Laporan Kasus DermStasis Sellulitis
-
Upload
rahma-indah -
Category
Documents
-
view
45 -
download
2
Transcript of Laporan Kasus DermStasis Sellulitis
-
1
BAB I
STATUS PASIEN
1.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Pensiun PN
Suku : Betawi
Alamat : Jl. S. Barito RT 01/06 No.45 Semper
Agama : Islam
Tgl Pemeriksaan : 10 April 2013
1.2.Anamnesis
Keluhan Utama :
Luka pada kaki kanan sejak 1 bulan SMRS
Keluhan Tambahan :
Luka susah sembuh, basah, gatal, nyeri, bengkak, kulit menghitam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn. M datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan luka pada kaki
kanan sejak 1 bulan SMRS. Luka dirasakan pasien susah sembuh dan selalu
basah. Luka awalnya berupa kemerahan yang terasa sangat nyeri dan panas.
Lama kelamaan luka meluas dan terdapat nanah. Pasien sudah pernah berobat
namun tidak ada perbaikan
Sebelum timbul luka, pasien mengaku terdapat bengkak pada kaki kanan
sejak 2 bulan SMRS. Kulit di sekitar bengkak tampak kehitaman. Pasien
menyadari bengkak timbul setelah pasien beraktifitas.
Bengkak awalnya pada punggung kaki namun makin meluas hingga mata
kaki sehingga menyerupai kaos kaki. Pasien juga mengeluh nyeri pada daerah
bengkak disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluh baal disekitar bengkak.
-
2
Riwayat kontak dengan zat atau bahan tertentu disangkal. Demam disangkal,
nafsu makan menurun dan lemah badan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah menderita keluhan yang serupa sebelumnya
Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun SMRS
Riwayat Penyakit Jantung (+) sejak 3tahun SMRS
Riwayat Diabetes Melitus belum diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga, tidak ada menderita keluhan yang sama
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Jantung (+)
Diabetes Melitus (+) pada saudara pasien
Riwayat Pengobatan :
Sudah pernah berobat ke dokter dan diberi kompres namun luka masih
tetap basah. Pasien mengaku tidak tahu cara mengompres yang benar. Pasien
sudah pernah minum obat minum namun lupa nama obatnya.
Riwayat Alergi :
Tidak ada alergi makanan, obat-obatan dan cuaca
Riwayat Psikososial :
Pasien mengaku jarang berolahraga
Pasien mengaku suka makan makanan manis dan berlemak
1.3.Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
Nadi : 88x/m
Suhu : Afebris
-
3
Pernapasan : 20x/m
Tekanan darah : 140/90 mmHg
BB : 110 kg
Status Generalisata
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
- Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), hipertrofi konka (-/-), polip (-/-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Mulut : mukosa basah (+), bibir tidak simetris, sianosis (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), peningkatan JVP (-)
- Thorax : Vesikuler +/+, rh-/-, wh-/-, BJ I,II reguler, murmur (-)
gallop (-).
- Ekstremitas :edema+/-, Pulsasi A. Dorsalis pedis +/+, Hiposthesi (-)
Status Dermatologis
Distribusi Difus, regional
A/R Cruris Dextra
Karakteristik Lesi Terdapat plaque atau peninggian di atas permukaan kulit dengan
permukaan yang tidak rata, berisi infiltrat seropurulen dengan tepi
makula eritematous. Terdapat krusta, squama kasar, bercak
hiperpigmentasi, dan edema. Pada lesi terasaa nyeri
Efluroesensi Primer: Makula, eritema, hiperpigmentasi, edema
Sekunder: Plaque, krusta, squama kasar
-
4
1.4. Pemeriksaan Penunjang
a) Kimia Klinik
Gula darah puasa: 143 mg/dl (N=
-
5
Status Dermatologis
Et regio cruris dextra, terdapat plaque atau peninggian di atas permukaan
kulit dengan permukaan yang tidak rata, berukuran plakat, berisi infiltrat
seropurulen dengan tepi makula eritematous. Terdapat krusta, squama kasar,
bercak hiperpigmentasi, dan edema. Pada lesi terasa nyeri.
1.6. Diagnosis
1.6.1. Diagnosis Kerja
Dermatitis stasis disertai selulitis
1.6.2. Diagnosis Banding
1) Eriseplas
2) Pyoderma Gangrenosum
3) Ektima
4) Osteomyelitis
1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Nonmedikamentosa
1) Untuk mengatasi edema, tungkai dinaikkan saat tidur dan duduk.
2) Bila tidur kaki diangkat di atas permukaan jantung selama 30 menit,
dilakukan 3-4 kali sehari.
3) Jangan terlalu lama berdiri
1.7.2. Medikamentosa
1) Doxycycline 2 x 100 mg
2) Kompres Nacl 0,9% dengan kassa
3) Bactoderm cream
1.8.Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Dermatitis Statis
Sinonim : Dermatitis gravitasional, eksem stasis, eksem varikosa.
Definisi : Dermatitis sekunder akibat hipertensi vena ekstremitas bawah.
Etiopatogenesis
Terdapat beberapa teori antara lain yang menyatakan bahwa dengan
meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena, terjadi kebocoran
fibrinogen masuk ke dalam dermis. Selanjutnya terbentuk lapisan fibrin di
sekeliling kapiler dan intersisium, yang akan menghalangi difusi oksigen dan
bahan makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup kulit. Teori lain
menyatakan bahwa adanya hubungan arteri vena, mengakibatkan hipoksi dan
kekurangan bahan makanan di kulit yang terkena gangguan.
Ada juga hipotesis perangkap faktor pertumbuhan (Growth Factor trap
hypothesis) menyatakan bahwa keluarnya molekul makro, misalnya seperti
fibrinogen, 2-makroglobulin, ke dalam dermis akibat hipertensi vena atau
kerusakan kapiler akan memperangkap growth factor dan substansi stimulator
lain atau homeostatik, sehingga tidak mampu mempertahankan integritas
jaringan dan proses perbaikan bila terjadi luka akibat trauma ringan sekalipun.
Hipotesis lain yaitu terperangkapnya sel darah putih yang menyatakan
bahwa akibat hipertensi vena maka perbedaan tekanan antara sistem arteri dan
vena menurun, kecepatan aliran darah di dalam kapiler antara dua sistem
tersebut berkurang, yang mengakibatkan agregrasi eritrosit dan sumbatan oleh
leukosit di dalam kapiler, sehingga terjadi iskemia. Sumbatan leukosit ini
menyebabkan mediator tertentu yang dapat mempengaruhi permeabilitas
pembuluh darah sehingga molekul yang besar, misalnya fibrinogen dapat
keluar ke jaringan perikapiler.
Gambaran klinis
Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi
pelebaran vena atau varises, edema, purpura, hemosiderosis, hiperpigmentasi
-
7
difus. Edema dan varises mudah
terlihat, bila penderita berdiri lama.
Kelainan ini dimulai dari permukaan
tungkai bawah bagian medial atau
lateral, di atas maleolus. Kemudian
secara bertahap naik ke atas. Rasa
gatal bervariasi sesuai dengan
perubahan kulit. Dalam perjalanannya
dermatitis stasis dapat berjalan akut,
subakut ataupun kronik. Bila telah
berlangsung lama, akan terjadi
deposit hemosiderin yang berasal dari
ekstravasasi sel darah merah, di dermis maupun di subkutis, selanjutnya akan
menyebabkan sklerosis dan nekrosis jaringan lemak, disebut leposklerosis.
Kulit tidak lagi edema, melainkan keras.
Dermatitis stasis yang telah lama dapat menimbulkan ulkus, yaitu di atas
maleolus, bila terkena trauma atau luka infeksi. Ulkusnya disebut ulkus
venosum atau ulkus varikosum. Penderita dermatitis stasis cenderung mudah
mengalami infeksi sekunder, bahkan mungkin berupa selulitis. Juga mudah
terjadi dermatitis kontak dan autosensitisasi.
Pada maleolus medialis kiri
ditemukan lesi eritematatosa dan
hiperpigmentasi disertai varises
yang merupakan kelainan khas bagi
dermatitis ini.
-
8
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis.
Diagnosis banding : dermatitis kontak, dermatitis numularis
Pengobatan
Untuk mengatasi edema, waktu tidur atau duduk tungkai diangkat. Bila
sedang menjalankan aktivitas, memakai kaus kaki penyangga atau pembalut
elastic. Jika dermatitis eksudatif, dikompres; setelah kering diberi krim atau
salep kortikosteroid potensi rendah sampai sedang. Antibiotic sistemik
diberikan bila mengalami infeksi.
3.2. Selulitis
Definisi
Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas kearah
samping. Di bagian dermis hingga sub kutis, yang di tandai dengan kemerahan,
bengkak, seperti nampak melepuh dan juga nyeri di daerah yang terkena.
Infeksi bisa menyebar ke area pembuluh darah hingga ke kelenjar getah
bening. Namun bagian organ tubuh yang paling banyak terkena adalah bagian
bawah yakni kaki. Selulitis bisa diawali dengan robekan pada kulit karena
tusukan, goresan, gigitan binatang (serangga), namun bias juga di karenakan
oleh gangguan pada system peredaran darah yang biasa di alami oleh penderita
diabetes mellitus. Biasanya selulitis di sertai dengan erisepelas, yakni bentuk
dangkal dari selulitis yang gejalanya hanya berupa kemerahan dan seperti
lepuhan.
-
9
Etiologi
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi
menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta
hemolitikus dan Staphylococcus aureus.
Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus
influenza, keadaan anak akan tampak sakit berat, sering disertai gangguan
pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakterimia dan septikemia. Bakteri
mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada
imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada
imunokopromais lebih sering melalui aliran darah. Onset timbulnya penyakit ini
pada semua usia. Etiologi selulitis dapat dijabarkan pada tabel 1.
Epidemiologi
Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah
studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus
per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki
dan usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke
pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan
lunak kulit yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-
2005 dan pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus. Data rumah sakit di
Inggris melaporkan kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-
2005, selulitis di tungkai menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824
kasus. Data rumah sakit di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak
11,5 per 10.000 populasi pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6%
(122 pasien) dalam periode 5 tahun menderita erysepelas dan selulitis. Banyak
penelitian yang melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade
keempat hingga dekade kelima, dan lokasi tersering di ekstremitas bawah.
-
10
Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes
melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek.
-
11
Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi
kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal
terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik
atau hipostatik.
Gejala Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan
bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar
luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-
kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa
pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau
gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,
menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan
yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan).
Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba
atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel,
bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi
biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala
prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang
dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien
imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang
patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri
tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke
proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada
orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat
seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi
di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis
-
12
akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis,
endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat
menyebabkan selulitis rekurens.
-
13
Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan
pada orang yang menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-
jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi
polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase
menghancurkan membran sel.
Gambar .Skema patogenesis
Gangguan rasa nyaman dan
nyeri Kerusakan integritas kulit
Nyeri tekan Lesi
Edema kemerahan Eritema lokal pada kulit
Terjadi peradangan akut
Menyebar secara sistemik
Meluas ke jaringan yang lebih dalam
Menyerang kulit dan jaringan subkutan
Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,
stapilokokus aureus)
-
14
Diagnosis Banding
Deep thrombophlebitis, dermatitits statis, dermatitis kontak, giant
urticaria, insect bite (respons hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodosum,
eritema migran (Lyme borreliosis), perivascular herpes zooster, acute Gout,
Wells syndrome (selulitis eosinofilik), Familial Mediterranean fever-
associated cellulitis like erythema, cutaneous anthrax, pyoderma gangrenosum,
sweet syndrome (acute febrile neutrophilic dermatosis), Kawasaki disease,
carcinoma erysipeloides.
Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi
tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat
disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat
menjadi septikemia.
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan
sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan
septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau
merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang
disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi selulitis
terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
Gejala dan tanda Selulitis
Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula Edema : Edema Hangat : Tidak terlalu hangat Fluktuasi : Fluktuasi
Tabel 2. Gejala dan tanda selulitis
Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada
sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah
-
15
lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia
juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive protein
(CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan
rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur
darah tidak terlalu penting dan efektif.
Penatalaksanaan
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000
IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V
500 mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza
diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d
(150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus
penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi
terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500
gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat
juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak 16-20
mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan
klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama
7-10 hari.
Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada
selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis
pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta
hemollitikus grup A, dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis
sinus cavernpsum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan
penyulit intrakranial berupa meningitis.
-
16
BAB III
ANALISIS KASUS
Teori Kasus
Dermatitis
Stasis
Manifestasi
Klinis
Predileksi: Ekstremitas
inferior
Varises, edema, purpura,
hemosiderosis,
hiperpigmentasi difus.
Rasa gatal bervariasi.
Bila telah berlangsung
lama, Kulit tidak lagi
edema, melainkan keras.
Et Regio Cruris
Dextra.
Edema,
hiperpigmentasi
difus.
Terdapat rasa
gatal dan nyeri.
Faktor
Predisposisi
Hipertensi
Gagal Jantung Kongestif
Hipertensi
Gagal Jantung
Kongestif
Terapi Elevasi tungkai bila
sedang istirahat
Jika dermatitis eksudatif,
dikompres; setelah
kering diberi krim atau
salep kortikosteroid
potensi rendah sampai
sedang.
Antibiotic sistemik
diberikan bila
mengalami infeksi.
Doxycycline 2 x
100 mg
Kompres Nacl
0,9% dengan
kassa
Bactoderm cream
Selulitis Manifestasi
Klinis
Predileksi: Ekstremitas
Ditandai dengan
kemerahan dengan batas
Et regio cruris
dextra.
Terdaoat plakat,
-
17
jelas, nyeri tekan dan
bengkak.
Disertai dengan demam
dan lesu.
Pada keadaan akut,
kadang-kadang timbul
vesikel atau bula.
Dapat dijumpai
limfadenopati
limfangitis.
Tanpa pengobatan yang
efektif dapat terjadi
supurasi lokal (flegmon,
nekrosis atau gangren).
berisi infiltrat
seropurulen
(flegmon)
dengan tepi
makula
eritematous.
Faktor
Predisposisi
Kaheksia, diabetes melitus,
malnutrisi,
disgamaglobulinemia,
alkoholisme, dan keadaan
yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh terutama
bila diseratai higiene yang
jelek.
Susp. Diabetes
Melitus (GDP =
143 mg/dl;
GD2PP: 179
mg/dl)
Terapi Elevasi tungkai
Antibiotik sistemik:
penisilin prokain G
600.000-2.000.000 IU
IM selama 6 hari atau
dengan pengobatan
secara oral dengan
penisilin V 500 mg setiap
6 jam, selama 10-14 hari
Doxycycline 2 x
100 mg
Kompres Nacl
0,9% dengan
kassa
Bactoderm crea
-
18
Topikal:kompres terbuka
dengan antiseptik
Bila ada edema diberikan
diuretika
Adapun pada kasus ini kemungkinan patogenesis penyakit yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Dermatitis Stasis Hipertensive Heart Disease
-
19
DAFTAR PUSTAKA
Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New
York: McGrawHill: 2008
Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of
America.
Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas
Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
Prof. Dr, Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2010. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.