Laporan Kasus DermStasis Sellulitis

download Laporan Kasus DermStasis Sellulitis

of 19

Transcript of Laporan Kasus DermStasis Sellulitis

  • 1

    BAB I

    STATUS PASIEN

    1.1. Identitas Pasien

    Nama : Tn. M

    Usia : 59 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Pensiun PN

    Suku : Betawi

    Alamat : Jl. S. Barito RT 01/06 No.45 Semper

    Agama : Islam

    Tgl Pemeriksaan : 10 April 2013

    1.2.Anamnesis

    Keluhan Utama :

    Luka pada kaki kanan sejak 1 bulan SMRS

    Keluhan Tambahan :

    Luka susah sembuh, basah, gatal, nyeri, bengkak, kulit menghitam

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Tn. M datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan luka pada kaki

    kanan sejak 1 bulan SMRS. Luka dirasakan pasien susah sembuh dan selalu

    basah. Luka awalnya berupa kemerahan yang terasa sangat nyeri dan panas.

    Lama kelamaan luka meluas dan terdapat nanah. Pasien sudah pernah berobat

    namun tidak ada perbaikan

    Sebelum timbul luka, pasien mengaku terdapat bengkak pada kaki kanan

    sejak 2 bulan SMRS. Kulit di sekitar bengkak tampak kehitaman. Pasien

    menyadari bengkak timbul setelah pasien beraktifitas.

    Bengkak awalnya pada punggung kaki namun makin meluas hingga mata

    kaki sehingga menyerupai kaos kaki. Pasien juga mengeluh nyeri pada daerah

    bengkak disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluh baal disekitar bengkak.

  • 2

    Riwayat kontak dengan zat atau bahan tertentu disangkal. Demam disangkal,

    nafsu makan menurun dan lemah badan disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien belum pernah menderita keluhan yang serupa sebelumnya

    Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun SMRS

    Riwayat Penyakit Jantung (+) sejak 3tahun SMRS

    Riwayat Diabetes Melitus belum diketahui

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Di keluarga, tidak ada menderita keluhan yang sama

    Riwayat Hipertensi (-)

    Riwayat Penyakit Jantung (+)

    Diabetes Melitus (+) pada saudara pasien

    Riwayat Pengobatan :

    Sudah pernah berobat ke dokter dan diberi kompres namun luka masih

    tetap basah. Pasien mengaku tidak tahu cara mengompres yang benar. Pasien

    sudah pernah minum obat minum namun lupa nama obatnya.

    Riwayat Alergi :

    Tidak ada alergi makanan, obat-obatan dan cuaca

    Riwayat Psikososial :

    Pasien mengaku jarang berolahraga

    Pasien mengaku suka makan makanan manis dan berlemak

    1.3.Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum : tampak sakit ringan

    Kesadaran : composmentis

    Tanda Vital

    Nadi : 88x/m

    Suhu : Afebris

  • 3

    Pernapasan : 20x/m

    Tekanan darah : 140/90 mmHg

    BB : 110 kg

    Status Generalisata

    - Kepala : Normochepal

    - Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)

    - Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), hipertrofi konka (-/-), polip (-/-)

    - Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).

    - Mulut : mukosa basah (+), bibir tidak simetris, sianosis (-)

    - Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), peningkatan JVP (-)

    - Thorax : Vesikuler +/+, rh-/-, wh-/-, BJ I,II reguler, murmur (-)

    gallop (-).

    - Ekstremitas :edema+/-, Pulsasi A. Dorsalis pedis +/+, Hiposthesi (-)

    Status Dermatologis

    Distribusi Difus, regional

    A/R Cruris Dextra

    Karakteristik Lesi Terdapat plaque atau peninggian di atas permukaan kulit dengan

    permukaan yang tidak rata, berisi infiltrat seropurulen dengan tepi

    makula eritematous. Terdapat krusta, squama kasar, bercak

    hiperpigmentasi, dan edema. Pada lesi terasaa nyeri

    Efluroesensi Primer: Makula, eritema, hiperpigmentasi, edema

    Sekunder: Plaque, krusta, squama kasar

  • 4

    1.4. Pemeriksaan Penunjang

    a) Kimia Klinik

    Gula darah puasa: 143 mg/dl (N=

  • 5

    Status Dermatologis

    Et regio cruris dextra, terdapat plaque atau peninggian di atas permukaan

    kulit dengan permukaan yang tidak rata, berukuran plakat, berisi infiltrat

    seropurulen dengan tepi makula eritematous. Terdapat krusta, squama kasar,

    bercak hiperpigmentasi, dan edema. Pada lesi terasa nyeri.

    1.6. Diagnosis

    1.6.1. Diagnosis Kerja

    Dermatitis stasis disertai selulitis

    1.6.2. Diagnosis Banding

    1) Eriseplas

    2) Pyoderma Gangrenosum

    3) Ektima

    4) Osteomyelitis

    1.7. Penatalaksanaan

    1.7.1. Nonmedikamentosa

    1) Untuk mengatasi edema, tungkai dinaikkan saat tidur dan duduk.

    2) Bila tidur kaki diangkat di atas permukaan jantung selama 30 menit,

    dilakukan 3-4 kali sehari.

    3) Jangan terlalu lama berdiri

    1.7.2. Medikamentosa

    1) Doxycycline 2 x 100 mg

    2) Kompres Nacl 0,9% dengan kassa

    3) Bactoderm cream

    1.8.Prognosis

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

    Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1.Dermatitis Statis

    Sinonim : Dermatitis gravitasional, eksem stasis, eksem varikosa.

    Definisi : Dermatitis sekunder akibat hipertensi vena ekstremitas bawah.

    Etiopatogenesis

    Terdapat beberapa teori antara lain yang menyatakan bahwa dengan

    meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena, terjadi kebocoran

    fibrinogen masuk ke dalam dermis. Selanjutnya terbentuk lapisan fibrin di

    sekeliling kapiler dan intersisium, yang akan menghalangi difusi oksigen dan

    bahan makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup kulit. Teori lain

    menyatakan bahwa adanya hubungan arteri vena, mengakibatkan hipoksi dan

    kekurangan bahan makanan di kulit yang terkena gangguan.

    Ada juga hipotesis perangkap faktor pertumbuhan (Growth Factor trap

    hypothesis) menyatakan bahwa keluarnya molekul makro, misalnya seperti

    fibrinogen, 2-makroglobulin, ke dalam dermis akibat hipertensi vena atau

    kerusakan kapiler akan memperangkap growth factor dan substansi stimulator

    lain atau homeostatik, sehingga tidak mampu mempertahankan integritas

    jaringan dan proses perbaikan bila terjadi luka akibat trauma ringan sekalipun.

    Hipotesis lain yaitu terperangkapnya sel darah putih yang menyatakan

    bahwa akibat hipertensi vena maka perbedaan tekanan antara sistem arteri dan

    vena menurun, kecepatan aliran darah di dalam kapiler antara dua sistem

    tersebut berkurang, yang mengakibatkan agregrasi eritrosit dan sumbatan oleh

    leukosit di dalam kapiler, sehingga terjadi iskemia. Sumbatan leukosit ini

    menyebabkan mediator tertentu yang dapat mempengaruhi permeabilitas

    pembuluh darah sehingga molekul yang besar, misalnya fibrinogen dapat

    keluar ke jaringan perikapiler.

    Gambaran klinis

    Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi

    pelebaran vena atau varises, edema, purpura, hemosiderosis, hiperpigmentasi

  • 7

    difus. Edema dan varises mudah

    terlihat, bila penderita berdiri lama.

    Kelainan ini dimulai dari permukaan

    tungkai bawah bagian medial atau

    lateral, di atas maleolus. Kemudian

    secara bertahap naik ke atas. Rasa

    gatal bervariasi sesuai dengan

    perubahan kulit. Dalam perjalanannya

    dermatitis stasis dapat berjalan akut,

    subakut ataupun kronik. Bila telah

    berlangsung lama, akan terjadi

    deposit hemosiderin yang berasal dari

    ekstravasasi sel darah merah, di dermis maupun di subkutis, selanjutnya akan

    menyebabkan sklerosis dan nekrosis jaringan lemak, disebut leposklerosis.

    Kulit tidak lagi edema, melainkan keras.

    Dermatitis stasis yang telah lama dapat menimbulkan ulkus, yaitu di atas

    maleolus, bila terkena trauma atau luka infeksi. Ulkusnya disebut ulkus

    venosum atau ulkus varikosum. Penderita dermatitis stasis cenderung mudah

    mengalami infeksi sekunder, bahkan mungkin berupa selulitis. Juga mudah

    terjadi dermatitis kontak dan autosensitisasi.

    Pada maleolus medialis kiri

    ditemukan lesi eritematatosa dan

    hiperpigmentasi disertai varises

    yang merupakan kelainan khas bagi

    dermatitis ini.

  • 8

    Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis.

    Diagnosis banding : dermatitis kontak, dermatitis numularis

    Pengobatan

    Untuk mengatasi edema, waktu tidur atau duduk tungkai diangkat. Bila

    sedang menjalankan aktivitas, memakai kaus kaki penyangga atau pembalut

    elastic. Jika dermatitis eksudatif, dikompres; setelah kering diberi krim atau

    salep kortikosteroid potensi rendah sampai sedang. Antibiotic sistemik

    diberikan bila mengalami infeksi.

    3.2. Selulitis

    Definisi

    Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas kearah

    samping. Di bagian dermis hingga sub kutis, yang di tandai dengan kemerahan,

    bengkak, seperti nampak melepuh dan juga nyeri di daerah yang terkena.

    Infeksi bisa menyebar ke area pembuluh darah hingga ke kelenjar getah

    bening. Namun bagian organ tubuh yang paling banyak terkena adalah bagian

    bawah yakni kaki. Selulitis bisa diawali dengan robekan pada kulit karena

    tusukan, goresan, gigitan binatang (serangga), namun bias juga di karenakan

    oleh gangguan pada system peredaran darah yang biasa di alami oleh penderita

    diabetes mellitus. Biasanya selulitis di sertai dengan erisepelas, yakni bentuk

    dangkal dari selulitis yang gejalanya hanya berupa kemerahan dan seperti

    lepuhan.

  • 9

    Etiologi

    Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi

    menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya

    didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta

    hemolitikus dan Staphylococcus aureus.

    Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus

    influenza, keadaan anak akan tampak sakit berat, sering disertai gangguan

    pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakterimia dan septikemia. Bakteri

    mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada

    imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada

    imunokopromais lebih sering melalui aliran darah. Onset timbulnya penyakit ini

    pada semua usia. Etiologi selulitis dapat dijabarkan pada tabel 1.

    Epidemiologi

    Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah

    studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus

    per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki

    dan usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke

    pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan

    lunak kulit yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-

    2005 dan pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus. Data rumah sakit di

    Inggris melaporkan kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-

    2005, selulitis di tungkai menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824

    kasus. Data rumah sakit di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak

    11,5 per 10.000 populasi pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6%

    (122 pasien) dalam periode 5 tahun menderita erysepelas dan selulitis. Banyak

    penelitian yang melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade

    keempat hingga dekade kelima, dan lokasi tersering di ekstremitas bawah.

  • 10

    Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)

    Faktor Predisposisi

    Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes

    melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang

    dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek.

  • 11

    Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi

    kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal

    terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik

    atau hipostatik.

    Gejala Klinis

    Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua

    bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan

    bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar

    luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-

    kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa

    pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau

    gangren).

    Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,

    menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan

    yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan).

    Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba

    atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel,

    bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah

    bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi

    biasanya ditemukan leukositosis.

    Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala

    prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang

    dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien

    imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang

    patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri

    tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke

    proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.

    Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada

    orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat

    seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi

    di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis

  • 12

    akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis,

    endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat

    menyebabkan selulitis rekurens.

  • 13

    Patogenesis

    Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada

    permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering

    berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan

    pada orang yang menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak

    adekuat.

    Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-

    jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi

    polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase

    menghancurkan membran sel.

    Gambar .Skema patogenesis

    Gangguan rasa nyaman dan

    nyeri Kerusakan integritas kulit

    Nyeri tekan Lesi

    Edema kemerahan Eritema lokal pada kulit

    Terjadi peradangan akut

    Menyebar secara sistemik

    Meluas ke jaringan yang lebih dalam

    Menyerang kulit dan jaringan subkutan

    Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,

    stapilokokus aureus)

  • 14

    Diagnosis Banding

    Deep thrombophlebitis, dermatitits statis, dermatitis kontak, giant

    urticaria, insect bite (respons hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodosum,

    eritema migran (Lyme borreliosis), perivascular herpes zooster, acute Gout,

    Wells syndrome (selulitis eosinofilik), Familial Mediterranean fever-

    associated cellulitis like erythema, cutaneous anthrax, pyoderma gangrenosum,

    sweet syndrome (acute febrile neutrophilic dermatosis), Kawasaki disease,

    carcinoma erysipeloides.

    Diagnosis

    Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

    klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi

    tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat

    disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat

    menjadi septikemia.

    Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan

    sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan

    septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau

    merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang

    disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi selulitis

    terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

    Gejala dan tanda Selulitis

    Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil

    Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan genitalia

    Makula eritematous : Eritema cerah Tepi : Batas tidak tegas

    Penonjolan : Tidak terlalu menonjol Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula Edema : Edema Hangat : Tidak terlalu hangat Fluktuasi : Fluktuasi

    Tabel 2. Gejala dan tanda selulitis

    Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada

    sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium,

    pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah

  • 15

    lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia

    juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive protein

    (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan

    rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur

    darah tidak terlalu penting dan efektif.

    Penatalaksanaan

    Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000

    IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V

    500 mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza

    diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d

    (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.

    Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus

    penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi

    terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500

    gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat

    juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak 16-20

    mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan

    klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama

    7-10 hari.

    Komplikasi

    Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada

    selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis

    pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta

    hemollitikus grup A, dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis

    sinus cavernpsum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan

    penyulit intrakranial berupa meningitis.

  • 16

    BAB III

    ANALISIS KASUS

    Teori Kasus

    Dermatitis

    Stasis

    Manifestasi

    Klinis

    Predileksi: Ekstremitas

    inferior

    Varises, edema, purpura,

    hemosiderosis,

    hiperpigmentasi difus.

    Rasa gatal bervariasi.

    Bila telah berlangsung

    lama, Kulit tidak lagi

    edema, melainkan keras.

    Et Regio Cruris

    Dextra.

    Edema,

    hiperpigmentasi

    difus.

    Terdapat rasa

    gatal dan nyeri.

    Faktor

    Predisposisi

    Hipertensi

    Gagal Jantung Kongestif

    Hipertensi

    Gagal Jantung

    Kongestif

    Terapi Elevasi tungkai bila

    sedang istirahat

    Jika dermatitis eksudatif,

    dikompres; setelah

    kering diberi krim atau

    salep kortikosteroid

    potensi rendah sampai

    sedang.

    Antibiotic sistemik

    diberikan bila

    mengalami infeksi.

    Doxycycline 2 x

    100 mg

    Kompres Nacl

    0,9% dengan

    kassa

    Bactoderm cream

    Selulitis Manifestasi

    Klinis

    Predileksi: Ekstremitas

    Ditandai dengan

    kemerahan dengan batas

    Et regio cruris

    dextra.

    Terdaoat plakat,

  • 17

    jelas, nyeri tekan dan

    bengkak.

    Disertai dengan demam

    dan lesu.

    Pada keadaan akut,

    kadang-kadang timbul

    vesikel atau bula.

    Dapat dijumpai

    limfadenopati

    limfangitis.

    Tanpa pengobatan yang

    efektif dapat terjadi

    supurasi lokal (flegmon,

    nekrosis atau gangren).

    berisi infiltrat

    seropurulen

    (flegmon)

    dengan tepi

    makula

    eritematous.

    Faktor

    Predisposisi

    Kaheksia, diabetes melitus,

    malnutrisi,

    disgamaglobulinemia,

    alkoholisme, dan keadaan

    yang dapat menurunkan

    daya tahan tubuh terutama

    bila diseratai higiene yang

    jelek.

    Susp. Diabetes

    Melitus (GDP =

    143 mg/dl;

    GD2PP: 179

    mg/dl)

    Terapi Elevasi tungkai

    Antibiotik sistemik:

    penisilin prokain G

    600.000-2.000.000 IU

    IM selama 6 hari atau

    dengan pengobatan

    secara oral dengan

    penisilin V 500 mg setiap

    6 jam, selama 10-14 hari

    Doxycycline 2 x

    100 mg

    Kompres Nacl

    0,9% dengan

    kassa

    Bactoderm crea

  • 18

    Topikal:kompres terbuka

    dengan antiseptik

    Bila ada edema diberikan

    diuretika

    Adapun pada kasus ini kemungkinan patogenesis penyakit yang terjadi

    adalah sebagai berikut:

    Dermatitis Stasis Hipertensive Heart Disease

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New

    York: McGrawHill: 2008

    Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of

    America.

    Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas

    Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997

    Prof. Dr, Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2010. Jakarta: Badan

    Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.