LAPORAN KASUS cinur
description
Transcript of LAPORAN KASUS cinur
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
Oleh:
Cindy Noor Pradini
112011101021
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Psikiatri di RSD dr.Soebandi Jember
LAB/SMF PSIKIATRI RSD DR. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. R.S
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh tani
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Dsn. Ajung Tengah Ds. Ajung Kalisat
Tanggal Pemeriksaan : 29 September 2015
II. Anamnesa
Pasien MRS di RSD dr Soebandi sejak tanggal 21 September 2015 karena
keluhan yang pasien alami. Saat ini pasien masih MRS di ruang Melati RSD dr.
Soebandi. Awalnya pasien MRS di ruang Tulip RSD dr. Soebandi, tetapi sejak
tanggal 23 September 2015, pasien dialihrawatkan di ruang Melati RSD dr. Soebandi
karena penurunan kesadaran.
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Pasien sering berbicara ngelantur sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit sekarang
a. Autoanamnesis (Senin, 21 September 2015 di IGD RSD dr. Sebandi)
Saat pemeriksa tiba, pasien sedang berbaring di bed IGD RSD dr.
Soebandi. Penampilan pasien tampak acak-acakan, tidak terawat dan kurang
bersih. Pasien tampak lemas dan agak sulit diajak komunikasi. Pasien lebih
sering tertidur. Saat dibangunkan dan ditanya oleh pemeriksa, pasien sering
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
hanya diam dengan tatapan kosong. Sesekali pasien berbicara pelan bahwa
pasien melihat ada cobek di depannya dan ingin membuat sambal, padahal di
depan pasien tidak ada cobek. Ketika pasien ditanya pekerjaannya, pasien
menjawab jika dia bekerja sebagai penjual toko sembako, padahal menurut
keluarga pekerjaannya sebagai buruh tani dan tidak memiliki toko sembako.
Pasien juga tidak mau ketika disuruh makan oleh ibu pasien. Ketika suami
pasien datang menghampiri, pasien tiba-tiba pura-pura tidur seperti
menghindari untuk bertemu suaminya dan menolak untuk dibangunkan lagi
oleh pemeriksa.
b. Autoanamnesis (Selasa, 29 September 2015 di ruang Melati RSD dr.
Soebandi)
Saat pemeriksa tiba, pasien sedang berbaring di bed 4 Ruang Melati
RSD dr. Soebandi. Penampilan pasien tampak acak-acakan, tidak terawat dan
kurang bersih. Pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ketika dipanggil dan
badan pasien digoyang-goyangkan, pasien tidak merespon. Ketika pemeriksa
memberikan rangsangan nyeri, pasien tidak membuka mata, tidak ada respon
verbal dan respon motoriknya berupa gerakan ekstensi.
c. Heteroanamnesa (Ibu pasien (Ny. Misnati), pada tanggal 29 September 2015
di rumah pasien)
Saat pemeriksa tiba, rumah pasien dalam keadaan tertutup dan sepi.
Menurut keluarga pasien di rumah hanya ada ibu pasien. Tetangga pasien
membantu menggedor pintu rumah dan kemudian ibu pasien membuka pintu.
Ibu pasien mempersilahkan pemeriksa masuk. Pasien menikah dengan
suaminya (Sukarto) sejak tahun 2001. Pasien bekerja sebagai buruh tani dan
suami pasien bekerja sebagai buruh serabutan.Pasien tinggal bersama suami,
anak, dan ibunya. Pasien memiliki 2 anak perempuan. Yang pertama usia 13
tahun (Siti Aisyah) dan yang kedua meninggal dunia pada tahun 2010 ketika
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
berusia 4 tahun. Rumah pasien tampak kurang bersih dan acak-acakan.
Menurut ibu pasien, pasien sering berbicara ngelantur sejak 1 bulan yang lalu.
Sebelumnya pasien merupakan sosok yang pendiam, tertutup dan kurang
bersosialisasi dengan keluarga serta tetangga sekitar. Pasien juga suka
memendam masalahnya sendiri dan tidak mau bercerita kepada ibunya
maupun keluarga yang lain. Sejak 5 bulan yang lalu, pasien sering bertengkar
dengan suaminya. Pasien sering bertengkar dengan suaminya karena cemburu.
Pasien curiga suaminya memiliki hubungan dengan perempuan tetangga
sebelah rumahnya yang sudah memiliki suami karena suami pasien sering
main ke rumah tetangganya itu. Setiap kali tetangga perempuan pasien main
ke rumah atau suaminya yang main ke rumah tetanggannya, pasien selalu
marah-marah kepada suaminya dan akhirnya mereka selalu bertengkar. Pasien
berkata pada suaminya: “Be’en bedeh apah-apah bik Yulia ye cak? Ben areh
amain bungkohna, mak cek senengna” (Kamu pasti ada apa-apa dengan Yulia/
tetangga sebelah ya mas? Tiap hari main ke rumahnya, kok senang sekali”.
Lalu setelah bertengkar, pasien selalu menyendiri di dalam kamar. Ketika
pasien disuruh makan dan mandi, pasien tidak merespon. Ketika pasien
disuapi, makanan yang masuk hanya sedikit dan kadang-kadang makanan
sering dimuntahkan kembali oleh pasien. Menurut ibu pasien, sejak 2 bulan
yang lalu, pasien sering mengeluh nyeri kepala hebat dan demam tinggi.
Kemudian pasien MRS di RS Kalisat pada 1 bulan yang lalu dan didiagnosa
sakit thypoid. Pasien MRS selama 5 hari. Namun setelah MRS dan minum
obat dari RS Kalisat, keluhan pasien tetap tidak berkurang. Pasien masih tetap
sering mengeluh nyeri kepala hebat serta demam tinggi dan tidak berobat lagi
di RS Kalisat. Sejak 3 hari sebelum MRS di RS dr. Soebandi, pasien tidak
mau makan sama sekali dan bicaranya semakin ngelantur. Akhinya pada
tanggal 21 September 2015, pasien dibawa ke RS dr. Soebandi.
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat MRS di RS Kalisat karena Sakit Thypoid, sering nyeri kepala hebat
dan demam tinggi
IV. Riwayat Pengobatan
Obat penurun panas dan antibiotik dari RS Kalisat (tidak tahu nama obatnya)
V. Riwayat Penyakit Keluaga
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami sakit dengan gejala seperti
yang dialami pasien.
VI. Riwayat Sosial
a. Pendidikan : SD
b. Status : Menikah, mempunyai 1 orang anak
c. Faktor premorbid : pendiam, tertutup dan kurang bersosialisasi
dengan keluarga dan tetangga sekitar
d. Faktor pencetus : Masalah dengan “primary support group”
(keluarga) kecemburuan terhadap suami
e. Faktor organik : disangkal
f. Faktor keturunan : disangkal
g. Faktor psikososial : disangkal
VII. Status Interna Singkat
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : koma
Tensi : 100/80 mmHg
Nadi : 78x/menit, irreguler
Pernafasan : 24x/menit,
Suhu : 37,4 o C
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
Pemeriksaan Fisik
Kepala-leher : anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea : -/-/-/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, ekstrasistol/gallop/murmur : -/-/-
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Flat, bising usus normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Keempat ekstremitas akral hangat, tidak ada oedema pada
keempat ekstremitas
VIII. Status Neurologis
1. GCS : 1-1-2
2. Meningeal sign : Kaku kuduk (-), Kernig (-), Laseque (-), Brudzunski 1(-),
Brudzunski 2 (-)
3. Nervus cranialis:
Nervus cranialis III: anisokor, diameter pupil 7/6 mm, refleks cahaya -/-
Nervus cranialis VII: diam/ gerak: sim/sde
Nervus cranialis XII: diam/gerak:sde/sde
4. Motorik:
Kekuatan otot: sde
Tonus otot : dalam batas normal
Refleks fisiologis:BFR (+/+), TFR (+/+), KFR (+/+), AFR (+/+)
Refleks patologis: Hoffman trimmer (-/-), Babinski (-/-), Chaddock (-/-),
Oppenheim (-/-),Gordon (-/-), Gonda (-/-), Schaefer (-/-)
5. Sensorik: sde
6. Otonom : BAB (-), BAK (+) via DC
7. CV: sde
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
Pemeriksaan Penunjang
Hasil CT scan: hydrocephalus ringan
Hasil laboratorium:
Pemeriksaan Hasil
Hematologi lengkap:
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Faal hati:
SGOT
SGPT
Gula Darah:
Glukosa sewaktu
Elektrolit:
Natrium
Kalium
Faal Ginjal:
Kreatinin serum
BUN
Urea
Asam urat
10,8
16,5
34,8
225
33
13
157
3,71
2,21
0,7
5
11
2,4
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
IX. Status Psikiatri
21 September 2015 di IGD RS Soebandi
Kesan Umum : Pasien tampak acak-acakan, kurang rapi dan kurang
terawat
Kontak : verbal (+), irrelevant, tidak lancar/Mata (-)
Kesadaran : kualitatif: berubah
Afek/emosi : datar
Proses/Berpikir:
Bentuk : mutisme
Arus : mutisme
Isi : mutisme
Persepsi : halusinasi visual (+), auditori (-), ilusi (-),
derealisasi (-), depersonalisasi (-)
Intelegensia : sde
Kemauan : menurun
Psikomotor : negativisme, fleksibilitas cerea
Tilikan (Insight) : (1) Sama sekali denial terhadap keadaan sakitnya
29 September 2015
Kesan Umum : Pasien berpakaian acak-acakan. Berbau badan, rambut dan
kuku kotor. Pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri (koma).
Kontak : Verbal (-),mata (-)
Kesadaran : kualitatif: menurun, kuantitatif : koma
Afek/Emosi : sde
Proses/Berpikir :
• Bentuk : sde
• Arus : sde
• Isi : sde
Persepsi : sde
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
Intelegensia : sde
Kemauan : sde
Psikomotor : sde
Tilikan : sde
X. Diagnosa Multiaxial
Aksis I : F00 Gangguan Mental Organik
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : G00-G99 Penyakit susunan saraf
Aksis IV : Masalah “primary support” (keluarga) kecemburuan
terhadap suami
Aksis V : 10-01 (bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi dan mengurus diri) persisten dan
lebih serius
XI. Terapi
Farmakoterapi
Psikiatri:
• Infus RL: D5 = 1:1 (20 tpm)
• Drip neurobion 2 ampul/flash/hari
• Inj. Ceftazidine 2x1 gram iv
• Inj citicolin 2x250 mg iv
• Koreksi KCl 1 flash/hari
Neurologi:
Infus metronidazole 3x500 mg
Inj. Manitol 6x100cc
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
Psikoterapi Suportif
Psikoterapi yang dianjurkan bagi pasien adalah terapi kerja atau
kelompok. Tujuan dari terapi kelompok adalah supaya pasien tidak
mengasingkan diri dan mampu bergaul dengan orang lain. Apabila pasien
menarik diri dari lingkungan sekitarnya, maka akan terbentuk kebiasaan
buruk bagi pasien. Selain itu, lingkungan pasien diatur sedemikian rupa
sehingga pasien tidak mengalami banyak stres. Apabila memungkinkan,
pasien dikembalikan pada pekerjaannya sebelum sakit dengan tetap
mempertimbangkan kemampuan serta tanggung jawab pasien. Terapi
keluarga juga diperlukan bagi pasien. Lingkungan keluarga yang tidak stabil
dan penuh emosi akan membawa risiko tinggi untuk kambuh bagi pasien.
Edukasi
• Menjelaskan tentang sakit yang dialami pasien kepada keluarga agar keluarga
dapat memahami keadaan pasien dan meminimalisir keadaan yang dapat
memicu timbulnya gejala pasien
• Menjelaskankepada keluarga pasien bahwa sakit yang dialami pasien tidak
murni karena penyakit kejiwaan tapi juga disebabkan karena ada penyakit lain
di otak dan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada pasien keadaan
terakhir pasien yang semakin memburuk yaitu resiko kematian.
• Menjelaskan dan memotivasi keluarga untuk memberi dukungan kepada
pasien dan memberikan perhatian kepada pasien.
• Mengawasi kepatuhan minum obat secara teratur dan kontrol sebelum obat
habis. Jika pengobatan dilakukan secara dini, tepat, dan adekuat dan disertai
keteraturan pasien untuk minum obat maka prognosis penyakit yang diderita
pasien semakin baik. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang
sama.
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
XII. Prognosa
Dubia ad malam, karena:
• Umur permulaan sakit (usia dewasa) : baik
• Perjalanan penyakit (kronik) : buruk
• Onset ( jelas, 5 bulan) : baik
• Kepribadian Premorbid (tertutup, pendiam) : buruk
• Patogenesis progesif (+) : buruk
• Faktor keturunan (tidak ada) : baik
• Faktor pencetus (diketahui) : baik
• Perhatian keluarga (kurang) : buruk
• Ekonomi (kurang) : buruk
• Pengobatan (belum) : baik
• Jenis kelamin (wanita) : buruk