sekarang:

    Pasien datang dengan keluhan nyeri di seluruh bagian perut sejak 4 hari SMRS.

    Nyeri perut semakin lama semakin memberat. Nyeri perut dirasa terus menerus dikatakan

    seperti mules dan perut terasa kaku. Awalnya rasa tidak nyaman timbul di sekitar daerah

    pusar sampai akhirnya terasa nyeri di seluruh bagian perut. Awalnya perut dikatakan tidak

    nyaman kemudian lama-kelamaan terasa sakit. Nyeri pada perut tidak membaik denganmakanan ataupun diberikan minyak angin oleh pasien. Perut juga dikatakan kembung sudah

    sejak 4 hari yang lalu.

    Keluhan mual dan muntah juga dirasakan pasien. Muntah dikatakan hanya sekali,

    keluar cairan. Keluhan demam disangkal oleh pasien. Riwayat BAB pasien dikatakan baik

    sebelum 4 hari yang lalu, BAB warna kekuningan teratur tanpa darah dan lendir, namun

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    3/19

    setelahnya dikatakakan sama sekali tidak bisa BAB. Pasien tidak bisa kentut juga sejak 4

    hari yang lalu. BAK dikatakan baik warna kekuningan, 2-3x sehari. Nafsu makan dan

    minum dikatakan berkurang karena keluhan ini.

    Saat ini pasien sudah bisa buang angin, nyeri perut berkurang, muntah (-), namun

    masih mual, dan belum buang air besar.

    Riwayat penyakit dahulu:

    Riwayat sakit yang sama (-), riwayat operasi (-), Riwayat HT (-), riwayat DM (-), riwayat

    sakit jantung (-), riwayat sakit ginjal (-).

    Riwayat alergi : Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu

    ataupun makanan

    Riwayat penyakit keluarga:

    Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan hal serupa.

    Riwayat pribadi dan sosial:

    Pasien seorang buruh. Biaya pengobatan menggunakan BPJS. Kesan ekonomi kurang.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 pukul 14.10 WIB di bangsal dahlia 3

    RSUD Tugurejo Semarang.

    IV. Pemeriksaan Fisik General Tanda vital

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : compos mentis

    TD : 130/80 mmHg

    Nadi : 92 x/menit

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    4/19

    Respirasi : 21x/menit

    Suhu aksila : 36,6C

    Pemeriksaan fisik umumKepalaLeher

    Kepala : Normochepali, deformitas (-), tampak makula hiperpigmentasi pada kedua

    pipi, batas tegas, tidak tertutup skuama tipis

    Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil isokor, refleks

    pupil (+/+)

    THT : Rhinorea (-), polip (-), othorea (-)

    Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)

    Thoraks

    Paru

    Inspeksi : bentuk simetris, ukuran normal, pergerakan dinding dada simetris,

    pelebaran sela iga (-), retraksi sela iga (-), penggunaan otot bantu nafas (-)

    Palpasi : pergerakan dan fremitus raba simetris

    Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

    Jantung

    Inspeksi : tak tampak iktus kordis

    Palpasi : iktus kordis teraba

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    5/19

    Perkusi :- batas kanan jantung : SIC II linea parasternal dekstra

    - batas kiri jantung : SIC V linea midklavikula sinistra

    Auskultasi : S1S2reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen

    Inspeksi : kulit tampak normal, distensi (-), luka operasi (-)

    Auskultasi : bising usus (+) menurun

    Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen

    Palpasi : nyeri tekan (+),hepar & lien tidak teraba

    Extremitas

    Ekstremitas atas: akral hangat (+/+), edema (-/-), pembesaran KGB (-/-)

    Ekstremitas bawah: hangat (+/+), edema (-/-)

    1. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratrorium

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

    Darah rutin :

    Leukosit

    Eritrosit

    Hemoglobin

    Hematokrit

    MCV

    MCH

    MCHC

    Trombosit

    H 14,38

    4,35

    12,36

    39,20

    88,70

    33,8

    H 36,10

    267

    103/ul

    106/ul

    g/dl

    %

    Fl

    Pg

    g/dl

    103/ul

    4,5-13

    3,8-5,2

    12,8-16,8

    35-47

    80-100

    26-34

    32-36

    154-442

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    6/19

    Diff count :

    Eosinofil absolute

    Basofil absolute

    Netrofil absolute

    Limfosit absolute

    Monosit absolute

    Eosinofil

    Basofil

    Netrofil

    Limfosit

    Monosit

    Kimia klinik:

    Glukosa sewaktu

    Ureum

    Creatinin

    Kalium

    Natrium

    Chlorida

    L 0,000

    0,05

    H 12,78

    2,11

    0,97

    L 0,00

    0,10

    H 85,60

    L 10,10

    5,50

    88

    11,8

    0,32

    4,6

    136

    105

    103/ul

    103/ul

    103/ul

    103/ul

    103/ul

    %

    %

    %

    %

    %

    Mg/dl

    mg/dl

    mg/dl

    mmol/L

    mmol/L

    mmol/L

    0,045-0,44

    0-0,2

    1,8-8

    0,9-5,2

    0,16-1

    2-4

    0-1

    50-70

    25-50

    1-6

    < 125

    10-50

    0,70-1,10

    3,5-5,0

    135-145

    95-105

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    7/19

    X Foto Abdomen AP - Lateral

    Preperitoneal fat line tak jelas PSOAS line (+) dan kontur ginjal (+) Distribusi udara usus dalam batas normal Gambaran lusen (+) Fecal material (+)Kesan : Suspect pneumoperitoneum

    2. DIAGNOSIS KERJASuspect Ileus paralitik

    3. PENATALAKSANAANIP.Tx :

    - Terapi cairan: infus RL 20 tpm- Puasa

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    8/19

    - NGT dekompresi- Ceftriaxon 2 x 1 g iv- Ketorolac 3x1 ampul- Ranitidine 2x1 ampul- Ondansentron 3x1 ampul- Pasang DC

    IP.Mx : Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, pola makan, hasil

    pemeriksaan penunjang.

    IP.Ex :

    Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur, cukup

    istirahat.

    4. PROGNOSISQuo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad sanam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    9/19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    ILEUS PARALITIKDefinisi

    Ileus merupakan keadaan penderita mengalami gangguan pasase atau jalannya makanan dalam

    usus.1,4

    Ileus paralitik termasuk salah satu kondisi kegawatan akut abdomen. Suatu keadaan akut

    abdomen yang berupa keadaan usus tidak berkontraksi akibat adanya gangguan motilitas. Ileus

    paralitik atau disebut juga adinamik usus merupakan kondisi dimana usus gagal atau tidak

    mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.2,3

    Ileus paralitik terjadi

    karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak

    mampu mendorong isi sepanjang usus.

    Epidemiologi

    Pada bagian penyakit dalam, ileus paralitik lebih sering diakibatkan peritonitis atau

    sepsis.5

    Penyebab yang lain disebutkan sering disebabkan pankreatitis akut.6

    Data spesifik angka

    insiden ileus paralitik masih belum diketahui karena dipertimbangkan sebagai kejadian transien

    gastrointestinal dengan prognosis yang baik.5 Di Amerika, kejadian ileus akibat pembedahan

    pasca operasi disebutkan bahkan mencapai 50% pada pasien terutama yang menjalani operasi

    bedah mayor.6 Sumber lain kejadian ileus pasca operasi pada pembedahan saluran pencernaan

    berkisar 15-20%, terjadi pada histerektomi (4%), pada kolesistektomi (8,5%), appendektomi

    (6%), dan rata-rata 9% untuk prosedur lainnya.4

    Etiologi

    Ileus paralitik ini sering terjadi akibat penyakit lainnya, seperti tindakan operasi yang

    berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi otot polos.

    Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan

    ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Ilues paralitik bersifat primer bila tidak terdapat

    penyebab lain yang berkontribusi dan disebut sekunder bila adanya penyakit lain ikut

    berkontribusi terjadinya ileus.4

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    10/19

    Gerakan usus merpakan kondisi yang terkoordinasi dengan baik dan dipengaruhi oleh

    beberapa faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon intestinal, sistem saraf simpatik dan

    parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan lain-lain. Ileus paralitik biasanya dijumpai pada

    pasien pasca operasi yang tergantung dari lamanya operasi, beratnya anastesi dan manipulasi

    yang dilakukan terhadap usus. Keadaan ini biasanya berlangsung antara 24-72 jam sampai ada

    juga yang menyebutkan sampai 5 hari.4Pencemaran rongga peritoneum oleh asam lambung, isi

    kolon, enzim pankreas, darah, dan urin menimbulkan paralisis usus.

    Ileus paralitik dapat disebabkan beberapa hal seperti iritasi peritoneum. Iritasi peritoneum

    dapat disebabkan melalui peritonitis yang menyebabkan radang pada dinding usus kemudian

    hilangnya stimulus kontraksi ileus, penyebab lain yang merangsang iritasi peritoneum yaitu

    adanya kolesistitis akut, appendisitis akut, dan post laparotomi yang lama.2,3

    Hal kedua yaitu

    melalui penyebab ekstra peritoneal seperti trauma abdomen menyebabkan perdarahan intra

    peritoneal menyebakan ileus paralitik, kemudian trauma ginjal menyebabkan perdarahan

    retriperitoneal mengganggu persarafan, kolik ureter.2,3

    Penyebab yang lain yaitu adanya

    gangguan elektrolit seperti hipokalemi yang menyebabkan gangguan kontraksi otot polos, syok,

    uremia, komplikasi dari DM, dan infeksi abdomen seperti peritonitis. Penyebab lain yaitu

    neurogenik melalui lesi saraf, kerusakan medulla spinalis, pada fraktur vertebra, atau fraktur

    costa bagian bawah, penyebab lain seperti adanya pemakaian obat-obatan seperti opioid,

    antihipertensi, narkotika, dan obat lainnya.

    2,3,5

    Kausa Ileus Paralitik :

    1,2,3,6

    1.Neurologik

    -Pasca operasi

    -Kerusakan medula spinalis

    -Iritasi persarafan splanknikus

    -Trauma pada tulang belakang

    2.Metabolik

    -Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia)

    -Uremia

    -Komplikasi DM

    -Penyakit sistemik

    3.Obat-obatan

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    11/19

    -Narkotik

    -Antikolinergik

    -Antihipertensi

    4.Infeksi

    -Urosepsis

    -Peritonitis

    -Infeksi sistemik berat lainnya

    Patofisiologi

    Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf

    simpatis dengan dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan

    banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem

    simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui

    pengaruh langsung norepineprin pada otot polos, dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh

    inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang

    kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus

    gastrointestinal.4,7

    Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan

    menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidaksemua pleksus mienterikus yang dipersarafi saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa

    neuron bersifat inhibitorik. Respon stres bedah mengarah ke generasi sistemik endokrin dan

    mediator inflamasi yang juga menyebabkan perkembangan ileus.7

    1.NeurogenikSaraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari pleksus

    mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejenum dan ileum berasal

    dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus mesentericus superior.

    Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan

    simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan

    nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Dalam keadaan

    terstimulasi, parasimpatis melepaskan asetilkolin yang menyebabkan motilitas usus, sedangkan

    saraf simpatis melepaskan nordrenalin yang menghambat peristaltik usus.6

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    12/19

    Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus

    Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.

    Kedua pleksus tersebut berhubungan dengan serat-serat simpatis dan parasimpatis. Walaupun

    sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya, tidak bergantung pada saraf-saraf

    ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis dapat mengaktifakan atau

    menghambat fungsi gastrointestinal lebih lanjut. Pleksus mienterikus atau Auerbach terutama

    mengatur pergerakan gastrointestinal dan pleksus submukosa atau Meissner terutama mengatur

    sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal.6

    2. HormonalBeberapa hormon yang disekresi saat proses pencernaan yaitu seperti gastrin,

    kolesistokinin, motiline, P substance, dan insulin meningkatkan peristaltik usus, sedangkan

    hormon vasoaktif intestinal polipeptida, dan glukagon menghambat aktivitas peristaltik usus.6

    Kolesistokinin salah satu contohnya, disekresi oleh sel dalam mukosa duodenum dan jejunum

    terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak di dalam usus.

    Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu,

    jadi mengeluarkan empedu kedalam usus halus dimana empedu kemudian memainkan peranan

    penting dalam mengemulsikan substansi lemak sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi.

    Kolesistokinin menghambat motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan

    dimana hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga menghambatpengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu yang adekuat supaya terjadi

    pencernaan lemak di traktus gastrointestinal bagian atas.6

    3. InflamasiMediator mediator inflamasi juga menyebabkan terjadinya ileus. Mediator seperti

    prostaglandin dapat menginhibisi kontraksi otot polos usus.

    4. FarmakologiOpioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari pleksus

    mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus dan menghambat gerak

    peristaltik yang diperlukan untuk gerakan propulsi. Opioid dengan efek inhibitor menghambat

    excitatory neurons yang mempersarafi otot polos usus.4

    5. Elektrolit

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    13/19

    Gangguan elektrolit dapat menimbulkan terjadinya ileus. Keadaan yang paling sering

    yaitu hipokalemia selain juga bisa terjadi pada hipermagnesemia atau hipokalsemia.

    Hipokalemia dapat akibat diare kronis, atau kelebihan penggunaan diuretic. Ketidakseimbangan

    elektrolit mempengaruhi transpor kalsium melalui otot polos yang diperlukan untuk kontraksi

    otot polos.

    Perubahan patofisiologi utama pada usus adalah lumen usus secara progresif akan

    teregang oleh cairan dan gas. Akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan

    pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan

    penimbunan intralumen dengan cepat. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang

    cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan

    perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan

    lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek

    lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat

    nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi

    sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. Distensi intestinal yang berat, secara terus menerus

    dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko

    dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.

    Manifestasi KlinisIleus paralitik ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang disebabkan oleh

    penghambatan neuromuskular dengan aktifitas simpatik yang berlebihan. Sangat umum, terjadi

    setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali normal dalam 2-3 hari. Pasien ileus

    paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention). Nyeri abdomen bersifat

    sedang dapat sampai difus. Keluhan mual dapat terasa. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak

    ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut

    kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak

    disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pasien juga akan mengeluh anorexia, obstipasi

    sampai keadaan susah flatus.2,3,6

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan

    bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi,

    pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    14/19

    peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis,

    manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.2,3,6

    Diagnosis

    Tanda klinis ileus paralitik yaitu distensi, bunyi peristaltis usus kurang atau menghilang,

    tidak ada nyeri tekan lokal atau strangulasi, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas.

    Perut kembung (distensi), muntah, tidak bisa buang air besar, dapat disertai demam,

    keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai penurunan. kesadaran, auskultasi

    abdomen berupa silent abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos

    abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar tanpa air-fluid level.2,3,6

    AnamnesaPada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual dan dapat

    disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun flatus, rasa tidak

    nyaman diperut tanpa disertai nyeri.2,3,6

    Pemeriksaan fisik

    1. InspeksiDapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan

    turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya

    distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak

    terlihat gerakan peristaltik.

    2. PalpasiPada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri

    tekan, yang mencakup defence muscular involunter atau rebound dan

    pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.

    3. PerkusiHipertimpani

    4. AuskultasiBising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmi

    2,3,6

    Pemeriksaan Penunjang

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    15/19

    Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.

    Pemeriksaan yang penting untuk dilakukan yaitu leukosit darah, ureum, glukosa darah. Foto

    abdomen 3 posisi tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding

    usus halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance (gambaran seperti

    tulang ikan), karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

    vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang

    juga distensi tampak di tepi abdomen. Pada ileus paralitik tampak gambaran air fluid level yang

    segaris (line up) berbeda pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran air fluid level

    pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance.6,8

    Bila dianggap

    perlu dapat dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi atau bahkan CT scan.

    Dari gambaran radiologis yaitu:

    Terdapat distensi baik pada usus halus maupun usus besar, termasuk lambung danrektosigmoid

    Air-fluid level pada usus halus dan usus besar muncul hanya jika ileus bertahan sampai 5-7 hari.

    Seluruh rongga usus terisi udara Preperitoneal fat menjadi tipis atau kadang menghilang Membentuk gambaran herring bone (duri ikan)6,8

    Tabel Perbedaan Ileus Obstruktif dan Ileus Paralitik6,8

    Kriteria Obstrktif Paralitik

    Distribusi gas Udara lebih banyak pada

    proksimal obstruksi

    daripada pada distal

    Tidak ada preferensi

    khusus gas, distribusi gas

    mencakup dari lambung

    sampai seluruh usus

    Dilatasi usus Dilatasi lebih proksimal

    dari obstruksi

    Dilatasi umum seluruh

    abdomen

    Air fluid level Banyak gambaran air

    fluid level

    Sedikit gambaran air

    fluid level

    Gambaran lengkungan

    usus

    Step Ladder Pattern

    seperti gambaran susunan

    Herring Bone Sign

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    16/19

    anak tangga

    Preperitoneal Fat (+) (-)

    Diagnosis Banding

    Tabel perbandingan diagnosis ileus:

    Macam ileus Nyeri Usus Distensi Muntah,borborigmi

    Bising usus

    Obstruksi

    simple tinggi

    ++

    (kolik)

    + +++ Meningkat

    Obstruksi

    simple rendah

    +++

    (Kolik)

    +++ +

    Lambat

    Meningkat

    Obstruksi

    strangulasi

    ++++

    (terus-menerus,

    terlokalisir)

    ++ +++ Tak tentu

    biasanyameningkat

    Paralitik + ++++ + Menurun

    Penanganan Ileus

    Penanganan pada ileus paralitik yaitu mencari kausa, hindari komplikasi, penanganan bersifat

    konservatif, hindari lavement. Penanganan berupa rehidrasi, elektrolit, antibiotik, obat-obat yang

    memacu spasmodik seperti pilokarpin, asetilkolin, gangren. Tindakan operatif dilakukan bila

    terjadi perforasi dengan laparotomi, atau bila terjadi iskemik dan gangrene dengan cara reseksi

    usus kemudia end to end anastomose.2,3

    Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa

    dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer

    dan pemberian nutrisi yang adekuat. Tindakan dekompresi abdomen mempunyai beberapa tujuan

    yaitu:

    1. Mengurangi keluhan nyeri atau tidak nyaman pada abdomen

    2. Mengurangi kesulitan bernapas

    3. Mengurangi perasaan mual dan muntah

    4. Mencegah aspirasi muntah ke saluran respirasi6

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    17/19

    Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube).

    Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau parasimpatomimetik

    pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit

    dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip

    pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat

    untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin

    dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. Neostigmin juga

    efektif dalam kasus ileus kolon yang tidak berespon setelah pengobatan konservatif.

    Metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, cisapride bermanfaat untuk ileus paralitik pasca

    operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan.

    Neostigmin sering diberikan pada pasien ileus paralitik pasca operasi. Bila bisisng usus sudah

    mulai ada dapat dilakukan feeding test, bila tidak ada retensi, dapat dimulai dengan diet cair

    kemudian disesuaikan sejalan dengan intoleransi ususnya.2,3,6

    1. Konservatif

    -Penderita dirawat di rumah sakit.

    -Penderita dipuasakan

    -Cari kausa penyakit

    -Kontrol status airway, breathingand circulation.-Dekompresi dengan nasogastrictube.

    -Intravenousfluidsandelectrolyte

    -Puasa dan nutrisi parenteral total sampai bising usus positif atau dapat buang angin

    melalui dubur

    -Dipasang kateter urin untuk menghitung balancecairan.

    2. Farmakologis

    -Antibiotik broadspectrumuntuk bakteri anaerob dan aerob.

    -Analgesik apabila nyeri.

    -Prokinetik: obat obat seperti dopamine antagonis dan koliergik agonis seperti

    metaklopromide secara teoritis dapat meningkatkan fungsi pencernaan. Obat seperti

    cisapride yang merupakan agonis reseptor serotonin juga dapat digunakan walaupun

    sudah jarang digunakan di Amerika karena efek samping kardiovaskularnya.4

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    18/19

    -Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin

    -Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

    3. Operatif

    -Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.

    -Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis

    sekunder atau rupture usus.

    -Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang

    disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

    Komplikasi

    Komplikasi dari ileus ini yaitu adanya dehidrasi, timbunan makanan, kotoran, distensi, vasa

    terjepit, iskemik, gangrene sampai nekrosis usus. Pada keadaan vasa terjepit dapat terjadi

    toksemia, bakteremia sampai sepsis dan syok. Komplikasi lain dapat terjadinya nekrosis usus,

    gangguan elektrolit, atau bila tidak tertangani dengan baik juga menyebabkan kematian.

    Prognosis

    Prognosis dari ileus berbeda tergantung dari penyebab ileus itu sendiri. Bila ileus akibat kondisi

    operasi perut biasanya bersifat sementara dan berlangsung sekitar 24-72 jam. Prognosis

    memburuk pada kasus dengan kematian jaringan usus, operasi menjadi pertimbangan untukmenghilangkan jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka

    prognosis menjadi lebih baik. Prognosis juga membaik bila ileus cepat terdiagnosa dan cepat

    tertangani.6

  • 5/23/2018 LAPORAN KASUS Ileus Paralitik

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. De Jong Wim, Sjamsuhidayat R, Gawat Abdomen. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.

    2004; p182-192.

    2. Syam AF, Daldiyono. Nyeri Abdomen Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 2006. 303-304.

    3. Syam AF, Djumhana A. Ileus Paralitik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 2006. 226.

    4. Elizabeth AM. Preventing Paralytic Ileus: Can The Anesthesiologist Help. M.E.J. Anesth.

    2009; 20(2): p. 159-65.

    5. Elizabeth MW, Ari FS, Marcellus S, Chudahman M. Management of Paralytic Ileus. The

    Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy. 2003: 4(3): p.

    80-88..

    6. Nicolas TS, Donna BS, Richard LS et al. Pathogenesis of Paralytic: Ileus Intestinal

    Manipulation Opens a Transient Pathway Between the Intestinal Lumen and the Leukocytic

    Infiltrate of the Jejunal Muscularis. Annals of Surgery. 2002; 235: p. 31-40.

    7. Bickle IC, Kelly B. Abdominal X Ray Made Easy: Normal Radiographs. Student BMJ; 2002;

    10: p. 102-3.